Pedang Karat Pena Beraksara 4
Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan ID Bagian 4
Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya dari Tjan I D Waktu itu sedang tengah hari, langit cerah dan suasana terang benderang, terkecuali orang orang yang berkumpul dikedua meja perjamuan tersebut tak nampak sesosok bayangan manusiapun. Padahal suara dingin yang menyeramkan itu jelas berkumandang dari atas ruangan, siapapun merasa yakin kalau tak salah mendengar.. Puluhan tahun hidup didalam dunia persilatan suasana seperti apapun sudah pernah dijumpai Beng Kian ho, akan tetapi baru kali ini dia menghadapi situasi seperti hari ini. Sebagai tuan rumah, apalagi d isaat dia sedang menjamu tamu-tamunya, tentu saja keadaan semacam ini amat mengurangi kewibawaannya, tak heran kalau dia segera bangkit berdiri dan memeriksa keadaan disekeliling tempat itu dengan mata melotot besar. Kemudian serunya dengan suara lantang. "Sahabat dari manakah yang telah datang? Jika aku orang she Beng yang dituju, harap segera menampakkan diri agar aku orang she Beng tahu manusia macam apakah dirimu itu?" Bentakan tersebut diutarakan dengan suara yang keras, nadanya mendengung kencang menggetarkan seluruh ruangan,jelas kemarahannya telah mencapai pada puncaknya. Siapa tahu, walaupun bentakan telah diutarakan dan waktu berlalu dengan cepat, belum juga kedengaran suara jawaban apa-apa. Keadaan tersebut seakan-akan memperlihatkan kalau suara tertawa dingin yang terdengar tadi, pada hakekatnya seperti tak pernah terjadi. Ma koan tojin menggoyangkan tangannya berulang kali, kemudian sambil mendengus dingin ujarnya. "Beng congpiautau, silahkan duduk untuk berbincang-bincang, paling tidak orang yang tertawa dingin itu memancarkan suaranya dari jarak satu li, apa yang diperlihatkan tak lebih hanya kepandaian Jian li coan im (seribu li menyampaikan suara)" Perlu diketahui bagi seseorang yang tenaga dalamnya telah berhasil mencapai kesempurnaan, dia dapat mengubah suara yang keluar menjadi suatu gelombang suara yang keluar dari mulut pembicaraan langsung memasuki telinga lawan, sekalipun orang yang berada disampingnya juga sukar untuk mendengar kalau suara itu beraSal dari ilmu coan-im jim. Akan tetapi suara itu hanya bisa digunakan bila orang yang bersangkutan saling berhadapan muka dengan jarak tidak begitu jauh, Bila seseorang bisa melatih ilmunya selangkah lebih maju hingga suara yang terpancar tak menyambar tapi mengumpul jadi satu garis, suara yang dikirim dari jarak satu dua li pun masih dapat terdengar jelas seperti orang yang berbicara saling berhadapan muka saja, kepandaian semaCam ini dinamakan Jim li coan im (seribu li menyampaikan suara) Dari sekian banyak orang yang hadir dalam ruangan itu yang dapat menggunakan ilmu menyampi kan suara saja tak banyak, sudah barang tentu orang yang dapat menggunakan ilmu Jian li coan im semakin sedikit lagi. Sementara orang lagi merasa kaget juga bercampur tertegun sesudah mendengar perkataan dari Ma koan Tojin mendadak "Heeeehhh. , .heeeehhh- - - heeeerhhhh- - -" Didalam ruangan itu kembali berkumandang serentetan suara tertawa aneh yang amat membetot sukma, suaranya tajam menusuk pendengaran dan amat tak sedap didengar. Kali ini semua oraag dapat mendengar dengan jelas, suara tertawa seram itu benar2 berasal dari atas ruangan tengah. Yang tepat, suara tersebut mangalun didalam ruangan tengah dan melayang kesana kemari tiada hentinya, sehingga membuat orang tak bisameraba secara tepat. Paras muka Ma koan lojin segera berubah sangat hebat. Paras muka Thi Lo han Kwong beng taysu dan siNaga tua berekor botak To Sam seng juga turut berubah hebat. Dengan kehadiran mereka bertiga disitu, ternyata orang tersebut masih berani bermain gila dengan cara yang begitu jumawa, bahkan hal ini sama halnya dengan memandang enteng mereka semua? Beng Kian hoo sendiri, meskitahu kalau pihak lawan bukan seorang manusia yang bisa dihadapi secara mudah, toh mendongkol juga hatinya-melihat kejumawaan orang, tak tahan dia lantas melompat bangun, lalu sambil menjura tegurnya. "Apakah kau adalah Thian Sat nio?" Terdengar suara seorang nenek yang mirip bambu pecah segera menjawab sambil tertawa. "Buat apa hal ini mesti ditanyakan lagi." Jawabnya dingin mana kaku lagi, seakan-akan berasal dari depan mata semua orang, tapi para jago jago tak dapat menentukan secara tepat berasal dari manakah suara itu? Mendadak Beng Kian hoo tertawa tergelak. "Hahhh--- hEaahh --- saudara telah mewakili Aku orang she Beng untuk mengundang datang begitu banyak teman yang sukar dijumpai hari-hari biasa sehingga mereka berkunjung kemarin kejadian mana membuat aku orang she Beng merasa amat bangga. Kini semua teman telah berkumpul kalau toh saudara telah mewakili aku orang she Beng untuk mengundang tamu, -nah kau musuh kek atau teman kek, paling tidak sepantasnya, Jika tampi kan diri untuk berjumpa dengan semua orang, aku orang she Beng sebagai tuan rumah, siap menantikan kedatanganmu" Dia memang tak malu disebut orang pemimpin dari seluruh perusahaan angkutan yang berada dilima propinsi wilayah Selatan, kendatipun berada dalam keadaan marah, caranya berbicara tetap sopan dan sama sekali tidak keras. "Tidak perduli" Suara macam bambu pecah itu berkumandang lagi dingin. "Bu Lim Siu hud " Suara-pujian berkumandang dari kursi pertama meja perjamuan sebelah kanan. Keng hian tootiang dari Bi tong-pay yang semenjak tadi sambil duduk di meja perjamuan tidak bicara, pelan-pelan bangkit berdiri, setelah menjura ke angkasa tanyanya sambil mendongakan kepala. "Lo-sicu telah mewakil Beng Tayhiap mengundang kedatangan pinto suheng-te berdua, tolong tanya ada urusan apa kau?" Pertanyaan ini merupakan persoalan yang ingin diketahui oleh setiap orang, maka begitu pertanyaan itu diutarakan semua orang segera memusatkan perhatiannya untuk mendengarkan dengan seksama. Tapi suara parau macam bambu pecah dari Thian sat nio tidak terdengar lagi, sebaliknya suara seseorang yang kasar dan keras mengemakan gelak tertawa nyaring. "Haahh. ...haaah....bukankah kedatangan kalian semua disebabkan oleh benda yang lenyap dari perusahaan Ban li piaukiok? sekarang aku telah mengumpulkan kalian semua disini agar bisa mati bersama, bukankah hal ini merupakan suatu keuntungan buat kalian?" Suara orang itu kasar dan nyaring, dalam sekilas pendengaran saja dapat diketahui kalau dia adalah suara lelaki yang membawakan nyanyian nyaring tadi. Tenaga dalam yang dimiliki orang ini benar2 anat sempurna, bukan saja suara pembicaraannya memekikkan telinga, sumber suaranya sendiripun sukar diraba. Kang-jin tojin yang duduk disamping Kang hian tojin segera berubah muka, sambil tertawa nyaring serunya. "Kalau didengar dari ucapanmu itu, tampaknya kalau kau yang telah membunuh Siau sute?" Ucapan tersebut memang ingin diketahui pula oleh setiap orang, sehingga serentak para jago yang berada disinipun memasang telinga dengan wajah serius. "Memang benar, kehadiran orang itu tak lain adalah demi benda yang hilang dari perusahaan Ban li piaukiok." Terdengar suara kasar tadi kembali tertawa terbahak-bahak. "Haaahhh ... haaahhh... haaahhh. ... seratus orang Siau Beng sau mampus bersamapun tak ada sangkut-pautnya dengan "kami" "Kalau bukan kalian, siapakah yang melakukan perbuatan itu?" Bentak Bwee hoa kiam Thio Kun kai dengan gusar. "Dengan andalkan namaku Kan Liucu dari Thian sat bun, sekalipun sudah membunuh selaksa orang. kami juga takkan menyangkal " Yang dimaksudkan sebagai "Kan Liu-cu dari Thian sat-bun" Sudah jelas merupakan nama darinya. Tapi begitu banyak jago yang berpengalaman puluhan tahun dalam ruangan saat itu, ternyata tak seorangpun yang pernah mendengar tentang perguruan "Thian sat bun" Seperti apa yang diucapkan olehnya itu, sudah barang tentu tak ada orang yang mengetahui siapa gerangan manusia bernama Kan Liu cu tersebut. Bwee-hoa kiam ingin membuka suaranya, tapi Keng hian tojin segera menggelengkan kepalanya mencegah, kemudian sambil menjura ke tengah udara dia berkata. "Jika kudengar dari ucapan sicu, tampaknya kau sudah tahu akan alasan yang menyebabkan kematian Siau sute kami itu, entah benda apakah yang sedang dilindungi oleh Siau sute itu? Apakah sicu bersedia untuk memberi keterangan-" "Bukankah Thian yan cu sengaja mengutus kalian untuk memberi bantuan kepada Siau-Beng san?" Kata Kan Liu cu cepat. "mungkin kalian tidak tahu, tapi suhu kalian sudah pasti mengetahui hal itu dengan se-jelas2-nya." Keng hian tojin yang mendengar perkataan itu menjadi tertegun, segera pikirnya. "Yaa, kami benar memang mendapat tugas untuk membantu Siau sute, justru karena ditengah jalan kami dengar tentang berita kematian Siau sute, maka segera berangkat kemari, heran darimana mereka bisa mengetahui persoalan ini?" Sementara itu, Keng jin tojin telah berkata kembali. "Jikalau Siau sute bukan dibunuh oleh sicu, lantas apa maksud tujuan kalian yang sebenarnya?" "Thian sat bun bertekad untuk mendapatkan benda itu " Kata Kan Liu cu dingin. "Kalau begitu Thian sat buu telah mengetahui siapa yang telah turun tangan?" "Hmmm, itulah yang menjadi alasan mengapa kalian manusia-manusia kurcaci dari dunia persilatan harus mampus." Ma-koan tojin adalah manusia yang licik, selama ini dia hanya membungkam diri belaka sambil memusatkan segenap perhatiannya guna mempehatikan asal mula suara lawan- Akan tetapi, walaupun sudah mendengarkan dengan cermat sekian lama, ternyata belum berhasil juga untuk menentukan arah sumber suara tersebut, kenyataan ini diam-diam membuat hatinya terkesiap sekali. "Tampaknya cukup seorang anak buah Thian sat bun sudah memiliki kepandaian silat yang sangat lihay, bahkan kelihayan orang itu sedikitpun tak beradi dibawah kepandaian sendiri." Mendadak dia mendongakkan kepalanya, setajam sembilu sorot mata yang memancar keluar dari balik matanya, dengan suara keras bentaknya. "Kau bilang siapa yang telah turun tangan ?" Ma koan tojin dari bukit Hong sin sudah termasyur karena kebegisannya, semenjak duduk dikursi utama tadi, kecuali sikapnya menunjukkan kelicikan dan keseraman gerak geriknya sama sekali tak menyalahi adat sopan santun. Akan tetapi setelah mengucapkan kata2 tersebut, wajahnya segera berubah menjadi menyeringai seram, hawa napsu membunuh pun segera menyelimuti seluruh wajahnya. "Suatu pertanyaan yang sangat bagus." Kan Liu cu segera berseru dengan suara dingin, "siapa kah orang yang melakukan perbuatan itu, tentunya takkan terlepas dari kalian yang berada didalam ruangan saat ini bukan ?" "Betul2 suatu perkataan yang sangat mengejutkan" Kontan saja semua orang yang hadir dalam ruangan itu mulai bertanya-tanya, sementara sorot mata merekapun tanpa terasa saling berpandangan muka. Dari meja perjamuan sebelah kanan, Beng-kiam ho sebagai tuan rumah dan pemilik perusahaan An wan piaukiok yang bertindak sebagai penengah untuk menghilangkan kesalahan antara ketua Thi pit pang Ting ci kang dari pihak Bu tongpay, tentu saja bukan seorang yang dapat dicurigai. Sedangkan Keng hian tojin, Keng Jin tojin serta Bwe hoa kiam kakak beradik dari Bu tongpay adalah pihak yang datang melakukan penyelidikan jelas mereka mustahil sebagai pembunuhnya . Sebaliknya Thi pit pa ngcu Ting Ci kang itu, Beng kian ho yang bertindak sebagai saksi dengan mengatakan bahwa tatkala Ban li piaukiok tertimpa musibah, dia sedang berada di bukit Thian bok San, jadi diapun mustahil sebagai pembunuhnya. Wi tiong hong baru pertama kali terjun ke dalam dunia persilatan diapun merupakan murid Thian Goan-Cu dari Bu tong pay, tentu saja anak muda inipun bukan- Itu berarti orang2 yang berada di meja perjamuan sebelah kanan hampir semuanya tak dapat dicurigai. Berbeda keadaannya dengan mereka yang berada di meja perjamuan sebelah kiri. Ma koan tojin, Thi Lo han Kwong Beng maupun Naga tua berekor botak, mereka boleh dibilang merupakan jago2 dari golongan hitam yang sudah termashur namanya di wilayah Kang lam. Kang pak siang kiat juga merupakan penjahat keji yang sudah termashur namanya. Tok Hay ji sudah dua kali melepaskan racun secara diam diam. Selain itu masih ada lagi seorang sastrawan berbaju hijau, sejak masuk ke dalam ruangan dan kecuali dia mengaku she Pit ketika Beng Kiao-ho menanyakan namanya, dan selama ini dia cuma membungkam dalam seribu bahasa, sudah tentu manusia semacam ini jelas datang karena ada maksud tertentu. Dalam pandangan orang-orang yang berada dimeja meja perjamuan sebelah kanan, teitu saja mereka semua merupakan orang orang yang patut dicurigai. Sebaliknya bagi orang-orang yang berada di meja perjamuan sebelah kiri, kecuali mereka saling menduga diantara mereka sendiri, terhadap Ting Ci kang dan Wi tiong hong sekalian yang berada dimeja perjamuan sebelah kanan pun menaruh perasaan curiga. Untuk sesaat suasana dalam ruangan itu menjadi sepi, hening dan tidak kedengaran sedikit suarapun, mereka saling mengawasi dengan penuh kecurigaan. Thi lohan Kwong beng hwesio memandang sekejap sekeliling tempat itu, lalu tertawa terbahak-bahak. "Haah..haah sicu,apakah kau bertujuan untuk mengadu domba, huuh, kalau didengar dari ucapanmu itu, jelas Thian sat- bun pun tak bisa terlepas dari peristiwa ini." Si Naga tua berekor botak To Sam teng ikut bertepuk tangan keras sambungnya cepat. "Benar kalau dilihat dari perbuatan kalian yang telah mencatut nama Beng- congpiautaw untuk memancing kami datang kemari, jelaslah sudah kalau kalian memang mempunyai rencana busuk tertentu." Kan Liu-cu segera tertawa dingin. "Hehhh ... heeehhh ...lebih baik kalian tak usah banyak bicara lagi, bagaimanapun juga jangan harap kalian bisa hidup selewatnya hari ini" Si golok pengejar angin Hee-ho Nian dari Kang pak siang kiat berwatak paling berangasan, habislah kesabarannya setelah menyaksikan keadaan tersebut, mendadak ia membentak dengan suara dalam. "sekarang apa yang hendak kau lakukan?" Baru selesai perkataan itu diutarakan mendadak terdengar serentetan suara gadis yang merdu berseru. "Kan toako, waktunya sudah tiba, buat apa kau mesti ribut melulu dengan mereka?" Suara itu merdu merayu, ternyata tak lain adalah suara dari perempuan yang membawakan nyanyian merdu tadi. Ucapannya itu se-akan2 berkumandang dari dalam ruangan, seperti orangnya berdiri dihadapan mereka saja. ooo00ooo Bab-08 KAN LIU CU segera tertawa ter-bahak2. "Haaaah...haaahh...haaaahh....aku hanya menerangkan perkataanku saja, agar meeka bisa mampus dalam keadaan mengerti, baiklah Sam sumoay, lebih baik kau saja yang mereka hendak mengumumkan apa? Mungkin mengumumkan nama pembunuh yang telah melakukan pembekalan dan pembunuhan itu?" Setap orang yang berada dalam ruangan itu memusatkan semua perhatiannya dam memperhatikan dengan seksama. Terdengar gadis itu berkata lebih jauh. "Kehadiran kalian dikota Sang-siau ini sedikit banyak tentu ada hubungannya dengan barang yang dibawa Siau Beng-san, namun suhuku tidak suka melakukan pembunuhan yang tanpa aturan, maka berikut ini ditentukan empat pasal yang akan dilaksanakan. Pertama, orang yang sudah berhasil, dibunuh tanpa ampun. Kedua, orang yang mempunyai intrik jahat, dibunuh tanpa ampun. Ketiga, orang yang tahuan dibunuh tanpa ampun. Keempat, orang yang ada hubungannya dengan peristiwa ini, dibunuh tanpa ampun ..." Secara beruntun dia telah mengucapkan kata "dibunuh tanpa ampun" Sebanyak empat kali namun ia berkata dengan santai, seakan-akan soal bunuh membunuh merupakan suatu kejadian atau perbuatan yang sudah lumrah dan tak periu diherankan lagi. Suara itu merdu dan amat enak didengar akan tetapi apa dia umumkan justru merupakan kematian dari semua orang yang berada di dalam ruangan itu. Si Naga tua berekor botak To sam-seng marah sekali, sambil tertawa seram serunya. "Betul-betul tekebur sekali kau ini, belum pernah lohu percaya dengan segala omongan setan" Ma-koan tojin tertawa seram. "Heeehhh ... he:ehhh . .. heeehhh ... sekalipun pihak Thian sat bun ada niat untuk mengampuni pinto, belum tentu pinto akan menerima pengampunan" Sambungnya cepat. Perempuan itu sama sekali tidak menggubris mereka, dengan suara yang merdu kembali sambungnya. "Diantara kalian apakah ada yang tidak tersangkut dengan keempa tpasal diatas? Jika ada harap segera keluar, daripada turut menjadi korban." Suatu ucapan yang amat sedap didengar, suatu ungkapan yang bermaksud baik. Tapi sampai lama kemudian suasana tetap hening, tak seorangpun diantara mereka yang berbicara Suara yang merdu itu kembali berkumandang. "Wi tiong hong, tempat ini tak ada sangkut pautnya dengan dirimu, keluar kau.." Wi tiong hong yang mendengar seruan tersebut menjadi tertegun, dia tak menyangka kalau orang itu bisa memanggil namanya, bahkan suruh dia keluar dari sana? Betulkah Thian Sat-nlo amat bijaksana dengan tidak membunuhi mereka yang tersangka. Kalau begitu, selain dia, semua orang yang berada disini sudah dipastikan bakal mampus. Wi tiong hong tidak menanggapi teriakan itu, sebagai seorang pemuda yang baru saja terjun kedalam dunia persilatan, pada hakekatnya dia belum ada pengalaman apa apa, waktu itu dia tak tahu haruskah keluar atau tidak. Apa pula yang harus dilakukan? Dalam ruangan hadir banyak orang namun tak ada yang tahu siapakah Wi tiong hong itu. Mereka lantas saling berpandangan dengan sorot mata penuh keheranan ... Tok Hay-ji mendengus dingin, ejeknya tiba2. "Tak nyana kalau Thian Sat niopun mengecualikan orang yang akan di bunuh." Si Naga tua berekor botak To Sam seng segera memandang sekejap sekeliling arena, kemudian tanyanya. "Siapakah sih tiong hong itu?" Pelan2 Ting ci kang berjalan kesamping wi tiong hong, lalu bisiknya. "Saudara Wi persoalan disini memang tak ada sangkut pautnya dengan dirimu, lebih baik kau tinggalkan saja tempat ini" "Toako, aku tak mau pergi" Seru Wi tiong hoag dengan wajah memerah karena jengah. Ting ci kang termenung sebentar , lalu dengan suara yang lirih bisiknya pelan- "Tampaknya apa yang sedang berlangsung kini amat berbahaya sekali, hingga sekarang kita masih belum tahu dengan jelas keadaan lawan, rasanya tak perlu kau terjunkan diri kedalam persoalan ini." "Cuma, tujuan lawan tidak jelas, akupun kurang lega untuk membiarkan kaupergi seorang diri, begini saja, kau boleh saja tetap tinggal disini tapi entah peristiwa apapun yaag terjadi lebih baik tak usah kau campuri." Wi tiong hong segera manggut-manggut tanpa menjawab. Dalam pada itu suara yang merdu tadi kembali berkumandang. "Wi tiong hong, suduh kau dengar belum? Hayo cepat keluar dari ruangan itu" "Hei, sebetulnya siapa sih yang bernama Wi-tiong hong?" Teriak si nagatua berekor botak To Sam seng dengan kening berkerut. "Akulah orangnya" Wi tiong hong segera menyahut. Serentak semua orang yang berada di perjamuan sebelah kiri mengalihkan sorot matanya kearah pemuda itu. "omintohud" Thi Lo han Kwong beng hwee-slo segera tertawa terbahak-bahak. "Thian Sat-nlo suruh siau sicu keluar, mengapa siau sicu belum juga keluar?" "Aku ingin pergi dari sini" "Siapakah Thian Sat nio itu? Kalau begitu, kau pasti tahu?" Seru si nagatua berekor botak To Sam seng cepat. "Aku tidak tahu" "Kalau kau tidak kenal dengan Thian Sat nio mengapa dia menyuruh kau keluar?" Wi tiong hong yang mendapatkan itu-terjadi tertegun. Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Soal ini . .. soal inipun aku tidak tahu" Sahutnya. Mendadak si Naga tua berekor botak tertawa terbahak-bahak. kembali dia berseru. "Haaaah ...haaah , ... sudah separuh hidupku lohu sudah berkelana didalam dunia persilatan, mana mungkin kau si bocah cilik dapat mengelabuhi diriku?" "Hm, aku lihat, kemungkinan besar kau adalah orang orang yang di utus oleh Thian Sat nio untuk menyelundup kemari" Bentak si Naga tua berekor botak dengan sorot mata berkilat tajam. Dari ucapan tersebut semua orang segera dapat menduga maksud dari ucapan iblis tua itu. Maka begitu dia membentak keras, serentak semua orang mengalihkan sinar matinya ke wajah Wi tiong liong dengan penuh kecurigaan. Wi tiong hong adalah seorang pemuda yang baru terjun ke dalam dunia pers ilatan mendengar bentakan itu, paras mukanya kontan menjadi merah pa da. "Hei, mengapa kau bicara sembarangan?" Serunya kemudian dengan kening berkerut. "Apakah lohu salah bicara?" Teriak si Niga tua berekor botak dengan gusar. "Yaa, bocah keparat itu tak boleh dilepas" Teriak si Golok pengejar angin Hot- ho Nian pula dengan suara keras. Ting ci kang yang menyakslkan situasi sudah meruncing, buru2 menjura seraya berseru. "Enkoh To salah paham, saudara Wi ini baru terjun kedua persilatan dia adalah sahabatku" "Haahh - - - - haah - -- - apalagi begitu, dia lebih lebih tak boleh pergi lagi" Seru si Naga toa berekor botak sambil tertawa ter bahak bahak. Maksud dari perkataan itu jelas sekali, yakni kalau toh Wi tiong hong adalah komplotan Ting Ci kang mungkin Thian sat nio pun merupakan kompfotan yang kalian undang datang. Ting ci kang sebagai ketua perkUmpulan Thi pit pang dan sudah lama terjun kedalam dunia persilatan, sudah barang tentu dapat memahami maksud dari perkataan itu, paras mukanya segera berubah menjadi membesi. "To loko, apa maksud dari perkataanmu itu?" Dalam pada itu, Wi tiong hong telah berkata pula. "Aku bilang kalau aku tak pergi dari sini" "Hmm kalau kau tak pergi, hal ini memaag lebih baik lagi" "Perkataan dari To loko memang benar" Kata si golok pengejar angin Hee ho Nian pula, "asal usul dari keparat ini tidak jelas, dia memang perlu ditangkap untuk diperiksa secara teliti" Dengan wajah penuh kegusaran Ting Ci kang segera tertawa terbahak-bahak. "Haahnh... haaahhh... haahhn... sudah kukatakan, saudara Wi adalah teman yang semula aku orang she Ting undang kemari, bila Heeho loko berkata demikian, hal ini sama artinya dengan mencari urusan dengan aku orang she Ting." "Bu liang siu hud" Mendadak Keng hian lojin yang berada di meja perjamuan sebelah kanan bangkit berdiri seraya menjura, kemudian katanya. "Wi siau sicu ini adalah murid supek pinto, harap saudara sekalian jangan salah paham." Sebagai murid pertama dari ketua Bu tong pay, ucapannya memang jauh lebih berbobot. Semua yang hadir diarena segera tertegun dibuatnya, mereka baru tahu sekarang kalau pemuda berbaju hijau itu adalah anak murid dari Thian Goan cu. Srentakk terdengar perkataan demi perkataan dari si naga tua berekor botak To Sam teng serta si Golok pengejar angin He ho Nian tadi kemarahan dalam hati Wi Tiang hong telah berkobar, akan tetapi berhubung dia tahu kalau kebanyakan orang yang hadir diarena sekarang merupakan jago-jago persilatan yang sudah banyak tahun tersohor dalam dunia persilatan maka ia memaksa diri untuk menekan kobaran hawa amarah tersebut. Maka ketika dilihatnya sekarang bahwa gara2 persoalannya membuat Ting toak bentrok dengan orang-orang itu, habis sudah kesabarannya, sambil menjura tiba2 ujarnya. kepada Ting Ci kang "Ting taako, sebetulnya siaute tak ingin pergi tempat ini, kalau toh ada orang yang menaruh curiga kepadaku, lebih baik siaute mohon diri saja dari sini" Selesai berkata dia lantas membalikkan badannya dan berlalu dari tempat itu. Mendadak si Naga tua berekor botak To sam teng menggebrak meja sambil membentak keras. "Berhenti " "Masih ada petunjuk apalagi darimu?" Desak Wi tiong hong sangat marah. Si Naga tua berekor botak To Sam seng tertawa dingin "Walaupun kau adalah murid Bu tong pay. pada saat dan keadaan seperti inipun mesti tetap tinggal disini" Serunya. Wi tiong hong semakin gusar, teriaknya cepat "Aku bukan murid Bu toag pay, tapi kalau aku mau pergi aku akan pergi, tak ada orang yg bisa mengurus diriku" Si Golok pengejar angin Hee ho Nian turut melompat bangun, ejeknya sambil tertawa seram. "Kalau To loko menyuruh kau tetap tinggal disini, kau harus tetap tinggal disini." Begitu si Golok pengejar angin Heeho Nian bangkit berdiri, loji dari Kang pak siang kiat be ong sin ( Dewa raja kuda ) Ku Tay tong ikut melompat bangun pula. Beng Kian hoo yang menyaksikan suasana meruncing dan datang suatu bentrokan segera bakal terjadi, buru-buru ikut bangun berdiri, dia hanya goyangkan tangannya berulang kali tanpa sempat berbicara. sebab pada saat itulah terdengar serentetan suara pekikan yang aneh sekali. Pekikan tersebut amat tajam dan meruncing, mula mula berada di kejauhan sana, namun makin lama semakin dekat. Kalau didengar sepintas lalu, suara itu bagaikan suara seruling yang terhembus angin puyuh suaranya begitu keras, melengking tinggi hingga amat tak sedap didengar, terutama kecepatannya sewaktu meluncur datang benar-benar mengerikan sekali. Semua orang tidak kenal suara apakah itu, buru-buru mereka berpaling kearah datangnya cahaya tadi, tampak sekilas cahaya putih di ringi suara desingan lengking yang memekikkan telinga meluncur dari depan wuwungan rumah. Ternyata benda itu adalah sebilah pisau terbang Liu yap hui to yang panjangnya tujuh inci dan bersinar tajam. Setelah meluncur masuk ke dalam ruangan, pisau terbang itu tidak jatuh ke bawah, melainkan setelah berputar satu lingkaran diatas kepala semua orang, kemudian ... "weess" Meluncur keluar lagi dari ruangan tersebut. Pisau terbang itu datang maupun pergi dengan kecepatan seperti sambaran kilat, kecepatannya betul-betul mengerikan sekali Meskipun semua orang yang hadir di dalam ruangan saat itu merupakan jago-jago kelas satu didalam dunia persilatan, tapi oleh karena Sewaktu pisau terbang itu meluncur masuk tadi tak ada yang tahu bakal terjatuh ke mana, maka tak seorangpun diantara mereka yang mencoba untuk menghalanginya. Menanti pisau terbang tersebut telah membuat satu lingkaran dalam ruangan lalu melayang keluar lagi dari situ, untuk menghalanginya lagi sudah tak sempat. Thi Lo han Kwong beng hweeslo tertawa, ia segera menyentilkan jari tangannya kedepan....? "sreeet" Segulung desingan angin tajam segera meluncur ke angkasa dan mengejar pisau terbang tersebut, sayang tindakannya itu terlambat setindak. serangannya tidak berhasil menghantam pisau terbang tadi. "Cri ing ..." Sebatang anak panah pendek yang dilepaskan wakil congpiautau, Cuan im an Lie Goan-tong juga bersamaan waktunya terpental balik oleh pisau terbang tersebut, sewaktu terjatuh ketanah, panah pendek itu sudah patah menjadi dua bagian- Dengan adanya peristiwa itu, maka semua orang lantas menduga bahwa hal itu merupakan pertanda dari gerakan Thian Sat nio. Sejak terjun kedunia persilatan, tak seorangpun diantara sekian banyak jago yang berada di dalam ruangan itu yang pernah menyaksikan pisau terbang yang telah meluncur masuk ternyata bisa melayang keluar, lalu untuk sesaat mereka jadi terbungkam dan saling berpandangan dengan wajah tertegun. Sementara itu, Thi Lo han Kwong beng hweeslo yang sedang menyaksikan serangannya meleset segera naik pitam, wajahnya yang gemuk dan putih itu berubah jadi hijau membesi, sepasang matanya melotot besar, agaknya ia telah bersiap sedia untuk melakukan tubrukan kedepan. Tiba2 Ma kon tojin tertawa seram, kemudian bibirnya bergetar mengirim suaranya lewat ilmu menyampaikan suara kepada si hwesio gemuk itu. "Taysu..." Thi Lo han Kwang beng hwesio amat terperanjat, dengan cepat ia berpaling ke belakang. Terdengar Ma koan tojin berbisik kembali. "Kepandaiao yang didemontrasikan oleh Thian Sat nio barusan amat mirip dengan ilmu hwe hong to (golok angin berpusing) yang amat termashur itu, sebelum pihak lawan menampakkan diri, lebih baik taysu jangan turun tangan secara sembarangan." Dlam-diam Thi Lo han Kwong beng hwesio merasakan hatinya bergetar keras, buru buru dia mengangguk dan tidak berbicara lagi. Ma koan tojin selama ini berbicara dengan Thi Lo han Kwong beng hweeslo melalui ilmu menyampaikan suara, sudah barang tentu lainnya takkan mendengar pembicaraan mereka. Dalam pada itu, Wi tiong hong telah jauh dihibur oleh Ting Ci kang agar tetap tinggal disitu, dia dianjurkan jangan membuat banyak membuat keonaran sebelum pihak lawan melakukan sesuatu tindakan- Si Golok pengejar angin Hee ho Nian yang berangasan sudah tak kuasa menahan amarahnya lagi, mendadak dia berteriak dengan suara yang keras danp arau. "Hei Thian Sat nio, Jika kau punya kepandaian hayo munculkan diri dan bertarung bersama kami, kalau mau berlagak menjadi setan dengan permainan pisau terbang mu mah lebih baik pulang kerumah saja. Ketahuilah, permainan setan dalam dunia persilatan jauh lebih baik dari pada permainanmu, lebih baik kau tak usah membuat lelucon dihadapan kami lagi ..." "Aaaah" Mendadak Ting ci kaog berpaling dan menjerit tertahan- Walaupun suara jeritan tertahannya amat kecil, tapi lantaran semua orang sedang berada dalam keadaan terperanjat maka suara itu kedengaran bagaikan tusukan jarum saja, seketika itu juga membuat perasaan semua orang bergetar keras. "Siapa disitu?" Terdengar Cuan im-an Li Goan tong membentak keras. Bentakan tersebut makin menggetarkan semua orang. Ketika kawanan jago itu berpaling, maka terlihatlah seorang manusia aneh berbaju hitam yang dari kepala sampai kakinya terbungkus rapat hinggi cuma kelihatan matanya saja, dengan membawa baki perak.pelan-pelan dia berjalan masuk melalui pintu depan. Walaupun orang itu mengenakan kain kerudung hitam dan jubah hitam yang dikenakan panjangnya mencapai tanah, akan tetapi pada lengan kirinya yang memegang baki perak itu nampak putih, halus dan menyenangkan sementara potong an badannya lamat-lamat tampak ramping. Tak bisa disangkal lagi orang itu adalah seorang perempuan, bahkan seorang perempuan yang berusia sangat muda. Thian Sat nio, ternyata perempuan inilah yang bernama Thian Sat nio .... Usai pisau terbang sampai dalam ruang tengah jaraknya ada belasan kaki lebih, sambil membawa baki perak itu si perempuan berbaju hitam tersebut berjalan amat lambat, sementara sorot mata semua orangpun telah tertuju keatas tubuhnya. Tapi berhubung jaraknya masih cukup jauh, siapapun tak sempat melihat jelas benda apakah yang berada diatas baki perak itu. Kawanan jago yang berada dalam ruangan itu baru saja dibikin keder oleh demonstrasi kepandaian dari Thian Sat nio, tak heran kalau perasaan semua orang pada saat itu diliputi oleh perasaan yang sangat berat. Akan tetapi setelah perempuan baju-hitam berkerudung hitam itu semakin mendekat, dan mereka menduga usianya tidak terlalu besar, pelan2 para jago baru merasa agak lega. Tiba2 Beng Kian hoo bangkit berdiri, kemudian setelah menjura tegurnya. "Sobat, kaukah yang bernama Thian Sat nio?" Perempuan berbaju hitam itu tidak menjawab, seakan-akan tidak mendengar perkataan itu dia melanjutkan perjalanannya melangkah masuk ke dalam ruangan. Cuan im am Li Goan tong menjadi gusar sekali menyaksikan keangkuhan musuhnya, dengan langkah lebar dia maju ke depan menyongsong kedatangan orang itu, kemudian bentaknya lagi "Sobat, mengapa kau mesti berdandan macam setan saja dengan mengerudungi wajahmu? Bila tidak kau sebutkan siapa namamu, jangan salahkan kalau kami dari pihak An wan piaukiok tak akan bertindak sungkan2 lagi kepadamu." Ting Ci kang bersahabat karib dengan Beng Kian hoo maupun Cuan im an Li Goan tong, dia kuatir dua orang itu tertimpa musibah atau kejadian yang tak dlinginkan maka dengan cepat dia berpaling dan memberi tanda kepada Ko thian seng Lo Liang. Ko thian seng Lo Liang segera melompat bangun, lalu dengan mengikuti dibelakang Cuan im an Li Goan tong menuju keluar ruangan- Perempuan berbaju hitam tadi terus melangkah maju kedepan, terhadap suara bentakan dari Cuan im an Li Goan tong sama sekali tidak menggubris. Cuan im an Li Goan tong semakin naik darah,alis matanya yang tebal segera berkerut kencang, kemudian sambil mencabut keluar pedangnya membentuk serentetan cahaya bianglala berwarna perak, bentaknya. "Berhenti, sudah kau dengar belum perkataanku itu?" Terhadap cahaya pedang yang berkilauan di depan matanya itu, siperempuan berbaju hitam itu tetap berlagak seperti tak pernah melihatnya, pelan-pelan dia melanjutkan terus langkahnya menuju kedepan- Cuan im an Li Goan tong semakin naik darah, untuk kedua kalinya dia memutar pedangnya menciptakan serentetan cahaya bianglala berwarna perak yang menyilaukan mata untuk membendung gerak majunya. "Berhenti" Bentaknya keras-keras. "sudah pernah dengar belum apa yung kukatakan ?" Sudah cukup lama Cuan im-an Li Goan tong melakukan perjalanan dalam dunia persilatan tapi belum pernah iajumpai seseorang yang begitu tenangnya menghadapi ancaman, bahkan terhadap cahaya pedang yang menyambar didepan matapUn sama sekali tak ambil perduli. Maka sewaktu dilihatnya perempuan itu masih melanjutkan perjalanannya ke depan, dengan wajah agak tertegun bentaknya lagi. "Jika kau berani maju selangkah lagi, jangan salahkan kalau diujung pedang aku orang she Li tak punya mata" Pada hakekatnya perempuan berbaju hitam itu sama sekali tidak memandang sebelah mata pun terhadap Li Goan tong, bagaikan tak pernah terjadi suatu kejadian apapun, pelan-pelan dia masih melanjutkan perjalananya kedepan- Perbuatan dari lawannya itu amat menggusarkan Cuan im an Li Goan tong, sambil tertawa dingin hawa murninya segera disalurkan keluar, pergelangan tangannya diangkat dan mendadak saja memancarkan selapis bayangan pedang yang secepat kilat mengurung seluruh badan perempuan berbaju hitam itu. Betul Cuan iman Li Goan tong tersohor didalam dunia persilatan karena "Sam cian cuan-im" (tiga panah menembusi awan), namun ilmu pedang Tat mo kiam hoat yang digergUnakannya sekarang juga memiliki kesempurnaan yang luar biasa. Begitu serangan tersebut dilancarkan kedepan, terlihatlah cahaya tajam yang berkilauan segera menyelimuti daerah seluas beberapa depa disekitar sana. Kecuali perempuan berbaju hitam itu segera menghentikan gerakan tubuhnya, kalau dia berani maju beberapa langkah lagi, maka jangan harap dia bisa meloloskan diri dari yangan pedang yang menyambar itu secara mudah. Bab-09 Mendadak terdengar suara dengusan dingin yang amat nyaring berkumandang datang dari balik kain kerudung hitam perempuan itu, seperti tak pernah terjadi apa apa, ujung baju sebelah kanannya segera dikebaskan pelan kedepan. Didalam kebasan mana tidak nampak adanya desingan angin tajam tapi secara diam- diam muncul segulung tenaga pukulan berhawa dingin dan lembut memancar keluar lewat ujung bajunya tadi dan segera menahan gerakan pedang dari Cuao im an. Seketika itu juga Cum im an Li Goan tong merasakan tangannya bergetar keras, bagaikan segulung tenaga tak berwujud yang menghisapnya, tiba-tiba saja serangannya itu terseret ke samping. Dengan begitu, jangankan menusuk orang, sekalipun ingin memunahkan serangan saja sudah tak sempat, tak ampun lagi tubuhnya ikut menerjang kesebelah kiri mengikuti gerakan pedangnya itu. Untung saja kepandaian silat yang dimilikinya terhitung cukup tangguh, dan lagi pengalamannya cukup matang, dia hanya turut maju sejauh dua langkah sebelum dapat berdiri tegak kembali. Ko thian seng Lo Liang yang keluar bersama dari ruang bersamanya itu menjadi amat terkejut, sambil mendengus dingin tangannya segeia diayunkan kedepan melancarkan sebuah serangan kearah perempuan berbaju hitam itu dengan ilmu Siau thian seng ciang ( ilmu pukulan bintang kecil). Perlu diketahui ilmu Siau thian seng ciang termasuk sejenis ilmu pukulan yang sangat mengandalkan kesempurnaan tenaga dalam, Ko-thian seng Lo Liang sebagai salah seorang dari empat pelindung hukum perkumpulan Thi pat-pang tentu saja memiliki tenaga dalam yang amat sempurna. Sekalipun hanya suatu serangan yang dilancarkan seenaknya, akan tetapi desingan angin tajam yang dihasilkan ternyata luar biasa sekali. Sambil menyungging baki perak. pelan-pelan perempuan berbaju hitam itu bergerak maju ke depan, kali ini dia sama sekali tidak mendengus seperti juga yang semula, hanya ujung bajunya saja yang dikebaskan pelan ke depan. Ternyata angin pukulan Ko Thian seng Lo Liang yang sangat kuat itu saling membentur dengan ujung bajunya, seketika itu juga darah panas didalam dadanya bergolak keras, detik itu juga ia dipaksa mundur sejauh beberapa langkah. Perempuan berbaju hitam itu tidak menggubrisnya lagi, begitu selesai mengibaskan ujung bajunya, pelan2 dia bergerak maju ke depan, seakan-akan tak pernah terjadi sesuatu apapun selama ini. Cuan im an Li Goan tong yang pedangnya terseret ke samping arena serta pukulan Ko thian seng Lo Liang yang tergetar mundur, meski terjadi saling berurutan, sesungguhnya kedua duanya terjadi hanya didalam waktu singkat. Setelah tertegun sejenak. Cuan im an segera menerjang maju lagi ke depan secepat sambaran petir, pedangnya segera diangkat bersiap-siap melancarkan serangan lagi. Sedangan Ko thian seng Lo Liang yang dipaksa mundur sejauh tiga langkah pun segera mendengus dingin, kemudian secepat kilat tangan kanannya merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan sebuah ruyang berantai perak sambil siap-siap melancarkan serangan. "Kalian cepat kembali" Tiba-tiba Beng Kiam-hoo berteriak keras. Sementara itu Cuan im-an Li Goan tong sudah menyadari kalau kehebatan ilmu silat perempuan berbaju hitam itu jauh melebihi kemampuannya, sekalipun ia bekerja sama dengan Kho thian seng Lo Liang, betul tak sampai kalah, namun harapan untuk meraih kemenanganpun tipis sekali.... -ooo0O0ooo- ITULAH sebabnya begitu mendengar suhengnya memanggil dia lantas menarik kembali pedangnya dan bersama-sama Ko thian seng mengundurkan diri dari situ. Dalam pada itu, perempuan berbaju hitam tadi sudah berada lima enam kaki didepan ruangan, mendadak diapun menghentikan langkahnya. Beng Kian ho sebagai tuan ruman juga berdiri didepan ruangan dengan wajah serius, dalam anggapannya pihak lawan pasti akan mengatakan sesuatu setelah berhenti. Siapa tahu meski sudah dinantikan sekian lamapun, perempuan berbaju hitam yang membawa baki perak itu masih tetap tidak maju maupun berbicara dia hanya berdiri disana tanpa bergerak barang sedikitpun jua. Habis sudah kesabaran Beng Kian hoo, dengan wajah serius pelan-pelan dia berkata: "Sobat, sebenarnya apa tujuanmu?" Perempuan berbaju hitam itu masih saja membungkam dalam seribu bahasa. "Bu liang siu hud" Mendadak Keng hian tojin bangkit berdiri, setelah memberi hormat kepada Beng Kian hoo, katanya. "Kalau toh kedatangan Thian Sat nio disebabkan benda yang dibegal dari perusahaan Ban li piaukiok milik suteku, lebih baik biar pinto saja yang menanyai dia" Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Begitu tojin itu berdiri, Keng jin tojin, Bwe hoa kiam Thio Kun kai serta Lakjiu im seng Thio Man turut bangkit berdiri pula. Dengan demikian maka orang yang berada di meja perjamuan sebelah kiri telah bangkit berdiri. Sebaliknya di meja perjamuan sebelah kanan, hanya Ma koan lojin Thi lohan Kwong beng hwesio, si Naga tua berekor botak To Sam seng serta sastrawan berbaju hijau saja yang masih tetap duduk ditempat semula tanpa bergerak. Berbarengan dengan berdirinya Keng hian tojin, si Golok pengejar angin Hee ho Nian segera tertawa seram seraya berkata. "Heeeeh , , , heeeh ..heeeh . , . mengapa kita mesti memperdulikan siapakah Thian Sat nio itu, selamanya locu memang tak kenal rasa kasihan, kalau budak ingusan ini masih berani berlagak sok rahasia didepan kita lebih baik di habisi dulu nyawanya." Sambil membentak keras tubuhnya segera menyerobot didepan Keng hian tojin dan menerjang keluar dari ruangan itu. Si perempuan berbaju hitam itu masih tetap berdiri tak berkutik sehingga tetap ditempat semula, walaupun paras mukanya yang tertutup kain kerudung hitam itu tak nampak jelas, akan tetapi pada saat si Golok pengejar angin Hee ho Nian menerjang keluar dari ruangan tengah itu ia segera mendengus dingin- Dengusan dingin itu dinginnya luar biasa, pada hakekatnya tidak mirip suara dengusan manusia, sehingga mendatangkan perasaan bergidik bagi siapapun yang mendengarnya. Mendadak ... dia mengangkat lengan kanannya, kemudian mengeluarkan telapak tangannya yang berwarna putih dari balik ujung bajunya yang lebar. Tangan itu kelihatan sangat indah, putih bersih dan lembut dengan jari-jari tangan yang ramping dan halus, diatas kukunya tampak pula cat kuku berwarna merah. Cukup dilihat dari telapak tangan itu saja dapat diketahui kalau perempuan berbaju hitam itu selain masih muda, kemungkinan sekali wajahnya Cantik jelita bak bidadari dari kahyangan. Tiba-tiba perempuan berbaju hitam itu mengambil sebuah golok Liu yap-to sepanjang tujuh inci dari atas baki peraknya, kemudian segera dilemparkan ketengah udara. Sekarang semua orang baru tahu, rupanya isi baki perak itu adalah pisau terbang, pisau terbang Liu yap bui to yang sudah pernah menyambar masuk kedalam ruangan. Tapi, mengapakah dia melemparkan pisau terbang itu ketengah udara? Apa maksudnya ?? Suatu peristiwa aneh pun terjadi pada saat itu. Ternyata perempuan berbaju hitam itu memiliki suatu kepandaian ilmu melepaskan pisau terbang yang sangat lihay, ketika melemparkan pisau terbangnya tadi, senjata tersebut tertuju keatas tanpa menimbulkan sedikit suarapun, tapi ketika pisau itu berada ditengah udara, entah bagaimana berputarnya tahu tahu sudah meluncur kembali kebawah dengan disertai desingan tajam yang amat memekikkan telinga. "Sreeeet..." Serentetan cahaya bianglala berwarna perak secepat kilat menyambar ke muka dan menerjang ke dada si Golok pengejar angin Hee ho Nian. Kang pak siang kiat merupakan gembong2 dari golongan hitam yang cukup termashur namanya di wilayah utara sungai besar, sebagaijagoan kenamaan yang sudah banyak tahun malang melintang dalam2 dunia persilatan, tentusaja reaksi dari si Golok pengejar angin Heeho Nian cukup cekatan. Ketika ia menyaksikan si perempuan berbaju hitam itu mengambil pisau terbang sambil melemparkan ke tengah udara tadi, diam2 ia sudah waspada, maka tatkala dilihatnya pisau terbang itu tertuju ke dadanya- kontan saja ia tertawa terbahak bahak. "Haaahhh ... haaahhh , ... haaahhh ... rupanya kaU hanya memiliki kepandaian semacam ini..." Sambil mengangkatpergelangantangannya, dia memutar golok Yan leng to miliknya sambil menyambut datangnya sambaran pisau terbang tadi. Suara bentakan belum lagi habis diutarakan dengan mendadak terdengar suara benturan nyaring bergema memecahkan keheningan- .."Traaang Traaang " Menyusul berkumandang pula suara jeritan ngeri yang menyayatkan hati. Cahaya perak menyambar lewat lalu lenyap. secepat sambaran kilat pisau terbang liu yap-hui- to tadi sudah menembusi dada si Golok pengejar angin Hee ho Nian, kemudian setelah membentuk gerakan setengah busur melayang balik kembali keatas baki perak yang berada ditangan perempuan berbaju hitam itu. Semua peristiwa ini berlangsung dalam sekejap mata, baru saja pisau terbang itu "Traang "jatuh kembali diatas baki perak. dipihak lain tubuh si Golok pengejar angin Hee ho Niaa telah roboh terjengkang diatas tanah dengan darah segar bercucuran membasahi seluruh permukaan tanah. Padahal sewaktu bertarung melawan Tok Hay ji tadi, semua orang sempat melihat permainan golok berantai dari si Golok pengejar angin cepat bagaikan sambaran kilat dengan perubahan yang tak terlukiskan dengan kata-kata. Siapa tahu dalam kenyataannya sekarang, dalam waktu yang begitu singkat dan cepat dia telah tewas diujung pisau terbang lawan, Menyaksikan saudara angkatnya tewas, Si Dewa raja kuda Ku Tay tong menjadi berang, dengan sepasang mata berwarna merah menyala bentaknya keras-keras. "Budak keparat, serahkan selembar jiwamu" Sepasang kakinya segera menjejak tanah sambil menubruk kearah perempuan berbaju hitam itu, begitu orangnya tiba golok pun tiba, dengan ganas dia menusuk dada perempuan berbaju hitam itu. Kali ini semua orang tak sempat menyaksikan bagaimana caranya perempuan berbaju hitam itu turun tangan hanya terdengar desingan angin tajam yang menyertai kilatan cahaya tajam membelah angkasa, tahu-tahu pisau terbang itu kembali sudah beraksi. cahaya perak berkelebat lewat, jeritan ngeri berkumandang saling menyusul, dan kemudian "Tiaang" Pisau terbang tadi sudah melayang balik keatas baki perak. Dewa raja kuda Ku Tay tong yang berperawakan tinggi besar itu tahu-tahu sudah roboh terkapar diatas tanah, darah segera menyembur keluar dari punggungnya. Peristiwa ini benar-benar menggetarkan hati setiap orang, kontan saja paras muka semua orang berubah hebat. Dengan sorot mata yang tajam tapi jeli, perempuan berbaju hitam itu memandang Sekejap ke arah dua sosok mayat yang terkapar ditanah itu, kemudian sambil mendengus jengeknya. "Walaupun kau sanggup menghindari beribu ribu kali bacokan tetapi jangan harap bisa menghindari bacokan dari Thian Sat nio" Suaranya dingin menyeramkan seakan-akan angin dingin yang berhembus keluar dari dalam gudang es, setiap patah kata dapat membekukan suasana, membuat setiap orang merasakan hatinya bergidik. Paras muka Tok Hayji berubah manjadi pucat pias seperti mayat. sambil bersembunyi dipojok ruangan tengah, jeritnya berulang kali dengan suara-keras. "Pembantaian sudah dimulai... pembantaian sudah dimulai..." "Siancay, Siancay ..." Keng hian tojin merangkap tangannya didepan dada sambil menjura ke langit, kemudian dengan kening berkerut dia meloloskan pedangnya dari sarung dan menegur dengan suara nyaring. "Nona, siapakah kau, hatimu sungguh amat keji dan buas, terpaksa pinto harus mencoba sampai dimanakah kekejaman dari pisau terbangmu." Begitu dia meloloskan pedangnya, terdengar "cri ing" "cri ng" Keng jin tojin, Bwe hoa kian Thio Kun kai serta Lakjiu im eng Thio Man bersama-sama meloloskan pula pedangnya . Suasana tegang segera menyelimuti seluruh ruangan, nampak suatu pertarungan sengit segera akan berlangsung disana. Ma koan tojin yang selama ini memejamkan matanya dengan wajah hambar, mendadak mendongakkan kepalanya dan memandang sekejap kewajah semua orang, kemudian bentaknya keras-keras. "Toyu dariBu tong pay harap tunggu sebentar." Keng hian tojin tertegun, kemudian sambil menjura dia bertanya. "To tiang masih ada petunjuk apa ?" Ma koan tojin tertawa seram, katanya. "Aku lihat dibelakangan perempuan ini tampak masih ada seorang jago lihay yang mengendalikan pisau terbang itu " Mendengar perkataan itu, si Naga tua berekor botak To Sam seng segera tertawa ter- bahak2. "Haahh ...haaah - ..lohu tidak percaya dengan segala macam permainan setan" Dia segera melejit ketengah udara, kemudian bagaikan seekor burung rajawali raksasa ecepat kilat dia meluncur ke bawah dan menerjang batok kepala perempuan berbaju hitam itu. Keng hian tojin sebetulnya sudah tiba didepan pintu ruangan, tapi berhubung dilihatnya si Naga tua berekor botak sudah menyerang mendahului dia, terpaksa ia harus mengurungkan niatnya. "Blaaammm ..." Semua orang tak sempat melihat jelas apa yang terjadi, didepan ruangan telah terjadi suara benturan keras yang memekikkan telinga, menyusul kemudian tampak angin puyuh menderu-deru menyapu seluruh jagad. Sambil melayang turun ke atas tanah, si naga tua berekor botak To Sam seng segera membentak keras. "Bangsat, siapa yang telah menyergap lohu?" Ternyata dalam waktu yang amat singkat, di-hadapan telah bertambah lagi dengan sesosok tubuh manusia. orang itupun seorang manusia aneh berbaju serba hitam yang hanya nampak sepasang matanya saja. Sejak beradu tenaga dengan musuhnya ditengah udara barusan, si Naga tua berekor botak To Sam seng sudah merasakan betapa sempurnanya tenaga dalam yang dimiliki orang itu, diam-diam dia tertegun, kemudian dengan sinar memancarkan cahaya berkilat, dia tertawa terkekeh kekeh. "IHeehhh ... heeeehhh ... heeeehhh ... bagus, bagus sekali ..." Sambil bergelak maju kedepan, sebuah pukulan dahsyat kembali dilontarkan kedepan. Si Naga tua berekor botak To Sam seng sudah lama menjagoi wilayah Huan yang, tentu saja kepandaian silat yang dimilikinya luar biasa sekali. Tampak tubuhnya melompat kedepan sejauh beberapa kaki, ketika telapak tangannya diayunkan kedepan, secara tepat sekali mengancam dada manusia aneh berbaju hitam itu. Kelima jari tangannya setengah ditekuk dan kemudian dengan telapak tangan, ia cengkeram tubuh manusia aneh berbaju hitam itu, selain gerakan cepat, jurus ancamannya juga aneh, kesempurnaan tenaga dalamnya jarang sekali dijumpai di-dunia ini. Melihat pihak lawan menerjang tiba, manusia berbaju hitam itu tidak berdiam diri belaka, sambil memutar badan diapun melepaskan sebuah bacokan kemuka. Begitu pertarungan berlangsung, kedua belah pihak sama-sama saling menyerang dengan kecepatan yang luar biasa, sedemikian cepatnya sehingga sukar untuk di kuti dengan pandangan mata, Dalam waktu singkat hawa pembunuhan menyelimuti seluruh arena, jangan toh terkena serangan secara telak. sekalipun tersambar oleh ujung baju masing-masingpun bisa jadi akan mengakibatkan suatu kematian yang mengerikan. Pertempuran ini segera memancing perhatian dari semua orang yang berada dalam arena itu, melihat kelihayan dari jalannya pertarungan, semua orang segera menahan napas sambil membelalakan matanya lebar-lebar. Bila menjumpai suatu gerakan yang indah atau hebat, semua orang bersorak memuji, tapi bila menjumpai keadaan yang menegangkan syaraf, semua orang membelalakan mata dengan pandangan terkesiap. Ditengah ketegangan yang mencengkam seluruh jagat itulah, mendadak berkumandang suara desingan angin tajam memekikkan telinga. "Sreeeet..." Menyusul kemudian jeritan ngeri yang memilukan hati berkumandang dalam ruangan... "Blaaamm" Seseorang kembali jatuh kelantai dan menemui ajalnya secara mengerikan- "Traaaaag" Itulah utara pisau terbang Liu yap to yang jatuh kembali keatas baki perak. Semua orang merasakan hatinya tercekat dan buru-buru berpaling, ternyata yang jadi korban kali ini ialah cuan iman Li Goan tong wakil Congpiautau dari perusahaan An wan piaukiok ia dijumpai sudah terkapar ditanah bermandikan darah segar. Tak bisu disangkal lagi, dadanya telah ditembusi oleh pisau tarbang Liu yap hui to, atau dengan perkataan lain, perempuan berbaju hitam itu lagi- lagi meminta korban. Melihat adik seperguruannya tewas secara mengenaskan, Beng Kian ho menjerit keras, kemudian bentaknya. "Budak keparat, lohu akan beradu jiwa denganmu!!" Sepasang telapak tangannya segera diayunkan kedepan, kemudian kakinya menginjak tanah dan menerjang ke muka. Ting ci kang menjadi terperanjat sekali setelah menyaksikan kejadian tersebut. Ia tahu Beng Kiaa ho sebagai tuan rumah tentu takkan menggembol senjata, padahal perempuan berbaju hitam itu memiliki ilmu silat yang sangat lihay, dia kuatir sahabatnya itu tertimpa musibah. Tanpa sangsi lagi dia mencabut keluar sebatang senjata Bin cong pitnya dan menerjang pula ke depan, teriaknya. "Beng loko, serahkan saja budak ini kepada siaute" Semua kejadian itu berlangsung dalam waktu singkat, baru saja Beng Kian ho menerjang ke muka, mendadak terdengar seseorang membentak dengan suara merdu. "Kembali" Segulung cahaya putih meluncur datang diri depan wuwungan rumah, namun tak nampak jelas bayangan apakah itu hanya terasa desingan angin tajam menyambar datang dan tahu tahu ia tak sempat untuk berkelit lagi. Dengan gusar Beng Kian ho membentak keras, sepasang telapak tangannya segera didorong ke depan menghantam bayangan itu dengan sepenuh tenaga. Pada saat itu, hawa amarah Beng Kian ho sudah mencapai pada puncaknya, tanpa perdulikan segala sesuatu lagi dia menyerang dengan sepenuh tenaga, kedahsyatannya cukup untuk menghancurkan sebuah batu gunung ... Siapa tahu, baru saja tenaga serangannya dilontarkan kemuka, bagaikan menumbuk diatas sebuah benda yang amat lunak saja, ketika tubuhnya termakan oleh getaran lawannya yang pelan, badannya segera rontok kembali keatas tanah. Dengan hati tertegun dia lantas mendongakkan kepalanya memperhatikan benda yang menyerang dirinya dari wuwungan rumah sebelah depan itu, ternyata dia adalah seorang manusia berbaju putih yang kurus kecil dan mengenakan pakaian serba putih dengan kain kerudung berwarna putih pula ... Ditangan orang berbaju putih itu membawa sebuah angkin (ikat pinggang) sepanjang belasan kaki yang menari-nari diudara seperti bianglala, waktu itu orang tapi sedang bertarung melawan Ting ci kang. Bagaimanapun juga Beng Kian ho adalah seorang kenamaan, tentu saja dia enggan untuk bertarung dua lawan situ, dengan cepat dia meninggalkan lawannya itu dengan menerjang kearah si perempuan berbaju hitam. Siapa tahu baru saja dia menggerakan tubuhnya manusia berjubah putih itu sudah membentak keras. "Berhenti kau ini..." Angkin warna warni itu mendadak menyambar kedepan di ringi suara desingan angin tajam kemudian dengan dahsyatnya menggulung ke-arah tubuh Beng Kian ho. Keris Maut Karya Kho Ping Hoo Pedang Pusaka Thian Hong Karya Kho Ping Hoo Jaka Galing Karya Kho Ping Hoo