Ceritasilat Novel Online

Kesatria Baju Putih 40


Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung Bagian 40


Kesatria Baju Putih Karya dari Chin Yung   "Lawan mereka"   Seru Kou Hun Bijin.   "Lak Kui, cepat bantu Siang Koay"   "Ya, Yang Agung,"   Sahut Kwan Gwa Lak Kui dan langsung membantu Siang Koay menyerang Bu Lim Sam Mo.   Terjadilah pertarungan yang amat dahsyat, sebab siang Koay mengeluarkan ilmu Tok Im Ciang (Ilmu Pukulan Dingin Beracun), sedangkan Lak Kui mengeluarkan Ku Lu Ciang IHoat (Ilmu Pukulan Tengkorak).   Namun ilmu pukulan Pak Kek Sin Ciang memang merupakan pukulan yang sangat dahsyat, bahkan mengeluarkan hawa yang amat dingin, sehingga membekukan rumput-rumput di sekitar tempat itu.   Sementara Tio Tay Seng, Tio Lo Toa, Tio Hong Hoa dan Lie Man Chiu telah melesat ke arah It Sim Sin Ni, sedangkan Sam Gan sin Kay dan Lim Peng Hang melesat ke hadapan Lim Ceng Im.   Gadis itu langsung mendekap di dada Lim Peng Hang sambil menangis terisak-isak.   Tui Hun Lojin dan Gouw Han Tiong terus menyaksikan pertarungan itu dengan mata tak berkedip.   Namun Kim Siauw Suseng malah memandang Kou Hun Bijin, kemudian mendadak melesat ke arah wanita cantik itu.   "Bijin"   Panggilnya dengan suara rendah.   "Kim siauw suseng"   Kou Hun Bijin tersenyum.   "Aku tahu engkau terus menerus memandangku. Apakah engkau menyukaiku?"   "Bijin...."   Kim siauw suseng menundukkan kepala.   "Terus terang,"   Bisik Kou Hun Bijin.   "Aku menyukaimu."   "Apa?"   Kim siauw suseng menatapnya tidak percaya.   "Betulkah Bijin menyukaiku?"   "Hi hi Hi Walau aku pernah merasa suka kepada gurumu, tapi aku tidak pernah mengatakannya. Terhadap engkau, aku malah berterus terang dan berani mengatakannya. Karena itu, aku sama sekali tidak bergurau."   "Terima kasih Bijin Terimakasih...."   "Nanti saja kalau engkau mau mencurahkan isi hatimu, sekarang perhatikan pertarungan itu"   "Ya, Bijin."   Kim siauw suseng mengangguk.   Mereka berdua sama sekali tidak tahu, bahwa sam Gan sin Kay terus memperhatikan mereka sambil tersenyum-senyum.   Sementara pertarungan yang sedang berlangsung itu bertambah seru dan sengit.   siang Koay dan Lak Kui tampak matimatian melawan Bu Lim sam Mo.   Tio Cie Hiong yang duduk bersila mulai bangkit berdiri dengan perlahan-lahan, sedangkan monyet bulu putih langsung meloncat ke bahunya.   "Kauw heng, lindungilah Ceng Im"   Ujar Tio Cie Hiong sambil membelainya.   "Aku akan menghadapi Bu Lim sam Mo."   Monyet itu manggut-manggut, lalu melesat ke arah Lim Ceng Im sambil bercuit-cuit gembira. Tio Cie Hiong memperhatikan pertarungan itu, kemudian mendadak mengeluarkan siulan panjang dan sangat nyaring.   "Berhenti"   Bentaknya menggunakan Iweekang.   Betapa terkejutnya Bu Lim sam Mo, Kwan Gwa siang Koay dan Lak Kui, dan seketika juga mereka berhenti bertarung.   Bu Lim sam Mo memandang Tio Cie Hiong, sedangkan Tio Cie Hiong melepaskan kedok kulitnya dengan perlahan-lahan.   "sam Mo"   Tio Cie Hiong menatap mereka tajam.   "Kalian bertiga masih mengenalku?"   "Haah...?"   Bu Lim sam Mo terbelalak.   "Engkau... engkau adalah Pek Ih sin Hiap Tio Cie Hiong?"   "Betul."   Tio cie Hiong melangkah maju ke hadapan mereka.   "Engkau... engkau belum mati?"   Tanya Tang Hai Lo Mo dengan air muka berubah.   "Aku memang belum mati,"   Sahut Tio Cie Hiong dingin.   "Bu Lim sam Mo, yang sudah biarlah berlalu Kalian bertiga sudah tua, lebih baik hidup tenang di suatu tempat, jangan membuat kacau rimba persilatan lagi, sebab aku pun tidak mau mencampuri urusan rimba persilatan."   Sesungguhnya Tio Cie Hiong tetap merasa tidak tega membunuh mereka, maka menasehati mereka agar mau hidup tenang di tempat sepi.   Akan tetapi, Bu Lim Sam Mo malah salah tanggap.   Mereka mengira Tio Cie Hiong takut, sehingga ingin berdamai dengan mereka.   "Ha ha ha"   Tang Hai Lo Mo tertawa terbahak-bahak.   "Engkau takut, bukan? Pokoknya hari ini kami harus melenyapkanmu"   "Bu Lim sam Mo"   Tio cie Hiong menghela nafas.   "untuk apa kalian berbuat begitu? Tiada artinya sama sekali."   "Hm"   Dengus Thian Mo.   "Engkau merupakan penghalang bagi kami untuk menguasai rimba persilatan oleh karena itu, hari ini kami bertiga harus membunuhmu"   "Aaaah"   Tio Cie Hiong menggeleng-gelengkan kepala.   "Kalian bertiga telah berusia hampir sembilan puluh, tapi kenapa tidak mau menikmati hari-hari yang tenang dengan penuh kedamaian dalam hati?"   "Jangan banyak omong"   Bentak Tang Hai Lo Mo.   "Bersiap-siaplah untuk mampus"   Bu Lim sam Mo segera mengambil posisi mengurung, sedangkan Tio Cie Hiong tetap berdiri di tempat. Matanya memandang mereka sambil menghela nafas panjang.   "Bu Lim sam Mo, tiada gunanya kita bertarung. Bagaimana kalau aku mengaku kalah, tapi kalian bertiga mulai sekarang tidak menimbulkan bencana dalam rimba persilatan?"   Katanya.   "Jangan omong kosong"   Bentak Thian Mo.   "Ajalmu tetah tiba hari ini, bersiap-siaplah untuk mati"   "Aaah"   Tio Cie Hiong menghela nafas panjang, kemudian mulai mengerahkan Pan Yok Hian Thian sin Kangnya.   Bu Lim Sam Mo mengerahkan Pak Kek Sin Kang, sehingga hawa di sekitar tempat itu berubah menjadi dingin sekali.   It sim sin Ni, Bu Lim Ji Khie, Lim Ceng Im dan lainnya mulai tercekam ketegangan.   Mereka tahu bahwa tidak lama lagi akan terjadi pertarungan sengit.   "Ayah,"   Bisik Lim Ceng Im.   "Apakah Kakak Hiong sanggup melawan Bu Lim sam Mo?"   "Sanggup,"   Sahut Lim Peng Hang.   "Ayah...."   Lim Ceng Im ingin mengatakan sesuatu, namun dibatalkannya karena Bu Lim sam Mo telah mulai menyerang Tio Cie Hiong.   Tio Cie Hiong berkelit dengan ilmu Kin Kiong san Tian Pou, sekaligus balas menyerang dengan Bit Ciat sin ci (Ilmu Jari sakti).   Sementara monyet bulu putih menyaksikan pertarungan itu dengan penuh perhatian.   Kelihatannya ia sudah siap membantu apabila Tio Cie Hiong berada di bawah angin.   Tang Hai Lo Mo menyerang dengan jurus Swat Hoa Phiau Phiau (Bunga salju Beterbangan), Thian Mo menyerang menggunakan jurus Han Thian soh swat (Menyapu salju Hari Dingin), sedangkan Te Mo menyerang dengan jurus Ling swat Teng Hai (saiju Menutupi Laut).   Tio Cie Hiong diserang dari tiga jurusan, namun tidak gugup maupun panik, Mendadak badannya berputar-putar melambung ke atas, sekaligus balas menyerang dengan jurus Man Thian sing sing (Bin-tang-Bintang Bertaburan Di Langit) jurus tersebut justru dapat mematahkan serangan-serangan yang dilancarkan Bu Lim sam Mo.   Tak terasa pertarungan telah melewati puluhan jurus, namun mereka masih bertarung seimbang.   Tiba-tiba Bu Lim sam Mo berhenti, lalu saling memandang dan manggut-manggut.   Tio Cie Hiong tahu, bahwa Bu Lim sam Mo akan segera mengeluarkan ilmu simpanan.   Karena itu, ia menghimpun Iweekang Kan Kun Taylo sin Kang.   Memang tidak salah dugaan Tio Cie Hiong, ternyata Bu Lim sam Mo mulai mengerahkan Iweekang Hian Bun Kui Goan Kang Khi.   Mendadak Bu Lim sam Mo membentak keras, lalu dengan serentak menyerang Tio Cie Hiong dari tiga jurusan, dan mengeluarkan tiga jurus ilmu pukulan Hian Bun sam Ciang.   Tio Cie Hiong tidak berkelit, melainkan menangkis serangan-serangan itu dengan ilmu pukulan Kan Kun Taylo ciang Hoat, mengeluarkan jurus Kan Kun Taylo Bu Pien (Alam semesta Tiada Batas).   Daaaar...   Terdengar suara benturan, yang memekakkan telinga.   Bu Lim sam Mo termundur tiga langkah, sedangkan Tio Cie Hiong tetap berdiri tegak di tempat.   Betapa terkejutnya Bu Lim sam Mo, karena mendadak iweekang mereka berbalik menyerang diri mereka sendiri Mereka bertiga saling memandang memberi isyarat, kelihatannya mereka ingin mengerahkan iweekang sepenuhnya.   Tio Cie Hiong menghimpun iweekang Kan Kun Taylo sin Kang hingga puncaknya.   Betapa tegangnya suasana di tempat itu Para penonton semakin tercekam, terutama Lim Ceng Im.   "Kauw heng, apakah Kakak Hiong sanggup menangkis serangan-serangan mereka?"   Tanya gadis itu dengan nada cemas.   Monyet bulu putih bercuit-cuit, kelihatannya mulai tegang juga, bahkan maju beberapa langkah siap membantu Tio Cie Hiong.   Pada saat bersamaan, terdengarlah bentakan keras.   Ternyata Bu Lim sam Mo telah menyerang Tio Cie Hiong dengan lweekang sepenuhnya.   Tio Cie Hiong menangkis dengan jurus Kan Kun Taylo Kwi Cong (segala-galanya Kembali Ke Alam semesta) .   DaarDaaarDaaaar...   Terdengar suara ledakan dahsyat, yang diiringi pula oleh suara jeritan.   "Aaaakh Aaaakh Aaaakh..."   Bu Lim sam Mo terpental belasan depa, kemudian roboh dengan mulut mengucurkan darah segar. Sedangkan Tio Cie Hiong tetap berdiri di tempat Wajahnya tampak pucat pias, kemudian duduk bersila.   "Kakak Hiong"   Teriak Lim Ceng Im.   "Jangan mengganggu dia"   Bisik Lim Peng Hang.   Sementara monyet bulu putih telah melesat ke arah Tio Cie Hiong, bahkan sekaligus memeriksanya.   setelah itu, monyet bulu putih tampak berlega hati.   Berselang sesaat, barulah Tio cie Hiong bangkit untuk berdiri, lalu mendekati Bu Lim sam Mo.   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Tio cie Hiong memeriksa nadi mereka, lalu menggeleng-gelengkan kepala sambil menghela nafas panjang.   setelah itu ia memasukkan pil ke mulut Bu Lim sam Mo.   sesaat kemudian, Bu Lim sam Mo memandang Tio Cie Hiong dengan mata redup.   "cie Hiong...,"   Ujar Tang Hai Lo Mo lemah.   "Terima kasih, engkau memang berhati bajik Tapi... sudah terlambat karena tadi kami tidak mau mendengar nasehatmu." "Bu Lim sam Mo, kalian ingin meninggalkan suatu pesan?"   Tanya Tio Cie Hiong lembut.   "cie Hiong...,"   Sahut Thian Mo dengan nafas memburu.   "Tolong... tolong cari Liu siauw Kun, nasehati dia agar tidak melakukan kejahatan"   "Ya."   Tio Cie Hiong mengangguk. Padahal ia sudah tahu bahwa Liu siauw Kun telah mati di tangan Tan Li cu, namun ia tidak ingin mengecewakan Bu Lim sam Mo yang telah sekarat.   "cie Hiong...,"   Tang Hai Lo Mo tersenyum.   "Kami... kami yang bersalah, karena tidak mau mendengar nasehat paman guruku. Kami... kami...."   Mendadak kepala Tang Hai Lo Mo terkulai, begitu pula Thian Mo dan Te Mo. Ternyata nafas mereka telah putus.   "Aaaah..."   Tio Cie Hiong menghela nafas panjang.   "Aku tidak tega membunuh kalian, tapi kalian yang menyerangku dengan iweekang sepenuhnya. Kalau tidak. kalian pasti tidak akan mati."   "Kakak Hiong"   Lim Ceng Im mendekatinya.   "Kakak Hiong...."   "Adik Im...."   Tio Cie Hiong langsung memeluknya, sekaligus membelainya dengan penuh cinta kasih.   "Kakak Hiong...."   Lim Ceng Im menangis tensak-isak dengan air mata berderai-derai.   "Adik Im, jangan menangis Aku telah berada di sisimu."   Tio Cie Hiong membelainya lagi.   "Huaha ha ha"   Sam Gan sin Kay yang usil itu tertawa gelak.   "Dekap dan membelai nih ya"   "Kakek...."   Kali ini Lim Ceng Im tidak cemberut, melainkan tersenyum gembira, lalu mendadak mengecup pipi Tio cie Hiong.   "Wuaaah"   Sam Gan sin Kay tertawa lagi.   "Kecupan mesra tuh"   Lim Ceng Im tersenyum malu dan Tio Cie Hiong menatapnya mesra. setelah itu, ia mengeluarkan sebutir pil.   "Adik Im, telanlah obat pemunah racun ini"   Lim Ceng Im mengangguk dan langsung menelan obat tersebut. Kemudian Tio Cie Hiong mendekati It sim Sin Ni dan lainnya. la pun memberikan obat pemunah racun kepada mereka, kemudian berkata pada Kou Hun Bijin.   "Terima kasih, Kak"   "Hi hi Hi"   Kou Hun Bijin tertawa gembira.   "Adik kecil kini malah engkau yang berhutang budi kepadaku."   "Kak. aku harus bagaimana membalas budi kebaikanmu?"   "Cukup dengan mencintai dan menyayangi Ceng Im. selamanya kalian tidak boleh ribut, harus hidup rukun dan bahagia."   "Ya, Kak."   "Bijin"   It sim sin Ni mulai bersuara. Kelihatannya racun yang mengidap di tubuhnya telah punah.   "Bagaimana engkau bisa muncul begitu kebetulan?"   "Sesungguhnya bukan kebetulan, melainkan memang sengaja muncul untuk menolong kalian,"   Jawab Kou Hun bijin jujur.   "Aku sudah tahu tentang kalian ditangkap. hanya saja aku tidak berani turun tangan menolong kalian, sebab kepandaian Bu Lim sam Mo sangat tinggi."   "Kok engkau bisa tahu?"   Tanya It sim sin Ni.   "Itu adalah jasa Kwan Gwa siang Koay dan Lak Kui."   Kou Hun Bijin memberitahukan.   "Mereka yang memberitahukan kepadaku secara diam-diam. Namun ketika aku muncul, kami berpura-pura bersitegang. setelah itu, aku mengeluarkan dua buah medali."   "Benarkah kedua medali itu begitu berkuasa atas diri Kwan Gwa siang Koay dan Lak Kui?"   Tanya It sim sin Ni.   "Tentu tidak,"   Sahut Kou Hun Bijin sambil tertawa cekikikan.   "Itu hanya sandiwara belaka. Hi hi hi..."   "Kakak...."   Tio Cie Hiong terbelalak mendengar penuturan wanita itu. "Bagaimana adik kecil? Kakak cukup baik terhadapmu, bukan?"   Kou Hun Bijin menatapnya sambil tersenyum.   "Terima kasih atas semua kebaikan Kakak"   Ucap Tio Cie Hiong sambil memberi hormat.   "sama-sama"   Kou Hun Bijin tertawa, kemudian mendadak berseru dengan suara nyaring.   "Kini kalian boleh keluar"   Tiba-tiba muncul beberapa orang, yang ternyata para ketua tujuh partai besar..   "Eeeeh?"   Bu Lim Ji Khie dan lainnya terheran-heran.   "Kok mereka juga ada di sini?"   "Aku yang mengundang mereka ke mari,"   Sahut Kou Hun Bijin memberitahukan.   "Mereka semua sudah tahu bahwa,Tio Cie Hiong memakai kedok kulit"   "Omitohud omitohud...,"   Ucap Hui Khong Taysu ketua siauw Lim Pny.   "Kini segalanya telah beres. omitohud...."   "Ha ha ha"   It Hian Tejin tertawa gelak.   "Mulai sekarang rimba persilatan akan aman."   "Pek Ih sin Hiap memang luar biasa"   Ujar wie Hian cinjin, ketua Kun Lun pay.   "Sekaligus telah menyelamatkan rimba persilatan."   Para ketua tujuh partai terus-menerus memuji dan menyanjung Tio Cie Hiong sehingga membuat pemuda itu menjadi kikuk.   Lie Man chiu yang menyaksikan itu, mendadak terasa ada suatu ganjalan di dalam hatinya.   Ganjalan apa itu? Hanya dia seorang yang mengetahuinya.   Sementara Kwan Gwa siang Koay dan Lak Kui menggali sebuah lubang, lalu mengubur mayat Bu Lim sam Mo.   "Adik kecil,"   Ujar Kou Hun Bijin sambil tersenyum.   "Kwan Gwa siang Koay dan Lak Kui memang sering melakukan kejahatan, tapi kini merekalah yang paling berjasa dalam hal menolong nenekmu dan lainnya. oleh karena itu, kakak harap. engkau sudi mengampuni mereka"   "Pek Ih sin Hiap."   Ucap Kwan Gwa siang lyoay dan Lak Kid.   "Kami semua bersedia dihukum."   "Siang Koay Lak Kui,"   Sahut Tio Cie Hiong sambil tersenyum.   "Aku sungguh harus berterima kasih kepada kalian. Kalau tiada, kaliah, tentu nenekku dan lainnya akan celaka."   "Jangan berkata begitu...."   Kwan Gwa siang Koay menundukkan kepala.   "Kami... kami mohon ampun"   "Siang Koay Lak Kui"   Tio Cie Hiong memegang bahu mereka seraya berkata.   "Kita adalah teman."   "Terimakasih, Pek Ih sin Hiap Terima-kasih...."   "Kini urusan di sini telah beres"   Seru Sam Gan Sin Kay lantang.   "Mari kita ke markas pusat Kay Pang"   Betapa ramainya suasana di markas pusat Kay Pang, bahkan sangat semarak pula dan terdengar suara tawa gembira di sana-sini. Mereka bersulang dengan wajah ceria, terutama Tio Cie Hiong dan Lim Ceng Im.   "Lim Pangcu,"   Ujar Tio Tay seng sambil tertawa gelak.   "Kini secara resmi kami, pihak Hong Hoang To melamar putrimu untuk Cie Hiong."   "Ha ha ha"   Lim Peng Hang tertawa gembira.   "Tanpa dilamar pun telah kuterima Cie Hiong sebagai mantu"   "Huaha ha ha"   Sam Gan sin Kay tertawa terbahak-bahak.   "Tio Tocu, kapan akan dilangsungkan pernikahan mereka?"   "Kami akan mengadakan pesta di pulau Hong Hoang To,"   Sahut Tio Tay seng dan menambahkan.   "Karena putriku juga akan melangsungkan pernikahannya dengan Lie Man chiu."   "Ayah...."   Wajah Tio Hong Hoa langsung memerah.   "Terimakasih, Paman"   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Ucap Lie Man Chiu dengan tersenyum gembira. Pada saat bersamaan, mendadak muncul rombongan Tayli, yaitu sin san Lojin, Ang Kin sian Li, Toan wie Kie, Gouw sian Eng, Lam Kiong hujin, Lam Kiong Bie Liong dan Toan pit Lian.   "Kakek. Ayah"   Seru Gouw sian Eng dan langsung mendekap di dada Gouw Han Tiong.   "Nak...."   Gouw Ha n Tiong membelainya dengan penuh kasih sayang. Toan wie Kie segera memberi hormat kepada Gouw Han Tiong dan Tui Hun Lojin, juga memberi hormat kepada yang lain.   "Huaha ha ha"   Sam Gan sin Kay tertawa gelak.   "Bagaimana kalian bisa tiba di sini begitu tepat waktunya?"   "Ha ha ha"   Sin san Lojin tertawa.   "Belasan hari yang lalu, Tayli Lo Ceng menyuruh kami berangkat ke mari. Lo Ceng itu bilang, semua urusan di sini telah beres, maka kami boleh ke mari."   "Sialan tuh kepala gundul"   Caci Kou Hun Bijin.   "Dia sudah tahu akan kejadian ini, namun... malah bersembunyi di tempat yang begitu jauh."   "Bijin,"   Bisik Kim siauw suseng.   "Tidak baik mencaci Lo Ceng itu."   "Eh? Engkau...."   Kou Hun Bijin melotot, tapi kemudian malah tersenyum.   "Benar, benar. Memang tidak baik mencaci Tayli Lo Ceng."   "Bukan main"   Seru sam Gan sin Kay.   "Kou Hun Bijin bisa menuruti perkataan sastrawan sialan itu Ha ha ha..."   "Pengemis bau"   Wajah Kou Hun Bijin langsung berubah kemerah-merahan, sehingga menambah kecantikannya. Itu membuat Kim siauw suseng menatapnya dengan mata terbelalak, sudah barang tentu membuat wajah Kou Hun Bijin bertambah merah.   "Kenapa sih engkau menatapku dengan cara begitu?"   "Itu pertanda dia sangat mencintaimu, Bijin,"   Sahut sam Gan sin Kay sambil tertawa.   "Eh? Pengemis bau"   Kou Hun Bijin melotot.   "Engkau belum pernah ditampar, ya?"   "Jangan, jangan"   Sam Gan sin Kay cepat cepat mundur.   "Kou Hun Bijin Kim Siauw Suseng"   Mendadak It Sim Sin Ni memandang mereka dengan serius sekali.   "Benarkah kalian sudah saling mencinta?"   "Kami... ini... itu...."   Kou Hun Bijin tergagap. tapi matanya melirik Kim siauw suseng.   "sin Ni,"   Jawab Kim siauw suseng sungguh-sungguh.   "Kami berdua memang telah saling mencinta."   "Kalau begitu, kalian berdua boleh menikah,"   Ujar It sim sin Ni sambil tersenyum.   "Terimakasih, sin Ni"   Ucap Kim siauw suseng sambil memberi hormat. Begitu pula Kou Hun Bijin.   "selamat, selamat"   Sam Gan sin Kay dan lainnya langsung memberi selamat kepada mereka berdua.   "Kim siauw suseng, kita tinggal di Kwan Gwa saja"   Bisik Kou Hun Bijin.   "Ya."   Kim siauw suseng mengangguk.   "Tapi sebelumnya kita harus menghadiri pesta pernikahan Tio Cie Hiong dengan Lim Ceng Im di pula Hong Hoang To"   "Baik,"   Kou Hun Bijin menurut.   "Paman"   Tanya Tio Cie Hiong.   "Kapan kita berlayar ke pulau Hong Hoang To?"   "Besok."   Sahut Tio Tay seng lalu berseru.   "Aku mengundang semuanya ke pulau Hong Hoang To untuk menghadiri pesta pernikahan cie Hiong dan putriku"   "Kalau begitu, kita harus membeli sebuah kapal besar,"   Usul sam Gan sin Kay dan melanjutkan.   "Agar semuanya bisa berangkat bersama."   "Benar."   Tio Tay seng mengangguk. Di saat bersamaan, muncul seorang gadis berlari ke dalam dengan rambut awut-awutan seraya berseru-seru.   "Kakak Cie Hiong Kakak Cie Hiong"   Semua orang terbelalak ketika melihat gadis itu, karena tiada seorang pun mengenalnya.   "Eh? Adik Hiang?"   Tio cie Hiong tertegun.   "Engkau...."   "Kakak Cie Hiong"   Gadis itu ternyata Yo suan Hiang, putri Yo Huai An. la langsung mendekap di dada Tio cie Hiong sambil menangis sedih.   "Kakak cie Hiong...."   "Adik Hiang, kenapa engkau ke mari?"   Tanya Tio Cie Hiong keheranan.   "Ayahku telah meninggal...."   Yo suan Hiang memberitahukan dengan air mata berderai-derai.   "Tunanganku dan ayahku telah dibunuh...."   "oh?"   Tio Cie Hiong tersentak.   "Siapa yang membunuh ayahmu dan mereka?"   "orang-orang Hiat Ih Hwe. Aku... aku berhasil meloloskan diri, maka segera ke mari."   "Tenang, tenang"   "Kakak Cie Hiong, kini aku sudah sebatang kara. Aku... aku harus bagaimana?"   "Tenang"   Tio Cie Hiong tidak tahu harus bagaimana menghibur gadis itu. sedangkan Lim Ceng Im hanya berdiri melongo di tempat. Kejadian yang mendadak itu membuatnya tertegun.   "Cie Hiong"   Tio Tay seng mengerutkan kening.   "siapa gadis itu?"   "Paman, dia adalah Yo suan Hiang, putri mantan Menteri Yo."   Tio Cie Hiong memberitahukan.   "oooh"   Tio Tay seng manggut-manggut.   "Paman,"   Ujar Tio Cie Hiong bermohon.   "Kini dia telah sebatang kara bagaimana kalau Paman menerimanya sebagai murid?"   "Baik, baik"   Sahut Tio Tay seng karena merasa simpati kepada gadis itu.   "Adik Hiang, cepatlah engkau berlutut kepada pamanku, sebab engkau akan diterima sebagai murid"   Ujar Tio Cie Hiong. Yo suan Hiang segera berlutut di hadapan Tio Tay seng.   "Suan Hiang memberi hormat kepada Guru"   Ucapnya dengan terisak-isak.   "Suan Hiang"   Tio Tay seng tersenyum.   "Mulai saat ini engkau menjadi muridku, maka engkau harus ikut kami kepulau Hong Hoang To untuk belajar kepandaian tinggi."   "Ya, Guru. suan Hiang harus menuntut balas kelak"   "Sekarang bangunlah"   "Ya, Guru"   Yo suan Hiang bangkit berdiri, dan mendadak teringat sesuatu.   "Kakak Cie Hiong, di mana calon istrimu?"   "Ini."   Tio Cie Hiong menunjuk Lim Ceng Im, yang berdiri melongo itu.   "Adik Ceng Im, maafkan aku jangan salah paham, aku menganggap Kakak Cie Hiong sebagai kakakku sendiri"   Ujar Yo suan Hiang.   "Kak. aku tidak akan salah paham."   Lim Ceng Im tersenyum sambil menggenggam tangannya.   "Hanya saja aku sempat kaget, karena Kakak Hiong belum menceritakan kepadaku tentang dirimu."   "oh?"   Yo suan Hiang merasa heran.   "Ha ha ha"   Sam Gan sin Kay tertawa.   "cie Hiong lelah menceritakan kepada kami. Hanya belum sempat menceritakan kepadamu, cucuku."   "ooooh"   Lim Ceng Im manggut-manggut.   "Kawan-kawan dan para ketua tujuh partai"   Ujar Tio Tay seng dengan suara lantang.   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Besok kita akan berlayar ke pulau Hong Hoang To"   Mulai sekarang Tio Cie Hiong dan Lim Ceng Im tidak akan berkisah lagi.   Mereka telah melewati berbagai percobaan yang membuat mereka menderita, namun akhirnya mereka hidup bahagia di pulau Hong Hoang To, tak berpisah selama-lamanya, bahkan mereka tidak mau mencampuri urusan rimba persilatan.   Setelah Bu Lim sam Mo mati, betulkah rimba persilatan akan aman dan damai tiada badai apa pun? Justru sungguh di luar dugaan, dalam rimba persilatan telah muncul Hiat Ih Hwe siapa ketua perkumpulan itu, tiada seorang kaum rimba persilatan yang mengetahuinya.   Di samping itu, timbul pula pemberotakan pemberotakan di mana-mana....   TAMAT       Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo Perintah Maut Karya Buyung Hok Perintah Maut Karya Buyung Hok

Cari Blog Ini