Ceritasilat Novel Online

Persekutuan Pedang Sakti 24


Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong Bagian 24


Persekutuan Pedang Sakti Karya dari Qin Hong   Semua peristiwa ini boleh dibilang berlangsung dalam waktu yang amat singkat.   Tiba-tiba dari bawah bukit sana berkumandang datang suara sumpritan yang dibunyikan keras-keras.   Waktu itu, kebetulan sekali Kam Liu cu sedang menyelinap kesamping untuk menghindarkan diri, Buyung Siu sama sekali tak menyerang lebih lanjut, tiba-tiba saja dia membalikkan badan lalu kabur kebawah bukit.   Kebetulan sekali pada saat itupun, Liu Leng poo sedang terdesak mundur kebelakang, ketiga orang dayang itu serentak membalikkan pula tubuhnya dan lari menuruni bukit.   Delapan jago pedang berpita hijau pun tidak mau ketinggalan, masing-masing mencari jalan untuk kabur kebawah bukit dengan kecepatan bagaikan hembusan angin, Biarpun hanya suara sempritan biasa, namun nyatanya dapat membuat mereka begitu menurut dan segera mengundurkan diri tanpa memperdulikan lagi nasib dari Ban kiam hweecu.   Padahal waktu itu tubuh Ban kiam hweecu yang diangkat tinggi-tinggi oleh kakek Ou belum lagi diturunkan, namun orang-orang tersebut sudah kabur semua.   Dalam waktu singkat Kam Liu cu, Liu Leng poo serta Ma koan tojin dibikin tertegun sampai termangu-mangu oleh perubahan situasi yang sama sekali tak terduga ini.   Tiba-tiba Ban kiam hweecu menggoyang-goyangkan tubuhnya sambil berseru, "Hei kakek, semua orang toh sudah pergi, mengapa kau belum juga menurunkan aku?"   Kakek Ou segera mnurunkan tubuhnya keatas tanah, namun masih tetap mencengkeram lengan kanannya, baru saja tangan kirinya hendak melakukan totokan, mendadak terdengar Ban kiam hweecu berseru lagi dengan cepat.   "Cepat lepaskan aku!" "Hweecu, agaknya kesadaran serta pikiranmu sama sekali tak terpengaruh" "Tentu saja pikiran dan kesadaranku sama sekali tidak terpengaruh."   Sahut Ban kiam hweecu cepat. "Kalau toh pikiran dan kesadaran tidak terpengaruh, mengapa kau malahan memimpin para jago untuk melakukan penyergapan terhadap kami.?" "Aku dipaksa orang untuk berbuat demikian" "Siapa yang memaksamu berbuat demikian?"   Desak kakek Ou lebih lanjut, Liu leng poo yang mengawasi Ban kiam hweecu sejak tadi baru saja akan berbicara ketika Ma koan tojin telah berseru dengan suara yang menyeramkan: "Kau bukan Kiamcu!" "Bukankah Ban kiam hweecu yang kalian jumpai adalah selembar topeng kulit manusia ini? Bila topengnya dilepas, siapakah yg dapat mengenali wajahnya?" "Sebenarnya siapakah kau?"   Tanya kakek Ou segera Tiba-tiba Ban kiam hweecu merobek kulit topeng manusia yang menutupi wajahnya, lalu menjawab, "Siapapun yang kalian inginkan anggap saja aku sebagai yang diinginkan "   Begitu topeng kulit manusia itu dirobek, yang muncul adalah selembar wajah seorang nona yang cantik namun sepasang matanya basah oleh air mata. Kam Liu cu menjadi tertegun setelah menyaksikan wajah nona itu, serunya tanpa terasa, "Masa kau?"   Ternyata selain Kam Liu cu, tak seorang pun diantara mereka yang hadir pernah bertemu dengan nona itu. Cepat-cepat Liu Leng poo mengalihkan sorot matanya kewajah Kam Liu cu, kemudian tanyanya keheranan : "Toa suheng, kau kenal dengannya?"   Rasanya tiada perempuan didunia ini yg tidak cemburuan, termasuk juga Liu Leng poo sekarang. Kam Liu cu segera tertawa terbahak-bahak : "Haaaa...haaa...haaa...dia adalah Tok she siacu!"   Begitu mendengar nama "Tok seh siacu"   Semua orang menjadi tertegun dan berdiri dengan wajah melongo.   Ternyata sewaktu Kam Liu cu sedang menyaru sebagai Lan Sim hu tempo hari, dia pernah bersua dengan Liong Hiang kun di dalam selat Tok seh sia, otomatis diapun dapat mengenali wajahnya.   Tiba-tiba sekilas senyuman berseri menghiasi wajah Liu Leng poo.   Akhirnya jerih payah mereka semalaman membuahkan hasil yang tak terduga.   Bukankah demikian? Tok seh siacu sesungguhnya adalah orang yang diperankan oleh putri kesayangan Liong Cay thian.   Setelah kini mereka dapat membekuknya, bukankah banyak persoalan yang akan menjadi beres dengan sendirinya? Sementara itu Liong Hiang kun telah menundukkan kepalanya rendah-rendah, lalu sambil menggelengkan katanya .   "Aku bukan Tok seh siacu!"   Kam Liu cu yang mendengar perkataan itu segera tertawa : "Mungkin orang lain tidak tahu kalau nona adalah jelmaan dari Tok seh siacu, tapi kami sudah mengetahui hal ini secara pasti! Apa gunanya nona menyangkal?"   Liong Hiang kun segera mengangkat wajahnya dan berkata : "Aku benar-benar bukan Tok she siacu seperti halnya Ban kiam hweecu. Siapa yang mengenakan dandanan tersebut maka dialah yang menjadi Tok seh siacu!"   Sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, kakek Ou segera berkata : "Kalau kau bukan Tok seh siacu, lantas siapakah Tok seh siacu itu..   ?" "Telah kukatakan sejak tadi, aku datang kemari karena dipaksa orang lain, tapi boleh juga dibilang atas kemauanku sendiri, hmm! Seandainya aku bukan merelakan diri dibekuk sejak tadi kau sudah keracunan."   Mendengar itu, kakek Ou tertawa terbahak-bahak ; "Haa haa haa....nona Liong, aku tidak takut ataupun keder dengan racun yang kau gunakan, bukan hanya aku situa semua orang yang berada disinipun tidak takut terhadap serangan racun, kalau tak percaya silahkan untuk mencobanya!"   Sementara itu Liu leng poo telah berkata pula pelan-pelan; "Sekalipun dalam hatimu masih tersimpan rahasia lain, apa gunanya kuberitahukan hal ini kepadamu?"   Sahut Liong Hiang kun dengan kepala tertunduk.   "Katakan saja, siapa tahu hal ini menguntungkan semua pihak?" Liong Hiang kun menggelengkan kepalanya berulang kali, mendadak dia mendongakan kepalanya lalu dengan sorot mata yang penuh permohonan ia bertanya: "Mana Wi Tiong hong? Apakah diapun kehilangan pikiran serta kesadarannya? Bukankah ia sudah kalian bekuk sejak tadi? Bolehkah kutengok sebentar dirinya? "   Satu ingatan segera melintas dalam besak Liu Leng poo, sahutnya segera : "Saudara Wi berada disini, boleh saja bila kau ingin menjenguknya tapi ada syaratnya, yaitu kau harus menjawab tiga buah pertanyaan yang kuajukan." "Baik bila ingin bertanya, ajukanlah pertanyaanmu itu."   Liu Leng poo kembali tertawa. "Lebih baik kau pergi menengoknya lebih dulu, kemudian baru menjawab pertanyaan yang kuajukan!"   Baik kakek Ou maupun Kam Liu cu, kedua orang itu tahu bahwa tindakan yang dilakukan Liu Leng poo ini pasti mengandung arti yang mendalam, karena itu tidak seorang pun diantara mereka yang berbicara, Liu Leng poo segera mengajak Liong Hiang kun masuk kedalam gua, sementara yang lain mengikuti dibelakangnya, Ma koan tojin sendiri berpesan dulu kepada keenam belas orang jago pedang berpita hijau agar menjaga diluar gua, kemudian dia baru menyusul kedalam Liong Hiang kun berjalan mengikuti di belakang Liu Leng poo, begitu masuk ke dalam gua dan menyaksikan Wi Tiong hong dengan mata terpejam rapat-rapat setengah merabah diatas dinding batu, mendadak ia menggerakkan tubuh dan menerjang maju ke hadapannya.   Dengan suatu gerakan cepat dia mengeluarkan sebutir pil berwarna putih dari sakunya dan langsung dijejalkan ke dalam mulutnya.   Semenjak tadi Lak jiu im eng Thio man telah berjaga-jaga disamping Wi Tiong hong dia melihat dengan jelas bagaimana Liong Hiang kun mengeluarkan pil berwarna putih itu dan siap dijejalkan kedalam mulutnya.   Tapi belum sempat menghadangi perbuatan nona itu, tampak bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu pil berwarna putih itu sudah berpindah ke tangan Liu Leng poo, malah ujarnya sambil tertawa ringan.   "Nona Liong, obat apa sih ini?"   Ketika pil berwarna putih itu kena dirampas oleh Liu Long poo, Liong Hiang kun segera merasakan pipinya menjadi semu merah karena jengah, cepat-cepat dia berseru. "Pil itu merupakan obat penawar racun cepat berikan kepadanya...!" "Siapa kau?"   Bentak Lak jiu im eng Thio Man sambil meraba gagang pedangnya.   "Siapa yang percaya obat apa yang akan kau berikan kepada engkoh Wi ?"   Lagi lagi seorang pencemburu! Dasar perempuan, agaknya rasa cemburu memang tak bisa terlepas dari watak kaum wanita.   Liong Hiang kun menjadi sangat gelisah, kepada Liu Leng poo serunya ; "Tapi pil ini benar-benar adalah pil penawar racun, dengan.....   dengan mempertaruhkan selembar jiwaku aku baru berhasil mendapatkan sebutir pil pemunah itu, kumohon kepadamu cepatlah berikan kepadanya." "Tahukah kau apa sebabnya saudara Wi bisa kehilangan pikiran serta kesadarannya? "   Tanya Kam Liu cu. "Yaa aku tahu. Dia terluka oleh semacam ilmu totokan yang khusus, dan cuma pil penawar racun ini yang bisa menyelamatkan dirinya.."   Kam Liu cu memandang sekejap kearah Liu Leng poo, kemudian katanya; "Tampaknya apa yang dia katakan memang tidak bohong, ji sumoay, aku rasa lebih baik biar saudara Wi menelan pil penawar itu!"   Liu Leng poo termenung sambil berpikir sejenak, kemudian katanya sambil menggeleng: "Tidak bisa aku kuatir dibalik pil tersebut masih terselip rencana busuk lainnya" "Aku berani bersumpah, pil ini merupakan pil penawar racun yang sebenarnya!!"   Seru Liong Hiang kun. Liu Leng poo mengambil pil tersebut dari tangan Liong Hiang kun, kemudian sambil berpaling kearah Kam Liu co, katanya. "Toa suheng, aku rasa lebih baik kita mencari orang lain sebagai bahan percobaan."   Kam Liu cu segara manggut-manggut tanda setuju. "Jangan!"   Dengan perasaan gelisah Liong Hiang kun segera berteriak keras.   "Aku hanya mempunyai sebutir pil penawar racuni tu dan aku datang khusus untuk menolong Wi siauhiap, kau tahu, termasuk ayahku sendiri juga sudah terkena serangan gelap mereka.."   Tiba-tiba ia menutup mulut dan tidak melanjutkan kembali perkataannya, tapi siapa pun dapat mendengar bahwa ayahnya justru sudah terkena serangan gelap itu, dan kemungkinan besar membutuhkan pula pil penawar racun itu.   Andaikata perkataan ini sampai terdengar oleh Liong Cay thian, niscaya dia akan muntah darah segar saking mendongkolnya, Tapi biarpun nona Liong gelisah juga tak ada gunanya, sebab Liu Leng poo telah menjejalkan pil pemunah racun itu kedalam mulut seorang jago pedang berpita hijau yang berada disamping Wi Tiong hong..   Sstelah melalui perdebatan yang sengit, kini suasana dalam gua menjadi tenang kembali, sorot mata semua orang bersama-sama dialihkan kewajah si jago pedang berpita hijau itu.   Dengan suatu gerakan cepat Kam Liu cu menepuk bebas jalan darah sijago pedang berpita hijau yang tertotok itu.   Tampak jago pedang itu gemetar keras sambil berkelojotan, tiba-tiba badannya roboh terjengkang keatas tanah sambil memuntah cairan kental berwarna hitam, lalu sejenak kemudian jiwanya sudah melayang meninggalkan raganya, Perubahan yang dramatis ini seketika menggetarkan sekujur badan Liong Hiang kun, tiba-tiba saja ia menjerit lengking.   Lak jiu im eng Thio Man yang menyaksikan adegan tersebut segera berkerut kening pula.   Tiba-tiba dia mengayunkan tangannya menampar wajah Liong Hiang kun sambil umpatnya: "Budak busuk, rupanya kau berniat hendak meracuninya sampai mati..?" Liong Hiang kun yang waktu itu masih di cekam perasaan kaget dan ngeri tentu saja tak dapat menghindarkan diri.   "Plook"   Tamparan itu bersarang telak diatas wajahnya.   Tapi tamparan tersebut justru membuatnya mendusin dari impian, sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan, dia menangis tersedu sambil keluhnya, "Demi menyelamatkan selembar jiwanya aku telah berusaha keras untuk mencuri sebutir pil penawar racun itu, aku bukan datang kemari dengan niat mencelakai jiwanya."   Terdorong rasa cemburu dan marah Lak jiu im seng Thio Man segera mencabut keluar pedangnya seraya membentak, "Budak busuk, kau masih menyangkal kalau kedatanganmu bukan bermaksud mencelakainya? kau...."   Pada saat itulah mendadak dari luar gua berkumandang datang suara tertawa yang sangat menyeramkan.   Suara itu seperti mengambang ditengah udara, bagaikan sambaran petir cepatnya melintas lewat diangkasa...   Dengan air muka berubah hebat, Kam Liu cu segera membentak keras-keras.   "Siapa disitu?" "Orang itu sudah melarikan diri.."   Kata kakek Ou dengan gusar.   "Bajingan keparat, begitu berani dia menyembunyikan diri diluar gua sambil menyadap pembicaraan kita."   Dalam pada itu Liong Hiang kun telah menangis tersedu-sedu.dengan air mata bercucuran membasahi wajahnya dia berkata.   "Tak kusangka selain usahaku menolong Wi sauhiap tidak berhasil, sebaliknya aku justru mencelakai pula ayahku sendiri." Lak jiu im eng Thio Man tidak menjadi berubah sikap setelah menyaksikan kejadian itu, dengan pedang masih ditempelkan di atas dada Liong Hiang kun, bentaknya ketus. "Sejak kapan sih kau berniat baik? Ayoh jawab, sesungguhnya dengan cara keji apakah kalian telah mencelakai begitu banyak orang...?" "Kalau ingin membunuh, bunuhlah aku segera!"   Seru Liong Hiang kun sambil manangis.   "Dalam kenyataan aku telah mencuri obat penawar racun itu dengan menyerempet bahaya, kalau toh kalian tidak percaya yaa sudahlah, bagaimanapun juga aku memang sudah tak ingin hidup lagi!"   Begitu selesai berkata, ia segera membusungkan dadanya dan benar-benar menapaki ujung pedang dari Lak jiu im eng Thio Man itu dengan badan sendiri.   Liu Leng poo agaknya berpendapat lain, dari pembicaraan gadis itu secara lamat lamat dia telah menduga bahwa dibalik peristiwa itu mungkin terdapat rahasia lain, karena itu cepat-cepat serunya kepada Thio Man.   "Adik dari keluarga Thio, tarik dulu pedangmu, aku percaya pada Liong memang mempunyai maksud tujuan yang baik!"   Kemudian sambil berpaling lagi ke arah Liong Hiang kun, kembali dia berkata: "Walaupun obat penawar racun yang nona bawa telah ditipu orang serta berubah menjadi racun, namun aku dapat melihat bahwa nona benar-benar berniat menolong saudara Wi.   Nah, sebagaimana perjanjian kita tadi, asal kau bersedia menjawab tiga buah pertanyaanku.   Aku tetap akan membebaskan kau pergi dari sini." "Sekalipun kalian membebaskan aku, toh aku pun tak bisa pulang lagi, apa yang ingin kau tanyakan segeralah diajukan."   Seru Liong Hiang kun dengan air mata bercucuran.   "Nona adalah putri Liong Cay thian, juga merupakan Tok seh siacu, masa ada orang yang dapat menyusahkan dirimu?".   "Ayahku yang menyuruh aku berperan sebagai Tok seh siacu, dulu memang demikian tapi sekarang tidak lagi" "Lantas siapa yang memegang peranan itu?"   Tanya Liu Leng poo lebih jauh.   Liong Hiang kun kelihatan agak ragu, dia menggigit bibirnya kencang-kencang, agaknya ada suatu hal yang sulit baginya untuk di utarakan keluar.   Tapi selang berapa saat kemudian agaknya nona itu telah mengambil keputusan, sambil mengangkat kepala katanya, "Tempat ini merupakan selat Tok seh sia baru, dibangun ayah secara rahasia sejak sepuluh tahun berselang, selama ini aku hanya pernah mendengar ayah menyinggung soal itu, namun belum pernah datang mengunjunginya.   Baru hari ini ayah mengajakku datang kemari, dan saat itu pula aku baru tahu kalau selat Tok seh sia baru ini di pimpin oleh nyonya siacu yang muda lagi cantik."   Semua orang sudah tahu kalau Tok seh siacu adalah Liong Hiang kun, sedangkan Liong Hiang kun adalah seorang gadis, sudah barang tentu tak mungkin mempunyai nyonya, tapi kini ternyata muncul seorang nyonya siacu.   Setelah mendengar perkataan dari Liong Hiang kun ini, semua orang baru tahu, ternyata Tok seh sia yang baru ini merupakan tempat Liong cay thian menyembunyikan istri barunya.   Tiba-tiba muncul perasaan benci dan gusar di wajah Liong Hiang kun.   Katanya tiba-tiba dengan perasaan benci.   "Perempuan itu telah menggunakan kecantikan wajahnya untuk memikat ayahku." "Apakah dia adalah anggota perguruan dari Kiu siang loyau?"   Tanya Liu Leng poo.   "Entahlah, ketika aku datang kesana dengan peranan sebagai Tok seh siacu hari ini, siluman perempuan itu telah memancingku memasuki sebuah ruangan rahaisa, dia memerintahkanku untuk melepaskan dandanan Tok seh siacu tersebut." "Mula-mula aku tak mau, ketika kemudian dia memberitahukan kepadaku bahwa ayah sudah terkena racun kejinya, terpaksa aku pun menyerahkan dandanan Tok seh siacu tersebut kepadanya, karena dengan begitu nyawa kami ayah dan anak baru bisa diselamatkan, terdesak dalam keadaan tak berdaya, terpaksa akupun serahkan topeng serta pakaian tersebut kepadanya." "Apakah waktu itu dia tidak menyusahkan dirimu?"   Tanya Liu Leng poo kemudian.   "Tidak, dia hanya mengurungku didalam sebuah ruangan batu serta melarangku keluar! Ia tidak mengijinkan aku berjumpa dengan ayah, hingga menjelang malam tadi dia mengundangku menghadap dan memerintahkan aku memakai topeng serta pakaian dari Ban kiam hweecu itu untuk berperan sebagai Ban kiam hweecu." "Tahukah nona bagaimana keadaan Kiamcu?"   Tanya Ma koan tojin dengan perasaan cemas.   "Aku tidak waktu itu aku hanya mendengar dia berkata bahwa ada sekelompok manusia yang telah ditotok dibagian jalan darahnya oleh ilmu Ciang Liong ci sehingga pikiran dan kesadarannya terganggu, dia menitahkan kepadaku untuk memimpin mereka menghadapi orang-orang Thian sat bun, diapun memberitahukan kepadaku bahwa ada sekelompok orang, termasuk Wi siauhiap telah ditahan oleh pihak Thian sat bun." "Lantas obat penawar racun itu kau peroleh dari mana?" "Pada saat itulah tiba-tiba ada orang yang datang melaporkan tentang perkembangan situasi terakhir, ketika mendengar laporan tersebut tergesa-gesa dia pergi dari sana, aku pun lantas berpikir, ayah yang terkena racun kejinya harus ditolong, siapa tahu kalau didalam kamar itu terdapat obat penawar racunnya.   Dalam pencarian yang dilakukan dengan tergesa-gesa ini aku berhasil menjumpai sebuah botol dengan label yang bertuliskan obat penawar racun dari Ciang liong ci.   Teringat bahwa Wi siauhiap memang terluka oleh ilmu totokan Ciang liong ci, maka obat itupun kucuri."   Ketika berbicara sampai disini, sepasang pipinya berubah menjadi semu marah.   Liu leng poo memandang sekejab kearah Kam liu cu, kemudian ujarnya, "Kalau didengar dari keterangan nona ini, tampaknya dewasa ini seluruh selat Tok seh sia telah dikuasahi oleh Kiu siang popo si siluman tua itu."   Kakek Ou menggaruk-garuk kepalanya sambil berkata pula, "Entah kepandaian silat macam apakah Ciang Liong ci itu? Aaaii... Seandainya majikan kami berada disini, kemungkinan besar dia dapat mencarikan cara pertolongan yang tepat.."   Belum habis perkataan itu diucapkan, tiba-tiba terdengar suara bentakan nyaring berkumandang datang dari luar gua, disusul kemudian terdengar suara sahutan seseorang yagn merdu bergema tiba. "Hey, aku yang datang! kalian cepat menyingkir!"   Dengan perasaan terkejut kakek Ou segera berseru, "Aahh... nona kami datang.."   Tampak sesosok bayangan manusia yang kecil mungil menyelinap masuk dengan cepat.   Orang itu bukan lain adalah So Siau hui, begitu masuk kedalam gua, sambil memegangi dadanya dia berdiri dengan napas tersengal.   Melihat keadaan dari So siau hui, dengan perasaan terkejut kakek Ou segera berseru, "Nona, mengapa kau?"   So Siau hui segera menenangkan hatinya sambil membereskan rambutnya yang kusut, kemudian katanya sambil tertawa. "Aku tidak apa-apa, hanya kelelahan karena harus berlari kencang..."   Apabila dilihat dari caranya berbicara maupun tindak tanduknya, Liu leng poo merasa nona ini sehat dan segar bugar, namun berhubung nona tersebut baru datang dari selat tok seh sia, tak urung timbul juga perasaan was was didalam hatinya, pelan-pelan dia maju menghampirinya lalu berkata, "Adik dari keluarga So, duduklah dulu untuk beristirahat." "Tidak usah, aku sudah merasa agak baikan."   Sahut So Siau hui dengan cepat.   Dengan mata terbelalak lebar-lebar cepat-cepat kakek Ou bertanya lagi.   "Nona, bagaimana caramu melarikan diri dari pengawasan mereka?" "Empek Ou, bukannya kau tidak tahu, ayahku sudah mengajarkan ilmu memindahkan jalan darah kepadaku? Bagaimana mungkin mereka dapat menotok jalan daraku? Sore tadi kami terjebak didalam perangkap mereka.   Ketika kulihat Wi siauhiap tertawan maka akupun sengaja membiarkan diriku ikut tertawan juga." "Mula-mula aku bermaksud menunggu kesempatan untuk membebaskan jalan darah Wi siauhiap yang tertotok, siapa tahu mereka telah menyekapku kedalam sebuah ruangan batu yang berbeda, maka secara diam-diam akupun melarikan diri dari sana."   Liu Leng poo merasa penuturan nona itu terlalu ringkas dan sederhana, maka tak tahan dia segera bertanya lagi, "Apakah tidak ada yang mengejar dirimu?" "Ruangan batu tersebut dilengkapi dengan alat rahasia, didalam anggapan mereka orang yang sudah dikurung dalam ruangan tersebut tak nanti bisa meloloskan diri, oleh sebab itu merekapun tidak menempatkan penjaga disekitarnya." "Siapa tahu semua alat rahasia yang mereka gunakan merupakan alat rahasia yang berhasil dicurinya dari Lam hay kami, dengan sendirinya dengan mudah dan leluasa kau berhasil melarikan diri, hanya saja sepanjang jalan mesti lari terus, aku jadi kehabisan napas dan kelelahan." "Jadi kau mengenali betul semua alat rahasia yang mereka gunakan?"   Tanya Liu leng poo.   "Sekalipun mereka lakukan juga pelbagai perubahan disana sini, tapi yang kuketahui mencapai enam tujuh puluh persen." "Itu sudah lebih dari cukup, sayang sekali begini banyak orang orang kita yang berada dalam keadaan tidak sadar.   Kalau tidak, kita bisa secara langsung menyerbu ke sarang mereka!" "Aku rasa kita cukup meninggalkan sebagian kekuatan untuk berjaga-jaga ditempat ini, aku memang ingin sekali bertarung melawan Kiu siang poo tersebut!"   Seru kakek Ou "Agaknya selat Tok seh sia baru ini dipimpin oleh anak buahnya, Kiu siang poo pribadi belum tentu berada disini."   Ucap Kam Liu cu pula dengan cepat.   Sementara pembicaraan masih berlangsung, tiba-tiba dari mulut gua terdengar suara mencicit yang tinggi melengking dan pelan bergema tiba, menyusul kemudian tampak sesosok bayangan manusia menyelinap masuk dengan kecepatan bagaikan hembusan angin.   Orang itu muncul tanpa menimbulkan sedikit suarapun dan nyatanya berhasil mengelabuhi keenam belas orang jago pedang berpita hijau yang berjaga-jaga diluar gua.   Liu Leng poo segera merasakan sesuatu, tiba-tiba dia membalikkan badan seraya membentak; "Hey, siapa yang berani menyelundup masuk sedalam gua?" Sambil berkata dia mengayunkan telapak tangannya melepaskan sebuah bacokan kilat kearah orang itu.   Cepat-cepat Kam Liu cu berseru keras, "Ji sumoay, jangan bertindak gegabah!" "Blaaammmm.,!"   Benturan keras bergema memecahkan keheningan.   Angin pukulan yang bersarang di atas batuan cadas itu mengakibatkan hancuran batu beterbangan keempat penjuru.   Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Dengan suatu gerakan yang sangat ringan orang itu menyelinap kesamping lalu menggoyangkan tangannya berulang kali sambil berseru diiringi suara tertawa rendah: "Liu lihiap, jangan menyerang dulu, aku adalah Thio Khing!"   Sekarang semua orang baru dapat melihat dengan jelas bahwa orang itu adalah seorang kakek berbaju abu-abu yang berkepala botak, dagu lancip, mata besar serta kumis tipis, mukanya kelihatan aneh sekali, dia tak lain adalah si tikus berjalan dibawah tanah Thio Khing.   Liu Leng poo tidak kenal orang tersebut tapi mengingat orang itu bisa mengelabuhi keenam belas orang jago pedang berpita hijau yang berjaga diluar gua, ia sadar bahwa orang ini bukan manusia sembarasgan.   Maka dengan suara dingin segera bentaknya, "Siapakah anda?"   Kam Liu cu yang berada di sampingnya cepat cepat menjelaskan.   "Ji sumoay.   Dia adalah si tikus berjalan dibawah tanah Thio Khing..".   Kemudian sambil menjura katanya pula: "Ditengah malam buta begini saudara Thio datang berkunjung, sesungguhnya ada urusan apa?"   Si tikus berjalan dibawah tanah Thio King memutar sepasang biji matanya yang kecil lalu tertawa paksa berulang kali: "Yaa, ya, aku mendapat perintah dari majikanku untuk datang mengirim obat kepada kalian"   Dengan perkataan tersebut berarti Tong hujin telah mendapat tahu bahwa orang-orang disini telah menderita luka sehingga kehilangan pikiran dan kesadarannya, karena itu dia pun memerintahkan orang untuk mengantar obat racun kemari.   Lantas siapakah Tong hujin yang sebenarnya? Darimanakah asalnya? Tampaknya tiada persoalan apapun yang dapat mengelabuhinya.   Sementara itu si tikus berjalan dibawah tanah Thio Khing telah merogoh kedalam sakunya serta mengeluarkan sebuah botol kecil lalu katanya lagi sambil tertawa paksa: "Berhubung disepanjang jalan harus menghadapi pelbagai rintangan, maka akibatnya aku telah datang terlambat"   Sambil berkata dia serahkan botol obat itu kehadapan Kam Liu cu.   Liong Hiang kun yang berdiri disamping, dalam sekilas pandangan saja telah melihat bentuk botol itu dengan jelas, tiba-tiba paras mukanya berubah hebat, serunya dengan gelisah: "Kam tayhiap, isi botol itu bukan obat penawar racun, melainkan bubuk pembingung sukma milik ayahku".   Sementara Kam Liu cu masih tertegun setelah mendengar perkataan tersebut, si tikus berjalan dibawah tanah Thio Khing telah manggut-manggut seraya berkata: "Benar...   benar..   perkataan nona ini memang benar, isi botol tersebut memang bubuk pembingung sukma dari si Raja langit bertangan keji Liong Cay thian, ehhmmm, ehmmm....aku mendapat perintah dari majikan dan baru saja masuk kedalam untuk mengambilnya."   Yang dimaksudkan sebagai "baru saja masuk kedalam untuk mengambilnya"   Jelas berarti obat tersebut baru saja berhasil dicurinya! "Tapi apa gunanya kau mencuri bubuk pembingung sukma itu?"   Tanya Liong Hiang kun.   Sambil mengangkat bahunya si tikus berjalan dibawah tanah Thio Khing menyahut seraya tertawa: "Besar sekali manfaatnya! Menurut majikanku, Wi siauhiap sekalian telah kehilangan pikiran serta kesadarannya karena jalan darah diotaknya tertotok oleh ilmu jari Ciang Liong ci sehingga siapa musuh siapa teman tidak diketahui, dia hanya menuruti perintahnya dari seseorang atau semacam tanda rahasia.   Begitu jalan darahnya dibebaskan mereka akan melakukan perlawanan sengit.   Selain cara pembebasan yang khas dari ilmu Ciang Liong ci sendiri, konon hanya It goan hu si wan dari Lam hay bun yang bisa menyadarkan kembali mereka semua." "Pil It goan hu si wan?"   Seru So Siau hui terkejut.   "tapi resep obat itu sudah lenyap, sedang persediaan obat dirumah kami pun sudah tidak ada lagi." "Benar,benar, itulah sebabnya majikan kami baru menitahkan kepadaku untuk menyeludup masuk kedalam selat Tok seh sia serta mencuri bubuk pembingung sukma dari saku si raja langit bertangan keji Liong Cay thian. Bubuk pembingung sukma sama saja dapat menghilangkan pikiran dan kesadaran seseorang, tapi jikalau diberikan kepada seseorang yang sudah tertotok pikiran dan kesadarannya oleh Ciang liong ci, maka hal ini menyebabkan mereka tak akan menuruti perintah lawan lagi." "Tapi akibatnya mereka kan semakin kehilangan pikiran serta kesadarannya?"   Seru Lak jiu im eng Thio Man segera.   Si tikus berjalan dibawah tanah Thio Khing segera tertawa; "Justru dengan membuat mereka makin lama semakin bingung, maka setelah jalan darah mereka dibebaskan, orang-orang itu baru tak akan lari balik ke pihak musuh"   Lak jiu im eng Thio Man segera menengok sekejap kearah Liu Leng poo, kemudian katanya, "Enci Liu, hal ini masa boleh jadi?"   Liu Leng Poo tidak menjawab, dia hanya membungkam diri dalam seribu bahasa.   Sambil tertawa si tikus berjalan dibawah tanah Thio Khing berkata lagi: "Siapa bilang tak boleh jadi? Menurut majikan kami, hal ini cuma merupakan tindakan sementara waktu, apalagi bubuk pembingung sukma pun memiliki obat penawarnya yang tersedia setiap saat, apa yang mesti ditakuti? Berbeda sekali dengan ilmu Ciang liong ci itu." "Konon orang yang terkena totokan ilmu jahat tersebut, bila dibiarkan menderita selama tiga puluh enam jam maka akibatnya dia akan menjadi lemah mental dan pikiran untuk selamanya, keadaan tersebut tak akan bisa disembuhkan lagi, oleh sebab itulah persoalan terpenting sekarang adalah membebaskan jalan darah mereka yang tersumbat oleh ilmu Ciang Liong ci."   Setelah mengetahui akan betapa lihaynya ilmu Ciang Liong ci tersebut, tanpa terasa semua orang saling berpandangan dengan wajah memucat.   Akhirnya sambil manggut-manggut Liu leng poo berkata: "Setelah atasanmu menitahkan kau kemari, aku percaya dia pasti mempunyai tindakan yang bagus bukan?" -oo0dw0oo-   Jilid 25 SAMBIL mengangkat bahu sitikus berjalan dibawah tanah Thio Khing menyahut, "Majikan kami pernah berkata, satu satunya tindakan yang paling tepat saat ini adalah membekuk Kiu siang poo dalam keadaan hidup-hidup serta memaksanya untuk membebaskan jalan darah mereka yang tertotok itu"   Kam Liu cu memandang sekejap kearah Liu leng poo, kemudian bertanya: "Sam sumoay, bagaimana menurut pendapatmu?" "Yaa, terpaksa harus berbuat begitu"   Lak jiu im Thio Man menjadi sangat terkejut, segera teriaknya tertahan : "Enci Liu, apakah kau hendak mencekoki mereka dengan bubuk pembingung yang kau bawa itu ?"   Tanya Lak jiu dengan keheranan. "Yaa, aku ingin mencekokinya dengan obat pembingung sukma ini!"   Ooo~^DewiKZ^Aditya^aaa^~ooo KAKEK OU SEGERA MENYAHUT, "Sekalipun didalam kitab Siu khi keng peninggalan dari majikan tua tercantum kepandaian tersebut, namun majikan tak pernah melatihnya, aku rasa hal ini juga percuma.   Apalagi sekalipun majikan bisa membebaskan pengaruh totokan tersebut, untuk kembali ke Lam hay pun rasanya kita tak akan keburu sampai."   Sementara itu Liu leng poo telah menerima botol berisi bubuk pembingung sukma itu dari tangan Kam Liu cu, kemudian sambil di serahkan ketangan Liong Hian kun katanya, "Bubuk pembingung sukma merupakan obat yang dibuat oleh ayahmu, aku rasa kau tentu mengetahui berapakah takaran yang dibutuhkan setiap orangnya, bagaimana kalau tugas ini kubebaskan saja kepada nona?"   Dengan senang hati Liong Hiang kun segera menerima botol obat tersebut.   Sebaliknya Lak jiu im eng Thio Man yang melibat Liu Leng poo meminta Liong Hiang kun yang memberikan bubuk pembingung sukma tersebut kepada semua orang, dengan cemas segera berseru : "Enci Liu, biar aku saja yang membagikan obat tersebut kepada mereka."   Liu Leng poo segera tertawa : "Adik cilik, kau tidak usah kuatir, nona Liong harus bekerja sama dengan kami agar bisa menolong ayahnya, jadi kita dapat mempercayainya sepenuh hati"   Lak jiu im eng Thio Man merasa agak sungkan untuk berbicara lebih jauh, maka dia pun membungkam diri dalam seribu basa.   Liong Hiang kun segera menundukkan kepalanya dan mulai mencekoki orang-orang yang kehilangan pikiran itu dengan bubuk penghilang sukma...   Saat ini hampir semua perhatian para hadirin ditujukan kearah Wi Tiong hong sekalian, menanti Ma koan tojin ikut berpaling, tiba-tiba saja dia menemukan kalau si tikus berjalan dibawah tanah telah pergi tanpa bekas entah sedari kapan.   Segera timbul kecurigaan di dalam hatinya dengan suara tertahan serunya, "Kam tayhiap, si tikus berjalan dibawah tanah telah pergi tanpa pamit, kita jangan sampai termakan oleh tipu muslihatnya."   Dengan cepat kakek Ou berpaling, benar juga, si tikus berjalan dibawah tanah telah pergi entah kemana.   Dengan gusar ia segera mendengus, teriaknya, "Kurang ajar benar manusia macam tikus pun berani bermain gila dihadapanku!!! hmmnn! Kalau sampai ketemu lagi besok, pasti akan kuhajar dia sampai hancur berantakan! Buru buru Kam Liu cu berkata seraya tertawa: "Orang itu paling senang kalau bermain gila-gilaan, tapi menurut pendapatku dia tak sampai akan menjebak kita dengan permainan busuk" Selang berapa saat kemudian, terdengar Liong Hiang kun berkata kepada Liu leng poo, "Sekarang sudah lewat seperminum teh lamanya daya kerja bubuk pembingung sukmapun sudah mulai menyebar...   Liu lihiap dapat membebaskan jalan darah mereka yang tertotok." "Biar aku saja yang melakukan tugas ini!!"   Seru Kam Liu cu sambil melangkah kedepan. "Tunggu dulu!"   Tiba-tiba Liong Hiang kun berseru lagi.   "Bubuk pembingung sukma ayahku dapat membuat kesadaran seseorang pulih kembali sebagian kecil, oleh sebab itu diantara kalian mesti ada seorang yg bakal memberi perintah dan petunjuk kepada orang-orang itu, dan orang tersebut biasanya adalah orang pertama yang akan mengajak mereka berbicara setelah daya kerja obat bubuk itu menyebar kedalam tubuh mereka.   Dewasa ini, jalan darah penting mereka masih tersumbat akibat pengaruh totokan Ciang liong ci, karenanya sebelum diberi obat racun itu, sulit rasanya untuk menyadarkan mereka, namun setelah jalan darah mereka dibebaskan nanti harus ada satu orang yang memerintahkan mereka, entah siapakah diantara kalian yang akan memikul tanggung jawab tersebut?" "Aku pikir, nona Liu adalah orang yang paling sesuai, sebab diantara kita semua dialah yang menjadi Kuncu (juru pikirnya)!!"   Seru kakek Ou cepat. "Nah, kalau begitu Liu lihiap harus ingat baik-baik.."   Ujar Liong Hian kun kemudian "Kau mesti menyampaikan ucapan yang bermaksud agar mereka tunduk kepada semua perintahmu dan tak boleh membangkang kepada mereka semua satu demi satu" Liu Leng poo segera manggut-manggut..   "Akan kuingat baik-baik" "Kalau begitu, Kam tayhiap boleh segera turun tangan."   Kam Liu cu mengiakan dan maju ke depan dengan langkah lebar tangannya segera bergerak cepat, dalam waktu singkat hampir semua jalan darah orang-orang itu telah dibebaskan olehnya.   Sebagaimana diketahui, orang-orang itu sudah ditotok jalan darah Nau juang hiat di otaknya dengan ilmu jari Ciang liong ci, dan sekarang telah dicekoki lagi dengan obat pembingung sukma, hal ini pada hakekatnya membuat mereka semua menderita kehilangan pikiran berganda, sekalipun begitu namun ilmu silat yang mereka miliki masih tetap utuh seperti sedia kala.   Begitu jalan darah mereka di bebaskan, orang-orang itu segera memperlihatkan pandangan mata yang bingung dan kabur pelan-pelan mereka bangkit berdiri dari atas tanah.   Baik kakek Ou maupun Kam Liu cu, kedua-duanya kuatir kalau sampai mereka berontak atau melakukan suatu tindakan yg tak diinginkan setelah totokan jalan darahnya dibebaskan, karena itu sejak tadi mereka berdua telah menyebarkan diri kesamping kiri dan kanan serta secara diam-diam bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.   Dengan langkah tegap Liu leng poo berdiri dihadapan mereka semua tiba-tiba bentaknya; "Wi Tiong hong!"   Wi Tiong hong segera menggerak-gerak kelopak matanya, namun mimik wajahnya masih tetap dingin, kaku dan sama sekali tak berperasaan.   So Siau hui dan Lak jiu Im eng Thio man yang menyaksikan mimik muka anak muda tersebut diam-diam merasa sedih sekali, namun siapapun tak ada yang bersuara.   Buru buru Liong Hiang kun berjalan mendekati Wi Tiong hong, kemudian berbisik disisi telinganya: "Liu lihiap sedang memanggilmu, ayoh cepat maju selangkah kedepan."   Ternyata perkataan itu sangat manjur, Wi Tiong hong segera mengalihkan sorot matanya kewajah Liu leng poo dan benar-benar maju selangkah kedepan.   Menyaksikan kejadian tersebut, diam-diam Liu leng poo mengangguk, pikirnya: "Andaikata malam ini tidak ada Liong-Hiang kun hadir disini aku tentu akan kelabakan dan tak tahu bagaimana harus mengatasi persoalan ini!"   Berpikir demikian, sorot matanya segera dialihkan kembali kewajah Wi Tiong hong kemudian katanya: "Wi Tiong hong, kau harus ingat baik-baik mulai sekarang kau harus mentaati dan tunduk pada semua perintahku, kau tak boleh menbangkang barang sekejap pun!!"   Wi Tiong hong mengawasinya sekejap, kemudian manggut-manggut. Liong Hiang kun yang berdiri disampingnya dengan cepat membisik kembali, "Kau boleh berdiri disamping sana."   Ternyata Wi Tiong hong menurut sekali.   Ia benar-benar menyingkir kesamping.   Menyusul kemudian Liu Leng poo memanggil nama Cho Kui moay dan mengulangi dengan kata-kata yang sama.   Cho Kiu moay pun dengan taat berdiri menanti disamping arena.   Selanjutnya adalah giliran dari Keng hian lalu Ceng siu Thio lo han Khong heng hweesio, si naga berekor botak To Sam seng dan lain sebagainya, semuanya melakukan hal yang sama...   Akhirnya ke sebelas orang jago pedang berpita hijau pun mendapatkan gilirannya, Liu Lang poo mengulangi pula kata-katanya terhadap mereka semua.   Walaupun perlakuan itu di lakukan sangat singkat, namun itupun membutuhkan waktu hampir sepertanak nasi lamanya sebelum rampung semua.   Waktu itu kentongan keempat telah menjelang tiba, Ma koan tojin memandang sekejap cuaca diluar gua kemudian bertanya, "Liu lihiap apakah kita akan berangkat sekarang juga?" "Ehmm kentongan keempat sudah hampir tiba, padahal kita semuapun sudah bergadang semalaman suntuk, mumpung masih ada sedikit waktu yang tersisa mari kita simpan tenaga sejenak, kita baru berangkat setelah terang tanah nanti." "Ji sumoay,"   Kam liu cu segera berkata "Dari pada kita berangkat setelah terang tanah nanti, apa salahnya kalau berangkat pada saat ini juga? siapa tahu kalau tindakan kita ini malah akan membuat mereka jadi kelabakan?"   Liu Leng poo segera tertawa.   "Dengan jumlah orang-orang kita yang begini banyak, bagaimana mungkin jejak kita dapat mengetahui mereka semua? Dari pada main sembunyi, mengapa kita tak menantang mereka secara terangan saja? Disamping itu, saat ini hari masih gelap padahal kitapun tak mengenali jalan mereka, selain itu kitapun sudah semalaman suntuk tidak beristirahat, apa salahnya kalau kita manfaatkan kesempatan yang ada untuk memupuk tenaga dan menyegarkan kembali tubuh kita? Toh tindakan tersebut lebih banyak untungnya dari pada kerugian?"   Setelah mendengar penjelasan tersebut, Ma koan tojin merasa kagum sekali, dia segera manggut-manggut sembari berkata ; "Perhitungan Liu lihiap memang sangat tepat, ilmu peperangan yang kau persiapkan pun sangat hebat, pinto benar-benar takluk dan kagum sekali." "Baiklah,"   Kata Kam Liu cu pula.   "Mari kita berangkat setelah terang tanah nanti,"   Setiap orang tahu, setelah terang tanah nanti mereka akan memasuki selat Tok seh sia baru dan disana pasti akan berlangsung suatu pertarungan yang sengit.   Maka dengan memanfaatkan sisa waktu yang ada semua orang berusaha untuk melepaskan lelah dan menghimpun tenaga baru, hampir semuanya segera duduk bersemedi untuk mengatur pernapasan.   Tiba-tiba Tiong Hiang kun berjalan menuju kehadapan Liu Leng poo, kemudian sambil menjura katanya, "Liu lihiap, aku mempunyai suatu permintaan yang tak pantas yang terpaksa harus kuajukan kepada kalian yakni ayahku telah terkena racun dari siluman perempuan itu sehingga kemungkinan besar beliau akan di paksa untuk bertarung melawan kalian untuk itu harap Liu lihiap serta para pendekar lainnya sudi mengampuninya" Liu Leng poo sesungguhnya sudah tahu kalau musuh besar Wi Tiong hong tak lain adalah si Raja langit bertangan keji Liong Cay thian namun ia tidak menerangkan persoalan tersebut kepada gadis itu, hanya di tariknya tangan Liong Hiang kun baru ujarnya sambil berkata; "Sebetulnya tujuan utama dari keberangkatan kita menuju ke selat Tok seh sia untuk kali ini adalah untuk membekuk Kiu siang si siluman tua tersebut guna membebaskan orang-orang ini dari pengaruh totokan Ciang liong ci yang telah membuat mereka kehilangan pikiran dan kesadarannya sebab hanya siluman tua Kiu siang yang bisa menolong mereka, jadi masalah yang sesungguhnya tak ada hubungan apa pun dengan ayahmu, untuk persoalan ini harap nona berlega hati." "Aku tahu tentang hal ini!!"   Ucap Liong Hiang kun dengan air mata bercucuran "Tapi dalam berapa hari belakangan ini, hatiku selalu berdebar keras tanpa sebab, seakan-akan ada bencana besar yang telah berada di depan mata..."   Liu Leng poo segera tertawa.   "Soal itu sih gampang sekali untuk dijelaskan, karena selama berapa hari ini secara beruntun telah terjadi pelbagai kejadian didalam selat Tok seh sia, sedangkan nona pun harus berperan sebagai Tok seh siaucu, otomatis hatimu menjadi risau dan tak tenang, sudah...   asal kau tidak memikirkannya lagi, hatimu pasti akan menjadi tenang kembali."   Ketika Liong Hiang kun merasa apa yg diucapkan Liu Leng poo memang ada benarnya juga, dia menjadi berlega hati dan perasaannya jauh lebih tenang.   Dengan air mata bercucuran diapun menyahut sambil manggut-manggut, "Terima kasih banyak atas petunjuk enci Liu " "Hari sudah hampir terang tanah, pergilah beristirahat sejenak."   Ujar Liu Leng poo kemudian sambil tertawa, Selesai berkata, pelan-pelan dia memejamkan matanya.   Suasana diluar gua di cekam dalam kegelapan yang luar biasa.   Suasana didalam gua justru hening sekali dan tak kedengaran suara apapun lagi.   Semua orang telah memanfaatkan kesempatan yang ada untuk bersemedhi dan mengatur pernapasan, menghimpun kekuatan baru untuk menghadapi musuh tangguh Tapi diantara sekian orang, hanya keempat orang nona yang tak bisa menenangkan pikiran masing-masing.   Mereka dibebani oleh pikiran dan perasaan yang berbeda sehingga sulit untuk memusatkan pikirannya.   Dari keempat orang itu, Liu leng poo merupakan Kuncu (juru pikir) dari rombongan tersebut.   Dalam situasi menghadapi musuh yang begitu tangguh, lagi pula dengan kekuatan yang tidak berimbang, dia tak tahu bagaimanakah nasib perjalanan selanjutnya, apalagi dalam soal menang kalah dalam pertarungan yang bakal berlangsung, tentu saja hal mana membuat hatinya menjadi tak tenang.   Sebaliknya bagi So Siau hui, Liong Hiang kun serta Lak jiu im eng Thio Man dalam benak mereka bertiga boleh dibilang hanya dipenuhi oleh sebuah bayangan saja, memandang keadaan Wi Tiong hong yang kehilangan pikiran dan kesadaran, perasaan, mereka betul-betul remuk redam, perasaan cinta, kasihan gelisah cemas dan kesal bercampur menjadi satu, sehingga tak seorang pun diantara mereka yang dapat berkata-kata.   Pelan-pelan fajarpun menyingsing dari ufuk timur, hari sudah terang tanah sinar matahari pagi memancarkan cahayanya ke seluruh penjuru.   Dengan dipimpin oleh Liu Leng poo, berangkatlah rombongan itu meninggalkan gua batu menuju keselat sempit dibalik hutan kering dibelakang bukit sana.   Sekalipun mereka melakukan perjalanan bersama-sama, namun kekuatan yang ada justru terbagi menjadi dua kelompok, pada kelompok yang pertama dipimpin oleh Liu Leng poo dengan Liong Hiang kun serta So Siau hui sebagai pembantu utamanya.   Hal ini disebabkan Liong Hiang kun memang orang Tok seh sia sedangkan So Siau hui menguasai penuh semua ilmu barisan serta alat jebakan yang terdapat didalam lembah tersebut.   Disusul kemudian adalah rombongan orang-orang yang kehilangan pikiran dan kesadarannya, yaitu Wi Tiong hong, Cho Kiu moay, Heng hian totiang, teng siu to tiang, Thi lo han Khong beng hwesio, naga tua berekor botak To Sam seng serta ke sebelas orang jago pedang berpita hijau.   Orang-orang itu hanya menuruti perintah dari Liu leng poo seorang, otomatis harus dipimpin pula oleh Liu Leng poo secara langsung...   Diantara sekian banyak orang, ditambah lagi dengan kakek Ou, sebab diantara sekian orang dialah yang memiliki ilmu silat paling hebat, orang tua ini selalu mendampingi So Siau hui dengan maksud melindungi keselamatan majikan mudanya itu.   Pada rombongan ke dua dipimpin oleh Kim Liu cu dengan Ma koan tojin sebagai pembantu utamanya, disusul kemudian adalah sipena baja Tam see hoa, Lak jiu im eng Thio Man serta keenam belas jago pedang berpita hijau.   Dengan gerakan tubuh kedua rombongan jago-jago yang berilmu tinggi, tak selang berapa saat kemudian mereka telah tiba di depan hutan kering ditengah lembah Saat itu matahari sudah jauh diatas awang awang dan menyinari seluruh hutan gersang itu hingga memantulkan sinar putih yang menyilaukan mata, nyata sekali hutan tersebut hanya berupa sebuah hutan kosong.   Kedua buah peti mati yang kemarin masih diletakan disitu, kini sudah disingkirkan, hanya tugu peringat batu tersebut masih tetap berdiri tegak di tempat semula, Tulisan yang tertera diatas batu peringatan itupun masih tetap utuh sebagaimana mestinya.   Tulisan yang terterapun tetap berbunyi demikian: "Hutan gersang tiada jalan, puluhan li memasuki puncak awan"   Liong Hiang kun segera berebut maju ke depsn sembari berkata: "Kemarin aku pun masuk ke dalam melalui jalan ini, aku tahu caranya untuk membuka pintu rahasia tersebut, untuk masuk, kita cukup menggerakkan jari tangan mengikuti gerak tulisan li atau masuk tersebut, maka pintu rahasia pun akan terbuka dengan sendirinya"   Sembari berkata, dia benar-benar menggerakkan tangan kanannya untuk mengikuti gerak tulisan "li"   Tersebut Dengan suatu gerakan cepat Liu Leng poo mencengkeram lengannya sambil berseru : "Tunggu sebentar, diatas batu itu sudah dipolesi racun " "Biar aku saja "   Kata So Siau hui kemudian. "Nona, kau mesti berhati-hati...!"   Seru kakek Ou memperingatkan. "Tak usah kuatir "   Sahut So Siau hui.   "semua peralatan rahasia yang mereka pergunakan hampir semuanya merupakan hasil curian dari Lam hay bun kita, cuma mereka tambahkan racun saja disana-sini sehingga kalau kurang berhati-hati orang bisa terkecoh."   Dari dalam sakunya Liu Leng poo segera mengeluarkan sebuah sarung tangan kulit menjangan berwarna putih dan diangsurkan ke depan sambil katanya : "Adikku dari keuarga So di dalam perjalanan selanjutuya kami semua akan menggantungkan diri pada petunjukmu, cepat kau kenakan sarung tangan ini.."   So Siau hui segera menyambut sarung tangan itu dan dikenakan, kemudian dia menggerakkan ujung jari telunjuknya dan melakukan gerakan menggesek di atasan "ji"   Pada batu peringatan tersebut. "Kraaaakkk..."   Menyusul gesekan tersebut tiba-tiba berkumandang suara gemercingan nyaring bergema memecahkan keheningan.   Pelan-pelan batu peringatan besar itu bergeser ke samping kanan dan muncullah sebuah liang yang gelap gulita dan lebar sekali sebuah undak-undakan batu terlihat menjorok jauh ke dalam sana.   Liu Leng poo segera berpaling ke arah ke sebelas orang jago pedang berpita hijau yang kehilangan pikiran dan kesadarannya itu lalu sambil mengulapkan tangannya berseru ; "Kalian segera menyebarkan diri dan jaga hutan gersang ini secara ketat, barang siapa yang muncul disini, kalian harus menghadangnya dan jangan beri kesempatan kepada mereka untuk masuk kemari, mengerti?"   Ke sebelas orang jago pedang berpita hijau itu segera menyahut dan dengan cepat menyebarkan diri disekeliling hutan itu.   Menyusul kemudian Liu Leng poo memanggil pula Keng hian totiang, Keng siu totiang, Thio lo han Khong beng hweesio serta naga tua berekor botak To Sam seng berempat sambil perintahnya : "Kalian berjaga jagalah disekitar gua ini, kalau ada orang yang masuk biarkan saja lewat, tapi jangan biarkan seorangpun yang keluar dari sini, pokoknya kalau ada yang berusaha menerobos keluar, bekuk semua hidup-hidup!"   Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Ke empat orang itu segera menerima perintah dan mengundurkan diri kedua belah sisi dengan cepat.   Setelah itu, Liu Leng poo baru berkata lagi: "Nah, sekarang kita boleh masuk kedalam.   Tapi setelah berada dalam liang gua nanti, harap setiap orang menjaga sejauh beberapa depa untuk menjaga-jaga terhadap sesuatu yang tak diinginkan, baiklah, adikku dari keluarga So, Liong Hiang kun, kalian boleh segera turun lebih dulu"   Sembari berkata dia berjalan menuruni gua itu, So Siau hui, Liong Hiang kun segera mengikuti dibelakangnya, disusul kemudian oleh Wi Tiong hong, Hek bun kun, Cho Kui moay kakek Ou serta para jago dari rombongan kedua.   Undak-undakan batu itu menjorok langsung hingga keperut bukit, panjangnya menjadi lima puluhan undakan lebih, semakin ke bawah, suasananya semakin gelap gulita.   Liu Leng poo segera meloloskan pedangnya, dengan tangan sebelah memegang senjata, tangan yang lain memegang obor dan menuruni anak tangga itu lebih kedalam.   Tiba-tiba terdengar So Siau hui yang mengikuti dibelakangnya berbisik : "Fungsi yang sebenarnya dari undak-undakan batu ini adalah untuk memancing musuh masuk lebih kedalam lagi, jadi disepanjang tempat ini tak nanti mereka pasang alat perangkap.   Tapi setelah sampai diujung undak-undakan batu nanti, lebih baik enci Liu beri kesempatan kepadaku untuk berjalan didepan " "Apakah dibawah sana terdapat jebakan papan berbalik?" "Kecuali terdapat siat jebakan berupa papan yang bisa membalik sudah pasti mereka persiapkan juga alat perangkap yang lainnya, karena mereka tahu setiap jago persilatan yang telah berada di dalam lorong gua ini, siapapun akan menghindari selisih jarak yang terlalu dekat, nah mereka justru menggunakan titik kelemahan tersebut untuk menghadapi kita.   "Selain itu, diantara dinding dinding batu dikedua belah sisi lorong terdapat pula pintu rahasia yang setiap saat bisa dibuka tanpa menimbulkan sedikit suarapun, mereka bisa menculik orang tanpa menimbulkan suara.   Andaikata sergapan mereka keburu ketahuan, otomatis kau akan bertarung dengan mereka, nah dalam keadaan beginilah kau pasti akan terjebak oleh alat pembalik papan yang akan memperosokkan diriku ke dalam perangkap mereka.   Liu leng poo segera manggut-manggut katanya; "Tindakan mereka ini memang amat keji dan buas tapi berapakah panjang dari seluruh jalanan ini?" So Siau hui tertawa.   "Bukankah dalam tulisan yang tertera di atas batu peringatan itu sudah diterangkan secara jelas? Beberapa li memasuki puncak awan, itu berarti perjalanan ini paling tidak mencapai tiga li lebih, aku rasa, setiap orang yang masuk dari tempat luar, mungkin ada seorang pun diantara mereka yang sanggup menyelesaikan perjalanan ini secara aman dan selamat." "Kalau begitu kita harus memberitahukan kepada mereka yang berada dibelakang agar bersikap lebih berhati-hati lagi!" "Percuma, pemberitahuan itu tak akan bermanfaat apa-apa, sebab setiap alat rahasia dan pintu rahasia yang berada disini berbeda bentuk maupun letaknya, setiap pintu berdiri sendiri dan tidak ada hubungannya dengan tempat lain, tapi kebanyakan alat rahasia tersebut terletak didinding batu disekitarnya andaikata kita dapat memusnahkan semua tombol rahasia itu, dengan sendirinya lalu lintas diantara mereka menjadi macet dan tak berfungsi lagi"   Sementara pembicaraan masih berlangsung, mereka telah tiba diujung lorong tersebut.   So Siau hui segera mengambil obor dari tangan Liu leng poo, sementara tangan kanannya meloloskan sebilah pedang pendek yang berkilauan memancarkan sinar keperak-perakkan dari sakunya, kemudian bergerak maju kemuka.   Tampak dia menggerakkan tangannya itu sambil melakukan tusukan, pedang perak tadi tahu-tahu sudah menembusi batuan cadas tersebut, menyusul kemudian dia memutar pergelangan tangannya, pedang perak itu sudah dicabut keluar lagi, Melihat hal ini, Liu leng poo segera memuji, "Ehmm, benar-benar sebilah pedang mestika yang amat tajam "   So Siau hui tertawa.   "Pedang ini merupakan hadiah dari ayah ku, termasuk satu diantara tiga bilah pedang mestika Lam hay bun, berhubung bentuknya amat kecil, maka menurut ayah hanya cocok digunakan oleh kaum Wanita".   Sepanjang perjalanannya menelusuri lorong gua itu, pedang mestikanya itu berulang kali melakukan tusukan demi tusukan yang tinggi rendah tak menentu diatas kedua belah dinding batu lorong gua itu, seakan-akan dia sedang melakukan pemotongan terhadap sesuatu.   Liu Leng poo yang mengikuti dibelakang So Siau hui tentu saja mengerti bahwa So Siau hui telah mengandalkan ketajaman pedangnya untuk memusnahkan semua alat rahasia yang terdapat disepanjang lorong gua tersebut.   Benar juga, sepanjang jalan mereka tidak menemukan jebakan atau perangkap lagi dengan mengikuti liku-likunya lorong tersebut, dengan leluasa dan lancar rombongan tersebut bisa melaluinya.   Ternyata apa yang ditulis pada batu peringatan tadi memang benar, beberapa li memasuki puncak awanm ternyata lororg gua yang berliku-liku didalam lambung bukit itu, panjangnya hanya mencapai tiga li.   Bicara soal kecepatan berjalan, dengan mengandalkan ilmu meringankan tubuh yg dimiliki kawanan jago tersebut, seharusnya jarak sejauh tiga li bisa ditempuh dalam waktu singkat.   Tapi berhubung disepanjang jalan So Siau Hui harus bekerja keras untuk menghancurkan setiap alat rahasia yang di temuinya, otomatis perjalanan pun tak dapat ditempuh kelewat cepat, Begitulah, setelah berjalan hampir sepertanak nasi lamanya, mereka baru selesai menelusuri lorong gua itu.   Di depan sana muncul kembali sebuah undak-undakan batu yg menjorok keatas permukaan tanah.   Pada saat itulah Liu Leng poo baru berkata : "Perjalanan yang kita tempuh sekarang benar-benar perjalanan yang amat berbahaya.   Andaikata dari rombongan kita ini tiada kehadiranmu, mungkin untuk menembusi lorong gua itupun sulitnya bukan kepalang." "Aaaah...   Belum tentu"   Seru So Siau hui merendah, "Dengan kemampuan yang dimiliki empek Ou, Kam toako serta Liu cici, sekalipun disepanjang jalan terdapat siasat jebakan sebangsa papan berbalik belum tentu peralatan itu dapat menjebak kalian semua, apa lagi terhadap orang-orang yang bersembunyi dibalik pintu rahasia di kedua belah dinding gua tentu saja mereka tak akan mampu menandingi kemampuan kalian." "Andaikata kalian telah menginjak alat jebakan lain, seperti misalnya air beracun asap beracun dan sebagiannya mungkin kalian baru akan menjumpai kesulitan, tapi aku percaya kesemuanya itu belum sampai menyusahkan kamu semua, tentu saja agak repot juga bila orang yang menghadapi keadaan demikian adalah mereka yang memiliki ilmu rendah" "Adikku So, kepandaianmu dalam alat perangkap benar-benar luar biasa dan amat mengagumkan!"    Nona Berbaju Hijau Karya Kho Ping Hoo Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo Pendekar Pemabuk Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini