Ceritasilat Novel Online

Bagus Sajiwo 10

Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo Bagian 10


me lompat ke depan pendopo dan berseru.
"Se mua perajurit mundur!!"
Mendengar seruan ini dan melihat bahwa yang berseru
adalah Kalajana, para perajurit yang masih mengeroyok itu
segera berlompatan ke bela kang.
Gadis itu berdiri sa mbil bertolak pinggang dan tersenyum
man is, namun senyum dan pandang matanya mengandung
ejekan ketika ia me mandang kepada Kalajana yang maju
mengha mpirinya.
Kalajana me mandang kagum. Gadis ini juga cantik jelita
seperti utusan Perguruan Driya Pawitra tadi, usianya sekitar
sembilan belas tahun. Pakaiannya mewah dan indah,
rambutnya hita m panjang terurai di punggung dan bero mbak.
Wajahnya berbentuk bulat telur dengan dagu meruncing
man is, sepasang matanya berkilat tajam, hidungnya lucu,
mancung menjungat ke atas sehingga ada kesan menantang,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mulutnya berbentuk indah menggairahkan. Namun, berbeda
dengan Ratna Manohara tadi, gadis ini sikapnya ugal-ugalan,
liar, galak dan pe mberani.
Melihat kini ada dua puluh orang lebih yang telah roboh,
Kalajana ma klum bahwa gadis itu seorang yang berkepandaian tinggi. Dia tidak berani sembarangan, maka dia
meno leh kepada seorang perajurit yang pipinya bengkak dan
berada di dekatnya.
"Apa yang terjadi" Mengapa kalian mengeroyok wanita
itu?" tanya Kalajana.
Sambil me megangi pipinya yang bengkak me mbiru,
perajurit itu menjawab, "Gadis itu me mukul pe mimpin regu
penjaga sampai giginya rontok se mua dan pingsan, maka
kami lalu mengeroyoknya."
Kalajana mengerutkan alisnya. Ternyata gadis cantik ini
telah sengaja me mbuat kekacauan, pikirnya. Itu berarti
menantang Sang Adipati! Hendak kulihat sampai dimana
kedigdayaannya maka ia beran i lancang me mukul perwira
pengawal. "Bocah pere mpuan jahat, agaknya engkau hendak
me ma mer kan kepandaian disini. Coba sambutlah Aji Tatit Geni
dariku ini, kalau engkau me man g sakti. Hyaaaaaaattt...!"
Kalajana mendorongkan kedua tangannya dari jarak sekitar
empat depa dari gadis itu. Dari kedua telapak tangannya
menya mbar kilat api ke arah gadis itu! Tentu saja dia
me mbatasi tenaganya karena dia tidak ingin me mbunuh gadis
itu sebelum dia ketahui siapa dara itu sesungguhnya. Dia
menyerang hanya untuk menguji kepandaian orang, akan
tetapi aji pukulannya itu me mang dahsyat bukan main.
Gadis itu malah tertawa!
"Hi-hi-hik, ini ada pula monyet besar jelek hendak
me mbadut di depanku." Dan gadis itu lalu me ndorongkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedua tangannya yang berkulit putih dan bentuknya indah itu
menya mbut serangan itu. Dari kedua telapak tangan yang
mungil dan putih mulus itu menyambar keluar se macam awan
yang kemerahan. Itulah Aji Niraja Jingga (Awan Merah).
"Wuuuttt... dessss...!" Tenaga pukulan Kalajana terpental
dan me mbalik seh ingga a mat mengejutkan murid Bhagawan
Kalasrenggi itu. Dia lalu mengerahkan tenaganya, mendorong
kembali tenaga serangannya yang membalik. Akan tetapi dia
bertemu dengan tenaga yang amat kuat dari awan merah itu
sehingga aji pukulannya itu tidak ma mpu mendesak
pertahanan lawan. Dia menghentikan serangannya.
"He mm, kiranya Nona me miliki kesaktian. Akan tetapi
kenapa Andika datang me mbikin kekacauan dan me mukul
roboh para perajurit pengawal ka mi?" tegur Ka lajana.
Gadis itu tersenyum lebar sehingga tampa k deretan giginya
yang rapi dan putih. "Heh-heh-hi-hi! Engkau ini orang yang
munafik, lahirnya bersih batinnya kotor seperti buah mangga
yang kulitnya mulus dalamnya berulat! Engkau me mutar
balikkan kenyataan. Engkau yang lebih dulu menyerangku dan
sekarang kau katakan aku me mbikin kacau?"
"Akan tetapi engkau me mukul roboh para perajurit
pengawal kami!"
"Tentu saja! Apa kalau dikeroyok aku harus dia m saja
me mbiarkan tubuhku dicincang oleh mere ka?"
"He mm..." Kalajana agak kewalahan. Gadis itu terdengar
galak dan pandai berdebat. Akan tetapi dia masih mengejar.
"Lalu kenapa engkau dikeroyok" Dan kenapa engkau me mukul
roboh perwira mere ka?"
Gadis itu menjawab dengan mudah tanpa dipikir dulu, hal
ini menunjukkan bahwa ia me mang seorang yang pandai
berdebat. "Aku bukan anak kecil yang cengeng dan suka
me lapor kepada kakeknya kalau diganggu orang. Maka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pertanyaan itu mengapa tidak kau ajukan saja kepada mereka
yang mengeroyokku?"
Wajah Kalajana yang bopeng itu menjadi kemerahan.
Dala m kata-kata itu seolah-olah gadis ini menyamakan dia
dengan seorang kakek-kake k! Padahal dia tidaklah begitu tua,
baru tiga puluh tahun usianya. Akan tetapi ucapannya itu
benar juga ma ka dia lalu meno leh kepada perajurit tadi dan
bertanya. "Katakan, mengapa
kalian mengeroyok nona ini!"
Pertanyaan itu leb ih merupa kan bentakan seh ingga perajur it
itu menjad i ketakutan. "Tadi kau katakan bahwa ia me mukul
roboh perwira pasukan pengawal. Nah, kenapa perwira itu
dipukul oleh nona ini?"
"Begini awal mulanya, Denmas." Kalajana dan Kaladha ma
menuntut agar disebut Denmas oleh para perajurit seolah
mereka itu keturunan bangsawan tinggi! "Tadi gadis itu
muncul dan dengan sikap so mbong minta kepada kami agar
dipanggilkan Gusti Adipati atau wakilnya supaya keluar
menya mbut kedatangannya. Perwira kami yang merasa tidak
senang dengan sikap gadis itu, lalu menggodanya dan gadis
itu lalu menghajarnya sampai roboh pingsan dengan gigi
rontok." Karena ingin men getahui sejelasnya, Kalajana bertanya
lagi. "Godaan bagaimana yang dilakukan perwira penjaga?"
"Dia berkata begini, 'Nimas yang ayu man is merak ati,
daripada engkau minta yang bukan-bukan, lebih baik engkau
ikut dengan aku ke da la m gardu dan kita bersenang-senang
karena aku cinta pada mu, Nimas!' Beg itulah dia menggoda."
"Nah, engkau sudah mendengar semua, bukan" Ada akibat
tentu ada sebabnya. Aku merobohkan para perajurit, itulah
akibat dan sebabnya adalah karena mereka mengeroyok aku!
Mereka mengeroyokku sebab aku me mukul pingsan perwira
mereka. Aku menghajar perwira itu karena dia mengeluarkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kata-kata yang tidak sopan. Perwira itu mengeluarkan katakata tidak sopan, itulah akibat dan sebabnya adalah karena
dia adalah seorang yang wataknya busuk dan kurang ajar,
maka kuhajar! Sekarang engkau lihat, siapa yang menjadi
sebab dan bersalah dala m peristiwa ini?"
Kalajana merasa kewalahan dan bagaimanapun juga,
semua ucapan gadis itu tidak dapat dibantah kebenarannya.
"Akan tetapi, Nona, kenapa engkau minta agar Gusti Adipati
atau wakilnya keluar menya mbut mu?"
"Tentu saja karena dia adalah tuan rumah dan aku adalah
tamu yang diundang!"
"Ah, maaf, kalau begitu para pengawal yang salah. Jadi
Nona adalah seorang diantara para tamu yang diundang oleh
Gusti Adipati?"
"Yang diundang adalah guruku dan aku adalah murid yang
mewakilinya untuk me menuhi undangan itu."
"Kalau begitu selamat datang dan mari kita masuk ke
dalam ruangan dimana para ta mu yang la in telah datang dan
berkumpul. Akan tetapi, siapakah na ma mu, Nona?"
"Kau katakan dulu siapa nama mu agar kuketahui apakah
engkau layak menya mbut aku!"
Kalajana menghela napas. Gadis ini benar-benar luar biasa.
Selain sakt i, juga a mat angkuh dan luar biasa pandainya
berdebat. "Ketahuilah, Nona. Yang men gundang untuk perte muan ini
me mang Gusti Adipati, akan tetapi pelaksanaannya adalah
Bhagawan Kalasrenggi dan aku adalah muridnya yang
bernama Kalajana. Nah, apakah engkau puas disambut oleh
murid yang mewa kili gurunya?"
"He mm, boleh juga. Aku datang mewa kili guruku yang
bernama Nini Kunt i-garba dari Gunung Betiri dan aku
muridnya berna ma Ken Dar mini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terkejutlah Kalajana mendengar bahwa gadis ini murid Nini
Kuntigarba. Tentu saja dia mengenal s iapa itu Nini Kuntigarba, seorang nenek yang sakti mandraguna dan ditakuti
semua orang, seorang datuk wanita yang dia m-dia m dijuluki
orang Biyang Iblis!
"Ah, sekali lag i maafkan anak buahku, Nona. Mari silakan
masu k mene mui Gusti Adipati Bla mbangan yang sudah berada
di ruangan pertemuan bersama se mua tamu undangan."
Sekali ini, Ken Darmini tidak me mbantah dan ia mengikuti
Kalajana me masuki gedung dan langsung menuju ke ruangan
pertemuan dimana se mua orang telah menanti-nanti
kembalinya Kalajana.
Setelah Kalajana me masuki ruangan bersama seorang
gadis muda yang cantik jelita dan tersenyum-senyum
menyapu semua orang yang berada di ruangan itu, mereka
merasa kagum dan heran. Kalajana cepat melapor kepada
Adipati Santa Guna Alit.
"Gusti Adipati, ini adalah Nona Ken Darmini yang datang
sebagai murid atau utusan gurunya, yaitu Nini Kuntigarba dari
Gunung Betiri. Tadi telah terjadi kesalah-pahaman antara
Nona ini dengan para perajurit pengawal sehingga terjadi
sedikit keributan, akan tetapi semua telah dapat diselesaikan."
kata Kalajana. "Eh-he-he-heh! Ken Darmini, kenapa gurumu, Nini
Kuntigarba tidak datang sendiri" Aku, Bhagawan Kalasrenggi
yang mengundangnya atas nama Sang Adipati Bla mbangan.
Apakah dia tidak menganggap kami sebagai sahabat?" tanya
Bhagawan Ka lasrenggi dengan suaranya yang tinggi.
"Bhagawan Kalasrenggi, guruku bilang bahwa ia tidak
me mpunyai hubungan apa pun dengan Andika. Kalau ia
mengutus a ku menjad i wakilnya me menuhi undangan pada
hari ini, hanya karena guruku menghormati Sang Adipati
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bla mbangan sebagai penguasa daerah ini." jawab Ken Darmini
lantang. Mendengar ini, Sang Adipati Bla mbangan tersenyum dan
berkata dengan ramah. "Ken Darmini, kami merasa girang
bahwa Andika mewa kili Nini Kuntigarba datang menghadiri
pertemuan ini, Silakan duduk."
Tiba-tiba terdengar suara yang tinggi dan suara itu
menggetar penuh wibawa yang amat kuat.
"Ken Darmini, Andika duduklah disini...!" Itu adalah suara
Bhagawan Kalasrenggi yang mengerahkan tenaga sihirnya
untuk me mpengaruhi Ken Darmini agar duduk di sebelahnya!
Kekuatan sihir ini terasa oleh se mua orang dan mereka
me mandang kepada Ken Darmini dengan wajah tegang
karena perintah itu sudah merupakan serangan ilmu sihir dan
kalau gadis itu mentaati perintah itu berarti dara itu telah
kalah! Semua orang melihat betapa Ken Darmini yang mendengar
ucapan itu menoleh dan me mandang kepada Bhagawan Kalasrenggi, lalu... ia menggerakkan kakinya mengha mpiri kakek
itu! Semua orang me mandang dengan hati tegang. Bahkan
Ratna Manohara berdiri dari kursinya. Ia tidak mengenal Ken
Darmini walaupun ia juga pernah mendengar nama besar Nini
Kuntigarba yang dijuluki Biyang Iblis. Akan tetapi melihat
bahwa dalam perte muan itu hanya ada dua orang wanita, ia
dan Ken Darmini, maka tentu saja hatinya condong membela
Ken Darmini. Akan tetapi biarpun ia tahu bahwa kake k yang
menger ikan itu menyerang Ken Darmini dengan kekuatan
sihir, ia tidak boleh me mbantu Ken Darmini, karena hal itu
dianggap tidak sopan melakukan pengeroyokan! Maka ia pun
dia m saja hanya me mandang dengan penuh perhatian dan
sepasang alisnya yang hita m kecil melengkung panjang itu
berkerut. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi terjadi perubahan yang tidak tersangka-sangka.
Setelah melangkah mengha mpiri Bhagawan Kalasrenggi dan
tampaknya Ken Darmini kalah dan taat, duduk di atas kursi
disa mping kakek yang me merintahnya itu, dan kini telah tiba
dalam jarak t iga meter dari Bhagawan Kalasrenggi, tiba-tiba
Ken Darmini berhenti melangkah dan me mandang kakek itu
dengan mata mencorong dan bibir yang man is itu tersenyum
mengejek, la lu jari tangan
kanannya menuding ke arah
muka kakek itu dan tangan
kirinya bertolak pinggang.
"Heh, kakek tua bangka
tengik! Mentang-mentang
kamu ini dukun lepus, kamu
yang tua bangka hendak
me mper ma inkan
orang muda, ya" Dan begitu itu
yang kau katakan bersahabat
tadi" He mm, jangan kira aku
gentar menghadapi tenung
dan santetmu!"
Semua orang tertegun sekali. Pertama, melihat kenyataan


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bahwa gadis yang usianya belum ada dua puluh tahun itu
ma mpu men gatasi pengaruh kekuatan sihir Bhagawan
Kalasrenggi yang a mat dahsyat. Dan ke dua mendengar
betapa ucapan gadis itu amat keras dan nadanya menantang
Sang Bhagawan! Bhagawan Kalasrenggi menjad i merah mukanya karena
ma lu. Sihirnya gagal dan bukan dia yang me mper ma lukan
gadis itu, sebaliknya Ken Darmini yang me mper malukan dia di
depan banyak orang! Akan tetapi karena mereka berada di
depan Sang Adipati dan tujuan pertemuan ini untuk bersatu
padu menghimpun kekuatan menghadapi Mataram, maka dia
menahan kemarahannya dan terkekeh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heh-heh-heh, Ken Darmini! Aku tidak berniat buruk, hanya
ingin menguji sa mpa i dimana kehebatan seorang murid Nini
Kuntigarba dan ternyata Andika me mang hebat dan kuat
sekali!" Melihat ini, Sang Adipati Bla mbangan la lu cepat berkata,
"Ka mi harap agar pertemuan penting ini tidak diganggu oleh
urusan pribadi. Ken Darmini, kami me mpersila kan Andika
me milih dan mengambil te mpat duduk karena pe mbicaraan
akan segera ka mi mulai."
Ken Darmini yang tadinya me mandang kepada kake k itu
dengan mata mencorong, kini tersenyum dan menghadap
Sang Adipati sambil berkata, "Terima kasih dan maafkan saya,
Paman Adipati!" Gadis ini me mang watak dan sikapnya liar,
bahkan ia begitu saja menyebut Adipati Bla mbangan dengan
panggilan "pa man"!
"Ken Darmini, disini ada kursi kosong. Aku Ratna Manohara
murid Driya Pawitra mengundangmu duduk di sebelahku kalau
engkau suka."
Ken Darmini me mandang ke arah gadis dari Grajagan itu,
lalu ia menyapu ke arah para datuk dan undangan yang hadir
disitu. Ia tersenyum lebar.
"He-he-heh! Kulihat bahwa hanya kita berdua sajalah
wanita yang hadir disini. Baik, aku suka duduk disebelahmu,
Ratna!" Ia lalu melangkah cepat mengha mpiri Ratna Manohara dan
duduk di atas kursi di sebelahnya. Dua orang dara jelita yang
muda dan sakti mandraguna ini segera bercakap-cakap
dengan suara setengah berbisik, tampaknya gembira dan
asyik, tanpa mengacuhkan orang-orang yang berada disitu.
Melihat ini, Sang Adipati Bla mbangan men gerutkan alisnya,
akan tetapi mulutnya tersenyum dan dia menggeleng-geleng
kepalanya. Para tamu juga hanya dapat menggeleng-geleng
kepala, merasa tidak berdaya. Mereka semua tahu bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalau dua orang wanita saling bertemu dan mereka merasa
suka satu sama lain, tentu mereka berdua akan berceloteh
dan ngobrol dengan gembira. Sebetulnya yang banyak bicara
adalah Ken Darmini.
Sang Adipati Bla mbangan me mperkuat suaranya ketika dia
berkata, "Kami ulangi lag i ucapan selamat dalang dan terima
kasih kami bahwa Andika sekalian suka me men uhi undangan
kami. Kita datang dari berbagai daerah, akan tetapi
me mpunyai satu persa maan, yaitu kita se mua me nentang
Mataram. Persamaan ini me mbuat kita dapat bekerja sama
dengan baik untuk menghadapi anca man Mataram dan
menentangnya kalau Mataram berani datang menyerang.
Dengan me mpersatukan segenap kekuatan kita, kita bahkan
akan ma mpu menyerang dan menundukkan Mataram atau
sedikitnya dapat menimbulkan kekacauan di Mataram
sehingga melemah kan kekuatan mereka. Apakah diantara
Andika sekalian ada yang ingin me mber i tanggapan atas
pendapat yang kami kemuka kan itu?"
Kebanyakan dari mereka men gangguk-angguk, merasa
setuju. Tejakasmala utusan dari Raja Klungkung yang masih
muda dan berwajah ta mpan dan gagah itu, berbisik kepada
Cakrasakti, seorang diantara dua orang Senopati Klungkung
yang duduk disebelahnya.
Senopati Bali Cakrasakti lalu berkata dengan suara lantang.
"Ka mi wakil Kerajaan Klungkung d i Bali-dwipa setuju sekali.
Mataram me mang musuh kita!"
Terdengar suara tawa yang serak dan terbahak-bahak.
"Hak-hak-hak! Tepat sekali, kami utusan Kumpeni Belanda
juga setuju sepenuhnya. Kita harus menghentikan keangkaramurkaan Mataram yang ingin menjajah se mua daerah!" Suara
ini diucapkan oleh Arya Bratadewa, datuk Banten yang
menjad i antek Kumpeni.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar pernyataan utusan Kerajaan Klungkung di Bali
dan utusan Kumpeni Belanda yang merupakan dua kekuatan
terbesar, hampir semua ta mu me nyatakan setuju.
Sejak tadi Bhagawan Kalasrenggi me mperhatikan s ikap
Wiku Menak Jelangger yang dia tahu biasanya tidak
me mper lihatkan sikap bermusuhan terhadap Mataram. Dia
me lihat Sang Wiku tidak ikut ramai-rama i menyatakan setuju
dengan ucapan Sang Adipati, hanya duduk dia m saja, maka
dia pun bertanya dengan suara nyaring sehingga semua orang
terdiam mendengarkan.
"Heh-heh-heh, sahabat Wiku Menak Jelangger!" Suara
Bhagawan Kalasrenggi itu tinggi me lengking seperti suara
wanita. "Aku me lihat Andika diam saja. Bagaimana tanggapan
Andika terhadap pernyataan Sang Adipati tadi" Karena Andika
adalah seorang datuk dari Blambangan ma ka kami ingin sekali
mendengar pendapat Andika!"
Semua orang kini me mandang kepada Wiku Menak
Jelangger dan ingin sekali mengetahui jawaban tokoh
Bla mbangan ini.
Sang Wiku bersikap tenang saja mendengar pertanyaan
Bhagawan Kalasrenggi yang berhasil menarik hati Adipati
Bla mbangan sehingga diangkat menjad i penasihat dan orang
kepercayaan. Dia lalu me njawab, suaranya lembut.
"Jagad Dewa Bathara! Sahabat Bhagawan Kalasrenggi,
kenapa Andika mas ih menanyakan ha l itu kepadaku" Aku
adalah seorang kawula Bla mbangan, oleh karena itu, kerajaan
mana pun, siapa pun kalau me ngacau dan mengganggu
rakyat di Bla mbangan, pasti akan kutentang. Aku akan
me mbe la Blambangari dengan taruhan nyawa!"
"Heh-heh, sahabat Wiku Menak Jelangger, Andika be lum
menje laskan apakah Mataram itu Andika anggap musuh atau
bukan?" Bhagawan Kalasrenggi mendesak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah kukatakan bahwa aku akan menganggap siapa saja
yang mengganggu kehidupan ra kyat Bla mbangan sebagai
musuh. Dan siapapun juga yang tidak menyerang Blambangan
dan tidak me ngganggu rakyatnya, tentu saja tidak kutentang."
"Wah, tepat sekali ucapan Sang Wiku Menak Jelangger itu!
Aku setuju sepenuhnya. Kalau orang tidak mengganggu kita,
untuk apa kita tentang" Siapa yang mengganggu kita, itulah
musuh kita!" kata Ken Darmini dengan suara lantang.
Ia adalah seorang gadis yang galak, ugal-ugalan, berani,
akan tetapi terbuka dan jujur, apa yang keluar dari mulutnya
langsung keluar dar i hatinya. "Eh, Ratna, engkau sebagai
wakil Driya Pawitra, bagaimana pandapatmu dengan ucapan
Wiku Menak Jelangger tadi?"
Dengan suara le mbut na mun cu kup tegas Ratna Manohara
menjawab pertanyaan itu. "Aku pun setuju dengan
pendapatmu tadi, Ken Darmini. Kami sa ma sekali tidak ingin
mencari per musuhan, akan tetapi kalau kami diganggu, tentu
saja kami akan me lawan dengan taruhan nyawa kami!"
Semua orang lalu saling bicara sendiri mendengar ucapan
Wiku Menak Jelangger, Ken Dar mini dan Ratna Manohara itu.
Mendengar ucapan tiga orang itu, dia m-dia m Adipati
Bla mbangan merasa t idak puas. Dia mengumpulkan se mua
kekuatan untuk digabungkan bukan hanya untuk me mpertahankan Bla mbangan kalau diserang Matara m, akan
tetapi juga untuk menyerang dan kalau mungkin menundukkan Kerajaan Mataram. Maka dia ingin sekali
mendengar utusan Kumpeni Belanda karena dia yakin bahwa
Kumpeni akan me nyokong niatnya menyerbu daerah Mataram.
Dia mengangkat tangan kanan ke atas minta mereka tenang
dan suara biasing itu perlahan-lahan mereda karena semua
orang ingin mendengar apa yang akan dikatakan Sang Adipati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saudara sekalian, kita mas ih ingin mendengarkan
pendapal pihak lain. Kami persilakan utusan Kumpeni untuk
menyatakan pendapatnya."
"Hak-hak-hak! Kalau Sang Adipati menanyakan, sekali lagi
kami tegaskan bahwa Kumpeni selalu menganggap Mataram
sebagai musuh! Bahkan beberapa tahun yang lalu Mataram
pernah dua kali berturut-turut menyerbu Batavia, akan tetapi
pihak Kumpeni dapat bertahan dan mengusir mere ka. Tentu
saja kami men dukung Bla mbangan untuk me musuhi Mataram
dengan segala cara! Ha-ha-hak!" Arya Bratadewa tertawa lagi
terbahak-bahak.
Tiba-tiba terdengar suara yang halus, na mun me ngandung
getaran kekuatan yang mengguncang hati semua orang.
Itulah suara Tejakasmala yang bicara sambil mengerahkan
tenaga saktinya sehingga suaranya mengandung getaran kuat
dan berwibawa. "Paman Adipati, saudara-saudara sekalian! Pendapat
Andika sekalian itu benar. Juga pendapat Nimas Ayu Ratna
Manohara dan Nimas Ayu Ken Darmini tadi tidak sa lah!
Mereka berdua, maksud saya bertiga dengan Paman Wiku
Menak Jelangger, menyatakan pendapat berdasarkan kepentingan pribadi, bukan seperti kami yang pendapatnya
berdasarkan kepentingan kerajaan. Saya kira hal ini adalah
karena mereka bertiga itu, belum mengerti akan urusan politik
negara. Mereka tidak menyadari akan keangkara- murkaan
Mataram yang sudah mendudukkan dan menjajah banyak
daerah, yang terakhir daerah Kad ipaten Surabaya, Madura dan
Giri. Karena tidak mengerti, biarlah mereka itu berdiri di atas
pendapat mereka sendiri. Setidaknya, Blambangan tentu akan
mereka bela mati-matian kalau sa mpai diserang Mataram.
Bukankah de mikian, Paman Wiku Menak Jelangger, Nimas Ayu
Ken Darmini dan Nimas Ayu Ratna Manohara?"
Sang Wiku Menak Jelangger hanya mengangguk-angguk,
mau tidak mau me mbenar kan ucapan utusan Kerajaan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Klungkung yang masih muda itu, walau pun di dalam hatinya
ada perasaan tidak suka kepada pemuda yang tampan halus
ini, mungkin perasaan ini timbul karena pancaran sinar mata
pemuda tampan gagah itu.
"Ya, aku tidak
menyangkal. Aku akan
me mbela Bla mbangan kalau diserang musuh karena aku pun merasa
menjad i warga-negara Blambangan, akan tetapi aku tidak mau
diajak me musuhi kerajaan lain yang tidak mengganggu
Bla mbangan!" kata Ken Darmini lantang.
"Aku setuju se kali dengan pendirian Mba kayu Ken Darmini!"
kata Ratna Manohara.
"Heh-heh-heh, kalau pendirian Andika bertiga seperti itu,
lalu apa gunanya mengikuti rapat pertemuan ini" Kami hendak
me mbicarakan usaha kami menyerbu ke daerah Mataram yang
menjad i musuh kami, kalau Andika bertiga tidak menyetujui
tindakan yang akan kami la kukan itu, tidak perlu Andika
berada disini. Nanti saja kalau Bla mbangan diserang musuh,
Andika bertiga baru datang me mbela Bla mbangan bersama
kami." kata Bhagawan Kalasrenggi dengan suaranya yang
tinggi. "Sadhu-sadhu-sadhu.. .!" kata Wiku Menak Jelangger sambil
merangkap kedua tangan depan dada lalu bangkit berdiri.
"Ucapan Sang Bhagawan Kalasrenggi itu tidak keliru. Saya
mohon pa mit, Sang Adipati setelah berkata demikian, Wiku
Menak Jelangger lalu keluar dari ruangan itu dengan langkah
tegak. "Huh! Untuk apa aku leb ih la ma disini hanya untuk
mendengar dan me lihat kesombongan seorang dukun tua
bangka yang tengik" Pa man Ad ipati, aku me mang tidak perlu
lagi tinggal dis ini lebih la ma. Aku minta pamit!" kata Ken
Darmini dengan galak, lalu ia menoleh kepada Ratna
Manohara. "Adik Ratna, mar i kita keluar dari sini!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Paman Adipati, saya pun mohon pa mit karena tidak ada
keperluan lag i dis ini." kata Ratna Manohara sambil berd iri dan
dua orang dara jelita ini me langkah keluar dari ruangan itu.
Melihat ini, si kembar Dhirasani dan Dhirasanu merasa tidak
enak hati. Tadinya mereka berdua terpesona dan tertarik oleh
kecantikan Ratna Manohara. Kemudian Ken Darmini yang
jelita juga a mat menarik hati mereka berdua. Maka, melihat
dua orang dara jelita itu meninggalkan ruangan dan
tampaknya tidak senang hati, mereka segera berkata kepada
ayah mereka, Sang Adipati Blambangan.
"Kanjeng Rama, kami hendak pergi keluar sebentar." Tanpa
menunggu jawaban ayah mereka, kedua orang pe muda itu
lalu keluar dari ruangan dan mengejar dua orang gadis yang
sudah lebih dulu keluar dari situ.
Akan tetapi mereka tidak melihat dua orang gadis itu di
luar. Mereka lalu bertanya kepada perajurit dan mendapat
jawaban bahwa dua orang gadis itu menuju ke barat. Karena
maklum bahwa dua orang gadis itu sakti dan mungkin
menggunakan kepandaian mereka untuk berjalan cepat, dua
orang muda kembar itu lalu berlari cepat mengejar ke barat.


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Di pintu gerbang sebelah barat mereka mendengar dari
penjaga pintu gerbang bahwa baru saja dua orang gadis yang
mereka kejar itu lewat. Maka mereka terus melakukan
pengejaran ke barat, keluar kota kadipaten dan akhirnya
mereka dapat menyusul dua orang gadis yang sedang berjalan
sambil bercakap-cakap itu.
"Nimas Ayu berdua, berhentilah sebentar, kami ingin
bicara!" teriak Dhirasani sa mbil mengha mpiri bersa ma adik
kembarnya, Dhirasanu.
Dua orang gadis itu me nengok dan me lihat dua orang
pemuda kembar itu mengejar mereka, Ken Darmini tersenyum
dan berbisik kepada Ratna Manohara. "Wah, Raden Nakula
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan Raden Sadewa datang..., ataukah mereka itu lebih cocok
disebut Raden Citraksi dan Raden Citraksa?"
Ratna Manohara tersenyum, geli hatinya mendengar ini.
Nakula dan Sadewa adalah kakak beradik kembar dari
tokoh tokoh Pandawa Lima, yaitu saudara ke e mpat dan ke
lima. Ada pun Raden Citraksi dan Citraksa adalah dua orang
kakak beradik dari piha k Kurawa yang ada yang mengira
kembar, akan tetapi dua orang tokoh ini merupakan pe mudapemuda yang sombong, tekebur, galak, banyak lagak seperti
sakti mandraguna, na mun sesungguhnya lemah dan pengecut.
Dua orang tokoh Kurawa ini oleh ki dalang sering d imunculkan
sebagai dua orang tokoh yang menje mukan dan lucu.
Ketika tiba di depan dua orang gadis yang masih tersenyum
lebar setengah tertawa-tawa itu, Dhirasani dan Dhirasanu
merasa girang karena menduga bahwa dua orang dara jelita
ini berge mbira me lihat mere ka berdua!
"Nimas berdua, kami sungguh merasa bahagia sekali dapat
bertemu dengan Andika berdua!" kata Dhirasani sambil
menatap wajah Ken Darmini tanpa menyembunyikan rasa
kagumnya. Pemuda ini me mang telah tergila-gila begitu me lihat Ken
Darmini yang lincah dan pandai bicara.
"Tentu saja kita dapat saling bertemu karena kalian
me mang mengejar kami, bukan?" ba las tanya Ken Darmini
sambil tersenyum sehingga wajahnya tampa k lebih menarik.
"Aku gembira sekali melihatmu, Nimas Ratna Manohara!"
kata pula Dhirasanu yang leb ih pendia m daripada kakak
kembarnya dan dia lebih kagum kepada Ratna Manohara yang
juga pendia m dan le mbut.
"Akan tetapi kami tidak ge mbira karena andika berdua
mengganggu perjalanan kami." Ucapan Ratna Manohara ini
me mbuat Dhirasanu tertegun dan tak ma mpu bicara lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"He-he, aku tidak tahu antara kalian ini, mana yang Citraksi
mana Citraksa..."
"Citraksi Citraksa...?" tanya Dhirasani heran sambil
me mandang kepada Ken Darmini yang setelah berkata tadi
lalu tertawa geli.
Ratna Manohara juga tidak dapat menahan tawanya
sehingga dua orang gadis itu kembali tertawa-tawa sampai
me mbungkuk-bungkuk menutupi mulut mereka.
"Hi-hi-hi-hik..." Ratna Manohara mengikik ge li.
'"Heh-heh-he-he-he..." Ken Darmini terkekeh-kekeh, lalu
berhasil menghentikan tawanya dan memandang kepada dua
orang itu bergantian. "Ma ksudku... eh, aku lupa lagi na ma
Andika berdua!"
Ia tidak berbohong. Memang ia telah lupa lagi siapa na ma
mereka karena tadi-pun belum berkenalan. Ia hanya
mendengar na ma mereka disebut Ratna Manohara ketika
mereka bercakap-cakap me mbicarakan mere ka yang hadir di
Kadipaten Bla mbangan tadi.
"Nimas Ken Darmini," kata Dhirasani yang tidak marah
ma lah merasa betapa lucunya gadis itu, menganggap ia hanya
berkelakar ketika menyebut na ma dia dan adiknya sebagai
Citraksi dan Citraksa. "Perkenalkanlah, kami berdua adalah
saudara kembar, putera-putera Sang Adipati Santa Guna Alit
penguasa Bla mbangan. Namaku adalah Dhirasani dan ini adik
kembarku berna ma Dhirasanu!"
"Sudahlah, diperkenalkan juga aku tetap akan bingung
me mbedakan mana yang Dhirasani dan mana yang Dhirasanu.
Nah, kalau kalian ingin me lanjutkan bicara dengan kami,
sekarang yang bernama Dhirasani harus menanggalkan ikat
kepalanya dan biar yang berna ma Dhirasanu tetap me makai
ikat kepala. Dengan begitu a ku tidak akan menjad i bingung.
Kalau tidak mau, kami pun tidak sudi bicara dengan kalian
karena aku menjad i bingung." kata Ken Dar mini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua orang saudara kembar itu saling pandang, kemudian
Dhirasani yang me mang sudah tergila-gila kepada Ken
Darmini, terpaksa
me menuhi tuntutan itu dan dia menangga lkan kain kepalanya. Tanpa kain pengikat kepala ini
tentu saja sekarang mudah me mbedakan diantara mereka.
"Nah, bagus begitu. Sekarang katakan apa mau kalian
mengejar kami!" kini Ratna Manohara yang bertanya.
Karena yang bertanya gadis murid perguruan Driya Pawitra
ini, gadis yang menjatuhkan hatinya, Dhirasanu yang cepat
menjawab. "Begini, Nimas Ratna Manohara. Sebetulnya kami berdua
menyusul Andika berdua atas kehendak kami sendiri, tidak
diutus siapa pun, karena kami merasa kasihan melihat Andika
berdua. Sudah jauh-jauh Andika berdua datang berkunjung,
sebelum Andika berdua kami sa mbut dengan ba ik Andika
sudah pulang lag i!"
"He mm, untuk apa kami hadir dalam perte muan yang
hendak me mbicarakan urusan me ngacau di daerah Mataram
dan mencari penyakit" Tidak ada sangkut pautnya dengan
kami!" kata Ratna Manohara.
"Karena itu lah maka kami berdua mengejar And ika untuk
minta maaf akan apa yang telah terjadi dalam ruangan
pertemuan tadi. Kami berdua ingin bersahabat baik dengan
Andika berdua, karena itu kini kami mengundang Andika
berdua untuk menjad i ta mu kehor matan kami. Ini merupakan
urusan pribadi dan kami berjanji t idak akan bicara tentang
urusan negara. Kami ingin menja mu Andika berdua dengan
pesta yang tentu akan menyenangkan hati Andika berdua!"
kata Dhirasani.
OoodwooO Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 18 "BENAR, kami akan menyuguhkan hidangan terlezat dan
pertunjukan tari-tarian, pendeknya, kami a kan menghibur
Andika berdua sebagai tamu-tamu agung kami." kata pula
Dhirasanu. Ratna Manohara dan Ken Darmini saling pandang. Ratna
mengerutkan a lisnya dan Niken tersenyum ge li, lalu keduanya
mengge leng kepala pertanda bahwa keduanya tidak setuju
dan tidak bersedia menerima undangan dua orang pe muda
kembar itu. "Terima kasih, Dhirasani
dan Dhirasanu. Akan tetapi
maaf, kami tidak bersedia
menerima undangan kalian. Kami a kan me lanjutkan perjalanan dan selamat berpisah!"
kata Ratna Manohara. Setelah berkata demikian,
ia menggandeng tangan
Niken Darmini dan mengajaknya me mutar tubuh dan melanjutkan
perjalanan. "Eh, tunggu dulu!" kata Dhirasa m mengejar. "Katakan du lu
kenapa kalian berdua me nolak undangan ka mi?"
Sekarang Niken yang menjawab. la memutar tubuhnya
menghadap i pe muda itu dan berkata, "Ka mi me nolak karena
kami me lihat ada udang di ba lik batu!"
"Eh" Apa ma ksud And ika?"
"Ada niat buruk di balik undangan itu!"
"Aeh, Nimas! Niat kami hanya ingin sekali bersahabat baik
dengan Andika berdua!" kata Dhirasani penasaran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya itulah udangnya! Kami tidak ingin bersahabat baik
dengan kalian. Sudahlah, kami henda k pergi!" kata Niken
Darmini dan la la lu me mbalikkan tubuh diikut i oleh Ratna
Manohara dan melangkah perg i.
Akan tetapi tampak dua sosok bayangan berkelebat dan
dua orang pemuda kembar itu telah melewati mereka dan kini
berdiri me nghadang di depan mere ka.
Dhirasani sudah me makai lag i kain ikat kepalanya. Wajah
kedua orang pemuda kembar itu kemerahan. Mereka merasa
penasaran dan marah. Mereka adalah putera-putera Adipati
Bla mbangan yang biasa dihormati se mua orang, bahkan
disanjung dan mereka mengira bahwa se mua gadis me muja
mereka dan berlumba untuk menarik hati mereka. Dan kini,
biarpun mere ka telah merendahkan diri terhadap dua orang
gadis ini, mereka ditolak mentah-mentah!
Dua orang gadis dari desa dan gunung berani menolak
mereka yang me ngundang dua orang gadis itu untuk disa mbut
sebagai tamu agung! Ini a mat merendahkan dan menyinggung kehormatan mereka. Mereka adalah puteraputera Adipati, tampan kaya raya dan juga sakt i mandraguna!
Melihat dua orang pe muda kembar itu menghadang di
depan mereka dengan muka merah dan alis berkerut, Ratna
Manohara menegur.
"He mm, mau apa kalian menghadang perjalanan kami?"
"Nimas berdua! Tadi dalam perte muan Andika berdua
mengatakan bahwa Andika berdua setia kepada Bla mbangan
dan siap me mbe la Kadipaten Bla mbangan, akan tetapi apa
buktinya sekarang" Kalian meno lak undangan yang kami
ajukan dengan hormat dan baik-baik. Andika berdua agaknya
lupa bahwa kami adalah putera-putera Adipati Bla mbangan
dan kami berhak untuk me ma ksa siapa pun me men uhi
perintah kami, termasu k Andika berdua!" kata Dhirasani
dengan suara bernada marah dan penasaran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagi dia dan adiknya, ditolak oleh seorang wanita, apalagi
hanya gadis-gadis gunung, merupakan penghinaan yang
menyakit kan hati.
Mendengar ucapan itu, Niken Darmini maju me nghadapi
Dhirasani sa mbil bertolak pinggang, kepalanya tegak dan
dadanya dibusungkan, sikapnya penuh tantangan.
"Aeh-aeh, jangan asal me mbuka mulut seenaknya kamu,
Dhira..." ia bingung karena kini tidak lagi dapat me mbedakan
dua orang pemuda itu yang sudah me ma kai kain ikat kepala
semua. "... Dhira... masa bodoh yang mana saja! Jangan
bicara seenaknya! Kami menyatakan setia kepada Kadipaten
Bla mbangan dan rakyatnya, bukan kepada kalian dua orang
pemuda so mbong yang suka GR (Gede Rasa)! Kami tidak lupa
bahwa kalian berdua adalah anak-anak Adipati yang besar
kepala! Dan dengarlah baik-baik, Citraksi-Citraksa, kalau kaliah
berhak me maksa, kami pun berhak meno lak! Nah, sekali lagi
kami meno lak undangan kalian! Lalu kalian mau apa?" Sikap
Niken Darmini menantang sekali sehingga Ratna Manohara
yang wataknya lebih halus itu merasa tidak enak juga.
Wajah kedua orang putera Adipati itu menjadi kemerahan
dan pandang mata mereka berkilat. Kakak beradik kembar ini
me mang bukan orang-orang yang suka mengumbar nafsu,
tidak termasuk golongan jahat. Akan tetapi sebagai putera
Adipati yang selalu dimanja, selalu dihormat i semua orang di
Bla mbangan, mereka menjadi tinggi hati dan merasa lebih
tinggi derajatnya danpada orang lain. Mereka tidak jahat atau
sewenang-we-nang, akan tetapi karena segala keinginan
mereka selalu dituruti, hal ini me mbuat mereka tersinggung
dan marah ka lau sekali wa ktu keinginan mereka ditentang.
Sekali ini pun sebetulnya mereka tidak berniat buruk
terhadap dua orang gadis itu, bahkan mereka berdua yang
jatuh cinta kepada kedua orang gadis itu merasa tidak enak
akan peristiwa di ruangan pertemuan. Mereka menyusul untuk
mintakan maaf dan ingin menyenangkan hati dua orang gadis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu dengan mengundang dan menja munya dengan pesta.
Akan tetapi ternyata mereka kini malah mendapat penghinaan
dan undangan mereka ditolak. Tentu saja mereka menjadi
marah sekali. Dhirasani dan Dhirasanu tahu benar bahwa dua orang
gadis yang mereka hadapi itu adalah gadis-gadis yang sakti
mandraguna, bukan gadis-gadis biasa yang boleh mereka
paksa. Akan tetapi mereka sendiri pun bukan pe muda-pe muda
biasa. Mereka adalah murid-murid Bhagawan Ekabrata,
pertapa di Gunung Agung, Bali. Mereka me miliki aji kanuragan
yang cukup kuat dan dahsyat. Oleh karena itu, kini diperhina
dan ditantang oleh dua orang gadis, tentu saja mereka
merasa malu, penasaran dan marah sekali.
"Niken Darmini dan Ratna Manohara!" bentak Dhirasani.
"Apakah kalian berdua menantang kami?"
Ratna Manohara mendahului sahabat barunya agar
keadaan tidak ma kin meruncing.
"Sesungguhnya kami sa ma sekali tidak menantang kalian,


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akan tetapi kalau kami tidak dapat mener ima dan me men uhi
undangan kalian karena kami berdua me mpunyai urusan la in,
seyogianya kalian tidak me maksa kami. Sudahlah, kami tidak
mencari keributan atau permusuhan dan biarkan kami pergi.
Mari, Mbakayu Niken!" Ratna Manohara lalu menggandeng
tangan Niken Darmini, diajak pergi men inggalkan dua orang
pemuda itu. Niken Darmini hendak me mbantah, akan tetapi Ratna
Manohara menariknya dan mema ksanya pergi meninggalkan
dua orang putera Adipati itu.
Dhirasani hendak mencegah mereka pergi, akan tetapi
sebelum berkata atau berbuat sesuatu, Dhirasanu me megang
lengannya dan ketika kakak kembarnya itu me mandang
kepadanya, dia menggeleng kepala me larangnya. Setelah dua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang gadis itu pergi jauh, Dhirasani menegur ad ik
kembarnya. "Adi Sanu, kenapa kita harus diam saja" Mereka itu
menghina kita, kita harus me mperlihatkan kepada mereka
bahwa kita bukan pe muda-pemuda te mpe!"
"Kakang Sa m, bukan kah engkau me ncinta Niken Darmini"
Aku tahu bahwa engkau mencinta Niken Dar mini dan aku pun
terus terang saja jatuh hati kepada Ratna Manohara. Karena
itu, tidak baik kalau kita ribut dengan mere ka. Sebaiknya kita
menunggu saat yang baik dan tepat untuk mohon kepada
Kanjeng Rama untuk me minang mereka secara resmi kepada
orang tua mereka. Bukan kah itu leb ih ba ik?"
Mendengar ucapan adik kembarnya, Dhirasani mengangguk-angguk lalu
me megang pundak adiknya.
"Engkau benar sekali, Adikku. Benar sekali. Untung engkau
mengingatkan aku. Kalau sa mpai kita ber musuhan dengan
mereka, tentu saja tidak mungkin kita dapat me mpersunting
mereka. Mar i kita pulang."
Sementara itu, ketika mereka sudah pergi jauh, Niken
Darmini mengome l. "He mm, bagaimana sih engkau ini, Ratna"
Mereka begitu so mbong hendak me ma ksa kita, masa kita
dia m saja" Mereka patut dihajar. Tadi aku sudah hendak turun
tangan member i hajaran kepada mereka, eh, engkau malah
mencegahku. Bagaimana sih engkau ini?"
"Maaf, Mbakayu Niken. Aku rasa tidak baik ber musuhan
dengan mereka. Ingat, mereka itu putera-putera Adipati
Bla mbangan dan aku mendengar mereka itu murid-murid
Sang Bhagawan Ekabrata di Gunung Agung, Bali.
"Aih..., jadi engkau jerih dan takut, ya?" Niken Darmini
mence la. "Bukan takut, Mbakayu Niken, melainkan berp ikir panjang
dan me mpertimbangkan akibatnya. Kalau kita berkelahi dan
bermusuhan dengan mereka, berarti kita menyeret gurumu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan bahkan perguruanku ke dalam kesulitan karena mungkin
akan dianggap pe mberontak oleh Adipati Bla mbangan dan
akan timbul per musuhan dengan Bhagawan Ekabrata. Pula,
dan ini yang terpenting, kedua orang itu bersikap sopan
kepada kita. Mereka hanya mengundang makan dan minta
maaf atas peristiwa tadi di gedung kadipaten. Andaikata
mereka itu kurang ajar dan mengganggu kita, aku sendiri
tidak akan perduli akibatnya dan akan menghajar mereka.
Akan tetapi kaiau hanya dengan alasan mereka mengundang
kita makan dan kita meno lak lalu timbul keributan yang
menyeret gurumu dan perguruan kita, bukan kah itu
merupakan hal yang bodoh seka li?"
Niken Darmini me mandang wajah temannya dengan kagum
lalu ia mengangguk-angguk. "Waduh, benar juga ucapanmu
itu, Ratna! Senang aku mendapatkan seorang sahabat baru
yang selain cantik jelita, gagah perkasa, juga amat cerdik
seperti engkau ini!" Niken Darmini la lu merangkul dan
mencium pipi Ratna Manohara.
"Aih, engkaulah yang lebih cant ik je lita, lebih sakti
mandragurta, sayangnya..."
"Sayangnya apa, hayo?"
"Sayangnya... galak!"
"He mm, me mangnya aku ayam yang sedang bertelur?"
Keduanya tertawa dan Niken Darmini berkata, "Hemm, kalau
dikenang, sebetulnya mereka itu ganteng juga, ya?"
Ratna Manohara me mandang wajah Niken Darmini dengan
alis berkerut. "Ah, kiranya engkau ini sir (naiksir) juga, ya?"
Niken Darmini menggoyang kepalanya. "Sama sekali tidak.
Biarpun mereka itu cukup ganteng, akan tetapi mereka bukan
calon sua mi seperti yang kuida mkan."
"Eh" Lalu yang kau ida mkan itu yang bagaimana" " Ratna
mengejar. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Niken mengerutkan a lisnya dan me meja mkan matanya
seperti me mbayangkan dalam bena knya. "Tampan atau
ganteng maupun kesaktian bukan men jadi tolak ukur, juga
kekayaan dan kedudukan, bagi pria yang kuida mkan.
Idaman ku adalah seorang pria yang kalau bertemu dengan
aku dapat membuat jantungku melompat-lompat dan tadi
ketika aku bertemu dengan mereka, jantungku diam saja! Dan
bagaimana dengan engkau, Ratna?"
Kembali mereka tertawa-tawa. "Ah, aku sama sekali be lum
me mpunyai niat untuk urusan itu, Mbakayu
Niken. Membayangkan sedikitpun be lum."
"Engkau harus mulai dari se karang me mpunyai ida man
agar kelak bertemu dengan orang yang cocok dengan yang
kau ida mkan. Andaikata kita menjad i isteri dua orang putera
Adipati tadi, wah, tidak sudi aku hidup de kat denganmu,
Ratna!" Niken Darmini bersikap genit, bibirnya berjebi dan
hidungnya yang ujungnya agak menjungkat itu digerakkan
seperti mencium bau tida k enak.
"Me mangnya kenapa?" tanya Ratna Manohara yang
biasanya pendiam, akan tetapi bicara dengan Niken Darmini,
bagaimana bisa tetap pendia m"
"Aku khawatir sua mi kita itu akan sa ling tertukar-tukar
tanpa kita mengetahuinya. Ih, geli dan serem!" Kemba li kedua
orang gadis itu terkekeh, bahkan Ratna Manohara sampai
terpingkal-pingka l.
Setelah tiba di jalan pere mpatan dimana mereka harus
berpisah, Ratna Manohara harus berbelok ke kiri sedangkan
Niken Darmini terus ke barat, keduanya berhenti di tepi jalan,
duduk di atas batu-batu besar yang terdapat disisi jalan.
"Mbakayu Niken, aku senang sekali dapat bertemu dan
berkenalan denganmu!" kata Ratna.
"He mm, aku pun menyesal mengapa baru sekarang kita
saling mengenal, Ratna. Aku suka sekali kepadamu dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
senang menjadi sahabat mu. Padahal kita baru saja bertemu
dan berkenalan."
"Karena itu, sebagai sahabat, kiranya sudah sepatutnya
kalau kita mengetahui keadaan kita masing-masing. Maukah
engkau menceritakan riwayatmu kepadaku?"
"Wah, Ratna. Kita sudah mengetahui bahwa aku berusia
sembilan belas tahun, dan engkau delapan belas sehingga
engkau menyebut aku Mba kayu. Sekarang, siapa yang
sepantasnya bercerita lebih dulu, yang muda atau yang tua?"
"Aih, engkau ini belum tua, Mbakayu, bicaramu seolah
engkau ini sudah ompong peyot!"
"Siapa yang ompyot?"
"Heh" Apa itu ompyot" Mbakayu Niken?"
"Ompyot itu ya ompong peyot itu tadi. Aku belum ompyot
akan tetapi aku lebih tua, jadi seharusnya sang adik yang lebih
dulu bercerita. Hayo ceritakan riwayatmu dulu."
Kembali Ratna Manohara tertawa geli, lalu menghela napas
panjang. "Apa sih yang menar ik tentang diriku" Seperti tadi
telah kaudengar, aku adalah puteri Ki Sarwaguna yang
menjad i ketua Perguruan Driya Pawitra. Aku adalah anak
tunggal dan Ayahku adalah seorang duda. Ibu men inggal
ketika aku mas ih kecil sehingga a ku sudah tidak ingat lagi
bagaimana wajah ibuku."
"Wah, kasihan engkau, Ratna. Sekarang ceritakan tentang
perguruan yang dipimpin ayahmu itu."
"Perguruan Driya Pawitra dahulu didirikan oleh mendiang
Kakekku. Setelah Kakek meninggal dunia, perguruan d ipimpin
oleh Ayahku, dibantu oleh tiga orang Pa man Guruku.
Sekarang perguruan ka mi me mpunyai murid sejumlah seratus
orang. yang sudah lulus pulang ke tempat kedia man masingmasing, sedangkan yang masih belajar sekarang berjumlah
lima puluh orang lebih dan mereka tinggal bersa ma kami di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dusun Grajagan, dalam sebuah perkampungan kami. Sekarang
aku bertugas mewakili Ayah untuk melatih para murid wanita
yang jumlahnya tujuh belas orang. Dan ketika perguruan kami
menerima undangan Adipati Bla mbangan, Ayah mengutus aku
untuk datang mewakilinya. Nah, tidak ada apa-apanya yang
menarik, bukan" Sekarang giliran mu. Mbakayu Niken."
"Nanti du lu, Ratna. Mendengar engkau menyebut mba kayu
kepadaku, aku jadi merasa tua dan juga sedih."
"Eh, mengapa sedih?"
"Aku pernah me mpunyai seorang adik perempuan, akan
tetapi ia men inggal dunia ketika berusia tiga tahun. Ia yang
biasa menyebut aku Mbakayu. Kalau engkau menyebut begitu
engkau mengingatkan aku kepada adikku dan me mbuat aku
sedih. Karena itu, aku minta engkau tidak usah menyebut
Mbakayu, sebut saja nama aku!"
"Baiklah, Niken. Memang engkau tidak pantas menjadi
Mbakayuku, ma lah lebih pantas mehjad i adikku. Engkau
tampak begitu muda!"
Tentu saja senang hati Niken dikatakan ta mpak muda.
Wanita mana yang tidak senang hatinya disebut lebih muda
daripada usianya yang sesungguhnya"
"Bagus, Ratna. Engkau me mang seorang sahabat yang baik
sekali. Sekarang aku bercerita tentang diriku. Kalau engkau
seorang anak yatim, tidak beribu lagi, maka aku adalah anak
yatim piatu, tidak punya Ayah dan Ibu lag i."
"Aduh, kasihan sekali engkau, Niken!" Ratna Manohara
merasa terharu dan ia merangkul sahabat barunya. Akan
tetapi Niken Darmini tertawa dan melepaskan rangkulan
Ratna. "Wah, sudahlah, Ratna. Aku tidak mau menjadi gadis
cengeng yang suka menangis dan kalau engkau bersikap
begini terus, aku bisa menangis! Sejak berusia lima tahun aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dipelihara dan dige mbleng oleh guruku, yaitu Nini Kuntigarba.
Aku mas ih sa mar-samar ingat akan wajah Ayah lbuku. Aku
tidak tahu apa yang terjadi dengan mereka, akan tetapi
guruku hanya mengatakan bahwa Ayah Ibuku sudah
men inggal dunia, tidak menceritakan lebih banyak lagi. Aku
tahu bahwa guruku, Nini Kuntigarba, adalah seorang datuk
sesat dan orang-orang menjulukinya Biang Iblis. Akan tetapi ia
amat sayang kepadaku dan menganggap aku sebagai anaknya
sendiri. Karena itu, biarpun aku tidak setuju dengan wataknya
yang keras dan amat kejam, aku tidak bisa me mbencinya. Aku
berhutang budi kepadanya dan aku juga merasa sayang
kepadanya. Ketika ia diundang oleh Adipati Bla mbangan, ia
menyuruh aku yang datang. Nah, begitulah riwayatku, sama
tidak menariknya dengan riwayatmu."
"Bagiku riwayatmu a mat menar ik, Niken. Akan tetapi,
engkau tadi menolak ajakan Adipati Bla mbangan yang hendak
mengadakan kekacauan di daerah Mataram. Mengapa engkau
me mbenarkan pendapat Wiku Menak Jelangger dan tidak mau
me mbantu?"
"Dan engkau send iri bagaima na, Ratna" Engkau juga
meno lak untuk me mbantu mereka."
"Perguruan Driya Pawitra yang dipimpin Ayah selalu
menguta makan pe mbelaan kebenaran dan keadilan. Tentu
saja kami a kan melaksanakan tugas sebagai kawula
Bla mbangan dengan me mbela Bla mbangan dan ra kyatnya,
akan tetapi kalau harus men uruti keinginan Adipati
Bla mbangan untuk me mbuat kekacauan di daerah Mataram,
itu sudah berlawanan dengan pendirian kami me mbela
kebenaran dan keadilan. Kami tidak sudi mengacaukan
kehidupan rakyat di daerah Mataram. Bagaimana pendapatmu?"
"Aku tahu bahwa biarpun guruku seorang yang tidak
perduli akan kebenaran dan keadilan, namun aku yakin bahwa
ia tidak sudi dijadikan antek Adipati Bla mbangan. Guruku tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekurangan harta benda dan ia pun tidak ingin mendapatkan
kedudukan. Akan tetapi aku sendiri, secara pribadi,
berpendapat bahwa seorang warga negara haruslah me mbela
negaranva kalau diserang musuh dari luar. Ratna, biarpun
latar belakang kita berbeda, akan tetapi aku girang sekali
bahwa dalam menghadapi ajakan Ad ipati Bla mbangan kita
sepaham. Aku ingin sekali mengunjungimu dan melihat
perguruan kalian di Grajagan."
"Ah, aku akan senang sekali, Niken. Kalau begitu, marilah,
sekarang saja engkau langsung ikut aku ke Grajagan. Ayahku
juga tentu akan senang menerima mu sebagai sahabatku yang
baik!" "Wah, jangan sekarang Ratna. Aku harus melapor dulu
kepada guruku. Kalau guruku me mber i ijin kepadaku untuk
pergi merantau, maka te mpat yang pertama kukunjungi tentu
tempat tinggalmu."
Kedua orang gadis itu setelah tidak ada lagi soal yang
dibicarakan, lalu berpisah. Ratna kembali ke Grajagan dan
Niken menuju ke Gunung Betiri.
Setelah Wiku Menak Jelangger, Ratna Manohara, dan Niken
Darmini

Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

meninggalkan ruangan perte muan, Adipati Bla mbangan me lanjutkan perundingannya dengan para tamu
undangan. = oodOwoo = "Kadipaten Pasuruan merupakan benteng pertama Mataram
bagi kita," antara lain Adipati Santa Guna Alit berkata. "Kalau
Kadipaten Pasuruan dapat kita duduki, maka jalan menuju
daerah-daerah Mataram lain terbuka. Maka, kami kira
penyerbuan ke Kadipaten Pasuruan merupakan langkah
pertama yang a mat pending."
Semua orang setuju dengan pendapat Sang Ad ipati dan
mereka menyatakan siap me mbantu. Tejakas mala, sebagai
utusan Raja Klungkung, Bali berkata tegas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Seperti yang pernah kami lakukan sejak dahulu, pasukan
Kerajaan Klungkung selalu s iap untuk me mper kuat barisan
Bla mbangan. Mataram merupakan anca man bagi kita
bersama, karena itu Kerajaan Klungkung akan selalu siap
me mbantu Kadipaten Bla mbangan untuk menantang Mataram.
Kami bertiga, sava, senopati Cakrasakti dan senopati
Candrabaya, siap me mbantu se mua rencana Pa man Adipati
Bla mbangan."
"Terima kasih, Anakmas Tejakasmala, kami t idak
meragukan lag i bantuan Kerajaan Klungkung yang sejak dulu
selalu bekerja sa ma dengan kami." Adipati Bla mbangan. lalu
me mandang kepada Arya Bratadewa yang menjadi utusan
Kumpeni Belanda. "Bagaimana dengan Kumpeni Belando, Arya
Bratadewa" Apa kesanggupan yang Andika bawa dari Kapten
Van Klompen selain dua peti senapan dan pelurunya tadi?"
"Hak-hak-hak-ha-ha!" Arya Bratadewa tertawa ngakak
(terbahak) sehingga mukanya yang pucat seperti mayat itu
tampak menyeramkan. "Pihak Kumpeni Belanda akan
mendukung dan me mbantu, Sang Adipati. Akan tetapi karena
hubungan antara Mataram dan Kumpeni sekarang sedang
damai, maka tentu saja Kumpeni tidak dapat me mbantu
dengan pasukan. Namun, Kumpeni berjanji untuk me mbantu
secara diam-dia m, mengirim kami dan banyak telik sandi
(mata- mata) yang lain untuk me mbantu selain mengirim
senjata api untuk me mper kuat pasukan Bla mbangan dan
sekutunya. "
Sang Adipati Santa Guna Alit merasa girang dan mereka
lalu merundingkan rencana selanjutnya dari gerakan mereka.
Pada saat itu, Dhirasani dan Dhirasanu me masuki ruangan
dengan wajah agak mura m.
"Dari mana saja ka lian?" Sang Adipati me negur.
"Kanjeng Ra ma, kami berusaha me mbujuk dua orang gadis
itu untuk kemba li, akan tetapi kami tidak berhasil. Akan tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kita bicarakan urusan ini nanti saja secara kekeluargaan,
Kanjeng Ra ma."
Sang Adipati men gangguk dan Bhagawan Kalasrenggi
terkekeh. "Heh-heh-heh, Sang Adipati. Mereka yang tidak mau
mendukung gerakan kita dengan sepenuhnya, patut dicurigai
dan diawasi. Terutama se kali Wiku Menak Jelangger itu. Dia
sungguh berbeda dengan mendiang Adi Wiku Menak Koncar
yang sepenuhnya berjuang untuk kepentingan Kadipaten
Bla mbangan dan mati-mat ian menentang Mataram sa mpai
berkorban nyawa!"
Mendiang W iku Menak Koncar adalah ad ik seperguruan
Bhagawan Kalasrenggi dan juga merupa kan kakak seperguruan Wiku Menak Jelangger, akan tetapi tidak ada
hubungan apa-apa antara Wiku Menak Jelangger dan
Bhagawan Kalasrenggi. Ketika Wiku Menak Koncar telah
berpisah dari Wiku Menak Jelangger, dia berguru lagi kepada
guru Bhagawan Kalasrenggi dan dia mulai tersesat oleh
lingkungan perguruan yang baru ini, dimana Bhagawan
Kalasrenggi me njadi murid uta ma.
"He mm, kami a kan mengutus telik sandi untuk mengawasi
mereka bertiga. Kalau sekiranya mereka hendak berkhianat,
kami a kan turun tangan me mbas mi mereka." kata Sang
Adipati. "Selain itu, menurut pendapat saya, sebelum kita
mengge mpur benteng perta ma Mataram, yaitu Pasuruan, kita
harus dapat me mbas mi leb ih dulu para pendekar yang
mendukung Mataram karena kalau mereka tidak dibinasakan,
tentu akan menjadi penghalang besar yang menyulitkan
pasukan kita." kata pula Bhagawan Kalasrenggi yang menjadi
penasihat Adipati Blambangan.
Semua orang setuju dan Sang Adipati minta kepada semua
yang hadir untuk me mberitahu s iapa kiranya pendekar yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berpihak kepada Matara m dan akan merupa kan ha mbatan
bagi Bla mbangan. "Ka mi setuju, mereka harus dibinasakan
lebih dulu." katanya.
Banyak nama pende kar, perguruan, bahkan pertapa
disebut sebagai pembe la dan pendukung Matara m yang setia.
Tejakasma la, pemuda tampan gagah murid Bhagawan
Ekabrata pertapa Gunung Agung di Bali itu berkata sa mbil
tersenyum. "Mudah saja untuk me mbas mi mereka. Biarlah aku dan dua
orang pembantuku yang akan menumpas mereka!" katanya
dengan tenang dan gagah.
"Para tokoh yang tadi disebutkan masih belum merupakan
hambatan yang berarti, Kanjeng Adipati!" kata Bhagawan
Kalasrenggi. "Yang benar-benar merupakan bahaya bagi
gerakan kita adalah dua pasang suami isteri yang selain
pernah menjad i pejuang me mbantu pasukan Mataram yang
menyerang kadipaten-kad ipaten di daerah-daerah
lalu me mbantu Matara m dalam penyerbuan ke Batavia, juga
terkenal me miliki ilmu
kepandaian tinggi dan sakti
mandraguna."
Mendengar kake k tua renta itu memuji-muji tokoh yang
akan menjad i lawan, Tejakas mala yang berwatak angkuh
mengerutkan alisnya.
"He mm, katakanlah, Eyang Bhagawan. Siapa mereka itu"
Aku sanggup untuk me mbinasakan mereka!"
Bhagawan Kalasrenggi me mang tidak mengenal pe muda ini
sebelumnya, akan tetapi mendengar bahwa Tejakas mala
murid terbaik Sang Bhagawan Ekabrata dari Gunung Agung di
Bali, dia dapat menduga bahwa pe muda ini me mang sakti
mandraguna. Maka, mendengar pertanyaan itu dia lalu
berkata. "Dua pasang orang sakti itu ada lah pasangan sua mi isteri Ki
Tejomanik yang terkenal dengan Pecut Sakti Bajrakirana
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
miliknya dan isterinya Retno Susilo. Mereka tinggal di dusun
Bayeman, di lereng Gunung Kawi. Dan pasangan yang lain,
yang mungkin malah lebih sakti lag i dari pada pasangan
pertama tadi adalah Parmadi yang terkenal dengan Seruling
Gading senjata pamungkasnya dan isterinya Muryani. Suami
isteri ini tinggal di Pasuruan. Nah, dua pasang suami isteri
inilah yang merupakan lawan a mat berat dan kalau keduanya
tidak dibas mi leb ih dulu, pasti rencana kita menyerbu
Pasuruan akan menghadap i kesukaran karena mereka dan
para pendekar lain tentu akan me mbela pasuruan."
"Apa sih hebatnya dua pasang suami isteri itu" Aku yang
akan me mbas mi mereka!" kata Tejakas mala dengan so mbong.
Pemuda ini bukan sekedar me mbual karena dia me mang
me miliki kesaktian yang hebat, yang mungkin leb ih kuat
dibandingkan kesaktian Bhagawan Kalasrenggi yang sudah tua
itu. "Sebaiknya kalau kita semua me mbagi tugas, " kata
Bhagawan Kalasrenggi. "Yang terpenting menghadapi dua
pasang suami isteri yang sakti mandraguna itu. Kalau Kanjeng
Adipari menyetujui dan kalau para utusan Kerajaan Klungkung
sanggup, sebaiknya diatur begini. Tiga utusan Kerajaan
Klungkung yaitu Tejakasmala dan kedua orang senopati
Klungkung bertugas untuk me mbunuh sua mi isteri Per madi
dan Muryani yang tinggal di Pasuruan yang lebih dekat.
Sedangkan aku sendiri bersama dua orang muridku akan pergi
ke Gunug Kawi dan me mbunuh Ki Tejomanik dan isterinya!"
Adipati Bla mbangan mengangguk-angguk. "Itu baik sekali,
Paman Bhagawan. Dan biarlah para pendekar yang lain yang
dapat merupakan penghalang, dibasmi oleh saudara yang
lain." Semua orang setuju dan mereka menerima tugas masingmasing untuk melaksanakan rencana
pertama, yaitu me mbunuhi para pendekar yang dianggap setia kepada
Mataram dan akan menjadi penghalang penyerbuan pasukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bla mbangan ke Pasuruan. Persidangan ditutup dengan pesta
makan yang mewah seh ingga se mua tamu undangan merasa
gembira. Pesta dihibur oleh tarian dan nyanyian belasan orang
ledek dari daerah Banyuwangi yang rata-rata cantik menarik
dengan tubuh denok melakukan tarian yang menggairahkan
sehingga para ta mu ma kan minum sa mpai mabo k.
- odoeOwoio - Lindu Aji dan Sulastri sebagai pengantin baru me laksanakan perjalanan berkuda diiringkan Ki Parto. Mereka
menuju pulang ke Gampingan di Pegunungan Kidul. Karena
perjalanan itu me lewati Loano, maka mere ka singgah di
rumah Ki Suma li, pa man dari Sulastri.
Ki Sumali yang berus ia sekitar lima puluh ena m tahun dan
isterinya, Winarsih yang berusia dua puluh tiga tahun,
menya mbut kedatangan Lindu Aji dan Sulastri dengan ge mbira
sekali. Apalagi ketika mendengar bahwa mereka sudah
men ikah! Winarsih merang kul Sulastri dan menepuk-nepuk
pundaknya. "Aduh, Lastri! Bukan main bahagia rasa hatiku mendengar
engkau telah menjadi isteri Lindu Aji. Aiii, terlalu sekali
engkau, kenapa men ikah dia m-dia m saja dan tidak
mengundang kami?"
"Maafkan kami, Bibi dan juga Paman Subali. Kami
merayakan hanya sederhana saja, mengundang te man dan
para tetangga dekat."
Ki Sumali dan isterinya menja mu tiga orang ta mu itu yang
menginap satu malam di rumah mereka. Mala mnya mereka
mengajak Lindu Aji dan Sulastri bercakap-cakap, sedangkan Ki
Parto beristirahat di kamar yang diperuntu kkannya.
Mendengar sepasang pengantin itu hendak pulang ke
rumah ibu Aji, Ki Suma li ber kata. "Jadi kalian hendak perg i ke
Gampingan di Gunung Kidul. Kemudian, apa rencanamu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selanjutnya, Anakmas" Apakah kalian akan tetap tinggal
disana?" "Entah kela k, Paman. Akan tetapi sementara ini, setelah
kami melangsungkan upacara ngunduh panganten (menya mbut me mpe lai), kami berdua akan pergi ke Jawa
Timur, ke Gunung Kawi."
"Ke Gunung Kawi?"
"Juga ke Gunung Liman, Pa man." kata Sulastri. "Ketahuilah,
Paman. Selama dua tahun aku tinggal di Gunung Liman dan
menjad i ketua perguruan Melati Puspa disana dan aku telah
men inggalkan mereka untuk se mentara. Aku harus kemba li
kesana dan me milih seorang ketua baru sebelum aku
men inggalkan perguruan itu."
"Heh hebat! Engkau semuda ini telah menjadi ketua sebuah
perguruan?" kata Ki Sumali.
Terpaksa Sulastri men ceritakan pengala mannya bagaimana
ia sampa i menjadi ketua perkumpulan Melati Puspa untuk
menghibur kedukaannya karena berpisah dari Lindu Aji.
"Wah ceritamu menar ik sekali, Lastri," kata Ki Sumali.
"Kalian juga hendak perg i ke Gunung Kawi, ada keperluan
apakah?" "Ka mi hendak mene mui Pa man Tejo-manik yang dikenal
dengan na ma julukan Pecut Sakti Bajrakirana, Paman." kata
Lindu Aji. "Ah, pendekar yang terkenal sakti mandraguna itu" Sudah
la ma aku mendengar namanya yang besar sebagai seorang
satria yang besar jasanya terhadap Mataram!" seru Ki Suma li
kagum. "Benar, Paman. Akan tetapi nasibnya buruk dan kepergian
kami kesana pun a kan menya mpaikan berita yang a mat tidak
enak. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"He mm, apakah yang telah terjadi?"
Lindu Aji me noleh kepada isterinya dan Sulastri yang
bercerita. "Begini, Paman. Aku pernah bertemu dengan Ki
Tejomanik dan isterinya yang bernama Retno Susilo, bahkan
kami sa ma-sama
me mbantu pasukan Matara m ketika
menyerang Batavia. Mereka menceritakan bahwa putera
tunggal mereka yang berna ma Bagus Sajiwo lenyap diculik
orang ketika baru berusia ena m tahun. Pa man Tejoman ik dan


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

isterinya mencarinya dan aku berjanji akan ikut mencarinya
dalam perjalananku. Nah, ketika aku menjad i ketua perguruan
Melati Puspa di Gunung Liman, pada suatu hari aku
mene mukan sebuah guha di de kat puncak Gunung Wilis tak
jauh dari Gunung Liman dan guha itu tertutup reruntuhan dari
atas, agaknya longsor. Ketika aku keluar lagi, di mulut guha
aku melihat tulisan yang berbunyi KUBURA N MAYA DEWI
DAN BAGUS SAJIWO. Karena itu, ma ka kini Kakangmas Aji
hendak mengajak aku ke Gunung Kawi untuk menyampaikan
berita duka itu kepada Paman Tejomanik dan Bibi Retno
Susilo." Ki Sumali mengerutkan alisnya, mengingat-ingat. "Nanti
dulu! Siapa nama anak yang hilang itu?"
"Na manya Bagus Sajiwo, Pa man!" kata Sulastri.
"Dan kuburan itu kuburan Bagus Sajiwo dan Maya Dewi?"
"Begitulah bunyi tulisan itu, Paman. Tentu kuburannya
berada dalam terowongan guha yang tertimbun batu-batu
itu." "Coba ingat, kapan engkau mene mukan guha yang menjadi
kuburan mereka itu, Lastri?"
Sulastri mengingat-ingat. "He mm, beberapa bulan yang
lalu, sebelum aku perg i ke muara Sungai Lorog..."
"Wah, engkau juga pergi kesana, Lastri" Kenapa tidak
bertemu dengan aku, Lastri" Aku p un perg i kesana dan hadir
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam pondok Pangeran Jaka Bintara yang mengundang
semua tokoh yang hadir. Akan tetapi tidak apa, coba ceritakan
dari semula, Lastri. Engkau mene mukan tulisan di depan guha
itu, kemudian engkau melakukan perjalanan ke muara Sungai
Lorog?" "Benar, Paman. Aku meninggalkan perguruan Me lati Puspa
lalu melakukan perjalanan ke muara Sungai Lorog untuk
menonton pencarian Jamur Dwipa Suddhi. Setelah tiba disana,
aku me lihat muara itu kosong, tidak ada seorang pun. Selagi
aku me lihat dari atas bukit kapur, tiba-tiba aku diserang
seorang wanita gila. Ia menyerangku tanpa sebab dan kami
bertanding. Ia sakti bukan main dan setelah bertanding
beberapa lamanya, ia bahkan berhasil mera mpas Pedang
Naga Wilis. Aku tentu sudah tewas di tangannya kalau tidak
muncul Kakangmas Aji yang menyelamatkan aku. Wanita yang
bernama Candra Dewi itu me larikan diri me mbawa pedangku.
Kami berdua lalu turun ke muara dan disana kami hanya
me lihat banyak orang yang telah menjadi mayat. Kami berdua
menguburkan se mua mayat itu lalu meninggalkan te mpat
yang menyeramkan itu. Kami lalu pulang ke Dermayu dan
kemudian Kakangmas Aji pulang ke Gampingan lalu
mengajukan pinangan dan kami men ikah di Dermayu.
Demikianlah nwayat singkatnya, Paman."
Ki Suma li me nghela napas panjang, lalu menganggukangguk. "Aneh, aneh sekali. Kalian tahu, aku bertemu dengan Maya
Dewi dan Bagus Sajiwo itu di dalam pondok Pangeran Jaka
Bintara dan mereka berdualah yang menyelamatkan aku
ketika aku dikeroyok dan dituduh sebagai mata- mata
Mataram!" Lindu Aji dan Sulastri saling pandang dengan mata
terbelalak heran. "Benarkah itu, Pa man" Wah, kalau begitu
Bagus Sajiwo be lum mati! Ah, alangkah bahagianya Paman
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tejomanik dan Bibi Retno Susilo!" Sulastri berkata dengan
suara seolah bersorak.
Akan tetapi Ki Suma li menunduk dengan wajah muram.
"Baiklah kuceritakan pengala man ku. Memang se mua peristiwa
itu amat aneh, sampai sekarang pun aku mas ih belum
mengerti men gapa semua itu terjadi. Begini ceritanya. Seperti
juga engkau, Lastri, aku tertarik oleh cerita tentang Jamur
Dwipa Suddhi. Aku pergi kesana dan ikut hadir di pondok yang
didirikan Pangeran Jaka Bintara dari Banten karena semua
tokoh diundang. Disana terjadi keributan karena aku dituduh
sebagai mata-mata Mataram yang melakukan penyelidikan.
Aku dikeroyok dan berada dalam keadaan gawat dan
terancam. Lalu tiba-tiba muncul Maya Dewi dan ia... ia
me mbe laku!"
"Iblis betina itu me mbantu mu, Paman?" tanya Sulastri,
hampir tidak percaya kepada pamannya. "Bagaimana mungkin
itu?" "Ya, bagaimana bisa terjadi Maya Dewi me mbe la mu,
Paman?" kata pula Lindu Aji. Dia dan Sulastri tahu benar siapa
Maya Dewi, wanita yang a mat jahat dan kejam bagaikan iblis
betina dan dulu wanita itu me njadi mata- mata Kumpeni
Belanda yang berbahaya sekali.
"Ya, ya, aku sendiri pasti tidak percaya kalau mendengar
itu. Akan tetapi aku me ngala minya sendiri! Maya Dewi
me mbe laku mati-mat ian dan disa mpingnya ada seorang
pemuda, masih a mat muda, sekitar enam belas tahun dan
namanya... namanya Bagus Sajiwo! Pemuda itu sakti
mandraguna, dan me ndengar percakapan antara mereka,
pemuda luar biasa dan agaknya dialah yang telah mengubah
jalan hidup Maya Dewi. Wanita itu kini sa ma sekali tidak liar
dan jelas-jelas ia menentang mere ka yang mengeroyok aku.
Belasan orang yang tangguh kalah semua oleh Maya Dewi dan
Bagus Sajiwo. Akan tetapi mereka itu tidak terbunuh, bahkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak terluka berat, hanya roboh pingsan atau tertotok jalan
darahnya. Semua itu sungguh luar biasa sekali! "
"Bukan ma in!" Sulastri berseru. "Kalau pemuda itu bernama
Bagus Sajiwo, tentu dialah putera Paman Tejomanik. Dia
masih hidup!"
Lindu Aji me lihat betapa wajah Ki Sumali tetap mura m
seperti orang yang kecewa atau bersedih. "Cerita Paman
menarik sekali. Lalu bagaimana selanjutnya, Paman?"
tanyanya. "Setelah semua orang me larikan diri, Maya Dewi dan Bagus
Sajiwo juga keluar dari pondok itu. Aku dia m-dia m
me mbayangi mere ka karena aku merasa kagum dan juga
heran. Mereka berdua menuju ke dekat muara Sungai Lorog.
Aku mengintai dari jarak jauh. Tiba-tiba aku mendengar
letusan-letusan senjata api. Beberapa orang telah mene mba ki
Maya Dewi dan Bagus Sajiwo dari balik batu karang. Aku
me lihat Maya Dewi dan Bagus Sajiwo terjatuh ke dalam
muara! Tujuh orang pene mba k muncul dari ba lik batu karang
dan menjaga di tepi muara, akan tetapi Maya Dewi dan Bagus
Sajiwo tidak pernah muncul lagi. Mereka agaknya tenggelam
dan terseret arus air muara ke laut. Tak dapat disangsikan
lagi, mereka agaknya tewas terkena tembakan itu..."
Sulastri bangkit berdiri dan mengepal tinjunya. "Keparat!
Jahanam! Tujuh orang itu tentu antek-antek Kumpeni karena
mereka memiliki senjata api!"
Lindu Aj i menghela napas panjang. "Lastri, sebelum
ditemukan jenazah mere ka, aku mas ih be lum yakin bahwa
mereka berdua itu tewas. Paman Sumali, apakah jenazah
mereka dite mukan ?"
"Aku tidak tahu. Aku lalu men inggalkan te mpat itu yang
berbahaya bagiku."
"Aduh, sungguh celaka!" kata Sulastri. "Hatiku tadi sudah
merasa gembira bukan main men dengar Bagus Sajiwo masih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hidup setelah dulu melihat kuburan atas namanya itu dan
ternyata sekarang... dia tertembak senjata api dan mati...!"
"Bukan mati, Lastri, hanya hilang. Hilang. belum tentu
berarti mati." kata Ki Sumali. "Benar seperti apa yang dikatakan Anakmas Lindu Aj i tadi."
"Benar begitu, Diajeng, jangan putus asa dulu. Ingat, dulu
engkau pun jatuh dari jurang dan menurut perhitungan
manusia, pasti engkau tewas. Akan tetapi ketika aku mencari
jenazahmu tidak kute mukan, aku tidak putus asa dan aku
yakin bahwa engkau masih hidup. Ternyata keyakinanku itu
kemudian terbukti benar."
"Mudah-mudahan begitu, Kakangmas Aji. Akan tetapi
sebaiknya kita cepat memberitahukan berita ini kepada Paman
Tejomanik dan Bibi Retno Sus ilo."
Demikianlah, Lindu Aji dan Sulastri, diikuti Ki Parto,
men inggalkan Loano dan mereka
pulang ke dusun
Gampingan. Di dusun itu dirayakan upacara "ngunduh
panganten" secara sederhana, dihadiri para penduduk dusun
itu. Setelah tinggal selama satu minggu, sepasang pengantin
baru itu lalu berangkat men uju Gunung Kawi, tempat tinggal
Ki Tejomanik dan Retno Susilo di dusun Baye man.
-od-eo0woio- Ki Tejoman ik dan isterinya, Retno Susilo tiba di rumah
mereka yang terletak d i sudut pa ling pinggir dusun Bayeman.
Rumah itu sedang saja akan tetapi me mpunyai pekarangan
dan kebun yang luas seh ingga agak jauh terpisah dari para
tetangga. Ketika tiba dekat rumah, jantung mereka berdebar
mengharapkan putera mereka yang hilang itu telah berada di
rumah. Akan tetapi yang menyambut mereka hanya Ki Dirjo,
pria berusia lima puluh tahun yang mereka tugaskan untuk
menjaga rumah selama mereka pergi. Dari Ki Dirjo mereka
mendengar bahwa selama mereka pergi, tidak ada seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pun yang datang berkunjung. Tentu saja Bagus Sajiwo juga
tidak pernah datang berkunjung!
Retno Susilo me njadi le mas dan murung.
"Sudahlah, Diajeng. Kita harus bersabar dan aku yakin,
kalau sudah tiba saatnya anak kita tentu akan pulang. Dia
telah menjadi murid Eyang Ki Ageng Mahendra, tentu telah
me miliki aji-aji yang linuwih (tingkat tinggi) sehingga dia
menjad i sakti mandraguna dan dapat melindungi dirinya
sendiri." Tejamanik menghibur isterinya setelah mereka
me masu ki rumah.
Sejak hari itu, suami isteri ini hanya dapat menunggu dan
menunggu, karena mereka tidak tahu kemana harus mencari
anak mereka dan kalau mereka perg i lag i mencar inya dengan
ngawur, mereka khawatir kalau anak mereka itu sewaktuwaktu pulang! Maka, tidak ada lain jalan bagi mereka kecuali
menanti dan menanti dengan penuh kesabaran sambil
berserah diri kepada ke kuasaan Gusti A l ah.
Mereka sudah cukup berusaha selama berta-hun-tahun ini
dan mereka sudah cukup merasa bahagia mendengar tentang
putera mereka itu. Kini mereka hanya tinggal menanti saat
putera mereka pulang.
Kurang leb ih dua bulan kemudian, ketika Ki Tejomanik dan
Retno Susilo sedang bekerja di ladang, kesibukan yang
me mbuat mereka sejenak melupakan penantian mereka itu,
tiba-tiba Ki Dirjo datang berlari-lari dari rumah ke te mpat
suami isteri itu bekerja, agak jauh dari rumah mereka.
"Den mas... Denmas...!" Pembantu itu berteriak sa mbil
berlari mengha mpiri.
Suami isteri itu merasa heran dan berlari ke tepi ladang.
"Ki Dirjo, ada apakah?" tanya Ki Tejoman ik dengan alis
berkerut, tidak senang melihat pe mbantunya demikian gugup.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Den mas... ada tamu... seorang pemuda dan seorang
gadis. Pemuda itu ta mpan gagah...ah, mungkin dia..."
"Kau tanya siapa namanya?" Retno Susilo bertanya.
"Tida k, Masayu, akan tetapi... dia lembut, tampan dan
gagah sepantasnya kalau dia putera Andika..."
"Bagus Sajiwo...!" suami
isteri itu me lompat dan
mengerahkan tenaga sakti
sehingga mereka ber lari seperti terbang cepatnya
menuju ke rumah.
Ketika mereka tiba di
pendopo, seorang pria muda dan seorang wanita
muda bangkit dari bangku
yang mereka duduki dan Ki
Tejomanik dan Retno Susilo
me mandang dengan wajah
tampak kecewa sekali.
Mereka tak dapat menyembunyikan kekecewaan hati
mereka, bahkan Retno Susilo segera terisak dan menutupi
muka dengan kedua tangan. Orang muda itu bukan anak
mereka karena ia mengena l dia yang bukan lain adalah Lindu
Aji bersama Sulastri, keduanya sudah dikenal dengan baik.
"Paman Tejomanik...!" Lindu Aji me mberi salam dengan
sembah di depan dada.
"Bibi Retno Susilo, Bibi kenapakah?" Sulastri sudah
mengha mpiri Retno Susilo dan me megang lengannya.
Ki Tejoman ik menghela napas panjang. "Maafkan kami,
Anakmas Lindu Aji dan Sulastri... terus terang saja, kami
kecewa karena mengira bahwa putera ka mi yang pulang..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, kami mengerti, Paman dan Bibi, kami mengerti.
Sesungguhnya kami berkunjung ini pun ada hubungannya
dengan putera Paman berdua."
"Tentang puteraku" Bagaimana... dimana...?" Retno Susilo
menghentikan tangis nya dan merangkul Sulastri.
"Nanti dulu, Diajeng. Mari kita mengajak mereka duduk dan
bicara di dalam." kata Tejoman ik dan mereka berempat lalu
me masu ki rumah dan duduk di ruangan dalam.
"Apakah Pa man berdua sudah mendengar tentang putera
Andika, Bagus Sajiwo?" tanya Lindu Aji hati-hati.
"Ka mi sudah mendapat keterangan yang melegakan hati,
Anakmas Lindu Aji. Putera kami itu ternyata ketika diculik oleh
Wiku Menak Koncar, telah tertolong oleh Eyang Ki Ageng
Mahendra dan menjadi murid eyang guru. Kami mendapat
kabar bahwa setelah Eyang Ki Ageng Mahendra wafat sekitar
empat tahun yang lalu, putera kami itu lalu turun gunung.
Bagaimanapun juga, hati kami lega mendengar bahwa Bagus
Sajiwo selamat bahkan menjadi murid mendiang eyang guru."
kata Tejo manik.
"Akan tetapi kami tunggu-tunggu sa mpa i sekarang dia


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

belum juga pulang. Tadi... tadi kukira dia yang pulang...!
Sudah empat tahun turun gunung, kenapa anakku itu belum
juga pulang kesini?" Retno Susilo berkata sedih.
"Aduh, Adik Bagus Sajiwo itu sungguh aneh s#ekali. Baru
beritanya saja membuat se mua panas dingin, sebentar
gembira sebentar khawatir!" kata Sulastri.
"Anakmas Lindu Aji, apa yang Andika ketahui tentang anak
kami" Ceritakanlah, ka mi ingin sekali mendengarnya."
"Saya kira Diajeng Sulastri yang leb ih mengetahui a kan hal
itu, Paman, karena ia mengalami sendiri, akan tetapi
sebelumnya perlu kami beritahukan bahwa kami telah menjadi
suami isteri."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tejomanik dan Retno Susilo ge mbira mendengar ini.
"Ah, kami mengucapkan sela mat!" kata Retno Susilo. "Akan
tetapi, Sulastri, cepat ceritakan kepadaku tentang Bagus
Sajiwo. Apakah engkau berjumpa dengan dia?"
Sulastri menghela napas panjang. Rasanya berat untuk
menya mpaikan berita yang akhirnya akan me mbuat sua mi
isteri itu gelisah dan berduka.
"Seperti saya katakan tadi, Adik Bagus Sajiwo itu beritanya
me mbuat kita semua panas dingin, karena itu saya harap
kalau saya bercerita tentang dia, janganlah Paman dan Bibi
bersenang atau berduka karena ada lanjutannya dan sampai
sekarang pun cerita tentang Adik Bagus Sajiwo masih
merupakan teka-teki yang penuh rahasia."
"Aih, ucapanmu me mbuat hatiku berdebar tegang saja,
Sulastri. Cepat ceritakanlah!" kata Retno Susilo.
"Beberapa bulan yang lalu, di dekat puncak Pegunungan
Wilis, yaitu di puncak Bukit Keluwung, saya mene mukan
sebuah terowongan guha yang ketika saya masuki ternyata
terowongan itu tertimbun batu-batu yang agaknya longsor
dari atas. Ketika saya keluar lagi, saya me lihat di depan guha
itu ada tulisan di atas batu yang berbunyi:
"KUBURAN MAYA DEWI DAN BAGUS SAJIWO..."
"Ah...!" Retno Susilo berseru dan wajahnya menjadi pucat.
"Tenang, Bibi, sudah kukatakan tadi bahwa Bibi jangan
merasa susah atau senang lebih dulu karena ceritanya masih
bersambung! Memang cerita tentang Adik Bagus Sajiwo ini
menyenangkan dan menyusahkan silih berganti, me mbuat kita
panas dingin."
"Tenanglah Diajeng. Sulastri, lanjutkan cerita mu, kami siap
mendengar yang terburuk se kalipun!" kata Ki Tejomanik yang
kini merang kul pundak isterinya yang duduk di sampingnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya bertemu dengan Kakangmas Aji dan kami lalu
me langsungkan pernikahan kami, direstui kedua orang tua
kami. Kemudian kami me lakukan perjalanan kesini, sengaja
untuk mengabarkan tentang penemuanku di puncak bukit
Keluwung Pegunungan Wilis itu. Kami melewati Loano dan
ma mpir ke ru mah Pa manku, Ki Suma li dan dari Ki Suma li kami
mendapatkan kabar tentang Adi Bagus Saj iwo."
"Bagaimana kabarnya, Sulastri?" tanya Retno Susilo, akan
tetapi kini wanita itu bertanya dengan suara yang tenang.
Rangkulan tangan suaminya agak me mbuat ia lebih tabah dan
tenang. "Paman Suma li mencer itakan bahwa belum la ma ini, jadi
la ma sesudah saya mene mukan guha itu, dia bertemu dengan
Bagus Sajiwo di muara Sungai Lorog di pantai Laut Kidul. Ini
berarti bahwa tulisan di depan guha itu bohong, dan bahwa
Adi Bagus Sajiwo masih hidup!"
"Terima kasih kepada Gusti Allah!" Ki Tejomanik dan Retno
Susilo berseru.
"Yang amat aneh, Paman dan Bibi, ketika itu Pa man Sumali
dikeroyok orang-orang sesat yang menuduhnya sebagai matamata Mataram yang hendak merebut pusaka yang sedang
dicari-cari..."
"Maksudmu me mperebutkan Jamur Dwipa Suddhi yang
kabarnya muncul di muara Sungai Lorog itu" Kami juga
mendengarnya, akan tetapi karena kami menanti-nanti
pulangnya anak ka mi, maka kami tidak ikut pergi kesana. Ah,
kalau saja kami perg i, tentu akan dapat bertemu anak kami!"
kata Retno Susilo.
"Benar, Bibi. Ketika Pa man Sumali dikeroyok dan berada
dalam keadaan terancam bahaya, muncullah Maya Dewi yang
me mbe lanya!"
"Ah, Maya Dewi mata-mata dan antek Kumpeni Belanda
itu" Tidak mungkin...!" kata Retno Susilo.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaimana iblis betina itu me mbe la pendekar yang
dituduh menjadi mata-mata Mataram?" kata pula Ki Tejoman ik
heran. "Itulah yang juga amat mengherankan Pa man Suma li dan
kami berdua. Menurut Pa man Suma li, Maya Dewi sudah
berubah dan ia menentang para tokoh sesat dan se mua itu
menurut Ki Sumali agaknya disebabkan oleh Adik Bagus
Sajiwo yang muncul bersamanya di te mpat itu. Maya Dewi dan
Bagus Sajiwo dikeroyok belasan orang tokoh sesat yang saktisakti, diantara mereka terdapat Pangeran Jaka Bintara dari
Banten dan Kyai Gaga k Mudra, lima orang Panca Warak, Kyai
Jagalabilawa, dan Ki Kebondanu. Akan tetapi mereka se mua
kalah dan tidak seorang pun dari mereka yang dibunuh.
Mereka melarikan diri dan Paman Sumali sela mat."
"Bukan main! Alhamdulil ah (Puji Tuhan), anak kita telah
menjad i seorang yang sakti ma ndraguna dan baik budi!" kata
Ki Tejomanik kepada isterinya.
Retno Susilo mengerutkan alisnya. "Akan tetapi, kenapa dia
bergaul dengan iblis betina Maya Dewi" Di Puncak Bukit
Keluwung tertulis kuburan dia dan Maya Dewi, kemudian di
Loano dia juga bersa ma Maya Dewi. Apa artinya ini?"
"Inilah yang aneh sekali dan me mbuat Pa man Sumali
terheran-heran dan tidak mengerti, terutama melihat Maya
Dewi telah berubah menjad i seorang yang bersikap dan
bertindak seperti seorang pendekar." kata Lindu Aji,
me mbantu isterinya yang sejak tadi dia biarkan bercerita
terus. "Betapapun juga, kabar ini mengge mbira kan sekali karena
terbukti bahwa Bagus Sajiwo mas ih h idup dan dalam keadaan
selamat." kata Tejoman ik, "Lalu baga imana ceritanya Ki
Sumali itu, Sulastri?"
"Inilah, Paman, yang membuat kami tidak enak hati untuk
mencer itakan." kata Sulastri. "Cerita tentang Adik Bagus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sajiwo me mang aneh, sebentar menyenangkan, sebentar
menyusahkan."
"Ceritakan saja, kami siap mendengar kan!" kata Tejoman ik
sambil mas ih merangkul isterinya.
"Ki Sumali yang merasa heran me mbayangi Bagus Sajiwo
dan Maya Dewi dari jauh. Dia melihat mereka menda ki muara
Sungai Lorog dan tiba-tiba ada tujuh orang yang menyerang
mereka dengan te mbakan senjata api."
"Ahh! Lalu... lalu bagaimana" " Retno Susilo bertanya.
"Menurut cerita Paman Suma li, dia melihat Bagus Sajiwo
dan Maya Dewi terjatuh ke dalam muara sungai dan lenyap.
Tujuh orang bersenjata senapan itu menunggu di tepi muara
sampai la ma, akan tetapi Bagus Sajiwo dan Maya Dewi tidak
muncul lagi. Pa man Sumali la lu men inggalkan te mpat itu,
kembali ke Loano. Tentu saja pada waktu itu, Paman Suma li
sama sekali tidak tahu bahwa pemuda yang bersama Maya
Dewi me mbelanya itu ada lah putera Paman dan Bibi."
"Aih, Bagus...!" Retno Susilo tertegun le mas dengan wajah
pucat. Akan tetapi ia menahan tangisnya dan bersandar ke
pundak suaminya.
Tiba-tiba ia bangkit berdiri, matanya mencorong dan kedua
tangannya dikepal lalu diamangkan ke atas.
"Katakan siapa tujuh orang yang mene mbak anakku itu"
Siapa mere ka" Akan kuhancurkan kepala mereka, kupecahkan
dada mereka!"
"Tenang dan bersabarlah, Diajeng." Tejoman ik menar ik
lengan isterinya, diajak duduk ke mba li.
"Menurut perkiraan Paman Suma li, orang-orang yang
me miliki senjata itu mungkin sekali kaki tangan Kumpeni
Belanda." kata Sulastri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Paman Tejomanik dan Bibi Retno Susilo, benar seperti
dikatakan Diajeng Sulastri tadi, cerita tentang Bagus Sajiwo
belum habis. Saya merasa yakin bahwa Bagus Sajiwo tidak
tewas oleh temba kan itu."
"He mm, bagaimana engkau dapat begitu yakin, Anakmas
Lindu Aji?" tanya Tejomanik dan Retno Susilo me mandang
kepada Lindu Aji penuh harapan.
"Begini, Paman dan Bibi. Dulu pernah Diajeng Sulastri
terjatuh dari tebing yang amat tinggi dan menurut
perhitungan manusia, ia tidak mungkin hidup terjatuh dari
tempat yang demikian tingginya. Akan tetapi ketika saya
mencari ke bawah tebing, saya tidak menemukan jenazahnya,
maka saya merasa yakin bahwa ia masih hidup dan ternyata
keyakinan saya itu benar dan ia masih hidup. Demikian pula
dengan Bagus Sajiwo. Biarpun dia ditembaki dan tampak
terjatuh ke dala m muara sungai, akan tetapi ke mudian dia dan
Maya Dewi tidak muncul lagi dan jenazah mereka tidak
ditemukan. Selama jenazahnya belum ditemukan, ma ka saya
yakin bahwa dia belum tewas. Seorang dengan kesaktian
seperti Bagus Sajiwo, saya kira tidak akan tewas begitu saja
terkena peluru senapan. Harap Paman dan Bibi tenang dan
kita hanya dapat berdoa kepada Gusti Allah semoga Bagus
Sajiwo mendapatkan perlindungannya selalu."
"Amin!" kata Ki Tejoman ik dan dia me megang lengan Lindu
Aji. "Terima kasih, Anakmas Aji. Kata-katamu me mbesarkan
hati kami!"
Ki Tejoman ik dan Retno Susilo merasa suka dan cocok
sekali dengan sua mi isteri muda ini, maka mere ka minta
dengan sangat agar Lindu Aji dan Sulastri tinggal di rumah
mereka beberapa hari la manya dan tidak tergesa-gesa
men inggalkan mereka. Pengantin baru ini pun me men uhi
permintaan mereka karena dari dua orang sua mi isteri yang
banyak pe-ngalaman hidup ini mereka dapat men imba banyak
pengetahuan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah tinggal di rumah Ki Tejomanik sela ma satu minggu,
barulah Lindu Aji dan Sulastri berpa mit.
"Terima kasih atas kunjungan kalian, Anakmas Aji. Berita
yang kalian bawa tentang anak kami berharga bagi kami."
kata Ki Tejomanik ketika sepasang pengantin baru itu
berpamit. "Ka mi juga merasa gembira sekali dapat berkunjung kesini,
Paman. Pa man dan Bibi sungguh telah me mberi banyak
kebaikan kepada kami. Kami berjanji bahwa kami akan selalu
mendengarkan ber ita tentang diri Bagus Sajiwo dan kalau
kami me ngetahuinya, pasti akan kami kabarkan kepada
Paman dan Bibi dis ini."
"Terima kasih dan selamat jalan, Aji dan Sulastri." kata
Retno Susilo dengan akrab.
"Selamat tinggal." kata Lindu Aji dan Sulastri.
Setelah men inggalkan Gunung Kawi, sua mi isteri ini lalu
pergi ke Bukit Keluwung di Pegunungan W ilis.
Sekitar lima puluh orang murid atau anggauta perkumpulan
Melati Puspa menya mbut ketua mereka dengan ge mbira,
dipimpin oleh Suwarni yang mewa kili gurunya me mimpin
perkumpulan selama Sulastri atau yang mereka kenal dengan
nama Ni Melati Puspa tidak berada disitu. Para anak buah
perkumpulan Melati Puspa itu terkejut bukan main ketika
mereka berkumpul dan mendengar pengakuan ketua mere ka.
"Ketahuilah, kalian se mua anggauta Melati Puspa! Pria ini
adalah suamiku, namanya Lindu Aji. Aku telah men ikah
dengan dia, oleh karena itu aku datang untuk berpamit karena
menurut peraturan, setiap anggauta Melati Puspa yang
men ikah, harus keluar dar i perkumpulan ini. Maka aku
menyatakan diri keluar dan aku datang untuk me ngatur
pengangkatan ketua baru!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi mendengar ucapan ketua ini, semua anggauta
yang berjumlah sekitar lima puluh orang wan ita itu terbelalak,
bahkan ada yang menangis. Suwarni, pejabat ketua itu yang
berlutut paling depan bersa ma Kasmi, menang is sesenggukan.
Melihat ini Sulastri mengerutkan alisnya. "Hei, sejak kapan
kalian menjad i orang-orang cengeng seperti ini" Kenapa
menang is?"
"Ampunkan kami, Ni Dewi, kami... kami mohon jangan Ni
Dewi meninggalkan kami. Hanya Andika pembimbing kami,
guru dan pe mimpin kami. Kalau kami ditinggal, kami akan
kehilangan pegangan dan kami takut, kalau sampa i ada lakilaki yang jahat seperti Ki Surogento yang dulu me mimpin dan
men indas kami, kami akan celaka. Kalau Andika me ma ksa
pergi men inggalkan kami, terpaksa kami pun akan
me mbubarkan perkumpulan ini dan kami a kan pergi kemana
saja nasib me mbawa kami."
Mendengar ucapan ini, kini se mua anggauta menangis
karena mereka itu rata-rata sudah tidak me mpunyai keluarga,
tidak me mpunyai rumah lagi.
Sementara itu, Lindu Aji dia m-dia m merasa kagum dan
suka sekali akan tempat itu. Pemandangan alamnya sungguh
amat indah, dan tanahnya juga subur. Dia melihat tadi sawah
ladang yang amat luas, dengan tanahnya yang subur. Tempat
ini baik sekali dijadikan te mpat tinggal.
"Bagaimana ini, Kakangmas?" tanya Sulastri kepadanya
karena ia sendiri merasa bingung dan kasihan kepada anak
buahnya. "He mm, bubarkan dulu mereka, kita bicarakan ini secara
menda la m." katanya kepada isterinya.
Sulastri berkata dengan suara tegas. "Hentikan semua
tangis itu! Aku, tidak suka me lihat kalian cengeng begitu.
Cepat kembali kepekerjaan mas ing-masing dan buatlah
masakan yang enak untuk kita semua merayakan kembaliku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesini. Aku dan sua miku akan mer undingkan urusan
perkumpulan ini dan besok pagi baru aku akan menga mbil
keputusan bagaimana baiknya. Sekarang bubarlah!"
Semua wanita menghent ikan tangisnya dan sebagian besar
dari mereka tersenyum penuh harapan. Mereka me mberi


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hormat dengan se mbah di depan dada la lu cepat
men inggalkan pendapa untuk me laksanakan tugas. Sudah
terdengar tawa riang mereka sehingga dia m-dia m Sulastri
merasa terharu.
Sulastri mengajak sua minya me masuki rumah. Kamarnya
masih terpelihara dengan baik dan bersih. Mereka duduk
berdua dalam kamar dan me mbicarakan urusan perkumpulan
itu. "Kakangmas, terus terang saja aku merasa tidak tega
men inggalkan mere ka begitu saja. Sayang sekali kalau mereka
yang sudah kubina menjadi orang baik-baik, nanti terbawa
oleh lingkungan ke dalam jalan sesat. Akan tetapi, aku harus
ikut denganmu, Kakangmas. Sebagai isterimu, aku akan
men inggalkan apa pun juga untuk me ngikutimu."
"Engkau isteriku yang bijaksana dan setia, Diajeng. Akan
tetapi, setelah tadi melihat keadaan di tempat ini, aku merasa
suka sekali. Apakah perkumpulan mu ini me miliki sawah ladang
yang cukup luas sehingga dapat mendatangkan hasil yang
cukup untuk keperluan kita?"
"Wah, sawah ladang kami luas sekali dan kalau dikelola
dengan baik hasilnya akan leb ih dari cukup."
"Bagus! Diajeng, bagaimana kalau kita tinggal disini"
Perkumpulan ini dapat kita ubah, bukan hanya perkumpulan
wanita, melainkan perguruan besar yang me mpuriyai murid
pria dan wanita. Bagaimana pendapat mu?"
Wajah Sulastri berseri dan matanya bersinar-sinar. Tadi
me mang ia me mpunyai pikiran seperti itu dan alangkah
senang hatinya ketika mendengar ucapan sua minya itu. Ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berarti bahwa mereka berdua akan hidup di te mpat yang
me mang sudah amat disenanginya itu.
"Itu baik sekali, Kakangmas. Engkau yang menjadi ketua
bagian anggauta pria dan aku yang me mimpin para anggauta
wanita. Ah, kita akan hidup berbahagia dis ini!"
Suami isteri itu lalu berunding. Sa mpai jauh ma la m mereka
berunding dan akhirnya mereka menga mbil keputusan untuk
tetap tinggal di lereng dekat puncak Gunung Liman itu. Para
anggauta Melati Puspa tetap dipertahankan dan mereka akan
mengajak para pe muda berbakat di pedusunan sekitar
Gunung Liman untuk menjadi anggauta atau murid. Nama
perkumpulan baru itu pun harus diubah karena tidak sesuai
lagi kalau mere ka me mpunyai murid atau anggauta pria.
OoodwooO Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid-19 PADA keesokan harinya, Sulastri me manggil se mua
anggauta perkumpulannya untuk datang berkumpul ke
pendapa rumah nya yang cukup besar itu.
Lima puluh lebih wanita yang berusia antara delapan belas
sampai mende kati tiga puluh tahun itu duduk bersimpuh di
atas lantai yang bersih mengkilap. Sulastri dan Lindu Aji duduk
di atas dua buah kursi berhadapan dengan para anggauta.
"Saudara sekalian!" kata Sulastri.
Ia biasa menyebut para anggauta itu pada na ma mereka
saja, akan tetapi terkadang ia menyebut saudara sedangkan
mereka menyebut Ni Dewi.
"Ka mi berdua, aku dan suamiku, telah bersepakat untuk
me lanjutkan pimpinan kami atas perkumpulan ini."
Lima puluh leb ih wanita itu bersorak gembira. Mereka
tersenyum dan wajah mereka menjadi cerah, ada yang
tertawa-tawa gembira.
Sulastri mengangkat tangan kiri ke atas dan mereka semua
dia m. "Akan tetapi mula i sekarang, perkumpulan kita bukan
merupakan per kumpulan khusus wanita saja karena suamiku
yang akan me mimpin, dan aku me mbantunya. Kami akan
menerima anggauta pria juga. Suamiku a kan me mimpin
anggauta pria dan aku tetap me mimpin anggauta wanita.
Apakali kalian setuju akan perkumpulan kita diubah menjadi
perkumpulan umum dengan anggauta pria dan juga wanita?"
"Setuju...!!" Mereka serempak menjawab dengan ge mbira.
"Akan tetapi peraturan la ma masih tetap dipa kai, yaitu
kalau ada anggauta, baik dia pria ma upun wanita, menikah,
dia harus berhenti me njadi anggauta perkumpulan kita. Dan
karena akan ada anggauta pria, maka na ma perkumpulan kita
pun tidak akan tepat lagi kalau me makai na ma Melati Puspa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mulai sekarang perkumpulan kita me makai na ma perguruan
Mega Lima n, ketuanya Ki Lindu Aj i dan wakilnya Ni Sulastri.
Aku tidak me makai na ma sa maran Ni Melati Puspa lagi.
Nama ku adalah Sulastri."
Semua anggauta itu bertepuk tangan tanda setuju dan
gembira. "Hidup Ki Aj i! Hidup Ni Dewi! " teriak Suwarni dan se mua
rekannya ikut berteriak.
"Maaf Ni Dewi, kami akan tetap menyebut Andika Ni Dewi
Sulastri dan ketua kami Ki Aji, kalau Andika tida k keberatan."
kata Suwarni. Sulastri me mandang kepada suaminya dan Lindu Aji
tersenyum mengangguk.
Demikianlah, mulai hari
itu, berdirilah Perkumpulan
Mega Liman dan sua mi
isteri itu menjad i ketua dan
wakilnya. Mereka mulai menerima murid-murid atau
anggauta-anggauta
pria, yaitu para pemuda yang
tinggal di pedusunan sekitar
Gunung Lima n. Lindu Aj i me mberi tahu
ibunya di Gampingan dan
menawarkan kepada ibunya
kalau-kalau ibunya
suka pindah ke Gunung Liman.
Akan tetapi Nyi Warsiyem menolak karena sudah senang
tinggal di Gampingan.
Setahun kemudian, Sulastri melahirkan seorang anak
perempuan yang mungil dan anak itu mereka beri na ma Dewi
Wulandari karena lah irnya tepat pada malam purnama.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wulandari berarti Wulan Ndadari (Bulan Purnama
berlingkaran). Tentu saja suami isteri itu merasa ge mbira dan
kehidupan terasa bahagia sekali bagi mereka. Juga
Perkumpulan Mega Liman menjadi semakin besar.
Setelah lewat tiga tahun dan Wulandar i sudah berusia dua
tahun, Perkumpulan Mega Liman telah me miliki ha mpir
seratus lima puluh anggauta terdiri lima puluh orang murid
wanita dan hampir seratus orang murid pria.
Lindu Aji dan Sulastri hidup berbahagia dan perkumpulan
Mega Liman menjadi se makin kondang (terkenal) sebagai
perkumpulan orang-orang muda, baik pria atau wanita, yang
berwatak satria, suka menolong orang-orang yang tertindas
dan menentang "mereka yang jahat.' Juga sawah ladang yang
menjad i milik perkumpulan itu dikelola dengan baik sehingga
mendatangkan hasil yang cukup untuk me mbe li kebutuhan
hidup mere ka, Pondok-pondok dibangun untuk para murid dan
dipisahkan antara tempat tinggal para murid pria dan para
murid wanita. Ada pula diantara para, murid yang saling jatuh
cinta. Mereka. menikah dengan baik-baik dan terpaksa
men inggalkan Mega Liman.
Setahun sekali, Lindu Aji dan Sulastri melakukan perjalanan
berkunjung ke Ga mpingan la lu terus" ke Dermayu. Terkadang
mereka mengajak orang tua mereka untuk berkunjung ke
Gunung Lima n dan mere ka se mua merasa berbahagia.
Suami isteri ini tidak melupakan pesan Ki Tejoman ik dan
isterinya agar mereka membantu mendengarkan kalau-kalau
ada berita tentang Bagus Sajiwo.
Anak buah perguruan Mega Liman mereka pesan agar ikut
mendengar, bahkan mereka yang menikah lalu meninggalkan
perkumpulan itu. juga agar segera me mberitahu kalau
mendengar berita tentang Bagus Sajiwo. Akan tetapi tiga
tahun lebih telah lewat dan mereka sama sekali tidak pernah
mendengar tentang Ragus Sajiwo yang menurut Ki Suma li
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah ditembaki para antek Kumpeni dan terjatuh ke dalam
muara Sungai Lorog lalu lenyap.
Pada suatu pagi Lindu Aji dan Sulastri duduk di pendapa
rumah mereka. Seorang murid wanita menghidangkan
minuman teh hangat dan ubi goreng, Disitu terdapat pula Nyi
Warsiyem, ibu Lindu Aji yang me mangku Dewi Wulandari yang
berusia dua tahun dan sedang lucu-lucunya.
Wanita penduduk Gampingan ini sudah sepekan berada
disitu, ikut Lindu Aji ketika puteranya itu berkunjung ke
Gampingan. Nyi Warsiyem a mat mencinta cucunya dan anak
itu pun sebentar saja lengket dengan neneknya.
Anak-anak yang mas ih kecil mempunyai perasaan yang
amat peka. Hal ini adalah karena nafsu akal pikiran mereka
belum menguasai dirinya sehingga jiwanya mas ih bersih dan
perasaannya amat peka, dapat menangkap getaran rasa kasih
sayang ataupun kebencian orang yang diarahkan kepada
mereka. Mereka bertiga bercakap-cakap dalam suasana tenteram
bahagia, terkadang diseling teriakan-teriakan Dewi Wulandari
yang me mbuat mere ka tertawa gembira.
Seorang laki-laki muda me masuki pekarangan itu dan terus
menuju pendapa. Lindu Aji dan Sulastri me mandang. Laki-la ki
itu mengha mpiri mereka dan me mberi hormat dengan
merangkap kedua tangan depan dada Sebagai sembah.
"Hei, engkau Kasman ?" tegur Lindu Aji sa mbil tersenyum.
"Mari duduklah di atas kursi sini, jangan di lantai. Engkau
sudah bukan murid Mega Lima n lagi!" Ucapan ini ra mah sekali.
Laki-laki muda itu bernama Kasman dan sudah setengah
tahun ia meninggalkan Mega Liman karena men ikah dengan
seorang gadis dusun yang tinggal di sebuah dusun di kaki
Gunung Lima n. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kasman biarpun dengan sungkan, duduk di atas kursi
dengan sikap hormat.
"Kas man. berita apakah yang kau bawa kesini?" Sulastri
bertanya. "Den mas Aji dan Ni Dewi, saya mendengar berita tentang
Denmas Bagus Sajiwo, maka saya cepat datang kesini untuk
menya mpaikan berita itu yang dipesan ketika saya hendak
men inggalkan Mega Liman."
"Ah, bagus sekali!" seru Lindu Aji dengan ge mbira.
Kalau ada berita tentang Bagus Sajiwo, hal itu
me mbuktikan bahwa keyakinan tentang pemuda itu benar,
yaitu bahwa putera Ki Tejoman ik itu mas ih hidup!
"Cepat ceritakan!"
"Saya mendengar dari seorang penduduk dusun yang baru
datang dari Tulung-agung bahwa di daerah sana tidak aman
karena adanya gangguan gerombolan liar yang dipimpin oleh
orang-orang sakti. Akan tetapi kemudian muncul seorang pria
muda dan seorang wanita cantik mengobrak-abrik sarang
gerombolan itu dan mengalahkan mereka sehingga gerombolan itu kocar- kacir dan melarikan diri. Daerah itu
menjad i a man kembali dan pe muda serta gadis itu mengaku
bernama Bagus Sajiwo dan Maya Dewi. Hanya itulah
ceritanya, dan tetangga saya itu tidak tahu kemana perginya
dua orang pendekar muda itu."
Lindu Aji dan Sulastri menjadi girang bukan main. Setelah
Kasman pa mit, mereka me mbuat persiapan untuk berangkat
ke Gunung Kawi dan menyampa ikan ber ita mengge mbirakan
itu kepada Ki Tejomanik dan isterinya. Mereka tidak merasa
khawatir meninggalkan Dewi Wulandari karena selain disitu
banyak murid wanita yang biasanya menjaga anak mereka,
juga ada Nyi Warsiyem yang tentu akan mengasuh anak itu
dengan penuh kasih sayang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka, pada keesokan har inya, pagi-pagi seka li sua mi isteri
ini berangkat meninggalkan Gunung Liman menuju ke Gunung
Kawi di timur. odwo Setiap orang manusia dalam dunia ini menda mbakan
kebahagiaan dalam hidupnya akan tetapi a matlah sukar
mene mukan seorang manusia yang benar-benar hidup
berbahagia. Kesalahan kita adalah mengartikan kebahagiaan
sebagai kesenangan. Ada yang menganggap bahwa
kebahagiaan terdapat dalam harta benda. Kalau banyak harta
benda berarti bahagia. Benarkah itu"
Orang yang mender ita sakit yang men impa diri send iri
maupun keluarga terdekat, suami, isteri, orang tua, maupun
anak, akan melihat kenyataan bahwa bukan harta benda yang
mendatangkan kebahagiaan karena dia akan rela menukar
semua harta bendanya dengan kesehatan. Lalu, apakah harta
benda plus kesehatan sekeluarga men jadi sarong. bahagia
yang didamba-da mbakan" Orang yang sedang mender ita
pertentangan atau bentrokan dengan keluarga, antara anak
dan orang tua, antara suami dan isteri, atau antara saudara,
tidak akan merasa bahagia walaupun sekeluarga sehat
badannya dan banyak hartanya.
Terutama sekali akan terasa kalau suami dan isteri bentrok,
tidak rukun sehingga cinta mereka berubah men jadi benci,
maka se mua harta dan kesehatan jasmani itu sama sekali
tidak menolong dan mereka akan t idak merasa bahagia.
Bagaimana kalau berharta, sehat, ditambah rukun sekeluarga"
Apakah sudah berbahagia" Orang-orang yang mengalami
permusuhan dengan tetangga, dengan orang lain, dalam
menghadap i urusan dengan yang berwajib, atau menghadapi
ma lapetaka, perang, kehilangan dan sebagainya, tetap saja


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak akan merasa bahagia walaupun dia berharta, sehat dan
rukun sekeluarga. Tidak mungkin bahagia itu dicapa i oleh
keadaan lahiriah atau duniawi. Memang, kesenangan dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diraih lewat semua itu. Hanya
kesenangan, bukan
kebahagiaan! Dan kesenangan itu
hanya merupakan tercapainya keinginan nafsu. Seperti biasa, pengejaran
kesenangan itu hanya me mpunyai dua akibat. Pertama,
kecewa dan duka kalau pengejaran kesenangan itu tidak
tercapai, dan yang ke dua, merasa bosan kalau kesenangan
itu sudah tercapai da la m wa ktu tertentu, hanya sementara.
Lalu dimana letak kebahagiaan yang dida mbakan se mua
orang" Teramat jauh tidak mungkin terjangkau kalau dicari,
namun tera ma dekat. Karena sesungguhnya kebahagiaan
tidak pernah terpisah dari diri pribadi. Bukan kesenangan,
me lainkan kebahagiaan! Dala m keadaan tidak senang pun kita
dapat berbahagia! Dalam keadaan mis kin pun kita dapat
berbahagia. Dalam keadaan sakit pun kita dapat berbahagia.
Dala m keadaan terancam bahaya maut sekalipun kita dapat
berbahagia karena kebahagiaan tidak pernah meninggalkan
diri kita. Bagi seorang manusia yang berserah diri sepenuhnya, lahir
batin, dengan ikhlas, tawakal, kepada Gusti Allah yang Maha
Esa, dia akan merasa betapa kasih dan bahagia selalu berada
dalam dirinya. Dia akan se lalu bersu kur dan berterima kasih kepada Gusti
Allah, dalam keadaan bagaimanapun juga, berserah diri
sepenuhnya sebagai dasar dari se mua tindakan dan ikhtiar
dalam hidupnya dan yakin bahwa kehendak Gusti Allah saja
yang terjadi, bukan kehendak kita. Yakin bahwa segala
sesuatu itu milik Gusti Allah, hati akal pikiran yang mengakuaku sebagai "aku" ini tidak me miliki apa-apa, apalagi yang
berada di luar diri seperti harta benda, kedudukan dan lainlain, bahkan badan kita sendiri ini bukan milik kita, melainkan
milik Gusti Allah. Kita tidak menguasai dan tidak dapat
mengatur tumbuhnya sehelai rambut pun di tubuh kita!
KekuasaanNya yang mengatur itu se mua, kita hanya tinggal
menerima. Se mua yang ada ini adalah kurniaNya karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kasihNya yang berlimpah kepada kita. Semua yang ditiadakan
dan diambil dari kita itu pun adalah karena kuasaNya dan juga
hakNya untuk menga mbil apa saja yang dikehendakiNya
karena semua itu milikNya!
Sekali lagi, hanya kalau kita berserah diri sepenuhnya, lahir
batin, dengan ikhlas dan tawakal kepada Gusti Allah, kita akan
dapat merasakan apa yang disebut bahagia itu. Akan tetapi
kalau kita menjauhiNya, ma ka Setan akan me nggunakan
kesempatan itu untuk men dekati dan me man cing kita dengan
umpan kesenangan yang serba enak, serba nikmat
menyenangkan jas man i kita termasuk hati akal pikiran
sehingga kita dikuasai sepenuhnya oleh nafsu dan
diperbudaknya, dan kita akan terseret ke dalam perbuatan
dosa sehingga kita akan jauh dari kebahagiaan.
Ki Tejomanik dan Retno Susilo adalah sua mi isteri yang
sakti mandraguna, juga orang-orang yang selalu me mbela
kebenaran dan keadilan, menentang kejahatan. Akan tetapi,
mereka pun hanya orang-orang biasa, manusia biasa seperti
kita yang tidak sempurna, ma ka mereka pun tidak dapat
terbebas dari duka nestapa.
Semenjak mereka mendengar dari Lindu Aji dan Sulastri
tentang putera mereka, Bagus Sajiwo yang ditembaki orang
kemudian jatuh dan hilang dalam muara Sungai Lorog, tiga
tahun mereka menunggu di rumah. Setiap hari mereka
menungu-nunggu, sampa i tubuh mereka menjadi kurus
namun yang ditunggu tidak pernah muncul dan kabar tentang
putera mereka itu pun tidak pernah terdengar.
Retno Susilo hampir merasa putus asa. Akan tetapi dalam
keadaan amat ne langsa itu, Ki Tejomanik menghihurnya.
"Sudahlah, Diajeng. Kita tidak boleh putus asa, kita harus
selalu percaya akan kekuasaan Gusti Allah. Segala sesuatu
yang terjadi kepada anak kita, juga yang terjadi kepada diri
kila sendiri, sudah ditentukan oleh Gusti Allah dan percayalah,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apa yang terjadi atas kehendakNya itu pasti yang terbaik bagi
kita!" "Aduh, Kakangmas, bagaimana aku dapat mener imanya
sebagai yang terbaik kalau anak kita satu-satunya itu hilang
dan tidak akan kemba li lagi kepada kita?" kata Retno Susilo
dan la tidak dapat menahan mengalirnya air matanya yang
entah sudah beberapa ribu kali me mbanjir dalam tangis dan
keluh-kesahnya.
"Sekarang dengarlah ba ik-ba ik, Diajeng, aku akan
mendongeng! "
Retno Susilo me mandang heran kepada suaminya sambil
menyusut air matanya. "Mendongeng?"
"Ya, dongeng yang ada hubungannya dengan keadaan kita.
Di ja man dahulu kala, ada seorang janda muda yang telah
ditinggal mati sua minya dan ia me miliki seorang anak laki-la ki
berusia tiga tahun. Tentu saja ia amat menyayang puteranya
itu karena di dunia ini ia tidak me mpunyai siapa-siapa lagi.
Seluruh tujuan da la m hidupnya sepenuhnya diarahkan untuk
merawat puteranya dengan penuh kasih sayang. Akan tetapi
pada suatu hari anak itu terserang penyakit ganas dan
men inggal dunia."
"Aduh kasihan se kali!" kata Retno 'Susilo dan pada saat itu
ia lupa akan kesedihannya sendiri, mendengar kedukaan yang
ia rasakan amat berat menimpa janda muda yang hidup
seorang diri itu.
"Ya, begitulah pendapat manusia tentang musibah yang
men impa dirinya. Janda muda itu tentu saja merasa
penasaran sekali. Ia hidup sebagai seorang wanita yang baik
budi, maka ia menganggap Gusti Allah tidak adil. Maka ia lalu
naik ke Surgaloka, ingat, ini hanya dongeng, untuk
menghadap Gusti Allah dan mengajukan protesnya!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak heran kalau ia berbuat begitu. Sekarang pun,
kalau bisa, aku juga ingin menghadap Gusti Allah untuk
me mprotes hilangnya anakku!"
Tejomanik tersenyum dan tidak menyalahkan pendapat
isterinya itu. "Baik kulanjutkan ceritaku. Dengarkan baik-baik ketika
janda itu tiba di pintu gerbang Surgaloka, ia dihadang oleh
seorang malaikat yang bertanya kepadanya apa maunya naik
ke Surgaloka. Janda itu menjawab bahwa ia hendak
me mprotes Gusti Allah yang telah menga mbil nyawa anaknya.
Ia berkata bahwa selama ini ia hidup dengan saleh, berbudi
baik, tidak pernah melakukan kejahatan, selalu berdoa kepada
Gusti Allah, akan tetapi kenapa Gusti Allah begitu kejam
menga mbil anaknya, satu-satunya teman dalam hidupnya
yang sebatang kara" Apakah dosa anaknya yang baru berusia
tiga tahun itu" Kalau me mang ia sendiri yang me mpunyai
dosa, kenapa bukan ia saja yang diambil nyawanya" Kenapa
anaknya" Kenapa Gusti Allah begitu tega menyiksa hatinya?"
"He mm, aku tidak me nyalahkan janda itu," kata Retno
Susilo. "Memang tidak salah ka lau ia merasa penasaran."
"Malaikat penjaga pintu gerbang itu lalu ber kata kepada
janda muda agar tidak tergesa-gesa menghadap Gusti Allah
dan agar lebih dulu menonton sesuatu yang akan
diperlihatkannya kepada janda itu, kalau ia tidak mau, maka ia
tidak diperkenankan me masuki pintu gapura. Janda itu
terpaksa menurut. Malaikat itu lalu me mbentangkan sehelai
layar putih dan tampaklah oleh janda muda itu pe mandangan
yang aneh. Ia melihat seorang pemuda sedang menga muk,
me lakukan pera mpokan dan pembunuhan secara kejam dan
me lakukan segala maca m kejahatan yang hanya dapat
dilakukan seorang penjahat yang kejam sekali. Janda itu
me ma lingkan mukanya dan minta agar pertunjukan itu
dihentikan karena hatinya yang selalu penuh belas kasihan itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak tega menyaksikan kejahatan yang demikian kejamnya
oleh pe muda itu."
"Aneh sekali," kata Retno Susilo. "Apa ma ksud dan artinya
pertunjukan yang diadakan oleh malaikat itu?"
"Malaikat itu lalu me mberitahu kepada Sang Janda bahwa
pemuda yang dilihatnya tadi, yang begitu kejam dan jahat
bukan lain adalah anak janda itu kelak kalau dibiar kan hidup
dan tumbuh menjadi seorang pe muda. Dia menjelaskan
bahwa Gusti Allah a mat sayang kepada janda yang saleh itu
sehingga Gusti Allah menghindarkan ia dari kesengsaraan hati
me lihat puteranya menjadi penjahat yang amat kejam, dan
menghindarkan putera janda itu menjadi jahat. Semua itu
dilakukan Gusti Allah sebagai karunia karena kebaikan budi
dan kesalehan janda itu! Kemudian ma laikat itu bertanya
kepada Sang Janda, apakah ia tetap menghendaki anaknya
dihidupkan kemba li agar kelak menjad i seorang pemuda
seperti yang ditontonnya tadi" Sang Janda menang is dan
mohon a mpun kepada Gusti Alah atas ketidak-percayaannya
dan protesnya, lalu mengucap sukur dan terima kasih
kepadaNya, kemudian pulang ke ru mahnya dengan hati damai
dan tenteram dan imannya kepada Gusti Allah menjadi
semakin kuat."
"Akan tetapi..., anak kita tidak mungkin a kan menjadi
seorang penjahat seperti itu, Kakangmas!" kata Retno Susilo.
Suaminya mengangguk-angguk.
"Diajeng, dongeng itu hanya menjadi contoh dan pelajaran.
Janda itu menga la mi kesengsaraan yang jauh lebih hebat
daripada kita, na mun ternyata di balik peristiwa menyedihkan
itu terdapat hikmahnya yang luar biasa yang bahkan
merupakan anugerah atau karunia baginya. Segala peristiwa
yang terjadi karena kehendak Gusti Allah pasti baik dan benar.
Biar pun ta mpaknya oleh pendapat manusia dianggap tidak
baik dan mendatangkan duka, tidak enak, na mun pasti ba ik
dan benar karena di balik itu ada hikma hnya yang kita tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketahui. Kehendak Gusti Allah itu tidak sama dengan
kehendak kita yang hanya didorong nafsu ingin enak dan
senang belaka. Karena itu, apakah artinya peristiwa yang
men impa diri kita. ini dibandingkan dengan yang menimpa diri
janda dalam dongeng itu. Memang benar anak kita satusatunya hilang, akan tetapi dia belum pasti mati, dan pula,
bagaimanapun juga, kita berdua mas ih saling me miliki, bukan
ditinggal menjadi sebatang kara tidak me mpunyai siap-siapa
lagi seperti janda itu. Karena itu, merasa penasaran dan
menge luh bahkan menuduh Gusti Allah kejam dan tidak ad il
seperti dilakukan janda itu sebelum ia sadar, bukanlah s ikap
yang benar, Diajeng."
Retno Susilo menghela napas panjang, "Alangkah beratnya
derita hidup ini, Kakangmas. Akan tetapi aku kini dapat
me lihat kebenaran yang terkandung dalam dongeng tadi. Jadi,
kita harus mener ima keadaan apa pun yang menimpa kita
dengan penuh kesadaran bahwa semua itu merupakan
kehendak Gusti Allah yang tidak sa ma dengan kehendak kita,
bahwa di balik se mua itu terkandung hikmah yang tidak kita
ketahui akan tetapi yang pasti merupakan yang terbaik bagi
kita. Begitukah, Kakangmas?"
"Benar, Diajeng. Bukan hanya yang terbaik untuk kita, akan
tetapi juga untuk anak kita. Aku juga berduka, Diajeng, aku
juga manusia biasa yang tidak dapat terbebas daripada suka
duka, akan tetapi aku tetap berserah diri kepada Gusti Allah,
Pendekar Cacad 3 Kilas Balik Merah Salju Karya Gu Long Pendekar Riang 14

Cari Blog Ini