Ceritasilat Novel Online

Pedang Kiri Pedang Kanan 4


Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL Bagian 4


Pedang Kiri Pedang Kanan Karya dari Gan K L   Bertaut alis tebal Kim Kay-thay, katanya.   "Aneh kalau begitu."   Lalu menambahkan.   "cobakau lihatapaisisurat itu?"   Ling Kun-gi robek sampulnya dan menarik secarik kertas, tampak di atas kertas tertulis dua baris huruf2 yang berbunyi.   "   Disampaikan kepada Ling-tayhiap.   Adikmu sedang bertamu di rumahku, harap tidak usah dikuatirkan, syukur kalau tuan mau datang dengan membawa barang yang kau simpan sebelum matahari terbenam besok.   Kami tunggu kedatangan tuan di depan Pat-kong-san".   Gaya tulisannya amat kuat, tapi surat ini tidak bertanda tangan, sekian lama Ling Kun-gi melongo mengawasi surat ditangannya tanpa bersuara.   Surat ini bernada memeras, mereka menahan Adik perempuannya, dirinya harus menebus jiwanya dengan barang yang menjadi incaran mereka.   Waktu-nya ditentukan besok sore, tempatnya di Pat-kong-san, Agaknya mereka mengincar Pi-tok-cu ( mutiara penawar racun ) warisan keluarganya, tapi dirinya sebatang kara, selamanya pergi datang seorang diri, dari mana punya adik perempuan? Melihat dia diam saja, Kim Kay-thay berdehem tanyanya.   "Siapa yang mengirim surat itu?"   Ling Kun-gi angsurkan surat itu, katanya "Silahkan Kim-loyacu baca."   Kim Kay-thay tidak lantas menerimanya, tanyanya ragu2.   "Boleh kumelihatnya?" "Silakan baca, nama pengirimnya tidak tertulis, mereka menculik orang hendak memerasku."   Terbeliak mata Kim Kay-thay mendengar istilah culik dan peras, tanyanya heran.   "Ada kejadian be-gitu?"   Segera dia terima surat itu. Hanya sebentar dia membaca dan air muka lantas berubah, katanya mendengus-"   Orang golongan mana berani bertingkah dan sewenang2 Au-sute, coba kau lihat, ada berapa kelompok golongan hitam di daerah sini? Terang tujuan mereka adalah kita bersaudara." Setelah membaca surat itu, berkerut kening Au siok-ham, katanya kemudian setelah termenung.   "   Menurut yang Siaute ketahui, daerah ini tiada orang dari golongan hitam, diatas Patkong-san hanya ada sebuah rumah milik keluarga Go.   Go-si-siang- hiong memang anggota dari perkumpulan dagang, selamanya mereka berdagang secara halal, begitu besar usaha dagang mereka hingga di setiap ibu kota propinsi tentu ada cabang mereka, tak mungkin mereka main culik dan peras segala ....." "Go-si-siang-hiong,"   Pikir Kim Kay-thay.   "maksudmu Bun-bu-caysin GoBun-hwibersaudara?"   Ausiok-ham mengangguksambil mengiakan "Bukankah Au-sute kenal baik mereka? Lekas kau suruh Thinging menanyakan, apakah tempat mereka di Pat kong-san sekarang dalam keadaan kosong?" "Kim suheng mengira bila rumah itu kosong kemungkinan akan dibuat menyekap adik Ling-lo-te oleh kawanan penclik itu?"   Tanya Au siok ham. "Tentunya demikian-ujar Kim Kay-thay. "Kim-loy acu,"   Sela Ling Kun-gi.   "aku sebatangkara, selamanya tidakpernahpunyaadik perempuan.   "   Kim Kay-thay jadi heran, katanya-"Jadi perempuan yang mereka culikbukan adikmu"   Sampai di sini mendadak dia menambahkan dengan nada serius.   "Sebetulnya barang apakah yang mereka minta dari Ling-lote untuk menebus perempuan itu?" "Mungkin mereka mengincar Pi-tok-cu warisan keluargaku,"   Sahut Kun-gi. "Pi-tok-cu?"   Seru Kim -Kay-thay.   "   Mutiara yang hendak kau gadaikan itu?" "Benar.   mutiara itu sejak kecil menjadi barang hiasan dibadanku, setelah ibu hilang, sebelum cayhe menempuh perjalanan barulah Suhu memberitahubahwa mutiarainidapat menawarkan racun." "Dijalan apakah pernah kau perlihatkan kepada orang lain?"   Tanya Kim Kay-thay. "Tidak pernah, sejak meninggalkan Kayhong, cayhe selalu menyimpannya di dalam kantong ...."   Mendadak dia teringat peristiwa tengah hari tadi, di perbatasan propinsi pernah bentrok dengan Kwi--kianjiu Tong cit-ya, tanpa terasa mulutnya menggumam.   "Mungkinkah Tong cit ya adanya?" "Tong cit-ya?"   Kim Kay-thay melenggong. "   Maksud mu saudara ke 7 dari keluarga Tong? Bagaimana kau bisa mengira dia?" "Tengah hari tadi dia mencegatku diperbatasan, terpaksa aku melukainya,"tuturLing Kun-gi. Kim Kay-thay berkata sambil menoleh pada Au siok-ham.   "Jadi keluarga Tong juga mengutus orang kemari, orang2 itu bermunculan di Kangouw, tentu-nyabukan secara kebetulan."   Lalu dia bertanya pada Kun-gi.   "Bagaimana kau bisa bentrok dengan pihak keluarga TongdariSujwan?" "Tiga orang suruhannya mencegat dan menyerangku, mereka menuntut barang yang kubuwa, secara singkat Kun-gi lalu menceritakan pengalamannya. Mendadak Kim Kay-thay ter-gelak2 katanya. "Mungkin hanya salah paham, Tong cit-ya mungkin salah mengenali orang.." "Salah mengenali orang"   Kun-gi menegas.   "Bukankah Losiu tadi bilang, Liau Ngo, keponakan muridku sejak dari Loh-yan mengikuti dua orang, kabarnya kedua orang ini membawa barang sesuatu, gerak-geriknya mencurigakan-Menurut apa yang Lohu tahu, ada beberapa kelompok orang Kangouw yang menguntit mereka secara sembunyi, kebetulan kau berada di sana sehingga orang2 keluarga Tong menaruh perhatian padamu dan terjadisalah paham ini." "Terus terang cayhe juga ketarik akan hal ini, maka secara diam2 menguntitnya pula,"   Kata Kun-gi. Bercahaya mata Kim, Kay-thay, katanya sambil ketawa keras.   "Jadi kau juga menaruh perhati-an akan hal ini?" "Kejadiannya di mulai dari Kayhong, waktu itu cayhe juga belum tahu apa2, soalnya pesuruh mereka yang salah menyerahkan surat padaku."   Selanjutnya dia tuturkan pengalaman sepanjang jalan ini, cuma soal kantong sulam pemberian Un Hoan-kun tidak dia singgung.. "Apa yang Ling-lote ketahui kira2 sama dengan aku,"   Ujar Kim Kay-thay, "   Menurut dugaan Losiu, barang itu tentu sudah diantar ke tempat tujuan terakhir." "   Kim-loy acu memerlukan datang sendiri, tentunya sudah tahu ke mana barang itu akan diantar?"   Kim Kay-thay manggut2, katanya tersenyum^ "Lote tidak usah terburu nafsu, malam ini Losiu panggil Lote kemari, pertama karena jejak Lote su-dah terbongkar tanpa Lote sadari, untuk berkelana di Kangouw lebih lanjut sungguh amat berbahaya.   Kedua, Losiu sudah mengutus beberapa murid dan secara bergilir menguntit dan mengawasi si mata tunggal yang membawa barang itu, maka Lote selanjutnyatidakperlu unjukkan diri." "Bukankah si mata satu sudah mati, di luar Liong-ong-bio?"   Tanya Ling Kun-gi. "Betul, pengganti si mata tunggal adalah si mata tunggal pula, cuma orang yang satu ini picak mata kanannya." "o, kiranya begitu"   Tengah bicara, tampak pemuda yang tadi datang kembali lagi, dan langsung memberi hormat kepada Au Siok-ham, katanya. "Suhu, hidangan sudah siap. silakan Kim-supek dan Ling-yaini makan-"   Au Siok-ham segera persilakan Kim Kay-thay dan Ling Kun-gi makan, mereka keluar ke ruang makan, sebuah meja pat-sian yang besarsudahpenuhberbagai macamhidanganyanglezat. Ditengah makan minum itu, Au-Siok-ham bertanya.   "Ling-Lote, bagaimana kau akan menyelesaikan surat yang kau terima tadi?"   Kim Kay-thay tertawa sambil mengelus jenggot, katanya.   "   Kenyataan Ling-lote tidak punya adik, kemungkinan mereka salah menangkap orang pula.   Belakangan ini orang2 keluarga Un dari Ling-lam dan keluarga Tong sama muncul di wil-ayah ini, menurut rabaanku,jika orang Kangouw mendengar kabar ini pasti akan sama meluruk datang, oleh karena itu dalam beberapa hari ini mungkin akan terjadi bentrokan besar, surat itu tidak menyebutkan nama pengirimnya, kukira Ling-Lote tidak usah menghiraukannya." "Tidak!! cayhe sebaliknya berpendapat lain, surat sudah kuterima, maka aku harus menghadapinya .   " "Tong cit-ya selamanya bertindak kejam dan culas, licik dan banyak muslihatnya lagi, maka dia dijuluki Kwi-kian-jiu (setan sedih melihatnya ) Ling-lote tidak perlu ikat permusuhan dengan keluarga Tong." "Peduli soal ini salah paham atau bukan, yang terang Tong cit-ya menyerangku lebih dulu, bahwa aku hanya sedikit melukai dia seharusnya dia tahu diri, kesalahan bukan padaku. Kini dia menculik orang main peras pula, menurut hemat cayhe walau perempuan itu bukan adikku, jelas mereka memang telah menculik, perbuatan kotor dan hina ini kebentur ditanganku, tak bisa kuberpeluk tangan? Kalau Tong cit-ya sampai kebentur lagi di tanganku, bukan saja akan kupunahkan ilmu silatnya juga akan kubuat dia rebah setahun lamanya."   Melihat orang bicara dengan nada tegas, wajuh kereng berwibawa, Kim Kay-thay menjublek mengawasinya, katanya kemudian.   "Kalau Ling-lote memaksa hendak menepati undangan, biar kuiringi-mu ke Pat-kong-san, Losiu kenal dengan keluarga Tong, bahwa urusan ini lantaran salah paham, tentu persoalan bisa dibereskan dengan jalan damai." "   Urusan sekecil ini cayhe tak berani menyusahkan Kim-loy acu, kalau Kim-loy acu kenal mereka, biarlah nanti aku tidak melukainya."   Kim Kay-thay adalah ciangbunjin murid2 preman Siau-lim-pay,, selamanya kata2nya dipercaya dan disegani di kalangan Kangouw, namanya cukup beken, maka dia dijuluki Kim Ting, selama beberapa tahun ini, tiada orang berani bicara ang-kuh dihadapannya.   Maklumlah Ling Kun-gi berusia muda dan berdarah panas, tanpa sadar dia telah banyak buka mulut.   Tapi Kim Kay-thay tidak ambil perhatian, dia hanya tersenyum, soalnya dia tahu keluarga Tong ahli main senjata rahasia beracun, dia kuatir Ling Kun-gi mengalami cidera.   Setiap insan yang berkelana di Kangouw, sekali kena dirugikan sekali tambah pengalaman, tapi jangan sekali2 kena dirugikan oleh pihak keluarga Tong, kerena racun yang mereka pakai teramat jahat, kena darah lantas menyumbat pernapasan, setelah dirugikan pengalaman selanjutnya tentu mengenaskan, salah2 tentu jiwa melayang dengan percuma.   Selesai makan minum, mereka lantas berdiri.   Kun-gi segera menjura, katanya.   "Beruntung malam ini cayhe mendapat petunjuk yang berharga, tidak sedikit hasil yang kuperoleh, waktu sudah mendesak, biarlah cayhe mohon diri."   Au siok-ham tertegun, katanya.   "   Kapan Ling--lote bisa berkunjung lagi ke tempatku ini, harap menginap semalam di sini, besok pagi boleh berangkat, kenapa buru2?" "Malam ini aku sudah kenyang makan, banyak terima kasih.   Bahwa surat itu dikirim kemari, ini membuktikan bahwa jejakku telah diikuti, maka kupikir malam ini juga aku harus berangkat, pertama supaya jejakku selanjutnya tidak mereka ketahui, kedua aku ingin pergi ke Pat-kong-san lebih dulu, akan kuselidiki asal-usul mereka, apa pula tujuan mereka menulis surat ini? Siapa pula yang mereka culik? Daripada tidak tahu apa2, kukira perlu ku-bertindak cepat." "Memang betul,"   Ujar Kim Kay-thay.   "kalau begitu kita tidak perlu sungkan kepada Ling-lote,"   Lalu dia berpaling pada Ling Kun-gi, katanya lebih lanjut.   "Soal si mata satu itu, walau kita belum tahu barang apa yang mereka antar? Tapi pihak keluarga Un dan Tong juga menaruh perhatian, kuyakin ada sangkut pautnya dengan cincu-ling. Jejak mereka sudah berada dalam genggamanku, untuk ini Losiu ada tiga macam kode untuk mengadakan kontak dengan muridku, Ling-lote, boleh mempelajarinya agar dijalan kau dapat mengadakan kontak dengan murid2ku,"   Lalu dia menerangkan ketiga tanda2 rahasia itu. Ling Kun-gi mengingatnya terus mohon diri.   "Tunggu sebentar Ling-lote"   Kata Au siok-ham "Pat-kong-san ada 200 lijauhnya, biar kusuruh Thing-ing menyiapkan seekor kuda untukmu." "Perjalananku ini secara diam2, aku harus menyembunyikan jejak, naik kuda malah kurang leluasa,"   Setelah pamitan dia lantas meninggalkan Ting-sun-lau langsung menuju ke hotel Siang-goan-can Tiba2 dilihatnya sepuluhan tombak di depan sana ada bayangan seorang tengah meluncur dengan enteng danter-gesa2.   Gerak-g erik orang ini cekatan dan pesat, setelah meluncur tiba di kaki tembok.   sedikit menjejak kaki, tubuhnya terus mengapung ke atas dan dengan ringan hinggap di atas tembok sekali berkelebat, bayangannya tahu2 menghilang.   Melengak Ling Kun-gi, batinnya.   "Entah siapa orang ini, lihay juga Ginkangnya."   Hati berpikir kaki mempercepat larinya, setiba di kaki tembok, dengan gaya Pek-ho-jong-thian (bangau putih menjulang ke langit), dia mengejar ke atas tembok, waktu dia angkat kepala, bayangan itu sudah melayang turun keluar tembok.   dalam sekejap orang sudah meluncur dua puluhan tombak.   cepat iapun meluncur turun, dengan kencang ia mengudak.   Gerakan bayangan hitam di depan itu secepat terbang, lekas Kun gi menghimpun tenaga murni, iapun kembangkan Ginkangnya, tapi jarak tetap dipertahankan dua puluhan tombak.   Hatinya heran, batinnya."Ginkangorang iniagaknya lebih ungguldaripadaku."   Kedua orang meluncur dengan kecepatan tinggi, semula menyusuri jalan besar, bayangan di depan dua kali berpaling ke belakang, tapi dengan sigap Kun-gi selalu menyembunyikan jejaknya.Jarak mereka tetap dua puluhan tombak.   malam gelap gulita lagi, sudahtentusukarorangdidepan itu melihatnya.   Lomba lari ini berlangsung kira2 satu jam, tem-bok kota Po-yang di depan sana dari kejauhan sudah kelihatan, bayangan di depan itu mendadak meninggaikan jalan besar, membelok kejalanan kecil di sebelah kiri.   Bahwa orang memiliki Ginkang setinggi itu, Kun-gi menduga ilmu silatnya tentu juga lihay, supaya jejaknya tidak konangan, dia tidak berani mengejar terlalu dekat.   Setelah bayangan itu meluncur sekian saat baru dia berputar dari arah lain sambil main sembunyi di antara bayang2 pohon-Jalanan kecil ini membelok ke arah timur, karena sedikit merandek ini, bayangan di depan tadi sudah tidak kelihatan ke mana perginya.   Kun-gi gunakan mata kupingnya, dengan saksama dia terus merunduk maju, kira2 setengah li kemudian, dari sebelah kirijalanan kecil sana, di antara lebatnya pepohonan tampak memancar secercah cahaya lampu.   Mengikuti arah sinar lampu Kun-gi memasuki hutan-Kira2 seratus langkah kemudian, ia mendapatkan sebuah kuil, di atas pintu bergantungan papan nama yang bertuliskan "Jap-hoa-bio" (kuil tancap bunga)..   Ling Kun-gi celingukan.   dilihatnya tiada bayangan orang di sekitarnya, dengan merunduk dia melompat ke tembok terus sembunyi di tempat gelap.   dari tempatnya ini dia memandang ke dalam kuil.   Di tengah ruangan besar sana tampak menyala sebatang lilin merah, dua orang laki perempuan tengah duduk di kursi di depan- meja sembahyang.   Perempuan yang duduk di sebelah kiri berusia 23-24, wajahnya molek berdandan seperti puteri keraton, pakaiannya serba putih halus sambil ber-cakap2 matanya selalu mengerling mempesona.   Duduk dihadapannya, di sebelah kanan adalah laki2 baju biru yang sudah dikenalnya itu.   Di serambi luar sana berdiri seorang lagi, dialah laki2 baju hijau berlengan besi beracun-Dari gaya dan letak duduk kedua orang ini jelas kedudukan perempuan cantik lebih tinggi, daripada laki2 baju biru, jadi orang yang barusan dia kuntit kiranya perempuan cantik rupawan ini? Tengah dia men-duga2 didengarnya suara laki2 baju biru tengah berkata lantang.   "Bibi coh sampai menyusul kemari, entah GihU (ayah angkat) ada petunjuk apa?"   Perempuan cantik tertawa manis, katanya.   "Ayahmu menguatirkan dirimu, maka aku di suruh menyusulmu kemari." "   Kebetulan bibi coh kemari, ada urusan yang perlu kulaporkan-,"   Kata si baju biru. Mengerling kenes mata si perempuan cantik, tanyanya tertawa- manis.   "Kau ada urusan apa?" "Di dekat Hoay-yang cayhe menemukan orang2 keluarga Un dari Ling lam ....   " "Un It-kiau maksudmu."   Laki2 baju biru melengak. katanya.   "Bibi coh juga melihatnya?" "Masih ada yang lain?" "Demikian juga orang ketiga dan ketujuh dari persaudaraan keluarga Tong."   Perempuan cantik mengangguk. katanya cekikikan.   "Ternyata kaupun telah melihat mereka, namun masih ada yang lain yang tidak ku sebutkan-" "Masih ada orang dari golongan mana?"   Tanya si baju biru melenggong. "Pihak Siau-lim." "o,"   Laki2 baju biru tertawa.   "   Kepala gundul itu hanya murid kelas tiga dari Siau-lim-si, sejak dari Loh-yang dia sudah menguntit kami, sudah kusuruh Hou Thi-jiu (si tangan besi) membereskam dia." -Rupanya si baju hijau bernama Hou Ti-jiu.   Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Nyonya muda cantik itu cekikikan, katanya.   "Dian-toa siauya (tuan mudaDian), kukira kau melalaikansesuatu lagi, betultidak?"   Si baju biru melengak pula, katanya.   "Masih ada seorang bernama Ling Kun-gi, ilmu silatnya tinggi, sukar cayhe menemukan asal-usulnya." "Ling Kun-gi?"   Perempuan cantik menepekur.   "Kalau Dian-toa siauya maksudkan ilmu silatnya tinggi, tentunya tidak salah lagi, cumaorangapakahdia?,Belumpernahaku melihatnya." "Usianya baru likuran tahun, wajahnya cakap."   Berkelebat sinar aneh dan biji mata nyonya cantik itu, seperti tidak acuh dia berkata.   "Hanya seorang angkatan muda yang tidak ternama."   Mendadak dia tertawa serta menambahkan-"Yang kumaksudkan adalah Kim Kay-thay." . Berjingkraksibaju hitu, teriaknya."KimKay-thay jugadatang?" "Dian-toa siauya tidak percaya? Sekarang dia berada diTing-sun-lau di kota That-hao"   Terkesiap hati Ling Kun-gi, batinnya.   "Lihay juga nyonya muda ini, jejak Kim-loyacu ternyata sudah diketahui olehnya."   Si baju hijau bersungut marah, katanya.   "Agaknya meluruk kemari lantaran aku, kalau tidak di-beri ajaran sekarang, bila sampai ketempat tujuan mungkin bisa menggagalkan usaha kita." "Dian-toa siauya, ketiga rombongan orang2 ini sukar dilayani, jangan kita menghadapinya secara terang2an, Dian-toa siauya boleh silakan tetap urus tugasmu, soal ini serahkan padaku, kutanggung takkan terjadi apa2" "Janji bibi coh amat meyakinkan, tidak perlu aku berkuatir"   Kata sibajubiru.   "Kalautiadaurusan lain, cayhe mohondiri saja."   Si baju biru memberi hormat, lalu dengan langkah lebar keluar dari ruang besar..Hou Thi -jiu masih berdiri di depan serambi, segera dia mengikuti langkah si baju biru.   Setelah si baju biru dan pengawalnya pergi jauh, Kun-gi hendak mundur secara teratur, tak terduga dalam sekejap saja si nyonya muda yang berada di ruang besar ternyata sudah menghilang.   Keruan ia terperanjat, batinnya.   "   Kepandaian perempuan ini sungguh hebat, dari tempat tinggi sini akupun tidak melihat kapan dia berlalu? Kalau bertemu dia kelak aku harus hati2."   Pada saat itulah mendadak didengarnya seorang tertawa dingin di belakangnya. Menyusul sebuah suara merdu bergema di tepi telinganya.   "Berdiri-lah, ada pertanyaan yang akan kuajukan padamu."   Mendengar sutra orang, seketika mengkirik Ling Kun-gi, lekas dia berpaling, tampak nyonya muda rupawan itu sudah berdiri di belakangnya.   Wajahnya molek bak bidadari, air mukanya dingin seperti dilapisi saiju yang sudah membeku, sorot matanya tajam laksana pisau mengawasi dirinya.   Berdegup jantung Kun-gi, lekas dia kerahkan hawa murni melindungi seluruh Hiat-to dan membalik badan, katanya sambil tertawa tawar.   "Hebat benar Ginkang nyonya." "   Kau siapa? Siapa yang mengutusmu ke sini?"   Dingin pertanyaan si nyonya muda. "cayhe kebetulan lewat,"   Ujar Ling Kun -gi.   "melihat sinar lampu, maka kucari ke sini." "Sejak dari Thay-ho kau menguntit aku, kau kira aku tidak tahu? Kalau Hian-ih-lo-sat secero-boh yang kau duga, mana bisa aku berkecimpung di dunia persilatan?"   Kiranya bayangan orang yang Ginkangnya tinggi tadi adalah dia, julukannya ternyata "Hian-ih-losat" (setan buas berbaju merah).   "Betul, cayhe memang datang dari kota Thay--ho, kulihat bayangan nona berkelebat di depanku, gerak-gerikmu enteng dan cekatan, karena ketarik kususul kau kemari, untuk kesalahan ini mohon di maafkan,"   Lalu ia menjura. Hian-ih-lo-sat mencibir, katanya.   "Enak betul kau bicara" "Maksud nona ......"   Suaranya dia tarik panjang sambil mengawasi tajam. Mendadak Hian-ih-lo-sat unjuk senynum manis menggiurkan, katanya.   "Aku ingin kau ikut aku." "Ha, nona jangan berkelakar"   Hian-ih-lo-sat menarik muka, dengusnya.   "Selamanya tidak pernah aku berkelakar."   Menghadapi sikap Hian-ih-lo-sat yang sebentar tawa lain saat dingin ini, ragu2 hati Ling Kun-gi.   Pada saat dan berdiri melongo itulah, mendadak terasa olehnya seperti ada dua orang diam2 mendekati dirinya dari belakang.   Gerakan kedua orang ini amat cepat, waktu Kun-gi menyadari kehadiran mereka, jaraknya hanya setombak lebih, keruan ka-getnya bukan main, secepat kilat dia putar badan- Sekilas dilihatnya Hian-ih-lo-sat mengulum senyum sembari mengulap tangan, bentaknya lirih.   "Bukan urusan kalian" -Kejadian laksana kilat berkelebat, gerak membalik tubuh Kun gi sebetul-nya amat cepat. Tapi setelah dia membalik badan, yang dilihatnya dua sosok bayangan hitam secara bergegas berkelebat lenyap seperti hantu. Kembali mencelos hati Kun-gi, batinnya.   "   Entah siapa kedua bayangan orang ini? Begitu cepat dan tangkas gerakannya."   Terangkat alis lentik Hian-ih-lo-sat, sekilas dia mengerling ke arah Kun-gi. sikapnya berubah ramah, katanya lembut.   "Baiklah, apakah kau menyamar? Kun-gi tidak meladani orang, dengan congkak dia berkata. "Tiada yang perlu kubicarakan, maaf, aku pamit saja." -Kedua kaki menutul, tubuh terus melayang pergi. "Tunggu sebentar,"   Hian-ih-lo-sat cekikikan.   "pertanyaanku belum kaujawab, kenapa terus per-gi?"   Seiring dengan suaranya, tiba2 dan ayun tangan kiri ke udara, dari lengan bajunya melesat ter-bang seutas bayangan halus dan meluncur ke arah kaki Kun-gi.   Kala itu badan Ling Kun-gi tengah terapung di udara, pada saat badannya hampir melampaui pagar tembok.   mendadak terasa kakinya seperti di tarik orang, badan yang meluncur tiba2 tertahan terus anjlok ke bawah tanpa kuasa.   Kesiur angin berbau wangi lantas merangsang hidung, tahu2 Hian--ih-lo-sat sudah melayang lewat di depannya, gerak-geriknya lemah gemulai bak tangkai bunga tertiup angin, katanya tertawa manis.   "   Kenapa tidak jadi pergi?"   Begitu berhenti dan berdiri tegak. langsung Kun--gi memeriksa kakinya, tapi tiada sesuatu perubahan, namun jelas waktu dirinya melompat ke atas tadi kaki terasa ditarik turun oleh sesuatu tenaga raksasa. Tanpa terasa dia menjengek dingin, tanya-nya.   "   Dengan apa kau membokong aku?"   Bersinar biji mata Hian-ih-lo-sat, katanya cekikikan genit. "Kuserang kakimu dengan benang sutera merah."   Tiba2 tangan kanannya terayun pula.   "serrr", bayangan hitam halus yang hampir tidakkelihatan mendadak menyamberke batok kepalaLing Kun-gi. Jarak mereka amat dekat, melihat orang mendadak turun tangan, keruan kejutnya bukan main, tapi untuk berkelit sudah tidak sempat lagi, maka terasa ikat rambut di atas kepalanya seperti bergerak sedikit, kiranya senjata rahasia, orang telah mengenai gelungan rambutnya, keruan bertambah kejut hatinya. Terdengar Hian-ih-lo-sat tertawa, katanya.   "Jangan takut, kau tanya aku menyerang dengan senjata apa bukan? Kenapa tidak kau ambil danperiksasendirisaja?"   Kun-gi meraba gelung rambut sendiri serta menurunkan sebatang jarum sulam panjang se-tengah dim, di belakang lubang jarum terikat se-utas benang lembut warna merah, ujung benang yanglain masihterpegangditangan Hian-ih-to sat.Jaruminisangat lembut, namun seluruh batang jarum berwarna mengkilap.   terang pernah direndamdidalamracun.   Sekali sendal benang ketarik, jarum itupun mencelat balik dan ditangkap oleh Hian-ih-lo-sat, katanya berseri lebar.   "Sudah jelas bukan, jarumku ini mengandung racun, sedikit tertusuk saja segera darah keracunan dan kerongkongan akan tersumbat, tapi kau tidak usah kuatir, tadi aku hanya membentur jarum pada sepatumu, soalnya aku masih ingin bertanya padamu, maka jangan kau pergi." "Apa yang ingin kau tanyakan?,"   Mata Hian-ih-lo-sat mengerling, katanya mesra.   "Banyak sekali, umpamanya siapa namamu, murid siapa ? Siapa mengutusmu kemari? Setelah kau jawab terus terang, kau boleh pergi." "Tiada yang perlu kujelaskan-" "Berani kaubandeldihadapanku? "   BentakHian-ih-lo-sat. "Kenapa tidakberani,"tantang Kun-gi. Hian-ih-to sat ter-loroh2, katanya..   "Agaknya kau belum tahu siapa diriku?" "Kenapa aku tidak tahu, kau adalah Hian-ih--lo-sat." "Siapa yang memberitahu padamu?" "Kau sendiri yang bilang tadi, kalau tidak da-rimana kutahu." "Setelah tahu siapa diriku, tentunya kau tahu bahwa aku bertangan gapah dan berhati keji, dan sukar dilayani." "Sungguh menyesal, baru sekarang aku men-dengarnya."   Hian-ih-lo-sat melenggong, mendadak dia tertawa, katanya.   "O, tampaknya kau ini masih pupuk bawang."   Merah wajah Kun-gi, katanya.   "cayhe tiada tempo buat mengobroldengan kau."   Cepat Hian-ih-lo-sat mengadang di depannya, katanya dingin. "Sebelum kau bicara terus terang, jangan harap kau bisa pergi."   Bertaut alis Kun-gi, dia mendongak sambil ter-gelak2.   "Kalau aku mau pergi boleh pergi se-suka hatiku, siapapun tak dapat mengalangiku."   Alis Hian-ih-lo-sat menegak. suaranya ketus.   "Baik, cobalah" "Nona ingin berkelahi?" "Kau bukan tandinganku." "Belum tentu."   Hian-ih-lo-sat angkat tangannya, jari2nya tampak putih halus, katanya.   "Marilah, boleh kau coba beberapa gebrak." "Nona ingin menjajal kepandaianku, silakan nona turun tangan lebih dulu." "Begitupun baik, bila kau mampu menyambut 10 jurus seranganku, boleh segera kau pergi,"   Berbareng tangan kiri terangkat, dengan enteng ia menepuk ke pundak Kun-gi.   Gerak tangannya se-perti menepuk laksana mencengkeram, aneh dan lihay, satu gerakan se-akan2 mengandung banyak perubahan- Ling Kun-gi menggeser ke samping, telapak tangan terangkat, ia siap melancarkan tipu Thian-g-wa-lay-bun(megatibadariluarlangit ) untuk menahan gerak serangan lawan-Tiba2 badan Hian-ih-lo-sat menubruk maju, telapak tangan kanan menabas iga kiri Ling Kun-gi.   Gerakan belakangan menyambung serangan tadi, sehingga tebasan ini menimbulkan kekuatan berlipat ganda.   Tanpa pikir, punggung telapak tangan kiri Kun-gi juga membalik, secepat kilat mengebas pergelangan tangan Hian-ih-lo-sat.   Terpaksa Hian--ih-lo-sat menarik kembali serangannya, maka telapak tangan Kun-gi yang sempat menyelinap masuk, gerakan ini dilandasi Lwekang tinggi, telapak tangan setajam golok dan mengeluarkan suara menderu, perbawanya tidak kalah hebatnya.   Agaknya tak pernah terpikir oleh Hian-ih-lo-sat bahwa lawan yang dihadapinya ini memiliki Lwekang dan kepandaian setinggi ini, sekilas dia tertegun, sebat sekali dia berkelit mundur, mulut menggerung gusar, teriaknya^"Taknyanakau berisi juga"   Setelah bergebrak dua kali, Kun-gi insaf bah-wa Hian-ih-lo-sat betul2 lawan tangguh, namun Hian-ih-lo-sat juga menyadari bahwa Ling Kun-gi memiliki ilmu silat yang tinggi diluar perhitungannya.   Begitu terpencar kedua orang terus menubruk maju lagi, tangan mereka bergerak turun naik dengan kecepatan luar biasa, dalam sekejap mereka telah saling serang pula tiga jurus.   Mendadak permainan Hian-ih-lo-sat berubah, gerakan tipunya menjadi aneh dan sukar ditebak arahnya, sehingga Kun-gi terdesak mundur ber-ulang2, hampir saja dia tak kuasa mempertahan-kan diri.   Meski terkejut, diam2 Kun-gi menghimpun semangat dan mengerahkan tenaga, sebat sekali ia balas menyerang, Lwekangnya memang tidak lemah, maka setiap gerakannya pasti menimbulkan pergolakan angin kencang, serangannya sukar terduga juga, entah tutukan atau pukulan telapak tangan, kadang2 keduanya dilancarkan bersama, perubahan banyak ragamnya, sukar dibendung lagi, Hlan-ih--lo-sat kena didesaknya mundur malah sehingga kedudukan tetap seimbang dan sama kuat.   Sejak mengembara di dunia persilatan, entah betapa banyak pertempuran sengit pernah dialami IHian-ih lo-sat, namun belum pernah dia melihat apalagi menghadapi gerak serangan tangan kosong seaneh Kun-gi sekarang ini, semakin tempur semakin terkejut hatinya, dengan gemulai tiba2 ia mundur dua langkah, kedua tangan melintang bersiaga, ta-nyanya sambil mengawasi Kun-gi.   "Siapa sebetulnya gurumu?" "   Guruku tidak suka diketahui orang, aku pantang menyebut namanya,"   Sahut Kun-gi. Bersungut marah Hian-ih-lo-sat, bentaknya.   "Jangan bertingkah dihadapanku, kau kira aku tidak bisa mengorek keterangan dirimu?"   Mendadak ia melompat maju, kedua tangan mencengkeram dengan jari2 bagai cakar.   Begitu lemas kedua lengannya seperti tidak bertulang, cengkeraman-nya ini mengandung lima-enam perubahan serangan mematikan, terutama kesepuluh ujung jarinya yang runcing, baunya amis, warnanya merah darah me-nyolok dan menggiriskan, bukan mustahil jari2 tangannyapun beracun cepat Kun-gi mundur setengah langkah, telapak tangan kanan terayun menjojoh dengan keras, tangan kiri menangkap dengan kecepatan luar biasa sasarannya adalah tangan kanan Hian-ih-lo-sat yang terkembang jari2nya.   Hian-ih lo-sat kaget seketika, cepat dia tarik tangannya.   Tak terduga perubahan gerakan, Ling Kun-gi teramat cepat, baru saja dia menarik tangan, kelima jari Kun-gi laksana cakar besi tahu2 sudah meny amber tiba meremas tulang pundaknya.   cepat Hiah-ih-lo-sat berkelit ke samping, ber-bareng telapak kanan membacok punggung tangan Ling Kun-gi, terdengar suara nyaring, tangannya berhasil menyampuk punggung tangan anak muda itu.   Tapi pada detik2 singkat laksana percikan api itu, tiba2 terasa oleh Hian-ih-lo-sat telapak tangan lawan telah membalik terus terangkat naik.   Dari telapak tangan Ling Kun-gi terdorong kekuatan luar biasa melalui lengannya, begitu keras getaran ini sampai lengannya terasa kesemutan, tanpa kuasa dia tergentak mundur tiga langkah.   Gebrakan ini berlangsung teramat cepat dan mereka sama menyurut mundur.   Terunjuk secercah senyum pada wajah Hian-ih- lo-sat, ia tatap Ling Kun-gi sekian lamanya, akhirnya ia menghela napaspelahantanyanya."KaubernamaLing Kun-gi, betultidak?"   Kun-gi melengak. sebetulnya dia ingin balas tanya.   "Darimana kau tahu?"   Namun dia lantas berpikir pula.   "Tadi si baju biru pernah memberitahu bahwa diriku biasa menggunakan tangan kiri. "   Karena itu ia tertawa, katanya.   "Betul, cayhe memang she Ling."   Berkedip sepasang mata Hian-ih-lo-sat yang mempesona itu, mendadak dia cekikikan, katanya.   "Jangan kau anggap dirimu luar biasa, ketahuilah, punggung tanganmu sudah tergores luka oleh kuku jariku"   Sejak mula Kun-gi sudah tahu bahwa kuku orang rada ganjil, kemungkinan beracun, namun dia pura2 bodoh, katanya.   "Memangnya kenapa kalau tergores? Kau kira telah mengalahkan aku?" 06 Hin-ih-lo-sat angsurkan kedua tangannya, ke-sepuluh jari2nya yang putih halus itu pelan2 ter-angkat, katanya tertawa riang.   "   Lihatlah kuku jariku"   Kuku jarinya yang terpelihara baik itu ternyata masing2 dicat warna berbeda, ada merah, putih, hijau, biru, ungu dan lain2, siapapun yang menyasikannya pasti ketarik. "Kaupandai mainracun?"tanyaKun-gingeri. "Syukurlah kalau kau tahu,"   Ujar Hian-ih-lo-sat.   "racun yang ada dikuku jariku ini cukup menggores luka kulit daging orang, kena pagitidak lewatsiang, kenasiang tidak lewatpetang,"   Tapi Kun-gi hanya mendengus.   "Hm, memang ganas, tak heran kau berjuluk Hian-ih-lo-sat." "Aku telah melukai punggung tanganmu, nanti pasti kuberi obat penawar, namun ....   " "Tidakperlu,akutidaktakutsegala macamracun,"tukasKun-gi. "Kalau begitu boleh silakan pergi." "Baik, cayhe mohon diri,"   Dengan beberapa lompatan dia sudah berlari kencang menyusup ke-hutan-Sekaligus dia menuju kejalan besar, baru saja dia ayun langkahnya, tiba2 dibelakangnya seorang berteriak.   "Anak muda, tunggu sebentar"   Waktu Kun-gi berpaling, tidak jauh di belakangnya berlari sesosok bayangan tinggi besar, langkahnya enteng, seperti lambat gerakannya, namun kecepatan luncuran tubuhnya sungguh amat mengagumkan, se-olah2 kedua tapak kaki tidak menyentuh tanah.   Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Perawakan orang ini tinggi besar, wajahnya legam seperti besi, alisnya pendek gombyok.   matanya sipit, hidung singa mulut lebar, jubah warna kuning tua sudah luntur dan sepanjang lutut, kaki telanjang, tampang dan dandanannya sangat aneh, nyentrik.   kata orang jaman kini.   "Tuan memanggilku?"tanyaKun-gidengan angkuh.   Bersinar tajam mata si gede menatap Kun-gi, katanya sambil manggut2.   "Kalau bukan aku, memangnya siapa lagi?" . "Tuansiapa, adaperluapa memanggilcayhe?"tanyaKun-gi. Terkekeh si gede, katanya dengan suara rendah.   "Anak muda, besar nyalimu, menurut kebiasaan Lohu, kau hanya boleh menjawabtapitidakbolehbertanya, tahutidak?"   Melihat sikap orang yang sok berlagak tua, Ling Kun-gi menjadi geli, sikapnya semakin angkuh, katanya.   "Itukan kebiasaanmu sendiri, tuan tahu peraturanku?"   Terbeliak mata si gede, tanyanya.   "Kau juga punya peraturan segala?" "Betul, menurut aturanku, peduli siapapun dia harus memperkenalkan namanya lebih dulu, setelah kupertimbangkan apakah dia setimpal bicara dengan aku barulah aku mau meladaninya,"   Sudah tentu omongannya ini sengaja hendak memancing kemarahan orang.   Tak terduga setelah mendengar uraian Kun-gi, bukan saja tidak marah, si gede malah ter-bahak2.   Gelak tawanya seperti suara gembreng pecah, begitu keras memekak telinga, semakin tawa suaranya semakin tinggi dan bergema laksana guntur menggelegar di lembah pegunungan- Sedikit berobah rona muka Kun-gi, dia berdiri tegak tidak bergeming, namun hatinya kaget dan membatin.   "Lwekang orang ini amat tinggi."   Lenyap gelak tawanya, mata sipit si gede melotot kereng dingin, katanya.   "Kita sama mengukuhi peraturan sendiri, nah mari kita tentukan peraturan siapa lebih berguna ?"   Pelan2 lengan kanannya terangkat, dari lengan bajunya yang longgar itu terjulur keluar sebuah tangan aneh berwarna kuning legam, kelima jarinya menekuk laksana cakar elang, setiap jari2 tumbuh kuku sepanjang satu dim, runcing dan tajam laksana pisau, kiranya itulah sebuah tangan tembaga.   Ling Kun-gi pernah melihat tangan besi Hoa Thi-jiu, bentuknya menyerupai cakar.   gunanya seperti alat senjata tajam umumnya, kelima jari2nya sudah tentu tidak bisa bergerak seperti jari2 tangan manusia umumnya.   Tapi tangan tembaga yang dilihatnya sekarang ternyata tak berbeda dengan tangan manusia umumnya, kelima jarinya dapat terkembang dan mencengkeram dengan leluasa.   Pada saat2 genting itulah, mendadak sebUnh suara merdu berseru dipinggir telinganya.   "saudara cilik, lekas mundur"   Kun-gi mengenali yang berseru memberi peringatan itu adalah Hian-ih-lo-sat, namun sebelum membuktikan apa yang akan terjadi, mana dia mau mundur? la berdiri tegak tidak bergerak.   ia tunggu sampai cakar tembaga lawan yang aneh itu hampir mencengkeram dirinya, mendadak ia kerahkan tenaga pada telapak tangan kanan terus menangkis ke depan Gerak serangan tangan tembaga lawan memang pelan2, sedang tangkisan Kun-gi bergerak cepat, Tak tahunya begitu telapak tangannya menindih pergelangan tangan lawan terasa seperti membentur sebatang besi, sedikitpun tidak bergeming, cakar tembagaorangtetapbergerakpelan mengincarpundaknya.   Tangan kanan Ling Kun-gi yang menangkis terasa kesakitan, rasa linu kesemutan sampai menjalar ke atas pundak.   keruan kagetnya bukan kepalang, sungguh dia tidak habis mengerti bahwa sebuah tangan tembaga bisa begini lihay, cepat dia menarik napas sembari melompat mundur.   Si gede tidak mengejarnya, wajahnya menyeringai puas, matanya melirik ke arah hutan, bentaknya.   "Siapa itu di dalam hutan? Apa yang kau katakan kepada bocah ini?"   Tiba2 terendus bau harum terbawa angin lembut, waktu Ling Kun-gi menoleh, tahu2 Hian-ih-lo-sat sudah berdiri di sebelahnya. "Untukapa kau kemari?"semprotsigede. "Apa aku tidak boleh kemari?"   Hian-ih-lo-sat cekikikan, matanya mengerling tajam, tanyanya pula.   "Kau mengenalku?" "Lohu tidak kenal,"   Ujar si gede. Hian-ih-lo-sat tertawa, katanya.   "Kau tak kenal aku, sebaliknya aku mengenalmu." "Kau tahu siapa Lohu?" "Kauadalah Lam-kiang-it-ki Thong-pi-thian--ong, betultidak?" "Thong-pi-thian-ong (raja langit lengan tembaga) ? Tak pernah Suhu menyinggung nama orang ini"   Demikian Kun-gi ber-tanya2 dalam hati. Terbeliak mata Thong-pi-thian-ong, sesaat lamanya dia mengamati Hian-ih-lo-sat, katanya ke-mudian-"   Kaum persilatan di Tionggoan ternyata ada juga yang kenal Lohu." -Sampai di sini tiba2 dia manggut2, katanya pula.   "Baiklah, Lohu tidak akan berurusan denganmu, boleh kau menyingkir." "Kalau aku mau pergi, takkan kumuncul di sini,"   Ujar Hian-ih-losat. "Kau masih ada urusan apa?"   Thong-pi-thian--ong menegas. Hian-ih-lo-sat tidak menghiraukan pertanyaan orang, katanya berseri tawa kepada Kun-gi.   "Agak-nya kau memang tidak gentar pada racunku." "cayhe tidak mati, kau merasa di luar dugaan?"   Ejek Kun-gi. "Aku bermaksud baik, mengantar obat untukmu."   Merah muka Kun-gi, lekas dia menjura, katanya.   "Kalau begitu, aku yang salah paham." "Syukurlah,"   Ujar Hian-ih-lo-sat, lalu menambahkan-"kau memang tidak keracunan, lekaslah pergi saja." "Lohu tidak menyuruhnya pergi, siapa yang berani pergi?"   Bentak Thong-pi-thian-ong. Hian-ih-lo-sat cekikikan, katanya.   "Memang-nya kau tidak dengar, aku yang menyuruhnya pergi?" "Nyonya sudah tahu julukanku, tapi masih bertingkah dihadapanku, memangnya kau sudah menelan nyali harimau." "Betul, kalau aku tidak punya nyali, mana berani kusuruh dia pergi."   Lekas Kun-gi bersuara.   "Kalau cayhe mau pergi segerapun bisa pergi, peduli amat dengan orang lain"   Hian-ih-lo-sat mengedip seraya berkata dengan Thoan-im-jip-bit (ilmu mengirim gelombang suara).   "Thong-pi-thian-ong merajai Lam-kiang (wilayah selatan), saudara cilik, bukan aku merendahkan kau, tapi kau memang bukan tandingannya, biarlah aku mengadangnya sesaat, lekas kau pergi."   Jelilatan mata Thong-pi-thian-ong, teriaknya murka.   "Dihadapan Lohu, kalian berani main bisik2, apa yang kalian perbincangkan?" "Kudesak dia lekas pergi,"   Ujar Hian-ih-lo-sat.   "Tidak boleh,"   Bentak Thong-pi-thian-ong.   "   Bocah ini akan kutahan-" "Untukapa kau menahannya?" "Lohu ingin tanya seseorang kepadanya." "Siapa yang kau tanyakan?"   Tanya Kun-gi, "Hoan-jiu-ji-lay Di mana dia?" "cayhe tidak tahu." "Kau bukan muridnya?" "Kalau benar mau apa?Jika bukan kenapa pula?" "Waktu kau bergebrak sama dia tadi, jelas yang kau mainkan adalah ilmu ajaran bangsat gundul itu, memangnya Lohu salah lihat?"   Thong--pi-thian-ong terkekeh dingin- Ternyata dia menyaksikan beberapa jurus gebrakan Kun-gi melawanHian-ih-lo-sattadi, makadiamencegatnyadisini. Kun-gi naik pitam mendengar orang memanggil gurunya 'bangsat gundul', katanya gusar.   "Memang tidak salah, beliau memang guruku, ada urusan apa kau mencari beliau? Boleh kau bicara saja dengan aku."   Mendengar Ling Kun-gi adalah murid Hoan-cjiu-ji-lay, tanpa terasa Hian-ih-lo-sat mengawasi lekat2. Thong-pi-thian-ong tergelak2, katanya.   "Ternyata betul kau murid bangsat tua itu, bagus sekali, lekas katakan, bangsat tua itu sekarang berada di mana?" "Jejak beliau tidak menentu, tak mungkin cayhe menjelaskan,"   Sahut Kun-gi. Thong-pi thian-ong mendesak selangkah, katanya sambil menuding Kun-gi.   "Kau murid bangsat tua itu, masakah tidak tahu dia sembunyi di mana? Kalau tidak berterus terang, jangan salahkan Lohutidak memberiampunpadamu."   Kun-gi gusar, serunya.   "Anggaplah aku tidak mau menerangkan, kau bisa berbuat apa terhadap diriku?"   Thong-pi-thian-ong terkekeh2, jari2 tembaga yang runcing tajam tiba2 mencengkeram, hardik-nya beringas.   "Maka Lohu harus menahanmu, ka-lau yang cilik kuringkus, masakah yang tua tidak akan keluar dari kandangnya?" "Nantidulu"   Lekasi Hian-ih-lo-sat mencegah. Tangan tembaga Thong-pi-thian-ong yang sudah terulur berhenti ditengahjalan, bentaknyasambilberpaling.   "Adaapakau?" "Kau ingin mencari gurunya, kalau mampu pergilah cari sendiri, nama Thong-pi-thian-ong cukup beken, memangnya kau tidak malu berkelahi dengan anak murid orang?" "Selamanya Lohu tidak peduli soal tetek-bengek. sudah 30 tahun Lohu mencari bangsat tua itu, kebetulan muridnya kebenturku di sini, betapapun Lohu takkan melepaskan dia pergi" "Tidak bisa,"jengek Hian-ih-lo-sat.   "tadi aku sudah suruh dia pergi, maka dia harus pergi."   Mendelik Thong-pi-thian-ong, dengan gusar dia tatap Hian-ih-lo- sat, katanya ter-kekeh2.   "Nyonya muda, kau berani campur tangan . ."   Tangan yang bergerak dan sedianya hendak menye-rang Ling Kun-gi taditiba2bergerakpulapelan2 beralihke arahHian-ih-lo-sat. Sementara itu Kun-gi sudah keluarkan pedang panjang dari buntalannya, hardiknya.   "Tahan" "Kau mau ajak Lohu mencari gurumu?"   Tanya Thong-pi-thianong. Kun-gi berdiri kereng menenteng pedang, katanya.   "Soal ini tiada sangkut pautnya dengan nona ini. Tidak sukar membawamu menemui guruku asal kau bisa mengalahkan pedang ditangan-ku ....."   Thong-pi-thian-ong coba pandang pedang di tangan Ling Kun-gi, mendadak ia tertawa lebar, katanya dingin.   "Lohu ingin menahanmu, sudah tentu harus mengalahkan kau lebih dulu." "Adik cilik,"   Seru Hian-ih-lo-sat.   "kau bukan tandingannya, lekas menyingkir." "Soal ini tiada sangkut pautnya dengan nona. lekas kau pergi saja,"   Sahut Kun-gi. "Anak muda, kau sudah siap?"   Thong-pi--thian-ong tidak sabar lagi, kelima jarinya terkembang terus mencengkeram ke arah Kungi.   Sejak kecil Ling Kun-gi meyakinkan ilmu pedang warisan keluarganya.   cuma waktu dia hendak berangkat Suhunya pernah berpesan wanti2, kecuali terpaksa ilmu pedangnya dilarang sembarang ditunjukkan di depan umum.   Sekarang dia menghadapi Thong-pi-thian-ong yang berilmu silat serba aneh, lengan tembaga dan telapak tangan tembaga pula, kerasnya laksana baja, kalau dirinya melawan dengan bertangan kosong, mungkin untuk mempertahankan diri saja sukar, maka terpaksa dia keluarkan pedangnya.   Kini melihat cakar tembaga lawan mencengkeram tiba, secepat kilat otaknya bekerja.   "   Lengan tembagamu memangnya tidak takut senjata tajam, tapi anggota badanmu yang lain, apa juga kebat senjata?"   Sebat sekali ia berkelebat maju, pergelangan tangan menggentak.   pedangpun menabas miring.   Serangan ini dilancarkan dengan badan miring sambil mendesak maju, orangnya tiba pedangpun mengancam.   Walau jurus yang dan gunakan hanya tipu biasa Sian-niao-hoa-se (burung dewa menggores pasir), namun dilancarkan oleh seorang ahli seperti Ling Kun-gi, bukan saja lebih lincah dan hidup, gerakannyapun teramat cepat dan berbahaya.   Sepasang mata Hian-ih-lo-sat memancarkan sinar terang menyaksikan ilmu pedang yang tiada taranya ini.   Selama hidup Hoan-jiu ji-lay tidak pernah menggunakan pedang, namun murid tunggalnya ini ternyata memiliki ilmu pedang yang tinggi dan lihay sekali.   Kelima jari tembaga Thong-pi-thian-ong terpentang, gerakannya seperti amat lamban, tujuannya semula hanya mau meringkus bocah kurang-ajar ini, tapi serta melihat gerakan pedang Ling Kungi yang hebat, tiba2 ia mendengus,jari2nya malah mencengkeram pedang yang menyamber tiba.   Sungguh permainan aneh, perubahannyapun cepat tak terduga, lengan sedikit melintir, tahu2 batang pedang sudah berhasil dipegangnya, sementara jari tangan kiri berbareng menutuk ke pundak Kun-gi.   Terasa batang pedang mendadak tergetar, pergelangan tangan anak muda itupun kesemutan, telapak tangan lecet kesakitan, tahu2 kelima jari lawan yang beruji runcing juga menyerang tiba.   Keruan bukan main kaget Kun-gi, kalau dirinya tidak lepas pedang serta melompat mundur, pundak sendiri pasti kena tertusuk, terpaksa dia lemparkan pedangnya, lalu dengan gerakan Hu-kong liang-in (cahaya mengambang melampaui bayangan) dia meloncat mundur ke belakang.   Dengan mencengkeram pedang di tangan kanannya, tutukan jari tangan kiri Thong-pi-thian--ong masih tetap mengarah ke depan, mulutpun membentak.   "Anak muda, robohlah kau!!"   Jarinya yang menuding ke depan tetap diacungkan, tahu2 sarung jari tembaga yang terpasang diujung jarinya melesat ke depan membawa kesiur angin kencang, sasarannya tetap tidak berubah, pundak kiriLing Kun-gi.   "Adik cilik, awas"Hian-ih-lo-satberseru memperingatkan-Hanya sekali gebrak.   pedang terampas, dikala dia merasa bingung dan kaget, tahu2 selarik sinar kuning kemilau melesat ke arahnya, keruan Kun-gi tambah berang, serunya dengan tertawa lantang.   "Bagus" -Tangan kiri terangkat, dia incar selong-song jari tembaga itu terus menjentiknya sekali.   Kali ini dia gunakan Tan-ci-sin-thong (selentikanjari sakti) salah satu dari 72 ilmu silat Siau limpay.   "creng", selongsong jari tembaga itu kena dijentiknya mencelat beberapa tombak jauhnya. Selama puluhan tahun belum pernah tutukan jari terbangnya ini mengalami kegagalan, kini kecundangditanganseorang mudayang dianggapnya masih ingusan, tapi ternyata memiliki ilmu silat tinggi, sekilas dia melengak. dengan pandangan liar dia tatap Ling Kun-gi, jengeknya sambil terkekeh.   "Bagus, anak muda, agaknya seluruh kepandaian si bangsat tuapun telah diturunkan padamu."   Hian-ih-lo-sat cekikikan, selanya.   "Babak ini kalian setanding alias seri, yang satu direbut pedangnya, yang lain selongsong jarinya terjentikjatuh, tiadapihak yanglebihunggul ." "Omong kosong"   Bentak Thong-pi-thian-ong dengan mata melotot. "Siapa omong kosong?"   Sikap Hian-ih-lo-sat tetap manis.   "   Memangnya kau belum mengaku kalah setelah jari tembagamu terjentik jatuh?"   Thong-pi-thian-ong menggerakkan jari2 tembaga seperti mengancam, hardiknya gusar, "Lekasengkau enyahdarisini" "Ada suatu hal ingin aku berunding dengan kau, entah kau mau tidak?"   Kata Hian-ih-lo-sat tetap sabar. "Kata2ku sekukuh gunung, tiada soal berunding segala, betapapun Lohu harus menahan bocah ini." "Soal yang ingin kurundingkan tiada hubungannya dengan dia."   Sebelrasa Thong-pi-thian-ong. "Soal apa ?"   Tanyanya tidak sabar. Hian-ih-lo-sat unjuk senyuman manis, ujar-nya .   "Kulihat kau memiliki ilmu silat tinggi, memiliki lengan tembaga lagi, sungguh mencocoki seleraku ....."   Tawa yang manis menggiurkan di-tambah dengan gerakan badan yang bergaya menantang.   Mata sipit Thong-pi-thian-ong menjadi terbeliak, apalagi mendengar kata2 "mencocoki selera-ku", keruan hatinya terasa syuur, senangnya bukan main-Memang usianya sudah setengah abad, tapi selama ini dia tetap bujangan, sesaat dia mengawasi Kun-gi, ingin rasanya segera menggebah-nya pergi.   Tapi demi gengsi, tadi dia menahannya, kalau sekarang mengusirnya malah berarti menjilat ludah sendiri, maka sesaat mulutnya tak bisa bicara.   Tapi wajahnya yang tadi merah padam sekarang tampak berseri senang, katanya dengan halus.   "cayhe seorang yang suka berterus terang, Siau-nio-cu (nyonya muda) ada omongan apa, boleh silakan katakan saja."   Tadi dia membahasakan dia Lohu (aku orang tua ), sekarang diganti cayhe (aku yang rendah), kiranya dia merasa dirinya lebih muda beberapa tahun secara mendadak.   Hian-ih lo-sat melerok sambil mencibir, katanya tertawa genit.   Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Dengan adik ini kau tidak bermusuhan, biarkan dia pergi saja, nanti kita bicara lagi."   Orang suruh Kun-gi pergi, tentu saja cocok dengan keinginan Thong-pi-thian-ong, dia berseri tawa, katanya.   "Betul Siau-nio-cu, cayhe hanya mencari gurunya, Hoan-jlu-ji-lay, dulu aku pernah bentrok sama dia, maka sekarang ini ingin ku bereskan perhitungan lama. Ha h, sebetulnya soal ini juga tidak penting, Siau-nio-cu mau mendamaikan soal ini, biarlah aku menurut saja,"   Lalu dia berpaling ke arah Ling Kun-gi, teriaknya.   "Anak muda, kau boleh lekas enyah"   Sudah tentu Kun-gi maklum akan watak genit Hian-ih-lo-sat, agaknya dia sengaja hendak memikat Thong-pi-thian-ong dengan rayuannya, serta memperalat orang menjadi kaki tangannya.   Usia Thong-pi-thian-ong sudah setengah abad, tapi masih mata keranjang dan suka pipi halus.   naga2nya laki perempuan ini memang sudah sama ketagihan-Karena merasa muak dan jijik, lekas Kun-gi jemput pedangnya, tanpa bersuara dia terus tinggal pergi.   Sudah seperti di kili2 hati Thong-pi-thian-ong, segera dia melangkah maju sambil memandang Hian-ih-lo-sat lekat2 se-akan2 ingin menelannya bulat2, katanya cengar-cengir.   "Siau-nio-cu, bocah itu sudah pergi, ingin omong apa lekas kau katakan"   Hian-ih-lo-sat gigit bibir, mata mengerling penuh arti, katanya sambil tertawa. "Kalau kukatakan, kau tidak marah bukan?"   Dalam jarak tiga kaki hidung Thong-pi-thian--ong sudah mengendus bau harum yang memabukkan, seketika jantungnya berdegup lebih cepat.   Diam2 dia menyesali hidupnya selama lebih 20 tahun yang lampau secara sia2, kenapa sampai malam ini baru akan merasakan badan perempuan yang cantik dan harum menggiurkan-Lekas dia berkata.   "Boleh katakan saja, cayhe pasti tidak akan-..tidak akan marah."   Dengan sapu tangan menutup mulut, Hian-ih-lo-sat berkata aleman-"Kalau kau tidak marah, biarlah aku bicara terus terang.   Kulihat lenganmu ini kalau tidak salah terbuat dari campuran tembaga dengan emas, malah di dalamnya juga terpasang alat2 rahasia sehingga biaa digunakan secara bebas dan lincah, dibanding 12 tangan besi keluargaku jelas lebih sempurna, oleh karena itu ......." "   Karena itu apa?"   Tanya Thong-pi-thian-ong.   "Lengan tembaga bukankah setingkat lebih tinggi dari lengan besi? oleh karena itu aku ingin mengundangmu menjadi kepala dari barisan tangan besi keluargaku .....".   Ternyata dirinya hanya akan dijadikan kepala barisan segala, sungguh terlalu dan besar salah wesel ini.   seketika beruubah kelam air muka Thong-pi-thian-ong, dengus-nya.   "Kau .....ingin Lohu menjadi kepala barisan"   Hian-ih-lo-sat membetulkan letak rambutnya yang terurai, ujarnya.   "Eh, kau tidak mau ? Atau merasa merendahkan derajatmu ? Bicara terus terang, setiap anggota barisan tangan besi adalah jago2 silat kelas tinggi diBu-lim, dibanding kau Thong-pi-thian-ong rasanya tidak lebih rendah, kuangkat kau menjadi kepala barisan mereka, karena kau punya lengan tembaga yang lebih sempurna, ini berartiakutelah mengangkatdan menghargaidirimu?"   Naik pitam Thong-pi-thian-ong mendengar kata2 orang, hardiknya beringas.   "Perempuan bangsat, berani kau menggoda dan mempermainkan diriku?"   Mendadak berubah kaku wajah Hian-ih lo-sat, katanya dingin. "Aku sudah naksir lengan tembagamu itu, maka kau harus jadi kepala barisan lengan besi itu, kuundang kau secara hormat, kalau tidak mau terpaksa kugunakan kekerasan padamu."   Di mana tangannya melambai, tiba2 serangkum bau harum merangsang ke muka lawan- Betapapun Thong-pi-thian-ong juga banyakpengalaman, dengan terkesiap cepat ia melompat mundur seraya menghardik. "Perempuan sundel ....."   Belum habis makiannya, tiba2 terasa di sebelahbelakangadaapa2yangtakberes, maklumlahbetapatinggi dan tangguh ilmu silat Thong pi-thian-ong, dalam jarak tiga tombak asaladaorang mendekati dirinyapastidiketahuinya.   Tapi kali ini panca inderanya bekerja lambat, waktu dia merasakan gejala tidak beres, orang dibelakangnya sudah dekat.   Dari suara napas orang ia tahu ada dua orang telah mengancam dirinya dari belakang.   Diam2 dia membatin.   "   Orang dapat mendekatiku dalam jarak setombak, agaknya kepandaian mereka memang tidak lebih rendah daripada diriku."   Cemerlang sinar mata Hian-ih-lo-sat, katanya sambil tertawa. "Baiklah, kalian saja yang menangkapnya."   Berbareng ia lantas melompat mundur.   Kedua orang di belakang saling memberi isyarat, mulut masing2 bersiul sekali, lalu melompat maju bersama, kedua tangan masing2 bergerak menangkap ke tubuh Thong-pi-thian-ong .   Bukan kepalang gusar Thong-pi-thian-ong, sambil menghardik dia ayun lengan tembaga melayani serangan orang yang melabrak dari kiri, berbareng badan berputar, tahu2 kaki kanan melayang menyerampang lawan yang menubrukdari kanan- Sekilas dilihatnya kedua orang yang melabrak dirinya adalah laki2 berbaju hijau, usianya kurang lebih 40-an, yang mengejutkan adalah tangan kiri mereka bersemu kehijauan, kelima jari tangannya laksana cakar yang mengkilap.   kelihatan runcing tajam, dari sinar kemilau kehijauan itu jelas bahwa lengan mereka berlumur racun yang amat jahat.   Mau tak mau timbul rasa curiga Thong-pi-thian-ong, batinnya.   "Tadi dia bilang keluarganya punya 12 orang berlengan besi, semuanya adalah tokoh2 Kangouw yang beken namanya, memangnya siapa dan bagaimana latar belakang orang2 ini?"-Hati membatin, sementara mulut menghardik.   "Keparat, kalian bertiga maju bersama juga Lohutidakpandang sebelah mata." "Jangan kau takabur,"   Jengek Hian-ih-lo-sat.   "kalau tiba saatnya akuturuntangan, pastiaku akanturungelanggang." "Trang", suara benturan benda keras meme-kak telinga, lengan tembaga Thong-pi-thian-ong disambut oleh pukulan lengan besi orang sebelah kiri, keduanya sama terhempas mundur. Maka laki2 baju hijau di sebelah kanan mendapat peluang untuk menubruk maju, lengan besi kirinya segera bergerak dengan tipu Hing-bok- liong-kan (mem-belah miring ulu naga), pinggang Thong-pi-thian-- ong menjadi incaran- Tak keburu berkelit, terpaksa Thong-pi-thian--ong kerahkan tenaga, ia sambut pula serangan lawan dengan lengan tembaganya.   "Trang"   Begitu lengan tembaga, dan lengan besi beradu, laki2 baju hijau di sebelah sana terpental mundur tiga tindak.   Thong-pi-thianong sendiri juga tak kuasa menguasai diri, iapun menyurut tiga tindak.   diam2 batinya bertambah kejut, walau Lwekang kedua lawan bukan tandingannya, tapi terpaut tidak jauh.   Sementara lawan di sebelah kiri sudah merangsak maju pula, jari2 tangan besi kirinya bergerak laksana samberan kilat, telapak tangan kanan berwarna merah darah menyolok menyerang tiba bersama, jalan mundur Thong-pi-thian-ong sudah terkurung.   Sebat sekali lawan di sebelah kananpun melompat maju pula, lengan besi menyerang dengan jurus No liong-sip-cu (naga marah menggondol mutiara), gerak lengannya lapat2 membawa bunyi gemuruh terus mencakar ke batok kepala Thong-pi-thian-ong.   Thong-pi-thian-ong murka sekali, ia membentak keras, sambil meloncat ke atas, di mana lengan bajunya mengebas, segera dia balas menyerang dengan gencar.   Sebagai jago nomor satu di daerah selatan yang dijuluki Lam-kiang-it-ki, bukan saja lengan tembaganya lihay luar biasa, kepandaian silat lainnyapun terhitung kelas wahid di-kalangan Bu-lim.   Tapi di luar dugaan bahwa ke-dua orang baju hijau yang dihadapinya sekarang juga gembong2 aliran hitam pilihan, ilmu silatnya sudah tentu tidak lemah.   Serang menyerang berlangsung dengan gencar, ketiganya tanpa menggunakan senjata, tapi pertempuran ini jauh lebih berbahaya dan sengit dari adu senjata.   Gebrak dilakukan dalam jarak dekat - semakin tempur semakin sengit, sedikit lena tentu jiwa terancam, tidak mati juga pasti terluka parah.    Banjir Darah Di Borobudur Karya Kho Ping Hoo Bajak Laut Kertapati Karya Kho Ping Hoo Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini