Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bego 36


Pendekar Bego Karya Can Bagian 36


Pendekar Bego Karya dari Can   Dengan meredanya serangan dari kawanan iblis perkumpulan Ki thian kau, keadaan para jago yang terjebak dalam lembah Jit hwe kok baru agak mendingan, mereka bisa bernafas lega dan beristirahat sebentar untuk menghimpun tenaga baru.   "Lebih baik manfaatkan kesempatan yang sangat baik ini untuk mengundurkan diri dari lembah ini"   Kata Biau tam nikou mengusulkan.   "Benar!"   Sahut Leng mong sinceng pula.   "biarlah sebagai panglima pembuka jalannya adalah lolap sendiri"   "Kalau begitu, pinni akan berada pada barisan yang terbelakang..."   Kata tam nikou lagi.   Diiringi teriakan yang menggetarkan udara, puluhan orang jago lihay dari dunia persilatan itu serentak maju ke depan dan menyerbu ke mulut lembah itu.   Kawanan iblis dari perkumpulan Ki thian kau yang ditugaskan menjaga mulut lembah itu tentu saja bukan tandingan dari Leng mong sinceng sekalian, keadaan mereka sekarang ibaratnya domba yang bertemu dengan harimau, dalam waktu singkat korban berjatuhan tiada hentinya.   Betul Leng mong Sinceng berwelas kasih dan tak ingin membunuh umatnya terlampau banyak, sehingga selama pertarungan berlangsung, dia hanya mengandalkan ilmu menotok jalan darah untuk merobohkan kawanan anggota perkumpulan Ki thian kau.   Berbeda sekali dengan para jago dunia persilatan yang baru saja terjebak dalam lembah dan harus menghadapi ketegangan serta ancaman jiwa, mereka tidak berbelas kasihan lagi.   Setiap musuh yang dijumpainya segera dibunuh secara keji, tak seorangpun yang sudi memberi ampun kepada lawannya, sehingga dalam waktu singkat mayat menggeletak membukit, darah segar menganak sungai, jeritan ngeri demi jeritan ngeri yang menyayatkan hati bergema saling susul menyusul dan tiada hentinya.   Tiba tiba si dewa cebol Cu Lian ci berseru kepada Say siu hud sim yang berada disampingnya.   "Hei, buat apa kita musti ikut meramaikan suasana disini? Mari ke atas puncak tebing saja untuk membantu It sin lote"   Belum lagi Say siu hud sim menjawab, Thian hiang siancu Bwe Leng soat telah melompat mendekat sambil berseru.   "Betul! memang itulah atraksi yang paling menarik untuk kita. Hmmm... bagus sekali, rupanya kalian ingin diam diam ngeloyor ke situ? Kenapa sampai melupakan nonamu?"   "Nona, kalau kau ingin turut, hayolah kita berangkat bersama sekarang juga"   Seru si Dewa cebol Cu Lian ci kemudian.   Tiga sosok bayangan manusia dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat segera meluncur ke depan sana dan melambung ke atas puncak bukit.   Baru tiba di punggung bukit, mereka telah bersua lebih dulu dengan empat orang iblis yang tergabung sebagai para pelindung hukum perkumpulan Ki thian kau.   Dalam suatu pertarungan yang kemudian berlangsung, Say siu hud sim berhasil mengalahkan Tee leng kun setelah melewati suatu pertarungan yang cukup seru, dengan cepat kepandaian silat yang dimiliki gembong iblis itu dipunahkan.   Menyusul kemudian si Dewa cebol Cu Lian ci pun berhasil membekuk batang leher Say siu jin mo.   Sebaliknya Thian hiang siancu Bwe Leng soat yang bertarung sendirian melawan Tee lwee siang mo berhasil pula memenggal batok kepala kedua orang iblis itu dengan jurus Hui pau nu to (air terjun berombak dahsyat) yang luar biasa.   Tatkala mereka mencapai atas puncak, maka tampaklah Giok bin sin liong Ong It sin sedang ditakuti oleh Be Siau soh ketua dari perkumpulan Ki thian kau kemudian ketua pertama Sangkoan Bu cing wakil kedua Seng Meh cu wakil ketua ketiga Siau mi lek Thian tok tau ong Ang yan tongcu yakni Ang hun lo sat Hoa Long jin Ui kiok tongcu yakni Hong liu kua hu Sin Cing ciu serta Pek bwe tongcu si dewi berdarah dingin Lau Yan hoa sekalian berdelapan.   Empat lelaki dan empat perempuan maju menyerang bersama dengan kedahsyatan yang mengerikan.   Betul Ong It sin memiliki kepandaian silat yang luar biasa, diapun bertarung dengan gagah perkasa namun delapan orang iblis yang mengerubutinya merupakan kelompok iblis yang paling top dalam golongan kaum hitam tak heran kalau mereka bukanlah manusia sembarangan.   Terutama sekali Be Siau soh dan Sangkoan Bu cing yang telah berhasil mempelajari ilmu Hu si jit si yang maha dahsyat itu, kekuatan mereka betul betul diluar dugaan.   Baru untuk pertama kali ini Ong It sin harus bertempur dengan sangat berhati hati dan penuh kewaspadaan.   Seandainya kedelapan orang itu bekerja sama terus menerus untuk mengurung dan mengerubutinya, andaikata bala bantuan dari luar tidak segera datang tepat pada waktunya tak bisa disangkal lagi pemuda itu pasti akan menghadapi sesuatu ancaman bahaya maut.   Untunglah disaat yang serba tidak menguntungkan itu, dia saksikan si dewa cebol Cu Lian ci, Say siu hud sim dan Thian hiang siancu Bwe Leng soat berdatangan dengan langkah cepat.   Menjumpai musuhnya memperoleh bala bantuan, Be Siau soh makin kalap, dia menyerang Ong It sin secara membabi buta, pedang mestika Hu si ku kiam yang berada ditangannya diayunkan kesana kemari, dengan disertai sambaran angin tajam Bwe Leng soat yang menjumpai keadaan itu menjadi naik pitam, dengan cepat dia membentak keras sambil bersiap siap untuk maju kedepan membantu anak muda itu.   Tiba tiba Si Dewa cebol Cu Lian ci membentak dengan suara dalam dan berat.   "Jangan bertindak secara gegabah, lebih baik kita rundingkan dulu taktiknya dalam menghadapi kerubutan mereka sebelum turun tangan melancarkan serangan"   "Bagaimanakah menurut pendapat Ay sian didalam menghadapi situasi semacam ini?"   Tanya Say siu hud sim kemudian.   "Aku rasa lebih baik nona Bwe khusus bertarung melawan Sangkoan Bu cing, sedang lohu akan bertarung melawan Seng Meh cu dan Siau Mi lek, sebaliknya ketiga orang tongcu yang cabul dan genit itu kuserahkan kepada saudara Kwik untuk menghadapinya, aku percaya tak sampai sepuluh gebrakan kemudian, Be Siau soh sudah pasti akan menderita kekalahan total ditangan Ong lote. Begitu pentolan mereka keok dan keteter hebat, situasi ini pasti akan mempengaruhi pula anak buahnya. nah, pada saat itulah semangat tempur mereka pasti akan bertambah kendor, pikiran mereka tentu kalut tak karuan dan perasaannya kacau dan kebingungan itulah saat yang terbaik buat kita untuk bertindak dan menyikat mereka sampai ludas..."   Mendengar sampai disitu, Thian hiang siancu Bwe Leng soat segera berseru keras.   "Bagus, bagus sekali, cara ini memang paling baik untuk kita laksanakan..."   Begitu selesai berkata, dia lantas menggerakkan pedangnya dan langsung menyergap Sangkoan Bu cing, kemudian serangkaian serangan berantai yang paling dahsyat dilontarkan secara bertubi tubi.   Dengki dan cemburu dengan cepat menyelimuti perasaan Sangkoan Bu cing begitu diketahuinya Bwe Leng soat yang menyerang dia, kontan saja dia mencaci maki kalang kabut.   "Perempuan rendah, perempuan sialan yang tak tahu malu, tak kusangka kalau kau pun rela menjual nyawa untuk dirinya...!"   "Kalau aku rela menjual nyawa kepadanya apa urusannya dengan dirimu? Kau iri? Kau dengki? Siapa suruh tampangmu macam monyet dan tingkah lakumu macam harimau buas sehingga bapak sendiripun dibunuh...? Hmmm, manusia biadab seperti kau lebih baik dienyahkan saja dari muka bumi!"   Walaupun dimulut dia memaki, tangannya sama sekali tidak berhenti bergerak.   Sreet sreeet! Secara beruntun dia lancarkan sembilan buah pukulan ditambah tujuh belas buah tusukan dan bacokan.   Demikian dahsyat dan rapatnya ancaman itu, membuat Sangkoan Bu cing menjadi kelabakan setengah mati.   Dalam pada itu, si Dewa cebol Cu Lian ci telah menemukan pula incarannya dan melibatkan diri dalam suatu pertarungan seru melawan Seng Meh cu dan Siau mi lek.   Sedangkan Say siu hud sim pun tidak menganggur belaka, dengan cepat dia melibatkan diri dalam suatu pertarungan yang sengit pula melawan tiga orang perempuan jalang.   Ketiga perempuan jalang itu tak lain adalah Ang hun lo sat Hoa long jin, Hong liu kua hu Sin Cing hiu serta Leng hian sian ku Lau Yan hoa.   Dengan terbaginya kelompok iblis itu untuk menghadapi tiga medan pertarungan sekaligus, maka situasi diarena pertarungan pun segera mengalami perubahan besar.   Sebab dengan berlalunya enam orang jago yang harus bertarung melawan tiga lawan kini hanya tinggal dua gelintir manusia saja yang bertempur melawan Giok bin sin liong Ong It sin, mereka tak lain adalah Be Siau soh, ketua dari perkumpulan Ki thian kau serta Thian tok tay ong Hek lian Jin.   Begitu daya tekanan yang menghimpit tubuhnya berkurang banyak, semangat tempur Ong It sin semakin berkobar, tidak sampai tiga gebrakan kemudian, sebuah bacokan pedangnya yang dilancarkan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat berhasil menebas kutung lengan kiri dari Thian tok tay ong Hek lian Jin.   Sambil menjerit kesakitan dan darah segar jatuh bercucuran membasahi seluruh tubuhnya, iblis tua beracun itu buru buru mundur kebelakang dengan wajah memucat dan tubuh sempoyongan.   Rupanya meski sudah terluka dia tak mau menyerah dengan begitu saja, tangan kanannya yang masih utuh dengan cepat diayunkan pula kedepan secepat kilat.   Seekor ular bergaris merah yang memiliki sayap pada bagian perutnya, segera meluncur keangkasa dan menyambar ketubuh Ong It sin.   Ular aneh itu memang amat lihay sekali, tiba tiba binatang tersebut berpekik aneh, kemudian sambil melejit ke udara dia melancarkan sebuah pagutan maut.   Buru buru Ong It sin menarik tangannya, sambil menyapu ke bawah dengan kekuatan penuh.   Tampaknya ular aneh itu cukup mengetahui akan kelihayan musuhnya, menghadapi sambaran tajam mana, buru buru dia melesat ke udara secepat hembusan asap, kemudian menyergap kembali ke bawah.   Dengan terjadinya peristiwa ini, Be Siau soh jadi memperoleh kesempatan baik untuk menolong posisinya yang amat terdesak itu, pedangnya segera digerakkan dengan kecepatan luar biasa dan menghujani lawannya dengan titiran sambaran pedang.   Ong It sin cukup mengetahui kelihayan manusia dan ular tersebut, ia sama sekali tak berani bertindak gegabah, dengan suatu ingatan cepat dia berpikir.   "Ternyata, dia hendak mengajakku untuk melangsungkan pertarungan mati matian..."   Begitu ingatan mana berkelebat lewat didalam benaknya, mendadak ia mendongakkan kepalanya sambil berpekik nyaring, bagaikan harimau kelaparan dia menerkam ke depan, lalu pedang emasnya dengan menciptakan selingkaran cahaya tajam langsung membabat ke bawah.   Bersamaan itu pula, jari tangannya disodok ke depan sambil membentak keras.   "Kena!"   Segulung desingan angin tajam segera menyembur keluar lewat ujung jari tangannya.   Ular aneh bersayap itu sesungguhnya masih terhitung sejenis raja ular yang sangat lihay, akan tetapi bagaimana mungkin dia bisa tahan menghadapi serangan jari tangan yang batu cadaspun bisa ditembusi itu? "Kraaakk...!"   Belum sempat berpekik keras, ular itu sudah terhajar serangan tadi dan mampus. Thian tok tay ong Hek lian Jin baru merasa amat terperanjat setelah menyaksikan ularnya dibunuh, dengan penuh kegusaran bentaknya keras keras.   "Ong It sin, lohu akan beradu jiwa denganmu!"   Pada saat ini dia tidak mempedulikan luka pada lengan kirinya yang kutung lagi. sambil menggertak gigi menahan diri, makinya.   "Selama kau masih hidup didunia ini, berarti kami orang orang dari golongan hitam tak mungkin akan turut hidup!"   Berkenyit sepasang alis mata Ong It sin menghadapi ucapan lawannya itu, dengan cepat dia berkata.   "Perbedaan antara golongan putih dan golongan hitam berarti perbedaan pula antara yang lurus dan yang sesat, padahal baik atau busuk hanya tergantung pada jalan pikiran masing masing pihak, apakah mulai sekarang kau bisa bertobat dan tidak melakukan kejahatan lagi?"   Thian tok tay ong segera tertawa dingin.   "Heeehhh... heeehhh... heeehhh... kau tak usah mencoba untuk membujuk aku lagi, ketahuilah bumi bila berubah, watak lohu akan tetap begini untuk selamanya"   "Perkataan dari saudara Hek lian memang tepat sekali"   Sambung Bwe Siau soh cepat cepat.   "kalau kau merasa punya kepandaian, hayo datanglah kemari dan bunuhlah aku, cuma... kau pun jangan harap bisa mengecap ketenangan dalam waktu yang lama"   Ong It sin mendengus dingin, serunya kemudian.   "Jadi kau anggap aku tak mampu...?"   "Sekalipun kau mampu untuk melakukannya, itupun harus dibayar dengan harga yang sangat mahal"   Sembari berkata diam diam dia mencoba pasang telinga untuk memperhatikan sekeliling tempat itu, namun hasilnya, kecuali pertarungan yang sedang berlangsung ditempat ini, tempat yang lain agaknya sudah sepi dan tak kedengaran lagi suaranya.   Dengan perasaan tercekat dia lantas berpikir.   "Jangan jangan mereka semua sudah berhasil dihancurkan lawan? Kalau tidak, kenapa sampai sekarang tidak kudengar suara pertarungan mereka? Aaah, masa hal ini akan terjadi?"   Semakin dipikir dia merasa hatinya semakin ketakutan, sehingga tanpa terasa bulu kuduknya pada bangun berdiri, dia benar benar merasa ketakutan setengah mati.   Tapi untuk memperbesar nyali sendiri sengaja serunya kepada Thian tok tay ong ..   ==halaman ga ada== keadaan begini ia tidak mempedulikan soal gengsi lagi, tanpa banyak berbicara dia membalikkan badan dan segera melarikan diri terbirit birit...   Ong It sin membencinya karena pemuda itu telah membantai ayah kandung sendiri sebuah pukulan dahsyat segera mementalkan tubuhnya sehingga balik ketempat semula.   Kebetulan sekali Bwe Leng soat sedang menyerang dengan jurus Po lan Ciong heng (gulungan ombak menyapu rata), tak ampun pinggangnya segera tertabas hingga putus menjadi dua bagian.   Dengan matinya pentolan pentolan dari Ki thian kau, kontan saja Ang hun lo sat Hoa Long jin, Hong liu kua hu Sin Cing ciu dan Leng hiat sian cu Lau Yan hoa menjadi ketakutan setengah mati, buru buru mereka membuang senjata masing masing dan menyerahkan diri.   Dengan demikian tinggal Seng Meh cu dan Siau mi lek berdua yang masih hidup.   Waktu itu kerja sama dua orang gembong iblis tersebut telah berhasil meraih posisi diatas angin, tapi setelah menyaksikan kematian dari Be Siau soh dan Sangkoan Bu cing kemudian melihat pula ketiga orang tongcu tersebut menyerah kalah mereka menjadi gugup pula.   "Kalau tidak kabur akan menunggu sampai kapan lagi?"   Demikian pikir mereka.   Tiba tiba kedua orang itu melejit keudara dan secepat sambaran kilat melarikan diri dari tempat itu.   Tentu saja Ong It sin tak akan membiarkan musuhnya kabur dengan begitu saja, dengan cepat dia memburu kebelakang sambil melepaskan sebuah pukulan keatas punggung masing masing.   "Kematian boleh mereka hindari, tapi hukuman hidup jangan harap bisa terlepas"   Katanya.   "nah, tinggalkan ilmu silatmu disini, lalu enyah sejauh jauhnya dari hadapanku"   Seng Meh cu dan Siau Mi lek sama sama merasakan tubuhnya bergidik, lalu punahlah semua kepandaian mereka, akhirnya dengan penuh rasa dendam mereka berjalan menuruni bukit dan pelan pelan berlalu dari sana.   Menanti Ong It sin sekalian dengan membawa Kelabang hitam Be Ji nio dan Say siu jin mo turun dari bukit itu, markas besar Ki thian kau sudah terbakar hancur sehingga tinggal puing puing yang berserakan Sambil menghela napas panjang Ong It sin lantas berkata.   "Sayang sekali pemimpin dari Lam huang pay yau yakni Kim san sia kiam Thio Pin dan Tiang bi Lo yau dari Jit sia cap si yau ditambah Ik tianglo dari benteng Khek poo berhasil melarikan diri, padahal mereka adalah musuh musuh besar pembunuh ayahku, entah sampai kapan dendam ayahku itu baru dapat dibalas?"   Belum habis dia berkata, mendadak dari jalan bukit didepan sana telah muncul belasan sosok bayangan manusia, mereka adalah Coa Thian yan, Pek lek to To hu Hiong, Seng hong tianglo, Li ji, serta Tiong lam su hiap yang terdiri dari Ih lwee sangjin, Ho hoa siancu, Tui im kiam khek Ih Hui dan Toa tou Go Eng.   Selain itu merekapun membawa serta tiga orang.   Ternyata ketiga orang itu tak lain adalah ikan ikan yang lolos dari jaring.   Ong It sin menjadi girang sekali menyaksikan kejadian itu, buru buru dia mengucapkan terima kasihnya kepada para jago.   Menanti mereka pulang kembali kerumah Kang Tang liu, tampak tuan rumah telah menanti kedatangannya didepan pintu.   Begitu anak muda muncul, dia lantas berseru.   "Ong lote, selamat atas keberhasilanmu membalas dendam, kini gurumu sedang menantikan kedatanganmu dalam ruangan!"   Mengetahui kalau gurunya sedang menanti, buru buru Ong It sin lari masuk kedalam. Baru saja dia memberi hormat sambil memanggil "Suhu", Leng mong sinceng telah berkata.   "Persoalanmu telah kuketahui semua, walaupun dalam perjalanan menuju kekota Im kui tempo hari kau terkena obat perangsang milik Gi hay jin yau Toan Cing hun lebih dulu, namun hal ini merupakan takdir, Lo lap telah membicarakan hal ini dengan Biau tam sinni, Kim liong lojin serta Seng hong totiang, dan kini memutuskan akan menjodohkan Bwe Leng soat dan Bwe Yau kepadamu, besok kalian harus melangsungkan upacara perkawinan didepan para jago"   Sepanjang jalan Ong It sin memang sedang mencari akal untuk secara bagaimana melaporkan kejadian ini kepada gurunya setelah mengetahui kalau semua orang telah mengetahui hal ini, diapun tidak banyak berbicara lagi.   "Tecu akan turut perintah!"   Katanya kemudian dengan sikap yang amat menghormat.   Setelah hening sejenak, tiba tiba Leng mong sin ceng mengeluarkan semacam benda yang segera diserahkan kepadanya.   Ketika Ong It sin menerima benda itu, ternyata benda tadi tak lain adalah sarung pedang Cian nian liong siau beserta Hu si ku kiam, hal ini segera membuatnya tertegun.   Dengan wajah serius Leng mong sinceng segera berkata.   "Anak Sin, walaupun kau telah membunuh Be Siau soh dan Sangkoan Bu cing dua orang gembong iblis ini tapi kau telah berbuat keteledoran dengan tidak menarik kembali pedang ini seandainya pedang tersebut sampai ditemukan kembali oleh perempuan macam Be Siau soh dan berhasil menguasai ilmu pedang Hu si jit si yang maha dahsyat tersebut, bayangkan saja apa jadinya?"   Buru buru Ong It sin menjatuhkan diri berlutut seraya berseru.   "Tecu mengaku telah teledor, harap suhu sudi memaafkan"   "Sudahlah, aku harap setelah perkawinan kalian, kau musti baik baik menjaga keamanan dalam dunia persilatan, terutama menegakkan selalu keadilan dan kebenaran bagi umatnya. Nah, suhu akan pergi dulu..."   Begitu selesai berkata, dia lantas berkelebat pergi dan lenyap dari pandangan mata.   Menyaksikan kepergian gurunya, Ong It sin mengalihkan sorot matanya ke atas pedang Hu si ku kiam dan sarung Cian nian liong siau tersebut, kemudian dengan termangu mangu dia mengawasi kedua benda itu tak berkedip.   Sampai lama kemudian, dia baru mendongakkan kepalanya memandang awan di angkasa sambil bergumam.   "Oooh pedang... wahai pedang...! Sesungguhnya kau akan mendatangkan bencana atau rejeki kah bagiku?"   Dan sampai disini pula kisah "Pendekar bego"   Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Ini, sampai jumpa dilain cerita. TAMAT      Tiraikasih Websitehttp://kangzusi.com   /      Tiraikasih Websitehttp://kangzusi.com   /       Satria Gunung Kidul Karya Kho Ping Hoo Keris Pusaka Nagapasung Karya Kho Ping Hoo Pusaka Gua Siluman Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini