Ceritasilat Novel Online

Bukit Pemakan Manusia 15


Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung Bagian 15


Bukit Pemakan Manusia Karya dari Khu Lung   Sebagian besar para penonton yang berjajar disekitar arena sekarang adalah kawanan jago persilatan yang memiliki ilmu silat tinggi, tapi sekarang mereka semua dibikin bodoh, setiap orang berdiri dengan wajah tertegun, mata terbelalak lebar dan mulut melongo.   Perasaan malu, benci, mendongkol segera menyelimuti seluruh perasaan Mong hwesio.   sambil menjerit aneh, peluru bajanya dilancarkan secara beruntun dengan mempergunakan ilmu andalannya yakni Pek poh sin tan yang tak pernah meleset dalam jarak seratus langkah.   Menghadapi ancaman yang tibanya beruntun itu Sun Tiong lo masih saja berdiri tak berkutik ditempat semula, wajahnya tidak berubah, napasnya tidak memburu, dia malahan menggerakkan tangan kanannya sambil menghitung sepuluh butir peluru sakti milik Kong hwe sio telah digunakan semua, sedangkan Sun Tiong lo sambil menyambut datangnya ancaman itu menghitung pula satu persatu.   "Satu, dua, tiga ... sembilan, sepuluh, semua nya berjumlah sepuluh biji dan kuterima semua nya !"   Kali ini tak ada yang berteriak lagi, tiada orang yang berteriak sorai, karena mereka sudah dibikin tertegun.   Dibawah sorot cahaya lentera yang terang benderang, tampak orang-orang itu hanya berdiri mematung saja ditempatnya masingmasing, tentu saja tak ada pula yang bersorak sorai.   Sepasang mata Mong hwesio terpentang lebar-lebar, mungkin jauh lebih lebar daripada mata siapapun juga, namun dia jauh lebih memperhatikan gerak gerik bocah itu daripada orang lain.   Gi pak ngo-hou, lima ekor harimau dari Gi pak kini berubah menjadi lima ekor kucing, paras muka mereka berubah hebat sekali.   Akhirnya Sun Tiong lo masukkan sepasang sumpitnya kebalik laras sepatunya, dan sambil tertawa katanya kepada Mong hwesio.   Terima kasih banyak atas kesudian toa-hwesio untuk mengalah, baiklah, kau Ngo hou boleh pergi sekarang!"   Mong hwesio tak bersuara lagi, sedangkan ngohou juga telah membalikkan badan siap berlalu dari situ. Tapi pada saat itulah, entah siapa yang ber teriak mendadak dari balik kerumunan orang banyak terdengar seseorang berteriak keras.   "Kalau begini caranya tidak adil, si hwesio itupun sudah sepantasnya mencoba untuk menerima dulu permainan dari siau enghiong!"   Begitu seorang berteriak, yang lain menjadi ikut ikutan sehingga suasananya menjadi amat gaduh.   Sun Tiong lo berkerut kening, lalu menggoyangkan tangannya berulang kali.   Pelan-pelan suasana yang gaduh pun menjadi tenang kembali, seakanakan kewibawaan si bocah sudah makin menanjak dalam waktu singkat.   Menanti semua orang telah menjadi tenang kembali, Sun Tiong lo baru berkata lantang.   "Aduh ... tadi aku hanya bergurau saja, mana ada permainan lain yang hendak kugunakan untuk menghadapinya? Siapa berani memaksa aku lagi, akan kubuat perhitungan dengan menggunakan sepasang sumpit ini !"   Setelah mendengar ancaman tersebut, semua orang tak berani berteriak secara sembarangan lagi. Mong hwesio dengan membawa busurnya lantas berjalan mendekati, setelah berhenti pada jarak beberapa kaki dihadapan Sun Tiong lo, katanya.   "Aku sudah kalah, kalah dengan amat puas, akupun tahu kalau sobat kecil pasti memiliki ilmu senjata rahasia yang lebih hebat lagi, kau tak tega menggunakan karena kau takut melukaiku, baiklah, kebaikanmu hari ini tak akan kulupakan untuk selamanya, sekarang aku ingin memohon diri lebih dulu !"   Berbicara sampai disitu, dia lantas mematahkan busur mestikanya menjadi dua bagian dan dibuang keatas tanah, kemudian dengan langkah lebar dia lantas berlalu dari situ. Tiba tiba Sun Tiong lo berseru dengan suara lantang.   "Toa hwesio, aku suka kepadamu, bolehkah kita bersahabat ?"   Dari kejauhan sana terdengar Mong hwesio menjawab.   "Asal kau tidak keberatan, dengan senang hati akan kuterima, baik, kira tetapkan dengan sepaiah kata itu!"   Suatu pertikaian berdarah yang nyaris berlangsung akhirnya dapat dirubah menjadi suasana yang damai oleh seorang bocah berusia empat belas lahun, sejak dari Cui Tong sampai sekalian piautau dari perusahaan ekspedisi barang disekitar sana, sama- sama menyambut nya dengan wajah berseri.   Kepada rekan rekan rekannya, Lu lo piautau segera berkata.   "Malam ini patut dirayakan dengan meriah harap semua orang tidak usah menampik lagi, harap datang bersama kerumahku buat minum beberapa cawan arak."   Semua orang memang terhitung orang yang berjiwa terbuka, segera semua orang mengiakan dan beranjak dari tempat duduknya masing-masing.   Tentu saja Cui Tong pun tidak membiarkan Sun Tiong lo pergi, sambil memegangi tangan bocah itu, dia hanya menggoyangkannya berulang kali tanpa sepatah katapun sangat diutarakan keluar.   Pada saat itulah tiba-tiba dari sisi telinga Sun Tiong lo berkumandang suara bisikan yang amat jelas sekali.   "Ada orang hendak mencari gara-gara dengan Cui Tong, bilamana keadaan menjadi kritis nanti, suruh dia kabur keselatan kebun sayur, jangan sampai bertindak kelewat gegabah. mengerti!"   Nada suara orang itu terasa olehnya seperti amat dikenal, namun untuk sesaat lamanya tidak teringat olehnya suara siapakah itu, dan yang lebih aneh lagi adalah Cui Tong yang berada di sampingnya ternyata sama sekali tak mendegar suara apa-apa, hal ini membuat Sun Tiong lo menjadi kaget dan keheranan.   Sementara dia masih termenung mendadak terdengarlah suara orang terbahak-bahak.   "Haah... haaah.... haaah ...sobat Cui, diharap anda jangan pergi dari tempat ini dulu, persoalan dengan Mong hwesio memang telah selesai, tapi sekarang lohu akan membuat perhitungan lama dengan dirimu!"   Begitu ucapan tersebut di utarakan, semua orang menjadi terbungkam dalam seribu bahasa sedang suasana menjadi tenang kembali, sinar mata mereka semua bersama-sama dialihkan kearah mana datangnya suara itu.   Lebih kurang dua kaki dihadapan mereka, tahu tahu telah muncul lima orang manusia yang berdandan aneh, tiga perempuan dan dua orang laki laki...   Yang lelaki mengenakan baju sama dengan kain kerudung muka berwarna kuning emas pula, sedang yang perempuan memakai baju putih dan dua orang berbaju ungu, merekapun menggunakan kain kerudung muka yang berwarna sama dengan pakaiannya untuk menutupi raut wajah aslinya.   Tiga orang perempuan dan dua orang pria ini membagi diri menjadi dua baris bersama-sama menghadapi Cui Tong, dua lelaki berbaju emas berada dideretan depan sementara tiga orang perempuan berada dideretan belakang, perempuan berbaju putih itu berada di bagian tengah.   Menurut adat dalam dunia persilatan, maka dilihat dari posisi mereka berdiri itu, dapat diketahui gadis berbaju putih itulah berkedudukan paling tinggi, tentu saja semua kekuasaan juga berada ditangannya.   Begitu melihat jelas siapa musuhnya, Cui Tong merasa amat terkesiap, belum sempat dia berbicara, Sun Tiong lo telah membisikan sesuatu disisi telinganya.   "Barusan ada orang yang memberitahukan kepadaku, katanya orang orang itu sangat liehay, bilamana kau ingin meloloskan diri nanti, diharap kau bisa kabur ke sebelah selatan, harap kau jangan melupakan pesan itu."   Cui Tong mengiakan, kepada dua orang manusia berbaju emas itu katanya kemudian.   "Kalian mencari aku?"   "Benar, kami mencari kau !"   Sahut orang berbaju emas yang berada disebelah kiri itu dingin. Sedang orang berbaju emas yang ada disebelah kanan itu segera menuding ke arah Sun Tiong lo sambil menambahkan.   "Juga mencari dia !"   Sun Tiong lo menjadi tertegun setelah mendengar perkataan itu, serunya kemudian dengan nada tercengang.   "Kau juga kenal dengan aku? Tapi..aku tidak kenal dengan kalian semua !"   Lelaki berbaju emas yang ada disebelah kanan itu segera mendengus dingin.   "Hmmm. ..! Bukankah kau she Sun?"   Tegurnya.   "Yaa, benar, aku memang she Sun, tapi aku tidak kenal kalian..."   Kembali orang berbaju emas yang ada di sebalah kanan itu menukas.   "Asal kau she Sun tak bakal salah lagi!"   Sun Tiong lo membelalakkan matanya lebar-lebar, kemudian katanya.   "Kalau dilihat dari sikap dan gaya kalian yang begitu buas, tampaknya kalian datang untuk mencari balas?"   "Boleh dikata demikian !"   Sahut orang berbaju emas yang berada di sebelah kanan itu sambil tertawa dingin. Sementara itu, lelaki berbaju emas yang berada di sebelah kiri telah berkata kepada Cui-Tong.   "Orang she Cui, semua perkataan yang lohu katakan tadi sudah kau dengar dengan jelas?"   Dalam hati Cui Tong sudah ada perhitungan sekarang diapun sudah tahu siapa gerangan tiga orang perempuan dan dua orang lelaki ini.   Walau begitu, timbul juga niatnya untuk mengadakan penyelidikan dan menanyakan apakah dugaannya itu benar.   Maka sesudah termenung sebentar, katanya.   "Agaknya aku orang she Cui telah mendengar apa yang kalian katakan itu, boleh aku tahu karena persoalan apakah kalian datang mencariku untuk membuat perhitungan?"   "Karena persoalan lama!"   "Persoalan lama?"   "Benar!"   Orang berbaju emas yang berada di sebelah kiri itu segera manggut-manggut.   "Tak sedikit aku orang she Cui melakukan kesalahan terhadap teman-teman dunia persilatan selama aku berkelana didunia persilatan, karena itu akupun sudah lupa dimana kapankah aku telah membuat permusuhan dengan kalian, dapatkah kalian mengingatkannya kembali ?"   Lelaki berbaju emas yang berada disebelah kiri itu segera berkata dengan suara dingin.   "Orang she Cui, kau anggap lohu tak berani mengatakan persoalan lama ? jangan lupa, dahulupun kami berani menjagal orang she Sun sekeluarga, malam ini tentu saja tidak akan takut- untuk menghadapi siapapun yang ingin mencampuri urusan kami !"   Setelah mendengar perkataan itu, Cui Tong semakin jelas lagi dibuatnya, dengan sorot mata berapi-api karena gusar, dia lantas berkata dengan suara dalam.   "Cukup, sudah banyak tahun aku Cui Tong menyembunyikan diri untuk mencari hidup, tujuanku tak lain adalah untuk mencari kalian kawanan manusia laknat, hari ini kita dapat berjumpa lagi, hal mana justru akan mencocoki hatiku, ada beberapa patah kata ..."   Belum habis dia berkata, manusia berbaju emas yang ada disebelah kanan itu telah menukas.   "Cui Tong! apakah kau bermaksud untuk memperbincangkannya disini? Apakah kaupun berharap agar teman teman baikmu itu terseret pula didalam persoalan ini?"   Terkesiap hati Cui Tong setelah mendengar perkataan itu dia cukup mengetahui akan bahayanya ancaman lawan, sebab dengan mata kepala sendiri ia saksikan bagaimana kawanan manusia laknat itu menghabisi majikannya sekeluarga, maka diapun tahu juga bahwa ancaman tersebut bisa benar-benar mereka laksanakan! Dengan serius dia berkata.   "Soal ini tak perlu lagi kau kuatirkan, aku hanya ingin mengucapkan sepatah kata saja, yaitu setelah kalian dapat menemukan aku, seharusnya juga tahu kalau saudara cilik ini bukan lah majikanku dulu!"   Lelaki berbaju emas yang berada disebelah kanan itu segera tertawa seram serunya.   "Haah... haaah... haah... Cui Tong, sekarang kau memberi penjelasan bagi anjing kecil itu apakah tidak kau rasakan kalau hal ini terlambat?"   "Kawanan laknat, seharusnya kau tahu bagai manakah watakku"   Bentak Cui Tong marah.   "selamanya aku bilang ya tetap ya, bilang bukan tetap bukan, aku tak pernah membohongi lawan maupun kawan, sekarang aku sudah banyak berhutang budi kepada saudara cilik ini, aku tak dapat.."   Belum habis dia berkata, manusia berbaju emas yang berada disebelah kirinya telah menukas dengan suara dalam.   "Cukup Cui Tong, kau tak usah banyak berbicara lagi, dulu kau telah menolongnva, maka dalam hal kebaktian telah kau lakukan sebaiknya, maka sekarang...."   Pada saat inilah, Lu lo piautau menukas.   "Sobat sekalian, Lohu she Lu dan merupakan penanggung jawab dari perusahaan Pat tat piau kiok, lohu ingin mengajukan beberapa pertanyaan kepada kalian semua."   Dua orang lelaki berbaju emas itu tak menjawab, hanya saja secara tiba tiba mereka mereka mendongakkan kepala dan tertawa tawa terbahak.   Gelak tertawa kedua orang lelaki berbaju emas itu segera menimbulkan kesan jelek bagi para piautau dari perusahaan perusahaan besar.   Ho Ceng wan, cong piautau dari perusahaan Ceng wan piaukiok segera menegur lebih dulu dengan suara keras.   "Sobat, apakah kau anggap beberapa patah kata dari Lu lo piautau itu lucu sekali?"   Mendengar perkataan itu, kedua orang lelaki berbaju emas itu segera menghentikan gelak tertawanya secara mendadak, mereka sama sekali tidak menggubris perkataan dari Ho Ceng-wan tersebut.   Terdengar orang berbaju emas yang berada disebelah kiri itu telah berkata lagi kepada Cui Tong.   "Orang she Cui, sekali lagi lohu akan berbicara sejelasnya kepadamu, bila kau tak ingin menyaksikan teman-temanmu itu turut terseret dalam persoalan ini, lebih baik ikutilah lohu pergi meninggalkan tempat ini"   Lu lo piautau paling tua usianya diantara rekan-rekan lainnya, juga pengalamannya paling luas, dengan wajah tak berubah, kembali dia berkata.   "Sobat, orang persilatan mengatakan dendam ada pemiliknya, hutang pun ada pemiliknya, lohu dan kawan kawan lainnya tak mungkin akan sembarangan turun tangan sebelum duduknya persoalan menjadi jelas."   "Lu Cu tat, kuanjurkan kepada kalian agar sedikitlah tahu diri"   Tukas lelaki berbaju emas disebelah kanan ketus.   "janganlah karena ingin mencampuri urusan orang menyebabkan keluargamu turut terseret ke dalam bencana ini, maka kuanjurkan kepada kalian agar jangan mencampuri urusan kami ini !"   Lu Cu tat memang tak malu disebut seorang jago kawakan dari dunia persilatan, dia segera menjura setelah mendengar perkataan itu, kemudian sambil tertawa ujarnya.   "Baik, baik, lohu akan menjaga diri dan tak akan mencampuri urusan lain"   Setelah berhenti sebentar dan tertawa, kembali dia berkata.   "Kau dapat menyebut namaku, namun lohu tidak kenal siapakah kau, hal ini benar benar memalukan sekali, bila kau tidak keberatan, bagaimanakah jika kau sebutkan dulu siapa namamu ?"   Manusia berbaju emas yang ada di sebelah kanan mendengus dingin dan tak menjawab. Melihat itu Hoo ceng wan segera menyindir dengan suara sinis.   "Lu loko, aku lihat kau janganlah tak tahu diri, bayangkan saja betapa latahnya perkataan dari sobat itu dan betapa besarnya lagak serta gayanya, cuma sayang wajahnya justru dikerudungi dengan kain berwarna..."   Belum habis ucapan tersebut diucapkan, manusia berbaju emas yang berada di kanan telah berseru dengan gusar.   "Lohu she Ang bernama Beng liang!"   Begitu ucapan Ang Beng liang diutarakan, semua piautau yang berkumpul disitu menjadi terkesiap, Ho Ceng wan dan Lu Cu tat saling berpandangan sekejap kemudian menundukkan kepalanya masing-masing. Sambil tertawa seram Ang Beng liang berkata kembali.   "Ho Ceng wan, sekarang kau sudah puas bukan ?"   Dengan agak emosi Ho Ceng wan bangkit berdiri, bibirnya bergerak seperti hendak me ngucapkan sesuatu, tapi akhirnya teringat akan keselamatan isteri dan keluarganya, dengan pe rasaan apa boleh buat dia menghela napas pan jang dan membungkam, Sun Tiong lo adalah seorang anak harimau yang baru turun gunung, dia tidak takut langit tidak takut bumi, dengan melototkan sepasang matanya bulat-bulat, dia berseru .   "Hei, kenapa kau bertindak begitu kasar ? Setiap orang pasti punya nama, bertanya siapa namamu toh hanya suatu sopan santun belaka, kenapa kau malah tak senang hati ?"   Sementara itu, manusia baju emas yang berada disebelah kiri telah menegur Cui Tong.   "Cui Tong, mari kita pergi!"   Cui Tong mendengus dingin, kepada para piautau dari pelbagai perusahaan yang berkumpul disitu, katanya.   "Sobat sekalian, kesetiaan kalian cukup membuat aku orang she Cui merasa terharu sekali budi kebaikan ini tak akan kulupakan untuk selamanya, tapi berhubung masalah ini menyangkut urusan pribadi, aku harap saudara sekalian agar jangan mencampurinya."   Mendadak Sun Tiong lo buka suara bertanya kepada Cui Tong.   "Benarkah kau hendak pergi bersamanya ?"   Cui Tong tertawa getir.   "Tentu saja saudara cilik, tadi saudara cilik telah membantu untuk melepaskan diri dari kesulitan, tapi dalam persoalan ini aku minta saudara cilik jangan mencampurinya, sebentar aku akan pergi, bila tidak sampai mati pasti akan ku jenguk saudara cilik lagi"   Ang Beng liang tertawa seram, tiba-tiba ejeknya.   "Cui Tong, kau tak usah banyak bertingkah laku, terus terang saja kukatakan, pada malam ini kau tidak akan pergi tidak apa, tetapi itu bocah keparat harus pergi mengikuti kami!"   "Orartg she Ang, kamu menginginkan aku orang she Cui harus memberi penjelasan secara bagaimana kepadamu?"   Teriak Cui Tong gusar. Ang Beng liang mendengus dingin.   "Hm...! penjelasan macam apapun tidak ada yang berguna!"   Sun Tiong lo segera tampil kedepan, sambil membusungkan dadanya dia berkata.   "Apakah kalian bersikeras mengajakku?"   "Benar, kau adalah tamu majikan kami!"   Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Dengan berterus terang Sun Tiong lo ber-kata.   "Kau anggap aku tidak berani pergi mengikuti dirimu? pergi yaa aku pergi, toh aku memang bermaksud untuk menyaksikan permainan apakah yang sedang kalian persiapkan hayo berangkat."   Ang Beug liang segera berpaling kearah Cui Tong sambil sindirnya.   "Cui Tong, kau benar-benar tak becus, masa dengan seorang bocah cilikpun kalah !"   Cui Tong memandang sekejap ke arah Sun Tiong lo, baru saja akan bersuara, bocah itu sudah berkata lebih duluan.   "Jalan yaa jalan, memangnya ada apanya yang perlu ditakuti ?"   Selesai berkata dia lantas menarik tangan Cui tong dan diajaknya menuju kearah selatan: Sebenarnya tujuan kelima orang itu adalah arah lain, tapi setelah dilihatnya kedua orang lawannya menuju ke selatan, maka mereka pun segera menyusul pula dari belakang.   Sambil berlarian kencang, Sun Tiong Io segera berbisik kembali.   "Masih ingat dengan apa yang kukatakan kepadamu tadi ? Kau lari saja sekuat tenaga, biar aku yang menghadang mereka, cepat ! Cepat kau dari sini !"   Cui Tong kelihatan agak tertegun Sun Tiong lo segera menyadari apa yang menyebabkan dia tertegun, kembali ujarnya.   "Jangan perdulikan aku, kabur saja dari sini, aku tidak menjadi soal, sebentar aku menyusuI!"   Dengan kepandaian silat yang dimiliki Sun Tiong lo ketika menghadapi Mong hweesio tadi, mau tak mau Cui Tong harus mempercayai perkataannya sekarang, maka diapun berbisik.   "Jaga dirimu baik-baik !"   Dia segera membalikkan badan dan melarikan diri. Dengan gusar Ang Beng liang membentak keras, baru saja akan mengejarnya, si gadis berbaju putih yang berada di belakangnya telah berseru.   "Hari ini dia bisa lolos, apakah dikemudian hari masih bisa lolos lagi ? Jaga saja yang kecil itu baik-baik !"   Ang Beng liang segera menarik kembali gerakan tubuhnya sambil mengiakan, dia lantas menyelinap ke samping kiri Sun Tiong lo dan bersiap siap mencengkeram lengan kanan anak muda itu. Mendadak terdengar seseorang membentak keras.   "Ang hu pangcu, hati hati dengan ular berbisa !"   Ketika Ang Beng liang melirik ke samping, tampaklah sesosok bayangan putih telah tiba diatas lengan kanannya, serentak dia menarik kembali tangannya sambil melompat mundur, benda putih itupun segera terjatuh ke tanah.   Menanti dia amati benda itu lebih seksama lagi, ternyata bukan ular berbisa seperti apa yang di duga semula melainkan seutas tali putih! Tahu kalau tertipu dia mengalihkan kembali sorot matanya kearah Sun Tiong lo, tapi bocah itu sudah dibawa kabur seseorang ke arah selatan.   Menyaksikan kejaadian itu, Ang Beng liang dan seorang manusia berbaju emas lainnya segera membentak keras, dengan cepat mereka melejit ke udara dan secepat kilat mengejar ke arah orang itu.   Pada saat yang bersamaan tampak si orang berbaju biru yang menyelamatkan Sun Tionglo tadi sudah memapaki kedatangan Ang Beng liang dan orang berbaju emas lainnya, kedua belah pihak segera berjumpa ditengah udara.   Terdengar orang berbaju biru itu berkata.   "Membunuh orang tak lebih hanya kepala menutul bumi, bila bisa diampuni-ampunilah, harap kalian berdua balik saja !"   Ditengah pembicaraan itu, sepasang ujung bajunya segera dikebaskan ke depan, hembusan angin pukulan yang sangat kuat seketika itu juga mementalkan kembali diri Ang Beng liang dan orang berbaju emas itu ke tempat semula.   Orang berbaju biru itu tidak berdiam lama disana, sesudah berhenti sejenak ditengah udara, mendadak ia berpekik nyaring, lalu membalikkan badannya dan meluncur lagi melalui jalanan semula.   Perempuan berbaju putih itu mendengus dingin, tidak nampak bagaimana dia menggerak kan tubuhnya, tahu-tahu sudah melejit ketengah udara dan menyusul dibelakang orang berbaju biru itu.   Bersamaan itu juga, bentaknya nyaring.   "Setelah kau datang mencampuri urusan ini, lagi pula memiliki kepandaian silat yang sangat lihay, paling tidak harus kau sebutkan dulu siapa namamu, kau anggap memangnya bisa kabur dengan begitu saja ?"   Orang berbaju biru itu tidak menjawab, tapi gerakan tubuhnya menjadi lamban.   Dengan melambankan gerakan itu, sedang kan siperempuan baju putih itu menyusul dengan kecepan tinggi, akibatnya kedua belah pihak menjadi beriringan.   Mendadak perempuan baju putih itu mengayunkan tangannya kedepan, segulung desingan angin tajam segera menyergap jalan darah siau yau-hiat ditubuh orang berbaju biru itu.   Siapa tahu orang berbaju biru itu sama sekali tidak berpaling tubuhnya makin lama makin lamban, disaat angin serangan diri perempuan berbaju putih itu hampir mengenai tubuhnya, mendadak dia meluncur kembali ketengah udara.   Begitu berada ditengah udara, dia segera tertawa tergelak dengan nyaringnya, lalu secepat sambaran petir tubuhnya lenyap dibalik kegelapan sana.   Demonstrasi tenaga dalam serta ilmu meringankan tubuh yang diperlihatkan orang berbaju biru itu sangat mengejutkan hati si perempuan baju putih itu, dengan cepat dia melayang turun ketanah dan tidak melanjutkan pengejaran lagi, sementara sorot matanya dialihkan kearah mana bayangan biru itu melenyapkan diri tanpa bicara ataupun bergerak.   Dalam pada itu, dua orang nona berbaju merah dan dua orang manusia berbaju emas telah melayang turun disekitar sana, terdengar Ang Beng liang yang menyebut dirinya sebagai hu pangcu itu berbisik dengan suara yang lirih.   "Ilmu gerak tubuh yang dimiliki orang ini betul-betul sangat hebat, apakah pangcu dapat menduga asal-usulnya?"   Perempuan berbaju putih itu tidak menjawab, dia memberi tanda dan beranjak menuju ke barat.   Dalam keadaan begini, Ang hu pangcu sekalian tak berani banyak bertanya lagi, mengikuti dibelakang perempuan berbaju putih itu merekapun beranjak pergi.   -ooo0dw0oooSetelah kabur kearah selatan dan berhasil meloloskan diri dari pengejaran, Cui Tong menelusuri sebaris rumah penduduk dan berusaha mencari tempat persembunyian.   Tiba-tiba terdengar seseorang berseru dengan suara dalam.   "Di sini ada sepucuk surat, harap Cui tayhiap, mencari tempat yang tenang dan membaca isinya dengan seksama, setelah itu laksanakanlah menurut apa yang tercantum di dalamnya !"   Selesai berkata, sepucuk surat telah meluncur datang dari balik wuwungan rumah. Cui Tong segera menyambut surat itu, lalu berseru.   "Sobat, siapakah kau?"   Tiada orang yang menjawab, suasana di sekeliling tempat itu sepi tak kedengaran apapun.   Cui Tong tahu kalau pihak lawan enggan untuk berjumpa dengannya, sambil menghela napas terpaksa dia beranjak pergi.   - ooo0dw0ooo- Fajar belum lama menyingsing, dua orang kakek berbaju emas dan dua orang nona berbaju merah mengiringi seorang nyonya setengah-umur yang memakai baju putih muncul didepan pintu gerbang gedung Kwik Wangwee.   Dengan sikap yang amat hormat, salah seorang diantara kakek berbaju emas itu memberi hormat kepada nyonya setengah umur tersebut, kemudian katanya.   "lnilah rumah keluarga Kwik !"   Nyonya itu sepintas lalu tampak baru berusia dua puluh empat tahunan, wajahnya cantik namun sepasang matanya memancarkan cahaya tajam, sehingga membuat orang tak berani menatapnya. Mendapat laporan tersebut, dia manggut-manggut kemudian berkata.   "Ketuk pintu, sampaikan seperti apa yang kuperintahkan tadi !"   Kakek berbaju emas itu mengiakan dengan hormat, kemudian maju kedepan dan mengetuk pintu.   Seorang pelayan tua segera menampakan diri dari balik ruangan, orang berbaju emas itupun membisikkan sesuatu kepada sang pelayan tua dan pelayan tua itupun manggut-manggut sambil beranjak pergi.   Tak lama kemudian, tiga orang perempuan dan dua orang lelaki itu sudah dipersilahkan masuk ke ruang tamu, pelayan tua ini menitahkan orang untuk menghidangkan air teh, tak lama kemudian Kwik wangwee pun muncul menjumpai tamunya.   Dengan senyum dikulum Kwik Wangwee segera berkata.   "Barusan aku memperoleh pemberitahuan dari centengku yang mengatakan kalau hujin ada urusan penting hendak dirundingkan denganku, tolong tanya..."   "Aku jauh-jauh datang ke kota Tiong-ciu tak lain karena memperoleh pesan dari bibiku untuk mencari seorang adik misanku yang telah hilang selama sebelas tahun, konon..."   Dengan kening berkerut Kwik Wangwee menukas.   "Apakah lohu dapat membantumu?"   "Betul"   Yan hujin manggut-manggut.   "konon adik misanku berada di gudang ini !"   "Aaah, masa begitu ? Bagus sekali kalau begitu ?"   "Adik misanku berasal dari marga Sun, nama yang sebenarnya adalah Pin hiong .."   Dengan cepat Kwik wangwee menggeleng tukasnya.   "Disini memang ada seorang she Sun, dia berasal dari Shoa tang, tak punya nama, akulah yang memberi nama Tiong lo kepadanya, selain dari pada itu..."   "Apakah Wangwee dapat mempersilahkan nya keluar untuk bertemu dengan kami.,.?"   Yan hujin menukas pula. Kwik wangwee segera menghela napas panjang, katanya sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.   "Kalian sudah datang terlambat."   "Apakah dia sudah pergi dari sini?"   Yan hu jin agak tertegun, Kembali Kwik Wangwee menggelengkan kepalanya berulang kali.   "Bukannya telah pergi, dia belum kembali, sebenarnya dia ikut pegawaiku pergi keibukota untuk menagih hutang, tapi rupanya dia ke timpa musibah, menurut keterangan dari pegawaiku, dia telah.."   Berbicara sampai disitu, mendadak Kwik wangwee memperlihatkan sikap terperanjat, ucapan terhenti sampai ditengah jalan, kemudian diamatinya Ya hujin dan semua orang dengan seksama, paras mukanya lambat laun berubah menjadi serius sekali.   Tak selang beberapa saat kemudian, Kwik wangwee telah bertanya lagi dengan suara dingin.   "Tampaknya kalian berasal dari ibu kota bukan?"   "Wangwee telah teringat soal apa?"   Yan hu jin tertawa. Dengan serius Kwik wangwee berkata.   "Yan hujin, terus terang saja kukatakan, menurut laporan dari pegawaiku Tiong lo telah dibawa kabur oleh tiga orang perempuan dan dua orang lelaki, pakaian yang dikanan tiga orang perempuan dan dua lelaki itu persis dengan dandanan dari hujin."   "Oooh, masa persis seperti apa yang kami kenakan ?"   Kwik Wangwee manggut-manggut.   "Betul, memang persis sekali !"   Kembali Yan hujin tertawa manis, ujarnya.   "Akupun tak ingin mengelabui Wangwee, apa yang dijumpai oleh pegawaimu itu memang benar tak lain adalah kami sekalian !"   Kwik Wangwee segera melompat bangun, kemudian serunya.   "Kalau begitu kau bukan kakak misan Tiong lo ?"   "Aku justeru adalah kakak misannya !"   "Hmm, lantas apa sebabnya kau memaksa untuk membawanya kabur ?"   Wangwee adalah seorang hartawan dari kota ini, orang awam seperti kau tak akan mengerti tentang persoalan dunia persilatan, oleh karena itu dijelaskan kepada Wanpwec pun tak ada gunanya, kalau memang adik misan ku tak ada disini, akupun tak ingin terlalu merepotkan Wangwee lagi, maaf aku hendak mohon diri lebih dulu."   Agaknya Kwik Wangwee masih ada beberapa hal yang tidak dipahami olehnya, kembali dia berseru.   "Kau benar-benar adalah kakak misannya Tiong lo !"   Dengan serius Yan hujin mengangguk.   "Wangwee adalah orang sekolahan, coba bayangkan adik misanku bukan seorang manusia yang kaya raya atau berkedudukan tinggi, mengapa aku harus mengaku-ngaku sebagai famili yang untuk mencari kerepotan bagi diriku sendiri ?"   Kwik Wangwee manggut-manggut.   "Ehmm, benar, benar, memang masuk diakal."   "Menurut pendapat Wangwee, mungkinkah dia akan kembali lagi ?"   Kwik Wangwee berpikir sebentar, lalu menjawab.   "Aku pikir bila dia bisa mengambil keputusan cepat dan menanyakan jalan pulangnya kemari, sudah seharusnya dia akan kembali ke-mari, sebab pertama dia tak ada tempat yang diiuju, kedua akupun menganggapnya sebagai anak sendiri, maka itu ...   "   "Asalkan dia dapat kembali dengan selamat, hal ini lebih baik lagi,"   Kata Yan hujin sambil tertawa lebar, kemudian seraya beranjak lanjutnya.   "sekarang aku masih ada urusan lain maaf, aku mohon pamit!"   Kwik wangwee pun tidak bermaksud untuk menahan tamunya, dia lantas perintahkan kepada pelayan tuanya untuk menghantar mereka keluar. Setelah berada ditengah jalan, dengan suara lirih Ang Hu pangcu lantas berkata.   "Perlukah kita menyiapkan seseorang ditempat ini untuk mengawasi gerak gerik keluarga Kwik?"   Yan hujin berpikir sebentar, dan sahutnya.   "Setan cilik itu sama sekali tiada hubungan nya dengan keluarga Kwik, soal ini sudah ku selidiki dengan jelas, ia dibawa pulang dari kuil Kwan ya hio setelah Ku Gwat cong meninggalkannya seorang diri, selain itu orang berbaju biru itupun tak akan lebih bodoh dari kita, sudah pasti ia telah menduga kalau kita akan mencari ke kota Tong-ciu, bayangkan saja, apakah dia akan membiarkan setan cilik itu datang kemari menghantar kematiannya?"   Orang berbaju emas yang lain tak lain adalah Kim ih tok-siu (kakek racun berbaju emas) Tan Tiong hoa. Pada saat itulah dia berkata pula dengan suara yang berat.   "Hamba mempunyai suatu persoalan yang merasa kurang jelas, mohon pangcu sudi menerangkannya"   "Persoalan apa?"   Tanya Yan hujin dengan suara dingin.   "Sebelas tahun berselang, ketika Ku gwat cong berhasil menolong setan cilik itu, kemungkinan besar dia telah mewariskan serangkaian tenaga dalam kepadanya, tapi enam tahun berselang ia telah meninggalkannya dengan begitu saja...."   "Tan congkoan, jadi dia benar-benar telah ditolong oleh Ku Gwat- cong ..."   Sela Ang hu pnngcu tiba-tiba. Tergerak juga perasaan Tan Tiang ho, katanya.   "Menurut laporan dari Pit It-kiam tentang pengemis yang tidur diluar pintu kuil Kwan ya bio, kecuali Ku Gwat-cong si setan tua itu, rasanya memang tak ada orang lain lagi !"   "Tapi kita kekurangan bukti yang langsung!"   Seru Ang hu pangcu lagi. Yan hujin segera mengalihkan sorot matanya ke wajah Ang hu pangcu, setelah itu katanya.   "Yang pernah dikatakan Tan congkoan bukanlah persoalan ini, kenapa kau tidak mendengarkan lebih dulu sebelum mengemukakan suatu pendapat?"   Ang Hu pangcu segera mengiakan berulang kali. Tan Tiong hoa pun berkata lebih jauh.   "Yang tidak hamba tidak pahami adalah kenapa Ku Gwat cong meninggalkan setan cilik itu di kota Tong ciu sebagai kacung orang?"   Yan hujin tertawa dingin, dia lantas berpaling ke arah Ang Hu pangcu sambil bertanya.   "Kau tahu?"   Ang Hu-pangcu segera menundukkan kepala nya rendah-rendah.   "Hamba sendiripun tidak memahami akan persoalan ini"   Jawabnya. Yan hujin segera mendengus dingin.   "Hmm .. .! Tan congkoan saja bisa memperhatikan persoalan ini dengan jelas, hal ini menunjukkan kalau ia benar2 berusaha keras untuk menyelidiki persoalan ini, tetapi kau sebagai seorang wakil ketua, nyatanya tak mampu kau berpikir kesitu, hmm..."   Sekujur badan Ang Hu pangcu gemetar keras, dia tidak berani mengucapkan kata-kata. Yan hujin berkata lebih jauh, setelah berhenti sejenak lamanya.   "Gara gara persoalan ini, akupun sudah dibuat kesal sekian lama, tapi setelah kulakukan suatu penyelidikan yang seksama, baru diketahui bahwa pada enam tahun berselang Ku Gwat cong telah pergi ke bukit Soat nia, oleh karena dia merasa kurang leluasa untuk pergi membawa seorang bocah, iapun merasa tidak tega hati bila diserahkan kepada orang lain, maka diapun mempergunakan hartawan she Kwik!"   Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Oooo... rupanya begitu"   Kata Tan liang hoa seperti baru merasa sadar kembali.   "Tahukah kalian siapakah orang yang telah menolong si setan cilik itu di kebun sayur milik keluarga Lau tadi?"   Tan Tiang hoa memandang ke arah Ang hu pangcu tanpa mengucapkan sepatah katapun. Ang hu pangcu segera menggelengkan kepalanya berulang kali, sahutnya dengan cepat.   "Hamba tidak berhasil melihat jelas !"   Mendengar jawaban itu, Tan Tiang hoa baru berkata.   "Orang yang membopong setan kecil itu adalah Ku Gwat cong !"   Mencorong sinar tajam dari balik mata Ang hu pangcu, serunya keras-keras.   "Congkoan, kau telah melihatnya dengan jelas?"   Tan Tiang hoa manggut-manggut.   "Walaupun aku tak sempat melihat wajahnya, namun dari bayangan punggungnya telah kuketahu kalau dia, apalagi orang yang bisa menggunakan "ular"   Untuk menakuti orangpun hanya dia seorang!"   Yan hujin segera tertawa, katanya kemudian.   "Apa yang dikatakan Tan congkoan memang betul, orang itu memang Ku Gwat cong !"   Ang hu pangcu segera tertawa jengah, agak tersipu sipu dia berkata cepat.   "Untung saja hamba telah menitahkan pasukan merah dan hitam untuk melakukan pengepungan sambil melangsungkan penggeledahan dan pencarian secara besar besaran, aku percaya tak lama kemudian pasti ada jawaban yang masuk !"   Yan hujin tidak berkata apa-apa, dia hanya mengulapkan tangannya sembari menitahnya.   "Aku merasa lelah sekali, mari kita percepat perjalanan kita untuk meninggalkan tempat ini"   Tak seorang manusiapun yang berani membantah, mereka manggut-manggut dengan mulut membungkam.   Maka berangkatlah perempuan berbaju putih atau Yan hujin itu meninggalkan kota Tong ciu dengan langkah cepat.   Dalam waktu singkat, bayangan tubuh dari beberapa orang itu sudah lenyap dari pandangan.   - ooo0dw0ooo- Bab ke Dua puluh Dua Tengah malam telah tiba, sesosok bayangan manusia disusul bayangan manusia lain bergerak mendekati gedung Kwik Wangwee, setelah saling memberi tanda, mereka memisahkan diri dan melompat masuk ke halaman gedung tersebut...   Pada kentongan kelima, bayangan hitam, itu berkumpul kembali, lalu sesosok melompat ke luar dari dalam gedung dan berlalu menuju ke tempat kejauhan sana.   Kejadian ini berlangsung terus selama lima malam berturut turut, hingga malam keenam, bayangan manusia itu baru tidak nampak lagi, sampai malam ke sepuluh tetap tak nampak ada bayangan manusia yang berlalu lalang lagi.   Ditengah malam bagi ke sepuluh inilah, di kala semua orang sudah lenyap dari pandangan mata, penjaga kuil Kwan-ya-bio sudah tertidur, ditengah ruangan kuil itu barulah muncul manusia-manusia yang berjalan malam.   Mereka terdiri dari tiga orang yang turun bersama dari tengah udara, kemudian setibanya dalam ruangan bersama-sama duduk diatas lantai.   Dalam ruangan itu tidak nampak ada cahaya lentera, sehingga sukar untuk melihat jelas siapakah gerangan ketiga orang itu.   Tapi menanti mereka sudah mulai berbincang-bincang, maka dengan cepat diketahui siapakah mereka itu.   Mula mula terdengar suara seorang yang seiak tua berkata.   "Siau liong, sudah begitu jelas bukan ?"   Yang bernama Siau liong tentu saja Sun Tiong lo, maka dari Siau liong pun bisa diduga kalau dua orang lainnya tak lain adalah Siau hou serta si pengemis tua Ku Gwat cong. Waktu itu Sun Tiong lo sedang mengiakan dan menjawab.   "Jadi lima malam beruntun mereka bersembunyi dalam rumah Kwik wangwee tak lain bermaksud untuk mencariku ?"   "Tentu saja"   Sahut siau hou, sayangnya suhu justru tidak termakan oleh tipu muslihatnya itu"   Ku Gwat cong segera tertawa.   "Tidak gampang bila ingin membuatku masuk perangkap !"   "Aai ..kesemuanya itu gara gara aku suka mencampuri urusan orang sehingga akibatnya mesti menyulitkan orang lain, siau hou, menurut pendapatmu mungkinkah orang-orang jahat itu tidak turun tangan menganiaya Kwik Wangwee sekalian ?"   "Aku rasa ini tak mungkin"   Sahut Ku Gwat Cong.   "hutang musti ditagih kepada yang hutang, perselisihan harus diselesaikan pada orang yang berselisih"   "Jadi antara aku dengan mereka benar benar terikat oleh dendam kesumat ?"   Ku Gwat cong tidak menjawab pertanyaan itu, sebaliknya balik bertanya.   "Siau liong, berapa umur mu tahun ini ?"   "Enam belas tahun !"   "Ehmm ...berarti masih ada setahun !"   "Apanya yang masih ada setahun?"   Tanya Sun Tiong lo dengan perasaan tak habis mengerti.   "Bukankah kita telah berjanji akan berjumpa ditikungan belakang kuil Kwan tee hio pada bulan enam tanggal enam disaat kau genap berumur tujuh belas tahun? Apakah kau sudah lupa ?"   "Lupa sih tidak, tapi sekarang ..."   Tidak menanti Sun Tiong lo menyelesaikan kata-katanya, Ku Gwat cong telah menukas.   "Sekarang tidak masuk hitungan, kau harus kembali lagi ke sana, dan kita bersua kembali pada saat yang telah kita janjikan."   "Tidak aku tak mau kembali"   Kata Sun Tiong-lo sambil menggelengkan kepalanya.   "Siau liong-! ucap Ku Gwat cong dengan suara dalam.   "aku hendak memberitahukan satu hal kepadamu, ketahuilah bahwa kau mempunyai suatu dendam kesumat yang tiada taranya yang mesti dituntut balas, bila kau ingin membalas dendam maka kau harus kembali dulu ke gedung keluarga Kwik"   "Aah... siapakah musuh besar yang telah membunuh keluargaku ?"   "Dengarkan bait baik, aku dan orang tuamu hanya kenal karena kita sama-sama anggota dunia persilatan, sebetulnya aku hendak datang ke sana untuk membantu ayahmu, sayang kedatanganku toh terlambat juga. .."   "Beritahu kepadaku, siapakah musuh besarmu itu ?"   Tukas Sun Tiong lo cepat.   "Mari kubawa kau kesana, lebih baik tidak usah banyak bertanya lebih dahulu"   Tiba tiba Sun Tiong lo bangkit berdiri, lalu, berseru: Ku Gwat cang pun berpaling kearah Siau hou, sambil berkata.   "Siau hou, kaupun harus pergi, tapi mesti ber hati hati, kini pihak lawan masih mencari jejak kita keempat penjuru, kau mesti selalu waspada dan jangan memberi kesulitan lagi kepadaku"   Siau hou mengiakan, lalu sambil menepuk-bahu Sun Tiong lo katanya lagi.   "Siau liong, aku mesti berangkat lebih dulu karena masih ada tugas lain, jangan lupa kita akan bersua kembali bulan enam tahun depa."   Tidak menunggu jawaban dari Sun Tiong lo lagi, dia segera melompat keluar dari situdan lenyap dibalik kegelapan.   Setelah Siau hou pergi, Ku Gwat cong pun membopong tubuh Sun Tiong lo dan turut melompat keluar pula.   Tubuhnya segera menyelinap keatas dinding kuil dan langsung meluncur ke dinding pekarangan bagian belakang dari gedung keluarga Kwik, dimana ia melayang turun ke dalam.   Setelah melayang turun, Ku Gwat cong mem beri tanda kepada Sun Tiong lo agar membuka jendela belakang gudang buah, kemudian setelah berada dalam gedung dan memasang lentera, pengemis tua Ku Gwat cong baru berkata lagi.   "Siau liong, disini ada sepucuk surat, bacakan dengan seksama, setelah kau baca semua tulisan itu maka segala sesuatunya akan menjadi terang."   Sembari berkata, pengemis rua itu merogoh ke dalam sakunya mengeluarkan sepucuk surat, lalu diserahkan kepada Sun Tiong lo.   Dengan cepat Sun Tong lo merobek sampul surat itu dan membaca isinya dibawah sinar lentera.   Pada pembukaan surat itu antara lain bertuliskan demikian.   "Siau liong, dikala kau membaca surat ini dalam gedung keluarga Kwik, aku telah pergi."   Sambil berseru tertahan Sun liong lo mendongakkan kepalanya sambil mengawasi keadaan disekeiiling tempat itu, benar juga, dalam waktu yang amat singkat itu Ku Gwat cong telah pergi meninggalkan tempat itu tanpa menimbulkan sedikit suarapun.   Dengan perasaan apa boleh buat, terpaksa Sun Tiong lo melanjutkan kembali membaca surat itu.   "". .. mengenai asal usulmu serta siapakah musuh besar pembunuh keluargamu, terpaksa kau harus menunggu sampai kita bersua kembali nanti, bila kau ingin membalas dendam maka kau harus tinggal dalam gedung keluarga Kwik ini, hanya saja mulai sekarang kau tidak diperbolehkan membiarkan setiap orang sudah tahu kalau kau sekarang telah pulang ke gedung keluarga Kwik, kalau tidak, jika musuh besarmu sampai mengetahui kabar ini, niscaya mereka akan datang membunuhmu, mungkin kau heran, apa sebabnya aku justru meninggalkan dirimu dalam gedung keluarga Kwik? Nah, sekarang akan kuterangkan sebab musababnya."   Ketika selesai membaca isi surat tersebut tanpa terasa Sun Tiong lo lantas berpikir.   "Oooh... rupanya begitu, yaa, siapa yang nyata kalau tiga generasi sebelum Kwik Wangwee sesungguhnya adalah seorang tokoh sakti yang tiada tandingannya dalam dunia persilatan, tapi kejadian inipun cukup mengherankan kenapa ilmu silatnya yang amat lihay itu tidak diwariskan kepada anak cucunya sendiri?"   Ia tidak habis mengerti, sambil menggeleng sorot matanya dialihkan kembali ke atas surat tersebut, setelah mengulanginya sekali lagi, sambil mengerdipkan matanya dia mulai ter menung ...."Dalam surat ini dikatakan orang tersebut disebut sebagai "Bu lim ci seng " ( malaikat dari dunia persilatan), berhubung dia tak pernah menemukan seorang anak murid yang berbakat bagus dan berbudi luhr, maka tak pernah mempunyai ahli waris, agar ilmu silatnya tidak hilang, kepandaian tersebut di tulisnya ke dalam se   Jilid kitab aneh dan menyembunyikan dalam gudang bawah tanah rumah leluhurnya, setelah itu dia bersama sahabatnya Im hok-ji hian mengasingkan diri, sebelum menghembuskan napas yang penghabisan ia memberitahukan pula rahasia ini kepada Ji hian dan minta kepada Ji-hian agar mewariskan kepandaian rersebut kepada seorang yang berbakat walaupun kejadian ini sudah berlangsung seratus lima puluh tahun lamanya, namun Ji hian tak pernah mewujudkan pesan itu, Ku Gwat cong adalah murid angkatan ke empat dari Ji hian, tak heran dia mengetahui bagaimana caranya memasuki gudang bawah tanah...."   Berpikir sampai disini, tak tahan Sun Tiong lo kembali bergumam.   "Kejadian ini lebih aneh lagi, andaikata si pengemis tua itu mengetahui bagaimana caranya memasuki gudang tersebut, mengapa dia tidak mengambil pergi kitab pusaka itu sehingga kepandaian silat yang dimilikinya menjadi semakin hebat ?"   Ia tidak berhasil memahami persoalan ini dan menggelengkan kepalanya berulang kali, tapi kali ini dia sudah bertekad, dalam surat itu diterangkan bagaimana caranya membuka gudang bawah tanah serta dimana letaknya, dia harus mencobanya: Kebetulan sekali, gudang bawah tanah yang berada dalam gedung keluarga Kwik pada seratus lima puluh tahun berselang tak lain berada dibawah gudang yang dijaga olen Sun Tiong lo sekarang ini.   Maka Sun Tiong lo mulai bekerja keras menemukan tempat yang dimaksudkan, sambil mengangkat lentera dia bersiap siap melakukan pencarian.   Belum berapa langkah, mendadak ia mendengar suara diluar, cepat-cepat lentera itu dipadamkan.   Betul juga, dari luar gudang iana segera ter dengar seseorang berkata dengan suara tercengang.   "Heran, betul betul heran, Lo Be, apakah kau telah melihatnya ?"   "Melihat apa?"   Tanya orang yang dipanggil Lo be itu.   "Ada cahaya lentera dalam gudang !"   Lo be tersentak kaget dengan tubuh menggigil, kemudian serunya.   "Ah . .. barangkali ada setan."   Pada saat itulah, mendadak terdengar suara yang penuh berwibawa sedang menegur.   "Siapa di luar?"   Mengetahui siapa yang menegur, buru buru Lo be menjawab.   "Wangwee ya, aku dan Sang sin !"   "Oooh ..apa yang kalian lakukan ditengah malam buta begini ?"   Suara Kwik wangwee kembali menegur.   "Anu . ...anu .,. perutku sakit sekali aku hendak .   "Tampaknya kau berjudi tagi?"   Dengus Kwik wangwe c^pat.   "Wangwe ya, barusan aku melihat ada cahaya lentera dalam gudang sana.."   Seru 0ng-Seng lagi.   "Omong kosong! Tampaknya kau sudah dibuat keblinger oleh permainan Pay kiu hingga matamu menjadi tidak normal lagi."   Lo be segera tertawa tergelak mendengar ucapan itu. Kwik wangwe kembali mendengus.   "Hmm. ., mengapa tidak segera pergi tidur? Besok adalah tanggal lima, pagi pagi sekali masih harus memasang mercon!"   Ong seng dan lobepun segera mengiyakan, cepat2 mereka mengundurkan diri dari situ.   Sejenak kemudian, ketika Sun Tiong lo sudah tak mendengar suara apa apa lagi diluar, dia baru memberanikan diri untuk memasang lentera dan mencari gudang bawah tanah itu seperti peta yang tercantum dalam surat itu.   Tapi malam ini dia tidak dapat bekerja, sebab pertama tak punya alat, kedua hari sudah malam, bila sampai menimbulkan suara keras pastinya menimbulkan kecurigaan orang.   Maka dia lantas memadamkan lampu dan beristirahat.   Dalam suratnya, pengemis tua itu telah menandaskan dengan jelas bahwa kehadirannya didalam gudang kali ini tidak boleh bertemu dengan siapapun, maka diapun menjumpai kesulitan lain yakni soal makanan dan minuman karena kehabisan daya, terpaksa mencuri Teringat soal mencuri, dia segera merasa bahwa inilah saat yang paling baik, diam diam ia merangkak keluar lewat jendela belakang dan menuju kedapur, ia tahu di tahun baru seperti ini.   sudah pasti banyak hidangan yang tersedia disana.   Tapi dia harus kembali dengan tangan kosong.   Ternyata suasana dalam dapur hangat, para pegawai sedang berjudi didalam dapur.   Dengan perasaan apa boleh buat dia pulang dengan tangan hampa, baru merangkak masuk kedalam gudang, ia saksikan diatas pembaringan yang biasanya dipakai untuk tidur telah bertambah dengan sebuah bungkusan, ketika dibuka ternyata isinya adalah makanan.   Jilid 18 - ooo0dw0ooo- DENGAN cepat dia rnengerti, sudah pasti Siau hou atau si pengemis tua yang menghantar makanan baginya, karena tidak lapar, dia membungkus kembali hidangan itu dan tidur.   Fajar baru menyingsing, dikala ia masih ter tidur nyenyak, tiba tiba terdengar ada orang membuka kunci pintu gudang tersebut, serentak dia melompat bangun, lalu sambil menyambar bungkusan, dia menyembunyikan diri di balik keranjang dan karung.   Pintu gudang segera terbuka, lalu terdengar Kwik wangwee berkata.   "Lo be, pergi bunyikan petasan, Ong Seng, masukkan semua barang itu kedalam gudang, cepat!"   Tak lama kemudian pintu gudang itu dikunci, sementara itu Sun Tiong lo telah bermandikan keringat dingin, sambil menggelengkan kepalanya dia berpikir.   "Aai, rupanya jadi pencuri tak enak rasanya"   Dari balik tempat persembunyiannya dia munculkan diri, tapi setelah melihat benda-benda yang digetarkan disana, ia menjadi gembira sekali.   Ternyata pelbagai alat di letakkan disitu, alat-alat tersebut baru saja dimasukkan Ong Seng ke dalam gudang atas suruhan Kwik wangwe, lebih kebetulan lagi, alat-alat itu sesuai dengan kebutuhannya sekarang.   Maka selesai bersantap dia mulai mencari letak mulut masuk menuju ke gudang bawah tanah itu.   Sejak kecil sampai sekarang Sun Tiong lo sudah terbiasa hidup sendiri, gemblengan selama enam belas tahun membuat bocah ini betul-betul menjadi ulet dan tahan uji.   Tidak membuang banyak tenaga, ia telah berhasil menemukan mulut masuk menuju ke gudang bawah tanah itu, maka ia pergunakan karung kosong untuk mengisi pasir tiap digali dan menggunakan buah-buah kering untuk menghilangkan jejaknya.   Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Senja itu dia berhasil memasuki mulut gudang tersebut, tapi belum lagi berapa kaki, mendadak ia merasa badannya terpeleset dan tak ampun lagi tubuhnya terperosok kebawah.   "Blaam . ,.!"   Ternyata ia terjatuh diatas sebuah kursi berlapiskan kulit binatang, oleh karena itu lunak maka tubuhnya sama sekali tidak mengalami cedera apa apa, sebaliknya jalan kembalinya tadi ternyata tidak berhasil ditemukan kembali.   Akan tetapi ia tidak cemas, setelah tiba di sini mengapa ia musti gelisah, maka dia bertekad hendak menemukan dulu kitab aneh seperti yang dimaksudkan si pengemis tua dalam suratnya itu sebelum memikirkan hal-hal yang lain.   Setelah mencari sekian lama, akhirnya dia buru berseru kaget dan berdiri termangu-mangu.   Ternyata walaupun dulunya tempat itu merupakan sebuah gudang bawah tanah, yang pasti kini bukan.   Tempat itu mempunyai dekorasi yang sangat indah dengan ruangan yang bersih.   Bahkan boleh dibilang jauh lebih bersih daripada kamar baca manapun.   Sebuah meja tertera didalam ruangan, di-atas meja terdapat sebuah meja lentera yang bersinar sinar.   Siapakah yang memasang lentera itu? Siapa pula yang membersihkan ruangan itu? Berpikir akan hal uu.   Sun Tiong lo menjadi tertegun dan berdiri bodoh.   Tanpa terasa sorot matanya dialihkan kesekeliling tempat itu, dia tidak takut, tapi keraguan menyelimuti seluruh wajahnya.   Sambil mengerdipkan sepasang matanya yang besar dan jeli, dia menggelengkan kepalanya sambil bergumam.   "Si pengemis itu mungkin keliru, disini jelas ada penghuninya, jika betul berpenghuni maka tidak pantas bila aku masuk kemari dengan jalan mencuri, ,yaa, aku harus keluar dari sini, sekalipun harus datang lagi, aku mesti melaporkan dulu hal ini kepada Kwik wangwee."   Saat itu dia sudah tidak memikirkan lagi tentang kitan pusaka seperti apa yang dikata kan pengemis tua itu, dia mulai mencari jalan keluar untuk segera meninggalkan tempat itu. Mendadak . .. seseorang berkata dari belakang tubuhnya.   "Anak baik, tampaknya aku memang tidak salah menilai dirimu !"   Mendengar suara itu Sun Tiong lo segera mengetahui siapa orangnya, sambil membalikkan badannya, dengan wajah memerah dan menundukkan kepalanya rendah rendah dia berkata.   "Wangwee, harap kau jangan marah, aku... aku..."   Waktu itu Kwik Wangwee berdiri disudut ruangan, dia segera maju dan menarik tangan Sun Tiong lo sambil berseru.   "Marah? Haaahhh ... haaahhh ... benar, jika tadi kau hanya memikirkan soal kitab pusaka tanpa mempersoalkan sopan santun, aku pasti akan menjadi marah"   Sambil berkata dia lantas menarik Sun Tiong Jo agar duduk dikursi beralas kulit binatang itu, kemudian melanjutkan.   "Tiong lo, terus terang kuberitahukan kepadamu, aku memang sengaja merubah gudang bawah tanah ini menjadi kamar baca yang khusus kutinggalkan bagimu, Ku Gwat cong menganggap dirinya pintar, padahal kali ini dia sudah tertipu !"   Sun Tiong lo bangun berdiri ingin berbicara, tapi Kwik wangwee segera menggelengkan kepalanya berulang kali. Ditunjuknya sebuah meja besar dekat dinding sana, lalu katanya lagi sambil tertawa.   "Mulai sekarang, semua yang ada disini menjadi milikmu, kitab pusaka tersebut berada di meja, soal makan dan minum tak usah kau pusingkan, aku akan menghantarkannya bagimu seperti semalam, bila kau menjumpai persoalan yang tidak dipahami dalam kitab pusaka itu, tariklah tali kuning yang kupasang di sisi dinding dekat meja baca itu, aku akan segera datang !"   Sun Tionglo tidak tahu bagaimana harus menjawab, dia menjadi gelagapan dan berdiri termangu. Kwik Wangwee menuding lagi ke arah sebuah cermin besar disebelah barat sana, kemudian berkata lagi.   "Dibelakang cermin sana adalah tempatmu untuk membuang hajad, nah ! Kau boleh berla tih sekarang."   Sehabis berkata, ia lantas berjalan menuju ke dinding sebelah selatan, menggerakkan tangannya dan lenyap dibalik sebuah pintu yang membuka dan menutup lagi secara otomatis.   "Kwik wangwee.,..   "   Dengan gelisah Sun-Tiong lo berteriak keras. Sambil berseru dia mengejar kedepan, tapi tiba didekat pintu, pintu rahasia itu menutup. Maka dia menirukan cara dari Kwik Wangwee tadi dan menuju kearah dinding.   "Blaaamm!"   Kepalanya segera membentur di atas dinding, sebaliknya pintu itu sama sekali tidak membuka kembali.   Dia mencoba mencari tombol rahasianya, tapi tidak ditemukan, akhirnya sambil menggelengkan kepalanya dia duduk kembali dikursi dengan perasaan apa boleh buat.   Benaknya penuh dengan aneka persoalan yang membingungkan hatinya, dia ingin menarik tali kuning itu untuk mencari keterangan, tapi setelah berpikir sejenak, niat tersebut kemudian diurungkan.   Kini dia tak ada pekerjaan lain lagi, maka diapun membuka-buka kitab pusaka itu untuk mempelajari...   - ooo0dw0ooo- Musim panas diwilayah utara, boleh dibilang amat menyengat badan.   Terutama musim panas dibulan lima, boleh dibilang anjingpun ikut kegerahan dan napas-tersengal-sengal.   Dimusim-musim seperti ini, orang sedikit sekali yang lalu lalang dijalan raya, tapi disepanjang sungai, ditempat-tempat yang rindang justru penuh dengan kerumunan orang.   Tapi, hal ini tidak berlaku bagi Sun Tionglo sebab dia berlatih terus dengan tekun, selain mempelajari ilmu pedang dan tenaga dalam, juga mempelajari semacam ilmu meringankan tubuh yang amat luar biasa.   - ooo0dw0ooo- Bulan enam tanggal empat, ditanah lapang dalam hutan dibelakang kwan ya bio empat orang perempuan dan dua orang lelaki seperti lagi menantikan sesuatu.   Tak lama kemudian, dari luar hutan muncul kembali seseorang yang berjalan masuk ke dalam hutan.   Orang itu mengenakan baju biru dan melangkah dengan tindakan lebar, ia berhenti beberapa kaki dihadapan beberapa orang itu.   Dari ke enam orang tersebut, dua orang lelaki itu adalah Ang Beng-liang serta Tan Tiang hoa, sedangkan dari empat orang perempuan, dua orang adalah dayang berbaju merah, perempuan yang mengaku bernama Yan hujin di tambah pula dengan seorang nenek berbaju putih.   Setelah berhenti, orang berbaju biru itu segera menegur sambil tersenyum ramah.   "Kwik Seng-tiong telah datang memenuhi janji, tolong tanya Yan Sian-poo ada petunjuk apa?"   Yang dimaksudkan Yan Sian-pou adalah nenek berbaju putih itu, dengan dingin dia menjawab.   "Kwik wangwee, benarkah kau tidak tahu akan maksud kedatangan aku si nenek?"   "Mengapa tidak kau utarakan saja secara langsung dan blak blakan?"   Sahut Kwik Seng tiong tertawa. Yan Sian poo segera menuding ke arah Yan hujin, lalu katanya.   "Tahun berselang, Kwik wangwee telah bersua dengan putriku bukan?"   "Yaa, betul !"   Kwik wangwee manggut-manggut.   "Hmmm, siauli tidak mengenali siapakah Kwik wangwee karena pengetahuannya memang picik, tapi kenyataannya Kwik wangwee telah melanggar sumpahmu yang dahulu kauucapkan, maka aku. .?"   Belum habis dia berkata, Kwik Seng tiong telah menukas.   "Yan Siau poo, peristiwa manakah yang kau maksudkan? Maaf bila aku orang she Kwik tak bisa menerimanya."   "Kwik wangwee, apakah kau memaksa diriku untuk mengulangi kembali sumpah yang telah kita janjikan dulu?"   "Aku orang she Kwik tak dapat mewakilimu untuk mengambil keputusan!"   Ucap Kwik Seng tiong tenawa. Tiba-tiba rambut Yan sian poo yang beruban itu berdiri semua, kemudian serunya.    Leak Dari Gua Gajah Karya Kho Ping Hoo Sepasang Garuda Putih Karya Kho Ping Hoo Sepasang Pendekar Kembar Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini