Kesatria Baju Putih 9
Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung Bagian 9
Kesatria Baju Putih Karya dari Chin Yung sekonyong-konyong berkelebat belasan bayangan putih ke arahnya. Belasan orang itu semuanya berpakaian kematian. Pada waktu bersamaan, terdengar suara tawa menyeramkan yang melengking-lengking, kemudian muncul seorang berpakaian pendeta. orang itu tampak aneh sekali, sebab mukanya dirias dengan bedak dan bibirnya dimerahkan. "eeh?" Orang itu kelihatan tertegun ketika melihat Tio cie Hiong. "siapa engkau adik manis?" Tio Cie Hiong melongo ketika mendengar ucapannya orang itu, sebab mirip suara wanita yang mengalun lembut. "Engkau siapa?" Tio Cie Hiong balik bertanya. "Adik manis, aku Im yang Hoatsu (Pendeta Banci)." Orang itu tersenyum genit sambil menatap Tio cie Hiong dengan mata tak berkedip- "Ternyata engkau Im yang Hoatsu" Tio Cie Hiong manggut-manggut- "Adik manis, engkau kenal aku?" Im yang Hoatsu mengerlingkan matanya. "Jadi engkau ke mari mencariku?" "ya" Tio Cie Hiong mengangguk Tiraikasih Websitehttp.//kangzusi.com / "Bagus Bagus" Im yang Hoatsu tersenyum- "Mari kita bersenang-senang, aku jamin engkau pasti merasa puas" "Im yang Hoatsu" Bentak Tio Cie Hiong mendadak "Kenapa engkau menyuruh anak buahmu menculik para gadis desa itu?" "Wuah" Im yang Hoatsu tertawa kecil- "Adik manis, kok engkau begitu galak sih Tapi aku senang deh padamu-" "Im yang Hoatsu" Bentak Tio Cie Hiong lagi. "Cepatlah melepaskan para gadis itu" "Itu mana boleh?" Sahut Im yang Hoatsu. "Mereka sudah kujadikan pelayan-pelayanku-Tapi aku bersedia melepaskan gadis-gadis itu, asal engkau mau menemaniku selamanya-" " Omong kosong" Tio Cie Hiong menatapnya. "Hari ini aku harus menumpas kalian semua" "oh ya?" Im yang Hoatsu tertawa geli, kemudian berseru dengan suara parau. "Kalian cepat tangkap adik manis itu" Tio Cie Hiong tertegun karena mendadak suara Im yang Hoatsu berubah parau, padahal semuLa mengalun begitu lembut- Belasan orang itu langsung menerjang ke arah Tio Cie Hiong. Dengan cepat-cepat pemuda itu bergerak menggunakan ilmu langkah kilat. Tam-pak bayangan berkelebat laksana kilat, kemudian terdengarlah suara jeritan di sana sini. "Aaaakh.-" Belasan orang telah roboh sambil merintih-rintih- Terbelalak Im yang Hoatsu menyaksikanny a - "siapa kau?" Bentaknya parau. "Tidak usah tahu siapa aku yang jelas aku harus menumpasmu hari ini, karena engkau telah melakukan kejahatan" Sahut Tio Cie Hiong. "oh, ya?" Suara Im yang Hoatsu mengalun lembut lagi, kemudian tersenyum genit seraya berkata- "Lihatlah Bukankah aku gadis yang sangat cantik sekali? Kau pasti jatuh cinta kepadaku Ayolah, mari kita bersenang-senang di dalam biara" Tio Cie Hiong memandangnya, seketika itu Im yang Hoatsu berubah menjadi seorang gadis yang amat cantik, bahkan badannya meliuk-liuk merangsang. Menyaksikan itu, Tio Cie Hiong tahu Im yang Hoatsu memiliki ilmu hitam. Karena itu, ia pun mengerahkan "Ilmu Penakluk iblis". "Im yang Hoatsu" Tio Cie Hiong tersenyum. "Lihatlah Aku ayahmu, cepatlah engkau berlutut" "Haaah-.?" Im yang Hoatsu terkejut bukan main, sebab mendadak ia melihat almarhum ayahnya berada di hadapannya, sehingga membuatnya nyaris berlutut. "Ha ha" Tio Cie Hiong tertawa geli. "Engkau...." Im yang Hoatsu terbelalak. "Eng-kau mahir ilmu hitam juga?" "Tidak" Tio cie Hiong menggeleng kepala. "Itu yang disebut senjata makan tuan." "Lihat" Bentak Im yang Hoatsu dengan suara berwibawa. "Aku iblis dari neraka yang akan membunuhmu" Mendadak Im yang Hoatsu berubah menjadi sosok makhluk yang sangat menyeramkan, langsung menerjang ke arah Tio Cie Hiong. "Aku si Penakluk Iblis" Ujar Tio Cie Hiong halus. "Iblis, cepatlah menyerah" "Aaaakh" Jerit Im yang Hoatsu. Ternyata dirinya telah terserang, Ilmu Penakluk Iblis, sehingga membuat sekujur badannya mengucurkan keringat, Ia mundur beberapa langkah, dan cepat mengeluarkan sebatang tongkat pendek berkepala ular. " Lihat serangan" Im yang Hoatsu menyerang Tio Cie Hiong dengan tongkat berkepala ular itu. Tio Cie Hiong menghindar dengan ilmu langkah kilat, Im yang Hoatsu tertegun karena mendadak pemuda itu telah hilang dari hadapannya. Kini barulah ia tahu telah menghadapi pemuda yang berilmu tinggi, bahkan dapat membuyarkan itmu hitamnya pula. Maka diam-diam ia mengambil keputusan untuk kabur. Tio Cie Hiong yang masih belum berpengalaman tidak mengetahui itu. sekonyong-konyong Im yang Hoatsu melemparkan sesuatu ke bawah- Terdengarlah letusan yang menimbulkan asap tebal. Asap beracun namun Tio Cie Hiong tidak mengalami apa pun, sebab dirinya kebal terhadap racun. Begitu asap itu sirna, Tio Cie Hiong terkejut mendapati Im yang Hoatsu ternyata telah kabur. Tio cie Hiong menggeleng-gelengkan kepala, menyesali keteledorannya. Lalu melangkah menghampiri salah seorang yang masih menggeletak di situ. "Di mana gadis-gadis itu?" Tanyanya. "Mereka... mereka disekap di sebuah kamar," Jawab orang itu memberitahukan. "siauw hiap, ampunilah kami" "Aku sudah mengampuni kalian. Kini kepandaian kalian telah musnah, selanjutnya jadilah orang baik-baik" Orang itu mengangguk dengan wajah murung. Tio Cie Hiong masuk ke dalam biara tua itu. Didengarnya ada suara tangisan di sebuah kamar, segeralah ia membuka pintu kamar itu, maka tampak belasan gadis berada di dalam. "Kakak, kakak" Seru Tio Cie Hiong memberitahukan. "Kalian jangan takut, aku kemari untuk menolong kalian" "Terima kasih" Sahut gadis-aadis itu serentak dan ikut Tio Cie Hiong keluar. Begitu sampai di luar biara, barulah Tio Cie Hiong ingat akan satu masalah, dari tempat ini menuju ke desa cukupjauh, berarti gadis-gadis itu harus berjalan kaki, sebab tidak ada kuda. "Tidak ada kuda, jadi kalian, terpaksa harus berjalan kaki pulang" Ujar Tio Cie Hiong. "Tidak apa-apa," Ujar gadis-gadis itu- "Tapi kami harap siauw hiap-.." "Tentu" Tio Cie Hiong tersenyum. " Aku pasti menjaga kalian sampai di desa" "Terima kasih, Siauw hiap" Ucap gadis-gadis. Setelah hari agak siang, barulah mereka sampai di rumah kepala desa. Betapa gembiranya para orang tua bertemu anak gadis mereka. Tak henti-hentinya mereka menjura sambil menghaturkan terima kasih kepada Tio Cie Hiong. "Siauw hiap" Kepala desa mendekati Tio Cie Hiong. "Terima kasih atas pertolonganmu, sehingga putriku bisa selamat." "sama-sama-" Tio Cie Hiong tersenyum. "Cungcu, kepala penjahat itu ternyata Im yang Hoatsu, jadi dia tidak bisa mengganggu anak gadis- Harap Cungcu tenang." Kepala desa itu manggut-manggut mengerti akan maksud Tio Cie Hiong. "siauw hiap, karena engkau telah menolong putriku dan lain-lainnya, maka aku akan memberimu hadiah-" Tidak usah-" Tio cie Hiong menggeleng kepala- "yang penting Cungcu jangan bertindak semena-mena terhadap penduduk-" Kepala desa mengangguk- "Dan...," Tambah Tio Cie Hiong. "Ayah Cui Ling sangat baik terhadapku, aku harap Cungcu bersedia membantunya." "Tentu, tentu" Kepala desa mengangguk- "Aku akan memberikannya sawah yang luas." Ujarnya kemudian. Tio Cie Hiong menghampiri ayah Cui Ling, sementara orang tua itu terus tertawa gembira. "Paman, Kepala desa sudah berjanji akan memberikan sawah yang luas. selanjutnya Paman tidak perlu merasa bersusah lagi." Tio Cie Hiong memberitahukan sambil tersenyum. Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "oh..-Be benarkah itu?" Tanya orang tua itu tak percaya. "Benar," Sahut kepala desa sambil manggut-manggut. "Aku telah berjanjipada Siauw hiap ini, tentunya aku tidak akan mengingkarinya." "Terima kasih, Cungcu" Ucap orang tua itu. Tio Cie Hiong menjura pada semua orang. "Maaf. Aku mau mohon diri," Ujarnya kemudian. "Adik Hiong...," Seru Cui Ling dengan mata mulai basah- "Begitu cepat... engkau mau pergi?" "ya" Sahut Tio Cie Hiong sambil tersenyum. "Kakak Ling, ayahmu sudah tua, jagalah dia baik-baik" "Adik Hiong...." Air mata Cui Ling mulai meleleh. Tio Cie Hiong tersenyum lagi. Namun mendadak dia bergerak, seketika badannya berkelebat laksana kilat meninggalkan tempat itu. "Hrrp.." Kepala desa terkejut melihatnya. "Dia dia benar-benar sin Hiap (Kesatria)" "Pek Ih sin Hiap Pek Ih sin Hiap (Kesatria Baju Putih)" Seru semua orang yang berada di situ. "Adik Hiong" Cui Ling yang terisak-isak kembali meneriakkan nama pemuda sakti itu. sejak itu, dikenallah Pek Ih sin Hiap dalam rimba persilatan. Kesatria Baju Putih yang selalu menolong orang dan menumpas para penjahat dengan cara memusnahkan kepandaian mereka.... -ooo00000ooo- Bab 19 Panggung cari jodoh Tio Cie Hiong terus melanjutkan perjalanannya menuju Puri Angin Halilintar. Dalam perjalanan itu dia sambil acapkali menolong orang sakit, juga menumpas para penjahat. Hanya saja ia tidak pernah membunuh, melainkan memusnahkan kepandaian mereka. Karena itu, lambat launjulukannya mulai dikenal dalam rimba persilatan. Pagi ini ia memasuki sebuah kota yang cukup besar. Kota An wie termasuk kota perdagangan, tidak mengherankan kalau keadaannya begitu ramai. ini suasana kota tersebut tampak lebih ramai, di sana sini terlihat orang berkumpul membicarakan sesuatu sambil tertawa. Tio Cie Hiong yang baru tiba di kota An wie itu terheran-heran menyaksikannya, sama sekali tidak tahu apa yang dibicarakan warga kota. Kemudian ia memasuki sebuah kedai yang sangat ramai. Tidak ada tempat kosong sehingga terpaksa dia berdiri sambil menengok ke sana ke mari. Ia melihat dua orang lelaki yang sedang bersantap sambil mengobrol tak henti-hentinya. Karena di situ masih ada tempat kosong, maka Tio cie Hiong mendekati mereka. "Maaf" Ucapnya sambil menjura pada kedua orang itu. "Bolehkah aku duduk di sini?" "silakan" Sahut salah seorang sambil memandangnya. "Terima kasih" Tio Cie Hiong tersenyum dan duduk- segera seorang pelayan menghampirinya. "Tuan mau makan apa?" "semangkok nasi dan sop sapi," Jawab Tio Cie Hiong. Tak lama kemudian, pelayan sudah menyediakan pesanan Tio Cie Hiong. Ketika ia mulai bersantap, kedua orang di dekatnya terdengar mengobrol lagi. "Nanti sore, pertandingan itu pasti menarik sekali." "Ha ha Pasti merupakan pertandingan yang sangat menarik-" "Tapi." Orang yang berbadan gemuk meng-geleng-gelengkan kepala. "Mungkin juga ada yang akan mati dalam pertandingan itu-" "Benar." Temannya manggut-manggut. "Sebab pemuda jahat itu pasti muncul, jadi-" "Aaakh" Orang berbadan gemuk menghela nafas panjang. "Siapa yang mampu mengalahkannya? Nona Tan pasti" "yaah" Temannya menggeleng-geleng kepala. "Guru silat Tan berharap ada orang yang mampu mengalahkan pemuda jahat itu- Tapi di dalam kota ini mana ada orang yang mampu mengalahkan pemuda itu?" Mendengar percakapan itu Tio Cie Hiong merasa tertarik- Ia memandangi orang yang berbadan gemuk seraya bertanya- "Maaf sebetulnya ada pertandingan apa di kota ini. Tuan?" Kedua orang itu langsung memandang Tio cie Hiong, mereka berdua tampak tercengang. "Eh? saudara bukan warga kota ini?" Orang berbadan gemuk balik bertanya. "Bukan." Tio Cie Hiong tersenyum. "Aku cuma mampir di kota ini." "oooh" Orang berbadan gemuk itu manggut-manggut. "Pantas saudara tidak tahu." "Bolehkah saya tahu pertandingan apa yang Tuan perbincangkan tadi?" "Tentu boleh," Sahut orang berbadan gemuk itu. "Di kota ini terdapat seorang guru silat, Tan Kiat sih namanya. Beliau punya seorang putri yang cantik jelita bernama Tan Li Cu...." "Gadis itu berkepandaian tinggi," Sambung temannya. "Sebab gadis itu mendapat bimbingan dari seorang biarawati pengembara." "oh?" Tio Cie Hiong makin tertarik- "Lalu kenapa ada suatu pertandingan?" "Itu merupakan sayembara," Sahut orang berbadan gemuk memberitahukan. "Ternyata Nona Tan telah saling mencinta dengan seorang pemuda bernama Lim Hay Beng. Guru Tan sangat suka pada Lim Hay Beng, karena Lim Hay Beng merupakan pemuda baik, Karena itu, guru Tan berniat menjodohkan mereka Namun...." "Kenapa?" Tanya Tio Cie Hiong. "Mendadak muncul Liu siauw Kun ke rumah guru Tan untuk melamar putrinya. Hal itu membuat Guru silat Tan jadi serba salah," Tutur orang berbadan gemuk sambil menggeleng-geleng kepala. "Kenapa Guru Tan harus serba salah? Bu-kankah dia boleh menolak pinangan Liu siauw Kun itu?" Selidik Tio cie Hiong. "Kalau Guru Tan menolak langsung, berarti guru Tan dan putrinya bakal celaka." Orang berbadan gemuk menarik nafas. "Lho?" Tio cie Hiong tercengang. "Kenapa begitu?" "Liu siauw Kun berkepandaian sangat tinggi dan berhati kejam pula." Orang berbadan gemuk memberitahukan. "Liu siauw Kun selalu berlaku sewenang-wenang di kota ini, bahkan sering puLa mengganggu para anak gadis- siapa berani melawannya, pasti mati di ujung pedangnya" "oh?" Tio Cie Hiong mengerutkan kening. "Kenapa orang tuanya membiarkannya berbuat sewenang-wenang begitu?" "orang tuanya cuma tahu bersenang-senang, mana bisa mendidik putranya? Sedangkan ibunya sudah lama meninggal. Lagi pula... guru Liu siauw Kun malah lebih kejam, sering membunuh orang hanya karena urusan kecil." "Siapa guru Liu siauw Kun?" "Gurunya adalah Tok Gan sin coa (ular sakti Mata satu)" "ohya, apakah Lim Hay Beng itu mengerti ilmu silat?" Tanya Tio Cie Hiong mendadak. "Mengerti- Tapi-" "Kenapa?" Tanya Tio Cie Hiong cepat. " Kepandaiannya masih di bawah Nona Tan, tidak mampu melawan Liu siauw Kun. Aku yakin dia akan mati di tangan Liu siauw Kun yang berhati kejam itu." "Dikarenakan itu..." Sambung temannya- "Guru silat Tan mendirikan sebuah panggung sayembara. Pemuda dari mana pun diperbolehkan bertanding di atas panggung itu. siapa yang mampu mengalahkan Nona Tan, maka akan dijodohkan kepadanya" "oh?" Tio cie Hiong tersenyum. "Kalau begitu, bagaimana dengan Lim Hay Beng yang mencintai Nona Tan?" "Tentu harus ikut bertanding Namun pasti muncul Liu siauw Kun, maka Lim Hay Beng akan celaka di tangan pemuda kejam itu." "Di kota ini tidak ada pemuda yang berkepandaian tinggi untuk mengalahkan Liu siauw Kun?" Tanya Tio Cie Hiong. " Kalau ada, Liu siauw Kun tentu tidak akan berani berbuat sewenang-wenang. Aaakh Entah apa yang akan terjadi dalam pertandingan itu?" "Tuan, di mana panggung itu?" "Di depan rumah Guru Tan." "Di mana rumah Guru silat Tan itu?" "Di sebelah barat kota ini. siapa pun tahu rumah Guru silat Tan." Jawab orang berbadan gemuk sambil menatapnya. "Apakah saudara mengerti ilmu silat?" "Mengerti sedikit" Ujar Tio cie Hiong dan tersenyum. Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Siapa yang melakukan kejahatan, harus mendapat ganjarannya" Lanjutnya menandaskan. "Memang" Orang berbadan gemuk manggut-manggut. "Tapi..., siapa yang mampu mengalahkan Liu siauw Kun itu?" "Di mana ada kejahatan, di situ akan muncul kebenaran dan keadilan" Ujar Tio Cie Hiong serius, lalu bangkit berdiri Ketika ia mau membayar, orang berbadan gemuk itu mencegah- "saudara, biar aku saja yang membayar." "Terima kasih" Ucap Tio Cie Hiong, ia meninggalkan kedai itu. Tio cie Hiong berteduh di bawah pohon rindang di depan sebuah biara. Beberapa saat kemudian, pintu halaman biara itu terbuka, tampak dua hweeshio berjalan keluar. Begitu melihat Tio cie Hiong duduk di bawah pohon, kening kedua hweeshio itu tampak berkerut. "Hei Kenapa engkau duduk di situ?" Bentak salah seorang hweeshio itu. Tio cie Hiong memandang kedua hweeshio muda itu dengan penuh keheranan. Biasanya para hweeshio selalu bersikap ramah terhadap orang, namun kedua hweeshio muda itu bersikap begitu kasar. "Maaf" Ucap Tio Cie Hiong sambil bangkit berdiri "Aku numpang beristirahat sejenak di sini" "Engkau tidak boleh duduk di situ" Bentak kedua hweeshio muda itu. "Akan mengotori biara" "Apa?" Terkejut Tio Cie Hiong mendengarnya. "Aku berdiri di sini, mana mungkin mengotori biara yang di dalam?" "ya." Kedua hweeshio itu mengangguk,- "Apakah ini termasuk ajaran Budha?" Tanya Tio cie Hiong mendadak- "Jangan banyak omong, cepatlah pergi" Bentak salah seorang hweeshio itu dengan wajah tak senang. "Anak muda" Seorang wanita berusia empat puluh lebih mendekatinya. "Lebih baik berteduh di rumahku saja" "Bibi..." Tio cie Hiong tidak menyangka akan muncul seorang wanita baik hati itu. "Anak muda, percuma berdebat dengan hweeshio-hweeshio itu," Ujar wanita itu dengan suara pelan. "Mereka hweeshio-hweeshio mata duitan Kalau orang kaya bersembahyang di biara itu akan disambut dengan ramah, tapi orang miskin yang bersembahyang, mereka sama sekali tidak menghiraukannya. " "oh?" Tio Cie Hiong melongo mendengar penuturan wanita setengah baya itu. "omitohud" Ucap kedua hweeshio itu. "Kalian berdua masih menyebut 'omitohud'?" Tio Cie Hiong tersenyum dan menambahkan. "Apakah kalian tidak takut tertimpa oleh "omitohud" Itu?" Wanita itu tersenyum, kemudian mengajak Tio Cie Hiong ke rumahnya. Rumah itu cukup besar, memiliki halaman depan dan belakang, namun keadaannya tampak sudah tua. "Anak muda, silakan duduk" Ucap wanita itu setelah masuk ke rumahnya. "Terima kasih. Bibi" "In Hio" Seru wanita itu. " Cepat suguhkan air telip" "ya." Suara sahutan dari dalam terdengar. "Tidak usah repot-repot. Bibi" Ujar Tio Cie Hiong. Tak lama kemudian, muncul seorang gadis cantik berusia sekitar enam belas membawakan secangkir teh- Begitu melihat Tio cie Hiong, gadis itu nampak terpana sebentar. "silakan minum" Ucap gadis itu sambil menaruh cangkir di hadapan Tio Cie Hiong. "Terima kasih. Nona" Sahut Tio Cie Hiong sambil tersenyum, senyuman itu membuat hati gadis tersebut berdebar-debar tidak karuan. "Anak muda." Wanita itu tersenyum. "Dia putriku, Yap In Nio namanya, ohya, namamu?" "Namaku Tio Cie Hiong," Jawabnya memperkenalkan diri "Kelihatannya engkau bukan orang kota ini. ya, kan?" "Ya." Tio Cie Hiong mengangguk- "Pagi tadi aku baru tiba di kota ini." "ooooh" Wanita itu manggut-manggut. "Nona In Hio" Ujar Tio Cie Hiong sambil memandangnya. "engkau pernah belajar silat, kan?" "Eh?" Yap In Nio tercengang. "Kok engkau tahu?" "Aku melihat gerak langkahmu tadi." "Kalau begitu...," Yap In Nio menatapnya dalam-dalam. "Engkau pasti pernah belajar silat juga, bukan?" Tio Cie Hiong mengangguk.- "Engkau memiliki ilmu silat tinggi?" Tanya yap In Hio mendadak- "Tidak begitu tinggi," Sahut Tio cie Hiong sambil tersenyum. Gadis itu tampak kecewa- "Kalau engkau memiliki ilmu silat tinggi, aku mau minta petunjuk-" "In Hio" Ibunya menegur. "Kenapa kau jadi cerewet hari ini? cie Hiong adalah tamu, tidak boleh kurang ajar-" "Ibu" Yap In Hio tertawa geli- "Kapan sih aku kurang ajar padanya? Kok ibu kelihatan membelanya? oh ya, ibu ketemu dia di mana?" "Di depan biara-" Wanita itu menggeleng-geleng kepala Tiraikasih Websitehttp.//kangzusi.com / "Ibu lihat dia duduk di bawah pohon depan biara, kemudlan muncul dua orang hweeshio muda mengusirnya, maka ibu mengajaknya ke mari-" "oooh" Yap In Hio manggut-manggut, kemudian mendengus. "Para hweeshio di biara itu memang keterlaluan, dasar mata duitan pula Lebih baik jangan jadi hweeshio, itu akan menambah dosa mereka" "Mereka cuma mengenakan jubah hweeshio dan kepala digundul. Namun mereka sama sekali tidak mengerti ajaran Budha," Ujar Tio cie Hiong sambil menggeleng-geleng kepala- "Kalau aku sebagai Kwan Im Pousat, kupukul kepaLa mereka yang gundul itu agar sadar" Ujar yap In Nio. "Eh? In Nio, tidak boleh berkata begitu" Tegur ibunya. "Nona In Hio, walau bukan Kwan Im Pousat, engkau pun boleh mengetuk kepaLa mereka" Ujar Tio Cie Hiong tersenyum. "Nanti kalau ada kesempatan, aku ketuk kepaLa mereka satu persatu" Ujar yap In Hio sambil tertawa kecil. "Anak muda...." Wanita itu menggeleng-geleng kepala. "Putriku memang nakal, aku terlampau memanjakannya" "ohya, di mana ayahnya?" Tanya Tio Cie Hiong mendadak. "Ketika dia berumur tiga tahun, ayahnya meninggal karena sakit." Wanita itu memberitahukan dengan wajah murung. "sejak itu aku menjanda." "Maaf, aku telah menimbulkan kedukaan Bibi" Ucap Tio Cie Hiong merasa tidak enak- "Anak muda, itu telah berlalu." Wanita itu tersenyum getir. "Ei" Ujar yap In Hio pada Tio Cie Hiong. "Apakah engkau tahu guru silat Tan menyelenggarakan sebuah sayembara?" "Tahu." Tio Cie Hiong mengangguk- "Aku sudah dengar itu" "Ei Engkau pernah belajar ilmu silat, apakah engkau mau ikut bertanding memperebutkan Nona Tan yang cantik jelita itu?" "In Hio" Tegur ibunya dengan menatap In Nio- "Engkau kok sangat kurang ajar? Kenapa engkau memanggil dia "Ei" Begitu?" "Maaf" Ucap yap In Hio- "Aku tidak tahu harus panggil dia apa?" "Engkau harus panggil dia kakak Hiong" Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Ujar ibunya memberitahukan Yap In Hio mengangguk, kemudian ujarnya sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Ilmu silatku masih rendah, kalau aku memiliki ilmu silat tinggi, aku pasti...." "Nona In Hio, engkau mau ikut bertanding?" Tanya Tio cie Hiong merasa kaget. "Aku seorang gadis, nona Tan juga gadis Bagaimana mungkin aku akan ikut bertanding?" Sahut Yap In Hio sambil tertawa kecil. "Kalau begitu, kenapa engkau barusan bilang" "Maksudku apabila aku memiliki ilmu silat tinggi, maka aku akan menghajar Liu siauw Kun itu." Yap In Hio menjelaskan. "Oooo" Tio Cie Hiong manggut-manggut. "Namun..." Yap In Hio menggeleng-geleng kepala. "Aku saja masih kalah bertanding dengan nona Tan, bagaimana mungkin mampu menghajar Liu siauw Kun yang jahat itu?" "Engkau pernah bertanding dengan nona Tan itu?" Tanya Tio Cie Hiong heran. "Ya- Tapi sekedar pertandingan persahabatan saja." Yap In Hio memberitahukan. "sebab kami saling bersahabat." "Engkau kalah bertanding melawannya?" Yap In Hio mengangguk- "Lima puluh jurus kemudian, ranting kayunya berhasil menyentuh punggungku" "ohya" Tio cie Hiong menatapnya. "Engkau belajar ilmu silat pada siapa?" "Beberapa tahun lalu, ibuku melihat seorang pengemis kedinginan di luar, maka ibuku menyuruhnya masuk dan memberi makan. Ternyata pengemis itu bisa ilmu silat, beliau mengajar aku ilmu pukulan dan ilmu pedang. Tapi tidak lama, tiga bulan kemudian, pengemis itu pergi, sejak itu aku terus menerus melatih ilmu pukulan dan ilmu pedang yang diajarkannya." Tio Cie Hiong manggut-manggut. " Kakak Hiong, nanti sore engkau mau nonton pertandingan itu?" Tanya Yap In Hio. "Mau." Tio Cie Hiong mengangguk.- "Kita ke sana bersama saja," Usul Yap In Nio- "Aku juga ingin menyaksikan pertandingan itu" "Dasar anak nakal" Dengus ibunya, meng-geleng-geleng kepala. "Pemuda mana yang mau sama dirimu kalau engkau begitu binal?" "Ibu" Yap In Nio tersenyum. "usiaku baru enam betas, kenapa ibu kalut sih?" "Tentu kalut" Sahut ibunya. "Engkau begitu binal, Ibu kuatir engkau akan menjadi perawan tua." "Tidak apa-apa. Aku ingin menjadi seorang pendekar wanita kok" Sahut YaP In Nio, kemudian menoleh ke arah Tio Cie Hiong seraya bertanya. " Kakak Hiong, engkau sudah punya kekasih belum?" "Usiaku baru menjelang delapan belas, belum memungkinkan punya kekasih, bukan?" Tio Cie Hiong tersenyum. "Masih kecil kok" "Engkau begitu tampan, sopan dan ramah-" Yap In Nio menatapnya. "Aku yakin pasti banyak anak gadis yang menyukaimu." "Entahlah-" Tio cie Hiong menggeleng kepala. "Sayang sekali" Yap In Nio menghela nafas. "Nona Tan sudah punya kekasih, Kalau belum, dia pasti akan jatuh cinta padamu." "Eeeh?" Tegur ibunya lagi. "Masih kecil kok sudah membicarakan cinta" "Lho? Ibu bagaimana sih?" Sahut Yap In Nio. "Tadi kalut karena tidak ada pemuda yang mau denganku, sekarang malah bilang aku masih kecil sudah membicarakan cinta Jangan-jangan ibu sudah pikun" "In Hio..." Wanita itu melotot. "Hi hi" Yap In Nio tertawa geli- "Nah, makanya lain kalijangan suka menegur sembarangan" "sudahlah jangan banyak omong cie Hiong mungkin sudah lapar, kita makan dulur ajak ibunya, mengalihkan pembicaraan. "Bibi, aku...." "Kakak Hiong, jangan sungkan-sungkan" Ujar Yap In Nio sambil tersenyum. "Anggaplah rumah sendiri" "Betul." Wanita itu manggut-manggut sambil tersenyum juga. "Nak Cie Hiong, anggaplah rumah sendiri" "Terima kasih, Bibi," Ucap Tio Cie Hiong. "Ayoh, Kakak Hiong" Yap In Hio menariknya. ".Mari, kita ke dalam" -ooo0000ooosebelum sore, Yap In Hio sudah mengajak Tio Cie Hiong ke panggung tempat akan diadakan pertandingan silat itu. Tempat tersebut telah ramai sekali. Para penonton membludak sehingga Tio Cie Hiong dan yap In Hio terpaksa berdiri agak jauh dari panggung. Panggung tersebut berukuran cukup besar dan tinggi. Tampak beberapa buah kursi di sisi panggung, namun masih kosong. "Kursi itu untuk guru silat Tan dan beberapa tamu terhormat." Yap In Hio memberitahukan. "Rumah yang besar itu rumah Guru silat Tan, muridnya sudah mencapai ratusan." "Ooooo" Tio Cie Hiong manggut-manggut. "Engkau melihat Liu siauw Kun itu?" "Tidak- Mungkin belum hadir," Sahut yap In Hio sambil menyebarkan pandangannya. "Tuh Pemuda itu kekasih nona Tan" Tio Cie Hiong menoleh ke sana, melihat seorang pemuda tampan berdiri agak depan, wajahnya kelihatan muram. "Dia bernama Lim Hay Beng, kan?" Tanya Tio Cie Hiong. "Engkau tahu?" Tanya yap In Hio, heran. "Aku dengar dari orang." Tio Cie Hiong tersenyum. "Kakak Hiong." Wajah yap In Hio agak ke-merah-merahan. "Tolong engkau jangan sering tersenyum." "Lho? Kenapa?" Tio Cie Hiong bingung. "Tahukah engkau? senyumanmu membuat hatiku berdebar-debar tidak karuan," Ujar Yap In Nio blak-blakan. "Engkau...," Tio Cie Hiong kaget mendengar kata-kata gadis itu yang blak-blakan. "Kakak Hiong" Yap In Hio tersenyum. "Lebih baik aku blak-blakan daripada aku diam saja. Ya, kan?" Tio Cie Hiong mengangguk dan tersenyum lagi. "TUh" Yap In Hio cemberut. " Engkau senyum lagi" "Itu disebabkan engkau senyum dulu barusan, jadi aku ikut tersenyum. Aku tidak bersalah, kan?" Sahut Tio Cie Hiong sambil menoleh ke tempat lain, sebab ia tersenyum lagi. "Pura-pura." Kata Yap In Hio merungut. "Pura-pura apa?" Tanya Tio Cie Hiong sambil memandangnya- "Barusan engkau senyum lagi, tapi mengarah ke tempat lain engkau kira aku tidak tahu, ya?" Yap In Hio cemberut. "nona In Hio, aku... aku...." Tio cie Hiong menggeleng-gelengkan kepala. "Kakak Hiong, kau panggil saja aku Adik In jangan memanggil nona Tahu?" Yap In Hio melotot. "Baik," Tio cie Hiong mengangguk- "Kalau sudah menjawab baik, haruslah memanggilku Adik In" Tandas gadis itu tagi. "Adik In" Panggil Tio Cie Hiong dan nyaris tertawa geli karena gadis itu memang nakal dan lincah- "Nan Aku senang sekali" Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Yap In Nio tersenyum. "Adik In, engkau boleh senyum, kenapa aku tidak?" Tanya Tio Cie Hiong mendadak. "senyumanku membuat hatimu berdebar-debar tidak?" Gadis itu balik bertanya sambil menatapnya. "Tidak" Jawab Tio cie Hiong polos, yap In Hio tampak kecewa. "Tapi...," Tambah Tio Cie Hiong. "senyuman-mu sangat manis." "oh?" Wajah gadis itu langsung berubah- "Kalau begitu, aku harus terus senyum." "Jangan" Tio Cie Hiong menggeleng kepala. "Nanti orang lain akan mengira dirimu gadis sinting." "Masa bodoh" Yap In Hio tertawa. Mendadak terdengar tepuk sorak yang riuh gemuruh, ternyata seorang pria berusia lima puluhan bersama seorang gadis cantik jelita berjalan menuju ke panggung. "Tuh Guru silat Tan dan putrinya Beberapa pemuda yang mengikuti dari belakang adalah muridmurid kesayangannya" "oooh" Tio cie Hiong manggut-manggut sambil melihat ke panggung. "nona Tan memang cantik jelita" "Engkau tertarik ya?" Tanya yap In Hio. "Tertarik?" Tio cie Hiong tersenyum. "Dia sudah punya kekasih, lagipula usianya lebih tua dari aku." "jadi engkau tidak tertarik padanya?" Yap In Nio menatapnya. "Tentu tidak-" Sahut Tio cie Hiong sungguh-sungguh. "Kakak Hiong" Bisik gadis itu "Engkau tertarik padaku?" "Eh?" Tio Cie Hiong tertegun. "Adik In, engkau...." "Kakak Hiong, kau harus tahu Aku seorang gadis yang suka berterus terang, jadi aku harap jangan kau mengira aku gadis yang tak tahu malu" "Memang ada baiknya berterus terang." Ujar Tio Cie Hiong sambil manggut-manggut. Ketika yap In Nio ingin mengatakan sesuatu, mendadak Guru silat Tan meloncat ke atas panggung, lalu berkata dengan lantang. Karena itu, yap In Nio batal mencetuskan apa yang ingin dikatakannya itu. "Aku mendirikan panggung ini, untuk memberi kesempatan pada kaum pemuda yang memiliki ilmu silat, siapa yang dapat mengalahkan putriku, maka dia adalah jodohnya." Terdengarlah tepuk sorak gegap gempita. Pemuda mana yang tidak ingin mempersunting Tan Li cu yang cantik jelita itu? "Apabila ada pemuda yang dapat mengalahkan putriku tapi...," Lanjut guru silat itu. "Kalau masih ada penantang lain, maka harus bertanding lagi melawan si penantang itu Peraturan dalam pertandingan ini, baik tangan kosong maupun bersenjata, dilarang saling melukai pertandingan tangan kosong cukup saling menjatuhkan, pertandingan dengan senjata cukup saling menyentuh saja Bagi siapa yang melanggar peraturan ini, walau menang tetap dianggap tidak sah Harap para peserta mentaati peraturan tersebut" Setelah mengumumkan itu, guru silat Tan meloncat turun. Tak lama tampak Tan Li Cu meloncat ke atas, lalu menjura pada para penonton seraya berkata sambil tersenyum lembut. "Pemuda mana yang ingin memberi pelajaran padaku, aku persilakan naik" Seketika meloncat ke atas seorang pemuda bertubuh kurus. Begitu sampai di atas panggung, ia pun menjura pada Tan Li cu. "Aku ingin bertanding dengan Nona" Ujarnya- "Baik," Tan Li Cu mengangguk "Bertanding dengan tangan kosong atau dengan senjata?" "Tangan kosong saja," Sahut pemuda kurus itu. "Silakan menyerang" Ujar Tan Li cu. "Maaf" Pemuda kurus itu mulai menyerang, namun tidak sampai dua puluh jurus, pemuda kurus itu telah roboh, lalu meloncat turun dengan wajah merah padam. "Uuuuh" Para penonton berteriakteriak gemuruh. setelah pemuda kurus itu turun, tampak seorang pemuda meloncat ke atas lagi, namun pemuda itu juga roboh dalam dua puluh jurus. "Uuuh" Teriak para penonton lagi. "yaah" Yap In Nio yang menonton itu meng-geleng-geleng kepala. "Tidak ada pemuda berkepandaian tinggi naik ke panggung" "sabar bisik Tio Cie Hiong. "Makin lama pasti makin seru." "Ei Kakak Hiong" Yap In Nlo menatapnya. "Lebih baik engkau coba bertanding dengan Nona Tan itu" "Adik In" Tio Cie Hiong tersenyum. "Kalau aku roboh di tangannya, bukankah aku akan mempermalukanmu?" "Benar juga." Yap In Hio manggut-manggut. "Nanti Nona Tan akan menganggap aku membawa gentong nasi ke mari." "Engkaulah yang telah menganggap diriku gentong nasi" Sahut Tio Cie Hiong sambil tertawa kecil. "Eh? Maaf, maaf Kakak Hiong" Ucap yap In Nio. sementara di atas panggung, berturut-turut Tan Li Cu telah mengalahkan beberapa pemuda. Mendadak meloncat ke atas seorang pemuda tampan. "Nah" Seru yap In Nio. "Itu dia, kekasih Nona Tan" "Adik In" Bisik Tio Cie Hiong. "Percayalah, Nona Tan pasti kalah" "Bagaimana mungkin?" Sahut yap ia Nio. "Kepandaian Nona Tan lebih tinggi, tak mungwn pemuda itu dapat merobohkannya" "Tapi Nona Tan akan pura-pura kalah," Ujar Tio Cie Hiong dan melanjutkan. "Pemuda ttopan dapat mempersuntingnya." "Ah?" Yap In Hia kurang percaya. Di atas pmgguug itu telah terjadi pertandingan yang cukup seru, setelah puluhan jurus kemudian, Tan Li Cu tampak terhuyung-huyung. "TUh ya, kan?" Tio Cie Hiong tersenyum. "Bukankah Nona Tan telah kalah?" "Dari mana kau tahu?" Tanya yap In Hio heran. "Mereka berdua telah saling mencinta, tentu saja nona Tan harus mengalah agar pemuda itu dapat memenangkannya...." Mendadak Yap In Hio menunjuk ke arah kiri- "Liu Siauw Kun itu telah datang bersama anak buahnya" Tio Cie Hiong segera memandang ke arah itu- Tampak seorang pemuda berpakaian mentereng berjalan mendekati panggung dengan kepala terangkat-angkat. Para penonton begitu melihat kemunculan pemuda itu, langsung menyingkirsetelah dekat panggung, Liu siauw Kun tertawa panjang, lalu meloncat ke atas. Ia menjura pada Tan Li cu, tapi memandang sinis pada Lim Hay Beng. "saudara Lim, engkau telah mengalahkan Nona Tan Maka kini aku menantang engkau" "Baik-" Lim Hay Beng mengangguk "Kita bertanding dengan tangan kosong atau dengan senjata?" "Aku cukup menggunakan sepasang tanganku, kau boleh menggunakan senjata apa pun" Sahut Liu siauw Kun jumawa. "Mari kita bertanding dengan tangan kosong saja" Ujar Lim Hay Beng. "Ngmm" Liu siauw Kun manggut-manggut. "Engkau boleh mulai menyerang" "Maaf" Ucap Lim Hay Beng, lalu menyerang Liu siauw Kun. Liu siauw Kun tertawa gelak sambil bergerak mengelak, kemudian balas menyerang, sementara Tan Li cu masih tetap berdiri di pinggir panggung, Gadis itu terus memperhatikan pertarungan. "Tidak sampai tiga puluh jurus, Lim Hay Beng pasti roboh," Ujar Tio Cie Hiong pada Yap In Nio yang sedang memperhatikan pertandingan seru itu. "Kok engkau tahu?" Yap In Nio heran. "Lihat saja" Sahut Tio Cie Hiong. Pada jurus kedua puluh, Lim Hay Beng sudah tampak kewalahan menghadapi serangan Liu siauw Kun. Tan Li Cu yang berdiri di pinggir panggung terus mengerutkan kening. Diam-diam ia telah meraba gagang pedang di punggungnya. Itu tidak terlepas dari mata Tio Cie Hiong. la tahu apabila Liu siauw Kun berlaku jahat terhadap Lim Hay Beng, gadis itu pasti menolongnya. "Hiyaaf teriak Liu siauw Kun sambil menyerang Lim Hay Beng, mengerahkan jurus ganas yang paling diandalkannya. Duuk Dada Lim Hay Beng terpukul sehingga badannya terhuyung-huyung ke belakang, kemudian mulutnya menyembur darah segar. Liu siauw Kun tertawa gelak, mendadak ia mengayunkan kakinya menendang Lim Hay Beng, dengan sebuah tendangan yang mematikan. Di saat bersamaan, Tan Li Cu bergerak menyerang Liu siauw Kun dengan pedangnya. Karena diserang secara mendadak, Liu siauw Kun terpaksa meloncat mundur, sehingga nyawa Lim Hay Beng tertolong. Tampak dua murid Guru silat Tan meloncat ke atas, mereka berdua segera memapah Lim Hay Beng ke bawah. "Ha ha ha" Liu siauw Kun tertawa terbahak-bahak. "Bagus Bagus Aku memang ingin bertanding denganmu, Nona Tan yang cantik manis" "Diam" Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Bentak Tan Li cu, lalu menyerangnya lagi dengan pedang. Liu siauw Kun berkelit sambil tertawa. De-ngan tangan kosong ia melayani Tan Li Cu. Liu siauw Kun memang berkepandaian tinggi, walau cuma bertangan kosong, ia masih berada di atas angin. Bahkan sekali-kali ia masih dapat meraba sepasang payudara gadis itu Karena gusarnya Tan Li cu menyerang Liu siauw Kun bertubi-tubi. Akan tetapi, pemuda itu masih dapat berkelit sambil menowel pipi Tan Li Cu. Puluhan jurus kemudian, Liu siauw Kun berhasil membuat pedang di tangan gadis itu terpental, sekaligus membuatnya jatuh pula. Liu siauw Kun telah menang dengan gemilang, tapi tiada seorang penonton yang bertepuk tangan, kecuali para anak buahnya saja yang bersorak-sorak gembira- "sialan Kalau aku berkepandaian tinggi, aku pasti naik ke panggung menghajar pemuda itu" Ujar yap In Hio dengan wajah merah padam karena gusar. "Tenang" Bisik Tio Cie Hiong. "sebentar lagi pasti muncul seseorang menghajarnya." "Tidak mungkin" Yap In Nio menggeleng-geleng kepala. "Ah Celaka Kakak Li Cu, bagaimana mungkin dia akan kawin dengan pemuda jahat itu?" "Engkau menyebut Nona Tan Kakak Li Cu?" Tanya Tio Cie Hiong heran. "Aku memang selalu memanggilnya Kakak Li Cu. Engkau sih..-. " Yap In Nio menarik nafas panjang. "Kenapa aku?" "Kalau dirimu berkepandaian tinggi, bukankah kau bisa ke panggung itu menghajar pemuda jahat itu" "Tenang" Tio Cie Hiong tersenyum. setelah mengalahkan Tan Li Cu, Liu siauw Kun tampak bertolak pinggang di atas panggung seraya berseru menantang. "Siapa berani melawan aku? Ayoh, naik ke mari" "Huh, sombong benar pemuda itu Kakak Hiong, tadi kau bilang ada seseorang akan menghajarnya, siapa orang itu?" "Aku" Sahut Tio cie Hiong, mendadak tubuhnya bergerak, tahu-tahu sudah melesat kearah panggung. "Kakak Hiong..." Yap In Hio terbelalak kaget. Mulutnya ternganga lebar karena sangat terperangah- Perlu diketahui, dari tempat di mana ia berdiri itu berjarak puluhan depa, namun Tio Cie Hiong mampu melesat sampai di panggung itu? Tio Cie Hiong mampu melakukannya sebab mengerahkan ginkangnya. Berjungkir balik di udara beberapa kali sambil berseru keras. "Pemuda jahat, aku yang menerima tantangan-mu" Betapa terkejutnya para penonton, melihat sesosok bayangan di udara dan berjungkir balik pula. Kemudian melayang ringan dan turun di atas panggung terbuka itu. Tan Li cu menyaksikan itu dengan mata terbelalak, la lebih terbelalak lagi ketika melihat seorang pemuda yang begitu tampan melayang di atas panggung itu. Liu siauw Kun juga terkejut bukan main, bahkan wajahnya sudah mulai pucat. sementara guru silat Tan tak henti-hentinya mengucek mata. Dia kelihatan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya barusan. yang paling girang adalah yap In Hio, ia bertepuk-tepuk tangan sambil tertawa gembira- Karena itu, para penonton pun ikut bertepuk tangan dan bersorak-sorak. sementara itu yap In Hio sudah mendesak ke depan. Guru silat Tan juga bergirang dalam hati, ia yakin pemuda yang baru muncul itu pasti dapat merobohkan Liu siauw Kun. "Siapa engkau?" Tanya Liu siauw Kun sambil menatap Tio Cie Hiong. "Mau apa engkau naik ke mari?" "Tidak usah tahu siapa diriku, mau apa aku naik ke mari, tentu kau sudah tahu" Sahut Tio Cie Hiong. "Engkau ingin ikut bertanding memperebutkan nona Tan?" Tanya Liu siauw Kun sambil mengerutkan kening. Tio cie Hiong tidak langsung menyahut, melainkan memandang Tan Li Cu yang berdiri sambil tersenyum, setelah itu, barulah ia berkata. "Aku tidak berniat itu, lagipula Nona Tan sudah punya kekasih, tidak lama lagi mereka akan melangsungkan pernikahan." "Kalau begitu, untuk apa engkau naik ke mari?" Tanya Liu siauw Kun heran. "Engkau pemuda jahat, bahkan sering mengganggu anak gadis orang dan sering membunuh orang puLa maka...," Tio Cie Hiong menatapnya tajam. "Aku naik ke mah untuk menghajar dirimu" "Engkau berani menghajar aku?" "Kenapa tidak?" "Tahukah engkau siapa guruku?" "Kalau tidak salah, gurumu adalah Tok Gan sin Coa (ular sakti Mata satu) ya, kan?" "Engkau kenal guruku?" "Tidak." "Hm" Dengus Liu siauw Kun. "Kalau guruku berada di sini, engkau pasti takkan berani omong besar" "Kalau gurumu berada di sini, aku juga akan menghajarnya." Ujar Tio Cie Hiong tanpa ragu dan takut. "Bahkan kalau ayahmu berada di sini, aku akan menghajarnya pula. sebab ayahmu cuma tahu bersenang-senang, sama sekali tidak bisa mendidik anak-" "Engkau berani menghina guru dan ayahku?" Bentak Liu siauw Kun gusar sekali. "Tentu." Tio Cie Hiong manggut-manggut. Ketika Tio cie Hiong mengatakan itu, Tan Li Cu dan ayahnya nyaris tertawa geli-Begitu pula para penonton dan yap In Hio yang telah berdiri dekat panggung itu. "Engkau..." Saking gusar Liu siauw Kun me-nundingnya. "Pemuda jahat" Bentak Tio Cie Hiong cepat. "Engkau membawa pedang, cepatlah hunus pedangmu Aku akan melayanimu dengan tangan kosong" "Baik-" Liu siauw Kun menghunus pedangnya, kemudian mendadak menyerang Tio Cie Hiong dengan sin coa Kiam Hoat (Ilmu Pedang ular sakti). Lalu mengeluarkan jurus Tok Coa Cut Tong (ular Berbisa Keluar Goa), merupakan jurus yang berbahaya dan terganas dari Ilmu Pedang ular sakti. Akan tetapi, tiba-tiba badan Tio Cie Hiong bergerak, tahu-tahu sudah hilang dari hadapan Liu siauw Kun. Pemuda itu tersentak kaget, lalu menengok ke sana ke mari. Kejadian itu membuat para penonton tertawa geli, salah seorang berseru. "Dia berada di belakang" Liu siauw Kun segera membalikkan badannya. Ternyata Tio Cie Hiong berdiri di belakang sambil tersenyum-senyum. "Hm" Dengus Liu siauw Kun. "Kalau engkau berani, sambutlah seranganku cuma bersembunyi di belakangku" "Memang sudah waktunya aku menghajarmu" Sahut Tio Cie Hiong. "Hiyaaat" Teriak Liu siauw Kun keras sambit menyerangnya. Tio Cie Hiong berdiri diam di tempat. Hal itu sungguh mengejutkan Tan Li Cu, guru silat Tan dan yap In Nio. Begitu pula para penonton, mereka terlongong bengong. Liu siauw Kun tertawa girang, ia yakin pedangnya pasti dapat menembus dada Tio Cie Hiong. Akan tetapi, mendadak Tio Cie Hiong mengibaskan lengan bajunya. Maka.... Teang Teang Teang... Pedang di tangan Liu siauw Kun telah patah menjadi beberapa potong. "Aaakh.." Menyusul suara jeritan Liu siauw Kun. Badannya terpental beberapa depa danjatuh di bawah panggung. Terdengarlah suara tepuk sorak yang riuh gemuruh. "Rasakan Itu ganjaranmu, pemuda jahat" Seru salah seorang penonton. "Biar dia mampus Dia pernah mengganggu adik perempuanku" Sambung yang lain. sementara para anak buah Liu siauw Kun langsung menggotongnya pergi. Tio Cie Hiong menjura pada para penonton, lalu meloncat turun ke hadapan guru silat Tan, ia menjura memberi hormat pada lelaki setengah baya itu. "Maaf, Guru Tan Aku telah mengganggu pertandingan itu." "Siauw hiap Te... terima kasih" Ucap Guru silat Tan. "Siauw hiap" Tan Li Cu menghampirinya. " Aku pun mengucapkan terima kasih padamu." "Tidak perlu mengucapkan terima kasih" Tio cie Hiong tersenyum. "Paman, Kakak Li cu" Yap In Nio berlari mendekati mereka dengan wajah berseri-seri. "Eh? In Nio" Tan Li cu menatapnya heran. "engkau ikut menonton juga?" "ya." Yap In Nio mengangguk, kemudian melotot ke arah Tio Cie Hiong seraya menegurnya. " Kakak Hiong Engkau sungguh keterlaluan" (Bersambung ke Bagian 12) Bagian 12 "Adik In Nio..." Tertegun Tio Cie Hiong karena ditegur demikian. "Kenapa aku?" "Eh?" Tan Li Cu pun kaget memandangnya. "In Nio, engkau kenal siauw hiap ini?" Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Aku yang mengajaknya ke mari" Jawab yap In Nio sambil tertawa-tawa. "Dia memang keterlaluan, berkepandaian tinggi tapi mengaku berkepandaian rendah" "In Nio" Tanya Guru Silat Tan. "Sejak kapan engkau kenal siauw hiap ini?" "Baru hari ini- iawab yap In Nio jujur. "Apa?" Tan Li Cu tercengang. "Baru hari ini engkau kenal dia?" "Ya." Yap In Nio mengangguk. "Bagaimana kalian bisa saling berkenalan?" Tanya Guru Silat Tan. "Ibuku yang mengajaknya ke rumah, maka kami berkenalan di rumah," Jawab yap In Nio. "Kok ibumu mengajaknya ke rumah?" Tanya Tan Li Cu. "Karena...," Yap In Nio memberitahukan. "Oooohh" Tan Li Cu manggut-manggut dan tersenyum geli pula. "Siauw hiap, mari ke rumahku" Ajak Guru Silat Tan, kemudian berpesan pada salah seorang muridnya. "Beritahukan pada para penonton, bahwa pertandingan telah usai" Murid itu mengangguk. Guru Silat Tan bejalan ke dalam halaman rumahnya, sedangkan Tan Li Cu dan yap In Nio berjalan berdampingan. "In Nio" Bisik Tan Li Cu. "Engkau sungguh beruntung bisa kenal pemuda itu Dia sangat tampan dan berkepandaian tinggi." "Memang beruntung, tapi juga membuat hatiku kacau balau," Sahut Yap In Nio jujur. "Lho? Kenapa?" Tanya Tan Li cu, heran. "Begitu melihat dia, aku sudah merasa senang padanya," Jawab yap In Nio berterus terang- "Tapi aku yakin dia tidak akan suka padaku." "Kenapa?" "Sebab aku termasuk gadis binal, lagipula tidak begitu cantik. Bagaimana mungkin dia suka padaku?" Yap In Nio menggeleng-geleng kepala. "In Nio" Tan Li cu tersenyum. "Menurut aku, engkau seorang gadis yang amat cantik-" " Kakak Li Cu, yang penting dia tidak akan melupakan aku. Itu... aku sudah merasa puas- Aku yakin dia akan meninggalkanku, karena dia seorang pendekar yang berkelana." "Aaakh" Tan Li cu berkeluh. "Eh? Kakak Li Cu, kenapa engkau berkeluh?" Tanya yap In Nio heran. "Alangkah baiknya kalau kalian bisa saling mencinta," Sahut Tan Li Cu. Rumah Guru silat Tan sungguh besar, halaman nya luas sekali. Terdapat pula berbagai macam alat olahraga di situ. Tio Cie Hiong yakin, halaman itu merupakan tempat latihan para murid. "Silakan duduk- siauw hiap" Ucap Guru silat Tan setelah masuk ke dalam rumah. "Terima kasih, Guru Tan," Ucap Tio Cie Hiong sambil duduk, Tan Li cu dan yap In Nio duduk berdampingan. Tak lama kemudian pelayan pun menyuguhkan air minum dan lain sebagainya. "Siauw hiap, bolehkah aku tahu namamu?" Tanya Guru silat Tan. "Paman, dia bernama Tio Cie Hiong" Sela yap In Nio, memberitahukan. "Tio siauw hiap" Guru silat Tan memandangnya kagum. "Engkau masih belia, tapu kepandaianmu sudah begitu tinggi, benar-benar mengagumkan" "Guru Tan, kepandaianku biasa-biasa saja," Ujar Tio Cie Hiong merendah. "Kakak Hiong" Tegur yap In Nio. "Jangan bohong" "Aku bohong apa?" Sahut Tio Cie Hiong merasa kebingungan. "Engkau berkepandaian begitu tinggi, tapi bilang berkepandaian biasa-biasa saja. Bukankah engkau telah berdusta?" "Aku harus bilang apa?" Tio Cie Hiong menghela nafas. "Haruskah aku bilang bahwa kepandaianku setinggi langit?" "Aku yakin itu" Yap In Nio tersenyum. Guru silat Tan dan putrinya saling memandang, kemudian mereka pun tersenyum-senyum "ohya Di mana saudara Lim Hay Beng?" Tanya Tio Cie Hiong mendadak- "Dia" Guru silat Tan menarik nafas panjang. "Dia terluka dalam yang cukup parah, kini sedang beristirahat di dalam. Aku kuatir... dia tidak akan cepat sembuh." "Guru Tan, bolehkah aku melihatnya sebentar?" Tanya Tio Cie Hiong. "Tentu boleh-" Guru silat Tan mengangguk. "Mari ikut aku ke dalam" Tio Cie Hiong mengikuti Guru silat Tan ke dalam- Tan Li Cu dan yap In Nio juga mengikuti mereka- Lim Hay Beng duduk di sebuah kursi dengan wajah pucat pias, tampak noda darah di bibirnya. "Kakak Hay Beng, bagaimana keadaanmu?" Tanya Tan Li Cu cemas. "Aku... aku...." Lim Hay Beng tersenyum getir. "saudara Lim" Tio Cie Hiong mendekatinya. "Perbolehkanlah aku memeriksa lukamu" Lim Hay Beng mengangguk. Tio Cie Hiong segera memeriksanya dengan teliti sekali, kemudian manggut-manggut. "Lukamu memang cukup parah, tapi kalau Nona Tan tidak keburu menolongmu, mungkin engkau telah mati tertendang Liu siauw Kun itu" "Aaakh..." Lim Hay Beng menarik nafas panjang- " Kakak Hiong, engkau tahu Liu siauw Kun akan menendang Kakak Hay Beng, kenapa diam saja pada waktu itu?" Tanya yap In Nio mendadak- "Ketika Lim Hay Beng sedang bertanding dengan Liu siauw Kun, nona Tan sudah meraba gagang pedang siap menolongnya, maka aku diam saja," Ujar Tio Cie Hiong. "Engkau melihat itu?" Tanya yap In Nio merasa heran. "ya." Tio Cie Hiong mengangguk. "Puluhan depa jauhnya engkau bisa melihat begitu jelas?" "Itu pertanda Tio siauw hiap berkepandaian amat tinggi," Ujar Guru silat Tan memberitahukan. "Setinggi langit" Sahut yap In Nio sambil tertawa. Tio Cie Hiong tersenyum, kemudian memandang Lim Hay Beng. "Lukamu memang parah, tapi tidak apa-apa." Tio Cie Hiong mengambil sebutir obat, diberikannya pada Lim Hay Beng. "setelah makan obat ini, dalam waktu tiga hari, engkau pasti sembuh." "oh?" Lim Hay Beng kurang percaya, ia menerima obat itu dan mengucapkan terima kasih-Tan Li Cu segera mengambil air minum. Lim Hay Beng lalu makan obat itu. "Tio siauw hiap-" Guru silat Tan menatapnya. "Benarkah dia akan sembuh dalam waktu tiga hari?" "Benar." Tio Cie Hiong mengangguk- "Aku tidak bohong" "Aku percaya," Ujar yap In Nio sambil tersenyum- "Kakak Hiong adalah orang yang tidak mau menyombongkan diri, tentunya dia pun tidak akan omong besar." "oh, ya?" Ujar Tan Li cu menggodanya- "Kakak Li Cu-" Wajah yap In Nio kemerah-merahan. "Ayoh" Guru silat Tan tersenyum "Mari kita kembali ke ruang depan" Mereka kembali ke ruang depan, setelah duduk Guru silat Tan pun berkata sambil memandang Tio Cie Hiong. "Tio siauw hiap, bagaimana kalau malam ini engkau menginap di sini?" "Itu tidak boleh-" Sahut yap In Nio cepat- "sebab ibuku telah berpesan, aku dan Kakak Hiong harus pulang malam ini." "In Nio...." Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Guru silat Tan tertegun, kemudian tertawa terbahak-bahak- "Aku tahu Aku tahu--" "Paman...." Wajah yap In Nio memerah lagi. "ohya" Guru Silat Tan teringat sesuatu. "Liu Siauw Kun telah dihajar oleh Tio siauw hiap, mungkin mulai sekarang dia tidak berani berlaku sewenang-wenang lagi-" "ya-" Tio Cie Hiong mengangguk- "selanjut-nya dia tidak bisa melakukan kejahatan lagi." "Memangnya kenapa?" Tanya yap In Nio. "Sebab tadi aku telah memusnahkan kepandaiannya, dia tidak bisa melakukan kejahatan lagi" Tio Cie Hiong memberitahukan. "oooh" Guru silat Tan menarik nafas lega, namun kemudian mengerutkan kening seraya berkata. "Tapi gurunya berkepandaian tinggi sekali." "Bukankah tadi kakak Hiong sudah bilang, dan gurunya muncul, kakak Hiong pasti menghajarnya," Sahut yap In Nio. Mendadak salah seorang murid berlari-lari ke dalam dengan wajah pucat pias, sehingga membuat Guru silat Tan terkejut. " Guru Celaka..." "Apa yang celaka?" Tanya Guru silat Tan. " Guru Liu siauw Kun datang" Murid itu memberitahukan. "Haah?" Guru silat Tan terkejut bukan main, begitu pula Tan Li cu. Hanya yap In Nio yang tersenyum-senyum. "Kakak Hiong, hajar dia" Ujar gadis itu "Tentu" Tio Cie Hiong mengangguk- "Tok cian sin coa (ular sakti Mata satu) itu juga sering melakukan kejahatan, maka aku harus memusnahkan kepandaiannya-" "Tio siauw hiap-" "Guru silat Tan" Tio Cie Hiong tersenyum. "Tenang saja" "Pemuda bangsat Cepat keluar untuk menerima kematian" Terdengar seruan di luar- Tio Cie Hiong bangkit berdiri, lalu berjalan keluar. Guru silat Tan, putrinya dan Yap In Nio mengikuti Tio Cie Hiong menuju ke depan. seorang lelaki berusia lima puluhan berdiri di halaman, wajahnya cukup seram dan memelihara kumis fu Manchu, sedangkan matanya picak sebelah. "Engkau yang melukai muridku sampai kepandaiannya musnah?" Tanya lelaki itu sambil menuding Tio Cie Hiong yang baru keluar. "Benar" Tio Cie Hiong mengangguk- "Kalau tidak salah, engkau adalah Tok Gan sin coa" "Hm" Dengus Tok Gan sin coa. "Engkau memusnahkan kepandaian muridku, maka aku harus membunuh mu" "Tok Gan sin Coa" Sahut Tio Cie Hiong sambil menatapnya tajam. "Engkau pun sering membunuh orang, karena itu aku harus memusnahkan kepandaianmu" "oh? Ha ha ha" Tok Gan sin coa tertawa gelak- "Kematianmu telah berada di depan mata, masih berani omong besar?" "Tok Gan sin Coa, tidak perlu banyak omong kosong" Tandas Tio Cie Hiong. "Cepatlah menghunus pedang, aku akan melayanimu dengan tangan kosong" "Sebelum engkau mati, beritahukanlah namamu" Bentak Tok Gan sin Coa.. "Namaku Tio Cie Hiong" "Tio Cie Hiong...?" Gumam Tok Gan sin coa sambil berpikir- Tiba-tiba wajahnya berubah hebat. "Apakah engkau Pek Ih sin Hiap (Kesatria Baju Putin)?" Tio Cie Hiong tertegun, la sama sekali tidak mengetahui julukannya, padahal belum lama ia memperoleh julukan tersebut. Guru silat Tan pun terperanjat, sebab dua minggu yang lalu, salah seorang temannya pernah memberitahukannya, bahwa dalam rimba persilatan telah muncul seorang pendekar muda belia dengan julukan Pek Ih sin Hiap. la justru tidak menyangka Tio Cie Hiong adalah Kesatria Baju Putin itu. "Tidak salah-" Tio Cie Hiong manggut-mang-gut. "Aku adalah Pek Ih sin Hiap" "Hm" Dengus Tok Gan sin coa. "Aku kira siapa Pek Ih sin Hiap itu, tidak tahunya cuma seorang bocah yang masih bau kencur" " Cepat hunus pedang" Bentak Tio cie Hiong mendadak- Bentakan itu disertai dengan Iweekang, sehingga nyaringnya sangat menusuk telinga, membuat Tok Gan sin coa terkejut bukan kepalang- " Hati-hati" Ujarnya sambil menghunus pedang, lalu berteriak keras sekaligus menyerang Tio Cie Hiong dengan jurus sin Coa yu sui (ular sakti Berenang Di Air) - Tampak pedangnya berkelebat meliuk-liuk mengarah pada pemuda itu jurus tersebut merupakan jurus simpanannya, belum pernah diajarkan pada Liu siauw Kun, muridnya itu. Tio Cie Hiong tetap berdiri di tempat sambil tersenyum-senyum, tapi kemudian mendadak ia mengibaskan lengan bajunya- Teang Pedang itu patah menjadi dua potong, sedangkan badan Tok Gan sin coa terpental beberapa depa, lalu jatuh dengan keras di tanah - Mulut Tok Gan sin Coa mengalir darah dan wajahnya meringis-ringis- Dia menuding Tio Cie Hiong dengan tangan bergemetar. "Engkau... engkau memusnahkan kepandaianku?" "Aku masih mengampuni nyawamu. Mulai sekarang, aku harap engkau jadi orang baik-baik" Ujar Tio cie Hiong. "TUnggu Tunggu pembalasan dari kakak seperguruanku" Tok Gan sin coa menatapnya dengan penuh dendam, kemudian berjalan pergi terhuyung-huyung. "Kakak Hiong" Yap In Nio memandangnya dengan kagum. "Engkau sungguh hebat sekali Hanya mengibaskan lengan baju saja sudah merobohkan Tok Gan sin coa yang berkepandaian tinggi itu." "Adik In, kepandaianku...." "Biasa-biasa saja, kan?" Sambung yap In Nio cepat. Tio Cie Hiong tersenyum. Guru silat Tan menghampirinya dengan penuh kekaguman. "Tio siauw hiap, ternyata engkau Pek Ih sin Hiap," Ujar Guru silat Tan. "Sebetulnya aku malu dengan julukan ini." Tio cie Hiong menggeleng-geleng kepala. "penduduk desa Peng An yang memberikan julukan tersebut." "Engkau memang hebat" Guru silat Tan menepuk bahunya. "Mampu mengalahkan Im ya Hoatsu yang berilmu sihir tinggi." "Guru Tan" Tio Cie Hiong memberitahukan secara jujur. "Kebetulan aku memiliki Ilmu Pe-nakluk iblis, maka aku mampu melawan ilmu sihirnya." "oh?" Guru silat Tan terbelalak. "ilmu Penakluk iblis merupakan ilmu yang sangat tinggi dan sulit dipelajari, engkau masih belia tapi sudah memiliki ilmu itu?" "ya." Tio Cie Hiong mengangguk- "Pantas engkau memperoleh julukan Pek Ih sin Hiap" Guru silat Tan manggut-manggut. " Aku pun mendengar, engkau memiliki ilmu pengobatan tinggi juga." "Aku memang mahir ilmu pengobatan, tapi tidak begitu tinggi," Sahut Tio Cie Hiong. "Kakak Hiong...," Yap In Nio menatapnya dengan mata berbinar-binar. "Engkau kok begitu luar biasa?" "Tidak begitu luar biasa, cuma biasa-biasa saja." Tio Cie Hiong tersenyum. "Kakak Hiong, sudah malam nih. Kita harus pulang" Ajak yap In Nio sambil menarik tangannya. "Baiklah." Tio Cie Hiong mengangguk, la berpamit kepada Gut^^latTan dan putrinya, lalu pergi bersama yap In Nio. -ooo00000ooo- Bab 20 Puri Angin Halilintar telah musnah Begitu sampai di rumah, yap In Nio langsung menceritakan tentang semua itu pada ibunya, ibunya mendengar dengan mata terbelalak- setelah ttu, ia menatap Tio Cie Hiong dengan kagum sekali- "Nak" Wanita itu tersenyum lembut. "sungguh tidak disangka, engkau berkepandaian begitu tinggi." Tio cie Hiong cuma tersenyum, justru mendadak yap In Nio berseru sambil berjingkrak ksjingkrak- "Eh? In Nio Kenapa engkau?" Tanya ibunya heran. "Ibu" Ujar yap In Nio sambil tersenyum. "Mulai esok pagi. Kakak Hiong akan mengajar aku ilmu pedang" "Befum tentu" Ibunya tertawa. " Kakak Hiong Engkau mau mengajariku, kan?" Yap In Nio menatapnya penuh harap. "Baiklah" Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tio Cie Hiong mengangguk- "Terima kasih. Kakak Hiong" Ucap yap In Nio sambil menari-nari saking girang, ibunya menggeleng-geleng kepala menyaksikannya - Keesokan harinya, Tio Cie Hiong mulai memberi petunjuk mengenai ilmu pedang pada yap In Nio- Gadis itu memang cerdas, semua petunjuk dari Tio Cie Hiong dapat ditanggapnya dengan cepat, tentunya sangat menggirangkan hati Tio Cie Hiong. Tak terasa sudah tiga hari Tio Cie Hiong tinggat di rumah itu. Alap Alap Laut Kidul Karya Kho Ping Hoo Pek I Lihiap Karya Kho Ping Hoo Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo