Pedang Karat Pena Beraksara 5
Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan ID Bagian 5
Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya dari Tjan I D Ting ci kang membentak keras, pena emasnya ditutulkan kemuka denganjurus Hong hong tiam tau (burung hong memangguk) selapis cahaya emas yang menyilaukan mata segera menyerang tubuh manusia berbaju putih itu. pada saat yang bersamaan, Beng Kian ho melepaskan pula sebuah pukulan dahsyat kearah tubuh manusia berbaju putih itu. Menghadapi dua ancaman yang datang dari dua arah yang berlawanan, manusia berbaju putih itu menggetarkan tangan kirinya, ujung angkin berwarna- warni itu segera menggulung kemuka mengunci datangnya ancaman totokan pena emas dari Ting ci kang sementara tangan kirinya digetarkan pula dengan mempergunakan ujung angkin yang lain untuk menghalau serangan Beng Kian ho serta mendesak mundur terjangan tubuhnya. Ting ci kang tidak menyerah sampai disitu saja, sambil memutar senjata kembali dia menerjang temuka, pena emasnya dengan menciptakan bertitik cahaya tajam mengurung seluruh angkasa, kecepatannya bagaikan titiran air hujan. Beng Kiam ho tidak ambil diam, sepasang telapak tanganyapun bekerja keras, dalam waktu singkat dia telah melancarkan lima buah serangan berantai. Manusia berbaju putih itu segera menggerakkan sepasang tangannya berbareng angkin warna warni sepanjang beberapa kaki itu digerakkannya dengan gerakan sebentar memanjang Sebentar memendek, cahaya bianglala menyilaukan mata, dengan perubahan yang beraneka ragam dia hadapi serangan gabungan dari dua lawannya secara santai, seolah-olah ancaman dari kedua orang itu masih tak berarti baginya. Keng hian tojin adalah murid dari perguruan Butongpay, dia jadi orang teliti dan serius menghadapi semua persoalan. Diam-diam dia telah memperhatikan keadaan disekitar arena, dan dijumpainya suatu peristiwa yang dirasakan aneh sekali. Ketika si Naga tua berekor botak To Sam-seng menyerobot didepan untuk menerjang si perempuan berbaju hitam tadi, belum lagi berhasil mendekati sasarannya, tahu-tahu ditengah jalan orang itu sudah dihadang oleh seorang manusia berbaju hitam. Kemudian menyusul Beng Kian ho dan Ting-ci kang ikut keluar dari ruangan, tapi keadaan yang mereka alamisama yaitu dihadang oleh seorang manusia berbaju putih. Diam-diam ia lantas ia menarik suatu kesimpulan, agaknya setiap orang yang berada dalam ruangan itu, asal keluar meninggalkan ruangan itu tentu akan memperoleh hadangan, tujuan dari penghadangan mana sudah jelas adalah tidak membiarkan mereka keluar dari situ, padahal sudah ada tiga korban yang tewas diujung pisau terbang, sementara perempuan berbaju hitam yang berdiri di depan ruangan, berdiri tengah disitu sambil memegang baki peraknya. Benarkah suatu pembantaian secara besar-besaran telah dimulai? Benarkah pihak Thian Sat nio tidak mengijinkan seorang manusiapun diantara mereka meninggalkan ruangan ini dalam keadaan hidup? Ditinjau dari semua yang telah berlangsung, perempuan berbaju hitam yang berdiri di muka ruangan sekarang adalah sipelaksana pembantaian tersebut, benarkah dia adalah Thian Sat nio pribadi? -ooo00ooo- Bab-10 Dengan wajah serius dan pedang tersoren di tangan pelan-pelan Keng- hian tojin berjalan menuruni anak tangga depan pelataran. Begitu dia melangkah kedepan, Keng jin to-jin dan Bwe hoa kiam kakak beradik mengikuti pula dibelakangnya. Tujuan Kheng hian tojin adalah mengawasi gerik gerik lawan, oleh sebab itu dia bergerak sangat lambat, dia tahu tiga orang yang berada di belakangnya adalah sute dan sumoynya, mereka pasti saja tidak akan berani mendahului, itulah sebabnya segenap tenaga dalamnya dihimpun menjadi satu untuk mengamati empat penjuru, kemudian pelan2 menuruni anak tangga pertama. Betul juga , pada saat itulah perempuan berbaju hitam yang berada dihadapannya itu menyambitkan pisau terbang yang berada diatas bakinya secara tiba tiba dan melemparkannya ke atas. Dari Ma koan lojin tadi, Keng hian tojin telah mendengar kalau dibelakang perempuan itu masih ada orang lain yang mengendalikan pisau terbang itu secara diam-diam. Maka begitu dilihatnya pihak lawan melepaskan pisau terbangnya, dia segera menghimpun segenap perhatiannya untuk mengawasi kearah pisau terbang tersebut dengan seksama, Tapi langit amat cerah, hanya setitik awan putih yang menghiasi angkasa. Tentu saja tak mungkin ada orang yang berada di angkasa, yang nampak olehnya hanyalah pisau terbang Liu yap hui to itu moIuncur ke tengah udara, setelah mencapai ketinggian tiga kaki, kemudian membalik dan menukik ke bawah. Kejadian anehpun segera berlangsung sejak itu, tatkala pisau terbang tadi menukik sampai ketinggian satu kaki, mendadak gerakan pisau terbang tadi membentuk seperti gerakan busur, setelah melakukan suatu perputaran ditengah udara, desingan angin tajampun berkumandang memekikkan telinga. cahaya tajam segera memancar keempat penjuru, desingan angin dingin menderu- deru, dengan keCepatan yang luar biasa melancur ke-arah dadanya. cukup mendengar desingan tajam yang memekikkan telinga, dapat diketahui kalau serangan tersebut benar-benar mengerikan sekali. Keng hian tojin amat terperanjat, lalu pikirnya. Kalau dilihat dari keadaan tersebut, agaknya benar-benar ada orang yang mengendalikan gerakan pisau terbang itu secara diam-diam. Waktu itu, pedang telah disilangkan di depan dada, segenap tenaga dalam yang dimilikipun telah dihimpun diujung pedangnya dengan tatapan mata tak berkedip dia mengikuti terus gerakan dari pisau terbang itu tajam-tajam. Menanti ujung pisau terbang tadi sudah hampir mendekati dadanya, ia baru menggetarkan pergelangan tangannya dan menghantam ujung pisau terbang itu dengan ujung petangnya. "Traaang ..." Benturan nyaring memekikkan telinga. Kali ini, ancaman dari pisau terbang tersebut berhasil dipikul mundur oleh tangkisannya, akan tetapi akibat dari bentrokan mana, Keng hian tojin merasakan lengannya menjadi kesemutan dan tubuhnya tanpa terasa mundur selangkah ke belakang. Perempuan herbaju hitam itu mendengus dingin, tangannya kembali diayunkan kedepan, kali ini pisau terbang Liu yap to yang kedua telah dilontarkan ke angkasa. Bukan hanya sebilah saja yang disambitkan ke udara kali ini, tampaknya karena dia melihat pihak Bu tong pay terdiri dari 4 orang maka secara beruntung dia lepaskan tiga bilah pisau terbang lagi. Serangan itu benar2 menyambar tiba dengan kecepatan bagaikan sambaran petir, dalam waktu singkat cahaya perak menyelimuti seluruh angkasa, desingan tajam memekikkan telinga, empat bilah pisau terbang secepat kilat mengancam ke empat orang itu bersamaan waktunya. Menyaksikan datangnya ancaman itu, Keng- hian tojin merasa amat terkesiap. Rupanya bukan cUma ke empat bilah pisau terbang itu saja yang datang mengancam, pisau terbang yang berhasil dipentalkan olehnya tadi pun setelah membentuk gerakan busur ditengah udara, sekali lagi menerjang kearahnya. cepat- cepat dia berseru. "Sute sekalian berhati hatilah kalian - -" Dalam keadaan tergopoh-gopoh dengan jurus Kim ciam hui tok (jarum emas terbang menyeberang) diayunkan ke muka, cahaya pedang segera memancar ke empat penjuru dan menyongsong datangnya ancaman pisau terbang tadi "Traaang, traaang, traaang" Menyusul kemudian berkumandang empat kali suara bentrokan nyaring memecahkan keheningan. Keng hian Tojin, Bwe hoa kiam Thio Kun kai dan Lakjiu im eng Thio Man berhasil menangkis datangnya ancaman tersebut. Tapi ditengah desingan nyaring yang beruntun itu, tiba-tiba terdengar pula sekali jeritan kaget serta sekali jeritan kesakitan yang memilukan hati. "Traaang..." Salah sebilah pisau terbang di antaranya telah berhasil menyelesaikan tugas pembantaiannya dan jatuh kembali diatas baki perak itu. Percikan darah segar kembali membasahi seluruh permukaan lantai ruangan itu, kemudian terdengar seseorang roboh terkapar keatas tanah. Mengikuti jeritan ngeri itu, dengan hati terkesiap semua orang buru-buru berpaling. Ternyata yang menjerit kaget tadi adalah Lak jiu im eng Thio Man, walaupun ia berhasil menyambut datangnya ancaman pisau terbang itu, tapi berhubung tenaga pantulan yang memancar keluar dari ujung pisau terbang itu sangat kuat, serta merta tubuhnya digetarkan sampai mundur kebelakang berulang kali. Padahal pada waktu itu dia baru saja menuruni anak tangga mengikuti para suhengnya, dasar pengalamannya memang cetek, meski pisau terbang itu berhasil disambutnya, dia lupa kalau dibelakang tubuhnya masih ada tiga buah trap undak undakan batu, tak ampun lagi dia terpeleset dan terjatuh ke bawah. Saking kagetnya itulah dia lantas menjerit keras. Sebaliknya orang yang menjerit kesakitan adalah pelindung hukum dari perkumpulan Thi pit pang, Ko thian-seng Lo Liang, dalam keadaan tak menduga, dadanya kena ditembusi pisau terbang itu dan terkapar diatas lantai dalam keadaan tak bernyawa lagi. ooo0O0ooo SUASANA pertempuran di-pelataran disebelah kanan depan ruangan tengah masih berlangsungamat seru, Beng Kian hoo membetak berulang kali sambil melancarkan pukulan demi pukulan dengan kekuatan yang amat mengerikan. Ting ci kang tak mau kalah, senjata pena emasnya juga diayunkan berulang kali menciptakan bertitik-titik bintang emas. Dari mereka berdua, yang satu adalah jagoan yang sangat lihay dari Siau limpay, sedang yang lain adalah murid kesayangan dari pendiri perkumpulan Thi pit pang, Thi pit teng kan kun (pena baja penenang jagad). Tapi dalam kenyataan, walaupun mereka berdua telah bekerja sama, jangankan melukai manusia berbaju putih itu, menjawil ujung bajunyapun tak dapat, masih untung saja mereka tak sampai menderita kekalahan secara tragis. Berbeda dengan situasi pertarungan dipelataran sebelah kiri. Si Naga tua berekor batok To Sam seng yang mesti bertarung melawan manusia berbaju hitam itu lambat laun makin terdesak dibawah angin, bahkan pada akhirnya ia terdesak sedemikian parahnya Sehingga praktis tidak memiliki kekuatan lagi untuk melancarkan serangan balasan- Dari sekian banyak jago yang hadir dalam ruangan saat itu nama nama besar Ma koan to jin, Thi Lo han Kwong beng hwesio dan si naga tua berekor botak To Sam leng boleh dibilang paling tenar, dan ilmu silat mereka juga yang paling tinggi. Kini, Beng Kian ho dan Ting ci kang yang bersama-sama mengerubuti manusia berbaju hitam itu tidak berhasil meraih keuntungan apa-apa. Para jago dari Butongpay juga telah menyelesaikan pertarungan meski nyaris pisau terbang itu berhasil dipatahkan. Kang pak siang kiat, cuan im cun Li Goan tong dan Ko thian seng Lo Liang empat orang telah menjadi korban diujung pisau terbang lawan. Bila sekarang si naga tua berekor botak To sam seng terluka pula diujung telapak tangan manusia berbaju hitam itu sudah dapat dipastikan kekuatan dari kawanan jago yang berada di ruangan itu akan semakin minim. Thi Lo han Kwong beng hwesio memandang sekejap kearah Ma koan tojin, mendadak sambil bangkit berdiri ujarnya. "Toheng, tampaknya Jika kita tak segera turun tangan sehingga Tolo sicu terluka ditangan lawan, kita akan kehilangan seorang pembantu yang tangguh didalam pertarungan untuk menghadapi Thian Sat nio nanti." Agak berubah paras muka Ma koan Tojin yang kurus dan seram itu, pelan-pelan ia mengangguk. "Ucapan taysu memang benar, kepandaian silat yang dimiliki manusia berbaju hitam itu sangat lihay sedang si To lojin sudah mulai panik, menurut pengamatan pinto, jangan-jangan sebelum Thian Sat nio menampakkan diri, kita sudah terjepit lebih dulu posisinya. Baik, mari kita kerja sama untuk melenyapkan orang terlebih dahulu . ." "Persoalan tak dapat ditunda-tunda lagi, biar pinceng yang turun tangan membantunya lebih dulu " Seru Thi Lo han kemudian. Begitu selesai berkata tubuhnya yang gemuk segera melejit keudara dan menyambar kedepan dengan kecepatan tinggi, dalam waktu sekejap saja ia telah tiba dibelakang tubuh manusia berbaju hitam itu, serunya keras- keras. "To lo sicu, jangan panik, pinceng akan membantu mu " Sedahsyat hembusan angin puyuh, telapak tangannya diayunkan kedepan menghantam punggung manusia berbaju hitam tadi. Tak usah membalikkan badanpun manusia berbaju hitam itu sudah tahu kalau orang yang melancarkan-serangan ialah Thi Lo han Kwong- beng hwesio, sambil mengejek sinis, sepasang kakinya menjejak tanah, kemudian dengan menghimpun tenaganya sebesar sembilan bagian, dia membalikkan badan sambil melepaskan pukulan. Waktu itu, sebenarnya si Naga tua berekor botak To Sam seng sedang terdesak hebat, gerak geriknya hampir terbelenggu semua dan posisinya amat kritis. Melihat Thi Lo han terjun ke arena untuk membantu pertarungan, semangatnya segera bangkit kembali, bentakan keras bergema berulang kali, permainan jurus serangannya segera berubah, diantara getaran telapak tangannya ia mulai melancarkan serangkaian serangan balaSan yang tak kalah dahSyatnya. Manusia berbaju hitam itu tertawa keras, serunya. "Sekalipun kalian bertambah dengan beberapa orang lainpun, aku Kan Liu cu tak akan memikirkannya didalam hati." Ternyata dialah yang bernama Kan Liu cu dari perguruan Thian sat bun ..." Ditengah bentakannya yang menggeledek. benar juga , serangannya yang satu lebih dahyat dari serangan sebelumnya, semua serangan di sertai dengan kekuatan yang luar biasa, pertarungan adu kekerasan ini segera merubah situasi pertarungan makin lama semakin sengit. Perlu diketahui Thi Lo han Kwong beng hwesio dan si naga tua berekor botak To Sam seng adalah jago2 kenamaan dalam dunia persilatan. Sebaliknya Kan Liu cu tak lebih hanya seorang anggota dari perguruan Thian sat bun, dalam kenyataan meski harus satu melawan dua, ternyata dia masih tetap tangguh bagaikan banteng bahkan sama sekali tidak nampak akan menderita kalah, kenyataan ini kontan saja menggetarkan hati kawanan jago lainnya. Ditengah pertarungan yangamat sengit itu mendadak Kan Liu cu mengayunkan tangannya melepaskan sebuah pukulan dahyat. Berhubung tak mungkin dihindari lagi, si naga tua berekor botak To Sam Seng dipaksa untuk mengayunkan telapak tangannya dan menyambut serangan tersebut dengan kekerasan- "PIaaak .." Akibat dari benturan sepasang telapak tangan itu, si naga tua berekor botak To Sam seng merasakan kuda2nya gempur sehingga mundur lima langkah dengan sempoyongan, darah panaS didalam dadanya bergolak keras, dan darah segar segera menyembur naik lewat tenggorokan. Sebaliknya Kan Liu-cu juga turut mundur selangkah akibat dari bentrokan itu meski tenaga dalam yang dimilikinya cukup sempurna. Belum sempat berdiri tegak. bagaikan harimau kelaparan Thi Lohan Kwong beng hwesio telah menerjang tiba sambil melancarkan sebuah pukulan dahyat. Kan Liu cu tertawa terbahak-bahak sambil menghimpun tenaga dalamnya sebesar delapan bagian, dia balikkan badannya sambil menyambut datangnya ancaman dari Thi Lohan itu. "Blaaam ... " Suatu benturan keras kembali berkumandang memecahkan keheningan, kuda-kuda mereka berdua sama-sama tergempur dan mundur selangkah, bekas telapak kaki yang dalam segera muncul diatas tanah. Kan Liu cu mundur dua langkah lagi kebelakang, kemudian tubuhnya berputar secepat sambaran petir tiba2 ia menerjang lagi kearah si Naga tua berekor botak sambil membentak keras. "Mundur kau kedalam ruangan " Akibat dari bentrokan kekerasan tadi, siNaga tua berekor botak To Sam seng menderita luka dalam, waktu itu dia sedang mengatur pernapasannya dan berusaha untuk menyembuhkan luka yang dideritanya, melihat datangnya serangan tersebut, cepat cepat dia mundur beberapa langkah sambil mengegos ke samping. Tentu saja Kan Liu cu tidak akan melepaskan musuhnya itu dengan begitu saja, sambil mengayunkan telapak tangannya ia mengejek sinis. "Enggan mundur ? Kalau begitu berbaring saja." Baru selesai dia berkata, mendadak terasa olehnya ada seseorang mendekati tubuhnya dari belakang. Dengan sigap dia membalikkan badan sambil bersiap sedia, ternyata orang itu adalah Ma Koan tojin. Tampak tosu bengis itu memperlihatkan wajah menyeringai mengerikan, lalu dengan suara menyeramkan katanya. "Sobat, agaknya kau sedikit tekebur " "Haaahhh - - haaabhh - ..haaahh ... sama sekali tidak tekebur, apakah kaupun ingin mencoba ?" Seru Kan Liu cu sambil tertawa terbahak-bahak. Dengan jurus Huang hong sau yap (angin puyuh menyapu daun), telapak tangannya yang besar secepat kilat menghantam kearah Ma koan tojin dengan disertai tenaga dalam. Ma koan tojin segera tertawa seram. "Heeeh ...heeeh ...heeeh ... sampai dimana sih kemampuan silat yang kau miliki sehingga berani tekebur didepan pinto ... ?" Ejeknya. Ujung bajunya segera dikebaskan kedepan untuk mengunci datangnya ancaman tersebut. Pada waktu itu, kemarahan dari si Naga tua berekor botak To Sam seng sedang mencapai pada puncaknya, melihat Ma koan tojin turut serta didalam serangan tersebut, dia segera tahu kalau kasempatan baik tak boleh disia-siakan, dalam keadaan demikian ia tak ambil perduli lagi apakah isi perutnya sedang terluka atau tidak?" Ditengah bentakan nyaring, telapak tangannya segera diayunkan kedepan menyergap tubuh Kan Liu cu. Thi Lohan Kwong beng hwesio tidak diam belaka, diapun turut menerjang kedepan dan melancarkan serangan dahysat. Kan Liu cu tertawa seram, ejeknya. "Mau main kerubutan, Silahkan IHmmm, kalau tidak kusuruh kalian saksikan kelihayan dari ilmu silat aliran Thian sat bun, kalian pasti tak akan mati dengan mata meram" Belum habis ucapannya diutarakan tiga gulung angin pukulan yang maha dahsyat telah menyerang tiba. Kan Liu cu tertawa seram, telapak tangan kirinya segera diayunkan kedepan untuk memunahkan kebasan ujung bajudari Ma koan tojin, sementara tangan kanannya dengan jurus cun lui keng o ci (guntur disiang hari mengejutkan ular) menyerang Thi Lohan dan sebuah tendangan menyepak tubuh si naga tua berekor botak. Dalam satu jurus serangan dengan tiga gerakan dahsyat, hanya didalam sekali perputaran badan diposisi semula ia telah berhasil mendesak mundur Ma- koan tojin, Thi Lo han Kwong beng hwesio serta si naga tua berekor botak To Sam seng sejauh satu langkah. Ma koan tojin mendengus dingin menyusul tubuhnya mundur ke belakang mendadak tangan kirinya membentuk gerakan aneh sementara tangan kanannya diayunkan kemuka melepaskan sebuah bacokan. Tubuhnya tetap kaku tak berkutik. tapi diantara pergelangan tangannya, muncul ah telapak tangannya yang kurus kering dari balik ujung bajunya, selapis cahaya putih keabu- abuan menyelimuti telapak tangannya itu. Begitu serangan dilontarkan ternyata sedikitpun tidak membawa suara angin yang menderu, keadaan tetap tenang seolah-olah tak pernah terjadi suatu apapun. Thi Lo han Kwong beng hwesio yang menyaksikan kejadian tersebut segera menghentikan pula tubuhnya tidak menyerang, pelan-pelan telapak tangan kirinya diangkat keatas. Dalam waktu singkat tangan kirinya yang gemuk putih itu telah membengkak besar dan berubah menjadi hitam pekat, keadaan tersebut merupakan perbedaan yang amat kontras dengan telapak tangan Ma koan tojin yang kurus kering itu. Si Naga tua berekor botak To Sim seng menyilangkan sepasang cakarnya didepan dada dengan mengawasi Kan Liu-cu tanpa berkedip. ia tiada hentinya menarik napas panjang, sinar matanya tajam menggidikkan hati, seakan-akan ia berniat untuk melancarkan suatu sergapan dan kalau bisa membunuh Kan Liu-cu dalam satu pukulan- Menghadapi kepungan dari ketiga orang jago tersebut, Kan Liu-cu tetap berdiri tenang, ujarnya dingin. "Tosu tua, ilmu Pek kut clang (pukulan tulang putih) yang kau yakini paling banter baru mencapai lima bagian kesempurnaan. sedang Het satjiu (pukulan malaikat hitam) dari si- hwesio lebih cetek lagi, paling banter baru mencapai tiga bagian, sekalipun digabungkan dengan tok liong jin (cakar naga beracun) dari si Naga tua berekor botak juga takkan mampu berbUat apa apa terhadap diriku" "Sebatulnya pinto tidak ada nlat untuk membunuh eng kau, tetapi sayang ucapanmu kelewat menyakitkan hati orang, mau tak mau terpaksa pinto harus .." La tidak menyelesaikan ucapan tersebut, sambil membentak keras bayangan mautnya berkelebat lewat, empat sosok bayangan manusia mendadak tergabung menjadi satu dan bertarung dengan serunya. Dalam waktu sing kat masing-masing pihak berusaha keras untuk saling merebut posisi yang menguntungkan, perubahan demi perubahan jurus serangan yang bertubi-tubi menciptakan pertarungan tersebut sebagai suatu pertarungan antara mati hidup yang mengerikan- Tampaklah empat sosok bayangan manusia saling menyambar bayangan hitam menyilaukan mata. Semua ancaman tersebut dilepaskan dengan kecepatan tinggi, angin pukulan yang menderu menyapu seluruh jagat dan menerbangkan pasir dan debu, keadaan yang berlangsung diarena ketika itu cukup membetot sukma siapapun yang melihatnya. Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sungguh hebat dan seng it sekali pertarungan yang berkobar antara keempat orang itu, jurus- jurus serangan yang tangguh dan sakti dipergunakan semua untuk saling merobohkan, barang siapa kurang gesit atau terlalu lamban dalam bergerak. niscaya akan tewas tergelepar diatas tanah. Kecuali mereka berempat menghentikan pertarungan itu bersama-sama, kalau tidak sulit rasanya untuk meng hentikan pertarungan itu ditengah jalan ... Padahal tiga orang diantara mereka adalah jago kelas satu dari kalangan hitam dalam dunia persilatan sedang yang dikerubuti tak lebih cuma seorang anggota perguruan Thian Sat bun belaka. Waktu itu, Wi tiong-hong berdiri disamping Ko thian seng Lo i ang, dengan amat jelas ia menyaksikan pisau terbang berayun datang, belum sempat pedang diloloskan, badannya sudah kecipratan darah rekannya, hal ini membuat kemarahannya ssgera berkobar. "cri ng - ." Dia segera meloloskan pedang karat yang sama sekali tiada pancaran sinarnya itu. cahaya perak masih berkelebat lewat di depan mata dengan membawa suara desingan yang memekikkan telinga. Pisau terbang yaog kena dipukul balik oleh orang2 Butong pay tadi, kini kembali meluncur tiba dengan keCepatan tinggi. Lima buah pisau berwarna perak. secepat sambaran kilat meluncur datang ... Dalam keadaan seperti ini, Keng hian tojin sama sekali tak sempat untuk mengurusi suara jerit kesakitan yang berkumandang datang dari belakang tubuh nya, dia terpaksa harus pusatkan segenap perhatiannya untuk mengawasi pisau terbang yang telah tertangkis tapi kembali meluncur datang itu ... Dalam perasaannya serangan pisau terbang itusemakin berat, makin lama semakin cepat, berapa besar tenaga tangkisan yang digunakan untuk memukul balik pisau tadi, mata sewaktu meluncur balik kembali, tenaga maupun kecepatannya juga turut berlipat ganda. Sekarang, pisau terbang itu datang menyergap untuk ketiga kalinya, buru-buru dia menghimpun segenap hawa murni yang dimilikinya dan mengayunkan pedangnya membabat pisau terbang tersebut. Keng jin tojin beserta IHwe hoa kiamThio-Kun kaisama-sama menganyunkan pedang masing-masing untuk melancarkan bacokkan, hanya Lakjiu im leng Thio man yang terpeleset kakinya sehingga terjatuh keatas undak-undakan batu belum sempat bang kit berdiri, cahaya pelangi yang menyinari mata langsung menyambar kedepan dadanya. Melihat sambaran cahaya perak itu, tampaknya pisau terbang itu segera akan menembusi dadanya. Nona Thio yang dihari hari biasanya selalu berhati kejam dan buas, kini sudah merasakan pergelangan tangannya kaku dan kesemutan, mana mungkin ia masih bertenaga untuk mengangkat pedangnya lagi? Jangankan pertolongan orang lain, sekalipun ketiga orang suhengnya yang berada didepan matapun tak sempat menggubris dirinya waktu itu apa lagi bantuan dari orang lain? Lakjiu im eng memang cukup keji, mendadak ia menggertak giginya dan memejamkan mata untuk menerima kematian. Perduli amat apa yang bakal terjadi, ia sudah pasrahkan dadanya untuk ditembusi oleh pisau terbang tersebut. "Trang..." Tiba-tiba berkumandang suara benturan keras yang memekikkan telinga. Kemudian terdengar ada orang menjerit kaget, ada pula yang membentak keras. Hancuran pedang bagaikan air hujan berhamburan ketanah, pisau terbang yang sedang mengganas pun turut rontok ketanah. Seluruh wajah Keng hian tojin basah oleh keringat, secara beruntun ia mundur sejauh tiga langkah, pedang dalam genggamannya tahu-tahu tinggal separoh bagian. Paras muka Keng hian tojin berubah menjadi pucat pasi seperti mayat napasnya tersengkal- sengkal seperti kerbau, dia sudah jatuh terduduk diatas undak-undakan batu, sedang kutungan pedangnya sudah mencelat terlepas diri genggamannya .. Keadaan Bwee Hoa kiam Thio Kun kai paling mengenaskan, dengan sempoyangan ia mundur tujuh delapan langkah dari tempat berdirinya, pedangnya sudah terlepas dari genggaman, tangannya pecah dan bercucuran darah, seluruh lengan kanannya sudah tak mampu diangkat lagi saking kaku dan sakitnya. Bagaimana dengan Lak jiu Im eng nona Thio Man? Apakah dadanya sudah ditembusi pisau terbang ? Ataukah sudah terkapar ditanah dengan beriumur darah segar ? Ternyata tidak. sejak dia terpeleset dan jatuh terduduk diatas undak2kan batu, tubuhnya tak bergeser lagi, sampai sekarang pun ia masih duduk disana dengan keadaan segar bugar. cuma saja, paras mukanya telah berubah menjadi kuning kepucat-pucatan karena ketakutan, sepasang matanya yang sebenarnya sudah terpejam rapat2 kini telah membuka kembali bahkan terpentang lebar-lebar serta memancar kaget bercampur keheranan. Suara desingan yang amat tajam memekikkan telinga itu mendadak lenyap. cahaya tajam yang menyilaukan mata pun lenyap tak berbekas. Tahu-tahu diatas permukaan lantai didepan undak-undakan batu telah tergeletak empat bilah pisau terbang yang sudah kutung menjadi beberapa bagian- Didepan undak-undakan, kini bertambah pula dengan seorang pemuda berbaju hijau yang menyilangkan pedangnya didepan dada. Dia, pah lawan yang telah menyelamatkan empat lembar nyawa dari Bu tong pay serta sekaligus merontokkan serangan dari ke empat bilah pisau terbang itu, tidak lain adalah Wi- tiong hong. Ia turun tangan secara tiba tiba hanya dikarenakan rasa gusar dan mendongkol yang membara didalam dadanya, bahkan dia sendiripun sama sekali tak menyangka kalau empat bilah pisau terbang yang bisa bergerak melebihi naga sakti itu dapat dirontokkan hanya dalam sekali serangan saja. Didalam ruangan gedung kini tak ada orangnya lagi, termasuk pula sastrawan berbaju hijau yang selama ini tak pernah berbicara, entah sejak kapan telah ikut keluar pula, sekarang dia sedang menggendong tangan sambil berdiri dibelakang Wi Tiong hong, sikapnya begitu santai seakan-akan sedang menonton keramaian saja. Sementara itu, Lakjiu imseng Thio Man telah memungut kembali pedangnya dan pelan-pelan bangkit berdiri. Dia adalah seorang gadis yang berhati keras, tadi dia masih sempat bertarung melawan orang itu dan kini selembar jiwanya telah ditolong olehnya, kenyataan ini membuat wajahnya menjadi merah padam. Dia hanya melirik kearah Wi tiong hong, kendatipun dihati dia pingin mengucapkan beberapa patah kata terima kasih, namun bibirnya merasa rikuh untuk mengatakannya keluar, terpaksa dia hanya mengangkat tangannya untuk membereskan rambutnya yang kusut. Keng hian lojinpun merasa terkejut dan keheranan setelah menyaksikan kejadian itu, dengan kekuatan sendiri yang begitu besarpun ia gagal untuk membendung serangan pisau terbang tersebut, dia tidak menyangka Wi Tiong hong secara mudah dapat mematahkan serangan dari keempat bilah pisau terbang itU sekaligus Dari sini bisa dinilai kalau kepandaian silat dari Toa supeknya betul-betul sudah mencapai tingkatan yang luar biasa, buktinya pemUda itu belum sempat melangkahkan kakinya kedalam pintu gerbang Bu tong pay, tapi kepandaian silat yang dimilikinya telah berhasil mencapai ke taraf yang begini hebat. Tapi entah bagaimanapun juga , dia toh anggota perguruan Bu tong pay juga, sedikit banyak dengan perbuatannya itu berarti dia telah mengangkat derajat serta nama baik dari Bu tong pay. Setelah mengatur napas dan memulihkan kembali tenaga dalamnya, ia segera maju ke depan menghampiri Wi Tiong hong, sambil tertawa dan menjura sapanya. "Wi siau sute..." Ternyata dia telah berganti sebutan dengan memanggilnya sebagai "Siau sute." Perguruan Bu tong pay sudah mempunyai sejarah selama beratus-ratus tahun lamanya , orang persilatan yang pandai mempergunakan ilmu silat Bu tong pay juga amat banyak. tapi kalau bukan anggota perguruan Bu-tong pay, biasanya pihak Bu tong pay tak mengakuinya. Maka panggilan "Siau sute" Dari Keng hian tojin ini boleh dibilang luar biasa sekali. Tapi, belum selesai dia berkata, mendadak dari tengah udara diluar gedung telah berkumandang suara tertawa aneh yang menggidikkan hati. Suara tertawa aneh itu amat menusuk pendengaran dan tak sedap didengar siapa saja dapat mengenali kalau suara itu adalah suara dari Thian Sat-nio. Begitu suara tertawa itu berhenti, terdengarlah seseorang membentak dengan suara yang parau bagaikan bambu retak. "Semuanya berhenti " Bentakan tersebut diutarakan dengan nada penuh kemarahan, membuat semua orang merasakan hatinya bergetar keras dan tanpa sadar, mereka yang sedang bertarung pun serentak menghentikan serangannya. Beng Kian hoo dan Ting ci kang berdua masih tetap berdiri saling berhadapan dengan orang berbaju putih itu, mereka tetap bersiap sedia penuh untuk menghadapi segala kemungkinan yang tak di nginkan. Paras muka Mi koan tojio tampak suram, bersama Thi Lo han Kwong Beng dan Naga tua berekor botak To Sam seng mereka bertiga segera mengundurkan diri pula kesamping. Keng jin tojin, Bwe hoa kiam Thio kun kai, Lakjiu im eng Thio Man pelan2 menggeserkan pula badan mereka bergabung dengan toa suhengnya Keng hian tojin. Dalam waktu singkat, suasana didepan ruang gedung itu menjadi amat hening sehingga hampir boleh dibilang tak kedengaran sedikit suara pun. Sikap yang tegang dan penuh waspada seakan-akan sedang menantikan tibanya bencana besar saja. Terdengar suara parau dari Thian Sat nio, kembali membentak keras. "Bocah muda she Wi, karena kau tak tersangkut dalam suatu peristiwa ini, lo nio baik-baik memberi jalan kehidupan kepadamu dan suruh kau meninggalkan tempat ini siapa tahu kau begitu berani menentang aku, bahkan mematahkan pula pisau terbang milik lo nio " Wi Tiong hong menyarungkan kembali pedangnya ke dalam sarung, kemudian sambil mendongakkan kepalanya dia menjawab. "Thian Sat nio, dengan mengandaikan beberapa bilah pisau terbang, kau telah melakukan pembunuhan seCara brutal, itulah sebabnya kupatahkan keganasan pisau terbangmu itu, meski hal ini kulakukan tanpa maksud apa apa tapi setelah kupatahkan sekarang, mau apa kau?" Bagaimanapun juga dia belum pengalaman di dalam dunia persilatan, meski ucapannya ketus, namun nada suaranya justru amat lembut. Thian Sat nio segera tertawa terkekeh- kekeh dengan seramnya. "Bocah keparat, kau berani mencari gara gara dengan lo nio ?" Teriaknya keras-keras. "Mengapa tidak?" Thiao Sat nio mendengus dingin. "Hmm, tampaknya kau tidak takut mati?" "Kalau tidak takut mati lantas kenapa ?" "Bagus sekali, kau memang tidak takut mati, keluarlah dari situ dan jumpai aku diluar pintu rumah." "Keluar yaa keluar, memangnya aku takut kepadamu?" Selesai berkata, dia benar-benar melangkah keluar dengan langkah lebar. Ting ci kang segera meloloskan pena emasnya dan menyongsong kepergian Wi Tiong hong. "Siau heng akan pergi bersamamu " Dengan Cepat Keng hian tojin merampas pedang ditangan Lakjiu im-eng dan berseru pula sambil tertawa nyaring. "Wi Siau sute, tunggu sebentar, pinto akan mengikuti dirimu pula" Begitu dia melangkah pergi, Keng jin tojin dan Bwe hoa kiam bersaudara ikut beranjak pula. suara dingin dari Thian Sat-nio kembali berkumandang. "Hmm, kalian anggap kamu semua juga pantas untuk bertemu dengan aku ? Hei bocah muda aneh Wi, jika kau tidak takut mati, keluarlah seorang diri." Oo0O0ooo Bab-11 Wi Tiong Hong segera merasakan munculnya suatu semangat keberanian dari dasar hatinya dan langsung menerjang keatas sambil membusungkan dada ia segera berteriak keras. "Seorang diri ya seorang diri, memangnya aku takut ?" Dengan cepat dia membalikkan badannya dan menjura kepada Keng hian tojin serta Ting ci kang, kemudian katanya. "Totiang, Ting toako, harap berhenti sampai disini saja, kalau toh Thian Sat nio minta keluar seorang diri, biarlah keluar seorang diri untuk menjumpainya." Ting ci kang memperhatikan wajah Wi Tiong hong dengan termangu, untuk sesaat dia merasa bahwa saudara yang baru dikenalnya ini benar-benar memancarkan suatu kemisteriusan yang sukar diduga dengan akal sehat. Dia mengakui dirinya sebagai ahli waris Thian-Goan Cu dari Bu tong pay, apalagi baru terjun ke dalam dunia persilatan sudah barang tentu pemuda itu tak mungkin mempunyai hubungan dengan Thian Sat nio, tapi apa sebabnya Thian Sat niojustru meminta kepadanya untuk meninggalkan tempat itu sebelum pembantaian dilakukan ?" Kali ini dia telah mematahkan serangan pisau terbang dari Thian Sat nio, akan tetapi Thian Sat nio masih meminta kepadanya untuk keluar seorang diri entah hal ini dikarenakan ada maksud jahat ataukah karena tujuan lain?" Dengan cepat dia teringat dengan kepandaian silat yang dimiliki mereka semua, Sekalipun mereka menemani Wi Tiong Liong keluar dari gedung ini, tapi dengan kepandaian mereka yang jauh dibawah kemampuan Thian Sat nio pergi atau tidak sesungguhnya sama saja. Berpikir sampai disitu, tanpa terasa dia lantas menghentikan langkah kakinya, setelah ragu sejenak. dia pun mengangguk. "Kalau memang saudara Wi hendak keluar seorang diri, silahkan, tapi kau mesti berhati-hati," Katanya kemudian. Lakjiu im eng Thio Man menjadi amat cemas mendengar ucapan itu, dia melirik sekejap kearah Wi Tiong hong kemudian tak tahan serunya. "Masa kita akan biarkan dia menyerempet bahaya seorang diri ?" -ooo00ooo- Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, dia jadi malu sendiri, mengapa secara tiba2 ia menjadi menaruh perhatian atas keselamatan jiwanya? Tanpa terasa pipinya menjadi merah paam. Agaknya Keng-hian Tojin mempunyai pendapat yang sama seperti Ting Ci-kang, setelah termenung sebentar katanya. "Apa yang diucapkan Ting-tayhiap memang benar, Wi-siau sute tak boleh terlalu mengu,bar napsu, segala sesuatunya harus dihadapi dengan ber-hati2, kami akan menunggumu disini." Sekali lagi Lak-jiu Im-eng membelalakkan sepasang matanya sambil berseru dengan gelisah. "Hal ini mana boleh jadi, bila dia..." Belum habis dia berkata, suara dari Thian Sat-nio kembali sudah berkumandang datang. "Sudah selesai belum perundingan kalian?" Wi Tiong-hong tidak bicara lagi, dia segera membalikkan badannya dan berjalan menuju kepintu keluar. Ketika itu, mendadak dari sisi telinganya berkumandang suara bisikkan seseorang dengan suara yang amat lembut. "Bukankah dalam sakumu terdapat sebuah lencana besi? cepat keluarkan Sebelum mencapai pintu gerbang nanti, letakkan diatas tangan sebelah kiri, jangan buka suara atau mengucapkan sepatah katapun" Suara bisikkan itu sangat lembut sekali dan halus melayang masuk kedalam telinganya bagaikan bisikan, Wi Tiong hong tak dapat mengenali suara siapakah itu, sehingga tanpa terasa dia menjadi tertegun- "Lencana besi?" Yang dimaksudkan orang itu sudah pasti lencana besi milik paman yang tak di ketahui namanya dan memerintahkan padanya untuk "menyimpan jangan sampai hilang" Itu. Dia masih ingat, kecuali pada permukaan sebelah depannya berukiran sebuah wajah setan yang serang menyeringai seram. diatas lencana besi tersebut tidak ditemukan sebuah tuIisanpun. dia sendiri tidak jelas apa kegunaan dari lencana tersebut, tapi berhubung paman tak diketahui namanya telah berpesan agar "penyimpanan baik- baik jangan sampai hilang", maka selama ini benda tersebut disimpannya dalam saku. Entah siapa pula orang yang membisikan pesan tersebut tadi? Dari mana dia bisa tahu kalau dalam sakunya terdapat lencana besi? Tapi kalau dilihat caranya berbicara amat serius, sudah paSti besar Sekali kegunaannya. Sementara ia berpikir sampai kesitu, tubuhnya sudah berada didepan pintu gerbang dengan cepat dia merogoh kedalam sakunya dan mengeluarkan lencana besi itu, kemudian diletakkan pada lengan kirinya. "Diatas lencana besi itu, hanya pada permukaan depan yang berukiran muka setan, itu berarti lukisan muka setan lah yang meletakkan didepan" Demikian ia berpikir. Dengan jari tangannya dia lantas meraba permukaan lencana yang berukir muka setan tadi kemudian menghadapkannya kedepan, setelah itu sambil mengepalkan tinjunya, berbusung dada dia keluar dari pintu. Ketika sorot matanya diangkat kedepan, tampak diluar pintu suasana amat hening, sesosok bayangan manusia pun nampak. apalagi Thian-Sat nio? Wi Thio- hong mengingat terus pesan dari orang yang tak dikenalnya itu, dia tahu meski dirinya tidak melihat Thian Sat nio, kemungkinan besar Thian Sat nio bersembunyi disekitar tempat itu tentu saja dia dapat menjumpai kehadirannya. Maka dia pun berhenti dan berdiri serius, sementara tangan kirinya yang di genggam tadi, dibuka kembali. Ternyata tindakannya itu benar benar mendatangkan hasil yang diluar dugaan- Terdengar Thian Sat nio tertawa ringan kemudian serunya. "Bocah muda, kau memang hebat, cepat simpan kembali, sekarang kau sudah boleh kembali kedalam." Suara tersebut berkumandang dari hadapan matanya, namun Wi Tiong hong tidak berhasil menemukan tempat persembunyian Thian Sat nio. Wi Tiong hong betul2 merasa tercengang dan tidak habis mengerti menyaksikan semuanya itu. Tanpa terasa dia kembali berpikir. "Sebenarnya apa yang telah terjadi? Apakah dia menyuruhku keluar hanya bermaksud untuk menyaksikan lencana besi ini?" Dia ingat terus dengan pesan orang yang tak dikenalnya itu agar jangan bersuara, maka dia tak berani banyak bertanya meski pelbagai kecurigaan berkecamuk didalam benaknya. Thian Sat nio menyuruhnya menyimpan kembali, tentu saja yang dimaksudkan adalah lencana besi itu, maka dia menyimpan kembali lencana tersebut, kemudian tanpa mengucapkan sepatah katapun dia membalikkan badan dan masuk kembali kedalam gedung. sementara dia membalikkan badannya itulah, terdengar suara Thian Sat nio yang parau macam bambu pecah itu berseru kembali di ringi suara tertawa ringan. "Memandang diatas wajah bocah she Wi itu, kita lepaskan mereka pada hari ini, anak-anak mari kita pergi" "Sreeet, sreeet sreeet..." Begitu mendengar perintah dari Thian Sat nio ketiga orang anak buah Thian Sat nio, didepan pelataran itu segera menggerakkan tubuh masing-masing, bagaikan tiga gulung asap mereka melejit ketengah udara dan melenyap dibalik dinding pekarangan sana. Menyaksikan gerakan tubuh mereka itu, diam-diam Wi Tiong hong memuji tiada hentinya. "cepat nian gerakkan tubuh mereka bertiga." Semua peristiwa berlangsung cepat dan didalam waktu singkat, semua orang yang berada didalam gedung masih belum tahu apa yang telah terjadi ketika mereka saksikan Wi Tiong-hong berjalan keluar dari pintu gerbang hati semua orang lantas berdebar keras menguatirkan keselamatannya. Kemudian secara tiba-tiba Thian Sat nio memerintahkan anak buahnya untuk mundur, kejadian ini makin diluar dugaan semua orang, siapapun tidak habis mengerti apa gerangan yang sebenarnya telah terjadi? Pada saat inilah, sastrawan berbaju hijau yang selama ini hanya berdiri diatas undak undakan batu sambil bergendong tangan itu melayang keluar dari pintu gerbang. Tapi berhubung perhatian semua orang sedang ditujukan pada Wi Tiong hong seorang, maka tak seorang pun yang memperhatikan gerak-gerik orang tersebut. Selesai itu, Ting ci kang, Beng Kian ho, Keng hian, Kengjin tootiang-serta Bwe hoa kiam bersaudara juga sedang maju ke depan menyongsong kedatangan Wi Tiong hong. Dengan demikian, Wi Tiong bong berjalan dari muka masuk ke dalan, sedang sastrawan berbaju hijau itu berjalan dari dalam menuju keluar, kedua orang itu segera berpapasan muka. Tapi pada saat itulah, disisi telinga Wi Tiong hong kembali terdengar suara bisikan lirih. "Nak. selama melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, janganlah mendekat bila bertemu dengan orang selat Tok sah sia" Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Begitu mendengar perkataan itu, Wi Tionghong segera merasakan hatinya bergetar keras, dengan cepat dia membalikkan badannya sambil berteriak keras. "Paman ... paman-.." Sambil berteriak. tubuhnya laksana sambaran petir segera menerjang keluar dari balik pintu. "Paman, harap kau orang tua menghentikan langkahmu ..." Teriaknya lagi. Tapi setibanya didepan pintu, tak terlihat lagi ke mana perginya sastrawan berbaju hijau itu. Wi Tiong- hong segera berdiri kaku didepan pintu itu, sepasang matanya berkaca-kaca, tak tertahan lagi titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya, dia bergumam. "ooh paman, mengapa kau orang tua tak bersedia untuk bertemu muka dengan Hong- ji ? Mengapa kau orang tua pergi dengan begitu cepat ?" Ia tak salah mendengar. Suara terakhir sewaktu mengucapkan kata2 tersebut kedengaran begitu mesra, begitu hangat dan begitu dikenal Itulah suara dari paman yang tak diketahui namanya selama lima belas tahun selalu menganggapnya sebagai anak sendiri, ternyata dia adalah sastrawan yang berbaju hijau itu. oleh teriakan serta isak tangis dari Wi Tiong hong yang bergema secara tiba-tiba itu, semua orang sama-sama dibuat tertegun. Dengan cepat Ting ci-kang memburu ke depan dan dia mendekati Wi Tiong- hong kemudian tegurnya lirih. "Saudara Wi, siapakah pamanmu?" "Pamanku adalah sastrawan berbaju hijau tadi." Kata Wi Tiong hong sambil menyeka matanya. "siaute dididik dan dipeliharanya hingga dewasa, sungguh tak kusangka dia orang tua..." Sementara pembicaraan itu berlangsung, Beng Kian hoo, Keng hian toojin dan sekalian jago lainnya telah memburu pula keluar, maka Wi-Tiong-hong segera menutup mulut rapat-rapat. Ting ci-kang adalah seorang jago kawakan yang sudah lama melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, dalam hati keCilnya dia telah menduga kalau Wi Tiong hong mempunyai kesulitan yang tak dapat diutarakan maka buru2 ujarnya untuk melamurkan keadaan tersebut. "Walaupun saudara datang karena mencari pamanmu, kini pamanmu telah pergi jauh, aku rasa saudara Wi juga tak perlu memburu napsu, lebih baik masuk dulu kedalam, setelah beristirahat sejenak. persoalan baru dibicarakan kembali." "Benar" Sambung Beng Kian ho cepat. "silahkan saudara cilik masuk kedalam untuk minum teh lebih dulu" Didengar dari na da pembicaraan Thian Sat- nio menjelang kepergiannya tadi, ia dapat menarik kesimpulan bila kesudahan dari pertarungan hari ini tak lain karena memandang diatas wajah Wi Tiong hong, tahu kalau pemuda itu adalah tuan penolongnya, sudah barang tentu kakek itu tak memperkenankannya pergi dengan begitu saja. Keng hian lojin menjura kepada Beng Kian hoo, kemudian ujarnya. "Bu liang siu hud, gara gara urusan sute ku, hampir saja mendatangkan bencana besar untuk perusahaan anda, terutama sekali atas kematian dari Li Hu congpiautau serta Lo tayhiap sekalian, kesemuanya ini membuat pinto merasa tak tenang, sekarang Thian Sat nio telah pergi jauh, pinto juga mesti buru buru pulang ke gunung untuk memberi laporan, sebab itu pinto sekalian ingin mohon diri lebih dulu kepada congpiautau" Beng Kian hoo masih ingin menahannya, tapi dia pun tahu akan gawatnya situasi, terutama atas kemunculan dari Thian-Sat nio dalam dunia persilatan Keng hian tojin memang perlu untuk melaporkan hal ini kepadanya. -ooo0O0ooo- Maka dia pun segera menjura seraya berkata. "Totiang terlalu merendah,justru dalam peristiwa hari ini, aku orang She Beng sebagai tuan rumah merasa malu dan menyesal sekali, kau memang Totiang masih ada urusan, siautepun takkan menahan lebih jauh, bila pelayananku sebagai tuan rumah kurang memadahi, kuharap saudara sekalian suka memaafkannya." "Tidak berani. ." Buru- buru Keng hian lojin menyahut. Dia lantas berpiling kearah Wi Tiong hong dan berkata lebih jauh. "Wi siaute berasal dari murid toa supek. betul belum pernah menjadi anggota Bu tongpay secara resmi, toh hubungannya dengan Butong pay tetap ada, sebab itu dalam perjalanan siau-sute didunia persilatan mendatang, bila berkesempatan berkunjunglah keatas bukit Bu tong san" "Terima kasih banyak atas undangan tootiang" Buru buru Wi Tiong hong membalas hormat. "asal ada kesempatan aku tentu akan berkunjung keatas bukit Butong." Kengjin lojin dan Bwe hoa kiamThio Kun kay segera berpamitan pula kepada semua orang. Hanya Lakjiu im eng Thio Man tetap menundukkan kepalanya rendah-rendah, sementara sepasang matanya yang jeli selalu melirik secara diam2 kearah Wi Tiong hong. Kalau sewaktu datang tadi, ia selalu memakinya sebagai "bajingan Cilik," Tapi entah mengapa, sewaktu mau pulang halnya malah terasa berat untuk berpisah. Tentu saja Bwe hoa kiam Thio Kun kai dapat menyaksikan tingkah laku dari adiknya ini. Wi Thiong hong selain ganteng dan gagah diapun ahli waris dari Toa supeknya, coba kalau saat ini tiada permainan pedangnya yang cepat, mungkin dua lembar nyawa mereka sudah lenyap diujung pisau terbang Thian Sat nio Ia cukup tahu, dihari-hari biasa adiknya ini mempunyai pandangan yang kelewat tinggi, terhadap siapapun sikapnya selalu dingin dan sinis, baru kali ini dia saksikan adik perempuannya itu menunjukkan sikap maupun pandangan mata yang lemah lembut penuh rasa cinta. Satu ingatan segera melintas dalam benaknya sambil menjura dan tertawa katanya kemudian. "Rumah kami berada di kota ciu bong tin dibawah bukit Butong san, bila Wi sute ada kesempatan silahkan mampir dirumah kami, dengan senang hati kami dua bersaudara akan menyambut kedatanganmu." "Bila sempat, aku pasti akan berkunjung kesana " Setelah berpamitan dengan semua orang, Keng hian tojin dengan mengajak Keng jin tojin serta bwee hoa kiam bersaudara segera berlalu dari tempat itu. Sebelum pergi meninggalkan tempat itu, Lakji im eng sempat berpaling dan ujarnya kepada Wi Tiong hong. "Kalau kau sudah berjanji, jangan di ngkari lagi ..." Setelah keempat orang jago dari Bu tong pay berlalu, Ma koan tojin, Thi Lo han Kwong-Beng, si naga tua berekor botak To sam seng sekalian juga mohon diri dari Beng Kian hoo. Sambil tertawa seram, Ma koan tojin berpaling kearah Wi Tiong hong sambil ujarnya. "Dalam peristiwa hari ini, semuanya menjadi selamat berkat muka emas dari siau sicu, untuk itu pinto merasa banyak terima kasih sekali." "Omitohud" Kata Thi Lo han Kwong Beng pula sambil menjura. "terimalah salam hormat pinceng sebagai rasa terima kasih kami" Sedangkan si naga tua berekor botak To Sam seng segera menepuk-nepuk bahu Wi Tiong- hong sambil tertawa terbahak-bahak. "Haaahhh .... haaahhh ... saudara cilik sampai jumpa lagi dilain kesempatan." Selesai berkata mereka segera berlalu meninggalkan tempat itu. Mendadak paras muka Ting Ci kang berubah hebat, buru- buru bisiknya dengan suara lirih. "Saudara Wi, cepat kerahkan tenaga dalammu untuk mencoba, coba diperiksa apakah ada sesuatu bagian didalam tubuhmu yang terasa tidak beres ...?" Wi Tiong hong menurut dan segera mengerahkan tenaga dalamnya untuk mencoba, ternyata dia tidak berhasil menemukan sesuatu gejala yang kurang beres, maka dengan keheranan segera tanyanya. "Aku tidak merasakan sesuatu yang beres, Ting toako, apakah kau telah menyaksikan sesuatu yang tidak beres?" Mendengar jawaban tersebut, Ting ci kang baru menghembuskan napas lega. "DimaSa lalu, si naga tua berekor botak adalah seorang jagoan dari perkumpulan Pay-kau yang sangat lihay dalam permaian ilmu "Ian-jiu" Atau pukulan hawa dingin, biasanya dia dapat melukai orang tanpa berwujud, karena kudengar ucapannya bernada kurang baik, maka kusangka seCara diam-diam dia telah melepaskan serangan untuk mencelakai dirimu" Dengan wajah balik tertegun Wi Tiong hong segera berkata. "Antara siaute dengan dirinya sama sekali tidak terikat dendam sakit hati apapun, mengapa tanpa sebab dia hendak melancarkan serangan untuk melukai siaute?" "Hati dan jalan pikiran seorang jago silat sukar diduga, kau anggap apa yang diucapkan ketiga orang itu sebelum pergi tadi, benar-benar adalah ucapan untuk menyampaikan rasa terima kasihnya kepadamu" "Apakah mereka mengandung maksud jahat?" Ting ci-kang menghela napas panjang. "Apa yang diucapkan saudara Wi memang benar, ketiga orang gembong iblis ini telah mencatatkan dendam sakit hati mereka terhadap Thian Sat nio atas nama saudara Wi, maka bila dikemudian hari kau sampai berjumpa lagi denga mereka dalam dunia persilatan, lebih baik kau bertindak lebih hati- hati" "Aaaah, pada hakekatnya persoalan ini sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan siaute" Kata Wi Tiong hong penuh kegusaran- "hmmm, Sekalipun mereka hendak mencatatkan sakit hatinya pada hari ini atas nama siaute, aku juga tak bakal takut kepada mereka." Sambil berkata mereka masuk kembali ke ruangan dalam. Dalam pada itu, si Tok hay ji, si bocah beracun itu sudah lenyap tak berbekas, entah dia pergi sejak kapan. Sementara jenazah dari cuan iman Li Goan tong serta Ko thian seng Lo ciang dan Heng- pak siang kiat sekalian telah dibereskan oleh anggota perusahaan, para Tang cujupun sibuk membersihkan lantai dari noda darah. Setelah semua orang mengambil tempat duduk, dengan amat sedih Beng Kian ho berkata. "sepanjang hidup, aku Beng Kian ho sudah banyak mengalami kejadian besar maupun pertaruhan sangit, akupun pernah berapa kali menderita kekalahan besar, tapi belum pernah menderita kalah seperti hari ini aaai ... kali ini, aku orang she Beng benar- benar telah dipecundangi orang." "Beng loko tak usah putus asa." Kata Ting ci kang dengan cepat. "walaupun serangan yang dilancarkan oleh Thian Sat nio amat ganas dan keji, tapi kedatangan mereka toh bukan ditujukan kepada lo-koko, ai . kematian Li toako yang begitu mengenaskan benar-benar membuat siaute merasa sedih sekali". Beng Kian hoo menghela napas panjang. "Walaupun apa yang dikatakan Ting lote benar, tapi dilihat dari kematian Siau Beng san dari perusahaan Ban-li Piaukiok yang memancing kemunculan Thian Sat nio, dapat disimpulkan kalau inilah awal dari suatu pertikaian serta badai yang akan melanda dunia persilatan." "coba bayangkan, siapakah umat persilatan yang tidak tahu kalau tulang punggung dari Siau Bing San dengan perusahaan Ban lipiau-kloknya adalah partai Bu tong? Seperti juga An wan Piaukiok dari engkoh tua yang mempunyai hubungan dengan Siau lim-si semua orang hampir memberi muka kepadanya." "Tapi setelah Ban-li Piaukiok menemui musibah kemudian ternyata manusia seperti Ma koan tojin dari bukit Hong San, Thi Lo han serta naga tua berekor botak sekalian pun turut bermunculan semua." "Betul kemunculan mereka lantaran tergiur oleh benda mustika, tapi tindakan mereka itu toh sama artinya dengan tidak memberi muka kepada pihak Bu tong pay? Kalau mereka saja tak pandang sebelah mata terhadap Ban lipiau klok, apakah mereka mau memberi muka pula kepada An piautok milik engkoh tua?" Terutama sekali diantara pendatang itu terdapat pula orang-orang Tok seh sa, walaupun Thian Sat nio tidak muncul, persoalannya juga telah berkembang meluas. Dunia memang akan kaCau bia tidak diatur, kalau sudah kaCau pasti akan diatur, apakah kejadian ini pun bisa dikecualikan?" "Kalau kudengar dari nada pembicaraan Beng loko, tampaknya kau ada maksud untuk mengundurkan diri dari dunia persilatan?" Tanya Ting ci-kang kemudian. "KekaCauan sudah mulai menyelimuti dunia persilatan, bila aku tidak segera mengundurkan diri, Ban li Piaukiok merupakan contoh yang paling nyata bagiku." Ting ci-kang segera manggut manggut. "Yaa, siaute pun merasa dengan munculnya Tok seh sia dan Thian sat-bun dalam dunia persilatan, hal ini menunjukkan kalau dunia persilatan bakal dilanda oleh kekacauan dan kekalutan, apa yang engkoh tua katakan memang benar, tapi entah bagaimanakah rencana dari engkoh tua?" "Setelah menutup pintu perusahaan, aku ingin berkunjung kebukit siong-san, siapa tahu kalau pihak kuil masih belum tahu akan peristiwa yang telah terjadi sekarang itu, terutama atas kematian Li sute yang mengenaskan, aku mesti laporkan sendiri jalannya peristiwa ini kepada ciangbunjin." Berbicara sampai disini, dia lantas mendongakkan kepalanya sambil tanyanya. "Ting lote, bagaimana dengan dirimu? Menurut penglihatanku, peristiwa misterius yang mencekam perusahaan Ban li Piaukiok bukan saja takkan menjadi reda, bahkan akan berkembang lebih jauh, selama melakukan didalam dunia persilatan, kau harus bersikap lebih berhati-hati." Jaka Galing Karya Kho Ping Hoo Nona Berbaju Hijau Karya Kho Ping Hoo Banjir Darah Di Borobudur Karya Kho Ping Hoo