Ceritasilat Novel Online

Pendekar Misterius 13


Pendekar Misterius Karya Gan Kl Bagian 13


Pendekar Misterius Karya dari Gan Kl   Melihat Wi Ko terancam, terpaksa jago-jago lainnya tidak bisa tinggal diam, segera Li Pong dan Boh-hoat Taysu memburu maju, sekali Li Pong memutar goloknya Pek-lin-to, seketika sinar kemilauan berhamburan keatas kepalanya Ki Go-thian.   Sedangkan Boh-hoat Taysu pun ayun kebutnya hingga bulu kebut itu mekar bagaikan setangkai bunga raksasa terus mencakup kemuka Ki Go-thian.   Begitu hebat dan cepat serangan kedua tokah Khong-tong-pay dan Go-bi-pay, bagi orang lain, pasti susah menghindarkan diri dari serangan berbareng itu.   Tetapi Ki Go-thian memang tidak malu sebagai seorang gembong yang disegani, mendadak ia tertawa panjang, tahu-tahu orangnya berikut kursinya terus membal kebelakang, hingga susah diketahui cara bagaimana ia dapat menembus sinar golok dan kebut itu mengurung keatas kepalanya itu.   "Hahaha!"   Ki Go-thian tertawa sesudah menurun kembali ditempatnya semula, katanya;   "Hanya dengan kepandaian seperti kalian ini mau melawan aku? Haha lebih mirip seperti capung menubruk cagak belaka. Namun sebagai seorang yang dipertuan agung didunia persilatan, tidak mau aku sembarangan turun tangan, biarlah kalian yang mesti menilai kekuatan masing-masing sendiri. Bila mau, tiada seorangpun diantara kalian yang sanggup menahan sekali hantamanku. Sekarang apa yang akan kalian katakan lagi? Kenapa tidak lekas menyembah padaku?"   "Keparat, jahanam!"   Se-konyong2 terdengar suara makian orang.   Menyusul diantara orang banyak telah melompat keluar seorang laki2 tinggi besar bersenjata sebilah kapak besar terus menubruk Ki Go-thian.   Begitu lelaki kasar itu melompat keluar segera Jing-ling-cu, Li Pong dan jago2 lain sama mengetahui kepandaian orang, tiada artinya kalau berani menyentuh Ki Go-thian artinya sama dengan hantar jiwa belaka.   Sebab itulah segera Jing-ling-cu berseru .   "Tahan dulu saudara mundurlah!"   Akan tetapi lelaki itu terus merangsang maka terpaksa Jing- ling-cu melesat maju sembari lolos pedangnya, begitu pula Thay-jing-sian-cu Cio Ham pun lekas2 melompat kedepan, dan tanpa berjanji, kedua pedang mereka terus menusuk kearah Ki Go-thian dari belakang.   Meskipun serangan dari belakang itu dilakukan dua jagoan terkemuka, tapi Ki Go-thian harus berhadapan dengan silelaki kasar yang merangsangnya dulu dari depan itu.   Maka serangan dari belakang itu sama sekali tak digubrisnya sebaliknya dia tunggu ketika kapak lelaki itu sudah sampai di atas kepalanya, mendadak ia ulur sebelah tangannya dan tepat berhasil merampas kapak besar itu, sekali gertak lelaki itu orangnya berikut kapaknya kena digotai kebelakangnya.   Cepat dan tepat sekali gerakan Ki Go-thian itu hingga begitu tubuh silelaki itu diayunkan dibelakang, kedua pedang Jing- ling-cu dan Cio Ham juga persis tiba, jadi sekarang bukannya tubuh Ki Go-thian yang mereka tusuk, tetapi silelaki kasar itulah yang dipakai sebagai tameng.   Tentu saja Jing-ling-cu berdua kaget, lekas-lekas mereka hendak tarik kembali senjatanya, namun sudah terlanjur, pundak lelaki itu tetap kena tusukan hingga berdarah, cuma aneh sama sekali lelaki itu tidak bersuara.   Menyusul mana, disertai gedebukan yang keras, lelaki itu telah terbanting ketanah disamping, dan tidak berkutik lagi.   Kiranya ketika kapak lelaki itu kena terpegang Ki Go thian berbareng Ki Go- thian sudah salurkan Lwekangnya yang maha hebat itu hingga lelaki itu sudah tergetar putus jantungnya hingga sebelum tertusuk pedang, sebenarnya orangnya sudah tak bernyawa.   Karuan Jing-ling-cu dan Cio Ham sangat terkejut.   Mereka sudah menduga bahwa jiwa lelaki itu pasti akan korban percuma, tidak menyangka kalau bisa mati begitu cepat dan mudah.   Maka lekas-lekas mereka melompat mundur lagi.   "Hm apa maumu sekarang? Kalian mau menyembah atau tidak ?"   Kembali Ki Go-thian mendesak.   Untuk sesaat itu keadaan menjadi sunyi, tiada seorangpun yang berani buka suara dan semua keder oleh ancaman itu.   Jun-yan coba memandang Jing-ling-cu, ia lihat imam itu wajahnya merah padam, tapi bersitegang pantang menyerah.   Anehnya ia lihat Jiau Pek-king juga tidak mengunjuk sesuatu reaksi apa-apa, melainkan terus membudeg dan membuta saja.   Ketika Jun-yan berpaling, tiba-tiba dilihatnya si orang aneh itu duduk jauh di sisi sana dengan kaku, tiba2 hatinya tergerak, katanya segera .   "Ki-locianpwe, kau suruh semua orang menyembah padamu, tetapi sudah jelas dan terang dihadapanmu ada seorang yang sejak tadi diam saja, bahkan berdiripun tidak ketika kau datang, tapi kau suruh orang berlutut menyembah segala ?"   Memang benar.   Sejak datangnya Ki Go-thian tadi, orang aneh itu terus duduk saja tanpa bergerak.   Karena memandang sepele pada semua orang, dengan sendirinya Ki Go-thian tidak ambil perhatian pada seorang yang tak menarik itu.   Kini mendengar ucapan Jun-yan itu, barulah ia berpaling kearah yang ditunjuk itu.   Benar juga ia lihat ada seorang sedang duduk tenang dengan sikap acuh tak acuh seperti apa yang terjadi tadi sama sekali tak diambil pusing olehnya.   Tentu saja Ki Go-thian menjadi murka.   Sebegitu jauh belum pernah dilihatnya ada seorang yang berani begitu memandang remeh padanya.   Kalau kata-katanya sekarang ada yang tidak mengindahkan, bagaimana nanti dirinya bisa menundukan yang lain.   "Berdiri!"   Mendadak ia membentak dengan suara bagai guntur kerasnya.   Tapi sama sekali orang itu tidak terkejut sedikitpun, mungkin suara bentakan itu saking kerasnya, maka kepalanya tampak sedikit mendongak dan matanya yang buram itu ber- kedip2 beberapa kali.   Lalu menunduk pula, se-akan2 tidak perduli apa yang dikatakan Ki Go-thian.   Melihat gelagatnya Jun-yan menduga apabila Ki Go-thian dapat dipancing bergebrak dengan orang aneh itu, sekalipun akhirnya orang aneh itu tidak bisa menang, toh paling tak akan bertahan sampai sepuluh jurus, mengingat ilmu silat sobat aneh itupun serba mahir dan tinggi.   Memikir begitu diam2 dia mengisiki Jing-ling-cu dan Li Pong.   "Jing-ling Totiang sukurlah bila sebentar sobat itu diterjang oleh Ki Go-thian, kesempatan itu harus kita pergunakan untuk mengerubut maju untuk melenyapkan seorang durjana persilatan ini, dalam keadaan terpaksa kita tidak peduli lagi tentang etiket persilatan segala."   Dalam pada itu diam2pun Jun-yan menyayangkan A Siu yang entah berada dimana saat itu, bila ada tentu akan bertambah seorang kawan yang terkuat, Namun begitu ia tetap percaya sang guru Jiau Pek-king pasti akan mendampingi sobat aneh itu bila jadi gebrakan dengan Ki Go-thian.   Anehnya ia melihat gurunya sampai saat itu masih tetap diam saja.   Sementara itu Ki Go-thian bertambah sengit demi nampak orang yang dibentaknya itu sama sekali tidak ambil pusing padanya, tiba2 ia sambar kaki meja itu menjadi patah terus ditimpukannya kearah orang aneh itu.   Jarak mereka ada beberapa tombak jauhnya, kaki meja yang bulat tengahnya hampir sebesar lengan manusia itu menyambar kedepan dengan pelahan kelihatannya tapi membawa suara menderu yang sangat mengejutkan, suatu tanda betapa hebat Lwekang Ki Go-thian yang dimilikinya.   Kalau mula2 kaki meja itu menyambar perlahan, tapi sampai akhirnya mendadak bisa cepat sekali terus menyambar kemuka orang aneh itu.   Luar biasa caranya orang aneh itu menyambut serangan itu, begitu kaki meja itu sudah dekat dan lagi yang menyaksikan sudah menjerit kaget tahu2 sebelah tangannya membalik ke atas sambil kepalanya itu dengan sedikit miring, maka kaki meja itu telah kena dipegangnya dengan tepat.   Cuma saja orangnya berikut kursi yang didudukinya itu terus memberosot beberapa kaki jauhnya kebelakang.   Maka terdengarlah suara "uh-uh"   Yang tak lampias dari tenggorokan orang aneh itu sambil kepalanya miring2 seperti ingin mendengarkan sesuatu.   Agaknya ingin mengetahui siapakah gerangannya yang memiliki tenaga dalam selihay itu hingga melalui sebatang kaki meja yang dipegangnya itu dapat menumbuknya sampai meluncur kebelakang beberapa kaki jauhnya ! Kalau orang aneh itu heran dan terkejut, adalah Ki Go-thian lebih2 heran dan terkejut.   Kalau menurut perhitungannya, dijagat ini belum pernah ada orang yang sanggup menyambut timpukan sebatang kaki mejanya seperti tadi itu, andai kata sekarang ada, sedikitnya orang-orang itu akan terjungkal roboh dan terluka dalam oleh Lwekangnya yang lihay, namun sekarang orang aneh itu hanya tergoncang mundur dengan kursinya, sedangkan orangnya tak kurang suatu apapun.   Sungguh tidak kepalang kagetnya, ia coba meng-amat2i orang aneh itu, tapi kecuali wajahnya yang jelek rusak hingga usianya yang sebenarnya susah diduga, tanda-tanda pengenal lainnya tidak dilihatnya.   "Boleh juga kepandaianmu agaknya?"   Katanya kemudian mengejek.   "Kalau ada seorang Siau Jiau, rupanya sekarang muncul seorang seperti kau, rasanya kalau sekarang Siau Jiau berada disini, diapun takkan melebihi kau. Hai, siapa kau ?"   Akan tetapi mata orang aneh yang buram itu tetap berkedip-kedip saja tanpa menjawab dan tidak menggubris.   Ki Go-thian jadi hilang sabarnya, perlahan-lahan ia berbangkit dan melangkah maju, sesudah setombak jauhnya dari orang aneh itu, mendadak ia membentak lagi.   "Apa benar kau tidak mau berdiri ?!"   Karena sudah naik darah, maka bentakannya ini telah dikerahkan sepenuh tenaga dalamnya.   Benar juga, tidak saja orang aneh itu melompat bangun karena tersentak kaget, bahkan Li Pong, Jing-ling-cu dan lain-lainnya jago juga berjingkrak terkejut, lebih jago2 yang sedikit rendah kepandaiannya, banyak yang bergetar roboh dan ada yang ter-kencing2.   Walaupun begitu, keadaan sudah kelihatan memuncak genting, segera Jing-ling-cu dan lain-lain terus mengambil tempat kedudukan mengepung untuk siap sedia membantu sobat aneh itu bila sudah mulai bergebrak.   Tindakan Jing-ling-cu itu bukannya tidak diketahui Ki Go- thian, tetapi ia hanya melirik saja dengan tersenyum dingin, lalu melangkah maju lagi dengan perlahan.   Meskipun orang aneh tadi melonjak bangun terkejut oleh bentakan Ki Go-thian, tapi secepat itu pula ia dapat bersikap tenang dan tampak ter-heran2 suara apakah yang telah membikin kaget padanya itu.   Untuk sejenak Ki Go-thian curahkan seluruh perhatiannya kepada orang aneh itu, mendadak ia angkat tangannya terus memukul kedepan dengan perlahan, pukulan ini mula2 memang dilihatnya perlahan, tetapi sesudah dekat, tiba2 menjadi cepat luar biasa.   Sebab pukulan itu datangnya mula2 tanpa suara, maka orang menduga pasti orang aneh itu akan dirobohkan segera, siapa tahu sekonyong-konyong orang aneh itupun angkat sebelah tangannya memapak pukulan yang sudah dekat itu, maka terdengar suara "plak"   Yang keras, disusul oleh suara suitan Ki Go-thian yang panjang.   Kiranya waktu itu Ki Go-thian lontarkan tenaga dalam pada pukulannya itu, ketika mendadak merasa semacam tenaga besar menumbuk ketelapak tangannya, segera ia kerahkan tenaganya lagi lebih besar.   Maka sehabis kedua tangan saling beradu, Ki Go-thian masih tetap berdiri ditempatnya, sebaliknya orang aneh itu mengeluarkan suara "uh"   Dan orangnya tergetar dua tindak.   Nyata dengan adu tenaga tadi, sudah kelihatan Tok-poh- kian-gun Ki Go-thian lebih unggul dari pada si orang aneh itu.   Karuan Ki Go-thian makin mendapat angin, sikapnya lebih jumawa dengan sinar mata mengejek ia mengerling sekitarnya.   Saat itu, karena melihat orang aneh itu rupanya juga tidak sanggup menandingi Ki Go-thian, maka Jing-ling-cu, Li Pong dan lain2 sudah mulai merubung maju.   Tapi tertatap sinar kerlingan mata Ki Go-thian itu seketika mereka merandek jeri.   "Hm, apakah kalianpun ingin maju berbareng?"   Ejek Ki Go- thian dengan senyuman sinis.   "Tapi menurut aku, kalian tak ada gunanya. Siapakah bala bantuan aneh yang kalian undang ini ? Orang yang sanggup menyambut sekali pukulanku dari depan, diseluruh jagat ini mungkin hanya dia ini saja !"   "Hm, belum pasti benar!"   Tiba2 suara seorang mengejek.   Dialah Wi Ko.   Ki Go-thian menjadi gusar, ia memutar tubuh dan hendak membentak siapa yang sanggup melawannya lagi.   Tak terduga pada saat itu juga, si orang anehpun mendadak mungkur hingga membelakangi Ki Go-thian, habis itu tiba2 sikutnya menyerang kepinggang orang.   Karena tak ber-jaga2, hampir saja Ki Go-thian termakan, namun dia bukan jagoan kalau begitu mudah diserang, begitu merasa angin menyambar, segera ia mengisar kesamping, berbareng kelima jarinya bagai cakar terus mencengkeram sikut orang aneh itu.   Tapi orang aneh itupun cepat luar biasa, sekali tangannya ditarik kembali, orangnya terus memutar lagi dan berbalik kelima jarinya juga hendak menjangkau pergelangan tangan Ki Go-thian.   "Haha, tampaknya kedua matamu sudah buta, biarlah aku mengalah beberapa jurus padamu!"   Ki Go-thian tertawa.   Berbareng itu juga dengan bajunya terus mengebas.   Tenaga yang ditimbulkan kebasan bajunya Ki Go-thian itu, tadi Wi Ko, Li Pong dan Boh Hoat Sutay sudah merasakan lihaynya.   Kini orang aneh itu dekat jaraknya, mereka menduga pasti susah menghindarkan diri.   Diluar dugaan, tiba-tiba orang aneh itu hanya miringkan tubuhnya kesamping, sedangkan kakinya masih tetap melengket ditempatnya, maka tenaga kebasan Ki Go-thian yang maha besar itu hanya nyamber lewat disampingnya.   Ketika orang aneh itu menyikut tadi, Ki Go-thian telah dapat mengenalinya sebagai ilmu "Jian-kin-jun-tui"   Atau sikutan beribu kati dari Ngo-tay-pay, ia menjadi sangsi apakah orang ini barangkali adalah angkatan tua dari Ngo-tay-pay.   Kini melihat lawan menghindarkan tenaga kebasan dengan tubuh miring, tapi kaki tetap melengket ditanah, itulah gerakan "Lip-the-seng-kin"   Atau berdiri ditanah tumbuh akar, yaitu ilmu kepandaian tunggal dari Khong tong pay. Ia menjadi heran dan terkejut sekali. Maka iapun tidak berani memandang enteng lagi bentaknya pula.   "Bagus kiranya kau kangzusi.com   mahir dari berbagai cabang kepandaian ini, terima lagi pukulanku !"   Berbareng itu kembali telapak tangannya memukul lagi kedepan.   Pukulan ini dahsyat luar biasa dan berbeda dengan pukulan pertama tadi yang mula2 perlahan dan keras belakang.   Tapi sekali ini begitu dilontarkan segera menimbulkan tenaga maha besar.   Sekalipun In Thian-sang yang terkena dengan pukulan geledeknya, kalau dibandingkan pukulan Ki Go-thian ini, mau tak mau ia harus kagum dan mengaku asor.   Merasa pukulan sehebat itu, orang aneh itu mundur setindak dahulu, habis itu "blang"   Iapun memukulkan sebelah telapak lengannya yang keras, hingga kembali kedua tangan saling beradu.   Maka tertampaklah sesosok tubuh mencelat jauh ke belakang, sesudah berjumpalitan diudara, kemudian menurun lagi ditanah.   Yang mencelat itu ternyata si orang aneh lagi.   Tampak ia celingukan pula kian kemari dengan sikap terkejut dan heran oleh tenaga pukulan lawan tadi.   "Bagus, ternyata kau sanggup menerima dua kali pukulanku secara berhadapan,"   Seru Ki Go-thian, habis itu, kedua lengan bajunya berterbangan, segera ia merangsang maju lagi.   Nampak suasana lagi meruncing, diam2 Li Pong menaksir sobat aneh itu betapapun pasti bukan tandingannya Ki Go- thian.   Kepandaian orang aneh itu sudah pernah disaksikannya, yaitu ketika ditengah jalan bertemu dengan Lou Jun-yan, dan orang aneh itu telah merebut golok pusakanya.   Teringat akan itu, hatinya tergerak, ia pikir kalau orang aneh itu diberi pinjaman golok pusaka Pek-lin-to yang juga pandai memainkan Liok-hap-to-hoat itu, mungkin akan dapat melawan Ki Go-thian.   Maka dengan cepat Pek-lin-to disiapkannya ditangan, ketika melihat orang aneh sedang kececer, segera ia hendak angsurkan golok ketangannya.   Akan tetapi keburu Ki Go-thian merangsang maju lagi dengan hantamannya yang hebat, angin pukulannya begitu hebat hingga Li Pong terpaksa melompat mundur, gagal memberikan golok pada orang aneh itu.   Nyata, pertarungan diantara dua tokoh raksasa itu berbeda daripada pertandingan jago silat biasa, setiap gerak gerik mereka selalu membawa tenaga maha besar hingga susah didekati orang luar.   Terpaksa Jing-ling-cu, Li Pong dan lain2 hanya bisa menonton belaka dengan hati kebat kebit, jalan lain tidak ada kecuali nanti bila memang benar si orang aneh sudah kewalahan, barulah mereka akan mengerubut maju mati2an.   Dalam pada itu, pertarungan kedua orang itu semakin seru.   Walaupun orang aneh itu kalah dalam hal penglihatan, tetapi gerak geriknya ternyata cukup tangkas dan gesit, hingga dapat melawan Ki Go-thian yang terus melancarkan serangan hebat.   Begitu sengit dan luar biasa pertarungan mereka itu, hingga sekalipun jago2 kawakan seperti Jing-ling-cu dan lain2 ikut ternganga karena kesima, lebih2 Lou Jun-yan, sama sekali tak menduga bahwa kedatangan Ki Go-thian ke Ciok-yong- hong ini sebenarnya gara-gara pancingannya dengan mencatut nama dua paderi sakti yang katanya tinggal dipegunungan Khong-tong-san.   Siapa tahu kini si orang-aneh itulah yang harus menandingi Ki Go-thian sendirian.   Bila Jun- yan berpaling kearah Jiau Pek-king, ia lihat sikap sang guru itu sangat aneh juga sejak tadi masih tinggal diam2 saja, hanya perhatiannya se-akan2 dicurahkan untuk mengamat-amati setiap gerak gerik si orang aneh.   Pertandingan sengit itu terus berlangsung hingga berpuluh jurus, sampai akhirnya mendadak terdengar suara "plak"   Yang sangat keras, kedua orang itu tahu-tahu berpisah, orang aneh itu tampak terhuyung-huyung kebelakang hingga beberapa tindak seperti orang kena terpukul, tetapi tampaknya toh tidak terluka, mungkin hanya tergetar mundur oleh tenaga pukulan Ki Go-thian saja.   Pendekar Misterius Karya Gan Kl di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Sesudah tergetar mundur, dari tenggorokan orang aneh itu kembali mengeluarkan suara tak lampias seperti ingin berkata sesuatu, namun tak terucapkan, sebaliknya Ki Go-thian terus membentak .   "Bocah hebat, mampu kau bergebrak tujuh puluh dua jurus dengan aku. Hari ini kalau aku tidak membunuh kau bagaimana jadinya kelak kalau lewat beberapa tahun lagi?"   Nyata, karena wajah orang aneh itu sudah rusak hingga susah diketahui dengan pasti umurnya, maka Ki Go-thian menaksir orang hanya setengah tua saja.   Sebab itulah, habis berkata, kembali ia merangsak maju lagi.   Ketika orang aneh itu tergetar mundur, Li Pong merasa kesempatan baik itu jangan disia-siakan, maka cepat ia melompat maju pula untuk mengangsurkan goloknya sambil berseru;   "Terima senjata ini!"   Tetapi bukannya menerima sebaliknya orang aneh itu malah mundur setindak lagi.   Dan pada saat itulah, tahu2 Ki Go-thian sudah mendekat, Li Pong merasa semacam tenaga maha besar se-akan2 menindih keatas dadanya, tanpa pikir lagi goloknya dia babatkan kesamping dengan gerakan Lam- tau-liok-sing atau enam bintang dilangit selatan.   Namun sungguh sangat cepat gerak tubuhnya Ki Go-thian, belum lagi serangan Li Pong mencapai sasarannya atau pukulan Ki Go-thian sudah mendahului menyambar, dimana pukulan anginnya sampai, seketika ujung golok Li Pong menceng kesamping.   Golok yang tadinya membabat kearah Ki Go-thian, kini berbalik membacok kepala orang aneh.   Karuan Li Pong terkejut, lekas2 ia hendak menarik kembali, namun betapa besar samberan angin Ki Go-thian itu, terang tidak keburu lagi tampaknya sekejap saja pasti orang aneh itu akan terbelah menjadi dua, siapa duga sekonyong-konyong orang aneh itu telah mengisar sedikit kesamping, berbareng sebelah tangannya terus memapak pergelangan tangan Li Pong yang memegang golok itu.   Begitu cepat perubahan itu hingga Li Pong merasa pergelangan tangannya tergencet, habis itu, golok Pek-lin-to sudah berpindah tangan kena dirampas oleh orang aneh itu.   Semula Li Pong terperanjat, tapi bila dipikir lagi, ia menjadi girang.   Memangnya ia hendak meminjamkan goloknya itu kepada si orang aneh, kini senjata itu benar2 sudah ditangan orang, apakah itu bolehnya disambut atau dirampas, bukankah serupa saja ? Sebaliknya demi orang itu sekarang memegang senjata gara2 Li Pong, Ki Go-thian menjadi murka, ia memburu maju dan menyerang tapi terhalang oleh sinar golok yang telah diputar oleh si orang aneh, maka gerak gerik serangannya itu terus kesampok kesamping menuju Li Pong.   Untuk menghindar terang tidak sempat lagi, dalam keadaan terpaksa, mau tak mau Li Pong harus bertahan, lekas2 ia kerahkan seluruh tenaga pada kedua tangannya terus memapak kedepan.   Namun tiba2 terasa dadanya menjadi sesak napasnya se-akan2 putus, matanya ber-kunang2 dan telinga mendenging.   Melihat Li Pong terancam bahaya, tanpa berjanji, In Thian sang dan Cio Ham telah melesat maju berbareng.   In Thian- sang terus memukul dengan pukulan geledeknya, sedang Cio Ham menusuk dengan pedangnya.   Tenaga pukulan Ki Go-thian yang menyebabkan Li Pong terluka parah itu ternyata belum reda sehingga masih saling bentur dengan pukulan In Thian-sang yang sedang dilontarkan.   Maka dua tenaga keras seketika bertemu, tahu- tahu In Thian-sang yang menjerit, orangnya terpental pergi lebih setombak jauhnya, darah segarpun kontan menyembur keluar dari mulutnya.   Nyata luka yang dideritanya terlebih parah dari pada Li Pong.   Selama hidupnya entah sudah berapa banyak In Thian- sang menghadapi pertarungan besar, tetapi belum pernah ia dikalahkan dalam hal tenaga pukulan.   Tetapi kini belum lagi sejurus ia sudah keok dibawah tangannya Ki Go-thian hingga muntah darah.   Maka dapatlah dibayangkan betapa hebat ilmu Ki Go-thian, kalau bukan martabatnya yang rendah dalam hal ilmu silat, sebenarnya ia tidak malu bila disebut yang dipertuan agung dipersilatan.   Dalam pada itu tusukan pedang Cio Ham tadi juga sudah tinggal beberapa senti dari perutnya, namun tiba2 Ki Go-thian menjentikkan jarinya kebawah, alangkah terkejutnya ketika tahu2 Cio Ham merasa pedangnya patah menjadi dua.   Dalam kagetnya ia cepat melompat mundur dengan terkesima.   Pada saat Cio Ham menyerang itu, Tai-lik kim-kong Tong Po tidak mau ketinggalan, sekali membentak, dengan perisai bajanya yang antap itu terus mengepruk keatas kepalanya Ki Go-thian, tepat pada saat itulah Cio Ham kaget melompat mundur, maka kepalan Ki Go thian terus dipindahkan memapak perisainya Tong Po.   Segera terdengar suara gemerontang yang sangat keras, tubuh Tong Po yang besar itu terpental pergi menggeletak ditepi jurang, hampir2 saja terperosot kebawah, dan tidak berkutik lagi.   Lekas2 Cio Ham mendekat sang suami, tapi ia mendapatkan Tong Po sudah tak bernyawa pula.   Rupanya tergetar oleh Lwekang Ki Go-thian yang maha hebat itu hingga seketika jantungnya berhenti berdenyut.   Karuan air mata Cio Ham bercucuran dengan murkanya ia memutar tubuh terus hendak adu jiwa juga pada Ki Go-thian, sukur Jing-ling-cu dan Boh-hoat Suthay keburu mencegahnya, ujar mereka.   "Sabarlah Tay-jing-sian-cu. Hari ini kaum Bulim kita sedang menghadapi saat hidup atau mati, bila kita keburu napsu bertindak tanpa berpikir, bukankah akan korban sia2."   Sungguh lihay luar biasa Ki Go-thian itu hanya dalam sekejap saja orang aneh itu didesak mundur, Li Pong disampok terluka, In Thian sang terbentur hingga muntah darah, Cio Ham dipatahkan pedangnya dan Tong Po malahan melayang jiwanya.   Kini jagoan yang terkemuka yang tinggal disitu antara lain adalah Jing-ling-cu, Wi Ko, Boh-hoat Suthay, Jun-yan serta gurunya, Jiau Pek-king yang sejak tadi tidak ambil tindakan apa-apa.   Diam2 Wi Ko membisikkan Jun-yan.   "Sebentar bila perlu biar kita ber-ramai2 mengerubut maju, terhadap seorang iblis laknat macam Ki Go-thian ini, kita tidak perlu lagi bicara tentang etiket segala. Cuma kau harus berhati hati2 !"   "Ai, semua gara-garaku !"   Ujar Jun-yan sambil menghela napas.   "Sebab apakah ?"   Tanya Wi Ko heran.   "Ya, sebab akulah yang memancing Ki Go thian kesini dengan menyatakan bahwa dua paderi sakti dari pegunungan Khong-tong-san yang tersohor namanya, tapi belum pernah dilihat orangnya itu, akan hadir kemari. Siapa tahu, Ki Go- thian datang benar2, dan kedua paderi sakti itu tentu saja takkan terdapat disini."   "Memang kedua paderi sakti itu takkan datang kesini lagi !"   Tukas Wi Ko.   "Eh, dari mana kau tahu ? Apakah kau kenal mereka ?"   Tanya Jun-yan.   "Aku kenal mereka, malahan kenal baik sekali,"   Ujar Wi Ko dengan perlahan.   "Mereka bukan lain adalah guruku yang berbudi itu. Tapi sayang, mereka sudah wafat tahun yang lalu, dengan sendirinya takkan datang kesini lagi."   Jun-yan terkesiap oleh keterangan itu.   Dan selagi hendak menanya pula, se-konyong2 terasa samberan angin yang sangat keras, tahu2 dirinya telah ditarik melompat kesamping oleh Wi Ko.   Kiranya pada saat itu si orang aneh telah ayun golok Pek- lin-to membabat kearah Ki Go-thian, tetapi dapat dihindarkan, sebaliknya serangan yang masih nyamber dengan hebatnya itu hampir2 mengenai Jun-yan yang berdiri disamping.   Kebetulan tempat yang mana Wi Ko berpijak itu tepat dibelakangnya Ki Go-thian.   Pikiran Wi Ko tergerak, cepat ia dorong Jun-yan kepinggir lagi, lalu ia sendiri kerahkan seluruh tenaga terus melontarkan pukulan ke-punggung iblis itu.   Tak terduga, mendadak Ki Go-thian mendak kebawah menghindarkan serangan golok si orang aneh yang saat itu lagi membabat pula, berbareng itu tubuhnya memutar sambil kebaskan lengan bajunya hingga daya pukulan Wi Ko tadi kena dipatahkan.   Malahan sebelah tangannya itu terus menghantam kearah Wi Ko sembari membentk.   "Ha, bocah berani membokong !"   Sungguh terkejut sekali Wi Ko atas kesempatan lawan, dia menduga dirinya takkan sanggup menangkis pukulan orang yang maha hebat itu, cepat2 ia berkelit, maka terdengarlah suara "blang"   Yang keras, sebuah batu besar dibelakangnya telah hancur kena tenaga pukulan Ki Go-thian.   Dilain pihak, si orang aneh itu telah mencecar Ki Go-thian pula dengan permainan goloknya yang lihay.   Yang aneh yalah gerak serangan golok itu bukan lagi merupakan ilmu golok tetapi lebih mirip ilmu pedang.   "Li heng itu toh bukan Liok-hap-to-hoat golonganmu?"   Tanya Jing-ling-cu pada Li Pong.   "Ya, bukan Liok-hap-to-hoat,"   Sahut Li Pong.   "Jing-ling Tothiang, kau adalah akhli pedang tentu kau dapat menyelami sedikit gaya permainan golok itu."   "Sungguh memalukan aku sendiripun tidak tahu,"   Sahut Jing-ling-cu. Tiba2 Thay-jing-siancu membisiki mereka;   "Ilmu permainan golok sobat aneh itu kenapa mirip benar dengan ilmu pedang Khong Siau-lin dari Siangyang dahulu?"   Hati semua orang tergerak mendengar nama Khong Siau- lin disebut.   Jago angkatan tua itu terkenal sebagai gurunya Jiau Pek-king yang selisih usianya tidak banyak, dan telah menghilang lebih tiga puluh tahun yang lalu ketika dalam suatu perjalanan jauh sama Jiau Pek-king.   Sedang men-duga2 diri sobat aneh itu, pada saat itulah tiba2 Jiau Pek-king menggerang sekali, berbareng orangnya terus maju, sekali Tun-kau-kiam bergerak, segulung sinar hijau segera mengurung keatas kepala Ki Go-thian.   Jadi sekarang Ki Go-thian dikeroyok dua.   Melihat Jiau Pek-king sudah bertindak, Wi Ko pun tidak mau ketinggalan lagi, kembali ia pun menerjang maju dengan pukulan yang cukup lihay.   Ketika merasa serangan pedang Jiau Pek-king menyambar, Ki Go-thian sempat menghindarkan bacokan si orang aneh berbareng tubuhnya meluncur kesamping dan tangannya membalik, hendak merebut pedangnya Jiau Pek-king, sedang lengan baju sebelah lain terus mengebas mendesak Wi Ko kebelakang.   Sekali bergerak menghalau tiga serangan.   Melihat Jiau Pek-king yang sejak tadi diam saja, dan kini mendadak ikut menyerbu maju, Jing-ling-cu dan lain-lain menjadi heran, tetapi merekapun lantas bersiap-siap menanti kesempatan baik untuk menerjang.   Dalam pada itu ketika Ki Go-thian harus menghindarkan diri lagi dari suatu serangan si orang aneh yang dipandangnya paling tangguh diantaranya tiga lawan itu, diluar dugaan tusukan pedang Jiau Pek-king menyusul tiba juga, lekas-lekas ia meloncat setinggi dua tombak ke atas, habis itu terus menubruk kebawah mengarah Wi Ko yang dianggap lawan terlemah.   Namun begitu, tidak urung lengan bajunya sudah berlubang tertusuk pedangnya Jiau Pek-king.   Maka berserulah Ki Go-thian sembari menubruk kebawah.   "Aha, Siau Jiau kiranya sudah berada disini. Tapi kenapa kau menjadi penakut begini, diam2 menyamar lalu mengeroyok?"   "Benar, memang aku sudah ada disini,"   Sahut Jiau Pek-king dingin.   "Tetapi apakah kau pun tahu sobat aneh ini siapa?"   "Siapa dia? katakan lekas !"   Bentak Ki Go-thian sambil menyerang.   "Siapa dia? Apakah kau tidak kenal ilmu pedangnya yang dimainkan dengan golok itu,"   Sahut Jiau Pek-king dengan berkelit.   "Dia bukan lain adalah Siang-yang-kiam-sin (jago pedang sakti dari Siangyang) Khong Siau-lin!"   "Ha, Khong Siau-lin?"   Seru Ki Go-thian terkejut.   "Bukankah sudah berpuluh tahun Khong Siau-lin hilang tak diketahui mati hidupnya?"   "Ya, dan sekarang Khong-kiam-sin itu telah menjelma kembali!"   Kata Jiau Pek-king sambil tersenyum.   Diam2 Ki Go-thian memikir, apabila benar orang aneh ini adalah Khong Siau-lin, maka pastilah merupakan seorang lawan yang tangguh, untuk menangkan dia masih belum berani yakin.   Apalagi kini lawan dibantu Jiau Pek-king dan Wi Ko, kalau melihat keadaannya, orang aneh ini seperti kurang waras.   Jalan satu-satunya aku harus membinasakan orang aneh ini lebih dulu, habis itu satu persatu aku akan bereskan yang lain.   Setelah mengambil ketetapan itu, segera ia pusatkan serangannya kepada orang aneh itu, keroyokan Jiau Pek-king dan Wi Ko yang dipandang enteng itu hanya sekali-dua ditangkisnya atau cukup dengan tenaga kebasan lengan bajunya akan membikin kedua orang itu terpaksa mundur.   Suatu ketika si orang aneh itu membabat dengan goloknya sembari meloncat keatas mengelakkan serangan itu, berbareng Ki Go-thian terus menabok dengan telapak tangan kanannya kebatok kepala lawannya.   Begitu cepat dan lihai serangan itu hingga tampaknya kepala orang aneh itu pasti akan remuk kena digaplok.   Syukurlah dari samping Jiau Pek-king dan Wi Ko cepat bertindak.   Jiau Pek-king menusuk dengan pedangnya, terpaksa Ki Go-thian tarik kembali serangannya itu, sedang Wi Ko terus melontarkan serangan dengan kedua tangannya, dengan maksud menahan tenaga gaplokan Ki Go-thian keatas kepala orang aneh itu.   Ternyata babak ini adalah babak yang menentukan.   Ki Go- thian sudah ambil keputusan sekali pukul harus bereskan orang aneh itu meskipun ia harus terima resiko pengeroyokan dari Jiau Pek-king.   Namun begitu dia masih sempat depakkan kakinya kebatang pedang Jiau Pek-king yang menusuk kearahnya itu, begitu besar tenaga depakannya hingga meski pedangnya yang didepak, tapi tidak urung Jiau Pek-king kena digetarkan roboh.   Dipihak lain gerakan si orang aneh juga tidak kalah sebatnya, sedikit Ki Go-thian ayal karena kaki dan tangannya meski bekerja semua goloknya telah diputarnya kembali dan dengan gaya pedang terus menusuk keperut Ki Go-thian yang sudah mulai menurun dari atas.   Sebaliknya pukulannya Ki Go- thian tadi masih digablokkan keatas kepala si orang aneh, cuma tenaganya sudah berkurang karena rintangan Wi Ko tadi.   Maka terdengarlah suara "crak", disusul dengan suara gedebukan badan manusia beberapa kali.   Saking ngerinya dan luar biasa adegan itu sampai Jing-ling-cu dan lain2nya sama menjerit dengan pejamkan mata, mereka menduga sekali ini pastilah tamat riwayatnya dengan terbinasanya si orang aneh yang mereka andalkan itu.   Diluar dugaan, ketika mereka membuka mata ternyata Ki Go-thian sudah menggeletak tanpa berkutik pula, ulu hatinya berlubang memancurkan darah, sedangkan orang aneh itupun terguling ditanah tak sadarkan diri.   Wi Ko termangu2 kaku ditempatnya, dan Jiau Pek-king tampak sedang merangkak bangun dari jatuhnya tadi.   Kiranya terbinasalah Ki Goan-thian itu disebabkan tusukan golok si orang aneh ketika kakinya menjejak pedangnya Jiau Pek-king, sebaliknya orang aneh itupun terjungkal pingsan oleh samberan angin pukulan Ki Go-thian, untung Wi Ko mendahului hantamkan kedua tangannya hingga tenaga pukulan Ki Go-thian telah banyak dipatahkan, bila tidak, pasti batok kepala orang aneh itu sudah pecah berantakan.   Dan sesudah merangkak bangun serta melihat keadaan disekitarnya, segera Jiau Pek-king menubruk ketempat orang aneh itu, ia pegang urat nadi orang dan mendapatkan keadaannya baik2 saja, cepat ia mengurut badan orang aneh itu hingga sejenak kemudian orang itu tampak siuman kembali.   Tapi demi orang aneh itu membuka matanya, seketika memancarkan sinar mata yang berkilat2.   Berbeda sekali dengan sorot matanya yang buram tadi.   Karuan Jiau Pek-king sangat girang, segera ia pegang pundak orang dan dibangunkan, saking terharunya sampai ia tidak sanggup ber- kata2.   Semua orang menjadi bingung oleh kelakuan Jiau Pek-king itu.   Sebaliknya orang aneh itu ikut heran ketika melihat Jiau Pek-king berada dihadapannya dan disamping masih terdapat kawan2 yang sebagian besar tak dikenalnya.   "Pek...Pek King, kiranya kau!"   Tiba-tiba orang aneh itu dapat bersuara.   "Ya suhu, memang murid adanya,"   Sahut Jiau Pek-king terharu.   Tercenganglah semua orang mendengar itu.   Orang itu dipanggil suhu oleh Jiau Pek-king, jadi dia itulah Khong Siau- lin, dan bukan Siang Hiap yang mereka sangka.   Lantas mengapa sebelum ajalnya Cu Hong tin telah berlutut minta ampun kepada orang aneh itu dan menyebutnya sebagai Siang Hiap ? Kiranya pada waktu semua pada datang ke Ciok-yong-hong Cu Hong-tin juga sudah tiba.   Cuma waktu melihat Jiau Pek- king juga hadir dengan menyamar sebagai Hwe Tek, sebagai orang pengecut, cepat ia tinggal pergi lagi.   Pendekar Misterius Karya Gan Kl di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Tapi malang baginya, ditengah jalan ia kepergok Ki Go-thian hingga kena dilukai, maka kembali ia berlari keatas Ciok-yong-hong dan akhirnya terbinasa disitu.   Mengenai Siang Hiap mendadak bisa berubah menjadi Khong Siau-lin, hal itu memang yang tidak tahu duduknya perkara menjadi heran dan bingung.   Sebaliknya sejak mula Jiau Pek-king memang sudah meragukan orang aneh itu sebagai Siang Hiap ketika setiap gerak-geriknya mirip sang guru yang sudah sangat dikenalnya itu.   Dahulu waktu mereka berkelana kedaerah Biau, secara kebetulan Khong Siau-lin juga telah ikut memperebutkan Seng-co suku Biau yang kedelapan dan berhasil mendudukinya.   Karena tujuan mereka kedaerah Biau hendak menyelidiki rahasia kitab Siau-yang-chit-kay, maka Jiau Pek-king coba minta sang guru membatalkan niatnya menjadi Seng-co.   Tapi Khong Siau-lin berlainan pendapat, ia anggap dengan menduduki suku Biau itu akan memudahkan penyelidikannya.   Sebab pertentangan pendapat itu, kemudian Jiau Pek-king kembali kedaerah Tionggoan sendiri dan bungkam seribu bahasa tentang sang guru itu.   Sehabis menjabat Seng-co kedelapan, pada suatu hari, selagi Khong Siau-lin mengadakan penyelidikan ditengah gunung didaerah Biau itu, dipergoki seorang berlari2 diantara hutan belukar itu seperti orang linglung.   Segera ia memburunya, tapi sesudah dekat, ia dapatkan muka orang sudah rusak membusuk.   Kiranya orang itu bukan lain dari pada Siang Hiap yang melarikan diri dari rumah penduduk Biau itu ketika ditinggalkan sang isteri, yaitu Ang Jing-kin yang pergi mencari obat baginya.   Karena racun luka dimukanya itu sudah terlalu hebat, Siang Hiap tidak tahan lagi, ia roboh pingsan.   Waktu Khong Siau-lin berusaha menyadarkannya, tapi napasnya sudah lemah, ia hanya sempat mengeluarkan kata2 Jing-kin ber-ulang2 sambil menunjuk kearah pegunungan lalu menghembuskan napas yang terakhir.   Si orang cakap ganteng yang digilai banyak gadis diantaranya seperti To Hiat-koh akhirnya terbinasa ditanah Biau.   Khong Siau-lin mengulangi kata2 Jing-kin itu, ia menduga itu pasti nama seorang wanita.   lapun heran kenapa Siang Hiap menunjuk kearah pegunungan yang tidak pernah dijajah manusia itu.   Segera ia melanjutkan perjalanannya dipegunungan itu dan akhirnya mendapatkan Ang Jing-kin menggeletak ditepi kolam dan napasnya sudah tinggal senin kemis.   Dalam keadaan tak sadar, Ang Jing-kin sempat menyerahkan kain sutera merah dan Tun-kau-kiam kepada Khong Siau-lin yang disangkanya suaminya sendiri, lalu menghembuskan napas yang penghabisan.   Dengan terharu Khong Siau-lin kembali ke kediamannya, ia simpan pedang dan kain sutera itu dalam gua tempat suci Seng-co.   Pada masa itulah, diam2 ia mencintai seorang gadis Biau yang cantik.   Akan tetapi menurut adat bangsa Biau, seorang gadis yang berani berhubungan gelap dengan Seng- co dianggap suatu dosa besar.   Diluar tahu Khong Siau-lin, diam2 gadis itu dibakar hidup2 oleh suku bangsa mereka.   Waktu Khong Siau-lin mengetahui, keadaan sudah terlambat, api sudah berkobar-kobar dan gadis itu sudah terbakar.   Dengan kalap Khong Siau-lin membinasakan beberapa orang Biau, terus menerjang ke dalam lautan api, ia dapatkan gadis buah hatinya sudah hangus.   Sungguh tidak kepalang pedih hatinya, ia menubruk keatas mayat yang sudah berwujut arang itu sambil menangis keras2.   Sementara itu orang Biau sama ketakutan dan melarikan diri ketika beberapa kawannya dibinasakan Seng-co mereka.   Akhirnya Khong Siau- lin kemudianpun jatuh pingsan diatas mayat gadis Biau itu.   Bila ia dapat siuman kembali, pikirannya telah berubah kurang waras, menjadi seorang gendeng dan mukanya terbakar rusak.   Satu2nya yang masih dapat diingat olehnya hanya nama Jing-kin yang didengarnya paling akhir itu.   Sebab itulah, ketika akhirnya ter-lunta2 sampai di pegunungan Heng San dan diketemukan Jing-ling-cu, yang masih diingatnya juga melulu Jing-kin saja dua huruf.   Dan secara kebetulan sekali, ketika digaplok Ki Go-thian, beruntung tenaga pukulan itu kena ditahan oleh Wi Ko, hingga Khong Siau-lin hanya terpukul pingsan, bahkan karena pukulan itu menggetarkan otaknya dan jernih kembali pikirannya.   Begitulah sesudah Khong Siau-lin menceritakan pengalamannya itu, barulah semua orang mengerti duduk perkaranya.   "Jun-yan lekas kau kemari memberi hormat pada Suco!"   Seru Jiau Pek-king kemudian. Dengan lincah Jun-yan lantas menjura pada orang aneh alias Khong Siau-lin, katanya kemudian.   "Pantas Su-co menganggap diriku sebagai Jing-kin serta selalu membela padaku, tapi memang tidak salah juga kalau seorang Su-co harus melindungi cucu muridnya!"   Khong Siau-lin tertawa oleh kata2 si gadis yang genit itu. Sebaliknya Jiau Pek-king terus mengomelnya.   "Suhu,"   Kata Jun-yan pula.   "jelek2 Tecu telah berjasa bukan? Kalau bukan Tecu yang memancing Ki Go-thian kesini, tentu suco takkan dapat dikenal dan dipulihkan ingatannya bukan?"   Jiau Pek-king benar2 kewalahan oleh kenakalan murid itu. Ia hanya bisa geleng2 kepala sambil menghela napas. Segera Jun-yan menambahi pula.   "Dan sekarang Tecu mohon perkenankan suhu mengizinkan tecu menyusul A Siu kedaerah Biau untuk beberapa bulan lamanya, A Siu tentu telah pulang kekampung halamannya sana bersama Ti Put- cian yang dicintainya itu!"   Habis berkata tanpa menunggu jawaban, tangan Wi Ko lantas ditariknya dan berlari kebawah gunung sambil tertawa ter-kikih2 genit... TAMAT      Tiraikasih Websitehttp.//kangzusi.com         Tiraikasih Websitehttp.//kangzusi.com          Geger Solo Karya Kho Ping Hoo Suling Pusaka Kumala Karya Kho Ping Hoo Sepasang Pendekar Perbatasan Karya Chin Yung

Cari Blog Ini