Warisan Jenderal Gak Hui 9
Warisan Jenderal Gak Hui Karya Chin Yung Bagian 9
Warisan Jenderal Gak Hui Karya dari Chin Yung Keiika menyaksikan bahwa Li Hok Tian telah binasa. Maka Cit Siocia lalu menghentikan nyanyiannya, kemudian dia memandang kearah Tong Kiam Ciu. "Tong Siauwhiap, Bukanlah kau ingin menukar pedang ? Ayolah ikut aku !" Seru Cit Siocia dan berlalu dari tempat itu. Tong Kiam Ciu yang sudah waspada dan telah mengerahkan ilmu Bo-kit-sin- kong, pura-pura terpengaruh ilmu Pan-yok-sin-im, Maka dia menurutkan saja ajakan Cit Siocia menuju ke kereta yang indah itu. Begitu sampai didepan pintu kereta maka Kiam Ciu dipersilahkan masuk kemudian disusul oleh Cit Siocia. Ketika kedua orang itu telah berada didalam kereta maka seorang dayang telah menutupnya pintu kereta. Kemudian kereta itu bergerak. Orang-orang yang berada ditempat kejadian itu semuanya terkena pengaruh ilmu Pan-yok-sin-im. Maka mereka untuk sesaat bagaikan tidak sadarkan diri, tetapi ketika itu Ji Tong Bwee telah mendahului dapat menguasai diri. Dia sadar bahwa selama ini dia mencari Tong Kiam Ciu. Sudah setengah tahun dia mengembara untuk bertemu dengan kekasihnya itu. Kerena dorongan cinta kasih itulah maka Ji Tong Bwee telah menyadari bahaya yang akan mengancam Tong Kiam Ciu. 7 26 Dengan mengembangkan ilmu lari Cian-li-pauw-bouw (terbang di angkasa) Ji Tong Bwee mengejar kereta yang membawa Tong Kiam Ciu dan Cit Siocia tadi. Kereta itu ternyata meluncur dengan cepatnya. Bertambah cepat lagi ketika tiba di jalan yang arak rata, ternyata bukan kereta biasa, semuanya telah terlatih dan dikendalikan dengan ilmu yang luar biasa. Sedangkan Ji Tong Bwee telah membentangkan Ginkang dan ilmu lari cepat untuk mengejar kereta didepannya itu. Rupa-rupanya ilmu lari Cian-li-pauw-hong yang dikuasai sepenuhnya sejak kecil itu dapat menandingi larinya kereta Cit Siocia. Beberapa saat kemudian Ji Tong Bwee telah dapat mengejar hanya tinggal beberapa langkah lagi dia telah dapat memegang kereta itu. Ketika pengawal kereta itu melihat bahwa Tong Bwee telah dekat maka kuda yang menarik kereta itu lalu dicambuknya dengan bertubi-tubi hingga lari kudanya bertambah kencang. Beberapa saat kemudian Tong Bwee telah tertinggal lagi. Tiba-tiba dari dalam kereta itu terdengar suara gemboran keras. Ji Tong Bwee terperanjat dan menduga-duga, karena gemboran itu adalah gemboran Kiam Ciu. Belum lagi dia dapat kepastian, tahu-tahu kereta itu terguling. Seorang pengawal dan seorang dayang serta kusir kereta itu terpelanting. Empat ekor kudanya meringkik-ringkik kemudian jatuh terguling pula. Dari dalam kereta itu tampak meloncat Tong Kiam Ciu dengan menggenggam pedang , kemudian meloncat menjauhi kereta den sambil mengembangkan ilmu lari Cian-li-pauw-hong melesat masuk kedalam hutan. Disusul kemudian oleh Cit Siocia meloncat dari kereta itu, sambil lari beberapa langkah, kemudian menahan langkahnya dan memanggil-manggil Kiam Ciu. Namun pemuda itu telah bertambah jauh dan tidak memalingkan wajahnya bahkan menggubris saja tidak. "Hemm untuk yang ketiga kalinya aku gagal menguasainya" Gerutu Cit Siocia sambil menghentak-hentakan kakinya dan memecahkan batu di jalanan itu 7 27 dengan kakinya. Bibirnya memberengut dan melangkah menuju ke kereta, Cit Siocia telah benar-benar jatuh cinta kepada Kiam Ciu. Tetapi ketika dia telah mendekati kereta, dia melihat seorang gadis yang tadi dilihatnya berdiri didekat Kiam Ctu. Gadis itu ialah Ji Tong Bwee. Ji Tong Bwee menahan langkahnya dan memandang kearah Cit Siocia. Kedua gadis itu saling berpandangan. "Hey tunggu dulu !" Seru Cit Siocia ketika melihat Tong Bwee akan berbalik kearah dimana Kiam Ciu tadi menghilang. "Apa maksadmu ?" Seru Ji Tong Bwee sambil bertolak pinggang dan bersikap seolah-olah menantang. "Apakah kau kekasihnya Tong Kiam Ciu?" Seru Cit Siocia dengan rupa bersikap menantang juga. "Itu urusanku. mengapa kau mau tahu?" Jawab Ji Tong Bwee gusar. "Oh aku hanya ingin tahu, apakah kau betul-betul menyintainya" Sambung Cit Siocia sambil tersenyum, Tetepi Ji Tong Bwee tidak menjawab pertanyaan itu. Gadis itu wajahnya menjadi merah padam dan matanya melotot memandang Cit Siocia, seolah-olah dia sangat benci dan ingin menampar pipi Cit Siocia. "Hmm, aku sebenarnya yang terlalu tolol - Mengapa aku masih menanyakan karena dari sinar matamu saja aku telah dapat menduga bahwa kau sangat mencintai pemuda itu. Sayangnya, akupun mencintai dia juga" Suara yang terakhir itu diucapkan oleh Cit Siocia seolah-olah berbicara dengan dirinya sendiri. Pengakuan yang berterus terang itu membuat Tong Bwee bertambah cemburu. Karena menahan gejolak hatinya, gadis itu hingga bergetar tubuhnya. Seribu satu perasaan bercampur baur dalam dirinya. Cemburu dan benci kepada wanita jelita itu. Cit Siocia masih belum cukup berbicara begitu saja. Kemudian dengan nada mengejek dan menantang dia berseru. 7 28 "Kita berdua mencintai seorang pemuda, maka salah satu diantara kita harus mati. Agar yang hidup dapat merebut hatinya. Aku takkan menggunakan ilmu Pan-yok-sin-im untuk bertempur melawanmu. Aku menantang kau untuk bertanding dengan bersenjatakan pedang" Seru Cit Siocia. "Hey aku tidak menduga, dibalik parasmu yang jelita itu ternyata hatimu buruk sekali? Kakakku Tong Kiam Ciu tidak dapat direbut dengan senjata dan kekerasan apa lagi mempertaruhkan nyawa. Kalau dia mencintaimu aku rela mengalah" Seru Ji Tong Bwee dengan suara serak tetapi matanya tajam mengawasi Cit Siocia. Apa yang dikatakan oleh Ji Tong Bwee itu sebetulnya sangat menusuk perasaannya. Kata-kata gadis itu ternyata diterima sebagai makian dan hinaan, tetapi disamping itu dia memang membenarkan kata-kata Tong Bwee itu benar. Dia memang merasa bahwa dialah yang telah merebut kekasih orang lain. Merebut hati Kiam Ciu. Namun karena perasaan cinta kasihnya terhadap pemuda itu sudah terlanjur mendalam. Walaupun dengan segala usaha ternyata oleh Tong Kiam Ciu selalu ditolaknya. Namun dia merasakan bahwa Kiam Ciu selalu menolak itu karena dia mempunyai kekasih yang cantik itu. Maka menurut pikiran Cit Siocia dia harus membinasakan Ji Tong Bwee agar tidak menjadi perintang. Dia yakin setelah Ji Tong Bwee binasa pastilah Kiam Ciu akan jatuh dalam pelukannya. Setelah itu dengan diam-diam dia telah mencabut pedang dari sarungnya, dan menantang Ji Tong Bwee untuk menghadapinya. "Sudah kukatakan aku tidak akan melawanmu kalau hanya karena dia ! Bukankah sudah kukatakan kalau memang dia menyintaimu, aku rela mengalah!" Kata Ji Tong Bwee dengan suara penuh kesungguhan. "Ji Tong Bwee ayo cabut pedangmu !" Seru Cit Siocia menantang. Namun Ji Tong Bwee tetap berdiri tegak diiempatnya, Matanya hanya memandang Cit Siocia yang sudah tidak dapat mengendalikan dirinya lagi. Namun wajah Ji Tong Bwee masih tetap tenang dan tidak tampak takut ataupun marah. Seolah-olah dia telah rela untuk menerima apapun yang akan terjadi dan akan menimpa dirinya. 7 29 Dalam saat itu Cit Siocia sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi. Karena pedang sudah terlanjur dicabut, dia harus mendapatkan satu sasaran. Maka dia dengan cepat meloncat dan berbareng dengan itu ditusukkannya kearah Ji Tong Bwee. Ternyata gadis itu tidak mengadakan perlawanan dan menghindarpun tidak. Maka tusukan pedang yang sedianya akan dihujankan kearah jantung Ji Tong Bwee itu akhirnya digerakkan keatas dan mengenai pundak gadis itu, segera tampaklah baju Ji Tong Bwee robek dan bernoda merah, darah mengucur dari bahu Ji Tong Bwee. Tiada lama kemudian tampaklah tubuh Ji Tong Bwee condong dan jatuh. Untuk sesaat lamanya Ji Tong Bwee jatuh pingsan. Sedangkan Cit Siocia dengan mata terbelalak memandang kearah korbannya itu, dipandanginya mata pedang yang masih bernoda darah, kemudian memandang kearah tubuh Ji Tong Bwee yang menggeletak. Ketika dia menginsapi apa yang telah terjadi maka Cit Siocia segera menubruk kearah Ji Tong Bwee dan pedangnya dilempar ke tanah. "Adik Bwee, maafkan aku ! Maafkan aku ! Mengapa kau tidak mau melawanku? Mengapa ? Mengapa kau tidak mengelakkan seranganku ? Mengapa ? Adik Bwee ... ? adik Bwee maafkan aku.. apakah kau mendapat luka berat ?" Seru Cit Siocia yang kini telah kembali sadar dan menjadi manusia yang berperasaan dan terdiri dari darah tulang dan daging yang dilengkapi dengan budi dan perasaan. Beberapa saat kemudian Cit Siocia telah membebaskan jalan darah Ji Tong Bwec yang tertotok. Ji Tong Bwee membuka matanya dan tampaklah butiran- butiran air mata meluncur dari sudut mata gadis jelita itu. Hati Cit Siocia tercekam rasa haru, kemudian timbul rasa sesalnya. Beberapa orang dayang dan pengawalnya telah menghampiri Cit Siocia, salah seorang dayang telah membawa kotak yang berisi obat-obatan. Setelah itu Cit Siocia merawat luka-luka dibahu Ji Tong Bwee. Kemudian Cit Siocia memberikan sebuitr pil kepada Ji Tong Bwee untuk segera ditelannya. 7 30 Bertepatan itu pula Tong Kiam Ciu yang telah lari meninggalkan kereta Cit Siocia langsung ke tempat pertemuannya dengan Ji Tong Bwee. Ditempat itu dia hanya menemukan bekas tempat-tempat pertempuran saja. Tetapi Kiam Ciu tidak menemukan Ji Tong Bwee. Maka pemuda itu menjadi bingung dan memanggil-manggil. "Adik Ji Tong Bwee, Adik Bwee!" Pemuda itu memanggil-manggil kekasihnya dengan perasaan cemas. Namun tiada jawaban yang terdengar hanyalah suara pantulan suaranya sendiri. Tong Kiam Ciu berlari-lari seperti orang kebingungan kemudian tinjunya mengepal dan dipukulnya batang pohon yang berada didepannya itu dengan sekuat tenaga untuk menghilangkan kekesalan hatinya. Tiba-tiba terdengarlah suara tertawa. Tong Kiam Ciu terperanjat mendengar suara tawa itu. Belum sempat dia berpikir tahu-tahu sebuah benda berwarna putih telah melayang kearab tubuh pemuda itu. Benda itu adalah selembar kertas yang dilipat sangat rapih. Dipungutnya kertas yang terlipat rapih itu. Kemudian dibukanya oleh Tong Kiam Ciu. Ternyata kertas itu bertulisan rapi. "Aku disini.." Tertera huruf-huruf yang tersusun rapi dalam guratan yang sangat menarik sekali tetapi huruf-huruf yang itu Kiam Ciu pernah melihatnya. Kiam Ciu tersenyum karena sekali lagi Sio Bie Hu murid dari Shin Kai Lolo. Gadis yang menyamar sebagai seorang pemuda itu telah membayangi dirinya. Seketika itu urusannya untuk mencari Ji Tong Bwee agak tersingkirkan. Karena kini perhatiannya dipusatkan kepada gadis yang menyamar sebagai seorang pemuda itu. Kiam Ciu pura-pura tidak mengetahui sandiwara itu. Sementara itu Sio Bie Hu Sudah berada didekat Kiam Ciu seraya berseru kepada pemuda itu dengan senyuman yang manis. "Kita telah bertemu lagi" Seru Sio Bie Hu yang telah menyamar sebagai seorang pemuda yang rambutnya panjang terurai. 7 31 "Hmmm, kita telah bertemu lagi" Sambung Kiam Ciu sambil mengangguk. "Sebenarnya aku ingin mencari kau, pertama untuk mengucapkan rasa terima kasihku padamu karena peringatanmu tentang bahaya yang menghadangku, kedua aku ingin mengembalikan sebuah kertas yang ada gambarnya seorang gadis" "Kau tak usah mengucapkan rasa terima kasihmu padaku, lagi pula hal gambar itu tak usah kau kembalikan padaku karena gambar itu tak penting. Aku ingin menjumpai kau karena aku ingin memberitahukan tentang suatu urusan padamu."" Sambung Sio Bie Hu sungguh-sungguh. "Oh. tetapi aku juga ingin memberitahukan padamu tentang satu urusan yang penting. Belum lama ini aku telah dijumpai oleh Ceng Yun Leng. Dia bilang gambar yang kau lemparkan padaku itu adalah gambar tunangannya. Apakah kau telah mengenal gadis itu?" Warisan Jenderal Gak Hui Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sambung Kiam Ciu. Mendengar penuturan Kiam Ciu itu, wajah Sio Bie Hu menjadi merah. "Kalau kau jumpai Ceng Yun Leng lagi tolong kau sampaikan kabar bahwa dia tidak perlu mengambil perhatian dengan gadis tunangannya itu lagi" Jawab Sio Bie Hu dengan nada seolah-olah tertekan. Mendengar jawaban gadis itu Kiam Ciu tersenyum. Kemudian dia melanjutkan kata-katanya. "Kita sudah sering bertemu, tetapi kita belum saling berkenalan. Kenalkan aku Tong Kiam Ciu dan siapa namamu," "Panggil saja aku Teng Loote." Jawab Sio Bie Hu. Kemudian gadis itu melanjutkan kata-katanya "Tong Heng, bukankah kau ingin pergi ke telaga Ang tok-ouw di kota Pek-seng di propinsi Anhwei untuk mencari kitab pusaka Pek- seng? Aku mendapat kabar bahwa orang yang mencari kitab itu harus mempunyai peta Pek-seng. Padahal menurut beritanya peta itu kini telah jatuh ditangan Gan Hua Liong. Sedangkan Gan Hua Liong itu mempunyai ilmu silat yang sangat lihay diatas suhuku. Saat ini orang-orang gagah telah menuju ke telaga Ang- tok-ouw untuk mencari kota yang telah hilang itu. Juga kulihat Ciong Taysu dan beberapa orang-orang lainnya. Kukira kau Tong Heng kalau ingin 7 32 mempertahankan pedang kau harus juga dapat menguasai kitab pusaka Pek-seng itu." Mendengar keterangan itu Kiam Ciu sebenarnya tertawa dalam hati karena sebenarnya peta Pek-seng telah berada ditangan Tong Kiam Ciu. Gan Hua Liong telah menyerahkan peta Pek-seng sebelum dia meninggal. Tetapi Tong Kiam Ciu merasa agak kecut juga kalaau-kalau Kwi Ong juga telah menuju ke telaga itu ! Walaupun bagaimana dia telah mencoba kehebatan orang itu. Ternyata pemimpin suku bangsa Biauw itu tidak dapat dipandang ringan. Bukan saja ilmunya tinggi, tetapi sifatnya keji pula. "Aku telah minta kepada suhu untuk membantu Tong Heng untuk menuju ke telaga itu, bahkan sampai mendapatkan kitab pusaka Pek-seng itu. Menurut keterangan suhu, beliau pernah tiba di telaga itu pada dua puluh tahun yang lalu, bahkan beliau pernah menolong Ouw Hin Lee pemimpin partai silat Ouw Pang (Bendera Hitam) di daerah tersebut, jalan menuju ke telaga Ang-tok-ouw itu suhu masih ingat benar, lagi pula kalau Ouw Hin Lee masih hidup, dia pasti mau membantunya !" Seru Sio Bie Hu. "Teng Lotee !" Sambung Kiam Ciu sambil menghela nafas "aku telah banyak menerima bantuan dan pertolonganmu serta Shin Kai Lolo. "Aku sangat berterima kasih ......." Tetapi kata-kata itu belum sampai selesai telah dipotong oleh Sio Bie Hu. "Sudah ! Sudah !" Seru Sio Bie Hu dengan mengangkat tangannya kearah Tong Kiam Ciu "aku sudah katakan kau tak usah mengucapkan kata-kata itu lagi. Aku malu mendengar ! Nah kini karena aku masih banyak sekali urusan maka kita berpisah sampai disini saja ! Sampai kita bertemu lagi di telaga Ang-tok- ouw !" Setelah berkata begitu tampaklah Sio Bie Hu akan pergi meninggalkan tempat itu. "Teng Lotee tunggu !" Seru Kiam Ciu sambil mengangkat tangan kanan mencegah Sio Bie Hu pergi. "kalau kau akan pergi ke telaga Ang-tok-ouw apakah tidak lebih baik kalau kita pergi bersama-sama saja ?". (Bersambung Jilid 8) 8 0 8 1 (Warisan Jenderal Gak Hui) Diolah Oleh . HO TJING HONG Jilid ke 8 EBENARNYA aku tidak berkeberatan untuk pergi bersama-sama. Tetapi aku lebih senang berjalan seorang diri ! seru Sio Bie Hu lalu segera memutar tubuh dan melesat pergi. Menyaksikan sikap yang ganjil dan kata-kata gadis itu maka Kiam Ciu menyerah. Dia tidak lagi menahan atau mengejarnya. Walaupun dalam hati pemuda itu merasa heran mengapa Sio Bie Hu bersikap terlalu baik kepadanya? Karena Tong Kiam Ciu tidak ingin membuang-buang waktu lagi maka segaralah dia berangkat menuju ke Telaga Ang-tok-ouw. Ketika Kiam Ciu sampai dipinggir telaga Ang-tok-ouw keadaan agak buruk. Langit bagian selatan tampak hitam dan mega bergulung-gulung berpindah- pindah alamat akan datang angin tofan Walaupun tahu akan bahaya itu, namun Kiam Ciu telah bertekadd harus mcnemukan kota Pek-seng yang hilang itu. Dia hanya mengetahui bahwa yang menjadi pedoman ialah telega Ang-tok-ouw itu. Walaupun dia belum dapat mempelajari peta Pek-seng itu, karena harus dilihat diwaktu malam, baru guratan-guratan dalam peta itu dapat terlihat. Kalau diwaklu siang hari, atau keadaan terang maka gambar peta itu tidak akan terlihat. Setelah mengurus keperluan untuk menjelajahi telaga itu, dengan menyewa sebuah perahu kecil dan didayungkan sendiri. Kiam Ciu telah mendayung perahunya menuju ketempat telaga. Walaupun telah banyak perahu-perahu yang lain dan Kiam Ciu yakin bahwa Kwi Ong dan beberapa tokoh persilatan telah berada di telaga itu, namun dia yakin bahwa mereka pasti belum mengetahui letak kota Pek-seng dan tempat penyimpanan kitab pusaka Pek- seng itu. S 8 2 Karena meyakinkan itu maka Kiam Ciu masih bersemangat untuk meneruskan maksudnya. Ketika dia telah berada ditengah telaga Ang-tok-ouw itu terkenanglah dia akan masa kanak-kanaknya dulu. Dia kembali terkenang Ji Tong Bwee dan telaga Cui-ouw. Tetapi kenangan- kenangan itu segera diusirnya jauh-jauh, karena dia sedang meyakinkan diri untuk merebut kitab pusaka Pek-seng. Ketika kepalanya terangkat dan memperhatikan perahu layar yang berada dihadapannya tahu-tahu perahu Kiam Ciu menumbuk buritan kapal layar didepannya. "Brak!" Terdengar suara nyaring. "Kurang ajar, siapa berani kurang ajar!"' terdengar suara membentak dari atas perahu layar yang ditumbuk oleh perahu Kiam Ciu. Ketika itu tampak seseorang telah berdiri ditepi perahu. Kiam Ciu menghantamkan dayungnya kearah orang itu, Ternyata orang itu ialah Liat Kiat Koan. Ketika Kiam Ciu menghantamkan dayungnya kepinggir perahu layar dan hembusan angin pukulan itu menghantam Liat Kiat Koan hingga kepala partai silat Kong-tong itu jatuh di geladak perahunya. "Turunkan layar!'" Seru sihidung bawang itu dengan suara penuh kemarahan, Apalagi ketika diperhatikan bahwa perahu kecil yang menubruknya itu adalah perahu yang dinaiki oleh Kiam Ciu. Suatu isyarat yang telah diberikan oleh Liat Kiat Koan itu lelah cukup memberikan aba-aba kepada keempat perahu layar dari partai silat Kong-tong itu untuk mengepung perahu kecil Kiam Ciu. "Hey Kiam Ciu! Belum lama kita telah mengadu ilmu dalam pertemuan Bu- lim-tahwee untung kau tidak mati! Kita sama sekali tidak menduga ternyata kau sangat berbaik hati mau mengantarkan pedang Oey l.iong Kiam di tengah telaga ini ha-ha-ha!" Setu Liat Kiat Koan. Sesaat kemudian menjadi sepi. Hanya terdengar suara angin menghembus air telaga dan membentur tepi perahu-perahu serta suara deritan tiang-tiang perahu yang tertiup angin. 8 3 Sedangkan Tong Kiam Ciu dengan waspada mengawasi satu persatu perahu layar itu dia telah memperhitungkan segala kemungkinan yang bakal terjadi. Diatas perahu layar itu ia menyaksikan ratusan orang-orang dari partai silat Kong-tong yang bersenjata lengkap. "Jik.a kalian ingin menguasai pedang , aku dapat menanti sampai kalian dapat menemukan kitab pusaka Pek-seng-ki-su! Itu suatu keputusan pada Bu-lim-ta-hwee. Tanpa kalian menguasai kitab pusaka Pek- seng-ki-su jangan kalian harapkan untuk dapat merebut pedang Oey Liong Kiam!" Seru Kiam Ciu dengan suara bentakan lantang. "Tong Kiam Ciu apakah tau tidak sayang dengan ketampananmu, dengan usiamu yang masih muda ? Kalau kau tetap akan mempertahankan pedang Oey Liong Kiam, kau akan mati konyol!" Seru Liat Kiat Koan dengan nada suara sombong dan nemandang rendah lawannya. "Kau boleh mencola...!" Bentuk Kiam Ciu berani menantang ketua partai Kong- tong itu. Kemudian terdengar salah seorang diantara orang-orang yang berdiri disamping Liat Kiat Koan itu memaki Tong Kiam Ciu. "Hey Tong Kiam Ciu, kau benar-benar kurang ajar dan bernyali besar! Aku Liong Kauw Ji akan memberikan hajaran padamu !" Tetapi Tong Kiam Ciu telah waspada dan siap mengdapi serangan. Maka ketika dengan selesainya kata-kata Liong Kauw Ji, tampaklah orang itu melesat dan terjun keatas perahu Tong Kiam Ciu. Dengan serentak pula orang itu telah mengirimkan pukulan bergandanya mengarah dada dan ulu hati Kiam Ciu. Namun pemuda itu hanya dengan satu gerakkan tangan kiri telah berhasil menghantam lawannya. Hingga Liong Kauw Ji terpental dan jatuh tercebur ke dalam telaga. "Ha. ha "ha ha ! Kukira aku menghadapi seorang jago silat ! Tidak tahunya hanya sebuah tong tempat tuak saja !" Seru Tong Kiam Ciu sengaja mengejek menarik kemarahan orang-orang Kong-tong. "Kauw Ji kau tidak sabaran ! Dia bukan lawanmu !" Seru Liat Kiat Koan sambil memerintahkan orang-orangnya untuk melemparkan tali kearah Liong Kauw Ji. "ayo naik keatas perahu !" 8 4 "Orang-orang Kong-tong aku masih banyak urusan. maaf aku tidak sempat melayani kalian !" Seru Tong Kiam Ciu sambil menggerakkan dayungnya memutar perahu kecil itu tikan meninggalkqn pengepungan. "Tong Kiam Ciu, apakah kau takut melawan aku ? Sekarang juga kita akan mengadakan perhitungan!" Seru Liat Kiai Koan menantang sambil mengirimkan sebuah pukulan kearah kepala Kiam Ciu Kemudian tampuk dua orang dari partai silat Kong-tong telah meloncat kearah perahu Tong Kiam Ciu. Mereka melompat serentak untuk menerkam dan membinasakan Kiam Ciu Liong Kauw Ji Tiba-tiba dari atas perahu kecil yang sangat laju mendekati perahu-perahu yang sedang mengepung perahu Kiam Ciu itu. Terdengar sebuah seruan nyaring dan sangat berwibawa. "Tahan !" Terdengar suara itu. Kemudian semua orang yang berada ditempat itu memandang kearah perahu yang tengah meluncur laju kearah mereka. Diatas perahu itu tampak seorang kakek yang mengenakan kulit singa dan di dadanya tertera huruf ONG (Raja). Dia adalah ketua partai sitai Kim-sai. Semua orang tidak kecuali Liat Kiat Koan menjadi heran dengan kemunculan tokoh tua yang telah lebih dari dua puluh tahun mengasingkan diri itu telah muncul dengan tiba-tiba. Justeru kemunculannya itu bertepatan dengan bahaya yang sedang mengancam diri pendekar muda Tong Kiam Ciu. Lalu mereka semuanya berpikir-pikir hubungannya dengan Tong Kiam Ciu yang kebetulan pula saat ini sedang berada diatas telaga Ang-tok-ouw dan dalam pengepungan orang-orang Kong-tong. Perahu kecil itu telah mendekati kapal induk orang-orang partai Kong-tong. Kemudian tampak dengan jelas Liat Kiat Koan berdiri di tepi perahu layarnya dan memandang dengan sikap heran kearah Kuk Kiat. Namun Kuk Kiat telah berdiri tegak diatas perahu kecil seolah-olah sebuah perahu tiang baja yang dipancangkan diatas perahu itu. 8 5 "Liat Kiat Koan ! Apakah kau ingin mengganggu Tong Siauwhiap? Kalau kau akan mengganggunya berarti kau harus berhadapan denganku ! Dengarkan baik-baik kata-kataku itu !" Seru Kuk Kiat dengan nada tegas dan bersikap menantang dan gagah. Setelah kakek itu berseru dengan suara nyaring dan tegas, maka segeralah memberi hormat kepada Tong Kiam Ciu. Kemudian kepada pemuda itu dia berseru pula . "Tong Siauwhiap, marilah kita lekas berlalu !" Seru ketua partai silat Kim-sai itu dengan suara nyaring pula. Tampaklah perahu Tong Kiam Ciu telah bergerak mendekati perahu Kuk Kiat. Tetapi Liat Kiat Koan pemimpin partai silat Kong-tong merasa bergusar hati dan tidak mau direndahkan martabatnya. Maka segeralah dia berseru dengan suara lantang dan marah sekali. "Kalian akan lari kemana !" Seru ketua partai Kong-tong itu dengan suara lantang dan nyaring sekali. "Hayo kalian kepung mereka !" Maka dengan gerakan serentak perahu layar itu telah kembali mengepung kedua perahu kecil yang ditumpangi Kiam Ciu dan Kuk Kiat. "Kiat Koan jahanam ! Apa artiinya ini ?"seru pemimpin partai Kim-sai dengan sikap sangat marah. "Ha-ha ha! Kuk Kiat, kau telah mengubur partaimu sendiri selama puluhan tahun. Kau sendiri tidak tampak malang melintang lagi dikalangan Kang-ouw. Sehingga aku mengira bahwa partaimu telah dibubarkan. Sekarang tiba-tiba saja kau muncul dan akan turut campur tangan dalam urusan orang lain. Ku kira kau hanya akan mencari mati saja. Kuk Kiat, aku hanya berurusan dengan Tong Kiam Ciu ! Tetapi kalau kau orang juga akan campur tangan, maka aku tidak akan segan-segan untuk membinasakan kamu !" Bentak ketua Kong-tong itu dengan suara gusar. Mendengar jawaban yang panas dan bersifat menantang itu ketua partai Kim-sai terperanjat dan wajahnya bersemu merah. "Ha-ha-ha! Liat Kiat Koan ternyata kau tidak memandang dirimu sendiri ! Apakah kau belum sadar bahwa kau berbicara dengan siapa ? Tanyakan kepada 8 6 suhumu aku ini siapa, kau kini beruntung dapat menjadi ketua Kong-tong ! Tetapi kini kau cari kematian !" Tanpa menjawab lagi dampratan itu. Liat Kiat Koan telah meloncat keatas perahu kecil itu sambil mengirimkan pukulan kearah Kuk Kiat. Tampak perahu itu tergoncangn namun Kuk Kiat tetap berdiri tegap dan berkelit kesamping sedikit menghindari serangan ketua partai Kong-tong itu. Sedangkan Tong Kiam Ciu tidak dapat membantu Kuk Kiat karena perahunya juga diserbu beberapa orang Kong-tong yang bersenjata tajam. Maka segera terjadilah perkelahian yang ramai diatas perahu kecil itu. Hampir saja perahu-perahu yang hanya kecil itu tenggelam karena dimuati oleh sekian banyak orang dan sedang bergerak seenaknya. Bahkan orang-orang Kong-tong ada pula yang telah mencebur kedalam telaga Ang-tok-ouw mereka berenang dan menuju ke perahu kecil dengan makud untuk menggulingkannya. Tetapi Kuk Kiat tidak datang ke telaga itu seorang diri. Orang-orang dari partai Kim-sai ternyata telah menyertainya dan membantu dalam pertempuran itu. Maka dalam sekejap saja telah berkobar suatu pertempuran yang hebat kekuatan melawan kekuatan. Antara partai Kong-tong dengan pariai Kim-sai. Mereka bertempur mati-matian, hingga terdengar jerit dan rintihan karena mereka terkena senjata atau banyak pula yang tercebur di atas telaga Ang-tok- ouw dengan luka parah. Seolah-olah telaga yang airnya bening itu kini telah berubah menjadi telaga darah. Mereka bertempur dengan pedang dan tombak serta senjata-senjata andalan masing-masing ! Dalam keadaan yang sedang gaduh itu tiba-tiba datang pula kapal layar besar dengan gerak yang sangat laju menuju kearah tempat pertempuran itu. Kapal layar besar itu mengibarkan bendera hitam yang tampak megah dan melambai-lambat tertiup angin. "Hey kalian dari mana? Mengapa membuat kotor air telaga Ang-tok-ouw? Jika kalian tidak menghentikan pertempuran, maka kami dari partai Ouw-ki-pang 8 7 tidak segan-segan untuk menggempur bersih kalian!" Warisan Jenderal Gak Hui Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Seru pemimpin partai itu dengan suara lantang yang dilambari ilmu melontarkan suara "berhenti!" Teriakan yang dikeluarkan dengan suara yang dilambari dengan ilmu melontarkan suara dan lwekang itu didengar oleh semua orang yang sedang bertempur itu, walaupun keadaan sangat gaduh. Tetapi mereka tidak menggubris teriakan itu. Mereka terus bertempur! Karena teriakannya itu tidak digubris, maka Ouw-ki-pang yang bergelar Lau- hai-teng-liong (Naga sakti dari lautan hitam) menjadi sangat marah. Diatas perahu layar besar itu terdapat pula Shin Kai Lolo dan Sio Bie Hu. Ketika Ouw Hin Lee menjadi sangat gusar dan akan memberikan perintah kepada anak buahnya untuk menyerbu. Tiba-tiba Sio Bie Hu mendekati ketua partai Ouw-ki- pang dan menunjuk kearah Tong Kiam Ciu. Kemudian mencegahnya karena dia khawatir kalau salah menyerang orang. Kemudian Sio Bie Hu menghampiri suhunya dan memberitahukan bahwa yang sedang dikerubut itu ternyata adalah Tong Kiam Ciu. "Suhu lihat ! ternyata itu Tong heng ! Marilah kita membantunya!" Saat itu Tong Kiam Ciu baru saja memukul seorang dari partai Kong-tong, maka dia sangat terperanjat dengan meloncatnya Sio Bie Hu di perahu itu. Hampir saja Tong Kiam Ciu mengirimkan sebuah pukulan. "Teng Lotee !" Seru Tong Kiam Ciu dengan suara terperanjat. Karena dengan tiba-tiba saja gadis itu telah muncul. Namun Sio Bie Hu hanya tersenyum. Dalam waktu sekejap itu telah terjadi pula suatu pertemuan antara Tong Kiam Ciu dengan Sio Bie Hu ketika mereka saling berpandangan itu, tiba-tiba Kiam Ciu menggerakkan tubuhnya berputar dan tampak seorang Kong-tong lelah terpelanting dan sambil menjerit tercebur kedalam telaga Orang itu memang sengaja meloncat dan akan merebut pedang Oey Liong Kiam dipunggung Tong Kiam Ciu. Namun angin sambarannya telah dirasakan oleh Tong Kiam Ciu. Maka dengan suatu gerak putar yang cepat sekali Tong Kiam Ciu telah berhasil menghantam lawannya itu. 8 8 Walaupun sebenarnya Tong Kiam Ciu telah mengetahui bahwa pemuda yang berada didepannya itu adalah seorang gadis yang bernama Sio Bie Hu dan sedang menyamar, pula pemuda itu telah mengetahui bahwa Sio Bie Hu adalah tunangan Cen Yun Leng. namun untuk menjaga suasana itu Tong Kiam Ciu berpura-pura tidak tahu. "Tong heng!" Seru Sio Bie Hu seolah-olah akan mengucapkan sesuatu tetapi tertahan dan tidak dapat dikeluarkannya. Hanyalah sampai disitu saja dia berbicara dan selanjutnya hanya memandang dan tertunduk. "Entah disebabkan karena apa tiap kali dia bertemu dengan Tong Kiam Ciu selalu merasa kikuk dan malu, seperti juga kali itu. Saat itu Shin Kai Lolo juga teluh meloncat ke perahu Kuk Kiat. Nenek itu telah mengebutkan lengan jubahnya yang menimbulkan hembusan angin keras yang hampir saja menjatuhkan kedua orang yang sedang bertempur itu. "Liat Kiat Koan, kalau kau tidak lekas menyingkir, kau dan orang-orang Kong- tong akan disapu bersih oleh Ouw Hin Lee" Seru nenek Shin Kai Lolo. Liat Kiat Koan memandang keadaan sekitarnya. timpaklah orang-orangnya telah banyak yang binasa dan terluka. Hatinya pedih sekali. Dia yakin bahwa orang-orangnya tidak akan mampu melawan orang-orang dari partai Kim-sai. Apalagi kalau sampai dibantu oleh orang-orang Ouw-ki-pang. Maka setelah menyadari hal itu segeralah dia mengangkat tangan dan menghormat. "Oh.... kiranya siapa yang datang..." Dengan berakhirnya kata-kata itu dia telah menyebarkan pasir beracun kearah Shin Kai Lolo dan Kuk Kiat. Baik Shin Kai Lolo maupun Kuk Kit menangkis serangan itu. Mereka telah berloncatan dan melindungi diri bahaya pasir beracun. Kesempatan itu dipergunakan oleh Kiat Koan untuk melarikan diri. Pemimpin partai Kong-tong yang bersikap keji itu telah meloncat menceburkan diri kedalam Telaga Ang-tok-ouw. Kuk Kiat menyaksikan itu segera mengejar, tetapi baru saja dia akan terjun kedalam ait telaga tiba-tiba ditahan oleh Shin Kai Lolo. 8 9 "Biarkan dia lari..!" Seru nenek itu sambil memegang lengan Kuk Kiat. "dikemudian hari kita masih dapat bertemu lagi. Coba lihat orang-orang Kong- tong sudah banyak yang luka dan yang masih selamat telah berusaha untuk melarikan diri!" Seru Shin Kai Lolo sambil menunjuk kearah telaga. Kuk Kiat dapat menguasai diri, kemudian memandang kearah telaga. Memang diatas air yang telah mulai tenang itu tampak beberapa orang dari partai silat Kong-tong yang berusaha untuk berenang ketepian. Dalam pada itu mereka lelah dikagetkan dengan bunyi lengkingan panjang dan berkesan. Ketika mereka memperhatikan kearah datangnya suara itu ternyata tampaklah sebuah perahu layar yang besar dan dihiasi sangat indah sekali. Orang-orang yang berada di tempat itu semuanya memandang kearah perahu indah itu. Mereka mengaguminya. Apalagi ketika perahu layar itu bertambah dekat, tampaklah diatas perahu layar itu seorang wanita yang sangat jelita dengan dua orang laki-laki tampan dan dua orang wanita jelita pula. Wanita muda yang sangat jelita itu ialah Cit Siocia. Tong Kiam Ciu menjadi sangat terperanjat ketika matanya menyaksikan bahwa dengan tiba-tiba saja tampak ditepi perahu itu orang-orang yang dia sangut kenal. Orang oring itu inilah Pek Giok Bwee. Ji Han Su, Siauw Liang dan Ji Tong Bwee Sin-ciu-sam-kiat dengan tiba-tiba saja telah berada diatas telaga Ang-tok-ouw. "Suhu!" Seru Tong Kiam Ciu tidak dapat menahan hatinya lagi. Tahu-tahu pemuda itu telah meloncat keatas perahu itu. Ketika itu Shin Kai Lolo telah memalingkan wajahnya kearah Sio Bie Hu dan berseru "malam ini kita akan meng idakan perjamuan besar Sio Bie Hu, lekaslah kau beritahukan kepada paman Ouw Hin Lee uniuk menjamu tamu-tamu agung kita !" Dengan cepat Sio Bie Hu sudah melesat menghadap Ouw Hin Lee dan menyampaikan pesan itu. Kemudian setelah semuanya disanggupi oleh ketua Ouw Ki pang maka gadis itu kembali akan menghadap kepada suhunya. Saat itu masih banyak orang-orang dari kalangan Kim-sai. 8 10 Ketika Sio Bie Hu melewati beberapa orang Kim-sai, tiba-tiba dia telah ditegur oleh seseorang. "Siok Soat ! Akhirnya aku dapat bertemu kau juga disini ! Aku telah mencari kau dimana-mana !" Seru seorang pemuda yang tiada lain adalah Ceng Yun Leng. Sio Bie Hu juga terkenal dengan panggilan Teng Siok Soat berhenti dan memandang kearah pemuda yang menegurnya itu. "Tidak perlu kau mencari-cari aku lagi, hubungan kita telah putus ! Habis !" "Siok Soat ! Apakah kau tidak mengenali aku lagi ? Aku Ceng Yun Leng orang yang sangat mencintaimu ! Mengapa kau begitu kejam kepadaku !" Seru Yun Leng sambil mengejar gadis itu yang telah beranjak. "Jangan berbicara keras-keras ! Kita sudah patah areng ! Apakah kau kira aku tidak mengetahui bahwa kau telah tergila-gila dengan puteri Kuk Kiat ?" Seru Teng Siok Soat dengan mata membelalak. "Hah ? Mengapa kau berkata begitu ? Jika aku mencintai gadis itu, mengapa aku mencari-cari kau sampai berbulan-bulan ?" Sambung Yun Leng. "Ah bohong" Sambung Teng Siok Soat. "Betul-betul aku hanya mencintai kau seorang" Seru Yun Leng. Tetapi kata- kata itu terpatahkan oleh kedatangan Shin Kai Lolo dan Kuk Kiat ditempat kedua orang itu. Kedua remaja itu memandang kearah ke datangan kedua orang tokoh yang yang telah beridi disamping mereka. Teng Siok Soat masoh tampak cemberut, sedangkan Ceng Yun Leng tampak tegang dan keningnya masih berkerut. Namun ketika pandangan matanya bertemu dengan nenek Shin Kai Lolo, pemuda itu memaksakan diri untuk tersenyum. "Hee-he-hee, kalian anak muda.., hem.. pandai benar mengambil kesempatan untuk berduaan hee..hee. hee..hee" Seru Shin Kai Lolo. Namun Teng Siok Siat tamhah cemberut dan memandang suhunya. "Suhu, aku akan pergi kalau suhu menggodaku terus !" Seru Teng Siok Siat dan akan melangkahkan kakinya. 8 11 Tetapi nenek itu menyandak lengan muridnya dan tertawa-tawa. "Hee.... hee kau anak aleman kita memang perlu cepat-cepat pergi dan menemui tamu agung kita. He hee hari ini kita akan makan lezat bersama-sama dengan tamu agung ... hee he !" Sambung Shin Kai Lolo. Sambil mengakhiri kata-katanya itu mereka telah meninggalkan tempat itu menuju kearah kapal layar milik Ouw Hin Lee. Wajah Teng Siok Soat masih tampak kuyu dan mulutnya masih jemberut. Sebenarnya dia adalah seorang gadis remaja yang sangat jelita seandainya dia mengenakan pakaian wanita dan tambutnya disanggul dengan rapi. Tetapi memang keadaannya saat itu memang disengaja, karena gadis itu memang sengaja mengenakan samaran sebagai seorang pemuda, maksudnya agar memudahkan dirinya dalam mengembara dikalangan Kang-ouw. Sepanjang perjalanan menuju ke tempat pertemuan itu mereka diam membisu, hanya mata Ceng Yun Leng yang selalu melirik kearah kekasihnya dan tiap lirikan mereka bertemu, hati pemuda itu berdebar. Memang Ceng Yung Leng sebenarnya sangat mencintai Teng Siok Soat dengan sepenuh hati, hanya gadis remaja itu menaruh syak wasangka dan cemburu buta terhadap kekasihnya. Dia menyangksikan bahwa antara Yun Leng dan putri ketua partai Kim-sai ada hubungan cinta. Adapun pada saat itu memang adalah hari yang sangat luar biasa. Hari-hari yang paling bahagta selama Kiam Ciu mengembara karena saat ilu dia telah dipertemukan oleh Thian kepada orang-orang yang sangat diciniai. Bukan saja adiknya dan kekasihnya yang selalu dirindukan itu ialah Ji Tong Bwee tetapi juga Ji Han Su dan Pek Giok Bwee kedua orang tua angkat yang telah dianggap seperti orang tuanya sendiri juga kehadiran paman angkatnya ialah Siauw Liang. Tong Kiam Ciu tidak dapat berbicara apa-apa, karepa menahan keharuan. Pemuda perkasa itu telah berlutut dihadapan ketiga Sin-ciu-sam-kiat. Dia telah menghaturkan sembah dan selanjutnya hanya diam. Ditempat itu juga tampak hadir Cit siocia. Tetapi kehadirannya seolah-olah tidak mendapat perhatian mereka. Gadis jelita itu seolah-olah tidak ada ditempat itu. Tapi Cit siocia juga tidak merasa sakit hati, karena gadis jelita dan liehay itu 8 12 telah memaklumi bahwa mereka sedang meluapkan kerinduan dan keharuan setelah lama saling berpisah. Tetapi ketenangan dan kemesraan itu tiba-tiba telah dirusakan oleh kehadirannya Shin Kai Lolo ditempai itu. "Hee-hee-hee-kita ketemu lagi anak muda hehehe". seru Shin Kai Lolo sambil tertawa gembira sekali. "Oh, Shin Kai Lolo ... ." Sambung Kiam Ciu sambil menghormat. Kemudian Tong Kiam Ciu memperkenalkan kedua orang tua serta pamannya. Mereka berempat telah saling berkenalan. kemudian Shin Kai Lolo telah mengetengahkan bahwa dia telah menyuruh sahabatnya ketua partai Ouw ki-pang untuk mengadakan perjamuan. "Aku sudah minta kepada Ouw Hin Lee ketua partai Ouw-ki-pang untuk mengadakan perjamuan" Kalian Sin-ciu-sam-kiat menjadi tamu kehormatan kami, ayohlah kita menemui Ouw Hin Lee" Seru Shin Kai Lolo selesai bicara itu sudah mau beranjak dari tempat itu. Tetapi ketiga pendekar dari daerah Shin Ciu itu tampak ragu-ragu. "Tetapi"." Sambung Ji Han Su ragu. "Sudahlah! Meskipun kita belum pernah berjumpa sebelum pertemuan ini, tetapi nama kalian telah banyak kami dengar dikalangan kangouw. Cobalah tanyakan kepada Tong Kiam Ciu. Ayolah kita berangkat sekarang !" Seru Shin Kai Lolo mengajak yang berada ditempat itu semuanya dengan tersenyum. Semuanya mengikuti nenek itu. tetapi Cit Siocia tidak mau turut. "Cit cici ayolah kita turut juga !" Ajak Jt Tong Bwee. Cit Siocia menggelengkan kepalanya seraya berkata . "Tidak, kau sajalah yang pergi !" Seru Cit Siocia kemudian gadis jelita itu mengajak Tong Bwee untuk menghadap Tong Kiam Ciu. "Kiam Ciu. meskipun kita pernah berselisih, tetapi akhirnya kuakui bahwa aku telah jatuh cinta padamu. Entah mengapa aku dengan begitu saja telah sangat 8 13 mencintaimu......" Cit Siocia berbicara dengan berterus terang kepada pemuda yang sangat didambakan itu tanpa tendeng aling-aling lagi. Sesaat lamanya mereka saling berpandangan, kemudian Kiam Ciu menundukkan kepala dan Cu Siocia menarik napas panjang. "Karena kau, aku telah banyak menghamburkan waktu untuk memancing dirimu. Karena kau pula aku telah salah tangan melukai adikmu ini. tetapi aku juga sudah mengobatinya. Kemudian aku telah menyadarinya bahwa Ji Tong Bwee lebih mencintaimu dan dialah yang berharga untuk mendampingimu Dia telah mengampuiniku dan kita telah bersumpah untuk bersaudara". Sekarang aku menyerahkan Tong Bwee kepadamu, kuharapkan kau menjaganya dengan baik-baik. Aku senantiasa mendoakan kebahagian untuk kalian berdua, Nah, kukira perjumpaan ini kita akhiri dulu, aku akan segera pergi dan mudah- mudahan kita akan berjumpa lagi kelak" Cit siocia mengakhiri kata-katanya. "Cici bukankah kita telah berjanji selalu akan berkumpul dan tidak akan berpisah?" Seru Tong Bwee. "Kau jangan timbulkan urusan begitu lagi. Sudahlah kau ikut dia dan aku akan segera pergi!' sambung Cit siocia sambil tersenyum. Warisan Jenderal Gak Hui Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Tetapi cici, kau sudah berjanji!" Ji Tong Bwee mendesak terus. "Ikut dia" Cit siocia membentak sambil dilambari ilmu Pan-yok-sin-im, karena pengaruh ilmu Pan-yok-sin-im itu, maka mereka tidak benarnya seperti orang linglung. Mereka meninggalkan Cu Siocia seorang diri. Ketika mereka sampai diatas kapal Ouw Hin Lee, Ji Han Su menanyakan apa sebenarnya Cit Siocia tidak ikut serta. "Mengapa Cit Siocia tidak turut datang ?" Tanya Ji Han Su kepada Tong Bwee. "Dia telah pergi!'" Jawab Tong Bwee dengan wajah keruh. Maka orang tua itu tidak melanjutkan pertanyaan. Mereka membisu. Sementara itu awan tipis telah tertiup angin dan menyelubungi bulan. Angin berhembus halus dan hawa terasa sangat sejuk. Bertepatan dengan itu pula, kapal layar yang indah milik Cit Siocia telah mulai bergerak. Indah sekali tampaknya. Sedangkan suasana sangat tenang. 8 14 Telaga Ang-tok-ouw tenang sekali, hanya sesekali air tertiup angin dan bergelombang halus menuju ketepian. Cit Siocia tampak menyendiri, menatap ke langit. Bulan yang berselubung mega angin halus berhembus, kericikan air telaga yang menghantam lambung perahu besar itu. Semuanya itu telah membuat hati gadis jelita itu bertambah sepi dan hanyut, pikirannya telah hancur luluh berkeping-keping rasanya. Ia telah melakukan pengorbanan yang besar, tetapi luhur. Seumur hidupnya dia belum pernah mendapat siksaan yang berat seperti kali ini. Bukankah semua laki-laki tunduk dihadapannya serta menuruti semua perintah dan kehendaknya ? Sekarang suatu kenyataan yang baru saja dialaminya, dia telah benar-benar terpukul hatinya. Dia mencintai seorang pendekar muda, cinia yang luar biasa hingga dia banyak mengorbankan waktunya hanya untuk mengejar pemuda itu. Tetapi dia telah berani berkorban pula demi cintanya kepada pemuda itu. Cit siocia telah berani berkorban dan menderita karena cintanya kepada pemuda itu juga tanpa disadarinya dia menaruh rasa sayang pula kepada gadis saingannya. Dia telah menyerahkan semuanya, menyerahkan harapannya kepada Tong Bwee. Kemudian membiarkan hatinya sendiri luluh karena cinta yang kandas. Dia telah bersumpah tidak akan mencintai laki-laki lain ! Tetapi apakah sumpah itu dapat dipenuhinya ? Entahlah keadaan yang akan menentukan nanti! Dengan hati luluh dan hancur itu Cit Siocia menatap kelangit memandangi bulan yang telah menyembul dari balik awan. Angin halus bertiup sejuk dan air telaga bergelombang kemudian terdengar riakan air membentur lambung perahu. Gadis itu tampak bertambah ayu parasnya karena tertimpa sinar rembulan. Siapapun yang memandangnya akan terhanyut dalam godaan asmara. Cit Siocia. Tapi saat itu dia sedang duka. Risau dan hancur luluh ha tinya. Diatas kapal layar milik Ouw Hin Lee tampak sangat sibuk dan diliputi suasana kegembiraaan. Karena diatas perahu besar itu sedang diadakan perjamuan dan pesta kemenangan dari partai Ouw ki-pang dan partai Kim-sai yang lelah berhasil menundukan partai Kong-tong. Tampaklah mereka 8 15 bergembira dan tertawa gelak-gelak seria menyanyikan lagu kemenangan bahkan ada yang menari-nari pula. Pesta yang sangat meriah itu diikuti oleh semua orang yang berada diatas perahu besar itu. Kalau mereka itu merayakan kemenangan dalam peperangan, tetapi lain halnya dengan Teng Siok Soat dan Ceng Yun Leng Kedua remaja ini tampak guratan hambar diwajahnya, sedangkan tertawanyapun hambar pula. Begitu pula Kiam Ciu dan Tong Bwee. Mereka bercanda dalam berpikir bukan saja dalam pertemuan itu yang mereka pikirkan. tetapi mereka mempunyai kesibukan pikiran sendiri. Kacau dan bingung meliputi hati mereka. Hal itu hanyalah orang-orang arif yang mengetahuinya. Tampaklah Shin Kai Lolo sangat bergembira, nenek itu rupa-rupanya telah banyak minum tuak hingga beberapa mangkuk maka terdengarlah dia telah banyak berbicara dan tertawa. Memang kalau nenek itu sedang mabuk dia lelah banyak tertawa dan bicaranya sangat ringan tak terkendali. Kemudian tampak Shin Kai Lolo mendekati Kiam Ciu dan mengajak pemuda itu untuk bersama- sama dia mengangkat mangkuk arak. "Hari ini kita telah berkumpul disini. Kau Tong Kiam Ciu, adalah seorang anak muda yang telah menggemparkan rimba persilatan Kau masih sangat muda dan baru saja terjun dikalangan Kangouw, tetapi namamu telah banyak dipuji dan dipuja orang. Bukan saja karena kelihayanmu, tetapi karena sepak terjangmu yang suka menolong dan budiman itu yang banyak dihormati. Orang hingga aku siorang tua bangka ini, merasa hormat padamu ! Marilah kita minum untuk kehormatan itu !" Seru Shin Kai Lolo sambil mengangkat mangkuk araknya dihadapan Tong Kiam Ciu. Tong Kiam Ciu berdiri dan menghormat kemudian mengangkat mangkuknya sambil tersenyum dan menyahut dengan kata-kata menghormat pula. "Kau orang tua kelewat memujiku!" Seru Tong Kiam Ciu. "Hee... hee... hee kau terlalu merendahkan diri arak muda !" Sambung nenek itu setelah selesai meneguk araknya kemudian tampik dia memperhatikan sesuatu dan berseru dengan suara berubah nadanya Hemmm, kita kedatangan tamu lagi. Hei tamu ! Jika kau ada urusan mengapa tidak segera datang saja kemi !" Seru Shin Kai Lolo dengan memandang ke suatu arah. 8 16 Semua yang hadir di tempat itu berhenti berbicara dan tertawa, mereka berusaha mendengarkan sesuatu, kemudian Tong Kiam Ciu telah meloncat dan menghormat kepada orang-orang tua didekatnya. "Biarkan aku pergi dulu untuk menyelidiki keadaan !" Setu Tong Kiam Ciu. kemudian seorang laki-laki yang bertubuh pendek dengan wajah seram dan alisnya tebal kaku serta hidungnya yang besar. Orang itu bernama Ho Beng wakil ketua Ouw-ki-pang tahu-tahu telah berdiri dan beranjak kedepan "Tong siauwhiap! Aku juga turut! Aku dari sebelah kanan dan kau kesebelah kiri" Seru Ho Beng sambil melangkah keluar dari ruang pesta itu. Setelah sampai diluar mereka berpisah, Tong Kiam Ciu membelok kekiri, sedangkan Ho Beng kesebelah kanan Suasana diatas geladak kapal layar itu seketika menjadi sepi. Hanya terdengar suara angin berhembus dan gerakan air membentur lambung perahu. Tong Kiam Ciu memanjat tiang layar, dari atas dia memandang kebawah memeriksa keadaan perahu itu, Tetapi sampai sebegitu jauh Tong Kiam Ciu tidak melihat ataupun mendengar suara apa-apa yang mencurigakan. Apakah Shin Kai Lolo salah mendengar karena terlalu banyak minum?" Pikir Tonn Kiam Ciu. Ia lekas-lekas turun tangan dan ketika tiba diatas geladak dia sangat terperanjat ketika dihadapannya terlihat Shin Kai Lolo telah berada di tempat itu dengan tiba-tiba dan sama sekali tidak mengeluarkan suara. "Angkatan tua, mengapa kau juga turut keluar?" Tegur Kiam Ciu. "Hehehe kau masih terlalu muda dan belum berpengalaman. Kita dalam keadaan begini harus hati-hati ...." Sambung Shin Kai Lolo dengan suara setengah berbisik. "Ya ...." Sahut Kiam Ciu. "Apa kau tidak melihat sesuatu?" Bisik Shin Kai Lolo sambil melirik ke sekitar tempat itu. "Tidak" Jawab Kiam Ciu sambil mengerutkan keningnya "Rupa-rupanya kau juga dalam kesulitan?" Tegur Shin Kai Lolo. 8 17 "Biasa saja, kesulitan yang mana?" Jawab Kiam Ciu gugup. Nenek itu tersenyum mendapat jawaban Kiam Ciu. Tetapi senyuman itulah justru yang membuat hati Kiam Ciu jadi gelisah. "Kau masih muda dan belum berpengalaman, kau harus berhati-hati dalam keadaan ini ..." Bisik Shin Kai Lolo mengulangi kata-katanya tadi dan tersenyum. Kiam Ciu memandang wajah nenek itu kemudian dia menarik kesimpulan bahwa Shin Kai Lolo hanya mempermainkan dirinya, atau memang terlalu banyak minum arak? "Memang aku dalam kesulitan, aku mencari seorang musuh besarku sampai sekarang belum dapat kuketemukun...." Bisik Kiam Ciu. "Hah?" Sahut nenek itu sambil memandang kearah Kiam Ciu. "Ya, benar aku telah berusaha untuk mencari musuh besarku itu hampir selama satu tahun, tetapi sampai saat ini belum juga kuketemukan. Karena..........." Sambung Kiam Ciu terputus lagi. "Karena apa ? Siapakah musuh besarmu itu?" Tanya Shin Kai Lolo. Sambil menunjuk kearah bulan Kiam Ciu menyahut. "Menurut suhuku Pek-hi-siu-si, bahwa musuh besarku itu bernama Ciam Gwat" Sahut Tong Kiam Ciu. "Hem, Ciam Gwat ? Dia sangat sukar dilihat orang. Hanya beberapa jago silat saja yang pernah melihatnya, ilmu silatnya sangat lihay...." Sambung Shin Kai Lolo tampak sebaris guratan asam di wajah nenek itu. Tetapi Kiam Ciu mendesaknya. Pemuda itu merasakan, seolah-olah Shin Kai Lolo pasti telah mengetahui rahasia musuh besarnya itu. "Angkatan tua apakah kau kenal atau telah pernah mengenalnya?" Tanya Kiam Ciu mendesak dan berharap. "Ya." Jawab nenek itu sambil mengangguk. "Lalu." Sahut Kim Ciu tak sabar. 8 18 "Kau sebenarnya hampir menemuinya. Kau telah mendapat suatu alat untuk menemukan musuh besarmu tetapi karena kau belum mengenalinya maka kesempatan itu telah kau lepaskan berlalu saja!" Shin Kai Lolo menjelaskan. Justru karera keterangan itulah maka Kiam Ciu bertambah penasaran. Pemuda itu bertambah gelisah. Mengapa nenek itu mengatakan bahwa dia telah mendapat jalan dan mendapat kesempatan yang baik sekali untuk menjumpai Ciam Gwat, yang mana kesempatan itu Yang mana jalan itu? Semuanya itu membuai hati pemuda itu bertambah gelisah saja. Gurunya sama sekali tidak memberikan gambaran orang yang sedang dicarinya itu. Baik wajahnya, bentuk tubuhnya maupun kelihayannya. Dia hanya mengenal namanya saja. Itupun nama gelar musuh besarnya itu saja dan sama sekali dia tidak mengenal wajahnya maupun ketangguhan orang yang akan dihadapinya itu. Kiam Ciu bertambah bingung dan mendongkol dengan keterangan Shin Kai Lolo tadi. Kau hampir menemukannya, kau telah mendapat jalan ! Semuanya itu menggelisahkan hatinya. "Angkatan tua, jika aku telah menemukan jalannya Maka beritahukanlah padaku keterangan-keterangan yang jelas agar aku dapat menemukan Ciam Gwat dengan cepat. Aku akan merasa sangat berterima kasih padamu", kata Kiam Ciu memohon dan menghormat nenek itu. Sesaat lamanya Shin Kai Lolo terdiam. Nenek itu memejamkan matanya, kemudian terdengar helaan nafasnya, sikapnya kini telah berubah syahdu. "Ciam Gwat adalah seorang pendekar yang berwatak aneh dan keji. Karena barang siapa yaug telah melihat wajahnya maka orang itu akan binasa ditangannya, maka aku ..." Kata-kata Shin Kai Lolo terputus, nenek itu menghela nafas sejenak. "Maka bagaimana ?" Desak Kiam Ciu dengan perasaan tidak sabar. "Hem, aku tidak ingat lagi pada tahun apa saat itu. Aku pernah sangat membencinya saat itu, dia adalah seorang yang sangat ajaib dan saat itu benar aku tidak dapat berbuat apa-apa terhadapnya. Namun aku masih dapat memberikan sedikit petunjuk kepadamu, jika seandainya dia berhasil kau cari 8 19 dan lagi dia sudi mengatakan bahwa dia itu adalah Ciam Givai, maka pada saat itulah kau akan mengetahui bagaimana sifatnya dia!" Seru Shin Kai Lolo merangkak, kemudian nenek itu memandang Kiam Ciu sejenak dan menarik napas. Suasana sesaat lamanya menjadi hening, mereka berdua terdiam sedang air telaga masih terus berombak dengan tenang karena hembusan angin perlahan, sedangkan bulan masih timbul tenggelam diselubungi oleh mega di langit. Bintang-bintang berhamburan dan hawa terasa sejuk, suara angin menghembus tali temali menimbulkan suitan-suitan panjang seolah-olah bagaikan rintihan. "Apakah ka n peria', dengar rentang Kim leng Ji-*u ?" Tanya nenek nu sambil menian daug wajah Kiam ( 'm "Angkatan tua. bukankah kau pada waktu dua puluhan tahun silam telah banyak dikenal dan dimalui di kalangan Kang-ouw, bersama dengan Kim-leng Ji-su ?" Sambung Kiam Ciu ganti menanya. Mendengar kenyataan jawaban Kiam Ciu itu, maka nenek itu mengangguk dan tersenyum. Kemudian meneruskun berbicara lagi. "Pada sekira dua puluh tahun yang silam, dia tinggal di sebuah tempat di propinsi Yun-nan dutas puncak Jit Tiauw Hong di pegunungan Tiam-cong-san. Mungkin juga saat ini dia masih tinggal ditempai itu. Kim-leng Ji-su terpaksa tinggal seorang diri dan terpencil ditempai yang sepi itu juga disebabkan oleh Ciam Gwat. Jika kau telah berhasil dapat menjumpai Kim-leng Ji-su maka kau akan mendapatkan keterangan yang jelas tentang keadaan dari siapa adanya Ciam Gwat itu" Shin Kai Lolo menerangkan dan memberikan sedikit gambaran betapa pengaruh yang tidak baik pernah disebarkan oleh Ciam Gwat di kalangan Kang-ouw. Tong Kiam Ciu setelah mendengar keterangan itu lalu menarik napas panjang. Dia merasakan bingung dan penyesalan yang mana dia harus menepati sebuah janjinya kepada sinenek di lembah Si kok. Juga dia harus berbuat sesuatu untuk segera menemui Kim-leng Ji-su di puncak Jit-tiauw-hong. Warisan Jenderal Gak Hui Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dua masalah yang mempunyai arti besar bagi hidupnya. Yang satu sebuah janji dan yang satunya lagi untuk keperluan pribadi. 8 20 Sebenarnya semuanya untuk kepentingan pribadinya juga kelakuannya. Demi kepuasan dan tercapainya apa yang dimauinya. Untuk kepentingan pribadi. Tetapi sama beratnya dan diatur seluruhnya agar dapat dilaksanakannya semua. Dalam keadaan sepi dan tenang lenggang itu, tiba-tiba Shin Kai Lolo mengerutkan kening dan sambil memutar wajahnya kearah Kiam Ciu dia bertanya. "Barusan apakah kau tidak mendengarkan sesuatu yang laur biasa !" Goda Remaja Karya Kho Ping Hoo Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung Bara Naga Karya Yin Yong