Ceritasilat Novel Online

Pedang Karat Pena Beraksara 20


Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan ID Bagian 20


Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya dari Tjan I D   Dia segeri melompat keluar dari belakang meja altar tersebut. Tapi begitu munculnya diri Tok Hay ji segera berdiri bodoh, mukanya berubah menjadi kuning, buru2 dia menundukkan kepalanya dan berseru dengan hormat.   "Suhu..."   Ketika Lupan beracun dan Tok si cuan menyaksikan kehadiran Seh Thian yu disitu pun buru-buru membungkukkan badan sambil berseru.   "Susiok"   Seh Thian yu segera melotot besar kepada Tok Hay ji bentaknya keras-keras: "Bocah goblok. tampaknya nyalimu makin lama semakin besar, kalau berbicara tak tahu ukuran, kalau begini cara kerjamu persoalan apapun pasti akan menjadi berantakan akhirnya."   Tok Hay ji tak berani banyak bicara, mukanya merah padam, mengikuti dibelakang Lu pan beracun dan sipencuri beracun, ia segera berdiri dibelakang Seh Thian yu. "Saudara Seh"   Chin Tay seng segera berkata sambil tertawa rendah.   "sekarang tentunya kau bersedia memberi obat penawarnya bukan?"   Dari dalam sakunya Seh Thian yu mengeluarkan sebuah botol kecil dan diangsurkan kedepan, katanya: "cukup enduskan obat ini ke sisi hidung orang yang keracunan, mereka akan segera menjadi sembuh kembali." "Terima kasih saudara Seh."   Setelah menerima obat penawar itu, dia lantas bertepuk tangan dua kali.   Dari belakang meja altar segera melompat keluar seorang bocah, Chin Tay-seng memberikan botol tersebut sambil memberitahukan Cara penggunaannya.   Bocah tersebut buru-buru mengundurkan diri.   Lewat seperminum teh kemudian, Seh Thian yu mulai habis sabarnya, tiba tiba ia berseru: "Yang seharusnya datang mungkin sudah datang, bagaimana ? Apakah tamunya dibiarkan duduk menunggu terus ? Mana Hweecu perkumpulan kalian ?"   Chin Tay seng saling berpandangan sekejap dengan Buyung Siu, kemudian ujarnya: "Waktunya sudah hampir tiba, mungkin memang tiada orang yang akan datang lagi, saudara Buyung, bagaimana kalau mengundang kedatangan Hweecu.. .?"   Buyung Siu termenung sebentar kemudian manggut-manggut, katanya sambil menjura.   "harap saudara se kalian suka menunggu sebentar, siaute akan segera mengundang kedatangan Hweecu kami."   Ternyata Ban kiam hweecu pun masih harus diundang datang, hal ini benar-benar menunjukkan kalau lagak mereka memang luar biasa.   Selesai berkata, Buyung Siu segera menjura berulang kali kepada semua orang yang hadir, kemudian baru membalikkan badan dan menuju kebelakang altar dengan langkah cepat.   Chin Tay seng mengikuti pula dibelakang Buyung Siu masuk kedalam ruang rahasia.   Sepeninggalan kedua orang itu, Seh Thian yu lalu tertawa seram, kepada sip cu taysu dan Beng Kian ho katanya: "Taysu dan Beng loko berdua tentunya datang kemari disebabkan kematian dari Thi pit pangcu sebagai murid tercatat dari partai kalian bukan? Tahukah kalian berdua bahwa yang mati adalah bukan Ting ci kang yang asli.?"   Sip cu taysu maupun Beng Kian hoo menjadi tertegun, Ting ci kang sebagai murid tercatat dari Siau limpay boleh dibilang merupakan suatu kejadian yang jarang diketahui oleh umat persilatan, tapi kenyataannya Seh Thian yu berhasil mengungkapkan secara jitu.   Terutama sekali perkataannya yang mengatakan bahwa Ting ci kang yang mati bukan Ting ci kang asli, semua orang makin terperanjat lagi dibuatnya.   Buru2 Sip cu taysu merangkap tangannya didepan dada sambil berkata.   "omitohud, darimana Seh sicu mendapatkan kabar berita tersebut?"   Seh Thian yu tertawa hambar "Siaute telah melakukan pemeriksaan yang amat teliti, Ting ci kang yang tewas dalam kuil Sik-jin tian sesungguhnya adalah wakil congkoan dari pasukan pita hitam perkUmpulan Ban kiam bwee yang bernama cu Bun Wi..."   Sin-ci ki Beng Kian hoo mempunyai hubungan yang akrab sekali dengan Ting ci kang, mendengar perkataan itu. segera ujarnya dengan mata melotot besar. "Lantas dimanakah Ting lote sekarang?"   Berkilat sepasang mata Seh Thian yu, sambil mencibir katanya dengan suara dingin, "Mungkin saja masih berada ditangan mereka." "Ditangan Ban kiam hwee maksudmu?"   Seru Sip cu taysu dengan wajah tertegun.   "Bukti menunjukkan kalau orang-orang dari Tok see sia pun barusan terjatuh ditangan pihak Ban kiam-hwee, dari sini bisa disimpulkan bahwa berita tertangkapnya Ting ci kang oleh pihak merekapun merupakan berita yang dapat di percaya." "Aku pikir tak bakal salah lagi,"   Seru Seh Thian yu sambil tertawa seram.   Baru selesai dia berkata, dari bawah meja altar tersebut berkumandang gemerincing nyaring, kemudian meja altar tersaDut pelan-pelan bergeser ke sebelah kiri.   Dibelakang meja altar yang bertirai kain berwarna kuning merupakan pintu rahasia yang cukup lebar, tapi di sebelah kiri dan kanannya waktu itu masing-masing berdiri seorang dayang berbaju merah yang bertugas menyingkap kain tirai.   Pintu rahasia tersebut berbentuk bulat, didalamnya merupakan sebuah lorong rahasia yang sangat lebar, diatas dinding gUa terdapat sederet lampU model keraton yang memancarkan sinar terang.   Waktu itu, dari balik lorong rahasia yang lebar terlihat ada serombongan manusia sedang berjalan mendekati dari kejauhan sana.   orang yang berjalan paling depan adalah congkoan jago pedang berpita hitam Chin Tay seng serta congkoan jago pedang berpita hijau Buyung Siu, dibelakang kedua orang itu mengikuti dua orang muda mudi.   seorang pemuda berbaju hijau dan seorang gadis berbaju hijau pula.   Walaupun gadis berbaju hijau itu berwajah cantik dan menarik, namun tak seorangpun yang mengenalinya.   Tapi ketika semua orang menjumpai pemuda tersebut, hati mereka menjadi amat terkesiap.   pikirnya dengan segera: "Aaah, dia telah menggabungkan diri dengan perkumpulan Ban kiam hwee."   Keng-hian tojin segera membungkukkan badan berbisik lirih dengan Thian Khi cu: "Susiok. pemuda berbaju hijau itu adalah Wi Tiong-hong, murid Toa supek."   Sedang Sin ci ki Beng Kian hoo segera berpikir dengan kening berkerut kencang: "Apabila orang she Wi itu adalah anggota Ban-kiam-hwee, tak heran kalau Ting lote terjatuh ketangan mereka."   Lakjiu im eng Thio Man tidak ambil perduli terhadap persoalan itu, sepasang matanya yang tajam hanya mengawasi gadis berbaju hijau yang berada dibelakang tubuh Wi Tiong hong tanpa berkedip.   Gadis berbaju hijau itu kelewat cantik, membuat dia merasa amat tidak leluasa dan kuatir sekali.   Sementara semua orang yang berada dalam ruargan masih menduga-duga setelah melihat kemunculan Wi Tiong hong, teka-teki itu segera terpecahkan.   Kedengaran congkoan dari jago pedang berpita hijau Buyung Siu mengangkat tangannya dan berkata sambil tersenyum: "Wi sauhiap.   nona Su, silahkan duduk dikursi tamu." "Oooh ...rupanya merekapun tamu."   Semua orang baru berseru tertahan setelah mendengar ucapan mana.   Tapi paras muka Thio Man segera berubah hebat, ia tak menyangka kalau mereka sejalan, Sekujur tubuhnya kontan bergetar keras, hampir saja dia tak mampu berdiri tegak.   Wi Tiong hong dan Su Siau hui telah mengambil tempat duduk masing- masing ...   Wi Tiong hong segera memberi hormat kepada Sin cu ki Beng Kiam hoo dan Keng hian todjin sekalian baru selesai menyapa, dari balik pintu rahasia kembali muncul jago-jago persilatan.   oooooooo Bab-43 DALAM PADA ITU, Buyung Siu dan Chin Toa seng telah berdiri disebelah kiri dan kanan kursi utama.   Menyusul kemudian berjalan keluar empat orang gadis berdandan model keraton matanya jeli dan berwajah cantik tapi dingin, sebilah pedang berpita kuning tersoren dipinggang.   Walaupun perkumpulan Ban kiam hwee sudah lama tidak melakukan perjalanan didalam dunia persilatan tapi setiap orang tahu kalau para jago yang tergabung dalam perkumpulan itu terbagi dalam empat warna pita yakni hijau, merah, putih dan hitam, hanya bwee cu seorang yang memakai pita pedang berwarna kuning emas.   Sekarang, ke empat orang gadis berdandan model keraton itu memakai pedang dengan pita berwana kuning, tak heran kalau semua jago yang hadir sama-sama jadi tertegun.   Seh Thian yu sendiripun diam-diam merasa keheranan, pikirnya: "Tak disangka kalau keempat orang dayang kepercayaan Ban kiam hweecu masih begitu muda, mana cantik jelita lagi."   Tentu saja orang yang berada dalam ruang itu bukan hanya dia seorang yang tahu kalau mereka adalah empat dayang kepercayaan dari Ban kiam Hweecu.   Ke empat orang gadis cantik itu berjalan menuju kebelakang kursi utama di tengah ruangan, kemudian berdiri berjajar dibelakangnya dengan sikap hormat.   Pada saat itu dari dalam pintu rahasia berbentuk bulat itu muncul seorang lelaki berwajah tampan yang mengenakan pakaian perlente.   Tampak dia berjalan dengan langkah lebar langsung menuju ketengah ruangan.   Lelaki berpakaian perlente itu berusia tiga puluh lima tahUnan, berwajah tampan dan gagah, kalau dilihat dari pedang panjang berpita kuning emas, yang tersoren dipinggangnya, semua orang segera mengenalinya sebagai Ban kiam hweecu.   Penampilan yang sama sekali tidak terduga ini dengan cepat semua orang yang hadir menjadi tertegun, siapapun tidak menyangka kalau Ban kiam hwee cu yang termashur namanya di dalam dunia persilatan itu kenyataannya masih begitu muda.   Waktu itu Wi Tiong hong berjalan mendekati kursi tamu pada deretan sebelah kiri dan duduk dibawah Sin ci ki Beng Kian hoo.   Tempat duduk para tamu terbagi menjadi samping kiri dan kanan, disebelah kiri terdapat delapan buah kursi yang ditempati oleh Thia Khi cu dari Bu tong pay.   Sip cu taysu dari siau limpay dan Sin ci ki Beng Kian hoo.   Sedangkan dari delapan kursi yang berada disebelah kanannya hanya ditempati Seh thian yu dan Lan Kun-pit dua orang.   Ketika Lan Kunpit menyaksikan Su siau hui mengikuti dibelakang Wi Tiong hong, dengan cepat dia berseru.   "Piau moay" "Enmm..."   Su Siau hui menyahut dengan wajah hambar, kemudian duduk disamping Wi Tiong hong.   Menyaksikan kesemuanya, itu paras muka Lan Kun-pit yang tampan segera berubah dari merah menjadi pucat, lalu dari pucat, berubah menjadi hijau membesi, sepasang matanya merah membara, api cemburu telah membakar didalam dadanya.   Setelah duduk.   Su Siau hui sama sekai tidak menengok kearahnya apa lagi pada waktu itu Ban kiam Hwee cu sedang muncul di arena sudah barang tentu semua orang yang berada dalam ruangan tak ada yang memperhatikan perubahan mimik wajahnya.   Tidak, rupanya masih ada seseorang lagi yang sempat menyaksikan gejala tak beres itu, dia adalah Lakjiu im eng Thio Man yane sedari tadi mengamati wajah Wi Tiong hong.   Ban kiam Hwecu langsung berjalan maju ke depan kursi kebesaran yang berlampiskan kain kuning ditengah ruangan itu, kemudian baru berhenti...   Congkoan pasukan pedang berpita hijau Buyung Siu dan congkoan pasukan pedang berpita hitam Chin Toa-seng segera memisahkan diri kekiri kanan kursi kebesaran dan berdiri disisi agak depan, dimana tersedia pula dua buah kursi kebesaran beralaskan kain merah.   Tampaknya kedua buah kursi tersebut memang khusus disediakan untuk kedua orang congkoan tersebut.   Sikap maupun tindak tanduk orang-orang Ban kiam-hwee memang betul-betul kelewat sok, pada hakekatnya mereka tidak memandang sebelah mata pun terhadap para jago persilatan kalau tidak.   mana ada tuan rumah duduk diatas dan membiarkan tamunya duduk dibagian bawah ? Setelah suasana hening untuk beberapa saat lamanya, congkoan pita hijau Buyung Siu baru menjura kepada semua orang sambil berkata dengan suara nyaring: "Saudara sekalian, hweecu kami merasa sangat gembira dapat berkenalan dengan kalian semua, dan kabetulan saudara sekalian pun sedang berada dibukit Pit bu-san pada hari ini, oleh sebab itu dengan harapan yang besar, hwecu kali ini ingin sekali mengundang saudara sekalian untuk berbincang-bincang disini, tapi sebelum itu, biar siaute memperkenalkan lebih dulu kepada saudara sekalian."   Berbicara sampai disitu, kepada Ban kiam hwecu segera katanya.   "Yang ini adalah Thian Khi cu totiang dari Bu tong pay, yang ini adalah Sip cu taysu ketua ruang Lo han tong dari siau limpay, sedang yang ini adalah Sin cu ki Beng kiam ho, Beng tayhiap dari an wan piaukiok kota sang siau.   Kemudian ke dua orang ini sudah Hweecu kenali, yang satu adalah wakil pang dari perkumpulan Thi pit pang Wi Tiong-hong, Wi tayhiap.   sedang yang ini adalah nona Su dari Lam-hay bun ..."   Ketika Wi Tiong hong mendengar orang itu menyebut dirinya sebagai wakil dari ketua Thi pit pang, hatinya segera tertegun, dengan cepat pikirnya: "Dari mana dia bisa tahu kalau aku telah menyanggupi untuk menjadi pang-cu Thi pit pang untuk sementara waktu ?"   Sementara itu ketika para jago mendengar Buyung Siu memperkenaikan Wi Tiong hong dan Su Siau hui, semua orang pun dibikin tertegun, terutama sekali terhadap si nona berbaju hijau itu, semua orang memang tak ada yang tahu asal usulnya, mereka menjadi melongo setelah tahu kalau nona itu berasal dari Lam hay.   Tampaknya Buyung Siu telah memperkenalkan deretan tamu yang berada disebelah kanan, lanjutnya: "Yang ini adalah Hek sat kun Seh Thian yu.   Seh totiang dari Tok see sia, sedang yang ini adalah Lan Kunpit, Lan tayhiap dari keluarga Lan dipropinsi In lam."   Semua tamu yang berada disebelah kiri maupun kanan, serentak bangkit berdiri.   Sambil tersenyum, Ban kiam hweecu memandang tamunya satu persatu dengan sinar mata tajam, kemudian sambil menjura katanya berulang kali.   "Selamat datang, selamat datang, silahkan duduk.   silahkan saudara sekalian duduk .   ."   Belum habis dia berkata, mendadak dari luar ruangan berkumandang suara gelak tertawa yang amat nyaring. "Haaah ... haaa ... haaah ..tampaknya kedatangan siaute masih belum terlambat ..."   Ketika semua orang berpaling, tampaklah dua orang manusia berjalan masuk ke dalam ruangan di ringi gelak tertawa nyaring.   Yang berjalan didepan adalah seorang lelaki beralis mata tebal, bermata besar dan berwajah merah, dia mengenakan topi pet terbuat dari kulit yang berwarna merah, memakai jubah panjang berwarna hijau dan sepatu laras terbuat dari kulit.   Dia berdandan seperti seorang saudagar, tapi seperti pula seorang hartawan kaya dari pinggir perbatasan, sambil berkata, tangannya menjura tiada hentinya kearah semua orang didalam ruangan.   Dibelakang orang ini mengikuti seorang gadis bergaun hitam yang memakai kain cadar hitam diwajahnya, ia bertubuh ramping, dilihat dari balik kain cadarnya bisa diketahui mukanya berbentuk kwaci dengan sepasang mata yang jeli.   Kehadiran lelaki perempuan ini sangat mendadak, kecuali Wi Tiong-hong, yang lain belum pernah bersua dengan mereka.   congkoan pedang pita hijau Buyung Siu nampak tertegun, kemudian sambil menjura dan tertawa katanya.   "Maaf bila Buyung Siu tidak menyambut kedatangan kalian berdua dari tempat jauh,entah...."   Kata-kata selanjutnya tak sempat dilanjutkan dan segera terbungkam dalam seribu bahasa.   Congkoan pedang pita hitam chin Tay-seng segera, mendehem berulang kali, mendadak dia menyela: "Tentunya saudara sekalian belum pernah bersua dengan Kam tayhiap bukan? Dia adalah Kam Liu cu, Kam tayhiap dari Thian sat bun yang belakangan ini termashur namanya didalam dunia persilatan."   Ucapan pertama yang masih kedengaran enak.   tapi kata selanjutnya yang disertai ucapan "belakangan ini", jelas menunjukkan suatu penegasan bahwa orang ini baru termashur belum lama.   Agaknya diapun hanya kenal dengan Kam-Liu cu seorang, sebab siapakah gadis berbaju hitam itu, sama sekali tidak disebutkan keluar olehnya.   Tapi nama Thian sat bun tersebut tak bisa disangkal lagi merupakan guntur yang menggelegar di liang hari bolong, semua orang yang hadir disitu sama-sama dibikin terperanjat.   Dari sini bisa diketahui pula meski pertempuran yang diselenggarakan hari ini dilakukan oleh Ban kiam Hwee cu tanpa persiapan yang matang, namun semua orang diundang datang adalah jago-jago yang mempunyai nama besar.   Bukankah begitu? Selain Siau lim-pay dan Bu tong pay, disini pun hadir jago-jago dari Lam hay bun, Tok see sia, keluarga Lan di In lam.   ditambah Thian sat bun sekarang.   Suasana dalam ruangan menjadi amat hening sepi, tak kedengaran sedikit suara pun, semua orang masih tetap berdiri tegak ditempat masing-masing.   Akhirnya Ban kian Hweecu yang memecahkan keheningan sambil menjura katanya dengan tertawa.   "Selamat datang, selamat datang, kehadiran saudara Kam sungguh membuat pertemuan pada hari ini bertambah semarak, entah siapakah nama nona ini?" "Terima kasih atas ucapan Hwee-cu."   Kam Liu-cu tertawa bergelak.   "dia adalah ji-sumoay ku Liu Leng-poo "   Ban-kiam hweecu segera menjura, katanya cepat: "Ooh, rupanya nona Liu, maaf jika siaute kurang hormat, hanya saja siaute mempunyai satu permintaan yang mungkin kurang pantas setelah nona Liu berada disini dapatkah kau melepaskan juga kain cadarmu, sehingga kami semua dapat menikmati raut wajahmu itu ?"   Tindak tanduknya lemah lembut dan halus amat sedap didengar.   Sin ci ki Beng Kian hoo dan Keng hian lojin sekalian sudah pernah berhadapan dengan seorang gadis berkerudung hitam dari Thian sat bun ketika berada dalam perusahaan An wan piau kiok tempo hari, dimana waktu itu gadis tersebut membawa sebuah nampan perak yang berisikan pisau terbang.   Kalau dipikir kembali, kemungkinan besar gadis itu adalah perempuan yang berada dihadapan mereka sekarang.   Tak heran kalau mereka pun ingin sekali menyaksikan raut wajah aslinya.   Hian ih lo sat Liu Leng po tertawa dingin.   "Bagaimana dengan Hweecu sendiri? Mengapa kau tak menunjukkan pula wajah aslimu dihadapan para tamu?"jengeknya. Ternyata wajah yang terlihat dari muka Ban kiam hweecu sekarang bukan wajah aslinya, ucapan tersebut segera mengejutkan banyak orang. Serta merta Ban kiam Hweecu meraba wajah sendiri dengan tangannya, kemudian berkata sambil tertawa nyaring: "Maaf, semenjak dilahirkan siaute sudah berwajah demikian, apalagi berada di hadapan jago libay, masa aku berani memalsukannya, haah... haaah haah,,., tapi, kalau toh nona tak bersedia melepas kain kerudungmu, sudahlah."   Kemudian sambil menjura pada semua orang dia berkata.   "Saudara sekalian, silahkan duduk. siaute sengaja mengundang kehadiran kalian karena ada satu persoalan yang hendak dibicarakan dengan kalian semua."   Selesai berkata, dia lantas duduk lebih dahulu diatas kursi kebesarannya.   Buyung Siu dan Chin Tay-seng turut mengambil tempat duduk.   Semua hadirinpun bersama sama duduk kembali, Kam Liu cu kakak beradik seperguruan menempati kursi kosong disamping Lan Kun-pit.   Pelan-pelan Kam Liu cu mendongakkan kepalanya, setelah tersenyum dan manggut- manggut terhadap Wi Tiong-hong, kemudian ujarnya lagi: "Aku orang she Kam pun hendak mengajukan suatu permintaan yang sekiranya tak pantas." "Katakan saja saudara Kam "   Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Ucap Ban kiam hweecu. "Tadi, sam sumoayku masuk melalui pintu kematian dari bukit mestika kalian apabila hal ini menyinggung perasaan Hwee cu, harap kau sudi memaafkannya..." "Siapakah sumoay dari saudara Kam ?"   Tanya Ban-kiam Hweecu dengan wajah tercengang. Merah padam selembar wajah Wi Tiong-hong, baru saja dia akan buka suara, Kam Liu- cu sudah keburu menjawab.   "Dia bernama Lok Khi ..." "Oooh . ."   Ban kiam hwecu segera mengalihkan sinar matanya dan memandang sekejap kearah Wi Tiong hong, kemudian ujarnya sambil tertawa.   "Tadi, saudara Wi juga telah menanyakan persoalan ini kepadaku, siaute sudah menitahkan kepada Chin congkoan untuk mengundang setiap orang yang berada dipintu kematian untuk berkumpul semua diruangan ini, tapi anehnya hanya jejak sumoay mu saja yang tidak nampak. menurut dugaan Chin congkoan, kemungkinan besar dia sudah mengundurkan diri dari tempat tersebut."   Buru-buru Chin Tay seng congkoan dari pasukan jago pedang berpita hitam bangkit berdiri, kemudian berkata: "Tepat sekali, keadaannya memang demikian siaute sudah menitahkan orang untuk memeriksa semua jalan tembus yang ada, namun jejak nona Lok belum juga ditemukan, bisa jadi dia sudah mengundurkan diri melalui jalan semula."   Hian ih losat Liu Leng po segera mendengus dingin.   "Hmm, siapa yang percaya dengan ucapanmu itu ?"   Serunya. Buru-buru Chin Tay seng menjura lagi seraya berseru.   "Apa yang siaute ucapkan merupakan kenyataan semua, apabila Kam tayhiap sekalian tidak percaya, yaa, apa yang bisa siaute lakukan lagi?" "Chin Tay seng, kau tak usah bermain setan di hadapan nonamu, ketika Wi Tiong hong menggunakan lencana Siu lo Ci leng minta kepadamu untuk melepaskan Ting ci kang, kenyataannya Ting ci kang gadungan yang kau selundupkan keluar, kali ini kau apakan sam sumoay ku lagi ? Terus terang saja kuberitahukan kepadamu, jika kau berani menyalahi anggota Thian sat bun, nona bisa menyuruh kau mampus seketika, percaya tidak kau dengan perkataanku ini ?"   Selain nadanya keras dan mendesak. juga amat tak sedap didengar. Paras muka Soh hun kuijiu (tangan setan perenggut nyawa) Chin Tay seng berubah hebat, namun ia masih mencoba untuk menahan diri, katanya cepat-cepat.   "Nona Liu, kesemuanya ini hanya salah paham." "Hmm "   Tukas Hian ih lo sat kembali.   "didepan maupun dibelakang bukit Pit-bu san hampir dipenuhi oleh anggota pedang berpita hitam yang melakukan perondaan, andaikata Sam sumoay kami sudah mengundurkan diri, masa kau tidak tahu?"   Ucapan tersebut segera membungkam Chin Tay seng dalam seribu bahasa...   Apa yang diucapkan gadis ini memang benar, wilayah seluas sepuluh li dari bukit Pit bu san ini ini sudah berada dibawah pengawasan yang ketat dari anak buahnya, para jago pedang berpita hitam, padahal selama ini dia tak pernah mendengar laporan yang mengatakan ada orang telah mengundurkan diri dari pintu kematian.   Namun seluruh lambung bukit dan lorong rahasia sudah diperiksa, bayangan tubuh Lok Khi tak pernah ditemukan, hal inipun merupakan suatu kenyataan-Dengan kening berkerut Ban kiam hweecu segera berkata: "Nona Liu, harap kau jangan marah, apa yang diucapkan Chin congkoan merupakan kenyataan bahkan siaute sendiripun sedang merasa keheranan dan tidak habis mengerti .   ."   Belum selesai perkataan itu diucapkan mendadak terdengar seseorang menyambung.   "Apanya yang aneh? Berhubung lohu merasa masih punya banyak waktu luang maka aku telah mengajaknya berpesiar diseluruh lorong, siapa suruh anak buahmu cuma gentong-gentong nasi yang bermata buta semua..."   Suara itu serak dan tua, jelas berasal dari seseorang yang sudah lanjut usia.   Setiap orang dapat mendengar dengan jelas ternyata suara itu berasal dari mulut patung dewa tanah yang duduk diatas meja altar tersebut.   Ban kiam hwee segera menjadi tertegun.   Congkoan pasukan pita hijau dan congkoan pasukan pita hitam juga turut tertegun.   Patung dewa tanah itu sebetulnya bukan dewa tanah yang sesungguhnya melainkan merupakan patung dari Kiam cu angkatan pertama dari perkumpulan Ban kiam hwee.   Patung yang terbuat dari besi baja tentu saja tak dapat berbicara, kalau begitu berarti dalam patung itu tersembunyi seorang jagoan yang berilmu tinggi.   Tapi suara itu jelas kedengaran kalau berasal dari patung tersebut? Mendadak Ban kiam hweecu teringat kembali akan dengusan dingin yang amat berat sewaktu Wi Tiong hong dan Su Siau hui memasuki ruangan rahasia tadi.   Waktu itu, dia pernah memerintahkan kepada ke empat dayang kepercayaannya untuk pemeriksaan, alhasil sesosok bayangan manusia pun tidak nampak.   Ditinjau dari sini dapat diketahui bahwa ada seorang jago lihay yang berilmu tinggi sedang bersembunyi disekitar tempat itu.   Tergerak hatinya setelah berpikir sampai disini, dia segera menjura sembari berseru.   "Siapakah kau? Mengapa tidak segera munculkan diri untuk bertemu dengan kami ?"   Suara yang parau dan tua itu tertawa tergelak. "Tahukah kau kini lohu berada di mana ? Haaah haaah. haaah, tak seorangpun diantara kalian yang tahu bukan? Hai bocah perempuan ayolah kau turut berbicara beberapa patah kata."   Tak salah lagi, suara itu memang benar-benar berasal dari mulut patung area tersebut.   Dari balik patung area tadi segera berkumandang suara tertawa cekikikan yang merdu disusul kemudian suara seorang gadis berkata.   "Kam suko, ji-suci, kalian tidak dapat melihat aku bukan? Tapi aku dapat menyaksikan kalian berdua, oh.   sungguh menggembirakan."   Jelas suara itu berasal dari Lok Khi, dan tidak mungkin bisa salah lagi.   Wi Tiong-hong pun merasa berlega hati sesudah mendengar suara dari Lok Khi, Sebaliknya senyuman cerah segera menghiasi wajah Kam Liu-cu dan Hun-ih-lo-sat.   Berbeda sekali dengan Ban kiam hweecu dan kedua orang congkoannya, paras muka mereka berubah hebat dan tampak terperanjat sekali.   "Hal ini membuktikan kalau disitu masih terdapat alat rahasia lain, tapi alat rahasia mana sama sekali tidak diketahui oleh setiap anggota Ban-kiam-hwee."   Kedengaran suara kakek itu berkata lagi.   "Hai bocah perempuan sekarang kita sudah boleh keluar." "Tunggu dulu, aku ingin menonton lagi sebentar"   Seru Lok Khi. "Aaaai, dilihat lebih lama pun toh sama saja, bila kau tak mau pergi, lohu akan pergi dulu."   Suasana dalam ruangan ituamat hening, yang kedengaran hanya suara tanya jawab dari dalam patung itu saja.   Menanti mereka telah selesai berbicara, terdengarlah suara langkah manusia yang berkumandang dari dalam lorong rahasia.   Sementara itu kain kuning didepan mulut gua sudah diturunkan sehingga semua orang hanya mendengar suaranya tapi tidak dapat melihat apa yang terjadi didalam.   Suara langkah kaki manusia itu segera berhenti didepan pintu, kemudian terdengar kakek itu membentak lagi.   "Hei budak. mengapa tidak menyingkapkan kain tirai buat lohu ?"   Padahal pekerjaan itu amat sederhana dan bisa dikerjakan sendiri, namun orang itu tetap jual lagak.   Terpaksa dua orang perempuan berbaju merah itu menyingkapkan kain tirai berwarna kuning itu kearah samping.   Serentak semua orang mengalihkan sorot matanya kearah dalam gua rahasia tersebut.   Tampak seorang kakek cebol berbadan gemuk yang memakai jubah lebar, dengan senyuman dikulum pelan-pelan keluar, dibelakangnya mengikuti Lok Khi.   Begitu bertemu dengan kakek cebol yang gemuk itu, Wi Tiong hong segera manggut- manggut, pikirnya: "Oooh ...   rupanya lagi lagi dia."   Sementara itu Ban kiam hweecu sudah bangkit berdiri dan menyapa sambil menjura: "Saudara adalah jagoan dari mana ? Maaf bila aku menyambut kurang hormat ..."   Kakek gendut itu tertawa terkekeh-kekeh.   "Heeh ... heehh .. heeh ... bila kau tidak kenal dengan lohu, lebih baik pulang dan tanyakan dahulu kepada orang tuamu."   Congkoan pedang pita hijau Buyung Siu segera berkerut kening, kemudian serunya sambil tertawa nyaring.   "Saudara, besar amat bacotmu." "Masa begini pun dianggap besar bacot?"   Sementara itu Lok Khi sudah mengerdipkan matanya berulang kali sambil berseru: "Empek tua, bukankah kita hendak memancing ikan ?"   Kakek gemuk pendek itu manggut-manggut.   "Benar, kita sudah berjanji akan memancing ikan, tentu saja kita harus memancing sekarang."   Semua orang yang mendengar menjadi keheranan, memancing ikan? ikan apa yang hendak mereka pancing disini ? Begitu selesai berkata, kakek gemus pendek itu segera mengeluarkan sebuah bambu tipis yang panjangnya tujuh delapan depa, lalu menyambungkan kembali seruas demi seruas, lalu mengeluarkan juga segumpal tali senar dan dipasang diujung bambu tadi.   Berbicara sejujurnya, semua orang yang hadir didalam ruangan sekarang, termasuk orang orang dari-Siao-lim-pay, Bu-tong pay, Lam-hay pay, Thian sat bun, Tok-see-sia maupun Ban-kiam-hwee ternyata tak seorang pun yang mengetahui asal-usul dari kakek gemuk pendek ini.   Akan tetapi semua orang yang hadir disitu merupakan jago-jago persilatan yang berpengalaman, tentu saja semua orang tahu kalau alat pancing yang sedang dipersiapkan kakek gemuk pendek itu besar kemungkinan adalah senjata andalannya.   Dengan suara dingin, congkoan pasukan berpita hijau Buyung Siu berseru.   "Hmm, aku lihat besar amat kegembiraan saudara." "Oooo, rupanya kau sudah tahu kalau lohu mempunyai kegembiraan yang menyenangkan?"   Seru si kakek gemuk pendek itu sambil tertawa.   Buyung siu bukan manusia sembarang, sejak tadi dia sudah tahu kalau orang ini datang dengan maksud tak baik, serunya kemudian sambil tertawa dingin: "Bila kau ingin memancing ikan seharusnya pergi memancing diluaran sana." "Tidak!! hari ini lohu mempunyai kegembiraan yang menyenangkan kuingin memancing akan disini saja." "Di depan mata orang ahli lebih baik.."   Belum habis Buyung Siu berkata, kakek gemuk pendek itu sudah menukas, serunya sambil menggeleng dan tertawa cekikikan: "Tiada orang ahli atau orang bodoh.   hihihi...   kau kira lohu hendak memancing siapa? Lohu dan bocah perempuan ini telah berunding, orang pertama yang harus aku pancing adalah Buyung Siu, kaukah orangnya?" "Ya akulah orangnya.,."   Jawab Buyung Sia sambil tertawa. Kakek gemuk pendek itu segera memanggut. "Bagus sekali"   Serunya.   Begitu selesai berkata, mendadak pancingan ditangan kanannya diayunkan kedepan, tali senar diujung pancingan dengan membawa sebuah mata kail segera menyambar ke depan dengan mengancam Buyung Siu.   Gerakannya sama sekali tak berbeda dengan gerakan yang biasa dilakukan para nelayan, bahkan sedikitpun tidak nampak sesuatu keistimewaan apa-apa pun, tapi keanehannya justeru berlangsung pada saat itu juga .   -oooOooo- Bab-44 BUYUNG SIU yang berjulukan Pau kiam suseng (sastrawan pemeluk pedang) bisa diangkat sebagai congkoan pasukan jago pedang berpita hijau dalam Ban kiam hwee, sudah barang tentu dia memiliki ilmu silat yang luar blisa sekali, tapi kenyataannya dia tak mampu menghindarkan diri dari sambaran pancingan tersebut.   Entah apa yang terjadi, tahu-tahu saja arah baju bagian belakangnya sudah kena terpancing dan tubuhnya pun tergantung ditengah angkasa.   Sambil tertawa kakek gemuk pendek itu segera berpaling dan ujarnya sambil tertawa: "Nah.   apa yang lohu katakan tadi? bocah keparat ini sudah sepantasnya dilemparkan jauh-jauh dari tempat ini."   Dia segera mengayunkan pancingannya kedepan dan "Weees"   Tubuh Buyung Siu segera terlempar keluar dari ruangan itu tanpa mampu melakukan perlawanan.   Peristiwa ini kontan saja membuat Lok Khi sendiripun merasa terperanjat, dengan mata kepala sendiri dia pernah menyaksikan ilmu silat yang dimiliki Buyung Siu meski dikolong langit tak dapat dibilang tanpa tandingannya, paling tidak orang tak akan mampu membuatnya keok secepat ini.   Tapi kenyataan sekarang, dia kena dipancing orang dalam satu gebrakan saja, bahkan kena terlempar keluar tanpa berkutik barang sedikitpun juga , ini baru aneh dan hebat namanya.   Kakek gemuk pendek itu sama sekali tidak berpaling atau memperhatikan korbannya, lalu dengan langkah lebar dia berjalan kemuka, lalu duduk ditempat duduk Buyung Siu.   Pau kiam suseng Buyung Siu memang tak malu disebut sebagai seorang jagoan lihay, dia pun tak malu menjabat congkoan jago pedang berpita hijau dari Ban kiam hwee.   Sekalipun dia kena dipancing orang dan dilemparkan sejauh tiga kaki dari posisinya semula, namun belum lagi tubuhnya mencapai permukaan tanah, sepasang tangannya segera mendayung ketengah udara, dan tubuhnya mendarat diatas permukaan tanah dengan "empuk" "cri ng.."   Pedangnya segera diloloskan dari sarung, kemudian sambil menjejakkan kakinya keatas tanah, di ringi suara gelak tertawa yang amat nyaring, tubuhnya bagaikan serentetan Cahaya pelangi berwarna hijau seCepat kilat menyambar batok kepala kakek gemuk pendek itu.   Kakek gemuk pendek itu mengulapkan tangannya, lalu membentak dengan suara nyaring: "Lohu sudah duduk.   disini sudah tidak terdapat tempat berpijak buat kau sibocah Cilik lagi, ayo Cepat mundur."   Kalau dibicarakan kembali, sesungguhnya hal ini sangat aneh, serangan pedang yang dilancarkan Buyung Siu itu sesungguhnya lihay sekali, namun kakek gemuk pendek itu cukup mengebaskan tangannya, dimana cahaya pedang berkilauan, lalu seakan-akan membentur diatas selapis dinding hawa tak berwujud, badannya mencelat sejauh satu kaki lebih dan tak mampu untuk menyerbu kedepan lagi.   Peristiwa ini dengan capat menimbulkan perasaan terkesiap bagi semua orang yang hadir didalam arena.   "oooh, rupanya kakek ini sudah berhasil mempelajari ilmu hawa Khi-kang tanpa wujud."   Gumam mereka tanpa terasa. Kakek gemuk pendek itu segera berpaling ke arah Lok Khi dan bertanya sambil tertawa.   "sekarang sudah boleh bukan?"   OOOOooOOOO LOK KHI segera mengangkat jari tangannya dan memperlihatkan jari kelingkingnya yang kecil, kemudian sambil menggoyang goyangkan tangannya itu dia berseru: "Empek tua.   masih ada seekor ikan kecil?" "Ehmm, benar, benar, memang masih ada seekor ikan kecil lagi Kini lohu sudah duduk, kau sebagai murid lohu sudah sepantasnya untuk memperoleh tempat duduk juga , kalau begitu lohu akan memancing ikan kecil, agar kau pun mendapat tempat duduk."   Semua orang tidak tahu siapa yang dimaksud sebagai ikan kecil, tapi semua orang tahu bahwa kakek gemuk pendek itu sudah bersiap-siap hendak turun tangan lagi. "Hei, siapa yang menjadi muridmu ?"   Seru Lok Khi kemudian dengan perasaan gelisah. Kakek gemuk pendek itu tertawa tergelak. "Haaahh ... haaahh... haaah ..sekarang memang belum, tapi setelah lohu pancing ikan kecil itu, kau adalah muridku."   Kemudian sambil memandang kearah Chin Toa seng, congkoan dari pasukan jago pedang berpita hitam, serunya lagi: "Hei, yang kumaksudkan sebagai ikan kecil tadi adalah kau si bocah keparat, bersediakah kau masuk kedalam kailku?"   Padahal Toh hun sat jiu Chin Toa seng sudah berusia lima puluh tahun, tapi nyatanya masih disebut bocah keparat, bahkan dianggap pula sebagai ikan kecil yang hendak di pancing, jangankan Chin congkoan adalah seorang kenamaan, sekalipun manusia yang tak bernamapun akan naik pitam oleh cemoohan tersebut.   Dengan marahnya Chin Toa seng mendehem keras, kemudian sambil menggenggam huncweenya kencang-kencang dia melompat bangun.   Tampaknya dia seperti ikan yang mau dipancing, baru saja dia melompat bangun, tubuhnya seakan-akan kena diseret maju saja.   sebelum semua orang sempat melihat jelas apa gerangan yang telah terjadi, tahu-tahu tubuhnya sudah kena terpancing sshingga terangkat ke tengah udara.   Mungkin semua kejadian itu berlangsung terlalu cepat, menanti tubuh Soh bun kuijiu Chin Toa seng sudah terangkat sampai ditengah udara dia baru meraung gusar, sepasang kakinya berjumpalitan dan tubuhnya bersalto beberapa kali, dia bersalto menghadap keatas, sementara itu, huncwee ditangan kanannya dengan secepat kilat mengetuk ke atas tali senar yang lembut, kecil tapi berkilat itu, "Daaang ...."   Tali senar yang tertarik hingga kencang itu hanya memantul pelan kemudian bergetar keras, nyatanya sama sekali tidak patah oleh ketukan tersebut.   Berhubung senarnya bergetar keras, otomatis tubuh Chin Toa seng yang berada ditengah udara pun turut bergetar keras, keadannya jadi mirip sekali dengan seekor ikan kecil yang kena dipancing lalu berkelejitan tak hentinya.   Sambil tersenyum kakek gemuk pendek itu segera berkata: "Ikan kecil, sudah cukup, sudah cukup, sekarang kau sudah boleh turun kembali ..."   Berbicara sampai disitu, dia lantas berpaling kearah Lok Khi sembari berkata.   "Bocah perempuan, duduklah sekarang di kursinya Hmmm, kalau dihitung-hitung kembali, sesungguhnya kami guru dan murid merasa sangat dirugikan bila harus duduk dibangku seperti ini."   Pancingannya yang terangkat keatas itu segera digetarkan keras, begitu kaitan yang mengail baju arah belakang Chin Toa seng terlepas, tubuh Chin Toa seng pun terjatuh dari tengah udara....   Lok Khi menyahut, sambil tersenyum dia segera membuat muka setan terhadap sukonya Kam Liu cu dan sucinya Liu Leng po, kemudian sambil berpaling, dia mencibirkan bibirnya kearah Su Siau hui.   setelah itu baru berjalan ke tempat duduk Chin Toa seng dan duduk di sana.   Congkoan pedang yang berpita hitam Chin-Toa seng yang dipermainkan orang dihadapan orang banyak.   segera merasa malu sekali, sehingga selembar wajahnya berubah menjadi merah padam seperti hati babi, sepasang matanya merah membara, huncweenya menciptakan selapis bayangan hitam yang segera mengurung badan kakek gemuk pendek itu.   Kakek gemuk pendek itu masih tetap duduk dikursi sebelah kiri tatkala dia memancing Chin Toa seng sebagai seekor ikan kecil tadi segera beruntun Pau kiam suseng Buyung Siu melancarkan serangan pedang tiada hentinya.   Berhubung semua orang sedang memperhatikan Chin Toa seng, maka tiada orang yang menaruh perhatian terhadap dirinya.   Selembar wajah Buyung siu berubah menjadi merah padam, dalam berapa saat yang teramat singkat ini, secara beruntun dia telah melancarkan belasan jurus serangan berantai.   Tapi setiap kali dia melancarkan serangan, ancaman itu selalu berhasil dipunahkan oleh ayunan tangan kiri kakek gemuk pendek itu yang menciptakan selapis hawa khikang tak berwujud, sehingga sama sekali tak mampu untuk mendesak maju kedepan.   Tentu saja serangan berantai yang dilancarkan Chin Toa seng juga kena terhadang oleh kakek gemuk pendek itu disebelah kanannya, sehingga tiada yang berhasil ancaman yang menyentuh tubuhnya.   Kedua orang congkoan dari perkumpulanBan-kiam-hwee ini, sesungguhnya merupakan jago lihay kelas satu didalam dunia persilatan, tapi sekarang serangan gabungan dari mereka berdua yang datang dari kiri dan kanan itu tak pernah berhasil mendekati lawannya lebih dari lima depa, hal mana dengan cepat membuat para jago yang mengikuti jalannya pertarungan menjadi amat terperanjat.   Kakek gemuk pendek itu masih tetap duduk tak berkutik diatas kursi, meskipun senyuman masih menghiasi ujung bibirnya, tapi dibawah gencetan dan kerubutan dua orang jago lihay itu, sesungguhnya tidak enteng baginya untuk menghadapi.   Sementara tangan kirinya dikebaskan ke depan untuk memaksa mundur Buyung siu yang menyerang dari sebelah kiri, Chin Toa seng yang berada disebelah kanan segera manfaatkan kesempatan itu untuk maju melancarkan sergapan.   Menanti dia mengangkat kembali tangan kanannya untuk mendesak mundur Chin Toa- seng maka Buyung Siu yang berada disebelah kiripun segera memanfaatkan kesempatan itu untuk melancarkan desakan hebat ...   Tampaknya kedua orang jago yang berada dikiri itu sudah dipengaruhi oleh hawa napsu untuk membunuh, mereka sama-sama nekad untuk beradu jiwa.   Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Tanpa mengucapkan sepatah katapun, kedua orang itu memutar pedang dan senjata huncweenya sedemikian rupa sehingga terasa desingan angin tajam menderu-deru, mereka maju dan mundur secara teratur, sementara masing-masing pihak melancarkan serangan maut yang dahsyat.   Kalau dibicarakan sebenarnya amat panjang padahal sejak Buyung Siu kena dilempar keluar dan Chin Toa-seng kena terpancing, semuanya hanya berlangsung dalam seperminum teh.   Mendadak kakek gemuk pendek itu tertawa terbahak-bahak.   sambil bangkit berdiri teriaknya keras- keras: "Kalian berdua apa apaan sih ? jika tidak segera menghentikan serangan kalian sehingga benar2 membangkitkan amarah lohu, jangan harap kalian bisa merenggut keuntungan dengan begitu saja."   Apa yang dikatakan memang benar dan setiap jago persilatan dapat melihat kalau kakek gemuk pendek itu memang belum turun tangan secara bersungguh-sungguh, coba kalau tidak begitu, mungkin Buyung Siu dan Chin Toa-seng sudah keok semenjak tadi.   Dalam pada itu.   keempat orang gadis berpakaian ala keraton yang berada dibelakang Ban kiam hweecu sudah bersiap siaga penuh, tangan mereka masing-masing sudah menetap diatas gagang pedang masing-masing sudah bersiap untuk melepaskan serangan.   Ban kian hweecu sendiri masih tetap duduk dikursi utama dengan sikap yang anggun, sejak awal sampai sekarang dia tidak membentak untuk menghalangi jalannya pertarungan juga tidak mengungkapkan perkataan apapun selembar wajahnya berwarna kuning emas dan siapa pun menduga bagaimanakah perubahan mimik wajahnya.   Tapi Sepasang matanya yang tajam dan jeli masih saja mengawasi wajah si kakek gemuk pendek itu tanpa berkedip.   dia seakan-akan sedang memikirkan satu hal.   Bentakan kakek gemuk pendek itu sama sekali tidak ditanggapi oleh Buyung Siu maupun Chin Toa seng, kedua orang jagoan lihay ini tak seorang pun yang bersedia menghentikan serangannya dengan begitu saja..   Untunglah disaat yang kritis, Ban kiam hweecu telah buka suara, terdengar dia membentak keras: "Harap congkoan berdua segera menghentikan serangan!"   Pau kiam suseng Buyung Siu dan Soh-hun sat jiu Chin Toa seng tak berani membantah bentakan dari Kiam cu nya, serentak mereka menarik kembali serangannya dan mundur.   Kakek gemuk pendek itu pun mengangkat bahunya dan berjalan menuju ke tempat duduknya lagi dengan langkah lebar.   Mendadak Ban kiam hweecu bangkit berdiri dari tempat duduknya, lalu menjura dalam-dalam terhadap kakek gemuk pendek itu, kemudian katanya dengan hormat.   "Rupanya locianpwe yang telah berkunjung kemari, maafkanlah ketidaktahuan boanpwe."   Kakek gemuk pendek itu masih tetap duduk tak berkutik ditempat semula, sambil memicingkan mata dia berkata sambil tertawa.   "Bocah Cilik, apakah kau sudah teringat siapa kah lohu?"   Mungkin di dunia ini tiada orang lain yang berani menyebutkan Ban-kiam hweecu sebagai bocah cilik lagi.   Tapi kakek itu menganggap Buyung siu dan Chin Toa seng sebagai seorang bocah keparat maka kalaupun dia menyebutkan kiam hweecu sebagai bocah, sesungguhnya hal ini bukan sesuatu yang terlalu aneh.   Benar juga , Ban kiam hweecu sama sekali tak marah atau tersinggung oleh sebutan itu, malah sahutnya dengan hormat: "Walaupun boanpwee sudah teringat akan seorang cianpwe, hanya tidak aku ketahui benar atau tidak?"   Kakek gemuk pendek itu manggut-manggut sambil mengelusjenggot kambingnya dia menyahut sambil tertawa: "Tak ada salahnya untuk kau utarakan, haa aah, haaah, haaah, mungkin tiada seorang manusia pun di dunia ini yang mengetahui siapakah lohu ?"   Ucapan ini memang cepat sekali.   Buktinya Sim-cu taysu dari Siau-limpay dan Thian Khi-cu dari Bu tong pay sama sekali tidak kenal dengan orang ini, bahkan Hek sat sang Seh Thian yu yang merupakan su tok thian ong (empat raja langit beracun) serta Kam Liu cu yang berpengetahuan sangat luas pun tak ada yang mengetahui asal usul orang ini.   Ketika congkoan pedang berpita hijau Bu yung Siu dan congkoan pedang berpita hitam Chin Toa-seng menyaksikan Kiam cu mereka bersikap begitu hormat terhadap tamunya, tanpa terasa mereka saling berpandangan sekejap dengan cepat, sementara hati kecilnya merasa amat terkejut bercampur keheranan.   Sementara itu Ban kiam bweecu sudah membungkukkan badan memberi hormat sembari berkata: "Apabila dugaan boanpwee tidak salah, lo-cianpwee adalah salah seorang dari delapan toa-kong bong dari ruang Thian cu tong tempo dulu."   Walaupun orang luar tidak banyak yang mengetahui tentang delapan toa kong hong dari ruang Thian cu tong, tapi bagi pendengar jago-jago Ban kiam hwee, hal ini segera membuat hati mereka bergetar keras sekali karena terperanjat.   Delapan toa kong bong dari ruang Thian cu tong tak lain adalah delapan orang pelindung hukum pada masa jayanya Ban kiam hwee tempo dulu.   Seperti misalnya It teng taysu, toa supek dari ketua Siau limpay sekarang dan ketua dan pendiri dari perkumpulan Thi pit pang, yakni Thi pit teng kan kun Tay Pek li, semuanya merupakan salah satu dari delapan pelindung hukum perkumpulan Ban kiam hwee tempo dulu, berbicara soal umur, mungkin usianya berada diatas seratus tahun.   Mendadak kakek gemuk pendek itu tertawa terbahak-bahak.   "Haaaaaa...   .haaaaa ...   haaaa....   bocah cilik, anggap saja ketajaman matamu memang mengagumkan- Haah, haah, haah...   Padahal seandainya lohu tidak memancing dua ekor ikan kecil sehingga alat pancingan Thian san thi tiok klu ciat tiau kan atau pancingan sembilan raut bambu besi dari Thian-san milik lohu berhasil kau kenali, siapa yang akan menduga kalau Thian ti tiau siu atau kakek pengail dari telaga langit masih hidup di dunia ini?"   Walaupun dia sendiri telah menyebutkan nama julukannya sebagai kakek pengail dari telaga langit, namun tiap jago yang hadir disitu belum pernah mendengar nama tersebut.   Tapi semua orang dapat menduga kalau kakek itu sudah pasti ada hubungannya dengan pihak Thian-san-pay.   bahkan merupakan seorang angkatan tua dari Ban-kiam- hwee.   Thian-ti-siau-siu mengalihkan sorot matanya kearah Buyung Siu dan Chin Toa seng, kemudian katanya sambil tertawa: "Bagaimana ? Walaupun lohu guru dan murid telah merebut tempat duduk kalian berdua, tentunya hal ini tidak terhitung memalukan bukan? Padahal delapan puluh tahUn berselang, ketika lohu masih duduk dalam kursi kebesaran dengan segala kemegahannya, kalian masih belum keluar dari perut ibumu."   Setelah mengetahui siapakah lawan, tentu saja Buyung Siau dan Chin Toa seng tak berani bersikap kurang ajar, buru-buru mereka membungkukkan badan memberi hormat seraya berseru: "Hamba benar-benar pantas mati, kami tak tahu kalau lo-huhoat telah datang, harap lo huhoat sudi memaafkan."   Thian-ti-tiau-siu segera tertawa ter-kekeh2. "Heeeehhh... heehhh, , . heeeh... disini tiada urusanmu lagi, lohu hanya bergurau saja."   Kemudian sambil berpaling kembali ke arah Ban-kiam hweecu, katanya lebih jauh: "Mari kita kembali kepokok pembicaraan semula, kau si bocah telah mengundang begitu banyak orang untuk berkumpul disini, bila ada urusan silahkan saja diutarakan, lohu hanya akan duduk sebentar saja kemudian akan segera pergi."   Dengan amat hormatnya Ban kian hweecu mengiakan, dengan masih tetap berdiri, katanya kemudian: "Dalam pertemuan hari ini, boanpwe mempunyai satu urusan penting yang hendak di umumkan kepada para hadirin locianpwe adalah seorang tokoh yang berkedudukan paling tinggi, kehadiran cianpwe tampaknya memang cocok sekali, oleh sebab itu menurut pendapat boanpwe biar locianpwee saja yang memimpin pertemuan ini agar terasa lebih serius dan berbobot."   Tampaknya Ban-kiam hweecu benar benar mempunyai suatu masalah penting yang hendak diumumkan kepada semua orang.   Dengan cepat Thian ti-tiau-siu menggoyangkan tangannya berulang kali sambil berseru.   "Tidak bisa kecuali memancing ikan, lohu sudah tidak mencampuri urusan dalam dunia persilatan lagi, kini untuk memancing ikan saja rasanya sudah malas, maka aku ingin mencari orang untuk mengirim pergi pancinganku ini, entah ada urusan apa pun boleh kau utarakan saja, anggap saja lohu tidak hadir ditempat ini."   Buru-buru Ban-kiam hweecu membungkukkan badannya memberi hormat, katanya kemudian,"Kalau toh locianpwe sudah berpesan demikian, boanpwe akan turut perintah saja."   Berbicara sampai disitu, dia lantas berpaling seraya berkata.   "Bawa kemari benda tersebut."   Seorang gadis berdandan keraton yang berada dibelakangnya segera maju sambil meletakkan sebuah kotak diatas sebuah meja kecil didepan Ban kiam hweecu.   Para jago tidak mengetahui apa benda yang berada dalam kotak itu, tanpa terasa semua orang mengalihkan sorot matanya ke atas benda tersebut.   Ban kiam hweecu mendongakkan kepalanya dan menjura kepada para jago, lalu ujarnya.   "Para hadirin semua, aku khusus datang ke Pit bun san ini karena menurut berita yang tersiar dalam dunia persilatan, Lou bun si sudah terjatuh ke tangan perkumpulan kami, itulah sebabnya aku sengaja kesini.. ."   Belum habis perkataan tersebut diutarakan, Lok Khi sudah melompat bangun sambil menukas: "Perkataanmu itu tidak benar, kejadian tersebut merupakan kenyataan, bukan berita sensasi belaka, sudah jelas Lou bun si itu berhasil kalian rampas dari tangan Wi toako dengan menyaru sebagai Ting Ci kang." "Harao Lok-lihiap mendengarkan dahulu penjelasanku hingga selesai, kemudian baru berbicara lebih jauh."   Setelah berhenti sejenak, dia pun menyambung lebih jauh.   "Aku tak ingin membohong, Lou bun-si memang merupakan benda yang bertekad hendak kami peroleh sampai dapat, dan kali ini, gara gara urusan Lou bun si, mungkin partai kami telah membuat kesalahan terhadap Wi Tayhiap. untuk itu aku mohon agar Wi Tayhiap sudi memaafkan ..."   Lok Khi melotot sekejap kearah Wi Tiong hong dengan gemas, kemudian sambil mencibirnya dia berseru seraya mendengus: "Hmm enak benar kalau bicara, hampir saja kalian membuat jiwanya melayang, apa gunanya kalau cuma meminta maaf belaka?"   Ban kiam hwecu sama sekali tak memperdulikan dia, kembali ujarnya lebih jauh: "Bukan hanya satu dua hari saja perkumpulan kami mencari jejak Lou bun si tersebut, karenanya kemunculan Lou bun si dalam dunia persilatan tentu saja harus dibuntuti secara ketat dan Ching congkoan harus melakukan penyelidikan dengan sepenuh tenaga.   Tentang bagaimana cara Chin congkoan setelah sampai disini hari ini, itulah sebabnya pula aku minta maaf kepada Wi tay hiap pada saat ini."   Berhubung tempat duduk buat congkoan pedang berpita hijau Buyung Siu dan congkoan pedang berpita hitam Chin Toa seng telah ditempati oleh Thian ti tiau siu dan Lok Khi, maka kedua orang itu mengundurkan diri dari sana dan berdiri dikedua belah sisi Ban kiam hweecu.   Ketika Chin Toa seng mendengar hweecunya berulang kali menyinggung tentang jasanya, dia nampak gembira, berseri dan kelihatan merasa bangga sekali.   Terdengar Ban kiam hweecu berkata lebih lanjut.   "Tiga hari berselang, Chin congkoan telah mengirim orang yang secara diam-diam menghantar Lou bun-si kembali ke markas kami, ketika itu sekeliling Kiam bun san kami segera ditemukan banyak sekali jago lihay yang secara diam-diam melakukan pengintaian.   Berita itu nampaknya begitu cepat tersiar dalam dunia persilatan diantaranya sudah pasti ada pihak-pihak musuh perkumpulan kami yang sengaja menyebar luaskan berita itu kemana-mana, itulah sebabnya aku mengatakan kalau kalian datang karena mendengar berita yang tersiar dalam dunia persilatan yang kumaksudkan sebagai berita angin tidak lain adalah hal ini.   Setelah aku menerima Lou bun- si yang di kirim Chin congkoan tersebut, oleh karena tak isgin mengusik ketenangan ayahku, maka sengaja aku datang kemari dan bermaksud untuk mengadakan pembicaraan secara terbuka dengan para umat persilatan."   Rupanya Ban-kiam bweecu masih mempunyai ayah, bila didengar dari ucapannya itu, jelas ayahnya sudah mengasingkan diri dan sama sekali tak pernah mencampuri urusan keduniawian lagi.   Kini di tempat tersebut hanya hadir congkoan pedang berpita hijau dan congkoan berpita hitam, itu berarti congkoan pedang berpita merah dan congkoan pedang berpita putih tidak ikut hadir, tentu saja mereka ditugaskan untuk menjaga Kiam-bun- san.   "Bu-Liang-siu-hud."   Thian Khi cu dari Bu-tong pay segera berseru sambil bangkit berdiri.   "Hwecu, bolehkah pinto menimbrung sebentar untuk mengungkapkan maksud kedatangan pinto ?"   Berkilat sepasang mata Ban kiam hwee cu, kemudian manggut-manggut. "Katakan saja totiang "   Katanya.   Bab-45 "Terima kasih hweecu, pinto merasa perlu untuk menjelaskan bahwa partai kami sama sekali tidak berminat untuk turut mengincar Lou bun si tersebut, kemudian menurut apa yang kuketahui, Lou bun si pernah muncul diwilayah Kanglam dan pada mulanya diperoleh Siau Beng-san, seorang anggota perguruan pinto, Siau Beng-san cukup mengetahui kalau benda ini sudah lama dianggap sebagai benda mestika bagi umat persilatan dan akan diperebutkan bila ada yang tahu, oleh sebab itu dia tak berani bertindak gegabah dan bermaksud untuk mengirimnya kembali keperguruan.   Siapa sangka delapan belas orang rombongan ditemukan di kuil Sik jin tian, padahal partai kami sama sekali tidak berminat untuk mendapatkan Lou bun si tersebut, namun setelah ada anggota partai kami menjadi korban ataS periStiwa tersebut, mau tak mau partai kami pun harus mencampurkan diri dalam masalah ini, sekarang Pinto sudah datang kemari atas undangan Hwee-cu.   pinto harap hweecu sudi memberi petunjuk dan penjelasan kepada kami."   Dari ucapan mana, bisa didengar kalau pihak Bu tong pay sudah secara resmi menegur dan menuduh Ban kiam hwee.   Ban kiam hweecu segera berpaling sembari berkata: "Chin congkoan, coba kau memberi penjelasan kepada Thian khi totiang lantas kejadian tersebut, dari pada kedua belah pihak harus saling bentrok sendiri."   Congkoan pedang berpita hitam Chin Toa seng membungkukkan badan menerima perintah, setelah menjura kepada Thian Khi cu, katanya kemudian: "siaute tak berani mengelabuhi waktu itu orang pertama yang berhasil mendapatkan berita tersebut adalah pelindung hukum dari Thi pit pang yakni Thi ji tong long atau belalang bercakar baja Lu Yau cun serta To ciok siu atau makhluk bertanduk tunggal Ku Tiang siu, kedua orang itu tak lain adalah anggota dan jago pedang berpita hitam kami.   Sewaktu kami mendapat laporan yang mengatakan bahwa Lou bun si sudah terjatuh di tangan Siau Beng san dari Ban lipiaukiok dan kini Siau Beng sau telah mengerahkan jago-jago lihay dari perusahaan Ban li piaukioknya untuk mengirim benda itu ke bukit Bu tong, siaute pun menitahkan kepada kedua orang ini untuk melakukan pengintaian.    Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo Satria Gunung Kidul Karya Kho Ping Hoo Merdeka Atau Mati Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini