Pendekar Bego 33
Pendekar Bego Karya Can Bagian 33
Pendekar Bego Karya dari Can "Ibu, kau turunkan perintah untuk buyarkan mereka, aku benar benar merasa pusing sekali!" Hari itu, dia mengendon seharian penuh didalam istananya, otaknya diperas habis habisan berusaha untuk menemukan cara terbaik untuk menaklukkan Giok bin sin liong Ong It sin. Tapi, bagaimanapun ia berusaha untuk memeras otaknya, usahanya tak pernah berhasil. "Siau soh, aku lihat lebih baik persoalan ini dirundingkan bersama saja" Hibur si kelabang hitam Be ji nio. "ketahuilah, bila tiga orang tukang kulit berkumpul menjadi satu, maka akan muncullah seorang Cukat Liang" Be Siau soh berpikir sebentar, kemudian sahutnya. "Baik, malam ini kumpulkan semua jago kelas satu dan kita rundingkan bersama persoalan ini" Tapi Pek bwe tongcu Leng hiat siansu (dewi darah dingin) Liu In hoa segera menimbrung. "Hamba rasa dalam perundingan tingkat tinggi ini jangan terlalu banyak orang yang turut serta, daripada rahasia itu bocor sebelum waktunya" "Menurut anggapanmu, siapa saja yang cocok untuk menghadiri pertemuan rahasia ini?" "Cukup Thian tok tay ong, Ciok yong li sin dan kaucu bertiga saja..." Be Siau soh berpikir sebentar, kemudian dengan gembira katanya. "Kalau memang begitu, beritahu kepada mereka berdua agar datang ke istana pribadiku pada kentongan ketiga malam nanti untuk melakukan perundingan rahasia, mengerti?" Leng hiat siancu segera mengiakan, kemudian beranjak pergi dari tempat itu. Malam sudah semakin kelam. Thian tok tay ong serta Ciok yong li sin yang diinstruksikan lewat Leng hiat siancu, secara beruntun telah datang ke istana pribadi ketuanya. Be Siau soh segera menitahkan kepada para dayang untuk mengundurkan diri, setelah menutup pintu rapat rapat, perundingan rahasia segera dilangsungkan. Apa yang mereka bicarakan dan siasat licik apa yang mereka persiapkan, tak ada orang yang tahu selain mereka bertiga, bahkan ketiga orang wakil kaucu sendiripun tidak mendapat tahu. Pada saat yang bersamaan, disuatu gedung dalam kota Si ciu tampak pula sekelompok orang duduk sambil bermuram durja. Rupanya mereka sedang menantikan kedatangan dari Giok bin sin liong Ong It sin. Terdengar Bwe Yau berkata. "Heran, mengapa sampai saat sekarang belum juga kembali? Mulai kemarin sampai hari ini, dua hari sudah lewat, jangan jangan dia sudah lupa daratan karena merasakan kegembiraan yang meluap." "Nona Bwe tak usah kuatir" Hibur Coa Thian yan segera. "Ong lote bukan manusia seperti itu..." Bwe Leng soat segera menimbrung pula dengan cepat. "Aaah, tiada lelaki yang jujur didunia ini apalagi bila ia sedang dikelilingi oleh sekawan siluman rase" "Siapa yang tidak tahu kalau Giok bin sin liong adalah seorang lelaki sejati?" Ucap Pek lek to To hu Hiong pula. "mana mungkin ia bisa terpikat oleh perempuan perempuan rendah dari perkumpulan Ki thian kau tersebut...?" "Sekalipun perkataanmu ada benarnya juga, tapi sudah dua hari ia pergi dari sini kenapa sampai sekarang belum juga ada kabar beritanya?" Pek lek to (Golok Geledek) To hu Hiong menjadi tertegun, dia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun juga. Bwe Leng soat segera mendengus, kembali ujarnya. "Memangnya kau anggap aku tak tahu kalau dahulu dia mempunyai hubungan dengan Be Siau soh, ketua perkumpulan Ki thian kau tersebut? Hmm, setelah berpisah tiga empat tahun, tentu saja perjumpaan ini merupakan saat yang mesra dan hangat buat mereka" Dia benar benar merasa cemburu sekali, ini bisa dilihat dari nada ucapannya. Buru buru Coa Thian tan menghibur. "Adik Soat, kau tak boleh berkata begitu ketahuilah Ong lote masuk kedalam sarang iblis dengan tujuan untuk menolong Si dewa cebol Cu Lian ci serta jago jago lainnya, biasa dibayangkan betapa sulitnya tugas yang harus dia laksanakan ini, aku jamin dia pasti tak akan melupakan nona berdua" Menyinggung soal kesulitan, Bwe Yau kembali menjadi murung dan sedih ujarnya "Enci Soat, menurut pendapatmu mungkinkah engkoh Sin bakal menemui bencana atau bahaya?" "Hal ini sulit untuk dibicarakan walaupun engkoh Sin memiliki ilmu silat yang lihay, namun seorang diri tak akan menangkap tiga tangan, lagipula jarum beracun ekor lebah dari sikelabang hitam Be Ji nio sukar diduga kehebatannya" Bwe Yau bertambah panik setelah mendengar ucapan itu, sambil bergendong tangan gumamnya berulang kali. "Waah... bagaimana baiknya, bagaimana baiknya sekarang..." Tiba tiba ia berpaling kearah Bwe Leng soat lalu katanya. "Enci Soat kepandaian yang kau miliki amat lihay, mengapa tidak berusaha untuk menyusup kedalam bukit Lang sia san dan mencari berita Ong toako?" "Asal satu kentongan lagi dia belum kembali, aku akan masuk kedalam bukit untuk menyelidikinya" Pada saat itulah mendadak kedengaran suara anjing menggonggong diluar gedung sana. Yu liong (naga berpesiar) Kang Tang lin segera memberi tanda kepada putranya sambil berbisik. "Cepat tengok keadaan diluar, jangan jangan gembong iblis itu telah datang mencari gara gara?" Kang Cian li, putra Kang Tang liu segera menyelinap keluar untuk melaksanakan perintah. Tak selang sejenak kemudian, ia telah balik kembali sambil berkata. "Lapor ayah, paman Ong telah kembali bahkan membawa serta beberapa orang" Mendengar ucapan itu, semua orang menjadi girang. mereka segera beranjak untuk melakukan penyambutan. Dua orang gadis she Bwe juga serentak melompat keluar dari pintu ruangan sambil bertanya. "Kang sauhiap, mereka berada dimana?" "Mereka masuk melalui pintu belakang, mungkin sekarang telah berada di serambi samping" Bwe Leng soat dan Bwe Yau tidak banyak berbicara lagi, cepat mereka meluncur keluar sambil berseru. "Engkoh Sin, kau telah kembali" Ong It sin segera memburu pula kedepan sambil merentangkan tangannya lebar lebar "Aku telah kembali" Sahutnya. "coba kalau tidak dibantu oleh nona Ciong hampir saja aku tak dapat pulang?" Sambil berkata dia lantas membalikkan badannya dan kebetulan saling berhadapan muka dengan Ciong Hoa yang berada dibelakangnya. Merasa kalau disana ada orang asing, Bwe Leng soat berdua menjadi malu, dengan wajah memerah mereka segera melepaskan diri dari pelukan. ooodOowoo Rupanya Ciong Hoa sudah pernah mendengar tentang kedua orang gadis itu, buru buru ia maju memberi hormat sambil katanya. "Budak Ciong Hoa, menjumpai nona berdua" Melihat perempuan itu tahu sopan santun Bwe Leng soat berdua segera menaruh kesan baik kepadanya buru buru mereka balas memberi hormat sambil menyahut. "Kau telah menyelamatkan Ong toako, kami saja belum berterima kasih masa kau banyak adat lebih duluan?" Sementara pembicaraan masih berlangsung, si Dewa cebol sekalian telah menyusul datang. Melihat kecantikan para dua orang gadis itu, dia segera berseru memuji. "Ooh... betapa cantik dan anggunnya kedua orang gadis ini, Ong lote, kau benar benar bernasib baik..." Sesungguhnya Bwe Leng soat dan Bwe Yau sudah dibuat jengah, apalagi sesudah mendengar perkataan itu, mereka makin tersipu sipu dibuatnya. Untung saja Say siu hud sim (Kepalanya singa berhati buddha) segera maju melerai sambil berkata. "Cu cianpwe, kau ini makin tua makin tak tahu diri, hati hati kalau nona berdua mendampratmu sebagai telur busuk tua..." "Bocah busuk, kau pandai amat mencari muka" Seru si dewa cebol sambil mendelik. "hati hati kau, suatu ketika hutang ini pasti akan kutuntut balas..." Ong It sin tahu kalau saudaranya yang cebol ini gemar bergurau, sambil tersenyum dia lantas berjalan lebih dulu segera berkata. "Sudah: jangan bergurau terus, hati hati kalau sampai ketahuan mata mata musuh, rumah ini bisa digropyok mereka" Manjur sekali perkataan itu, seketika itu juga semua orang menjaga ketenangannya masing masing. Tak lama kemudian mereka telah sampai dalam ruangan, setelah kedua belah pihak saling memperkenalkan diri, tuan rumah lantas menitahkan orang untuk menyiapkan meja perjamuan. Kebetulan Ong It sin sekalian yang baru lolos dari bahaya memang sedang lapar, tak heran kalau perjamuan itu berlangsung amat meriah. Selesai perjamuan, Bwe Leng soat mendesak kepada Ong It sin untuk menuturkan pengalamannya, hal ini justru merupakan apa yang ingin diketahui semua orang, maka secara ringkas Ong It sin mengisahkan kembali apa yang telah dialaminya. Ketika semua orang mengetahui akan jasa dari Ciong Hoa yang besar, serentak mereka mengangkat cawan dan menghormati Ciong Hoa dengan secawan arak sebagai tanda terima kasih. Terutama sekali Bwe Leng soat berdua dengan sangat terharu dia berkata. "Adikku, kau memang sangat hebat. dikemudian hari kita harus berhubungan lebih akrab lagi" "Asal budak bisa diterima disinipun sudah berterima kasih sekali, apalagi hal hal yang lain!" Ucap Ciong Hoa terharu. "Ong lote" Kata Coa Thian yan kemudian. "menurut apa yang kuketahui, dalam markas besar Ki Thian kau penuh dengan kawanan jago lihay, dengan cara apakah kalian meloloskan diri dari situ?" Rupanya ia sudah melihat kalau si dewa cebol sekalian menderita keracunan hebat, itulah sebabnya ia merasa tercengang sekali. Ong It sin segera menghela napas panjang. "Aai... Kalian tidak tahu, ketika Be Siau soh berhasil meringkus Ay loko, Kwik tayhiap dan dua orang tianglo dari Siau lim si, bukan saja keempat orang rekan kita ini disekap, merekapun dicekoki dengan pil beracun sehingga hawa murninya tak dapat dihimpun kembali..." "Ooh Thian, bagaimana sekarang?" Pekik Bwe Leng soat. "Adik Soat, seandainya berganti kau, coba katakan apa pula yang musti kulakukan?" "Wah, kalau aku sih benar akan kehabisan akal..." Mendadak ia merasa keadaan tak beres, maka tanpa terasa tanyanya kembali. "Engkoh Sin, cara apa pula yang telah kau pergunakan?" Ong It sin segera menggelengkan kepalanya berulang kali. "Terus terang saja, aku tidak lebih pintar daripada dirimu, karenanya aku sendiripun dibikin gelagapan" Kontan saja Bwe Leng soat mencibirkan bibirnya yang mungil. "Aku tidak percaya!" Serunya. "Kenyataannya memang demikian, sekalipun kau tidak percaya juga percuma saja" "Lantas bagaimana cara kalian untuk meloloskan diri dari sana?" Seru gadis itu. "Kau anggap hal itu merupakan jasaku? Terus terang kukatakan kepadamu, aku sendiripun lagi membonceng orang lain" Dari sikap dan ucapan lawan yang tegas dan bersungguh sungguh, Bwe Leng soat tahu kalau ia tidak bohong, maka tanyanya dengan cepat. "Lantas siapakah dia?" Ketika sorot matanya membentur dengan wajah si kakek cebol yang berjenggot panjang, ia segera berkata. "Aaah, tak bakal salah lagi, dia pasti Ay..." Ay apa, ia tidak melanjutkan, bagaimanapun juga baru pertama kali ini dia berjumpa dengan jago tua ini, sehingga paling tidak sopan santun tetap harus dijaga. Teringat akan sopan santun, kontan saja selembar wajahnya berubah menjadi merah karena jengah. Namun si dewa cebol Cu Lian ci sama sekali tidak ambil peduli, ia segera tertawa terbahak bahak. "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... kau maksudkan lohu? Tebakanmu itu lebih tak betul lagi" Begitu dia menyangkal, semua orang semakin kebingungan. "Tentunya bukan nona Ciong Hoa bukan?" Bwe Yau segera menyela. Dalam perkiraannya jika bukan dewa cebol pastilah Sai siu hud sim atau Thian yan dan Thian ci siansu dari kuil Siau lim si, maka diapun mengajukan pertanyaan tersebut. Siapa sangka Ong It sin segera tertawa terbahak bahak. "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... adik Yau, kembali kau keliru besar" Serunya. "orang yang menolong kami lolos dari mara bahaya justru adalah nona Ciong Hoa" Dengan diutarakannya ucapan tersebut maka semua orang menjadi makin kaget dan tercengang. Sebaliknya Bwe Leng soat berdua menjadi curiga, mereka mengira si anak muda itu memang berhasrat untuk menonjolkan Ciong Hoa agar dihormati semua orang: kontan saja kesan baiknya hilang lenyap, sebagai gantinya rasa cemburu berkobar kobar didalam dada. Untung saja Coa Thian yang segera bertanya. "Ong lote ucapanmu itu benar benar membingungkan sekali, bahkan kau sendiripun gelagapan, masa kecerdasan dari Ciong jauh melebihi dirimu?" Pertanyaan tersebut justru merupakan pertanyaan yang hendak ditanyakan Bwe Leng soat berdua pula, maka ketika didengar kalau Coa Thian yan telah mengutarakan diam diam mereka mengangguk sambil berpikir dalam hati. "Sekarang, akan kulihat permainan setan apa lagi yang hendak kau perlihatkan!" Terdengar Ong It sin kembali tertawa tergelak. "Coa toako, kau keliru besar!" "Dimana letak kekeliruanku?" Ong It sin tertawa. "Ketahuilah, banyak persoalan yang ada didunia ini bukan bisa dibereskan dengan mengandalkan soal ilmu silat dan kecerdasan otak saja" "Kalau begitu aku ingin bertanya kepada lote, kalau ilmu silat, kecerdasan dan akal pun tak bisa diandalkan, kita harus mengandalkan soal apa lagi...?" Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Ada kalanya harus mengandalkan pula sesuatu rahasia yang dimiliki orang lain" "Waah... setelah mendengar ucapanmu itu, aku makin dibikin kebingungan, maaf kalau aku bodoh, lote, lebih baik kau beberkan saja semua duduk persoalan yang sebenarnya" "Hayo cepat katakan" Sambung Bwe Leng soat pula. "aku ingin tahu rahasia apakah yang dimiliki adik Ciong Hoa" "Padahal setelah diungkap hal ini tidak terhitung apa apa, sebab nona Ciong Hoa tahu kalau diatas tebing jurang itu terdapat sebuah lorong rahasia yang bisa kita pergunakan untuk menyelamatkan diri" Bwe Leng soat segera mengerling sekejap kearahnya, kemudian berkata. "Oooh... rupanya kalian kabur lewat jalan rahasia. kalau begitu sia sia saja kami menguatirkan keselamatanmu" Setelah berhenti sejenak, kembali ia melanjutkan. "Kalau memang jalan itu merupakan sebuah jalan rahasia, sudah pasti sepanjang jalan tiada rintangan apa apa, mengapa sampai sekarang kalian baru tiba dirumah?" O000dw000O Jilid 31 BURU-BURU Ong It sin menjulurkan lidahnya. "Waduh adik Soat betul betul sangat lihay" Keluhnya. "andaikata aku berani berbuat serong, niscaya rahasiaku bakal ketahuan semua" "Memangnya kau mempunyai alasan yang lain?" "Tentu saja!" "Boleh kudengar?" "Aku toh sudah memberi tahu kepadamu" "Kapan kau memberitahukan hal itu kepadaku?" Bwe Leng soat menjadi tertegun. "Kenapa tidak kau pikirkan dulu?" Untuk sesaat lamanya Bwe Leng soat tak berhasil mengingat kembali hal itu. Tiba-tiba Coa Thian yan seperti teringat akan sesuatu hal, buru buru katanya. "Adik Soat, bukankah Ong lote telah memberitahukan kepadamu kalau si dewa cebol Cu Lian ci sekalian empat orang terkena racun jahat? Dari enam orang yang melakukan perjalanan, empat diantaranya tak sanggup mengerahkan ilmu meringankan tubuh, apalagi harus menghindarkan diri pula dari kejaran musuh, bayangkan sendiri, mana mungkin mereka bisa berjalan dengan cepat? Alasan ini rasanya amat bukan?" Setelah mendengar keterangan itu, senyuman manis baru sempat menghiasi ujung bibir Bwe Leng soat. Kembali Ong It sin berkata. "Dewasa ini soal terpenting yang harus kita lakukan adalah membuat resep untuk memunahkan racun yang bersarang ditubuh Ay loko sekalian, tapi untuk merahasiakan gerakan kita ini, lebih baik kita kirim orang saja untuk membeli obat tersebut didesa lain saja" "Tak usah repot repot kalau begitu" Sela Kang Tang liu. "kebetulan sekali di kota ini, Ih hen juga membuka sebuah toko obat, akan kukerjakan sendiri obat tersebut, tanggung rahasia ini tak bakal bocor." Ong It sin menjadi girang sekali. "Ya, memang paling baik kalau begitu" Serunya. Selesai bersantap, pemuda itu lantas membuat selembar resep obat untuk memunahkan racun. Oleh karena urusan ini mempunyai akibat yang besar bila sampai ketahuan musuh, Kang Tang liu segera berangkat sendiri ke toko obatnya untuk mempersiapkan obat tersebut. Ketika keempat orang itu habis minum obat yang dibuat Ong It sin, racun yang mengeram ditubuh merekapun segera punah dan lenyap sama sekali. Sementara itu waktu sudah menunjukkan dua hari menjelang datangnya hari Toan yang. Orang pertama yang tiba di kota Si ciu paling dulu adalah ketua Hoa san pay, Kim liong lojin (kakek naga emas) Bwe Hoa poh yang membawa serta Gin liong su kiam (empat pedang naga perak) serta cucunya Bwe Kiam ciu. Menyusul kemudian Tay gi siansu dari Siau lim pay dengan membawa Tay cu siansu, Tay pe siansu, Tay jin siansu, Tay yong siansu serta dua belas orang jago muda dari angkatan Go berdatangan ke sana. Kemudian datang pula Wi to cinjin dari Bu tong pay dengan membawa serta Tui hong jit kiam kek (tujuh pendekar pedang pengejar angin). Hari kedua, muncul pula It po taysu dari Heng san pay yang disertai seorang kakek jangkung kurus, dia adalah Sin cian jiu (si pemanah sakti Phu Yang liat). Datang pula Cing hoa loni dari Cin shia pay. Ih lwe sangjin dari Tiong lam pay juga datang diikuti Ho hoa siansu, Tui im kiam kek dan Toa tou Go Eng. Dari pihak Go bi pay datang Tiang bi siansu beserta kedua belas orang jagonya. Tentu saja pihak Kay pang juga tidak ketinggalan, mereka mendatangkan San ciat jin Ciong (tiga sakti tujuh miskin). Dari luar perbatasan muncul pula tiga orang jago, diantaranya Seng hong tianglo dan Li Ji. Dengan kehadirannya jago lihay dari seluruh dunia persilatan, kontan saja membuat suasana di kota Si ciu menjadi ramai sekali. Pertama tama Tay gi siancu, ketua partai Siau lim yang datang mencari berita dari mulut Kim liong lojin. "Apakah cucu perempuanmu Bwe Leng soat dan Giok bin sin liong Ong It sin tidak datang?" "Belum, mereka belum datang" Sahut Kim liong lojin sambil menggelengkan kepalanya. "Bwe sicu, tahukah kau bahwa perkumpulan Ki thian kau telah diperkuat oleh Seng Meh cu serta Siau mi lek dari bukit Tay huang san? Malah Thian yan siansu dan Thian ci siansu dua orang susiok kami kena ditawan mereka, sampai sekarang kabar beritanya belum ketahuan, hal ini benar benar mengurangi kekuatan kami" "Siansu, aku rasa cucu perempuanku pasti akan datang kemari bila ia tahu aku telah sampai kesini" Hibur Kim liong lojin. "aku rasa Giok bin sin liong Ong It sin mungkin juga telah datang" Sementara mereka masih berbincang bincang, dari luar pintu rumah penginapan Peng an telah datang tiga orang manusia. Yang berada di paling depan adalah seorang kakek cebol yang berjenggot perak, di tengah adalah seorang nona cantik, sedang di paling belakang adalah seorang pemuda berbaju biru. Begitu mereka bertiga muncul dalam rumah penginapan, suasana seketika menjadi gempar. Semua orang segera berteriak keras. "Ay sian Cu cianpwe telah datang!" "Thian hiang siancu telah datang!" "Giok bin sin liong telah datang!" Kim liong lojin yang mendengar seruan itu menjadi tertegun, pikirnya kemudian. "Heran, siapakah yang bernama Thian hiang siancu itu?" Ketika sorot matanya bertemu dengan wajah Bwe Leng soat, dia menjadi paham sendiri. "Oooh, rupanya budak Soat!" Yaa, orang persilatan memang telah menghadiahkan julukan Thian hiang siancu untuk Bwe Leng soat, bahkan julukan tersebut sudah tersebar luas sampai dimana mana hanya saja Bwe Leng soat sendiri masih belum tahu akan hal ini. Sementara Kim liong lojin dan Tay gi siansu masih duduk tertegun, ketiga orang itu telah datang menghampirinya. Kedua orang itu baru sadar dari lamunannya, ketika ketiga tamu sudah di depan mata, buru buru mereka bangkit berdiri sambil menjura. "Boanpwe menjumpai Cu cianpwe" Katanya cepat. Cu Lian ci segera tertawa meringis. "Dari mana datangnya begitu banyak adat lebih baik kalian berbincang sendiri" Dalam pada itu Bwe Leng soat telah berseru. "Yaya!" Bagaikan burung walet pulang sarang, ia segera menjatuhkan diri ke dalam pelukan Kim liong lojin. Sedang Giok bin sin liong Ong It sin juga mulai berbincang bincang dengan Tay gi siansu. Sementara para jago dari pelbagai penjuru dunia yang berada di sekitar sana pun datang berkerumun. Pelan pelan Ong It sin mengalihkan sinar matanya memandang sekejap kawanan jago yang berada di sana, mendadak ia menjerit tertahan, kemudian sapanya kepada seorang kakek kekar berbaju ringkas dan membawa sebuah cambuk di pinggangnya. "Paman Li jisiok, rupanya kau orang tua juga telah datang dari luar perbatasan!" "Hian tit, tak nyana kau masih kenal dengan ji siokmu, hampir saja Ji siok tak kenal lagi denganmu" Seru cambuk beracun Li Ji. "tampaknya permainan dari saudara Tang thian berhasil pula mengelabuhi diriku..." Setelah berhenti sejenak, dia lantas menuding ke arah seorang kakek keren yang berada disampingnya, kemudian berkata. "Hian tit, mari kuperkenalkan, dia adalah lotoa kami Seng hong tianglo..." Mengetahui kalau pendeta tua ini adalah toako dari ayahnya, buru buru Ong It sin bangkit berdiri dan memberi hormat. "Omintohud" Bisik Seng hong tianglo. "Tang tian bisa memiliki anak seperti kau, arwahnya di alam baka tentu dapat beristirahat dengan mata meram" Menyusul kemudian tanyanya lagi. "Keponakan It sin, kenapa kau begitu teledor hingga menyerahkan pedang Hu si kiam kepada kelabang hitam dan putrinya? Bila mereka berhasil mempelajari Ngo heng sin kang dan Hu si jit si, dunia persilatan pasti akan dibikin kacau balau" "Supek, kini nasi sudah menjadi bubur, namun masih bisa ditolong keadaannya" "Sekarang tergantung apakah kau telah berhasil meyakinkan ilmu pedang Sang yang kiam hoat atau tidak?" "Mengapa demikian...?" Tanya Ong It sin dengan keheranan, ia mengawasi wajah orang lekat lekat. "Aku dengar ayahmu pernah berkata bahwa kekuasaan yang sebenarnya dari pedang Hu si ku kiam tersebut bukan terletak pada ketujuh jurus serangan itu, melainkan pada dua macam daya kekuatan yang dimiliki senjata tersebut" Ujar Seng hong Tianglo. "sehingga dalam setiap pertarungan, pikiran maupun perasaan setiap jago akan terpengaruh, sekalipun seseorang memiliki tenaga dalam yang jauh lebih sempurna daripada si pemegang pedangmu, akhirnya juga akan dikalahkan" "Tak heran Ay loko memiliki tenaga dalam sedemikian sempurnanya akhirnya kena ditawan oleh Be Siau soh" Tanpa terasa sepasang keningnya menjadi berkerut dan wajahnya menunjukkan kemurungan. Dengan suara yang dalam kembali Seng hong Tianglo berkata. "Sekarang aku telah memberitahukan kepadamu dimana letak kehebatan daripada senjata itu, tapi kau belum memberitahukan kepadamu bagaimanakah nasib daripada ilmu pedang Sang yang kiam hoat tersebut?" "Siautit telah berhasil mempelajari isi kitab Sang yang kiam hoat tersebut" Ujar Ong It sin cepat cepat. Setelah mendapat perkataan itu, Seng hong Tianglo baru bisa menghembuskan napas lega, katanya. "Omintohud, mungkin inilah kemauan takdir, tampaknya hanya kau seorang yang dapat menyelamatkan dunia persilatan dari bencana pembunuhan ini..." "Begitu seriuskah persoalan ini?" "Tentu saja, tapi kau tak boleh mempergunakan ilmu pedang itu secara sembarangan sehingga menimbulkan perasaan waswas pihak lawan, kalau tidak, bisa banyak kerepotan yang bakal kau jumpai" Dengan penuh rasa hormat Ong It sin menerima nasehat tersebut, katanya kemudian dengan suara dalam. "Siautit sudah tahu" Mendadak Seng hong Tianglo seperti teringat akan suatu persoalan, segera tanyanya. "Hiantit, apakah kau pernah bertemu dengan kedua orang murid murtadku itu?" Setelah berhenti sejenak, dia menjelaskan lebih jauh. "Maksudku Lau Hui dan Bwe Yau yang tempo hari kuutus untuk menyampaikan kotak kemala kepadamu itu" Jelas dia masih belum memperolah kabar berita tentang kedua orang muridnya ini "Adik Yau dan siautit pernah berkunjung di rumahnya Yu liong Kang Tang liu..." "Oooh, kalau begitu lolap menjadi agak lega" Tapi tiba tiba serunya lagi! "Kau belum menerangkan tentang diri Lau Hui?" Terpaksa Ong It sin harus mengakui dengan sejujurnya bagaimana Lau Hui sudah terpikat oleh si Janda cabul, bukan saja telah takluk kepada perkumpulan Ki thian kau, bahkan telah menjual adik seperguruannya sendiri, Bwe yau untuk dijodohkan secara paksa kepada Sangkoan Bu cing Kemudian bagaimana oleh si Pek tok bi kui gadis dikirim ke kota ular berbisa untuk dihadiahkan kepada Thian tok Tay ong... Mendengar kisah tersebut, Seng hong Tianglo segera berkata. "Dalam dunia persilatan memang tersiar kabar tentang hancurnya kota ular berbisa tapi tak ada yang tahu apa sebabnya, tak bisa disangkal lagi, pasti hiantit lah yang mengobrak abrik sarang mereka, bukankah demikian?" "Aku dan Bwe Leng soat lah yang menyusul kesana. Bila adik Yau mengetahui kau orang tua juga telah sampai di kota Si ciu ini, entah bagaimana girangnya dia? Apakah perlu kuundang dia datang kemari?" "Tak usah, hiantit" Cegah Seng hong tianglo sambil menggoyangkan tangannya berulang kali. Sementara itu, Kim liong lojin telah bertanya dengan suara dalam. "Menurut berita yang tersiar dalam dunia persilatan beberapa waktu berselang, konon Say siu hud sim juga kena ditawan oleh pihak perkumpulan Ki thian kau, apakah benar berita ini?" "Benar, tapi boanpwe telah berhasil menyelamatkan Ay loko, Kwik tayhiap serta Thian yan siansu dan Thian ci siansu" Buru buru Tay gi siansu dari Siau lim pay bangkit berdiri untuk menyatakan rasa terima kasihnya. "Ong sauhiap" Kembali Kim liong lojin berkata. "kau telah berhasil menyusup sampai ke sarang harimau, apakah berhasil kau selidiki jago jago kaum sesat mana saja yang berhasil dikumpulkan oleh perkumpulan mereka?" Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Banyak sekali jago jago dari golongan sesat yang berhasil mereka himpun, diantaranya terdapat empat belas siluman dari tujuh selat, Lam huang pat yau, Say siu jin mo, Tee lwee siang mo, Tee leng kun, Pek si su siong, Siang pit lo han Yap Kiu, si Kelabang hitam Be Ji nio, Ih lwee su ci, Ciong lay su koay, Seng Meh cu toojin muridnya Peng pok sin mo dari bukit Tay huang san serta Siau mi lek hwesio, sedang belakangan ini ditambah pula dengan Ciok yong li sin serta Thian tok Tay ong, boleh dibilang hampir segenap jago jago tangguh dari golongan sesat telah berpihak kepada mereka" "Orang orang itu semua masih belum begitu ditakuti, yang paling menakutkan adalah peluru peledak milik Ciok yong li sin tersebut serta tiga puluh macam benda api yang dimilikinya, sebab benda benda semacam itu tak mungkin bisa dilawan dengan mengandalkan ilmu silat saja" "Apakah ada suatu cara untuk mencegahnya?" "Ada, yakni Peng pok ciu milik Peng pok sinkun" "Peng pok sinkun tersebut berdiam di mana?" "Kalau dibilang jauh sih tidak, dia tinggal dalam lembah Im hong kok yang jaraknya dari sini cuma tiga ratus li, tapi orang ini berwatak aneh sekali, jangankan meminjam pelurunya, bisa jadi selembar nyawa pun bisa turut melayang" "Tapi demi keselamatan dunia persilatan aku akan mencoba untuk menjumpainya" Kata Ong It sin dengan tekad yang bulat. "Kalau begitu, kau harus berangkat sekarang juga, jangan lupa sebelum tengah hari besok, kau sudah harus tiba di bukit Long sia san untuk menghadiri pertemuan" Ong It sin manggut manggut, setelah dia berpesan beberapa patah kata kepada Bwe Leng soat, dengan cepat anak muda itu melompat keluar dari ruangan itu untuk melakukan perjalanan. "Yaya, apakah kau tidak merasa bahwa perjalanan engkoh Sin kali ini agak menyerempet bahaya?" Seru Bwe Leng soat kemudian. "andaikata dia tak bisa meminjam mutiara inti es atau terlambat datang menghadiri pertemuan itu, bukankah kita akan kekurangan seorang jago lihay yang sanggup menghadapi perkumpulan Ki thian kau?" OooOdzOooo "Budak, walaupun perjalanan ini sedikit menempuh bahaya, tapi jika kita tidak pergi meminjam bola inti es tersebut andaikata pihak Ki thian kau menghadapi kita dengan peluru peluru peledaknya, toh jiwa kita akan terancam juga, sebab permainan semacam itu tak mungkin bisa dihadapi dengan kepandaian silat" Kata Kim liong lojin Setelah mendengar perkataan itu, Bwe Leng soat tidak berkata apa apa lagi. Malam itu, ketika semua jago mendengar Say siu hud sim, dua siansu dari Siau lim pay serta Coa Thian yan dan Pek lek to To hu Hiong berada dirumah kediaman Yu liong Kang Tang liu, berbondong bondong mereka datang berkunjung. Dengan demikian, suasana dalam gedung keluarga Kang pun menjadi ramai sekali. Keramaian itu baru berakhir setelah si dewa cebol Cu Lian ci berkata. "Besok kita harus melangsungkan suatu pertarungan sengit melawan musuh, lebih baik kalian cepat cepatlah beristirahat untuk menghimpun tenaga kembali..." Maka semua orang pun berpamitan untuk kembali ke rumah penginapan masing masing. Keesokan harinya, pagi pagi sekali semua jago telah berkumpul dan berangkat bersama menuju ke bukit Long sia san. Baru tiba dimulut bukit, kedatangan mereka telah disambut oleh wakil ketua ketiga dari perkumpulan Ki thian kau, Siau Mi lek. Disampingnya terdapat sebuah meja panjang, diatas meja tersedia buku daftar penerima tamu, sambil tertawa terdengar dia berkata. "Merupakan suatu kebanggaan bagi perkumpulan kami dapat menerima kunjungan saudara sekalian, harap catatkan dulu nama kalian diatas buku daftar penerima tamu ini" Seorang pengemis bungkuk yang berada dalam rombongan segera berseru. "Sempurna amat jalan pemikiran kaucu kalian, mungkin kalian hendak mencatat nama kami agar setiap orang bisa disediakan sebuah peti mati?" "Thio Tianglo, kau pandai amat bergurau" Kata Siau mi lek sambil tertawa. "kau tak usah menaruh curiga, jalanan toh terbentang dihadapanmu dan siapapun tak ada yang menghalangi kebebasanmu, kalau takut silahkan pulang saja kerumah!" Pengemis bungkuk itu adalah seorang jagoan dari Kay pang yang bernama Thio It huan, sepasang kepalan bajanya sudah lama termashur didalam dunia persilatan. Mendengar perkataan itu segera tertawa tergelak. "Haaahh... haaahh... haaahh... walaupun tahu kalau diatas bukit ada harimau, aku justru senang bertemu dengan harimau kalau aku sipengemis takut, tak akan diriku muncul disini" Selesai berkata dia angkat pit dan mencatatkan namanya diatas buku daftar nama itu. Jangan dilihat pakaiannya compang camping tak karuan, ternyata tulisannya sangat indah. Maka beruntun jago jago lainnya pun mengangkat pit dan meninggalkan namanya diatas buku daftar tamu itu. Tak selang berapa saat kemudian, sampailah rombongan jago dari kolong langit itu dalam lembah Jit hwe kok. Orang yang bertugas menerima tamu adalah Ang yok, Pek tho, Ui kiok serta Pek bwe empat orang tongcu, ditambah pula dengan sekawanan dayang dayang cabul. Kim liong lojin memandang sekejap sekeliling tempat itu, dia saksikan lembah Jit hwe kok terletak di suatu lembah yang dikelilingi bukit berbatu cadas yang menjulang tinggi ke angkasa. Di tengah lembah tersebut terdapat sebuah lapangan luas, ditengah lapangan itu telah dibangun sebuah panggung. Di sekeliling panggung telah dibangun pula barak barak tempat berteduh yang terbuat dari bambu, dalam barak telah disiapkan hidangan dan arak wangi. Para jago dari perkumpulan Ki thian kau menempati di barak sebelah timur. Sedangkan para jago dari dunia persilatan, berada di barak sebelah barat. Setelah semua jago mengambil tempat duduk, mereka baru sempat melihat di atas panggung itu tertera empat buah huruf yang besar sekali, tulisan itu berbunyi. "IH BU HWEE YU" Artinya dengan ilmu silat menjumpai sahabat. Di kedua belah sisinya digantungkan pula sepasang Lian yang berbunyi demikian. "Kepalan enghiong menjelajahi kolong langit. Golok pedang ksatria menciptakan karya besar" Sementara itu suasana diatas panggung itu sunyi senyap tak nampak seorang manusia pun. Sementara Bwe Leng soat sedang keheranan dan tak tahu permainan busuk apakah yang sedang diatur pihak lawan, mendadak terdengar bunyi musik bergema dari belakang panggung. Kemudian terdengar seseorang berseru dengan suara lantang. "Kaucu tiba!" Sekalipun Be Siau soh adalah pendiri dari perkumpulan Ki thian kau, namun sesungguhnya sampai sekarang belum pernah ada orang yang bertemu dengannya, maka suasana didalam barak barat segera terjadi kegaduhan yang amat ramai. Para anggota perkumpulan Ki thian kau serta Ang yok, Pek tho, Ui kiok, dan Pek bwe empat orang Tongcu ditambah lagi Kim, gin, Thi tiga tingkat huhoat yang semula melayani datangnya para tamu, kini telah berdiri berderet dibawah panggung dengan sikap yang amat menghormat. Tak lama kemudian, muncullah sebuah kereta kencana yang dihela oleh tujuh ekor kuda. Begitu sampai ditengah lapangan, kereta itu segera berhenti. Ternyata sang kusir kereta tersebut bukan lain adalah Sangkoan Bu cing, wakil ketua Ki thian kau yang pernah memimpin serombongan kaum iblis menyerbu ke kuil Siau lim si. Sesungguhnya dia boleh dibilang merupakan orang kedua dari perkumpulan tersebut, tapi sekarang, ternyata pemuda itu sendiri yang bertindak sebagai kusir kereta, hal ini benar benar diluar dugaan siapapun juga... Begitu tiba di lapangan, Sangkoan Bu cing segera melompat turun dari kereta dan membuka pintu kereta. Setelah itu sambil menuntun Be Siau soh turun dari keretanya, selangkah demi selangkah mereka menuju ke tengah panggung. Hari ini Be Siau soh mengenakan pakaian model keraton dengan gaun panjang mencapai tanah, rambutnya disanggup tinggi dengan mengenakan tusuk konde dari emas. Cukup dipandang dari dandanannya saja sudah cukup memikat hati siapapun yang melihatnya. Setibanya diatas panggung, dengan suara yang merdu ia baru berkata. "Para ciangbunjin, para pangcu dan sekalian enghiong kenamaan yang sudi hadir disini hari ini, selain aku merasa bangga atas kesediaan kalian untuk hadir ditempat ini, aku bahkan merasa sedikit kaget. Bila pelayanan kami kurang sempurna, harap kalian sudi memaafkan..." Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan. "Perkumpulan kami dinamakan Ki thian kau, karena perkumpulan ini memang diilhami oleh Thian, selain mewujudkan cita cita yang besar untuk mengatur kekacauan didunia ini, juga untuk memimpin kalian semua menuju ke suatu persatuan yang terpimpin..." Dengusan dingin segera berkumandang dari barak sebelah barat. Namun Be Siau soh tetap berlagak pilon seakan akan sama sekali tidak mendengar sambil tertawa kembali dia melanjutkan. "Mungkin, ucapanku ini kurang leluasa untuk kalian dengar, tapi pun kaucu ingin bertanya sekarang, sebenarnya kekuatan apakah yang menunjang akan keutuhan keadilan dan persatuan didunia ini?" Tiada seorang manusiapun yang menanggapi ucapan tersebut. Be Siau soh segera melanjutkan. "Menurut pengertian umum, keadilan dan persatuan harus ditunjang oleh suatu kekuatan yang besar, seperti misalnya kalian merasa tidak puas akan suatu masalah, maka sebelum mencampurinya, pertama tama harus memiliki ilmu silat yang tangguh, selain itu percuma saja masalah tersebut dibicarakan. Padahal dalam dunia persilatan terdapat banyak sekali partai dan perguruan yang saling bertentangan, sehingga terbagi adanya golongan lurus dan sesat, golongan hitam dan putih. Pihak pendekar membunuhi kaum hitam dengan dalih "melenyapkan kejahatan menegakkan kebenaran" Sebaliknya kaum hitam membunuhi kaum lurus dengan dalih cara kerja mereka kejam dan tak berperi kemanusiaan. Sekarang, aku ingin tanya, adilkah keadaan ini? Lagi pula sumber dari ilmu silat sesungguhnya adalah satu, berarti dunia persilatan sepantasnya kalau merupakan satu keluarga, mengapa pula kalian harus saling membunuh? "Oleh sebab itu, pun-kaucu dengan rahmat dari Thian telah mengambil suatu keputusan untuk menyelamatkan dunia persilatan dari kehancuran, oleh sebab itu menggunakan kesempatan pada peresmian perkumpulan Ki thian kau pada hari ini, sengaja kuundang kehadiran sekalian untuk bersama sama merundingkan masalah ini. bagaimana caranya agar membuat dunia persilatan menjadi aman dan tenang? bagaimana caranya menghentikan pembunuhan sehingga dunia ini menjadi tenteram?" Ketika dia berbicara sampai disitu, dari barak sebelah barat segera berkumandang suara seseorang yang tua serak. "Hanya ada satu cara yang bisa dilakukan, yaitu menyatukan dunia persilatan di bawah seorang pimpinan" Orang yang berteriak itu adalah ciangbunjin dari Im san pay, Nyo im siu. Orang ini sesungguhnya telah menggabungkan diri dengan pihak Ki thian kau, tapi entah mengapa bisa menyusup kedalam rombongan para jago kaum lurus. Be Siau soh yang berada di atas panggung segera tertawa manis kearahnya, kemudian berkata lagi. "Ucapan cianpwe memang tepat sekali. Hari ini, segenap enghiong dari seluruh dunia telah berkumpul disini, inilah suatu kesempatan yang baik untuk memilih seorang Bengcu yang akan memimpin dunia persilatan, setiap orang berhak mengikuti pemilihan ini, asal ada orang yang berhasil menduduki jabatan tersebut, sepuluh laksa anggota Ki thian kau bersedia untuk mendengarkan perintahnya, entah bagaimana tanggapan dari saudara sekalian?" Thian hiang siancu Bwe Leng soat hendak menyatakan ketidak setujuannya, tapi Kim liong lojin segera berkata. "Mereka toh sudah melakukan persiapan yang matang, sekalipun kau menolak apa pula gunanya? Lebih baik lihat saja perkembangan selanjutnya..." "Perempuan ini lain dimulut lain dihati, mungkin saja dia mempunyai rencana busuk yang lain" Kata si dewa cebol Cu Lian ci pula. Setelah tertipu sekali, kini tindak tanduknya jauh lebih was was dan berhati hati. Sementara itu para jago yang berada di dalam barak sebelah barat saling berbisik membicarakan masalah itu, tapi oleh karena dilihatnya Thian hiang siancu, si dewa cebol, Kim liong lojin, maupun Tay gi siansu dari Siau lim pay tidak menunjukkan reaksi apa apa, tentu saja mereka turut membungkam dalam seribu bahasa. Be Siau soh memutar biji matanya memandang sekejap sekeliling arena, kemudian katanya lagi. "Kalau memang saudara sekalian menganggap persoalan ini memang memenuhi selera dan tiada menolak, marilah kita tetapkan demikian saja... cuma, bila pertarungan memperebutkan kedudukan Bengcu itu harus dilakukan satu per satu, banyak waktu yang mungkin akan terbuang percuma..." Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan. "Begini saja, dari pihakku akan diwakili oleh diriku sendiri serta ketiga orang wakil kaucu kami, bila ada orang yang berhasil menangkan kami, maka dialah yang akan menjadi Bengcu dari seluruh dunia persilatan..." Selesai berkata, dia lantas memberi tanda Sangkoan Bu cing, Seng Meh cu dan Siau bin Milek segera melompat naik keatas panggung. Setelah itu, Be Siau soh kembali berkata. "Dalam babak yang pertama ini akan maju Siau bin Milek, sedangkan kami akan mengundurkan diri untuk sementara waktu" Begitu selesai berkata, tiga orang lainnya segera mengundurkan diri dari atas panggung. Sambil memegangi perutnya yang buncit, Siau Mi lek berkata kemudian dengan lantang. "Aku si hwesio adalah si burung bodoh yang akan terbang lebih dulu, siapakah di antara kalian yang bersedia memberi pelajaran dulu kepadaku?" Para ketua perguruan dan perkumpulan yang hadir dalam arena saat itu mengerti jelas bahwa kepandaian silat yang mereka miliki tak lebih hanya setingkat dengan pelindung hukum emas, sudah barang tentu masih selisih jauh bila dibandingkan dengan Siau Mi lek, maka semua orang hanya saling berpandangan saja. Si Dewa cebol Cu Lian ci segera tertawa dingin, serunya kemudian. "Biar lohu yang datang menjumpai dirimu" Sambil mengebaskan ujung bajunya, dia lantas melompat naik ke atas panggung. "Omintohud, lagi lagi kita bersua muka!" Seru Siau Mi lek kemudian sambil tertawa terbahak bahak. "Tak usah banyak berbicara, lancarkan saja seranganmu!" Tukas si dewa cebol cepat. Siau Mi lek cukup memahami akan ilmu Sin sian ci dari musuhnya yang amat lihay, dia tak berani bertindak gegabah, sambil menarik kembali senyumannya, dia lantas bersiap sedia. Hawa murninya segera dihimpun ke dalam sepasang lengannya, kemudian secara beruntun melancarkan serangkaian bacokan berantai. Setiap bacokan yang dilancarkan semuanya tajam bagaikan babatan kampak tajam. Si Dewa cebol segera membentak nyaring kesepuluh jari tangannya yang tajam direntangkan dan menyambar kemuka amat dahsyat. Suatu pertarungan sengit segera berkobar, namun siapapun tak berani menggunakan jurus serangan sampai habis. Puluhan jurus kemudian, Siau bin Mi lek sudah tak bisa tertawa lagi. Berbicara soal tenaga dalam, ternyata dia masih kalah setingkat ketimbang musuhnya seakan akan terbelenggu oleh seutas tali yang tak berwujud, segenap kepandaian silat yang dimilikinya hampir tak bisa dikembangkan lagi. Menyaksikan kejadian ini, semua jago yang berada dibarak sebelah barat menjadi kegirangan. Sebaliknya ketua Ki thian kau Be Siau soh yang berada dibelakang panggung segera berbisik. "Mungkin Siau bin Mi lek sudah tak sanggup untuk bertahan sebanyak tiga gebrakan lagi..." Baru selesai dia berkata, si Dewa cebol Cu Lian ci dengan jurus naga sakti mengembangkan cakar telah menerobos masuk ke balik lapisan tangan Siau bin Mi lek yang rapat, kemudian dengan suatu gerakan cepat mencengkeram tubuh lawan. Angin dingin menyayat badan, dengan kaget Siau bin Mi lek segera membuang bahunya ke samping untuk menghindarkan diri. Sayang tindakannya itu terlambat selangkah, tahu tahu ujung bajunya sudah kena disambar sehingga robek. Merah padam selembar wajah Siau bin Mi lek karena jengah, ujarnya kemudian. "Hei si dewa cebol, ilmu jari dewamu memang sangat lihay, aku si hwesio mengaku kalah" Selesai berkata dia lantas mengundurkan diri dari arena. Tapi Seng Meh cu segera melompat naik ke atas panggung sembari serunya lantang. "Hei dewa cebol, ilmu silatmu memang amat lihay, pinto bersedia untuk meminta petunjukmu" Si Dewa cebol segera menarik muka dan berkata dengan suara dalam. "Lohu tahu kalau kau telah memperoleh segenap kepandaian sakti dari Pek gan thian mo, bila dibandingkan dengan sutemu, kau jauh lebih tangguh, baiklah, akan kulihat sampai dimanakah kelihayanmu itu!" "Maaf!" Seru Seng Meh cu kemudian dengan wajah membesi. Bagaikan angin berpusing, dia segera menerjang ke depan. Menghadapi terjangan musuh itu, mendadak si dewa cebol menarik napas dalam dalam dan melejit ke tengah udara. Dalam waktu singkat, ia telah berhasil menghindari tiga buah pukulan dan tujuh buah tendangan berantai lawannya. Menyaksikan serangannya mengenai sasaran yang kosong, Seng Meh cu naik pitam, kembali dia mengejar ke depan, sepasang tangannya digerakkan menyerang jalan darah kematian disepasang iga lawan dengan jurus Ciong ku ki beng (genta dan tambur bunyi bersama). Si dewa cebol Cu Lian ci tertawa terbahak bahak. Sebab jurus serangan yang digunakan lawan meski banyak titik kelemahannya tapi kehebatannya justru terletak pada pihak lawan yang tak sempat melancarkan serangan balasan. Pengalamannya memang cukup sempurna, maka buru buru sepasang telapak tangannya didorong kedepan dan persis menyentuh sepasang tangan musuh, kemudian dengan meminjam kekuatan tadi, tubuhnya melompat mundur sejauh beberapa kaki dari tempat semula. Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Setelah lolos dari ancaman, dia baru mengejek. "Aah... masa begitu bernapsu kau untuk merebut kemenangan? Tapi... hmm, mampukah kau untuk meraih kemenangan" Paras muka Seng Meh cu sama sekali tidak berubah, sambil tertawa dingin dia pun berseru. "Tua bangka celaka, siapa menang siapa kalah masih belum ketahuan, buat apa kau musti banyak berbicara?" Walaupun dia berkata demikian, dalam hatinya merasa kagum sekali, sebab dilihat dari kemampuan si dewa cebol untuk meminjam lengannya tadi, jelaslah terlihat bahwa tenaga dalam yang dimilikinya masih jauh di atas kemampuannya. Walaupun dia sombong dan tinggi hati, namun hanya suatu pertarungan cepat saja yang mungkin akan mendatangkan kemenangan tak terduga baginya... Maka sekali lagi dia melakukan tubrukan ke depan. Setelah berdiri tegak, kali ini si dewa cebol Cu Lian ci tidak bermaksud untuk mundur lagi. Tangan kirinya dengan ilmu Tay ki na jiu boat mengunci datangnya kepalan musuh, sementara tangan kanannya secara khusus mencari titik kelemahan orang, sebentar mencengkeram sebentar menotok, semuanya tertuju kebagian mematikan ditubuh lawan. Dalam sekejap mata bayangan telapak tangan dan desingan angin jari menderu deru. Seng Meh cu adalah murid utama dari Peng pok sin mo, selain tenaga dalamnya masih kalah dari gurunya, ilmu silat lainnya hampir sembilan puluh persen telah berhasil dikuasahi olehnya. Kini, dia telah mengeluarkan ilmu Leng kou kun yang maha dahsyat ajaran Peng pok sin mo, dalam waktu singkat bayangan tangan dan angin pukulan menderu deru menyelimuti seluruh angkasa, hampir setiap pukulan yang dilancarkan semuanya mengandung jurus mematikan yang mengerikan hati. Namun ilmu Tay ki na jiu hoat yang dimainkan si dewa cebol Cu Lian ci dengan tangan kirinya itu ketat sekali dan mempertahankan diri, sedangkan telapak tangan kanannya dengan himpunan tenaga dalam yang sempurna sebentar menyerang sebentar bertahan, semuanya menghancurkan ancaman musuh, sedemikian lihaynya orang ini sehingga tak malu disebut sebagai si dewa dari daratan. Belasan gerakan kemudian, makin bertarung Seng Meh cu merasakan gelagatnya semakin tidak menguntungkan, bila ingin merebut kembali posisinya yang semakin mendesak, agaknya kecuali kalau dia gunakan ilmu Thian long Cian jun (serigala langit mencakar sukma). Berpikir demikian, dia lantas mendongakkan kepalanya dan memperdengarkan suara lolongan serigala yang mengerikan. Setelah itu, ujung kakinya menjejak permukaan tanah, kemudian dari udara ia menerkam kebawah dengan kecepatan luar biasa. Dua buah cakar setannya secepat kilat mencengkeram ubun ubun si dewa cebol tersebut. Menghadapi ancaman yang luar biasa itu, Dewa cebol Cu Lian ci menjadi amat terperanjat, dengan cepat dia mengerahkan ilmu Sin sian ci nya untuk menotok telapak tangan lawan. "Criiit...!" Bagaikan dipagut ular berbisa, Seng Meh cu tersentak kaget dan terjatuh ke atas panggung, wajahnya segera berubah menjadi pucat pias seperti mayat. Sambil menjura si dewa cebol lantas berseru. "Hu kaucu, banyak terima kasih atas kesediaanmu untuk mengalah!" Seng Meh cu menggigit bibirnya menahan rasa gusar yang meluap, sambil melotot dengan sorot mata penuh rasa dendam dia berseru. "Anggap saja kepandaian silatku memang tidak becus, cuma, kaupun jangan harap bisa memperoleh kesempatan untuk merebut kedudukan Bengcu itu..." "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... soal menang atau kalau bukan menjadi masalah, mengapa kau kok menjadi marah marah?" Ejek si dewa cebol sambil tertawa tergelak. Setelah dewa cebol berhasil menang secara beruntun, para jago yang berada dibarak sebelah barat segera bertepuk tangan meriah. Sementara itu, wakil kaucu pertama Sangkoan Bu cing telah tampilkan diri di atas arena. Dengan munculnya orang ini, para jago mulai berbisik bisik membicarakan masalah tersebut. Semua orang beranggapan bahwa belum tentu ia bisa menandingi kehebatan si dewa cebol. Lain halnya dengan Bwe Leng soat, dia lantas berkata. "Sangkoan Bu cing telah berhasil mempelajari ilmu Ngo heng sin kang dan tujuh jurus Hu si jit si yang maha dahsyat, bila dibandingkan Siau Mi lek maupun Seng Meh cu, dia jauh lebih sukar untuk dihadapi" Akan tetapi semua orang tak mau percaya dengan begitu saja. Dalam pada itu, Sangkoan Bu cing yang berada diatas panggung telah meloloskan sebilah pedang, kemudian dengan dingin dia berkata. "Hei tua bangka, loloskan senjatamu!" Menyaksikan sikap musuhnya memegang pedang, si dewa cebol Cu Lian ci segera mengerti kalau dia telah menjumpai musuh tangguh, dengan cepat kewaspadaannya ditingkatkan, dari sakunya dia mencabut keluar sebilah pedang emas. "Oooh, rupanya kaupun seorang jagoan dalam hal ilmu pedang" Seru Sangkoan Bu cing. "benar benar suatu yang luar biasa, silahkan!" Begitu selesai berkata, dia lantas membuka pertahanan sendiri sambil melepaskan serangan pancingan. Dengan cepat si dewa cebol mengebaskan ujung baju kirinya melepaskan sebuah pukulan dahsyat untuk mendesak mundur hawa pedang musuh yang tajam, kemudian pedang ditangan kanannya melancarkan sebuah serangan balasan dengan jurus sun sui tui wan (mendorong sampan mengikuti arus). Ternyata ia memang seorang ahli pedang kenamaan, hanya cukup dilihat dari serangan tersebut, dapat diketahui bahwa kepandaiannya amat tangguh, para jago di barak sebelah barat segera bersorak sorai memuji. Sekalipun demikian, hawa pedang yang terpancar dari ujung pedang musuh ternyata makin lama semakin tangguh, akhirnya serasa berat bagaikan sebuah bukit karang. Sementara itu, dewa cebol telah menyadari meski musuhnya masih muda, namun tenaga dalamnya amat sempurna, hanya mengandalkan kekuatan ujung baju kirinya saja, tak mungkin bisa membendung ancaman lawan, terasa hatinya menjadi tercengang. Perlu diketahui, tenaga dalam yang dimiliki si dewa cebol Cu Lian ci sesungguhnya telah mencapai puncak kesempurnaan, tenaga murninya itu bisa dia gunakan menurut kehendak hati sendiri. Bila sedang dipancarkan maka kuatnya seperti dinding baja, jangan harap serangan musuh dapat menembusinya. Menyaksikan keadaan tersebut, dia lantas berpikir dalam hati kecilnya. "Ternyata ilmu silat yang tercantum didalam pedang kuno Hu si ku kiam tersebut, benar benar merupakan suatu kepandaian silat yang luar biasa sekali, bila dilihat dari keadaan ini, bukan suatu pekerjaan yang gampang bila ingin menguasahi pemuda ini" Berpikir demikian, dia lantas membentak rendah, kemudian pedangnya digerakkan ke bawah sambil membabat. Cahaya busur berputar diujung pedangnya kemudian sewaktu menyambar kebawah kebetulan sekali berhasil mematahkan serangan musuh. Pendekar cebol ini memang sangat lihay, baik sewaktu melancarkan serangan maupun sewaktu bertahan, semuanya dapat dilakukan dengan suatu gaya yang khas. Sangkoan Bu cing tertawa dingin tiada hentinya, sementara hatinya amat gelisah, pikirnya. "Tenaga dalam maupun pengalaman yang dimiliki kakek tua bangka ini sangat sempurna, aku harus mencari akal untuk meruntuhkan kewibawaannya lebih dulu" Berpikir demikian, hawa murni Ngo heng ceng ki nya disalurkan ke ujung pedang, kemudian menyerang dengan jurus Boan ku kay thian (Boan ku membuka langit). Sementara cahaya bianglala memancarkan panca warna yang gemerlapan, serentetan desingan angin tajam segera memancar keluar ke balik kabut pedang yang tebal. Si Dewa cebol Cu Lian ci segera menyadari kalau gelagat tidak menguntungkan... Sebenarnya dia sedang mainkan itu Tay lo sian kiam, suatu ilmu pedang tingkat tinggi, cahaya pedangnya dapat melindungi badan, meski begitu dia merasakan adanya hawa tajam yang secara menyayat badan. Tak terlukiskan rasa kaget yang dialaminya ketika itu, ujung pedangnya segera menusuk ke depan, Criiing...! secara tepat sekali berhasil menusuk diujung pedang musuh. Tampak si Dewa cebol memanfaatkan kesempatan itu untuk melejit ke udara, setelah itu menyelinap ke belakang punggung Sangkoan Bu cing. Itulah ilmu gerakan tubuh Siam im biau sin hoat yang maha lihay. Walaupun Sangkoan Bu cing angkuh dan tinggi hati, tak urung dibuat kagum juga oleh kelihayan lawannya, tanpa terasa dia bersorak memuji. "Tua bangka, kepandaianmu memang lihay sekali dan cukup tangguh untuk merajai dunia persilatan, tapi aku rasa ilmu pedang Tay lo sian kiammu masih belum mampu untuk menandingi ilmu Hu si jit si ku" Si Dewa cebol segera manggut manggut. "Ucapan dari Hu kaucu memang tepat dan tidak berlebihan, Hu si jit si memang merupakan suatu kepandaian ampuh yang tiada taranya di dunia ini, aku pun pernah berkenalan dengan ayahmu Sangkoan Khi, aku harap kau sebagai putra dari sahabatku jangan turut campur didalam pertikaian dunia yang serba kalut ini, asal kau bersedia untuk mengundurkan diri dari sini dengan selamat" Tergerak juga hati Sangkoan Bu cing setelah mendengar perkataan itu, ia sama sekali tidak bertobat, melainkan timbul niatnya untuk menguasahi sendiri kedudukan Bengcu tersebut. Baru saja dia berpikir demikian, tiba tiba dari belakang panggung sana telah terdengar seseorang membentak keras. "Tua bangka, kau berani melakukan perbuatan yang tidak jujur?" Bentakan tersebut bukan cuma mengejutkan si dewa cebol saja, bahkan segera menyadarkan kembali Sangkoan Bu cing dari lamunannya. dengan cepat dia berpikir. "Aaah, benar bukankah perbuatanmu ini sama halnya dengan menghianati perkumpulan?" Tanpa terasa tubuhnya menjadi bergidik dan menggigil keras, seketika itu juga semua kemarahannya dilimpahkan kepada musuhnya. Dengan suara keras ia membentak. "Tua bangka celaka, kau tak usah memikirkan yang bukan bukan, lebih baik kita tentukan saja siapa yang lebih unggul diantara kita berdua" Si Dewa cebol mengerti bahwa pihak lawan sudah terlanjur menjadi sesat, sekalipun dinasehati juga percuma, maka tangannya segera digetarkan menciptakan selapis cahaya hijau yang segera mengurung sekujur badan Sangkoan Bu cing. Sangkoan Bu cing tertawa dingin, pedangnya sekali lagi melancarkan babatan ke depan Seketika itu juga tampak panca warna yang gemerlapan menyelimuti seluruh angkasa. Seakan akan terpengaruh oleh suatu kekuasaan yang tak berwujud, seketika itu juga ilmu pedang Tay lo sian kiam dari si dewa cebol Cu Lian ci tak dapat dikembangkan, malah tenaga serangan musuh bagaikan amukan ombak dahsyat di tengah samudra melanda datang tiada hentinya. Pendekar Cengeng Karya Kho Ping Hoo Sepasang Rajah Naga Karya Kho Ping Hoo Rajawali Lembah Huai Karya Kho Ping Hoo