Ceritasilat Novel Online

Bagus Sajiwo 9

Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo Bagian 9


lengannya yang kokoh dengan otot-otot menggelembung itu
berbulu. Usianya sekitar empat puluh tahun. Pakaiannya
mewah seperti pakaian seorang priyayi (bangsawan). Orang
kedua juga sama tinggi besarnya, kokoh dan berbulu seperti
orang pertama, akan tetapi mukanya burik (bopeng) sehingga
tampak lebih jelek dan lebih menyeramkan daripada orang
pertama. Orang kedua ini usianya leb ih muda dua tiga tahun.
Di pinggang dua orang ini tergantung senjata tak bersarung
yang mengerikan, yaitu sebatang golok yang punggungnya
merupakan gergaj i! Kepala mereka me ma kai kain pengikat
kepala model Blambangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat dua orang raksasa itu tiba-tiba muncul tak jauh di
depan mere ka, dalam jarak lima meter, Sarti dan Sarni
menjad i pucat wajahnya dan tubuh mereka menggigil, kedua
kaki mere ka le mas sehingga mereka mencoba untuk bangkit
berdiri dan melarikan diri, mereka terduduk kemba li karena
kedua kaki mere ka tidak kuat berd iri!
Tejomanik dan Retno Susilo dapat me lihat berkelebatnya
tubuh dua orang itu ketika mereka datang. Suami isteri ini
mencatat bahwa dua orang seperti raksasa itupun me miliki
gerakan yang amat ringan dan cepat. Mereka berdua menjadi
semakin waspada dan atas isyarat Tejomanik, mereka berdua
segera melompat sambil mengerahkan kepandaian mereka.
Tejomanik menggunakan Aji Harina Legawa (Kijang Tangkas)
ketika melompat dan Retno Susilo mengerah kan Aji Kluwung
Sakti (Pelangi Sakti). Ilmu meringankan tubuh dan kecepatan
gerakan mereka itu me mbuat mereka me luncur cepat dan
tahu-tahu mereka sudah 'berdiri berhadapan dengan dua
orang raksasa itu, menghadang di antara dua orang manusia
iblis itu dengan calon korban mereka.
"Sarti dan Sarni, pergilah kalian, masu k ke rumah yang
terdekat!" kata Retno Susilo. Dua orang gadis puteri Ki Lurah
itu mendapatkan kembali tenaga mereka ketika me lihat dua
orang pelindung mereka muncul. Mereka lalu bangkit dan
berlari ke sebuah rumah terdekat di mana ayah mereka juga
bersembunyi. Pintu rumah segera dibuka dari dalam dan dua
orang gadis itu menghilang ke dalam rumah. Pintu rumah itu
ditutup kembali. Tak seorang pun warga dusun tampak di luar
rumah. Se mua berse mbunyi di da la m dan mengintai dengan
jantung berdebar. Mereka semua ketakutan karena maklum
bahwa kalau dua orang penolong mereka kalah, dua orang
manusia iblis itu tentu akan menga muk dan me mbunuhi
warga dusun Krent ing!
Dua orang raksasa itu melotot marah melihat sua mi isteri
itu menghalang di depan mere ka dan dua orang gadis yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dipersembahkan kepada mereka itu me larikan diri. Mereka
hampir tidak percaya ada orang-orang berani menentang
mereka. "Heh, bojleng-bojleng Iblis Laknat! Siapa kalian berani
mengganggu kami berdua?" bentak yang bermuka hita m.
"Kalian ini sudah bosan hidup! Siapakah kalian ?" tanya
yang bermuka burik.
Dengan sikap tenang Tejomanik menjawab. "Kami
adalah..."
Belum habis Tejomanik bicara, Retno Susilo sudah
me motongnya dengan suara galak. "Kalian ini manusiamanusia iblis yang harus me mperkenalkan na ma lebih dulu
kepada kami! Kalian berdua yang mengganggu warga dusundusun di daerah ini dan sudah me njadi kewajiban kami untuk
me mbas mi iblis-iblis pengganggu manusia ma ca m ka lian!"
"Babo-babo, perempuan so mbong!" bentak yang mukanya
burik. "Ha-ha-ha, Adi Kalajana, perempuan ini hebat, jauh leb ih
cantik menarik dar ipada perawan-perawan dusun yang bodoh
itu. Yang ini cocok untukku, sudah masak, tidak hijau seperti
mereka. Hei, pere mpuan cantik je lita, aku adalah Ki
Kaladha ma dan ini adikku Ki Kalajana. Kami dikenal sebagai
Dwi Kala, jagoan-jagoan tanpa tanding di Bla mbangan! Nah,
lebih baik engkau menyerah saja kepadaku, manis dan engkau
kuboyong ke Bla mbangan, hidup mulia dan bahagia sebagai
isteriku!"
Wajah Retno Susilo berubah merah sekali, akan tetapi
selagi ia hendak me ma ki dan menerjang, sua minya me mberi
isarat kepadanya sehingga ia menahan kemarahannya dan
berdiam diri. Ki Tejomanik lalu ber kata kepada dua orang itu.
"Dwi Kala, ketahuilah bahwa aku berna ma Ki Tejoman ik
dan ini isteriku berna ma Retno Susilo. Seperti dikatakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
isteriku tadi, kami adalah orang-orang yang selalu me nentang
mereka yang berbuat jahat kepada orang lain dan kami
me mbe la mereka yang le mah tertindas. Andika berdua
me mbuat kacau di pedu-sunan daerah ini, terpaksa kami
harus menentangmu. Sadarlah akan kesalahan kalian, Dwi
Kala, sebelum terpaksa kami me mpergunakan kekerasan
untuk me mbas mi kalian!"
"Ha-ha-ha, Tejomanik. Sumbarmu seolah kalian dapat
me mindahkan gunung! Kalian mau me mbasmi kami?" Dua
orang raksasa itu tertawa bergelak.
"Lebih baik engkau yang cepat minggat dari sini dan
tinggalkan isterimu karena aku menyuka inya!" kata Kaladhama
yang bermuka hita m.
"Jahanam kuantar engkau ke neraka jahana m!" teriak
Retno Susilo dan ia sudah mencabut pedangnya yang
menge luarkan sinar kehijauan dan ia sudah menerjang
dengan serangan pedangnya itu kepada Kaladha ma. Biarpun
pedangnya itu hanya pusaka Nogo Wilis tiruan karena yang
aselinya ia berikan kepada Sulastri, na mun pedang itupun
terbuat dari baja yang baik dan ketika menyambar berubah
menjad i sinar hijau yang berbahaya.
"Huh, lumayan juga kepandaianmu! " Kaladha ma berseru
kaget dan cepat me lompat ke be lakang. Ketika Retno Susilo
mengejar, raksasa muka hita m ini sudah men cabut
senjatanya yang menyeramkan. Golok dengan punggung
gergaji itu panjang, lebar dan tebal. Tentu berat sekali. Akan
tetapi di tangan raksasa ini, golok itu tampa k ringan saja
ketika dia me mbabatkan golok itu ke arah leher Retno Susilo.
Wanita perkasa itu tidak menge lak me lainkan menang kis
dengan pengerahan tenaga karena ia ingin me mbuat senjata
lawan terpental dan terlepas.
"Wuuuttt... trangggg...!!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keduanya terkejut dan melompat ke belakang karena
mereka merasakan betapa tangan mere ka yang me megang
gagang senjata tergetar hebat. Baik Retno Susilo maupun
lawannya, Kaladhama tahu bahwa lawannya me miliki tenaga
sakti yang kuat. Mereka lalu saling serang dengan dahsyat dan
ternyata me mang kepandaian mere ka seimbang!
Sementara itu, Kalajana juga sudah menyerang Tejomanik
dengan golok gergajinya. Goloknya yang besar dan berat itu
menge luarkan suara berdengung-dengung ketika menyambarnyambar ke arah tubuh Tejo man ik. Orang gagah dari Gunung
Kawi ini menggunakan kecepatan gerakannya untuk mengelak
ke sana-sini, akan tetapi setelah d ia tahu bahwa lawannya ini
juga tangguh sekali dan a kan berbahaya kalau dia hanya
me lawan dengan tangan kosong, dia lalu melolos pecutnya.
"Tar-tar-tarrrr...!!" Cambuk Bajrakirana meledak-ledak dan
menya mbar-nyambar laksana kilat. Kalajana terkejut sekali
dan sebentar saja dia kewalahan, hanya ma mpu me lindungi
dirinya dengan putaran goloknya agar jangan sa mpai
tersengat ujung pecut itu. Dia teringat akan sesuatu dan
segera melompat jauh ke belakang sambil berseru.
"Tahan..! Andika... Sutejo dan pecut itu Sang Bajrakirana...?"
Mendengar seruan adiknya itu, Kaladhama juga terkejut
dan diapun me lompat ke belakang dan me mandang ke arah
Tejomanik dengan mata terbelalak.
"Benarkah andika Sutejo, Sang Bajrakirana?" dia juga
bertanya. Retna Susilo berdiri di dekat suaminya, tangan kanan masih
me megang gagang pedangnya dan tangan kiri bertolak
pinggang, merasa penasaran karena perkelahiannya melawan
Kaladha ma tadi mas ih berimbang. Tejomanik menga mati
kedua orang itu dan merasa bahwa dia t idak pernah bertemu
dengan dua orang Bla mbangan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, di waktu muda aku bernama Sutejo dan senjataku
ini me mang benar pusaka Bajrakirana. Mengapa engkau
menghentikan pertandingan" Kalau kalian tidak ma mpu
menand ingi kami, bertaubatlah, bebaskan para gadis yang
kalian tawan, kemba likan semua benda yang kalian rampas
dan jangan melakukan kejahatan lagi karena lain kali kami
tidak akan dapat menga mpuni ka lian!"
Kaladha ma tertawa bergelak. Mukanya menengadah dan
perutnya terguncang ketika dia tertawa. "Ha-ha-ha, kau-kira
kami takut padamu" Kami hanya khawatir kalau kalian
menggunakan warga dusun untuk mengeroyok kami! Maka,
kami tantang kalian untuk datang ke pondok kami di puncak
bukit sana, kalau kalian berani dan di sana kita lihat siapa di
antara kita yang lebih kuat!" Raksasa itu men uding ke arah
puncak bukit yang t idak begitu jauh dari dusun di lereng itu.
"Siapa takut kepada manusia iblis maca m kalian?" bentak
Retno Susilo marah. "Tunggu saja, aku akan memecahkan
kepala ka lian!"
"Ho-ho-ha-ha, bagus sekali! Kalau aku kalah, kepalaku
boleh kaupecah, akan tetapi kalau engkau yang kalah, engkau
akan menjad i isteriku, ha-ha-ha!" Setelah berkata demikian,
kedua orang itu la lu berlompatan dan lari ke arah puncak.
Gerakan mereka gesit sekali, tidak sesuai dengan tubuh
mereka yang t inggi besar dan ta mpak la mban.
"Jahanam!" Retno Susilo me maki. "Hayo kita kejar ke
puncak, Kakang-mas!" ia men gajak sua minya.
Akan tetapi Tejomanik mengge leng kepalanya. "Lihat,
Diajeng. Matahari mula i condong "ke barat, tak lama lagi
menje lang sore. Kalau mereka menantang kita untuk
me lanjutkan pertandingan di puncak, tentu mereka me mpunyai alasan yang kuat untuk men dapatkan kemenangan dan bukan mustahil kalau mereka sudah
mengatur perangkap untuk kita. Pergi ke sana dan tiba di
puncak setelah har i mulai gelap, amat berbahaya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"He mm, akan tetapi mereka menantang! Kalau kita tidak ke
sana tentu dapat dianggap bahwa kita takut!"
"Tentu saja kita harus ke sana menyambut tantangan
mereka, Diajeng. Akan tetapi tidak sekarang, melainkan besok
pagi. Kalau siang hari dan cuaca terang, kita tidak takut akan
perangkap mereka."
Pada saat itu, pintu-pintu rumah terbuka dan Ki Lurah
Selowono, diikuti kedua orang puterinya dan para warga
dusun, berbondong-bondong keluar dengan wajah berseri.
Mereka tadi mengintai dan me lihat betapa dua orang raksasa
yang mereka takuti itu benar-benar kalah dan melarikan diri
setelah bertanding dengan hebat melawan sua mi isteri
penolong mereka itu.
Para warga dusun kini berjongkok menghadap sua mi isteri
itu, dan Ki Lurah Selowono me mberi hormat dengan sembah
dan tubuhnya me mbungkuk.
"Den mas berdua telah menyelamatkan kami warga
sedusun, untuk itu kami me nghaturkan terima kasih dan tidak
akan melupa kan budi kebaikan Den mas dan Masayu!"
Tejomanik berkata dengan lantang agar terdengar semua
warga dusun yang berjongkok di sekelilingnya. Lebih dari
seratus orang berkumpul di s itu dan suara mereka ra mai
me mbicarakan perkelah ian dahsyat yang tadi terjadi. Ketika
Tejomanik mengangkat kedua tangannya ke atas, semua
orang berdiam untuk mendengarkan apa yang akan dikatakan
penolong mereka itu.
"Saudara-saudara warga dusun Krenting, dengarlah baikbaik. Dua orang penjahat itu, Dwi Kala biarpun melarikan diri
namun mereka belum menyerah dan ancaman mereka
terhadap pedusunan di daerah ini masih tetap ada. Mereka
menantang kami berdua untuk datang ke tempat tinggal di
puncak bukit. Kami hanya ingin me mper ingatkan kepada
andika se mua bahwa sikap
mengalah dan menuruti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
permintaan orang-orang jahat seperti mereka adalah sikap
yang salah. Orarrg-orang jahat seperti mereka itu, makin
diberi hati akan sema kin murka. Kami yakin, kalau andika
sekalian mau bersatu dengan para warga dusun-dusun lain di
daerah ini, lalu bersatu padu melakukan perlawanan, dua
orang jahat itu pasti tidak akan ma mpu mengalahkan ratusan
orang. Nah, mudah-mudahan ini menjad i pelajaran bagi
Andika sekalian. Bersatu dan bangkitlah untuk melawan para
penjahat yang mengganggu ketenteraman dusun-dusun di
daerah ini. Kami berdua besok pagi akan mendaki puncak
untuk me menuhi tantangan mereka karena sekarang hari
telah menjelang sore. Kami tidak ingin menghadapi mereka
dan berada di sana di waktu ma la m gelap."
Setelah Tejomanik menghentikan u-capannya, para warga
dusun kembali menjad i bising, me mbicarakan usul atau
peringatan yang diucapkan penolong mereka tadi.


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ki Lurah Se lowono lalu berkata kepada Tejomanik dan
Retno Susilo. "Mari, Denmas dan Masayu, kami pers ilakan
andika berdua untuk beristirahat di rumah kami."
Tejomanik dan Retno Susilo tidak menolak dan mereka pun
mengikut i ki lurah ke rumahnya. Para warga dusun bubaran
untuk melakukan pekerjaan masing-mas ing dengan ge mbira
karena dua orang suami isteri perkasa itu masih tinggal di
dusun mereka, menja min keselamatan mereka dari anca man
Dwi Kala. Ki Lurah Se lowono menja mu ta munya dengan pesta
keluarga yang cukup meriah. Isteri ki lurah dan dua orang
puteri-nya melayani. Mala m itu Tejoman ik dan Retno Susilo
bersamadhi dalam kamar
mereka untuk menghimpun
kekuatan karena besok mereka akan menghadapi lawan berat
yang mungkin kini sedang mengatur diri agar lebih kuat
menghadap i mereka besok. Dengan adanya urusan ini,
keduanya menahan diri dan tidak bicara tentang Bagus Sajiwo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan Ki Ageng Mahendra yang menjad i tujuan utama
kedatangan mereka di daerah Pegunungan Ijen ini.
Sementara itu, diam-dia m Ki Lurah Selowono mengumpulkan para pe muda dusun dan mengadakan
hubungan dengan dusun-dusun lain di daerah itu.
*d*w* Pada keesokan harinya, setelah matahari muncul dari balik
puncak sehingga seluruh per mukaan bukit menjad i terang,
Tejomanik dan Retno Susilo berangkat mendaki puncak.
Mereka berdua diantar oleh para warga dusun yang dipimpin
Ki Lurah Selowono, akan tetapi mereka tidak melihat para
pemuda dusun di antara mereka yang mengantar sa mpai ke
pintu gerbang dusun Krenting. Akan tetapi suami isteri itu
tidak mau bertanya dan mengira bahwa mere ka tentu pagipagi sekali sudah berangkat ke sawah ladang.
Setelah meninggalkan dusun Krenting dan mulai mendaki
ke arah puncak, suami isteri itu bergerak dengan hati-hati
sekali karena mereka menduga bahwa dua orang raksasa itu
mungkin saja me masang perangkap. Dengan penuh
kewaspadaan mereka mendaki, menggunakan aji mer ingankan tubuh sehingga mereka dapat mendaki dengan
gesit dan ringan. Dala m keadaan seperti itu, mereka tidak
saling bicara, tidak mau me mecah perhatian. Kewaspadaan
mereka me mbuat mereka peka sekali. Ada suara yang tidak
wajar sedikit saja pasti akan dapat mereka tangkap dengan
pendengaran mereka. Andaikata mere ka diserang secara tibatiba, mereka tentu akan dapat menghindarkan diri karena
seluruh panca indera mereka sudah siap dalam keadaan peka
sekali. Akan tetapi tidak terjadi sesuatu.
Perjalanan mereka lancar tidak mengalami gangguan sa ma
sekali. Matahari naik se makin tinggi dan a khirnya mereka tiba
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di puncak. Di puncak bukit itu terdapat bagian yang datar dan
di tengah tengah dataran padang rumput itu berdiri sebuah
pondok kayu yang kokoh. Sua mi isteri itu merasa heran.
Mereka tiba. di puncak dan dalam pendakian itu mereka sama
sekali tidak mene mui rintangan apa pun! Mereka menjadi
curiga. Apakah Dwi Kala diam-dia m melarikan diri" Karena
dalam pertandingan di dusun kemar in dua orang raksasa itu
terdesak lalu me makai alasan menantang agar mereka
mendapat kese mpatan me larikan diri"
Tejomanik dan Retno Susilo berhenti me langkah dan berdiri
di depan rumah itu, dalam jarak be lasan tombak. Tejoman ik
lalu mengerahkan tenaga sakti dan berseru lantang sehingga
suaranya mengge ma di sekitar puncak.
"Dwi Kala, keluar lah! Kami sudah datang me menuhi
tantangan kalian!"
Hanya gema suara itu yang menjawab. Selagi Tejoman ik
hendak mengulang teriakannya, tiba-tiba mereka mendengar
bunyi mendesis-desis dan tercium bau a mis. Ketika mereka
me mandang ke bawah, Retno Susilo menutup mulutnya agar
jangan menjerit karena ia jijik sekali melihat puluhan ekor ular
berlenggak-lenggok cepat mengha mpiri tke arah mereka! Bau
yang amis itulah yang a mat mengganggu Retno Susilo yang
merasa jijik sehingga ia merasa napasnya sesak. Melihat ini
Tejomanik berbis ik.
"Jangan panik, kita bas mi ular-ular itu. Pasti ini kiriman
mereka!"' Setelah berkata demikian, dia melolos pecut sakti
Bajrakirana. Begitu menggerakkan pecutnya, terdengar suara
ledakan bertubi-tubi. Ular yang terkena lecutan ujung ca mbuk
itu putus menjadi dua. Akan tetapi tubuh ular itu tidak
menge luarkan darah, bahkan potongan tubuh itu tiba-tiba
lenyap. Ular-ular yang la in terus merayap hendak me nyerbu.
"He mm, hanya ular jadi-jadian!" kata Retno Susilo melihat
ini dan iapun menga muk dengan pedangnya, me mbabati ularular itu sa mpai a khirnya pecut sua minya dan pedang di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangannya me mbabat habis ular-ular itu yang begitu terbabat
lalu me nghilang.
Baru saja puluhan ekor ular itu dapat dibasmi, terdengar
bunyi bercicitan dan kelepak sayap. Ketika suami isteri itu
me mandang ke atas, mereka terkejut melihat puluhan ekor
kelelawar hita m beterbangan menuju ke arah mereka,
menge luarkan bunyi dan mata mereka yang merah itu a mat
menyeramkan. Hemm, mana mungkin ada kelelawar muncul
di siang hari, pikir Tejo man ik.
"Hajar mereka, Diajeng. Inipun hanya kelelawar jadi-jadian.
Kelelawar tidak
dapat berkeliaran di siang hari!" Kembali sua mi isteri itu menga muk, menggunakan senjata mereka untuk menya mbut puluhan ekor kelelawar yang beterbangan menya mbar- nyambar menyerang mereka itu. Dan
setiap ada kelelawar terkena sabetan pecut atau bacokan pedang,
binatang itu jatuh ke atas tanah dan hilang!
Setelah semua kelelawar itu musna, Tietno Susilo berseru
dengan suara me lengking nyaring. "Jahanam busuk Dwi Ka la!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau me mang berani keluarlah terima kematian, jangan
menggunakan ilnlu setan yang tida k ada gunanya!"
Tiba-tiba dari da la m pondok itu terdengar suara tawa yang
bergelombang, naik turun seperti suara tawa iblis sendiri.
Suara itu mengandung getaran jfang amat kuat sekali
sehingga suami isten itu merasakan guncangan pada jantung
mereka! Cepat mereka me ngatur pernapasan dan mengerahkan tenaga batin untuk me lindungi diri sehingga
suara tawa itu lewat begitu saja tanpa mendatangkan akibat
buruk pada mereka. Akan tetapi mereka harus menga kui
bahwa serangan dengan suara tawa itu sungguh dahsyat dan
orang yang mengeluarkan suara tawa seperti itu pasti me miliki
kepandaian tinggi. Dia m-dia m mereka merasa heran. Dwi Kala
pernah bertanding dengan mereka dan agaknya dua orang itu
tidak akan ma mpu menge luarkan suara. sebebat itu! Mereka
berdua semakin waspada.
Ketika suara tawa itu berhenti, pintu pondok terbuka dan
munculkan Dwi Kala. Mereka me nyeringai dan senjata golok
gergaji sudah berada di tangan-kanan mere ka, sedangkan
tangan kiri meraim me megang sebatang dupa biting yang kini
mereka tancapkan di ba lik kaih putih yang diikatkan d i kepala
mereka! Tejomanik yang sudah
me mpunyai banyak pengalaman itu ma klum apa artinya itu. Dua orang .raksasa
itu menggunakan ilmu sihir dan dupa me mbara yang
menge luarkan asap putih menghubungkan mereka berdua
dengan sumber kekuatan setan, atau orang yang ma mpu
me mpergunakan kesaktian setan! Akan tetapi dia tidak takut
dan berbisik kepada isteri-nya.
-ooo0dw0ooo- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagus Sajiwo Karya : Asmara man S Kho Ping Hoo
DJVU oleh : OrangStress Dimhader
Convert by : Dewi KZ
Editor : Dewi KZ
Ebook oleh : Dewi KZ
TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 16 "DIAJENG, biarkan aku yang menghadapi Si Muka Hita m
karena dia lebih tangguh."
Retno Susilo mengangguk dan iapun sudah me megang
pedangnya, siap menyambut serangan lawan. Sedikitpun
wanita gagah perkasa dan pe mberani ini tidak merasa gentar
walaupun ada hawa aneh menyera mkan, seperti kalau berada
seorang diri di tanah kuburan, terbawa oleh munculnya dua
orang raksasa itu. Apalagi bau dupa itu, mengingatkan ia akan
"makanan" setan yang sering dihidangkan oleh mereka yang
me mujanya. Kini dua orang Dwi Kala telah melangkah mengha mpiri
mereka dan telah berhadapan dengan sua mi isteri itu dalam
jarak dua to mbak. Mereka saling pandang dengan sinar mata
mencorong, seperti hendak menjajaki kema mpuan masingmasing. "Bojleng-bojleng Iblis Laknat!" kata Kalajana. "Kalian berani
datang juga untuk menyerahkan nyawa?"
"Ha-ha-ha! Adi Kalajana, yang ini bukan menyerahkan
nyawa saja, akan tetapi juga badannya yang denok ayu!" kata
Kaladha ma sa mbil me ma ndang kepada Retno Susilo.
Wanita ini berg idik dan marah sekali karena pandang mata
raksasa muka hitam itu seolah menelanjangi dan menggerayangi seluruh tubuhnya!
"Tida k perlu banyak cakap, Dwi Kala. Mari kita bertanding
untuk menentukan siapa yang lebih unggul!" kata Tejoman ik
yang sudah siap dengan pecut sakti Bajrakirana.
"Ha-ha-ha, Tejoman ik! Engkau yang harus mati di tangan
kami untuk menenang kan arwah pa man-pa man guru Ki
Klabangkolo dan Resi Menak Koncar!" kata Kaladhama.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tejomanik mengerutkan alisnya. "He mm, jadi kalian ini
murid-murid keponakan mendiang Ki Klabangkolo dan Resi
Menak Koncar?"
"Juga untuk me mbalaskan kematian mendiang Kyai Sidhi
Kawasa, sahabat baik guru dan para pamen guru kami!
Tejomanik atau Sutejo, kami tak pernah dapat melupakan
dendam ini. Selama bertahun-tahun kami me mpelajari ilmu
untuk mencari Sutejo, si pemegang pecut sakti Bajrakirana!
Paman Guru Klabang kolo tewas di tangan ayahmu, Ki
Harjodento, dan Kyai Sidhi Kawasa tewas di tanganmu! Maka,
hari ini engkau harus mati dan isterimu yang denok ayu ini
akan menjadi milikku!" kata Kaladhama dan tiba-tiba saja dia
dan adiknya, Kalajana sudah menerjang ke arah Tejoman ik
dengan menggunakan senjata mereka yang menggiriskan,
yaitu golok besar yang punggungnya berbentuk gergaji.
Tejomanik cepat menggerakkan pecut sakti Bajrakirana
yang meledak-ledak dan ujungnya mengeluarkan kilatan api,
menang kis serangan dua orang lawan yang tangguh itu.
Ketika mereka hendak menerjang lagi, Retno Susilo sudah
maju me nyerang ke arah Kalajana dengan pedangnya.
Raksasa ini menangkis la lu ba las menyerang.
Terjadilah per kelahian yang amat hebat. Dia m-dia m
Tejomanik dan Retno Susilo terkejut bukan main karena terasa
oleh mereka betapa dua orang lawan itu leb ih tangguh
daripada kemarin! Selain tenaga sakti mereka seolah
bertambah kuat dan besar sekali, juga bau dupa yang
mengepul dari kepala mereka itu benar-benar me mbikin
pusing! Setelah lewat puluhan jurus, hanya berkat kehebatan
pecut sakti Bajrakirana saja mere ka mas ih ma mpu bertahari.


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan gulungan s inar pecutnya, Tejomanik bukan saja
ma mpu melindungi dirinya, akan tetapi juga ma mpu
me mbantu isterinya yang terdesak oleh Kalajana! Kemudian,
ledakan-ledakan pecut sakt i yang disertai api pada ujungnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me miliki tenaga yang ma mpu melawan bau dupa yang
mengandung pengaruh kuat me mbuat mereka pusing itu.
Akan tetapi pertahanan yang kokoh kuat dari Tejoman ik
dengan pecut saktinya itu, tidak dapat berlangsung lama
karena tiba-tiba saja datang angin besar seperti badai!
Anehnya, dua orang Kala itu tidak terpengaruh, akan tetapi
suami isteri itu diterpa angin yang membuat gerakan mereka
menjad i tidak tetap. Bahkan angin itu mulai berputar dan
terjadilah angin lesus (pusaran angin) yang menyerang sua mi
isteri itu, padahal kedua raksasa itu sa ma se kali tidak
terpengaruh! Retno Susilo terhuyung. Tejomanik ma klum bahwa mereka
diserang ilmu s ihir yang amat kuat. Dia mengerahkan seluruh
tenaga batinnya dan me mutar pecut sakti Bajrakirana untuk
me lindungi diri sendiri dan isterinya.
Mendadak, dalam angin lesus itu terdengar suara yang
menyeramkan, seolah suara dari neraka, suara setan-setan.
Ada suara tangis ada tawa, ada yang berteriak-teriak,
me ma ki-ma ki,
mer intih, dan suara itu benar-benar mengguncangkan hati. Retno Susilo hanya dapat me mutar
pedangnya melindungi dirinya dengan le mah saja. Untung
pecut Bajrakirana masih menjad i gulungan sinar yang
me lindunginya, kalau tidak tentu ia sudah dapat ditangkap
Kaladha ma yang ingin sekali menang kap dan me meluknya.
Kemudian, terdengar suara orang bicara. Suara itu tinggi
kecil seperti suara wanita, melengking dan menggetar penuh
wibawa. "Tejo manik dan Retno Susilo, kalian tidak ma mpu
menguasai diri dan harus menurut se mua perintahku!
Lepaskan senjata kalian! Tejomanik, Retno Susilo, lepaskan
senjata kalian kataku! Hayo, lepaskan!!"
Pengaruh yang amat kuat mendorong suami isteri itu untuk
me lepaskan senjata mereka. Tejoman ik mengerahkan tenaga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan dia berhasil me mpertahankan senjata dan me mutar pecut
sakti Bajrakirana untuk melindungi dirinya dan isteri-nya. Akan
tetapi Retno Susilo tidak ma mpu lagi me mpertahankan diri. Ia
me lepaskan pedang dari tangannya dan berdiri seperti patung
yang kebingungan, tidak tahu harus berbuat apa! Kaladhama
girang sekali dan henda k menubruknya, akan tetapi gulungan
sinar pecut Bajra-kirana menghalanginya. Dia menjadi marah
dan tahu bahwa sebelum dia dan ad iknya merobohkan
Tejomanik, akan sukarlah dia dapat merangkul Retno Susilo!
Maka dia lalu bersa ma adiknya menerjang dan mengeroyok
Tejomanik yang pertahanannya agak goyah karena dia harus
me mpertahankan diri terhadap ilmu sihir yang mendatangkan
angin lesus dan suara-suara mengerikan itu.
Terdengar pula suara tinggi melengking itu, mene mbus
sampai ke telinga Retno Susilo. "Retno Susilo, bagus andika
sudah menurut kepadaku, sekarang! ke sinilah, Retno Susilo.
Andika tidak dapat menolak, tidak dapat menguasai kaki
sendiri. Melangkahlah ke sini, Retno Sus ilo!"
Bagaikan dalam mimpi, Retno Susilo tidak ma mpu
me mpertahankan kedua kakinya yang mulai bergerak,
me langkah ke arah pondok! Melihat ini, Tejomanik menjadi
khawatir sekali.
"Diajeng Retno, jangan pergi ke sana! Berhentilah!"
Agaknya suara suaminya ini me mbuat Retno Susilo meragu
sehingga sejenak ia berhenti. Akan tetapi suara yang
me manggil-ma nggil itu me mbuat kedua kakinya bergerak
sendiri. Hatinya menahan, akan tetapi pertahanannya itu
hanya me mbuat langkahnya perlahan-lahan dan pendekpendek. Tejomanik menjad i khawatir dan kebingungannya ini
me mbuat pertahanannya kacau sehingga dia mulai terdesak
hebat oleh pengeroyokan dua orang raksasa yang tangguh itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sa mbutlah Aji Kalabendu!!" Kaladha ma me mbentak dan
tangan kirinya me mukul dengan tangan terbuka. Angin
dahsyat menyambar dan tahu bahwa dia diserang pukulan
sakti, Tejomanik juga mendorongkan tangan kiri dengan
menggunakan Aji Bromokendali untuk menya mbut serangan
lawan. "Blarrr...!!" Dua hawa sakti bertemu dengan hebatnya dan
tubuh Kaladha ma terpental ke bela kang.
"Aji Tatit Geni!" bentak Kalajana yang juga menyerang
dengan tangan kirinya. Tampak kilatan api menyambar dari
tangan kirinya.
Kembali Tejomanik menya mbut dengan Bromokendali dan
tubuh Kalajana juga terhuyung. Dalam adu tenaga sakti ini
ternyata Tejomanik mas ih lebih kuat. Akan tetapi dua orang
lawannya itu juga hebat. Serangan mereka yang tertangkis
dan gagal itu tidak me mbuat mere ka terluka dan kini mereka
mengeroyok dengan senjata mereka.
Kalau dibuat perbandingan, Tejoman ik me miliki tingkat
kepandaian yang lebih kuat dibanding Kaladha ma atau
Kalajana. Akan tetapi dua orang raksasa itu ma ju bersa ma dan
mereka dibantu oleh kekuatan sihir yang amat kuat, yang
sampai sekarang penyerangnya belum me mper lihatkan diri.
Semua itu dita mbah lagi dengan kekhawatirannya melihat
betapa Retno Susilo sudah terpengaruh sihir yang kuat dan
kini isteri-nya itu mengha mpiri pondok perlahan-lahan. Bahkan
bentakannya tadi pun tidak dapat menyadarkan Retno Susilo.
Tentu saja dia menjad i gelisah dan hal ini se ma kin
me mper le mah pertahanannya. Dia kini menga muk dan
menggunakan tangan kiri me mbantu pecutnya, mengirim
pukulan Gelap Musti dan Bromokendali berganti-ganti. Aji
pukulan yang dua ini hebatnya bukan main. Akan tetapi dua
orang lawannya itu bukan hanya sakti, melainkan juga cerdik
dan mereka tidak mau menyambut pukulan-pukulan yang
mengandung tenaga sakti amat kuat itu. Mereka kini bergerak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cepat sekali, menyerang dengan golok gergaji di tangan kanan
dan melancarkan serangan pukulan sakt i dengan tangan kiri.
Karena perhatian Tejomanik terpecah, sebagian me mperhatikan Retno Susilo yang kini sudah tiba dekat
pondok, dia men jadi lengah.
"Wuuuttt... desss...!" Sebuah pukulan tangan kiri
Kaladha ma mengenai pundaknya. Pukulan itu menggunakan
Aji Kalabendu yang mengeluarkan hawa panas. Tubuh
Tejomanik terpelanting. Untung dia me miliki Aji Kekebalan
Kawoco sehingga tidak terluka, namun karena terpelanting
roboh pertahanannya menjadi sema kin le mah. Kedua orang
raksasa itu dengan girang me lompat ke depan dan
menggerakkan golok mereka menyerang.
"Singgg... trang-tranggg...!" Pecut sakti Bajrakirana dapat
menang kis dan Tejoman ik sudah melompat berdiri lagi. Akan
tetapi tiba-tiba datang angin lesus dibarengi suara-suara yang
menger ikan itu, me mbuat Tejomanik merasa kepalanya pusing
dan jantungnya tergetar karena guncangan yang diakibatkan
suara-suara setan itu.
Karena angin lesus itu agaknya tidak ma mpu me mbuat
satria yang gagah perkasa itu terseret, agaknya si pelepas
kekuatan sihir lalu men gubah sihirnya dan tiba-tiba datang
asap hitam menggelapkan pandang mata Tejomanik. Cuaca
menjad i gelap pekat dan suara itu semakin mengerikan. Dua
orang lawannya menyerang dengan dahsyat dari kanan kiri.
Tejomanik tidak dapat melihat mereka, hanya dapat
menang kap gerakan penyerangnya itu dengan pendengarannya yang juga dikacau oleh suara-suara itu. Dia
lalu me mutar pecut saktinya. Pecut Bajrakirana menjadi
gulungan sinar yang me lindungi tubuhnya sehingga semua
serangan kedua golok gergaji itu tertangkis oleh sinar pecut.
Bagaimanapun keadaan Tejoman ik gawat sekali. Apalagi
Retno Susilo yang sudah sampai di depan pondok, maju
perlahan sekali seperti orang linglung!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba terdengar suara tiupan seruling. Suara itu merdu
sekali, melengking-lengking dengan nada yang aneh,
menga lunkan lagu yang aneh pula. Akan tetapi lengkingan
suara seruling itu me mbawa getaran yang a mat le mbut dan
asap hitam itu segera menghilang! Se mua suara setan itu pun
berhenti sehingga Tejoman ik dapat melihat dua orang
lawannya dengan baik. Kepalanya tidak terasa pusing lagi.
Yang me mbuat hatinya girang, Tejomanik melihat betapa
isteri-nya, yang tadi telah tiba di depan pondok, tiba-tiba
berseru keras dan melompat ke tempat perkelahian,
menga mbil pedangnya yang tadi ia lepaskan la lu menerjang
lawan, me mbantunya menghadap i Dwi Kala!
"Uh-uh-uh... siapa berani me munahkan ajianku...?"
terdengar suara serak dan seorang kakek berusia kurang lebih
tujuh puluh lima tahun muncul dari pintu pondok. Kake k itu
bertubuh kurus kering dan bongkok, pakaiannya dari kain
hitam yang dilibat-libatkan di tubuhnya yang kurus, mukanya
tampak tua sekali dan kurus seperti tengkorak terbungkus
kulit, matanya mencorong seperti mata kucing di tempat gelap
dan tangannya me megang sebatang tongkat kayu cendana.
"Kakek iblis, ilmu setan mu tidak a kan dapat menga lahkan
manusia baik-baik! yang dilindungi Kekuasaan Gusti Allah!"
terdengar suara lembut na mun berwibawa. Kakek tua renta itu
me mandang dan tahu-tahu di s itu telah muncul dua orang
yang menentangnya dengan pandang mata tajam. Yang
seorang adalah pria berusia kurang lebih tiga puluh tiga tahun,
wajahnya tampan matanya lembut, wajah yang cerah dan
selalu tersenyum. Tubuhnya sedang saja namun pembawaannya menunjukkan bahwa dia me miliki kekuatan
tersembunyi yang amat kuat. Adapun orang kedua adalah
seorang wanita, sekitar tiga puluh satu tahun usianya. Cantik
dan gerak-geriknya juga le mbut na mun sinar matanya dapat
mencorong galak. Wajahnya bulat dengan dagu runcing,
matanya seperti bintang, hidung mancung dan mulutnya
me miliki sepasang bibir yang menggairahkan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka adalah sepasang suami isteri. Yang pria bernama
Parmadi, seorang satria dan pendekar terna ma yang juga
banyak berjasa terhadap Mataram, akan tetapi menolak
pemberian kedudukan oleh Sultan Agung dan kini t inggal di
Pasuruhan. Dia pendekar yang terkenal dengan julukan
Seruling Gading karena itulah senjatanya yang amat a mpuh.
Adapun wanita itu, isterinya, bernama Muryani, juga seorang
wanita gagah perkasa yang dulu menjad i murid Nyi Rukmo
Petak. Bersama suaminya, ia me mbantu bala tentara Mataram
ketika berperang melawan Kumpeni Belanda. Suami isteri ini
sudah sepuluh tahun menikah, namun mereka belum
dikaruniai anak. Inilah yang me mbuat mereka tidak merasa
betah tinggal di rumah dan mereka berdua banyak merantau
dan di manapun mere ka berada, mereka selalu me laksanakan
tugas sebagai pendekar. Mereka menegakkan keadilan,
me mbe la kebenaran yang berada di pihak tertindas, dan
menentang se mua pelaku-pelaku kejahatan.
Tadi Par mad i men iup seruling gadingnya meniupkan nadanada dari Aji Sunyatmaka lewat suara suling. Aji Sunyatmaka
(Jiwa Bebas) merupakan keadaan jiwa yang bebas dan
menyerah kepada Gusti Allah sehingga kekuasaanNya yang
me mbimbing dan melindungi. Kalau kekuasaan ini me lindungi
seseorang, segala maca m ilmu yang datangnya dari Kuasa
Kegelapan (Setan) akan mundur ketakutan. Maka ketika dia
men iup sulingnya, semua kekuatan sihir yang dilepas kakek
tua renta itu yang sejak tadi tinggal di dalam pondok, menjadi
buyar. Siapakah kake k tinggi kurus dan bongkok itu" Dia bernama
Bhagawan Ko-lasrenggi, seorang pertapa yang berasal dari
Bla mbangan dan tinggal di Bali, akan tetapi yang kini pindah
dan kemba li ke Bla mbangan, bertapa di sebuah bukit di
Semenanjung Bla mbangan. Dia adalah kakak seperguruan dari
Wiku Menak Jelangger dan Wiku Menak Koncar. Watak kakek
ini sa ma sekali berbeda dengan watak Wiku Menak Jelangger
yang baik budi, dan bahkan lebih tersesat dibandingkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendiang W iku Menak Koncar yang menyeleweng dar i jalan
kebenaran. Selama tinggal puluhan tahun di Bali, dia telah
me mperdalam ilmu-ilmu-nya, terutama sekali ilmu sihir,
tenung, santet dan sebagainya. Sang bhagawan ini pindah ke
Bla mbangan me mbawa dua orang muridnya dari Bali, yaitu
Dwi Kala, yang selalu melayani dan mencukupi segala
kebutuhannya. Dwi Kala ini juga merupakan orang-orang
sesat dan terkenal sebagai pelaku-pelaku kejahatan di Bali,
maka mere ka dan guru mereka dimusuhi para pendekar di
Bali. Bahkan Raja Klungkung di Bali juga mengerahkan
pasukannya yang bersama para pendekar la lu me musuhi
Bhagawan Kalasrenggi dan Dwi Kala sehingga akhirnya
mereka bertiga melarikan diri menyeberangigi Se lat Bali dan
kembali ke Blambangan.
Setelah tiba di Bla mbangan, Bhagawan Kalasrenggi
mendengar akan kematian adik seperguruannya, yaitu Wiku
Menak Koncar dan juga adik seperguruannya yang lain, yaitu
Ki Klabang kolo. Marahlah dia dan mendengar Kyai Sidhi


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kawasa yang dulu menjadi sahabatnya juga tewas, dia lalu
menganggap Sutejo atau Tejomanik dan para satria Mataram
sebagai musuh besarnya.
Itulah sebabnya mengapa Kaladhama dan Kalajana, ketika
merasa tidak ma mpu menga lahkan Tejoman ik dan Retno
Susilo, lalu me nantang suami isteri itu ke pondok mereka
dengan maksud agar guru mereka me mbantu mereka
meroboh kan satria yang dianggap musuh besar mereka itu.
Akan tetapi setelah dua orang Dwi Kala dan guru mereka
sudah hampir berhasil meroboh kan Tejoman ik dan menawan
Retno Susilo, tanpa mereka sang ka-sangka, muncul sua mi
isteri lain yang juga amat digdaya, bahkan yang pria dengan
tiupan seruling gadingnya ma mpu me mbuyarkan semua
pengaruh ilmu s ihir Bhagawan Kalasrenggi!
Bhagawan Kalasrenggi merasa penasaran sekali dan ia
keluar dari pintu pondok untuk me lihat siapa orangnya yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah me mbuyarkan ilmu sihirnya. Dia hampir tidak percaya
kalau yang ma mpu me mbuyarkan ilmu hitam yang dipelajari
selama berpuluh tahun itu hanyalah seorang laki-la ki yang
masih muda, baru tiga puluh tahun lebih usianya!
"Babo-babo,
orang muda so mbong. Ubun- ubunmu masih bau kencur, engkau berani menantang aku" Sa mbut
ini, baru engkau mengena l
siapa Bhagawan Kalasrenggi!!" Kakek itu
menodongkan tongkatnya
dan dari ujung tongkat itu
keluar asap putih bergulung-gulung
dan asap itu membentuk wujud
yang mengerikan, Seorang
mah luk seperti setan, bertaring, matanya melotot besar,
lidahnya terju-lur keluar dan dari mulutnya tampa k api
bernyala-nyala. Mahluk itu lalu menyemburkan bola-bola api
ke arah Parmadi dan Muryani. Maklum akan kedahsyatan ilmu
setan ini, Muryani cepat menyelinap ke belakang tubuh
suaminya. Parmadi t idak menge lak, juga tidak menangkis,
me lainkan segera meniup dan me mainkan sulingnya. Kembali
terdengar alunan nada aneh keluar dari seruling gading itu,
nadanya mengalun syahdu, mendatangkan rasa tenang di hati
para pendengarnya. Bola-bola api yang disemburkan jejadian
itu menyambar, akan tetapi anehnya, sebelum mengenai
tubuh Parmadi, dalam jarak sejengkal, bola-bola api itu rontok
dan jatuh ke atas tanah!
Melihat serangannya gagal, Bhagawan Kalasrenggi menyimpan kembali mahluk itu dan kini dia menancapkan
tongkatnya di depan tubuhnya, lalu mendorongkan kedua
tangannya ke arah Parmadi. Melihat serangan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengandung hawa pukulan tenaga sakti yang kuat itu,
Parmadi menyambutnya dengan dorongan kedua tangan pula
setelah menyelipkan seruling gading di pinggangnya. Muryani
tadi tidak dapat membantu ketika suaminya bertanding
menghadap i sihir kakek itu. Akan tetapi begitu melihat
kakek itu menyerang dengan pukulan jarak jauh, iapun
me mbantu suaminya ikut menya mbut dengan me ndorongkan
kedua tangan dan mengerah kan Aji Bromo Latu yang
mengandung hawa panas.
"Wuuutt... blarrr...!" Tenaga gabungan suami isteri itu
bertemu dengan tenaga sakti Bhagawan Kalasrenggi.
Demikian dahsyat pertemuan tenaga itu sehingga tanah di
sekitarnya tergetar. Suami isteri itu mundur tiga langkah, akan
tetapi kakek tua renta itu terhuyung ke belakang. Biarpun
kakek sakti mandraguna itu tidak terluka, namun dia tahu
bahwa mengadu tenaga sakti melawan dua orang itu, dia
kalah kuat. Pada saat itu, terdengar sorak sorai dan ratusan orang
warga pedusunan daerah itu berlari-larian mendaki puncak
bukit. Melihat ini, gentarlah hati Bhagawan Kalasrenggi. Dia
lalu mengacungkan tongkat yang sudah dia cabut dari atas
tanah, membaca mantra dan menggoyang-goyangkan tongkat
itu. Angin besar datang bertiup dan muncul asap hitam yang
amat tebal, me mbuat cuaca menjad i ge lap.
Kaladha ma dan Kalajana yang sudah terdesak sekali
me lawan Tejomanik dan Retno Susilo, menjadi terkejut dan
panik me lihat munculnya ratusan orang yang mengacungacungkan senjata golok, linggis, cangkul dan lain-la in. Maka,
begitu melihat asap hita m, mereka maklum bahwa guru
mereka mengajak mereka me larikan diri. Cepat mereka
me lompat ke belakang dan menghilang dalam asap hitam,
mengikut i guru mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terdengar suling mendayu-davu ketika Permadi men iup
seruling! Dan perlahan-lahan asap hitam dan angin ribut
menghilang. Akan tetapi tiga orang itu telah lenyap dari s itu.
Ratusan orang warga pedusunan itu tercengang dan
berhenti ketika melihat asap hitam. Akan tetapi setelah asap
hitam menghilang, mereka bersorak lagi dan berlari-larian
mengha mpiri. Mereka langsung menyerbu ke dalam pondok
dan berhasil mene mukan enam orang gadis yang diculik oleh
Dwi Kala, juga mene mukan uang yang juga secara terpaksa
karena takut diserahkan oleh warga dusun. Mereka
menyelamatkan se mua itu, kemudian ra ma i-ra mai me mbakar
pondok. Sementara itu dua pasang sua mi isteri yang sudah saling
mengenal itu bercakap-cakap. Mereka berempat pernah samasama me mbantu pasukan Mataram ketika Mataram menyerang Kumpeni Belanda di Batavia.
"Wah, berbahaya sekali Bhagawan Kalasrenggi itu! Dia sakti
mandraguna, sayang sekali kesaktiannya dipergunakan
dipergunakan untuk berbuat Jahat!" kata Parmad i sa mbil
menghela napas panjang.
"Mungkin yang jahat itu dua orang muridnya, Dwi Kala itu,
dan dia hanya membantu murid-muridnya. Sungguh
mengheran kan, bagaimana ada orang-orang sesat yang begitu
sakti berada di sini" Adi Par madi, untung andika berdua
muncul, kalau tidak, kami berdua sudah terancam bahaya
besar tadi. Terima kas ih!" kata Tejo manik.
"Ah, Kakangmas berdua tentu akan melakukan hal yang
sama sekiranya me lihat kami berdua dianca m bahaya! Kita
patut berterima kasih kepada Gusti Allah sehingga ma mpu
mengusir tiga orang manusia iblis tadi." kata Parmad i.
Retno Susilo sudah saling rangkul dengan Muryani. Mereka
adalah kakak beradik tunggal guru walaupun mereka baru
saling berte mu satu kali ketika sa ma-sa ma me mbantu pasukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mataram. Dua orang wanita ini adalah murid men diang Nyi
Rukmo Petak. "Muryani, bagaimana engkau dan sua mimu dapat muncul
pada saat yang sangat tepat" Kalian hendak perg i ke mana?"
tanya Retno Susilo.
"Mbakayu Retno Susilo, kami berdua sedang melakukan
perjalanan merantau dan di lereng bukit tadi kami melihat
ratusan orang berbondong-bondong mendaki puncak. Karena
ingin tahu apa yang terjadi, kami bertanya dan mereka
mengatakan bahwa mereka sedang hendak menyerang dua
orang manusia iblis berwujud raksasa di puncak. Mendengar
keterangan mereka bahwa Kakangmas Tejoman ik dan
Mbakayu Retno Susilo sudah leb ih du lu naik ke punca k untuk
me mbas mi para penjahat, kami berdua segera menyusul ke
sini." kata Muryani.
Mereka berempat bercakap-cakap dengan ge mbira karena
tidak disangka-sangka dapat saling bertemu dan bekerja sama
menghadap i Dwi Kala dan guru mereka yang sakti
mandraguna, tidak me mperdulikan para warga dusun yang
mengobra k-abrik is i pondok bahkan lalu me mbakar pondok
itu. Setelah para warga pedusunan di sekitar bukit itu
me la mpiaskan kemarahan mereka dan menyelamatkan ena m
orang gadis, kini mereka, dipimpin Ki Lurah Se lowono, lalu
berlutut menghadap ke arah empat orang penolong mereka.
Empat orang kepala dusun maju mengha mpiri dua pasang
suami isteri pendekar itu dan Ki Lurah Selowono mewa kili
mereka memberi hormat dan berkata.
"Ka mi seluruh keluarga warga e mpat buah dusun
menghaturkan banyak terima kasih atas pertolongan Denmas
berempat sehingga kami dapat me mbebaskan enam orang
gadis yang diculik para penjahat tadi. Kami sudah mengenal
nama Denmas Tejoma nik dan Masayu Retno Susilo, akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetapi kami ingin mengetahui juga na ma andika berdua yang
baru datang dan yang menjadi penolong ka mi pula."
Parmadi tersenyum. "Paman, kami hanya orang-orang
biasa, sama seperti andika sekalian. Namaku Parmad i dan ini
istenku berna ma Muryani."
Tejomanik la lu berkata dengan suara lantang. "Para warga
pedusunan daerah ini, dengarkan baik-baik! Kalau dusundusun andika sekalian diganggu orang-orang jahat, lakukanlah
seperti yang kalian lakukan sekarang ini. Kalau kalian bersatu
padu menentang penjahat, dengan ratusan orang seperti ini,
kami yakin tidak a kan ada penjahat berani mengganggu
kalian!" "Terima kasih, Denmas Tejoman ik. Kami menyadari akan
kebenaran itu. Sekarang, kami mohon sudilah Denmas
berempat me mber i kesempatan kepada kami untuk menya mbut Denmas bere mpat sebagai ta mu kehormatan dan
untuk menyampa ikan rasa terima kasih kami." kata Ki Lurah
Selowono yang sere mpak diikuti oleh tiga orang lurah lainnya.
Parmadi mengerutkan alis nya dan hendak menolak. Apa
yang mereka berempat lakukan adalah hal wajar saja dan
sudah menjad i kewajiban mere ka. Tidak perlu disanjung dan
dipuji. Akan tetapi Tejomanik me mandang kepadanya dan
berkata, "Adimas Par madi, kami perlu se kali bicara dengan
mereka untuk bertanya tentang putera kami. Maka, marilah
kita terima undangan mereka."
Parmadi mengangguk dan tersenyum. Mereka menerima
undangan itu bukan karena ingin d isanjung, me lainkan karena
ada hal yang perlu sekali ditanyakan oleh Ki Tejo man ik.
Semua orang kini beramai-rama i turun dari puncak, di
mana pondok itu masih terbakar. Tiga orang lurah dar i dusun
lain ikut pula ke ru mah Ki Lurah Selowono untuk menyambut
empat orang ta mu kehor matan mereka itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah dijamu dala m pesta makan bersa ma dengan empat
orang lurah dan isteri mereka, dua pasang suami isteri itu lalu
mengajak para lurah itu bercakap-cakap dan dalam
kesempatan ini Tejo man ik mula i dengan penyelidikannya.
"Paman Lurah Selowono, aku ingin sekali mendengar
keterangan andika sekalian tentang seorang pertapa yang
bertapa di Pegunungan Ijen ini. Namanya Ki Ageng Mahendra.
Apakah andika sekalian mengenal na ma itu dan mengetahui di
mana te mpat padepokannya?"
Mendengar pertanyaan itu, empat orang kepala dusun itu
saling pandang dan Ki Lurah Selowono menghela napas
panjang. "Justeru inilah yang me mbuat kami semua merasa
berduka dan tidak berdaya. Kalau saja ada Ki Ageng
Mahendra, tak mungkin ada manusia-manusia iblis datang
mengganggu dan me ngacau dusun-dusun ka mi."
"Andika mengena l beliau, Pa man" Di mana padepokannya?" Tejoman ik didahului Retno Susilo yang sudah
bertanya dengan suara mendesak.
"Tentu saja kami seluruh warga pedu-sunan di daerah ini
mengenal Ki Ageng Mahendra. Akan tetapi sayang ... beliau
telah wafat sekitar tiga empat tahun yang la lu."
Tejomanik dan isternya saling pandang dan merasa
kecewa, lalu Tejoman ik bertanya, "Paman, apakah andika
mengenal muridnya yang berna ma Bagus Sajiwo?"
Empat orang lurah itu mengangguk-angguk. Ki Lurah
Selowono cepat menjawab, "Tentu saja kami mengenal Den
Bagus dengan ba ik!"
"Ah, bagaimana keadaannya, Paman" Apakah Bagus Sajiwo
sehat-sehat saja?" Retno Susilo bertanya, wajahnya berseri,
matanya bersinar.
"Ha mpir e mpat tahun yang lalu Den Bagus Sajiwo dalam
keadaan baik-baik saja dan sehat, Masayu. Akan tetapi setelah


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Ageng Mahendra wafat empat tahun yang lalu, dia pergi
men inggalkan padepokan yang telah dibakarnya untuk
me mperabu kan jenazah Ki Ageng Mahendra."
"Pergi" Kemana, Paman" Di mana dia sekarang?" Retno
Susilo mengejar. Ki Selowono menggeleng kepalanya.
"Ka mi se mua tidak tahu, Masayu. Ketika Ki Ageng
Mahendra wafat, kami datang ke padepokannya untuk
me layat. Akan tetapi Den Bagus Sajiwo tidak me mberitahu
kepada kami ke mana dia perg i. Kami se mua a mat kehilangan
Ki Ageng Mahendra, juga keh ilangan Den Bagus Sajiwo."
"Ohhh."!" Tak dapat ditahannya lagi, Retno Susilo menutupi
mukanya dengan kedua tangan, akan tetapi semua orang
mengetahui bahwa ia menangis. Biarpun ia menahan suara
tangisnya, namun ia terisak dan air mata menetes keluar dari
celah-celah jari tangannya.
Muryani segera mengha mpiri dan merangkul kakak
seperguruannya itu. Tejomanik menghibur dan menepuknepuk pundaknya.
"Diajeng, mendengar bahwa dia sehat selamat saja, kita
sudah bersyukur dan berterima kasih kepada Gusti Allah.
Memang agaknya belum tiba saatnya kita berjumpa dengan
dia, akan tetapi percayalah, Gusti Allah Maha Pengasih yang
telah me lindungi anak kita dengan se la mat, pasti akan
me mperte mukan kita dengannya pada saatnya."
"Kakangmas Tejoman ik berkata benar, Mbakayu. Saya juga
merasa yakin bahwa Mbakayu kelak a kan bertemu kemba li
dengan Bagus Sajiwo."
Mendengar ucapan dua orang satria itu, Retno Susilo
merasa terhibur dan ia menghentikan tangisnya, mengusap air
mata dari pipinya. Sementara itu, empat orang kepala dusun
mendengar percakapan itu, tercengang dan saling pandang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Waduh, kiranya Denmas dan Masayu ini adalah ayah dan
ibu dari Den Bagus Sajiwo" Sungguh kami merasa berbahagia
sekali dapat bertemu dengan Denmas sekalian." kata Ki Lurah
Selowono. Dua pasang sua mi isteri itu tinggal di rumah kepala dusun
Krenting malam itu dan mereka mendengar kan para kepala
dusun itu bercerita Ki Ageng Mahendra dan Bagus Sajiwo.
Terutama sekali Tejomanik dan Retno Susilo, ingin menguras
semua yang diketahui orang-orang itu tentang diri Bagus
Sajiwo. Mereka merasa senang dan bangga mendengar bahwa
putera mereka telah menjadi seorang pe muda yang tampan
dan gagah, dan yang diakui oleh se mua kepala dusun sebagai
seorang pemuda yang ramah, rendah hati, dan baik budi,
seringkah meno long para penduduk dusun dengan mengobati
mereka yang sakit. Juga beberapa kali putera mereka itu
menentang dan mengusir orang-orang jahat dari dalam
dusun. Pada keesokan harinya, Tejomanik dan Retno Susilo berdua
naik ke puncak bukit yang pernah menjadi tempat tinggal
Bagus Sajiwo dan Ki Ageng Mahendra, sedangkan Par madi
dan Muryani me lanjutkan perantauan mereka.
Biarpun di puncak bukit itu kini telah sunyi dan pondok
bekas padepokan Ki Ageng Mahendra telah lenyap dan hanya
tinggal bekas-bekas puing sedikit saja karena menurut cerita
para kepala dusun, puing-puing rumah itu bersama abu
jenazah terbawa angin lesus dan menjadi hujan abu di
permukaan bukit, namun hati kedua orang tua itu berdebar
dan rasa haru menyelinapi perasaan mereka ketika mereka
berdiri di bekas pondok yang terbakar itu dan me mandang ke
seliling. Di sinilah putera mereka, Bagus Sajiwo, tinggal sela ma
sepuluh tahun! Sejak anak berusia ena m tahun sa mpai
menjad i seorang pe muda re maja berusia ena m be las tahun!
Seakan terasa oleh mereka di situ, seolah terdengar suara
anak mereka di antara bis ikan angin di dedaunan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Tejoman ik menyentuh pundak isterinya. Retno
Susilo me mandang kepada suaminya dengan kedua mata
basah dan melihat suaminya menuding ke kiri. Ia me mandang
dan me lihat dua buah batu besar yang atasnya datar. Mereka
tanpa bicara, segera menghampiri. Dua bongkah batu itu yang
satu lebih besar daripada yang lain, permukaannya bersih dan
licin. Tanpa bicara keduanya sudah dapat menduga bahwa
tentu guru dan murid itu suka duduk di atas batu-batu ini
yang memang diduduki untuk bersa madhi. Langsung saja
Retno Susilo men dekati batu yang lebih kecil dan merabaraba, seolah me mbelai tubuh puteranya. Kemudian ia duduk
bersila di atas batu itu. Tejomanik juga duduk di atas batu
yang lebih besar, bersila dan sua mi isteri itu duduk bersamadhi. Setelah beberapa lamanya bersa-m'adhi dengan
khusuk, mereka merasa betapa tenang dan tenteram hati
mereka, penuh kedamaian dan lenyaplah segala perasaan
haru dan kecewa.
Mereka me mbuka mata dan me mandang ke sekeliling.
"Agaknya di sini empat tahun yang lalu menjadi sebuah taman
yang indah." kata Retno Susilo.
Suaminya mengangguk. "Dan aku dapat membayangkan
betapa Ki Ageng Mahendra memberi pelajaran dan wejangan
kepada anak kita di atas batu ini. Lihat ke sana, pemandangan
dari tempat kita duduk ini begitu indah. Tempat ini me mang
cocok sekali untuk menjadi te mpat padepokan seorang
pertapa." "Siapakah sebetulnya Ki Ageng Ma-hendra yang menjadi
guru anak kita itu" Engkau be lum menceritakan dengan jelas."
"Aku sendiri juga tida k tahu dengan jelas. Mendiang Eyang
Guru Resi Limut Manik hanya pernah mengatakan bahwa
beliau me mpunyai seorang adik seperguruan berna ma Ki
Ageng Mahendra yang sejak muda hanya bertapa dari gunung
ke gunung, berbeda dengan Eyang Resi Limut Manik yang
me mbangun perguruan Jatikusuma. Dan kebetulan sekali,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
guruku pertama, Bhagawan Sidik Paninga l, pernah berguru
kepada Resi Limut Manik Dengan de mikian ma ka Resi Limut
Manik ada lah eyang guruku dan Ki Ageng Mahendra masih
terhitung eyang guruku pula. Maka, kalau Bagus Sajiwo
mencer itakan siapa ayahnya kepada Ki Ageng Mahendra,
tentu beliau mengetahui bahwa Bagus Sajiwo masih buyut
muridnya sendiri!"
Retno Susilo menghela napas panjang, merasa lega bahwa
puteranya menjadi
murid seorang yang amat sakti
mandraguna. "Yang me mbuat aku merasa heran, kenapa Bagus t idak
segera pulang ke Gunung Kawi setelah gurunya wafat" Ke
mana saja dia selama ha mpir e mpat tahun ini" Ah, dia tentu
kini sudah berusia ha mpir dua puluh tahun!"
"Karena itulah, kita harus segera pulang ke Gunung Kawi,
Diajeng. Mungkin saja sewaktu-waktu dia akan pulang dan
bagaimana kalau dia mendapatkan rumah kosong?"
"Engkau benar, Kakangmas. Mari kita segera pulang. Siapa
tahu dia sekarang sudah berada di rumah me nanti kita!"
Suami isteri itu lalu turun dari bukit dan melakukan
perjalanan ke barat, menuju pulang ke Gunung Kawi dengan
hati penuh harapan untuk segera berjumpa dengan putera
mereka. 0odwo0 Bagus Sajiwo duduk bersila di atas batu yang datar dan
permukaannya halus. Kedua tangannya berada di pangkuan
tubuhnya tegak lurus dan kedua matanya terpejam. Tak jauh
dari situ, terpisah sekitar sepuluh meter, Maya Dewi juga
duduk bersila di atas sebuah batu lain, dengan sikap yang
sama dengan Bagus Sajiwo. Sinar matahari menerobos
me masu ki ruangan dalam perut bukit karang itu melalui celahcelah antara batu-batu karang di atas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sudah kurang leb ih tiga tahun la manya mereka berdua
berada di dalam perut bukit karang itu, dalam ruangan yang
luas. Mereka hidup seolah mengasingkan diri di situ untuk
me mpe lajari isi kitab Aji Sari Bantala ( Sari Bumi). Selain kitab
itu me muat keterangan pelajaran dengan huruf-huruf kuno
sehingga agak sukar dimen gerti walaupun Bagus Sajiwo
pernah me mpelajari tu lisan kuno dari Ki Ageng Mahendra,
ditambah lagi dengan sulitnya me mpelajari ilmu itu, maka
setelah lewat tiga tahun baru mereka kini me latih bagian
terakhir is i kitab itu.
Isi kitab itu terdiri dar i dua tingkat. Tingkat pertama adalah
cara berlatih pernapasan dan penguasaan atas tenaga sakti
dahsyat yang berada dalam tubuh mereka berkat makan
"Jamur Dwipa Suddhi". Untuk melatih tingkat perta ma ini saja
mereka me mbutuhkan waktu setahun. Setelah melatih dengan
tekun selama setahun, barulah mereka berhasil menguasai
hawa yang dahsyat itu sehingga dapat dipergunakan
sekehendak hati
mereka. Kemudian barulah
mereka me mpe lajari dan melatih pelajaran tingkat ke dua. Ini
merupakan gerakan ilmu silat yang lambat namun yang
bergerak dengan sendirinya, tidak direka-reka dan tidak dibuat
atau disengaja. Pada mulanya gerakan mereka tidak karuan
bahkan liar dan s ifatnya merusak sehingga dinding batu
karang di situ banyak yang pecah berantakan terkena
tamparan tangan mereka. Akan tetapi setelah tekun berlatih
selama dua tahun, barulah gerakan-gerakan mere ka teratur
dan indah seperti me nari-nari, dan begitu le mbut sehingga
tampak tanpa tenaga.
Beberapa saat setelah Bagus Sajiwo dan Maya Dewi duduk
bersila, mulailah ada tenaga menggetarkan seluruh jas mani
mereka, dari ubun-ubun kepala sa mpai ke jari kaki dan
perlahan-lahan getaran itu menggerakkan tubuh mereka.
Keduanya bangkit atau dibangkitkan oleh getaran tenaga itu
dan mulailah mereka bersilat, menggerakkan kaki tangan
seperti orang menari. Dala m setiap gerakan, mereka merasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seolah-olah tangan atau kaki yang bergerak itu berada dalam
air, terasa nyaman dan gerakan itu menjadi gerakan sa mbung
menya mbung tiada hentinya. Pikiran mereka terasa tenang
tapi terang penuh kesadaran, bukan seperti mimpi atau tidak
sadar. Namun hati akal pikiran mereka tidak mengendalikan
gerakan tubuh mereka. Ada SESUATU yang lebih hebat, lebih
dahsyat, lebih kuat dari hati akal pikiran yang menggerakkan
seluruh tubuh. Hati akal pikiran hanya menyerah, hanyut,
tanpa kehendak, tanpa pamrih. Untuk melatih ini, sungguh
tidak mudah dan kini Bagus Sajiwo dan Maya Dewi sudah
berhasil dengan latihan mereka. Itulah Aji Inti Bumi seperti
yang diterangkan dalam kitab kuno itu.
Setelah bergerak sendiri-sendiri, me mbiarkan diri hanyut
dalam gerakan oto matis itu, hati akal pikiran hanya menjadi
saksi, maka keduanya lalu saling mengha mpiri dan mula ilah
mereka sa ling menyerang dalam latihan. Kini hati akal pikiran
mereka bekerja, mengarahkan gerakan oto matis itu dalam
pembelaan diri, kalau yang satu menyerang, yang lain
me mpertahankan diri. Sampai berja m-ja m mereka bergerakgerak, indah seperti dua orang penari ulung melakukan tari
yuda (perang). Akhirnya mereka menghentikan gerakan itu,
dan duduk bersila ke mba li mengatur pernapasan.
"Bagus, bukankah kita sudah selesai me mpelajari Kitab Sari
Bantala itu?" terdengar Maya Dewi bertanya, suaranya kini
le mbut dan tenang. Wanita ini sudah berusia sekitar tiga puluh
lima tahun, akan tetapi sungguh luar biasa, ia masih tampak
seorang gadis berusia dua-puluh tahun saja! Kecantikannya
wajar, tanpa ditambah pemutih atau pemerah muka, akan
tetapi kulit mukanya begitu halus, putih kemerahan dan
bibirnya merah basah dan segar tanda kesehatan yang
sempurna. Rambutnya yang hitam panjang itu digelung
secara sederhana, seperti gelung perawan desa, namun
kesederhanaan itu bahkan me mbuat kejelitaannya semakin
menonjol. Ia pun mengenakan pakaian model wanita dusun,
yang dibelinya di pedusunan d i tepi pantai ketika ia mendapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
giliran keluar dari ruangan perut bukit karang untuk mencari
segala kebutuhan hidup mere ka.
Bagus Sajiwo kini sudah tampa k lebih dewasa. Usianya
sudah hampir dua puluh tahun, tubuhnya tinggi tegap, jantan
dan rambutnya yang hitam itu agak berombak, dahinya lebar,
alisnya tebal hita m. Hidungnya mancung dan bibirnya selalu
menge mbangkan senyum, matanya lebar dan tajam lembut,
penuh pengertian namun terkadang mencorong seperti
hendak menjenguk ke dalam hati orang yang dipandangnya.
Belahan di tengah dagu me mbuat dia tampa k gagah
berwibawa. Pemuda ini juga mengenakan pa kaian seperti
seorang pemuda dusun yang bersahaja.
Kecuali kecantikan dan keta mpanan, sikap halus le mbut
dan tutur sapanya yang tertatur, tidak ada petunjuk lain yang
menyatakan bahwa mereka itu bukan orang-orang dusun
biasa. Apalagi sama sekali mere ka tidak me mpunyai ciri-ciri
dua orang yang menguasai kepandaian tinggi me mbuat
mereka menjadi sakti man draguna.
"Benar, Dewi. Akan tetapi setelah melatih diri dengan Aji
Sari Bantala, hanya engkau dan aku yang tahu karena
menga la mi sendiri bahwa yang terlatih adalah jiwa kita, bukan
raga kita. Raga kita hanya mengikuti jiwa, walaupun keduanya
itu ka it-menga it dan saling menunjang."
"Coba jelaskan lagi, Bagus!"
"Dewi, asal engkau terus-menerus teringat kepada Gusti
Allah dengan penyerahan diri sebulatnya, engkau tentu akan
mengerti sendiri."
"Aku yakin akan kal itu seperti telah diajarkan dalam Aji
Sari Bantala Bagus. Akan tetapi, yang menyeret kita ke jalan
penyelewengan adalah pikiran, karena itu aku me mbutuhkan
penerangan darimu agar pikiran ku mengerti benar karena
pengertian itu menjadi sarana untuk menentukan langkah
hidup, bukan ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah, Dewi. Seperti kita ketahui dari ajaran itu, dalam
latihan kita mengalami pe mbersihan rohan i dan jas mani. Akan
tetapi, pembersihan dalam bentuk apapun juga, tetap
dibayangi bahaya pengotoran kembali. Kalau yang dibersihkan
setiap kali hanya setakar, lalu kita kotori sendiri dua takar, lalu


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kapan bersihnya" Pengotoran ini me lalui hati akal pikiran yang
me mbuahkan perbuatan. Apa artinya iman kepada Gusti Allah
kalau tidak disertai perbuatan yang nyata, yang keluar dari
hati pikiran" Iman itu percaya dan percaya yang benar itu
berarti penyerahan diri sebu latnya. Menyerah berarti taat!
Jadi, kita menyerahkan diri kepada kekuasaan Gusti Allah
harus diikuti dengan ketaatan akan segala kehendakNya.
Gusti Allah itu Maha Baik. Karena itu kita yang sudah
menyerah kepadaNya juga harus selalu berbuat baik,
menegakkan keadilan, me mbela kebenaran dan menjauhi
perbuatan jahat.
Kalau kita melangkah dalam hidup ini, melakukan segala
hal menggunakan hati akal pikiran yang menuju kebaikan,
sudah pasti ke kuasaanNya akan selalu menuntun kita."
Maya Dewi mengangguk-angguk. "Bagus, apakah ini berarti
bahwa kita harus me matikan nafsu-nafsu kita karena nafsu
yang menyeret kita ke dalam kesesatan?"
"Dewi, banyak orang berpendapat demikian dan aku yakin
bahwa pendapat seperti itu sebenarnya keliru. Manusia h idup,
ketika dilahirkan sudah disertai nafsu-nafsunya yang
merupakan karunia Gusti Allah. Bagaimana
mungkin dimatikan" Nafsu adalah alat, peserta, bahkan pelayan kita.
Untuk dapat hidup di dunia, mencukupi sandang-panganpapan, menurunkan manusia baru, mengusahakan segala
sesuatu untuk menyejahterakan kehidupan di dunia ini, kita
harus me mpergunakan nafsu. Untuk dapat tetap tinggal hidup
pun me mbutuhkan nafsu. Nafsu amat berguna karena itu
adalah karunia Gusti Allah. Akan tetapi sayang, kuasa
kegelapan atau iblis justeru menggunakan nafsu-nafsu kita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk menyeret kita ke lembah dosa. Iblis yang memper kuat
nafsu-nafsu kita sehingga keadaannya berbalik. Kita yang
diperalat dan diperha mba oleh iblis melalui nafsu, dengan
umpan yang serba enak, serba nikmat. Nah, kalau kita sudah
dikuasai nafsu, kita menjadi manusia yang celaka, Dewi."
Maya Dewi mengangguk-angguk. "Aku mengerti sekarang,
Bagus. Justeru latihan Sari Bantala itu membuat kita penuh
penyerahan kepada kekuasaan Gusti Allah sehingga
kekuasaanNya saja yang dapat menundukkan merajalelanya
nafsu yang dikemudi oleh iblis. Kalau dalam cer ita
pewayangan, Sang Dewa Ruci sudah masuk ke da la m pribadi
Werkudara! Sari Bantala berarti bersikap seperti tanah,
menyerah terhadap kekuasaan Gusti Allah, akan tetapi dengan
demikian bahkan menguasai dan menga lahkan segala-galanya
yang berada di atas per mukaan Bumi. Me mberi segala-galanya
dan juga menga mbil segala-ga lanya dan semua itu terjadi di
luar kehendaknya, melainkan kehendak Gusti Allah."
"Benar, Dewi. Akan tetapi kita harus ingat bahwa seperti
juga tanah kita juga harus rendah hati, tidak pa mer dan
menyadari bahwa kita, raga kita ini, bukan apa-apa dan tidak
berkuasa apa-apa. Selama jiwa kita berada dalam raga ini, kita
selalu condong menjadi kotor dan le mah. Ingat bahwa
bagaimanapun, betapa saktinya seseorang, dia tidak dapat
menghindarkan diri dari kodrat. Badan manusia tidak kebal
terhadap penyakit dan kematian. Kita juga dapat sakit, dapat
mati. Karena itu, sadar akan hal ini, sudah sepatutnya kalau
kita berserah diri kepada Gusti Allah, hanya Dia yang Maha
Sempurna, Maha Baik, Maha Bisa, Maha Kuasa dan Maha
Segalanya. Semoga saja Dia dengan keku-asaanNya akan
selalu me mbimbing kita, seperti Werkudara yang selalu
dibimbing oleh Dewa Ruci. Ruci itu berarti Roh Suci, Dewi."
"Amin-a min-a min. Bagus."
Sungguh a mat luar biasa dan mengherankan se kali bagi
orang yang pernah mengenal Maya Dewi kalau dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendengarkan percakapan itu se karang. Dahulu, Maya Dewi
dikenal sebagai "wan ita iblis" yang mengha lalkan segala cara
untuk me menuhi keinginan nafsunya. Tidak ada kejahatan
yang dipantang olehnya sehingga ia a mat ditakuti dan di
mana- mana ia dibenci dan dimusuhi orang-orang dari
golongan pendekar. Akan tetapi, sekarang ia berubah sama
sekali dan se mua ini terjadi setelah bergaul dan hidup
bersama Bagus Sajiwo, sejak pemuda itu mas ih re maja
berusia enam be las tahun lebih sa mpa i kini berus ia ha mpir
dua puluh tahun. Bahkan kele mahan utamanya, yaitu nafsu
gairah berahi yang sudah memperbudak dirinya, kini tidak
tampak bekasnya lagi! Kini ia dapat melihat dengan mata
terbuka semua kenyataan tentang kotornya ulah nafsu berahi
kalau sudah menguasai manusia seperti menguasai dirinya
dahulu. Perubahan ini me mbuktikan bahwa pada hakekatnya,
manusia itu dilah irkan da la m keadaan baik dan se mpurna
jiwanya. Sang Maha Pencipta adalah juga Maha Se mpurna,
maka segala ciptaanNya sudah pasti se mpurna pula. Kalau
ada ciptaanNya yang kemudian tidak se mpurna, seperti kalau
ada manusia yang berubah menjad i jahat dan sesat, hal itu
terjadi karena keadaan yang sempurna itu menjad i tidak
sempurna karena dosa. Akan tetapi bukan berarti kalau sudah
berdosa dan menjadi jahat tidak dapat menjadi baik kembali!
Gusti Allah itu selain Maha Pencipta, juga Maha Kuasa dan
Maha Pengampun. Orang yang sesat dapat diampuni kalau
saja dia mau bertaubat, tidak menjad i ha mba nafsunya lagi,
berserah diri kepada Gusti Allah.
Demikian pula dengan Maya Dewi. Sungguh merupakan hal
yang hampir tidak masu k akal adanya kenyataan bahwa
wanita ini tinggal dalam ruangan di perut bukit batu karang
itu, berdua saja dengan seorang pemuda tampan gagah
selama t iga tahun dan sa ma sekali ia tidak pernah terusik
gairah berahinya! Hal ini bukan karena ia tidak mencinta
Bagus Sajiwo. Maya Dewi amat mencintanya dan menyayangnya, mengaguminya, dengan cinta yang tulus dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersih. Biarpun batinnya telah dibersihkan dari pengaruh
nafsu, namun Maya Dewi hanya seorang manusia biasa, maka
akan bohonglah kalau sekali waktu tidak timbul gairahnya dan
ingin menyatakan cintanya itu dengan kemesraan. Namun,
bimbingan kekuasaan Tuhan telah me mbuat ia waspada dan
peka kesadarannya sehingga ia dapat melihat bahwa gairah
itu tidak baik dan tidak benar sehingga dengan mudah ia
dapat menundukkan gairah nafsu itu. Tidak ada manusia yang
sempurna di dunia ini, akan tetapi kalau manusia selalu ingat
dan dekat dengan Gusti Allah, maka Roh-Nya yang suci akan
selalu me mbimbing dan menyadarkannya apabila iblis datang
menggoda dan hendak menyeretnya ke dala m dosa.
Pada keesokan harinya pagi-pagi sekali mereka menyatakan selamat tinggal kepada ruangan yang mereka
huni selama tiga tahun itu. Biarpun cuaca masih gelap pekat
karena sinar matahari belum me mas uki ruangan itu lewat
celah-celah batu karang, namun kini ke dua orang itu me miliki
penglihatan yang seolah dapat mene mbus kegelapan. Mereka
me manjat dinding karang dengan mudah dan cepat menuju
ke atas. Setelah tiba di atas mereka disa mbut pe mandangan alam
yang amat indahnya. Matahari baru tersembul dari puncak
bukit di timur, masih kemerahan na mun sudah cukup
menyilaukan dan cahayanya keemasan mula i menghidupkan
seluruh per mukaan bumi yang dapat menerima cahayanya.
Langit cerah berwarna biru, hanya dihias beberapa kelompok
awan putih tipis seperti kapas. Burung-burung beterbangan,
berkelompok sa mbil berceloteh riang. Burung ge latik dan
burung pipit selalu terbang berkelompok, berbeda dengan
burung prenjak dan burung kutilang yang hanya terbang
berdua atau tidak lebih dari lima ekor. Bu-rung gereja juga
berkelompok, akan tetapi kelompoknya kecil dan mereka tidak
suka terbang tinggi melainkan leb ih suka berdekatan dengan
tanah. Terdengar pula ayam jantan berkokok, na mun tidak
seramai pagi tadi sebelum matahari terbit atau menjelang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terbit seolah mereka tahu bahwa tidak per lu lag i berkeruyuk
me mbangunkan se mua ma hluk karena kini mereka se mua
telah terbangun dari tidurnya. Dari lereng itu ta mpak
beberapa orang bapak tani jalan beriringan, me manggul pacul
menuju ke sawah ladang. Terdengar pula sayup-sayup bunyi
kambing menge mbik dan ayam betina berkotek me manggil
anak-anaknya. Angin berhembus sepoi-sepoi se milir menyegarkan badan.
Bagus Sajiwo dan Maya Dewi menghirup napas dalamdalam, merasa betapa sedapnya hawa udara yang memasu ki
paru-paru mereka.
Dengan suara penuh hormat dan kagum Bagus Sajiwo
berkata perlahan. "Alangkah maha besar kekuasaan Gusti
Allah dan alangkah ma ha indah ciptaan-Nya. Puji syukur
kepadaNya yang melimpahkan berkahNya kepada kita
semua!" Maya Dewi juga me mandang ke bawah dengan
kagum. "Betapa besar kasih dan karunia yang diberikan
kepada kita. Sudah sepatutnya kalau kita berbahagia
karenanya. Akan tetapi mengapa begitu banyak terjadi
kesengsaraan dan duka nestapa di antara manusia?"
Kedua orang itu saling pandang. Ketika masih berada di
ruangan dalam perut bukit batu karang, cahaya tidak pernah
terang sekali seh ingga setelah kini sa ling berhadapan di alam
terbuka, mereka dapat saling pandang dengan sejelasjelasnya. Maya Dewi me mandang kagum! Pe muda re maja dahulu itu
kini telah menjadi seorang pria dewasa yang ganteng dan
sinar matanya itu me mbuat orang merasa tenang dan
sungkan, bukan takut. Ada sesuatu dalam sinar mata pemuda
itu yang me mbuat orang merasa bersalah dan tunduk. Betapa
kekasihnya, demikianlah ia selalu menganggap Bagus Sajiwo,
orang yang paling dikasihinya di dunia ini, kini menjadi
seorang pria dewasa yang sederhana dan pandang matanya
le mbut, namun me miliki wibawa yang amat kuat,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebaliknya Bagus Sajiwo juga kagum dan senang me lihat
Maya Dewi. Wanita ini seolah t idak berubah setelah usianya
bertambah tiga tahun. Masih seperti dulu. Masih cantik jelita
penuh daya tarik, akan tetapi sekarang keliaran yang tampak
pada sinar mata dan gerak-geriknya dahulu itu telah lenyap,
sinar matanya tenang bercahaya mengandung kebahagiaan,
gerak-geriknya juga le mbut. Hal ini bahkan mena mbah daya
tariknya menjadi ayu man is merak ati (cantik man is me mikat
hati). Dia tahu bahwa daya tarik jas maniah yang a mat kuat ini
tentu akan membuat banyak pria tergila-gila. Akan tetapi dia
sendiri, sejak pertemuan pertama, tidak terpengaruh oleh
daya tarik kecantikan Maya Dewi. Yang ada dalam hatinya
adalah kasih sayang yang menimbulkan perasaan belas kasih
dan setia-kawan. Dia hanya ingin me mbimbing wanita itu
kembali ke jalan kebenaran, ingin me mbela dan rasa kasih
sayangnya itu seperti kasih sayang seorang saudara.
"Bagus, kita sekarang hendak pergi kemana?"
Bagus Sajiwo tersenyum. "Dan engkau sendiri, Dewi?"
"Sudah kukatakan sejak dulu, Bagus. Aku sudah tidak
me mpunyai siapa-siapa lag i, tidak ada tempat yang kutuju,
ma-ka aku akan pergi ke mana engkau pergi."
"Akan tetapi, Dewi, kita tidak mungkin begini terus,
me lakukan perjalanan bersa ma selalu. Engkau tentu tahu, ada
waktunya bertemu, ada waktunya berkumpul, ada pula
waktunya untuk berpisah. Dengan bekal kema mpuan yang
kau-miliki, kukira engkau a kan ma mpu hidup seorang diri
dengan aman, asal engkau selalu berpija k pada jalan
kebenaran."
"Aku tahu, Bagus. Akan tetapi aku belum merasa bisa
untuk kau tinggalkan. Dahulu, sebelum berte mu denganmu,
aku merasa seolah hanyut dalam sa mudra kehidupan yang
penuh gelombang dahsyat yang menyeret dan hendak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menengge la mkan a ku. Aku merasa tidak berdaya, merasa
sengsara, tidak mengenal kebahagiaan, hanya mabok dengan
kesenangan jasman i yang berakhir dengan kebosanan,
kekecewaan dan duka nestapa. Lalu engkau muncul. Aku
merasa seolah aku mene mukan sepotong papan yang kuat
untuk kupegang dan menjadi tempat a ku bergantung agar
tidak terus hanyut dan tenggelam. Kalau sekarang engkau
hendak men inggalkan aku dan kita harus berpisah, aku akan
kehilangan pegangan dan aku takut akan hanyut kembali,
Bagus. Aku takut!"
"Dewi, kenapa mesti takut" Engkau harus me mpunyai
kepercayaan kepada dirimu sendiri. Ingat bahwa engkau telah
me mbuka hatimu terhadap Gusti Allah dan dengan sepenuh
jiwa raga berserah diri kepadaNya. Itu berarti bahwa
kekuasaan Gusti Allah selalu menda mpingimu, selalu
me mbimbingmu. Apalagi yang perlu kautakuti
kalau kekuasaanNya berada dalam dirimu" Aku ini hanya manusia
biasa seperti juga dirimu, dengan segala kelemahan ku. Aku
juga hanya merasa kuat karena yakin bahwa Gusti Allah
menyertaiku."
"Bagus, tolonglah, Bagus. Aku bukan takut akan ancaman
bahaya dari luar, melainkan terhadap diriku sendiri. Aku...
aku... aku cinta pada mu, aku menyayangmu, aku tidak tahan
untuk berpisah dar i-mu, Bagus. Engkau lah satu-satunya


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

manusia di dunia ini yang kukasihi, yang ku-percaya, yang
akan kubela sa mpai mati karena aku yakin bahwa engkau pun
selalu melindungiku dan me mbelaku, selalu me mber i tuntunan
kepadaku. Bagus, demi Gusti Allah, jangan tinggalkan a ku,
Bagus..." Maya Dewi tak dapat menahan keharuan dan kesedihan
hatinya me mbayangkan betapa ia akan hidup seorang diri
seperti dulu lag i, kehilangan Bagus Sajiwo yang a mat dipuja
dan dicintanya sehingga ia tak dapat menahan jatuhnya air
mata yang menetes-netes dari kedua matanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagus Sajiwo menghela napas panjang. Dia merasa iba
kepada wanita itu dan merasa tidak tega untuk me maksakan
perpisahan antara mereka. "Dewi, engkau tentu tahu bahwa
akupun a mat menyayangmu dan aku merasa berbahagia
sekali me lihat engkau dapat menyadari akan kesalahanmu
yang sudah-sudah, mau bertaubat dan mengubah jalan
hidupmu. Aku tadi hanya ingin menje laskan kepada mu bahwa
ada waktunya bertemu, berkumpul kemudian berpisah.
Perpisahan tidak dapat kita hindarkan, Dewi."
"Bagus, sekali lag i kuminta padamu, biarkan aku
mengikut imu, berilah aku waktu sampai a ku merasa kuat
untuk hidup seorang diri. Kasihilah aku, Bagus."
Bagus Sajiwo tidak
dapat me mbantah lag i. Dia
mengangguk dan tersenyum me mandang wajah wanita itu.
"Baiklah, Dewi, kalau itu yang kau kehendaki."
"Ah, Bagus! Terima kasih, Bagus, terima kasih!" Maya Dewi
berseru dengan gembira sekali, wajahnya berseri-seri,
matanya yang masih basah itu berbinar-binar dan mulutnya
tersenyum lebar.
"Nah, mari kita lanjutkan perjalanan kita ini." ajak Bagus
Sajiwo dan dengan gembira Maya Dewi melangkah di samping
pemuda itu sa mbil me megang tangan Bagus Sajiwo. Mereka
berjalan sambil bergandengan tangan men uruni bukit karang
dan Bagus Sajiwo tidak merasa sungkan atau aneh
bergandengan tangan seperti ini karena dia me mang sudah
merasa akrab sekali dengan wanita itu yang dia anggap
sebagai seorang saudara sendiri.
"Kita sekarang menuju ke mana, Bagus ?" tanya Maya Dewi.
"Aku akan ke Gunung Kawi, di ma na ayah ibuku tinggal."
"Kenapa baru sekarang setelah engkau berusia dua puluh
tahun engkau boleh kembali ke rumah orang tuamu" Kenapa
gurumu mengadakan peraturan yang begitu aneh?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Entahlah, Dewi. Mendiang Eyang Guru adalah seorang
yang arif bijaksana, tentu beliau me mberi pesan itu de mi
kebaikanku, atau kebaikan mu?"
"Eh, mengapa demi kebaikanku?"
Bagus Sajiwo tersenyum. "Aku tiba-tiba teringat akan
peristiwa yang kita alami. Andaikata Eyanig guru tidak
berpesan seperti itu, tentu tiga tahun lebih yang lalu, begitu
men inggalkan Pegunungan Ijen, aku langsung saja pulang ke
rumah orang tuaku di Gunung Kawi dan aku tidak akan
bertemu denganmu, Dewi. Bukankah itu se mua telah diatur
demi kebaikanku ter masuk kebaikan untuk dirimu?"
"Ah, kalau direnungkan, benar juga ucapanmu itu, Bagus.
Karena itu, aku berterima kasih kepadamu, berterima kasih
pula kepada mendiang Eyang Ki Ageng Mahendra, gurumu
yang bijaksana itu."
"Engkau lupa, Dewi. Semestinya engkau mengucap syukur
dan terima kasihku kepada Gusti Allah, karena sesungguhnya
segala pertolongan itu datang dari Gusti A l ah. Dala m
keadaanmu, pertolongan Gusti Al ah padamu itu hanya melalui
aku dan mendiang Eyang Guruku."
Maya Dewi mengangguk-angguk. "Aku tidak lupa, Bagus.
Sejak engkau menyadarkan aku akan keberadaan Gusti Allah
yang Maha Kuasa, Maha sempurna Maha Kasih dan Maha
pengampun, aku tidak pernah me lupakanNya dan setiap saat
aku bersyukur dan berterima kasih kepadaNya, doaku
kupanjatkan tiada hentinya sehingga pernapasanku seolah
telah menjadi doaku yang selalu mohon penga mpunan atas
dosa-dosaku dan berterima kasih atas segala berkat yang
dilimpahkan kepada diriku yang kotor dan hina ini. Semoga
semua doaku itu diterimaNya, Bagus."
"Amin-a min-a min." kata Bagus Sajiwo, hatinya merasa
bahagia sekali mendengar ucapan dan melihat sikap Maya
Dewi itu. Kalau dia ingat pertemuannya pertama kali dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maya Dewi, pada tiga tahun lebih yang lalu, dia masih
bergidik. Ketika itu Maya Dewi meruparupakan seorang
manusia yang kejam, liar dan sesat.
0odwo0 Kerajaan Blambangan merupakan kerajaan sejak jaman
Mojopahit tak pernah mau tunduk terhadap Kerajaan
Mojopahit dan sampa i Sekarang, pada masa jaya-jayanya
Kerajaan Mataran di bawah pemerintahan Sultan Agung,
Bla mbangan tetap merupakan kerajaan atau kadipaten yang
belum ditundukkan oleh Kerajaan Mataram yang pada waktu
itu sudah menundukkan ha mpir se mua kadipaten termasuk
Madura dan Surabaya. Bahkan Kadipaten Bla mbangan
semakin me mperkuat diri karena selain sejak dulu
Bla mbangan diperkuat dukungan Kerajaan. Bali, juga setelah
Mataram menundukkan Kadipaten-kadipaten lain, mereka
yang tidak mau tunduk, orang-orang yang sakti, para jagoan,
semua melarikan diri ke Bla mbangan yang masih merupakan
kadipaten yang berdiri tegak t idak mengikuti kekuasaan
Mataram. Memang, men urut catatan sejarah, pada permulaan abad
ke tujuh belas, Blambangan diserang dan kemudian diduduki
Kadipaten Pasuruan. Akan tetapi kekuasaan Kadipaten
Pasuruan atas Blambangan hanya berlangsung selama belasan
tahun saja karena setelah Sultan Agung di Mataram
menyerang dan men undukkan Pasuruan pada tahun 1617,
Bla mbangan pun melepaskan diri dari Kadipaten Pasuruan dan
kembali Bla mbangan bangkit dan dengan dukungan Bali
menjad i kuat ke mbali.
Pada waktu kisah ini terjadi, Bla mbangan dipimpin oleh
seorang Adipati yang menggunakan na ma Adipati Santa Guna
Alit, cucu dari Raja Santa Guna yang dulu pernah me mimpin
Bla mbangan dan menjad ikan Bla mbangan sebuah kerajaan
yang kuat. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Raja kecil atau Adipati Santa Guna Alit merasa dirinya
cukup kuat, namun tetap saja dia merasa khawatir Kalaukalau Mataram a kan mengirim pasukan besar untuk
menaklukkan Bla mbangan. Karena itu, dalam usahanya untuk
me mpertahankan Bla mbangan, dia menjalin hubungan yang
lebih erat dengan para raja di Bali, terutama Kerajaan Bali
Selatan. Para raja di Bali siap me mbantu Bla mbangan menghadapi
ancaman Mataram karena Bla mbangan merupakan benteng
pertama untuk menentang gerakan pasukan Matara m kalau
Mataram bern iat menyerang Bali.
OoodwooO Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 17 SELAIN me mpererat hubungan dengan para raja di Bali,
juga Adipati Bla mbangan mengumpulkan para datuk yang
sakti mandraguna untuk me mperkuat kad ipatennya.
Dulu, ketika Mataram menyerang daerah Jawa Timur, dia
mengirim datuk yang menjad i kepercayaannya, yaitu Wiku
Menak Koncar, untuk me mbantu daerah-daerah yang diserang
Mataram. Akhirnya Wiku Menak Koncar tewas di tangan Ratu
Wandansari yang dibantu oleh Lindu Aji.
Sang Adipati lalu mengundang para pertapa dan para orang
sakti untuk me mbantu dia dalam menyusun kekuatan untuk
me mbe la Kadipaten Bla mbangan kalau sewaktu-waktu
diserang oleh pasukan Mataram.
Diantara para datuk itu terdapat Bhagawan Kala-srenggi
dan dua orang muridnya yang juga sakti mandraguna, yaitu
Kalajana dan Kaladha ma, Sang Wiku Menak Jelangger ad ik
seperguruan mendiang W iku Menak Koncar. Biarpun W iku
Menak Jelangger termasuk orang baik budi, akan tetapi
sebagai warga atau kawula Kadipaten Bla mbangan, dia tidak
dapat menolak ketika diajak me mbela negaranya. Bahkan
Adipati Bla mbangan berhasil pula me mbujuk Resi Sapujagad
pertapa Gunung Merapi dan Bhagawan Dewokaton pertapa
Gunung Bromo untuk me mbantunya dengan menjanjikan
imbalan tanah dan harta-benda.
Tidak hanya sampai dis itu saja usaha Adipati Bla mbangan
untuk me mperkuat diri. Selain mengumpulkan para datuk
sakti, dia pun mengadakan kontak dengan Kumpeni Belanda.
Ketika sebuah kapal Kumpeni singgah di Bla mbangan,
dipimpin oleh Kapten Van Klompen, Adipati Bla mbangan
menya mbutnya dengan baik. Kumpeni Belanda yang me mang
merasa terancam oleh Mataram, merasa senang melihat
betapa Blambangan me mper kuat diri dan dibantu pula oleh
Bali untuk menentang Matara m.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Memang sudah menjad i siasat Kumpeni sejak semula untuk
mengadu domba se mua kadipaten yang ada melawan
Mataram. Dengan cara mengadu domba berarti melemahkan
kedudukan para penguasa pribumi.
Para kadipaten itu akan menderita rugi besar karena
perang antara bangsa sendiri dan yang untung besar adalah
Kumpeni! Maka ketika Adipati Bla mbangan menja mu Kapten Van
Klompen dan para pe mbantunya dan Sang Adipati minta
bantuan untuk menghadapi Mataram, Kapten Van Klompen
menjanjikan bantuan itu. Akan tetapi Kumpeni Belanda
amatlah cerd iknya. Kapten Van Klompen mengatakan bahwa
tidak bisa me mbantu dengan pasukan Kumpeni, melainkan
akan mengirim beberapa orang sakti dari Banten yang juga
me musuhi Mataram untuk me mbantu Bla mbangan dan
Kumpeni sendiri me mbantu dengan beberapa ratus buah
senapan. Agaknya Belanda mas ih merasa ngeri untuk secara terangterangan memusuhi Matara m yang pernah menyerbu Batavia
sampai dua kali. Biarpun Be landa dapat mengalahkan pasukan
Mataram dalam perang itu, na mun mereka juga telah
kehilangan banyak perajurit. Maka, bantuan itu diberikan
secara gelap. Demikianlah, pada suatu hari yang telah ditentukan, Sang
Adipati Santa Guna Alit mengadakan pertemuan dengan para
pembantunya. Sejak pagi para datuk yang diundang berdatangan dan
diterima di kadipaten dengan ra mah dan dianggap sebagai
tamu kehormatan. Berturut-turut mereka berdatangan dan
berkumpul di sebuah ruangan luas yang tertutup dalam
gedung Kadipaten Bla mbangan. Sebelum Sang Adipati sendiri
keluar menya mbut para orang sakti yang menjad i ta mu dan
pembantu, Bhagawan Kalasrenggi mewakilinya karena kakek
ini me mang sudah diangkat menjadi penasehat Sang Adipati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bhagawan Kalasrenggi dibantu oleh dua orang muridnya,
Kaladha ma dan Kalajana, menyambut para tamu yang
berdatangan dengan hormat dan me mpersilakan mereka
me masu ki ruangan itu dan segera hidangan disuguhkan
kepada mereka secara royal sekali.
Bhagawar. Kalasrenggi yang sudah berusia tujuh puluh lima
tahun itu pun hanya duduk da la m ruangan khusus itu dan
hanya memba las salam para tamu dengan merangkap kedua
tangan di depan dada sambil terkekeh-kekeh seperti
kebiasaannya. Yang menyambut tamu adalah dua orang
muridnya, Kaladhama dan Kalajana.
Tamu pertama yang datang adalah Wiku Menak Jelangger,
diantar oleh Kaladha ma dan Kalajana me masuki ruangan itu.
Tentu saja Wiku Menak Jelangger dapat datang paling dulu
karena dia pun tinggal di daerah Bla mbangan, di pantai Se lat
Bali. Kakek berusia ena m puluh satu tahun ini, biarpun me njadi
saudara seperguruan mendiang Wiku Menak Koncar dan
mendiang Resi Wisangkolo yang keduanya sesat, adalah
seorang pertapa yang baik budi. Tubuhnya sedang, agak
kurus, gerak-gerik dan s ikap serta budi bahasanya le mbut,
pakaiannya juga sederhana namun bersih.
Wiku Menak Jelangger adalah seorang yang sakti biarpun
tampaknya le mah le mbut na mun sesungguhnya dia me miliki
ilmu kepandaian tinggi. Seperti juga mendiang Wiku Menak
Koncar, saudara seperguruannya, dia me miliki dua maca m aji
pamungkas yang ampun, yaitu Aji Bayu Bajra (Angin Ribut)
dan Aji Nanda ka Kroda (Banteng Menga muk).
Karena mendengar bahwa Wiku Menak Jelangger terkenal
sebagai seorang pertapa alim yang menentang kejahatan dan
tidak suka keluar di dunia ra mai dan kini mau me men uhi
undangan Adipati Bla mbangan hanya karena merasa wajib
sebagai kawula Bla mbangan, maka Bhagawan Kalasrenggi
menya mbut kedatangan Sang Wiku dengan dingin saja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi Wiku Menak Jelangger juga tidak mengacuhkannya. Dia sudah tahu bahwa kakek tua renta
yang me makai julukan Bhagawan ini adalah seorang datuk
sesat yang bahkan diusir ke luar dari Bali-dwipa karena
kesesatannya yang dilakukan bersa ma dua orang muridnya
itu. Ketika dipers ilakan duduk oleh Dwi Kala (Dua Kala), yaitu
dua orang murid Bhagawan Kalasrenggi, Wiku Menak
Jelangger me milih kursi yang paling pinggir, lalu duduk bersila
di atas kursi dan bersamadhi, duduk tepekur sa mbil menanti
datangnya para undangan lainnya.


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tak la ma kemudian Resi Sapujagad dan Bhagawan
Dewokaton muncul diantar oleh Dwi Kala. Resi Sapujagad,
pertapa Merapi itu berusia ena m puluh tahun, bertubuh tinggi
kurus dengan muka pucat, pakaiannya serba kuning dan
tangannya memegang seuntai tasbeh merah dan sebatang
keris terselip di pinggangnya.
Adapun Bhagawan Dewokaton, pertapa Gunung Bromo itu
berusia sekitar lima puluh lima tahun, tubuhnya gemuk,
mukanya selalu menyeringai seperti hendak tertawa sehingga
muka yang bulat itu tampak lucu. Pakaiannya serba putih dan
dia me mpunyai sebatang pedang yang tergantung di
pinggangnya. Mereka berdua inipun terkenal sebagai dua
orang pertapa yang sakti.
Resi Sapujagad me mpunyai senjata pamungkas, yaitu
Aksa-mala Ra kta (Tasbeh Merah) dan Bhagawan Dewokaton
terkenal dengan senjata pamungkasnya, yaitu Candrasa
Langking (Pedang Hitam). Se lain itu, juga mereka me miliki
tenaga sakti yang kuat.
Kedua orang pertapa adalah dua orang yang biarpun sudah
puluhan tahun bertapa, namun mereka bertapa dengan
pamrih kesenangan duniawi. Selain me mperdalam dan
me mper kuat aji kesaktian, mereka pun menda mbakan
kedudukan dan harta benda. Oleh karena itu, mereka tertarik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
oleh ajakan Adipati Bla mbangan, dan seperti seringkali terjadi,
manusia yang menjad i ha mba nafsunya mengejar nafsu
keinginan untuk menyenangkan diri dengan mengha lalkan
segala cara! Manusia sebagai c iptaan Gusti Allah Yang Maha Se mpurna,
terlahir dalam keadaan sempurna pula, akan tetapi roh yang
sempurna itu mengena kan jubah jas mani yang sudah disertai
nafsu-nafsu daya rendah yang teramat kuat. Kalau dia tetap
dekat dengan Gusti Allah, maka nafsu daya rendah pun akan
menjad i alat yang baik dan berguna bagi kehidupan. Akan
tetapi kalau dia lengah, jauh dari Gusti Allah, maka iblis akan
mende katinya dan iblis a kan menggunakan nafsu-nafsu daya
rendah manusia itu sendiri untuk me mbuat dia menjadi
hambanya. Dala m mengejar nafsu keinginannya yang berki-lauan dan
tampak menyenangkan itu lah manusia terseret ke dalam
perbuatan-perbuatan yang tidak sepatutnya dilakukan seorang
manusia, ciptaan Gusti Allah yang paling ba ik dan paling
sempurna. Dia akan menjad i ha mba iblis yang tidak segan
me lakukan kejahatan apa pun demi me mpero leh kesenangan
du-niawi, kenikmatan daging yang dikejarnya.
"Heh-heh-heh, Resi Sapujagad dan Bhagawan Dewokaton,
selamat datang! Kami girang sekali Andika berdua datang
me menuhi undangan Sang Adipati Bla mbangan!" kata
Bhagawan Kalasrenggi menya mbut mereka berdua dengan
gembira. Dia tahu bahwa dua orang pertapa ini patut diajak
berkawan karena sepaham atau setidaknya, mereka berdua
bukan orang yang bers ikap a lim seperti Mena k Jelangger!
"Ha-ha-ha-heh-heh-heh! Tentu saja kami datang, Kakang
Bhagawan Kalasrenggi! Kami juga sudan la ma merasa tidak
suka kepada Mataram!" kata Bhagawan Dewokaton sambil
menyeringai lebar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ka mi juga sudah bosan bertapa di tempat sepi dan ingin
mencicipi kemuliaan dan kesenangan!" kata Resi Sapujagad
sambil me mutar- mutar biji tasbeh dengan jar i-jari tangannya.
"Heh-heh-heh, bagus-bagus! Andika berdua adalah orangorang jujur dan tidak berpura-pura alim. Sikap begini yang
kusuka, heh-heh-heh!" kata Bhagawan Kalasrenggi.
Sungguhpun s ikapnya tidak menunjukkan sesuatu, namun
Wiku Menak Jelangger merasa bahwa kakek tua renta itu
menyindirnya. Namun dia hanya tersenyum penuh kesabaran,
maklum bahwa Bhagawan Kalasrenggi berbeda pendapat
dengannya. Dua orang pertapa itu pun mengerti kemana arah ucapan
Bhagawan Kalasrenggi ketika mereka me lihat W iku Menak
Jalangger duduk bersila di atas kursi paling ujung. Karena
Sang Wiku duduk bersila me meja mkan mata, keduanya tidak
mau me ngganggu dan me ngambil te mpat duduk di de kat
Bhagawan Ka lasrenggi.
Berturut-turut para datuk yang diundang itu pun
berdatangan karena pagi hari itulah yang ditentukan untuk
berkumpul dan mengadakan perundingan dengan Sang
Adipati Bla mbangan. Tidak kurang dari sepuluh orang jagoan
dari sekitar daerah Bla mbangan berdatangan dan disa mbut
oleh Bhagawan Kalasrenggi dengan ramah.
Ketika Bhagawan Kalasrenggi dan Dwi Kala bangkit dari
duduk mere ka untuk menyambut kehadiran Sang Adipati
Santa Guna Alit dan Sang Bhagawan mengumumKannya
dengan suaranya yang tinggi seperti suara wanita, belasan
orang yang menjad i ta mu itu pun bangkit berdiri untuk
menghormat i Sang Adipati.
Dengan diiringkan selosin perajurit pengawal, Adipati Santa
Guna Alit me masuki ruangan itu.
Para pengawal itu setelah mengiringkan Sang Adipati
me masu ki ruangan, lalu keluar dan menjaga diluar ruangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Adipati Santa Guna Alit yang bertubuh tinggi besar,
mukanya brewok dan kulit mukanya merah itu berusia sekitar
empat puluh lima tahun. Dengan langkah tegap berwibawa dia
me masu ki ruangan dan menga mbil tempat duduk di atas
sebuah kursi kebesaran dan mengangkat tangan kanan
sebagai sala m kepada se mua yang hadir.
Setelah dia duduk, semua orang lalu duduk kemba li dan
Sang Adipati menoleh ke pintu. Dari luar ruangan masuklah
dua orang pria muda, berusia kurang lebih dua puluh dua
tahun. Mereka itu bertubuh tinggi besar dan gagah, dan yang
menyolok adalah persamaan diantara mereka. Wajah sama,
sikap sama, bahkan pakaian mereka serupa sehingga bagi
yang belum mengena l mereka tentu akan merasa heran dan
menjad i bingung karena tidak dapat me mbedakan mana yang
satu dan mana yang lain. Akan tetapi bagi mereka yang sudah
mengenal, tahu bahwa mereka adalah sepasang anak kembar
dari Sang Ad ipati.
Mereka berna ma Dhirasani dan Dhirasanu dan di antara
mereka ada sebuah tanda kelahiran yang me mbuat orang
dapat mengetahui perbedaan di antara mereka, yaitu sebuah
tembong (tanda hita m) selebar ibu jari di kulit leher sebelah
kanan dari Dhirasani.
Sepasang pemuda kembar ini selain ganteng dan gagah,
juga mereka berdua me miliki ilmu kepandaian tinggi, sakti
mandraguna karena mereka adalah murid-murid Sang
Bhagawan Ekabrata yang bertapa di Gunung Agung yang
berada di Ba li-dwipa.
Baru setahun mereka pulang ke Kadipaten Bla mbangan dari
Bali dan karena kesaktian mereka maka ayah mereka lalu
mengangkat mereka menjad i senopati-senopati muda yang
bekerja sama dengan Bhagawan Kalasrenggi dan kedua orang
muridnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua orang muda itu menga mbil te mpat duduk di sebelah
kanan ayah mereka. Adipati Santa Guna Alit tersenyum
kepada dua orang puteranya yang dibanggakan lalu bertanya.
"Kenapa kalian datang berdua saja" Mana Anakmas
Tejakasma la yang kalian tunggu-tunggu?"
Dhirasani menjawab, "Kakang Tejakas ma la belum juga
datang, Kanjeng Rama, maka kami tinggal masu k dan sudah
kami pesan para pengawal kalau dia datang agar langsung
diantar masuk kesini."
Dhirasanu juga berkata, "Harap Kanjeng Rama tidak
khawatir. Kakang Tejakas mala pasti datang dan kalau tidak
salah, dia akan datang sebagai utusan dar i Raja Dewa Agung
di Klungkung bersama rombongan dar i Bali."
Baru saja ayah dan dua orang anaknya itu berhenti bicara,
seorang pengawal melaporkan bahwa rombongan dar i Balidwipa sudah tiba.
Pemuda kembar Dhirasani dan Dhirasanu dengan wajah
berseri bangkit dan keluar dari ruangan untuk menyambut
kedatangan kakak seperguruan mereka yang mereka duga
pasti datang bersama rombongan dari Ba li itu.
Dugaan mereka benar. Rombongan yang terdiri dari tiga
orang yang dikawal dua losin perajurit Kerajaan Klungkung di
Bali itu terdiri dari Tejakasmala dan dua orang jagoan lain dari
Bali yang berna ma Cakrasakti dan Cakrabaya.
Setelah tiba di gedung kadipaten, dua losin perajurit
pengawal diperintahkan beristirahat di pendapa, disambut
oleh pengawal Bla mbangan, sedangkan tiga orang utusan
Raja Klungkung itu disa mbut oleh sepasang saudara kembar
dan dipersilakan me masu ki ruangan.
Semua orang me mandang ke arah tiga orang utusan dari
Bali itu. Tejakas mala adalah seorang pe muda berusia sekitar
dua puluh e mpat tahun yang berwajah tampan dan bersikap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gagah. Pakaiannya mewah dan serba rapi. Wajah yang
tampan itu me miliki sepasang mata yang mencorong tajam
dan mulutnya selalu tersenyum manis. Akan tetapi
pembawaan dirinya, sikapnya dengan samar menunjukkan
ketinggian hatinya.
Biarpun usianya masih muda, akan tetapi Tejakas mala ini
adalah seorang pemuda yang amat sakti mandraguna karena
dia adalah kakak seperguruan kedua saudara kembar itu, atau
murid tersayang dari Sang Bhagawan Ekabrata yang telah
menurunkan semua ilmu kepandaiannya kepada Tejakas mala.
Adipati Bla mbangan yang sudah mengenalnya dan tahu
betapa saktinya pemuda ini, segera menyambut dengan
ramah. "Selamat datang, Anakmas Tejakas mala, bahagia se kali hati
kami menyambut kedatangan Anakmas! Silakan duduk,
Anakmas!" Sang Adipati juga menyambut dua orang yang
datang bersama pemuda itu karena dia pun sudah mengenal
Cakrasakti dan Cakrabaya, dua orang senopati Klungkung
yang terkenal sakti dan ahli perang.
Cakrasakti berusia sekitar empat puluh tahun, bertubuh
tinggi kurus dan sepasang matanya sipit, hidungnya pesek dan
mulutnya cemberut seperti orang mau menangis.
Adapun Candrabaya berusia sekitar tiga puluh lima tahun,
tubuhnya tinggi besar wajahnya bopeng bekas cacar, matanya
lebar dan jarang berkedip, hidungnya besar dan mulutnya
selalu menyeringai.
Setelah mereka se mua duduk, Adipati Bla mbangan lalu
me mbuka perte muan itu dengan kata-kata lantang.
"Para undangan dan utusan, para sahabat yang kami
hormati. Kami merasa berbahagia sekali dan berterima kasih
bahwa Andika sekalian har i ini telah datang me men uhi
undangan kami. Hanya sayang bahwa pihak yang juga kami
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
harap-harapkan, yaitu utusan dari Kumpeni Belanda, belum
juga tiba disini..."
Tiba-tiba terdengar suara nyaring, "Sang Adipati, kami
datang!" dan tampak berkelebat sebuah bayangan.
Seorang pria berusia enam puluhan tahun, bertubuh
sedang, berpakaian mewah, kedua lengannya dilingkari akar
bahar hitam, wajahnya licin tanpa kumis atau jenggot,
mukanya seperti mayat karena pucat pasi, telah berdiri dalam
ruangan itu. Dengan matanya yang bersinar tajam dia
menyapu ke arah se mua ta mu, la lu dia me mandang kepada
Adipati Bla mbangan dan tertawa.
"Ha-ha-ha, maafkan kela mbatan kami, Sang Adipati.
Perkenalkan, aku adalah Arya Bratadewa, utusan Kumpeni
Belanda dan mewakili pihak Kumpeni untuk menghadiri
pertemuan ini. Kami aga k terlambat karena kapal kami
bertemu kapal pasukan Mataram sehingga terjadi pertempuran, akan tetapi kapal kami dapat mengusir tiga
buah kapal Mataram itu!" Dia tertawa bangga.
Adipati Bla mbangan maklum bahwa orang ini me miliki
kepandaian tinggi juga, terbukti dari cara dia memasu ki
ruangan itu. "Ah, selamat datang, Arya Bratadewa, dan silakan duduk.
Kami berbahagia sekali menerima utusan dari Kumpeni
Belanda. Apakah Andika membawa pesan dari Kapten Van
Klompen?" "Tepat sekali! Aku datang me mbawakan sesuatu dari
Kapten Van Klompen yang pasti akan me mbuat Andika
senang." Arya Bratadewa bertepuk tangan sambil meno leh ke
arah pintu dan ta mpak e mpat orang bertubuh t inggi besar
seperti raksasa menggotong dua buah peti.
Setelah empat orang itu meletakkan dua peti di atas lantai,
Arya Bratadewa menyuruh mereka me mbuka tutup peti. Dua
buah peti dibuka dan se mua orang tercengang melihat isinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata isinya adalah senapan-senapan dan peluru
senapannya! Wajah Adipati Santa Guna Alit berseri melihat ini. Dengan
adanya senjata-senjata itu kedudukannya menjadi se ma kin
kuat untuk menentang Mataram! Dia berterima kasih dan
me mpers ilakan Arya Bratadewa menga mbil te mpat duduk dan
me mer intahkan para pengawal untuk menyingkirkan dan
menyimpan dua peti senjata api itu ke da la m gudang
kadipaten. "Nah, sekarang rasanya semua undangan telah lengkap."
kata Adipati Blambangan dengan suara girang setelah
mendapatkan kiriman dua peti senapan itu.
"Kanjeng Rama, kalau tidak salah masih ada dua utusan
yang belum datang, yaitu utusan dari Perguruan Driya Pawitra
dari Grajagan dan juga kalau tidak salah, kita mengundang
pula datuk wanita pertapa dari Gunung Betiri, ia juga belum
datang." kata Dhirasanu mengingatkan Ayahnya.
"Ah, benar juga! Perguruan Driya Pawitra terkenal kuat dan


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Nini Kunti-garba dari Gunung Betiri juga merupakan tokoh
sakti mandraguna. Mereka belum datang!"
Pada saat itu, seorang perajurit pengawal masuk dan
me laporkan dengan s ikap ragu-ragu. "Hamba melapor, Gusti
Adipati. Seorang wakil dari Perguruan Driya Pawitra telah
datang, akan tetapi..."
"Akan tetapi apa" Lapor yang betul!" bentak Dhirasani
kepada perajurit itu.
"Ampun, Gusti. Wakil itu... ia hanya seorang gadis remaja!"
"He m mm, seorang gadis remaja?" kata Sang Adipati. Dia
menengo k ke arah Bhagawan Kalasrenggi yang mengatur
siapa-siapa yang akan diundang.
Bhagawan Kalasrenggi terkekeh. "Heh-heh-heh, biarpun
seorang gadis remaja atau seorang bocah sekalipun, kalau dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah menjad i wakil yang dikirim oleh Perguruan Driya
Pawitra dari Garjagan, tak boleh dipandang ringan. Harap
Andika berdua sendiri yang menya mbut wakil itu, Denmas
Dhirasani dan Denmas Dhirasanu!"
Dua orang pe muda itu mengangguk dan mere ka segera
bangkit dan keluar dari ruangan. Setibanya di luar, Dhirasani
dan Dhirasanu tertegun. Disana berdiri seorang gadis yang
masih muda se kali, paling banyak delapan belas tahun
usianya. Namun, dari sikap dan pandang mata yang tajam, dari
tarikan mulut yang bibirnya merah basah dan indah itu,
terbayang wibawa yang amat kuat.
Berdirinya tegak dan sikapnya lemah le mbut dan sopan
sehingga menimbulkan kesan terhormat. Jarang ada laki-la ki
iseng yang berani menggoda seorang wanita bersikap seperti
itu karena kele mah-lembutan dan kewibawaannya sanggup
menca irkan kekurang-ajaran yang timbul dalam benak pria
karena melihat kecantikannya yang me miliki daya pikat amat
kuatnya. Tubuhnya sedang dengan pinggang ra mping. Bagaikan
setangkai bunga sedang mekar, atau sebutir buah sedang
ranum, bentuk tubuhnya sudah me ndekati se mpurna. Mungkin
sebatang pedang yang tampak tergantung di punggungnya itu
mena mbah wibawanya me mbuat laki-laki iseng t idak berani
sembarangan menggodanya.
Dhirasani dan Dhirasanu terpesona, kagum akan kecantikan
dara jelita itu. Akan tetapi mereka segera menyadari bahwa
sikap mereka tidak sepatutnya, maka keduanya segera
me mber i hormat dengan me mbungkuk dan merang kap kedua
tangan depan dada sebagai salam se mbah. Dara itu pun
me mba lasnya dengan sopan.
"Nimas Ayu, apakah Andika yang diperkenalkan oleh
pengawal kami sebagai wakil dari Perguruan Driya Pawitra?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dara itu mengangguk dan menjawab singkat. "Benar, aku
mewakili Perguruan Driya Pawitra dari Grajagan untuk
me menuhi undangan Sang Adipati Bla mbangan."
"Ah, maaf kalau kami terlambat menya mbut. Kami adalah
putera-putera Kanjeng Rama Adipati, namaku Dhirasani dan
ini adalah adik kembarku Dhirasanu."
Dhirasani me mper kenalkan diri.
Gadis itu kini tersenyum sekilas. Sejak dua orang pemuda
itu muncul, ia sudah me mandang penuh perhatian dan ta mpak
bingung. Setelah mereka me mper kenalkan d iri, ia pun berkata
sambil me nahan senyu mnya.
"Ah, Andika berdua sama benar. Akan sukar bagiku untuk
mengenal mana yang adik dan mana yang kakak. Namaku
adalah Ratna Manohara dan aku menjadi utusan guru atau
ketua kami untuk menjadi wakil Driya Pawitra memen uhi
undangan ini."
"Nimas Ayu Ratna, silakan masuk, semua orang sudah
menunggu dan Kanjeng Rama Adipati sudah mengharapkan
kedatangan Andika!" kata Dhirasani sambil me mandang wajah
ayu manis merak ati itu dengan hati terguncang.
"Mari Nimas Ayu Ratna, tanpa kehadiran Andika, rapat
pertemuan ini akan menjad i kering dan sepi!" kata pula
Dhirasanu, tak mau kalah dengan saudaranya untuk menarik
hati Si Jelita.
Ratna Manohara hanya mengangguk dan mengikuti dua
orang saudara ke mbar itu me masuki ruangan pertemuan.
Ketika ia masuk, se mua mata me mandang, kagum dan
heran. Kagum karena kecantikan gadis itu dan heran
bagaimana Perguruan Driya Pawitra mengirim utusan seorang
wanita dan masih begitu muda lagi! Padahal, pertemuan itu
merupakan perte muan orang-orang yang berilmu tinggi,
datuk-datuk yang sakti man draguna! Yang d ia m-dia m merasa
dongkol adalah Bhagawan Kalasrenggi karena dia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengundang ketua Perguruan Driya Pawitra akan tetapi ketua
itu yang bernama Ki Sarwaguna tidak datang melainkan
mengirim wakil seorang gadis muda! Dia menganggap hal ini
tidak patut, apalagi karena dia me mang tahu bahwa Ki
Sarwaguna selama ini bers ikap tak acuh terhadap usaha
Bla mbangan untuk me nentang Mataram.
Bhagawan Kalasrenggi menganggap sikap ketua Driya
Pawitra ini tidak patut bahkan me mandang rendah kepadanya
yang menjadi orang kepercayaan Sang Adipati dan sudah
mengirim undangan. Karena mendongkol, dia ingin me mberi
peringatan kepada Perguruan Driya Pawitra dengan me mbikin
ma lu gadis muda yang menjadi utusannya itu.
Dia m-dia m dia me masang "Rajah" kepada sebuah kursi.
Rajah ini merupa kan sebuah ilmu sihir yang "mengisi" kursi itu
dengan tenaga panas sehingga orang yang mendudukinya
akan merasa pinggulnya seperti dibakar!
Semua orang yang berada disitu tentu saja merasa
terheran melihat gadis muda cantik jelita menjad i utusan
sebuah perguruan yang amat terkenal di daerah Bla mbangan.
Hal ini adalah karena tidak mengenal siapa gadis itu. Kalau
saja mereka sudah mengenalnya tentu tidak akan merasa
heran. Ratna Manohara yang baru berusia delapan belas tahun ini
adalah puteri tunggal Ki Sarwaguna, ketua perguruan Driya
Pawitra dan se muda itu sudah me miliki kesaktian yang cukup
hebat. Sejak kecil sekali ia telah dige mbleng oleh ayahnya
sendiri dan karena ia me mang me miliki bakat besar, maka
dalam usianya yang delapan belas sekarang ini ia telah hampir
mewarisi se mua aji kesaktian ayahnya! Ratna Manohara sama
sekali bukan seorang gadis je lita yang le mah!
"Nona, sila kan duduk disini!" Kaladhama menyodorkan kursi
yang sudah diisi dengan rajah oleh Bhagawan Kalasrenggi
tadi, atas isyarat gurunya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ratna Manohara mengangguk dan semua orang yang tadi
me lihat Bhagawan Kalasrenggi me mbuat rajah dengan
gerakan tangan di atas kursi itu, me mandang dengan hati
tegang. Gadis cantik itu tentu akan menjerit kalau duduk di
atas kursi itu. Akan tetapi Ratna Manohara menggerakkan
tangannya seperti mengusap permukaan kursi itu, seperti
hendak me mbers ihkannya dari debu dan tiba-tiba saja kursi
itu patah-patah!
"He mm, kursi ini
sudah rusak," kata
gadis itu dengan tenang sambil me mandang kepada
Adipati Santa Guna
Alit. "Paman Adipati,
apakah tidak ada kursi la in yang tidak
rusak?" Dhirasani dan Dhirasanu dengan gerakan berbareng masing-masing menga mbil sebuah kursi kosong dan mengha mpiri Ratna Manohara.
"Silakan duduk di kursi ini, Nimas Ayu!" kata mereka
berbareng pula.
Ratna Manohara tersenyum geli.
Baginya, dua orang pemuda kembar ini sungguh
me mbingungkan dan juga menggelikan. Ia menerima dua
buah kursi itu karena merasa tidak enak kalau hanya
menerima sebuah saja yang berarti menolak pe mberian yang
lain. Dengan kedua tangannya ia menerima dua buah kursi itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lalu mengerahkan tenaga sakti, me mpertemukan sisi dua buah
kursi itu. Terdengar suara keras dan dua buah kursi itu saling
mene mpe l sehingga menjadi sebuah kursi yang lebar. Ia lalu
duduk di atas kursi lebar itu dengan sikap tenang!
Sekarang baru Bhagawan Kalasrenggi dan semua orang
tahu bahwa Driya Pawitra tidak mengirim orang sembarangan
sebagai wakil, melainkan seorang gadis muda cantik jelita
yang sakti mandraguna!
Pada saat itu terdengar suara gaduh diluar, suara orang
jatuh berdebukan di ringi ke luh kesakitan.
Mendengar ini, Adipati Santa Guna Alit mengerutkan a lis
dan me mandang ke arah pintu. Dia merasa marah karena
rapat pertemuan itu terganggu. Seorang perajurit pengawal
dengan me megang i pipi kanannya yang me mbengkak
kebiruan melapor dengan suara pelo karena bibirnya sebelah
kanan turut me mbengkak.
"Ampun, Gusti Ad ipati, di luar ada seorang gadis
menga muk dan merobohkan para perajurit pengawal yang
berjaga..."
Sang Adipati dan juga Bhagawan Kalasrenggi me njadi
marah mendengar laporan ini. Kakek pendeta itu segera
me mer intahkan Kalajana muridnya.
"Coba lihat siapa yang berani me mbikin ribut diluar!"
Kalajana segera bangkit dan keluar dar i ruangan, menuju
ke depan. Ketika tiba di depan, dia melihat belasan orang
perajurit pengawal rebah malang melintang di depan
pendopo, merintih kesakitan sambil me megang i bagian muka
yang membengkak. Ada yang bibirnya berdarah, ada yang
giginya rompal, ada yang tulang hidungnya patah dan ada
yang matanya menghita m. Dan disana masih ada belasan
orang perajurit la in yang mengeroyok seorang gadis muda.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Para pengeroyok itu kini menggunakan senjata tajam
setelah melihat betapa rekan-rekan mereka dihajar berpelantingan. Belasan golok dan pedang ber kelebatan
menyerang ke arah gadis itu, akan tetapi gadis itu
berkelebatan dan tubuhnya bagaikan bayangan menari-nari
diantara sambaran senjata tajam sa mbil me mbagi-bagi
tamparan dan tendangan sehingga beberapa orang berpelantingan.
Kalajana terkejut. Gadis itu sa ma sekali tidak bersenjata
walaupun ia me miliki sebuah keris yang terselip di pinggang
dan sehelai sabuk yang diikat di pinggangnya. Kalajana
mengenal sabu k seperti itu yang juga dapat dipergunakan
sebagai senjata.
Gadis itu menghadap i pengeroyokan belasan orang
bersenjata golok dan pedang dengan tangan kosong saja!
Melihat betapa beberapa orang perajurit roboh, dia tahu
bahwa kalau dilanjutkan, semua perajurit itu akan roboh. Dia
Jaka Lola 4 Asmara Berdarah karya Kho Ping Hoo Han Bu Kong 8

Cari Blog Ini