Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo Bagian 1
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seri Keris Pusaka Sang Megatantra
Karya : Asmara man Kho Ping Hoo
Djvu oleh Syaugy_ar
Convert/edit dan Ebook oleh : Dewi KZ
http://kangzusi.com/ atau http://dewi-kz.info/
Jilid 1 Bulan Purnama me ma ncarkan cahayanya yang gilanggemilang. Bulan purnama kalangan (ada garis bundar
menge lilinginya). Kata para pinisepuh, bulan purnama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalangan seperti itu merupa kan pertanda bahwa akan terjadi
sesuatu yang amat penting.
Pantai segara laut kidul itu putih berkilauan tertimpa sinar
bulan. Pasir putih yang bersih halus terha mpar luas. Laut
tampak tenang. O mbak kecil yang me nipis hanya se mpat
menjilat tepi pantai. Suara air laut yang biasanya menggelora
itu kini hanya terdengar berbisik-bisik le mbut. Tebing-tebing
terjal disebelah barat itu seolah merupa kan bendungan untuk
mencegah lautan me mbanjir ke darat. Perbukitan batu karang
dan kapur itu tampa k bagaikan raksasa-raksasa yang berdiri
dengan kokoh kuat melakukan penjagaan. Sunyi senyap, yang
terdengar hanya desah air laut dan yang tampak hanya buihbuih air diatas ombak-omba k kecil yang beriringan menuju ke
pantai. Akan tetapi semua itu menjad i bagian tak terpisahkan
dari keheningan yang khidmat itu. Tiada awan di langit.
Kenyataan itu suci dan agung. Tidak ada indah atau buruk.
Yang ada hanya kenyataan. Indah atau buruk baru muncul
setelah ada penilaian dan penilaian inilah yang mendatangkan
pertentangan. Bau keharuman dupa dan kemenyan yang datang dari
dusun Karang Tirta yang berada tidak jauh dar i pantai Pasir
Putih iru mengingatkan bahwa malam itu adalah malam Ju mat
Kliwon, malam yang bagi para penduduk dusun itu dianggap
sebagai ma la mm keramat yang menakutkan karena menurut
kepercayaan mereka pada malam itu se mua lelembut,
siluman, setan dan segala macam iblis keluar dan keluyuran,
gentayangan di permukaan bumi mencar i korban!. Segala
maca m wewe gombe l, brekasakan, kuntilanak, banaspati,
tetakan dan tuyul keluar untuk mencari mangsa. Karena itu
orang-orang me mba kar dupa dan kemenyan untuk dihidangkan mereka agar setelah menghirup keharuman itu
mereka menjad i puas dan tidak mengganggu si penyuguh
asap yang harum itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di jajaran tebing terjal yang berada di sebelah barat pantai
pasir putih itu terdapat sebuah guha yang luasnya sekitar tiga
meter persegi dan luarnya sekitar dua meter lebih. Di tengah
guha itu na mpak seorang pria duduk baga ikan sebuah arca.
Dia duduk dengan kedua kaki bersilang diatas paha, kedua
lengan juga bersilang dan kedua matanya terpejam. Duduknya
tegak lurus. Agaknya pria ini sedang bersa madhi. Usianya
sekitar enam puluh tahun. Rambutnya sudah berwarna dua
disanggul keatas dan tusuk sanggulnya sederhana sekali
terbuat dari bambu. Tubuhnya yang tinggi kurus itu hanya
dilindungi sehelai kain hita m yang dilibat-libatkan dari leher ke
lutut. Kakinya telanjang. Seorang kakek yang sederhana
sekali. Dari keadaan pakaiannya dan cara dia duduk
bersamadhi dapat diduga dia tentu seorang pendeta atau
pertapa. Wajahnya yang kurus itu seo lah bercahaya. Alis,
kumis dan janggutnya yang menutupi lehernya juga sudah
penuh uban. Wajahnya masih me mbayangkan be kas
ketampanan dan mulutnya menge mbangkan senyum pengertian. Kakek itu adalah Empu Dewamurti. Dia terkenal sebagai
empu ahli pe mbuat keris pusaka. Juga dia terkenal sebagai
seorang sakti mandraguna dan ahli tapabrata yang tekun dan
sering kali dia
menghabiskan waktu untuk bertapa
mende katkan diri dengan Sang Hyang Widhi untuk me mohon
petunjuk dan bimbingannya.
Mala m itu adalah malam ketiga dia bertapa dalam guha di
tepi segara kidul. Empu Dewa murt i adalah empu yang terkenal
dija man Kerajaan Kahuripan yang diperintah oleh Sri Maharaja
Rakai Halu Sri Lokeswara Dhar mawangsa Erlangga Anantawikrama Utunggadewa atau yang lebih mudah diingat
dengan sebutan Raja Erlangga.
Tiba-tiba Empu Dewamurti seperti tergugah dari samadhinya. Pendengarannya menangkap jerit suara wanita
dan teriakan pria yang datangnya dari hamparan pasir putih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau saja suara lain yang mengganggunya, dia tentu tidak
mau mengacuhkan. Akan tetapi dalam jer itan dan teriakan
tadi dia menanggkap suara yang ketakutan dan mengharapkan pertolongan. Empu Dewamurti adalah seorang
yang sejak muda berwatak kesatria, tidak pernah menolak
untuk mengulurkan tangan kepada siapa saja yang
me mbutuhkan pertolongannya.
Maka dia jadi sadar sepenuhnya dan dia segera bangkit dan keluar dari dalam
guha. Dibawah sinar bulan purnama dia dapat melihat adanya
dua bayangan orang, masing-masing me manggul tubuh
seorang yang meronta-ronta muncul di pantai pasir putih itu.
Empu Dewamurti lalu me lompat dan berlari cepat menuju
kesana. Larinya cepat sekali walaupun kedua kaki yang
telanjang itu nampaknya seperti melangkah seenaknya.
Kecepatannya terbukti dari berkibarnya kain yang melibat-libat
tubuhnya dari leher sampai ke lutut. Sebentar saja dia sudah
berhadapan dengan dua orang itu.
Ternyata mereka adalah seorang wanita dan seorang lakilaki. Laki-la ki itu berusia kurang leb ih lima puluh tahun,
bertubuh tinggi kekar, berkulit hita m dan mukanya penuh
brewok, rambutnya hitam panjang dibiarkan berjuntai di
belakang kepalanya, hanya diikat ka in merah.
Pakaiannya serba mewah, seperti pakaian seorang
bangsawan. Di pinggangnya terselip sebatang pecut (cambuk)
bergagang gading dan ujung pecut yang panjang itu digulung
dan digantung di pinggang. Wajahnya kasar dan bengis.
Adapun orang kedua adalah seorang seorang wanita yang
sukar ditaksir usianya karena ia mas ih na mpak cantik jelita
dan genit seperti seorang gadis berusia dua puluh lima tahun
saja. Mukanya yang sudah cantik itu dirias dengan bedak dan
pemerah pipi dan bibir seperti riasan muka waranggana yang
hendak bertembang dan berjoged. Pakaiannya mewah sekali,
dengan gelang emas pada pegelangan tangan dan kaki. Di
pinggang yang ramping itu tergantung sebatang pedang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan sarungnya yang terukir indah. Wanita itu sungguh
cantik menarik, terutama sekali matanya yang bersinar tajam
dan senyumnya yang semanis madu.
Melihat dua orang ini, Empu Dewamurti d ia m-dia m terkejut
dan dia me mperhatikan orang-orang yang berada dalam
pondongan mereka itu. Laki-laki tinggi besar itu me manggul
tubuh seorang gadis remaja yang usianya tiga belas tahun.
Sanggul ra mbut gadis itu terlepas dan ra mbutnya yang
panjang itu terurai kebawah. Ia kini tidak ma mpu bergerak
atau menjerit lagi, agaknya sudah dibuat pingsan oleh laki-la ki
yang memanggulnya. Wanita cantik itu juga memanggul
seseorang dan ketika Empu Dewamurti menga mati, ternyata
yang dipanggulnya itu seorang pemuda re maja berusia sekitar
lima belas tahun. Pemuda re maja ini sama eloknya dengan
gadis remaja itu, dan dia juga kini diam saja dan lemas seperti
orang pingsan atau tidur.
"Jagat Dewa Bhatara!, kiranya andika Resi Bajrasakti dari
Kerajaan Wengker dan Nyi Dewi Durga kumala dari kerjaan
Wurawari!, Apa kehendak andika berdua muncul di pantai
Segara Kidul wilayah Kahuripan ini dan siapa pula anak-anak
remaja yang andika tawan itu?" tegur Empu Dewamurt i sambil
menga mati mereka berdua dengan sinar mata tajam
menyelidik. "Ha-ha-ha-ha!" Laki-laki tinggi besar yang bernama Resi
Bajrasakti itu tertawa bergelak-gelak sehingga seluruh
tubuhnya berguncang. "Tak kusangka di sini aku bertemu
dengan Empu Dewamurti, pandai besi tukang me mbuat pacul,
arit dan pisau dapur!" Dia tertawa lagi, merasa geli dengan
gurauannya sendiri yang memperolok-olok Empu Dewamurti
sebagai ahli pe mbuat ker is pusaka.
"Hik-hik, Empu Dewamurti. Senang hatiku berte mu
denganmu. Aku hendak me mesan sepasang gelang kaki
perak, dapatkah engkau membuatkan untukku?" Wanita cantik
pesolek yang berna ma Nyi Durgakuma la itupun tertawa dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ucapannya tadipun bermaksud menghina Empu Dewamurti.
Kalau Resi Bajrasakti merupakan Datuk Kerajaan Wengker
yang sakti mandraguna, Nyi Dewi Durgakumala yang
sesungguhnya telah berusia e mpat puluh lima tahun itu adalah
seorang tokoh besar Kerajaan Wurawari dan menjadi
kepercayaan Raja.
Pada saat itu, tiba-tiba nampak sesosok bayangan orang
berlari menuju ke pantai itu. Dari jauh dia melihat Empu
Dewamurti dan dia berteriak.
"Eyang Empu Dewa murti ......!"
Tiga orang sakti itu me mandang dan Empu Dewamurti
segera mengenal pe muda re maja berusia sekitar enam be las
tahun yang berpakaian sederhana seperti seorang petani
biasa. Dia me mandang wajah yang cerah itu dengan a lis
berkerut. Pemuda itupun kini baru tahu bahwa di situ terdapat
dua orang asing yang mas ing-masing me manggul seorang
gadis remaja dan seorang pemuda. Maka dia la lu berkata
gugup. "Maafkan saya, eyang, saya tidaktahu bahwa eyang sedang
sibuk. Saya hanya menyerahkan ini. Saya temukan keris ini
ketika sore tadi saya menggali kebun......" Pemuda itu
me mbuka sebuah buntalan kuning dan terkejutlah tiga orang
sakti itu ketika me lihat sebatang keris yang mengeluarkan
sinar kilat ketika tertimpa sinar bulan.
Tiba-tiba Nyi Dewi Durgakumala berseru dengan me lengking nyaring, "Serahkan keris itu kepadaku!" Dala m
suaranya terkandung pengaruh yang demikian kuat sehingga
mau tidak mau pe muda petani itu mengulurkan kedua tangan
yang me mbawa keris itu kepada wanita itu.
"Tida k! Berikan kepadaku!" terdengar bentakan lantang
yang keluar dari mulut Resi Bajrasakti. Teria kan inipun
mengandung pengaruh yang kuat bukan main, sehingga
pemuda itu me mba likkan tubuhnya hendak menyerahkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kerisnya kepada Resi Bajrasakti. Akan tetapi ketika datu k dari
kerjaan wengker yang tinggi besar itu menjulurkan tangannya
hendak menga mbil keris, tiba-tiba sesosok bayangan
berkelebat dan tangan Nyi Dewi Durgakuma la sudah
menang kisnya. Ketika kedua orang ini sedang bersitegang,
tubuh Empu Dewamurti me layang ke arah pemuda itu. Dia
berdiri me mbelakangi pe muda itu dan berkata.
"Nurseta, cepat engkau duduk bersandar batu dibelakangku!"
Pemuda yang berna ma Nurseta itu terbebas dari pengaruh
suara dua orang yang hendak mema ksa dia menyerahkan
keris. Dia lalu duduk bersila di dekat batukarang yang berada
di belakang Empu Dewamurti dengan hati yang berdebar
tegang karena dia dapat merasakan bahwa dua orang asing
itu tentu bukan orang baik-baik. Buktinya mereka agaknya
menguasai gadis dan pemuda yang mereka panggul.
"Resi Bajrasakti dan Nyi Dewi Durgakumala! Kalian berdua
adalah orang-orang asing yang menjadi tamu di sini. Harap
kalian tidak me mbuat gara-gara!"
"Empu Dewamurt i, keris itu harus menjadi milikku!" teriak
Nyi Dewi Durga kumala sa mbil menuding telunjuk kanannya ke
arah Nurseta. "Tida k, harus diberikan kepadaku!" bentak Resi Bajrasakti.
"kalau tidak, akan kurampas dengan kekerasan!"
Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Babo-babo, Resi Bajrasakti, Apa kau kira aku ini patung
hidup" Engkau tidak akan dapat mera mpasnya selama aku
masih berada di sini!" teriak Nyi Dewi Durgakuma la.
Melihat dua orang itu agaknya saling berebut sendiri, Empu
Dewamurti tersenyum. Sadhu...Sadhu...Sadhu...!"
Resi Bajrasakti dan Nyi Dewi Durgakumala, ketahuilah bahwa keris
itu ditemukan di tanah yang menjadi wilayah kahuripan, oleh
karena itu menjad i hak milik Kerajaan Kahuripan. Selain
daripada itu, agaknya andika berdua t idak men genal pusaka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu. Sekali pandang saja aku mengenalnya. Keris pusaka itu
adalah Sang Megantara dan pusaka dibuat oleh mendiang
Empu Bra makendali di ja man Kerajaan Medang Kamulan yang
menjad i nenek moyang Kerajaan Kahuripan. Oleh karena itu,
kalian berdua dar i Kerajaan Wengker dan Wurawari sama
sekali tidak berhak me milikinya. Selain itu, muda-mudi yang
kalian culik itu tentu kawula Kahuripan, maka bebaskan
mereka dan pulanglah kalian ke te mpat kalian masing-masing
dengan da mai".
Babo-babo, empu keparat! Mari kita bertanding untuk
menentukan s iapa yang lebih kuat, dia yang berhak me miliki
Keris Pusaka Sang Megantara!" bentak Resi Bajrasakti.
"Sang Resi, keris pusaka merupakan hak milik Kerajaan
Kahuripan, tidak mungkin diperebutkan. Kalau andika
me mperebutkannya, berarti andika hendak mera mpok."
"Heh, Empu konyol! Apakah engkau tidak tahu akan hukum
alam bahwa siapa yang menang, dia berkuasa" Engkau
hendak menentang hukum ala m?"
"Resi Bajrasakti, wawasanmu itu salah sa ma sekali. Hukum
alam ada lah huku m sebab akibat yang seadil-adilnya.
Hukummu tadi bukan hukum alam, melainkan hukum yang
dibuat manusia sesat yang diperbudak nafsu. Nafsu selalu
ingin menang dan kalau menang dia harus berkuasa dan yang
berkuasa selalu harus benar! Yang ber kuasa menindas yang
le mahpun dibenarkan oleh nafsu angkara murka." kata Empu
Dewamurti dengan sikap tenang.
"Jangan banyak cerewet, Empu Dewa murt i! Serahkan Keris
Megantara itu kepadaku atau aku akan menggunakan
kekerasan!" bentak Nyi Dewi Durgakuma la.
"Jagat Dewa Bhatara! Manusia diciptakan hidup di
permukaan ini me ma ng diberi wewenang untuk me milih,
apakah dia ingin menjad i alat iblis ataukah ingin me njadi a lat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sang Hyang Widhi, me mbela kebenaran dan menentang
kejahatan. "Terserah kepada kalian berdua."
Resi Bajrasakti lalu melangkah belasan tindak dan
menurunkan gadis re maja yang dipanggulnya. "Bocah ayu,
engkau berdiamlah di sini dulu sebentar ya" Nanti setelah
kubereskan Empu konyol itu, kupondong lagi dan kita
bersenang-senang. Gadis remaja itu ketika diturunkan rebah
terlentang, agaknya untuk bangkit dudukpun ia tidak kuat.
Nyi Dewi Durgakumala tidak mau kalah. Iapun menurunkan
pemuda re maja yang tadi dipanggulnya itu agak jauh dari situ.
Pemuda itupun rebah terlentang dan tanpa malu-malu Nyi
Dewi Durgakuma la menciumnya. "Cah bagus, engkau
kutinggalkan sebentar!"
Kini Empu Dewamurti berhadapan dengan dua orang datuk
itu. Nyi Dewi Durgakuma la bersikap cerdik. Ia maklu m untuk
me mperebutkan Keris Pusaka Megantara, ia harus dapat
menga lahkan dua orang lawan yang tangguh. Sebetulnya
kedatangan ke wilayah Kahuripan itu, seperti juga Resi
Bajrasakti adalah untuk me laksanakan tugas masing-masing
yang diperintahkan raja mereka, yaitu untuk melakukan
penyelidikan terhadap kerajaan Kahuripan dan kalau ada
kesempatan men imbulkan kekacauan di kerajaan musuh itu.
Karena keduanya memang saling mengenal sejak dahulu,
maka ketika saling berjumpa, segera terjalin hubungan akrab
dan mesra antara mereka.
Akan tetapi dua orang manusia cabul yang menjad i ha mba
nafsu mereka sendiri itu sebentar saja sudah merasa bosan
dan malam itu mereka masing-masing menculik seorang gadis
dan pemuda remaja untuk menyalurkan gairah nafsu mereka
yang kotor. Kebetulan sekali mereka menculik dua orang
muda re maja dar i dusun Karang Tirta pula dan ketika mereka
me mbawa korban calon mangsa mereka ke pantai pasir putih
untuk bersenang-senang melampiaskan nafsu disana, Empu
Dewamurti me mergoki mereka. Kebetulan pula Nurseta,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemuda petani dari Dus un Karang Tirta pula, datang untuk
menyerahkan penemuannya kepada Empu Dewamurti yang
dikenalnya sehingga kini yang menjadi persoalan bukan hanya
orang-orang muda yang diculik, melainkan perebutan Keris
Megantara. Nyi Dewi Durgakuma la sengaja dia m saja dan
me mbiarkan Resi Bajrasakti untuk leb ih dulu bertanding
me lawan Empu Dewamurti agar ia me mperoleh kesempatan
yang dapat menguntungkannya.
Resi Bajrasakti juga ingin secepatnya merobohkan Empu
Dewamurti yang merupa kan penghalang pertama. Setelah
empu ini roboh, baru dia akan menghadapi Nyi Dewi
Durgakuma la yang mungkin akan diajaknya berda mai de mi
keuntungan mereka berdua. Hal ini akan d ipikirkan nanti saja
setelah dia berhasil mengalahkan Empu Dewamurti. Kini dia
berkema k-ke mik me mbaca mantera, mengerahkan tenaga
sihirnya, kemudian cepat dia me mbungkuk dan menga mbil
segenggam pasir lalu melontarkannya ke atas sambil berseru
lantang. "Bra mara Sewu (Seribu Lebah)!!"
Pasir yang dilontarkan itu tiba-tiba menjadi asap dan asap
itu berubah pula menjadi lebah banyak sekali. Lebah-lebah itu
beterbangan menyerbu Empu Dewamurti sa mbil menge luarkan bunyi mendengung.
Akan tetapi Empu Dewamurti tadi meniru perbuatan lawan
menga mbil segengga m pasir put ih dan melihat banyak lebah
yang menyerangnya, dia lalu menyabitkan segenggam pasir
putih itu sambil me mbentak, "Asal pasir kembali menjadi
pasir!!" "Wuuuttt ..... blar .....!!"
Ketika rombongan lebah itu dihanta m pasir yang
disa mbitkan Empu Dewamurti, terdengar ledakan, asap
mengepul dan pasir berha mburan ke bawah. Lebah=lebah
itupin lenyap. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jahanam!" Resi Bajrasakti berteriak me maki, lalu dia
menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya. Empu
Dewamurti maklum bahwa lawan a kan menyerangnya dengan
ilmu lain. Dia sudah tahu bah wa Resi Bajrasakti terkenal sakti
mandraguna, ahli s ihir dan me miliki banyak aji yang
berbahaya. Ketika Datuk dar i Wengker itu merasa betapa
tenaga saktinya telah terpusat di kedua tangannya, dia lau
me lakukan pukulan mendoro ng ke arah Empu Dewamurti
sambil me mbentak nyaring.
"Aji Sihung Naga .....!!!"
pukalan sakti ini dahsyat bukan main. Terdengar suara
bercuitan dan getaran amat kuat menerjang ke arah Empu
Dewamurti. Kakek ini sudah siap. Kedua tangannya
merangkap menjadi se mbah sujud di atas dahinya, kemudian
kedua tangan itu dari s itu dikembangkan dan dengan telapak
tangan terbuka menyambut dorongan lawan.
"Syuuuuttt ..... desss ...!!"
Tubuh Empu Dewamurt i bergoyang-goyang, akan tetapi
Resi Bajrasakti terdorong ke belakang sampai terhuyung dan
hampir roboh. Resi Bajrasakti menjadi se makin marah dan penasaran. Dia
segera melompat ke depan dan mencabut cemeti (cambuk)
yang tergulung dan terselip di p inggangnya. Inilah Pecut Tatit
Geni (Ha lilintar Api) yang sudah a mat terkenal dan ditakuti
lawan karena Resi Bajrasakti sudah marah sekali dan bahwa
dia menganggap lawannya terlalu tangguh sehingga terpaksa
dia menggunakan senjata pamungkas itu.
"Tar-tar-tarrr .....!" Begitu cambuk itu digerakkan, ujungnya
yang panjang meluncur ke atas dan mengeluarkan bunyi
ledakan-ledakan nyaring dan mengeluarkan asap dari bunga
api yang berpijar di ujung cambuk. Hebat bukan ma in ca mbuk
ini! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Empu Dewamurti me mutar tubuh menghadap tebing
dimana terdapat guha yang untuk sementara waktu menjadi
tempat tinggalnya. Dia la lu bertepuk tangan tiga kali dan
tampak sinar meluncur dari dalam guha ke arah tangannya
dan ketika Empu Dewamurti menggunakan tangan kanannya
menang kap, ternyata sebatang tongkat Pring Gading (Ba mbu
Kuning) telah berada di tangannya! Ini merupakan satu
diantara kesaktian sang Empu, yaitu menguasai senjatanya
yang hanya sebatang tongkat bambu kuning na mun
ampuhnya mengiriskan dia ma mpu "me man ggil" dari jauh.
"Resi Bajrasakti, sekali lagi aku peringatkan andika.
Bebaskan gadis re maja itu dan pulanglah ke te mpat asalmu.
Aku tidak ingin bermusuhan secara pribadi dengan mu!".
Melihat cara Empu Dewamutri menguasai senjatanya tadi,
hati Resi Bajrasakti menjad i gentar juga, akan tetapi dasar
orang yang terbiasa diagungkan dan disanjung sehingga dia
merasa diri sendiri paling hebat, mana dia mau mengalah
begitu saja!. Dia lalu mengerahkan kekuatan sihirnya dan
seketika tempat itu diselimuti se maca m ha limun yang
me mbuat malam terang bulan purna ma menjadi berkabut.
Diapun menerjang setelah aji panglimunan berhasil baik.
"Tar-tar-tarrr .....!" Pecut Tatit Geni meledak-ledak,
menge luarkan pijaran api dan menyambar-nya mbar ke arah
kepala Empu Dewamurti. Namun dengan tenang sang Empu
menang kis dengan tongkat ba mbu kuningnya dan kedua
orang sakti itu segera bertanding dengan serunya.
Nyi Dewi Durgakumala juga menonton dengan penuh
perhatian. Harus dia akui bahwa e mpu itu me man g sakti
mandraguna dan ia merasa sangsi apa kah ia a kan ma mpu
menga lahkan Empu Dewamurti. Karena tidak ada yang
me mperhatikan, dan menggunakan selagi cuaca diliputi kabut,
dia m-dia m Nurseta mengha mpiri gadis re maja yang berada
paling dekat dengan dirinya. Dia tentu saja mengenal anak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perempuan itu yang me mang tinggal sedusun dengannya,
yaitu di Dusun Karang Tirta.
Sambil me megang i Keris Pusaka Megantara dengan tangan
kanan, Nurseta mengguncang pundak anak pere mpuan itu
yang bernama Puspa Dewi.
Dewi ....., Dewi ....., bangunlah .....!" katanya sambil
mengguncang pundak anak pere mpuan itu. Puspa Dewi
me mbuka mata dan seo lah baru terbangun dar i tidurnya.
Padahal ia tadi dalam keadaan tak berdaya oleh pengaruh
sihir. Di luar pengetahuan dua orang anak itu Puspa Dewi
dapat terbebas dari pengaruh sihir karena keampuhan Keris
Pusaka Megantara yang dibawa Nurseta!.
"Apa ..... apa yang terjadi" Ah, engkau Kakang Nurseta
.....! Apa yang terjadi" Tadi ..... kakek yang jahat itu .. ..."
"Stttt, lihat dia sedang bertanding melawan Eyang Empu
Dewamurti. Dia m saja di sini, aku hendak melihat pemuda di
sana itu." Nurseta meninggalkan Puspa Dewi dan berlari
dalam kabut dan mengha mpiri pemuda re maja yang dipanggul
Nyi Dewi Durga kumala. Setelah dekat dia berjongkok dan kini
tahulah dia bahwa pe muda re maja itu adalah Linggajaya,
putera kepala dusun Karang Tirta yang terkenal so mbong
karena merasa dia putera kepala dusun Karang Tirta yang
berkuasa, kaya raya dan juga memiliki wajah tampan.
Sebetulnya Nurseta tidak begitu suka kepada pemuda
sombong ini, bahkan dia seringkali sebagai seorang pe muda
yatim piatu mendapat ejekan dan olok-olok dari Linggajaya.
Akan tetapi kini melihat keadaan pemuda itu, dia merasa iba
dan seperti tadi ketika menggugah Puspa Dewi, kini diapun
mengguncang pundak Linggajaya dengan tangan kirinya.
"Jaya ....., Linggajaya ..... bangunlah .....!" Kembali
keampuhan keris pusa ka Megantara bekerja dan seketika
pemuda putera lurah itu terbebas dari pengaruh sihir Nyi Dewi
Durgakuma la atas dirinya. Dia terbangun menggosok-gosok
kedua mata dengan tangan karena keremangan kabut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mbuat penglihatannya tidak begitu terang. Akhirnya dia
me lihat wajah Nurseta dan dia bangkit duduk.
"Eh, engkau ini Nurseta" Mau apa engkau di sini" Ah ya,
apa yang terjadi" Dimana wanita cantik yang me mbawa lari
aku tadi " ?
"Ssttt ".. jangan berisik Jaya. Mereka sedang bertempur.
Sebaiknya mari cepat ajak Puspa Dewi lari dari s ini." bis ik
Nurseta. Linggajaya bangkit berdiri. "Puspa Dewi" Di mana dia"
Mengapa pula ia ada di sini?"
"Iapun diculik orang. Mari kita ajak ia lari." kata Nurseta
dan mereka pergi mengha mpiri Puspa Dewi. Puspa Dewi
adalah Gadis remaja yang amat cantik dan hampir semua
pemuda re maja di Karang Tirta gandrung kepadanya,
termasuk Linggajaya. Setelah bertemu dengan Puspa Dewi,
Linggajaya lalu me megang tangan anak perempuan itu dan
ditariknya, diajak lari dari te mpat itu.
"Puspa Dewi, hayo cepat kita lari pulang!" katanya sambil
menarik tangan anak perempuan itu. Karena ketakutan
terhadap kakek yang menculiknya tadi, Puspa Dewi menurut
saja dan keduanya lari me ninggalkan te mpat itu tanpa
me mpedulikan Nurseta lag i. Pemuda ini hanya berdiri
me mandang. Dia tidak perlu berlari, bahkan dia harus
berlindung kepada Empu Dewamurti yang sedang bertanding
me lawan kakek t inggi besar itu. Akan tetapi sekarang dia
me lihat Empu Dewamurti bahkan dikeroyok olek dua orang
penculik itu. Teringat akan pesan Empu Dewamurti, Nurseta
lalu me nyelinap dan duduk lag i di de kat batu karang. Kini
dengan penuh perhatian dia menonton pertarungan itu.
Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Anehnya, kabut yang tadi menyelimut i temmpat itu sudah
men ipis dan cahaya bulan purnama ta mpak berseri lagi.
Tadi pertandingan antara Resi Bajrasakti dan Empu
Dewamurti ber langsung tak seimbang. Betapapun saktinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Resi Bajrasakti namun ternyata tingkatannya masih berada
dibawah tingkat Empu Dewamurti yang me miliki aj i-aji yang
kuat sekali karena se mua ajinya selalu dipergunakan untuk
me mbe la kebenaran. Juga hidupnya selalu penuh dengan
keprihatinan, berserah diri dan selalu dekat dengan Sang
Hyang Widhi, tidak seperti Resi Bajrasakti yang selalu
me lakukan kejahatan terdorong oleh nafsu-nafsunya sendiri
yang me mperbudaknya. Beberapa kali ca mbuknya terpental
me mbentur tong kat ba mbu kuning, bahkan se mpat terdorong
dan terhuyung sehingga dalam waktu s ingkat saja dia ha mpir
kehabisan tenaga. Melihat ini, timbul kekhawatiran dalam hati
Nyi Dewi Durga kumala. Tingkat kepandaiannya sendiri
seimbang dengantingkat yang dikuasai Resi Bajrasakti. Berarti
dia sendiri juga tidak akan ma mpu me nandingi ketangguhan
Empu Dewamurti. Lebih baik kalau Empu Dewamurti
disingkirkan terlebih dahulu, pikirnya. Ia lalu mencabut
Candrasa Langking (Pedang Hitam) yang merupakan senjata
pusakanya dan melompat ke depan mengeroyok san empu.
Pedangnya menjadi gulungan sinar hita m yang menerjang ke
arah Empu Dewamurti. Setelah dikeroyok dua, Empu
Dewamurti merasa kewalahan juga. Bertanding satu lawan
satu, dia pasti dapat mengalahkan mereka, akan tetapi
menghadap i pengeroyokan dua orang digjaya itu, dia harus
menge luarkan aji kesaktian yang lebih tinggi. Tiba-tiba Empu
Dewamurti me mutar tongkat ba mbu kuning dengan tangan
kanannya. Tongkat itu membentuk gulungan sinar kuning
yang melingkar- lingkar, bagai sebuah perisai yang kokoh kuat
me lindungi dirinya. Kemudian ia mengerahkan tenaga saktinya
ke tangan kiri dan dua kali mendorongkan telapak tangan
kirinya itu ke arah sua orang pengeroyoknya.
"Hyaaahhh ..... yaaaahhh ...!!"
Angin dahsyat mengge mpur datuk Wengker dan satuk
Wurawari itu. Biarpun mereka berdua mencoba bertahan,
namun tetap saja mereka terdorong ke be lakang dan
terhuyung sampai jatuh! Mereka terkejut bukan ma in dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maklum bahwa lawannya benar-benar sakti mandraguna dan
kalau lawannya me mpergunakan tangan kejam mungkin
mereka berdua takkan ma mpu bertahan. Apalagi melihat
Nurseta yang mene mukan keris pusaka Megantara berlindung
di belakang sang e mpu. Mereka men jadi putus harapan dan
me lihat betapa dua orang anak remaja yang mereka culik tadi
lenyap, mereka sema kin marah dan penasaran lalu mereka
me lakukan pengejaran, men inggalkan Empu Dewamurti yang
berdiri sa mbil mengatur pernafasan untuk me mulihkan
tenaganya yang tadi banyak dihamburkan untuk melawan dua
orang tangguh itu.
"Hei, ke mana dua orang bocah yang mere ka culik tadi?"
Empu Dewamurti baru melihat bahwa dua orang anak itu
sudah tidak ada dan dia me lihat betul bahwa dua orang datuk
tadi melarikan diri tanpa me mbawa dua orang bocah yang tadi
diculiknya. "Maaf, eyang. Tadi saya menggugah dan menyuruh mereka
me larikan diri karena saya merasa kasihan dan khawatir akan
keselamatan mere ka."
"Engkau" Menggugah meraka?" Empu Dewamurti merasa
heran. Dia dapat menduga bahwa dua orang bocah remaja
tadi tentu tidak ma mpu bergerak atau berteriak karena
pengaruh sihir!
Bagaimana mungkin anak ini dapat
menyadarkan mereka" Akan tetapi dia tiba-tiba teringat akan
keris pusaka Megantara yang berada dalam buntalan kain
kuning yang dibawa nurseta dan dia mengangguk-angguk.
Mengertilah e mpu ini bahwa tentu daya kekuatan keris ampuh
itu yang me munahkan pengarus sihir atas diri dua orang
bocah remaja itu.
"Kenalkah engkau kepada dua orang anak itu?"
Nurseta mengangguk. "Saya mengena l mereka, eyang.
Mereka asalah Puspa Dewi dan Linggajaya dari dusun Karang
Tirta. Ka mi sedusun eyang."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dari dusun Karang Tirta" Ah jangan-jangan dua orang
sesat itu me lakukan pengejaran ke sana. Hayo nurseta, kita
menyusul mereka ke Karang Tirta! Pegang erat-erat
tanganku!."
Nurseta menurut. Tangan kirinya masih mendekap buntalan
kuning dan tangan kanannya me megang tangan kiri kake k itu
erat-erat. Tiba-tiba Nurseta merasa betapa tubuhnya me luncur
seperti terbang dengan cepatnya! Kedua kaki agak terangkat
sehingga tidak menginjak tanah lag i. Kiranya kake k itu
mengangkat tangannya keatas sehingga tubuhnya agak
terangkat dan kakek itu me mbawanya lari secepat terbang!
Nurseta terbelalak, kagum dan heran. Sudah kurang lebih
sebulan dia mengena l Empu Dewamurti, yaitu ketika secara
kebetulan dia melewaati guha itu. Dia merasa kasihan kepada
kakek yang bertapa itu dan melihat tubuh yang tinggi kurus
itu, Nurseta mencari buah-buahan dan menghidangkan
kepada Empu Dewamurti. Mereka berkenalan dan sang e mpu
juga kagum melihat pe muda yang budiman itu.
Mereka tiba di dusun Karang Tirta dan Nurseta mengajak
sang empu lebih du lu mengunjungi rumah Nyi Lasmi, seorang
janda berusia tiga puluh satu tahun yang hanya hidup berdua
dengan anaknya yaitu Puspa Dewi. Alangkah terkejut dan
herannya hati Nurseta ketika dia dan sang empu mendapatkan
janda muda itu menangis terisak-isak, dirubung beberapa
orang wanita yang menjadi tetangganya.
Ketika Nurseta dan Empu Dewamurt i datang, semua orang
menatapnya dengan heran. Akan tetapi Nurseta tidak
mengacuhkan mereka, langsung dia men ghampiri Nyi Randa
(Janda) Las mi dan bertanya.
"Bibi Lasmi, apakah Puspa Dewi sudah pulang?"
Mendengar pertanyaan ini Nyi Lasmi menyusut air matanya
yang sudah hampir habis dan ia me mandang Nurseta dengan
mata merah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaimana engkau ini, Nurseta" Semua orang geger
mer ibutkan anakku yang diculik penjahat, engkau malah
bertanya apakah dia sudah pulang!"
"Saya sudah tahu, Bibi Lasmi. Malah tadi saya yang
menggugah dan menyuruhnya cepat melarikan diri ketika
penculiknya sedang bertanding dengan eyang empu ini.
Apakah ia belu m tiba di sini?"
Semua orang terheran mendengar ini dan Nyi Lasmi
menjad i semakin ge lisah.
"Tida k, ia belum pulang sejak diculik. Ah, anakku Puspa
Dewi .....!" Lalu janda muda itu menjatuhkan diri berlutut dan
menye mbah-nyembah
Empu Dewamurti yang tidak dikenalnya. Mendengar bahwa kakek itu bertanding melawan
penculik anaknya, ma ka timbul harapan di hatinya bahwa
kakek itu akan dapat menyelamatkan puterinya.
"Aduh pa man ..... saya mohon, tolonglah anak saya Puspa
Dewi .....!"
"Tadi Dewi me larikan diri bersa ma Linggajaya, mungkin
mereka lar i ke ru mah Bapak Lurah Suramenggala. Mari eyang,
kita mencari kesana!" kata Nurseta. Empu Dewamurti
mengangguk dan mereka berdua segera keluar dari ru mah itu
dan mereka menuju ke rumah ki lurah. Akan tetapi sekali ini
semua orang termasuk Nyi Lasmi juga mengikut i mereka
karena Nyi Lasmi dan para tetangganya ingin sekali melihat
apakah benar Puspa Dewi selamat dan kini berada di rumah Ki
Lurah Sura mengga la!.
Akan tetapi ketika mereka tiba di sana, keluarga Ki Lurah
Suramengggala juga sedang kebingungan dan kesedihan.
Banyak penduduk berkumpul di situ. Ketika Ki Lurah
Suramengga la mendengar bahwa Nurseta mengetahui tentang
puteranya yang diculik wanita cantik, dia segera melangkah ke
luar mene mui Nurseta.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Empu Dewamurti me mandang penuh perhatian. Ki Lurah
Suramengga la adalah seorang laki-la ki t inggi besar berwajah
bengis, berusia kurang leb ih e mpat puluh lima tahun.
Dibelakangnya berjalan seorang wanita berusia sekitar tiga
puluh lima tahun yang berwajah cantik dan matanya merah
karena kebanyakan menangis.
"Nurseta, benarkah engkau me lihat Linggajaya" Di mana
dia" Bagaimana keadaannya" Tanya wanita yang menjadi
isteri ketiga dan ibu Linggajaya itu dengan suara serak.
"Nurseta, hayo ceritakan semuanya dan jangan bohong
engkau!" Ki Lurah Sura menggala me mbentak galak. Nyi Lasmi,
janda ibu Puspa Dewi juga mendekat dan mendengarkan.
Semua orang tidak ada yang bersuara, ingin mendengarkan
cerita Nurseta.
Nurseta menelan ludah, tampak g ugup, siapa diantara para
penduduk Karang Tirta yang tidak akan gugup menghadapi Ki
Lurah yang bengis galak itu" Apalagi nurseta adalah seorang
pemuda re maja yatim piatu yang pekerjaannya hanya menjadi
buruh tani. Karena tidak me miliki apa-apa, tidak me miliki
secuilpun tanah maka dia hanya me mbantu bertani di sawah
ladang mereka yang me miliki tanah dan menerima upah
sekadarnya untuk dapat makan setiap harinya.
"Malam tadi saya pergi ke pantai pasir putih untuk
mene mui eyang ini ... "
"Siapa dia?" Ki Lurah Suramenggala bertanya sambil
me mandang ke arah Empu Dewamurti, seolah seorang jaksa
sedang me mer iksa seorang terdakwa.
:Eyang ini adalah E mpu Dewa murt i yang sedang bertapa di
dalam gua di bawah tebing de kat pantai pasir putih." Nurseta
menje laskan. "He mm, lanjutkan cerita mu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketika saya tiba si pantai pasir putih, saya melihat eyang
empu sedang berhadapan dengan dua orang. Seorang kakek
tinggi besar yang me manggul tubuh Puspa Dewi dan seorang
wanita cantik yang me manggul tubuh Linggajaya."
"Anakku Dewi ....! Nyi Lasmi me nangis.
"Dia m kau, Nyi Lasmi!" Ki Lurah me mbentak. Hayo
lanjutkan, Nurseta, akan tetapi awas, jangan bohong kau!"
"Ke mudian eyang minta agar mereka me lepaskan Puspa
Dewi dan Linggajaya yang mereka tawan, akan tetapi mereka
meno lak dan setelah menurunkan tubuh kedua orang anak itu,
mereka lalu bertanding melawan Eyang Dewamurt i. Saya
menggunakan kesempatan itu untuk menggugah Puspa Dewi
dan Linggajaya yang keliatannya seperti tertidur, lalu
menganjurkan mereka untuk cepat me larikan diri dan pulang.
Setelah eyang empu berhasil mengalahkan dua orang penculik
itu dan mereka me larikan diri dan kuceritakan kepada eyang
empu tentang Puspa Dewi dan Linggajaya, kami berdua
datang ke sini untuk melihat apakah kedua orang anak itu
sudah pulang. Akan tetapi ternyata belum ".."
"Nurseta, jangan bohong kau! Kalau me mang benar engkau
me mbujuk kedua orang anak itu untu k lari dan pulang, kenapa
engkau sendiri tidak mengantar mereka" Lalu engkau Pergi
kemana?" Hardik Ki Lurah dengan suara galak dan matanya
me lotot menatap wajah Nurseta.
"Saya kembali berlindung di belakang eyang empu seperti
yang diperintahkannya."
"Se mua itu bohong! siapa percaya omongan seorang yatim
piatu terlantar seperti engkau" Ceritamu itu bohong! engkau
tentu menjadi antek penculik anakku! Hayo katakan, berapa
engkau dibayar untuk me mbantunya?"
Nurseta me mandang lurah itu dengan mata terbelalak.
"Saya tidak me mbantu para penculik iru. Saya malah mencoba
untuk meno long Linggajaya dan Puspa Dewi!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bohong! mana mungkin kakek kurus kering ini ma mpu
menand ingi dua orang penculik itu" Baru penculik wanita itu
saja me miliki kesaktian luar biasa. Lima orang jagabaya ia
robohkan seketika dan ia me mondong tubuh Linggajaya dan
berlari seperti terbang. Engkau pasti berbohong dan kakek ini
tentu teman mu yang bersekongkol dengan penculik itu!"
"Tida k, sungguh saya tidak me mbohongi siapa-siapa "!"
kata Nurseta. "Dia m! Engkau pasti bersekongkol dengan para penculik.
Engkau dan kakek ini. Kalian akan ka mi tahan sa mpai ana kku
kembali dengan selamat. Tangkap bocah dan kakek ini!" Ki
lurah Suramenggala dengan mata me lotot menudingkan
telunjuknya kepada Nurseta, memerintah kepada para
jagabaya (penjaga keamanan) untuk menangkap Nurseta dan
Empu Dewamurti. Akan tetapi terjadi hal yang amat aneh
sehingga mengherankan semua orang yang berada di situ.
Baik Ki Lurah Suramenggala, lima orang jagabaya belasan
orang anak buahnya dan siapa saja yang berniat menangkap
nurseta dan Empu Dewamurti sa ma se kali tidak ma mpu
menggerakkan kaki tangannya. Bahkan Ki Lurah Suramengga la masih berdiri me lotot dan menudingkan
telunjuknya ke arah Nurseta, tidak ma mpu bergerak lagi,
seolah berubah menjad i arca. Tentu saja dia merasa kaget
dan heran sekali. Dia berusaha meronta dan mengggerakkan
tubuhnya namun tetap saja tidak berhasil, bahkan bibirnya tak
ma mpu bergerak untuk mengeluarkan suara! Mereka yang
tidak berniat buruk terhadap Empu Dewamurti dan Nurseta
dapat bergerak seperti biasa dan melihat betapa kake k itu
berkat kepada Nurseta dengan suara tenang.
"Mari Nurseta, mari kita tinggalkan lurah yang bodoh dan
suka mengandalkan kedudukan bersikap sewenang-wenang
Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ini". Lalu kakek itu melangkah pergi men inggalkan pekarangan
rumah besar itu,diikuti Nurseta.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lama setelah dua orang itu pergi, barulah KiLurah
Suramengga la ma mpu bergerak kembali. Demikian pula
mereka yang tadi berniat menang kap Nurseta dan kake k itu.
Begitu sapat bergerak, Ki Lurah Suramenggala berseru,
"Tangkap bocah dan kakek itu! Tangkap mereka!"
Seorang carik yang sudah tua segera berkata, Kilurah, saya
harap andika menyadari bahwa kakek tadi bukan orang
sembarangan. Tentu dia me mbuat kami tidak ma mpu
bergerak maupun bersura. Kalau dia berniat jahat, mungkin
selamanya ka mi tidak dapat bergerak lagi."
Mendengar ini, belasan orang yang tadi berniat menangkap
dan tidak ma mpu bergerak atau bersuara menjadi ketakutan.
Juga Ki Lurah me njadi takut me mbayangkan betapa dia tidak
ma mpu bergerak atau bersuara lag i dengan tubuh kaku
seperti berubah menjadi arca batu!
"Tapi.....
tapi ..... bagaimana
dengan anakku si Linggajaya?" katanya dengan cemas.
"Ki lurah, kalau apa yang diceritakan Nurseta tadi benarbenar terjadi, tentu kedua orang anak yang diculik itu terjatuh
kembali keetangan penculiknya atau mungki juga masih
berkeliaran karena takut, bersembunyi di se kitar pantai. Lebih
baik kita berpencar dan mencari." Kata carik tua itu. Semua
orang setuju dan berha mburanlah mereka keluar dari dusun
karang tirta untuk mencari kedua anak yang hilang itu. Akan
tetapi sampai keesokan harinya, usaha para penduduk Karang
Tirta itu tidak berhasil. Akhirnya, terpaksa mereka kembali ke
dusun dan dua ke luarga yang kehilangan anak itu hanya dapat
menang is. Nurseta mengikuti Empu Dewamurti meninggalkan daerah
pantai laut kidul menuju utara. Mereka berjalan terus melalui
bukit-bu kit kapur. Pada keesokan harinya, pagi-pagi mereka
berhent mengaso di puncak sebuah bukit kecil. Empu
Dewamurti yang minta anak itu berhenti mengaso, melihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nurseta tampak kele lahan. Diam-dia m dia mengagumi pemuda
remaja yang tahan uji itu, berjalan sepanjang malam tanpa
henti dan sa ma sekali tidak mengeluh walaupun kelelahan.
Mereka duduk di atas batu.
Nurseta masih tetap me megang buntalan kain kuning ber isi
keris pusaka itu.
"Nurseta, berikan keris itu padaku." Kata Empu Dewamurti
sambil menyodorkan tangannya. Pemuda itu menyerahkannya
dan Empu Dewamurti me mbuka buntalan kain kuning.
Tampak sinar kilat ketika sinar matahari pagi menimpa keris
itu. Empu Dewamurti me megang gagang keris, mengangkat
dan menga matinya. Lalu dia mengangguk-angguk.
"Tida k salah lag i. Inilah Sang Megantara, buatan empu
Brama kendali yang hidup ratusan tahun yang lalu di jaman
Medang Kamulan. Pusaka ini dikabarkan hilang tanpa bekas
puluhan tahun yang lalu setelah dijadikan rebutan para raja
muda yang mengirim orang-orang sakti. Sungguh luar biasa
sekali bahwa a khirnya pusaka ini dite mukan olehmu, Nurseta.
Ini hanya berarti bahwa engkau berjodoh dengan pusaka ini,
dan mula i saat ini, Keris Pusaka Megantara menjad i milikmu."
Kakek itu menge mbalikan keris. Nurseta menerimanya dan
me mbungkusnya kembali dengan kain kuning. "Akan tetapi
eyang, saya justeru hendak menyerahkan keris ini kepada
eyang." "Tida k, Nurseta. Engkau yang mene mukan. Hal itu sudah
merupakan kehendak Sang Hyang Widhi dan engkau pula
yang berhak me milikinya."
"Eyang, saya tidak tahuapakah yang harus saya lakukan
dengan keris ini. Bagi saya keris ini tidak ada gunanya.
Sebatang arit aatau pacul jauh lebih berguna karena dengan
alat-alat itu saya dapat bekerja di sawah ladang. Akan tetapi
sebatang keris" Untuk apa" Saya tidak dapat me mpergunakannya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kakek itu tersenyum, mengelus jenggotnya dan menga mati
wajah pemuda itu, lalu mengangguk-angguk. "Bagus!,
kewajaran dan kejujuranmu itu merupakan modal utama
bagimu untuk me langkah sepanjang jalan kebenaran dan
mencegah mu agar tidak tersesat jalan. Jangan khawatir,
Nurseta. Aku merasa bertanggung jawab untuk mengajarkan
ilmu kanuragan dan aji kesaktian agar engkau dapat
me manfaatkan kegunaan keris pusaka ini de mi me mbela
kebenaran dan keadilan, juga agar engkau dapat berbakti
kepada Nusa dan Bangsa."
Mendengar ini, Nurseta tertegun. Teringat dia bahwa kakek
ini ada lah seorang yang sakti man draguna seperti Dewa saja.
Teringat ketika kakek ini bertanding melawan dua orang
penculik yang sakti itu dan ketika kakek ini me mbawanya
"terbang" dalam berlari. Dia menjad i muridnya"
"Maksud paduka ..... hendak menga mbil saya menjadi
murid" Mengajari saya aji kesaktian, juga cara berlari seperti
terbang?" Melihat kegembiraan me mbayang pada wajah pemuda
yang tegang itu Empu dewamurti tersenyum dan mengangguk-angguk. Diam-dia m dia merasa kagum. Bocah ini
biarpun menjadi anak desa dan yatim piatu, pekerjaannya
hanya sebagai seorang buruh tani namun me miliki wajah yang
cerah, bersih, sepasang mata yang sinarnya tajam cerdik
namun pen uh kejujuran dan kebaikan budinya tercermin pada
pandang matanya. Wajah seorang pemuda remaja yang
me mpunyai daya tarik amat kuat, walaupun tak dapat disebut
tampan sekali. Wajah biasa saja namun menyembunyikan
sesuatu yang pasti menar ik hati orang untuk me ngenalnya
lebih dekat. Dia teringat betapa bocah ini mula- mula lewat di
depan guha dan melihatnya. Tak la ma kemudian bocah ini
me mbawa sesisir pisang raja yang kuning masak dan
me mber ikan pisang itu kepadanya!. Dan sejak hari itu Nurseta
sering datang me mbawa bermaca m makanan seperti : buahTiraikasih Website http://kangzusi.com/
buahan, jagung bakar, ketela bakar, bahkan kelapa muda
untuk dihidangkan kepadanya. Mereka seperti menjadi
sahabat. Namun hanya sebatas begitu saja. Belum pernah dia
mendengar tentang keadaan pemuda itu. Dan tadi dia
mendengar kemarahan Ki Lurah yang mengatakan bahwa
Nurseta adalah seorang anak yatim piatu.
Setelah teringat bahwa dia kini menjadi murid kake k itu,
Nurseta segera meletakkan buntalan keris di atas batu dan dia
sendiri lalu turun dar i atas batu.
"Eyang guru .....!" katanya
sambil berlutut dan menye mbah, sungke m dengan penuh hormat didepan kaki
kakek itu. "Bagus, Nurseta muridku. Sekarang duduk dan bersila di
atas batu itu agar lebih leluasa kita bicara. " Biarpun Nurseta
ingin menghormati gurunya dengan duduk bersila di atas
tanah, di sebelah bawah, namun mendengar ucapan itu, dia
menye mbah lagi lalu ke mba li duduk bersila di atas batu.
"Nah, sekarang aku ingin mendengar riwayatmu. Ceritakan
keadaanmu sejak kecil dan tentang orang tuamu!. Aku harus
mengenal benar siapa sesungguhnya anak yang menjadi
muridku." Nurseta menarik nafas panjang, menenangkan hatinya lalu
mulai berserita tentang dirinya. "Seingat saya, ayah bernama
Darmaguna san ibu berna ma Sawitri. Menurut ibu, mereka
mulai t inggal di Karang Tirta ketika saya berusia tiga tahun,
akan tetapi ayah dan ibu tidak pernah bercerita dari mana
mereka berasal. Di Dusun ini ayah terkenal sebagai seorang
sastrawan. Banyak orang yang datang kepada ayah untuk
me mpe lajari sastra, tembang maupun untuk minta pengobatan karena ayah seorang ahli pengobatan. Sejak saya
berusia lima tahun, ayah mengajarkan sastra kepada saya."
"Jagat Dewa Bhatara! Kalau begitu engkau pandai
me mbaca dan menulis?" tanya Empu Dewamurti heran bukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ma in. Pada masa itu, jangankan seorang bocah desa, bahkan
para remaja kotaa rajapun banyak yang tidak bisa baca tulis.
Nurseta mengangguk dan mukanya ke merahan. Dia merasa
ma lu karena merasa tidak pantas dikagumi orang seperti
gurunya. "Ketika saya berusia sepuluh tahun pada suatu pagi sehabis
bangun tidur, saya tidak mene mukan ayah dan ibu di rumah.
Juga mereka tidak berada di ladang, tidak dapat saya temukan
di luar rumah. Mereka telah perg i ... mereka pergi
men inggalkan saya tanpa pamit." Nurseta menekan perasaan
yang tiba-tiba bersedih agar tida k terdengardalam suaranya.
"Pergi beg itu saja" Perg i kemana dan kenapa?"
Nurseta menggeleng kepalanya. "Saya tidak tahu eyang.
Mereka tidak meninggalkan pesan dan pakaian merekapun
tidak ada. Sampai sekarang mereka tidak pernah pulang dan
tidak pernah me mberi kabar."
"He mm, lalu engkau yang dulu berusia sepuluh tahun hidup
seorang diri" Apakah engkau tidak me miliki sanak keluarga?"
"Tida k eyang, ayah dan ibu meru pakan pendatang baru
dan orang asing di Karang Tirta. Saya hidup seonga diri. Ki
Lurah Suramengga la mengurus semua peninggalan orang
tuaku. Tidak banyak hanya pondok kecil dan sedikit ladang. Ki
Lurah me mbelinya sendiri dan me mber ikan uangnya sedikit
demi sedikit kepada saya. Saya diperbolehkan tinggal
me mbantu penge mbala mengurus hewan ternaknya. Kurang
lebih tiga tahun kemudian, uang hasil penjualan rumah dan
ladang itu kata Ki Lurah sudah habis untuk biaya hidup saya.
Mulailah dalam usia tiga belas tahun saya hidup sebagai buruh
tani. Sampai sekarang, selalu berpindah-pindah ke rumah
pemilik sawah yang saya bantu."
Empu Dewamurti mengangguk-angguk. Anak ini me miliki
latar belakang yang penuh rahasia. Entah darimana datangnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang tuanya dan rahasia apa yang tersembunyi di balik
kehilangan mereka yang aneh.
"Jadi kalau begitu engkau hidup sebatang kara, tiada sanak
keluarga dan t iada rumah atau te mpat tinggal sama sekali".
"Benar eyang, akan tetapi mula i sekarang saya tidak
sebatang kara lagi. Saya hidup bersama eyang guru, saya
me mpunyai eyang dan saya dapat me layani eyang!" kata
Nurseta dan dalam suaranya terkandung kege mbiraan.
"Baik Nurseta, engkau akan hidup bersama ku sa mpai
engkau dapat menguasai ilmu-ilmu yang akan kuajarkan
kepadamu. Kulihat engkau mas ih me mbawa arit di ikat
pinggangmu. Nah, sekarang carilah sebatang kayu batang
pohon nangka untuk me mbuat sarung untuk Keris Pusaka
Megantara itu."
"Baik eyang."
Nurseta lalu mencar i kayu untuk me mbuat warangka
(sarung keris). Setelah mendapat kayu yang cukup baik dia
kembali dan duduk di atas batu di depan gurunya, lalu mulai
me mbentu k sebuah sarung keris. Sa mbil me mbuat sarung
keris, Nurseta bertanya kepada gurunya.
"Eyang, mengapa dua orang penculik itu begitu ngotot
untuk merebut keris megantara ini?"
"Keris pusaka ini adalah sebuah keris yang ampuh dan
bertuah, Seta. Engkau telah me mbuktikannya sendiri. Ketika
engkau menggugah dua orang bocah yang terculik itu, karena
engkau me megang keris ini, maka engkau me mbebaskan
mereka dari pengaruh sihir. Mereka ingin me miliki keris
pusaka ini yang akam me mbuat mereka men jadi se makin kuat
dan sakti. "Dan kalau boleh saya bertanya, eyang. Mengapa pula
eyang me mpertahankan keris ini mati-matian?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Empu Dewa murt i tersenyum lebar. "me mang aku melawan
mereka, akan tetapi bukan se mata-mata untuk me mpertahankan keris, melainkan terutama sekali agar
mereka membebaskan dua bocah yang mereka culik itu."
"Eyang, apakah gunanya senatang keris diperebutkan
sampai mengadu nyawa" Saya masih ingat akan satu diantara
nasehat ayah dahulu. Ketika saya me mbaca sebuah kitab
Weda, ayah menerangkan bahwa setiap alat apapun juga
tidak me mpunyai sifat baik maupun buruk. Kata ayah, baik
dan buruknya suatu alat tergantung sepenuhnya kepada cara
kita yang me mpegunakan a lat itu. Contohnya arit ini, eyang.
Kala dipergunakan untuk bekerja, menyabit rumput,
menebang pohon, termasuk me mbuat warangka keris ini,
maka ini men jadi a lat yang baik.
Sebaliknya kalau dipakai untuk me mbacok, melukai atau
me mbunuh orang, maka jelas arit ini menjad i alat yang tidak
baik. Lalu untuk apa ker is diperebutkan mati-matian ?"
Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Bagus kalau engkau mas ih ingat akan wejangan ayahmu
itu, Nurseta. Ayahmu benaar. Memang baik atau buruk itu
tidak ada, baik atau buruk baru muncul setelah ada
pandangan dan perbuatan. Agar mudah kau ingat, segala
yang sifatnya me mbangun, menjaga keindahan, mendatangkan manfaat bagi orang-orang lain adalah baik dan
segala sesuatu yang sifatnya merusak, menyebabkan
keburukan, mendatangkan manfaat hanya kepada diri sendiri,
adalah buruk dan jahat. Mengapa aku mencegah keris ini
jatuh ke tangan mereka", karena aku me ngenal siapa mereka
dan aku yakin bahwa kalau keris ini jatuh ke tangan mereka,
maka keris ini akan menjadi alat yang jahat dan
mendatangkan malapetaka kepada orang banyak."
"Siapakah sebenarnya orang sakti itu eyang?"
"Yang laki-laki adalah Resi Bajrasakti, dia itu seorang
penasehat kerajaan Wengker. Karena kerajaan itu memusuhi
Sang Prabu Erlangga, ma ka tentu kedatangannya di wilayah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kahuripan ini hanya akan me lakukan perbuatan yang
mendatangkan kekacauan. Mungkin dia melakukan penyelidikan di wilayah Kahuripan ini. Adapun yang
perempuan itu berna ma Nyi Dewi Durgakuma la. Ia seorang
tokoh kerajaan Wurawari yang juga me musuhi Sang Prabu
Erlangga. Tentu kedatangannya juga tidak berma ksud baik,
tiada bedanya dengan Rsi Bajrasakti. Mereka berdua itu sakti
mandraguna, selain dahsyat ilmu silatnya, juga mereka itu
ahli-ahli sihir dan segala maca m ilmu hita m. Lihat saja Nyi
Dewi Durgakuma la itu. Usianya seingatku sudah mendekati
lima puluh tahun, akan tetapi ia masih na mpa k muda belia
dan cantik. Ah orang-orang sesat itu hanya me ment ingkan
keindahan dan kesenangan jas mani saja, sama sekali
me lupakan keadaan rohani."
"Akan tetapi apa perlunya mereka itu menculik linggajaya
dan Puspadewi, eyang?"
Kakek itu menarik nafas panjang. "Hal itu ada
hubungannya dengan syarat ilmu sesat mereka. Ilmu sesat itu
selalu ada hubungannya dengan nafsu. Nafsu apa saja. Akan
tetapi dalam hal mereka berdua, yang menjadi syarat adalah
pemuasan nafsu daya rendah birahi. Resi Bajrasakti suka
menculik dan me mperkosa perawan-perawan cantik demi
me mper kuat ilmu sesatnya, Nyi Dewi Durgakuma la sebaliknya
menculik para perja ka yang tampan."
"Aduh, kasihan sekali kalau begitu Lingggajaya dan Puspa
dewi" seru Nurseta.
Empu Dewamurti menghela nafas panjang."Kita sudah
berusaha menolong mereka, akan tetapi gagal. Segala upaya
itu dapat berhasil atau gagal sesuai dengan kehendak Sang
Hyang Widhi. Yang penting, upaya kita itu berlandaskan
kebenaran. Berhasil atau gagal berada dalam kekuasaan Sang
Hyang Widhi. Kita semua masing-masing terikat oleh
karmanya sendiri-sendiri. Tidak ada yang per lu disesalkan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah Nurseta selesai me mbuat warangka keris, Empu
Dewamurti la lu me masu kkan keris pusaka itu kedala m sarung
keris yang sederhana itu lalu menyuruh Nurseta menyelipkan
keris dan warangkanya itu di pinggangnya. Kemudian dia
mengajak muridnya melanjutkan perjalanan.
"Kita akan tinggal di sebuah guha diantara puncak-puncak
pegunungan Arjuna." Kata kakek itu. Dan perg ilah mere ka ke
gunung Arjuna yang terkenal wingit (angker/menakutkan) itu.
Kemana kah perginya Linggajaya dan Puspa Dewi" Mereka
sudah dapat melarikandiri, kenapa tidak tiba di rumah masingmasing di dusun Karang Tirta dan ketika dicari oleh para
penduduk dusun itu tidak dapat dite mukan"
Tidak salah apa yang dikatakan Empu Dewamutri kepada
Nurseta tadi bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam
kehidupan seorang man usia sudah diatur dan d itentukan oleh
kekuasaan Sang Hyang Widhi sesuai dengan karma masingmasing. Manusia me mang wajib berusaha, wajib berdaya
upaya sekuat tenaga, namun semua itu tidak akan mengubah
apa yang telah ditentukan oleh Sang Hyang Widhi. Adapun
baik buruknya karma itu tergantung sepenuhnya kepada
keadaan hati dan perbuatan manusia itu sendiri. Sang Hyang
Widhi Maha Adil, manusia bijak pasti menerima kebaikan dan
manusia jahat pasti menerima keburukan. Siapa menana m
benihnya, dia akan me metik buahnya.
Ketika Linggajaya dan Puspa Dewi me lariak diri di dalam
bulan purnama itu, me mang mereka ber ma ksud untuk pulang
ke Karang Tirta. Akan tetapi, sebelum tiba di dusun yang
sudah dekat itu, mereka mendengar teriakan le mbut na mun
jelas terdengar oleh telinga mereka.
"Bocah bagus, kemana engkau hendak lari?" Jelas itu
adalah suara Nyi Dewi durgakumala. Suara itu memang tidak
nyaring karena wanita itu takut kalau-kalau terdengar oleh
Empu Dewamurti, akan tetapi suara itu didorong oleh tenaga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sakti dan melengking ke arah depan sehingga terdengar oleh
Linggajaya dan Puspa Dewi.
"Cah Ayu manis, denok moblong-moblong, berhentilah!"
terdengar pula suara Resi Bajrasakti.
Mendengar dua suara ini, tentu saja dua orang itu menjadi
takut dan panik. Tadinya me mang mereka lari berbareng,
akan tetapi ketika mendengar suara itu, saking bingungnya
mereka berpencar. Linggajaya berlari ke arah kanan
men inggalkan Puspa Dewi dan bocah pere mpuan itu dengan
ketakutan berlari ke kiri.
Sementara itu Resi Bajrasakti dan Nyi Dewi Durga kumala
yang kecewa sekali karena tidak berhasil mera mpas keris
Megantara dan dikalahkan oleh Empu dewa murti kini
mencurahkan perhatian mere ka kepada dua orang anak yang
mereka culik dan kini entah bagaima na telah me larikan diri.
Mereka melakukan pengejaran, akan tetapi mereka mengejar
dengan hati gentar pula kalau-kalau Empu Dewamurti juga
mengejar mereka. Dala m kegugupan mereka itu, kini
merekapun berpencar dan me lakukan pengejaran.
Dan terjadilah hal yang sama sekali diluar kehendak dan
perhitungan dua orang datuk itu. Resi Bajrasakti lari mengejar
ke kanan dan Nyi Dewi Durgakuma la lari mengejar ke kiri.
Dengan sendirinya Resi Bajrasakti dapat menyusul Linggajaya
dan sebalinya Nyi Dewi Durgakuma la dapat menyusul Puspa
Dewi. Dala m keremangan ma la m karena bulan purnama sudah
condong ke barat dan tertutup awan tipis, Resi Bajrasakti
hanya melihat bayangan Linggajaya yang berlari di depannya.
Dia mengira bahwa itu adalah Puspa Dewi. Setelah dia
menya mbar tubuh anak itu, dibuatnya tidak ma mpu bergerak
dan bersuara lalu dipanggulnya, barulah dia menyadari bahwa
telah salah tangkap. Akan tetapi sudah kepalang, dia tidak
peduli dan me mpercepat larinya meninggalkan te mpat itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena merasa takut terhadap Empu Dewamurti, apalagi
setelah kini ia berpisah dengan Nyi Dewi Durgakuma la.
Resi Bajrasakti berl;ari me mpergunakan ilmu lari cepat,
me larikan diri seperti terbang saja sa mbil me manggul tubuh
Linggajaya. Pemuda re maja berus ia lima be las tahun ini
kembali merasa tidak berdaya, tidak ma mpu menggerakkan
tubuh dan tidak ma mpu mengeluarkan suara. Akan tetapi
diapun tahu bahwa kini yang melarikan bukan lah wan ita cantik
tadi, melainkan kakek t inggi besar yang menyeramkan. Dia mdia m dia merasa menyesal. Bagaimanapun juga dia lebih
senang kalau diculik wanita cantik itu. Baru baunya saja,
ketika dia dipanggul wanita itu, harum semerbak. Tidak
seperti kakek ini yang baunya apek!.
Linggajaya adalah putera Ki Lurah Suramenggala yang
dimanja. Ibunya adalah istri ketiga lurah itu. Wajahnya
tampan, kulitnya halus seperti ibunya, akan tetapi wataknya
bengis dan angkuh seperti ayahnya. Setelah lari sepanjang
ma la m dengan cepat sekali menuju ke arah barat, pada
keesokan harinya setelah matahari mulai terbit, Resi Bajrasakti
tiba di sebuah hutan dan dia berhenti, lalu men urunkan tubuh
Linggajaya ke atas tanah. Dilemparkannya begitu saja
sehingga tubuh pe muda re maja itu terjatuh dan rebah
terlentang di atas tanah.
Linggajaya yang rebah di atas tanah itu tetap tak ma mpu
bergerak atau bersuara. Akan tetapi dia me mandang kepada
kakek itu dengan mata me lotot penuh kemarahan. Melihat ini
Resi Bajrasakti menjadi heran dan mengerutkan alisnya.
Betapa berani dan tabahnya bocah ini, pikirnya penasaran
akan tetapi juga kagum. Dia sa ma sekali tidak tahu bahwa
kemarahan pemuda remaja yang diperlihatkan dari pandang
matanya itu sama sekali bukan karena Linggajaya seorang
yang tabah dan pemberan i. Kemarahannya itu terbawa oleh
wataknya yang angkuh dan sombong. Biasanya orang sedusun
bersikap hormat dan menga lah kepadanya, takut akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedudukan ayahnya sebagai kepala dusun. Sekarang melihat
ada orang berani bersikap sewenang-wenang kepadanya,
tidak takut sa ma sekali, dia menjadi marah!
"Heh-heh, bocah keparat! Berani engkau
me lotot kepadaku". Huh, untuk apa anak iblis seperti engkau ini
bagiku" Tunggu, aku akan menyiksa mu sampai mati, engkau
akan mati perlahan-lahan dan aku ingin dulu mendengar
engkau bernyanyi-nyanyi kesakitan dalam sekarat!". Setelah
berkata demikian, Resi Bajrasakti lalu mengebutkan tangannya
tiga kali ke arah muka, perut dan kaki pemuda itu dan
seketika Linggajaya dapat bergerak dan bersuara ke mba li.
Jilid 2 Begitu dapat hergerak dan mengeluarkan suara, Linggajaya
yang merasa tersinggung kehormatannya dan sudah marah
sekali itu la lu melompat dan bangkit berdiri. Dia bertolakpinggang dengan tangan kanannya, lalu telunjuk kirinya
menunjuk ke arah muka datuk itu dan dia me ma ki.
"Jahanam tua bangka kurang ajar! Apa engkau sudah
bosan hidup" Engkau tidak tahu s iapa aku!"
Resi Bajrasakti terbelalak, heran dan kagum. Sikap pe muda
remaja itu dianggapnya luar biasa berani dan kurang ajarnya,
satu diantara sikap-sikap yang disukai dan dikagumi.
"Ha-ha-ha, me mangnya engkau siapa?" tanyanya.
Aku adalah putera tunggal Ki Suramengga la yang menjadi
orang nomor satu di Karang Tirta, paling kaya, paling kuat dan
paling berkuasa! Engkau mencari mati kalau berani
mengganggu aku!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar kesombongan ini, Resi Bajrasakti menjadi
semakin kagum dan dia mulai tertawa bergelak. Watak anak
ini cocok sekali dengan wataknya sendiri!
"Ha-ha-ha-ha! Kalau aku tidak takut mati dan sekarang aku
mengganggumu, engkau mau apa cah bagus?"
"Akan kupukuli engkau! Akan kubunuh engkau!" teriak
Linggajaya. "Heh-heh, engkau berani?" kakek itu mengejek.
Linggajaya se makin marah. "Kenapa t idak beran i" Apa mu
yang kutakuti" Nah, ma mpuslah kau" anak itu lalu menerjang
maju dan me mukul ke arah dada dan erut kakek itu. Sambil
tertawa kakek itu menang kis dan begitu tangannya bertemu
dengan kedua tangan Linggajaya, anak itu terlempar dan
terbanting tiga meter jauhnya! Akan tetapi Linggajaya menjadi
semakin marah. Dia bangkit berdiri dan lari menyerang lagi,
mengerahkan seluruh tenaganya. Kembali Resi Bajrasakti
menya mbutnya dengan tendangan sehingga tubuh linggajaya
terpental. Sambil tertawa-tawa kakek itu menghadapi
serangan Linggajaya yang tidak juga jera. Anak itu sudah
babak belur dan benjol-benjol, akan tetapi dia selalu bangkit
lagi dengan nekat, seakan merasa yakin bahwa ayah dan para
jagabaya tentu akan datang dan membelanya seperti selalu
terjadi jika dia berkelahi. Memang Linggajaya termasuk anak
yang bandel dan bengal, suka berkelahi dan ditakuti semua
pemuda di Karang Tirta.
Resi Bajrasakti menjadi se makin suka dan kagum. Apalagi
ketika beberapa kali menang kis, dia mendapat kenyataan
betapa anak itu me miliki tulang yang kuat, semangat baja,
keberanian yang nekat dan me miliki bakat untuk menjadi
seorang yang sakti mandraguna yang mengandalkan
kekuatannya untuk bertindak menuruti keinginan sendiri. Anak
seperti inilah yang cocok menjad i muridnya! Ketika untuk
kesekian kalinya Linggajaya menyerang lagi, Resi Bajrasakti
mengebutkan tangannya dan anak itu terpelanting roboh dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia m saja karena dia kembali tidak ma mpu bergerak atau
bersuara. Resi Bajrasakti la lu mencengkram baju anak itu dan
merenggutnya. "Brettt "..!" baju itu robek dan terlepas dari tubuh
Linggajaya sehingga anak itu kini telanjang dari pinggang ke
atas. Jari-jari tangan Resi Bajrasakti lalu menggerayangi tubuh
anak itu, memeriksa bagian leher, punggung, tengkuk dan
pinggang. Berkali-kali dia mengeluarkan pujian dan akhirnya
dia tertawa begelak.
Ha-ha-ha-ha-ha, cocok! cocok!" Dia lalu mengebutkan
tangannya lagi dan anak itu dapat bergerak dan bersuara
kembali. "Linggajaya, mulai sekarang engkau menjadi
muridku!" "Menjadi muridmua" Huh, siapa sudi menjad i muridmu"
Kalau ingin menjadi guruku, harus minta ijin kepada ayahku
dulu agar ayah dapat mengujimu apa kah engkau pantas
menjad i guruku. Aku tidak mau menjadi muridmu!" teriak
Linggajaya sambil bangkit berdiri. Mukanya benjol-benjol,
tubuhnya babak belur, bahkan ujung bibirnya berdarah, akan
tetapi sorot matanya masih bersinar penuh keberanian dan
kemarahan, kedua tangannya dikepal.
Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Melihat s ikap ini Resi Bajrasakti tertawa senang. Anak ini
bebar-benar cocok menjadi muridnya. Dia sudah lupa kepada
gadis remaja yang diculiknya tadi, dan sekarang dia malah
merasa senang dan beruntung bahwa dia me mperoleh ganti
seorang pemuda re maja yang kiranya tepat untuk menjadi
muridnya, cocok untuk dapat meneruskan ketenarannya dan
yang akan mengangkat itnggi na ma besarnya.
"Linggajaya, engkau ingin melihat dulu kesaktian gurumu"
Nah, lihatlah baik-baik!" Resi Bajrasakti lalu mengha mpiri
sebongkah batu sebesar perut kerbau. Dia lau mena mpar ke
arah batu itu sambil berteriak, "Hiaatttttt!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pyarrr .....!" batu besar itu hancur berha mburan.
Biarpun Linggajaya merasa terkejut dan kagum sekali, dia
tetap tersenyum, bahkan dengancerdiknya untuk melihat lebih
banyak lagi kehebatan kakek itu sengaja ia tersenyum
mengejek. "Hanya sebegitu sajakah?" suaranya seolah
menyetakan bahwa yang dipertontonkan kakek itu belum apaapa baginya! Padahal tentu saja dia merasa terkejut dan
kagum bukan main. Belum pernah dia melihat orang
sedemikian sa ktinya sehingga batu sebesar itu dipukul hancur
dengan tangan kosong.
"Hmm, me mang aku hanya main-ma in tadi. Akan tetapi
lihatlah ini! " Resi Bajrasakti mengusap dahinya, menggosok
kedua telapak tangannya, lalu mendorongkan kedua tangan
itu ke arah sebatang pohon yang berd iri dalam jarak e mpat
meter darinya. "Wuuutttt ..... kraakkkk!!" pohon itu tu mbang dan roboh
menge luarkan suara gaduh.
Linggajaya tak dapat menyembunyikan kekaguma nnya. Dia
terbelalak me mandang dan wajahnya tampak ge mbira bukan
ma in. "Linggajaya, sekarang lihat dimana aku!" Pe muda remaja
itu me mandang dan dia me lihat tubuh kakek itu berkelebat
lenyap! Dia celingukan mencar i-cari dengan pandang
matanya, namun tak dapat menemukan kake k itu yang
agaknya telah menghilang begitu saja! Tiba-tiba terdengar
suara dari atas, arah belakangnya.
"Linggajaya, lihatlah ke sini!"
linggajaya me mutar tubuh dan me mandang keatas dan
ternyata kakek itu telah berada di puncak sebuah pohon yang
tinggi. Resi Bajrasakti tertawa bergelak dan tubuhnya
me layang turun, seperti seekor burung raksasa dia hinggap di
depan Linggajaya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, engkau tentu mau menjad i muridku me mpelajari
semua aji kesaktian itu, bukan?"
hati Linggajaya
kagum bukan ma in, akan tetapi
keangkuhannya sudah menjadi wataknya dan dia bersikap
"jual mahal". Dia tahu bahwa kakek itu ingin sekali menga mbil
dia sebagai murid, maka dia sengaja bers ikap tak acuh dan
mengge leng kepalanya.
Resi Bajrasakti adalah seorang yang aneh. Wataknya
kadang berlawanan dengan orang-orang lumrah pada
umumnya. Melihat sikap Linggajaya ini dia tidak marah,
bahkan senang karena sikap yang angkuh itu cocok
dengannya. Akan tetapi diapun amat cerdik dan ingin
me ma ksa anak itu agar mau menjad i muridnya, kalau perlu
dengan kekerasan.
"Kalau begitu engkau harus dihajar!" bentaknya dan dia
menang kap pinggang Linggajaya lalu melontarkan tubuh anak
itu ke atas. Tubuh anak itu me layang naik, tinggi sekali.
Linggajaya terkejut dan ketakutan ketika tubuhnya me luncur
turun. Tentu dia akan hancur terbanting di atas tanah yang
berbatu-batu. Dia tak berdaya untuk menghindarkan anca man
maut. Namun dia menggigit bibirnya, tidak berteriak, hanya
me meja mkan kedua matanya. Akan tetapi sebelum tubuhnya
terbanting, tangan Resi Bajrasakti menang kapnya lalu
me lontarkannya kemba li ke atas! Setelah hal itu terjadi
beberapa kali, Linggajaya tertawa ketika dilontarkan ke atas.
Dia ma klum bahwa kakek itu hanya menggertak saja dan tidak
menghenda ki dia terbanting mati!.
Mendengar suara tawa anak itu, Resi Bajrasakti menjadi
semakin senang. Disangka anak itu me mpunyai keberanian
menentang maut yang luar biasa, dalam keadaan terancam
maut masih bisa tertawa-tawa. Dia tidak tahu bahwa anak itu
lebih cerdik daripada yang ia duga. Tawa Linggajaya itu timbul
karena anak itu sama sekali tidak teranca m maut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, sekarang hancur kepalamu!" tiba-tiba Resi Bajrasakti
me lontarkan tubuh anak itu tinggi se kali dan me luncur turun,
anak itu terbelalak karena kepalanya berada di bawah dan
kakek itu tidak laaaaagi ada di sana untuk menyambutnya!
Betapapun tabahnya, melihat bahaya maut tak terhindarkan
lagi, Linggajaya berteriak.
"Toloooonggg .....!" akan tetapi kepalanya sudah me luncur
dekat sekali dengan batu yang menonjol di atas tanah.
Linggajaya menjerit, akan tetapi pada detik terakhir, tangan
Resi Bajrasakti sudah menya mbut kepada ana k itu sehingga
tidak terbanting pada batu. Kakek itu lalu mengangkat tubuh
Linggajaya dan me mbalikkannya. Setelah berdiri, Linggajaya
masih merasa pening dan wajahnya pucat sekali. "Ha-ha-haha ... katakan sekarang, apakah engkau mas ih meno lak
menjad i muridku?"
linggajaya yang cerdik maklu m bahwa dia tidak boleh
mengggoda kake k ini terlalu la ma. Kakek ini me miliki watak
aneh dan bukan mustahil kalau kakek ini akan me mbunuhnya
kalau dia terus menolak. Maka dia lalu menjatuhkan diri
berlutut dan menye mbah.
"Bapaa guru .....!" mulutnya menyebut demikian, akan
tetapi hati Linggajaya berkata, "Awas kau! Kelak a ku akan
me mbunuhmu!"
Resi Bajrasakti tertawa bergelak saking senangnya. "Ha-haha-ha, muridku yang baik, engkau akan kuberi semua ilmuku
agar kelak engkau menjadi wakil Kerajaan Wengker yang akan
menghancurkan Sang Prabu Erlangga keturunan kerajaan
Mataram! Ha-ha-ha-ha!" setelah berkata demikian, kembali dia
tertawa dan tiba-tiba dia menangkap pergelangan tangan
Linggajaya dan me mbawa anak itu berlari secepat terbang
menuju ke barat, pulang ke wilayaj kerajaan Wengker
(sekarang sekitar Ponorogo). Di da la m hatinya, dia merasa
menyesal mengapa dia harus jatuh ke tangan kake k raksasa
yang kasar ini. Dia akan merasa leb ih senang kalau menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tawanan Nyi Dewi Durgakumala yang cantik pesolek itu. Sama
sekali dia tidak pernah me mbayangkan bahwa dia beruntung
sekali terjatuh ke tangan kakek itu. Kalau dia tetap menjadi
tawanan wanita cantik yang seperti iblis betina itu, tentu dia
akan dibuat perma inan, dihisap sa mpai habis sari man isnya
seperti sebatang tebu untuk kemudian a mpasnya dibuang
begitu saja atau dis iksa lalu dibunuh.
Bagaimana pula dengan nasib Puspa Dewi" Keadaan bocah
berusia tigabelas tahun ini mirip Linggajaya. Kalau saja ia
jatuh ke tangan penculiknya, Resi Bajrasakti, iapun akan
menga la mi nasib mengerikan, ia akan diper mainkan sa mpai
mati. Akan tetapi ia jatuh ke tangan Nyi Dewi Durgakumala
yang me mbawa lar i ke timur dengan cepat karena iblis betina
inipun jerih kepada Empu Dewamurti yang disangka akan
mengejarnya. Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Nyi
Dewi Durga kumala yang me manggul tubuh Puspa Dewi tiba di
sebuah bukit yang berada di Pegunungan Tengger. Di puncak
bukit itu ia berhenti menurunkan anak perempuan itu dan
me mbebaskannya sehingga Puspa Dewi dapat bergerak dan
bersuara lagi. Anak ini adalah seorang yang cerdik. Melihat
betapa ia ditangkap dan dibawa lari secepat angin oleh
seorang wanita yang cantik jelita, ia tidak begitu takut seperti
ketika ia ditangkap Resi Bajrasakti. Bahkan dianggapnya
wanita ini tentu seorang dewi yang baik hati, yang telah
meno longnya dari kakek jahat itu. Ia sudah banyak
mendengar tentang para dewi yang didongengkan ibunya.
Dewi yang cantik je lita akan tetapi juga sakti mandraguna.
Mala m tadi ia me mbuktikan sendiri. Ia dipanggul dan dibawa
terbang. Ia hendak menghaturkan terima kasih., akan tetapi
dilihatnya wanita cantik itu sedang duduk bersila di atas
sebuah batu sambil me meja mkan kedua matanya. Ia tahu
bahwa dewi itu sedang bersa madhi, maka ia t idak berani
mengganggu dan menanti sa mbil duduk pula di atas batu
yang rendah. Dilihatnya pe mandangan di bawah puncak.
Puspa Dewi terkagum-kagum. Baru kali ini dia melihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
matahari pagi seindah itu. Kebetulan ia menghadap ke timur
dan ia melihat sebuah bola merah tersembul dari balik
gungung yang tinggi. Ia tidak tahu bahwa gunung itu adalah
Gunung Bromo. Matahari pagi mula i menyinar kan cahayanya yang lembut
dan hangat, menggugah segala sesuatu di permukaan bumi
yang tadinya tidur diselimuti kegelapan ma la m. Mala m terang
bulan berubah me njadi gelap setelah larut tadi, setelah bulan
purnama menghilang di ufuk barat. Dan kini kegelapan malam
terusir perlahan-lahan oleh s inar matahari pagi, meninggalkan
kabut yang bermalas-malasan meninggalkan bumi. Hutanhutan diselingi sawah ladang dan pondok-pondok pedusunan
terhampar di bawah puncak, tampa k makin jelas setelah
embun terusir sinar matahari. Burung-burung berkicau
menya mbut datangnya sang surya. Kehidupan mulai ta mpak
dan terdengar. Suara-suara segala macam mahluk hidup itu
seakan-akan merupakan doa dan puja-piji kepada Sang Hyang
Widhi yang me limpahkan ber kah kehidupan me lalui sinar
matahari, melalui desir angin, melalui awan yang berarak
me layang-layang."Heh-heh, gila betul! Untuk apa aku
me mbawa lari?" s uara itu menyadarkan Puspa Dewi dari
la munannya dan cepat ia me mutar tubuh me mandang kepada
Nyi Dewi Durgakuma la. Melihat wanita itu kini telah me mbuka
matanya, Puspa Dewi cepat mengha mpiri dan bersembah
sujud di depan kaki wanita itu. Ia sudah diajari ibunya sejak
kecil bagaimana harus menghaturkan sembah sujud dan sesaji
kepada para dewa dewi.
"Ha mba menghaturkan banyak terima kasih atas
pertolongan paduka kepada ha mba, pakulun." Ia menye mbah.
Nyi Dewi Durgakuma la tadi me mang bersa madhi untuk
me mulihkan tenaganya yang banyak terbuang membuat ia
kelelahan. Kini setelah tenaganya pulih dan ia melihat Puspa
Dewi duduk tek jauh darinya, baru ia teringat bahwa
semalam, dalam keadaan panik dan gugup, pengejarannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak me mbawa ia kepada calon korbannya, pemuda re maja
yang tampan itu, melainkan berte mu dengan anak perempuan
yang tadinya ia tahu merupakan tawanan Resi Bajrasakti itu.
Maka ia tertawa dan mencela diri sendiri. Sekarang anak
perempuan itu berse mbah sujud kepadanya menghaturkan
terima kasih, bahkan menyebutnya pakulun seolah-olah ia
seorang dewi yang turun dari Kahyangan.
"Hik-hik-hik! Kau kira siapa aku ini" tanyanya sambil
tertawa cekikikan seperti seorang perawan genit.
Puspa Dewi kembali menye mbah. Ampun pakulun, paduka
tentu seorang dewi dari kahyangan yang sakti dan baik budi."
"He mm, bagaimana engkau dapat mengetahui bahwa aku
seorang dewi kahyangan?" hatinya mulai merasa senang.
Wanita mana yang tidak merasa bangga dan senang disebut
Dewi Kahyangan" Walaupun yang menyebutnya itu hanya
seorang gadis re maja.
"Ha mba mengetahui karena paduka sangat cantik jelita,
sangat sakti mandraguna dan berbudi baik, suka menolong
pula." Jawab Puspa Dewi penuh keuakinan, bukan untuk
menyenangkan hati melainkan karena ia me mang yakin
bahwa penolongnya itu adalah seorang dewi kahyangan.
"Heh-heh-heh-hik-hik! Aku me mang seorang dewi. Namaku
Dewi Durgakuma la."
"Ha mba menghaturkan sembah dan hormat, pakulun."
Kembali Puspa Dewi menyembah.
Akan tetapi tiba-tiba wanita cantik yang tadinya tersenyum
dan tertawa-tawa senang itu, menghentikan tawanya dan
mukanya berubah dingin. Watak iblis betina ini me mang aneh
atau juga tidak normal. Begitu ia teringat bahwa ia telah
kehilangan pe muda remaja ta mpan dan sebagai gantinya
mendapatkan seorang anak perempuan, kecewanya timbul,
me mbuatnya menjad i marah dan ia me mandang kepada
Puspa Dewi dengan penuh kebencian. Tangan kirinya sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terasa gatal untuk melayangkan pukulan ma ut me mbunuh
anak perampuan itu. Untuk apa ia me mbawa anak
perempuan" Ia menjad i ge mas kepada Resi Bajrasakti dan
lebih benci lag i kepada Empu Dewamurt i yang telah
menggagalkan segalanya. Akan tetapi ketika tangannya
hendak melayang me mbunuh Puspa Dewi, tiba-tiba a kan itu
yang merasa heran betapa wanita yang disangkanya dewi
kahyangan itu mendadak dia m saja, lalu mendongak dan
me mandang wajah Nyi Dewi Durgakuma la. Dua pasang mata
bertemu pandang dan hati iblis betina itu tertegun. Sepasang
mata itu mengingatkan ia akan mata seorang anak pere mpuan
lain yang kini telah t iada. Mata anaknya, mata puterinya yang
kini telah tewas menjadi mangsa harima u. Beberapa tahun
yang lalu wanita ini me nculik seorang anak yang ketika itu
berusia e mpat tahun. Seperti biasa, ia menculik anak-anak
untuk menye mpurnakan ilmu sesatnya. Darah anak kecil
dihisapnya sa mpai habis dan darah ini me mperkuat tenaga
ilmu hita mnya. Akan tetapi entah mengapa sepasang mata
anak yang diculiknya itu mendatangkan rasa suka di hatinya
dan ia tidak me mbunuh anak itu, bahkan me me lihara anak itu
dan dianggapnya sebagai anak sendiri. Setelah anak itu
berusia lima tahun, pada suatu hari di puncak Gunung
Anjasmara, ia bertemu dengan Rekryan Kanuruhan EmpuDhar ma murti Narotama Danasura yang lebih dikenal
Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan sebutan Ki Patih Narotama, yaitu mahapatih dan
sahabat setia dari Sang Prabu Erlangga!
Bertemu dengan Ki Patih Narotama, ksatria sakti
mandraguna, orang kepercayaan utama dari Sang Prabu
Erlangga, berwajah tampan dan gagah, Nyi Dewi Durgakumala
tergila-gila dan ia berusaha keras menggunakan segala ajinya,
mengerahkan aji guna-guna dan pe meletan, na mun se mua
pernyataan cintanya ditolak mentah-mentah oleh Ki Patih
Narotama. Nyi Dewi Durgakumala menjadi marah. Ia
men inggalkan anak angkatnya yang berusia lima tahun itu di
bawah pohon dan lalu ia menyerang Ki Patih Narotama. Kalau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
laki-laki yang digandrunginya itu tidak mau menerima
cintanya, dia harus mati di tangan. Namun Ki Patih Narotama
bukan seorang yang lemah. Terjadilah perkelah ian yang hebat
di puncak Gunung Anjas mara. Akhirnya Nyi Dewi Durgakumala
baru menga kui kedigjayaan Ki Patih. Ia lari kembali ke anak
angkatnya dan dapat dibayangkan betapa hancur hatinya
me lihat bahwa anak angkatnya telah menjad i korban, dicabikcabik dan dima kan har imau!
Ia menjasi sakit hati sekali kepada Ki Patih Narotama dan
kepada harimau. Ia menga muk dan ha mpir seluruh harimau
yang berada di hutan se kitar pegunungan Anjas mara
dibunuhnya. Akan tetapi tidak mudah baginya untuk
me la mpiaskan denda mnya kepada Ki Patih Narota ma. Dan
dendam kepada Ki Patih ini ia alihkan kepada kerajaan
Kahuripan. Ia lalu me mbantu kerajaan Wurawari untuk
me musuhi Kahuripan, keturunan Mataram itu. Bahkan ketika
kerajaan Wurawari menyerang Kahuripan pada tahun 1007
sehingga menyebabkan kerajaan Kahuripaj jatuh dan rajanya
yaitu Sri Dharmawangsa Teguh Anantawikramatunggadewa,
tewas dalam perang itu, Nyi Dewi Durgakumala juga ikit
dalam perang itu me mbantu raja Wurawari.
Demikianlah ketika Nyi
Dewi Durgakuma la sudah menggerakkan tangannya hendak me mbunuh Puspa Dewi dan
bertemu pandang dengan anak itu, ia seolah melihat sepasang
mata anak angkatnya yang dimakan harimau. Naik sedu sedan
dari dadanya, menyesakkan kerongkongannya dan ia
menubruk dan merangkul, mendekapnya dan men ciuminya.
"Anakku ....., anakku .....!" Nyi Dewi Durga kumala
menge luh sa mbil menahan isaknya. Beberapa butir air mata
me mbasahi pipinya. Menghadapi perlakuan ini, Puuspa Dewi
yang pada dasarnya me mpunyai perasaan yang halus dan
peka men jadi terharu dan balas merangkul. Anak ini merasa
terkejut dan heran melihat Dewi Kahyangan itu menang is!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pakulun, kenapa paduka menangis" Tanyanya lirih karena
segan dan takut.
Nyi Dewi Durgakumala me me luk ma kin erat. "Anak yang
baik, siapakah na ma mu?"
"Pakulun "."
"Jangan menyebut pakulun. Aku ini ibumu, nak. Sebut aku
ibu ?" Berdebar jantung dalam dada Puspa Dewi, ia merasa
gembira dan bahag ia sekali. Seorang Dewi Kahyangan menjadi
ibunya" Dengan suara bergetar saking terharu dan bahagia, ia
berkata, "Ibu, nama saya Puspa Dewi ...!"
"Dewi" Engkau berna ma Dewi" Ah cocok se kali! Anakku
Dewi, mula i sekarang engkau menjadi anakku dan a ku akan
menurunkan se mua aji kesaktianku kepadamu. Maukah
engkau ikut denganku dan menjadi anakku?"
Tentu saja Puspa Dewi ma u sekali anak seorang Dewi
Kahyangan! "Saya mau, ibu ....."
"Bagus, dan sekarang berjanjilah bahwa kelak engkau
akam me musuhi Empu Dewamurti, me musuhi Kerajaan
keluarga Istana yaitu Kahuripan, dan yang terpenting sekali,
engkau harus mewakili aku merebut keris pusaka Megatantra
yang berada di tangan anak laki-laki yang dilindungi oleh
Empu Dewamurti. Nah mau kah engkau berjanji, cah ayu?"
"Saya berjanji, ibu. Saya akan mentaati semua perintah
ibu." Kata Puspa Dewi yang sama sekali tidak tahu bahwa ia
telah berada dibawah pengaruh aji pemeletan iblis betina itu
sehingga ia merasa amat tertarik dan suka kepada Nyi Dewi
Durgakuma la, dan menganggap wanita itu tera mat baik
kepadanya. Ia seperti terbuai, bahkan tidak ada keinginan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk kembali kepada ibunya sendiri. Nyi Dewi Durgakula ma
juga merasa senang sekali. Ia mene mukan lagi anaknya! Ia
lalu me mondong tubuh Puspa Dewi dan mengajaknya lari lagi
dengan cepat seperti terbang sehingga makin yakinlah hati
anak itu bahwa ibunya adalah seorang Dewi dari kahyangan
yang sakti mandraguna!
Mulai saat itu, Puspa Dewi me njaaaaadi anak angkat dan
juga murid terkasih dari Nyi Dewi Durgakuma la. Ia dibawa lari
ke arah timur, mendaki perbukitan dan melompati jurangjurang. Setelah Sri Dhar mawangsa Teguh Anantawikramatunggadewa tewas dalam perang melawan
kerajaan Wurawari, Erlangga yang menjad i mantunya yang
merebut kembali Kerajaan Kahuripan dibantu sahabatnya
Narotama dan para Brahmana (pendeta) yang bertapa di
wanagiri (hutan, gunung) lalu dinobatkan menjadi Raja
Kahuripan. Pada mulanya di ja man pe merintahan Raja Sindok, ibukota
kerajaan bernama Watu Galuh (letaknya di sekitar Jo mbang).
Pada jaman pemer intahan Raja Teguh Dharmawangsa ibukota
kerajaan dipindahkan dipindahkan ke arah timur di kaki
gunung Penanggungan (sebelah selatan Sidoarjo). Setelah
Erlangga yang dibantu Narota ma
mengalahkan Rraja
Wurawari dan merebut kemba li kerajaan, ibukota Watan
ditinggalkan dan oleh Raja Erlangga dibangun ibukota baru
yang diberi nama Watan Mas. Kemudian Watan Mas juga
ditinggalkan dan ibu kota kerajaan sekarang pindah lagi ke
Kahuripan. Riwayat singkat Erlangga sa mpai menjad i raja a mat
menarik. Diantara kerajaan Mataram yang me nurunkan Raja
Sinsok, kemudian Raja Dhar mawangsa dan kerajaan Bali
me mang terdapat hubungan yang erat. Erlangga sendiri
adalah seorang keturunan seorang pangeran dari wangsa
Ishana (keturunan Mataram). Karena itu, tidak mengherankan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalau Erlangga kemudian dijodohkan dengan seorang puteri
dari Raja Teguh Dhar mawangsa. Pada saaat pernikahan
dilangsungkan, ketika itu Erlangga berusia ena m belas tahun,
terjadilah penyerbuan pasukan kerajaan Wurawari sehingga
Raja Dharmawangsa gugur dan kerajaan direbut raja
Wurawari. Erlangga sendiri, dibantu Narotama, dapat
menyelamatkan diri ke Wanag iri. Kemudian dia menyusun
kekuatan dan dibantu oleh Narotama yang setia dan sakti
mandraguna, Erlangga berhasil merebut kembali dari tangan
Raja Wurawari. Kemudian dia diangkat menjad i raja.
Mula- mula kerajan yang dipimpin oleh Raja Erlangga ini
tidak begitu besar. Masih banyak raja-raja lain yang selalu
menentang dan me musuhinya, diantara mereka adalah Raja
Adhamapanuda dari kerajaan Wengker dan Raja Wijaya dari
kerajaan Wurawari. Juaga ada kerajaan kecil dari pantai Laut
Kidul yang dipimpin oleh seorang Ratu (Raja Wanita) berjuluk
Ratu Durgama la yang terkenal sakti selalu menentangnya.
Tiga kerajaan inilah yang selalu merupakan anca man bagi
Kerajaan Kahuripan yang dipimpin Sang Prabu Er langga. Sang
Prabu Erlangga me mpunyai dua orang per maisuri. Yang
pertama adalah puteri mendiang Sang Prabu Dhar mawangsa
yang kelak kemudian terkenal dengan sebutan Sang Kili suci
dan setelah berusia lanjut hidup sebagai seorang pertapa.
Adapun yang ke dua ada lah puteri dari Kerajaan Sriwijaya
yang bernama Sri Sanggramawijaya
Dhar maprastunggawarman. Tentu saja seperti umumnya rajaraja di ja man itu, Prabu Erlangga juga me mpunyai banyak
selir yang tida k tercatat dalam sejarah.
Dala m pergolakan yang ditimbulkan karena per musuhan
Sang Prabu Erlangga dengan Kerajaan Wengker, Kerajaan
Wurawari dan Kerajaan Ratu Durgamala atau terkenal dengan
sebutan Kerajaan Parang Siluman itulah cerita ini terjadi.
Biarpun per musuhan itu be lum tercetus menjadi perang
terbuka, namun seringkali terjadi bentrokan diantara para
tokoh pendukung mas ing-masing kerajaan, seperti bentrokan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang terjadi antara Empu Dewa murti dengan dua orang datuk
dari Wengker dan Wurawari itu. Disa mping persoalan yang
terjadi yang membuat mereka saling ber lawanan, pada
dasarnya memang terdapat pertentangan diantara mereka,
karena Empu Dewamurti adalah seorang Empu terkenal di
Kahuripan dan tentu saja dia membe la Raja Erlangga.
Sebaliknya dua orang lawannya itu, yang seorang datuk
Wengker dan seorang lagi tokoh pendukung kerajaan
Wurawari. Raja Erlangga adalah seorang raja yang sakti mandraguna,
seorang panglima besar yang pandai mengatur bala tentara.
Sebagai seorang raja dia amat adil dan bija ksana, tidak
sewenang-wenang, tidak memikirkan kepentingan dan
kesenangan sendiri. Kebanyakan para raja di dunia ini setelah
menduduki tingkat tertinggi da la m kerajaan, menjadi orang
nomor satu, lalu menguruk dirinya dan seluruh sanak
keluarganya dengan kemewahan yang berlebihan. Kebanyakan para raja itu lalu men umpuk harta benda
sebanyak-banyaknya, tidak peduli lag i darimana harta itu
datang, bahkan rela me mbiar kan rakyat hidup menderita,
sengsara karena kemis kinan. Raja Erlangga tidaklah de mikian.
Dia seorang raja bijaksana yang me mikirkan kepantingan dan
kemakmuran rakyat jelata. Dia me mperhatikan kebutuhan
para petani. Dibangunnya pematang dekat Wringin Sapta
(sekarang Wringin Pitu) untuk mengalirkan air Kali Berantas
agar sungai itu tidak lagi me mbanjiri sawah petani. Setelah
pematang itu didirikan, pelabuhan Huyuh Galuh di muara
sungai itu menjadi semakin ra mai.
Bukan hanya ke makmuran rakyat yang dia perhatikan. Juga
Raja Erlangga me mperhatikan kemajuan kebudayaan. Dia
mendukung majunya kesusastraan dan kesenian. Dalam
jamannyalah karya sastra yang indah, yaitu kekawin "Arjuna
Wiwaha" ditulis Empu Kanwa. Karena kebijaksanaannya, maka
keadaan rakyat cukup makmur. Hal ini menar ik perhatian
banyak raja muda di daerah-daerah pinggiran dan banyak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diantara mereka yang dengan sukarela menyatakan tunduk
dan takluk, menga kui kebesaran dan kedaulatan dari Raja
Erlangga, ingin me mbonceng wibawa raja erlangga agar
daerah kekuasaan merekapun menjadi makmur dengan
men iru apa yang telah dilakukan raja bijaksana itu. Tentu saja
tidak se mua daerah mau tunduk, terutama sekali Kerajaan
Wengker yang letaknya paling dekat dengan Kahuripan.
Demikianlah sedikit tentang pe merintahaan Raja Erlangga
yang selalu dibantu oleh patihnya yang setia, yaitu Patih
Narotama. Raja Erlangga seringkali cukup dengan mengutus
Patih Narotama untuk mewakilinya me mbereskan persoalanpersoalan berat dan selalu Narotama dapat menyelesaikan
persoalan-persoalan itu dengan baik.
Waktu berjalan dengan amat cepatnya. Kalau tidak
diperhatikan sang waktu ber kelebat secepat kilat, sebaliknya
kalau kita me mperhatikan, waktu merayap seperti siput.
Karena tidak diikuti dan diperhatikan, waktu me luncur cepat
dan tahu-tahu lima tahun telah lewat sejak terjadinya
peristiwa di pantai pas ir putih di tepi laut selatan itu.
Pagi yang tenang tenteram penuh da mai, di sebuah tempat
diantara puncak-puncak pegunungan Arjuna. Kokok ayam
hutan jantan terdengar bersahut-sahutan, suara mereka
nyaring pendek. Agaknya gaung suara mereka terdengar
sampai ke dusun pegunungan di lereng dekat puncak karena
tak la ma kemudian terdengar lapat-lapat, sayup sampai, kokok
ayam jantan peliharaan yang suaranya lebih panjang na mun
tidak begitu me nyentak nyaring seperti kokok aya m hutan.
Kokok ayam hutan itu seakan menggugah burung-burung
yang tidur di pohon-pohon besar yang lebat daunnya. Mulailah
mereka berkicau bersahut-sahutan dalam bahasa mereka yang
riang gembira sambil ber loncat-loncatan di atas ranting dan
dahan, mengguncang daun-daun, meruntuhkan e mbun yang
bergelantungan di ujung daun. Ada yang menggeliat
menjulurkan sayap atau kaki, ada yang menyis iri bulu dengan
paruh, kemudian berciap-ciap lagi dengan riuhnya. Akan tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suara yang menyambut pagi itu me mbungka m suara la in,
yaitu suara kutu-kutu walang ataga, segala serangga malam
seperti jengkrik, belalang, orong-orong dan sebagainya yang
sepanjang malam telah me ngeluarkan suara sa mbung
menya mbung tiada hent inya. Siang ma la m alam ini dipenuhi
suara-suara, seolah semua ciptaan itu me manjatkan doa dan
puji tan kendat (tanpa henti) kepada Sang Hyang Widhi, Sang
Maha Pencipta! Terdengar pula sayup sampai suara bocah
berteriak riang, diselingi suara wanita yang menegur anakanak itu, lalu suara kerbau menguak dan kambing
menge mbik. Se mua suara itu jelas menutupi suara la in yang
tadi ma lan juga terdengar jelas, yaitu bunyi percik air terjun
yang berada di lereng dekat puncak. Ada pula selingan anjing
menggonggong. Suasana kehidupan warga dusun mula ilah
pada pagi itu. Sinar matahari pagi mula i mengusik halimun
Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang bermalas-ma lasan men inggalkan bumi yang mereka
dekap sema la m suntuk. Sinar matahari yang mula i mencipta
pemandangan yang indah menarik dengan adanya perpaduan
sinar dan bayang-bayang. Dari hutan itu ta mpak hutan-hutan
menghijau, berkelompok-kelompok, disana-sini dise lingi adnya
sawah ladang menguning. Atap-atap pondok dusun dari
klaras, ada juga beberapa buah dari genteng, tersembul
diantara pedusunan. Sebatang anak sungai nampak putih
berkelak kelok, kadang lenyap tertutup tebing. Dua orang
anak dengan tubuh bagian atas telanjang mengiring tujuh
ekor kerbau yang gemuk-ge muk menyusuri sepanjang anak
sungai. Burung mulai beterbangan meninggalkan sarang untuk
mulai dengan pekerjaan mere ka hari itu, ia lah mencari makan.
Pemuda itu duduk bersila di atas batu, menghadap ke
timur. Sejak tadi dia men ikmati kesemuanya itu. Menikmati
pendengaran yang begitu nyaman dan merdu di perasaan dan
men ikmati penglihatan yang begitu indah sejak matahari mulai
terbit.. dia menghirup nafas dalam-dalam. Udara yang sejuk,
bersih alami itu me masu ki hidungnya, me menuhi paruparunya sampai dada dan perutnya menge mbang. Dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bernafas sampai dada dan perutnya tidak tersisa ruangan
yang tidak terisi hawa udara yang menghidupkan dan
menyegarkan. Lalu dikeluarkan nafas perlahan-lahan. Terasa
kehangatan yang makin me manas berputar disekitar bawah
pusarnya dan membumbung keatas dan keseluruh tubuhnya.
Diulangi pernafasan itu sa mpai beberapa kali dan terasa
betapa nikmatnya bernafas seperti itu. Akhirnya dia bernafas
biasa dan mencurahkan pandangan dan pendengarannya ke
sekelilingnya. "Segala puji bagi Sang Hyang Widhi yang mencipta segala
yang terlihat dan terdengar. Puji syukur kepada Sang Maha
Pencipta atas segala karunia yang diberikan kepad ha mba,
termasuk a lat jasman i seperti mata dan telinga." Bisiknya
dengan tangan dirangkap dalam bentu k se mbah di depan
dada, lalu diangkat kedepan dahi dan turun lagi di depan
dada. Dia menyadari sepenuhnya bahwa karunia yang
perpenting baginya adalah semua anggota jasmaninya, karena
betapapun indah dan mersunya semua yang tampak dan
terdengar, semua itu tidak akan ada gunanya kalau mata dan
telinganya tidak dapat me lihat atau mendengar.
Pemuda itu berusia kurang lenih dua puluh satu tahun,
hertubuh sedang saja. Wajahnya juga sederhana, tidak buruk
akantetapi juga tidak terlalu tampan, wajah pemuda biasa
saja. Kulitnya agak ge lap kecoklatan. Akan tetapi dalam
kesederhanaan wajahnya terdapat sesuatu yang menarik yaitu
matanya yang tajam le mbut dan penuh pengertian dan
mulutnya yang selalu menge mbang kearah senyum penuh
kesbaran. Pakaiannya juga amat sederhana seperti pakaian
seorang petani. Dia tadi sejak pagi sekali sebelum matahari
menyingsing, telah duduk di atas batu dan duduk bersila
menghadap ke timur seperti sebuah arca.
Tak la ma kemudian pe muda itu turun dari atas batu dan
me mutar tubuhnya. Walaupun tidak ada suara, langkah tak
terdengar, namun dia tahu bahwa ada orang berjalan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengha mpirinya. Benar saja seorang kakek berusia enam
puluh lima tahun, melangkah tenang, bertumpu pada
sebatang tongkat bambu kuning mengha mpirinya. Kakek itu
tinggi kurus. Ra mbut, kumis dan jenggotnya yang panjang
sudah bercampur banyak uban, me mandang kepada pemuda
yang telah menya mbutnya dengan berdiri me mbungkuk
hormat itu dengan senyum.
"Eyang guru, silakan duduk!" kata pemuda itu me mpers ilakan kakek itu duduk di atas batu datar yang tadi
dipakai duduk bersila.
Kakek itu mengangguk-angguk dan tersenyum me lebar lalu
matanya me mandang ke arah pe mandangan yang per mai di
bawah puncak sa mbil duduk di atas batu itu.
'He mm, Nurseta, sejak kapan engkau berada di sini
men ikmati segala keindahan ini?" tanya kakek itu yang bukan
lain adalah Empu Dewamurti. Pe muda itu adalah Nurseta.
Seperti telah diceritakan d i bagian depan kisah ini, lima tahun
yang lalu, Nurseta diajak Empu Dewamurti ke pegunungan
Arjuna dan di atas puncak ini sang empu mengajarkan aji-aji
kanuragan kepada Nurseta. Selama lima tahun Nurseta belajar
dan telah menjadi seorang pe muda dewasa berusia dua puluh
satu tahun yang sakti mandraaguna.
"Saya telah berada di sini sejak fajar tadi, eyang, sebelum
matahari muncul di balik puncak di timur itu."
"Duduklah, Seta." Kata kakek itu me lihat muridnya hanya
berdiri saja dengan sikap hormat.
"Terima kasih eyang." Nurseta lalu duduk di atas akar
pohon yang menonjol di per mukaan tanah di bawan dan
depan batu yang menjadi te mpat duduk gurunya.
"Seta, selama lima tahun engkau berada dis ini me mpelajari
ilmu dan kalaupun kadang turun, paling jauh hanya ke dusun
di bawah itu. Dari puncak ini engkau dapat me lihat daerah
yang amat luas. Tentu engkau merasa rindu untuk menjelajahi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tempat-tempat yang jauh itu, bergaul dengan manusiamanusia lain, menghadapi pengalaman-pengalaman baru,
men ingkatkan pengetahuanmu dan terutama sekali me manfaatkan ilmu yang telah kau pelajari sela ma lima tahun
disini." Dia m-dia m Nurseta merasa kagum. Gurunya ini selain sakti
mandraguna jugabijaksana sekali dan seolah dapat membaca
apa yang terkandung dalam hatinya.
"Mengapa eyang berkata begitu?" pancingnya.
Empu Dewamurti tersenyum dan menge lus jenggotnya.
"Nurseta, selama ini aku me mperhatikan dan melihat
kenyataan bahwa sudah lima hari berturut-turut ditiap pagi
sebelum fajar menyingsing engkau berada di sini dan
me la mun. Karena itu aku dapat mengetahui bahwa engkau
rindu untuk me njelajahi te mpat-tempat di luar daerah ini. Aku
menyetujui keinginanmu itu, Seta. Kukira sudah cukup engkau
men imba ilmu di s ini, sudah cukup sebagai bekal
perjalananmu menjelajahi dunia ramai."
Nurseta menyembah. "Sesungguhnya benar sekali apa
yang paduka katakan itu, eyang. Akan tetapi ada dua hal yang
me mbuat saya merasa ragu dan berat hati untuk me men uhi
keinginan hati merantau. Pertama, saya mendapat kasih
sayang dan bimbingan dari paduka selama lima tahun di sini.
Kedua, saya mendapatkan ketentraman batin di sini dan saya
khawatir kehilangan ketentraman itu kalau saya berada di
tempat ra mai. "Heh-heh-heh-heh!" kakek itu tertawa. Kita masing-mas ing
harus berani men inggalkan dan ditinggalkan, harus berani
seorang diri. Bukankah ketika lahir kitapun sendirian dan nanti
juga men inggalkan kehidupan dunia ini sendirian pula" Tidak
ada pertemuan yang tidak diakhiri dengan perpisahan, kulup.
Akupun akan segera pergi dari sini dan tidak akan kemba li
lagi. Karena itu jangan pikirkan tentang diriku. Adapun
tentang ketenteraman batin, bukan tempat dan keadaan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menentukan, melainkankeadaan batinmu sendiri. Kalau
batinmu tenteram, dimanapun engkau akan merasa tenteram.
Sebaliknya kalau batinmu kacau, biar tinggal dimanapun
engkau akan merasa kacau."
"Eyang selalu mengatakan bahwa bahaya terbesar dalam
kehidupan ini datang dari da la m, dari diri send iri. Terkadang
saya masih bingung me mikirkan hal ini, eyang. Sudikah
kiranya eyang me mberi penje lasan?"
"Musuh terbesar adalah peserta atau pembantu kita sendiri
yang berada dalam hati akal pikiran, yaitu nafsu-nafsu kita.
Hidup kita menjadi berbahagia lahir dan batin kalau kalau kita
dapat menjaga agar nafsu-nafsu kita tetap menjadi pelayan
kita, untuk me menuhi kebutuhan hidup kita secara lahiriah.
Akan tetapi sekali kita me langkah dan nafsu-nafsu itu
menguasai kita, me mperbuda k kita ma ka kehidupan kita lahir
batin akan hancur. Nafsu menimbulkan keinginan-keinginan.
Keinginan adalah angan-angan, bukan kenyataan. Nafsu
mendorong kita untuk menginginkan segala sesuatu yang
tidak ada pada kita, menginginkan segala sesuatu yang kita
anggap lebih menyenangkan dar i pada apa yang ada pada
kita. Dengan de mikian keinginan justeru men iadakan hidup
yang sudah ada. Mengejar keinginan berarti mengejar
bayangan hampa, bagaikan orang mengejar bayangan bulan
yang indah di dalam air. Salah-salah kita dapat tenggelam dan
hanyut. Mengejar kesenangan berarti me mbuka pintu menuju
duka. Kalau tidak tercapai kita kecewa dan berduka, kalau
tercapai apa yang kita kejar kita akan kecewa pula karena
disana sudah ada bayangan lain lagi yang kita kejar karena
kita anggap lebih menyenangkan dari pada apa yang kita
dapat." "Akan tetapi eyang guru, kalau manusia hidup tanpa
keinginan, bukankan itu berarti sa ma dengan mati?"
Empu Dewa murti tersenyum. "Sudah kukatakan bahwa kita
tidak dapat hidup tanpa nafsu. Kita me mpergunakan nafsu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebagai pelayan, sebagai abdi yang me mbantu kita untuk
mendapatkan segala sesuatu yang kita butuhkan dalam
kehidupan di dunia ini. Kita bahkan wajib berusaha untuk
hidup sejahtera, mencukupi se mua kebutuhan. Akan tetapi
kalau kesadaran jiwa yang mengendalikan nafsu, maka usaha
untuk dapat hidup itu selalu berpijak di atas jalan kebenaran.
Sebaliknya kalau nafsu yang menguasai kita, maka keinginan
mendapatkan segala sesuatu yang dianggap lebih menyenangkan itu akan mendorong kita melakukan perbuatan
yang menyimpang dari kebenaran, dapat me mbuat kita
berbuat jahat demi memperoleh kesenangan yang kita kejar
dan inginkan."
"Mohon a mpun kalau saya bertanya terus, bukan hendak
me mbantah, melainkan hendak menya mpaikan uneg-uneg
agar hati saya tidak merasa penasaran, eyang. Kalau segala
keinginan datang dari nafsu, bagaimana dengan keinginan
untuk berbuat kebaikan" Keinginan untuk me nolong orang
lain?" Kakek itu menge lus jenggotnya.
"Maksudmu, keinginan orang untuk menjadi seorang yang
baik?" "Benar Eyang."
"Angger Nurseta, memang julig (cerdik) dan licik sekali
nafsu daya rendah yang kadang kita menyebutnya sebagai
setan itu. Terkadang dia bisa mengubah dirinya menjad i dewa
atau dewi dengan suara lemah lembut dan bijaksana, namun
semua itu merupakan umpan untuk me ma ncing manusia
sehingga dapat dikelabui dan dikuasainya. Sebetulnya tidak
ada yang disebut keinginan baik itu, semua keinginan datang
dari nafsu daya rendah dan nafsu selalu menginginkan
sesuatu yang menyenangkan diri sendiri. Kalau seorang ingin
me lakukan kebaikan, pada hakekatnya tersembunyi keinginan
untuk menguntungkan dan menyenangkan d iri pribadi. Di situ
tersembunyi pa mrih untuk men dapatkan sesuatu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maaf eyang. Bukankah pa mrih itu ada pula yang baik"
Misalnya orang berbuat kebaikan dengan pamrih agar
mendapat berkah dar i Sang Hyang Widhi, agar menana m
karma ba ik, agar kelak mendapat tempat yang baik di
sorgaloka setelah men inggalkan dunia ini."
"Nah, camkanlah itu. Buka mata hatimu dengan waspada
dan lihatlah kenyataan yang terkandung dalam pertanyaanmu
sendiri tadi. Perbuatan itu, betapapun baik sifatnya, kalau
didorong keinginan send iri, menimbulkan pa mrih agar begini
agar begitu, yang pada hakekatnya agar mendatangkan
keuntungan bagi diri sendiri, perbuatan seperti itu bukanlah
kebaikan yang sejati, melainkan kebaikan se mu yang munafik.
Selidiki pa mrihnya seperti kau kemukakan tadi. Agar
mendapat berkah dari Sang Hyang Widhi. Siapa yang
mendapat berkah" Aku. Siapa yang untung dan senang akibat
perbuatan baik tersebut" Aku. Tadi perbuatan yang katanya
baik itu dilakukan dengan satu tujuan, uaitu menguntungkan
dan menyenangkan si A ku. Agar menana m karma baik, juga
Aku yang akhirnya senang dan untung. Lalu, agar masuk
sorgaloka. Berarti juga agar Aku yang senang karena
sorgaloka dianggap sebagai tempat yang menyenangkan,
bukan" Perbuatan baik yang didorong keinginan itu bukan lain
hanya merupakan penyogokan atau penyuapan saja, seperti
moda l dalam perdagangan agar kelak mendapat keuntungan
bagi diri sendiri. Dapatkah engkau melihat kenyataan itu,
Nurseta?" Pemuda itu tertegun. Betapa anehnya,akan tetapi betapa
jelasnya menelanjangi kenyataan yang terselubung. Semua
Weda (Kitab Suci), se mua guru aga ma dan kebatinan
mengajarkan agar man usia berbuat baik. Ajaran-ajaran ini
tentu saja menimbulkan keinginan manusia untuk berbuat
baik, apalagi di sa mping ajaran untuk berbuat baik itu selalu
disertai janji-janji muluk terutama janji akan "keadaan yang
lebih baik" setelah manusia meninggalkan dunia ini. Apakah
setan yang licik menyusup dan justeru menggunakan ajaran
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan janji pahala ini untuk menyeret manusia ke dalam
kemunafikan" Berbuat baik hanya karena menginginkan
keuntungan dan kesenangan bagi diri sendiri"
Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aduh eyang! Kalau begitu, apakah manusia di dunia ini
tidak dapat berbuat baik?"
Kakek itu merenung sejenak sa mbil me meja mkan kedua
matanya. Kemudian dia berbicara dengan le mbut sekali,
hampir tidak terdengar, seperti berbisik. "Yang benar dan baik
secara mutlak dan sejati hanyalah Sang Hyang Widhi. Yang
dilakukan manusia barulah d ikatakan benar dan baik kalau itu
merupakan kehendak Sang Hyang Widhi. Manus ia hanya
menjad i pelaksana, menjad i alatnya. Kalau sinar Sang Hyang
Maha Asih menerangi jiwa nurani maka hati, akal, pikiran akan
terbimbing dan lahirlah perbuatan tanpa pa mrih, tanpa dinilai
baik atau buruk, me lainkan dituntun sebagai alat Sang Hyang
Widhi. Batin akan dipenuhi cinta kasih dan perbuatan apapun
juga maca mnya, kalau didasari cinta kasih yang merupakan
sinar Sang Hyang Maha Asih, pasti benar dan bik, karena
bukan timbul dari dorongan nafsu yang membonceng dari akal
pikiran. Murni dan bersih dari keinginan nafsu. Berbahagialah
manusia yang menjadi alatnya sela ma hidupnya."
Nurseta menyembah. "Sebuah pertanyaan laagi, eyang
guru. Bagaimana caranya agar seorang dapat disiari kasih
murni dari Sang Hyang Maha Asih" Agar dapat dijadikan
alatnya?" "Heh-heh-heh, kembali pertanyaan itu timbul dari bujukan
Harpa Iblis Jari Sakti 34 Tiga Mutiara Mustika Karya Gan Kl Imam Tanpa Bayangan 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama