Ceritasilat Novel Online

Pedang Karat Pena Beraksara 16


Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan ID Bagian 16


Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya dari Tjan I D   Katanya seolah memohon.   "Maksud siaute, paling penting adalah menolong orang, sudah pasti Ting toako masih berada di tangan orang-orang Ban Kiam-hwee." "Ban kiam hwee berpengaruh yang sangat luas, jagoan lihaynya banyak tak terhitung sekali-pun Ting pangcu belum mati, rasanya sulit juga untuk menolongnya ke luar dari cengkeraman mereka " "Soal menolong orang, biar siaute yang bertanggung jawab, sedang soal arusan partai siaute benar2 tak sanggup melaksanakan.   Dan mengapa kalau tujuannya hanya agar anggota perkumpulan jadi tenang dan tidak putus asa, baiklah untuk sementara waktu biarlah siaute menggunakan nama sebutan tersebut.   Tam See hoa menjadi sangat gembira.   "Bagus sekali kalau begitu."   Serunya. Tapi baru sampai setengah jalan, tampak seorang anggota perkumpulan berlari2 masuk rke dalam ruangan dengan napas tersengkal2 kemudian sambil memberi hormat kepada Tam See-hoa, serunya.   "Lapor huhoat, mayat itu mendadak melarikan diri."   Laporan yang tiada ujung pangkalnya ini membingungkan Tam See hoa, tanpa terasa tegurnya .   "Mayat yang mana?" "Mayat lelaki bermuka kuning itu, ketika kami berdua menggotongnya ke tepi hutan, tiba2 ia duduk lalu melarikan diri secepat terbang, hamba beberapa orang tak mampu mengejarnya, sebab itu kami datang mohon bantuan." "Sudah pasti dia adalah Sun Oh"   Lok Khi berseru. "Yaa, tak aku sangka bangsat itu hanya pura2 mati, semuanya ini adalah gara2 keteledoran siaute, aku kira dia benar-benar mati keracunan ...   "   Kemudian sambil mengulapkan tangannya kepada anggota perkumpulan itu, katanya : "Disini sudah tak ada urusan lagi, kau bisa mengundurkan diri.' Orang itu memberi hormat, lalu buru2 mengundurkan diri dari sana ...   Pelan pelan Tam See hoa mengambil sebuah gulungan kain dari meja abu, lalu berkata.   "Wi tayhiap adalah seorang pendekar seorang lelaki yang pegang janji, siaute mewakili segenap anggota perkumpulan menghaturkan banyak-banyak terima kasih kepadamu, mulai sekarang, Wi tayhiap sudah merupakan pangcu kami. Sebagai seorang pangcu, sejak dulu hingga sekarang berlaku suatu kata-kata sandi yang mesti dibaca, karena kata-kata sandi ini merupakan sebuah jurus serangan, kendatipun jurus serangannya amat sederhana, namun meruakan peraturan yang ditetapkan lo pangcu, apalagi dibuat sendiri oleh lo pangcu, semuanya silahkan Wi tayhiap membacanya sendiri."   Sembari berkata, pelan-pelan dia membuka gulungan kain tersebut dan digantungkan diudara, sehingga Wi Tiong-hong bisa melihat lebih jelas lagi.   Karena ucapan mana diutarakan dengan wajah serius, Wi Tiong hong segera mengalihkan pandangannya ke depan.   Dalam gulungan kertas itu tertera sebuah lukisan manusia, tubuhnya sedang berbungkuk kedepan, tangan kiri diayunkan membentuk sebuah gerakan, sementara tangan kanan setengah ditekuk memperlihatkan gaya pena emas melakukan totokan.   Dalam lukisan mana, tertera empat bait tulisan yang berbunyi demikian: "Burung hong manggut tiga kali, Cahaya tajam sirap dengan sendirinya.   Bila tiada bermaksud di hati.   Akan diperoleh tanpa bersusah payah ...   tertanda: Thi-pit-leng-gi."   Sesungguhnya gerakan serangan tersebut merupakan suatu jurus yang amat umum, dan sederhana, justru itu disebut Burung hong manggut tiga kali.   Bait-bait syair tersebut sesungguhnya merupakan pemecahan pula uniuk jurus serangan tersebut, di mana dapat disimpulkan kalau harus memusatkan pemikiran, dengan niat menciptakan hawa kekuatan.   Namon rahasia itu bersifat umum dan diketahui setiap orang yang pernah belajar silat, sehingga boleh dibilang tiada sesuatu yang aneh dan baru.   Diam-diam Wi Tiong hong membaca beberapa bait syair tersebut beberapa kali ia merasa gaya tulisan dari lo pangcu perkumpulan Thi Pit teng-kan-kun (Pena menenangkan jagad) ToPek li betul-belul dan bersemangat, tidak malu disebut si pena baja."   Tanpa merasa dia memandang beberapa kejap lagi ke atas tulisan mana ...   Ketika Tam See hoa menyimpan kembali gulungan kain tersebut, para anggota perkumpulan telah datang menghidangkan nasi dan sayur.   Mereka bertiga segera bersantap didalam ruangan.   Selesai bersantap, Wi Tiong hong segera bangkit berdiri seraya berkata pelan: "Saudara Tam, seandainya tak ada urusan, siaute hendak mohon diri lebih dulu." "Wi tayhiap hendak kemana?"   Tanya Tam See hoa sambil beranjak dari tempat duduknya.   "Ting toako telah dipalsukan orang lain, hal ini menunjukan kalau Ting toako yang asli masih berada di tangan orang-orang Ban-kiam hwee, sekarang siaute akan berangkat ke situ untuk minta orang."   Dia merasa mempunyai sebuah lencana Siu- sebagai andalan, dia kuatir orang2 Ban kiam hwee akan membangkang permintaannya.   Lok Khi sendiri-pun merasa bahwa Loau bun si kemungkinan besar masih berada di tangan orang2 Ban Kiam-hwee.   sebab Tiang Ci- hingga kini masih berada di tangan mereka, kebetulan suhunya memerintahkan kepadanya untuk menemani Wi Tiong hong menuntut kembali benda tersebut, dengan wajah berseri2 serunya.   "Banar, sekarang juga kita pergi menjumpai perkumpulan Ban Kiam-hwee! "Wi tayhiap benar-benar seorang pendekar besar yang bijaksana dan berjiwa besar,"   Ujar 42-43 Tam See hoa kemudian sangat terharu.   "gara2 persoalan Ting pangcu, kau bersama pergi ke Ban kiam hwe, budi ini betul2 besar sekali. Wi tayhiap, ijinkanlah siaute mengikuti kalian berdua, biar mesti terjun ke lautan api, siaute bersedia untuk melakukan."   Cepat-cepat Wi Tiong-hong menggoyang tangannya berulang kali.   "Kepergian siaute hanya bertujuan untuk mengajak mereka membicarakan persoalan jika orang yang kesitu kelewat banyak, aku rasa malah kurang leluasa.   Sampai kini, mati hidup Ting toako masih merupakan tanda tanya besar, padahal perkumpulan anda masih memerlukan petunjuk dan bimbingan saudara Tam, lebih baik kita bertugas pada pekerjaan masing2 saja."   Sementara Tam See hoa hendak berkata lagi, Wi Tiong-hong telah menjura seraya berkata.   "Urusan ini tak bisa ditunda-tunda lagi, siaute akan berangkat lebih dulu."   Selesai berkata, dia lantas mengajak Lok Khi berlalu dari dalam ruangan.   Tam See hoa seger menitahkan orang untuk mempersiapkan kuda, menanti kedua orang itu sudah pergi jauh.   dia baru menitahkan semua untuk mengubur peti mati itu, lalu meminta anak buahnya kembali ke markas.   oooOooo Bab 34 SEMENTARA itu, Wi Tiong-hong dan Lok Khi sepeninggal kuil Sik-jin-tian segera melarikan kudanya kencang-kencang menempuh perjalanan cepat ke depan.   Mendadak Wi Tiong-hong menarik tali les kudanya berbelok ke sebuah jalan kecil ke sebelah timur.   "Engkoh Hong, akan kemana kau?"   Lok Khi segera menegur.   "Kuil Pit-bu san !" "Kuil Pit-bu san ? Tempat manakah itu?" "Kuil Pit-bu san adalah markas besar pasukan pi...   hitam dari perkumpulan Ban Kiam- hwee, tempat hari aku bersama Ting toako dan Tok Hay-ji disekap di tempat itu.   "Dapat aku tahu sekarang, tempo hari aku .   toako ke situ, tapi toako tidak akan aku turut, apa-pun yang aku katakan juga tak mau menjelaskan di manakah Chin koan itu berada, katanya tempat itu belum dapat ditemukan dan harus dicari lebih dahulu.   Sekarang, apakah kau hendak mencari orang Chin itu?" "Kalau kita ingin mengetahui kabar berita tentang Ting toako, tentu saja kita harus mencari Chin congkoan." "Kalau begitu kita tak usah pergi ke Kiam bun?" "Bila kita tak berhasil mendapatkan sesuatu berita di sini, rasanya belum terlambat berkunjung ke Kiam bun."   Lok Khi berpikir sebentar, akhirnya ia mengangguk juga. "Baiklah!"   Kedua orang itu meneruskan kembali perjalanannya hampir setengah jam lamanya seringkali Wi Tiong-hong celingukan memandang sekeliling tempat itu.   Dia merasa hutan siong yang terbentag didepan mata memang bukit Ciang siu nia, dapat di mana Kam Liu-cu menantikan kedatangannya tempo hari, pemuda itu lantas tahu kalau jaraknya dengan bukit Pit bu san sudah tak jauh lagi.   Belangan ini sudah banyak peristiwa besar yang dialaminya, pengetahuannya dan pengalamannya dalam dunia persilatan-pun telahmemperoleh kemajuan yang pesat, begitu tiba di lingkungan hutan, dia lantas melompat turun dari kudanya.   Lok Khi ikut melompat turun dari kudanya, kemudian menegur dengan suara lirih : "Sudah sampai?" "Kami harus menempuh perjalanan yang sangat jauh, tapi ada baiknya kita tambatkan dulu kuda2 tersebut dalam hutan tersebut, dari pada memancing perhatian orang lain!"   Lok Khi manggut-manggut, mereka berdua terus menuntun kuda masing-masing dan menambatkannya dalam hutan pohon siong itu kemudian meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki.   Tak selang berapa saat kemudian, mereka sudah sampai di bawah kaki bukit karang, didepan sana terbentang sebuah hutan menghalangi jalan pergi mereka.   Wi Tiong-hong tahu kalau mereka sudah tiba di tempat tujuan, tempo hari.   ketika dia datang bersama Kam Liu cu, di sinilah kedatangan mereka dihadang oleh seorang pendekar pedang hitam.   Karena kedatangannya hari ini bermaksud untuk menjumpai Chin congkoan dengan adat sopan santun, sudah barang tentu dia tak akan memasuki wilayah orang dengan begitu saja tanpa terasa dia lantas menghentikan peerjalanannya.   Lok Khi yang mengikut di belakangnya, segera bertanya.   "Engkoh Hong, di sini?"   Katanya kemudian. "Kita meucari orang untuk memberi tahukan lebih dulu, daripada menimbulkan kesalahan paham orang lain."   Lok Khi segera memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, kemudian dia bertanya : "Di manakah mereka?"   Wi Tiong-hong menunggu beberapa saat di luar hutan, benar juga. ternyata tidak mendengar ada orang yang menegur, dalam hati segera pikirnya.   "Mungkin pendekar pedang berpita itu masih berada di dalam sana ..."   Berpendapat demikian, dia lantas berpendapat seraya berkata.   "Mari kita masuk kedala tuk melihat keadaan."   Selesai berkata, dengan langkah lebar masuk kedalam hutan tersebut, namun belum ada juga seseorang yang menghalangi jalannya.   Kenyataan ini segera menimbulkan kecurigaan dalam hati kecilnya.   Ia lantas berjalan menuju ke tengah hutan yang ada, entah berapa saat dia sudah berjalan.   Padahal seingatnya dulu, semestinya disitulah ada sebuah gubuk yang dimaksudkan, karena mungkin datang bersama Kam Liu-cu tempat gubuk tersebut berada di tengah hutan.   Tetapi kenyataannya sekarang, bayangan rumah gubuk itu-pun sudah tak nampak lagi.   Lok Khi yang menyaksikan si anak muda itu selalu memandang kebelakang kekiri dan kanan tanpa tujuan, lama kelamaan habis sudah kesabarannya tak tahan dia lantas bertanya .   "Apakah kau sudah tak dapat mengingat lagi jalan yang pernah dilalui dulu?"   Namun begitu, jalan yang dilalui tak ada penduduk cuma rumah gubuk yang sebenarnya tak dihuni mengapa bisa lenyap tak berbekas.   "Mungkin tempat ini hanya tempat sementara yang mereka diami, sekarang orang2 itu sudah tidak berada di sini lagi." "Lantas rumah gubuknya?"   Lok Khi segera tertawa cekikikan.   "Sebelum pergi meninggalkan tempat tentu saja rumah gubuk tersebut mereka bakar terlebih dahulu!"   Wi Tiong-hong baru tertegun sesudah dengar perkataan itu.dalam kenyataan.   sepanjang jalan menuju kesitu, dia memang tak menjumpai seorang pendekar pedang berpita hitampun, rupanya mereka benar-benar tidak berada di situ lagi.   Berpikir sampai disitu, mendadak satu ingatan kembali melintas lewat, dengan cepat menggelengkan kepalanya berulang kali.   "Tidak benar, tempat ini sudah pasti bukan tempat tinggal mereka untuk sementara." "Darimana kau bisa tahu?" "Tempat yang digunakan mereka untuk menyekap kami agaknya berada di dalam sebuah bukit, tempat didalam sana amat tak mungkin kalau semacam itu merupakan tempat tinggal sementara." "Tapi kau mengatakan, tempat itu adalah hanya rumah gubuk?" "Sewaktu aku dan Kam toako datang ke mari waktu itu, Chin congkoan memang tinggal di dalam rumah gubuk."   Lok Khi segera mendengus, tukasnya.   "Bukankah di bawah tanah sana tersedia ruangan yang besar, buat apa mereka harus tinggal di rumahh gubuk? Sudah pasti rumah gubuk itu hanya bersifat untuk mengelabui orang?"   Ketika bicara sampai di situ tiba-tiba dia perlahan, katanya lagi kemudian.   "Kalau benar, berita tentang di larikannya Lou bun si oleh Ting Ci-kang telah tersebar luas dalam dunia persilatan, sudah pasti mereka yang sengaja mencari arang untuk menyamar sebagai Ting Ci-kang kemudian di bawa ke kuil Sik jin tian agar semua orang menyangka Ting Ci kang tewas di bunuh orang Lou bu si tersebut dilarikan juga oleh pembunuh tersebut, padahal merekalah yang memangnya mendapatkan Lou-bun-si itu. "Bukankah berita ini tersiar dalam dunia persilatan, sudah pasti ada banyak orang yang akan datang ke kuil Sik-jin-tian untuk melakukan penyelidikan padahal tempat ini tak jauh letaknya dari kuil Sin-jin tian, andaikata sarang pasukan pedang berpita hitam dari Ban kiam hwee benar-benar berada di sini, bukankah hal ini sama artinya dengan memamerkan kepada orang bahwa merekalah yang melakukan perbuatan tersebut? Oleh karena rumah gubuk itu segera dibongkar, seakan2 mereka sudah pindah dari situ, hanya dengan begitu orang lain baru tak akan menaruh curiga terhadap mereka."   Wi Tiong hong segera mengangguk berulang kali, dengan wajah serba salah dia lantas berkata.   "Lantas kita harus kemana mencari mereka?"   Lok Khi mendengus dingin.   "Kalau tokh para jago pedang berpita hitam pada menjadi kura-kura yang menyembunyikan diri.   apakah kita tak dapat pergi mencari mereka? Jikalau rumah gubuk tersebut terletak di sekitar sini, berarti pintu rahasia mereka, menuju ke ruang bawah tanahpun tak akan terlampau jauh letaknya, suatu saat kita pasti menemukan jejak tersebut."   Wi Tiong hong segera berpikir.   "Waktu itu, Chin congkoan hanya bertepuk tangan dari belakang ruangan segera muncul seorang bocah. Chin congkoan menitahkan kepadanya untuk menanyakan soal pedang mestika miliknya kepada nona Hong, tak lama sesudah bocah itu pergi, dia telah muncul kembali muncul membawa pedang mestika tersebut, kalau begitu pintu masuk ke luarnya tidak berada jauh dari tempat itu. mustahil dia dapat pergi pulang sedemikian cepatnya?"   Berpikir sampai disitu, buru-buru sahutnya.   "Apa yang dikatakan adik kiki memang benar begitu, kita segera mencarinya ..."   Hutan tersebut terletak di kaki bukit, sedangdi belakang adalah bukit karang yang berkapur, dan diujung hutan sana, pepohonan nampakbegitu jarang, di sana sini penuh dengan bongkahan batu cadas sedang dari sela sela batu muncul banyak belukar yang lebat.   Wi Tiong hong mencoba untuk memeriksa sekeliling tempat itu, tapi ia gagal untuk mendapatkan dimanakah rumah gubuk tersebut pernah didirikan, sepantasnya, kalau gubuk itu dibongkar, paling tidak diatss tanah pasti ketinggalan bekas-bekasnya.   Tapi keanehan mana justru terletak dan sekakipun mereka berdua sudah memeriksa seluruh semak belukar di sekitar bukit berbatu itu, namun tak sesosok bayangan-pun yang ditemukan, apalagi menemukan pintu masuk menuju ke ruang rahasia? Lama kelamaan Lok Khi menjadi naik pitam dia segera mendengus dingin.   "Huuuhhh, kalau cuma sebuah ruman rongsokan saja, apa sih luar biasanya? Hm, bahkan alat rahasia yang begitu sempurna It-teng tuysu-pun berhasil aku temukan masak rumah rongsokan tak bisa aku jumpai ... ?"   Gadis itu memang tidak menyombongkan diri, tempat teratai Buddba besi dari It-teng taysu memang terbuka karena sentuhan tangan nona itu namun sentuhan tersebut adalah sentuhan tanpa sengaja, bergeraknya alat rahasia tersebut-pun hanya suatu kebetulan.   Padahal suatu peristiwa yang kebetulan belum tentu bisa terulang lagi sudah barang tentu kejadian macam begini tak dapat dianggap sebagai suatu kepandaian yang sebenarnya.   Lok Khi menjadi semakin mendongkol, sambil bergumam ia lantas menendang sebutir batu menjadi remuk dan mencelat jauh sekali.   Dan justru karena tendangannya yang memecahkan batu berhamburan kemana2, Wi Tiong-hong yang sedang berjongkok sambil melakukan pencarian itu segera kepalanya dengan perasaan terkejut.   Sehingga ia mendongakkan kepalanya, dari tempat kejauhan sana ia saksikan ada dua sosok bayangan manusia sedang meluncur datang dari hutan dengan kecepatan tinggi.   Kemudian ia membentak dengan suara rendah.   "Adik kiki ada orang datang." "kalau begitu kita tak usah repot lagi,"   Sahutnya sambil tertawa cekikikan. Ketika memandang sekejap sekeliling tempat itu, ia menarik tangan Wi Tiong-hong sambil berseru .   "Datang kemari."   Bayangannya segera berkelebat ke depan dan berada di belakang sebuah batu besar untuk sembunyikan diri.   Wi Tiong hong ikut menyembunyikan dibelakang batu, mereka berdua saling berdesakan berjongkok menjadi satu.   Baru selesai menyembunyikan diri, mendadak terdengar suara langkah kaki manusia telah berkumandang empat lima kaki dihadapannya.   Dari balik semak belukar Lok Khi munjuk untuk mengintip ke depan, dia saksikan yang berjalan dipaling depan adalah seorang bocah lelaki berbaju hitam yang kurus kecil, ternyata dia adalah Tok Hay-ji.   Sedangkan yang lain bertubuh kurus berjubah panjang berwarna biru, dalam sekilas pandangan saja dia kenali jubah biru itu sorang berjubah yang dilepas oleh San Cu yang menyaru sebagai Ku Tiang sun itu dari badan Tiang sun.   "Engkoh Hong, cepat lihat, orang yang datang bersama Tok Hay-ji itu bukankah Tok cuan Sun Cu yang berpura pura mampus."   Wi Tiong hong yang mendengar suara an itu merasakan lubang telinganya ga..   ..kal.   buru-buru dia menghindar dan melompat sekejap ke luar, tapi dengan cepat ia me..   kepalanya berulang kali.   " mirip, Tok-si-cuan Sun Cu mempunyai alis mata yang terpotong, mata segi tiga, bundar dan berperawakan tinggi besar, sedengkan orang ini berwajah kurus." "Orang jubah panjang berwarna biru yang dia jelas milik Ku Tiang sun, coba perhatikan lagi bukankah pakaian itu cocok sekali dengan ptongan badannya?" "Jangan jangan berisik lagi, mereka sudah mulai dekat."   Lok Khi segera mendengus.   Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo       padahal kalau untuk menghadapi seorang manusia tersebut kita tak perlu untuk menyembunyikan diri." "Tidak, kita harus menyadap pembicaraan mereka lebih dulu coba kita dengarkan apa yang sedang mereka bicarakan siapa tahu mengetahui jalan rahasia tersebut?"   Setelah mendengar perkataan itu Lok Kh segera membungkam dan tidak berbicara lagi. Sementara itu, mereka berdua telah berhenti kurang lebih dua kaki di depan sana, terdengar lelaki berwajah kurus itu berkata.   "Apakah di sini tempatnya?"   Begitu orang itu bersuara, tanpa terasa Lok Khi menyikut tubuh Wi Tiong-hong, bertanya.   "Coba kau dengar, kalau dia bukan Tong cuan Sun Cu lantas siapa lagi? Sampai2 suarnya-pun sama!" "Bukit Pi bu san hanya terletak di te.. ini, masa aku bisa salah jalan?' seru Tok Hay-ji. "Kau bilang, pada waktu itu kau kabur dari rumah gubuk tapi di sini tidak aku jumpai rumah gubuk yang kau maksudkan itu?"   Ternyata mereka pun datang untuk mencari rumah gubuk tersebut, sekali lagi Lok Khi menyikut tubuh Wi Tiong-hong. Wi Tiong hong segera manggut2 sementara dalam hati kecilnya berpikir.   "Kalau ditinjau dari sini, apa yang dikatakan Tok si cuan Sua Cu memang tidak salah. Setelah ia membuktikan kalau orang yang ma.. ..kan Ting Ci-kang. hal itu berarti permainan busuk dari Ban Kiam-hwee, atau dengan perkataan lain Lou ban si itu pasti berada ditangan orang-orang Ban Kiam-hwee. rupanya pulang dan setelah memberi laporan ia lantas mengajak Tok Hay-ji untuk mencari disini."   Sementara itu Tok Hay-ji-pun nampak ter.. selang sesaat kemudian ia baru berkata: "Yaa betul, kemana larinya rumah gubuk tersebut? Masa dapat lenyap dengan begitu saja!" "Sudah pasti rumah gubuk itu telah mereka bongkar,"   Kata Tok si cuan kemudian sambil tertawa. "Namun sekali-pun rumah gubuk itu dibongkar apakah gunanya?"   Teriak Tok Hay-ji dengan marah, 'hmmm, kecuali kalau mereka mengangkut sekalian bukit Pit-bu san terssbut." "Betul, mereka membongkar rumah gubuk tersebut hal mana membuktikan kalau orang2 mereka masih tetap berada di sini." "Mari kita segera melakukan pencarian, aku masih ingat waktu itu aku harus melalui banyak sekali anak tangga berbatu sekali-pun sarang mereka amat rahasia tokh sudah pasti terdapat sebuah jalan masuknya." "Jika pintu rahasia itu dapat ditemukan secara gampang, terhitung kepandaian macam apakah itu? Dalam sekilas pandangan tempat ini hanya penuh dengan batu-batu cadas yang berserakan kita toh tak dapat membongkar sebagian batuan cadas itu bukan?" "Kau-pun tidak mengerti?' tanya Tok Hay-ji.   Tok Si cuan atau si pencuri beracun, ..saja kepandaiannya hanya terbatas dalam hal curi mercuri saja, tapi biasanya sebagai seorang pencuri dia-pun mengerti tentang alat2 rahasia.   Sambil tertawa Tok si cuan Sun Cu beerkata.   "Kalau cuma yang biasa-biasa saja, tentu saja aku mengerti, tapi kalau sudah dihadapkan dengan alat-alat rahasia yang dalam, terpaksa aku hanya bisa melototkan mata belaka." "Eeeh, mengapa kau memandang mereka sampai sedemikim hebatnya?"   Seru Tok Hay-ji dengan perasaan tidak puas.   "Yaa, apa boleh buat? Aku dengar orang sering berkata, alat rahasia dari Ban kiam hwee, beraneka ragam jumlahnya, konon kepandaian itu berasal dari perguruan Lam hay bun, bisa dibayangkan isinya pasti mendalam sekali lebih baik kita duduk-duduk dulu sambil beristirahat.   Bila Lu suko sudah datang, dia tentu akan berhasil menemukan pintu rahasia mereka." "Menunggu Lu suko? Sampai kapan dia akan ke mari?" "Apakah kau tidak mendengar perkataan dari susiok? Hari ini Lu suko sudah pasti akan sampai, lagipula kita toh cuma bertugas mengawasi gerak gerik mereka, bila Lu suko samapi ke mari, tentu saja dia akan menemukan tempat itu." "Baik, menunggu yaa merunggu ...   "   Seru Tok Hay-ji dengan gemas.   "Bila Chin Toa-seng sudah tertangkap, aku akan menyuruh dia rasakan dulu bagaimana nikmatnya Tok si ci kut dengan racun peremuk tulang?"   Wi Tiong hong yang mendengar perkataan itu diam2 lantas berpikir.   "Apakah yang dimaksudkan sebagai Tok si ci kut oleh Tok Hay-ji itu? Biasanua perkataan dari orang- orang Tok Seh-shia sangat kejam tak berperasaan, sudah pasti hal itu-pun tentu sesuatu yang baik."   OooOooo Bab 35 "Setelah kita berhasil membekuk seorang diantara mereka, masa ia tak akan menuruti perkatan kita?"   Kata Tok si cuan Sun Cu sambil tertawa rendah. Setelah itu terdengar suara langkah manusia bergerak menuju kearah barat, di susul kemudian tak kedengaran suara lagi, tampaknya mereka berdua sudah mencari batu besar dan duduk. Lok Khi segera berbisik.   "Engkoh Hong, entah siapakah Lu suko yang mereka katakan itu? Kalau didengar dari suaranya, dia seperti seseorang yang ahli dalam ilmu alat rahasia, tapi begitu-pun lebih baik asal mereka sudah berhasil membuka pintu kita- pun ikut masuk pula ke dalam." "Enak benar kalau bicara, bila orang2 Tok see sia berhasil membuka pintu rahasia tersebut, masa mereka akan membiarkan kita ikut masuk ke dalam? Lagi pula dengan demikian, bukankah kita akan menghadapi musuh dari kedua belah pihak?"   Lok Khi segera tertawa cekikikan. "Kalau kita harus menghadapi musuh dari kedua belah pihak, apakah mereka juga tidak sama saja mesti menghadapi musuh dari kebelah pihak?"   Sementara pembicaraan berlangsung, Wi Tiong hong merasakan Lok Khi semakin menempel diatas tubuhnya, sedemikian menempel hampir boleh dibilang pipi menempel dengan pipi, napas-pun hampir terjadi bercampur aduk.   Dalam keadaan seperti ini, bukan saja napasnya yang harum dapat terendus, bau semerbak yang tersebar dari tubuh si nona-pun dapat terendus, kesemuanya itu secara lamat2 mendatangkan perasaan aneh untuk si anak muda tersebut.   Dalam waktu singkat, pemuda itu merasakan tubuhnya menjadi panas, peluh sebesar kacang kedele telah bercucuran dengan amat derasnya.   Ketika Lok Khi merasakan napas pemuda mendadak menjadi kasar dan agak memburu, dengan keheranan ia berpaling; katanya.   "Engkoh Hong, apakah kau merasa kegerahan?"   Karena berpaling, maka topeng kulit manusia yang jelek dan penuh dengan burik itu telah menyentuh di atas pipi Wt Ttong hong, anak muda itu segera merasakan wajahnya terasa membentur di atas benda yang tebal lagi kasar, sedemikian kasarnya hampir saja membuat kulit mukanya sakit.   "Oooh, maaf,"   Lok Khi segera mengejapkan matanya.   "apakah terasa sakit? topeng ini memang kasar, bacokan golok atau pedang tak bakalan mempan ...   "   Seraya berkata, tiba-tiba dia melepaskan topeng tadi. Dengan terkejut Wi Tiong-hong segera berbisik.   "Hei. mau apa kau melepaskan topengmu?"   Dengan wajah bersemu merah Lok Khi tertawa.   "Sebentar baru pakai lagi, toh sama saja. Dengan demikian, bila sampai menggesek kulit di atas wajahmu nati tak akan terasa sakit lagi."   Ucapan tersebut diutarakan dengan kobaran api cinta yang membara, benar juga, dia lantas menempelkan selembar wajahnya yang lembut dan halus itu diatas wajah pemuda tersebut.   Wi Tiong-hong merasa malu sekali, namun dia-pun rikuh untuk menampik, terpaksa membirakan gadis itu menempel ditubunya.   Semetara kedua orang itu masih dimabuk cinta, mendadak terdengar bunyi lirih bergetar memecahkan keheningan, sebutir kerikil telah meluncur melalui atas kepala kedua orang itu dan terjatuh ke atas tanah.   Dengann perasaan terkejut Wi Tiong-hong segera berpaling ke sekeliling tempat itu, namun tidak ditemukan seorang manusia-pun.   Hal ini membuat hatinya keheranan.   Dengan cepat Lok Khi mengenakan kembali topeng kulit manusianya dan membereskan rambutnya yang kusut, lalu tanyanya pelan .   "Engkoh Hong, apakah ada orang yang telah menemukan jejak kita?"   Wi Tiong hong segera menggeleng.   "Bahwa beberapa kaki di sekitar tempat ini tak nampak ada seorang manusia-pun ..."   Belum habis dia berkata, terdengar Tok si k-n Sun Cu telah membentak dengan suara rendah.   " ada orang datang, cepat bersembunyi."   Tok Hay-ji segera mendengus.   "Hmmm, yang datang berjumlah tiga orang mirip orang- orang Ban kiam bwee !"   Kemudian terdengar suara gemericik dengan pelan, rupanya kedua orang itu-pun sedang menyembunyikan diri di balik semak belukar. Mendadak Lok Khi mendesis lirih.   "Sekarang aku sudah tahu, yang melemparkan batu tadi tentu ji suciku setan alas itu." "Ji-rucimu? Sekarang dia berada dimana?"   Tanya Wi Tiong-hong keheranan. "Siapa yang tahu,"   Jawab Lok Khi manja.   "Gara2 kau, hmm, sekarang kelihatan ji-suci malu toh rasanya?" (Bersambung   Jilid 17) TAK SELANG BEBERAPA saat kemudian, dari bawah bukit situ kedengaran juga suara langkah kaki manusia yang berjalan makin mendekat, agaknya ada orang sedang berjalan sambil berbincang-bincang.   Tanpa terasa Lok Khi melongok keluar dan mengintip sekejap.   kemudian tanyanya: "Engkoh Hong, menurut kau siapa yang telah datang? jangan mengintip.   kau harus menebaknya"   Wi Tiong hong segera memasang telinga baik- baik, ia mendengar suara langkah kaki dari beberapa orang itu sudah berada tujuh delapan kaki dari hadapan mereka.   Tiba-tiba terdengar seseorang berkata dengan suara yang menyeramkan "Tentu saja mereka tak akan pernah menduga, setelah pinto dibebaskan kini pinto berani datang lagi, Chin tua seng tinggal di dalam sebuah rumah gubuk di tengah hutan sana."   Orang yang lain segera tertawa tergelak.   "To-heng memang benar- benar hebat, kalau dibicarakan sebetulnya memalukan sekali, waktu itu sepasang mata pinceng ditutup juga dengan secarik kain, tapi secara diam-diam, aku telah menghapalkan jumlah langkah kakinya, siapa tahu setelah dihitung hitung ternyata hanya sampai ditengah hutan Siong dibawah ciang-siu-nia sana, kalau dihitung dari sini paling tidak mencapai satu-dua lie lebih."   Pembicaraan yang mereka langsungkan tidak terlalu nyaring, namun dapat terdengar sangat jelas.   Wi Tiong-hong seperti membayangkan kembali pengalaman yang dialaminya tempo hari, waktu itu dia pun diajak dayang berbaju hijau itu berjalan jalan hingga sampai setengah harian lamanya, persis seperti apa yang dikatakan orang-orang itu, tanpa terasa dia tertawa geli.   Kepada Lok Khi katanya kemudian.   "Merdka adalah Ma koan tojin serta Thi-lohan Khong beng hwesio..." "Kau sudah mendengar suara pembicaraan mereka, tentu saja segera tahu, tidak bisa dihitung. ehm, ayo coba tebak siapa yang lainnya pembicara pembicara itu?"   Wi Tiong hong segera tertawa. "Dua sudah tertebak jitu, kalau masih ada seorang lagi tentu sudah pasti dia adalah sinaga tua berkepala botak To Sam seng."   Baru selesai dia berkata, sinaga tua berkepala botak telah berkata pula.   "Sedari tadi siaute kan sudah bilang sudah pasti apa yang kita alami hanya merupakan jebakan musuh untuk membingungkan pikiran kita, padahal jalan untuk masuk dan keluar dari bukit ini cuma satu, menurut perhitungan Khong beng taysu, semuanya mencapai tiga tikungan dan sembilan puluh enam tanjakan, persis seperti jumlah hitungan yang siaute ingat, hal ini sudah membuktikan kalau perhitungan kita ini tak bakal salah." "Andaikata saudara To itu harus memasuki lorong rahasia bawah tanah lagi, apakah kau masih dapat mengingatnya dengan jelas?"   Naga tua berkepala botak segera tertawa. "Soal lain siaute tak berani berbicara, tapi kalau cuma soal jalanan yang pernah siaute lewati, hampir semuanya tentu kutinggali kode rahasia."   Wi Tiong hong yang mendengar ucapan tadi itu diam-diam mengangguk, pikirnya: "Bagaimana pun juga jahe memang semakin tua semakin pedas, mereka sudah lama disekap disana, sebelum dibebaskan hanya tinggal disitu terus, kemudian waktu di bebaskan juga harus berjalan lebih dulu, memang tidak sulit untuk meninggalkan kode rahasia secara diam-diam." "Asal kau sudah berbuat demikian, urusan akan lebih muda untuk di selesaikan."   Seru Khong beng hwesio kemudian. "Apa bila kita sudah menemui pintu masuknya, biar To lo koko yang membawa jalan."   Kata Ma-koan tojin pula.   "asal kita dapat membekuk Chin Toa-seng, sehebat-hebatnya jago pedang berpita hitam anak buahnya aku rasa tak perlu dikuatirkan lagi." "Hek bun-kun Cho Kiu-moay tidak berada disini, kalau cuma untuk menghadapi Chin Tay seng saja, dengan kemampuan toheng dan pinceng berdua pun aku rasa sudah cukup untuk menghadapinya."   Kata Khong beng hwesio kemudian.   "Benda yang diperoleh menjadi milik kita bertiga, asal ilmu silat yang berada diatas benda itu berhasil kita latih, ketua Ban kiam hwee tak nanti bisa berbuat apa apa terhadap kita." "Bukan hanya Ban kiam hwecu saja, bahkan pihak Tok See sia maupun Thian-sat nio juga tak mungkin bisa berbuat apa-apa terhadap kita."   Berbicara sampai disitu, tak tahan lagi mereka berdua segera tertawa terbahak-bahak, Lok Khi yang mendengar perkataan itu mendengus dingin, bisiknya dengan mendongkol.   "Tampaknya mereka belum puas.   Sebelum berhasil mendapatkan Lou bun-si, benar- benar manusia yang tak tahu diri."   Dalam pada itu Ma koan tojin sudah berkata lagi dengan suara yang dingin menyeramkan: "Kalian berdua jangan keburu merasa bangga, bila dugaan pinto tak salah, mungkin bukan cuma kita saja yang datang ke bukit Pit bu san ini..." "Sejak banyak orang mengetahui kalau benda itu sudah terjatuh ke tangan orang orang Ban Kiam hwee, banyak diantara mereka yang tahu susah dan mengundurkan diri, ada pula yang langsung menuju ke bukit Kiam bun san, siapa yang bakal kemari ?" "Apa yang ingin kita dapatkan, tentu saja di nginkan pula oleh orang lain."   Kata Ma koan tojin sambil tertawa.   "kita bisa sampai disini, tentu saja orang lain juga dapat sampai disini."   Berbicara sampai disitu, mendadak dia mendongakkan kepalanya sambil berseru.   "Ma koan tojin dari Hong san, Khong beng taysu dari kui Thi hud si dan Naga tua berekor botak To tayhiap dari Huan yang berada disini, aku harap sobat tak usah menyembunyikan diri lagi."   Wi Tiong hong yang mendengar perkataan itu menjadi terperanjat sekali, dia tak tahu yang berhasil ditemukan jejaknya oleh orang itu adalah mereka berdua ataukah pihak Tok Hay-ji? Tiba-tiba Lok Khi berbisik: "Engkoh Hong.   mari kita keluar, siapa yang takut kepada mereka?"   Buru-buru wi Tiong hong menarik tangannya sambil berseru.   "TUnggu dulu..."   Belum selesai dia berkata, terdengar Tok Hay ji sudah berseru sambil mendengus: "Hmm, kalau hanya mengandalkan papan nama emas dari kalian bertiga mah masih belum dapat menyulitkan aku, siapa yang bilang kalau kami sedang bersembunyi?" "sreet"   Sreet."   Dua sosok bayangan manusia segera melompat keluar dari balik batu.   Begitu sinaga tua berekor botak To Sam-seng mengetahui kalau yang muncul adalah Tok Hay-ji dengan cepat dia menggeserkan tubuhnya berdiri searah dengan angin, kemudian sambil menggelus jenggotnya dia tertawa terbahak-bahak.   "Haaahhh . ,haaahhh...haaaahh.. rupanya kaupun sampai disini juga."   Ma-koan tojin dan Thi-lohan Khong beng hwesio adalah jago jago persilatan yang berpengalaman luas, serentak mereka menggeserkan tubuh masing masing berdiri kearah dengan hembusan angin, dengan demikian mereka tak usah kuatir Tok Hay ji menggunakan racunnya lagi.   Tok Hay-ji segera mendengus dingin.   "Hmmm.   tadi, bukankah lo tosu sudah bilang, kalian bisa datang tentu saja orang lain juga bisa datang."   Ma-koan tojin maju selangkah ke depan lalu menjura dalam-dalam.   "Siancay, siancay, siau sicu telah datang apakah Seh Toheng juga bakal datang." "Buat apa kau menanyakan tentang soal ini ?"   Seru Tok Hay-ji dengan angkuhnya. Dengan senyum tak senyum Ma koan tojin berkata.   "Dimasa yang lampau, pinto mempunyai kesempatan untuk bertemu beberapa kali dengan Seh toheng, hampir kini sudah banyak tahun kami tak pernah bersua, berhubung pinto teringat akan sahabat lama, oleh sebab itu aku lantas menanyakannya."   Ma koan tojn dari bukit Hong san mempunyai nama yang termashur dalam dunia persilatan, kalau dia bilang kenal dengan Seh Thian yu, sudah barang tentu hal ini tak bakal salah.   Mendengar perkataan tersebut, mau tak mau Tok Hay-ji harus mempercayai juga.   dia mendongakkan kepalanya hendak berbicara, tapi secara tiba- tiba dia menyaksikan sekulum senyuman aneh menghiasi wajah Ma-koan tojin, meski kecil orangnya tapi otaknya besar,jadi orang pun cekatan, satu ingatan pengan cepat melintas dalam benaknya.   Dengan suatu gerakan cepat, bocah itu segera melompat mundur ke belakang kemudian bentaknya keras-keras.   "Kau mau ... ."   Tidak memberi kesempatan kepada musuhnya untuk mundur, Ma-koan tojin segera melompat ke depan sambil melakukan terjangan serunya dengan suara menyeramkan: "Seh toheng belum juga datang tapi tak apalah, menahan kau disini pun sama saja."   Ujung bajunya dikembangkan, lalu tapak tangannya yang kurus kering tak berdaging, dan berwarna putih keabu abuan itu melepaskan sebuah pukulan secepat kilat, Rupanya d isaat pembicaraan dengan Tok Hay ji tadi, secara diam-diam ia telah menghimpun ilmu Pek kut ciangnya dengan tujuan membunuh lawannya dalam sekali pukulan.   Bicara soal ilmu silat tentu saja Tok Hay-ji bukan tandingan dari Ma kom tojin, apa lagi dalam keadaan tak slap.   kendatipun demikian ia merasakan adanya ancaman bahaya, namun waktunya sudah terlambat.   Tampaknya Tok Hay ji akan segera terluka oleh pukulan Pek kut ciang tersebut.   Tiba-tiba ia menjatuhkan diri dan berguling diatas tanah.   Tentu saja dia berusaha keras untuk menghindar namun dibawah kepungan serangan Pek kut ciang dari Ma koan tojin, tampaknya sulit bagi bocah itu untuk meloloskan diri.   Ditengah kepungan musuh yang amat mengerikan inilah, tiba-tiba ia tertawa ringan, kemudian tangan kirinya diayunkan keatas dan menyentil beberapa kali.   Sentilan jari tersebut tidak menimbulkan gerakan angin, juga tidak nampak suatu benda yang disentilkan.   Tapi anehnya Ma koan tojin yang siap melancarkan bacokan itu mendadak menarik, serangannya, dia buru-buru lompat ke samping.   Menggunakan kesempatan inilah Tok-hay-ji segera menggelinding sejauh tujuh delapan depa dari posisi semula menanti ia sudah melompat bangun, ditangannya telah bertambah dengan sebuah senjata berwarna hitam pekat yang mirip cambuk bukan cambuk, mirip ruyung bukan ruyung.   "Haaaahhh,..   haaah....haahhh...   tosu tua padahal aku tidak menyentilkan apa2 kepadamu, mengapa sih kau kelihatan ketakutan setengah mati?"   Serunya sambil tertawa tergelak.   "memang kuatir keracunan? Lebih baik tak usah mencari gara2 dengan orang Tok-see sia. bila sampai mengusik kami, tanggung kau bakal kerepotan sendiri nantinya..."   Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Rupanya didalam keadaan tadi timbulnya akal ciliknya dengan manyentilkan jari tangannya ke udara, padahal tiada suatu yang disentilkan.   Ma koan tojin bisatermakan oleh tipuan tersebut oleh karena dia memang menaruh perasaan was- was terhadap orang-orang Tok-Seh sia.   tahu kalau dibohongi kontan saja dia menjadi mendongkol, serunya sambil tertawa.   "Bocah keparat, kau berani bermain gila dihadapan aku Ma-koan lojin dari bukit Hong-san ?"   Tiba-tiba ia menerjang ke muka sepasang telapak tangannya diayunkan bersama melepaskan serangkaian serangan gencar. Tok Hay ji mendengus dingin. "Hmm, bajingan tua. kau anggap aku benar-benar takut kepadamu ?"   Sambil memutar senjatanya, selapis bayangan tajam segera menyelimuti seluruh angkasa, bagaikan titiran air hujan dia mendesak musuhnya habis-habisan.   Bersamaan waktunya ketika Ma koan tojin turun tangan, tubuh Khong beng hwesio yang gemuk ikut bergerak pula mendesak kebelakang Tok-si cuan Sun oh, kemudian bentaknya.   "Sicu, kau pun harus tetap berada di sini."   Sebuah pukulan yang maha dahsyat dengan cepat dilontarkan ke belakang punggung Tok-si cuan Sun oh.   Tok si cuan Sun oh lebih berpengalaman kalau dibandingan dengan Tok Hay-ji, semenjak ia menyaksikan ketiga orang musuhnya bergeser keposisi searah dengan hembusan angin, ia sudah menduga kalau orang orang itu tidak bermaksud baik.   Sewaktu Ma-koan tojin berjalan menghampiri Tok-i Hay ji ketika mengajak bocah itu berbicara, dia sudah tahu kalau musuh akan-berbuat licik, sebenarnya dia hendak memberi peringatan kepada rekannya.   Namun sayang Ma-koan tojin telah melancarkan serangan lebih dulu, disamping pada saat yang bersamaan dari belakang tubuhnya menyambar pula hembusan angin pukulan.   Rupanya Khong beng hwesio dengan mengandaikan Hek sat jiunya telah melepaskan sebuah bacokan kilat.   Tok si cuan Sun oh sama sekali tidak berkutik, sambil meringkukkan badan ia membuang badannya ke bawah.   Padahal Thiloh an Khong beng hwesio menerjang ke muka dengan kecepatan luar biasa, tapi dia tak mengira kalau musuh akan meringkukkan badan ke bawah, dengan gerakan mana maka...   "Weeesss "   Angin pukulan itu menyambar lewat dari atas kepala Tok si cuan dan mengenai sasaran yang kosong.   Kenyataan ini segera mengejutkan lawan, buru-buru hweesio itu menghentikan gerakannya sambil menunduk.   Ternyata Tok si- cuan telah memasukkan kepalanya ke bawah dan muncul kembali dari selangkangan, malah dengan wajah yang mengejek sedang memandang kearahnya sambil tersenyum.   Keadaannya sekarang tak berbeda dengan permainan seorang akrobatik diatas panggung, sama sekali tak ada model kalau seorang yang bertarung akan menunjukkan gaya seperti ini.   Selama ini Thi-lo han Khong Beng hwesio sering menjumpai banyak jago lihay di dunia persilatan, tapi setelah menyaksikan gaya Tok si cuan yang sangat aneh itu, dia menjadi tertegun.   Thi-lohan Khong beng hwesio bukan seorang gadis cantik yang menawan hati seperti bidadari dari kahyangan, apalagi dia menerjang kemuka sambil melepaskan sebuah pukulan dahsyat dengan ilmu Heks sat- ciang, tentu saja Tok-sicuan Sun ou tak bakal melemparkan sekulum senyuman kepadanya.   Tapi dia tertawa sekarang, itu berarti dibalik senyuman itu pasti ada sesuatu yang tak beres.   Rupanya disaat sapuan Thi lohan mengenai sasaran kosong inilah, mendadak dari mulut Tok-si-cuan Sun oh yang tersenyum menyembur keluar serangan cahaya biru yang secara langsung menyambar ke atas tenggorokan hwesio tersebut.   Cahaya biru tersebut merupakan jarum racun yang amat lembut, jumlahnya bukan hanya sebatang, secara beruntun dari mulutnya segera menyembur keluar tujuh delapan belas batang jarum lembut.   Thi-lohan Khong beng hwesio dapat menyaksikan semua peristiwa tersebut secara jelas, ia menjadi amat terperanjat, sambil mengebaskan ujung bajunya buru-buru dia melompat mundur kebelakang.   "Haaah, haaah, haaah..."   Tok-si cuan Sun oh tertawa terbahak-bahak sepasang telapak tangannya segera menepuk permukaan tanah keras keras, setelah itu berjumpalitan dan melompat bangun, ketika tubuhnya dilejitkan ke muka.   "Blaamm "   Sepa sang kakinya telah menjejak di atas perut Thi lohan Khong beng hwesio yang buncit, kemudian tubuhnya secepat anak panah yang terlepas dari busurnya meluncur datar ke depan.   Thi-lohan Khong Beng hwesio tidak menyangka kalau musuhnya akan mengeluarkan jurus seaneh itu, seketika itu juga badannya terjejak secara telak.   Andaikata orang lain yang terkena jejakan itu, paling tidak dia pasti akan menderita luka dalam yang cukup parah, untung saja dia adalah Thi lo han yang Cukup termashyur, kepandaiannya boleh dibilang tangguh.   sedang kekebalan tubuhnya sudah mencapai dua belas bagian, jejakan mana sekali tak berarti baginya.   Tapi, disaat tubuhnya yang gemuk sedang melompat mundur kebelakang, mendadak tubuhnya kena ditendang orang lagi, untuk sesaat dia menjadi tak sanggup mengendalikan diri lagi, seperti bola daging, tubuhnya kontan mencelat setinggi satu kaki lebih dari posisi semula.   Untuk diceritakan semua peristiwa itu tampaknya memang panjang, padahal semua kejadian beriangsung pada saat yang bersamaan, tiba-tiba saja orang melihat ada dua tubuh yang mencelat dan saling berpisah, yang satu menyusup ke depan, sementara yang lain mencelat kebelakang.   Dalam dunia persilatan Thi-lohan Khong Beng hwesio tersohor karena kebuaSannya, dia pun termaSuk seorang jagoan kelaS satu, siapa tahu hanya menghadapi seorang anggota perguruan dari Tok see sia pun harus mengalami kekalahan berulang kali.   Lama kelamaan timbul juga kebuasannya, tubuh yang mencelat seperti bola daging itu secepat kilat melayang kembali ke tempat semula kemudian....   "Cri ingg ..."   Dari balik sakunya mencabut keluar dua bilah golok yang panjangnya dua depa. "Bocah keparat."   Serunya sambil menyeringai seram.   "Hud-ya akan segera mengirimmu pulang ke akhirat."   Cahaya golok berkilauan di angkasa, diantara kilauan sinar yang luar biasa tajamnya, dia telah membacok tubuh Tok si cuan Sun ou keras-keras.   Tok si cuan Sun ou segera melejit kesamping dengan gesit, begitu lolos dari ancaman, dia lantas berkata sambil tertawa: "Oooh ...   rupanya kau juga menggunakan golok, kalau begitu sungguh kebetulan sekali."   Sambil berkelit ke kiri kanan dengan menggunakan gerakan gerakan yang lincah, tangan kanannya cepat- cepat merogoh ke dalam bajunya mengeluarkan sebilah sarung golok berwarna hijau sepanjang dua depa.   Dengan tangan kiri memegang sarung, tangan kanan menggenggam golok.   sreet ...   Dia telah mencabut keluar golok itu.   Begitu golok itu diloloskan maka segera terlihatlah mata golok yang memancarkan cahaya biru yang berkilauan, dalam sekilas pandangan saja semua orang dapat mengetahui kalau golok itu sudah direndam dalam racun yang sangat ganas.   Sarung golok yang berada di tangan kiri Tok si cian Sun ou ternyata digunakan sebagai senjata, pelan-pelan dia mengayunnya ke samping, sementara golok beracun ditangan kanannya menciptakan selapis cahaya berwarna biru.   "Berhati-hatilah hwesio gede."   Dia segera memperingatkan sambil tertawa keras.   "golok darahku ini bukan golok sembarangan yang boleh dianggap sebegai barang mainan, asal merobek kulit manusia maka dalam setengah jam tubuh sang korban akan berubah menjadi segumpal darah kental, sekalipun Ji lay hud datangpun jiwanya tak bakal tertolong lagi."   Sudah lama Thi-lohan Khong Beng hwetlo menyadari akan kelihayan orang-orang Tok see sia didalam menggunakan racun, ia benar-benar kena tergertak oleh ucapan tersebut, sambil meningkatkan kewaspadaan, pikirnya.   "Jelas tenaga dalam keparat ini tak akan melebihi aku, namun jurus yang barusan digunakan luar biasa, ditambah lagi golok beracunnya itu, dia betul-betul seorang musuh yang tak boleh dianggap enteng."   Berbicara yang sesungguhnya, baik ilmu silat maupun tenaga dalam yang dimiliki Thi- lohan Khong beng hwesio masih jauh melebihi musuhnya, permainan sepasang goloknya juga jauh lebih dahsyat daripada permainan musuh, tapi dengan demikian berhubung seluruh perhatiannya hanya tertuju kearah golok beracun itu, maka pikirannya menjadi makin bercabang, otomatis kelihayannya pun merosot.   Akibatnya Tok si cuan merasakan serangan musuh jauh lebih enteng dan kendor, dengan sarung golok ditangan kiri golok ditangan kanan, ditambah lagi dengan kepandaian lainnya ia berhasil memaksa Thi lohan untuk bertarung seimbang dengannya.   Wi Tiong hong dan Lok Khi mengikuti terus jalannya pertarungan antara keempat orang itu dari balik semak belukar.   Tok Hay ji sudah barang tentu bukan tandingan dari Ma koan Tojin, namun setiap kali keadaan menjadi kritis, dia lantas mengayUnkan tangan kirinya, kadangkala dari jari tangannya menyemburkan asap kuning atau asap hitam, kadangkala hanya gertak sambal belaka.   Ma-koan tojin memang seorang yang berwatak banyak curiga, sekali menyaksikan Tok Hay-ji mengayunkan tangannya, dia selalu cepat- cepat mundur ke belakang, oleh karena itu Tok Hay-ji pun secara dipaksakan masih sanggup mempertahankan diri.   Tiba-tiba Lok Khi berbisik sambil tertawa.   "Engkoh Hong, Tok Hay-ji benar-benar licik dan nakal, coba kalau aku menggantikan kedudukan Ma koan tojin, niscaya dia akan ku bacok sampai mampus." "Kalau begitu, maka kau bakal keracunan."   Lok Khi tertawa lirih. "Tak usah kuatir, topengku ini tidak takut terhadap serangan racun atau sebangsanya."   Suara tertawanya kali ini bernada agak keras, dengan cepat hal ini menarik perhatian orang orang yang berada disebelah sana. Tiba-tiba si Naga tua berekor botak To Sam seng membentak beras.   "Siapa disitu?" "Lohu."   Sesosok bayangan manusia menerjang turun dari atas pohon, ditangannya membawa sebuah senjata berwarna hitam pekat, bentuknya seperti sebuah penggaris besi.   Dengan membawa suatu kekuatan yang amat keras, penggaris besi itu langsung menghajar ke atas batok kepala naga tua berekor botak.   Gerakan tubuh orang itu cepat sekali, rupanya semua orang hanya memperhatikan musuh yang berada ditanah, sedang dia datang lewat atas pohon, ditinjau dari ilmu meringankan tubuhnya yang begitu sempurna, dapat diketahui kalau dia adalah seorang manusia yang luar biasa.   Lok Khi segera menjulurkan lidahnya kepada Wi Tiong hong, bisiknya lagi sambil tertawa ringan: "Untung saja ada orang lain yang mewakili kita, coba kalau tidak kita bakal repot..."   Dalam pada itu si Naga tua berekor botak sedang merasa terkejut sekali, pada hakekatnya dia tak sempat melihat jelas bayangan orang ketika angin tajam telah menyambar tiba dan senjata penggaris besi itu sudah berada tiga depa diatas kepalanya.   Dengan cepat dia mendengus lirih, tangan kanannya menyambar ke balik pakaian lalu diayunkan keatas, tahu-tahu dalam genggamannya telah bertambah dengan sebilah senjata yang mirip cakar bukan cakar untuk menyambut ancaman tersebut.   "Traaang"   Suatu benturan nyaring bergema memecahkan keheningan, kedua belah pihak sama-sama berdiri tegak ditempat masing-masing.   Setelah terjadi bentrokan itu, si Naga tua berekor botak baru merasa betapa beratnya senjata penggaris baja lawan, bahkan tenaga dalamnya tidak berada dibawah tenaga dalam sendiri.   Cepat-cepat dia menggerakan lengannya untuk menarik kembali senjata cakarnya itu, siapa tahu senjata IHek Liongjiau (cakar naga hitam) andalannya itu seakan-akan menempel rapat-rapat diatas senjata penggaris lawan, bagaimanapun dia membetot, senjata tersebut tak berhasil ditarik kembali.   Tak terlukiskan rasa terkejut naga tua berekor botak menghadapi kenyataan itu, cepat- cepat dia mengerahkan segenap tenaga dalam yang dimilikinya, setelah bersusah payah akhirnya senjata cakar naga hitam itu baru bisa dipisahkan dari penggaris raja tersebut.   "Hm, rupanya senjata penggarismu itu terbuat dari besi sembrani."   Serunya dingin. "Senjata ku itu amat beracun, kau mesti berhati-hati "   Kata orang itu cepat.   Yang muncul lagi-lagi anggota Tok seh sia, nampaknya mereka semua memang pandai menggertak orang dengan mengandalkan kelihayan racunnya.   Tok Hay ji segera tertawa terbahak-bahak.   "Haahh ..haahh ..hnahh..Lu suko telah datang, Lu suko, cepat kau lepaskan racun tak berwujud untuk merobohkan ke tiga orang itu." "Saudara To, cepat hadang orang itu "   Ma koan Tojin membentak pula dengan suara dingin.   Tampaknya si Naga tua berekor botak juga kuatir kalau musuhnya benar-benar melepaskan racun, sahutnya dengan suara dalam.   "Tak usah kuatir, siaute tak akan memberi kesempatan kepadanya untuk melepaskan racun."   Seusai berkata, senjata cakarnya kembali diputar secepat angin lalu menyerang orang itu, senjata cakar naga hitamnya diputar makin lama semakin cepat sehingga seluruh angkasa dilapisi oleh bayangan cakar yang amat tebal.   Hanya kali ini, dia tak berani saling beradu senjata lagi dengan penggaris lawan.   **** Bab-36 DALAM pada itu, Tok Hay-ji sudah terdesak sehingga berada dibawah angin, dia benar- benar dibikin kalut sehingga gelagapan setengah mati, senjata ruyung lemasnya kena terkurung oleh angin pukulan Ma koan tojin sehingga tak mampu dikembangkan sebagaimana mestinya.   Tangan kirinya sudah diayunkan berulang kali, namun ayunan tangannya tak pernah mendatangkan hasil, jelas bubuk beracun yang tersedia telah habis dipakai.   Senyum menyeringai telah menghiasi bibir Ma koan tojin, kini hawa pembunuh telah menyelimuti wajahnya, sementara serangan yang dilancarkan juga makin lama semakin bertambah berat.   Dengan keringat bercucuran mendadak Tok Hay-ji mengayunkan kembali tangan kirinya.   "Tosu tua, roboh kau"   Bentaknya keras. Lagi lagi serangannya kosong dan tidak mendatangkan hasil apa-apa. Ma koan tojin tertawa seram. "setan cilik, kau masih mempunyai permainan kembangan apa lagi? Weees, weees,.,"   Secara beruntun dia melancarkan lagi dua pukulan dahsyat. Tok Hay ji menjatuhkan diri ketanah dan bergelinding diatas tanah. teriaknya keras2. "susiok, cepat tolong aku."   Setelah terhindar dari pukulan dan cambuk lemas itu ditarik ke belakang, dia melompat bangun, setelah itu sambil tersenyum dia menengok ke belakang tubuh Ma- koan tojin.   Dengan perasaan terkejut Ma-koan tojin segera berpaling, Tok Hay-ji kontan saja tertawa terbahak-bahak.   "Haaahh ... haaaahh ... haaahh. , . tosu tua, tertipu kau kali ini."   Mendadak tampan kanannya diayunkan ke muka, asap berwarna abu-abu segera menyelimuti daerah seluas satu depa dan mengurung seluruh tubuh Ma koan tojin.   Padahal dalam perkiraan Ma koan tojin, racun milik musuhnya ini sudah habis terpaka sesudah beberapa kali ayunan tangannya tidak memberikan reaksi apapun, setelah menyakslkan kabut berwarna abu-abu menyambar keatas wajahnya dia terkejut dan buru-buru menjatuhkan diri ke belakang, kemudian sambil menahan napas dia melompat pergi.   Siapa tahu pada saat itulah terdengar Tok Hay ji membentak keras.   "Tosu tua, roboh kau."   Ma koan tojin melejit ke udara, sewaktu bentakan tersebut menggelegar disisi telinganya, tahu-tahu dia merasa kakinya terjirat sesuatu benda, tak ampun dia kena dijerat oleh senjata cambuk Tok Hay ji dan jatuh terpelanting diatas tanah.   Dalam keadaan seperti ini, dia lebih- lebih tak berani berayal lagi, masih tetap menahan napas, ujung kakinya segera menutuI permukaan tanah kemudian menyelinap kesamping.   Tok Hay ji tertawa semakin panas.   "Haah ... haahh ... haahh . tosu tua, pelan sedikit, tidak mengapa."   Sudah puluhan tahun lamanya Ma koan tojin malang melintang dalam dunia persilatan, tapi sekarang dia harus jatuh terpelanting oleh permainan Tok Hay ji yang masih ingusan, kejadian ini boleh dibilang benar-benar memalukan jagoan ini.   Setelah berhasil berdiri tegak.   paras mukanya yang di hari-hari biasa telah nampak menyeramkan, kini berubah jadi pucat karena marahnya, selangkah demi selangkah dia berjalan maju mendekati lawannya.   Siapa sangka, baru berapa langkah tiba-tiba dari muka sana muncul sesosok bayangan manusia yang secepat sambaran kilat menerjang kearahnya.   Gerakan tubuh orang itu sangat cepat, sedemikian cepatnya sehingga dalam waktu singkat telah berada dihadapan mereka berdua.   orang itu adalah seorang kakek berbaju pendek warna coklat yang bertangan kosong jenggot putihnya sepanjang setengah depa sedang punggungnya bungkuk.   Melihat kehadiran orang itu, Tok Hay ji segera menarik kembali senjata ruyungnya dan mundur beberapa langkah.    Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo Darah Daging Karya Kho Ping Hoo Mestika Golok Naga Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini