Kembalinya Ilmu Ulat Sutera 3
Kembalinya Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying Bagian 3
Kembalinya Ilmu Ulat Sutera Karya dari Huang Ying "Di Sam-goan-kong ini kami dipimpin oleh Kiam- sianseng, lebih baik kau jangan banyak bicara!" Kata Tong- teng-kun-san, Ci-liong-ong. "Tapi Tong-bun tidak membutuhkan keputusan dari Kiam-sianseng!" Kata Tong Ling. "Aku juga tidak berani mengambil keputusan untuk Tong-bun!" Kata Kiam-sianseng. "Kalau begitu, cepat suruh orang-orang kalian jangan banyak bicara!" Kata Tong Ling, setelah keluar kata-kata ini.90 Tong Ling sadar dia telah kelewatan, tapi kata-kata itu sudah terlanjur keluar seperti ludah sudah terciprat tidak bisa ditelan kembali. Giok-koan Tojin tidak tahan lagi. "Gadis ini benar-benar tidak tahu diri walau pun kakekmu di sini, beliau pun tidak akan berani berkata seperti itu!" Sifat keras Tong Ling muncul, dia tertawa dingin, aku tidak pernah menceritakan orang-orang ini! "Apakah beliau pernah menanyakan tentang Giok-koan Tojin dari Ceng-sia-pai?" "Siapa Giok-koan Tojin?" Tong Ling tidak peduli murid-murid Tong-bun memberi isyarat untuk mundur, dia melihat Giok-koan Tojin. "Aku terkena semprotan!" Bok Touw-toh melantunkan bacaan Budha. "Kembalilah ke tempat yang benar, sekarang belum terlambat!" Kiam-sianseng kembali melihat Tong Ling, dengan tenang berkata. "Kalau Tong-bun ingin membuat perhitungan dengan Bu- tong-pai, kami tidak akan melarangmu, silakan saja!" Dia mundur selangkah supaya Tong Ling bisa menghadapi Wan Fei-yang.91 BAB 3 Tong Ling terpaku di sana. Kalau dia tadi bisa menaklukkan Wan Fei-yang, untuk apa mengikutinya dari kuil itu ke mari, walaupun di ruangan ini tidak banyak murid Bu-tong-pai, mereka tidak akan berpangku tangan begitu saja, maka pertarungan tidak bisa dijadikan pegangan, jika kalah di depan mereka dan kabar ini tersebar luas ke dunia persilatan, tentu akan memalukan Tong-bun, wibawa mereka akan tercoreng. Walaupun Tong Ling bersifat keras, tapi dia bukan gadis yang tidak ada perhitungan, dia teringat bahwa dia baru menjadi ketua, jangan sampai membuat nama Tong-bun tercoreng. Karena itu dia memutar otak dan dengan dingin berkata. "Tong-bun ingin membuat perhitungan, tapi kami bukan orang-orang yang menjual ilmu silat untuk mencari nafkah, kalian tidak pantas berada di sini untuk menonton keramaian." Kata-kata ini membuat wajah Kiam-sianseng berubah, Thi Gan dari Tiam-jong-pai membentak. "Hati-hati kalau bicara, orang she Tong!" Tong Ling melihat Thi Gan. "Bukankah tadi kalian mengatakan kalau semua keputusan diwakili oleh Kiam-sianseng, siapa kau, berani- beraninya kau mewakili Kiam-sianseng berkomentar!"92 Thi Gan terpaku, kemudian Kiam-sianseng menarik nafas dan berkata. "Seumur hidupnya Tong Pek-coan sangat berhati-hati, mengapa generasi penerusnya malah seperti ini..." "Siapkan senjata rahasia!" Bentak Tong Ling. Murid-murid Tong-bun bersiap siaga, senjata rahasia sudah berada di tangan. "Siapa yang menghina Tong-bun dan mencari kesalahan Tong-bun, kami akan bertarung mati-matian menjaga nama baik Tong-bun!" Ci-liong-ong tertawa. "Setelah kami pulang, kami akan memberi tahu murid- murid kami supaya jangan mengucapkan kata Tong-bun agar tidak mendapat musibah." "O-mi-to-hud..." Dari Siauw-lim-pai, Pek-jin Taysu sekarang baru keluar suara. Tong Ling tidak peduli, dia melihat Wan Fei-yang. "Tadi aku sudah mengemukakan apa yang kuinginkan, Tong-bun siap melayani!" Dia segera membalikkan tubuh dan keluar dari sana. Melihat Tong Ling, Wan Fei-yang teringat pada Tokko Hong. Pertama kali saat bertemu Tokko Hong, dia juga seperti sebongkah api besar, bersifat keras dan meledak- ledak. Tapi Wan Fei-yang percaya setelah Tong Ling mendapatkan pelajaran beberapa kali pasti akan berubah,93 dia hanya berharap Tong Ling saat diberi pelajaran jangan terlalu keras. Memang Tong Ling sama sekali tidak memberi kesempatan padanya untuk menjelaskan, tapi Wan Fei-yang tetap tidak merasa membencinya Paling sedikit Tong Ling bicara terus terang, membuatnya tahu apa yang Tong Ling inginkan, harus dengan cara apa mengatasi sifat keras Tong Ling. Tapi Kiam-sianseng memberikan kesan bahwa jahe semakin tua semakin pedas. Dia harus berhati-hati menghadapinya. Melihat Tong Ling dan sekelompok murid-murid Tong- bun menghilang, Kiam-sianseng baru berkata. "Sekarang kita bisa membicarakan dengan tenang!" "Apakah masih akan membicarakan topik tadi?" Tanya Wan Fei-yang. "Mungkin masalah ini tidak ada hubungannya denganmu, tapi tidak bisa kau sangkal bahwa orang-orang ini mati karena Thian-can-sin-kang," Jelas Kiam-sianseng. "Paling sedikit ini sejenis ilmu silat yang mirip Thian-can- sin-kang. Sebenarnya aku bisa membuktikan perbedaannya dengan Thian-can-sin-kang tidak jauh, maka aku tidak percaya diri untuk menjelaskannya kepada kalian!" Kata Wan Fei-yang- "Kalau kau bisa membuat kami percaya itu bukan Thian- can-sin-kang, kami bisa terima, tapi kau tidak menyangkal mempunyai hubungan dengan Bu-tong-pai."94 "Sebenarnya sampai sekarang ini pertama kalinya kami melihat ada ilmu lweekang seperti itu!" "Kalau dikatakan ilmu itu keluar dari Bu-tong-pai, itu juga bisa!" "Mungkin kalian akan curiga bahwa aku yang mengajarkannya bukan?" Wan Fei-yang tertawa kecut. "singkat kata, aku tidak bisa terlepas dari kecurigaan kalian!" Kiam-sianseng tersenyum. "Kami percaya pada seorang Wan Fei-yang, kami bertemu dengan keadaan seperti ini." "Tapi kalian..." "Mungkin itu rencana busuk dunia persilatan, mereka berusaha membuat orang dunia persilatan yang lurus saling membunuh, lebih baik kita berhati-hati dan mencari tahu apakah ini ada hubungan dengan Bu-tong-pai, apakah ada hubungan dengan Thian-can-sin-kang." "Yang pasti harus oleh orang yang mengerti Thian-can- sin-kang baru bisa jelas," Kata Wan Fei-yang. "Betul, hanya kau yang bisa menjelaskan semuanya kepada kami!" Kata Kiam-sianseng. "Berikan waktu kepadaku!" "Apakah 3 bulan cukup?" "Baiklah, 3 bulan lagi harap kalian datang ke mari lagi, yang pasti jika 3 bulan belum tiba dan aku sudah selesai menyelidikinya, aku akan memberi tahui kalian." "Kami berjanji..." Kiam-sianseng sangat jujur dan terus terang.95 Dari tadi Pek-ciok Tojin selalu berkata sungkan, setelah Kiam-sianseng dan lain-lainnya pergi, dia baru berkata dengan serius. "Sute, apakah kali ini kau tertipu!" "Apa boleh buat!" Pek-ciok Tojin mengangguk. "Terus terang saja, luka mereka sama dengan luka karena Thian-can-sin-kang! Aku tidak melihat ada perbedaan sedikit pun!" "Ilmu lweekang yang sangat jarang ada, tapi setelah menelitinya akan terlihat perbedaannya!" "Maksudmu, benda seperti benang sutra itu?" "Betul, walaupun disebut Thian-can-sin-kang, sebenarnya tidak ada hubungan dengan ulat sutra!" "Dulu Tokko Bu-ti kalah di tangan Sute, keadaannya dengan mayat yang datang hari ini tidak berbeda!" "Perbedaannya sulit dijelaskan, juga sulit membuat orang yang belum pernah berlatih Thian-can-sin-kang akan percaya di mana perbedaannya." "Apakah karena benangnya?" Tanya Pek-ciok Tojin. "Benang itu berwarna abu keputihan, tampak benang itu beracun, dan benang Thian-can-sin-kang berwarna putih keperakan hampir transparan, kalau tidak diteliti secara jelas, tidak akan bisa membedakannya, apakah itu beracun atau tidak, sulit dibuktikan!"96 Dengan aneh Pek-ciok Tojin melihat Wan Fei-yang. Sebenarnya dia tidak memperhatikan keistimewaan benang sutra itu. Wan Fei-yang menghela nafas lagi. "Orang dunia persilatan hanya tahu Thian-can-sin-kang, hanya tahu Thian-can-sin-kang bisa mengeluarkan benang sutra, bisa dan menembus masuk ke kulit, bisa menutup jalan darah manusia juga bisa melilit jalan darah lawan dan mencegah tenaga dalam lawan sampai ke jantung." "Jika kau bisa tahu sebegitu banyak memang tidak gampang," Kata Pek-ciok Tojin. "Semua ini keistimewaan juga kedahsyatan Thian-can- sin-kang, semua orang memperhatikan hal pertama." Pek-ciok Tojin mengangguk. "Malah yang paling mudah dilihat tidak mereka perhatikan seperti warna sutra dan kualitasnya..." "Mungkin karena tidak ada gunanya!" "Tapi apa yang telah terjadi ke dua tenaga dalam itu memang ada kemiripan!" Kata Wan Fei-yang. "Kulihat sama persis dengan Thian-can-sin-kang!" Kata Pek-ciok Tojin. "Aku duga jika kedua macam lweekang ini digunakan pasti ada perbedaannya!" Wan Fei-yang tertawa kecut. "Tapi kau tidak melihat dengan mata kepala sendiri mana mungkin bisa menyatakan hal seperti itu, mungkin ke dua lweekang ini saat digunakan bisa sama!" "Apakah Suheng curiga bahwa ilmu itu adalah Thian-can- sin-kang?"97 "Ilmu lweekang berbeda-beda tapi fungsinya sama, seperti Iweekang ini, mana mungkin bisa disebut sama," Ucap Pek-ciok Tojin. "Aku bisa menguasai Thian-can-sin-kang karena orang Bu-tong membantunya, aku curiga apakah Thian-can-sin- kang.." Wan Fei-yang tidak meneruskan kata-katanya tapi Pek- ciok Tojin menyambung. "Apakah gurumu pernah mengajarkan Thian-can-sin- kang kepada orang lain?" "Tidak ada!" Wan Fei-yang menggelengkan kepala. "Yan-supek selalu berada di Bu-tong-san!" Pek-ciok Tojin terus berpikir. Wan Fei-yang terdiam, Pek-ciok Tojin berkata lagi. "Apakah selain mereka berdua, masih ada yang lain..." "Apakah ada orang yang bisa menjawab pertanyaan ini?" Tannya Wan Fei-yang. Tiba-tiba Pek-ciok Tojin teringat sesuatu dan berkata. "Ada satu orang, tapi apakah dia masih hidup atau meninggal aku tidak tahu." "Siapa? "Kouw-bok..." Di Bu-tong-pai generasi Bok berada di atas generasi 'Siong'. Kouw-bok adalah Susioknya Ci-siong dan Yan Cong- thian, katanya ilmu silatnya berada di atas generasi Bok. Liang-bok Cinjin yang mengasingkan diri juga orang yang eksentrik, karena Kouw-bok tidak disukai oleh gurunya yang98 juga ketua Bu-tong-pai saat itu, maka posisi ketua diberikan kepada Liang-bok Cinjin, karena marah maka Kouw-bok bersembunyi di Gunung Sam-cong, lama dia tidak pernah muncul. Kebanyakan murid Bu-tong-pai tidak tahu menahu soal orang ini. Pek-ciok Tojin bisa tahu karena sewaktu dia membereskan barang-barang ketua Bu-tong-pai setelah beliau meninggal dia menemukan buku itu. Dalam buku catatan Liang-bok Cinjin, beliau selalu memuji Kouw-bok adalah orang yang pintar dan berbakat, serta mempunyai ingatan yang kuat, dalam beberapa generasi murid Bu-tong yang pernah ada dia adalah orang yang paling berbakat dan berhasil. Ilmu silatnya telah mencapai pada tahap mana? Apakah beliau mengusai Thian-can-sin-kang atau tidak hal itu tidak tercatat di dalam buku itu. Pek-ciok Tojin dan Wan Fei-yang merasa aneh. Sewaktu Yan Cong-thian masih muda dulu mengapa tidak pernah mencari orang itu dan minta petunjuk? Ci-siong Tojin dan Yan Cong-thian tidak pemah menceritakan orang ini. Apakah orang itu masih hidup atau sudah meninggal, mereka tidak tahu, tapi jika ingin tahu harus mencari dan bertanya-tanya. Ini satu-satunya harapan mereka. Berjalan ke Sam-cong-hong semakin berjalan semakin menanjak, juga semakin berbahaya, tapi semua ini tidak membuat Pek-ciok Tojin dan Wan Fei-yang gentar, sampai di gunung terakhir Pek-ciok Tojin benar-benar merasa kecewa99 karena jurangnya terjal seperti ditepis oleh pedang. Dia melihat ke bawah, tampak penuh dengan kabut, entah berapa ketinggian gunung ini, yang membuatnya mengeluh adalah karena di jurang itu tidak tumbuh sebatang pohon maupun rumput, maka tidak benda untuk pegangan saat meluncur turun. "Kalau mengatakan di dasar jurang ini ada yang tinggal, benar-benar sulit dipercaya!" Pek-ciok Tojin menarik nafas. "Aku juga merasa curiga tapi kita sudah datang kemari kita harus turun untuk melihat keadaan sebenarnya, Ciang- bun Suheng..." Pek-ciok Tojin memotong. "Aku merasa tidak sanggup!" Kembalinya Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dia berkata jujur dan apa adanya, itu adalah alasan mengapa dia disukai oleh angkatan yang lebih tua. Wan Fei-yang juga orang seperti itu, maka mereka bisa mengobrol dengan akrab. "Tempat ini memang berbahaya, Ciang-bun Suheng masih mempunyai banyak tanggung jawab, jangan menghadapi bahaya seperti ini." "Sute sudah menguasai Thian-can-sin-kang, jika ingin turun, tidak masalah, hanya saja kau tetap harus berhati- hati!" "Aku akan berhati-hati, hanya saja di tempat seperti ini mencari seseorang membutuhkan waktu lama, jadi Suheng tidak perlu menunggu di sini!"100 "Betul juga, setelah Kiam-sianseng dan lain-lain membuat keributan, murid-murid Bu-tong akan merasa was- was, aku memang tidak bisa berlama-lama meninggalkan Bu- tong-san." Dia terus menasihati Wan Fei-yang agar berhati-hati setelah itu baru meninggalkan tepi jurang itu. Setelah Suhengnya jauh, Wan Fei-yang baru menelungkup untuk melihat dengan teliti dasar jurang itu, juga memilih tempat yang cocok untuk meluncur turun ke dasar, dia memang orang yang sangat berhati-hati, bukan karena sudah terkenal dan penting dia menjadi sok, semua itu dilakukannya karena nyawanya seringkali terancam akibat tidak berhati-hati. Karena tidak berhati-hati dia hampir mati, walaupun tidak sampai mati tapi cukup membuatnya merasa menyesal seumur hidup. Setelah berpikir selama 15 menit, dia baru mencopot sepatunya, kaki dan tangan digunakan untuk merambat turun. Tempat yang cocok di-tambah dengan berhati-hati dan berilmu tinggi membuatnya berhasil dengan selamat sampai di dasar jurang. Dia tidak terus merambat turun, dengan pandangan matanya yang jeli, dia bisa tahu di sana ada yang bersembunyi atau ada tempat untuk bersembunyi. Dia tidak akan melepaskan hal itu tapi selama dia meluncur turun dari atas tidak ada seorang pun yang dilihatnya. Semakin turun kabut semakin tebal, pandangan pun semakin pendek, tapi kakinya semakin bisa digeser.101 Setelah turun sejauh 20 tombak, tidak ada orang yang dicarinya, tapi kabut semakin tipis di sana, membuatnya merasa semakin tenang, di dinding jurang terlihat tumbuhan, kemudian dia mencium wewangian. Wewangian masuk ke hidungnya, dia hampir menaruh curiga dengan penciumannya, kemudian dia merasa gembira, kaki dan tangan semakin cepat bergerak dan meluncur ke bawah. Tidak lama kemudian dia berhasil melewati kabut dan apa yang muncul di depannya dia tidak hanya melihat dasar jurang, dia juga melihat cahaya yang menancar dari langit. Di dasar jurang ada sebuah kolam besar, ke dua sisi kolam adalah dinding jurang, di sebelah air terjun adalah dinding jurang, dari sini air kolam mengalir turun. Air terjun ini sangat unik, air memancar keluar dari sela- sela batu, kemudian masuk ke dalam kolam. Walaupun terdengar suara air tapi suara itu seperti suara musik, membuat orang merasa nyaman saat mendengarnya. Di tengah-tengah kolam ada beberapa batu-batuan besar, di atas batu-batuan itu ada sebuah rumah kecil. Seorang orang tua kurus sedang duduk di depan rumah kecil itu, di atas sebuah batu sedang memanggang ikan. Wewangian itu ternyata berasal dari ikan panggang yang sedang dipanggang. Tempat ini benar-benar seperti tempat dewa-dewi.102 Setelah Wan Fei-yang meluncur turun ke bawah dia merasa lebih nyaman lagi. Setelah melihat sekeliling, dia baru melangkah menuju orang tua itu. Orang tua itu seperti tidak merasa ada yang datang, dia masih terus membakar ikan. Sederetan batu yang bermunculan dari dasar kolam menyambung ke batu besar yang ada di rumah kecil itu. Wan Fei-yang berjalan ke rumah itu dengan meloncati bebatuan. Orang tua itu tidak bereaksi tapi setelah Wan Fei-yang tiba di depan rumah, dia baru bertanya. "Apakah kau murid Bu-tong?" Nada bicaranya tidak begitu tinggi tapi sangat jelas. "Boanpwee murid Bu-tong-pai!" Wan Fei-yang men- jawab dengan sikap hormat. Orang tua itu menoleh, kepalanya hampir botak, hanya tersisa beberapa helai rambut berwarna abu keputihan, wajahnya penuh dengan keriput, tapi tidak memberikan kesan bahwa dia sudah tua, hanya terlihat dia seperti malas- malasan. Saat Wan Fei-yang melihat ke arahnya, dia jadi benar- benar ingin berbaring di atas batu itu, melempar semua kepusingannya lalu dengan nyaman tidur dulu di sana. "Kau masih muda!" Kata orang tua itu sambil tertawa. "dengan usiamu yang masih begitu muda bisa berlatih hingga mencapai tahap seperti ini benar-benar jarang ada!" Setelah itu tiba-tiba saja dia tertawa.103 "Aku masih saja bicara seperti itu!" "Boanpwee tidak mengerti!" Wan Fei-yang terpaku. Orang tua itu seperti teringat sesuatu yang membuatnya gembira, lalu dengan riang berkata. "Aku tinggal di sini selama puluhan tahun dan terisolasi dengan dunia luar, tapi pola pikirku dengan saat baru pindah ke mari tidak ada bedanya, sampai sekarang aku baru mengerti apa yang disebut dengan istilah mendarah daging, jika ingin berubah, tidak gampang." "Maksud Lo-cianpwee tinggal di sini adalah untuk menghindar dari keramaian dan hidup sendiri, hidup dengan banyak orang sebenarnya sama!" "Awalnya memang terasa berbeda!" Kata orang tua itu lantas tertawa. "Awalnya karena sifatku yang keras, aku benci dengan sifat manusia yang egois, maka aku ke mari, terakhir Yan Cong-thian meluncur turun kemari, aku baru sadar kalau aku juga mempunyai banyak kekurangan dan membuat orang jadi benci kepadaku, kemudian aku melihat semua orang sama. Asalkan kebaikannya lebih banyak dari sifat buruk- nya, itu sudah cukup!" "Kapan Yan-supek ke mari?" Tanya Wan Fei-yang. "Kau memanggilnya Supek? Kalau begitu kau harus memanggilku Susiok-kong!" Sewaktu Wan Fei-yang ingin mengatakan sesuatu, tiba- tiba orang tua itu bertanya. "Sekarang kau pasti tahu siapa aku?..."104 Wan Fei-yang mengangguk, orang tua itu menggelengkan kepala. "Kayu yang sudah lapuk, tidak bisa diukir, Kouw-bok (kayu yang lapuk) juga seperti itu." Tidak diragukan lagi maksud Kouw-bok adalah dirinya, dia berkata lagi. "Jika dihitung-hitung saat Yan Cong-thian datang kemari sudah ada 30 tahun yang lalu, apakah hatinya masih dipenuhi dengan kebencian?" "Dia tidak pernah membicarakan tempat ini, aku baru tahu tempat ini tadi pagi!" "Dia memberitahumu tapi mengapa dia sendiri tidak turun bersamamu?" "Bukan dia yang memberitahu!" Wan Fei-yang akhirnya menjawab. "setahun yang lalu Yan-supek sudah..." "Meninggal?" Potong Kouw-bok. Wan Fei-yang hanya mengangguk. Kouw-bok terpaku, lama baru bicara. "Yang pantas mati tidak mati, yang tidak pantas mati malah meninggal terlebih dulu!" "Siapa yang pantas mati? "Tentu saja aku!" Kouw-bok menatap Wan Fei-yang. "otakmu seperti tidak berputar, bisa dikata kan kau bodoh, tapi itu pun belum tentu tidak baik, manusia kalau terlalu sempurna malah akan cepat meninggal!" Kouw-bok bertanya lagi.105 "Saat aku masih muda dulu, aku benci pada masyarakat dan adat istiadat, aku juga orang yang fanatik, jiwaku sempit, banyak hal yang tidak aku setujui, bahasaku pun tidak sopan. Setelah turun ke mari dan hidup beberapa puluh tahun di sini, aku baru bisa menjadi seperti ini, tulang dan ototku menjadi malas, aku tidak tertarik untuk meninggalkan tempat ini, katakan saja orang seperti diriku ini apa ada gunanya, lebih baik aku cepat mati!" Kouw-bok melanjutkan lagi. "Tapi aku jarang sakit, mungkin aku bisa hidup sampai seratus tahun lebih!" "Di Bu-tong-pai banyak murid berbakat, setelah kau dekat denganku, aku baru tahu?" "Tecu sudah bersalah!" "Apa kesalahanmu?" Tanya Kouw-bok, dia tertawa lagi. "dulu sewaktu Yan Cong-thian ke mari masih di dinding jurang saja aku sudah merasakan kehadirannya." "Sekarang kalau bukan karena ilmu silatku yang sudah mundur pasti karena ilmu silatmu lebih tinggi dari Yan Cong- thian!" "Yan-supek..." "Kau bukan orang yang senang bicara sungkan, jika ada yang ingin kau sampaikan, katakan saja!" "Tecu datang demi Thian-can-sin-kang!" "Aku sudah menduganya, dulu Yan Cong-thian turun ke mari pun karena hal itu, sekarang kau turun kemari pun dengan keinginan sama, sudah berapa tahun berlalu tapi106 mengenai Thian-can-sin-kang kalian masih tidak bisa melupakannya. Apakah kalau tidak ada Thian-can-sin-kang, di dunia persilatan Bu-tong-pai tidak bisa berdiri dengan kepala tegak?" "Kali ini Tecu mengalami kesulitan tersendiri maka dengan terpaksa datang ke mari!" "Kalau begitu, kau turun ke mari bukan karena ingin bertanya kepadaku bagaimana cara berlatih Thian-can-sin- kang?" "Tecu sudah menguasainya!" "Apa? Kau sudah menguasai ilmu itu? Kau sudah tahu rahasia yang ada di dalamnya?" "Tecu..." Kata-kata Wan Fei-yang belum selesai, Kouw- bok sudah menyambung. "Pantas gerakan tubuhmu begitu ringan, bagaimana dengan Yan Cong-thian?" "Yan-supek juga sudah berhasil!" "Dengan cara apa kalian bisa berhasil?" "Karena terluka parah ilmu silat Yan-supek musnah, dalam keadaan mati suri lalu dimasukkan ke dalam peti mati dan dikubur, akhirnya dia bisa hidup kembali..." "Itulah jurus ulat sutra membuat kepompong untuk mengikat diri, dan berubah membentuk nyawa baru, ini pun cara berlatih Thian-can-sin-kang!" Kata Kouw-bok lagi. "apakah kau juga seperti itu?"107 "Tecu berhasil menguasai Thian-can-sin-kang karena ada seseorang yang gagal berlatih ilmu ini lantas dia mengalirkan tenaga dalamnya kepadaku, tidak sengaja malah berhasil." "Mengupas kepompong mengambil sutranya untuk kebaikan dan bekerja keras tapi sama sekali tidak ada hasilnya, melihat orang lain baru melihat ada hasil. Perasaan setelah menang malah tidak enak, kau bisa bertemu dengan orang seperti itu, itulah nasib baikmu!" Wan Fei-yang mengangguk, Kouw-bok berkata lagi. "Bermacam-macam cara bisa dilakukan akhir nya bisa mendapat hasil yang sama, dua cara ini adalah cara lurus dan bisa berhasil, pantas untuk diberi selamat!" "Apakah ada cara lain?"Wan Fei-yang bertanya kepada Kouw-bok dengan penuh rasa curiga. "Setahuku paling sedikit masih ada satu cara lagi, tapi semua cara itu sulit untuk berhasil." Dia balik bertanya. "apakah kalian hanya tahu dua cara ini?" Wan Fei-yang mengangguk, tiba-tiba Kouw-bok berkata sambil tertawa sendiri. "Kedua cara ini terlihat seperti cara lurus, gurumu benar- benar bersusah payah!" Tiba-tiba dia seperti tersadar dan bertanya. "Setelah berhasil menguasai Thian-can-sin-kang, apakah ada hal-hal aneh yang muncul?" "Pada bagian mana?" Tanya Wan Fei-yang. "Apakah ada orang yang memaksa ingin tahu mengenai Thian-can sin-kang?"108 "Apakah Thian-can-sin-kang aslinya bukan milik Bu- tong?" Kouw-bok tertawa, tawanya mengandung nada misterius dan sedih. "Kalau Thian-can-sin-kang milik Bu-tong, aku tidak akan bersembunyi di sini." Wan Fei-yang melihat Kouw-bok, dia tahu apa yang Kouw-bok katakan adalah kenyataan, sewaktu dia ingin bertanya lagi, Kouw-bok sudah menyela. "Apakah ada masalah yang muncul dan ada hubungannya dengan Thian-can-sin-kang?" "Sebenarnya itu adalah masalah pribadi, tapi karena Tecu murid Bu-tong dan Thian-can-sin-kang adalah milik Bu- tong.. "Katakan lebih jelas!" Kouw-bok menyela lagi. Wan Fei-yang menceritakan semua kejadian nya dengan teliti dan detail, Kouw-bok juga mendengar dengan hati-hati dan seksama. Tawa di sudut mulutnya semakin terlihat kecut. Setelah selesai bercerita, dia menarik nafas panjang. "Inilah kehendak Langit.. Wan Fei-yang masih menunggu kata-kata berikutnya, tapi dia masih terus terdiam. Lama... baru menarik nafas lagi. "Rahasia dunia tidak bisa ditutupi selamanya!" "Rahasia apa?"109 "Rahasia Thian-can-sin-kang! Rahasia ini sudah lama tertutup akhirnya tetap harus dibongkar, sekarang kau terpaksa harus mencari tahu sendiri, kalau tidak, kau tidak akan bisa memberikan penjelasan yang pantas kepada mereka. Tapi yang pasti ada cara lain, kalau kau mau lepas tangan pada persoalan ini kau harus mencari tempat seperti ini untuk bersembunyi." "Tapi Tecu adalah murid Bu-tong, aku sudah berhutang banyak pada Bu-tong..." "Tidak perlu berkata seperti itu, aku telah melihat sendiri kau orang seperti apa," Kouw-bok melayangkan tangan, dia menarik nafas lagi. "Rencana Langit terus bergulir, kalau Thian-can-sin-kang memang bisa membuat Bu-tong-pai berjaya di dunia persilatan, Thian-can-sin-kang akan tenggelam dari dunia persilatan, aku rasa itu sangat wajar!" "Kalau Thian-can-sin-kang milik perguruan lain, mengapa..." "Sekarang bukan hanya sudah muncul, dari ceritamu tadi keinginan lawan sangat besar. Kalau kau tidak mencari tahu, aku percaya lawan akan berhasil melakukan kejahatannya di dunia persilatan, waktu itu apa yang menimpa dirimu akan jadi jelas dan ilmu lweekang yang dicuri Bu-tong-pai dari aliran lain, juga akan terbongkar!" Kouw-bok menggelengkan kepala dan tertawa kecut.110 "Dulu aku kabur dan bersembunyi di sini karena aku tidak ingin menghadapi masalah ini, aku lari dari kenyataan, tidak disangka sampai sekarang tetap saja harus" "Tecu yang salah..." Wan Fei-yang dengan jujur dan takut-takut berkata. "Ini adalah kehendak Langit, kita tidak bisa menghindarinya, aku adalah murid Bu-tong, yang pasti aku akan memberikan apa yang terbaik untuk Bu-tong!" "Sekarang apa yang harus Tecu lakukan?" Dengan hormat Wan Fei-yang pun bertanya. Kembalinya Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Kau harus tahu duduk permasalahannya maka kau akan tahu bagaimana cara menghadapinya, apakah bisa diselesaikan atau tidak, tergantung jodohmu dengan Bu- tong-pai!" "Tecu mengerti!" Wan Fei-yang mulai tahu bahwa Bu- tong-pai telah melakukan kesalahan. Lama... Kouw-bok mulai bercerita lagi. "Asal Thian-can-sin-kang sebenarnya adalah ilmu lweekang dari Mo-kauw ditambah dengan ilmu dukun dari suku Biauw!" Wan Fei-yang terpaku, Kouw-bok seperti bicara sendiri. "Apa yang telah terjadi sepertinya guruku baru mengerti, aliran gaib ini masuk ke Tionggoan, ketika dunia persilatan Tionggoan sedang lesu, kacau, dan lemah, banyak pesilat- pesilat melarikan diri ke tempat terpencil. Salah satunya ada yang lari ke perbatasan suku Biauw, di sana orang itu menemukan rahasia ilmu gaib dan dia menggabungkan ilmu111 gaib itu dengan ilmu lweekang Mo-kauw, menjadikannya sebuah ilmu lweekang yang aneh, tapi waktu itu dia sudah terlalu tua dan umurnya sudah di ujung tanduk, terpaksa dia mengukir ilmu itu di sebuah dinding batu dengan bahasa India. Orang-orang suku Biauw melihat ilmu lweekang ini sangat tinggi mereka jadi menganggap dirinya dewa, tapi karena keterbatasan bakatnya, dia hanya menguasai ilmu ini saja. Saat dia mengukir ilmunya, dia sedang dalam kecewa berat, dia berharap kelak akan ada orang menemukan rahasia ini dan bisa mengembangkan ilmu ini" "Waktu itu orang-orang Biauw belum bisa menerima kebudayaan Tionggoan, apa lagi bahasa India! Maksudnya adalah.." Kata Wan Fei-yang. "Pengetahuan orang itu akan kebudayaan Tionggoan pun terbatas, ilmu lweekangnya begitu hebat, kalau dia tidak mengukir menggunakan bahasa yang paling dia kuasai, mana mungkin bisa mengungkapkannya? Maka setelah dia mati selama beberapa tahun, suku Biauw masih tidak tahu apa arti tulisan yang terukir di dinding. Sampai guru-ku..." "Apakah dia orang Biauw?" "Mana mungkin!" Kouw-bok tertawa. "kau harus tahu dalam memilih murid, Bu-tong-pai sangat ketat!" Tentu saja Wan Fei-yang pun tahu hal ini, kalau tidak ketat, dulu dia tidak perlu belajar secara bersembunyi di malam yang larut. Kouw-bok berkata lagi.112 "Kebetulan Suhu menolong seorang ketua dari suku Biauw, maka di suku Biauw, Suhu dianggap sebagai tamu terhormat, suatu kali tidak sengaja dia menemukan dinding batu itu, walaupun dia seorang tosu dan ketua Bu-tong-pai yang terhormat, tapi dia tetap seorang manusia. Dia juga seorang pesilat, hati seorang pesilat jika menemukan sebuah ilmu silat hebat, dia pasti tidak akan bisa menguasai diri lagi." "Apakah diam-diam Sucouw belajar ilmu itu?" Tanya Wan Fei-yang. "Awalnya dia diam-diam belajar ilmu silat ini, belakangan dia mengetahui bahwa orang-orang Biauw tidak tahu pentingnya huruf yang terukir di dinding, berarti tidak ada seorang pun yang mengenal bahasa India. Dia baru merasa tenang, tapi demi menghindari orang-orang Biauw menaruh curiga kepadanya, diam-diam dia menuliskan kembali apa yang ada di dinding itu kemudian mencari alasan meninggalkan perbatasan Biauw." "Tidak bertanya dulu langsung mengambil ilmu itu, apa bedanya dengan perampok? Seumur hidup Suhu bersifat jujur, setia, dan lurus, hanya karena masalah ini...." Dia tidak meneruskan kata-katanya tapi Wan Fei-yang mengerti pikiran Kouw-bok, dia bertanya. "Susiok-kong menganggap apa yang dilakukannya benar?" "Seharusnya dia memberitahu suku Biauw, paling sedikit kepada ketua sukunya tapi dipikir-pikir, lebih baik dia tidak113 memberitahukannya, kalau tidak, di antara orang-orang Biauw akan ada yang menguasai ilmu itu..." Tiba-tiba dia menarik nafas dan merundukkan kepalanya. "Sebenarnya ini pola berpikir yang sangat egois!" Wan Fei-yang melihat Kouw-bok. Akhirnya dia melihat walaupun sudah lama dan tinggal bersembunyi di tempat begini sepi dan terpencil tapi hati Kouw-bok masih belum bisa merasa tenang, tetap terlihat begitu bergejolak! Kouw-bok pelan-pelan berkata sendiri. "Suhu setiap hari hidupnya tidak tenang karena merasa telah mencuri barang milik orang lain. Suatu hari, karena mabuk dia membocorkan rahasia ini dan diketahui olehku, karena itu aku benar-benar merasa kecewa atas perilaku Suhu, aku juga menasihatinya dan membuang diriku sendiri ke mari selama beberapa puluh tahun!" "Ternyata seperti itu!" Wan Fei-yang kelepasan bicara. "Aku lahir dari keluarga miskin, aku sudah kenyang merasakan kehidupan dingin dan hangat, Suhu adalah dewa dalam hatiku, coba kau bayangkan setelah mendengar rahasia ini apakah aku tidak merasa kecewa dan kehilangan jati diri!" Wan Fei-yang mengangguk tanpa suara. Kouw-bok berkata lagi. "Kita kesampingkan mengenai permasalahan pencurian, terhadap ilmu lweekang itu, Suhu sudah mencurahkan banyak jerih payahnya, cara berlatih ilmu ini adalah dengan cara sesat dan gaib, setelah diubah oleh Suhu, ilmu ini114 hampir mendekati ilmu ortodok, paling sedikit aliran Mo- kauw dan gaibnya, jadi tidak terlihat ada cara gaib dan dukun di perbatasan Biauw, juga tidak ditemukan di dalamnya ada ilmu gaib." Wan Fei-yang mengangguk. "Sebenarnya sampai sekarang pun tidak ada yang tahu!" "Tapi tetap merupakan ilmu hasil curian!" Kata Kouw- bok. "Rahasia ini..." "Yang tahu hanya Suhu dan aku, hari kedua setelah Suhu mabuk, dia segera tersadar, aku menuntut penjelasan kepadanya, Suhu baru tahu saat dia mabuk rahasianya telah bocor, tapi dengan begitu dia malah mendapatkan orang yang bisa membuatnya melampiaskan kerisauan hatinya. Paling sedikit dia mempunyai 10 alasan untuk menjelaskan mengapa dia mencurinya. Singkat kata, dia tidak rela melepaskan ilmu lweekang ini, aku percaya Suhu pun tidak akan menggunakan ilmu ini secara sembarangan, dia juga akan berhati-hati dalam memilih orang untuk diwariskan ilmu lweekang ini, tapi aku selalu menganggap Suhu tetap harus memberikan penjelasan." "Bagaimana dengan murid-murid Bu-tong?" "Masih ada tetua Biauw yang tinggal di perbatasan Biauw, tentang teman dunia persilatan," Kouw-bok menggelengkan kepala. "sebenarnya aku sedikit keras kepala juga terlalu emosi, aku harus memikirkan akibat dari rahasia ini jika sampai bocor. Bukan hanya nama Suhu dan115 perguruan Bu-tong yang tercemar, juga akan mengakibatkan terjadinya musibah besar. Selama beberapa tahun ini aku berpikir sangat banyak, ilmu gaib dan ilmu Mo-kauw bukan ilmu lurus, tapi kalau bisa dibawa ke jalan lurus dan digunakan dengan benar, mengapa kita tidak melakukannya?" "Maksud Tecu juga seperti itu," Kata Wan Fei-yang. "Mungkin Mo-kauw tidak berniat baik, ilmu lweekang dari Mo-kauw dan ilmu gaib adalah ilmu miring, jika dicampur menjadi satu akan menjadi sangat jahat. Kalau diketahui oleh orang sesat dan mereka ikut berlatih, akibatnya sulit dibayangkan! Kouw-bok tertawa kecut. "Kadang-kadang aku berpikir seharusnya Suhu menghancurkan dinding batu berukir ilmu lweekang itu!" Wan Fei-yang mengangguk, tapi Kouw-bok tertawa kecut. "Tapi kalau Suhu bisa melakukan hal seperti itu, dia tidak akan belajar secara diam-diam ilmu lweekang itu, dan tidak akan merasa itu menjadi sesuatu yang menjadi pikiran di dalam hatinya!" Wan Fei-yang menyela. "Ilmu lweekang Mo-kauw itu dengan cara apa dipelajarinya?" "Katanya Suhu harus mengumpulkan 5 jenis serangga yang paling beracun, kemudian membiarkan mereka saling membunuh, yang tersisa dan hidup dan yang paling beracun116 disimpan untuk melatih ilmu itu, sebenarnya seperti apa aku tidak tahu jelas!" "Sepertinya ada yang berhasil berlatih ilmu ini di perbatasan Biauw!" "Kalau berhasil dia tidak akan bersembunyi, dia membunuh pesilat-pesilat tangguh dan menculik ketua Tong-bun, mungkin semua itu untuk melatih ilmu sesat ini!" "Dia sanggup membunuh pesilat-pesilat tang guh, berarti dia sudah menguasai ilmu silatnya lumayan tinggi..." Kata Wan Fei-yang. "Kalau dia masih belum merasa puas, berarti dia adalah orang yang sangat berambisi, kalau dia tidak muncul, mungkin kita bisa tenang kalau tidak, akan menjadi sebuah musibah besar! "Dibandingkan rahasia Thian-can-sin-kang, nama baik Bu-tong lebih penting!" Kata Wan Fei-yang. "ada kemungkinan dia mempunyai tujuan lain, mungkin untuk mengetahui rahasia Thian-can-sin-kang." "Ini satu-satunya yang bisa kita jelaskan!" "Mungkin dia tidak tahu bahwa Susiok-kong mengetahui rahasia ini!" "Seperti apa cara melatih Thian-can-sin-kang?" "Pada bagian akhir biasanya dituturkan dari mulut ketua dan tidak tercatat di dalam buku!" "Ini adalah cara yang baik!" "Tapi Sucouw diserang diam-diam oleh musuh sebelum beliau sempat menjelaskan, beliau sudah menghembuskan117 nafas terakhirnya, maka Thian-can-sin-kang bisa dikatakan sudah tidak ada pewarisnya lagi!" "Pantas Yan Cong-thian datang kemari dan meminta aku mengajarkan rumus Thian-can-sin-kang kepadanya! Seharusnya aku memberikan kesempatan kepadanya dan menjelaskan, tapi waktu itu, begitu mendengar kata-kata Thian-can-sin-kang aku jadi marah, tanpa basa-basi aku mengusirnya!" "Karena rumus terakhir sudah hilang, maka setelah Sucouw tidak ada yang menguasai Thian-can-sin-kang, Yan- supek menabrak kesana kemari akhirnya berjodoh dan memiliki kesempatan, dia berhasil menguasainya." "Mungkin ini kehendak Langit, dia tahu musibah akan datang, dan mengutuk Bu-tong-pai bertangung jawab untuk menolong!" "Kehendak Langit sulit diduga!" Kata Wan Fei-yang. "Betul, aku begitu kukuh bukan untuk hari ini saja," Kouw-bok menarik nafas panjang. "Kalau bukan karena bertemu secara tidak sengaja dengan Susiok-kong, Tecu tidak akan tahu banyak tentang hal ini dan sulit mengambil keputusan!" "Apakah kau akan berangkat ke perbatasan suku Biauw?" "Sebelum lawan muncul, inilah satu-satunya cara, bagaimana pendapat Susiok-kong..." "Hanya ada jalan ini! Bagaimana keadaan Bu-tong-pai sekarang ini?"118 "Butuh waktu panjang untuk memulihkan keadaan Bu- tong-pai!" "Pohon besar mengundang angin besar, punya nama besar di dunia persilatan menarik banyak perhatian sehingga menimbulkan keruwetan, ini bukan hal yang baik!" Kata Kouw-bok. "Salah satu alasannya adalah Thian-can-sin-kang!" "Inilah kenyataan sebenarnya, kalau bukan karena Thian- can-sin-kang, Bu-tong-pai dan Bu-ti-bun tidak akan bermusuhan. Siau-yau-kok dan Bu-tong-pai juga tidak akan terjadi permusuhan. Tapi mengapa Bu-tong-pai bisa menjadi perguruan pertama yang diserang oleh Mo-kauw?" Tanya Wan Fei-yang. "Itu benar-benar kehendak Langit!" "Tecu berharap masalah kali ini langsung ditujukan kepadaku dan tidak ada hubungannya dengan Bu-tong!" Kata Wan Fei-yang. "Yang mati dan yang menghilang adalah orang-orang dari perkumpulan lurus, kalau tidak, kau sulit untuk menjelaskannya, mungkin Bu-tong-pai akan menghadapi masalah lagi!" "Dari sini kita bisa menduga, musuh adalah orang dari Mo-kauw, tapi Tecu curiga dia sudah tahu rahasia Thian-can- sin-kang!" Kata Wan Fei-yang. "Kau curiga kalau dia akan memancingmu datang ke perbatasan suku Biauw?"119 "Mungkin hanya ingin membuat Tecu meninggalkan Bu- tong-san!" Jawab Wan Fei-yang. "Tapi kau harus pergi ke perbatasan Biauw! Apakah di Bu-tong-pai tidak ada yang bisa diandalkan?" "Masih ada satu orang lagi!" Wan Fei-yang segera berlutut di depan Kouw-bok. "Apakah tulang lapuk ini masih bisa digunakan?" Tanya Kouw-bok sambil tertawa. "Tecu tidak akan salah lihat, ilmu lweekang Susiok-kong sudah berada di puncaknya!" "Ilmu lweekang perguruan sendiri tidak sulit untuk dikuasai, kalau tidak menguasai dengan benar, hidup ini percuma saja!" Wan Fei-yang tahu kekerasan kepalanya, dia tetap tidak mengakui Thian-can-sin-kang adalah ilmu lweekang Bu-tong- pai, tapi dia pun tahu kalau ini bukan hal jelek, maka dia hanya berkata. "Murid-murid Bu-tong butuh petunjuk dari Susiok-kong!" Kouw-bok melihat rumah kecilnya. "Aku juga murid Bu-tong, juga pernah menerima kebaikan Bu-tong. Tadinya aku tidak tahu keadaan Bu-tong, sekarang aku sudah jelas, mana mungkin aku akan berpangku tangan hanya melihat saja?" Wan Fei-yang berlutut lagi, Kouw-bok segera memapahnya berdiri. "Aku paling tidak suka dengan aturan ini!"120 Wan Fei-yang bisa menangkap sinyal dari Kouw-bok. Dia berdiri, Kouw-bok melihat rumah batu kecilnya. Kemudian dia bersiul, seperti seekor burung terbang keluar dan turun di atas rumah kecil itu. Rumah kecil itu segera roboh. Kouw-bok lalu terbang kembali ke depan Wan Fei-yang. "Susiok-kong..." Wan Fei-yang merasa aneh. "Apakah kau menyangka kalau aku akan kembali lagi ke mari?" Wan Fei-yang ingin mengatakan sesuatu tapi Kouw-bok sudah menggelengkan kepala. "Begitu masuk dunia persilatan, kita sudah tidak bisa menguasai diri kita lagi!" "Tecu..." Wan Fci-yang terkejut. Kata-kata berikutnya belum terucap, Kouw-bok sudah memotong. "Manusia harus menghadapi kenyataan, aku sudah terlalu lama lari dari kenyataan, apa lagi sekarang aku sudah tua, tidak ada hal yang membuatku merasa menyesal!" Dia mengambil ikan panggang lalu mengigit-nya dan dia pun tertawa. "Di dunia ini tidak ada ikan bakar seenak disini!" Wan Fei-yang mengambil ikan bakar lainnya. "Hanya mencium aromanya saja tecu sudah tahu!" "Tidak penting juga," Kouw-bok berkata sendiri. Katanya kalau orang tua perasaannya makin bertambah, barang yang membuatnya rindu juga makin banyak!121 Sepanjang jalan Kouw-bok terus menghela nafas, dia turun ke dasar jurang sudah puluhan tahun, maka menghadapi permasalahan pun pasti sudah tidak sama. Setelah terjadi kebakaran besar-besaran Sam-goan-kong sekarang sudah dibangun kembali, yang pasti tidak bisa kembali ke wajah semula. Murid-murid Bu-tong-pai yang ditemuinya semua terasa asing. Sorot mata murid-murid Bu-tong-pai saat melihat Kouw- bok terlihat asing dan heran, hanya sorot Pek-ciok Tojin yang berbeda. Pek-ciok Tojin terkejut sekaligus senang, dia benar-benar tidak menyangka Kouw-bok masih hidup dan terlihat sehat, juga bisa datang karena diundang Wan Fei-yang. "Menjadi ketua perguruan harus mempunyai ilmu silat yang bagus!" Ini kata-kata Kouw-bok kepada Pek-ciok Tojin. Dia sudah melihat ilmu silat Pek-ciok Tojin tidak begitu bagus. Murid-murid Bu-tong yang lain malah lebih bagus dari Pek-ciok Tojin, tapi tidak berbeda jauh, hanya Wan Fei-yang yang bisa dikatakan bagus. Dia mulai mengerti ucapan Wan Fei-yang dan merasa lega, tidak salah mengambil keputusan ikut dengan Wan Fei- yang. Kembalinya Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Hal pertama yang dia lakukan adalah mengatur kembali latihan-latihan murid-murid Bu-tong, setelah puluhan tahun memperdalam ilmu silat Bu-tong, murid Bu-tong mana yang bisa dibandingkan dengannya.122 Maka dengan tenang Wan Fei-yang pergi ke perbatasan Biauw. Masuk gunung masuk kepegunungan. keluar hutan, masuk kota Setelah hari ke-3, sekarang Wan Fei-yang berada di sebuah jembatan yang terbuat dari tali besi yang menghubungkan 2 jurang. Jurang terjal seperti ditepis, di dasar jurang ada air yang mengalir dengan deras, begitu menginjak jembatan tali itu terasa getarannya. Wan Fei-yang mempunyai perasaan lain, setiap kali berada dalam bahaya perasaan seperti ini akan muncul. Kali ini perasaan yang memperingatkannya datang terlambat, sesudah berada di dalam tengah-tengah jembatan tali besi itu. Di depan dan belakangnya, jarak dengan jurang terjal satunya lagi adalah 14 tombak lagi. Dia berhenti melangkah, melihat ke depan dan belakang, seseorang sudah muncul, mereka seperti murid-murid Tong- bun. Muncul pula Tong Ling berbaju merah dan ditambah dengan jubah merah seperti api. "Wan Fei-yang, kau kira diam-diam bisa meninggalkan tempat ini dan akan menyelesaikan masalah?" Nada bicara Tong Ling keras seperti api. Wan Fei-yang menggelengkan kepala.123 "Nona Tong, aku meninggalkan tempat ini untuk mencari kebenaran mengenai masalah ini!" "Kalau kau mau menghadapi masalah ini dan mengaku telah membunuh serta mau melepaskan Kongkongku, semua kuanggap beres!" "Kukira Tong-bun akan memberi kesempatan kepadaku?" "Memberi kesempatan padamu untuk kabur, apakah kau kira kami bodoh seperti perkumpulan-perkumpulan yang katanya perkumpulan lurus?" Wan Fei-yang tertawa, Tong Ling menatapnya, dan terlihat marah. "Apa yang kau tertawakan?" "Aku sudah pernah bertemu dengan orang yang lebih keras kepala dari Nona, tidak disangka aku tetap saja merasa aneh!" "Dalam keadaan seperti ini kau masih bisa tertawa, aku benar-benar kagum padamu!" "Dengan cara apa Nona akan menghadapi-ku?" Wan Fei- yang balik bertanya. "Kami akan memotong tali jembatan ini kemudian akan memanahmu, membiarkan kau di tengah udara dan tidak bisa menghindar, dengan cara apa kau akan mengatasi serangan kami?" "Dengan jarak sejauh ini jika dipanah pun panahnya tidak akan bertenaga, apa lagi jembatan ini akan jatuh, apa gunanya dipanah?"124 "Jika kau jatuh ke jurang di dasar jurang terdapat air yang mengalir deras. Tapi jika tali besi dan jembatan ini jatuh, jembatan tidak akan tenggelam, berarti aku sudah tepat memilih tempat!" Wan Fei-yang tertawa. "Jika tempat ini cocok bagi kalian supaya bisa membunuhku pun apa gunanya?" "Aku tidak percaya orang seperti dirimu menganggap kematian hanya masalah kecil, jadi menjelang mati lebih baik kau bicara jujur!" "Sepertinya apa yang kau katakan tidak akan ada gunanya, terserah apa yang ingin Nona lakukan!" Tong Ling tidak banyak bicara lagi, tangannya melambai, murid-murid Tong-bun sudah mendekat. Wan Fei-yang berputar tapi tidak bergeser, sebab dia melihat di atas jembatan ini kemana pun bergeser tidak ada bedanya, lebih baik melihat dulu situasi yang berlangsung baru mengambil keputusan! Dia juga bersiap jika ada murid Tong-bun yang akan memotong jembatan hingga putus. Tong Ling sekali lagi melayangkan tangan, Wan Fei-yang melihat dengan jelas, dia segera mengumpulkan tenaga dalamnya dan bersamaan waktu panah melesat dari ke dua sisi jembatan. Dengan kekuatan penuh panah tiba di depan Wan Fei-yang, dan masih mengandung tenaga besar, jika dia tidak bergerak mungkin dia akan menjadi seekor landak.125 Wan Fei-yang bergerak seperti kelinci, lalu berputar ke bawah jembatan, mengambil semua papan dan meloncat lagi ke tengah udara. Panah terus berdatangan tapi sama sekali tidak menjadi ancaman bagi Wan Fei-yang. Tong Ling tidak menyangka sama sekali Wan Fei-yang bisa menggunakan cara seperti itu mengatasi serangan panah. Waktu itu Tong Ling tidak tahu harus berbuat apa, tapi panah sudah dipersiapkan lagi, panah serangan pertama sudah dilepaskan, panah kedua langsung bersiap. Melihat Wan Fei-yang tidak ada di atas jembatan, tidak perlu diperintah lagi, mereka bersiap-siap menyerang. Wan Fei-yang tidak kembali ke atas, dia membawa papan-papan jembatan itu dengan kedua tangannya, berjalan ke arah Tong Ling. Semua murid Tong-bun melihatnya dan mereka menjadi panik. Murid-murid Tong- bun yang ada di sebelah Tong Ling terus melihat Tong Ling. Tong Ling segera mengambil keputusan, sekali lagi tangannya diayunkan, lalu dia berlari seperti burung walet ke atas jembatan. Murid-murid Tong-bun segera mengikutinya dari belakang, mereka tetap membawa panah, saat tiba di tengah jembatan, mereka segera mencengkeram tali besi jembatan untuk melihat ke bawah. Gerakan Wan Fei-yang memang cepat, tapi belum separuh jalan dia sudah dicegat, panah seperti, hujan126 dilepaskan ke arahnya, dia menggantung di bawah jembatan, keadaannya tambah berbahaya. Tapi reaksinya sangat cepat, dia seperti kincir angin naik kembali ke atas jembatan, karena kembali ke atas membuat tali jembatan terus bergoyang-goyang. Sebelah tangan murid-murid Tong-bun memegang tali besi dan sebelah lagi membawa anak panah, goyangan tali besi tidak mengganggu gerakan mereka. Tong Ling tidak sama dengan mereka, dia seperti bisa memperhitungkan semuanya, Saat Wan Fei-yang akan kembali ke atas jembatan, ke dua tangannya sudah menggenggam banyak senjata rahasia dan siap dilemparkan. Saat Wan Fei-yang kembali dari bawah jembatan, senjata rahasianya segera dilemparkan, tubuhnya mengikuti arah lemparan terus bergerak seperti seekor kupu-kupu yang sedang menari. Wan Fei-yang dari awal sudah melakukan persiapan, ke dua tangannya terus mencakar sebenarnya tepat menyambut semua senjata rahasia yang menyerangnya. Yang tidak bisa disambut, dikelitnya. Setelah senjata rahasia Tong Ling habis baru dia turun, dia sudah memperhitungkan akan mendarat di atas papan jembatan, tapi karena jembatan terus bergoyang-goyang perhitungannya meleset. Setelah kakinya menginjak tali besi, tubuhnya tidak seimbang dan langsung terjatuh.127 Di bawah jembatan adalah jurang yang sangat dalam, jika jatuh akan masuk ke dalam arus air sungai yang deras. Sebenarnya Tong Ling tidak salah memilih tempat, tapi tidak menyangka yang jatuh bukan Wan Fei-yang melainkan dirinya. Tali besi masih terus bergoyang-goyang, kakinya menginjak tempat kosong. Tangannya ingin mencengkeram sesuatu tapi tidak kena, sudut matanya terus melihat kalau di bawah adalah air sungai yang sangat deras, dia segera berteriak, waktu itu dia merasa tangannya dicengkeram seseorang. Pikirannya kosong, begitu merasa ada yang mencengkeram, otomatis dia balas mencengkeram tangan itu. Dia baru melihat ternyata yang mencengkeram adalah Wan Fei-yang. Wan Fei-yang hanya menggunakan sebelah kaki mengait ke tali besi itu, tapi dia bisa pada waktu yang tepat mencengkeram tangan Tong Ling, dia menghembuskan nafas lega. "Kau..." Hanya kata itu yang keluar dan dia sudah diangkat ke atas jembatan. Murid-murid Tong-bun melihat semua itu dan terpaku. Tong Ling pun terpaku dan bertanya. "Mengapa kau melakukan semua ini?" "Nona bisa jatuh ke dasar jurang karena aku, mana bisa aku akan berpangku tangan melihat semua ini!"128 "Kita adalah lawan!" "Kita hanya salah paham saja, kalau di antara dua pihak terjadi luka atau mati hanya akan menambah kesalahpahaman!" "Kau mengira kalau kau melakukan semua ini maka kami akan percaya kepadamu begitu saja?" "Aku tidak pernah berharap orang akan percaya kepadaku, aku hanya percaya kalau kesalah pahaman ini suatu hari akan terjawab dengan jelas!" Mungkin ini pertama kali Tong Ling mendengar dengan hatinya, akhirnya dia bisa menangkap nada bicara Wan Fei- yang, dan tidak ada pilihan lain. Di benak Tong Ling, Wan Fei-yang adalah orang terkenal, walaupun tidak tinggi hati atau sulit dijangkau, tapi pasti memiliki pembawaan orang terkenal tapi begitu bertemu dengan Wan Fei-yang, kecuali ilmu silatnya yang tinggi, tidak ada bedanya dengan orang biasa. Kalau orang tidak mengenalnya sulit percaya dia adalah orang terkenal di dunia persilatan, bahkan nomor satu di dunia persilatan. Dia melihat Wan Fei-yang lagi, Tong Ling tidak merasa Wan Fei-yang sedang berbohong, dia bisa melihat kejujuran yang keluar dari lubuk hati-nya. Dulu dia selalu bertindak kelewatan, anehnya mengapa sekarang dia mempunyai pikiran seperti itu. Tapi sikapnya tetap keras dan kaku. "Kau bilang ini hanya salah paham, apa buktinya?"129 "Kalau ada bukti, masalah ini pasti sudah beres dan aku tidak perlu meninggalkan..." "Kau ingin bersembunyi di mana?" "Bukan bersembunyi melainkan mencari bukti!" "Bukti apa?" "Bukan aku yang membunuh mereka dan bukan dengan Thian-can-sin-kang!" "Apakah memang bukan dengan Thian-can-sin-kang?" Walaupun mata Tong Ling penuh dengan rasa curiga, tapi paling sedikit dia sudah terlihat lebih lemah dibandingkan saat di awal. "Itu memang benar tapi tidak ada bukti orang maupun barang, tetap saja sulit untuk membuat orang percaya!" "Kalau kau tidak memberitahu, ke mana kita harus mencari orang itu? Kalau sudah bertemu dengannya, bukankah semuanya bisa menjadi jelas dan bisa dimengerti!" "Kalau orang itu berniat muncul, dia tidak akan memindahkan malapetaka ini ke tangan orang lain, kalau bukan karena ilmu silatnya belum berhasil, pasti masih ada alasan lain yang harus dia pikirkan!" "Siapakah dia?" "Aku tidak tahu!" "Tapi kau tahu di mana bisa mencarinya bukan?" Tong Ling mulai menaruh curiga lagi. "Belum tentu aku bisa bertemu dengannya di sana, aku hanya ingin mengadu nasib, kalau aku bernasib baik130 semuanya akan cepat selesai, kalau tidak, dunia persilatan akan mengalami malapetaka besar!" Tong Ling mengangguk. "Dia mencari masalah dengan orang-orang perkumpulan lurus, berarti dia bukan orang baik-baik!" "Kami juga berpendapat seperti itu!" "Kau mau ke mana?" "Biar aku yang membereskan masalah ini!" "Mengapa seperti itu, kau bicara ragu-ragu dan tidak terus terang!" "Kalau orang itu bermaksud memindahkan malapetaka ke tanganku, dia pasti akan berpikir aku akan mencarinya ke sana, dan dia akan memasang perangkap!" "Untuk apa kau berkata seperti itu, kau kira aku takut?" Tong Ling membereskan rambutnya. "walaupun harus pergi ke liang naga atau gua harimau, aku tidak takut!" "Apakah kau benar-benar ingin pergi bersamaku? " Tanya Wan Fei-yang. "Keberadaan kakekku belum diketahui apakah dia masih hidup atau sudah mati, sekarang kau sudah tahu di mana tempatnya, mana mungkin aku tidak ikut?" "Kalau kakekmu benar berada di sana, aku pasti akan berusaha menolong beliau!" "Kalau kau tidak bisa menolongnya, bagaimana?" Baru saja kata-katanya keluar, tiba-tiba saja Tong Ling teringat sesuatu, dia menggelengkan kepala. "kalau kau saja tidak131 sanggup, apa lagi aku, tapi jika aku di sisimu, mungkin aku bisa sedikit membantumu!" "Memang senjata rahasiamu sangat hebat..." "Mungkin tidak ada gunanya bagimu, paling sedikit aku bisa menjaga diriku sendiri dan tidak akan membuatmu..." "Aku tidak bermaksud seperti itu, hanya saja..." Dia menarik nafas lagi. "Hanya saja apa?" Tanya Tong Ling. "Hal ini berhubungan erat dengan Bu-tong-pai sebisa- bisanya dibereskan oleh murid Bu-tong sendiri!" "Apakah kau bisa menjelaskannya?" "Ini menyangkut nama baik Bu-tong! Aku hanya bisa mengatakan itu saja." Wan Fei-yang pelan-pelan membalikkan tubuh dan mulai melangkah, mata Tong Ling berkedip, dia segera berteriak. "Apakah kau tidak bisa melihat aku orang seperti apa?" "Aku tahu Nona pasti bisa menjaga rahasia ini demi diriku..." "Kalau begitu, apa yang masih kau khawatirkan?" "Hal ini dimulai dari Bu-tong-pai maka harus murid Bu- tong yang bertanggung jawab, jangan melibatkan orang lain dalam perkara ini!" "Kalau terjadi hal yang tidak diinginkan..." Dia berhenti bicara dengan nada penuh penyesalan dia berkata. "aku tidak sengaja..." Wan Fei-yang tertawa.132 "Jika waktu yang ditentukan telah tiba dan aku tidak pulang, ketua kami akan mengemukakan masalah ini ke khalayak ramai agar kalangan persilatan bisa waspada. Waktu itu aku percaya orang itu akan muncul ke permukaan!" "Sebenarnya kau tidak percaya diri kalau kau bisa menang bukan!" "Kalau tidak untuk apa dengan menempuh bahaya ke sana?" "Lalu aku bagaimana!" "Itu bukan masalah percaya tidak percaya!" Langkah Wan Fei-yang tidak berhenti.133 BAB 4 Tong Ling mengikuti Wan Fei-yang murid-murid Tong- bun menghindar ke kiri dan ke kanan. Wan Fei-yang menolong Tong Ling saja sudah cukup membuat mereka terkejut, perubahan sikap Tong Ling dianggap wajar-wajar saja. Karena kesabaran Wn Fei-yang lah membuat sikap mereka kepada Wan Fei-yang tidak ada perasaan benci. Sebagian malah curiga kalau masalah ini tidak ada hubungan dengannya. Kembalinya Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tong Ling curiga masalah sudah membesar dan dia tidak punya alasan yang tepat dan dia tidak bisa menurunkan gengsinya. "Aku tidak mau tahu masalah apa pun, ke mana kau pergi aku pasti akan ikut!" "Apakah kau masih menaruh curiga kepadaku?" Tong Ling menggelengkan kepala. "Kongkongku sudah hilang selama beberapa hari, sulit mendapatkan petunjuk, mana mungkin aku berhenti mencarinya?" Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL Sejengkal Tanah Percik Darah Karya Kho Ping Hoo Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo