Kampung Setan Karya Khulung Bagian 7
Ho Hay Hong yang menyaksikan pertandingan itu, ternyata hanya merupakan suatu hal biasa itu, maka ia diam saja. Tidak begitu menarik, maka ia tidak menonton lagi.
Diam-diam ia memutar kebelakang panggung, dari bawah panggung ia menggapaikan tangan kepada gadis baju ungu seraya berkata:
"Aku ada urusan penting hendak bertemu dengan It-jie Hui kiam locianpwee, sudilah kiranya nona menolongku memberitahukan kepadanya ?"
Gadis itu terkejut, matanya mengawasi padanya sejenak, kemudian bertanya:
"Kau mencari dia, ada urusan apa ?"
"Aku ada urusan penting, tolong aku satu kali ini saja!" kata Ho Hay Hong.
"Kau beritahukan padaku juga boleh, urusan apakah sebetulnya ?"
Ho Hay Hong pikir: "urusan ini mana boleh diberitahukan padanya?"
Memang sukar buat baginya untuk membuka rahasia itu, maka ia diam saja.
"Kau ini benar-benar sangat aneh" demikian gadis itu berkata. Lalu membalikan badan dan memperhatikan jalannya pertandingan, tidak menghiraukan Ho Hay Hong lagi.
Ho Hay Hong terpaksa kembali dengan perasaan kecewa. Ia merasa tidak senang, karena untuk menjumpai seorang saja demikian susahnya.
Darah mudanya bergejolak seketika, jika tidak luka pada bagian dalamnya, mungkin ia sudah mengamuk.
Ia duduk menghadap kearah selatan membelakangi panggung pertandingan.
Pada saat itu, diatas panggung sedang berlangsung suatu pertandingan seru, yang dibarengi oleh suara tepuk tangan dan teriakan ramai.
Selagi semua mata para penonton ditujukan keatas panggung, sebilah pedang panjang mendadak meluncur keatas kepala Ho Hay Hong.
Pedang itu adalah pedang salah seorang yang sedang bertanding, yang terlepas dari tangannya. Untung Ho Hay Hong bisa berlaku sigap, sebelum pedang jatuh keatas kepalanya dengan cepat disambarnya dengan tangan kanan.
Ia hendak menyambitkan kembali pedang kepada pemiliknya diatas panggung, baru mengangkat tangannya, mendadak teringat kepada kepandaiannya mengendalikan pedang,
Sikap memandang rendah gadis baju ungu tadi, telah membangkitkan perasaan harga dirinya. Sesaat itu timbullah pikirannya hendak menunjukkan kepandaiannya, untuk menarik perhatian gadis tadi. Maka Ia lalu batalkan maksudnya hendak mengembalikan pedang tadi, dengan menahan rasa sakit dalam dadanya ia sambitkan pedang itu keatas panggung.
Pedang itu meluncur lurus keatas panggung dan orang diatas panggung yang kehilangan pedangnya tadi, buru buru menyambutnya, selagi hendak mengucapkan perkataan terima kasih, tak ia duga bahwa sebelum tangannya berhasil menyentuh gagang pedang, pedang itu bagaikan naga terbang berputaran dan kemudian terbang kekiri.
Setelah membuat satu lingkaran lebar, melayang turun lagi, dengan tenang jatuh ketangan Ho Hay Hong.
Perbuatan Ho Hay Hong itu segera menarik perhatian semua orang, semua mata ditujukan kepadanya, dengan penuh keheranan Sebab dengan munculnya ilmu pedang terbang didalam rimba persilatan, bagi orang-orang Kang ouw daerah utara, sudah yang pertama kalinya, tidak heran kalau hal itu segera menarik semua perhatian orang, hingga pertandingan diatas panggung tidak ada yang perhatikan lagi.
Orang tua berkumis pendek yang memegang perisai perak mendadak bangkit dari tempat duduknya dan berkata:
"Oh, tak disangka disini masih ada orang yang mempunyai kepandaian yang berarti!"
Orang tua itu adalah ditugaskan untuk menjaga keamanan selama pertandingan berlangsung, perbuatan Ho Hay Hong itu dengan sendirinya merupakan suara perbuatan yang mengganggu, keamanan pertandingan diatas panggung.
Dengan adanya tugas itu maka orang tua berkumis pendek itu setelah mengucapkan perkataan demikian, lantas turun dari atas panggung dan lari menghampiri Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong masih tetap duduk ditempatnya sambil memegangi pedang, ia sambut kedatangan orang tua itu dengan kata-kata:
"Tunggu dulu, aku tidak hendak mencari setori denganmu!"
"Kau telah mengacaukan panggung pertandingan, terang-terangan mencari onar denganku mengapa sekarang berlaku sopan?" berkata orang tua berkumis pendek.
"Aku hanya ingin bertemu dengan It-jie Hui-kiam, tetapi orang-orang kalian semua tidak mengijinkan, dalam keadaan terpaksa aku menggunakan akal ini, kalau kau anggap melanggar peraturan, aku minta maaf sebesar-besarnya!" berkata Ho Hay Hong.
Orang tua itu terkejut. "Kau tidak kenal dengan orang tua itu?"
"Apa maksudnya dengan pertanyaanmu ini?" tanya Ho Hay Hong heran.
"Kau kata Hendak bertemu muka dengannya, padahal kau telah menonton pertandingan ditempat ini. bukan hanya sudah melihat wajahnya satu kali saja, bahkan sudah berpuluh puluh kali, ratusan kali"
"Ucapan cianpwee, aku benar benar tidak mengerti, tolong cianpwee jelaskan!"
"It Jie Hui kiam cianpwee tokh berdiri diatas panggung, kalau kau ingin melihat saja " sejak tadi kau sudah melihatnya, mengapa tanpa sebab kau menimbulkan kekacauan, perbuatanmu ini sudah jelas menghina orang yang mendirikan panggung pertandingan Ini!"
Dengan mengikuti petunjuk orang tua itu tadi, pandangan mata Ho Hay Hong ditujukan kepada orang tua tinggi besar yang berada diatas panggung, lalu bertanya tanya kepada diri sendiri: "apakah dia ini yang dinamakan It Jie Hui kiam?"
Sementara itu mulutnya berkata:
"Harap cianpwee jangan salah paham, boanpwee ingin menjumpai It ji Hui kiam locianpwee, sesungguhnya ada urusan penting boanpwe hendak minta keterangan darinya!"
"Oh mari ikut aku!" berkata orang tua itu.
Dibawah mata banyak orang Ho Hay Hong mengikuti orang tua berkumis pendek naik keatas panggung.
Orang tua itu langsung menghampiri orang tua tinggi besar, ditelinga berbisik-bisik sejenak, orang tua tinggi besar itu menunjukkan sikap kaget, mengawasi Ho Hay Hong sejenak, kemudian berkata:
"Suruh dia kemari !"
Ho Hay Hong maju menghampiri, lalu berkata memberi memberi hormat:
"Kau barangkali adalah It Jie Hui kiam locianpwee ! Boanpwee ada sedikit urusan minta keterangan, tetapi sekarang ini ada banyak orang disini, boanpwee kurang leluasa."
"Baik, kau tunggu disini sebentar, nanti setelah pertandingan selesai, kita bicara lagi," berkata It Jie Hui kiam sambit menganggukkan kepala.
"Sebetulnya sudah lama boanpwe" ingin menjumpai locianpwee namun hari ini baru mendapat kesempatan untuk mencapai cita cita boanpwee itu!"
Dengan tiba tiba ia mendengar suara perempuan tertawa, sepasang mata gadis berbaju ungu itu ditujukan kepada kakinya, hingga ia sadar bahwa saat itu kakinya tidak memakai sepatu, karena sepatunya ditinggalkan ditepi sungai. Wajahnya yang putih saat itu lantas menjadi ke merah merahan.
Ia tidak tahan berdiri terlalu lama, maka minta pada orang tua berkumis pendek supaya disediakan kursi, kemudian duduk diatasnya sambil memejamkan mata.
Orang tua berkumis pendek itu tidak tahu kalau Ho Hay Hong sedang menderita karena luka-luka dalam dadanya dianggapnya terlalu sombong dan tidak pandang mata padanya Meskipun dalam hati merasa tidak senang, tetapi karena memandang It Jie Hui Kiam Ia tidak berani menegur.
Ho Hay Hong yang sudah mendapat waktu untuk beristirahat, membuka matanya lagi, ketika ia memandang kebawah, banyak mata ditujukan kepadanya. Ia mengerti, itu adalah karena tadi ia pernah mempertunjukan kepandaian ilmu pedang terbangnya.
Kalau bukan karena terluka dalamnya ia ingin juga ambil bagian dalam pertandingan itu. Namun maksud itu terpaksa tidak diwujudkan karena terhalang oleh lukanya.
Tiba-tiba telinganya mendengar suara orang tertawa, gadis baju ungu itu entah sejak kapan sudah berdiri disampingnya.
"Tak kusangka kau mahir ilmu pedang terbang, suatu ilmu yang sudah lama menghilang dari dunia rimba persilatan." demikian kata gadis itu.
"Mana, aku hanya mengerti sedikit saja." Hay Hong merendah.
"Kau terlalu merendahkan diri, aku kira kau tentunya dari golongan ngo bie pay!"
"Nona keliru, aku seorang yang tidak berpartai."
"Ow, ini lebih mengherankan lagi selagi pertandingan masih berlangsung, aku ingin belajar kenal dengan kepandaianmu, bagaimana pikiranmu?"
Ho Hay Hong yang sudah pernah menyaksikan kepandaiannya, meskipun ia tidak takut akan kalah, tetapi karena lukanya belum sembuh, terpaksa menolak. Jawabnya sambil menggelengkan kepala:
"Maaf, aku tidak ingin bertanding denganmu "
Gadis itu membuka matanya lebar-lebar. "Apakah aku tidak sepadan untuk bertanding denganmu?"
"Nona jangan salah faham, karena aku memang tidak mungkin dapat menandingi kepandaianmu!"
Mendengar jawaban itu, hati gadis itu merasa senang. Dibibirnya tersungging satu senyuman puas, dan sujen dikedua pipinya nampak jelas sekali. Dua sujen dipipinya itu menambah kecantikan gadis itu, hingga siapa saja yang melihatnya pasti tergerak hatinya.
Sikap nona itu dalam mata Ho Hay Hong segera menimbulkan goncangan hebat dalam jantungnya, karena pada saat itu mendadak ia teringat kepada gadis kaki telanjang yang berada jauh didaerah selatan.
Dua-dua sama cantiknya, kalau suruh ia memilih, barangkali tidak dapat mengatakan pilihan.
Gadis baju ungu itu tiba tiba berkata:
"Kau lihat orang itu dibawah panggung semua pada perhatikan kau. "
Ho Hay Hong memang sudah tahu, tetapi karena gadis itu mengatakan demikian, mau tidak mau ia lantas melihat kebawah kemudian bertanya:
"Mengapa mereka perhatikan diriku?"
"Ilmu pedang terbangmu tadi merupakan suatu ilmu gaib yang luar biasa. Dalam mata mereka kau sudah dipandang sebagai seorang pendekar."
Ho Hay Hong mengira bahwa ucapan gadis itu mengandung ejekan terhadap dirinya, maka ditatapnya wajah gadis itu Ketika dua pasang mata saling beradu, maka gadis itu seketika merah membara.
Semula Ho Hay Hong merasa heran, tetapi akhirnya ia seperti tersadar.
"Nona, bolehkah aku numpang tanya, andaikata aku ingin menjadi anggota pasukan Angin puyuh, apakah kemungkinan bisa diterima?"
"Kau boleh mendaftarkan nama dibawah panggung, kemudian ikut pertandingan! Dengan kepandaian ilmu silatmu yang setinggi itu, aku pikir kau pasti berhasil!"
Ho Hay Hong tertawa menyeringai, selagi hendak menjawab, tiba-tiba terdengar suara orang berkata:
"Belum tentu. baik anggota pasukan Angin puyuh, diharuskan memiliki dua rupa ilmu, keras dan lunak yang sama baiknya, ilmunya dan kekuatan tenaga dalamnya memang cukup sempurna, tetapi ilmunya keras, rasanya belum cukup."
Suara itu tidak nyaring, tetapi dalam telinga Ho Hay Hong sangat jelas.
Ia buru buru berpaling, orang yang berbicara itu ternyata adalah imam tua yang duduk diatas kursi kebesaran.
Imam itu merasa kurang senang, tetapi diluar ia masih mengunjukkan muka berseri-seri.
"Bolehkah boanpwee menanyakan nama julukan totiang?" demikian ia bertanya.
"Dia adalah Hud sim Totiang dari partai Ceng-shia pay. Kepandaiannya tinggi sekali. Kau jangan berlaku salah terhadapnya!" kata gadis baju ungu itu dengan suara perlahan.
Ho Hay Hong diam diam berpikir: "mengapa ia demikian perhatikan diriku?"
Dengan perasaan heran ia menatap wajah gadis itu, dan gadis itu dengan cepat menundukkan kepalanya.
"Terima kasih atas kebaikan nona," demikian ia berkata.
Hud sim Totiang tiba-tiba tertawa terbahak-bahak kemudian berkata:
"Kau tidak usah menanyakan namaku, ku lihat diatas alismu ada tanda tanda guram, ini suatu tanda bahwa kau sedang menderita luka dalam. Kau sudah tidak lama hidup dalam dunia, mengapa mencari kesulitan!"
Ho Hay Hong terkejut, cepat dia menanya: "Apa artinya ucapan Totiang ini ?"
"Tahukah kau bahwa jiwamu dalam bahaya?" kata Hud sim Totiang sambil menghela napas.
"Apa betul demikian hebat?"
"Hingga sekarang kau masih belum sadar, ini merupakan suatu bukti bahwa hidup manusia ditangan Tuhan, tidak dapat dipaksa oleh tangan manusia! Semula kau mendapat luka berat didalam tubuhmu, seharusnya kau beristirahat baik, untuk menyembuhkan lukamu, atau setidak-tidaknya mencegah jangan sampai lukamu semakin parah. Ah tetapi adatmu yang keras, bukan saja tidak mau memelihara badanmu sebaik-baiknya bahkan menggunakan kekuatan tenaga dalam mu, sehingga lukamu menjadi semakin parah Aih, sekarang sudah terlambat untuk ditolong."
"Ucapan Totiang ini berdasar atas apa?"
"Partai Ceng shia pay adalah satu partai yang terkenal dengan ilmunya obat-obatan, pinto sendiri sudah tiga-puluh tahun lebih mempelajari ilmu ketabiban. Pinto yakin segala luka dan penyakit tidak akan lolos lari mata pinto. Pertanyaanmu ini sesungguhnya terlalu bodoh !"
Ho Hay Hong mengerutkan alisnya, diam-diam berpikir: "buat aku sendiri, mati tidak menjadi soal, tetapi bagaimana dengan kitab garuda sakti ini ?"
Tiba-tiba ia ingat kitab garuda saktinya yang menjadi milik suhunya. Karena suhunya itu suruh ia mencari It Jie Hui-kiam, guna mencari tahu ayah bundanya. Ia menduga pasti orang tua itu kenal betul dengan ayah bundanya. Mengapa ia tidak menanyakan padanya, kemudian kitab itu diberikan padanya supaya dikembalikan kepada suhunya "
Ia juga ingin sekali mengetahui di mana ayah bundanya, maka tanpa banyak pikir lagi ia lantas berjalan menghampiri It-jie Hui kiam dan berkata padanya dengan suara perlahan:
"Cianpwee, boanpwee ingin minta keterangan yang sebenarnya !"
Ia mengucapkan kata-katanya sambil menggulung lengan bajunya, tanda cacah burung garuda ditangannya itu ditunjukan pada It- jie Hui-kiam.
It Jie Hui-kiam yang menyaksikan tanda itu, sesaat lantas tertegun.
Setelah berusaha keras menahan getaran jantungnya, orang tua itu berkata:
"Siapa namamu ?"
"Boanpwee Ho Hay Hong," jawabnya terus terang.
"Siapa suruh kau mencari aku ?"
Waktu orang tua itu mengucapkan perkataannya, suaranya gemetar, jelas bahwa jantungnya berdebar keras.
Ketika orang tua itu mengerutkan alisnya. Ho Hay Hong melihat seperti usianya mendadak bertambah tua sepuluh tahun, Ia diam-diam merasa heran, entah hal apa yang membuat jago dari utara itu mendadak sedih "
Ia tahu bahwa dalam persoalan yang menyangkut dengan dirinya, pasti ada sebab musababnya dengan jago tua itu, maka lantas menjawab dengan terus terang:
"Dewi ular dari gunung Ho lan-san !"
"Dewi ular dari gunung Ho-lan-san.?" It Jie Hui kiam berkali-kali menyebut nama itu, "siapakah sebetulnya orang itu " Aku tidak kenal padanya !"
"Ia adalah suhu boanpwee!" jawab Ho Hay Hong agak kecewa.
"Suhumu itu lelaki ataukah perempuan?"
"Suhu termasuk yang belakangan"
It Jie Hui kiam mengamat-amati wajah Ho Hay Hong sejenak, lalu berkata sambil menghela napas panjang:
"Mari kau ikut aku . . ."
Ho Hay Hong mengikuti It-jie Hui-kiam berjalan turun dari atas panggung pertandingan langsung menuju kesebuah gedung bertingkat. Ketika ia menampak It Jie Hui kiam mengeluarkan air mata, hatinya juga merasa pilu, tetapi ia tidak tahu mengapa orang tua itu menangis"
Tiba di ruangan tamu, ia persilahkan duduk. Saat itu It Jie Hui kiam seperti seorang yang sudah kehilangan semangat, duduk diatas kursinya sambil berpikir, agaknya sedang mengenangkan apa yang telah terjadi dimasa yang lampau . . .
Ho Hay Hong tidak berani mengganggu sebentar kemudian, jago tua itu perlahan angkat muka, dan berkata sambil menghela napas:
"Semua ini adalah salahku, kesalahan yang berakibat suatu dosa Kau jangan tanya, akan kuceritakan padamu."
"Dahulu, ada seorang berandal bulim yang menamakan dirinya Manusia tanpa bayangan. Baru beberapa bulan ia muncul di kalangan Kang ouw, tetapi sudah menggentarkan seluruh rimba persilatan daerah utara, ia tidak menentu jejaknya, perbuatannya selalu membasmi kejahatan dan membantu rakyat yang tertindas, sehingga mendapat penghargaan dan penghormatan dari rakyat jelata."
"Tidak lama kemudian, ia telah menyatakan hendak mengundurkan diri dari kalangan Kang-ouw. diwaktu hari upacara cuci tangan, banyak sahabatnya yang datang memberi selamat, tetapi diantaranya juga ada musuhnya yang paling lihay.
"Musuhnya itu sudah lama terkenal dengan kejahatannya, ia pernah mendapat luka-luka ditangan Manusia tanpa bayangan. Selanjutnya tidak berani unjuk muka, tetapi bertekun melatih diri, hendak menuntut pembalasan.
"Beberapa tahun kemudian, setelah pelajaran ilmunya yang berhasil ia keluar lagi dan datang mencari manusia tanpa bayangan.
"Menurut peraturan dunia Kangouw seorang Kang-ouw yang sudah menyatakan cuci tangan sudah dianggap meninggalkan dunia Kangouw. dan segala permusuhan yang lalu dianggap habis semua.
"Tetapi musuh itu tetap tidak mau mengerti, ia sesumbar bahwa dalam lima kali pukul sudah cukup menyelesaikan urusannya, Apabila dalam lima kali pukul tidak berhasil membinasakan lawannya, ini berarti ia sendiri yang akan membereskan dirinya sendiri.
"Dalam keadaan terpaksa Manusia tanpa bayangan mengumumkan dihadapan semua sahabat sahabatnya tentang permusuhan itu. ia juga bersedia menyelesaikan urusan itu dalam batas waktu lima jurus.
"Demikianlah kedua pihak dibawah orang banyak sebagai saksi mengadakan pertempuran mati-matian.
"Akhirnya musuh itu meski sudah bertekun melatih ilmu beberapa tahun, masih belum sanggup menjatuhkan lawannya. Dengan adanya yang keras, seketika itu juga lantas bunuh diri.
"Karena soal itu sudah selesai, Manusia tanpa bayangan mengundurkan diri dengan hati lega, setiap hari kerjanya mendidik anak-anaknya dan hidupnya juga berbahagia.
"Tak disangkanya anak perempuannya yang sulung ketika berusia tujuh belas tahun, telah mengalami kejadian diluar dugaannya. Anak perempuan itu memang seorang yang suka bergerak, tapi sejak suatu hari ia keluar rumah dan waktu malam baru pulang, kelakuannya sangat banyak berubah. Setiap hari ia menutup pintu dan selalu nampak murung.
"Manusia tanpa bayangan yang menyaksikan perubahan anak perempuannya, semula diam saja, tetapi lama kelamaan ia tidak sabar lagi.
"Pada suatu malam, ia panggil menghadap anaknya itu, dan ditanyakan apa sebabnya selalu murung" Semula anak itu tidak mau memberi keterangan, tetapi setelah didesak oleh ayahnya, akhirnya mengaku.
"Ternyata anak perempuan itu diluaran mempunyai seorang kawan laki-laki, yang menjadi kekasihnya. Karena tidak tertahan goda hati muda, akhirnya melakukan hubungan gelap, dan kini gadis itu sudah mengandung.
"Dalam keadaan sudah terlanjur seperti itu, Manusia tanpa bayangan hanya dapat mendamprat anaknya, kemudian suruh ia memanggil kawan lelakinya itu datang menghadap sang ayah itu ingin melihat apakah lelaki itu ada harganya atau tidak."
"Tak lama kemudian, kawan laki anaknya itu benar saja datang menghadap. Manusia tanpa bayangan yang menyaksikan anak laki sopan santun, diam-diam merasa girang, juga bersedia menerima padanya sebagai menantu.
"Apa mau, satu kejadian yang tidak sangka sangka telah terjadi. Diwaktu diadakan pesta makan minum, laki-laki tampan bakal menantu Manusia tanpa bayangan itu dalam mabuknya telah mencari keterangan urusan yang sudah lain, bahkan mengejek manusia tanpa bayangan sebagai seorang yang tidak baik kelakuannya.
"Manusia tanpa bayangan yang dimasa mudanya mendapat nama baik dikalangan Kang ouw, ketika mendengar ucapan tidak beres itu, sedapat mungkin kendalikan diri dalam medan pesta itu ia tidak berani minum arak, dengan kepala dingin memperhatikan maksud ucapan bakal menantunya itu."
"Pemuda itu sembari minum arak telah membeberkan sifat-sifatnya sendiri yang busuk dan akhirnya dengan mata melotot ia memberitahukan bahwa ia adalah anak laki-laki musuhnya manusia tanda bayangan, maka kedatangannya itu hendak menuntut balas dendam.
"Manusia tanpa bayangan yang mendengar ucapan itu, bukan kepalang terkejutnya. Akhirnya mereka bertempur sengit dengan beruntun pemuda itu melancarkan serangan pedang dan tangan kosong yang ganas tetapi semua dapat dielakkan oleh Manusia tanpa bayangan.
"Ketika manusia tanpa bayangan hendak melakukan serangan pembalasan, pemuda itu mengetahui gelagat tidak baik lantas melarikan diri, meninggalkan anak perempuan Manusia tanpa bayangan yang remuk redam hatinya.
"Kejadian itu menyulitkan Manusia tanpa bayangan, sebab anak perempuannya sudah mengandung dengan anak laki laki bekas musuhnya, kemudian hari anak yang akan dilahirkan pasti juga mengandung darah permusuhan."
"Setelah mengalami pukulan hatin yang sangat hebat itu, anak perempuannya perlahan-lahan berubah pikirannya segera orang gila, ketika Manusia tanpa bayangan mengetahui perubahan itu, ternyata sudah terlambat.
"Entah dengan kabar dari siapa, anak perempuannya itu pada suatu malam telah melarikan diri, pergi kegunung Kat nia untuk menjadi isteri si Kakek penjinak garuda.
"Manusia tanpa bayangan menyusul kegunung Kat nia hendak mencegah, tapi kakek penjinak garuda ada menerima padanya sebagai isteri, hingga sang ayah terpaksa balik kembali dengan hampa."
"Selama itu, pemuda musuhnya itu pernah datang kerumah manusia tanpa bayangan dua kali, pertama kali bertempur lagi dengan Manusia Tanpa Bayangan sampai beberapa puluh jurus, tidak ada yang kalah dan yang menang, dengan perasaan marah ia pergi.
"Kedua kali datang ia menyatakan hendak menghapus semua permusuhan yang sudah lalu, dan bersedia menikahi anak perempuan Manusia tanpa bayangan, tetapi perempuan itu kini sudah menjadi istri si-kakek penjinak Garuda, dalam marahnya Manusia tanpa bayangan telah membeberkan semua, apa sebabnya anak perempuannya sampai mengambil keputusan itu.
"Pemuda itu setelah mendengar keterangan itu, wajahnya berubah seketika, agaknya sangat menyesal, terkejut dan marah, hingga ia pergi lagi dan selanjutnya tidak muncul lagi, entah kemana perginya."
"Tak lama kemudian, anak perempuan manusia tanpa bayangan telah melahirkan sepasang anak kembar laki-laki. Kakek penjinak garuda rupanya girang sekali, tanda burung garuda yang dibuat bangga selama hidupnya telah dicacahkan diatas lengan dua bayi itu.
"Tetapi, keberuntungannya kakek itu tidak berlangsung lama, entah apa sebabnya, pada suatu hari, ketika kakek itu pulang dari pesiar tiba-tiba marah besar.
"Orang utan yang menjaga rumahnya dibunuh, tujuh ekor burung garuda kesayangannya dilepaskan semua, dan memaki isterinya tidak setia, akhirnya berlalu meninggalkan rumah tangganya"
Berkata sampai disitu, It Jie Hui-kiam memesut air matanya yang mengalir keluar, jantung Ho Hay Hong yang mendengar cerita kisah menyedihkan itu, samar-samar sudah jauh mengerti bahwa kisah itu menyangkut dirinya sendiri.
Ia merasa seperti disambar petir, matanya berkunang-kunang, otaknya ruwet, hampir saja ia jatuh pingsan.
It Jie Hui kiam melanjutkan ceritanya:
"Perempuan yang bernasib malang itu dengan hati pilu dia membawa dua oroknya pergi mencari suaminya, dengan susah payah ia mencari dimana-mana hampir semua gunung dan lautan sudah didatangi, tetap selama dua tahun ia mencari, masih tidak berhasil menemukan suaminya. Apa mau ia sendiri lantas jatuh sakit.
"Ia tahu benar sudah tidak ada harapan hidup lagi, dengan sisa tenaganya yang masih ada, ia pergi mencari kawan akrabnya semasa masih kanak-kanak, diberitahukannya semua pengalamannya dan menyerahkan kedua anaknya itu kepadanya, dan ia sendiri kemudian menutup mata untuk selama-lamanya."
It Jie Hui kiam tidak sanggup melanjutkan ceritanya, ia menangis seperti anak kecil.
Ho Hay Hong tiba-tiba berkata: "Ibu." Semangatnya mendadak runtuh, jantungnya berdebar keras, lalu jatuh tengkurap dan tak ingat orang orang lagi.
Entah beberapa lama telah berlalu, ketika ia perlahan-lahan sadar kembali, hari sudah malam. Diluar angin meniup kencang, ia seperti orang bingung, otaknya kosong melompong.
It Jie Hui kiam masih belum berlalu, dengan suara lemah lembut:
"Anak, tanda burung garuda dilenganmu itu suatu bukti bahwa kau adalah keturunanku yang terdekat."
Ho Hay Hong yang sudah seperti orang linglung, ucapan It Jie Hui kiam hanya masuk kedalam telinganya, tetapi tidak mengerti maksudnya. Lama ia duduk termenung, baru pelahan-lahan membuka mulut.
"Aku sudah hampir mati, barang ini tolong locianpwse sampaikan kepada suhuku Dewi ular dari gunung Ho lan-san, dia adalah teman karib ibu dimasa hidup."
Ia mengeluarkan salinan kitab ilmu silat garuda sakti, diberikan kepada It Jie Hui Kiam dan berkata pula.
"Kitab ini mungkin barang yang dibawa keluar oleh ibu dari gunung Kat nia, jikala locianpwee tidak dapat menemukan suhu boleh simpan saja sebagai barang peringatan!"
"Kau tidak akan mati. Hud sim Totiang sudah menyembuhkan penyakitmu." berkata It-jie Hui kiam sambil menggelengkan kepala.
Mendengar perkataan itu, Ho Hay Hong lompat bangun dan bertanya:
"Benarkah?"
Belum lagi It Jie Hui kiam menjawab, sudah didahului oleh gadis baju ungu:
"Kalau kau tidak percaya, kau boleh coba bernapas, betul luka dalam dada sudah sembuh atau belum ?"
Ho Hay Hong kini baru tahu bahwa dalam ruangan itu kecuali It Jie Hui kiam masih ada gadis berbaju ungu, Hud sim Totiang, orang tua kuras tinggi, orang tua berambut pendek dan diapun anggauta pasukan angin puyuh serta laki-laki setengah umur berpakaian kuning yang dikenalnya sebagai suhengnya gadis berbaju ungu itu.
Ia merasa sangat malu, tetapi ia tahu bahwa orang-orang itu memandang dirinya dengan kacamata lain, mungkin karena pengaruhnya It Jie Hui kiam.
"Dada kirinya terdapat tanda jari tangan yang biru, itu adalah perbuatannya pemimpin Liong houw hwee. Thian lam Lo jin, tanda itu adalah serangannya dengan ilmu khi-kangnya yang dinamakan Siao ciu thian khie kang yang membuat namanya terkenal. Setiap orang yang pernah diserang olehnya pasti meninggalkan bekas tapakan tangannya!"
Begitu mendengar keterangan Hut si Totiang, delapan anggauta pasukan Angin puyuh mendadak lompat bangun dan berkata dengan suara serentak:
"Liong houw hwee juga begitu berani sewenang-wenang, kita sekarang hendak pergi membuat perhitungan dengan mereka !"
Tetapi maksud mereka itu dicegah oleh It Jie Hui kiam, katanya sambil menggeleng kepala:
"Saudara-saudara silahkan duduk dulu, soal ini lambat atau cepat harus kita bereskan, tidak perlu tergesa-gesa. Kabarnya digunung Soat giam-san setiap tengah malam memancarkan sinar berkilauan yang bisa dilihat dari tempat jauh. Mungkin disitu terdapat benda pusaka, malam ini kau delapan orang coba mendaki gunung itu, untuk pergi melihat apa sebetulnya benda itu !"
Delapan orang itu menerima baik perintah pemimpinnya, lalu dengan serentak meninggalkan ruangan.
Gadis berbaju ungu itu mendadak berkata: "Kongkong, aku juga hendak pergi !" It Jie Hui kiam mengerutkan keningnya, baru hendak menjawab, gadis itu sudah bertanya kepada Ho Hay Hong:
"Kau mau pergi atau tidak ?"
"Aku mungkin tidak sempat!" jawab Ho Hay Hong, tetapi ketika melihat gadis itu menundukkan kepala dengan perasaan kecewa, segera memberi penjelasan: "tetapi kalau kau tidak ada kawan, aku boleh menemani kau !"
Gadis itu lantas berkata sambil tertawa: "Bagus, kongkong, ia bersedia menemaniku, kongkong izinkan atau tidak ?"
"Kau ini memang nakal, baiklah. malam ini biar kau pergi pesiar, tetapi harus berlaku hati-hati, sekarang keadaan kurang aman. tidak seperti dulu" menjawab It Jie Hui kiam sambil tertawa.
"Aku tidak takut, para toako dari pasukan Angin puyuh semua merupakan orang yang kesohor namanya, siapa berani mengganggu" Apalagi Ho koko juga pandai menggunakan ilmu pedang terbang, asal ia mengeluarkan pedang pusakanya, musuhnya pasti gemetaran!" berkata gadis baju ungu sambil tertawa.
Ho Hay Hong yang jarang mendapat perlakuan hangat, mendapat perlakuan mesra seperti itu, sudah tentu merasa senang, apalagi orang yang berlaku mesra itu adalah satu gadis cantik manis bagaikan bidadari.
It Jie Hui-kiam dengan muka berseri-seri bertanya padanya:
"Hay Hong. usiamu sudah cukup besar diluar kau sudah mempunyai pandangan kawan wanita atau belum?"
Mendengar pertanyaan itu, wajah Ho Hay Hong merah seketika, ia lihat gadis berbaju ungu itu mengawasi dirinya dengan sinar matanya yang tajam, agaknya sangat perhatikan urusan itu.
"Aku belum pernah memikirkan soal itu !" demikian jawabnya.
"Perlukah bantuan kongkongmu untuk mencarikan ?"
Gadis baju ungu itu tiba tiba nyeletuk. "Kau siorang tua selalu suka menggoda orang, jalan, mari kita jalan jangan hiraukan dia."
Sehabis berkata demikian, ia berlalu sambil menarik tangan Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong merasa terharu, ia mengerti ucapan It Jie Hui kiam tadi adalah suatu pernyataan cinta kasih dari seorang tua terhadap cucunya. Bukan menggoda.
Dari istal kuda gadis baju ungu itu mengeluarkan dua ekor kuda tinggi besar, kemudian berkata kepada Ho Hay Hong sambil tertawa:
"Ho koko, seekor ini untukmu !"
"Aku tak mau naik kuda" menjawab Ho Hay Hong.
Gadis itu membuka lebar matanya dan bertanya dengan perasaan heran.
"Benarkah kau tidak bisa naik kuda ?"
Ia mengira bahwa pemuda itu merendahkan diri. Diluar dugaannya, Ho Hay Hong menganggukkan kepala, hingga ia benar-benar merasa heran. Sebab Ho Hay Hong memiliki kepandaian tinggi sekali, tentunya pandai segala ilmu, diluar dugaannya, naik kuda saja tidak bisa.
Ia berpikir sebentar, kemudian berkata "Kalau kau tidak bisa menunggang kuda, biarlah aku menunggang bersamamu !"
Dengan sangat lincah ia lompat keatas adanya, kemudian menggapai Ho Hay Hong. "Lekas naik. Ho koko!"
Sejenak Ho Hay Hong merasa ragu-ragu, akhirnya naik juga keatas kuda.
Tiba-tiba kuda itu karena terkaget hingga melonjak tinggi. Ho Hay Hong yang tidak berjaga-jaga hampir saja jatuh terpelanting dari atas kuda. Ia buru-buru memeluk diri si nona.
Ia sudah lupa bahwa diri nona itu masih gadis, yang belum pernah bersentuhan dengan laki laki, apalagi dipeluk demikian rupa,maka seketika itu ia merasa malu sendiri, jantungnya berdebaran, mukanya merah membara.
Tetapi entah apa sebabnya, gadis itu ternyata tidak marah, hanya berpaling mengamati padanya sejenak, tanpa berkata apa apa lantas bedal kudanya.
Ho Hay Hong ingin melepaskan tangannya, apa mau kuda itu larinya sangat pesat hingga menimbulkan kegoncangan hebat, terpaksa ia memeluk terus. Ia kini baru merasa menyesal yang dahulu tidak pernah belajar menunggang kuda.
Kuda dilarikan sangat pesat, dalam waktu sangat singkat, sudah keluar pintu kota.
Gadis itu berkata padanya dengan suara pelahan:
"Para toako dari pasukan angin puyuh sudah jalan jauh, kita harus lekas menyusul!"
Suaranya itu sangat pelahan sekali, kalau tidak mempunyai daya pendengaran sangat tajam, susah mendengar, Ho Hay Hong tahu bahwa perasaan malu gadis itu masih belum lenyap, maka ia lantas menjawab:
"Ya, kita harus lekas mengejar!" Dengan tiba-tiba, dari suatu tempat agak jauh, Ho Hay Hong dapat dengar suara nyanyian pasukan Angin puyuh, yang sudah tidak asing lagi baginya. Namun kali ini, diiringi suara beradunya senjata tajam.
Gadis baju ungu itu kembali berkata dengan suaranya yang masih tetap perlahan:
"Oh, pasukan Angin puyuh sedang bertempur dengan musuh!"
Ho Hay Hong belum menjawab, didepan sudah ada orang menyahut:
"Turun turun, untuk kedua kalinya kita berjumpa, seharusnya berlaku sedikit ramah!"
Suara itu sangat asing, tetapi sangat nyaring. Gadis baju ungu itu tercengang, kemudian berkata kepada Ho Hay Hong:
"Lekas kita pergi, dia adalah musuh besar pasukan Angin puyuh, namanya Te-coan hong, Tok Bu Gouw. Orang ini muncul dirimba persilatan belum ada satu bulan, sudah mengeluarkan ucapan terkebur, katanya hendak membasmi pasukan Angin puyuh dan It Jie Hui kiam. Ia berkepandaian tinggi dan bernyali besar. Muncul dan menghilangnya tidak menentu hingga saudara-saudara pasukan Angin puyuh tidak berdaya terhadapnya. It Jie Hui kiam juga pusing menghadapinya."
"Benarkah demikian hebat orang itu, apa yang diandalkan olehnya?" bertanya Ho Hay Hong heran.
"Kepandaian ilmu pedang Tee soan Sin kiam orang itu pada dewasa ini sudah tidak ada tandingannya. Sejak dibentuknya pasukan Angin puyuh, pertama kali jatuh ditangannya."
"Dengan pasukan Angin puyuh dia ada permusuhan apa?"
"Aku tidak tahu, tetapi ia selalu datang mencari setori, itu memang benar, Semula pasukan Angin puyuh masih berlaku sabar, tidak menghiraukan tantangannya. Tetapi ia semakin didiamkan semakin melunjak, sehingga seorang sabar seperti It Jie Hui kiam juga sampai marah. Kedatanganmu sangat kebetulan, ilmu pedangnya Tee-soan Sin-kiam yang sangat ampuh, hanya dengan ilmu pedang terbang, barulah tidak akan terkalahkan!"
Ho Hay Hong terperanjat, "Barangkali aku belum yakin."
"Kau takut ?"
"Meski aku belum yakin atas kemampuanku, tetapi aku tidak takut!"
Sehabis berkata demikian, gadis itu mendadak menghentikan kudanya dan lompat turun, segera diikuti oleh Ho Hay Hong.
Kini tampak delapan anggauta pasukan angin puyuh sedang berhadapan dengan seorang lelaki pertengahan umur yang berwajah putih bersih dan berambut panjang sampai kebahu.
Dengan wajah merah dan nada suara dingin laki-laki itu berkata:
"Siapa suka mengabarkan kepada It ji Hui kiam, aku nanti akan ampuni jiwanya tidak akan kubunuh!"
Gadis baju ungu berkata kepada Ho Hay Hong dengan suara perlahan:
"Ho koko, kau dengar, betapa sombongnya manusia itu!"
Mendengar suara dan sebutan yang manis itu, semangat Ho Hay Hong terbangun, seketika dengan berani ia maju tiga langkah dan menegurnya:
"Tuan adalah Tee-soan hong. Tok Bu Gouw?"
Tee soan hong Tok Bu Gouw memandangnya dengan sinar mata dingin. Dari sinar mata itu, Ho Hay Hong mengetahui bahwa orang setengah umur itu memang benar-benar memiliki kekuatan tenaga dalam yang sudah cukup sempurna.
Tee soan hong mengeluarkan suara dari hidung, tiba-tiba melintangkan pedangnya dan menggulungnya, sesaat kemudian timbullah sinar berkilauan.
Ho Hay Hang terkejut. mundur tiga langkah, walaupun ia sudah cukup gesit, tetapi tidak urung celananya masih kesambar oleh ujung pedang.
Dengan alis berdiri Ho Hay Hong berkata kepada gadis baju ungu.
"Boleh aku pinjam pedangmu?"
Gadis itu mengerti maksud Ho Hay Hong hendak pinjam pedang, serta merta menjawabnya sambil tersenyum manis:
"Kau harus berlaku hati-hati!"
"Aku tahu!" jawab Ho Hay hong mengangguk.
Pedang gadis itu ternyata sangat berat, tapi sungguh tepat digunakan untuk ilmunya pedang terbang.
"Tee-soan hong, jangan kira bahwa ilmu pedangmu Tee-soan Sinkiam sudah tiada orang yang sanggup melawan, aku siorang she Ho tidak takut padamu!" demikian ia berkata.
Matanya ditujukan kepada ujung pedang, diam-diam mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya kepada gagang pedang, kemudian tangannya bergerak dan pedang itu mendadak mendengung.
Setelah mendapat kepastian bahwa luka didalam dadanya sudah sembuh, semakin tebal keyakinannya, maka lantas berkata kepada anggauta pasukan Angin puyuh.
"Toako sekalian silahkan menyingkir sebentar, sekarang aku hendak belajar kenal dengan ilmu pedang Tee soan Sin kiam!"
Anggauta pasukan Angin puyuh rupanya masih merasa khawatir, tetapi menuruti kehendak Ho Hay Hong, Semua pada menyingkir kesamping, hendak menyaksikan bagaimana anak muda itu memberi perlawanan kepada musuh tangguh itu.
Ho Hay Hong mendadak mengeluarkan suara siulan panjang Dengan sepenuh tenaga menyambitkan pedangnya, hingga pedang panjang itu meluncur kearah Tee-soan hong.
Tee soan hong juga mengerahkan tangannya, sinar pedang ditangannya membuat lingkaran hendak menggulung pedang Ho Hay Hong, tetapi tidak berhasil.
Ho Hay Hong mengempos kekuatan tenaga dalamnya, pedang yang meluncur dengan cepat itu mendadak melesat setinggi setengah kaki, kemudian memutar dan menikam punggung Tee-soan hong.
Tee-soan hong tahu bahwa Ia salah hitung, terlalu memandang rendah kepada lawannya yang masih muda belia itu. Tetapi sudah agak terlambat, sebab pedang lawannya sudah tiba dibelakang punggungnya.
Dalam keadaan tergesa-gesa, Tee soan hong segera berbalik, pedangnya terhadap lawannya, sebab pedang yang disambitkan itu bukanlah seperti menyambitkan senjata rahasia, melainkan ilmu mengendalikan pedang yang sudah lama menghilang dari rimba persilatan untuk menghadapi dirinya.
Sebagai seorang yang berpengetahuan luas, ia buru-buru lompat melesat setinggi tiga tombak lebih, baru berhasil mengelakkan serangan pedang itu.
Tetapi pedangnya sendiri sudah terjatuh di tanah.
Ho Hay Hong maju selangkah, pedangnya dikedut keatas, hingga pedang itu mengarah dua bagian jalan darah dikaki Tee-soan hong.
Serangan kali ini lebih hebat dari yang pertama Tee-soan hong tidak menduga lawannya yang masih muda belia itu, ternyata memiliki kepandaian luar biasa tingginya.
Kampung Setan Karya Khulung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sehingga seketika itu wajahnya berubah seketika. Dengan menggunakan lengan jubahnya dikebutkan kebawah.
Kebutan dengan lengan baju ini, adalah serangan Tee soan hong dengan kekuatan tenaga dalam yang paling hebat. Ho Hay Hong tertahan gerakannya oleh serangan itu terpaksa merandek dan mundur tiga langkah.
Tee soan hong mengandalkan kesempatan itu terus meluncur turun dan menyerang dengan tinjunya.
Ho Hay Hong sangat penasaran. Selagi hendak menyambitkan pedangnya lagi tiba-tiba hembusan angin dari serangan jari tangan lewat dibawah ketiaknya, langsung mengarah jalan darah Khie hay hiat Tee soan-hong.
Tee soan-hong tahu apabila totokan jari tangan itu mengenakan dirinya, ia pasti binasa. Tetapi ia masih mengandalkan kekuatan tenaga dalamnya yang sudah sempurna.
Sedikitpun tidak takut, ia segera mengempos kekuatan tenaga dalamnya keseluruh tubuhnya, untuk melindungi seluruh tubuhnya. Dengan gerakan yang tetap tidak berubah, masih menyerang Ho Hay Hong.
Gadis baju ungu itu lantas berseru:
"Kau berani membandel!"
Kembali jari tangannya bergerak, menotok jalan darah Tee soan hong.
Tee soan hong mendadak tarik kembali serangannya dan menegur gadis itu:
"Budak hina kau masih pernah apa dengan It Jie Hui kiam " Lekas jawab!"
Dengan sinar mata penuh kebencian memandang gadis itu, hingga gadis itu bergidik dan menundukan kepala.
"Kau tidak perlu tahu." demikian jawabnya.
"Apakah kau muridnya It Jie Hui kiam?" bertanya Tee soan hong kepada Ho Hay Hong.
Selagi Ho Hay Hong hendak menjawab, gadis itu berkata ditelinganya: "Jangan beritahukan padanya, orang itu terlalu kurang ajar!"
Ho Hay Hong tercengang dalam hatinya berpikir: apakah antara ia dengan It Jie Hui kiam ada permusuhan yang sangat dalam atau rahasia yang tidak diketahui oleh orang luar"
Tee soan hong maju selangkah bertanya kepada Ho Hay Hong sambil menudingkan ujung pedangnya:
"Lekas jawab bocah, kalau kau hendak menjadi seorang gagah yang kesohor namanya, tidaklah patut kau sembunyikan namamu."
"Dia adalah familiku, kau mau apa?" jawab Ho Hay Hong marah.
"Aneh, aku hanya dengar It Jie Hui kiam hanya mempunyai dua anak perempuan, anaknya yang sulung dulu sudah kawin dengan kakek penjinak garuda, anak Gadisnya yang kedua, lima tahun berselang telah meninggal dunia karena sakit. Belum pernah dengar mempunyai anggauta famili seperti kau!" berkata Tee soan hong sambil tertawa dingin:
Tee soan hong masih belum menjawab gadis baju ungu itu sudah nyeletuk dengan heran:
"Bagaimana dia tahu bibiku, kawin dengan kakek penjinak garuda "."
Tee-soan-hong tertawa terbahak-bahak "Oh, kiranya nona adalah cucu perempuan It Jie Hui kiam. Ini lebih aneh lagi. Anak perempuan yang besar It Jie Hui kiam tidak pernah melahirkan anak perempuan sedang anak perempuannya yang kedua juga belum kawin, apakah hahahaha, bagus benar didikan rumah tangga keluarga It Jie Hui-kiam .haha"
Kata-katanya itu mengandung penuh ejekan, terutama kata-katanya didikan rumah tangga keluarga It Jie Hui kiam. diucapkan dengan tegas.
Ho Hay Hong diam diam bertanya tanya kepada diri sendiri: "mengapa ia mendadak berubah seperti orang gila, seperti terpukul bathinnya."
Gadis baju ungu itu marah ketika mendengar perbantahan itu mendadak maju menghampiri dan menyerang dengan jari tangannya Tee soan-hong segera berhenti tertawa, buru-buru lompat kebelakang gadis itu dan menyerang dengan membalikkan tangan.
Gadis itu tidak menduga akan diserang dengan cara demikian, setelah mengeluarkan suara jeritan, badannya lemas dan rubuh dalam pelukan Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong buru-buru menghadapi dan berkata Tee soan hong dengan suara gusar:
"Tee soan hong, kau benar-benar sudah turun tangan jahat kepadanya?"
Wajah gadis pada saat itu tampak pucat pasi, matanya dipejamkan, mulutnya merintih, ia berkata dengan suara terputus-putus:
"Ho koko, aku terluka. parah"
Ho Hay Hong segera naik darah, sambil mengeluarkan suara bentakan keras, pedangnya di sambitkan kepada Tee soan hong.
Tee soan hong tahu hebatnya serangan anak muda itu, dengan mengempit pedangnya badannya bergulingan di tanah, hingga tanah dan batu-batu pada berterbangan tidak tertampak orangnya.
Delapan anggauta pasukan Angin puyuh yang sudah kenal baik semua sepak terjang Tee soan hong, buru-buru memperingatkan Ho Hay Hong:
"Ho siaohiap lekas mundur, itu adalah ilmu pedang Tee soan hong Sin kiam!"
Ho Hay Hong meskipun terkejut, tetapi ia tidak mau mundur begitu saja. Diam-diam ia mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya, pedang yang disambitkan itu ketika berada ditengah jalan, tiba-tiba melesat dengan pesat, dengan menembus putaran pedang Tee soan hong menyerang orangnya.
Suara ser ser terdengar nyaring. Tee-soan hong mendadak lompat melesat setinggi lima enam tombak, berkata dengan suara:
"Bocah dari Ngo-bie, benarkah kau berani bermusuhan denganku?"
Saat itu delapan anggauta pasukan Angin puyuh sudah tahu bahwa lengan baju Tee-soan-hong sudah berlubang. Lengan tangannya terluka. darah bertetesan membasahi bajunya. Jelas bahwa luka itu bekas serangan pedang Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong tidak menghiraukan pertanyaan Tee soan-hong, lagi sekali mengempos tenaganya, menggerakan pedangnya. Pedang itu bagaikan naga terbang dari atas menukik kebawah, kemudian melayang lagi keatas, mengarah tapak kaki Toe-soan hong.
Sudah dua kali Tee-soan hong menghadapi serangan hebat ilmu pedang terbang Ho Hay Hong, hingga kesombongannya lenyap seketika, ia tidak berani memberi perlawanan lagi, dengan terbirit-birit kaburkan diri.
Pasukan Angin puyuh mendadak memencarkan diri, membuat satu lingkaran, mengurung Ho Hay Hong dengan serentak berkata.
-oo0dw0ooo- Bersambung Jilid 15
Jilid 15 "HO SIAOHIAP, harap ingat baik-baik pantangan dunia Kang ouw jangan mengejar musuh yang melarikan diri kedalam rimba!"
"Kalian rela membiarkan musuh besar itu kabur ?" demikian Ho Hay Hong balas menanya dengan perasaan heran.
"Bukan begitu, tetapi itu adalah pantangan dalam dunia Kang ouw, kita tidak boleh melanggar!" jawab mereka.
Ho Hay Hong mengawasi bayangan Tee soan hong yang pelahan-lahan menghilang tempat gelap menggumam sendiri. "Jangan membohongi aku! Dari sikap kalian, sudah jelas menunjukan isi hati kalian. Aku pikir kalian sengaja melepaskan musuh besar itu dengan dalih yang kalian kemukakan tadi, tentunya ada tersembunyi sebab sebab yang kalian tidak dapat menjelaskan secara terang-terangan. Benarkah ucapanku ini?"
Delapan anggota pasukan angin puyuh itu diam saja, tidak berani menjawab.
Ho Hay Hong merasa tidak senang, sinar matanya yang tajam menyapu orang-orang itu kemudian berkata:
"Dengan sebetulnya, kalian delapan orang, setiap orang memiliki kepandaian yang cukup tinggi, juga bernyali besar. Meskipun Tee Soan hong Tok Bu Gouw kuat dan berkepandaian tinggi, tapi belum tentu bisa mengalahkan kalian dengan mudah. Jikalau dugaanku tidak keliru, toako sekalian jelas sengaja mengalah."
Mendengar celaan itu, delapan anggota pasukan Angin puyuh itu agaknya tidak dapat menahan sabar lagi selain memandangnya dengan wajah keren, dengan serentak berkata:
"Ho siaohiap jangan coba mencari-cari sebabnya, kita bertindak hanya menurut perintah saja, maaf kita tidak bisa menjawab?"
"Apakah itu perintahnya It Jie Hui kiam locianpwee?"
Delapan orang itu saling memandang, kemudian melompat keatas kuda masing-masing, barulah menyahut:
"Maaf. kita masih perlu segera berangkat ke gunung Siau giam-san untuk menyelidiki benda pusaka itu. Kalau siaohiap suka boleh segera berangkat!"
Ho Hay Hong terheran-heran tetapi orang-orang itu semua menutup mulut. Ia juga tidak berdaya. Terpaksa menjawab sambil menggelengkan kepala:
"Siaote tidak bisa pergi, ia terluka parah perlu lekas ditolong."
Baru berkata sampai disitu, suatu pikiran aneh terlintas dalam otaknya: "Gadis itu adalah cucu perempuan It Jie Hui kiam, dan orang-orang itu melakukan tugasnya atas perintah It Jie Hui kiam, seharusnya, betapapun pentingnya urusan itu, tokh tidak lebih penting dari pada jiwa cucu perempuan pemimpinnya, dan sudah seharusnya pula kalau mereka ambil perhatian. Tetapi, mengapa mereka berlalu demikian dingin, bahkan nampaknya acuh tak acuh, sedangkan menanya sajapun tidak."
Sementara masih berpikir, delapan anggota pasukan angin puyuh itu sudah bedal kuda masing-masing meninggalkan dirinya.
Ho Hay Hong diam-diam menghela napas, dengan membimbing gadis baju ungu, pulang kembali kerumah. Dalam perjalanan ia selalu berpikir: "dari rumah ia dalam keadaan sehat dan baik-baik. Sekarang pulang dalam keadaan terluka. Kalau kongkongnya tahu, bukankah anggapan aku tidak mampu melindungi keselamatannya?"
Sebagai orang gagah yang berjiwa ksatria, ia bersedia memikul tanggung jawab dan sendiri! Demikianlah Ia sambil mengepal-ngepal tinjunya, berkata kepada diri sendiri: "Tidak bisa, aku harus jaga nama baikku, aku harus mengandalkan tenagaku sendiri, untuk menyembuhkan lukanya!"
Gadis baju ungu yang mendengarkan ia berkata seorang diri, bertanya dengan perasaan heran:
"Apa yang kau katakan?"
Ho Hay Hong buru-buru menggunakan kesempatan itu balas menanya:
"Apa kau suka kalau aku dipandang enteng oleh orang?"
"Sudah tentu tidak suka!" jawabnya singkat, dengan perasaan semakin heran ia balas menanya: "Mengapa kau bertanya demikian Ho koko?"
"Kau terluka parah, kalau aku antar kau pulang, ini berarti akan mengunjukkan kelemahanku, yang tidak mampu melindungi keselamatanmu. Maka aku pikir jangan pulang dulu, nanti setelah lukamu sembuh, baru pulang. Dengan demikian, kita tidak sampai dihina orang kau anggap bagaimana?"
"Baiklah, Ho koko, kau ingin bagaimana, terserah pikiranmu sendiri." jawab si gadis sambil tersenyum.
Waktu ia mengucapkan jawaban demikian, wajahnya kemerahan-merahan hingga tampaknya semakin menggiurkan.
Ho Hay Hong yang menyaksikan sikap demikian, jantungnya mendadak berdebar keras. Dalam perjalanannya menuju kedaerah Tionggoan kali ini, dengan beruntun ia sudah berkenalan dengan tiga gadis cantik, hal itu sesungguhnya belum pernah diimpikannya.
Tiga gadis cantik yang dikenalnya itu masing-masing memiliki sifat tersendiri. Dalam soal kecantikan, kalau ia suruh memilih sesungguhnya berat untuk mengadakan pemilihan. Tetapi kini ia merasa bahwa gadis baju ungu itu dalam segala hal selalu mengiringi kehendaknya, ini merupakan tipenya seorang wanita yang bersifat wanita penurut.
Lengannya memeluk erat erat pinggang gadis itu, dalam waktu singkat, sifat halus gadis itu berhasil memikat hati Ho Hay Hong.
Ia berusaha melupakan gadis kaki telanjang, tetapi tidak berhasil.
Oleh karenanya, ia ingin coba menenangkan pikirannya meskipun dalam pelukannya terdapat tubuh seorang gadis cantik, namun tidak berani timbul pikiran yang bukan-bukan.
"Nona sejak kecil kau dilahirkan disini, tentunya mengenal baik keadaan disini. Tahukah kau dimana ada tabib pandai?" demikian ia bertanya kepada sinona.
"Di kota sebelah barat. Kek Seng To si seng adalah akhli penyakit bagian dalam, ia sanggup menyembuhkan segala luka dalam tetapi..." menjawab sang gadis tetapi ia mendadak mengerutkan keningnya dan berkata pula: "luka dalam tubuhku ini terkena pukulan tinju dengan menggunakan ilmu Khie kang tabib biasa tidak bisa menolong."
"Ya, kita harus mencari tabib pandai yang juga pandai ilmu silat!"
"Dengan terus terang ditempat ini mestinya tidak ada orang pandai luar biasa!"
"Kalau begitu kita terpaksa minta pertolongan kepada Hud-sim Totiang, betul tidak?"
"Ini kurang baik, mungkin lantaran aku, nanti akan mencemarkan nama baikmu."
"Lukamu penting, harus segera diobati. Bila aku sendiri tidak berarti apa-apa. Asal kau selamat, hatiku merasa lega !"
Gadis itu menundukkan kepala, hatinya goncang.
"Tidak apa, aku pelahan-lahan bisa sembuh."
"Kalau dari semula aku tahu Tee soan-hong seorang demikian ganas, kau tadi bunuh mati saja dia dengan pedang terbangku, sekalipun aku harus menghamburkan banyak tenaga!"
Mendadak ia ingat sesuatu katanya pula:
"Mengenai diri orang itu, aku merasa sangat curiga. Sebab jelas para toako dari pasukan Angin puyuh, mempunyai cukup kekuatan menundukkan dia, tetapi tokoh-tokoh itu nampaknya selalu mengalah. Bahkan tidak mengizinkan aku mengejar, ketika ia terluka ditanganku, dengan dalih yang tidak masuk akal. Hal ini aku benar-benar tidak mengerti. Tetapi aku percaya nona pasti lebih mengerti dari padaku, bolehkah kau memberitahukan sedikit saja sebab musababnya ?"
Gadis itu membuka matanya lebar-lebar. "Kau terlalu banyak pikiran Tee soan hong itu sejak muncul dirimba persillatan daerah utara, belum pernah mendapat tandingan. Sudah lama namanya disegani oleh orang-orang rimba persilatan. Kabarnya pada waktu yang belakangan ini, lantaran hendak merebut kedudukan. Bengcu rimba hijau enam propinsi daerah utara, telah bentrok dengan kepala penyamun Kay see Kim kong. Kepala penyamun ini karena mengetahui kepandaian Tee soan hong tinggi sekali, pernah mengalah tidak berani berbuat apa-apa. Coba kau pikir, dengan orang seperti Kay see Kim kong yang biasa melakukan kejahatan dan keganasan, tokh masih mengalah terhadapnya, jangankan pasukan Angin puyuh."
"Bukankah kau pernah katakan bahwa Tee soan hong belum lama muncul di dunia rimba persilatan, mengapa sekarang kau katakan sudah lama namanya terkenal ?"
"Mungkin aku salah kata."
"Aku tahu nona hatinya lembut, tidak mungkin salah kata. Pasti ada rahasia yang kau tidak inginkan aku tahu."
"Perlu apa diungkat lagi" Semua ini untuk kebaikanmu."
"Hal ini ada hubungan apa denganku?"
Gadis itu menggelengkan kepala, tidak menjawab, matanya berkaca-kaca.
"Kau pasti tidak pandang mata aku yang tidak berguna ini, maka ada banyak rahasia tidak memberitahukan padaku!" berkata Ho Hay Hong sambil tertawa getir.
Mendengar perkataan itu, gadis itu angkat muka dan berkata:
"Ho koko, mengapa kau berkata begitu. Mana aku mempunyai pikiran begitu?"
Sewaktu ia mengucapkan perkataan itu, wajahnya mengunjukan perasaannya yang pilu, jelas bahwa ia memang tidak mempunyai pikiran demikian. Ia seperti tersinggung perasaannya, sehingga tanpa disadari sudah mengeluarkan air mata.
Ho Hay Hong berusaha keras mengendalikan perasaannya, katanya.
"Kau tidak mau menerangkan ya sudah, aku mau mencari Tee soan hong sendiri untuk menanyakan padanya."
"Aku Ingat, ditempat dekat ini ada seorang tabib pandai, sudah banyak mengobati orang-orang rimba persilatan yang terluka dalam maupun luar. Tetapi adanya sangat aneh, ia tidak mau menerima bayaran, kalau tidak dibayar dengan pedang pusaka atau benda mustika lainnya ia tidak mau menyembuhkan penyakitnya."
Ho Hay Hong menghela napas, tidak berkata apa-apa, hanya bertanya:
"Dia bernama siapa?"
"Dia adalah familie jauh Kay see Kim-kong, nama julukannya Hoa chiu Hwa tho, dahulu ia belajar ilmu silat dan ilmu tabib dikelenteng Koan-im Sin bio, gunung Kie lian san. ia sudah mendapat semua warisan pemimpin kelenteng itu, Chie chiu Sin kun, tetapi adanya keras dan suka membawa caranya sendiri, maka sudah beberapa kali Kay see kim kong mengundang selalu tidak berhasil"
"Orang itu sudah berani menggunakan nama julukan Hoa chiu Hwa tho, ilmunya dalam ketabiban tentunya luar biasa. Lukamu meski parah, barangkali juga masih bisa disembuhkan. Mari kita lekas mencarinya!"
Tetapi setelah berkata demikian, ia merasa menyesal katanya pula sambil menghela napas: "Kita minta obat seperti minta belajar ilmu kepandaian, sedikitpun tidak boleh memaksa. Aku tidak memiliki barang pusaka apa-apa, bagaimana bisa menginjak rumahnya?"
"Kau tidak perlu gelisah, disini aku masih mempunyai barang peninggalan ayahku, mungkin dapat kita gunakan!"
Dari lehernya ia melepaskan liontin kalungnya yang merupakan sebuah batu giok, ia letakan di tangannya dan dielus-elusnya, entah apa sebabnya, perasaan sedih timbul seketika, hingga matanya kembali berkaca-kaca.
"Ini adalah barang pusaka satu-satunya peninggalan keluargaku. It-jie Hui kiam kongkong berikan padaku, suruh aku pakai sejak aku mengerti urusan. Dia pesan padaku supaya menggunakan barang ini untuk mencari keterangan tentang diriku."
Mendengar perkataan itu. Ho Hay Hong terkejut.
"Apa" Kau bukan cucu perempuan It Jie Hui kiam?"
"Tee soan hong, Tok Bu Gouw juga pernah berkata si orang tua hanya mempunyai dua anak perempuan, yang satu sudah kawin dengan Kakek penjinak garuda, satu lagi meninggal dunia karena sakit, bagaimana kau bisa menjadi cucu perempuannya?"
"Batu giok ini adalah barang peninggalan keluargamu, betapa pentingnya bagimu, janganlah lantaran aku, kau bikin hilang. Aku kehilangan muka tidak menjadi soal, bagaimanapun juga aku tokh bukan seorang besar yang sudah kesohor namanya. Kau simpan barangmu, jangan kau berikan kepada Ho chiu Hwa tho!"
"Orang laki-laki tidak dibandingkan dengan orang perempuan, yang terpenting adalah nama baik. Kau berkepandaian tinggi, mungkin bisa menjadi seorang besar, jangan lantaran aku kau lantas putus asa!"
Ho Hay Hong sangat terharu mendengar ucapan itu, dalam hatinya berpikir: "kau perlakukan aku sedemikian baik, bagaimana aku harus membalas budimu?"
Memasukkan tangannya kedalam sakunya mengeluarkan kitab Salinan ilmu silat garuda sakti dan sepotong batu kaca yang ia dapatkan dari dasarnya danau Liok ing ouw. berpikir bulak balik, kecuali kitab salinan ilmu silat garuda sakti yang masih ada harganya, sudah tidak ada barang apa-apa lagi.
Tetapi kitab Ilmu silat garuda sakti itu adalah milik suhunya, ia tidak berhak memberikan kepada orang lain. Dalam sengitnya, batu kaca itu dilemparkannya ketempat jauh, pikirnya barang itu sudah lama disimpannya, tapi tokh tidak ada gunanya.
Diluar dugaannya, batu kaca itu ketika berada diatas batu keras, mendadak mengeluarkan sinar terang, kemudian menggelinding ke dalam rerumputan.
Ho Hay Hong tertarik oleh kejadian gaib itu, ia buru-buru lompat turun dari atas kudanya dan memungut lagi batunya. Batu yang kebentur oleh batu kacanya tadi masih bercahaya terang.
Ia juga segera mengetahui bahwa sekitar tempat dimana batu kaca itu terletak, terdapat cahaya terang hingga matanya hampir menjadi silau.
Ia buru-buru memungutnya kembali dan dibungkus dalam sapu tangannya, lalu disimpannya lagi kedalam sakunya.
Gadis baju ungu yang menyaksikan semua perbuatan itu, lantas menegurnya:
"Itu siapa?"
"Lekas simpan kembali batu giokmu, kita sudah ada barang untuk diberikan kepada Hwa chiu Hwa tho!" menjawab Ho Hay Hong dengan perasaan girang.
Ia sungguh tidak sangka bahwa batu kaca yang ia dapat dari dasar danau Liok ing ouw itu, ternyata adalah batu pusaka yang belum dijamah oleh tangan manusia. Ia sendiri meski belum dapat menilai berapa harganya tetapi dari sinarnya yang berkilauan, dapat menduga bahwa barang itu bukanlah barang sembarangan.
Gadis itu menyimpan kembali batu gioknya berkata sambil tersenyum manis:
"Kau salah jalan, ini jalan yang menuju ketimur, sedang kita seharusnya menuju ke barat!"
Ho Hay Hong mencari jalan, sambil memondong tubuh gadis baju ungu, Ia mengerahkan ilmunya meringankan tubuhnya lari kebarat.
Lari belum berapa jauh, dari dalam rimba tiba-tiba muncul tiga orang laki-laki menegur dan membentak padanya:
"Sahabat, siapa namamu?" Ho Hay Hong mengawasi senjata tembaga dalam tangan tiga orang itu, karena waktu itu sudah tengah malam buta, dianggapnya berpapasan dengan kawanan begal.
Dengan kepandaian ilmu silatnya sendiri yang sudah cukup tinggi, sudah tentu tiga orang tu tidak dipandang di mata, maka ia lantas menyahut sambil tertawa:
"Namaku Ho Hay Hong, tuan-tuan ada keperluan apa ?"
Tiga orang itu tidak menjawab, sebaliknya balas menanya:
"Boleh kami numpang tanya, Ho thayhiap mewakili golongan mana?"
Mendengar pertanyaan itu, Ho Hay Hong tercengang, karena ia tidak mengerti makna pertanyaan itu.
Selagi hendak menanya, gadis baju ungu itu berbisik ditelinganya: "Ho koko, kita sudah menginjak daerah kawanan rimba hijau, pertanyaan mereka tadi adalah istilah dalam dunia Kang ouw, kau boleh menjawab salah satu nama dari suatu tempat, hingga kita tidak dapat rintangan lagi."
Ho Hay Hong baru sadar, bahwa dirinya sedang berhadapan dengan kawan berandal karena harus segera mencari obat untuk menyembuhkan luka gadis itu, ia juga tidak mau menimbulkan onar, maka lantas menjawab seenaknya:
"Oh. siaotee datang dari Liok cui" Tiga orang itu tampaknya terkejut, tapi mereka tidak berani mengganggu, katanya sambil memberi hormat:
"Kiranya adalah sahabat dari Liok cui, silahkan!"
Ho Hay Hong merasa bahwa suasana tempat itu agak berbeda, tempat dimana ia lewat selalu mendapat pengawasan, baik secara terang maupun secara menggelap, seolah-olah khawatir ada orang asing yang masuk kedaerahnya. Ia lalu berkata kepada gadis dalam pondongannya dengan suara pelahan:
"Tahukah kau mereka sedang main sandiwara apa?"
"Aneh, sudah begini malam, orang-orang dari rimba hijau semua berkumpul disini, apakah didepan sana ada terjadi apa-apa?"
Ho Hay Hong tidak ingin mencari urusan, Ia usulkan mencari jalan lain. Tapi gadis itu berkata.
"Disini hanya ada satu jalan, kecuali jalan ini, yang lainnya semua merupakan daerah rimba. Kalau kita mencari jalan lain mudah kesasar, sebaliknya kita mengambil jalan yang ada, asal kita tidak menimbulkan onar, biarpun ada terjadi apa-apa, kita jangan perdulikan, mungkin tidak akan ada bahaya."
"Aku mengerti maksudmu."
Belum menjelaskan perkataannya, tiba-tiba ada serombongan orang laki-laki yang masing-masing membawa senjata tajam, berjalan menghampiri dan menghadang didepannya.
"Sahabat, tinggalkan senjatamu, ini adalah peraturan dalam pertemuan ini, harap sahabat maafkan!" demikian rombongan orang-orang itu berkata.
Ho Hay Hong memandang tempat sekitarnya, ia baru lihat ditempat tidak jauh dari rombongan orang-orang itu berdiri, terdapat sebuah meja persegi besar, diatas meja terdapat rupa-rupa senjata tajam, yang jumlahnya lebih dari sepuluh potong, hingga ia diam-diam berpikir: apakah orang-orang yang datang menghadiri pertemuan ini ada demikian banyak jumlahnya" Pertemuan apakah ini sebetulnya"
Gadis itu kembali berbisik ditelinganya. "Ho koko, aku lihat malam ini gelagatnya kurang baik. Sudah jelas kita kesasar, hingga seperti sudah membuka rahasia mereka. Lekas serahkan pedangmu kepada mereka kita sudah berada digua macan, mau tidak mau harus berlaku tenang dan bertindak melihat gelagat, jangan sampai membuat kekeliruan!"
Dalam hal ini, pengetahuan Ho Hay Hong sangat sedikit sekali, maka ia menurut kehendak gadis itu, pedang panjang diloloskan dan diserahkan kepada orang-orang itu. Dari mereka ia dapat sepotong papan yang sudah diukir dengan tanda masuk mereka.
"Simpan baik-baik kedalam sakunya." berkata kepada sigadis dengan suara perlahan.
"Apakah kita tidak boleh berkata terus terang dengan mereka bahwa kita kesasar dan kemudian kita meninggalkan tempat ini?"
"Orang-orang rimba hijau paling pantang orang luar golongannya turut hadir dalam pertemuan mereka, terutama pertemuan seperti ini, yang mungkin hendak merundingkan suatu urusan penting. Jikalau tidak, kita nanti akan membangkitkan kemarahan orang banyak, ini lebih sulit bagi kita."
Ho Hay Hong pikir bahwa hal itu memang benar, karena ia memondong tubuh gadis itu. Apalagi terjadi pertempuran sudah tentu tidak leluasa. Apalagi pihak mereka jumlah orangnya terlalu banyak, sudah tentu lebih susah untuk keluar dari kancah pertikaian ini.
Oleh karenanya, maka ia empos semangatnya, berjalan dengan tindakan lebar.
Tak lama kemudian, telinganya mendadak dapat menangkap suara dekat yang sangat tebal.
Suara itu sangat keras dan nyaring, tidak mungkin dilakukan oleh satu dua orang saja.
Pandangan matanya yang tajam, segera dapat melihat di lapangan sebuah kelenteng yang letaknya dikaki bukit, ada sekelompok orang sedang duduk mengitari pelataran. Dari sinar api itu ia juga bisa melihat wajah orang-orang yang hadir dalam pertemuan itu
Orang-orang itu meskipun diluarnya berlaku tenang, tetapi sifat orang Kang ouw itu memberi kesan dalam hati Ho Hay Hong.
Selagi memikirkan bagaimana harus melewati pos penjagaan rahasia itu, gadis baju ungu itu sudah berusaha turun dari pondongannya, kemudian berkata padanya:
"Kau boleh pura-pura menggandeng tanganku, cukup menggunakan kekuatan tenaga dalammu untuk membimbing aku!"
"Kau lihat, penjagaan sepanjang jalan yang menuju ketempat pertemuan itu nampaknya sangat ketat bagaimana supaya kita bisa melaluinya dengan aman ?"
"Kita jangan ganggu mereka, untuk sementara kita menyelinap kedalam rombongan orang banyak, nanti kita mencari ketempat air untuk lewat !"
Ho Hay Hong yang tidak membawa senjata apa-apa harus menghadapi demikian banyak jumlahnya orang-orang dari kalangan rimba hijau yang nampaknya terdiri dari orang orang berkepandaian tinggi, Sedikit banyak ia merasa agak gentar. Dengan sangat hati-hati ia menggandeng tangan gadis itu berjalan terus.
Dengan tiba-tiba tombak panjang dari orang-orang yang melakukan penjagaan disilangkan dihadapannya, dua belas mata memandangnya dengan sinar tajam.
Ho Hay Hong agak bingung. Ia tidak bisa berkata apa-apa. Untung gadis itu cerdik, dengan suara perlahan memperingatkan padanya supaya mengeluarkan tanda kayu.
Bagaikan patung hidup Ho Hay Hong mengeluarkan tanda kayu dari dalam sakunya. Dilihatkannya kepada rombongan penjaga, kemudian tanpa mengucapkan sepatah katapun juga, ia ajak gadis baju ungu duduk di belakang banyak orang.
Setelah duduk, ia baru lihat disudut kanan ada sebuah muka yang dikenal baik olehnya. Orang itu adalah Tok gan Sin cu, satu penjahat besar yang terkenal dalam dunia Kang ouw, yang pada waktu Ho Hay Hong baru tiba didaerah Tiong goan, pernah mencegat ditengah jalan dan pernah bertempur hebat dengannya.
Ia mengerutkan keningnya, matanya langsung kepada wajah-wajah yang lain. Benar saja, ia lantas menemukan komplotan To gan Sin cu. Bok khek ceng Hui pat Tojin Cit seng Koay khek. Menemukan itu memberikan firasat tidak baik dalam hatinya.
Gadis baju ungu itu ketika melihat perubahan muka Ho Hay Hong, lalu menanya dengan suara sangat pelahan sekali:
"Kau kenapa?"
Ho Hay Hong tersenyum getir sambil menggelengkan kepala, ia tidak mau memberitahukan firasat tidak baik itu.
Pada saat itu, seorang tua dengan membawa pipa besi panjang tampil diatas mimbar, lebih dulu orang tua itu menghisap pipanya yang panjang dan kemudian mengepulkan asapnya ketengah udara, barulah membuka suara:
"Aku anggap Kay see Kim kong tidak tepat memegang tugas berat ini!" sinar matanya yang tajam ditujukan kepada seorang laki berkepala botak yang tubuhnya tinggi besar Kay see Kim kong, "kau harus berani mengakui bahwa adatmu terlalu berangasan, tidak bisa mengendalikan hati orang banyak. Jabatan bengcu ini bukanlah jabatan sembarangan, besar sekali hubungannya dengan mati hidupnya golongan rimba hijau daerah utara, harus dipikir masak-masak.
Mata Ho Hay Hong ditujukan kepada Kay see Kim kong, tentang diri kepala berandal ini, ia sudah mendapat sedikit gambaran dari mulut si gadis baju ungu. Kalau dilihat dari potongan muka dan badannya, memang bukan orang sembarangan.
Pelan-pelan Kay see Kim kong bangkit dari tempat duduknya, dengan sikap keras berkata:
"Ucapan Tok heng Tayhiap meskipun benar, tetapi anak buahku tersebar hampir seluruh pelosok daerah utara, pengaruhnya sangat besar, jabatan Bengcu itu, aku tetap hendak pertahankan."
"Soalnya bukan begitu, kita harus tahu meskipun pengaruh anak buahmu sudah cukup besar dan menguasai sebagian daerah penting, tetapi ingatlah kau sejarahnya kawanan rimba hijau daerah-daerah Ho siang. See san Khian heng dan Oak bun, yang pengaruhnya sudah menguasai hampir seluruh daerah itu dan tidak kalah dengan kawanan rimba hijau tujuh propinsi daerah selatan, tetapi karena berkali-kali terbit onar antara anggautanya sendiri, sehingga sering diejek oleh orang-orang rimba hijau daerah selatan Apakah hal yang semacam ini kita terus telan begitu saja." berkata orang tua tadi.
"Kalau demikian halnya, Tok heng Tayhiap tentunya meragukan kepandaianku?" bertanya Kay see Kim kong sambil tertawa besar.
"Bukan, bukan: Apa selamanya berlaku dan berbicara sangat hati-hati, lebih baik tidak diadakan pemilihan, daripada semakin kalut" kata orang tua itu sambil menggelengkan kepala dan duduk lagi dengan tenang.
Kay see Kim kong merasa tidak senang, menepuk tangan dengan keras seraya berkata:
"Kalau aku beruntung terpilih jadi Bengcu rimba hijau enam propinsi daerah utara, ku jamin dalam waktu dua bulan akan berhasil menyapu bersih kekuatan Liong houw-hwee dan Ceng gie hwee. kecuali pasukan angin puyuh yang dipimpin oleh situa bangka It Jie Hui Kiam, juga termasuk dalam rencanaku yang harus dibasmi."
Mendengar ucapan takabur itu, benar saja mengejutkan gadis baju ungu dan Ho Hay Hong. tetapi para hadirin juga merasa tertarik, banyak diantaranya yang pada kasak-kusuk, ada yang pro, tetapi ada juga yang kontra.
Bagi Ho Hay Hong, sudah tentu mengharap agar supaya Kay see Kim kong ini tidak terpilih, sebab ucapannya yang sombong ini bukan saja membahayakan kedudukan partai-partai dari orang-orang golongan baik-baik, tetapi juga mengancam keselamatan It Jie Hui Kiam.
Seorang imam pendek kecil beroman buas. tiba-tiba berseru:
"Siao tee setuju rencana Kay see Kim kong. Dengan hak apa perkumpulan Liong houw hwee dan Ceng gie hwee saban-saban menyusahkan kita " lagi pula pasukan Angin puyuh itu juga bukan orang baik, mari kita bersatu, mengusir mereka keluar dari daerah utara !"
"Kawan ini orang gagah dari mana?" demikian seorang tua bertanya dengan sangat tenang. "aku kira saudara saudara dari golongan rimba hijau enam propinsi daerah utara sejak peristiwa yang terjadi antara orang sendiri, tidak mempengaruhi kekuatan tenaga kita. Seharusnya kita semua prihatin sama-sama membina kekuatan sendiri, janganlah dipengaruhi oleh angkara murka, hendak membasmi Liong houw-hwee dan Ceng gie-hwee se-ih, salah salah kita akan dihina lagi oleh saudara-saudara kita dari daerah selatan."
Seorang laki-laki pertengahan umur dengan sikapnya yang agung, menyetujui pikiran orang tua itu, katanya:
"Ucapan Kat-lo memang beralasan, sejak kesalahan pimpinan Bengcu yang lama, sehingga terjadi pemberontakan didalam sendiri, kekuatan kita banyak berkurang. Karena kekuatan kita sendiri masih belum teguh, sekali-kali jangan menggunakan kekerasan.
"Jikalau tidak beberapa puluh tahun kemudian, kita akan ludes sendiri hingga kita menyesalpun sudah terlambat!" dengan sikapnya yang tenang ia mengibas-ngibaskan kertasnya. "pada waktu belakangan ini. aku dengar dalam golongan rimba hijau tujuh propinsi daerah selatan, orang-orang dari kelompoknya si Raja pembunuh, ingin menggabungkan diri dengan golongan kita diutara.
"Dalam hal ini, apabila tidak ada suatu rencana busuk, sesungguhnya merupakan suatu kabar baik bagi kita. Akhirnya kita harus menerima mereka dengan hati sungguh-sungguh, biar orang orang rimba hijau daerah selatan tidak menghina atau mengejek kita lagi !"
Ho Hay Hong sangat tertarik oleh perdebatan itu, tiba-tiba mendengar suara rintihan gadis baju ungu, maka segera menanya dengan perasaan kaget.
"Apa kau merasa tidak enak?"
"Tidak, tidak ." jawab gadis dengan badan gemetaran.
Ho Hay Hong tidak mau percaya, ia tanya pula dengan suara perlahan:
"Mengapa kau harus menyusahkan diri sendiri. apa salahnya kau berkata teras terang."
"Aku. hanya merasa kepalaku puyeng." jawabnya dengan napas memburu.
Ho Hay Hong mengawasi orang-orang yang hadir disitu, saat itu semua sedang pusatkan perhatian mereka kepada orang-orang yang sedang berdebat, tiada seorangpun yang memperhatikan keadaannya sendiri, hingga ia merasa lega.
Tetapi kesulitan baru muncul. ia pikir, gadis itu tokh tidak bisa duduk disitu sehingga pertemuan selesai dengan keadaan sakit. Seandainya pertemuan itu berlangsung terus beberapa hari, apakah ia juga menunggu! Bukankah itu akan membahayakan gadis itu"
Ia berpikir bolak-balik, belum menemukan suatu akal yang baik untuk meloloskan diri. Dalam keadaan gelisah, timbullah pikirannya hendak menggunakan kekerasan. Pikirnya: "kalau aku bertindak dengan mendadak kemudian menggunakan ilmu meringankan tubuhku, mungkin ada harapan untuk kabur"
Dengan cepat ia mengambil keputusannya. Tanpa memberitahukan lebih dulu maksudnya itu kepada si gadis, ia sudah hendak memondong tubuhnya. Di luar dugaannya mendadak ada orang menegur dengan suara dingin:
"Sudah lama kita tidak berjumpa!" Dengan wajah berubah, ia membalas maksudnya. Cepat ia berpaling. Dibelakang dirinya tampak seorang laki-laki kira kira tiga puluhan, menghampirinya dan pelahan, ia duduk disampingnya. Laki-laki itu dengan tertawa bangga mengawasi gadis baju ungu seraya berkata:
"Tak kusangka nona juga berada disini,." Kata-katanya itu diucapkan dengan suara sangat perlahan, agaknya takut didengar oleh orang-orang lain. Kecuali Ho Hay Hong dan gadis itu, tiada seorangpun tahu apa yang sedang dikatakannya.
Mata gadis baju ungu itu menatap wajah laki-laki itu. Wajahnya mendadak berubah, lama ia tidak bisa mengucapkan apa-apa.
Laki-laki itu berpakaian sangat perlente, wajahnya putih bersih, tetapi sepasang matanya sangat liar terhadap kaum wanita. Jelas merupakan seorang laki-laki yang gemar pipi licin"
"Hadiahmu satu tamparan tangan pada berapa hari berselang, sehingga kini masih belum terlupakan, aku tidak menduga bisa berjumpa denganmu ditempat ini, mari kita berunding untuk mengadakan perdamaian!" demikian laki-laki itu berkata pula.
Gadis itu dengan cepat sudah tenang tapi ia menahan rasa sakitnya, katanya dengan nada suara dingin.
"Kau ingin menuntut balas dendam tamparanku pada beberapa hari berselang, silahkan mengumumkan kehadiranku dan siapa adanya aku. Hai, nonamu sudah berani seorang diri memasuki guha harimau, sudah tentu sudah tidak menghiraukan soal mati hidup sendiri."
Mendengar ucapkan tersebut, Ho Hay Hong terkejut. Pikirnya: "mengapa ia menyatakan demikian kepada orang itu" Apakah ia sudah terlalu sulit untuk keluar dari tempat ini, hingga sengaja berkata demikian, supaya aku berhasil melarikan diri " Tetapi sebagai seorang lelaki, bagaimana telah memikirkan kepentingan diri sendiri dan membiarkan kawan wanitanya berada dalam sarang harimau seorang diri ?"
Apalagi jika diingat bahwa gadis itu keluar dari rumah bersama-sama dengan dirinya, dengan sendirinya harus bertanggung jawab atas keselamatannya, seandainya harus menghadapi bahaya, juga harus dihadapi bersama, bagaimana boleh melarikan diri seorang diri " .
Karena berpikir demikian, maka ia diam saja, sedang matanya terus mengawasi orang-orang yang sedang berdebat ramai tetapi diam-diam ia perhatikan gerak-gerik lelaki ceriwis itu.
Lelaki itu berkata lagi :
"Dengan terus terang, aku tadi sudah melihat kau. Semula aku kira itu ada suatu kejadian kebetulan saja, tak kuduga benar-benar adalah kau!" sambil tertawa dingin ia memandang wajah gadis yang cantik itu, kemudian berkata pula dengan kelakuannya yang sangat ceriwis.
"Dalam perjalananmu ini pasti mendapat hasil baik, kalau aku mengumumkan namamu, orang-orang jahat ini pasti tidak akan membiarkan kau hidup. Tetapi dengan demikian, bukankah aku akan dicap seorang lelaki yang tidak kasihan terhadap kaum wanita?"
Ho Hay Hong yang mendengarkan kata-katanya yang mulai melantur itu, lantas naik pitam. Tetapi ia masih tidak mengunjukan sikap apa-apa. Diam-diam ia telah mengambil putusan hendak menempuh bahaya, melindungi si gadis untuk melarikan diri.
Lelaki itu mendadak menepok bahunya seraya berkata:
"Kawan, tolonglah kau minggir sedikit berikan aku tempat duduk !"
Ho Hay Hong semula hendak menyerang dengan tangannya, atau menotok jalan darahnya, tetapi kemudian batalkan maksudnya, karena mendadak ia sadar, bahwa bila ia bertindak sembrono, bukan saja tidak menguntungkan pihaknya bahkan merunyamkan keadaan. Maka ia terpaksa berlaku sabar, sambil menggeser badannya ia memberi tempat kepada laki-laki itu.
Laki-laki itu lalu duduk disisi gadis baju ungu, dengan penuh perhatian ia berkata:
"Eh, melihat keadaanmu, kau seperti sedang terluka, mengapa tidak pergi berobat." kau benar-benar hebat, dengan badan masih terluka demikian parah, masih berani datang kemari untuk mencuri rahasia!"
Gadis itu melirik kepada Ho Hay Hong agaknya meminta supaya pemuda itu memastikan kejadian itu, katanya dengan suara pelahan:
"Kabarmu pamanmu pandai mengobati orang sakit, bolehkah kau bawa aku kepadanya" Aku bersedia barang pusaka sebagai balas jasanya"
"Kau ingin minta pertolongan dariku maka kau bersikap merendah demikian rupa-rupa, aku masih ingat betul, bagaimana sikapmu pada beberapa hari berselang, yang sangat mengecewakan hatiku"
Ho Hay Hong tidak mengerti mengapa gadis itu berlaku demikian sabar terhadap laki-laki ceriwis itu" Seketika itu ia merasa sangat tidak senang, dan hampir tidak sanggup mengendalikan hawa amarahnya.
Ketika dengan tidak disengaja laki-laki itu menoleh kepada Ho Hay Hong, segera tampak olehnya mata Ho Hay Hong bersinar guram hingga dalam hatinya timbul perasaan curiga.
Gadis itu mendadak berkata pula sambil tertawa:
"Hay, kukatakan terus terang juga tidak apa, kalian orang laki-laki, kebanyakan bangsa mata keranjang, kalau tidak berlaku sedikit bengis, benar-benar bisa dianggap aku gampang diperhina!"
Sehabis berkata demikian, ia sengaja berlaku manis. Laki-laki itu belum pernah mendapat perlakuan demikian manis dari gadis. Sudah tentu ia sangat kegirangan sehingga lupa segala-galanya. Katanya sambil tertawa:
"Sesungguhnya, aku bukan tidak menghargai dirimu, oleh karena kau terlalu cantik sehingga membuatku lupa daratan Kau tentunya juga tahu, aku bukannya bangsa orang-orang gelandangan bagaimana tidak menghargai diri sendiri?"
"Luka dalam tubuhku akan bekerja, sekalipun kau membenci aku, juga tidak bisa berbuat apa-apa terhadapku, Mengapa kau tidak menunjukkan sikapmu ksatria, menghantarkan aku kepadamu?"
"Kau tunggu sebentar, aku akan beritahukan dulu kepada ayah, setelah itu, segera membawa kau kepada Hoat chiu Hwa tho!"
Buru-buru ia bangkit, dengan wajah berseri-seri berjalan menghampiri Kay see Kim kong.
Setelah lelaki itu berlalu, gadis baju ungu itu berkata dengan suara pelahan kepada Ho Hay Hong:
"Hei! lekas kau kabur..." Ho Hay Hong merasa sangat terharu, tapi ia pura-pura perhatikan perubahan suasana tidak menghiraukan perkataannya.
Dengan mendadak Ho Hay Hong berpaling dan berkata:
"Aku ingin mendengarkan perdebatan mereka sebentar Lagi, luka kamu penting segera diobati, berusahalah supaya bisa berlalu dari sini lebih dulu!"
Gadis itu tidak mengerti maksud Ho Hay Hong maka ia bertanya:
"Ho koko, mengapa kau bersikap demikian terhadapku?"
Apa bedanya dengan kelakuan yang biasa?" jawab Ho Hay Hong.
Gadis itu menundukan kepala, katanya dengan suara sedih.
"Dari sikapmu aku dapat menduga, kau pasti marah terhadap aku."
"Tidak sama sekali, kau jangan salah paham." jawab Ho Hah Hong.
Sehabis berkata demikian, kembali matanya ditujukan keatas mimbar. Waktu itu Kay see Kim kong sudah berkata dengan suara keras sambil membusungkan dada:
"Begini salah begitupun salah, saudara-saudara hanya mengeluarkan pendapat tanpa memikirkan akibatnya dikemudian hari. Benar-benar sangat menjengkelkan."
"Kay see Kim kong, berlakulah dengan tenang, urusan ini ada menyangkut mati hidupnya rimba hijau dari propinsi daerah utara tidak dapat dibereskan hanya dengan menuruti hawa napsu saja!" kata Tok heng Lo jin.
Suasana semakin tegang, ketika para hadirin mendengar ucapan jago tua itu.
Kay see Kim kong berkata dengan tegas.
"Tok heng Tayhiap, kalau kau mempersulitkan siaotee lagi, terpaksa siaotee minta tayhiap keluar dari sini. Jika tidak, aku akan undurkan diri, tidak mau campur tangan lagi!"
Wajah Tok heng Tayhiap berubah seketika, selagi hendak membuka mulut, diantara para hadirin tiba-tiba tampak seorang memakai kerudung kain. bangkit dari tempat duduknya dengan suaranya yang serak orang itu berkata:
Kampung Setan Karya Khulung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku berdiri dibelakang Tok heng Tay hiap, menentang Kay see Kim kong ambil bagian!"
Dengan pernyataan terus terang dari orang itu, membuat keadaan semakin terpecah belah, meskipun Kay see Kim kong cukup kuat, tapi saat itu juga merasa jeri.
"Saudara bernama siapa" Bolehkah kau memberitahukan kepada kita!" demikian ia berkata.
"Tentang ini kau tidak perlu tahu, biar bagaimana aku ada hak untuk menghadiri pertemuan ini!" jawab orang itu.
"Saudara menggunakan kerudung untuk menutupi muka, ini saja sudah menimbulkan rasa curiga orang banyak. Aku harap kau akan memberitahukan nama dan kedudukanmu, supaya kita semua bisa mengambil keputusan!" kata Kay see Kim-hong.
"Tok heng Tayhiap pernah kata bahwa kau suka membawa caramu sendiri, susah mendapat dukungan besar saudara, hal ini nampaknya memang benar. Aku selamanya suka bebas, sudah biasa menggunakan kerudung untuk menutupi mukaku. Mengapa tak boleh menghadiri pertemuan ini, harap kau jelaskan sebab-sebabnya!" kata orang itu sambil tertawa dingin.
"Kalau begitu, aku Kay see Kim kong hendak mengundurkan diri dari rimba hijau daerah utara, tidak mau campur tangan segala urusan lagi. Dikemudian hari apabila ada orang minta aku masuk persekutuan, jangan menyesal kalau aku menolak!"
Keterangan Kay-see Kim kong itu menggemparkan medan pertemuan, semua hadiri ramai memperbincangkan keputusan itu.
Tok-heng Tayhiap bangkit lagi, katanya dengan suara dalam:
"Tunggu dulu, Kay see Kim kong tunggulah dulu keputusanmu!"
Kemudian ia berpaling dan berkata pada orang berkerudung:
"Saudara ini, biar bagaimana aku harap suka memberi tahukan namamu, apakah kau ingin melihat saudara-saudara kita dari rimba hijau terpecah belah ?"
Ucapan terakhir itu suaranya penuh nada memohon sehingga membangkitkan rasa simpatik dari para hadirin. Karena sebagai seorang jago tua yang berkedudukan sangat tinggi dalam kalangan rimba hijau masih demikian merendahkan diri memohon kepada orang supaya semua jangan membikin keruh suasana.
Semua ini semata mata untuk kepentingan bersama. Maka para hadirin dengan serentak meminta supaya orang berkerudung itu segera memberitahukan namanya.
Orang berkerudung yang dengan mendadak berdiri terpencil, lantas berkata sambil tertawa dingin:
"Sudahlah, aku lihat jabatan pangcu, ini sebaiknya diberikan saja kepada Kay see Kim kong!"
Berulang-ulang ia perdengarkan suara tertawa dingin kemudian berlalu meninggalkan medan pertemuan.
Perbuatan yang seenaknya itu mengejutkan semua orang yang hadir, tetapi tiada orang yang berani merintangi perginya orang itu.
Dengan tiba-tiba, seorang bermuka merah maju menghampiri tangannya menyambar tangan orang berkerudung, sementara mulutnya membentak dengan singkat:
"Balik!"
Orang berkerudung itu membalikkan tangannya mendorong orang muka merah, si orang muka merah itu lantas terdorong mundur sampai lima langkah, tapi masih belum berhasil mempertahankan kakinya.
Orang berkerudung itu berkata sambil tertawa dingin.
"Bangsa kantong nasi, dalam medan pertemuan kemasukan mata-mata masih tidak tahu, sebaliknya hendak mencari mampus!"
Orang muka merah itu adalah seorang jagoan dari daerah gunung Haow nia-san, banyak hadirin yang kenal padanya, tak diduga dengan didorong saja oleh orang berkerudung itu sudah mundur terhuyung huyung demikian rupa, hingga semua pada terheran-heran.
Justru karena kekuatan tenaga yang diperlihatkan itu, maka ucapannya tadi menarik perhatian para hadirin.
Kay-see Kim kong dengan sinar matanya yang tajam menatap wajah orang berkerudung sejenak, kemudian beralih kepada setiap orang yang berada disitu. Matanya setiap kali berhenti ketika menatap setiap wajah orang, sehingga orang itu menyebutkan namanya sendiri, barulah beralih lagi kelain orang.
Pada saat itu, Ho Hay Hong diam-diam merasa khawatir, apabila tidak menyembunyikan wajahnya, mungkin akan membawa bahaya.
Dilain pihak, ia juga merasa curiga terhadap ucapan orang berkerudung tadi, apakah ucapan orang itu ditujukan kepada dirinya Kalau benar demikian, orang itu pasti kenal dirinya, ini lebih berbahaya lagi.
Tiba-tiba Kay see Kim kong mengeluarkan suara bentakan keras, "Huh, tanda siapa" Rasanya belum pernah muncul dalam rimba hijau daerah utara."
Dia adalah pemimpin dalam pertemuan itu, suaranya itu sudah tentu sangat berpengaruh. Semua mata kini ditujukan kepada tempat Ho Hay Hong duduk.
Bukan kepalang terkejutnya Ho Hay Hong, kalau bukan seorang berkepandain tinggi dan bernyali besar, barangkali sudah terbuka kedoknya.
Wajah gadis baju ungu seketika pucat pasi, diam-diam ia mengeluh, ia khawatir apabila Ho Hay Hong tertangkap, bagaimana ia harus memberi pertolongan"
Ia ingin sekali Ho Hay Hong memberi isyarat tindakan apa yang akan diambil, tetapi pemuda itu masih tetap berdiam dengan tenang, sedikitpun tidak menghiraukannya, sehingga gadis itu semakin gelisah.
Laki laki ceriwis tadi sudah balik lagi dan duduk di hadapan gadis baju ungu.
Dengan demikian, hingga wajah gadis itu teraling oleh dirinya. Gadis itu mengerti maksud laki-laki itu, tetapi dalam keadaan cemas seperti itu, mana ada waktu untuk bicara dengannya"
Sementara itu, Ho Hay Hong masih tenang-tenang saja, sedikitpun tidak mengunjukkan sikap cemas atau bingung.
Dengan tiba-tiba dihadapannya ada orang bicara.
"Apakah Kay-see Kim kong mencurigai diriku sebagai mata-mata?"
Ho Hay Hong tidak bisa melihat nyata orang itu, hanya dari belakangnya ia menduga bahwa orang itu sudah lanjut usianya.
Terdengar pula terdengar suara orang tu "Memang benar sudah lama aku tidak terjunkan diri dirimba hijau daerah utara, tetapi tanda ku Ngo jiaw leng sudah cukup untuk membersihkan diriku."
Ho Hay Hong mendadak terkejut, suara nyaring dan agak serak orang itu, rasanya pernah didengarnya. Tetapi ia sudah tidak ingat dimana pernah bertemu dengan orang itu.
Kini ia merasa lega, sebab mata orang banyak tadi ternyata tidak ditujukan kepadanya, melainkan ditujukan kepada orang lain.
"Tanda Ngo-jiauw leng adalah tanda kebesaran pemimpin kita dahulu, boleh saudara keluarkan untuk melihat?" kata Kay see Kimkong.
Orang berkerudung tadi berdiri ditempat agak jauh, masih belum berlalu. Ketika mendengar percakapan dari dua pihak, ia hanya perdengarkan suara tertawa dingin berulang-ulang.
Ho Hay Hong sementara itu bahwa manusia yang berkerudung itu disengaja atau tidak, berkali-kali memandang dirinya, hingga diam-diam merasa heran. Apakah orang itu kenal dirinya, dan siapakah sebetulnya orang itu"
Ia sengaja arahkan pandangan matanya kepada Kay-see Kim kong, memperhatikan segala gerak-geriknya.
Orang itu terpaksa bangkit dan mengeluarkan tanda Ngo jiauw lengnya untuk diperlihatkan kepada orang banyak, kemudian berkata.
"Sekarang apakah semua saudara sudah percaya tentang diriku?"
"Bawa kemari untuk kulihat!" berkata Kay see Kim kong.
Orang itu menganggukkan kepala, dengan langkah lebar berjalan menghampiri Kay see Kim kong, lalu memberikan tanda Ngo jiauw-leng.
Kay see Kim kong memperhatikan dengan teliti, kemudian berkata:
"Benar, barangnya memang tulen!"
Tetapi, ia tidak mengembalikan tanda itu kepada orang tersebut, bahkan dimasukannya kedalam saku sendiri.
Orang itu menyaksikan perbuatan Kay see Kim Kong nampak sangat cemas, mendadak menyambarnya dan berkata:
"Kay see Kim kong, kau harus menjaga nama dan kepercayaanmu!"
Kay see Kim kong mengibaskan lengan bajunya yang gedrombongan, kekuatan tenaga yang meluncur keluar dari situ telah mendorong orang itu hingga beberapa kaki jauhnya.
"Tanda Ngo jiauw leng ini untuk sementara biarlah aku yang simpan, kau mundur!" demikian ia berkata dengan bengis.
Orang itu tidak mau mengerti, katanya: "Tidak bisa, aku tidak berhak untuk diberikan kepada lain orang."
"Bengcu yang dahulu sejak terjadinya pengkhianatan golongan sendiri, kekuatannya lantas lumpuh. Apakah masih ingin meminta saudara dari golongan rimba hijau daerah utara?" berkata Kay see Kim kong sambil tertawa dingin.
Ucapan itu segera menimbulkan perbincangan lagi, salah seorang diantara hadirin berkata:
"Tanda ini masih bisa digunakan untuk menggerakkan orang-orang gagah daerah See-an barat, aku kira sebelum jabatan Bengcu diputuskan dipegang oleh siapa, tanda ini sebaiknya kita jaga bersama!"
"Saudara bolehkah aku ingin tanya, tanda ini hanya sebuah, bagaimana harus dijaga oleh orang banyak" Cara bagaimana menjaganya."
"Kalau begitu, kau hendak mengangkangi sendiri benda itu?" kata orang itu.
"Tutup mulut!" kata Kay-see Kim ko marah, "dengan hak apa kau berani berkata demikian terhadap aku?"
Orang itu sedikitpun tidak takut, ia berkata sambil mementangkan dada:
"Aku berkata atas nama keadilan, yang lurus harus kukatakan lurus. Bengkok harus kukatakan bengkok. Aku tidak suka menghina orang dengan menggunakan pengaruh!"
Mata Kay-see Kim kong menyapu kearah para hadirin, katanya sambil tertawa dingin:
"Saudara benar-benar seorang jantan, benar-benar mengagumkan!"
Baru saja Kay see Kim kong menutup mulut, disamping orang tadi. tampak dua orang sudah bangkit dan mengulurkan tangannya diletakan diatas bahu orang itu seraya berkata:
"Kawan harap jangan terburu napsu silahkan duduk!"
Orang itu jatuh duduk ditanah, lama tidak dengar lagi suaranya.
Ho Hay Hong yang menyaksikan kejadian itu, diam-diam berpikir! Kay see Kim kong berani berlaku sewenang-wenang, kiranya mengandalkan pengaruhnya dan jumlah orangnya yang banyak untuk menindas para hadirin dengan kekerasan. Nampaknya jabatan Bengcu, itu mau tidak mau pasti akan jatuh ditangannya.
Ia juga tahu bahwa orang-orang dari golongan hitam ini, selalu menggunakan hukum rimba. Kekuatan berarti keadilan. Maka ia juga tidak menghiraukan soal ini lagi.
Tetapi ketika matanya tertuju kewajah orang yang jatuh itu, tidak kepalang terkejutnya. pikirannya melayang dan tanya-tanya kepada diri sendiri: "Mengapa dia?"
Semula ia tidak melihat tegas wajah orang yang membawa tanda Ngo jiauw leng itu, tetapi sekarang setelah jatuh duduk tidak berdaya, ia baru melihat mukanya, Orang itu ternyata adalah orang tua kepercayaan It Jie Hui kiam yang pernah ditemuinya diatas panggung pertandingan.
Ia masih ingat ketika ia menonton pertandingan ilmu silat, orang tua kurus kering itu duduk diatas panggung belakang meja pertandingan, menerima orang-orang yang hendak turut ambil bagian dalam pertandingan diatas panggung.
Sungguh tidak disangka orang tua itu ternyata ada hubungan dengan musuhnya It Jie Hui kiam. Perasaannya dirasakan seperti disambar petir, diam-diam merasa bergidik.
Ketika ia berpaling kepada gadis baju ungu, entah sejak kapan gadis itu rebah dalam pelukan laki-laki ceriwis dalam keadaan pingsan. Rambutnya yang panjang terurai kebawah, matanya tertutup rapat, agaknya sedang tidur nyenyak.
Hatinya tercekam, hawa amarahnya meluap seketika.
Laki-laki ceriwis itu memandang paras sinona dengan matanya yang liar, tangan kirinya menunjang janggut, agaknya sedang mencari akal untuk menyadarkan.
Sebentar kemudian Ho Hay Hong mendadak menghela napas dan berpaling lagi memperhatikan perubahan selanjutnya, ia anggap bahwa gadis itu dengan rela diperlakukan demikian. bagaimanapun ia tidak berhak tak merintangi.
Sementara itu, maka Kay see Kim kong terus mencari-cari wajah wajah yang dicurigakan dengan sikapnya yang tetap tenang, sedikitpun tidak menghiraukan urusan orang tua kurus kering itu tadi.
"Tanda Ngo jiauw leng Bengcu kita yang dahulu kini sudah berada dalam tanganmu, saudara tentunya orang kepercayaan Bengcu yang lama !" demikian Tok heng Tayhiap bertanya kepada orang tua kurus kering.
-ooo0dw0ooo- Bersambung jilid 16
Jilid 16 MATA orang tua kurus kering ditujukan kepada Kay see Kim kong dengan perasaan bimbang, sedang mulutnya menjawab pertanyaan Tok heng Tayhiap:
"Ucapan Tayhiap benar, aku yang rendah ini memang benar adalah orang kepercayaan Bengcu kita yang lama."
Tok heng Tayhiap batuk-batuk sebentar, ia berkata:
"Aku duga saudara ada membawa tugas."
"Bengcu kita yang lama telah kalah ditangan It Jie Hui kiam, dan aku yang rendah ini adalah orang kepercayaannya, sudah terus hamba berusaha untuk membalas dendam!"
Kata-katanya itu diucapkan demikian mantap dan tegas benar-benar mengejutkan Ho Hay Hong.
Ia merasa bersyukur bahwa dengan secara kebetulan mengetahui rahasia besar itu, ia telah bertekad hendak membuka membuka kedok orang tua itu dihadapan It Jie Hui-kiam.
Suara bentakan keras yang keluarnya mendadak, telah memutuskan lamunannya.
Saat itu mata Kay see Kim kong ditujukan kepada diri seorang jago muda, kemudian bertanya sambil tertawa dingin:
"Kau datang dari mana ?"
"Siaoseng datang dari Pak-sun. anak murid Cui seng Siang kaow." Jawab jago muda itu.
"Ow bagus anak didikan Ciu seng Siang kauw tidak akan kalah dengan murid-murid jago kenamaan!" kata Kay see Kim kong.
Ia agaknya sudah hilang rasa curiganya, perlahan-lahan mengalihkan perhatiannya ke arah lain orang: Tetapi kemudian ia seperti teringat apa-apa, pandangan matanya ditujukan lagi kepada jago muda itu dan katanya:
"Ciu seng Siauw kauw selamanya menaati janjinya sendiri, jauh sebelum diadakan pertemuan ini sudah diberitahukan, mengapa tidak tampak mereka berdua yang datang sendiri ?"
"Suhu berdua karena ada urusan penting, sedang melakukan perjalanan keluar kota, sehingga tidak bisa hadir sendiri. Oleh karena itu, maka suhu telah mengutus Siaoseng untuk mewakili !"
Kay see Kim kong mengangguk-anggukan kepala seraya berkata:
"Beralasan juga, tetapi aku tidak percaya Cui seng Siauw kauw sampai begitu malas, tempat ini terpisah dengan kediamannya hanya beberapa puluh pal saja, betapapun penting urusannya, juga tidak mungkin tidak memberitahukan."
Dengan sinar mata dingin ia memandang si jago muda dan sambungnya: "untuk mencegah terjadinya hal hal yang tidak diinginkan harap kau tunggu sebentar, aku akan suruh orang mengadakan penyelidikan."
Tangannya menggapai, dua lelaki bertubuh tegap bangkit dan lari menuju kedepan.
Ho Hay Hong memperhatikan keadaan jago muda itu, diwajahnya yang putih bersih terlintas suatu kekhawatiran, Ho Hay Hong tanya tanya kepada diri sendiri: "apakah ia mengaku-aku saja ?"
Ia merasa bahwa mata Kay see Kim kong kini ditujukan kepadanya, Ho Hay Hong terperanjat. Dalam keadaan gelisah, tiba-tiba mendapat suatu akal, Ia buru-buru menepuk bahu lelaki ceriwis dan berkata padanya sambil tertawa:
"Nona dalam pelukanmu ini sangat cantik, dengan saudara merupakan pasangan yang setimpal benar!"
Lelaki ceriwis itu semula agak kaget, tapi setelah mendengar ucapan Ho Hay Hong yang memuji padanya demikian rupa dalam hati merasa sangat girang, maka ia juga tidak marah, bahkan menyahutnya sambil tertawa:
"Mana. saudara terlalu memuji."
Dengan wajah tidak berubah Ho Hay Hong berkata sambil tertawa:
"Dari bentuk badan dan pandangan saudara, jelas saudara memiliki kepandaian sangat tinggi. Jikalau saudara tidak keberatan bagaimana kalau kita mengikat tali persahabatan?"
Laki-laki ceriwis itu paling senang di sanjung orang, maka ketika mendengar ucapan Ho Hay Hong yang memuji padanya setinggi langit, hatinya sangat gembira. Ia segera balas menanya:
"Berapa usiamu tahun ini?"
"Dua puluh lima tahun!" jawabnya.
"Wajah saudara masih seperti sangat muda sekali, tak disangka sudah berusia dua puluh lima tahun. Dari sini membuktikan bahwa saudara pandai menjaga diri, sesungguhnya merupakan suatu bakat yang sangat baik. Aku lebih tua beberapa tahun, baiklah aku panggil kau lotee saja!"
Ho Hay Hong harus berbahasakan toako dengan seorang yang tidak disukainya, Dalam hati ia merasa jemu. Tetapi keadaan mendesak, terpaksa pura-pura berlaku gembira.
"Jika saudara tidak anggap rendah diri siaotee maka siaotee akan panggil anda toako!"
"Lotee jangan merendahkan diri, pepatah ada kata, empat penjuru lautan, semua adalah saudara. Mengapa aku harus anggap rendah dirimu?"
Ho Hay Hong pura-pura berlaku girang, berkata sambil menganggukkan kepala:
"Toako sangat ramah, siaote sangat menyesal baru hari ini bertemu dengan toako."
Menggunakan kesempatan itu, matanya melirik Kay-see Kim kong, benar saja pandangan matanya sudah beralih kepada orang lain.
Karena Kay see Kim kong sudah tidak mencurigai dirinya, Ho Hay Hong kini tidak di banyak bicara lagi dengannya. Tapi laki-laki ceriwis itu juga tidak perhatikan perubahan sikap Ho Hay Hong itu, ia juga ingin mendapat banyak waktu untuk menikmati kecantikan gadis baju ungu.
Wajah cantik jelita itu saja waktu pernah membuatnya mabuk. Kini ia mendapat kesempatan menikmatinya sepuas-puasnya, mengapa tidak puas"
Sementara itu, orang berkerudung tiba-tiba membuka mulut lagi:
"Orang-orang ini benar-benar seperti rombongan kaledai bodoh, apa gunanya debat demikian sengit?"
"Hm" Suaranya itu diucapkan sangat nyaring agaknya disengaja supaya semua orang mendengarkan. Tetapi ketika semua mata berpaling kearahnya, orang itu dengan tergesa-gesa sudah angkat kaki.
Seorang diantara para hadirin loncat bangun dan berseru padanya:
"Kurang ajar, kau benar benar terlalu menghina, jangan lari, nanti kuhajar kau!"
Tetapi, perbuatan orang itu segera dicegah oleh Tok heng Tayhiap Ia berkata sambil menggoyangkan tangannya:
"Saudara jangan gegabah biarlah pergi!"
Kay see Kimkong menggumam sendiri "Tak mungkin kau tidak unjukkan muka heh?"
Tangannya menggapai, dua laki laki segera lari menghampiri.
Kay see Kim-kong berkata kepada dua laki-laki tua itu:
"Lekas tanyakan kepada orang tua yang menerima tanda masuk, tanyakan padanya senjata apa yang dibawa oleh orang berkerudung tadi."
Dua laki laki itu berlalu, sebentar kemudian mereka sudah kembali memberi laporan:
"Loya, senjata yang dibawa oleh orang itu tadi adalah sebilah pedang pusaka!"
Mendengar laporan itu Kay see Kim-kong membelalakkan matanya, katanya kepada diri sendiri: "Apakah dia itu Tee soan ong Tok Bu Gouw?"
Ucapannya yang cukup terang itu, menarik perhatian semua hadirin, satu diantara memperdengarkan suaranya: "Pasti dia! Meskipun dia tadi bicara dengan suara yang dibikin-bikin, tetapi aksennya masih belum berubah."
Ho Hay Hong pikir ucapan orang itu memang beralasan, sebab Tee soan hong pernah bertempur dengannya, maka memeta keadaannya.
Teringat diri Tee soan-hong, pikiran melayang ketempat jauh: mengapa pasukan Angin puyuh selalu berlaku sabar dan mengalah saja terhadapnya" mengapa gadis baju ungu yang tahu siapa sebenarnya orang itu tidak mau memberitahukan padanya" Bahkan mengatakan ada hubungan dengannya, hubungan apakah sebetulnya"
Ia terus memikirkan soal itu, tetapi selalu tidak menemukan jawabannya. Sebab ia sendiri memang tidak kenal dengannya, bagaimana dapat memecahkan persoalan itu"
Pada saat itu, dia laki-laki lari mendatangi dengan napas tersengal-sengal, sebelum orangnya sampai, suaranya yang keras sudah terdengar lebih dahulu: "Jangan lepaskan bocah itu tadi dia adalah mata-mata!"
Jago muda itu agaknya mendapati firasat tidak baik, dengan mengeluarkan suara bentakan keras, ia bertindak lebih dulu, dua tangannya bergerak, menyerang orang-orang disekitarnya.
Wajah semua hadirin berubah seketika, orang-orang yang duduk dekat dengannya, karena tidak menduga terjadinya tindakan jago muda itu, banyak yang jatuh oleh serangan yang dilancarkan oleh jago muda itu, sedang ia sendiri menggunakan kesempatan kalut itu, sudah melarikan diri.
Dalam keadaan marah, Kaysee Kim-kong memerintahkan anak buahnya mengejar.
Ho Hay Hong mendadak terbuka pikirannya, ia anggap itu adalah kesempatan yang paling baik untuk melarikan diri. Sambil membentak: "Bocah, jangan lari." ia mengerahkan ilmunya lari pesat, mengejar jago muda tadi.
Beberapa anak buah Kay see Kim kong yang bergerak duluan, pada akhirnya ternyata ketinggalan semua oleh Ho Hay Hong.
Ilmu lari pesat Ho Hay Hong masih jauh diatas jago muda itu, maka beberapa saat kemudian, tinggal terpisah sejarak lima tombak saja. Sementara itu hatinya berpikir: "kalau aku lari sendiri tanpa perdulikan cucunya, bagaimana aku harus menjawab kepada It Jie Hui kiam?"
Hal ini menyulitkan kedudukannya
Pada saat itu ia dengan jago muda itu terpisah semakin dekat, dari lima tombak, pelahan menjadi empat tiga dua dan akhirnya hanya tinggal kurang satu tombak. Asal ia mau mengeluarkan serangan dengan kekuatan tenaga dalam jago muda itu pasti terluka.
Anak buah Kay see Kim kong yang berada dibelakangnya semua berkaok-kaok supaya ia lekas menangkapnya.
Ketika melalui jalan tikungan Ho Hay Hong sengaja memperlambat larinya tetapi kemudian terus mengejar lagi hingga jarak yang sama. Dalam keadaan demikian ia diam-diam sesalkan kepandaian ilmu lari pesat jago muda itu, yang kurang mahir sehingga menempatkan dirinya dalam kedudukan sulit.
Sebuah sungai selebar kira-kira enam tombak, telah terbentang dihadapan jago muda itu mengeluh dan merandak.
Ho Hay Hong dapat mendengar dengan tegas suara keluhan jago muda itu dalam keadaan demikian, kembali ia mendapatkan satu akal. Ia mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya kepada kedua tangannya, kemudian mendorongnya sambil berseru:
"Pergi kau." jago muda itu punggungnya terdorong, dengan mengeluarkan jeritan keras, badannya melayang ke tengah udara.
Tetapi kemudian ketika Ia melayang turun ke seberang sungai dalam keadaan selamat, ia baru mengerti bahwa Ho Hay Hong tidak melakukan serangan sesungguhnya, melainkan menolong jiwanya.
Sebagai seorang cerdik, jago muda itu juga lantas berpura-pura memandang marah kepada Ho Hay Hong, kemudian tanpa berkata apa-apa, lantas mengundurkan diri.
Rombongan yang mengejar akhirnya tiba ditempat itu, tetapi mereka yakin tidak mampu menyeberangi sungai itu, terpaksa membiarkan jago muda itu pergi. Salah satu diantara orang-orang itu menyesalkan Ho Hay Hong, katanya:
"Benarkah saudara membiarkan ia kabur?"
"Jangan khawatir ia telah terkena pukulan tanganku, dalam tubuhnya sudah terluka. Sekalipun Ia sekarang bisa lolos dari tangan kita tetapi juga tidak mungkin lolos dari tangan maut, heh.heh" jawab Ho Hay Hong.
Salah seorang setelah melihat tegas muka Ho Hay Hong mendadak berseru:
"Eh, kau !"
Ho Hay Hong ketika mendengar suara teguran itu, menyapu wajahnya sejenak kemudian berkata:
"Ow, kiranya Chit-seng Koay khek, sudah lama kita tidak bertemu!"
Sementara itu ia sudah mengambil keputusan karena Chit-seng Koay khek sudah membuka kedoknya, pasti menimbulkan bahaya bagi dirinya maka ia harus bertindak lebih dulu. Sebelum Chit seng Koay khek membuka mulut, sudah diserang lebih dulu.
Chi-seng Koay-khek tidak keburu menangkis atau mengelak, hingga serangan itu mengenainya dengan telak. Seketika itu juga Chit seng Koay khek rubuh, tak bisa bangun lagi.
Dahulu sewaktu Ho Hay Hong baru turun gunung, Chit seng Koay khek sudah tidak sanggup melawan, apalagi kini setelah Ho Hay Hong mendapat bantuan tenaga dalam si kakek penjinak garuda.
Setelah berhasil merubuhkan Chit seng Koay khek, Ho Hay Hong tidak tinggal diam, dua tangannya bergerak berbareng, menyerang dua orang yang lain.
Satu diantaranya, yang agak lemah, seketika itu juga terpukul mundur, dan yang satu lagi terpental dan kecebur dalam sungai.
Satu yang terpukul mundur tadi masih berusaha hendak melarikan diri. tetapi berhasil ditangkap kembali oleh Ho Hay Hong dan dilemparkan kedalam sungai.
Sekaligus ia membinasakan tiga orang, dalam hati merasa tidak enak, tetapi kalau mengingat bahwa orang-orang itu biasanya suka memeras rakyat dan melakukan kejahatan, ia bisa merasa senang
Tiba-tiba sesosok bayangan orang muncul dari dalam rimba dan berkata padanya sambil tertawa dingin:
"Sungguh hebat, kau anak muda."
Ho Hay Hong terkejut, ketika ia berpaling hawa amarahnya meluap, katanya dengan nada suara gusar:
"Apakah tuan masih ingin merasakan pedang terbangku?"
"Sungguh tak kusangka pandangan matamu demikian tajam, sehingga dapat mengenali diriku." kata orang itu, yang bukan lain daripada orang berkerudung yang sangat misterius.
Misteri Bayangan Setan 13 Sang Penerus Seri Arya Manggada 3 Karya S H Mintardja Peristiwa Bulu Merak 5
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama