Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bego 3


Pendekar Bego Karya Can Bagian 3


Pendekar Bego Karya dari Can   Tentu saja tak seorangpun yang memperhatikan Ong It sin, ketika anak muda itu muncul sambil membawa dua orang.   Melihat semua orang tidak menggubris dirinya, Ong It sin segera berteriak keras.   "Hei, pamanku ada dimana? Kalian tahu tidak. pamanku sekarang berada dimana?"   Sambil berteriak, ia berkeliaran diantara kerumunan orang banyak. Seorang laki-laki bercambang segera mendorong pemuda itu sambil menegur.   "Heh .... apa yang kau kaok-kaokkan? Hati-hati kalau dimaki oleh cengcu ... ."   Kena didorong oleh laki laki bercambang itu, Ong It sin maju dengan sempoyongan, hampir saja ia jatuh terjerembab. Cepat-cepat ia menjaga keseimbangan badannya, begitu dapat berdiri tegak segera sahutnya.   "Paman tidak akan memaki aku lagi, coba kau lihat, siapakah dua orang yang kubawa ini?"   Sekarang semua orang baru memperhatikan dua orang manusia yang dibawa oleh Ong It sin itu, dari potongan badan mareka yang berbaju putih, tentu saja semua orang tahu bahwa kedua orang itu bukan manusia sembarangan.   Tapi semua orang juga tahu hebatnya kungfu pemuda itu, pikir mereka jika dua orang berbijuputih itupun bisa jatuh ke tangan Ong It Sin, berarti juga kalau kedua orang itu bukan manusia lihay seperti yang disangka semula.   Sebab itu, paras muka semua orang tidak menunjukan rasa heran, malah sebiliknya sambil menyengir sinis mereka balik bertanya.   "siapa sih kedua orang itu"   "Aku bukan sedang menakuti, tapi terus terang nya saja mereka adalah dua diantara empat manusia sesaat dari Ciong lay"   Begitu perkataan itu diutarakan, gelak tertawa yang amat riuh berkumandang dari segala penjuru tempat.   "Hei, apa yang kalian tertawakan?"   Seru Ong It sin keheranan.   "Tak usah melepaskan kentut anjing disini"sela laki laki bercabang itu.   "barusan ceng cu sendiri berhasil menawan seorang diantara Ciong lay sushia setelah melangsungkan pertarungan yang sengit sekarang kau mengaku menangkap dua orang....... Huuuh Memangnya ilmu silatmu jauh lebih hebat daripada cengcu?"   Ong It sin jadi orang paling jujur, selama hidup boleh dibilang tak pernah bohong, diapun paling benci terhadap orang yang suka berbohong, maka ketika dilihatnya semua orang tidak percaya dengan perkataannya, ia jadi sangat gelisah.   Dengan muka yang bewarna merah membara teriaknya.   "Hei, mereka benar benar adalah dua orang di antara empat sesat Ciong lay su shia Kalau kalian tidak percaya akupun tak akan banyak berbicara, segera kutemui paman untuk menyerahkan sendiri kedua orang ini kepadanya."   Sambil berkata ia lantas putar badan dan siap siap berlalu dari sana .......   Gelak tertawa kembali berkumandang memecahkan keheningan, tiba tiba seorang laki laki bermuka segi tiga tampil ke muka, lalu kakinya dilintangkan ke muka untuk menggaet kaki Ong It sin yang sedang melangkah.   Ong It sin tak menyangka kalau kakinya bakal di gaet orang, ia sedang maju dengan langkah lebar ketika kakinya tergaet tak ampun lagi keseimbangan badannya jadi hilang dan ....."Bluuuk"   Ia terjerembab keatas tanah dengan muka mencium tanah.   Melihat pemuda itu tak dapat menghindarkan diri dari gaetan orang hingga ia jatuh mencium tanah, tapi mulutnya berani bicara sesumbar dengan mengatakan dia berhasil menangkap dua orang diantara Ciong lay su shia, tak tahan lagi semua orang kembali tertawa terbahak bahak.   Tapi gelak tertawa itu hanya berlangsung tengah jalan, lalu secara tiba-tiba berhenti dan suasana diliputi keheningan yang menyeramkan ......   Apa yang terjadi? Ternyata pada saat itulah dalam gelanggang telah terjadi suatu perubahan yang sama sekali diluar dugaan.   Kiranya sewaktu Ong It sin terjerembab jatuh ketanah tadi, gerakan pertama yang dia lakukan adalah menahan permukaan tanah dengan sepasang tangannya.   Ketika tangannya menahan permukaan tanah, secara otomatis lengannya terpentang lebar dan dua orang manusia berbaju putih yang ada dalam kempitanpun terjatuh ketanah.   "Bluuuk Bluuuk"   Ketika jatuh ketanah, secara kebetulan pula muka kedua orang manusia berbaju putih itu menghadap ke bawah dengan punggung menghadap keatas, maka sewaktu mencium tanah, ujung hidungnya itu menumbuk permukaan tanah pula keras-keras.   Dengan demikian, jalan darah mereka yang tertotok pun segera menjadi bebas kembali.   Seperti telah diketahui, dua orang manusia berbaju putih itu berwatak buas, hati mereka sudah dibikin gusar setelah dua kali berturut turut jalan darah mereka tertotok tanpa sebab.   Maka dikala hawa murni mereka dapat mengalir kembali dengan lancar, mendengar pula gelak tertawa orang banyak disekelilingnya, kegusaran mereka semakin memuncak.   Sambil meraung keras, tiba-tiba dua orang itu melompat bangun, yang seorang segera menyambar kaki laki laki bercambang itu, sedang yang lain menyambar kaki si laki laki bermuka segi tiga yang menjegal kaki Ong It sin tadi.   Padahal waktu itu semua orang sedang bertepuk.   tangan sambil tertawa tergelak.   sudah tentu tak ada yang akan menduga kaluu secara tiba-tiba mereka bakal disergap orang.   Menanti kedua orang itu merasa kalau kakinya di tangkap orang dan menyadari kalau gelagat tidak menguntungkan, keadaan sudah terlambat.   Bersamaan dengan berdirinya dua orang manusia berbaju putih itu, lengan mereka segera digetarkan untuk mengangkat tubuh ke dua orang itu ke udara.   "Praaak"   Batok kepala dua orang laki laki itu segera beradu dengan kerasnya di udara.   Ketika dua orang manusia berbaju putih itu mengangkat korbannya ke udara tadi, gelak tertawa semua orang sudah terhenti.   Menyusul kemudian, sewaktu batok kepala dua orang itu saling beradu jerit kaget berkumandang silih berganti.   Tapi keadaan kembali sudah berubah, diiringi suara benturan keras.   Dua orang itu bisa jadi jagoan lihay dalam perkampungan Li keh ceng tentu saja ilmu silat mereka tidak masuk golongan yang berilmu rendah, tapi peristiwa itu benar benar terjadi diluar dugaan siapapun, jangankan untuk menghindarkan diri, untuk mengeluarkan ilmu silat mereka yang lihaypun tak sempat, tahu tahu nyawa mereka sudah keluar lenyap.   semua orang yang hadir disana tak ada yang berkutik semua orang berhenti tertawa.   Mereka tak tahu apa yang harus dilakukan, semua orang hanya berdiri dengan mulut melongo.   Dua orang manusia berbaju putih itu tertawa seram, mereka putar badan dan berbareng meleset ke arah muka.   Sambil menerjang maju ke depan, sepasang tangan mereka sama sekali tidak berdiam diri dan ...."Plak Plak Plak Plak"   Empat orang jago yang kebetulan berada disekitar mereka segera termakan oleh pukulan yang maha dahsyat itu hingga terpental kebelakang Pukulan itu betut-betul disertai dengan tenaga serangan yang maha dahayat, ketika keempat orang itu terhajar hingga mencelat ke udara, mereka menjerit kesakitan, darah kental muncrat keluar dari mulutnya, hal ini menunjukkan babwa ke empat orang itu kalau bukan mati, paling sedikit juga sudah menderita luka yang parah.   Seandainya pada waktu itu si Dewa perak Li Liong berada disana, maka dibawah komandonya keadaan pasti tak akan sekalut itu, tapi sekarang Li Liong tidak berada disitu, meskipun jumlah jago lihay yang berkumpul disatu banyak sekali, ular yang tak berkepala tak bisa jalan, demikian pula keadaannya dengan jago-jago itu.   Kecuali itu, yang jelas semua orang sudah dibikin keder lebih dulu oleh perbuatan dua orang manusia berbaju putih itu, melihat dua orang rekannya sudah terbunuh dan empat orang rekan lainnya terluka parah, nyali semua orang jadi ciut.   Mereka bukan saja tak berani maju untuk mengurung dua orang manusia berbaju putih itu, malah sebaliknya dengan wajah ketakutan masing-masing mengundurkan diri untuk mencari selamatnya sendiri Diantara sekian banyak orang yang mundur ke belakang, tiba-tiba muncul sesosok bayangan manusia yang justru menyerbu kedepan dan langsung menghampiri dua orang manusia berbaju putih itu.   Orang itu bukan lain adalah Ong It-sin Ketika anak muda itu berhasil merangkak bangun dari tanah, peristiwa telah berlangsung lebih jauh, bukan saja dua orang jago mati terbunuh, empat jago terluka parah, semua orang malah mundur dengan ketakutan.   Pemuda yang tolol ini masih belum menyadari kalau keadaan sudah berubah jadi gawat, ketika dilihatnya dua orang manusia berbaju putih itu berusaha lari ke depan menjauhinya, dia lantas menyangka kalau tawanannya itu hendak kabur menggunakan kesempatan itu.   Dengan hati yang gelisah cepat cepat dia menerobos keluar dari kerumunan orang banyak, lalu sambil menyongsong ke dua orang itu teriaknya keras keras.   "Hei, kalian berdua jangan kabur dulu. ayoh ikut aku menghadap pamanku ."   Sebenarnya suasana pada saat itu diliputi jeritan kaget yang ramai, tapi setelah Ong It sin tampil ke depan, seketika itu juga suasana berubah jadi hening, semua orang dibuat tertegun saking kaget dan herannya .......   Ong It sin sering kali bergaul dengan kawanan jago yang berdiam di perkampungan Li keh ceng tersebut, boleh dibilang semua orang tahu kalau ilmu silatnya cetek sekali.   Dan kini, semua orang juga tahu kalau kepandaian silat yang dimiliki dua orang manusia berbaju putih itu hebatnya bukan kepalang, bahkan mereka merupakan manusia buas yang tak berperikemanusiaan.   Maka ketika semua Oraug melihat Ong It sin menampilkan diri untuk menyongsong dua orang tersebut, rata-rata semua orang menyumpah dalam hati kecilnya.   "Sialan bocah dungu itu, kami saja takut untuk menghadapi kedua orang itu, kau malah maju menghampirinya. Hmm Bukankah keadaan ini ibaratnya domba yang menyongsong harimau? Menghantar kematian sendiri dengan cuma-cuma?"   Ong It sin meski dungu, semua jago dari Li keh ceng meski gemar menggodanya.   tapi kebanyakan tidak menaruh perasaan jahat kepadanya, maka ketika mereka saksikan pemuda itu menghantarkan diri kemulut harimau, seketika itu juga ada tujuh delapan orang diantaranya berteriak dengan perasaan kuatir.   "Hei cepat kembali Cepat kembali"   Ong It sin sama sekali tidak menggubris teriakan itu, selangkah demi selangkah dia maju terus hingga sampai tepat dihadapan dua orang manusia berbaju putih itu.   Selama anak muda itu maju ke depan, dua orang manusia berbaju putih itupun tidak melakukan gerakan apa- apa, mereka hanya mengawasi pemuda itu dengan pandangan dingin.   Begitu sampai dihadapan musuhnya, Ong It sin segera berteriak keras.   "Hmm ..... Belum cukup membakar perkampungan Li keh ceng, kalian bunuh orang lagi disini, perbuatan semacam ini betul-betul berbuatan yang pantas dijatuhi hukuman mati Hayo cepat menyerahkan diri dan ikut aku menghadappaman. Perbuatan kalian hanya bisa ditebus setelah dijatuhi hukuman yang setimpal oleh paman"   Dikala Ong It sin mengucapkan kata-kata tersebat, kawanan jago lihay perkampungan Li keh-ceng yang berada dibelakangnya cuma bisa saling berpandangan, hampir saja mereka anggap si anak muda itu sudah sinting, maka ia dapat mengucapkan kata-kata sinting seperti itu.   Dua orang manusia berbaju putih itu juga tak tahu asal usul dari Ong It sin, sekalipun dengan sangat mudah anak muda itu berhasil mereka robohkan, tapi dihadapannya juga jalan darahnya berulang kali kena ditotok .......   Dalam keadaan demikian, sulitlah bagi kedua orang manusia berbaju putih itu untuk menentukan apakah musuhnya itu betul betul tolol atau cuma pura pura tolol belaka.   Hening sesaat kemudian, mereka saling berpandangan sekejap kemudian tegurnya.   "Siapa pamanmu?"   "Kamu belum kenal dengan pamanku? Dia tak lain adalah Gan sin Li Liong, cengcu dari perkampungan Li keh ceng yang amat tersohor itu"   Mendengar jawaban tersebut, dua orang manusia berbaju putih itu terkesiap.   "oooh...jadi orang iri keponakannya Li Liong"   Pikir mereka kemudian.   "wah, kalau begitu ilmu silatnya tentu hebat sekali, dan lagaknya yang ketolol totolan itupun cuma lagak yang disengaja"   Berpendapat demikian, serentak mereka membentak keras, sambil menerjang ke muka, lengan mereka menyambar kemuka mencengkeram bahu si anak muda itu.   Ong It sin berseru tertahan, tubuhnya bergerak kebelakang siap menghindarkan diri.   Tapi gerakan tubuh orang itu sesungguhnya cepat luar biasa, baru saja pemuda itu bergerak mundur ujung jari tengah mereka sudah menempel di atas bahunya dan menyentil satu kali.   Termakan oleh sentilan tajam tadi, sekujur badan Ong It sin jadi kaku dan kesemutan, jangankan berkelit, untuk bergerakpun sukar rasanya.   Menyusul kemudian, dua orang manusia berbaju putih itu menerjang maju makin kedepan, lima jari mereka yang terpentang lebar langsung mencengkeram bahu anak muda itu.   Ong It sin menjerit keras.   "Hei, kamu berdua ...."   Teriakan itu baru diutarakan sampai tengah jalan, ketika secara tiba-tiba ia saksikan paras muka kedua orang musuhnya berubah hebat, sambil melepaskan cengkeramannya buru-buru mereka mundur ke belakang.   Begitu merasakan bahunya dilepaskan dan melihat juga kedua orang itu memandang kearahnya sambil mundur kebelakang berulang kali, Ong It-sin merasa punya kesempatan untuk menyerang balik, sepasang tangannya laptas diayun ke depan balas mencengkeram bahu kedua orang laki-laki itu.   Seandainya bukan manusia setolol Ong It sin yang menghadapi keadaan seperti itu, mereka pasti tahu kalau dua orang manusia berbaju putih itu sudah tertotok jalan darahnya, karena sepasang mata mereka terbelalak lebar dengan tubuh yang kaku.   Tapi sayang yang menghadapi keadaan itu justru adalah manusia setolol Ong It sin, dengan dasar ilmu silatnya yang amat cetek, sudah barang tentu ia tak tahu kalau kedua orang itu sudah tertotok dia malah mengira musuhnya takut ditangkap olehnya maka mundur dengan ketakutan.   Dengan muka yang sengaja dibengis bengiskan dia menyerobot maju ke depan kemudian dengan menggunakan segenap tenaga yang dimilikinya, ia cengkeram bahu mereka berdua.   Dalam keadaan tertotok jalan darahnya, sudah tentu dua orang manusia berbaju putih itu tak mampu menghindarkan diri dari cengkeraman Ong It sin, tak ampun lagi dada mereka sudah cengkeram erat erat.   "Hmm ... Akan kulihat kamu berdua mau kabur ke mana lagi"   Bentaknya keras keras.   Sejak Ong It sin menerobos keluar dari kerumunan orang banyak.   sampai ia berhasil menangkap dua orang manusia berbaju putih itu, waktu yang digunakan hanya sekejap mata.   Menanti anak muda itu berhasil mencengkeram dada ke dua orang musuhnya, lalu berpaling kawanan jago yang berada disekeliling tempat itu hanya bisa membelalakkan matanya lebar lebar dengan mulut melongo, semua orang merasa baru saja sadar dari suatu impian yang aneh.   Ong It sin yang tolol sudah tentu tidak mengerti apa sebabnya itu, bahkan ia tak pernah berpikir sampai kesitu, dengan suara yang keras dia segera berteriak lantang.   "Hei, pamanku berada dimana? Aku hendak membawa dua orang manusia sesat ini menjumpai pamanku" 00000dw00000   Jilid 3 SEKARANG tak ada orang yang merasa sangsi lagi kalau ada orang manusia berbaju putih itu adalah dua diantara empat manusia sesat dari Ciong lay, karena begitu turun tangan tadi, dua orang manusia berbaju putih itu sanggup melukai empat orang dan membunuh dua orang dalam waktu singkat.   Semua orang mengakui bahwa ilmu silat yang dimiliki dua orang manusia sesat itu luar biasa sekali dan kepandaian mereka tak mungkin bisa menandingi mereka.   Ong It sin sudah mengulangi pertanyaan-nya sampai beberapa kali, tapi suasana tetap hening, tak seorangpun diantara kawanan jago itu yang menjawab pertanyaannya.   Yaa, pada hakekatnya kawan jago itu sudah di buat tertegun, bahkan tercengang oleh kehebatan Ong It sin siapapun tak menyangka kalau pemuda yang selama ini dianggap tolol dan tak berilmu itu sanggup menaklukkan dua orang manusia sesat yang begitu lihay, bahkan dua orang sesat itu kelihatan ketakutan ketika pemuda tersebut menghampirinya.   Sudah tentu mereka tak tahu kalau kedua orang berbaju putih sudah tertotok lebih dulu jalan darahnya sebelum kena ditangkap oleh Ong It sin, mereka malah menyangka Ong It sin yang ketolol tololan itu sebetulnya adalah seorang jago silat yang berilmu tinggi.   Untuk sesaat lamanya, semua orang jadi teringat kembali akan perbuatan-perbuatan mereka diwaktu lampau dimana mereka sering kali mempermainkan pemuda itu.   Bagi mereka yang menggoda saja, saat ini hanya merasakan hatinya bingung dan tak tahu apa yang musti diperbuat, tapi bagi mereka yang pernah bersikap keras dan berbuat jahat kepada pemuda itu sekarang jadi ketakutan setengah mati sampai sampai peluh dinginpun mengucur keluar membasahi tubuhnya.   Selang sesaat kemudian, dua orang laki-laki berusia lima puluh tahunan munculkan diri dengan sikap ketakut- takutan, begitu sampai dihadapan Ong It sin, dengan munduk munduk mereka berkata.   "Ong kongcu, kau betul-betul seorang jago lihay yang pandai menyimpan diri, sehingga kami sekawanan jago silat kasaran pun kena di kelabuhi semua"   Selama hidup diperkampungan Li keh ceng, Ong It sin sudah terbiasa dipanggil dengan sebutan "bocah kunyuk"   Atau "si tolol"   Kalau tidak juga dipanggil tanpa sebutan nama tapi hanya "has haa hei hei"   Belaka, belum pernah ia dipanggil orang dengan sebutan "kongcu". Dan sekarang, muncul dua orang yang membahasai dirinya dengan sebutan "ong kongcu"   Ong It sin lantas mengira kalau mereka bukan sedang berbicara dengan dirinya, maka diapun ikut berpaling ke belakang.   Tapi ketika matanya memandang ke belakang, ternyata disitu tak ada orang lain, ini membuat anak muda itu jadi keheranan.   Sementara itu dua orang yang mengajak dia berbicara itu segera berprasangka kalau Ong It sin tak senang hati dan tak sudi memaafkan perbuatan mereka dimasa lalu, maka dia pura pura berpaling kebelakang.   Paras muka mereka berubah hebat, cepat serunya lagi.   "Ong kongcu, dahulu meski kami sering menggoda engkau, itupun cuma bersifat gurauan belaka, masa engkau tak sudi memaafkan kekhilafan kami semua?"   Ong It sin berpaling kembali, sekarang dia baru tahu kalau dua orang laki lak berusia lima puluh tahunan itu sedang mengajak dia berbicara, tapi pemuda itu tidak terlalu memperhatikan isi pembicaraan lawan, hanya dengan wajah kaget bercampur keheranan dia bertanya.   "Kalian....kalian sebut aku dengan panggilan apa?"   Dua orang itu semakin tersipu sipu.   "Ong kongcu bagaimanapun juga engkau adalah sanak keluarga dari Li cengcu, sekali pun kami membahasai engkau dengan sebutan kongcu, rasanya hal itu juga pantas, apa lagi yang perlu kau herankan?"   "Kongcu ... ? Kongcu ... ?"   Ulang Ong It sin sampai beberapa kali, tiba tiba wajahnya berseri.   "Aaaah Kalian semua memang terlalu sungkan sungkan, oya pamanku sekarang ada dimana?"   Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Cengcu berada didalam lembah kecil sebelah depan sana"   Buru-buru semua orang berebut memberi keterangan.   "ia sedang memeriksa perempuan berambut panjang itu, harap kongcu segera kesitu"   Malah ada juga yang segera berseru.   "Biar kami yang membawa jalan untuk kongcu"   Untuk sesaat suasana jadi kacau hiruk pikuk penuh suara manusia, semua orang berusaha membaiki Ong It sin, semua orang berusaha mencari muka, melihat ini membuat si anak muda itujadi gelagapan sendiri "Eeehh eeh...   kalian tak usah repot-repot, biar aku pergi sendiri saja Biar aku pergi sendiri saja"   Sambil mengempit dua orang tawanannya, pemuda itu sebagai seorang jagoan yang berilmu sangat tinggi maka dikala Ong It sin menolak semua orang mengikuti di belakangnya maka tak seorang pun yang mengikutinya.   Kurang lebih sepuluh kaki kemudian, pemuda itu mendengar suara bentakan bentakan dari Li Liong berkumandang datang diri depan sana.   Cepat cepat Ong It sin menuju ke tempat berasalnya suara itu, setelah menikung disebuah selat yang sempit, akhirnya pemuda itu saksikan perempuan berambut panjang tadi diikat disebuah batu cadas dengan rotan-rotan yang berduri.   Sementara Li Liong serta beberapa orang jago andalannya sedang membentak-bentak dihadapannya, tapi perempuan berambut panjang itu cuma membungkam dalam seribu bahasa.   Begitu masuk kedalam lembah, Ong It sin segera berteriak keras.   "Paman Paman, aku telah datang"   Tanpa berpaling Li Liong membentak marah.   "Mau apa kamu kesini Enyah cepat-cepat dari hadapanku"   Ong It sin rada tertegun, tapi dengan cepat serunya kembali.   "Tapi Coa tayhiap suruh aku membawa kedua orang ini ke sini, kedua orang itu adalah orang orang dari Ciong Lay su-shia"   Li Liong melengak lalu berpaling, diliriknya sekejap dua orang manusia yang ada dikempitan Ong It sin, kemudian sekali lompat kedepan, dua orang itu sudah dirampasnya.   "Coa tayhiap ada dimana?"   Tegurnya lagi.   "Coa tayhiap terkena pukulan beracun yang di lepaskan dua orang itu, dia sudah pergi merawat lukanya"   "Ehmm Cepat kau pergi dari sini, jangan pergi ke sembarangan tempat"   "Tapi kedua orang itu. ...   "   Belum hasil dia berkata, Li Liong kembali sudah membentak.   "Tak usah banyak bicara, cepat pergi dari sini. Di tempat ini sudah tak ada urusanmu"   Ong It sin sangat tersinggung oleh bentakan pamannya, ia makan hati, tapi tak berani berkata apa apa terpaksa dengan wajah murung dia mengundurkan diri ke depan mulut lembah sempit tersebut.   Sementara itu Li Liong sudah membentak dengan suara lantang.   "Aku harap satu diantara kalian bertiga mau buka untuk berbicara terus terang kau tidak .... Hmm Jangan salahkan kalau kukubur kalian begitu dalam keadaan hidup hidup,"   Begitu mendengar bentakan dari pamannya itu tiba tiba Ong It Sin berhenti, kemudian sambil berpaling ia berseru.   "Paman, kau tak bisa menyalahkan mereka bertiga"   Kemarahan yang berkorban dalam benak Li Liong ketika itu sudah hampir tak terkendalikan, ia jadi semakin naik darah begitu mendengar Ong It sin ikut menimbrung dari samping.   "Enyah kau dari sini"   Jeritnya.   "kalau tidak. jangan salahkan kalau kutendang dirimu sampai ke luar kuning telurnya"   Seandainya Ong It Sin agak pintar, waktu itu dia pasti sudah mengambil langkah seribu.   Tapi pada dasarnya ia memang goblok lagipula tololnya tak ketulungan, pemuda itu merasa kalau ucapan yang tersimpan dalam hatinya tidak di utarakan keluar maka rasanya kata-kata tersebut merupakan tulang yang mengganjal dalam tenggorokkan, tak enak rasanya sebelum diutarakan keluar.   Maka sekalipun badannya mundur lagi beberapa langkah dari situ, mulutnya tetap berseru.   "Paman, kalau jalan darah mereka belum dibebaskan, bagaimana mungkin mereka bisa berbicara? Dan mana boleh kau salahkan ketiga orang itu?"   Sewaktu dilihatnya Ong It Sin masih juga ngebacot tiada habisnya, dengan penuh kemarahan Li Liong benar-benar hendak mengejar pemuda itu untuk menyepaknya keluar dari selat tersebut.   Tapi setelah mendengar seruan tersebut dan ia merasa perkataan itu ada benarnya juga, serta merta jagoan dari Li keh ceng ini jadi termangu.   Sejak perkampungan Li keh ceng yang dibangunnya dengan susah payah dibakar orang, kemarahan yang berkobar dalam dada Li Liong hampir saja membuat jago itu jadi kalap.   Untung dia adalah seorang jago kawakan yang berpengalaman luas, kemarahan tersebut sedikit demi sedikit dapat dikendalikan kembali, hingga pikirnya juga sampaijadi kalut.   Sejak membelenggu perempuan berambut panjang itu diatas batu cadas, ia telah menggunakan pelbagai cara untuk membebaskan jalan darah si perempuan berambut panjang yang tertotok itu dia ingin mengorek pelbagai keterangan dari perempuan itu agar mengetahui siapa dalang yang berada dibelakang mereka.   Tapi hasilnya ternyata nihil, perempuan berambut panjang itu tetap membungkam dalam seribu bahasa.   Sudah tentu Li Liong juga dapat menduga kalau hal ini kemungkinan besar disebabkan jalan darahnya belum dibebaskan, tapi setelah berpikir lebih jauh, ia merasa hal ini hanya disebabkan oleh satu alasan yakni pihak lawan pura pura berlagak mampus.   Maka ketika mendengar perkataan dari Ong It Sin itu, hatinya jadi tergerak.   dengan mata melotot segera bentaknya.   "Darimana kau bisa tahu?"   Ong It Sin sudah terbiasa dibuat ketakutan menghadapi pamannya, melihat Li Liong mendelik, saking takutnya dia malah tak mampu mengucapkan sepatah katapun.   "Hayo bicara"   Bentak Li Liong lagi.   "Eeh... eeh... untuk untuk membebaskan jalan darah kedua orang ini, kita harus menuding hidungnya sambil memaki maki, kalau dia sudah kenyang kita maki, tentu jalan darahnya akan bebas dengan sendirinya ......."   Sudah puluhan tahun Li Liong berkelana dalam dunia persilatan, pelbagai kejadian aneh dan berita aneh pernah dia alami, tapi belum pernah menjumpai kejadian seaneh yang dialaminya hari ini.   "Kentut busuk bapakmu"   Kontan saja dia memaki dengan dahi yang berkerut kencang.   "Tidak paman, benar benar bukan kentut busuk bapakku, kalau tidak percaya boleh dicoba"   Ngotot Ong It sin.   Sekali lagi Li Liong terbelalak keheranan.   Yaa terlalu banyak kejadian aneh yang dialaminya hari ini.   Pertama, tiga orang yang mengaku bernama Ciong Lay su shia mencatut nama empat iblis sesat yang telah mati lama.   Kedua, tanpa sebab musabab yang jelas mereka membakar perkampungan keluarga Li.   Dan ketiga, dalam usaha pengejarannya atas perempuan berambut panjang, tiba tiba jalan darahnya ditotok orang, meski dia sudah berusaha dengan segala kemampuan yang dimilikinya bukan saja tidak diketahui siapa pembantunya itu, diapun gagal membebaskan jalan darahnya.   Atas dasar beberapa kejadian aneh itu, siapa duga kalau perkataan dari Ong It Sin bukan cuma bualan belaka? Berpikir sampai disitu, dia lantas mengangkat si laki laki baja putih yang berada ditangan kanannya.   "Kalau begitu, kau boleh membebaskan dulu jalan darah orang ini"   Perintahnya kemudian. Ong It sin tak berani membantah, dia maju ke muka, lalu sambil menuding ujung hidung orang berbaju putih, dia, mulai melontarkan kata kata makiannya.   "Monyet jelek. kalau cuma membakar perkampungan keluarga Li mah terhitung dosa yang enteng, barusan ketika ada dilembah keluarga Li, kenapa kau bunuh Thio samya dan Hi toako, Kenapa kau lukai juga empat orang jago lihay dan perkampungan kami? Monyet jelek. dosamu sudah bertumpuk tumpuk, jiwamu tak boleh diampuni lagi"   Sementara itu Li Liong agak tertegun ketika mendengar ucapan tersebut.   "Peristiwa itu kapan terjadinya?"   Dia lantas bertanya.   "Barusan saja"   Kembali Li Liong menengok sekejap pada dua orang manusia berbaju putih itu, dia lihat bukan saja sinar matanya tajam, lagi pula kedua keningnya menonjol ini membuktikan kalau mereka adalah jago jago lihay yang mempunyai tenaga dalam amat sempurna.   Tentu saja dengan dasar tenaga dalam sesempurna itu, bukan mustahil jika jago-jago perkampungannya dibantai mereka, tapi segera timbul pula suata kecurigaan dihati kecil Li Liong.   "Andaikata jago jago perkampungannya benar-benar dibantai mereka, lantas siapa pula yang berhasil membekuk kembali dua orang manusia berbaju putih ini?"   Dengan perasaan ingin tahu dia lantas bertanya.   "Lalu siapa yang kemudian membekuk mereka lagi?", Ong It sin tertawa jengah.   "Heeehhh ..... .heeehhh... heeehhh... siapa lagi paman? sudah tentu aku. Begitu aku maju ke depan, mereka lantas kubekuk batang lehernya."   Mendengar jawaban itu, Li Liong merasa yaa geli, yaa dongkol, dia cuma bisa gelengkan kepalhanya sambil mengeluh.   "Ong-It sin... wahai Ong It sin ... sebetulnya kau tidak terhitung orarg yang sama sekali tak berguna, sebab jelek jelek begini kau masih termasuk orang yang jujur. Tapi sekarang, ....oh, rupanya kau mulai pandai membual, mendingan kalau bualannya masuk diakal, ibaratnya tong kosong bunyinya nyaring, kau memang mirip sekali dengan katak buduk dalam sumur, tak tahu diri"   "Paman, Aku tidak bohong"   Teriak Ong It sin sambil mencak mencak karena gelisah.   "sungguh, Aku tidak bohong, pokoknya kalau aku sampai bohong, biar anak keturunanku ditumpas"   "Telur busuk bapakmu"   Bentak Li Llong jengkel. Ong It Sin makin gelisah, apalagi ketika mengetahui kalau pamannya tidak percaya, maka kepada orang berbaju putih itu dia berteriak.   "Hei, katakan kepada pamanku, bukankah aku yang menangkap kalian, berdua ....."   Sambil berkata ditonjoknya ujung hidung orang berbaju putih itu keras keras: Dengan ditonjoknya ujung hidung tersebut, secara otomatis jalan darah si laki laki baju putih yang tertotokpun menjadi bebas kembali, bagitu merasa aliran darahnya berjalan lancar kembali, serta merta orang itu meronta dengan sepenuh tenaga.   Waktu itu Li Liong baru saja akan mencaci maki kebodohan Ong It sin, ketika merasakan timbulnya tenaga yang amat besar menerjang telapak tangan kirinya, dia jadi kaget, apalagi tenaga rontaan itu sedemikian kuatnya sehingga hampir saja kelima jari tangannya terlepas dari cengkeraman.   Sambil membantak keras Li Liong memperkencang cengkeramannya, lalu lututnya disodok keatas tepat menghantam jalan darah Wi kiu hiat di tubuh lawan.   Padahal waktu meronta dari cekalan orang tadi laki laki berbaju putih sudah menyiapkan sebuah pukulan dahsyat, untung sodokan Li Liong menghantam jalan darah Wi kiu hiatnya lebih dahulu, sehingga dengan begitu hawa murninya kembali menjadi buyar, meski akhirnya pukulan itu sempat mampir dibadan Li Liong, pukulan itu sudah tidak berarti lagi .....   Kejut dan kagum Li Liong melihat kelihayan lawannya, dan tak menyangka kalau orang masih sanggup melepaskan serangan dahsyat kendatipun bahunya sudah dicengkeram.   Setelah musuh tak berkutik, dia membaringkan pula laki laki berbaju putih itu yang ada ditangan kirinya, lalu punggung orang itu diinjak dengan kaki.   Bersamaan itu juga dan melepaskan kembali sebuah totokan yang tepat menghantam dijalan darah Leng tay hiat.   Dalam keadaan begini, orang berbaju putih itu benar benar mati kutunya, dan tak mampu berkutik lagi.   "Bajingan keparat"   Hardik Li Liong kemudian "siapakah kalian? Siapa yang menitahkan kalian membuat keonaran disini?"   "Heeehhh ..... heeehhh... hheeehhh... kami adalah Ciong lay su shia, empat manusia sesat dari bukit Ciong lay ....... Li cengcu Masa kau tidak tahu?"   Seru laki laki berbaju putih sambil memperdengarkan suara tertawanya yang menggidikkan hati.   "Huuh, Ciong lay su shia sudah mampus sejak dulu, dari mana munculaya Ciong lay su shia lagi?"   Meski sudah terjatuh ditangan lawan, ternyata orang berbaju putih tak mau kalah bersilat lidah, kembali dia berkata.   "Yang mampus memang tak bisa bangkit lagi dari liang kuburnya, tapi kau jangan salah sangka, Ciong- Lay su shia yang kau hadapi sekarang adalah Ciong lay su-shia kelompok baru, ilmu silat kami justru jauh lebih hebat dari pada Ciong lay su-ahia yang sudah koit, tahukah kau?"   Li Liong tertawa dingin.   "Heee... heeehhh... heeehhh... apa gunanya ilmu silat yang hebat? Toh akhirnya jatuh pula ke tanganku"   Ejeknya.   "Memangnya kau yang berhasil menangkap kami?"   Dengus orang berbaju putih itu.   Tertegun Li Liong setelah mendengar perkataan itu, yaa, jangankan dua orang manusia berbaju putih itu, bahkan si perempuan berambut panjangpun bukan hasil tangkapannya sendiri.   Li Liong masih termangu, manusia berbaju putih itu telah berkata lagi.   "Lebih baik lepaskanlah kami bertiga selekas mungkin, dengan begitu selembar jiwamu akan selamat, kalau sampai guruku mendapat tahu dan menyusul kemari, aku kuatir kau sendiripun akan turut mampus"   Kembali Li Liong merasakan hatinya tergetar keras.   "Siapakah guru kalian?"   Ia bertanya kemudian Manusia berbaju putih itu tertawa seram.   "Heeehhh....heeehhh... heeehhh....siapakah gurunya Ciong lay su shia? Li cengcu, kau toh bukan anak kemarin sore yang tak punya pengetahuan apa apa, masa soal ini saja tidak tahu dan harus ditanyakan kepada kami?"   "Jadi say siujin mo (manusia iblis berkepala singa) si makhluk tua itu masih hidup didunia ini?"   Pekik Li Liong saking terkejutnya. Sekali lagi manusia aneh berbaju putih memperdengarkan suara tertawa anehnya yang menggidikkan hati.   "Heeehhh... heeeehhh... heeehhhh... kecuali dia, siapa lagi yang pantas menjadi guru kami?"   Perasaan bergidik gelombang menerpa perasaan jago tua dari perkampungan keluarga Li ini, kendatipun ilmu silat yang dimilikinya cukup lihay, kedudukannya terhormat, pergaulannya luas dan dia bukan seorang manusia yang takut urusan, tetapi mendengar nama say siujin mo disinggung, entah apa sebabnya perasaan takut yang luar biasa hebatnya menyelimuti seluruh benak dan perasaannya.   Tentu saja hal ini sebagian besar disebabkan karena kepandaian silat dari Say siu jin-mo terlampau tinggi, tindak tanduknya terlampau buas dan cara kerjanya demikian menakutkan.   Yaa, meskipun pada beberapa tahun berselang say siu jin mo sudah dikerubuti begitu banyak jago lihay dari pelbagai perguruan sehingga tubuhnya terjatuh ke dalam jurang, meskipun lebih banyak nasib buruk daripada nasib baik, tapi mayatnya tak pernah ditemukan oleh siapapun, dan peristiwa itu membuat banyak orang persilatan tidak tenang.   Selama beberapa tahun belakangan ini, orang masih berusaha menemukan mayat say siu jin mo di sekitar jurang, semua orang ingin membuktikan apakah dia benar benar sudah mati atau belum.   Tapi kini, jawabannya sudah muncul dengan sendirinya, bukan saja say-siujin mo belum mati malah sudah menerima empat orang murid untuk mengacau dunia persilatan.   Lama sekali Li Liong berdiri tertegun, dia tak tahu bagaimana harus menyelesaikan persoalan ini, melepaskan manusia manusia baju putih itukah? Atau tidak melepaskan mereka.   Dengan perasaan bimbang dia lantas, bertanya lagi.   "Mengapa kalian memilih perkampungan keluarga Li sebagai sasaran yang pertama?"   Manusia berbaju putih itu tertawa dingin.   "Heeehhh.... heeehhh.. heeehhh... nama besar perkampungan keluarga Li sudah tersohor sampai dimana mana, kalau kita basmi perkampungan ini, maka tidak sampai tiga lima hari kemunculan suhu kami dalam dunia persilatan pasti akan diketahui oleh setiap umat persilatan di dunia ini ....   Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "   Keadaan Li Liong ketika itu sungguh amat sulit, bukan saja ia merasa serba salah, pikirannya juga teramat kalut.   Seandainya dia hendak membinasakan ketiga orang itu, pada hakekatnya hal tersebut bisa dilakukan segampang membalikkan telapak tangan ......   Tapi jika ketiga orang itu dibunuh, niscaya say siujin mo tak akan berpeluk tangan, iblis itu pasti akan berdaya upaya untuk membalaskan dendam bagi kematian murid-muridn Hingga kini jago-jago persilatan masih belum tahu akan kemunculan makhluk tua itu, tentu saja Li Liong tidak tahu bagaimanakah sikap khalayak ramai terhadap makhluk tua tersebut.   Seandainya semua orang berhasrat untuk bekerja sama guna melenyapkan makhluk tua itu, sudah barang tentu Li Liong juga tak akan takut untuk membinasakan ketiga orang itu.   Tapi hati manusia lebih dalam dari samudra, siapa tahu Kalau jiwa orang persilatan jaman sekarang adalah jiwa tempe, kalau mereka pada takut terhadap iblis tua itu lantas mengambil sikap mencuci tangan dari urusan orang lain? Yaa, kalau semua orang mencari selamatnya buat diri sendiri, sudah tentu dia harus bertarung sendiri melawan iblis lihay tersebut Dan inilah yang paling dikuatirkan Li Liong.   Rupanya maausia berbaju putih itu dapat menebak suara hati Li Liong, dia berkata.   "Li cengcu, kemunculan suhuku pada kali ini berbeda jauh dengan keadaannya dulu, sebab beliau telah berhasil menguasahi ilmu Kiu thian to-sou kang (ilmu sembilan langit kekuatan sakti) suatu kepandaian kaum sesat yang paling tinggi"   "Kiu thian to sou kang? Bukankah ..... bukankah....ilmu sesat itu sudah lama lenyap dari peredaran dunia persilatan?"   Bisik Li Liong setelah tertegun sejenak. Manusia berbaju putih itu tertawa dingin.   "Mau percaya atau tidak terserah kepadamu sendiri, pokoknya kami hanya ingin tahu, sebenarnya kau hendak melepaskan kami atau tidak? Jawab saja terus terang"   Li Liong menjadi ragu ragu, untuk sesaat lamanya dia tak tahu bagaimana harus mengatasi keadaan tersebut. Ong It Sin kembali berlagak sok pintar, tiba tiba, ia menyela dari samping.   "Paman, siperempuan rambut panjang dan dua orang manusia berbaju putih itu sudah membantai orang orang kita, bagaimanapun juga mereka tak boleh dilepaskan, sebab kalau sampai mereka dibiarkan pergi, jago jago dalam perkampungan keluarga Li kita tentu akan ikut ludas"   Jangan dianggap Ong It sin itu bodoh, ternyata apa yang diucapkan memang cukup beralasan.   Seperti yang dia katakan barusan, seandainya Li Liong sampai melepaskan ketiga orang itu, bukan saja nama baik perkampungan keluarga Li akan ternoda dan tak sanggup tancapkan kaki lagi dalam dunia persilatan, sekalipun para jagonya juga bakal buyar dan tak sudi mengikuti dirinya lagi.   Li Liong menjadi semakin tertegun, akhirnya sambil menggigit bibir dia menyahut.   "Apa yang kau ucapkan memang benar"   Selama berhadapan dengan pamannya, Ong It-sin hanya tahu dimaki dan disalahkan belum pernah ia mendengar kata-kata semacam ini, maka setelah mendengar perkataannya saking gembiranya ia sampai mencak mencak seperti orang edan.   Tiba tiba dari arah belakang berkumandang suara langkah kaki manusia yang berat.   Ong It sin segera berpaling, dijumpainya seseorang sedang memasuki lembah tersebut dengan langkah yang lambat.   Tapi begitu diketahui siapa gerangan orang itu, kontan saja Ong It sin berdiri terbelalak.   untuk sesaat lamanya hampir saja ia tidak percaya dengan pandangan mata sendiri, sedang orang itu lambat laun semakin mendekat kehadapannya.   Kekagetan dan ketertegunan Ong It sin bukan lantaran orang itu mempunyai bentuk wajah yang aneh, bukan orang itu malah memiliki muka yang cukup keren, berwibawa dan masih setengah umur lagi.   Akan tetapi Ong It sin masih teringat cukup jelas, ia pernah berjumpa dengan orang itu jadi kali ini adalah untuk kedua kalinya mereka bertemu.   Hanya, pertemuan yang pertama kali dulu, pemuda itu merasa orang bukan manusia sungguhan, dia menganggapnya sebagai si patung pemujaan dalam kuil bobrok.   Yaa, tak salah lagi orang itu memang patung pemujaan dalam kuil bobrok yang pernah digunakan untuk berteduh dari curahan hujan ketika dia dalam perjalanan, pulang ke perkampungan keluarga Li belum lama berselang .........   Waktu itu, ketika dia bertemu dengan patung pemujaan tersebut, memang pernah timbul perasaan heran pada Ong It Sin, dia merasa patung itu mirip manusia hidup, akan tetapi, oleh karena patung itu sama sekali tak bergerak.   anak muda itupun tidak melakukan pameriksaan dengan lebih seksama.   Dan kini, secara tiba-tiba ia berhadapan dengan sesosok "patung"   Yang secara mendadak berubah menjadi manusia hidup, malah berjalan menuju kearahnya pula, bagaimana mungkin hatinya tidak kaget? Bagaimana mungkin hatinya tidak tercekat? Kalau Ong It sin melulu heran saja karena menganggap patung pemujaan dapat berjalan sendiri, maka lain halnya dengan Li Liong, ia terkejut bercampur ngeri, ditatapnya kemunculan orang itu dengan mata melotot.   Bayangkan saja, langkah orang itu kendatipun tampaknya sangat lambat dalam kenyataan enteng dan penuh berisi kekuatan, siapapun sebagai ahli silat akan segera mengetahui bahwa orang itu adalah seorang jago tangguh yang memiliki tenaga luar maupun tenaga dalam yang sempurna, apalagi Li Liong memang memperhatikan secara bersungguh-sungguh.   Selain daripada itu, raut wajah laki laki setengah baya itu cukup keren dan berwibawa, sama sekali tidak mengandung hawa kesesatan, timbul kesan baik Li Liong terhadapnya.   Maka sambil memberi hormat dia menyapa.   "siapa saudara?"   Waktu Li Liong menyapa, laki- laki setengah umur itu sudah berhenti kurang lebih beberapa kaki dihadapan lawannya, lalu menjawab.   "Namaku tiada artinya bagimu, lebih baik tak usah disinggung"   "Kalau begitu apa maksud kedatangan saudara ....   "   "Aku datang dengan membawa satu pengharapan dari saudara"   Tukas laki laki itu sebelum pihak lawan menyelesaikan kata katanya. Li Liong agak tertegun, ia masih belum paham maksud kedatangan laki laki setengah umur itu, maka tergelaklah jago dari keluarga Li ini.   "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... kalau memang mempunyai suatu pengharapan, apa salahnya kalau diutarakan keluar?"   "Ketiga orang ini adalah sahabat sahabatku"   Kata laki- laki setengah umur itu kemudian sambil menuding ke arah dua orang lelaki berbaju putih dan perempuan berambut panjang itu.   "sekalipun mereka telah berbuat kesalahan hingga di tangkap Li cengcu, toh kesalahan yang mereka lakukan tidak terlampau berat, karena itu aku minta agar Li cengcu bersedia membebaskan mereka"   Sekalipun nadanya bersifat mintakan ampun, tapi cara mengungkapkan kata katanya cukup ketus dan kasar, sedikitpun tidak berniat untuk minta secara baik baik, Dikala laki-laki itu menyinggung tentang "ke tiga orang itu", paras muka dewa perak Li Liong yang putih keperak perakan sudah agak berubah, apalagi setelah mendengar perkataan yang sifatnya setengah memaksa kontan saja ia tertawa dingin tiada hentinya.   "oooh..Jadi kalau begitu, engkaupun salah seorang diantara Ciong lay su shia?"   Ejeknya.   "Benar"   Orang itu mengangguk.   "Dengan cara yang brutal kalian berempat telah membakar perkampungan keluarga Li hingga hancur berantakan, Heeehhh ....heeeehhh...heeehh... memangnya kau anggap peristiwa tersebut dapat kusudahi dengan begitu saja hanya berdasarkan beberapa patah katamu itu?"   Dalam perkiraan Li Liong dampratan yang cukup pedas dan terang-terangan ini paling sedikit akan membuat pihak tawan gelagapan dan tak mampu menjawab, siapa tahu laki-laki setengah umur itu malah tertawa tergelak.   "Haaahhh .... haahhh... haaahhh... Li cengcu"   Demikian serunya.   "kendatipun kami telah membakar perkampungan keluarga Li, toh nyawamu telah kami ampuni, hal ini sudah merupakan suatu kehormatan bagimu .......apalagi yang kau harapkan .....?"   Sebaik-baiknya watak Li Liong, setebal-tebalnya iman jago tersebut, meledak juga hawa amarahnya sesudah mendengar perkataannya, dia membentak keras, sepasang telapak tangangnya segera ditepukkan satu sama lainnya keras keras ......   "Criiiing "   Bagaikan ada dua batang besi baja yang saling membentur, serentetan suara nyaring berkumandang memekikkan telinga, menyusul kemudian telapak tangannya didorong berbareng ke depan.   Gulungan angin pukulan yang maha dahsyat segera, menyapu ke tubuh lawan ibaratnya amukan ombak samudra dilanda angin puyuh.   Pada dasarnya kaki Li Llong memang menginjak diatas dada dua orang laki laki berbaju putih itu, dengan dikerahkannya tenaga untuk melancarkan serangan tersebut, secara otomatis tenaga injakannya pada dada kedua orang itupun bertambah berat.   Padahal kedua orang lelaki berbaju putih itu tergeletak dengan jalan darah yang masih tertotok.   untuk saja mereka tak sanggup untuk membendung datangnya daya tekanan yang maha dahsyat itu dengan mengerahkan tenaga dalamnya, tak ampun, lagi isi perut mereka terluka dan darah kental segera menyembur keluar dari mulutnya.   Rasa dendam Li Liong terhadap keempat orang ita sudah merasuk hingga ketulang sumsum, meskipun dia tahu bahwa injakan yang berkelanjutan akan mengakibatkan hilangnya nyawa dua orang lelaki berbaju putih itu, tapi dalam keadaan seperti ini, tak sempat lagi si Dewa perak Li Liong untuk memikirkan soal ikatan dendam itu, apa yang dipikirkan kini hanya bagaimana caranya menaklukkan lawan.   Setelah serangan yang pertama dilancarkan, secara beruntun dia melancarkan kembali tiga buah pukulan berantai, pukulan demi pukulan dilancarkan dengan kekuatan yang besar.   Berubah hebat paras muka laki-laki setengah umur itu ketika dilihatnya dua orang lelaki berbaju putih muntah darah, dengan tubuh yang tetap menegak mendadak dia melambung keatas udara.   Tubuhnya meluncur setinggi tujuh delapan depa ke udara, dengan gerakan itu terhindarlah dia dari serangan gelombang pertama yang dilancarkan Li Liong.   Tapi jagoan dari perkampungan keluarga Li ini bukan orang bodoh, serentak serangannya gelombang kedua diarahkan ke atas.   Padahal tubuh laki laki setengah umur itu masih berada ditengah udara, dengan tibanya gulungan angin pukulan yang maha dahsyat dari Li Liong ini, semestinya sulit bagi orang itu untuk menghindarkan diri Li Liong lantas beranggapan bahwa serangan ke dua yang dilancarkan ini niscaya akan berhasil mendesak turun musuhnya, atau paling sedikit memaksanya berada di bawah angin.   Laki laki setengah timur itu memang teramat hebat, bukan saja gerakan tubuhnya secepat sambaran petir, anehnya bukan kepalang, d ika la pukulan dari Li Liong menghantam ke atas, mendadak ia menarik hawa murninya sambil memberosot turun, seperti batu yang dijatuhkan dari tengah udara, tubuhnya langsung meluncur ke bawah.   Waktu melambung ke udara gerakannya sudah terhitung cepat, apalagi waktu meluncur ke bawah kecepatannya semakin luar biasa.   "Blaaaaaang....."   Tahu-tahu tubuhnya sudah mencapai permukaan tanah, dengan demikian serangan gelombang kedua dari Li Liong kembali mengenai sasaran yang kosong.   Perubahan tersebut sungguh diluar dugaan Li Liong, cepat-cepat arah serangannya dirubah kembaki ke bawah, sayang gerakannya terlambat satu tindak.   Laki-laki setengah umur itu tidak berpeluk tangan belaka, begitu badannya mencapai permukaan tanah, kedua jari tangan kanannya serentak menyentil kedepan melancarkan dua totokan udara kosong.   "sreeet sreeet "   Setajam bacokan golok, desingan angin jari itu menyerang jalan darah Wi tiong hiat.   Berada dalam posisi yang sulit, apalagi ancaman musuh berada didepan mata, mau tak mau terpaksa Li Liong harus mundur ke belakang, begitu tubuhnya berkelit kesamping, ia menggeser dua langkah, dengan demikian semakin jauhlah dia tinggalkan dua orang lelaki berbaju putih.   Tampaknya serangan maut yang dilancarkan lelaki berusia setengah umur itu cuma bermaksud untuk memaksa mundur Li Liong dan menyelamatkan jiwa kedua orang rekannya dapat dilihat dari gerakan selanjutnya yang dilakukan orang itu.   Dikala Li Liong mundur, dia maju sambil mengebutkan ujung bajunya, segulung tenaga pukulan yang lembut segera menyapu tubuh laki laki berbaju putih dan melemparkan mereka beberapa kaki jauhnya dari tempat semula.   Begitu selesai mengebaskan pukulannya, sambil sedikit miringkan badan dia melancarkan kembali sebuah pukulan untuk menyambut datangnya ancaman.   Kebetulan pada waktu itu Li Liong sedang melepaskan pukulan dahsyat gelombang ke tiganya.   Dengan selisih jarak tujuh sampai delapan depa antara dua orang yang sedang bermusuhan itu, tak mungkin sepasang telapak mereka saling beradu satu sama lainnya.   Tapi kekuatan serangan yang dilakukan kedua orang itu memang terlampau dahsyat, buktinya ketika kedua gulung angin pukulan itu mencapai tengah jalan, suatu benturan dahsyat tak terhindarkan lagi .   "Blaang"   Diiringi ledakan keras yang memekikkan telinga, himpunan tenaga pukulan membuyarjadi beberapa jalur serangan, seketika itu juga timbul sapuan angin taupan yang menyebar ke delapan penjuru.   Baik Dewa Li Liong maupun lelaki setengah umur, kedua-duanya merupakan tokoh persilatan kelas satu dalam dunia persilatan, tentu saja tenaga pukulan yang dilakukan mereka dalam bentrokan tersebut tak kalah hebatnya.   Pertama-tama Ong It sin yang tak tahan, dengan sempoyongan dia mundur sampai beberapa langkah, bahkan delapan belas langkah kemudian belum juga henti, sebaliknya Li Liong maupun lelaki setengah umur cuma tergetar sedikit saja untuk kemudian masing-masing pihak terlibat kembali dalam pertarungan yang seru.   Dalam pada itu Ong It sin sudah mundur dua tiga puluh langkah lebih, ia sudah berada didalam sebuah gua sebelum gerakan mundurnya betul betul terhenti.   Tapi sebelum berdiri tegak.   badannya kembali menjadi gontai, dan "Bluuk"   Ia jatuh terduduk. Ong It Sin melongo, kemudian pikirnya.   "Aduuh mak, hebat benar pukulan itu ....."   Dia berusaha untuk merangkak bangun, sebelum maksudnya kesampaian, tiba-tiba dari belakang terdengar seseorang tertawa cekikikan.   "Waduh, ada emas lantakan segede gajah"   Serunya dengan suara yang lembut dan merdu, jelas suara seorang gadis.   Sekalipun sudah biasa digoda dan dipermainkan orang, tak urung merah padam juga wajah Ong It sin karena jengah, buru-buru dia merangkak bangun sambil berpaling ke belakang.   Tapi setelah dia menoleh kebalik gua tersebut, kembali sianak muda tertegun.   Barusan dengan jelasnya dia mendengar ada orang mentertawakan dirinya, malah mencemooh lagi, tapi setelah dia berpaling kearah berasalnya suara itu, ternyata tak kelihatan seorang manusia pun.   Gua itu memang sangat dalam, gelap gulita lagi, sudah tentu bagi manusia semacam Ong It sin yang berilmu cetek tak dapat melihat jauh lebih ke dalam, jadi adakah seseorang dibalik gua, dia sendiripun tidak tahu.   Dalam keadaan begini, Ong It sin cuma bisa meringis simbil menyengir kuda.   "sobat, jangan mentertawakan aku dong"   Keluhnya.   "sekalipun aku jatuh terduduk. tapi .......heeehhh....heeehhh... heeehhh....pantatku kan tidak sampai sakit"   Sekali tolol selamanya tetap tolol, demikian halnya dengan Ong It sin.   Seandainya dia tidak memberi pembelaan, keadaannya masih mendingan, tapi begitu dia membela diri ketahuanlah ketolol tololannya.   Kontan saja gelak tertawa cekikikan kembali berkumandang dari balik gua.   Menyusul tertawa cekkikan tadi, kedengaran seorang gadis berkata dengan suara yang lembut.   "suko, coba lihat orang itu, menarik sekali Haaahhh .... hhhaaahhh....haaahhh... rupanya sebelum pohon besi dapat berbunga, dia tak akan merasa puas"   "Huuuh. Apanya yang menarik dengan orang tolol seperti itu?"   Jengek laki laki muda lainnya setengah menghina.   "lebih baik tak usah gubris" 0-dw-0 "SUKO, coba kau lihat mimik wajahnya, Hiiihhh... hiiihhh... hiiihhh...   "   Tiba-tiba gadis itu tertawa cekikikan lagi sebingga perkataannya kembali terpotong.   Ong It sin melongo seperti orang tolot, dia mencoba untuk meraba wajahnya, meraba bibirnya yang tebal, hidungnya yang "mekar", lalu melongo-longo lagi, dia tak tahu keanehan apakah yang terdapat diatas wajahnya sehingga menimbulkan gelak tertawa si nona.   Makin panik anak muda itu makin keras gelak tertawa si nona, sebab tingkah laku Ong It sin ketika itu tak ubahnya seperti monyet kena terasi, yaa, bayangkan sendiri kalau seseorang bertampang jelek tiba-tiba panik dihadapan anak muda, keadaannya pasti runyam.   Akan tetapi, Ong It sin tidak merasakan gelak tertawanya itu sebagai suatu cemoohan atau penghinaan haginya, sebab tertawa si nona begitu merdu, begitu menawan hati, ibaratnya keliningan berbunyi nyaring.   Akhirnya anak muda itu malah tertawa sendiri sapanya.   "Eeeh, siapa kalian? Kenapa bersembunyi di dalam gua?"   Baru saja ia menyelesaikan kata katanya, tiba-tiba gelak tertawa si nona berhenti, menyusul kemudian Ong It-sin merasakan tibanya segulung hembusan angin tajam yang menerpa wajahnya, tahu-tahu dihadapannya telah bertambah dengau sesosok manusia.   Ong It sin kaget sebab secara tiba-tiba muncul seseorang yang berdiri sedemikian dekat dengan dirinya, tanpa sadar serta merta dia mundur ke belakang.   Tapi, baru saja tubuhnya akan bergerak mundur, tahu- tahu bagian dadanya sudah dicengkeram orang.   Padahal Ong It sin belum sempat menyaksikan bagaimanakah raut wajah orang itu, merasa dadanya dicengkeram orang, dia berkaok-kaok sambil mencaci maki.   Baru sampai ditengah jalan caci makinya, kembali bahunya terasa kaku, ternyata jalan darah Ciao keng hiatnya sudah tertotok pula.   Dengan tertotoknya jalan darah itu, praktis 0ng It sin tak mampu berkutik, apa yang bisa di lakukan sekarang hanya pasrah, pasrah pada nasib dan membiarkan badannya diseret orang masuk ke dalam gua.   Beberapa kaki setelah berada dibalik gua, sipemuda merasakan pandangan matanya menjadi gelap.   jangankan benda di sekelilingnya untuk melihat kelima jari, tangan sendiri saja sukarnya bukan kepalang.   Di tengah kegelapan, tiba-tiba ia mendengar suara gadis itu berkumandang lagi.   Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "suko, buat apa kau bekuk sitolol itu?"   "Hmmm."   Pemuda itu mendengus.   "tempat persembunyian kita sudah diketahui si tolol ini, kalau tidak kita bekuk batang lehernya, rahasia ini pasti dia uarkan ditempat luaran"   Mendengar perkataan itu, Ong It Sin lantas membatin.   "Oooh ..... rupanya kalian berdua takut tempat persembunyiannya ketahuan orang, yaa, kata paman siapa yang suka bermain sembunyi-sembunyian dia pasti bukan orang baik"   Waktu dia masih melamun, kembali kedengaran si nona berkata lagi.   "suko, aku lihat orang ini cukup jujur, asal kita minta kepadanya agar jangan menguarkan rahasia kepada orang lain, dan dia bersedia mengabulkannya niscaya rahasia kita tak akan diberitahukan olehnya kepada siapapun"   Bungah juga hati Ong It sin sehabis mendengar perkataan itu, rasa gembiraya bukan kepalang tanggung sampai sampai rasa sakit ditubuhnya yang membentur sudut guapun tidak dirasakan lagi, segera pikirnya.   "Nona itu baik sekali, dia dapat mendalami perasaanku, itu berarti dia memang cocok dengan jiwaku, bagaimanapun juga aku harus berkenalan dengannya, bila perlu akupun harus bersahabat karib dengannya."   Sepanjang hidupnya baru pertama ini terlintas dalam benaknya niat untuk bersahabat dengan seorang nona, seketika itu juga muncullah suatu perasaan yang aneh dalam hatinya. Dalam pada itu pemuda tadi sudah berkata lagi.    Patung Dewi Kwan Im Karya Kho Ping Hoo Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo Pusaka Gua Siluman Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini