Ceritasilat Novel Online

Si Angin Puyuh Tangan Kilat 26


Si Angin Puyuh Si Tangan Kilat Karya Gan Kh Bagian 26


Si Angin Puyuh Si Tangan Kilat Karya dari Gan Kh   "Thio toasiok kau benar-benar seorang baik. Belum lagi aku mengucapkan terima kasih kepada kau."   "Terima kasih apa, kata katamu ini malah anggap aku ini orang luar saja. Asal-usulmu tidak perlu kaukatakan kepadaku sebaliknya ada sesuatu hal yang perlu kuberitahu kepada kau."   Melihat roman muka tiba-tiba menunjukkan rasa gelisah dan hambar seolah olah ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, keruan Ong Kiat bercekat dibuatnya, tanyanya.   "Urusan apa?"   "Tadi aku ada mengintip dari celah-celah pintu perempuan baju hitam itu pergi dengan perwira perwira itu, aku melihatnya dengan jelas."   "Memangnya kenapa?'' "Tapi dia bukan perempuan yang hendak beli tahu tadi pagi,"   Suara Thio toasiok lirih tertekan. Ong Kiat keheranan.   "Aneh benar Ialu siapakah tamu perempuan itu?"   "Perempuan itu mengenakan pakaian merah usianya mungkin sebaya dengan perempuan baju hitam tapi raut mukanya jauh berbeda. Coba kalian ingat ingat adakah pernah kenal dengan perempuan semacam begini?"   Pikir punya pikir Nyo Sugi sendiri menjadi bingung malah, katanya.   "Entah orang macam apa perempuan itu tapi kalau toh Sebun Cu ciok meluruk kembali hendak menangkap dia, pastilah diapun orang sehaluan dengan kita. Soal ini kelak kami selidiki perlahan-lahan, tugas yang penting sekarang harus cepat-cepat meninggalkan tempat ini. Thio toasiok,tentara digang belakang itu apakah sudah ditarik mundur semua?"   "Sudah kuperiksa semua, semua sudah ditarik mundur."   Ong Kiat berdiri menjura kepada Thio toasiok, katanya.   "Toasiok, mungkin aku tidak akan kembali, beberapa tahun ini banyak terima kasih berkat perlindunganmu,tiada yang bisa kuberikan kepada kau sebagai balas budi warung tahu ini...."   Sebetulnya Ong Kiat hendak memberikan warung tahu ini kepadanya, tapi Thio toasiok keburu menukas, katanya.   "Hal itu toh belum tentu, kalau penjajah terusir pergi, bukankah kau bisa kembali? Pergilah dengan lega hati, akan kujaga warung tahu ini."   "Ucapan Thio toasiok memang benar,"   Ujar Nyo Sugi bergelak tertawa.   "Setelah penjajah kita usir biar aku tengok kau kemari."   "Apakah kalian punya tempat untuk menyembunyikan diri?"   "Kami akan sembunyi dirumah seorang kawan. Ah ya alamat ini kuberikan kepada kau, kalau tamu perempuan itu datang pula secara diam diam boleh kau beritahu kepadanya."   Kawan yang disebut Ong Kiat adalah kuli pengangkut orang yang ditanam dalam warung arang itu oleh pihak Ceng liong pang.Dengan serombongan besar tentara yang tetap kacau balau, Sebun Cu ciok mengiringi In tiong yan.   Sembari jalan geli dibuatnya, pikirnya.   "Siau moli itu aku sendiri belum pernah melihatnya, tidak nyana sekarang aku harus nyaru jadi dia."   Kiranya kejadian diwarung tahu miliknya Ong Kiat hanya secara kebetulan saja kebentur oleh In tiong yan.   Sejak lama In tiong yan mendengar ketenaran nama Siau moli, mendengar orang orang itu mengorek keterangan Ong Kiat mengenai seluk beluk dan jejaknya Siau mo li maka diapun berpikirlah.   "Siau mo li dapat membuat semua Busu busu dari negeri Kim ketakutan kepadanya meski hanya mendengar namanya sayang aku tiada ada kesempatan berkenalan dengan dia. Em, sekarang temannya menghadapi kesukaran, inilah kesempatan bagiku untuk mengulur tali persahabatan padanya."   Lantaran ingin berkenalan dengan Siau-moli maka In tiong yan menolong Ong Kiat, mengenal kabar berita Geng Tian yang didengarnya dari Ong Kiat hanyalah secara kebetulan saja diperolehnya.   "Geng Tian adalah kawan baik Hek swan hong, dia terkurung digedung gubernuran Liang ciu, tidak bisa tidak aku harus mengurus soal ini. Tapi aku baru bertengkar dengan Koksu, paman dulai juga minta aku lekas pulang. Wanyen Hou punya mata kuping yang tersebar dimana mana, soal ini entah dia sudahtahu belum? Lain pula dengan Sebun Cu ciok, seumpama bocah keparat itu belum tahu akan persoalan ini bila aku menggertaknya dengan kedudukan tuan putriku mungkin belum mampu menakuti dia. Untuk menolong Geng Tian belum tentu aku bisa bekerja memperalat dia, lebih baik aku mencari jalan lain,"   Demikian batin In tiong yan. Melihat In tiong yan mendadak menghentikan langkah, Sebun Cu ciok melengak dibuatnya, lekas ia bertanya.   "Tidak jauh lagi sudah sampai. Tuan putri agar ingin ganti tunggangan?"   Dia kira In tiong-yan sebagai tuan putri tidak sesuai jalan kaki memasuki gedung gubernuran.   "Majikanmu aku pasti akan menemui dia, tapi sekarang aku tidak ingin menemui dia."   "Kenapa?"   Tanya Sebun Cu ciok kaget.   "Paling tidak aku toh harus ganti pakaian dulu.'' "Kukira tidak perlulah tuan putri, pakaianmu ini sudah cukup baik!'' ln tiong-yan tiba tiba menarik muka, jengeknya dingin.   "Apa kau hendak menggusur aku sebagai tawanan kesana?"   "Tidak berani ..."   "Kalau tidak berani kenapa kau pentang bacot ! Bicara terus terang memangnya aku tidak senang pergi kesana dengan cara seperti ini."Habis kata-katanya In tiong yan tahu-tahu sudah melejit tinggi terbang keatap rumah. Sebun Cu ciok kebingungan dan melongo, dalam sekejap itu iapun tak berkeputusan apakah harus merintangi atau membiarkan orang pergi. Tentara yang berada dibarisan belakang tidak tahu asal usul In tiongyan, beberapa orang diantaranya segera lepas panah kearahnya, In-tiong-yan meraih dua batang panah, diantaranya terus disambitkan balik makinya;   "kalian punya mata tidak bisa melihat apa pula gunanya?"   Kedua batang panah ini kebetulan mengenai mata kedua tentara yang melepas panah tadi, untung yang satu kena sebelah kiri yang lain mata kanannya picak. Lekas Sebun Cu-ciok membentak.   "Jangan kurang ajar."   Sekejap saja In-tiong-yan sudah terbang melampaui wuwungan rumah penduduk. Dan Sebun Cu ciok berteriak.   "Tuan putri silahkan kembali, marilah bicarakan baik baik,"   Belum habis bicara bayangan ln-tiong yan sudah tidak kelihatan lagi. Tapi dari kejauhan terdengar suara menjawab.   "Pulanglah, suruh Wanyen Hou menunggu kedatanganku, aku mesti datang menemui dia!"   Sengaja ia berputar kearah yang berlawanan, lalu putar haluan menuju langsung ke gedung Gubernuran Liangciu.   Sebun Cu ciok malah ketinggalan jauh dibelakang.   O^~dwkz^hendra~^O TATKALA ITU didalam kamar tidurnya dalam gedung gubernuran Li Ci-hong sedang ajak Geng Tian ngobrol.   Geng Tian sudah berganti pakaian berkatalah Li Ci- hong sambil tertawa.   "Apakah kau merasa direndahkan derajatmu menjadi budak pelayanku? Ditempatku ini kukira tidak akan ada bahaya lagi tapi untuk menjaga segala kemungkinan mungkin kau harus menyamar."   Merah muka Geng Tian katanya.   "Aku sih tidak merasa direndahkan seorang laki-laki harus menyamar jadi pelayan perempuan, gerak gerik yang halus dan jalan lenggak-Ienggoknya itu yang membuat aku risi dan kikuk !"   Li Ci hong terkikik geli, katanya;   "Memangnya kau melihat akupun demikian?"   "Kaukan satria dalam kalangan hawa mana bisa dibandingkan dengan budak perempuan. Tapi aku toh tidak mungkin menyamar sebagai kau."   Mendapat pujiannya hati Lin Ci hong terasa manis mesra katanya.   "Baiklah, terserah bagaimana keinginanmu. Em semoga saja Thian melindungi,sekali kali jangan sampai diketahui oleh ayah ada laki laki yang sembunyi didalam kamarku."   "Li siocia melindungiku seperti ini sungguh tak tahu aku bagaimana harus berterima kasih kepada kau."   "Nah merengek lagi, sudah berapa kali kau ucapkan kata katamu ini, bukankah sering kuberitahu kepada kau, aku bukan gadis pingitan seperti orang orang Han, kalian takut mana kesucian gadis perawan tercemar segala. Em, sampai mana tadi pembicaraan kita ?"   "Katakan kau adalah satria dari kalangan hawa."   "Pujianmu ini seharusnya kau haturkan kepada orang lain."   Geng Tian pura-pura tidak tahu tanyanya;   "Kepada siapa?"   "Nona Nyomu itu toh satria dari kalangan hawa hanya dia yang setimpal julukan ini."   "Kalian berdua sama sama adalah patriot, cuma...."   "Cuma apa?"   "Aku dan nyonya Nyo adalah kawan biasa,"   Tiba tiba hati Geng Tian rada nyesal mengatakan hal ini.   "Kenapa aku harus menjelaskan kepadanya, terserah kalau dia sendiri salah faham.""Betul hanya kawan biasa? Kulihat sikap dua hari ini tidak tentram dan sering melamun bukankah kangen kepadanya?"   "Aku sedang berpikir ingin cepat cepat meninggalkan tempat ini, penyakitku toh memang hampir sembuh."   "Kukira buang saja keinginanmu itu ada hal yang baru saja kuketahui belum sempat kuberitahukan kepada kau."   "Urusan apa?"   "Semalam Cian Tiang jun sudah kembali lagi."   Geng Tian terkejut katanya.   "Bukankah dia sebagai panglima ? Kenapa tidak ikut berangkat ke Ki Lian san?"   "Seorang pangeran dari negeri Kim berkunjung ke Liang ciu, kedudukan pangeran ini agaknya amat tinggi, ayahnya adalah paman raja sebagai komandan Gi lim kun lagi."   "O, kiranya putra Wanyen Tiang-ci yang bernama Wanyen Hou."   "Kau kenal dia ?"   "Pernah kudengar dari penuturan Nyo Su gi Toako. Memangnya kenapa kalau dia datang ?"   "Waktu dia datang, kebetulan Cian Tiang-jun berangkat bersama koko. Cian Tiang-jun sebagai panglima tertinggi belum jauh ia berangkat. Ayahmengutus orang mengejarnya memanggil Cian Tiang jun kembali."   "Kenapa tidak memanggil engkohmu pulang?"   "Koko menjadi pelopor, dia jauh di depan. Dan lagi Cian Tiang jun sebagai wakil komandan gi lim kun negeri Kim, Wanyen Hou justru majikan kecilnya. Mungkin ayah merasa perlu memanggilnya pulang untuk menyambut majikannya."   Timbul rasa curiga Geng Tiang, katanya.   "Cian Tiang Jun diutus ke Liang ciu, mengerahkan bala tentara ayahmu untuk serang Ki lian-san, inilah rencana dari Wanyen Tiang ci. Mana bisa hanya karena menyambut anaknya, lalu mereka menarik pimpinan besarnya? Seumpama ayahmu gegabah, Wanyen Hou dan Cian Tiang jun pasti tidak begitu ceroboh, kenapa Wanyen Hou tidak mencegahnya, sementara Cian Tiang jun mandah menurut perintah belaka ?"   "Kau curiga dalam hal ini ada latar belakangnya ?"   "Kukira Cian Tiang jun pasti sudah mendapat kabar lebih dulu, dia tahu kapan Wanyen Hou bakal datang. Dia memimpin pasukan keluar kota hanyalah sandiwara yang dimainkan bersama ayahmu."   "Kenapa pula harus berbuat demikian?"   "Supaya engkohmu meninggalkan rumah dengan hati lega."Li Ci hong terkejut katanya.   "Maksud bahwa Cian Tiang-jun sudah tahu bahwa kau disembunyikan oleh kami kakak beradik maka sengaja memancingnya pergi ?"   "Mungkin hanya terkaanku saja, dan semoga memang begitu."   "Pendek kata Cian Tiang jun sudah kembali, penjagaan diperketat, tidak mungkin dalam keadaan yang gawat ini kau mau meninggalkan tempat ini. Geng toako legakan hatimu bagaimana juga aku tidak akan membiarkan kau terjatuh ketangan penjajah Nurchen."   Sembari bicara tanpa sadar ia menggenggam tangan Geng Tian erat erat. Tiba2 Geng Tian berkata .   "Seperti ada orang mencuri dengar diluar."   Li Ci hong melongok keluar katanya kemudian .   "Mana ada bayangan orang ? Tempatku ini kecuali pelayan kepercayaanku, tidak ada orang luar, mungkin kau hanya terbayang bayang saja ! Seumpama pelayan mencuri dengar, pasti dia tidak berani kurang ajar, tentu kau yang salah dengar."   Pada saat itulah seorang pelayan kecil menerobos masuk dengan napas tersengal-sengal. Li Ci-hong melengak, tanyanya .   "Eeh kenapa begitu cepat kembali, mana kembangnya ?"Ternyata pelayan itu sudah ia suruh memetik kembang ketaman bunga untuk dimasukkan kedalam vas buat pajangan.   "Siocia, aku tidak bisa keluar keruang tengah !!!"   "Kenapa ???"   "Pintu besar ruang tengah sudah tertutup rapat hubungan luar dan dalam menjadi terputus. Kabarnya mereka sedang mengadakan pemeriksaan kamar demi kamar di bagian luar sana, kamar buku dan kamar tidur kongcu sudah diperiksa. Siau an cu dari kamar buku Kongcu secara diam diam memberitahu kepadaku lewat pintu angin disudut tembok barat, kabarnya orang she Cian dari suku Nurchen itu sendiri yang memimpin pemeriksaan ini, buat apa maksud dan tujuan mereka aku sih tidak tahu."   Geng Tian tertawa getir, katanya .   "Tak usah tanya, terang rahasia ini sudah bocor. Cian Tiang-jun hendak menutup semua pintu untuk mencari aku."   "Memangnya dia pun berani main periksa di kamarku, kau tidak perlu kuatir.'' demikian jengek Li Ci-hong menghibur diri, namun demikian urusan sudah cukup gawat, di mulut ia suruh Geng Tian tidak usah kuatir sebetulnya telapak tangannya sudah berkeringat dingin. Tengah mereka kebingungan, terdengar pula suara seseorang pelayannya berseru lantang disebelah luar ."Lo hujin datang menengok Siocia."   Pelayan ini memang berjaga di bagian luar. Kejut Li Ci-hong sungguh bukan kepalang, pikirnya .   "Kenapa ibu justru datang pada saat seperti ini, mungkinkah diapun sudah tahu rahasia didalam kamarku ?"   Kejadian berlangsung secara mendadak, tiada tempo buat Li Ci hong banyak pikir, lekas ia dorong Geng Tian masuk kekamar dalam, itulah kamar pelayannya yang berdampingan dengan kamarnya, dipojokan sana ada dibuatkan pintu rahasia untuk keluar masuk.   Pelayan ini cerdik dan pintar Li Ci hong sudah berpesan kepadanya, supaya dia menyembunyikan jejak Geng Tian meski kepada siapa saja.   Pikirnya .   "Ibu tidak membawa orang lain, biasanya dia paling pegang gengsi, mungkin tidak akan sudi main terobosan kekamar pelayanku."   Begitu melangkah masuk kekamar tidur putrinya seketika timbul rasa curiga Lo hujin .   ''Biasanya kalau aku datang meski pelayan berseru memberitahu, tapi tidak pernah berteriak sekeras itu dari jauh.   Hong ci sampai begini lama baru membuka pintu, apakah kabar itu memang benar ? Masa dia begitu begini tidak tahu malu, menyembunyikan laki laki liar didalam kamar tidurnya sendiri ?"   "Bu, barusan badanku rada kurang enak, baru saja hendak tidur, tak nyana kau datang ada urusan apa?"   Lo-hujin menjelaskan pandangannya keseluruh kamar, dilihatnya tempat tidur masih tertata rapi,diam2 ia membatin.   "Kalau dia baru bangun, tidak mungkin membereskan tempat tidurnya dulu baru menemui aku,"   Rasa curiganya lebih tebal namun akhirnya tetap tenang, katanya .   "Mereka berkata ada mata mata musuh yang menyelundup kegedung, apa kau sudah tahu ?"   Li Ci-hong pura pura kaget, tanyanya.   "Ada kejadian itu ? Benar benar nyali mata-mata itu."   "Maka itu, aku buru buru kemari memperingatkan kau supaya hati-hati."   "Tempatku ini burungpun tidak akan bisa masuk, bu, kau tidak usah kuatir."   "Mata-mata sembunyi dalam gedung pastilah ada mata kaki tangannya yang bantu menyembunyikannya. Sekarang bagian luar sudah diperiksa, hasilnya tetap nihil."   "Bu, kau berkata begitu, seolah-olah mencurigai aku inilah kaki tangan musuh?"   Ia pura-pura bersikap berkelakar, namun jantung berdebur keras. Lo hujin geleng geleng kepala, katanya;   Si Angin Puyuh Si Tangan Kilat Karya Gan Kh di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Kau budak yang tidak tahu urusan ini, bukan kau yang kumaksud, tapi itu pun harus memperhatikan pelayan pelayanmu sendiri."   Sementara dalam hati ia membatin pula.   "Kalau dia betul menyembunyikan laki-laki liar bila sampai disuruh keluar, tentulah kita semua ikut mendapat malu. Kalau urusan tidakdiselidiki biar beres ayahnya menjadi sulit memberi pertanggungan jawab kepada Wanyen Siau-ong ya."   O^~dwkz^hendra~^O   Jilid 26 Catatan . Pada   Jilid 26 ini, buku yang kami terima...Mulai halaman 33 sampai tamat pada buku aslinya semua bagian bawah kiri dan kanan, maka saya mencoba merangkai sendiri kata-katanya.   Semoga kagak jauh menyimpang dari buku aslinya.   Thanks, Kangzusi "Pelayanku sejak kecil sudah mengasuh aku, memangnya mereka punya nyali sebesar gajah berani main menyembunyikan mata-mata.   Kukira hanya kabar angin belaka, bahwasanya tidak pernah ada mata-mata menyelundup kegedung gubernuran, mereka hanyalah orang-orang goblok yang ketakutan pada bayangannya sendiri."   "Semoga begitu, semua boleh merasa lega dan tenteram."   Melihat ibunya tiada niat memeriksa kamar pelayannya, rada lega hati Li Ci hong. Mendadakberkata pula Li hujin.   "Hong ji kedatanganku bukan hanya karena urusan mata-mata saja."   "Masih ada urusan apa lagi?"   "Urusan ini jauh lebih penting daripada persoalan mata mata itu bagi kau."   Waktu bicara roman mukanya mengunjuk mimik tertawa tidak tertawa. Li Ci hong memonyongkan mulut katanya.   "Bu, kenapa sih kau hari ini bicara plagak pleguk, sebetulnya ada urusan besar apa?"   "Betul pertanyaanmu mengenai urusan masa depanmu. Pangeran Wanyen sedang menetap dirumah kita, apa kau tahu?"   Kaget dan dongkol pula hati Li Ci hong teriaknya.   "Bu, kau apa katamu?"   "Sstt, kenapa ribut ribut biar kuberitahukan perlahan-lahan."   Mulut Li Ci hong menyungging senyuman dingin, katanya;   "Kalian anggap pangeran Wanyen sebagai barang mustika, sebaliknya aku tidak perduli barang apa dia adanya. Baik katakan apa keinginanmu?"   Ia tahu ia bikin ribut juga tidak berguna, pikirnya;   "Tentara datang kita tangkis air datang kita bending, aku harus tahu diri dan jelas pihak lawan, biar kulihat perhitungan apa yang hendak mereka perlihatkan kepadaku supaya aku bisa mencari jalan untuk menghadapinya."Lo hujin mengerut alis, katanya.   "Ci hong semakin besar kenapa kau menjadi tidak tahu aturan, untung kau berkata dalam kamarmu sendiri. Tahukah kau siapa yang memberi jabatan gubernur Liang ciu ayahmu ini? Biar kuberitahu kepada kau. Anugerah langsung diterima dari raja Kim, tapi yang angkat bicara dan menjadi juru bicara, serta menjadi sanderanya bukan lain adalah ayah dari pangeran Wanyen ini."   Berpikir Li Ci hong dalam hati.   "Ayah terima menjabat pangkat kerajaan Kim itu berarti merendahkan derajat dan martabatnya sendiri."   Sebetulnya dia ingin mendebat dan bikin ribut dengan ibunya, tetapi karena Geng Tian sembunyi dikamar belakang, terpaksa ia tekan perasaannya.   Melihat putrinya tidak gembar gembor, Lo-hujin anggap putrinya sudah terbujuk oleh kata-katanya, maka dengan riang gembira dia pun melanjutkan perkataannya;   "Syukurlah kalau kau paham beruntunglah nasibmu karena pangeran Wanyen suka pandang dirimu."   Li Ci hong berkata dingin.   "Aku belum pernah melihatnya cara bagaimana dia bisa melihat diriku."   "Jangan kau main debat melulu. Meskipun dia belum pernah melihatmu namun sudah amat kangen dan kepincut olehmu."   "Ooo aneh ya, aku kan bukan tokoh kenamaan dan dia tinggal dikota raja lagi, cara bagaimana bisa tahudiriku, malah kangen dan kepincut segala kepadaku??"   "Siapa suruh kau tidak mau menjadi putri bangsawan dengan baik baik, sebaliknya malah suka menjadi gadis liar. Kau sering kelayapan kemana- mana, main terobosan dengan engkohmu bukan mustahil bila orang pernah mendengar namamu? Tetapi liarmu juga ada baiknya hal ini betul betul diluar dugaanku. Apa kau tidak ingin tahu bagaimana pangeran Wanyen memuji dirimu???"   "Baiklah, cobalah ibu ceritakan kepadaku."   "Kemarin begitu bertemu dengan ayahmu dia lantas menanyakan perihal kalian kakak beradik. Ayahmu memberitahu bahwa engkohmu sudah pimpin pasukan pelopor berangkat ke Ki lian san, lalu dia memuji katanya putramu seorang pemuda yang berbakat dan punya masa depan yang cemerlang putrimu adalah kesatria dikalangan kaum hawa secara panjang lebar dia memuji muji kau. Jelas sekali agaknya dia mengharap bisa bertemu sekali dengan kau."   "O, masa dia punya maksud demikian? Mungkin ayah sendiri yang main tebak maksud hati orang lain. Bukankah orangpun memuji koko ?"   "Budak bodoh dia memuji engkohmu hanya untuk melengkapi basa basi saja, justru kau adalah orang yang betul betul ingin dia jumpai. Bukan saja dia ingin bertemu dengan kau mungkin juga ada hasrat hendak meminangmu. Setelah dia mengobrol panjangIebar, Cian tayjin segera ikut menimbrung secara kelakar dikatakan bahwa pangeran sampai sekarang masih belum mempunyai jodoh, coba kau pikir kenapa dia harus berkata demikian? Orang yang bodohpun pasti paham kemana juntrungan kata- katanya."   Li Ci-hong menjadi rada lega, pikirnya.   "Untung dia masih belum mengajukan pinangan secara resmi."   "Ayahmu sudah merundingkan hal ini dengan aku, betul betul perjodohan anugerah Thian. Maka sengaja aku kemari untuk memberitahu hal ini kepada kau, asal kau menganggukkan kepala segera aku siap minta Cian tayjin untuk menjadi comblangnya."   "Aku tidak setuju."   "Pasangan yang setimpal yang sulit dapat kau temukan meski kau memasang obor mencari kemana- mana, kau tidak setuju?"   "Kalian ingin menjilat dia, itu urusan kalian sendiri. Aku tak mau perduli."   Kaget dan jengkel pula Lo-hujin dibuatnya, katanya gelisah.   "Mereka telah memberikan bisikan, eh bagaimana baiknya?"   "Orang she Cian itu toh belum menjadi comblang, kenapa harus memberikan jawaban segala? Anggap saja pura-pura tidak tahu atau masa bodoh habis perkara."Bertaut alis Lo hujin, katanya.   "Omongan bocah bodoh, kau boleh pura pura bodoh memangnya ayahmu mana bisa pura pura bodoh?"   "Peduli bagaimana kalian menghadapi mereka, pendek kata aku bersumpah tidak sudi menikah dengan Wanyen Hou!"   "Baik, kalau begitu kuturuti keinginanmu, soal pernikahan ditunda sementara. Tapi sekarang kau harus ikut aku keluar dulu."   "Untuk apa keluar?"   "Hanya untuk bertemu muka dengan dia saja!"   "Aku tidak mau!"   "Orang sudah menanyakan dirimu kau hanya keluar menemuinya saja. Inikan cuma sopan santun?"   Dalam hati ia berpikir.   "Setelah melihat ketampanan Wanyen Hou yang gagah ganteng itu bukan mustahil hatinya bakal tergerak."   Maka terpaksa ia mengalah dan menggunakan akal hendak menipu putrinya. Tak nyana Li Ci hong tetap berkata.   "Memang aku gadis liar yang tidak sopan santun, tidak mau ya tidak mau!"   Keruan Lo hujin menjadi gelisah dan uring uringan dengan cara halus gagal terpaksa menggunakan kekerasan.   "Ayahmu yang suruh kau keluar berani kau tidak mendengar perintah ayahmu?"Li Ci hong menjadi dongkol juga katanya nekad.   "Kau anggap aku ini seekor anjing atau kucing boleh dituntun keluar untuk diperlihatkan kepada pembeli?"   Berubah air muka Lo hujin, katanya dengan gemetar;   "Kau mana boleh kau bicara demikian, ayah- bunda mengasuhmu sampai besar sekarang kau tidak ambil perduli lagi terhadap kami?"   Tak tertahan bercucuran air mata Li Ci hong katanya.   "Bu, biasanya kau paling sayang padaku. Orang menghina kau malah bantu orang menghina anakmu? Bu, apakah kaupun menghargai pribadiku?"   Mendengar kata katanya ini tidak tertahan lagi meleleh air mata Lo hujin, tiba tiba dia menghela napas, katanya.   "Anakku, memangnya kau kiranya aku rela direndahkan? Aih tapi kau tidak tahu ...."   "Tidak tahu apa?"   Loh hujin ulapkan tangannya menyuruh pelayan Li Ci-hong keluar, dia menutup pintu dan berkata lirih.   "Kulakukan ini demi kebaikanmu tahu tidak?"   Li Ci hong sangka ibunya masih hendak membujuk dirinya menyetujui perjodohan ini, katanya dingin.   "Mungkin demi kepentingan ayah belaka."   "Hongci yang kubicarakan sekarang bukan soal jodoh. Kau harus bicara sejujurnya kepadaku."   Terkejut Li Ci hong tanyanya.   "SoaI apa aku harus jujur?"Apa yang dia kuatirkan ternyata tercetus juga dari mulut ibunya.   "Bocah she Geng itu apakah benar kau yang menyembunyikannya?"   Merah mata Li ci hong, rengeknya.   "Bu dari mana kau dengar obrolan ini? Kau anggap orang macam apa putrimu sendiri ini?"   Lekas Lo hujin memeluknya, katanya berbisik dipinggir kuping;   "Aku ingin melindungi kau, jangan kau bikin ribut biar kubicara terang terangan dengan kau."   Semula Li Ci hong hendak tetap mungkir serta mendengar kata kata ibunya seketika ia menjublek dibuatnya. Lo hujin menghela napas, katanya menyambung.   "Kalau tidak itulah baik. Kalau mata-mata itu ketangkap basah di tempatmu ini, urusan pasti menjadi besar. Bukan saja kami ibu beranak malu bertemu dengan orang mungkin ayahmupun bakal ketimpa malang.'' "Berani Wanyen Hou hendak memeriksa kamarku?"   "Terhitung dia suka memberi sedikit muka kepada ayahmu, dia suruh ayahmu turun tangan sendiri!"   "Oh, jadi ayah minta aku keluar menemui Wanyen Hou, disaat aku tiada dikamar baru dia menyuruh para anak buahnya masuk menggeledah?"   "Ayahmu sudah merundingkan hal ini dengan aku mungkin memang hanya itulah cara satu-satunya supaya kedua pihak tidak mendapat malu. Coba kaupikir kalau kau hadir disini mata-mata itu berhasil diringkus dikamarmu betapa runyam dan memalukan keadaan waktu itu!"   "Apa Wanyen Hou tahu dan yakin kalau mata mata musuh pasti berada didalam kamarku?"   "Tidak perlu kau merahasiakan lagi, ada orang memberi laporan rahasia kepada Cian Tiang jun, katanya mata mata itu kalian kakak beradik yang menyembunyikan. Mereka sudah menggeledah kamar engkohmu; hasilnya nihil maka sasaran berikutnya adalah kamarmu itu. Tapi dikata Wanyen Hou menyukai kau memang benar, oleh karena itu kalau kedua pihak menghindarkan diri dalam keadaan serba runyam itu meski mereka berhasil menangkap mata mata itu dikamarmu paling hati masing tahu sama tahu. Bukan saja kau tidak mendapat malu ayahmu pun terlindung masa depannya. Sekarang waktunya sudah mendesak lekas kau ikut aku keluar."   "Berani benar Wanyen Hou membatasi waktuku untuk keluar menemui dia? Kalau aku tidak mau keluar mau apa?"   "Wanyen Hou memberi waktu setengah jam kalau kau tidak keluar dia yang akan datang menemui kau!'' Naik ke kepala amarah Li Ci hong serunya.   "Terlalu menghina orang berani dia kemari biar aku adu jiwa sama dia!""Untung ruginya sudah kujelaskan kepada kau kenapa kau masih begitu kukuh? Sudahlah kau mengalah sedikit dari pada orang main geledah dihadapanmu, bikin malu kau sendiri."   "Sudah kukatakan paling paling aku adu nyawa sama dia!"   "Omongan bocah cilik, adu jiwa memangnya bikin beres urusan? Jangan kata kau tidak mampu melawan dia apalagi bila kau melabraknya bagaimana kau suruh ayahmu ambil tindakan?"   Tak tahan suara Li Ci hong semakin keras.   "Kenapa tidak mampu melabraknya, heran sungguh aku tidak habis mengerti kenapa ayah begitu takut kepadanya? Asal ayah bisa ambil putusan dan sikap yang teguh meski ilmu silat Cian Tiang jun lihay dengan Wanyen Hou cuma dua orang saja! Disini adalah liangciu kekuasaan ayah, toh bukan kotaraja negeri Kim mereka!'' Mendengar putrinya hampir saja mengatakan berontak saja saking kagetnya pucat pasi muka Lo hujin. Lekas ia tutup mulut putrinya, katanya.   "Sekali2 jangan kau sembarang bicara ayo ikut aku keluar, keluar!"   Tetapi sudah terlambat, saat itu mereka sudah mendengar suara percakapan Wanyen Hou dan ayahnya yang sedang mendatangi.Terdengar ayahnya berkata.   "Siau-ongya, budak itu tidak tahu sopan santun terpaksa harus bikin susah kau untuk menemuinya, sungguh membuat aku malu!"   Li Ih siu bicara menarik suara jelas ia sengaja supaya didengar oleh putrinya. Wanyen Hou tertawa ngakak katanya.   "Lopek, kita sudah sekeluarga kenapa main sungkan. Siauwtit sungguh tak berani terima. Aku terhitung setingkat dengan putrimu bersahabat dengan orang setingkat adalah pantas kalau sang tamu yang menyambangi tuan rumah. Apalagi sudah lama kudengar nama harum putrimu hari ini ada jodoh bertemu, sungguh beruntung tiga turunan."   Sambil bicara mereka terus melangkah kedepan setelah habis kata Wanyen Hou, mereka sudah melewati ruangan, dan masuk kekamar tiba didepan kamar tidur Li Ci-hong.   Li lh siu mengharap putrinya tahu diri, siapa tahu setelah mendengar kata-kata Wanyen Hou yang menjijikkan itu semakin berkobar amarahnya.   Li Ih siu berteriak dengan gugup.   "Hong ci, Siau Ongya menengok kau, kau belum..... Haya kau apa apaan kau ini"   Ternyata belum sempat Li lh siu mengucapkan buka pintu, pintu kamar tidur Li Ci hong sudah terbuka, bukan saja terbuka, dilihatnya pula Li Ci hong dengan rambut awut awutan berdiri tegakdiambang pintu, tangannya mencekal dua bilah golok baja yang berkilauan.   Karuan Li Ih siu tertegun saking kaget, demikian pula Lo hujin yang berada didalam kamar ketakutan.   "Oh anakku jangan........"   Gerak gerik Li Ci hong cukup cepat, Lo hujin hendak merintangi sudah terlambat. Belum lenyap suaranya "Blang"   Cepat sekali Li Ci hong sudah menutup pintu kamarnya, ibunya terkurung didalam kamar desisnya.   "Yah, aturan dari keluarga mana ini ? kalau terima dihina dan direndahkan, aku tidak sudi dihina dan diremehkan."   "Anak celaka,"   Teriak Li Ih siu saking kaget dan marah, kedua kakinya ternyata tidak turut perintah hendak maju menarik putrinya tapi tidak mampu bergerak.   Selintas Wanyen Hou tercengang, tapi lekas sekali ia sudah dapat membawa sikap, katanya tertawa.   ''Kabarnya perempuan Han sering mengajukan persoalan untuk menguji calon suaminya! kami bukan orang sekolahan, putrimu hendak menguji aku dengan kepandaian ilmu silatkan sama saja ! Sekali kali Lopek jangan marah kepadanya."   "Mulut anjing tidak tumbuh gading, lihat golok !"   Damprat Li Ci hong, pikirnya tumben ada kesempatan, ganyang saja Wanyen Hou supaya ayah terdesak untuk berontak.Ia tahu ilmu silat Cian Tiang jun amat tinggi, melihat orang tidak ikut datang maka ia tidak pandang sebelah mata kepada Wanyen Hou.   Adalah diluar tahunya bahwa warisan iImu silat keluarga Wanyen Hou amat lihay kepandaiannya, bahwasanya sudah lebih tinggi dari Cian Tiang jun.   "Baik nona Li jikalau aku lulus dari ujianmu aku tidak akan minta lainnya kecuali kau mengijinkan aku masuk kamar tidurmu."   "Menggelindinglah pergi !"   Bentak Li Ci-hong dengan jurus Heng-hun-toan hong, golok panjangnya menusuk tenggorokan orang sementara golok pendeknya memapas pergelangan tangan, sekali mengebas lengan baju Wanyen Hou menggubat goloknya, tanpa kuasa Li Ci hong terseret berputar setengah lingkaran, dengan sendirinya tusukan golok panjangnya mengenai tempat kosong.   "Letakan kedua golokmu !"   Ujar Wanyen Hou tertawa, belum habis bicara tiba tiba "Trit"   Lengan tergores gores oleh golok pendek, berhasil menyabet goloknya lekas Li Ci hong membentak sengit.   "Hari ini ada kau tiada aku !"   Ternyata meski Iwekang Li Ci hong jauh lebih asor dari Wanyen Hou tapi Wanyen Hou kuatir melukai orang, maka orang tidak mengerahkan tenaga.   Si Angin Puyuh Si Tangan Kilat Karya Gan Kh di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Ilmu golok Li Ci-hong cukup lihay dan lincah, begitu lolos dari kepungan, goloknya lantas membacok dari atas, sementara golok pendek menusuk lambung daribawah keatas.   "Sret sret sret"   Beruntun beberapa kali menyerang dengan jurus jurus yang ganas dan berbahaya, Wanyen Hou kena didesak mundur tiga langkah. Kebat kebit jantung Li Ih siu melihat kekurang ajaran putrinya bentaknya gemetar.   "Budak celaka ingin bikin aku mampus saking jengkel !"   Wanyen Hou tertawa katanya.   "Putrimu hanya ingin jajal ilmu silat saja kenapa Lopek harus marah ?"   Belum habis bicara tiba-tiba terdengar "Trang"   Kedua golok Li Ci hong lepas terpental bersama jatuh berkerontangan dilantai.   Ternyata setelah sepuluh jurus, Wanyen Hou telah dapat meneliti jalan permainan goloknya, didapati sebuah titik kelemahan sigap sekali ia sudah berhasil menotok jalan darah pelemas ditubuhnya.   Li Ci hong tidak kuasa berdiri tegak, badannya terhuyung mundur beberapa langkah dan lututnya terasa lemas, akhirnya jatuh duduk di atas tanah.   Wanyen Hou nyengir katanya.   "Kesalahan tangan belaka harap nona tidak marah!"   "Berani kau menyentuh aku biar aku mati dihadapanmu !"   Mendengar ancaman orang Wanyen Hou tidak berani sembarang bertingkah, katanya.   "Mana Siau ong berani kurang ajar, silahkan nona beristirahat !"Maki Li Ci hong.   "kau berani terobosan kedalam kamarku, bukan saja kurang ajar kau pun tidak tahu aturan ! Ibuku berada didalam kau tahu tidak ? Bu, kau harus tahan di luar !"   Li Ih siu berlega hati, Li Ci hong secara kebetulan merangkak bangun, tahu-tahu tangannya sudah dipegang kencang oleh ayahnya. Li Ih siu berbisik kepadanya.   "Siau ongya sudah memberi muka kepada kau, jangan kau bikin gara- gara lagi !"   Hiat-to Li Ci hong tertutuk, maka tenaga tidak bisa dikerahkan, didengarnya "Brak", Wanyen Hou sudah mendorong terbuka pintu kamarnya, katanya tertawa.   "Tadi sudah kami bicarakan, jangan kau salahkan aku. Aku tahu Pekbo didalam, kebetulan aku hendak menghaturkan selamat kepada dia orang tua."   Saking marah kedua mata Li Ci hong melotot memutih, namun apa boleh buat terpaksa ia awas orang masuk kekamarnya.   Sudah tentu ibu Li Ci hong tidak melihat kejadian diluar, tapi kupingnya dapat mendengar tahu putrinya terhina, batinnya sungguh amat terpukul, waktu Wanyen Hou melangkah masuk, kebetulan ia berpaling menyeka air mata.   Sikap Wanyen Hou memang teramat hormat, bersoja dalam, katanya .   "Terpaksa Siautit harusterobosan dikamar putrimu ini, harap Pek bo maafkan sekarang kuhaturkan selamat sejahtera kepada kau !"   "Putriku berlaku kurang ajar kepada pangeran, kitalah seharusnya yang mohon maaf kepadamu."   "Adakah jejak mata-mata itu sudah ketemu?"   Tanya Wanyen Hou merendahkan suara.   "Pindahkan ranjang ini sebelah belakang ada pintu rahasia. Disana adalah kamarnya pelayan, coba kau masuk melihatnya."   Ternyata waktu Lo hujin terkurung sendiri di dalam kamar itu, ia sudah menemukan pintu rahasia itu, sudah tentu iapun curiga bila mata-mata disembunyikan didalamnya.   Tapi diapun tidak berani masuk memeriksanya, maka dia hanya memberitahukannya kepada Wanyen Hou.   Dihadapan orangtuanya Wanyen Hou menghina dan mempermainkan putrinya, sudah tentu hatinya amat dongkol dan kurang senang.   Akan tetapi betapapun dia harus membantu Wanyen Hou, tidak mungkin malah dia bantu mata-mata itu.   Pikirnya.   "Bencana sudah terjadi karena kesalahan putriku sendiri, lebih baik biar Wanyen Hou menangkap mata mata itu dan paling tidak hanya bisa meringankan kesalahan dan mendapat ampun."   Disebelah luar Li Ci hong mendengar Wanyen Hou sedang menggeser ranjangnya ia tahu bahwa ibunya sudah menemukan rahasia itu dan memberitahukepada Wanyen Hou.   Semula ia mengharap ibunya suka bantu dirinya merahasiakan, tak nyana ibunyapun menjual kepercayaan.   Saking marah seketika ia jatuh semaput.   O^~dwkz^hendra~^O In Tiong Yan kembangkan ginkangnya yang tinggi, malaikat tidak tahu setanpun tidak merasa tahu sudah masuk kegedung gubernuran Liang-ciu.   Disaat Ciang Tiang jun mengadakan penggeledahan besar besaran disebelah luar secara diam2 ia sudah masuk kehalaman dalam.   Disaat Li Ci-hong dan Geng Tian berunding secara rahasia didalam kamar, In-tiong yan sudah mendekam diluar jendela mencuri dengar.   Diam diam ia tertawa geli, batinnya .   "Agaknya Geng Tian mendapat rejeki nomplok, ternyata putri Gubernur Liang-ciu ini jatuh cinta kepadanya. Nona Nyo yang dia katakan itu tentu Siau-moli adanya ? Tak nyana nona bangsawan ini juga jelus kepada Siau moli, mungkin Siau-moli sendiri masih belum tahu malah ?"   Tengah berpikir pikir, tiba tiba didengarnya suara tertawa dingin, In tiong-yan kaget, cepat benar gerakan orang itu.   "Oh kiranya seorang perempuan !"   Dilihatnya diujung gerombolan kembang sana, lapat lapat menonjol keluar ujung baju warna merah.   In-tiong-yan menduga pasti perempuan itu adalah Siau- moli, tapi dalam keadaan seperti itu tidak mungkin ia unjuk diri untuk bertemu dengan orang.   Didengarnya Li dan Geng berdua yang ada dikamar, juga main curiga, semakin geli hatinya.   Tak lama kemudian Lo-hujin pun datang disusul Wanyen Hou ikut masuk.   In tiong yan lekas berkeputusan, disaat Wanyen bergebrak dengan Li Ci hong, perlahan lahan ia dorong jendela kamar pelayan itu terus melompat masuk.   Pelayan itu sedang memperhatikan keributan diluar dengan hati kebat kebit, In-tiong-yan sudah berada di belakangnya sedikitpun ia tak tahu Ing tiong yan lalu menotok Hiat-tonya dengan ulapan tangan ia memberi tanda kepada Geng Tian supaya jangan bersuara, lalu dia bopong pelayan itu keatas ranjang dan kemudian menurunkan kelambu, lalu ia buka pintu rahasia itu, berjalan keluar dengan lenggang kangkung.   O^~dwkz^hendra~^O Baru saja Wanyen Hou menggeser ranjang itu, baru saja ia mencari tombol cara membuka pintu rahasia itu tiba tiba didengarnya suara berkeriut, daun pintu rahasia itu tiba-tiba membuka sendiri, disusul seorang gadis beranjak keluar.   Sudah tentu kejut Wanyen Hou bukan kepalang.   Teriaknya tak tertahan.   "Tuan putri kaukah ini?"In tiong-yan tertawa cekikikan, katanya.   "Seharusnya kau tahu aku adanya, aku toh sudah beritahu kepada Sebun Cu ciok, kukatakan hendak menemui kau disini. Memangnya dia berani tidak lapor kepada kau ?"   Wanyen Hou unjuk tawa dibuat buat, katanya .   "Sebun Cu ciok sudah menyampaikan pesan tuan putri kepadaku, semula aku masih belum percaya bahwa tuan putri betul betul hendak berkunjung kepadaku."   "Memangnya kau kira aku orang yang suka membual, kalau sudah kukatakan hendak mengunjungimu, tentu aku datang!"   "Tidak berani kuterima kehormatan sebesar ini, tetapi sungguh aku tidak habis pikir tidak menduga ..."   "Kau tidak menduga aku bakal muncul di dalam kamar ini bukan ?"   "Ya, aku betul betul tidak menyangka."   "Dengan Li siocia aku teman kental, dia menjadi tuan rumah disini, sudah tentu aku harus menemuinya dulu baru menemuimu. Kukira untuk ini tidak perlu harus memberitahu dulu kepada dirimu bukan???"   Wanyen Hou tahu apa yang dikatakan itu hanyalah bualan belaka namun ia tidak berani membongkar bualan orang, ia terpaksa hanya mengiakan saja, katanya dengan serba kikuk.   "Ya ya ya, harapmaafkan aku tak mengetahuinya bila tuan putri berada disini, jadi membuat ribut dan kaget saja !!"   Melihat Wanyen Hou bersikap hormat dan munduk kepada In tiong yan, serta memanggil tuan putri segala, Li Ih siu tercengang heran, pikirnya.   "Entah tuan putri dari negeri mana dia? Cara bagaimana putriku bisa berkenalan dengan dia ?"   Terpaksa ia lepas pegangan putrinya, lalu melangkah maju sambil menyapa sebagai tuan rumah.   "Li congkoan,"   Katanya.   "Mari kukenalkan nona ini adalah tuan putri Polesi dari negeri Mongol."   "Hanya tuan putri sudi berkunjung ketempatku yang kotor ini. Siau kong sungguh sangat bangga dan mendapat kehormatan tinggi. Hong-ji, kau sudah lama kenal dengan tuan putri, kenapa tak pernah beritahu pada aku?"   Sementara dalam hati ia membatin.   "Kiranya dia tuan putri dari mongol, tidak heran Wanyen Hou harus munduk munduk kepadanya."   Li-ci hong keheranan tapi dia cukup cerdik dan pandai melihat gelagat ia tahu bahwa In tiong yan sedang bantu dirinya, maka katanya.   "tuan putri tidak suka dipublikasikan, bila sejak lama kuberitahukan kalian tidak mau percaya mungkin bisa anggap dia sebagai mata-mata."   Kata In tiong yan tertawa;   "Sejak lama mereka anggap aku sebagai mata mata. Hm, Wanyen Hou tadi kau datang dengan sikap begitu garang dan mentangmentang, bukankah kau hendak menggeledah kamar menangkap mata-mata?"   Wanyen Hou menyengir tawar sahutnya.   "Dalam gedung gubernuran ada tersiar kabar angin, kabarnya ada mata mata musuh menyelundup masuk kemari."   "Mata mata itu adalah aku."   Jengek In tiong yan dingin.   "Aku sendiri tidak suka jejakku diketahui orang banyak, secara diam diam sudah beberapa kali aku menemui Li siocia. Aku sendiri tidak tahu apakah kedatanganku pernah dilihat orang, mungkin juga salah paham anggap aku sebagai mata mata."   Terpaksa Wanyen Hou unjuk tawa pula, katanya.   "Memang aku terlalu gegabah tuan putrid, kuharap kau tidak berkecil hati?"   "Tidak tahu tidak berdosa sudah tentu aku tidak akan menyalahkan kau, tapi kau membuat keributan ini hal ini terlalu memalukan bagi temanku. Coba pikir seumpama benar ada mata mata memangnya Li siocia orang yang suka menyembunyikan mata-mata musuh? Hehehe, bukan aku sendiri banyak mulut tapi demi kawanku terpaksa aku harus menyalahkan tingkah lakumu yang tidak genah tadi."   Li Ih siu ikut keluar sebelum ia berpesan kepada istrinya,"   Putrimu kuserahkan."   Li Ci hong menarik muka katanya dingin.   "Memangnya aku sudi berkenalan dengan kau, ayo lekas keluar.""Hong Ji, jangan kurang ajar!"   Bentak Lie ih siu.   "Li tayjin bukan putrimu yang kurang ajar!"   Sahut In Tiong yan mulut bicara dengan Li Ih-siu, tapi matanya menatap Wanyen hou. Tersipu-sipu Wanyen hou mengiakan pula;   "Ya ya akulah yang kurang ajar!"   "Baik juga kalau kau sudah tahu,"   Ujar In tiong-yan.   "Aku memang kemari hendak menemui kau, kau kan tidak pantas menemui tamumu dikamar tidur Li Siocia."   Wanyen Hou menahan sabar, pikirnya.   "kupandang kau sebagai tuan putri dari Mongol sementara biar kuberi muka nanti sebentar akan kubuat kau tahu kelihayanku."   Maka ia unjuk tawa pula.   "Peringatan tuan putri memang benar memang aku ingin mengundang tuan putri datang ketempat penginapanku untuk bicara disana."   Li Ih siu ikut keluar sebelum pergi ia berpesan kepada istrinya,"Putriku kuserahkan kepada kau, kau harus mendidiknya baik baik."   Setelah tiba ditempat kediaman Wanyen Hou berkata In tiong yan.   "Lo tayjin kau sudah cukup baik sebagi tuan rumah, silahkan."   Terpaksa Li Ih-siu mohon diri dan berlalu. Wanyen hou menyilahkan orang masuk kekamar buku lalu menutup pintu, ln tiong yan melengak, bentaknya.   "apa yang kau lakukan?""Aku kuatir ada kuping dibalik tembok, kami harus berlaku hati-hati."   "Oh, jadi apa yang hendak kau katakan kepadaku, takut dicuri dengar orang lain?"   "Betul, kabarnya sudah dua tahun tuan putri meluruk ke Tiong-goan ini, sayang ongya baru baru ini mendapat tahu aku jadi kehilangan muka sebagai tuan rumah."   "Betul sudah dua tahun aku berada dinegeri Kim kalian, memangnya kenapa?"   "Tidak apa apa tapi belakangan ini aku mendapat sebuah kabar yang bersangkut paut dengan tuan putri. Aku tidak tahu cara bagaimana aku harus bertindak harap tuan putri suka memberi petunjuk."   "Beritamu cukup cekatan, juga aku harus berterima kasih kepada kau begitu prihatin akan segala beritaku. Katakan saja, soal urusan apa, agaknya mempersulit kau sampai tidak berani sembarangan bertindak?"   Wanyen Hou unjuk tertawa kering, katanya.   "Kim tiang Busu dari negerimu bulan yang lalu pernah menemui aku, dialah yang menyinggung persoalan tuan putri. Dia membawa pesan dari Koksu negeri kalian Liong siang Hoatong, minta supaya aku bantu kesulitannya. Oleh karena itu daripada dikatakan sebagai kenyataan yang membuat aku serba salah."Diam diam mencelos hati In tiong-yan, tapi lahirnya ia bersikap tenang dan wajar, katanya dingin.   "Dia minta kau bantu apa?"   "Kabarnya tuan putri tidak mau pulang, Umong mendapat perintah dari Khan agung negeri kalian, untuk menyambut kau pulang, kau tidak pulang, cara bagaimana dia harus menunaikan tugasnya. Liong- siang Hoatong adalah gurunya, sudah tentu mau tidak mau ia ikut ambil perhatian akan hal ini."   "Alah, katakan saja terus terang mereka ingin kau berbuat apa?"   "Umong membawa perintah Koksu kalian supaya aku bantu menyelidiki jejak tuan putri. Bilamana aku bertemu dengan sang putri tinggal sementara Umong juga berkata, inipun maksud dari pada Khan agung negeri kalian."   "O, jadi kau ingin menahanku disini?"   "Tidak berani. Tapi tuan putri harus tahu, negeri kita selamanya amat menghargai negeri kalian, sebagai negeri kecil tak berani tidak kami harus mematuhi pesan dari negaramu yang besar dan kuat tapi soal "menahan"   Kedengarannya terlalu dipaksakan, aku hanya mengharap tuan putri sudi berdiam beberapa hari disini, setelah urusanku disini beres, segera kuantar pulang."   "Terima kasih akan kebaikanmu tidak perlu aku mendapat bantuan fasilitasmu.""Tuan putri tidak suka aku mengantar, biarlah Koksu kalian sendiri yang datang menjemput kaupun bolehlah. Beliau sekarang sedang berada di Giok-bun koan bersama Umong, jaraknya paling paling hanya tiga empat hari disini."   Bicara pulang pergi pendek kata tidak mengijinkan In tiong-yan pergi demikian saja. Berpikir In tiong- yan.   "Kepandaian Wanyen Hou tidak lemah dari aku ditambah Cian Tiang jun, aku bukan tandingan mereka. Untuk meloloskan diri, aku harus menggunakan akal, jangan pakai kekerasan."   Tiba-tiba tergerak hatinya, katanya.   "Terima kasih kau memberitahukan banyak hal ini akupun punya sebuah berita yang punya sangkut paut amat erat dengan kau, apa kau ingin tahu?"   Wanyen Hou tertegun batinnya.   "Coba muslihat apa yang ingin dia mainkan terhadapku?"   Si Angin Puyuh Si Tangan Kilat Karya Gan Kh di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Maka katanya.   "Silakan tuan putri jelaskan."   "Dua tahun aku berada dinegerimu, mungkin kau sudah tahu apa saja tugasku selama ini?"   "Untuk ini Siau-ong tidak berani main tebak."   "Biar aku bicara terus terang kepada kau, aku kemari karena mendapat tugas dari pamanku Dulai untuk menyelidiki keadaan dalam negeri kalian."   Rahasia sudah lama Wanyen Hou mengetahui, tapi tidak ia sangka In tiong yan berani bicara secara berhadapan terus terang kepadanya, katanya tertawa getir.   "Negeri kita selalu setia terhadap negeri kalian,namun negerimu masih begitu curiga kepada kita, kita hanya mengharap hidup damai dan sejahtera, memangnya kita berani main kayu dengan pasukan terhadap negerimu yang kuat dan jaya? Untuk ini harap tuan menyampaikan kepada pamanmu panglima Dulai."   "Dalam hal ini bukan lantaran mencurigai kalian. Bicara mengerahkan pasukan, kukira kalian tidak akan berani. Paman suruh aku menyelidiki situasi negerimu, dalam hal ini ada latar belakang lainnya."   "O, latar belakang apa? mohon jelaskan."   "Kita ingin mencari seorang pengurus rumah tangga yang dapat dipercaya dan pandai bekerja, kau tahu tidak ?"   Wanyen Hou terperanjat, katanya.   "Maaf akan kebodohan Siau ong, apa maksudnya ?"   "Masih belum mengerti ?"   Kata In tiong yang dingin.   "Seperti juga kalian menghadapi negeri Sehe, Li Ih siu bukankah menjadi Pengurus rumah tangga dinegeri Sehe yang kalian bimbing ?"   Seketika Wanyen Hou unjuk rasa kaget katanya.   "Maksudmu negerimu hendak mencaplok negeri Kim kita ?"   "Tidak perlu sampai sedemikian parahnya, bolehlah kami berikan yang jauh lebih baik dari nasib negeri Sehe. Asal negeri Kim kalau suka tunduk dan menjadinegeri jajahan kita, kalian orang she Wanyen sama saja boleh raja negeri Kim tapi...."   Wanyen Hou menjadi tegang, tanyanya.   "Tapi apa ?"   "Tapi raja kalian sekarang, agaknya tidak memperoleh simpatik rakyat maksud paman adalah supaya diganti seorang raja yang lain. Maka salah satu tujuan beliau suruh ke Tionggoan adalah supaya aku menyirapi dan memperhatikan, kira-kira raja mana yang kelak bisa cocok diangkat sebagai penguasa di negeri Kim ini?"   Setengah percaya setengah tidak, hati Wanyen Hou berpikir.   "Kabarnya ln-tiong yan sangat disayang oleh pamannya Dulai, sementara kekuasaan Dulai di Mongol jauh lebih besar dari Khan agungnya, soal ini lebih baik dipercaya dari pada tidak."   Maka dengan perasaan kurang tentram, ia bertanya .   "Bahwa pamanmu punya maksud demikian apakah tuan putri sudah mendapat calon pilihan yang kau anggap cocok ?"   "Sudah kutemukan, yaitu ayahmu."   Kejut dan girang hati Wanyen Hou katanya.   "Oh, ayahku ?"   "Betul, ayahmu pegang kekuasaan militer, sebagai paman dari sang raja, paman mengganti keponakan adalah suatu hal yang jamak dan masuk akal, kelak negerimu untuk mencaplok negeri Song, dalam hal inimasih perlu bantuan kalian ayah beranak untuk membantu, he he, asal kalian ayah beranak suka dengar petunjuk, jabatan raja negeri Kim, aku berani tanggung ayahmu pasti dapat mendudukinya dengan anteng anteng."   Kalau ayah menjadi raja, anaknya jadi pangeran atau calon raja yang akan datang. Mimpipun Wanyen Hou tidak pernah membayangkan kedudukan agung dan tinggi ini bakal terjatuh ketangannya, mabuk kesenangan menjadi otaknya butak, cepat ia bertekad.   "Keduddukan raja, kami ayah beranak sebenarnya tidak berani mengharap. Tapi pamanmu dan tuan putri begitu ingin menghargai kami, Siau ong benar benar takluk dan berterima kasih, aku bersumpah untuk membalas budi kebaikan ini."   "jadi maksudmu kau suka mendengar petunjuk kita ?"   "Asal persoalan tidak menyulitkan Siau-ong silahkan nona memberi pesan saja!"   Meski dimabuk bayangan muluk-muluk, kata katanya ternyata mempunyai ukuran. Batinnya.   "Kalau dia minta aku melepasnya pergi, biar kugunakan perintah dari Khan besar mereka dan Koksunya untuk menangkapnya."   In-tong-yan sudah dapat meraba jaIan pikirannya, katanya tawar .   "Soal pengganti raja dari negerimu, merupakan rahasia besar Khan Agung dan Koksu kami sendiri tidak mengetahuinya. Sekarang urusandinas dan urusan pribadi belum lagi bisa kubereskan, tak mungkin kujelaskan pula kepada Koksu, maka sengaja aku tidak mau pulang."   Bahwa urusannya tidak mungkin dijelaskan kepada Koksunya, sudah tentu tidak mungkin dikatakan kepada Wanyen Hou pula. Berpikir Wanyen Hou .   "Kabarnya ia mencintai laki laki yang bergelar Hek swan hong, mungkin karena soal asmara, maka ia tidak mau pulang."   Maka dengan suara tergagap gagap ia berkata .   "Ini soal ini kami sulit untuk aku memberi keputusan sendiri!!"   Berubah air muka In tiong yan, katanya.   "Baik, kau hendak mempersulit aku, terserah kepadamu !"   Wanyen Hou ragu ragu, katanya .   "Mana berani aku mempersulit tuan putri, aku kan masih perlu bantuan tuan puteri."   "Baik juga kalau kau tahu."   "Cuma perintah dari Khan besar kalian, Siau ong sekali-kali tidak berani membangkang. Bagaimana pula Siau ong harus menjelaskan dihadapan."   "Perintah Khan besar kau tidak berani membangkang. Jadi kau berani ingkar terhadap kemauan pamanku? Sudah kujelaskan kepada kau, aku bekerja bagi paman Dulai, tidak perlu dengar perintahnya Khan besar, apalagi pesan Koksu segala."   Bercucuran keringat Wanyen Hou, katanya.   "Ya, ya, Siau ong tidak berani.""Sebetulnya bila kau sendiri tidak membocorkan hal ini, darimana Koksu bisa tahu kau melepaskan aku? Apa pula yang harus kau pertanggung jawabkan? He he, kau minta supaya aku bicara demi kebaikan kalian ayah beranak dihadapan paman Dulai, sekarang kau menahan aku, bagaimana aku harus berbuat demi kepentinganmu? Coba kau pikirkan kalau tidak kau teken kontrak hutang dagang ini terserah kepada kau sendiri!"   Wanyen Hou kertak gigi, batinnya .   "Omongannya jelas tidak bisa dipercaya sepenuhnya, tapi seumpama apa yang dia katakan memang kenyataan, pamannya Dulai hendak mencopot kedudukan raja sekarang menggantikan yang baru yaitu ayahku, bila aku sampai berbuat salah kepadanya, urusan bisa runyam. Ya apa boleh buat, anggap saja sebuah perjudian, kulepas dia tidak membawa kerugian buat aku, kalau urusan menjadi kenyataan, berarti menang pertaruhan besar."   Karena pikirannya ini segera ia ambil ketetapan, kata Wanyen Hou sambil berdiri.   "Baik marilah kuantar tuan putri keluar. Harap tuan putri maafkan akan keteledoranku, dihadapan pamanmu, sukalah bicara baik bagi kami."   "Legakan saja, boleh kau tunggu saatnya untuk menjadi raja kelak, tapi kaupun tidak perlu antar aku biar Li siocia yang antar aku pergi."Wanyen Hou melengak, tanyanya .   "Kau hendak keluar bersama Li siocia?"   "Apa, kau tidak mengijinkan ? Dia adalah temanku, aku akan minta dia menemani aku bertamasya di Liang-ciu."   Berpikir Wanyen Hou.   "Aku sudah berkeputusan untuk bertaruh, kenapa aku harus membuat dia kurang senang ? Memangnya Li Ci hong berani membawa seorang laki Iaki meninggalkan gedung gubernuran itu ?"   Maka segera ia unjuk tawa, katanya .   "Statusku disini pun sebagai tamu mana berani mengurus gerak gerik tuan rumahnya, apalagi Li-siocia adalah teman baikmu. Tuan putri, terlalu berat kata-katamu."   In tiong yan tertawa.   "terhitung kau masih paham aturan. Baik sekarang aku pergi."   Sampai disini pembicaraan mereka, tiba2 didengarnya orang mengetuk pintu, Wanyen Hou lantas membentak.   "Siapa?"   "Inilah aku!"   Sahut suara Cian Tiang Jun diluar. Berkerut alis Wanyen Hou, pikirnya.   "Kenapa Tiang jun tidak tahu urusan, sudah kupesan siapapun dilarang mengganggu aku."   Tapi karena Cian Tiang jun adalah wakil ayahnya, paling tidak masih setingkat lebih tinggi dari dirinya, apalagi urusan besar yang dirundingkan dengan In Tiong yan memang sudah akur, tidak perlu kuatir diketahuiorang, terpaksa dia menahan marah, membuka pintu dan biarkan orang masuk.   Ternyata penggeledahan besar besaran didalam gedung gubernuran kali ini Wanyen Hou mengurus bagian dalam, Cian Tiang jun mengurus bagian luar.   Setelah penggeledahan selesai, dia sendiri pula yang berjaga dipintu besar diluar maka apa yang terjadi dibagian dalam, dia masih belum tahu.   Wanyen Hou berunding didalam kamar rahasia dengan In tiong- yan, meski mereka sudah berpesan kepada penjaga dilarang orang mengganggu, tapi Cian Tiang jun adalah atasan mereka sendiri, dia punya urusan penting yang perlu segera dilaporkan kepada Wanyen Hou lagi, maka para penjaga tidak berani merintangi.   Melihat In tiong yan sudah tentu Cian Tiang junpun amat kaget, lekas ia menyapa tuan putri menyampaikan selamat.   Kata In Tiong yan tertawa .   "Aku dan Siau-ongya kalian sudah jadi orang sendiri, kau ada omongan apa silahkan katakan saja."   Sebetulnya Wanyen Hou ingin lekas lekas mengantar In Tiong yan pergi, karena kata-kata In tiong yan ini, tidak mungkin dia menyingkirkan orang lebih dulu, terpaksa ia berkata.   "Ya, tuan putri adalah orang kita sendiri. Paman Cian, ada urusan apa yang hendak kau rundingkan dengan aku, kebetulan aku bisa mohon petunjuk pula kepada tuan putri."   Cian Tiang jun tahu urusan rada ganjil, tetapi urusan ini mau tidak mau harus Wanyen Hou sendiriyang ambil putusan, pikirnya.   "Geng Tian dan Ceng liong pang bukan saja musuh negeri Kim, menjadi musuh Mongol juga, agaknya tiada halangan dia mengetahui persoalan-persoalan ini."   Maka katanya.   "memang ada urusan yang perlu kami sampaikan kepada Siau ongya, Li hujin dan putrinya barusan meninggalkan gedung gubernuran."   Wanyen Hou kaget, katanya.   "Mereka ibu dan anak sama keluar? Adakah membawa pengikut?"   "Tidak tahu."   "Kenapa tidak tahu?"   "Mereka keluar menunggang sebuah kereta, Lo hujin berada didalam kereta, kami jadi tidak leluasa menggeledah. Entah ada orang sembunyi didalamnya atau tidak."   "Siapa yang pegang kendali?"   "Seorang laki-laki bermata besar beralis tebal, agaknya bukan bocah she Geng itu."   In tiong yan tertawa, katanya.   "Memang ia sudah berjanji hendak tamasya keluar kota dengan Li siocia, mungkin tidak sabar menunggu diriku, maka dia berangkat dulu menanti di tempat yang sudah dijanjikan."   "Siau ong, apakah perlu mengutus orang untuk mengejarnya kembali?"    Drama Gunung Kelud Karya Kho Ping Hoo Si Tangan Halilintar Karya Kho Ping Hoo Si Rase Hitam Karya Chin Yung

Cari Blog Ini