Ceritasilat Novel Online

Kitab Pusaka 15

Kitab Pusaka Karya Tjan Id Bagian 15


dengan perkataan belaka, kalau begitu aku mesti berusaha
untuk menaklukkan mereka berdua lebih dulu"
Berpikir demikian, Kit hong kiamnya segera diputar berganti
jurus dan memainkan ilmu Kit hong kiam hoat ajaran Wan
liang. Seketika itu juga cahaya pedang menyilaukan mata, hawa
dingin menusuk tulang, bagaikan arus deras sungai Tiang
kang, serangan tersebut serentak menggulung tubuh Kho Ciu
sui. Sekarang Kho Cui sui baru terperanjat, ia tak berani
gegabah lagi, rantainya digetarkan menciptakan lapisan
bayangan yang beratus-ratus banyaknya diudara, dimana
bayangan tadi bersama-sama menyerang Suma Thian yu.
Dalam sekejap mata itulah Suma Thian yu telah berhasil
merebut posisi yang menguntungkan dan duduk diatas angin,
sebaliknya si penjual obat Kho Ciu sui terdesak mundur
berulang kali, biarpun ia telah mengerahkan segenap kekuatan
yang dimiliki pun belum juga berhasil untuk memperbaiki
posisinya. Dalam pada itu, Kho Tong sui yang menonton pertarungan
dari sisi arena sudah kehabisan sabar, tidak menunggu sampai
dipanggil kakaknya, dia memutar sepasang palunya dan
menyerbu dari samping arena.
Sayang sekali Suma Thian yu sudah bertekad hendak
menaklukkan kedua orang itu sekarang, justru serangan yang
digunakan semuanya ganas dan hebat, jurus demi jurus
serangan dilancarkan untuk meneter lawan, betul pihak musuh
bertambah seorang, namun mereka tak berhasil memperbaiki
keadaan. Dalam waktu singkat bahu kanan Kho Cui sui sudah terluka,
serangannya makin lambat dan kacau tak beraturan
sebaliknva dada Kho Tong sui kena babatan pedang lawan
sehingga muncul sebuah luka yang memanjang.
Berhasil dengan serangannya itu, Suma Thian yu segera
tertawa tergelak, serunya:
"Tayhiap berdua terhitung manusia-manusia pintar,
seharusnya kalian bisa membedakan mana yang benar dan
mana yang jahat, mengapa sih kalian malah bersedia
diperbudak oleh seorang manusia munafik yang berwajah
Buddha tapi berhati ular berbisa?"
"Tutup malut baumu bangsat!" bentak Kho Ciu sui marah,
"urusan toaya biar diputuskan oleh toaya sendiri, kau tak usah
banyak ngebacot, lihat serangan!"
Sekali lagi rantai bajanya meluncur kedepan dengan
kecepatan tinggi, ketika hampir mendekati wajah lawan, tibaTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
tiba rantai itu terlepas dan menyambar datang dengan
kekuatan yang berlipat ganda.
Suma Thian yu sangat terkejut, dia mencoba menangkis
dengan pedangnya, tapi ia pun sadar bila hal ini dilakukan,
rantai itu pasti akan membalik membelenggu senjatanya, alhasil Kho
Tong sui akan memanfaatkan kesempatan baik ini untuk
melepaskan serangan yang mematikan kearahnya.
Ia lantas berpekik keras, satu ingatan melintas lewat,
dengan mempergunakan jurus Naga dan burung hong
berbahagia, sebuah jurus serangan dalam ilmu pedang tanpa
nama ajaran ciong liong lo sianjin, ujung pedangnya mencukil
kedepan dan secara jitu menutul diatas rantai yang sedang
menyambar datang.
Bukan saja ancaman yang datang dari sepasang palu itu
berhasil dipunahkan, malahan diantara kilauan cahaya tajam,
ia berhasil menghadiahkan sebuah bacokan pedang lagi
dibawah dada kiri Kho tong sui.
Gagal total dengan usahanya, bahkan menderita pula luka
yang cukup parah, membuat dua bersaudara itu menjadi
putus asa. Dengan mengerahkan tenaga dalamnya ke dalam ujung
pedang tersebut, jangan dilihat cukilan itu enteng, tapi
didalam kenyataan-nya berhasil mencongkel rantai tadi
sehingga mercelat ke arah lain.
Betul juga, pada saat itulah sepasang palu raksasa Kho
Tong sui telah membacok tiba dari atas dan bawah dengan
kekuatan serangan yang mengerikan.
Suma Thian yu, pemuda bernyali besar yang berilmu hebat
ini sama sekali tidak menjadi gugup, mengikuti gerak
pedangnya dia mengeluarkan jurus Bintang dan rembulan
berebut sinar, ternyata jurus ini merupakan gerak sambungan
dari serangan sebelumnya.
Pertama-tama Kho Cui sui yang menghentikan serangannya
lebih dulu, kemudian sambil memunggut rantai miliknya dan
menatap Suma thian yu dengan sinar mata buas dan penuh
amarah, katanya:
"Kepandaian silat yang kau miliki memang sangat hebat,
toaya merasa amat kagum, cuma sayang manusia seperti kau
bukan melakukan perbuatan yang bajik, sebaliknya malah
melakukan kejahatan".
Belum habis perkataan itu diucapkan, Suma Thian yu telah
menukas perkataan tersebut dengan cepat:
"Percuma saja kau membedakan antara baik dan buruk
secara sembarangan, karena aku percaya keadilan ada dihati
manusia, suatu ketika semua orang akan menjadi paham
siapa yang benar!"
Sebenarnye Kho Ciu sui hendak membantah lagi tapi Kho
Tong sui segera menimbrung:.
"Toako, buat apa mesti kita ribut dengan keparat ini" Aku
tak percaya dengan mengandalkan kemampuan kita berdua
tak mampu untuk membekuknya"
Selesai berkata dia lantas menubruk kedepan sambil
menahan rasa sakit akibat luka yang dideritanya pada bagian
dada, dia memainkan sepasang palunya mernciptakan dua
bayangan yang rapat, kemudian diiringin dengan desiran
angin kencang langsung menyambar kemuka.
Suma Thian yu mendengus dingin, ia mengeluarkan ilmu
langkah Cok tiong luan poh sin hoat untuk menghindarkan
diri, hanya sedikit bahunya bergetar, tahu-tahu tubuhnya
sudah menyelinap kebelakang punggung Kho Tong sui,
ejeknya sambil tertawa dingin:
Kho tayhiap, apakah kau masih saja tak mau sadar"
Mengingat kalian berdua jujur dan berbudi luhur sedang
perbuatan kalian sekarangpun tak lebih hanya terpengaruh
oleh hasutan manusia laknat, aku tak tega untuk berbuat keji
kepada kalian, ketahuilah bila aku betul-betul turun tangan,
jangan harap kalian bisa bertahan sebanyak sepuluh
gebrakan" Sebetulnya perkataan ini diucapkan dari hati sanubarinya
yang jujur dan memang begitulah kenyataannya, namun bagi
pendengaran dua bersaudara Kho tersebut justru merupakan
sindiran yang tajam, hinaan yang membuat mereka menjadi
kalap. Kh cui sui menjadi gusar, segera bentaknya keras:
"Manusia keparat, kau benar-benar amat takabur, baik, hari
ini ada kau tiada aku, Kho Ciu sui akan beradu jiwa
denganmu!"
Rantai besinya seperti naga sakti meluncur kedepan
dengan cepat, tapi setibanya di tengah jalan tiba-tiba berubah
arah dengan menyembar lewat samping.
Sama Thian yu baru menyesal sekali setelah melihat kedua
bersaudara Kho menjadi kalap oleh perkataan-nya itu, padahal
maksudnya semula, ia berharap mereka tahu diri dan segera
mengurungkan niatnya itu.
Tentu saja kata-kata yang sudah diucapkan tak mungkin
bisa ditarik kembali, setelah menghela napas panjang, diapun
mengembangkan lagi ilmu pedang tanpa namanya.
Bu Beng kiam boat merupakan hasil ciptaan Ciong liong lo
sianjin yang merupakan seorang tokoh persilatan yang berilmu
tinggi, tidak heran kalau jurus serangan ilmu pedang itu luar
biasa hebatnya.
Yang lebih istimewa lagi dengan ilmu tersebut adalah jurusjurus
serangannya bisa digunakan sepotong-seporong untuk
menyelamatkan diri sambil menyerang musuh, tapi bisa juga
dipergunakan sebagai serangkaian serangan berantai yang
ketat. Berhubung Suma Thian yu sudah terlanjur sesumbar untuk
meraih kemenangan dalam sepuluh gebrakan saja, maka dia
memilih untuk mempergunakan serangkaian serangan
berantai, hal ini berarti cukup dalam enam gebrakan saja ia
akan berhasil menggulung keok ke dua orang bersaudara Kho.
Inupun berkat kebijaksanaan Suma Thian yu yang berhati
luhur dan tak ingin menghancurkan pamor lawan yang
dibentuk dengan susah payah, coba kalau tidak, semenjak tadi
mereka berdua sudah mampus.
Kadang kala manusia memang menjadi makhluk yang
paling aneh, suatu sikap bermaksud baik seringkali disalah
artikan oleh pihak lain seperti halnya dengan Suma thian yu
sekarang, sesungguhnya dia berniat mengalah kepada
musuhnya, siapa tahu sikap tersebut justru ditanggapi dua
bersaudara Kho sebagai niat musuh untuk menghina dan
mengejek diri mereka.
Itulah sebabnya meski sudah terluka di badan, namun
kedua orang itu tetap enggan berhenti.
Tentu saja Suma Thian yu yang dibikin semakin gelisah,
mendadak sambil berpekik keras teriaknya:
"Hati-hati kalian sekarang, aku akan melancarkan serangan
yang terakhir!"
Dalam seruan mana suma thian yu sudah melejit keudara,
Kit hong kiamnya menciptakan selapis bayangan pedang yang
rapat mengurung kedua orang lawannya ditengah arena.
Menghadapi kurungan lapisan bayangan pedang yang
tertuju kearah mereka, dua bersaudara Kho itu menjadi
terperanjat, pekik mereka tanpa terasa:
"Habis sudah riwayatku kali ini!"
Disaat yang kritis dan amat berbahaya itulah, mendadak
Suma Thian yu merasakan datangnya segulung angin pukulan
yang sangat kuat langsung menghantam belakang kepalanya.
Bersamaan itu juga ia mendengar suara tertawa seram
yang menggidikkan hati berkumandang menyusul datangnya
ancaman ini. Apabila Suma Thian yu tidak membatalkan ancamannya
terhadap dua bersandara Kho, niscaya dia sendiri akan
termakan pula oleh ancaman maut yang datangnya dari
belakang itu. Berada di dalam keadaan seperti ini, sudah barang tentu
Suma Thian yu tidak mau mengambil resiko terlalu besar.
Cepat dia menarik napas panjang, sepasang kakinya
menjejak tanah keras-keras dan secepat sambaran kilat dia
melewati atas kepala dua bersaudara Kho serta melayang
turun di muka situ.
Lolos dari ancaman bahaya maut, dua bersaudara Kho
mandi peluh dingin, pekiknya dihati:
"Ooh, syukur berhasil lolos dari maut"
Dengan mengendornya ketegangan yang mencekam
perasaan mereka, tiba-tiba saja mereka merasakan sakit yang
luar biasa dari luka-luka yang dideritanya.
Sementara itu orang yang menyergap Suma Thian yu
secara licik tadi telah berdiri ditengah jalan.
Begitu tahu siapakah orang itu, berkobar hawa amarah di
dalam dada Suma thian yu, tegurnya ketus:
"Kukira siapakah manusia yang telah melakukan perbuatan
terkutuk ini, rupanya kau si mahkluk setan bermuka hijau!"
Orang yang baru datang memang tak lain adalah Setan
muka hijau Siang Tham.
Dalam pada itu si setan muka hijau Siang Tham telah
berjalan menghampiri dua bersau dara Kho, lalu tegurnya
sambil tertawa seram:
"Kalian berdua tentunya sudah dibikin kaget setengah
mati" Silahkan untuk beristirahat dulu, biar aku orang she
Siang yang membalaskan aib kalian berdua ini"
Habis berkata, dengan senyuman angkuh dan wajah licik
pelan-pelan ia mendekati Suma Thian yu, sambil berjalan
mendekat, katanya:
"Selamat berjumpa Suma siauhiap, walaupun dunia
persilatan sangat lebar namun kita benar-benar selalu
berjumpa dimana pun juga, sebelum aku orang she Siang
datang kemari tadi, aku telah meramalkan nasibmu, dapat
kudengar bahwa usia siauhiap sudah mendekati masa akhir
karena hari naasmu kebetulan sekali jatuh pada hari ini!"
Suma Thian yu tetap berdiri tenang, dengan seksama
diawasinya si setan muka hijau Siang Tham itu lekat-lekat,
ketika melihat sepucuk panji segitiga yang berada ditangan
kirinya, satu ingatan segera melintas lewat, katanya kemudian
sambil tertawa terbahak-bahak:
"Haah...haah...haah... orang she Siang, sauya cukup
mengetahui berapa banyak kemampuan yang kau miliki,
dengan mengandalkan barang rongsokan macam kau, belum
tentu kau bisa berbuat banyak kepadaku. Kalau kau memang
pintar, lebih baik cepat kau goyangkan panji mu itu untuk
meminta bala bantuan, biarkuhadapi bantuan mu itu seorang
demi seorang...."
perkataan yang persis mengenai sasaran ini kontan saja
membuat si Setan muka hijau Siang Tham kehilangan muka,
dari malu dia menjadi naik darah, serunya kemudian sambi
tertawa seram: "Bocah keparat, tak kusangka kau bisa menebak secara
jitu, coba kau lihat dulu, seluruh bukit Ki ciok san telah penuh
dengan kawanan jago yang mengepungmu, hari ini, biarpun
kau bersayap pun jangan harap bisa lolos dalam keadaan
selamat!" oooOooo Panji segi tiga itu segera dikibarkan ke tengah udara,
bersamaan waktunya segera muncul beberapa sosok
bayangan hitam yang meluncur datang dengan kecepatan
tinggi, dalam wakta singkat diatas jalan raya tersebut telah
bertambah dengan tiga orang.
Melihat siapa yang bermunculan itu, Suma Thian yu
kembali tertawa terbahak-bahak:
"Haah... haah... haah... sudah kuduga sejak tadi pasti lah
kawanan anjing budukan seperti kalian ini, kedatangan kamu
semua memang kebetulan sekali!"


Kitab Pusaka Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ternyata orang yanq datang adalah harimau angin hitam
Lim Khong, si ular berekor nyaring Mo pun seng, serta kakek
tujuh bisa Kwa lun.
Yang membuat Suma Thian yu merasa terkejut adalah
kemunculan si kakek tujuh bisa Kwa lun tersebut, mengapa
dia bisa muncul di bukit Ki ciok san bersama harimau angin
hitam Lim Khong sekalian"
Keempat orang tersebut hampir semuanya merupakan
jago-jago kelas satu dalam dunia persilatan, seorang saja
diantara mereka sudah cukup membuat Suma thian yu pusing
menghadapinya, terutama sekali si kakek tujuh bisa Kwa lun
dan si harimau angin hitam Lim Khong yang licik, banyak tipu
muslihatnya dan berilmu silat tinggi.
Biarpun Suma Thian yu masih tetap menampilkan sikap
yang tenang, toh tak urung bergidik juga dalam hati kecilnya,
ia mengeluh karena harus menghadapi serangan musuh yang
begitu banyak. Berbareng dengan kemunculan tiga gembong iblis tersebut,
dari balik gunung segera bermunculan bayangan manusia,
ternyata orang-orang itu merupakan anak buah dari Kho Cui
sui. Pertama-tama si kakek tujuh bisa Kwa Lun yang berbicara
lebih dulu, katanya:
"Bocah, ayo cepat serahkan kitab pusaka itu kepadaku"
Suma Thian yu terkejut sekali setelah mendengar
perkataan inim segera pikirnya:
"Hmm, mengapa gembong iblis ini bisa tahu kalau
kepergianku ke Tibet adalah dalam rangka mencari kitab"
Jangan-jangan ada mata-mata didalam selimut?"
Berpikir demikian, sahutnya kemudian:
"Kitab pusaka" Tolong tanya apa maksud Kwa cianpwe
dengan perkataan tersebut?"
Kakek tujuh bisa Kwa Lun tertawa licik:
"Bocah, kau masih ingin berlagak pilon. Siapa sih yang tak
tahu kalau kepergianmu ke Tibet adalah dalam rangka
mencari kitab pusaka?"
Sambil mendengar perkataan itu, diam-diam Suma Tmian
yu mencoba untuk mengawasi mimik wajah si kakek tujuh
bisa Kwa Lun, me lihat sepasang matanya berkedip tak
menentu, ia segera mengerti bahwa musuh sedang
bermaksud menyelidik dan belum mengetahui duduk
persoalan yang sesungguhnya.
Maka diapun bilik bertanya:
"Tolong tanya kitab pusaka apa yang kau maksudkan?"
Kakek tujuh bisa Kwa Lun seketika terbungkam dalam
seribu bahasa, tapi selang sesaat kemudian katanya sambil
tertawa dingin:
"Bocah, bila kau tak ingin orang lain tahu kecuali dirinya,
tidak berbuat, kuanjurkan kepadamu lebih baik serahkan saja
kitab pusaka itu, mungkin dengan berbuat begini kau dapat
membeli kembali selembar jiwamu, buat apa sih mesti
mengorbankan jiwa dengan percuma?"
"Kau benar-benar membuat sensasi yang tak lucu", Suma
Thian yu tertawa tergelak, "aku tak punya benda apapun,
mana mungkin datang sejilid kitab pusaka?"
"Lantas mengapa kau jauh-jauh meninggalkan daratan
Tionggoan menuju ke Tibet?" Suma Thian yu tersenyum.
"Berbicara soal cengli, tak sepantasnya kau menanyakan
soal urusan pribadiku ini, disamping itu akupun tidak
berkepetingan untuk memberi tahukan sesuatu kepadamu,
cuma bila kau ingin tahu tak salahnya kukatakan padamu, aku
pergi ke Tibet karena hendak mem buktikan suatu persoalan"
"Persoalan apa?"
"Persoalan tentang Kun lun indah Siau Wi goan, setiap
orang didunia ini mengatakan dia sebagai pendekar besar
yang berhati bajik, tapi menurut hasil penyelidikanku dia
justru seorang manusia laknat berwajah Buddha berhati ulat
yang amat jahat dan berbahaya bagi keamanan dunia
persilatan"
Mendengar perkataan tersebut, si Harimau angin hitam Lim
Khong segera membentak keras:
"Bocah keparat, hati-hati jika berbicara, malaikat elmaut
sudah didepan mata, kau masih berani bicara kurangajar!"
Ular berekor nyaring Mo Pun ci yang selama ini hanya
membungkam, mendadak mencorong sinar tajam dari balik
matanya yang tungal, sambil menggertak gigi serunya:
"Saudara Lin, waktu sudah siang, lebih baik kita secepatnya
mengusir dia pergi, banyak bicara tak berguna, apalagi sampai
membiarkan harimau ganas pulang kegunung, menyesal pun
percuma" "Tak usah gelisah" sahut Harimau angin hitam Lim Khong
sambil tertawa 1icik, "keadaan-nya sekarang ibarat burung
dalaam sangkar, biar punya sayap pun jangan harap bisa
terbang lepas, bila sekali bacok menghabisi nyawanya itu mah
terlalu keenakan bagi bocah keparat ini...."
Ular berekor nyaring Mo pun ci segera menganggap ucapan
tersebut ada benarnya, pemuda itu memang patut dicemooh
dan permainkan lebih dulu sebelum menghabisi nyawanya,
dengan begini semua rasa benci dan dendamnya baru dapat
dilampiaskan. Dalam kenyataan Suma Thian yu sama sekali tidak
terpengaruh oleh ejekan maupun cemoohan musuh,
pengalaman memberitahukan kepadanya bahwa semakin
berbahaya keadaan yang dihadapi, dia semakin wajib
mempertahankan ketenangannya.
Ia cuma tertawa hambar, tangannya meraba gagang
pedang kemudian sambil mengawasi empat pontolan
penyamun itu katanya sambil tertawa dingin:
"Mo Pun ci, bila kau masih sayang dengan sisa sebiji
matamu itu, kuharap kau segera menyingkir dari sini serta
tutup bacotmu, tak usah menggersah tak usah pula
membacot, kalau tidak, bila sepasang matamu sampai buta
sehingga tak dapat melihat matahari lagi, tentu besar sekali
penderitaannya"
Kemudian setelah berhenti sejenak, katanya lagi kepada si
Harimau angin hitam Lim Kong:
"Lim tayhiap, aku hendak membacok kutung sepasang
telingamu itu didalam sepuluh gebrakan!"
Ular berekor nyaring Mo Pun ci yang dikatai demikian
menjadi berkaok-kaok karena gusarnya, segera dia meraba ke
pinggangnya dan neloloskan sebilah golok yang digembol.
Diiringi suara desingan keras, golok itu menyambar ke
muka dengan jurus Membacok karang bukit wu san, serangan
itu langsung membacok pinggang Suma Thian yu.
Menghadapi datanggnya ancaman, Suma thian yu memutar
pedangnya dengan jurus angin dingin memuji rembulan,
begitu berhasil menahan ancaman tersebut, ia pun berkata:
"Orang she Mo, sauya tentu akan memberi selembar
kehidupan untukmu..."
Belum selesai dia berkata, si ular berekor nyaring Mo Puon
ci telah membalikkan pergelangan tangannya memainkan
jurus serat emas membelit tangga, bagaikan sambaran petir
cepatnya membacok pergelangan tangan anak muda itu.
Suma Thian yu sama sekali tidak gugup ataupun gelisah,
dia memutar tubuhnya sembari berkelit kesamping, lalu
selanya: "Selama ini sauya mu selalu bekerja secara jujur dan
terbuka, belum pernah ku tuduh orang baik secara sem
barangan, sebelum kubuktikan bahwa kaulah manusia yang
telah menghancurkan rumah tangga ku, aku tak akan
menghabisi nyawamu itu!"
Dua kali serangannya mengenai sasaran yang kosong,
ditambah pula ejekan dan Suma Thian yu membuat
amarahnya ibarat bensin bertemu api, ia menjadi nekad dan
melupakan mati hidupnya.
Secara beruntun goloknya diayunkan ke muka melepaskan
tiga buah bacokan berantai, semua serangan boleh dibilang
tertuju ke bagian tubuh lawan yang berbahaya.
Siapa tahu kemampuannya memang sudah kalah setingkat,
apalagi matanya buta sebelah hingga mempengaruhi daya
pandangannya. Biarpun dia sudah berkeras hati untuk
memperjuangkan sepenuh tenaga, alhasil untuk mencuwil
ujung baju lawanpun tak mumpu.
Harimau angin hitam Lim Khong yang menyaksikan
kejadian tersebut menjadi tidak sabar, dia segera berpekik
nyaring, sepasang lengannya diayunkan dan menyerbu ke
arena pertandingan.
Kepalanya dengan jurus dunia gempar jagad bergetar,
secara beruntun melepaskan pukulan beruntun ke jalan darah
tay yang hiat dikening lawan, deruan angin pukulan secara
menusuk pendengaran.
Suma Thian yu tertawa keras, dengan cekatan sekali dia
menghindarkan diri ke samping kemudian serunya:
"Mengapa kalian berdua tidak maju bersama-sama saja"
Sauya masih mampu menyembelih kalian berdua dalam empat
lima puluh gebrak an saja..."
Benar-benar suatu ucapan yang sangat takabur, biarpun
Cong liong lo sianjin hadir di arena pun belum tentu ia berani
berkata demikian.
Bayangkan saja, harimau angin hitam Lim Khong serta
setan muka hijau Siang Tham adalah dua murid kebanggaan si
mayat hidup Ciu jit wee, dalam kalangan kaum rimba hijau
saat ini kecuali Kun see mo tau seorang, pada hakekatnya tak
ada yang mampu menahan mereka.
Terlepas kedua orang tua itu, pada dasarnya si ular berekor
nyaring Mo Pun ci memang seorang penjahat pemetik bunga
yang berilmu silat sangat hebat, dia malang melintang dalam
dunia persilatan sambil memperkosa disana sini, belum pernah
hamba negara berhasil membekuknya, setiap kali kaum
pendekar berhasil mengurungnya, dia selalu berhasil pula lolos
dengan selamat, dari sini dapat diketahui betapa licik, pandai
dan lihaynya kemampuan orang ini.
Kakek tujuh bisa Kwa Lun lebih-lebih terhitung seorang
gembong iblis yang berhati hitam dan bertangan keji, dia
sudah membunuh orang tak terhitung, dulu pun Sin sian
siangsu pernah kalah di tangannya, ini menunjukkan kalau
kemampuan yang dimilikinya tak boleh dipandang enteng.
Dalam penghadangan yang diatur oleh Kun lun indah Siau
wi goan sekarang dia telah mempersiapkan empat jago orang
lihay pilihan tersebut untuk melaksanakan tugasnya, ia
percaya kemenangan sudah pasti berada di pihaknya.
Namun didalam kenyataannya, Suma Thian yu malah
berani mengucapkan kata-kata sesumbar, jangan lagi keempat
gembong iblis itu merasakan sebagai kata-kata yang menusuki
pendengaran, bahkan seorang manusia misterius yang berada
disekitar situ pun merasa tercengang bercampur geli.
Tapi siapakah manusia misterius itu"
Tak seorang pun diantara kawanan jago yang hadir tahu
secara pasti, sebab mereka sedang memusatkan semua
perhatiannya untuk mengawasi jalannya pertarungan ditengah
arena. Dalam pada itu Kakek tujuh bisa Kwan lun serta Setan
muka hijau Siang Tham telah ikut terjun pula ke dalam arena
pertarungan. Mereka berempat mengambil posisi ditimur dan
selatan sehingga mengepung Suma Thian yu ditengah arena.
Bagaikan seekor singa jantan yang disekap didalam
kerangkengan, Suma Thian yu membentak berulang kali, dia
telah bertekad untuk mengerahkan seluruh kemampuan yang
dipelajarinya selama puluhan tahun ini untuk melangsungkan
pertarungan tersebut.
Angin gunung tidak berhembus lagi, dahan dan ranting pun
tidak lagi bergoyang.
Suasana disekeliling tempat itu dicekam ke heningan, udara
bagaikan berhenti mengalir.
Dengan sorot mata yang mencorongkan sinar tajam Suma
Thian yu mengawasi keempat musuhnya satu per satu,
sementara dalam hati kecilnya dia pun mengambil sebuah
keputusan. Bagaikan seorang panglima perang kawakan yang sedang
mengatur siasat untuk menerjang lepas dari kepungan musuh
dari empat penjuru!
Akhirnya dia mengambil keputusan untuk bertindak.
Dia tahu sikap yang terlampau berbelas kasihan dan
berjiwa besar, kemungkinan besar akan mendatangkan
bencana kematian untuk dirinya sendiri.
Hanya dengan jalan melenyapkan semua musuh secara
kejilah dirinya baru bisa di selamatkan.
Membayangkan kesemuanya itu, diam-diam berpekik
didalam hati: "Bunuh! Bunuh! Bunuh!"
Mendadak terdengar Harimau angin hitam Lim Kong
berpekik keras memecahkan keheningan yang mencekam
sekeliling tempat itu.
Jilid : 28 Menyusul pekikan ini, dia memutar sepasang lengannya
dengan menyertakan tenaga dalamnya sebesar enam bagian,
kemudian dengan jurus Bintang bergeser awan berubah dia
lepaskan bacokan maut kearah Suma Thian yu.
Suma Thian yu menggertak gigi kencang-kencang,
mendadak pedang Kit hong kiamnya menciptakan berjuta-juta
bunga pedang dengan jurus guntur menyambar kilat
berkelebat, secepat petir angin dingin meluncur kedepan.
Tahu-tahu si harimau angin hitam Lim Kong merasakan
telinga kanannya menjadi dingin, sebuah telinganya sudah
terpapas kutung dan terjatuh kebawah, darah segarpun
bercucuran keluar dari mulut luka tersebut.
Semua peristiwa berlangsung dalam sekejap mata, gerakan
yang dilakukan kedua orang itupun bersamaan waktunya,
sebelum ketiga orang rekannya melihat jelas apa yang terjadi,
Harimau angin hitam kembali ketempat semula sambil meraba
telinga kanannya, darah kental kelihatan bercucuran keluar
dari sela jari tangannya.
"Maaf Lim Khong!" jengek Suma Thian yu sambil tertawa
dingin. Kakek tujuh bisa Kwa Lun nampak tertegun setelah
menyaksikan si Harimau angin hitam kehilangan sebuah
telinga kanannya, sebelum ia sempat turun tangan, mendadak
terdengar ular berekor nyaring Mo pun ci telah membentak
gusar, goloknya kembali dipakai untuk menyapu badan Suma
Thian yu.

Kitab Pusaka Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Menyaksikan cara si ular berekor nyaring bertarung, Suma
Thian yu segera dibuat tertegun.
Perlu di ketahui, kedua orang itu sama-sama
mempergunakan senjata ringan, kedua belah pihakpun
seharusnya sama-sama menggunakan gerakan tubuh yang
ringan untuk meraih kemenangan, tapi kenyataannya
sekarang, si ular berekor nyaring Mo Pun ci justru membacok
pedang lawan dengan goloknya, dia berusaha menggunakan
tehnik keras lawan keras untuk meraih kemenangan, cara
seperti ini boleh dibilang belum pernah dijumpai sebelumnya.
"Traaangg...!"
Suara bentrokan nyaring segera berkumandang
memecahkan keheningan, ketika dua batang senjata mestika
itu saling beradu kekerasan tadi, masing-masing pihak
merasakan pergelangan tangannya menjadi kaku dan tubuh
mereka seketika tergetar mundur sejauh tiga langkah.
Suma thian yu tertawa terbahak-bahak, mendadak ia
menerjang maju kemuka, pedangnya dengan jurus Pelangi
panjang mengurung matahari langsung menusuk kedada si
ular berekor nyaring Mo pun ci.
Mendadak terlihat sesosok bayangan manusia berkelebat
lewat, tahu-tahu kakek tu juh bisa Kwa Lun dengan
menggenggam sebilah kapak pendek telah mendesak kedepan
serta melancarkan bacokan ketubuh anak muda tersebut.
Sebagai seorang pemuda yang bersorot mata tajam, dalam
sekilas pandangan Suma Thian yu sudah mendapat tahu kalau
benda yang digenggam lawan merupakan sebilah senjata
mestika. Serta merta dia memutar pergelanggan tangannya
dan menarik kembali gerak serangan pedangnya secara
paksa. Tentu saja Kakek tujuh bisa Kwa Lun tidak rela membiarkan
musuhnya menghindar, sambil berpekik nyaring tangannya
menari-nari lagi menciptakan selapis bayangan kapak yang
semuanya mengurung batok kepala lawan.
Memanfaatkan kesempatan yang ada, si ular berekor
nyaring Mo Pun ci membentak pula.
"Bocah keparat, serahkan jiwamu!"
"Sreeeet...!".
Goloknya kembali melepaskan sebuah bacokan kilat.
Suma Thian yu menggertak gigi keras-keras, pedang Kit
hong kiam nya dengan memainkan jurus awan gelap
menutupi bulan menciptakan selapis cahaya biru yang tebal,
kemudian kakinya dengan menggunakan langkah Ciok tiong
luan poh menerobos masuk ditengah kabut golok dan kapak
musuh. Mendadak terdengar dua kali jerit kesakitan bergema
memecahkan keheningan, sinar tajam mereda. Kakek tujuh
bisa Kwa Lun serta si ular berekor nyaring Mo Pun ci telah
mundur bersama kebelakang.
Tatkala semua orang mengalihkan pandangannya ke muka,
ternyata ke dua orang itu sama-sama telah kehilangan sebuah
telinganya. Setan muka hijau Siang Tham yang menyaksikan kejadian
tersebut diam-diam menjadi bergidik dan ketakutan sendiri.
Mendadak terdengar Suma Thian yu tertawa terbahakbahak:
"Haaahh... haaahh... haaahh... Kwa cianpwee dan Mo
tayhiap, hari ini aku sengaja mengampuni jiwa kalian dengan
harapan menggunakan kejadian hari ini sebagai pelajaran,
kalian bisa tahu diri dan menyesali kesalahan yang telah kalian
buat..." Belum habis ia berkata, Harimau angin hitam Lim Kong
yang mendendam karena kehilangan sebuah telinganya telah
menyela: "Bocah keparat, hari ini aku akan mempertaruhkan jiwa
raga ku untuk beradu jiwa denganmu, aku bersumpah akan
membinasakan kau diatas bukit Ki ciok san ini"
Selesai berkata ia bersiap-siap untuk mendesak maju ke
depan. Mendadak.... Terdengar suara gelak tertawa yang amat nyaring bergema
di angkasa dan menusuk pendengaran semua orang yang
hadir disitu. Kaki kanan si harimau angin hitam Lim Kong yang sudah
maju ke depan, tiba-tiba saja dibatalkan, kemudian dia
mengalihkan pandangannya ke arah mana berasalnya suara
itu. Tampak semak belukar disisi jalan bergoyang keras,
kemudian tampak seorang pemuda berjubah panjang warna
hijau pelan-pelan munculkan diri.
Ketika Suma Thian yu melihat pemuda yang barusan
munculkan diri ternyata adalah Chin Siau, ia menjadi terkejut,
segera pikirnya dengan cepat:
"Apabila orang ini berpihak kepada lawan, wah... posisiku
akan semakin terdesak dan nasibku hari ini jelas lebih banyak
bahayanya dari pada rejeki"
Tiba-tiba terdengar Chin Siau berkata sambil tertawa:
"Empat orang menganinya satu orang, sungguh merupakan
suatu kejadian aneh di dunia ini, kalian berempat selain
pengecut dan munafik juga sangat tak tahu malu, mari, mari,
terhitung pula aku, biar kita dua melawan empat, ini lebih
terasa adil namanya"
Ke empat gembong iblis yang berada di dalam arena
sekarang, pada hakekatnya tidak ada yang kenal dengan Chin
Siau, melihat orang itu cuma seorang pemuda ingusan yang
masih berbau tetek, tapi dipunggungnya justru menggembol
sebilah pedang mestika, lagipula ucapannya sombong dan
takabur, kontan saja membuat semua orang menjadi tertegun
dan berdiri saling berpandangan.
Diantara empat gembong iblis tersebut, setan bermuka
hijau Siang Tham boleh dibilang merupakan satu-satunya
orang yang berkedudukan paling rendah, berbicara soal ilmu
silat pun deretannya pada urutan terakhir, maka setelah
dilihatnya Chin Siau masih muda dan bisa dihadapi secara
mudah, ia segera maju ke depan dan membentak penuh
amarah: "Setan cilik, kau adalah anak jadah yang datang dari mana"
Jika berani banyak bicara lagi, segera kubantai dirimu!"
Chin Siau mengerling sekejap ke arahnya, namun sama
sekali tidak memperhatikannya barang sekejap pun, malah
kepada kakek tujuh bisa Kwa Lun katanya:
"Biasanya orang yang semakin tua akan semakin sabar,
hanya manusia yang sudah bosan hidup saja tak punya
kesabaran, kalau kulihat dari tampangnya yang bengis dan
buas, seakan-akan terburu napsu ingin melapor diri ke akhirat,
aku jadi gemas rasanya. Jika kau benar-benar ingin
secepatnya berangkat, biar pedang sauya membantumu untuk
berangkat secepatnya"
"Tanpa sebab kakek tujuh bisa didamprat dan dicaci maki
lawan, kontan saja marahnya meledak, sambil mengayunkan
kapaknya dia bersiap sedia untuk membacoknya.
Mendadak terdengar si setan muka hijau Siang Tham
membentak keras keras:
"Saudara Kwa, untuk membunuh seekor ayam kenapa
mesti memakai golok penjagal sapi" biar aku orang she Siang
saja yang membereskan bocah keparat ini!"
Sambil mencabut keluar pedangnya dengan jurus Delapan
penjuru ramping dia bacok tubuh Chin Siau.
Dengan cekatan sekali Chin Siau mengegos ke samping lalu
katanya sambil mendengus:
"Waaah, kalau kepandaian mu mah masih ketinggalan
sangat jauh, dengan memandang tampangmu itu, biarpun
belajar delapan sampai sepuluh tahun lagi pun kau masih
pantasnya untuk mencucikan kaki sauya mu!"
Gagal dengan serangannya, mendadak setan muka hijau
Siang Tham membalikkan pergelangan tangannya, kemudian
dengan berganti jurus awan teba1 menutup Wu san, secepat
petir dia tusuk dada Chin Siau.
Walaupun ancaman tersebut sangat berbahaya, ternyata
Chin Siau tetap menghadapinya dengan tenang, katanya
kemudian dengan tertawa merdu:
"Jurus serangan ini merupakan jurus yang ke dua, Sauya
akan mengalah sekali lagi kepadamu!"
Ketika kata "mu' keluar dari mulutnya, bayangan tubuh Chin
Siau sudah lenyap dari depan mata si setan muka hijau.
Dua kali serangan-nya mengenai sasaran yang kosong
membuat setan muka hijau Siang Tham berkaok-kaok penuh
amarah, bila sekarang ia menjadi sadar, niscaya urusan selesai
dengan begitu saja. Siapa sangka dia justru semakin sewot,
pedangnya diputar kencang membuat selapis bayangan hijau
yang rapat dan langsung embacok tubuh Chin Siau.
Menghadapi ancaman macam begitu, Chin Siau cuma
tertawa didalam hati, tidak gugup tidak gelisah ia menunggu
sampai pedang lawan tiba dua depa saja dari hadapannya.
kemudian baru berpekik nyaring.
Diantara kilatan gerak tangannya tahu-tahu pedang
mestika milik si Setan muka hijau Siang Tham telah terlepas
dari tangannya dan dirampas orang. Tampaknya Chin Siau
memang ada maksud untuk mendemontrasikan kemampuanya
terutama sekali memberi suatu peringatan tanpa kata-kata
terhadap Suma Thian yu.
Begitu menerima pedang mestika si setaan muka hijau itu,
tubuhnya segera majuke depan dan memainkan jurus petir
menyambar di angkasa.....
Semua orang yang hadir dalam arena hanya merasakan
berkelebatnya cahaya hijau kemudian ditengah lapangan
terdengar seseorang menjerit kesakitan.
Ternyata setan muka hijau Siang Tham telah mundur
beberapa langkah dari posisi semula dengan sepasang tangan
memegangi perut, kemudian tubuhnya roboh terjungkal ke
atas tanah dan tidak bangun lagi.
Chin Siau tersenyum nyengir sambil membuang pedang
mestika itu dia berjalan mendekati sisi tubuh setan muka hijau
Siang Tham, kemudian katanya angkuh:
"Barang siapa berani melakukan dosa, dia tak akan hidup
terus, inilah contoh yang terutama bagi kalian semua!"
Waktu itu si setan muka hijau Siang Tham sama sekali
tidak mati, namun perutnya sudah robek sehingga darah segar
memancar keluar membasahi lantai.
Dengan cepat si harimau angin hitam Lim Kong berebut
maju kedepan untuk membopong Siang Tham serta buru-buru
mengobati luka yang diderita.
Setelah itu dengan sorot mata yang bengis dan buas dia
awasi wajah Chin Siau lekat-lekat, begitu selesai mengobati
luka adik perguruannya, pelan-pelan ia bangkit berdiri lalu
serunya kepada pemuda itu:
"Kepandaian silatmu memang luar biasa cepat, ayo
sebutkan siapa namamu, toaya sudah tak punya waktu lagi
untuk banyak ngebacot, lagipula toaya tak suka mem bunuh
manusia tak bernama..."
Mendengar perkataan si harimau angin hitam yang masih
kekanak-kanakan ini, Chin Siau tertawa tergelak:
"Haaahh...haaahh... haaahh... pertanyaanmu itu terlalu
kekanak-kanakan, sekalipun sudah mengetahui nama sauya
mu toh kalian tak akan mampu berbuat apa-apa apalagi
mengingat kedudukanmu, sungguh terasa geli bila kau ingin
mengetahui siapa nama ku..."
Harimau angin hitam Lim Kong semakin naik darah, namun
amarahnya itu sama sekali tidak diperlihatkan keluar, cuma
selangkah demi selangkah ia berjalan mendekati Chin Siau.
Suma Thian yu menjadi amat tegang sekali melihat
kejadian itu, sampai dimana kah watak Lim Kong sudah cukup
dipahami olehnya yang dikuatirkan sekarang adalah disaat
Chin Siau tak waspada, musuh menyerang secara tiba-tiba.
Dengan suara lirih ia segera berbisik:
"Saudara Chin, hati-hati dengan gembong iblis tersebut,
agaknya mereka mempunyai rencana busuk!"
Chin Siau mendengus dingin dan sama sekali tak mau
menerima kebaikan tersebut, tak bisa disangkal lagi dalam hati
kecilnya dia masih menaruh dendam terhadap Suma Thian yu.
Mendadak terdengar si harimau angin hitam Lim Kong
menbentak keras dengan penuh amarah:
"Setan cilik, serahkan jiwamu!"
Sepasang telapak tangannya disilangkan kemudian secara
tiba-tiba melepas sebuah pukulan yang maha dahsyat ke atas
dada Chin Siau...
Dengan lincah sekali Chin Siau menghadapi serangan
musuh itu tanpa gugup ataupun panik, pedangnya diputar
membentuk satu lingkaran cahaya, kemudian dengan cepat
menciptakan selapis kabut pedang yang sangat tebal.
Ketika angin pukulan dari Harimau angin hitam Lim Kong
menyambar kedepan seakan-akan bertemu dengan selapis
dinding baja yang tebal dan kuat, seketika itu juga terpental
kembali dan memancar keempat penjuru.
Menghadapi kejadian seperti ini, si harimau angin hitam
merasa terkejut sekali, buru-buru dia melompat kedepan
dengan segera, kemudian dengan wajah berubah hebat,
tanyanya agak tercengang:
"Apa hubunganmu dengan si pendeta tanpa nama?"
"Dia adalah guruku" jawab Chin Siau sambil menarik
kembali pedangnya.
Sekali lagi harimau angin hitam Lim Khong tertegun.
"Ooh, rupanya kau adalah si bocah keparat she Chin
tersebut, benar-benar tak kusangka kita dapat bersua muka
dengan tanpa bersusah payah. Siau tayhiap sedang berdaya
upaya untuk membekukmu, hari ini ternyata kau telah datang
menghantar diri, hmm... hmm...kalau begitu bukit Ki ciok san
adalah tempatmu untuk berisrirahat selama lamanya.."
Chin Siau tertawa hambar.
"Lim khong" katanya, sauya mu sudah cukup memahami
bagaimanakah watak orang she Siau tersebut, ternyata kalian
adalah manusia komplotan-nya, hampir saja sauya kena
tertipu. Aku Chin Siau adalah seorang lelaki sejati, bila kalian
berempat memang merasa punya kemampuan, silahkan saja
datang menyerang, sauya akan menghadapi kalian satu
persatu!" Kakek tujuh bisa Kwa Lun tertawa seram:
"Bocah keparat, kalau toh kau memang kepingin mampus
aku akan segera memenuhi keinginanmu itu!"
Selesai berkata, dia segera mengayunkan kapak pendeknya
dengan jurus ular berbisa menunjukkan lidah, secepat


Kitab Pusaka Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sambaran petir langsung dibacokkan ke tubuh Chin Siau.
Sesungguhnya tujuan Chin Siau adalah membangkitkan
amarah musuh, dengan kepandaian ilmu pedangnya yang
sempurna sesungguhnya tidak bsnyak manusia dalam dunii
persilatan saat ini yang mampu menahan serangannya
tersebut. Bu bek ceng adalah seorang pendekar dalam daratan
Tionggoan, tapi bagaimanakah orangnya dan sampai
dimanakah kehebatan ilmu silatnya belum pernah disaksikan
dengan mata kepala sendiri. Sedang apa yang ditampilkan
oleh Chin Siau saat inipun belum cukup memberi keterangan
kepadanya. Oleh sebab itu jurus pertama yang digunakan kakek tujuh
bisa Kwa Lun tidak lebih hanya bertujuan untuk memancing
musuh, begitu mencapai tengah jalan, mendadak ia
merubahnya menjadi jurus Seluruh angkasa penuh cahaya
bintang. Tampak sinar kapaknya berkilat kilat seperti hujan badai
yang datang dari empat arah delapan penjuru dan bersamasama
menyambar tubuh Chin Siau.
Gerak serangan yang sangat aneh ini boleh dibilang jarang
dijumpai dalam kolong langit, entah siapapun yang sedang
bertarung, biasanya cahaya kapak hanya bisa datang dari arah
depan saja. Tapi dalam kenyataannya sekarang, dia dapat melancarkan
ancamannya dari empat arah delapan penjuru, tidak heran
kalau kemampuannya itu segera mengejutkan orang. Bagi
orang yang berisi, sekali coba akan segera diketahui
kemampuannya, kakek tujuh bisa Kwa Lun bisa menempatkan
diri dalam urutan nama kelompok iblis da lam dunia persilatan
sudah barang tentu kepandaian silat yang dimilikinya tak
boleh dianggap enteng.
Chin Siau merasa sedikit diluar dugaan menghadapi
datangnya ancaman tersebut, hatinya terkesiap, pedangnya
dengan jurus mengangkat api membakar langit membuat
sapuan ke udara kemudian dengan ju rus selaksa lebah
memetik putik, pedangnya menciptakan kabut pedang yang
bergulung-gulung, ditengah udara segera muncul berjuta-juta
titik cahaya tajam yang berkilauan.
Dalam waktu singkat, terdengarlah serangkaian suara
dentingan nyaring yang memekikkan telinga.
Tiba-tiba bayangan kapak dan cahaya pedang bilang lenyap
tak berbekas, sedangkan kedua orang itu sama-sama mundur
beberapa langkah dari posisi semula.
"Ilmu pedang bagus!" puji kakek tujuh bisa Kwa Lun tanpa
terasa. Chin Siau juga turut berseru:
"Gerakan tubuh yang sangat indah!"
Kedua orang itu sama-sama memiliki kelebihan sendiri,
hingga dalam bentrokan yang barusan berlangsung, keadaan
tetap seimbang dan tiada yang menang atau kalah.
Tapi dihati kecil kakek tujuh bisa Kwa Lun timbul perasaan
yang tak puas, sebab berbicara soal usia maupun tenaga
dalam, seharusnya dia masih berada diatas kemampuan Chin
Siu, tapi kenyataannya sekarang dia hanya mampu berimbang
dengan seorang pemuda yang masih berbau tetek, andaikata
kejadian ini sampai tersebar luas, bukankah orang akan
mentertawakan dirinya sampai copot semua gigi mereka"
Sebaliknya Chin Siau sendiripun diam, ini selain disebabkan
perasaan tak puas, dia pun ingin memperlihatkan
kehebatannya didepan Suma Thian yu, jika dia gagal
merobohkan kakek tujuh bisa Kwa lun, maka melanjutnya dia
tak akan berkesempatan lagi untuk mengangkat kepala.
Mendadak dia meluruskan pedangnya ke depan kakek tuuh
bisa, kemudian sambil tertawa hambar ia berkata:
"Sambut baik-baik pedang ini! Dalam tiga jurus mendatang,
sauya hendak memotong sisa telinga yang kau miliki..."
Ketika kakek tujuh bisa Kwa Lun menyaksikan pedang itu
disodorkan ke depan tanpa suatu keanehan, dihati kecilnya
segera berpikir:
"Asal kupuku1 pedang itu pelan, niscaya senjata tersebut
akan terjatuh ke tanah, tapi apa maksud dan tujuannya
berbuat demikian?"
Jago yang ahli memang berbeda sekali dengan jagoan
biasa, coba bila orang lain yang menjumpai keadaan demikian
sudah pasti mereka akan berusaha untuk memukul rontok
pedang tersebut.
Berbeda sekali dengan kakek tujuh bisa, dia merasa
semakin sederhana gerak posisi seseorang, semakin
berbahaya sikap terse but karena di balik kesemuanya tentu
mengandung suatu perubahan yang luar biasa. Akhirnya dia
menjadi sangsi dan tak berani turun tangan secara
sembarangan. Chin Siau tertawa mengejek, setelah melirik sekejap kearah
Kwa Lun dengan pan dangan menghina ia berkata:
"Bagaimana" Apakah kakek tujuh bisa yang termashur
dalam rimba hijau sekarang menjadi cucu kura kura yang
ketakutan?"
Sambil berkata, tenaganya disalurkan kedalam pedang dan
mencukil ujung senjata tersebut keatas sehingga hampir saja
merobek dagu lawan.
Buru-buru kakek tujuh bisa miringkan kepalanya untuk
berkelit, kemudian kapaknya menyapu kedepan menghantam
senjata Chin Siau.
Begitu ia bergerak, Chin Siau turut bergerak, dia cepat,
Chin Siau makin cepat pula.
Tampak cahaya perak berkelebat lewat, Kakek tujuh bisa
menjerit kesakitan dan telinga yang tinggal sepotong rontok
ke tanah. Berhasil dengan perbuatannya itu, Chin Siau tertawa
tergelak dengan wajah penuh kebanggaan katanya:
"Maaf, maaf..."
Sejak terjun kedunia persilatan sehingga setua ini belum
pernah kakek tujuh bisa Kwa Lun menderita kekalahan
sedemikian mengenaskannya, tidak heran kalau dia menjadi
naik darah dan kalap setengah mati, tiba-tiba jeritnya:
"Bangsat muda, terimalah seranganku!" Kapaknya segera
disambit ke depan, diiringi cahaya tajam yang berkilauan
senjata tersebut langsung menyambar kewajah Chin Siau.
Bersamaan dengan di sambitnya kapak pendek itu, buruburu
kakek tujuh bisa Kwa Lun merogoh kedalam sakunya dan
mengambil bubuk penghenti darah untuk menghentikan darah
dari mulut luka, menyusul kemudian ia menghimpun tenaga
dalamnya dan sepasang tangan menari-nari melepaskan tiga
buah serangan secara berantai.
Chin Siau menangkis kapak itu dengan pedangnya, baru
saja berhasil, ia segera merasakan datangnya segulung angin
pukulan yang dahsyat menerjang dadanya.
Begitu cepat datangnya ancaman tersebut seolah-olah
dilepaskan bersamaan waktunya, Chin Siau menjadi amat
terkejut, tergopoh-gopoh dia memutar senjatanya membentuk
selapis kabut pedang.
Siapa sangka baru saja pukulan pertama dilontarkan,
menyusul kemudian pukulan yang kedua, akibatnya Chin Siau
menjadi keletihan dan tak punya kesempatan lagi untuk
berganti napas.
Akibatnya dengan memaksakan diri ia berhasil juga
mematahkan ancaman yang kedua tersebut tapi pukulan
ketiga segera menyusul tiba.
Secara beruntun kakek tujuh bisa Kwa Lun telah
melepaskan tiga buah pukulan semua ancaman tersebut
hebat, terutama sekali pukulan yang ketiga, tenaga yang di
sertakan merupakan tenaga gabungan dari serangan pertama
dan kedua. Sayang sekali Chin Siau tidak memahami rahasia itu, ia
segera terjebak dalam siasat lawan, apalagi saat itu tenaganya
sudah habis dan jurus serangannya sudah mendekati akhir.
Tenaga pukulan Kwa Lun dengan amat dahsyatnya
langsung menembusi kabut pertahanan dan menghantam
dadanya. Tampaknya Chin Siau tak mungkin bisa menghindarkan diri
lagi dari serangan tersebut dan pasti akan terluka.
Mendadak terdengar seseorang membentak keras:
"Cepat mundur!"
Segulung angin lembut berhembus datang dari samping
dan melemparkan tubuh Chin Siau sejauh satu kaki lebih dari
posisi semula, menyusul kemudian dari tengah udara
kedengaran suara benturan yang memekikkan telinga.
Blaaammm..! Ketika dua gulung tenaga pukulan saling beradu, angin
puyuh menyapu permukaan tanah, kemudian bayangan
manusia berkelebat lewat, tubuh si kakek tujuh bisa Kwa Lun
bergeter keras sebelum akhirnya dapat berdiri tegak.
Ketika ia mendongakkan kepalanya lagi, didepan mata telah
berdiri Suma Thian yu.
Sementara itu Chin Siua yang melihat orang yang telah
menolongnya lagi-lagi Suma thian yu, bukan saja ia tidak
merasa berterima kasih, malah sebaliknya amat murung dan
tak senang hati.
Tak terbayangkan amarah yang membara didalam dada
kakek tujuh bisa Kwa Lun waktu itu, mencorong sinar buas
dari balik matanya, dengan kening berkerut ia berseru sambil
tertawa seram: "Bocah keparat, beranikah kau beradu tiga pukulan
denganku?"
"Bagaimana jika kau kalah?" tanya Suma Thian yu sambil
tersenyum. Kakek tujuh bisa Kwa Lun tertawa seram:
"Heeh... heeeh... heeh...bila kau yang menang aku
bersedia kau cincang!"
"Sungguhkah perkataanmu itu" Siapa yang bersedia
menjadi saksi?" seru Suma Thian yu cepat, sementara
matanya melirik sekejap ke arah si harimau angin hitam Lim
Khong. Kakek tujuh bisa Kwa Lun tertawa seram:
"Ucapan seorang lelaki bagaikan kuda, dicambuk sekali
diucapkan selamanya tak bisa ditarik kembali"
"Bagus sekali, kata Suma Thian yu sambil tersenyum dan
manggut-manggut, silahkan kau mulai menyerang!"
Sekulum senyuman licik segera menghiasi wajah Kakek
tujuh bisa, ia mengambil posisi dan menghimpun segenap
tenaga dalam yang yang dimilikinya kedalam tangan.
Suara gemerutuk keras segera terdengar menggema dari
sendi sendi tulangnya.
Tatkala Chin Siau memperhatikan dengan seksama, ia
menjadi terperanjat, ternyata sepasang telapak tangan kakek
tujuh bisa telah berubah menjadi hitam pekat.
Kalau dilihat dari julukannya sebagai Kakek tujuh bisa.
semestinya ia memiliki tujuh macam racun keji yang diserap
kedalam telapak tangannya itu, setiap kali serangan
dilontarkan maka sari racun pun akan turut berhembus
keluar, barang keluar, barang siapa terkena pukulan itu,
jiwanya segera akan melayang, jadi boleh dibilang berbahaya
sekali! Sekarang, ia telah mengeluarkan ilmu simpanannya,
pukulan tujuh bisa untuk memtaruhkan kedudukan serta
pamornya. Melihat hal tersebut, diam-diam Suma Thian yu merasa
terkejut juga di buatnya.
Mendadak terdengar kakek tujuh bisa Kwa Lun membentak
keras: "Lihat serangan!"
Sepasang telapak tangannya segera di lontarkan kedepan,
dua gulung angin pukulan yang dingin menusuk tulang pelanpelan
menggulung kedepan di samping hawa dingin tersebut
sesungguhnya tidak nampak sesuatu kehebatan lain yang
menggidikkan hati.
Suma Thian yu segera menghimpun pula tenaga dalamnya
dan mendorong telapak tangan kirinya kedepan, segulung
tenaga lembut segera meluncur kemuka menyongsong
datangnya ancaman lawan.
Menyaksikan dua jago kelas satu dari dunia persilatan
saling berada kepandaian semua orang segera masang mata
baik-baik mengikuti jalannya pertarungan tersebut.
Mendadak.......
"Blaaam, blaaammm...!"
Ditengah ledakan keras, pukulan dari kakek tujuh bisa
telah saling membentur dengan angin pukulan dari Suma
Thian yu, seketika itu juga muncul selapis cahaya hijau yang
membumbung ke angkasa dan menyebar ke mana-mana.
Kuatir keracunan, segenap jago yang menonton jalannya
pertarungan tersebut sama-sama menyingkir jauh-jauh dari
tepi arena. Kedua orang itu masih tetap berdiri tegak ditempat semula,
bergerak sedikitpun tidak.
Paras muka kakek tujuh bisa Kwa Lun sama sekali tidak
berubah, agaknya peristiwa tersebut sudah dalam dugaannya
sehingga tidak terlalu mengejutkan.
Mendadak terdengar ia membentak lagi:
"Sambutlah pukulan ku ini!"
Seperti gerakan semula, sepasang telapak tangannya
pelan-pelan dilontarkan ke depan, hanya kali ini tenaga yang
disertakan dalam serangan tersebut jauh lebih hebat.
Baru saja angin pukulan dilontarkan, empat penjuru seperti
tercekam oleh udara yang dingin membekukan, membuat
setiap orang menggigil tanpa terasa karena kedinginan.
Diam-diam Suma Thian yu melipatkan tenaga serangannya
dengan dua bagian lagi, telapak tangan kanannya diayunkan
keudara dan melepaskan sebuah pukulan pula.
Ledakan nyaring bergema untuk kedua kalinya di angkasa,
seperti juga bentrokan pertama, tubuh Suma Thian yu masih
tetap berdiri kekar di posisi semula.
Dua kali serangannya sama-sama menderita kegagalan, hal
tersebut membuat perasaan kakek tujuh bisa Kwa Lun tak
karuan lagi, dia sadar bila serangannya tidak disertakan
dengan segenap kekuatan yang dimiliki, mungkin usahanya
kembali akan sia-sia belaka, bukan cuma begitu, bisa jadi
kapal samudra akan karam dalam selokan.
Tatkala masih berada di bukit Kou teng san tempo hari ia
sudah pernah menjajal kepandaian sakti dari Suma Thian yu,


Kitab Pusaka Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cuma pada waktu itu ia tidak menyertakan segenap kekuatan
yang dimiliki. Tapi sekarang dihadapan sekian banyak jago lihay kaum
rimba hijau, jangan lagi sampai keok ditangan seorang
pemuda, hasil seripun akan membuat pamornya merosot dan
ditertawakan semua orang.
Maka setelah dua buah pukulan lewat dan kini tinggal
serangannya yang terakhir, ia bertekad untuk
mempertahankan pamor, ke dudukan serta nama besarnya
dalam serangan-nya yang terakhir ini bisa dibayang kan sudah
barang tentu ia tak boleh berbuat ayal lagi
Paras mukanya segera berubah menjadi serius, tulang
persendiannya gemerutuk keras kini ia sudah menghimpun
tenaga pukulannya sebesar dua belas bagian untuk
menggencet mampus musuhnya.
Siapa sangka luka baru pada telinganya belum merapat
mungkin disebabkan pengerahan tenaga yang melampaui
batas, akibatnya luka-luka itu pecah lagi, darah segera
bercucuran keluar, dan tenaga murni yang telah terhimpun
pun tahu-tahu sudah membuyar kembali.
Kejadian tersebut amat mengejutkan hatinya, buru-baru dia
menghimpun kembali tenaga dalamnya dan mengalirkan
kembali hawa murni tersebut kedalam pusar.
Seketika itu pula wajahnya berubah menjadi pucat pias,
seluruh tubuhnya gemetar keras, sepasang tangannya
gemetar keras, sudah jelas hawa racunnya telah membuyar
bahkan bisa jadi merembes kearah lukanya itu....
Suma Thian yu yang menyaksikan kejadian ini segera
menghembuskan napas lega.
Dalam pada itu si harimau angin hitam Lim Khong juga
telah merasakan keanehan pada rekannya, buru-buru dia
mendekat pada si kakek tujuh bisa, lalu tanyanya dengan
penuh perhatian:
"Apakah saudara Kwa terluka?"
Kakek tujuh bisa Kwa Lun menggeleng, sambil mendorong
si harimau angin hitam Lim Khong, katanya sambil tetap keras
kepala: "Tidak menjadi masalah, hari ini bila aku tak dapat
memakan daging dan darah keparat ini, bagaimana mungkin
aku bisa melampiaskan rasa dendam dihatiku?"
Harimau angin hitam Lim Khong bukannya orang bodoh, ia
tahu bahwa racun tujuh bisa yang dilatih si kakek tujuh bisa
telah berbalik menghanyam tubuh sendiri, racun tersebut jelas
sudah meresap ke dalam tubuhnya, apa bila keadaan seperti
ini tidak ditolong dengan cepat, niscaya jiwanya akan
terancam. Maka cepat-cepat dia menotok tiga buah jalan darah
penting ditubuh kakek tujuh bisa, kemudian memerintahkan
dua bersaudara Kho untuk membimbingnya pergi.
Menyaksikan kekek tujuh bisa telah mundur sebelum
bertarung, Suma Thian yu menghembuskan napas panjang
pula sambil mundur dari situ.
"Jangan mundur dulu!" tiba-tiba si harimau angin hitam Lim
Khong membentak keras.
Suma Thian yu membalikkan badannya, kemudian bertanya
dengan suara hambar:
"Lim tayhiap masih ada urusan apa lagi?"
Harimau angin hitam tertawa anggkuh, katanya:
"Toaya anjurkan kepada kalian berdua agar hapuskan saja
niat kalian untuk tetap hidup, betul bukit Ki ciok san bukan
sarang naga gua harimau, tapi kami telah mempersiapkan dua
buah peti mati untuk kalian pergunakan!"
Chin Siau segera berpaling, dengan penuh amarah ia
berseru ketus: "Dengan mengandalkan kemampuanmu itu"
Haah...haah...haah... orang she Lim, jangan sesumbar dulu,
bila orang lain yang berkata begitu tentu saja aku tak berani
bicara apa-apa, tapi jika kau yang hendak melawanku, lebih
baik tak usah bermimpi lagi disiang hari bolong"
Perkataan ini memang benar juga, dengan empat lawan
dua, alhasil ke empat jago rimba hijau itu sama-sama keok,
malah kakek tujuh bisa Kwa Lun dan setan muka hijau Siang
Tham menderita luka yang teramat parah.
Bila si Harimau angin hitam Lim Khong dan ular berekor
nyaring Mo Pun ci menahan ke dua jago muda itu dengan
kekerasan jelas hal tersebut bukan pekerjaan yang gampang
bagi mereka. Terutama sekali bagi si ular berekor nyaring Mo pun ci, ia
lebih ketakutan lagi, orang bilang, Sekali terpagut ular,
sepanjang tahun takut tali. Begitu pula keadaan Mo Pun ci,
bertemu dengan Suma Thian yu ia lebih suka mengundurkan
diri mencari selamat.
Harimau angin hitam Lim Khong agak tertegun sejenak, lalu
serunya sambil tertawa seram:
"Setengah li di barat daya bukit ini terdapat sebuah tebing
curam, disitulah sudah tersedia dua buah peti mati,
bersediahkah kalian ke situ?"
00000o00000 MENDENGAR ucapan tersebut, Chin Siau segera
mendengus dingin, serunya cepat:
"Sauya ingin melihat sampai dimana sih kehebatan dari
bukit Ki ciok san ini!"
Seusai berkata, dia lantas membalikkan badan dan
beranjak pergi dari situ, sekejap mata kemudian bayangan
tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata.
Menyaksikan keadaan tersebut, diam-diam Suma Thian yu
menggelengkan kepalanya sambil menghela napas, kemudian
membalikkan badan dan menyusul dibelakangnya.
Siapa tahu meski sudah dikejar sekian waktu, belum
nampak juga bayangan tubuh Chin Siau, padahal jarak sejauh
setengah li tak cuma berapa menit dicapai.
Setengah perminum teh kemudian ia sudah menuruni
sebuah bukit, didepan situ terbentang sebuah jurang yang
terjal. Suma Thian yu mencoba untuk memperhatikan sekeliling
sana, namun alhasil ia belum juga menemukan bayangan
tubuh Chian Siau.
Tanpa terasa pemuda itu berpikir:
"Jangan-jangan dia sudah kabur" Aaaah.. tapi hal ini tak
mungkin, dia bukan termasuk manusia yang berjiwa pengecut,
bisa jadi ia justru telah terjebak dalam perangkap lawan"
Pikir punya pikir kembali ia merasa hal ini tidak benar,
antara dia dengan Chin Siau tak lebih hanya selisih selangkah,
dengan jarak sejauh kira-kira setengah li, mustahil dapat
terjerumus ke dalam perangkap lawan, ini berarti ia sudah
tersesat atau lari kearah bukit yang lain.
Tiba ditebing terjal tersebut, tiba-tiba Suma Thian yu
menyaksikan diatas sebatang pohon besar, kulit pohon
dikupas sebagian, ditengah kupasan itulah tertera beberapa
huruf yang berbunyi.
"Silahkan tuan masuk lembah"
Lama sekali Suma Thian yu berdiri menungu disitu,
sebelum akhirnya mengambil keputusan untuk meneruskan
perjalanan menuju ke dasar tebing.
Dibilang memang cukup aneh, baru saja berjalan berapa
langkah, tiba-tiba ditemukan diantara semak belukar terdapat
sebuah undak-undakan yang terbuat dari tenaga manusia.
Buru-buru Suma Thian yu lari ke situ dan pelan-pelan turun
ke lembah dengan menelusuri undak-undakan batu.
Dssar lembah penuh tumbuhan rumput, Suma Thian yu
berdiri termangu tapi dengan cepat ia berhasil menemukan
jawaban kemana perginya Chin Siau, Bisa jadi Chin Siau telah
memasuki lembah tersebut dan menyembunyikan diri dibalik
rerumputan, oleh sebab itulah jejaknya tidak berbasil
ditemukan. Berpikir sampai disitu, tanpa terasa ia berteriak keras:
"Saudara Chin! Saudara Chin!"
Tapi setelah berteriak berulang kali, tiba-tiba ia merasa geli
sendiri, gumamnya:
"Aku memang kelewat bodoh, bagaimana mungkin Chin
Siau akan memperdulikan aku" Dia sudah membenciku hingga
merasuk ke tulang sumsum, biarpun berada disekitar sini pun
belum tentu dia akan memperdulikan aku...."
Setelah berteriak kalang kabut tadi, Suma Thian yu pun
kehilangan arah, hal tersebut membuatnya gelisah dan cepatcepat
balik kembali ke tempat semula.
Mendadak..... Suara tertawa seram berkumandang dari sekitar tempat itu.
Tanpa terasa Suma Thian yu menegur:
"Saudara Chin, dimana kau?"
Mendadak terdengar ada orang menyahut dari belakang.
"Bocah keparat, jalan ke surga enggan kau lewati, jalan
menuju neraka malah kau kunjungi, Hmm... Hmm...satelah
masuk ke dalam lembah ini jangan harap kau bisa keluar lagi
dalam keadaan selumat....!"
Suma Thian yu memperhatikan dengan seksama asal mula
datangnya suara tersebut, ke mudian sepasang kakinya
menjejak tanah dan melayang ke atas rumput dengan
mengeluar kan ilmu meringankan tubuh terbang diatas
rumput, secepat petir dia bergerak menuju ke arah mana
datangnya suara tersebut.
Siapa tahu tempat itu kosong dan tak nampak sesosok
bayangan manusia pun. Suma Thian yu tahu orang itu tentu
sudah melarikan diri dengan menelusuri rerumputan yang
lebat, hal tersebut membuat hatinya amat gusar.
Cepat-cepat dia melejit ke tengah udara lalu menghimpun
tenaga murninya dan mem perhatikan sekejap ke sekeliling
tempat tersebut.
Namun kecuali angin yang berhembus lewat tak seorang
manusia pun yang nampak bersembunyi disekitar sana.
Dalam mendongkolnya Suma Thian yu segera
mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya yang paling
sempurna untuk melintasi padang ilalang itu dan menuju ke
dasar tebing yang lain.
Walaupun ia sudah lolos dari padang ilalang tersebut,
namun jejak musuh masih belum juga kelihatan.
Sementara Suma Thian yu masih ragu-ragu, mendadak dari
belakang tubuhnya terdengar suara desingan angin tajam
menyambar tiba.
Ternyata sebuah senjata rahasia telah dibidikkan
kebelakang batok kepalanya.
Suma Thian yu cepat mundur dua langkah kemudian
memutar badannya untuk menghindarkan diri dari ancaman
senjata rahasia tersebut, setelah itu bentaknya keras-keras:
"Siapa disitu" Bajingan tengik darimana yang beraninya
main sembunyi dan melukai orang secara menggelap" Jika
kau memang laki laki, ayo capat menampakkan diri!"
Baru selesai ia berkata, mendadak dari balik rumput
kedengaran seseorang berseru sambil tertawa dingin.
"Untuk menghadapi manusia macam kau, terpaksa aku
harus berbuat demikian, inilah yang dinamakan dengan cara
yang sama untuk menghadapi orang yang sama, sambutlah
baik-baik bocah keparat!"
Mendadak rerumputan nampak bergoyang.
"Sreeeet! sreeet! steeet!"
Secara beruntun meluncur keluar panah-panah terbang
yang menyelimuti seluruh angkasa, kemudian menyergap
serta mengepung seluruh badan Suma Thian yu.
Pemuda itu amat terkejut, mimpi pun dia tak menyangka
kalau dibalik semak sudah disiapkan pemanah-pemanah
tangguh. Serta merta dia mengebaskan ujung bajunya berulang kali
melepaskan segulung angin puyuh yang membuyarkan panahpanah
terbang itu. Mendadak terdengar suara bentakan keras bergema lagi di
angkasa: "Lepaskan panah!"
Seketika itu juga hujan panah berhamburan diangkasa dan
meluncur ketubuh si anak muda tersebut bagaikan hujan
deras. Suma Thian yu benar-benar naik pitam setelah dihadapkan
dengan keadaaan seperti ini, ia tak berani menyambut
serangan tersebut dengan kekerasan, cepat-cepat hawa
murninya disalurkan mengelilingi seluruh badan, baru saja
hawa murninya tebentuk, serangan panah sudah
berhamburan datang.
Mendadak terdengar si anak muda itu menjerit kesakitan,
kemudian tubuhnya roboh terjengkang.
Dengan robohnya pemuda itu, dari balik semak belukar
segera melompat keluar dua orang lelaki setengah umur
berwajah bengis, ketika mereka saksikan seluruh tubuh Suma
Thian yu telah dipenuhi dengan tancapan panah terbang,
salah seorang diantaranya segera tertawa terbahak-bahak,
serunya: "Rasain sekarang, baru kini keparat tersebut tahu kalau
lembah si hun kok bukan tempat yang boleh didatangi semau
hati sendiri"
Lelaki bengis yang lain turut tertawa licik katanya:
"Saudara Him, sudah edan nampaknya kau" Keparat itu
kan sudah mampus, kau lagi berbicara dengan siapa?"
"Saudara Kou, kali ini kita dua bersaudara benar-benar
akan memperoleh nama besar"
"Kenapa?"
"Aaaai, kau memang goblok... bayangkan saja pentolan kita
berusaha dengan segala cara untuk mendapatkan keparat
tersebut, tapi setiap kali keparat itu selain berhasil kabur
meloloskan diri. Sedang kita berhasil membidiknya sampai
mampus kini, berarti kita telah menyelesaikan sebuah tugas
yang berat, jika berita ini sampai tersiar kedalam dunia
persilatan, siapa yang tidak bakal memuji diri kita..." Hmm...
hmmm..." Seusai berkata, kembali ia tertawa terbahak-bahak seperti
orang kalap. Orang she Kou itu manggut-manggut, teriaknya kemudian:
"Kita tak usah menunda-nunda waktu lagi, ayo segera kita
gotong keparat itu untuk mendapat jasa!"
Seraya berkata mereka berdua segera mendekati Suma
Thian yu, baru saja hendak mengangkat tubuh pemuda itu,
tiba-tiba terdengar suara tertawa dingin yang amat tak sedap
bergema diudara.


Kitab Pusaka Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tahu-tahu Suma Thian yu sudah melompat bangun,
sedangkan panah-panah terbang yang semula menancap
diatas tubuhnya, kini bagaikan dibidikkan secata langsung dari
busur, secepat kilat menyambar bersama ke tubuh lelaki
bengis she Kou itu, jarak diantara kedua orang itu sangat
dekat, lagipula Suma Thian yu pun bertindak secara
mendadak dan sama sekali diluar dugaan, tak sempit lagi
lelaki bengis she Kou itu berteriak kaget, puluhan batang
panah terbang itu sudah menancap semua diatas dada serta
lambungnya. Terdengar jerit kesakitan yang memilukan hati bergema
memecahkan keheningan, lelaki bengis itu roboh terjengkang
keatas tanah dan tewas seketika.
Suma Thian yu tak berani berayal lagi, bahunya bergerak
dan secepat kilat ia terjang ke hadapan lelaki she Him itu,
kemudian menotok jalan darahnya.
Semua kejadian berlangsung dalam waktu singkat, hsnya
dengan satu taktik yang sederhana, ia berhasil membereskan
kedua orang itu bersamaan waktunya.
Dengan langkah lebar Suma Thian yu berjalan mendekati
lelaki she Him itu, kemudian setelah menekan badannya
dengan tangan sebelah, tangan yang lain yang dipakai untuk
membebaskan jalan darahnya, lalu bentaknya keras-keras:
"Masih ada siapa lagi dibalik semak belukar?"
Lelaki itu melototkan sepasang matanya dengan penuh
kegusaran, dia hanya memandang sekejap kearah pemuda itu
tanpa menjawab sepatah kata pun.
"Ooooh, kau enggan berbicara?" jengek Suma Thian yu,
"bagus sekali, aku pun tak akan memaksa dirimu!"
Selesai berkata dia lantas memencet sebuah jalan darah
yang berada di iga lelaki itu.
Akibatnya sekujur badan lelaki itu gemetar keras, peluh
jatuh bercucuran, mukanya dari merah berubah menjadi hijau,
keadaan-nya nampak mengenaskan sekali.
Sambil tersenyum Suma Thian yu kembali berkata:
"Ayo cepat berbicara, kalau tidak sauya akan bikin kau
mampus tak bisa hidup pun tak dapat!"
Sambil berkata dia siap-siap menotok lagi jalan darahnya.
Kontan saja lelaki bengis itu dibuat ketakutan setengah
mati, segera jeritnya:
"Baik, baik, aku akan berbicara, didalam situ tiada orang
lagi..." "Omong kosong!" bentak Suma Thian yu marah, "sudah
jelas dibidikkan beribu-ribu batang anak panah, masa disini
cuma ada kalian berdua saja?"
"Aku berbicara sesungguhnya, kalau tidak percaya silahkan
membuktikan sendiri, tadi kami membidikkan panah tersebut
dengan Hoat si tay..."
"Hoat si tay?" tanya Suma Thian yu keheranan, "sungguh
nama yang sangat aneh, sudah sekian lama ssuya hidup
didunia ini, belum pernah kudengar nama alat yang begini
aneh, rupanya kau berniat membohongi diriku?"
Sambil berkata kembali dia siap-siap menotok jalan darah
ditulang iga lelaki tadi.
Kontan saja lelaki itu menjerit ketakutan.
"Eeeh.... tunggu dulu, kalau kau tidak percaya, segera
kutunjukkan alat tersebut kepadamu!"
Dari caranya berbicara maupun sikap serta gerak geriknya,
Suma Thian yu segera mengetahui kalau lelaki itu tidak mem
bohonginya, maka katanya kemudian"
"Tidak usah, asal kau tidak membohongi aku, hal tersebut
sudah lebih dari cukup. Kini aku ingin bertanya lagi kepadamu,
bukankah si harimau angin hitam telah menyiapkan dua buah
peti mati didalam lembah ini, di mana ia letakkan peti mati
tersebut?"
"Disana!" sahut lelaki itu sambil menunjuk ke arah barat
lembah. "Cepat bawa aku ke sana!"
Lelaki itu segera bangkit berdiri, tiba-tiba iganya terasa
kaku dan semua penderitaan yang dialaminya tadi kini lenyap
tak berbekas. Mendadak terdengar Suma Thian yu berkata lagi:
"Sekarang kau tak usah keburu bersenang hati, sebab
sauya menotok sebuah Im hiat mu lagi asal kau telah
membawaku ketempat tujuan, sudah barang tentu sauya akan
melepaskan selembar jiwamu, jangan lupa, kecuali aku
sendiri, tiada manusia lain dunia ini yang mampu
membebaskan jalan darahmu itu"
Ucapan tersebut membuat lelaki bengis itu merasakan
hatinya dingin separuh, dia menghela napas sedih dan
mengajak pemuda itu menuju kedepan sana.
Setelah melewati padang ilalang yanglebat tersebut, tibatiba
lelaki bengis itu menghentikan langkahnya seraya
berkata: "Tempat itu terletak didepan sana, aku tak bisa maju lagi
lebih kedepan, kalau tidak aku pasti akan mati"
Suma Thian yu mencoba untuk menengok kedepan, benar
juga tak jauh didepan sana benar-benar terdapat dua buah
peti mati! Dengan suatu gerakan cepat dia lantas menotok bebas
jalan darah Im hiat ditubuh lelaki itu, tapi pada saat yang
sama dia menotok pula jalan darah tidurnya.
Maka tak ampun lagi robohlah lelaki itu dan tertidur dengan
sangat nyenyak.
Dengan langkah yang sangat berhati-hati, Suma thian yu
meloloskan pedang Kit hong kiam nya, kemudian selangkah
demi selangkah dia mendekati peti mati itu.
Tiba didepan peti mati, tiba-tiba terbaca olehnya pada
papan tutup peti mati itu tertera beberapa tulisan yang
berbunyi demikian:
"Dipersembahkan untuk Suma siauhiap"
Sedangkan pada peti mati sebelah kanan di tulis:
"Semoga tuan beristirahat dengan tenang"
Menyaksikan hal tersebut, tanpa terasa Suma thian yu
mendongakkan kepalanya dan tertawa keras, pedang Kit hong
kiamnya diayunkan kedepan dan...
"Kraaakk!"
Penutup peti mati yang pertama segera terbongkar,
ternyata didalamnya hanya berisikan kertas perak.
"Bedebah!" umpat Suma Thian yu dengan gusar.
Pedangnya kembali diayunkan kedepan, penutup peti mati
yang berada disebelah kanan pun segera tersambar hingga
terbuka. Mendadak.... Berkumandang serentetan suara tertawa yang mengerikan
dari balik peti mati itu.
Suma Thian yu terkejut dan ngeri, tanpa terasa dia mundur
beberapa langkah dengan bulu kuduknya pada bangun berdiri.
Tiba-tiba dari balik peti mati itu muncul seorang kakek
berambut panjang sebahu dan berwajah penuh bulu panjang,
dengan melototkan sepasang matanya yang hijau bercahaya,
dia awasi pemuda itu tanpa berkedip.
"Bocah, kau masih kenal dengan aku?" Suma Thian yu
mengamati lelaki tua itu dengan seksama, kemudian bertanya
keheranan: "Siapakah kau?"
Kakek itu tertawa seram, tiba-tiba dia mengayunkan
tangannya dan melemparkan sebuah benda ke arah Suma
Thian yu. "Itu ambillah, kau memang bedebah!" teriaknya.
Serta merta Suma Thian yu menerima sambitan tadi,
setelah disambut, paras mukanya berubah hebat, cepat-cepat
benda itu dimasukkan ke dalam sakunya.
"Jadi kau adalah Sam yap koay mo?" serunya kemudian
terkejut. Ternyat benda yang disambitkan kearah Suma Thian yu itu
tak lain adalah kitab pusasa tanpa tulisan bu ci cinkeng yang
diidamkan Suma Thian yu selama ini, sementara kakek yang
dihadapinya bukan lain adalah Sam yap koay mo.
Ketika masih berada dipuncak Ning Im hong tempo hari,
Suma Thian yu telah mempermainkan Sam yap koay mo serta
manusia iblis berkepala ular Sin Moay him, bahkan
menyerahkan kitab tanpa kata itu kepada Sim Moay him.
Saat itu pemuda tersebut tidak tahu kalau kitab tanpa kata
itu merupakan kitab yang asli, karena itu hal mana tak terlalu
dipikirkan dihati, tapi setelah tahu dari Ciong liong lo sianjin
dan Keng sim taysu di Tibet bahwa benda itu sesungguhnya
merupakan benda yang asli ia baru menyesalnya setengah
mati, bahkan bertekad hendak me rebut secepat mungkin.
Siapa tahu hari ini dia telah bertemu dengan Sam yap koay
mo, bahkan tanpa buang banyak tenaga telah berhasil
mendapatkan kembali kitab tersebut, tak heran kalau pemuda
itu cepat-cepat menyimpannya kedalam saku dengan wajah
gembira, seperti apa yang sudah diduga oleh Suma thian yu,
sejak mendaparkan kitab pusaka tanpa kata, manusia iblis
berkepala ular Sim Moay him berhasrat untuk mengakanggi
benda tersebut seorang diri, tapi Sam yap koay mo ternyata
jauh lebih licik dan keji, menggunakan kesempatan disaat
lawannya tidak siap ia segera turun tangan menghabisi nyawa
Sim Moay him dan merampas kitab pusaka tersebut.
Tak terlukiskan rasa gembira Sam yap koay mo setelah
berhasil mendapatkan kitab pusaka itu, dia pun segera
berangkat kelembah Si hun kok dibukit Ki ciok san ini untuk
mengasingkan diri dan menekuni isi kitab pusaka tersebut.
Tapi akhirnya usaha tersebut sia-sia belaka, malah
berakibat hampir saja dia mengalami jalan api menuju neraka.
Sudah barang tentu dia tak akan mencapai hasil apa-apa
karena tulisan Han yang tercantum dilembaran atas kertas
kulit itu hanya bermaksud untuk mengelabuhi orang.
Ketika Sam yap koay mo mengetahui bahwa usahanya
gagal total, rasa benci dan dendamnya menjadi membara, ia
bersumpah hendak mencari Suma Thian yu untuk membalas
dendam. Kebetulan sekali pada saat itulah Kun lun indah Siau Wi
goan dan Wan wan cu baru pulang dari perbatasan dengan
membawa luka. Begitu ke tiga gembong iblis itu saling bertemu, dari mulut
Siau Wi goan dapat diketahui bahwa Suma Thian yu akan kem
bali ke daratan Tionggoan tak lama kemudian, mendengar
kabar tersebut, Sam yap koay mo pun mengurungkan niatnya
semula dengan tetap menantikan kedatangan pemuda
tersebut disini.
Kemarin ia mendapat laporan kalau Suma Thian yu akan
melalui jalanan tersebut, maka dia pun mengatur segala
sesuatunya untuk menyambut kedatangan musuh besarnya
itu. Dalam pada itu, Sam yap koay mo telah melompat bangun
dan dalam peti mati, kemudian sambil melejit keluar, ia
menuding anak muda tersebut sambil melejit keluar, ia
menuding anak muda tersebut sambil mencaci maki:
"Bocah keparat, selembar kertas rongsokan telah
membuang waktuku hampir separuh abad, hari ini aku hendak
mencabut selembar jiwa anjingmu!"
Suma Thian yu tertawa terbahak-bahak:
"Haaah... haahh... haaah... bencana itu datang lantaran
serakah, kau mesti menyalahkan siapa" Tolong tanya
bagaimana kabar adik angkatmu manusia she Sim tersebut?"
Ketika Suma Thian yu tidak menjumpai kehadiran manusia
iblis berkepala ular, bahkan melihat kitab pusaka tersebut
sudah terjatuh ketangan Sam yap koay mo, hatinya menjadi
terang benderang, ia tahu Sim Moay him tentu sudah
mengalami musibah, karena itulah ia pun menyindir lawannya
dengan sinis. Menyinggung soal manusia iblis berkepala ular Sim Moay
him, tak beda mengorek hati Sam yap koay mo, ibarat api
bertemu minyak, seketika itu juaga Sam yap koay mo mencakmencak
kegusaran, sambil membentak keras, ia mengayunkan
tangannya dan membacok tubuh Suma Thian yu dengan jurus
Bukit Tay san menindih kepala.
Suma Thian yu tersenyum, dengan cekatan dia menghindar
ke samping, kemudian serunya sambil tertawa terbahakbahak:
Haaah...haaah... haah... tampaknya ilmu silat peninggalan
orang kuno memang amat dahsyat, cukup dilihat dari
seranganmu hari ini, bisa diduga banyak manfaat yang
berhasil kau raih dari kitab pusaka tersebut!"
Lagi-lagi perkataan tersebut menusuk perasaan Sam yap
koay mo, hal mana semakin mengorbankan amarahnya,
dengan setengah berteriak segera jeritnya:
"Bocah keparat, aku menghendaki nyawa anjingmu!"
Telapak tangannya dengan jurus guntur dan petir saling
menyambar, menghajar tubuh Suma Thian yu.
Menghadapi ancaman itu, Suma Thian yu pura-pura merasa
terkejut bercampur keheranan, ia segera berseru tertahan:
"Aduh celaka, ilmu silat yang tercantum dalam kitab tanpa
kata benar-benar telah kau pelajari semua!"
Sam yap koay mo semakin gusar, secara beruntun dia
melancarkan sebuah serangan berantai, angin pukulan segera
meluncur ketubuh anak muda itu bagaikan hujan badai.
Menghadapi ancaman mana, Suma Thian yu segera
menghindar kian kemari dengan cekatan, dengan andalkan
ilmu ciok tong luan poh hoat, ia justru malah mempermainkan
musuhnya habis-habisan.
Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah bertarung
puluhan jurus banyaknya, bagi Sam yap koay mo, pertarungan
ini benar-benar terasa amat berat, jangan lagi merobohkan
musuhnya yang masih muda itu, menjawil ujung bajunya pun
tak sanggup. Sewaktu berada dipuncak Ning Im hong tempo hari, Sam
yap koay mo sudah menjadi panglima yang pernah keok
ditangan Suma Thian yu, kini meski kejadian tersebut sudah
terlangsung banyak tahun, toh ia ia tetap menjadi bahan
permainan anak muda tersebut.
Makin bertarung Sam yap koay mo merasa semakin
gelisah, sampai akhirnya ia mulai menyerang secara membabi
buta dan mengeluarkan sebuah jurus-jurus serangannya yang
beradu jiwa. Menghadapi orang nekad seperti ini, Suma Thian yu dibikin
kerepotan juga, akhirnya dia terdesak mundur juga sejauh
beberapa langkah....
Menghadapi keadaan tersebut, Suma Thian yu amat


Kitab Pusaka Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terkejut, sambil membentak keras ia segera melancarkan
serangan balasan dengan jurus menyapu rata lima bukit!
Melihat datangnya ancaman yang begitu tangguh, tiba-tiba
Sam yap koay mo menjejakkan kakinya keatas tanah dan
tubuhnya melejit ke udara, setelah terlepas dari babatan
pedang pemuda itu, sepasang telapak tangan-nya dirubah
menjadi serangan cengkeraman.
Kesepuluh jari tangan yang dipentangkan lebar-lebar, dia
menyerang Suma thian yu dengan jurus elang sakti
menangkap kelinci, kekuatan yang disertakan dalam serangan
tersebut pun tak boleh dianggap enteng.
Sejak semula, biarpun Suma Thian yu menggenggam
pedangnya, namun ia tak pernah mempergunakan untuk
melancarkan serangan, apalagi ia saksikan Sim yap koay mo
tidak mengegam secuil besipun, sudah barang tentu diapun
sungkan mempergunakan pedangnya itu."
Tiba-tiba ia mundur beberapa langkah untuk
menghindarkan diri dari serangan lawan, setelah itu dia
menyarungkan kmbali pedangnya, sementara telapak tangan
kirinya di putar dan membabat kearah Sam yap koay me
dengan sebuah pukulan dahsyat.
Sim yap koay mo menjadi terkejut sekali karena tenaga
pukulannya dipatahkan oleh serangan lawan yang begitu
lembut, tergopoh-gopoh dia menghimpun tenaga dalamnya
dan cepat melayang kembali keatas permukaan tanah.
Suma Thian yu segera tertawa terbahak-bahak.
"Haah... haah... haah... siluman tua, bagaimana kalau kau
sambut sebuah pukulan sauya mu itu?"
Telapak tangan kanannya diayunkan kedepan seolah-olah
tidak menggunakan sedikit tenaga pun, serangan tersebut pun
tidak menimbulkan angin, sehingga sepertinya tidak ada
sesuatu apa pun.
Tapi bagi Sam yap koay mo yang menyaksikan peristiwa
tersebut menjadi amat kaget, ia tahu musuhnya sudah
memiliki kepandaian silat yang telah mencapai puncak
kesempurnaan, bila ia kurang berhati didalam menghadapi
ancaman tersebut, niscaya akan menderita kerugian yang
teramat besar. Pada dasarnya ia memang seorang manusia licik yang
berakal panjang, lagipula dia pandai memperhitungkan situasi,
sebelum mengetahui secara pasti kemampuan yang dimiliki
oleh lawannya, sudah barang tentu ia tak sudi menyerempet
bahaya dengan begitu saja.
Maka dengan cekatan tubuhnya berkelit ke samping untuk
meloloskan diri dari ancaman tersebut, kemudian sepasang
lengannya dia ayunkan melepaskan sebuah pukulan amat
dahsyat. Kali ini Sim yap koay mo masih tetap menyerang dari
samping, angin pukulan yang kuat langsung saja mendesak
serangan dari si anak muda itu miring dari sasaran semula.
"Blaaammm...!"
Serangan dahsyat yang dilontarkan Suma Thian yu itu
ternyata mengnantam diatas peti mati yang berada dibelakang
Sim yap koay mo, alhasil hancurkan peti mati itu menjadi
berkeping-keping.
Suma Thian yu segera tertawa terbahak-bahbak
"Haah...haah...haah... sayang, sungguh seribu kali sayang,
terpaksa entar kau dikubur dalam tanah tanpa rumah lagi!"
Sam yap koay mo betul-betul sewot, mau balas
mendamprat, apa mau dibilang kemampuannya tak bisa
melebihi orang, akibatnya dia semakin kalap lagi termakan
ejekan musuh. Mendadak ia membalikkan badan dan menyambar penutup
peti mati itu, lalu sambil diangkat ke atas bentaknya:
"Bocah keparat, aku akan merenggut nyawa anjingmu!"
Kemudian penutup peti mati itu ditimpuk ke depan....
"Weeesss!" penutup peti mati tersebut langsung meluncur
ke arah Suma Thian yu dengan kekuatan yang dahsyat.
Suma Thian yu tertawa dingin, ia menghimpun segenap
tenaga yang dimilikinya kedalam telapak tangan, begitu
melihat penutup peti mati itu menerjang datang, sepasang
telapak tangannya segera menolak ke atas sambil melepaskan
hisapan yang hebat.
Jangan dilihat penutup peti mati itu beratnya mencapai lima
puluhan kati, ditambah pula daya luncurnya yang begitu
besar, tapi setelah terhisap oleh kekuatan pemuda itu, ibarat
lalat yang menempel diatas gula-gula, benda itu tak mampu
bergerak lagi. Kembali Suma Thian yu tertawa terbahak-bahak.
"Haah... haah... haah... siluman tua kau jangan begitu ah,
rumah sudah roboh masa pintu pun kau buang" Jika kulihat
kekejian mu ini, tidak heran kalau saudara angkat sendiri pun
kau bunuh secara mengerikan, aku bisa bayangkan mayatnya
pasti kau buang dengan begitu saja tanpa liang kubur!"
Jilid : 29 MERASA mendingan kalau Sam yap koay mo tidak
mendengar perkataan tersebut, sindiran ini diterimanya
dengan perasaan bagaikan disayat-sayat pisau tajam.
Mendadak ia saksikan Suma Thian yu sedang mengangkat
tangannya tinggi-tinggi sehingga pertahanan dadanya sama
sekali terbuka, bila ia manfaatkan kesempatan ini untuk
melepaskan pukulan, niscaya musuh akan tergeletak mampus.
Berpikir demikian, tanpa terasa tubuhnya mendadak maju
ke depan, diiringi hentakan menggeledek tiba-tiba telapak
tangan-nya diayunkan ke muka menghajar dada lawan.
Sejak permulaan tadi Suma Thian yu sudah menduga
sampai kesitu, ia mendengus dingin, sepasang telapak
tangannya segera didorong kemuka sementara tubuhnya
melompat kebelakang.
Penutup peti mati itu langsung melejit berapa depa
ketengah udara kemudian menyambar batok kepala Sam yap
koay mo. Padahal waktu itu Sam yap koay mo sedang menyerang,
melihat datangnya peti mati tadi, serta merta dia pergunakan
tangan-nya yang sebelah mencoba menahan penutup peti
mati itu. "Kraaakkk...!"
Siapa sangka penutup peti mati itu hanya tersanggah ujung
sebelahnya saja, sehingga hilanglah keseimbangan benda
tersebut, tak ampun ujung penutup peti mati yang lain
langsung menyambar ke kaki iblis itu dengan disertai sisa
tenaganya. Sam yap koay mo menjerit kesakitan, ia mundur beberapa
langkah dengan sempoyongan sedang paras mukanya
berubah menjadi pucat pias seperti mayat.
Lama-kelamaan Suma Thian yu menjadi bosan untuk
mempermainkan musuhnya lebih lanjut, dia berniat untuk
menghabisi saja jiwa iblis tua itu, maka sambil menerjang
kemuka bentaknya:
"Siluman tua, sauya akan penuhi harapanmu...."
Mendadak dia mengayunkan tangan kanannya, segulung
angin puyuh yang amat keras langsung menyerang tubuh Sam
yap koay mo. Terkesiap sekali Sam yap koay mo menghadapi ancaman
yang begitu dahsyat, dalam hati kecilnya ia berpekik:
"Habis sudah riwayatku kali ini!"
Dengan mernghimpun sisa kekuatan yang dimilikinya, ia
lontarkan sepasang telapak tangannya kemuka dengan
harapan bisa menolong selembar jiwanya dari ancaman
tersebut. Pada detik-detik yang sangat keritis itulah mendadak
terdengar suara tertawa seram yang sangat aneh
berkumandang datang dari belakang punggung Suma Thian
yu. Menyusul kemudian muncul setitik cahaya putih yang
menyergap punggungnya.
Dan balik semak belukar beberapa kaki dari mereka berada,
kedengaran seseorang berseru dengan suara nyaring:
"Suma Thian yu, lembah Si hun kok ini akan menjadi
tempat kuburan untuk selamanya"
Suma Thian yu segera menghimpun tenaga murninya
sambil melambung ke udara setinggi tiga kaki lebih, kemudian
dengan gerak tubuh walet terbang naga sakti, tubuhnya
meluncur lagi ke bawah setibanya ditengah angkasa, dengan
demikian ia lolos dari sergapan senjata rahasia yang
datangnya dari belakang itu.
Melejit ke udara sambil membalikkan badan, sambil
menyerang seraya menghindar, semua gerakan tersebut boleh
dibilang hanya mengandalkan tenaga murni, bila seseorang
tidak memiliki ilmu meringankan tubuh dan tenaga dalam
yang sempurna, mustahil hal semacam itu dapat dilakukan
olehnya. Diam-diam Sam yap koay mo bersorak memuji,
pergelangan tangan kanannya segera digetarkan, sebuah
pukulan dahsyat segera dilontarkan ke tubuh pemuda itu.
Ketika sepasang kaki Suma Thian yu baru mencapai
pemukaan tanah, angin pukulan dari Sam yap koay mo telah
meluncur datang ke depan tubuhnya dengan di sertai
desingan angin tajam.
Tidak sampai tubuhnya berdiri tegak secara beruntun
pemuda itu melontarkan tangan tunggalnya melepaskan tiga
buah serangan hebat, sementara tubuhnya sendiri mundur
berapa langkah.
Menanti ia menengok lagi, ternyata orang yang berdiri disisi
Sam yap koay mo adalah si harimau angin hitam Lim Khong.
Tak ragu lagi orang yang menyergapnya dengan senjata
rahasia tadi bukan lain ada lah Lim Khong si manusia laknat
tersebut. Sementara pemuda itu hendak menyindirnya dengan
beberapa patah kata, mendadak terdengar suara pekikkan
nyaring bergema membelah keheningan di waktu senja itu,
gelak tertawa menyusul pula dari puluhan kaki seputar arena.
Dengan cepat Suma Thian yu berpaling, ia saksikan ada
beberapa sosok bayangan manusia sedang meluncur datang
dengan kecepatan luar biasa...
Melihat siapa yang datang, Suma Thian yu tertawa
terbahak-bahak serunya:
"Haaa... haa... haaa... rupanya sudah berdatangan semua,
beruntung sekali aku orang she Suma, ternyata sekali bisa
menjumpai berapa orang jago lihay dari golongan hitam hari
ini" Baru selesai dia berkata, ditengah arena telah melayang
turun tiga sosok tubuh manusia, mereka adalah Kun lun indah
Siau Wi goan, Wan wan cu serta si ular berekor nyaring Mo
Pun ci. Jadi termasuk si harimau angin hitam Lim Khong serta Sam
yap koay mo, pihak musuh menjadi lima orang.
Kelima orang tersebut hampir semuanya merupakan jagojago
lihay dari golongan rimba hijau, malah Kun lun indah Siau
Wi goan merupakan pemimpin mereka.
"Siau Wi goan!" Suma Thian yu segera berseru sambil
tertawa dingin, kejahatan yang kau lakukan sudah terlampau
hebat, kekejianmu juga sudah diketahui orang, masih punya
mukakah kau untuk memimpin para pendekar dari gololgan
putih?" "Heeehh...heeeh...sayang sekali kau sudah tak mampu
untuk menyiarkan berita ini keluar!" jengek Kun lun indah Siau
Wi goan sambil tertawa seram.
Suma Thian yu merasa ucapan ini ada benarnya juga, bila
ia tidak berusaha untuk meloloskan diri hari ini, mana mungkin
perbuatan Siau Wi gon bisa diketahui orang lain"
Tak heran kalau ia berani bersekongkol dengan kaum iblis
untuk berusaha melenyapkan jiwanya, agaknya dia memang
takut rahasia tersebut bocor sehingga ia su dah bersiap-siap
menahannya disitu.
Berpendapat demikian, diam-diam ia tertawa dingin,
pikirnya: "Tidak sulit bila ingin menahan aku Suma Thian yu disini,
cuma darah pasti akan bercucuran di lembah Si hun kok ini"
Dalam pada itu pihak lawan sudah berdiri berjajar sambil
mempersiapkan diri, terdengar Wan Wan cu berseru sambil
tertawa seram: "Hei bocah, sewaktu ditebing Pek hok nia hampir saja aku
jatuh dipecundangi olehmu, hari ini kita bersua kembali,
maka aku akan menghabisi nyawamu disini untuk membalas
sakit hatiku yang lalu"
Suma Thian yu tertawa hambar:
"Siluman tua yang tak tahu diri, hanya mengandalkan
sedikit kemampuanmu itu masa kau ingin membalas dendam"
Apakah kau tidak merasa bahwa perbuatanmu itu terlalu tak
tahu diri" Terus terang saja sauya katakan kepadamu, tidak
sulit bila ingin menahan sauya, cuma kalian berlima mesti
turun tangan bersama-sama!"
Belum selesai ia berkata, Kun lun indah Siau Wi Goan telah
berseru sambil tertawa seram:
"Tepat sekali ucapanmu itu, sebab toaya memang punya
rencana untuk berbuat begitu
Suma Thian yu tertawa terbahak-bahak.
"Haah... haah... haah... hitung-hitung siauya terbuka sudah
mataku, anjing peliharaan monyet, memang manusia macam
kaulah yang sanggup melakukan perbuatan semacam ini!"
Kun lun indah Siau Wi Goan tertawa seram, sebelum ia
sempat menjawab, mendadak terdengar seseorang berseru
dengan suara nyaring:
"Sudah lama kudengar nama besar Kun lun indah, dalam
anggapanku Kun lun indah tentulah seorang lelaki sejati yang
berjiwa terbuka, siapa sangka aku si pengemis tua menelan
kekecewaan heeh... heeh... kau ingin meraih kemenangan
dengan mengandalkan jumlah yang banyak bukan" Sayang
apa yang kau inginkan itu belum tentu bisa tercapai secara
mudah" Kun lun indah Siau Wi goan menjadi amat terkesiap oleh
perkataan tersebut, ketika ia berpaling tampak seorang
pengemis tua yang berpakaian compang camping sedang
munculkan diri dari balik semak dengan langkah pelan.
Dia muncul sambil membawa poci arak, langkahnya gontai
seperti orang yang sedang mabuk.
Mengetahui siapa yang datang, Kun lun indah Siau Wi goan
menjadi terkesiap, belum sempat ia menjawab, Wan wan cu
yang berada disisinya telah berseru sambil tertawa seram:


Kitab Pusaka Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sudah lama kudengar saudara Wi menutup diri sambil
memperdalam ilmu, sungguh tak nyana kau telah muncul pula
disini!" Yang datang menang si pengemis Wi Kian, dengan mata
yang sipit dia mengerling sekejap ke arah Wan wan cu, lalu
berlagak kaget, serunya:
"Ooh kikira siapa ternyata saudara Wan, kenapa sih kaupun
bersedia menuruti perkataan orang dengan membantu
manusia durjana melakukan kejahatan?"
Didamprat lebih dulu oleh pengemis tersebut, Wan wan cu
menjadi amat malu dan sedih, tapi dihati kecilnya ia
mengumpat: "Pengemis busuk, kau tak usah banyak ngebacot, sebentar
bila pertaruangan sudah berlangsung, pasti akan kusuruh kau
tunjukan kejelekannya"
Sedang diluaran, ia tertawa licik seraya berkata:
"Saudara Wi memang gemar bergurau, bicaranya
sekehendak hati, masih untung kita adalah sobat lama
sehingga kata-kata semacam itu tak sampai kumasukan ke
dalam hati, hmm...hmmm... saudara Wi masih tetap gagah
seperti sedia kala, aku mesti mengucapkan selamat untukmu"
Ucapan yang terakhir ini tidak genah dan tak pakai aturan
membuat si pengemis Siau yau kay menjadi terkesiap, serunya
kemudian sambil tertawa dingin:
"Aku si pengemis tidak doyan yang lunak tidak pula yang
keras, kau tak usah merayu ku dengan kata-kata yang lembut
karena tidak cocok dengan seleraku, apakah kau sudah
berubah kelamin sehingga menjadi si nona yang diperam
kakinya?" Kata-kata dengan nada yang tajam itu kontan saja
mengobarkan amarah Wan Wan cu, sebenarnya dia ingin
membantah, namun Siau yau kay sudah keburu berkata ke
pada Kun lun indah:
"Kau si telur busuk peliharaan anjing. Jika kau berani kasak
kusuk dibelakang aku si pengemis tua nyalimu benar-benar
amat besar, Hmm..hampir saja aku termakan oleh rencana
busuk kalian..."
"Pengemis busuk, percuma saja kau banyak bicara" tukas
Kun lun indah Siau Wi Goan dingin, "malam ini aku orang she
Siau ingin mencoba sampai dimanakah kemampuanmu itu"
"Tunggu dulu" Siau yau kay Wi Kian menggelengkan
kepalanya berulang kali, "mau bertarung mau saling
membunuh, tentu akan kulayani, cuma ingin kutanyakan dulu
suatu masalah kepadamu"
Berbicara sampai disini, Siau yau kay sengaja memperkeras
suaranya, sedang biji matanya berputar memandang sekejap
sekeliling sana, kemudian terusnya:
"Aku mau tahu benarkah kau yang telah membunuh
seluruh keluarga dari perusahaan Sin liong piaukiok, menfitnah
Suma Thian yu, memakai rambut palsu menyaru sebagai
perempuan untuk menggusarkan aku, menulis surat
tantangan kepada Sip hiat jin mo serta pelbagai kejahatan
lainnya?" Mendengar perkataan itu Kun lun Indah Siau wi goan
segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahakbahak:
"Kalau tidak keji bukan lelaki namanya, kapan sih dunia
persilatan bisa reda dari pembunuhan" Dan pekerjaan yang
manakah dapat dilakukan secara berhasil tanpa menggunakan
otak dan tenaga" Apa yang dilakukan aku orang she Siau tak
lebih cuma sebuah siasat kecil saja"
Siau yau kay sama sekali tidak menggubris perkataan Siau
Wi goan, kembali ia berkata:
"Membasmi keluarga Chin, menfitnah Suma Thian yu
sebagai pelakunya kemudian memperalat Chin Siau untuk
membunuh Suma Thian yu, apakah perbuatan-perbuatan
terkutuk ini juga hasil perbuatan kau si manusia berhati
binatang?"
Mendengar perkataan ini bukannya marah Siau wi goan
malah tertawa seram, jawabnya:
"Benar, memang ini hasil perbuatanku, setan dedemit yang
berotak licik setelah kau mengetahui segala perbuatanku ini
berarti lembah Hun Kok akan menjadi kuburanmu!"
Suma Thian yu yang mendengarkan pembicaraan tersebut
semenjak tadi sudah tak mampu membendung hawa
amarahnya, gemetar keras seluruh tubuhnya, sambil ber pekik
nyaring ia meloloskan pedangnya dan menerjang kedepan
serta melepaskan sebuah tusukan ketubuh Kun Lun indah.
"Siau wi goan kau manusia laknat" teriaknya penuh amarah
Jika aku membiarkan kau lolos dari pedangku hari ini, Suma
Thian yu bersumpah tak akan menginjakan kaki didaratan
Tionggoan lagi."
Sebelum serangannya mencapai sasaran, tiba-tiba
berkumandang suara bentakan nyaring.
"Tahan"
Suma Thian yu segera menarik serangannya dan mundur
dua langkah, sewaktu berpaling ia jumpai seorang pemuda
sedang melangkah keluar dari semak belukar, ternyata orang
itu adalah Chin Siau.
Berseri paras muka Siau Yau kay melihat kemunculan Chin
Siau, rupanya teriakannya tadi hanya merupakan pancingan
belaka dan alhasil Siau Wi Goan masuk perangkap.
Betapa terkejutnya Kun lun indah Siau Wi guan
menyaksikan kemunculan Chin Siau, ia melotot sekejap ke
arah pengemis tua itu kemudian serunya penuh geram:
"Oooh, rupanya begitu jadi kalian telah merencanakan
kesemuanya ini?"
Siau Yau Kay tertawa terkekeh-kekeh.
Pengakuanmu secara langsung akan lebih berbobot dari
pada kesaksian seratus orang, coba kalau aku Si pengemis tua
tidak memakai akal, masa kau mau mengaku?", "bukankah
kau pernah berkata tadi, orang mesti pakai otak...."
000O000 SEKETIKA itu juga Kun lun indah Siau Wi goan terbungkam
dalam seribu bahasa. Sementara itu Chin Siau telah
menampilkan diri dari tempat persembunyiannya.
Ia tampak begitu tenang, seolah-olah kemenangan pasti
berada ditangannya dan tidak kuatir Kun lun indah akan kabur
dari situ. Tiba-tiba sekulum senyuman sinis menghiasi wajah Chin
Siau yang hijau membesi, itulah senyuman yang angkuh dan
penuh amarah. Kun lun indah Siau Wi goan sama sekali tidak gemetar, ini
disebabkan seorang gembong iblis yang tangguh yaitu Wan
wan cu berdiri disisinya, selain itu diapun yakin berlapis-lapis
alat rahasia yang dipersiapkan didalam lembah Si Hun kok
cukup mam u untuk mengatasi lawan-lawannya
"Sobat cilik" ejeknya kemudian sambil tertawa dingin, "apa
yang ingin kau ketahui telah kau ketahui semua, biar mampus
pun tentunya kau dapat mampus dengan mata meram bukan"
Sayang dari dua buah peti mati yang tersedia satu
diantaranya sudah hancur, jadi terpaksa kau mesti dikubur
tanpa rumah....."
Mendengar ucapan tersebut, bukannya marah Chin Siau
malah tertawa seram, suara tertawa sangat tak sedap
didengar. "Bajingan she siau teriaknya dengan suara menyeramkan,
kau ini manusia atau binatang?"
"Tentu saja manusia" sahut Siau Wi goan tak tahu malu.
"Kalau manusia memang lebih bagus, ku mohon cabutlah
pedangmu dan bayarlah hutangmu padaku."
Mendengar ucapan tersebut Kun lun indah Siau Wi Goan
tertawa tergelak.
"Haaah... haaahh... untuk menghadapi manusia macam
kau, kenapa mesti menggunakan pedang?"
Mendadak Chin Siau melepaskankan pedangnya, diantara
kilauan pedang yang memancar ke mana-mana terdengar
suara desingan yang amat lirih, tahu-tahu sekilas cahaya
perak telah menyambar kepala Kun lun indah secepat
sambaran petir.
Kun lun indah iau Wi Guan si manusia licik teIah menduga
semenjak tadi, tiba-tiba badannya mundur beberapa langkah,
setelah lolos dari serangan tersebut segera ejeknya:
"Bocah keparat, aku orang she Siau sudah mencoba cakar
kucingmu itu, tak nyana kalau kau masih punya muka
berlagak serius, mengingat Thian maha baik sku masih
bersedia mengalah tiga jurus kepadamu!"
Waktu itu itu Chin Siau sudah kalap tak sepotong katapun
yang terdengar dari mulutnya, begitu tangan-nya gagal ia
menerjang ke depan sambil melepaskan sebuah serangan lagi
dengan jurus Membunuh naga ditengah ombak.
"Sreet, sreett.....".
Serentetan desingan tajam menyebar kedepan.
Kun Lun indah tidak membalas serangan tersebut dan
dengan cara yang sama kembali ia meloloskan diri dari
ancaman lawan, kemudian ejeknya:
"Bocah keparat, selewatnya tiga jurus serangan nanti, akan
kubuat kau keok, dari gentong nasi siapakah kau belajar ilmu
si latmu?"
Berhadapan muka dengan musuh besar pembunuh
ayahnya, Chian Siau telah kehilangan kesadaran serta
kejernihan otaknya, pedangnya diputar kencang bagai orang
kalap, lingkaran cahaya pedang segera memenuhi angkasa
dan bagaikan daun kering yang berguguran semuanya
menyerang tubuh kun Lun indah.
Suma Thian yu yang menyaksikan peristiwa ini bukan
dibuat kagum oleh kehebatan pedang Chin siau sebaliknya ia
malah dibuat terperanjat tanpa terasa ia menjerit keras:
"Saudara Chin jangan gegabah, ayo cepat mundur!"
Sambil berseru ia segera terjun ke arena.
Waktu itu Chin Siau sudah menyerang bagaikan orang
kalap, hatinya baru terkejut setelah mendengar peringatan
tersebut. Dengan melambatnya gerak serangan, kejernihan
pikirannya pun agak pulih.
Sementara ia masih tertegun Kun lun indah Siau Wi goan
telah menerjang dihadapan tubuhnya mengincar jalan darah
Tam Tiong Hiat didadanya.
Chin Siau berusaha untuk menghindar, sayang keadaan
sudah terlambat tanpa terasa ia menarik napas dingin dan
berpekik dalam hati:
"Habis sudah riwayatku kali ini"
Agaknya Chin Siau akan menderita luka parah akibat
serangan tersebut...
Untunglah disaat yang amat keritis Suma Thian yu telah
menerjang datang dengan suara menggelegar ia membentak:
"Mundur kau dari sini!"
Kalau di ceritakan memang aneh, tidak nampak sesuatu
gerak apapun pemuda tersebut, tapi sekujur badan Kun Lun
indah Siau Wi Goan bagaikan menumbuk di atas selapis
dinding baja yang amat kuat, tergetar mundur beberapa
langkah dengan sempoyongan sebelum akhirnya dapat berdiri
dengan tegak. Setelah dua tiga kali jiwanya di tolong Suma Thian yu, Chin
Siau merasa harga dirinya terluka, ia menyesal maka jadi malu
dan sangat tersiksa, sedemikian menderitanya sehingga tak
terlukiskan dengan kata.
Tiba-tiba ia menjura kepada Suma Thian yu lalu ujarnya:
"Budi kebaikanmu tak akan kulupakan, terima kasih juga
atas kesediaanmu untuk melupakan perbuatanku yang lalu,
aku harus pergi dulu sekarang, tetapi kumohon kepadamu
dengan sangat, dalam keadaan apa pun jiwa anjing orang she
Siau ini harus tetap kau pertahankan sehingga suatu ketika
aku dapat membunuh bajingan ini dengan tanganku sendiri!"
Selesai berkata, tanpa menengok lagi kearah Kun Lun indah
ia berlalu dari situ.
Baru saja Chin Siau melangkah beberapa kaki, Sam Yap
Koay Mo telah menghadang jalan perginya.
"Bocah busuk, kau anggap semudah ini urusan dapat
diselesaikan?" jengaknya sambil tertawa seram, lembah Si
Hun Kok bukan rumah nenek moyangmu yang bisa kau
datangi dan kau tinggalkan semaumu sendri, kalau hal ini
kubiarkan bagaimana mungkin aku dapat bersua lagi dengan
sobat-sobat persilatan?"
Baru saja selesai Sam yap koat mo berkata, kembali
sesosok bayangan manusia berkelebat lewat.
Dengan wajah cengar-cengir Siau yau kay telah muncul
dihadapannya sambil mengejek:
"Wah, besar amat bacotmu, bercerminlah dahulu
bagaimana tampangmu itu, dengan mukamu yang tiga bagian
mirip manusia lima bagian mirip setan bisa-bisanya kau
membacot setinggi langit, kau tidak kuatir ku tertawakan
sampai gigiku pada copot?"
Kemudian kepada Chin siau katanya pula:
"Hei, bocah pergilah sana, pokoknya kalau gunung masih
hijau jangan takut kehabisan kayu bakar, sebagai anak lelaki
asal kau punya semangat jangan kuatir dendam sakit hatimu
tak dapat terbalas!"
"Terima Kasih" seru Chin Siau sambil menjura.
Tanpa memperdulikan orang lain lagi ia meninggalkan
tempat itu, sebetulnya Sam yap koay mo ingin melakukan
pengejaran ketika dilihatnya Siau yau kay lagi melotot besar,
seluruh amarahnya segera dilampiaskan keatas tubuh
pengemis tersebut.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun dia menghimpun
tenaga dalamnya, langsung di bacokan keatas kepala Siau yau
kay dengan jurus Menyembah pada pintu langit.
berbicara soal tingkat kedudukan maupun soal usia kedua
orang itu hampir seimbang, disaat Siau yau kay mulai terjun
ke dunia persilatan dari kalangan Liok Lim pun muncul
gembong-gembong iblis yang menamakan dirinya sebagai Ci
san su mo (empat iblis dari bukit Ci).
Hanya saja di satu pihak ilmu yang dipelajari bersumber
pada aliran lurus, sedang dipihak lain lebih mengandalkan ilmu
sesat dari kalangan hitam, padahal kaum sesat tak akan
mengungguli kaum lurus, karena itulah ilmu silat yang
dimiliki Sam Yap Koay Mo tidak pernah berhasil melampaui
Siau yau kay. Begitu melihat Sam Yap Koay Mo melancarkan serangan,
Siau Yau Kay segera mendengus dingin, dengan
mengeluarkan ilmu enam belas langkah pengacau pikiran ia


Kitab Pusaka Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengegos kesamping.
Dalam pada itu, Suma Thian yu yang telah menyelamatkan
jiwa Chin Siau waktu itu telah saling berhadapan dengan Siau
Wi goan. Begitu bertemu dengan Suma Thian yu, belum apa-apa
Kun lun indah Siau Wi goan sudah menaruh perasaan jeri
terhadap pemuda tersebut, ini bisa dimaklumi sebab ia pernah
bertarung melawan pemuda itu, padahal saat tersebut suma
Thian yu masih terhitung pemuda ingusan yang tanpa
pengalaman tapi dengan keuletannya ia mampu bertarung
seimbang melawannya, apalagi sekarang, sudah barang tentu
keadaannya jauh berbeda, Suma Thian yu yang dihadapannya
sekarang bukan saja berpengalaman luas dalam menghadapi
berbagai macam pertarungan dengan petunjuk Ciong Liong Lo
sianjin, ilmu silatnya telah mendapatkaan kemajuan teramat
pesat. Dalam sekilas pandangan Suma Thian yu sudah dapat
menebak jalan pikiran Kun lun indah, jengeknya:
"Wahai Siau Wi goan, dimanapun kau bersembunyi, hukum
langit tetap mengintaimu, benar semua perbuatanmu dapat
kau simpan dan kau rahasiakan dengan amat rapat, tapi orang
bilang sepandai-pandai tupai melompat akhirnya akan jatuh
juga, dulu sauya tak berkutik karena kekurangan bukti, tapi
kali ini kau telah mengakui semua perbuatanmu, terpaksa
sauya akan menegakkan keadilan dengan meringkus kau si
manusia laknat dari muka bumi!"
Seusai berkata ia segera meloloskan pedang Kit Hong
Kiamnya. "Bocah keparat, apa yang ingin kau lakukan pada
hakekatnya seperti orang dunggu yang lagi mengigau, jengek
Kun lun indah sambil tertawa dingin. Aku berani mengakui
perbuatanku tentu saja dengan perhitungan kau tak bakal
lolos dari cengkera manku ini, ayo cepat letakkan pedangmu!"
Suma Thian yu membentak penuh amarah, dengan jurus
Naga sakti mementang cakar dia langsung menusuk jalan
darah Hun Su hiat dilambung rusuk.
Cepat-cepat Kun lun indah Siau Wi goan menggeserkan
tubuhnya ke samping, ia bermaksud untuk melawan
musuhnya dengan ilmu tangan kosong Ki Na Jin Hoat.
Suma Thian yu mendengus dingin.
"Bila kau memang ingin mampus, jangan salahkan kalau
sauya akan berbuat kejam!"
Sekali lagi ia melepaskan serangan yang amat dahsyat.
Kun lun indah Siau Wi goan menyadari posisinya, ia tahu
ilmu pedang yang di miliki Suma Thian yu amat sempurna, bila
pedangnya tidak segera di loloskan, niscaya ia akan
mengalami kekalahan total.
Dengan perasaan terkesiap ia buru-buru mundur ke
samping, kemudian pedangnya diloloskan, dengan jurus ular
berbisa melilit badan, ia tusuk jalan darah Yu Bun Hiat
lawannya dari samping.
Sejak pertarungan berlangsung, kedua belah pihak samasama
mengeluarkan ilmu pedang Kun Lun Pay yang hebat,
sementara dilain pihak lebih mengandalkan pada ilmu pedang
Kit Hong Kiam dari Wan Liang yang pernah menggetarkan
dunia persilatan.
Kedua belah pihak sama-sama menyerang dengan sekuat
tenaga, bisa dibayangkan betapa seru dan hebatnya
pertarungan itu.
Tiba-tiba Wan Wan Cu dan si harimau angin hitam Lim
Khong yang sedang menonton jalannya pertarungan dari sisi
arena itu saling bertukar pandangan sekejap, kemudian
harimau angin hitam Lim Khong mendekati Siau Yau Kay,
sedang Wan wan cu menghampiri Suma Thian yu yang
sedang bertarung.
Jangan dilihat Suma Thian yu bertarung sengit, padahal ia
selalu memperhatikan gerak gerik kedua orang tersebut,
diam-diam ia tertawa dingin kemudian sambil memutar otak,
permainan pedangnya semakin dipergencar.
Berbicara soal ilmu pedang Kit Hong Kiam hoat
sesungguhnya ilmu pedang tersebut tidak terlalu asing bagi
Siau Wi goan, sebagaimana diketahui semasa masih hidup
dulu Wan Liang adalah saudara angkat Siau Wi goan, kedua
orang itu sering latihan bersama maka tak heran kalau ia
sangat menguasai ilmu pedang tersebut.
Oleh sebab itulah sewaktu Suma Thian yu menggunakan
ilmu pedang Kit Hong Kiam hoat untuk menghadapinya, diamdiam
Siau Wi goan tertawa geli pikirnya:
"Kau bocah keparat, memang punya mata tak berbiji,
masih mendingan kalau kau menggunakan ilmu pedang lain
untuk meng hadapiku tapi dengan menakai ilmu tersebut
sama artinya kau sudah bosan hidup"
Siapa tahu jurus kemudian keadaan sama sekali berubah,
biarpun Suma Thian yu masih mempergunakan ilmu pedang
yang sama namun gerakannya jauh berbeda dengan gerakan
yang pernah dipergunakan Wan Liong semasa hidupnya
dahulu, selain tiada kelemahan, jurus-jurus serangannya
justru lebih sempurna.
Dalam waktu singkat Kun Lun indah Siau Wi Guan sudah
keteter hebat sehingga tidak mampu untuk memberikan
perlawanan lagi.
Semakin bertarung Siau Wi Guan semakin terkejut, semakin
hatinya kecut, gerak annya makin kalut merasa dirinya
terkepung rapat, permainannya jadi kacau tak beraturan lagi.
Suma Thian yu segera merasakan datangnya kesempatan
baik ia berpekik nyaring lalu serunya:
"Siau wi goan, hari ini pada tahun esok akan menjadi hari
ulang tahun kematian mu yang pertama!"
Ditengah pekikan yang amat nyaring Suma Thian yu melejit
ketengah udara setinggi kaki, badannya berjumpalitan
sehingga kepala berada dibawah dan kaki diatas.
Kemudian dengan jurus Hujan bunga berguguran yang
diiringi suara desingan nyaring dan bunga pedang yang
menyebar keseluruh angkasa, ia mengurug seluruh tubuh Siau
Wi goan rapat-rapat.
Jurus serangan yang dipergunakan ini sebenarnya bukan
jurus serangan dari ilmu pedang Kit Hong Kiam Hoat, yang
benar adalah salah satu jurus ampuh dari ilmu pedang tanpa
nama ajaran Ciong Liong Lo Siangjin, maka tak heran kalau
gerakannya lain dari pada yang lain.
Kun lun indah Siau Wi Guan terbelalak seketika, keringat
dingin bercucuran membasahi seluruh tubuhnya.
Sambil menarik napas dingin ia berpikir dalam hati:
"Habis sudah riwayatku kali ini"
Disaat yang begitu kritis, mendadak terdengar suara
bentakan yang menggelegar:
"Lihat serangan!"
Sebatang senjata rahasia tahu-tahu melesat datang dan
mengancam jalan darah Tay Hiang Hiat dikening Suma Thian
yu, berada dalam posisi yang sulit kepalanya berada dibawah
dengan kaki diatas, sedang pedang yang melancarkan
serangan hampir saja menembus tulang dada Siau Wi Goan.
Dalam keadaan demikian seandainya ia melanjutkan
serangannya untuk menghabisi nyawa Siau Wi goan, ia
sendiripun pasti terluka parah....
Jadi kedua belah akan sama-sama terluka parah.
Tentu saja siapapun tak ingin mengorbankan diri dengan
begitu saja. Sebaliknya kalau Sian Wi goan untuk mengatur diri,
rasanya hal ini terlain sayang untuk dilakukan.
Dengan demikian ia dihadapkan pada dua pilihan yang
harus segera diputuskan dalam waktu yang singkat, tanpa
iman yang kuat sulit rasanya orang mengambil keputusan
dengan tepat. Akhirnya Suma Thian yu mengambil keputusan.
Mendadak ia berpekik nyaring ditengah, pekikan tersebut
tubuhnya berjumpalitan di tengah udara kemudian secepat
sambaran kilat ia menerjang lagi kemuka
"Traaaaang......"
Menyusul serentetan cahaya tajam yang menyerang tubuh
Siau Wi goan, mendadak terdengar suara kesakitan yang
menyaya Kisah Sepasang Rajawali 17 Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung Amanat Marga 3

Cari Blog Ini