Ceritasilat Novel Online

Kesatria Baju Putih 29


Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung Bagian 29


Kesatria Baju Putih Karya dari Chin Yung   "Aku akan mengajukan beberapa pertanyaan, kalian harus jawab sejujurnya"   Ujar Tang Hai Lo Mo dingini "Kalau tidak...." "Ketua Bu Tek Pay, silakan tanya, kami pasti menjawab dengan jujur,"   Sahut salah seorang anggota Kay Pang.   "Benarkah pihak Kay Pang tidak menyembunyikan Michiko?"   Tanya Tang Hai Lo Mo sambil menatap pengemis itu "Benar."   Pengemis itu mengangguk dan me- lanjutkan "Pada waktu itu, gadis Jepang itu memang datang di markas pusat Kay Pang mencari Tio Cie Hiong, tetapi setelah tahu Tio cie Hiong sudah mati, dia lalu pergi"   "Kalian tahu dia ke mana?"   Tanya Thian Mo.   "Tidak tahu,"   Sahut pengemis itu.   "Benarkah engkau tidak tahu?"   Thian Mo menatapnya dingini "   Engkau jangan bohong, kini nyawamu berada di tangan kami lho"   "Kami tidak bohong."   "Apakah Michiko kembali lagi ke markas pusat Kay Pang?"   "Tidak. Kalau dia kembali lagi ke markas pusat Kay Pang, kami pasti melihatnya."   "sungguh?"   "Aku tidak berdusta."   Bu Lim sam Mo saling memandang, kemudian Te Mo bangkit berdiri lalu mendekati pengemis itu.   "Benarkah yang kau katakan?"   Tanya Te Mo yang berdiri di hadapan pengemis itu.   "Ya."   Pengemis itu mengangguk. Mendadak Te Mo mengayunkan tangannya memukul pengemis itu, dan seketika terdengarlah suara jeritan.   "Aaaakh..."   Pengemis itu terpental dan mulutnya mengeluarkan darah.   "   Engkau masih tidak mau memberitahukan kepada kami?"   Bentak Te Mo sambil mendekatinya.   "Ayoh Cepat beritahukan"   "Gadis Jepang itu... memang tidak berada di markas...."   Mendadak pengemis itu menjerit lagi.   "Aaaakh"   Ternyata Te Mo telah memukulnya lagi, sehingga pengemis itu terkapar dan mulutnya terus mengeluarkan darah, kemudian nyawanya melayang.   "Ha ha ha"   Te Mo tertawa menyeramkan sambil menatap pengemis-pengemis lain.   "   Kalian masih tidak mau memberitahukan dengan jujur?"   "Kami sudah memberitahukan dengan jujur. Kalau tidak percaya, silakan bunuh kami"   "Hm"   Dengus Te Mo.   "Itu akan mengotori tanganku, kalian boleh pergi sekarang"   Pengemis-pengemis itu memandang TeMo dengan penuh dendam, lalu melangkah pergi.   "Bawa pergi mayat itu"   Bentak Te Mo.   Pengemis-pengemis itu menggotong mayat tersebut, sedangkan Bu Lim sam Mo, Kwan Gwa siang Koay, Ang Bin sat sin dan Liu siauw Kun tertawa terbahak-bahak.   Betapa gusarnya sam Gan sin Kay dan Lim Peng Hang ketua Kay Pang, mereka terus memandang mayat pengemis yang ditaruh di lantai.   "Kita harus menyerbu ke markas Bu Tek Pay"   Teriak sam Gan sin Kay.   "Kita harus mengadu nyawa dengan mereka"   "Tenang"   Ujar Kim siauw suseng.   "Jangan emosi, urusan akan menjadi runyam."   "sastrawan sialan"   Bentak sam Gan sin Kay "Te Mo telah membunuh anggota Kay Pang yang tak bersalah, apakah kami masih harus diam?" "Pengemis bau Pikir panjang"   Ujar Tui Hun Lojin dengan wajah merah padam. orang tua itu pun gusar sekali.   "Kita sudah bersabar sekian lama, kenapa tidak bisa bersabar beberapa bulan lagi?"   "Tapi...."   Sam Gan sin Kay menghela nafas.   "Aaaakh..."   "Ayah"   Lim Peng Hang menggeleng-gelengkan kepala.   "Biar bagaimana pun, kita harus tetap bersabar Kita harus membalasnya kelak"   "Pokoknya kita harus menghabiskan mereka semua"   Sahut Kim siauw suseng sambil berkertak gigi.   "Mudah-mudahan kepandaian cie Hiong bisa pulih"   "ohya Kejadian ini jangan diberitahukan kepada Michiko, sebab kalau dia tahu, aku khawatir dia akan pergi dari sini."   Pesan sam Gan sin Kay.   "Kalau begitu, kita harus berpesan kepada Ceng Im."   Ujar Lim Peng Hang. Di saat bersamaan muncullah Lim Ceng Im.   "Haaah..."   Jerit gadis itu ketika melihat mayat tersebut.   "Ayah, apa yang terjadi?"   "Ceng Im, Te Mo yang membunuhnya,"   Sahut Lim Peng Hang.   "   Kenapa Te Mo membunuhnya?"   Lim Ceng Im mengerutkan kening.   "Apakah karena urusan Kakak Michiko?"   "Ya."   Lim Peng Hang mengangguk sambil menghela nafas, kemudian berpesan.   "Engkau tidak boleh memberitahukan kepadanya. Kalau tahu, dia pasti akan pergi."   "Ya, Ayah."   Lim Ceng fm mengangguk dengan wajah murung.   "Entah bagaimana keadaan Kakak Hiong? Kenapa masih belum kembali?"   "Mungkin dia belum sembuh,"   Lim Peng Hang menggeleng-gelengkan kepala.   "sebab kalau dia sudah sembuh, pasti sudah ke mari."   "   Kakak Hiong pasti sembuh Kakak Hiong pasti sembuh..."   Teriak Lim Ceng Im dengan mata basah.   "Nak. tenanglah Cie Hiong pasti sembuh, hanya masih membutuhkan waktu."   Ujar Lim Peng Hang.   Bab 62 Tui Beng Li (Wanita Pengejar Nyawa) Tampak belasan anggota Bu Tek Pay sedang makan dan minum di sebuah kedai.   Sekujur badan pemilik kedai itu tampak gemetar, sedangkan beberapa pelayan sibuk melayani mereka.   Memang tidak sulit mengenali para anggota Bu Tek Pay, karena di bagian baju depan mereka terdapat tulisan Bu Tek (Tanpa Tanding).   sementara pemilik kedai juga mengeluh dalam hati.   Hari ini ia pasti akan rugi besar lantaran kedatangan orang-orang itu, sebab biasanya mereka makan dan minum tanpa membayar.   Di saat belasan anggota Bu Tek Pay itu sedang berpesta pora, mendadak seorang wanita cantik berjalan ke dalam.   la mengenakan pakaian serba hitam dan wajah tampak dingin sekali.   setelah duduk.   wanita itu pun memesan makanan dan minuman kepada pelayan yang mengha mpirinya .   "sup sapi dan arak"   Pelayan itu manggut-manggut, dan tak lama ia sudah menyuguhkan pesanan wanita itu.   "Nyonya hati-hati Mereka adalah anggota Bu Tek Pay yang selalu mengganggu anak gadis dan isteri orang."   Bisiknya.   "Terima kasih"   Sahut wanita itu, lalu mulai bersantap. sementara belasan anggota Bu Tek Pay itu terus memandangnya sambil tertawa-tawa.   "Waduuh sungguh cantik wanita itu, pasti enak dipakai Ha ha ha"   Salah seorang dari mereka mencetuskan ucapan yang kurang ajar.   "Aku siap melayaninya beberapa ronde." "Eh? Kami pun kepingin."   "Tapi wajahnya dingin sekali."   "Yang dingin justru enak. Ha ha ha..."   "Kawan-kawan, bagaimana kalau kita bawa dia ke tempat sepi, lalu kita bersenang-senang di sana?"   "setuju."   "Tapi jangan dengan cara paksa, harus dengan akal"   "Benar. Ha ha ha..."   Walau mereka berbicara berbisik-bisik, namun semua pembicaraan mereka tidak terlewat dari telinga wanita itu.   "Hmm"   Dengusnya sambil tersenyum dingin.   "Hari ini aku akan mulai membantai mereka"   Berselang sesaat, salah seorang dari mereka mendekati wanita itu sambil tertawa cengar-cengir.   "Nona, bolehkah aku duduk di sini?"   "Tentu boleh,"   Sahut wanita itu sambil tersenyum.   "Silakan duduk"   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Terima kasih"   Ucap anggota Bu Tek Pay itu dengan hati berbunga-bunga, karena wanita itu menyambutnya dengan lembut dan senyum pula.   "Apakah orang-orang itu kawan-kawanmu?"   Tanya wanita itu.   "Benar."   Anggota Bu Tek Pay itu mengangguk, kemudian berkata dengan dada terangkat.   "Kami anggota Bu Tek Pay yang sangat terkenal. Lihatlah baju kami terdapat tulisan Bu Tek siapa yang bertemu dengan kami, harus beri hormat."   "oh?"   Wanita itu tersenyum lagi.   "   Kalau begitu, aku lupa memberi hormat kepada kalian."   "Tidak apa-apa,"   Sahut anggota Bu Tek Pay itu cepat sambil tertawa gembira.   "ohya, Nona dari mana?"   "Aku datang dari Kang Lam."   "Pantas...."   Anggota Bu Tek Pay itu manggut-manggut sambil memandangnya.   "Nona begitu cantik. setahuku kaum gadis di Kang Lam memang cantik manis."   "Terima kasih atas pujianmu"   "ohya, apakah Nona masih mau tambah makanan dan minuman?"   "Tidak usah, aku sudah kenyang."   "Nona sudah punya suami?"   "Pernah punya suami, tapi..."   Wajah wanita itu berubah murung.   "suami ku sudah meninggal, jadi kini aku janda."   "   Kasihan"   Ucap anggota Bu Tek Pay itu dan menambahkan.   "   Kalau begitu, Nona pasti kesepian"   "Ya."   Wanita itu menundukkan kepala.   "Aku memang kesepian sekali."   "Aku sangat simpati kepadamu. Bagaimana kalau aku dan kawan-kawanku menemanimu? Engkau setuju, kan?"   "Aku seorang janda, tidak mungkin kalian akan merasa senang menemaniku."   Wanita itu menghela nafas.   "Ha ha ha"   Anggota Bu Tek Pay itu tertawa gembira.   "Terus terang, kami senang sekali menemanimu. oh ya, sudah berapa lama suamimu meninggal?"   "Dua tahun lebih." "   Kalau begitu...."   Anggota Bu Tek Pay itu menatapnya sambit menelan air liur.   "selama dua tahun ini, engkau sama sekali tidak... itu... itu...."   "Aku tidak mengerti maksudmu, jelaskanlah"   "Maksudku engkau tidak tidur dengan lelaki?"   "oh, itu"   Wanita tersebut tersenyum malu-malu.   "Aku... aku wanita baik-baik, bagaimana mungkin sembarangan melakukan itu?"   "Benar Benar Ha ha ha...."   Anggota Bu Tek Pay itu tertawa.   "ohya, bagaimana kalau kami menemanimu?"   "Menemani apa?"   "Menemani engkau tidur Jadi engkau tidak akan kesepian lagi."   "Mana boleh?"   Wanita itu menundukkan kepala.   "   Kalian berjumlah belasan...."   "Jangan khawatir, pokoknya beres"   "Beres sih beres, namun aku mana bisa tahan?"   "itu bisa diatur. Bisa diatur...."   Anggota Bu Tek Pay itu tertawa lagi, kemudian memandang kawan-kawannya sambil memberi isyarat. Tentunya isyarat itu sangat menggembirakan.   "Maaf, aku harus beritahukan dulu kepada kawan-kawanku"   "Silakan"   Sahut wanita itu sambil tersenyum. Anggota Bu Tek Pay itu mendekati kawankawannya, maka seketika itu juga mereka menghujaninya pertanyaan-pertanyaan.   "Bagaimana? Engkau berhasil membujuknya?"   "Dia mau ikut kita ke tempat lain?"   "Dia masih gadis atau sudah bersuami? Dia tersenyum-senyum, apakah dia tertarik kepada kita?"   "   Kapan kita ke tempat sepi bersama dia?"   "Tenang"   Sahut anggota itu bangga.   "Begitu aku mendekatinya, kalian sudah lihat, kan? Dia langsung tersenyum kepadaku."   "   Ingat Pokoknya semua harus menikmatinya Engkau jangan enak sendiri lho"   Ujar kawannya.   "Beres"   Anggota Bu Tek Pay itu tertawa dan berbisik.   "Dia sudah janda..."   "Bagus Bagus Berarti dia sudah berpengalaman untuk melayani kita. Ha ha ha Karena janda, maka dia pasti kuat melayani kita semua."   "Benar Tapi kalian harus ingat, aku yang duluan lho setelah itu, barulah giliran kalian."   "Memang harus begitu. Ha ha ha..."   Sementara pemilik kedai dan beberapa pelayan tampak mengerutkan kening, bahkan mereka pun menggeleng-gelengkan kepala, karena tahu apa yang akan menimpa diri wanita itu.   Anggota Bu Tek Pay itu menghampirinya lagi sambil tersenyum-senyum, kemudian ujarnya dengan penuh gaya.   "   Kawan- kawanku siap menyenangkanmu, maka engkau pasti senang Jangan ragu, percayalah kepada kami"   Wanita itu tertawa kecil.   "Aku tidak menyangka akan bertemu kalian yang sedemikian baik. Namun aku ingin bertanya...."   "Apa yang ingin kau tanyakan?"   "Kita mau pergi ke mana?"   "Tak jauh dari sini ada sebuah rumah kosong, mari kita ke sana Kita akan bersenang-senang di sana."   "Terima kasih" "Ayoh, kita ke sana"   "Baiklah."   Wanita itu bangkit berdiri dan berkata.   "Aku harus membayar...."   "Tidak usah"   Anggota Bu Tek Pay itu tertawa gelak.   "Kami selalu makan gratis di sini, maka engkau juga tidak usah membayar"   "Itu merugikan orang, lebih baik aku membayar,"   Ujar wanita itu sambil mengeluarkan uang peraknya. Begitu melihat uang perak yang ada didalam kantong wanita itu, para anggota Bu Tek Pay langsung terbelalak. Wanita itu tersenyum, lalu menaruh setael perak di atas meja seraya berseru.   "Pelayan"   "Ya"   Seorang pelayan segera menghampirinya.   "Mau pesan apa Nona?"   "setael perak ini untuk membayar semua, apakah cukup?"   Tanya wanita itu.   "Masih ada lebihnya."   Pelayan memberitahukan.   "Akan kukembalikan...."   "   Lebihnya untukmu,"   Ujar wanita itu sambil melangkah pergi.   "Terima kasih Terima kasih"   Ucap pelayan itu, lalu menghela nafas panjang.   "Mari ikut kami"   Ujar anggota Bu Tek Pay dan menambahkan.   "Uang perakmu begitu banyak, apakah engkau tidak takut dirampok?"   "   Kenapa aku harus takut?"   Sahut wanita itu sambil tertawa kecil.   "Bukankah aku sudah bersama kalian? siapa yang berani merampokku?"   "Betul Betul"   Anggota Bu Tek Pay itu tertawa gelak.   "Pokoknya kami akan melindungimu sekaligus menyenangkanmu."   "Terima kasih. Kalian sungguh baik terhadapku"   "Karena itu engkau pun harus baik-baik melayani kami. Engkau harus tahu, Bu Tek Pay berkuasa di mana-mana."   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Wanita itu manggut-manggut.   "Kalau begitu, aku sungguh beruntung berkenalan dengan kalian."   "Tidak salah."   Anggota Bu Tek Pay itu tertawa lagi. Kira-kira sepenanak nasi kemudian, mereka sudah sampai di depan sebuah rumah kosong.   "Rumah inikah?"   Tanya wanita itu.   "Betul. Ha ha ha Kita akan bersenang-senang di dalam."   Anggota Bu Tek Pay itu tertawa gembira.   "Mari kita masuk"   Wanita itu mengangguk, lalu mengikuti mereka memasuki rumah kosong itu. Begitu sampai di dalam, anggota Bu Tek Pay itu menatapnya sambil menelan air liur, bahkan tampak penuh gairah nafsu birahi.   "Kita akan bersenang-senang di sini,"   Ujarnya sambil mengelus-elus pipi wanita itu.   "Iiih sudah tidak tahan ya?"   Tanya wanita itu sambil tertawa cekikikan.   "Aku memang sudah tidak tahan. Ayohlah kita mulai"   Anggota Bu Tek Pay itu tersenyumsenyum.   "Aku yang duluan bersenang-senang denganmu, setelah itu barulah giliran kawankawanku."   "Kalian berjumlah..."   Wanita itu menghitung.   "satu, dua, tiga, empat..., lima belas."   "Apakah engkau kuat melayani kami yang berjumlah lima belas orang?"   Tanya anggota Bu Tek Pay itu.   "Kenapa tidak? Lebih dari itu pun aku sanggup,"   Sahut wanita itu.   "Ha a a h...?"   Para anggota Bu Tek Pay terbelalak, kemudian mereka tertawa terbahak-bahak.   "Ha ha ha..." "Aku sudah siap melayani kalian"   Mendadak wajah wanita itu berubah dingin sekali. Anggota Bu Tek Pay itu gembira sekali.   "Kalau begitu, bukalah pakaianmu"   Wanita itu merogoh ke dalam bajunya, kemudian mengeluarkan sebilah pedang yang sangat lemas.   "Hmm"   Dengus wanita itu dingin sambil menatap mereka dengan bengis sekali.   "Hari ini kalian semua harus mati"   Anggota Bu Tek Pay tertegun.   "   Engkau... engkau siapa?"   "Aku Tui Beng Li (Wanita Pengejar Nyawa)"   Sahut wanita itu memberitahukan.   "Maka kalian semua harus mati di tanganku"   "Jangan bergurau Lebih baik engkau layani kami..."   Ujar anggota Bu Tek Pay dengan kening berkerut. Mendadak Tui Beng Li menggerakkan pedangnya, seketika juga anggota Bu Tek Pay itu menjerit.   "Aaakh..."   Bajunya sudah berlumuran darah, ternyata dadanya tertembus pedang.   sebetulnya pedang itu sangat lemas, namun ketika Tui Beng Li mengerahkan lweekangnya, pedang itu berubah menjadi keras bukan main.   Perlu diketahui, pedang itu adalah Loan Rang Po Kiam (Pedang pusaka Baja Lemas) yang sangat tajam.   "Engkau... engkau...."   Anggota Bu Tek Pay terhuyung-huyung sambil mendekap dadanya yang berlumuran darah, kemudian terkulai dan nyawanya pun melayang. Kejadian itu sangat mengejutkan kawan-kawannya, maka mereka lalu serentak mencabut senjata masing-masing.   "serang"   Seru seseorang. Tui Beng Li tertawa dingin sambil memutar-mutarkan pedangnya untuk menangkis, lalu mendadak membentak sambil balas menyerang. Tampak pedangnya berkelebatan menyambar ke sana ke mari dan terdengar pula suara yang menggelegar.   "Aaakh..."   "Aaaakh..."   "Aaaakh Aaakh..."   Terdengarlah suara jeritan yang menyayat hati.   Ternyata belasan anggota Bu Tek Pay itu sudah terkapar berlumuran darah, bahkan nyawa mereka pun melayang.   siapa sebenarnya Tui Beng Li? Dia ternyata Tan Li cu.   setelah berhasil mempelajari Kiu Yang sin Kang dan Li Tian Kiam Hoat (Ilmu Pedang Petir Kilat), maka It sim sin Ni memperbolehkannya pergi mencari Liu siauw Kun untuk menuntut balas.   Tan Li cu tidak berani datang di markas Bu Tek Pay, sebab gurunya telah berpesan, jangan ke markas Bu Tek Pay mencari Liu siauw Kun, sebab di sana banyak jebakan dan Bu Lim sam Mo serta Kwan Gwa sian Koay berkepandaian sangat tinggi, lebih baik memancing Liu siauw Kun keluar.   Karena pesan tersebut, maka Tan Li cu tidak berani datang di markas Bu Tek Pay, namun ia membunuh anggota-anggota Bu Tek Pay untuk memancing Liu siauw Kun keluar.   Tan Li cu memandang mayat-mayat itu dengan dingin, lalu melesat pergi menuju kedai lagi.   la yakin, anggota-anggota Bu Tek Pay lain akan muncul lagi di kedai itu, maka ia kembali ke sana.   Pemilik kedai dan beberapa pelayan terbelalak melihat kemunculan Tan Li cu.   Salah seorang pelayan segera menyuguhkan secangkir teh.   "Nona tidak apa-apa?"   Tanya pelayan itu berbisik.   "Ke mana belasan anggota Bu Tek Pay itu?"   "Mereka sudah tidak bisa melakukan kejahatan lagi,"   Sahut Tan Li cu sambil tersenyum.   "Maksud Nona?"   Pelayan itu tercengang.   "sudah kukirim ke alam baka."   Tan Li cu memberitahukan, kemudian menghirup teh itu.   "Apa?"   Wajah pelayan itu berubah pucat.   "Nona... Nona telah membunuh mereka?"   "Ya."   Tan Li cu manggut-manggut. "   Celaka"   Pelayan itu tampak kalut.   "Nona harus segera pergi sebab akan muncul lagi anggotaanggota Bu Tek Pay."   "Aku ke mari lagi justru ingin menunggu kemunculan mereka,"   Sahut Tan Li Cu sambil tersenyum.   "Nona...."   Pelayan itu menggeleng-gelengkan kepala, lalu segera menghampiri pemilik kedai dan berbisik-bisik.   "Dia... dia telah membunuh belasan anggota Bu Tek Pay itu."   "oh?"   Pemilik kedai terbeliak.   "Kalau begitu, wanita itu pasti berkepandaian tinggi. oh ya, kenapa dia ke mari lagi?"   "   Katanya ingin menunggu kemunculan anggota- anggota Bu Tek Pay yang lain,"   Sahut pelayan memberitahukan.   "Berarti dia ingin membunuh anggota-anggota Bu Tek Pay lagi."   Ujar pemilik kedai.   "Aku harus siap rugi besar hari ini."   "Kenapa?"   "Kalau mereka berkelahi di sini, bukankah kedaiku akan hancur? Tetapi tidak jadi masalah, sebab para anggota Bu Tek Pay selalu sewenang-wenang, dan sering memperkosa anak gadis serta isteri orang...."   Ucapan pemilik kedai itu terhenti mendadak. karena ia melihat beberapa anggota Bu Tek Pay memasuki kedai nya.   "Mereka datang..."   Bisik pelayan itu.   "Layani mereka dengan sikap tenang Mereka mau makan apa berikan saja, sebab ajal mereka sudah tiba"   Sahut pemilik kedai dengan suara rendah.   "Pelayan Pelayan"   Teriak salah seorang anggota Bu Tek Pay yang baru datang itu.   "Ya."   Pelayan itu berlari-lari menghampiri mereka.   "Tuan-tuan mau pesan apa?"   "Cepat hidangkan makanan-makanan yang lezat dan arak"   "Ya, ya."   Pelayan itu manggut-manggut. sesaat kemudian, meja itu telah penuh berbagai macam hidangan-hidangan lezat, dan arak yang wangi.   "Ha ha ha"   Anggota-anggota Bu Tek Pay itu tertawa gelak.   "Mari kita makan sekenyangkenyangnya "   Mereka mulai makan dan minum. Tiba-tiba salah seorang teringat sesuatu, lalu menengok ke sana ke mari.   "Eh? Ke mana kawan-kawan kita yang datang duluan."   "   Heran? Kenapa mereka tidak kelihatan?jangan-jangan sudah pergi bersenang-senang dengan wanita.... Wah, ada wanita cantik di sini"   "Bukan main cantiknya wanita itu Ha ha ha Kita akan bersenang-senang dengannya Aku akan mengundangnya makan bersama"   Anggota Bu Tek Pay itu menghampiri Tan Li cu yang duduk dengan kepala tertunduk.   "Nona"   Perlahan-lahan Tan Li cu mendongakkan kepalanya, kemudian tersenyum manis.   "   Engkau memanggilku?"   Tanyanya.   "Betul."   Anggota Bu Tek Pay itu terbelalak ketika menyaksikan senyuman yang sangat menawan itu.   "Nona sendirian?"   "Ya."   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Bagaimana kalau Nona makan bersama kami?"   "Itu.." "Jangan malu-malu Nona, mari makan bersama, kami Ada bermacam-macam hidangan yang lezat-lezat."   "Tapi apakah aku tidak akan mengganggu kalian?"   "Tentu tidak."   Anggota Bu Tek Pay itu tertawa gembira.   "Mari makan bersama kami"   "Baiklah."   Tan Li cu mengikuti anggota Bu Tek Pay itu. Begitu wanita itu duduk, para anggota Bu Tek Pay yang lain memandangnya dengan penuh gairah.   "Mari kita bersulang"   Salah seorang menyodorkan minuman keras ke hadapannya.   "Ha ha ha..."   "Terima kasih"   Ucap Tan Li cu lalu meneguk minuman itu.   "Nona dari mana?"   "Aku dari Kang Lam."   "Apakah Nona sudah punya suami?"   "suamiku sudah mati, kini aku menjanda. Aaaakh..."   Tan Li cu menghela nafas.   "Aku datang di kota ini untuk mencari famili, tapi tidak ketemu."   "   Kasihan"   Salah seorang terus menatap dadanya yang menonjol.   "sudah berapa lama engkau menjanda?"   "Dua tahun lebih."   "Apakah engkau tidak merasa kesepian?"   "Tentu. Tapi... tiada lelaki yang baik, jadi aku...."   "Kami semua lelaki baik. Karena engkau merasa kesepian, maka kami bersedia menemanimu.   "   "Oh, ya?"   "Ya, ya. Kami siap menemanimu"   "Kalian berlima, sedangkan aku cuma seorang diri...."   "Tidak menjadi masalah. Itu bisa diatur."   Anggota Bu Tek Pay itu tertawa gelak.   "Ha ha ha Pokoknya kami akan memuaskanmu, aku jamin."   "Terus terang, aku sanggup melayani kalian berlima. Aku tidak omong kosong lho"   "oh?"   Kelima anggota Bu Tek Pay itu saling memandang.   "Benarkah itu?"   "sudah ada buktinya."   "Ada buktinya?"   "Aku telah bertemu kawan-kawan kalian berjumlah belasan, tetapi mereka semua tak berdaya melayaniku. Maka hingga saat ini mereka masih belum bisa bangun."   Bagian 36 "Oh, ya? Mereka berada di mana?"   "Mereka mengajakku bersenang-senang di sebuah rumah kosong."   Tan Li cu memberitahukan sambil tersenyum.   "cuma sekejap mereka sudah tak berdaya sama sekali. Sungguh mengecewakan"   "Ha ha ha"   Kelima anggota Bu Tek Pay itu tertawa terbahak-bahak.   "Mereka memang tak berguna, namun kami berlima kuat-kuat semua lho Pokoknya...."   "Tentunya kalian berlima juga akan mengecewakanku."   Tan Li cu menggelengkan kepala.   "Kami pasti dapat memuaskanmu Ayoh, mari kita ke rumah kosong itu"   Kelima anggota Bu Tek Pay bangkit berdiri. "Ng"   Tan Li cu mengangguk sambil berdiri.   "Tapi kalian harus membayar hidangan-hidangan itu"   "Ha ha Kami makan di sini tidak pernah membayar."   "Kalau begitu, kalian bukan lelaki baik, aku tidak mau ikut kalian ke rumah kosong itu."   Kelima anggota Bu Tek Pay itu saling memandang, kemudian tertawa sekaligus mengeluarkan uang perak masing-masing.   "Kami akan membayar lebih dari itu,"   Ujar salah seorang Bu Tek Pay, lalu mengambil uang perak kawan-kawannya dan diserahkan kepada pemilik kedai.   "Kami membayar, tapi nanti kami ke mari lagi, engkau harus mengembalikan uang kami"   "Baik."   Pemilik kedai manggut-manggut dan membatin.   "   Kalian tidak akan kembali lagi."   Kelima anggota Bu Tek Pay melangkah ke luar.   Tan Li cu mengikuti mereka dan menoleh ke belakang memberi isyarat kepada pemilik kedai.   Pemilik kedai mengangguk perlahan, kelihatannya tahu akan arti isyarat itu, bahwa Tan Li cu akan membunuh kelima anggota Bu Tek Pay.   Mereka sudah sampai di depan rumah kosong itu, namun Tan Li cu tidak masuk.   hanya berdiri di situ.   "Eh? Kenapa berdiri di situ? Mari kita masuk untuk bersenang-senang"   "Kalian masuklah Coba lihat kawan-kawan kalian sudah bangun atau belum?"   Sahut Tan Li Cu sambil tersenyum.   "Baik,"   Kelima anggota Bu Tek Pay melangkah ke dalam, namun mendadak berhambur ke luar lagi dengan wajah pucat pias.   "Mereka... mereka...."   "Mereka belum bangun, kan?"   Tanya Tan Li cu tersenyum.   "Siapa... siapa yang membunuh mereka?"   Kelima anggota Bu Tek Pay balik bertanya.   "Aku yang membunuh mereka,"   Sahut Tan Li cu dingin.   "Si... siapa kau?"   "Aku Tui Beng Li, namaku Tan Li cu."   "Wanita Pengejar Nyawa?"   "Betul."   Tan Li cu tertawa dingin.   "Hari ini kalian harus mati di tanganku"   Tan Li cu mengeluarkan Loan Rang Po Kiam, lalu mengerahkan Kiu Yang sin Rang. Kelima anggota Bu Tek Pay pun menghunus pedang masing-masing, kemudian mendadak menyerang Tan Li Cu.   "   Kalian harus mati"   Bentak Tan Li cu sambil menangkis, lalu balas menyerang dengan jurus Lui Ming Tiah soh (Petir Menggelegar Kilat Menyambar). Pedang pusaka baja lemasnya mengeluarkan suara menggelegar dan menyambar ke sana ke mari.   "Aaaakh..."   "Aaaakh... Aaaakh..."   Tampak empat anggota Bu Tek Pay terkulai berlumuran darah. Yang satu hanya terpotong sepasang telinganya sehingga darahnya mengucur.   "Engkau...."   Anggota Bu Tek Pay itu mundur-mundur dengan wajah pucat pias. la ketakutan sekali karena melihat kawan-kawannya telah mati.   "Aku sengaja melepaskanmu, agar engkau bisa melapor kepada ketua Bu Tek Pay bahwa aku sedang mengejar nyawa Liu siauw Kun"   Ujar Tan Li cu dingin lalu membentak.   "Ayoh, cepat enyah"   Anggota Bu Tek Pay itu kabur terbirit-birit, sedangkan Tan Li cu tertawa dingin, kemudian melesat pergi. Bu Lim sam Mo, Kwan Gwa siang Koay, Ang Bin sat sin dan Liu siauw Kun mendengar laporanlaporan itu dengan kening berkerut-kerut.   "Tui Beng Li?"   Tanya Tang Hai Lo Mo.   "Dia memberitahukan namanya?"   "Namanya Tan Li cu,"   Sahut anggota Bu Tek Pay yang terpotong sepasang telinganya.   "Dia pun menyuruh aku melapor, bahwa dia sedang mengejar nyawa Tuan Muda." "Oh?"   Tang Hai Lo Mo tampak gusar sekali, kemudian bertanya kepada Liu Siauw Kun.   "Engkau kenal wanita itu?"   "Kenal, Guru,"   Jawab Liu siauw KunjujUr.   "Dua tahun lalu...."   Liu siauw Kun menutur tentang kejadian ketika ia ingin memperkosa wanita itu, namun terdengar suara orang menegurnya.   "   Kalau begitu...."   Tang Hai Lo Mo setelah berpikir sejenak.   "Dia pasti ditolong oleh orang yang berkepandaian tinggi."   "Siapa yang berkepandaian begitu tinggi?"   Gumam Thian Mo sambil mengerutkan kening.   "Hanya dalam satu jurus dia mampu membunuh empat orang dan menguntungkan sepasang telinganya...."   "Itu tidak mengherankan. Anggota-anggota kita itu berkepandaian rendah, maka wanita tersebut gampang membunuh mereka."   "Ang Bin sat sin Engkau dan Liu siauw Kun harus menangkap wanita itu"   "Tunggu"   Cegah siluman Kurus.   "Jangan menyuruh mereka berdua menangkap Tui Beng Li"   "Kenapa?"   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Tanya Tang Hai Lo Mo.   "Kelihatannya Tui Beng Li sengaja memancing Liu siauw Kun keluar markas. Karena itu, jangan sampai dia terpancing"   Sahut siluman Kurus.   "Kalau begitu, kita harus membiarkannya membunuh para anggota kita?"   Tanya Tang Hai Lo Mo.   "Kita lihat bagaimana perkembangan selanjutnya, setelah itu barulah kita mengambil tindakan,"   Sahut siluman Kurus.   "Benar."   Thian Mo manggut-manggut.   "Kita lihat saja perkembangan selanjutnya. Itu Cuma gangguan kecil, tidak perlu kita pusingkan"   "Menurutku...."   Kening TeMo berkerut.   "   Kalau Tui Beng Li tidak yakin dirinya mampu membunuh Liu siauw Kuo, tentunya dia pun tidak akan berani menantang. Dia berani menantang, pertanda dia berkepandaian tinggi."   "Tidak salah. Tapi memang ada baiknya kita menunggu perkembangan selanjutnya."   Sahut Ang Bin sat sin.   "Baiklah."   Tang Hai Lo Mo manggut-manggut. Sementara itu, pihak Kay Pang juga telah mendengar tentang kejadian tersebut, namun hanya tahu bahwa wanita itu adalah Tui Beng Li (Wanita Pengejar Nyawa), tidak tahu namanya.   "   Heran"   Gumam sam Gan sin Kay.   "Siapa wanita itu, kenapa dia begitu berani membunuh para anggota Bu Tek Pay?"   "Aaakh..."   Kim siauw suseng menghela nafas panjang.   "Kita semua mirip kura-kura yang menyembunyikan kepala."   "Kita harus memikirkan ratusan nyawa. Apabila kita sembarangan bertindak akan mencelakai kita semua. Lagipula kita harus bersabar menunggu Tio Cie Hiong, bukan?"   Sahut sam Gan sin Kay.   "Belum juga Cie Hiong muncul, malah muncul Tui Beng Li. Itu pertanda Bu Tek Pay sudah mendekati keruntuhan."   Ujar Tui Hun Lojin.   "Ha ha ha"   Sam Gan sin Kay tertawa gelak.   "Bu Lim sam Mo pasti terpukul oleh kejadian itu."   "Benar. Itu memang merupakan tamparan berat bagi Bu Tek Pay,"   Sahut Kim siauw suseng dan menambahkan.   "Apabila Cie Hiong sudah muncul, aku juga ingin membantai para anggota Bu Tek Pay."   "Tapi...."   Kening Lim Ceng Im berkerut.   "Kenapa Kakak Hiong masih belum pulang?" "Tenanglah, Nak Mungkin tidak lama lagi dia akan pulang, engkau harus sabar"   Ujar Lim Peng Hang.   "Ya, Ayah."   Lim Ceng Im mengangguk.   "Ohya, Ceng Im"   Sam Gan sin Kay menatapnya seraya bertanya.   "Bagaimana gadis Jepang itu? Betahkah dia terus bersembunyi di ruang bawah tanah itu?"   "Kakek"   Lim Ceng Im menghela nafas.   "Tidak betah pun harus betah, sebab kalau dia keluar sekarang, sama juga mencari mati, bukan?"   Sam Gan sin Kay manggut-manggut.   "Kasihan juga nasib gadis itu"   "Dia gadis yang baik, aku tahu dia sangat mencintai Kakak Hiong."   Ujar Lim Ceng Im memberitahukan.   "Tapi cintanya ditolak oleh Kakak Hiong. Dia tidak merasa sakit hati, sebaliknya malah makin kagum kepada Kakak Hiong yang sangat setia kepadaku. Dia bilang, sulit mencari pemuda seperti Kakak Hiong...."   "Ceng Im"   Kim siauw suseng menatapnya dalam-dalam.   "Tidakkah engkau merasa cemburu?"   "Kenapa aku harus merasa cemburu? Kakak Hiong sangat setia kepadaku. Kalau aku cemburu karena itu, bukankah aku berhati picik?"   "Benar."   Kim siauw suseng manggut-manggut.   "Walau begitu banyak anak gadis jatuh cinta kepada cie Hiong, tapi dia tidak tergoda sama sekali."   "Tentu."   Lim Peng Hang tertawa mendadak.   "sebab putriku pernah melihat dia telanjang mandi di sungai...."   "Ayah"   Wajah Lim Ceng Im langsung memerah.   "   Kenapa berkata yang bukan-bukan?"   "Wuah? Ha ha ha"   Kim siauw suseng terbahak-bahak.   "sungguh luar biasa, belum apa-apa sudah melihat...."   "   Kakek sastrawan"   Lim Ceng Im melotot.   "   Waktu itu kami masih kecil, lagipula aku tidak sengaja melihatnya, dan dia pun tidak tahu kalau aku anak gadis."   "Ha ha ha"   Kim siauw suseng tertawa.   "Tidak sengaja tapi sudah melihat, kan? Maka... teringat terus."   "Iiih"   Lim Ceng Im membanting-banting kaki.   "Aku sedang pusing, malah digoda Kakek sastrawan sungguh keterlaluan"   "Ha ha ha"   Kim siauw suseng, saman sin Kay dan lainnya terus tertawa, akhirnya Lim Ceng Im berlari ke dalam....   Bab 63 Hong Hoang Leng (Tanda Perintah Phoenix) Di dalam sebuah kamar penginapan, tampak seorang tua dan seorang gadis duduk berhadapan dengan wajah serius.   Mereka adalah Tio Lo Toa dan Tio Hong Hoa.   Ternyata mereka telah meninggalkan Pulau Hong Hoang To, dan kini bermalam di sebuah penginapan.   "Hoa ji Kita tidak boleh bertindak sembarangan, juga tidak boleh datang di markas Bu Tek Pay,"   Ujar Tio Lo Toa sungguh-sungguh.   "Kalau begitu...."   Tio Hong Hoa mengerutkan kening.   "Apa rencana kita, Paman Lo Toa?"   Tio Lo Toa menyahut dengan suara rendah.   "Lebih baik kita turun tangan memusnahkan markas cabang Bu Tek Pay Itu pasti sangat mengejutkan Bu Lim sam Mo dan Kwan Gwa siang Koay."   "Benar."   Tio Hong Hoa tertawa gembira.   "Kita juga harus bergerak secara misterius membuat bingung pihak Bu Tek Pay." "Ha ha"   Tio Lo Toa tertawa gembira.   "Malam ini kita hancurkan salah satu markas cabang Bu Tek Pay, beberapa malam kemudian kita bertindak lagi."   "Setuju,"   Sahut Tio Hong Hoa.   "Kita tinggalkan sebuah Hong Hoang Leng, agar Bu Lim sam Mo tahu tentang Hong Hoang Leng dan pasti terkejut."   "Kita ke markas cabang itu tengah malam,"   Ujar Tio Lo Toa dan menambahkan.   "Alangkah baiknya kita menutup muka dengan kain, agar mereka tidak mengenali kita."   "Baik."   Tio Hong Hoa manggut-manggut. Setelah tengah malam, tampak dua sosok bayangan melesat ke arah markas cabang Bu Tek Pay, Beberapa penjaga terkejut bukan main ketika melihat dua sosok bayangan melayang turun.   "Siapa kalian?"   Bentak mereka.   "Kami datang untuk menghabisi nyawa kalian"   Sahut Tio Hong Hoa sambil menggerakkan pedangnya.   "Aaaakh Aaakh..."   Beberapa penjaga itu roboh seketika berlumuran darah, dan putus pula nafas mereka.   "Hoa ji...."   Tio Lo Toa menggeleng-gelengkan kepala.   "Mereka sering membunuh orang dan memperkosa anak gadis serta isteri orang, maka mereka harus mati."   Sahut Tio Hong Hoa. Tio Lo Toa menghela nafas. Mereka lalu melangkah memasuki markas cabang Bu Tek Pay itu. Mendadak muncul belasan orang bersenjata tajam, dan salah seorang menatap mereka dengan tajam.   "Siapa kalian? Mau cari mati di sini?"   Bentaknya.   "Kami ke mari bukan untuk cari mati, melainkan ingin membasmi kalian"   Sahut Tio Hong Hoa dingin.   "Apa?"   Orang itu tertegun.   "Siapa berani menentang Bu Tek Pay, harus mati Apakah kalian tidak tahu?"   "Tahu oleh karena itu, kami harus membasmi kalian"   Tio Hong Hoa tertawa dingin sekaligus menghunus Hong Hoang Po Kiam.   "Hm"   Dengus orang itu lalu memberi aba-aba.   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Serang dia"   Belasan anggota Bu Tek Pay langsung menyerang Tio Hong Hoa. Gadis itu tertawa nyaring, lalu menggerakkan pedangnya untuk menangkis.   "Trang Trang Trang"   Senjata para anggota Bu Tek Pay terkutung semua, sehingga membuat mereka tertegun.   "Kalian bersiap-siaplah untuk mati, karena kalian telah banyak melakukan kejahatan"   Bentak Tio Hong Hoa sambil menyerang. Badan gadis itu berputar-putar, Hong Hoan Po Kiampun berkelebatan. Ternyata ia mengeluarkan jurus Hong Hoang Coanshin (Burung Phoenix memutarkan badan).   "Aaaakh Aaaakh Aaaaakh..."   Jerit belasan anggota Bu Tek Pay itu. Tubuh mereka berlumuran darah, kemudian roboh dan tak bernyawa lagi. Pada waktu bersamaan, muncul lagi belasan orang, salah seorang diantaranya adalah pemimpin markas cabang itu.   "Siapa kalian?"   Bentaknya sambil memandang mayat-mayat yang bergelimpangan itu.   "Kalian berani membunuh anggota Bu Tek Pay?"   "Tentu berani"   Sahut Tio Hong Hoa.   "Bukankah aku telah membunuh mereka? Kenapa masih bertanya?" "Serang dia"   Seru pemimpin markas cabang Bu Tek Pay itu.   Para anak buahnya langsung menyerang.   Tio Hong Hoa menangkis dan sekaligus balas menyerang dengan jurus Hong Hoang Seng Thian (Burung Phoenix Terbang Ke Langit).   Badan gadis itu melambung ke atas, dan pedang pusakanya berkelebatan.   seketika terdengarlah suara yang menyayat hati.   "Aaakh Aaakh..."   Belasan anggota Bu Tek Pay itu roboh mandi darah. Betapa terkejutnya pemimpin itu. seketika ia mengambil langkah seribu, tetapi, Tio Lo Toa sudah melesat ke hadapannya sekaligus mengayunkan tangannya.   "Aaakh..."   Jerit pemimpin itu lalu terkulai, dan nyawanya pun melayang.   "Hoa ji Mari kita memeriksa ke dalam, apakah masih ada anggota Bu Tek Pay yang tersisa apa tidak"   Ujar Tio Lo Toa. Tio Hong Hoa mengangguk. mereka berdua lalu berjalan ke dalam. Namun di dalam tidak terdapat anggota Bu Tek Pay, hanya ditemukan belasan wanita yang sedang menangis.   "   Cepatlah kalian pulang sekarang sudah aman"   Ujar Tio Hong Hoa kepada mereka.   "Terima kasih, Lihiap (Pendekar Wanita)"   Ucap wanita-wanita itu, lalu segera meninggalkan markas cabang Bu Tek Pay.   "Hoaji Taruhlah sebuah Hong Hoang Leng di badan pemimpin itu"   Ujar Tio Lo Toa dan menambahkan.   "Kita harus segera pergi."   "Ya."   Tio Hong Hoa segera melempar sebuah Hong Hoang Leng ke atas badang pemimpin itu.   "Paman Lo Toa, mari kita pergi"   Tio Lo Toa mengangguk. mereka berdua lalu melesat pergi. Tak seberapa lama kemudian, mereka sudah sampai di penginapan. Setelah berada di dalam kamar, Tio Hong Hoa tertawa sambil duduk dan Tio Lo Toa duduk di hadapannya.   "Hong Hoang Leng sudah muncul dalam rimba persilatan, pertanda hari kematian para penjahat."   Ujar Tio Hong Hoa.   "Para anggota Bu Tek Pay memang kelewat jahat, mereka sering membunuh orang dan memperkosa pula"   Tio Lo Toa menggeleng-gelengkan kepala.   "Kita memang harus membasmi mereka."   "Paman Lo Toa, bagaimana kalau Bu Lim sam Mo dan Kwan Gwa siang Koay muncul?"   Tanya Tio Hong Hoa mendadak.   "Tidak mungkin. Bu Lim Sam Mo adalah ketua, sedangkan Kwan Gwa Siang Koay adalah Tetua, tentunya mereka tidak akan muncul. Mungkin mereka akan mengutus Ang Bin sat sin dan Liu siauw Kun menghadapi kita,"   Sahut Tio Lo Toa.   "Paman Lo Toa menghadapi Ang Bin sat sin, aku akan menghadapi Liu siauw Kun. setelah kita membunuh mereka, mungkin Bu Lim sam Mo dan Kwan Gwa siang Koay akan muncul."   "Itu memang mungkin. Karena itu, kita harus berhati-hati."   Pesan Tio Lo Toa.   "   Karena itu kita tidak mampu menghadapi mereka."   "Paman Lo Toa"   Tio Hong Hoa tersenyum.   "Itu urusan nanti, mungkin ayahku sudah datang di Tionggoan."   "Hoa ji,"   Tio Lo Toa menghela nafas.   "Ayahmu juga tak mampu menghadapi Bu Lim sam Mo dan Kwan Gwa siang Koay. Kalau satu lawan satu, mungkin ayahmu masih kuat menghadapinya."   Tio Hong Hoa mengerutkan kening.   "Kalau begitu...."   "Lebih baik kita beristirahat dulu, Hoa-ji."   Tio Lo Toa tersenyum.   "   Engkau tidur di tempat tidur, aku duduk di sini saja."   "Ohya Kita telah mendengar tentang Tui Beng Li yang membunuh para anggota Bu Tek Pay. Apakah Paman Lo Toa tahu kira-kira siapa wanita itu?" "Tidak tahu."   Tio Lo Toa menggelengkan kepala.   "Tapi... yang jelas, wanita itu mempunyai dendam terhadap pihak Bu Tek Pay."   "Paman Lo Toa, alangkah baiknya kita bisa bertemu dia."   Ujar Tio Hong Hoa dan menambahkan.   "Jadi dia dan kita bergabung."   "Hoa ji Tidurlah"   "Ya."   Tio Hong Hoa mengangguk.   lalu membaringkan dirinya di atas tempat tidur, dan memejamkan matanya.   Bu Lim sam Mo, Kwan Gwa siang Koay dan Ang Bin sat sin tampak terkejut ketika menerima berita tentang pembunuhan di markas cabang.   Kening Tang Hai Lo Mo terus berkerut, lama sekali barulah membuka mulut.   "Hong Hoang Leng pernah muncul kira-kira tujuh puluh lima tahun yang lampau. Tiada seorang pun tahu siapa pemilik Hong Hoang Leng itu, dan dari mana asalnya. Yang jelas pemilik Hong Hoang Leng sangat memusuhi kaum golongan hitam, membunuh kaum golongan hitam tanpa ampun. Tapi sudah sekian puluh tahun tidak muncul, kenapa kini Hong Hoang Leng itu muncul lagi, bahkan membunuh para anggota kita?"   "Memang mengherankan,"   Sahut Thian Mo dengan kening berkerut dan melanjutkan.   "Kita harus bersiap-siap. karena setelah muncul Tui Beng Li, kini muncul pula Hong Hoang Leng."   "Bahkan..."   Tambah Te Mo.   "   Kelihatannya Tui Beng Li dan pemilik Hong Hoang Leng sehaluan, terbukti mereka sama-sama membunuh anggota-anggota kita."   "Tetua"   Tang Hai Lo Mo memandang Kwan Gwa siang Koay.   "Perlukah kka yang turun tangan?"   "Menurutku...."   Siluman Gemuk berpikir sejenak.   "Belum waktunya kita turun tangan. Namun kita harus menyuruh para anggota kita untuk menyelidiki tentang Hong Hoang Leng itu"   "Ya."   Tang Hai Lo Mo mengangguk.   "Kini ada orang tertentu mulai mengusik kita, maka setelah kita tahu siapa pemilik Hong Hoang Leng, kita harus turun tangan membunuhnya."   "Hm"   Dengus siluman Kurus.   "Kalau sudah tahu siapa dia, aku pasti menyuruhnya merasakan kelihayanku"   "Jadi...."   Thian Mo mengerutkan kening.   "Un-tuk sementara ini kita diam saja?"   "Ya."   Kwan Gwa siang Koay mengangguk.   "Kalau ada orang yang mencurigakan, harus dilaporkan kepada kita."   "Siauw Kun Perintahkan para anggota kita, agar menyelidiki Hong Hoang Leng itu siapa yang mencurigakan, harus segera lapor"   Ujar Tang Hai Lo Mo.   "Ya."   Liu siauw Kun memberi hormat, lalu melangkah pergi.   "Oh ya, di mana Takara Yahatsu?"   Tanya Tang Hai Lo Mo mendadak sambil memandang Thian mo.   "Dia sedang melatih ilmu pedang di halaman belakang,"   Sahut Thian Mo memberitahukan.   "Heran"   Gumam Te Mo.   "Aku tidak habis pikir, gadis Jepang itu bersembunyi di mana?"   "Mungkinkah dia sudah mati?"   Tanya Tang Hai Lo Mo.   "Tidak mungkin Aku yakin pasti ada pihak tertentu menyembunyikannya,"   Sahut Te Mo.   "Tidak mungkin Kay Pang. Mungkin salah satu partai besar yang menyembunyikannya?"   Ujar Thian Mo.   "Itu juga tidak mungkin. Tujuh partai besar tidak mungkin berani mencari urusan dengan kita."   Sela siluman Gemuk.   "Kalau begitu gadis itu hilang ke mana?"   Tang Hai Lo Mo mengerutkan kening.   "Padahal anggota-anggota kita telah menyelidikinya, namun tidak menemukan jejaknya." "Itu bukan urusan kita,"   Tandas Siluman Kurus.   "Jadi kita tidak perlu memikirkan itu, yang jadi masalah kita sekarang adalah Tui Beng Li dan munculnya Hong Hoang Leng itu."   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Benar."   Bu Lim Sam Mo manggut-manggut.   "Setelah Tio Cie Hiong mati, kini malah muncul Tui Beng Li dan Hong Hoang Leng. Hm Kita harus membunuh mereka"   "Apabila masih terjadi pembunuhan terhadap anggota-anggota kita, berarti sudah waktunya kita turun tangan. Sebab kalau tidak, kita pasti ditertawakan oleh Kay Pang dan tujuh partai besar."   Ujar Siluman Kurus.   "Benar."   Siluman Gemuk manggut-manggut.   "Kita harus segera memberantas mereka, agar tidak ditertawakan oleh Kay Pang dan tujuh partai besar."   Memang benar apa yang dikatakan Kwan Gwa Siang Koay, saat ini Bu Lim Ji Khie, Tui Hun Lojin, Lim Peng Hang dan Gouw Han Tiong sedang tertawa, namun wajah mereka pun tampak serius.   "Aku sama sekali tidak menduga, kalau Hong Hoang Leng itu bisa muncul lagi dalam rimba persilatan."   Sam Gan Sin Kay mengerutkan kening.   "Padahal sudah sekian puluh tahun tidak pernah muncul."   "Memang mengherankan,"   Sahut Kim Siauw Suseng.   "Tapi kemunculan Hong Hoang Leng justru membunuh para anggota Bu Tek Pay. Keli-hatannya pemilik Hong Hoang Leng mempunyai dendam dengan Bu Lim Sam Mo dan Kwan Gwa siang Koay."   "Belum tentu,"   Sela Tui Hun Lojin sambil menggeleng-gelengkan kepala.   "Sebab pemilik Hong Hoang Leng khususnya memang membunuh kaum golongan hitam."   "Apakah Ayah tahu jelas tentang Hong Hoang Leng itu?"   Tanya Lim Peng Hang.   "Tidak begitu jelas,"   Sahut sam Gan sin Kay.   "Kira-kira tujuh puluh lima tahun silam, Hong Hoang Leng pernah muncul dan membunuh orang-orang golongan hitam. Namun beberapa tahun kemudian, Hong Hoang Leng hilang begitu saja. Tiada seorang pun tahu siapa pemilik Hong Hoang Leng itu. Guruku pun tidak tahu sama sekali."   "Pada waktu itu, kita masih kecil,"   Sela Kim siauw suseng.   "Tapi kini Hong Hoang Leng muncul lagi, bukankah sungguh mengherankan?"   "Kelihatannya pemilik Hong Hoang memusuhi Bu Tek Pay, sebab pemimpin markas cabang Bu Tek Pay telah dibunuh, para anggota di situ pun mati semua,"   Ujar Lim Peng Hang.   "Itu merupakan berita yang menggembirakan,"   Gouw Han Tiong tertawa.   "Dan merupakan pukulan kedua bagi Bu Lim sam Mo dan Kwan Gwa siang Koay."   "Mungkin sudah waktunya Bu Tek Pay runtuh. setelah muncul Tui Beng Li, kini muncul lagi Hong Hoang Leng, dan tidak lama lagi akan muncul Cie Hiong. Bu Tek Pay pasti runtuh."   Ujar Tui Hun Lojin.   "Aku masih tidak habis pikir..."   Gumam sam Gan sin Kay.   "Karena kemuncullan Tui Beng Li dan Hong Hoang Leng, sepertinya menuntut balas terhadap Bu Lim sam Mo."   "Kalau begitu, mungkinkah Tui Beng Li dan pemilik Hong Hoang Leng mempunyai hubungan dengan Tio cie Hiong?"   Ujar Kim siauw suseng menduga.   "Tidak mungkin, sebab Tio cie Hiong baru berusia dua puluhan, sedangkan Hong Hoang Leng...."   Sam Gan sin Kay menggeleng-gelengkan kepala dan menambahkan.   "Tapi wanita Pengejar Nyawa itu mungkin kenal Tio Cie Hiong, maka dia membunuh anggota-anggota Bu Tek Pay."   "Kenapa pemilik Hong Hoang Leng juga membunuh anggota-anggota Bu Tek Pay?"   Tanya Gouw Han Tiong.   "Para anggota Bu Tek Pay selalu membunuh orang dan memperkosa anak gadis. Mungkin karena itulah maka pemilik Hong Hoang Leng membunuh mereka."   Sahut Kim siauw suseng.   "Apakah Ayah tahu asal-usul pemilik Hong Hoang Leng?"   Tanya Lim Peng Hang mendadak. "Aku sama sekali tidak tahu. Tapi... konon di laut Utara terdapat sebuah pulau misterius, yakni Pulau Hong Hoang To. Mungkin pemilik Hong Hoang Leng berasal dari pulau itu."   Sahut sam Gan sin Kay.   "Hong Hoang To?"   Lim Peng Hang dan Gouw Han Tiong terbelalak.   "Menurut cerita guruku..."   Ujar Kim siauw Suseng.   "Dua ratus tahun lalu Hong Hoang Leng pernah muncul di rimba persilatan, namun kemudian menghilang mendadak."   "Kemunculan Hong Hoang Leng pada masa itu juga membunuh kaum golongan hitam?"   Tanya Gouw Han Tiong.   "Ya."   Kim siauw suseng mengangguk.   "Tujuh puluh lima tahun lalu muncul kembali, setelah itu tidak pernah muncul lagi. Namun kini malah muncul, maka sungguh mengherankan."   "Ha ha ha"   Sam Gan sin Kay tertawa gelak.   "Yang jelas kini Bu Lim sam Mo dan Kwan Gwa siang Koay pasti kebakaran jenggot saking gusarnya."   "Benar."   Kim Siauw Suseng juga tertawa.   "Ha ha Itu sangat menggembirakan Mungkin para ketua tujuh partai juga sudah mendengar tentang berita itu."   "Tentu."   Sam Gan sin Kay manggut-manggut dan menambahkan.   "Kalau Cie Hiong sudah pulang, kita juga harus mulai bergerak."   "Kakek Kakak Hiong sudah pulang ya?"   Mun-cul Lim Ceng Im sambil menghampiri mereka.   "Cie Hiong belum pulang,"   Sahut Lim Peng Hang sambil menggelengkan kepala.   "Kalau begitu, kenapa ayah dan kakek tampak begitu gembira?"   Lim Ceng Im heran.   "Padahal Kakak Hiong belum pulang...."   "Nak"   Lim Peng Hang menatapnya.   "Kini di rimba persilatan telah muncul Hong Hoang Leng. itulah yang menggembirakan kami."   "Hong Hoang Leng?"   Lim Ceng Im tercengang.   "Apa Hong Hoang Leng itu?"   "Hong Hoang Leng merupakan tanda kematian bagi kaum golongan hitam..."   Jawab Lim Peng Hang dan memberitahukan tentang kejadian di markas cabang Bu Tek Pay. Lim Ceng Im terbelalak.   "   Kalau begitu, pemilik Hong Hoang Leng berada di pihak kita?"   "Bukan di pihak kita, tapi di pihak golongan putih,"   Ujar Lim Peng Hang.   "Itu pertanda sudah waktunya Bu Tek Pay runtuh."   "Kini muncul Tui Beng Li, dan disusul oleh Hong Hoang Leng. Namun...."   Lim Ceng Im menghela nafas panjang.   "Kenapa Kakak Hiong masih belum muncul?"   "Tenang, Nak"   Ujar Lim Peng Hang.   "Percayalah Tidak lama lagi Cie Hiong pasti pulang."   "Aaaakh..."   Lim Ceng Im menggeleng-gelengkan kemala.   "Entah bagaimana keadaan Kakak Hiong? Mudah-mudahan dia sudah sembuh Masalah kepandaiannya bisa pulih atau tidak. aku tidak begitu memikirkan. Yang penting dia sembuh dari tukanya, agar kami bisa berkumpul dan tidak terpisah lagi."   "Jangan khawatir Apa yang kau inginkan itu pasti terwujud, percayalah"   "   Kakak Hiong, kapan engkau pulang?"   Gumam Lim Ceng Im dengan air mata meleleh.   "Aku sudah rindu sekali kepadamu...."   Berita tentang kemunculan Hong Hoang Leng juga telah sampai ke telinga It sim sin Ni.   Yang memberitahukan kepadanya adalah kedua biarawati, muridnya.   setelah mendengar tentang itu, It sim sin Ni lalu duduk bersila sambil melamun, kelihatannya sedang memikirkan sesuatu.   Di saat bersamaan Tayli Lo Ceng muncul, dan ketika melihat It sim sin Ni melamun, tercenganglah padri tua itu.   "sin Ni"   Tayli Lo Ceng duduk di hadapannya.   "Urusan apa yang membuatmu melamun?"   It sim sin Ni tidak menyahut.   "omitohud"   Tayli Lo Ceng menatapnya.   "oh-ya, di mana Tan Li cu?"   "Dia sudah turun gunung,"   Sahut It sim sin Ni singkat.   "Oh?"   Tayli Lo Ceng mengerutkan kening dan memberitahukan.   "Murid ku pun sudah turun gunung. sin Ni, apakah engkau sedang memikirkan murid bungsumu itu?"   It sim sin Ni menggelengkan kepala, kemudian menghela nafas panjang.   "Lo ceng, engkau mendengar tentang Hong Hoang Leng yang telah muncul dalam rimba persilatan?"   Tanyanya.   "Hong Hoang Leng?"   Tayli Lo Ceng tertegun.   "Aku belum mendengar, sebab aku langsung kemari dari Gunung Thay san"   "Hong Hoang Leng telah muncul lagi."   "Sin Ni"   Tayli Lo Ceng heran.   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "   Kenapa engkau memikirkan tentang Hong Hoang Leng?"   "Karena...."   It sim sin N Imenghela nafas.   "Hong Hoang Leng mempunyai hubungan dengan diriku."   "Apa?"   Tayli Lo Ceng tampak tertegun.   "Hong Hoang Leng itu mempunyai hubungan dengan dirimu?"   "Ya."   "Setahuku engkau tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan Hong Hoang Leng itu Tujuh puluh lima tahun lalu, Hong Hoang Leng itu pernah muncul dalam rimba persilatan."   "Karena itu, aku mempunyai hubungan dengan Hong Hoang Leng itu."   It sim sin Ni menghela nafas lagi.   "Aaaakh... tujuh puluh lima tahun kemudian muncul kembali sungguh di luar dugaan"   "Sin Ni"   Tayli Lo Ceng menatapnya.   "Maukah engkau menutur tentang hubunganmu dengan Hong Hoang Leng itu?"   "Tujuh puluh lima tahun silam...."   It sim sin N Imulai menutur.   "suatu hari, aku terkepung kaum golongan hitam. Di saat diriku dalam bahaya, muncullah seorang lelaki berusia lima puluhan. wajahnya tampan, berwibawa dan gagah berani. Hanya dua jurus dia telah berhasil membunuh kaum golongan hitam yang mengepungku."   "Lalu kalian berkenalan?"   "Ya."   It sim sin Ni mengangguk dan melanjutkan.   "Setelah berkenalan, saling tertarik."   "Omitohud...."   Tayli Lo Ceng menghela nafas.   "Bukankah engkau biarawati?"   "Lo Ceng Belum lama ini aku pernah memberitahukanmu, bahwa dulu aku pernah melakukan suatu kesalahan."   "Ya. Engkau memang pernah memberitahukan, tapi engkau tidak bersedia menuturkannya."   "Benar."   It sim sin N Imanggut-manggut.   "Kini Hong Hoang Leng telah muncul lagi, maka aku harus menuturkannya."   "Setelah kalian berdua saling tertarik, lalu bagaimana?"   "Kami saling jatuh cinta."   It sim sin NI memberitahukan sambil mengenang.   "Karena itu, kami menikah dan dikaruniai dua anak lelaki."   "Omitohud Itu bukan kesalahanmu, melainkan merupakan takdir. setelah itu bagaimana?"   "Beberapa tahun kemudian, mendadak dia membawa kedua anakku meninggalkanku...."   It sim sin Ni menggeleng-gelengkan kepala.   "Apa sebabnya dia membawa kedua anak itu meninggalkanmu?"   Tanya Tayli Lo Ceng dengan kening berkerut. "Ternyata dia telah salah paham denganku."   It sim sin NI menghela nafas lalu melanjutkan.   "Pada waktu itu, kita berjumpa kembali, sehingga aku sering pergi menemuimu secara diamdiam. Ternyata dia mengetahuinya."   "Omitohud"   Tayli Lo Ceng menggeleng-gelengkan kepala.   "Itu yang menyebabkannya meninggalkanmu omitohud...."   "Hampir lima tahun aku mencarinya, tapi dia dan anak-anak hilang begitu saja."   It Sim Sin Ni menghela nafas lagi.   "Akhirnya aku menjadi putus asa dan kembali ke mari, dan sejak itu aku tidak pernah meninggalkan biara ini."   Tayli Lo Ceng manggut-manggut.   "sin Ni, bolehkah aku tahu namanya?"   "Dia bernama Tio Po Thian, pemilik Hong Hoang Leng."   It sim sin Ni memberitahukan "Kini muncul kembali Hong Hoang Leng itu...."   "Omitohud"   Ucap Tayli Lo Ceng.   "Maka engkau menduga dia muncul lagi? Kira-kira begitu dugaanmu, kan?"   "Ya."   It sim sin Ni mengangguk.   "Aaakh...."   Tayli Lo Ceng menghela nafas.   "Kalau dia adalah Tio Pe Thian, aku harus menjernihkan kesalahpahaman itu."   "Terima kasih, Lo Ceng Tapi itu telah berlalu."   It sim sin NI menggeleng-gelengkan kepala.   "Aku menduga, kalau bukan dia, pasti anak-anakku."   "Ohya, bolehkah aku tahu nama anak-anakmu?"   "Mereka bernama Tio Tay Seng dan Tio It seng,"   Ujar It sim sin Ni dan menambahkan.   "Yang sulung mungkin sudah berusia tujuh puluhan, yang bungsu berusia sekitar enam puluh lima."   "Aku akan pergi mencari mereka, lalu membawa mereka ke mari menemuimu."   Ujar Tayli Lo Ceng sungguh-sungguh.   "Terima kasih, Lo Ceng"   Ucap It sim sin Ni.   "Sin Ni, aku mohon diri sampaijumpa"   Tayli Lo Ceng melangkah pergi, sedangkan It sim sin Ni menggeleng-gelengkan kepala sambil menghela nafas panjang.   Bab 64 Thian Liong Kiam Khek (Pendekar Pedang Naga Khayangan) Seorang pemuda tampan berjalan menuju kota Lam Teng.   Pada punggungnya tampak bergantung sebuah buntalan dan sebatang pedang.   siapa pemuda itu, ternyata Lie Man chiu, murid Tayli Lo Ceng.   Ketika Lie Man chiu berjalan perlahan sambil menikmati keindahan alam, mendadak ia berhenti dan keningnya tampak berkerut, karena sayup,sayup terdengar suara teriakan wanita minta tolong.   la melesat ke sebuah rimba di pinggir jalan, lalu naik ke sebuah pohon sekaligus memandang ke arah suara teriakan.   Tampak belasan orang sedang mengerumuni seorang wanita sambil tertawa-tawa.   Sementara wanita itu ketakutan, tiba-tiba salah seorang memeluknya dari belakang.   "Jangan melawan Baik-baiklah melayani kami"   Ujar orang itu sambil tertawa, kemudian mulai membuka baju wanita itu.   "Jangan jangan...."   Wanita itu meronta-ronta.   "Tolong Tolong..."   "Percuma engkau berteriak minta tolong Ha ha ha..."   Orang itu tertawa gelak dan mulai memegang payudara wanita itu.   "Ha ha ha"   Yang lain pun ikut tertawa, bahkan diantaranya mulai mendekati wanita itu, lalu menggerayangi sekujur tubuhnya. "Tolong Tolong..."   Wanita itu terus menrjerit-jerit.   "Tolong..."   "Ha ha ha Percuma engkau berteriak Lebih baik engkau melayani kami...."   "Berhenti"   Terdengar suara bentakan yang mengguntur, kemudian melayang turun seseorang. Belasan orang itu terkejut, lalu memandang orang yang baru melayang turun dari pohon, yang tidak lain Lie Man chiu. la menatap mereka dengan dingin sekali.   "Siapa engkau?"   Bentak belasan orang itu.   "Aku Thian Liong Kiam Kheks sahut Lie Man chiu lalu membentak sengit.   "siapa kalian?"   "Lihatlah tulisan ini"   Sahut salah seorang dari mereka sambil menunjuk bajunya sendiri, dengan dada terangkat sedikit.   "Bu Tek"   Lie Man chiu membacanya.   "Oooh Ternyata kalian anggota Bu Tek Pay"   "Engkau sudah tahu, maka cepat- cepatlah enyah dari sini"   Bentak salah seorang anggota Bu Tek Pay "Kalau tidak...."   "Kalian mau turun tangan membunuhku, kan?"   Tanya Lie Man Chiu sambil tertawa dingin.   "Siauhiap. tolonglah aku"   Ujar wanita itu.   "Mereka... mereka ingin memperkosaku."   "Tenang Aku pasti menolongmu,"   Sahut Lie Man Chiu.   "Engkau mau menolong wanita itu?"   Tanya salah seorang anggota Bu Tek Pay dan menambahkan.   "Siapa berani menantang Bu Tek Pay pasti mampus"   "Siapa berani menentangku, juga harus mati"   Sahut Lie Man Chiu sambil menghunus pedang pusaka Naga Kahyangan yang bergantung di punggungnya.   "Hari ini kalian semua harus mati di tanganku"   "Kawan-kawan Mari kita serang dia"   Seru salah seorang anggota Bu Tek Pay dan langsung menyerang Lie Man chiu dengan golok.   kawan-kawannya pun ikut menyerang.   Lie Man chiu bersiul panjang.   Mendadak badannya melesat ke atas, lalu berjungkir balik ke bawah sekaligus menggerakkan pedangnya.   Ternyata ia balas menyerang dengan jurus Thian Liong Jip Hai (Naga Kahyangan Masuk Ke Laut).   Trang Trang Trang "Aaaakh Aaaakh Aaaakh..."   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Terdengar suara benturan senjata dan suara jeritan yang menyayat hati.   Beberapa anggota Bu Tek Pay telah roboh tak bernyawa.   Lie Man chiu tidak diam sampai di situ.   la bersiul panjang lagi sambil menyerang mereka dengan jurus Thian Liong cioh Cu (Naga Khayangan Merebut Mutiara), pedang pusaka Naga Khayangan itu berkelebat ke sana ke mari.   "Aaakh Aaaakh Aaaakh..."   Terdengar lagi suara jeritan yang menyayat hati. Ternyata sisa anggota Bu Tek Pay terkapar bermandi darah dan nyawa mereka pun melayang.   "Hmm"   Dengus Lie Man chiu sambil memandang mayat-mayat itu, kemudian berkata kepada wanita tersebut.   "Cepatlah engkau pulang, sebarkan berita bahwa Thian Liong Kiam Khek membunuh mereka"   "Terima kasih, siauhiap"   Ucap wanita itu.   "Aku pasti menyebarkan berita tentang ini."   Lie Man chiu manggut-manggut lalu mendadak melesat pergi, dan wanita itu pun segera meninggalkan tempat tersebut.   Lie Man Chiu sudah memasuki kota Lam Teng, lalu singgah di sebuah kedai untuk mengisi perut.   la memesan sup sapi dan sepoci arak.   Pelayan segera menyuguhkannya, kemudian berbisik.   "Tuan bukan orang kota ini, kan?"   "Ya. Kenapa?" "Apabila muncul anggota-anggota Bu Tek Pay, Tuan jangan memandang mereka."   Pesan pelayan itu.   "Lho?"   Lie Man chiu heran.   "Memangnya kenapa?"   "Aaakh"   Pelayan itu menghela nafas.   "Anggota-anggota Bu Tek Pay sangat kejam. Kalau tersinggung lantaran Tuan memandang, mereka pasti membunuh Tuan"   Lie Man chiu tersenyum.   "Terima kasih atas peringatanmu, tapi aku memang berharap kemunculan mereka."   "Haah?"   Wajah pelayan itu langsung memucat.   "Apakah Tuan teman Bu Tek Pay?"   "Bukan."   Lie Man chiu tersenyum lagi.   "Aku menunggu kemunculan mereka karena ingin membasmi mereka."   "Apa?"   Pelayan itu terbelalak.   "Tuan jangan bergurau, itu bahaya sekali lho"   "Sebelum memasuki kota ini, aku telah membunuh belasan anggota Bu Tek Pay yang mau memperkosa seorang wanita."   Lie Man chiu memberitahukan, lalu mulai bersantap. Pelayan itu meninggalkannya, lalu menghampiri majikannya yang duduk di tempat kas.    Pedang Pusaka Thian Hong Karya Kho Ping Hoo Darah Daging Karya Kho Ping Hoo Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong

Cari Blog Ini