Ceritasilat Novel Online

Pedang Kiri Pedang Kanan 3


Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL Bagian 3


Pedang Kiri Pedang Kanan Karya dari Gan K L   Tampak dia celingukan ke belakang sebentar, mendadak dia melompat ke pagar tembok terus turun di sebelah dalam.   cepat sekali Kun-gi juga menye-linap masuk ke dalam biara lewat samping kanan, di atas tembok dia melihat si mata satu lewat pelataran terus masuk ke dalam, sejenak dia merandek terus memasuki ruang pendopo.   Ling Kun-gi tak berani ceroboh dan bertindak lambat, dengan enteng dia mendahului merunduk masuk ke dalam ruang pendopo.   cepat matanya menjelajah sekelilingnya, segera ia melompat ke atas besandar yang melintang tepat di tengah ruang itu.   Gerak-geriknya sungguh teramat cepat dan cekatan, ruang pendopo ini lebarnya ada belasan tombak.   Ling Kun-gi menyelinap masuk dari arah kanan, untung kepandaian si mata satu rendah, su-dah tentu sedikitpun dia tidak tahu.   Mungkin tadi terlalu banyak minum arak.   setelah menempuh perjalanan jauh, napasnya rada tersengal, maka begitu masuk ruang pendopo, si mata satu terus menjatuhkan diri di atas meja rebah celentang melepaskah lelah.   Tak lama setelah dia rebah, mendadak di luar terdengar dua kali suara jeritan rintihan tertahan-Malam sunyi senyap.   maka keluhan tertahan terdengar amat jelas, letaknya tidak terlalu jauh di luar biara ini, mungkin orang itu kena dibokong orang dan jiwanya terancam.   si mata satu berjingkrak kaget, lekas dia melompat bangun, maka dilihatnya sesosok bayangan tinggi laksana setan tahu2 sudah muncul di depan serambi ruang pendopo sana, lambat2 langkahnya, memburu ke ruang pendopo.   Kaget dan ketakutan si mata satu, tegurnya suara gemetar.   "Siapa ....?"   Dari tempat sembunyinya, sebaliknya Ling Kun-gi dapat melihat jelas bahwa pendatang ini adalah laki2 baju hijau yang lengan kirinya pakai tangan palsu dari besi. Begitu masuk pendopo dia lantas berhenti, suaranya dingin.   "   Kuantar surat untukmu, apa kau ini si picak kanan-"   Mendengar orang datang mengantar surat, cepat si mata satu menyongsong maju, katanya berseri ketawa.   "Bukan, bukan, hamba, hamba picak kiri bukan picak kanan-"   Bayangan kurus tinggi mendengus sekali, dari dalam kantongnya dia merogoh keluar sebuah sampul terus diangsurkan, katanya^ "Ambil"   Si mata satu menerima dengan kedua tangan. Tanpa bicara lagi bayangan kurus tinggiterus tinggalpergi. Diam2 Kun-gi membatin ditempat sembunyinya.   "cara sibaju hijau mengantar surat mirip dengan caranya waktu memberikan surat kepada si baju biru kemarin malam, surat itu tentu memberi petunjuk ke mana harus menyerahkan barang yang dibawanya? Mungkinkah belum sampai di tempat tujuan terakhir?"   Setelah terima surat, dengan sikap hormat si mata satu antar si baju hijau pergi, setelah itu dengan seksama dia baca tulisan yang ada di atas sampul surat itu, lalu kembali ketempat dia me-rebahkan diri tadi "cret"., dia menyalakan api dan menyulut sebatang lilin-Lalu dia mengambil sebatang dupa wangi dan disulut terus ditancapkan pula di atas Hiolo, setelah itu dengan laku hormat dia taruhsampul itudiatas meja.   Kebetulan Ling-Kun-gi sembunyi di atas belandar, melihat kelakuan si buta yang aneh dan ganjil ini, dalam hati dia merasa heran, dia pu-satkan ketajaman matanya memandang kearah sampul di atas meja.   Lwekangnya memang sudah tinggi, walau jaraknya cukupjauh, namun huruf di atas sampul masih bisa dibacanya dengan jelas.   Bunyinya demikian.   "Sulut dupa di atas Hiolo, habis sebatang baru buka sampul ini"   Entah apa maksud dan permainan aneh apa pula yang dilakukan penulis surat ini? Yang terang terasa oleh Kun-gi bahwa bungkusan kertas yang mereka kirim dengan cara misterius ini tentu mempunyaiartiyang amat besar.   Dupa itu terbakar dengan cepat, asap dupa mengepul memenuhi ruangan pendopo, tapi asap itupun cepat sekali sudah sirna tertiup angin, tinggal bau wangi saja yang masih merangsang hidung.   Agaknya dupa wangi ini terbuat dari kayu cendana asli.   Melihat dupa sudah terbakar habis, simata satu lantas ambil sampul terus dirobek.   cepat Kun-gi menunduk, dilihatnya si mata satu mengeluarkan secarik kertas, di dalam lipatan kertas terdapat sebutir pil warna putih, di atas kertas tertulis sebaris huruf2 yang berbunyi.   "Le-kas telan pil ini, keluar dari pintu selatan, sebelum kentongan kelima sudah harus tiba di Liong-ong--bic"   Memegangi pil putih itu, agaknya si mata satu ragu2, mendadak tampak tubuhnya sempoyongan, hampir saja dia roboh terjungkal.   lekas dia jejal-kan pil itu ke dalam mulut, sekalian dia raih kertas itu terus dibakar.   Pada saat itulah, bayangan seorang tiba2 terjungkal jatuh dari belakang patung pemujaan.   "Blang"   Roboh terkulai tak bergerak setelah menggelinding dua kali.   Si mata satu amat terkejut, dia melompat mun-dur beberapa kaki, dengan mata melotot dia mengawasi sosok tubuh yang meringkal dilantai itu.   Ternyata yang terjungkal jatuh dari belakang patung adalah seorang gadis yang berpakaian coklat, kedua matanya terpejam, rebah tanpa bergerak sedikitpun.   Di pinggangnya kelihatan terselip sebatang pedang pendek.   jelas iapun seorang persilatan-Melihat gadis itu rebah terkulai tak bergerak lama2 bangkit keberanian si mata satu, katanya dengan tertawa dingin.   "Pantas aku diperintah membakar dupa wangi baru boleh membuka surat ini, ternyata memang ada orang menguntit diriku, pihak atas memang ada perintah, kalau temukan orang menguntit boleh bunuh saja habis perkara, nona cantik, jangan kau salahkan aku berlaku kejam ........."   Dari samping tubuhnya, dia mencabut sebilah golok terusmendekati. Mendadakseorangmembentakkeras."Berdiri"   Terasa angin menyamber, tahu2 di depan si mata satu sudah berdiri laki2 setengah baya dengan wajuh kereng, setajam pisau matanya menatap si mata satu, bentaknya pula.   "   Tidak lekas kau enyah?"   Sorot matanya cukup menggetarkan nyali, bentrok dengan sorot mata orang, tanpa terasa si mata satu bergidik, ter-sipu2 dia mengiakan terus putar tubuh dan lari sipat kuping.   Laki2 setengah baya ini adalah samaran Ling Kun-gi, dia tidak hiraukan si mata satu, dia coba memeriksa si nona.   Kedua mata gadis baju cokelat terpejam, bulu matanya panjang melengkung, wajahnya cantik tam-pak masih ke-kanak2an, pipinya merah seperti buah apel yang masak.   hidungnya mancung, mulutnya kecil, usianya paling2 baru tujuh belasan- Sekirang Ling Kun-gi baru mengerti bahwa dupa yang disulut si mata satu tadi kiranya dupa wangi yang membiuskan-Tapi kenapa dirinya tidak kurang suatu apa2.   Bukankah dirinya jauh lebih banyak menghirup asap dupa di tempat yang lebih tinggi? Beberapa kejap dia berdiri melenggong, akhirnya dia ingat akan kantong sulam pemberian Un Hoan-kun, bukankah di dalamnya berisi obat2an piranti menawarkan obat bius.   Lekas dia keluarkan kantong sulam itu, setelah ikatan teratas dia buka, di dalamnya berisi sebuah botol gepeng warna pu-tih halus.   Begitu botol gepeng dikeluarkan, bau harum yang menyegarkan seketika merangsang hidung, ter-nyata di atas tutup botol terdapat lima lubang kecil yang berbentuk menyerupai bunga bwe, bau harum teruar dari lubang2 kecil2 ini.   Waktu dia teliti lebih lanjut, tepat diperut botol gepeng ini terukir tiga huruf Jing-sin-tan-, di bawahnya terdapat sebaris huruf2 kecil yang berbunyi.   "Buatan khusus keluarga Un di Ling-lam."   Cepat Kun-gi buka tutup botol kecil ini ternyata terdiri dari dua bagian-lapisan atas berisi puyer warna kuning, lapisan kedua berisi beberapa pil warna hitam sebesar biji kapok.   Sekarang Ling Kun-gi baru mengerti, bahwa puyer warna kuning itu adalah obat penawar bau wangi yang memabukkan, maka diatas tutup botol di beri lubang supaya bau harum penawar ini dapat teruar keluar, oleh karena itu botol ini harus di simpan dalam kantong benang sulam dan digantung di atas leher, cukup mengendus bau harum yang teruar dari tutup botol, segala obat bius yang wangi memabukan akan menjadi tawar dengan sendirinya.   Sementara pil hitam di bagian bawah itu adalah obat penawar yang harus ditelan- Jadi gadis baju coklat ini terbius oleh bau wangi, cukup asal botol ini di ciumkan ke dekat hidungnya, tak usah diminumi pil tentu sebentar akan siuman-Betul juga, kira2 sepeminum teh ke-mudian, pelan2 gadis baju cokelat mulai membuka kedua mata.   Melihat dirinya rebah di lantai, di sampingnya berjongkok seorang laki2 yang tak dikenalnya, ke-ruan kagetnya bukan main, lekas si nona membalik tubuh dan berduduk seraya berteriak.   "Siapa kau? Kau ....   apa yang kau lakukan ....   "   Wajahnya pucat, sctelah duduk baru dia melihat Kun-gi memegangi sebuah botol, sikapnya jelas tidakber-maksud jahat. Kun-gi unjuk senyum manis, katanya.   "Nona jangan takut, barusan kau terbius oleh bau wangi, akulah yang memberikan obat penawarnya."   Merah kedua pipi si gadis, kedua biji mata-nya terbeliak mengawasi Kun-gi, lekas dia membungkuk badan, katanya.   "Jadi paman yang meno-longku, entah bagaimana aku harus menyatakan terima kasih."   Panggilan sekilas membuat Ling Kun--gi melengak. tanpa segera dia sadar bahwa dirinnya sedang menyamar pedagang setengah baya, tanpa terasa dia tersenyum lebar, ujarnya sambil mengelus jenggot pendek dibawah dagunya.   "Nona jangan sungkan, kebetulan cayhe lewat sini, kulihat si mata satu itu hendak mencelakai nona. sudahtentuakutidakbolehberpeluk tangan?" 04 Terbayang rasa kaget dan heran pada wajah si gadis, katanya, "paman bilang si matu satu itu hendak mencelakai aku? Padahal aku tidak ber-musuhan dan tiada dendam, kenapa dia hendak membunuhku?" "Karena kuatir rahasianya bocor, membunuh nona untuk menutup mulut,"   Sahut Kun-gi. -kedip2 mata si gadis baju cokelat, kata-nya ketarik.   "Dia punya rahasia apa? Jahat betul orang itu."   Berhadapan dengan gadis yang lucu dan masih punya bersifat kanak2, suaranya merdu lagi, tanpa terasa Kun-gi sampai melamun.   Melihat Kun-gi menatap dirinya dengan pandangan aneh, merah pula muka si gadis, dengan lirih dia berte-riak.   ....   Teriakan ini membuat Ling Kun-gi tersentak kaget, sadar akan sikapnya yang tidak wajar barusan, seketika mukanya terasa panas, dia tertawa tawa, tanyanya.   "Bagaimana nona bisa sembunyi seorang diri di sini?" "Sering pamanku bilang, hotel bukan penginapan yang baik bagi seorang gadis yang menempuh perjalanan seorang diri, katanya bisa dihina dan dirugikan orang lain, maka aku pilih biara ini...   "   Ling-Kun-gi tertawa, ujarnya.   "Akhirnya kau lihat si mata satu itu melompat tembok masuk kemari, maka kau lantas sembunyi di belakang patung." "Ya,"   Mata si nona berputar, lalu katanya.   "kini teringat olehku, sebelum si mata satu masuk kemari, jelas kulihat bayangan orang berkelebat sekali terus menghilang, semula kukira pandanganku yang kabur, ternyata paman adanya, jadi kau menguntit si mata satu, betul tidak?"   Diam2 Kun-gi pikir gadis ini cukup cerdik dan pintar, maka dengan tertawa dia berkata.   "cayhe hanya ketarik saja dan ingin tahu."   Bahwa Ling Kun-gi ternyata betul menguntit si mata satu, jadi tebakkannya tepat, seketika si gadis baju coklat berjingkrak girang, tanyanya cepat ."Ya, tadi paman bilang karena kuatir rahasianya bocor, maka si mata satu hendak membunuhku, soal apa pula yang membuat paman ketarik sampai menguntit dia ke dalam biara ini?" "Dia ditugaskan mengantar sesuatu benda, kulihat gerak- geriknyaanehdan mencurigakan, makakuikutidia."   Sigadis mendesaklagi."Barangapakahyangdiaantar-?" "cayhe juga tidak tahu, selanjutnya tak perlu aku menguntitnya lagi." "tahu ke mana tujuan selanjutnya." "Kalau tidak salah harus dikirim ke Liong--ong-Bio ....   "   Tiba2 dia tersentak sadar, soal ini sebetulnya jangan diberitahu kepadanya, dunia persilatan penuh liku2, kalau gadis ini sampai ketarik dan ikut menguntit si mata satu serta kebentrok si baju biru, pasti celakalah dia.   Maka lekas dia tutup mulut, lalu alihkan pembicaraan, tanyanya."cayhemohon tahusiapanama harumnona?" "Aku she Pui....."   Sahutnya, pikirannya masih tidak melupakan barang yang diantar si mata satu, maka dia balas bertanya pula.   "Liong ong-bio diluar pintu selatan kota, paman mari kita kuntit dia, pasti bisa menyusulnya." "Hanya ketarik oleh gerak-gerik si mata satu maka aku kemari untuk melihatnya.   Setiap golongan dan aliran persilatan di Kangouw umumnya punya rahasia masing2, orang dilarang mengetahui, apalagi Licng-ong-Bio dari sini ada tujuh li jauhnya, aku punya urusan lain, kukira nona jangan menempuh bahaya?"   Si gadis baju cokelat kurang senang, katanya menjengek.   "Memangnya aku takut, paman tidak mau pergi, biar aku pergi sendiri.   Em, dia berani kerjai aku dengan dupa wangi, aku harus cari perhitungan sama dia, jangan dikira aku dapat dihina dan dipermainkan."   Lekas Ling Kun-gi membujuk.   "Dia sulut dupa karena kuatir orang mencuri lihat rahasianya, tujuannya bukan hendak mencelakai nona, kenapa nona harus berurusan dengan orang kasar seperti dia. Nona menempuh perjalanan seorang diri, tentunya punya urusan juga, lebih baik malam ini istirahat di sini, selesaikan dulu urusanmu sendiri" "Aku keluarber-main2, akutidakpunyaurusanapa2, paman take mau pergi, permisi aku mau pergi sendiri,"   Habis berkata si nona bangkit terus mau pergi.   Tapi seperti mendadak teringat apa2, kakinya berhenti serta berpaling, tanyanya mengawasi Kun-gi.   "Maaf paman, aku lupa mohon tanya nama paman-?" "cayheLing Kun-gi dariIng-Ciu." "Akanselalu kucatatdalamhati, sampaiber-temu, paman Ling"   Sekali bilang pergi terus pergi, keras juga tabiat nona ini, Kun-gi jadi menyesal, kenapa tadi dia memberitahu persoalan sebenarnya kepadanya, se orang gadis belia, kalau sampai mengalami bahaya, bukankah secara tidak langsung aku yang mence-lakai dia? Maka cepat dia berteriak.   "Nona Pui, tunggu sebentar"   Si gadis sudah tiba di luar pintu, dia behenti dan bertanya.   "Paman Ling masih ada urusan apa lagi?" "Kalau nonaingin pergi, baiklah bersama akusaja,"ujar Kun-gi..   Sudah tentu gadis baju cokelat kegirangan.   katanya cekikan- "Paman Ling, kau sungguh baik..." -.Tawanya segar bak sekuntum bunga mekar, pipi-nya yang merah tersungging dua pipit di kanan kiri.   Begitu anggun mempesonakan sampai Ling Kun-gi tidak berani melihatnya lama2, katanya sambil melengos.   "Marilah lekas berangkat."   Gadis baju cokelat mengangguk.   mereka menuju ke pekarangan luar, agaknya si gadis sengaja hendak pamer, tiba2 dia meluncur mendahului ke depan, dengan enteng ia melayang ke atas terus hinggap di atas tembok.   Gerakannya ini adalah ci-yan--liang-poh (sarang walet melampaui gelombang), tangkas dan cekatan sekali gerak geriknya.   Ling Kun-gi ikut enjot tubuhnya, katanya sambil tertawa lantang.   "   Hebat benar Ginkang nona Pui."   Gadis mana yang tidak senang dipuji. Dengan ringan si gadis meluncur turun di luar tembok, katanya berpaling dengan senyum bangga.   "Paman Ling terlalu memuji"---Sirap kata2nya mendadak dia menjerit melengking, wabahnya pucat ketakutan dan ngeri. "Nona kenapa?"   Tanya Kun-gi. Si gadis tidak berani berpaling, katanya sambil menuding ke ujungtembok sana."Disanaada duaorang."   Geli Ling Kun-gi, batinnya."Nona kecilbiasanya memangbernyali kecil"   Dengan sabar dia membujuk.   "Nona tidak usah takut, biar kulihat kesana."   Tampak di kaki tembok sana memang meringkuk dua bayangan orang.   Betapa tajam pandangan Ling Kun-gi, sekilas pandang dia lantas mengenali salah satu di antaranya adalah laki2 baju abu2 yang dilihatnya di warung makan di Liong-kip, seorang lagitentu temannya.   Mendadak Kun-gi ingat, sebelum laki2 baju hijau muncul, di luar ada dua kalijeritan orang, mungkinkah kedua orang ini sudah dikerjai musuh? Bergegas dia melompat maju terus memeriksa de-ngan berjongkok, tampak kedua orang ini meringkal mirip udang kering, yang dijemur di panas matahari, kepala dan mukanya berubah kehijauan, jelas mereka memang kena serangan racun- Topi bulu yang dipakai laki2 baju abu2 tampak terpental jatuh, tepat di tengah ubun-ubun kepalanya ada tanda2 bekas keselomot dupa, kiranya dia seorang Hwesio.   Tergerak hati Kun--gi, pikirnya.   Hwesio Siau lim si, mungkin barang yang diantar si mata satu ada sangkut pautnya dengan lenyapnya Loh-san Taysu, pimpinan Yokong-tian dari Siau-lim-pay? " "Paman Ling,"   Tanya gadis baju cokelat dari kejauhan. "Bagaimana kedua orang itu?"   Pelan2Ling Kun-giberdiri, katanya."Sudah meninggal." "Apakah mereka terbunuh si mata satu?"   Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Kun-gi rnengeleng.   "Bukan, pembunuhnya ada orang lain-". "Apakah orang yang mengantar surat itu?"   Tanya gadis itu, "tentunya untuk menyumbat mulut mereka? Kulihat dalam peristiwa ini pasti ada latar belakang yang besar artinya."   Kuatir orang bertanya berkepanjangan, lekas Kun gi berkata. "Marilah berangkat"   Mereka berputar ke pintu selatan, setelah melompat keluar dari tembok kota, terus menuju ke arah selatan dengan langkah cepat.   Jarak enam-tujuh puluh li tidak terhitung jauh bagi mereka.   untung malam gelap.   di jalanan sepi, maka dengan leluasa mereka dapat mengem-bangkan ilmu entengkan tubuh menempuh perjalanan dengan cepat.   Betapapun Lwekang si gadis jauh lebih rendah, setelah ber-lari2 sekian lamanya, pipinya sudah merah, napasnya mulai sengal2, tapi dia masih berlari setaker kekuatannya.   Kun-gi melihat keadaan orang mulai keletihan, hatinya menjadi tidak tega, terpaksa dia kendorkan larinya, dengan begitu barulah si nona dapat mengimbanginya.   Agaknya sigadis tahu diri, alisnya berjengkit, katanya dengan muka merah.   "Paman Ling, agaknya kepandaian silatmu tidak lebih rendah daripamanku,"   Siapa pamannya, sudah tentu Ling Kun-gi tidak tahu? Tanyanya dengan tersenyum.   "Apakah pamanmu berkepandaian tinggi?" "Sudah tentu kepandaian silat paman teramat tinggi, aku dan Piauci sama2 belajar kepadanya, Piauciku malah lebih hebat daripada ku, mungkin aku yang terlalu bodoh." "Usia nona masih begini muda, memiliki ke-pandaian setingkat ini juga sudah lumayan-"   Kata gadis baju cokelat dengan berseri lebar.   "Piauci setahun lebih tua daripada ku, bukan saja wajahnya secantik bidadari, kepandaiannyapun jauh lebih tinggi, terus terang aku tunduk lahir batin terhadapnya. Paman Ling, mungkin kau belum tahu betapa anggun dan cantiknya, siapapun pasti tergila2 kepadanya."   Tanpa ditanya dia mengoceh dengan lincah dan Jenaka, suaranya memang merdu dan lucu, dari tingkah lakunya ini dapatlah disimpulkan bahwa gadis ini terlalu polos, bersih dan halus budi pekertinya.   Dengan jujur dia puji Piaucinya bak bidadari segala, yang terang dia sendiripun molek dan lincah penuh gairah.   Begitulah sembari menempuh perjalanan, mereka ngobrol panjang lebar, setiba di Liong-ong-blo, waktu sudah mendekati kentongan keempat.   Liong--ong-Bio berada di pusat keramaian sebuah pasar yang terletak di selatan kota Hoay-yang, di antara kota Sim-kiu, di dalam kota kecil ini kira2 dihuni dua ratus keluarga.   Mereka langsung menuju ke arah barat dan tiba di Liong-ong-Bio (biara raja naga).   "Biara raja naga"   Ini terasa sepi, liar dan bobrok.   tembok bercat merah, letaknya dipinggir hutar menghadap ke sungai, dulu tempat ini memang merupakan pusat keramaian penduduk sekitarnya, tapi setelah sekian puluh tahun tak terurus, keadaan sudah serba bobrok dan rusaki Setiba mereka di depan pintu biara, tampak tak jauh sana menggeletak sesosok tubuh orang, dalam kegelapan tampak meringkukdiamtak ber-gerak.   Gadis baju cokelat kaget, langkahnya merandek.   tanyanya.   "PamanLing, menurutkauorangitusudah matiataumasihhidup?"   Sudah tentu Kun gi juga ingin tahu, lekas dia melangkah maju serta membalik tubuh orang. se-ketika dia bersuara heran, katanya.   "Kiranya si mata satu"   Memang mayat yang meringkuk kaku di tanahinibetuladalahsi matasatuyangmerekakuntit.   Kulit kepala dan mukanya berwarna hitam, darah hitam meleleh dari mulutnya, mata kirinya yang tunggal melotot keluar, keadaannya sungguh seram menakutkan-Jelas dia mati keracunan- Mungkinkah laki2 baju hijau pula yang membunuhnya? Demikian batin Ling Kun-gi.   Dengan teliti ia memeriksa, ternyata tiada bekas luka apa-pun dibadan si mata satu.   Selangkah mereka datang terlambat, tahu2 orang sudah binasa, ini berarti sia2 menguntit selama dua hari ini.   Si gadis berdiri jauh, melihat Kun-gi diam saja, dia berseru tanya.   "Parnan Ling, kau kenal dia?" "Inilah si mata satu,"   Sahut Ling Kun-gi. "o, diasudah mati?"   Tanyasigadis.   Ling Kun-gi mengangguk.   "Setelah barang diantar sampai tempat tujuan, sudah tentu dia harusdibunuhjugauntuk menutupmulutnya,"katasigadispula...   Tergerak hati Ling Kun-gi, cepat ia meraba dada si mata satu, ternyata barang yang tersimpan di kantongnya sudah diambil orang.   Pelan2 dia berdiri, tanpa terasa ia menggerundel.   "Kejam juga cara mereka bekerja." "Apakatamu paman Ling?"   Tanyasigadis.   "Dia mati keracunan, mungkin pil yang ada surat tadi juga beracun." "Bukankahpil itu sebagaipenawardupa wangi itu?" "Kalau dugaanku tidak meleset, pil itu pasti terdiri dari dua lapisar, lapisan luar memang penawar obat bius, sedang lapisan dalam adalah racun, malah waktu juga sudah diperhitungkan dengan tepat, bila dia tiba di Liong-ong Bio baru racun akan bekerja." "Barang itu sudah diambil orang, paman Ling, perlukah kita meneruskan pengejaran ini?"   Karena menduga barang yang terbungkus kertas itu ada sangkut pautnya dengan Loh-san Taysu yang lenyap tak keruan paran itu, sudah tentu Ling Kun-gi tidak akan menghentikan usaha penyelidik,an ini.   Si mata satu memang sudah mati, tapi barang yang ia bawa pasti belum mencapai tujuan terakhir, karena kalau barang itu berakhir sampai di Liong--ong-blo, tak mungkin mereka membiarkan mayat si mata satu menggeletak demikian saja dan kalau barang itu belum berakhir sampai di sini, dalam waktu sesingkat ini orang mengambilnya tentu belum pergi jauh, meski tidak diketahui siapa pula pengganti si mata satu tapi asal dia bisa menemukan jejak sibaju hijau dan pembantunya, tidak sukar untuk menemukan jejak si pengantar barang rahasia itu Maka perasaannya menjadi longgar, katanya kemudian.   "Aku hanya ketarik saja, kalau tadi nona Pui tidak ingin kemari, cayhe juga tidak ingin mencampuri urusan orang lain. Kini si mata satu sudah mati, sumber penyelidikan sudah putus, kemana pula mencari jejaknya?" .... lalu dia pandang si gadis serta menambahkan.   "Nona Pui, dunia persilatan penuh diliputi bahaya, seorang diri, umpama kau berkepandaian tinggi, namun kau belum berpengalaman, kukira kaujangan main selidik terhadap rahasia orang lain, kuharap nona langsung pulang saja, aku masih punya urusan lain, tak bisa mengiringi kau lagi, hari segera akan terang tanah kota Sim-kiu tak jauh di depan sana, mari kuantar nona masuk kota, di sana nanti kita berpisah."   Si gadis berkedip. katanya sambil cekikikan.   "Paman Ling, kalau kau punya urusan boleh silahkan saja, aku toh bukan anak kecil, bisajalansendiri takperlu kauantaraku."   Tanpa menunggu jawaban Ling Kun-gi dia terus putar tubuh serta melambai tangan, serunya.   "Paman Ling, aku berangkat lebih dulu."   Bayangan nona Pui akhirnya ditelan kegelapan, hati Ling Kun-gi seperti kehilangan apa2, terasa hambar.   Mendadak disadarinya bahwa dirinya telah menyukai nona jelita berpakaian cokelat yang tidakdiketahui namanyaini.   Hari sudah mendekati fajar, angin sepoi2 sejuk.   Kun-gi memandang sekitarnya sejenak, mendadak tubuhnya melambung tinggi laksana burung elang, sedikit kaki menutul tembok.   badannya mengapung lebih tinggi pula terus meluncur ke wu-wungan, dia lewati pekarangan menuju ke belakang dan lompat turun di emper rumah, tanpa berhenti dengan sebat dia menuju pekarangan belakang Liong-ong-Bio ternyata terdiri dari dua bangunan tempat pemujaan, jadi tiada kamar untuk tempat tinggal.   Ling Kun-gi turunkan buntalannya dan duduk diundakan batu, otaknya bekerja menerawang situasi, dalam hati dia ber-tanya2 siapa pengganti si mata satu, lalu ke mana pula pengantar barang dalam buntalan kertas itu? Dari sini ke barat adalah Siang-cui, ke selatan adalah Sim-kiu dan Leng-cwan.   ke timur adalah Thay-go dan Put-yang.   Sejak mulai Kay-hong.   mereka menuju ke arah tenggara, jadi kalau dirinya menuju ke Thay-ho atau Put-yang tentu tidak akan meleset.   Setelah ambil keputusan, dia menengadah melihat cuaca, selarikcahayaemas sudahterpancardi ufuktimur.   Lekas dia merogoh kantong, mengeluarkan sebuah kotak kecil, inilah bahan obat2an peranti merias yang selalu dibawanya.   Dia maklumsibajubirudanpembantunyasepanjangjalan melindungisi pembawa barang secara diam2, terpaksa dirinya harus sering ubah bentuk dengan penyamaran yang berbeda baru bisa mengelabui orang.   Dari dalam kotak dia keluarkan sebutir pil untuk cuci muka, setelah digosok ditelapak tangan terus dipoleskan kemuka sendiri sambil berkaca mirip gadis jelita yang sedang bersolek saja, lekas dia sudah membersihkan obat2an yang mengubah bentuk wajahnya.   Kini dia sudah kembali pada wajah aslinya sekejap dia mengawasi wajah sendiri pada kaca bundar kecil yang dipegangnya, lalu diambilnya sebiji obat bundar warna merah gelap.   Baru saja dia hendak mengusap muka sendiri mendadak didengarnya tawa cekikik lirih tertahan diatas tembok, KeruanLing Kun-giterperanjat.   "Siapa?"bentaknyasambil berdiri "Akulah paman Ling"   Terdengar suara merdu menyahut. Tertampak bayangan ramping melayang turun dari atas tembok, Ling Kun-gi melenggong, tanyanya.   "Kau belum pergi?"   Gadis baju cokelat berdiri di depannya, men-dadak dia menunduk dengan muka jengah, kata-nya sambil membanting kaki.   "Kiranya kau menyamar yang kulihat tadi bukan wajah aslimu maka nama Ling Kun-giyang kausebuttadi pastijugabukannama aslimu."   Ling Kun-gi menjadi kikuk. katanya malu2 "Aku memang betul Ling Kun-gi."   Gadis baju cokelat mencibir bibir, katanya "Siapa tahu kau ini tulen atau palsu?" "Terserahkalau nonatidakpercaya,"ujarKun-gi. Tiba2 gadis baju cokelat unjuk tawa manis, katanya.   "Kenapa tadi kau mengelabui aku?" "Tiada maksudku mengelabui nona."... "Kalau tidak, kenapa tidak terus terang padaku, pakai menyamar segala?" . "Berkelana di Kangouw dengan menyamar, di perjalanan akan jauh lebih leluasa, tidak menarik perhatian orang." "Kulihat pasti kau menyembunyikan sesuatu, apakah karena menguntit si mata satu maka kau merasa perlu menyamar?"   Melihat sikap orang yang polos dan Jenaka. tidak tega Kun-gi berpura2, katanya sambil manggut2.   "Benar, aku memang sedang menguntil si mata satu."   Bahwa tebakannya tepat pula, sungguh senang hati si gadis, katanya cekikikan.   "Jadi kau sudah tahu barang apa yang dia antar?" "Aku betul belum tahu." "Apakahkau sudahtahu mereka darigolongan mana?" "juga belum jelas bagiku." "Kalau kautidaktahuapa2, buatapa kau menguntitdia?"   Terpaksa Kun gi tuturkan pengalamannya, di Kay-hong tentang seorang salah alamat memberi sepucuk surat kepadanya. Asyik dan terbeliak si gadis mendengarkan kisahnya, katanya sambil keplok2.   "Sungguh menarik. paman ..dia sudah biasa memanggil paman Ling, tanpa terasa dia hampir menggunakan sebutan itu pula, untung dia lekas sadar dan menghentikan panggilannya. "Kenapatidak panggil pamanLing pula ke-padaku?"goda Kun-gi. "Siapa sudi panggil kau paman?"   Jengek si gadis sambil melerok. "Usia mu beberapa tahun lebih tua belum setimpal kau jadi paman, kalau jadi Ling-toakosih boleh saja."   Namun segera iapun sadar telah kelepasan omong, wajahnya menjadi merah. lekas dia menambahkan.   "Aku juga tak sudi pang-gil kau Ling toako." "Terserah maupanggil apa,"   Ujar Kun-gi tertawa geli.   "Hari sudah terang tanah, tak baik kita lama2 di sini, tunggulah sebentar setelah aku rampung menyamar.". "Kau boleh tetap menyamar, aku toh tidak mengganggumu"   Ujar sigadis aleman.   Tanpa buang waktu, Ling Kun-gi hancurkan pil obat di telapak tangannya terus dipoleskan ke muka sendiri.   Dalam sekejap mata, wajahnya yang halus putih dan cakap telah berubah jadi merah gelap berusia setengah baya.   Si gadia menyaksikan dengan mata terbelalak tanpa berkedip dia awasi muka Ling Kun-gi, kata-nya tertawa.   "sungguh menyenangkan permainan ini, tak ubahnya seperti anak perempuan bersolek."   Ling Kun-gi tidak hiraukan ocehannya, dari kotak kecilnya dia keluarkan pula sekeping arang, sebelah kanan pegang kaca, diaores kedua alisnya menjadi lebih tebal, kini dia betul2 berubah jadi yang lain-Si nona jadi ketarik. tanyanya.   "IHei, kau pandai tata rias, dari siapa kau belajar?"   Ling Kun gi bereskan kotak kecil dan disimpan ke dalam baju, katanya tertawa.   "Sudah tentu belajar pada Suhu." "Siapakah gurumu?"   "Maaf, gurukupantangdiketahui orang, takbisa kujelaskan-"   Kini hari betul2 sudah terang, kuatir mayat si mata satu ditemukan orang, maka Kun-gi mendesak. "Jangan lama2 di sini, nona tiada urusan, boleh silakan pergi."   Lalu dia melangkah lebar "   Kenapa kau tidak menungguku?" "Nona mau ke mana? "Kau menyamar lagi bukankah ka hendak menemuka pengejaranmu?" , u n "Betul, kenapa?" "Aku ikut, boleh tidak?" Kun-gi tertegun, sahutnya menggeleng.   "Jangan, non cant dan suci, mana boleh seperjalanan ber-samaku?"   A ik keluar biara.   "E, eh, tunggu"   Seru si nona mengejar.   "Nona masihadaurusan apa?"tanyaKun-gisambil berpaling. "Kau tidak sudi jalan bersamaku, kenapa kau tuturkan semua kisah ini?"sigadisuring2an Ling Kun-gi melenggong, alisnya berkerut, sa-hutnya.   "Kan nona yang tanya jadi kujelaskan." "Maka itu, aku harus ikut kau." "Tidak. Kangouw banyak diliputi kejahatan, nona jangan menempuh bahaya, dan lagi tidak leluasa nona berjalan bersamaku ...." "Tidak boleh. tidak leluasa lagi,"   Omel si nona dongkol.   "yang terang kau tidak sudi berjalan dengan aku ...."   Tiba2 dia putar tubuh terus berlari pergi sambil menutup muka dengan kedua tangan Ling Kun-gi hanya geleng2, dengan langkah ce-pat dia berjalan keluar.   Tengah hari dia tiba di perbatasan propinsi An-hwi.   Tengah ia ayun langkah, tiba2 didengarnya dari jalanan kecil sana seorang berteriak.   "Bakpau ...   , sic...."   Seorang laki2 berpakaian celana pendek berbaju kutang mendatangi sambil memanggul sebuah keranjang, setiba di depan Ling Kun-gi dia berhenti dan menyapa sambil tertawa.   "Tuan ini mau beli bakpau, masih panas "   Kun-gi menggeleng, belum lagi dia buka suara, mendadak dilihatnya selarik sinar biru berkelebat, sebatang paku beracun meluncur ketenggorokannya.   Serangan gelap ini dilakukan dalam jarak dekat dan cepat serta tak terduga lagi.   Tak pernah Kun-gi menyangka, maka dia tidak bersiaga, tahu2 pen-jual bakpau ini menyerang dengan senjata rahasia.   dalam seribu kerepotan lekas dia menjengkang tubuh ke belakang, sementara jari2 tangan kanan terus menyelentik.   "Triing", dengan tepat dia selentik paku itu. Hatinya marah bukan main, bentaknya.   "Tan-pa sebab kau melancarkan serangan kejam, apa tujuanmu?"   Begitu serangannya luput, tanpa menunggu Kun-gi bicara, tiba2 orang itu dorong kedua ta-ngannya, keranjang dia lempar ke arah Kun-gi, berbareng dia melompat mundur, kejap lain tangan kanannya sudah melolos sebilah golok baja yang berkilau memancarkan cahaya biru.   Pada saat orang ini melompat mundur, dari dalam hutan beruntun melompat keluar dua orang lagi, dandanan mereka sama, tangan merekapun bersenjata golok yang serupa, kini mereka berdirisegitiga mengadangdidepanLingKun-gi.   Begitu keranjang itu menerjang dekat baru seenaknya Ling Kun- gi kipatkan tangan, tiba2 keranjang mental balik meluncur lebih cepat menerjang ke arah laki2 yang berdiri di tengah.   Sudah tentu bukan kepalang kaget si penjual bakpau, ter-sipu2 dia melompat menghindar.   Keranjang itu hancur berantakan menumbuk pohon sebesar paha dan seketika tumbang dan mengeluarkan suara ge- muruh.   Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Berubah air muka si penjual bakpau,jengek-nya.   "Ternyata tuan berkepandaian tinggi."   Terpancar sinar dingin dari biji mata Ling Kun-gi, katanya.   "Apa maksud kalian?"   Penjualbakpau bertanya."Tuan mau kemana?" "Apamauke manapeduliapadengankalian? "Kami bersaudara mEmang sedang menunggu kedatanganmu,"   Ujar sipenjualbakpau. Menegak alis Ling Kun-gi, tanyanya dingin.   "   Kalian tahu aku siapa? "Peduli siapa tuan, kami hanya kenal barang yang ada di dalam kantongmu"   Jawab penjual bakpau. "Kalian tahu barang apa yang ada di dalam kantongku?" "Mata kami tidak kelilipan, tuan jangan pura2"   Ujar penjual bakpau tergelak. "Kalian tidak bisa membedakan baik-buruk, pakai serangan membokong lagi, kini mengadang jalanku pula, ingin kutanya, apa sih sebetulnya maksud kalian?"   Penjual bakpau tertawa dingin.   "Bagus, seorang Kuncu tidak melakukan kerja gelap. maksud kami supaya tuan meninggalkan barang yang kau bawa itu, sudah jelas bukan?."   Tegerakhati Ling Kun-gi, batinnya."Akuhanya membawasebutir mutiara warisan keluarga serta kantong sulam pemberian, Un Hoankun, kalau ketiga orang ini bukan mengincar Pi-tok-cu, (mutiara penawar racun), tentw mereka diutus Siau Ki-jing untuk merebut kantong sulam pemberian nona Un itu."   Maka mendadak , dia tertawa keras, katanya.   "Betul, barang itu memang kubawa, entah.. cara bagaimana kalian hendak mengambilnya?" "Tuan inginsupayakamipakai kekerasan?" "Memangnya harus kupersembahkan dengan kedua tanganku?"   Jengek Kun-gi. "Bagus, keluarkan senjatamu." "Kalian punya kepandaian apa boleh keluarkan semua, tak perlu aku pakai senjata."   Sadis sorot mata penjual bakpau, katanya menyeringai.   "Baik, hati2lah kau"   Mendadak kakinya bertindak selangkah, golok baja ditangannya terayun, selarik sinar biru bagai kilat menyamber ke dada Ling Kungi. Berdiri alis Ling Kun-gi, katanya.   "Kau masih terlalu jauh. Nah, berdirilah yang betul"   Badan sedikit miring, tahu2 tangan kirinya sudah pegang pergelangan tangan penjual bakpau yang pegang golok terus dia entakkan pula ke depan.   Penjual bakpau menjerit kaget, golok jatuh ke tanah, orang nyapun sempoyongan mundur dan hampir saja terperosok jatuh.   Kedua temannya juga kaget, ditengah bentakan mereka serempak menubruk maju, duagolok membacokbersamadari kanankiri.   Kun-gi tertawa dingin, bagai terbang tiba2 badannya berputar, tak kelihatan bagaimana dia turun tangan, tahu2 kedua laki2 penyerangmengerang, disusulsuaragolok jatuhberkerontangan.   Kedua laki2 itu melompat mundur dengan muka pucat dan berkeringat dingin, tangan kiri pegang tangan kanan-Kiranya tangan mereka yang pegang golok kena ditabas oleh telapak tangan Ling Kun-gi, sakitnya bukan kepalang, walau mereka menggertak gigi tidak sampai menjerit kesakitan, namun otot diataS jidat kelihatan merongkol keluar karena menahan sakit.   Seperti tidak terjadi apa2, Kun-gi berkata.   "Kalian masih ingin barang yang kubawa?"   Mendadak sorot matanya menatap penjual bakpau, muka berubah kereng, katanya dingin.   "Diantara kalian bertiga, mungkin kau adalah pimpinannya, kau pura2 menjual bakpau, dengan senjata rahasia membokong secara keji, main cegat dan minta bekal pula, dari senjata kalian yang beracun itu cukup membuktikan bahwa setiap hari kalian pasti kenyang melakukan kejahatan, kini kebentur ditanganku, seharusnya akan kupunahkan kepandaianmu, tapi mungkin kalian hanya di peralat orang lain, maka cukup sebelah lengan masing2 kubikin cacat sebagai hukuman-"   Belum lagi mereka gebrak satu jurus, tahu2 sebelah lengan masing2 sudah dibikin cacat, keruan pucat pias muka ketiga orang, namun sorot mata mereka menjadi buas dan dendam, kata si penjual bakpau dengan menggreget dan melotot.   "Sebutkan namamu." "Kalianbelumsetimpaluntuk mengetahui namaku."   Insaf kepandaian mereka bertiga terlalu jauh dibandingkan orang, akhirnya sipenjual bakpau menggerung marah, cepat dia bawa kedua temannya pergi.   Tapi baru saja mereka putar badan, lalu ber-diri tegak mematung dengan laku sangat hormat.   Kiranya dari jalanan kecil di tengah hutan sana tampak mendatangi seorang laki2 tua baju hitam.   Muka orang tua yang kurus ini hitam kering, ke-lihatannya kaku membeku, dingin tidak menimbul-kan perasaan-Setelah dekat, matanya yang berbentuk segi tiga berputar, akhirnya berhenti pada ketiga laki2 itu, suaranya seperti keluar dari kerong-kongan jenazah.   "Bagaimana? Kalian tidak mampu bereskan dia, malah dia yang bereskan kalian?"   Penjual bakpau tadi membungkuk hormat, dia yang bersuara.   "   Lapor cit-ya, bocah ini sukar di layani, lengan kami bertiga dibikin cacat olehnya." "Kalian memang tidak becus"   Semprot laki2 tua kurus itu, matanya melirik ke arah Ling Kun-gi, katanya pula.   "Anak muda, siapa namamu?"   Dingin dan angkuh sikap Kun-gi, ia berdiri menggendong tangan sambil menengadah, sahutnya.   "cayhe ingin tahu lebih dulu siapa namamu."   Terbayang rona kejam pada wajah laki2 kurus, katanya.   "Bagus, anak muda mulutmu ternyata keras juga, pernahkah kau dengar Kwi -kian -jiu Tong cit-ya?" "cayhe belum pernah dengar"   Ujar Ling Kun-gi. Kwi-kian jiu (setanpun sedih melihatnya) Tong cit-ya menyeringai.   "Agaknya kau bocah ini baru keluar kandang." "Kaukah yang mengutus ketiga orang ini?"   Tanya Kun-gi. "Betul,"   Sahut Kwi-kian-jiu Tong cit-ya.   "Lohu suruh mereka menunggudisini supayakautinggal-kan barangyangkau bawa." "Sayang mereka tidak berhasil." "oleh karena itu, terpaksa Lohu susul kemari.." "Kau sendiri memangnya bisa berbuat apa?" "Pertanyaan bagus,"   Kwi-kian jiu Tong cit-ya ter-kekeh2.   "Lohu, boleh menjawab pertanyaanmu, kalau ingin hidup tinggalkan barangmu itu." "Enakbetul kaubicara." "Maksud Lohu,"   Kata Tong cit-ya.   "kau melukai ketiga orangku, ini boleh tidak usah diperhitungkan, tapi diantara jiwa dan barang yang kau bawa itu kau harus pilih satu." "Setan sedih melihatmu (Kwi-kian-jiu), tapi manusia belum tentu takut melihatmu,"   Kun -gi menyindir. "Anak muda, kau tidak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi,"   Habis kata2nya tiba2 Tong cit-ya berkelebat maju, tangan kiri bergerak secepat percikan api, pundak Kun-gi dijadikan sasaran ceng-keraman jarinya.   cengkeraman ini membawa kesiur angin kencang, tapi hanya sekali kelebat lantas lenyap.   aneh dan cepat serta lihay sekali gerak serangan ini.   Sejak tadi Ling Kun-gi sudah siaga dan menunggu, waktu tangan Tong cit-ya beberapa senti dari pundaknya, mendadak kaki menggeser dan badan berkelit, cengkeraman lawan dia hindari, berbareng tangan kiri menabas miring balas menyerang.   Bahwasanya Tong cit-ya tidak pandang sebelah mata pada Ling Kun-gi, ia yakin Cengkeramannya yang lihay itu biar jago2 silat Bulim umum-nya jarang yang mampu menghindarnya, apalagi lawan hanya seorang bocah yang baru berusia dua puluhan, sekali pegang pasti teringkus dengan mudah? Tak Nyana lawan hanya sedikit miring dapatlah mengelak dengan mudah, keruan ia terkejut, lekas dia kerahkan tenaga dalam, siap untuk melancarkan kepandaian kebanggaannya Ngo-ting-kay-sanclo (pukulan telapak tangan gugur gunung), sekali gebrak ia ingin bikin mampus bocah ini.   Kejadian berlangsung teramat cepat, dlkala timbul niat jahatnya itu, tahu2 Ling Kun-gi sudah menepuk dengan jurus Liong gi-hunjong (Awan bergerak mengikuti langkah naga), damparan angin kencang tahu2 menerjang dadanya.   Betapapun Kwi-kian-jiu Tong cit-ya seorang kawakan Kangouw yang banyak berpengalaman, melihat gaya pukulan lawan serta merasakan terjangan angin kencang ini, lekas dia kerahkan tenaga di lengan kanan terus didorong memapak maju..   Dua gelombang anginberadudiudara, maka terdengarlahsuarabenturankeras.   Sedikitnya Tong cit-ya telah kerahkan tujuh bagian tenaganya, tak nyana hasil dari adu pukulan ini, pergelangan tangan sendiri tergetar kesakitan dan kaku.   "badanpun limbung hampir tak kuasa berdiri tegak. jubah hitam yang dipakainyapun me-lambai, tertiup angin pukulan lawan, keruan ia terkesiap. Kulit mukanya yang semula kaku dingin dan seram itu, kini berubah kaget dan heran, dua biji matanya mencorong bagai sinar kilat, dia pandang Ling Kun-gi dari kepala sampai ke kaki, akhirnya menyeringai dingin.   "   Hebat jugakau anak muda."   Tepat pada kata "muda"   Diucapkan, tangankiripunterayun, kembali telapaktangannya memukul dada. "Mari anak muda,"   Ujarnya menye-ringai sadis.   "sambutlah sejurus pula pukulan lohu?"   Nadanya menantang dengan pongah, seakan2 Ling Kun-gi tidak akan kuat menghadapi pukul-annyaini. Ling Kun-gi masih muda, berdarah panas, sudah tentu dia tak mau kalah? Tegak alisnya, katanya tertawa lantang.   "Memangnya, kenapa kalau kulayani pukulanmu?"   Lengan kanan terangkat, dia bergerak dengan tipu Sin-liong-to-sin (naga sakti menggerakkan kepala), tangan diayun ke depan dari samping.   Gerak pukulan Tong cit-ya amat lamban, gayanya juga enteng, tapi begitu Ling Kun-gi menggerakkan lengan kanan, gaya pukulannya mendadak didorong maju dengan kecepatan berlipat ganda.   Pada detik2 kedua tangan orang itu hampir beradu mendadak dia tarik tangan kanan, dengan sendirinya tenaga pukulannyapun batal ditengah jalan- Gerakannya amat cepat, tapi menariknya juga tangkas, keruan Ling Kun-gi keheranan, tapi pada saat itu pula mendadak dia merasakan telapak tangannya kesakitan seperti ditusuk jarum, kelima jari2nya seketika kaku.   Didengarnya Tong cit-ya tertawa sinis, kata-nya.   "Anak muda, kau sudah terkena jarum telapak tangan Lohu, kuhitung, satu sampai tujuh, kauakanterjungkalroboh."   Mencelos hati Ling Kun-gi, lekas dia berusaha merogoh kantong. Hanya dalam waktu sesingkat ini, Kun-gi merasakan sikutnya kaku tak mampu bergerak lagi, keruan kejutnya bertambah besar, pikirnya.   "Entah pakai racun jahat apa orang she Tong ini, begini lihay dan cepat bekerjanya?"   Untung dia merasakan kegawatan ini, kelima jarinya sudah berhasil menggenggam mutiara penawar racun di dalam kantongnya.   Gurunya pernah memberitahu, Pi-tok-cu harus selalu digembol di atas badan, segala racun tidak akan bisa melukai dirinya, kalau terlukaoleh senjataberacuncukup meletakkan mutiarainiditempat luka2 itu dan racun akan tersedot habis dengan sendirinya.   Melihat lawan merogoh kantong, Tong cit-ya kira orang hendak mengeluarkan obat, maka dia tertawa lebar dan senang, katanya.   "Jarum di telapak tangan Lohu ini hanya bisa dipunahkan dengan obatku, anak muda, jiwamu taktertolong lagi."   Sementara itu, tangan kanan Ling Kun-gi meng-genggam Pi-tok- cu, terasa hawa dingin merembes dari telapak tangannya, rasa kaku kelima jarinya seketika berkurang, maka legalah hatinya.   Demi mendengar kata2 Tong cit-ya, alisnya menegak.   bentaknya.   "cayhe tak bermusuhan dengan kau, kenapa kau menyerang dengan jarum beracun-"   Tong cit-ya ter-gelak2 sambil mendongak. katanya.   "Selamanya Lohu tidak suka ngobrol dengan orang yang bakal mampus, inilah yang dinamakan bunuh ayam mengambil telurnya."   Yang dimaksud sudahtentubarangyangtersimpandikantong Ling Kun-gi. Semakin gusar hati Kun gi, sorot matanya semakin tajam, bentaknya pula.   "Bangsat tua, kau kejam, licik dan hina pula, kalau tidak diberi ajaran, memangnya kau kira orang lain takut terhadap jarummu yang beracun?". Tiba2 dia berkelebat maju, berbareng telapaktangankiri menghantamke pundak Tong cit-ya. Mimpipun tak pernah di duga Tong cit-ya bahwa seseorang yang telah terkena jarum berbisa-nya dan racun sudah bekerja di dalam badan masih mampu menyerang dirinya dengan gerakan setangkas dan selihay ini? Maka terdengarlah suara "plak", telapak tangan Kun-gi dengan telak mengenai pundak kirinya. "Huaaak"   Tong cit-ya mengerang kesakitan, kerongkongan terasa amis, mata ber-kunang2, tak tertahan mulutnya menyemburkan darah segar, dengan sempoyongan dia terhuyung kebelakang dan hampir terjungkal roboh.   Ketiga laki2 itu kaget bukan kepalang, serempak mereka berlomba maju memayang dari kanan kiri.   Pucat muka Tong cit-ya, darah berlepotan disekitar mulutnya, matanya yang segi tiga mendelik ngeri dan keheranan, katanya.   "Anak muda, terhitung jiwamu yang mujur, jarum Lohu selamanya tidak pernah gagal, agaknya seranganku tadi tidak mengenai sasaran"   Pelan2 Ling Kun-gi ulurkan tangan kanan, katanya dengan sikap pongah.   "Sudah kena, tapi sebatang jarummu itu memangnya mampu melukai aku?"   Ditengah telapak tangannya memang masih kelihatan bekas lubang kecil warna kehitaman, jelas itulah bekas tusukun jarum Tong cit-ya tadi. Berubah kelam air muka Tong cit-ya, serunya kaget.   "Kau . .. .. kau.... .. kebal racun?"   Dengan angkuh Ling Kun-gi mengulap tangan, katanya^ "   Kalian boleh pergi, cayhe masih ada urusan"   Selesai berkata dia mendahului tinggalpergi. Gemertak gigi Tong cit-ya, teriaknya beringas.   "Anak muda, sebutkan namamu"   Tanpa menoleh Ling Kun-gi bersuara dingin. "Ling Kun-gi "   Mengawasi bayangannya yang semakin jauh, Tong cit-ya mendengus.   "Anak muda, Lohu tidak akan telan kekalahan ini demikian saja."   Ooooooooooo Karena tertunda oleh peristiwa kecil ini, sementara itu hari sudah lewat lohor.   Di pinggir jalan Ling Kun-gi beli beberapa buah bakpau untuk isi perut, dalam hati masih terus men-duga2 siapa kiranya penggantisi matasatu?Untuk inidiaharusmenemukandulusibaju biru dan pembantunya yang mengantar secara sembunyi.   Sebelum petang dia tiba diThiat-ho, tak jauh setelah dia masuk kota, secara kebetulan dilihatnya bayangan orang berkelebat di ujung jalan sana, tahu2 seorang berbaju abu2 mendatang ke arahnya.   Sesaat lamanya orang ini mengawasi Ling Kun-gi, tiba2 dia bersuara lirih.   "Kau ini Ling-ya?"   Melengak Kun-gi, ia balas tanya.   "Saudara siapa? Darimana kenal aku?" "Tidak keliru kalau begitu,"   Kata laki2 itu girang.   "cayhe mendapat perintah Loy acu, sejak tadi menunggu Ling-yadi sini." "Siapa Loy acu yang kau katakan?"   Tanya Kun-gi. "Loyacu ada di Ting-sun-lau, setiba di sana Ling-ya akan tahu sendiri,"   Laki2 itu menerangkan-Berkepandaian tinggi, besar juga nyali Ling Kun-gi, sambil sedikit manggut2 dia berkata..   "Baik.. tunjukkan jalannya"   Laki2 itu mengiakan, ia putar tubuh terus berjalan pergi dengan cepat.   Kun-gi ikut di belakangnya.   Setelah membelok dua kali menyusuri jalan raya, tampak dipersimpangan jalan sana ternyata betul terdapat sebuah Ting-sun-lau, restoran besar dan mewah pelayanannya.   Laki2 itu bawa Ling Kun-gi masuk dan melewati sebuah pekarangan.   akhirnya mereka tiba di pekarangan belakang, di sini, terurus dengan rapi, pohon dan bunga sama tumbuh subur dan mekar semerbak.   Laki2 baju abu2, terus membawanya putar kayun melewati jalan berbelak-belok hingga tiba di depan sebuah kamar barulah berhenti, seru laki2 itu sambil membungkuk.   "Loyacu, Ling-ya sudah tiba"   Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Maka terdengarlah suara serak. berseru dari dalam.   "   Lekas silakan masuk"   Waktu pintu di buka, menyongsong keluar seorang laki2 tua berkepala botak, wajah merah, jenggot ubanan, serunya sambiltertawa."Ling-lote, lekassilakan ma-suk."   Laki2 botak muka merah ternyata adalah ketua murid2 preman Siau-lim-pay, yaitu Kim-ting Kim Kay-thay.   Di dalam kamar sudah duduk seorang laki2 tua berbaju panjang ringkas, dia berdiri sambil tersenyum, agaknya mereka barusan sedang ngobrol.   Lekas Kim Kay-thay berkata.   "Ling-lote, mari kuperkenalkan. Inilah Suteku, Au siok-ham, dulu dia dijuluki To-pit-wah (lutung banyaklengan),kinidiamenjadi majikandariTing-sun-lauini."   Lalu dia berkata kepada. Au siok-ham "Inilah Ling-lote yang tadi kuterangkan padamu."   Diam2 Kun gi perhatikan Au siok-ham, wajahnya bersih dan ramah, usianya sekitar 55 tahun, Thay-yang-hiat (pelipis) menonjol, sorot matanya terang, sekali pandang dapat diketahui dia pasti seorang ahli kekuatan luar-dalam.   .Lekas Kun-gi menjura serta menyapa.   "Nama besar Au-ya sudah lama kukagumi, beruntung hari ini dapat berkenalan." "Tidak berani, tidak berani"   Lekas Au siok-ham merendah hati, "Ling lote gagah berani, tadi Kim-suheng sudah menjelaskan, Silakan duduk" "Kita semua bukan orang luar,"   Ujar Kim Kay-thay "Silakan duduk untuk bicara."   Bertiga mereka lantas duduk mengelilingi meja bundar kecil. Lalu Kun-gi bertanya.   "Kim-loy acu sampai perlu datang keThat-ho, apakah cin-cu-ling sudah ada tanda2nya?"   Kim Kay-thay menggeleng, katanya.   "Tanda memang ada, tapi boleh dikatakan juga tidak ada." "Bagaimana maksud ucapan Kim-loy acu?"   Tanya Kun-gi "   Ling-lote tentu masih ingat, hari itu losiu pernah memberitahu bahwa kecuali keluarga Tong di Sujwan dan keluarga Un di Ling-lam, di dunia Kangouw masih ada suatu keluarga yang terkenal mahir juga menggunakan racun?"   Ling kun-gi manggut2, katanya.   "   Kim-loy acu memang pernah menyinggungnya, yaitu Liong-bin--san-ceng .   " "Betul, Liong-bin-san-ceng, selama tiga bulan, tiga tokoh kenamaan dari tiga cabang dan keluarga persilatan sama lenyap. namun belum terdangar bahwa Cu cengcu dari Liong-bin-san-ceng juga lenyap. itu berarti bahwa komplotan cin-cu-ling belum lagi turun tangan terhadap Liong-bin-san-ceng. Dengan sendirinya kita menduga bahwa cin--cu-ling ada hubungan dengan Liong-bin-sanceng, oleh karena itu tempo hari sudah kupesan kepada Ling-lote supaya memperhatikan hal ini." "Pendapat Kim-loy acu memang tepat,"   Kata Ling Kun-gi "Waktu itu cayhe juga sudah pikir-kan hal ini." "Setelah kau pergi,"   Tutur Kim Kay-thay.   "beruntun Losiu mendapat laporan dari para penyelidik bahwa di kota Kayhong secara serentak di-temukan beberapa kelompok orang persilatan, jejak dan gerak-gerik mereka amat mencurigakan, maldam itu juga, seorang murid keponakanku bernama Liau Ngo datang dari Lohyang, ia melihat dua majikan dan pelayan yang menunjukkan gerakgerik mencurigakan, ilmu silat mereka amat mengagum-kan, menurut dugaan, kedua orang ini pasti erat hubungannya dengan cin-cu-ling, dari Loh-yang kedua orang ini terus menuju kemari, maka dengan diam-diam menguntitnya, di tengah jalan ku-utus seorang lagi untuk menemaninya ....   "   Kun-gi tahu, dua orang yang dimaksud tentu si baju biru dan laki2 berlengan besi.   Sementara kedua murid Kim Kay-thay yang ditugaskan me-nguntit tentu kedua orang yang jadi korban di luar biara itu.   Kim Kay-thay sedang asyik bicara, maka dia tidak enak menyela.   Terdengar Kim Kay-thay bicara lebih lanjut.   "Tak terduga, pagi2 hari kedua, beruntun aku mendapat laporan pula bahwa beberapa kelompok orang persilatan yang menginap di hotel pagi2 sudah berangkat seluruhnya, arah mereka sama, maka Lo siu menduga dalam hal ini pasti ada sebabnya yang amat penting artinya. Hari itu juga ditemukan Un-loji dari Ling-lam dengan lima pembantu-nya, setelah menginap semalam di Kayhong secara ter-buru2 mereka melanjutkan ke Tan-liu. Un--leji memang sering mondar-mandir di Kangouw, tapi kali ini dia menempuh perjalanan ke Tionggoan secara tergesa2, Losiu duga perjalanannya ini pasti ada hubungan juga dengan cin-cu-ling. oleh ka-rena itu Losiu berpendapat harus kemariuntuk melihat keadaandaridekat." Setelah orang habis bicara barulah Kun-gi berkata.   "cayhe ada sesuatu hal yang membingung-kan, mohon Kim-loy acu suka menjelaskan-" "   Ling-Lote jangan sungkan, kita terhitung satu keluarga, ada pertanyaan apa, silakan katakan saja." "selama perjalanan ini cayhe tiga kali menyamar dengan wajah berbeda, entahdarimana Kim-loy acudapat mengenalidiriku?"   Kim Kay-thay ter-gelak2, katanya.   "Kau diaembleng oleh seorang cianpwe kosen, bekal kepandaian silatmu sekarang, siapa pula yang kuat menandingi." "Ituhanyapujian Kim-loy acusaja,"Ling Kun-gi merendah diri. "Apalagi Ling-Lote pandai menyamar dan tentu takkan mengalami kesulitan, cuma kau baru keluar kandang, pengalamanmu masih terlalu cetek." "Memang benar, pengalaman cayhe terlalu sem-pit, cara bagaimana Kim-loy acu dapat mengenali cayhe?"   Kim Kay-thay tertawa, katanya.   "Sepanjang jalan ini tentu kau pernah bersua dengan pihak mereka serta ketahuan jejakmu, oleh karena itu, diluar tahumu ada orang memberi tanda rahasia pada buntalan bawaanmu, walau kau menyamar tiga kali bagi seorang ahli, sekali pandang keadaanmu tetap dikenali."   Kun-gi tertegun, katanya.   "Ada orang memberi tanda gelap di kantongku?, hanya sebuah buntalan kain hijau yang selalu di bawanya, di dalamnya ber-isi pedang panjang yang menongol keluar keluar adalah gagang payung, di samping itu dia membawa bun-talan kecil berisi pakaian, ia coba memeriksa bun-talannya, katanyakeheranan."Di mana,cayhekoktidakmelihatapa2?"   Kim Kay-thay menunjuk ujung kantong bagian bawah, katanya tertawa.   "Beberappa titik putih dari kapur inilah, kau tidak memperhatikan sudah tentu tidaktahu."   Setelah ditunjukkan baru Kun-gi menemukan tujuh titik putih sekecil mata jarum di ujung kantong, keruan merah mukanya katanya.   "Tanpa mendapat petunjuk Kim-loy acu. cay tetap tidak akan tahu walau sudah keselomot orang ......."   Sampai di sini percakapan mereka., terdengar dari luar ada langkah orang, mendatangi dan berhenti di luar pintu. "Thing-ing, ada urusan apa?"   Seru Au-siok-ham. Dari luar berkumandang suara seorang anak muda.   "   Lapor Suhu, pelayan dari Siang-goan-can mengantar surat untuk Ling-ya."   Ling Kun-gi melengak, batinnya. -"   Aku baru tiba di sini, siapa yang mengirim surat kepadaku?"   Sikap Kim Kay-thay pun tampak prihatin.   "Masuklah"   Seru Au siok-ham. Waktu pintu terpentang, maka masuklah seorang pemuda baju ungu, tangannyamemegansepucuksurat "Mana pelayan Siang-goan-can?"   Tanya Au siok-ham. "Sudahpergi,"sahutpemuda itu "Apa dia tidak menerangkan, siapa pengirim surat ini?"   Tanya Au siok-ham. Pemuda baju ungu membungkuk, sahutnya. "Tecu sudah tanya, katanya seorang, tamu yang menyuruhnya."   Au siok -ham terima surat itu, lalu mengulap tangan menyuruhnya pergi. Si pemuda memberi hormat lalu mengundurkan diri. Langsung Au siok--ham angsurkan surat itu kepad Ling Kun-gi, katanya.   "   Ling-lote, inilah suratmu."   Kim Kay-thay ikut bertanya.   "Kau punya kenalan di Sian-goancan?"   Kun-gi terima surat itu, seraya menjawab.   "cayhe seorang diri dan baru saja tiba di Thay-hong, Kim-loy acu lantas suruh orang menjemputku, dari mana ada kenalan di sini."    Sekarsih Dara Segara Kidul Karya Kho Ping Hoo Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung Perawan Lembah Wilis Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini