Ceritasilat Novel Online

Pedang Kiri Pedang Kanan 23


Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL Bagian 23


Pedang Kiri Pedang Kanan Karya dari Gan K L   Demikian timbrung Kun-gi. So-yok mencibir, katanya.   "Kalau peristiwa semalam diketahui Thay-siang, siapa yang akan ber-tanggung jawab kalau dicaci maki? "   Kun-gi tertawa, katanya.   "Sejak mula Thay-siang sudah bilang, tanggung jawab kepentingan Pang kita berada dipundakku, sudah tentu akulah yang harus bertanggung jawab? " "Bagaimana kau akan bertanggung jawap? "   Tanya So-yok dengan kerlingan mata genit. "Dalam beberapa hari lagi, Cayhe yakin akan berhasil menangkap bangsat itu, cukup bukan? "   So-yok berdiri, katanya.   "Bicaralah setelah bangsat itu betul2 kau tangkap. jangan takabur lebih dulu, dihadapan Thay-siang jangan sekali2 kau bicara demikian-"   Melihat Hu-pangcu berdiri, lekas Giok-lan ikut berdiri, kata Kun-gi.   "Memangnya Hu-pangcu tidak percaya kepadaku? "   Menggiurkan tawa So-yok. katanya.   "Aku percaya ....   "bergegasdia melangkah pergidan Giok-lanikutdibelakangnya. Setelah So-yok pergi, perasaan para Houhoat sama lega dan enteng, mereka bersenda gurau sebentar, lalu Leng Tiong-cong berdiri sambil menenteng pipa cangklong. katanya.   "Sudahlah, kapal sudah berlayar cukup jauh, sudah hampir sampai Toa-hou-san, hari ini yang piket di kapal besar adalah Cin Tek-khong dan Tio Lamjiang bukan? Marilah kita naik ke atas geladak."   Cin Tek-khong dan Thio Lam-jiang mengiakan bersama, mereka ikut Leng Tio-cong naik keatas.   Kamar tidur Ling Kun-gi terletak di sebelah kiri ruang makan, kecuali dipan, dipinggir jendela masih ada sebuah meja kecil dan dua buah kursi.   Pajangan amat sederhana, tapi di atas kapal keadaan ini sudah cukup bagus untuk tempat tinggal.   Waktu Kun-gi kembali ke kamarnya, sepoci teh kental sudah tersedia di mejanya, dia tuang secangir teh lalu duduk di kursi yang dekat jendela, didengarnyaseorang mengetukpintupelahan.   "Siapa?"   Tanya Kun-gi. Orang di luar menjawab.   "congcoh, hamba Kongsun Siang." "Silakan masuk Kongsun-heng,"seru Kun-gi. Kongsum Siang dorong pintu melangkah masuk. katanya menjura.   "Hamba tidak mengganggu congcoh bukan."   Kun-gi taruh cangkir tehnya di atas meja, katanya berdiri. "Silahkan duduk Kongsun-heng, marilah minum secangkir,"   Dia ambil cangkir lain hendak menuangkan air teh. Buru2 Kongsun Siang maju sambil berkata gugup.   "Biarlah hamba ambilsendiri." "Jangan sungkan Kongsun-heng, berada di kamarku ini, aku jadi tuanrumah,"   Kun-gituang secangkir airtehterusditaruhdi meja. "Terima kasih congcoh,"   Ucap Kongsun Siang. "Usia kita sebaya, kenapa tidak mebahasakan saudara saja, dipanggilcongcohrasanyarisi,"   KataKun-giberkelakar. Bersinar biji mata Kongsun Siang, katanya.   "Pertama kali hamba berhadapan dengan congcoh lantas timbul perasaan cocok. dalam pertandingan tempo hari sungguh membuat hamba kagum dan tunduk lahir batin. Sayang jabatan membatasi kita, kalau tidak hamba ingin benar angkat persaudaraan-"   Kun-gi tertawa, katanya.   "ini cocok dengan pikiranku, memang sudah kulihat Kongsun-heng punya pambek luar biasa, selanjutnya bolehlah kita saling membahasakan saudara saja?"   Haru dan terima kasih Kongsun-siang, katanya.   "Maksud baik congcoh sungguh tak terhingga terima kasih hamba, tapi ada aturan Pang kita yang membatasi diri kita, betapapun hamba tidak berani melanggarnya. "Pangcu, Hu-pangcu dan congkoan serta dua belas TayCia bukankah juga saling membahasakan saudara, mereka toh tidak melanggar aturan Pang." "Betapapunhambatidakberani gegabah." "Kalau Kongsun-heng kukuh pendapat, biarlah di kamarku sekarang kita tidak perlu sungkan dan kikuk. Mari silakan duduk Kongsun-heng, kita mengobroL" "Ling-heng sudi merendahkan derajat bersahabat dengan hamba, baiklah aku menurut perintah saja,"   Demikian ucap Kongsun Siang, lalu dia duduk di kursi di depan Kun-gi, katanya.   "Guruku berwatak jujur dan setia, walau orang2 Kangouw memberi julukan Sia-long ( serigala sesat ) kepada beliau, yang betul beliau lurus dan bijaksana, cuma jarang bergaul, selama hidup tak pernah tunduk kepada siapapan, hanya terhadap guru Ling-heng seorang beliau tunduk dan kagum setinggi langit, pernah beliau bilang, hanya gurumu seorang di wilayah Tionggoan yang dipuja dan dikaguminya." "Guruku juga pernah menyinggung guru Kong-sun-heng, ilmu pedangnya menyendiri merupakan aliran yang tiada bandingan, memangtidak malubeliausebagaicikalbakalsuatualiran-" "Sudah tiga tahun aku masuk ke daerah sini, tidak sedikit kaum persilatan yang kukenal, sampai akhirnya mendarma baktikan diri pada Pek-hoapang, kurasa kaum Bu-lim di Tionggoan hanyalah bernama kosong belaka, bahwa guruku hanya mengagumi gurumu saja, maka akupun,hanya kagum dan simpatik terhadap Ling-heng seorang." "Mungkin inilah yang dinamakan jodoh,"   Ujar Kun-gi. Habis minum, mendadak ia bertanya.   "Sejak kapan Kongsun- heng bekerja diPek-hoa-pang?" "Pada tahun lalu, di Lo-san aku bertemu dengan seorang pemuda, kamibicarapanjang lebardan terasacocoksatusama lain, akhirnya kuketahui bahwa dia adalah salah satu dari ke-12 Taycia, yaitu Hong-sian, dia yang menarikku ke dalam Pek-hoa-pang." "O, kiranya nona Hong-sian, memangnya kalian sudah berhubungan amat intim."   Merah muka Kongsun siang, katanya malu2.   "Ling-heng jangan menggoda, hubungan kami hanya sahabat biasa saja." "Demi si dia Kongsun-heng rela masuk jadi anggota Pek-hoa- pang, mana boleh dikatakan tiada hubungan intim? Soal ini serahkan saja padaku, pasti kubantu sekuat tenaga ....   "   Bertaut alis Kongsun Siang, mendadak dia angkat kepala, katanya.   "Kupandang Ling-heng sebagai kawan dekatku, maka kubicara terus terang, harap Ling-heng suka merahasiakan hal ini." "Jangan kuatir Kongsun-heng, dihadapan orang lain pasti tidak akan kusinggung,"   Lalu dia balas bertanya.   "Apakah Kongsun-heng tahu asal-usul Nyo Keh cong dan Sim Kiam-sin?" "Nyo Keh-cong adalah murid Hoa-san-pay, Sim Kian-sian punya seorang engkoh bernama Sim Pek sin, julukannya Hwi-hoa-khiam-khek. namanya terkenal di daerah Kian-hoay, Kenapa? Ling-heng merasa...." "Tidak"   Tukas Kun-gi.   "aku tidak jelas keadaan mereka, kutanya sambil lalu saja.."   Kongsun Siang berdiri, katanya menjura.   "Menggangu Ling-heng saja, biarlah aku minta diri,"   Kun-gi tertawa, katanya.   "Terasa sepi juga di kapal ini, Kongsunheng boleh sering kemari, ku-sambut dengan gembira."   Setelah Kongsun Siang pergi, tak lama kemudian Kun-gi juga keluar kamar, langsung pergi ke kamar Nyo Keh-cong dan Sim Kiam-sin menengok keadaan mereka.   Tak lama kemudian dia sudah berada di haluan kapal, tampak Leng Tio-cong sedang bicara dengan Cin Te-khong.   Lwekang Leng Tio cong memang tinggi, baru saja Kun-gi muncul di geladak dia sudah berpaling, melihat Kun-gi segera ia menyongsong sambil menjura.   "congcoh juga cari angin?"   Tertawa Kun-gi, dia berkata.   "Terasa gerah di dalam kamar. Sudahsampaidi manasekarang?"   Leng Tio cong menuding ke depan, katanya.   "Baru saja melampaui Toa-hou-san, sebelah depan adalah Siau-hou-san." "Tidakterjadiapa2 diperairan?"tanyaKun-gi. Dengan pipa cangklong ditangannya, Leng Tio cong menuding permukaan air, katanya.   "cuaca cerah, gelombang tenang, dalam jarak dua puluhan li sekitar kita bisa terlihat jelas, sampan ronda kitaadadisebelahdepan, siang hari pastitidakakan terjadiapa2." "Leng-heng memang luas pengetahuan, pengalaman Kangouwpun amat matang, menurut pandanganmu, di manakah kiranyaletaksarang Hek-Liong-hwe?"   Sambil mengelus jenggot kambingnya Leng Tio-cong menepekur sebentar, katanya.   "Sulit dikata-kan, dari sini masih ada Pek-siansan, coh-ouw, Sek-ciu, ada pula Ang-tek-hou di lembah Hoay, cuma tempat2 ini kabarnya tak pernah nampak ada kawanan penjahat yang bermukim disana, cin-houhoat paling apal akan daerah ini, hamba tadi merundingkan hal ini sama dia, terasa tak mungkin sarang Hek-Liong-hwe berada di sekitar daerah itu."   Memang licin orang ini sebagai kawakan Kang-ouw, tadi dia bisik, dengan Cin Te-khong, entah apa yang dibicarakan, kuatir menimbulkan rasa curiga Ling Kun-gi, maka dia sengaja mengalihkan pokok pembicaraan "Lalu menurut pandangan Leng-heng bagai-mana?"   Tanya Kun-gi pula. "Kalau sarang Hek-Liong-hwe tidak di daerah itu pasti berada di hulu Tiangkang,"   Sampai di sini dia melirik ke arah Kun-gi, lalu menambahkan.   "yang benar, congcoh harus minta petunjuk kepada Thay-siang, sebetulnya ke mana arah tujuan kita, supaya kita semua lega hati dan selalu slap siaga."   Kun-gi tertawa tawar.   "Tentunya Thay-siang sendiri sudah punya perhitungan, bila hampir sampai tujuan tentu dia akan umumkan kepadakitasemua, tanpapenjelasannya, siapaberanitanya?"   LengTio-cong menyengir,katanya."Betuljugaucapancongcoh."   Menyusuri dek sebelah kiri Kun-gi menuju ke buritan, dilihat seorang diri This Lam-jiang sedang berdiri bersandar pagar melamun, serta merta Kun-gi menyadari bahwa diantara delapan Houhoat se-akan2 terbagi menjadi dua kelompok.   Hal ini memang tidak perlu dibuat heran, waktu masih Hou-hoat-su-cia dulu mereka jugaterbagiduadibawah pimpinan coh-yu-houhoat.   Melihat Kun-gi datang, lekas Thio Lam-jiang menyongsongnya serta memberi hormat.   Kun-gi tertawa.   "Thio-heng jangan sungkan, aku hanya jalan2 saja."   Sembari bicara dia sudah sampai di ujung, dilihatnya yang pegang kemudi seorang laki2 tua kurus kecil, kuncir digelung melingkar di atas kepalanya, tapi Kun-gi dapat melihatnya bahwailmusilatorang initentuamattinggi.   Kemarin dia sudah mendengar bahwa Ku-lotoa yang pegang kemudi ini dulu bekas begal di Ang-tiksouw, sudah 1o tahun mengabdi di Pek-hoapang, semua kendaraan air yang dibutuhkan Pek-hoa-pang berada di bawah pimpinannya.   Namun tujuan pelayaran kali ini dia sendiri juga tidak tahu, katanya setiap saat tertentu, Thay-siang langsung memberi perintah yang disampaikan oleh pelayannya kepada Ku-lotoa kearah mana pelayaran hari ini, lalu di mana nanti malam harus berlabuh, Kulotoa hanya bekerja sesuai petunjuk itu.   Sepasang mata Ku-lotoa yang mencorong memandang jauh ke depan, seluruh perhatiannya tertumplek pada kemudinya, se-olah2 tidak melihat kedatangan Kun-gi, maka iapun tidak enak mengganggunya.   cuma dalam hati diam2 ia membatin.   "Hek-Lionghwe, memangnyadalamhal iniadarahasia danlatarbelakangnya?"   Di samping itu iapun sedang memikirkan soal lain, yaitu kejadian kemarin malam, orang yang membokong dirinya pakai Som-lo-ling serta orang yang menyergap Nyo Keh-cong dan Sim Kian-sin diperairan, duaperistiwa yangberbeda, tapidapatdiusutbersama..   Delapan Houhoat dan 12 Houhoat-sucia, diri-nya masih asing dan belum mengenal pribadi dan asal usul mereka.   Walau dirinya berkuasa memimpin mereka, tapi tiada seorangpun yang patut diajak berunding.   Setelah berpikir pulang pergi, dia merasa lebih tepat berunding dengan Un Hoan-kun, tapi semua orang berada di atas kapal, kalau ajak nona itu bicara rasanya kurang leluasa.   Langit biru cerah,awan terbang mengapung, diam2 Kun-gi membatin.   "Agaknya persoalan ini harus kukerjakan seorang diri"   Apa yang harus dikerjakannya? Tanpa dijelaskan memangnya siapa yang tahu?.   Menjelang magrib, sang surya mulai terbenam, cahayanya nan kuning, cemerlang menimbulkan kemilau laksana ekor ular emas yang berenang dipermukaan air, indah permai menakjubkan sekali.   Menggelendot ditepi jendela Kun-gi melamun mengawasi panorama ini.   Tiba2 didengarnya suara manis kumandang di belakangnya.   "Eh, apa yang sedang kau lamunkan?"   Cepat Kun-gi menoleh, tampak So-yok sudah berdiri di belakangnya, bau harum semerbak segera menyampuk hidung, dengan tertawa dia menyambut.   "Kukira siapa, rupanya Hu-pangcu, silakan duduk." "Kecuali aku, memangnya siapa yang bisa kemari?"   Kata So-yok sambil mengerling penuh arti. Kun-gi melenggong, katanya.   "Hu-pangcu mencariku ada urusan apa?" "Em"   So-yok bersuara sambil melangkah maju dan berduduk. matanya melerok sekali lalu melengos kejurusan lain, kedua pipinya tampak merah jengah, katanya lirih.   "Malam itu ..... aku kehilangan ..... sebatangtusukkundai, apakahkau yang menyimpannya?" "o, tidak, cayhe tidak pernah melihat tusuk kundai, coba ingat kembali, apakah betulterjatuhdikamarku?"   Semakin merah wajah So-yok, kembali ia melerok sambil menggerundel.   "Kalau tidak jatuh di kamarmu, memangnya jatuh di mana?" "Kenapa tidak sejak mula kau katakan? Atau tanya Sin-ih, apakah dia menemukannya?" "Memangnya tidak malu tanya pada Sin-ih segala? Tusuk kundaiku, mengapa ..... mengapa ... Ah, kena. ........ habis itu kenapa tidak kau bebenah sendiri?"   Hakikatnya Kun-gi tidak tahu apa arti ucapannya ini, dengan tertawa ia berkata.   "Maaf Hu-pangcu, kalau kulihat barang itu tentu sudah kuambil." "Dasar kau ini, Sin-ih si budak busuk itu kalau berani usil mulut, mustahil kuampunidia." "Hanya sebatang tusuk kundai kenapa harus marah2? Besok kalau pulang boleh tanya padanya." "Kau tahu apa? Dia orang kepercayaan Sam-moay, tusuk kundai itu terang jatuh di ..... di ..... jika sampai diketahui Sam-moay ....."   Sampai di sini mendadak dia mendengus.   "sebetulnya kenapa aku harus takut pada mereka, umpama diketahui Toaci, memangnya dia bisa berbuat apa?"   Kun-gi kebingungan, terasa olehnya se-akan2 tusuk kundai itu amat penting dan besar artinya, baru saja dia hendak tanya, So-yok sudah berdiri, katanya.   "Hari sudah petang, Thay-siang hampir bangun, aku harus lekas kembali."   Diam2 ia lantas menyelinap keluar ke atas dek.   Senja telah tiba.   Tabir malam memang datang terlampau cepat.   Tahu2 cuaca sudah gelap gulita.   Laju kapal sudah mulai lambat, akhirnya berlabuh pada sebuah teluk yang letaknya dekat Hiang- gou.   Kapal sebesar ini bertengger di tempat gelap tanpa terlihat setitik sinar api.   Lampu sebetulnya sudah terpasang di dalam kapal, cuma setiap jendela tertutup oleh kain tebal warna hitam sehingga sinar lamputidaktembus keluar.   Di ruang makan terpasang dua lentera minyak besar, lauk-pauk tersedia lengkap di atas meja.   Kun-gi duduk ditengah, yang lainpun duduk berurutan sama tangsal perut.   Waktu kerai tersingkap.   Yap Kay-siandanLiangIh-junyangbertugasronda di siang hariberjalan masuk diiringi empat Houhoat.   Yap Kay-sian dan Liang Ih-jun menjura bersama, katanya.   "Hamba menyerahkan kembali tugas kepada congcoh"   Kun-gi menyapu pandang wajah keenam orang, katanya tertawa.   "Kaliansudahcapai,silakandudukdan makan." "Terima kasih"sahut Yapdan Liang teruscaritempatduduk. "Malamini, giliransiapayangpiket?"tanyaKun-gi. Dilihatnya Kongsun Siang, Song Teksseng dan empat Houhoat berdiri, Kata Kongsun Siang.   "Malam ini hamba dan Song-heng yang bertugas."   Kun-gi menoleh ke arah keempat Houhoat, belum lagi bersuara Song Tek seng sudah mulai tunjuk satu persatu, katanya.   "KikTian-yu,Kiyuceng,KhoTing-seng, HoSiang-seng."   Kho Ting-seng dan Ho Siang-seng sudah dikenal oleh Kun-gi, mereka sekamar dengan Nyo Keh-cong dan Sim Kian-sim.   Dan Kho Ting-seng adalah orang yang menyerang dirinya dengan pelor perak dipekarangan waktu dirinya pulang mengudak musuh malam itu.   Tanpa terasa Kun-gi lebih banyak mengawasi kedua orang ini, ia bertanya."carabagaimanakalian akan membagitugas?"   Kongsun Siang menerangkan.   Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Hamba bersama Kik dan Ki bertiga bertugas diperairan sebelah utara. Song-heng bersama saudaraKhodan Hobertugasdisebelahselatan."   Diam2 Kun-gi menggerutu dalam hati.   "Hm, kiranya tidak meleset daridugaanku."   Katanya, kemudian "Begitupun baik, semalam peristiwa telah terjadi, untung Thay-siang tidak menghukum kita, malam ini kalian harus hati2"   Kongsun Siang dan Song Teksseng mengiakan bersama, katanya.   "congcoh tak usah kuatir, kalau malam ini bangsat itu berani datang, umpama hamba tak mampu membekuknya hidup2, paling tidakakan kupenggal kepalanya."   Kun-gi tersenyum, katanya.   "Perairan amat luas, kalau betul ada musuh datang menyergap. jangan terburu nafsu mengejar pahala, yang penting lepaskan dulu tanda kembang api ke udara."   Lalu dengan menggunakan ilmu suara dan berpesan kepada Kongsun Siang.   "Malam ini Kongsun-seng harus lebih hati2, begitu ada tanda2 bahaya harus segera memberitanda."   Kongsun Siang agak melengak. segera iapun menjawab dengan ilmu suara."Pesan Ling-hengpastiakankuperhatikan-"   Ling Kun-gi angkat tangan, katanya.   "Sekarang kalian boleh berangkat."   Kongsun Siang dan Song Tek-seng menjura, ia bawa keempat Houhoat mengundurkan diri. Setelah selesai makan Kun-gi mendahului berjalan katanya kepada Sam-gan-sin coa Liang.   "Malam ini coa-heng yang jadi komandan jaga bukan?" "Betul, apakah congcoh ada pesan?"   Tanya coa Liang. "Pesan sih tidak berani, cuma semalam sudah ada peristiwa, cayhe mendapat firasat bangsat itu akan melakukan aksinya lagi malam ini." "Untuk ini congcoh tidak usah kuatir, kalau malam ini terjadi apa2, akulah yang bertanggung jawab,"   Kata coa Liang sambil tepuk dada. "Bukankah kita masih sedia dua sampan pesat, maksudku suruhlah tukang perahu kedua sampan ini Selalu siap menerima tugas untuk berangkat."   Sam-gan-sin coa Liang manggut, katanya.   "Rencana congcoh memang baik, Toh Kian-ling, pergilah kau suruh mereka siap menunggu perintah se-waktu2."   Toh Kian-ling meng ia kan terus beranjak keluar, Setelah bubaran makan, yangtidakbertugaslangsung kembali ke kamar masing2.   Sebagai cong-houhoat dari Pek-hoa pang sudah tentu berat tugas dan tanggung jawab Ling Kun-gi, apalagi dalam menghadapi situasi buruk seperti ini.   Kongsun Siang adalah ahli pedang kaum muda yang memiliki kepandaian tinggi, walau dari aliran sesat, tapi dia amat mencocoki seleranya, bahwa malam ini dia bertugas ronda, sudah tentu hati Kun-gi ikut kebat-kebit, kuatir akan keselamatannya, bukan lantaran saling cocok selera, tapi bagi seorang kaum persilatan yang memiliki kepandaian semakin tinggi, tentu akan selalu menjadi incaran musuh untuk membokongnya, terutama senjata rahasia seperti Som-lo-ling yang ganas dan beracun itu.   Secara langsung dia ingat akan persoalan lain, bila betul pihak lawan sudah mengatur muslihat, maka sasaran utama pasti akan terjadi pada diri Kongsun Siang.   Keluar dari ruang makan, berjalan di atas dek Kun-gi memandang lepas ke depan-Bintang berkelap-kelip menghiasi cakrawala, malam gelap angin sepoi2, suasana terasa lengang dan sunyi mencekam.   "Kabut tebal juga malam ini,"   Demikian Kun-gi bergumam, sambil menghela napas panjang. "congcoh,"   Tiba2 seorang menegur di belakangnya. Kun-gi menoleh, sahutnya.   "coa-heng di sana?"   Sambil membawa buli2 araknya coa Liang maju ke sampingnya dengan tertawa, katanya.   "Agaknya congcoh dirundung suatu persoalan?" "Tiada,"   Ajar Kun-gi tawar.   "Aku hanya jalan2 mencari angin malam." "congcoh bicara tidak sesuai isi hati, berarti memandangku seperti orang luar, setengah abad aku berkecimpung di Kangouw, sejak makan malam tadi congcoh selalu mengerut kening, bukankah itu pertanda di rundung persoalan?" "Mungkin coa-heng salah terka, terus terang Cayhe merasa kesal dan geram, maka keluar jalan2."   Orang tidak mau terus terang, terpaksa coa Liang tidak mendesak. katanya tertawa.   "Sayang congcoh tidak suka minum arak. tinggal di atas kapal, minum arak adalah cara terbaik untuk menghilangkan rasa kesal, mari silakan minum dua tegak,"   Dia buka tutup buli2 serta diangsurkan.   "Mau mi-num tidak, congcoh?"   Sedikit menggeleng Kun-gi berkata.   "Silakan coa heng minum sendiri, terus terang cayhe tidak berjodoh dengan arak,"   Coa Liang angkat buli2 terus tuang arak kemulutnya, katanya tertawa sambil menyeka mulut.   "Selama hidup tiada hobi lain kecuali minum arak. nasi boleh tidak makan, asal sehari penuh aku minumarakdan semangatkutetap menyala."Tanpa menunggu Ling Kun-gi bersuara dia menyam-bung pula.   "saking demen minum arak sehingga aku memperoleh julukan Sam-gan-sin ini." "o,jadi julukan coa-heng ada sangkut-paut-nya dengan arak?"   Tanya Kun-gi.   "Memangnya, waktu itu aku masih berusia dua puluhan, sejak mudaaku memang sudah gemar minum, bagi kami orang2 di daerah perbatasan yang selalu hidup di tanah dingin, semua orang suka minum arak.   karena minum arak bisa menghangatkan badan, tapi peraturan perguruanku amat ketat dan keras, pada suatu pagi baru saja bangun tidur, secara diam2 aku mencuri sepoci, tak tahunya lantaran sepoci arak itulah aku tertimpa malang ......."   Dia tenggak lagi beberapa teguk lalu meneruskan.   "hari itu kebetulan harus latihan main golok, waktu aku melakukan gerak tipu menyingkap rumput mencari ular, badan bagian atas harus terbungkuk ke depan, tak terduga karena minum sepoci arak tadi, kontan aku tersungkur ke depan, jidatku tepat tertusuk ujung golokku sendiri sehingga meningalkan codet di tengah alis ini. Sejak peristiwa itu, begitu aku minum arak mukaku tidak pernah merah, tapi codet inilah yang merah dulu, maka kawan2 Kangouw lantas memberi julukan Sam-gan-sin padaku, sementara orang ada yang bilang, kalau nafsuku berkobar, codet inipun bisa berubah merah, tapi apa betulakusendiri tidak tahu." "Lantaran peristiwa itu maka coa-heng tidak mengguna kan golok lagi?" "Betul, sejak kejadian itu, lenyaplah seleraku untuk meyakinkan ilmu golok," "Kalau aku yang mengalami peristiwa itu akan menjadi kebalikannya,selanjutnyaakupastitidak minumaraklagi."   Sam-gin-sin tergelak2, katanya.   "Maka itu congcoh selamanya tidak akan pandai minum."   Waktu Kun-gi kembali ke kamarnya, waktu sudah menjelang ketongan kedua, malam gelap sunyi senyap.   tempat di mana kapal berlabuh adalah daerah belukar yang jarang diinjak manusia, kecuali ombak mendampar pantai, tiada suara lainnya yang terdengar.   Baru saja Kun-gi merebahkan diri di atas pembaringan tanpa mencopot baju luarnya, tiba2 didengarnya beberapa kali suara bentakan dari sebelah atas, suaranya ringan terbawa angin lalu sehingga kedengaran amat jauh, tapi sekali dengar dapatlah dibedakan bahwa itulah suara bentakan seorang perempuan Diam2 Kun-gi terkesiap.   pikirnya.   "Memangnya terjadi apa2 di tingkat ketiga?"   Serta merta dia berdiri, tanpa banyak pikir dia tarik pintu terus melesat keluar. Malam sunyi, bentakan lirih itu dapat didengar semua orang, maka beramai2 bermunculan dari kamar masing2. Menyapu pandang sekelilingnya, Kun-gi lantas berseru.   "Apa yang terjadi?"   Thio Lam-jiang yang berada tak jauh di sebelah sana segera menjura, sahutnya. Belum di-ketahui."   Ling Kun-gicepatberpesan."Lekasperiksa kesegenappelosok."   Tiba2 dilihatnya kain gordyn tersingkap.   Pek-hoa-pangcu Bok-tan bersama Hu-pangcu So yok diiringi congkoan Giok-lan me-langkah tiba, di belakang mereka mengikut pula lima gadis bersenjata pedang, semuanya siap tempur.   Ling Kun-gi tertegun.   Tengah malam buta Pangcu sendiri memerlukan turun, terang ditingkat ketiga memang telah terjadi sesuatu.   Lekas dia maju menyambut, katanya sambil menjura.   "Hamba menyampaikan hormat pada Pangcu."   Coh-yu hou-hoat dan para Hou-hoat juga sama memberi hormat.   Pek-hoa-pangcu hanya mengangguk sebagai balas hormat, sorot matanya yang biasa kalem dan bijak kini kelihatan penuh tanda tanya, heran dan serba Curiga, sekilas dia pandang muka Kun-gi, suaranyatetapmerdu halus.   "cong-su-ciatidak usahbanyakadat."   So-yok tidak mengenakan kedok muka, tampak alisnya menegak. katanya menyela.   "Apakah Ling-heng tahu apa yang terjadi di tingkat ketiga?" "Hambatidaktahu,"sahut Kun-gi. Masam muka So-yok, katanya marah2.   "Ada manusia yang tidak kenal mampus berani coba membunuh Thay-siang."   Keruan semua hadirin tersirap darahnya. Kun-gi kaget setengah mati, katanya.   "coba membunuh Thay-siang, bagaimana keadaan Thay-siang sekarang?"   Pek-hoa-pangcu tersenyum kalem, katanya..   "Thay-siang memiliki ilmu sakti yang tiada bandingan di kolong langit. memangnyagampang beliaudapatdilukaiolehsenjatagelap?"   Senjata gelap. Tergerak hati Kun-gi "Pasti Sam-lo-ling adanya,"   Demikian batinnya. Tanyanya segera-"Apakah sipembunuh berhasil dibekuk?" "Tidak. berhasil lari. malam ini Giok li dan Hay-siang berjaga dan melihat bayangan punggung bangsat itu. katanya dia mengenakan jubah hijau .....   "   Waktu mengatakan "jubah hijau"   Suaranya kedengaran sumbang dan sangsi.   Berdegup hati Kun-gi, seluruh laki2 yang ada di tingkat kedua hanya dirinya seorang yang mengenakan jubah hijau.   Memang sebelum ini para Hou-hoat juga mengenakan jubah hijau, cuma dalam meluruk ke Hek Liong-hwe ini mereka diharuskan ganti seragam hitam.   Kecuali Kun-gi sendiri yang memperoleh kebebasan mengenakan pakaian yang disukai, sementara coh-houhoat juga tetap mengenakan jubah biru.   "Apakah pembunuh menggunakan Som-loling"tanya Kun-gi. Hay-siang berdiri paling belakang, tiba2 dia menjengek.   "0, kiranya cong-su-cia sudah tahu"   Kun-gi menoleh sambil tersenyum, belum dia bersuara, So-yok sudah membentak.   "Hay-siang, di hadapan Toaci memangnya kau berani menyeletuk?," "Hu-pangcu,"   Ujar Kun-gi.   "karena malam ini nona Hay-siang yang bertugas jaga dan melihat bayangan musuh lagi, maka perlu kita mendengar pendapatnya."   Pek-hoa-pangcu manggut2, katanya.   "Ji-moay, usul Cong-su-cia memang betul, 'cap-si-moat', coba kau tuturkan penyaksianmu kepada cong-su-cia, jangan main sembunyi,"   Hay-siang mengiakan. Kun-gi bertanya.   "Setelab nona melihat bayangan musuh, kecuali melihat dia mengenakan jubah hijau, pernahkah kau melihat jelas macam apa dia sebenarnya?" "Gerak tubuh bangsat itu teramat cepat, sekali berkelebat lantas lenyap. jadi sukar terlihat jelas, perawakannya seperti tinggi, waktu itu dia mengapung di atas, aku lalu menyambitnya dengan panah, tapi karena kejadian terlalu cepat, entah kena tidak timpukanku itu kurang jelaslah." "Waktu nona menyambitkan panah, ke arah mana dia melarikan diri?" "Dia melompat turun ke tingkat kedua, waktu aku juga lompat turun, bayangannya sudah lenyap."   Tergerak pikiran Kun-gi, katanya.   "Jadi maksud nona bahwa pembunuh itu mungkin masihberadadiataskapal ini?" "Entahlah, akutak beraniberkatademikian,"sahut Hay-siang. Kun-gi manggut2, katanya "Mungkin saja di kapal kita ini ada musuh yang tersembunyi, ber-ulang2 kali orang ini melakukan kejahatan dengan Som-lo-ling, patut kita membekuk dan menggusurnya keluar."   Sam-gan-sin coa Liang menyela.   "Maksud congcoh di antara kita ada mata2 musuh?" "Betul, kukira cukup lama dia memendamdiri di antara kita."   Kiu-cay-boan-koan Leng Tio-cong ikut bicara.   "Memangnya siapa dia?" "Sebelum kita menemukan dia, setiap orang di antara kita patut dicurigai,"   Sampai di sini Kun-gi menjura kepada Pek-hoa-pangcu, katanya.   "Pangcu dan Hu-pangcu kebetulan berada di sini, hamba pikir kalau dia berani coba membunuh Thay-siang, sungguh besar dosanya, selama dia tidak dibekuk, semua orang di kapal ini tetap harus dicurigai, lalu kapan hati kita bisa tenteram, Kejadian baru setengah jam berlalu, waktunya masih pendek untuk segera diselidiki. Kecuali enam orang yang bertugas di perairan, seluruh penghuni tingkat kedua hadir semua di sini, marilah kita coba periksa sebentar, mungkin bisa menemukan-"   Leng Tio-cong menanggapi.   "Betul ucapan congcoh, semua sudahhadirdisini, lebihbaikdigeledahsatupersatu." "Bagaimana cong -su-cia hendak menggeledahnya?"   Tanya Pekhoa-pangcu.. Pandangan Kun-gi menyapu hadirin, katanya.   "Maksud hamba, kita geledah satu persatu, lalu menggeledah kamar masing2." "Mungkinkah bisa ditemukan?"   Tanya Pek-hoa-pangcu.   "Kalau betul orang itu sudah lama memendam diri diantara kita dan tak pernah konangan, tentulah dia seorang yang licin dan cerdik, bergerak menurut gelagat, geledah badan dan geledah kamar memangkecilmanfaatnya,tapimalaminidiamungkinsedikit salah perhitungan, karena kita semua berada di atas kapal, menarik seutas rambut akan menyebabkan gerakan seluruh badan, apa lagi sejak peristiwa terjadi sampai sekarang temponya masih pendek.   dalam waktu yang tergesa ini tentu tiada tempat untuk sembunyi, maka cara menggeledah badan ini mungkin akan membawa hasiL"   Pek-hoa-pangcu mengangguk, katanya.   "Ana-lisa cong-su-cia memang benar, baiklah segera laksanakan saja."   Kun-gi mengulap tangan, katanya.   "Nah, coba semua berdiri yang baik."   Para Houhoat segera berdiri berjajar.   "Kemarilah Leng-heng,"   Panggil Kun-gi. "cong-su-cia ada pesan apa?"   Tanya Leng Tlo-cong sambil mendekati. "Kau geledah dulu badanku"   Ucap Kun-gi, melihat Leng Tio-cong ragu2 segera dia menambahkan..   "sebagai cong-su-cia, sudah tentu harus dimulai dulu atas diriku." "congcoh bilang demikian, terpaksa hamba melaksanakan perintah,"   Ujar Leng Tio-cong, lalu dia geledah badan Ling Kun-gi dengan hati2, teliti dan pelahan, dari saku orang dia merogoh keluar sebilah pedang pendek dan sebuah kotak gepeng, katanya.   "Hanya ini saja, tiada yang lain-" "Terima kasih Leng heng", ucap Kun-gi Lalu dia buka kotak gepeng itu sembari menjelaskan.   "Kotak ini berisi bahan2 riasku, bukan Som-lo-ling."-Sekilas dilihatnya Hay-siang yang berdiri dipinggir sana menampilkan mimik aneh dan sorot matanya sedikit jalang. Diam2 tergerak hati Ling Kun-gi melihat sedikit perubahan ini, lekas dia simpan kotak dan pedang serta berkata.   "Sekarang silakan Leng dan coa saling periksa badan masing2, lalu berturut2 periksa yang lain."   Leng Tio-cong dan coa Liang mengiakan, mereka saling periksa badan sendiri, lalu berturut2 memeriksa badan para Houhat.   Peristiwa menyangkut jiwa Thay-siang, maka siapapun tiada yang berani semberono, Cara periksa satu persatu tni sudah tentu Cukup menghabiskan tenaga dan waktu.   kira2 sejam baru pemeriksaan berakhir, Hasilnya nihil.   Berkata Kun-gi kepada Pek-hoa-pangcu.   "Pemeriksaan badan sudah berakhir tanpa menghasilkan apa2, kini mulai menggeledah kamar, cuma kamar2 di tingkat kedua ini agak kotor dan sempit, harap Pangcu utus seorang saja untuk mengikuti cayhe menggeledah." "Toaci, biar aku yang menyaksikan,"sela So-yok Pek-hoa-pangcu mengangguk, katanya.   Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Baiklah, bawa juga cap-si-moay, dia melihat jubah hijau itu, mungkin bisa mengenalinya."   Terunjuk rasa riang pada sorot mata Hay-siang, sahutnya membungkuk.   "Hamba terima perintah." "Harap Leng-heng ikut aku, sementara coa-heng tetap tinggai di sini, semua saudara juga tetap disini, tidak boleh bergerak. tungguhasilpemeriksaankamar."   KataKun-gi, Sam-gan-sin mengiakan, Leng Tio-cong mohon petunjuk. "congcoh, dari mana kita mulai?"   Kun gi tertawa, ujarnya.   "Sudah tentu dimulai dari kamarku,"   Lalu dia angkat tangan-"Silakan Hu-pangcu."   So-yok tertawa lebar, katanya.   "Kamar Ling-heng sendiri, sudah tentu kau jalan dulu." "Tidak. Hu-pangcu mewakili Pangcu, orang yang berkuasa penuh dalam penggeledahan ini, terutama untuk menggeledah kamar cayhe, maka cayhe harus memberi segala kelonggaran, silakan Hupangcu."   So-yok mencibir, katanya sambil cekikik.   "Memang kau ini selalu ada2 saja alasannya."   Lalu dia mendahului menuju ke kamar Ling Kun-gi diikuti Leng Tio-cong.   Leng Tio cong mendahului membukakan pintu So-yok lalu melangkah masuk dan Kun-gi di belakangnya, begitu dia melangkah masuk kamar, seketika dia merasakan hal2 yang tidak beres.   Waktu keluar tadi terang jendela tidak terbuka, kini terpentang lebar, terutama di dekat jendela, lapat2 terasa olehnya adanya bau semacam pupur wangi,jelas seseorang telah menyelundup masuk lewat jendela.   Diam2 mencelos hatinya, pikirnya.   "Memang-nya ada orang menyelundupkan sesuatu kemari?"   Berdiri ditengah kamar, So-yok berpaling, tanyanya.   "Ling-heng, bagaimana cara menggeledahnya? "   Urusan sudah telanjur, terpaksa Kun-gi mengeraskan kepala dan menabahkan hati, katanya.   "Kamar ini tidak besar, boleh Hu-pangcu suruh Hay-siang menggeledah saja. "Betul,"   Ujar So-yok.   "Hay-siang, nah, periksalah dengan teliti."   Hay-siang mengiakan-Matanya menyapu keseluruh kamar, kecuali sebuah dipan, sebuah meja kecil dan dua buah kursi seluruh benda yang ada di dalam kawar dapat terlihat dari segala sudut, maka langsung dia melangkah kepembaringan.   Kecuali sebuah bantal, masih ada sebuah kemul tebal yang dilempit rapi di atas ranjang.   Kerja Hay-siang yang pertama adalah menyingkap bantaL Maka dilihatnya sinar kemilau perak di bawah bantal, kiranya itulah sebuah kotak perak yang ber-bentuk gepeng panjang.   Dingin dan tajam sorot mata Ling Kun-gi, diam2 dia mengumpat di dalam hati.   "Bangsat keparat, aku betul2 dijadikan kambing hitam."   Hay-siang jemput kotak perak itu, tanyanya.   "Apakah ini?"   Lekas sekali Kun-gi sudah tenangkan diri, katanya kalem dan tabah.   "Itulah Som-lo-ling." "   Kenapa kau tidak menungguku?" "Nona mau ke mana? "Kau menyamar lagi bukankah ka hendak menemuka pengejaranmu?" , u n "Betul, kenapa?" Hebat perubahan rona muka So-yok, tanpa terasa bergetar pembunuhnya?"   Leng Tio-cong melintangkan tangan didepan dada, sembilan jarinya tertekuk, sorot matanya liar menatap Kun-gi, agaknya dia siap turun tangan bila perlu.   Tanpa menghiraukan sikap orang Kun-gi tertawa, katanya.   "Apakah Hu-pangcu tidak melihat jendela kamarku terpentang? Kalau bangsat itu sengaja mau memfitnah aku dengan menyembunyikan barang bukti ini di dalam kamarku, memang banyak waktu untuknya bekerja disaat kita semua berada di ruang makan."   Sementara itu Hay-siang telah angkat kemul itu serta membentangnya, maka terlihat di tengah lempitan kemul itu melayang jatuh seperangkat jubah hijau, teriaknya.   "Hu-pangcu, inilahdisini.   "- Dia ambil jubah itu lalu menuding kebagian lengan, katanya. "Ya, betul ini. di sini ada sebuah lubang kecil, itulah tanda sambitan panahku."   Gusar wajah So-yok, katanya menggeram.   "Ling-heng memang benar, bangsat itu memang hendak memfitnahmu, soal ini harus diperiksa dan diselidiki dengan seksama sampai seterang2nya, hayolah keluar."   Segera ia mendahului keluar Dengan membawa Som-lo-ling dan jubah hijau itu, lekas Hay- siang mengintil di belakang So-yok, Leng Tio-cong mengira begitu barang bukti tergeledah, Hu-pangcu akan segera memerintahkan membekuk Ling Kun-gi, tapi perkembangan selanjutnya dan dari nada bicaranya se-olah2 membela anak muda itu, diam2 ia menggerutu di dalam hati.   Tapi So-yok adalah murid kesayangan Thay-siang, mana berani dia bertindak gegabah, maka pelan2 dia turunkan kedua tangan, katanya dengan suara sinis.   "congcoh, ini ..... bagaimana baiknya?"   Dengan tertawa tawar Kun-gi berkata.   "Barang bukti sudah diketemukan di kamarku, kamar2 lain tidak perlu, di geledah, marilah keluar saja."   Waktu Kun-gi tiba di ruang makan, hadirin sudah tahu bahwa barang bukti tergeledah di kamar cong su Cia, maka gemparlah semua hadirin, ada yang geleng2, ada yang menghela napas, ada pula yang memandangnya dengan rasa belas kasihan, tapi ada juga yang memandangnya dengan gusar penuh dendam.   Sambil mengangkat tinggi kedua barang bukti Hay-siang tengah menerangkan hasil kerjanya.   "Betulkah hal ini terjadi?"   Ujar Pek-hoa-pangcu, nadanya kurang yakin dan ragu2. Giok-lan segera bersuara.   "Kurasa cong-sucsia bukan orang demikian." "Pendapat Sam-moay betul,"   Seru So-yok.   "pasti ada orang sengaja memfitnah dia." "Nah, sekarang kita dengar dulu pendapat cong-su-cia sendiri,"   Sela Pek-hoa-pangcu. Hay-siang menambahkan.   "Tadi cong-su-cia bilang jendela kamarnya terbuka, kemungkinan bangsat itu sengaja sembunyikan barang bukti ini di dalam kamarnya, tapi bayangan tinggi yang kulihat tadi memang mirip dia, soalnya belum ada ada bukti, hamba tidak berani terus terang. Soal jendela terbuka, memang mungkin bangsat itu menyelundup ke kamarnya serta sembunyikan barang2 bukti ini, tapi dapat juga diterangkan, waktu dia melayang turun dari tingkat atas dan langsung, masuk jendela serta menyembunyikan kedua barang ini lalu buka pintu lari keluar, karena waktu amat mendesak belum sempat dia menutup jendela, atau sengaja dibiarkan terbuka, umpama perbuatannya kebongkar, bisa saja dia menggunakan alasannya tadi. Maka menurut pendapat hamba, soal ini harus segera dilaporkan kepada Thay-siang dan dengarkan putusan beliau."   So-yok mentang2 tidak terima.   "Soal menggeledah kamar adalah usul Ling heng sendiri, kalau dia menyembunyikan barang bukti di kamarnya, memangnya dia berani suruh kita menggeledahnya malah?"   Hay-siang tidak berani debat, katanya.   "Betul Hu-pangcu, tapi kedua barang bukti ini jelas kita temukan dikamarnya, ini kenyataan."   Pek-hoa-pangcu berkata kepada Kun-gi.   "cong-sucia, ingin kudengar pendapatmu."   Kun-gi tahu perhatian seluruh hadirin tertuju pada dirinya, tapi sikapnya tenang dan wajar, katanya sambil tertawa lebar.   "Salah atau benar pasti ada keadilannya, kurasa apa yang dikatakan nona Hay-siang juga tidak salah, kenyataan kedua barang bukti memang berada di kamarku, sudah tentu cayhe patut dicurigai, lebih baik laporkan saja kepada Thay-siang, biarlah beliau yang mengambil kesimpulan dan putusan-"   Diam2 gelisah hati So-yok, katanya tak tahan.   "Toaci, kurasa hal ini memang sengaja ada orang memfitnah dia, kita harus memeriksa dan menyelidikinya sampai terang baru laporkan kepada Thaysiang."   Pek-hoa-pangcu sendiri juga bingung dan sukar ambil putusan, menoleh ke arah Giok-lan dia bertanya.   "Sam-moay, bagaimana pendapatmu?"   Giok-lan menepekur sebentar. katanya kemu-dian.   "Kurasa pendapat cong-su-cia memang tepat dan masuk akal, kalau musuh sengaja mau memfitnah dia, maka laporkan saja soal ini kepada Thay-siang." "Baiklah,"   Pek-hoa-pangcu mengangguk.   "Ji-moay, cong-su-cia, marilah kita menghadap Thay-siang."   Lalu dia berdiri lebih dulu.   Walau merasa ogah, tapi So-yok sungkan membela Kun-gi terang2an, apa lagi dihadapan umum, terpaksa dia mengikuti Pek- hoa-pangcu ke-luar dan disusul Kun-gi.   Giok lan ikut di belakangnya, dengan membawa kedua barang bukti Hay-siang mengintil di be-lakang Giok lan, beberapa orang lainnya mengekor pula di belakang Hay-siang dan beramai2 naik ke tingkat ketiga.   Setelah orang banyak berlalu, Sam-gan-sin coa Liang geleng2 kepala, ujarnya.   "Bahwa pemimpin kita adalah mata2 Hek liong-hwe yang akan membunuh Thay-siang, aku orang pertama yang tidak percaya."   Leng Tio-cong menyeringai, jengeknya.   "Bukti sudah nyata, memangnya harus diragukan?"   Maklumlah dia sebagai coh-hou-hoat, kalau kedudukan Kun-gi dicopot, maka jabatan cong-hou-hoat yang kosong akan menjadi miliknya, maka diam2 ia berdoa semoga Ling Kun-gi memang mata2 musuh adanya. Sam-gan-sin tertawa dingin, katanya.   "Manusia paling goblok di dunia ini juga tidak akan mengangkat batu menimpuk kaki sendiri, kalau betul cong-su-cia menyembunyikan barang bukti di kamar sendiri, masadia mengusulkan geledah kamar malah? Kalau betul dia pembunuhnya, waktu dia lompat turun dari tingkat atas, Cukup sekali ayun dia buang kedua barang bukti ke air kan segalanya beres, kenapa harus disembunyikan di ranjang. Beberapa hal yang meragukan ini lebih meyakinkan bahwa memang ada orang sengaja mau memfitnah dia."   Sudah tentu bukan maksudnya ingin membela Ling Kun gi, soalnya dia juga iri dan tidak terima kalau jabatan cong-su-cia jatuh ke tangan Leng Tio-cong.   Dari pada Leng Tio-cong memungut keuntungan, biarlah tetap dijabat oleh Ling Kun-gi saja.   Maklumlah kedua orang ini memang sering perang dingin dan tarik urat.   Barupertama kali ini Kunginaik ketingkatketigayangjauh lebih sempit daripada tingkat kedua.   Thay-siang menempati ruang tengah, sebelah depannya ada sebuah ruang kumpul, di mana terdapat kursi berjajar, ditengahnya ada sebuah meja dan kursi.   Kamar tidur Thay-siang di sebelah dalam.   Di sebelah kiri masih terdapat dua kamar lagi, tertutup oleh kain gordyn yang tersulam indah, itulah tempat tinggal Pangcu dan Hu-pangcu.   Dari letak beberapa kamar ini, dapatlah disimpulkan jendela kamar Thay-siang tentu berada di sebelah kanan, jadi berlawanan dengan jendela kamar Pangcu dan Hupangcu.   Begitu Kun-gi melangkah masuk ruang pertemuan, Pek-hoa- pangcu lantas angkat tangannya, katanya.   "Silakan duduk cong-su Cia." Kun-gi menjura, sahutnya.   "Hamba sebagai tertuduh yang patut dicurigai, biarlah berdiridisinisaja."   Tengah bicara, dua pelayan menyingkap kerai, tertampak Thay siang melangkah datang dari kamarnya.   Pek-hoa-pangcu, Hu- pangcu, Ling Kun-gi dan Giok-lan sama berdiri serta membungkuk menyambut kedatangannya.   Menyapu pandang wajah para hadirin, Thay-siang mengangguk serta berkata.   "Kalian sudah menemukan pembunuhnya?" "Lapor Thay siang,"   Seru Pek-hoa-pangcu.   "Som-lo-ling dan jubah hijau sudah ditemukan, cuma . ...."   Thay siang menuju ke kursi besar berlapis bulu binatang dan duduk. dia lantas menukas.   "Baik, sekali kalau sudah ditemukan-"   So-yok menyela dengan gugup.   "Thay-siang, walau kedua barang ini ditemukan di kama cong-su-cia, tapi Tecu berpendapat pasti musuh sengaja hendak memfitnah dia."   Pek-hoa-pangcu menambahkan.   "Tecu juga berpendapat musuh sengaja hendak mengkambing hitamkan dia, harap Thay-siang suka periksa." "Bagaimana duduk persoalannya? tanya Thay-siang. Maka So-yok lantas Ceritakan usul Ling Kun-gi serta Cara pemeriksaanseorangdemiseorang,lalu menggeledahkamar. Setelah mendengar laporan So yok, Thay-siang berkata.   "Haysiang, bawa kemari barang2 bukti itu."   Hay-siang mengiakan, tersipu-sipu dia persembahkan kotak perak dan jubah hijau itu dengan kedua tangannya. Memegang kotak perak Som-lo-ling itu Thay-siang mengamati sekian lama dengan teliti, katanya kemudian.   "Benda ini amat ganas sekali, memang barang tiruan,yang mereka buat dari seorang ahli, tak ubahnya dengan barang aslinya."   Dia letakkan kotak itu, diatas meja lalu bertanya.   "Hay-siang, kau bilang pernah menyambit penyantron dengan panah, apakah timpukanmu mengenai sasaran?"   Hay -siang membungkuk, sahutnya.   "Lapor Thay-siang, lengan kanan jubah hijau itu ada lubang kecil, itulah bekas kena timpukan panah Tecu." "Kau pernah melihat bayangan punggung pembunuh itu, apakah mirip Ling Kun-gi?"   Hay-Siang ragu2 sebentar, sahutnya.   "Gerak tubuh orang itu teramat cepat Tecu tidak melihat jelas wajahnya, jadi tak berani sembarang bicara, tapi kalau dilihat bentuk perawakannya memang rada2 mirip cong-su-cia." "Nah, itulah,"ujarThay-siang. Berdegup jantung Pek-hoa-pangcu, Hu-pangcu dan Giok-lan serentak mereka berteriak.   "   Thay-siang"   Sedikit menggerak tangan, Thay-siang cegah mereka bicara, matanya tertuju kearah Kun-gi, katanya.   "Ling Kun-gi, apa pula yang hendak kau katakan?"   Sikap Kun-gi tidak berubah, katanya membungkuk.   "Apa yang ingin hamba sampaikan tadi sudah dijelaskan oleh Hu-pangcu, Thay-siang maha bijaksana, salah atau benar persoalan ini tentu dapat diselidiki dengan adli, hamba terima apa saja putusan Thaysiang."   Karena mengenakan cadar, sukar dilihat bagaimana mimik muka Thay-siang, tapi Bok-tan, So-yok dan Giok-lan sama tertekan perasaannya, napas-pun terasa sesak. Menoleh kearah Hay-siang, Thay-siang bertanya.   "Begitu kau melihat pembunuh lalu menyerangnya dengan panah? "   Hay-siang mengiakan. "Waktu itu, berapa jauh jarakmu dengan dia?"   Hay-siang berpikir, sahutnya.   "Kira2 tiga tombak." "Baik, Ling Kun-gi, putar badanmu dan majulah setombak lebih."   Pek-hoa-pangcu, So-yok dan Giok-lan t1dak tahu apa maksud Thay-siang, diam2 mereka berkuatir bagi Kun-gi. Jarak setombak setengah berarti sudah berada di luar kamar. Maka Kun-gi melangkah keluar. "Sudah cukup, berhenti, kau berdiri saja di situ,"   Ucap Thaysiang.   "akan kusuruh Hay-siang menimpuk panah ke belakangmu, kau tak boleh berkelit, hanya boleh menyampuk dengan lengan bajumu, sudah tahu?"   Bahwa dirinya hanya boleh menyampuk ke belakang dengan lengan bajunya saja, Kun-gi lantas tahu ke mana maksud Thay- siang, cepat dia menjawab.   Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Hamba mengerti." "Hay-siang, kau sudah siap?"   Tanya Thay siang. "Tecu sudah siap."   Sahut Hay-siang, "Bagus, timpukpundak kanannya,"seruThay-siang. Sejak tadi Hay-siang sudah genggam sebatang panah kecil ditelapak tangan kanannya, belum lenyap seruan Thay-siang, tangan kanannyapun sudah terayun.   "Ser,"   Sebatang panah kecil bagaibintang meluncurkepundak kanan Ling Kun-gi.   Agaknya kali ini Kun-gi hendak pamer kepandaian, dia diam saja tanpa menoleh, setelah panah melesat tiba lebih dekat, tangan kanan pelahan mengebut ke belakang.   Gayanya indah gerakannya ringan dan gagah, lebih harus dipuji lagi karena dia memperhitungkan waktu dengan tepat, ujung lengan bajunya bergerak lamban seperti melambai tertiup angin, kebetulan panah kecil sambitan Hay-siang kena disampuknya.   "creng", panah kecil terbuat dari batang baja itu berdering nyaring seperti membentur benda keras, lengan baju Kun-gi lunak tapi panah baja itu kena disampuknya terpental balik.   "Tak", tepat dan persis menancap dipapan lantai didepan Hay-siang. Sudah tentu Hay-siang terperanjat dengan sigap dia berjingkrak mundur. Demontrasi kepandaian yang tiada taranya ini sungguh membuat kagum dan riang hati Pek-hoa-pangcu. Hu-pangcu dan lain, siapapun tak pernah membayangkan bila kepandaian silat Ling Kun-gi bukan saja tinggi, malah sudah begitu matang dan sempurna. Thay-siang manggut2 senang dan puas, kata-nya tersenyum ramah.   "Memang tidak malu sebagai murid Put-thong Taysu, balik sini."   Ling Kun-gi balik ke depan Thay-siang, katanya membungkuk. "Thay-siang masih ada pesan apa?"   Lembut suara Thay siang.   "Perlihatkan kepada mereka, apakah ujung lengan bajumu tertimpuk berlubang oleh panah kecil itu?"   Panah kecil itu terbuat dari baja, bobotnya cukup lumayan, tapi lengan baju Ling Kun-gi ternyata tetap utuh tidak kurang suatu apa.   Dalam jarak setombak setengah panah kecil itu tak mampu melubangi lengan baju Kun-gi, apalagi kalau dalam jarah tiga tombak.   Seketika tersimpul senyuman riang lega pada wajah So yok.   Pek-hoa-pangcu dan Giok-lan diam2 juga menghela napas lega, rasa kuatir dan jantung dag-dig-dug tadi seketika sirna.   Hay-siang tunduk.   katanya.   "Ilmu sakti cong-su-cia tiada taranya, kiranya Tecu yang salah lihat orang."   Nyata nada bicaranyapun menjadi lunak dan putar haluan Thay-siang mendengus, kedua matanya mencorong menatap Ling Kun-gi, katanya kalem.   "Kalau Losin tidak mampu menilai orang, memangnya kuangkat dia menjadi cong-hou-hoat-su-cia? Kalau jabatan tinggi ini sudah kuserahkan padanya, maka aku harus percayabeginisajaakancarakeji musuhuntuk memfitnahdia?"   Sejak tadi sikap Kun-gi tetap tenang dan wajar meski dirinya difitnah dengan barang2 bukti yang memberatkannya, tapi setelah mendengar kata2 Thay-siang ini, tanpa terasa keringat membasahi badan, serunya hambar.   "Selama hidup hamba tidak akan lupa akan budi dan kebijaksanaan Thay-siang."   Sudah tentu ini bukan kata2 yang terlontar dari lubuk hatinya, tapidihadapan Thay-siangterpaksadia harusber-muka2. Nada Thay siang tiba2 berubah kereng.   "Ling Kun-gi, walau Losin memaafkan dan mengampunimu, tapi bangsat yang coba membunuh Losin itu menjadi tanggung jawabmu untuk membekuknya, kau mampu tidak?"   Kun-gi membungkuk, serunya.   "Sesuai dengan jabatanku hamba memang wajib membekuknya .   " "Aku berikan batas waktu untukmU membongkar perkara ini,"   Desak Thay-siang. "Entah berapa lama batas waktu yang Thay-siang berikan kepada hamba."   Thay-Siang gebrak meja, serunya gusar.   "Dia berani coba membunuh Losin, memangnya Losin harus berpeluk tangan membiarkan dia bebas bergerak sesukanya, kau harus dapat membekuknya sebelum terang tanah atau kau menyerahkan batok kepalamu sendiri."   Tatkala itu sudah kentongan ketiga, kira2 masih satu dua jam lagisebelumfajar menyingsing..   Perkara ini masih merupakan teka teki, bayangan untuk menyelidikipun tiada, cara bagaimana harus membekuk biang keladi pelakunya.   Yang terang perintah harus dilaksanakan, walau waktu sudah teramat mendesak.   Pek-hoa-pangcu bermaksud mohonkan keringanan, tak terduga Kun-gi lantas menjura, katanya.   "Hamba terima perintah Thaysiang."   Tanpa ragu2 dia terima perintah yang menyudutkan dirinya ini. Sudah tentu hal ini lagi2 membuat Pek-hoa-pang-cu, Hu-pangcu dan Giok -lan melengak heran, tanpa berjanji mereka sama tumplek perhatian padanya. Thay-siang manggut2, katanya memuji.   "Losin tahu kau punya bakat dan mampu melaksanakan tugas." "Thay-siang terlalu memuji, cuma hamba kebentur suatu hal yang menyulitkan ...." "Ada kesulitan apa boleh kau katakan, Losin akan memberi kelonggaran padamu." "Walau hamba sebagai cong-hou-hoat-su-cia dari Pang kita, tapi hak kuasa hamba terbatas, gerak lingkungan hamba hanya terbatas pada tingkat kedua maka, umpama tingkat ketiga ini bukan lagi menjadi daerah operasiku ....."   Terunjuk senyum lebar pada wajah Thay-siang di balik cadar, katanya.   "Baik", Lalu dia berpaling pada salah seorang pelayannya, katanya.   "Liu-hoa, pergilah ambilkan Hoa-sin-ling kemari, sampaikan pula perintah ku kepada semua orang, sejak kini sampai terang tanah nanti, Losin serahkan kekuasaan tertinggi kepada cong-su-cia sebagai wakil Losin untuk melaksanakan tugas, tak peduli Pekhoapangcu atau Hu-pangcu juga harus siap terima tugas dan perintahnya, siapa berani membangkang akan dijatuhi hukuman yang berlaku."   Pelayan itu mengiakan-Baru saja dia bergerak hendak putar ke belakang, tiba2 Kun-gi berseru. "Nona tunggu sebentar"-Lalu dia menjura kepada Thay-siang, katanya.   "Sudah cukup dengan kata2 Thay-siang tadi, tak perlu pakaiHoa-sin-ling segala.."   Tiba2 dia berkata kepada Giok-lan dengan ter-tawa.   "Thay-siang sudah serahkan kekuasaan untuk menjalankan tugas, tentunya congkoan sendirijuga telah dengar."   Pek-hoa-pangcu yang berdiri disamping hampir tidak berani percaya akan apa yang di dengarnya ini, sungguh dia tidak habis mengerti kenapa Thay-siang berubah begini mendadak? Dan yang membuatnya heran adalah Ling Kun-gi, entah akal muslihat apa pula yang tersembunyididalam benaknya.   Demikian pula So-yok mempunyai rasa curiga yang sama, kedua matanyaterbeliak menatap Kun-gitanpaberkedip.   Mendengar ucapan Kun gi, lekas Giok-lan menjura, sahutnya.   "Hamba sudah dengar."   Lebar tawa Kun-gi, katanya balas menjura.   "Kalau begitu tolong congkoan sampaikan perintahku, suruhlah ketujuh TayCia datang kemari."   Hay-siang sudah berada disini, berarti Giok-lan harus memanggil enam Tay-cia yang lain-Setelah mengiakan Giok-lan lantas keluar. Kun-gi menjura pula kepada So-yok, katanya.   "Ada pula sebuah tugas, mohon Hu-pangcu suka membantu."   So-yok mengerling penuh arti, katanya tertawa.   "cong-su-cia hendak menugaskan apa?" "cayhe minta Hu-pangcu suka berjaga dipintu keluar, kalau ada orang berusaha melarikan diri, harap Hu-pangcu membekuknya hidup2, kalau terpaksa boleh juga membunuhnya .   " "Memangnya perlu dijelaskan, siapa berani melarikan diri lewat pintu, pastitidak akan kulepasdia." "Hu-pangcu perlu hati2, bukan mustahil kalau kepepet orang itu jadi nekat, diapun bisa menggunakan Som-lo-ling,"   Kun-gi memperingatkan "Aku tahu,"   Ucap So-yok.   "begitu ia merogoh kantong, akan segera kuserang dulu, umpamanya kutabas lengannya." "Tapi Hu-pangcu harus bertindak menurut aba-abaku."   So-yok cekikik geli, katanya.   "Aku tahu, aku akan menurut petunjukmu." "Terima kasih Hu-pangcu, sekarang silakan kau berdiri dipintu."   Sambil memegang gagang pedang dipingggang So-yok keluar dan berdiri di ambang pintu. Kun-gi menghadapi Pek-hoa-pangcu lalu katanya."SilakandudukPangcu."   Pek-hoa-pangcu melirik mesra, tanyanya.   "cong-su-cia tidak memberitugas kepadaku?" "Tidak. silakanPangcu duduksaja."   Karena Kun-gi bekerja mewakili Thay-siang, maka Pek-hoa- pangcu menurut saja permintaan Kun-gi, dia duduk di sebuah kursi di bawah Thay siang.   Sementara Thay-siang tetap duduk di kursi kebesarannya tanpa bersuara, dia melihat saja apa yang dilakukan Ling Kun-gi tanpa memberi komentar karena dirinya tidak dihiraukan, tak tahan Hay-siang buka suara.   "cong-su-cia, apakah hambatidakdiberi tugas?"   Kun-gi tertawa, ujarnya.   "Nona adalah saksi satu2nya yang melihat bayangan musuh, kunci membongka peristiwa malam ini berada dipundak nona,"   Lalu tangannya menuding.   "Silakan nona duduk di sebelah Pangcu."   Hay-siang mengiakan lalu duduk di tempat yang di tunjuk.   Kerai tampak tersingkap.   Giok-lan melangkah masuk lebih dulu, di belakangnya mengikuti ber-turut2 adalah Bi-kui, Ci-hwi, Hu-yong, Hong-sian, Giokju dan Loh-bi-jin.   Giok-lan menjura kepada Kun-gi, serunya.   "Lapor cong-su-cia, enam Taycia yang lain sudah kumpul seluruhnya."   Keenam Taycia ini dipimpih oleh Bi-kui (Un Hoan-kun), melihat So-yok berjaga di pintu, semuanya tertegun, ter-sipu2 mereka berlutut dan berseru bersama.   "Tecu menghadap Thay-siang."   Thay-siang angkat tangan, katanya.   "Bangunlah, kalian harus tunduk kepada cong-su-cia, malam ini dia bekerja mewakili Losin untuk menyelesaikan perkara besar. kalian harus dengar perintahnya, tidakboleh membantah."   Para Taycia sudah tahu akan peristiwa usaha pembunuhan atas junjungan mereka dan Ling Kun-gi sebagai tertuduh utama, sungguh tak nyana dari nada bicara Thay-siang sekarang tertuduh justeru diberi kuasa mewakilinya untuk mengusut perkara ini, Pangcu mereka sendiripun harus tunduk di bawah perintahnya, keruan jantung mereka ber-debar2.   Sudah tentu yang paling merasa diluar dugaan adalah Bi-kui samaran Un Hoan-kun, sehingga ia melirik kearah Kun-gi.   Giok-lan bawa keenam orang ini berbaris di depan Kun-gi.   Sambil mengawasi Bi-kui, Kun-gi berkata.   "Nona Bi-kui, harap maju."   Di antara ke-12 Taycia Bi-kui mendapat urutan nomor sembilan, tapi dalamperjalanan kali ini dia merupakan tertua daritujuh Taycia yang ikut, maka Kun-gi menampilkan dia, Un Hoan-kun segera tampil ke depan Kun-gi. "Silakan duduk,"   Kata Kun-gi menunjuk sebuah kursi di depannya sana. Sedikit merandek, akhirnya Un Hoan-kun duduk di kursi yang teraling meja bundar di depan Kun-gi. "Lepaskan kedok nona,"   Kata Kun-gi.   Perlu diketahui Un Hoankun sudah dirias oleh Kun-gi sehingga sekarang bukan dengan wajah aslinya, maka dia tidak usah kuatir akan konangan kepalsuannya, tanpa ragu2 dia mengelupas kedok mukanya.    Bangau Sakti Karya Chin Tung Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung

Cari Blog Ini