Alap Alap Laut Kidul Seri Ke 3 Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo Bagian 6
Aji tidak mengenal ilmu itu, akan tetapi dia dapat menduga bahwa lawannya tentu mempergunakan aji pukulan yang ampuh. maka diapun bersikap waspada.
"Mampuslah!" Wanita itu berteriak dan menerjang maju, tangan kirinya menampar. terdengar suara berdesir dan saking cepatnya tangan itu bergerak, yang tampak hanya sinar kemerahan menyambar ke arah kepala Aji. Akan tetapi pemuda itu sudah memainkan ilmu silat Wanara Sakti. Dengan mudahnya dia mengelak. Ketika tangan kanan yang merah itu menyambar dari lain jurusan, diapun sudah cepat melompat dan mengelak. Wanita itu semakin penasaran dan terus mendesak, namun tubuh Aji dengan cepatnya berloncatan ke sana sini, kadang-kadang melompat dan jungkir balik, namun semua serangan wanita itu hanya mengenai tempat kosong. Aji sendiri belum mau membalas karena bagaimanapun juga, dia tidak ingin memukul orang, apa lagi orang yang dilawannya itu adalah seorang wanita. Rasanya tidak pantas memukul seorang wanita!
Sementara itu perkelahian antara Ki Sumali yang dikeroyok dua oleh Blekok Ireng dan Jalak Uren berlangsung semakin seru. Akan tetapi segera tampak bahwa dua orang pimpinan Gagak Rodra itu kewalahan menghadapi kedigdayaan Ki Sumali. Suling di tangan kiri Ki Sumali bergerak cepat sampai mengeluarkan suara melengking-lengking seperti ditiup. Hal ini membingungkan dua orang pengeroyoknya itu, apa lagi keris Sarpo Langking yang digerakkan dengan cepat itu merupakan sinar hitam yang menyambar-nyambar ganas. Beberapa kali dua orang itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terjengkang dan terhuyung terkena sambaran tendangan kaki Pendekar Loano itu. Akan tetapi tubuh mereka kebal sehingga tidak dapat terluka oleh tendangan. Melihat keuletan mereka, Ki Sumali menjadi marah dan penasaran juga.
Tiba-tiba Ki Sumali mengeluarkan pekik dahsyat.
Itulah Aji Jerit Bairawa yang mengandung tenaga dalam yang ampuh sekali. Dua orang pimpinan gerombolan Gagak Rodra itu gemetar terserang pekik dahsyat itu sehingga sejenak mereka seperti lumpuh. Kesempatan ini dipergunakan oleh Ki Sumali. Hampir berbareng keris Sarpo Langking di tangan kanan dan suling bambu di tangan kiri berkelebat dan robohlah Blekok Ireng yang tertembus dadanya oleh keris dan Jalak Uren yang retak pelipisnya oleh hantaman suling bambu!
Para pemuda Loano bersorak gembira melihat betapa Ki Sumali telah dapat merobohkan dua orang pemimpin gerombolan itu. Akan tetapi pada saat itu muncul seorang kakek. Usianya sekitar enam puluh tahun. Tubuhnya tinggi kurus dan agak bongkok karena punggungnya berpunuk.
Mukanya memanjang ke depan seperti muka seekor kuda.
Matanya sipit. Pakaiannya serba hitam dan dia berkalung sarung. Kedua lengannya memakai gelang akar bahar dan jari-jari tangannya penuh cincin bermata akik besar-besar. Tangan kanannya memegang sebatang tongkat ular kering. Itulah Aki Somad! Melihat betapa Nyi Maya Dewi agaknya tidak mampu mengalahkan Aji, kakek itu merasa penasaran sekali. Nyi Maya Dewi masih terhitung murid keponakannya dan dia tahu bahwa wanita itu telah memiliki tingkat kepandaian yang tinggi.
Bagaimana sekarang melawan seorang pemuda sederhana seperti itu tidak mampu mengalahkannya bahkan tampak kerepotan"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Maya Dewi. Minggirlah, biar aku yang akan menghajar bocah itu!" teriak Aki Somad. Melihat kedatangan paman gurunya yang dalam kedudukannya sebagai telik dandi (mata-mata) Kumpeni Belanda masih berada di bawah kedudukannya sendiri sebagai pengawas umum, Nyi Maya Dewi merasa girang sekali.
"Paman, jangan bunuh dia. Tangkap hidup-hidup untukku!" teriaknya sambil melompat ke samping.
"Huh, dasar mata keranjang!" Aki Somad terkekeh dan dia lalu menghadapi Aji. Sementara itu, melihat betapa dua orang pimpinan gerombolan Gagak Rodra sudah tewas oleh Ki Sumali, Nyi Maya Dewi menjadi marah sekali dan ia sudah meloncat ke depan dan langsung menyerang Pendekar Loano itu dengan ganas. Wanita ini sudah melolos senjatanya, yaitu sabuk Cinde Kencana. Begitu diputar, sabuk itu berubah menjadi gulungan sinar emas yang menyambar-nyambar ke arah Ki Sumali. Pendekar Loano ini sudah siap, cepat dia menggerakkan keris dan sulingnya untuk menangkis dan balas menyerang. Mereka berdua tanpa banyak cakap lagi, sudah saling serang dengan sengit.
Adapun Aki Somad yang berhadapan dengan Aji, berkemak kemik membaca mantera. kemudian dia menudingkan tongkat ular kering itu ke arah kepala Aji dan berseru, "Terimalah ini dan mati engkau!" Tiba-tiba dari ujung tongkat itu tampak sinar meluncur dibarengi suara menggelegar seperti ada petir menyambar ke arah kepala Aji!
Pemuda ini maklum bahwa lawannya ini memiliki ilmu sihir yang amat kuat dan sambaran petir yang keluar dari tongkat itu berbahaya sekali. Dia lalu berlindung ke dalam Aji Tirta Bantala, dirinya menjadi kosong terisi Kekuasaan Tuhan yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membuat dirinya seolah menjadi seperti bumi atau air. Petir yang keluar dari ujung tongakt ular itu meledak-ledak dahsyat di atas kepalanya, akan tetapi sama sekali tidak menyentuhnya.
Yang diserang itu seolah merupakan bumi atau air sehingga sama sekali tidak terpengaruh, bahka tidak meninggalkan bekas!
Aki Somad terbelalak heran melihat serangan petirnya itu sama sekali tidak menyentuh pemuda itu seolah diri pemuda itu terlindung perisai tak tampak yang amat kuat. Dia merasa heran bukan main. Kalau pemuda itu mengeluarkan aji kesaktiannya, menyambut serangannya dengan tenaga sakti untuk menangkis, dia tidak akan merasa heran. Akan tetapi pemuda itu diam saja, seolah menyerah dirinya diserang tanpa melawan, akan tetapi anehnya, tenaga serangannya tidak mampu menyentuhnya!
Aki Somad merasa penasaran. Dia adalah seorang ahli sihir, ahli ilmu hitam yang dikuasainya dengan jalan bertapa di Nusa Kambangan maka tentu saja dia merasa penasaran sekali kalau kekuatan sihirnya itu tidak mampu menyerang seorang pemuda yang masih tampak remaja! Dia berkemak-kemik lagi membaca mantera lain, kemudian dia melontarkan tongkatnya yang sudah tidak mengeluarkan petir lagi itu ke atas.
"Wusss ........ !" Asap mengepul dan tongkat itu berubah menjadi seekor naga besar yang menyambar turun ke arah Aji dengan moncong terbuka lebar mengeluarkan api berkobar, matanya mencorong berapi-api dan dua kaki depan dengan cakarnya yang runcing melengkung siap menerkam pemuda itu.
Seperti tadi ketika menghadapi ilmu sihir Nyi Maya Dewi, Aji dengan tenang berjongkok, mengambil tanah lalu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melontarkan tanah itu ke arah naga jadi-jadian sambil berseru,
"Demi Allah, kembalilah ke ujud semula!"
"Byarrrr ........ !" Naga itu seperti terbakar dan runtuh menjadi sebatang tongkat ular kering kembali yang jatuh ke atas tanah! Aki Somad menggerakkan tangan kanannya dan tongkat itu mendadak terbang kembali ke tangannya.
"Babo-babo, bocah kemarin sore, yang masih bau pupuk ubun-ubunmu berani menentang aku! Bocah lancang, sudah butakah matamu, tulikah telingamu sehingga engkau tidak tahu bahwa engkau berhadapan dengan Aki Somad yang mbaurekso Nusa Kambangan?"
"Kiranya aku berhadapan dengan Aki Somad yang sudah kudengar bahwa andika menjadi telik sandi Kumpeni Belanda. Aki Somad, maafkan kalau aku yang muda memberi nasihat kepada seorang kakek seperti andika, akan tetapi, tidakkah andika menyadari bahwa menjadi telik sandi Kumpeni Belanda sama saja dengan mengkhianati nusa dan bangsa dan hendak menjual tanah air" Seorang kakek yang sakti mandraguna seperti andika sepatutnya malu melakukan hal seperti itu, Aki Somad!"
"Keparat, bocah sombong! Aku tidak mengabdi kepada Belanda, aku mengabdi kepada daerahku sendiri, ingin membebaskan daerahku sendiri dari kekuasaan Mataram, dengan bantuan Kumpeni Belanda!"
"Sama saja, Aki Somad! Seharusnya andika membantu Mataram menghadapi Kumpeni belanda, berarti membebaskan nusa dan bangsa dari ancaman bangsa Belanda, bukan sebaliknya. Harap andika dapat menyadari kesalahan ini, Aki Somad."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Omong kosong! Orang muda, siapakah gurumu yang tidak dapat mengajar adat kepadamu sehingga engkau berani melawan aku?"
Dengan harapan kakek ini dapat menyadari
kesalahannya, Aji menyebutkan nama gurunya, "Mendiang guruku adalah Ki Tejo Budi."
"Tejo Budi" Hemmm, tiga bersaudara itu, Tejo Wening, Tejo langit, dan tejo budi! Tiga orang yang melupakan asal usul sendiri, Kerajaan banten juga sudah menganggap mereka sebagai pengkhianat. Orang banten yang setia kepada Mataram! Cuhhh!" Kakek itu meludah. "Dan engkau muridnya" Siapa namamu?"
"Namaku Lindu Aji."
"Hemmm, sebutlah nama orang tua dan gurumu karena sekarang engkau akan mati di tanganku!" Setelah berkata demikian, kakek itu menyelipkan tongkat ular di ikat pinggangnya, kemudian dia meniup kedua telapak tangannya.
Tampak lidah api berkobar di kedua telapak tangannya itu ketika dia meniupnya!
"Aji Tapak Geni! Hyaaaaahhhhh!" kakek itu
menyerang dengan dorongan kedua telapak tangannya yang bernyala. Hawa yang amat panas menyambar ke arah dada Aji.
namun Aji sudah menggerakkan tubuhnya dengan lincah, memainkan ilmu silat Wanara Sakti. Aki Somad cepat menyambung serangannya yang luput itu dengan serangan lain, makin lama semakin dahsyat. Namun Aji dapat selalu mengelak dan melihat serangan yang semakin gencar, ketika tangan kiri kakek itu memukul ke arah lambung dari samping untuk menangkis.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Dukkkk!" Dua lengan bertemu dan akibatnya, keduanya terdorong ke belakang dan terhuyung, Hal ini menandakan bahwa keduanya memiliki tenaga sakti yang seimbang. Aki Somad merasa penasaran sekali dan kembali dia memukulkan kedua tangannya dengan pengerahan sepenuh tenaganya.
"Hyaaaaaaaaahhh ........ !!" kedua telapak tangan bernyala itu mendorong ke depan dan hawa yang amat panas menyambar ke arah Aji.
Aji yang juga menekuk kedua lututnya, tubuhnya merendah dan diapun mengerahkan aji tenaga sakti Surya Chandra dan mendorong ke depan menyambut pukulan jarak jauh itu.
"Wuuuuuuuttt ........ blarrrrr ........ !!" Kini keduanya terdorong ke belakang sampai tujuh langkah. Wajah Aki Somad menjadi pucat dan dia merasa dadanya agak sesak karena tenaga saktinya membalik. Aji hanya terguncang saja dan tidak menderita.
Kemarahan Aki Somad memuncak. Dia lalu mengambil keputusan untuk mengeluarkan aji pamungkasnya yang belum pernah dia pergunakan untuk melawan musuh. Aji ini amat gawat dan hanya kalau terpaksa saja dia keluarkan. Kini, saking marahnya, Aki Somad lupa diri dan menggunakan aji yang teramat dahsyat itu hanya untuk mengalahkan seorang pemuda!
Dia berkemak-kemik membaca mantera, kedua
tangannya membuat gerakan menyembah ke atas dan dia mengerahkan seluruh aji kesaktiannya ke langit-langit mulutnya karena di sanalah letak sumber kesaktian ini.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aji Gineng Soka Weda ........ uahh ........ !" Kekek itu membuka mulutnya dan ....... dari dalam mulutnya itu meluncur sinar yang setelah tiba di atas lalu berubah menjadi kepala raksasa yang mengerikan! Kepala itu besar sekali, sebesar kepala gajah, botak akan tetapi disekelilingnya terdapat rambut yang awut-awutan, alisnya tebal, matanya lebar mencorong, hidungnya besar pesek dan mulutnya amat menyeramkan. Mulut itu bercaling, lebar terbuka dan dari dalam mulut itu menjulur lidah panjang yang bernyala-nyala!
Kepala ini melayang layang di atas, megelilingi Aji, mulutnya menyemburkan api, matanya beringas penuh ancaman.
Aji pernah mendengar dari mendiang Resi Tejo Budi tentang aji kesaktian yang disebut Aji Geneng Soka Weda ini. Dia maklum bahwa semua ilmu kedigdayaan yang pernah dipelajarinya tidak mungkin mampu melawan aji kesaktian yang amat hebat ini yang konon diturunkan oleh para dewa! Akan tetapi dia tidak merasa khawatir sama sekali. Dia tahu benar bahwa dia memiliki
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pelindung Yang Maha Sakti, yaitu Kekuasaan Gusti Allah.
Cepat dia tenggelam ke dalam Aji Tirta Bantala dan seluruh dirinya berlindung ke dalam kekuasaan Tuhan ketika dia menyerahkan diri, pasrah sepenuhnya kepada Kekuasaan Yang Maha Sakti. Kemudian, ketika kepala raksasa yang melayang dan menyambar turun hendak menerjangnya, tubuh Aji bergerak, digerakkan oleh kekuasaan di luar kehendaknya, bergeraknya Jiwa yang sudah hidup, kaki kiri di belakang, kaki kanan di depan dan lututnya ditekuk, mukanya menghadap ke arah kepala raksasa itu, kedua tangannya bergerak sendiri, dengan kedua telapak tangan terbuka seperti mendorong ke arah kepala itu.
"Syuuutttt ........ darrrr ........ !" terdengar ledakan dan kepala raksasa itu terpental ke atas. Kepala itu terbang berputar-putar, menyambar turun akan tetapi setelah dekat dengan Aji kepala itu naik kembali, agaknya seperti ragu-ragu atau takut, kemudian kepala itu lenyap, berubah menjadi sinar dan meluncur masuk lagi ke dalam mulut Aki Somad yang terbuka lebar. Aki somad terhuyung, mukanya pucat.
Aji memandang dan berkata dengan suara mengandung teguran tegas. "Aki Somad, sungguh sayang sekali selama bertahun-tahun andika mesu-raga (mengendalikan jasmani) dan mesu-brata (mengendalikan hawa nafsu) sehingga andika beruntung dapat menguasai Aji Gineng Soka Weda yang sakti itu. Akan tetapi ternyata engkau menyalah gunakan aji yang ampuh untuk mengumbar nafsu amarah. Engkau tiada beda dengan Prabu Niwotokawoco yang senang menggunakan aji yang agung itu untuk mengumbar nafsu angkara murka sehingga akhirnya aji itu sndiri yang menghancurkannya.
Bertaubatlah dan sadarlah akan kesesatanmu, Aki Somad!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mendengar ucapan ini, Aki Somad bukan menjadi sadar, bahkan menjadi makin marah. Dia telah dinasehati seorang bocah!
"Bocah sombong! Aku belum kalah!" teriaknya dan kini dia sudah menyerang lagi, menggunakan tongkat ular keringnya. Aji cepat menggunakan kelincahannya untuk menghindar. Dia harus berhati-hati karena kakek ini tidak dapat disamakan dengan Nyi Maya Dewi. Kakek ini jauh lebih sakti dan berbahaya. Kini terjadilah perkelahian adu ketangkasan, tidak lagi menggunakan ilmu hitam atau ilmu sihir.
Sementara itu perkelahian antara Ki Sumali dan Nyi Maya Dewi juga berlangsung seru dan mati-matian. Akan tetapi kini Ki Sumali sudah terdesak hebat oleh sabuk Cinde Kencana di tangan wanita itu yang berubah menjadi sinar emas bergulung-gulung. Ki Sumali hanya mampu mengelak dan menangkis saja, sama sekali tidak mendapatkan kesempatan untuk membalas serangan lawan. Bahkan dadanya sudah terkena tendangan kaki wanita itu sehingga napasnya terasa agak sesak dan pundak kirinya terkena sabetan ujung sabuk sehingga lengan kirinya terasa ngilu. Akan tetapi dia masih membela diri mati-matian dan pantang menyerah. Sementara itu, anak buah kedua pihak sudah merasa gatal tangan, akan tetapi karena pimpinan mereka masih bertanding dan belum memberi perintah, merekapun tidak berani lancang bergerak.
Tiba-tiba Karto dan Ginah yang nama aslinya Bardo dan Sumi, memegang parang dan pisau belati, maju membantu Nyi Maya Dewi mengeroyok Ki Sumali yang sudah terdesak hebat. Dua orang pembantu itu tidak berani membantu Aki Somad karena untuk membantu kakek itu menghadapi Aji,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka tahu bahwa kepandaian mereka masih terlampau rendah sehingga bantuan mereka tidak akan menolong, bahkan akan merepotkan yang dibantu. Sebaliknya Ki Sumali sudah terdesak, maka mereka maju mengeroyok agar pendekar Loano itu segera dapat dirobohkan. Tentu saja masuknya dua orang yang membantu Nyi Maya Dewi mengeroyoknya itu membuat Ki Sumali menjadi semakin repot. Dia sudah berusaha untuk balas menyerang dengan pekik Aji Jerit Birowo, akan tetapi pengaruh pekikan ini tidak mempan terhadap Nyi Maya Dewi dan kedua orang pembantu itu agaknya telah melindungi telinga mereka dan menutupnya dengan kapuk sehingga tidak terpengaruh oleh
suara pekikan itu.
Ki Sumali memutar suling dan
kerisnya dan pada
saat yang teramat
gawat baginya itu,
tiba-tiba tampak
sesosok bayangan
orang berkelebat.
Segulungan sinar hijau berkeredepan menyambar dan menangkis sinar emas dari sabuk Cinde Kencana di tangan Nyi Maya Dewi yang mengancam Ki Sumali.
"Cring ........ !" Tampak bunga api berpijar dan sabuk itu terpental sehingga Nyi Maya Dewi terkejut dan melompat ke belakang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Mengasolah, Pak-de (Uwa), biar aku yang menandingi perempuan genit ini!" kata-kata itu keluar dari mulut yang amat manis. Ia seorang gadis yang masih muda, kurang lebih delapan belas tahun usianya. Wajahnya cantik jelita dan tubuhnya yang segar padat bagaikan buah yang ranum itu tampak gagah dan penuh keberanian. Matanya jeli dan kocak.
Mata dan mulutnya yang indah itu membayangkan kejenakaan.
Ki Sumali tertegun, memandang gadis itu dengan heran karena tidak mengenalnya. Akan tetapi gadis itu agaknya tidak melihat keheranannya karena perhatiannya ditujukan kepada Nyi Maya Dewi. Wanita itu marah sekali. Tadi ia sudah hampir berhasil membunuh Ki Sumali, akan tetapi tiba-tiba ada gadis remaja ini yang menggagalkannya.
Nyi Maya Dewi memandang rendah gadis muda itu. Ia lalu mengerahkan kekuatan batinnya, menatap mata gadis muda itu dan berkata dengan suara lembut namun penuh wibawa. "Adik yang manis, andika harus menaati perintahku!
Hayo, berlututlah andika!"
Akan tetapi gadis itu sama sekali tidak berlutut, melainkan tertawa bebas tidak malu-malu dan iapun berkata dengan nada mengejek, "Ih, nenek genit. Engkau ini sedang apa sih" Ngelindur barangkali, ya?"
Nyi Maya Dewi marah sekali. Sihirnya tidak mempan, malah diejek! Dan ia disebut nenek genit. Ia, yang biasa dipuji-puji dan digilai pria karena kecantikannya dan semua orang mengatakan ia masih tampak seperti seorang perawan muda, kini disebut nenek genit. Sungguh penghinaan yang tidak dapat dimaafkan.
"Bocah gendeng ........!" Ia memaki.
"Dan kau nenek edan!" Gadis itu balas memaki.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Nyi Maya Dewi tak dapat menahan lagi kemarahannya.
sambil mengeluarkan jerit menyeramkan, sabuk Cinde Kencana di tangannya menyambar dan ia sudah menyerang dengan ganas sekali. Akan tetapi gadis muda itu ternyata memiliki gerakan yang amat lincah dan cekatan. Ia sudah melompat ke kiri sehingga sambaran senjata sabuk itu luput dan kontan keras pedangnya berubah menjadi sinar kehijauan ketika menyambar dengan serangan yang tidak kalah ganasnya.
Nyi Maya Dewi juga mengelak dan balas menyerang. Kedua orang wanita cantik itu sudah saling serang dengan hebatnya, dan ternyata keduanya memiliki kelincahan yang seimbang sehingga terjadilah perkelahian yang seru sekali.
Melihat betapa gadis yang tak dikenalnya itu mampu menandingi Nyi Maya Dewi, Ki Sumali walaupun sudah terluka pundaknya sehingga berdarah dan dadanya yang tertendang tadi masih agak nyeri, kini cepat bergerak menyerang dua orang yang tadinya menyelundup sebagai pembantu rumah tangganya. Bardo dan Sumi juga melawan mati-matian.
Para pemuda Loano sudah siap siaga, akan tetapi karena sudah dipesan Ki Sumali bahwa mereka tidak boleh turun tangan sebelum diperintah, mereka diam saja dan hanya bersiap-siap, tidak berani melakukan serangan. Di lain pihak, para anak buah gerombolan Gagak Rodra juga tidak berani menyerbu, apa lagi melihat dua orang pemimpin mereka sudah tewas di tangan Ki Sumali. Bahkan diam-diam beberapa orang di antara mereka telah menyelinap memasuki perkampungan untuk mempersiapkan keluarga mereka kalau-kalau mereka itu terpaksa harus melarikan diri mengungsi. mereka menyuruh para keluarga yang terdiri dari wanita dan kanak-kanak itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
untuk keluar dari perkampungan melalui pintu belakang perkampungan, di dekat kali Bogawanta. Juga perahu-perahu mereka telah dipersiapkan untuk dipergunakan menyelamatkan diri.
Perkelahian itu masih berlangsung dengan seru. Nyi Maya Dewi merasa penasaran bukan main karena ternyata gadis remaja itu dapat menandinginya. Ia sudah berusaha memperhebat serangannya dan membantu serangan sabuk Cinde Kencana itu dengan serangan tangan kirinya. Serangan tangan kiri itu tidak kalah dahsyatnya karena jari-jari tangannya memiliki kuku panjang yang mengandung racun, Kuku-kukunya itu dapat menjadi senjata ampuh dan disebut Naka Sarpa (Kuku Ular), akan tetapi agaknya gadis muda itu sama sekali tidak gentar. Bukan saja ia dapat mengelak bahkan menangkis dengan tangannya yang berkulit halus lembut tanpa takut tergores kuku beracun itu.
Ketika sambaran sabuk Cinde Kencana menyerang, gadis itu membabat dengan pedangnya.
"Wuuuutttt ........ crakkkk ........ !!" Ujung sabuk itu terpotong! Nyi Maya Dewi terkejut dan marah melihat senjatanya rusak. Ia lalu mengeluarkan suara mendesis seperti seekor ular marah.
"Ssssssshhhhhh!" Membarengi desisannya, ia menghantam dengan tangan kirinya, menggunakan aji pukulan Wisa Sarpa (Bisa Ular). Angin yang membawa bau amis itu menyambar ke arah gadis itu. namun gadis itu melompat ke belakang sambil tertawa mengejek.
"Engkau memang nenek menjijikkan, seperti ular buduk!" katanya sambil menutup hidungnya dengan pencet telunjuk dan ibu jari tangan kirinya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Nyi Maya Dewi seperti terbakar hatinya saking marahnya. Ia lalu menggosok-gosok kedua telapak tangannya setelah menenyimpan sabuknya. Kedua tapak tangan itu mengepulkan asap dan berubah menjadi merah seperti berlepotan darah. Dengan kedua tapak tangan merah itu ia lalu mendorong ke arah gadis yang menjadi lawannya sambil berteriak nyaring, "Aji Tapak Ludiro!"
Gadis itu terkejut akan tetapi tidak merasa gentar. "Ih, ilmu siluman!" Ia berseru dan dengan berani iapun menyambut pukulan jarak jauh itu dengan dorongan kedua tangannya.
"Aji Sunya Hasta ........ !" ia berteriak dan biarpun dari kedua tangannya seperti tidak mengeluarkan tenaga apapun, namun daya pukulan dahsyat yang dilontarkan Nyi Maya Dewi itu seolah tertahan di udara dan bertemu dengan dinding yang tak tampak.
"Dessss ........ !" akibatnya, Nyi Maya Dewi terhuyung ke belakang akan tetapi gadis itu tampaknya tidak bergeming!
Pada saat itu terdengar jerit dua kali dan ternyata Bardo dan Sumi yang mengeroyok Ki Sumali itu telah roboh dan tewas terkena tusukan keris dan pukulan suling di tangan pendekar Loano itu. Melihat betapa gadis remaja itu mampu menyambut aji pukulannya yang ampuh, bahkan membuatnya terhuyung, kemudian melihat dua orang pembantu itupun sudah roboh pula, ditambah lagi keadaan Aki Somad yang bertanding melawan Aji masih berimbang, hati Nyi Maya Dewi menjadi gentar.
Nyi Maya Dewi maklum bahwa keadaan pihaknya tidak menguntungkan, apa lagi kedua orang pimpinan Gagak Rodra sudah tewas. Pemuda yang bernama Aji itu saja sudah merupakan lawan tangguh dan sekarang tiba-tiba muncul gadis
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
remaja yang sakti mandraguna itu. Ia mengambil sesuatu dari pinggangnya dan membantingnya ke atas tanah. Itulah senjata api peledak yang didapatkan Nyi Maya Dewi dari Jenderal Jakuwes, panglima Kumpeni Belanda yang memimpin pasukan Kumpeni di Batavia dan menjadi kepala pula dari jaringan telik sandi.
"Darrrr ........ !!" tampak api meledak dan disusul asap tebal memenuhi tempat itu.
"Aki Somad, kita pergi!" terdengar Nyi Maya Dewi berseru. Aki Somad mengerti. Dia sendiri sedang bingung karena dia belum juga mampu mengalahkan lawannya.
Jangankan mengalahkan, mendesakpun dia belum mampu.
Pemuda itu tangguh sekali dan keadaan mereka masih berimbang. Ilmu apapun yang dia kerahkan dan keluarkan untuk menyerang, selalu dapat ditandingi pemuda itu! Maka, melihat ledakan berasap dan mendengar seruan Nyi Maya Dewi, Aki Somad menggunakan keadaan yang gelap dan lawannya melompat mundur itu untuk melompat jauh dan melarikan diri.
Para anak buah Gagak Rodra menjadi ketakutan.
mereka merasa gelisah, hendak menyerang tidak berani dan sudah kehilangan pimpinan, mau lari takut kalau diserbu para pemuda Loano itu. Melihat ini, Ki Sumali lalu mengangkat tangan kanan yang memegang keris ke atas dan berseru dengan suara lantang sambil menahan rasa nyeri di pundak dan dadanya.
"Heii, para anggauta Gagak Rodra! Pimpinan kalian telah tewas dan kalau kalian semua mau menakluk, melempar senjata dan semua duduk di atas tanah, kami tidak akan membunuh kalian!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ucapan Ki Sumali yang lantang itu mendapat sambutan. Mula-mula para anggauta yang sudah tua membuang senjata dan duduk di atas tanah, lalu diturut para anggauta lain dan akhirnya semua anggauta perkumpulan itu membuang senjata dan duduk dengan sikap menyerah.
"Bagus! kalian semua telah menyerah. Sekarang terserah keputusannya kepada anak mas Aji yang dalam hal ini menjadi orang yang mendapat kepercayaan dari Kanjeng sultan agung di mataram!" ki sumali lalu berkata kepada aji. "Anak mas, sekarang berilah keputusan sesuai dengan tugas anak mas yang anak mas bawa dari mataram."
Aji merasa terpaksa untuk bertindak. Bagaimanapun juga, ucapan Ki Sumali itu benar. Dia telah menjadi seorang abdi Mataram yang dipercaya dan diangkat menjadi telik sandi Mataram untuk mengamati keadaan di sepanjang perjalanan dan kalau perlu membantu Mataram menentang mereka yang menganggap Mataram sebagai musuh. Juga untuk menentang orang-orang yang dipergunakan Kumpeni Belanda untuk memusuhi Mataram dan menggagalkan usaha Mataram untuk mempersatukan semua daerah.
"Saudara-saudara sekalian!" katanya dan Aji mengerahkan tenaga dalamnya sehingga suaranya terdengar lantang berwibawa. "Kita ini sesungguhnya adalah sebangsa, sesaudara, maka tidak semestinya kalau kita saling bermusuhan. Ketahuilah bahwa bangsa dan tanah air kita semua ini terancam oleh Kumpeni Belanda yang hendak memperluas kekuasaan mereka di Nusantara. Karena itu sudah sepatutnya kalau kita bersatu untuk mnentangnya. Tindakan mendiang pimpinan kalian, Aki Somad dan Nyi Maya Dewi yang membantu Belanda itu adalah tindakan sesat,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengkhianati bangsa sendiri. Mereka hendak menjual tanah air kepada bangsa asing! Sadarkah kalian bahwa perbuatan itu sungguh hina dan terkutuk?"
Para anak buah Gagak Rodra mengangguk-angguk dan ketika ada beberapa orang berteriak, "Kami sadar ...... !" maka yang lainpun berteriak riuh rendah.
Baik Ki Sumali maupun Aji maklum bahwa teriakan orang-orang yang sudah terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan sesat itu tidak dapat dipercaya begitu saja. Karena itu Aji berseru lagi dengan lantang.
"Kami senang bahwa kalian telah menyadari kesalahan!
Ketahuilah bahwa Kanjeng Sultan Agung di Mataram sama sekali tidak memusuhi bangsanya sendiri, melainkan mengajak semua daerah untuk bersatu guna menghimpun kekuatan dan menentang Kumpeni Belanda. Karena itu, asal kalian tidak lagi menjadi antek Belanda dan menghentikan perbuatan kalian mengganggu keamanan, tidak lagi mengganggu rakyat dan tidak lagi melakukan kejahatan, kami atas nama Gusti Sultan mengampuni kalian. Kalian boleh terus tinggal di perkampungan itu, bahkan boleh membangun lagi Gagak Rodra dan memilih pimpinan baru. Akan tetapi ingat, perkumpulan ini selanjutnya harus menjadi perkumpulan yang setia kepada Mataram dan tidak melakukan tindak kejahatan.
Kalau kelak terbukti kalian kembali menjalankan kejahatan seperti membajak, merampok apalagi menjadi antek Kumpeni Belanda, kami akan kembali membawa pasukan dan membasmi kalian!"
Ki Sumali lalu berkata lantang. "Kalian mengenal aku dan akulah yang menjadi saksi bahwa kalian akan mentaati pesan anak mas Aji tadi!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Setelah dinyatakan bahwa mereka diampuni, para anggota Gagak Rodra menjadi gembira sekali dan mereka bahkan mengajak anak dan isteri mereka keluar, bersalaman dengan para pemuda Loano, bahkan mengajak para penduduk Loano untuk memasuki perkampungan mereka di mana mereka menyuguhkan hidangan dan beramah tamah. Sebagian ada yang mengurus jenasah Ki Blekok Ireng, Ki Jalak Uren, Bardo dan Sumi.
Ki Sumali, Aji dan gadis perkasa itu tidak memasuki perkampungan dan kini Ki Sumali tidak dapat lagi menahan keheranan dan keinginan tahu hatinya terhadap gadis ayu manis yang sakti mandraguna itu. Mereka bertiga tinggal di luar perkampungan Gagak Rodra, berdiri di bawah pohon dan Ki Sumali menghampiri gadis itu. Setelah berhadapan dia mengamati wajah gadis yang memandang kepadanya dengan senyum manis dan pandang mata tajam bersinar sinar mengandung kejenakaan.
"Nah, sekarang kita dapat bercakap cakap. Nona, aku masih merasa heran sekali. melihat sikapmu, andika seolah-olah mengenal aku dengan baik. Akan tetapi mengapa aku merasa sama sekali tidak pernah melihat dan mengenalmu?"
Pendekar Loano itu mengamati wajah gadis itu dengan penuh perhatian dan dia beusaha keras untuk mengingat.
"Pak-de Sumali, aku sendiripun baru yakin akan diri pak-de setelah aku melihat pak-de memegang Keris Sarpo Langking dan sebatang suling bambu. Tentu saja pak-de lupa kepadaku karena ketika pakde melihat aku, ketika itu aku baru berusia tiga tahun. Hi-hik!" Gadis itu terkekeh. Tawanya manis dan terbuka tanpa ditutup-tutupi seperti biasanya gadis tertawa malu-malu. Akan tetapi tawanya sopan, mulutnya terbuka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sedikit sehingga hanya tampak deretan giginya yang putih rapi dan ujung lidahnya yang merah.
"Ahhh ........ " Tiga tahun?" Ki Sumali sadar akan kesalahannya. Dia tadi membayangkan wajah gadis itu seperti sekarang. Tentu saja dia tidak pernah berjumpa. Kini dia mencoba membayangkan bocah perempuan yang menyebut dia pak-de. berarti gadis ini tentu puteri dari adiknya! Dan karena adiknya hanya seorang, maka tidak salah lagi! Teringatlah dia sekarang. Puteri adiknya yang mungil. Dia mengamati wajah itu dengan seksama. Mata itu! Tajam bersinar-sinar dan seolah tersenyum selalu! Mata adiknya, tak salah lagi.
"Duh, Gusti ........ ! Engkau ini ........ puteri adikku Subali ........ " Engkau anak perempuan mungil lucu itu"
Namamu ........ nanti dulu ........ namamu Sulastri! Ya, Sulastri, betul, kan?"
Gadis itu tersenyum lebar, lalu menjabat dan mencium tangan Ki Sumali, "Tepat sekali, Pakde Sumali. Aku Sulastri menghaturkan hormat dan menyampaikan salam hormat dari ayah dan ibu."
"Lastri ........! Ah, matur nuwun, Gusti. Aku dipertemukan dengan keponakanku dan engkau sekarang telah menjadi seorang gadis dewasa dan ........ dan ........ sakti mandraguna. Mengagumkan sekali. Aku sungguh bangga mempunyai keponakan seperti engkau, Lastri!"
"Ihhh ........, paman. Jangan memuji setinggi langit, nanti kepalaku bisa membengkak dan membawaku membubung tinggi lalu pecah di udara! Paman membikin aku malu saja ........ " katanya dan mata yang tajam itu dengan sembunyi-sembunyi mengerling ke arah Aji yang sejak tadi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hanya mendengarkan tanpa berani menatap wajah gadis itu secara langsung.
"O ya, aku sampai lupa saking gembiraku. Lupa memperkenalkan kalian. Anak mas Aji, seperti engkau sudah mendengar sendiri, dara perkasa ini ternyata keponakanku sendiri, puteri dari adikku Subali yang tinggal di Galuh, namanya Sulastri. Lastri, pemuda ini bernama Lindu Aji. Dia datang dari Mataram dan engkau tadipun sudah mendengar.
Dia ini seorang kepercayaan dari Gusti Sultan Agung di Mataram."
Dua orang muda ini saling pandang. Aji hanya menatap wajah itu sekelebatan saja. Dia merasa tidak pantas dan malu kalau harus berlama-lama menatap wajah yang ayu manis itu.
Di lain pihak, Sulastri memandang wajah Aji dengan penuh perhatian, bahkan tidak menyembunyikan keheranannya tanpa malu-malu atau rikuh.
"Lindu Aji" Namanya kok lucu ........!" kata Sulastri, sikapnya wajar, benar-benar heran, tidak bermaksud mentertawakan.
"Sebut saja aku Aji." kata Aji perlahan.
"Aji, aku melihat tadi ketika andika menandingi kakek itu. Kepandaianmu hebat!" Sulastri memuji.
"Lastri! Engkau jauh lebih muda, masih remaja. Jangan panggil nama anak mas Aji begitu saja. Sebut dia kakangmas!"
Ki Sumali menegur keponakannya.
Gadis itu tersenyum dan mengerling nakal ke arah pamannya. "Ah, pakde ini! Aku bukan anak kecil lagi, lho.
Usiaku sudah delapan belas tahun!"
Ki Sumali tertawa. "Baru delapan belas tahun. Anak mas Aji tentu jauh lebih tua. Bukankah begitu, anak mas Aji?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Usia saya dua puluh tahun, paman."
"Nah, Lastri, kau dengar sendiri! Anak mas Aji ini lebih tua dua tahun dari pada engkau. Sudah sepatutnya engkau menyebut dia kakang mas."
Lastri tertawa. " Hi-hik, baiklah, pakde. Eh, kakangmas Aji, engkau masih begini muda sudah menjadi seorang senopati Mataram. Hebat!"
"Ah, Nimas Sulastri, aku sama sekali bukan seorang senopati Mataram. Aku hanya berjanji kepada Gusti Sultan Agung untuk membantu Mataram dalam perjalananku ke barat."
"Ah, kenapa kita bercakap-cakap di sini" Lastri, mari ikut aku pulang. Engkau tentu ingin bertemu dengan budemu, bukan?"
Gadis itu memandang pak-denya dengan mata
terbelalak. "Bude" Wah, pakde, ini merupakan kejutan menggembirakan! Menurut kata ayahku, pak-de hidup menyendiri, tidak menikah!"
Ki Sumali tersenyum. "Aku sudah menikah, tiga tahun yang lalu, Lastri."
"Pak-de sudah mempunyai anak?"
Ki Sumali menggeleng kepalanya. "Belum. Mari, Lastri, engkau ikut denganku. Banyak yang harus kauceritakan tentang orang tuamu di sana nanti. Mari, anak mas Aji, kita pulang."
Mereka bertiga lalu meninggalkan tempat itu, membiarkan orang-orang Loano yang kini menjadi sahabat dan beramah tamah dengan para anggauta Gagak Rodra dan keluarga mereka.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Winarsih menyambut pulangnya Ki Sumali dan Aji dengan gembira dan lega bukan main. Wanita yang ditinggalkan di rumah kepala dusun itu selalu merasa gelisah.
Maka, ketika ia mendapat kabar dari seorang tetangga yang dimintai tolong oleh Ki Sumali untuk mengabarkan kepada isterinya bahwa dia sudah pulang, Winarsih cepat meninggalkan rumah kepala dusun dan berlari pulang. Melihat suaminya dan Aji berada di beranda rumah, ia menghampiri mereka dan dengan wajah cerah gembira ia berkata.
"Kakang Sumali! Dimas Aji! Kalian pulang dengan selamat! Sukurlah, hatiku menjadi lega dan berbahagia!"
Sulastri yang melihat seorang wanita muda cantik jelita menyambut kedua orang pria itu, tertegun. Ia bangkit dari duduknya, menghampiri pak-denya dan bertanya, "Pak-de, siapakah mbakayu ini?"
"Mbakayu" Ha-ha-ha! Inilah budemu, Lastri. Ini Winarsih, isteriku! Winarsih, gadis ini adalah Sulastri, keponakanku. Ingat akan adikku Subali yang pernah kuceritakan kepadamu dan yang tinggal di Galuh" Nah, ini puterinya!"
Dua orang wanita itu saling pandang dan Sulastri tidak menyembunyikan keheranannya. "Bu-de ........ " Masih begini muda dan cantik?"
"Memang, muda dan cantik! Pak-de mu ini memang seorang laki-laki yang beruntung, Lastri. Budemu muda dan cantik dan ........ amat mencintaiku!"
Sulastri adalah seorang gadis yang sejak kecil memang berwatak terbuka dan jujur, sesuai dengan kegagahannya.
"Benarkah itu, Bude Winarsih?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Winarsih mengangguk dan tersenyum lebar, lalu menoleh memandang suaminya. "Benar, Sulastri. Aku amat mencinta sumiku karena diapun amat sayang kepadaku. Dia seorang suami yang baik dan bijaksana, tiada keduanya di dunia ini dan aku amat berbahagia menjadi isterinya!" Ucapan itu dikeluarkan dengan suara yang sungguh-sungguh. Sulastri menjadi terharu dan iapun maju dan merangkul Winarsih.
"Bude Winarsih ........ !"
Winarsih balas merangkul. Dua orang wanita cantik itu berangkulan dan saling berciuman pipi.
Ki Sumali memandang dengan senyum senang. "Hayo, kita masuk dan duduk di dalam agar leluasa dan enak bercakap-cakap."
Mereka berempat memasuki ruangan dalam dan duduk.
Sulastri duduk dekat Winarsih dan selalu menggandeng tangan budenya itu. Mereka tampak akrab sekali. Agaknya Sulastri senang dan kagum melihat bu-denya yang masih muda, cantik dan sikapnya halus lembut itu. sebaliknya Winarsih juga suka dan kagum kepada keponakan suaminya yang tampak demikian lincah dan wajahnya selalu cerah dan riang gembira.
"Bu-de Winarsih ini pantas menjadi mbakyuku!" kata Sulastri sambil memegang tangan Winarsih dan memangku tangan itu."Berapa sih usia bude?"
Winarsih tersenyum. "Usiaku sudah dua puluh satu tahun."
"Ah, kalau begitu bude seusiaku ketika bertemu dan menikah dengan pak-de Sumali!"
"Sudahlah, Lastri, jangan bertanya melulu! Engkau sekarang yang harus bercerita tentang keadaan orang tuamu di Galuh. Sudah kurang lebih lima belas tahun aku tidak bertemu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan tidak mendengar kabar tentang mereka. Mereka baik-baik saja, bukan?"
"Ayah dan ibu baik-baik saja, pak-de. Mereka titip salam hormat agar kusampaikan kepada pak-de."
"Setahuku, adikku subali hanya menguasai ilmu kanuragan biasa saja. sejak muda dia malas memperdalam ilmu kanuragan, lebih menyukai ilmu sastra. Bagaimana kini engkau anaknya memiliki kesaktian yang demikian hebat" Winarsih, tadi Lastri membantu kami. Kalau tidak ada ia yang membantu, mungkin kami akan menghadapi kesukaran."
"Ah, pak-de ini bisa saja memuji orang. Jangan percaya, Bu-de Winarsih. Dia melebih-lebihkan!"
Winarsih tersenyum dan mengusap pipinya yang berkulit lembut halus dari gadis itu. "Pak-de mu tidak pernah berbohong, Lastri. Kalau dia memuji, berarti engkau memang sudah sepatutnya dipuji."
"Wah, bu-de ini setia sekali kepada pak-de, mati-matian membela dan membenarkan. Bisa kalah aku kalau dikeroyok begini!" Sulastri pura-pura cemberut. Sikapnya demikian lucu sehingga semua orang tersenyum.
"Hayo jangan berputar-putar, Lastri. Ceritakan bagaimana engkau dapat menjadi seorang dara yang sakti mandraguna. bahkan engkau mampu menandingi seorang iblis betina sakti seperti nyi Maya Dewi. Bukankah ia Nyi Maya dewi, anak mas Aji" Aku baru sekali itu bertemu dengannya, akan tetapi sudah lama mendengar akan namanya yang kesohor!"
"Benar, paman. Ia memang Nyi Maya Dewi." kata Aji.
"Apa" Jadi wanita itu tadi Nyi Maya Dewi datuk wanita Parahiyangan itu?" sulastri tampak terheran dan tertegun.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sudahkah engkau mengenalnya, Lastri?" yanya Ki Sumali.
"Hanya mendengar namanya saja, pak-de ........!" Gadis itu tampak termenung.
"Hayo, Lastri. Ceritakan dari siapa engkau mempelajari semua aji kesaktianmu itu?" Ki Sumali mendesak.
"Memang benar kata Pak-de tadi bahwa ayahku hanya mengenal sedikit ilmu pencak silat. Ayah lebih suka membaca kitab-kitab kuno bertembang mocopat dari pada berlatih silat.
Ibu juga seorang wanita yang lembut keibuan seperti bude ini."
"Apakah engkau mempunyai kakak atau adik, Lastri?"
Tanya Winarsih.
"Tidak, Bu-de. Aku anak tunggal, anak manja ........ "
Gadis itu tertawa. Melihat gerak-gerik dan ucapan gadis itu, mau tidak mau Aji tersenyum. Dia percaya bahwa gadis ini memang manja sekali, akan tetapi harus diakui bahwa Sulastri mempunyai sikap yang keras dan gagah akan tetapi jujur terbuka.
"Hayo lanjutkan ceritamu!" Ki Sumali mendesak.
"Wah, Pak-de Sumali ini orangnya tidak sabaran. tentu dia pencemburu, ya, bude?" Tanya Sulastri sambil memandang kepada Winarsih.
Wajah Ki Sumali menjadi kemerahan karena merasa tersindir. Akan tetapi Winarsih cepat berkata, "Sama sekali tidak! Pakdemu orangnya penyabar dan penuh kepercayaan.
Ceritakanlah, Sulastri, kami semua ingin sekali mendengarnya."
"Ketika aku berusia delapan tahun, secara kebetulan sekali aku bertemu dngan seorang kakek. Dia berkata bahwa aku berbakat baik dan berjodoh untuk menjadi muridnya. Dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
meremas-remas batu sampai hancur menjadi tepung. Aku tertarik sekali dan aku merengek-rengek kepada ayah dan ibu agar diperbolehkan menjadi murid kakek itu. Ayah dan ibu akhirnya menyetujui. Ingat, aku anak manja dan kalau mereka tidak menyetujui, aku dapat menjerit-jerit menangis sampai orang-orang sedusun berdatangan karena kaget!" Gadis itu tertawa dan yang mendengarkan ikut merasa geli dan tertawa.
"Demikianlah, selama sepuluh tahun aku digembleng oleh kakek itu yang menjadi guruku."
"Siapa nama kakek itu, Lastri?"
"Tidak ada yang tahu siapa namanya, pak-de. Dia tidak pernah mau memperkenalkan namanya, bahkan kepada akupun tidak. Dia hanya mengaku disebut Ki Gede Pasisiran dan berasal dari Banten."
"Tentu kakek yang sakti mandraguna." kata Ki Sumali.
"Jadi engkau telah mewarisi aji kesaktiannya, Lastri" Sekarang ceritakan bagaimana engkau dapat tiba-tiba muncul di tepi Kali Bogawanta tadi dan menolong kami?"
"Aku memang hendak pergi ke Loano untuk
mencarimu, pakde. Ketika melihat seorang laki-laki gagah perkasa, berusia lima puluh tahun lebih, memegang keris berbentuk ular hitam dan sebatang suling, aku segera dapat menduga bahwa orang itu tentu Pakde Sumali seperti sudah digambarkan oleh ayah. Maka aku segera membantumu, pakde."
"Dan kenapa engkau seorang gadis melakukan perjalanan seorang diri menempuh jarak sedemikian jauhnya, mencariku" apakah engkau diutus oleh ayahmu untuk mencariku?"
Sulastri menggeleng kepalanya, "Tidak, pakde."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Alap Alap Laut Kidul Seri Ke 3 Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalau begitu kenapa" Engkau bahkan tidak mengenal aku karena ketika aku berkunjung ke rumah orang tuamu engkau baru berusia tiga tahun. Apa maksudmu mencariku, Lastri?"
Sulastri cemberut menatap wajah Ki Sumali. "Apakah aku tidak boleh mencari pakde?"
Winarsih cepat merangkulnya. "Tentu saja boleh dan kami merasa senang dan berbahagia sekali menerima kunjunganmu, Lastri. Akan tetapi pakdemu dan aku juga ingin sekali mengetahui angin apa yang meniup engkau sampai ke sini, keperluan sangat penting apa yang membawamu ke rumah kami?"
"Aku sedang kesal sekali, bude!"
"Kesal sekali" kenapa, lastri?" Tanya Winarsih.
"Pokoknya aku sedang jengkel sekali!" gadis itu cemberut dan alisnya yang hitam melengkung indah itu dikerutkan.
Ki Sumali tersenyum. Keponakannya ini kolokan dan manja sekali, akan tetapi bukan tidak menyenangkan. "Lastri, katakanlah mengapa engkau kesal dan jengkel" Barangkali kami dapat membantumu melenyapkan kekesalan hatimu itu."
Gadis itu menggeleng kepalanya. "Tidak, pakde. Yang membuat aku kesal merupakan urusan pribadiku yang tak dapat kukatakan kepada siapapun juga, bahkan kepada ayah juga tidak. Pendeknya, aku sedang kesal dan jengkel sekali. Karena itu, aku lalu berpamit kepada ayah dan ibu untuk pergi mengunjungi pakde di Loano. Aku mengetahui alamat pakde dari ayah. Ayah dan ibu seperti biasa, tidak dapat melarangku dan pergilah aku ke sini dan di tengah jalan tadi kebetulan aku melihat pakde sedang berkelahi maka aku lalu membantu PakTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
de dan bude tentu tidak marah karena aku tidak mau berterus terang tentang persoalan pribadiku itu dan mau menerima aku, bukan?"
"Tentu saja, Lastri! Persoalan pribadi yang dirahasiakan merupakan hak seorang dan kalau engkau tidak mau menceritakan kepada orang lain, jangan ceritakan! Kami menerimamu dengan senang hati."
"Lastri, engkau boleh tinggal di sini menenteramkan hatimu berapa lamapun kauinginkan."
"Terima kasih, pakde dan bude. Sekarang giliran pakde, bude dan juga Kakangmas Aji bercerita. Pakde Sumali dulu mendapatkan giliran!" kata Lastri yang kini sudah tersenyum-senyum cerah lagi, sudah lupa akan kekesalan hatinya.
"Aih, keenakan bicara aku sampai lupa pekerjaan di dapur. Bisa hangus nanti nasi yang sedang kumasak." kata Winarsih sambil bangkit dari tempat duduknya.
"Biar aku membantumu, bude!" Sulastri juga bangkit.
"Eeitt, kalau engkau membantu, lalu bagaimana engkau dapat mendengarkan cerita pakdemu" Tentang diriku, engkau dapat mendengar langsung dari pakdemu juga. Nanti saja engkau membantuku kalau percakapanmu dengan pakdemu sudah selesai, Lastri." kata Winarsih yang segera pergi ke dapur. Sulastri terpaksa duduk kembali menghadapi Ki sumali.
"Tentang diri kami berdua, tidak banyak yang dapat diceritakan, Lastri. Sejak dulu aku tinggal di Loano, maka ayahmu mengetahui alamatku. Aku bertemu budemu tiga tahun yang lalu ketika aku menentang gerombolan perampok yang mengacau di Loano, juga menolong budemu dari tangan mereka, kami saling jatuh cinta dan karena pada waktu itu aku masih bujangan biarpun usiaku sudah lima puluh satu tahun,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kami lalu menikah. Pada suatu hari, beberapa bulan yang lalu, kami kedatangan tamu. Dia adalah Aki Somad, seorang pertapa di nusa Kambangan yang sakti. Kami kenalan lama dan kami menyambutnya dengan baik. Akan tetapi kunjungannya itu bermaksud membujuk agar aku menjadi antek Kumpeni Belanda. Tentu saja kutolak tegas dan dia pergi dengan marah-marah."
"Pakde maksudkan kakek yang bongkok berpunuk punggungnya, yang bertanding melawan Kakangmas Aji tadi?"
"Benar, dia orangnya. Tak lama kemudian, pada suatu pagi budemu Winarsih lenayap diculik orang!"
"Ahh ........!" Sulastri mengerutkan alisnya dan mengepal tinju. "Siapa jahanam yang berani menculiknya?"
"Yang menculiknya ternyata kemudian adalah gerombolan Gagak Rodra, tentu saja atas perintah Aki Somad.
Agaknya dia hendak menggunakan penculikan itu untuk memaksa aku mau menjadi antek Belanda. Sampai dua hari aku mencarinya tanpa hasil. Untung sekali, di tengah perjalanan para penculik itu bertemu dengan Anak mas Aji yang berhasil menolong dan membebaskan Winarsih, membawanya pulang ke sini."
"Ah, kiranya Kakangmas Aji berjasa besar bagi keluarga pakde!" kata Sulastri sambil memandang wajah Aji.
"Aku ikut berterima kasih padamu, kangmas!"
"Ah, Nimas Sulastri, aku hanya memenuhi kewajiban.
Kita semua patut bersukur dan berterima kasih kepada Gusti Allah."
"Wah, bicaramu mirip ayahku!" kata Sulastri dengan seruan heran. "Lalu bagaimana, pak-de, bagaimana ceritanya sampai terjadi pertempuran tadi?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Setelah Winarsih diantar pulang oleh Anak mas aji dengan selamat, aku dapat yakin bahwa pelakunya adalah para pimpinan Gagak Rodra. malam itu aku mengumpulkan para pemuda Loano dan merencanakan persiapan untuk bedok pagi-pagi menyerbu ke sarang Gagak Rodra bersama Anak mas aji dan para pemuda itu. Akan tetapi malam itu kami bertiga, Anak mas Aji, Winarsih, dan aku sendiri hampir saja menjadi korban, diracuni oleh dua orang pembantu kami sendiri."
"Ah! Bagaimana dua orang pembantu sendiri hendak meracuni keluarga pak-de sendiri?"
"Ternyata mereka itu adalah orang-orangnya antek Belanda yang sengaja diselundupkan ke sini sebagai pengungsi dan kami terima sebagai pelayan karena merasa kasihan. Sekali lagi, untung ada Anak mas Aji. Dia yang mula-mula menaruh curiga dan membiarkan ayam makan singkong rebus beracun itu sehingga ayam itu mati. Dua orang pelayan itu membuktikan kebersihan mereka dengan berani makan singkong rebus itu sehingga kami terkecoh. Akan tetapi pagi-pagi sekali tadi, dua orang yang mengaku suami isteri itu memasuki kamar Anak mas Aji dan bermaksud membunuhnya.
Akan tetapi Anak mas Aji sudah curiga dan siap siaga sehingga usaha pembunuhan itupun dapat digagalkan. Mereka melarikan diri dan ketika kami menyerbu ke sarang Gagak Rodra tadi, ternyata mereka berdua berada pula di sana. Dalam perkelahian, mereka berdua dan dua orang pimpinan Gagak Rodra berhasil kubinasakan."
"Kalau begitu, pak-de dan Kakangmas Aji bersalah besar sekali!" tiba-tiba Sulastri mencela dan mengerutkan alisnya. Dua orang laki-laki itu tentu saja terkejut dan heran,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
saling pandang dan tidak mengerti mengapa gadis itu tiba-tiba menyalahkan mereka!
"Lastri, apa maksudmu" Engkau mengatakan kami berdua salah besar" Mengapa?" tanya Ki Sumali heran dan juga penasaran.
"Sudah jelas bahwa gerombolan Gagak Rodra itu terdiri dari orang-orang jahat yang berdosa besar! Kenapa pakde berdua tidak membasmi dan membunuh mereka semua, akan tetapi memaafkan mereka" Itu merupakan kesalahan yang besar sekali!"
Ki Sumali mengerling kepada Aji. Dia sendiri diam-diam dapat menyetujui pendapat gadis itu. Dia tidak akan menolak andaikata Aji tadi mengajak dia membasmi gerombolan itu. buktinya empat orang penting gerombolan itu yang bertanding dengan dia, dia tewaskan semua.
"Biarlah Anak-mas Aji yang menjawab pertanyaan itu, Lastri."
Ki Sumali dan Sulastri memandang kepada Aji.
Pemuda itu menghela napas panjang sebelum menjawab, menjernihkan pikirannya lalu berkata dengan tenang.
"Nimas Sulastri, jawaban mengapa kami memaafkan para anggauta Gagak Rodra itu ada dua. Yang pertama, sesuai dengan kebijaksanaan yang telah dilakukan oleh Gusti Sultan Agung, dan kedua atas pertimbangan prikemanusiaan."
"Coba jelaskan satu demi satu, kakang-mas, agar hatiku tidak merasa penasaran."
"Gusti Sultan Agung telah mengambil kebijaksanaan terhadap semua daerah yang dulu menentang Mataram. Beliau menganggap bahwa semua daerah itu merupakan bangsa dan saudara sendiri, bukan musuh. Hanya saudara sebangsa yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sedang berselisih paham. Buktinya, ketika Mataram mengalahkan daerah-daerah yang tadinya menentang itu, Gusti Sultan tidak menghukum para bupati dan adipati yang tadinya menentang. Bahkan mereka diberi kedudukan kembali. Ingat saja, Pangeran Pekik dari Surabaya bahkan dinikahkan dengan Gusti Puteri Ratu Wandansari, lalu Raden Praseno putera Bupati Arisbaya malah diangkat menjadi Adipati Madura berjuluk Pangeran Cakraningrat. Kemudian Sunan Giri juga dimaafkan dan diangkat kembali dengan gelar Panembahan, dan masih banyak lagi. Karena itu, kalau sekarang kami memaafkan para anggauta Gagak Rodra dan memberi kesempatan kepada mereka untuk bertaubat dan mengubah jalan hidup mereka, hal ini adalah sesuai dengan kebijaksanaan Gusti Sultan Agung."
"Hemmm, engkau sungguh seorang yang setia dan mencontoh kebijaksanaan Sultan Agung, Kakangmas Aji. Lalu alasan yang kedua" Prikemanusiaan" Apa maksudmu?"
"Nimas, jawablah dulu pertanyaanku ini. Percayakah engkau akan ucapan orang bijak jaman dahulu bahwa di dunia ini, tidak ada seorangpun manusia yang tanpa salah dan tidak berdosa?"
Gadis itu mengangguk. "Aku percaya. Semua manusia pasti mempunyai kesalahan, setiap orang manusia pasti berdosa. Hanya Gusti Allah yang tanpa kesalahan tanpa dosa, serba sempurna."
"Bagus jawabanmu itu sudah menjawab pertanyaanmu tentang alasan ke dua itu. Engkau, aku, dan Paman Sumali adalah manusia-manusia juga, bukan?"
"Tentu saja!"
-o0-dwkz~budi-0oTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
JILID XI alau begitu, sesuai dengan kepercayaan kita tadi, kita bertiga inipun tidak bersih dari kesalahan dan dosa!
K Kita bertiga inipun hanya merupakan orang-orang yang berdosa, bukankah begitu?"
Gadis itu agak meragu, akan tetapi lalu mengangguk.
"Ya, begitulah mestinya."
"Nah, kalau kita sendiri inipun adalah manusia-manusia berdosa, mengapa kita menyalahkan orang-orang lain yang kita anggap jahat" Mereka dan kita sama saja, bukan" Sama berdosanya. Hanya dosa kita itu berbeda-beda sifatnya atau kadarnya, akan tetapi tetap saja kita sama-sama orang berdosa.
Jadi sudah sepatutnyalah berdasarkan persamaan dan rasa prikemanusiaan kita memaafkan kesalahan orang lain."
"Wah, wah! Ucapan dan pendapatmu makin mirip ayah, kakangmas. Akan tetapi aku masih merasa penasaran.
Mereka itu orang-orang jahat dan berbahaya ........ "
"Orang yang sedang melakukan perbuatan menyimpang dari kebenaran tiada bedanya dengan orang yang sedang sakit, nimas. Yang sakit itu batinnya, bukan badannya. Akan tetapi ingat, orang yang sakit itu dapat sembuh dan orang yang sedang sehat itu bisa saja tiba-tiba jatuh sakit, artinya, orang yang sekarang jahat itu dapat saja bertaubat dan menjadi baik, sebaliknya orang yang sekarang tampak baik itu bukan tidak mungkin jatuh dan melakukan perbuatan jahat. Karena itu, mencoba menyadarkan orang jahat sama dengan mencoba
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyembuhkan orang sakit dan aku percaya seyakin-yakinnya, kalau Gusti Allah menghendaki, mereka yang tadinya jahat itu dapat menjadi orang-orang yang berguna dan baik."
"Ah, betapa sukarnya untuk dapat memaafkan orang yang telah berbuat jahat kepada kita!" kata gadis itu.
"Engkau benar, Lastri. Memang memaafkan orang yang bersalah kepada kita itu sukar sekali."
Pada saat itu muncul Winarsih. "Hei, tiada habis-habisnya kalian bicara. Mari, berhenti dulu bicaranya dan kita makan. Hari sudah siang, makanan sudah kupersiapkan di meja makan ruangan dalam. Silakan!"
Mereka berempat lalu memasuki ruangan dalam dan makan bersama. Sulastri merasa gembira setelah mendapat kenyataan bahwa uwanya ternyata adalah seorang yang ramah dan baik. Terlebih lagi senang hatinya melihat isteri uwanya itu ternyata seorang yang amat ramah dan lembut, bersikap demikian akrab kepadanya seolah mereka sudah lama sekali berkenalan. Akan tetapi yang paling menarik hatinya adalah Aji. belum pernah sebelumnya dia bertemu dengan seorang pemuda yang demikian lembut, sopan, berpemandangan luas, pandai berfilsafat seperti seorang kyai, dan memiliki kesaktian yang hebat pula!
-o0-dwkz~budi-0oSampai tiga hari tiga malam lamanya Aji tinggal di rumah Ki Sumali. Dia selalu ditahan-tahan oleh suami isteri itu, bahkan Sulastri yang kini mulai akrab dengannya juga ikut membantu suami istri itu menahan Aji. Akan tetapi pada hari ke empatnya, pagi-pagi sekali Aji memutuskan untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melanjutkan perjalanannya dan berpamit. Setelah menikmati sarapan pagi, dia berkata kepada Ki Sumali.
"Paman, pagi hari ini terpaksa saya mohon diri. Paman tentu maklum bahwa saya mengemban tugas, maka tidak dapat saya tinggal di sini lebih lama lagi. Saya harus melanjutkan perjalanan saya, saya harus melanjutkan perjalanan saya, saya harap Paman Sumali, Mbakayu Winarsih, dan Nimas Sulastri kali ini tidak akan menahan saya lagi."
Ki Sumali mengangguk. "Kami mengerti, Anak mas Aji. Kami sudah cukup bersukur bahwa anak mas mau tinggal di sini sampai tiga hari lamanya. Kalau anak mas sudah mengambil keputusan untuk melanjutkan perjalanan hari ini, kami hanya dapat memberi bekal doa keselamatan agar engkau selamat dalam perjalanan dan berhasil melaksanakan tugas-tugasmu."
"Dan percayalah, Dimas Aji. Kami sekeluarga takkan pernah melupakan budimu yang telah menolong dan menyelamatkan kami. Semoga Gusti Allah membalas segala budi kebaikanmu itu." kata Winarsih dan suaranya mengandung keharuan.
"Eh, Mas Aji, engkau hendak melanjutkan perjalanan ke manakah" Atau hal itu merupakan rahasia besar dan aku tidak boleh mengetahuinya?" tiba-tiba Sulastri bertanya, sepasang mata yang jeli itu memandang penuh selidik.
Aji tersenyum. "Tentu saja engkau boleh mengetahui, Lastri!" Kini hubungan antara kedua orang muda itu begitu akrab sehingga Sulastri menyebut pemuda itu Mas Aji dan sebaliknya Aji menyebutnya Lastri begitu saja. "Aku akan pergi ke daerah Galuh, kemudian menyusup ke daerah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kumpeni Belanda di Batavia dan juga mungkin aku akan pergi ke Banten."
Gadis itu memandang dengan wajah berseri dan kedua matanya bersinar-sinar. "Ke Galuh" Ah, sungguh kebetulan sekali! Aku pergi denganmu, Mas Aji. Akupun hendak pulang ke Galuh!"
"Lastri, baru tiga hari engkau di sini. Masa sudah hendak pergi lagi?" kata Winarsih.
"Lastri, Anak mas Aji melakukan perjalanan untuk melaksanakan tugas. Bagaimana engkau dapat melakukan perjalanan bersama dia?" kata pula Ki Sumali.
"Bude, aku berjanji kepada ayah ibu untuk tidak terlalu lama pergi, maka aku akan segera pulang. Dan, Pakde, aku tidak mengganggu Mas Aji. Melakukan perjalanan berdua tentu lebih asyik dan menyenangkan! Pula, kalau perlu, aku dapat membantu Mas Aji melaksanakan tugasnya!" kata gadis itu dengan lincah dan gembira.
Ki Sumali mengerutkan alisnya. Dia adalah pakde (uwa) dari gadis itu. Dan sudah sepantasnya kalau dia mewakili adiknya untuk menasihati gadis itu dan menganggapnya sebagai anak sendiri.
"Nini Sulastri." katanya dan suaranya terdengar sungguh-sungguh dan penuh wibawa. "Dengarkan nasihatku karena di sini aku menjadi pengganti ayahmu. Engkau tidak boleh melakukan perjalanan berdua dengan Anak mas Aji.
Seorang perawan dan seorang perjaka, bagaimana boleh melakukan perjalanan jauh berhari-hari hanya berdua saja" Apa anggapan orang nanti" Ini namanya tidak pantas dan kalian dapat disangka suami isteri!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mendengar ucapan pakdenya itu, Sulastri tertawa. "Hi-hik, sudah habiskah nasihat pakde" Kalau sudah habis, aku akan menjawab!"
Ki Sumali mengerutkan alisnya. Biarpun baru berkumpul selama tiga hari dia sudah mengenal gadis itu sebagai seorang yang berwatak keras dan jujur. Akan tetapi dia tidak percaya bahwa gadis perkasa itu memiliki watak yang bandel dan keras kepala.
"Jawablah, asal jawabanmu masuk akal." katanya.
"Begini, pakde dan bude. Aku akan menjawab nasihat pakde tadi satu demi satu. Pakde bilang bahwa pakde menjadi pengganti ayahku, akan tetapi aku melihat bahwa pendapat pakde dan ayahku sama sekali berbeda, jauh berbeda.
Buktinya, ayahku mengijinkan aku melakukan perjalanan ke sini seorang diri saja! Dan aku yakin akan pendirian ayah, pasti tidak akan memberikan nasihat seperti yang pakde berikan tadi.
Sekarang tentang seorang perawan dan seorang perjaka melakukan perjalanan bersama. Mengapa tidak boleh" Biarpun melakukan perjalanan bersama yang jauh berhari-hari, hanya berdua saja, apa salahnya" Melakukan perjalanan berdua bukanlah dosa, pakde. Sekarang tentang anggapan orang!
Hidup kita tidak ada sangkut pautnya dengan pendapat dan anggapan orang-orang lain! Pantas dan tidak pantas itu bergantung sepenuhnya kepada prilaku kita sendiri. Kalau ada orang menganggap kita melakukan perbuatan yang tidak pantas dan berdosa, yang penting kita harus mengamati diri sendiri.
Kalau benar-benar kita melakukan perbuatan yang salah itu, kita harus mawas diri dan berusaha sekuat tenaga untuk bertaubat dan mengubah prilaku kita. Sebaliknya kalau kita bersih dari anggapan itu, maka kita tidak perlu menghiraukan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
semua anggapan itu. Aku yakin ayahku akan memberi nasihat seperti ini, pakde. Kalau kita terlalu menggantungkan kehidupan kita pada pendapat orang lain, kita akan sukar untuk melangkah, tentu akan tersandung-sandung pendapat dan anggapan orang lain yang hanya usil dan mau tahu urusan orang lain."
Mau tidak mau Ki sumali tersenyum. Bantahan itu memang bernada keras, namun dia dapat melihat kebenaran yang terkandung di dalamnya.
"Wah, engkau ini pantas menjadi Srikandi, Lastri. Akan tetapi kita ini manusia yang bermasyarakat, tidak hidup sendiri, bagaimana kita akan dapat mengabaikan pendapat umum begitu saja?"
"Pendapat umum memang harus kita perhatikan, akan tetapi kita terima yang kita anggap benar dan baik saja, yang salah dan tidak baik tentu saja kita tolak! Wah, kita berbantahan panjang lebar tentang niatku melakukan perjalanan bersama mas Aji, sama sekali tidak ingat bahwa yang bersangkutan dan berkepentingan berada di depan hidung kita! Pada hal yang berhak menentukan adalah Mas Aji sendiri!
Nah, Mas Aji, sekarang jawablah sejujurnya, tidak perlu rikuh-rikuh tidak perlu pura-pura. Bagaimana tanggapanmu" Maukah engkau kalau aku menemanimu melakukan perjalanan ke Galuh atau engkau merasa keberatan kalau kita melakukan perjalanan bersama?"
Dalam perbantahan antara pakde dan keponakan tadi, Aji dapat merasakan kebenaran kedua orang itu. Sebetulnya, kalau dia mau jujur terhadap dirinya sendiri, dia merasa senang akan tetapi juga rikuh melakukan perjalanan berdua saja dengan seorang gadis yang demikian ayu manis merak ati!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Menolak tentu saja tidak mungkin. Hal itu tentu akan membuat Sulastri tersinggung dan marah dan dia tidak menghendaki demikian.
Dia tersenyum, memandang kepada Ki Sumali, lalu kepada Winarsih dan akhirnya kepada Sulastri yang menatap wajahnya dengan sinar mata mencorong penuh selidik.
"Lastri, tentu saja aku tidak keberatan untuk melakukan perjalanan bersamamu ........"
"Yahuuuu ........ !" Gadis itu bersorak sambil mengangkat kedua lengan ke atas dan membuat gerakan tari yang luwes dengan gerakan leher, pundak, dan pinggul sehingga tiga orang itu mau tidak mau tertawa melihatnya.
"Akan tetapi, Lastri ........"
Sulastri tiba-tiba menghentikan tariannya, menghadap Aji dan bertanya keras, "Akan tetapi apa?"
"Karena aku mengemban tugas dari Gusti Sultan Agung, maka tentu saja perjalananku mengandung bahaya dan aku tidak ingin melibatkan dirimu dalam bahaya."
"Phuuuuhhhh! Bahaya" Bahaya itu makananku sehari-hari, mas! Kalau ada bahaya menghadang, aku malah dapat membantumu mengatasinya. Aku juga bukan seorang perempuan lemah yang membutuhkan perlindungan! Aku dapat melindungi diri sendiri bahkan dapat membantumu!"
"Lastri, engkau berlawanan dengan pendapat umum, berarti engkau menentang arus!" kata Ki Sumali.
Gadis itu memutar tubuh, kini menghadapi pakdenya.
"Menentang arus, pakde" Harus! Harus! Seorang yang merasa dirinya gagah dan memiliki prinsip, mempunyai pendirian teguh, harus berani menentang arus! Kita sudah terbiasa mengaminkan saja semua pendapat umum seolah-olah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pendapat umum itu pasti benar! Itu salah kaprah namanya, biarpun salah kalau sudah menjadi pendapat umum menjadi benar! Celakalah orang yang tidak punya pendirian. Contohnya pakde sendiri. Pakde adalah seorang yang memiliki pendirian teguh dan pakde tentu berani menentang arus. Misalnya orang seluruh Loano ini menjadi antek Belanda, apakah pakde juga mengikuti arus, menuruti pendapat umum ikut-ikutan menjadi antek Belanda?"
"Nah, itu namanya menentang arus karena pakde mempunyai prinsip berdasarkan kesetiaan pakde kepada Nusa dan Bangsa! Nah, sekarang contohnya yang jelas lagi seperti bude ini. Iapun wanita yang berani menentang arus karena mempunyai prinsip!"
"Eh! Aku?" Winarsih membelalakkan matanya yang indah dan lembut sinarnya itu. "Jangan bergurai, Lastri! Aku ini hanya seorang perempuan yang lemah dan bodoh!"
"Siapa bilang bude lemah dan bodoh" Maaf, aku bukan hendak menyinggung atau mengejek, aku bahkan kagum dan memuji, dan bicara dari hati tanpa tedeng aling-aling karena aku membicarakan kenyataan. Pakde dan bude, kukira umum akan berpendapat bahwa amat tidak baik dan tidak pantas bagi bude yang cantik dan muda menjadi istri pakde yang jauh lebih tua, bukan" Akan tetapi bude mempunyai prinsip yang kuat berdasarkan cinta kasih murni. Nah, karena prinsip itu, bude berani menentang arus, bertindak berlawanan dengan pendapat umum. Dan aku sama sekali tidak berpendapat bahwa tindakan yang diambil bude itu salah!"
Ki Sumali dan Winarsih saling pandang, akan tetapi mereka tidak merasa tersinggung karena gadis itu bicara blak-blakan, walaupun wajah mereka berubah kemerahan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ha-ha-ha! Sudahlah, sudahlah! Kami mengaku kalah.
Mana bisa menang berdebat melawan seorang Srikandi?" kata Ki Sumali tertawa. Isterinya, Winarsih tersenyum saja. Ia diam-diam harus membenarkan ucapakan keponakan suaminya itu. Semenjak ia menjadi isteri Ki Sumali, entah sudah berapa banyak kenalan sedusunnya, baik secara halus menyindir atau terang-terangan, menyatakan keheranan mereka, menyayangkan dirinya yang masih begitu muda menjadi isteri suaminya yang jauh lebih tua. Akan tetapi semua itu dianggapnya angin lalu saja karena di dasar hatinya ia harus mengakui bahwa ia amat kagum dan cinta kepada pria itu.
Baginya tidak ada pria lain yang patut dikagumi, dikasihani, disayang kecuali Ki Sumali!
"Wah, Dimas Aji akan repot sekali menghadapimu dalam perjalanan. Engkau jangan selalu membantahnya, Lastri." kata Winarsih sambil tersenyum.
"Aih, tidak bisa, bude! Kalau perlu, jika kuanggap dia keliru, pasti akan kubantah, bude!" kata dara itu sambil menatap wajah Aji dengan sinar mata menantang.
Aji tersenyum, "Nimas Lastri benar. Setiap orang perlu menerima kritik dari orang lain karena kalau tidak, dia tidak akan pernah dapat menyadari akan kesalahannya sendiri."
"Nah, itu baru namanya jantan!" Sulastri berseru girang, merasa dibenarkan. "Mengakui kebenaran orang lain dan menyadari kesalahan sendiri akan tetapi juga melihat kesalahan umum dan berani menentangnya, itulah seyogyanya sikap seorang gagah!"
"Wah, melihat gelagatnya, agaknya Anakmas Aji yang akan kaulindungi, bukan sebaliknya!" kata Ki Sumali sambil tertawa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ah, ya tidak, pakde. Orang hidup harus saling bantu, saling tolong, saling melindungi. Betul tidak, kangmas Aji?"
Aji tersenyum dan mengangguk. "Engkau benar, nimas."
Diam- diam Aji merasa senang. Gadis ini luar biasa. belum pernah dia bertemu dengan gadis selincah ini, Sama cantik jelitanya dengan Puteri Wandansari, isteri Adipati Surabaya dan puteri Sultan Agung. Hanya bedanya, Puteri Wandansari yang juga gagah perkasa itu sikapnya lembut dan penuh wibawa, sedangkan Sulastri lincah jenaka dan keras kepala, seperti kuda betina liar yang sukar ditundukkan dan dijinakkan. Akan tetapi, gadis ini jelas boleh diandalkan. Sakti mandraguna dan penuh keberanian, memiliki jiwa pendekar yang gagah perkasa.
Setelah berkemas, Aji dan Sulastri pada hari itu juga meninggalkan Loano. Ki Sumali menyerahkan seekor kuda yang cukup baik untuk Sulastri dan kedua orang muda itu menyeberangi Kali Bogawanta lalu menunggang kuda menuju ke barat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
-o0-dwkz~budi-0oBenar seperti yang menjadi dugaan dan harapan Aji, perjalanan bersama Sulastri benar-benar amat menyenangkan hati. Dara itu selalu riang gembira, wajahnya cerah ceria dan sikapnya lincah jenaka sehingga suasananya selalu menyenangkan. Selain menjadi teman seperjalanan yang amat menyenangkan, juga Aji menganggap Sulastri dapat menolongnya menjadi penunjuk jalan dalam usahanya mencari kakak tirinya Hasanudin dan juga mencari Raden Banuseta yang telah membunuh ayahnya.
Di lain pihak, Sulastri juga semakin akrab dan suka kepada Aji. Dia mengagumi Aji yang dia tahu memiliki kesaktian yang luar biasa, dan pemuda ini sungguh amat berbeda daripada pemuda lain. Biasanya, para pemuda memandang kepadanya dengan sinar mata penuh gairah dan sikap mereka condong untuk menggodanya. Akan tetapi pandang mata Aji kepadanya lembut dan sopan, sikapnya terkendali dan menghormatinya. Hal ini membuat ia merasa senang sekali dan ia merasa semakin suka kepada pemuda itu.
Akan tetapi kadang iapun dapat memperlihatkan kejengkelannya terhadap Aji yang dicelanya sebagai terlalu lamban, telalu sabar dan terlalu mengalah.
Dara yang cantik jelita, lincah jenaka dan gagah perkasa ini adalah anak tunggal dari Ki Subali yang tinggal di Indramayu. Ki Subali adalah seorang saterawan dan dia juga menjadi seorang dalang yang terkenal di Indramayu.
Keahliannya sungguh berbeda dengan kakaknya, Ki Sumali.
Kalau Ki Sumali sejak mudanya suka memperdalam olah kanuragan, sebaliknya Ki Subali suka mempelajari sastra dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seni. Dia pandai menari, menembang, mendalang dan ahli sastra, bahkan pandai mendalang wayang golek. Isterinyapun seorang waranggana (penembang) yang bersuara merdu dan sering menjadi pesindennya ketika suaminya mendalang.
Mereka hanya memiliki seorang anak, yaitu Sulastri. Tidaklah mengherankan kalau suami isteri itu amat memanjakan Sulastri sehingga anak ini tumbuh menjadi seorang anak yang manja dan keras hati, minta agar semua keinginannya dituruti.
Sejak kecil Sulastri berwatak lincah dan nakal, seperti seorang anak laki-laki yang diam-diam didambakan ayah ibunya. Ia bahkan suka bergaul dengan anak laki-laki daripada dengan anak perempuan. Kebiasaan ini tentu saja membuat ia bertambah lincah dan nakal, seperti anak laki-laki. Maka, tidak aneh kalau setelah ia berusia spuluh tahun, ia merengek kepada ayahnya, minta agar ia dibawa ayahnya untuk berguru ilmu bela diri kepada Ki Ageng Pasisiran, seorang kakek tua renta yang dikenal sebagai seorang yang sakti mandraguna.
"Ah, kaukira mudah saja menjadi murid Ki Ageng Pasisiran?" teriak Ki subali terkejut dan heran ketika anaknya yang berusia sepuluh tahun itu merengek minta agar diantar ayahnya utnuk menjadi murid kakek sakti itu. "Hal itu sama sekali tidak mungkin, Lastri!"
"Aih, ayah ini! Mengapa tidak mungkin" Aku tahu bahwa ayah adalah sahabat Ki Ageng Pasisiran! Kalau ayah yang membawa ke sana, tentu dia akan mau menerimaku sebagai murid!" Sulastri membantah.
"Hemmm, anak tak tahu diri. Mau tahu mengapa tidak mungkin" Pertama karena engkau masih anak kecil dan perempuan lagi! Kedua, setahuku Ki Ageng Pasisiran tidak pernah menerima murid. Selama ini aku lihat dia hanya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mempunyai dua orang murid, itupun yang seorang adalah puteranya sendiri. dan ketiga, Ki Ageng Pasisiran kini sudah tua, usianya sudah tujuh puluh tahun, bagaimana dapat menerima murid seorang bocah perempuan berusia sepuluh tahun seperti engkau?"
Sulastri membanting-banting kaki dan menangis lalu lari ke pangkuan ibunya. "Ibu ........ ibu ...... kalau begitu ibu saja yang mengantar aku ke sana. Ayah tidak mau, ayah tidak sayang kepadaku ........ !"
Subali mengerutkan alisnya dan menghela napas panjang ketika melihat betapa isterinya memandang kepadanya dengan penuh tuntutan. Selalu saja isterinya membela puteri mereka itu.
"Lastri, engkau ini seorang anak perempuan, bagaimana ingin mempelajari olah kanuragan" Mau jadim apa engkau kelak?"
"Ayah, kalau aku menjadi orang kuat dan digdaya, akan kuhajar orang-orang jahat itu! Anak-anak lelaki yang suka menggangguku, mengejek aku cengeng, ringkih, penakut dan sebagainya, akan kusikat semua!"
"Hemmm, engkau ini nak perempuan ingin menjadi tukang pukul, ya?" Ki Subali menegur.
"Bukan tukang pukul, ayah, melainkan seorang wanita yang berjiwa satria. Apa salahnya kalau seorang wnita menjadi sakti mandraguna" Bukankah Srikandi itu juga wanita" Dan ia gagah perkasa, tidak tajut menghadapi penjahat yang manapun juga. Aku ingin menjadi seperti srikandi!"
Ki subali menggeleng-geleng kepala. "Baiklah, kalau engkau ingin belajar pencak silat, akan kumasukkan perguruan silat."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tidak mau, ayah! Aku hanya ingin menjadi murid Eyang Ageng Pasisiran!" Sulastri merengek dan menangis.
Seperti biasa, kalau sudah begitu, ibu anak itu mendesak suaminya dan akhirnya Ki Subali mengalah. Apa boleh buat, dia pada suatu pagi mengantar anak perempuannya yang berusia sepuluh tahun itu kepada Ki Ageng Pasisiran yang tinggal di daerah pesisir, tentu saja dengan dugaan bahwa kakek tua renta itu pasti menolak, tentu anaknya yang bandel ini tidak akan dapt memaksanya lagi.
Rumah kediaman Ki Ageng Pasisiran berada di dekat laut utara, sebuah rumah yang kokoh namun sederhana. Ki ageng Pasisiran ini datang dan bertempat tinggal di situ sebagai seorang duda kurang lebih lima tahun yang lalu. Usianya sekarang sudah tujuh puluh lima tahun dan dia hidup menyepi di rumah yang terpencil itu, hanya ditemani seorang cantrik atau pelayan laki-laki muda yang usianya sekitar dua puluh tahun. Ketika datang dan bertempat tinggal di situ, dia dikenal sebagai seorang pertapa yang bernama Ki Ageng Pasisiran.
Sebetulnya, kakek ini bukan lain adalah Ki Tejo Langit yang datang dari Banten. Seperti kita ketahui, nama ini pernah disebut oleh Ki Tejo Budi sebagai kakak seperguruannya.
Akan tetapi, kini Ki Tejo Langit muncul di pesisir Indramayu dengan nama Ki Ageng Pasisiran dan hidup menyendiri, hanya ditemani seorang pelayan atau cantrik.
Di antara sedikit orang yang dikenal Ki Ageng Pasisiran, yang tak banyak juga jumlahnya, adalah Ki Subali.
Kakek tua renta itu senang bercakap-cakap dengan Ki Subali tentang seni dan sastra. Sebaliknya Ki Subali juga mengagumi kakek tua renta itu karena luas pengalamannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Akan tetapi ketika Ki Subali berkunjung bersama puterinya, dia merasa ragu dan tegang juga. Tentu kakek sakti itu akan menganggap dia bergurau. Menggelikan memang kalau minta kakek tua renta sakti mandraguna itu mengambil Sulastri yang baru berusia sepuluh tahun, anak perempuan lagi, menjadi muridnya untuk mempelajari aji kesaktian!
Ki Ageng Pasisiran yang masih tampak tegap dan kuat itu menyambutnya dengan ramah. "Wah, kebetulan andika datang berkunjung, Ki Subali. Sudah lama tidak jumpa. Ini puterimu" Manis dan mungil!" Ki Ageng Pasisiran menyentuh pundak Sulastri. Akan tetapi begitu dia menyentuh pundak anak itu, dia memandang heran dan penuh perhatian, lalu kedua tangannya kini meraba-raba kedua pundak dan punggung, menelusuri tulang punggung dengan jari tangannya.
"Ada apakah, paman?" Tanya Ki Subali heran melihat kakek itu meraba-raba pundak dan punggung anaknya. Ki Ageng Pasisiran seolah baru sadar. Dia melepaskan rabaannya dan berkata ramah.
"Ah, tidak apa-pa. mari, silakan duduk. Engkau juga duduklah, anak manis. Siapa namamu?"
"Nama saya Sulastri, eyang." kata anak itu dengan tabag.
Setelah mereka bertiga duduk, Ki Subali memberanikan diri berkata, "Paman, sebetulnya kedatangan saya sekali ini mengajak anak saya Sulastri bukan sekedar ingin bercakap-cakap seperti biasa, melainkan ada urusan yang hendak saya sampaikan kepada paman."
Ki Ageng Pasisiran tersenyum sabar. "Ya, ya ........
urusan apakah itu, Ki Subali. Katakanlah."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ki Subali merasa agak rikuh dan tegang karena menganggap bahwa permintaannya tidak pantas. "begini, paman. Kedatangan saya ini, eh, kami ini ........ yaitu anak saya Sulastri ini ........ maksud saya ingin sekali ........ ah, bagaimana saya harus mengatakan ........ ?"
Tiba-tiba Sulastri yang berkata lantang. "Eyang, saya ingin belajar aji kanuragan kepada eyang, saya ingin menjadi murid eyang!"
Ki Subali terkejut dan cepat berkata dengan sikap hormat kepada kakek itu. "Ah, mohon maaf sebanyaknya atas kelancangan kami, paman. Kami telah mengajukan permintaan yang bukan-bukan dan tidak pantas ........ "
Akan tetapi betapa heran dan girang hati Ki Subali ketika Ki Ageng Pasisiran tertawa dan berkata, "Heh-heh-heh, bagus sekali, bagus sekali! Inilah kesempatan baik bagiku, dalam tahun-tahun terakhir hidupku dapat mewariskan ilmu-ilmuku kepada seorang murid yang bertulang baik dan berbakat! Sulastri, aku suka menerimamu sebagai muridku!"
Sulastri memang anak yang luar biasa. Dalam usia sepuluh tahun itu, ia sudah pandai membawa diri dan begitu mendengar dirinya diterima menjadi murid Ki Ageng Pasisiran, langsung ia menjatuhkan diri berlutut dan menyembah di depan kaki ki Ageng Pasisiran!
"Terima kasih banyak bahwa eyang guru sudi menerima saya menjadi murid!"
Melihat ulah puterinya, ki Subali juga cepat menghaturkan terima kasih.
Demikianlah, mulai hari itu, Sulastri menjadi murid Ki Ageng Pasisiran. Setiap hari ia datang ke rumah kakek itu dan mulai menerima gemblengan langsung dari Ki Ageng
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pasisiran. Ia ternyata amat berbakat dan juga tekun sekali sehingga kakek tua renta itu semakin bersemangat mengajarkan semua ilmu yang dikuasainya kepada murid itu.
Akan tetapi Ki Subali juga tidak melalaikan pendidikan sastra dan seni kepada puteri tunggalnya itu karena dia maklum bahwa pelajaran ilmu kanuragan yang tidak dibarengi dengan ilmu pendidikan kerohanian akan dapat membawa anaknya menyeleweng dan hanya akan mengandalkan kekerasan saja.
Hal ini amatlah berbahaya. Karena itu, dengan bertukar pendapat bersama Ki Ageng Pasisiran, dia menanamkan jiwa satria kepada anaknya itu agar semua aji kanuragan yang dipelajarinya itu akan dapat dipergunakan untuk membela kebenaran dan keadilan, menentang kejahatan seperti watak seorang pendekar atau satria.
Demikianlah, bertahun-tahun Sulastri mempelajari ilmu kanuragan dari Ki Ageng Pasisiran sampai berusia delapan belas tahun. Selama delapan tahun itu ia mempelajari semua aji yang dikuasai Ki Ageng Pasisiran sehingga ia menjadi seorang dara perkasa yang memiliki kedigdayaan. Ia menjadi seorang dara yang sakti mandraguna, akan tetapi biarpun ia berwatak keras dan lincah jenaka seperti pembawaannya sejak ia kecil, namun pelajaran budi pekerti, kesusilaan dan kerohanian yang ia terima dari ayahnya merupakan pengekang sehingga ia tidak sampai menjadi seorang yang suka bertindak sewenang-wenang mengandalkan aji kesaktiannya.
Setelah berusia delapan belas tahun dan sudah menyerap sebagian besar ilmu dari Ki Ageng Pasisiran, pada suatu hari ia bertemu dengan dua orang laki-laki yang oleh gurunya diperkenalkan sebagai seorang puteranya dan seorang muridnya! Ketika pagi itu Sulastri seperti biasa datang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berkunjung, dua orang laki-laki itu sudah berada di situ.
Seorang laki-laki berusia kurang lebih tiga puluh tahun dan seorang lagi yang berusia kurang lebih lima puluh tahun.
Tentu saja Sulastri menjadi terheran-heran, juga dua orang laki-laki itu memandang kepadanya dengan kagum. lalu muncullah Ki Ageng pasisiran yang kini telah berusia delapan puluh tahun lebih. Dia tersenyum melihat kedatangan Sulastri.
"Ah, engkau, Lastri. Kebetulan sekali. Kenalkanlah, ini adalah puteraku, Sudrajat. Kini dia tinggal di Banten bersama keluarganya dan kebetulan dia datang berkunjung." Kakek itu menunjuk kepada laki-laki yang berusia lima puluh tahun yang bertubuh sedang dan bersikap tenang dan lembut. "Ajat, inilah Sulastri, muridku seperti yang telah kuceritakan kepadamu semalam."
Karena laki-laki itu diakui sebagai putera eyang gurunya, Sulastri membungkuk dengan hormat dan berkata ramah. "Paman Sudrajat, kapankah paman datang dan apakah paman sekeluarga baik-baik saja?"
Laki-laki itu adalah Sudrajat yang sebenarnya adalah anak tiri ki Ageng Pasisiran atau Ki Tejo Langit karena sebenarnya Sudrajat ini adalah putera kandung Ki atau Resi Tejo Budi, guru Lindu Aji. Melihat sikap dan mendengar tegur sapa Sulastri yang demikian ramah, dia memandang kagum.
Jarang ada gadis yang demikian lincah, ramah dan sama sekali tidak tampak malu-malu seperti para gadis lain. Juga dia merasa heran bagaimana ayahnya yang sudah begitu tua mengambil murid dara yang begini muda, apalagi kalau diingat bahwa dara ini menjadi murid ayahnya sejak berusia sepuluh tahun!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sulastri, aku merasa girang sekali dapat bertemu dengan andika yang menjadi murid ayahku. Menurut cerita ayah, andika seorang murid yang baik dan patuh. Aku ikut berterima kasih kepadamu, Lastri, karena setidaknya andika telah membangkitkan semangat ayahku yang sudah tua untuk mengajarkan ilmu-ilmunya kepadamu."
"Terima kasih, Paman Sudrajat. Ternyata paman baik dan ramah sekali dan hal ini tidak mengherankan hati saya.
Sebagai putera eyang guru, tentu saja paman bijaksana dan baik hati!"
"Aha, menurut ayah andika baru berusia delapan belas tahun akan tetapi kulihat andika telah berpikiran dewasa dan pandai membawa diri. Aku bangga mempunyai seorang keponakan yang menurut tingkat juga adik seperguruan seperti andika, Sulastri!" kata Sudrajat sambil tersenyum. "Ayah, cucu ayah Jatmika sudah berusia dua puluh tahun. Alangkah cocoknya kalau Jatmika dijodohkan dengan Sulastri! Akan bahagia hati saya mempunyai seorang mantu seperti Sulastri!"
Pada saat itu, laki-laki kedua yang usianya sekitar tiga puluh tahun, berwajah tampan dan gagah, tubuhnya tingi tegap, berkumis pendek, tiba-tiba berkata, suaranya nyaring.
"Eyang guru, apakah saya tidak akan diperkenalkan dengan adik seperguruan saya, Nimas Sulastri ini?"
"Heh-heh, sampai lupa aku," kata kakek tua renta itu.
"Lastri, ini adalah kakak seperguruanmu, namanya Hasanudin dan panggilannya adalah Udin."
Sulastri memandang kepada pria itu. Wajah seorang pria dewasa yang sudah matang. Wajah yang ganteng dan menarik, akan tetapi melihat sinar mata yang tajam itu menggerayangi tubuhnya Sulastri mengerutkan alisnya dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
rasa tidak suka memenuhi hatinya. Maka, biarpun ia telah diperkenalkan oleh gurunya kepada laki-laki yang menjadi kakak seperguruannya itu, ia diam saja, tidak seperti ketika diperkenalkan kepada Sudrajat yang langsung disapanya dengan ramah. Ia hanya memandang saja dengan alis berkerut dan sinar mata penuh selidik, seolah hendak mengetahui laki-laki macam apa yang berada di depannya itu.
Melihat gadis itu diam saja. pemuda itu tersenyum. Dia menganggap gadis jelita itu tentu malu kepadanya, tidak seperti kepada Sudrajat yng sudah tua tentu tidak merasa rikuh lagi.
Maka diapun berkata dengan sikap manis. "Aeh, Nimas Sulastri, harap jangan malu-malu kepadaku. Aku adalah kakak perguruanmu sendiri."
"Kakangmas Hasanudin. ........ "
"Aeh, jangan panggil Hasanudin. Orang-orang yang dekat denganku menyebut aku Udin, lebih akrab!"
"Akan tetapi aku menyebutmu kakangmas Hasanudin!"
kata Sulastri dengan suara datar. "Aku tidak malu hanya masih asing karena aku tidak mengira mempunyai seorang kakak seperguruan. Eyang guru tidak pernah bercerita tentang engkau."
"Memang sudah lama aku tidak menghadap eyang guru, sudah lebih dari delapan tahun. Aku selalu sibuk dengan urusan pekerjaanku. Aku tinggal di Galuh ........ "
"Tentu dengan keluargamu, bukan?" Sulastri memotong.
"Aeh, Adik Sulastri, aku belum berkeluarga, belum beristeri kalau itu yang kau maksudkan. Aku masih perjaka tulen, ha-ha-ha! Dan akupun tidak mempunyai seorangpun keluarga, kecuali Paman Sudrajat dan Eyang Guru ini." Dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berhenti sebentar lalu cepat-cepat disambungnya, "Tentu saja sekarang ada engkau yang boleh kuanggap sebagai keluargaku terdekat, ha-ha!" Sambil berkata demikian, sepasang mata itu memandang tajam dan penuh arti, berkedip beberapa kali.
Panas rasa perut gadis itu. Ia melihat kedipan mata yang jelas mengandung maksud tidak sopan itu, akan tetapi karena di situ terdapat eyang gurunya dan juga Ki Sudrajat, ia menahan kemarahannya dan untuk menutupi perasaan marahnya, ia bertanya sambil lalu. "Ayah ibumu?"
"Ibuku meninggal ketika aku masih kecil dan ayahku
........ dia juga sudah mati. Aku sebatang kara, akan tetapi sekarang ........ hemm, ada engkau di sini, Lastri." kemudian tiba-tiba Hasanudin memandang Ki Ageng Pasisiran dan berkata, "Eyang guru, bagaimana kalau saya dan Sulastri menjadi suami isteri" Tentu eyang guru akan menyetujuinya, bukan?"
Sulastri terkejut dan marah sekali, matanya terbelalak dan mukanya berubah merah. Kalau tadi Ki Sudrajat mengusulkan perjodohan, hal itu dilakukan untuk puteranya, akan tetapi Hasanudin ini mengusulkan perjodohan untuk diri sendiri! Betapa beraninya! Ia merasa diremehkan sekali. Akan tetapi kemarahannya agak reda ketika melihat gurunya mengur laki-laki itu.
"Udin, jangan lancang engkau! Urusan perjodohan tidak bisa diputuskan begitu saja! Sulastri masih mempunyai ayah ibu, tanpa perkenan ayah ibunya, dan tanpa persetujuan ia sendiri, bagaimana mungkin perjodohan dapat dilakukan?"
"Aeh, eyang, bukankah sejak lama eyang selalu mendesak saya untuk menikah" Selama ini saya belum menemukan seorang gadis yang cocok dan tepat untuk menjadi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
isteri saya dan sekarang tiba-tiba saja saya bertemu dengan nimas Sulastri ini. Ia cocok sekali untuk menjadi isteri saya, eyang. Mohon eyang suka mengatur agar saya dapat berjodoh dengan nimas Sulastri ini, eyang."
Tiba-tiba Sulastri tidak mampu menahan kemarahannya lagi. "Aku tidak sudi! Aku belum ingin menikah! Eyang guru, maafkan saya, saya akan pulang!" Setelah berkata demikian, Sulastri melompat dan berlari keluar, terus meninggalkan rumah gurunya.
Setelah gadis itu berlari pergi, Ki Ageng Pasisiran menghela napas panjang. Dia merasa dirinya telah tua dan lemah sehingga wibawanya berkurang banyak dan dia melihat betapa murid-muridnya berani bersikap kurang mengacuhkannya.
"Udin, kulihat engkau masih belum juga dapat mengendalikan keinginan perasaanmu. Setelah bertahun-tahun berpisah dariku, kulihat engkau masih tidak memiliki ketenangan dan kesabaran. Tidak semestinya engkau bersikap seperti tadi." tegur Ki Ageng Pasisiran.
"Ayah berkata benar, Udin. sikapmu tadi tidak benar, engkau telah menyinggung perasaan Sulastri!" Sudrajat juga menegur.
Alap Alap Laut Kidul Seri Ke 3 Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hasanudin memandang kedua orang itu dengan alis berkerut. "Paman Sudrajat, paman sendiri tadi mengusulkan pernikahan antara Sulastri dan putera paman. Akan tetapi Jatmika itu masih belum dewasa benar, masih hijau dan belum waktunya menikah. Dan bukankah sepantasnya kalau paman gurunya menikah lebih dulu sebelum dia?" Kemudian Hasanudin berkata kepada gurunya, "Eyang, sejak dahulu saya menganggap eyang sebagai pengganti orang tua saya. Oleh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
karena itu, saya mohon agar melamarkan Nimas Sulastri untuk menjadi jodoh saya kepada orang tuanya."
"Sabar ........ sabar Udin, jangan tergesa-gesa ........ "
kata kakek tua renta itu.
"Kalau eyang tidak mau, berarti eyang sesungguhnya tidak sayang kepada saya. Biarlah saya akan melamar sendiri kalau begitu!" kata Hasanudin dengan suara tegas.
"Hemm, Udin. Jangan berdikap kasar begitu. Urusan perjodohan ini harus kita rundingkan dulu baik-baik. Kalau memang sudah bulat kehendakmu, tentu ayah akan suka melamarkan Sulastri untukmu." kata Ki Sudrajat menyabarkan hati pemuda itu karena dia tidak ingin terjadi ketegangan dalam hati ayahnya yang sudah tua sekali itu. Mereka lalu duduk dan membicarakan keinginan Hasanudin untuk minta tolong Ki Ageng Pasisiran melamar Sulastri.
Sementara itu Sulastri berlari pulang. Mukanya masih merah dan hatinya masih panas ketika ia tiba di rumah orang tuanya. Ki Subali merasa heran melihat puterinya begitu cepat pulang. Biasanya, kalau berkunjung ke rumah gurunya, gadis itu sedikitnya setengah hari baru pulang.
"Eh, kenapa engkau sudah pulang, Lastri" begitu cepat!" kata ayahnya. Ibunya memandang heran melihat wajah puterinya kemerahan dan matanya mencorong.
"Lastri, ada apakah" Engkau kelihatan tidak senang!"
Tanya ibunya. Gadis itu menjatuhkan dirinya di atas bangku di depan ayah ibunya. Mulutnya yang berbentuk indah itu cemberut, akan tetapi malah tampak manis dan menggemaskan.
"Aku bertemu dengan dua orang murid eyang guru."
katanya dengan nada jengkel.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Eh, ki Ageng Pasisiran masih mempunyai dua orang murid lain" Siapa mereka?" tanya Ki Subali.
"Lho! Bertemu dengan dua orang saudara seperguruan mengapa menjadi tidak sengang dan marah-marah?" tegur ibunya heran.
"Mereka itu adalah Ki Sudrajat yang ternyata malah putera eyang guru sendiri, berusia kurang lebih lima puluh tahun dan yang kedua bernama Hasanudin, berusia kurang lebih tiga puluh tahun. Bagaimana tidak akan menyebalkan hatiku" Ki Sudrajat itu ingin mengambil aku sebagai mantunya, dan Hasanudin itu ingin mengambil aku sebagai isterinya. memangnya aku ini apa" Diambil mantu dan isteri begitu saja! Menyebalkan!" Sulastri masih cemberut.
Suami isteri itu saling pandang dan mau tidak mau mereka berdua tersenyum lebar, menahan tawa yang hendak terlepas dari mulut mereka.
"Akan tetapi, Lastri. kenapa marah-marah" itu berarti bahwa mereka suka sekali kepadamu!" kata Ki Subali menahan tawa.
"Ya, Lastri. mereka itu ingin mengambil mantu atau memperisteri engkau, berarti mereka kagum dan suka kepadamu!" kata pula ibunya, bangga betapa puterinya begitu dikagumi banyak orang!
"Ah, ayah dan ibu ini! Aku tetap saja tidak suka dan tidak sudi dianggap barang mainan indah yang boleh diambil begitu saja! Ayah, aku mau melaksanakan keinginanku yang sudah bertahun-tahun kutunda, ingin pergi mengunjungi Paman Sumali di Loano!"
Ayah ibunya terkejut. "Akan tetapi Loano itu jauh sekali, lastri!" kata ibunya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Dan keadaan sekarang ini tidak aman! Sedang ada bahaya perang. Pasukan Mataram kabarnya akan menyerang lagi ke Jayakarta. tentu terjadi pergolakan di daerah-daerah.
melakukan perjalanan dalam keadaan begini amat berbahaya!"
kata pula Ki Subali.
"Ah, aku tidak takut, ayah. Aku sudah cukup kuat untuk menjaga dan membela diri. Hatiku sedang kesal dan aku merasa sebal kepada mereka. Kalau mereka benar-benar berani datang untuk melamarku, ayah harus menolaknya! Aku hendak pergi ke Loano, mengunjungi Paman Sumali!"
"aah, bagaimana ini, Lastri" Kalau Ki Ageng Pasisiran sendiri datang meminangmu, bagaimana aku berani menolaknya?" kata ayahnya.
"Apa susahnya" Ayah tinggal tinggal bilang saja bahwa aku tidak sudi, tidak ingin kawin, habis perkara. Bukan ayah yang menolak, melainkan aku yang tidak suka! Nah, aku akan berkemas karena hari ini juga aku akan pergi ke Loano."
"Tetapi engkau belum pernah ke Loano yang jauh, Lastri. Juga, engkau baru satu kali bertemu dengan pamanmu, itupun ketika engkau baru berusia tiga tahun. Bagaimana engkau dapat mengenalnya?" cegah Ki Subali.
"Ayah, aku bukan anak kecil lagi. Aku tahu bahwa Loano terletak di selatan. Aku dapat bertanya-tanya orang. Dan ayah sudah menceritakan keadaan Paman Sumali. Wajahnya mirip ayah dan dia seorang gagah yang sakti mandraguna, memiliki senjata istimewa yaitu sebatang suling dan keris.
Mudah sekali mengenalnya, bukan?"
"Lastri, jangan pergi, anakku. Aku tidak akan enak makan dan nyenyak tidur memikirkanmu, takut kalau-kalau engkau menghadapi gangguan." kata ibunya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sulastri merangkul ibunya dengan manja. "Aeh, ibu, apakah ibu masih menganggap aku seorang gadis yang lemah"
Jangan khawatir, ibu. Aku adalah murid Ki Ageng Pasisiran yang terkasih! Kalau ada orang jahat berani menggangguku dalam perjalanan, berarti mereka itu mencari penyakit. Aku berpamit dengan baik-baik, harap ayah dan ibu suka melepas aku pergi dengan rela. Ayah dan ibu tidak menghendaki aku pergi dengan cara minggat, bukan?"
Ayah dan ibu itu maklum bahwa tidak mungkin mereka mengubah niat hati puteri mereka yang manja dan keras ini.
Akhirnya terpaksa mereka membiarkan Sulastri berkemas, membawa bekal kemudian mengantar kepergian gadis itu sampai di luar kota Indramayu sebelah selatan.
Demikianlah, seperti kita ketahui, akhirnya dara perkasa yang keras hati ini berhasil juga bertemu dengan pamannya, Ki sumali, bahkan dapat membantu pamannya menghadapi musuh-musuh yang tangguh. Dan kini, Sulastri melakukan perjalanan menuju Galuh ditemani Aji. Kalau Sulastri semakin suka dan kagum kepada Aji yang ia lihat berbeda dari kebanyakan pemuda yang kalau memandang kepadanya mata mereka membayangkan gairah dan sikap mereka menjadi kurang ajar, di lain pihak Aji juga diam-diam kagum kepada gadis itu. Dia melihat bahwa Sulastri benar-benar seorang dara yang perkasa, tidak pemalu, sama sekali tidak lemah dan tidak cengeng walaupun terkadang agak manja. Seorang dara perkasa yang masih amat muda namun cerdik dan pemberani, juga yang dapat menghadapi segala kesukaran dengan sikap yang selalu lincah jenaka. Terkadang dara itu bersikap ugal-ugalan dan kekanak-kanakan, akan tetapi harus dia akui bahwa semua sepak terjang Sulastri
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyeretnya ke dalam suasana yang menggembirakan. Dia yang biasanya memandang dunia ini dengan sikap serius, kini seolah baru terbuka matanya bahwa di dunia ini orang dapat memandang dunia ini sebagai sebuah tempat yang indah dan serba menggembirakan. Apapun yang terjadi kepada mereka, gadis itu selalu dapat menanggapinya dengan gembira yang tidak dibuat-buat, melainkan dapat menerima apa adanya dan selalu dapat mengambil yang terbaik dan yang paling menggembirak
an dari keadaan itu. Seperti misalnya ketika mereka kehujanan sampai basah kuyup dan mereka berlari-lari mencari tempat untuk meneduh, gadis itu tertawa-tawa gembira. "Wah, mengingatkan aku ketika aku masih kecil dan berhujan-hujan, alangkah senangnya!" dan ketika mereka memasuki guha, membuat api unggun untuk menahan dingin, Sulastri berkata, "Untung sekali udara dingin menusuk tulang sehingga berapi-api begini terasa nyaman bukan main!" Ketika mereka berteduh di bawah pohon rindang di tengah hari yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terik panas membakar, iapun berkata dengan wajah ceria,
"Wah, beruntung siang hari ini demikian panasnya sehingga kita dapat berteduh di sini menikmati kipasan angin dan sejuknya bayangan daun daun pohon!"
Pendeknya, Aji tidak pernah mendengar dara itu berkeluh kesah. Dalam segala keadaan ia tetap bergembira dan tidak pernah mengeluh. Apalagi setelah mereka semakin akrab dan saling mengenal, baru Aji mengetahui bahwa selain memiliki aji-aji kesaktian, dara inipun pandai sekali bertembang dengan suara merdu, mengenal seni tari, dan pengetahuannya tentang sastera juga cukup luas. Sungguh merupakan seorang gadis yang memiliki banyak keahlian, cantik jelita bertubuh indah, sakti mandraguna, gagah perkasa dan cerdik lagi pandai. Seorang gadis pilihan di antara seribu dan sukar dicari keduanya! Selain ini, kiranya baru Sang Puteri Wandansari saja yang dapat disejajarkan dengan Sulastri!
-o0-dwkz~budi-0oAji sama sekali tidak pernah menyangka bahwa dara yang setiap hari bersamanya itu mempunyai hubungan dekat dengan orang-orang yang hendak dicarinya, yaitu kakak tirinya Hasanudin dan putera gurunya yang bernama Sudrajat!
Memang Sulastri yang merasa kesal kepada dua orang itu tidak pernah bercerita kepada Aji tentang mereka berdua. Ia hanya menceritakan bahwa gurunya bernama Ki Ageng Pasisiran, seorang pertapa di pantai Laut Utara, di daerah Indramayu.
Pada suatu pagi yang cerah, tibalah mereka di dataran rendah yang penuh dengan hutan. Ada yang cukup baik untuk dapat dilalui dengan cepat. Di kanan kiri terbentang sawah yang luas dan subur kehijauan dan di depan tampak hutan yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lebat. Pagi yang cerah, matahari yang hangat itu mendatangkan kegembiraan dalam hati Sulastri.
"Mas Aji, mari kita berlumba balap kuda. Aku teringat bahwa tidak jauh lagi, di tengah hutan depan itu atau di sebelah sananya, terdapat Kali Serayu. Mari kita berlumba siapa yang dapat lebih dulu tiba di tepi sungai!"
Aji tersenyum, hanyut dalam kegembiraan yang dipancarkan wajah yang cantik itu. Pagi tadi Sulastri mandi di sebuah sungai yang airnya jernih sekali. Dengan menutup tubuhnya dengan tapih pinjung yang ujungnya dikaitkan di dada, dara itu mandi dengan gembira dan tanpa rikuh-rikuh lagi mengajak mandi pula! Ternyata Sulastri dapat juga berenang walaupun bukan ahli. Ia mandi dan mencuci rambutnya yang hitam panjang sampai ke punggung. Setelah puas mandi dan bertukar pakaian di balik batu besar, dara itu tampak segar dan semakin ayu manis merak ati. Rambutnya dibiarkan terurai agar kering, wajahnya tampak putih mulus kemerahan, matanya bersinar-sinar penuh semangat hidup, bibirnya selalu merekah dengan senyum manis. Setelah menunggang kuda beberapa lamanya dan rambutnya yang berkibar itu dikeringkan oleh angin, kini ia menggelung rambutnya dengan sederhana namun membuatnya tampak lebih dewasa.
"Hai, Mas Aji jangan melamun. Aku hitung sampai tiga dan kita mulai berlumba. Siap! Satu-dua-tiga........ !" Sulastri sudah membedal kudanya yang melompat jauh ke depan lalu membalap dengan cepat. Aji tersenyum dan membalapkan kudanya pula. Dia merasa yakin bahwa kalau dia bersungguh-sungguh, kuda yang ditungganginya pasti mampu mengalahkan kuda yang dirunggangi Sulastri. Kudanya adalah pemberian Sultan Agung, seekor kuda Arab yang kuat dan dapat berlari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
cepat sekali. Akan tetapi dia sudah mulai mengenal watak dara itu. Seorang dara yang keras hati dan dara seperti itu tidak mudah mengaku kalah! Bahkan kalau dikalahkan mungkin saja hatinya akan menjadi jengkel! Biarlah lebih baik membiarkan Sulastri yang menang karena dengan demikian gadis itu tentu akan senang hatinya. Maka diapun membatasi kecepatan larinya kuda dan hanya mengikuti dari belakang dalam jarak sekitar lima puluh meter. Cukup jauh akan tetapi dia masih dapat melihat bayangan gadis di atas kuda itu, setidaknya dia masih dapat melihat kepulan debu yang ditimbulkan keempat kaki kuda itu.
Mereka berdua sudah memasuki daerah berhutan. Aji melihat bayangan gadis itu lenyap, membelok di sebuah tikungan jalan. Dia membedal kudanya untuk mengejar lebih dekat karena
daerah yang cukup gawat karena biasanya
di tempat seperti itu munculnya orang-orang jahat yang suka
mengganggu orang lewat. Setelah dapat melihat lagi Sulastri yang duduk di atas kudanya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang membalap, tiba-tiba terdengar seruan nyaring gadis itu dan Aji melihat betapa kuda yang ditunggangi Sulastri terjungkal! Dia terkejut sekali akan tetapi legalah hatinya ketika dia melihat tubuh Sulastri itu tidak terbawa jatuh. Tubuh gadis itu melayang ke atas, berjungkir balik di udara sampai lima kali lalu gadis itu dengan ringannya turun dan hinggap di atas tanah. Bukan main tangkasnya gerakan itu, tangkas dan indah sekali sehingga Aji merasa kagum bukan main. Akan tetapi dia juga merasa khawatir karena terjungkalnya kuda yang ditunggangi Sulastri pasti ada sebabnya.
Aji membalapkan kudanya dan setelah tiba di tempat itu, cepat dia menghentikan kudanya dan melompat, langsung tubuhnya melayang turun dekat Sulastri.
"Engkau tidak apa-apa, Lastri?" tanyanya khawatir.
Sulastri menggeleng kepala, mengerutkan alisnya memandang ke depan dan berkata sambil mengertakkan giginya. "Keparat, agaknya mereka itulah yang merobohkan kudaku!"
Aji memandang ke arah depan dan diapun melihat empat orang melangkah perlahan menghampiri mereka. Kuda yang tadi ditunggangi Sulastri telah menggeletak tak bergerak, agaknya telah mati. Ketika Aji mengenal tiga orang di antara empat orang yang melangkah perlahan menghampiri mereka, dia terkejut. Tiga orang yang dikenalnya dengan baik itu bukan lain adalah Ki Harya Baka Wulung, Aki Somad, dan Nyi Maya Dewi! Sedangkan seorang lagi laki-laki berusia kurang lebih empat puluh tahun yang gagah dan tampan, berpakaian mewah, yang tidak dikenalnya.
Sulastri juga segera mengenal Aki Somad dan Nyi Maya Dewi, dua orang yang pernah menjadi lawan ketika ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membantu Ki Sumali dan gadis inipun maklum bahwa ia dan Aji berhadapan dengan lawan yang tangguh. Akan tetapi karena ia merasa mampu melawan Nyi Maya Dewi, sedangkan ia tahu bahwa Aji juga mampu melawan Aki Somad, hatinya besar dan ia memandang dengan berani dan marah. Ia sama sekali tidak mengenal Ki Harya Baka Wulung dan pria berpakaian mewah itu, tidak tahu bahwa Ki Harya Baka Wulung adalah seorang yang sakti mandraguna, tidak kalah digdayanya dibandingkan Aki Somad sendiri sehingga mereka tentu saja merupakan lawan yang amat berat dan bernahaya.
Aji tahu akan hal ini, namun dia tetap bersikap tenang. Dia hendak memperingatkan Sulastri akan lawan-lawan yang berbahaya itu, akan tetapi dia tidak dapat mencegah Sulastri yang telah mendahuluinya. Gadis itu melangkah maju dan dengan suara lantang ia sudah memaki sambil menudingkan telunjuknya ke arah hidung Nyi Maya Dewi.
"Heii, nenek genit tak tahu malu, iblis betina Maya!"
Sulastri sudah mendengar dari Aji bahwa wabita cantik genit itu bernama Maya Dewi, akan tetapi ia sengaja memanggilnya Iblis Betina Maya. "Sungguh mukamu tebal sekali. Engkau sudah kalah, kini muncul mengandalkan banyak orang, bahkan dengan curang sekali menyerang dan membunuh kudaku!
Kalau kamu bukan pengecut hina yang tidak tahu malu, hayo lawan aku. Jangan sebut aku Sulastri kalau pedang pusakaku Naga Wilis ini tidak akan memenggal batang lehermu!"
Aji mengerutkan alisnya. gadis itu pemberani, akan tetapi sekali ini benar-benar sembrono dan terlalu mengandalkan kepandaian sendiri. Dia tahu benar bahwa mereka berdua saat ini berada dalam ancaman bahaya besar.
Melawan Ki harya Baka Wulung atau Aki somad dia masih
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sanggup kalau satu lawan satu, akan tetapi kalau mereka berdua maju berbareng, sungguh merupakan lawan yang teramat tangguh dan berat. Dia tahu pula bahwa tingkat kepandaian Sulastri berimbang dengan tingkat Nyi Maya Dewi, bahkan Sulastri mungkin akan dapat mengatasinya, akan tetapi di sana ada seorang laki-laki yang tampak gagah perkasa dan mudah dilihat bahwa dia pasti bukan orang lemah!
Nyi Maya Dewi tertawa, suara tawanya masam dan jelas bahwa ia mencoba untuk menyembunyikan kemarahannya di balik sikap mengejek dan tertawa itu. "Bocah lancang dan sombong, engkaulah yang sekarang harus mati ditanganku. Engkau tidak akan dapat meloloskan diri dari kematian. Sayang, engkau harus mati dalam usia begini muda!"
Dengan gerakan perlahan penuh ancaman, dan mulutnya menyeringai penuh ejekan, Nyi Maya Dewi melolos sabuk cindenya. Sabuk Cinde Kencana itu berkilauan ketika tertimpa sinar matahari yang menerobos di antara celah-celah dedaunan.
Akan tetapi Sulastri juga sudah mencabut pedangnya dan tampak sinar hijau menyilaukan mata.
Akan tetapi pada saat itu, laki-laki tampan gagah berusia empat puluhan tahun itu berkata, suaranya lembut dan kata-katanya teratur seperti biasanya kaum menak (priyayi) bicara. "Nyi Maya Dewi, perlahan dulu dan tahan kemarahanmu. Aku merasa sayang sekali kalau dara ayu manis merak ati ini terbunuh. Aku menginginkan ia dapat ditawan hidup-hidup dan tidak sampai cidera berat."
"Andika menginginkannya, raden?" kata Nyi Maya Dewi. "Ia ini seperti seekor kuda betina liar. Tidak mudah untuk menangkapnya hidup-hidup, maka andika harus membantuku."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Mari kita berdua menangkapnya!" Laki-laki itu mencabut sebatang golok bergagang emas. "Aku akan menahan pedangnya dan andika yang membuatnya tidak berdaya."
"Baik, Raden, akan tetapi jangan melupakan aku kalau gadis itu sudah berhasil kaudapatkan!"
Mendengar percakapan antara dua orang itu, Sulastri tidak dapat menahan kemarahannya lagi. "Jahanam-jahanam busuk!" bentaknya dan gadis itu sudah menerjang maju menyerang laki-laki itu. Yang diserang menggerakkan goloknya yang bergagang emas.
"Trang ........ !!" Bunga api berpijar ketika pedang bertemu golok dan laki-laki itu tampak terkejut bukan main ketika dia merasa betapa tangannya yang memegang golok tergetar hebat, tanda bahwa gadis muda itu memiliki tenaga sakti yang kuat bukan main. Akan tetapi pada saat itu, sinar keemasan menyambar ke arah pundak Sulastri. Gadis ini maklum bahwa Nyi Maya Dewi menyerangnya dari samping, maka ia cepat mengelak dan memutar pedangnya membalas.
Istana Pulau Es 21 Pendekar Sadis Karya Kho Ping Hoo Pertempuran Di Lembah Bunga Hay Tong 7
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama