Ceritasilat Novel Online

Istana Kumala Putih 7

Istana Kumala Putih Karya O P A Bagian 7


yang demikian hebat. Terutama kepandaian Kim Houw menotok orang-orangnya tadi benar-benar
merupakan kepandaian ilmu silat yang sudah tiada taranya.
Karena orang-orang yang tertotok sudah tidak bisa bergerak semuanya, ia yang bertindak
sebagai pemimpin rombongan, bagaimana tidak cemas"
Lagi pula dalam hutan belukar seperti ini, kepada siapa lagi ia akan minta bantuan.
Dalam keadaan demikian terpaksa ia harus tebalkan muka, untuk minta tolong kepada Kim
Houw. Di kemudian hari apabila Lo ceecu sesalkan perbuatannya, ia juga tidak mau ambil pusing.
Yang penting adalah jiwa kawan-kawannya.
Kim Houw meski berlaku galak, tapi jawabannya ternyata lunak.
"Aku juga tidak ada niat membuat susah kalian, kau tidak usah kuatir. Asal kau menjawab
terus terang semua pertanyaanku, aku tidak akan mencelakakan diri mereka, tapi kalau kau berani
berdusta, kau nanti akan rasakan sendiri akibatnya!" demikian jawabnya.
Mendengar jawaban Kim Houw, Ceng Phwee buru-buru berlutut lagi.
"Tuhan Allah yang Maha Esa, para dewa yang kebetulan lewat di sini, harap suka menjadi
saksi, aku Ceng Phwee akan menjawab dengan sejujurnya, atas semua pertanyaan yang akan
diajukan oleh Kim siauhiap. Jika ada sepatah saja yang bohong, biarlah Ceng Phwee mati binasa
di bawah hujan golok, sehingga tidak bisa kembali ke Ceng-kee-cee," demikian
Ceng Phwee melakukan sumpah berat. Sekali lagi ia manggut-manggut di hadapan Kim Houw
kemudian berkata pula: "Kim-siauhiap, sekarang tentunya siauhiap boleh percaya kepada Ceng
Phwee?" "Baiklah, sekarang aku hendak tanya, kemana perginya Lo Ceecu?"
"Ke Pek-liong-po!" jawabnya.
Pek-liong-po" Pikir Kim Houw, mungkin benar, Ceng Ceng juga mengatakan bahwa Peng
Peng dibawa ke Pek-liong-po. Pantasan Lie Cie Nio dan To Pa Thian ketika hendak menutup mata
pernah mengucapkan kata-kata Pek.....Pek.....Pek saja, kiranya yang dimaksud adalah Pek-liongpo.
"Tahukah kau, bahwa kemarin sebelum Ceng-kee-cee melakukan upacara sembahyang, dan
setelah nona baju merah dibawa kabur, kemudian datang lagi rombongan orang-orang, sekarang
dimana orang-orang itu?" tanya pula Kim Houw.
"Kemudian keluarga Teng dari Im-hong-ciong telah datang ke Ceng-kee-cee membikin ribut,
Lo Ceecu karena takut kepada Teng kie Liang dari keluarga Teng, tidak berani menahan si nona
baju merah. Sebetulnya ia sendiri juga tidak tahu kalau nona itu dari keluarga Teng, kalau tahu,
sudah tentu siang-siang sudah diantar pulang. Orang-orang yang kemudian datang ke Ceng-keecee,
aku melihat ada seorang pengemis tua, dua orang tua yang usianya kira-kira lima puluh tahun
ke atas, seorang hwesio yang tubuhnya tinggi besar dan seorang nenek yang rambutnya sudah
putih semua. Selain itu masih ada lagi seorang muda yang kepalanya botak, tapi tenaganya besar
bukan main serta seorang pemuda yang amat galak.
Orang-orang itu begitu tiba di Ceng-kee-cee, lantas menerjang ke tangga batu dan bicara
dengan Lo Ceecu. Kala itu aku berdiri agak jauh, hingga tidak dapat mendengar jelas pembicaraan
mereka, aku hanya tahu belum bicara beberapa lama lantas saling hantam!"
Ceng Phwee tadi meski tidak menyebutkan namanya, hanya melukiskan bentuknya, tapi Kim
Houw sudah tahu siapa yang dilukiskan oleh Ceng Phwee. Pengemis tua itu adalah Sin-hua dan
Tok-kai, kedua orang tua itu adalah Cu Su dan Tiong Ciu Khek, nenek rambut putih itu adalah Kim
Coa Nio-nio sedang kedua anak muda itu bukan lain adalah si botak dan Sun Cu Hoa.
Mereka bisa masuk ke Ceng-kee-cee, kalau begitu mereka tidak mengalami gangguan dari
serangan laba-laba beracun didalam rimba, lalu ia bertanya lagi: "Setelah bertempur, bagaimana
kesudahannya?"
"Lo Ceecu kita tinggi sekali kepandaiannya, terutama istrinya ceecu. Tapi rombongan itu
ternyata juga bukan orang-orang sembarangan. Seorang tua yang wajahnya merah bertempur
dengan Lo Ceecu setengah harian, masih belum ketahuan siapa yang menang dan siapa yang
kalah, kemudian aku dengar bahwa orang yang wajahnya merah itu adalah ketua partai sepatu
rumput Cu Su."
"Nyonya Lo ceecu kami juga bertempur dengan si pengemis, tapi ia bukan tandingan Nyonya
Lo Ceecu, setelah seratus jurus lebih, pengemis tua itu lantas mulai keteteran. Tapi sepasang
sepatu bututnya, ternyata lebih lihai daripada senjata pasir hitam nyonya Lo Ceecu, sehingga
akhirnya tidak ada yang menang dan yang kalah."
"Pasangan lainnya ialah adik perempuan nyonya Lo Ceecu kami, Cey-hua Kui-bo dengan si
nenek berambut putih, mereka juga lawan berimbang."
"Pada akhirnya, Lo Ceecu sudah memuncak amarahnya, maka lantas memancing mereka
kedalam lembah Hui-hun-kok. Dalam gunung ini sebetulnya masih ada lagi sebuah lembah ular,
tapi sayang ular yang jumlahnya puluhan ribu itu, pada suatu hari telah digiring oleh seorang
penjinak ular, entah kemana."
"Lembah Hui-hun-kok juga cukup lihai, lembahnya sempit, kedua tebingnya tinggi sekali,
sehingga menutupi mulut lembah. Jika batu besar digelindingkan ke bawah, sekalipun dewa juga
sukar untuk meloloskan diri."
Di satu bagian dari lembah tersebut terdapat tangga, jika orang-orang fihak sendiri sudah naik
ke atas, tangga itu lantas diangkat, ketika orang-orang dari pihak lawan tiba ditempat tersebut,
sudah tidak keburu naik tangga itu.
Selagi Lo Ceecu memancing mereka ke lembah tersebut, mulut lembah baru saja tertutup
dengan batu, tepat pada saat itu, Hui-thian Go-kang Teng Kie Liang telah tiba. Ia sebetulnya
hendak mencari setori dengan Lo Ceecu, tapi ketika menyaksikan didalam lembah ada begitu
banyak orang, ia lantas tertawa terbahak-bahak. Bukan saja tidak mencari setori dengan Lo
Ceecu, malah membantu pihaknya, dengan menggunakan batu-batu besar yang berada didalam
lembah itu, orang-orang itu terpaksa melompat kesana-sini untuk menghindarkan diri dari
kematian. "Tidak lama setelah Hui-thian Go-kang berlalu, orang-orang didalam lembah tiba-tiba
menghilang. Sedangkan Lo Ceecu sendiri setelah meninggalkan beberapa orang untuk menutup
jalan keluar lembah tersebut, ia juga ajak kami pulang."
"Siapa sangka, dalam perjalanan pulang, kami berpapasan dengan orang-orang itu lagi.
Mereka bukan saja tidak terluka, bahkan lebih dulu dari kami keluar dari lembah, akhirnya timbul
lagi pertempuran hebat."
"Untung senjata rahasia pasir hitam nyonya Lo Ceecu sangat lihai, dengan beruntun telah
melukai tiga orang lawannya, oleh karena itu maka orang-orang tersebut lantas mundur, sedang
dipihak kami Ceng Cu Nio-nio dan Hey Hoa Kui-bo juga dilukai oleh seekor ular emas yang lihai
sekali." "Pada saat itu, orang-orang dari Pek-liong-po juga tiba, Lo Ceecu lantas suruh kita pulang dan
selanjutnya bagaimana, aku Ceng Phwee sudah tidak tahu lagi!"
Kim Houw yang mendengarkan cerita Ceng Phwee, sebentar-sebentar harus menghapus
keringat dingin ketika mendengar nyonya Lo Ceecu telah berhasil melukai tiga orang, perasaannya
semakin cemas, maka ia segera bertanya: "Tiga orang yang terluka ditangan nyonya Lo Ceecu itu
siapa" senjata pasir hitam itu bagaimana digunakannya" apakah ada racunnya?"
Ceng Phwee dipegang dengan kencang oleh Kim Houw, sehingga merasakan sakit setengah
mati. Maka dengan suara merintih ia minta diampuni. Setelah Kim Houw mengendorkan
tangannya, ia lalu menjawab :" Siapa tiga orang yang terluka itu, aku hanya dengar kabar saja,
tapi tidak melihat sendiri. Tentang rahasia pasir hitam, dia terbuat dari pasir hitam khusus dari
Teng-lay-san, namanya saja pasir tapi sebetulnya sebesar batu kerikil. Sebab dalam satu
genggaman dapat lebih dari satu maka dinamakan pasir. Pasir hitam telah diberi racun oleh Ceecu
hujin, bukan saja beracun bahkan luar biasa bekerjanya racun itu. Orang yang terkena senjata
tersebut dalam satu minggu, kalau tidak dapat obat pemunahnya yang khusus untuk racun itu,
akan segera binasa dalam keadaan hancur luluh daging dan kulitnya!"
Kim Houw tidak perlu bertanya lagi, ia lantas bebaskan mereka semuanya dari totokan,
akhirnya baru ia menanyakan perjalanan ke Pek-liong-po.
"Pek-liong-po tidak jauh dari kota Ceng-thia-san"
Kalau kau sudah sampai dikota Ceng-shia-san, tanya saja kepada penduduk disitu, tidak ada
seorangpun yang tidak tahu," kata Ceng Phwee.
Kim Houw haturkan terima kasih dan berlalu dengan tergesa-gesa. Ia tidak tahu siapa tiga
orang yang terluka itu, namun biar bagaimana orang-orang itu terluka karena membelanya, maka
dalam hati ia merasa sangat cemas.
Terutama ketika ia dengar bahwa senjata itu sangat berbisa, hatinya semakin gelisah, terluka
untuk ia, sudah membikin ia merasa tidak enak, apalagi jika sampai terjadi apa apa, bagaimana
besar kedudukannya dan merasa berdosa.
Saat itu, hari sudah gelap. Kim Houw dua hari dua malam tidak dapat mengaso dengan baik,
maka sudah mulai merasa letih, tapi ia masih terus lari menuju ke tujuannya.
Menjelang pagi, Kim Houw sudah tiba di mulut gunung. Meski ia mempunyai kepandaian dan
kekuatan melebihi manusia biasa, tapi selama dua hari dua malam tidak tidur dan mengaso, kini ia
benar-benar sudah mulai tidak tahan! Lantas ia mencari sebuah batu besar yang agak rata, untuk
duduk mengaso, memulihkan kembali tenaganya.
Tapi belum sempat duduk, matanya kembali dapat lihat lukisan tengkorak itu, merasa
menyesal kenapa barusan tidak menanya kepada Ceng Phwee, ia percaya Ceng Phwee pasti bisa
memberi jawaban yang memuaskan.
Kim Houw lantas mulai duduk untuk semedi guna memulihkan kekuatannya.
Ketika ia membuka matanya, dua jam telah berlalu. Matahari sudah mulai naik tinggi. Sehabis
melakukan semedi, Kim Houw nampak semangatnya pulih kembali.
Selagi hendak berbangkit, tiba-tiba menyambar senjata rahasia yang datang dari jurusan arah
belakang. Senjata rahasia itu datang cepat sekali, kekuatannya juga hebat.
Kim Houw terkejut, ia tidak berani menyambuti dengan tangannya, ia lompat melesat ke atas,
setelah berada di tengah udara, ia jumpalitan dan turun kembali.
Ketika ia melesat ke atas, telah dengar suara ledakan hebat, batu besar bekas tempat
duduknya tadi ternyata sudah meledak dan terbakar. Kim Houw kesima, untung ia tadi tidak
menyambuti dengan tangannya, kalau tidak tangan itu tentu sudah terbakar.
"Kawanan manusia terkutuk darimana berani berlaku begitu pengecut" Kalau kau ada satu
laki-laki, lekas unjukkan diri!" teriak Kim Houw.
Tiba-tiba terdengar orang tertawa bergelak-gelak, dari atas sebuah pohon telah melayang
turun satu orang yang tidak mirip dengan manusia, lebih mirip dikatakan bara arang yang menyala.
Tampak ia menggelinding di depan Kim Houw lalu berhenti sendiri, tapi nyatanya benar
manusia yang berbentuk bundar pendek dan gemuk, hingga mirip dengan satu balon.
Yang lebih aneh ialah, orang bulat cebol itu sekujur badannya mengenakan pakaian warna
merah darah, pada kedua pahanya yang pendek kasar, kelihatan beberapa lingkaran warna
merah, maka kalau berjalan atau melesat ke atas nampaknya seperti bara!
Kim Houw tadinya mengira ada sebuah bola api yang menggelinding, siapa tahu kalau ia
adalah manusia. Karena merasa geli, hampir saja ia ketawa.
Orang cebol itu begitu berada di depan Kim Houw, lantas membentak dengan suaranya yang
bengis: "Anak busuk, kiranya kau sudah bosan hidup! Hwee-tok Sin-kun (dewa api) hendak
bercanda dengan kau, mengapa kau berani berlaku kurang ajar" Hari ini kalau aku tidak beri
hajaran padamu, tentunya kau tidak akan tahu bahwa aku Hwee-tok Sin-kun ini orang apa?"
Sehabis mengucapkan perkataannya itu, Hwee-tok Sin-kun lalu ayun tangannya, kembali ada
senjata rahasia yang berwarna merah membara meluncur dari tangannya. Kali ini nampaknya
lebih hebat dan lebih pesat meluncurnya daripada yang duluan.
Nama Hwee-tok Sin-kun, Kim Houw belum pernah dengar, ia juga tidak tahu sampai dimana
lihainya orang yang bentuknya aneh itu. Tapi terhadap senjata rahasianya yang berupa api itu ia
tidak takut. "Hanya mengandalkan senjata rahasiamu yang tidak berarti ini, kau hendak melukai
siauyamu" Kau benar-benar mengimpi." demikian ia berkata.
Tepat pada saat itu, senjata rahasianya si cebol itu sudah tiba di depan Kim Houw, ia tahu
hanya sekali sentuh senjata apinya akan meledak, tapi ia masih coba ulur tangannya untuk
menyentil. Suara "Tak" terdengar nyaring, senjata itu lantas melesat ke udara dan meledak.
Kim Houw sendiri setelah menyentil senjata itu dengan jarinya, sudah lompat mundur jauhjauh.
Hwee-tok Sin-kun kembali perdengarkan suara ketawanya.
"Anak busuk, kiranya kau tidak takut. Coba sekali lagi!" katanya.
"Ser" senjata rahasia yang merah membara kembali meluncur dari tangannya.
Melihat itu, Kim Houw gusar dengan tiba-tiba. Ia anggap orang cebol jelek itu sungguh bandel
sekali, maka tanpa menunggu datangnya senjata tadi, ia sudah lompat melesat untuk memapak!,
selain menggunakan jari tangan untuk menyentil senjata rahasia si cebol, ia juga menggunakan
tangan kirinya untuk mengipasi, hingga api yang menyala hebat itu lantas tertiup balik. Hwee-tok
Sin-kun dengan tersipu-sipu lari mundur sendiri.
Hwee-tok Sin-kun meski lari mundur terbirit tapi ia masih bisa ketawa sembari ubat-abitkan
kedua tangannya. Beberapa puluh butir senjata berwarna merah membara segera berterbangan
ke depan, belakang kanan kiri badan Kim Houw. Dalam waktu sekejap saja, suara ledakan
terdengar berulang ulang, api berkobar keras mengurung diri Kim Houw.
Pada saat itu, dari bawah gunung terdengar suara nyaring: "Lau Sin-kun, jangan lepaskan
adanya, memang betul bocah itu!"
"Lau Leng kauw, aku Sin kun siang-siang memang sudah tahu kalau dia, kau tak usah kuatir,
ada aku Sin kun di sini, kiranya dia tidak bisa lari lagi!" jawab Hwee-tok Sin-kun sambil ketawa.
Sementara itu, kedua tangannya cepat mengambil senjatanya yang luar biasa itu dari dalam
kantong besar yang ada disampingnya yang saban-saban dilemparkan ke arah Kim Houw, hingga
api terus berkobar mengurung diri anak muda itu.
Pada saat mana, seluruh tubuh Kim Houw sudah terkurung oleh api yang berkobar keras
sampai bayangannya saja juga tidak kelihatan. Hwee-tok Sin kun dengan bangga berpaling
mengawasi Lau Leng-kau yang sedang naik ke atas bukit.
"Kalian berempat mengapa baru sekarang tiba, mana lagi tiga orang yang lainnya?" demikian
tanyanya. Orang yang dipanggil Lau Leng kau itu ternyata adalah Hui-thian Leng-kau dari Ceng-hongkau.
Dengan kecepatan bagaikan kilat Hui-thian Leng kauw, sudah berada di depan Hwee-tok Sin
kun. "Aaaa! mengapa kau bakar mata padanya" Kalau dia binasa, nona Kie tak dapat kita temukan
lagi. Jika Kaucu gusar, siapa yang harus memikul tanggung jawab ini?" Demikian katanya.
"Apa kau kata" Hal itu aku tidak mau tahu. Aku hanya mendapat perintah untuk menghadapi
dia, tapi tidak dijelaskan harus ditangkap hidup-hidup tidak boleh dibunuh mati. Tentang urusan
mencari nona Kie bukan urusanku. Hwee-to Sin-kun tidak membunuh mati orang, bagaimana bisa
mendapat julukan "Tok" jawab Hwee-tok Sin-kun.
"Sin-kun, aku mohon padamu, lekaslah padamkan apinya! Mungkin masih ada sedikit harapan,
untuk mendapatkan keterangannya. Kalau tidak, di dunia yang luas ini, kemana kita harus mencari
nona Kie?"
"Lau Leng kau, bagaimana sih anggapanmu tentang peluru api Hwee-tok Sin kun" Kalau tidak
padam sendiri, siapa saja jangan harap bisa memadamkan. Bocah itu barangkali sudah takdirnya
mati di tanganku."
Hui-thian Leng-kau tidak bisa berbuar apa-apa, dalam hari lantas berpikir: "Baiklah kalau aku
sudah melihat bangkainya, aku nanti limpahkan segala tanggung jawabnya di atas pundaknya.
Tiba-tiba dari bawah gunung terdengar pula suara orang yang memanggil-manggil, mereka itu
adalah tiga orang tua yang pernah mengejar nona Kie di tepi danau Thai-pek-ouw. Tiga orang tua
itu tiba di tengah bukit, segera menuju ke arah api berkobar.
Pada saat itu, dalam gumpalan api berkobar, tiba-tiba terlihat sinar hijau yang menaik tinggi ke
angkasa, Hwee-tok Sin-kun terperanjat, ia heran bagaimana bocah itu tidak mati terbakar"
Belum hilang rasa kagetnya sinar hijau itu mendadak meluas, satu bayangan orang melesat
keluar dari sinar tersebut dan meluncur setinggi sepuluh tombak, baru melayang turun.
Orang itu bukan lain daripada Kim Houw sendiri. Peluru apinya Hwee-tok Sin-kun, memang
tidak berdaya terhadap dirinya, kalau ia manda dibakar, itu disebabkan hendak mencoba-coba
sampai dimana kekuatannya ilmunya Han-bun-cao-khie, apa juga tidak takut api"
Begitu dicoba, benar saja bahwa ilmunya Han-bun-cao-khie sedikitpun tidak takut api-apinya
Hwee-tok Sin-kun meski lihai, tapi tidak berdaya mendekati badannya. Pada saat itu, ia dengar
pembicaraan antara Hwee-tok Sin-kun dengan Hui-thian Leng kauw, hingga ia mengetahui bahwa
Hwee-tok Sin-kun ternyata ada orangnya Ceng Hong-kau.
Sehabis mendengarkan pembicaraan mereka Kim Houw lalu mengerahkan ilmunya Han-buncaokhie, ia ayun tangannya ke atas, api yang sedang berkobar hebat itu lantas mendadak pudar
dan ia melesat ke luar dari dalam api.
Setelah berada di tanah, Kim Houw lalu berkata kepada mereka: "Aku kira siapa, tidak tahunya
orang-orang Ceng-hong kauw. Kau Hwee-tok Sin-kun sudah membakar diriku setengah harian,
kalau aku tidak membalas melakukan apa-apa, bukankah itu suatu perbuatan kurang sopan?"
Mendengar itu, Hwee-tok Sin-kun terkejut, tapi wajahnya masih bisa ketawa.
"Anak busuk, kau ternyata mengerti ilmu gaib untuk membereskan kau," demikian katanya.
Kalau ia mengeluarkan sebuah kaca besar menghadap pada matahari, maksudnya dengan
menggunakan sinar matahari, ia soroti matanya Kim How, kemudian baru menyerang.
Tapi maksudnya itu belum tercapai tiba-tiba angin keras telah menyambar mukanya.
Kiranya Hwee-tok Sin-kun ini selanjutnya peluru apinya yang sudah membuat ia terkenal
kepandaian ilmu silat dan lweekangnya juga tidak lemah. Oleh karena ia berada di sebelah barat,
meski sinar matahari, sudah menyoroti kacanya, tapi ia juga seperti kesilauan.
Ketika ia merasa ada sambaran angin, dengan cepat lantas meloncat untuk menghindarkan
serangan. Tapi Kim Houw siap sedia, ia tidak memberikan kesempatan Hwee-tok Sin-kun untuk
menyelamatkan diri.
Segera terdengar beberapa suara ledakan, asap mengebul tinggi dan api berkobar dengan
mendadak. Hwee-tok Sin-kun menjerit-jerit, lalu bergulingan di tanah bajunya pada hancur
terbakar. Ternyata, Kim Houw telah membalas serangan senjata si cebol sendri, karena Kim Houw
merasa gemas dengan sikapnya yang jumawa. Tapi ketika ia ayun tangannya, ia tidak menyerang
diri orang, sebaliknya menyerang dua kantong besar yang selalu dibawa-bawa oleh Hwee-tok Sinkun,
yang ternyata isinya adalah senjata yang bisa meledak.
Hwee-tok Sin-kun sama sekali tidak menduga kalau Kim Houw hendak berbuat demikian.
Sebentar saja, api sudah membakar sekujur badannya. Masih beruntung, Hwee-tok Sin-kun
mengerti caranya menghadapi api, ia lantas membuka semua bajunya dan dilemparkan jauh-jauh,
kalau tidak, badannya sudah hangus terbakar.
Sekalipun demikian, tidak urung badannya sudah pada melepuh tidak karuan macam,
terutama sepasang tangannya yang sudah merah membara dan mengucurkan banyak darah.
Empat orang tua yang baru tiba saja, telah berdiri dengan kesima menyaksikan itu semua.
Menampak Hwee-to Sin-kun menggeletak di tanah dalam keadaan luka parah. Mereka tidak bisa
berdaya sama sekali, terpaksa menggotong si korban berlalu meninggalkan Kim Houw.
oo000oo Dari sebelah selatan Kim Houw turun gunung, ia bisa lari lebih cepat, tapi semalaman ia
mengejar masih belum juga menemukan jejaknya Kim Lo Han dan kawan-kawannya. Hatinya


Istana Kumala Putih Karya O P A di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merasa cemas. Sedangkan dari fihak Pek liong po, khabarnya sudah ada orang menyambut Lo
Ceng mo, apakah dengan tambahnya bantuan itu mereka berbalik mengejar Kim Lo Han dan
kawannya" Memikir demikian, Kim Houw merasa lebih cemas dan kakinya lari semakin pesat.
Menjelang tengah hari, awan gelap menutupi langit, kemudian disusul oleh turunnya hujan,
bahkan makin lama hujan makin bertambah besar.
Kim Houw yang sudah lari setengah harian, meski belum mandi keringat, tapi dalam harinya
merasa amat masgul. Dengan adanya hujan itu, ia merasakan hawa yang sejuk. Ia lantas buka
baju luarnya, hanya tinggal baju dalamnya dan celana pendeknya saja, berlari-larian di bawah
hujan lebat. Tiba-tiba Kim Houw ingat sesuatu. Berlari-larian secara demikian, jika berpapasan dengan
rombongannya Kim Lo Han bagaimana ia bisa melihat, karena pemandangannya tentu terhalang
oleh air hujan.
Ia lantas kendorkan kakinya.
Tepat pada saat itu, di depan matanya tiba-tiba terbentang sebuah rimba, lapat-lapat
tertampak ujung sebuah dinding tembok warna merah. Pikirnya dalam rimba ini pasti ada sebuah
kuil. Lebih baik ia meneduh di sana dulu nanti setelah hujan berhenti baru melanjutkan
perjalanannya lagi.
Ia lalu bertindak masuk ke dalam rimba. Benar saja dalam rimba itu ada sebuah kuil.
Kuil itu sangat mengenaskan, tampaknya di sana-sini sudah pada hancur, sebagian malah
sudah rubuh. Pintu kuil separuhnya sudah rusak dan menggeletak di tanah.
Baru saja Kim Houw hendak melangkah ke dalam, di atasnya pintu kuil yang menggeletak tadi,
kembali terlihat lukisan tengkorak manusia dengan anak panahnya. Entah tanda gambarnya partai
atau perkumpulan persilatan mana itu yang ia jumpai berkali-kali. Sampai di atas pintu kuil yang
sudah rusak juga terdapat gambar demikian. Kalau mau dikatakan itu ada gambar baru tanda dari
partai Ceng-hong-kauw, tadi ketika melihatnya tidak menunjukkan perobahan apa-apa. Apa yang
lebih mengherankan, mengapa orang-orang dari Ceng-hong kauw itu juga mengejar dan mencari
dirinya" Otaknya memikir, kakinya sudah melangkah masuk.
Di belakang meja sembahyang, tiba-tiba tampak sinar api, Kim Houw pikir ternyata sudah ada
lain orang yang mendahului masuk ke dalam kuil. Sebaliknya apa tidak mungkin itu rombongan
Kim Lo Han yang sedang meneduh"
Kim Houw menjadi tidak sabaran, dengan cepat ia lompat masuk ke ruang belakang yang ada
sinar api tadi.
Api masih tetap menyala, tapi tidak keliahtan satu manusiapun.
Kim Houw tercekat. Melihat keadaannya api yang sedang menyala itu, kalau orang
menyalakan sedang pergi, mungkin perginya belum begitu lama.
Ia berlaku sangat hati-hati, ia pasang mata dan telinganya, untuk mendapatkan kepastian
apakah ada orang yang sembunyi dalam kuil ini"
Sayang hujan terlalu besar, suara jatuhnya air hujan di atas genteng sangat berisik, hingga
kalau benar ada orang sembunyi di situ, tidak gampang-gampang Kim Houw dapat tahu.
Ia menanti sekian lama, masih tidak terdapat gerakan apa-apa, hingga ia mau menduga
bahwa orang yang menyalakan api tadi sudah berlalu benar-benar. Sebab jika masih ada, melihat
kedatangannya orang tentu ia akan menegor.
Kalau benar sudah berlalu ia tidak perlu memikirkan lagi. Dari sudut tembok ia memilih
beberapa batang kayu kering dan dilemparkan ke dalam api, bajunya dibuka dan dipanggang di
atas api supaya lekas kering.
Tiba-tiba terdengar suara tertawanya seorang wanita. Suara itu seperti dari bawah datangnya,
hingga Kim Houw terkejut dan hampir saja ia lompat.
Belum hilang rasa kagetnya, belakang gegernya tiba-tiba dirasakan dingin.
Dengan cepat ia memutar tubuhnya, tapi tidak kelihatan seorangpun di situ, Kim Houw
bertambah heran, maka lantas keluarkan bentakannya: "Siluman dari mana..."
Baru mengucapkan demikian, di belakangnya kembali terdengar suara ketawanya wanita yang
tadi ia dengar, Kim Houw kembali memutarkan tubuhnya secepat kilat tapi heran tidak kelihatan
orangnya! Kim Houw benar-benar merasa bingung, mungkinkah ada siluman" Sebab kalau memang
manusia biasa, tidak mungkin mempunyai kepandaian ilmu mengentengi tubuh demikian tinggi.
Karena sebagai seorang yang sudah mempunyai ilmu mengentengi tubuh luar biasa ia sudah bisa
mengukur kepandaian orang sampai dimana tingginya.
Pada saat itu, ada sambaran angin dari atas tiang penglari. Kim Houw berkelit, tapi segera
menduga bahwa orang yang permainkan dirinya itu ada di atas tiang!
Kim Houw gerakkan kakinya, sebentar saja sudah melesat ke atas. Ketika ia berada di atas,
matanya lantas dapat dilihat seorang wanita berparas cantik dalam keadaan setengah telanjang
tengah rebah terlentang di atas penglari, mengawasi padanya dengan senyuman yang
menggiurkan. Kali ini Kim Houw bukannya kaget, tapi takut. Wajahnya merah seketika, hatinya berdebar
keras. Ia buru-buru melompat turun dan keluar.
Sesosok bayangan tiba-tiba sudah menghadang di depannya, sepasang matanya yang jelas
genit terus mengawasi padanya sambil tersenyum, badannya mengeluarkan bau harum yang
sangat luar biasa.
Kim Houw dengan hati berdebaran terpaksa hentikan tindakan kakinya, ia tahu bahwa wanita
di depannya itu ada si wanita cantik yang barusan rebah di atas penglari. Ia tidak berani
memandangnya, buru-buru pejamkan matanya.
Tapi, justru ia menutup matanya ia jadi tidak bisa lari lagi.
Tiba-tiba ia merasakan si wanita itu mendekati, badannya bau harum pada tubuhnya dirasakan
lebih keras menusuk hidungnya. Kim Houw egoskan dirinya, mundur beberapa langkah.
Tiba-tiba pikirannya ditujukan kepada siluman, apa mungkin ini adalah siluman yang hendak
menguji kekuatan batinnya" Karena bau harum itu ada sangat aneh, apa yang dapat mengendus
semangatnya seolah-olah lantas terbang, tulang-tulangnya lepas, perasaannya bergolak dan nafsu
birahinya kontan berkobar.
Mengingat itu, lantas ia buru-buru duduk bersemedi untuk mengheningkan cipta.
Wanita cantik itu tiba-tiba mendekati Kim Houw dengan tangan yang halus mengusap wajah
dan badannya Kim Houw yang kekar.
Kim Houw tetap bersemedi, tidak perdulikan segala gerak geriknya orang yang menggerayangi
dirinya. Wanita itu tiba-tiba tertawa nyaring, lalu berkata.
"Adik kecil, kau toh bukan hwesio perlu apa bersemedi?"
Kim Houw seolah-olah tidak dengar, ia tetap tidak mau ambil pusing. Perlahan lahan
pikirannya mulai tenang kembali.
"Menurut apa yang aku tahu, pendeta yang beribadat tinggi dan kuat imannya, telinganya tidak
menghiraukan segala suara yang didengarnya, matanya tidak dapat disesatkan oleh segala aneka
warna. Kau tidak berani membuka mata memandang aku, nyata masih belum terhitung seorang
yang berilmu tinggi !" kata pula wanita itu.
Kim Houw terkejut, ia tambah curiga bahwa wanita itu betul ada setan atau siluman, oleh
karena dalam kitab pelajaran ilmu silat Kao-jin Kiesu juga ada disebut tentang segala pengetahuan
setan, maka ia ingin mencoba sampai dimana kekuatan batinnya sendiri.
Ia membuka matanya, tapi tidak berani memandang langsung, melainkan memandang ke arah
hidungnya sendiri.
Wanita cantik itu menampak Kim Houw seolah-olah tidak melihat kecantikan dirinya, dalam
hatinya juga merasa heran. Tiba-tiba ia bersiul perlahan, kemudian menyanyi dan menari
sendirian. Ia telah keluarkan segala kemampuannya untuk memikat hatinya Kim Houw. Kim Houw
meski tidak memperhatikan dengan matanya, tapi telinganya masih tetap bebas untuk menangkap
segala suara. Apalagi suara nyanyian yang mengandung rayuan ini merupakan pendengaran
asing yang selama hidupnya belum pernah mendengar.
Disamping itu, usia muda juga merupakan suatu faktor, darah muda, sebagaimana lazimnya,
mudah tergoda, begitulah keadaannya Kim Houw pada saat itu.
Wanita cantik itu agaknya sudah mengetahui perobahan Kim Houw, ia beraksi semakin
hebat......! Mata Kim Houw seolah dibikin silo oleh pemandangan luar biasa di depan matanya, pikirannya
mulai tergoncang. Ia mengawasi setiap gerakan wanita cantik itu dengan bernapsu. Akhirnya, Kim
Houw tidak tahan godaan hati dia rubuh !
Seperti dituntun oleh kekuatan gaib, Kim Houw perlahan-lahan bangkit menghampiri dan
merangkul wanita cantik itu. Siapa merasa girang usahanya telah berhasil, sambil ketawa manis ia
balas memeluk. Sejenak kemudian wanita cantik itu tiba-tiba menjerit, seolah-olah lakunya ikan yang ingin
terlepas dari jaring, ia berontak loloskan diri dari pelukan Kim Houw.
Kim Houw yang sedang berkobar napsunya, mana mau membiarkan wanita cantik itu terlepas,
dengan cepat ia menjambret dan berhasil menyambar tangannya.
Tapi, ketika tangan wanita itu berada dalam cekalannya, Kim Houw terperanjat, karena tangan
itu dirasakan dingin seperti es. Berbareng dengan itu, hawa napsunya yang tengah berkobar juga
seperti terguyur air dingin, dengan sendirinya telah padam.
Tiba-tiba ia dengar wanita cantik itu mengoceh sendirian : "Aku Khu Leng Lie mengapa hatiku
begitu kecil " Apa yang harus ditakuti " Kita bersenang-senang dulu habis perkara. Bocah ini
nampaknya mempunyai kekuatan tenaga yang hebat sekali apalagi kelihatannya masih perjaka
tulen. Mungkin dalam satu malam saja, sudah cukup untuk menambah kekuatan lwekang. Maka
tidak perlu aku takuti itu setan tua lagi !"
Ocehan si wanita cantik itu telah dapat didengar dengan jelas oleh Kim Houw. Dalam keadaan
sudah sadar, Kim Houw segera mengetahui apa yang hendak dilakukan oleh wanita cantik itu. Ia
tahu bahwa yang disebut bocah oleh wanita itu adalah dirinya, maka ia lantas menjadi gusar.
"Perempuan cabul, kiranya kau hendak mengganggu diriku " Kau jangan mengimpi !" bentak
Kim Houw. Wanita cantik yang menyebut dirinya Khu Leng Lie, tidak menjadi gusar, sebaliknya ia ganda
Kim Houw dengan senyumannya yang sangat menggiurkan.
"Aha, adik yang manis, aku sebetulnya sayang pada dirimu ! Banyak orang yang
menginginkan diriku, tapi tidak satu yang berhasil mendekati aku !" jawabnya.
"Perempuan tidak tahu malu, siapa ada adikmu yang manis?"
"Aha" galak benar kau! Benarkah kau tidak mengerti kebaikan orang" Adikku yang manis,
barangkali kau belum pernah rasakan manisnya madu penghidupan, pantas kalau kau tidak
memikirkan! Mari, aku ajak kau menikmati kebahagiaan......"
Perempuan itu kembali unjukkan kegenitannya, air mukanya mengobral senyuman.
Kim Houw meski sedang gusar, tapi masih tidak berani menatap wajahnya wanita genit itu. Ia
lalu hendak meninggalkan padanya. Baru saja memutar tubuhnya, tiba-tiba melihat badannya Khu
Leng Lie gemetaran lalu berkata dengan suaranya bergemetar pula: "Bagus! Kiranya rohmu belum
buyar, terus saja mengikuti jejakku, aku nanti bikin rusak kau dulu !"
Sehabis berkata, dengan kecepatan kilat ia menerjang ke dinding kuil yang sudah hampir
rubuh itu. Kim Houw yang memperhatikan setiap gerak gerik wanita genit itu, segera dapat lihat suatu
pandangan yang mengejutkan !
Apakah sebetulnya " Kiranya di atas dinding tembok itu, ternyata telah tertampak jelas gambar
tengkorak manusia yang menggigit sebatang anak panah. Gambar itu sama benar dengan apa
yang pernah dilihat oleh Kim Houw barusan dan dua hari berselang.
Terjangan wanita ternyata sangat hebat, dinding tembok hampir rubuh itu kontan berantakan,
sampai seluruh dinding di ruangan belakang kuil menggetar hampir rubuh.
Kim Houw tercengang, ia tidak perdulikan hujan dan angin lagi, segera lompat keluar ke
pekarangan, ketika air hujan menimpa diri dan kepalanya, sekujur badannya dirasakan dingin,
hingga semakin sadar keadaannya.
Baru saja ia berdiri tegak, Khu Leng Lie sudah lompat menyusul padanya, tapi kali ini seluruh
badannya sudah dibungkus dengan kain tebal.
Dua orang baru saja berhadapan di bawah hujan lebat, lantas terdengar suara gemuruh,
ternyata kuil yang sudah tua usianya itu kini telah rubuh.
Kim Houw tadinya menduga Khu Leng Lie adalah perempuan cabul, tapi ketika menyaksikan
dengan tangan kosong ia telah merobohkan kuil tua itu, ia baru tahu kalau wanita itu ternyata juga
adalah seorang pandai dari kalangan rimba persilatan.
Tapi, berbareng dengan itu, ia juga merasa heran, mengapa Khu Leng Lie ketika melihat
lukisan tengkorak dan anak panah itu sekujur badannya lantas gemetar" Apakah tanda tengkorak
itu ada pertandanya seorang yang sangat lihay sekali"
Untuk menyelidiki persoalan gambar-gambar tengkorak dan anak panah itu, Kim Houw lantas
anggukkan kepala kepada wanita genit itu, maksudnya menyambut.
"Nona, mari aku ajak kau melihat sesuatu benda." ia berkata.
Suaranya ramah, agaknya seperti sudah menyerah. Khu Leng Lie dalam hati merasa girang, ia
balas dengan senyuman yang manis.
"Tidak, aku jauh lebih tua daripada usiamu. Kau harus menghormati aku, kau harus panggil
aku enci!" demikian jawabnya.
Kim Houw tidak nyana bahwa nona itu ada begitu nakal, sudah dapat hati, ingin ambil ampela!
Maka seketika itu ia jadi kemek-mek.
"Aiya! Mengapa kau tidak mau panggil" Encimu toh sangat sayangi kau!" tegur Khu Leng Lie
ketawa. Kim Houw tetap merasa tidak enak membuka mulut memanggil enci. Sebaliknya ia berjalan ke
pintu kuil, kemudian mengambil pintu kuil yang telah rubuh, sambil menunjuk pada gambar
tengkorak ia berkata: "Kau tengok apa ini?"
Khu Leng Lie senyumannya lenyap seketika, dengan wajah pucat ia berkata: "Kau sebetulnya
siapa" Lekas jawab!"
Kim Houw tercengang. "Aku adalah aku, apa yang harus aku jawab?"
Mendengar itu, Khu Leng Lie ketawa dingin. Tadi ketika ia tersenyum manis, wajahnya sangat
menggiurkan, tapi kini ketika ketawa dingin, wajahnya itu kelihatan menakutkan.
"Binatang cilik, setan tua tidak ada, siapa yang nyonyamu takuti?" demikian katanya, lalu
menerjang Kim Houw dengan sengit.
Kelakuan yang tidak diduga-duga ini, sebaliknya membuat Kim Houw terheran-heran.
Bersambung ke jilid 14
Jilid 14 Kim Houw ulur tangannya, sebuah pintu kuil ia dorong ke arah Khu Leng Lie, badannya juga
melayang melesat keluar dari pintu kuil. Tapi kakinya belum sampai menginjak tanah, telinganya
kembali sudah dengar suara benda rubuh.
Kim Houw berpaling, ternyata pintu kuil tadi sudah dibikin hancur berantakan oleh serangan
tangan Khu Leng Lie.
Kim Houw terperanjat, sebab pintu kuil kebanyakan terbikin dari papan yang kuat,
kepandaiannya sendiri Han-bun-cao kie, mungkin juga cuma begitu saja. Kalau begitu kekuatan
wanita itu, bukankah berimbang dengan kekuatannya sendiri"
Tapi sebetulnya tidak demikian. Kim Houw tidak insyaf bahwa pintu kuil itu sudah tua usianya,
entah sudah berapa lamanya kuil itu sudah tua usianya, entah sudah berapa lamanya kuil itu
didirikan " Dan sekarang kuil dan temboknya sudah rubuh, bagaimana papannya juga sudah lapuk
" Baru saja Kim Houw lompat keluar dari kuil Khu Leng Lie sudah mengintil. Kepandaiannya
mengentengi tubuh wanita itu, kembali membuat heran Kim Houw.
Ia lantas kerahkan tenaganya, lalu dorong tangannya dengan secara mendadak. Serangan
Kim Houw itu menggunakan Han-bun-cao-kie, tapi baru saja serangannya meluncur, Khu Leng Lie
sudah menghilang.
Ditempat sejauh kira-kira tiga tombak, tiba-tiba terdengar ketawanya.
"Entah dapat berapa banyak pelajaran dari tangannya setan tua, kau berani-berani menyerang
aku " Apa setan tua tidak memberitahukan padamu tentang adatku yang aneh ?" demikian ia
berkata. Kim Houw menampak ia mengejar, tapi tidak berani melancarkan serangan. Ia tidak mengerti
apa maksudnya" Malahan agaknya ia berani tidak pandang mata kekuatannya Han-bun-cao-khie.
Terdengar pula ucapan si wanita cantik yang sebentar-sebentar menyebut setan tua, entah
siapa yang dimaksudkan dengan setan tua itu. Maka ia lalu menanya.
"Aku dan nona tidak ada permusuhan apa-apa, juga bukan karena kau datang kemari. Apa
maksud perkataanmu ini" Aku tidak mengerti. Nona selamat tinggal, sekarang aku hendak pergi!"
"Kau ingin pergi?" Khu Leng Lie tiba-tiba membentak dengan suara bengis. "Kau benar-benar
usaha mengotori tangan nyonyamu!"
Mendengar itu. Kim Houw sudah mengerti bahwa kesalahan faham wanita itu sudah semakin
dalam. Ia juga tidak ingin menjelaskan duduk perkaranya, sebab adatnya Khu Leng Lie terlalu
aneh, sekalipun menjelaskan sampai lidahnya kering, Khu Leng Lie tidak mau percaya !
Maka Kim Houw lantas tutup rapat-rapat mulutnya dan berlalu. Pikirnya : Sekalipun
kepandaianmu lebih tinggi sepuluh kali dari aku, aku juga tidak perlu takuti kau, juga tidak nanti
akan tundukkan kepala di depanmu. Apalagi, kita belum menguji tenaga, perlu apa kau berlaku
begitu galak "
Baru saja Kim Houw bergerak, Khu Leng Lie sudah merintangi jalannya.
"Hm! Ini ada kau sendiri yang cari mampus, jangan kau sesalkan diriku!" katanya.
Pada saat itu, Khu Leng Lie sudah basah kuyup sekujur badannya, sehabis keluarkan
ucapannya itu, lantas ulur tangan dan pentang lima jarinya.
Jari tangan itu dipentang seperti gaetan, agak melekuk ke dalam. Kembali Kim Houw merasa
heran, karena gerakannya itu adalah gerak tipu silat Tai-ing-jiauw-lek, tapi ilmu silat itu amat sukar,
meski dilatih keras sampai tiga puluh atau lima puluh tahun, belum tentu tampak hasilnya.
Juga, ilmu silat itu meminta banyak makan tenaga, maka yang mempelajarinya, kebanyakan
kaum pria. Ia tidak nyana bahwa Khu Leng Lie yang usianya masih begitu muda, juga pandai ilmu
silat Tai-ing-jiauw-lek.
Sebelumnya, ketika Khu Leng Lie dengan tangan kosong telah merobohkan dinding kuil, Kim
Houw sudah saksikan dengan mata kepala sendiri, ia sudah dapat meraba-raba sampai dimana
kekuatannya wanita ini, maka kini Khu Leng Lie melancarkan serangannya Tai-ing-jiauw-lek, ia
lantas tidak berani memandang ringan.
Dengan cepat ia egoskan diri menghindar serangan Khu Leng Lie, kemudian dengan
membalikkan diri ia balas menyerang belakang pundak si nona. Maksudnya ialah hendak
menggunakan serangan.
Untuk menghentikan serangannya Khu Leng Lie. Sebab, dalam pelajarannya Kao-jin Kiesu,
meski banyak jenisnya ilmu silat yang tercantum di situ, tetapi tidak ada satu yang mengutamakan
taktik bertahan. Uraiannya itu sangat aneh, demikian bunyinya: "Sesuatu ilmu silat, umumnya ada
yang mempunyai taktik menyerang dan bertahan. Diwaktu menyerang, harus pula tidak
melupakan bertahan. Tetapi taktik menyerang tetap merupakan ilmu silat yang paling kuat. Aku
tidak mau terus bertahan dan mandah diserang, maka dalam kitab pelajaranku juga tidak ada yang
mengutamakan pelajaran untuk mempertahankan diri dari serangan musuh."


Istana Kumala Putih Karya O P A di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Saat itu, Khu Leng Lie juga mulai heran. Sejak ia bertemu dengan Kim Houw, hatinya sudah
terpikat oleh kegagahan dan ketampanan wajah Kim Houw, maka tidak memperhatikan hal
lainnya. Kini, Kim Houw dalam gerakannya mengegoskan serangannya dan caranya balas menyerang
serta kegesitan geraknya, ternyata begitu hebat. Khu Leng Lie merasa amat kagum.
Tapi ia masih menganggap, bahwa Kim Houw sekalipun pernah melatih ilmu silat yang
betapapun tingginya mungkin masih sangat terbatas karena umurnya masih muda. Maka dengan
tidak ragu-ragu secepat kilat lantas ayun kedua tangannya, satu digunakan untuk mencakar satu
lagi untuk menotok.
Sampai d isini kita tunda dulu jalannya pertempuran Khu Leng Lie dan Kim Houw marilah kita
cari tahu siapa Khu Leng Lie si wanita cantik genit itu.
Khu Leng Lie ada satu anak yang lahir dan berhubung tidak sah, maka begitu lahir di dunia,
lantas dibuang kehutan belukar. Sangat kebetulan sekali, dalam rimba itu ada sepasang orang
hutan yang baru saja kematian anaknya. Yang betina mendengar suara tangisan perempuan,
lantas ditolong dan disusui dengan air susunya sendiri.
Bayi perempuan itu telah mengikuti sepasang orang utan itu selama empat belas tahun
lamanya. Pada suatu hari, seorang aneh dalam dunia kangouw yang bernama Khu Teng lewat di
situ, dan kebetulan melihatnya. Ketika menyaksikan cara ia bergerak, lari dan melompat yang
laksana terbang serta tenaganya yang begitu kuat, ia anggap suatu barang gaib dalam dunia
persilatan, maka lantas di pungut murid dan dididik olehnya. didalam hutan itu Khu Teng
mendirikan tempat tinggal, anak perempuan itu lalu diberi nama Khu Leng Lie.
Saat itu Khu Teng usianya sudah lima puluh tahun lebih, tapi ia belum kawin. Dengan Khu
Leng Lie yang dianggapnya sebagai murid mereka tinggal bersama-sama dalam satu gubuk
selama tiga tahun. Kalau siang makan bersama, malam juga tidur dalam satu tempat tidur, seperti
layaknya ayah dan anak.
Tiga tahun lamanya Khu Leng lie mengikuti Khu Teng, ia sudah pandai bicara dan melakukan
segala pekerjaan. Meski usianya masih muda, tapi bentuk tubuhnya sudah seperti orang dewasa,
parasnya juga cantik luar biasa.
Pada suatu hari, Khu Teng keluar rumah untuk belanja kebutuhan sehari-hari, tapi sampai
malam belum pulang, sehingga Khu Leng Lie merasa cemas. Tapi ia tidak menunggu dirumah
melainkan keluar untuk mencari.
Ditengah jalan ia telah berpapasan dengan seorang laki-laki setengah tua. Laki-laki itu cakap
tapi gemar paras cantik. Melihat Khu Leng Lie malam-malam berkeliaran sendirian ditengah hutan,
langsung timbul pikiran jahatnya.
Khu Leng Lie mengikuti Khu Teng baru tiga tahun dan urusan dunia yang baru dikenal sedikit
sekali, tapi begitu tergoda oleh laki-laki cakap itu dengan cepat timbul reaksinya. Sebagai anak liar
ia tidak mengerti tata kesopanan. Ia cuma menuruti hati remajanya, hawa nafsunya. Begitulah
malam itu kehormatannya telah dirusak oleh laki-laki yang tak dikenal itu.
Diluar dugaan, selagi keduanya terbenam dalam kesenangan, laki-laki itu tiba-tiba telah
meninggal dunia.
Khu Leng Lie terperanjat, tapi ketika ia dongakkan kepala dengan tidak sengaja, ia telah
melihat sosok bayangan orang yang berdiri membelakanginya.
Ia lantas bangkit dan menghampiri bayangan tersebut yang ternyata suhunya sendiri, Khu
Teng. Maka ia lantas berseru :" Suhu! Suhu! Kau tengok dia........."
Khu Teng menghela napas perlahan dan menjawab: "Aku tahu, kau urus dirimu dan pulang
dulu, aku akan lemparkan bangkainya ke dalam hutan untuk santapan srigala!"
Khu Leng Lie tidak tahu artinya malu juga tidak kenal takut. Setelah rapikan pakaian dan
rambutnya ia lantas lari pulang.
Tapi sejak hari itu, Khu Teng berubah sikapnya, tidak gembira seperti biasanya. Mengajar ilmu
silat kepada Khu Leng Lie tampak tidak bersemangat lagi.
Khu Leng Lie agaknya juga menyadari perubahan sikap gurunya, suatu hari ia menggelendot
dibadan Khu Leng, dengan sikap manja ia bertanya: "Suhu, apa kau tidak senang" atau kau
kurang enak badan?"
Kelakuan Khu Leng Lie itu memang merupakan kebiasaannya, setiap kali kalau gurunya
sedang sendirian dengan aleman ia suka gelendoti gurunya seperti tingkah anak kecil yang manja.
Setiap kali Khu Teng suka pondong dirinya serta cium-cium jidatnya, tanpa ada reaksi apapun. Hal
demikian telah dilakukan sejak Khu Leng Lie di pungut dari hutan oleh jago tua itu.
Tapi kali ini lain, ketika Khu Leng Lie berada dalam pelukannya, Khu Teng merasakan hatinya
terguncang, badannya gemetar dan ia tidak berani memondong lagi. Hanya sepasang matanya
yang memandang tidak berkedip kepada Khu Leng Lie.
Khu Leng Lie merasa heran, untuk menggirangkan hati suhunya, maka ia lalu merangkul leher
Khu Teng, dan dengan sangat manja ia memanggil-manggil :" Suhu! Suhu! Apa kau sudah tidak
sayang lagi pada Leng Lie?"
Sambil bertanya Khu Leng Lie terus duduk di pangkuannya.
Tiba-tiba Khu Teng pentang tangannya, rupanya ia hendak memondong Leng Lie, tapi
mendadak ia seperti ingat sesuatu sehingga ia tidak jadi memondong, sebaliknya ia malah
mendorong badan Leng Lie dengan perlahan sambil menghela napas panjang dan berkata: "Leng
Lie, aku tidak apa-apa, pergilah kau ke dapur dan siapkan makanan."
Sang murid mengerlingkan matanya dan berlalu dari hadapan suhunya.
Khu Leng Lie yang dilahirkan dari hubungan gelap, sudah merupakan bibit durhaka, apalagi ia
dibesarkan oleh air susu binatang, hingga menjadikan ia seorang yang sifatnya kurang normal. ia
tidak mengerti apa-apa soal hubungan antara pria dan wanita. Tapi sejak kehormatannya dirusak
oleh laki-laki tidak dikenal itu, terjadilah perubahan pada dirinya.
Hawa nafsunya sangat tinggi, belakangan ini ia menggelendoti dan duduk di pangkuan
suhunya ada maksudnya, ia mengharapkan suhunya nanti berbuat atas dirinya seperti yang
dilakukan laki-laki yang tidak dikenal tempo hari.
Khu Teng usianya sudah lebih dari setengah abad, masih tetap perjaka, namun betapapun
teguh imannya, akhirnya ia tidak tahan juga menghadapi godaan muridnya dan terjadilah
hubungan yang memalukan antara guru merangkap ayah angkat dengan murid atau anak
angkatnya sendiri....
Buat Khu Leng lie yang memang setengah liar masih tidak mengapa, tapi Khu Teng yang
sebegitu jauh dapat mempertahankan kedudukannya sebagai perjaka, sesungguhnya harus dibuat
menyesal. Sejak malam itu, hingga selanjutnya mereka telah merupakan suami istri, ya suami istri yang
ganjil dalam segala-galanya. Perbuatan mereka tidak kenal batas, tidak heran baru kira-kira satu
tahun, keadaan Khu Teng sudah loyo.
Khu Leng Lie merasa kurang puas menghadapi keadaan Khu Teng, terpaksa Khu Teng
menggunakan obat kuat. Ia adalah seorang kangouw kenamaan, mengerti juga ilmu obat-obatan,
selain daripada itu ia juga masih mempunyai kitab wasiat yang bernama Ban-po Khie-sie, yang
didalamnya memuat segala rupa pengetahuan.
Khu Leng Lie otaknya cerdas, disamping belajar ilmu silat, ia juga mendapat pelajaran ilmu
surat. Dalam waktu tiga tahun, ia sudah dapat membaca dan memahami maksudnya. Kalau Khu
Teng sedang keluar mencari obat-obatan, ia suka mencuri baca kitab wasiat Khu Teng. Dari situ ia
mendapat pengetahuan caranya untuk menghisap hawa kaum lelaki guna membikin perempuan
awet muda. Sebagai seorang yang bermoral bejat, Leng Lie sudah tentu tidak perduli akibat dan
bahayanya perbuatan tersebut.
Sejak hari itu, ia lantas coba praktekkan dan buktikan ajaran-ajaran yang ia dapatkan dari kitab
tersebut. Sang suhu yang dijadikan percobaan memang sudah mulai lemah keadaannya, sudah
tentu ia tidak tahan hingga akhirnya melayanglah jiwanya.
Setelah Khu Teng binasa, khu Leng Lie baru tahu bahayanya, namun orangnya sudah mati,
menyesal juga tiada gunanya. Ia juga tidak mengerti bagaimana orang yang mati harus dikubur,
maka ia biarkan jenazahnya Khu Teng menggeletak begitu saja, sedang ia sendiri lalu membawa
barang-barang peninggalan Khu Teng balik lagi ketempat tiggalnya orang utan yang pernah
membesarkan dirinya.
Didalam guanya orang utan itu, Khu Leng Lie setiap hari membaca Ban-po Khie-sie yang
mengandung bermacam-macam pelajaran. Hanya diwaktu malam, perasaannya selalu merasa
gelisah. Dalam keadaan demikian maka akhirnya ia telah melakukan hubungan tidak senonoh
dengan orang utan jantan. Orang utan ini meskipun seekor binatang, tapi tidak urung binasa juga
kehabisan tenaga.
Melihat pasangannya binasa, si betina menjadi murka. Tapi mengingat kepandaian ilmu silat
Khu Leng Lie tinggi sekali, orang utan itu tidak berani mendekat padanya. Ia tahu Leng Lie suka
membaca kitab Ban-po Khie-sie, maka dianggapnya kitab itu tentu benda kesukaan Leng Lie,
orang utan itu lantas mencuri kitab tersebut, kemudian melarikan diri.
Leng Lie sangat marah, ia mencari ke segala penjuru tempat itu, tapi sia-sia saja, entah
kemana orang utan betina itu bersama kitabnya Ban-po Khie-sie.
Tidak lama kemudian, di kalangan kangouw lantas muncul seorang wanita aneh. Orangnya
masih muda, parasnya cantik tapi pakaiannya hanya selembar kain yang menutup seluruh
tubuhnya. Ia mempunyai kepandaian ilmu silat tinggi sekali, karena parasnya cantik seperti bidadari dan
kelakuannya yang genit, maka mudah saja baginya memikat kaum lelaki, siapa saja yang mau
pada dirinya ia tidak menolaknya. Tapi, jika tidak memuaskan hatinya, malam itu juga sudah
dibikin tamat riwayatnya. Kalau yang bisa memuaskannya, paling lama juga tahan sepuluh hari
atau setengah bulan, dan akhirnya pun mengalami nasib yang sama.
Wanita itu adalah Khu Leng Lie. Dunia kangouw telah dibuat gempar oleh kejadian-kejadian
ini. Ada orang-orang gagah dari golongan muda yang ingin mencoba-coba memberantasnya,
meski perbuatannya itu berarti pertaruhan jiwa. Tapi tetap ada yang berlaku nekat sehingga
akhirnya tidak pulang kembali ke rumahnya.
Perbuatan Khu Leng Lie itu akhirnya menimbulkan gusar diantara tokoh-tokoh kuat dari dunia
persilatan. Mereka pada berusaha hendak menangkap dan membinasakannya.
Tapi, ilmu silat Khu Leng lie memang hebat, segala macam guru-guru silat biasa saja, tiga
puluh orang belum tentu mampu menghadapinya. Sekalipun tokoh kelas satu di dunia kangouw,
juga tidak mudah mengalahkan dirinya.
Kemudian tersiar kabar bahwa Kiam-kun Sam-lo atau tiga orang tua Kiam-kun yang sangat
terkenal hendak keluar mencari dirinya. Entah apa sebabnya wanita itu lalu menghilang, bahkan
empat puluh tahun lamanya sudah tidak kedengaran lagi kabar beritanya.
Kini Khu Leng Lie sudah berusia lebih dari enam puluh tahun, tapi kelihatannya masih seperti
wanita muda yang baru berusia dua puluh tahun, sedikitpun tidak kelihatan tuanya.
Selama empat puluh tahun itu benarkah ia menghilang" tidak, ia hanya meninggalkan daerah
Tionggoan dan pergi ke Kwan-gwa. Cuma di daerah itu ia bisa mengendalikan dirinya, ia tidak
berlaku sembarangan lagi. Ia juga sudah pandai memilih, hanya laki-laki yang ia suka yang baru ia
pikat, juga tidak lantas dibinasakan. Baru setelah ia benar-benar merasa bosan, lalu ia hisap habis
tenaganya. Tapi ia juga tidak membinasakan para korbannya itu, ia berikan sang korban sedikit kekuatan
lalu dilepaskannya. Laki-laki yang bagaimanapun gagahnya, setelah pulang, lantas menjadi
seorang laki-laki yang kurus kering dan tidak bertenaga.
Kali ini, ia kembali dari Kwan-gwa, karena mendadak ia mendengar kabar bahwa kitabnya
Ban-po Khie-sie khabarnya muncul di daerah selatan. Kitab itu peninggalan Khu Teng, ia anggap
juga kepunyaannya. Maka ia lantas berangkat ke selatan untuk mencari kitabnya tersebut. Tidak
nyana ditengah jalan ia dibikin basah kuyup oleh hujan yang turun sangat lebat dan tidak hentihentinya,
maka ia lantas berteduh di kuil tersebut.
Tidak disangka, ketika ia sedang mengeringkan pakaiannya di perapian, Kim Houw juga ikut
berteduh di kuil tersebut.
Ilmu mengentengkan tubuh Khu Leng lie boleh dikatakan berasal dari alam, karena sejak bayi
ia di asuh oleh orang utan. kemudian ia mendapat didikan ilmu silat dari Khu Teng, kemajuannya
semakin pesat, ditambah lagi latihannya selama beberapa puluh tahun ini, maka kepandaian ilmu
silatnya tidak boleh dianggap ringan.
Ketika ia melihat wajah Kim Houw yang tampan, usianya yang masih muda belia serta
badannya yang kokoh kekar, seketika itu juga timbul sukanya, maka dengan ilmu gaibnya ia coba
memikat diri anak muda itu.
Siapa nyana dalam keadaan genting, ia telah dikejutkan oleh munculnya gambar tengkorak
manusia dengan anak panah.
Semula ia masih mengira bahwa setan tua itu sengaja mengirim seorang anak muda yang
tampan untuk memancing dirinya, maka dalam hatinya sudah ingin membinasakan Kim Houw
saja. Diluar dugaan kepandaian ilmu silat anak muda itu jauh lebih tinggi dari kepandaiannya sendiri.
Kalau tidak karena Kim Houw menganggap ia adalah seorang yang pandai luar biasa dan terus
menyerang dengan tidak ragu-ragu, mungkin dalam beberapa gebrakan saja, Leng Lie sudah
terjungkal ditangan anak muda itu.
Khu Leng Lie terus melakukan serangan dengan hebat, tapi menyaksikan Kim Houw dengan
mudah saja menghindarkan setiap serangannya, dalam hati merasa sangat gemas. Tapi
berbareng dengan itu, ia juga lantas dapat kenyataan bahwa anak muda itu agaknya bukan anak
muridnya si setan tua, sebab semua gerakannya jauh berlainan dengan ilmu silat si setan tua.
Dengan demikian, maka ia lantas hentikan serangannya, kembali dengan senyumannya yang
menggiurkan hati, ia berkata :" Adik kecil, barusan aku benar-benar salah paham! Sekarang kita
tak usah berkelahi, lebih baik kau menikmati nyanyian dan tarianku saja!"
Sehabis berkata, benar-benar ia lantas menyanyi dan menari di bawah hujan lebat itu.
Kim Houw tidak mau ambil perhatian. Ia hendak pejamkan matanya, tapi sudah tidak keburu
lagi. Juga rasanya amat sukar seolah-olah ada yang mengganjal kelopak matanya.
Sebentar saja Kim Houw kembali dibuat silau oleh gerakan-gerakan Leng Lie, hingga
pikirannya terguncang hebat.
Hujan lebat telah berhenti, matahari muncul dari balik awan, menyinari bumi yang sudah basah
kuyup tersiram air hujan.
Di sebuah puncak bukit yang tidak terlalu tinggi, ada sepasang muda-mudi. Si pemuda
meletakkan kepalanya di atas pangkuan si pemudi, agaknya ia sedang tidur nyenyak. Tingkah laku
si pemuda nampak begitu mesra, mereka seakan-akan seperti sepasang merpati.
Hanya mereka itu seperti pasangan dewa yang turun dari kahyangan, tidak mirip dengan
manusia biasa. Mengapa" Sebab sepasang muda mudi itu, meski saat itu ada ditengah siang hari bolong,
keduanya dalam keadaan setengah telanjang, tidak mengenakan pakaian luar, agaknya sudah
tidak kenal apa artinya malu" Apa artinya kesopanan"
Siapakah mereka" Mereka bukan lain adalah Kim Houw dan Leng lie.
Pembaca tentu merasa heran, sebab apa Kim Houw jadi main gila begitu" Kewajibannya
masih belum selesai, bagaimana ia bisa mempunyai kesempatan bersenang-senang dengan
wanita cantik. Kenapa sebetulnya dia" Mari kita lihat duduk perkaranya.
Kim Houw karena terkena pengaruh gaib dari Leng Lie, sebentar saja telah gelap pikirannya,
hatinya terguncang, sepasang matanya tidak bisa dipejamkan lagi.
Apa yang dilihatnya hanya tubuh Leng Lie yang putih montok, dan yang didengarnya hanya
suara nyanyian Leng Lie yang amat merdu.
Jatuhnya hujan lebat, gemuruhnya suara geluduk, berkelebatnya kilat yang menakutkan,
semua tidak menyadarkan Kim Houw kembali ke pikirannya yang sehat. Ia seperti dalam keadaan
linglung, tidak ingat lagi siapa dirinya.
Kim Houw terjatuh di bawah pengaruh Khu Leng Lie.
Pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara halilintar, sebuah pohon telah disamber rubuh, tepat
menimpa kearah Kim Houw.
Anak muda ini yang dikiranya sudah mabuk sekalipun di ancam pedang tajam, ia juga tidak
akan menyingkir, apalagi cuma rubuhnya sebuah pohon saja!
Pohon itu besar sekali, sekalipun Kim Houw mempunyai kekuatan luar biasa, mungkin akan
remuk badannya jika ketimpa.
Tapi Kim Houw seolah-olah tidak tahu bahaya mengancam, hanya Khu Leng Lie yang
mengerti. Sembari menjerit lantas sendiri loncat mundur.
Tapi dengan perbuatannya itU, Kim Houw lantas seolah-olah lukanya orang kalap mengejar
Khu Leng Lie. Meskipun Kim Houw mempunyai kekuatan dan ketangkasan luar biasa, tapi biar bagaimana
sudah agak terlambat setindak, maka akhirnya terpukul hebat oleh dahan pohon yang besar yang
roboh itu. Meski jiwanya tidak melayang seketika, tapi lukanya tidak ringan, karena tubuhnya terpental
sampai beberapa tumbak jauhnya dan ketika terjatuh kepalanya membentur tanah, sehingga ia
tidak ingat orang!
Pemuda yang meletakkan kepalanya di atas pangkuan si wanita cantik, adalah Kim Houw.
Hanya, ia bukannya terbenam dalam lamunan yang muluk, melainkan dalam keadaan pingsan,
hingga saat itu sudah hampir satu hari satu malam lamanya, namun belum kelihatan ia mendusin.
Tapi kemudian ia mendusin dengan mendadak. Ia membuka matanya perlahan-lahan, ia
merasa silau oleh sinar matahari, lalu kucek-kucek matanya sekian lamanya, baru bisa melek.
Ia terkejut dapatkan dirinya dalam keadaan setengah telanjang. Lebih kagetnya ketika
mengetahui kepalanya rebah di pahanya orang, ketika ia tegasi ternyata ada satu wanita cantik,
tengah tertawa manis memandang dirinya.
"Adik kecil, kau sudah mendusin?" tanya si cantik.
Kim Houw belum sempat menjawab, sekilas sudah dapat dilihatnya si cantik juga dalam
keadaan setengah telanjang seperti dirinya sendiri.
Segera ia melompat bangun dan menanya: "Kau siapa...?"
Siapa" Siapa lagi kalau bukan Khu Leng Lie, tapi Kim Houw sudah tidak ingat semua kejadian.
Baru menanya demikian, Kim Houw tiba-tiba ingat keadaannya sendiri, hingga tidak perdulikan
lagi siapa adanya si cantik, lantas saja buru-buru lari turun dari bukit!
Di belakangnya ia dengar suara Khu Leng Lie yang memanggil-manggil: "Adik kecil, kau
mengapa begitu tidak punya perasaan" Aku telah menolong jiwamu, menggadangi kau satu hari
satu malam lamanya, mengapa kau tidak mengucapkan terima kasih kepadaku, bahkan, oh..."
Kim Houw meski sedang lari bagaikan terbang, semua perkataan Khu Leng Lie ia masih bisa
dengar dengan jelas, maka ia mengetahui bahwa wanita itu sedang mengejar padanya.
Oleh karena keadaannya sendiri yang kurang sopan, Kim Houw tidak berani berhenti.
Pada suatu tikungan, Kim Houw berhasil sembunyikan dirinya dalam sebuah pohon besar
yang daunnya lebat.
Tidak lama kemudian, satu bayangan putih kelihatan melesat dihadapannya.
Setelah bayangan putih itu lewat, Kim Houw mulai agak tenang. Tapi kesulitan lainnya segera
menyusul karena akibat kecelakaan, gara-gara pohon besar yang disambar petir, penyakit
lamanya telah kambuh kembali. Sekali lagi ia berada dalam keadaan linglung, ia sudah hilang
ingatannya, segala-galanya lupa.
Tapi kali ini keadaannya ada mengenaskan! Dulu, ketika ia dapat penyakit demikian sedang
berada dalam Istana Kumala Putih di gunung Tiang-pek-san, ada orang hutan yang merawat


Istana Kumala Putih Karya O P A di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dirinya, ada Kim Lo Han yang memberi obat padanya, tapi di sini tiada siapapun juga!
Untung ia masih mengenal malu, kalau perasaan malunya sudah tidak ada, benar-benar
baginya ada sangat celaka!
Ia murung saja, siapa dirinya, ia tidak tahu, apa yang diucapkan oleh Khu Leng Lie
menambahkan kebingungannya. Ia pukul-pukul kepalanya sendiri sampai matanya berkunangkunang,
tapi masih belum mendapatkan jawaban apa-apa, bahkan makin kepala itu dipukul, ia
makin linglung.
Di atas pohon ia sembunyi sekian lama, ketika mengetahui Khu Leng Lie tidak balik lagi, ia lalu
turun dengan diam-diam dan balik lagi ke atas bukit untuk mengingat-ingat dirinya.
Bukit itu sebelum Kim Houw linglung, sama sekali belum pernah ia datangi, kemana ia harus
mencari jalan"
Namun tidak sia-sia ia naik ke bukit itu, karena di atas bukit itu, ia telah menemukan
pakaiannya. Selain daripada itu, ia juga menemukan kembali senjata wasiat Bah-tha Liong-kim
dan pedang Ngo-heng-kiam! Khu Leng Lie cuma mengopeni dirinya Kim Houw saja, hingga tidak
perhatikan yang lainnya, maka semua wasiat itu masih ketinggalan di situ.
Kim Houw girang menemukan pakaiannya sendiri sekalipun sudah tidak karuan macamnya.
Sebaliknya ketika melihat Bak-tha Liong-kim dan pedang Ngo-heng-kiam, ia terperanjat.
Pikirannya ia pernah lihat dua senjata itu tapi dimana, entahlah. Ia coba mengingat-ingat tapi
sia-sia saja tidak menemukan jawaban.
Dengan membawa kedua senjatanya Kim HOW turun ke bawah bukit lagi. Tapi ia sekarang
sudah tidak mempunyai ingatan lagi, tak mempunyai tujuan dalam dunia yang lebar ini, tidak tahu
kemana harus pergi.
Masih untung, dia tidak berjalan ke jalanan yang menuju ke dalam jurang. Sekalipun ia tidak
tahu harus pergi ke kota Ceng-shia, namun ia berjalan menuju ke timur.
Sepanjang jalan, Kim Houw hanya mencari binatang-binatang kecil atau memetik buah-buahan
untuk tangsal perutnya. Sisa waktunya ia gunakan untuk mengingat-ingat, siapa sebetulnya ia"
Mengapa dirinya sendiri ia sudah tidak dapat kenali"
Tapi setiap kali memikir, kepalanya malah menjadi pusing kalau sudah begitu, lantas guyur
kepalanya dengan air dingin untuk memulihkan ketenangannya, ia lakukan berulang-ulang, tapi
sia-sia saja. Dapat dibayangkan sampai dimana jengkelnya ia pada kala itu.
Pada suatu hari, ia tiba di sebuah kota. Seperti biasa, ia berjalan tanpa tujuan, ketika tiba di
depan sebuah rumah makan, bau harum barang hidangan dari rumah makan telah membuat rasa
laparnya menjadi-jadi. Sehingga ia berdiri melongo di depan pintu sekian lamanya.
Mendadak pundaknya ada orang yang menepuk, Kim Houw berpaling seorang laki-laki gendut
pertengahan umur sedang mengawasi padanya sembari ketawa. Ketawa toh tidak bermaksud
jahat, maka ia juga balas ketawa!
"Tuan ada punya tempo" Bolehkah kita omong-omong sebentar" Biarlah siaute yang menjadi
tuan rumah." orang laki-laki gendut itu. Dan tanpa menunggu jawabannya, si gendut sudah tarik
tangan Kim Houw diajak masuk ke rumah makan.
Kim Houw memang sudah lapar, maka ia juga tidak malu-malu lagi. "Tanpa pikir orang itu, ada
orang baik atau jahat, ia ikut saja dan manda dirinya ditarik. Suruh ia duduk, suruh ia makan, ia
juga makan dengan lahapnya !
Laki-laki gemuk itu nampaknya sangat royal, ketika menampak Kim Houw dahar dengan
sangat bernapsu, berulang-ulang minta ditambah hidangan.
Ia biarkan Kim Houw menyikat makanan sehingga berhenti sendiri kekenyangan.
Sampai disitu, si gemuk baru majukan pertanyaannya : "Numpang tanya tuan siapa namanya"
Asal dari mana?"
Celaka!. Hidangannya sudah disikat habis menanyakan namanya toh bukan suatu perbuatan
yang tidak layak. Tapi siapa sebetulnya ia, Kim Houw sendiri tidak ingat, bagaimana harus
menjawab! Seketika itu wajahnya lantas merah, Kim Houw tidak bisa menjawab.
"Apa tuan kurang leluasa memberi nama" tidak halangan. Sebutkan saja shemu! Kita toh
sudah bersahabat, sudah seharusnya mengetahui nama masing-masing. betul tidak?" kata pula
orang itu sambil ketawa.
Sebutkan shenya saja" Tapi she apa sebetulnya" Hati Kim Houw berdebaran, bukan karena
takut tapi merasa tidak kenal.
Sebab terhadap satu sahabatnya yang baru dikenal, bagaimana kita mengatakan bahwa she
dan namanya sendiri tidak tahu" Bahkan itu adalah lelucon besar"
Maka ia lantas putar Otak, ia hendak mencari she sembarangan saja, tapi she apa sebaiknya"
Ia sendiri juga tidak bisa memilih!
She Tio, she cian, she Sun, Lie, Ciu, The ataukah Ong...." Mana yang lebih baik".
Akhirnya ia pilih satu yang tersebut pertama, ialah she Tio! she ini baik dalam anggapannya
Kim Houw maka ia lantas menyebut: "Aku yang rendah ada seorang she Tio. Tuan sendiri siapa
namanya?" Laki-laki gemuk itu lantas tertawa bergelak-gelak.
"Aku yang rendah adalah she Cian, dalam urutan keluarga aku jatuh nomor dua, maka
sahabat-sahabat pada manggil aku Cian Lo ji. Tuan she Thio, ternyata masih berada di atasku,
benar-benar hebat. Biasanya aku suka menganggap bahwa she-ku itu termasuk paling atas
diantara begitu banyak she, sehingga aku kadang-kadang merasa bangga sendiri. Tapi hari ini di
depan tuan, aku tidak biasa banggakan diri lagi!" demikian si gemuk menjawab Cian Lo-ji itu,
agaknya doyan mengobrol. Apa saja ia katakan, rupanya seperti yang mengerti banyak urusan,
namun sebetulnya tidak ada kebecusannya. Bicara tentang kepandaian ilmu silat, Cian Lo-jie
lantas sombongkan dirinya, ia berkata dengan satu tiupan saja ia bisa bikin orang jumpalitan
sampai tiga kali. Itu masih belum terhitung apa apa, ilmu sedotnya adalah lebih hebat lagi, sekali
sedot orang yang berada di suatu tempat tiga tumbak lebih jauhnya lantas bisa tersedot tubuhnya!
Kim Houw mendengarkan dengan perasaan kagum. Ia kagum karena si gemuk agaknya
mengerti banyak urusan dan semua bisa!
Tapi ketika si gemuk membicarakan. soal ilmu silat, perhatian Kim Houw lantas berkurang, itu
bukannya ia tidak percaya perkataan Ciau Lo jie, ia cuma merasa bahwa kecuali kepandaian ilmu
silatnya yang masih belum dilupakan, hal yang lainnya semua sudah lenyap dari ingatannya!
Ilmu silatnya itu sudah cukup membuatnya pusing kepala, dari ilmu silatnya itu ia hendak
mengingat-ingat kembali segala kejadian yang sudah lalu, tapi sia sia. Akhirnya ia merasa jemu
terhadap kepandaiannya sendiri!
Ia pikir, segalanya sudah tidak ingat lagi, alangkah baiknya jika ilmu silatnya juga terlupa sama
sekali. Cian Lo-jie agaknya mengerti kalau Kim Houw kurang gembira, lalu mencoba menghibur
dengan rupa rupa akal. Dari dalam sakunya ia mengeluarkan sebutir batu permata yang besar
sekali. lalu diletakkan di depan Kim Houw sembari berkata: "Tio Lo tee kau lihat batu permata ini
tidak jelek bukan?"
Kim Houw sudah banyak lihat barang permata yang berharga, tapi semua itu tidak menarik
hatinya, maka terhadap barang permata Cia Lo-ji ia tidak pandang mata.
Cuma karena sinarnya yang gemerlapan, masih boleh juga, tapi Kim Houw tidak menyatakan
pendapatnya, hanya anggukan kepala saja. Tidak nyana bahwa barang permata itu justru telah
mengembalikan sedikit ingatannya, ia ingat-ingat seperti pernah melihat barang permata begituan,
entah dimana! Cin Lo ji melihat Kim Houw menganggukkan kepala, lantas ambil kembali batu permatanya,
kemudian ditekan dengan dua jarinya dan batu itu lantas hancur berkeping-keping.
Menyaksikan kejadian itu. bukan main kagetnya Kim Houw. la anggap bahwa si gemuk ini
benar-benar lihay, batu permata yang lebih keras daripada besi atau baja ternyata bisa
dihancurkan demikian mudah.
Cian Lo-ji ketawa gelak-gelak, agaknya sangat bangga atas perbuatannya tadi.
"Ho Lo-tee !" katanya tiba-tiba. "Aku ada sedikit pertanyaan, entah boleh kuucapkan atau
tidak?" "Cian Ji-ko hendak menanya, apa salahnya?" jawab Kim Houw.
Cian Lo-ji berpikir sejenak, baru berkata: "Sebetulnya pertanyaanku juga bukan bermaksud
menghina, hanya aku lihat kau bukan orang jahat, mengapa pakaianmu begitu mesum, entah apa
sebabnya" Kau dari mana hendak kemana?"
Kim Houw lihat-lihat pakaiannya sendiri, memang tidak keruan macamnya. Tapi ia juga
merupakan suatu hal yang memusingkan dirinya, karena ia sendiri juga tidak tahu apa sebabnya
bisa jadi begitu rupa?"
Dari mana" Hendak kemana" Semakin tidak tahu. Maka ia cuma bisa memandang melongo
memandang Cian Loji.
Nampak Kim Houw lama tidak bisa menjawab dan hanya memandang dengan bengong Cian
Lo ji berkata pula: "Apa ada kau lihat yang sukar diutarakan" Kalau begitu sudah saja. Jika kau
sudi ikut aku, aku pasti bisa mencarikan kau suatu pekerjaan yang baik untukmu, bahkan aku
dapat merawat baik-baik diri kau. Mengapa wajahmu mirip benar dengan adikku yang telah
menghilang dari sampingku"
Dalam pembicaraannya Cian Lo-ji agaknya menaruh banyak perhatian atas dirinya Kim Houw,
sehingga Kim Houw mulai tergerak hatinya. Pikirnya, mungkin aku adalah adiknya, tapi ia betulbetul
tidak ingat ada mempunyai kakak seperti si gemuk ini!
Karena ia tidak mempunyai tujuan yang tertentu, pikirnya apa salahnya kalau ikut dia!
Cian Lo-ji membayar rekening makanya ia ajak Kim Houw pergi ke toko pakaian. Ia membeli
dua potong baju panjang, sepatu, kaus kaki, dan pakaian dliam.
Barang-barang yang ia beli meski barang bekas dipakai, tapi cocok untuk badan Kim Houw.
Sekarang Kim Houw berubah gagah dan cakap.
Cian Lo-ji benar-benar memperlakukan Kim HouW seperti adiknya sendiri, segala-galanya ia
perhatikan benar-benar.
Entah kebetulan atau sengaja, Cian Lo-ji telah ajak Kim Houw menuju ke selatan. Dua hari
kemudian, sudah tiba di kota Liong Khe, yang letaknya dekat dengan kota Ceng-shia.
Ketika dua orang itu tengah enak-enak berjalan, tiba-tiba ditegor orang. "Aha! Cian-jiko, lama
tidak ketemu, apa kau ada baik?"
Cian Lo-ji berpaling, lantas ketawa dan menjawab: "Kukira siapa, kiranya Siauw-siaucu. Aku
jika seorang bernasib jelek, bagaimana bisa senang" Mungkin adikku ini mempunyai roman
gagah, di kemudian hari tentu akan hidup senang, barangkali aku nanti akan mengandal
padanya!" Cian Lo-ji berkata sambil menunjuk Kim Houw yang dikatakan adiknya. Tapi orang she Sauw
itu begitu melihat Kim Houw, badannya lantas gemetar, hampir saja ia menjerit dan kabur.
Cian Lo-ji cepat menjambret padanya.
"Kau kenapa" Apakah kau sudah gila" Mengapa mau lari?" tegurnya.
Apa sebabnya orang she Sauw itu begitu lihat Kim Houw lantas kabur! kiranya dia itu adalah
murid kepala Ciok Goan Hong, Souw Coan Hui. Dulu, ketika Kim Houw didesak masuk ke dalam
Istana Kumala Putih di dalam rimba keramat, Souw Coan Hui pernah menguntit dan menimpuk
dirinya dengan senjata piaw.
Souw Coan Hui yang selalu bergelandangan di dunia Kangouw, sudah tentu dapat dengar
dengar segala urusan yang menyangkut diri Kim Houw. Musuh lama telah bertemu muka,
bagaimana ia tidak ketakutan"
Ketika dijambret oleh Cian Lo-ji, benar-benar ia sudah terbang semangatnya, tapi mendadak
seperti menemukan apa-apa pada diri Kim Houw, yang saat itu tidak bergerak atau bicara, hingga
ia anggap mungkin Kim Houw sudah melupakan dirinya. Oleh karena itu, maka hatinya mulai
tenang. "Cian Jiko, kau kenapa" Di tengah jalan raya kau tarik-tarik badan orang, apa maksudmu ini"
Aku tadi karena ingat suatu hal penting, terpaksa hendak pergi. Dan kalau kau memerlukan diriku,
apa boleh buat. Apakah kau hendak suruh aku minum dua cawan arak" Tidak apa, biarlah aku
urungkan maksudku!" demikian Coan Hui berkata.
"Namaku toh Cian Gan Khai, kau tahu bukan" Hari ini karena ada barang dagangan besar,
baru memerlukan kau. Tidak apa kalau kau ingin minum dua cawan arak, cuma sekali ini jangan
coba main gila, sudah tenggak arak lantas kabur..." kata Cian Lo-ji sambil ketawa terbahak-bahak.
Souw Goan Hui tidak mengerti apa maksudnya she Cian itu, lalu melirik pada Kim Houw
sejenak, ia dapat kenyataan bahwa Kim Houw keadaannya seperti orang linglung, beda
keadaannya dengan masih waktu kanak-kanak. Apa yang tersiar di kalangan Kangouw makin jauh
bedanya. Maka diam-diam ia lantas berpikir. Apakah dia bukan Kim Houw" Rasanya tidak
mungkin! Apa Lo-ji menggunakan obat membikin ia bingung"
Pikirannya kerja keras, sedang mulutnya menyahut: "Cian Jiko, kau dengan aku sudah seperti
saudara saja, masa perlu merendah! Kalau kau ada urusan apa-apa, bicaralah terus terang! Asal
tenagaku mampu lakukan, tidak nanti menolak permintaanmu, tidak usah putar-putar
pembicaraanmu..."
"Kalau urusan ini nanti berhasil, aku tidak akan merugikan kau. Apa yang kau ingin bicarakan
justru mengenai Tio Le-te ini!" kata Cia Lo-ji sambil menunjuk Kim Houw.
Soan Coan Hui diam-diam merasa heran. Mengapa Kim Houw mendadak berobah menjadi
orang she Tio" Ia lalu berlagak tidak kenal pada Kim Houw, ia anggukan kepala, sebagai tanda
belajar kenal. Kim Houw melihat Souw Coan Hui mengangguk kepadanya ia juga balas dengan
anggukan kepala. Ia seperti belum pernah kenal Souw Coan Hui.
Menepuk keadaan demikian, Souw Coan Hui makin tenang.
Cian Lo-ji menarik tangan Souw Coan Hui, lalu bicara bisik-bisik di telinganya: "tolol, jangan
kesusu makan saja paling penting urus perkara yang perlu dulu. Tio Lo-teko ini, dia betul she Tio
bukan, mungkin dia sendiri juga tidak tahu. Sebab aku berada bersama-sama dengannya
beberapa hari lamanya, aku sering lihat dia pukuli kepalanya sendiri, menanyakan dirinya sendiri
siapa. Coba kau pikir di dunia mana ada orang yang tidak kenal dirinya sendiri" Namun
kepandaian silatnya hebat sekali. Maksudku memikat dia, sebab dalam badannya ada membawabawa
dua rupa benda wasiat yang harganya dapat digunakan untuk membeli sebuah kota!
Dengan menggunakan sedikit uang, aku dapat menempel dia. Aku sebetulnya hendak mencuri
secara diam-diam, tapi jangan kau anggap dia tolol. Sungguhpun kelihatannya tolol, tidak
gampang-gampang di disentaknya. Akhirnya, aku coba menggunakan obat tidur, siapa tahu obat
tidur ternyata tidak mempan terhadap dirinya. Dia cuma duduk bersemedi sebentar, lantas
sadarkan dirinya lagi. Aku benar-benar kewalahan menghadapi dia.
"Aku sebetulnya merasa penasaran, biar bagaimana aku harus dapat garuk sedikit keuntungan
daripada dirinya, baru merasa puas! Eh, Souw, otakmu sangat cerdas, cobalah carikan akal! Kalau
kita berhasil memiliki barang-barang wasiatnya, kita nanti jadikan uang dan bagi dua, bagaimana
kau pikir?"
Souw Coan Hui mendengar keterangan Cian Lo-jie bahwa di badannya anak muda itu ada
membawa-bawa benda wasiat dan kepandaiannya sangat tinggi, pikirnya benar-benar dia mirip
dengan Kim Houw yang ramai dibicarakan di kalangan Kangouw. Tapi mengapa keadaan dia
seperti orang linglung"
Ia pura-pura menengok dan memanggil "Kim Houw!"
Kim Houw mendengar suara itu, sekujur badannya tergetar, seketika itu ia seperti kaget, lalu
menanya: "Saudara Souw ini, kau panggil siapa" Aku rasanya pernah kenal nama dan suara
saudara ini, tapi entah dimana" Coba kau panggil sekali lagi!"
Mendengar perkataan Kim Houw, Souw Coan Hui tahu bahwa dugaannya tidak keliru. Pemuda
itu adalah Kim Houw, sudah tidak bisa salah lagi. Tapi mengapa ia bisa hilang ingatannya" Ia
benar-benar aneh!
Souw Coan Hui adalah seorang licik dan berbahaya, sudah tentu tidak mau mengembalikan
ingatan Kim Houw.
"Yang aku panggil adalah Keng Go, nama ini siapa yang belum pernah dengar?" jawabnya,
lalu berkata kepada Cian Lo-ji: "Cian-jiko, bukan aku tekebur, aku tanggung kau bisa dapat untung
besar! Kau tunggu di sini sebentar, aku segera kembali!"
Sehabis berkata, dengan jalan separuh melompat ia lari keluar.
Setengah jam kemudian, Souw Coan Hui sudah balik kembali, diikuti oleh seseorang berbaju
putih, ia ini adalah suhunya Souw Coan Hui. Ciok Goan Hong.
Ciok Goan Hong ketika melihat Kim Houw dalam hari terkejut. Ketika Kim Houw hilang
ingatannya di Istana Kumala Putih, siapapun tidak tahu maka siapa kira kalau kali ini telah kambuh
kembali" Ciok Goan Hong mendapat kabar dari Souw Coan Hui, semula ia tidak dapat percaya, tapi
setelah menyaksikan sendiri, mau tidak mau ia harus percaya. Ia memang kenal dengan Cian Loji,
maka sengaja ia menggoda: "Cian Lo ji dimana barang permatamu dari beling itu" Coba kau
demonstrasikan sekali lagi untuk aku lihat!"
Ciok-ya kau jangan ketawai aku, muslihatku ini mana aku berani pertunjukkan di hadapanmu?"
jawab Cian Lo ji sambil membungkukkan badan.
Kim Houw benar-benar sudah tidak mengenali Ciok Goan Hong, ia minum sendiri seenaknya.
Apa yang dibicarakan oleh mereka bertiga, ia tidak mau ambil pusing, sekalipun dengar ia juga
tidak mengerti.
Akhirnya mereka berempat tiba di satu pekarangan gedung di luar kota. Di sini adalah pos
pertama untuk jaringan mata-mata yang dipasang oleh Pek-liong-po.
Di tempat itu Kim Houw mendapat perlakuan luar biasa mewahnya.
Malam itu Kim Houw sedang tidur layap-layap, pintu telah terbuka, dari luar masuk seorang
pemuda cakap. Kim Houw ketika dapat lihat pemuda itu, lantas lompat bangun dari tempat tidur
dan menanya: "Kau... kau siapa?"
Orang itu tidak perdulikan pertanyaan Kim Houw, segera memeluk dirinya sambil bercucuran
air mata berkata: "Adik, oh adikku. Bertahun-tahun aku mencari kau, kemana saja kau pergi?"
Orang itu memang benar saudara Kim Houw, Siao Pek Sin.
Kim Houw melihat Siao Pek Sin agaknya sedikit tersadar, sebabnya ialah kebenciannya yang
sangat mendalam terhadap dirinya Siao Pek sin, sehingga kesan buruknya juga sangat
menggores di otaknya. Tapi begitu dipeluk oleh Sin Pek Sin, ingatannya itu lantas buyar lagi!
Dalam keadaan linglung, ia juga balas memeluk Siao Pek Sin. Karena memang wajahnya
mereka seperti pinang dibelah dua. Kim Houw tidak meragukan lagi, keterangan Siao Pek Sin
siapa berlagak menanya ke barat ke timur, seolah-olah sangat sayang terhadap saudara kecilnya
itu. Pertanyaan Siao Pek Sin itu semuanya adalah kosong, bagaimana Kim Houw bisa menjawab"
Akhirnya Siao Pek Sin beritahukan kepada Kim Houw, bahwa Gian Lo hi itu seorang petani
ulung sekarang sudah digebah olehnya, selanjutnya mereka dua saudara tidak akan berpisah lagi!
Sesudah terang tanah, Siao Pek Sin mengajak Kim HOUw meninggalkan kota Liong-khe. Hari
itu Kim Houw benar-benar tidak melihat Cian Lo-ji lagi.
Mereka menunggang kuda belum sampai dua jam, sudah memasuki Pek-liong-po, yang
terpisah tidak jauh dengan kota Ceng-shia.
Tiba di Pek-liong-po, Kim Houw diperkenalkan pada semua orang-orang Siao Pek Sin.
Sehabis mandi, tukar pakaian dan makan, Siao Pek Sin lalu dorong Kim Houw ke dalam satu
kamar yang mirip dengan tahanan.
"Disini ada sahabatmu dimasa kanak-kanak Touw Peng Peng, ia sedang menantikan
kedatanganmu sampai seperti orang gila!" kata Siao Pek Sin.
Kim Houw baru saja masuk pintu, sudah disambut oleh... sambitan sebuah benda yang
diarahkan ke mukanya, Kim Houw lantas berkelit ke samping, "Prang!" Kim Houw dengar suara


Istana Kumala Putih Karya O P A di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

barang beling jatuh pecah di tanah, ternyata itu adalah pot kembang besar yang jatuh hancur
berantakan! Telinganya kemudian dengar suara bentakan keras: "Kau... iblis, binatang! Kau berani
datang?" Kim Houw tercengang, lalu menengok ke arah datangnya suara. Seorang wanita muda dengan
rambutnya yang awut-awutan tidak karuan serta wajahnya yang mesum, telah mengawasi dirinya
dengan mata beringas!
Kim Houw yang sudah terpengaruh oleh lagu-lagu Siao Pek Sin, sudah anggap semua yang
ditunjuk dan dikatakan oleh Siao Pek Sin adalah benar. Sebab Siao Pek Sin sudah memberikan
pakaian untuknya yang begitu cocok benar dengan dirinya, membuat ia percaya bahwa semua
pakaian itu adalah kepunyaannya sendiri.
Ia juga percaya bahwa wanita muda itu adalah Touw Peng Peng, kawannya dimasa kanakkanak.
Tapi sedikitpun tidak mempunyai kesan terhadap wanita itu, ia terpaksa mendekati setindak
demi setindak. "Siao Pek Sin, tahukah kau, sekalipun aku binasa juga tidak sudi kau hina!" tiba-tiba wanita itu
berteriak. Kim Houw dia dapat lihat di tangannya wanita muda itu memegang sebilah pisau belati yang
sedang ditujukan ke dadanya sendiri, maka lantas ia buru-buru berkata: "Peng Peng, aku bukan
Siao Pek Sin, aku bernama Pek Leng Ji! Apa kau sudah lupa?" kata Kim Houw dalam keadaan
linglung. Pek Leng Ji adalah nama pemberian Siao Pek Sin. Kim Houw mengira nona itu setelah
mendengar namanya, pasti kaget dan melepaskan pisau belati di tangannya.
Siapa nyana, belum habis ia bicara, nona itu sudah ketakutan seperti orang gila, lalu
memotong pembicaraannya: "Tidak ada gunanya kau memutar otak, segala akal bangsat
begituan, apa kau kira bisa mengelabui mataku" Terus terang, sekalipun mulutmu sendiri
mengatakan bahwa kau adalah Kim Houw, aku juga tidak percaya!"
Tepat pada saat itu Siao Pek Sin muncul di depan pintu.
"Peng Peng, coba kau lihat aku siapa" Sekarang kau boleh bandingkan sendiri. Tentunya kau
mau percaya lekas sambut kekasihmu!" demikian ia berkata.
Dengan munculnya dua orang dengan berbareng, Peng Peng yang tidak mau percaya
terpaksa juga harus putar otaknya! Benarkah orang di depannya itu adalah Kim Houw" Mengapa
ia sebut namanya sendiri Pek Leng-JI"
Wanita muda itu benar Peng Peng, sejak ia tertawan banyak penderitaan telah dialami, untung
ada Ciok Goan Hong yang mau mengopeni, sehingga jiwanya masih belum melayang kelain
dunia. Kini setelah melihat Kim Houw, ia kesima. Roman Siao Pek Sin serupa benar dengan Kim
Houw. Kalau muncul sendirian, sampai mampus iapun tidak mau percaya.
Peng Peng mendadak ingat pedang Ngo-heng-kiamnya yang ia berikan kepada Kim Houw,
maka lantas berkata: "Kalau benar kau orang yang selalu kupikiri, kau harus ingat bahwa aku
pernah memberikan kau sebilah pedang!"
Pedang! Meski ia sudah tidak ingat dari mana asal usulnya itu pedang, tapi di badannya
memang benar ada sebilah pedang. Ia lalu hunus pedang Ngo-heng-kiamnya, yang lantas
memancarkan sinarnya yang berkilauan.
Peng Peng menghela napas, pisau di tangannya lantas terlepas dan jatuh di tanah. Berbareng
dengan itu, ia juga lantas merasa badannya lemas dan rubuh di tanah. Kemudian menangis
dengan sedihnya seraya berkata: "Houw-ji. Houw-ji! Kau benar-benar telah datang! Misalnya
sudah tidak dapat melihat aku lagi!"
Kim Houw terkejut, ia lompat dan memeluk diri Peng Peng sembari memanggil: "Peng Peng!
Peng Peng..."
Ia memanggil dua kali, lantas merandek. Sebab hal itu rasanya ganjil. Siang dan malam
otaknya selalu memikirkan Peng Peng, ketika memanggil dua kali, dalam otaknya agaknya timbul
kesadaran, dalam keadaan linglung, ia seperti benar-benar pernah kenal dengan nama itu.
Tapi, karena Peng Peng lantas jatuh pingsan, dan Kim Houw harus buru-buru memberikan
pertolongan, dengan terhalangnya keadaan itu, kesadarannya lenyap dari otaknya.
Semua kejadian itu lantas disaksikan dengan jelas oleh Siau Pek Sin. Ia lalu perlihatkan
ketawa iblisnya dan berlalu.
Peng Peng yang berada dalam pelukan Kim Houw, perlahan-lahan mendusin, ketika melihat
keadaan Kim Houw seperti orang linglung ia lalu berkata : "Houw-ji, akhirnya kau datang juga......"
Tidak menunggu habis perkataan Peng Peng, Kim Houw lantas memotong : "Peng Peng,
mengapa kau memanggilku Houw Ji ?"
Peng Peng bingung, ia tidak bisa menjawab. Kemudian ia tundukkan kepalanya, ia merasa
jengah. Jika wajahnya tidak mesum, dikedua pipinya yang putih mungkin dapat terlihat rona
merah. Tiba-tiba ia berkata dengan suara perlahan: "Engko Houw....." setelah memanggil, kepalanya
menunduk semakin rendah.
Tapi Kim Houw ternyata masih bingung, "Tidak ! Mengapa kau panggil aku Houw...." tanyanya.
Peng Peng hatinya berdebaran, ia kira Kim Houw menghendaki supaya ia penggil lebih mesra
padanya. Tiba-tiba ia dengar suara Kim Houw pula : "Peng Peng, kau salah mengerti, aku heran
mengapa kau panggil aku Houw " Sebab namaku adalah Pek Leng-jie, apakah dalam hal ini ....."
Peng Peng mendongak, ia telah dapat melihat wajah Kim Houw selain murung, juga seperti
bingung. "Apa kau bukan bernama Kim Houw " Mengapa kau ganti nama menjadi Pek Leng-jie ?" tanya
si nona. "Kim Houw ! Kim Houw ! Kim Houw ..."
Kim Houw berulang-ulang menyebut namanya sendiri. Nama itu rasanya pernah didengar,
pernah dikenal, tapi entah dimana " ia sudah tidak ingat lagi !
Akhirnya, ia memukul-mukul kepalanya sendiri, makin lama makin bernapsu oleh karenanya
menjadi makin linglung!
Peng Peng segera cegah perbuatan Kim Houw itu lebih jauh, "Houw-ji kenapa kau" Apa betul
sedikitpun sudah tidak ingat apa-apa lagi?"
Kim Houw gelengkan kepala, "Aku benar-benar tidak ingat semua. Sebetulnya juga bukan
tidak ingat, melainkan seperti belum pernah terjadi seperti bayi yang baru dilahirkan, segala tidak
tahu." Peng Peng geleng-gelengkan kepalanya lalu duduk disampingnya :
"Baiklah." katanya. "Aku peringatkan kau. Dahulu, dengan seorang diri kau telah memasuki
sebuah rimba keramat di gunung Tiang-pek-san yang sangat ditakuti oleh orang-orang gagah
rimba persilatan, kau telah masuk ke Istana Kumala Putih......"
"Istana Kumala Putih ?" Kim Houw menyebut nama itu, otaknya mendengung.
Peng Peng melihat ia seperti masih bisa mengingat, lantas berkata: "Benar ! Istana Kumala
Putih." "Istana Kumala Putih !" Kim Houw mengulang nama itu. "Kemudian bagaimana ?"
Kemudian bagaimana " Ia sendiri juga tidak tahu. Hakekatnya terhadap urusan Kim Houw
selama dua tahun itu, apa yang ia ketahui hanya sedikit sekali, boleh dikata tidak berarti sama
sekali. Maka ia lantas menyahut "Houw-ji biarlah kau linglung untuk sementara. Aku nanti coba
mencari jalan untuk menyembuhkan kau. Cuma kau harus hati-hati, harus dengar perkataanku.
Sebab engkomu itu, Siao Pek Sin, dia adalah musuh besarmu !"
Kim Houw melengak. Ia mengawasi Peng Peng sekian lama.
"Peng Peng, benarkah ucapanmu ini" Aku tidak percaya! Ini tidak mungkin. Diantara saudara,
bagaimana jadi musuh besar?"
Peng Peng belum sampai menjawab, tiba-tiba terdengar orang ketawa yang kemudian disusul
dengan ucapannya: "Nona Houw, usahamu ini benar-benar percuma saja! Bagaimana kau dapat
merenggangkan persaudaraan kita" Adik Leng, mari kita minum arak, biarlah nona Peng Peng
berhias diri dulu!"
Orang yang bicara itu adalah Siao Pek Sin. Tapi hanya terdengar suaranya, tidak kelihatan
orangnya. Belum sampai Kim Houw menjawab, sudah didahului oleh Peng Peng: "Tidak! Houw-jie kau
jangan tinggalkan aku, jangan! Aku berhias diri, kau harus tunggu diluar. Sebab aku takut.
Sebelum bertemu kau, aku seorang pemberani, apa juga tiada yang kutakuti. Tapi setelah bertemu
denganmu, keberanianku hilang semua. Aku yakin, jika kau meninggalkan aku..
Bicara sampai disitu, Peng Peng telah rubuh...
Peng Peng ternyata dalam keadaan sakit, badannya terlalu lemah.
Dengan sangat hati-hati Kim Houw memondong Peng Peng, berkata perlahan: "Baiklah aku
terima permintaanmu, aku tidak akan meninggalkan kau. Cuma selanjutnya kau tidak boleh lagi
menjeleki nama engko."
Mendengar itu hati Peng Peng seperti diiris-iris, air mata mengucur deras, tapi mulutnya
seperti terkancing.
Pintu terbuka, dari luar masuk dua pelayan wanita dan dua pesuruh. Kim Houw lalu keluar dari
kamar, tapi ia tidak berlalu jauh, benar-benar ia menjaga di luar pintu.
Siao Pek Sin tiba-tiba muncul disampingnya, ia lantas ketawa kepada Kim Houw dan berkata:
"Adik Leng, mari kita pergi minum arak!"
"Engko, Peng Peng sedang sakit keras!" jawab Kim Houw sambil gelengkan kepala.
"Aaa ia benar-benar telah sakit, itu adalah waktu yang tidak baik, dalam rumah kita ada ruparupa
obat ajaib yang sangat manjur. Kau tunggu dulu, aku nanti ambilkan untuk mu!" Siao Pek Sin
pura-pura bersusah hati.
Baru saja Siao Pek Sin berlalu, sebuah benda jenis senjata rahasia menyambar ke arah Kim
Houw. Sambil miringkan badannya berkelit, Kim Houw ulur tangannya menyambut senjata rahasia
itu. Bersambung ke jilid 15
Jilid 15 Senjata itu tergenggam, tapi Kim Houw merasa tangannya agak sakit. Ia terperanjat kagum
atas yang melancarkan serangan tadi, ini ia juga heran, mengapa orang dalam Pek-liong-po berani
melakukan serangan menggelap terhadap dirinya.
Senjata rahasia itu nampaknya bukan senjata rahasia biasa yang terdiri dari besi atau paku. Ia
lantas buka tangannya, ternyata cuma sehelai kertas dan sebuah batu kecil saja. Pada kertas itu
ada tulisannya yang berbunyi: "Kau sungguhan atau pura-pura" Kalau sungguhan kau diam, tapi
kalau pura-pura harus lekas pergi. Dalam segala hal yang paling penting harus berlaku hati-hati."
Kim Houw tidak mengerti apa maksudnya tulisan itu. Apakah sungguh-sungguh " Atau hanya
pura-pura " Sedikitpun ia tidak mengerti. Ia diam-diam merasa geli atas surat peringatan itu.
Dalam hati kecilnya ia berkata : "Aku harus hati-hati apa " Sepatutnya yang hati-hati, kau
kawanan manusia rendah yang melakukan serangan menggelap !"
Dengan acuh tak acuh Kim Houw merobek-robek surat itu. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh
berkelebatnya satu bayangan merah. Ia ingin mengejar tapi takut dipanggil oleh Peng peng,
terpaksa ia urungkan maksudnya.
Tepat pada saat itu, suara orang ketawa terdengar dari sudut lain. Kim Houw berpaling.
Seorang imam miskin dengan tangan kanan memegang potongan daging ayam dan tangan kiri
membawa sepoci arak, berjalan mendatangi dengan badan sempoyongan.
Kim Houw terkejut. Bagaimana Pek-liong-po bisa ada manusia begitu "
Tiba-tiba terdengar suara nyanyian imam miskin yang tengah mabuk itu : "Dunia keruh,
manusia pada mabuk, hanya aku sendiri yang sadar....."
Menyanyi sampai di situ, ia lalu tenggak araknya dan gerogoti daging ayamnya. Ketika berada
di depan Kim Houw, mendadak seperti orang yang baru lihat, ia buka lebar matanya. Mulutnya
seperti hendak mengatakan sesuatu, namun terhalang oleh daging ayam dan arak yang
memenuhi mulutnya, tampak buru-buru ia hendak menelannya. Apa mau daging ayam yang
terburu-buru ditelan telah mengganjal di tenggorokannya !
Ia coba keluarkan kembali, apa mau, lantas menyembur keluar semua.
Semburan itu demikian kerasnya, bahkan tepat menyembur muka Kim Houw. Karena tidak
menduga adanya kejadian demikian, meski mukanya tidak tersembur, namun pakaiannya Kim
Houw sudah basah dengan arak.
Kim Houw kerutkan alisnya. Ia tidak tahu imam miskin ini tetamu Pek-liong-po atau bukan, ia
tidak berani berlaku kurang ajar, hanya matanya melototi si imam konyol.
Imam miskin itu repot dengan sendirian, mulutnya tidak henti-hentinya mengoceh : "Ah celaka,
celaka dua belas ! Mari, mari kubersihkan pakaianmu !"
Berbareng dengan itu paha ayam dijejalkan ke mulutnya, sedang tangannya hendak
digunakan untuk membersihkan pakaian Kim Houw.
Karena tangannya begitu mesum, sudah tentu Kim Houw tidak sudi diraba, sembari menyingkir
ia berkata padanya : "Toya harap tahu diri sedikit, aku bukannya orang yang boleh dipermainkan !"
Imam miskin itu delikkan matanya, tiba-tiba keluarkan paha ayamnya dan lantas dongakkan
kepala ketawa bergelak-gelak.
Belum lenyap suara ketawanya, terdengar suara Siao Pek Sin yang menegor: "Kee Toya kau
mabuk lagi, lekas pergi mengaso !"
Imam miskin itu memang benar adalah si imam palsu dari Istana Kumala Putih. Ditegur oleh
Siao Pek Sin, ia ketawa.
"Tiancu, kau benar-benar lihay !" katanya. "Kim Houw akhirnya dapat kau taklukkan ! Dengan
adanya dia, kedudukanmu didalam Istana Kumala Putih benar-benar akan menjadi bertambah
kuat !" Mendengar itu, Siao Pek Sin wajahnya berubah seketika.
"Kee Toya, kau kembali mengoceh tidak keruan, bukan lekas enyah !" demikian ia membentak
dengan angkuhnya.
Imam palsu benar saja lekas berlalu !
Setelah si Imam palsu berlalu jauh, Siao Pek Sin baru berkata sendirian : "Sungguh
menyebalkan ! Setiap hari kerjanya cuma mabuk-mabukan, berlagak gila, mengoceh tidak keruan
!" Kim Houw juga anggap ia benar-benar seperti orang gila, tapi ia tidak tahu siapa dan
bagaimana kedudukannya Imam palsu itu. Ia cuma menampak imam itu sangat hormat dan takut
sekali terhadap Siao Pek Sin, dalam hati merasa heran, namun ia tidak enak untuk menanyakan
kepada Siao Pek Sin.
Sembari menyerahkan satu botol batu kumala dan satu kotak yang terbuat dari batu kumala
juga, Siao Pek Sin berkata : "Adik Leng, dalam botol ini isinya obat, sedang kotak batu ini isinya
adalah obat kuat jin-som. Obat dapat menyembuhkan penyakit, sedang Jin-som dapat
menguatkan badan. Nona Peng Peng mungkin badannya lemas, bukan karena penyakit keras.
Dengan adanya dua macam obat ini, ku tanggung dalam beberapa hari pasti sembuh, kau boleh
tidak usah kuatir apa-apa!"
Sehabis berkata lantas ia berlalu meninggalkan Kim Houw.
Kim Houw menyambut kedua rupa barang itu sambil berpikir, "Mengapa Peng Peng suruh aku
hati-hati terhadap dia " Dia begitu baik memperlakukan aku, kalau aku harus waspada
terhadapnya, bukankah kebaikan orang dibalas dengan kejahatan " Aku tidak boleh turut
perkataannya Peng Peng, oleh karena seorang perempuan, sampai mengakibatkan putusnya
hubungan persaudaraan, sungguh tidak ada harganya !"
Pada saat itu, dua pelayan wanita itu sudah keluar, mereka tersenyum dan anggukkan kepala
kepada si anak muda linglung.
Kim Houw melangkah masuk, Peng Peng sudah tidur di pembaringan. Sedang dua pesuruh
wanita tengah membersihkan barang-barang yang hancur berserakan didalam kamar !
Peng Peng sehabis berhias, kelihatan lagi kecantikannya yang sangat menggiurkan.
Kim Houw baru lihat sepintas lalu, matanya sudah kesima. Bukan karena dibikin mabuk oleh
kecantikan Peng Peng, melainkan roman muka si nona rasa-rasanya ia sudah pernah lihat, entah
dimana ia sudah tidak ingat lagi ! Matanya terus mengawasi si nona dengan otak berputar.
Peng Peng yang dipandang demikian rupa oleh Kim Houw, wajahnya merah seketika.
"Kau lihat apa" Apa wajah ada tumbuh kembang!" demikian tegurnya.
Kim Houw terkejut, segera lenyap lagi ingatannya.
Peng Peng mungkin benar-benar terlalu lemah keadaannya, sehabis berhias, tumbuh
kelemahan badannya yang tengah sakit, cuma berkata sebentar saja napasnya sudah memburu.
Kim Houw buru-buru menghampiri dan berkata :" Peng Peng aku ada obat, kau boleh makan
dua butir, kemudian makan Jin-som, badanmu tentu akan lekas pulih kesehatannya!"
Peng Peng meski dalam keadaan sakit, tapi masih tetap bersemangat.
"Houw-ji, itu obat apa" Kau dapat dari mana?" tanyanya.
Kim Houw tercengang.
"Obat apa " Aku sendiri juga tidak tahu. Aku hanya percaya bahwa obat ini benar-benar obat
yang paling mujarab dari keluarga kita. Karena obat dari keluarga kita, sudah tentu tidak perlu
dijawab dari mana datangnya !" demikian jawabnya.
"Tidak, yang aku tanyakan padamu ialah siapa yang memberikan kau obat ini ?" kata si nona
pula sambil menggelengkan kepala.
Kim Houw tidak suka membohong, maka ia paling benci orang berdusta.
"Adalah engko Sin yang memberikan padaku. Kau tak usah kuatir, kalau kau tak percaya
biarlah aku makan dulu, supaya kau bisa lihat !" jawabnya.
Selagi hendak membuka botol, Peng Peng sudah mencegah.
"Jangan terburu napsu dulu, ini bukan soal percaya atau tidak percayanya. Jiwa manusia ada
berharga, bagaimana boleh dibuat permainan" Di sini ada dua pesuruh, boleh coba kepadanya,
berikanlah mereka masing-masing dua butir, bagaimana ?"
Menampak Peng Peng demikian sungguh-sungguh, Kim Houw lalu mengeluarkan empat butir
pil diberikan kepada dua orang pesuruh di situ. Sungguh aneh, kedua pesuruh ketika melihat obat
itu lantas pada berebutan, seolah-olah diberi barang hadiah yang berharga.
Lewat beberapa lama, dua pesuruh itu dengan keadaan badan masih tetap segar bugar
melakukan pekerjaannya, sedikitpun tidak menunjukkan perubahan apa-apa. Menyaksikan itu Kim
Houw agak tenang hatinya. Peng Peng terpaksa menelan dua butir.
Selanjutnya, Kim Houw serahkan kotak batu kumala itu kepada dua pesuruh, menyuruh
mereka membuat air untuk Peng Peng minum. Ketika Peng Peng hendak minum, lebih dulu ia
suruh kedua pesuruh itu mencicipi dulu !
Kelakuannya itu membuat Kim Houw kurang senang. Peng Peng tahu bahwa Kim Houw
benar-benar sudah melupakan kejadian yang telah lalu, maka ia tidak sesalkan dirinya. Ia hanya
bersikap hati-hati sendiri.
Obat itu ternyata sangat manjur, Peng Peng rasakan perlahan-lahan penyakitnya lenyap. Esok
sorenya Peng Peng sudah mulai sembuh seluruhnya. Justeru setelah sembuh dari sakitnya, Peng
Peng hatinya bertambah kuatir. Ia sangat kuatir tentang keadaan Kim Houw yang sudah hilang
semua ingatannya, sekarang ia harus waspada terhadap jiwa dua orang, jiwanya sendiri dan jiwa
Kim Houw. Kim Houw patuhi janjinya, sedikitpun tidak berani meninggalkan Peng Peng. Kalau Peng Peng
tidur, ia menjaga disampingnya sembari bersemedi, mengatur pernapasannya untuk memulihkan
tenaganya. Pada suatu malam udara bersih, bulan terang. Kim Houw yang tengah bersemedi, telah


Istana Kumala Putih Karya O P A di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dikejutkan oleh suara larinya orang ditengah malam. Kim Houw heran siapa orang yang tengah
malam-malam begini berani memasuki Pek-liong-po "
Ia lihat Peng Peng tengah tidur nyenyak, lantas ia pusatkan perhatiannya yuntuk
mendengarkan suara orang lari tadi.
Tidak lama, ia segera dengar ramai suara bentakan. Kim Houw terkejut, lalu lompat keluar dari
jendela. Setelah berada di atas genteng, ia melihat berkelebatnya beberapa bayangan manusia yang
maju menyerang dari beberapa jurusan. Kim Houw pasang matanya, ia lihat diantara mereka ada
Siao Pek Sin dengan baju putih yang sangat menyolok tengah bertempur, dengan tanpa ragu-ragu
lagi, lantas ia lari menuju ke tempat pertempuran.
Orang yang sedang bertempur dengan Siao Pek Sin, ternyata wakil ketua dari partai Sepatu
Rumput, si pengemis beracun Sin-hoa Tok-kai.
Tok Kai sudah dua kali pernah bertempur dengan Siao Pek Sin, tapi dua-dua kalinya kena
dikalahkan oleh Siao Pek Sin !
Soal malam ini entah apa sebabnya, Siao Pek Sin telah dibikin repot oleh Tok Kai. Sehingga
berulang-ulang didesak mundur, Tok Kai sendiri juga merasa terheran-heran !
Kim Houw menyaksikan saudaranya terdesak lantas berseru:" Lengko jangan kuatir, nanti adik
Lengmu yang menandingi dia!"
Ia berkata demikian, orangnya masih berada di suatu jarak kira-kira tiga jauhnya, tapi dapat
mengirim serangan tangan ke arah Tok Kai.
Tok Kai mendengar anak muda itu mengaku sebagai adiknya Siao Pek Sin, ia tidak ambil
perhatian. Tapi ketika ia merasakan hebatnya serangan anak muda itu, sudah tidak keburu untuk
menyingkirkan diri, maka serangan angin yang begitu hebat telah membuat diri Tok Kai terpental
sampai dua tumbak jauhnya.
Masih untung Tok Kai mempunyai ilmu mengentengi tubuh luar biasa, dengan kepandaiannya
itu, ia dapat menolong dirinya sehingga tidak sampai terluka, Namun kemana ia harus taruh
mukanya " Ini adalah suatu penghinaan yang sangat besar. Maka dengan cepatnya lantas cabut
senjatanya berupa sebatang gala bambu kecil.
"Anak busuk, kau mengerti juga ilmu gaib mari coba-coba sambuti senjataku ini." demikian Tok
Kai keluarkan bentakan.
Senjata gala bambu Tok Kai itu, sebetulnya dibuat khusus untuk menghadapi Siao Pek Sin,
dapat diduga bahwa dalam senjata tersebut tentunya ada mengandung suatu ilmu serangan yang
luar biasa. Tapi, Kim Houw bukannya Siao Pek Sin, betapapun lihaynya senjata Tok Kai ada sukar untuk
melukai dirinya. Sebaliknya setelah Tok Kai mainkan senjata istimewanya itu, Kim Houw juga tidak
mudah memenangkan pertempuran itu.
Kim Houw agaknya bermaksud akan memperlihatkan kepandaiannya kepada Siao Pek Sin, ia
keluarkan semua kepandaiannya.
Sambil keluarkan siulan nyaring dan panjang, Kim Houw loloskan senjatanya yang istimewa
Bak-tha Liong-kin begitu keluar, senjata itu lantas mengeluarkan sinarnya yang berkilauan, terus
hendak melibat senjata Tok Kai.
Siapa nyana dengan munculnya senjata luar biasa itu, Tok Kai lantas terperanjat dan lekaslekas
mundur, sedang mulutnya berteriak : "Kim-siauhiap ! Kau....?"
Berbareng dengan suara teriakan Tok Kai dari segala penjuru Kim Houw dengar pula suara
yang memanggil namanya.
"Kim-siauhiap......"
"Kim-siauhiap.....!"
"Houw-ji......!"
"Houw-ji....!"
Mendengar suara itu, Kim Houw sekujur badannya gemetaran. Pengemis sakti Tok Kai
memanggilnya Kim-siauhiap, ia sedikitpun tidak mempunyai perasaan, tapi begitu ramai orang
memanggil, ia terkejut !
Dalam hatinya lalu berpikir : "Benarkah aku bernama Kim Houw " Kalau bukan, bagaimana
sebetulnya Kim Houw itu...?"
Selagi masih bingung memikirkan dirinya disamping Tok Kai telah muncul empat orang dengan
berbareng. Mereka itu si sepatu dewa Cu Su, Tiong-ciu-khek Touw Hoa, Kim Lo Han, Kim Coa
Nio-nio. Tapi semuanya asing bagi Kim Houw. Hanya hwesio tinggi besar yang kepalanya gundul
kelimis, yang ia rasakan sudah pernah kenal, tapi tidak tahu namanya.
Ia dengar hwesio kepala gundul itu berkata kepadanya : "Houw-ji ! Kau...."
Hwesio itu cuma berkata demikian saja, karena melihat mata Kim Houw yang nampak layu,
dalam hatinya terperanjat. Sebab hanya Kim Lo Han yang tahu penyakit Kim Houw dulu. Maka ia
tidak dapat melanjutkan kata-katanya, hanya berseru : "Aaaa !", lantas tutup mulut.
Kawan-kawannya segera menanya : "Bagaimana sebetulnya ?"
"Ini adalah......!" Kim Lo Han gelengkan kepala serta menghela napas.
Siao Pek Sin tidak memberikan kesempatan kepada Kim Lo Han bicara, segera berseru keras
: "Adik Leng ! Kedatangan mereka adalah untuk merampas nona Touw."
Tiong Ciu Khek Touw Hoa menggeram.
"Bagaimana" Kalau kau ada seorang laki-laki sejati kau boleh tawan dia selamanya !" seru
Kim Houw gusar, karena gusarnya itu, semua ingatannya yang hampir terkumpul, kini buyar lagi.
Sambil putar senjata, ia berkata : "Siapa yang menghendaki nona Peng Peng, tanya dulu kepada
senjataku ini, pasti mendapat jawaban memuaskan !"
Kim Lo Han dengan suara sedih memohon kepada Tiong Ciu Khek : "Touw-heng, sudah ada
dia yang melindungi nona Peng Peng, aku percaya nona Peng Peng tidak sampai mengalami
bahaya. Sementara mengenai hal-hal selanjutnya sebaiknya kita pulang dulu berunding lebih jauh !"
Pada saat itu tiba-tiba terdengar suara ribut-ribut, kemudian disusul munculnya api dengan
asap mengebul ke udara.
Siao Pek Sin segera berteriak: "Aaaa! Celaka, adik Leng mari lekas kita pergi melihat!"
Kim Houw buru-buru berpaling, api berkobar justru di kamar Peng Peng. Dalam kagetnya Kim
Houw lantas meninggalkan Kim Lo Han dan kawan-kawannya bagaikan burung terbang ia terbang
melesat ke arah tempat kebakaran !
Meskipun Kim Houw sudah lupa segala kejadian yang lampau, tapi melihat perhatian Peng
Peng selama dua hari berada dalam satu kamar, ditujukan padanya dengan mesra, membuat Kim
Houw ingin membalas dengan cintanya yang murni pula!
Kini, kamar Peng Peng telah terbakar, apakah Peng Peng dapat menghindarkan diri dari
bahaya api, meski ia sudah sembuh dari sakitnya, masih merupakan suatu pertanyaan ! Kim Houw
belum tahu sampai dimana kepandaian si nona itu.
Kim Houw tiba ditempat kebakaran, seluruh kamar sudah dikurung api yang berkobar hebat.
Karena besarnya api sudah tidak mungkin lagi untuk dapat dipadamkan dalam waktu singkat.
Kim Houw kebingungan, tanpa menghiraukan segalanya, ia hendak lompat menerjang
kedalam api. Kim Houw mengeluarkan ilmu yang dapat melindungi dirinya sendiri yaitu Han-bun-cao-kie, api
Hwee-tok Sin-kin masih tidak dapat melukai dirinya, apalagi api biasa " Tapi, sekalipun ia tidak
takut, sebaliknya orang lain merasa takut!
Satu tangan orang dengan kecepatan luar biasa sebelum Kim Houw bergerak, sudah berhasil
menyambar lengannya. Sambil memegang erat lengan Kim Houw, orang itu bukan lain adalah
Siao Pek Sin sendiri, berkata kepadanya, "Adik Leng, aku tidak menghendaki kau menempuh
bahaya. Tahukah kau bahwa orang lain terlalu mencintai dirimu, aku yang menjadi engkohmu
sudah tentu tidak mau kehilangan kau. Jangan kau...."
Tidak menunggu bicara habis, Kim Houw sudah memotong. "Engkoh, lepaskan tanganku, aku
tidak takut api, api tidak bisa melukai diriku !"
Tapi Siao Pek Sin mencekal semakin erat "Adik Leng, kau jangan mendustai aku, api dan air
tidak mengenal kasihan, tidak boleh dibuat permainan !"
Kim Houw yang dipegang erat-erat, terpaksa mau menggunakan tenaganya untuk mengibas,
supaya Siao Pek Sin mencelat, tapi ia tidak bisa berbuat demikian karena meski ia mencintai Peng
Peng, tapi juga harus menghormati Siao Pek Sin, Akhirnya ia cuma bisa memohon sembari
meratap : "Engkoh, percayalah aku, aku tidak takut api !" Tapi Siao Pek Sin tetap tidak mau
melepaskan cekalannya.
Tiba-tiba dibelakangnya terdengar suara orang ketawa dingin, kedengarannya begitu seram !
Kim Houw menoleh, tapi tidak melihat bayangan seseorangpun juga.
Pada saat itu, kamar itu telah rubuh !
Kim Houw berseru seperti orang kalap : "Peng Peng ! Peng Peng !"
Suaranya begitu keras dan nyaring, tapi tidak mendapat jawaban. Entah Peng Peng sudah lari
atau tidak " Ia masih belum dapat memastikan. Sampai di situ, Kim Houw sudah tidak dapat
menahan sabar lagi, ia ingin menerjang ke dalam.
Kebetulan saat itu Siao Pek Sin sudah melepaskan tangannya, dengan tidak ayal lagi Kim
Houw lantas menerjang masuk ke dalam gumpalan api.
Orang-orang yang menyaksikan perbuatan Kim Houw itu semuanya menjerit kaget !
Tapi, Kim Houw setelah berada di dalam api, lama belum muncul lagi, akhirnya dinding-dinding
rumah sudah pada rubuh. Sungguh aneh, berkobarnya api itu seperti dikendalikan oleh tenaga
gaib, kecuali kamar tidur Peng Peng, bagian yang lainnya tidak ada yang kerembet terbakar.
Paling akhir, kamar bekas tinggal Peng Peng itu sudah rata menjadi tumpukan puing dan api
juga sudah padam. Tapi orang heran tidak melihat bayangan Kim Houw.
Di sebuah pelataran yang masih ada sedikit apinya, kelihatan sesosok bayangan orang seperti
terbungkus oleh sinar hijau, ia adalah Kim Houw.
Tangannya memondong seorang yang sudah menjadi bangkai, pakaian sudah habis terbakar,
wajahnya sudah sukar dikenali. Tapi dari potongan badannya, kecuali Peng Peng, tidak ada yang
mirip seperti itu lagi.
Kim Houw wajahnya murung, air matanya mengalir deras, nampaknya sangat duka.
Meski ingatannya sudah hilang, tapi akal budinya masih ada. Ia pikir : Api ini datangnya sangat
mendadak, perbuatan tangan jahat, tapi entah perbuatan siapa " Mungkinkah perbuatan Siao Pek
Sin yang ditakuti oleh Peng Peng.
Belum lenyap pikiran, Siao Pek Sin sudah berada disampingnya. Si jahat ini pura-pura
bersedih dengan air mata buaya bercucuran ia berkata: "Sungguh kejam. orang anak dara yang
begini cantik manis, mengapa mengalami nasib yang begitu mengenaskan " Kalau itu perbuatan
orang, aku segera membeset kulitnya dan memakan dagingnya......"
Ucapan Siao Pek Sin itu, sepatahpun tidak ada yang masuk ke dalam telinga Kim Houw. Ia
masih berpikir keras: "Peng Peng yang sudah pulih kesehatannya, mengapa ketika melihat api
Pedang Berkarat Pena Beraksara 2 Pusaka Rimba Hijau Karya Tse Yung Pendekar Kelana 2

Cari Blog Ini