Ceritasilat Novel Online

Istana Kumala Putih 8

Istana Kumala Putih Karya O P A Bagian 8


berkobar membakar kamarnya tidak berdaya untuk melarikan diri ?"
Pada saat itu di belakangnya kembali terdengar suaranya orang ketawa dingin yang bersifat
mengejek. Dengan cepat Kim Houw berpaling ternyata tidak ada siapa-siapa.
Suara ketawa itu ia sudah alami dua kali, membuat orang yang sedang kacau pikirannya
bertambah gelisah.
Jenazah Peng Peng yang terbakar hangus tidak karuan macamnya telah dikubur dengan
upacara besar-besaran oleh Siao Pek Sin.
Kim Houw merasa sangat berduka, hubungannya dengan Peng Peng meski baru dua hari, tapi
sudah sedemikian eratnya. Terutama dari pihak Peng Peng, perlakuannya yang begitu manis dan
mesra, hingga Kim Houw anggap ia benar-benar sahabat karibnya sebelum hilang semua
ingatannya. Sebab begitu bertemu Peng Peng lantas menyebut tentang pedang pendek, kalau bukan
sahabat karibnya sebelum ia hilang ingatan, bagaimana ia bisa tahu kalau dirinya mempunyai
pedang pendek" Bahkan menurut katanya pedang itu adalah pedang pemberiannya.
Dari sinilah hingga kesan Kim Houw terhadap dirinya sangat mendalam.
Oleh karena itu ia berduka! Dengan perasaan gusar ia hendak menuntut balas kematian
sahabat karibnya itu. Dengan kepandaian ilmu silatnya yang demikian tinggi, masa tidak mampu
melindungi jiwa sahabat yang dikasihinya. Sungguh menyedihkan pikirnya.
Ia mencari keterangan kepada Siao Pek Sin, namun tidak memuaskan hatinya. Siao Pek Sin
menjawab sekenanya, seolah-olah tidak suka Kim Houw menempuh bahaya seorang diri.
Kim Houw tidak mau mengerti, ia berkeras hendak mengusut dan menuntut balas. Tapi
sebelum ia mencari keterangan kepada orang lain, pada malam sehabis menguburkan jenazah
Peng Peng, orang lain sudah mencari dirinya.
Kentongan baru berbunyi dua kali. Suasana malam yang mestinya sunyi, mendadak ramai riuh
dengan suara jeritan, tangisan dan bentakan.
Kim Houw yang masih belum tidur, lantas membuka jendela dan melompat keluar. Pek Liong
po ramai dengan suara gembreng dan di beberapa tempat telah terbit kebakaran.
Kim Houw gusar, katanya kepada dirinya sendiri dengan gemas :" Bangsat! Hari ini kalau aku
tidak bikin habis jiwanya, belum puas rasa hatiku. Kalu belum berhasil memotes kepalamu, Peng
Peng di alam baka tentu tidak akan tentram rohnya !"
Dengan mata menyala Kim Houw lari menghampiri orang banyak berkumpul.
Dalam keadaan kalap, maka kakinya sudah seperti burung terbang, sekejap saja Kim Houw
sudah berada diantara orang banyak.
Ia berpapasan dengan seorang yang dandanannya seperti anak sekolah, wajahnya putih
bersih, nampaknya seperti seorang setengah tua yang berusia kira kira empat puluh tahun, dia itu
adalah Tiong-ciu-khek !
Tapi begitu bertemu muka dengan Kim Houw, Tiong-ciu-khek telah lenyap semua sifatnya
yang kelihatan alim, diganti dengan rasa duka serta gusar. Sembari memutar pedang Ceng-hongkiamnya
ia menerjang Kim Houw dengan secara kalap !
Kim Houw yang juga sedang dalam keadaan gusar, sudah tentu tidak membiarkan dirinya
diperlakukan demikian kasar. Tangan kanan mainkan ilmu silat warisan Kao-jin Kiesu yang luar
biasa, secara aneh ia dapat menyingkirkan serangan pedang Tiong-ciu-khek. Tangan kirinya
menyerang dada lawan. Karena ingin mempercepat jalannya pertempuran, ia menggunakan
ilmunya Han-bun-cao-khie dalam serangannya itu.
Serangan Kim Houw itu bukan saja hebat, tapi juga cepatnya laksana kilat menyambar. Jika
serangan itu mengena dengan tepat, jiwa Tiong-ciu-khek pasti akan melayang seketika !
Untung belum mengenai sasarannya, mendadak Kim Houw dengar Tiong-ciu-khek berseru
dengan suaranya yang memilukan hati: "Pulangkan Peng Peng ku ! Kembalikan jiwa cucuku !"
Seruan itu membuat Kim Houw terperanjat mendengar disebutnya nama Peng Peng, ia lantas
rem serangannya, kemudian dengar pula bahwa Peng Peng itu adalah cucunya, maka Kim Houw
lantas urungkan maksudnya hendak menamatkan jiwanya orang tua itu.
Pikirnya : Kiranya dia adalah kakeknya Peng Peng, kedatangannya ini mungkin juga hendak
menuntut balas cucunya, sayang dia salah alamat.
Ia buru-buru lompat mundur, sambil memberi hormat ia berkata: "Cianpwe siapa " Boanpwe
adalah Pek Leng-ji sahabat nona Touw !"
Tiong-ciu-khek sudah kalap benar-benar, sambil berseru keras, kembali menerjang dengan
pedangnya. "Tunggu dulu !" seru Kim Houw sambil berkelit. "Kau aneh, cianpwe, kenapa begini kalap ?"
"Kau adalah manusia tidak kenal budi, seorang busuk yang tidak mempunyai liangsim. Aku
kepingin membelah hidup-hidup badanmu dan hirup darahmu ! Kapan Peng Peng memperlakukan
tidak baik terhadap dirimu " Untuk kau dia telah menempuh perjalanan ribuan li, untuk kau dia
telah menderita lahir dan batin. Tidak nyana akhirnya dia binasa dalam tanganmu. Kau.... kau....
apakah kau masih terhitung manusia " Kau adalah binatang...."
Kegusaran Tiong-ciu-khek meluap-luap, sayang semua serangannya dapat dipunahkan Kim
Houw dengan mudah.
Tiong-ciu-khek sudah tahu kepandaian Kim Houw, tahu ia bukan tandingannya anak muda itu,
namun ia masih terus menyerang seperti orang edan !
Kim Houw meski sudah hilang ingatannya, tapi liangsimnya msih belum. Menampak Tiong-ciukhek
menyerang secara membabi buta, ia mengerti bahwa orang tua ini berlaku nekad terdorong
oleh kedukaan atas kematian cucunya. Oleh sebab itu, Kim Houw tidak mau melayani sungguhsungguh.
Dari perkataannya Tiong-ciu-khek, terang seperti menuduh padanya bahwa Peng Peng binasa
dalam tangannya. Ia curiga dalam hal ini tentu ada terselip kesalahan paham. Maka ia berkelit
berulang-ulang, tidak balas menyerang. Tapi ia tidak mau meninggalkan Tiong-ciu-khek, karena ia
ingin mencari tahu orang tua ini sebab musababnya kesalahan paham itu, ia tidak mau Peng Peng
binasa secara penasaran.
Tiong-ciu-khek jengkel bukan main melihat serangannya selalu tidak berhasil, ia lantas
mengambil keputusan pendek hendak menggorok leher sendiri. Sebelumnya, ia masih memakimaki
dulu Kim Houw: "Tiong-ciu-khek seorang gagah yang pernah malang melintang tidak
menemukan tandingan, tidak nyana ia tergelincir dalam tangan seorang bocah yang tidak berbudi.
Baiklah ! Dimasa hidupku aku tidak bisa geragoti dagingmu, setelah binasa aku nanti akan menjadi
setan penasaran yang selalu mengejar-ngejar kau....."
Kim Houw sadar bahwa orang tua itu hendak menghabiskan jiwanya sendiri, ia tidak ingin
membiarkan Tiong-ciu-khek mati secara demikian.
Sebelum Tiong-ciu-khek bertindak, Kim Houw mendadak maju hendak menghalangi
maksudnya orang tua itu.
Mendadak, baru ia ulur tangannya, hendak menotok jalan darahnya Tiok-tie-hiat Tiong-ciukhek,
tiba-tiba diserang oleh sambaran angin kuat dari samping. Berbareng dengan itu telinganya
dengar suara bentakan keras: "Houw-ji apa kau benar-benar sudah kehilangan akal budimu?"
Sambaran angin itu tidak mudah mengenakan Kim Houw, kalau ia berkelit. Cuma kalau ia
berkelit terhindar dari serangan, jiwa Tiong-ciu-khek segera melayang karena tiada yang
mencegah perbuatan nekadnya.
Maka, dengan tanpa banyak pikiran, Kim Houw lantas kerahkan ilmunya Han-bun-cao-khie,
bersedia menyambuti serangan gelap itu. Berbareng, jari tangannya langsung diulur, menotok
jalan darah Tiok-tie-hiat Tiong-ciu-khek.
Berbareng dengan jarinya mengenakan jalan darah Tiong-tie-hiat, Kim Houw sendiri badannya
terpental tiga tumbak lebih jauhnya, akibat serangan menggelap tadi !
Serangan itu ternyata begitu hebat karena Kim Houw yang terpental dua-tiga tumbak baru saja
berhasil menegakkan dirinya.
Tiba-tiba terdengar seruan: "Aaai......" bukan suara Tiong Ciu Khek, juga bukan suara Kim
Houw, melainkan suara orang yang menyerang dirinya tadi.
Kim Houw setelah berdiri tegak, lalu mengatur pernapasannya sejenak. Ia lalu tahu bahwa
keadaan dalam dadanya tidak apa-apa, hanya lengan kirinya saja yang dirasakan agak ngilu, hal
ini ia tidak ambil pusing. Mengingat orang yang menyerang dirinya tadi juga memanggil dirinya
Houw-ji, lantas ia dongakkan kepala untuk mengamat-amati siapa orang itu.
Begitu melihat, hati Kim Houw tercekat, kiranya orang itu adalah seorang hweesio yang
berbadan tinggi besar.
Kemarin dulu, Kim Houw pernah melihat hwesio tinggi besar ini, tapi karena kebingungan
akibat terbakarnya kamar Peng Peng, sebentar saja ia sudah lupa.
Kini untuk kedua kalinya ia bertemu lagi, ingatannya timbul pula, rasanya ia pernah melihatnya,
tapi biar bagaimana ia berusaha untuk mengumpulkan ingatannya, ternyata ia masih tidak ingat
juga. Hwesio berbadan tinggi besar itu sudah tentu adalah Kim Lo Han. Ketika ia mengetahui bahwa
perbuatan Kim Houw tadi, sebetulnya adalah hendak menolong jiwa Tiong Ciu Khek, bukan
hendak mencelakakan orang tua tersebut, seperti yang ia duga semula, dalam hati diam-diam ia
merasa menyesal. Melihat Kim Houw mengawasinya tanpa berkedip, ia lalu berkata :
"Houw-ji, Kim Lo Han telah kesalahan tangan, semoga tidak melukai dirimu!"
Kim Houw mendengar disebutnya nama Kim Lo Han kembali terkejut, dalam hatinya terus
menerus ia menyebut nama itu: "Kim Lo Han! Kim Lo Han!"
Karena hatinya sibuk memikirkan, mulutnya telah lupa untuk menjawab. Hal mana dianggap
oleh Kim Lo Han, bahwa Kim Houw setelah kehilangan ingatan, lantas berubah menjadi kejam dan
sombong sifatnya, maka ia tidak mau menegur lagi, lalu ia ajak Tiong Ciu Khek berlalu dari situ.
Tapi sebelum ia mengangkat kaki, sesosok bayangan putih sudah melayang dari atas,
merintangi perjalanan Kim Lo Han.
"Haha! apa kalian masih pikir bisa berlalu dari sini" Jangan harap! Hari ini kalian bisa datang,
tapi tidak bisa pergi!"
Kim Lo Han melirik, segera mengenali bayangan tersebut, Siao Pek Sin. Kalau itu adalah Siao
Pek Sin pada dua tahun yang lalu, Kim Lo Han masih tidak pandang mata padanya, tapi Siao Pek
Sin pada dua tahun belakangan ini sudah lain keadaannya.
Selama dua tahun ini, Siao Pek Sin telah menduduki kursi Tiancu di Istana Kumala Putih, serta
mendapat warisan bermacam-macam ilmu silat dari berbagai cabang persilatan.
Kemajuan pelajarannya sudah jauh dibandingkan Siao Pek Sin yang dulu.
Kalau Kim Lo Han hanya seorang diri, ia tidak takuti dia, atau jika Siao Pek Sin sendirian Kim
Lo Han juga tidak begitu jeri. Sekalipun Siao Pek Sin sudah maju pesat ilmu silatnya, Kim Lo Han
juga tidak akan mengeluh demikian rupa.
Tapi kini disampingnya ada Tiong Ciu Khek yang sudah seperti setengah gila, masih ada lagi
Kim Houw yang sudah lupa ingatan dan berpihak pada lawan. Bagaimana Kim Lo Han tidak
mengeluh. Diluar dugaan, baru saja Siao Pek Sin menutup mulutnya, Kim Houw sudah maju didepannya
dan berkata kepada Siao Pek Sin :" Engkoh, orang tua ini adalah kakeknya Peng Peng,
lepaskanlah ia pergi!"
Wajah Siao Pek Sin yang dingin kaku, begitu melihat Kim Houw lantas tersenyum berseri-seri,
kemudian berkata :" Adik Leng, kau telah tertipu! Orang ini usianya kelihatan baru kira-kira lima
puluh tahun, mana bisa jadi kakeknya Peng Peng" Nona Peng Peng tahun ini umurnya sudah
delapan belas tahun, kakeknya paling sedikit sudah berusia enam atau tujuh puluh tahun!"
Mendengar keterangan itu, Kim Houw lantas sadar, ia pikir dirinya benar-benar sangat bodoh.
"Hm! Kalian ternyata hendak main gila didepanku, pura-pura hendak bunuh diri, aku kesal
pada diriku sendiri, karena hendak menolong jiwamu sampai aku mandah diserang orang.
Sekarang tidak perlu banyak bicara, tinggalkan jiwamu!" katanya dengan nada tawar.
Karena kegusarannya itu, ingatannya yang barusan timbul samar-samar terhadap diri Kim Lo
Han telah terlupa lagi.
Siao Pek Sin agaknya menginginkan Kim Houw benar-benar gusar, maka ia lantas memanasmanasi
:" Adik Leng, hari ini biar bagaimanapun kita tidak boleh melepaskan mereka begitu saja.
Bukan hanya karena nona Peng Peng, malam inipun mereka benar-benar hendak melakukan
kejahatan lagi terhadap rumah kita. Coba lihat, jumlah mereka tidak sedikit, bukan saja sudah
merusak gedung Pek Liong Po, kedua paman kita juga telah terluka ditangan mereka, dan
sekarang masih belum ketahuan nasibnya."
Ucapan Siao Pek Sin ini benar-benar hebat pengaruhnya, karena Kim Houw yang
mendengarnya menjadi memuncak amarahnya. Dengan tindakan perlahan-lahan ia menghampiri
Kim Lo Han. Kemudian membentak dengan suara keras :" Benarkah itu" Apa kalian menghendaki
aku turun tangan benar-benar?"
Kim Lo Han lantas balas membentak: "Houw-ji! kau....."
Kau apa" Kim Lo Han tidak dapat melanjutkan lagi. Dalam gusarnya ia cuma mampu
mengucapkan demikian saja, tapi kemudian ia insyaf bahwa Kim Houw sedang kehilangan
ingatannya, alasan apa pun tidak ada gunanya.
Karena kepandaian Kim Houw yang sudah mencapai tingkat tertinggi, maka hendak lolos dari
tangannya benar-benar tidak mudah. Kim Lo Han terpaksa mundur sambil membimbing diri Tiong
Ciu Khek, mereka hanya menanti.
Kim Houw setindak demi setindak menghampiri mereka, tangannya sudah terangkat dengan
perlahan. Tiba-tiba suara aneh membelah kesunyian diangkasa, suara itu sangat menusuk telinga,
tajam dan melengking, seolah-olah bukan suara manusia. Semua orang lantas pada melihat ke
arah datangnya suara tersebut.
Sinar api berwarna biru terlihat diangkasa terus meluncur ke langit. Ditengah-tengah sinar
apinya, tampak sebatang anak panah sepanjang lima kaki lebih. Ditengah-tengah anak panah
terdapat tengkorak! Sedang api warna biru itu asalnya dari anak panah tersebut. Benda ini entah
terbuat dari apa, sinarnya sangat menyilaukan mata.
Anak panah itu muncul demikian mendadak, suaranya yang aneh mengejutkan semua orang.
Tiba-tiba terdengar suara jeritan Siao Pek Sin: "Aaaaa...anak panah tengkorak!"
Kim Lo Han juga berseru, namun suaranya amat perlahan. Iblis itu ternyata masih belum mati.
Kini dia muncul lagi! Entah berapa banyak orang-orang rimba persilatan yang akan menjadi
korban keganasannya" Dan entah berapa banyak orang-orang dari golongan baik yang akan
binasa di tangannya"
Kim Houw meski sudah hilang ingatannya, tapi ikut dikejutkan oleh munculnya anak panah
tengkorak itu. Sebab kala itu mendadak ia seperti ingat pernah melihat tanda anak panah yang
ada tengkorak kepala manusia itu.
Saat itu, dari jauh tiba-tiba terdengar suara jeritan ngeri.
Siao Pek Sin terperanjat, lalu menarik tangan Kim houw. "Adik Leng, mari kita pergi!"
Tanpa hiraukan yang lainnya, Siao Pek Sin sudah menarik tangan Kim Houw, lari menuju ke
arah darimana datangnya suara jeritan tadi.
Ketika mereka tiba ditempat tersebut, kecuali mendapatkan dua mayat manusia, apapun
sudah tidak dapat ditemukan lagi, meski badannya tidak terdapat luka, tapi wajahnya sudah rusak,
kepalanya hancur luluh, otaknya berceceran di tanah!
Dari sebelah timur kembali terdengar suara jeritan, Kim Houw dengan tidak menunggu
perintah Siao Pek Sin lagi, sudah lompat melesat kesana.
Ketika tiba ditempat tersebut, di atas tanah kembali terdapat dua mayat manusia yang
keadaannya serupa dengan yang sebelumnya. Hanya jika yang duluan itu Kim Houw tidak kenal,
sedangkan yang belakangan ini ia kenali dari pakaiannya dan jenggotnya yang putih, mereka
adalah paman-pamannya Siao Pek Sin.
Menyaksikan keadaan demikian, bukan kepalang gusarnya Kim Houw. Siapakah orangnya
yang berani main gila begitu rupa" Berbareng dengan itu, ia juga merasa heran, sudah berada
didalam Pek Liong Po dan empat pamannya itupun merupakan orang-orang gagah diwaktu itu,
kenapa mereka begitu mudah menjadi korban"
Kim Houw sudah tidak mendengar suara jeritan lagi, tapi ia mendengar suara menderunya
angin, sekali lagi Kim houw melesat ke arah suara itu.
Kim Houw melihat di sebuah tanah lapang di depan ruang pertemuan Pek Liong Po, saat itu
ada tiga orang tua yang usianya sudah tujuh puluh tahun kurang lebih, bersama-sama dua laki-laki
berusia kira-kira lima puluh tahun, mereka berlima dengan menggunakan senjata pedang panjang,
tengah mengerubuti seorang tua berbadan kurus kering dan jangkung.
Melihat ketiga orang tua itu dalam kalangan pertempuran, Kim Houw terperanjat. Ternyata Pek
Liong-ya sudah turun tangan sendiri menghadapi musuh yang sangat ganas itu.
Kim Houw berdiri memandang orang tua kurus kering itu.
Di bawah sampokan angin santer, jenggotnya orang tua yang sudah putih itu berkibar-kibar,
badannya sungguh kurus, nampaknya cuma tulang dibungkus dengan kulit. Tapi kaki tangannya
nampak panjang luar biasa. Ia mengenakan pakaian panjang berwarna kelabu, wajahnya yang
hitam nampak sedikit pucat, terang ia seorang yang sudah lama tidak melihat sinar matahari. Tapi
sepasang matanya sungguh menakutkan, bagi orang yang baru pertama melihat, tentunya akan
menganggap dia adalah iblis yang keluar dari kuburan.
Orang tua itu meski badannya kurus kering, tapi tenaganya amat kuat. Tangannya memegang
gendewa panjang, kalau diputar, gendewa itu mengeluarkan angin menderu-deru, kalau
menyambar kulit terasa pedas.
Terutama tempat anak panah yang menggemblok di belakangnya, dan apa yang lebih
menakutkan, adalah serenceng tengkorak kepala manusia yang segede kelapa yang dilibatkan di
pinggangnya ! Kepala-kepala tengkorak itu diikat satu persatu merupakan serencengan benda yang
menakutkan. Kepala-kepala itu semuanya menghadap ke muka, dibariskan demikian rapihnya,
tapi juga sangat menyeramkan.
Baru saja Kim Houw mengamat-amati, tiba-tiba ia dengar suara orang tua itu: "Sudahlah! Aku
sudah cukup kenal barisan Cit-ciak-tin yang namanya terkenal di seluruh jagad meski aku belum
menyaksikan dengan mata kepala sendiri, tapi Ngo-houw-tin sebaliknya kurang cukup
kekuatannya. Aku sudah tidak mempunyai kegembiraan lagi untuk main-main, waspadalah....."
Berbareng dengan ucapannya, ia lantas menekan gendewa di tangannya, lalu disusul dengan
suara melesatnya anak panah, selanjutnya lalu terdengar dua kali suara jeritan yang mengerikan,
dua laki-laki yang berusia lima puluh tahun itu sudah rubuh menggeletak di tanah, kepalanya
hancur dan otaknya berantakan.
Kim Houw terperanjat, tanpa ayal lagi ia lantas menghunus pedangnya Ngo-heng-kiam dan
Bak-tha Liong-kin sambil memekik nyaring ia menerjang ke arah orang tua itu.
Gerakan Kim Houw itu ternyata tepat pada saatnya, karena senjatanya Bak-tha Liong-kin telah
berhasil mengelakkan gendewa orang tua yang sudah hampir menyambar kepala Pek liong ya,
dengan demikian Pek liong ya telah tertolong olehnya.
Orang tua kurus kering itu ketika gendewanya tersampok oleh senjata Kim Houw, lalu
membentak dengan suara keras "Siapa yang berani menghalang-halangi aku Kouw louw Sin Ciam
menuntut balas ?"
Ah ! Orang tua yang menyebut dirinya Kouw louw Sin Ciam ini ternyata hendak menuntut balas
dendam. "Siapa " Aku hanya satu Siaupwe dari Pek liong po." jawab Kim Houw ketawa.
Kouw louw Sin Ciam dengan heran mengamat-amati diri Kim Houw, yang usianya masih muda
belia, ternyata mempunyai kekuatan memunahkan serangan gendewanya yang kekuatannya luar
biasa hebatnya itu.
"Huh ! Kau barangkali Tiancu dari Istana Kumala Putih yang baru muncul di dunia Kangouw,
tapi namanya sudah menggetarkan jagat " Khabarnya sepak terjangnya terlalu ganas, aku


Istana Kumala Putih Karya O P A di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekarang kepingin mencoba-coba, kepandaian apa sebetulnya yang kau punyai sehingga
membuat kau berani berlaku begitu biadab."
Pada saat itu, Kim Houw sedang berdiri berhadapan dengan Kouw louw Sin Ciam, ia telah
dapat melihat dengan tegas wajah orang tua itu, yang ternyata tidak banyak bedanya dengan
tengkorak hidup.
Kedua matanya segede biji jengkol, biji matanya yang hitamnya lebih banyak daripada yang
putih, mata itu masuk ke dalam, seolah lubang goa. Tulang pipinya menonjol, giginya yang kuning
juga kelihatan menonjol keluar, gigi itu begitu besar dan panjang, sungguh wajah itu benar-benar
mirip dengan namanya yang berarti panah tengkorak sakti (Kouw louw Sin Ciam).
Yang paling aneh adalah bentuk telinganya, daun telinga itu begitu panjang dan lebar, kalau
bergerak nampak bergoyang-goyang seperti telinga babi. Dari sini bisa dilihat bahwa orang tua itu
mempunyai pendengaran tajam.
Mendengar orang tua itu menganggap dirinya adalah Tiancu dari Istana Kumala Putih Siao
Pek Sin, Kim Houw lalu tertawa dan berkata: "Tiancu dari Istana Kumala Putih adalah kakakku,
kau masih belum ada mempunyai kehormatan untuk menemuinya. Kalau kau mampu
mengalahkan aku, Tiancu dari Istana Kumala Putih sudah tentu akan muncul untuk mengusir kau.
Kalau sampai aku saja masih belum mampu menangkan, apa perlunya dia harus turun tangan
sendiri. Bukankah kau hendak mengadu kekuatan " Silahkan maju, di sini aku sedang menantikan
kau." Kouw louw Sin Ciam namanya menggetarkan jagat. Orang-orang dari segala golongan baru
mendengar namanya saja sudah kuncup nyalinya. Sekalipun Pek-liong-po yang namanya terkenal
di daerah Su-cu tengah, tapi begitu menampak munculnya orang tua itu juga sudah hilang
semangatnya. Sudah beberapa puluh tahun lamanya Kouw-louw Sin Ciam namanya menggetarkan jagat.
Orang-orang dari Pek-liong-po. Tujuh saudara dari Pek-liong-po juga tidak mempunyai nyali begitu
besar mencari setori dengannya.
Persoalannya adalah gara-garanya seorang murid tidak sah dari Kouw-louw Sin Ciam yang
baru mendapat sedikit pelajaran ilmu silatnya Kouw louw Sin Ciam, telah menggunakan nama
suhunya diluaran melakukan perbuatan yang tidak patut, ketika ia berani mengganggu Pek-liongpo,
murid durhaka itu akhirnya dibinasakan oleh Pek-liong ya.
Entah bagaimana, berita kematian muridnya yang belum sah itu telah sampai ke telinganya
Kauw low Sin Ciam, meski murid itu belum dianggap sah tapi karena membawa-bawa nama
baiknya Kouw low Sin Cian, maka orang aneh itu akhirnya mencari onar ke Pek liong po.
Sebagai seorang Kangouw terkenal, sudah tentu Kouw-low Sin Cian juga dapat dengar beritaberita
mengenai Istana Kumala Putih, ia juga tahu orang-orang dalam Istana Kumala Putih pada
lihay, Tapi, sebagai seorang jago tentu tidak takut kepada mereka.
Siapa saja dengan namanya lantas menyingkir jauh-jauh. Orang yang berhadapan dengannya,
jarang yang tidak gemetar apa lagi membentak atau turun tangan padanya. Begitu besar pengaruh
orang aneh yang dinamakan Kouw lo Sin Ciam itu.
Tapi kali ini ia dibikin terheran-heran Kim Houw bukan saja tidak gemetar di depannya, bahkan
berani membentak bentak nampaknya lebih galak dan lebih jumawa dari pada Pek Liong-ya
sendiri. Kouw-low Sin Cian lantas perdengarkan Suara ketawa dinginnya yang seram serta berkata:
"Kurang ajar, anak yang masih bau pupuk bawang, ternyata berani tidak pandang mata pada
orang. Kalau kaU bukan Siao Pek Sin, aku akan memberi kesempatan tiga jurus dibawa senjata
gendewa pusaka ini! Aku......."
Belum sampai menjelaskan perkataan selanjutnya, Kim Houw juga sudah mengajak padanya
dengan nada yang tidak kurang pedasnya: "Aku tidak berani mengatakan tiga jurus, tapi dalam
tiga puluh jurus, aku pasti bisa membinasakan kau tanpa mengeluh!"
Selama hidupnya, Kouw-low Sin Ciam cuma tahu mengejek orang lain, tidak pernah diejek
orang lain. Mendengar perkataan Kim Houw yang penuh ejekan ini, sudah tentu lantas murka,
Maka ia lantas keluarkan pekikannya panjang dan nyaring serta lama tidak terputus-putus.
Suara pekikan itu mula-mula enak sekali kedengarannya, tapi sebentar saja suara itu seolah
menyusup ke dalam daging, hingga sekujur badan dirasakan dingin, bulu roma pada berdiri, badan
lantas menggigil!
Orang yang berada di kalangan pertempuran kecuali Kim Houw, semua pada merasakan
pengaruhnya, bahkan makin lama makin hebat dan akibatnya tidak dapat mempertahankan diri
lagi. Seperempat jam saja lagi Kouw-low Sin Ciam tidak hentikan suaranya itu, semua orang itu
pasti akan binasa kedinginan satu persatu!.
Ilmu Kouw-low Sin Ciam yang dinamakan Kouwlow lm-kang itu, kalau dikatakan lihay,
memang begitulah kira-kira. la pertama mengeluarkan suara yang enak didengar oleh telinga,
hingga orang-orang yang mendengarnya tidak berjaga-jaga, tapi setelah merasakan adanya
perobahan, sudah tidak keburu mengadakan perlawanan..."
Ilmu yang ada pada diri Kim Houw, justru dari latihannya dalam gedung es yang paling dingin,
bagaimana ia bisa takut dingin" Karena segala hawa dingin di dunia, sudah tidak ada yang lebih
dingin daripada dinginnya hawa didalam ruangan belakang Istana Kumala Putih.
Oleh karena Kim Houw tidak terpengaruh, ia tidak tahu lihaynya ilmu tersebut. Ia cuma merasa
heran mengapa Kouw-louw Sin Ciam begitu lama perdengarkan pekikannya!
Mendadak ia dengar dibelakangnya ada suara jeritan suara orang, Kim Houw la]u berpaling.
Tapi ia belum tahu siapa orangnya yang menjerit tadi, ia hanya lihat Pek-liong-ya bertiga saudara,
Sudah duduk di tanah untuk bersemedi, sedang badannya gemetaran dan wajahnya pucat pasi.
Kim Houw menyaksikan keadaan demikian baru terkejut, maka ia segera keluarkan
pekikannya jurus untuk melawan.
Menghadapi perlawanan Kim Houw, Kouw louw Sin-ciam coba hendak perhebat suaranya, tapi
hasilnya nihil, hingga akhirnya ia hentikan sendiri pekikannya.
Sampai di situ, Kouw-low-Sian Ciam mau merasa terperanjat dan terheran-heran juga. sebab
suara pekikan Kim Houw tadi hanya dapat dilakukan oleh seorang yang lweekangnya sudah
sempurna betul. Kim Houw yang sudah mampu menundukkan suaranya, bagaimana ia tidak
terperanjat. Apalagi, ini baru adiknya saja, entah bagaimana kepandaian Tiancu Siau Pek Sin
sendiri" Kouw-low Sin Ciam meski sudah dibikin kesima oleh kekuatan dan kepandaian lawanya yang
masih muda belia itu, tapi, ia masih mempunyai serupa ilmu yang dinamakan Hian-giok Pe-kiong,
ialah senjata gendewanya yang ia anggap senjata paling ampuh.
"Bagus, bagus! Sekarang aku hendak main-main dengan gendewa pusakaku." kata orang itu
sambil ketawa dingin.
Lawan tampak sudah agak lunak, namun Kim Houw masih belum sudah begitu saja.
"Bagaimana Apa hendak main-main hanya tiga jurus saja?" tanya mengejek.
Kouw-low Sia Ciam tidak menyangka Kim Houw terus melunjak, dalam hati segera merasa
gusar. "Jangan banyak rewel, kau sambuti seranganku!" bentaknya.
Suara menderu lantas nyaring, gendewa gendewa panjang itu lantas membawa setengah
lingkaran, segera sebatang anak panah lantas terbang melesat!
"Satu jurus!" Kim Houw ketawa tergelak gelak, sembari egoskan dirinya.
Kim Houw tadi menyebutkan satu jurus, entah mengejek lawannya atau untuk keperluan diri
sendiri. Tapi belum sampai berdiri benar, gendewa lawannya terus mengikuti seolah-olah
bayangan. Bahkan mengandung kekuatan yang sangat hebat, menyerang pinggangnya.
Kim Houw terkejut. Ia anggap gerakannya sendiri sudah cukup gesit, siapa nyana lawannya
berlaku lebih gesit. Karenanya maka sudah tidak keburu untuk berkelit lagi, untung senjata Bak-ya
Liong-kiannya sudah terhunus, maka ia lantas menggunakan senjatanya ini untuk menyambuti!
Siapa nyana, selagi senjata lawannya belum beradu dengan senjatanya sendiri, kembali
dirasakan ada sambaran angin yang berbau amis, menindih dari atas. Ketika ia melirik satu tangan
yang kurus panjang dan hitam, sudah berada di atas batok kepalanya!
Kali ini, Kim Houw terkejut benar-benar. Dengan cepat ia angkat tangan kirinya, pedang Ngoheng
kiamnya dilintangkan untuk memapas tangan musuhnya.
Kouw-low Sian Ciam ketawa dingin dengan cepat mundur tiga tumbak lebih.
Kim Houw kembali dibikin tercengang! Kalau pedang Ngo-heng-kiamnya tidak mengenakan
sasarannya itu memang sudah diduga olehnya. Tapi, Bak-tha Liong-kin mengapa tidak manyentuh
gendewa Kouw low Sin Ciam"
Dengan demikian maka Kim Houw kini tidak berani pandang ringan lawannya itu lagi. Kauwsok
Sin Ciam sudah menggetarkan dunia Kangouw sudah tentu bukan sembarangan terutama
gerakannya yang telah diunjukan tadi hampir saja Kim Houw, celaka di bawah senjata gendewa
dan tangannya yang luar biasa panjangnya itu.
Kim Kim Houw tidak berani mengejek lagi, buru-buru tenangkan pikiran untuk menghadapi
lawan yang cukup tangguh itu.
Tapi, kalau Kim Houw dibikin terkejut, Kouw-Lou Sin Ciam tidak kalah terheran-heran. Karena
serangannya yang ia lancarkan tadi dinamakan Oh-liong Tham-jiuw atau naga hitam ulur kukunya,
adalah merupakan salah satu serangannya yang paling lihay dalam ilmu gendewanya. Oleh
karena ia mengetahui bahwa kekuatan tenaga dalam lawannya lebih tinggi dari padanya, maka
begitu turun tangan lantas menggunakan tipu serangannya yang paling lihay!
Ilmu gendewanya Kouw-low Sin Ciam benar-benar luar biasa anehnya. Kalau ia sengaja tidak
mau mengambil jiwa lawannya, sang lawan masih bisa terhindar dari keganasannya, kalau ia mau
jiwa lawannya, jarang orang yang bisa lolos dari tangannya!
Hari ini dalam keadaan mendadak dan tidak menduga sama sekali, Kim Houw mampu
menghindarkan dirinya dari serangan maut, bagaimana Kouw-low Sin Ciam tidak terperanjat dan
terheran-heran"
Meskipun Kim Houw menggunakan senjata Bak-tha-kin, satu senjata pusaka yang sukar dicari
tandingannya, tapi jika itu terjadi pada orang lain, ia yakin tidak begitu mudah buat menghindarkan
diri dari serangan gendewanya atau cengkeramannya!
Ia tidak tahu bahwa gerakan Kim Houw tidak cepat tepat sekali pada saatnya. Gerak itu
membuat lawannya tidak berdaya untuk merobah serangannya yang mematikan!
Sebab kalau mau berbuat nekad, senjatanya atau tangannya pasti akan beradu dengan
senjata Liong-kin atau pedang Ngo-heng-kiam.
Kouw-low Sin Ciam meski dikejutkan oleh kepandaian ilmu silat Kim Houw, tapi baru satu jurus
biar bagaimana ia masih merasa penasaran, apalagi dalam satu jurus itu bukan ia yang berada di
atas angin bagaimana ia mengerti"
Apa yang membuat ia tambah panas ialah sebagai seorang yang sudah berusia demikian
tinggi, banyak pengalaman, dan merupakan satu jago yang namanya sudah menggetarkan dunia
Kangouw serta sudah beberapa puluh tahun mengasingkan diri untuk melatih diri, kini dengan
hanya satu jurus saja sudah hampir rubuh ditangan seorang bocah yang masih bau pupuk
bawang. Jika hal ini nanti tersiar di kalangan Kangouw, bagaimana ada muka untuk menemui
orang" Maka dengan tanpa banyak bicara, Kouw-low Sin Ciam lantas angkat gendewanya, kembali
melakukan serangannya ke arah kepala Kim Houw.
Kali ini Kim Houw tidak berkelit lagi karena perbuatannya tadi hampir membikin nyawanya
celaka. Ia hendak menggunakan taktik menyerang untuk menghentikan serangan lawannya.
Sebelum gendewa lawannya sampai, senjata Bak-tha Liong-kinnya sudah menyambuti senjata
musuhnya. Kedua kekuatan tenaga saling beradu lantas menimbulkan angin hebat.
Pek-liong-ya bertiga yang sedang duduk bersemedi sampai tidak mampu pertahankan diri dari
sambaran angin tersebut, sehingga pada lompat bangun dan mundur ke samping.
Sebentar saja kedua orang itu sudah bertempur sepuluh jurus lebih. Nampaknya sama-sama
kuatnya, maka pertempuran itu merupakan suatu pertempuran hebat yang jarang tampak dalam
dunia persilatan.
Selagi pertempuran berjalan seru, dari jauh tiba-tiba terdengar suara ketawa seorang wanita
hingga mengejutkan kedua orang yang sedang bertempur ini.
Apa sebab Kouw-low Sin Ciam terkejut" Baik kita tunda sebentar. Di sini kita hendak bicarakan
Kim Houw lebih dulu.
Ketika Kim Houw mendengar suara ketawa itu, dalam otaknya lantas mendengung. Sebab
suara ketawa yang genit itu kembali telah menggetarkan dan menyadarkan sedikit perasaan
dalam otaknya yang sudah linglung.
Suara ketawa itu datangnya demikian cepat, mula-mula terdengar nampaknya dari jarak yang
sangat jauh, tapi belum lenyap suara ketawa itu, di atas tembok pekarangan sudah kelihatan
seorang wanita setengah telanjang dengan kerudung kain sembari mengunjukan ketawanya yang
menggiurkan hati.
Wanita yang baru muncul itu pembaca tentunya sudah kenal baik, ia adalah wanita genit Khu
Leng Lie yang menyebabkan Kim Houw kehilangan ingatannya!
Khu Leng Lie baru saja berdiri, belum melihat tegas bagaimana keadaan dalam medan
pertempuran itu, matanya tiba-tiba melihat gendewa panjang, seolah-olah tikus melihat kucing
segera ia mau kabur balik.
Tapi, sebelum memutar tubuhnya, matanya kembali dapat lihat senjata Bak-tha Liong-kin Kim
Houw. Dari senjata itu ia lantas melirik kepada pemiliknya, siapa bukan lain ada si pemuda tampan
Kim Houw ! Ia sudah tahu kegagahan Kim Houw, maka ia tidak jadi pergi. Wajahnya Kim Houw yang cakap
serta badannya yang kuat kekar, sudah memikat hatinya, maka ia berat untuk meninggalkan
tempat itu meskipun hatinya merasa jerih pada gendewa panjang tadi.
Ia lalu berdiri menonton pertempuran. Ia merasa heran sekali, bahkan Kim Houw mampu
menandingi si iblis tua yang sudah tidak ada tandingannya didalam dunia. Disamping itu rasa
sukanya kepada Kim Houw juga berlipat ganda. Kepandaian ilmu silat Kim Houw yang demikian
tinggi, sungguh-sungguh di luar dugaannya sama sekali. Ia girang dengan adanya Kim Houw yang
menghadapi iblis tua itu, ia sudah tidak perlu takuti padanya lagi!
Kiranya ketika Khu Leng Lie kabur ke daerah Kwan-gwa, kebetulan kala itu Kouw-low Sin
Ciam juga berada di sana. Diantara begitu banyak laki-laki yang pernah dipermainkan dan
kemudian celaka di tangannya, ada terdapat murid Kouw-low Sin Ciam.
Akhirnya, hal itu telah diketahui oleh Kouw-low Sin Ciam, siapa perlu mencari. Khu Leng Lie
tidak mampu menandingi Kouw-low Sin Ciam, maka akhirnya tertawan oleh iblis tua itu. Kemudian
karena Kouw-low Sin Ciam ketarik oleh kecantikannya, maka Khu Leng Lie dijadikan isterinya.
Tapi, Leng Lie merupakan seorang wanita cantik laksana bidadari sedangkan Kouw-low Sin
Ciam wajah jelek seperti tengkorak hidup sudah tentu Khu Leng Lie tidak menyukainya. Maka ia
lantas keluarkan kepandaiannya menghisap sari kekuatan Kouw-low Sin Ciam, supaya orang tua
itu segera binasa.
Kalau usahanya itu berhasil, Khu Leng Lie juga terhitung seorang yang melakukan kebaikan
terhadap masyarakat, telah menyingkirkan satu iblis dari rimba persilatan !
Apa mau, Kouw-low Sin Ciam juga paham ilmu demikian, hingga Khu Leng Lie tidak dapat
berbuat apa-apa terhadap dirinya.
(Bersambung ke jilid : 16)
Jilid 16 Akhirnya Khu Leng Lie mencari daya upaya untuk melarikan diri. Tapi, karena Khouw-low Sinciam
mempunyai kecerdikan luar biasa, maksud Khu Leng Lie untuk sementara telah dibikin gagal
olehnya. Satu kali, dengan alasan mencari buku kitabnya yang dibawa kabur orang hutan betina, ia
dapat lolos juga dari tangannya Kouw-louw Sin Ciam. Tidak nyana Kouw-louw Sin Ciam terus
mencari dirinya, seolah-olah membayangi dirinya, dan kali ini kembali muncul di Pek liong-po..."
Kala itu Khu Leng Lie hatinya merasa girang benar-benar, ia benar-benar mengharap supaya
Kim Houw dapat mengalahkan Kouw-low Sin Ciam lebih baik pula kalau dapat dibinasakan sekali,
habis perkara. Tapi, beberapa puluh jurus telah berlalu, pertempuran terus berlangsung dengan sengitnya,
kekuatan kedua pihak agak berimbang.
Khu Leng Lie lalu memikirkan daya upaya untuk membantu Kim Houw. Ia seorang yang
berhati ganas kejam, setelah berpikir sejenak, lalu mendapat akal keji. Dengan cepat ia melayang
turun ke dalam kalangan pertempuran, sambil bersiul nyaring ia berkata kepada Kouw-low Sin
Ciam: "Iblis tua! mari aku bantu kau!".
Belum selesai ucapannya, ia lantas menyerang Kim Houw dengan hebat.
Dalam rimba persilatan, bagi orang gagah yang berkepandaian tinggi, ada merupakan suatu
pantangan apabila dalam pertempuran dibantu orang luar, apalagi seorang gagah seperti Kouwlow
Sin Ciam itu menghadapi seorang bocah saja harus perlu bantuan tenaga bagaimana
kemudian hari bisa tancap kaki di dunia Kangouw lagi.
Apalagi pada saat itu ia juga belum terkalahkan oleh lawannya. Maka ia lantas membentak
dengan suara keras:" Manusia hina, lekas pergi, siapa sudi kau bantu?".
"Iblis tua! Kau tidak suka aku bantu, biarlah aku bantu padanya!" sahut Khu Leng Lie sambil
ketawa cekikikan. Berbareng, ia berbalik menghajar Kouw-low Sin Ciam.
Tadi ketika ia menyerang Kim Houw, sebetulnya cuma pura-pura saja, maka hanya
menggunakan satu atau dua bagian saja kekuatannya, tapi kali ini lain ia menggunakan tenaga
sepenuhnya dalam melakukan serangannya.
Ia ingin menggunakan kesempatan selagi Kouw-low Sin Ciam pusatkan tenaganya untuk
menghadapi Kim Houw, sekali pukul tentu dapat membinasakannya.
Karena perbuatan itu dilakukan dengan mendadak, betapapun tinggi kepandaian ilmu silat
Kouw-low Sin Ciam, juga tidak mampu menghadapi kedua musuh kuat seperti Kim Houw dan Khu
Leng Lie. nampaknya jiwa orang tua itu segera dapat binasa ditangan istrinya sendiri...
Mendadak Kim Houw tarik mundur dirinya dan serangannya, untuk memberi jalan hidup bagi
Kouw-low Sin Ciam. Tapi, sedikitpun orang aneh itu tidak menduga Kim Houw akan berbuat
demikian, ketika ia mengetahui, ternyata sudah terlambat, belakang punggungnya sudah dihajar
dengan telak oleh Khu Leng Lie.
Badannya sempoyongan, matanya berkunang-kunang setelah perdengarkan geraman hebat,
ia lantas kabur.
Kouw-low Sin Ciam ternyata sudah terluka parah, sehingga tidak berani bertempur terus. Tapi,
dengan lolosnya ia kali ini, di kemudian hari telah menimbulkan banyak kerewelan.
"Ah, kau benar-benar seorang tolol, dengan maksud baik aku memberi bantuan padamu,
supaya bisa menyingkirkan jiwanya manusia iblis itu, mengapa kau berikan jalan hidup padanya"
Untuk selanjutnya jangan harap kau bisa lewatkan hari-hari dengan tenang, dia bisa berlaku
seperti roh manusia yang mati penasaran, setiap kau lengah sedikit saja, dia lantas lepaskan anak
panahnya kepadamu!" demikian kata Khu Leng Lie. Perkataannya yang paling akhir, sengaja ia
ucapkan begitu tandas, sehingga Kim Houw merasa kaget juga. Ini bukan berarti Kim Houw takut
Kouw-low Sin Ciam, ia hanya dibikin kaget oleh Khu Leng Lie.
Khu Leng Lie melihat Kim Houw agaknya takut benar-benar kepada Kouw-low Sin Ciam lantas
ketawa cekikikan sambil menghampiri dengan tindakan perlahan ia berkata: "Sebetulnya kau juga
tak perlu takut padanya, asal kau mau menungkuli aku setiap hari dan malam, sudah tentu aku
mempunyai daya untuk menyingkirkannya. Kalau kau mau menuruti nasehatku, aku tanggung
belum sampai setengah bulan, kita bisa mengambil jiwanya!".
Mendengar keterangan itu, Kim Houw diam-diam merasa geli, karena sejak kanak-kanak, ia
belum pernah kenal apa artinya takut. Hanya ia tidak mau bentrok dengan wanita cantik dan genit


Istana Kumala Putih Karya O P A di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ini. Ini bukan berarti Kim Houw tertarik akan kecantikannya, melainkan ingin mendapatkan kembali
ingatannya. Sebabnya ialah, ketika Kim Houw tersadar dari pingsannya, orang yang pertama kali
ia lihat adalah wanita cantik dan genit ini.
Dengan lagaknya yang genit dan manja, Leng Lie mendekati Kim Houw. Bau harum dari
badannya telah membuat Kim Houw lemas dan hatinya tercekat.
Pek Liong-ya bertiga mendadak bangkit dan berlalu meninggalkan mereka berdua.
Leng lie seolah-olah tidak melihat dan tidak mendengar mereka, ia tersenyum manis kepada
Kim Houw, kemudian berkata kepadanya dengan suara yang merdu: "Adik kecil, apa yang kau
pikirkan" Mengapa kau tidak mau bicara?"
Kim Houw saat itu sedang tenggelam dalam lamunannya, karena terpengaruh oleh bau harum
dari tubuh Leng lie tadi, semangatnya seperti melayang-layang, tapi perginya Pek Liong-ya bertiga
dari situ justru telah mengembalikan kesadarannya.
Ketika melihat Leng Lie semakin dekat, buru-buru ia kerahkan ilmu Han Bun Cao Kie, untuk
menenangkan pikirannya. Lama sekali barulah ia menyahut: "Enci, ada suatu hal yang ingin aku
tanyakan padamu!"
Leng lie agaknya girang sekali mendengar kata-kata pemuda yang dirindukannya itu.
"Ya, begitu baru benar!" jawabnya. "Seharusnya sedari tadi kau sudah panggil aku enci, aku
tadinya masih mengira kau seorang yang berhati baja, tidak tahunya juga terbuat dari darah dan
daging. Kau ingin menanyakan soal apa" Katakan saja, kalau encimu tahu, sudah tentu akan
memberi penjelasan padamu."
Mendengar jawaban terus terang itu, Kim Houw sebaliknya merasa curiga. Ia melihat keadaan
sekitarnya, meski tahu bahwa di situ sudah tidak ada orang lain lagi, tapi ia masih belum buka
mulut. Melihat Kim Houw masih bersangsi, Leng Lie menganggap ia tengah memikirkan persoalan
mengenai perhubungan antara wanita dan pria, karena merasa malu lalu tidak berani
mengeluarkan kata-kata.
"Adik kecil," katanya, "Kalau merasa malu untuk mengatakannya, marilah kita mencari tempat
untuk bicara! Disini aku sendiri juga merasa kurang tentram."
Kim Houw pikir, itu memang betul. Mengapa tidak mau mencari tempat yang sunyi, agar bisa
bicara dan menanyakan lebih jelas. Ia masih mengharap wanita ini dapat mengembalikan
ingatannya yang hilang.
"Baiklah, mari kita berangkat!" jawabnya singkat.
Melihat Kim Houw menjawab tanpa ragu-ragu, Leng Lie menganggap dugaannya sendiri tidak
meleset. Hatinya girang bukan kepalang, ketawanya sampai semakin manis.
Kim Houw mengajak ia pergi ke sebuah rimba di luar rimba Pek Liong Po.
Begitu tiba ditempat sunyi, Leng Lie lantas menubruk hendak memeluk Kim Houw.
Tidak disangka, ia tidak melihat Kim Houw bergerak, tapi nyatanya pemuda itu sudah tidak
kelihatan bayangannya, Leng Lie yang menubruk tempat kosong, hampir saja jatuh.
Ia merasa heran, entah apa maksudnya Kim Houw ini"
Mendadak di belakangnya terasa ada sambaran angin, Leng Lie lantas segera berkelit, ketika
ia berpaling ternyata Kim Houw yang hendak menyerang dirinya.
Leng Lie semakin heran, mengapa Kim Houw menyerang dirinya"
Tiba-tiba ia melihat Kim Houw tertawa dan berkata: "Kau menubruk aku satu kali, aku juga
hendak menubruk kau satu kali, dengan demikian kita impas, enciku yang baik....."
Kiranya Kim Houw sedang main-main dengannya, maka tidak kepalang girangnya Leng Lie, ia
menyesal tadi telah menghindar. Kalau tidak, bukankah ia sekarang sudah berada dalam pelukan
Kim Houw" maka tidak menunggu Kim Houw menjelaskan maksudnya, ia sudah memotong :
"Adik kecil, tak usah kau ucapkan lagi, mari."
Ia ucapkan perkataannya dengan nada dibuat-buat sangat manja, juga sangat menggiurkan!
Dan tanpa menanti jawaban Kim Houw lagi, kembali ia menubruk dan memeluk erat-erat diri si
anak muda. Kali ini Kim Houw tidak menyingkir lagi, bahkan pentang kedua tangannya, menyambuti diri
Leng Lie. Perbuatan Kim Houw itu entah benar-benar terpengaruh oleh hawa nafsu atau ada
maksud yang lain"
Begitu berada dalam pelukan Kim Houw, Leng lie lantas unjukkan sikap genit, ia keluarkan
seluruh kepandaiannya untuk memikat hati Kim Houw.
Apa mau dikata, selagi ia dalam keadaan lupa daratan, tiba-tiba ia merasa tubuhnya tergetar,
lalu kakinya lemas dan jatuh merosot dari pelukan Kim Houw, dan tergeletak di tanah.
Ternyata ia sudah ditotok jalan darahnya oleh Kim Houw.
Setelah menotok Leng Lie, Kim Houw lantas berjongkok dan bertanya padanya: "Enci, aku
bukan tidak mau berdekatan denganmu, cuma sejak aku mendusin dalam pelukanmu tempo hari,
segala kejadian yang terdahulu, aku sudah lupa semua. Apakah kau bisa beritahukan padaku,
siapakah sebetulnya aku ini" Dengan cara bagaimana aku bisa kenal dengan enci" Harap kau
suka jelaskan padaku. Jika aku dapat kembalikan semua ingatanku, aku pasti tidak akan
melupakan budimu ini."
Leng lie yang tertotok jalan darahnya, kecuali badannya yang sedikitpun tidak bisa bergerak,
bagian lainnya masih tetap sepeti biasa.
Tadi ketika ditotok, dalam hati sebetulnya merasa kaget dan gusar, ia heran atas perbuatan
Kim Houw yang sangat aneh itu. Karena belum pernah ada seorang laki-laki yang melihat dirinya
tanpa tergila-gila.
Hanya Kim Houw yang selalu menjauhi dirinya, seolah-olah menghadapi siluman.
Ia heran pula, mengapa Kim Houw berbuat demikian pada dirinya. Dengan Kim Houw ia tidak
mempunyai permusuhan apapun, jadi tidak ada alasan Kim Houw untuk mencelakakan dirinya.
kalau ia tidak suka berdekatan dengannya, tinggalkan saja, bukankah sudah habis perkara"
Kini setelah mendengar ucapan Kim Houw, Leng Lie baru mengerti, bukan saja lantas lenyap
rasa gusarnya, malah tersenyum menggiurkan.
"Aku kira urusan penting apa" Kiranya cuma soal begitu. Sebetulnya itu juga tidak menjadi
soal. Menurut pikiranku, kalau kau lupakan segala urusanmu yang sudah lalu, bukankah lebih
baik" Mulai hari ini kita boleh memulai kehidupan baru, pergi kesuatu pulau yang tidak ada
manusianya, disana kita bisa menikmati kehidupan seperti didalam surga, bukankah lebih
nikmat?" demikian katanya.
Kim Houw mendengar perkatan Leng Lie yang melantur tidak karuan, hatinya jadi mendongkol.
"Enci, kau jangan mengucapkan perkataan demikian, aku ingin kau menjelaskan padaku,
siapa sebetulnya aku ini?" ia mendesak.
Leng Lie sendiri juga tidak tahu siapa sebetulnya Kim Houw.
Tempo hari ketika ia berada dalam satu kuil tua didalam rimba untuk berteduh karena hujan
lebat, Kim Houw hanya mengenalkan dirinya sendiri sebagai Kim Houw, tapi Leng Lie pada saat
itu sedang mabuk pikirannya, bagaimana dapat ingat hal yang lainnya"
Tidak nyana kini Kim Houw terus menanyakan padanya soal itu saja. Sebab Kim Houw tahu
sebelum hilang ingatannya, pasti ia pernah bersama-sama dengan Leng Lie, ini suatu bukti bahwa
Leng Lie juga merupakan seorang sahabatnya sebelum ia kehilangan ingatannya. Asal Leng Lie
mau memberitahukan ia bahwa dia itu siapa, Kim Houw pasti percaya.
Siapa sangka, Leng Lie sendiri juga tidak tahu siapa adanya Kim Houw.
Dalam hatinya Leng Lie berpikir, tidak perduli siapa adanya dia, aku tipu saja dulu dirinya. Ia
lantas pura-pura kaget dan menyahut: "Astaga! Apa kau benar-benar sudah lupa" Kau anak
goblok! kau adalah adikku. Apa kau tidak dengar kalau aku panggil kau adik" Bukankah kau
panggil aku enci" Adik tolol, bukan lekas bebaskan totokan encimu!"
Kim Houw tercengang. Lagi-lagi adik. Mengapa begitu banyak orang yang mengakui dirinya
adalah adik" Sudah dua laki-laki yang mengaku sebagai engkonya dan kini kembali ada orang
yang mengaku sebagi encinya. Ini benar-benar membuat pusing kepalanya.
Ia tahu bahwa dari Leng Lie juga tidak bisa mendapatkan jawaban yang memuaskan, hatinya
mulai dingin lagi.
Pada saat itu dari luar rimba tiba-tiba terdengar suara Siao Pek Sin yang memanggil :" Adik
Leng! Adik Leng! Kau ada dimana?"
Kim Houw terkejut, dengan cepat ia menjawab :" Aku disini!"
Baru habis ucapannya, tiba-tiba tampak berkelebat bayangan orang, tapi dengan cepat sudah
menghilang. Gerakan bayangan itu demikian gesitnya, dalam rimba yang gelap yang cuma
mendapat penerangan rembulan, kalau bukan matanya Kim Houw yang tajam luar biasa, pasti
tidak dapat melihat.
Selama beberapa hari ini, di Pek Liong Po terjadi beberapa peristiwa, kebakaran yang sangat
misterius, kematian Peng Peng yang secara aneh, terlukanya dua paman dari Pek Liong Po dan
entah berapa banyak lagi orang-orang Pek Liong Po yang terluka.
Karena pikirannya itu, Kim Houw mendadak gusar. Ia pikir, daripada menantikan kedatangan
musuh yang menyerang lebih dulu, lebih baik ia obrak abrik dulu serangannya. Ia kepingin tahu
ada permusuhan apa sebetulnya diantara mereka" kalau nyata ada permusuhan besar, bertempur
saja secara laki-laki, bukankah lebih memuaskan"
Setelah berpikir demikian, ia lantas melesat mengejar bayangan tadi dan meninggalkan Leng
Lie begitu saja!
"Hai! Adik kecil! mengapa kau belum membebaskan aku dari totokan....." berseru Leng Lie.
Tapi Kim Houw sudah berada disuatu tempat kira-kira sepuluh tombak jauhnya, namun
bayangan tadi juga tidak kelihatan kemana perginya.
Setelah tidak berhasil mengejar bayangan tadi, Kim Houw lantas ingat Leng Lie lagi.
Seorang wanita cantik seperti bidadari, menggeletak didalam rimba jangan kata kalau bertemu
dengan orang jahat, kalau ada binatang buas bagaimana" Bukankah ia akan binasa secara
konyol" Karena memikirkan nasibnya Leng lie, Kim Houw hendak kembali lagi.
Tidak tahunya baru saja bergerak, tiba-tiba terdengar suara Leng Lie: "Ya! Begitu baru adikku
yang baik, aku tadinya kira kau benar-benar hendak meninggalkan aku begitu saja!
"Enci, kau kenapa?"
Itu adalah Siao Pek Sin!
Kim Houw lantas mengerti bahwa Leng Lie salah anggap Siao Pek Sin sebagai dirinya.
Pikirnya sudah ada engkohnya yang akan membebaskan totokan, tidak perlu aku datang lagi
padanya, lebih baik aku cari bayangan orang tadi!
Kembali terdengar suara Leng Lie: "Eh, mengapa kau berubah, barusan kau berlaku tolol
seperti patung, kenapa sekarang begini bernafsu" Biar bagaimana kau harus bebaskan dulu aku
dari totokan, baru ada kesenangan."
Segala perkataan Leng Lie itu, tidak dapat dimengerti oleh Kim Houw, ia hanya merasa heran.
Pikirnya: Satu pihak adalah engkohku, dilain pihak enciku. Dari pembicaraan mereka, mungkin aku
bisa dapat sesuatu yang dapat mengembalikan ingatanku.
Diam-diam ia memasang telinga untuk menangkap pembicaraan mereka.
Kembali ia dengar pula suara Leng Lie: "Ya, begitu baru adikku yang baik....."
Setelah itu, ia tidak mendengar apa-apa lagi. Kim Houw merasa heran, mengapa mendadak
tidak kedengaran pembicaraan mereka"
Dengan hati-hati ia pergi melihat, tapi apa yang dilihat" Jelas itu adalah suatu perbuatan yang
sangat memalukan! Seketika itu juga darahnya meluap. Darimana ia bisa mempunyai engko yang
seperti binatang itu" Darimana ia mempunyai enci yang tidak kenal malu itu" Demikian pikirnya
dalam hati. Ia telah mengambil keputusan: andaikata betul mereka adalah engko dan encinya, ia juga tidak
mau kenal lagi!
Dengan diam-diam ia menghilang ke dalam rimba, saat itu pikirannya bukan cuma gusar saja
tapi juga cemas dan duka.
Tentang Leng Lie betul adalah encinya atau bukan, ia tidak perduli. Tapi Siao Pek Sin ia sudah
anggap adalah engkonya sendiri. Dan sekarang, setelah dalam hati tidak mau kenal lagi dengan
mereka, ia juga merasa tidak perlu pulang lagi ke Pek Liong Po!
Maka Kim Houw kembali harus melakukan perjalanan yang tidak tentu tujuannya.
Beberapa puluh lie perjalanan sudah ditempuhnya, dan hari sudah mulai terang.
Tiba-tiba, dari jauh ia mendengar suara orang menyanyi:".....orang di dunia pada mabuk,
hanya aku yang masih sadar....."
Kim Houw terkejut, ia hentikan langkahnya, ia ingat nyanyian itu pernah dinyanyikan oleh si
imam palsu dari Pek Liong Po yang tingkah lakunya seperti orang sinting. Maka lantas timbul
pertanyaan dalam hatinya: mengapa si Imam palsu ini mendadak bisa muncul disini"
Kembali ia mendengar suara nyanyian yang merdu mengalun, seperti suara seorang wanita.
"Jalannya waktu laksana air mengalir, membawa hanyut daun merah yang sudah luntur
warnanya! Angin musim rontok bagaikan anak panah, memanah jatuh kembang kuning nan indah!...."
Mula-mula suaranya kedengaran manis dan merdu, tapi kemudian berubah menjadi sedih
memilukan hati, dan akhirnya terdengar suara isak tangis yang sangat memilukan hati!
Kim Houw yang mendengar suara tangisan itu, dalam hati terkejut, karena suara itu rada-rada
mirip dengan suara tangisan Peng Peng. Tapi Peng Peng toh sudah binasa terbakar, bagaimana
ia bisa muncul di sini"
Tidak perduli Peng Peng atau bukan, Kim Houw tetap ingin tahu siapa adanya orang itu. Maka
ia lantas lompat melesat ke arah suara itu.
Ia meninggalkan jalan raya, melalui sebuah bukit. Di belakang bukit itu ia menemukan sebuah
kuil. Dari jauh Kim Houw sudah dapat melihat seorang laki-laki dan seorang wanita, berjalan
perlahan menuju ke kuil. Laki-laki yang jalan di sebelah depan adalah si Imam palsu, sedikitpun
tidak salah. Sedang wanita yang jalan di belakangnya adalah Peng Peng, juga ia kenali dan tidak
akan keliru. Apa yang terlihat telah membuat Kim Houw terkesima! Kalau tadi ia tidak percaya kepada
telinganya sendiri, sekarang matanya sendiri juga hampir tidak ia percayai lagi.
Tapi, percaya atau tidak, memang benar bahwa wanita itu adalah Peng Peng, sedikitpun tidak
salah, bahkan baju yang dipakainya juga adalah baju yang dipakai sebelum terjadinya kebakaran
di kamarnya. Kim Houw mengucek-ngucek matanya, tidak salah lagi. itu memang Peng Peng adanya. Tapi
ketika ia memikirkan si Imam palsu yang jalan di depannya, ia mulai bimbang. Apakah si Imam
setengah edan itu benar-benar bisa membuat orang yang sudah hangus, hidup kembali" Kalau
tidak, bagaimana Peng Peng yang sudah mati terbakar bisa hidup lagi"
Tidak perduli bagaimana, ia harus buktikan sendiri kebenarannya. Maka ia lantas bersiul
nyaring kemudian terbang melesat ke arah kuil tersebut.
Siulan nyaring Kim Houw, telah mengejutkan si Imam palsu dan Peng Peng.
Apakah wanita itu benar-benar Peng Peng" Memang benar, ia adalah Peng Peng! Tapi
bagaimana ia masih hidup dan muncul disitu" Mari kita ceritakan duduk perkaranya!
Sejak Peng Peng tertawan Siao Pek Sin, sepanjang jalan meski ada Ciok Goan Hong yang
mengawasi, disamping itu masih ada lagi si Imam palsu, Kacung baju merah dan La to Kiesu
bertiga yang diam-diam melindungi keselamatannya.
Sejak Siao Pek Sin mengangkat dirinya sebagai Tiancu dari Istana Kumala Putih, meski
mereka pernah bersumpah, siapa saja yang mampu membawa mereka keluar dari istana di rimba
keramat itu, selain mereka hendak menurunkan kepandaian masing-masing, juga menyediakan
diri masing-masing untuk mengabdi seumur hidup.
Siapa nyana bahwa Siao Pek Sin telah menggunakan kesempatan baik untuk menjagoi di
dunia kangouw, ingin membuat dirinya sebagai orang yang teragung didalam rimba persilatan. Hal
ini telah menimbulkan reaksi hebat bagi mereka. Pertama, adalah dua manusia kukoay dari
daerah luar yang setelah menurunkan kepandaian masing-masing lantas meninggalkan Siao Pek
Sin tanpa pamit, kembali ke tempat kediaman mereka semula, yaitu ke pulau Wan Yu To di Tong
Hay. Perginya satu dua orang bagi Siao Pek Sin tidak menjadi soal. Ia tetap dengan sepak
terjangnya sendiri, sedikitpun tidak ada kekuatiran. Tapi, munculnya Kim Houw secara tiba-tiba,
telah membuat Siao Pek Sin ketakutan!
Sebabnya ialah: Kim Houw adalah satu-satunya orang yang bisa membuka rahasia Siao Pek
sin yang telah mencelakakan diri Kim Houw dan merebut kedudukan Tiancu dari Istana Kumala
Putih. Maka, tidak menunggu sampai Kim Houw muncul dimuka umum, dengan licin ia telah
menarik diri bersama orang-orangnya meninggalkan Istana Kumala Putih.
Selagi hendak meninggalkan sarangnya, ia telah berpapasan dengan Peng Peng yang hendak
mengambil kudanya. Dengan akal yang licik ia bisa menawan Peng Peng, lalu dibawa kabur
sekalian, ia hendak menggunakan Peng Peng untuk memancing Kim Houw.
Kala itu si Imam palsu dan yang lain, meski dalam hati merasa kurang senang atas perbuatan
Siao Pek Sin, tapi belum mau mengambil keputusan untuk meninggalkannya. Mereka mengikuti
perjalanan Siao Pek Sin. Disepanjang perjalanan Siao Pek Sin dengan mengaku dirinya sebagai
Kim Houw telah melakukan perbuatan merampok dan memperkosa para wanita-wanita baik, hal
ini telah membangkitkan perasaan gusar mereka, hingga timbullah pikiran untuk meninggalkan
Siao Pek Sin! Tadinya Siao Pek Sin mengira, dengan perbuatannya itu, ia dapat membuat rusak nama baik
Kim Houw, hingga tidak dapat menancapkan kaki dikalangan kangouw. Siapa nyana akal kejinya
itu, ternyata merupakan kesalahan besar, bukan saja sudah tidak berhasil mencelakakan diri
orang lain, sebaliknya telah mencelakakan diri sendiri.
Itulah sebabnya sampai kejadian Lie Cit Nio dan To Pa Thian habiskan jiwanya sendiri. Mereka
tidak mau mengingkari janji mereka sendiri, tapi juga tidak sudi diperalat oleh Siao Pek Sin
melakukan kejahatan. Kecuali mati, sudah tidak ada jalan lain bagi mereka!
Selanjutnya Kim Coa Nio-nio berontak, San Hua Sian-lie binasa, Lui Kong ayahnya San Hua
Sian-lie karena gusar dan duka, juga telah berlalu tanpa pamit!
Semua kejadian yang timbul saling susul menyusul itu, baru membuat Siao Pek Sin kuatir.
Orang-orangnya satu persatu telah menyingkir, ada yang habiskan jiwa sendiri, ada yang pergi
tanpa pamit, hingga kekuatan Siao Pek Sin nampak mulai berkurang.
Dalam keadaan tidak berdaya, akhirnya Siao Pek Sin coba berlaku manis seberapa bisa
terhadap orang-orangnya yang masih tinggal, diantaranya masih terdapat si Imam palsu, Kacung
baju merah dan La to Kiesu. Sebabnya ketiga orang ini bukan saja tidak mau mengurusi segala
urusan tetek bengek, bahkan sampai hari itu, mereka belum menurunkan kepandaian sedikitpun
kepada Siao Pek Sin. Tindakan kedua ialah, Siao Pek Sin dapat membujuk si iblis tua Lo Ceng
Mo, dan dengan kekuatan Ceng Kee Cee dan Pek Liong Po mereka hendak kembali ke Istana
Kumala Putih. Tidak disangka, Lo Ceng Mo dalam perjalanannya ke Pek Liong Po, setelah bertempur dengan
Kim Lo Han dan kawan-kawannya, telah menemukan tanda-tanda yang ditinggalkan oleh Kouw
Low Sian Ciam, yang membuat hatinya jerih dan segera lari pulang ke sarangnya.
Pek Liong Po pernah membinasakan murid Kouw Low Sin Ciam, ini telah diketahui dengan
baik oleh Lo Ceng Mo. Munculnya Kouw Low Sin Ciam, pikirnya sudah tentu hendak membikin
perhitungan dengan orang-orang Pek Liong Po.
Lo Ceng Mo tidak takut Kim Houw dan yang lainnya, hanya terhadap iblis yang membunuh
orang tanpa berkedip itu, ia takut seperti ketemu dengan iblis sungguhan.
Dengan demikian, kekuatan Siao Pek Sin lantas berkurang. Namun, saat itu Kim Houw telah
kambuh kembali penyakit lamanya, yang tidak dapat mengingat segala kejadian yang sudah lalu


Istana Kumala Putih Karya O P A di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan terjatuh ditangan Siao Pek Sin. Untuk kepentingannya melawan Kouw Low Sin Ciam, Siao
Pek Sin terpaksa berlaku baik terhadap Kim Houw.
Gangguan yang ditimbulkan Kim Lo Han dan kawan-kawannya, yang dilakukan berulang kali,
sedikitpun tidak dipandang mata oleh Siao Pek Sin. ia hendak menyimpan tenaganya untuk
menghadapi Kouw Low Sin ciam.
Tapi perkataan Peng Peng kepada Kim Houw: "Aku akan berusaha keras supaya kau
mendapatkan kembali semua ingatanmu!" telah membuat Siao Pek Sin pusing kepala.
Karena ucapannya itu, Siao Pek Sin anggap perlu untuk menyingkirkan Peng Peng. Pertama
untuk menutup jalan bagi Kim Houw untuk mendapatkan kembali ingatannya, supaya Kim Houw
tetap dapat diperalatnya untuk selama-lamanya.
Kedua, menimbulkan kesalah pahaman dan kekeliruan antara Kim Houw dengan pihak Kim Lo
Han, sehingga kedua pihak saling hantam sendiri.
Siapa sangka, rencana Siao Pek Sin itu, meski dapat mengelabui mata orang lain, tapi tidak
bisa mengelabui mata si Imam palsu bertiga yang setiap saat melindungi jiwa Peng Peng, dan
dengan menggunakan kesempatan itu, mereka dapat menolong jiwa Peng Peng dan keluar dari
sarang macan. Maka, pada saat yang kritis, si Imam palsu bertiga lantas bertindak, mereka kemudian
menjebloskan pelayan wanita yang ditugaskan untuk membakar kamar Peng Peng, sedang Peng
Peng sendiri dibawa kabur ke tempat aman!
Dasar Siao Pek Sin lagi sial, ia malah bertemu dengan Khu Leng Lie dan melakukan
perbuatan binatangnya, hingga membuat Kim Houw cemas dan gusar serta meninggalkannya.
Dikala si Imam palsu dan Peng Peng mendengar suara siulan, lantas menengok, dan ketika
mengetahui bahwa suara itu adalah suara Kim Houw, Peng Peng lantas lari menyambut sambil
berseru :" Houw-ji! Houw-ji!"
Kim Houw dengan cepat menghentikan langkah kakinya, baru saja berhenti, Peng Peng sudah
berada dalam pelukannya dan memeluk dirinya dengan erat.
"Houw-ji, apa kau sudah kembali ingatanmu?" tanyanya.
Kim Houw tidak menjawab pertanyaannya, sebaliknya ia mengangkat wajah si nona dan
dipandanginya sekian lama. Wajah Peng Peng nampak merah segar, jelas kesehatannya tidak
terganggu, maka segera ia mengetahui bahwa dalam hal ini pasti ada rahasianya.
"Peng Peng, kau baik-baik saja?" tanyanya.
Peng Peng juga tidak menjawab, ia malah balik bertanya, "Aku tanya kau, mengapa kau tidak
menjawab" Apakah kau sudah mengetahui semua kejadian ini?"
Kim Houw gelengkan kepalanya.
Melihat Kim Houw geleng kepala, Peng Peng lalu menghela napas, "Kau belum pulih kembali
ingatanmu, mengapa seorang diri kau berani kabur kemari?"
Mendengar pertanyaan demikian, Kim Houw lalu ingat perbuatan mesum antara Siao Pek Sin
dengan Khu Leng lie, maka seketika itu wajahnya lantas berubah merah, mulutnya seperti
terkancing tidak dapat menjawab.
"Tidak perduli bagaimana, sekarang kau sudah keluar dari Pek Liong Po, jadi tidak perlu balik
kembali kesana!"
"Kau tak usah kuatir! Aku tidak akan kembali lagi! Selamanya tidak akan kembali lagi ke Pek
Liong Po!"
Mendengar jawaban Kim Houw, Peng Peng sangat girang. "Aaa! Kalau begitu baik
sekali.....cuma tentang ingatanmu....."
Mendadak terdengar suaranya si Imam palsu, "Jangan kesusu, lihat si Budha hidup telah
datang!" Kim Houw dan Peng Peng menengok berbareng, diatas puncak gunung yang berderet-deret,
dari jauh tampak beberapa bayangan orang yang lari laksana terbang.
"Siapa itu Budha hidup yang dimaksudkan Toya ini?" tanya Kim Houw.
"Jangan panggil aku Toya, aku ini adalah si Toya palsu. Kau hendak menanyakan tentang
Budha hidup" Kuberitahukan padamu, kau juga tidak akan tahu" Untuk sementara biarlah kau
berada dalam kegelapan dahulu. Karena dalam keadaanmu seperti sekarang ini, sekalipun kau
bertemu dengannya juga masih belum mengenalinya1" kata si Imam palsu sambil tertawa
tergelak-gelak.
Kim Houw tidak bisa berbuat lain, ia merasa agak jengkel, lalu berkata kepada Peng Peng.
"Peng Peng, kau suka ikut aku pergi?"
Peng Peng tercengang, ia melirik kepada Kim Houw sejenak.
"Pergi" Kemana hendak pergi?" tanya si nona.
Kim Houw meniru lagaknya si Imam palsu. menjawab sambil tertawa tergelak-gelak :
"Didalam dunia yang lebar ini. Masakan tidak ada tempat untuk aku tinggal?"
"Houw-ji, apa kau tidak ingin mendapatkan kembali ingatanmu" Apakah kau ingin terus
linglung seumur hidupmu?" tanya Peng Peng.
Kim Houw tercengang, "Siapa bilang aku tidak ingin" Aku hendak menjelajahi dunia untuk
mencari tabib yang pandai, yang dapat menyembuhkan penyakitku!"
"Baik! Aku mau ikut kau. Tapi harap kau suka tunggu aku sebentar, aku hendak ketemu
Yayaku sebentar. Sebentar lagi ia akan datang, kemudian aku akan ikut kau pergi, tidak perduli
kemana saja, aku selalu mengikutimu!"
Kim Houw mendengar Peng Peng menyebut yayanya, segera teringat dengan orang setengah
tua yang mengaku sebagai kakeknya Peng Peng.
Tak lama kemudian, beberapa bayangan orang itu sudah berada semakin dekat. Kim Houw
melirik mereka, ia dapat melihat orang yang jalan dimuka sebagai pengantar adalah si Kacung
baju merah yang bentuk badannya pendek kate seperti anak-anak, sedang yang mengikuti di
belakangnya adalah seorang hwesio, hati Kim Houw lantas berdebaran!
"Kim Lo Han! Kim Lo Han! Kim Lo Han!" berulang-ulang ia menyebut nama itu, tapi nama itu
sama juga dengan nama Kim Houw yang teringat hanya samar-samar, ia tidak dapat
menyelaminya. Sebentar saja, orang-orang itu sudah tiba di depan kuil.
Mereka itu kecuali si Kacung baju merah, tidak lebih, tidak kurang adalah tujuh orang yang
masuk ke Ceng Kee Cee digunung Teng Lay San. Kim Lo Han, Cu Su bersama muridnya, Tok Kai
bersama muridnya, Tiong Ciu Khek dan Kim Coa Nio Nio!
Kim Lo Han dan teman-temannya ketika melihat Kim Houw berada di situ, semua pada
tercengang. Oleh karena wajah Kim Houw mirip benar dengan wajah Siao Pek Sin, sampai mereka sukar
untuk membedakan anak muda itu Kim Houw atau Siao Pek Sin"
Dua tahun lalu, Kim Houw masih belum dewasa, bentuk badannya agak pendek dari Siao Pek
Sin maka mudah dikenali. Tapi sekarang, keduanya sama tingginya, sama-sama cakap dan
gagahnya, kalau belum mendapatkan bukti, siapa berani percaya" Sekalipun Kim Houw sendiri
yang mengatakan, mereka juga belum tentu mau percaya. Bukankah Siao Pek Sin juga bisa
mengatakan dirinya adalah Kim Houw"
Kim Houw tadinya menganggap orang-orang itu memandang dirinya karena pernah bertempur
dengan mereka, hingga menganggap dirinya musuh, ia lantas berkata pada Peng Peng: "Peng
Peng, aku akan jalan dulu, aku akan tunggu kau diatas bukit sana!"
Baru saja Peng Peng hendak anggukkan kepala, tiba-tiba terdengar suara si Imam palsu
berkata: "Apa perlunya berbuat begitu" Semua toh sahabat lama, tidak ada halangan untuk saling
bertemu, mungkin ini ada baiknya bagi penyembuhan penyakitmu. Mereka tidak percaya kau, tapi
aku percaya bahwa kau benar adalah Kim Houw. Biarlah aku nanti yang menjelaskan duduk
perkaranya!"
Sehabis berkata, si Imam palsu lantas berseru: "Budha hidup, apa sebab Kim Siauhiap bisa
jadi begini, seharusnya kau tahu, kenapa kau juga bingung terlongong-longong?"
Kim Lo Han masih belum percaya penuh bahwa pemuda itu adalah Kim Houw, untuk
membuktikan ia betul Kim Houw atau bukan, maka ia lantas menjawab: "Kee Tojin, bagaimana
kau dapat memastikan siapa adanya dia?"
"Mereka berdua meski mirip satu sama lain, tapi tabiatnya berlainan. Siao Pek Sin licik dan
banyak akalnya, tidak seperti dia yang jujur, terutama linglung, bagaimana bisa dibikin-bikin?"
Kim Houw yang mendengar si imam palsu mengatakan mereka semua adalah sahabat lama,
bukan lagi engko atau encinya, hatinya tergerak juga. Pikirnya kalau benar mereka adalah
sahabat-sahabatnya, kita beromong-omong mungkin ada baiknya bagi diriku! pikirnya.
Mengingat ketika baru pertama kali bertemu dengan Peng Peng, nona itu pernah suruh ia
keluarkan pedangnya! Pikirnya, aku mempunyai dua macam senjata, semuanya merupakan
senjata yang cocok dengan hatiku, mungkin ini adalah senjata yang dahulu aku pergunakan.
Untuk mendapat kepercayaan orang-orang yang dikatakan sebagai sahabat-sahabat itu, Kim
Houw segera keluarkan senjata Bak Tha Liong Kin nya, berbareng dengan itu, ia lantas bersiul
nyaring, kemudian memainkan ilmu silatnya yang paling ia banggakan, Leng In San Hoat.
Belum sejurus ia mainkan ilmu silatnya itu, Kim Lo Han sudah berseru girang dan dengan
suara nyaring: "Houw-ji! Houw-ji!"
Sebab ilmu silat itu bukan saja sukar dilatih, tapi juga hebat serangannya. Oleh karena terlalu
seringnya Kim Houw melatih ilmu silatnya itu dan Kim Lo Han juga paling sering menyaksikan
latihan Kim Houw dengan ilmu silatnya, maka ia lantas mengenalinya dan tidak menganggap palsu
lagi. Kim Houw yang dipanggil namanya, malah tidak berani menyahut, Kim Houw itu apakah
namanya sendiri atau bukan, ia sendiri masih belum tahu.
Setelah Kim Lo han dapat mengenali Kim Houw, orang-orang itu lantas anggukan kepala untuk
memberi hormat, Kim Houw juga membalas hormat sambil anggukkan kepalanya.
Mereka beramai-ramai lantas masuk ke dalam kuil. Kuil itu meski masih berbentuk kuil, tapi
didalamnya sudah tidak ada tempat sembahyang atau patungnya. Cuma dalam kuil itu
keadaannya bersih sekali, sudah tentu itu adalah pekerjaan si Imam palsu dan Peng Peng.
Begitu berada didalam kuil, si Imam palsu lantas berkata :" Dulu ketika pinto beribadat di sini,
orang-orang yang datang bersembahyang ramai sekali. Tapi sekarang setelah beberapa puluh
tahun pinto tinggalkan, keadaannya lain sekali. Maka kedatangan tuan-tuan di sini, pinto tidak
dapat menyuguhi apa-apa, harap supaya dimaafkan."
Ternyata kuil tersebut dulu adalah tempatnya si Imam palsu menjalankan ibadat, juga
merupakan tempat kediamannya. Kim Houw ketika melihat papan mereknya, huruf emasnya
ternyata sudah pada rontok, cuma samar-samar masih dapat dibaca : HAN PEK CIN KOAN.
Kim Houw lalu berpikir : sebutan si Imam palsu saja, sudah cukup aneh, dan sekarang nama
kuilnya lebih aneh lagi. Di bawah huruf HAN PEK, perlu ditambah huruf CIN" Apa ada HAN PEK
palsu" Oleh karena dalam kuil tidak ada meja, orang-orang itu lantas pada duduk di bawah.
Pada saat itu Tiong Ciu Khek sudah duduk bersama-sama Peng Peng sambil mengobrol.
Setelah semua sudah berkumpul, Kim Lo Han lalu berkata kepada Kim Houw: "Houw-ji, aku
Kim Lo Han adalah satu-satunya orang yang mengetahui urusanmu. Dulu ketika masih berada di
Istana Kumala Putih di gunung Tiang Pek San, kau juga pernah mendapat penyakit begini.
Kemudian dengan menggunakan ilmuku Kim Kong Cao Khie, dalam tempo setengah tahun lebih,
penyakitmu baru sembuh. Selanjutnya, kita bersama-sama turun gunung, sama-sama membikin
onar di Istana Kumala Putih di gunung Kua Cong San! Sama-sama......"
Kim Lo Han selanjutnya menjelaskan semua hal yang telah mereka alami, sehingga
berpencaran di Ceng Kee Cee, akhirnya ia berkata "Bagaimana kau bisa kehilangan ingatanmu
lagi, kami tidak tahu. Sungguh sayang sedikitpun kau tidak ingat pula akan kejadian-kejadian
lampau, maka untuk menyembuhkan penyakitmu ini, paling sedikit kau harus menggunakan waktu
setengah tahun."
Kim Houw yang mendengarkan penuturan Kim Lo Han, dalam hati merasa kaget bercampur
girang, sedang otaknya dirasakan nyeri.
Ia terkejut karena dulu ternyata ia juga sudah pernah mendapatkan penyakit demikian, dan
bergirang karena penyakit itu bukan penyakit yang sudah tidak dapat disembuhkan, hanya dalam
waktu setengah tahun sudah bisa sembuh. Ia juga heran, ternyata sudah mengalami begitu
banyak kejadian.
Semua kejadian itu, Kim Houw hanya ingat samar-samar, biar bagaimana sudah tidak teringat
lagi. "Hud-ya, aku bukannya tidak kenal sama sekali, cuma samar-samar seperti pernah melihat,
seperti pernah ada kejadian serupa itu, tapi juga seperti tidak, entah bagaimana persoalannya,"
berkata Kim Houw.
"Kalau begitu, kali ini kau masih belum hilang sama sekali ingatanmu. Hanya dengan ilmu Cit
Cu Kang sudah bisa disembuhkan!" kata Kim Lo Han.
Kim Houw sangat girang, "Numpang tanya Hud-ya, apa artinya ilmu Cit Cu Kang itu?"
"Cit Cu Kang adalah serupa ilmu kekuatan lwekang yang harus disalurkan terus menerus
selama tujuh hari terhitung mulai dari jam satu tengah malam. Jelasnya, ialah harus diobati terus
menerus tidak boleh terputus setengah jalan selama tujuh hari, lantas bisa sembuh!"
Ia mendadak kerutkan alisnya, "Cuma ilmu Cit Cu Kang ini meski tercapai hasilnya lebih cepat
daripada ilmu lainnya, tapi bahayanya juga besar. Maka harus mencari suatu tempat yang sepi
sunyi ditengah-tengah gunung dan yang tidak pernah didatangi manusia, barulah dapat
digunakan. Sebab selama menjalankan ilmu ini, sama sekali tidak boleh terganggu atau
dikagetkan. Apabila terganggu, sang pasien bukan saja bertambah berat penyakitnya, sedang
yang mengobatinyapun akan lenyap semua tenaga lweekangnya."
Mendengar itu, Kim Houw lantas berkata: "Hud-ya, kau tadi bukankah pernah berkata bahwa
di Istana Kumala Putih di gunung Tiang Pek San tidak ada orang yang tinggal lagi" Kalau begitu,
kita balik saja kesana, bukankah bebas dari gangguan manusia?"
"Houw-ji, gunung Tiang Pek San adanya di propinsi San See, terpisah dari sini ribuan li
jauhnya," kata Kim Lo Han sambil gelengkan kepalanya.
Kim Houw pikir, ribuan li apa artinya" Cuma, karena minta pertolongan orang, ia merasa tidak
enak membuka mulut. Ia tidak tahu dalam hati Kim Lo Han sangat gelisah.
Kalau tadi ia berkata demikian, ialah karena sudah tidak ada waktu lagi, melakukan perjalanan
begitu jauh. Tiba-tiba terdengar suara si Imam palsu berkata: "Eh, hwesio bangkotan! Kau ini benar-benar
keterlaluan, mengapa kau tidak minta tolong kepadaku Han Pek Cin Koan. Buat apa cari tempat
jauh-jauh atau pulang ke Istana Kumala Putih" Di tempatku ini saja, aku tanggung cukup aman,
ditambah lagi dengan bantuan begini banyak orang yang melindungi kalian, sekalipun langit runtuh
juga dapat kita tahan."
Mendengar perkataan si Imam palsu itu, Kim Houw sangat girang.
"Kee Tojin, saat ini bukan waktunya kau untuk bergurau lagi," kata Kim Lo Han.
Si Imam palsu tertawa tergelak-gelak.
Aku si Imam palsu meski edan, tapi belum pernah main gila terhadap kau si hwesio gagu, apa
kau tidak percaya" mari, mari sekarang juga aku ajak kau lihat!"
Sehabis bicara, si Imam palsu lantas bangkit berjalan mengitari ruangan belakang, di sebuah
kamar tumpukan kayu kering, si Imam palsu itu lantas berhenti dan berpaling, lalu berkata kepada
yang lainnya. "Di sini adalah kamar tempat menyimpan kayu kering, sebagai orang-orang terkenal namanya
di rimba persilatan, apakah kalian dapat melihat dimana adanya kunci rahasia didalam kamar ini?"
Kim Houw memandang keadaan sekitar kamar itu, ia lihat dikedua sudut sudah penuh dengan
tumpukan kayu kering, di sudut yang lain terdapat sebuah batu gilingan beras.
Di atas batu gilingan itu sudah penuh debu, sedang kayu yang digunakan untuk menggiling
juga sudah patah dan di sandarkan di dinding. Kecuali itu, tembok-tembok dinding dalam kamar itu
sudah pada retak, di sana sini terdapat runtuhannya.
Kalau bukan si Imam palsu yang mengatakan bahwa kamar itu ada kamar rahasianya,
mungkin Kim Lo Han dan kawan-kawannya walaupun dari tokoh-tokoh terkenal dengan
kepandaian ilmu silatnya yang tinggi, juga tidak akan menyangka bahwa didalam kamar ini ada
rahasianya. Kini, setelah si Imam palsu memberitahu karena dalam kamar itu isinya cuma kayu kering dan
batu gilingan, dimana adanya kunci rahasia. Kecuali dalam tumpukan kayu dan batu penggilingan,
sudah tidak ada tempatnya lagi.
Namun, tidak ada seorangpun yang berani mengatakan, rahasianya sangat sederhana sekali
perlu apa harus ditebak lagi! Siapa sangka ketika melihat tidak ada yang buka mulut, si Imam
palsu lalu ajak mereka ke kamar sebelahnya!
Kamar sebelahnya itu juga merupakan kamar tumpukan kayu dan keadaannya serupa dengan
kamar yang tadi.
Dengan demikian, orang-orang itu harus memeriksa dengan teliti. Sebab kedua kamar itu, biar
bagaimanapun hanya satu yang memiliki rahasia, tidak kedua-duanya!
"Sudah periksa jelas" Dimana kamar rahasianya" tanya si Imam palsu sambil tertawa.
Orang-orang itu meski terdiri dari tokoh-tokoh terkemuka di dunia persilatan, tapi dalam hal ini
tidak berani sembarangan membuka mulut, karena kuatir apabila kesalahan akan merendahkan
derajatnya. Si Imam palsu sengaja berlaku demikian supaya Kim Lo Han mengerti bahwa sembunyi
didalam kamar ini sangat aman dan boleh tidak usah kuatir apa-apa.
Ketika melihat orang-orang itu tidak ada yang membuka mulut, si Imam palsu lantas berjalan
menghampiri batu penggilingan. Ia putar tiga kali batu gilingan tersebut, lalu dibalik dan diputar lagi
tiga kali. Lalu terdengar suara berkeresekan, di dinding tembok lalu terbuka sebuah pintu. Sebelum
pintu itu terbuka, di dinding tembok itu cuma merupakan dinding tembok yang sudah sedikitpun
tidak kelihatan apa-apanya yang aneh. Ternyata retak-retakan dan tanda basah itu adalah buatan
belaka. Ketika semua orang melongok ke dalam, di situ terdapat sebuah kamar batu kira-kira satu
tombak luasnya. Dalam kamar itu keadaannya sangat bersih dan kering, tidak terdapat hawa
basah, terang ada lubang hawanya. Semua orang yang menyaksikan itu pada berseru kagum!
"Bagaimana" Aku si Imam palsu toh tidak omong kosong?" katanya sambil tertawa.
"Bagus! Kamar ini sungguh tepat untuk maksud kita Houw-ji, mari sekarang kita mulai. Cuma,
kami minta bantuan saudara-saudara untuk melindungi keselamatan kami, begitu pula makan
kami setiap harinya." kata Kim Lo Han girang.
"Hal ini kau tak usah kuatir. Aku tanggung jawab sepenuhnya!" jawab si Imam palsu.
Dari rombongan orang itu tiba-tiba terdengar suara Peng Peng: "Houw-ji!"
Kim Houw melihat Peng-peng sudah basah air mata, buru-buru berkata: "Peng-peng, hanya
tujuh hari kemudian, aku percaya tidak akan berpisah lagi dengan kau. Baik-baik kau ikut yayamu,
jika belum sembuh penyakitku, sukar untuk aku menjadi orang!"
Peng peng yang sudah menangis sedih, tidak dapat membuka mulutnya. Ia hanya
mengangguk sebagai jawabannya!
Segera, Kim Lo Han dan Kim Houw berdua lantas masuk ke dalam kamar batu. Si Imam
kembali memutar batu penggilingannya, untuk menutup pintunya.
Satu hari..... Dua hari berlalu......
Tiga hari.... Tiga hari telah dilewatkan dengan aman, sedikitpun tidak ada kejadian apa-apa.
Selama tiga hari itu, Kim Houw di bawah pengobatan Kim Lo Han dengan ilmunya Kim-kong


Istana Kumala Putih Karya O P A di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cao-khie, siapa sebentar mendusin dan sebentar tertidur.
Tapi waktu mendusinnya agak sedikit, waktu tidur agak banyak. Kalau sedang mendusin Kim
Houw juga seperti melamun, tidak ingat segala urusan.
Hari keempat, pagi-pagi benar. si Botak sehabis melatih silat pagi-pagi, keluar mengambil air.
Tiba-tiba melihat di atas pintu ada goresan gambar kepala tengkorak sebesar kepalan tangan, di
mulutnya menggigit sebatang anak panah.
Si Botak tidak mengenal tanda apa itu. Buru-buru memanggil sun cu hoa yang sedang melatih
silat. "Saudara Cu hoa! kau lihat ini, permainan apa?" Sun cu hoa yang sedang berlatih, tadinya
tidak mau ambil pusing. Tapi mengingat selama perjalanan berkawan rapat dengan Si Botak,
meski Si Botak bentuknya jelek tapi hati nya baik, Sun hoa terpaksa hentikan latihannya, untuk
melihat apa sebetulnya yang terjadi yang di lihat yang di lihat Si Botak.
Tapi Sun Cu Hoa juga tidak tau apa-apa, meski sudah melihat juga percuma. Cuma saja ia
ada lebih cerdik daripada Si Botak, ia tau gambar itu tentu tidak bermaksud baik.
Dengan cepat ia lari ke dalam, kala itu didalam ruangan ada terdapat suhunya berlima tengah
duduk bersemedi. Sun cu hoa melihat suhunya juga masih bersemedi melatih ilmunya, sudah
tentu tidak berani menggangu, ia berdiri sembari ulurkan kedua tangannya!
Tiba-tiba terdengar Cu su berkata: "Cu hoa bukan ke depan melatih silat, apa perlunya datang
kemari ?" Lebih dulu mengucapkan selamat pagi kepada Suhunya, kemudian berkata: "Tecu
barusan dapat melihat didepan pintu ada lukisan gambarnya sebuah kepala tengkorak ..."
Ucapan Sun cu hoa itu telah mengejutkan yang lain-lainnya yang sedang bersemedi, mereka
pada lompat bangun dan menanyakan dengan kaget: "Apa katamu?" Sun Hoa menyaksikan reaksi
mereka merasa heran dan kaget, ia segera mengetahui bahwa hal itu belum pernah terjadi, tentu
penting. Karena selama mengikuti gurunya, belum pernah kelima orang tua itu menunjukkan kaget
demikian rupa, apalagi baru hanya dengar kepala tengkorak saja.
Terutama suhunya sendiri yang selamanya bersikap tenang, tidak pernah tergopoh-gopoh atau
gelisah, tapi mendengar keterangannya tadi ternyata lain dari kebiasaannya. "Di atas pintu ada
gambar tengkorak manusia yang mulutnya menggigit sebatang anak panah!" Cu hoa menjelaskan.
Belum habis perkataan Sun cu hoa. Lima orang tua di depannya sudah bergerak cepat
laksana angin, sebentar saja sudah menghilang di depan matanya. Sun cu hoa bertambah heran,
ia buru-buru mengejar ke depan. sedikitpun tidak salah, orang tua itu semuanya berdiri di depan
pintu, matanya memandang gambar kepala tengkorak yang di lukis di atas pintu. Sun cu hoa
berdiri jauh-jauh, ia mengawasi tingkah laku setiap orang itu. Suhunya sendiri wajahnya merah,
saat itu kelihatan merah padam.
Sedangkan si pengemis sakti seperti anak-anak sebentar pucat sebentar merah, nampaknya
sangat tegang. Wajah tiong-ciu-khek yang putih bersih.nampaknya semakin putih seperti orang
baru sembuh sakit. Dan si Kacung merah " sikapnya tidak ketentuan saat itu, susah dibilang,
kaget atau jeri"
Tiba-tiba ia dengar Kim Coa Nio-Nio berkata: "Menurut kebiasaan iblis tua itu, kepala
tengkorak itu kalau menggigit anak panah makin dekat pada bagian kepalanya, kedatangannya
semakin cepat. Melihat keadaannya anak panah ini, siang atau malam iblis tua itu pasti datang.
Sekarang, satu-satunya jalan melawan musuh yang ganas itu, ialah kita semuanya harus
bersatu padu dan menggunakan seluruh kekuatan tenaga untuk menahan kedatangannya, lalu
aku diam-diam melepaskan ular emasku menyerang dirinya. Kecuali ular emas ini, aku percaya
tidak ada cara lain untuk menundukkan dia!"
"Entah apa maksudnya ia datang kemari ?" kata Cu su Iblis tua itu tidak mempunyai tujuan
yang tertentu. Dimana ada orang gagah dari rimba persilatan, di situ ia muncul, lalu terbitkan huruhara.
Kalau mandah terhina olehnya, ia dapat mengampuni jiwa orang itu, kalau tidak suka di hina,
ia lalu binasakan!" jawab kim Coa Nio-Nio.
Baru Cu Su hendak menyahut, tiba-tiba terdengar suara Si Botak: " Suhu! suhu lihat bidadari!
Bidadari!"
Semua orang menengok ke arah yang di tunjuk Si Botak, ternyata seorang wanita muda yang
cantik yang melayang turun dari atas bukit. Semua orang kembali pada terkejut, mengapa wanita
siluman yang sudah lama tidak kedengaran namanya ini muncul kembali"
Melihat kedatangan wanita cantik itu. Orang-orang itu, kelihatannya lebih takut daripada Kow
Low sin ciam. Dengan cepat mereka pada lari ke dalam kuil, hanya tertinggal Kim coa nio-nio
seorang. Betulkah mereka takut padanya" Tidak! mereka hanya tidak sudi melihat dandanannya yang
tidak patut! Wanita yang baru datang itu adalah Khu Leng Lie. Setelah melakukan perbuatan mesum
dirimba Pek-Liong-Po dengan Siao Pek Sin, Khu Leng Lie merasa puas.
Ia tidak tahu Siao Pek Sin bukan Kim Houw, tapi Siao Pek Sin tahu kalau sedang menjalankan
peran sebagai Kim Houw. Sebab ia telah saksikan sendiri Kim Houw bersama Khu Leng Lie
pernah muncul bersama di Pek-Liong-Po.
Sehabis melakukan perbuatan durhaka itu, Siao Pek Sin kembali ingat Kim Houw. Ia lantas
mencari dan memanggil-manggil, tapi Kim Houw sudah pergi jauh!
Siao Pek Sin anggap Kim Houw sudah pulang sendirian ke Pek-liong-po maka lantas ajak Khu
Leng Lie pulang. Tapi di Pek-liong-po juga tidak menemukan bayangan Kim Houw. Siao Pek Sin
menunggu lagi satu hari, masih tidak kelihatan Kim Houw pulang, ia baru merasa gelisah!
Berbareng dengan itu, Pek-liong-ya setelah mengetahui bahwa wanita cantik yang dibawa
pulang oleh Siao Pek Sin adalah Khu Leng Lie yang namanya menggegerkan jagat, ia lantas
marah-marah dan mendamprat Siao Pek Sin.
Tapi Siao Pek Sin sudah mabuk oleh kecantikan Khu Leng Lie, tidak mau percaya Khu Leng
Lie adalah wanita genit yang namanya sangat tersohor itu. Disamping itu orang-orang di Pek-liongpo
juga makin lama makin sedikit, hingga ia merasa agak masgul.
Dengan alasan hendak mencari Kim Houw ia bersama Khu Leng Lie pergi meninggalkan Pekliongpo. Tidak nyana, dengan tidak sengaja mereka telah tiba di kuil Han-pek-cin-koan.
Ilmu lari cepat Siao Pek Sin jauh lebih rendah daripada Khu Leng Lie. Maka ketika Khu Leng
Lie keluarkan kepandaiannya lari pesat, sebentar saja Siao Pek Sin sudah ketinggalan jauh sekali.
Ketika berada di puncak gunung Khu Leng Lie dapat melihat ditengah-tengah bukit itu ada kuil
tua dan bayangan orang. Ketika masih jauh ia sudah mendengar si botak menyebut dirinya
bidadari, ia merasa girang dan sangat bangga.
Tapi ketika ia tiba di depan pintu kuil, orang yang berdiri di depan pintu ternyata seorang nenek
rambut putih. Khu Leng Lie tak kenal Kim Coa Nio-nio, tapi Kim Coa Nio-nio kenal padanya.
Empat puluh tahun berselang, Khu Leng Lie sebenarnya sudah beberapa kali pernah bertemu
dengan Kim Coa Nio-nio, satu sama lain sudah saling mengenal. Tapi kini empat puluh tahun
kemudian, Kim Coa Nio-nio sudah menjadi seorang nenek, sedang Khu Leng Lie masih tetap
seperti Khu Leng Lie pada empat puluh tahun yang lampau, sedikitpun tidak berubah, wajahnya
tetap cantik, kelakuannya tetap genit.
Kim Coa Nio-nio begitu melihat Khu Leng Lie, lalu berkata dengan suara gemas: "Perempuan
cabul apa perlumu datang kemari" Lekas pergi !"
Begitu bertemu muka lantas didamprat, sudah tentu Khu Leng Lie gusar. Maka lantas
menyahut sambil ketawa dingin: "Perempuan cabul" Siapa yang kau maksudkan dengan
perempuan cabul" Kau tidak kacai dirimu sendiri, seharusnya kaulah yang pantas mendapat
gelaran itu!"
"Aku tidak perlu adu mulut dengan kau, itu cuma membikin kotor mulutku dan menodakan
nama baikku. Aku hanya menanya kau, apa perlumu datang kemari" Kalau tidak ada urusan,
lekas pergi saja paling baik. Di sini semuanya orang-orang yang kau tidak boleh anggap
sembarangan !"
"Apa artinya nama baik" Berapa harganya nama baik per tail" Kedatangan nyonyamu kemari,
boleh dikata ada urusan tapi juga boleh dikatakan tidak. Bagi kau seorang nenek yang wajahnya
jelek seperti setan, kau masih tidak ada hak untuk mengetahuinya!"
Sehabis berkata, Khu Leng Lie dengan lenggang-lenggok masuk ke dalam kuil.
"Aku nasehati kau, lebih baik kau jangan masuk !" kata Kim Coa Nio-nio sambil ketrukkan
tongkatnya ke tanah.
Khu Leng Lie ketika mendengar suara tongkat yang diketrukkan di tanah, ternyata bukan suara
dari besi atau baja, juga bukan suara kayu. Ia lalu mengawasi sejenak bentuk tongkat itu.
Warnanya kuning bersinar, kiranya terbikin dari emas murni.
Melihat tongkat emas itu, Khu Leng Lie terperanjat dan lantas berseru: "Aaaa! kiranya kau
adalah Kim Coa cici, sudah banyak tahun kita tidak bertemu, kau ternyata masih belum mati!"
Ucapan Khu Leng Lie ini mula-mula kedengarannya mesra, tapi pada akhirnya sangat tidak
sedap didengarnya.
Karuan saja, ketika mendengar perkataan itu Kim Coa Nio-nio lantas naik darah.
"Siapa sudi mempunyai kenalan perempuan cabul" Siapa sudi kau panggil cici segala" Aku si
nenek belum mau mati, kau tak usah kuatir. Kalau kau memaksa hendak masuk dengan
menggunakan kekerasan, hari ini adalah kau yang akan mati, bukan aku!"
Khu Leng Lie tertawa dingin: "Astaga Enci Kim Coa, perlu apa kau berlaku begitu galak"
Sudah banyak tahun tidak saling bertemu, kita bercanda dan berlaku sedikit mesra tokh juga
sudah seharusnya. Kau tidak ijinkan aku masuk, masa iya seorang nenek seperti kau masih mau
keram laki-laki ?"
Perkataannya itu kembali pertamanya manis dan kemudian pahit, mula-mula mesra kemudian
beracun, sehingga membuat Kim Coa Nio-nio bertambah gusar, Ia juga tidak mau menjawab lagi,
sembari ketrukkan tongkatnya, lantas lompat menerjang !
Tiba-tiba terdengar suara ketawa merdu, kedengarannya seperti di tengah udara. Itu adalah
tawanya Khu Leng Lie, dengan kegesitannya yang luar biasa sudah mengegoskan serangan Kim
Coa Nio-nio, kemudian terus, melayang masuk ke dalam kuil.
Kim Coa Nio-nio sangat murka, dengan perdengarkan siulan nyaring, ia mengejar masuk.
Di luar dugaan, ketika Kim Coa Nio-nio berada dalam kuil Khu Leng Lie sudah melesat keluar
lagi. Kim Coa Nio-nio sangat heran. Ia sengaja nontonkan kepandaiannya atau hendak memainkan
diriku" Tapi ketika ia mengawasi Khu Leng Lie, ia lihat wanita genit itu tengah berdiri kesima di
depan pintu sambil memandang gambar tengkorak. Maka dalam hatinya lantas berpikir "kiranya
kau juga satu gambar tengkorak itu?"
"Perempuan cabul" Sudah tahu" Sebaiknya lekas pergi jauh-jauh dari sini!" demikian kata Kim
Coa Nio-nio. (Bersambung ke Jilid 17)
Jilid 17 Khu Leng Lie sebetulnya sudah dibikin kesima oleh gambar tengkorak itu, kini setelah dimaki
oleh Kim Coa Nio-nio, malah seperti dibikin sadar! Ia lalu tertawa terkekeh dan berkata: "Aku" Aku
justru tidak takut dia! Kau lihat siapa pengawalku!"
Sehabis berkata Khu Leng Lie bersiul nyaring, sehingga terdengar sampai sejauh beberapa li.
Sehabis bersiul, ia berkata pula kepada Kim Coa Nio-nio: "Kalau dilihat tanda gambar yang
ditinggalkan oleh si setan tua, siang atau malam pasti dia akan datang. Ada seorang yang mampu
menghadapi dia dengan aku berdua, kalau hendak menyingkirkan si setan tua, sungguh mudah
sekali. Bukankah kau hendak mengusir aku" Tapi sekarang mungkin kau memerlukan bantuanku!"
Mendengar itu, Kim Coa Nio-nio lalu berpikir: itu memang ada benarnya. Kalau betul ada orang
yang mampu menghadapi si setan tua itu, membiarkan perempuan cabul ini di sini juga tidak
mengapa. biar bagaimana, kalau dibandingkan dengan setan tua, kejahatan perempuan cabul ini
masih tidak seberapa. Perkataannya harus kita timbang berat entengnya, baiklah ia berdiam di
sini. Tapi, sebelum ia membuka mulut, dari puncak gunung tiba-tiba terdengar suara siulan panjang
yang nyaring sekali, agaknya sebagai sambutan siulan Khu Leng Lie tadi. Cuma suaranya lebih
kuat dan nyaring dari pada Khu Leng Lie, terus terang kekuatan lwekang orang itu masih di atas
Leng Lie. Kim Coa Nio-nio mendengar suara itu bukan main kagetnya sebab suara itu dikenalnya betul
sebagai suara Siao Pek Sin. Ketika menoleh kearah datangnya suara itu, apa yang dilihat
memang benar saja dia!
Leng Lie yang memperhatikan perubahan sikap Kim Coa Nio-nio tahu kelihaiannya Siao Pek
Sin, maka lalu berkata: "Kau tak usah kuatir, dia dan aku sudah cukup untuk menundukkan si
setan tua!"
Kepandaian Siao Pek Sin, Kim Coa Nio-nio tahu benar. Meski ia sudah mendapat warisan
pelajaran banyak orang, tapi karena terbatas dengan kekuatan tenaganya dan waktu yang terlalu
singkat, kalau dikatakan ia mampu menandingi Kouw Low Sin Ciam, biar bagaimana Kim Coa Nionio
tidak percaya. Maka lantas menyahut sambil tertawa dingin: "Heh! Heh! Aku kira orang lihai
bagaimana" Kiranya adalah dia! Kalau hanya kepandaian dia yang cuma begitu saja, juga mampu
menandingi setan tua itu, orang begituan di sini masih banyak sekali jumlahnya!"
Leng Lie tidak tahu kalau Kim Coa Nio-nio sudah kenal Siao Pek Sin, lebih tidak tahu kalau
Siao Pek Sin adalah tiruan dari Kim Houw, mendengar Kim Coa Nio-nio mengejek, dia masih
mengira kalau Kim Coa Nio-nio tidak pandang padanya.
"Hemm! Kau jangan pandang rendah dia," katanya, "Aku sudah melihat dengan mata kepala
sendiri, di Pek Liong Po ia pernah bertempur dengan Kouw Low Sin Ciam si setan tua....."
Belum habis ucapan Leng Lie, Siao Pek Sin sudah berada disampingnya. Kim Coa Nio-nio
ketika bertemu dengan Siao Pek Sin dalam hati merasa agak tidak enak, karena biar
bagaimanapun ia seorang yang mempunyai nama dan kedudukan yang baik, ternyata akhirnya
mengingkari sumpahnya sendiri, meninggalkan Siao Pek Sin. Kalau Siao Pek Sin menegur dirinya
dengan perkataan pedas, mungkin ia merasa sangat malu!
Siapa kira, Siao Pek Sin begitu tiba, pertama-tama yang ia lihat adalah gambar kepala
tengkorak yang menggigit anak panah. Melihat tanda yang menakutkan itu, seketika lantas
terbang semangatnya. Buru-buru ia menarik tangan Leng Lie seraya berkata: "Pergi! Mari kita
lekas pergi! Kita tidak bisa berdiam di sini lebih lama lagi!"
Siao Pek Sin bukan cuma takut dengan gambar tengkorak itu saja, juga adanya Kim Coa Nionio
di situ membuatnya kaget. Sebab Kim Coa Nio-nio dengan Kim Lo Han dan kawan-kawannya
merupakan orang-orang satu rombongan, maka dengan beradanya Kim Coa Nio-nio di situ, sudah
tentu yang lainnya juga berada di itu. Sedang orang-orang itu semua adalah musuhnya,
bagaimana ia tidak kaget"
Leng Lie yang tidak mengetahui hal ihwalnya sudah tentu merasa heran, maka ia lalu
bertanya: "He! Bagaimana kau mendadak takut padanya?"
Memang benar Siao Pek Sin takut pada gambar tengkorak itu, tapi pada saat itu tidak boleh
tidak ia harus berlagak sebagai jagoan.
"Aku" Yang kutakut" Cuma karena aku masih ada urusan penting, jadi tidak bisa berhenti
lama-lama di sini!" demikian jawabnya.
"Kalau benar kau tidak takut, perlu apa harus pergi" aku justru hendak menempur dia, sebab
satu hari saja dia belum dapat disingkirkan dari dunia ini, hatiku masih merasa belum aman!"
Pada saat itu, Peng Peng muncul dari dalam!
Siao Pek Sin yang melihat Peng Peng dalam keadaan rambut terurai panjang, mengenakan
pakaian putih dan berjalan seperti tidak menginjak tanah, seolah-olah siluman, bukan kepalang
kagetnya! Dalam otak Siao Pek Sin, Peng Peng sudah lama binasa, dan apa yang dilihat di depan
matanya, ia anggap sebagai setan penjelmaannya yang datang hendak minta ganti jiwa. Berpikir
demikian, Siao Pek Sin ketakutan sendiri, keringat dingin mengucur dengan deras!
"Kau....kau.....kau....setan atau manusia?" seru Siao Pek Sin.
Peng Peng tidak menyahut, ia tetap seperti jalan melayang, menghampiri Siao Pek Sin! Khu
Leng Lie yang menyaksikan keadaan demikian, dalam hati merasa makin heran.
"Apa kau kenal dia" Dia istrimu atau bekas gendakmu?" tanyanya kepada Siao Pek Sin
dengan penuh rasa cemburu.
Siao Pek Sin sudah terbang semangatnya, bagaimana bisa dengar" melihat Peng Peng
memandang kepadanya dengan sorot mata benci, benar-benar dianggapnya hendak minta ganti
jiwa padanya, maka setelah menjerit keras, ia lantas balikkan tubuhnya dan lari terbirit-birit.
Mendadak beberapa bayangan orang melayang turun dari atas, merintangi perjalanannya.
Ketika Siao Pek Sin pentang matanya, mereka itu adalah Tiong Ciu Khek dan ketua serta wakil
ketua Partai Sepatu Rumput bersama kedua muridnya.
Siao Pek Sin mengenali orang-orang yang berada dihadapannya itu, kalau satu lawan satu,
siapa saja diantara mereka, ia tidak takut, bahkan merasa lebih unggul. Kalau satu lawan dua,
meski belum tentu bisa menang juga belum tentu kalah. Karena ia sudah mempelajari bermacam
ilmu silat yang merupakan ilmu silat pilihan dalam rimba persilatan, begitu pula yang memberikan
pelajaran kepadanya, juga merupakan tokoh-tokoh terkenal dalam dunia kangouw.
Sekarang bukan saja satu lawan tiga, bahkan masih ada dua anak muda lagi, dan apa yang
lebih menakutkan, ialah Peng Peng yang belum diketahui benar setan atau manusia.
Mendadak ia ingat Kim Houw. Maka lantas berlagak dengan tenang dan berkata: "Hm, apa
kalian kira dengan kekuatan kalian semua dapat menggertak aku Pek Leng Ji" Kalian mempunyai
kepandaian apa" boleh coba keluarkan semua!"
Tiong Ciu Khek segera maju setindak, sambil tertawa dingin ia menyahut: "Siao Pek Sin, kau
jangan menipu pakai nama orang. Kau sekarang sudah masuk perangkap, tidak ada jalan keluar
bagimu lagi. Maka hari ini pada tahun depan adalah hari ulang tahun kematianmu!"
Siao Pek Sin yang mendengar Tiong Ciu Khek sudah mengenali dirinya, mau tidak mau kaget
juga. Pada saat itu, Peng Peng mendadak buka mulut dan berkata: "Siao Pek Sin! Aku Touw Peng
Peng dengan kau tidak mempunyai ganjalan permusuhan, mengapa kau menggunakan api
hendak membakar aku. Hari ini kau sudah berada di sini, suatu bukti bahwa dosamu sudah
melewati batas, kenapa kau tidak lekas serahkan jiwamu!"
Baru saja Peng Peng tutup mulut, kembali terdengar suara pekikan yang seram dan pilu!
Suara itu adalah suara Sun Cu Hoa yang kala itu tengah mendongak ke langit dan berkata:
"Yaya, ayah, ibu dan saudara-saudaraku, roh kalian dialam baka, harap saksikan hari ini Sun Cu
Hoa hendak menuntut balas untuk kalian!"
Sehabis mengucapkan perkataannya, ia lantas menyerang dengan segumpal jarum peraknya,
bagaikan turun hujan melesat ke arah Siao Pek Sin.
Tiba-tiba, sesosok bayangan putih dengan kecepatan bagaikan kilat memapaki jarum-jarum
itu, setelah bayangan itu lewat, jarum-jarum itu mendadak lenyap juga, dan tidak ada sebatang
pun yang mengenai diri Siao Pek Sin.
Sun Cu Hoa terperanjat, ketika ia membuka matanya untuk melihat siapa adanya bayangan
putih itu, ternyata bukan lain adalah Khu Leng Lie yang dengan kain putihnya menyambuti
serangan jarum itu.
"Kalian juga terhitung tokoh-tokoh terkemuka di kalangan kangouw, tapi mengapa mengerubuti
seorang bocah" Apa kalian tidak merasa malu pada diri sendiri" Sedang aku sendiri yang
menyaksikan merasa tidak ada muka untuk menemui orang!" demikian kata Leng Lie sambil
tertawa dingin.
"Manusia yang tidak lebih berharga daripada binatang seperti dia ini, siapa saja boleh
mengambil jiwanya. Terhadap orang yang menodai nama kangouw, perlu apa memakai peraturan
kangouw" Sekalipun dikerubuti oleh sepuluh kali lipat jumlah dari kami juga tidak apa!" jawab Cu


Istana Kumala Putih Karya O P A di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Su. "Bagus benar! Kalian hendak merebut kemenangan dengan mengandalkan jumlah banyak dan
toh masih ajukan alasan yang gilang gemilang! Jangan kira bahwa kalian orang-orang gagah yang
sudah menganggap diri jago, siapa yang takut pada kalian?" kata Leng Lie dingin.
Kim Coa Nio-nio yang tadinya berada bersama-sama Leng Lie, saat itu juga sudah mengejar
wanita genit itu.
"Perempuan cabul! Kau juga jangan sombong. Aku akan menghadapi kau lebih dulu!"
demikian katanya.
Begitu berada di depan Leng Lie, Kim Coa Nio-nio lantas membabat dengan tongkatnya.
Serangan itu menggunakan delapan puluh persen tenaganya, sebab posisi Leng Lie
berdampingan dengan Siao Pek Sin, ia ingin sekaligus mengenai dua sasaran itu.
Siapa kira, begitu tongkat sampai, manusia yang dijadikan sasarannya itu lenyap, keduaduanya
bergerak secara luar biasa gesitnya.
Kim Coa Nio-nio dalam hati merasa kaget, selagi ia hendak memutar badannya, dari belakang
tiba-tiba dirasakan angin dingin menyerang dirinya. Kim Coa Nio-nio tanpa menoleh, segera
menyapu dengan tongkatnya untuk menyambut serangan lawan.
Suara nyaring beradunya senjata lantas terdengar, dibarengi muncratnya bunga api.
Kiranya Siao Pek Sin telah lompat melesat menghindarkan serangan Kim Coa Nio-nio, lalu
menghunus pedangnya dan menyerang dari belakang.
Sebentar saja, Siao Pek Sin dan Kim Coa Nio-nio sudah bertempur sepuluh jurus lebih.
Leng Lie yang menyaksikan Siao Pek Sin sedang bertempur dengan serunya melawan Kim
Coa Nio-nio, dengan matanya yang genit mengamati orang-orang yang berada dalam kalangan.
Kecuali beberapa laki-laki yang sudah pada lanjut usia, cuma ada satu pemuda yaitu Sun Cu Hoa
yang gagah dan tampan wajahnya, lalu timbullah rasa sukanya.
Dengan gerakan yang enteng sekali ia sudah berada di depan Sun Cu Hoa.
Ia memandang Sun Cu Hoa sejenak, melihat sepasang matanya yang melotot dan wajahnya
yang gusar, tapi si genit tidak perdulikan itu, malah unjukkan senyumannya yang menggiurkan
serta berkata dengan suara yang sangat merdu :" Mengapa begitu gusar" Apa kau masih merasa
sayang dengan senjatamu yang tidak berguna itu" Nah aku kembalikan padamu!"
Ia lalu kebutkan kain putihnya, hingga senjata jarum perak itu tersebar di tanah!
Sun Cu Hoa yang sudah panas hatinya, melihat Leng lie menyambuti serangan jarumnya,
dalam hati semakin gusar, dan kini berdiri didepan matanya, bagaimana ia dapat mengendalikan
amarahnya" Maka tanpa menjawab ia lantas hunus pedangnya dan menikam dada Leng Lie.
Dengan tenang Leng Lie menyambut serangan Sun Cu Hoa, ia tidak mau berkelit barang
setindak pun bahkan ia membuka kain yang menutupi tubuhnya, sehingga buah dadanya yang
indah terpampang dengan jelas. Dengan sikap menantang ia pentang dadanya, seolah-olah
bersedia ditikam oleh ujung pedang Sun Cu Hoa.
Sun Cu Hoa adalah seorang pemuda yang masih belum kenal kemaksiatan dunia, melihat
pemandangan demikian, hatinya mendadak menjadi lemas, sehingga tidak mampu meneruskan
tikamannya, sedang wajahnya merah seketika.
Si botak yang berdiri disamping Sun Cu Hoa, tidak mengerti kalau Sun Cu Hoa tidak tega hati
menikam Leng Lie, melihat Sun Cu Hoa hentikan serangannya, buru-buru ia berseru :" Saudara
Sun Cu Hoa, mari kubantu kau!"
Kekuatan tenaganya luar biasa dan memang pembawaan dari alam, ia berlatih ilmu silat cuma
dengan menggunakan sepasang tangan kosong. Dengan tangan kosong ini, ia menyerang dengan
hebat kepada Leng lie.
Ibarat tikus yang tidak takut macan, begitulah keadaan si botak waktu itu. Ia andalkan
kekuatannya yang luar biasa, tidak perdulikan lawannya seorang wanita cantik molek bagaikan
bidadari, ia telah turun tangan dengan tidak kenal kasihan!
Namun, baru saja melancarkan serangannya, tiba-tiba terdengar suara Tok Kai berteriak
padanya: "Botak hati-hati!"
Si botak masih belum mengerti apa maksud suhunya, tiba-tiba ia merasa tangannya sudah
terlibat oleh kain kerudung Leng Lie, sekali sentak badannya sudah terbang melayang setinggi tiga
tombak. Untung kepandaian ilmu silatnya sudah maju pesat, merasa dirinya dalam bahaya, ia lantas
jumpalitan ditengah udara sehingga tidak sampai terbanting ke tanah.
Sun Cu Hoa yang sudah jadi teman akrab dengan si botak sangat marah menyaksikan
kawannya itu dilontarkan keudara oleh Leng Lie, gara-gara hendak membelanya. Tanpa
perdulikan ia berhadapan dengan wanita cantik, pedangnya kembali diangkat untuk menikam!
Leng Lie rupanya sudah dapat menebak pikiran Sun Cu Hoa, dengan manis sekali ia dapat
mengelit serangan itu, "Astaga, mengapa kau begitu kejam?" katanya, air mukanya tersenyum
menggiurkan. Sun Cu Hoa tidak menghiraukan aksinya si genit, ia melancarkan serangan bertubi-tubi. Ia
sudah nekat, segala kepandaiannya yang didapatkan dari suhunya telah ia keluarkan.
Tapi, betapapun hebat serangannya, Leng Lie tidak pernah balas menyerang.
Dengan gerak badannya yang lincah, ia berkelebatan diantara sinar pedang Sun Cu Hoa,
kadang-kadang menowel pipi dan mulut Sun Cu Hoa dan mengeluarkan kata-kata nakal, sehingga
Sun Cu Hoa cuma bisa kertak gigi saja saking sengitnya.
Dilain pihak, pertempuran antara Siao Pek Sin dengan Kim Coa Nio-nio, baru sepuluh jurus
lebih Siao Pek Sin sudah berada di atas angin. Tapi ia tetap tidak berani mendekati Kim Coa Nionio,
karena ia tahu benar bahwa nenek itu masih mempunyai senjata yang lihai, yaitu ular
emasnya yang kini masih belum dikeluarkan!
Oleh karenanya, setelah lewat sepuluh jurus, pertempuran masih kelihatan seimbang.
Selagi pertempuran berjalan dengan serunya, diudara tiba-tiba terdengar suara pekikan aneh,
sungguh tidak enak didengar.
Suara itu lalu disusul oleh munculnya sinar api berwarna biru, yang melesat ke udara. Diantara
gumpalan api warna biru itu, muncul panah tengkorak yang sangat menakutkan.
Cu Su yang melihat hal itu, lantas berseru: "Lekas! Lekas bereskan bocah itu dulu!"
Tepat pada saat itu, Tiong Ciu Khek dan Tok Kai telah menyerbu dengan berbareng. Sedang
Kim Coa Nio-nio lantas mundur untuk menghadapi Leng Lie. Itu adalah siasat yang sudah
direncanakan sejak semula oleh mereka.
Tapi aneh, ketika Cu Su bertiga menyerbu Siao Pek Sin, Leng Lie nampaknya anggap sepi
saja, ia masih tetap menggoda Sun Cu Hoa.
Dengan demikian, sudah tentu Siao Pek Sin yang sendirian menghadapi tiga tokoh ternama
itu, baru lima jurus saja ia sudah kecapaian, maka ia lalu berseru pada Leng Lie: "Enci! Enci!
Lekas bantu aku!"
Begitu lengah, lengan bajunya sudah dibuat berlubang oleh ujung pedang Cu Su, untunglah
tidak mengenai kulitnya.
Menoleh sajapun tidak, Leng Lie hanya menjawab: "Adik! Dimana senjata pecutmu yang sakti!
Kenapa sayang kau keluarkan?"
Sayang" Apa yang disayang" Darimana Siao Pek Sin bisa keluarkan senjata pecut"
Dalam keadaan gelisah, gerakan Siao Pek Sin semakin ngawur. Tidak lama kemudian
tubuhnya sudah terluka ditiga tempat oleh senjata-senjata musuhnya, lengan dan pahanya telah
tertikam oleh pedang, sedang bahunya kena dihajar oleh sepatu rumput Tok Kai!
Serangan Tok Kai itu justru yang paling berat, badannya sempoyongan, gerak kakinya sudah
kalut, nampaknya sudah akan binasa di bawah pedang-pedang musuhnya!
Khu Leng Lie baru sadar kesalahannya, ia lalu putar tubuhnya hendak memberi pertolongan.
Mendadak ia lihat tongkat emas Kim Coa Nio-nio sudah terbuka kepalanya, dari situ muncullah
kepala seekor ular emas, siap sedia hendak menerkam mangsanya.
Melihat ular kecil itu, Leng Lie diam-diam mengeluh, karena ia juga tahu kelihaian ular emas
itu. Dengan susah payah Siao Pek Sin mempertahankan diri, kembali dua tikaman pedang
bersarang ditubuhnya, sehingga tubuhnya sudah berlumuran darah. Dalam keadaan putus asa, ia
sudah hendak mengambil keputusan nekad, ia hendak menggorok lehernya sendiri!
Tiba-tiba terdengar suara ketawa dingin yang disusul dengan perkataan yang seram:
"Sungguh besar nyalinya kawanan anjing ini, semua berhenti!"
Suara itu datangnya seperti dari udara, tapi siapapun yang mendengarnya, telinga lantas
merasa berdengung, bahkan agaknya mengandung wibawa yang begitu besar, sehingga tanpa
diminta untuk kedua kalinya, orang-orang yang sedang bertempur itu lantas hentikan pertempuran.
Siao Pek Sin yang sedang angkat pedang untuk menggorok lehernya sendiri, segera urungkan
maksudnya. Dengan demikian, suara itu berarti telah menolong jiwa Siao Pek Sin.
Ia lalu menengok ke arah datangnya suara tadi, di suatu tempat kira-kira tujuh sampai delapan
Rajawali Hitam 6 Musuh Dalam Selimut Karya Liang Ie Shen Panji Sakti 3

Cari Blog Ini