Bukit Pemakan Manusia 25
Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung Bagian 25
Bukit Pemakan Manusia Karya dari Khu Lung Yu Seng memperbandingkan kedua buah lencana itu, kemudian menggelengkan kepalanya berulang kali, dengan suara yang begitu rendah sehingga hampir saja sukar didengar ia menyahut. "Tiii ... tidak sama!" Mendadak Mo loji menghela napas panjang. "Aai, sekarang kau boleh mengakui kalau lencana naga emas yang kau jumpai itu adalah lencana palsu bukan?" Katanya. Yu Seng tak dapat berbicara lapi, dia menundukkan kepalanya rendah-rendah. Pada saat itulah Mo loji baru berpaling kembali ke arah manusia berkerudung emas itu, lalu berkata dingin. "Persoalan yang kau ajukan telah selesai ku jawab, sekarang aku hendak meninggalkan ruangan ini !" Sementara itu, manusia berkerudung emas itu sudah tertawa dingin tiada hentinya, dia menyahut. "Mo tua, kau jangan buru-buru mengundurkan diri lebih dulu, bisa kujatuhi hukuman kepadanya lebih dulu, kemudian aku hendak mengajakmu merundingkan sesuatu !" Mo Loji hanya miringkan sedikit kepalanya, dia tidak berbicara apa-apa lagi, Tiba tiba Yu Seng menimbrung. "Apa yang hamba ucapkan adalah kata yang sesungguhnya, sama sekali tidak bernadakan..." "Bawa ke mari ke dua lencana emas kepala naga itu." Tukas manusia berkerudung emas itu dengan dingin. Yu Seng mengiakan, dia segera mengangsurkan lencana emas tersebut ke depan. "Letakkan keatas meja!" Kembali manusia berbaju emas itu menuding ke meja bacanya. Sekali lagi Yu Seng mengiakan, dia letakkan kedua buah lencana naga emas itu keatas meja. Sewaktu meletakkannya disitu, sorot matanya sempat menyaksikan tonjolan sebesar berapa inci yang berada diujung meja baca tersebut, dengan cepat ia menjadi mengerti, rupanya disitulah letak alat rahasia yang mengendalikan kedua belah pintu baja diruang depan maupun ruangan belakang tempat itu. Baru saja lencana tersebut diletakkan dimeja, sambil tertawa manusia berkerudung emas itu telah berkata lagi. "Yu Seng, apa lagi yang hendak kau katakan sekarang ?" "Hamba sama sekali tidak berbohong" Kata Yu Seng sembari menjura. "aku hanya mengakui kurang hati-hati sehingga khilaf dan salah melihat lencana emas tersebut." "Aku tidak mengajukan pertanyaan soal-soal seperti itu." Bentak Manusia berkerudung emas itu dengan gusar. "aku hanya bertanya kepadamu, apakah ingin menyampaikan kata-kata terakhirmu ?" Mendengar perkataan tersebut. Yu Seng menjadi terperanjat sekali, serunya tertahan. "Majikan hendak menjatuhkan hukuman mati kepada hamba ?" "Heeeh, heeeh, heehh, kenapa ? Memangnya aku tidak boleh menjatuhkan hukuman tersebut kepadamu ?" Dengan dorongan emosi yang meluap, Yu Seng berseru. "Hamba sebagai salah seorang dari Gin-ih lak-yu. selama banyak tahun telah mempertaruhkan jiwa ragaku demi kepentingan majikan kali ini meski ada orang yang datang dengan membawa lencana emas, namun kesalahan tersebut bukan terletak pada diri hamba." "Lantas kesalahan itu berada di tangan siapa?" Sela manusia berkerundung emas itu dingin. "Maaf atas kelancangan hamba, kesalahan tersebut sesungguhnya terletak pada diri majikan sendiri, majikan menitahkan setiap orang menutupi raut wajah masing-masing dengan kerudung, kemudian melarang masing-masing anggota saling mengenal, kami tidak mengetahui nama rekan-rekan yang lain, kecuali perintah yang diturunkan majikan. Setelah melihat kemunculan lencana emas tersebut, sebagai Iencana naga emas yang berkekuasaan paling tinggi tentu hamba tak berani membangkang menurut peraturan, kecuali menuruti perintah, tiada pilihan lain buat hamba untuk berbuat Kali ini, justeru lantaran hamba merasa curiga sekali, maka sengaja kukirim surat lewat burung merpati untuk melaporkan kejadian ini sambil meminta petunjuk, bahkan kukuntil jejak lawan tapi jejak lawan telah hilang, seharusnya perbuatan hamba ini dinilai sebagai jasa, bukan suatu dosa yang besar." "Tapi nyatanya sekarang, bukan saja majikan tidak menilai budi dan kesetiaan hamba selama banyak tahun, bahkan malahan sebaliknya hendak menjatuhkan hukuman mati kepada hamba kenyataan ini sungguh membuat hatiku tak puas." Manusia berkerudung emas itu hanya duduk tenang sambil mendengarkan perkataan anak buahnya, begitu Yu Seng telah selesai berkata dia baru berkata. "Sudah selesai perkataanmu?" Sekarang Yu Seng sudah tahu kalau ia tak bakal lolos dari hukum keji majikannya, maka timbul niatnya untuk beradu jiwa, dengan suara lantang ia lantas berseru. "Belum selesai, masih banyak perkataan yang hendak kuutarakan keluar." "Bagus sekali." Manusia berkerudung emas itu tertawa seram. "heeeehh... heeeehh... heeeeh... kalau begitu berbicaralah sepuasnya!" Yu Seng menggertak gigi kencang-kencang, katanya kemudian dengan suara dalam. "Kau tidak bijaksana, membunuh anak buah sendiri dengan semena-mena, pada suatu ketika anak buahmu pasti akan berhianat dan meninggalkan dirimu seorang diri!" Waktu itu dia berdiri disisi meja baca, begitu selesai berkata telapak tangan kanannya segera dihimpun tenaga, setelah itu sekuat tenaga dihantamkan ke arah dua buah tonjolan yang berada diujung meja baca tersebut... Yu Seng sebagai salah seorang dari Gin-ih lak-yu dibawah pimpinan Lok hun pay benar-benar memiliki kepandaian yang sempurna, tenaga dalamnya pun terhitung pilihan dalam dunia persilatan, serangan yang di lancarkan olehnya sekarang paling tidak bisa menghancur lumatkan ujung meja baca itu... Pada umumnya, meja baca yang di hantam dengan pukulan penuh pasti akan hancur berantakan, tapi nyatanya suatu keajaiban telah terjadi pada hari ini, hanya satu ujung saja dari meja baca itu yang melesak ke dalam tanah. Ternyata meja baca yang antik dan berwarna merah itu sesungguhnya bukan terbuat dari bahan kayu, melainkan terbuat dari selembar besi baja yang kuat sekali. Menggunakan baja sebagai meja baca, sudah barang tentu kejadian ini sama sekali di luar dugaan Yu Seng, itulah sebabnya serangan yang dilancarkan Yu Seng dengan sepenuh tenaga itu bukan saja gagal menghancurkan me ja tersebut, malah sebaliknya tangan kanannya menjadi terluka. - ooo0dw0ooo- Jilid 28 SAKING sakitnya air mata sampai bercucuran membasahi pipi Yu Seng, dia mengobat-abitkan tangannya tiada hentinya. Sekalipun tangan kanan Yu Seng sudah terluka, namun kedua buah pintu rahasia diruang depan maupun ruangan belakang itupun segera terbuka Iebar, apa lagi karena tombol kendali pintu rahasia itu sudah melesak kedalam tanah akibatnya pintu-pintu rahasia tersebut tak dapat menutup rapat kembali. Tindakan anak buahnya itu sama sekali di luar dugaan manusia berkerudung emas itu, tanpa terasa dia turut tertegun. Dalam tertegunnya itu, nampak lima dari Gin ih lak yu telah menyerbu masuk kedalam ruangan. Dalam pada itu, Yu Seng telah melepaskan iain kerudung mukanya yang berwarna putih, kepada kelima orang rekannya dia berseru dengan wajah amat sedih. "Siaute Yu Seng, bersama saudara sekalian disebut Gin-ih lak-yu, hari ini tanpa kesalahan apapun majikan bersikeras hendak menghukum mati siaute, atas hukumannya itu siaute tidak akan memberi perlawanan, tapi sebelum hukuman dilaksanakan terlebih dahulu aku harus menerangkan keadaan yang sebenarnya !" Namun baru saja dia menyelesaikan perkataannya manusia berkerudung emas itu telah menuding ke arah lima orang jagonya sembari berbisik. "Yu Seng berniat menghianat, bukti nyata sudah berada didepan mata, kalianpun tak usah banyak bertanya, segera mundur dari sini." Menghadapi kejadian semacam ini, ke lima orang jago itu menjadi serba salah, mau mundur tak bisa, maju juga tak berani hingga akibatnya untuk sementara waktu menjadi ragu. Menggunakan kesempatan inilah Mo Loji segera berseru kepada kelima orang jago itu. "Saudara berlima, menurut penglihatanku, lebih baik kalian berlima turut perintah dan segera mengundurkan diri dari sini, lebih baik jangan mencari penyakit sendiri hingga mempengaruhi mangkuk nasi masing-masing..." Lima sahabat berbaju perak itu menundukkan kepalanya rendahrendah kemudian nampak salah seorang diantararya maju dua langkah kedepan dan ujarnya kepada manusia berkerudung emas itu. "Majikan, bolehkah hamba mengucapkan sepatah dua patah kata?" Manusia berkerudung emas itu mendengus dingin, sambil menuding pintu rahasia bagian belakang, serunya. "Lohu perintahkan kepada kalian agar segera mengundurkan diri dari sini...!" Saat itulah Yu Seng tertawa getir dia berkata lagi. "Saudara berlima, lebih baik kalian pergi saja dari sini, daripada ia jadi malu dan naik darah sehingga kalian semua dibunuh pula, cuma sebelum saudara berlima meninggalkan tempat ini, terlebih dahulu siaute mempunyai sebuah permintaan !" Kelima orang manusia berbaju perak itu tidak menanggapi atau mengucapkan sepatah katapun, akan tetapi merekapun tidak pergi meninggalkan tempat iiu, dari sini dapat terbukti bahwa mereka tidak leluasa untuk menjawab pertanyaan rekannya, akan tetapi mereka pun bersedia mendengarkan permintaan Yu Seng. Mo Loji yang menyaksikan ada kesempatan kembali menghasut mereka dengan perkataan, katanya. "Semenjak dalam dunia persilatan muncul lencana Lok hun pay, hampir seluruh jagad telah dibikin bergetar dalam dunia persilatan tak ada orang yang berani melawan, bila kalian tidak segera mengundurkan diri lagi, hati-hatilah dengan keselamatan kalian sendiri !" Manusia berbaju perak yang ketanggor batu nya dari Lok hun pay tadi segera mencela. "Mo Kiau jiu, persoalan ini adalah kami dengan majikan, lebih baik tutup saja bacotmu itu !" Ternyata Mo Loji adalah Mo Kiau jiu yang dicari Sun Tiong lo sekalian namun tak berhasil ditemukan rupanya dia berada disitu, tak heran kalau perkampungan keluarga Mo telah punah menjadi puing-puing yang berserakan. Mo Kiau jiu sudah menduga kalau perselisihan tersebut sukar dibereskan dengan baik, padahal selama ini dia sulit mendapat kesempatan untuk pergi meninggalkan tempai itu, tak heran kalau ia merasa gembira sekali sesudah mendengar perkataan itu. Sekalipun demikian, diluaran wajahnya dia berlagak seperti mendongkol katanya. "Baik, aku si orang tua memang enggan mencari banyak urusan, aku hendak pergi dari sini, pergi meninggalkan tempat ini, aku tak mau melihat kejadian disini lagi. Orang bilang: Kalau mata tidak melihat, hati tak akan murung, lebih baik aku pergi saja dari sini" Selesai berkata, dia lantas membalikkan badannya dan pura-pura hendak berlalu dari situ dengan mendongkol. Walaupun orangnya sudah sampai dibelakang, namun perasaan dan telinganya belum mening galkan ruangan itu. Tak lama kemudian, dari dalam ruangan berkumandang datang suara jeritan ngeri yang memilukan hati. Menyusul kemudian suasana berubah menjadi hening, sepi, tak kedengaran sedikit suarapun. Mo Ioji yang mendengar suara itu, diam-diam mengangguk pikirnya. "Lok-hun pay wahai lok hun pay, keluargaku telah kau bantai, putri kesayanganku telah kau nodai, perkampunganku telah kau bakar, kau anggap sekarang aku sudi menjadi kerbau atau kuda yang menuruti perintahmu ?" "Kini... haah... haaah... dari sembilan orang penggantimu, sudah ada tiga orang yang berkhianat, sedangkan Gin-ih-Iak yu yang paling dekat denganmu pun mulai sekarang sudah berhati cabang, tampaknya aku mesti berhati-hati sedikit, siapa tahu dia masih dapat menyaksikan dengan mata kepala sendiri datangnya hari pembalasan baginya. Benar, aku harus berhati-hati, aku harus hidup lebih lanjut" Sementara dia masih melamun, lima orang berbaju perak itu sudah meninggalkan ruangan tengah, dari enam sahabat, kini tinggal lima orang, sebab salah seorang diantara mereka, Yu Seng, telah mati dihajar oleh manusia berkerudung emas itu sehingga isi perutnya hancur lebur. Mayatnya di gotong ke lima orang rekannya untuk dikebumikan di belakang sana. Ke lima orang manusia berbaju perak itu masih mengenakan kain kerudung putih menutupi raut wajah aslinya, namun dilihat dari sepasang tangan mereka yang gemetar keras serta dadanya yang naik turun, dapat disimpulkan kalau mereka merasa sedih campur gusar. Mo Loji segera memutar biji matanya, lalu maju menyongsong kedatangan mereka, katanya. "ToIong tanya saudara berlima, apakah majikan masih berada didalam ruangan ?" Ke lima manusia berbaju perak itu tidak menjawab, mereka hanya menggelengkan kepala sambil menghela napas. Dalam helaan napas itulah, dari balik ruangan terdengar Lok-hun pay sedang berseru. "Kiau-jiu. kemari kau !" Diam-diam Mo Loji merasa geli, dari sebutan Mo tua, kini dia telah memanggilnya sebagai "Kiau-jiu" Lagi seperti dulu. Tertawa tinggal tertawa, namun orangnya harus menyahut dan melangkah masuk kedalam ruangan. Sementara itu Lok hun pay telah berdiri di depan pintu rahasia bagian muka, sambil menuding kearah meja baca itu, katanya. "Aku ada urusan dan hendak segera kuselesaikan, besok pagi baru aku kembali, perbaiki meja ini!" Selesai berkata dia lantas berlalu dari situ dengan langkah lebar.. "Tidak bisa, tidak bisa..." Buru-buru Moo Kiau jiu berseru dengan cepat. Mendadak Lok hun pay menghentikan langkahnya sembari membalikan badan lalu berseru. "Jika kau berani mengatakan tidak bisa lagi, hati-hati kukuliti tubuhmu!" "Mengapa tak tahu aturan begitu." Seru Mo-Kiau jiu setengah merengek. "jalan darahku telah kau totok, sehingga tenaga dalamku tak berfungsi lagi, padahal meja ini terbuat dari baja, tolong tanya bagaimana caraku untuk memperbaikinya?" Lok hun pay berpikir sebentar lalu berjalan mendekati Mo Kiau jiu.katanya kemudian. "Baik, aku akan menepuk bebas jalan darahmu, cuma kau jangan mencoba-coba bermain gila, kalau tidak percaya silahkan saja dicoba, saat itu tanggung ada orang yang akan mewakili aku menyiksamu hingga matipun tak bisa hiduppun tak dapat!" Seraya berkata, ia benar-benar menepuk bebas jalan darah diatas badan Mo Kiau jiu. Mo Kiau jiu sama sekali tidak mengucapkan terima kasih, malah sambil menuding meja baca itu katanya. "Besok tengah hari meja ini baru bisa selesai kuperbaiki!" Lok hun pay segera mendengus dingin. "Hmm, bila aku pulang besok pagi, meja ini harus selesai diperbaiki kalau tidak jangan harap kau bisa hidup terus didunia ini!" Mo Kiau jiu segera tertawa. "Bila kau membunuh aku, siapa pula yang akan melakukan pekerjaan tersebut untukmu?" Lok-hun-pay tertawa seram. "Heeeh, heeeh, heeeh, paling banter akan kulakukan sendiri. mengerti ?" Mo Kiau jiu merasakan hatinya terkesiap, tapi sebuah akal baru segera muncul kembali sahutnya kemudian. "Baik, baik, baik, cuma harus ada orang membantu pekerjaanku ini." "Hal itu adalah urusanmu sendiri, kau boleh menyuruh siapa saja membantu pekerjaanmu itu." Mo Kiau-jiu menjadi gembira sekali, ujarnya kemudian. "Kalau begitu kau tak usah kuatir, sebelum fajar besok, meja ini pasti sudah selesai ku perbaiki !" Lok-hun pay mendengus dingin, dia membalikkan badan dan berlalu dari situ dengan langkah lebar. Memandang hingga bayangan panggung Lok hun pay lenyap dari pandangan mata. diam-diam Mo Kiau jiu tertawa dingin, ia pun kembali ke ruang belakang. Pertama-tama dia kembali dulu ke kamar tinggalnya untuk mengambil alat perkakas. Padahal dia sedang memikirkan suatu persoalan yang amat besar sekali. Tempat ini merupakan sarang rahasia dari Lok bun pay dalam kota Seng tok, jago-jago yang berada di sini pun tinggal lima orang sahabat berbaju perak dan tiga orang pengganti berbaju emas. Selain itu, delapan orang pelayan berbaju hitam yang berada disana masih belum terhitung seorang jagoan. Dengan kemampuan yang dimiliki Mo Kiau jiu sekarang, apabila ia harus bertarung satu lawan satu dengan ketiga orang pengganti berbaju emas, ia tak akan merasa takut, bahkan dia berkeyakinan dalam seratus gebrakan saja, pihak lawan pasti dapat dirobohkan. Tapi jika dia harus bertarung melawan lima sahabat berbaju perak, maka ia akan ketinggalan jauh. Bila harus bertarung satu lawan satu, dalam lima puluh gebrakan saja, salah seorang dari lima orang sahabat tersebut sudah sanggup untuk membinasakan dia. Sekarang jalan darahnya yang ditotok sudah dibebaskan, dalam hal ini belum ada seorang manusia pun yang tahu, andaikata dia hendak melarikan diri maka inilah kesempatan yang paling baik baginya. Tatkala ia berpikir lebih mendalam lagi, tanpa terasa Mo Kiau jiu tertawa bangga. Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Bila tangan seseorang liehay, hatinya pasti tak akan bodoh, manusia bodoh tak bisa melakukan perbuatan yang liehay, Mo Kiau jiu termasyhur karena hasil karyanya yang liehay dan luar biasa, kepandaiannya disebut nomor wahid dikolong langit, tentu saja tidak gampang untuk membohonginya. Sesudah memahami persoalan yang sedang dipikirkan olehnya, dia pun membawa perkakasnya pergi menjadi Gin ih ngo yu. Waktu itu Gin ih ngo yu baru saja mengubur jenazah Yu Seng dihalaman belakang sana, mereka semua dalam keadaan sedih sekali. Mereka duduk termenung dalam ruangan tengah siapapun seperti enggan berbicara. Pintu dibuka dan Mo Kiau jiu melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut. Salah seorang Gin ih ngo yu segera melompat bangun, lalu bentaknya keras-keras. "Enyah, enyah dari sini!" Mo Kiau jiu tidak menggubris seruannya dengan berlagak sok rahasia dia merentangkan tangannya seraya berkata. "Barusan saja majikan pergi!" Gin ih ngo yu tidak bersuara, seakan-akan mereka beranggapan "kepergiannya adalah urusannya." Sekali lagi Mo Kiau jiu berkata. "Sebelum pergi majikan telah berpesan agar kalian berlima membantuku memperbaiki meja baca itu!" Mendengar ucapan mana, salah seorang manusia berbaju perak itu segera melompat bangun lalu serunya. "Locu lagi mangkel tahu? Lebih baik kau cepat-cepat enyah dari hadapan kami!" Sambil merendahkan suaranya Mo Kiau jiu berbisik. "Aku cukup memahami perasaan kalian cuma persoalan itu terpaksa, dengarkanlah nasehatku, sekarang paling baik bersikaplah sedikit gembira, mari ikut aku memperbaiki meja di ruang depan sana !" Orang berbaju perak yang sudah berdiri itu mendadak menerjang ke muka lalu menghantam bahu Mo Kiau jiu. Mereka semua tahu kalau jalan darah Mo Kiau jiu tertotok dan sama sekali tak berkekuatan untuk melawan, mereka pun tahu kalau Mo Kiau jiu sedang membuatkan suatu benda yang amat penting artinya bagi Lok hun pay, tentu saja mereka tak berani turun tangan kelewat berat hingga meIukai dirinya, walaupun dibilang tidak berat namun seandainya terhajar diatas bahu Mo kiau jiu, niscaya orang itu akan terpelanting. Siapa tahu Mo Kiau jiu segera membalikkan pergelangan tangannya dan berbalik mencengkeram urat nadi berbaju perak itu, kemudian tangannya mendorong dan melemparkan tubuh manusia berbaju perak itu sehingga mundur beberapa langkah. Menyaksikan kejadian ini lima orang manusia berbaju perak itu menjadi tertegun dan berdiri bodoh. Mo Kiau jiu tidak memberi kesempatan kepada orang untuk berbicara, dengan suara rendah katanya lagi serius. "Barusan saja majikan menepuk bebas jalan darahku, sekarang tentunya kalian sudah mengerti bukan, meskipun diluarnya majikan bilang hendak pergi, padahal apa yang sebenarnya dia lakukan?" "Turutilah nasehatku, aku seperti juga kalian, dalam hati ada persoalan namun tak berani diutarakan keluar, agar orang lain jangan menaruh curiga kepada kalian sekarang apa salahnya kalau kau membantu diriku memperbaiki meja baca itu?" Kelima manusia berbaju perak itu segera memahami apa yang telah terjadi, serentak mereka bangkit berdiri dan manggut- manggut ke arah Mo Kiau jiu. Sambil tertawa Mo Kiau jiu lantas berkata dengan suara rendah. "Selanjutnya bila ingin merundingkan sesuatu, jangan lupa untuk mengirim orang untuk berjaga-jaga." Berbicara sampai disitu, dia lantas menggotong-perkakasnya dan berlalu dari sana lebih dulu. Ke lima orang manusia berbaju perak itu mengikuti dibelakangnya, bersama-sama pergi ke ruang tengah. Maka dalam ruangan itupun terdengar suara ting, tang, ting, tang tiada hentinya, mereka telah mulai bekerja. Apa yang diduga Mo Kiau jiu ternyata tepat sekali, secara diamdiam Lok hun pay telah kembali ke situ. Dengan tenaga dalam yang dimilikinya, tentu saja dia tak usah kuatir ditemukan jejaknya oleh ke lima orang manusia berbaju perak itu, tatkala dilihatnya kelima orang itu sedang membantu Mo Kiau jiu bekerja, diam-diam ia tertawa bangga. Setelah membunuh Yu Seng tadi, sebetulnya ia merasa kuatir, dia takut kelima orang manusia berbaju perak itu bekerja sama dan bersama-sama memberontak, sekalipun kepandaiannya lihay, namun terasa agak rikuh juga bila harus bertarung melawan anak buahnya. Tapi sekarang dia sudah berlega hati, bahkan memperoleh suatu kesan yang salah. Dia salah mengerti pembunuhan sadis dan kekuatan besar yang dimilikinya bisa mendatangkan hasil disaat dan kepada siapa saja, bahkan tak seorang manusia pun berani melawan. Padahal, bencana besar sudah berada di depan mata, hanya saja orang lain sedang menunggu datangnya kesempatan baik. - ooo0dw0ooo- PADA halaman keempat dari kitab kecil, ditangan Sun Tiong lo, terlukiskan. "Kunjungi He he koancu di kuil Tong thian koan, kota Gak yang propinsi Sam siang." Kota Gak yang di propinsi Sam siang merupakan suatu tempat yang sangat termashur, Ioteng Gak yang to merupakan tempat yang sangat ternama dikolong langit. Sun Tiong Io serombongan berempat telah berangkat menuju ke kota Gak yang. Setelah menempuh perjalanan sekian waktu, mereka telah memasuki daerah kota Gak yang. Malam itu, mereka pun menginap disebuah rumah penginapan dikota kecil Siang can tin sepuluh li diluar kota Gak yang. Sepanjang jalan mereka tidak banyak berpikir, kini setelah tiba ditempat tujuan dan menginap dirumah penginapan dengan sikap yang amat santai mereka mencari tahu letak kuil Tong thian koan. Siapa tahu, begitu pertanyaan diajukan, mereka berempat menjadi tertegun dan berdiri bodoh. Menurut pemilik penginapan itu, Tong thian koan dari kota Gak yang merupakan kuil yang amat termashur sekali karena kemegahannya, sayang sekali dua puluh tahun berselang, kebakaran hebat telah memusnahkan kuil tersebut, Kuil Tong thian koan tidak terletak didalam kota Gak yang, melainkan dua li disebelah ti mur "Ou cian ihi" Dekat telaga Tong ting ou. Terlalu banyak kuil kenamaan yang tertimpa bencana banjir atau kebakaran selama ini, tapi kebanyakan dibangun kembali jauh lebih megah dari yang dulu, biasanya orang yang berziarah pun semakin banyak. Tapi semenjak terbakar dua puluh tahun berselang, kuil Tong thian koan tak pernah dibangun lagi" Tentu saja Sua Tiong lo keheranan, diapun bertanya apa sebabnya tidak dibangun lagi? Alhasil dia telah menemukan jawaban yang justru merupakan kebalikannya. Menurut pemberitahuan pemilik penginapan itu: Terbakarnya kuil Tong thian koin bukannya tanpa sebab, juga bukan lantaran bencana tapi kalau dibilang api dari langit, maka ucapan mana tepat sekali. Perkataan dari pemilik penginapan ini sudah barang tentu mencengangkan hati orang dan membuat orang tidak habis mengerti. Namun waktu Sun Tiong lo mendesak lebih jauh, pemilik penginapan itu hanya tertawa tidak menjawab. Maka Sun Tiong lo dan Hou ji pun mempunyai suatu pendapat baru, sembilan puluh persen kuil Tong thian koan pasti merupakan kuil Sam cing koan yang tidak benar jalannya, mereka bertekad untuk menyelidiki persoalan itu sampai jelas. Keesokan harinya untuk menyelidiki latar belakang dari kuil Tong Thian koan, Sun Tiong lo telah menyusun rencana matang, karena Bau ji tak suka banyak berbicara maka ia diminta menemani nona Kim bermain sampan di telaga. Sedangkan dia dan Hou ji bertugas menyelidiki persoalan tersebut. Dalam soal selidik menyelidiki, kepandaian Hou ji jauh lebih mengungguli kemampuan Sun Tiong lo. Untuk menyelidiki peristiwa yang telah terjadi pada dua puluh tahun berselang, mereka harus mencari keterangan dari rakyat yang berusia lanjut, tapi orang yang berusia lanjut pengalamannya pasti lebih banyak, cara mereka berbicarapun lebih berhati-hati dan tahu diri. Oleh karena itu Hou ji memilih orang tua dari keluarga miskin yang gemar berbicara untuk melakukan penyelidikannya. Tengah hari itu mereka tidak memasuki rumah makan kenamaan, tapi justru memasuki warung makan sederhana yang penuh dengan rakyat dari golongan bawah. Dengan susah payah mereka berhasil pula berkenalan dengan seorang sahabat yang telah berusia agak lanjut. Dengan keahlian Hou ji dalam pergaulan, tak sampai berapa cawan arak masuk perut, mereka telah bersahabat karib. Suatu ketika Hou ji menyumpit sepotong daging dan mengunyahnya dengan pelan, seakan-akan ia ingat akan sesuatu mendadak ujarnya. "Saudaraku, selesai bersantap nanti bagaimana kalau kita berkunjung ke kuil Tong thian koan?" "Tentu saja" Sahut Sun Tiong-lo cepat. "dengan susah payah kita telah berkunjung ke kota Gak yang, tentu saja kita harus berpesiar ke kuil kenamaan tersebut" Kakek kenalan mereka itu she Nyoo bernama Nyoo Ci gan, pada dasarnya dia adalah seorang yang gemar berbicara, barhati hangat dan cepat berbicara, apa yang dibicarakan biasanya pasti akan dibicarakan hingga selesai. Oleh karena itu orang-orang yang isengpun merubah namanya dari "Ci gan" Menjadi "It-yan" Yang artinya begitu ia buka mulut maka semuanya akan diutarakan sampai habis. Tatkala dia mendengar kalau Hou-ji dan Sun Tiong lo hendak berpesiar ke kuil Tong thian koan, ia meletakkan sumpitnya sembari bertanya. "Lote sekalian hendak berpesiar kekuil Tong thian koan?" Hou ji manggut manggut "BetuI, kami dengar orang bilang, didalam kuil Tong thian koan terdapat seorang He he-koancu yang berhasil mencapai setengah dewa, konon ia liehay dan luar biasa.." Nyoo It yan tak kuasa menahan rasa gelinya dia segera tertawa. "Siapa yang mengatakan hal tersebut kepada kalian?" Begitu ia buka suara, ternyata memang mulutnya seperti tak bisa direm lagi, tak menanti sampai Hou-ji dan Sun Tiong lo menjawab, ia sudah menggebrak meja sambil melanjutkan! "Orang yang berkata demikian pada hakekatnya merupakan telur busuk ngaco belo belaka!" Hou ji dan Sun Tiong lo saling berpandangan sekejap, mereka berlagak seolah-olah tercengang oleh ucapan itu. Setelah mendengus, kembali Nyoo It yan melanjutkan. "Pada dua tiga puluh tahun berselang, kuil Tong thian koan memang boleh di bilang termasuk kuil paling ternama dan paling besar diwilayah Sam siang dan sekitarnya, tapi kini, huuuh, sudah hancur ludas tak ada wujud!" "Aah... bagaimana mungkin bisa begitu??" Hou ji berseru tertahan. "Kenapa tidak bisa? Dua puluh tahun berselang, Thian telah melepaskan api membakar kuil Tong thian koan, walaupun tak bisa dikatakan sudah terbakar ludas namun yang tersisa pun tak seberapa..." "Peristiwa ini pernah pula kami dengar, tapi bukankah kemudian telah dibangun lagi?" Seru Sun Tiong lo cepat. Mendengar kata "di bangun kembali", tidak tahan Nyoo It yan segera tertawa terbahak-bahak. "Hah... haaaah... haaah .. .. di bangun kembali? Lote sekalian, jangan harap kuil itu dapat dibangun kembali!" "Eeeh, sebenarnya apa yang telah terjadi?" Hou Ji berseru tertahan Nyoo It yan mengalihkan sinar matanya memandang sekejap sekeliling ruangan warung itu, lalu sambil merendahkan suaranya ia berbisik. "Tempat ini terdapat banyak orang, kurang leluasa bagi lohan untuk berbicara secara blak-blakan, bila lote berdua ingin mengetahui keadaan yang sesungguhnya, seusai bersantap dulu, bagaimana kalau kita berbicara di warung teh tepi telaga sana ?" Mendengar perkataan itu, diam-diam Sun Tiong-lo dan Hou-ji merasa girang, tentu saja mereka mengiakan cepat. Seusai bersantap mereka berjalan menuju ke warung teh ditepi telaga, Nyoo It-yan memilih sebuah tempat yang sepi dan terpencil, begitu air teh dihidangkan sambil minum teh wangi, ia mulai membuka pembicaraan. "Lote berdua benar-benar sudah ditipu orang habis-habisan. masih untung baru sekarang kalian mencari tahu kabar berita kuil Tong thian koan, coba kalau peristiwa itu berlangsung pada delapan sembilan tahun berselang, hm, hm, bisa jadi memancing datangnya kesulitan bagi kalian sendiri !" Hanya disebabkan mencari tahu letak suatu tempat apalagi tempat itu adalah kuil kenamaan, ternyata bisa berakibat datangnya kesulitan, kejadian seaneh ini pada hakekatnya belum pernah terdengar kenyataan tersebut membuat Hou ji dan Sun Tiong-lo semakin berambisi untuk mengetahui duduk persoalannya sampai jelas. Dengan merendahkan suaranya Nyoo It-yan berkata "Lote berdua, tahukah kau kuil Tong-thian-koan itu merupakan tempat macam apa?" "Bukiinkah sebuah Too-koan ?" Tanya Sun Tiong lo tertegun. Sesudah mengiakan Nyoo It yan manggut-manggut. "Betul, Too koan tersebut meski sebuah Too koan, namun Tookoan ini berbeda sekali dengan Tookoan biasa !" Sun Tionglo dibikin makin kebingungan, ia tak mengerti arti dari ucapan Nyo It-yan itu. Hou-ji berusia lebih besar, pengalamannya juga lebih banyak, tergerak hatinya setelah mendengar perkataan itu. "Lotiang, apakah Tong-thian-koan adalah kuilnya kaum wanita ?" Serunya tiba-tiba. Nyoo It-yan segera bertepuk tangan sambil tertawa. "Tepat sekali, kuil itu memang sebuah kuil dari Li too-koh." Sun Tioag lo baru mengerti sekarang, tanpa serasa dia melirik sekejap kearah Hou-ji. Setelah menepuk setegukan air teh, Nyoo It yan mulai menuturkan kejadian masa lampau... Dua puluhan tahun berselang, nama kuil Tong thian-koan sudah amat tersohor dikolong langit. Bangunan Tong thian-koan sendiri mencapai ratusan bau luasnya dengan bangunan yang berlapis-lapis, indah dan megah. Koancu dari kuil Tong-thian koan itu bernama Sang sang koancu, dia mempunyai sepuluh orang murid yang semuanya menggunakan hurup "lm" Sebagai nama akhirnya. Menurut urutan, mereka adalah: Hui Im, Cuan-im, Hong-im, Pek im. Seng im, Cuim, Cing im, Siong im dan Toan im. Dengan kekuatan sebelas orang saja, tentu saja mereka tak mungkin bisa merawat kuil yang begitu megah dan besar. Oleh sebab itu bocah-bocah perempuan dari keluarga miskin yang berada tiga sampai lima puluh li disekitar tempat itu menjadi orang-orang yang bisa dimanfaatkan tenaganya untuk mengurusi kuil tersebut. "Kuil Tong-thian koan mempunyai harta kekayaan yang amat besar, mereka menanam sayur dan gadis gadis dari keluarga miskin itulah yang mengurusi kesemuanya. Sang-sang Koancu berusia paling banter tiga puluh tahunan, namun wajahnya yang cantik mungil amat menarik hati orang, seandainya dia bukan seorang pendeta, niscaya ia boleh dibilang sebagai seorang perempuan cantik. Sepuluh orang muridnya, selain tidak berdandan dan bergincu, sesungguhnya mereka terhitung perempuan-perempuan cantik, jubah pendeta mereka yang berwarna biru sama sekali tidak mengurangi kecantikan serta keanggunan mereka. San-san Koancu berusia tidak besar, namun kepandaiannya luar biasa sekali, terutama ilmu pertabibannya yang mendapat warisan orang kuno, hal mana membuat nama kuil Tong-thian-koan makin lama semakin termasyur di mana-mana. Koancu mengkhususkan diri dalam penyakit perempuan setiap penyakit perempuan yang diperiksa olehnya, tak ada yang belum sembuh setelah meminum obatnya tiga kali. Kota Gak yang terletak ditepi telaga Tong ting-ou, sejak dulu kala sudah menjadi tempat kaum pembesar dan kaum hartawan berekreasi, terutama mereka yang sudah pensiun, kebanyakan lantas pindah kesana dan menetap di sini sampai akhir hayatnya. Sejak ilmu pertabiban Sang-sang Koancu yang lihay tersiar keluar, kuil Tong-thian-koan menjadi termasyur dan banyak pengunjung untuk meminta pengobatan. Akhirnya Sang sang Koancu menyuruh orang membantunya memberi pengobatan, selama pekerjaan itu berlangsung, ia tak pernah memungut balas jasa, akibatnya banyak keluarga hartawan pembesar yang bergilir mudik dalam kuil itu. Akhirnya karena pengunjung yang meluap, mau tak mau Sang- .cang koancu harus menurunkan sebuah peraturan, yaitu kecuali beberapa keluarga kaya dan orang-orang yang sangat di kenal olehnya, ia tak akan turun tangan sendiri. Setiap pagi sampai malam, ruang tunggu kuil Tong-thian-koan selalu penuh dengan pasien, bahkan untuk pesan tempatpun harus di lakukan sepuluh hari sebelumnya. Perlu diketahui, Sang-sang koancu bekerja untuk amal, hingga selama ini tak pernah terjadi penyakit sekecil apapun. Tapi suatu hari telah muncul sebuah penyakit, penyakit itu bukan muncul dari pihak Tong-thian-koan, melainkan muncul dari selembar surat pengumuman yang dikeluarkan pihak kota Gak-yang, bicara soal surat pengumuman tersebut, maka kita harus berbicara dulu tempat posisi atau letak dari kuil Tong thian koan tersebut. Pintu gerbang dari kuil Tong thian koan terletak berhadapan dengan sebuah muara telaga, pintu depan bukan jalan raya, jadi untuk menuju pintu gerbang kuil Tong thian koan baik hendak pergi kekota Gak yang maupun menuju ke kebalikannya, orang harus berjalan berapa li dulu dari jalan raya, tidak heran kalau orang yang berlalu lalang disitu tidak banyak jumlahnya. Jalan yang membentang disebelah kiri pintu gerbang Tong thian koan dapat langsung berhubungan dengan jalan raya menuju kekota Gak yang. Sebaliknya jalanan yang membentang disebelah kanan pintu gerbang menghubungkan perkampungan keluarga Li yang berada tiga li-dari situ, bila berjalan sejauh dua li lagi maka orang akan tiba diperkampungan keluarga Ong. Penduduk perkampungan keluarga Li dan perkampungan keluarga Ong berjumlah ribuan keluarga, kebanyakan mereka berdagang kecil-kecilan atau menanam sayur dan menangkap ikan, oleh sebab itu setiap hari mereka harus berangkat ke kota Gak yang untuk berjualan dan sore pulang kerumah. Sebenarnya penduduk perkampungan keluarga Li dan penduduk perkampungan keluarga Ong bisa melalui jalan raya, jalan raya terletak di belakang Tong thian-koan, tapi lebih jauh tiga empat li, sebaliknya jika melalui jalan setapak yang melewati pintu gerbang kuil Tong-thian koan maka mereka akan lebih dekat empat li. Untuk mengejar waktu pasar, tentu saja rakyat memilih jalanan kecil yang melalui depan kuil Tong thian koan. Bila sedang musim dingin, keadaan masih mendingan, tapi kalau sudah musim panas maka akan timbul hal-hal yang kurang serasi. Rakyat desa biasanya tidak berpendidikan, setiap kali sesudah pulang dari pasar dan melalui telaga di muka kuil Tong thian koan, dari sepuluh orang ada delapan sampai sembilan orang yang turun ke air untuk membersihkan badan. Jalan pemikiran orang desa selamanya memang sederhana, untuk turun ke air, mereka hanya mencari tempat yang tak ada orangnya dan lantas terjun, begitu berada di air maka segala sesuatunya terlupakan. Akibatnya seringkali keluarga pembesar atau hartawan kaya yang kebetulan lewat dimuka kuil Tong thian koan menjadi tersipu-sipu di buatnya karena sering melihat rakyat berada dalam keadaan bugil sedang mandi di telaga. Itulah sebabnya, suatu hari pihak kota praja Gak yang memasang dua buah papan pengumuman yang didirikan satu dikiri dan yang lain di kanan pintu gerbang Tong thian koan hingga mencapai ujung dinding pekarangan bangunan tersebut. Isi pengumuman sederhana "Mulai hari ini, terkecuali bocah lelaki dan kaum wanita, dilarang melalui jalan ini!" Begitu pengumuman dikeluarkan rakyat desa keluarga Li dan keluarga Ong merasa sangat tidak puas. Tidak puas tinggal tidak puas, namun yang jelas tak ada orang yang berani mencari gara-gara dengan pihak penguasa, selain menggerutu, terpaksa setiap hari mereka harus berjalan tujuh delapan li lebih jauh. Cuma saja setelah pengumuman itu muncul pengunjung yang datang kekuil Tong thian koan lebih berkurang, lebih-lebih mereka tak bisa melihat lagi kaum lelaki yang berbugil. Tak lama sesudah pengumuman itu dipasang wali-kota Gak yang pun diganti. Wali-kota baru ini she Gan bernama Wan-sim, konon tayya ini berhati lurus dan bijaksana, semua perhatiannya hanya dicurahkan pada kesejahteraan penduduk Gak yang. Sejak hari pertama memangku jabatan, ia sudah beranggapan bahwa pengumuman tersebut tidak sesuai namun berhubung pejabat lama baru pergi, untuk memberi muka ia merasa enggan untuk langsung merubah. Kendati begitu begitu ia telah menyelidiki duduknya persoalan itu dari para anak buahnya dan mengetahui alasannya. Ia pernah memberi pernyataan bahwasanya pengumuman tersebut terlalu merugikan orang desa. Menurut pendapatnya alasan yang dipakai kurang cocok, sebab dengan alasan apapun tak seharusnya melarang orang melalui jalanan yang lebih dekat dan pendek. Menurut pejibat baru ini, asal isi pengumuman dirubah menjadi Barang siapa diketahui mandi telanjang dalam telaga akan dijatuhi hukuman berat, seharusnya masalah tersebut sudah dapat diatasi. Tak selang berapa saat kemudian, pendapatnya itu telah disebar luaskan oleh anak buahnya keseluruh pelosok kota. Suatu pagi, ketika ia berada diruang sidang telah menerima belasan lembar surat undangan, surat-surat undangan tersebut kalau bukan dari saudagar kaya, tentu hartawan berpengaruh, atau kalau bukan berasal dari bekas-bekas pejabat lama. Akhirnya terjadi suatu dialog langsung antara pejabat baru dengan tamu-tamunya, ternyata kedatangan mereka hanya dikarenakan soal pengumuman tersebut. Bahkan mereka semua bersepakat agar pengumuman lama tetap dipertahankan dan jangan di rubah. Gan tay ya segera menerangkan sudut pandangannya meski pendapat mana tak bisa diterima pihak lawan, kendatipun demikian Tay-ya mempunyai kekuasaan sebagai seorang Tay ya, ia telah bermaksud untuk melaksanakan keputusan menurut pendapatnya itu dalam beberapa hari mendatang. Belumlah keputusan mana dilaksanakan mendadak Gan Tay ya diundang oleh atasannya untuk mengadakan pertemuan, dalam pertemuan mana atasannya kembali menandaskan bahwa pengumuman itu tak boleh dirubah, bahkan secara diam diam disertai pula dengan semacam pemecatan. Walaupun Gik Tay ya tak senang hati, namun berhubung atasan ada perintah, ia tak bisa membangkang, apalagi dia belum terbiasa dengan pekerjaan tersebut, maka diapun tidak bersikeras dengan pendapatnya lagi. Belum lama setelah peristiwa itu, suatu senja dikali Gan ya sedang berbincang bincang dengan dua orang anak buahnya dikamar baca, Lim Tiong kepala opas kota telah datang menghadap dengan langkah tergesa-gesa, sambil mengetuk pintu terdengar ia berkata. Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Lapor Tay ya, diluar ada seorang penduduk desa ingin bertemu dengan tayjin, konon dia mempunyai masalah besar yang amat penting artinya hendak dilaporkan kepada tay ya !" Gan wan sim adalah seorang pembesar jujur, seorang pembesar bijaksana, dia segera mengundang penduduk desa itu agar menghadap. Begitu masuk kedalam ruangan, penduduk desa siap menjatuhkan diri berlutut. Gan Wan Sim segera menitahkan kepada Lim Tiong agar membangunkan penduduk desa itu, kemudian diperhatikannya wajah penduduk itu dengan seksama, diam-diam dia lantas mengangguk, orang itu mempunyai wajah yang sangat jujur. MenyusuI kemudian, Gan Wan sim lantas berkata pada penduduk desa itu sambil tertawa. "Tempat ini adalah kamar bacaku, bukan ruang sidang, maka kaupun tak usah melakukan penghormatan besar, silahkan duduk !" Lim Tong segera menyiapkan sebuah bangku batu untuk penduduk itu. Tentu saja orang itu tak berani duduk, sikapnya menunjukkan perasaan yaa takut yaa menghormat. Dengan ramah Gan Wan sim berkata lagi. "Duduk sajalah, mari kita berbicara secara baik-baik, siapa namamu...?" "Hamba she Li bernama Li Hong, orang-orang memanggil siaujin sebagai Li Lo si (si jujur Li)" "Li Hong, kau bilang ada urusan besar yang sangat penting hendak dilaporkan kepadaku, persoalan apakah itu?" Li Hong memandang dua orang tamu yang ada disana, lalu memandang pula ke arah Li Tiong, setelah itu ujarnya. "Tay ya, persoalan ini tak boleh di dengar orang lain" Dilihat dari ucapan tersebut, sudah cukup membuktikan kejujuran dan kepolosan Li Hong. Dua orang anggota pejabat itu segera mohon diri dari sana hingga kini tinggal Li Hong dan Gan tayjin berdua. Setelah Gan tayjin bertanya lagi, Li Hong baru berkata sambil tertawa bodoh. "Tay ya, konon kau adalah seorang pembesar bijaksana, pandai bekerja, tapi . ...tayya sudah banyak hari kau memangku jabatan, mengapa kau masih membiarkan pengumuman itu menempel di tepi jalan ?" Gan tayya segera memahami apa yang di maksudkan, sahutnya sambil tertawa pula. "Li Hong, kau maksudkan surat pengumuman yang ditempelkan di depan kuil Tong thian koan itu ?" Li Hong manggut-manggut, maka Gan tayya pun memberikan penjelasannya dengan gamblang. Siapa tahu, dengan wajah serius Li Hong berkata lagi. "Tayya, tahun ini siaujin berusia lima puluh delapan tahun, sudah banyak kejadian yang kujumpai, terus terang saja tayya, semenjak surat pengumuman itu dipasang, hamba tak pernah menganggur lagi. "Setiap kentongan ke dua, hamba selalu memanjat ke atas sebatang pohon besar di muka kuil Tong thian koan, selama sebulan lebih, sudah banyak kejadian aneh yang telah hamba saksikan..." Menyinggung soal kejadian aneh, paras muka Gan Wan sim segera berubah hebat. Selang berapa saat kemudian, dengan sorot mata yang tajam dan wajah berwibawa dia berseru. "Li Hong, kejadian aneh macam apa itu ?" "Thay-ya. setiap tengah malam, pasti ada kereta yang tiba didepan pintu kuil, serombongan gadis muncul dari dalam kuil dan menggotong masuk barang barang yang diangkut lewat pedati tersebut..." "ltu mah kejadian umum, bukan terhitung suatu peristiwa yang sangat aneh." Kata Gan Wan sim dengan kening berkerut. Li Hong tidak menanggapi perkataan itu, sebaliknya berkata lagi. "Tay-ya harap kau dengarkan dulu baik-baik, siaujin maksudkan ada serombongan gadis yang sedang mengangkut "barang" Gan Wan-sim tertawa. DaIam sebuah kuil tookoan yang dihuni kaum rahib, memang seringkali menggunakan tenaga perempuan untuk mengangkuti barang, masa mereka akan mencari kaum lelaki untuk membantu pekerjaannya ?" Li Hong turut tertawa, tertawa dari seorang yang jujur, katanya kembali. "Soal ini hamba sudah tahu, apalagi kuil Tong thian koan mempunyai banyak pekerjaan bercocok tanam yang di garap anak- anak gadis keluarga miskin yg tinggal disekitar tempat itu..." ""Yaa, betu!, buat apa kau mesti merasa heran bila kaum wanita pun mengangkat barang?" Li Hong kembali tidak menjawab pertanyaan tersebut, katanya. "Siaujin telah bilang, waktu itu siaujin memanjat sebatang pohon besar yang tumbuh berapa kaki didepan pintu gerbang Tong thian koan dekat tepi telaga, segala sesuatunya dapat terlihat jelas. "Tayya, setiap kereta mereka lewat dan barang barang dalam pedati diangkut turun, me ngikuti hembusan angin aku pun turut mengendus bau yang sangat aneh langsung menyusup kelubang hidung hamba !" "Bau aneh apakah itu !" Tanya Gan Wan sim dengan kening berkerut. "Ada bau arak, ada bau daging, ada bau amisnya ikan laut serta udang..." Sahut Li Hong setengah berbisik. Gak Wan siu memandang Li Hong sekejap, lalu berkata. "Li Hong, dari beberapa macam bau itu kau telah berhasil membuktikan apa ?" Li Hong segera menggeleng. "Siaujin hanya melaporkan apa yang telah hamba saksikan kepada tayya !" - ooo0dw0ooo- DENGAN wajah serius Gan Wan sim berkata "Li Hong, kuil kecil, too-koan, kuil hweesio semuanya adalah tempat para pendeta hidup mengasingkan diri, namun sebagai pendeta bukan diharuskan mereka tak makam barang berjiwa, aku percaya kau pasti memahami perkataanku ini !" Kembali Li Hong tidak menjawab apakah dia memahami atau tidak, sebaliknya melanjutkan. "Bahkan ada kalanya datang tandu, ada kala nya datang kereta, yang turun semuanya adalah kaum wanita, nona, mereka semua disambut para Tokoh masuk ke dalam kuil..." Gan Wan sim enggan bersilat lidah kelewat lama dengan Li Hong, kembali tukasnya dengan suara dalam. Lalu sekalian masuk kuil, tentu saja di sambut para tokoh, kejadian ini lumrah dan tak aneh !" Berbicara sampai disitu, Gan Wan sim segera mengulapkan tangannya sambil menambahkan. "Bila kau tak ada urusan yang lain, sekarang boleh segera pulang saja." "Tidak tay ya" Kata Li Hong menggeleng. "apa yang siaujin katakan tak lebih baru seperduanya saja !" Sekali lagi G,in Wan sim berkerut kening, dia ingin memanggil Lim Tiong untuk menggusur keluar Li Hong, tapi sebagai pejabat yang baik ia berusaha menahan hawa amarahnya. Li Hong memang terlalu jujur, ia tak dapat menilai perubahan wajah orang, terutama perubahan pada mimik muka tayya tersebut, itulah sebabnya tanpa ragu dia melanjutkan kem bali pertanyaan yang belum selesai. "Sikap, tindak tanduk maupun cara berbicara para tokoh tersebut sewaktu menyambut-kedatangan perempuan perempuan terhormat itu benar-benar amat tak sedap di pandang, sama sekali tidak mirip seorang pertapa yang suci bersih, lebih lebih tidak mirip dengan keluarga dari orang-orang yang berpendidikan tinggi." Perkataan tersebut kelewat serius, juga terasa punya isi yang gawat artinya. Oleh karena itu Gan Wan sim segera mengiakan Kembali Li Hong mendengus dingin dengan nada sinis, katanya lebih lanjut. "Siaujin mempunyai seorang ponakan yang tak becus, dahulu seringkali terjerumus dalam rumah rumah pelacuran, terhadap sahabat mudanya ia seringkali menceritakan adegan adegan porno dalam rumah-rumah pelacuran itu." "Tutup mulut" Mendadak Gan Wan sim itu membentak gusar. "Perumpamaanmu itu sungguh amat keterlaluan!" Li Hong nampak agak tertegun lalu ujarnya. "Tayya, seandainya perkataan siaujin keterlaluan tayya mau memenggal kepalaku juga boleh, mau mencincang juga boleh, tapi yang kuminta bila tayya tidak percaya, besok malam silahkan tayya memanjat pohon sendiri dan mendengarkan suara hiruk pikuk disitu.." Gan Wan-sim tertawa geli, dan suara tertawa inipun segera memotong ucapan Li Hong yang belum selesai. Agaknya Li Hong telah menyadari kekeliruannya dalam berbicara tadi, seorang wali kota masa disuruh memanjat pohon hanya untuk melihat dan mendengarkan sekelompok tokoh bergurau cabul dengan sekawanan tamu pria, tentu saja peristiwa ini merupakan suatu lelucon terbesar di dunia ini... Namun Gan Wan-sim tidak menukas pembicaraan dari Li Hong, sebab ditinjau dari ucapan mana, ia sudah dapat membuktikan kalau Li Hong adalah seorang desa yang seratus persen polos dan jujur. Sementara itu Li Hong telah mengalihkan pokok pembicaraan kesoal lain, katanya lagi. "Tayya, tahukah kau, nona-nona serta nyonya nyonya itu pun telah menganggap kuil Tong thian-koan sebagai rumah kediamannya, setelah tinggal disana mereka lantas enggan untuk pulang ke rumah lagi." Gan Wan sim sebagai seorang pembesar yang jujur dan bijaksana, tentu saja harus meneliti setiap persoalan secermat mungkin, sudah barang tentu dia tak bisa menerima laporan dengan begitu saja tanpa melakukan pemeriksaan sendiri. Maka dia pun manggut manggut seraya berkata: Tentang soal ini aku memang sudah tahu, hal ini dikarenakan koancu kuil Tong thian koan memiliki ilmu pertabiban yang sangat liehay, lantaran pasiennya kelewat banyak maka untuk menunggu sampai gilirannya terpaksa mereka harus tinggal di kuil itu sambil menunggu pengobatan." Mendengar ucapan mana, Li Hong segera tertawa terbahak bahak. "Haaahhh.., haaahhh ... haaahhh ,..tahu kah Tayya berapa banyak orang yang tinggal di kuil itu ?" Gan Wan sim agak tertegun, ia menggeIeng. "Berhubung masalah itu menyangkut soal kaum wanita, maka aku merasa kurang leluasa untuk melakukan penyelidikan cuma menurut keadaan pada umumnya, kalau ada delapan atau sepuluh orang yang mohon menginap disitu untuk memperoleh pengobatan, aku rasa hal ini masih belum terhitung seberapa." Dengan wajah serius Li Hoog segera berkata "Delapan, sepuluh orang? Tayya, jika kau dapat mengambil keputusan dan tindakan. kirimlah pasukan tentara dan kepunglah kuil Tong thian koan, siaujin jamin sudah pasti kau akan berhasil menemukan seratus orang lebih !" Mendengar laporan itu, paras muka Gan Wan sim berubah hebat, dia menjadi tak tenang lagi untuk duduk disana. Kembali Li Hong berkata. "Tayya, bagaimana lihaynya seorang tabib, mustahil dalam sehari semalam tanpa makan tanpa tidur ia bisa memeriksa pesien sebanyak seratus orang lebih, tayyi, apakah kau tidak merasa kalau peristiwa ini sangat aneh dan mencurigakan. Tanpa terasa Gan Wan sim manggut-manggut. Kini, perkataan dari Li Hong makin gawat. "Tayya, sudah siaujin katakan tadi, setiap hari pada kentongan kedua, hamba pasti naik keatas pohon untuk mengintip kedalam kuil, bukan saja kusaksikan kejadian kejadian aneh tersebut, bahkan akupun berhasil menemukan suatu persoalan yang istimewa!" "Ooooh, persolan istimewa apakah itu?" "Setiap manusia yang makan biji bijian sudah pasti akan jatuh sakit tetapi dua puluh li disekitar tempat ini termasuk perempuan perempuan yang tinggal dikota Gak yang, justru menderita suatu penyakit luar biasa!" Gan Wan sim tidak memahami ucapannya itu, maka dia bertanya. "Menderita penyakit yang luar biasa? Apa maksudmu?" Li Hong terttwa terkekeh, lalu ujarnya. "Perempuan yang tinggal disekitar tempat ini, dari umur empat lima belas tahun ke-bawah dan empat puluh tujuh delapan tahun keatas sama sekali tidak menderita sakit apa-apa, justru yang terkena penyakit adalah perempuan perempuan yang berusia delapan-sembilan belas tahun sampai tiga puluh delapan sembilan tahun, coba bayangkan tayya, bukankah penyakit yang mereka derita itu luar biasa sekali ?" Gan Wan sim segera memahami apa yang dimaksudkan, mendadak ia beranjak sambil berkata. "Li Hong, kau bilang didalam kuil sekarang berdiam seratus orang perempuan?" "Yaa, mungkin lebih banyak, jeias tak bakal lebih kurang..." "Kau mengatakan didalam kuil itu tertimbun arak dan minuman berjiwa dalam jumlah besar?" Kembali Gan Wan sim bertanya. Li Hong mengangguk. "Menjawab pertanyaan tayya, siaujin jamin makanan yang mereka timbun cukup untuk menjamu seratus orang lebih dan cukup untuk mengisi perut mereka selama setengah tahun, bahkan mungkin juga lebih!" Sepasang alis mata Gan Wan sim berkenyit makin kencang, katanya kemudian. "Menurut apa yang kuketahui, Tong thian koan hanya terdiri dari dua buah ruangan penerima tamu tanpa ruangan lain, kau adalah penduduk dari dusun keluarga Li, jaraknya dengan Tong thian koan sangat dekat, benarkah apa yang kukatakan tadi?" Li Hong manggut-manggut. "Benar" Semasa kecil dulu siaujin pernah mengikuti ibuku berkunjung ke kuil Tong thian koan, gedung penerima tamu memang terdapat dua buah dengan masing masing gedung mempunyai sepuluh kamar, hal ini tak mungkin bisa salah. Agaknya Gan Wan sim sudah mempunyai pertimbangan sendiri dia bertanya lagi. "Kapankah suasana kuil itu paling sepi?" "Selewatnya tengah malam, suasana hening, sepi tak kedengaran sedikit suarapun!" Jawab Li Hong tanpa berpikir panjang. "Kau berada diatas pohon, apakah suasana dalam kuil dapat terlihat jelas ...?" "Yaa, sebagian besar memang dapat terlihat jelas!" Li" Hong manggut-manggut. "Ketika para tamu memasuki ruang penerima tamu, apakah kau pun dapat melihat dengan jelas?" Gan Wan sim bertanya dengan sangat berhati-hati dan cermat. Tanpa berpikir panjang Li Hong menyahut "Yang bisa siaujin lihat adalah ruangan sebelah barat- cuma kejadian ini aneh sekali, pada hakekatnya dalam ruangan sebelah barat, tidak nampak seorang manusiapun setitik cahaya lampu pun tak ada, seolah-olah mereka bukan tinggal didalam sana!" Semakin memahami duduknya persoalan, Gan Wan sim merasa semakin yakin dengan ja lan pemikirannya. Setelah termenung sampai lama sekali, ia baru berkata kepada Li Hong. "Aku percaya setiap perkataan yang kau ucapkan itu jujur dan merupakan kenyataan." "Jika siaujin berani berbohong hanya setengah patah kata saja, silahkan tayya menjatuh kan hukuman yang setimpal kepada hamba!" Tukas orang itu cepat. "Baik, mulai sekarang kau adalah tamu kami segera kutitahkan orang untuk membereskan sebuah kamar untuk kau tempati, namun kau dilarang meninggalkan gedung ini, walau hanya selangkahpun sanggupkah kau laksanakan hal ini?" "Siaujin sanggup, siaujin bersedia ditampilkan sebagai saksi!" Jawab Li Hong dengan suara lantang. Maka Gan Wan sim segera berseru dengan lantang. "Gan Sun, Gan Sun." Gan Sun, pengurus rumah tangga gedung keluarga Gan segera mengiakan sambil muncul didalam ruangan. Sambil menunjuk kearah Li Hong, Gan Wan sim berkata. "Bereskan kamar untuk dia tinggal, sehari tiga kali makan perintahkan orang untuk menghantar ke kamarnya, suruh Siau suo- ji menemaninya, tanpa perintahku, ia dilarang meninggalkan gedung ini barang setapakpun !" Gan Sun mengiakan, bersama Li Hong dia berlalu. Gan Wan sim segera memanggil Lim Tiong dan menitahkan kepadanya untuk mengundang panglima pertahanan kota, disamping itu diapun berpesan agar segera datangkan cuma Panglima pertahanan kota seorang. Panglima pertahanan kota segera datang, semestinya pangkat panglima ini tidak lebih rendah daripada pangkat seorang wali kota, tapi berhubung walikota berkuasa mengatur tata keamanan dalam kota, maka kedudukan panglima pertahanan kota jadi lebih rendah sedikit daripada pangkat seorang wali kota. Sementara itu waktu baru menunjukkan kentongan ke dua. Panglima pertahanan kota dan Gan ya segera melangsungkan rapat rahasia selama sepertanak nasi lamanya, kemudian panglima itu buru-buru memohon diri. Menyusul kemudian Gan Wan sim menitahkan kepada Lim Tiong untuk mempersiapkan tiga peleton pasukan opas yang bersenjata lengkap dengan masing-masing membawa sebuah obor, cuma obor itu dilarang dipasang sebelum ada perintah. Kemudian dipimpin langsung oleh Gan Wan sim, berangkatlah rombongan yang terdiri dari dua puluh enam orang itu menyelinap dibalik kegelapan. "Pintu gerbang kota yang sebenarnya telah tertutup, kini dibuka secara diam-diam. Panglima pertahanan kota dengan membawa tiga ratus prajurit bersenjata lengkap sementara itu sudah berkumpul dilapangan depan pintu gerbang kota menunggu perintah. Begitu mereka bersua, kedua belah pihak saling menganggukan kepala, kemudian dengan memimpin pasukan masing-masing bergerak keluar kota. Setelah keluar kota, secara diam-diam mereka menyusup ke arah kuil Tong thian koan. Sebelum itu Gan Wan sim telan mengirim anak buahnya untuk menjaga setiap jalan besar dan lorong kecil yang bakal dilalui pasukan inti, atas perintah wali kita, tiap orang dilarang melalui jaIanan tersebut sebelum mendapat izin langsung dari wali kota. Begitulah dalam waktu singkat pasukan besar itu sudah mengepung kuil Tong thian koan rapat-rapat, tiga ratus prajurit berdiri tiap dua langkah seorang, segenap kuil itu boleh di bilang sudah terkurung rapat. Saat itulah Gan Wan sim baru menurunkan perintah untuk memasang obor dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Lalu di perintahkan untuk mengetuk pintu gerbang kuil Tong thian koan, tapi sampai lama sekali belum juga adb yang membukakan pintu. Kenyataan yang terbentang di depan mata ini semakin meyakinkan Gan Wan sim kalau kuil Tong thian koan telah berubah menjadi tempat mesum. Akhirnya Lim Tong mendapat perintah untuk melompati dinding kuil dan membuka pintu gerbang dari dalam. Gan Wan-sim kembali menitahkan anak buahnya tiga orang membentuk satu regu melakukan penggeledahan terhadap seluruh ruangan dalam kuil, termasuk juga ruang tamu sebelah timur dan ruangan sebelah barat. Ui Siu pi panglima pertahanan kota yang sesungguhnya kurang menyetujui tindakan Gan Wan-sim sewaktu berunding di kantor tadi, mau tak mau harus merubah pendiriannya setelah menyaksikan kejadian ini, tanpa terasa katanya kepada Gan Wan sim. Bajak Laut Kertapati Karya Kho Ping Hoo Geger Solo Karya Kho Ping Hoo Maling Budiman Pedang Perak Karya Kho Ping Hoo