Ceritasilat Novel Online

Istana Yang Suram 4

Istana Yang Suram Karya S H Mintardja Bagian 4


sekali tidak lengah, di pembaringan mereka, tergolek
senejata-senjata mereka.
Betapapun nyenyaknya mereka tidur, tetapi ketika
matahari siap untuk menjenguk dipagi harinya dari balik
perbukitan, keduanya telah terbangun. Merekapun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
kemudian membenahi diri masing-masing. Dengan
tergesa-gesa merekapun kemudian keluar dari bilik
mereka dan menghadap Raden Ayu Kuda Narpada yang
juga sudah bangun dan duduk dengan wajah tegang
diruang dalam. "Maaf bibi" berkata Raden Kuda Rupaka "Aku tidur
terlampau nyenyak, sehingga aku agak terlambat
bangun" "Hari masih sangat pagi anakmas"
"Bibi, kami berdua akan menemui Ki Buyut dan
melaporkan apa yang telah terjadi. Kami akan minta
bantuan, tiga atau empat orang untuk mengubur dua
sosok mayat yang masih ada di halaman, meskipun
sudah aku singkirkan"
"Silahkan anakmas" Jawab Raden Ayu Kuda Narpada,
namun kemudian "Atau untuk itu, apakah tidak lebih baik
Sangkan sajalah yang pergi ke padukuhan ?"
"Biarlah kami berdua sja bibi, kami akan dapat
menjelaskan apakah yang sebenarnya sudah terjadi"
Raden Ayu Kuda Narpada mengangguk-angguk,lalu
"Jika demikian terserahlah kepada anakmas berdua"
Raden Kuda Rupaka dan Panji Sura Wilagapun
kemudian mempersiapkan dirinya setelah mandi di
pakiwan. Tetapi ketika mereka siap untuk berangkat,
rasa-rasanya ada sesuatu yang membuat mereka raguTiraikasih Website http://kangzusi.com
ragu. Karena itu, maka Raden Kuda Rupaka berkata "Aku
akan menengok kedua sosok mayat itu dahulu paman"
Panji Sura Wilaga tidak mencegahnya, bahkan iapun
kemudian berjalan di belakang Raden Kuda Rupaka.
Betapa terkejutnya kedua orang itu, ketika ternyata
bahwa kedua mayat itu sudah tidak ada di tempatnya,
keduanya bagaikan lenyap saja tanpa meninggalkan
bekas. "Gila" geram Raden Kuda Rupaka "Siapakah yang
bermain-main lagi dengan Kuda Rupaka" Ia berhenti
sejenak, lalu "Paman apakah kau melihat sesuatu?"
Panji Sura Wilaga kemudian melangkah ketepi dinding
batu. Ia melihat beberapa gores warna merah, ternyata
warna-warna merah dalam goresan itu adalah susunan
huruf-huruf. "Raden" katanya "Cobalah baca tulisan pada dinding
batu ini" Dengan dada yang berdebar-debar keduanyapun
mendekat, dengan suara yang berat Raden Kuda Rupaka
berkata "Darah"
Tetapi Panji Sura Wilaga menggeleng "Bukan Raden,
tetapi soga"
Keduanyapun kemudian membaca tulisan yang tidak
begitu jelas tergores didinding itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
= SUNGGUH MENGAGUMKAN, TETAPI TUGAS KALIAN
BELUM SELESAI =
"Gila" Raden Kuda Rupaka menjadi marah.
Dihentakkannya kakinya sambil mengepalkan tangannya
"Siapakah yang akan mencoba kemampuan Raden Kuda
Rupaka lagi ?"
Sejenak mereka teringat orang yang semalam telah
membantunya, tentu orang itu tidak hanya sekedar
membantunya tanpa pamrih, tentu ada perhitungan
tertentu yang memaksanya untuk berniat demikian.
"Apakah benar ia dari perguruan Kumbang Kuning"
bertanya Raden Kuda Rupaka
"Aku tidak dapat memastikannya, tetapi ia adalah
sesorang yang memiliki kemampuan yang tinggi,
ternyata bahwa salah seorang dari ketiga murid Guntur
Geni ini dengan cepat dapat dikuasainya"
Raden Kuda Rupaka menarik nafas dalam-dalam,
dilontarkannya tatapan matanya ke sekelilingnya, seolaholah ia sedang mencari sesuatu, bahkan kemudian iapun
melangkah perlahan-lahan menyusuri dinding batu itu.
Namun tiba-tiba saja langkahnya terhenti, ia tertegun
ketika ia melihat sesuatu dibalik semak-semak.
"Gila" desis Raden Kuda Rupaka "Paman", mayat itu
disembunyikan disini, kedua-duanya"
"Hem, agaknya ini sekedar sebuah tantangan Raden"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Raden Kuda Rupaka menggeretakkan giginya,
dipandangnya keadaan di sekeliling halaman itu, tetapi
halaman itu sepi, dibelakang terdengar suara sapu lidi,
sedang di perigi terdengar derit senggot timba.
"Tentu anak muda yang telah mengobati anak
Karangmaja yang terluka itu paman"
"Ya, yang duduk dipinggir jalan saat Raden berjalanjalan dengan puteri Inten"
"Ya, namanya Kidang Alit"
"Apakah benar ia dari perguruan Kumbang Kuning",
jika benar, maka adalah tidak mustahil bahwa ia dapat
menyembuhkan anak yang dilukai oleh orang-orang
terbunuh itu"
"Jika benar ia datang dari perguruan Kumbang
Kuning, kita memang harus berhati-hati, mungkin ia tidak
seorang diri dipadukuhan ini"
"Aku kira ia mempunyai kawan, mungkin kawannya
masih tersembunyi"
"Dan mungkin lebih dari seorang, tetapi sekelompok"
Kedua-duanya mengangguk-angguk, seolah-olah
keduanya bersepakat bahwa Kidang Alit dating ke
padukuhan Karangmaja tidak hanya seorang diri, tetapi
dalam sekelompok kecil.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Sudahlah paman, kita akan memikirkannya
kemudian, sekarang kita pergi ke rumah Ki Buyut di
Karangmaja"
Keduanyapun kemudian meninggalkan kedua mayat
yang masih tersembunyi dibalik gerumbul. Mereka
kemudian menganggap bahwa justru tempat itu agaknya
lebih baik agar tidak menakut-nakuti penghuni istana
kecil itu. Dalam pada itu Nyi Upih dan anak-anaknya
yang sudah mengetahui bahwa di halaman depan ada
dua sosok mayat, sama sekali tidak berani
membersihkannya. Mereka menunggu saja sampai ada
orang yang mengambil untuk menguburkan mayat-mayat
itu. "Apakah kau juga takut Sangkan?" bertanya Inten
Prawesti. "Ampun puteri, lebih baik aku menyapu jalan-jalan
diseluruh padukuhan dari pada harus membersihkan
halaman depan pagi ini. Nanti jika orang-orang
Karangmaja sudah datang, aku akan menyapunya
sampai bersih, tanpa bekas telapak kaki satupun yang
tersisa" "Telapak kakimu sendiri?"
"Tentu tidak puteri, aku menyapu melangkah mundur,
sehingga telapak kakiku sendiri akan terhapus oleh
goresan lidi"
"Inten mengerutkan keningnya, namun kemudian
iapun tersenyum "Kau memang pintar"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sementara itu, Pangeran Kuda Rupaka dan Panji Sura
Wilaga telah berada di regol rumah Ki Buyut Karangmaja,
perlahan-lahan Pangeran kuda Rupaka mereka
melangkah maju memasuki halaman yang luas itu.
Namun wajah Pangeran Kuda Rupaka tiba-tiba menjadi
tegang, dilihatnya Kidang Alit telah berada di halaman itu
dan dengan acuh tak acuh melihat kehadiran kedua
bangsawan itu sambil duduk saja ditangga.
"Setan itu ada disini" desis Pangeran Kuda Rupaka
"Biar saja Raden, jika ia acuh tidak acuh terhadap
kedatangan kita, maka biarlah kita juga tidak
menghiraukan kehadirannya disini"
Pangeran Kuda Rupaka mengangguk, dan seperti
yang dikatakan oleh Panji Sura Wilaga, ia sama sekali
tidak menghiraukan kehadiran Kidang Alit. Ternyata Ki
Buyut telah melihat kedatangan keduanya, sehingga
kemudian dengan tergesa-gesa ia pergi menyambut
kedatangannya. "Silahkan Raden, marilah"
Pangeran Kuda Rupaka mengangguk sambil
menjawab "Terima kasih Ki Buyut"
"Silahkan Raden berdua naik ke pendapa"
Pangeran Kuda Rupaka menyerahkan kudanya kepada
seorang anak muda yang dengan tergesa-gesa
mendekatinya, sedang seorang yang lain telah
menghampiri Panji Sura Wilaga pula. Ketika Pangeran
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kuda Rupaka dan Panji Sura Wilaga naik ke pendapa,
mereka masih sempat melihat Kidang Alit berdiri dan
masih dalam sikapnya acuh tidak acuh, ia melangkah
meninggalkan halaman itu.
Wajah Pangeran Kuda Rupaka menegang, namun
kemudian Panji Sura Wilaga berbisik "Sudahlah, jangan
hiraukan lagi"
"Apakah ia akan ke istana kecil itu?"
"Tentu tidak, ia tahu, bahwa kita akan beada disini
untuk waktu yang pendek"
Pangeran Kuda Rupaka manarik nafas, tetapi ia tidak
menyahut lagi. Sejenak kemudian maka merekapun telah
duduk di pendapa, dihadapan Ki Buyut beserta beberapa
orang bebahu padukuhan itu.
"Apakah ada sesuatu yang terjadi Raden?" bertanya
Ki Buyut. Kedua tamunya mengerutkan keningnya, dan
Pangeran Kuda Rupakapun kemudian bertanya "Apakah
Ki Buyut mendengar sesuatu tentang istana itu?"
"Tidak, tetapi Kidang Alit mengatakan, bahwa
kemungkinan sekali Raden berdua akan datang pagi ini"
"Apakah ada hal lain yang dikatakan?"
"Tidak" Ki Buyut terhenti sejenak, lalu "Tetapi ia
mengatakan pula bahwa orang-orang yang berada di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
banjar itu tidak akan dapat mengganggu kita lagi,
apakah ada hubungannya kedatangan Raden berdua
dengan orang-orang yang tinggal di banjar itu?"
"Apakah Kidang Alit tidak mengatakannya?"
"Ki Buyut menggeleng sambil menyahut "Tidak
Raden, hanya itulah yang dikatakannya"
Pangeran Kuda Rupaka memandang wajah Panji Sura
Wilaga yang menegang, namun iapun kemudian menarik
nafas dalam-dalam sambil sambil berkata "Kidang Alit
benar, orang-orang yang barangkali dimaksud tinggal di
banjar itu tidak akan mengganggu kalian lagi, bukankah
orang-orang itu pula yang telah melukai seorang anak
muda Karangmaja ", dan agaknya Kidang Alit pula yang
telah menyembuhkannya?"
"Kasdu maksud Raden ?"
Pangeran Kuda Rupaka mengerutkan keningnya.
"Ya Raden, Orangorang itulah yang telah meracuni
tubuh Kasdu dan yang kemudian diobati oleh kidang Alit.
Kasdu kini sudah mampu berdiri dan berjalan setapaksetapak, nampaknya ia akan segera pulih kembali,
mungkin lebih singkat dari dugaan Kidang Alit sendiri"
"Sukurlah"
Pangeran Kuda Rupaka mengangguk-angguk. Lalu "Ki
Buyut, sebenarnyalah kedatanganku memang ada
hubungannya dengan orang-orang kasar itu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Apakah orang-orang itu sudah mengganggu istana
itu?" "Bukan saja mengganggu, mereka telah mencoba
untuk memasuki istana itu dengan menakut-nakuti bibi
Kuda Narpada"
"Oo?"
"Untunglah bahwa kami berdua masih berada di
istana itu Ki Buyut, sehingga aku masih sempat mencoba
melindungi bibi menurut kemampuanku"
"Jadi?""
"Dua diantara ketiga orang itu terbunuh" berkata
Pangeran Kuda Rupaka "Tetapi yang seorang berhasil
melarikan diri"
"Oo?"
Pangeran Kuda Rupaka kemudian menceritakan serba
singkat apa yang telah terjadi di halaman itu, bahkan ia
menceritakannya juga kehadiran seorang yang tidak
dikenal, menyamar wajahnya didalam malam yang
kelam. Ki Buyut menarik nafas dalam-dalam kemudian iapun
berdesis "Apakah mungkin orang ketiga itu Kidang Alit?"
"Aku tidak dapat memastikannya Ki Buyut, tetapi
memang mungkin, apalagi ketika pagi ini aku menjumpai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
sebuah tantangan setelah kedua mayat itu disingkirkan
dari tempatnya"
Ki Buyut mengerutkan keningnya, meskipun orangorang yang ada di banjar itu sudah tidak ada lagi, tetapi
ternyata bahwa Karangmaja belum akan menjadi tenang.
Pesoalannya masih akan berkembang terus, berkisar dari
pihak yang satu kepihak yang lain, agaknya persoalan
akan timbul antara Pangeran Kuda Rupaka dengan
Kidang Alit. "Aku tidak mengerti siapakah sebenarnya Kidang Alit
itu" berkata Ki Buyut di dalam hatinya "Ia menolong
Kasdu, tetapi ia telah menodai dua orang gadis, orang

Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang kasar itu telah melukai Kasdu dengan kejamnya,
tetapi setelah itu mereka tidak pernah berbuat apa-apa,
kini agaknya Kidang Alit telah mulai dengan persoalan
barunya dengan bangsawan-bangsawan itu, apakah
salahnya jika hubungan antara mereka itu dilakukan
dengan baik".
Tetapi gambaran didalam angan-angan Ki Buyut
segera merayap kepada gadis cantik yang ada di istana
itu. "Tentu Kidang Alit telah menjadi gila karena puteri
Inten Prawesti itu" berkata Ki Buyut selanjutnya kepada
diri sendiri. Dalam pada itu, Ki Buyut bagaikan terbangun dari
mimpinya ketika Pangeran Kuda Rupaka berkata "Ki
Buyut, kedatangan sebenarnya ada hubungan juga
dengan kematian kedua orang itu, mayat itu sampai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
sekarang masih ada di halaman, aku ingin minta bantuan
tiga atau empat orang untuk menguburkan mayat-mayat
itu." "O.." Ki Buyut mengangguk-angguk "Tentu Raden,
kami tentu akan membantu"
"Terima kasih Ki Buyut, aku harap bahwa mereka
akan dapat mengambil mayat itu sekarang"
"Tentu, tentu Raden, aku persilahkan Raden
menunggu sebentar"
"Ki Buyut, sebaiknya kami mendahului saja, kami
menunggu mereka di regol halaman"
"Baiklah Raden, silahkan, aku akan segera mengirim
beberapa orang untuk menguburkan mayat itu"
Demikianlah Pangeran Kuda Rupaka dengan tergesagesa meninggalkan rumah Ki Buyut, sikap Kidang Alit
menimbulkan kecurigaannya, sehingga rasa-rasanya ia
tidak sampai hati meninggalkan istana kecil itu terlampau
lama. Dalam pada itu, selagi Pangeran Kuda Rupaka dan
Panji Sura Wilaga tidak berada di istana, penghuni istana
itu sama sekali tidak ada yang berani turun ke halaman
itu, mereka tahu bahwa di halaman itu ada dua sosok
mayat, karena itu, maka mereka seolah-olah berkumpul
di belakang, di dapur dan di bilik Nyi Upih.
"Silahkan Gusti duduk saja di serambi" minta Nyi Upih
kepada Raden Ayu Kuda Narpada yang membantunya di
dapur. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tidak Nyai, aku senang berada disini, sebenarnyalah aku agak takut tinggal diluar sendiri, meskipun di serambi belakang rasa-rasanya ada sesuatu yang lain"
"Tentu tidak akan ada apa-apa gusti"
"Nyai, aku adalah orang tua, rasa-rasanya ada ada firasat padaku bahwa persoalan ini masih akan ada kelanjutannya"
"Tetapi Raden Kuda Rupaka dan Panji Sura Wilaga akan selalu melindungi Gusti"
"Nyai, aku tidak akan dapat menahan mereka untuk waktu yang tidak tertentu, pada suatu saat mereka akan kembali ke Demak atau kemanapun, mungkin ke perguruannya atau berkelana lebih jauh"
Nyi Upih mengangguk-angguk, iapun mengerti bahwa tidak untuk selamanya kedua orang itu akan tetap berada di istana terpencil itu. Tetapi ia tidak dapat mengatakan apapun juga selain menundukkan kepalanya.
"Tetapi baiklah kita tidak perlu memikirkannya sekarang Nyai," Berkata Raden Ayu Kuda Narpada "Kita pasrahkan saja kepada Allah Subhanallahi Wata"ala"
Sementara itu di dalam biliknya, Sangkan dan Pinten duduk di lantai sambil menghadap Inten Prawesti yang duduk di pembaringan Pinten, dengan wajah yang tegang Inten masih mempercakapkan perkembangan yang terjadi dimalam yang baru lampau.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Untunglah kamas Raden Kuda Rupaka ada disini"
berkata Inten Prawesti.
"Ya, Puteri, jika tidak, aku akan mengalami nasib yang
sangat buruk" sahut Pinten.
"Kenapa kau?" bertanya Sangkan
"Mereka tentu akan membawa aku, tetapi aku tidak
mau" "Ooo" Sebutlah nama Biyung Pinten, jika sekali-sekali
kau bermain ditepi kolam, lihatlah wajahmu kedalamnya,
kau akan tahu bahwa tidak akan ada seorang laki-lakipun
yang menaruh perhatian kepadamu"
"Ah.." wajah Pinten seolah-olah menjadi pudar.
"Jangan berkata begitu Sangkan" potong Inten
Prawesti "Jangan berkata begitu kepada seorang gadis,
Pinten adalah gadis yang manis, ia memiliki kelebihan
dari seorang gadis kebanyakan"
Pinten menundukkan kepalanya, wajahnya nampak
sedih, katanya "Kakang Sangkan selalu berkata begitu
puteri, apakah aku memang terlampau jelek?"
"Tidak, tidak Pinten, kau tidak jelek, kau cantik, muda
dan lincah, apalagi yang kurang?"
"Tetapi kakang selalu mengatakan, bahwa tidak akan
ada laki-laki yang tertarik kepadaku"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ia hanya bergurau, bukankah begitu Sangkan?"
"Maksudku tidak puteri, tetapi jika itu menyakiti
hatinya, baiklah, aku memang hanya sekedar bergurau"
"Coba dengar puteri, maksudnya sama sekali tidak
bergurau, Jika puteri tidak ada, ia tidak akan mencabut
kata-katanya seperti itu"
"Sudahlah jangan bertengkar" Inten berhenti sejenak,
lalu "Sangkan, bagaimanapun juga, ia adalah adikmu,
bukankah kau sudah membawanya jauh dari Majapahit
sampai ketempat ini tidak sekedar untuk kau perolokolokan?" "Tidak puteri, tentu tidak, aku benar-benar hanya
bergurau saja, seperti yang puteri katakan"
"Nah, bukankah kau sudah mendengarnya Pinten?"
Wajah Pinten masih nampal gelap, sambil bersungutsungut ia berkata "Ia berkata begitu karena puteri ada
disini" "Tentu tidak, sudahlah, jangan kau hiraukan
kakakmu, percayalah kepadaku, bahwa kau memang
cantik" Pinten masih menunduk, sedang Sangkan
memandanginya dengan bibir yang bergerak-gerak,
untunglah Pinten tidak sedang memandangnya. Namun
dalam pada itu, selagi mereka sedang berbicara dengan
asyik, tiba-tiba saja mereka terkejut oleh suara seruling
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
yang terdengar melengking, seperti sesambat prajurit
yang terluka di peperangan.
Bab 8 Inten Prawesti terkejut mendengar suara seruling itu,
sudah lama ia tidak mendengarnya, dan tiba-tiba saja
suara seruling itu bagaikan menyentuh jantungnya.
Sangkan dan Pinten menjadi terheran-heran melihat
sikap Inten Prawesti. Suara seruling itu agaknya sangat
menarik hatinya, sehingga hatinya rasa-rasanya semua
perhatiannya terampas oleh suara seruling itu.
Inten Prawesti benar-benar telah dicengkam oleh
pesona yang seolah-olah tidak terlawan. Suara seruling
yang didengarnya itu adalah suara seruling yang
memang pernah didengarnya. Tetapi rasa-rasanya kali ini
suara itu benar-benar menjadi menghiba-hiba seperti
tangis bayi yang merindukan ibunya.
"Suara itu" desis Inten Prawesti.
"Suara seruling" sahut Sangkan
"Ya"suara seruling itu"."
"Kenapa dengan suara seruling itu puteri?"
Inten Prawesti tidak menyahut, tetapi seperti tidak
atas kehendaknya sendiri, maka iapun berdiri sambil
mengadahkan kepalanya "Alangkah syahdunya, tetapi
alangkah pilunya suara itu, anak muda itu, merintih oleh
penderitaan yang tiada akhirnya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Siapa puteri ?"
"Tidak ada seorangpun yang sudi menolongnya, dan
gadis yang dicintainya telah pergi meninggalkannya
tanpa mengatakan sesuatu kepadanya"
"Siapa ", Siapa puteri ?" Sangkan menjadi heran.
Suara seruling itu rasa-rasanya mencengkam hati
Inten Prawesti semakin dalam.
Didapur Nyi Upihpun mendengar suara itu, dahinya
nampak berkerut merut, ketika mmandang Raden Ayu
Kuda Narpada, ia termangu-mangu, agaknya Raden Ayu
Kuda Narpada itupun tertarik pula oleh suara seruling itu.
"Aku mendengar suara seruling Nyai" berkata Raden
Ayu Kuda Narpada "Tetapi tidak seperti suara yang kita
dengar sekarang, alangkah dalamnya, suara itu tentu
benar-benar meloncat dari dasar hati"
"Gembala-gembala dari Karangmaja memang pandai
meniuo seruling Gusti, mungkin itu suara hati seorang
gembala yang memang hidup berprihatin sejak kanakkanaknya" Raden Ayu Kuda Narpada mengangguk-angguk, tetapi
ia tidak bertanya lebih lanjut.
Berbeda dengan ibunya, maka Inten Prawesti benarbenar telah dicengkam oleh suara itu, bahkan kemudian
ia bekata kepada kedua anak Nyi Upih itu "Aku ingin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
sekali melihat, kenapa suara serulingnya kini sangat
ngelangut"
"Kemana puteri akan bertanya?"
"Aku tahu, ia tentu duduk dibawah pohon kemuning
diluar regol halaman rumah ini"
Sangkan menjadi semakin bingung, namun kemudian
ia berkata "Puteri, suara seruling itu datang dari tempat
yang agak jauh, mungkin seorang gembala di padang
rumput di belakang istana ini, tetapi tentu tidak di bawah
pohon kemuning di muka regol istana"
Inten Prawesti mencoba memperhatikan suara itu
lebih seksama lagi, katanya kemudian "Tidak Sangkan,
suara itu tidak datang dari belakang istana, memang
tidak dari bawah pohon kemuning tetapi juga tidak dari
belakang" Sangkan memandang adiknya dengan termangumangu, sedang Pintenpun nampak menjadi gelisah
"Puteri, biar sajalah suara seruling itu, tentu seorang
gembala telah meniupnya"
"Bukan Pinten, bukan seorang gembala, tetapi anak
muda yang nakal itu"
"Siapa ?"
"Kidang Alit, apakah kau mengenalnya ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sangkan menarik nafas dalam-dalam, dengan raguragu ia berbisik di telinga adiknya "Pesona apakah yang
membuat puteri menjadi bingung"
"Gendam" bisik adiknya
"Apakah kau percaya, bahwa ada ilmu yang disebut
gendam dan dapat mempengaruhi hati seorang gadis
untuk mencintai orang yang melepaskan ilmi itu ?"
"Kenapa tidak "!, tetapi sebenarnya gadis itu bukan
mencintainya, ia hanya sekedar terbius oleh ilmu itu"
"Siapakah yang terbius, Pinten ?" tiba-tiba saja Inten
Prawesti bertanya, agaknya ia mendengar percakapan
kedua anak Nyi Upih itu.
"Puteri, maksud kami, apakah puteri sudah kena ilmu
gendam itu ?"
Inten Prawesti termangu-mangu, kemudian iapun
bertanya "Apakah artinya ?"
"Ilmu yang dapat membius sesorang sehingga ia
melupakan segala-galanya karena hatinya dirampas oleh
kekuatan ilmu itu, yang kemudian besarang di hati
hanyalah bayangan-bayangan orang yang melepaskan
ilmu itu" "Apakah kau menganggap suara seruling itu adalah
ilmu semacam itu ?"
"Mungkin puteri" sahut Pinten.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kenapa ia harus melepaskan ilmu itu ?"
"Mungkin akulah yang dituju oleh anak muda itu,
sekali ia melihat aku, maka iapun segera tertarik, tetapi
ia tidak berani mengatakannya kepadaku secara
langsung" "Uh !!" potong Sangkan "Kau memang tidak dapat
menyadari keadaan dirimu sendiri Pinten, jika aku
mengatakan bahwa tidak ada laki-laki yang tertarik
kepadamu, kau menjadi sakit hati, tetapi kau selalu
bermimpi seolah-olah kau seorang bidadari yang sangat
cantik" Inten Prawesti tersenyum katanya "Setiap gadis akan
merasa dirinya cantik, dan setiap gadis akan merasa
tersinggung bahwa orang lain menganggap sebaliknya,
tetapi seorang gadis juga tidak senang melihat gadis lain
lebih cantik dari pada dirinya"
"Apakah begitu puteri ?"
Inten Prawesti mengangguk, lalu katanaya "Jangan
percaya kepada gendam, jika suara seruling itu sangat
menarik hati, karena suara itu memang menyentuh
hatiku, aku pernah mengenal anak muda yang
menyuarakan seruling itu, kau jangan menuduhnya
dengan tuduhan yang menyakitkan hati, seolah-olah ia
mempergunakan ilmu gendam, anak muda dan suara
serulingnya itu memang memikat"
Sangkan menjadi semakin bingung, apalagi ketika
Inten Prawesti berkata "Aku alan mencari suara itu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Puteri, itu tidak baik" cegah Sangkan.
"Kenapa ?"
"Puteri, mungkin sebentar lagi orang-orang
Karangmaja akan datang , mereka alan membantu
Raden kuda Rupaka untuk mengubur mayat-mayat itu,
Apakah kata Raden Kuda Rupaka nanti, jika puteri tidak
ada, justru dalam keadaan yang gawat seperti sekarang
ini ?" "Biarlah mereka menguburkan mayat itu, aku tidak
berkepentingan sama sekali"
"Puteri?"Pinten mulai memegangi ujung kain Inten
Prawesti, lalu "Jangan puteri, Ibunda tentu akan marah"
"Ibunda akan mengijinkannya, aku akan mohon diri"
"Tetapi sikap puteri akan membuat ibunda menjadi
sedih" Inten Prawesti tersenyum, sambil menggelengkan
kepalanya ia berkata "Tidak Pinten, tidak ada yang
bersedih" "Aku puteri" potong Sangkan tiba-tiba, namun


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemudian dengan tergesa-gesa ia melanjutkan
"Maksudku, aku menjadi sedih karena puteri akan pergi
justru selagi kakanda puteri Raden Kuda Rupaka tidak
ada" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Katakan kepada kamas Kuda Rupaka, bahwa aku hanya akan pergi sebentar, bukankah tidak akan terjadi sesuatu jika aku hanya melihat dimana anak itu meniup seruling ?"
Sangkan dan Pinten menjadi semakin bingung, Pinten yang sudah memegangi ujung kain Inten Prawesti, memohonnya dengan sangat "Ampun Puteri, aku mohon, janganlah puteri pergi sebelum Raden Kuda Rupaka datang puteri, puteri harus selalu ingat, apa yang pernah dilakukan oleh anak muda yang bernama Kidang Alit yang memang memiliki kepandaian meniup seruling, menurut keterangan yang aku dapat, dia telah mencemarkan dua orang gadis dari Karangmaja"
Inten mengerutkan keningnya, nampak sesuatu menyentuh hatinya, namun ketika suara seruling itu memanjat semakin tinggi, Inten Prawesti tersenyum
"Adalah salah gadis-gadis itu sendiri, mereka menyerahkan diri tanpa kepastian, aku tidak akan melakukankannya Pinten, aku adalah puteri Pangeran Kuda Narpada, sehingga kedududkanku harus jelas dalam setiap hubungan dengan siapapun dan dalam hal apapun"
"Puteri" Sangkan tersentak mendengar jawaban itu, bahkan kemudian ia bergumam "Pinten, agaknya jau benar, puteri telah disentuh ilmu gendam"
Inten Prawesti menggelengkan kepalanya, bahkan dengan wajah yang berkerut merut ia berkata "Sangkan, aku peringatkan kau sekali lagi, jangan menuduh
demikian buruknya kepada Kidang Alit !!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sangkan menarik nafas dalam-dalam, bahkan
kemudian ia berkata kepada Pinten "Jagalah puteri
sejenak, aku akan menghadap Gusti"
"Tidak perlu Sangkan" berkata Inten Prawesti
"Seharusnya kau tidak mencampuri urusanku, jika kau
dan adikmu selalu menghalang-halangi kesenanganku,
aku akan mohon kepada ibunda, agar kau berdua
dijauhkan saja dari istana ini"
"Puteri" Pinten memeluk kaki Inten, tetapi gadis
dikibaskannya, bahkan betapapun juga, Pinten mencoba
menahannya, namun Inten Prawesti tetap pada
pendiriannya untuk pergi ke sumber suara seruling itu.
Namun dalam pada itu, dalam ketegangan yang
hampir tidak teratasi, Sangkan berkata sambil meloncat
kedepan pintu biliknya pada saat Inten Prawesti akan
berlari keluar "Puteri, aku sudah barang tentu tidak dapat
menahan puteri, karena aku adalah seseorang yang
hanya menumpang hidup disini, seperti selembar daun
kering yang terbang dihanyutkan angin dan jatuh diatas
pangkguan seorang gadis, ia dapat menibaskan daun
kering itu dan membuangnya di tempat sampah, tetapi ia
dapat membiarkannya atau memberikan tempat yang
agak lebih baik dari tempat sampah itu. Namun ia tetap
daun kering yang tidak berharga sama sekali, yang
sampai saatnya akan dibuang, tetapi puteri, aku juga
pernah menjadi seorang gembala, dan karena itu,
akupun pernah bermain-main dengan seruling, bahkan
saat inipun aku memiliki sebuah seruling seperti yang
dibunyikan oleh Kidang Alit itu, jika puteri hanya sekedar
ingin mendengarkan suara seruling, puteri tidak usah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
pergi kemanapun juga, aku juga dapat membunyikan
seruling" "Ah !!, jangan ganggu aku Sangkan, aku dapat
mengusirmu dari tempat ini"
"Ampun puteri, tetapi jangan pergi, hamba mohon,
seandainya karena itu, aku harus diusir pergi, aku rela,
tetapi jangan pergi dalam keadaan seperti ini"
Inten Prawesti menjadi sangat marah, tetapi sebelum
ia berteriak mengusir Sangkan, ibundanya dan Nyi Upih
yang mendengar suara ribut itupun dengan tergesa-gesa
dating ke ruangan itu.
Ketika Raden Ayu Kuda Narpada melihat Sangkan
berdiri di tengah-tengah pintu menghalang-halangi Inten,
terbesirlah perasaan aneh dalam dirinya, sehingga
dengan serta merta ia berkata lantang "Nyai, apakah
anakmu sudah gila ?"
Sangkan mendengar suara Raden Ayu Narpada,
sehingga iapun kemudian bergeser sambil berlutut di
hadapan Raden Ayu Kuda Narpada itu.
"Ampun Gusti, biarlah aku dikutuk oleh hantu-hantu
jika aku berniat buruk, biarlah Pinten mengatakannya
kepada Gusti apakah yang telah terjadi"
Dalam pada itu, Inten Prawestipun segera berlari
kepada ibunya sambil menangis, katanya bertahan-tahan
"Usir saja anak-anak itu ibunda, mereka berniat buruk
terhadapku"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Apakah yang sudah terjadi anakku" bertanya Raden Ayu Kuda Narpada.
"Mereka mengurungku di dalam bilik ini"
"O Gusti" desis Nyi Upih "He..!! anak-anak tidak tahu malu, apakah kalian berbuat demikian ?"
"Gusti" berkata Pinten kemudian "Kami hanya
mencoba menghalangi puteri, karena puteri akan pergi ke suara seruling itu"
"He..?"" Raden Ayu Kuda Narpada terkejut "Apakah begitu?"
Inten menjadi ragu-ragu, tetapi ketika suara seruling itu melengking lagi, bagaikan jerit suara gadis yang ditinggalkan kekasih, maka Intenpun berkata "Ya ibunda, aku ingin pergi ke tempat anak muda itu meniup seruling, tetapi kedua anak itu menahan aku"
"Ooo?" Raden Ayu Kuda Narpada mengelus rambut anaknya yang berada di dalam pelukannya "Kenapa kau akan pergi Inten ", dan siapakah yang meniup seruling itu ?"
"Kidang Alit ibunda, tentu Kidang Alit"
"Ooo?" Raden Ayu Kuda Narpada menjadi semakin terkejut "Kidang Alit, bukankah Kidang Alit itu anak muda yang sering dipercakapkan oleh orang-orang Karangmaja
?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku tidak perduli, apa yang mereka katakana, aku hanya ingin mendengar suara seruling itu"
"Inten, Inten" ibundanya memeluknya semakin erat, lalu "Bagaimana mungkin kau dapat berbuat demikian ?"
"Ibunda" Inten mulai menangis "Apakah ibunda akan melarangku ?"
"Tentu tidak Inten, tetapi kau harus mencegah dirimu sendiri"
"Aku hanya ingin melihat ibunda"
"Ooo?" Nyi Upih mendesah "Kenapa puteri seolah-olah dicengkam oleh ketidak-sadaran " bukankah puteri mengetahui apa yang sudah diperbuat oleh anak muda yang bermain seruling itu, jika benar ia Kidang Alit?"
Inten masih tetap menangis, bahkan ia berusaha untuk memaksa melepaskan pelukan ibundanya.
"Gendam biyung, ini adalah pengaruh Gendam"
berkata Pinten.
"Tidak, tidak" Inten tiba-tiba saja berteriak seperti bukan atas kehendaknya sendiri.
Namun dalam pada itu, selagi mereka sedang diributkan oleh sikap aneh dari Inten Prawesti, tiba-tiba terdengar derap kaki kuda memasuki halaman, ketika kuda di halaman depan meringkik, maka Sangkanpun berkata "Raden Kuda Rupaka sudah dating"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Anak itu tidak menunggu apapun lagi, tiba-tiba saha
ia berlari kedepan menyongsong Raden Kuda Rupaka.
Dengan terbata-bata ia menceritakan keadaan Inten
Prawesti yang hampir tidak dapat dicegah lagi.
"Paman" desis Kuda Rupaka "Agaknya memang anak
muda itulah yang telah menantangku. Kini dengan
sengaja ia menjajagi ilmuku. Ia mempergunakan
pengaruh kekuatan bunyi untuk mengganggu
keseimbangan perasaan diajeng Inten Prawesti"
"Gendam Raden" desis Sangkan
"Ya, semacam itu"
"Jadi, bagaimanakah maksud Raden ?" bertanya Panji
Sura Wilaga. "Aku harus membebaskannya dari pengaruh bunyi
itu" "Silahkan Raden, mungkin Raden dapat
melakukannya"
Kuda Rupakapun kemudian berkata kepada Sangkan
"Kembalilah kepada diajeng Inten Prawesti, aku akan
masuk ke dalam istana dan mencoba memecahkan
pengaruh bunyi seruling yang mengandung pesona bagi
diajeng Inten Prawesti itu"
Ketika Sangkan mulai bergerak, Kuda Rupaka berkata
kepada Panji Sura Wilaga "Tinggalah disini, jika orangorang Karangmaja itu datang ajaklah mereka mengubur
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
kedua sosok mayat itu, kini, agaknya perang melawan
Kidang Alit harus sudah dimulai"
Panji Sura Wilaga mengangguk sambil menjawab
"Baik Raden, silahkan mencoba untuk memerangi bunyi
seruling itu"
Kuda Rupakapun kemudian masuk ke dalam istana,
sejenak ia termangu-mangu, nsmun kemudian ia masuk
ke dalam biliknya dan menutup pintu itu rapat-rapat.
Dalam pada itu, Inten Prawesti masih sibuk berusaha
melepaskan diri dari pelukan ibundanya dan bahkan Nyi
Upih pula, seakan-akan ia sudah menyadari lagi, apa
yang sedang dilakukannya.
Sementara itu, suara seruling dikejauhan menjadi
semakin ngelangut, nadanya kadang-kadang meninggi,
kadang-kadang cepat menukik merendah, lepas dari
ikatan gending yang ada, namun langsung menusuk hati
Inten Prawesti, gadis cantik puteri Pangeran Kuda
Narpada. Ibundanya dan Nyi Upih yang memeluknya manjadi
semakin bingung, bahkan kemudian sambil menangis Nyi
Upih kepada Pinten yang berdiri kebingungan "Kenapa
kakakmu begitu lama ", cepat, mohon Raden Kuda
Rupaka datang kemari"
Pinten termangu-mangu sejenak, namun sebelum ia
meloncat berlari sambil menyingsingkan kain
panjangnya, langkahnyapun tertegun. Dari dalam istana
ia mendengar suara tembang yang mengalun tinggi,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
bagaikan angin yang silir bertiup dipanasnya udara yang
kering. Suara itu hanya terdengar lamat-lamat, tidak sekeras
suara seruling yang masih melengking.
Namun ternyata suara tembang yang lamat-lamat,
yang mengalunkan kidung kasmaran seorang jejaka itu,
berhasil menyentuh perasaan Inten Prawesti, perlahanlahan Inten bagaikan menyadari dirinya, bahkan
kemudian dengan wajah yang terheran-heran ia berdesis
"Apakah aku mendengar suara tembang ?"
"Ya, puteri" sahut Nyi Upih tiba-tba
"Siapakah yang disaat begini sampai sempat
berdendang ?"
"Kakanda puteri, Raden Kuda Rupaka" jawab Nyi Upih
yang kemudian berbisik kepada Raden Ayu Kuda
Narpada "Suara tembang itu agaknya telah berhasil
memecahkan ilmu gendam itu"
"Apa yang Nyai maksud ?" bertanya Inten Prawesti.
"Tidak apa-apa puteri"
Inten Prawesti mengerutkan keningnya, agaknya
suara seruling dikejauhan masih sedikit
mempengaruhinya, sehingga dengan demikian di dalam
dirinya telah terjadi benturan pengaruh bunyi yang
mengandung kekuatan ilmu yang langsung menusuk
perasaannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Namun akhirnya ia berkata "Apakah kakangmas Kuda
Rupaka sudah datang ?"
"Ya puteri" jawab Sangkan yang sudah ada di
dekatnya pula "Agaknya untuk melepaskan lelahnya,
Raden Kuda Rupaka berbaring di dalam biliknya sambil
menyanyikan sebuah kidung yang syahdu, aku benarbenar terpesona mendengar suaranya, tidak terlampau
keras, tetapi sangat dalam dan betapa lembutnya"
Inten Prawesti mengangguk-angguk, tetapi suara
tembang itu tidak memukaunya seperti suara seruling
Kidang Alit, karena tujuan Kuda Rupaka hanyalah
sekedar memecahkan pengaruh kekuatan bunyi yang
dilontarkan oleh suara seruling Kidang Alit, sehingga
apabila dengan demikian Inten Prawesti menjadi sadar
akan dirinya, maka usahanya itupun sudah berhasil.
Dan ternyata Inten Prawesti telah benar-benar
menjadi sadar atas apa yang sedang dihadapinya.
Meskipun ia masih mendengar suara seruling itu, tetapi
ia tidak lagi dipukau oleh suatu keinginan untuk datang
ke padang rumput atau kemana saja untuk
mendengarkan suara seruling itu lebih dekat dan
menemukan peniupnya.
Bahkan ia menjadi malu sekali, jika antara ingat dan
tidak, seolah-olah ia tanpa dapat dikendalikan lagi
berusaha untuk mencari Kidang Alit.
Bulu-bulu tengkuknya merinding, jika ia menyadari,
siapakah anak muda yang bernama Kidang Alit itu, dua
orang gadis Karangmaja telah menjadi korbannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ternyata bahwa dugaan kami salah" berkata Inten
Prawesti dalam hatinya "Bukan gadis-gadis itulah yang
lengah dan menyerahkan dirinya kepada nafsu yang
tidak terkendali, tetapi tentu ada semacam ilmu yang
dapat membuat mereka kehilangan diri masing-masing,
alangkah ngerinya"
Sementara itu, Kidang Alit yang memang dengan
sengaja melepaskan suara serulingnya dengan kekuatan
ilmu pengaruh bunyi, merasakan sesuatu yang lain pada
suara serulingnya, jika semula rasa-rasanya suaranya
menyentuh sasarannya, tiba-tiba ia menyadari, bahwa
ada sesuatu yang telah mengganggunya.
Kidang Alit masih mencoba memperdalam pengaruh
ilmunya atas sasaranya, tetapi perlawanan yang
dirasakannya menjadi semakin berat, sehingga pada
suatu saat, ia telah kehilangan sentuhan sama sekali.
"Memang berat untuk melawannya" berkata Kidang
Alit kepada diri sendiri, ia tahu benar, bahwa Kuda
Rupaka tentu sudah kembali ke istana itu, dan melawan
ilmunya sehingga usahanya untuk menunjukan
kelebihannya atas Kuda Rupaka telah gagal.
Sesungguhnya Kidang alit sedang mencoba untuk
menjajagi ilmu Kuda Rupaka, jika ia berhasil menarik
Inten Prawesti keluar dengan kemampuan ilmu pengaruh
kekuatan bunyi, ia ingin melihat, apa yang akan
dilakukan oleh Kuda Rupaka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Namun ternyata, sebelum Inten Prawesti keluar dari
istananya Kuda Rupaka telah datang dan behasil
memecahkan ilmunya.
Kidang Alitpun akhirnya menghentikan pelawanannya,
jarak antara sumber ilmu dan sasaran memang ikut
menentukan, karena kekuatan pengaruh bunyi itu
seolah-olah telah susut sejalan dengan susutnya getaran
suaranya. Sejenak Kidang Alit termangu-mangu, dipandangnya
Istana kecil itu dari kejauhan, seolah-olah ia sedang
memandang sesuatu yang menyimpan seribu macam
untuk dipecahkannya.
"Iblis-iblis itu telah mati dihalaman istana itu, sedang
yang seorang berhasil melarikan diri, mungkin sekali
yang seorang itu akan kembali dengan kekuatan yang
lebih besar, sedang aku masih saja duduk tepekur tanpa
berbuat sesuatu"
Kidang Alit menarik nafas dalam-dalam, sekali lagi ia
memandang istana terpencil itu, ternyata kehadiran Kuda


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rupaka dan Panji Sura Wilaga telah menimbulkan
persoalan baru padanya, persoalan yang tidak
diperhitungkan senelumnya.
Dengan langkah yang lamban Kidang Alit
meninggalkan tempatnya, kepalanya yang menunduk
membayangkan betapa ia sedang merenungkan
persoalan yang sedang dihadapinya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tetapi Inten Prawesti itu sangat cantik dan ternyata
gadis pelayan itupun cantik sekali" katanya di dalam hati,
lalu "Jika aku tidak sedang mengemban tugas yang
penting, aku kira aku hanya memerlukan kedua gadis itu
saja" Tetapi Kidang Alit menggelengkan kepalanya, katanya
kemudian "Aku tidak boleh terganggu oleh kecantikan
keduanya sebelum tugasku selesai, untuk sementara aku
dapat mengambil gadis Karangmaja yang manapun yang
aku sukai"
Langkah Kidang Alit tiba-tiba semakin cepat, tetapi ia
tidak kembali ke Karangmaja, ia dengan tergesa-gesa
menuruni lereng bukit kecil, kemudian menyelinap di
lembah yang jarang sekali dikunjungi oleh seseorang.
Sejenak Kidang Alit termangu-mangu, dipandangnya
sebuah puncak bukit kecil diantara beberapa puncak
yang lain. "Nanti sore sajalah" katanya kepada diri sendiri.
Dengan demikian maka iapun duduk di bawah
sebatang pohon yang rindang, dipandanginya alam
sekitarnya uang sudah menjadi hijau, meskipun masih
belum merata sama sekali, sekali-sekali ia mengadahkan
wajahnya memandang burung-burung kecil yang
berlompatan diatas diatas daun, dan sekali-sekali
burung-burung itu berhenti untuk bersiul. Ketika ia
melihat dua ekor gelatik hinggap diranting kecil, Kidang
Alit menarik nafas dalam-dalam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Beberapa saat lamanya Kidang Alit duduk
ditempatnya, ia mengertukan keningnya, ketika ia
melihat sesuatu bergerak-gerak disemak-semak
beberapa langkah agak kebawah tempatnya berteduh.
Ternyata seekor harimau yang haus telah melintasi
lembah untuk mencari air di mata air kecil di ujung
lembah, di bawah titik-titik air yang menetes pada
gumpalan-gumpalan batu padas.
Tetapi harimau itu sama sekali tidak menggetarkan
hatinya, bahkan ia sama sekali tidak menghiraukan lagi,
Kidang Alit sama sekali tidak menjadi gemetar,
seandainya harimau itu dengan perlahan-lahan
merunduknya. Namun demikian Kidang Alit meraba lambungnya,
ketika tersentuh olehnya hulu sebuah pisau belati, maka
iapun kembali duduk menikmati silirnya angin yang
bertiup dari lembah yang basah.
Dalam pada itu, di istana kecil di luar padukuhan
Karangmaja, Inten Prawesti bersembunyi saja di dalam
pembaringannya. Tiba-tiba saja perasaan malu telah
semakin dalam mencengkam jantungnya.
Ia tidak mengerti, kenapa ia telah terpukau oleh suara
seruling itu, beberapa kali ia pernah mendengar suara
seruling, tetapi ia tidak pernah dicengkam oleh dorongan
yang seolah-olah tidak terlawan untuk datang mendekat,
bahkan ia telah berhasil untuk tidak menghiraukan lagi
suara seruling yang sebelumnya memang telah menarik
hatinya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetepi agaknya orang-orang diluar bilik ini sama sekali tidak menghiraukan peristiwa itu lagi, mereka berbuat seperti kebiasaan mereka, sehingga lambat laun, Intenpun berhasil mengatur perasaannya. Ketika ia keluar dari biliknya, ternyata orang-orang itu telah melupakan apa yang sudah terjadi dam tidak menyinggungnya lagi, Intenpun tidak lagi menjadi canggung karenanya, Sangkan yang biasa bergurau dengan adiknya sama sekali tidak menyebut lagi suara seruling yang bagaikan bius yang sangat kuat nagi Inten Prawesti.
Namunn dalam pada itu, diluar pengetahuan Inten, Raden Kuda Rupaka dan Panji Sura Wilaga duduk di bawah pohon yanag rindang di halaman depan istana kecil itu, dengan sungguh-sungguh mereka membicarakan suara seruling yang ternyata telah mempengaruhi bukan saja perasaan tetapi nalar Inten Prawesti.
"Untunglah Raden behasil memecahkan ilmu gendam itu" berkata Panji Sura Wilaga.
"Ya" untunglah, bahwa aku sudah dibekali ilmu untuk melawan ilmu semacam itu, paman, ilmu semacam itu bukan saja dapat mempengaruhi perasaan seorang gadis terhadap seorang anak muda, tetapi ada juga ilmu semacam itu yang dapat mempengaruhi siapa saja untuk tujuan apapun"
"Maksud Raden ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Orang dapat kehilangan perasaan dan nalarnya,
apakah ia sedang berjaga-jaga, apakah ia sedang
berperang"
"Ooo" " Panji Sura Wilaga mengangguk-angguk,
katanya kemudian "Ya" semacam ilmu sirep yang dapat
membius seseorang sehingga ia tertidur nyenyak"
"Benar"
"Tetapi jika kita berhasil memusatkan kekuatan yang
ada di dalam diri kita, maka kita akan terbebas dari
kekuatan semacam itu, yang sulit adalah seperti yang
baru saja Raden lakukan, membebaskan orang lain dari
pengaruh semacam itu"
Raden Kuda Rupaka mengangguk-angguk, lalu
katanya "Tetapi dalam hal ini, Kidang Alit adalah orang
yang sangat berbahaya, aku tidak tahu, apakah
tujuannya yang sebenarnya, mungkin ia menghendaki
diajeng Inten Prawesti, menilik kelakuannya di
padukuhan Karangmaja, dua orang gadis telah mejadi
korbannya, bahkan mungkin masih akan bertambah" ia
berhenti sejenak lalu "Tetapi dapat juga pamrih yang
lebih jauh dari pada itu"
Panji Sura Wilaga mengangguk-angguk pula, katanya
"Kita memang harus siap menghadapi setiap
kemungkinan Raden"
"Paman" berkata Raden Kuda Rupaka kemudian
"Apakah menurut pikiran paman kita akan menunggu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
saja disini sampai Kidang Alit berbuat sesuatu, atau
kawan-kawan kedua iblis yang terbunuh itu datang ?"
"Tidak Raden, tentu tidak, kita harus bertindak
setelah kita mendapatkan kepastian"
Raden Kuda Rupaka mengangguk-angguk, tetapi
untuk sesaat ia tidak mengatakan sesuatu, ketika ia
mengadahkan wajahnya, nampak langit telah menjadi
suram, warna-warna merah ditepi gumpalan awanpun
menjadi semakin gelap.
Tetapi tiba-tiba saja Raden Kuda Rupaka terkejut,
tanpa disadarinya terpandang olehnya segumpal asap
kehitam-hitaman yang membubung tinggi ke langit yang
sudah mulai diwarnai oleh kegelapan.
"Paman" desisnya "Kau lihat asp itu?"
Panji Sura Wilaga mengerutkan keningnya, sambil
mengangguk kecil ia menjawab "Ya Raden, asap yang
mencurigakan"
Panji Sura Wilaga kemudian berdiri tegak, setelah
memperlihatkan keadaan sekelilingnya, tiba-tiba saja ia
melompat naik memanjat pohon itu dengan tangkasnya,
seperti seekor tupai yang berkejaran, dalam waktu
sekejap ia sudah berada diatas dahan yang tinggi.
Hanya beberapa saat ia berada diatas dahan itu,
karena iapun segera meluncur turun, lebih cepat dari dari
saat ia memanjat naik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Apa yang kau lihat paman ?" bertanya Raden Kuda
Rupaka. "Asap itu mengepul dari atas bukit, Raden"
"Apakah telah terjadi kebakaran ", mungkin semaksemak atau padang ilalang ", jika demikian, maka orangorang Karangmaja harus mencegah menjalarnya api,
sebab hutan yang baru mulai hijau itu akan lenyap,
akibatnya, tanah itu akan menjadi kering lagi, orangorang Karangmaja memerlukan waktu yang lama untuk
memulai lagi dari permulaan sekali"
Panji Sura Wilaga mengerutkan keningnya, namun
kemudian katanya "Aku kira bukan kebakaran, tetapi ada
kesengajaan untuk menyalakan api di puncak bukit kecil
itu, justru di puncak yang gundul"
Raden Kuda Rupaka menarik nafas dalam-dalam,
katanya "Kidang Alit, tentu Kidang Alit sedang
memberikan isyarat kepada seseorang"
"Ternyata yang kita jumpai di daerah ini berbeda
sekali dengan dengan dugaan kita semula, Raden. Disini
bukannya suatu tempat yang aman, tenteram dan damai,
yang dapat dipergunakan untuk beristirahat sepekan dua
pekan, tetapi daerah ini justru akan menjadi pusat
pertarungan yang dahsyat" ia berhenti sejenak, lalu
"Apakah kita akan terlibat didalamnya ?"
"Jadi maksud paman, kia akan pergi begitu saja dari
istana ini ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tentu tidak Raden"
Raden Kuda Rupaka menarik nafas dalam-dalam, setelah merenung sejenak, maka katanya "Aku mengerti, dan kita sudah terlanjur terlibat terlampau jauh dalam persoalan-persoalan yang semula tidak pernah kita bayangkan"
Panji Sura Wilaga tidak menjawab, tetapi ia menatap asap yang masih saja mengepul tinggi itu sambil berkata
"Jika orang yang mendapat isyarat itu dapat
menangkapnya, mungkin besok atau lusa daerah ini akan dikepung oleh beberapa orang yang mungkin datang dari perguruan Kumbang Kuning"
"Apakah perguruan Cengkir Pitu akan tetap diam menghadapi perguruan Kumbang Kuning yang mulai dengan geramnya ?"
Panji Sura Wilaga tersenyum, katanya "Tentu tidak Raden, dan kita tidak perlu memberikan isyarat apapun juga, jika benar-benar ada gerakan dalam jumlah yang cukup kuat dari perguruan Kumbang Kuning atau Guntur Geni, maka Cengkir Pitu akan segera dapat
mengetahuinya, sehingga persoalannya akan berganti menjadi besar, pertentangan antar perguruan yang berpengaruh di daerah Majapahit lama"
"Sebenarnya pertentangan itu memang sudah dimulai paman, tetaoi masing-masing masih mencoba
mengatasinya dan mencegah pergulatan yang tidak perlu diantara mereka, tetapi agaknya kini keadaannya sudah lain"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ya, aku memperhitungkan bahwa lima atau enam orang murid dari perguruan Kumbang Kuning memang sudah ada di sekitar daerah ini, tetapi hanya Kidang Alit sajalah yang masuk ke padukuhan Karangmaja, isyarat itu agaknya sudah pasti, bahwa ia memanggil saudara-saudaranya untuk mendekat"
"Jika benar lima atau enam orang yang datang maka separuh dari mereka adalah anak-anak ingusan"
"Mungkin malahan gurunya"
Raden Kuda Rupaka menarik dalam-dalam, dan Panji Sura Wilaga berkata seterusnya "Bukankah kita sudah mengadakan pengamatan yang ketat pula?"
Raden Kuda Rupaka mengangguk-angguk, lalu
"Baiklah paman, meskipun kita tetap percaya kepada saudara-saudara seperguruan kita, namun kita disini harus tetap berhati-hati, mungkin ada sesuatu yang tiba-tiba saja terjadi diluar dugaan kita"
"Yang penting Raden, bibi dan adik sepupu Raden itu harus tetap tenang, mereka tidak boleh digelisahkan oleh kegelisahan kita, jika ada tindakan kasar di istana, ini adalah tangung jawab kita, mereka sama seskali tidak boleh tersentuh, meskipun hanya ujung kain bibi dan adik sepupu Raden"
Raden Kuda Rupaka mengerutkan keningnya, namun iapun kemudian tersenyum, senyum yang
membayangkan seribu macam arti, namun juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
membayangkan seribu macam rahasia yang tersimpan di
dalam hati anak muda yang perkasa itu.
Sementara di puncak sebuah bukit yang gundul,
Kidang Alit memang sedang membakar seonggok
sampah dan ranting-ranting, mula-mula ia membakar
ranting-ranting kering, ketika api sudah mulai menyala,
maka ditaburkannya dedaunan yang basah kedalam api
itu, sehingga asappun kemudian mengepul tinggi
kehitam-hitaman.
Seperti yanga diduga oleh Raden Kuda Rupaka dan
Panji Sura Wilaga, Kidang Alit memang sedang
memberikan isyarat kepada seseorang yang berada agak
jauh dari padukuhan Karangmaja.
Ternyata bahwa isyaratnya itu dapat ditangkap oleh
orang-orang yang dimaksudkan, seorang yang bertubuh
sedang dan berwajah tenang meyakinkan.
Isyarat yang memang sudah disepakati bersama itu,
telah mendorong orang yang bertubuh sedang dan
berwajah tenang itu, untuk pegi menemuui seorang
saudara seperguruannya yang lain.
"Kadang Sambi Timur, aku sudah melihat isyarat yang
diberikan oleh anak muda yang menyebut dirinya Kidang
Alit" Saudara seperguruannya yang disebut Kadang Sambi
Timur itu, mengerutkan keningnya, namun kemudian ia
bertanya "Raden Waruju maksudmu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ya, ia menyebut dirinya Kidang Alit"
Sambi Timur menarik nafas dalam-dalam, katanya
"Akupun sudah melihatnya, apa katamu Bramadara"
Orang yang berwajah tenang itu menarik nafas
dalam-dalam, katanya kemudian "Isyarat itu telah jelas
bagi kita, Waruju mengharap kita mendekat"
"Tentu kau yang dimaksudkan, karena ia tidak tahu
bahwa akupun sudah berada disini"
"Ya, aku, apalagi setelah aku mendengar berita yang
kau bawa, bahwa Raden Kuda Rupaka tidak ada di
istananya"
"Sudah beberapa lamanya ia menghilang, mungkin ia
berada di istana bibinya di Karangmaja"
"Ya, dan itu berarti kesulitan bagi Kidang Alit"
"Sudah tentu, Raden Kuda Rupaka adalah seorang
anak muda yang memiliki banyak kelebihan" desis Sambi
Timur. Bramadara menarik nafas dalam-dalam, hampir
kepada dirinya sendiri ia berkata "Kidang Alit belum
pernah mengenal anak muda yang bernama Raden Kuda
Rupaka, akupun belum"
"Aku pernah berpapasan, tetapi akupun belum jelas
apakah aku masih dapat mengenalnya, ketika aku
mendengar pemberitahuan itu, aku menjadi bimbang,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tetapi perintah itu menyebut bahwa aku harus mendekati
Kidang Alit, bukankah ia menyebut dirinya Kidang Alit ?"
"Ya.."
"Aku harus berusaha membantunya, dan
membantumu jika ia menemui kesulitan karena Raden
Kuda Rupaka"
Bramadara mengangguk-angguk, namun kemudian
katanya "Tetapi Raden Waruju masih saja tidak dapat
membebaskan diri dari kelemahannya"
"Kelemahan yang mana ?"
"Setiap orang Karangmaja mengetahui, dan
demikianlah semilirnya angin yang aku dengar, bahwa
Raden Waruju sudah berhubungan dengan gadis-gadis
Karangmaja, dua orang diantara mereka sudah kawin
dengan anak muda Karangmaja, setelah Raden Waruju
memberikan bekal sepasang lembu bagi mereka"
Sambi Timur tersenyum, katanya "Aku kira sampai
mati Raden Waruju tidak akan dapat meninggalkan
kebiasaan itu"
"Namun dengan demikian, kedudukannya di
Karangmaja menjadi lemah, ia tidak lagi menjadi seorang
yang berwibawa dan mempunyai pengaruhi uang besar.
Apalagi jika Raden Kuda Rupaka yang tidak ada di
istananya itu benar-benar berada di istana kecil itu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku kurang mengerti, kenapa ia harus menyebut


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dirinya Kidang Alit, kenapa ia tidak datang dengan
mengadahkan dadanya, dan menyebut dirinya - INILAH
RADEN WARUJU"
"Dengan ujud seorang pengembara, ia akan dapat
bergerak lebih leluasa, dan yang penting, ia akan dapat
bergaul lebih dekat dengan anak-anak muda dan
terutama dengan gadis-gadis Karangmaja"
Sambi Timur menarik nafas dalam-dalam, lalu katanya
"Sekarang ia memberikan isyarat, kita memang harus
datang, agaknya Raden Kuda Rupaka memang berada di
istana kecil itu"
"Jika benar demikian ?"
"Jika perlu, kita akan mempergunakan kekerasan"
"Apakah kita cukup kuat ?"
"Kita tidak tahu, apakah Raden Kuda Rupaka hanya
seorang diri atau membawa sekelompok pengawal"
"Kita akan melihatnya nanti"
Keduanyapun kemudian mempersiapkan diri, mereka
membawa senjata masing-masing dan menyediakan diri
sepenuhnya jika mereka akan terlibat dalam kekerasan
sejnata dengan seseorang yang memiliki banyak
kelebihan dari sesuatunya, Raden Kuda Rupaka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ketika kemudian gelap malam turun perlahan-lahan,
Kidang Alit telah melontarkan sebongkok kayu kering
kedalam apinya, sehingga ketika api itu menyala,
nampaklah warna merah yang membayang di ujung
bukit kecil itu"
"Bramadara harus melihat isyarat ini, ia harus segera
datang dan meyelesaikan persoalanku dengan Raden
Kuda Rupaka, semakin lama, tugasku akan menjadi
semakin berat dan berlarut-larut" desisnya sambil di
sebelah api yang menjadi semakin besar.
Tiba-Tiba saja Kidang Alit meloncat berdiri dan
bersiap menghadapi setiap kemungkinan, ketika ia
mendengar gerisik langkah kaki mendekatinya.
"Aku Raden" terdengar suara dari kegelapan.
"Kau kakang Bramadara ?" bertanya Kidang Alit.
"Ya, aku datang tidak seorang diri"
Dalam cahaya api yang kemerah-merahan, Kidang Alit
melihat dua orang dating mendekatinya, yang seorang
adalah Bramadara sedang yang lain adalah orang yang
tidak di sanka datang bersamanya.
"Kakang Sambi Timur?" desis Kidang Alit.
"Ya Raden"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kidang Alit menarik nafas dalam-dalam, katanya
kemudian "Tentu ada persoalan yanga penting yang kau
bawa kemari"
Sambi Timur dan Bramadarapun kemudian melangkah
semakin dekat, dan ketiganyapun duduk ditepi perapian
yang masih menyala meskipun apinya menjadi semakin
redup. "Berita apakah yang kau bawa, kakang Sambi Timur?"
bertanya Kidang Alit
"Yang penting, aku mendapat perintah untuk
mendekati Raden, jika pada suatu saat Raden
memerlukannya"
"Ya, dan kau sekarang sduah berada disini"
"Yang kedua, aku membawa berita bagi Raden"
"Aku memang sudah menduga, katakana"
"Raden Kuda Rupaka telah meninggalkan istananya"
Kidang Alit tertawa kecil, katanya "Baru sekarang kau
memberitahukan hal itu kepadaku, Ia sudah berada disini
sekarang, bahkan aku sudah menjajagi kemampuannya"
"Jadi Raden sudah bertempur melawan Kuda
Rupaka?" "Tidak, aku mempergunakan pengaruh bunyi, aku
mencoba membius diajeng, eh maksudku puteri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pangeran Kuda Narpada, Inten Prawesti dengan suara
seruling, namun ternyata bahwa Raden Kuda Narpada
berhasil memecahkan pengaruh kekuatan bunyi itu"
Sambi Timur mengangguk-angguk, katanya "Aku
memang mendapat pesan agar Raden menjadi semakin
berhati-hati karenanya, menurut perhitangan kami,
Raden Kuda Rupaka memang akan pergi ke istana kecil
itu, ternyata perhitungan itu benar"
"Ia tidak seorang diri, ia datang bersama seseorang
yang bernama Panji Sura Wilaga"
"Sura Wilaga" desis Panji Timur "Aku belum pernah
mendengarnya, mungkin seorang murid baru, atau
pengawal ayahdanya yang paling dapat dipercaya"
"Mungkin, ternyata keduanya merupakan orang yang
harus diperhitungkan"
"Tentu Raden, dan kita tidak akan dapat bertindak
dengan tergesa-gesa"
"Agaknya bukan saja Raden Kuda Rupaka yang harus
kita perhitungkan disini"
"Siapa lagi Raden ?"
"Anak-anak ingusan dari perguruan Sekar Pucang"
"Guntur Geni maksud Raden"
"Murid-murid Kiai Sekar Pucang"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ya, Kiai Sekar Pucang dari perguruan Guntur Geni"
Kidang Alit mengangguk-angguk dan Sambi Timur
berkata seterusnya "Mereka tentu orang-orang yang
sangat berbahaya Raden, apakah mereka masih juga
berada di padukuhan ini ?"
"Mereka sudah mati dibunuh"
"Raden membunuhnya ?"
"Tidak, Kuda Rupaka, dua diantara mereka sudah
terbunuh, yang seorang lagi melarikan diri"
Sambi Timur menarik nafas dalam-dalam, sambil
memandang kepada Bramadara ia bergumam "Bahaya
yang setiap saat dapat meledak"
"Ya, kita harus benar-benar berhati-hati"
"Karena itu kakang Samba Timur dan kakang
Bramadara, persoalannya semakin mendesak" Kidang Alit
berhenti sejenak, lalu katanya "Karena itu, kalian jangan
menjauh lagi, biarlah kalian berada disini"
"Di Karangmaja ?"
"Ya, datanglah dengan sikap yang kasar, seperti sikap
orang Guntur Geni"
"Maksud Raden ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kalian akan ditempatkan di banjar padukuhan, tetapi
kalian harus menunjukkan bahwa kalian memiliki sesuatu
yang mirip atau serupa dengan ilmu orang-orang Guntur
Geni" Kidang Alit berhenti sejenak lalu "Salah seorang
dari kalian berdua harus memukul salah seorang anak
muda di hadapan Ki Buyut, sehingga anak itu pingsan"
"Dengan racun yang melumpuhkan ?"
"Tidak perlu, asal saja ia pingsan, aku akan
mengobatinya, aku akan mengatakan bahwa ilmumu
lebih dari anak-anak Guntur Geni, dan aku akan
mengobatinya dengan obat yang lebih baik dari yang
pernah aku pergunakan untuk mengobati Kasdu, akulah
yang membuatnya tetap lemah selama kira-kira sebulan"
Kidang Alit kemudian memberitahukan apa yang
harus mereka lakukan seperti yang pernah dilakukan oleh
orang-orang dari Guntur Geni.
"Kalian akan menjadi pusat perhatian Raden Kuda
Rupaka, seperti saat Raden Kuda Rupaka memperhatikan
orang-orang dari Guntur Geni, jika datang saatnya,
Raden Kuda Rupaka memang harus dibunuh, kita harus
menyelesaikan tugas kita"
"Semakin cepat semakin baik Raden"
"Ya, tetapi hadirnya Raden Kuda Rupaka merusak
semua rencana kita, juga karena aku menginginkan
kedua gadis itu"
"Dua orang gadis ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Inten Prawesti dan Pinten, anak pelayan istana kecil
itu" Bramadara dan Sambi Timur, menarik nafas dalamdalam, tetapi mereka tidak mencoba mencegahnya,
karena itu sudah menjadi sifat dan wataknya Raden
Waruji. Untuk beberapa saat lamanya, mereka masih
berbicara tenang rencana, jika rencana mereka itu
berhasil, maka mereka akan berada dalam jarak yang
pendek tanpa tanpa diketahui oleh Raden Kuda Rupaka.
Mungkin Raden Kuda Rupaka akan menjadi lengah, atau
tidak memperhitungkan, bahwa ketiga orang yang
berada di Karangmaja itu pada suatu saat bekerja
bersama untuk, membunuhnya.
Namun dalam pada itu, Kidang Alit kemudian
bertanya "Kakang Sambi Timur, apakah pentingnya
Raden Kuda Rupaka, maka kau harus datang khusus
untuk memberitahukan bahwa ia sudah tidak di istanya
lagi ?" "Selama ini bagi beberapa orang di Demak, Raden
Kuda Rupaka merupakan seorang anak muda yang
menjadi buah bibir, ia memiliki ilmu yang tinggi, namun
ia juga seorang yang baik dan rendah hati, ia menolong
hampir setiap orang yang diketahuinya mendapat
kesulitan"
"Tetapi apakah ia memerlukan datang ketempat yang
jauh ?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Raden harus ingat, bahwa Raden Kuda Rupaka adalah seorang bangsawan yang masih sangat dekat hubungannya dengan Pangeran Kuda Narpada, keduannya datang dari Majapahit saat Majapahit mengalami kemunduran"
"Bagi Demak, mereka adalah orang-orang baru"
"Ya, apalagi bagi Raden yang jarang sekali hadir ke kota Raja itu, meskipun dengan Raden Waruju masih ada gegayutan, tetapi tentu sudah agak jauh"
"Aku lebih suka bernama Kidang Alit, di sini aku dapat hidup diantara anak-anak muda Karangmaja tanpa jarak, jika aku menyebut diriku dengan nama dan kedudukan yang sebenarnya, aku akan menjadi jauh dari mereka"
"Terserahlah kepada Raden, namun dengan demikian Raden sudah mendapat gambaran serba sedikit tentang Raden Kuda Rupaka dan kedudukannya diantara para bangsawan, meskipun ia orang baru, namun pengaruhnya dikalangan anak-anak muda bangsawan, nampaknya sudah semakin berakar"
"Aku mengerti, tetapi pada suatu saat mereka akan kehilangan Raden Kuda Rupaka, yang datang kemudian adalah Raden Waruju dengan kekuatan dan wibawa yang baru setelah aku menyelesaikan tugasku disini" namun dahinya tiba-tiba saja berkerut "Tetapi apakah dengan demikian berarti Raden Ayu Kuda Narpada dan Inten Prawesti itu masih kadangku juga ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ya, tetapi seperti Raden Kuda Rupaka, hubungan itu
sudah amat jauh, hampir setiap keluarga Adipati di
seluruh negeri masih mempunyai gegayutan, meskipun
sekedar bersangkut paut karena perkawinan"
Kidang Alit mengangguk-angguk, namun kemudian
katanya "Persetan, aku harus mendapatkan semua yang
aku inginkan di sini, Nah, sekarang pergilah, dan
datanglah besok berkuda ke Karangmaja, seperti yang
aku pesankan, datanglah ke rumah Ki Buyut dan hatihatilah, semua harus berjalan seperti yang aku
kehendaki"
"Baiklah Raden"
"Panggil aku Kidang Alit"
"Baiklah, tetapi kemana kami harus pergi sekarang "
apakah aku harus kembali lagi ke persembunyianku ?"
"Tidak perlu, tinggal sajalah di sini, dan datanglah
besok ke Karangmaja"
Bab 9 Kidang Alitpun kemudian berdiri dan melangkah
meninggalkan kedua orang orang kawan-kawannya
dengan pesan "Aku akan kembali kepondokku, ingat
semua yang harus kau lakukan"
Kedua kawannya tidak menjawab, mereka
memandang langkah Kidang Alit yang semakin lama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
menjadi semakin jauh, dan hilang didalam kegelapan
malam. Sambi Timur dan Bramadra masih termangu-mangu
disamping perapian yang sudah hampir padam. Sejenak
mereka merenungi bara api yang tertinggal diantara abu
yang hitam. Namun kemudian terdengar Bramadara
berkata "Semalam suntuk kita harus menunggu perapian
ini" "Kita dapat tidur saja disini, apa bedanya tidur
ditempat lalu?"
"Dan kita akan diterkam harimau tanpa melawan",
sebaiknya kita tidur bergantian"
"Tidak ada harimau disini, yang ada hanyalah kucingkucing hutan yang agak besar"
"Aku sudah berada ditempat ini lebih lama dari kau,
disini ada harimau, sebenarnya harmau bukan sekedar
seekor blacan, bahkan disini ada harimau kumbang"
"Kau takut harimau kumbang?"
"Bukan takut, tetapi jika kita tidur, maka kita tidak
akan sempat bangun"
"Baiklah, kita akan tidur bergantian"
Keduanyapun kemudian membagi saat pergantian
lewat tengah malam, kapan yang seorang akan
dibangunkan oleh yang berjaga-jaga terlebih dahulu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Menjelang pagi hari, maka keduanyapun
mempersiapkan diri, mereka bersepakat untuk tidak
untuk tidak berbenah, bahkan mereka membuat pakaian
mereka menjadi lusuh dan membuat diri mereka nampak
sebagai orang-orang kasar, ikat kepala merekapun tidak
lagi mereka atur sebaik sebaik-baiknya, nampaknya asal
saja membelit kepala, beberapa lembar rambut mereka
yang panjang, mereka biarkan mencuat keluar.
"Jika kau berbicara, kau harus membelalakkan
matamau" berkata Sambi Timur sambil tersenyum.
"Sebenarnya aku segan berbuat seperti ini, Tetapi
apaboleh buat, Raden Waruju memang senang berbuat
aneh-aneh. Seperti dirinya sendiri yang menyamar
seperti anak padesan kebanyakan dan bernama Kidang
Alit" "Tetapi penyamaran itu sangat bermanfaat baginya"
desis Sambi Timur.
Bramadara tertawa, tetapi ia tidak menjawab lagi.
Demikianlah keduanya dengan cara yang aneh,
mendekati padukuhan Karangmaja seperti petunjuk
Kidang Alit, dengan wajah yang garang dan sikap yang
kasar dibuat-buat, mereka memasuki padukuhan itu.


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Beberapa orang yang melihat kehadiran mereka
menjadi ketakutan, mereka belum melupakan hilangnya
tiga orang dari banjar, yang menurut pendengaran
mereka, telah dibunuh oleh Raden Kuda Rupaka, tetapi
seorang dari mereka sempat melarikan diri dan sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
barang tentu ia akan kembali dengan dendam yang
membara di hati.
Kini, tiba-tiba saja hadir dua orang kasar di
padukuhan mereka, yang tidak mustahil ada sangkut
pautnya dengan orang-orang yang telah dibunuh itu.
Kedua orang berkuda itu sama sekali tidak
menghiraukan orang-orang yang dengan tergesa-gesa
masuk kedalam rumah masing-masing dan menutup
pintu, yang tidak sempat, segera berlindung dibalik
dinding atau pepohonan atau pepohonan yang rimbun.
Namun keduanya tidak menghirakan mereka,
keduanya langsung menuju ke rumah Ki Buyut di
Karangmaja. Kedatangan kedua orang itu benar-benar telah
mengejutkan Ki Buyut, belum lagi orang-orang yang
mengubur kedau mayat orang-orang asing yang berada
di banjar itu melupakan kengeriannya atas mayat-mayat
yang penuh noda-noda darah itu, telah datangnya dua
yang tidak mereka kenal dengan sikap yang kasar pula.
"He, siapakah Buyut di Karangmaja" Sambi Timur
menggeram. Ki Buyut melangkah mendekatinya sambil menjawab "
Aku Ki Sanak, aku adalah Buyut di Karangmaja"
Ki Sambi Timur membelalakkan matanya, dan berkata
lantang "Aku akan berada di Padukuhan ini untuk waktu
yang tidak tertentu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ki Sanak" berkata Ki Buyut "marilah, silahkan duduk,
barangkali kita dapat berbicara sebaik-baiknya"
"Aku tidak mempunyai waktu, beri aku tempat, beri
aku makan dan beri aku semua kebutuhan yang aku
inginkan" Ki Buyut menarik nafas dalam-dalam, beberapa orang
anak muda ragu-ragu untuk mendekatinya, mereka
masih belum melupakan, apa yang pernah terjadi atas
Kasdu. Namun dengan demikian Sambi Timur dan Bramadara
menjadi agak kebingungan, menurut pesan Kidang Alit,
salah seorang dari mereka harus memukul salah seorang
anak muda itu sehingga pingsan, tetapi tidak ada
seorang anak mudapun yang mendekat.
"Cepat Ki Buyut" Bramadara berteriak, justru karena
ia ingin membuat dirinya menjadi kasar, maka ia telah
bertingkah laku dengan sikap yang berlebih-lebihan.
Berteriak dan sekali-sekali mengumpat dengan kata-kata
yang tidak dimengerti.
Ki Buyut menjadi bingung, namun ia tidak dapat
berbuat lain, dari pada memenuhi tuntutan orang-orang
itu. "He !!, kenapa kau justru mematung..!!" bentak
Sambi Timur. "Ya"ya" Ki Sanak, kami dapat menempatkan Ki
Sanak di Banjar padukuhan ini"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Baik, aku akan berada di banjar padukuhan, aku
ingin disediakan makan dan minum secukupnya, dan
kebutuhan-kebutuhan yang aku minta, jika kalian tidak
sanggup menyediakan, maka padukuhan ini akan aku
jadikan karang abang, He"!!! kalian mendengar?""
"Ya.. ya.. Ki Sanak"
"Kalian mendengar"!!?" teriak Sambi Timur kepada
anak-anak muda yang kebetulan berada di halaman. Ia
mencari alas an, untuk dapat memenuhi pesan Kidang
Alit, memukul salah soerang dari mereka.
Tetapi anak-anak muda itu menjadi ketakutan dan
bergeser mundur.
"Gila..!" geram Bramadara, tiba-tiba saja ia meloncat
turun dari kudanya dan memanggil seorang anak muda,
yang bertubuh tinggi besar dan berdada bidang. "Kemari,
kau kemari"
Anak muda itu termangu-mangu sejenak "Siapa
namamu He..!"
"Sambi, tuan"
"He..!!" tiba-tiba Bramadara terbelalak lebar sekali
"Kau jangan menghina kami"
Anak muda itu menjadi bingung
"Sebut namamu sekali lagi"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Sambi, Sambi Tuan" anak muda itu menjadi
gemetar. "He, kakang Sambi Timur, anak muda ini berani
menyebut namamu, ia menyebut namanya dengan
namamu" "Mata Sambi Timur menjadi memerah, dicobanya
untuk menunjukkan kemarahan yang meluap-luap,
katanya "Anak gila..!, kau telah menghina aku"
Sambi Timurpun kemudian meloncat turun, ia tidak
membuat alasan lain yang dapat dipergunakan
memenuhi pesan Kidang Alit, adalah kebetulan sekali
bahwa nama anak itu sama dengan namanya.
"Satu-satunya alasan" berkata Sambi Timur didalam
hatinya, dan agaknya Bramadarapun memperhitungkan
demikian pula. Maka tiba-tiba saja Sambi Timur menyambar ikat
kepala anak muda itu dan membantingnya ketanah "Kau
berani menyebut namaku He..!, Kau harus tahu, siapa
yang menyebut namaku, maka ia harus berurusan
denganku" "Tetapi namaku, namaku memang dengan demikian
Tuan" anak itu menjadi semakin gemetar.
"Persetan..!!, jika demikian, maka kau berani
menyebut namaku, karena itu, kita harus berperang
tanding, di dunia ini, hanya ada satu nama Sambi, Sambi
Timur" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Anak muda itu menjadi semakin ketakutan, katanya dengan suara terputus-putus "Tetapi namaku tidak memakai Timur"
"Itu tidak penting, cepat, bersiaplah, kita akan berperang tanding"
"Tidak, tidak" anak muda itu menjadi semakin ketakutan"
"Pengecut" tiba-tiba Sambi Timur membentak, tangannya terayun deras sekali mengenai wajah anak muda yang bernama Sambi itu, sehingga anak muda itupun terpelanting jatuh.
Semua mata terbelalak melihat peristiwa yang terjadi itu, tidak seorangpun dapat mencegahnya, apalagi ketika Sambi Timur kemudian berkata "Anak itu harus mengerti bahwa tidak ada orang lain bernama Sambi di dunia ini, sekarang ia tidak akan dapat menyebut namanya lagi"
"Tuan sudah membunuhnya?" bertanya Ki Buyut.
Sambil tertawa, dicobanya tertawa keras-keras, namun kadang-kadang tertawanya justru menjadi sumbang.
Katanya "Ia tidak mati, tetapi akan menjadi lumpuh, buta, bisu dan tuli"
"Ooo" Ki Buyut menebah dadanya, katanaya "Kasihan anak itu, ia anak baik tuan, apakah tuan tidak dapat menyuruhnya saja berganti nama?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku tidak perduli, tidak ada orang yang akan dapat
mengobatinya, ia akan mengalaminya sampati tua"
Ki Buyut menarik nafas dalam-dalam, sekilas teringat
olehnya dengan seorang anak muda yang bernama
Kidang Alit, anak muda yang telah berhasil mengobati
Kasdu sehingga kini anak muda itu sudah dapat
dikatakan sembuh, meskipun belum pulih, apalagi di
istana kecil itu ada seorang bangsawan muda bernama
Kuda Rupaka yang juga sanggup pula mengobati
seseorang yang mengalami peristiwa seperti itu.
Tetapi Ki Buyut sama sekali tidak menyebutkannya,
bahkan kemudian ia berkata "Ki Sanak, aku minta maaf
jika ada sesuatu yang tidak menyenangkan bagi Ki
Sanak, sekarang aku persilahkan Ki Sanak pergi ke
banjar, di banjar Ki Sanak akan dapat tinggal dengan
tenang tanpa gabgguan apapun juga"
Sambi Timur memandang Ki Buyut dengan tajamnya,
lalu katanya "Baiklah, aku akan pergi ke banjar"
"Biarlah seseorang mengantarkan Ki Sanak"
"Aku sudah tahu dimana letak banjar itu, aku akan
pergi ke banjar"
Sambi Timur dan Bramadara tidak menunggu lebih
lama lagi, merekapun kemudian meloncat ke punggung
kudanya dan segera meninggalkan halaman rumah Ki
Buyut. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Demikian kedua orang itu hilang, maka regol halaman itu telah berdiri termangu-mangu seorang anak muda yang lain, Kidang Alit.
Semua matapun kemudian terpancang kepada Kidang Alit, perlahan-lahan anak muda itu melangkah maju, ketika matanya menyentuh tubuh Sambi yang berbaring diam, maka iapun dengan tergesa-gesa berlari mendekatinya, sambil berjongkok disisinya ia bertanya
"Kenapa dengan Sambi?"
Ki Buyut mendekatinya dengan pandangan sedih, sambil menarik nafas dalam-dalam ia berkata "Agaknya padukuhan ini memang sedang ditimpa oleh malapetaka, aku tidak tahu, apakah kesalahan yang pernah kami perbuat disini, sehingga rasa-rasanya sebuah kutukan yang mengerikan kini sedang berlaku"
Kidang Alit meraba tubuh Sambi, dengan wajah tegang ia berkata "Luar biasa, suatu ilmu yang hampir tidak ada duanya dimuka bumi."
"Ia mengalami nasib seperti Kasdu" desis Ki Buyut yang kemudian menceritakan apa yang telah terjadi atas Sambi"
"Gila" desis Kidang Alit "Apakah peprsamaan nama saja sudah cukup alas an baginya untuk menyiksa anak ini seumur hidupnya, Kasdu kini nampaknya sudah mulai dapat menggerakkan segenap tubuhnya, bahkan beberapa langkah ia sudah dapat berjalan, tiba-tiba kini malapetaka yang lebih besar telah menimpa Sambi"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Lebih besar?" bertanya Ki Buyut.
"Ya, Sambi nampaknya lebih parah dari Kasdu"
"Jadi..?"
Kidang Alit menarok nafas dalam sekali, katanya
"Bawalah kedalam, aku mencoba mengobatinya"
Anak-anak muda yang ada di halaman itupun
kemudian mengangkat tubuh yang seolah-olah menjadi
kejang itu masuk kedalam dan dibaringkannya disebelah
Kasdu yang sudah dapat bangkit berdiri meskipun masih
tertatih-tatih dan harus mencari pegangan,
Bahkan dengan dilayani oleh seseorang, ia sudah dapat
berjalan beberapa langkah, sedangkan penglihatan dan
pendengarannya seolah-olah telah pulih sama sekali.
Untuk beberapa saat lamanya, Kidang Alit meraba
segenap tubuh Sambi, setiap kali ia seolah-olah
menemukan sesuatu dibawah kulit anak muda yang
pingsan itu. Baru beberapa saat kemudian, Kidang Alit mengambil
semacam serbuk dari dalam bumbung kecil yang
disimpan dikantong ikat pinggangnya, dengan beberapa
tetes air, serbuk itu dicairkan, dan dituangkannya
kedalam mulut Sambi"
Setelah ditunggu beberapa lama kemudian, maka
Sambipun mulai sadar, matanya terbuka dan bibirnyapun
mulai bergerak-gerak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Air" Desisnya
Kidang Alit tersenyum, demikian juga Ki Buyut yang
menungguinya dengan tegang.
"Aku berhasil Ki Buyut, ia dapat membuka matanya
dan melihat kita yang berada di sekitarnya, mulutnya
dapat bergerak dan menyebut sesuatu yang di
kehendakinya, mudah-mudahan ia dapat segera pulih
seperti Kasdu meskipun akan membutuhkan waktu yang
agak lama. "Lebih lama..?" bertanya Ki Buyut.
"Ya", orang-orang yang datang kemudian ini memiliki
kemampuan yang lebih tinggi dari orang-orang yang
yang telah datang lebih dahulu, orang-orang yang telah
dibunuh di istana kecil itu."
Ki Buyut termangu-mangu sejenak, lalu tiba-tiba saja
ia bertanya "Kidang Alit, apakah kau tahu serba sedikit
tentang peristiwa di halaman istana kecil itu?"
"Maksud Ki Buyut":
"Apakah kau ikut campur didalam pertempuran yang
telah terjadi?"
Kidang Alit mengerutkan keningnya, namun kemudian
ia tertawa "Janganlah dirisaukan, aku tidak ikut campur
sama sekali, aku tidak tahu menahu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ki Buyut tidak mendesaknya lagi, meskipun demikian,
ia masih bertanya "Kidang Alit, apakah kau berhubungan
dengan Raden Kuda Rupaka?"
"Ooo?" Kidang Alit mengangkat keningnya "Aku tidak
ada hubungan dengan bangsawan-bangsawan yang
hanya dapat menyombongkan dirinya, yang menganggap
kita orang-orang kecil, ini hanyalah sekedar sasaran
pelepasan kekuasaannya, Ki Buyut aku memang tidak
ingin berhubungan dengan bangsawan-bangsawan itu"
"Tetapi mereka bukan orang-orang yang sombong"
"Ki Buyut, sejak aku kanak-kanak, aku tidak
dibiasakan untuk mengangguk hormat dalam sekali,
menundukkan kepala jika berbicara, atau dengan tata
cara yang menjemukan sekali"
"Tidak, tidak Kidang Alit, aku tidak pernah tidak
pernah mempergunakan tata cara yang demikian
terhadap Raden Rupaka, bahkan terhadap Pangeran
Kuda Narpadapun tidak, atas kehendak Pangeran Kuda
Narpada sendiri"
"Tetapi kita masih harus memanggilnya Raden, dan
dalam terhadap perempuan yang ada di istana itu, kita
harus harus menyebutnya Gusti dan puteri. Ah, sudahlah
Ki Buyut, biarlah aku hidup dengan caraku dan Raden
Kuda Rupaka hidup dengan caranya"
"Baiklah Kidang Alit, tetapi sebagai orang tua, aku
lebih senang melihat anak-anak muda dapat hidup rukun,
apalagi anak-anak muda seperti kau dan Raden Kuda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Rupaka, yang memiliki kelebihan dari sesama" Ki Buyut
berhenti sejenak, lalu "Jika kalian dapat hidup rukun,
maka kami sepadukuhan ini, akan dapat
menggantungkan nasih kami kepada kalian, apalagi jika
setiap kali padukuhan ini didatangi oleh orang-orang
yang mengerikan seperti yang berada di banjar itu"
"Mereka tidak akan berbuat apa-apa, seperti tiga
orang yang terdahulu Ki Buyut, persoalan mereka tentu
ada hubungannya dengan kematian kedua orang yang
baru saja dikuburkan itu, meskipun agaknya mereka
bukan saudara seperguruan"
Ki Buyut termangu-mangu sejenak, namun kemudian
"Darimana kau tahu bahwa mereka bukannya
seperguruan dengan orang-orang yang telah terbunuh
itu?" "Aku dapat melihat akibat dari tangan mereka,
memang ada persamaan, tetapi ada juga bedanya"


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ki Buyut tidak mendesaknya lagi, karena ia merasa
behwa ia tidak akan dapat mengerti, apapun yang
dikatakan Kidang Alit, namun yang ditanyakan justru
"Kidang Alit, jika orang itu tidak dapat berbuat apa-apa,
kenapa keduanya terbunuh justru di halaman istana itu"
"Maksudku, mereka tidak berbuat apa-apa atas kita
disini, persoalan mereka dengan istana itu, sama sekali
bukan persoalan kita Ki Buyut"
"Ki Buyut mengangguk-angguk, ia mengerutkan
keningnya, ketika ia melihat seorang yang melayani
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sambi yang merasa sangat haus, setitik demi setitik air
diteteskan dimulutnya, dengan susah payah ia mencoba
menelan air itu.
Sambi menarik nafas dalam-dalam, iapun kemudian
menggeleng lemah, "Cukup" desisnya lambat sekali.
"Ki Buyut" berkata Kidang Alit kemudian "Aku minta
diri, biarlah anak-anak menjaga Sambi sebak-baiknya,
jika ada orang lain yang datang, biarlah keduanya mash
tetap berpura-pura lumpuh, bisu dan tuli"
"Tetapi orang-orang yang menyakiti Kasdu sudah
tidak ada lagi?"
"Siapa tahu, bahwa aku keliru, jika kedua orang itu
adalah kawan-kawan mereka yang sudah terbunuh,
maka merekapun tentu akan membunuhnya pula"
Ki Buyut mengangguk-angguk, Iapun kemudian
berpesan seperti yang dikatakan olej Kidang Alit itu untuk
keselamatan mereka sendiri"
"Kecuali terhadap Raden Kuda Rupaka" berkata Ki
Buyut" Ia tidak dapat dibohongi, ia mengerti semuanya
tentang Kasdu yang barangkali juga Sambi"
Kidang Alit tersenyum, katanya "Biar sajalah, aku kira
mereka tidak akan membahayakan Kasdu, bagaimana
juga aku kira bangsawan-bangsawan itu masih juga
mengenal peri-kemanusiaan"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ki Buyut mengerutkan keningnya, tetapi ia tidak
menjawab "Sudahlah Ki Buyut, aku akan pergi ke sungai,
sudah dua hari aku tidak mencuci pakaian"
Kidang Alitpun kemudian meninggalkan rumah Ki
Buyut, dimuka regol langkahnya terhenti sejenak, namun
kemudian iapun berkata kepada diri sendiri "Persetan jika
Kuda Rupaka mengetahui permainan ini, aku tidak akan
memberi kesempatann kepadanya lebih lama lagi, tetapi
semuanya memang tidak dapat dilakukan dengan
tergesa-gesa agar justru tidak gagal karenanya"
Iapun kemudian melanjutkan langkahnya, kembali ke
pondoknya, mengambil beberapa helai pakaiannya, dan
langsung pergi ke sungai.
Kidang Alit mempunyai kesenangan mencuci
pakaiannya di sungai disaat-saat gadis-gadis Karangmaja
mencuci pakaian pula.
Namun gadis-gadis itu sama sekali tidak merasa
terganggu oleh kehadirannya, meskipun tidak biasa lakilaki mencuci pakaian bersama dengan mereka. Biasanya
laki-laki lebih suka mandi dan mencuci di gerojogan di
bawah bendungan, di siang atau di sore hari setelah
mereka pulang ke sawah.
Bahkan kehadiran Kidang Alit dapat memberikan
kesegaran dan kegairahan pada gadis-gadis itu. Mereka
tidak segan-segannya bergurau bahkan kadang-kadang
berkejar-kejaran bersama Kidang Alit, sehingga dengan
demikian, mereka sering terlambat pulang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tidak banyak yang mengetahui perbuatan Kidang Alit
itu, gadis-gadis Karangmaja tidak pernah
memperbincangkan dengan orang tua mereka tentang
tinglah laku anak muda itu, tetapi mereka setiap saat
memperbincangkannya dengan kawan-kawan mereka.
Bahkan siapa yang paling dekat dengan anak muda itu,
merasa sangat bangga, seolaj-olah ia adalah gadis yang
paling terkemuka di Karangmaja.
Meskipun dua orang dari mereka telah kehilangan
pengakangan diri, namun seolah-olah hal itu tidak
pernah diingatnya lagi oleh kawan-kawannya, apalagi
keduanya kemudian telah kawin seperti kebanyakan
gadis-gadis dewasa dengan laki-laki yang menganggap
mereka sebagai isteri yang baik tanpa cela.
Tetapi bagaimanapun juga, tingkah laku Kidang Alit
itu telah membuat Ki Buyut menjadi sangat berprihatin.
Tidak kurang dari kehadiran dua orang yang tinggal di
banjar, seolah-olah menggantikan tiga orang yang
sebelumnya berada di banjar itu pula, dan yang dua
diantaranya mereka telah terbunuh sedang yang seorang
berhasil melarikan diri.
Namun keprihatinan itu harus ditekannya didalam
dadanya, yang semakin lama menjadi semakin penuh
dengan persoalan-persoalan yang datang berurutan.
"Kapan ada cahaya terang pada padukuhan kecil ini"
Setiap kali Ki Buyut berdesah, jika ia mulai berbaring di
malam hari, terasa betapa kecut hatinya menghadapi
masa depan padukuhannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Memang sekali lagi timbul dugannya, bahwa istana
kecil itulah yang agaknya telah mengundang kesulitan
bagi padukuhan Karangmaja, tetapi ia mengenang
kebaikan hati Pangeran Kuda Narpada dan segala macam
jasa yang telah diberikan maka, ia selalu mencoba
mengusir dugaan-dugaan semacam itu.
Tetapi sebenarnyalah bahwa persoalan memang
berkisar pada istana kecil yang terpencil itu, kegagalankegagalan orang dari perguruan Guntur Geni, bukan
mengurangi kekalutan bagi Karangmaja. Karena salah
seorang dari mereka yang tidak terbunuh mati, berhasil
menghubungi kawan-kawannya dari perguruan Guntur
Geni dan menceritakan apa yang telah terjadi di istana
kecil itu. "Gila" desis salah seorang yang bertubuh jangkung,
berambut putih dan berjanggut panjang dan berwarna
putih pula "Jadi di Karangmaja telah hadir murid-murid
dari perguruan Cengkir Pitu dan Kumbang Kuning?"
Gagak Wereng yang hampir kehabisan darah selama
di perjalanan, hampir tidak mampu lagi bergerak, hanya
karena ketahanan tubuhnya yang luar biasa sajalah,
maka ia masih dapat berbicara beberapa kalimat, untuk
menceritakan segala peristiwa pahit yang dialaminya.
Ketika ia merasa bahwa semuanya sudah diucapkannya,
betapapun sulitnya untuk menggerakkan bibir, tidak
dapat lagi mengucapkan kata-kata.
Gagak Wereng masih sadar, bahwa oleh dua orang
saudara seperguruannya, ia diangkat mendaki sebuah
bukit kecil di ujung Pegunungan Sewu, beberapa tonggak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
lagi, terhampar ngarai yang luas, yang sebagian masih
diselimuti oleh hutan yanga sangat lebat.
Orang berjanggut dan berambut putih tidak
memaksanya lagi untuk berbicara, tetapi ia memberikan
beberapa tetes cairan, ramuan dari air dan serbuk obat
untuk menenangkan dan memberi kekuatan kepada
Gagak Wereng, tanpa obat ini maka Gagak Wereng tentu
sudah jatuh pingsan, dan bahkan mungkin ia akan
kehilangan kemungkinan untuk dapat hidup lebih lama
lagi. Namun agaknya Gagak Wereng memang belum
saatnya mati, perlahan-lahan tubuhnya merasa menjadi
segar, sehingga ia mulai dapat menggerakkan seluruh
tubuhnya dan bibirnya mulai dapat menyebut beberapa
kata. Ketika ia merasa sudah menjadi semakin kuat, maka
iapun mulai mencoba untuk duduk bersandar pada
sebongkah batu besar di pinggir jalan setapak.
"Wereng" salah seorang temannya mulai bertanya lagi
ketika ia melihat keadaan Gagak Wereng samakin baik
"Jadi jelasnya, kau dan kedua saudara seperguruanmu
itu telah gagal"
"Ya, ya Kiai, kami sudah gagal, gagal sama sekali, aku
tidk melihat akhir dari pertempuran di halaman itu,
namun menurut perhitunganku saudara-saudaraku tidak
ada harapan lagi untuk melepaskan diri dari tangan
Raden Kuda Rupaka dan Panji Sura Wilaga"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Raden Kuda Rupaka" desis orang berjanggut dan
berambut putih itu. "Aku mendengar namanya belum
lama berselang, ia adalah seorang kesatria dari Majapahit
yang memiliki beberapa kelebihan, namanya cepat
dikenal di Demak oleh segala golongan, karena ia
mempunyai jiwa pengabdian yang tinggi, ia banyak
menolong orang-orang yang memang memerlukan
pertolongannya, ia tidak segan-segan berbuat apa saja
untuk kepentingan orang banyak yang lemah dan
tersinggung oleh rasa keadilannya"
"Agaknya benar orang itu" desis Gagak Wereng
dengan suara yang lemah "Ia adalah seorang bangsawan
yang memang pilih tanding"
"Tetapi disamping Kuda Rupaka, kau harus
memperhatikan pula orang yang mneyebut dirinya dari
perguruan Kumbang Kuning" sahut orang yang
berjanggut dan berambut putih itu. "Perguruan Kuning
adalah perguruan yang pernah menggetarkan tanah ini"
Gagak Wereng mengangguk-angguk, namun
kemudian ia berdesis "Tetapi kenapa mereka itu kini
berkumpul di Karangmaja?" bukankah itu berarti bahwa
rahasia yang tersimpan di dalamnya telah banyak
diketahui oleh beberapa pihak?"
"Mungkin demikian, tetapi yang menggelisahkan kita
adalah Kuda Rupaka, ia adalah keluarga Raden Kuda
Narpada, sehingga ia merupakan pelindung yang paling
baik" orang yang berjanggut putih itu menggeram
"Kenapa Kuda Rupaka itu hadir juga di tempat yang
demikian jauhnya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kita juga datang dari jauh, kini kiai berada disini
beberapa lamanya, dan meninggalkan padepokan juga
karena rahasia yang tersimpan di istana itu" Sahut Gagak
Wereng, "Tentu Kuda Rupaka mengetahui juga rahasia
itu, dan merasa wajib untuk melindunginya"
"apakah bukan karena Kuda Rupaka sendiri
mempunyai pamrih seperti kita dan murid-murid dari
perguruan Kumbang Kuning itu?"
"Kita tidak tahu dengan pasti, tetapi yang jelas,
bahwa Kuda Rupaka merupakan penghalang yang paling
berat, kita dapat mengesampingkan yang lain dengan
kekerasan atau dengan diam-diam mendahului memasuki
istana itu, tetapi Raden Kuda Rupaka ada di istana itu"
Orang berjanggut itu menarik nafas dalam-dalam,
katanya kemudian "Baiklah Wereng, sementara kita akan
mengawasi saja jalan menuju ke istana kecil itu, bukan
hanya kita yang mengalami kesulitan memasuki istana
itu, tetapi juga murid-murid dari Kumbang Kuning akan
menghadapi kekuatan yang mungkin tidak tertembus "
Orang itu berhenti sejenak, lalu "Tetapi Cengkir Pitu
adalah perguruan yang tidak banyak berhubungan
dengan para bangsawan di Majapahit, adalah agak aneh
jika kau mengatakan bahwa Kuda Rupaka mempunyai
ilmu dari perguruan Cengkit Pitu"
"Bukan saja ilmu dari perguruan Cengkir Pitu, tetapi
menurut pengakuan mereka, Raden Kuda Rupaka
mempunyai batu akik Jumerut Sisik Waja, dan kawannya
yang bernama Panji Sura Wilaga mempunya akik Naga
Keling" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Orang berjanggut dan berambut putih itu berkata
"Kedua akik itu memang menunjukkan cirri dari perguruan Cengkir Pitu, hanya orang-orang terpercaya saja dari perguruan itu yang dapat benda-benda yang mendapat benda-benda yang memiliki pengaruh atas orang yang memakainya"
"Dan selebihnya Kiai, orang yang mengaku memiliki cula Kumbang Kuning bermata berlian itu mengetahui dengan pasti bahwa Kiai Sekar Pucang yang sekarang ini sama sekali bukan Kiai Sekar Pucang pendiri perguruan Guntur Geni"
"Gila, tetapi itu dapat dimengerti, menurut gelar lahirian sebagai seorang manusia tidak akan dapat hidup sampai ratusan tahun"
"Gagak Wereng termangu-mangu sejenak, Namun iapun bertanya denga ragu-ragu, "Kiai, sebenarnyalah bagiku murid dari perguruan Guntur Geni sendiri, merasa selalu dihadapkan pada sebuah teka-teki, kami tidak pernah dapat mengatakan dengan pasti apakah Kiai Sekar Pucang itu masih ada atau Guntur Gen mempunyai guru yang nunggak semi bernama Sekar Pucang pula"
"Gila" desis orang yang dipanggil kiai itu "seharusnya kau tidak bertanya demikian, kiai Sekar Pucang adalah orang yang tidak berhubungan dengan waktu, ia telah berhasil melepaskan dari peredaran masa, sehingga ia tidak terikat lagi geseran hari, bulan dan tahun.
"Maksud Kiai"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kau memang dungu, Kiai Sekar Pucang tidak akan
pernah mengalami masa akhir dari hidupnya karena
umur, berapa ribu tahun sekalipun tidak akan merenggut
nyawanya, ia akan hidup sepanjanga jaman, seandainya
ia hanya berhadapan dengan tahun-tahun dan bahkan
abad" "Aku tidak mengerti Kiai"
"Wereng, aku adalah murid yang terdekat saat ini,
aku tidak dapat mengatakan siapakah muridnya yang
terdekat seratus tahun yang lalu, karena umurku belum
seratus, karena itulah maka, aku adalah orang yang
paling banyak mengetahui mengenai dirinya, bukankah
aku sudah pernah, dan berkali-kali memberitahukan
kepadamu bahwa Kiai Sekar Pucang harus mengurung
diri dalam tempat terasing dan di rahasiakan"
"Ya, ya Kiai, namun karena itulah, maka timbullah
pertanyaan di hati ketika aku mendengar kata-kata orang
yang menyebut dirinya murid dari perguruan Kumbang
Kuning itu"
"Kau sudah terpengaruh olehnya, memang ajar
Sokaniti tidak mampu melepaskan dirinya daro sentuhan
waktu, sehingga pada umur delapan puluh tahun lebih
sedikit, ia sudah meninggal kerena sakit, He" Gagak
Wereng, ternyata betapa tinggi ilmu Ajar Sokaniti, namun
ia harus mengalah melawan umurnya, dan hal ini tidak
akan terjadi atas Kiai Sekar Pucang."
"Tetapi kenapa justru Kiai Sekar Pucang harus berada
di tempat yang tertutup dan rahasia?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Bab 10 "Gagak Wereng, setiap orang memiliki kelemahannya


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

masing-masing, karena kau murid Guntur Geni yang
sedang dicengkam oleh keragu-raguan, maka kau boleh
mengerti serba sedikit, juga sebagai imbalan
kesetiaanmu, meskipun hampir saja orang dari Kumbang
Kuning itu merenggut nyawamu" Orang tua itu berhenti
sejenak, lalu "Dengarlah, Kiai Sekar Pucang bukannya
orang yang tidak dapat mati, ia hanya dapat
membebaskan diri dari perjalanan waktu, karena itu agar
ia tidak terbunuh karena suatu yang terjadi pada
tubuhnya, maka ia selalu mengasingkan diri, jelasnya Kiai
Sekar Pucang belum berhasil memecahkan ilmu
kekebalan yang sempurna, karena itu, maka
bagaimanapun juga, masih ada kemungkinan untuk
membunuhnya. Itulah sebabnya ia harus mengasingkan
dirinya, waktunya sepenuhnya dipergunakannya antuk
memecahkan ilmu kebal dengan sempurna.
"Sudah berapa tahun Kiai Sekar Pucang itu
mengasingkan diri Kiai?"
"Aku tidak ingat lagi waktu itu aku berguru pertama
kali, aku masih sempat mendapat tuntunan langsung dari
beliau, kemudian, perlahan-lahan ia membiarkan aku
menyempurnakan ilmuku sampai pada satu tingkatan,
bahwa aku berhak untuk menggantikannya, memberikan
ilmu kepada adik-adik seperguruanku, kepadamu, kepada
yang lain-lain, murid-murid Kiai Sekar Pucang yang
belum pernah melihat wajah gurunya" Orang itu
termenung sejenak, lalu "Namun pada suatu saat, jika
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
ilmu itu sudah dipecahkannya, kita semua akan menjadi
orang-orang yang kebal, perguruan kita tentu akan
menguasai seluruh tanah Majapahit yang telah jatuh itu,
bahkan dengan kekuatan yang tidak terkalahkan kita
akan bergerak terus keujung bumi"
Gagak Wereng mengangguk-angguk, meskipun masih
ada berbagai keragu-raguan didalam hatinya, namun ia
tidak bertanya lagi, Ia menganggap bahwa untuk
sementara keterangan itulah yang paling naik baginya,
dengan demikian ia masih mempunyai kiblat arah
berguru, jika ia sudah kehilangan kepercayaan tentang
Kiai Sekar Pucang yang belum pernah dilihatnya itu,
maka ia akan kehilangan ikatan dan merasa dirinya
terlepas dari sarangnya Perguruan Guntur Geni.
"Nah, kau beristirahatlah baik-baik, kita harus segera
kembali ke Karangmaja, Rahasia Istana itu memang
sudah diketahui oleh perguruan Kumbang Kuning, dan
mungkin juga Cengkir Pitu, sehingga kedatangan Kuda
Rupaka memang harus dicurigai"
"Apakah aku harus ikut kembali?"
"Kau sudah banyak mengetahui tentang Karangmaja,
meskipun tubuhmu belum pulih kembali, kau harus ikut,
jika kita menemui kesulitan diperjalanan, kau tidak usah
ikut campur, kau akan dilindungi oleh saudara
seperguruanmu"
"Baiklah Kiai, tetapi kapan kita akan berangkat ke
Karangmaja?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Segera, yang penting adalah pengawasan itu terlebih
dahulu, kita tidak langsung berada di padukuhan itu
sendiri, kita akan berada beberapa ratus tonggak dari
istana itu, diatas bukit kecil yang banyak terdapat di
sekitar Karangmaja, tentu tanpa diketahui baik oleh Kuda
Rupaka ataupun oleh orang-orang dari Kunmbang
Kuning" "Kita akan tinggal di bukit itu?"
"Kita melihat perkembangan keadaan"
Gagak Wereng tidak bertanya lagi, rasa-rasanya
malas sekali untuk kembali lagi ke Karangmaja, di
padukuhan itu ternyata terdapat beberapa pihak yang
akan saling berbenturan"
Namun Gagak Wereng tidak akan dapat ingkar, orang
Orang berjanggut dan berambut putih yang bernama Kiai
Paran Sanggit itu adalah wakil dari gurunya yang belum
pernah dilihatnya.
Karena itu, maka iapun mempersiapkan dirinya pula,
untuk kembali ke daerah yang nampaknya sedang
menjadi pusat perhatian beberapa pihak dengan maksud
dan tujuan yang sama.
"Gagak Wereng, jika orang dari perguruan Kumbang
Kuning berbenturan lebih dahulu dengan orang-orang
dari Cengkir Pitu, maka keduanya akan menjadi lemah,
kita akan datang kemudian membinasakan keduanya
sama sekali, agaknya yang telah terjadi adalah suatu
keasalahan, bahwa kitalah yang telah berbenturan lebih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dahulu, sehingga orang Kumbang Kuning itu ingin
memanfaatkan keadaan, meskipun pada mulanya, ia
membantu orang-orang Cengkir Pitu"
"Agaknya memang demikian Kiai, tetapi saat itu, kami
tidak mengetahui bahwa ada orang-orang dari Kumbang
Kuning yang hadir di padukuhan Karangmaja dan
kamipun tidak tahu bahwa kedua bangsawan itu adalah
murid-murid dari Cengkir Pitu"
"Baiklah, kita harus memanfaatkan pengalaman itu,
dan kita akan datang tidak hanya dengan tiga orang,
tetapi enam orang seluruhnya yang berada disini harus
mendekati Karangmaja, kita akan bergerak di malam hari
dan memilih tempat yang jarang sekali didatangi oleh
gembala-gembala dari Karangmaja dan sekitarnya.
Semua bekal makanan akan kita bawa"
"Baiklah Kiai, mudah-mudahan tubuhkupun segera
pulih, sehingga aku tidak hanya sekedar beban saja,
tetapi setidak-tidaknya aku akan dapat melindungi diriku
sendiri" Ternyata orang-orang dari Perguruan Guntur Geni
yang dipimpin langsung oleh Kiai Parang Sanggit itu tidak
menyia-nyiakan waktu, yang mereka lakukan adalah
tugas yang berat dan besar, karena itu, maka semua
harus dilakukan dengan taruhan yang paling besar, yaitu
kehadiran Kiai Paran Sanggit, yang merupakan murid
terpercaya dari perguruan Guntur Geni, sedang pimpinan
tertinggi yang mereka sebut dengan Kiai Sekar Pucang,
sama sekali tidak pernah menampakkan diri, bahkan juga
kepada murid-murid yang terpercaya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Selagi orang-orang dari Guntur Geni mulai dengan
persiapan perjalanannya menuju kesebelah bukit di dekat
istana kecil di luar padukuhan Karangmaja itu, maka jauh
dari daerah pegunungan seribu, seorang pertapa sedang
duduk menghadapi satu-satunya muridnya, seorang
pertapa yang cacat kaki dan tangannya, sehingga secara
badaniah, ia mengalami banyak kesulitan, untuk
bergerak ia harus berjalan dengan tongkat, setapak demi
setapak, tangan kirinya mengalami cidera, dan hampir
tidak mempunyai kekuatan lagi untuk melakukan
kegiatan sehari-hari.
Namun demikian, dari wajahnya masih tetap
memancar cahaya kebesaran jiwa dan kepribadiannya,
sepasang matanya yang tajam menyimpan pertanda,
bahwa banyak ilmu yang dikuasinya, ilmu kanuragan,
kejiwaan bahkan ilmu kesusteraan.
Namun karena cacat badannya, ia tidak lagi mampu
berbuat banyak dalam hal kanuragan, itulah sebabnya di
tempat terpencil, di ujung jurang di lereng gunung lereng
gunung Merbabu.
Dihadapannya, seorang anak muda duduk bersila
sambil menundukkan kepalanya, menunggu perintah apa
yang harus dilakukan.
Namun agaknya sikap gurunya kali agak berbeda dari
hari-hari sebelumnya, namun kesempatan bagi muridnya
untuk mengenal lebih dekat, behkan sekali-kali pertapa
yang cacat itu masih juga sempat bergurau, tidak saja
dengan muridnya, tetapi juga dengan orang tua
muridnya itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi kali ini gurunya nampak bersungguh-sungguh,
sehingga karena itu, timbullah perasaan aneh dihatinya,
sehingga dadanya menjadi berdebar-debar.
"Panos Suka" panggil pertapa itu.
Anak muda yang duduk di hadapannya mengangkat
wajahnya perlahan-lahan terdengar suaranya ragu "Ya
guru" "Dimanakah ayahmu", beberapa hari ini ia tidak
berkunjung kemari?"
"Agaknya ayah berada di sawah guru, hujan di lereng
gunung membuat arus air menjadi deras, ayah harus
menjaga agar air itu tidak merusak batang padi yang
baru ditanam"
Gurunya mengangguk-angguk, lalu katanya "Panon,
jika ayahmu tidak berkeberatan, aku akan menyerahkan
satu tugas yang berat bagimu, karena itu aku ingin
berbicara dengan ayahmu"
Panon menjadi semakin heran, dengan bimbang ia
bertanya "Guru, bukankah selama ini ayah menyerahkan
segala-galanya kepada guru", akupun merasa berbahagia
jika guru telah mempercayakan satu tugas bagiku, aku
rasa ayahpun demikian juga"
Tetapi gurunya menggeleng, katanya "Tetapi tugasmu
kali ini akan sangat berat, karena itu aku harus berbicara
dahulu dengan ayahmu, kau adalah anak laki satuTiraikasih Website http://kangzusi.com
satunya, tentu kau merupakan harapan bagi masa
depannya" Panon bertambah heran, tetapi karena gurunya yang
bersungguh-sungguh, ia tidak berani bertanya lagi.
"Baiklah guru, aku akan pergi sejenak memanggil
ayah" "Tidak terlampau tergesa-gesa, jika pekerjaan di
sawah belum selesai, biarlah ia menyelesaikannya, nanti
jika ayahmu sudah selesai dan beristirahat barang
sejenak, biarlah ia datang kemari"
Panon mengangguk dalam-dalam, lalu iapun bergeser
sambil berkata "Baiklah guru, aku akan
menyampaikannya"
Perlahan-lahan Panon meninggalkan gubug terpencil
di luar padukuhan, gubug yang dibuat oleh ayah Panon
di pinggir lereng yang curam, tetapi tempat itulah yang
telah dibangun oleh pertapa itu untuk tinggal, ia dapat
hidup menyepi, tetapi tidak terputus hubungannya sama
sekali dengan kehidupan yang wajar, meskipun ia tidak
dapat hadir dalam kehidupan yang demikian karena
cacatnya" Sepeninggal Panon, pertapa itu merenung sejenak,
dipandangnya pepohonan perdu di luar gubugnya, warna
hijau yang segar mengkilap disentuh okeh sinar
matahari, dikejauhan terdengar suara burung berkicau
bersahut-sahutan, sambil berloncatan didahan
pepohonan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pertapa itu menarik nafas dalam-dalam, sekilas terkenang masa lampaunya yang panjang dan penuh dengan gejolak kehidupan, sehingga pada suatu saat ia telah terlempar ketempatnya yang sekarang, benar-benar terlempar seperti arti katanya, ia terlempar dari atas tebing dan berguling jatuh ke dalam jurang.
Pertapa itu mengerutkan keningnya ketika
kenangannya membentur pada masa-masa ia tidak sadarkan diri, bahkan serasa bahwa ia memang sudah mati.
Tetapi tiba-tiba pertapa itu terkejut ketika ia mendengar langkah kecil mendekati gubugnya, sejenak kemudian muncullah seorang gadis kecil di depan pintu, gadis kecil yang sudah di kenalnya dengan baik.
Pertapa itu berdesah, katanya "Kau memang nakal, kau tentu kemari seoroang diri"
Gadis kecil itu tersenyum, selangkah ia maju mendekati pertapa itu sambil bertanya "Apakah Kakang Panon ada disini?"
"Kemarilah" desis pertapa itu.
Gadis itu memang sudah biasa datang ke gubug itu, karena itu maka iapun tidak segan lagi terhadap pertapa tua dan cacat itu, dengan lincahnya ia berlari dan duduk diatas pangkuan pertapa tua itu yang menyeringai sejenak, menahan sakit kakinya, tetapi iapun kemudian tersenyum,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kau nakal sekali, kenapa kau datang lagi kemari seorang diri?"
"Aku mencari kakang Panon, bukankah ia selalu berada disini?"
"Kakangmu baru saja pulang, kau akan dicari oleh ibumu"
"Ibu ke pasar"
"Ayahmu?"
"Ayah ke sawah"
"Mbakyumu"
"Ia ikut ibu ke pasar, aku sendiri di rumah, karena itu aku aku mencari kakang Panon disini"
"Kau nakal sekali, kalau begitu, kau tentu sedang menjaga rumah, kenapa rumahmu kau tinggalkan?"
"Aku tidak mau di rumah sendiri kek"
"Nuri" desis pertapa itu.
"Kek, namaku bukan Nuri, namaku Wuyung"
Pertapa itu tertawa, katanya "Namamu memang Wuyung, tetapi mulutmu ini selalu berkicau seperti burung Nuri, aku lebih senang memanggilmu Nuri"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Gadis kecil itu mengerutkan keningnya. Tetapi ia tidak
menjawab. "Nuri" pertapa itu mengulang "Atau lengkapnya Nuri
Wuyung atau Wuyung Nuri, kenapa rumahmu kau
tinggalkan", nanti rumahmu itu dibawa oleh seekor siput,
kau pernah melihat siput?"
"Ah, bohong, siput hanya sekecil ibu jari"
"Dipuncak Gunung Merbabu itu ada seekor siput
raksasa, siput yang sering mengambil rumah yang
ditinggalkan penghuninya"
Gadis kecil itu mengerutkan keningnya, sejenak ia
berpikir, namun tiba-tiba ia berkata ragu-ragu "Tetapi,
tetapi seekor siput sudah membawa rumahnya sendiri
kemana-mana, ia tidak memerlukan rumah lagi"
Pertapa itu tertawa, sambil mengusap rambut gadis
kecil itu ia berkata "Kau memang pandai, siput memang
sudah membawa rumahnya sendiri"
"Karena itu rumahku tidak akan hilang"
"Tetapi jalan menuju kemari dari rumahmu adalah
berbahaya sekali, bukankah kau berjalan di sepanjang
pematang, kemudian menuruni tunggul dan tebing yang
curam?" "Aku dapat meluncur sambil duduk"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Nah, bagaimana jika kainmu tersangkut duri, Ooo,
bukan kainmu saja, tetapi kulit kakimu?"
"Ternyata tidak apa-apa"
"Kalau tiba-tiba muncul seekor ular bandotan yang
berwarna hitam kelam dari dalam semak-semak


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bagaimana?"
"Kakang Panon juga sering menakut-nakuti aku
dengan ular bandotan, tetapi aku tidak pernah diganggu,
sekali aku pernah melihatnya meyelusur kedalam semak,
dan aku juga pernah melihat weling"
Pertapa itu menarik nafas, katanya "Kau memang
nakal, kau harus tinggal disini sampai kakakmu atau
ayahmu datang kemari"
"Aku berani pulang sendiri kok"
"Kau tinggal disini saja anak nakal, He Nuri, apakah
kau dapat berdendang?"
"Ah, Aku pulang aja ah"
"Tunggulah dulu, kawani aku disini sebentar"
"Aku mau tinggal disini, tetapi tangkaplah burung
podang buatku, aku mencari kakang Panon, karena
kakang Panon sanggup untuk menangkap podang yang
sedang bersiul di ujung batang jambe di pinggir
padukuhan"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ah, kau ini aneh-aneh saja"
"Jika kakek tidak mau, aku akan pulang"
"Bagaimana jika tidak ada burung podang disini?"
"Burung jalak atau kutilang atau menco juga jadi"
"Baiklah Nuri, tetapi janji, jangan dibunuh dan jangan diikat, setelah kau puas bermain-main, maka burung itu harus kau lepaskan lagi"
"Aku akan memeliharanya kek"
"Tidak perlu, biarlah burung itu terbang bebas di udara, kau dapat mendengarkan mereka besiul di setiap pagi dengan riang"
"Di dalam sangkar burung juga dapat bersiul"
"Dengarlah Nuri, tetapi lagunya berbeda, jika ia bebas di udara, maka lagunya tentu lagu riang, tetapi jika ia bersiul di dalam sangkar, maka lagunya adalah lagu duka"
Gadis kecil itu merenung sejenak, namun iapun kemudian meloncat berdiri sambil,berkata "Baiklah kakek, aku akan bermain-main dengan burung itu disini saja, nanti, burung itu akan aku lepaskan kembali"
Pertapa itu mengangguk-angguk katanya "Bagus, tetapi kau janji bukan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku janji, sekarang kakek menangkap seekor burung
buatku" Pertapa itupun kemudian berdiri tertatih-tatih, ia
berjalan dengan tongkatnya dari gubugnya yang
terpencil. Gadis itu memandangnya dengan sorot mata yang
keheran-heranan, agaknya pertapa itu memakluminya
kerena itu sambil tersenyum ia berkata "Mudah-mudahan
kakek dapat menangkap seekor burung yang dapat
terbang seperti angin"
"Bagaimana kakek dapat menangkapnya?" bertanya
gadis itu kemudian.
Pertapa itu tidak menyahutnya, tetapi selangkah demi
selangkah iapun akhirnya sampai keluar gubugnya.
"Jika ada burung yang hinggap dihalanan gubugku
Nuri, aku akan menangkap untukmu"
Gadis kecil itu masih terheran-heran, tetapi ia tidak
bertanya lagi. Beberapa saat lamanya menunggu, namun akhirnya
seekor burung jalak urea terbang rendah dan hinggap
diatas sebatang pohon dadap yang tumbuh dengan
rimbunnya. "Kau lihat burung itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Gadis itu mencari sejenak, kemudian iapun berkata
"Ya, kakek burung itu"
"Jangan lupa janjimu, Kau akan melepaskannya
kembali, bukankah begitu?"
"Ya?"
Pertapa itupun kemudian memungut sebutir kerikil
yang kecil sekali, tidak lebih dari sebutir buah wuni,
kemudian kerikil itu dimasukkan kedalam mulutnya.
Namun ia masih berkata "Nuri sudah berjanji"
Tiba-tiba saja pertapa itu menyemburkan kerikil
dimulutnya itu, hampir tidak masuk akal, bahwa tiba-tiba
Panji Wulung 3 Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang Pendekar Laknat 11

Cari Blog Ini