Ceritasilat Novel Online

Bukit Pemakan Manusia 32


Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung Bagian 32


Bukit Pemakan Manusia Karya dari Khu Lung   Hun caycu itu tak mampu membantah lagi, dia segera melakukan suatu tindakan yang merupakan pelanggaran pantangan terbesar, mendadak sambil membalikkan badan dia mendorong pintu dan siap sedia untuk melarikan diri.   Siapa tahu belum lagi tubuhnya melejit ke tengah udara, Thio Yok sim telah berhasil mencengkeram bahunya.   Berbicara dari kepandaian silat dan tenaga dalam yang di milikinya bagaimana mungkin seorang manusia berbaju emas bisa menandingi seorang Tiancu seperti dia? Dengan suatu gerakan yang amat cepat, Thio Yok sim segera mencengkeram bahu lawan dengan tangan kanannya, setelah itu dengan jari telunjuk kirinya dia menyodok ulu hati orang-Hun caycu mendengus tertahan, lalu muntah darah dan menemui ajalnya seketika.   Thio Yok sim segera melemparkan jenazah itu ke tanah, kemudian sambil berpaling ke arah Kang Tat dan Cukat Tan, katanya.   "Sekarang kita telah berhasil menyingkirkan seorang kuku garudanya bajingan she Kwa itu!"   "Seandainya loji pulang, bagaimana kita harus menjawab kepadanya? "sambung Cukat Tan.   "SegaIa sesuatunya kita laporkan saja kenyataan yang sebenarnya dan bagaimana dia mengetahui nama she Kwa itu, katakan saja dalam keadaan terdesaknya ketika kutanyai tentang alasannya melepaskan tanda rahasia, ternyata dia bersikeras mengatakan kalau alasannya cuma bisa dilaporkan pada Kwa tiancu"   Kang Tat dan Cukat Tan manggut-manggut, kemudian mereka memanggil anak murid yang ada di luar ruangan untuk masuk.   Mendapat perintah, kedua orang lelaki itu masuk, tapi mereka jadi tertegun setelah menyaksikan mayat yang terkapar ditanah.   Dengan sikap acuh dan seakan-akan tak ada suatu urusan apapun, Thio Yok sim berpesan.   "Gotong keluar jenazah itu, ingat, jangan bertindak sembarangan sebelum ada perintah!"   Dua orang lelaki itu mengiakan dengan badan gemetar, kemudian menggotong pergi mayat Hun caycu dari situ.   oooOdezOooo PADA jarak satu lie dari perahu loteng itu, berlabuh pula sebuah perahu yang amat besar.   Perahu itu biasa dan sederhana, tidak jauh berbeda dengan perahu telaga yang lain.   Perahu itu sudah kuno, dipandang dari luar pun sama sekali tak nampak menyoIok, tapi bila kau dapat memasuki ruangan perahu tersebut maka akan segera dijumpai kalau perahu itu adalah sebuah perahu besar yang amat aneh.   Di tengah ruangan perahu tidak terdapat sekatan yang membagi antara ruang muka dan belakang, ruangan tersebut terbuka dari muka sampai belakang.   Kain sutra berwarna merah yang mahal harganya digunakan sebagai tirai untuk melapisi dinding perahu tersebut, sementara lantainya dilapisi oleh permadani tebal yang berwarna kuning emas.   Disekeliling ruangan terdapat pula banyak sekali kasur untuk duduk yang tebal lagi lunak khusus dipersiapkan sebagai tempat duduk manusia yang berkunjung kesana.   Ruang perahu yang besar itu mencapai tiga kaki lebarnya dan enam kaki panjang, dibelakang sana terdapat sebuah pintu yang berlapiskan kaca, sementara dibalik pintu itu merupakan ruangan apa, tak seorangpun yang tahu.   Diatas ruang perahu yang memanjang, tergantung sembilan buah lampu kristal yang indah.   Cahaya lampu yang lembut memancarkan tujuh warna, menambah suasana misterius perahu ini.   Kalau suasana didalam ruangan perahu begini, maka kalau dilihat dari luar, seluruh perahu itu nampak gelap-gulita, siapapun pasti akan mengira kalau orang yang berada didalam perahu itu sudah terlelap kealam impian.   Tapi kenyataannya tidak demikian, tuan rumah sedang duduk didalam ruangan perahu yg megah dan misterius itu untuk menantikan kedatangan seorang tamu kemudian merundingkan suatu masalah besar.   Tak selang beberapa saat kemudian, pintu kristal didepan ruangan itu terbuka dan masuk lah seorang gadis cantik berdandan menyolok yang cuma mengenakan kain tipis untuk menutupi anggota badannya.   Disaat pintu itu berputar ke samping kanan itulah, gadis cilik itu membungkukkan badan sambil berkata.   "Sudah hendak mengabarkan bahwa sang tamu telah datang !"   Katanya kemudian.   Pintu kristal itu membuka kearah sebelah kanan, sedang gadis cantik itu segera berdiri disebelah kanan setelah masuk ke dalam pintu hal ini menunjukkan kalau hujin tersebut sedang duduk ditempat itu.   Tak salah lagi, rupanya pintu kristal tersebut tidak terdiri dari sebuah saja, di sebelah kiripun terdapat sebuah, bahkan kedua lembar daun pintu itu berbentuk menonjol keluar, sehingga bentuk ruang belakang perahu itu menjadi cekung.   Ditengah-tengah kedua lembar daun pintu itu adalah sebuah ruangan yang dalam, didalam nya terdapat sebuah kursi singgasana yang tempat pegangannya bertaburkan intan permata.   Di atas singgasana itu duduk seseorang, tapi seandainya tidak diperhatikan dengan seksama siapa pun tak akan melihat akan kehadirannya disitu.   Sekalipun kau perhatikan dengan seksama, mungkin akan membuat hatimu terperanjat, mungkin kau akan mengira telah menyaksikan suatu makhluk aneh.   Rambutnya yang panjang digelung indah dengan sekuntum bunga besar.   Kulit wajahnya halus dan lembut, putih ditengah merah, merah dibalik putih, amat menawan hati.   Sepasang alis matanya melentik bagaikan semut beriring, sepasang matanya jeli dan berkedip-kedip bagaikan bintang timur, apalagi kalau sedang tersenyum, akan terlihat bibirnya yang kecil mungil.   Dia mempunyai potongan muka berbentuk kwaci, dagunya bulat lagi menonjol, sangat menarik hati.   Tapi yang nampak hanya kepalanya saja, sedang sisanya seperti bahu, dada, lengan, kaki dan tubuh lainnya sama sekali tak nampak.   Mungkin perempuan itu adalah makhluk aneh yang mempunyai kepala saja.   Seandainya ada orang yang kebetulan menyaksikan peristiwa tersebut entah dia adalah seorang lelaki kekar bertubuh penuh berotot sekalipun pasti akan jatuh pingsan karena ketakutan.   Pada saat itulah, batok kepala perempuan yang cantik jelita itu bergerak sedikit lalu bertanya.   "Apakah dia datang seorang diri?"   Dayang genit itu buru-buru menyahut dengan hormat.   "Tidak, ia datang diikuti seorang pengiring-nya!"   Perempuan cantik itu segera mendengus, wajahnya yang semula dihiasi dengan senyuman kini berubah menjadi penuh amarah. -ooo0dew0ooo-   Jilid 35 SETELAH mendengus serunya.   "Pergi dan cepat undang dia kemari, dia berani membangkang syaratku dengan datang membawa pengiring Hmm! Setelah ia masuk nanti, serahkan pengiringnya kepada Toa hek dan Ji kim!"   Rupanya dayang cantik itu merupakan orang kepercayaan dari perempuan cantik itu, dan lagi dia pasti sudah menerima hadiah dari tamunya, maka sambil tertawa jalang katanya.   "Majikanku yang baik, hal ini mana boleh jadi?"   "Mengapa tak boleh jadi?"   Kata siperempuan cantik itu sambil mengerdipkan matanya yang jeli."   "Pengiringnya itu toh tidak sampai ikut naik ke atas sampan terlarang kita !"   Perempuan cantik itu kembali tertawa.   "Hei, budak ! Kau telah mengincar mestika apa lagi darinya ?"   Dia menegur. Dayang itu benar-benar bernyali besar, dengan lantang dia menjawab.   "Tiada mestika apa-apa, cuma enam belas kata yang terdiri dari empat bait kalimat !"   Seperti memahami akan sesuatu, perempuan cantik itu manggutmanggut lalu tertawa terkekeh-kekeh. Selesai tertawa, dengan wajah serius perempuan cantik itu menegur lagi.   "Hei budak, apakah kupasan Hong ti soh cut ?"   Agaknya budak genit itu dapat melihat paras muka majikannya yang kurang beres, dengan serius segera jawabnya.   "Benar, cuma budak tidak akan melawan perintah majikan hanya dikarenakan soal kecil itu."   Sekali lagi perempuan cantik itu tertawa.   "Apa maksudmu ? Kalau sudah menerima hadiah orang, mana boleh kau tampar wajahnya? Cuma kita tak boleh tertipu, harus mencari orang untuk dijajalkan lebih dulu !"   "ltulah pemberian dari majikan."   Kata budak itu sambil tertawa. Perempuan cantik itu berpikir sebentar kemudian katanya lagi.   "Disaat aku mengajaknya membicarakan persoalan kami, kau bawalah pengiringnya itu ke istana Mi-kiong disamping sana, kau harus mencobanya secara baik-baik, tapi apa kau yakin?"   Mendengar ucapan mana, dengan wajah berseri dayang genit itu segera menyahut.   "Tak usah kuatir majikan, budak tanggung pasti menang !"   Perempuan cantik itu kembali tertawa terbahak-bahak: Sewaktu semua lampu kristal dalam istana Mi-kiong telah berubah menjadi merah semua, kau harus membuka cermin iblis Mo-cing tersebut, aku hendak menonton bagaimana akhir dari pertarunganmu bersamanya dari ruangan ini."   Dayang itu berlagak tersipu-sipu, serunya dengan muka agak memerah.   "Majikan. memalukan sekali keadaanku waktu itu !"   Perempuan cantik itu segera tertawa.   "Bila kau bisa malu, seharusnya sejak dulu sudah mampus, nah, pergilah !"   Kata-katanya yang terakhir ternyata sudah berobah menjadi dingin sekali bagaikan es.   Dayang genit tersebut tak berani banyak komentar lagi, sesudah menjura dalam-dalam, ia segera mendorong pintu kristal itu dan berlalu dari situ.   Tak lama kemudian pintu dibuka kembali dan dayang itu mempersilahkan tamunya masuk sembari melapor.   "Kokcu dari lembah Tay hian mo-kok tiba!"   OoooOdewOoooo SEORANG lelaki yang bertubuh kekar segera berjalan masuk pula ke dalam ruangan itu dengan langkah lebar.   Sementara itu, dayang genit tadi telah mengundurkan diri dari ruangan sambil merapatkan kembali pintu ruangan.   Berhubung lelaki kekar itu sedang menundukkan kepalanya ketika dayang genit itu memberikan laporannya, maka dia tak tahu kalau tuan rumah sedang duduk diruangan tengah tersebut, tanpa terasa dia mendongakkan kepalanya dan celingukan ke sekeliling tempat itu, Ketika lelaki itu mendongakkan kepalanya untuk mencari dimana tuan rumah berada itulah, serta merta tampak jelas wajah aslinya, ternyata dia tak lain adalah Lok-hun-pay tersebut.   Tentu saja diapun tak lain adalah Sancu dari Bukit Pemakan Manusia, Mao Tin-hong adanya.   Tapi mengapa dayang genit itu melaporkan namanya sebagai Kokcu dari lembah Tay hian-mo-kok ? Tapi terlepas dia adalah Kokcu dari lembah manapun, yang pasti dia tak lain adalah Mao Tin-hong.   Sudah satu putaran Mao Tin hong mencari tuan rumah tapi belum juga ketemukan orangnya, tanpa terasa lagi dia masuk ke ruang tengah dengan kening berkerut.   Sesudah berjalan beberapa langkah akhirnya dia menemukan tempat yang menonjol ke dalam itu, kemudian setelah diperhatikan berapa saat, tertawalah dia, dengan cepat ia berpaling ke arah singgasana dimana kepala perempuan cantik itu berada, kemudian setelah menjura katanya.   "Hujin, semenjak berpisah baik-baikkah kau?"   Perempuan cantik itu tertawa.   "Apakah kaupun berada dalam keadaan baik-baik ? Mari, mari, mari, duduklah disisiku sini!"   Ucapan itu amat lembut dan menggairahkan, siapa pun tak akan menampik atas tawaran tersebut. Tapi Mao Tin nong tidak bergerak, ia masih tetap berdiri di posisi semula sembari menampik.   "Tak usah, silahkan hujin saja yang datang kemari, bagaimana kalau kita duduk dalam kursi yang terpisah saja."   Mendengar itu, sambil tertawa perempuan cantik itu berseru .   "Kenapa ? Apakah toa Kokcu masih merasa begitu ketakutan?"   Mao Tin-hong tertawa getir.   "Harap hujin memaafkan, sekali kena dipagut ular, selama sepuluh tahun lohu takut dengan tali jerami"   Kembali perempuan cantik itu tertawa terkekeh-kekeh, lama kemudian dia baru berkata.   "BetuI juga perkataanmu itu, dalam kolong langit dewasa ini memang hanya kokcu seorang yang berhasil meloloskan diri dari sisiku dengan selamat tanpa cidera, bahkan berhasil kabur dengan aman sentosa, itulah sebabnya aku benar-benar sangat merindukanmu."   Walaupun berada diatas perahu musuh, kegagahan dan kewibawaan Mao Tin hong sedikitpun tidak berkurang, katanya kemudian.   "Sama-sama, hujin pun merupakan satu-satunya musuh besar lohu yang ingin kubunuh untuk melampiaskan rasa sakit hatiku, tapi aku merasa tak mampu untuk melakukannya."   Kini, perempuan cantik itu tidak tertawa lagi, ujarnya dengan wajah serius.   "Mao kokcu, kau benar-benar merusak suasana, sebenarnya aku pikir setelah bersusah-payah kita berjumpa lagi, urusan serius kita bicarakan belakangan saja, yang penting kita harus bersenang- senang lebih dulu."   "Hujin, lohu tidak keberatan untuk bersenang-senang, cuma kebiasaan lohu justru jauh berbeda dengan kebiasaan hujin, aku harus menyelesaikan semua persoalan lebih dahulu sebelum mempunyai kegembiraan untuk bersenang-senang !"   "Ooh, kalau begitu mari kita bicarakan soal serius lebih dulu !"   Sembari berkata, kepala perempuan cantik itupun segera melayang keluar..   Setelah melayang keluar maka segala sesuatunya pun jadi terang, rupanya ia mengenakan pakaian yang berwarna dan terbuat dari bahan yang sama dengan kain tirai, seluruh tubuhnya terbungkus rapat sehingga cuma kepaIanya saja yang kelihatan.   Tangan maupun kakinya juga sama sekali tidak terlihat, itulah sebabnya ketika ia duduk di singgasana tadi, sepintas lalu seperti nampak kepalanya saja, coba kalau orang tak tahu rahasia tersebut pasti mereka akan menganggapnya sebagai mahluk aneh.   Dengan langkah yang lemah gemulai dia berjalan menuju kesisi kiri ruangan dan duduk di sana.   Lalu sambil mengulapkan tangannya, dia berseru kepada Mao Tin hong sambil tertawa.   "Mao kokcu, silahkan duduk."   Mao Tin hong manggut-manggut, dia lantas duduk dihadapan perempuan cantik itu.   Ketika perempuan cantik itu menekan dialas meja yang berbentuk empat persegi panjang itu, dari sisi meja segera meuncur keluar dua buah kotak, dalam kotak berisikan buah-buahan dan botol porselen.   Isi botol itu adalah cairan yang berwarna-warna, ada yang penuh ada pula yang tinggal separuh isinya.   "Mao kokcu"   Ucap perempuan cantik itu kemudian.   "tentunya kau mengetahui akan watak ku bukan?"   Mao Tin hong mengangguk.   "Betul, lohu merasa bangga akan hal itu."   Sambil tertawa kembali perempuan cantik itu berkata.   "Bagus sekali, dalam botol itu berisikan berbagai macam sari bunga dan sari tumbuh tumbuhan yang kukumpulkan dengan susah payah untuk dibikin minuman lezat.   "Apabila Mao kokcu benar-benar mengetahui akan watakku itu maka silahkan saja minum, diatas botol semuanya tercantum nama, cuma aku percaya sekalipun sudah kau baca juga belum tentu mengetahui artinya."   Mao Tin hong tertawa.   "Persis seperti apa yang hujin katakan, lohu memang tidak begitu menguasai tentang minuman arak."   "Bagus sekali"   Kata perempuan cantik itu sambil tertawa merdu.   "kalau begitu kau boleh perhatikan diriku, bila aku menuang warna apa, kaupun menuang warna apa, tanggung kau tak bakal salah, lagipula setelah diminum pun akan mendatangkan banyak manfaat !"   Mao Tin hong cuma tersenyum dan tidak menjawab. Saat itulah perempuan cantik itu berkata.   "Sekarang, ambillah dulu cawan kristal di-pinggir sana."   Mao Tin hong menurut dan melaksanakan apa yang diminta. Kemudian perempuan cantik itu berkata lebih jauh.   "Sekarang tuanglah satu bagian yang berwarna hijau, dua bagian yang putih ditambah satu bagian yang merah dan satu bagian yang kuning emas, akhirnya tambah dengan dua tetes yang berwarna jeruk, maka siaplah minuman tersebut."   Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Sementara perempuan cantik itu menyebutkan satu persatu, maka Mao Tin hong segera melaksanakan seperti apa yang diperintahkan.   Ketika minuman tersebut sudah siap, perempuan cantik itu segera menekan lagi sebuah tombol dan arak itu pun meluncur masuk kembali ke balik dinding.   Mao Tin hong yang menyaksikan kejadian itu diam-diam mengangguk pikirnya.   "Hanya dua puluh tahun tidak berjumpa dengan perempuan ini, nampaknya kemampuan yeng dimiliki tersebut kian lama kian bertambah hebat..."   Sementara dia berpikir, perempuan cantik itu sudah mengangkat cawannya sambil berseru.   "Mao kokcu, silahkan !"   Dengan serius Mao Tin hong menggeleng, tampiknya.   "Tidak, harap hujin sudi memaafkan penampikanku ini."   "Mengapa ?"   Seru perempuan cantik itu dengan wajah tertegun.   "apakah kau masih tidak merasa lega hati ..."   Tapi secara otomatis dia menghentikan perkataannya, lalu sambil tertawa manggut-manggut, sambungnya kemudian.   "Baik, mari kita bertukar cawan, seharusnya sekarang tak ada persoalan lagi bukan?"   Sementara berbicara, dia lantas mengendorkan pegangannya pada cawan tersecut, sementara cawan itupun meluncur kedepan dengan mantap dan lamban, seakan ada sesosok sukma gentayangan saja yang menghantar cawan itu ke hadapan Mao Tin- hong.   Bukan hanya itu saja, sembari bicara tangan kanannya melemparkan cawan arak sendiri ke depan, tangan kirinya segera menunjuk kearah cawan arak milik Mao Tin-hong yang berada dimeja.   cawan itu segera melayang keudara dan meluncur kehadapannya.   "Tidak usah, cawan araknya tidak usah di tukar!"   Kata Mao Tin hong kemudian.   Sembari berseru, Mao Tin hong segera mendorong tangan kirinya kedepan.   sedang tangan kanannya segera melakukan cengkeraman ke tengah udara.   Akhirnya kedua buah cawan arak itu sama-sama terhenti ditengah udara dalam posisi sejajar, selisih jarak antara kedua cawan itu hanya beberapa inci saja, untuk maju tak bisa maju, untuk mundurpun tak dapat mundur.   Perempuan cantik itu kontan saja berteriak.   "Bagaimana sih ini? Masa baru saja datang sudah mengajakku beradu tenaga dalam? Apakah kau tidak merasa rikuh ?"   Sementara berbicara tangan kirinya segera menggapai dengan cepat, sedangkan tangan kanannya melakukan tekanan, tampaknya dia tetap bersikeras hendak bertukar cawan.   Tapi kali ini Mao Tin-hong sudah melakukan persiapan yang matang, dia segera menggapaikan pula tangan kanannya sementara tangan kirinya mendorong.   Ke dua cawan arak tersebut masih tetap melayang diatas udara, hanya arak yang ada didalam cawan tersebut bergoncang keras.   Lama kelamaan perempuan cantik itu menjadi agak mendongkol juga, tiba-tiba dia berseru.   "Mao kokcu, caramu ini sama sekali tidak mirip dengan sikap seorang tamu ?"   Dengan lembut Mo Tin-hong segera berkata.   "Harap hujin segera menarik kembali cawan mu, lohu ada persoalan yang hendak disampaikan."   Menggunakan kesempatan ituIah perempuan cantik tersebut segera menarik kembali kekuatannya dan berkata.   "Mengapa tidak kau katakan sedari tadi ? Betul-betul kelewatan kau ini."   Sembari berseru dia lantas menggapai lagi dan menarik kembali cawan araknya. Sedangkan Mao Tin-hong segera menarik cawan araknya dan diletakkan diatas meja, katanya kemudian.   "Hujin, bukankah tadi lohu sudah mengatakan lebih baik kita membicarakan masalah pokoknya lebih dulu kemudian baru mencari kesenangan..?"   "Masa menghormat secawan arak untuk tamupun kau anggap sebagai suatu kesenangan?"   Seru perempuan cantik itu dengan kening berkerut.   "Tidak, itu merupakan kesopanan dan tata krama belaka."   Mao Tin hong segera tertawa.   "Yang dimaksudkan menghormati tamu dengan secawan arak sebagai tata kesopanan tidak termasuk hujin diantaranya."   "Kokcu, apa maksud dan penjelasan dari perkataanmu itu?"   Seru perempuan cantik itu dengan perasaan tidak habis mengerti. Sekali lagi Mao Tin hong tertawa.   "Hujin, cairan hijaumu itu adalah Hoat-coa-tan (empedu ular hidup), yang merah adalah Ci coa hiat (darah ular merah), yang putih adalah C'n yo ho cing (sari sperma kambing birahi), sedangkan setetes cairan jernih itu melampaui pil Kut su wan dari istana terlarang, apabila benda-benda tersebut dicampurkan jadi satu, sekalipun Lu lun yang minumnya, aku rasa diapun tak akan mampu untuk membicarakan persoalan pokok dulu?"   Serunya. Perempuan cantik itu segera membelalakkan matanya lebar-lebar sambil memperlihatkan sinar yang amat aneh, serunya kemudian sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.   "Luar biasa, luar biasa, Mao Kokcu kali ini aku benar-benar merasa amat kagum dengan dirimu !"   "Perkataan hujin kelewat serius, itu mah masih belum terhitung seberapa !"   "Sungguh tak kusangka setelah berpisah hingga kini, pengetahuan dari kokcu bertambah luas, kalau dilihat dari sini, mungkin segala mestika andalanku selama ini tak akan mempan lagi terhadap dirimu".   "Aah, semuanya itu karena hujin terlampau sungkan."   Seru Mao Tin hong cepat. Perempiian cantik itu kembali memutar biji matanya, kemudian menatap wajah Mao Tin hong lekat-lekat, memandangnya sampai lama dan lama sekali. Tanpa terasa Mao Tin hong bertanya.   "Hujin, apa yang kau perhatikan ?"   Sambil mengerdipkan matanya, jawab perempuan cantik itu.   "Tin-hong, mungkin aku hendak mengundurkan diri !"   Mendengar perkataan tersebut, Mao Tin hong segera merasakan emosinya bergolak, hampir saja dia tak mampu untuk mengendalikan diri.   Tapi sekejap mata kemudian, dia berhasil menenangkan diri, namun sengaja dengan menunjukkan perasaan emosi yang meluap-luap, dia berseru.   "Jin Jin. kau ....kau,... sungguhkah perkataanmu itu ?"   Temyata perempuan itu bernama Jin Jin, sebuah nama yang sangat indah sekali. Jin-Jin mengerdip genit lalu sahutnya dengan suara yang sangat aleman.   "Tin hong dahulu aku hendak membunuhmu, bahkan tidak segan-segan menggunakan ilmu Huan yang soh kut toa hoat untuk menghadapimu, hendak membinasakan kau, tahukah kau apa sebabnya ?"   Sepasang mata Mao Tin hoog telah berubah menjadi merah, air mata sudah mengembang dalam kelopak matanya agak terisak sahutnya.   "Aku ... hingga kini pun aku masih tidak habis mengerti !"   Jin Jin segera menghela napas panjang.   "Aaaai... hal ini semua tak lain karena aku gemas kepadamu.. !"   Ucapan tetsebut amat merayu, amat mempersonakan hati orang, membuat pendengaran nya serasa tulang belulangnya pada lepas semua.   Demikian pula halnya dengan Mao Tin hong tapi sekarang hatinya sudah mendingin dan mengeras seperti baja, hatinya kaku seperti batu karang, lambungnya seperti bukit salju dan dadanya penuh dengan hawa dingin yang merasuk tulang.   "Oleh sebab itu, ia sama sekali tidak terpengaruh oleh rayuan perempuan cantik itu. Tapi dia toh berlagak jaga seakan-akan terayu oleh perempuan itu, mendadak saja dia bangkit berdiri, mukanya, telinganya berubah menjadi merah, tangan dan kakinya gemetar. Napasnya memburu. seakan-akan setiap saat hendak menubruk tubuh Jin-jin, dan menelannya hidup-hidup. Tapi akhirnya dia hanya melelehkan dua titik air mata, sambil menghela napas katanya pura-pura.   "Yaa, akupun tahu kalau kau amat benci kepadaku, tapi... tapi mengapa bisa begitu?"   "Karena kau tidak becus, selalu saja selisih sedikit daripadaku meski hanya selisih sedikit saja, tapi kau harus tahu, selisih tersebut adalah begitu menggemaskan begitu menjengkelkan hati."   "Kau bilang, setiap kali berhubungan sudah pasti akan gembira dan merasa tenang, tetapi justeru karena ketidak becusanmu itu. karena kau tak man berlatih ilmu Tian im ci sut? akhirnya disaat- saat terakhirku mendapatkan kegembiraan yang paling top, aku selalu harus kecewa dan seolah-olah terperosok dalam gudang salju nan dingin, sekali begitu, dua kali begitu dan selanjutnya begitu terus, aku.... kecuali aku membencimu, akhirnya aku jadi ingin membunuhmu selain itu, apalagi yang bisa ku lakukan. Apa lagi?"   Mao Tin hong menghela napsu panjang.   "Tegurmu itu memang tepat, tapi... Jin jin ... mengapa kau tidak berpikir, pernahkah kau memberi waktu kepadaku agar hatiku menjadi tenang dan berlatih diri beberapa saat?"   Jin jin segera tertawa cekikikan.   "Buat apa kau harus berkata demikian? Seandainya di kemudian hari aku tidak merasa kalau diriku pun bersalah, hari ini apa mungkin aku bersedia datang dari tempat jauh untuk menantikan kedatanganmu di telaga yang dingin ini?"   Mao Tin hong menundukkan kepalanya rendah-rendah, lalu menghela napas panjang.   "Terima kasih atas kebaikanmu itu, sayang sekali..."   Dia sengaja berhenti berbicara dan menghela napas lagi.   "Sayang apa?"   Seru Jin Jin dengan tak sabar. Dengan sorot mara yang murung dan penuh kekesalan Mao Tin hong melirik sekejap ke arahnya, lalu menjawab.   "Jin Jin, tahukah kau mengapa aku menggunakan tanda pengenalan untuk mengundang kau bertemu disini kali ini ?"   Jin Jin menggeleng.   "Aku toh bukan dewa, darimana bisa tahu?"   Ditinjau dari sikap maupun nada pembicaraan dari Jin Jin, bisa diketahui kalau perasaan hatinya sekarang adalah luapan emosi yang sungguh dan tulus. Sekali lagi Mao Tin hong menundukkan kepalanya rendah- rendah, lama kemudian dia baru menjawab.   "Sebab pertemuan kali ini adalah pertemuan yang terakhir kalinya untuk kita suami isteri berdua !"   Paras muka Jin-jin segera berubah hebat sesudah mendengar perkataan itu, dengan cepat dia melompat bangun dan melayang ke depan, lalu duduk disisi Mao Tio hong.   Kali ini Mao Tin liong sama sekali tidak bergerak barang sedikitpun jua, dia hanya melirik sekejap ke arahnya sambil tertawa getir.   "Jin jin"   Katanya lagi.   "Kali ini, sekalipun kau hendak menghadapi diriku dengan cara yang apa pun, aku tak akan ambil perduli"   Jin jin segera menggenggam tangan Mao Tin hong, lalu digoyangkan berutang kali, serunya.   "Aku tak akan menghadapimu dengan cars seperti dahulu lagi, tahukah kau aku berbicara sejujurnya kini, kau lebih hebat daripadaku bayangkan sendiri, mana aku tega untuk menggunakan cara seperti itu lagi untuk menghadapi kau ?"   Sekali lagi Mao Tin hong tertawa getir, dia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Terdengar Jin jin mendesak lebih jauh.   "Tin hong, cepat katakan, mengapa pertemuan kita yang terakhir kalinya ?"   "Pada waktu itu, setelah aku berpisah denganmu, suatu ketika aku telah berkenalan dengan seorang she Sun bernama Pak gi. berhubung banyak hawa murniku yang rusak ditanganmu sehingga tenaga dalamku maju amat lamban akhirnya aku ketinggalan jauh dengan kemampuan yang dimiliki sanabatku itu.   "Justru karena alasan ini, lagi lagi aku melakukan suatu kesalahan besar, watakku makin lama semakin berubah, aku menjadi mendendam kepadanya sehingga akhirnya membantai seluruh isi keluarganya."   "Dan sekarang, keturunan Sun Pak gi hendak melakukan pembalasan dendam terhadap dirimu?"   Seru Jin Jin mendadak.   "Benar, dia sudah datang dan aku pernah berjumpa dengannya, akupun telah mencoba kepandaian silatnya yang tangguh!"   "Mugkin dia juga lebih tangguh daripada dirimu?"   Sekali lagi Mio Tin hong mengiakan.   "BetuI, dia memiliki ilmu Sin kiam hap it ( pedang dan tubuh berpadu) yang luar biasa sekali, mungkin tiada manusia Iagi dikolong langit dewasa ini yang mampu menandingi kelihayannya !"   Jin Jin segera mendengus dingin.   "Hmmm. belum tentu begitu, dia akan mampus bila terperangkap dalam barisan Toa mi thian hu siu tin ku ..."   Berbicara sampai disini, mendadak perempuan tersebut seperti menyadari akan sesuatu, segera serunya.   "Tin hong, bukankah kedatanganmu kemari adalah untuk memohon kepadaku agar mengurungnya dengan mempergunakan ilmu barisan tersebut..?"   Ternyata Mao Tin hong mengakui secara terus terang.   "Benar, aku memang ingin memohon bantuanmu, sebab cuma barisan itu saja yang mampu untuk mengurungnya, dan hanya kau yang mungkin bisa menolongku untuk lolos dari bencana ini!"   "Tin hong, apakah kau tidak merasa terlalu berani untuk mengambil keputusan tersebut ?"   Mao Tin hong manggut-manggut.   "Benar, tapi bagaimanapun juga kita kan suami isteri, apalagi aku toh merupakan seorang yang sudah ditakdirkan mati, daripada mati di ujung pedang Iawan, toh jauh lebih enakan mati di tanganmu sendiri?"   Jin Jin segera berkerut kening.   ""Apakah tak bisa dibereskan persoalannya dengan mempergunakan cara yang lain."   Mao Tin hong menggeleng.   "Tak mungkin, karena persoalannya adalah dendam berdarah, hutang berdarah dan pembalasan berdarah, maka hanya darah yang bisa menyelesaikan masalah ini."   Sekali lagi Jin-Jin berpikir sejenak.   "Seandainya kukabulkan permintaanmu itu dan berbaikan kembali denganmu, bersediakah kau untuk turut aku pulang ke rumah kita sana. Mao Tin hong menggeleng.   "Keamanan disitu hanya bersifat sementara saja, masa dia tak bisa mengejar sampai kesitu?"   Jin Jin segera bangkit berdiri, lalu mulai berjalan mondar mandir diseputar ruangan.   Menggunakan kesempatan disaat perempuan itu sedang berjalan mondar mandir itulah, diam-diam Mao Tin boog melepaskan jubah panjangnya...   Ketika Jin-jin melihat Mao Tin-hong sudah melepaskan jubah panjangnya itu, tanpa terasa dia bertanya.   "Hai, apa yang hendak kau lakukan ?"   Mao Tin hong tertawa getir.   "Jin Jin, marilah, pertemuan kita kali ini adalah pertemuan yang terakhir kalinya, mungkin kesenangan yang kita lakukan sekarangpun merupakan kesenangan yang terakhir kalinya, persoalan apapun tak usah dibicarakan lagi, marilah kita..."   "Tidak"   Tukas Jin Jin sambil menggelengkan dengan wajah serius.   "Tin hong, sekarang aku sudah benar-benar menganggap dirimu sebagai suami sendiri, sekalipun perasaan dan sifat kita berbeda pun tak mungkin bakal terjadi lagi peristiwa yang lalu."   Mao Tin hong segera menggeleng pula.   "Tidak mungkin. tak mungkin bisa kulakukan karena aku adalah orang yang sudah ditakdirkan untuk mati."   Katanya seolah putus asa. Sekali lagi Jin Jin mendengus.   Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Aku tidak percaya, bila aku tidak mengijinkan kau untuk mati, siapa mampu untuk membunuhmu?"   Mao Tin hong masih saja menggelengkan kepalanya, cuma kali ini dia tidak bersuara lagi. Dengan gembira Jin-Jin berkata lagi.   "Tin hong, apakah orang she Sun itu bakal mencari sampai disini?"   Mao Tin hong termenung sambil berpikir sejenak, lalu sahutnya sambil tertawa getir.   "Siapa tahu? Anak muda itu memang memiliki kemampuan yang luar biasa mengelabuhi dirinya."   Jin-jin segera tertawa.   "Sekalipun dia bisa mencari sampai disini, juga tak mungkin muncul disaat sekarang, atau sekalipun malam ini dia bisa mencari sampai disini, rasanya juga tiada sesuatu yang perlu ditakuti."   "Jin-jin"   Kata Mao Tin hong kemudian "tahukah kau bahwa selama banyak tahun ini aku terlalu banyak berhutang kepadamu? Tentu saja aku tidak menyangkal kalau ada sementara waktu akupun merasa amat mendendam kepadamu, tapi setelah kau menjelaskan alasanmu yang lalu, aku lantas mengakui bahwa kesemuanya ini sebetulnya merupakan kesalahanku."   "Tidak"   Tukas Jin Jin cepat.   "Tin hong, ucapanmu memang betul, waktu itu aku terlampau menyiksa kau, pada hakekatnya sama sekali tidak memberi kesempatan kepadamu untuk berlatih diri, itu terlampau mementingkan diriku sendiri."   Pelan-pelan Mao Tin hong mengulurkan tangannya dan memeluk pinggang Jin Jin, kemudian katanya.   "Sudahlah, jangan berbicara lagi, dalam peristiwa yang lalu kita semua mempunyai kesalahan, yang sudah lewat biarkan saja lewat!"   Jin Jin tertawa manis, dia lantas bersandar diatas dada Mao Tin hong sembari berbisik.   "Kau baik sekali, sudah banyak tahun aku tak pernah bersandar diatas dada yang begini lebar dan berotot, dimasa masa lampau aku selalu merasa seakan-akan telah kehilangan sesuatu, tetapi sekarang aku baru mengerti !"   Mao Tin hong turut tertawa, dia memberikan reaksi yang amat mesra dan hangat.   Serta merta keempat lembar bibir mereka menempel dan berciuman dengan mesranya.   Dua tubuh itupun menggeliat-geliat seperti dua ekor ular, saling mengisap dan saling meludah, lama-lama dan lama sekali..   Akhirnya Mao Tin-hong mendapat kesempatan untuk berganti napas, dia menghela napas panjang: Jin Jin membetulkan duduknya, lalu katanya.   "Coba lihatlah keadaanmu, baik-baik begini mengapa lagi mesti menghela napas panjang?"   Mao Tin-hong menundukkan kepalanya rendah-rendah. sewaktu mendongakkan kembali dengan wajah serius sahutnya.   "Jin Jin, benarkah kau bersedia membantuku untuk menghadapi si anak muda tersebut ?"   Jin Jin mengangguk "Tentu saja. aku bersedia untuk melakukan apa saja bagimu."   Katanya. Ternyata tidak tidak terlintas rasa gembira di atas wajah Mao Tin hong, kembali ujarnya.   "Jin Jin, aku cukup tahu bagaimanakah perasaan cintamu kepadaku, dan aku merasa berterima kasih kepadamu, tapi bagaimana pun juga, dalam peristiwa yang lampau, semuanya merupakan kesalahanku."   "Oleh sebab itu aku merasa bahwa untuk melindungi jiwaku, hal ini sudah merupakan hal yang lumrah, tapi tidaklah pantas bila kita harus turun tangan untuk mencelakai si anak muda itu lagi."   Mendengar ucapan tersebut, Jin Jin menjadi kegirangan setengah mati, serunya tanpa terasa.   "Tin hong, kau benar-benar telah berubah, aku... aku merasa gembira sekali !"   "Bukankah kaupun telah berubah juga?"   Kata Mao Tin hong sambil tersenyum.   "Dahulu aku terlalu tak mengerti urusan, tapi sekarang sudah tidak..."   Mao Tin hong segera menepuk-nepuk bahu Jin Jin, kemudian katanya lebih jauh.   "Jin Jin, apakah kau telah mengabulkan semua persoalan yang telah kuucapkan tadi?"   Jin Jin mengangguk.   "Tentu saja aku akan mengabulkan permintaanmu itu, dan sudah sepantasnya bila mengabulkan permintaanmu tersebut."   Mao Tin-hong tertawa.   "Kalau begitu aku harus berterima kasih dulu kepadamu, kemudian baru memohon suatu hal lagi kepadamu."   "Katakanlah, apa permintaanmu itu?"   Tanya Jin Jin sambil bersandar kembali dalam rangkulan Mao Tin hong.   "Aku berharap agar kau sudi memberi petunjuk kepadaku tentang ilmu Toa-mi thian hun siu tin tersebut !"   "Aaah, buat apa kau mempelajari ilmu tersebut ?"   Jin Jin berseru tertahan. Dengan wajah bersungguh-sungguh Mao Tin hong berkata.   "Jin Jin, aku mempunyai dua alasan., per fama, aku tidak menginginkan kau yang menampilkan diri untuk bermusuhan dengan pemuda she Sun tersebut, karena persoalan ini adalah persoalanku sendiri.   "Ke dua, aku ingin menggunakan sendiri barisan tersebut untuk mengurungnya, agar dia mengira telah kalah ditanganku dan menyerah dengan perasaan takluk, sehingga ambisi nya untuk membalas dendam kepadamu diurungkan.   "Cuma... kau tidak usah kuatir Jin jin. aku tidak ingin mengetahui rahasia dari ilmu barisan tersebut karena kepandaian itu merupakan andalanmu, aku tidak lebih hanya ingin mengetahui bagaimana caranya masuk dan ke luar secara bebas karena hal mana sudah lebih dari cukup bagi diriku!"   Penjelasan mana segera berhasil memusnahkan kembali rasa curiga yang baru saja timbul dalam hati Jin Jin, pada hal disinilah letak kelihayan dari akal muslihat dan kelicikan Mao Tin hong, dia telah menunggangi ke terus terangan Jin Jin yang sedang di mabuk cinta.   Maka Jin Jin segera bangkit berdiri dan berjalan menuju ketempat singgasananya, dari suatu tempat disekitar sana dia mengeluarkan kitab rahasia Toa mi thian hun siu tin tersebut.   Setelah itu sambil melemparkan kitab tadi kehadapan Mao tin hong, dia berkata: Periksalah sendiri, pada halaman pertama diterangkan asal mula dari ilmu barisan tersebut, kemudian cara untuk mengatur ilmu barisan, sedangkan pada dua halaman yang terakhir tercantum cara untuk masuk keluar dari barisan tersebut secara leluasa seperti apa yang kau kehendaki !"   Sambil tersenyum Mao Tin hong manggut-manggut terhadap Jin Jin sebagai tanda terima kasihnya.   Kemudian ia tidak memperhatikan ke arah Jin Jin lagi, diapun tidak membuka halaman pertama kitab tersebut, melainkan hanya membuka pada dua halaman yang terakhir dan memusatkan seluruh perhatiannya untuk mempelajari semua isi kitab mana.   Jin Jin sendiri, meski sudah hilang rasa curiganya, bukan berarti sama sekali mengendor kan kewaspadaannya, sekarang dia baru benar-benar merasa berlega hati, dan sekulum senyuman yang polos segera tersungging diujung bibirnya.   Jin Jin memang seorang perempuan jalang, dan hal ini tak bakal keliru, tapi dulunya dia adalah seorang gadis polos yang berhati bajik, justru salah bertemu orang itulah berakibat dia melakukan hal-hal seperti itu.   Sejak dipaksa untuk meninggalkan perempuan itu, sesungguhnya Mao Tin hong sudah merasa membenci dirinya sehingga merusak ketulang sumsum, tapi Mao Tii hong yang memang memahami watak dari Jin Jin segera melakukan siasat menyiksa diri untuk memancing perempuan tersebut agar masuk ke dalam perangkap.   Ternyata Jin Jin memang masuk perangkap.   Tak selang berapa saat kemudian, Mao Tin-hong telah menutup kembali kitab pusaka itu dan disodorkan kembali kehadapan Jin Jin.   kemudian katanya.   "Aku rasa cara itu sudah cukup kupahami, terima kasih banyak atas kebaikanmu itu."   Jin Jin tertawa.   "Simpan saja dalam sakumu, bila adu waktu boleh kau periksa sekali lagi dari awal sampai akhir, aku sudah hapal semua itu kitab itu diluar kepala, bahkan berhasil juga menciptakan banyak perubahan yang lain, aku sudah tidak membutuhkan kitab itu lagi !"   "Tidak"   Kata Mao Tin hong dengan wajah serius sembari menggeleng.   "aku bersumpah tak akan memeriksa kitab pusaka itu lagi !"   "Mengapa begitu?"   Tanya Jin Jin dengan kening berkerut.   Mao Tin hong hanya tersenyum sambil menggeleng, mulutnya membungkam dalam seribu bahasa, kitab tersebut segera disodorkan kembali kedalam pangkuan Jin Jin.   Sikap maupun tindak tanduknya yang gagah dan hangat ini.   segera membuat Jin Jin merasa gembira sekali.   Baru saja dia menyimpan kembali kitab pusaka itu, Mao Tin hong telah memeluknya sambil berbisik.   "Jin Jin, aku... aku... ingin..."   Merah jengah selembar wajah Jin Jin, ucapan tersebut kontan saja membuat seluruh tubuh perempuan itu menjadi lemas, dia segera menyandarkan kepalanya diatas dada Mao Tin hong dan merintih lirih.   Dengan lembut dan metra Mao Tin hong membaringkan tubuh Jin jin diatas permadani yang tebal, kasur untuk duduk dijadikan sebagai bantal merekapun berbaring sambil ber pelukan.   Mao Tin hong segera menfaatkan kesempatan itu untuk mulai menggerayangi seluruh bagian rahasia dari tubuh si perempuan cantik itu.   Mendadak Jin Jin berseru tertahan.   "Aduh celaka, hampir saja aku membuat suatu kesalahan besar !"   "Kesalahan apa?"   Tanya Mao Tin hong dengan paras muka berubah sangat hebat.   "Aku ingin bertanya kepada mu, apa hubunganmu dengan pengiringmu itu..?"   Mao Tin-hong menghela napas panjang.   "Terus terang saja kukatakan, dia adakah piauko ku, aku bisa berubah menjadi seperti ini, delapan puluh persen gara-gara menuruti kata-kata jahatnya cuma..."   Berkilat sepasang mata Jin Jin, segera selanya.   "Tin-hong, bukankah dikemudian hari kita akan menjadi orang baik...?"   "Kau tak usah kuatir, aku bersumpah akan..."   Jin Jin segera menggelengkan kepalanya berulang kali.   "Tak usah bersumpah, aku mempercayai perkataanmu itu!"   Tukasnya. Kemudian setelah berhenti sejenak, katanya Iagi.   "Tapi aku rasa piauko mu itu benar-benar merupakan seorang manusia jahat sekali..."   Mao Tin hong segera menghela napas panjang.   "Aaai aku tahu kalau dia jahat, tapi apa dayaku?"   Keluhnya dengan sedih. Jin-Jin segera tertawa manis.   "Masih ingatkah kau dengan inang pengasuh ku dulu?"   "Tentu saja masih ingat, masa dia masih hidup?"   Jin jin menggeleng.   "Sudah mati, cuma dia mempunyai seorang anak gadis yang tetap berada disisiku."   Mao Tin hong yang cerdik segera berseru.   "Apakah orang itu adalah si nona yang memberi laporan tadi?"   "Yaa, betul, memang dia, ia memberitahukan kepadaku kalau kau pernah mewariskan ilmu Hong tee-soh cut sinkang kepadanya sebagai imbalan karena kau membawa pengiringmu benarkah demikian?"   Mao Tin hong segera tertawa jengah.   "Maafkanlan daku Jin jin. aku harus berbuat demikian."   Jin jin segera melemparkan sebuah kerlingan kearah Mao Tin hong, kemudian serunya.   "Aku tahu, pada walau itu kau memang harus bersikap sangat berhati-hati..."   "Tidak"   Mao Tin hong menggeleng "piauko kulah yang memaksa aku berbuat demikian..."   Jin Jin segera mencegahnya untuk berkata lebih jauh tukasnya.   "Tin hong, aku ingin bertanya kepada mu, mati hidup piauko mu itu apakah..."   "Aku merasa tak tega untuk turun tangan sendiri terhadap dirinya"   Sela Mao Tin hong cepat.   "seandainya ada orang yang bisa mewakili aku untuk menyingkirkan dia, berbicara soal perasaan, aku akan berterima kasih sekali terhadap orang ini."   Jin Jin mencibirkan bibirnya dan tertawa.   "Tin hong terlepas apapun yang kau ucapkan, orang itu adalah piauko mu. Begini saja, asalkan dia tidak menaruh niat jahat terlebih dulu, aku akan mengampuni jiwanya..."   Tanpa terasa Mao Tin hong segera bertanya.   "Niat jahat apakah yang timbul di dalam hatinya?"   Jin Jin segera mcndengus.   "Hmm, bila dugaanku tidak salah, dia telah tertarik oleh kecantikan Bi-kui (si Mawar) bahkan menaruh maksud jelek, justeru dialah yang hendak memanfaatkan ilmu Hwe-tee-soh-cut tayhoat tersebut untuk menghisap sari hawa im dari dalam tubuh si mawar !"   Mao Tin-hong segera berlagak seolah-olah terperanjat.   "Aduh celaka, kalau begitu cepat beritahu kepada si mawar, sekarang mereka berdua justeru sedang berada bersama-sama."   Jin Jin segera mengerling sekejap ke arah Mao Tin hong, lalu ujarnya pelan.   "Apa tidak terlambat bila diberitahu pada saat ini ? sekarang mereka berdua sedang mencoba untuk mempraktekkan pekerjaan yang menarik hati itu, mari kita saksikan bersama, coba kita lihat bagaimanakah watak dari piauko mu itu !"   "Apakah tak terlalu terlambat untuk mencegah mereka ?"   Tanya Mao Tin hong. Jin Jin menggeleng.   "Mereka toh bukan laki perempuan biasa, sekalipun permainannya berhenti sampai ditengah jalanpun tidak menjadi soal, tapi sekarang mereka sedang bersenggama dengan saling mengisap tenaga murni masing-masing, apabila sampai kaget, bisa jadi akan berakibat jalan api meruju neraka!"   "Aaai... kalau begitu, akulah yang mencelakai jiwa sibunga mawar!"   Kata Mao Tin hong sambil menghela napas panjang.   Kembali Jin jin tertawa "Belum tentu, seandainya piauko mu telah mempunyai niat jahat, mungkin akibatnya sukar dilukiskan dengan kara-kata, sekarang coba bantulah tekanlah tombol dibawah meja sebelah kanan sana!"   "Untuk apa?"   Tanya Mao Tin hong dengan perasaan tidak habis mengerti. Jin Jin tertawa.   Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Tak usah bertanya, asal tekan saja tombol tersebut, dengan sendirinya kau akan tahu apa gerangan yang bakal terjadi!"   Mao Tin hong menurut dan segera mencari tombol rahasia tersebut, kemudian menekannya.   Disaat ia bangkit berdiri tadi, entah sejak kapan Jin Jin telah melepaskan gaun panjang serta pakaian luarnya yang berwarna merah.   Ternyata dibalik pakaian tadi, perempuan tersebut sama sekali tidak mengenakan apa-apa lagi, jadi dia berada dalam keadaan telanjang.   Potongan badannya yang indah dan menggiurkan ini tak pernah dilupakan Mao Tin hong selama ini, tanpa terasa lagi dia menelan air liur, sementara dari balik matanya terpancar keluar hawa napsu birahi yang menyata-nyala.   Pada saat itulah, terdengar suara berisik dan meja itu telah bergeser kesamping sehingga di tengah ruangan itu muncul sebuah kaca yang lebar.   Diatas kaca tadi terbias bayangan manusia, ternyata mereka adalah sepasang lelaki perempuan dalam keadaan telanjang bulat.   Yang bukan lain adalah pengiringnya, bajingan she Kwa, sedangkan yang perempuan sibunga mawar.   Waktu itu, kedua orang lelaki perempuan itu sedang bertumpang tindih dengan hebatnya.   Sibunga mawar sedang menggoyangkan pinggulnya meliuk kemana kemari bagaikan orang kalap, sedangkan Kwa Cun seng seperti seekor harimau ganas menyerang dengan sangat hebatnya.   Semua kejadian dan pemandangan yang tertera didepan mata itu, kontan saja menimbulkan rangsangan dan gejolak birahi dalam dada Mao Tin-hong.   Apalagi disisi telinganya terdengar suara bisikkan Jin Jin yang lemah lembut, meski sorot mata Mao Tin-hong tak pernah berpisah dari balik kaca tersebut, tangannyapun tak pernah berhenti menggerayangi bagian-bagian terahasia ditubuh Jin Jin.   Tak selang berapa saat kemudian, mereka berdua pun....   oooo O-de-O ooco WALAUPUN Mao Tin-hong sedang bekerja keras untuk melakukan pertempuran, namun ia tak pernah melupakan semua rencana busuknya, ketika matanya melirik sekali lagi kearah cermin, paras mukanya segera berubah, peluh sebesar kacang kedelai pun jatuh bercucuran dengan amat derasnya.   Kalau dilihat dari apa yang terpampang dari cermin, rupanya Kwa Cun-seng sedang mempergunakan Hong-tee-soh-cut tayhoat untuk membuat si bunga mawar menjadi kalap.   Bila keadaan seperti ini dibiarkan berlangsung beberapa saat lagi, dalam keadaan tanpa sadar si Bunga mawar tak akan mampu untuk mengendalikan gejolak aneh yang membara dalam dadanya itu sehingga tanpa sadar akan memuntahkan sendiri seluruh hawa murninya.   Perasaan seperti ini sudah pernah dirasakan sendiri oleh Mao Tin hong dimasa lalu.   Kenikmatan dan kegembiraannya.   pada waktu itu tak mungkin bisa dibandingkan dengan kenikmatan apapun yang lain didunia ini.   Akan tetapi disaat kenikmatan tersebut sudah mendekati akhir, maka sebagai gantinya dia akan kehilangan selembar nyawa, dahulu disaat yang terakhir inilah Mao Tin hong segera menyadari kesilafannya itu dan segera mengendalikan diri, sehingga walaupun hawa murninya sudah ditumpahkan keluar namun tenaga dalam nya tidak sampai lenyap.   Dan sekarang Mao Tin hong sudah dapat melihat, dalam saat- saat itulah si bunga mawar akan kehabisan tenaga murni, diapun bakal mati.   Menyaksikan semua rencana busuknya satu persatu berhasil dengan sukses itulah, dia sengaja berubah wajah untuk menenteramkan hati Jin Jin.   BetuI juga, ketika Jin Jin menyaksikan Mao Tin hong menunjukkan rasa gelisah untuk keselamatan jiwa sibunga mawar, tiba-tiba ia tertawa cekikikan.   Mendengar suara cekikikan tersebut tanpa terasa Mao Tin hong bertanya.   "Bajingan keparat itu akan segera berhasil dengan niat busuknya, sekarang bukannya kau berusaha untuk menolong si bunga mawar, sebaliknya malah tertawa, aku benar-benar tidak habis mengerti apa maksud hatimu sebenarnya?"   Jin Jin mendengus.   "Tin Hong, kau toh sudah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, sekarang aku ingin bertanya kepadamu, seandainya aku ingin membunuh manusia seperti piaukomu itu, menurut pendapatmu pantaskah kulakukan hal mana?"   "Dia berani berbuat sewenang-wenang, tentu saja pantas menerima hukuman tersebut !"   "Bagus sekali, kalau begitu mari kita beristirahat sebentar dalam keadaan begini, coba kita saksikan bagaimana akhirnya?"   Tergerak hati Mao Tin hong setelah mendengar perkataan itu, serunya kemudian.   "Buat apa kita mesti menyaksikan akibat dari peristiwa tersebut ? Si bunga mawat akan kehilangan hawa murninya dan mati secara mengenaskan..."   "Huuuh, enak betul kalau berpikir, si bunga mawar adalah orang kepercayaanku, masa aku tega membiarkan dia mati ? Terus terang saja kukatakan sesungguhnya piaukomu itulah yang sudah hampir mampus..."   Mendengar perkataan itu. Mao Tin-hong baru benar-benar merasa terperanjat, serunya.   "Jin jin, kau jangan membandingkan diriku yang kena kau tipu tempo hari."   Jin jin tertawa merdu.   "Aku mengerti, kali ini kau memang tidak bermaksud, tapi piauko mu yang justru punya maksud jahat sehingga tertipu oleh tipu muslihat sendiri, apakah kau tidak mengerti apa yang menjadi tandingan dari ilmu Hong teo soh-cut tersebut ?"   Mao Tin-hong segera merasakan hatinya amat terkesiap. Apakab selama beberapa tahun ini kau telah berhasil menguasai ilmu Sik Huay hoat (ilmu perempuan batu)?"   Jin Jin segera tertawa terkekeh-kekeh.   "Bukan cuma Sik-h tay hoat saja, bahkan aku pun dapat menggeserkan posisi jalan darah, bayangkan saja, kalau piauko mu itu tak mampu berhubungan Iangsung dengan hawa Im, bagaimana mungkin dia akan berhasil dengan niat jahatnya ?"   Mendengar penjelasan mana, Mao'Tin hong segera berpekik.   "Oooh... sungguh beruntung!"   Sebenarnya dalam rencana semula dia menganggap sudah tidak membutuhkan Jin Jin lagi setelah dia berhasil mengetahui bagaimana cara untuk masuk keluar dari barisan Toa mi thian slu hun tin tersebut serta tempat menyimpan kitab pusaka itu.   Maka dia pun bermaksud menggunakan kesempatan dikala mengadakan hubungan senggama nanti, seperti apa yang pernah dialami dulu, diam-diam dia akan menggunakan ilmu Hong tee soh cut untuk menghisap hawa murni Jin Jin sehingga perempuan itu mampus Tapi sekarang sekarang, dia baru merasa bersyukur karena ia tidak bertindak secara gegabah, kalau tidak, bisa jadi ia sudah mampus dalam melaksanakan permainan menuju kesorga dunia itu.   Berpikir sampai disini, dia segera memperlihatkan sikap yang amat gembira, serunya sambil tertawa.   "Bagus sekali kalau begitu!"   Jin jin berpaling dan memandang kearahnya lalu serunya.   "Apakah kau tidak merasa beriba hati menyaksikan kematian dari piauko mu itu?"   Mao Tin hong menggeleng.   "Jin Jin merupakan kebalikannya, demi ketenanganku di kemudian hari serta ketenangan dunia persilatan dimasa mendatang, dia memang lebih baik mati daripada hidup, oleh sebab itu aku..."   Mendadak ucapannya terpotong oleh adegan yang muncul dari balik cermin tersebut.   Rupanya adegan pertempuran yang muncul dari balik cermin itu sudah menunjukkan perkembangan lebih jauh.   Si bunga mawar yang tadi masih bergoyang pinggul seperti orang kalap itu sekarang nampak jauh lebih tenang, sebaliknya terhadap dirinya Kwa Cun seng kini justeru telah berubah hebat, selembar wajahnya berobah menjadi merah padam seperti buah apel yang sudah matang.   Ketika ia memperhatikan lebih jauh, maka tampaklah tubuh kedua orang itu dari batas pinggang keatas saling menempel satu sama lain.   Tidak, atau lebih tepatnya adalah Kwa Cun-seng sudah kehabisan tenaga dan lelah setengah mati sehingga tak mampu lagi untuk mempertahankan berat badannya.   Yang lebih aneh lagi adalah keadaan Kwa Cun seng yang sebenarnya sudah ibarat ikan yang terpancing dan tinggal menunggu saat kematiannya, namun ia seperti tidak menyadari ikan hal itu, ia masih saja menelan dan melalap perempuan cantik itu dengan rakus dan...   Tentu saja keadaannya saat ini sudah terperangkap sama sekali dan tak mungkin bisa lolos, kendatipun dia ingin melepaskan diripun, sama saja akan menemui jalan kematian, memang hal inilah yang menjadi alasan Kwa Cun-seng mengapa dia "mati pun mati romantis", Agaknya Mao Tin-hong sudah dapat menyaksikan kesemuanya itu dengan jelas, sambil bersandar di tubuh Jin Jin, katanya dengan tak bertenaga.   "Singkirkan cermin tersebut, aku sudah tak tega untuk memandang lebih jauh !"   Sewaktu dia mengucapkan kata-kata itu, situasi kembali terjadi perubahan. Rupanya pada saat itu Jin Jin pun dipengaruhi oleh perasaan tak tega, mendadak ia menekan sebuah tombol dan berseru.   "Hei budak, sudah cukup, enyahkan saja dia dari sini, jangan kau kotori perahu ku ini !"   Sembari berkata, cermin itu segera menutup kembali, Tapi saat itulah terdengar si bunga mawar sedang berseru.   "Hujin, sudah terlambat... dia... dia telah mengotori perahu kita..."   "Budak setan"   Bentak Jin Jin keras keras.   "biarkan dia hidup dan hantar dia pergi, kemudian datang kemari untuk melayani tuan kita"   "Tuan kita ? Hujin apakah kau lupa..."   "Tutup muIut"   Bentak Jin Jin dengan penuh kegusaran.   "makin lama kau semakin tak tahu diri !"   Suasana menjadi hening untuk sementara dan tidak terdengar suara jawaban lagi.   "Memanfaatkan kesempatan tersebut. Mao Tin hong segera berkata dengan nada menyesal.   "Jin Jin, tampaknya perempuan yang belum pernah kujumpai inipun menaruh perasaan benci kepadaku ?"   "Tin-hong..."   Kata Jin Jin sambil memeluknya erat-erat.   "anak kecil tak tahu urusan, harap kau jangan masukkan ucapkan tersebut dalam hati kecilmu !"   Mao Tin hong tertawa getir.   "Jin Jin, apakah kau tidak melihat keadaan kita sekarang, kau suruh dia datang kemari..."   Sambil tersenyum Jin Jin segera mendorong tubuh Mao Tin hong, kemudian katanya.   "Hampir saja aku lupa akan hal ini, cepat lah kenakan kembali pakaianmu..!"   "Memakai baju ?"   Seperti ada maksud tertentu Mao Tin hong berseru.   "apakah kita tidak..."   Jinjin segera menowel pipi Mao Tin hong seraya berseru.   "Anak bodoh, kau anggap aku tidak mengetahui akan maksud hatimu itu ? Tapi setelah menyaksikan adegan yang mengesankan tadi, siapa lagi yang berniat untuk mencari kesenangan? Sudahlah, ayo cepat mengenakan kembali pakaianmu !"   Mao Tin hong tertawa getir.   "Semakin baik hatimu kepadaku, aku jadi semakin menyesali perbuatanku dahulu atas diri mu !"   Jin jin mengerling mesra ke arahnya lalu berseru.   "Sudah cukup. kalau berbicara kelewat banyak, jangan salahkan kalau aku akan menaruh curiga lagi atas dirimu !"   Mao Tin hong tertawa dan tidak berbicara lagi, dengan cepat dia mengenakan kembali pakaiannya.   Jm jinpun mengenakan kembali pakaiannya kemudian mengatur segala sesuatunya menjadi seperti semula.   Tak selang berapa saat kemudian, pintu kristal disebelah kanan sudah dibuka orang, si Bunga mawar cantik pun dengan muka merah bercahaya rapi menatap wajah Mio Ting-hong berulang kali.   Mao Tin-bong memang pandai bersandiwara dia segera menundukkan kepalanya rendah-rendah.   "Hujin..."   Seru si bonga mawar Tapi belum selesai perkataan tersebut diutarakan, Jin Jm telah menukas dengan cepat.   "Coba kau lihat keadaanmu si budak, makin lama semakin tak genah saja, rambut belum lagi disisir sudah masuk kemari, ayo cepat pergi membersihkan badan lebih dulu, mana orang itu ?"   Si Mawar tertawa manis.   "Hujin, aku sudah menyuruh Kim Ji-nio untuk menghantarkan orang itu naik ke daratan"   "la masih bisa berjalan ?"   Tanyanya, Si bunga mawar segera tertawa cekikikan "jalannya sih masih bisa berjalan, tapi keadaannya menggelikan sekali, macam... hiiih hiiiih, hiiiih...."   Dayang itu segera tertawa terpingkal-pingkal seperti menyaksikan sesuatu yang amat lucu. Jin-jin melirik sekejap kearah Mao Tin hong yang duduk menunduk dan membungkam dalam seribu bahasa, kemudian bentaknya keras-keras.   "Benar-benar tak tahu malu, ayo cepat pergi dan segera kembali kesini."   Sambil tertawa si bunga mawar mengiakan dia berlalu dari situ, sebelum pergi, dia masih sempat berpaling dan melotot sekejap kearah Mao Tin hong.   Agaknya Mao Tin hong ada niat untuk menyuruh si bunga mawar mendengar perkataan maka sebelum pintu kristal tersebut menutup kembali, dia sudah menghela napas dan berkata kepada Jin-Jin.   "Nampaknya bocah itu amat setia kepadamu!"   Tampaknya Jin-jin dapat menangkap maksud dari Mao Tin hong, maka sahutnya sambil tertawa.   "Kalau dibicarakan yang sebenarnya, mungkin kau tak percaya, hubunganku dengannya erat bagai kakak terhadap adik !"   Berbicara sampai disitu, Jin-Jin memandang sekejap kearah Mao Tin hong kemudian mengerling ke arah pintu.   Disisi pintu kristal nampak masih ada sedikit celah yang kecil, pintu itu belum tertutup rapat.    Mustika Gaib Karya Buyung Hok Sepasang Garuda Putih Karya Kho Ping Hoo Mustika Gaib Karya Buyung Hok

Cari Blog Ini