Pedang Naga Hitam 17
Pedang Naga Hitam Karya Kho Ping Hoo Bagian 17
Selagi keadaan kacau balau itu, mendadak muncul seorang gadis berpakaian putih yang tadi membentak itu bersama seorang gadis lain yang memegang sebatang tongkat. Dan gadis yang bertongkat itu tanpa banyak cakap lagi lalu menyerang para perwira. Gerakannya bagaikan seekor burung rajawali mengamuk. Tongkatnya berkelebatan dan para perwira itupun bergelimpangan.
Yang datang itu adalah Kim Land an Cu Sian. Bagaimana kedua orang gadis itu dapat datang pada saat yang tepat untuk menolong Han Sin? Kedua orang gadis secara kebetulan saja saling bertemu ketika mereka berada di kota raja. Dan mereka bermalam di sebuah rumah penginapan. Di situ Kim Lan menghibur Cu Sian dan menyatakan bahwa Han Sin mencinta Cu Sian maka ia menganjurkan agar Cu Sian pergi mencarinya. Akan tetapi Cu Sian mengatakan bahwa setelah dirinya ternoda, ia merasa tidak pantas berdekatan lagi dengan Han Sin. Selagi mereka berbicara pada pagi hari itu, mereka mendengar berita bahwa Cian Han Sin di tangkap oleh Lui Ciangkun. Tentu saja keduanya terkejut bukan main dan mereka lalu keluar untuk mencari. Melihat Han Sin diantara ratusan prajurit itu, mereka pun tidak berdaya dan merasa heran mengapa Han Sin menyerah begitu saja ditangkap.
Mereka diam-diam membayangi dari jauh dan kemudian mereka melihat betapa Han Sin memberontak dan melarikan diri keluar dari pintu gerbang, dikejar oleh belasan orang yang menunggang kuda. Mereka pun melakukan pengejaran dan akhirnya mereka melihat Han Sin di keroyok dan keadaannya terdesak dan terancam.
Kim Lan lalu mempergunakan kekuatan sihirnya untuk mengacau pengeroyokan itu dan Cu Sian sudah mengamuk dengan tongkatnya yang lihai. Para perwira yang sedang kebingungan itu tentu saja tidak mampu melawan Cu Sian yang mengamuk dan mereka sudah roboh bergelimpangan dan tidak mampu bertempur lagi.
Kekuatan sihir Kim Lan melemah dan kini barulah Lui Couw dan Bong Sek Toan tahu bahwa yang mereka sangka bertempur dengan teman sendiri itu hanya khayalan belaka. Maka mereka menjadi marah sekali, apalagi Bong Sek Toan yang mengenal Cu Sian, sedangkan Lui Couw menyerang Kim Lan.
Han Sin girang bukan main melihat munculnya dua orang gadis itu dan terutama sekali melihat Kim Lan, Lan-moi hati-hatilah terhadap Panglima jahat itu. Dan Sian-moi, hajarlah pemuda keparat itu"
Dia sendiri kini dikeroyok oleh Pak-Te-Ong dan See-Thian-Mo. Akan tetapi pengeroyokan dua orang datuk itu tidak membuat Han Sin menjadi gentar. Kini dia merasa dapat melayani sebaik-baiknya karena hanya melawan dua orang.
Pedangnya ia gerakkan dengan amat dahsyat sehingga kedua lawan itu pun terdesak.
Pertandingan antara Cu Sin dan Bong Sek Toan amat serunya. Tingkat kepandaian kedua orang ini memang seimbang, akan tetapi permainan tongkat Cu Sian amat aneh. Ia telah menguasai Hek-tung-hoat sepenuhnya dan gadis ini menjadi lihai bukan main kalau sudah bersilat dengan tongkatnya. Ia bergerak dengan ringan dan lincah sekali sehingga kemana pun pedang di tangan Bong Sek Toan menyerang selalu hanya mengenai angina belakan. Sebaliknya, totokan-totokan tongkat yang mengarah jalan darah itu amat berbahaya bagi Bong Sek Toan sehingga dia terpaksa harus memutar pedang untuk melindungi seluruh tubuhnya bagian atas agar jangan menjadi korban totokan. Akan tetapi tiba-tiba tongkat menyambar ke bawah tanpa di sangka-sangka oleh Bong Sek Toan.
"Tuukkk" Tongkat itu dengan tepat memukul tulang kering kaki kanan pemuda itu. Bong Sek Toan mengaduh. Hanya orang yang pernah terpukul tulang keringnya yang dapat merasakan betapa sakitnya tulang betis itu terpukul. Kiut miut rasanya, senut-senut sampai menusuk jantung rasanya. Akan tetapi rasa nyeri ini membuat Bong Sek Toan menjadi marah sekali. Kemarahannya yang memuncak membuat dia melupakan rasa nyeri itu dan diapun menubruk lalu menyerang dengan ganasnya. Akan tetapi Cu Sian sudah bergerak lincah lagi dan menghindar dengan cepatnya sambil kembali menghujankan totokan kearah seluruh jalan darah di tubuh Bong Sek Toan. Kembali pemuda itu menjadi repot dan terdesak hebat.
Sementara itu, Lui Couw menyerang Kim Lan dengan hebatnya. Gadis berpakaian putih ini memang hebat. Ia adalah seorang gadis berbudi baik dan bijaksana, bahkan selalu mentaati petunjuk gurunya untuk tidak melakukan kekerasan. Akan tetapi kalau ia di serang, ia dapat membela diri dengan amat baiknya karena ilmu silatnya tinggi. Bahkan dibandingkan Cu Sian, Kim Lan lebih hebat gerakannya. Tubuhnya seperti sehelai bulu saja ringannya. Diserang pedang, tubuhnya melayang-layang, pakaian putihnya berkibaran akan tetapi tidak pernah dapat tersentuh pedang.
Dan Kim Lan yang selamanya tidak pernah menggunakan senjata itu pun membalas dengan totokan-totokan jari tangannya yang membuat Lui Couw kewalahan totokan itu biarpun dilakukan dengan jari yang halus dan kecil, akan tetapi mendatangkan angina yang mengeluarkan bunyi bercuitan. Kalau saja Kim Lan bermaksud mencelakai lawan dan merobohkan, agaknya ia dapat melakukan lebih capet. Akan tetapi ia tidak mamu melakukan itu hanya bermaksud merobohkan tanpa melukai saja maka tentu agak sukar baginya karena Lui Couw juga merupakan lawan yang amat tangguh.
Sementara itu, pertempuran antara Han Sin melawan dua orang datuk masih berjalan dengan seru. Para perwira yang tadi robohkan Cu Sian sudah tidak ada yang berani maju lagi, bahkan mereka bergerombol agak jauh dari tempat pertempuran, hanya menjadi penonton saja.
Pada suatu saat yang diperhitungan dengan baik oleh Han Sin, ketika tasbeh di tangan See-Thian-Mo menyambar, dia mengerahkan tenaga sin-kang sekuatnya dan Hek-Liong-Kiam di tangannya menyambar dahsyat.
"Sraattt " cinggg ". Tasbeh itu putus dan biji tasbehnya terlepas berantakan, sehingga See-Thian-Mo terkejut bukan main dan meloncat ke belakang. Pada saat itu tongkat naga di tangan Pak-Te-Ong menyambar. Han Sin tidak memberi hati lagi, mengerahkan tenaganya membabat dengan pedang pusakanya dan sekali ini, tongkat itu pun dapat di patahkan.
Selagi kedua orang itu terkejut dan gugp, Han Sin sudah memukul dengan kedua tangannya, menggigit pedangnya dan pukulan Bu-tek Cin-keng ini dia lakukan dengan sekuat tenaganya.
"Wuuuuttt " deessss "" Kedua orang kakek itu terlempar bagaikan dua helas daun tertiup angin. Ketika mereka tanpa di sangka menerima pukulan itu, mereka tidak sempat mengerahkan tenaga sinking mereka karena masih tertegun melihat senjata mereka rusak, maka mereka terpukul dengan telak sekali.
Biarpun sudah terpukul sedemikian hebatnya. Kedua orang datuk sakti itu masih mampu merangkak berdiri, akan tetapi ketika mereka hendak menyerang dengan pengeraHan Sinking, tiba-tiba mereka muntahkan darah segar dari mulut dan merasa betapa dada mereka nyeri bukan main. Mereka telah terluka parah dan tahulah mereka bahwa mereka tidak mungkin lagi melanjutkan pertandingan. Tanpa malu dan tanpa pamit mereka lalu membalikan tubuh dan pergi dari situ meninggalkan Lui Couw dan Bong Sek Toan yang masih bertanding.
Cu Sian sudah mendesak Bong Sek Toan dengan hebat dan ketika Bong Sek Toan agak lengah, tongkat Cu Sian sudah menotok dengan kecepatan kilat mengenai dada dan lehernya. Robohlah pemuda itu, tidak mampu berkutik lagi karena totokan tadi merupakan totokan maut yang seketika menewaskannya.
Sementara itu, Kim Lan juga masih mempermainkan Lui Couw. Gadis ini tidak ingin melukai atau membunuh orang, maka ia tidak menyerang untuk melukai atau mematikan, karena itu sampai sekian lamanya ia masih belum mampu mengalahkan Lui Couw yang memang lihai sekali, melihat ini, Han Sin melompat ke depan.
"Lan-moi, dia musuh besarku, serahkan dia kepadaku" katanya dan dia sudah melompat ke tengah diantara kedua orang yang berkelahi itu. Kim Lan melangkah mundur dan mendekati Cu Sian yang sudah berhasil menewaskan Bong Sek Toan.
"Enci Lan, kenapa kau tidak membunuhnya? Dia jahat sekali" kata Cu Sian mencela.
Kim Lan menghela napas panjang "Suhu tidak pernah mengajarkan aku untuk membunuh atau melukai orang, melainkan untuk mengobati orang"
"Kau terlalu baik hati, enci Lan. Dan lihat, sekarang Sin-ko menggantikanmu. Dia membelamu karena dia mencintamu enci"
"Husshh, kau salah sangka, Cu Sian. Sin-ko hanya mencinta kau seorang. Sambutlah dia baik-baik, sekarang juga aku mau pergi"
"Tidak enci Lan. Kau tidak boleh pergi. Aku yang akan pergi dari sini. Kau yang harus menemaninya"
"Anak bodoh. Percayalah, hanya Sin-ko yang akan mampu mengobati luka-luka di hatimu dan membahagiakanmu"
"Akan tetapi, aku tidak mungkin membahagiakannya, enci. Biarkan aku pergi"
Kim Lan menghela napas panjang. Ia sudah minta dengan sungguh-sungguh kepada Han Sin agar membahagiakan gadis ini. Ia tahu bahwa Cu Sian amat mencinta Han Sin, dan biarpun di dalam hatinya ia tidak dapat menyangkal bahwa ia pun amat mencinta Han Sin, akan tetapi ia tidak ingin menghancurkan hati gadis yang baik ini.
"Kalau begitu, biarlah dia yang memutuskan nanti" katanya sambil memegangi tangan Cu Sian seolah ia khawatir kalau gadis itu nekat pergi meninggalkannya. Mendengar ini, timbul keinginan hati Cu Sian untuk juga mengetahui bagaimana pendapat Han Sin, bagaimana isi hatinya. Biarpun ia sudah tidak mempunyai harapan lagi karena merasa rendah diri, merasa tidak berharga lagi bagi Han Sin.
Pertandingan antara Han Sin dan Lui Couw terjadi berat sebelah. Pedang di tangan Lui Couw sudah patah-patah dan kini dia melawan Han Sin dengan tangan kosong.
"Hyaattt" Lui Couw menyerang dengan ganasnya dengan pukulan mematikan dari Lo-hai-kun. Akan tetapi Han Sin sudah mengenal jurus itu dan dengan pengerahan Sin-kangnya, dia menangkis.
"Dukkk " breesss "" Tubuh Lui Couw terbanting keras, akan tetapi dia bangkit kembali, mengusap keringat dari kening yang memasuki matanya dan mendengus.
"Cian Han Sin, kau pemberontak. Berani melawan utusan Kaisar?"
"Hemmm, Lui-ciangkun. Kau adalah pengkhianat. Kau amat jahat membunuh ayahku secara curang, membunuh pula ibuku dengan kau mencuri Hek-Liong-Kiam. Kau bahkan bersekutu dengan See-Thian-Mo da Pak-Te-Ong untuk membunuh kaisar. Sungguh manusia tak berbudi, sudah di beri pangkat tinggi masih hendak membunuh kaisar Pengkhianat besar"
"Tidak mengherankan karena dia adalah putera mendiang Toat-beng Giam-ong, Koksu dari Kerajaan Toba" kata Kim Lan yang sudah mendapat keterangan tentang diri panglima itu.
"Ah, kiranya kau putera Toat-beng Giam-ong? Jadi kau adalah saudara seperguruan ibuku sendiri, dan kau telah membunuhnya"
"Keparat. Akan kukirim kau menyusul ibumu" Lui Couw menjadi marah dan nekat karena tahu bahwa dia tidak akan mampu melarikan diri lagi. Dia menubruk bagaikan seekor singa menerkam domba, dan serangan ini di sambut oleh Han Sin dengan pukulan Bu-tek Cin-keng.
"Desss "" Tubuh Lui Couw terpental jauh dan jatuh terbanting keras, tak dapat bangkit kembali karena dia sudah tewas seketika.
Setelah melihat bahwa Lui Couw dan Bong Sek Toan tewas, Han Sin menghela napas panjang dan dia segera membuat lubang untuk mengubur dua mayat itu. Tanpa berkata apapun Kim Lan membantu pekerjaan itu dan biarpun tadinya Cu Sian memandang dengan alis berkerut, akhirnya ia membantu pula.
Mereka bertiga menggali lubang dan mengubur dua mayat itu tanpa banyak cakap.
Setelah selesai menguburkan dua mayat itu, barulah Han Sin menghadapi mereka dan berkata "Kalau kalian tidak datang tepat pada saatnya, tentu aku yang sekarang ini di kuburkan di sini, itupun kalau ada yang mau menguburku"
"Kami sudah mengikutimu dari Kota raja, Sin-ko. Kami berdua kebetulan berada di kota raja dan kami mendengar berita bahwa kau di tangkap Lui-ciangkun, maka kami lalu membayangi dan mengejar sampai ke sini" kata Kim Lan.
Han Sin memandang kepada dua orang gadis itu bergantian dan dia melihat perubahan sikap Cu Sian. Sungguh besar sekali bedanya antara Cu Sian dahulu dan sekarang. Sekarang Cu Sian menjadi begitu pendiam, bahkan agaknya seperti orang yang enggan untuk memandang kepadanya, melainkan selalu menundukkan muka.
"Lan-moi, sungguh aku girang sekali dapat bertemu denganmu di sini, karena sudah lama aku mencari-carimu. Ada urusan penting sekali hendak kubicarakan denganmu, Lan-moi"
Mendengar ini, Cu Sian memutar tubuhnya dan berkata "Enci Lan, maafkan aku. Aku akan pergi sekarang juga"
Akan tetapi Kim Lan segera menangkap lengannya dan menahannya "Adikku, nanti dulu. Sebelum Sin-ko menyatakan pendapatnya, kau tidak boleh pergi dulu" Kemudian Kim Lan memandang kepada Han Sin dengan sinar mata penuh teguran, lalu berkata lantang "Sin-ko, sekarang kami berdua minta kepadamu agar berterus terang. Seorang pendekar gagah tentu tidak akan bersikap plin-plan, melainkan suka berterus terang dan tidak menyakiti hati orang"
Tentu saja Han Sin memandang dengan heran, akan tetapi alisnya lalu berkerut dan jantungnya berdegub tegang karena dia teringat akan kata-kata dan sikap Kim Lan mengenai diri Cu Sian tempo hari.
"Katakanlah, apa yang harus ku jawab dengan terus terang itu"
"Sin-ko, biarpun sudah jelas bagi ku bahwa selama ini kau mencinta Cu Sian, akan tetapi adik Cu Sian minta penegasan dari mulutmu sendiri, karena ia menganggap bahwa kau mencintaku.
"Nah sekarang di depan kami berdua, katakan, kepada siapa kau mencinta?"
Biarpun Han Sin sudah menduga lebih dulu pertanyaan ini, namun dia tertegun juga dan sampai lama tidak mampu menjawab, hanya memandang bergantian kepada kedua orang gadis itu. Kepada Kim Lan yang menatap tajam wajahnya dan kepada Cu Sian yang menundukkan mukanya. Akhirnya dia berkata dengan suara yang sungguh-sungguh keluar dari lubuk hatinya, tidak di buat-buat "Aku sayang kepada kalian berdua, aku sayang kepada Sian-moi seperti aku sayang kepadamu, Lan-moi. Inilah jawabanku yang jujur"
Wajah Kim Lan berubah pucat, lalu merah dan ia berkata dengan penasaran "Sin-ko, kau tidak boleh menjawab begitu. Kau harus menikah dengan adik Cu Sian, kalau tidak, aku ". Aku akan benci kepadamu"
Cu Sian merengut tangannya terlepas dari pegangan Kim Lan, kemudian memandang kepada Kim Lan dengan kedua mata basah air mata "Tidak. Aku hanya mau menikah dengan Sin-ko akan tetapi dengan satu syarat ""
"Apa syaratnya, adik Cu Sian?" Tanya Kim Lan heran.
"Syaratnya, Sin-ko harus menikah dengan enci Kim Lan lebih dulu. Kalian tahu kemana akan dapat menemukan aku di Tiang-an" Setelah berkata demikian, Cu Sian melompat dan berlari cepat meninggalkan tempat itu.
Kim Lan menjadi bengong dan bingung. Setelah bayangan Cu Sian tidak nampak lagi, barulah Kim Lan menghadapi Han Sin dan dia berkata dengan bingung "Apa " apa maksudnya ia berkata seperti itu dan mengajukan syarat gila itu?"
Han Sin tersenyum dan memandang nakal "Apanya yang aneh? Akupun mempunyai syarat, Lan-mo. Aku mau menikah dengan Cu Sian dan membahagiakan dengan syarat bahwa aku harus menikah dulu dengan Ang Swi Lan"
"Ehhh? Siapa itu Ang Swi Lan?" Tanya Kim Lan dan matanya mencorong marah, kedua pipinya berubah merah sekali.
"Ang Swi Lan adalah gadis tercantik di dunia, dan sebetulnya hanya kepada Ang Swi Lan saja aku jatuh cinta dan tergila-gila. Akan tetapi aku mau menikah dengan Cu Sian asalkan aku lebih dulu menikah dengan Ang Swi Lan"
Kim Lan menjadi marah sekali. Ia mengepal tinju dan bertanya "Siapa itu Ang Swi Lan? Agaknya ada siluman betina yang telah menyihirmu sehingga kau tergila-gila kepadanya. Tunjukan dimana dia"
"Kalian sudah tahu kau mau apa terhadap dirinya?"
"Aku harus mengatakan kepadanya bahwa kau telah ada yang punya, bahwa kau sudah mencinta " eh, dua orang gadis dan aku akan mengenyahkannya kalau ia tidak melepaskan cengkraman sihirnya darimu"
"Ha-ha-ha, kau mau tahu siapa orangnya? Ang Swi Lan adalah gadis yang kini berada di depanku, yang marah-marah karena cemburu. Kaulah Ang Swi Lan, Lan-moi"
Kim Lan melangkah mundur dua langkah dan memandang kepada pemuda itu dengan alis berkerut "Apa " apa maksudmu, Sin-ko? Jangan kau mempermainkan aku"
"Aku tidak mempermainkan, Lan-moi. Kau memang bernama Ang Swi Lan dan aku telah bertemu dengan ibu kandungmu"
"Apa-apaan ini. Bagaimana kau bisa tahu bahwa ada seorang yang mengaku sebagai ibu kandungku? Bagaimana kalau ia berbohong?"
"Panjang ceritanya, Lan-moi. Marilah kita duduk menjauhi kuburan ini dan mencari tempat yang enak untuk bercakap-cakap"
Mereka meninggalkan kuburan itu dan duduk di bawah pohon besar di atas batu-batu gunung yang banyak terdapat di situ "Nah, ceritakanlah apa artinya semua ini, Sin-ko"
"Secara kebetulan sekali aku bertemu dengan seorang yang menceritakan keadaan dirimu di waktu masih kecil. Kau di temukan orang itu dalam sebuah hutan, di tinggalkan oleh seorang wanita dan orang itu mengetahui siapa wanita yang membuangmu di hutan itu?"
"Siapa orang itu?"
"Dia bukan lain adalah mendiang Thian Ho Hwesio " "
"Suhu "? Mendiang "... Jadi suhu telah ". Telah " "
"Gurumu itu telah tewas dalam pelukanku, Lan-moi"
"Aih, Suhu "" Kim Lan menahan sesengukan dan Han Sin membiarkannya saja karena dalam menerima berita yang mengejutkan dan mendukakan itu memang paling baik bagi Kim Lan untuk menangis. Pelampiasan rasa duka yang terbaik adalah melalui cucuran air mata.
Akan tetapi tidak lama Kim Lan menangis. Ia sudah dapat menguasai lagi dirinya dan ia berhenti menangis, memandang Han Sin dengan kedua mata kemerahan dan bertanya "Bagaimana suhu meninggal dunia, Sin-ko? Apakah dia mati karena sakit?"
"Dia terluka parah, Lan-moi. Dia bertemu dengan See-Thian-Mo dan Pak-Te-Ong, dua orang datuk yang berkelahi denganku tadi. Dua orang datuk itu sudah mengenalnya dan mereka membujuk suhumu agar membantu mereka bersekongkol dengan Lui Couw untuk membunuh kaisar. Akan tetapi suhumu tidak sudi dan dia lalu di serang dan di keroyok dua sehingga terluka parah. Dialah yang bercerita tentang dirimu kepadaku"
"Aihhh, suhu, betapa malang nasibmu "" Kim Lan menghela napas panjang "Lalu bagaimana, Sin-ko? Lanjutkan ceritamu. Menurut suhu, siapakah wanita yang telah membuangku di hutan itu? Apakah ia itu ibu kandungku?"
Sama sekali bukan, Lan-moi. Bagaimana ibu kandungmu bisa begitu jahat? Ibu kandungmu adalah seorang wanita yang bijaksana dan baik hati, seperti kau. Yang membuangmu di hutan itu dan terlihat oleh gurumu adalah seorang tokouw bernama Kang Sim To-kouw, ketua Thian-li-pang dari Thian-san"
"Hemmm, mengapa ia melakukan hal itu? Apakah ia menculik aku?"
Aku pun bertanya seperti itu dalam hatiku, karena merasa penasaran aku lalu pergi ke Thian-li-pang menemuinya. Kami sempat bertanding dan aku berhasil mengalahkannya. Sesuai dengan janjinya bahwa kalau kalah ia akan bercerita tentang dirimu, maka berceritalah Kang Sin To-kouw akan perbuatannya yang kejam, yang timbul karena perasaan iri hati"
"Iri hati? Kepada siapa?"
"Kepada ibumu. Dengarlah, Lan-moi. Ibumu adalah sumoi dari Kang Sim To-kouw. Mereka sama-sama menjadi murid Thian-li-pang yang sebetulnya tidak membolehkan para muridnya menikah. Karena ibumu melanggar, maka ia dikeluarkan dari Thian-li-pang. Melihat ibumu hidup bahagia dengan suaminya dan melahirkan kau, maka Kang Sim To-kouw menjadi iri hati. Ia tidak saja menculikmu bahkan ia telah membunuh ayah kandungmu karena iri"
"Aih, betapa kejam dan jahatnya"
"Akan tetapi ia telah sadar dan menyesali perbuatannya. Bersamaku lalu ia pergi menemui ibumu dan mengakui segala perbuatannya, baik mengenai pembunuhan suami ibumu maupun tentang penculikan atas dirimu. Ia bukan hanya mohon ampun, melainkan bersedia menerima hukuman dan rela di bunuh. Akan tetapi ibumu adalah seorang wanita yang bijaksana dan baik hati sekali, ia tidak marah hanya menyesal mengapa sucinya berbuat sekejam itu dan ia memaafkannya. Nah, dari ibu itulah aku dapat mengetahui bahwa sesungguhnya namamu adalah Ang Swi Lan. Aku sudah berjanji kepada ibumu untuk mencarimu sampai dapat dan membawamu pulang kepada ibumu"
"Siapakah ibuku, Sin-ko?"
"Kau tentu tidak pernah menduganya, Lan-moi. Kau pernah bertemu dengannya bahkan berkenalan. Ia adlah Pek Mau To-kouw ketua Hwa-li-pang di Hwa-san"
"Ahhhh """"" Kim Lan membayangkan wanita tua dengan rambutnya yang sudah putih semua itu. Seorang nenek yang baik hati dan budiman. Akan tetapi ia mengerutkan alisnya.
"Sin-ko, bagaimana aku dapat yakin akan semua ceritamu ini? Biarpun suhu sudah bercerita, biarpun mereka semua sudah mengaku, akan tetapi apa buktinya bahwa aku adalah puteri Pek Mau To-kouw dari Hwa-li-pang?"
Han Sin tersenyum. Dia tidak ragu lagi "Akupun sudah bertanya akan hal itu kepada Pek Mau To-kouw dan ia mengatakan bahwa pada rubuhmu terdapat tanda-tanda khas yang tidak mungkin terdapat pada orang lain"
Wajah Kim Lan menjadi merah "Tanda-tanda khas? Apakah itu?"
"Kata Pek Mau To-kouw, di telapak kaki kananmu terdapat bercak hitam. Nah, benar atau tidakkah, Lan-moi?"
Mendengar ini, wajah Kim Lan menjadi merah sekali dan ia menutupi mukanya dengan kedua tangan "Ah, ibuuuu ""
"Mari kita ke Hwa-San, Lan-moi. Kita temui ibumu yang tentu sudah mengharapkan dan menunggu-nunggu"
"Baiklah, Sin-ko. Akan tetapi "". Bagaimana dengan Cu Sian?"
"Bagaimana dengan ia tergantung kepada keputusanmu, Lan-moi, Kalau kau dapat memenuhi syaratnya dan syaratku, tentu semua menjadi beres"
"Hemmm, berarti kau hendak mengawini kami berdua?"
"Bukankah itu syarat dari Cu Sian? Kalau kau menghendaki agar ia berbahagia, dan kita berdua juga berbahagia, tidak ada jalan lain bagimu kecuali menyetujui, bukan?"
"Ihhh, kau laki-laki mau enaknya saja" kata Kim Lan akan tetapi ia tersenyum. Han Sin tertawa dan mereka lalu melanjutkan perjalanan menuju Hwa-San.
***
Setelah meninggalkan tempat itu, Han Sin teringat akan pedang Hek-Liong-Kiam" Lan-moi, bagaimana pendapatmu? Apakah sebaiknya kalau pedang ini kuserahkan dulu kepada kaisar?"
"Hemmm, jangan bodoh, Sin-ko. Kalau kau pergi ke kota raja dan menghadap kaisar, kau seperti ular mencari penggebuk saja. Para perwira tentu sudah melapor bahwa kau telah membunuh Lui-ciangkun dan kau akan ditangkap sebagai pemberontak. Pula, bukankah Hek-Liong-Kiam itu peninggalan ayahmu sendiri. Tidak semestinya kalau diserahkan kepada kaisar. Aka mendengar berita yang banyak tentang diri kaisar dan berita itu menyatakan bahwa dia adalah seorang yang kurang bijaksana, bahkan melakukan banyak hal yang merugikan rakyat. Kita tidak perlu kesana dan sebaiknya kau menjauhkan diri dari kota raja, Sin-ko"
Han Sin mengangguk-angguk "Pendapatmu memang tepat sekali. Kalau selalu bersamamu, aku mempunyai seorang penasehat yang amat bijaksana. Nah, mari kita berangkat menuju ke Hwa-san"
Mereka melakukan perjalanan dengan cepat tanpa halangan sesuatu dan tibalah mereka di kuil Hwa-li-pang di pegunungan Hwa-san itu.
Kedatangan mereka di sambut sendiri olah Pak-Mau To-kouw. Pendeta wanita ini berdiri termangu-mangu melihat gadis berpakaian putih yang datang bersama Han Sin.
Demikian pula Kim Lan atau Ang Swi Lan atau Lan Lan berdiri seperti terpesona memandang wanita yang sebetulnya belum begitu tua, belum lima puluh tahun akan tetapi yang rambutnya sudah putih semua seperti benang-benang kapas itu. Kemudian, keduanya seperti di tarik oleh besi sembrani, saling menghampiri dan saling rangkul sambil menangis """"
"Swi Lan ". Lan-Lan, kau Lan-Lan-ku " ah, benar-benar kau Swi Lan. Terima kasih kepada Tuhan ""
Tokouw itu mencium muka anaknya sambil menangis kegirangan, penuh bahagia terasa di hatinya.
"Ibu, maafkan anakmu yang telah membuat ibu selalu bersedih hati" kata Lan-Lan sambil mencium pipi ibunya yang masih montok dan belum terganggu keriput itu.
Ibunya merangkulnya, lalu membawanya duduk di kursi. Mereka bertiga duduk menghadap meja. Lan-Lan dekat sekali dengan ibunya dan Han Sin berhadapan dengan mereka "Bukan salahmu, anakku. Kau masih kecil ketika di culik orang, dan tentu baru sekarang kau mendengar semua tentang riwayatmu dari Han Sin"
"Kang Sim To-kouw itu sungguh kejam dan jahat sekali, ibu. Bukan hanya menculikku, memisahkan aku dari ibu, akan tetapi ia juga membunuh ayahku"
"Bukan kejam dan jahat, anakku. Melainkan iri hati. Nafsu iri memang dapat membutakan mata bathin manusia dan menghilangkan segala pertimbangan dan perasaan halus. Akan tetapi suci sudah menginsafi kesalahannya, bahkan jauh sebelum bertemu dengan Han Sin ia sudah tersiksa, terhukum karena dikejar-kejar oleh nuraninya sendiri yang merasa berdosa. Dan akupun sudah memaafkannya anakku"
"Ibu bijaksana sekali dan aku bangga mempunyai ibu begini bijaksana" kata Lan Lan sambil memandangi wajah ibunya dengan penuh kasih sayang.
"Semua ini berkat bantuan Han Sin. Kalau tidak ada dia, sampai sekarangpun belum kita akan dapat saling bertemu dan berkumpul kembali. Entah apa yang dapat kami lakukan untukmu, Han Sin. Untuk membalas budimu yang amat besar"
"Tidak perlu sungkan, bibi. Karena kita adalah orang-orang sendiri. Harap bibi ketahui bahwa kalau aku bersusah payah menolong Lan-moi, itu berarti aku menolong calon istriku sendiri"
"Ahhhh ".? Begitukah "?" Pek Mau To-kouw memandang kepada mereka bergantian dengan wajah berseri.
Lan Lan menundukkan mukanya yang menjadi kemerahan dan Han Sin tertawa lalu berkata "Kami berdua saling mencinta dan sudah berjanji untuk menjadi suami istri, bibi"
"Siancai ". bagus, bagus. Wah, hari ini pinni mendapat kebahagiaan ganda. Menemukan kembali puteriku dan sekaligus memperoleh mantu yang baik sekali. Ini harus di rayakan" ia lalu memanggil para muridnya untuk mempersiapakn sebuah pesta untuk menyambut kembalinya anak yang hilang sejak kecil itu.
Semua anggota Hwa-li-pang ikut bergembira dengan peristiwa itu. Apalagi ketika mereka mengetahui bahwa puteri ketua mereka adalah gadis baju putih yang sudah lama mereka kagumi dan calon mantunya adalah pemuda gagah yang dulu hampir dipaksa keluarga gila untuk menjadi mantu mereka.
Malam itu, ibu dan anak ini melepas rindu dan saling bercakap sampai semalam suntuk. menceritakan semua pengalamannya kepada ibunya yang merasa bangga sekali kepada puterinya. Puterinya bukan saja telah menjadi pendekar wanita yang memiliki ilmu silat lebih tinggi darinya, akan tetapi juga pandai ilmu pengobatan dan ilmu sihir. Akan tetapi ketika ia menceritakan kepada ibunya tentang Cu Sian, pendeta wanita itu menjadi heran.
"Cu Sian, yang kau maksudkan pemuda pengemis yang gagah perkasa itu?"
"Ia bukan pemuda, Ibu, ia adalah seorang gadis yang manis sekali. Dan ia ". Ia amat mencinta Sin-ko jauh hari sebelum aku bertemu dengan Sin-ko"
"Ahhhh ". Dan bagaimana dengan Han Sin? Apakah dia juga mencintainya?"
"Sin-ko sayang kepadanya, sejak ia menyamar sebagai pria dan di sayang seperti adik sendiri, akan tetapi ""
"Akan tetapi apa?"
"Cu Sian sungguh amat mencinta Sin-ko, dan hatiku tidak tega membiarkan ia merana kalau ia sampai tidak dapat menikah dengan Sin-ko, apalagi setelah malapetaka itu menimpa dirinya"
Dengan terus terang Lan Lan bercerita kepada ibunya tentang apa yang menimpa diri Cu Sian, betapa Cu Sian telah diperkosa oleh Lui Sun Ek yang kemudian dibunuhnya. Dan ia bercerita pula kepada ibunya bahwa ia telah mengalah dan menganjurkan kepada Han Sin untuk menikah dengan Cu Sian.
Pedang Naga Hitam Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ah, kau keliru anakku. Kebijaksanaan ada batasnya, mengalahpun ada batasnya. Kau hendak memaksakan sesuatu yang tidak mungkin"
"Akan tetapi aku rela mengalah demi kebahagiaan Cu Sian, ibu. Aku merasa kasihan sekali kepadanya"
"Memang itu salah satu perasaan yang baik. Akan tetapi mengalah dengan mengorbankan diri sendiri? Dan apa kau kira bahwa perbuatanmu itu, pengorbananmu itu, akan mendatangkan kebahagiaan bagi Cu Sian sendiri? Bagaimana mungkin ia dapat berbahagia bersuamikan seorang yang hanya menyayangnya seperti adik sendiri? Kau harus ingat pula akan perasaan hati Han Sin. Apakah dia akan dapat hidup berbahagia, berpisah dari kau yang di cintanya dan terpaksa menikah dengan gadis yang hanya di sayangnya seperti adik? Dan kau sendiri. Ah, pengorbananmu yang kau anggap mulia itu akhirnya bahkan akan membuat kalian bertiga menderita kesengsaraan dan kekecewaan hati yang menimbulkan penyesalan selama hidup"
Lan Lan tertegun dan ucapan ibunya itu meresap benar ke dalam sanubarinya. Ia seolah baru terbuka matanya dan melihat kemungkinan dalam pandangan yang benar dan tepat itu.
"Akan tetapi sudah terlanjur, Ibu. Sudah kukatakan kepada Han Sin bahwa kalau dia tidak mau mengawini Cu Sian, aku akan membencinya. Semua itu kukatakan hanya untuk mendorongnya mengawini Cu Sian"
"Anak bodoh. Dan Cu Sian sendiri? Apa katanya? Apakah ia mau diperisteri oleh Han Sin setelah dirinya ternoda? Apakah ia tidak akan merasa rendah diri?"
"Mula-mula Cu Sian memang tidak mau, akan tetapi akhirnya ia mengatakan bahwa ia mau menjadi isteri Han Sin dengan satu syarat yaitu setelah Han Sin menikah dengan aku"
Pak Mau To-kouw tersenyum dan mengangguk-angguk. Gadis itu berbudi baik.
Agaknya ia tahu bahwa kau mencinta Han Sin, maka ia mengajukan syarat seperti itu. Akan tetapi bagaimana dengan Han Sin sendiri? Maukah dia menikah dengan Cu Sian?"
"Itulah ibu yang menjadi persoalan. Sin-ko juga mengajukan syarat. Dia mau menikah dengan Cu Sian asal boleh menikah dengan aku lebih dulu"
"Hemmm, syarat yang sama. Dengan demikian maka mau tidak mau kau terpaksa menikah dengan Han Sin, begitukah?"
"Agaknya demikianlah ibu, demi kebahagiaan mereka"
"Lan-lan, kau selalu memikirkan kebahagiaan orang lain. Itu memang baik dan benar, akan tetapi kalau kau mengabaikan kebahagiaanmu sendiri, hal itu merupakan tindakan yang bodoh sekali. Apakah kau akan berbahagia kalau menjadi isteri Han Sin dengan dimadu bersama Cu Sian?"
"Aku sayang kepada Cu Sian, Ibu. Aku tidak keberatan dan aku akan berbahagia sekali. Tentu saja kalau bukan Cu Sian, aku tidak akan sudi"
"Baiklah kalau begitu, akan tetapi aku tidak membenarkan tindakan Cu Sian itu. Kalau memang Han Sin tidak mencintanya, mengapa ia memaksa diri menjadi isterinya? Hal itu hanya akan mendatangkan perasaan kecewa kelak. Ia masih muda, cantik dan aib itu tidak diketahui orang lain. Kelak tentu ia masih akan bertemu dengan seseorang pria yang benar-benar mencintanya. Akan tetapi kalau kalian bertiga sudah mengambil keputusan, akupun tidak dapat berbuat apa-apa lagi"
"Jadi ibu setuju kalau aku menikah dengan Sin-ko?"
"Tentu saja aku setuju. Dia seorang pemuda yang baik sekali"
"Biarpun dia akan menikah pula dengan Cu Sian?"
"Hemmm, aku tahu perasaannya. Dia mau menikah dengan Cu Sian karena kau memaksanya. Mungkin kaupun akan mengajukan syarat gila yang sama pula, yaitu, baru mau menikah dengan Han Sin kalau Han Sin berjanji hendak menikahi Cu Sian, bukan begitu?"
Wajah Lan Lan menjadi kemerahan dan ia merangkul ibunya "Ibu tahu saja akan isi hatiku"
"Hemm, lalu bagaimana seandaianya Cu Sian kelak tidak mau menikah dengan Han Sin?"
"Ah, ibu ia amat mencinta Han Sin"
"Mungkin saja ia mengubah pikirannya dan tidak mau menikah dengan Han Sin yang hanya sayang kepadanya seperti seorang adik, lalu bagaimana?"
"Kalau ia yang tidak mau apa boleh buat. Akan tetapi kalau Sin-ko yang menolak. Akupun tidak mau menikah dengannya. Aku tidak mau mengecap kebahagiaan di atas penderitaan batin Cu Sian"
"Kalau begitu, persoalannya tergantung kepada Han Sin, sudahlah, sudah cukup kita bicara. Hari sudah hampir pagi, kau belum tidur. Kau perlu mengaso, Lan-Lan"
"Wah, aku yang lupa diri, ibu. Ibu yang harus mengaso. Ibu sudah tua dan tentu kelelahan"
Kedua ibu dan anak ini tidur, akan tetapi sampai lama Lan Lan termenung memikirkan percakapan yang dilakukan bersama ibunya tadi.
***
Sebulan kemudian, Hwa-li-pang mengadakan perayaan pernikahan antara Han Sin dan Lan Lan. Atas permintaan Han Sin, maka perayaan itu dilakukan dengan sederhana, hanya mengundang para penduduk yang menjadi tetangga. Han Sin mengajukan alasan kepada ibu mertuanya bahwa setelah dia membunuh Lui Couw, tentu dia akan di cari oleh pasukan Kerajaan dan di anggap sebagai pemberontak. Maka, kalau pesta pernikahan itu di rayakan secara meriah dan mengundang tokoh-tokoh kang-ouw, tentu akan ketahuan dan dapat mendatangkan keributan.
Biarpun perayaan dilangsungkan dengan sederhana, namun cukup meriah dan membahagiakan hati sepasang mempelai yang saling mencinta itu.
Baru tiga hari berpengantenan, Lan Lan mendesak suaminya agar mereka berdua pergi berkunjung kepada Cu Sian untuk melamar Cu Sian menjadi isteri kedua Han Sin.
Han Sin tidak berani membantah biarpun hatinya merasa enggan sekali. Dia telah berjanji. Maka berangkatlah mereka menuju ke Tiang-an, kota raja, mereka menyamar sebagai suami isteri dusun yang berpakaian sederhana sekali.
Dengan hati-hati mereka memasuki pintu gerbang kota raja di waktu senja setelah cuaca remang-remang sehingga mereka tidak dapat dikenali oleh para penjaga. Dan memang sesungguhnya mereka berdua terutama sekali Cian Han Sin sudahmasuk catatan sebagai pemberontak yang di cari-cari. Dengan berhati-hati sekali mereka memasuki pintu gerbang bersama rombongan orang-orang dusun lainnya sehingga tidak dikenali dan akhirnya mereka dapat masuk dengan selamat. Mereka segera mencari Hek-I Kai-pang yang pusatnya berada di Tiang-an dan mempunyai rumah besar di daerah selatan kota. Akan tetapi ketika mereka melihat rumah besar itu di tutup dan papan perkumpulan Hek I Kaipang telah tidak ada lagi. Di situ bahkan terdapat tulisan tertempel di pintu depan bahwa Hek I Kaipang telah di bubarkan dan rumah itu di sita oleh pemerintah.
Selagi mereka kebingungan, seorang kakek berpakaian sederhana menghampiri mereka dan berbisik "Apakah sicu yang bernama Cian Han Sin?"
Han Sin terkejut dan menoleh. Kakek itu berbisik lagi "Saya adalah utusan Cu-pangcu yang di tugaskan menghadang sicu di sini. Mari silahkan mengikuti saya dari jauh.
"Setelah berkata demikian kakek itu berjalan pergi seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Han Sin dan Swi Lan segera mengikutinya dari jarak jauh agar jangan kentara dan kakek itu membawa mereka memasuki lorong yang berliku-liku dan ternyata lorong itu menuju ke sebuah tanah kuburan. Tentu saja tempat itu sepi sekali, apa lagi hari telah mulai malam.
Mereka lalu duduk di depan sebuah kuburan tanpa menggunakan api agar tidak diketahui orang lain. Akan tetapi memang tidak perlu ada api penerangan karena bulan purnama muncul sore-sore dan cuaca tidaklah amat gelap. Setelah merasa yakin, bahwa di situ tidak terdapat orang lain, kakek itu memperkenalkan diri.
"Saya bernama Lo Kian, dahulu menjadi pembantu dari nona Cu yang menjadi pangcu kami. Ketika Cu-pangcu pulang dari perantauannya, pada suatu hari datang ratusan prajurit yang menyerbu dan menyerang kami, dengan maksud menangkap pangcu. Kami semua tentu saja mengadakan perlawanan, akan tetapi jumlah prajurit terus bertambah sehingga banyak diantara kami yang tewas"
"Bagaimana dengan Cu Sian?" Tanya Swi Lan khawatir.
"Cu-pangcu berhasil melarikan diri bersama sisa anggota kami. Juga saya berhasil melarikan diri. Kami lalu menanggalkan pakaian hitam dan mengenakan pakaian biasa sehingga tidak dapat di temukan para prajurit. Tempat kami ini di sita dan kami tidak berani menampakkan diri sebagai anggota Hek I Kaipang lagi. Kemudian Cu-pangcu mengambil keputusan untuk membawa para anggota melarikan diri ke Shansi di utara"
"Hemmm, mengapa ke Shansi?" Tanya Han Sin, teringat akan pengalamannya dengan Cu Sian ketika mereka merantau ke utara mengalami banyak hal yang aneh-aneh, terutama ketika mereka berdua menjadi tamu suku Yakka.
"Karena pang-cu mendengar bahwa di utara ada pergolakan. Kaisar kabarnya mencurigai Li-kongcu putera Gubernur Li di Shansi yang di dakwa mempunyai hubungan dan bersekutu dengan orang Turki. Kaisar memanggil Li-kongcu, akan tetapi Li-Kongcu tidak mau datang sehingga dia di anggap pemberontak. Maka Cu-pangcu pergi ke sana untuk membantu kalau-kalau Gubernur Shansi mengadakan pemberontakan terhadap kaisar yang di kuasai orang-orang jahat. Banyak durna berkuasa di istana kaisar sehingga kami, perkumpulan pengemis yang tidak bersalah di anggap pemberontak"
"Lalu kau di suruh menhadang kami di sini, apa pesan pangcu-mu untuk kami?"
"Pangcu mengirim surat untuk Cian-sicu dan harus di terima oleh Cian-sicu sendiri. Oleh karena itu berpekan-pekan saya menanti di sini dan kebetulan sekali tadi saya melihat sicu"
Lo Kian lalu mengeluarkan sepucuk surat bersampul untuk Han Sin.
Bulan purnama bersinar dengan cerahnya. Karena tidak ada awan yang merintangi, maka sinarnya cukup terang bagi Han Sin untuk membaca surat itu. Dia memperlihatkan kepada Swi Land an mereka berdua membaca bersama-sama di saksikan oleh Lo Kian. Surat itu di tulis indah dan jelas.
Sin-ko dan Lan-ci yang baik ,
Kalau kalian datang, aku sudah pergi ke utara. Perkumpulanku di serbu pasukan, agaknya aku sudah masuk daftar hitam mereka. Aku dan kawan-kawan akan membantu Gubernur Li menentang kaisar yang lalim.
Tentang janjiku, dengan ini kunyatakan bahwa aku menarik kembali janji itu. Maafkan aku, enci Lan. Aku tidak dapat menikah dengan Sin-ko yang ku sayang sebagai kakakku sendiri. Aku telah salah sangka terhadap perasaan hatiku sendiri. Dan pesanku bagimu, Sin-ko. Bahagiakanlah enci Lan, aku sangat sayang dan berhutang budi kepadanya.
Sekianlah, semoga kalian menjadi suami isteri yang berbahagia. Sampai berjumpa lagi kalau Tuhan menghendaki.
Hormat dari aku,
Cu Sian.
Han Sin dan Swi Lan saling pandang dalam keremangan cuaca itu. Han Sin melihat betapa sepasang mata isterinya basah air mata. Dia sendiri merasa amat terharu akan tetapi juga berbahagia dan lega. Akhirnya Cu Sian menyadari bahwa cinta diantara mereka adalah kasih sayang antara saudara dan tidak lah baik kalau mereka berdua jadi menikah.
"Nah, sicu, setelah saya menyerahkan surat, saya mohon diri. Saya harus kembali ke utara bergabung dengan kwan-kawan yang berada di sana"
Han Sin dan Swi Lan mengucapkan terima kasih dan merekapun saling berpisah. Suami isteri ini melewatkan malam di sebuah kuil tua dimana banyak terdapat pula orang-orang dusun yang tidak kuat menyewa kamar. Dan pada keesokan harinya, mereka berdua keluar dari kota raja untuk kembali ke Hwa-li-pang.
Sebetulnya apakah yang terjadi dengan pergolakan di utara? Kaisar Yang Ti yang masih dikelilingi banyak durna itu mendapat hasutan dari mereka.
Mereka mengatakan bahwa Gubernur Li, terutama sekali puteranya, yaitu Li Si Bin pasti mempunyai hubungan persekongkolan dengan orang Turki. Kalau tidak demikian, bagaimana mungkin dia dapat membebaskan kaisar ketika di tawan oleh mereka. Dan persekongkolan itu amatlah berbahaya. Siapa tahu Guebernur Li mengadakan rencana untuk memberontak, bergabung dengan orang-orang Mongol dan Turki yang menjadi musuh lama kerajaan.
Mendengar hasutan ini, kaisar lalu menjadi curiga kepada Li Si Bin dan dia mengutus orang untuk memanggil Li Si Bin datang menghadap. Tentu saja dengan rencana kalau sudah menghadap, pemuda itu akan di tangkap dan di paksa mengaku tentang persekutuannya dengan orang-orang Turki. Akan tetapi diantara perwira yang menjadi utusan ini ada yang berpihak kepada Li Si Bin dan diam-diam dia memberi peringatan kepada Li Si Bin. Pemuda ini tentu saja menolak dan tidak mau menghadap. Para utusan tidak berani melakukan kekerasan dan kembali dengan tangan kosong.
Peristiwa itu bagaikan api kecil yang membakar dan yang kemudian menjadi api besar yang menimbulkan perang pemberontakan. Li Si Bin memang sudah beberapa kali menganjurkan ayahnya untuk memberontak sejak mendengar ketidak-adilan kaisar. Mendengar tentang kaisar yang hanya berfoya-foya dan menekan rakyat, yang di kelilingi oleh para durna atau pembesar yang jahat. Akan tetapi Gubernur Li Goan masih menolak, ketika terjadi peristiwa itu, yaitu ketika Li Si Bin hendak di tangkap oleh kaisar, Gubernur Li Goan tidak lagi dapat di cegah kehendak puteranya. Mulai lah Li Si Bin bangkit, memimpin pasukan yang di dukung banyak golongan rakyat itu dan di bantu oleh pasukan dari Mongol dan Turki, menyerbu ke selatan.
Terjadilah perang saudara yang hebat sampai akhirnya Kerajaan Sui jatuh dalam tahun 618. Akan tetapi ini merupakan kisah lain lagi.
Kerajaan Sui yang di bangun dengan susah payah oleh Mendiang Yang Cien yang gagah perkasa, hancur di tangan puteranya yang tidak becus, Yang Ti 9604"6180 merupakan kaisar yang lemah dan menuruti kesenangan diri sendiri saja, sehingga Kerajaan Sui itu hanya mampu dan bertahan berdiri selama tahun 581 sampai 618 saja.
Cu Sian dan anak buahnya, yaitu para anggota Hek I Kaipang, merupakan satu diantara golongan yang banyak membantu perjuangan Li Si Bin. Bahkan Cian Han Sin dan isterinya, Ang Swi Lan, akhirnya juga bergabung dan membantu menggulingkan Kaisar Yang Ti yang semakin lemah. Melalui perang selama hampir sepuluh tahun. Akhirnya Kerajaan Sui dapat di jatuhkan dan Li Si Bin mengangkat ayahnya sendiri, Guebernur Li Goan menjadi Kaisar dari sebuah kerajaan baru yang diberi nama Kerajaan Tang.
Demikianlah, kisah ini selesai sampai di sini dan kalau dulu, pedang Naga Hitam di tangan Cian Kauw Cu membantu berdirinya Kerajaan Sui, kini di tangan Cian Han Sin, bahkan membantu meruntuhkan Kerajaan Sui dan membantu berdirinya Kerajaan Tang.
Mudah-mudahan kisah ini ada manfaatnya bagi para pembaca dan sampai jumpa lagi di lain kisah.
TAMAT
Lereng Lawu, akhir Juli 1987.
Dino, http://indozone.net/literatures/literature/760
Si Bayangan Iblis Eps 6 Sepasang Naga Penakluk Iblis Eps 2 Sepasang Naga Penakluk Iblis Eps 23