Ceritasilat Novel Online

Bukit Pemakan Manusia 33


Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung Bagian 33


Bukit Pemakan Manusia Karya dari Khu Lung   Mao Tin hong segera berpaling ke arah Jin-jin, kemudian kedua orang itu saling berpandangan sekejap dan tersenyum.   Kalau ucapan yang diutarakan secara terang terangan belum tentu benar, maka orang bilang Kata-kata yang diutarakan dibelakang mereka yang bersangkutan tentulah kata-kata yang sebetulnya.   Maka si bunga mawar yang menyadap pembicaraan tersebut dari balik pintu benar-benar masuk perangkap.   Mao Tin hong memang ada niat untuk membaiki si Bunga mawar, maka Jin jin yang mengetahui akan rial ini segera menambahi dengan beberapa patah kata, hal tersebut kontan saja membuat si bunga mawar menjadi kegirangan setengah mati.   Tak selang beberapa saat kemudian, si bunga mawar telah muncul kembali, bukan saja rambutnya telah disisir dengan rapih, diapun sudah berganti pakaian baru.   Saat itulah Jin jin baru menggapai kearah si bunga mawar sembari berkata.   "Hei budak, kemarilah dan jumpai toaya !"   "Hujin, apakah harus memberi hormat?"   Seru si bunga mawar. Jin jin segera melotot besar.   "Kalau tidak demikian, buat apa aku suruh kau memberi hormat?"   Tegurnya. Dengan perasaan apa boleh buat si bunga mawar segera maju kedepan dan memberi hormat kepada Mao Tin hong, katanya.   "Toaya Bi kui memberi hormat untuk kau orang tua."   Mao Tin hong segera mengulapkan tangannya seraya berseru.   "Bunga mawar, hujin sudah banyak membicarakan tentang dirimu, selanjutnya kita adalah sekeluarga dan kaupun tak usah banyak adat lagi, cara seperti ini hanya akan membuat hatiku merasa tidak tenteram saja."   Ucapan yaag terakhir itu sengaja di ucapkan oleh Mao Tin hong yang licik untuk menarik simpatik orang.   Didalam waktu yang amat singkat inilah dia telah berhasil meraba watak dari perempuan tersebut dan dia tahu bahwa ucapan yang terakhir ini pasti akan menimbulkan reaksi dari si mawar cantik ini.   Padshal dia justeru hendak menggunakan cara itu untuk menunjukkan bahwa ia menyesal.   Benar juga si bunga mawar segera masuk perangkap, dengan cepat perempuan itu berseru.   "Tuan mengapa kau berkata begitu, setiap rumah tangga mempunyi aturan rumah tangga yang berbeda, Bi kui tak terani membangkangnya, asalkan tuan juga tidak melakukan permainan gila lagi, sudah barang tentu akupun akan melayani kau sebagaimana mestinya."   Katanya. Dengan perasaan malu Mao Tin hong segera manggut-manggut.   "Benar juga perkataanmu itu, selanjutnya kita adalah anggota sekeluarga mari kita bertindak menurut perasan liang sim masing masing."   Si bunga mawar seperti hendak mengucapkan sesuatu lagi, tapi Jin Jin segera menukas.   "Cukup, sekarang kau boleh menitahkan kepada Ji-nio untuk menyiapkan hidangan, ayo cepat !"   Katanya. Si bunga mawar mengiakan, sambil tersenyum dia lantas berlalu dari situ. Menggunakan kesempatan tersebut Mao Tin hong segera mendekati Jin Jin dan mengambil cawan arak yang beIum diminum tadi, sambil mengangkat cawannya ia berkata lembut.   "Jin jin, mari kuhormati secawan arak ini untukmu sebagai kenang-kenangan untuk kejadian hari ini."   Selesai berkata, tidak menunggu dicegah oleh Jm jin lagi, dia segera meneguk habis isi cawan tersebut. Dengan gugup si Jin-jin berseru.   "Mengapa sih kau ini? Toh sudah kau ketahui bahwa arak tersebut ada racunnya? Mengapa kau memaksakan diri untuk meneguknya?"   "Inilah hukuman yang paling setimpal bagiku atas kesalahan yang telah kuperbuat!"   Jawab Mao Tin hong sambil tertawa getir. Jin jin mendengus dingin, ternyata diapun mengangkat cawannya dan meneguk pula isi cawan tersebut sampai kering. Menyaksikan hal ini, Mao Tin-hong kembali menghela napas panjang.   "Aaai Jin-jin, mengapa kau harus nekad berbuat demikian ?"   Jin jin segera tertawa.   "Apakah kan lupa bahwa akupun pantas dihukum ? Dengan begitu baru adil namanya, nah sekarang mari kita menelan obat penawar racunnya !"   Akhirnya setiap orang menelan sebutir pil penawar tersebut bahkan kedua duanya sama-sama menderita.   Sepintas Ialu, kejadian ini nampaknya hanya suatu peristiwa yang berlebih-lebihan dan sama sekali tak ada artinya padahal bukan demikian kenyataannya.   Mengapa bukan demikian? HaI ini baru akan terjawab diakhir dari kisah tersebut.   Selang berapa saat kemudian, si Bunga mawar telah muncul menghidangkan sayur dan arak dan melayani mereka berdua mengisi perut.   oooOdeOooo FAJAR menyingsing, Thio Yok sim, Kang Tat dan Cukat Tan yang berada diperahu loteng belum juga nampak Mao Tin hong balik kembali, mereka pun tidak melihat Kwa Cun-seng kembali pula ke perahu loteng tersebut.   Thio Yok-sim sudah menduga kalau persoalannya agak kurang beres, maka kepada Kang Tat dan Cukat Tan segera katanya.   "Aku rasa sudah pasti telah terjadi peristiwa, perahu ini tak bisa dipertahankan terus, lebih baik kita turun ke darat saja !"   "Seandainya situa bangka itu mendadak kembali?"   Bisik Kang Tat dengan perasaan kuatir.   "Tak menjadi soal, sewaktu meninggalkan perahu tak usah meninggalkan pesan apa-apa, sekembalinya nanti baru memberi jawaban sesuai dengan situasi dan kondisi. Cukat Tan termenung beberapa saat Iamanya, kemudian berseru.   "Eeeh, tunggu dulu, aku merasa heran, sebenarnya situa bangka itu telah pergi kemana..."   "Bagaimana juga, dia baru bisa di temukan bila kita sudah turun dari perahu ini, di atas perahu..."   Baru saja berbicara sampai disitu, mendadak terdengar ada orang mengetuk pintu, menyusul kemudian pintu ruangan dibuka orang.   Salah seorang diantar dua orang anggota perkumpulan yang bertugas daIam ruangan itu sudah melangkah masuk ke dalam.   kemudian sambil menjura katanya.   "Hamba mendapat perintah dari Tiancu nomor satu untuk mengundang Tiancu bertiga membicarakan sesuatu dalam ruang rahasia"   Thio Yok sim menjadi tertegun, kemudian serunya.   "Jadi Tiancu nomor satu telah kembali?"   "Benar, baru saja kembali."   Jawab orang itu dengan sikap yang sangat menghormat. Cukat Tan sengaja mendengus, lalu serunya.   "Kau kembali dan mengatakan kepada Tiancu nomor satu, kalau lohu sekalian akan menantikan kedatangannya disini !"   Baru saja perkataan tersebut diutarakan mendadak Cukat Tan teringat akan satu hal, dia segera bertanya.   "Apakah majikan ikut kembali ?"   Orang itu segera menggelengkan kepalanya berulang kali.   "Hanya Tianeu nomor satu seorang diri yang kembali keatas perahu "   Sahutnya cepat. Kang Tat menjadi keheranan setelah mendengar perkataan itu, kembali tanyanya.   "Apakab Tiancu kalian sudah tahu kalau lohu sekalian menjatuhkan hukuman mati kepada wakil Cay-cu ?"   "Hamba kurang begitu tahu, hamba tidak mengerti apakah Tiancu nomor satu sudah mendengar kabar tentang hal ini atau belum."   Thio Yok sim segera mendengus.   "Baik, kalau begitu sampaikan saja seperti apa yang telah kukatakan tadi, suruh Tiancu nomor satu yang datang kemari untuk berbincang-bincang dengan kami."   Namun orang itu sama sekali tidak menjadi gugup, kembali ujarnya dengan hormat.   "Lapor kepada Tiancu sekalian, Tiancu nomor satu tak dapat datang kemari !"   "Tak dapat datang kemari", keempat patah kata itu kontan saja membangkitkan amarah bagi Cukat Tan, ia segera membentak keras.   "Apakah sepasang kakinya sudah putus !"   Siapa tahu perkataan tersebut segera memancing datangnya jawaban dari orang, tadi, sahutnya.   "Tiancu nomor satu tidak kehilangan sepasang kakinya, namun dia sudah tak mampu berjalan lagi, seluruh tubuhnya menjadi lemas dan bicaranya tidak bertenaga lagi, ketika sampai di bawah perahu tadi, hamba sekalianlah yang membopongnya naik."   Paras muka Thio Yok Sim segera berobah hebat setelah mendengar perkataan itu, tanpa terasa dia memandang sekejap kearah Cukat Tan serta Kang Tat.   Sekalipun raut wajah mereka bertiga ditutup dengan kain kerudung putih, namun masing-masing pihak dapat memahami perasaan dari rekan-rekan lainnya.   -ooo0dw0ooo   Jilid 36 MEREKA telah salah menyangka, mereka mengira Kwa Cun-seng dan Mao Tin-hong telah bertemu dengan Sun Tiong-lo. Oleh sebab itu, setelah Thio Yok sim memandang sekejap ke arah Cukat Tan dan Kang Tat, dia lantas bertanya.   "Sebenarnya apa yang telah terjadi ?"   "Bagaimanakah keadaan yang sebenarnya hamba sendiripun kurang tahu, oleb sebab itu dipersilahkan Tiancu sekalian berkunjung kedalam ruang rahasia"   Cukat Tan segera bangkit berdiri, kepada Kang Tat dan Thio Yok sim katanya.   "Kalau msmang begitu, mari kita berangkat kesitu untuk menengok keadaannya."   Sementara berbicara, dia lantas mengulapkan tangannya dan menitahkan orang itu untuk berjalan lebih dahulu sebagai petunjuk jalan, yang dimaksudkan sebagai Ruang rahasia adalah ruangan paling atas dari perahu loteng tersebut, bila mereka berada disitu, maka semua pemandangan disekitar sana dapat terlihat jelas, apalagi bila ada orang yang mencoba untuk mendekati perahu, dengan jelas jejak mereka akan terlihat.   "Ruang rahasia"   Itu melupakan sebuah ruangan yang besar dengan daun jendela yang besar pula, setelah masuk ke dalam pintu, mereka segera menyaksikan Kwa Cun-seng sedang duduk diatas pembaringan bersandar padi dinding ruangan.   Paras muka Kwa Cun seng ditutupi pula dengan selembar kain kerudung.   tatkala melihat Thio Yok-sim sekalian bertiga berjalan masuk dia segera menggerakkan badannya seperti hendak duduk, namun dia tak mampu untuk berbuat begitu.   Cukat Tan yarg menyaksikan keadaan tersebut segera maju menyongsong ke depan sambil berseru.   "Terhadap orang sendiri tak usah sungkan-sungkan, berbaring saja di tempatmu semula."   Sebaliknya Kang Tat segera berpaling kepada petunjuk jalan tadi sembari memerintahkan.   "Turunkan perintah agar segenap anggota yang ada dalam perahu meningkatkan kewaspadaannya, siapapun dilarang masuk ke tempat ini sebelum memperoleh panggilan !"   Orang itu mengiakan dan segera berlalu. Kang Tat pun segera menutup pintu rapat -rapat. Dalam pada itu, Thio Yoksim telah maju ke depan menghampiri pembaringan kemudian tegurnya.   "Sebetulnya apa yang telah terjadi ? Apakah Tiancu telah bertemu dengan musuh tangguh?"   "Aaai... tak akan habis diceritakan dalam waktu singkat"   Jawab Kwa Cun seng dengan suara lemas seperti tak bertenaga.   "tolong para Tiancu sudi membimbingku untuk duduk sebelum pembicaraan dimulai..."   Cukat Tan segera membimbing Kwa Cun-seng untuk duduk bersandar pada dinding, lalu katanya.   "Tiancu, dimana majikan sekarang ?"   Kwa Cun-seng menghela napas panjang.   "Sekarang, majikan sedang terjebak..."   Kang Tat sengaja menjerit kaget, kemudian teriaknya.   "Apa? Dengan kepandaian silat yang dimiliki majikan, bagaimana mungkin dia bisa tersekap ?"   Thio Yok sim juga berlagak menjerit kaget.   "Da terjebak dimana ? Berapa banyakkah jago lihay dari pihak lawan yang telan menjebaknya?"   Dengan cepat Kwa Cun-seng menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya pelan.   "Harap kalian bertiga jangan cemas, walau pun majikan terkurung namun untuk beberapa saat tak akan sampai membahayakan jiwanya, sebab pihak lawan bukan bertujuan untuk membunuh- majikkan, melainkan..."   "Tiancu, harap kau utarakan saja hal hal yang penting dengan kata paling ringkas!"   Tukas Cukat Tan cepat. Dengan lemah dan napas tersengal-sengal. Kwa Cun-seng menyahut.   "Pada jarak beberapa li disebelah kanan petahu kita sekarang, berlabuh sebuah perahu itulah majikan terkurung."   "Oooh, lantas berapa banyakkah jago lihay yang berada diatas perahu tersebut?"   Tanya Thio Yok sim.   "Isi perahu itu semuanya adalah kaum wanita, jumlah nya tidak jelas tapi dipimpin oleh seseorang yang dipanggil dengan sebutan "hu Jin", mereka tak lain adalah kawanan penjahat dari perkumpulan Hu ho kau yang sudah sering melakukan banyak kejahatan semenjak puluhan tahun berselang."   Tergerak hati Kang Tat setelah mendengar perkataan itu, serunya cepat.   "Jadi mereka adalah sisa-sisa dari kekuatan Hu hoa kau..?"   Dengan lemas tak bertenaga Kwa Cun seng mengangguk.   "Betul, mereka adalah sisa-sisa penjahat yang berhasil lolos dan kabur dari kepungan para jago dari perbagai perguruan dibukit Thi Hud nio tempo dulu, bahkan dialah yang menjadi kaucu dari Hu hoa kau pada saat ini!"   Kang Tat termenung beberapa saat lamanya, kemudian kembali dia bertanya.   "Darimana Tiancu bisa tahu kalau dia adalah bekas anggota perkumpulan Hu hoa kau !"   "Majikan yang berkata demikian, jadi aku duga tak mungkin bakal salah lagi !"   "Tahukah kau, apa yang hendak dilakukan majikan dengan mengunjungi perahu besar itu?"   Tanya Thio Yok sim lebih lanjut. Tentu saja Kwa Cun seng tahu namun dia tak dapat berterus terang, maka sembari menggeleng sahutnya.   "Majikan tidak mengungkap alasannya, sudah barang tentu aku tak berani banyak bertanya!"   "Apa yang terjadi setibanya diatas perahu besar tersebut?"   Cukat Tan bertanya kemudian.   "Majikan diundang masuk ke ruang dalam, sedangkan aku di jamu didalam sebuah ruang kecil dibelakang buritan tak lama kemudian akupun terkena sergapannya sehingga seluruh tenaga dalamku punah tak berbekas..."   Mendengar jawaban tersebut, Thio Yok sim bertiga menjadi terperanjat sekali. Kang Tat segera berkata.   "Jadi tenaga dalam Tiancu benar-benar sudah punah ?"   Dengan gelisah Kwa Cun seng berseru.   "Aku tidak percaya kalau kalian bertiga tak dapat melihat sendiri keadaanku sekarang."   Cukat Tan tertawa dingin didalam hati, namun diluarnya dia berkata kembali.   "Wajah kita semua tertutup oleh kain kerudung bagaimana mungkin aku bisa mengetahui kalau tenaga dalammu benar-benar sudah hilang atau tidak ?"   Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Kwa Cun seng tertawa getir.   "Aaaah, yaa, aku memang bersalah, aku lupa akan hal ini..."   Serunya dengan cepat. Kang Tat tertawa lagi, katanya lebih jauh.   "Tolong tanya tiancu, ada urusan apakah mengundang kehadiran kami bertiga disini ?"   "Kita harus menolong majikan, bahkan menenggelamkan pula perahu besar tersebut."   Kang Tat segera mengejek dingin.   "Hmm, dengan kemampuan yang dimiliki Tiancu saja masih kena dipecundangi hingga kehilangan seluruh tenaga dalamnya, padahal ilmu silat yang kami bertiga miliki bukan tandingan dari Tiancu bagaimana mungkin kami bisa, menandingi pihak lawan yang begitu tangguh?"   Kwa Cun seng memaksakan diri untuk mempertahankan tubuhnya, lalu menyahut.   "Itulah sebabnya kita harus bertindak dengan suatu rencana yang cukup matang !"   "Katakan saja Tiancu, bagaimana kita harus turun tangan?"   Ucap Cukat Tan kemudian.   Ketika masih berada diatas perahu besar tadi, dan mengetahui kalau tenaga dalam yang dimilikinya belum punah, Kwan Cun seng mengira jiwanya tak bisa tertolong lagi.   Siapa tahu disaat yang paling kritis Jin Jin telah menurunkan perintah kepada si bunga mawar agar mengampuni selembar jiwanya.   Kemudian apa yang dibicarakan antara Mao Tin hong dan Jin Jin pun dapat didengar semua oleh Kwa Cun seng dengan jelas karena alat rahasia penghubung suara dalam ruangan tersebut belum dimatikan.   Waktu itu Kwa Cun seng sudah bertekad didalam hatinya, entah berapa kita harus membayarnya dengan harga yang mahal sekalipun dia hendak menenggelamkan perahu besar tersebut bersama Jin Jin, terhadap Mao Tin hong pribadi, diapun merasa amat membenci sehingga merasuk sampai ke tulang sum sum.   Tatkala dia diusir pergi dari perahu tersebut, didalam benaknya sudah memikirkan berbagai akal muslihat untuk membalas dendam, akhirnya teringat olehnya akan suatu siasat keji sekali timpuk mendapat dua ekor burung, itulah sebabnya dia bertekad untuk kembali ke perahu loteng tersebut.   Tatkala Cukat Tan bertanya bagaimana caranya untuk turun tangan, hal ini kebetulan sekali sesuai dengan keinginannya, maka segera dia menjawab.   "Sewaktu majikan dikurung tadi, dia pernah memberi perintah kepadaku agar mengumpulkan kalian semua apabila aku berhasil lolos dari situ, lalu menyerang pihak lawan ditengah malam buta nanti dengan serangan panah berapi."   Kang Tat berpikir sebentar, kemudian sahutnya.   "Menyerang perahu dengan api, boleh dibilang siasat ini merupakan suatu yang amat keji, tapi bukankah majikan masih berada di atas perahu musuh ? Apabila kita menyerang dengan api. bukankah mereka akan tewas semua?"   Dengan cepat-cepat Kwa Cun-seng menggelengkan kepalanya berulang kali.   "Kalian tak usah kuatir, majikan memiliki akal yang luar biasa dan lagi memiliki kemampuan yang melebihi siapapun."   "Walaupun begitu, jangan lupa kalau majikan sedang berada dalam sekapan orang pada saat ini"   Tukas Cukat Tan cepat.   "siapa tahu dia sama sekali tak mampu bergerak dengan bebas ? seandainya perahu tersebut sampai terbakar, maka..."   Sekali lagi Kwa Cun-seng menggoyangkan tangannya berulang kali.   "Tentang soal ini, kalian semua tak perlu kuatir, bukan saja majikan tidak kehilangan kebebasannya untuk bergerak, bahkan dalam tiga hari ini, dia tak bakal menghadapi ancaman bahaya apapun."   "Yang dimaksudkan oleh Tiancu sebagai "sama sekali tidak kehilangan kebebasannya"   Tadi apakah menunjukkan diseputar perahu besar itu saja?"   Kata Thio Yok-sim dingin.   "Benar, pihak lawan hendak memaksa majikan untuk bekerja sama dengannya, ia memberi batas waktu tiga hari buat majikan untuk mempertimbangkannya, sehingga didalam tiga hari ini dia tidak dapat meninggalkan perahu besar itu."   "Oooh !"   Setelah berhenti sejenak, Thio Yok Sim segera berkata lagi.   "dengan kemampuan dari majikan seandainya tenaga dalam yang dimiliki masih utuh, siapakah yang bisa membatasi gerak geriknya ?"   "Aku hanya tahu majikan berpesan demikian sedang mengenai apa sebabnya majikan tak bisa bergerak dengan bebas, berhubung majikan tidak menjelaskan maka akupun tak bisa menduga secara pasti !"   "Tiancu, seandainya kita menyerang perahu musuh dengan api besok malam, apakah jiwa majikan akan terancam bahaya ?"   Tanya Kang Tat lagi.   "Perintah majikan hanya menyebutkan demikian, sehingga soal yang lain tak dapat ku ucapkan."   "Betul juga perkataan itu!"   Sengaja Cukat Tan berseru: Kemudian setelah berhenti sebentar. sambungnya lebih jauh.   "Kalau begitu, harap Tiancu sudi mengeluarkan lencana emas dari majikan untuk diserahkan kepada kami."   Mendengar perkataan tersebut, Kwan Cun-seng menjadi duduk seperti orang bodoh, sebelumnya dia berangkat bersama-sama Mao Tin-hong, ketika pergi pun membawa suatu perhitungan yang matang, pada hakekatnya sama sekali tak pernah diduga olehnya akan keadaan saat ini."   Selain itu, setelah tenaga dalamnya hilang, diapun bermaksud untuk melaksanakan rencana busuk itu untuk membalas dendam termasuk juga untuk meringkus dan menghabisi nyawa Mao Tin hong,sudah barang tentu dia tak mampu menunjukkan lencana emas yang diminta.   Namun dasar seorang manusia licik, dengan cepat dia berhasil memperoleh suatu siasat, katanya kemudian.   "Tiancu, bila kau menginginkan lencana emas dariku pada saat ini, bukankah hal mana sama artinya dengan menyusahkan diriku?"   "Apa maksud ucapan Tiancu tersebut?"   Kata Cukat Tan dengan suara dalam dan berat "untuk menggunakan tenaga Lak yu, selamanya majikan menurunkan perintah dengan mempergunakan lencana emas, peraturannya memang begitu, kebiasaannya juga begitu, dalam hal mana kami salah berbicara...?"   Buru-buru Kwa Cun seng berseru.   "Tiancu salah paham rupanya, maksudku perintah dari majikan disampaikan ketika ia tersekap, perintah itupun disampaikan dengan ilmu menyampaikan suara, coba bayangkan sendiri, darimana bisa muncul lencana emas tersebut ?"   Mendengar perkataan itu, Cukat Tan segera menggelengkan kepalanya berulang kali ujarnya.   "Bukannya kami semua tidak percaya dengan Tiancu nomor satu, tapi berhubung majikan pernah memperingatkan dengan tegas bahwa semua perintah hanya bisa dilaksanakan bila ada lencana emas, maka seandainya tiada lencana emas disini, kami pun tak dapat melaksanakan perintah dengan begitu saja !"   "Lantas, apakah kita akan membiarkan majikan ditangkap lawan tanpa berusaha untuk menolongnya?"   Tegur Kwa Cun-seng dengan suara yang dalam dan berat.   "Sekalipun kenyataannya mungkin begitu, kami sekalian tak bisa berbuat apa-apa !"   Kwa Cun seng segera mendengus dingin.   "Apakah kalian bertiga tidak kuatir dihukum majikan setelah ia berhasil lolos dari bahaya?"   Ancamnya. Cukat Tan ikut mendengus dingin.   "Hmmm, sampai waktunya, kami pun akan menjawab dengan perkataan yang sama, kami yakin tiada hukuman yang bakal dilimpahkan atas diri kami !"   Kwa Cun-seng benar-benar kehabisan akal, maka katanya kemudian dengan marah.   "Bagus sekali, kalau memang begitu, harap kalian bertiga pergi dari sini, aku percaya masih dapat memerintahkan semua anggota lainnya untuk melaksanakan tugas kecil itu!"   "Terserah kehendak Tiancu sendiri yang penting toh urusan tersebut bukan menjadi tanggung jawab kami!"   Cukat Tan sama sekali tidak mau mengalah. Kwa Cun seng makin geram, akhirnya dia mengancam.   "Harap kalian jangan lupa, aku telah menyampaikan perintah dari majikan, bila nanti ketika majikan kembali, aku harap Kalian bertiga mengakui akan kejadian hari ini."   "Tak usah kuatir"   Sahut Cukat Tan cepat.   "kami semua pasti akan mengakui akan hal ini."   Kwa Cun seng benar-benar mati kutunya, terpaksa dia membungkam diri dalam seribu bahasa.   Maka Cukat Tan bertiga pun segera meninggalkan ruang rahasia tersebut.   Mereka tidak kembali keruang tamu, melainkan berhenti dimulut tangga luar ruang rahasia ifu, kemudian dengan suara yang amat lirih membicarakan masalah tersebut.   Thio Yok sim yang pertama-tama buka suara lebih dulu, katanya dengan lirih.   "Percayakah kalian berdua bahwa diatas perahu tersebut ditempati orang-orang dari Hu-hoo kau ?"   Cukat Tan termenung beberapa saat, lalu jawabnya.   "Apakah saudara Thio menganggap orang yang berada diatas perahu itu adalah Sun sauhiap?"   Thio Yok-sim manggut-manggut "Benar, kalau tidak, siapa pula yang bisa menahan bajingan tua she Mao itu?"   Dengan cepat Cukat Tan menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya kemudian.   "Menurut pendapat siaute, orang yang berada diatas perahu itu bukan Sun sauhiap."   "Oooh, darimana kau bisa tahu?"   Cukat Tan melirik sekejap ke arah pintu ruang rahasia, kemudian sahutnya.   "Andaikata orang yang berada diatas perahu itu adalah Sun siauhiap, mana mungkin bajingan itu bisa hidup lebih jauh ?"   Pada saat inilah Kang Tat ikut berkata.   "Betul, bajingan ini merupakan pentolan yang menyebabkan keluarga Sun Tayhiap tumpas sama sekali dimasa lalu, seandainya orang yang berada di perahu itu adalah Sun tayhiap masa mungkin bajingan tersebut bisa hidup hingga kini."   "Ya, betul juga perkataan kalian itu, aku memang lupa akan hal tersebut."   Kata Thio Yok sim kemudian.   "Terlepas siapakah orang yana berada diperahu itu, yang pasti bajingan tua Mao memang benar-benar sudah tersekap, menurut pendapat kalian berdua, sekarang apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi kejadian itu ?"   Kang Tat berpikir sebentar, kemudian jawab nya.   "Menurut pendapatku, lebih baik kita naik kedaratan lebih dulu untuk mencari Sau sauhiap."   Belum habis dia berkata, Cukat Tan sudah menukas.   "Tentu saja hal ini penting artinya, cuma sepeninggal perahu ini, seandainya bajingan tua she Kwa itu benar-benar menitahkan anak buah nya untuk membakar perahu tersebut pada malam ini juga, apa yang harus kita lakukan ?"   "Berusaha untuk mensukseskan serangan tersebut, kalau bajingan tua she Mao tersebut sampai mati terbakar, bukankah hal ini jauh lebih baik lagi."   Cukat Tan segera tertawa.   "Seandainya benar-benar sampai terjadi peris tiwa tersebut, tentu saja jauh lebih baik lagi, yang dikuatirkan adalah kaburnya bajingan tua she Mao itu menggunakan kesempatan disaat kebakaran itu berlangsung, pada waktu itu bajingan tua she Kwa tentu akan menghasutnya dengan beberapa macam perkataan yang kurang sedap didengar, akibatnya sungguh tak bisa dibayangkan lagi.."   Thio Yok sim termenung dan berpikir beberapa saat lamanya. kemudian usulnya.   "Mengapa kita tidak berusaha untuk membekuk bajingan tua she Kwa itu lebih duu, agar dia tak mampu berbicara apa-apa lagi?"   Mendengar usul mana, Cukat Tan segera bertepuk tangan sambil memuji.   "Suatu usul yang amat bagus. baik kita laksanakan begitu saja!"   Kang Tat segera berkata lagi.   "Agar tindakan lebih berhati-hati, menurut pendapat staute, diantara kita bertiga harus ada seorang yang ditinggalkan diatas perahu ini bukan saja dapat mengawasi sesuatunya, juga dapat berjaga terhadap segala kemungkinan yang tidak diinginkan!"   Thio Yok-sim mengangguk.   "Begitupun ada baiknya, biar siaute saja yang tetap tinggal disini, sedang kalian berdua segera naik ke darat untuk mengadakan hubungan kontak dengan Sun sauhiap, selesai berunding kalian baru memberitahukan hasilnya kepada siaute"   "Ehmmm... meski cara ini bagus, namun belum cukup sempurna".kata Cukat Tan kemudian.   "mengapa kita tidak membekuk dulu bajingan tua she Kwa itu, kemudian dengan alasan mencarikan tabib buat bajingan tua itu kita mengajaknya bersama- sama naik kedarat?"   Thio Yok sim dan Kang Tat segera merasa cara ini jauh lebih baik lagi, maka keputusan pun segera diambil. Maka Cukat Tan pun manggutkan kepalanya kearah Kang Tat sembari berkata.   "Saudara Kang, harap kemari. kita berdua segera masuk dan membimbing bajingan she Kwa itu keluar dari ruangan, sedang saudara Thio harap menurunkan perintah agar mereka segera menyiapkan perahu untuk naik kedarat, kita berpencar dulu untuk melaksanakan tugas masing masing..."   Thio Yok sim mengiakan dan berlalu dari situ dengan cepat.   Sedangkan Cukat Tan dan Kang Tat segera mendorong pintu ruang rahasia dan berjalan masuk kembali.   Tatkala Kwa Cun-seng menyaksikan Cukat Tan dan Kang Tat masuk kembali ke dalam ruangan untuk ke dua kalinya, tergerak hati nya, dia segera menegur.   "Mau apa kalian berdua datang kemari lagi?"   Sahut Cukat Tan sambil tertawa "Barusan kami sudah berunding sebentar di luar, maka sekarang balik kembali kemari."   Kwa Cun seng salah mengira keadaan telah berbalik menguntungkan pihaknya, maka sambil tertawa paksa dia berkata.   "Keadaan sekarang amat kritis, bagaimanakah hasil perundingan dari Tiancu sekalian!?"   "Akhirnya kami putuskan untuk memperoleh jaminan lebih dulu sebelum dapat melaksanakan perintah tersebut!"   Sahut Kang Tat cepat. Kwa Cun-seng menjadi tertegun.   "Jaminan ? jaminan apa ?"   Pelan-pelan Cukat Tan berjalan ke muka dan duduk disamping Kwa Cun-seng, kemudian katanya.   "Kami harus dapat jaminan bahwa saudara Kwa tak akan mengganggu pekerjaan besar kami ini !"   Begitu mendengar Cukat Tan menyebut namanya secara langsung, Kwa Cun seng sudah tahu kalau keadaan tidak menguntungkan, baru saja dia hendak memanggil anak buahnya, Cukat Tan telah berkata lebih lanjut.   "Kwa Cun-seng, lebih baik bersikaplah lebih pandai, jangan berteriak-teriak macam anak kecil, lohu berduapun tidak berniat melukaimu, tapi jka kau berani berani berteriak hal ini berarti kau sendiri yang mencari kesulitan."   Kini, tenaga dalam yang dimiliki Kwa Cun seng telah punah.   seluruh tubuhnya sudah tak mampu berkutik lagi, persendian tulangnya mana linu, kakunya bukan kepalang, dia tahu sekalipun berteriak juga tak ada gunanya.   Terpaksa ujarnya setelah menghela napas panjang.   "Cukat Tan, mungkin kalian ingin menghianati majikan !"   "Tutup mulut anjingmu! Kau tahu manusia macam apakah lohu bersaudara ? Selama banyak tahun ini berapa banyak sudah siksaan dan penderitaan yang telah kami alami, tentunya kau si tua bangka mengerti dengan jelas."   Kini, bajingan tua tersebut sudah disekap orang tenaga dalammu juga telah punah, bila lohu sekalian tidak bertindak saat ini juga, mana mungkin ada kehidupan lagi bagi kami dikemudian hari."   Sambil mengulapkan tangannya Kwa Cun seng segera menukas.   "Aku mengerti, saudara Kang tidak usah banyak berbicara lagi!"   Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Kang Tat mendengus dingin.   "Hmm, sungguh menggelikan jika lohu ingin mengutarakan apa yang hendak kuucapkan memangnya kau dapat menghalangi ?"   Mendadak Kwa Cun-seng menarik kain cadarnya hingga terlepas kemudian katanya.   "Saudara Kang, dapatkah kau mendengarkan dulu aku bercerita ?"   Katanya kemudian.   Tindakan Kwa Cun-seng yang secara otomatis melepaskan kain cadar sendiri membuktikan kalau saat ini dia sudah bukan merupakan anak buah dari Mao Tin hong lagi namun Cukat Tan dan Kang Tat masih belum berapa mempercayai hal tersebut sebagai kenyataan.   Oleh sebab im sambil mendengus Kang Tat berkata.   "Orang she Kwa, lebih baik jangan bermain setan didepan kami berdua lagi."   Kwa Cun-seng tertawa getir "Aku bermaksud tulus dan jujur. bolehkah aku memberi keterangan lebih dulu?"   Katanya. Pada saat itulah Cukat Tan telah berpaling kearah Kang Tat sambil berkata.   "Saudara Kang, tak ada salahnya untuk mendengarkan dulu obrolannya itu."   "Baik!"   Sahut Kang Tat sambil mengangguk "kita dengarkan dulu obrolannya."   Maka secara ringkas Kwa Cun-seng segera mengisahkan kembali semua pengalaman yang telah dialaminya selama ini.   Saat itu Kang Tat dan Cukat Tan baru mengetahui latar belakang yang sebenarnya dari pertentangan situasi waktu itu.   Ketika selesai menuturkan pengalamannya semalam, Kwa Cun seng segera menambahkan.   "Sekarang kalian berdua tentunya sudah mengerti bukan bahwa serangan api yang siaute maksudkan tadi adalah bertujuan untuk membakar mampus pula Mao Tin hong diatas perahu tersebut, sehingga boleh dibilang kita mempunyai musuh yang sama."   "Belum tentu."   Tukas Kang Tat dingin "Kwa Cun-seng, kau harus mengerti, diantara kita bukannya sama dendam.   apalagi menghadapi musuh yang bersama-sama.   Kami berkhianat pada Mao Tin hong, karena dia sudah kelewat banyak melakukan perbuatan jahat yang terkutuk.   Sedang kau, gara-gara watakmu yang kemaruk harta dan kemaruk main perempuan berakibat hilangnya tenaga dalam, kau berkhianat kepada Mao Tin-hong karena dorongan rasa dendam dan sakit hati, bahkan tak segan-segan menggunakan berbagai akal licik untuk berbaikan dengan lohu sekalian, dalam sifatmu itu hingga rencana busukmu dapat terwujud."   Merah padam selembar wajah Kwa Cun seng karena jengah, cepat-cepat timbrungnya lagi.   "Ucapanmu itu memang benar, tapi bagai manapun juga tujuan kita toh sama !"   "Tidak, tujuan kita sama sekali tidak sama"   Bantah Kang Tat dengan suara dalam.   "Tapi toh tak terlepas dari usaha kalian untuk mencabut nyawa anjing bajingan tua she Mao tersebut ?"   Kang Tat tidak menggubris perkatannya, dia hanya mendengus dingin berulang kali. Terdengar Cukat Tan berkata lebih jauh.   "Kwa Cun-seng, tujuan kita sama sekali berbeda, tujuan lohu sekalian hendak membekuk Mao Tin-hong adalah untuk diserahkan kepada Sun sauhiap, agar dia yang mengumumkan semua dosa dan kesalahannya, lalu dijatuhi hukuman mati."   "Sedangkan kau, sama sekali berbeda, kau adalah orang kepercayaan bajingan tua she Mao itu, karena serakah dan napsu jahatmu akhirnya kau tertimpa bencana, tapi akibatnya kau membenci terhadap tulang punggungmu sendiri, kau lantas menyusun rencana busuk untuk mencelakainya. Sudah mengerti ?"   Kwa Cun-seng baru merasa terkesiap setelah mendengar ucapan tersebut, segera serunya.   "Apa ? Jadi kalian mempunyai hubungan dengan Sun Tiong lo ?"   Sekali lagi Cukat Tan mendengus dingin.   "Hmmm, kenapa ? Apakah tidak boleh ?"   Jengeknya. Kwa Cun-seng segera membungkam dalam seribu bahasa, sementara otaknya berputar kencang untuk memikirkan persoalan tersebut Sementara itu, Kang Tat telah berkata pula dengan suara yang dingin bagaikan es.   "Kwa Cun seng, lohu masih ingat, tempo dulu kaulah yang telah menyaru dan menyusup ke dalam gedung keluarga Sun sebagai mata-mata, apakah semua rencana keji tersebut merupakan hasil dari rencanamu?"   Dengan cepat Kwa Cun seng menggelengkan kepalanya berulang kali, bantahnya.   "Bukan, aku hanya mendapat perintah untuk menyelundup sebagai mata-mata, sedangkan yang menyusun rencana adalah orang lain."   "Hmm, setelah urusan berkembang jadi begini, kau masih mencoba untuk mungkir?"   Kwa Cun seng segera tertawa getir.   "Daripada banyak berbicara, lebih baik kita kembali kesepakatan saja, sekarang aku Kwa Cun seng telah berada dalam keadaan seperti ini, keadaanku tak ada bedanya dengan mati, apa rencana kalian berdua sekarang terhadap diriku..."   "Yang penting sekarang adalah menyembuhkan dulu penyakitmu itu, kami hendak mempersilahkan kau untuk ikut kami pergi ke daratan"   Sahut Kang Tat cepat.   "Oooh. apakah kalian menghendak serahkan diriku kepada Sun Tiong lo ?"   Kwa Cun seng menegaskan. Cukat Tan cepat-cepat menggeleng.   "Tidak, bukan dia yang menginginkan dirimu"   Mendengar jawaban tersebut, segera timbul harapan dalam hati Kwa Cun-seng untuk melanjutkan hidup, buru-buru tanyanya.   "Lantas siapakah yang menginginkan aku ?"   "Dia adalah kakak dari Sun sauhiap dari lain ibu, orang itu bernama Bau-ji !"   Paras muka Kwa Cun seng kontan saja berubah sangat hebat.   "Aku tahu, sekalipun kumohon kepada kalian juga tak berguna, mau kabur juga tidak mungkin, sudahlah, aku hanya pasrah pada keputusan kalian berdua."   Setelah berhenti sejenak, sambungnya lebih jauh.   "Cuma ada satu hal yang membuatku merasa heran, tak habis mengerti selama banyak tahun ini, tatkala aku diselundupkan kedalam gedung keluarga Sun sebagai mata-mata dulu, kecuali Mao Tin hong seorang, siapapun tak ada yang tahu."   "Siapa sangka belasan tahun kemudian Sun Tiong lo dan Bau ji bisa muncul secara tiba-tiba di Bukit Pemakan manusia, bukan saja mereka berdua tahu kalau aku she Kwa, bahkan mencoba untuk menulusuri jejakku keempat penjuru."   Cukat Tat segera tertawa terbahak-bahak, selanya.   "Kwa Cun seng, apakah kaupun tidak merasa heran, darimana kami semua bisa tahu kalau orang yang menyusun rencana licik untuk menyelundup kedalam gedung keluarga Sun tempo hari adalah kau?"   Kwa Cun seng menghela napas panjang.   "Kalian adalah orang sendiri, mungkin saja tanpa disengaja Mao Tin-hong pernah menyinggung tentang peristiwa tersebut, tapi hal ini jauh berbeda dengan Bau ji dan Sun Tiong lo."   "Soal inipun tak usah kau bingungkan, mereka pun mendapat tahu berita ini dari mulut Mao Tin hong"   Tukas Kang Tat dengan cepat.   "Ooh, rupanya begitu!"   Keluh Kwa Cun seng sambil menghela napas sedih. Kang Tat segera mendengus.   "Inilah akibat yang harus kau terima atas perbuatanmu membantu kaum durjana melakukan kejahatan."   Sedangkan Cukat Tan juga berkata dengan wajah bersungguhsungguh.   "Hukum karma selalu akan berputar, siapa yang membantu kebaikan dia akan memperoleh pahala, siapa yang membantu kejahatan dia akan mendapat cela, siapa suruh kau membantu kaum durjana untuk melakukan kejahatan? setelah terjadi peristiwa separti ini ! kau harus menyalahkan kepada siapa lagi?"   Mendadak Kwa Cii seng tertawa terkekeh-kekeh dengan nada seram. tukasnya dengan cepat.   "Kalian berdua tak usah mengucapkan kata-kata yang menyindir dan mencemooh diri itu lagi, mari kita berangkat !"   Seraya berkata dengan tangan sebelah memegang dinding, tangan lain bertahan pada pembaringan dia berusaha bangkit dan duduk. Baru saja Cukat Tan dan Kang Tat hendak maju untuk membimbingnya, mendadak Kwa Cun seng membentak keras.   "Tidak usah, aku masih mampu untuk berjalan sendiri !"   Mendengar itu Kang Tat segera tertawa dingin.   "Kau bisa adalah urusanmu sendiri kami tak bisa membiarkan kau berbuat sesuka hati. maaf. sebelum kami menotok jalan darah bisumu, hati kami tak akan merasa lega, matikanlah..."   Kwa Cun-seng segera mengulapkan tangannya sambil menukas.   "Aku berjanji tak akan banyak berbicara !"   Tapi Kang Tat segera menggeleng kembali.   "Jaminanmu tidak lebih berharga daripada kentut busuk seekor anjing budukan !"   Kwa Cun seng menghela napas panjang.   "Baiklah"   Katanya kemudian.   "aku akan menurut seperti apa yang kalian inginkan, padahal hatiku sekeras baja, aku hanya ingin mempergunakan tubuhku yang setengah mati ini untuk ditukar dengan selembar nyawa dari bajingan Mao Tin hong, kalau tidak. hm..."   "Kalau tidak kau masih bisa berbuat apa?"   Jengek Kang Tat dengan suara dalam. Kwa Cun seng kembali tertawa terkekeh-kekeh.   "Kang Tat!"   Serunya.   "kau jangan menganggap aku Kwa Cun seng sudah tidak memiliki kemampuan lagi untuk melakukan pembalasan."   Ucapan tersebut segera membuat Kang Tat menjadi tertegun, serunya kemudian.   "Hemm, darimana kau bisa mengenali siapakah diriku hanya didalam sekilas pandangan saja ? Kwa Cun seng mendengus dingin.   "Sekalipun kuutarakan juga belum tentu akan kau pahami !"   Kang Tat segera tertawa terbahak-bahak.   "Haaahhh... haaahh... haaahhh kalau tidak dikatakan memang jauh lebih baik, aku sama sekali tidak terlalu menguatirkan tentang masalah ini."   Selesai berkata tiba tiba ia melepaskan kain kerudungnya sambil berkata lagi.   "Kwa Cun seng, kau mengatakan dirimu masih mempunyai kemampuan untuk melancarkan serangan balasan, baik, orang she Kang bukan nya mencemoohmu karena melihat tenaga dalammu itu sudah punah, aku hanya ingin mengetahui dengan cara apakah kau hendak melancarkan serangan balasan tersebut nah. silahkan!"   Kwa Cun seng tertawa.   "Saudara Kang, benarkah kau ingin bukti?"   Dia mengejek.   "Toh kau sendiri yang mengatakan tentu saja benar atau tidaknya hanya kau sendiri yang tahu!"   Pelan-pelan Kwa Cun seng mengalihkan sorot matanya ke wajah Cukat Tan, kemudian bertanya.   "Saudara Cukat, bagaimana menurut pendapatmu?"   Cukat Tan segera tertawa terbahak-bahak.   "Haaahh... haaah... haaahh... tenaga dalam mu sudah punah. lohu percaya saudara Kang bukan nya sengaja hendak memperolokorang, akupun yakin dia tak akan menggunakan ilmu silatnya untuk menghadapimu, oleh sebab itu lohu bersedia untuk berdiri sebagai penonton saja."   Kwa Cun seng segera menuding kearah kursi disampingnya sambil berkata.   "Kalau begitu aku orang she Kwa mengucapkan banyak terima kasih lebih dulu, silahkan saudara Cukat untuk duduk dulu sambil melihat keadaan..!"   Sambil tertawa terkekeh kekeh Cukat Tan duduk diatas kursi tersebut, katanya kemudian.   "Tampaknya kau seperti benar-benar mempunyai kemampuan untuk melancarkan balasan!"   "Siapa tahu?"   Kata Kwa Cun seng sambil tertawa: Kemudian setelah berhenti sejcnak, katanya kepada Kang Tat.   "Saudara Kang, kita hanya akan bergurau saja suatu gurauan yang biasa, cuma sebelumnya aku menerangkan dulu, aku adalah seorang manusia yang sudah kehilangan tenaga dalam..."   "Aku mengerti"   Tukas Kang Tat tak sabar.   "tadipun saudara Cukat sudah berkata bahwa aku tidak akan mempergunakan ilmu silatku untuk melukaimu, soal ini kau tak usah kuatir dan kaupun boleh melancarkan serangan dengan berlega hati."   "Tolong tanya, saudara Thio Yok sim kini berada dimana?"   Tauya Kwa Cun seng tiba tiba.   "Dia sedang mempersiapkan perahu dibawah sana"   Jawab Cukat Tan cepat.   "mengapa? Apakah kau ada urusan hendak mencarinya?"   Kwa Cun seng menghela napas panjang.   "Sayang sekali dia tidak berada disini!"   Mendengar ucapan tersebut, tergerak hati Kang Tat, serunya mendadak.   "Bila ia tak hadir disini, apakah kau tak mampu membuktikan ucapanmu itu ?"   Slkap Kwa Cun seng amat tenang dan sedikitpun tidak gugup, sahutnya pelan.   "Bukan begitu, hanya saudara Thio jadi tak dapat menyaksikan kepandaianku ini, bagiku hal tersebut patut disayangkan dan dia pun pasti akan merasa sayang juga !"   Kang Tat segera tertawa.   "Tidak menjadi soal, setelah kejadian aku toh bisa menceritakan semua peristiwa ini kepadanya!"   Kwa Cun-seng segera manggut-manggut "Yaa, nampaknya memang terpaksa begitu"   Sesudah berhenti sejenak, lanjutnya.   "Mari: mari, silahkan saudaia Kang juga duduk dulu, duduk agak lebih dekat agar bisa melihat dengan lebih jelas lagi !"   Disamping pembaringan tersebut masih terdapat sebuah kursi lagi, maka Kang Tat segera duduk disana.   Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Sementara itu Kwa Cun-seng telah menyandarkan seluruh tubuhnya diatas tangan kiri yang berpegangan diatas dinding, nampaknya payah sekali, tubuhnya yang bersandar diatas dinding pun nampak kepayahan, katanya kemudian sambil mengebaskan tangannya itu.   "Payah, benar-benar terlampau payah, aku ingin sekali bisa tidur dengan nyenyak..."   Menyaksikan tingkah laku orang itu, dengan kening berkerut Kang Tat segera berseru.   "Hei dapatkah bertindak lebih cepat sedikit"   Setelah mengatur napasnya yang tersengkal-sengkal Kwa Cun seng berkata.   "Tak usah gelisah, segera pun akan terlihat!"   Sambil berkata tangan kirinya diletakkan dulu diatas pembaringan tersebut kemudian tangan kanannya berpegangan diatas sebuah cawan kecil disisi pembaringan kemudian kata nya kepada Kang Tat sambil tertawa.   "Hati-hatilah saudara Kang !"   Kang Tat mendengus dingin.   "Tak usah kau risaukan, aku bisa menjaga diri baik-baik !"   Siapa tahu baru saja dia selesai berkata, terdengar suara gemerincing nyaring bergema memecah keheningan lalu dari atas kursi yang di tempati oleh Kang Tat itu muncul beberapa buah jepitan besi yang segera membelenggu kaki, tangan serta pinggangnya sehingga tubuh Kang Tat sama sekali tak mampu berkutik.   Kang Tat mencoba untuk meronta, namun tidak berhasil, akhirnya dengan suara dalam teriaknya.   "Kwa Cun seng, kau bedebah yang berotak licik dan berhati pengecut, kau manusia tak tahu malu!"   Kwa Cun seng sama sekali tidak menjadi gusar, sambil tertawa katanya kemudian kepada Cukat Tan yang duduk disamping lain.   "Saudara Cukat, katakanlah secara adil, bukankah serangan balasanku telah berhasil?"   Cukat Tan segera tertawa terbahak-bahak.   "Haaah... haaahh... haaah... Kang tua kau memang harus mengakui..."   Belum selesai dia berkata, mendadak Kwa Cun seng telah membentak lagi dengan suara menggeledek.   "Cukat Tan kaupun harus menyerah dengan puas !"   Begitu ucapan tersebut diutarakan segera terdengar lagi bunyi gemerincing, seperti juga Kang Tat, Cukat Tan mengalami nasib yang sama duduk terbelenggu diatas kursi tersebut.   Gelak tertawa Cukat Tan kontan saja terhenti ditengah jalan, sebaliknya Kwa Cun se gera menjengek dengan suara dingin.   "Cukat Tan, sekarang dapatkah kau tertawa lagi ?"   "Kwan Cun seng"   Seru Cukat Tan dengan gusar.   "kecuali kau membunuh lohu sekarang juga, kalau tidak..."   "Tak usah kuatir"   Sahut Kwa Cun-seng sambil mengulapkan tangannya.   "sekarang aku tak punya minat untuk membunuh orang, cuma masih berminat melihat orang lain terbunuh, terutama sekali menyaksikan Mao Tia-bong di bunuh orang.   "Sekarang aku hendak pergi duIu, cuma kalian-pun tak usah kuatir keadaanku sekarang telah berubah menjadi begini, daripada hidup begitu lebih baik mati, aku tak bakal melarikan diri dan menyembunyikan diri."   "Sekarang aku hendak mencari Sun Tiong-lo, dengan menggunakan selembar nyawaku untuk ditukar dengan kematian Mao Tin hong, tentu saja kalian mungkin akan mati jauh lebih awal daripadaku.   "Nah aku pergi dulu sebelum pergi aku hendak memperingatkan kepada kalian berdua, selanjutnya janganlah kalian berdua gegabah menghadapi setiap persoalan, terutama jangan jadi gampang mempercayai perkataan orang lain !"   Berbicara sampai disitu, Kwa Cun-seng segera bangkit berdiri dan melemparkan tertawa yang seram kepada Kang Tat serta Cukat Tan. Dalam pada itu, dari arah lorong rahasia sana terdengar Thio Yok sim sedang berseru.   "Perahu sudah disiapkan, cepatlah kalian bekerja !"   "Saudara Thio, cepat kemari !"   Sebetulnya Cukat Tan hendak bertertak, namun ketika dilihatnya Kwa Cun seng sama sekali tidak gugup atau panik, bahkan masih duduk dengan tenangnya dipembaringan, kata selanjutnya segera ditelan lagi kedalam perut.   Tapi dengan t er iak an dar i Kang Tat t adi sudah cukup, Thio Yok s im t elah mendorong pintu sambi l masuk k e dBeagl iatum d.i lihatnya keadaan dari Kang Tat dan Cukat Tan, serta merta dia menerjang kearah Kwa Cun-seng.   Mendadak terdengar Kwa Cun-seng tertawa terkekeh kekeh, tubuhnya segera bergelinding kedalam pembaringan itu, dibawah tatapan mata ThioYok-sim dan Kang Tat serta Cukat Tan itulah, bayangan tubuhnya tahu-tahu lenyap tak berbekas.   Menyusul kemudian pintu dan jendela dalam luang rahasia itupun menutup secara otomatis sehingga sama sekali tak nampak sedikit cahaya pun yang menyorot ke dalam.   Dengan tangannya Thio Yok sim mencoba untuk menyentuh pintu dan jendela tersebut, ternyata semuanya terdiri dari lapisan besi yang amat tebal.   Ilmu silat mereka bertiga sesungguhnya amat lihay, gara-gara ingin menang sendiri, akhirnya malah kena terperangkap dalam ruangan rahasia oleh Kwa Cun seng yang sama sekali sudah kehilangan tenaga dalamnya itu.   Menanti Thio Yok-sim atas petunjuk Kang Tat dan Cukit Tan berhasil meraba tombol alat rahasia dan menarik kembali jepitan besi yang membelenggu tubuh Kang Tat serta Cu kat Tan, waktu itu Kwa Cun-seng sudah naik ke daratan.   Tatkala mereka bertiga berhasil menemukan alat rahasia untuk membuka pintu dan jendela tersebut, saat itu Kwa Cun-seng sudah setengah harian di daratan, bagaimana mungkin mereka bisa menemukan jejaknya lagi ? Waktu itu, mereka bertiga benar-benar merasa malu bercampur menyesal, maka setibanya diatas daratan mereka mulai melakukan pencarian dalam anggapan mereka, Kwa Cun-seng sudah sulit berjalan, mungkin gampang untuk diketahui jejaknya.   Siapa tahu hingga malam tiba, sedikitpun tiada kabar beritanya.   Yang lebih aneh lagi, Sun Tiong-Io yang berjanji akan bertemu dengan mereka disitu pun tidak nampak batang hidungnya.   Akhirnya bertiga mereka bersantap malam kemudian merundingkan langkah mereka selanjutnya ditempat yang sepi, tapi mereka menarik kesimpulan, entah kemanapun Kwa Cun-seng melarikan diri, yang pasti ia tak akan pergi mencari Mao Tin hong lagi.   Oleh sebab itu setelah melakukan perundingan rahasia serta pertimbangan yang Iain, mereka segera mengambil suatu rencana yang amat berani, dengan menumpang sampan kecil mereka langsung menuju ke perahu besar dimana Mao Tin hong terkurung.   Sewaktu tiba di tepi perahu, si bunga mawar telah mendapat perintah dari Jin Jin untuk menyambut kedatangan mereka.   Di dalam anggapan mereka mereka, tindakan mereka itu pasti akan dihadapkan pada suatu pertarungan sengit, siapa sangka keadaannya justeru merupakan kebalikannya.   Baru saja sampan itu mendekat perahu besar, si gadis mawar sudah berseru kepada mereka bertiga.   "Atas perintah dari hujin serta toaya, kalian di haruskan untuk melepaskan kain kerudung sebelum bertemu !"   Ketiga orang itu saling berpandangan sekejap, lalu diwakili oleh Cukat Tan katanya.   "Maaf, bila tiada lencana emas dari majikan, kami semua tak dapat menuruti perintah !"   Bunga mawar tertawa, dia segera memperlihatkan lencana tersebut sembari berseru.   "Nah, kalian sudah puas bukan ?"   Cukat Tan sekalian bertiga kembali saling berpandangan sekejap, setelah mengetahui kalau lencana emas itu asli, mereka segera melepaskan kain kerudung masing-masing dan naik ke atas perahu, kemudian mengikuti di belakang Bi-kui li (gadis bunga mawar) berjalan masuk kedalam ruangan tengah.   setelah memberi laporan, ketiga orang itu dipersilahkan masuk, mereka segera menyaksikan Mao Tin-hong sedang duduk di ruang tengah sambil tersenyum, dia duduk bersandar dalam pelukan seorang perempuan cantik.   Ketiga orang itu bersikap seakan-akan tak melihat kehadiran perempuan cantik itu, setelah memberi hormat kepada Mao Tin hong, serunya bersama.   "Hamba menjumpai majikan."   Sambil tertawa Mao Tin-hong segera mengulapkan tangannya.   "Duduk, semuanya duduk, setelah duduk kita baru berbicara."   Katanya kembali. Setelah mereka duduk semua, Kang Tat baru bertanya.   "Tolong tanya sampai kapan majikan baru akan kembali ke perahu.?"   Sebelum Mao Tin-hong menjawab, Jin-Jin telah menyela lebih dulu.   "Perahu loteng itu sudah tak ada gunanya lagi, di buang saja !"   Untuk kesekian kalinya ke tiga orang itu berlagak seakan-akan tidak mendengar, mereka hanya menantikan jawaban dari Mao Tinhong. Mao Tin hong memandang sekejap kearah Jin Jin kemudian katanya kepada ketiga orang itu.   "Soal itu kita bicarakan nanti saja, sekarang kalian harus memberi hormat dulu kepada hujin !"   Ke tiga orang itu pun tidak bertanya hujin apa atau hujin siapa, seakan-akan mereka hanya tahu melaksanakan perintah. Maka sekali lagi mereka memberi hormat kepada Jin Jin sambil katanya bersama.   "Menjumpai hujin !"   Sambil balas memberi hormat, Jin Jin berpaling dan ujarnya kepada Mao Tin hong.   "Sungguh tidak kusangka anak buahmu itu semuanya setia dan berbakti kepadamu !"   Mao Tin hong segera tertawa bangga.   "Tentu saja, aku menganggap mereka sebagai saudara sendiri, ada kesenangan kita nikmati bersama, ada bencana kita hadapi berbareng."   Mendengar ucapan mana, ke tiga orang im segera mendengus dingin, namun tidak sampai diperlihatkan pada perubahan wajahnya. Terdengar Jin Jin berkata lagi.   "Tampaknya perkataanku tak mungkin bisa memerintahkan mereka untuk menurut, lebih baik kau saja yang menurunkan perintah, beritahu kepada mereka kalau perahu loteng itu sudah tak dipakai lagi sekalipun menggunakan perahu ini juga sama saja."   Mao Tin-hong manggut-manggut, kepada ketiga orang itu segera serunya cepat.   "Nah sudah kalian dengar belum ? laksanakan seperti apa yang dikatakan hujin!"   Cukat Tan segera berseru.   "Kini Tiancu nomor satu telah kehilangan tenaga dalamnya, setelah kembali ke perahu dia mengatakan..."   Berbicara sampai disitu, dia sengaja berhenti berkata untuk melihat reaksi dari Jin Jin. Dengan cepat Mao Tin-hong menyambung.   "Soal itu aku sudah tahu, sekarang aku perlu memperkenalkan kepada kalian hujin adalah isteriku, kami sudah berpisah banyak tahun dan hari ini baru bersua kembali, maka aku telah bertekad untuk mengundurkan diri dari keramaian dunia persilatan."   "Perahu loteng dan seluruhnya peralatan yang ada di sana, mulai hari ini kuserahkan pengusahaannya kepada kalian bertiga, hubungan kita sebagai majikan dengan pembantupun berakhir sampai disini saja, mulai saat ini kalian tidak akan bisa bersua lagi denganku..."   Dengan cepat Kang Tat menyela.   "Menurut laporan dari Tiancu nomor satu, majikan terkurung dalam perahu ini."   Belum habis perkataan itu diucapkan, Jin Jin telan tertawa terkekeh-kekeh.   "Haaah, haah, haaah, siapa namamu ?"   Tegurnya tiba-tiba.   "Lohu Kang Tat !"   Jawabnya tegas.   "Kang Tat. coba kau perhatikan dengan jeIas. Dengan keadaan dari majikanmu sekarang miripkah dia seperti orang yang sedang dikurung ?"   Kang Tat bertiga sudah mengetahui duduk perkaranya, tapi setelah mendengar perkataan itu, segera mereka menyahut.   "Benar, majikan memang sudah dikurung oleh hujin !"   "Aaah, sungguh aneh. apakah mata kalian sudah dipergunakan lagi ?"   Thio Yok sim segera menimbrung.   "Hujin, majikan kami menitahkan kepada lohu sekalian untuk menyebut demikian, lohu sekalian tak berani membangkang, cuma kalau hujin ingin membohongi lohu sekalian aku rasa tidak akan begitu gampang."   Mendengar itu Mao Tin hong segera mengulapkan tangannya dan berkata sambil tertawa.   "Kalian tak boleh bersikap begitu kurang ajar terhadap hujin, aku sama sekali tidak disekap kebebasanku juga tidak hilang, aku benar- benar berniat untuk mengundurkan diri dari dunia persilatan dan tidak berebut nama dan kedu dukan lagi dengan orang lain."   "Kalian adalah sobat karibku. pembantu kami yang baik, saudara yang terbaik, lain waktu, hasil karyaku akan menjadi milik kalian semua, siapa tahu kalau suatu hari aku masih akan pulang untuk menjenguk kalian semua."   Jin Jin berseru tertahan, tukasnya.   "Apa ? Kau masih hendak pulang ?"   Sambil tertawa cepat-cepat Mao Tin hong menghibur Jin Jin, katanya dengan suara lembut.   "Terhadap anak buahku yang sudah hidup bersama selama puluhan tahun, masa aku harus menggunakan kata kata yang kurang sedap untuk melepaskan mereka? ini kan kesempatan terakhir buat kami untuk berkumpul sebelum perpisahan terjadi sudah sepantasnya bila ku ucapkan beberapa patah yang enak di dengar, mengapa kau mesti banyak curiga ?"   Jin Jin segera tertawa dia berpaling kearah Cukat Tan bertiga, kemudian katanya.   "Aku hanya bisa mengucapkan kata-kata yang jujur, betul, majikan kalian dengan diriku memang merupakan suami isteri, tapi dahulu pun diantara kami terikat dendam dan sakit hati, cuma sekarang dendam dan sakit hati sudah punah, dan kami hidup bersama kembali."   "Aku melarangnya untuk mencari nama dan kedudukan lagi, maka kami bertekad untuk bersama-sama mengundurkan diri, tempat itu terpencil dan tak senang menerima tamu, oleh sebab itulah kami tak dapat membawa serta kalian semua."   "Aku percaya hasil karya yang ditinggalkan majikan kalian amat banyak, cukup untuk menjamin kehidupan sandang pangan untuk kalian dihari-hari berikutnya, nah aku sudah selesai berkata dan kalianpun boleh segera meninggalkan tempat ini !"   "Apa yang dikatakan hujin merupakan pula perkataanku sekarang kalian boleh pergi !"   Sambung Mao Tin hong pula. Dengan kening berkerut Thio Yok sim segera berseru.   "Majikan, tahukah kau bahwa Sun Tiong-lo sekalian sudah sampai di kota Gak yang ?"   "Aku sudah tahu."   Tukas Jin Jin cepat.   "coba kalau bukan begitu, pagi tadi perahu kami sudah berangkat untuk berlayar kembali, justru karena menunggu dia kami menunda saat pemberangkatan kami, aku hendak menyelesaikan dendam kesumat diantara mereka lebih dulu sebelum berangkat."   "Tampakrya usaha itu tidak gampang !"   Tukas Cukat Tan. Jin Jin tertawa.   "Selama hidup aku tidak mengenal apa yang dinamakan sukar, kalianpun tidak usah merisaukan persoalan ini lagi."   Kang Tat merasa apa yang mereka ketahui sudah terlampau banyak, berdiam terus disitu pun tak ada gunanya maka segera ujarnya.   "Majikan, apakah segala sesuatunya hanya begitu?"   "Yaa, cuma begitu"   Mao Tin-bong mengangguk.   "ingat, baik-baik meneruskan hasil karyaku."   Agaknya Kang Tat memiliki kecerdasan yang luar biasa dengan cepat dia mengiakan.   "Jangan kuatir majikan hamba hendak mohon diri lebih dulu."   Selesai berkata, mereka bertiga segera memberi hormat, bangkit berdiri dan siap mengundurkan diri. Mendadak Cukat Tan bertanya lagi.   "Majikan, selanjutnya tentang peraturan mengenakan kain cadar.."   Mao Tin-hong berpikir sebentar, kemudian menjawab.   "Tak ada gunanya lagi, suruh mereka semua menampakkan diri dengan wajah aslinya."   Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Tapi hamba sekalian tidak mengetahui tentang nama mereka semua..."    Si Tangan Halilintar Karya Kho Ping Hoo Bintang Bintang Jadi Saksi Karya Kho Ping Hoo Alap Alap Laut Kidul Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini