Ceritasilat Novel Online

Pedang Karat Pena Beraksara 21


Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan ID Bagian 21


Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya dari Tjan I D   Siapa tahu ketika Siau Beng-san sekalian sedang mencapai kuil Sikjin tian, tiba-tiba saja mereka roboh dan tewas, Thi jiau-tong long Lu Yau cun yang berjarak paling dekat dengan mereka pun pada saat yang bersamaan ditemukan tewas, apa yang menjadi penyebab dari kematian mereka sama sekali tidak diketahui, tapi siaute menegaskan bahwa perbuatan ini bukan hasil karya dari perkumpulan kami."   Ketika Wi Tiong hong mendengar apa yang dikatakan orang itu persis sama dengan apa yang dia dengar, dengan cepat ia bangkit sembari berkata: "Apa yang diucapkan Chin congkoan memang benar, apa yang boanpwe dengarpun begitu pula, sesungguhnya orang-orang dari Ban-li-piau-kiok telah mati keracunan karena menginjak racun tanpa wujud yang sengaja disebarkan orang-orang Tok-see sia diatas permukaan tanah seputar tempat kejadian."   Mencorong sinar tajam sepasang mata Sah Thian yu sesudah mendengar perkataan itu, dia segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.   "Haaaahh ...haaahh ...haaahh ...untuk merebut Lou bun si dari tangan orang lain, kebanyakan jago persilatan telah mempergunakan pelbagai macam cara yang keji untuk mendapatkannya, kami orang orang dari Tok see sia juga tidak takut menyalahi perguruan mana pun, tentu saja kami pun tak akan menyangkal atas perbuatan yang telah kami lakukan." "Benar, orang-orang Ban li piaukiok memang mati akibat keracunan, tapi lou bun si yang berhasil kami peroleh, akhirnya terjatuh kembali ke tangan orang orang Bankiam-hwee."   Su tok thian ong memang selama ini termashur karena racunnya yang amat keji, walaupun mereka sudah membunuh orang-orang Bu tong pay, tentu saja peristiwa tersebut sama sekali tidak dipikirkan didalam hati mereka.   Itulah sebabnya dia lantas mengaku, sebab seperti apa yang dia katakan, orang orang Tok see sia memang tak pernah takut untuk menyalahi perguruan mana pun.   Thian khi cu sama sekali tidak menyangka kalau Sah Thian yu akan mengakui dengan berterus terang, bahkan kalau didengar dari nada suaranya dia seperti sama sekali tak memandang sebelah matapun terhadap pihak Bu tong pay, tanpa terasa wajahnya jadi tertegun.   Tapi selang berapa saat, dia pun menjura seraya berkata kembali: "Siancay, siancay, kalau toh toheng sudah mengakui atas tanggung jawab tersebut, kita perhitungkan kembali dikemudian hari saja."   Beberapa patah kata ini di ucapkan tanpa meninggikan diri, tak pula merendahkan diri, selain luwes juga penuh dengan sopan santun.   Karena pada saat ini dia adalah seorang tamu dari Ban kiam hwee, dengan kedudukannya tentu saja dia tak bisa bermusuhan secara langsung dengan Seh Thian yu, disamping itu diapun telah memberikan pendiriannya bahwa Bu Tong pay tak akan berpeluk tangan belaka atas peristiwa terbunuhnya anggota Bu Tong-pay.   Sebagai seorang jagoan yang berpengalaman sudah barang tentu Seh Thian-yu juga dapat menangkap nada pembicaraan dari Thian Khi-cu, dia tertawa hambar lalu menyahut.   "Ucapan To heng memang benar, siaute akan menurut perintah saja."   Yang dimaksudkan "menurut perintah"   Tentu saja setiap saat dia bersedia menantikan pembalasan dendam dari lawan.   Tiga orang anggota Bu tong-pay yang berdiri dibelakang Thian Khi cu segera berubah muka, sebaliknya Thian Khi cu sendiri sama sekali tidak dibikin gusar oleh kejadian itu, malah sambil tersenyum ia duduk kembali.   Setelah Thian Khi cu dari Bu tong pay duduk kembali, Sip cu dari Siau lim-pay segera bangkit berdiri lalu sambil merangkap tangannya didepan dada katanya: "omitohud, pinceng pun harus menerangkan juga kepada Hweecu bahwa sebagai orang beragama, pantangan yang paling besar adalah mengincar barang milik orang, dan sekali pun Lou bun-si dianggap oleh sementara umat persilatan sebagai benda mestika yang tak ternilai harganya, namun pinceng tak berani mengincarnya.   Pinceng dan Beng sute datang kemari karena kami dengar Ting pangcu dari Thipit pang telah terbunuh di kuil Sik-ji tian.   Tapi menurut berita yang kemudian pinceng dengar ditengah jalan, yang tewas ternyata bUkan Ting pangcu pribadi, melainkan hanya seorang manusia gadUngan.   Antara Ting pangcu dengan kuil kami sesungguhnya terjalin suatu hubungan yang erat, apa lagi kejadian inipun berlangsung ditempat yang terletak begitu dekat dengan markas besar jago-jago pedang berpita hitam, itulah sebabnya pinceng memberanikan diri untuk minta pendapat dari hweecu."   Kali ini rupanya orang-orang Siau lim-pay menampilkan diri untuk menuntut keadilan buat Ting Ci kang.   Selapis perasaan tak sabar segera menghiasi raut wajah Ban kiam hweecu tampaknya teguran dan tuntutan dari pihak Bu tong pay dan Siau limpay yang secara beruntun membUat hatinya merasa tak tenang, sorot matanya lantas di arahkan congkoan pedang berpita hitam dan manggut-manggut.   Congkoan pedang berpita hitam Chin Toa-seng segera menjura, kemudian ujarnya: "Tentang yang menyangkut ketua Thi pit pang Ting tayhiap.   tadi Wi tayhiap menurunkan perintah Siu lo Ci leng tempo hari dan menitahkan kepada siaute untuk membebaskan Ting tayhiap.   berhubung siaute mencurigai Loa bun si sudah terjatuh kepihak Thi pit pang, maka sudah barang tentu kami tak dapat membebaskannya dengan begitu saja.   Terpaksa kami pun mengutus wakil congkoan yakni cu Bun wi untuk menyamar sebagai Ting tayhiap.   menurut pikiran siaute semula, kami hanya ingin menyelidiki jejak Lon Bun si itu kemudian baru membebaskannya, dalam hal ini kami telah memperoleh pengertian dari Wi tayhiap tadi."   Dengan tak sabar Thian ti tiau siu segera menukas: "cukup, Cukup, justeru karena lohu mendapat berita tentang hal inilah maka lohu menyusul kemari, sekarang sudah seharusnya kita membicarakan tentang masalah pokoknya."   Ban kiam hweeCu tak banyak berbicara lagi, dia segera merogoh kedalam sakunya dan mengeluarkan sebuah rantai emas, diujung rantai itu terlihat sebuah anak kunci kecil yang terbuat dari emas dan dipakainya untuk membuka kotak kecil itu.   Walaupun para jago yang hadir dalam ruangan tersebut tak tahu benda apakah yang disimpan dalam kotak itu, tetapi kalau dilihat dari perbuatan Ban kiam hweeCu yang merogoh ke dalam saku hanya untuk mengambil sebuah rantai emas, dan di ujung rantai emas itu hanya terdapat sebuah anak kunci emas, dengan kunci emas itulah dia membuka kotak emas mana bisa disimpulkan kalau benda yang tersimpan didalam kotak itu sudah pasti merupakan sebuah benda yang tak ternilai harganya.   Tanpa terasa timbul ah perasaan ingin tahu dalam hati setiap orang, walaupun mereka masih tetap duduk tak berkutik ditempat semula namun sorot mata mereka yang tajam telah tertuju keatas kotak tersebut.   Ban kiam hweecu tersenyum, dengan jari tangannya yang langsing dan putih, dia mengeluarkan sebuah pena kemala berwarna hijau yang panjangnya hanya enam inci dari dalam kotak tersebut.   Dalam waktu singkat, mencorong sinar tajam dari balik mata semua orang, diam-diam mereka berpekik keras: "oooh, Lou bun-si....!"   Benar, benda yang berada ditangan Ban kiam hweecu sekarang bukan lain adalah Lou bun-si yang di ncar dan beberapa kali menjadi benda perebutan dari umat persilatan.   Sambil tertawa Ban kiam hweecu segera memperlihatkan Lou bun si tersebut kepada semua orang, kemudian katanya.   "Aku rasa kalian semua pasti sudah tahu bukan bahwa pena kemala ini tak lain adalah Lou-bun-si ..."   Belum habis dia berkata, mendadak terdengar suara desingan angin tajam berkelebat lewat, menyusul kemudian munculnya serentetan bayangan abu-abu yang secepat sambaran kilat menerobos masuk lewat ruang depan dan melalui atas batok kepala manusia langsung menerjang kearah Ban-kiam hweecu.   Kecepatan gerak orang itu benar-benar luar biasa, sedemikian banyak jago lihay yang hadir dalam ruangan itu, ternyata tiada seorang manusiapun yang sempat melihat jelas raut wajah dari bayangan manusia tersebut.   "Tunggu dulu!"   Suara itu berasal dari mulut Thian ti tiau siu. Menyusul suara teguran tersebut dari tengah udara segera berkumandang suara benturan yang amat keras. "Blaaammm ..."   Ditengah bentrokan yang nyaring, hawa pukulan menggulung ke empat penjuru, keadaannya mengerikan sekali. "Tua bangka celaka."   Terdengar suara seorang kakek mendengus dengan suara dalam. "cring "   Empat cahaya pedang berwarna keperak-perakan pada saat yang bersamaan menyambar sekeliling tubuh Ban kiam hweecu, Empat orang dayang perempuan yang berada dibelakang Ban kiam hweecu tahu-tahu telah bertindak.   meski serangan yang mereka lancarkan tak bisa di bilang amat cepat, tapi sekarang mereka sudah merupakan benteng pertahanan terakhir, paling tidak tindakan yang mereka ambil tidak sampai lebih lambat dari orang lain.   Tapi mereka toh terlambat selangkah juga, tidak, bukan hanya selangkah, buktinya orang itu sudah saling beradu kekuatan satu kali dengan Thian ti tiau siu, bahkan sekarang tubuhnya sudah melayang mundur sejauh satu kaki lebih dari tempat semula.   Bayangan manusia begitu turun kepermukaan tanah, segera muncul ah seorang kakek berbaju coklat yang berpunggung bungkuk.   sepasang matanya yang tajam dan menggidikkan hati kini sedang mengawasi wajah Thian ti Tiau siu lekat-lekat, kemudian sambil tertawa katanya: "Sungguh tak kusangka kalau dalam dunia persilatan di daratan Tionggoan ini masih terdapat jagoan yang hebat seperti kau." "Huh, selama lohu hadir disini, memangnya aku akan memberi kesempatan kepadamu untuk merebutnya ?"   Jengek Thian-ti-tiau-siu dengan suara dingin.   Ucapan ini memang tidak salah, bagaimana pun juga Ban-kiam Hweecu merupakan seorang jagoan pedang yang disebut sebagai jagoan nomor wahid di kolong langit, tapi percuma saja kepandaian tersebut pada saat ini.   Dalam ruanganpun hadir Kam Liu-cu bersaudara dari Thian-sat-bun, disana hadir juga Seh Thian-yu salah seorang dari Su-tok-thian-ong, tapi kenyataannya kepandaian silat mereka yang amat lihaipun seolah-olah sama sekali tak berguna.   Hari ini seandainya disitu tidak hadir Thian ti tiau siu, kemungkinan besar Lou bun si sudah berpindah ke tangan orang lain.   Sekalipun semua orang kemudian meningkatkan kewaspadaannya namun siapakah yang mampu menghalangi perbuatannya itu? "Benda itu merupakan benda milik majikan tua kami, siapa yang mengatakan kalau aku sedang merampas ?"   Seru kakek baju coklat itu. "Sret, sret, sret sret"   Kembali muncul empat bayangan manusia didepan ruangan, mereka adalah enapat orang lelaki kekar yang mengenakan pakaian ringkas berwarna coklat.   Tapi berhubung baru saja terjadi peristiwa perampasan Lou-bun-si oleh kakek berbaju coklat itu, maka keempat orang jago pedang berpita hijau yang berdiri didepan pintu ruangan segera mencabut keluar pedang mereka dengan gerakan cepat kemudian menghadang jalan pergi orang-orang itu.   Pada saat itulah So Siau-hui yang duduk di samping Wi Tiong hong telah bangkit berdiri kemudian sambil menggapai teriaknya.   "Empek Ou, jangan ribut lagi dengan mereka."   Kakek berbaju coklat itu segera berjalan mendekati Su Siau-hui, kemudian katanya sambil tersenyum: "Nona besar, mengapa kau datang kemari seorang diri? Kau bikin budak tua harus lari kesana kemari untuk mencarimu."   So Siau hui duduk kembali, lalu sambil menepuk kursi disampingnya dia berkata: "Empek Ou, kau pun boleh duduk disisiku kemari." "Nona besar lagi duduk disitu, mana ada tempat duduk buat budak tua."   Sahut kakek berbaju coklat itu dengan suara lirih.   Sorot matanya segera dialihkan kesekeliling tempat itu, sewaktu melihat Lan Kun-pit berada dideretan bangku sebelah depan, buru-buru dia membungkukkan badannya sembari berkata: "oooh, rupanya Siau sauya juga berada disini."   Jangan dilihat Lan Kun-pit dihari hari biasa selalu bersikap sombong dan tinggi hati, tapi setelah berjumpa dengan kakek berbaju coklat itu sikapnya segera berubah menjadi amat menghormat. "orang tua Ou, baik-baikkah kau?"   Serunya pula sambil membalas hormat. So siau hui segera mendongakkan kepalanya memandang Ban kiam hwee cu kemudian sambil tertawa.   "sekarang sudah tak ada urusan lagi, harap hwee cu jangan menyalahkan kami."   Suasana dalam ruangan berubah menjadi tenang kembali, ke empat jago pedang berpita hijau yang berada didepan rua nganpun segera menyimpan kembali pedangnya dan mundur ketempat semula.   Ke empat orang lelaki berbaju coklat itu segera masuk kedalam ruangan dan berdiri dibelakang kakek berbaju coklat itu.   Sambil tersenyum dan manggut-manggutkan kiam hwee cu berpaling kearah Su Siau- hui kemudian katanya: "Sudah lama kudengar kalau ilmu silat aliran Lam hay bun lihay sekali, baru hari ini sepasang mataku benar benar terbuka."   Kakek berbaju coklat itu berdiri disamping su Siau hui, sambil mengelus jenggotnya yang warna putih, katanya angkuh.   "Kalau dilihat dari gerak seranganmu itu, nampaknya kau pun tidak lamban, serangan jari tanganmu itupun sudah memiliki hawa pedang sebesar tiga empat bagian, coba kalau berganti orang lain, sudah pasti mereka tak akan tahan."   Semua orang hanya mengira Tian ti tiau siu saja yang telah beradu kekuatan dengannya, siapa tahu Ban kiam hweecu pun telah melancarkan pula serangan dahsyatnya.   Dengan suara lembut Su Siau hui berkata: "Empek ou harap kau jangan berbicara lagi, aku adalah tamu agung dari Ban kiam hwecu, mari kita mendengarkan pembicaraan dari Ban kiam hwee cu lebih dulu."   Maka semua orang pun mengalihkan kembali sorot matanya kearah Ban kiam hweecu.   Selembar wajah Buyung Siu, congkoan dari pasukan jago pedang berpita hijau nampak sangat suram, sedangkan sikap Chin Toa seng, congkoan pedang berpita hitam pun berubah menjadi amat lesu dan lemas.   Sekali lagi Ban kiam hwecu mengeluarkan Lou bun si itu, kemudian berkata dengan suara nyaring: "Lou bun si ini baru kuterima pada tiga hari berselang ketika cin congkoan mengutus orang untuk menyampaikannya kepada kami, setelah pena ini diperlihatkan kepada ayahku, benda tersebut kukunci terus di dalam kotak ini dan tiada orang ketiga yang pernah melihatnya.   Sekarang, aku ingin sekali mengundang dua orang saksi untuk memeriksa benda ini dan membuktikan apakah benda ini benar-benar merupakan benda yang asli atau bukan."   Semua orang tidak tahu siapakah kedua orang saksi yang dimaksudkan oleh sebab itu siapa pun tidak bersuara.   Sesudah berhenti sejenak.   Ban kiam hwe cu mendongakkan kepalanya dan berkata lagi: "Menurut apa yang kuketahui pada mulanya pena ini ditemukan lebih dahulu oleh Siau Beng san dari Bu tong pay di wilayah Kang lam, akan tetapi berhubung Siau Beng san telah tewas, maka dimanakah dia berhasil menemukan benda tersebut, hingga kini tiada seorang pun yang mengetahuinya secara jelas."   Sewaktu mengucapkan perkataan itu, sorot matanya seperti sengaja tak sengaja dialihkan kearah Thian Ki-cu dan perkataan itupun sengaja dihentikan artinya tentu saja mempersilahkan Thian Khicu untuk membuka suara.   Jika dilihat dari tindakan Siau Beng san setelah menempatkan "Lou-bun-si"   Tersebut dan menghantarnya sendiri pulang gunung, disamping itu Keng hian dan Keng jin totiang telah diutus untuk turun gunung dan menyambut kedatangannya, tentu saja hal ini bukan merupakan suatu kejadian yang kebetulan saja.   Ditinjau dari sini, bisa jadi Siau Beng san telah mengirim orang untuk melaporkan kejadian ini kepartainya, itu berarti Thian Ki cu mengetahui juga dari manakah siau Beng san berhasil mendapatkan benda mestika tersebut.   Akan tetapi Thian Khi cu hanya duduk saja sambil memejamkan mata, mulutnya membungkam dalam seribu bahasa.   Tampaknya dia enggan untuk memperbincangkan tentang persoalan tersebut.   Terdengar Ban kiam hweecu berkata lebih jauh: "Rombongan yang dipimpin siau Beng-san akhirnya tewas di kuil Sik jin tian karena di atas permukaan tanah diseputar tempat itu sudah diberi racun tanpa wujud, sehingga barang siapa yang menginjak racun itu maka tanpa disadari mereka tewas.   Setelah peristiwa itu terjadi, maka Lou bun si pun segera berpindah tangan dan terjatuh ke tangan Tok Hay ji dari perguruan Seh to tiang.   Tapi belum lama setelah Tok Hay ji berhasil mendapatkan pena mestika tersebut, dia telah dikejar-kejar dua orang manusia berkerudung yang memiliki ilmu silat sangat tinggi, haaah ...haah ...kalau dipikirkan kembali sekarang, ternyata manusia berkerudung itu tak lain adalah Kam tayhiap dan nona Liu dari Thian sat bun." "Haah...haaah...   haaah ....Hweecu benar-benar amat lihay."   Kam Liu cu tertawa.   Terdengar Ban kiam hweecu berkata lebih jauh.   "Tok Hay ji menyembunyikan diri didalam perusahaanan Wan piaukiok dalam kota Sang siau, dibawah pengawasan Kam tayhiap yang amat ketat, ta tak berani munculkan diri, maka benda itu pun segera di sembunyikan di atas tiang rumah..."   Diam-diam Sim cu ki Beng kiam ho manggut-manggut, pikirnya.   "oooh, rupanya demikian."   Terdengar Ban kiam hweecu berkata lebih lanjut: "Kemudian tanpa sengaja Wi Tayhiap telah mendapatkannya, akan tetapi Wi tayhiap yang berjiwa besar telah memberitahukan hal ini kepada saudara angkatnya Ting ci kang, tadi aku sudah menyatakan permintaan maaf yang sedalam-dalamnya, karena Ting ci kang yang hadapi sesungguhnya bukan lain adalah hasil penyaruan dari Hu congkoan perkumpulan kami.   Maka pena mestika inipun terjatuh kembali ke tangan orang orang perkumpulan kami, Nah, begitulah kisah terjadinya Lou bun-si sejak di temukan hingga bertukar tangan berulang kali, aku percaya sekali pun kalian belum pernah mengalami sendiri.   paling tidak pasti sudah mendengarnya bukan? Ada pun tujuan dari penuturanku tadi tak lain adalah ingin meminta bantuan dari Tok Hay-ji dan Wi tayhiap untuk membuktikan kebenaran dari benda tersebut, sekarang harap kalian berdua tampilkan diri dan cobalah diperiksa dahulu apakah benda ini benar- benar merupakan benda yang berhasil kalian berdua temukan."   Mendengar perkataan tersebut, Wi Tiong hong benar-benar segera bangkit berdiri.   Tok Hay-ji tak berani maju secara sembarangan karena disitu hadir gurunya.   Ketika Seh Thianyu sudah menganggukkan kepalanya, dia baru beranjak dan maju ke depan.   Ban kiam Hwecu menyerahkan Lou bun-si itu kepada Wi Tiong-hong lebih dulu, katanya.   "Wi tayhiap silahkan kau periksa."   Wi Tiong-hong menerima benda tersebut dan diamatinya beberapa saat, kemudian sambil mendongakkan kepalanya dia berkata: "Menurut apa yang kudengar, benda ini semuanya berjumlah tiga buah, dua buah yang palsu dan yang satu asli..."   Ban kiam Hwe cu tertawa ringan.   "Apa yang diucapkan Wi tayhiap memang benar, Lou bun si memang terdiri tiga buah dua yang palsu dan satu yang asli, bentuk dari ke tiga benda tersebut sama antara yang satu dengan lainnya hingga siapapun tak dapat membedakan palsu dan aslinya, kini, aku bukan meminta kepada Wi tayhiap untuk membuktikan asli dan tidaknya, aku hanya mohon kepada Wi tayhiap agar memeriksa benda ini, apakah benar benda ini merupakan benda yang berhasil kau temukan tempo hari."   Sekali lagi Wi Tiong hong memeriksa benda itu beberapa saat, akan tetapi ia tidak berhasil menemukan sesuatu yang aneh, maka katanya kemudian: "Aku tak berani memastikan, kalau dilihat dari bentuknya, aku pikir tak bakal salah lagi." "Baik.   kalau begitu silahkan Wi tayhiap ke tempat duduknya semula."   Wi Tiong hong menyerahkan kembalipena mestika itu, kemudian membalikkan badan dan mengundurkan diri dari situ. Kemudian Ban kiam Hweecu menyerahkan Lou bun si tersebut ke tangan Tok Hay ji seraya berkata.   "Wi tayhiap tak bisa menentukan, sekarang giliranmu yang harus memeriksanya."   Tok Hay ji menerima benda itu dan diamatinya sejenak, kemudian sahutnya.   "Benar, memang pena ini." "Sudah kau periksa dengan seksama?"   Seru Seh Thian yu tiba-tiba dengan suara lantang. Tok Hay ji tertawa bangga.   "Tecu telah memeriksa dengan jelas sekali, waktu itu tecu telah melumurkan segumpal lumpur diatas huruf "it"   Dari tulisan "Thian hee-tit it"   Yang ada diatas tubuh pena tersebut, sampai sekarang lumpur tersebut masih melekat diatas pena, jadi aku berkesimpulan kalau hal ini tidak bakal salah lagi."   Ban kiam hweecu tertawa gembira, katanya kemudian sambil mengangguk berulang kali.   "Bila kau dapat membuktikan akan kebenaran dari pena ini, hal mana akan jauh lebih baik lagi dan ku ucapkan banyak terima kasih atas kesediaanmu ini." "Kaiau hanya berterima kasih saja apa gunanya?"   Jengek Tok Hay ji cepat.   Dia meletakkan kembali pena tersebut kemeja, kemudian mengundurkan diri ke belakang Seh Thian yu.   Sambil mengangkat Lou bun si tersebut ke-atas, Ban kiam hwee cn kembali berkata: "Setelah mendapat kepastian dari Tok Hay-ji, anak murid Seh totiang bahwasanya pena yang diperolehnya adalah pena tersebut, maka hal ini membuktikan pula kalau pena yang kemudian terjatuh ke tangan Wi tayhiap kemudian terjatuh kembali ketangan perkumpulan kami adalah pena tersebut, berarti perkumpulan kami tidak membuat benda palsu untuk menukar benda yang asli tersebut." "Apakah Lou bun si itu bukan benda palsu?"   Tiba-tiba Seh Thian yu bertanya. Ban kiam Hwee cu menggelengkan kepalanya berulang kali.   "Tentang soal ini, aku merasa kurang tahu."   Seh Thian yu segera melirik ke arah Su Siau hui, kemudian katanya lagi.   "Nona ini kalau toh berasal dari Lam hay, tentunya kau bisa membedakan mana yang palsu dan mana yang asli bukan?" "Tadi, bukankah Wi siauhiap sudah bilang bahwa Lou bun si semuanya terdiri dari tiga buah dengan dua yang palsu dan satu asli, sampai sekarang aku toh belum pernah menyaksikan benda itu sendiri, bagaimana mungkin aku bisa mengetahuinya?"   Jawab Su Siau hui dengan suara yang dingin sekali. Seh Thian yu yang terbentur batunya hanya bisa tertawa kering dan tidak berbicara lagi. Wi Tiong hong segera buka suara katanya.   "Menurut apa yang kuketahui, pada tiga puluh tahun berselang Tou lopang cu dari Thi-pit-pang pernah mendapatkan sebuah, waktu itu konon terjadi suatu badai kekalutan yang kacau dan perebutan mestika yang ramai sekali. Akhirnya karena Tau lo pangcu merasa gusar sekali atas kerakusan orang- orang pada waktu itu, dia telah menghancur lumatkan pena tersebut, waktu itulah semua orang baru tahu kalau benda itu palsu, kalau dilihat dari sini dapat berarti kini hanya tinggal satu palsu dan satu asli."   Seh Thian-yu mendehem beberapa kali lalu tertawa seram. "Heeeh, heeeh, heeeh menurut cerita orang persilatan tempo dulu, pihak Ban-kiam- hwee pernah menyerbu ke Lam-hay dan ke tiga batang Lou bun-si tersebut telah didapatkan semua oleh Toa lotou."   Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Tampaknya dia bermaksud untuk menghasut memancing terjadinya suatu pembalasan dendam antara Lam hay bun dengan Ban kiam hwee, maka sembari berkata sorot matanya dingin dan licik itu memandang sekejap ke arah Su Siau hui.   Kemudian setelan berhenti sejenak.   lanjutnya: "Konon di dalam serbuan Ban kiam hwee ke Lam hay waktu itu, kedua belah pihak sama-sama jatuh korban banyak.   kawan jago lihay yang dibawa Ban kiam Hweecu untuk melancarkan serbuan pun hanya tiga orang yang berhasil mundur dalam keadaan utuh.   Dari ke tiga orang itu dan si toa Too, rupanya mereka sembari mundar sambil menyambar barang dengan merampas Lou bun-si dari tangan orang orang Lam hay, tentu saja yang lain tak akan membiarkan dia mengangkangi benda tersebut seorang diri.   Untung saja Lou-bun si itu terdiri dari tiga batang dan satu sama lainnya berbentuk sama, karena siapa pun tak dapat membedakan mana yang asli dan mana yang palsu, akhirnya masing-masing orang mendapatkan seorang sebatang.   Tentu saja persoalan ini merupakan suatu peristiwa yang teramat rahasia, hingga tiga puluh tahun berselang, dalam dunia persilatan baru mulai tersiar kembali kabar berita tentang Lou bun si, banyak orang berbondong-bondong mulai datang mencari benda tersebut, dalam keadaan terpaksa akhirnya dia menghancurkan lumat pena kemala tersebut, padahal dia sudah tahu semenjak lama kalau benda yang diperolehnya hanya benda palsu belaka." "Ehmmm, cerita mu itu memang ada yang benar"   Kata Thian ti tiau siu kemudian.   "hubungan lohu dengan si tua Tau sudah berlangsung puluhan tahun lamanya, aku paling memahami tentang wataknya, Ya, betul.   si tua Tau memang berhasil mendapatkan sebatang Lou bun si dari pihak Lam-hay, tapi tidak berjumlah tiga batang, juga tiada orang yang memaksanya untuk membagi benda tersebut dengannya sebab Lou bun si tersebut tak lain adalah benda palsu belaka.   Berbicara dari watak si tua Tau, benda itu akan dibuangnya semenjak dahulu, akhirnya dia bisa menyimpannya didalam saku tak lain tak bukan adalah atas anjuran lohu, sebab walaupun lou bun si itu palsu, bahan kemalanya justru merupakan kemala hijau yang amat bagus.   Itulah pena kemala yang pada akhirnya dia hancur lumatkan itu, tapi benda tersebut dihancurkan olehnya setelah tiga puluh tahun lamanya dia simpan secara baik-baik, benda itu dihancurkan karena seperti apa yang kau katakan tadi, ada orang mulai mengincar benda tersebut secara terus menerus."   Seh Thian yu segera tertawa hambar.   "Ah. siaute sendiripun hanya mendengar dari cerita orang saja."   Katanya. "Huuuh."   Si kakek pamancing dari telaga langit kembali meludah sambil melotot besar, "Kaupun berani menyebut saudara dengan lohu ? Kau masih selisih amat jauh bila dibandingkan dengan lohu, mengerti ?"   Lok Khi segera tertawa cekikikan kegelian, Seh Thian-yu cukup menyadari akan kehebatan ilmu silat lawannya, dia takut mencari gara-gara dengannya karena kuatir akan dipanclng seperti ikan pula olehnya dihadapan orang banyak.   Maka sembari mengelus jenggotnya dia lantas berpaling kearah lain dan tak berani banyak bicara lagi.   Dalam pada itu, terdengar Ban kiam Hweecu telah berkata lagi: "Aku sengaja mengundang kehadiran saudara sekalian kemari, pertama, ingin menentukan asli atau tidaknya pena tersebut, kedua, aku pun ingin mengungkap rahasia dunia persilatan yang beredar selama banyak tahun ini." "Heeeh, heeeh, heeeh, Hwee-cu, kau tak akan berbicara lain dimulut lain dihati bukan?"   Sindir Seh Thian-yu sambil tertawa seram.   Ban kiam Hweecu tertawa hambar.   "Sekarang, Lou bun si sudah berada dihadapan kalian, dan lagi muridmu sudah membuktikan sendiri kalau benda tersebut adalah benda yang pernah dldapatkan olehnya, dari mana kau bisa menuduh aku berbicara lain dimulut lain dihati ?" "Aku tahu kalau kedatangan Seh Tootiang dibukit Pit bun san ini untuk mendapatkan Lou bun si, oleh sebab itu kupersilahkan kepada Seh tootiang untuk duduk beberapa saat lagi, asal aku sudah dapat menentukan asli atau tidaknya pena kumala ini serta mengungkapkan rahasia dibaliknya, kita boleh segera berunding untuk mendapatkannya, baik secara kekerasan atau pertandingan untuk menentukan siapa yang berhak mendapatkan pena ini.   Bagaimana menurut pendapat tootiang?"   Seh Thian yu segera tertawa terbahak-bahak. "Haaahh ..haahh...haahh... bagus.. Bagus sekali! Mari kita laksanakan dengan begitu saja." "Bu liang siu hud."   Thian Khi cu turut angkat bicara, katanya.   "Usul dari hweecu sangat bersimpatik sekali, selama seratus tahun ini, dunia persilatan sudah dipenuhi oleh berbagai macam cerita tentang Lou bun si tersebut, semua orang menganggap berita dan cerita mana tak dapat dipercaya, malah ada yang mengatakan barang siapa berhasil mendapatkan pena ini maka dia menjadi seorang jagoan yang tiada tandingannya dikolong langit. oleh sebab itulah setiap umat persilatan selalu berusaha untuk mendapatkan pena itu dan akibatnya terjadilah pertikaian, perebutan dan pertarungan untuk saling mendapatkan benda mana. Apabila Hweecu bersedia untuk mengungkap rahasia dari pena tersebut hari ini dan melenyapkan suatu pertikaian diakibatkan benda mana tindakan yang terpuji." "Terima kasih banyak atas perkataan dan to-tiang, dalam dunia persilatan terdapat dua versi cerita yang berbeda satu sama lainnya. Menurut versi cerita yang pertama, dikatakan kalau diatas pena Lou bun si tersebut terukir serangkaian ilmu silat yang maha dahsyat konon barang siapa berhasil mempelajari ilmu silat tersebut, dia akan menjadi manusia nomor wahid di kolong langit. Dalam hal ini, aku rasa saudara sekalian sudah melihat sendiri, diatas pena Lou bun si sama sekali tiada ukiran ilmu silat seperti apa yang di beritakan kecuali empat huruf besar yang berbunyi.   "THIAN THE TI IT" (Nomor wahid dikolong langit), oleh karena itu berita yang pertama sudah tak bisa diterima dengan begitu saja. -Menurut cerita kedua, konon di dalam pena Lou bun si ini tersimpan selembar kertas yang berisikan catatan ilmu silat, dalam hal ini sulit rasanya untuk dikatakan, namun pena ini berbentuk polos, sekalipun didalamnya terdapat rahasia, apabila kita tidak mengetahui cara untuk membukanya, jangan harap rahasia tersebut bisa diperoleh."   Seh Tian yu tertawa seram, timbrungnya.   "Siaute pernah mendengar orang berkata, konon ditengah pena tersebut sebetulnya terdapat ruang kosong yang digunakan untuk menyimpan lembaran kertas yang berisi catatan ilmu silat, dibilang serangkaian ilmu silat, padahal cuma satu jurus ilmu pedang saja, namun di balik jurus pedang mana tercakup seluruh intisari dari semua ilmu pedang yang terdapat di dunia ini. Perkumpulan Ban kiam hwee menyebut diri sebagai perkumpulan yang memiliki ilmu pedang nomor wahid di kolong langit, oleh sebab itu kalian kuatir jika jurus pedang itu sampai terjatuh ke tangan orang lain, Hwecu mengapa kau tidak menambahkan keterangan mengenai hal ini."   Ban kiam hweecu tersenyum.   "Setiap orang persilatan, bisa saja berkata demikian, cuma berita yang tersiar belum tentu kebenarannya, aku pun pernah mendengar kalau Lou bun si bisa memunahkan berbagai macam racun keji yang ada di kolong langit, benda itu sesungguhnya merupakan satu-satunya benda yang bisa menandingi keampuhan Tok se sia kalian, mungkin itulah yang menyebabkan kalian bertekad untuk mendapatkannya ?"   Begitulah, ke dua orang itu saling menyerang dengan menggunakan kata-kata yang tajam, tapi dengan demikian pula terungkap sudah apa yang menyebabkan kedua belah pihak sama sama ngotot untuk mendapatkan Lou bun si tersebut.   Rupanya pena mestika itu mempunyai pengaruh yang besar sekali atas hidup atau matinya perkumpulan mereka, Seh Thian yu segera tertawa terbahak-bahak.   "Haaa ..haaa .   , haa ..hah ..   Hweecu terlampau memandang rendah kepada kekuatan Tok see sia kami, kendatipun Lou bun si itu juga dapat memunahkan racun, belum tentu dia merupakan tandingan dari Tok seh sia kami." "Makanya kita tak usah ribut dahulu disebabkan masalah yang sepele itu."   Seru Ban siam Hwee cu lagi.   "menurut pendapatku, lebih baik kita berdaya upaya untuk membuktikan dulu asli atau tidaknya pena mestika tersebut, kemudian baru menyelidiki kegunaan yang sesungguhnya dari pena itu ..." "Asal bisa ditentukan asli atau tidaknya, secara otomatis akan diketahui pula kegunaan dari pena tersebut"   Sela Su Siu hui tiba-tiba dengan suara dingin.   Mendadak Ban kiam hweecu berseru tertahan lalu buru-buru menjura dan berseru sambil tertawa: "ooooh, hampir saja aku lupa kalau nona Su berasal dari Lamhay, tentu saja kau tahu tentang rahasia Lou bun si tersebut apakah nona Su bersedia memberi petunjuk?" "Tentu saja aku tahu."   Sahut Su Siau hui cepat. Kakek berbaju coklat yang berdiri disampingnya, mendadak menimbrung dengan suara lirih.   "Toa siocia, Lou bun si merupakan benda milik kita, mengapa kita harus memberitahukan kegunaannya kepada mereka?" "Tidak!! masalah ini tidak terhitung suatu rahasia yang terlampau besar, aku pikir tak ada salahnya untuk memberitahukan kepada mereka agar bisa dicoba asli atau tidaknya pena itu."   Berbicara sampai di situ, dia lantas mendongakkan kepalanya memandang kearah Ban kiam hwee cu dan bertanya.   "Ingin dicoba atau tidak?" "Apabila nona bersedia memberi petunjuk. tentu saja harus dicoba untuk dibuktikan dihadapan umum asli atau tidaknya." -ooOoo- Bab-46 "MENURUT apa yang tercatat dalam buku, Lou bun si adalah sejenis benda yang terbuat dari logam keras, bukan saja dapat memotong emas membelah kemala, dapat pula menghindari api dan memunahkan racun, oleh sebab itulah ular beracun atau benda beracun lainnya yang berada setengah li darinya akan hilang lenyap dan kabur terbirit-birit." "oooh... rupanya mempunyai kegunaan sejauh itu"   Seru Ban kiam Hwee cu sambil manggut- manggut.   Lok Khi tak mau kalah, sembari mencibirkan bibirnya dia turut berseru keras: "Makanya semua orang menggunakan siasat yang paling licik dan perbuatan paling keji untuk mendapatkan benda tersebut rupanya benda tersebut mempunyai kasiat yang luar biasa."   Pelan-pelan Ban kiam Hwee cu memandang sekejap wajah para yang hadir disana, kemudian pelan pelan ujarnya: "Lou bun si dikatakan bisa memotong emas membelah kemala tidak takut api dan bisa memunahkan racun, apakah kita akan mencobanya satu per satu ? Aku mohon diantara saudara sekalian sudi menampilkan dua orang wakil untuk menyelenggarakan percobaan ini, entah bagaimanakah menurut pendapat kalian?" "Menurut pendapat lohu."   Kata sin ci ki Beng Kian hoo cepat.   "lebih baik kita memohon kepada Wi lote dan nona Su berdua untuk mewakili segenap hadirin yang ada untuk mencoba Lou bun si tersebut."   Begitu ucapan tersebut diutarakan serentak usulnya itu memperoleh dukungan dari beberapa orang.   Dalam waktu singkat, sorot mata semua orang pun bersama sama dialihkan kewajah Su Siau-hui.   Sambil tersenyum Ban-kian Hwee-cu menjura dan berkata: "Kalau toh semua orang memilih dua orang saudara ini, sekarang kumohon kepada kedua orang itu untuk segera tampil kedepan."   Wi Tiong-hong dan Su Siau-hui segera bangkit berdiri dan bersama-sama menuju kemuka.   Lok Khi yang menyaksikan hal tersebut kontan saja mencibirkan bibirnya, dengan wajah hijau membesi dia segera melengos kearah lain.   Sementara itu Wi Tiong-hong telah menjura sembari bertanya.   "Hweecu entah bagaimana cara mencobanya ?"   Ban-kiam Hwee cu tertawa ringan, sahutnya: "Tentang soal ini, lebih baik nona Su saja yang mengambil keputusan ... ."   Su Siau hui yang ada bersama-sama Wi Tiong hong merasa gembira sekali, wajah yang semula nampak murung dan kesepian, kini tersungging sekulum senyUman yang amat manis.   Mendengar ucapan tersebut, dia melirik sekejap kearah Wi Tiong hong, lalu sahutnya sambil tersenyum.   "Lou bun si merupakan benda yang bisa memotong emas membelah kemala, sekali pun pedang atau golok yang terbuat dari baja aslipun tak akan tahan menghadapi guratannya. lebih baik kita menggunakan pedang dan golok dan sebagai barang percobaan."   Congkoan dari pasukan jago pedang berpita hijau Buyung siau segera mengulapkan tangannya, seorang jago pedang berpita hijau tampil ke depan dan menyodorkan sebilah pedang panjang. "Berikan kepadanya."   Perintah Su Siau hui sambil menuding kearah Wi Tiong hong.   Mendengar suara si nona yang begitu mesrah terhadap Wi Tiong hong, paras muka Lok Khi segera berubah menjadi kehijau-hijauan, tak tahan dia segera mendengus berat-berat.   Wi Tiong hong menerima pemberian pedang tersebut dari jago pedang berpita hijau itu, kemudian sambil mendongakkan kepalanya dia bertanya.   "Nona, bagaimana cara kita untuk mencobanya?"   Su siau hui tertawa, dia mengambil Lou bun si tersebut untuk membuat guratan diatas tubuh pedang tersebut, hasilnya kan ketahuan.   Wi Tiong menurut dan menggunakan Lou-bun si itu untuk membuat suatu guratan diatas tubuh pedang tersebut.   Kini semua sorot mata para jago telah tertuju keatas tubuh pedang itu, semua orang ingin cepat cepat tahu apakah pena kemala itu yang tulen atau bukan.   Tampak ujung pena tersebut menggurat diatas tubuh pedang tersebut dan lewat dengan begitu saja, sama sekali tidak nampak sesuatu gejala yang aneh.   Wi Tiong hong segera mendongakkan kepalanya memandang kearah Su Siau hui.   Sebelum dia mengeluarkan sesuatu Seh Thian yu sudah tak sanggup menahan diri lagi segera tanyanya.   "Nona Su sudah berhasil kau coba ?" "Tentu saja telah kucoba " "Asli atau tidak ?"   Tanya Ban-kiam hwee cu. Su Siau hui memandang sekejap kearah nya, kemudian menjawab.   "Tentu saja asli." "Yang asli ?"   Seluruh badan Ban kiam hweecu nampak tergetar keras sekali. Kontan saja Su Siau hui tertawa dingin. "Heeeh, heeeh, heeh. asli atau tidaknya Lou bun si tersebut seharusnya hweecu sudah mengetahui sedari tadi bukan ?"   Jengeknya. "Seandainya aku sudah tahu, tak bakal kurepotan kalian berdua."   Su Siau hui mendengus dingin.   "Hmm. Hweecu lebih pantas kalau mengatakan sudah merepotkan semua orang."   Berbicara sampai disitu, dia lantas berpaling kearah Wi Tiong hong sambil ujarnya lagi. "Wi siauhiap. kau harus mundur sekarang."   Dari pembicaraan nona tersebut, Wi Tiong hong merasa Lou bun si tersebut seperti bukan yang asli, hal mana membuat hatinya bingung dan merasa tidak habis mengerti.   Menyaksikan Su Siau-hui sudah membalikkan badan dan mengundurkan diri dari situ, terpaksa ia letakkan kembali pedang dan Lou bun si itu keatas meja, kemudian turut mengundurkan diri.   "Kalau begitu benda tersebut palsu."   Seru Seh Thian yu tiba-tiba sambil tertawa kering, "Heeh, heeh.   heeeh, sudah siaute duga, seandainya benda yang asli sudah terjatuh ketangan pihak Ban kiam hwee, masa dia akan bersikap begitu terbuka dan sosial untuk mengundang kehadiran semua orang ?" "Tapi hari ini, bagaimanapun juga kita sudah membantu pihak Ban kiam hwee,"   Sambung Su Siau hui kemudian.   Kam Liu cu tertawa terbahak-bahak, katanya pula setelah berhenti dari tertawanya: "Benar, dalam dunia persilatan dewasa ini sudah tersebar berita yang mengatakan kalau Lou- bun si telah terjatuh ketangan orang orang Ban kiam hwee, dan sekarang Ban kiam hweecu telah mengUmpulkan kita semua disini, tentu saja maksudnya untuk menghilangkan berita sensasi tentang Ban kiam hwee mereka melalui mulut kita-kita ini." "Sesungguhnya kenyataan memang demikian, tapi Ban kiam hweecu sebagai seorang pemimpin dari suatu perkumpulan besar tentu saja tak akan mengakui begitu,"   Buru-buru katanya sembari menjura.   "Apabila kalian semua menuduh begitu, aku pun tak bisa berbicara apa-apa lagi."   Kakek pengait dari langit tertawa terbahak-bahak.   "Haaah ...   haaahh ...   haaah ...   tiga puluh tahun berselang, lohu mendapat undangan dari si tua Tau, meskipun waktu itu aku sudah tahu kalau pena kemala yang diperolehnya cuma barang palsu, namun aku toh menghadiri juga pertemuan besar Lou bun si tersebut, tiga puluh tahun kemudian ternyata muncul kembali kejadian yang sama dengan munculnya sebatang pena gadungan lagi, padahal lohu sama sekali tidak berminat untuk turut memperebutkannya, aku datang karena rasa ingin tahu, aku ingin melihat benda macam apakah Lou bun si tersebut, mari Mari.   berikan benda palsu tersebut untuk kuperiksa."   Ketika tangannya menggapai sungguh aneh sekali pena kemala yang terletak diatas meja tersebut mendadak melayang ke tengah udara dan meluncur ketangannya.   Setelah menangkapnya, Kakek pengawal dari telaga langit itu menggosok dan memandangnya beberapa saat, akhirnya sambil menggeleng dia berguman: "Yaa benda ini tak berbeda sedikitpun bentuknya dengan pena yang diperoleh si tua Tau pada tiga puluh tahun berselang, benda ini benar-benar sudah mencelakai banyak orang, lebih baik lohu memusnahkannya saja,,."   Rupanya dia masih belum percaya kalau Lou bun si itu palsu, maka ingin dicobanya sendiri untuk membuktikan keasliannya. Begitu selesai berkata, ke dua jari tangannya segera menyentil kuat kuat ..   "Pleetak!"   Pena kemala yang berwarna hijau itu seketika itu juga hancur dan berubah menjadi bubuk.   Sambil menghela napas panjang Kakek pengail dari telaga langit berkata: "Aaai .   ..   ternyata memang benar-benar palsu.   Tapi begini pun ada baiknya, setelah dua batang pena palsu remuk semua, maka bila dalam dunia persilatan muncul sebuah Lou bun-si lagi, sudah dapat dipastikan benda itu yang asli Aaaai .   ..   sayang sekali lohu sudah tak berjodoh untuk menyaksikannya kembali."   Selesai berkata, dia lantas bangkit berdiri dan menggapai kearah Lok Khi sembari berkata.   "Muridku mari kita pergi." "Siapa yang menjadi muridmu ? ooh....   sekarang kau belum boleh pergi dulu, paling tidak kau harus mengajarkan dahulu kepadaku bagaimana caranya mengail ikan" "Hei anak perempuan!"   Seru kakek pengail dari telaga langit dengan mata melotot besar.   "kau bilang apa ? Kau bukan murid lohu?" "Tentu saja bukan." "Kau hendak mengingkari janji? Kita sudah saling bertepuk tangan tadi.?" "Kau sendiri yang telah mengingkar janji, aah benar, soal bertepuk tangan malah aku yang mengusulkan, waktu itu aku kuatir kau ingkar janji, kenyataannya sekarang kau memang mau mengingkar janji, hmm... tak tahu malu."   Senyuman yang menghiasi wajah si Kakek pengail dari telaga langit itu segera lenyap tak berbekas, dengan marah dia mendesis. "Siapa yang hendak mengingkar janji? Bocah perempuan. bagaimana janji kita tadi? coba katakan, bagaimana janji kita tadi?"   Seru Lok Khi sambil tertawa lebar. "Kau jangan licik, biar lohu pikirkan dulu ehmmm, lohu bilang hendak memancing dua orang siaupwiee tersebut seperti memancing ikan, kau pun bilang..." "Waktu itu aku bilang.   "Kalau begitu ajarkanah kepandaian memancing ikan itu kepadaku, bukan begitu ?"   Kakek pengail dari telaga langit manggut2. "Yaa, dan lohu berkata lagi: Kalau begitu kau angkatlah aku sebagai gurumu." "Itu kan kau sendiri yang bilang dan aku sama sekali tidak menyatakan mengiakan atau tidak?"   Seru Lok Khi. Kontan saja kakek pengail dari telaga langit bertolak pinggang, kemudian serunya dengan mata melotot.   "Kau masih bilang tidak mengiakan ?"   Menyaksikan keadaan si kakek yang begitu lucu, Lok Khi menjadi semakin bergairah untuk mempermainkannya, sambil tertawa dia lantas berkata: "Tentu saja, waktu itu aku toh cuma bertanya: 'Apakah kau bersedia mengajarkan kepada ku?' -Kau lantas bilang begini; 'Baik, kita berjanji begini,' Aku pun berkata lagi; 'Empek tua, kalau sudah berjanji kau tak boleh mengingkarinya lagi, mari kita bertepuk tangan sebagai tanda setuju.' Kau bertanya; 'Buat apa kita mesti bertepuk tangan?' jawabku; 'Bila sudah bertepuk tangan maka siapapun tak boleh mengingkarinya...' Kau lantas berseru.   'Betul, betul, mari kita bertepuk tangan, mari kita bertepuk tangan.' -Nah.   aku toh tidak mengurangi atau menambahi perkataanmu barang sepatah katapun bukan ?" "Masa semuanya itu belum cukup?"   Sahut kakek pengail dari telaga langit cepat. Lok Khi tertawa.   "Sekarang kau pikirkan kembali, aku toh mengajakmu bertepuk tangan karena kau hendak mewariskan ilmu mengait ikan kepadaku? Kapan aku pernah membicarakan soal pengangkatan guru ?"   Kakek pengait dari telaga langit itu bergumam sambil mengulangi kembali kata-kata tersebut mendadak paras makanya berubah hebat, kemudian serunya dengan gusar: "Baik, hei budak cilik, rupanya kau bermaksud untuk membohongi lohu ?" "Kau sendiri toh yang setuju untuk bertepuk tangan? Siapa yang membohongi dinmu? Kau toh sudah punya jenggot yang telah memutih semua, memangnya kau masih seorang bocah berusia tiga tahun yang gampang ditipu?" "Lohu tidak ambil perduli, pokoknya kau harus mengangkat diri lohu sebagai gurumu."   Seru kakek pengait dari telaga langit dengan penuh kegusaran.   "Kalau mau mengingkar yaa sudahlah, siapa sih yang kesudian dengan ilmu mengait ikanmu itu? Hmm kau hendak menyuruh aku mengangkat dirimu menjadi guruku ? Huuh, dengan sedikit kepandaian yang kau miliki itu, untuk menjadi tukang pembersih sepatu guruku pun belum cukup."   Hawa amarah benar-benar telah menyelimuti seluruh wajah kakek pengait dari telaga langit, segera bentaknya. "Budak cilik, kau berani bersikap kurang ujar kepada lobu., . ."   Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Belum habis dia berkata, terdengar dari atas ruangan tersebut telah berkumandang suara tertawa aneh yang amat menyeramkan menyusul kemudian terdengar suara perempuan tua berkata dengan nada melengking.   "Anak Khi, jangan kurang ajar, Thio locianpwe bisa tertarik kepadamu, hal ini sudah merupakan rejeki yang besar sekali untukmu."   Dengan perasaan kejut dan girang Lok Khi segera berteriak.   "Ooh. suhu. .."   Kam Liu cu dan Liu Leng poo yang duduk di kursi tamupun serentak melompat bangun. Sekujur badan si kakek pengait dari telaga langit bergetar keras, sambil membelalakkan matanya dia berseru.   "Kau adalah Thian Sat nio? Dari... dari mana kau bisa mengetahui nama margaku?"   Kembali Thian Sat nlo tertawa ter-kekeh2 "Tentu saja aku tahu, Thio-loji kalau toh kau ingin merebut muridku itu, baiklah, aku akan menjual muka kepadamu dengan memberikan anak Khi untukmu."   Dengan perasaan gelisah Lok Khi berseru.   "Jangan, jangan suhu, . tecu tak mau mengangkat dia Sebagai guruku." "Anak pintar, kepandaian silat yang dimiliki Thio-loji lihay sekali, dia bersedia menerimamu sebagai muridnya, hal ini merupakan kemujuranmu. dengarkan perkataanku dan cepat memberi hormat kepadanya."   Tiba-tiba Kakek pengait dari telaga langit mendesis, dan serunya: "Bagus sekali, rupanya kalian guru dan murid telah bersekongkol Untuk membohongi orang? Lohu tak bakal terperangkap oleh siasat kalian itu..."   Lok Khi mendengus dingin.   "Hmm Kita sudah berjanji lebih dulu, bahkan diperkuat dengan saling bertepuk tangan yang pasti aku tidak akan mengangkat dirimu sebagai guruku dan kaupun harus mewariskan mewariskan kepandaian itu kepadaku.   Apa yang diucapkan guruku sekarang tak lalu karena hendak memberi muka untukmu, coba kalau tidak, aku tak akan sudi memanggilmu sebagai suhu.   Nah, sekarang ayo jawab, kau ingin tidak aku memanggil kau sebagai suhu?"   Suara dari Thian Sat-nio segera berkumandang lagi.   "Anak Khi, jangan kurang ajar, ayo cepat maju dan menyembah kepadanya..."   Sembari mencibirkan bibirnya Lok Khi segera maju kedepan, sahutnya sambil mengomeli. "Menyembah yaa menyembah, nah duduklah kau."   Selesai berkata ternyata ia benar-benar menjatuhkan diri berlutut dan menyembah.   Kakek pengail dari telaga langit kegirangan setengah mati, sambil mencak-mencak seperti orang gila, dia menangkap tangan Lok Khi erat-erat latu sembari memicingkan matanya ia bertanya: "Kau benar benar hendak mengangkat lohu menjadi gurumu ?" "Kali ini sudah barang tentu sungguh2."   Kakek pengail dari telaga langit segera memandang sekejap wajah semua orang, lalu sambil tertawa terbahak-bahak serunya.   "Haaah, haaah, haaah, kalian sudah mendengar semuanya bukan? Mulai saat ini. si bocah perempuan ini adalah murid lohu." "Locianpwe, kiong-hie atas keberhasilanmu mengangkat seorang ahli waris."   Seru Bankiam Hweecu cepat. Kakek pengail dari telaga langit tidak menggubris ucapan itu, dia segera menjura ke udara sembari berseru.   "Thian Sat nio, terima kasih banyak atas kerelaanmu."   Thian Sat nio tertawa terkekeh-kekeh.   "Thio-loji, kalau berbicara yang jelas, aku hanya mengalah dalam soal murid, dalam soal ilmu silat, aku tak pernah mengaku kalah kepada siapapun." "Benar, benar.   haaah, haaah, muridku mari ikut lohu pergi dari sini." "Tunggu dulu!"   Seru Lok Khi cepat.   "aku jadi muridmu karena ingin mempelajari ilmu mengait ikan, apakah kau menjamin aku bisa mengait mereka semua ?" "Haah ..haah .. haah ., lohu justru tertarik kepadamu karena kau nakal, kenakalanmu itulah yang mencocoki seleraku, coba kalau tidak ... hmm, lohu tak bakal sudi."   Lok Khi segera tertawa manis kepada toa-suko dan sucinya, setelah itu sambil mencibirkan bibirnya dia berseru kearah Wi Tiong-hong: "Sekarang kau sudah mempunyai piau moay lain, aku tak sudi menjadi piau moaymu lagi."   Selesai berkata, dengan kepala tertunduk dia berlalu dari ruangan tersebut dengan cepat.   Walaupun beberapa patah kata itu diucapkan dengan suara yang pelan, namun setiap orang yang hadir dalam ruangan dapat mendengarnya dengan jelas sekali.   Paras muka Wi Tiong hong kontan saja berubah menjadi merah padam karena jengah, belum sempat dia mengucapkan sesuatu, si nona sudah lari keluar dari sana.   Sebaliknya paras muka Lan Kun-pit berubah menjadi hijau membesi, tiba-tiba dia melompat bangun, kemudian sambil menuding dengan kipas peraknya dia membentak keras-keras: "Wi Tiong-hong, berdiri kau!"   Dengan wajah tertegun dan tidak habis mengerti Wi Tiong hong bangkit berdiri, lalu katanya sambil menjura.   "Saudara Lan, apa urusan apa kau ?"   Sambil menggertak gigi menahan rasa gusarnya Lan Kunpit berseru: "Pun kongcu bersumpah tak akan hidup berdampingan denganmu, sekarang mumpung berada dihadapan para enghiong dari seluruh kolong langit, mari kita beradu kepandaian sampai titik darah penghabisan!" "Aku toh sama sekali tak ada hubungan denganmu atau sakit hati denganmu, apa maksudmu menantangku berkelahi ?"   Kata Wi Tiong hong dengan kening berkerut.   Mencorong sinar tajam penuh hawa napsu membunuh dari balik mata Lan Kun-pit, setelah tertawa menyeringai dengan seramnya.   ia menyahut: "Aku tidak bermaksud apa- apa, pokoknya di antara kita berdua, hanya ada seorang yang boleh keluar dari pintu ruangan ini dalam keadaan hidup, mengerti kau?"   Sementara perkataan tersebut diutarakan, sambil menggenggam kipas peraknya selangkah demi selangkah dia berjalan mendekati Wi Tiong hong. Menghadapi situasi seperti ini, tanpa terasa Wi Tiong hong mundur selangkah kebelakang, kemudian tegurnya.   "Mau apa kau?"   Lan Kun-pit mendesak maju satu langkah lagi, kemudian bentaknya keras-keras: "Berhenti, orang she Wi, bila kau merasa punya kepandaian marilah bertarung mati hidup dengan Pun kongcu."   Hawa amarah sudah menyelimuti wajah Wi Tiong hong, namun dia tetap mundur selangkah, ucapnya dengan wajah bersungguh-sungguh.   "Kita belajar silat bukan untuk berkelahi, melainkan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran dalam dunia persilatan, membantu kaum lemah dan menumpas kaum durjana, kalau soal tantang menantang hanya bermaksud untuk gagah-gagahan saja seperti kau .   ..   hmm, maaf! Aku orang she Wi sama sekali tak berminat untuk melayaninya."   Berkilat tajam sepasang mata Lan Kunpit mendadak ia tertawa tergelak, kemudian sambil menuding hidung lawannya dengan kipas peraknya, dia berkata dingin: "Lelaki banci, kau anggap pun kongcu akan melepaskan dirimu dengan begitu saja karena kau mengucapkan beberapa patah kata itu.   Hmmm.   bila kau tidak meloloskan pedangmu lagi, jangan salahkan jika pun-kongcu tak akan berbelas kasihan lagi."   Oooooooo Bab-47 UMPATAN "Lelaki banci"   Tersebut kontan saja mengobarkan hawa amarah dalam hati Wi Tiong hong, keningnya segera berkerut lalu dengan suara lantang teriaknya.   "orang she Lan, kau anggap aku orang she Wi takut kepadamu ?"   Lan Kun-pit mendengus dingin. "Hmm, kalau tidak takut memang lebih bagus lagi, kita bisa mengandalkan kepandaian masing-masing untuk menentukan menang kalah. Siapa yang kalah, dia hanya bisa menyalahkan kepandaian sendiri yang tidak becus."   Wi Tiong-hong merasa bahwa setiap patah kata yang diucapkan Lan Kun-pit sangat memojokkan posisinya, terutama sekali sikap lawannya yang begitu sombong dan tekebur, benar-benar membuat setiap orang yang mendengarnya merasa tak tahan.   Bagaimanapun juga adalah seorang pemuda yang berdarah panas, setelah dipojokkan terus menerus oleh lawan dihadapan orang banyak.   akhirnya meluap juga kemarahan yang membara didalam hatinya, sambil tertawa nyaring dia berseru: "Bagus sekali, aku orang she Wi pasti akan melayani keinginanmu itu, cuma sebelum pertarungan di langsungkan kau harus menerangkan lebih dahulu apa vang menyebabkan kau memaksa aku orang she Wi untuk melangsungkan duel ini?"   Mengejang keras seluruh kulit wajah Lan- Kunpit yang kurus kering itu, kembali dia tertawa seram. "Heeeh. .heeeh..Pun kongcu justru merasa tak leluasa menyaksikan kehadiranmu disini, mau apa kau..."   Mendadak dia mengayunkan kipas peraknya kedepan, lalu sambil menerjang ke hadapan Tiong hong bentaknya lagi.   "Sekarang kau pasti akan mengetahuinya sendiri!"   Dalam pada itu, paras muka Su Siau hui telah berubah menjadi dingin seperti es, tiba- tiba ia mendengus dingin.   Lak jiu im eng Thio Man yang berdiri dibelakang Thian Khi cu merasa penasaran juga setelah menyaksikan adegan tersebut, tak tahan tiba-tiba ia berteriak keras.   "Wi toako, cabut keluar pedangmu!"   Sementara itu Wi Tiong hong sudah dibakar hatinya oleh api kemarahan, setelah berulang kali didesak dan dipojokan lawan, dia menyerbu ke depan dan mencabut keluar pedang berkarat tak bersinarnya itu, tapi sebelum ia melancarkan serangan mendadak ia berpaling kepada semua jago yang hadir di arena tiba-tiba tanyanya: "Siapa diantara kalian yang bersedia meminjamkan pedang untukku?"   Lak-jiu im eng Thio Man dengan cepat mencabut keluar pedangnya dan dilemparkan ke- depan, serunya.    Drama Gunung Kelud Karya Kho Ping Hoo Kisah Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini