Kembalinya Ilmu Ulat Sutera 5
Kembalinya Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying Bagian 5
Kembalinya Ilmu Ulat Sutera Karya dari Huang Ying Bersamaan waktu kabut berwarna- warni menggulung datang ke arahnya, asap berkilau mengandung racun sangat kental. Suara Sat Kao melantunkan mantera seperti ujung jarum terus menusuk telinga Wan Fei-yang. Wan Fei-yang segera mengatur nafas, kedua telapak tangannya menepis. Dalam lantunan mantera yang keras tampak kabut datang kembali, Sat Kao keluar dari dalam kabut, kedua tangannya terlihat bersinar terang ternyata dia sudah mengeluarkan senjatanya, lalu tangannya direntangkan lebar-lebar dan diayunkan kepada Wan Fei-yang. Pisau beroda terus melesat, tempat di mana senjata itu lewat tampak batu stalaktit terpotong seperti tahu, terlihat bagaimana tajamnya pisau beroda itu. Wan Fei-yang terus berkelebat ke sana-ke mari menghindari pisau beroda dan berusaha mendekati kolam, kemudian dia menepuk Beng To. Tiba-tiba terdengar suara perempuan. "Jangan lukai Kokoku..." Telapak tangan Wan Fei-yang berhenti di tengah-tengah udara. Dia bersalto turun di bawah Tong Pek-coan lalu telapak tangannya terayun, benang-benang sutra dari sarang laba-laba segera terputus. Sat Kao mengambil kesempatan ini untuk menepis. Pei- pei berteriak. "Suhu, semua hanya salah paham, jangan bertarung lagi!"179 "Salah paham apa?" Sat Kao terpaku. "Dia hanya mendengar ada teriakan memilukan, maka dia masuk untuk melihatnya!" "Apakah kau yang membawanya masuk?" Pei-pei mengangguk, wajahnya memerah. "Dia... dia.." Kata-kata berikutnya tidak di teruskan. Sat Kao segera mengerti apa yang terjadi, kedua alisnya berkerut, tangan yang sedang meme-gang pisau beroda tampak berdiri tidak bergerak. Wan Fei-yang mengangkat Tong Pek-coan berjalan melewati kolam dan turun di sisi Pei-pei. Sat Kao hanya melihat, dari sudut mulutnya terlihat tawa sinis, dia sudah melihat ilmu lweekang Tong Pek-coan tersedot hingga kering, dia sudah menjadi orang tidak berguna. Tampaknya Pei-pei baru pertama kali tahu hal ini, dia melihat Tong Pek-coan, dengan aneh bertanya. "Lo-pek ini ada keperluan apa di sini?" "Orang ini adalah musuh kita, mereka datang dan membuat repot, maka dia kami tangkap!" Tampaknya Pei-pei tidak curiga dengan ucapan Sat Kao, dia bertanya. "Suhu memberi guna-guna apa hingga membuatnya menjadi seperti ini?" "Ini bukan guna-guna!" "Lalu apa?"180 "Anak perempuan jangan banyak bertanya, bukankah aku sudah berpesan tidak boleh ada yang kemari?" "Tapi..." "Cepat keluar!" Sat Kao membentak. Pei-pei melihat Wan Fei-yang, dia ingin mengatakan sesuatu tapi Beng To yang berada dalam kepompong sudah membuka suara. "Biarkan mereka berada di sini!" Alis Sat Kao yang berkerut segera terlihat rata, alis Wan Fei-yang malah yang pelan-pelan berkerut. Kata-katanya baru selesai serat benang laba-laba yang ada di tubuh Beng To mengelupas, Laba-laba yang di atas tubuhnya satu per satu terjatuh. Tadinya berwarna hitam sekarang menjadi warna gelap tidak terlihat bercahaya. Begitu serat sutra laba-laba itu terkelupas, wajah Beng To sekarang terlihat jelas, kulit yang tadinya berwarna abu keputihan sekarang berubah menjadi putih keperakan dan tampak licin seperti sutra. Pei-pei melihatnya dia berteriak terkejut. "Koko, bagaimana keadaanmu?" "Baik...." Jawab Beng To. "Apakah benar kau baik-baik saja?" Tanya Sat Kao. "Aku baik-baik!" "Kau sungguh tidak menyia-nyiakan usaha gurumu!" Sat Kao tertawa aneh. "Kalian sedang membicarakan apa?" Tanya Pei-pei.181 "Koko berlatih dari dulu sekarang baru bisa berhasil, di dunia yang begitu luas ini tidak ada seorang pun yang bisa melawanku." Kata Beng To. "Selamat, Koko!" Beng To tertawa. "Aku harus berterima kasih kepadamu, Dik! Kalau bukan karena kau yang mencegah pukulan Wan Fei-yang, mungkin aku akan gagal total." Pei-pei melihat Wan Fei-yang. "Dia tidak akan melukaimu, di antara kalian terjadi kesalahpahaman!" "Tidak..." Beng To tertawa kepada Wan Fei-yang "Apakah benar, Lo-te?" "Banyak pesilat-pesilat tangguh di Tionggoan yang mati, apakah kau yang telah membunuh mereka?" "Sekarang sudah seperti itu, aku tidak perlu membohongimu lagi!" Sat Kao menyela. "Dia bisa mencarimu sampai kemari, banyak hal yang sudah dia tahu dengan jelas!" "Tentang apa?" Tanya Pei-pei lagi. Sat Kao menatap Beng To, Beng To tertawa. "Biar saja dia tahu, itu akan lebih baik dari pada mencari- cari alasan untuk menjelaskannya!" "Masuk akal!" Jawab Sat Kao. Beng To berkata kepada Pei-pei.182 "Tenaga dalam yang kulatih jika hanya mengandalkan usaha sendiri membutuhkan waktu 20-30 tahun, tapi kalau melalui jalan pintas dengan ilmu Ih-hoa-ciap-bok aku bisa menyedot tenaga dalam orang lain, lalu memakainya seperti tenaga dalam sendiri, bukan hanya bisa mempersingkat waktu, kekuatan-nya pun bisa lebih dahsyat!" Sat Kao menyela. "Inilah perbedaan orang tua dan anak muda, anak muda terlihat penuh semangat, mudah dikembangkan, maka walau pun Suhu mendapatkan jalan menuju ke sana, tapi Suhu tidak memaksamu harus berlatih." "Apa yang disebut dengan meminjam tenaga dalam orang lain?" Tanya Pei-pei. "Dengan guna-guna langsung atau tidak langsung dan memancing tenaga dalam lawan keluar, kemudian tenaga itu disedot dan diubah menjadi tenaga dalam sendiri!" Jelas Beng To. "Setelah dipakai apakah kemudian dikembali kan kepada lawan?" "Setelah habis dipakai mana mungkin masih ada sisa tenaga untuk dikembalikan? Apa lagi setelah tenaga dalam orang itu disedot hingga habis paling sedikit keadaan lawan sudah seperti orang cacat, walaupun kau mengembalikan tenaga dalam-nya kembali kepadanya, dia tidak akan bisa menerimanya kembali!" "Apakah berubah seperti orang tua ini?" Tanya Pei-pei sambil melihat ke arah Tong Pek-coan.183 "Sebenarnya dia bisa saja merasa nyaman tapi dia menolak mengeluarkan ilmu lweekangnya, aku tidak bisa berbuat apa-apa, terpaksa menyuruh Suhu menggunakan guna-guna memancing tenaga dalamnya keluar." "Kalau dia menolak kita bisa mencari orang lain!" Kata Pei-pei. "Orang yang kubutuhkan bukan orang biasa, dia harus seorang pesilat tangguh yang mempunyai ilmu lweekang tinggi. Pesilat tangguh seperti dia, mencari satu pun harus dengan susah payah!" "Kalau dia menolak..." "Terpaksa dipaksa!" Kata Beng To sambil tertawa. "sebenarnya siapa yang rela menyerahkan tenaga dalamnya yang sudah susah payah di latih selama puluhan tahun kepada orang lain!" Pei-pei terus menatap Beng To dengan pandangan aneh, walaupun dia mempunyai ilmu tinggi tapi pengalamannya kurang juga karena dia adalah seorang putri, tidak pernah meninggalkan perbatasan Biauw, mengenai masalah baik dan jahat, dia tidak terlalu dalam mengetahuinya. Di depan mata tampak yang satu gurunya sedang yang satu lagi adalah kakaknya. Sepanjang hidupnya dia tidak merasa kalau mereka berbuat kesalahan, sekarang setelah mendengar semua penjelasan guru dan kakaknya, dia merasa semua itu masuk akal, hal inilah yang membuatnya merasa aneh!184 Wan Fei-yang melihatnya, diam-diam menarik nafas, akhirnya dia tidak tahan dan berkata. "Itu sifat seorang perampok!" "Bisa dikatakan seperti itu!" Kata Beng To. "Tapi kalau kau berdiri di pihak seorang pesilat, dia harus melakukan hal seperti ini, untuk membaktikan kalau ilmu silat jenis ini benar-benar ada, dia harus melebarkan ilmunya." "Apakah tetua tidak merasa semua ini terlalu egois?" Wan Fei-yang melihat Sat Kao dengan serius. "Kalau aku egois, aku tidak akan menerima murid kemudian mengajarkan ilmu ini kepadanya!" Jawab Sat Kao. Wan Fei-yang tidak bisa berkata lagi dia hanya tertawa kecut. "Pengalamanmu di dunia persilatan sangat sedikit karena itu kau tidak bisa menerimanya, tapi aturan itu berada di hati setiap orang..." Kata Wan Fei-yang. Sat Kao menggelengkan kepala. "Mempunyai hak adalah aturan umum, seperti Bu-tong- pai yang telah mengambil Thian-can-sin-kang dan menjadikan ilmu itu menjadi miliknya." "Ini mungkin kesalahan perguruan kami, tapi kami sudah menggubah rumus Thian-can-sin-kang sehingga tidak perlu mengorbankan orang lain lagi.,." "Maksudmu, kalau kami pergi ke Bu-tong-pai, mereka akan memberi tahu cara berlatih Thian-can-sin-kang?185 Apakah betul Bu-tong-pai bisa mempunyai jiwa yang begitu besar?" Tanya Sat Kao. "Asal tujuan kalian benar, aku percaya..." Sat Kao tertawa dan memotong. "Apakah tujuannya benar atau tidak, itu hanya kata-kata dari satu pihak, kau hanya bisa percaya saja!" Wan Fei-yang terdiam lagi, dia teringat dulu di Bu-tong- pai dia pernah menjadi seorang kuli dan dihina! Sat Kao menatapnya dan berkata. "Ilmu silat tidak bisa diduakan, di Bu-tong-pai orang yang seperti kau sepertinya tidak ada!" "Memang tidak banyak, tapi tetap ada!" Kata Wan Fei- yang. Kouw-bok dan Pek-ciok Tojin adalah orang seperti itu, tapi murid Bu-tong yang lain apakah ada yang seperti mereka? Sat Kao tertawa lagi, lalu mengganti topik pembicaraan. "Orang yang mati di tangan Beng To seperti mati karena Thian-can-sin-kang. Maka perkumpulan dan teman dari orang-orang yang mati itu mencari Bu-tong-pai, dan mereka memaksamu harus mencari tahu bukan?" "Benar..." Jawab Wan Fei-yang, dia berkata kepada Beng To. "sebenarnya Tuan tidak perlu sampai membunuh!" "Awalnya aku tidak bisa menguasai diri dan tidak mempunyai cara lain, kalau kau mengira aku sengaja memindahkan malapetaka ini ke bahumu, kau salah!"186 "Thian-can-sin-kang dari Bu-tong-pai belum lama muncul, setelah Beng To dicurigai sebagai Wan Fei-yang, kami baru menaruh perhatian." "Kami sudah terpikir kalau kau akan datang kemari, hanya saja tidak menyangka, kau akan datang begitu cepat, ini di luar dugaan kami!" "Aku sudah datang maka aku harap hal ini bisa dibereskan!" "Dengan cara apa kau bisa membereskan semua ini?" Tanya Beng To. "Mengaku kalau semua ini adalah hasil perbuatanmu kepada khalayak dunia persilatan, kau harus jujur!" "Aku memang berniat seperti itu!" Kata Beng To. "Kapan?" "Sekarang..." Jawab Beng To. Wan Fei-yang terpaku. Pei-pei merasa terkejut juga senang melihat Beng To. "Kami sudah menyalahkanmu!" "Aku tinggal di sini pun tidak ada artinya lagi!" Kata Beng To. Kembalinya Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Apakah karena kau sudah menguasai ilmu seperti Thian- can-sin-kang itu?" Tanya Wan Fei-yang secara tiba-tiba. "Kau datang pada saat yang tidak tepat, kalau tidak, kau pasti bisa mencegatku!" "Kau kira Thian-can-sin-kang yang kau miliki ini tidak terkalahkan oleh siapa pun dan tidak perlu mengkhawatirkan sesuatu?"187 "Itu sudah terbukti!" Jawab Beng To begitu yakin. "Walau bagaimana aku tidak perlu menjelaskan lebih detail lagi. Teman-teman dunia persilatan pasti akan tahu bahwa pembunuhnya bukan aku!" "Aku tidak ingin memalsukan identitasmu, orang curiga kepadamu tidak ada hubungannya denganku!" Kata Beng To. "Sebelum berhasil kau tidak ingin orang lain tahu identitasmu yang sebenarnya supaya tidak muncul kesulitan di kemudian hari!" "Aku memang tidak takut direpotkan, tapi aku tetap tidak mau semua itu mengganggu laju karirku!" "Takutnya setelah diumumkan kau akan menemui banyak rintangan, apakah kau sudah siap menghadapinya?" "Harus melihat bagaimana reaksi mereka, kalau tahu mereka bukan lawanku, tapi tetap tidak mau tunduk terpaksa aku membuka puasa untuk tidak membunuh!" "Lalu apa tujuanmu?" "Dulu apa cita-cita Tokko Bu-ti dari Bu-ti-bun?" "Tidak terkalahkan dan menjadi pemimpin dunia persilatan." "Apakah itu juga cita-citamu?" Tanya Wan Fei-yang lagi sambil menarik nafas. "Tidak ada hal yang lebih berarti dari pada tujuan itu, orang Han selalu menganggap remeh suku Biauw dan mengira suku Biauw adalah suku terbelakang..." "Mungkin hanya sebagian suku Han saja..."188 "Kau bukan orang suku Biauw jadi kau tidak merasakannya, aku lihat kau pertama kali datang kemari dan kau sama sekali tidak tahu bagaimana orang suku Han bergaul dengan orang suku Biauw, orang Han selalu menjebak gadis Biauw, menipu mereka." "Dan kau berhasil, sampai-sampai adikku..." Kata Beng To sambil tertawa "Koko..." Pei-pei berteriak. Pei-pei menghentakkan kaki tapi dia terlihat tersenyum, Beng To tertawa. "Adik, nasibmu sungguh baik, tidak salah mencari orang. Walaupun dia tidak segagah dan seperkasa seperti kakakmu ini tapi dia adalah pesilat nomor satu di dunia persilatan Tionggoan." "Tapi mengapa kau galak kepadanya!" Tanya Pei-pei pelan. Mata Beng To berputar. "Tenanglah, apakah aku yang menjadi kakakmu tidak bisa melihat bahwa kau benar-benar menyukai Wan Fei- yang?" "Pantas orang Han selalu mengatakan bahwa perempuan selalu mementingkan keluarga suami, belum menikah pun kau sudah..." "Koko..." "Marga Wan, apa pendapatmu?" "Kau bertanya kepadaku..."189 "Aku lihat kau bukan orang bodoh, kau seharusnya mengerti maksudku!" "Kita sudah menjadi satu keluarga, apakah harus saling membunuh?" Wan Fei-yang terpaku di sana, Beng To berkata lagi. "Aku berpikir, kau mempunyai Thian-can-sin-kang dan itu tidak mudah diperoleh, asal kau tidak membuatku repot, aku tidak akan membuatmu sulit!" Wan Fei-yang ingin mengatakan sesuatu tapi Beng To sudah berkata lagi. "Yang pasti lebih baik kita bekerja sama!" Sat Kao mendengar semua percakapan itu, dia segera menyela. "Kalau kalian bekerja sama tidak ada yang bisa mengalahkan kalian di dunia ini." "Wan-toako, setuju lah!" Bujuk Pei-pei. Wan Fei-yang tertawa dengan kecut, bertanya. "Kalau orang Tionggoan tidak bisa menerimanya, bagaimana caramu menghadapinya?" Beng To bersikap meremehkan. "Aku akan membunuh mereka satu per satu, sampai mereka semua tunduk kepadaku!" Wan Fei-yang menggelengkan kepala, Sat Kao berkata. "Aku tidak pernah melihat ada orang yang tidak takut mati!" "Kau salah, Sat Lo-cianpwee!" Wan Fei-yang menatap Tong Pek-coan.190 Wajah Sat Kao terlihat marah. Sewaktu dia akan mengatakan sesuatu, Beng To sudah menyela. "Marga Tong ini sudah tua, mungkin dia sudah bosan hidup..." Dia tidak meneruskan kata-katanya, dia seperti tidak punya cukup alasan dan sepertinya dia tiba-tiba teringat sesuatu. "Orang seperti ini di antara sepuluh ribu tidak ada satu!" Kata Sat Kao. "Tapi di depan mata sudah ada 2 orang Tionggoan dan kedua-duanya sudah..." Kata Wan Fei-yang. "Apakah kau juga bosan hidup?" Tanya Beng To memotong. "Ini bukan masalah bosan atau bukan." "Apakah kau berniat berseberangan denganku?" "Kalau kau menjadikan orang Tionggoan sebagai musuh, aku adalah salah satunya, aku tidak bisa berpangku tangan hanya melihat saja!" "Apakah kau mendengar ucapannya?" Beng To melihat Pei-pei. "Sepertinya dia juga salah!" "Aku yakin kau akan berpihak kepadaku dan menasihati dia," Kata Beng To tertawa dengan dingin. Pei-pei menggelengkan kepala, dia ingin mengatakan sesuatu. Beng To sudah mengayunkan telapaknya, tenaga besar menghantam Pei-pei. Pei-pei merasa nafasnya sesak nafas, dia pun mundur!191 Beng To melayangkan tangan ke arah Wan Fei-yang. "Ayo...." "Apakah kau sudah mengambil keputusan?" Wan Fei-yang tetap bertanya. "Ucapan seorang laki-laki yang sudah keluar tidak akan ditarik kembali, kau masih menunggu apa lagi?" Bentak Beng To. Sat Kao tiba-tiba tertawa. "Aku belum pernah melihat ada orang sebodoh ini, dia harus tahu, dia tidak akan bisa melawanmu!" "Aku tidak melarang adikku menyukai orang bodoh seperti ini!" "Dari mana kau tahu kalau dia bodoh?" Tanya Pei-pei. "Ilmu silat yang kita latih adalah sejenis, tapi dia masih seperti manusia biasa, coba lihat aku..." Dari tadi Pei-pei sudah memperhatikan kulit Beng To yang berbeda. Sekarang setelah dilihat dengan teliti, dia mulai merasakan hatinya menjadi dingin. Beng To mengatur nafas, otot di tubuhnya terus bergetar, dengan dingin dia berkata. "Mungkin inilah kehendak Langit, setelah orang Bu-tong- pai mencuri ilmu ini mungkin merasa bersalah sebab tidak seluruh ilmunya berhasil dicuri mereka!" "Ilmu lweekang Mo-kauw tidak mudah diberhentikan!" Kata Sat Kao. Wan Fei-yang menggelengkan kepala.192 "Ilmu lweekang Mo-kauw berbeda dengan ilmu lweekang perguruan lurus, ilmu itu terlalu kejam, Couw-su tidak ingin melukai orang yang tidak bersalah maka Thian- can-sin-kang diperbaikinya lagi. Berlatih Thian-can-sin-kang tidak perlu melukai orang karena cara berlatihnya tidak sama maka hasilnya pun berbeda" "Apakah itu benar?" Sat Kao setengah percaya. "Kalau begitu, mungkin perlu dicoba, kalau bertarung di dalam gua aku yang akan beruntung, karena aku sangat hafal dengan tempatnya, jika kau kalah pasti tidak akan menerimanya!" "Bagaimana kalau bertarung di luar gua? Atau kau mau memilih sendiri tempat dan waktunya?" Setiap perkataan Beng To terdengar selalu penuh keyakinan bisa menang. Sat Kao berseri-seri dia juga merasa bangga terhadap muridnya. Dari menemukan rahasia ilmu lweekang, sampai memilih Beng To menjadi murid yang belajar ilmu ini, telah membuat Sat Kao menghabiskan banyak jerih payah. Keberhasilan Beng To adalah panen terbesar baginya. Wan Fei-yang tampak berpikir sebentar baru menjawab. "Di luar gua." Kemudian dia meletakkan kedua tangannya di pundak Tong Pek-coan. Beng To tertawa dingin. "Tenanglah, aku tidak akan membunuh dia, sepertinya kau benar-benar orang yang menjaga keadilan, dirimu pun193 belum tentu bisa dilindungi, masih memperhatikan orang lain!" Wan Fei-yang mengangguk. "Kalau aku kalah, aku tidak akan bisa membawanya pergi! "Kau tidak kemari pun aku akan tetap akan mengantarkan dia kembali ke Tong-bun, tidak perlu mengkhawatirkan orang tua ini!" Sorot matanya terlihat khusus, walaupun Wan Fei-yang mengawasi, dia tidak tahu apa alasannya. Kedua tangan Beng To dibuka, seperti seekor kelelawar terbang keluar gua. Kepompong yang sudah mengering terjatuh dari tubuhnya, setelah terjatuh kepompong itu segera menciut. Sat Kao berseri-seri, dia terbang ikut di belakang Beng To. Lonceng bersinar emas terus berdentang, rambut yang panjang terus melayang. Dilihat dari arah mana pun dia tidak seperti seorang manusia, benar-benar seperti siluman. Wan Fei-yang belum bergerak. Pei-pei sudah menarik tangannya. "Apakah benar kau ingin bertarung dengan Kokoku?" "Tidak ada cara untuk membereskan masalah ini!" "Aku harus melakukan apa lagi? Berdiri di pihakmu atau di pihak Kokoku?" Wan Fei-yang hanya bisa tertawa dengan kecut, dia tidak bisa menjawab.194 Di dasar danau terdapat banyak batu besar yang bermunculan ke permukaan. Beng To menunggu di salah satu batu besar itu. Sat Kao duduk bersila di atas sebuah batu lain. Dia membawa sebuah genderang berbentuk aneh. Melihat Wan Fei-yang keluar dari gua, dia seperti tidak sengaja memukul dengan pelan genderang itu 3 kali. Suara genderang terdengar sangat berat, jantung terasa berdebar-debar. Sorot mata Wan Fei-yang menatap ke arah genderang itu. Sat Kao segera berkata. "Tenanglah, aku jamin pertarungan ini pasti dilakukan dengan adil!" "Karena kau yakin kalau muridmu yang akan menang?' "Walaupun Mo-kauw dipandang rendah dan keji, tapi dibanding Bu-tong-pai mencuri ilmu Mo-kauw kemudian menampilkannya dengan wajah baru dan menamakannya Thian-can-sin-kang, sekarang menghadapi ilmu Iweekang asli dari Mo-kauw, aku yakin kau pasti yang akan kalah!" "Kalau kau mau berlutut memohon ampun, mungkin aku akan melepaskanmu!" Kata Beng To sambil tertawa. "Koko..." Mata Beng To berputar. "Maksudku dengan melepaskan dia adalah pada bagian ilmu silat, biasanya orang Tionggoan selalu kasar dan tidak tahu aturan, kalau dia mempunyai ilmu tinggi dan ingin tinggal di perbatasan Biauw, itu bukan hal gampang, lebih195 baik dia menjadi orang biasa. Dan dia bisa menemanimu seumur hidup!" "Tapi dia tidak akan hidup senang atau bahagia!" "Sekarang kakak juga tidak merasa senang atau bahagia!" Kata Beng To sambil tertawa, dia melambaikan tangan kepada Wan Fei-yang. Wan Fei-yang melayang di atas air dan turun di atas batu tidak jauh dari Beng To. Kembalinya Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Melihat gaya melayang Wan Fei-yang tampak ilmu silatnya memang tidak rendah! Setelah turun Wan Fei-yang tidak bergerak tapi dilihat- lihat lagi seperti sedang bergerak. Mata Beng To tampak bercahaya, kemudian dia membentak, batu besar yang diinjaknya segera pecah berantakan seperti dibom! Beng To terjatuh, tapi dia melayangkan tangannya. Batu- batu yang hancur itu menyatu kembali dan terbang menerjang ke arah Wan Fei-yang. Semua terjadi begitu tiba-tiba dan mengguncangkan bumi. Pei-pei belum pernah melihat keadaan begitu mencengangkan dia terkejut dan berteriak. Sat Kao pun seperti terkejut, apa yang Beng To lakukan memang di luar dugaannya. Sikap Wan Fei-yang masih terlihat seperti biasa, kedua tangannya menyambut batu yang menyerangnya. Gerakannya sangat cepat, batu-batu hancur itu dicengkeram dan dikumpulkannya, walau pun tidak bisa kembali ke196 bentuk semula tapi sudah berkumpul menjadi sebongkah batu, dia melempar batu itu ke dalam air, batu itu hancur. Tawa Sat Kao berhenti. Wan Fei-yang seperti tidak pernah terjadi sesuatu, dia tetap melihat wajah Beng To. Setelah dia melempar batu itu dia pun mundur, sekarang dia duduk di atas sebuah batu besar melihat cara Wan Fei-Yang menangani serangannya. Permukaan air kembali tenang. Wajah Wan Fei-yang tetap tidak terjadi perubahan, dia bersiap menyambut serangan Beng To berikutnya. Tiba-tiba Beng To membentak, dia terbang meninggalkan batu tempat di mana dia duduk dan menerjang ke arah Wan Fei-yang. Batu besar itu seperti diikat oleh sesuatu, menempel di kedua kaki Beng To, Beng To berputar, batu besar itu pun ikut berputar. Beng To berputar semakin cepat di tengah udara, batu itu pun ikut berputar dengan cepat, kemudian batu itu terlepas dan terbang ke arah Wan Fei-yang. Melihat batu besar itu datang-menyerang, kedua tangan Wan Fei-yang seperti gelombang terus bergerak, dan mengeluarkan suara PIUHU! Batu besar terlepas dari putaran gasing. Beng To mengikuti arah putaran batu bersalto ke belakang, kedua telapaknya terus menghantam batu besar. Batu besar itu sudah mendekati kedua telapak tangan Wan Fei-yang.197 Batu datang dengan kuat dan cepat, ditambah kedua telapak tangan Beng To yang menghantam, yang pasti tenaga yang dihasilkan semakin besar. Ke dua tangan Wan Fei-yang bergantian menyambut, 36 jurus tangan kosongnya sudah dikeluarkan, setiap kali menepuk batu besar yang datang kakinya tenggelam sedalam 1 inchi. Sampai pukulan terakhir tubuhnya sudah menekuk. Setiap kali menepuk batu besar disingkirkannya ke samping, sedikit demi sedikit hingga yang terakhir, batu itu terbang keluar dan jatuh ke dalam air. Karena batu itu berputar-putar baru terjatuh maka tidak terjadi cipratan air. Sebelum masuk ke dalam air, air tampak berputar-putar, sampai batu-batu itu masuk, air masih terus berputar. Pusaran air semakin kencang juga mengeluar kan suara aneh. Sat Kao dan Pei-pei merasa hati mereka bergetar dan mata mereka tidak berkedip, kedua orang yang bertarung tidak seperti bertanding ilmu silat terlihat mirip dengan ilmu sulap iblis. Beng To masih berputar, akhirnya seperti gurdi menancap ke arah kepala Wan Fei-yang. Wan Fei-yang ikut berputar tapi dengan arah sebaliknya.Tubuh Beng To bersiap menancap tapi segera berubah menjadi seperti dinding tidak terlihat dan berhenti di tengah-tengah udara, dia bersiul keras. Di udara dia198 merubah gerakan sampai 7-8 kali, akhirnya dia pun turun. Sewaktu turun kedua telapak tangannya segera menepuk, putaran air seperti disayat-sayat menjadi ratusan lembar air dan air itu pun saling menabrak. Air bermuncratan ke atas membuat suatu pemandangan indah. Sebelah kaki Beng To menginjak air yang bermuncratan itu. Dia bisa naik pada ketinggian yang sama dengan Wan Fei-yang. Dia segera mendekat, menghantam Wan Fei-yang dengan telapaknya. Di tengah-tengah telapaknya terlihat bercahaya. Kedua telapak tangan Wan Fei-yang pun dibalik, di tengah telapaknya seperti ada cahaya berkedip, dia menyambut kedua telapak tangan Beng To yang datang menyerangnya. Tampaknya mereka sudah mulai mengerahkan Thian- can-sin-kang, saat kedua telapak tangan mereka bentrok, tidak ada suara yang keluar dan tanpa bersuara tangan mereka berpisah kembali. Tapi di celah antara kedua telapak tangan mereka terlihat ada serat benang dan benang itu terlihat saling menyambung, cahaya terus berkelebatan. Sewaktu kedua telapak tangan mereka berpisah, benang sutra dari jaring laba-laba seperti ditarik panjang, memang mirip tapi dari warnanya terdapat perbedaan. Thian-can-sin-kang dari telapak tangan Beng To berwarna perak keabu-abuan, sedang serat yang menyambung ke arah Wan Fei-Yang hampir transparan.199 Ke dua telapak tangan Beng To terlihat maju dan mundur. Gerakan Wan Fei-yang pun sama. Telapak tangan mereka menempel lagi. Beng To berteriak. "Thian-can-sin-kang yang bagus..." Tapi Wan Fei-yang tidak mengeluarkan suara sedikit pun, keadaan seperti ini jika dia tidak mengakui Thian-can-sin- kang berasal dari Bu-tong, melain kan dari ilmu lweekang Mo-kauw, sudah tidak akan bisa lagi. Di pinggir Sat Kao berdiri marah, berteriak. "Bunuh bocah dari Bu-tong-pai itu!" Suaranya baru selesai, Wan Fei-yang dan Beng To bersama-sama membentak, bersama-sama meninggalkan batu besar itu dan mendarat di atas batu lainnya yang berjarak 3 tombak dari tempat tadi. Baru saja Mereka mendarat, batu besar itu sudah meledak, mereka naik lagi dan berputar di udara seperti kincir angin. Setelah berputar Sat Kao memang bisa menghitung berapa kali mereka berputar. Wajahnyapun ikut berputar dia adalah seorang pesilat tangguh, yang pasti dia bisa melihat sebagaimana jauh jarak ilmu silat ke dua orang itu. Ternyata Beng To bukan tandingan Wan Fei-yang! Sat Kao merasa yakin, sorot matanya terus berkelebat, seperti sedang mencari-cari jalan lain. Wan Fei-yang dan Beng To berputar, akhirnya mereka bersama-sama terjatuh ke dalam air, dan telapak tangan200 mereka bisa berpisah, mereka bersama-sama menepuk ke dalam air. Tubuh mereka sudah separuh tenggelam. Tepukan itu membuat tubuh mereka naik lagi dan mereka meloncat ke atas sebuah batu. Suara genderang mulai terdengar saat itu. Wan Fei-yang melihat Sat Kao memukul terus genderang yang diletakan di pangkuannya, sikapnya pun mulai terlihat aneh. Wan Fei-yang tidak tahu apa kegunaan genderang itu, tapi dia segera menghubungkannya dengan guna-guna. Suara genderang itu membuat hatinya jadi tidak tenang. Sebaliknya Beng To malah terlihat semakin bersemangat. Dia menginjak permukaan air sekali lagi dan menyerang ke arah Wan Fei-yang. Sepasang tangannya terus bergoyang- goyang ke atas dan ke bawah. Wan Fei-yang mengatur nafasnya supaya hatinya kembali tenang, kemudian kedua telapak tangannya menyambut telapak tangan Beng To. 4 buah telapak bentrok lagi, tetap tidak ada suara yang keluar. Kali ini Wan Fei-yang tergetar hingga terbang, dia terbang ke belakang sebuah batu. Beng To mengejarnya dan mendarat di atas batu besar itu. Dia seperti anak panah terus meluncur ke arah Wan Fei- yang. Dua telapak Wan Fei-yang memukul air, membuat air muncrat dan menjadi tiang air, dia mengikuti arus air itu naik.201 Kedua telapak tangan Beng To sudah tiba di depannya, Wan Fei-yang membalikkan telapaknya menyambut serangan ke dua telapak tangan Beng To, lalu dia naik lagi. Tubuhnya naik sambil menyerang. Beng To menyambut serangan Wan Fei-yang dan tubuhnya tenggelam ke dalam air. Lalu Wan Fei-yang pun meluncur ke dalam kolam, tapi dia melihat di permukaan air banyak terdapat laba-laba beroman manusia, baik yang besar maupun yang kecil tampak sedang merayap. Laba-laba itu seperti keluar dari dalam air juga seperti sudah ada di sana sebelumnya, hanya saja mereka baru muncul sekarang. Dengan dingin Sat Kao menatap Wan Fei-yang. Tidak diragukan lagi laba-laba itu dia yang memanggilnya keluar, tujuannya adalah membantu Beng To. Memang Wan Fei-yang tidak takut seperti saat masuk ke dalam gua, tapi tetap berusaha menghindar pada laba-laba beroman manusia, keada an seperti itu cukup membuat Beng To jadi berada di atas angin. Bisa dikatakan Beng To menguasai ilmu lweekang Mo- kauw karena dibantu laba-laba itu. Walau pun laba-laba menggigit tubuhnya tidak akan terjadi sesuatu padanya, apa lagi tubuhnya bisa mengeluarkan semacam bau yang membuat Laba-laba senang mendekatnya tapi tidak sampai melukainya.202 Sampai-sampai dia bisa menggunakan laba-laba itu menyerang musimnya. Sat Kao sangat mengerti keadaan ini maka dia terus memukul genderangnya, dia menunggu Wan Fei-yang mendekati air, dia akan mengatur laba-labanya menyerang Wan Fei-yang. Terlihat Wan Fei-yang akan terjatuh ke dalam air, Sat Kao memukul genderang, Beng To sudah bersiap-siap, memilih posisi tepat untuk menyerang. Suara yang menyuruh laba-laba menyerang juga sebagai isyarat rahasia, Wan Fei-yang sangat mengerti jelas. Waktu itu Beng To tampak sedikit ragu-ragu, dia bisa saja tidak menerima semua itu tapi akhirnya dia tetap harus menerimanya. Dari pertarungan tadi dia sadar masih bukan tandingan Wan Fei-yang, jika dilihat banyak orang mungkin dia akan kabur terlebih dulu. Kelak baru kembali lagi untuk bertarung dalam menentukan siapa yang menang atau kalah, tapi di sini hanya ada mereka berempat. Di antara ke empat orang itu hanya Wan Fei-yang yang merupakan orang luar, jika terjadi sesuatu tidak akan sampai tersebar keluar. Dia masuk ke dalam air, di dalam air dia bergeser sejauh 1 tombak, menunggu Wan Fei-yang diserang oleh laba-laba setelah itu baru dia akan menyerang secara tiba-tiba dari dalam air.203 Akhirnya Wan Fei-yang turun ke dalam air, tapi tubuhnya sudah berputar dan di atas air dan timbullah pusaran air. Laba-laba terdorong keluar dari pusaran air, kesempatan ini digunakan Wan Fei-yang untuk masuk ke dalam air. Saat pusaran air mengecil, laba-laba kembali datang dari segala penjuru, dengan cepat mereka berkumpul, mereka membentuk sarang laba-laba yang sangat besar. Karena setiap laba-laba membawa benang sarang laba- laba, mereka bisa menganyam sarang di atas permukaan air dan tidak tenggelam. Wajah Sat Kao terlihat cemas, dia sadar kalau semua laba-laba itu tidak akan bisa mendekati Wan Fei-yang, semua tidak ada gunanya. Tiba-tiba dia melihat sorot mata Pei-pei yang penuh curiga menatapnya. "Suhu, ini tidak adil bagi Wan Fei-yang!" "Diam!" Bentak Sat Kao. Pei-pei ingin lagi mengatakan sesuatu, dia melihat di permukaan air semua laba-laba itu berhenti merayap, mereka kembali tenang, terlihat Wan Fei-yang dan Beng To sudah bersiap-siap bertarung kembali. Wan Fei-yang sudah punya perhitungan bahwa Beng To akan menyerangnya kembali, karena itu setelah masuk ke dalam air dia segera beijalan ke tepi, bersamaan waktu dia membuat gelombang air mendorong ke arah Beng To. Beng To menyerang Wan Fei-yang tapi meleset, sedangkan air sudah datang menimpanya, terpaksa Beng To204 mundur, dia tahu air yang datang menghampirinya tidak akan berbahaya, hanya saja cukup mengganggunya. Saat dia mundur penglihatannya jadi terganggu, jaraknya dengan Wan Fei-yang semakin menjauh, bahaya yang datang pun sudah pasti berkurang. Wan Fei-yang tidak mengejar Beng To, dia tetap berada di dalam air, berdasarkan pengalamannya saat menghadapi musuh, dia tahu ilmu silat Beng To masih lebih rendah darinya. Sat Kao membantu menyerang dengan guna-guna semua itu sudah membuktikan, tapi kalau menginginkan Beng To mengaku kalah, itu bukan hal yang gampang. Dari sikap Beng To mengijinkan Sat Kao ikut campur, Wan Fei-yang sudah bisa memastikan dia tidak akan mau kalah begitu saja, dan dengan segala cara akan mendapatkan kemenangan. Dia tidak takut tapi dia harus memikirkan cara-cara untuk mengatasinya. Air danau yang dingin cukup bisa membuat hati siapa pum merasa tenang. Wan Fei-yang terlihat sangat tenang, sebaliknya Beng To terlihat cemas. Sejak dia terpilih menjadi murid Sat Kao, dia selalu giat belajar. Kalau berhasil dia akan menjadi orang nomor satu di dunia ini, baginya itu adalah hal yang sangat besar. Setelah dia menghancurkan kepompongnya, ilmu silatnya sudah hebat, sekarang Tong Pek-coan pun ini bukan lawannya. Seperti kata Sat Kao tadi dengan ilmunya dia205 sudah bisa mendapat kedudukan penting jika dia berkelana di Tionggoan. Baginya itu adalah hal yang sangat menyenangkan, begitu ilmu lweekang dari pesilat-pesilat tangguh berhasil disedot olehnya dan sekali lagi dia keluar dari kepompongnya bukan hanya Sat Kao saja yang menganggapnya hebat, dia sendiri pun sudah menganggap dia bisa menjadi nomor satu di dunia ini. Tapi begitu kepompongnya pecah, orang pertama yang ditemuinya sudah sangat tangguh dan ilmu silat orang itu satu aliran dengannya. Asal dia bisa mengalahkan Wan Fei-yang, dia akan menjadi terkenal, sayangnya ilmu silat Wan Fei-yang masih berada di atasnya. Untung di sini adalah wilayah suku Biauw dan tempat terlarang bagi suku Biauw, Selain Wan Fei-yang tidak ada orang lain, jadi kalau dia kalah hal ini tidak akan tersebar luas. Maksudnya adalah asal mereka bisa mengalahkan Wan Fei-yang dengan cara apa pun tidak akan ada yang tahu. Sekarang Wan Fei-yang masih berada di dalam air. Air danau itu memang dingin tapi kobaran api kemarahan Beng To masih menyala, akhirnya dia mendekati Wan Fei-yang. Wan Fei-yang mulai bergeser. Sat Kao melihat dengan jelas, kedua tangannya masih terus memukul genderang, suara genderang semakin keras.206 Dia tahu kalau suara genderangnya tidak akan bisa masuk ke dalam air. Tapi di hadapan Beng To bisa memaksa Wan Fei-yang keluar dari dalam air, dengan begitu laba-laba bisa merayap ke tubuh mereka. Asal saja Wan Fei-yang tergigit, menang atau kalah segera bisa diketahui. Pei-pei terlihat sangat tegang, dia juga merasa aneh, Wan Fei-yang bisa bertahan lama di dalam air. Dia tidak tahu bahwa sewaktu Wan Fei-yang berlatih Thian-can-sin-kang semua organ dalam nya hampir tidak berfungsi dan dia dalam keadaan mati suri. Pei-pei tahu kalau Wan Fei-yang dan Beng To sudah bersiap akan bertarung lagi, dia ingin melarang mereka tapi tidak terpikir caranya. Akhirnya Wan Fei-yang dan Beng To berhenti melangkah, Di danau mulai berombak. Sosok Wan Fei-yang dan Beng To di mata Pei-pei dan Sat Kao semakin tidak jelas, dari dalam danau terjadi pusaran air lagi. Beng To dan Wan Fei- yang yang bertarung di dalam air menghilang di depan mata mereka. Mereka hanya lihat air danau yang terus bergoyang- goyang. Sat Kao masih terus memukul genderangnya, matanya tidak berkedlip sekejap pun dia terus melihat ke dalam air. Kembalinya Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dia juga menunggu Wan Fei-yang muncul dari dalam danau. Pusaran air semakin mengencang tapi tiba-tiba berhenti, suara besar keluar dari sana. Tiang air yang tinggi dan besar207 melesat keluar, tiang air itu tingginya beberapa depa kemudian meledak dan teijadilah hujan besar. Suara genderang tertutup oleh suara ledakan, maka semua laba-laba terlepas kontrol dari suara genderang Sat Kao. Kemudian Wan Fei-yang dan Beng To terapung di atas permukaan air, ke dua telapak tangan mereka masih menempel, belum ketahuan siapa yang dan kalah siapa yang menang. Karena suara genderang tertutup oleh suara ledakan tadi, Sat Kao terlihat marah, perhitungannya meleset semua, dan terjadi peristiwa di luar dugaannya, dia sadar laba-laba tidak akan bisa membantunya lagi, dia segera mengambil keputusan, melihat Wan Fei-yang muncul ke permukaan air, dengan cepat dia meloncat ke sana, genderang aneh itu dilemparkan, kedua lengan bajunya berkibar. Binatang beracun berwarna-warni segera menutupi kepala Wan Fei- yang. "Awas..." Teriak Pei-pei. Dengan hati-hati Wan Fei-yang menggunakan kedua telapaknya untuk menekan, dia terbang melayang mengikuti arah permukaan air. Beng To malah terbang dengan arah terbalik, dia menabrak batu yang berada sejauh 3 tombak darinya. Serangga beracun milik Sat Kao meleset, dia bersalto di atas dan mengejar Wan Fei-yang, kedua telapaknya ikut menyerang ke arah kepala Wan Fei-yang.208 Wan Fei-yang bersalto, di tengah-tengah udara dia menyambut ke dua telapak tangan Sat Kao dan menginjak permukaan air terus menerjang ke depan. Mereka beradu telapak tangan sampai 18 kali dan keduanya mendarat di atas sebuah batu besar. Wan Fei-yang lebih awal mendarat kemudian dia mengumpulkan tenaga dalamnya, dengan Thian-can-sin- kangnya segera menghantam keluar. Sat Kao segera tergetar dan darah menyembur keluar dari mulutnya. Di tengah udara dia berteriak. "Beng To..." Beng To sudah terjatuh di atas batu besar, dia berusaha berdiri, dari sudut mulut masih terlihat darah menetes. Melihat Sat Kao terjatuh ke dalam air dia tidak bisa berbuat apa-apa. Tadinya Sat Kao ingin Beng To membantu supaya saat dia terjatuh ke dalam air tidak dengan cara memalukan seperti itu. Kalau Beng To tidak terluka parah ini adalah pekerjaan yang mudah dilakukan, tapi begitu melihat Beng To tidak bereaksi, dia sadar Beng To bukan hanya kalah di tangan Wan Fei-yang, dia juga sudah terluka berat. Bersamaan waktu itu dia jatuh ke dalam air. * * *209 BAB 6 Air danau terasa dingin, hatinya lebih dingin lagi begitu dia mengumpulkan tenaga dalamnya berturut-turut sebanyak 3 kali, tenaganya baru saja sedikit terkumpul, dia sudah terapung di atas permukaan air. Pei-pei meloncat mendekatnya. "Koko!" Dia ingin melihat keadaan kakaknya dengan teliti. Beng To berteriak. "Pergi kau..." Lukanya memang lumayan berat jadi suaranya tidak sekuat tadi. "Dari awal aku sudah tidak setuju kalau kalian bertarung..." Sahut Pei-pei. "Diam..." Beng To berteriak histeris. "pergi kau..." Kemudian dia melayangkan telapaknya untuk menampar. Otomatis Pei-pei menghindar kemudian dia meloncat ke arah Wan Fei-yang. Wan Fei-yang masih berdiri di atas batu besar itu dan tidak bergerak sama sekali. Begitu Pei-pei mendekatinya segera berkata. "Berjanjilah jangan melukai kokoku lagi!" "Aku memang tidak berniat untuk melukainya, tapi aku tidak bisa memilih jalan yang lebih baik!" "Apakah benar? Aku tidak salah lihat, kau orang yang baik!" Dia berkata lagi.210 "Koko, kau tidak perlu khawatir, Wan-toako tidak akan melukaimu!" "Pergi kau, jangan sembarangan bicara!" Beng To membentak dengan marah. Pei-pei merasa disalahkan, dia melihat Wan Fei-yang lagi. Sorot mata Wan Fei-yang dan Pei-pei beradu, dia menarik nafas di dalam hati, ini bukan kejadian pertama yang dilihatnya, dia juga merasa aneh mengapa gadis-gadis yang baik, di sisi mereka selalu dikelilingi oleh orang-orang berhati jahat. Sat Kao turun ke sisi Beng To, dia tampak basah kuyup. Dalam keadaan seperti itu kewibawaannya masih tidak menghilang dan bertanya. " Apakah keadaanmu baik-baik saja?" "Aku tidak tahu mengapa tenaga dalamku tiba-tiba tidak bisa terkumpul!" Tanya Beng To. "Mungkin sutra beracun dari Thian-can-sin-kang sudah masuk ke dalam tubuhmu dan mungkin saja sudah menghambat jalan darahmu..." Wajah Beng To berubah. "Satu-satunya rencana terbaik adalah meninggalkan tempat ini untuk sementara waktu, jika aku tidak mati kita akan membuat perhitungan dengannya di kemudian hari!" Jelas Sat Kao lagi. Sat Kao segera mencengkeram genderang aneh itu, seperti suara hujan lebat dipukulnya genderang itu.211 Laba-laba segera naik merayap ke atas batu di mana Wan Fei-yang dan Pei-pei sedang berdiri, benar-benar menjijikkan. Wan Fei-yang membentak keras, suaranya menutup suara genderang Sat Kao. Semua laba-laba itu segera berhenti merayap. Sat Kao berteriak aneh, genderang dilempar ke atas dan dia mengeluarkan kepalannya menghantam, suara genderang kembali berbunyi dengan dahsyat. Darah mengalir dari mulutnya, terlihat dia dengan sekuat tenaga menghantam genderang itu dan sudah menghamburkan banyak tenaga dalam, dia sudah terluka dalam. Semua laba-laba terlihat lebih bergairah lagi, Wan Fei- yang mengambil nafas dalam-dalam. Sekali lagi membentak sangat keras, suaranya benar-benar menggetarkan langit dan bumi, langit seperti bisa terbelah. Suara genderang tertutup oleh suara keras itu, laba-laba itu berhenti merayap lagi. Lalu tempa ragu-ragu lagi dengan kedua lengan bajunya Wan Fei-yang menyapu laba-laba yang sedang merayap naik, laba-laba itu meledak di tengah-tengah udara hancur berkeping-keping. Sat Kao benar-benar orang keji, genderangnya dilepas dan meledak di tengah-tengah udara. Asap tebal keluar dari dalam genderang yang pecah itu, dan dengan cepat asap menyebar. Dia dan Beng To berada dalam kurungan asap itu.212 Kedua telapak Wan Fei-yang kembali dikibaskan, asap semakin cepat menyebar hingga ke permukaan air. Wan Fei-yang tidak menyerang, dia berdiri di atas batu dan mendengar. Dalam kepulan asap mereka menghilang tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Setelah itu Wan Fei-yang baru menghembuskan nafas lega. Jika Sat Kao dan Beng To keluar dari balik asap dan menyerangnya, terpaksa dia harus membalas. Sat Kao sudah terluka, jika lukanya bertambah lagi, mungkin dia akan mati. Bagaimana dia harus menjelaskannya kepada Pei-pei. Pastinya Pei-pei sangat khawatir, dengan termangu dia melihat ke arah permukaan air yang penuh asap. Akhirnya asap pun menghilang tertiup angin gunung. Beng To dan Sat Kao sudah meninggalkan tempat itu. Mereka berdua kabur dengan cara memalukan, mereka melewati gunung dengan kelelahan dan kehabisan tenaga. Keadaan Sat Kao lebih baik dari Beng To, dia masih bisa memapah Beng To berjalan melewati gunung dan lembah. Tubuh Beng To terlihat sangat lemah, perasaan kecewa terus menyerangnya. "Suhu, tampaknya aku sudah tidak kuat lagi.." Beng To berkata demikian. "Jangan sembarangan bicara, hanya sedikit kegagalan itu wajar!" Sat Kao sangat mengerti jalan pikiran Beng To. "Tenagaku benar-benar sudah tidak bisa terkumpul..."213 "Tenanglah! Pernafasanmu tidak teratur aku akan membantumu mengatur nafas dan tenaga!" "Apakah masih bias?" Beng To merasa curiga. "Ilmu lweekang dari Mo-kauw tidak akan begitu gampang putus dan selesai begitu saja!" Sat Kao berkata dengan penuh percaya diri. Mata Beng To terlihat bercahaya lagi. "Butuh berapa lama baru bisa pulih kembali?" "Tidak akan lama!" Dia sama sekali tidak tahu seperti apa luka Beng To? Tapi dari nada bicaranya terdengar dia begitu yakin. Wajah Beng To terlihat sedikit tenang, dia memang punya pikiran yang cepat, tapi dengan pola pikir Sat Kao yang sangat dalam pasti berbeda jauh. Dia menarik nafas. "Aku yakin bisa menjadi orang nomor satu di dunia persilatan!" "Kalah atau menang adalah hal biasa, tidak perlu ditaruh di dalam hati!" "Mengapa Thian-can-sin-kang bisa mengalahkanku?" "Karena pengalaman dan waktu untuk berlatih ilmu itu, sebentar lagi mungkin saja kau bisa menang darinya!" Kata Sat Kao. "Semua gara-gara Pei-pei, kalau tidak, mana mungkin Wan Fei-yang akan kemari!" Kata Beng To. "Mungkin orang itu bernasib baik!"214 "Kalau tidak karena nasibnya memang baik!" Kata Beng To dengan suara kecil. "kalau nasibnya buruk, mana mungkin dia bisa sukses menguasai Thian-can-sin-kang dan menjadi pesilat nomor satu di dunia persilatan!" "Bagaimanapun juga kita harus meninggalkan tempat ini untuk sementara waktu, setelah lukamu sembuh baru kita susun rencana lain." "Sepertinya kita akan sulit berdiri dalam barisan pesilat di dunia persilatan Tionggoan!" Terlihat sorot mata Beng To sedikit ragu. "Tong Pek-coan sudah dibawa pergi, rahasia kita akan terbongkar, kalangan persilatan Tionggoan akan membuat perhitungan dengan kita..." "Aku rasa kau seperti sangat menyukai Tong Pek-coan!" Beng To terdiam, Sat Kao tertawa. "Tidak apa! Apa pun yang kau lakukan aku akan tetap mendukungmu karena aku membutuhkan murid yang berani melakukan tindakan!" Beng To tertawa, tiba-tiba dia teringat pada Tong Ling, dia tidak tahu mengapa perasaannya kepada gadis itu begitu berkesan. Hal ini telah dilihat Sat Kao, dia pun hanya bisa terdiam dan menarik nafas panjang. Sekarang mereka berdiri di sisi sebuah jurang, walaupun jurang itu tidak begitu dalam, tapi tetap sulit untuk turun. Sat Kao mengatur nafas, organ dalamnya segera terasa sakit, apakah ilmu silatnya telah musnah? Beng To melihatnya. "Suhu, apakah lukamu berat!'215 "Kita benar-benar sedang sial hingga bisa seperti ini!" Sat Kao menarik nafas panjang. "Hutang ini harus dibayar!" Beng To marah. "Sekarang kita harus cepat-cepat meninggalkan tempat ini!" Dia segera memeluk Beng To, lalu berbaring di bawah dan menggulingkan diri ke bawah gunung. Ini adalah satu-satunya cara yang bisa dia lakukan untuk meninggalkan tempat itu. Beng To mengerti tapi tetap saja dia merasa ingin tertawa. Dulu mereka bisa terbang dan berlari, gunung yang tinggi dianggap sebagai dataran rendah, jurang seperti ini tidak mereka anggap sulit sedikit pun. Yang paling berpengaruh menggunakan cara ini turun gunung yang terluka tentu saja Sat Kao. Sedangkan dia tidak akan terluka, Sat Kao sudah dalam keadaan tersiksa, walaupun dia tidak bersuara tapi dari wajahnya yang penuh tanah dan bajunya compang-camping, keadaan itu cukup membuatnya terlihat sangat memalukan. Sampai di dasar jurang, mereka masih terus berguling dan berhenti, lalu berdiri. Sat Kao segera memapah Beng To berdiri. "Kalian sedang apa?" Kembalinya Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Terdengar suara dari samping mereka. Karena suara itu begitu tiba-tiba terdengar, Sat Kao sangat terkejut hingga berteriak, juga mundur 3 langkah. Suara asing tapi orang yang datang tidak asing bagi Beng To.216 ... Tong Ling, dia hampir berteriak memanggil namanya. Orang yang tiba-tiba muncul memang Tong Ling, dia benar-benar hebat bisa mencari hingga kemari. Melihat orang yang tidak dikenal datang, Sat Kao sudah bersiap-siap untuk bertarung tapi segera dilarang oleh Beng To. Refleknya sangat cepat, dia tahu kalau Beng To melarang melakukan sesuatu pasti ada alasannya maka hawa membunuhnya pun segera menghilang. "Nona, tolonglah kami!.." Akhirnya Beng To keluar suara. Hal ini benar-benar membuat Sat Kao terkejut dan merasa aneh, tapi dia tidak berkata sepatah katapun. "Apa yang terjadi?" Tanya Tong Ling. Beng To menunjuk ke atas jurang. "Kami dirampok penjahat, setelah mereka mengambil uang dan harta kami mereka masih ingin membunuh kami untuk menutup mulut, maka kami menggulingkan diri ke dasar jurang baru bisa terlepas dari mereka." Setelah itu dia bernafas ngos-ngosan. Semua itu bukan pura-pura nafasnya memang sudah sulit diatur. Mata Tong Ling berputar. "Tidak disangka di sini ada orang yang jahat dan kejam juga, sekarang aku yang harus mengurus semua masalah ini!" Tong Ling melempar sebungkus obat luka untuk Beng To. "Oleskan obat itu di atas luka kalian supaya tidak terjadi infeksi, kalian tunggu aku di sini, aku akan ke atas dulu217 menangkap para penjahat itu supaya harta dan uang kalian bisa diambil kembali!" Obat itu segera diambil Beng To terus men rus mengucapkan terima kasih. Tong Ling tidak berkata apa-apa lagi, seperti seekor burung walet terbang ke atas jurang. Beng To terus melihat Tong Ling sampai sosok Tong Ling tidak tampak lagi. Baru melihat bungkusan obat itu. Sat Kao ikut melihat, dia hanya menarik nafas, sekarang dia baru membuka suara. "Ilmu meringankan tubuh gadis itu benar-benar bagus!" Beng To seperti terbangun dari mimpi. "Ilmu senjata rahasianya lebih bagus!" "Apakah dia orang Tong-bun?" "Cucu perempuan Tong Pek-coan!" "Mengapa dia bisa datang kemari?" "wan fei-yang bisa datang kemari, orang-orang Tionggoan lainnya bisa kemari juga, sepertinya bukan hal aneh!" "Betul..." Sat Kao menarik nafas. "untung dia tidak mengenalimu!" "Saat masuk Tong-bun, untung aku menutup wajahku!" Beng To menarik nafas, dia seperti kehilangan sesuatu. Malam itu dia ingin membuka penutup wajahnya supaya ong Ling bisa melihatnya dengan jelas. Kalau hal ini terjadi apa yang akan terjadi berikutnya? Sat Kao bisa menilai ekspresi seseorang, dia pun mulai mengerti, sambil tersenyum berkata.218 "Kita harus cepat-cepat meninggalkan tempat ini!" "Jika dia bertemu dengan Wan Fei-yang semua rahasia ini akan terbongkar!" Kata Beng To sambil menatap ke atas jurang. Suaranya rendah lalu menggeser kakinya, tapi sosok Tong Ling tetap berada di dalam hatinya. Sewaktu Tong Ling bertemu dengan Wan Fei-yang, dia masih berada di atas batu besar di danau itu, Pei-pei berada di pangkuannya. Awalnya Tong Ling tidak tahu kalau orang itu adalah Wan Fei-yang, dia berlari ke sana kemudian setelah dekat dia baru melihat dengan jelas kalau orang itu adalah Wan Fei- yang dan Pei-pei yang ada dalam pangkuannya, dia segera berhenti melangkah. Wan Fei-yang terlihat sedikit terkejut. "Ternyata kau!" "Tentu saja aku, kau mengira karena aku tidak dibawa jalan olehmu maka aku akan tersesat?" Saat Tong Ling bicara dengan Wan Fei-yang tapi matanya terus melihat Pei-pei. "Siapa dia?" Tanya Pei-pei kepada Wan Fei-yang. "Namaku Tong Ling, aku adalah teman baik Wan-toako!" Jawab Tong Ling. Pada kata 'Wan-toako' dan 'teman baik' nada bicaranya lebih ditekankan. Tapi Pei-pei seperti tidak memperhatikannya, dia menjawab.219 "Aku adalah calon istri Wan-toako..." "Mengapa bisa terjadi?" Tanya Tong Ling setengah berteriak. "Tentu saja setelah masuk ke daerah ini..." "Cepat sekali...." Tong Ling menatap Wan Fei-yang. "kau kemari untuk mencari pembunuh atau mencari istri?" Wan Fei-yang tidak menyangka kalau nada bicara Tong Ling begitu pedas, dia merasa malu dan tidak bisa menjawab. "Apakah dari dulu kalian sudah saling kenal?" "Dia kemari dan bertemu denganku!" "Berapa lama?" Tong Ling tertawa. Tong Ling menatap Wan Fei-yang. "Orang-orang menyebut kau adalah Tay-enghiong, ternyata tidak salah!" Wan Fei-yang berpikir. perempuan, itu akan bertambah hebat lagi!' Tong Ling menyindir. Wan Fei-yang hanya bisa tertawa kecut. Tong Ling bertanya kepada Pei-pei. "Kata orang, perempuan suku bangsa Biauw selalu menggunakan guna-guna, dengan guna-guna apa hingga membuat pahlawan hebat ini begitu cepat menyukaimu?" "Aku tidak menggunakan guna-guna..." "Kalau begitu, pada pandangan pertama dia langsung jatuh cinta padamu?" Tanya Tong Ling tertawa dingin.220 "Aku tidak tahu siapa dia, tapi aku semakin cinta padanya!" Kata Pei-pei. "aku belum pernah melihat di dunia ini ada orang begitu baik!" Apa yang Pei-pei pikirkan langsung diutarakan. Dengan aneh Tong Ling berkata. "Itu artinya kau bertepuk sebelah tangan!" "Aku tahu, suatu hari nanti dia akan suka kepadaku, aku rela menunggu dia!" "Kau gadis tidak tahu malu!" "Apakah aku salah?" "Masuk ke dalam pelukan seorang laki-laki, itu saja sudah salah!" "Tapi aku merasa aku tidak bersalah, aku harus menikah dengannya..." Kata Pei-pei. Tong Ling menjadi marah. "Berbicara dengan orang dari suku tidak berbudaya memang sulit! Wan Fei-yang, apa yang akan kau lakukan?' "Aku melakukan hal yang memang pantas aku lakukan!" "Seperti berpacaran dengan perempuan ini?" Wan Fei-yang tertawa kecut, dia ingin menga takan sesuatu tapi Tong Ling sudah berkata lagi. "Mana penjahatnya? Mereka ada di mana?" "Penjahat apa" Tanya Wan Fei-yang dengan aneh. "Kau hanya senang dengan hal pencabulan, ada penjahat yang menodong dan merampok pun kau tidak pedulikan!" Tong Ling menyindir lagi.221 "Inilah tempat terlarang bagi suku bangsa Biauw, mana mungkin ada perampok di sini, pasti kau salah lihat.." Sela Pei-pei. "Apa yang kau tahu?" "Perintah ayahku tidak boleh dilanggar dan tidak ada yang berani melawan perintah ayahku!" "Siapa ayahmu?" Pei-pei masih belum sadar kalau kata-kata Tong Ling menyerangnya. "Beliau adalah raja di sini!" Tong Ling terpaku tapi segera membentak. "Wan Fei-yang, sebentar lagi kau akan menjadi menantu seorang kaisar, selamat ya!" Wan Fei-yang memotong. "Siapa yang memberitahu padamu di sini ada perampok?" "Tentu saja dari orang yang telah dirampok!" "Seorang pemuda dan seorang orang tua berambut kumis panjang hingga terjulur ke bawah dan di tubuhnya tergantung banyak lonceng?" "Apakah penjahat itu dirimu?" Wan Fei-yang mengangguk. Tong Ling terpaku, dia sudah terpikir jika penjahat itu adalah Wan Fei-yang, dua orang yang mengaku dirampok itu pantas dicurigai. Akhirnya Tong Ling tersadar bahwa dua orang tadi memang tidak seperti orang kebanyakan. 'Aku memang menaruh curiga pada mereka!"222 "Yang satu adalah dukun di sini juga tetua Mo-kauw di sini!" "Yang satu lagi siapa?" "Dia adalah Kokoku!" "Pangeran di sini!" Kata Tong Ling tertawa dingin. "tapi kelihatamnya begitu kewalahan, dia tidak mirip seorang pangeran!" "Dia terpukul Wan-toako hingga terluka." "Apa kali karena dia tidak setuju kalau adik perempuannya menikah denganmu, maka kalian bertengkar dan akhirnya dia yang terluka?" "Tidak begitu.." Kata Pei-pei. "Siapa yang berbicara denganmu, aku tidak pernah melihat ada gadis seperti dirimu, kakak sendiri terluka pun dibiarkan begitu saja, malah bermesraan dengan orang yang telah melukai kakaknya!" Ilmu Golok Keramat Karya Chin Yung Bintang Bintang Jadi Saksi Karya Kho Ping Hoo Sejengkal Tanah Percik Darah Karya Kho Ping Hoo