Ceritasilat Novel Online

Bukit Pemakan Manusia 30


Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung Bagian 30


Bukit Pemakan Manusia Karya dari Khu Lung   "Di loteng ini tiada air tiada makanan, bila manusia sampai terkurung selama beberapa hari ini, mustahil dia bisa tetap berada dalam keadaan hidup, kecuali kalau siorang asing itu berada disekitar sini, kalau tidak..."   "Koancu, perkataanmu itu sangat tepat, dia memang berada disekitar tempat ini."   Tukas Hou ji cepat. He he koan cu semakin tak percaya lagi, katanya.   "Kalau memang begitu, seharusnya dia kan sudah menolong Soh bun-ki sedari tadi ?"   Dengan cepat Hou ji tertawa.   "Dia bukan dewa, bagaimana mungkin dia bisa menduga kalau Soh hun ki yang sudah memperlihatkan watak aslinya telah bentrok dengan koancu ? Bagaimana mungkin dia bisa tahu kalau pintu baja digerbang utama sudah tak dapat dibuka lagi dari dalam? "Apalagi kami semua masih berada disini, sebelum semua latar belakang yang sebenarnya terungkap keluar, terpaksa dia hanya bisa menyembunyikan diri belaka disekitar tempat ini, buat apa dia harus menampakkan diri di depan umum ?"   Setelah He-he koancu berhasil memahami beberapa persoalan itu, diapun lantas berkata.   "Jika kudengar dari pembicaraan kongcu barusan, tampaknya kongcu sekalian kenal dengan si orang asing tersebut ?"   "Emm, kemungkinan besar memang kenal."   He he koancu segera berkerut kening, katanya kemudian.   "Aaai, persoalan ini benar-benar menjemukan, asal Soh hun ki lolos dari kurungan, sudah pasti dia akan datang mencari diriku..."   "Benar !"   Sambung Sun Tiong lo.   "Itulah sebabnya kita harus menolongnya sekarang juga serta menyelesaikan masalah ini hingga tuntas."   He-he koarcu segera menunjuk ke arah se buah gelang penarik disudut ruangan itu, lalu berkata.   "Bila gelang itu kau tarik, pintu ruangan ini akan segera terbuka, dia berada diluar sana !"   "Bagaimana caranya untuk menutup kembali pintu ini?"   Nona Kim yang selama ini membungkam segera menuding gelang yang lain seraya berkata.   "Asal kau menarik gelang yang satunya, pintu akan segera menutup !"   Sambil tertawa He-he koancu segera manggut-manggut.   "Betul, perkataan nona memang benar !"   Sun Tiong lo segera berpaling ke arah Hou ji, kemudian.   "Engkoh Hou, tolong kau yang mengurusi ke dua gelang ini, hatihati terhadap segala kemungkinan yang tak diinginkan !"   Hou ji menyahut dan berjalan mendekati gelang besi itu, tanyanya kemudian.   "Apakah harus di buka?"   Sun Tiong-lo mengangguk "Yaa, sekarang boleh dibuka, bila aku sudah keluar nanti, cepat kau tutup lagi pintu ini !"   Ketika Hou-ji menarik gelang besi tersebut pintu ruangan segera bergerak naik ke atas, dengan suatu gerakan cepat Sun Tiong-lo menyelinap keluar ruangan.   Baru saja ia keluar dari pintu, pintu baja itu telah bergerak turun kembali dan menutup ruangan tersebut rapat-rapat.   Suara gemerincingnya pintu dengan cepat mengejutkan Soh-bun- ki yang terkurung diluar.   Waktu itu, Soh-hun-ki yang terkurung dalam lorong sedang merasa amat gusar, tapi dia benar-benar dibikin tak berdaya.   Maka sewaktu pintu terbuka, dia segera membalikkan badannya, sepasang matanya dengan cepat saling bertemu dengan sorot mata Sun Tionglo yang tajam.   Sekulum senyuman sempat menghias ujung bibir Sun Tiong Io.   sebaliknya Son-hun-ki berdiri dengan wajah penuh kegusaran.   Sejak terkurung dalam lorong rahasia tersebut, sudah barang tentu Soh hun ki tidak mengetahui atas semua perubahan yang terjadi didalam ruangan rahasia tersebut, tak heran kalau dia menjadi amat terperanjat setelah menyaksikan Sun Tiong Io berjalan keluar dari ruangan rahasia itu...   Tapi sebagai seorang yang cerdas, setelah berpikir sebentar saja ia telah memahami apa gerangan yang telah terjadi.   Maka ditatapnya Sun Tiong Io dengan wajah penuh amarah dan perasaan benci yang meluap-luap, teriaknya.   "Perempuan busuk itukah yang telah membuka pintu rahasia yang sempit untuk kalian?"   Sun Tiong lo sama sekali tidak menjawab, malah sekulum senyuman tetap menghiasi di ujung bibirnya.   Soh hun ki segera memutar biji matanya, dengan cepat ia teringat lagi akan satu hal.   Tadi, sewaktu dia terkurung dan sedang merasa kesal, tiba-tiba terdengar olehnya suara benturan keras yang bergema sekali demi sekali, bahkan suara getaran yang terakhir mengakibatkan seluruh bangunan loteng itu bergoncang keras, apa gerangan yang telah terjadi ? Teringat akan hal tersebut, dengan sok pintar dia berkata sambil tertawa.   "Bagaimana ? Tentunya kau merasa gagal bukan untuk menggempur dinding dan melarikan diri dari kurungan..."   Sun Tiong lo segera menggelengkan kepalanya berulang kali, tukasnya cepat. - ooo0dw0ooo-   Jilid 33 "APA yang telah terjadi justru merupakan kebalikan daripada apa yang kau duga, aku telah berhasil menggempur dinding batu itu sehingga ambruk dan tembus dengan dunia luar!"   Mendengar perkataan itu, paras muka Soh-hun ki berubah hebat, tapi dengan cepatnya dia telah terbahak-bahak kembali. Sun Tiong lo ikut tersenyum, tanyanya.   "Kenapa? Tidak percaya?"   "Huuh, terus terang saja kukatakan."   Ucap Soh hun ki dingin.   "walaupun lohu merasa kepandaian silatku sudah menjagoi seluruh kolong langitpun aku yakin masih belum sanggup menggempur dinding batu sampai hancur maka aku baru tersekap di sini dengan perasaan apa boleh buat."   "Kalau toh kau memang sudah menggempur hancur dinding batu itu, setiap saat kau bisa pergi meninggalkan tempat ini? Lohu ingin bertanya kepadamu sekarang, bukannya pergi meninggalkan bangunan ini, mau apa kau malah datang mencariku?"   "Kalau toh kau memang amat cerdik, mengapa tidak mencoba untuk menebaknya sendiri?"   Kata Sun Tiong lo masih tetap tertawa.   "Tak usah ditebak lagi, sesungguhnya persoalan ini terlampau sederhana!"   "Oooh kalau begitu apa salahnya bila kau utarakan secara berterus terang ?"   Soh hun ki mendengus dingin.   "Kau gagal untuk menggempur batu itu, keadaan kalian sama seperti lohu, tetap tersekap ditempat ini!"   Sun Tiong lo segera menggelengkan kepalanya berulang kali.   "Aku tak perlu membohongimu, dua gempuran keras yang memekikkan telinga tadi telah membuktikan segala sesuatunya!"   Soh hun ki mengalihkan soiot matanya ke arah Sun Tiong lo.   kemudian termenung dan membungkam dalam seribu bahasa.   Dia sedang meneliti kembali suara gempuran keras yang pernah didengar olehnya tadi, kalau dari hancurnya batu yang terbesar, agaknya ucapan lawan memang benar, dinding batu itu memang berhasil digempur lawan hingga hancur, akan tetapi..."   Berpikir sampai disitu, dia segera bertanya.   "Kalau memang demikian, mau apa kau datang kemari ?"   Katanya sambil menatapnya. Dengan wajah sungguh sungguh Sun Tiong lo berkata.   "Percayakah kau ? Aku datang untuk menyelamatkan kau dari sekapan ditempat ini"   "Aah, masa kau mempunyai hati sebaik ini ?"   Kata Soh hun ki agak sedikit tercengang. Sun Tiong lo mengalihkan sorot matanya dan menatap Soh hun ki Iekat-lekat, katanya.   "Belum tentu aku datang atas dasar hati yg bajik, semestinya kaupun mengerti ?"   Soh hun ki semakin tertegun.   "Sayang sekali lohu tak mengerti."   Katanya.   "Aku tak nanti akan menolongmu tanpa sebab musabab, akupun mempunyai syarat !"   "Syarat?"   Soh hun-ki segera tertawa tergelak "Hmm, mungkin kau anggap dirimu sudah luar biasa..."   Sun Tiong lo mengangkat bahu, tukasnya.   "Aku tidak mempunyai waktu untuk berbincang-bincang terus denganmu, sekarang aku hanya ingin bertanya sepatah kata saja kepadamu, inginkah kau meloloskan diri dari loteng ini? Cepat jawab pertanyaanku ini..!"   "Heeh... heeh... heeh... lohu justru tak mau menjawab, mau apa kau ?"   "Hmmm, kau jangan bermimpi disiang hari bolong, Lok hun pay tak akan menyelamatkanmu dari sini!"   Paras muka Soh hun ki berubah hebat.   "Apa? Kau... kau tahu... siapakah Lok hun pay itu...?"   Serunya gemetar. Gertak sambal Sun Tiong lo ternyata mendatangkan reaksi yang cukup positif, dengan suara dalam ia segera berkata lagi.   "Sekarang, kendatipun kau ingin berpura-pura terus juga tak ada gunanya, cuma kau tak usah kuatir, aku tak ingin menanyakan persoalanmu yang menyangkut soal lencana Lok-hun-pay."   Setelah berhenti sejenak, kembali ujarnya.   "Tapi aku hendak memberitahukan kepada-mu, setelah kami berhasil meninggalkan loteng ini dengan selamat, maka akan kuledakkan obat peledak yang tertanam disekitar Ioteng ini, agar seluruh bangunan lonteng ini porak poranda dan hancur berkepingkeping."   Setelah mendengar perkataan tersebut, Soh hun ki baru tak dapat menahan diri lagi, dengan suara keras lantas dia membentak.   "Kalian berani ?"   "Haaahh... haaah... haaaahhh... tak ada salahnya untuk kau nantikan, buktikan sendiri aku berani untuk melakukan ancaman itu atau tidak."   Selesai berkata, si anak muda itu segera membalikkan badan dan berjalan menuju ke pintu ruangan batu.   Mendadak Soh hun ki menubruk ke muka, melancarkan serangan secara tiba2 dengan mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya.   Sayang tekali bukan saja Sun Tionglo telah mempersiapkan diri secara baik-baik, bahkan ia sudah menduga kalau Soh hun ki bakal berbuat demikian, secepat kilat dia membalikkan badannya kemudian mengayunkan telapak tangan kanannya untuk menyambut datangnya serangan dari Soh hun ki dengan keras lawan keras.   Soh hun ki segera terpental jauh kebelakang akibat dari benturan kekerasan tersebut.   "Blam !"   Tubuhnya yang mencelat kebelakang itu segera menumbuk dinding dari terjatuh lagi beberapa kaki dari posisi semula, Bukan begitu saja, bahkan telapak tangan kanannya itu tak sanggup diangkat kembali, sepasang matanya segera memancarkan sinar ketakutan dan rasa nyeri yang sangat tebal, dia memandang Sun Tiong lo dengan mata melotot, dadanya naik turun tak menentu, napasnya tersengkal-sengkal seperti kerbau.   Wajahnya yang tanpa perasaan, kini berubah menyeringai seram, agaknya dia sedang berusaha keras untuk menahan rasa sakit.   Sun Tiong lo mendengus, katanya kemudian.   "Sekarang mungkin kaudw sudah mengerti apa sebabnya Lok-hun pay tak akan datang untuk menolongmu lagi, bila ia mempunyai nyali sebesar ini, akupun tak usah repot-repot untuk mencarinya lagi !"   Kekuatan serangan yang maha dahsyat itu, seketika itu juga menggetarkan hati si gembong iblis tua yang sudah banyak tahun menggetarkan dunia persilatan ini. Lewat berapa saat kemudian, Soh hun-kie baru berkata.   "Sebenarnya siapakah kau? siapakah kau ?"   "Kau tak usah menggubris siapakah aku, lebih baik lagi kalau mengurangi pertanyaan yang tak berguna, sekarang jawab, kau kepingin keluar tidak dari sini ?"   Soh-hun-ki ragu berapa saat lamanya kemudian baru menjawab.   "Kalau bisa keluar tentu saja lebih baik, cuma... cuma... hehehehe, cuma syaratmu itu tolong tanya apa syaratmu itu ?"   "Mulai sekarang kau tak boleh mencari gara gara lagi dengan Hehe koancu!"   "ltu soal gampang, kita tentukan dengan sepatah kata ini saja!"   Segera Soh-hun-ki menyahut. Tapi Sun Tiong lo kembali menggelengkan kepalanya berulang kali, ujarnya.   "Tidak bisa, tidak bisa dipastikan dengan janjiku saja !"   "Lantas apa yang kau inginkan sebelum bisa mempercayai aku?"   Tanya Soh-hun-ki sambil mengerdipkan matanya berulang kali.   "Hmm. selama puluhan tahun ini kau sudah banyak melakukan kejahatan, aku rasa sudah waktunya bagimu untuk menarik kembali semua kejahatanmu itu."   Soh hun-ki segera berkerut kening, kemudian dengan pandangan curiga ia berkata lagi.   "Aku rasa sekalipun aku berjanji hendak menarik kembali semua kejahatanku pun, kau tak akan percaya ?"   Dengan sorot mata yang amat dingin bagaikan es, Sun Tiong lo memanjang sekejap wajah Soh hun ki, kemudian berkata.   "Yaa, apa boleh buat lagi, aku toh tak mungkin saban hari saban waktu mengawasi dirimu terus menerus, oleh sebab itu percuma saja kau berjanji akan berbuat ini itu, karena aku tak bisa mempercayai janjimu itu dengan begitu saja, mengerti kau ?"   Soh hun-ki segera menghembuskan napas panjang, setelah termenung sejenak katanya kemudian.   "Baiklah, kalau begitu kau beleh berterus terang, apa yang kau kehendaki ?"   "Aku hanya menginginkan tenaga dalammu itu!"   Paras muka Soh hun ki segera berubah hebat kebetulan rasa sakit pada telapak tangan kanannya sudah jauh berkurang, mendadak dia melompat bangun, kemudian sambil mencorongkan sinar buas dari balik matanya, ujarnya kepada Sun Tiong lo sambil menyeringai seram.   "Lohu akui telah memandang rendah dirimu, akupun mengakui bahwa tenaga dalammu jauh lebih tinggi daripada lohu, tapi kau menginginkan lohu terima kematian tanpa melawan hmm! pada hakekatnya kau sedang bermimpi disiang hari bolong !"   "Toh tiada orang yang ingin membunuhmu"   Kata Sun Tiong-lo dingin.   "tapi aku pun tak bisa membiarkan tenaga dalammu itu tetap kau miliki sehingga bisa dipergunakan untuk melakukan kejahatan, Nah. sekarang waktunya telah sampai, katakanlah terus terang !"   "Boleh, Lohu tetap tak akan menyerah dengan begitu saja"   Soh hun ki tertawa seram. Sun Tiong lo menjadi naik pitam, segera bentaknya lagi.   "Ucapanmu memang sangat gagah dan pantas dikagumi, hanya sayangnya kau tidak pantas untuk mengucapkan kata-kata seperti itu!"   Sembari berkata, selangkah demi selangkah Sun Tiong lo berjalan maju kemuka dan mendekati Soh hun ki.   Menghadapi ancaman yang membahayakan keselamatan jiwanya ini terpaksa Soh hun ki harus mencabut keluar panji percabut nyawa nya yang tak pernah berpisah dari badan dan kini terselip dibelakang pinggangya itu dengan tangan gemetar.   Sun Tiong lo tersenyum, tanpa berhenti barang selangkahpun, sambil maju kedepan ia meloloskan pedang mestikanya.   Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Lorong rahasia tersebut hanya selebar satu kaki dengan panjang lima kaki, sesungguhnya bukan tempat yang ideal untuk melangsungkan suatu pertarungan.   Dengan pedang dilintangkan didepan dada, Sun Tiong lo berkata lagi dengan suara dingin.   "Aku berharap kau suka mempertimbangkan diri dengan sebaik- baiknya, bila kupunahkan tenaga dalammu itu dengan menggunakan ilmu jariku. maka kau tidak akan terluka, sebaliknya bila terpaksa harus menggunakan pedang ini, maka besar kemungkinannya kau bakal menderita banyak luka bacokan !"   Agaknya Soh hun-ki telah bertekad untuk beradu jiwa, dengan suara keras segera bentaknya.   "Omong kosong, siapa menang siapa kalah belum lagi ketahuan, buat apa kau mengucapkan kata-kata yang sesumbar ?"   Sun Tiong lo tidak banyak bicara lagi, dengan langkah lebar dia maju ke depan.   Dengan cepat Sohhun ki melirik sekejap ke arah belakang, jaraknya dengan arah dinding masih ada beberapa kaki, andaikata sepasang panjinya digunakan bersama, berarti masih ada sisa ruang kosong yang cukup untuk bergerak lebih jauh.   Maka sorot matanya segera ditujukan kearah pedang yang berada ditangan Sun Tiong lo, bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan.   Walaupun tempat itu merupakan sebuah lorong rahasia, tapi berhubung terpisah oleh dinding yang telah memagari ke empat penjuru maka pada hakekatnya tempst itu merupakan sebuah tempat yang buntu, bila pertarungan sampai terjadi, maka pihak yang kalah jangan harap bisa lolos dari situ dalam keadaan selamat.   Soh hun ki cukup mengetahui akan hal ini, maka disaat ia bertekad untuk bertarung maka diapun mengambil keputusan untuk mengesampingkan soal keselamatan jiwanya.   Kalau pepatah pernah bilang "ditempat yang buntu pun masih ada harapan untuk hidup"   Berarti meski berada disuatu tempat yang "mati"   Jalan kehidupan masih selalu tersedia.   Maka keadaan sekarang jauh berbeda, tempat tersebut betuI- betul buntu dan tiada harapan untuk hidup.   apalagi buat Soh hun ki, pada hakekatnya tempat tersebut merupakan suatu tempat yang mematikan baginya, sebab walaupun dia berhasil menang pun jangan harap bisa lolos dari lorong tersebut dengan selamat, seandainya dia dapat berpikir lebih seksama dan mau mempertimbangkan kembali hasil adu kekuatannya dengan Sun Tiong lo tadi mungkin dia akan sedikit merasa mengerti akan kehidupan selanjutnya Tapi dalam saat begini, dia sama sekali tak berpikir lebih jauh, dia hanya tahu mencari kemenangan untuk melanjutkan hidupnya, dia harus melangsungkan duel dengan Sun Tiong lo.   Sementara itu, Sun Tiong lo telah berada tujuh depa dari hadapan Soh hun ki, dalam jarak sedekat, ini asal dia maju selangkah lagi sambil melancarkan serangan, maka pedangnya akan segera mencapai depan dada Soh hun ki.   Sebaliknya Soh hun ki hanya berdiri menanti dengan sikap yang amat tegang, walaupun sudah berada dalam keadaan seperti ini, namun dia belum juga bergeser dari posisinya semula.   Dalam hal ini, Sun Tiong lo mau tak mau harus mengangguk memuji...   Maka anak muda itu segera berhenti, kemudian katanya pelan.   "Mengingat tak mudah untuk mencari nama bila kau tidak melawan maka aku hanya akan memunahkan tenaga dalammu saja dengan tetap meninggalkan ilmu silatmu seutuhnya, bagaimana pendapatmu?"   Soh hun-ki yang mendengar ucapan mana, segera salah mengartikan perkataan itu, sambil tertawa seram ia lantas berseru.   "Tak usah bermimpi di siang hari bolong, kau anggap lohu sudah pasti akan kalah ?"   Sun Tiong-lo menghela napas panjang.   "Yaaa, kalau toh kau enggan menuruti nasehatku, aku pun tak ingin banyak berbicara lagi"   Ujung pedangnya segera digetarkan ke depan dan menusuk ke atas dada Soh-hun ki.   Agaknya Soh hun ki tahu bahwa selisih jarak mereka masih ada tujuh depa, sedang gerakan menusuk yang tidak dibarengi dengan gerakan tubuh yang maju ke depan itu hanya bermaksud untuk memancing lawannya masuk perangkap maka dia tetap tak bergerak sama sekali dari posisinya semula.   Itulah sebabnya sambil tertawa dingin, dia hanya mengawasi pedang yang berada ditangan kanan Sun Tiong lo tanpa berkedip.   Siapa tahu disaat dia menganggap serangan musuh hanya merupakan suatu tipu muslihat belaka, tahu-tahu ancaman mana berubah menjadi suatu serangan sungguhan, segulung desingan angin tajam menyambar kemuka dan menusuk ke tan-tian dipusatnya.   Menghadapi ancaman tersebut ia menjadi kaget dan merasakan sukmanya serasa melayang meninggalkan raganya, dengan gugup tubuhnya bergeser kekanan, lalu panji besi ditangan kirinya didayung kemuka menggulung ketubuh pedang Sun Tiong lo.   Sayang, kembali Soh hun ki salah menduga.   Tubuhnya yang bergeser ke kanan memang merupakan suatu tindakan yang tepat, tapi panji besinya yang menggulung kearah kiri justru mengenai sasaran yang kosong.   Tatkala ia merasakan ayunan senjata panji besi ditangan kirinya mengenai sasaran yang kosong, dia segera sadar kalau gelagat tidak menguntungkan, buru-buru dia ingin merubah gerakan guna menyelamatkan diri.   Sayang sekali tenaga pukulan yang amat kuat telah keburu menekan keatas tubuhnya, diiringi suara aneh, panji tersebut sudah patah menjadi dua bagian.   Kini tangannya hanya sempat menggenggam sepotong besi sepanjang tujuh inci saja, Sedangkan panji itu sendiri sudah terurai berai diatas tanah dalam keadaan hancur berantakan.   Kini paras muka Soh-hun ki telah berubah menjadi pucat pias seperti mayat, sekarang dia baru sadar, Sun Tiong-lo masih tetap berada sejauh tujuh depa didepannya, tusukan pedang itu pun tidak menebusi pusarnya.   Oleh sebab itu, bisa disimpulkan kalau panji saktinya sama sekali tidak saling membentur dengan senjata tajam lawan, atau dengan perkataan lain, dalam selisih jarak seperti ini, tak mungkin senjata mereka dapat saling membentur satu sama lainnya.   Tapi kenyataan sekarang, walaupun senjata mereka tidak saling membentur namun kenyataannya panji bajanya telah hancur berkeping keping diatas tanah, apa gerangan yang telah terjadi ? Kini, Soh hun-ki sudah mengerti apa gerangan yang telah terjadi, itulah sebabnya paras mukanya kontan berubah menjadi pucat seperti mayat, ditatapnya Sui Tiong lo dengan perasaan bergidik dan mata melotot besar.   Hawa pedang ! Tak bakal salah lagi, memang hawa pedang ! Semenjak terjun ke dalam dunia persilatan Soh hun-ki sudah sering mendengar orang membicarakannya tapi sampai dia malang melintang dalam dunia persilatan dan namanya menjadi termasyur, belum penuh ia menjumpai seseorang yang benar-benar memiliki kepandaian selihay itu.   Sekarang, usia sudah menanjak tua, sungguh tak disangka hal tersebut benar-benar terjadi, bahkan hawa pedang yang amat dahsyat itu muncul ditangan seorang anak muda, dari sini bisa dibayangkan sampai dimanakah taraf kepandaian silat yang dimiliki orang itu.   Kenyataan baru saja terbentang di depan mata, jelas hal tersebut tak dapat diragukan lagi, tapi...   tapiiii....   jurus serangan tersebut terlampau cepat.   Sedemikian cepatnya sampai Soh hun ki sendiripun hampir tak percaya, tapi dia pun tak bisa tidak harus mempercayainya...   Itulah sebabnya setelah rasa kaget dan takut nya hilang, dengan cepat ia menunjukkan sikap siap untuk melangsungkan suatu pertarungan mati hidup.   "Oooh kau ingin melangsungkan suatu pertarungan habis- habisan?"   Tegur Sun Tiong lo dengan kening berkerut. Soh hun ki merasakan hatinya terkesiap, tapi diluarannya tetap bersikap angkuh.   "Tentu saja"   Sahutnya.   "Lohu tak bakal mengucurkan airmata sebelum melihat peti mati."   Sun Tiong lo mendengus dingin, dia mendesak maju lebih kedepan sehingga selisih jarak antara kedua belah pihak tinggal lima depa saja...   Dengan gugup Soh hun-ki melompat mundur sejauh hampir satu kaki.   Sambil tertawa dingin Sun Tiong lo segera berkata.   "Jalan tembus kini sudah terbuka, setiap saat kau boleh mengundurkan diri dari sini. aku tak akan memperebutkan waktu denganmu, kini kau boleh maju beberapa langkah, gunakanlah jurus serangan yang paling kau banggakan untuk melancarkan serangan!"   "Kau boleh menyerang lebih dulu !"   Tukas Soh hun-ki sambil menggeleng dan berlagak tidak gentar. Sun Tiong-lo semakin mengerutkan dahinya.   "Sekarang, coba kau berpaling dulu, lihatlah apakah kau mempunyai jalan untuk mundur lagi ?"   Soh-hun ki kuatir Sun Tiong lo manfaatkan kesempatan tersebut untuk melancarkan serangan, ia sama sekali tak berpaling melainkan menggunakan panji besi ditangan kanannya untuk mengukur jarak, ternyata sisa jarak dibelakang tubuhnya tinggal dua depa.   Maka dengan berhati-hati sekali dan kewaspadaan tinggi, dia maju tiga langkah lagi ke depan.   Tiga langkah tak sampai lima depa, dia sudah dapat melancarkan serangan dengan meng gunakan panji besinya.   Dengan wajah bersungguh-sungguh Sun Tiong lo menatap wajah Soh hun ki lekat-lekat, kemudian tegurnya.   "Menurut pendapatmu berapa juruskah serangan panjimu yang paling diandalkan?"   "Heeehhh... heeehhhh... hedwehhh... aku bukan anak kecil, aku tak bakal termakan olen tipu musIihatmu itu!"   Seru Soh hun ki sambil tertawa. Sun Tiong lo ikut tertawa.   "Terserah bagaimanakah jalan pikiranmu itu, sekarang aku hanya ingin memberi kesempatan sebanyak lima jurus untukmu didalam lima jurus ini kau tak usah kuatir untuk melancarkan serangan dengan sepenuh tenaga, tapi selewatnya lima jurus, kau haruslah ber-hati2!"   Mendengar perkataan itu, Soh hun ki menjadi sangat gembira, serunya dengan cepat.   "Sungguh? sungguhkah perkataanmu itu?"   "Hmm.. aku toh tidak perlu membohongi di rimu"   Jengek Sun Tiong lo dengan suara dingin. Tapi Soh hun kie belum juga merasa lega, kembali ujarnya.   "Dalam lima jurus ini, apakah kau tak akan melancarkan serangan balasan ?"   "Yaa, sudah pasti tak akan melancarkan serangan balasan!"   Sun Tiong lo mengangguk. Soh hun ki berpikir lagi beberapa saat lamanya, tampaknya dia berminat untuk melakukan percobaan, kembali dia berseru.   "Apakah kau hendak menggunakan Kiam-khi (hawa pedang) lagi untuk melakukan pertahanan?"   Sun Tiong lo memandang sekejap kearah Soh Luti-ki, lalu berkata dengan sungguh-sungguh.   "Oooh... aku mengira hingga kini aku masih belum mengetahui tenaga dalam apakah yang telah menghancurkan panji besi yang beiada ditangan kirimu, rupanya meski kau sudah tahu-namun masih belum mau mempercayainya ?"   Merah padam selembar wajah Soh-hun-ki karena jengah, cepat- cepat dia berkata.   "Walaupun lohu keras kepala, namun aku masih cukup tahu diri, bila aku harus melawan ilmu Kiam Khi mu yang maha dahsyat tersebut dengan menggunakan tenaga dalam sendiri, jelas hal ini merupakan suatu tindakan tak tahu diri."   "Sebab mengenai ilmu Kiam-khi tersebut hidup sampai sekarang. lohu hanya pernah mendengar tapi belum pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, aku benar-benar tidak mempercayainya dengan begitu saja, dalam hal ini kau harus mengerti?"   "Yaa, aku mengerti."   Sun Tiong-lo manggut-manggut.   "itulah sebabnya aku memberi kesempatan kepadamu untuk melancarkan lima jurus serangan !"   "Aaaaai, kau memiliki hawa Kiam-khi yang hebat, aku lihat lebih baik tak usah dicoba lagi."   Seru Soh-hun-ki dengan tertawa getir. Dengan cepat Sun Tiong-lo menggelengkan kepalanya berulang kali.   "Dalam lima jurus yang pertama, kau tak usah menguatirkan tentang hal ini lagi !"   "Baiklah."   Kata Soh-hun-ki kemudian sambil membusungkan dada.   "padahal lohu juga mengerti, sekalipun kai bertarung menggunakan tenaga dalam dan ilmu silat yang biasapun lohu bukan tandinganmu, tapi kesempatan yang sangat baik ini tak akan kusia-siakan dengan begitu saja, sebab kesempatan sebaik ini belum tentu akan kujumpai lagi dimasa mendatang !"   Berbicara sampai disitu, mendadak Soh hun ki meluruskan matanya ke muka dan menatap wajah Sun Tiong lo lekat lekat.   Tergerak hati Sun Tiong lo, sebab saat ini lah dia menemukan bahwa gembong iblis tua yang termashur karena kejahatannya itu, sekarang sudah tidak nampak lagi wajah keganasan, kebuasan serta kekejian hatinya lagi.   Sementara dia masih keheranan, Soh hun kiz telah buka suara memanggil.   "Anak muda..."   "Aku she Sun bernama Tiong lo."   Tukas sang pemuda cepat. Soh hun ki menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya.   "Maafkan kekerasan kepala lohu, entah bagaimana juga, kau dan lohu berhadapan sebagai musuh bukan teman, lohu cukup memanggilmu sebagai anak muda saja."   Sun Tiong lo menatap Soh hun ki lekat-lekat, kemudian katanya lebih lanjut.   "Baik, terserah mau sebut apa saja kepadaku!"   "Kini, meski kita berhadapan sebagai musuh bolehkah lohu merepotkan kau sianak muda akan suatu hal?"   "Boleh. asal pekerjaan itu bisa kulakukan."   "Aaah, cuma urusan rumah tangga lohu!"   "Bolehkah aku mengetahuinya?"   Tanya Sun Tiong lo dengan kening berkerut. Soh hun ki tidak menjawab pertanyaan itu, sebaliknya berkata kembali.   "Orang persilatan sedikit sekali yang mengetahui kalau lohu mempunyai istri mempunyai anak, alasannya karena istriku sudah lama mati, sedang anak menantuku juga sudah tak ada lagi."   Bagaimanakah ceritanya sampai mereka mati, kejadian tersebut sudah berlalu sangat lama, rasanya kitapun tak usah membicarakan lagi, yang hendak kubicarakan kini adalah seorang cucu perempuan lohu!"   Ketika berbicara sampai disitu, dia berhenti sebentar, kemudian lanjutnya.   "Anak muda, tahukah kau berapa usia lohu sekarang?"   "Dengan cepat Sun Tiong lo menggeleng.   "Entahlah, tapi tampaknya seperti lima puluh tahun atau lebih sedikit!"   Soh hun ki segera tertawa.   "Berbicara sejujurnya, kini lohu sudah berusia tujuh puluh dua tahun, berhubung semasa kawin dulu masih amat muda, maka pada usia tujuh belas tahun sudah berputra, usia empat puluh tahun sudah punya cucu, oleh sebab itu tahun ini cucu perempuanku telah berusia tiga puluh dua tahun."   "Oooh, kini cucu perempuanmu berada dimana?"   "lnilah persoalan yang hendak lohu titipkan kepadamu untuk menyelidikinya..."   Sun Tiong-Io tertegun.   "Apakah kau menyuruh aku mengarungi samudra, menjelajahi ujung langit untuk menemukan jejak cucu perempuan itu?"   "Benar, kau harus menemukan dia bahkan harus menyelamatkan pula jiwanya."   Sekali lagi SuoTiong-!o menjadi tertegun sesudah mendengar perkataan itu.   "MenoIong dia?- ia menegaskan "apakah dia sedang terancam oleh sesuatu mara bahaya? Dengan cepat Soh hun-ki mengangguk "Betul. keadaannya sekarang teramat berbahaya, mungkin saja saat ini dia sudah mendapat ancaman yang membahayakan jiwanya karena dia sudah melewati batas waktu janjinya untuk bertemu denganku cukup Iama..."   Mendengar sampai disitu, tanpa terasa Sun Tiong lo menukas dengan cepat.   "Tunggu sebentar, aku sudah mendengar sedikit duduknya perkara, tentunya semula kau mengetahui tentang berita cucu perempuanmu itu, bahkan mengadakan hubungan surat menyurat, tapi kali ini..."   Soh hun-ki segera mengangguk, kembali selanya.   "Benar, anak muda, dengarkan ceritaku lebih lanjut, walaupun lohu tak becus namun terhadap Lok hun pay tidak benar-benar takluk tapi aku dipaksa untuk menuruti perkataannya adalah cucu perempuanku itu, maka dalam keadaan apa boleh buat, terpaksa aku harus menuruti perintahnya hingga kini."   "Tapi lohu mengadakan perjanjian dengannya, yakni setiap tiga buIan satu kali. kami kakek dan cucu diperbolehkan saling menulis surat untuk menyatakan keselamatan masing-masing dan ia menyetujui serta melaksanakannya, selama belasan tahun hal ini berlangsung terus tiada putusnya.   "Kali ini, suratnya memang datang tetapi jangan harap dia bisa mengelabuhi lohu, gaya di dalam tulisannya mau pun nama suaranya memang betul merupakan tulisan tangan cucu perempuanku sendiri, iapi lohu dapat melihat kalau surat itu adalah sepucuk surat palsu !"   "Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi ?"   Tanya Sun Tiong-lo tanpa terasa. Soh-bun-ki segera tertawa dingin.   "Heeeh... heeehh... heeehkzh... bagaimana mungkin ? Sudah belasan tahun lohu mengadakan hubungan surat menyurat dengan cucu perempuanku, aku percaya setiap suratku pasti diperiksa olehnya dengan seksama, maka kalau dia ingin memalsukan gaya tulisannya, hal ini sebetulnya bukan sesuatu yang sukar!"   "Aku rasa, bagaimanapun miripnya dia menirukan gaya tulisannya, dengan demikian perbedaannya pasti ada dan perbedaan itu bisa ditemukan dalam sekilas pandangan saja"   Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Justru kebalikannya yang terjadi."   Soh bun ki menggeleng.   "begitu miripnya gaya tulisan itu, mungkin cucu perempuanku yang melihat pun akan merasa terkejut dan mengira dia yang benar- benar menulis sepucuk surat itu sendiri, sebab tulisannya terlalu mirip."   "Oooh... kalau begitu, dalam setiap surat menyurat diantara kalian berdua, selalu membuat kode rahasia sebagai tanda keasliannya?"   Soh hun ki melirik sekejap kearah Sun Tiong lo, kemudian serunya memuji.   "Anak muda, kecerdikannya sungguh menakutkan. betul sekali, memang dalam surat-surat kami selalu diberi suatu kode rahasia untuk menunjukkan keasliannya, dan aku yakin kode rahasia tersebut jangan harap bisa diketahui orang lain.   "Aku tahu, Lok hun pay memang amat liehay, selama belasan tahun mungkin saja dia selalu meneliti dan memperhatikan surat kami, tapi kenyataannya kode rahasia tersebut tak berhasil ia temukan, oleh karena itulah aku baru tahu kalau surat terakhir yang kuterima bukanlah surat yang ditulis oleh cucu perempuanku sendiri."   "Anak muda, sekarang lohu harus menitipkan persoalan ini kepadamu untuk kau lakukan, apalagi kau adalah musuh besar Lok- hun-pay, maka dari itu untuk melancarkan jalannya usahamu nanti, aku harus memberitahukan kode rahasia ini kepadamu..."   "Tidak usah, aku percaya dengan semua perkataaanmu !"   Tukas Sun Tiong lo sambil mengulapkan tangannya. Tapi Soh hun-ki kembali menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya dengan cepat.   "Tidak, aku harus memberitahukan kepadamu kode rahasia tersebut tidak berada pada kertas kosongnya, melainkan dalam deretan hurufnya, yakni dengan mengurangi garis dari setiap huruf tertentu !"   "Mengurangi garis dari setiap huruf tertentu ?"   Tanya Sun Tiong lo keheranan.   "Yaa, bukan begitu saja, bahkan setiap surat harus menuruti urutannya secara beraturan, misalnya pada surat yang pertama dengan pembuka kata.   "Dipersembahkan kepada ayah tercinta,"   Maka pada permulaan awal kata dipersembuhkan tersebut dia akan mengurangi coretannya pada huruf D. Bukan menghilangkannya sama sekali melainkan mengurangi coretan bagian bawahnya sehingga bentuknya berupa tulisan "()"   "Sedang pada surat yang kedua, dia akan mengurangi coretannya pada huruf "kepada"   Dan kemudian dengan mengurangi sebagian huruf "K"   Tersebut, begitu pula pada surat ketiga, ia akan mengurangi coretan pada tulisan "A"   Dari kata ayah, demikianlah selanjutnya.   "Bila sampai pada huruf kalimat yang terakhir, maka akan diulangi kembali pada huruf kalimat permulaan, Aku yakin bagaimana pun cerdiknya Lok hun pay, tak mungkin dia bisa menemukan rahasia dibalik kode rahasia kami ini!"   Sun Tiong lo menghela napas panjang, pujinya.   "Yaaa, memang luar biasa, orang lain memang jangan harap bisa menemukan tanda rahasia tersebut!"   Dengan bangga Soh hun ki berkata lebih jauh.   "Persoalan ini merupakan salah satu persoalan yang paling kubanggakan selama ini. Beberapa waktu berselang akupun menerima surat dari cucu perempuanku, tapi semuanya berubah, dalam surat itu aku tak berhasil menemukan lagi kode rahasia tersebut.   "ltulah sebabnya aku menyadari kalau cucu perempuanku sedang menjumpai kesulitan, tapi kemampuanku sangat terbatas, bila kulawan sudah pasti aku akan mati, ditambah pula aku pun tidak mengetahui mati hidup dari bocah itu."   "Maaf kalau aku menukas"   Sela Sun Tiong lo tiba-tiba.   "tolong tanya apakah kaupun tidak tahu dimana Lok hun pay bercokol?" -oo0dw0oo- SOH HUN KI mengelengkan kepalanya.   "Setan tua ini amat licik, bagaimana mungkin aku bisa mengetahui tempat persembunyiannya?"   "Apakah kau pun pernah menyaksikan raut wajah dari tua bangka tersebut ?"   Kembali Sun Tiong lo bertanya dengan kening berkerut, Soh-hun-ki tertawa getir.   "Setan tua itu mengenakan topeng !"   "Wah, kalau begitu sulit,"   Kata Sun Tiong lo sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.   "Sebenarnya, lohu sudah mempunyai rencana bagus untuk membalas dendam, aku ingin memancing dia memasuki loteng ini. kemudian mengurungnya disini dengan alat rahasia, setelah itu memaksanya untuk menyebutkan di manakah cucu perempuanku sekarang berada.   "Siapa tahu pada saat inilah, anak muda, kalian telah sampai lebih dulu disini, membuat usahaku selama ini berantakan, sekarangpun lohu sudah tak mampu mempertahankan diri lebih jauh, maka..."   "Dari mana munculnya kata sudah tak mampu mempertahankan diri lagi itu?"   Tiba-tiba Sun Tiong-lo menukas, Soh hun ki mendengus.   "Hmm, anak muda, bukankah kau sengaja bertanya setelah mengetahui keadaan yang sebenarnya ?"   "Atas dasar apakah berkata demikian?"   "Tadi kau sudah bilang hendak melangsungkan pertarungan dalam lima gebrakan, lohu tahu kalau aku tak bakal menangkan dirimu, dengan akibatnya tenaga dalamku akan punah, bila lohu sudah kehilangan tenaga dalamku, apakah aku masih mampu untuk mempertahankan diri?"   Seru Soh hun ki dengan gusar. Sun Tiong-Io berkerut kening.   "Persoalan ini lebih baik kita bicarakan nanti saja, aku ingin bertanya dulu kepadamu seandainya pada suatu ketika aku dapat berjumpa dengan cucu perempuanmu, dengan benda apa aku harus memperkenalkan diri agar dia memahami duduk persoalan yang sebenarnya ?"   Soh bun ki memperlihatkan panji besi di tangan kanannya seraya berkata.   "Kau boleh mempergunakan gelang besi sebesar dua inci diujung panji ini sebagai tanda pengenal !"   "Baik kalau begitu berikan kepada sekarang!"   Ujar Sun Tiong lo sambil menyodorkan tangannya kemuka. Tapi dengan cepat Soh hun ki menggeleng-gelengkan kepalanya berulang kali, katanya.   "Bila gelang besi itu kulepas maka panji ini akan segera terbelah menjadi dua dan tak bisa dijadikan senjata lagi, padahal lohu masih harus melawan seranganmu, maka sebelum pertarungan lima gebrakan dilangsungkan tak nanti akan kulepaskan gelang tersebut untuk di serahkan kepadamu..."   Dengan wajah serius, anak muda kembali berkata.   "Kau harus mendengarkan secara baik-baik, aku telah berubah pikiran sekarang dan tak akan memunahkan tenaga dalamu lagi, cuma kau harus mengangkat sumpah dan tidak melakukan kejahatan lagi dalam dunia persilatan sejak kini."   "Kemudian berikan gelang tersebut kepadaku dan segera tinggalkan loteng ini, gantilah wajahmu dengan raut wajah lain, dengan cara demikian secara diam-diam kaupun bisa mencari tahu jejak cucu perempuanmu didalam dunia persilatan aku berharap kalian cucu dan kakek bisa berjumpa lagi, carilah suatu tempat yang terpencil dan berpemandangan indah, dan hiduplah disitu hingga akhir jaman !"   Beberapa patah kata itu segera membuat Soh hun-ki menjadi tertegun ditempatnya. Dengan suara dalam, Sun Tiong lo kembali berkata.   "Aku mempunyai dendam kesumat sedalam lautan dengan Lokz-hun-pay, dan aku telah bersumpah untuk menuntut belas kepadanya, bahkan sekarang aku sudah mulai mencurigai seseorang sebagai Lok-hun pay, dia adalah sahabat karib ayahku almarhum."   "Oooh, siapakah namanya?"   Sambung Soh-hun ki cepat.   "Dia bernama Mao Tin-hong!"   Ucapan Sun Tiong lo ini diutarakan dengan sepatah demi sepatah kata. Soh hun ki segera menjerit kaget.   "Aaah. aku pernah berjumpa dengan orang ini dimasa lalu, seharusnya dia terhitung seorang enghiong yang berjiwa Iurus ?"   Sun Tiong-Io tertawa hambar.   "Aku toh sudah bilang tadi, dia seorang yang mencurigakan saja !"   "Hooh.."   Soh hun ki berseru tertahan, tiba-tiba tanyanya lagi.   "anak muda, secara tiba-tiba saja kau berbuat kebaikan, apakah ada suatu perintah yang hendak kau bebankan kepadaku ?"   Sun Tiong lo menggeleng.   "Tidak ada, setelah perpisahan kita nanti terserah kau boleh pergi kemanapun kau ingin pergi !"   Soh hun ki, berpikir sebentar kemudian katanya lagi.   "Anak muda, terus terang saja kuberitahukan kepadamu, bila tenaga dalamku masih utuh, aku akan tinggal sekian waktu lagi disini untuk menunggu kedatangan Lok hun pay tersebut, aku tak akan segera pergi meninggalkan tempat ini."   "Cuma aku boleh memberitahukan kepadamu, dalam sepuluh hari mendatang, bila Lok hun-pay belum juga datang, maka aku akan berusaha keras untuk mencari Empek angkatmu itu serta menyelidiki gerak-geriknya secara diam-diam !"   Diam-diam Sun Tiong-Io tertawa geli sesudah mendengar perkataan itu, tapi diluaran katanya dengan cepat.   "Aku akan berterima kasih sekali kepadamu, cuma lebih baik kau bersikap lebih hati-hati, paling baik kalau kau menyaru orang lain."   Soh-hun-ki manggut-manggut.   "Kau tak usah kuatir, aku sudah tahu bagaimana aku harus bertindak untuk menghadapi hal hal seperti itu."   Sun Tiong lo pun mengangguk.   "Kalau begitu, kau boleh serahkan gelang besi panji besimu itu kepadaku sekarang."   Sambil tertawa getir Soh hun ki menyerahkan gelang berikut panji baja tersebut kepadanya.   "Mulai sekarang, Soh hun ki sudah mati dalam dunia persilatan, panji inipun tak akan dipergunakan lagi, lebih baik ambillah berikut panjinya sehingga bila perlu gelang tersebut bisa kau ambil untuk keperluanmu . , , ."   Dengan suatu pandangan berarti Sunz Tiong lo memandang sekejap wajah Soh hun ki, kemudian sambil tertawa dia menggulung panji tersebut dan diselipkan dipinggangnya, lalu dengan wajah bersungguh-sungguh katanya.   "SeteIah berpisah nanti, kau harus bersikap sangat hati hati, sepeninggal kami nanti, pintu utama dari bangunan ini akan terbuka, dinding sebelah luar sana sudah ambrol dan kau boleh turun dari loteng ini melewati tempat tersebut. Seusai berkata, Sun Tiong lo kembali menuju ke pintu ruangan dan menggetarkan pintu tersebut membikin kode, pintu segera terbuka dan dia pun menerobos masuk. Ternyata pintu itu tidak ditutup kembali, melainkan tetap terbuka agar Soh hun ki bisa kabur dari bangunan berloteng itu... Kurang lebih sepertanak nasi kemudian, Soh hun ki baru mulai beranjak keluar dari ruangan batu itu, ketika menyaksikan dinding batu yang berhasil digugurkan Sun Tiong-lo, sepasang alis matanya segera berkenyit kencang. Ketika menyaksikan alat alat rahasia dengan roda bergigi yang kini terbentang lebar tanpa perlindungan, helaan napas sedih segera bergema, agaknya dia merasa amat sayang dengan benda yang telah dikerjakan dengan susah payah selama banyak tahun ini. Dia tidak segera menerobos keluar dari loteng itu, malahan segera melongok sekejap ke sekeliling tempat luar. Waktu itu suasana amat hening dan tak kedengaran sedikit suara pun, ketika yakin kalau Sun Tiong-lo sekalian telah berlalu dengan melewati pagar besi, maka dia mulai tertawa terbahak-bahak dengan amat senangnya. Dibalik gelak tertawanya itu, kembali timbul wajah keji, buas dan menyeringai seram yang menggidikkan hati. Menyusul kemudian, iapun bergumam seorang diri.   "Berbahaya, sungguh berbahaya, aku tak boleh mengampuni perempuan cabul itu!"   Siapakah "perempuan cabul"   Yang dimaksud kan? Suatu teka teki yang sangat aneh.   Kakinya di depak-depakkan berulang kali di lantai, tampaknya ia seperti merasa amat gusar, tapi sebentar kemudian telah tertawa terbahak-bahak lagi.   Ditengah gelak tertawa itu, kembali dia bergumam seorang diri.   "Aku harus segera mencari akal, berusaha keras untuk mencari sebuah akal yang bagus, meski kali ini aku bisa lolos secara mujur, lain kali belum tentu akan semujur ini nasibku, sepasang panji besi itu..."   Bergumam sampai disitu, mendadak ia berhenti barbicara sambil manggut-manggut, ke mudian melanjutkan.   "Lebih baik loteng ini kupunahkan saja, kemudian pergi lebih dulu meninggalkan tempat ini."   Maka dia menerobos keluar dari lubang diatas dinding dan melayang keluar alam bebas, lalu dari pintu gerbang dibawah loteng sekali lagi dia masuk kedalam loteng batu itu dan secara mudah menemukan sumbu obat peledaknya, setelah menyulut sumbu tadi, diapun cepat-cepat berlalu meninggalkan tempat tersebut.   Tatkala suatu ledakan dahsyat menggelagar memecahkan keheningan dia, Soh hun ki telah berada setengah li jauhnya dari bangunan loteng tersebut, dia tak berhenti karena ledakan mana, melainkan melanjutkan terus perjalanan nya kedepan.   Tujuannya sekarang adalah reruntuhan ruang tengah kuil Tong thian koan.   Tatkala dia melangkah masuk ke balik reruntuhan bangunan itu, mendadak tergerak hatinya dan segera berhenti, kemudian dengan suatu gerakan cepat dia menyembunyikan diri dibalik reruntuhan tersebut.   Tak lama kemudian, He he koancu diikuti tiga orang tokoh muda anak muridnya telah muncul dari belakang bangunan tersebut keempat orang itu berjalan dengan sikap yang sangat berhati hati dan wajah amat serius, seringkali mereka berpaling memandang ke sekeliling tempat itu.   Sekulum senyuman menyeringai yang licik dan menyeramkan segera menghiasi wajah Soh hun ki, setelah berpikir sejenak, secara diam-diam ia lantas melakukan penguntilan.   Tempo hari ia sudah pernah tertipu, maka kali ini dia bertindak dengan lebih berhati-hati lagi.   Walaupun dia tahu kalau Sun Tiong-lo sekalian telah melakukan perjalanan secara terpisah dengan He he koancu, tapi untuk berhati-hatinya, dia lebih suka melakukan penguntilan secara diamdiam, daripada turun tangan secara gegabah.   Tapi sementara dia melakukan penguntilan terhadap He-he koancu sekalian berempat, dengan ilmu Kim kong ci yang lihay secara diam-diam dia pun telah meninggalkan kode rahasia diatas dinding kuil yang menyolok di pandang, entah apa kegunaan kode rahasia tersebut.   Waktu itu, He he koancu berempat sedang berada dalam perjalanan untuk kembali ke kuil Hian bian koan di kota Hun ho propinsi San Say, sedangkan Soh hun ki menguntit terus dari kejauhan sambil menunggu saat yang terbaik untuk turun tangan.   Pada malam hari kedua, Hehe koancu berempat menginap disebuah rumah penginapan, mereka mengambil di ruangan sebelah barat, Hehe koancu tinggal di kamar kelas utama, sedangkan ketiga orang muridnya beristirahat dalam kamar depan.   Kini Soh hun ki yakin kalau Sun Tiong lo sekalian sudah menempuh arah perjalanan yang berlawanan dengan perjalanan yang ditempuh oleh He he koancu, bahkan bisa jadi mereka terpisah sejauh puluhan atau ratusan li, tentu saja mereka tak akan munculkan diri secara tiba-tiba disitu.   Tapi, dia masih tetap bersikap sangat berhati-hati sekali, dicarinya kamar dirumah penginapan lain untuk beristirahat cuma setelah dia masuk kerumah penginapan tersebut dan mendapatkan kamar, kembali dia keluar rumah dan berputar-putar kian kemari.   Padahal pada saat inilah secara diam-diam dia sedang meninggalkan kode rahasia dengan ilmu Kimde kong ci di depan pintu gerbang rumah penginapan serta tempat-tempat strategis lainnya persis seperti apa yang ditinggalkan di atas reruntuhan dinding dari kuil Tong thian koan.   Kentongan kedua sudah menjelang tiba, api lentera dikota itu sudah dipadamkan, semua orang pun telah berangkat menuju ke alam impian.   Tapi diluar halaman kamar dimana Soh hun ki berdiam, kini sudah mulai kelihatan ada satu gerakan.   Secara beruntun muncul tiga sosok bayangan manusia yang serba putih meluncur turun ditengah halaman tersebut.   Mereka semua mengenakan kain cadar warna putih untuk menutupi wajahnya, salah seorang diantara mereka sedang maju mendekati pintu kamar pada waktu itu dan mengetuk pelan.   Menyusul kemudian pintu itu terbuka dan ia memberi tanda kepada dua orang manusia berbaju putih lainnya untuk ikut masuk pula ke dalam ruangan tersebut.   Waktu itu, Soh hun-ki yang berada dalam ruangan telah berganti wajah maupun dandanannya.   Tiga orang manusia berbaju putih itu segera membungkukkan badan dan memberi hormat kepada Soh hun-ki, kemudian pemimpin mereka berkata dengan lirih.   "Hamba telah mengikuti kode rahasia dari majikan untuk menyusul kemari tepat pada waktunya.   "Majikan??"   Rupanya Soh-hun-ki tak lain adalah Lok hun pay sendiri ...   Peristiwa ini benar-benar sangat aneh dan sama sekali diluar dugaan siapapun jua.   Seandainya Sun Tiong lo dan Hou-ji serta Bau-ji sekalian tahu bahwa Soh hun ki tidak lain adalah Lok hun pay, tak mungkin mereka akan melepaskan bajingan tersebut dari dalam lorong rahasia tersebut dengan begitu saja.   Seringkali kejadian yang berlangsung dalam dunia memang begitu kebetulan sehingga sukar bagi orang lain untuk menduga sebelumnya.   Sekarang, Soh hun ki sudah pulih kembali menjadi Lok hun pay.   terhadap ketiga orang manusia berbaju putih itu dia mengulapkan tangannya, lalu katanya lagi dengan suara dalam dan menyeramkan.   "Secara diam-diam kalian semua sudah pernah bertemu dengan He-he koancu, aku percaya kalian tak bakal salah melihat orang lagi, sekarang mereka guru dan murid berempat sedang berada dirumah penginapan Thian tiang kek can. Tapi kalian harus perhatikan baik- baik, jangan turun tangan didalam rumah penginapan tersebut, kalau bisa bekuk mereka kemudian diseret keluar kota dan habisi mereka disitu, setelah selesai mengerjakan tugasnya ini, kalian dipersilahkan boleh segera berangkat ke Gakz yang dan menjumpai aku di perahu loteng ditengah telaga !"   Tiga orang manusia berbaju putih itu mengiakan dengan hormat. Lok-hun-pay segera menuding kearah ruang samping kiri dibalik kegelapan sana, lalu kata nya lagi kepada pemimpin tersebut.   "Pakaian dari Son-hun-ki tersebut berada didalam sana, kau tahu bukan apa yang harus dikerjakan, Semoga kalian berhasil dengan sukses. jangan lupa, kita jumpa lagi di perahu loteng !"   Manusia berbaju putih yang menjadi pemimpin itu mengiakan dengan hormat.   Lok-hun pay segera mengulapkan tangannya dan berjalan keluar dari ruangan, sebaliknya manusia berbaju putih itu masuk kedalam ruangan tersebut, tak Iama kemudian dia sudah muncul kembali dengan Soh-hun-ki.   oooOdwOooo Cahaya lentera didalam kamar rumah penginapan Thian tiang telah dipadamkan sedari tadi.   Tiga buah kamar diruang depan ditempati ketiga orang murid He he koancu, mungkin pada saat itu mereka sudah terlelap dalam impian, siapapun tak menduga kalau bencana besar telah berada didepan mata.   He he koancu yang menempati kamar utama tampaknya belum tertidur karena pikirannya masih dibebani banyak persoalan meski sementara telah dipadamkan namun seorang diri ia masih duduk termenung disitu, entah apa saja yang dipikirkan.   Dia duduk disudut ruangan, suatu tempat yang sebetulnya sangat aneh tidak lazim orang duduk ditempat seperti ini.   Pembaringannya terletak didekat jendela belakang, sementara didekat jendela sebelah muka terdapat sebuah meja kecil.   Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Ia telah memindahkan kursi didepan meja itu ke sudut dinding diujung pembaringan dekat dinding ruangan, tempat itu merupakan tempat yang tergelap dari ruangan tersebut.   Tanpa cahaya lentera, kecuali pendatang tersebut sudah tahu sebelumnya dimanakah ia sedang duduk, bagaimana pun telitinya dia,tidak mungkin orang akan menyangka kalau ia bakal memilih tempat seperti itu untuk tempat duduknya.   Yang lebih aneh lagi ialah selimut diatas pembaringan ditata sedemikian rupa sehingga seolah-olah ada orang sedang tidur disana, dilihat dari semua persiapannya itu, bisa diduga kalau He he koancu telah menyadari akan datangnya ancaman bahaya maut yang setiap saat akan mengancam keselamatan jiwanya.   Seandainya memang begitu, bukankah lebih baik dia mengajak ketiga orang muridnya melarikan diri ditengah kegelapan begini, dari pada harus menanti maut dalam penginapan Thian-tiang ? Oleh karena itu persiapan dari He he koan cu sekarang membuat orang selain heran dan tak habis mengerti.   Tak selang berapa saat kemudian, mendadak He-he koancu mengerutkan dahinya kencang-kencang.   Dia sudah mendengar dari balik halaman kamar sana ada manusia yang berjalan malam sedang bergerak mendekat.   Tapi dia belum juga bergerak, hanya keningnya saja yang segera berkerut kencang.   Menyusul kemudian, pintu kamar itu dibuka orang tanpa menimbulkan sedikit suarapun, namun He he koancu masih tetap tak berkutik, tentu saja dia pun tidak bersuara untuk menegur ataupun membentak.   Bayangan manusia berkelebat lewat, lamat-lamat dapat terlihat dua sosok bayangan putih bergerak mendekati pembaringannya, kemudian salah seorang diantaranya membungkukkan badan sambil melancarkan cengkeraman maut ke atas pembaringan.   Tapi begitu mencengkeram, orang itu segera menjerit kaget.   "Aaaaah, tak ada orangnya, dalam selimut hanya bantal"   "Cepat memasang tentera !"   Seru yang lain cepat. Pada saat itulah, He he koancu yang duduk disudut ruangan dibalik kegelapan berseru.   "Tidak usah, aku berada disini."   Begitu suara tersebut berkumandang, dua orang manusia berbaju putih itu segera mengundurkan diri kedepan jendela.   Tapi mereka adalah manusia-manusia yang cukup berpengalaman dalam menghadapi musuh, walaupun harus mundur dalam keadaan amat terperanjat namun selisih jarak antara kedua orang itu masih tetap berjarak beberapa depa, sehingga halmana tidak sampai membuat mereka berdua harus mengalami sergapan secara bersama-sama.   Tadi mereka mundur karena tak pernah menyangka akan terjadinya perubahan tersebut, setelah mundur sekarang kedua orang itu baru menghimpun tenaga dalamnya dan memperhatikan He he koancu dengan lebih seksama.   He-he Koancu masih belum juga bergerak dari tempat duduknya semula, tapi dengan suara sedingin es dia berseru.   "Kami guru dan murid berempat tidak bermaksud untuk melarikan diri, bahkan sudah menduga kalau kalian bakal datang, maka kalian berduapun tak usah menunjukkan sikap semacam ini."   Salah seorang diantara dua manusia berbaju putih itu mendengus dingin.   "Hmm, bagus sekali, kalau toh demikian kami pun akan mengutarakan maksud kedatangan kami secara terus terang..."   Belum habis ia berkata, kembali He-he koancu telah menukas.   "Tidak usah, maksud kedatangan kalian cukup kuketahui dengan amat jeIas!"   "Kalau memang demikian, hal mana lebih baik lagi"   Seru manusia berbaju putih itu sambil tertawa.   "Kalau memang demikian silakan koancu..."   Sekali lagi He-he koancu menukas.   "Mengapa Lok hun-pay tidak datang sendiri ?"   Tanpa berpikir panjang lagi, manusia berbaju putih itu menyahut.   "Majikan masih ada urusan lain..."   Tapi rekannya yang lain segera menyadari akan kesalahan tersebut, seperti teringat akan sesuatu, buru-buru ia menukas.   "Siapa yang koancu maksudkan ? Siapa sih Lok hun pay itu ?"   Dalam pada itu, manusia berbaju putih yang salah berbicara tadi segera menyadari akan kesilafan sendiri, mendadak saja seluruh tubuhnya gemetar keras.   Tentu saja keadaan tersebut tidak lolos dari pengamatan He-he koancu, dengan cepat dia mendengus dingin.   "Hmm!"   Tak usah mencoba untuk mengelabuhi aku, apalagi kalian toh mendapat perintah untuk membunuh kami guru dan murid hingga seakar-akarnya? Kami berempat tahu kalau kami tak mampu berbuat banyak dan tentu akan tewas ditangan kalian, mengapa pula kalian mesti merasa takut..."   Manusia berbaju putih yang membuka suara pertama kali tadi segera mengulapkan tangannya, lalu dengan suara dalam berkata.   "Waktu yang tersedia untuk kita tak terlalu banyak, lebih baik koancu segera mengundang semua muridmu dan ikut kami pergi dari sini?"   "Pergi dari sini?"   He he koancu segera tertawa dingin.   "heeeh... heeehh... heeehh... aku rasa tak akan segampang itu...!"   "Kau bilang apa?"   Bentak manusia berbaju putih pertama dengan amat gusarnya. He-he koancu tak mau mengalah, diapun membentak dengan suara dalam.   "Aku bilang, dengan mengandalkan kalian bertiga, jangan harap pun koancu guru dan murid berempat akan menyerah dengan begitu saja, apalagi disuruh mandah digusur keluar kota dan dibunuh ditempat itu, huuuh, tak akan segampang ini."   Padahal didalam ruangan tersebut cuma ha dir dua orang manusia berbaju putih, tapi He he koancu mengatakan mereka bertiga, hal tersebut mau tak mau membuat dua orang manusia berbaju putih itu merasa terperanjat sekali.   Belum sempat mereka mengucapkan sesuatu, He he koancu telah berkata lebih jauh.   "Menurut pendapatku, lebih baik kalian sekalian mengundang masuk rekanmu itu, dari pada dia mesti keanginan diluar!"   "Hmm... kau anggap dengan kemampuan kami berdua masih belum cukup untuk membekukmu?"   Dengus manusia berbaju putih pertama.   "Terserah, cuma aku lihat ada baiknya bila kau menuruti perkataanku saja, paling baik ka au kau undang rekanmu turut."   Agaknya manusia berbaju putih yang lain berhasil menangkap sesuatu yang tak beres dari ucapan koancu itu, tiba-tiba ia berseru.    Pek I Lihiap Karya Kho Ping Hoo Pedang Karat Pena Beraksara Karya Tjan ID Karena Wanita Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini