Ceritasilat Novel Online

Pendekar Satu Jurus 20


Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL Bagian 20


Pendekar Satu Jurus Karya dari Gan K L   Suara sorak-sorai akhirnya pun berhenti, sambil mengelus jenggotnya Sin-jiu Cian Hui terbahak-bahak.   "Hahaha bila kita tinjau dan suara sorak sorai barusan ini, tak perlu diragukan lagi dunia persilatan pasti akan berada dalam kekuasaan saudara Hui"   Serunya kembali ia menengadah dan terbahak-bahak sehingga orang lain tak dapat menangkap maksud yang terkandung dalam pancaran sinar matanya.   Leng kok-siang-hok meski juga ikut bergembira bagi kesuksesan Hui Giok, akan tetapi mereka kelihatan murung, diam-diam kedua orang itu menyingkir dari situ, menuju batu padas di sebelah barat sana.   Sementara itu Hui Giok sedang berkata sambil tersenyum.   "Aku tak berani menerima sanjungan saudara Cian itu sebab pada hakikatnya kepergian Tham congpiautau tadi adalah karena dia mengingat hubungan baik kami di masa lalu."   "Hahaha, kelirulah saudara Hui bila berkata demikian,"   Sin-jiu Cian Hui bergelak tertawa.   "bayangkan saja, Liong-heng-pat ciang Tham Beng itu manusia macam apa? sekalipun ia mempunyai hubungan baik dengan saudara Hui pada masa lampau. tak nanti dia akan bertindak merugikan nama baiknya hanya demi memandang hubungannya denganmu, Ketahuilah orang ini selalu bekerja tidak kepalang tanggung, bila perlu dia akan membunuh setiap pengalang yang merintanginya, mana dia bisa mengingat hubungan masa lalu. Hmm..."   Setelah mendengus dia berhenti sebentar lalu sambungnya lagi "Hui-heng.   kedatanganku sekarang justeru hendak memberi tahu kepadamu apa sebenarnya hubungannya antara Liongheng- pat-ciang Tham Beng dengan Hui-heng, cuma sekarang belum tiba saatnya untuk kubicara, maka harap tunggu sebentar lagi, nanti Hui-heng akan mengetahui dengan sendirinya sebenarnya Liong-heng pat ciang Tham Beng mempunyai hubungan budi..."   Hui Giok berkerut dahi timbul kecurigaan di dalam hatinya, dia bertanya keheranan "Saudara Cian, sebenarnya apa maksud perkataanmu ini? Aku benar-benar tidak paham, apakah ..."   Tapi sebelum kata-katanya berakhir dengan dahi berkerut mendadak Sin-jiu Cian Hui membentak.   "Cuma beberapa orang ini saja?"   Hui Giok berpaling tertampaklah dari kerumunan orang banyak tiba-tiba muncul puluhan orang laki-laki berbaju hitam, ada yang membawa senjata tajam ada pula yang menelikung tangan sekawanan jago persilatan dengan ilmu Kim-na-jiu hoat, tapi yang jelas orang-orang itu diseret keluar dari kerumunan orang banyak.   Diantara kawanan jago yang tertangkap itu ada yang masih coba meronta, tapi ada pula yang hanya menurut dengan membangkang wajah mereka sama diliputi rasa kaget, heran, marah dan takut.   Malahan di antaranya ada pula yang sedang bertanya dengan nada gugup.   "A ada urusan apa?"   Sin-Jiu- hong Cia Pin terdapat di antara gerombolan yang ditangkap, wajahnya pucat, langkahnya sempoyongan tampaknya ia sudah menderita luka yang cukup parah.   Dua orang laki-laki setengah baya yang bertubuh kurus, jangkung dan berwajah menyeramkan seorang dengan bersenjatakan sepasang poan koan-pit mengikut dengan ketatnya di belakang Cia Pin, sedang yang lain berkantung kulit di pinggangnya, bertangan kosong dan gerakan yang lincah mengikut di belakang gerombolan itu dari jarak dekat tangan entah menggenggam senjata rahasia apa, tapi matanya yang tajam mengawasi terus langkah orang-orang itu.   Kedua orang ini belum dikenal, tampaknya bukan anggota Long bong-san-ceng, dilihat dari mukanya yang bengis, jelas mereka adalah tokoh-tokoh kalangan Lok-lim yang hidup dalam kekerasan.   Hati Hiu Giok tergerak, dengan perasaan tak mengerti ia tanya "Sebenarnya apa yang telah terjadi."   "Orang-orang ini sama sekali tak pandang sebelah mata kepada Hut-taysianseng, maka harus kuberi hajaran yang setimpal pada mereka agar orang persilatan tidak lagi meremehkan kebesaran serta kewibawaan Hui taysianseng."   "Tapi .."   Hui Giok berkerut kening. Sebelum kata-katanya berlanjut, senyum yang menghiasi wajah Sin-jiu Cian Hui tiba-tiba lenyap tak berbekas, dengan suara tertahan ia menegur.   "Liok-lote, apakah tak ada orang lain lagi?"   Laki-laki kurus berkantong kulit di pinggangnya itu maju ke muka, setelah memberi hormat katanya.   "Ribuan orang yang berkumpul di bukit ini bertepuk tangan dan bersorak-sorai begitu mendengar nama Hui-taysianseng, kecuali belasan orang ini yang membungkam dan sudah tiada orang lain lagi."   Sin-jiu Cian Hui mendengus "Hmm, bagaimana pula dengan Piauthau she Cia itu"   Tanyanya sambil manggut-manggut.   "Ketika melihat kemunculan Cengcu ia lantas berusaha kabur dari sini, aku dan Jite segera melakukan pengejaran, ia coba melawan tapi setelah kusambit pantatnya dengan jarum Jit hui bwe-hoa (bunga hwe tujuh kelopak) kemudian Jite yang menyusul tiba menambahi pula dengan suatu pukulan Hian-nio-hua-sah (burung hitam menyambar pasir) baru ia menyerah kalah."   Meskipun sikapnya terhadap Sin jiu Cian Hui cukup menghormat tapi baik dalam berbicara maupun dalam tindak tanduknya menunjukkan keangkuhan jelas ia merasa bangga atas kemampuan ilmu silatnya.   Hui Giok semakin bingung dan curiga akhirnya iapun bertanya dengan dahi berkerut.   "Apakah lantaran orang2 ini tak mau bertepuk tangan dan bersorak untukku, maka mereka ditangkap oleh saudara-saudara yang Cian heng persiapkan di sekitar tempat ini?"   Sin jiu Cian Hut pura2 tidak mendengar pertanyaan itu, sambil ter-bahak2 ia malah berseru "Coba lihat, aku sampai lupa memperkenalkan kedua orang saudaraku ini kepada Hui-heng "   Sambil tergelak dia lantas menuding laki2 yang menggembol kantung kulit, katanya.   "Dia ini adalah Toako dari Pa-san-siang-sat (sepasang malaikat dari Pa-san), seorang begal budiman yang selama ini beroperasi di sekitar Su-cuan dan Io-larn, orang menyebutnya sebagai Bu-imbwe- hoa kui-kiam-ciu (Bunga bwe tanpa bayangan yang membikin setan pun pusing) Liok Thianhoa. Dan inilah Hui-taysianseng, tentunya kau sudah mendengar nama besarnya bukan? jadi aku tak perlu menerangkan lebih jauh."   Walaupun Hui Giok masih merasa kaget bercampur curiga, tapi ia tak mau bikin malu orang, terpaksa kata-kata yang akan diucapkan ditahan, sambil menjura sahutnya dengan tersenyum.   "Selamat berjumpa... selamat berjumpa!"   Padahal yang benar ia belum pernah mendengar nama Pa-san_siang-sat, tentu saja iapun tak tahu kedua bersaudara ini sudah lama sekali tersohor di kalangan Hek-to.   Selamanya mereka bekerja sendiri, bukan saja hatinya kejam, tangan mereka sudah penuh berlumuran darah, oleh sebab baru-baru ini mereka dikejar oleh seorang musuh bebuyutan yang lihai, dan walaupun mereka berdua licik dan banyak tipu muslihatnya, tapi karena musuh mereka lebih kuat, kungfunya lebih lihai, akhirnya mereka menggabungkan diri dengan pihak Long bong san ceng.   Waktu itu Sin Jiu Cian Hui sedang membutuhkan orang, sudah tentu kedatangan mereka disambut dengan gembira.   Wajah Bu im bwe ho akui kian ciu menampilkan senyuman dingin dan palsu, sambil memberi hormat, katanya.   "Kami berdua bersaudara telah menggabungkan diri dengan Perserikatan orangorang Kanglam, mulai sekarang kami adalah anak buah Hui Taysianseng, setiap perintah Hui Taysianseng, sekalipunj harus terjun ke lautan api, kami bersaudara pasti tak akan menolaknya."   "Bagus, bagus."   Seru Sin Jiu Cian Hui sambil tergelak.   "Hui-heng, bukan saja Liok lotoa adalah seorang laki-laki sejati, Liok Jite yang disebelah sana pun seorang gagah yang jarang ada dalam dunia persilatan."   Kemudian sambil menuding laki-laki bersenjata Poan koan pit, katanya.   "Dia adalah orang kedua Pa-san siang-sat yang disebut Tui hong tiat pit ceng kangouw (pit baja memburu angin yang menggetar sungai telaga) Liok Thian li. Liok jihiap, mereka berdua bukan saja memiliki kungfu yang hebat, mereka pun mahir menggunakan senjata rahasia yang ampuh, setelah mereka jadi anak buah saudara Hui, apalagi yang perlu dikuatirkan oleh Persewrikatan orang2 Kanglam?"   Dengan rasa apa boleh buat Hui Giok mengangguk, tapi ia tak lupa kembali pada pokok pembicaraan, katanya pula.   "Saudara Cian, apabila orang-orang ini memang..."   "Tindakanku ini mempunyai maksud yang dalam."   Tukas Sin Jiu Cian Hui cepat.   "harap saudara Hui tunggu sebentar lagi, segera kau akan tahu apa yang terjadi sebenarnya."   Dalam pada itu Sin lu tui hong Cia Pin dengan mata yang bengis masih terus mengawasi ke arah sini, tiba-tiba ia berteriak.   "Orang she Cian, apa yang hendak kau lakukan terhadap aku orang she Cia?"   Sin jiu Cian Hui tertawa dingin, pelahan ia maju ke muka dan sahutnya dengan ketus.   "Coba terkalah apa yang hendak kulakukan terhadap dirimu?"   Meskipun sudah terluka, tapi keangkuhan Sin-lu tui hong tidak berkurang, kendatipun luka di tubuhnya terasa sakit sekali hingga harus ditahan dengan menggigit bibir ia tertawa seram.   "Hehehe ingin kulihat apa yang berani kau lakukan terhadap Cia-toapiautau. Kecuali bila di kemudian hari kau tak ingin muncul lagi dalam dunia persilatan. Hahaha, para Piausu dari Huiliong- piaukiok tak nanti akan berkerut dahi meskipun batok kepalanya dipenggal orang! Cuma, wahai orang she Cian beranikah kau melakukannya? Kau berani.."   Belum kata-kata itu berakhir, tiba2 Tui-hong tiat pit-ceng-kangouw tertawa dingin, ujung pitnya berputar lalu dengan gagang poan koan pit yang keras ia ketuk bahu Cia Pin.   Cia Pin menjerit kesakitan lalu jatuh terkapar sepintas lalu, ketukan Liok Thian li itu tampaknya pelahan, pada hal disertai enam bagian tenaga murninya, ketukan tersebut telah menghancurlumatkan tulang bahunya, penderitaan tulang hancur sekalipun seorang laki baja juga tak tahan, apalagi Sin-lu-tui hong Cia Pin.   Saking sakitnya peluh dingin membasahi sekujur tubuhnya, ia meronta bangun dan memaki kalang kabut.   "Orang she Cian, bila berani bunuh saja Cia-toaya ini, bila kau hendak menggunakan cara keji untuk mempermainkan diriku, jangan salahkan diriku jika kucaci-maki nenek-moyang tujuh belas keturunanmu"   Bagaimanapun juga sejak masih muda ia sudah terjun ke dunia persilatan sedikit banyak kebiasaan orang Kangouw sudah tumbuh dalam hati sanubarinya, maka setelah kesakitan, tak tertahan lagi meluncurlah kata2 kasar seorang persilatan.   Sedingin es wajah Sin-jiu Cian Hui, setajam sembilu sorot matanya dipandangnya orang itu dengan dingin, ejeknya "lngin kuketahui bagaimana caramu memaki orang?"   Kipasnya bergoyang berulang kali, Tui-hong-tiat-pat Ljok Thian li dengan dahi berkerut segera mengetuk sekali lagi.   Ketukan kali ini menggunakan tenaga yang lebih kuat, yang dituju adalah tulang bahu sebelah lain sekali lagi Cia Pin menjerit kesakitan.   "Ayo makilah!"   Ejek Liok Thian li sambil tertawa dingin.   Kedua tulang bahu Cia Pin sudah hancur, sakitnya merasuk ketulang sumsum dia tak sadar lagi dan tentu saja tiada kata2 makian yang dapat diucapkan.   Menyaksikan kekejaman Sin-jiu Cmn Hui para jago berdiri tertegun, Hui Giok tak tahan.   Segera ia bergerak maju untuk mencegah, tapi sebelum ia melakukan sesuatu tindakan, dari kerumunan orang banyak telah muncul seorang laki baju merah dan berteriak keras dia adalah si Jengger Ayam Pau Siau-thian.   Setibanya di depan Cia Pin, ia rentangkan tangannya lebar-lebar, lalu kepada Sin jiu Cian Hm bentaknya dengan mata melotot.   "Cian-cengcu, apakah betul2 hendak kau hajarnya sampai mampus ?"   Cian Hui memandangnya sekejap dengan dingin, lalu balik bertanya.   "Bukankah kau ini si Jengger Ayam Pau Siati-thian dari Kim keh-pang?"   "Betul!"   Cian-cengcu, orang she Cia ini tidak terlalu busuk diapun tidak melakukan kesalahan apa2, lagi pula mempunyai budi terhadap diriku, mengapa kau bersikap sekeji ini terhadapnya"   Dengan wataknya yang kasar, ucapan itu pun tidak sungkan-sungkan, ia lupa bahwa lawan bicaranya adalah Sin jiu Cian Hui yang kejam.   Kontan saja Pa-san-siang-sat yang berada di belakangnya berubah air mukanya, nafsu membunuh menyelimuti wajahnya.   Demikian pula halnya dengan para jago.   Sedang Hui Giok diam-diam menghela napas, pikirnya "Orang ini tak malu disebut seorang laki2 sejati, setelah menerima budi orang sampai mati pun tak melupakannya."   Dia berpaling, dilihatnya Sin Jiu Cian Hui berdiri dengan wajah sedingin es dan lagi berkata.   "Sebagai anggota Perserikatan orang2 Kanglam, tanpa sebab kau telah menerima budi orang, hal ini merupakan dosa, kemudian kau berani bertingkah di hadapan Hui taysianseng dan diriku, hmm aku ingin bertanya kepadamu, kau anggap dirimu ku siapa? Berani mengucapkan kata-kata semacam itu di sini, apa kau tidak takut mampus?"   "Lantas apa yang mesti kukatakan?"   Keh koan Pau Siau-thian balas berteriak, Memangnya aku harus berlutut di hadapanmu?"   Baru selesai dia bicara pit baja Liok Thian-h sudah berkelebat secepat kilat Pau Siau-thian segera merasa lututnya kaku dan sakit luar biasa tak lahan lagi ia jatuh berlutut di tanah. Hui Giok diam2 ikut kaget menyaksikan adegan itu, pikirnya.   "Sungguh cepat gerak tangan orang she Liok ini!"   Tiba2 Keh-koan Pau Siau-thian membentak dan berusaha berdiri lagi, tapi Tui-hun tiat-pit telah bertindak lebih cepat sepasang pil baja berkelebat ke muka, masing2 menutuk jalan darah Gankeng dan Cit-ti di tubuh lawan, belum habis Pau Siau thian berteriak sudah tertotok kaku bagaikan patung, tubuh tak bisa berkulit mulutpun tak mampu terkatup.   "Hehehe, sungguh tak tersangka dalam perkumpulan Kim-keh-pang terdapat manusia tak becus seperti ini,"   Ujar Sin-jiu Cian Hui sambil tertawa dingin "hari ini aku harus mewakili Siang It ti untuk memberi hajaran setimpal kepada manusia tak berguna macam ini."   Dengan dahi berkerut kembali ia memberi tanda kepada Pa-san-siang-sat.   Kedua bersaudara dari Pa-san itu segera mengempit Cia Pin dan Pau Siau-thian.   Air muka para jago sama berubah hebat belasan orang berbaju hitam yang tertangkap pun menjadi pucat saking takutnya mereka betul2 tak berani berkutik.   Seorang laki2 kekar yang ketakutan hingga berkeringat dingin tiba2 jatuhkan diri berlutut di tanah, sambil merangkak maju teriaknya keras-keras "Aku tadi ikut bersorak tanpa sengaja, Ciancengcu, ampunilah jiwaku! Aku sama sekali tiada hubungan apa2 dengan Hui-liong piaukiok, aku justeru penyanjung perserikatan orang2 Kanglam.   Hidup Cian-cengcu! Hidup Hui-taysianseng!"   Hui Giok berkerut dahi lalu menghela napas panjang "Saudara Cian, kau tak boleh berbuat demikian!"   Katanya lembut. Ketika berpaling, tiba2 dilihatnya Pa-san-siang-5at yang mengempit Cia Pin dan Pau Siauthian sudah menuju ke tempat kegelapan segera ia membentuk.   "Tunggu sebentar."   Dengan suatu gerakan cepat dan enteng, ia melayang turun tepat di hadapan Pa-san-siangsat. Melihat kejadian itu, air muka Sin-jiu Cian Hui berubah hebat, tapi sejenak kemudian sambil tersenyum ia berkata.   "Saudara Hui kau tidak tahu, bangsat2 itu..." "Bagaimana pun juga kedua orang ini tidak ada dosa yang pantas dihukum mati,"   Tukas Hui Giok dengan muka kereng.   "tidak seharusnya kau berbuat sekeji itu terhadap mereka."   Sin-jiu Cin Hui tertawa terkekeh "Tiap perkumpulan mempunyai peraturan perkumpulan tiap rumah tangga mempunyai peraturan rumah tangga, saudara Hui..."   Hui Giok sekarang sama sekali tidak lemah sebagai Hui Giok yang dulu, dengan mata berkilat tajam menyela dengan suara berat.   "Ya, benar tiap perkumpulan mempunyai peraturan perkumpulan, tapi apakah kau sudah lupa siapakah Beng-cu Perserikatan orang2 Kanglam?"   Air muka Sin-jiu Cian Hui berubah tebal ia memandang sekejap ke arah kawanan jago di sekeliling tempat itu dan segera membentak "Setelah Hui-taysianseng memberi perintah.   kenapa tidak cepat2 bawa kedua orang itu untuk merawat luka mereka dengan baik2 dan membebaskan jalan darahnya, apakah kalian sudah lupa siapakah Beng-cu Perserukatan orang2 Kanglam?"      Jilid ke- 16 Berbicara sampai di sini.   "sinar matanya yang hambar mengerling sekejap ke arah kedua Liok bersaudara."   Sudah tentu Pa-san-siang-sat tak berani membangkang, dengan hati2 mereka mengangkat Cia Pin dan Pau Siau-thian dan menerobos ke tengah kerumunan orang banyak. Seperginya mereka, Hui Giok berkata sambil menghela napas panjang.   "Saudara Cian, sebetulnya Aku tidak bermaksud demikian, Cuma..."   "Hahaha, aku kan sudah lama kenal Bengcu"   Cian Hui sambit terbahak-bahak.   "masa siaute tidak tahu akan watak mulia dan bajik Bengcu? Padahal Siaute mana ada niat membereskan mereka? Aku cuma menakuti mereka saja, agar mereka tidak melupakan perserikatan kita"   Laki-laki baju abu-abu yang bermuka tirus yang berlutut di tanah tadi mendadak meronta serta melepaskan diri dari cengkeraman laki-laki berbaju hitam kemudian lari ke arah Hui Giok dan berlutut di hadaparmya, ia merengek rengek minta ampun.   "Ampun, Hui taysianseng, ampunilah jiwaku!"   Sin jiu Cian Hui segera memberi tanda, kedua orang laki2 berbaju hitam segera memburu maju. Melihal hal ini laki2 tersebut tambah ketakutan, ia meratap lebih keras.   "Tolonglah aku ampunilah jiwaku"   Hui Giok berkerut kening, meskipun ia merasa perbuatan orang itu sangat memalukan, saking takut mati sampai menyembah di depan orang, tapi dasar hatinya mulia, timbul juga rasa kasihannya.   "Siapa yang hendak merenggut nyawamu, buat apa kau . ."   Belum habis perkataannya, mendadak ia merasakan segulung angin pukulan yang maha dahsyat terpancar keluar dan telapak tangan laki2 tersebut.   Laki-laki bermuka kunyuk yang merangkul kaki Hui Giok sambil merengek-rengek itu tiba-tiba melancarkan serangan maut ke punggung Hui Giok sambil membentak.   Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Orang she Hui, serahkan nyawamu""   Kejadian ini berlangsung sangat mendadak, semua orang sama menjerit kaget, Leng-kok siang-bok melompat maju bersama, sedang Sin-jiu Cian Hui memandang kejadian itu dengan mata berkilat, entah kaget. entah gusar entah gembira?"   Hui Giok yang berada dalam rangkulan laki2 berbaju abu-abu itu merasa tubuhnya bagaikan dijepit oleh tanggam besi, seluruh anggota badan sukar digerakkan, sementara para jago menjerit kaget, tubuh Hui Giok sudah roboh terkapar.   Leng kok-siang-bok terperanjat, dadanya se-akan2 dihantam keras, tubuh yang sudah bergerak cepat itu seketika terhenti.   Sesungguhnya perhatian kedua orang ini terhadap Hui Giok memang tak bisa dilukiskan dengan kata2 Jeritan kaget berkumandang di sana-sini, dengan dahi berkerut Sin-jiu Cian Hui segera membentak "Bangsat yang tak tahu diri, tangkap!"   Setelah laki2 itu berhasil dengan serangannya segera ia melompat ke sana dan kabur dengan gerakan yang amat cepat, sama sekali tiada tanda-tanda merengek minta diampuni seperti tadi.   Walaupun waktu itu dua orang berbaju hitam yang menyusulnya sudah tiba di dekatnya, ternyata seketika tak mampu menyusulnya, tampaknya asal dia melompat sekali lagi maka tubuhnya akan lenyap dalam kegelapan.   Pada saat yang gawat itulah jeritan kaget kembali berkumandang, tiba2 muncul beberapa orang berbaju hitam dari tempat kegelapan dan berusaha mengadang jalan lari orang itu.   Sin Jiu Cian Hui tidak tinggal diam, dia ikut melambung ke udara dan melakukan pengejaran.   Leng-kok-siang-bok ragu sejenak, akhirnya ikut mengejar ke sana.   Akan tetapi baru beberapa langkah, Hui Giok yang terkapar di tanah mendadak melejit bangun dengan kepala di depan dan kaki di belakang dia meluncur ke sana, bentaknya.   "Hendak lari ke mana?!"   Gerak tubuh laki-laki baju abu2 yang teramat cepat itu seketika merandek sejenak karena terkejut mendengar bentakan tadi, saking kagetnya hampir saja ia menjerit.   Dia yakin ilmu silatnya tak lemah, iapun yakin serangannya tadi berhasil menghantam punggung Hui Giok disertai tenaga dalam yang luar biasa, iapun percaya serangan sedahsyat itu cukup meremukkan isi perut seorang jago paling lihay di dunia persilatan.   Meski kungfu Hui Giok memang hebat, tapi usianya semuda itu, mungkinkah ia mampu menahan pukulan mautnya tadi? Tapi kenyataan suara bentakan Hui Giok berkumandang dari belakang, suara penuh mengandung tenaga dalam yang sempurna, hal ini membuktikan bukan saja ia tidak mati, bahkan sama sekali tidak menderita luka dalam.   Karena terkejut dan sedikit merandek tadi, Hui Giok sudah meluncur tiba, tangan kiri secepat kilat menyambar ke depan, kelima jari tangannya dapat mencengkeram baju lawan.   Suasana kembali jadi gempar, air muka Sin-jiu Cian Hui sekali lagi mengalami perubahan ketika dilihatnya Hui Giok tak mati, perasaannya entah gembira atau kecewa.   Dalam pada itu ketika merasa bajunya dicengkeram orang, laki-laki berbaju abu-abu itu meronta sambil menerjang maju ke muka.   "bret", bajunya robek, cepat-cepat dia menerjang lebih kuat ke sana. Sin-jiu Cian Hiu segera membentak "Lihat serangan."   Desingan angin tajam menyambar, ia telah menggunakan kipasnya sebagai senjata rahasia dan disambitkan untuk menyerang jalan darah Ki-hay hiat di punggung laki-laki itu dengan cara seperti membidikkan anak panah dan mengenai sasaran dengan tepat.   Begitu laki-laki itu terkena serangan, ke empat orang baju hitam segera melompat maju dan membekuknya, salah seorang di antaranya memungut kembali kipas itu dan diserahkan kepada Sin-jin Cian Hui.   Hui Giok yang barusan diserang sama sekali tidak mengunjuk rasa kaget atau gugup, ia tetap tenang seolah-olah kejadian tadi bukan menimpa dirinya.   Melihat ketenangan pemuda itu, air muka Sin-Jiu Cian Hui untuk kesekian kalinya berubah, sambil menerima kembali kipasnya, katanya dengan menyesal.   "Sungguh berbahaya Hui-heng, apakah engkau terkejut?"   Hui Giok tersenyum "Sewaktu tangannya menghantam punggungku tadi, aku merasakan sekujur tubuhku bergetar keras, kukuatir tangannya mengancam pula jalan darah Mia-bun dan Kiteng di punggungku maka aku segera menjatuhkan diri, diam-diam aku mengatur napas, ternyata sama sekali tidak terluka."   Setelah berhenti sebentar, sambungnya lagi sambil tertawa.   "Tampaknya peristiwa tadi hanya membikin terkejut saja, hingga kalian sama ikut kuatir."   Perkataan itu segera menimbulkan pelbagai reaksi di antara jago yang hadir itu, ada yang kaget ada yang kagum, ada pula yang merasa beruntung, tapi siapapun jua, mau tak-mau timbul rasa segan terhadap kehebatan kungfu Hui Giok.   Perlu diketahui ditinjau dari gerak tubuh si laki-laki berbaju abu-abu tadi yang gesit, jelas ilmu silatnya amat lihay, tapi kenyataannya walaupun ia berhasil menyarangkan pukulannya di punggung Hui Giok, namun anak muda itu sama sekali tidak mati ataupun cedera, bukankah itu sama artinya bahwa tenaga dalam Hui Giok telah mencapai puncak kesempurnaan yang luar biasa? Diam-diam Sin jiu Cian Hui sendiri juga merasa ngeri oleh kelihaian pemuda itu, dia menjadi was-was terhadap Hui Giok.   Walaupun demikian, lahirnya tetap bergelak tertawa sambil berkata.   "Sungguh beruntung kejadian tadi hanya mengakibatkan rasa kaget saja, kalau tidak, Siaute benar-benar tak tahu apa yang harus kuperbuat!"   Suara tertawanya terhenti dengan menarik muka ia berkata pula dengan nada berat "Asal usul keparat itu sangat mencurigakan harus kita selidiki kejadian ini dengan seksama."   "Ah, aku tak sampai dilukai, sudahlah, urusan ini boleh disudahi sampai di sini saja, kukira orang itu jadi nekat oleh karena terpaksa oleh keadaan."   Ucap Hui Giok sambil tersenyum.   Sin jiu Clan Hui menghela napas, katanya, saudara Hui, engkau benar2 sangat baik hati apakah engkau tidak tahu bahwa orang ini bukan saja mempunyai rencana busuk, secara licik ia sengaja minta ampun padamu agar kasihan padanya .   hmm"   Sesudah mendengus tiba-tiba ia tahan suaranya "Kuyakin di belakangnya pasti ada yang mendalanginya otak yang mengatur segala sesuatunya itu menurut penglihatanku besar kemungkinan adalah Liong-heng pat ciang Tham Beng."   "Ah. saudara Cian terlalu sentimen pada Tham Beng, maka jalan pikiranmu selalu berkisar ke sana."   Ujar Hui Giok dengan dahi berkerut.   "padahal..."   "Padahal bagaimana kenyataannya nanti Hui-heng akan segera mengetahuinya sendiri,"   Tukas Sin jiu Cian Hui sambil tertawa dingin.   Ia memberi tanda, empat orang berbaju hitam segera menggotong laki2 baju abu-abu itu mendekat ke situ, sekarang ia sudah tak mampu berkutik lagi sebab sekujur badannya telah diikat kencang-kencang oleh tali kulit yang kuat.   Sin-jiu Cian Hui menghampiri orang itu, di bebaskannya jalan darahnya yang tertutuk, lalu dengan dingin ia menegur "Siapakah namamu yang sebenarnya? Atas perintah siapa melakukan semua ini? Ayo cepat mengaku terus terang! Apakah kau ingin mendapat siksaan lebih jauh?"   Sekulum senyuman aneh terlintas di wajah orang itu, pelahan sahutnya "Orang yang memerintahkan diriku untuk melakukan tugas ini tak lain adalah Sin jiu Cian Hui!"   Sin jiu Cian Hui jadi berang mendengar jawaban tersebut baru saja dia hendak menghajarnya. mendadak mata orang itu terbelalak, pudarlah sinar matanya yang tajam, senyuman yang semula menghiasi bibirnya kini berubah jadi kejang dan kaku, katanya lagi.   "Sudah... sudah lupakah ..kau ... ?"   Berbareng dengan habisnya ucapan ini dari lubang mata telinga, hidung dan mulut, tujuh lubang inderanya mengucurkan darah kental. Sin jiu Cian Hui semakin gusar, bentaknya "Orang ini betul-betul kurangajar, sampai matipun ia tetap tutup mulut!"   Dengan cepat ia menutuk tujuh jalan darah pentingnya di seputar jantung, lalu dipencetnya dagu orang itu keras2.   Mulut itu segera terbuka dan jatuhlah satu kapsul warna merah, racun jahat yang berada dalam kapsul itu sudah ditelan habis, agaknya orang ini lebih baik mati daripada membocorkan rahasia tugasnya.   Tindakan tersebut betul-betul di luar dugaan siapapun, Sin-jiu Cian Hui sendiri tak menyangka dalam mulut, di antara sela gigi orang ini tersedia kapsul yang berisi racun yang mampu merenggut nyawanya dalam sekejap.   Air muka Hui Giok berubah hebat, sebetulnya ia tak percaya serangan terhadap dirinya tadi disertai dengan rencana yang matang, tapi setelah menyaksikan semua ini mau-tak-mau dia harus percaya pada perkataan Cian Hui.   Sambil memegang kapsul yang sudah digigit pecah itu Cian Hui termenung beberapa saat lamanya, kemudian ia tertawa dingin, ejeknya.   "Hehe, kau kira setelah kau berbuat nekat, lantas orang she Cian tak mampu menyelidiki siapakah otak dan rencana busuk ini?"   Dengan suatu tendangan keras, didepaknya mayat laki-laki berbaju abu-abu itu hingga mencelat sejauh satu tombak dan tempat semula.   Suasana kembali jadi gaduh, para jago yang berkumpul di sekeliling tempat itu sama membicarakan kejadian itu.   rata-rata mereka pada menebak asal-usul laki-laki berbaju abu-abu itu.   Beberapa orang lagi yang masih hidup dan di-telikung tangannya oleh sekawanan jago berbaju hitam mulai tampak gelisah dan ketakutan pucat wajah mereka.   Tiba-tiba salah seorang diantaranya berteriak keras.   "Aku tahu siapakah dia, asal kau bersedia lepaskan aku, akan kukatakan rahasia ini padamu."   "Kau benar-benar tahu?"   Seru Sin-jiu Cmn Hui dengan mata bercahaya.   "cepat katakan jiwamu pasti akan kuampuni?"   Laki-laki ini juga menggunakan pakaian berwarna abu-abu, setelah mendapat jaminan bahwa dia akan diampuni, serunya segera dengan lantang.   "Kami adalah mata-mata yang ditugaskan Tham-congpiautau di sekitar tempat ini, tapi pada hakikatnya kami semua tak lebih cuma anak buah belaka hanya dia sendiri yang merupakan seorang Piautau bahkan namanya cukup tersohor dalam dunia persilatan, semua orang menyebutnya sebagai Toh jiu-kiang-wi (Kiang Wi bertangan keji) Kang Tay-sik, lantaran mukanya dipoles dengan obatan maka kalian tak ada yang mengenal dia lagi. Mendengar pengakuan tersebut Hui Giok jadi kaget tanpa terasa ia menyurut mundur tiga langkah. Sekali lagi suasana jadi gempar, seruan kaget berkumandang di sana sini. Sin-jiu Cian Hui juga menengadah sambil terbahak-bahak.   "Hahaha... Tham Beng... wahai Tham Beng."   Serunya.   "walaupun kau kejam dan busuk, ternyata ada juga sahabat-sahabat yang bersedia jual nyawa untukmu. Tapi sayang, secerdikcerdiknya tindakanmu toh di antara anak buahmu terdapat juga manusia yang tak berguna seperti ini, ketahuanlah sekarang semua rahasiamu!"   Ia lantas memberi tanda kepada anak buahnya seraya berseru.   "Lepaskan dia!"   Kedua orang berbaju hitam yang bertugas mengawasi orang tadi tertegun, tapi akhirnya mereka lepaskan juga cengkeramannya.   Bagaikan mendapat pengampunan besar, cepat orang itu kabur ke tengah gerombolan orang banyak dan lari terbirit-birit.   Tindakan ini segera menimbulkan keheranan semua orang, siapapun tak menyangka Sin-jiu Cian Hui betul-betul akan bebaskan orang itu.   Maka di antara para jago yang hadir di situ pun mulai terdengar kata-kata pujian.   "Walaupun Cian Sin-jiu itu orang kejam. namun setiap perkataannya lebih berat dan bukit karang, ia benar-benar seorang laki-laki sejati, dilihat dari kejadian ini, jelaslah sudah bahwa Liong-heng-pat-ciang masih kalah jauh bila dibandingkan dia,"   Sementara itu, Leng-kok-siang bok telah menyingkir agak jauh dan duduk menonton di samping sana, ketika menyaksikan jalannya peristiwa tersebut, wajah mereka kembali tersungging senyuman dingin mengejek.   "Tahukah kau, mengapa Cian Sin-jiu melepaskan orang itu?"   Pelahan Leng Han tiok bertanya. Leng Ko-bok tertawa dingin.   "Orang itu sudah membocorkan rahasia Liong-heng-pat-ciang, memangnya kau kira pihak Hui-liong-piaukiok akan berpeluk tangan belaka? Kukira sebelum dia sempat kabur dari bukit ini nyawanya sudah keburu terbang, bahkan kematiannya pasti mengerikan..."   "Hehehe Cian Sin jiu pura-pura bermurah hati dan memegang teguh perkataannya, padahal apa bedanya kalau ia sudah tahu bahwa orang lain akan mewakilinya untuk merenggut nyawa orang itu."   Dua barsaudara itu saling pandang sekejap lalu tertawa. Tiba-tiba Leng Han-tiok berkata lagi setelah menghela napas.   "Kalau begitu, tampaknya anak Giok betul2 terlibat dendam sedalam lautan dengan manusia yang bernama Tham Beng itu. Mula2 aku cuma curiga, kenapa Tham Beng tak mau mewariskan ilmu silatnya kepada anak Giok, sekarang aku baru tahu bahwa orang she Tham itu pada hakikatnya adalah seorang manusia yang licik, bukan saja putera puteri musuhnya ia pelihara. anak itu pun dijauhkan dari ilmu silat, dalam pandangan orang umum tindakannya ini tentu terpuji, orang pasti akan mengagumi kemuliaan hatinya, kebijaksanaannya yang bersedia memelihara anak orang, padahal tujuan yang sebenarnya? Hmm. ia berharap agar anak-anak musuh tak mampu membalas dendam kepadanya."   "Ai, sepandainya tupai melompat akhirnya terjatuh juga. Sepandainya ia bersiasat, akhirnya ketahuan juga rahasianya, perhitungan manusia selamanya tak bisa melawan kehendak Thian."   Ucap Leng Ko-bok sambil menghela napas panjang.   "Tentu saja."   Sambung Leng Han-tiok sambil tertawa dingin.   "aku tidak percaya di dunia ini ada rahasia yang dapat ditutup selamanva dengan rapat-rapat."   Sementara itu Hui Giok juga sedang kesal oleh kejadian tersebut ia termangu-mangu sekian lamanya, lalu berkata sambil menghela napas, .Ai, ternyata orang itu memang benar orang yang diutus paman Tham, tapi ..tapi...   kenapa ia berbuat demikian? Bila ia hendak membunuhku kenapa harus menunggu sampai sekarang?"   "Hehehe . ."   Sin-jiu Ciati Hui tertawa dingin.   "sebabnva dahulu kau bukan suatu ancaman baginya dan sekarang... ia tak menduga akan kemampuanmu seperti kau miliki sekarang maka..."   "Sekalipun aku sekarang berbeda dengan aku yang dulu, toh aku tak melakukan sesuatu ancaman apapun terhadap dia?"   Tukas Hui Giok sambil menghela napas.   "aku berutang budi padanya, aku tidak punya dendam padanya bahkan budinya hingga sekarang belum sempat kubalas mengapa hendak mencelakai diriku?"   "Saudara Hui "   Kata Sin-jiu Cian Hui sambil menghela napas.   "terkadang aku ikut sedih dan kasihan kepadamu, hingga kini, hah, rupanya kau masih dibodohi..."   "Apa maksudmu?"   Tanya Hui Giok dengan melengak. Berkerut alis mata Cian Hui yang tebal, semakin tebal pula rasa murung yang menyelimuti wajahnya, tuturnya.   "Hui-heng, tahukah kau pada sepuluh tahun yang lalu ayahmu dan pamanmu itu mati di tangan siapa?"   Hui Giok terkesiap, air mukanya berubah hebat, serunya dengan gemetar.   "Apakah dia tapi bukankah pembunuh berbaju hitam itu sudah menemui ajalnya di luar kota Peking pada sepuluh tahun yang lalu? Bukankah ia sudah tewas bersama gugurnya Auyang lopiautau?" "Dua sosok mayat yang terkapar di luar kota Peking itu tak lebih adalah siasat Liong heng patciang Tham Beng untuk mengelabui mata umum, sungguh kasihan Ouyang-lopiautau yang berhati bajik itu, ia harus mengorbankan jiwanya untuk bajingan terkutuk itu, lebih2 kasihan lagi seluruh umat persilatan di dunia ini, ternyata tak seorang pun yang dapat membongkar siasat busuk jahanam itu."   Siapapun tak menduga Cian Hui akan mengalihkan pokok pembicaraan ke soal peristiwa berdarah yang terjadi pada sepuluh tahun dulu, serentak para jago memperhatikannya dengan seksama.   Harus diketahui, pada sepuluh tahun yang lalu laki-laki berkerudung hitam itu dengan kekuatan seorang secara beruntun telah melukai Piautau kenamaan dari tujuh propinsi di utara dan enam propinsi di selatan, peristiwa itu membuat banyak perusahaan Piaukiok bangkrut dan tutup karena takut.   akhirnya tinggal Hui-liong piaukiok saja yang masih berdiri dalam dunia persilatan.   Kejadian ini bukan saja telah menggetarkan seluruh Kangouw pada masa itu, sampai sekarang pun masih menjadi buah bibir setiap orang, karena itulah para jago yang hadir ini serentak membungkam setelah Cian Hui menyinggung kembali persoalan itu.   Air muka Hui Giok berubah pucat, jantung-berdebar keras, kedua tangannya mengepal kencang hingga kuku tangannya menusuk ke dalam daging.   Terdengar Sin-jiu Cian Hui bertutur lebih jauh "Untuk mencapai ambisinya merajai dunia persilatan dan monopoli usaha perusahaan ekspedisi, Liong heng-pat-ciang Tham Beng telah menyaru serta membunuh banyak Piautau kenamaan, ia mengira rencana busuknya dikerjakan secara amat rahasia dan berhasil mengelabui semua orang persilatan di dunia ini selama belasan tahun, tapi ia tak mengira hehehe, sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya terjatuh juga, secerdik2nya dia atur rencana, akhirnya ketahuan juga rahasianya.   Ia tak mengira hari ini aku orang she Cian akan berhasil membongkar rahasia busuknya itu."   Setelah tertawa dingin, sambungnya pula.   "Manusia aneh berkerudung hitam yang mati itu tak lain hanya seorang yang tak tahu urusan, hanya menjadi setan penasaran bagi kepentingan Tham Beng si bajingan tengik itu. Dia telah merusak sama sekali raut wajah orang itu, agar orang persilatan mengira benar2 manusia aneh berkerudung itulah yang tewas, maka Hui-liong piaukiok tentu akan bebas dari segala tuduhan, dan orang pun tak akan menaruh curiga atas dirinya padahal bila kita pikirkan lagi dengan teliti, bukankah di balik semua peristiwa itu terselip banyak hai yang mencurigakan."   Sekaligus ia bercerita secara panjang lebar, sampai di sini ia baru berhenti dan menghela napas. Para jago sama berseru kaget, lalu suasana pulih kembali dalam keheningan. Terdengar Cian Hui berkata lebih jauh.   "Manusia aneh berkerudung hitam itu melakukan pembunuhan dimana-mana, sampai-sampai Jiang-kiam bu-tek (pedang dan tombak tanpa tandingan) Hui-siang-hiong yang terkenal juga bukan tandingannya. Hehehe, coba kalian bayangkan sendiri, Au-yang lopiautau sudah tua, juga tidak luar biasa lihaynya, bagaimana mungkin orang berkerudung itu mampus bersama dengan Auyang-lopiautau?"   Ia tertawa dingin beberapa kali, kemudian melanjutkan.   "Malam itu Auyang-lopiautau menginap di Hui liong-piaukiok, seandainya ada Ya-heng-jin (orang yang berjalan malam) masuk ke dalam Piaukiok itu, masa Liong-heng-pat-ciang sendiri tidak tahu? Masa ia membiarkan Auyang Peng-ci menempuh bahaya seorang diri?? Mendengar sampai di sini, Hui Giok terperanjat, tiba-tiba ia jadi teringat pada kejadian malam itu ketika dia keluar untuk kencing, bukankah ia saksikan bayangan paman Tham melayang lewat di halaman tengah. Berpikir demikian, hatinya makin terkejut dan takut, tapi iapun tidak tega mencurigai paman Tham sebagai pembunuh keji yang tak berperikemanusiaan itu. Maka dengan suara tergegap katanya.   "Tapi, semua itu kan hanya rabaanmu saja kan tiada yang menyaksikan peristiwa itu dengan mata kepala sendiri."   Sin-jiu Cian Hui menghela napas panjang, tukasnya "Hui-heng apakah sampai sekarang engkau masih belum paham? ia pura-pura berlagak sosial, sok bijaksana dan berjiwa besar, dirawat dan dipeliharanya keturunan dan para Piausu yang tewas itu di rumahnya sengaja dilakukannya agar orang persilatan memuji Liong-heng-pat-ciang Tham Beng sebagai orang yang berbudi.   orang yang paling mulia di dunia ini.   Padahal...   "   I Setelah tertawa dingin, lanjutnya.   "Hui-heng. pernahkah kau pikirkan, mengapa Tham Beng tidak mewariskan ilmu silatnya kepada kalian? Hmm, bukan saja ia tak pernah mengajarkan ilmu silatnya kepada kalian, bahkan berusaha memisah-misahkan kalian agar selamanya kalian tak berkumpul agar selamanya ia tak perlu kuatir ada orang akan membalas dendam padanya, agar ia selamanya aman tanpa perkara!"   Hui Giok terkesiap, ia mundur tiga langkah karena terkejut.   "Ya. benar juga cerita ini."   Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Demikian pikirnya "bila aku benar-benar goblok seperti yang sering ia tuduhkan, tak mungkin aku berhasil mencapai kesuksesan seperti sekarang ini? Bilamana ia tak mau memberi pelajaran ilmu silat kepada kami karena kuatir kami mengalami nasib seperti orang tua kami, kenapa ia justeru memberi pelajaran ilmu silat kepada puterinya sendiri."   Dalam pada itu Sin-jiu Cian Hui mengawali terus perubahan sikap pemuda itu dengan seksama, ketika melihat perubahan air mukanya, cepat ia berkata lebih lanjut.   "walaupun hal ini masih merupakan rabaan belaka, tapi coba Hui-heng pikirkan lagi lebih cermat, bukankah semua data-data tersebut cocok satu sama lain? Apalagi hmm..."   Setelah mendengus ia ulapkan tangannya memberi tanda, kemudian lanjutnya "Dia anggap semua perbuatannya dilakukan dengan rahasia dan tidak diketahui siapapun, tapi mimpipun ia tak menyangka ada satu orang yang menyaksikan dengan mata kepala sendiri semua perbuatannya itu."   Belum habis ia berkata, dari sebelah sana muncul beberapa orang laki-laki berbaju hitam sambil memayang seorang.   Hui Giok ikut berpaling, ia lihat orang yang dipapah itu meski tidak terlalu pendek, tapi kurus sekali, seakan-akan embusan angin gunung dapat meniupnva roboh.   Ia bermuka pucat, kulit badannya seperti tak pernah tertimpa cahaya matahari, matanya jelilatan, air mukanya seperti gugup dan ketakutan, serupa seekor binatang yang selalu ketakutan diuber pemburu.   Langkah kakinya bagaikan sudah lama tak pernah berjalan begitu berat limbung dan tak mantap, ketika semakin dekat dan dapat terlihat kulit mukanya yang penuh kerutan, kerutan yang menghiasi wajahnya ini menunjukkan bahwa ia sudah lama mengalami penderitaan yang berlarutlarut, membuat siapapun yang menyaksikan tampangnya itu akan ikut menghela napas karena iba.   Seorang laki-laki berbaju hitam muncul dengan membawa sepotong batu gunung sebagai tempat duduk, sedang Sin jiu Cian Hui segera maju dan membimbing orang itu duduk.   Para jago yang hadir sama menduga orang ini tentu mempunyai hubungan yang luar biasa dengan peristiwa yang pernah menggemparkan dunia persilatan pada belasan tahun yang lalu, tanpa terasa mereka sama menggeser maju lebih dekat.   Leng-kok-siang-hok juga tertarik oleh kemunculan orang ini, mereka unjuk sikap serius serta memperhatikannya dengan seksama.   Dengan mata jelilatan orang itu celingukan ke sana kemari, ia duduk di atas batu dengan tak tenang, seakan-akan selalu kuatir dari kegelapan akan muncul seseorang yang akan merengut nyawanya, Sin jiu Cian Hui berdehem beberapa kali, kemudian dengan suara lantang bertanya.   "Siapa namamu? Dan apa pekerjaanrnu?"   Laki-laki bermuka pucat itu tundukkan kepalanya rendah-rendah, lalu menjawab.   "Siaujjn (hamba) she Ko, oleh karena hidup di sekitar Yan-liong-ji. maka namaku menjadi Ko Tay-ji. oleh karena pekerjaan hamba adalah kusir, dan suka minum arak, setiap kali bertemu dengan kedai minum lantas tak ingin melajukan keretaku lagi, maka teman sejawatku menyebut pula Ko-put-ki (tak mau pergi kepadaku), nama ini malahan lebih sering dipakai daripada namaku Ko Tay-ji!"   Walaupun ia berusaha memperkeras suaranya, tapi ucapnya tetap diliputi rasa ngeri, takut dan gelagapan.   "Apakah kau kenal Liong-heng-pat-ciang Tham Beng? Bagaimana ceritanya sampai kau bisa kenal dia?"   Tanya Cian Hui lagi. Ketika menyinggung nama Liong heng-pat ciang, tiba-tiba saja sekujur badan Ko put ki gemetar keras, matanya semakin jalang dan melirik ke sana kemari.   "Hamba kenal Tham toaya karena Hui liong piaukiok pernah menyewa keretaku untuk mengantar barang, bahkan bergurau juga dengan hamba, karena itu hamba kenal dia."   "Bergurau apa?"   Tanya Cian Hui. Ko-put-ki mengerutkan kuduknya, seperti takut disembelih, setelah ragu2 sebentar akhirnya iapun berkata.   "Dia bertanya kepadaku kenapa disebut Ko-put-ki? Beliau menganjurkan hamba ganti nama saja."   Sin jiu Cian Hui mendengus.   "Hm, belasan tahun yang lalu, pada malam hujan salju dengan lebat, apakah kau berada di kota Kay-hong? Apa pula yang kau lihat di pintu gerbang kota Kay hong?"   Sekali lagi badan Ko-put-ki bergetar keras, rasa ngeri dan takut yang terpancar dari matanya tampak semakin nyata.   Para jago mengetahui bahwa ucapan tersebut tentu mempunyai hubungan yang erat dengan peristiwa lama, maka mereka pasang telinga baik2 untuk mendengarkannya dengan seksama.   Tapi walaupun sudah ditunggu sekian lama ternyata Ko Put ki belum juga mengucapkan sesuatu, malah giginya saling gemertukan dengan kerasnya seakan-akan kuatir bila dia bercerita, maka nyawanya akan segera direnggut orang.   Malam semakin kekam, angin berembus semakin kencang, obor yang menerangi sekeliling tempat itu tak ada yang merawatnya sehingga makin lama semakin lemah dan akhirnya menjadi padam.   Maka suasana di sekeliling itu terasa semakin dingin dan semakin gelap, mendatangkan keseraman bagi setiap orang.   Wajah Hui Giok tampak pucat, tanpa berkedip dia mengawasi Ko-put-ki, jantung pun ikut berdebar, kepalan juga digenggam kencang.   Sementara itu Sin jiu Cian Hui sedang mengawasi orang itu dengan tatapan yang tajam melihat keraguan orang, ia berkata dengan suara berat "Semua yang hadir di sini adalah jago-jago persilatan terkemuka, mereka tak nanti akan mencelakai jiwamu.   Ayo, bicaralah terus terang.   tak perlu ragu."   Kemudian sambil menuding Hui Giok ia menambahkan.   "Hui-taystanseng ini adalah keturunan Siang kiam bu tek Hui si siang hong, kungfunya lebih lihai daripada Liong heng pat ciang, asal kau mengaku secara terus terang, beliau pasti akan me lindungi keselamatan jiwamu."   Ko-put-ki menengadah dan memandang sekejap ke arah Hui Giok, lalu tunduk kepala lagi ia termenung lama sekali.   kemudian berdehem beberapa kali.   Lako-laki berbaju hitam yang berada di sisinya memberi sebotol arak kepadanya, cepat ia menyambutnya, ia membuka tutup botol, tapi segera ditutup lagi, dibuka dan ditutup pula.   Akhirnya dia menenggak arak itu beberapa cegukan keberaniannya jadi bertambah sekali lagi ia angkat kepalanya memandang ke arah Hui Giok setelah berdehem beberapa kah baru berkata.   "Hari itu udara sangat dingin salju turun dengan hebatnya, salju yang melapisi permukaan tanah menjadi amat tebal. Aku menjalankan keretaku menuju kota Kay-hong, ai, sungguh perjalanan yang sulit, sungguh Ko-put-ki!"   Mendengar kata "Ku-put-ki"   Itu, beberapa orang berbaju hitam hampir saja tertawa geli, tapi ketika dilihatnya semua orang sedang memperhatikan cerita Ko-put-ki dengan serius, mereka tak berani tertawa.   Terdengar Ko-put-ki melanjutkan kata2nya, Maka setibanya di Kay-hong, akupun beristirahat di dekat pintu gerbang kota kutemukan sebuah kedai arak kecil dan akupun minum arak di sana baru minum sampai setengah jalan, aku ingin meludah keluar pintu, siapa tahu, ketika kusingkap kerai di depan pintu, kulihat Liong-heng-pat-ciang Tham Beng, Tham-toaya dengan menunggang kuda sedang lewat di jalan raya.   "Di tengah kegelapan malam, apakah kau dapat melihat wajahnya dengan jelas?"   Tukas Cian Hui tiba-tiba.   Ko put-ki tarik napas panjang sahutnya walaupun waktu itu sudah tengah malam.   tapi karena seluruh permukaan tanah berlapiskan salju, pantulan sinar di atas salju membuat suasana tak begitu gelap, sebab itulah aku dapat melihat wajahnya dengan jelas, tak mungkin salah lagi.   Waktu itu aku rada heran kenapa seorang diri Tham toaya datang ke Kay hong yang letaknya jauh dari ibukota? Tapi yang kupikirkan waktu itu cuma minum arak, maka urusan itupun tidak kuperhatikan lebih jauh.   Setelah berhenti sebentar ia melanjutkan pula.   Sebenarnya Tham-toaya mengenakan topi dengan amat rendah sehingga hampir menutupi mukanya, andaikata tidak secara kebetulan ada angin berembus sehingga sedikit menyingkap topi yang dikenakan Tham-toaya, mungkin akupun tak dapat melihat jelas wajahnya itu."   Hui Giok terkesiap pikirnya.   "Apakah ini yang di namakan serapat-rapatnya manusia menyimpan rahasia, suatu ketika tentu bocor juga?"   Sementara itu Sin-jiu Cian Hui sedang manggut-manggut sambil bertanya.   "Bagaimana selanjutnya?"   Ko-put-ki menarik kuduknya lebih ke bawah lagi, lanjutnya.   "Kemudian, setelah arak habis ku minum, akupun delapan bagian dipengaruhi arak badan terasa nyaman sekali, seakan-akan udara sudah tidak dingin lagi, Pada kesempatan itulah aku naik ke atas benteng kota Kay-hong dan menengok ke bawah sana, kulihat di kejauhan di atas tanah yang bersalju seakan akan ada duatiga sosok bayangan sedang berlompatan ke sana kemari.   "Katanya kau sudah tujuh-delapan bagian mabuk, masa dapat kau lihat sejauh itu?"   Tanya Cian Hui lagi dengan wajah kelam.   "Angin yang berembus di atas benteng sangat kencang, setelah naik ke atas, mabukku lantas hilang tiga bagian, apalagi permukaan tanah di luar kota diliputi salju nan putih, bayangan manusia itupun bergerak kian kemari dengan cepatnya, maka aku dapat melihat semua itu dengan jelas. Waktu itu aku sudah menduga ketiga orang itu sedang terlibat dalam pertarungan sengit.   "Sejenak kemudian tiba-tiba pertarungan itu berhenti dan kulihat tinggal sesosok bayangan saja yang masih hidup, dia naik ke atas kudanya dan kabur ke arah situ, dari atas benteng dapat kulihat wajah orang itu dengan jelas. ternyata orang itu tak lain adalah Leng-hong pat ciang Tham Benr, Tham-toaya!"   "Benarkah kau melihat wajahnya dengan jelas?"   Tiba-tiba Hui Giok membentak.   "Ya, aku sudah pernah melihat Tham-toaya sebelumnya, kulihat baju yang ia kenakan itu sama, rasanya penglihatanmu tak salah lagi,"   Jawab Ko-put ki ketakutan.   Hui Giok tergetar, lalu berdiri kaku bagaikan patung, sorot matanya memandang ke tempat jauh, memandang kegelapan nan jauh sana, di mana seakan-akan dilihatnya wajah Liong-heng pat ciang yang sedang menyeringai.   Suasana kembali jadi gempar, para jago yang hadir ada yang terbelalak dengan mulut melongo, ada pula yang berbisik-bisik membiarkan kejadian itu.   "Sungguh tak nyana Liong heng pat ciang yang sok berbuat kebajikan dengan cara-cara mulia jtu tak tahunya adalah binatang berbaju manusia."   Demikian omel seorang. Selama kegaduhan berlangsung, Sin-jiu Cian Hui hanya mengelus jenggot belaka tanpa memberi komentar apa-apa. setelah kegaduhan itu mulai mereda ia baru berseru.   "Bukankah sudah belasan tahun yang lalu kau mengetahui rahasia ini kenapa baru sekarang rahasia tersebut kau beberkan di sini? Apakah karena kau mendapat ancaman atau gertakan seseorang."   "Malam itu aku belum tahu persis apa yang telah terjadi."   Sahut Ko put-ki dengan suara gemetar.   "keesokan harinya baru kudengar bahwa Jiang-kiam-bu tek berdua saudara telah mati dibunuh orang. Aku terkejut dan juga takut, makin di pikir semakin takut, ku tahu sewaktu Thamtoaya melaksanakan perbuatannya itu, dia tentu tidak ingin ada orang yang tahu, jika beliau mengetahui aku telah menyaksikan perbuatannya itu, sudah tentu aku akan dibunuhnya untuk menutup mulutku, aku ingin minta perlindungan, tapi pada waktu itu jago persilatan manakah yang berani memusuhi Tham-toaya? Siapa pula yang yang akan percaya pada keterangan seorang kusir macam diriku?"   "Lalu bagaimana caramu mengatasi kesulitan tersebut?"   Tanya Ciao Hui pula. Ko-put ki menghela napas.   "Ai. setelah berpikir pulang pergi, aku masih tetap kuatir apakah Tham toaya mengenali diriku waktu aku menongol keluar pintu warung? Makin dipikir aku semakin takut akhirnya kereta kujual dan akupun kabur jauh2 untuk menyembunyikan diri. "Dan sekali bersembunyi selama sepuluh tahun bukan?"   Tanya Cian Hui. Dengan sinar mata yang sedih Ko put-ki mengangguk.   "Ya, sebenarnya aku hendak menunggu sampai perbuatan Liong heng pat-ciang Tham-toaya diketahui umum baru aku akan muncul lagi, siapa tahu perbuatannya itu dilakukan dengan teramat rapi dan rahasia sehingga tak diketahui siapapun. Aku lantas berharap... berharap agar dia cepat2 mati. Tapi ternyata ia tidak mati2 juga, maka... maka akupun bersembunyi hampir belasan tahun lamanya."   "Lantas, kenapa rahasia tersebut kaubongkar juga sekarang?"   Bentak Cian Hui dengan dahi berkerut "Apakah sekarang kau tidak takut mati lagi."   Ko-put ki tundukkan kepalanya rendah-rendah.   "Sebenarnya aku tak ingin keluar dan tempat persembunyianku, tapi ai, penghidupanku selama beberapa tahun terakhir ini betul2 amat susah, aku tak punya tabungan juga tak punya harta kekayaan, penghidupanku selama ini hanya bergantung dari upah yang didapatkan biniku dari mencucikan pakaian orang lain, dan aku sendiri aku hanya bersembunyi terus di rumah, selangkahpun tak berani keluar pintu, sampai kakiku hampir saja tak mampu digunakan untuk berjalan lagi, aku merasa kesepian dan merasa ketakutan, aku takut tiba-tiba Tham-toaya muncul dari depan pintu dan sekali bacok membereskan nyawaku!"   Setelah termangu-mangu sesaat lamanya, ia melanjutkan "Tapi belakangan ini, biniku telah mati aku jadi kelaparan dan tak mampu makan lagi, pada suatu tengah malam aku pun keluar rumah dan coba minta sedekah orang, tapi ketika aku menuju pulang setelah isi perut, tiba-tiba ku temukan seorang berjalan di depan rumahku dengan membawa pisau, aku jadi ketakutan setengah mati kutinggalkan rumahku dan lari terbirit-birit."   Mendengar sampai di sini, para jago yang hadir tak dapat menahan rasa kasihannya, suara helaan napas bergema di sana sini. Ko-put-ki melanjutkan kata-katanya dengan suara berat.   "Tapi aku mampu lari ke mana? Untuk berjalan pun aku tak kuat akupun tak punya uang, siang hari bersembunyi, bila malam tiba, terpaksa aku kumpulkan akar rumput dan kulit pohon untuk mengisi perutku yang lapar.   "Penghidupan seperti ini kualami sampai beberapa hari, aku benar-benar tak tahan lagi, suatu malam ketika aku tidur di tepi tong sampah di sebuah gang, tiba2 kulihat...."   Berbicara sampai di sini, mendadak ia berhenti, ia melirik Cian Hui sekejap dengan sinar mata ketakutan.   "Tak apa, ceritakan terus terang!"   Ujar Cian Hui dengan dingin. Dengan suara gemetar Ko put-ki melanjutkan lagi.   "Waktu itu aku kedinginan dan sangat lapar aku benar-benar tak bisa tidur, saat itulah tiba-tiba dari salah sebuah rumah kudengar jeritan ngeri beberapa kali, dengan kaget aku melompat bangun dan berlari terbirit-birit.   "Belum jauh kau kabur, kau lantas ditangkap seorang anak buahku?"   Sela Cian Hui. Dengan gemetar Ko put-ki mengangguk.   "Ya, aku ketakutan setengah mati hingga hampir saja jatuh semaput, apalagi ketika ku angkat kepala, ternyata diriku berada di depan kantor cabang Hui liong piaukiok, kukira Toako ini adalah anak buah Tham-toaya, karena takutnya aku lantas berlutut dan meratap.   "O, tolong beritahukan kepada Tham-toaya, malam itu meski aku berada di Kayhong, tapi sebenarnya aku tidak melihat apa-apa!"   Sin-jiu Cian Hui mendengus dan menanggapi "Anak buahku itu mengira kau ini seorang sinting, sebetulnya dia hendak melepaskan kau, tapi aku mendengar ucapanmu dan segera merasa ada sesuatu rahasia di balik ratapanmu itu, maka akupun lantas ingin tahu siapakah dirimu ini?"   "Ya, benar, benar!"   Ko-put-ki manggut2 "setelah kutahu Toaya bukan orang Hui-liong-piaukiok, lagi pula kulihat Toaya..."   "Katakan saja terus terang, katakan semua yang kau lihat,"   Seru Cian Hui.   Ko put-ki menarik napas dingin, cepat dia menyambung "Apalagi setelah hamba lihat bahwa Toaya membantai seluruh penghuni kantor Hui-lionlg piauwkiok, tahulah hamba bahwa Toaya adalah musuh bebuyutan Liong heng-pat ciang, terutama setelah hamba lihat Toaya sama sekali tidak takut kepada Liong heng pat-ciang, maka sekarang berani kuceritakan semua pengalamanku itu."   Sampai di sini, Sin-jiu Cian Hui lantas menyapu pandang wajah seluruh jago-jago dengan pandangan tajam, kemudian serunya dengan lantang. Sobat2 sekalian, tentunya kalian sudah mendengar apa yang diceritakan orang ini."   Kawanan jago itu hanya berani tertegun dengan mata terbelalak, ada yang menggigil, ada pula yang menghela napas. Dengan alis menegak Sin-jiu Cian Hui lantas berkata lagi dengan lantang.    Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong Banjir Darah Di Borobudur Karya Kho Ping Hoo Bajak Laut Kertapati Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini