Pedang Asmara Karya Kho Ping Hoo Bagian 18
Nah, hayo cepat bantu aku. Gagangnya harus dicopot dan diganti yang tiruan. Cepat, kaucabut. Akan tetapi hati-hati, jangan sampai rusak."
Mendengar bahwa tindakan mereka itu untuk
menggagalkan perjodohan antara Siang Bwee dengan Tiong Sin, timbullah semangat San Hong dan dia lalu perlahan-lahan mengerahkan tenaganya dan mencabut gagang pedang yang aseli dan yang palsu.
"Aku akan beritahu ayah tentang palsunya Pedang Asmara ini kalau sudah selesai pertemuan puncak itu.
Biarkan ayah bersama Pak Ong menghadapi Tung Kiam dan See Mo yang bersekutu dan kita membantu ayah.
Setelah semua selesai dan ayah bicara tentang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
perjodohanku dengan orang lain, baru aku akan beri tahu tentang palsunya pedang. Mengerti engkau?"
San Hong mengangguk-angguk dan kini dia telah selesai menukar gagang kedua pedang itu.
"Wah, yang ini sukar!" tiba-tiba Siang Bwee berkata sambil memegang kedua pedang itu dengan kedua tangan, membanding-bandingkan. San Hong juga ikut melihat dan dia kagum. Buatan ahli pembuat pedang itu memang hebat.
Kedua pedang itu presis sekali bentuknya.
"Apanya yang sukar?" tanyanya.
"Engkau tidak melihat perbedaannya yang menyolok?"
San Hong menggeleng kepala. "Bagiku sudah mirip sekali, sukar dilihat perbedaannya."
Siang Bwee cemberut dan melirik tajam. "Tidak kaulihat noda merah pada pedang yang aseli ini?"
San Hong mengamati dan benar saja. Ada noda kemerahan pada pedang yang aseli, sedangkan yang palsu tidak ada tanda kemerahan itu. Dia meneliti dan mencium.
"Hemmm, agaknya ini noda darah." katanya.
Gadis itu tersenyum manis sekali. "Sekali ini engkau benar. Ah, ternyata engkau dapat juga bersikap cerdik, Koko. Ini memang noda darah. Dan untuk
menyamakannya, kita harus memberi noda darah kepada pedang tiruan ini." Siang Bwee melepas tusuk konde dan hendak menusuk betisnya setelah menyingkap celana sebelah kaki kiri. Akan tetapi San Hong menangkap tangan yang memegang tusuk konde itu dan merampasnya.
"Jangan! Sayang kalau betismu yang kulitnya mulus itu nanti dinodai bekas luka. Biar betisku saja!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ah, apa bedanya. Betismu pun tentu akan ada tanda lukanya."
'Tapi betisku kan tidak semulus betismu, dan luka kecil bekas tusukan tusuk konde ini akan tertutup bulu kakiku!"
kata San Hong dan dia pun menusukkan tusuk konde itu kepada jalan darah di betisnya. Ketika dicabutnya, mengalirlah darah keluar dari luka kecil itu. Tanpa ragu-ragu Siang Bwe mengambil darah dari betis itu dengan jari telunjuk kanannya dan dioleskannya pada pedang tiruan, digambarnya presis seperti bentuk noda darah pada Pedang Asmara yang aseli. Kini, kedua pedang itu presis, atau mirip sekail dan sukar dibedakan.
Mereka saling pandang dengan hati puas. "Biar kuobati luka di betismu itu." kata Siang Bwee yang mengeluarkan, buntalan obat bubuk mengobati luka kecil di betis yang sebetulnya tidak ada artinya itu.
Ketika la membungkuk dan mengobati kaki itu, muka Siang Bwee begitu dekati dengan muka San Hong. Dua buah jantung itu bergoncang hebat, membuat muka mereka kemerahan dan pandang mata mereka sayu.
"Bwee-mol, engkau sungguh cantik jelita..." bisik San Hong, memandang bagaikan terpesona.
Siang Bwee mengangkat muka. Kedua muka saling berhadapan. Dua pasang mata bertaut. "Aih, Koko....."
Tiba-tiba saja mereka itu saling rangkul dan saling dekap, saling berciuman dengan sepenuh perasaan yang berkobar penuh gairah. Demikian penuh semangat mereka itu sehingga mereka terguling dan rebah miring sambil masih saling rangkul dan saling berciuman. Mereka sama sekali tidak menyadari bahwa mereka berdua telah tercengkeram oleh pengaruh ajaib dari Pedang Asmara! Pada dasarnya, mereka memang saling mencinta sehingga sudah terdapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kemesraan di antara mereka, saling merindukan dan selalu ingin berdekatan dan bermesraan sebagai pernyataan dari rasa asmara. Namun selama ini mereka masih dapat mengekang diri, terutama San Hong, tidak mau menurunkan dorongan gairah hati dan selalu membatasi diri. Akan tetapi, kini pengaruh ajaib dari Pedang Asmara membuat mereka bagaikan lupa diri.
Bagaimanapun juga, pada dasarnya San Hong adalah seorang pemuda yang amat kuat pertahanan batinnya.
Seorang yang jujur polos dan jantan. Begitu merasa bahwa ada sesuatu kekuatan ajaib mendorongnya dan membuatnya seperti mabuk, dia cepat memejamkan mata dan mengerahkan tenaga sin-kang Perisai Diri yang baru saja dipelajarinya dan dilatihnya dari Lo Koay.
"Aahhhhh.....!"
Dengan kekuatan sakti yang amat kuat ini, seketika buyarlah kekuatan mujijat yang mencengkeramnya dan dia pun melepaskan rangkulannya, kemudian dengan lembut dia mendorong tubuh Siang Bwee. Gadis itu terpental sampai beberapa meter jauhnya dan terbanting jatuh.
"Aih, Koko, kenapa kau menyerangku..,..?" Siang Bwee bangkit berdiri. Rasa nyeri pada pantatnya yang terbanting ke atas tanah itu juga membuyarkan pengaruh asmara yang membuat gairahnya berkobar tadi.
"Bwee-moi, kita... kita tidak boleh....."
Sadarlah kini Siang Bwee. Mukanya berubah merah dan ia pun cepat menutupkan kembali bajunya yang setengah terbuka. Gadis yang amat cerdik ini memandang ke arah dua batang pedang telanjang di atas tanah dan ia pun mengerti. Gara-gara Pedang Asmara! Ia meloncat dan menyambar kedua batang pedang itu, dimasukkan ke dalam sarung masing-masing, yaitu sarung yang ditukar. Kini
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pedang yang aseli memiliki gagang dan sarung palsu, sebaliknya pedang yang palsu memiliki gagang dan sarung yang aseli. Ia memandang kepada Pedang Asmara aseli di tangan kanannya dengan gentar dan bulu tengkuknya meremang.
"Ihhh.... ! Pedang ini ada setannya! Engkau saja yang menyimpannya, Koko. Engkau kuat menahan pengaruh mengerikan itu!"
San Hong menerima Pedang Asmara dan menarik napas panjang. "Kalau ayahmu mengetahui hal ini, dia tentu akan membunuhku."
"Dia tidak akan tahu. Pula, dia tidak berhak menentukan perjodohanku! Bukankah dulu sudah dia ketahui bahwa aku hanya memilih engkau untuk menjadi jodohku" Kalau dia tahu dan marah, kita hadapi berdua, dan kalau perlu, kita mati bersama! Hong-ko, maukah engkau mati bersama dengan aku?"
San Hong tersenyum memandang wajah kekasihnya.
Dia merasa kasihan sekali dan tidak tega untuk tidak mengiyakan saja permintaan gadis itu. Akan tetapi dia terlampau jujur. "Kalau disuruh memilih, aku lebih suka memilih hidup bersama denganmu, Bwee-moi, bukan mati bersama. Aku akan melindungimu dan siapapun juga, biar ayahmu sendiri, tidak akan dapat membunuhmu selama aku masih hidup. Aku boleh mati, akan tetapi engkau harus tetap hidup!"
Tiba-tiba Siang Bwee cemberut dan marah, la melempar pedang palsu ke atas tanah, lalu kedua tangannya bertolak pinggang dan kedua kakinya dibanting-banting bergantian.
"Engkau tidak cinta padaku, Koko! Ah, engkau tidak cinta padaku!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ehhh" Siapa bilang" Aku cinta padamu, Bwee-moi.
Karena itu pula aku ingin melihat engkau tetap hidup."
"Kalau engkau mati dan aku hidup sendiri, bagaimana engkau akan dapat melihat aku hidup" Engkau tidak mau mati bersamaku, berarti engkau tidak cinta padaku!" Ia hampir menangis.
San Hong menjadi bingung, akhirnya dia terpaksa menyerah. "Baiklah, Bwee-moi, kalau itu yang kaukehendaki. Aku mau mati bersamamu, kapan saja!"
"Hong-ko.....!" Gadis itu meloncat, merangkulkan kedua lengan di leher pemuda itu, bergantung beberapa lamanya dan membenamkan mukanya di dada yang bidang itu.
"Aku tahu engkau cinta padaku, Koko. Kita hidup bersama mati bersama pula."
San Hong mengusap kepala gadis itu penuh kasih sayang. Hatinya membantah. Hidup bersama, itu biasa dan mudah dilakukan. Akan tetapi mati bersama" Apakah kalau yang seorang mati, yang lain lalu harus membunuh diri"
Gila! Akan tetapi untuk menyenangkan hati kekasihnya dia pun menjawab lirih, "Kita hidup bersama dan mati bersama pula, Bwee-moi,"
Gadis itu melepaskan diri dan kini ia tersenyum cerah sekali walaupun matanya masih basah berair. "Koko, cepat simpan pedang itu, tidak perlu disembunyikan, bahkan pasang saja di punggungmu biar ayah melihatnya. Sarung dan gagangnya lain sama sekali, tentu dia tidak akan mencurigai sesuatu."
"Tapi aku biasanya membawa Pek-lui-kiam di punggung."
"Aih, benar juga. Kalau tiba-tiba ada perubahan tentu akan menimbulkan perhatian. Nah, sembunyikan di balik
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bajumu saja, Koko. Mari kita kembali kepada ayah. Jangan sampai dia menjadi curiga kalau terlalu lama."
Gadis itu memang cerdik sekali. Sambil menanti datangnya bulan purnama, ia lebih sering meminjam pedang dari ayahnya itu sehingga boleh dibilang hampir tiada kesempatan bagi Nam Tok untuk memegang pedangnya. Hal ini tentu sajak melegakan hati kedua orang muda itu. Kini mereka berdua semskin sadar dan yakin akan bahayanya pengaruh ajaib darl Pedang Asmara.
Biasanya, sebelum San Hong membawa pedang itu, kalau mereka bersama, mereka mampu menguasai diri dan untuk menyalurkan kerinduan dan gairah mereka, cukup dengan sendau gurau, saling pandang, saling senyum dan mengucapkan kata-kata mesra, atau paling banyak hanya saling berpegang tangan dan sekali-kali saling peluk dan jarang sekali saling berciuman. Akan tetapi sekarang, setiap kali berdekatan, mereka dirangsang oleh gairah yang tidak wajari Karena itu, untuk menjaga agar mereka tidak sampai menjadi mabuk dan lupa, mereka selalu saling menjauh.
Hal ini mudah mereka lakukan karena di situ ada Nam Tok. Kehadiran orang tua ini sudah cukup membuat mereka harus saling menjauh dan tidak terlalu akrab agar tidak memancing kemarahan Nam Tok.
Beberapa hari kemudian, malam yang dinanti-nanti tiba.
Sore-sore mereka sudah siap siaga. Nam Tok memanggil puterinya dan San Hong yang segera menghadap. Mereka duduk di depan goa dan kini sikap Nam Tok bersungguh-sungguh.
"Kalian dengar baik-baik. Pertemuan puncak sekali ini tidak boleh disamakan dengan dahulu, Siang Bwee."
"Tentu saja, Ayah. Sekarang ini jauh lebih berbahaya, bahkan mungkin yang akan terjadi bukan pertandingan adu kepandaian lagi, melainkan pertempuran mati-matian."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Eh, apa maksudmu?" Kakek itu bertanya, alisnya berkerut. Puterinya ini seringkali membuatnya terkejut dan terheran, juga bangga. Biarpun anaknya itu hanya seorang wanita, namun memiliki kecerdikan yang kadang membuat dia sendiri kewalahan.
"Mungkin saja dalam pertemuan ini. Tung Kiam dan See Mo akan menggunakan orang-orang Mongol untuk mengeroyok kita, Ayah."
"Hai, dari mana engkau tahu?"
"Aku tidak pantas menjadi puteri Ayah kalau tidak tahu segalanya!" Gadis itu berkata dengan bangga. Tentu saja ucapan ini dimaksudkan untuk menyenangkan hati ayahnya karena secara tidak langsung ia memuji ayahnya.
"Ketahuilah, Ayah. Aku belum menceritakan betapa aku dan Koko..... eh, Suheng ini telah memergoki ketika Tung Kiam dan See Mo mengadakan pertemuan di mana mereka membicarakan persekongkolan mereka dengan orang-orang Mongol. Suheng marah sekali dan keluar memaki mereka sehingga kami diserang oleh mereka. Tentu kami akan tewas kalau saja tidak muncul Lo Koay yang telah menolong kami, bahkan kemudian mengajarkan beberapa ilmu kepada kami." Gadis itu lalu menceritakan dengan jelas dan lengkap apa yang ia dengar dari percakapan rahasia antara dua orang datuk yang bersekutu dengan orang Mongol itu.
Nam Tok mengangguk-angguk. "Aku juga sudah mendengarnya dan memang keadaan amat berbahaya.
Akan tetapi, dua orang tua bangka pengkhianat bangsa itu sudah gila kalau mengira aku dan Pak Ong adalah orangorang bodoh. Sekarang Pak Ong sedang mengumpulkan para patriot untuk menghadapi orangorang Mongol, dan kurasa sekarang sudah tiba saatnya dia datang."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ha-ha-ha, engkau benar, Nam Tok. Kami datang!"
Terdengar suara parau dan muncullah kakek tinggi kurus itu, diikuti oleh Ji Kui Lan dan Bu Tiong Sin.
Melihat munculnya Pak Ong, Siang Bwee yang pernah mengakali kakek Itu cepat maju memberi hormat sambil tersenyum manis.
"Aih, kiranya Paman Ji Hiat telah datang. Paman, terimalah hormatku. Heiii, suheng Kwee San Hong, cepat memberi hormat kepada Paman Ji!" Ia sengaja menyebut San Hong dengan suheng untuk meyakinkan mereka bahwa San Hong adalah murid ayahnya dan akan mewakili ayahnya dalam pertandingan adu kepandaian!
San Hong cepat maju dan memberi hormat kepada Pak Ong. "Lo-cian-pwe, saya menghaturkan selamat datang dan terimalah hormat saya."
Pak Ong Ji Hiat tertawa. Tentu saja dia sudah tahu bahwa San Hong adalah murid Nam Tok, bahkan telah dijodohkan dengan puterinya! Adapun Kui Lan dan Tiong Sln kini memandang kepada San Hong dan Siang Bwee dengan muka merah dan jantung berdebar. Melihat sikap puteri dan muridnya, Pak Ong berseru.
"Ihhh! Kalian ini bagaimana sih" Tidak cepat-cepat memberi hormat kepada Nam Tok" Memalukan aku yang menjadi orang tua saja!"
Kui Lan dan Tiong Sin cepat melangkah maju dan memberi hormat kepada Nam Tok. Kakek ini menerima penghormatan mereka sambil tersenyum dan mengangguk.
Siang Bwee melihat betapa Tongkat Naga milik ayahnya kini dipegang Bu Tiong Sin. Perasaannya mendongkol bukan main. Kini jelaslah sudah. Dugaan yang mengkhawatirkan hatinya memang ternyata benar. Tentu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ayahnya telah menjodohkan ia dengan Bu Tiong Sin maka ayahnya menukar tongkatnya dengan Pedang Asmara. Ia pun tahu bahwa ayahnya melakukan hal itu karena menginginkan Pedang Asmara. Di dalam hatinya ia mencela ayahnya. Masa ayahnya lebih memberatkan sebatang pedang pusaka daripada puterinya! Akan tetapi ia pura-pura tidak mengerti dan ia memandang kepada Bu Tiong Sin, lalu berkata dengan suara nyaring.
"Ahhh....! Bu Tiong Sin, bagaimana engkau berani mencuri pusaka Tongkat Naga milik Ayah" Kembalikan!"
Tentu saja Tiong Sin terkejut dan sejenak dia menjadi gugup. Gadis yang dijodohkan dengan dia itu memahg cantik molek dan manis bukan main, akan tetapi galaknya tidak kalah oleh Kui Lan, bahkan kint gadis itu memandang kepadanya seperti seorang dewasa memandang seorang anak kecil nakal yang sedang ditegur dan dimarahinya.
"Ahhh..... ehhh..... ini..... ini oleh Ang Lo-cian-pwe ditukar dengan pedangku....."
"Huh" Apa kau mimpi" Siapa percaya omongan itu"
Tongkat Naga ayah adalah sebuah pusaka ampuh yang selama puluhan tahun telah mengangkat nama besar ayah di dunia persilatan, jauh sebelum engkau lahir! Dan ayah mau menukar pusaka ampuh itu dengan pedangmu"
Pedang picisan yang tidak ada harganya itu?"
"Ahhh..... tapi..... tapi....." Kui Lan memandang dengan alis berkerut dan mulut mengejek. Ia muak melihat betapa suhengnya itu mendadak saja menjadi seperti seorang tolol yang penakut begitu menghadapi Siang Bwee.
Melihat keadaan muridnya, Pak Ong tertawa. "Ha-ha-ha, Nam Tok! Apakah engkau belum memberitahu puterimu"
Heiii, Siang Bwee yang nakal! Engkau adalah calon mantuku, calon isteri Bu Tiong Sin. Karena itu, ayahmu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menukar tongkatnya dengan pedang, sebagai tukar tanda ikatan jodoh! Jodoh antara engkau dengan Bu Tiong Sin, dan antara puteriku dengan Kwee San Hong! Ha-ha-ha!"
Biarpun sudah menduga bahwa ia dijodohkan dengan Tiong Sin, Siang Bwae terkejut mendengar bahwa Kwea San Hong juga sudah dijodohkan dengan Ji Kui Lan! Ia merasa dada dan perutnya panas oleh cemburu!
Nam Tok mengerutkan alisnya. Bodoh benar Pak Ong, pikirnya. Menghadapi urusan besar masih mengganggu dengan urusan pribadi yang hanya akan menimbulkan perasaan tidak enak saja. Maka, sebelum puterinya mengamuk, dia mendahului.
"Pak Ong, bukan waktunya bicara tentang urusan pribadi. Bagaimana dengan usahamu mengumpulkan balabantuan?"
"Mereka sudah siap. Ada lima puluh orang kawan-kawan kita yang siap membela negara dan bangsa, kini mereka sudah siap di sekitar puncak dan setiap saat dapat kita pergunakan. Dan dalam perjalanan tadi, penyelidikku memberitahu bahwa mereka itu telah mengatur barisan pendam yang terdiri dari orang-orang Mongol dengan para ahli panahnya, berjumlah kurang lebih seratus orang."
Nam Tok mengerutkan alisnya. "Hemm, dua kali lebih banyak dari orang yang kaukumpulkan?"
"Tapi jangan khawatir, Nam Tok. Lima puluh orang kawan kita adalah orang-orang yang tidak akan kalah menghadapi pengeroyokan dua atau tiga orang Mongol."
Tiba-tiba mereka semua menengok.Mereka, enam orang itu, adalah ahli-ahli silat yang sudah memiliki tingkat kepandaian tinggi dan pendengaran mereka amat tajam.
Sedikit suara saja dapat mereka tangkap dan kini mereka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
semua menengok ke arah timur. Malam mulai tiba, cuaca mulai gelap karena cahaya bulan belum berjaya. Dari kegelapan itu muncullah dua sosok bayangan orang yang gerakannya cepat sekali. Yang seorang pendek .gendut dan orang ke dua tinggi kurus, dua bentuk tubuh yang berlawanan. Setelah mereka tiba di depan mereka, nampaklah si gendut pendek itu berkepala botak dan si tinggi kurus itu matanya sipit sekali. Kalau si gendut itu seperti orang menyeringai tersenyum terus, si kurus itu mulutnya tiada hentinya cemberut.
"Hek I Siang-mo (Sepasang Iblis Baju Hitam), kalian baru datang?" kata Siang Bwee sebagai salam kepada dua orang berpakaian hitam yang usianya sekitar lima pulun tahun itu.
Mereka adalah Thian-te-mo dan Im-yang-mo, keduanya dikenal sebagai Hek I Siang-mo dan mereka menjadi pembantu-pembantu setia dari Nam Tok. Mereka memberi hormat kepada Nam Tok dengan membungkuk dalam, kemudian memberi hormat pula kepada Siang Bwee.
"Nona Bwee, ternyata telah tiba lebih dulu, heh-heh-heh." kata Thian-te-mo sambil tersenyum lebar.
-0o~DewiKZ~BudiS~0oJilid XXXII "Ceritakan hasil penyelidikan kalian." kata Nam Tok singkat.
Akan tetapi sebelum dua orang itu menjawab, tiba tiba saja ada bayangan berkelebat dan San Hong telah berdiri di depan mereka dengan mata berkilat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kiranya kalian ini yang berjuluk Hek I Siang-mo.
Kalian yang enam tahun lalu membunuh penduduk dusun Po-1im-cun di kaki Pegunungan Thian san".
Dua orang datuk sesat itu saling pandang, lalu Thian-te mo si gendut pendek yang selalu menjadi juru bicara mereka berdua, mengamati Sun Hong dan bertanya, "Orang muda, siapakah engkau" Kami tidak mengenalmu."
"Namaku Kwee San Hong. Orang tuaku tinggal di dusun Po-lim-cun dan menjadi korban pembunuhan yang kalian lakukan terhadap penduduk dusun itu."
Thian-te mo menyeringai lebar. "Hemmm kami sudah lupa lagi. lalu kalau benar begitu, engkau mau apa, orang muda?"
"Bersiaplan kalian untuk menebus dosa. Aku akan membunuh kalian!" kata San Hong marah.
Thian-te-mo terkekeh. "Engkau" Mau membunuh kami"
ha-ha-ha, jangan melawan di sini....."
"Jahanam, lihat seranganku!" bentak San Hong dan dia sudah menyerang dengan tamparan kedua tangannya secara bertubi ke arah Thian-te-mo dan Im-yang-mo. Dua orang datuk sesat itu tadinya memandang rendah kepada San Hong, maka mereka sambil mendengus mengangkat lengan menangkis dengan pengerahan tenaga untuk mematahkan tulang kedua lengan pemuda yang mereka anggap lancang itu.
"Dukkk! Dukkk!"
Dua orang itu terpelanting ke kanan kiri! Mereka terkejut bukan main. Kiranya pemuda itu memiliki tenaga yang amat kuat sehingga bukan tulang kedua lengan pemuda itu yang patah-patah, melainkan tulang lengan mereka yang rasanya remuk! Mereka cepat bergulingan lalu meloncat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berdiri, sekali ini dengan marah mereka siap melawan pemuda itu.
"Hong ko.....!" Siang Bwee hendak meloncat maju, akan tetapi lengannya dipegang oleh ayahnya. Ketika ia menoleh, ayahnya tersenyum menggeleng kepala.
"Biarkan dulu mereka berlatih. Aku ingin melinat kemajuan San Hong."
Siang Bwee mengenal watak ayahnya yang aneh, maka ia pun diam saja, hanya siap membantu kalau San Hong terancam bahaya, juga ia tidak ingin San Hong membunuh dua orang itu sebelum mereka itu mengaku telah membunuhi orang tua San Hong dan penduduk dusun Po-lim-cun. Sementara itu, Pak Ong, puterinya dan muridnya hanya diam saja karena menganggap bahwa keributan itu tidak ada sangkut pautnya dengan mereka.
San Hong mengamuk dan menyerang bagaikan seeekor naga marah. Dua orang datuk itu kini terdesak dan mereka semakin terkejut. Baru mereka tahu bahwa mereka berhadapan dengan seorang pemuda yang amat linai. Yang membuat mereka semakin gentar adalah ketika melihat betapa Nam Tok dan puterinya hanya diam saja. Ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara pemuda lihai ini dengan mereka, maka tentu saja hal ini amat menggelisahkan hati. Mereka mencoba untuk bertahan dan balas menyerang, namun gerakan San Hong terlalu cepat dan kuat sehingga mereka terus terdesak.
Tiba-tiba San Hong mendesak Tnian-te-mo dengan tamparan tamparan yang amat kuat. Si gendut pendek itu kehilangan senyumnya dan dia bertahan dengan tangkisan-tangkisan kedua lengannya. Pada saat itu, Im yang mo menyerang dari belakang, memukulkan tangan kanannya ke arah punggung San Hong. Pemuda ini tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menghentikan desakannya terhadap Thian-te-mo, seolah tidak melihat datangnya pukulan itu.
"Dukkk! Desss.....!"
Dua orang Hek I Siang mo itu terpelanting roboh! Thian-te-mo roboh oleh tamparan tangan kanan San Hong yang biarpun sudah ditangkis tetap saja masih mengenai pundaknya, sedangkan Im yang mo roboh setelah pukulannya mengenai punggung San Hong. Pukulan itu membalik dan hawa pukulannya menghantam dirinya sendiri. Kiranya diam-diam San Hong telah mengerahkan tenaga sin-kang Perisai Diri yang dipelajarinya dari Lo Koay sehingga ketika hantaman tiba, maka tubuhnya bagaikan perisai kokoh kuat yang membuat hawa pukulan itu membalik menyerang si pemukul sendiri!
San Hong hendak melompat untuk menghabisi dua orang musuhnya itu, akan tetapi Siang Bwee meloncat dan merangkul pinggang San Hong dari belakang.
"Suheng, jangan! Engkau belum yakin benar bahwa mereka yang melakukan pembunuhan itu!"
Karena pinggangnya dirangkul kekasihnya, San Hong tidak berani meronta dan dia pun hanya memandang kepada dua orang yang mulai merangkak bangun itu dengan sinar mata berkilat.
"Mereka telah membunuh ayah ibuku! Mereka telah membunuh penduduk dusun kami, aku harus membalas kematian semua orang itu!" kata San Hong dengan marah.
Siang Bwee tetap melingkarkan lengannya di pinggang San Hong dan kini gadis itu berkata kepada Hek I Siangmo, "Siang mo, kami sudah melakukan penyelidikan ke dusun Po-lim-cun dan ada saksi yang mengatakan bahwa yang membunuh orang-orang dusun itu bukanlah ayahku,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melainkan perampok-perampok dan juga kalian. Nah, sekarang saatnya kalian bicara terus terang. Kalau tidak, aku akan membiarkan Suheng membunuh kalian!"
Sepasang Iblis Baju Hitam itu memandang ke arah Nam Tok, wajah mereka gelisah. Mereka memang serba salah.
Kalau hendak mengaku, mereka takut kepada Nam Tok.
Kalau tidak, mereka takut kepada San Hong dan Siang Bwee.
"Hah, dalam keadaan seperti ini, mengapa ribut-ribut urusan pribadi" Kalian ceritakan saja sebenarnya apa yang terjadi." kata Nam Tok dengan sikap acuh.
Thian-te-mo menarik napas lega, kemudian dia memandang kepada San Hong dan berkata, "Terus terang saja, ketika malam itu kami berdua tiba di dalam dusun yang sedang dirampok, kami melihat penduduk melawan para perampok yang dipimpin oleh Tiat-liong Mo-ko.
Perlawanan yang sia-sia. Banyak sudah orang dusun yang tewas, diantaranya suami isteri yang agaknya memimpin penduduk dusun yang gagah perkasa."
"Ceritakan bagaimana rupanya suami isteri itu!" San Hong berkata dan suaranya terdengar dingin dan penuh ancaman.
"Yang pria berusia sekitar lima puluh tahun, isterinya beberapa tahun lebih muda. Orang itu bertubuh tinggi besar, memegang sebatang tombak. Isterinya tidak pandai berkelahi akan tetapi penuh semangat memberi dorongan kepada penduduk....."
"Siapa membunuh suami isteri itu?"
"Mereka pun roboh oleh Tiat-liong Mo-ko. Kami adalah dua orang yang suka berkelahi. Melihat perkelahian yang berat sebelah itu, kami lalu terjun ke dalam medan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pertempuran dan mengamuk. Mula-mula Tiat-liong Mo-ko kami bunuh, lalu seluruh anak buahnya yang belasan orang, tidak ada satu pun yang lepas. Ha-ha-ha!"
"Dan ada pula penduduk dusun yang kalian bunuh?"
tanya Siang Bwee.
Im-yang-mo hanya cemberut saja, Akan tetapi Thian-te-mo menyeringai ketika, berkata. "Kami mana tahu" Kami tidak dapat membedakan mana perampok mana penduduk.
Kami hanya main sikat saja!"
"Hong-ko, eh, Suheng. Hek I Siang-mo ini memang haus darah. Mereka membunuh siapa saja tanpa pandang bulu.
Kalau dihitung, mereka ini bahkan telah berjasa membunuh semua perampok berikut kepala mereka yang sudah membunuhi orang tuamu. Kurasa hal ini tidak perlu diperpanjang. Pembunuh orang tuamu telah terbunuh dan urusan ini sudah habis. Bukankah begitu, suheng?"
San Hong termenung. Dari Thian-san Ngo-sian dia sudah mendengar banyak tentang kehidupan para datuk sesat yang sama sekali tidak pernah memakai aturan. Siapa membunuh siapa, dengan alasan apa pun, agaknya bukan hal yang aneh bagi mereka. Lebih aneh lagi sikap Nam Tok, ayah Siang Bwee. Kakek itu sama sekali tidak melakukan pembunuhan terhadap penduduk dusun, kenapa dia mengakui semua pembunuhan itu" Kalau mencari nama besar dengan mengaku menjadi pembunuh keji, sungguh cara mencari nama yang aneh sekali. Bukan nama besar yang diperoleh, melainkan nama busuk, tersohor busuk.
"Sudahlah, cukup semua urusan pribadi ini. San Hong, sebagai muridku engkau harus tunduk kepada perintahku.
Sekarang kita harus pergi ke puncak, lihat, bulan purnama mulai naik, Siang-mo, ceritakan laporanmu."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kami melihat kedua lo-cian-pwe Tung Kiam dan See Mo berada di puncak. Ada banyak sekali orang, puluhan mungkin sampai seratus orang Mongol bersembunyi di sekitar puncak, di utara, timur dan barat. Sikap mereka mencurigakan sekali. Juga kami melihat banyak bayangan berkelebat di hutan sebelah selatan puncak."
"Nah, yang di utara timur dan barat itu adalah orangorang Mongol yang membuat baris pendam. Sedangkan yang di hutan sebelah selatan adalah kawan-kawan kita,"
kata Pak Ong. "Bagus, kalau begitu jalan satu-satunya untuk mendaki puncak dengan aman dan tidak terjebak adalah melalui selatan. Mari kita berangkat!" kata Nam Tok.
"Nanti dulu, Ayah!" Tiba-tiba Siang Bwee berseru.
"Eh, ada apa lagi, Siang Bwee?" tanya Nam Tok.
"Ada dua hal penting yang perlu kita pertimbangkan.
Pertama, pertemuan puncak adalah pertemuan antara Empat Datuk Besar secara pribadi dan menyendiri. Biarpun kita semua sudah tahu bahwa Tung Kiam dan See Mo bersekongkol, akan tetapi sebaiknya kalau kita pura-pura tidak tahu akan hal itu agar mengurangi kewaspadaan mereka. Maka, sebaiknya diatur agar Ayah dan Paman Ji tidak melakukan pendakian berbareng. Hal itu akan menimbulkan kesan bahwa sudah ada apa-apa di antara Ayah dan Paman Ji sehingga pihak lawan akan berhati-hati."
"Aih, hebat sekali kecerdikan puterimu, Nam Tok. Aku setuju sepenuhnya. Mengapa kita sampai melupakan hal itu" Benar, kita memang harus pergi sendiri-sendiri agar tidak sampai menimbulkan kecurigaan mereka. Kalau begitu, biarlah rombonganku berangkat lebih dulu!" kata Pak Ong.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ada satu lagi!" kata Siang Bwee. "Ayah akan menghadapi lawan-lawan tangguh, bagaimana mungkin Ayah tidak memegang Tongkat Naga" Hal itu akan menimbulkan dua macam kerugian. Pertama, Ayah akan menjadi bahan tertawaan karena sungguh janggal melihat Nam-san Tok-ong Ang Leng Ki maju ke medan laga tanpa tongkat saktinya! Ke dua, hal itu akan mengurangi wibawa Ayah dan juga membuat Ayah canggung kalau menghadapi lawan tangguh. Biarpun pertukaran senjata itu merupakan tanda ikatan jodoh, mengapa untuk sementara tidak ditukar saja dulu untuk keperluan pertemuan puncak ini?"
Biarpun dia seorang yang membenci penjajah Mongol, akan tetapi tetap saja Pak Ong adalah seorang datuk besar yang sesat yang selalu mempunyai watak yang licik seperti para datuk besar lainnya. Mendengar usul ini, diam-diam dia merasa khawatir. Dalam menghadapi Tung Kiam dan See Mo yang sudah bersekutu dan bersekongkol dengan orang Mongol dia memang membutuhkan kerja sama dengan Nam Tok. Akan tetapi setelah Tung Kiam dan See Mo dapat dikalahkan, dia harus dapat mengalahkan Nam Tok agar dia yang diakui menjadi datuk besar nomor satu di dunia! Kalau Nam Tok tidak memegang Tongkat Naga, tentu dia akan mampu menundukkan Nam Tok. Akan rugilah dia kalau Nam Tok memegang lagi tongkatnya.
"Ha-ha-ha! Nam Tok, jangan engkau kena bujukan puterimu yang cerdik luar biasa ini. Tongkat pusaka telah ditukar dengan pedang pusaka sebagai tanda ikatan jodoh.
Tanda ikatan jodoh itu mana dapat ditukar-tukar lagi begitu saja" Seperti juga jodoh, mana bisa ditukar-tukar begitu saja" Nam Tok, engkau sendiri sudah menentukan pertukaran pusaka untuk tanda ikatan jodoh!"
Nam Tok tertegun dan tidak mampu menjawab. Di dalam hatinya, tentu saja dia akan lebih mantap dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kepercayaan pada diri sendiri akan menebal kalau dia memegang Tongkat Naga. Akan tetapi ucapan Pak Ong itu membuat dia tidak mampu membenarkan usul Siang Bwee.
Kembali Siang Bwee yang membantah. "Paman Ji Hiat, apakah Paman hendak memandang rendah kepada Ayah?"
Nam Tok merasa tidak enak. "Siang Bwee, Pak Ong bukan memandang rendah, akan tetapi apa yang dikatakannya itu benar."
"Ayah, sudah puluhan tahun Tongkat Naga menjadi senjata pusaka Ayah, ikut suka duka Ayah dan ikut pula mengangkat nama besar Ayah. Kalau Ayah memegang Tongkat Naga, Ayah bagaikan harimau yang tumbuh sayap. Akan tetapi Ayah menukarnya dengan pedang.
Namanya saja Pedang Asmara, mana bisa untuk bertanding! Paling-paling untuk bermain asmara. Aku masih belum percaya akan keampuhan pedang itu."
"Sudahlah, Nam Tok. Aku tidak ingin berbantah dengan putrimu, calon isteri muridku. Aku akan berangkat lebih dulu!"
"Nanti dulu!" Siang Bwee berseru dan sekali kakinya bergerak, ia sudah menghadang di depan Pak Ong. Datuk besar ini lihai sekali, akan tetapi sekali ini dia terkejut menyaksikan gerakan itu, gerakan yang luar biasa cepatnya.
Dia tidak tahu bahwa gadis itu menggunakan ilmu Langkah Berlingkar yang dipelajarinya dari nenek Coa Eng Cun!
Berkerut alis Pak Ong ketika dia menatap wajah gadis itu dan suaranya terdengar penuh teguran. "Ang Siang Bwee, engkau calon isteri muridku, berani engkau menghalangi langkahku?"
"Aku sama sekali tidak ingin menghalangi, Paman Ji.
Aku hanya ingin engkau mendengar dulu kata-kataku. Kita
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
semua tahu belaka bahwa Tung Kiam dan See Mo telah bersekongkol dan bersekutu dengan orang Mongol dan bahwa kita harus membasmi anjing-anjing pengkhianat.
Ayah dan Paman keduanya adalah patriot-patriot sejati, tentu akan bekerja sama menentang para pengkhianat.
Tentu saja Paman menghendaki agar Ayah dapat turun tangan dengan kekuatan sepenuhnya agar kita dapat membasmi musuh. Akan tetapi, mengapa Paman tidak mengembalikan tongkat Ayah untuk sementara" Apakah Paman tidak percaya kepada Ayah" Ketahuilah, Paman.
Bagi Ayah, janjinya jauh lebih berharga daripada segala macam senjata pusaka! Itulah sebabnya maka aku minta agar tongkat itu dikembalikan dulu kepada Ayah, dan pedang itu akan dikembalikan kepada pemiliknya" " Siang Bwee mengerling ke arah Tiong Sin yang memegang tongkat itu dan ia melihat betapa wajah pemuda itu membayangkan kegembiraan. Memang, Tiong Sin merasa canggung memegang tongkat naga itu yang baginya terlalu panjang dan terlampau berat. Juga, dia agak gelisah harus berpisah dari Pedang Asmara yang amat diandalkannya itu.
Dia ingin mendapatkan Siang Bwee, akan tetapi juga tanpa mengorbankan pedangnya. Maka, usul yang diajukan Siang Bwee itu sungguh menyenangkan sekali baginya.
"Maaf, Suhu," katanya. "Teecu (murid) kira apa yang dikatakan nona Ang Siang Bwee itu memang tepat sekali.
Kita menghadapi musuh-musuh yang tangguh, maka perlu mempersiapkan diri sekuat mungkin. Bukan hanya Ang Locian-pwe yang akan merasa kurang mantap kalau tidak memegang Tongkat Naga, akan tetapi teecu sendiri juga merasa canggung kalau tidak menggunakan pedang teecu.
Untuk menghadapi peristiwa penting ini, tidak ada salahnya kalau untuk sementara kedua pusaka ditukar dan dikembalikan kepada pemilik masing-masing."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pak Ong bukan orang bodoh dan dia memang dapat melihat kebenaran ucapan muridnya itu. Kalau tadi dia bersikap menolak adalah karena dia ingin mempertahankan gengsinya.
"Bagaimana pendapatmu, Nam Tok?" Dia bertanya kepada rekannya itu.
Nam Tok balas memandang. "Hemmm, tergantung kepadamu. Pak Ong, apakah engkau percaya kepadaku ataukah tidak." Jawaban ini saja sudah cukup. Kalau dia menyatakan tidak percaya, tentu Nam Tok akan merasa terhina dan mereka akan bentrok sendiri! Dia sudah mengenal benar watak Nam Tok yang tidak banyak bedanya dengan wataknya sendiri. Kini dia harus mengakui kecerdikan Siang Bwee. Gadis itu dengan segala macam sikap dan kata-katanya ternyata telah mengatur siasat yang sedemikian rapi dan halusnya sehingga dia dan Nam Tok seolah-olah "terpaksa" dan tidak mungkin lagi untuk tidak menukar senjata pusaka Itu! Dan memang penukaran itu akan amat menguntungkan. Setidaknya, Nam Tok dan juga Tiong Sin akan dapat menjadi tenaga bantuan yang lebih kuat dibandingkan kalau mereka menukar pusaka.
"Tiong Sin, serahkan kembali Tongkat Naga kepada calon mertuamu, dan kau-terima kembali untuk sementara pedang pusakamu itu." katanya memerintah.
Tiong Sin melangkah maju dengan wajah riang, memberi hormat kepada Nam Tok dan menyerahkan tongkat itu dengan kedua tangannya.
"Harap Lo-cian-pwe suka menerima kembali Tongkat Naga ini untuk sementara."
Kalau menurunkan wataknya, Nam Tok merasa enggan untuk mengembalikan Pedang Asmara. Biasanya, sekali dia menginginkan sebuah benda, siapapun tidak akan mampu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
merampasnya kembali dan dia pun tidak ingin mengembalikan pedang itu. Akan tetapi, dia memang membutuhkan Tongkat Naga sekali ini, dan dia merasa ngeri membayangkan apa yang dikatakan puterinya tadi, yaitu dia ditertawakan oleh Tung Kiam dan See Mo, bahkan lebih celaka lagi, tanpa Tongkat Naga dia akan kalah oleh mereka! Maka, terpaksa dia pun menerima tongkatnya dan melolos pedang bersama sarungnya dari punggung dan melemparkan kepada Tiong Sin. Pemuda ini menyambutnya dengan girang bukan main dan cepat menalikan pedang itu di punggungnya. Sekarang Tiong Sin merasa dirinya baru lengkap dan besar hati!.
Sejak tadi San Hong mengikuti semua aksi yang dilakukan Siang Bwee dengan jantung berdebar. Tentu saja dia khawatir kalau-kalau pedang yang dipertukarkan itu dicabut dan ketahuan bahwa pedang itu palsu. Sedangkan pedang aselinya berada di balik jubahnya! Akan tetapi hatinya lega karena Tiong Sin langsung saja menyimpan pedang itu tanpa melihat isinya. Pemuda yang jujur ini sama sekali tidak tahu bahwa hal itu memang sudah diperhitungkan masak-masak oleh Siang Bwee. Gadis ini sama sekali tidak merasa khawatir kalau-kalau Tiong Sin memeriksa pedangnya. Murid Pak Ong itu pasti tidak berani melakukan hal itu, karena bukankah perbuatan itu sama saja dengan memperlihatkan ketidakpercayaan kepada Nam Tok" Itu dapat diterima oleh Nam Tok sebagai penghinaan dan tentu ayahnya akan marah sekali.
Andaikata hal itu terjadi, yaitu andaikata Tiong Sin mencabut dan memeriksa pedangnya, Siang Bwee sudah mempersiapkan akal yang lebih cerdik lagi. Kalau Tiong Sin mengetahui bahwa pedang itu palsu, maka ia bahkan akan menuduh pemuda itu menipu ayahnya dan
memberikan sebatang pedang palsu kepada ayahnya!
Kiranya tak seorang berani menuduh ayahnya memalsukan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan mencuri pedang! karena kalau ada yang berani, tentu Nam Tok takkan mau sudah sebelum menghancurkan kepala orang yang menuduhkan melakukan kecurangan itu!
Biarpun hatinya meresa tidak nyaman dengan penukaran pusaka itu, namun Pak Ong menutupinya dengan suara ketawanya.
"Ha-ha-ha, aku percaya sepenuhnya bahwa Nam Tok takkan pernah mau melanggar janjinya. Kita kini menjadi satu keluarga untuk menghadapi musuh-musuh yang harus kita basmi. Nam Tok, kita adalah besan ganda. Puteriku dan muridku menjadi mantu-mantumu, sedangkan puterimu dan muridmu menjadi mantu mantuku. Nah, mari kita sekeluarga berangkat dan menang!" Sambil berkata demikian, Pak Ong mendahului mereka melangkah maju untuk mendaki puncak itu melalui arah selatan. Nam Tok tidak menjawab, hanya melangkah lebar menyusul dan berjalan di samping Pak Ong.
Siang Bwee yang bertemu pandang dengan San Hong, mengedipkan matanya dengan lucu dan ia pun tanpa ragu atau sungkan lagi menggandeng tangan San Hong dan diajaknya pemuda itu berjalan cepat mengikuti dua orang kakek itu. Biarpun hati mereka merasa tidak senang melihat tunangan masing-masing itu saling bergandeng tangan, namun Kui Lan dan Tiong Sin tidak berani berbuat sesuatu dan mereka pun mengikuti dari belakang dengan bersungut-sungut..
-o0~DewiKZ~BudiS~0oSementara itu, keadaan di kota raja Yen-king masih tetap kacau balau berhubung dengan kepergian Kaisar Wai Wang yang lari mengungsi ke selatan. Perbuatan Kaisar Wai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Wang ini yang membuat Nam Tok menjadi muak dan dia meninggalkan Istana dan kota raja.
Bukan hanya Nam Tok yang merasa muak melihat sifat yang pengecut dan kaisar itu. Banyak menteri dan panglima juga merasa penasaran dan marah. Kaisar Wai Wang memang masih berusaha mempertahankan kekuasaannya dengan meninggalkan putera mahkota.
Para ponggawa dan pangeran berjiwa patriot segera berkumpul dan mereka ini yang mengambil keputusan untuk mempertahankan negara dari tangan orang Mongol dan bersumpah setia terhadap kerajaan, walaupun rajanya telah mengecewakan hati mereka! Akan tetapi banyak pula yang merasa tidak puas dan merasa tidak perlu lagi setia terhadap kaisar pengecut dan mereka inilah yang meninggalkan kota raja bahkan banyak pula yang menyeberang dan menyerah kepada pasukan Mongol, membantu musuh!
Para panglima dan pangeran yang masih setia terhadap Kerajaan Cin, mengerahkan segenap pasukan yang ada dan mereka itu membuat gerakan pembalasan ke utara. Mereka itu bertempur dengan penuh semangat karena merasa sakit hati, terutama didorong oleh perasaan kecewa melihat sikap kaisar mereka dan serbuan-serbuan ke utara ini di luar dugaan berhasil dengan baik. Mereka memperoleh kemenangan dan berhasil merobohkan benteng-benteng ke pos-pos penjagaan pasukan Mongol yang tersebar di banyak tempat itu.
Berita yang mengejutkan ini terdengar oleh Jenghis Khan dan dia menjadi marah. Jenghis Khan mengirim pasukan besar yang paling baik untuk melakukan gerakan ke selatan dan mengejar Kaisar Wai Wang yang melarikan diri. Pada waktu itu musim dingin telah tiba, namun pasukan Mongol ini terus maju dengan pesatnya dan memaksa rombongan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kaisar yang melarikan diri untuk terpaksa memasuki daerah Kerajaan Sung yang dahulu menjadi musuh lama Kerajaan Cin. Namun, pasukan Jenghis Khan itu mengejar terus sehingga akhirnya terpaksa sekali kaisar yang melarikan diri itu tanpa malu-malu minta tolong kepada Raja Sung.
Hanya oleh perintah dari Jenghis Khan yang mengirim kurir untuk memanggil kembali pasukan itu saja yang memaksa pasukan Mongol yang gagah berani itu untuk meninggalkan daerah Sung, menyeberangi Sungai Kuning yang sedang beku, kembali ke utara.
Pengejaran oleh pasukan Mongol ini amat mengejutkan hati dan menggelisahkan perasaan Kaisar Wai Wang. Dia lalu mengirim utusan untuk memanggil putera mahkota agar menyusul keluarga kaisar lari ke selatan. Para ponggawa dan menteri setia merasa tidak setuju dan membujuk putera mahkota agar jangan pergi, akan tetapi karena Kaisar Wai Wang, berkeras, akhirnya putera mahkota terpaksa memenuhi perintah itu dan
meninggalkan istana, lari mengungsi ke selatan! Kini kosonglah istana. Hanya beberapa orang wanita dari keluarga kaisar yang tinggal dan di kota raja yang masih sunyi karena banyak penduduk lari mengungsi itu hanya tinggal para pejabat yanm setia, orang-orang kebiri, dan pasukan penjaga yang masih dipimpin para perwira yang setia. Di antara mereka ini termasuk pula Yeliu Cutay. Dari yang menggantikan pimpinan di kota raja, menggantikan pangeran mahkota, adalah Pangeran Wang Yen yang menjadi panglima.
Pangeran Wang Yen adalah adik misan dari Kaisar Wai Wang dan dari darah ibunya dia adalah keturunan mendiang Pangeran Wang-yen Si Kan yang terkenal sebagai seorang jenderal yang amat gagah perkasa dan seorang pahlawan. Pangeran Wang-yen atau lengkapnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Wang-yen Ki Bu inilah yang memimpin para ponggawa dan panglima yang masih setia terhadap Kerajaan Cin dan dialah yang dengan mati-matian hendak mempertahankan kedaulatan Kerajaan Cin walaupun pasukan Mongol sudah mengepung dengan setengah lingkaran dari utara, barat dan timur" Di bawan pimpinan Pangeran Wang-yen yang patriotik inilah semangat para pasukan masih berkobar dan pantang menyerah.
Kini Jengnis Khan menyusun kekuatan sepenuhnya untuk menyerang kota raja Yen-king. Dianggapnya saat yang paling baik telah tiba, kesempatan terbuka luas dengan larinya kaisar dari kota raja. Dia pun mendapat laporan tentang kacaunya kota raja, dan banyak pasukan yang menyerah dan bergabung dengan pasukan Mongol. Jengnis Khan sendiri kini telah berusia lima puluh lima tahun.
Tidak lagi dia memimpin sendiri pasukannya, apalagi karena kini tubuhnya mulai lemah akibat luka-luka yang pernah dideritanya dalam pertempuran. Namun otaknya masih bekerja dengan baik dan dia yang mengatur siasat penyerbuan ke Yen-king itu.
Jengnis Khan menunjuk Panglima Muhuli yang
berpengalaman untuk memimpin pasukan inti yang hanya terdiri dari lima ribu orang perajurit pilihan. Panglima Muhuli ini dibantu oleh Pangeran Ming-an, seorang pangeran dari Liao-tung. Dan sebagai perwira pendobraknya adalah Sabotai yang sudah seringkali memperlihatkan kegagahannya dalam semua aksi gerakan pasukan Mongol.
Sesuai dengan petunjuk Jenghis Khan, ketika pasukannya bergerak ke arah timur melalui Go-bi, Panglima Muhuli menerima para perajurit pelarian Yen-king. Mereka ini adalah perajurit-perajurit Cin yang tentu saja sudah hafal akan keadaan kota raja Yen-king dan dapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menjadi penunjuk jalan yang baik sekali. Setelan tiba di luar benteng Yen-king, pasukan Mongol itu mendirikan perkemahan di dekat tembok benteng.
Dengan bayaran tinggi dan janji muluk, para perajurit pelarian ini dijadikan mata-mata dan mereka menyusup dengan mudah ke dalam kota raja sebagai rakyat biasa. Dan mereka inilah yang bergerak di dalam, membuat kekacauan, menyebar berita bahwa kota raja telah dikepung oleh ratusan ribu orang tentara Mongol. Gegerlah kota raja setelah mendengar berita ini.
Pangeran Wang-yen Ki Bu yang menjadi panglima, segera mengumpulkan seluruh pasukan dan menyerbu keluar. Terjadilah pertempuran pertempuran di luar benteng kota raja. Sementara itu, di kota raja menjadi geger dan kacau balau. Banyak perwira yang menjadi kecut hatinya dan diam-diam mereka melarikan diri dari kota raja, membawa harta benda dan keluarga mereka. Para mata-mata Mongol yang bertugas mengacaukan keadaan, bersama para penjahat yang hendak mengambil kesempatan dalam kesempitan, mengail di air keruh, melakukan pembakaran dan perampokan-perampokan! Belum juga pasukan musuh memasuki kota, para penjahat telah lebih dahulu melakukan perampokan, pembakaran, pembunuhan dan perkosaan. Nafsu setan merajalela karena tidak ada pengekangan sama sekali, tidak ada pasukan keamanan karena semua pertahanan ditujukan untuk melawan pasukan Mongol.
Para wanita dan pelayan, orang-orang kebiri, pengawal-pengawal istana Juga melarikan diri dari istana, tidak lupa untuk membawa barang-barang berharga dari Istana itu.
Pedang Asmara Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bukan itu saja, bahkan banyak perajurit mulai meninggalkan pasukan, bersama para penjahat ikut pula merampok. Dalam keadaan negara aman dan tenteram, di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mana pasukan penjaga keamanan masih bertugas, banyak sekali orang memakai kedok kepura-puraan di muka mereka banyak orang munafik berkeliaran. Akan tetapi, kalau negara dalam keadaan kacau dan .tidak ada petugas keamanan yang mengatur, maka semua kedok ditanggalkan dan nampaklah belang dari setiap orang. Kita akan terkejut nelihat kenyataan betapa orang-orang yang tadinya kita anggap sebagai orang baik-baik, tiba-tiba saja berubah menjadi hamba setan penuh kemurkaan, dendam kebencian dan kekejaman yang mengerikan.
Pasukan pemerintah yang bertempur melawan pasukan Mongol di luar kota raja, mengalami pukulan hebat dan banyak di antara mereka yang roboh dan lebih banyak pula yang melarikan diri. Dengan latar belakang pemerintah yang sudah rapuh itu, mana dapat menimbulkan semangat juang yang besar dalam pasukan" Kekalahan demi kekalahan mereka derita dan Panglima atau Pangeran Wang-yen Ki Bu kekurangan tenaga dalam pasukan pertahanan yang menjadi semakin lemah dan semakin kecil jumlahnya di samping semakin mengendur semangatnya.
Kejatuhan kota raja hanya tinggal menanti saat saja rupanya.
Pangeran Wang-yen mencoba usaha yang terakhir. Dia mengumumkan bahwa semua penjahat yang melakukan perampokan, semua tawanan yang dipenjara diampuni dosanya kalau mereka mau menjadi perajurit, dan dia pun menjanjikan upah besar bagi para perajurit. Kalau perlu dia akan menghabiskan seluruh harta kekayaannya untuk membayar para perajurit. Namun, agaknya semua usahanya ini sia-sia saja belaka. Para perajurit dan rakyat sudah ketakutan dan semakin banyak saja yang melarikan diri mengungsi ke luar kota raja Yen-king.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kini pasukan Mongol yang dibantu oleh perajurit perajurit Cin sendiri yang berkhianat, sudah mulai mendesak sampai ke pintu gerbang kota raja! Melihat bahwa semua usahanya untuk membela negara sia-sia belaka, pada sore hari itu Pangeran Wang-yen mengumpulkan seluruh keluarganya yang terdiri dari seorang isteri, tiga orang selir dan dua orang anaknya.
Pangeran ini mempunyai lima orang anak akan tetapi tiga orang yang tertua, semua pria, telah gugur ketika memimpin pasukan melawan musuh. Kini tinggal dua orang anaknya yang ikut berkumpul di ruangan dalam gedung mereka. Seorang gadis berusia delapan belas tahun bernama Wang-yen Lin, puterl dari Isteri pertama dan adiknya Wang-yen Kong, laki-laki berusia enam belas tahun, putera dari selir.
Ketika tiga orang Isteri dan dua orang anak itu menghadap, Sang Pangeran sedang duduk menuliskan surat pada baju. kebesarannya. Seorang perajurit yang usianya sudah lima puluh tahun, berdiri di situ dengan sikap hormat. Perajurit tua ini adalah Tang Gun, yang sejak muda telah menjadi pengawal dan sahabat baik Pangeran Wang-yen Ki Bu.
Melihat betapa suami mereka itu duduk menulis dengan muka pucat dan dengan pakaian serba putih, tiga orang wanita yang menjadi isterinya menghampiri, berlutut dan menangis. Wang-yen Lin dan Wang-yen Kong sudah cukup dewasa untuk mengerti apa yang sedang terjadi, dan mereka pun menjatuhkan diri dekat ibu mereka, ikut pula menangis. Keluarga itu maklum bahwa dalam keadaan putus asa, Pangeran Wang-yen Ki Bu akan mengorbankan nyawanya demi kesetiaannya.
Pangeran Wang-yen Ki Bu membiarkan keluarganya menangis tanpa menghentikan tulisannya. Setelah selesai,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
barulah dia melempar alat tulis itu ke atas meja dan dia berkata dengan suara yang penuh wibawa.
"Diamlah kalian semua. Hentikan tangis kalian itu!"
Tiga orang isterinya dan dua orang anaknya
menghentikan tangis mereka, yaitu suara tangis mereka, akan tetapi mereka tidak mampu membendung
mengalirnya air mata.
Setelah menarik napas panjang beberapa kali, pangeran itu berkata dengan suara yang lantang. "Agaknya kalian sudah tahu bahwa inilah saat terakhir bagi kita untuk saling bertemu. Dengarkan pesanku yang terakhir ini dan jangan membantah. Pertama kepada isteriku."
Dia memandang isteri pertama yang kini maju dan menangis di atas lutut suaminya.
"Setelah aku keluar memimpin pasukan, engkau boleh atur agar seluruh harta milik kita dibagi-bagikan kepada seluruh penghuni rumah ini termasuk para pelayan. Setelah membagi harta, mereka itu boleh dibebaskan dan boleh meninggalkan rumah ini. Engkau sendiri, bersama dua orang madumu, sebaiknya cepat lari mengungsi melalui pintu gerbang selatan yang masih aman, menggunakan kereta. Biar Tang Gun yang mencarikan pasukan pengawal untuk kalian bertiga."
"Tidak...... tidak.....t Aku tidak mau pergi tanpa engkau, suamiku.....!" Isteri pangeran itu menangis dan merangkul kaki suaminya.
"Kami juga tidak mau pergi. Ke mana kami wanita-wanita lemah akan pergi" Di mana-mana tidak aman, tentu kami hanya akan menjadi korban kejahatan saja. Lebih baik kami tinggal di sini, menanti Paduka dan kalau perlu.....
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kalau perlu.....kami siap untuk mati bersama....." kata dua orang selir itu sambil bertangisan.
Pangeran Wang-yen menarik napas panjang. Dia sudah menduga bahwa tiga orang isterinya tidak akan mau meninggalkannya. Dia lalu memandang kepada Wang-yen Lin dan Wang-yen Kong.
"Lin Lin dan Akong, sekarang giliran kalian! Dengar baik-baik. Kalian harus pergi sekarang juga bersama paman kalian! Tang Gun ini. Dia akan menyelamatkan kalian keluar dari kota raja dan..... "
"Ayah.....!" Wang-yen Lin maju mendekati ayahnya dan menangis. "Aku pun akan tinggal di sini bersama Ayah dam Ibu. Aku tidak takut mati"
"Aku pun tidak takut mati! Aku akan melawan musuh bersama Ayah!" kata pula Wang-yen Kong dengan gagah.
Sejenak ada kebanggaan bersinar di mata pangeran itu.
Akan tetapi dia menghardik, "Jangan banyak membantah.
Ini perintah!"
Dua orang anaknya itu terkejut dan menunduk. "Dengar baik-baik. Kalian masih muda dan tidak perlu mengorbankan nyawa. Pergilah kalian bersama Tang Gun, ke selatan dan serahkan baju Ayah ini kepada Sribaginda Kaisar! Kemudian, kalian harus membuat nama baik, belajar dengan tekun, dan menjadi orang-orang yang berguna bagi negara dan bangsa. Mengerti?"
"Mengerti, Ayah. Akan tetapi....."
Gadis yang cantik jelita itu hendak membantah.
"Cukup" bentak ayahnya dan dia menoleh kepada Tang Gun. 'Tang Gun, Lin Lin harus menyamar sebagai pria kalau lari dari kota raja, dan mereka berdua harus
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengenakan pakaian biasa seperti rakyat jelata agar tidak banyak mengalami gangguan. Nah, ini sepasang pedangku, untuk kalian berdua seorang satu. Kalian harus memperdalam ilmu pedang yang pernah kuajarkan kepada kalian. Sudah, hentikan tangis kalian semua. Tidak pantas keluarga kita ber-tangis-tangisan menunjukkan kelemahan.
Aku rela dan kerelaan tidak boleh diantar tangis! Tang Gun, ajaklah mereka berdua pergi."
Tang Gun melangkah maju dan memegang tangan Wang-yen Lin dan Wang yen Kong. "Sio-cia, Kongcu (Tuan Muda) mari kita pergi selagi keadaan masih memungkinkan."
"Tang Gun, mulai saat ini, jangatnsebut siocia (nona) dan kongcu (tuan muda) lagi kepada mereka. Sebut nama mereka saja dan akuilah mereka sebaga keponakanmu.
Nah, berangkatlah!"
Tang Gun menarik dua orang muda itu berdiri. Mereka bangkit, memandang kepada ayah mereka dan tiba-tiba mereka berdua menubruk kaki orang tua itu.
"Ayah..... " Keduanya menangis lagi.
Sejenak hampir saja Pangeran Wang yen dilanda keharuan. Dia mengatupkan gigi, mengeraskan hati.
"Cukup semua kecengengan ini! Bangkit dan pergilah sebelum aku marah! Dan jangan lupa bawa baju terisi tulisanku untuk Sribaginda ini, Tang Gun!"
Dua orang anak itu bangkit, dan kini mereka menubruk ibu masing-masing sambil berlutut dan menangis.
"Ibu.....!" Wang-yen Lin menubruk ibunya.
"Ibu.....!" Wang-yen Kong juga merangkul ibunya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sudahlah, anakku. Tuhan agaknya menghendaki begini.
Kita menerima nasib. Tabahkan hatimu dan semoga Tuhan selalu melindungi kalian." kata isteri pangeran.
Karena tidak ingin menambah beban batin ayah mereka, biarpun dengan hujan tangis, akhirnya Wang-yen Lin dan Wang-yen Kong meninggalkan ruangan itu bersama Tang Gun yang mengajak mereka untuk membawa bekal, dan menyuruh Wang-yen Lin menyamar sebagai seorang pemuda petani, juga Wang-yen Kong disuruh mengenakan pakaian pemuda petani yang sudah dia persiapkan sebelumnya.
Setelah kedua orang anaknya pergi, legalah hati Pangeran Wang-yen Ki Bu. Dia berpamit dari tiga orang isterinya lalu memimpin sisa pasukan untuk menyambut penyerbuan pasukan Mongol. Biarpun pasukan kecil itu hanya berjumlah seratus orang lebih, akan tetapi mereka semua adalah perajurit-perajurlt yang berjiwa pahlawan.
Terbakar semangat mereka oleh sepak terjang yang gagah perkasa dari Pangeran Wang-yen yang mengenakan pakaian serba putih, mereka mengamuk. Akan tetapi, apa artinya seratus orang lebih itu menghadapi pasukan Mongol yang selain lebih banyak, juga merupakan pasukan yang banyak pengalaman, buas dan liar itu" Seorang demi seorang roboh dan gugur.
Mendengar betapa suami mereka tewas dalam
pertempuran, tiga orang isteri pangeran itu pun melakukan bunuh diri karena sudah tidak mempunyai harapan lagi.
Mereka maklum bahwa kalau sampai mereka terjatuh ke tangan orang Mongol, nasib mereka akan jauh lebih buruk dan penderitaan mereka akan lebih mengerikan lagi.
Akhirnya, diiringi sorak-sorai yang bergemuruh, pasukan Mongol yang dipimpin oleh Muhuli, dibantu Pangeran Ming-san dan Panglim Sabotai menyerbu ke dalam kota
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
raja Yen-king yang sedang dilanda kekacauan itu. Api berkobar di mana-mana, perampokan, pembunuhan dan perkosaan terjadi di mana-mana. Jerit tangis, keluh rintih dibarengi tawa dan sorak kemenangan. Mayat manusia berserakan dan setan iblis berpesta pora dalam diri manusia.
Prikemanusiaan tidak nampak bayangannya lagi. Manusia-manusia berubah seperti binatang-binatang yang haus darah!
Muhuli yang menjadi panglima pasukan Mongol, tidak mempedulikan keadaan Kerajaan Cin yang sedang runtuh itu dan dia memerintahkan anak buahnya untuk merampas dan mengumpulkan seluruh harta kekayaan di kota raja itu.
Istana diporakporandakan, barang-barang yang berharga diangkuti ke luar, juga senjata-njata. Wanita-wanita yang masih tinggal di istana, ditangkapi bersama para bangsawan yang tidak dapat melawan lagi. Juga setiap ada wanita muda yang cantik, tidak peduli ia bangsawan atau rakyat biasa, ditangkap untuk dijadikan tawanan perang. Semua benda berharga dan semua tawanan itu dikirim ke utara untuk dihadapkan kepada Jenghis Khan sebagal tanda berhasilnya pasukan penyerbu yang dipimpin oieh Panglima Mu-huli itu. Hancurlah kemegahan suatu kerajaan yang dibangun puluhan tahun lamanya. Hancur dalam sehari saja ! Bangsawan yang biasanya hidup penuh kemuliaan bersenang di dalam kemewahan dan kesenangan selama beberapa generasi, dalam satu hari saja berubah menjadi tawanan perang yang tidak mempunyai apa-apa lagi, dihina dan disiksa, bahkan nyawanya terancam setiap saat!
Tidak ada yang kekal di dalam kehidupan ini! Jangankan milik kita yang berada di luar badan seperti harta benda, kekuasaan, kedudukan, keluarga, nama besar, dan sebagainya, bahkan tubuh kita sendiri ini pun tidak kekal
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
adanya. Setiap saat dapat saja kematian menjemput kita dan habislah semua yang biasanya amat mengikat kita dan yang kita anggap sangat penting dan menyenangkan itu.
Kita dipermainkan nafsu daya rendah yang sudah menyelubungi hati dan akal pikiran sehingga kini menjadi silau oleh kecemerlangan lahirah. Kita terpukau oleh permainan nafsu kita sendiri. Biasanya kita baru menyadari hal ini kalau sudah terhempas keras, bahkan kalau sudah terlambat! Tidak ada kekuasaan yang akan mampu melindungi kita dari ketidakkekalan ini, dari keadaan terombang-ambing nafsu ini, kecuali kekuasaan Tuhan!
Tidak ada tempat kita berlindung dari godaan setan dan iblis yang amat licik, kecuali di bawah bimbingan Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Kasih! Berbahagialah orang yang selalu ingat kepada Tuhan, yang selalu menyerahkan diri lahir batin ke dalam bimbingan kekuasaanNya karena dia akan selalu terbimbing, dan kalau sudah begitu, dia tidak akan mabuk dalam kesenangan dan tidak akan putus asa dalam kesusahan. Orang yang selalu menyerah kepada kekuasaan Tuhan, berada dalam keadaan bagaimanapun juga, menghadapi peristiwa bagaimanapun juga, akan selalu menyerahkannya kepada Tuhan, dan selalu bersyukur karena yakin bahwa semua yang terjadi itu atas kehendak Tuhan dan kalau Tuhan menghendaki, pasti terjadi dan pasti ada hikmatnya karena Tuhan Maha Pengasih!.
-o0~DewiKZ~BudiS~0oYeliu Cutay menjadi seorang di antara para bangsawan yang menjadi tawanan perang dan dihadapkan kepada Jenghis Khan. Bangsawan yang bertubuh tinggi tegap dan gagah, dengan jenggot panjang dan sikap yang tegak dan anggun ini segera menarik perhatian Jenghis Khan. Tentu saja Yeliu Cutay masih ingat kepada Jenghis Khan yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pernah ditemuinya ketika mereka masih muda dahulu, bahkan dia pernah menjadi tamu dan sahabat baik dari Temucin, yaitu Jenghia Khan di waktu muda. Bukan itu saja, dia Juga menerima hadiah Pedang Asmara dari penguasa Mongol yang kini menjadi seorang raja besar yang berhasil menalukkan Kerajaan Cin!
Akan tetapi Jenghis Khan sudah lupa lagi. Kini Yeliu Cutay telah berusia hampir lima puluh tujuh tahun. Kalau sekarang Jenghis Khan tertarik, hal itu adalah karena sikap yang tenang dan penuh wibawa dan. kegagahan dari bangsawan keturunan Liao-tung itu, sungguh berbeda sekali dengan sikap para tawanan lain yang ketakutan dan menangis, meratap minta ampun darinya. Orang ini sama sekali tidak menangis, sama sekali tidak meratap minta ampun, dan caranya memberi hormat kepadanya pun wajar, tidak menjilat-jilat. Orang seperti ini akan menghadapi ancaman hukuman mati dengan tak berkedip!
"Menurut catatan, engkau adalah seorang keturunan bangsa Liao-tung, benarkah itu?" tanya Jenghis Khan sambil mengamati wajah yang tampan gagah dengan jenggot panjang itu.
"Benar sekali Khan yang mulia!" jawab Yeliu Cutay dan suaranya pun lantang dan sama sekali tidak gemetar, sama sekali tidak membayangkan ketakutan, walaupun halus dan sopan.
Sekarang sepasang mata Jenghis Khan memandang tajam seperti orang marah dan jarang ada yang berani menentang pandang mata ini tanpa perasaan takut.
"Hemmm, sejak dahulu Liao-tung menjadi musuh Kerajaan Cin! Bagaimana engkau dapat menjadi ponggawa Kerajaan Cin" Engkau pengkhianat dari bangsamu sendiri?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Yeliu Cutay menentang pandang mata raja besar itu tanpa rasa takut sedikitpun, bahkan dia merasa penasaran dan mendongkol disebut pengkhianat.
"Tidak ada pengkhianat apa pun di sini, Yang Mulia!
Sejak ayah saya semua keluarga kami bekerja kepada Kerajaar Cin. Bukankah itu sudah sepatutnya dan seharusnya kalau saya juga mengabdi kepada Kerajaan Cin"
Saya hanya melanjutkan pengabdian ayah untuk menjaga nama baik keluarga kami sebagai orang orang yang setia kepada atasan!"
Semua orang yang melihat sikap ini dan mendengar ucapan yang berani dari Yeliu Cutay terkejut. Orang ini pasti akan dihukum mati atau bahkan disiksa dulu, pikir mereka. Akan tetapi ternyata sama sekali tidak begitu.
Jenghis Kha tersenyum dan memandang kagum.
Jawaban itu bahkan menyenangkan hatinya Tadi sudah banyak dia menanyai para tawanan. Beberapa orang tawanan yang meratap minta ampun segera disuruhnya bunuh, juga mereka yang pura-pura ingkar dan menyangkal, bahwa mereka pernah bekerja membantu Kerajaan Cin. Dia kagum kepada orang ini seorang yang setia kepada tugasnya dan atasannya!
"Hemmm, aku suka kepadamu. Siapakah namamu?"
tanyanya. Yeliu Cutay membungkuk dengan si.kap hormat, lalu berkata sambil tersenyum. "Paduka sudah mengenal hamba. Nama hamba Yeliu Cutay."
"Yeliu..... Yeliu Cutay....." Aihhh, saudaraku yang baik, kenapa tidak sejak tadi engkau memperkenalkan diri?" kata Jenghis Khan dan dia pun bangkit dari tempat duduknya, menghampiri tawanan itu dan memeluknya dengan hangat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tentu Paduka ingat bahwa hamba hanyalah seorang tawanan perang."
Jenghis Khan tertawa dan membubarkan persidangan itu untuk dilanjutkan besok, lalu dia menggandeng lengan Yeliu Cutay, diajaknya ke dalam dan mengajaknya bercakap-cakap. Mulai saat itu, Yeliu Cutay diterima oleh Jenghis Khan dan diangkat menjadi seorang pembantunya, seorang penasihat.
Dan ternyata kemudian bahwa tenaga dan pikiran Yeliu Cutay merupakan satu di antara penunjang keberhasilan tokoh Mongol ini. Bahkan pada hari pertama itu juga, Yeliu Cutay membujuk kepada Jenghis Khan agar tidak membunuhi begitu saja para tawanan itu. Mereka yang pengecut dan penjilat memang sudah sepatutnya dihukum mati. Akan tetapi di antara para tawanan itu terdapat banyak orang pandai, sarjana dan para cendekiawan yang memiliki keahlian dalam berbagai bidang. Tenaga dan pikiran mereka itu amat penting dan amat menguntungkan kalau mereka diberi kesempatan membantu, Jenghis Khan menyetujui dan kelak dia berterima kasih sekali atas nasihat pertama itu.
"Hendaknya Yang Mulia menyadari bahwa keadaan di selatan tak dapat di samakan dengan daerah Mongol. Di sana padat dengan penduduk, dan tanahnyapun subur.
Kalau daerah selatan itu hendak dijadikan daerah perumputan dan kehidupan rakyatnya akan Paduka ubah menjadi kehidupan kelompok yang berpindah-pindah, Paduka akan gagal dan bahkan rugi. Tanah subur dan kepadatan penduduk itu dapat Paduka manfaatkan demi kebesaran pimpinan Paduka sehingga Paduka akan dapat membangun suatu dinasti baru yang kokoh kuat!"
Banyak nasihat diberikan oleh Yeliu Cutay. Jenghis Khan tidak paham akan urusan pemerintahan, maka setelah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dapat mempertimbangkan kebenaran semua nasihat Yeliu Cutay, dia mengubah niatnya semula. Biasanya, tempat yang diduduki pasukan Mongol tentu akan dijadikan padang rumput yang subur agar mereka dapat memelihara ternak mereka Kehidupan mereka tergantung dari peternakan, maka bagi mereka yang terpenting adalah kesuburan ternak mereka Kini, oleh Yeliu Cutay raja itu mulai disadarkan bahwa hasil pertanian jauh lebih penting dan lebih menjamin kehidupan manusia daripada hasil peternakan.
Memenuhi harapan Yeliu Cutay, Jenghis Khan
mengangkat gubernur-gubernur untuk memerintah daerah Cin yang sudah didudukinya dan dia memilih kaum bangsawan keluarga Liao-tung untuk menjadi pejabat pejabat.
-o0~DewiKZ~BudiS~0oPada saat kota raja Yen-king diserbu pasukan Mongol. di puncak Kabut Putih di Pegunungan Thai-san, terjadi pertemuan yang menegangkan. Pada malam bulan purnama itu, Empat Datuk Besar mengadakan pertemuan seperti di masa-masa lalu.
Mula-mula muncul Pak Ong yang di ikuti oleh Ji Kui Lan dan Bu Tiong Sin di puncak Kabut Putih itu, muncul dari arah selatan. Puncak itu merupakan sebuah tanah datar yang cukup luas, penuh dengan rumput halus. Ketika Pak Ong bersama gadis dan pemuda itu tiba di situ, mereka disambut oleh Tung Kiam dan See Mo yang sudah lebih dulu berada tempat itu.
"Ah, kiranya Pak Ong baru muncul!" See Mo menyambut dengan suara bernada mengejek.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kusangka tidak akan berani muncul!" sambung Tung Kiam, juga mengejek.
Dibandingkan dua orang datuk besar itu, Pak Ong tidak kalah sombongnya. Sejak tadi dia meneliti keadaan di puncak itu dengan pandang matanya sambil menghampiri dua orang datuk besar itu, diikuti oleh puterinya dan muridnya. Dia melihat bahwa dua orang datuk besar itu telah siap pula dengan pertemuan yang akan dijadikan arena pertandingan mengadu ilmu itu. Di belakang Tung Kiam berdiri puteranya, Cu See Han yang tampan dan gagah. Dan di belakang See Mo berdiri puteranya, Kok Tay Ki atau Kok Kongcu yang lagaknya amat angkuh. Juga Koay-to Heng-te, yaitu Si Kembar Gu berdiri di belakang See Mo.
"Hemmm, dua orang tua bangka sudah menanti di sini.
Mari kita mulai saja untuk membuktikan bahwa aku sama sekali tidak takut kepada kalian!" kata Pak Ong dengan lagak angkuh pula.
"Ha-ha-ha, Pak Ong, jangan berlagak gagah. Engkau lari terbirit-birit meninggalkan utara, terlunta-lunta seperti gelandangan, seperti pengemis. Apakah belum waktunya julukan Pak Ong (Raja Utara) diubah menjadi Pak Kay (Pengemis Utara)?" See Mo mengejek.
"Nanti dulu, kita menanti munculnya Nam Tok, yaitu kalau dia berani keluar! Biasanya anjing tidak berani muncul kalau majikannya telah pergi melarikan diri." kata Tung Kiam.
"Aku berada di sini!" Tiba-tiba Nam Tok muncul, diikuti Siang Bwee dan San Hong. "Kau bilang aku anjing yang ditinggalkan majikan, Tung Kiam" Engkau dan See Mo yang tidak tahu malu dan lebih pantas disebut anjing-anjing pengkhianat"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Siang Bwee mengerutkan alisnya dan cepat ia meloncat ke depan, lalu sambil tertawa berkata, "Aih, kenapa Empat Datuk Besar yang sekarang mengadakan pertemuan besar hanya saling maki" Pertemuan ini untuk mengadu ilmu, untuk menentukan siapa yang paling besar di antara yang besar, ataukah pertemuan saling maki seperti empat orang nenek bawel" Waahhh, kalau didengar dunia kang-ouw, tentu akan menjadi bahan tertawaan!'
Nam Tok dan Pak Ong adalah orang-orang yang cerdik, maka mereka segera dapat menangkap apa maksud gadis itu cela mereka. Memang Siang Bwee benar. Untuk sementara ini mereka tidak boleh membuka rahasia bahwa mereka sudah tahu akan persekongkolan yang terjadi antara Tung Kiam dan See Mo. Lebih baik pura-pura tidak tahu dulu dan melihat perkembangannya nanti. Kalau dua orang datuk yang curang itu menggunakan pasukan Mongol untuk mengepung dan mengeroyok, barulah mereka akan memberi isyarat kepada rombongan pendekar yang juga sudah siap untuk menandinginya sehingga di situ yang terjadi bukan adu kepandaian antara empat datuk besar, melainkan pertempuran mati-matian antara pasukan Mongol melawan pasukan pendekar! Akan tetapi mereka pun dapat menduga bahwa Tung Kiam dan See Mo yang berwatak angkuh itu pasti tidak puas, tentu akan memperlihatkan dulu keunggulan, ilmu mereka seperti yang sudah berkali-kali terjadi di antara mereka untuk meraih gelar datuk nomor satu di antara mereka.
Di antara para pendekar yang dikumpulkan Pak Ong, terdapat orang-orang gagah campuran. Ada bangsa selatan yaitu bangsa Sung atau Han, ada pula bangsa Cin atau Kim yang pemerintahannya baru saja jatuh oleh kekuatan Mongol. Baik bangsa Kim maupun bangsa Sung keduanya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pada waktu itu menjadi musuh bangsa Mongol yang sedang mengadakan penyerbuan ke selatan.
Siasat Siang Bwee memang tepat sekali. Mendengar ucapan gadis itu yang dikeluarkan dengan suara yang nadanya mengejek sekali, baik Tung Kiam maupun See Mo menjadi marah dan muka mereka berubah merah.
"Ha-ha-ha, puteri Nam Tok selalu ingin mencari kemenangan dengan ketajaman mulutnya! Sekali ini pertandingan antara murid harus disertai taruhan! Kalau puteraku, Kok Tay Ki, mampu mengalahkan Ang Siang Bwee, gadis itu harus menjadi mantuku, menjadi isteri Kok Tay Ki! Ha-ha-ha!" See-thian Mo-ong berseru.
Siang Bwee mencibirkan bibirnya yang merah dan manis sambil melirik ke arah Kok Kongcu.
"Itu kalau dia menang. bagaimana kalau dia kalah, olehku?"
Kok Kongcu tertawa, "Kalau engkau kalah olehku, engkau menjadi isteriku. Kalau aku yang kalah olehmu, tentu saja aku bersedia menjadi suamimu."
Siang Bwee melerok dan cemberut. "Enak sendiri saja kalau ngomong! Siapa sih yang kesudian menjadi isteri mu?"
"Ha-ha-ha, See Mo, jangan tergesa-gesa dulu!" kata Tung Kiam. "Aku sendiri sudah mencalonkan See Han menjadi mantu Pak Ong atau Nam Tok, akan tetapi aku juga lebih suka kepada puteri Nam Tok. Dara ini akan membuat rumah kami menjadi cerah karena gembira! Ha-ha-ha!"
Mendengar ucapan dua orang yang tidak disukainya itu.
Pak Ong mengerutkan alisnya. "Kalian ini dua orang tua tidak tahu diri. seenak perutnya saja menentukan pilihan mantu. Apa kalian berdua tidak tahu bahwa baik puteriku.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kui Lan maupun puteri Nam Tok, Ang Siang Bwee sudah mempunyai calon suami. Puteriku Ji Kui Lan telah bertunangan dengan Kwee San Hong murid Nam Tok sedangkan puteri Nam Tok, Ang Sian Bwee telah bertunangan dengan muridku Bu Tiong Sin! Maka kalian jangan bicara sembarangan dan bermimpi di tengah hari!"
"Ha-ha-ha, apa yang dikatakan Pai Ong memang benar!"
kata Nam Tok untuk memberi pukulan kepada dua orang datuk yang bersekongkol dengan orang Mongol itu. "Maka jangan kalian mengandung maksud yang bukan-bukan!"
"Aku tidak sudi!" tiba-tiba Siang Bwe berseru sambil bertolak pinggang. "tidak mau menjadi isteri sembarang orang. Aku hanya mau menjadi isteri dari pemuda yang paling gagah di antara semua ini, yang keluar menjadi juara!"
"Aku juga hanya mau menjadi isteri pemuda juara!" kata pula Ji Kui Lan tidak mau kalah, sambil, menggoyang-goyang pinggulnya yang besar seperti seekor kuda berlagak.
"Bagus!" Siang Bwee berteriak lagi, tanpa memberi kesempatan kepada orang lain untuk bicara. "Sekarang bukan saja diadakan pertandingan adu kelihaian, akan tetapi juga pemilihan calon suami! Kebetulan empat orang datuk besar masing-masing mempunyai seorang anak atau murid. Ada empat orang pemuda di sini yang dapat mewakili guru atau ayah masing-masing. Biarkan mereka itu mengadu kepandaian, yang keluar sebagai juara dialah yang berhak menjadi calon suami pilihan. Kalau sudah begitu, baru aku dan kuda betina ini saling memperebutkan sang juara! Bukankah ini peraturan yang adil sekali dan patut disetujui empat orang datuk besar yang terkenal karena kegagahan dan keadilannya?" Lalu gadis itu menyambung, "Yang tidak setuju berarti mempunyai pikiran curang dan jiwa pengecut!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Empat orang datuk itu saling pandang dengan alis berkerut. Nam Tok sendiri mengepal tinju, marah, akan tetapi tidak berdaya terhadap puterinya yang dapat melepaskan kata-kata yang demikian mengandung kebenaran yang tak dapat dibantah lagi. Harus diakuinya bahwa dalam hal kecerdikan dan kepandaian bicara, dia sendiri seringkali dipecundangi puterinya! Sekarang pun dia tidak mungkin dan tidak mempunyai alasan yang kuat untuk membantah tanpa menimbulkan kesan bahwa dia tidak adil.
Sementara itu, empat orang pemuda yaitu Kok Tay Ki, Cu See Han, Bu Tiong Sin, dan Kwee San Hong sudah saling pandang dengan sinar mata penuh pertentangan.
Tentu saja mereka semua tidak mau saling mengalah, bukan hanya untuk mewakili guru atau ayah masing-masing memperebutkan kemenangan juara, akal tetapi sekali ini terutama sekali karena ada hadiahnya, ada taruhannya, yaitu seorang gadis jelita, Ji Kui Lan atau Ang Siang Bwee! Dan mereka berempat melirik semua ke arah Ang Siang Bwee karena mereka lebih suka kalau dapat memperisteri Ang Siang Bwee daripada Ji Kui Lan yang walaupun cantik jelita dan seksi, akan tetapi jelas bukan gadis pingitan itu!
Karena merasa terpukul dan juga tak berdaya oleh ucapan puterinya sendiri, terpaksa Nam Tok tertawa dan berkata lantang, "Bagaimana pendapat Pak Ong, Tung Kiam dan See Mo tentang usul puteriku tadi?"
Pak Ong mengerutkan alisnya. "Hemm... bukankah di antara anak dan murid kita sudah ada ikatan perjodohan?"
"Paman Ji Hiat apakah tidak malu kalau mau menang sendiri saja" Lalu apa artinya diadakan pertandingan adu kejuaraan kalau sang juara tidak memperoleh hadiah apa-apa" Sang juara pria sudah sepantasnya mendapatkan isteri
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terbaik, juga sang juara puteri sepantasnya mendapatkan suami pilihan! Kalau sudah ditentukan lebih dulu tentang perjodohan, lebih baik tidak diadakan pertandingan adu kepandaian saja, dan sebaiknya Paman Ji Hiat dan ayah Nam Tok mengaku kalah saja kepada Paman Tung Kiam dan Paman See Mo!" kata Siang Bwee.
"Gila! Aku tidak sudi mengalah begitu saja tanpa bertanding"' teriak Nam Tok marah.
"Aku pun tidak sudi!" teriak pula Pak Ong.
Siang Bwee bertepuk tangan gembira "Itu baru namanya dua orang tua yang gagah perkasa dan menghargai kegagahan. Nah, sekarang semua perjanjian perjodohan dibatalkan, dan diganti dengan sayembara pertandingan untuk menentukan jodoh. Siapa setuju boleh ikut bertanding yang tidak setuju boleh pergi dan menggulung ekornya!"
Tentu saja tak seorang di antara mereka yang sudi menggulung ekor seperti anjing ketakutan.
"Aku mau melawan siapa saja! Hayo, boleh maju kalau ingin berkenalan dengan huncwe mautku!" Kok Kongcu atau Kok Tay Ki yang berwatak angkuh dan tinggi hati itu melangkah maju dan meraba huncwe yang terselip di pinggangnya. Pemuda putera See Mo ini memang lihai sekali dan boleh dibilang merupakan lawan paling berat bagi yang lain. Selain dia pandai memainkan senjata huncwe maut dan suling, juga dia kejam luar biasa. Dan di samping ilmu-ilmu aneh dari ayahnya. Penggunaan senjata-senjata yang luar biasa itu, Juga pukulan Ang-see-ciang (Tangan Pasir Merah) darinya merupakan pukulan maut yang dapat mudah merenggut nyawa lawan dengan sekali pukul.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat sikap Kok Kongcu, Cu See Han putera Tung Kiam yang juga tidak kalah sombongnya dan terlalu percaya kepada diri sendiri sebagai seorang ahli pedang, juga melangkah maju. Seperti Kok Kongcu, dia pun tampan dan gagah, apalagi pedangnya memiliki sarung yang terukir indah, gagangnya juga terukir kepala naga dan ronce-roncenya benang mas. Pakaiannya mewah seperti pakaian seorang sastrawan bangsawan yang kaya. Pemuda ini meraba gagang pedangnya dan sambil mengangkat dada dia pun berkata, "Aku pun sudah siap melawan siapa saja yang berani!"
Jl Kui Lan mengerutkan alisnya menoleh kepada suhengnya, dan dengan pandang matanya dara ini mendorong suhengnya untuk maju. Sebetulnya biarpun dia tidak takut, akan tetapi Bu Tiong Sin tidaklah seberani mereka karena di merasa bahwa dia hanya seorang murid dan juga belum lama menjadi murid Pa Ong. Lalu dia teringat akan Pedang Asmara di punggungnya. Besarlah hatinya karena dia maklum bahwa tidak ada pedang yang akan mampu menandingi Pedang Asmara, maka dia pun maju dan menjura kepada semua orang.
"Saya Bu Tiong Sin mewakili suhu Pak Ong Ji Hiat untuk melawan siapa saja dalam pertandingan ini!"
Melihat tiga orang pemuda itu semua sudah maju, tinggal San Hong sendiri yang masih diam saja, Nam Tok mengerutkan alisnya. Apalagi ketika itu Kok Kongcu tertawa bergelak.
"Kami tiga orang pemuda perkasa sudah menantang maju, akan tetapi kenapa murid Paman Nam Tok masih bersembunyi saja di balik baju adik Siang Bwee" Heiii, siapa namamu" Kwee San Hong, bukan" Apakah engkau takut"
Kalau begitu, cepat kau menggulung ekormu dan menggelinding pergi dari tempat ini!" Ucapan itu diiringi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
suara ketawa See Han dan juga Tiong Sin. Siang Bwee terbelalak dan mukanya menjadi merah sekali, ketika ia memandang kepada Kok Tay Ki.
Ia melangkah maju dan telunjuk kirinya menuding ke arah hidung Kok Kong-cu, lalu ia bicara dengan lantang.
"Heiii, engkau budak she Kok! Kalau engkau bicara, mulutmu bau busuk sekali seperti bangkai! Agaknya sudah berbulan-bulan engkau tidak pernah membersihkan mulutmu, ya?"
Dimaki sehebat itu, Kok Kong-cu terbelalak, mukanya pucat sekali dan dia marah, malu pula.
"Jangan sembarang rngkau bicara menghina suhengku!
Kalau Suheng diam saja itu bukan berarti dia takut, akan tetapi karena dia tidak sombong seperti kalian ini kepala-kepala udang! Kalau suhengku Kwee San Hong maju, biar kalian bertiga maju bersama, kalian semua akan roboh dan kalah!"
Hebat memang penghinaan ini memang Siang Bwee ahli kalau harus bertengkar dan memaki!
"Bagus! Kalau begitu, biarkan dia maju melawan kami bertiga!" teriak Kok Kongcu yang memang cerdik sekali dan dia hendak menangkap omongan gadis itu demi keuntungan dirinya. Akan tetapi, Siang Bwee bukan gadis yang mudah diakali begitu saja.
-0o~DewiKZ~BudiS~0oJilid XXXIII "Nah-nah nah, kelihatan belangnya semua sekarang.
Kiranya hanya domba berkedok harimau! Nampaknya saja
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gagah berani, tidak tahunya pengecut tulen bermuka tebal!
Mau mengeroyok Suheng dengan tiga orang" Heh-heh-heh, budak Kok, mau kau taruh kemana mukamu itu, nah" Kau taruh di pantat?"
Kok Tay Ki marah sekali dan dia sudah mencabut huncwe mautnya dan siap menyerang Siang Bwee. Gadis ini pun tidak takut. Tongkatnya sudah di-palangkan depan dada.
"Engkau lebih suka melawan aku dan jerih melawan suheng" Tidak apa, aku pun cukup untuk menggebukimu dengan tongkat sampai engkau berkuik-kuik minta ampun, hayo maju!" Siang Bwee menantang.
"Siang Bwee, mundur!" bentak Nam Tok. "Engkau sendiri yang mengatur agar diadakan sayembara, kenapa kini malah engkau hendak menandingi Kok Tay Ki" "
"Benar," kata Pak Ong. "sebaiknya empat orang pemuda itu dibiarkan mewakili kita orang tua untuk menentukan siapa yang paling pandai. Aku usulkan agar putera See Mo bertanding dulu melawan putera Tung Kiam, baru nanti disusul muridku melawan murid Nam Tok dan selanjutnya ditukar lawan."
Jelas banwa Pak Ong dan Nam Tok memang sudah sepakat untuk membiarkan dua pihak yang bersekongkol dengan orang Mongol itu untuk saling serang dulu, agar mereka lebih mudah menentukan sikap. Kalau mereka dulu yang saling serang hal ini hanya akan menguntungkan dua orang datuk yang bersekongkol dengan orang Mongol itu.
Akan tetapi Tung Kiam dan See Mo juga bukan orang bodoh. Jalan pikiran mereka sama dengan dua orang tokoh datuk besar itu dan mereka pun tidak mau dirugikan kalau anak anak mereka harus bertanding lebin dulu, berarti melemahkan keadaan sendiri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kepandaian puteraku Cu See Han semua orang sudah tahu, juga kepandaian Kok Tay Ki putera See Mo semua orang sudah tahu pula. hanya kepandaian dua orang murid Nam Tok dan Pak Ong merupakan orang orang baru. Maka sudah sepantasnyalah kalau kedua orang murid yang belum kita kenal kepandaiannya itu saling bertanding lebih dulu agar kita juga dapat melihat sampai di mana tingkat mereka, apakah sudah pantas untuk dipertandingkan dengan putera putera kami!" kata Tung Kiam yang cerdik.
See Mo mengangguk-angguk membenarkan.
Kembali Siang Bwee yang menolong, Biarpun Pak Ong merupakan sekutu ayahnya, akan tetapi ia paling benci kepada Bu Tiong Sin karena pemuda ini dijodohkan dengannya. Maka ia lalu berkata dengan lantangnya.
"Kembali empat orang datuk besar rebutan bicara seperti empat nenek bawel. Siapa yang bertanding dulu apa sih bedanya" Nanti tidak urung semua kebagian bertanding.
Paman Tung Kiam terkenal dengan ilmu pedangnya yang hebat yaitu Tung-hai Liong kiam, dan ilmu pukulan Tung-hai Mo kun yang sukar ditandingi. Akan tetapi Paman Pak Ong juga memiliki Swat in Sin-to dan lt-sin-ci di samping Kui ma Sin-tui yana sudah mengguncang dunia persilatan.!
Kalau sekarang ini Cu See Han dipertandingkan dulu melawan Bu Tiong Sin tentu akan terjadi pertempuran yang amat menarik hati untuk dikagumi!"
Akan tetapi, ayahnya segera mencegah. Nam Tok sudah melihat kehebatan ilmu dari San Hong, maka tentu saja setelah kini Kwee San Hong mewakilinya sebagai murid, dia ingin melihat muridnya itu memperoleh sebuah kemenangan dulu untuk membesarkan hatinya.
"Tidak! Aku tantang putera See Mo Kok Tay Ki yang ahli huncwe maut itu untuk menandingi muridku, Kwee
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
San Hong. San Hong, kuperintahkan engkau untuk menandingi Kok Tay Ki!"
Tentu saja San Hong tidak berani membantah. Dia melangkah maju dan memberi hormat kepada gurunya.
"Baik Suhu. Teecu siap!" Dia tadi sudah menitipkan Pedang Asmara kepada Siang Bwee, sedangkan yang berada di punggungnya adalah Pedang Pek lui-kiam.
Melihat siasat rekannya ini, Pak Ong juga cepat memberi perintah kepada muridnya, "Tiong Sin, cepat engkau hadapi putera Tung Kiam!" Akan tetapi, baik Tung Kiam maupun See Mo sudah merasa khawatir melihat San Hong.
Terutama sekali Tung Kiam yang kini baru tahu bahwa dia telah kena diakali Siang Bwee sehingga dia telah mengajarkan ilmu-ilmunya kepada San Hong dan Siang Bwee.
"Nanti dulu," katanya cepat. "Pertandingan harus diadakan satu lawan satu agar kita semua dapat menjadi saksi dan juri untuk menentukan siapa yang lebih unggul.
Sebaiknya murid Nam Tok kini bertanding lawan putera See Mo, baru tepat."
Kok Tay Ki atau Kok Kongcu adalah seorang pemuda yang kejam luar biasa, akan tetapi juga lihai, cerdik dan sombongnya setengah mati. Dia memandang rendah Kwee San Hong yang dianggapnya serba canggung itu. Diu merasa bahwa dua buah ilmunya, yaitu tangan kosong Ang see ciang dan huncwe mautnya merupakan ilmu pilinan yang sukar dicari lawannya, maka kini dia hendak mempergunakan keduanya.
"Ini merupakan adu ilmu, bukan perkelahian saling bunuh. Bagaimana kalau kita menggunakan ilmu tangan kosong lebih dulu agar dapat dilihat dengan jelas siapa yang lebih lihai kaki tangannya tanpa bantuan senjata tajam?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kata Kok Kongcu dengan sikap yang jumawa sekali Dia memang tampan dan halus, juga gagah, maka ketika bicara dia nampak anggun, pakaiannya indah, topi bulunya berkibar, sabuk emasnya mengkilat. Siang Bwee mendekati San Hong dnn berbisik dengan suara lirih sekali sehingga hanya terdengar oleh pemuda itu.
"Kau ingat. Ang-see-ciang dapat kaulawan dengan It-sin-ci." bisikan itu di terima oleh San Hong dengan anggukan kepala. Memang dia pernah diberi pelajaran It-sin-ci (Totokan Satu Jari Sakti) oleh Pak Ong untuk memecahkan kehebatan Ang see ciang dari See Mo! Selain itu, juga San Hong telah mempelajari Ilmu pukulan tangan kosong Hek-in Pay san dari Nam Tok melalui Siang Bwee. Apalagi dia pun sudah digembleng dengan ilmu yang hebat, yaitu ilmu sin kang Perisai Diri dari Lo Koay dan tubuhnya juga amat kuat, sinkangnya menjadi luar biasa setelah dia makan jamur emas!
Kok Kongcu yang angkuh dan selalu. memandang rendah orang lain itu telah menanggalkan jubah luarnya yang indah, dilipatnya jubah itu dengan hati-hati dan dia lemparkan kepada Koay-to Heng-te, yaitu Si Kembar Gu yang sudah hadir pula di situ. Dua orang kembar ini merupakan murid dan pembantu-pembantu setia dari See Mo dan tingkat kepandaian mereka pun sudah tinggi, tidak banyak selisihnya dibandingkan Kok Kongcu sendiri.
Namun, Kok Kongcu menganggap mereka itu orang bawahan dan pembantu, bukan para suhengnya.
"Kwee San Hong, aku mendengar engkau adalah seorang pemuda gunung, pemuda petani yang dusun dan kampungan. Akan tetapi sekarang mendapat bintang terang, bisa diterima sebagai murid Paman Nam Tok.
Sungguh baik sekali nasibmu. Sayang, nasibmu hanya sampai di sini saja karena sekarang engkau akan habis di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tanganku, ha-ha-ha!" Kok Kongcu tertawa sinis sambil memandang dengan sinar mata mengejek sekali.
San Hong adalah seorang pemuda jujur yang polos dan karenanya nampak seperti bodoh, tidak pandai bicara dan mendengar ucapan itu dia hanya mengangguk dan berkata polos, "Memang aku seorang pemuda dusun, dari dusun Po lim-cun di kaki Pegunungan Thian-san Apa salahnya dengan aku?" Jawaban ini membuat Nam Tok menarik napas panjang. Sungguh murid yang tidak pandai mengangkat nama besar gurunya! Akan tetapi Siang Bwee menjadi merah mukanya dan ia cepat berkata dengan mata melotot memandang Kok Kongcu.
"Benar, apa salahnya kalau Suheng Kwee San Hong berasal dari dusun" Apa engkau ini orang she Kok merasa sebagai seorang bangsawan aseli dari kota besar". Dari mana sih asal nenek moyangmu" Dari barat, dari daerah bangsa biadab, di Bukit Pek-coa-san tempat ular (Pek-coa-san berarti Bukit Ular Putih). Karena orang tuamu kaya raya, maka engkau berlagak sebagai bangsawan kota yang hebat. Aduh, hanya gayanya saja, tapi kosong tidak ada isinya! Lihat saja mukamu itu di bayangan air, namanya saja pakai kongcu (tuan muda), akan tetapi mukamu pucat kurang darah, seperti orang berpenyakitan, pesolek seperti seorang banci, sama sekali tidak jantan, sama sekali tidak gagah. Dan engkau masih berani menghina Suheng Kwee San Hong" Sungguh tolol, kaulah yang akan bertekuk lutut di depan Suheng, tahu?"
Semua orang terbelalak mendengar ucapan yang nadanya demikian keras menghina, bahkan Nam Tok sendiri merasa tidak enak karena dia anggap puterinya keterlaluan. Kok Kongcu sendiri sampai pucat mukanya saking marah dan wajah See Mo menjadi kemerahan dan dia menganggap puteranya mencari gara-gara saja.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tay Ki, perlu apa banyak cakap lagi" Hayo hajar murid Nam Tok itu! Kalau engkau tidak becus mengalahkannya, engkau tidak pantas menjadi putera See-thian Mo-ong Kok Bong Ek!"
Diam-diam Kok Kongcu terkejut dan dia tahu bahwa sekali ini ayahnya marah sekali. Akan tetapi dia pun tidak khawatir. Andaikata Kwee San Hong memang tangguh sekali, di situ masih ada dua orang pembantunya, Koay-to Heng-te Gu Kiat dan Gu Liat, masih ada ayahnya, masih ada sekutu ayahnya yaitu Tung Kiam dengan puteranya Cu See Han, dan terutama sekali masih ada seratus lebih pasukan Mongol yang siap dengan senjata panah mereka.
Pasukan itu adalah barisan panah yang lihai! Takut apa lagi" Maka, dengan gagah dia pun melangkah ke depan, menghadapi San Hong dengan senyum mengejek.
"Nah, petani busuk, bersiaplah untuk roboh di tanganku.
Lihat serangan!" Kok Kongcu membentak untuk memamerkan bahwa dia cukup "gagah" untuk memberi peringatan dulu sebelum menyerang. Serangannya memang hebat. Dia adalah putera See Mo yang sudah mewarisi ilmu kepandaian ayahnya, maka begitu menyerang, tangannya yang kanan meluncur seperti seekor ular mencengkeram ke arah muka lawan sedangkan tangan kirinya menyambar ke arah pusar. Itulah suatu jurus ilmu Pek-coa-sin-kun yang amat hebat dari See Mo.
Namun Kwee San Hong sekarang sama sekali tidak boleh disamakan dengan Kwee San Hong beberapa tahun yang lalu. Semenjak bergaul dengan Siang Bwee, selain pemuda ini dapat dicurikan ilmu-ilmu aneh dari para datuk, juga gadis yang mencintanya itu memaksanya berlatih hampir setiap saat, bahkan yang terakhir, dengan kepandaiannya memikat hati, Siang Bwee berhasil membuat dua Orang sakti, yaitu Lo Koay dan nenek Coa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Eng Cun berkenan menurunkan ilmu simpanan mereka berdua kepada San Hong dan Siang Bwee. Kini San Hong telah menjadi seorang pemuda yang sikapnya amat tenang, namun penuh kewaspadaan dan ilmu-ilmu yang telah dipelajari dan dilatihnya setiap saat itu telah mendarah daging dengan dirinya. Inilah keuntungannya. Kalau dia mengandalkan kecepatan otak, agaknya dia tidak akan mampu menandingi Kok Kongcu yang cerdik. Akan tetapi karena ilmu-ilmu itu sudah mendarah daging, sudah menyatu dengan semua syaraf di tubuhnya, maka gerakannya otomatis dan tidak melalui ingatan lagi sehingga tentu saja jauh lebih cepat daripada kalau dibandingkan dengan ilmu yang dilakukan melalui ingatan.
Gerakannya merupakan gerakan reaksi tubuh dan refleks!
Menghadapi serangan cengkeraman ke arah muka dan pusar, San Hong sama sekali tidak menjadi gugup. Dia sudah memiliki penglihatan yang cukup waspada dan dia tahu bahwa dua serangan itu walaupun nampaknya ganas, akan tetapi hanya merupakan gertakan atau pancingan belaka agar mengendurkan atau mengalihkan perhatiannya akan ancaman berikutnya yang lebih hebat. Oleh karena itu, dia hanya miringkan tubuh dan melangkah mundur selangkah untuk menghindarkan dua cengkeraman itu sambil menanti kelanjutan serangan itu dan dia tahu pasti datang dengan cepat. Dan dugaannya memang tepat sekali.
Dengan bentakan melengking, kedua kaki Kok Kongcu menyambar bergantian dengan tendangan maut ke arah bawah pusar dan ke arah lambungnya! Ini pun merupakan gempuran yang mengejutkan saja dan dapat ditangkis oleh kedua lengan San Hong yang tetap waspada. Inti serangan yang dinanti-nantinya kini tiba, yaitu pukulan Ang-see-ciang dengan kedua tangan Kok Kongcu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kedua telapak tangan itu berubah kemerahan dan ada hawa panas menyambar dahsyat ke arah leher dan dada San Hong ketika Kok Kongcu mempergunakan Ang-see-ciang sebagai serangan inti ke arah tubuh lawan.
Menghadapi serangan inti ini, San Hong tidak mau memperlihatkan kelemahan atau rasa jerihnya. Secara otomatiskedua tangannya bergerak dan secara otomatis pula tangannya sudah dilindungi dengan sin-kang Perisai Diri yang telah dipelajarinya dari Lo Koay.
Tubuh Kok Kongcu terhuyung akan tetapi dia tersenyum karena mengira bahwa tentu kedua lengan San Hong kini keracunan oleh Ang-see-clang. Akan tetapi ketika dia melihat pemuda itu berdiri tegak, dan kedua tangannya sama sekali tidak memperlihatkan keracunan dan tidak ada warna merah, barulah di terkejut bukan main. Kembali dia menerjang dan kini dia mengirim pukulan Ang see-ciang secara bertubi-tubi. Ang-see ciang bukan saja merupakan pukulan yang mengandung hawa racun pasir merah akan tetapi juga gerakannya seperti dua ekor ular yang amat lincah dan cepat. Sejenak San Hong seperti terdesak karena dia harus mengelak dan menangkis sambil mundur.
Namun, gerakan otomatisnya ketika dia berlatih dengan Siang Bwee segera keluar dan kini tiba-tiba kedua tangannya mengeluarkan telunjuk dan kedua telunjuk itu yang menyambar telapak tangan merah dari Kok Kongcu.
"Tuk.....! Tukkk.....!!"
Kok Kongcu berseru kaget dan meloncat ke belakang, kedua tangan terasa nyeri.
"It-sin-ci.....!" teriak See Mo marah. "Heiii, tua bangka Pak Ong, kiranya engkau bersekongkol dan membantu mengajarkan ilmu kepada murid Nam Tok, ya?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ha ha ha, See Mo. Siapa yang bersekongkol dan siapa yang tidak akan dapat diketahui nanti. Aku tidak pernah terikat janji dengan siapapun, maka bagiku mengajarkan ilmu kepada siapapun tidak perlu minta ijin siapa pun.
Kalau It-sin-ci sudah mampu membuyarkan Ang-see-ciang, itu bukan salahku, heh-heh-heh!"
See-thian Mo-ong marah dan mendongkol bukan main, akan tetapi tentu saja dia tidak dapat berbuat sesuatu.
Memang sebagai empat orang datuk besar, mereka itu tidak berada di bawah pengaruh siapapun dan apa pun yang mereka lakukan, tak seorang pun di dunia ini boleh mencampuri!
Sementara itu, Kok Kongcu sudah dapat menenangkan dirinya. Walaupun tusukan jari It-sin-ci yang mengenai kedua telapak tangannya tadi membuyarkan kekuatan Ang-see-ciang dan mendatangkan rasa nyeri, namun tidak melukainya. Memang dapat dikata bahwa Ang-see ciang menjadi lumpuh dan hilang daya gunanya menghadapi totokan satu jari tangan itu, maka dengan marah dia pun kini sudah mencabut senjatanya yang istimewa, yaitu huncwe mautnya. Huncwe itu panjang seperti sebatang pedang atau suling, terbuat dari baja pilihan yang diselaput emas sehingga nampaknya mewah dan mahal. Ada lubang-lubang rahasa di situ, bukan hanya lubang untuk menyimpan tembakau, akan tetapi juga lubang-lubang untuk menghembuskan asap dan lubang rahasia untuk menyerang lawan dengan asap beracun! Semua ini masih ditambah keampuhan huncwe (pipa tembakau) itu sendiri yang dapat dipergunakan untuk menotok jalan darah atau memukul pecah kepala orang atau meremukkan tulang orang!
"Petani busuk makan nih huncwe mautku!" Kini Kok Kongcu menghardik dan tidak seperti tadi, kini dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
curangnya, tanpa menanti lawan siap mengeluarkan senjata, tangannya bergerak dan huncwe itu sudah berubah menjadi sinar emas menyambar dahsyat kearah kepala San Hong.
Terdengar suara berdesing nyaring didahului kepulan asap kehijauan yang menyambar ke arah muka San Hong sebelum huncwe itu sendiri menghantam kepala. Namun, biar dia jujur dan sama sekali tidak pernah mau menggunakan kecurangan, San Hong sudah dapat jejalan banyak peringatan dari Siang Bwee sehingga dia cukup berhati-hati untuk menjaga diri, juga dia memiliki bawaan yang amat tenang. Ketenangannya inilah yang mendatangkan ketabahan yang luar biasa, juga kewaspadaan sehingga menghadapi ancaman apa pun dia selalu dapat bersikap tenang dan tidak menjadi gugup.
Melihat menyambarnya sinar emas didahului kepulan asap dibarengi suara yang mendesing itu, dia tahu bahwa lawan menggunakan senjata yang amat ampuh dan berbahaya, akan tetapi yang lebih berbahaya adalah kepulan asap itu.
Oleh karena itu, San Hong sudah menahan napas lalu sambil melempar tubuh ke samping untuk mengelak, mulutnya meniup dengan pengerahan sin-kang ke arah asap yang mengepul itu, sedangkan tangan kanannya, dilindungi sin-kang Perisai Diri, sudah diputar ke kanan dalam usahanya menangkap atau menangkis ujung huncwe maut.
Kini Kok Kongcu yang kaget karena asap beracun itu tiba-tiba membalik ke arah mukanya sendiri, tertiup angin yang kuat. Dan ketika ujung huncwenya akan ditangkis, dia sudah menarik dengan gerakan pergelangan tangannya, huncwe tidak jadi menghantam kepala melainkan menotok dengan tusukan ke arah leher San Hong. Hebat bukan main gerakan ini selain cepat juga tidak tersangka sangka.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun, San Hong juga sudah melihat perubahan gerakan yang amat berbahaya ini, maka kedua kakinya membuat gerakan langkah mundur dua kali sehingga tusukan ke arah lehernya itu pun luput dan di lain saat, begitu tangan kanannya meraba bagian punggungnya, nampak sinar terang berkilat seperti ada halilintar menyambar dan tangan kanannya sudah mencabut Pek-lui-kiam (Pedang Kilat) pemberian seorang di antara lima orang gurunya, yaitu Lui-kong Kiam-sian. Pedang ini merupakan pusaka yang amat nmpuh, terbuat dari baja yang mengeluarkan sinar seperti kilat dan biarpun tidak memiliki pengaruh ajaib seperti Pedang Asmara, namun merupakan senjata ampuh yang kuat sekali.
"Sing-trang-trang tranggg.....!"
Nampak bunga api menyilaukan mata ketika huncwe maut itu yang dipergunakan oleh Kok Kongcu menyerang bertubi-tubi ditahan dan ditangkis oleh pedang Pek lui-kiam. Kembali Kok Kongcu terkejut karena dia merasa betapa tangan yang memegang huncwe menjadi panas, tergetar dan nyeri, tanda bahwa lawannya memiliki tenaga yang amat kuat, lebih kuat. daripada tenaganya sendiri.
Dan San Hong juga tidak mau bersikap mengalah. Begitu serangkaian serangan huncwe itu dapat dia gagalkan dengan tangkisan pedangnya dia pun kini membalas serangan lawan dengan Pek lui-kiam, dan karena dia maklum bahwa tingkat ilmu kepandaian lawan ini amat tinggi, maka dia pun tidak segan-segan lagi dan langsung saja dia memainkan pedangnya dengan ilmu pedang Tung hai Liong-kiam yang digabung dengan ilmu pedang Pek lui-kiam, bahkan dia pun memasukkan unsur-unsur gerakan dari Swat-sin-to (Golok Sakti Salju) yang pernah dipelajarinya dari Pak Ong. Karena ilmu pedang Pek-lui-kiam dia pelajari dari seorang gurunya, seorang di antara
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Thian-san Ngo-sian dan dia sudah menerima petunjuk petunjuk sakti dari Lo Koay yang menjadi supek dari mereka, maka kini ilmu pedang Pek-lui-kiam itu sendiri saja sudah tidak kalah tingkatnya dibandingkan ilmu pedang dari Tung Kiam atau ilmu golok dari Pak Ong!
Melihat gerakan pedang Pek-lui-kiam yang menyambar-nyambar, lenyap bentuk pedangnya berubah menjadi gulungan sinar seperti halilintar, bukan hanya mengeluarkan desingan yang melengking akan tetapi juga bahkan kadang mengeluarkan bunyi seperti ledakan petir, tentu saja semua orang terkejut bukan main. Yang paling kaget adalah Kok Kongcu.|
Pedang Asmara Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia merasa seperti dikeroyok oleh banyak orang dengan bermacam ilmu pedang. Membuat dia bingung dan memutar huncwe mautnya sambil berloncatan terus ke sana-sini dan terdesak mundur terus!
"Wah-wah-wah, apa ini.....?" Terdengar See Mo berseru.
"Murid siapakah dia ini" apakah Tung Kiam dan Pak Ong juga mengajarnya ilmu senjata" Hei, Nam Tok, muridmu ini tidak aseli, engkau licik!"
Nam Tok mendengus saja, akan tetapi Siang Bwee yang merasa gembira itu mewakili ayahnya berseru, "Paman See Mo, engkau ini kenapa jadi nenek bawel sih" Kalau anakmu tidak becus dan tidak menang, tidak perlu kau ribut. Kalah menang sudah sepantasnya, dan giliranmu nantilah. Jangan banyak susah, nanti gendutmu hilang dan engkau menjadi kurus!"
See Mo cemberut. Kalau bukan Siang Bwee yang bicara seperti itu, tentu sekali menggerakkan tubuh dia sudah membunuh pembicaranya. Namun, pertandingan antara puteranya dan San Hong terlalu menegangkan sehingga kembali dia mengikuti dua orang muda itu dengan seksama
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
juga dengan hati yang merasa kecut kini puteranya sungguh terdesak hebat oleh pedang kilat itu.
Pertandingan itu memang hebat bukan main. Untung bahwa San Hong bertemu dan bergaul dengan Siang Bwee sehingga dia memperoleh kemajuan yang luar biasa.
Andaikata tidak demikian, andaikata dia hanya mewarisi ilmu-ilmu dari kelima orang gurunya, yaitu Thian-san Ngo-sian jangan harap dia akan mampu menandingi Kok Kongcu. Dia kalah pengalaman, kalah cerdik dan kalah siasat. Akan tetapi setelah San Hong dalam keadaannya yang sekarang, menerima gemblengan di bawah dorongan dan siasat Siang Bwee yang mengakali para datuk untuk mewariskan ilmu-ilmunya kepada pemuda yang dikasihinya itu, maka keadaan San Hong kini bagaikan sebongkah batu karang besar yang teramat kokoh kuat, tidak goyah oleh hantaman gelombang samudera tidak runtuh oleh tiupan badai. San Ho menjadi kuat dan sukar dikalahkan, dan sungguhpun dia masih kekurangan sifat ganas dalam penyerangannya, namun setiap kali dia membalas, maka gerakan balasannya itu mengandung kekuatan yang amat hebat. Ini berkat sinkang Perisai Diri yang telah dilatihnya dengan tekun.
Pertandingan itu sudah berlangsung lima puluh jurus dan kini Kok Kongcu sudah nampak berubah sama sekali.
Lenyaplah kecongkakannya. Lenyap sikap sombongnya dan bahkan ketampanannya berkurang banyak. Mukanya yang biasanya halus tampan itu kini berkerut-kerut penuh keringat dan agak pucat, matanya yang biasanya tabah dan mengejek. kini nampak takut. Rambutnya yang biasanya halus licin kini awut-awutan, dan gerakannya yang biasanya tenang itu kini kacau balau. Terutama sekali sepasang matanya membayangkan bahwa dia mulai takut sekali. Betapa tidak" Setiap kali huncwenya bertemu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pedang, dia merasa seolah-olah seluruh tubuhnya terguncang dan roboh. Semua orang tahu belaka bahwa dalam waktu singkat saja Kok Kongcu yang angkuh itu tentu akan roboh, kalau bukan roboh karena serangan pedang lawan, mungkin roboh karena kehabisan tenaga!
See Mo maklum akan hal ini. Dia belum ingin melihat puteranya tewas atau celaka, maka sekali dia melompat dia telah berhasil mencengkeram baju punggung Kok Kongcu dan membawanya keluar dari arena pertandingan, lalu mendorong puteranya itu sehingga jatuh berlutut.
"Huh, anak tidak ada gunanya!" bentaknya marah dan Kok Kongcu tidak menjawab, melainkan duduk bersila dan memejamkan mata, mengatur pernapasan agar jangan sampai dia menderita luka dalam yang parah. Di ujung bibirnya nampak darah, tanda bahwa dia telah mengeluarkan tenaga lebih daripada ukuran ketika bertahan tadi.
Sementara itu Siang Bwee dengan girang menghampiri San Hong yang masih nampak segar hanya dahinya saja berkeringat sedikit. Tanpa sungkan atau malu Siang Bwee mengeluarkan saputangan harum dari balik baju dadanya, dan menghapus sedikit keringat dari dahi San Hong secara demonstratip sekali, tanpa mempedulikan pandangan semua orang, bahkan juga tidak peduli betapa ayahnya mengerutkan alis memandang perbuatan puterinya itu.
Malah ia lalu menoleh kepada ayahnya.
"Lihat, Ayah. Bukankah Ayah bangga mempunyai murid seperti Suheng Kwee San Hong" Kalau dia mau, dalam waktu lebih pendek lagi, tadi dia sudah mampu membuat bocah she Kok itu tak mampu hidup lagi!"
Terdengar suara keras dan kini Koay-to Heng-te, Gu Kiat dan Gu Liat si kembar yang menjadi murid dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pembantu See Mo, sudah berlompatan ke depan. Di tangan mereka telah nampak sepasang golok dan mereka itu marah ekali. Dua orang kembar yang usianya empat puluh tahun lebih itu, marah sekali karena tadi putera guru mereka telah dikalahkan, juga menerima penghinaan hebat dari puteri Nam Tok.
"Kami Koay-to Heng-te siap mengorbankan nyawa untuk membela nama dan kehormatan guru dan majikan kami yang kami muliakan!" kata Gu Kiat dengan marah sekali. "Kami, menantang murid Nam Tok!"
San Hong sudah menoleh ke arah mereka akan tetapi Siang Bwee yang cerdik itu segera meloncat ke depan mereka, sejenak matanya yang jeli dan indah itu mengamati mereka seolah-olah mereka itu adalah dua ekor binatang yang menjijikkan baginya.
"Aduh-aduh, inikah Koay-to Heng-te yang mengaku murid dan anjing penjaga dari Paman See Mo, yang menganggap diri gagah perkasa akan tetapi sebenarnya hanya merupakan pengecut-pengecut hina tak bermalu ini"
Kalian berdua, menantang suhengku" Katakan saja kalian mau mengeroyok dan ingin menang dengan keroyokan"
Kenapa mesti bicara memutar-mutar dan tidak terus terang saja" Katakan kalian tidak berani maju satu lawan satu, inginnya hanya main keroyokan sesuai dengan watak kalian yang licik. Bukankah begitu?"
Dua orang itu marah bukan main.
Kalau menurutkan hati mereka, ingin mereka sekali terjang membunuh gadis itu. Akan tetapi mereka tahu, gadis itu adalah puteri tunggal Nam Tok! Maka, Gu Liat, orang ke dua yang lebih tenang pada kakaknya berkata.
"Nona Ang, bukan maksud kami hendak mengeroyok.
Kalau ayahmu mempunyai dua orang murid atau wakil,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
boleh saja maju bersama agar dua lawan dua. engkau tahu bahwa kami dilahirkan kembar dan hanya dapat bertanding kalau berbareng."
"Bagus! Katakan saja kalian menantang Suheng dan aku, tidak perlu bicara plintat-plintut! Memang kalian pikir akan mampu mengalahkan Suheng dan aku" Huh, aku sendiri saja sudah cukup untuk melelahkan kalian. Akan tetapi aku jijik kalau harus maju sendiri dan tidak akan tahan bau keringat kalian. Mari, Suheng, kita hajar pemegang golok pemotong babi itu!" kata Siang Bwee dengan sikap mengejek sambil memalangkan tongkat di depan dadanya.
Koay-to Heng-te bukanlah orang bodoh atau nekat.
Mereka cukup maklum bahwa ilmu kepandaian San Hong yang telah mengalahkan kongcu mereka itu amat lihai, juga mereka tahu siapa nona Ang Siang Bwee. Akan tetapi mereka tidak mungkin diam saja melihat kekalahan Kok Kongcu dan mereka harus membuktikan kesetiaan mereka terhadap See Mo Maka, kini mereka maju berdua dan sudah mencabut golok mereka.
Melihat yang maju hanyalah murid murid Nam Tok yang menandingi murid See Mo, hati Pak Ong merasa tidak enak. Dia sendiri mempunyai dua orang wakil yaitu puterinya sendiri dan muridnya Tiong Sin. Maka, dia pun segera berkata dengan suara lantang.
"Pertandingan antara wakil Nam Tok dan wakil See Mo sudah berlangsung Yang masih belum bertanding adalah wakilku dan wakil Tung Kiam. Tiong Sin atau engkau Kui Lan, kalian wakili aku untuk melawan wakil dari Tung Kiam!"
Sengaja Pak Ong tidak menyuruh puterinya saja maupun muridnya saja. Dia tahu bahwa dalam hal mewarisi ilmu kepandaiannya, tentu saja puterinya lebih mahir karena
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lebih lama, akan tetapi muridnya, Tiong Sin, dapat menutup kekurangannya dari Kui Lan karena dia memiliki Pedang Asmara, sebatang pedang yang ampuh sekali. Tentu saja sebagai seorang pria, Tiong Sin juga tidak menghendaki sumoinya yang maju. Dia tidak takut melawan putera Tung Kiam yang bernama Cu See Han yang sombong itu. Dia mendengar bahwa Tung Kiam merupakan satu di antara empat datuk besar yang paling ahli bermain pedang, maka julukannya juga Tung Kiam (Pedang Timur). Akan tetapi dia sendiri adalah seorang ahli pedang. Bukan saja dia penah mempelajari ilmu pedang Yeliu Cutay, yaitu Thai-ean Kiam-sut, akan tetapi juga dia telah memperdalam ilmunya dari gurunya, yaitu Pak Ong dengan ilmu golok istimewa yang disebut Swat-im Sin-to, yaitu semacam ilmu golok yang amat hebat. Dan menurut petunjuk gurunya, dia telah mampu mengawinkan ilmu pedangnya dengan ilmu golok itu, apalagi ada Pedang Asmara di tangannya, sebatang pedang yang amat ampuh dan yang menjadi kebanggaan dan andalannya Dia merasa girang bahwa atas usul Siangi Bwee, untuk sementara pedang yang tadinya sudah ditukar dengan tongkat naga oleh calon mertuanya, yaitu Nam Tok, kini dikembalikan kepadanya. Dan tidak tahu apakah dia akan berani menghadapi Cu See Han kalau dia harus mempergunakan tongkat naga yang berat itu sebagai senjatanya. Kini dia meloncat ke depan mendahului sumoinya dan dia sudah menghadapi Cu See Han dengan sikap menantang.
Istana Yang Suram 5 Kisah Si Bangau Merah Karya Kho Ping Hoo Pendekar Sakti Suling Pualam 19
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama