Kucing Suruhan Karya S B Chandra Bagian 4
Begitulah pikir dr Anton. serta merta si sarjana itu merasa rendah diri. Betapa tidak, berhadapan dengan dukun Sumarta saja dia kalah. Orang yang tidak pernah di sekolah menengah pertama apalagi di universitas itu mampu menyembuhkan penyakit yang mereka "dokter-dokter tidak kenal namanya.
Seorang dukun hanya dalam tempo dua hari saja sudah dengan bukti nyata memperlihatkan kemampuan mereka.
Dokter Anton merasa seolah-olah semua mata memandang padanya, mengejek dia sebagai orang yang tidak tahu diri.
Mau rasanya dia lari, terus lari untuk tidak berani lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memperlihatkan diri pada Lydia, kepada keluarga Jaya dan kepada Sumarta dan Daeng Mapparuka. Padahal sebenarnya tidak ada seorang pun memandang dia. Semua mata hanya ditujukan pada si sakit. Dan kata-kata Lydia Savatsila hanya ucapan dari seorang wanita yang dapat mengendalikan emosi pada saat yang amat penting untuk memperlihatkan kepada dua saudara si sakit, seolah-olah dia seorang wanita yang paling setia di permukaan bumi ini. Dialah type wanita yang dapat dipercaya seratus persen, patut dicintai dengan sepenuh hati.
Lydia menjalankan peranannya dengan sempurna. Tidak kentara sedikit pun bahwa dia sangat gelisah dan benci pada laki-laki yang mendekati kesembuhan itu. Tidak pula kelihatan sedikit pun bahwa ia tertawa geli dan mengejek sepuas-puasnya. Akhirnya seekor kucing mengencingi muka manusia kaya yang biasanya amat sombong dan selalu merasa bahwa dia bisa mengencingi siapa saja yang diingininya.
"Dari mana aku Lydia?" tanya Jaya Wijaya.
"Dari perjalanan yang amat berharga bagi manusia.
Barangkali tidak ada orang yang seberuntung kau untuk mendapat kesempatan mencari pengalaman dan melihat aneka macam kenyataan di dalam kehidupan manusia."
"Dan kau di mana saja selama aku bepergian?" tanya Jaya Wijaya.
"Aku di sini, menanti kau kembali!" sahut Lydia.
Semua orang mendengarkan dialog itu dengan penuh perhatian. Dan semua sependapat, termasuk dr Anton yang hampir kalap karena kepanikannya itu merasa betapa pandainya perempuan Thai itu menjawab pertanyaan orang sakit yang seakan-akan baru kembali dari dunia lain itu.
"Mengapa kau tidak menyertai perjalananku Lydia?" tanya Jaya Wijaya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau tidak mengajak aku. Mungkin kau kurang sayang padaku. Kau mau pergi sendiri, barangkali kau mau melihat atau mencari wanita-wanita yang benar-benar cantik. Tidak seperti aku, yang hanya berasal dari desa di pinggir perbatasan Thai sana."
"Jangan berkata begitu Lydia. Hanya kau yang telah membuat aku senang dengan segala cara yang kuingini. Tak ada yang dapat menyaingi mu Lydia." Dia sudah mulai bergombal. Belum sembuh sepenuhnya dia sudah mulai lagi.
Kaset usang bagi para arjuna buaya yang sudah terlalu ketinggalan zaman. Anak sempe saja sudah pandai menertawakannya.
"Betul?" tanya Lydia menggoda. Mereka yang mengerti seni cinta pasti mengetahui bahwa dia mengejek.
"Biar aku disambar mobil," kata Jaya Wijaya. Dr Anton jadi gelisah lagi.
"Kau dengar dr Anton betapa cintanya dia padaku?" tanya Lydia, khusus pula ditujukan pada orang yang sedang kelimpungan itu. Tukang mengobati orang sakit itu hanya tertawa dibuat-buat untuk pada detik berikutnya lenyap lagi dari bibirnya. Kalau orang sudah jatuh cinta biar menyandang sepuluh titel, tetapi tak kuasa mengendalikan diri dan emosi, maka siksaanlah yang akan menimpa dirinya pada saat-saat semacam itu.
Tak tampak oleh dokter itu bahwa kini Jaya Darmawangsa mengerling dirinya dan melihat salah tingkah yang sedang menerjang dokter yang sekali ini dikalahkan oleh dukun merangkap tukang buah bernama Sumarta. Dengan sendirinya dia tak tahu pikiran apa yang terlintas di dalam hati adik Jaya Wijaya. Dihubungkan dengan apa yang pernah terlihat olehnya ketika Sumarta melawan setan yang menduduki jiwa Jaya Wijaya dengan hardikan mengejutkan, maka orang ini patut dicurigai. Apalagi setelah ia mengetahui dari mata-mata pribadi kakaknya, bahwa Lydia Savatsila pernah berkunjung ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rumah dokter yang sudah diketahuinya, tidak punya isteri.
Wajarlah kalau ia bertanya di dalam hati, ada hubungan apakah antara perempuan yang jadi milik Jaya Wijaya dengan dokter yang tidak berhasil menyembuhkannya.
*** SATI belum selesai dengan mengencingi muka si sakit.
Masih ada yang harus dilakukannya untuk penyembuhan orang sangat kaya itu. Kucing itu menjilat-jilat kaki kiri depannya lalu meletakkannya di atas mulut si sakit yang sedang omong-omong dengan Lydia. Kontan laki-laki itu diam, tidak meneruskan pembicaraan, bagaikan orang yang dibisukan dengan suatu kekuatan gaib. Daeng Mapparuka dan Sumarta heran, kemudian jadi ragu-ragu. Mengapa ia membungkam orang yang sudah mulai pandai bicara itu.
Apakah ia hanya hendak memperagakan, bahwa ia sanggup menyembuhkannya, tetapi ia tidak rela laki-laki itu sembuh, karena dendamnya membara kembali"
Sumarta komat-kamit lagi, seperti orang yang sedang berdoa. Sebenarnya di dalam hati ia meminta kepada kucingnya, agar benar-benarlah membantu dirinya, menyembuhkan si sakit. Tanpa didengar siapa pun, juga tidak oleh Daeng Mapparuka, Sumarta memohon: "Sati kucing keramatku sayang, jangan gagalkan permohonanku kepadamu. Kegagalan kita dalam mengembalikan orang ini sebagai semula, ketika ia belum sakit oleh gigitanmu sayang, akan berarti kegagalanku. Dan kegagalanku akan berarti malu yang amat besar bagiku. Bukan itu saja, aku akan berputih mata melihat perempuan pilihan hatiku itu kawin dengan orang lain. Dan bagiku Sati, daripada hidup berputih mata lebih baik mati berputih tulang. Kau tega membiarkan aku merana lalu mati karena kecewa yang tiada taranya selama hidupku" Jangan kau salah sangka sayang. Aku tidak menganggap kau berhutang apa pun padaku, aku tidak menganggap bahwa aku pernah berbudi padamu lalu kini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
minta budiku dibalas. Apa yang kulakukan hanya kewajiban semata-mata. Dan apa yang kupinta padamu hanyalah suatu permohonan mengharapkan kemurahan hatimu untuk membantu aku. Tiada lain daripada itu!"
Sumarta mohon belas kasihan. Manusia minta dikasihani oleh seekor kucing. Karena dia begitu ketakutan akan gagal memiliki seorang wanita. Sumarta menggantungkan nasib pada kucingnya. Kasihan. Tetapi memang tiada jalan lain baginya. Padahal seharusnya ia tak usah secemas itu. Kalau Sati yang sakti pandai tertawa, mungkin dia akan tertawa terbahak-bahak karena merasa geli akan ketakutan majikannya. Ia sama sekali tidak berniat akan menggagalkan, penyembuhan Jaya Wijaya. Hanya caranya harus demikian. Ia harus membuat diam si sakit yang mulai ngoceh. Ia harus memusatkan seluruh pikirannya dan itu tak dapat dilakukannya, kalau orang sakit itu terus juga menanyai Lydia untuk memulai lagi pernyataan cinta gombalnya.
Setelah Jaya Wijaya diam, Sati memandanginya lagi, kemudian mengelilingi tubuhnya tiga kali. Tidak lagi tujuh kali seperti dilakukannya tadi. Melihat ini harapan dan keyakinan Sumarta tumbuh kembali. Rupanya kucing itu tidak jadi menggagalkan dirinya. Dia berhasil membujuk kucing keramat itu. Kucing pun bisa mempunyai hati selembut dan semulia itu.
Mengapa justru ada manusia yang bisa lebih kejam daripada iblis"
Seperti pernah dilakukannya, kemudian Sati menarik selimut yang menutupi kaki Jaya Wijaya. Semua hadirin menyangka, bahwa ia akan mengencingi kaki si sakit, entah bagian yang mana. Kaki itu memang belum bergerak, walaupun tadi si sakit sudah bisa berkata-kata. Tetapi dugaan mereka meleset. Setelah memperhatikan tempat bekas gigitannya, Sati menjilat-jilat. Daeng dan Sumarta yang dengan teliti mengikuti gerak-gerik kucing itu menghitung bahwa ia menjilatnya tujuh kali. Kemudian ia mendengus di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sana, seperti dukun yang menyemburkan air sirih dari mulutnya. Lalu terjadilah keajaiban baru. Jaya menggerak-gerakkan kakinya dan mulutnya mengeluarkan kata-kata lagi:
"Lydia, dekatlah denganku. Bertahun-tahun kita berpisah, aku rindu sekali dan kau begitu setia menantiku kembali."
Sialan bener, lagi-lagi dia menggombal, kutuk dr Anton di dalam hati. Kalau dia mati, tentu kata-kata yang menyakitkan hati ini tidak sampai keluar. Mengapa dia tidak menyuntiknya supaya mati, ketika ia masih di rumah sakit. Pikiran jahat itu bangkit lagi, untunglah belum pernah dilaksanakannya.
Kali ini Lydia diam, tidak menanggapi.
Tetapi Jaya Wijaya tidak puas, katanya: "Kau tidak berkata apa-apa, Lydia. Kau sudah membenciku sejak aku sekian lama meninggalkan kau" Apakah kau sudah melihat seseorang yang berkenan di hatimu. Katakanlah, aku ini . . ." Dia tidak meneruskan kalimatnya. Tetapi Lydia mengerti. Dr Anton yang sudah mendengar kisah itu dari Lydia juga mengerti.
Mendadak muka Jaya Wijaya jadi tegang. Jelas benar kelihatan. Semua mereka melihat perubahan pada wajahnya itu. Tetapi yang mengetahui sebabnya hanya dr Anton dan Lydia. Jaya Diraya dan Jaya Darmawangsa tidak tahu, sebab saudara mereka itu tidak pernah menceritakannya. Ia malu.
Oleh karenanya ia menyimpan itu sebagai suatu rahasia.
Diam-diam dia sudah coba berobat kian kemari, tidak pernah berhasil. Lalu larilah dia ke perbuatan-perbuatan yang amat keji dan ganas sebagai pelampiasan kejengkelan hatinya. Dan kompensasinya itulah yang membuat Lydia sangat menderita.
Badaniah dan rohaniah. Salah seorang dukun yang pernah berhasil gemilang mengobati penyakit semacam itu sehingga orang kaya itu normal seratus persen, bahkan memiliki kemampuan yang jauh lebih baik daripada sebelum ia ditimpa kemalangan itu, adalah Erwin. Manusia harimau ini telah membuktikannya di Surabaya, tetapi celaka baginya isteri orang itu jatuh cinta padanya, walaupun Erwin hanya bekerja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebagai pengemudi orang kaya yang amat baik hati itu. Ia tidak mau dan tidak dapat mengkhianati majikan sebaik itu, sehingga dia jadi ketakutan oleh sikap nyonya muda cantik yang amat agresip itu. Ia melarikan diri kembali ke Jakarta menghindari kemungkinan kalau-kalau pada suatu hari yang naas imannya tergoncang dan ia menurutkan kehendak perempuan terhormat yang kaya itu.
Daeng Mapparuka dan Sumarta yang hanya diberitahu tentang penyakit aneh Jaya Wijaya, terus menerus mangap dan tak mampu menggerakkan kakinya tidak tahu, bahwa laki-laki itu sudah hampir setahun mengidap penyakit impotensi, kehilangan daya jantannya. Andaikata mereka tahu, belum tentu pula mereka dapat menyembuhkan. Pun Sati. Belum pasti sanggup. Kehilangan daya teramat penting bagi setiap lelaki itu telah menerpa diri Jaya Wijaya, jauh sebelum ia digigit oleh kucing suruhan itu.
Agak lama juga kemudian baru Jaya Wijaya mengingat, bahwa ia mengenal salah seorang dari kedua tamu yang mengobatinya. Sumarta. Ia mengerutkan dahi, kemudian berkata: "Rasa-rasanya aku pernah mengenal kau!" Kedua saudaranya segera bicara dalam bahasa Cina agar ia menyebut bapak atau datok kepada Sumarta, karena dialah yang telah menyembuhkannya. Dia bersama kucingnya.
Mengingat peristiwa pada malam menjelang bencana menimpa dirinya, mendadak Jaya Wijaya jadi pucat. Rasa takut membayang pada mukanya. "Saya minta ampun bapak.
O, bapak baik sekali. Bapak sudah membuat saya jadi sembuh. Ia melihat ke sekeliling dan segera tampak olehnya kucing yang pernah hendak dibelinya dari Sumarta. Ia jadi semakin takut. Ia ingat, bahwa perjalanan jauhnya entah ke dunia mana, tetapi pasti dunia lain dimulai pada malam ia di dalam gelap di gigit oleh seekor kucing. Kucing yang mau dibelinya itulah yang menggigit dia, karena binatang itu sangat marah kepadanya. Spontan ia berkata kepada kucing milik tukang buah itu: "Datuk, saya mengaku salah. Saya minta
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
banyak ampun sama datuk!" Dia merasa bahwa kucing itulah penyebab dia menderita berbulan-bulan dan dia tidak ragu-ragu bahwa binatang itu makhluk keramat yang perlu disembah. Kini dia tidak berani lagi punya keinginan untuk memilikinya.
"Ngko sudah bisa duduk?" tanya Jaya Darmawangsa.
Jaya Wijaya mencoba, dan ia berhasil. Ia duduk setelah lima bulan lamanya hanya terbaring dengan mata dan mulut terus menerus terbuka lebar.
"Ini tuan siapa?" tanyanya menunjuk dr Anton.
"Ini dr Anton dari rumah sakit," jawab Lydiaj memperkenalkan laki-laki itu kepada Jaya Wijaya. Sejak masuk hospital ia tidak pernah mengenal siapa-siapa. Ia malah tidak merasa bahwa dia sakit. Yang dirasakannya dia pergi jauh.
Ketika Lydia menjawab pertanyaan Jaya Wijaya, sekali lagi Jaya Darmawangsa memandang dokter itu. Ia mempunyai perasaan tidak enak.
Ada hubungan apa di antara perempuan Thai itu dengan dokter ini. Mengapa ia mendatangi dokter Anton ke rumahnya.
Ia harus melaporkan hal ini kepada abangnya. Tetapi jangan sekarang. Kalau ternyata ada hubungan busuk, sudah tentu perempuan itu harus menerima hukumannya. Begitu pula dr Anton. Boleh menerima nasib seperti Ir Nurdin Koto. Dibunuh dan tubuhnya dipotong delapan.
*** DUA PULUH LIMA HANYA tiga hari kemudian bukan penyakitnya sembuh, tetapi segala keletihan dan kekakuan pun lenyap. Senang hati Jaya Wijaya dan kedua orang saudaranya bukan kepalang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Harapan sembuh yang tadinya sudah hilang bisa seperti mendadak sontak saja berubah jadi suatu kegembiraan. Dan kegembiraan tanpa disangka sajalah yang bisa menjadi kegirangan yang meluap-luap.
"Ini semua berkat kehebatan dukun sakti dengan kucing ajaibnya itu ngko," kata Jaya Darmawangsa.
"Heran, sangat mengherankan, kenapa dukun bisa lebih hebat dari sekian banyak dokter," kata Jaya Diraya menyela.
"Tentu dia pernah bertapa dan mempunyai ilmu ampuh yang luar biasa. Dia tentu punya ilmu untuk menundukkan para pejabat yang tidak bisa dibeli dengan uang," katanya lagi.
Jaya Wijaya tertawa. Bukan tertawa biasa. Mengandung arti. Entah apa yang persis dipikirkan atau teringat olehnya.
Mungkin terbayang beberapa pegawai negeri kelas tinggi yang tidak termakan oleh uang atau sodoran wanita. Ia sudah pandai mengetahui kembali betapa pentingnya arti uang dan betapa enaknya terus menerus menumpuk kekayaan dengan segala cara. Dia sudah berpikir bagaimana nanti ia akan beroperasi kembali setelah sekian lama absen dari lapangan atau mengatur dari belakang meja kerja halusnya. Jaya Wijaya memang orang yang all round. Pandai main halus dengan mempergunakan benda mati atau hidup, uang atau wanita!
Tetapi dia juga selalu tahu bagaimana caranya main kasar tanpa turut mengotori tangannya. Dia sanggup memperlihatkan wajah dan senyum tersimpatik, tetapi dia juga orangnya yang mampu memikirkan dan memerintahkan penyingkiran manusia yang tidak disukainya dengan cara yang teramat sadis. Dia memikir dan pemberi perintah.
Pelaksananya tentu saja orang lain. Anggota mafianya, atau pembunuh-pembunuh bayaran free-lance.
Hebat dia memang. Tetapi terhadap Sumarta dan kucing saktinya dia takut, benar-benar takut. Dia sudah merasakan bagaimana akibat kesombongannya pada orang kecil ini. Ini orang harus didekati, Dibikin jadi kawan, kemudian dibikin jadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
alat. Bukan disombongi. Ini dia sudah tahu dengan pasti.
Prestise kalah, tetapi materiil untung! Itu yang penting dan itulah yang akan dipraktek-kannya.
Sangat berlainan halnya dengan Lydia Savatsila, Proses pemulihan kesehatan Jaya Wijaya yang begitu cepat justru amat mencemaskan hatinya. Penderitaan lama pasti akan berulang, mungkin akan lebih berat. Melayani manusia yang melakukan aneka macam penyimpangan seks sebagai imbalan dari ketiadaan daya jantan, lebih berat daripada tugas seorang pelacur biasa. Belum lagi kemungkinan akan tahunya laki-laki itu bahwa ia mulai ada main dengan dokter Anton. Yang juga cemas disertai gugup adalah dokter itu sendiri. Ia harus bekerja keras dan cepat menyelamatkan si wanita kepunyaan orang lain yang sudah menjadi buah hati harapan jantung. Ia tahu itu, tetapi apakah yang dapat dilakukannya untuk membebaskan Lydia. Membawanya minggat" Terlalu besar risikonya. Menyangkut keselamatan jiwa dan nama baik!
Pada siapa ia akan minta tolong" Pada rekan-rekannya"
Mustahil. Mereka akan menertawakannya atau menasehatinya untuk tidak melakukan pekerjaan gila itu. Orang yang tidak tergila-gila pada Lydia bisa saja mengatakan dia gila. Coba kalau merasakan seperti apa yang dirasanya!
Pernah dua kali Lydia menelponnya, mengatakan bahwa ia bersedia dibawa pergi. Ke mana saja, asalkan bebas dari Jaya Wijaya. Ia mengatakan, bahwa ia sudah harus memenuhi perintah laki-laki itu lagi. Itulah yang ia tidak tahan.
"Kalau begini, aku bisa jadi pembunuh Anton," kata Lydia.
"Atau bunuh diri!"
Mendengar itu dr Anton jadi pucat ketakutan. Membunuh atau bunuh diri" Itu sama saja. Dia akan kehilangan Lydia!
"Aku akan membebaskanmu sayang, pasti," kata dr Anton tanpa pikir.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia harus berkata begitu, walaupun ia belum punya ide bagaimana caranya pembebasan itu dilakukan.
"Sabarlah kau. Jangan berbuat nekat!"
Dan Lydia terpaksa menunggu sambil menahan segala derita.
Sementara itu Sumarta dan Daeng Mapparuka sudah dalam kegembiraan. Lebih dari yang diduga. Jaya Wijaya telah memberi Sumarta tak kurang dari lima puluh juta. tanpa dipinta. Untung Sumarta tidak pingsan karenanya.
"Kakang hebat," kata Daeng Mapparuka.
"Tidak. Ini bukan pekerjaanku sendiri. Yang paling berjasa adalah Sati, tetapi yang punya akal dan jalan untuk ini adalah Daeng. Jadi Sati dan Daenglah yang paling hebat," kata Sumarta mengembalikan pujian. Daeng senang. Jasanya tidak dilupakan. Apalagi Sumarta memberikan tak kurang daripada dua puluh juta. Memang baik sekali pemilik kucing yang sahabatnya itu. Untung, sungguh nasib baik, ia tidak membunuhnya. Tidak berhasil dengan racun, tidak pula berhasil dengan ular berbisa.
Sumarta memperluas usahanya. Mengikut petunjuk Daeng.
Sesudah itu nanti akan melamar Christine! Ataukah Christine yang akan menyerahkan diri kepadanya"
*** SEPERTI ada yang menggerakkan, Erwin si manusia harimau yang menolak mengobati Jaya Wijaya datang lagi ke rumah dokter Anton. Dia tidak tahu untuk apa. Tak ada maksud khusus. Hanya oleh dorongan ingin bertemu saja.
Dr Anton menyambut gembira kedatangannya, meskipun ia sendiri dalam kebingungannya tidak sampai teringat pada Erwin. Ia tahu Erwin orang yang mempunyai prinsip tertentu di dalam hidupnya, mengobati Jaya Wijaya saja dia tidak mau.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena bertentangan dengan hatinya dan karena dilarang ayahnya.
"Apakah kedatangan saya tidak mengganggu dokter?"
tanya Erwin. "Janganlah bertanya begitu, saya jadi sedih. Bukankah kita sudah bersahabat, walaupun saya tidak punya ilmu seperti Erwin!" kata dokter itu.
Kedua-duanya sama tertawa.
"Dokter dalam kesulitan besar," kata Erwin.
"Ah tidak. Biasa-biasa saja," kata Anton menyembunyikan rahasia hatinya. Ataukah Erwin yang tinggi ilmu ini sudah mengetahui masalah dan maksud apa yang dihadapi dan direncanakannya.
"Kesulitan yang tidak dapat dokter atasi. Oleh karena masalahnya bukan mengenai penyakit!"
Muka dokter Anton jadi merah, walaupun ia sangat mengagumi kehebatan Erwin membaca pikiran dan hatinya.
Setelah tidak menjawab, Erwin bertanya apakah ia boleh mengetahui masalah apa yang dihadapi Anton.
"Sebetulnya memang ada sedikit kesulitan Erwin. Masalah pribadi, sangat pribadi. Tak pantas kuceritakan dan tak pantas pula kau nanti turut memikirkannya."
"Kata dokter kita bersahabat. Mungkin aku tidak dapat berbuat apa-apa tetapi aku ingin mengetahui kesulitan seorang yang mengaku dirinya sahabat. Wajar, bukankah begitu"
"Aku malu menceritakannya. Tentang orang lain, tetapi aku juga seperti terlibat. Soal wanita yang hidup bersama Jaya Wijaya itu. Dia sudah sembuh. Baik baginya, tetapi buruk bagi wanita yang seperti budaknya itu," kata dr Anton. Tak dapat mengelak tetapi masih ingin menyembunyikan sebagian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wanita yang dokter taksir itu, kan. Dia memang benar-benar menumpukan seluruh harapannya kepada dokter.
Kasihan dia. Orang semacam dia, kalau tak cukup tabah bisa bunuh diri atau jadi pembunuh. Perbedaannya terletak pada kebebasan dari penderitaan bagi orang yang bunuh diri.
Maksud saya penderitaan di dunia. Dan hidup ini bukan hanya di dunia. Ah, saya bicara terlalu jauh. Dokter ingin menolongnya. Ingin memilikinya. Dia juga ingin berlindung pada dokter," kata Erwin bagaikan senapas.
"Erwin mengetahui seluruhnya. Aku benar-benar malu."
"Mengapa malu. Mencintai seseorang dan dicintai pula oleh orang bukan suatu perbuatan aib. Tiap orang berhak, bahkan wajib mencari kebahagiaannya. Tetapi melalui saluran dan cara yang legal menurut hukum atau adat yang berlaku."
"Ya, itulah sulitnya. Aku ingin menolongnya dan karena kau pun telah mengetahui, aku tak dapat lagi merahasiakannya.
Aku ingin memilikinya. Bukankah salah ingin memiliki wanita yang sudah milik orang lain!"
"Dia itu bukan isterinya. Hanya hidup bersama dan bukan pula atas dasar suka sama suka. Tetapi semata-mata karena saling membutuhkan. Kebutuhan mereka berbeda!"
"Erwin juga mengetahui itu?" tanya dr Anton.
"Karena dokter ingin memandang aku sebagai sahabat, aku jadi merasa terpanggil untuk mengetahui tentang dirinya. Aku bahkan ingin berbuat sesuatu untuk dokter kalau saja ada yang terjangkau olehku!"
"Hatimu mulia sekali sahabat," kata dr Anton terharu.
"Kalian yang dokter-dokter juga sangat mulia. Berdaya-upaya meringankan atau menyembuhkan orang yang menderita karena sakit. Dengan penuh kesabaran dan kemanusiaan. Kalian tak boleh membedakan si miskin dengan si kaya. Kalian pun tidak boleh menghiraukan hujan atau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
badai. Apalagi kalau cuma malam hari. Kalau bantuan kalian dibutuhkan, kalian harus melayani. Bukankah begitu sahabat?"
tanya Erwin. Mendengar ini Anton merasa mukanya berubah.
Menyindirkah Erwin" Memang begitu tugas kewajiban dokter, tetapi masih adakah dokter yang begitu di Indonesia" Betapa memalukan. Masih ada tapi hanya tinggal beberapa orang saja. Yang lainnya sudah jadi dokter materialistis dan egoistis.
"Aku tidak menyindir kawan," kata Erwin melihat Anton jadi gugup.
"Tetapi apa yang Erwin katakan itu jarang tersua dalam kenyataan sekarang. Sudah hampir tak ada dokter yang mau memberi pertolongan malam. Apalagi kalau sudah jauh malam. Mereka merasa diganggu. Orang sakit payahlah yang harus menunggu. Banyak yang tak tertolong karena maut lebih cepat dari uluran tangan dokter."
"Yang baik masih ada," kata Erwin memperbaiki keadaan.
"Tetapi dalam beberapa banyak hal dokter tidak semampu dukun," kata dr Anton mengulangi apa yang pernah diucapkannya. Dalam hal Jaya Wijaya terbukti bahwa ada dukun yang lebih pandai daripada dokter.
"Janganlah kita bicarakan itu lagi. Barangkali banyak baiknya kalau dokter lebih hati-hati. Barangkali ada bahaya yang mengintai dokter," kata Erwin mengatakan firasatnya.
"Kira-kira apa kawan?" tanya dr Anton.
"Secara tepat aku tidak tahu. Tetapi aku merasa seperti ada bahaya yang mengancam dirimu. Barangkali sehubungan dengan maksudmu menolong perempuan Thai itu. Orang kaya itu tidak sebaik yang barangkali dianggap sementara orang.
Aku telah mendapat banyak keterangan mengenai dirinya."
"Itulah yang membuat aku takut akan nasib Lydia," kata dr Anton.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi bukankah dia sayang akan perempuan itu. Karena walaupun bukan isteri, tetapi ia sangat membutuhkannya."
Supaya Erwin mengetahui betapa berat siksaan batin atas diri Lydia dia harus menceritakan bencana yang menimpa diri Jaya Wijaya sebelum ia digigit Sati. Apa yang harus dilakukan perempuan sewaan itu untuk memuaskan laki-laki itu dengan cara lain. Cara-cara yang amat menjijikkan dan menyiksa perasaan wanita yang sebagai tawanan itu. Dan manusia harimau itu teringat lagi pada pengalamannya di Surabaya.
Seorang suami kaya yang impoten dan isterinya jatuh cinta pada dia yang menyembuhkan penyakit sang laki-laki. Wajah laki-laki yang majikannya itu terbayang kembali. Seorang baik hati yang menaruh kepercayaan penuh atas dirinya. Terbang pula olehnya wanita cantik kaya yang ingin menyerahkan nasibnya kepada seorang sopir yang merangkap dukun dan sekaligus manusia harimau.
"Dia sangat tersiksa Erwin. Aku mencintainya dan ingin membebaskannya. Apakah kau menertawakan aku kawan?"
tanya dr Anton.
"Tidak, aku justru menghargaimu karena aku pun tahu apa artinya cinta bagi seorang laki-laki," kata Erwin.
Pada waktu itu telpon berdering. Dr Anton terkejut mendengar suara Lydia yang gugup dan menerangkan, bahwa Jaya Wijaya telah mencurigainya.
"Dia sudah mengetahuinya dan mengancam aku!" kata Lydia.
"Mengenai apa?" tanya dr Anton.
"Bahwa aku pernah ke rumahmu dan menuduh aku punya hubungan gelap denganmu Anton."
Dr Anton jadi pucat.
"Lalu?" tanyanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia diam, tapi caranya memandangku dan kemudian tertawa penuh dendam jelas, bahwa ia akan berbuat sesuatu.
Hati-hatilah Anton. Kalau kau tak dapat menolongku tak mengapa, aku bisa mengerti. Tetapi jagalah jangan kau sampai turut menjadi korban," Lydia meletakkan telpon, Anton jadi pucat tangannya agak gemetaran. Dan si manusia harimau melihat, bahwa sahabatnya dalam kecemasan dihantui rasa takut.
*** DUA PULUH ENAM SI MANUSIA harimau bertanya apakah dia boleh mengetahui apa yang menyebabkan tangan dokter Anton mendadak gemetar. Sarjana itu malu. Kiranya Erwin melihat rasa takut yang menjalari dirinya. Maka diceritakannyalah, bahwa yang menelpon Lydia Savatsila, memberi ingat kepadanya bahwa keselamatan dirinya terancam.
"Aku sudah mengetahui bahwa bahaya mengintai dirimu dokter, tetapi aku tidak tahu apa yang jadi sebab. Aku ini manusia seperti kau dok, tidak mungkin mengetahui segalagalanya."
"Jaya Wijaya mencurigai Lydia. Mungkin dia sudah tahu bahwa wanita itu pernah datang kemari. Tetapi demi Tuhan kami tidak pernah melakukan sesuatu yang melanggar. Aku hanya menampung kisah sedihnya dan karena aku menyukainya, maka aku berjanji untuk menolongnya dengari segala daya yang ada. Sebenarnya aku belum tahu apa yang dapat kulakukan Win" kata dr Anton yang merasa lebih enak menyebut Win daripada Er.
"Mungkin dia mengetahui hubungan kalian, walaupun baru pada tahap bawah?" tanya Erwin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mungkin saja. Bukankah kau sendiri sudah mengetahui bahwa dia mempunyai banyak tenaga bayaran untuk melaksanakan segala kehendak hati dan perintahnya!"
Pada waktu itu pintu diketuk orang dan t^k lama kemudian, tanpa dipersilakan masuk sudah berdiri di ruangan tamu itu dua orang. Yang satu berbadan kekar dengan muka seram, yang lainnya kurus kerempeng yang belum tentu dada kecilnya tidak menyimpan apa-apa yang bertenaga besar.
"Engkau yang bernama dr Anton?" tanya si kekar yang tidak dipersilakan duduk. Suaranya saja mengandung nada setengah maut. Dokter itu merasa dihina tetapi sikapnya sebagai tikus yang mendadak berhadapan dengan kucing.
Erwin tidak memandang kedua pendatang itu. Sebagai orang tidak peduli saja. Bukan urusannya.
"Ya, akulah Anton. Ada apa?" Walaupun bahasanya tidak halus, namun suaranya jelas mengumandangkan rasa curiga, cemas dan juga takut.
"Mari ikut!" perintah si kekar.
"Ikut ke mana dan siapakah engkau" Mengapa aku harus mengikut engkau?" tanya dr Anton.
Ia masih coba membuat keseimbangan antara perintah si tamu dengan harga diri.
Si kekar tertawa sinis. "Kepingin tahu siapa aku" Ini yang dinamakan Alfonso," katanya sambil menepuk dada. "Dan aku datang bukan sebagai pasien. Aku datang mengambil engkau dokter cabul!"
Dr Anton yang ketakutan berbalik jadi marah. Semata-mata karena dia dituduh cabul.
"Kau jangan sembarang ngomong. Moyangmu yang cabul!"
kata Anton. Entah darimana timbul keberanian sampai memaki itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Alfonso marah, dipegangnya kran baju dr Anton dan ditariknya sehingga orang itu berdiri. Erwin turut campur.
Dipandangnya si kekar Alfonso dan berkata lembut:
"Lepaskan itu!" Tamu kasar itu jadi marah dicampur heran ada orang lain yang berani ikut-ikutan. Sambil memperkuat pegangannya pada kran baju Anton ia memandang si penegur. Erwin juga memandangnya dengan mata redup, sementara si kekar dengan mata menyala karena amarah.
Tetapi nyalanya segera sirna dan ia tunduk. Sambil melepaskan kran baju dr Anton. Ia tidak tahu mengapa ia jadi begitu, tak pula sempat memikirkannya. Si kerempeng yang bernama Agus memandang tanpa tanya tetapi penuh keheranan di dalam hati.
Dengan menundukkan kepala dan tanpa pamit si kekar bergerak hendak pergi. Ada dorongan keras di dalam dirinya agar ia pergi. Tetapi baru beberapa langkah, ada suara menegurnya lagi. "Tunggu!" Orang kekar dengan kawannya itu berhenti.
"Putar badanmu, melihat ke mari!" perintah Erwin.
Seperti budak yang patuh pada pemiliknya, Alfonso menurut. Tetapi tetap dengan kepala ditundukkan.
Menggelikan. Orang setinggi dan setegas itu bagaikan orang loyo tanpa punya semangat.
"Siapa menyuruhmu" Mau kau bawa ke mana dokter ini?"
tanya Erwin. Suaranya tenang. Tanpa bentakan atau hardikan.
Si kekar tidak menjawab.
"Kau tidak mau menjawab pertanyaanku?" tanya Erwin.
"Saya hanya orang suruhan," kata Alfonso. Suaranya pelan, nyaris tak kedengaran.
"Bukan itu jawaban atas pertanyaanku. Siapa yang menyuruhmu?" ulang Erwin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kembali si kekar diam bagaikan orang bisu.
Sementara Erwin tetap duduk, tiba-tiba Alfonso merasa ada yang memukul tengkuknya. Ia terpekik. Si kerempeng pun menjerit. Tanpa ada yang melakukan serangan dilihatnya darah mengucur dari kuduk kawannya. Setan, pikirnya.
Rumah ini ada setannya. Alfonso yang biasanya terkenal berani dan memang bertenaga kuat itu sekarang merasa takut. Tadi dia hanya menurut perintah Erwin, tetapi sekarang dia betul-betul takut. Menghadapi lawan yang tidak kelihatan.
Sudah tentu bukan dokter dan kawannya yang sedang duduk itu. Lalu siapa" Dia merasa benda-benda tajam ditanamkan ke dalam daging tengkuknya. Bukan pisau. Dr Anton pun heran melihat kejadian yang amat aneh itu. Siapa yang melukai orang kekar itu" Sudah terang bukan Erwin yang duduk berhadapan dengan dia.
Hanya Erwin yang tidak heran. Ia melihat tadi ayahnya tiba-tiba berdiri di belakang Alfonso dan memukul tengkuk orang itu dengan tangan kanannya. Kuku-kuku harimau yang tajam dan kuat membenam di dalam daging berotot Alfon so.
"Aku hanya pesuruh. Dan aku melakukan segala perintah ini untuk mendapatkan nafkah. Aku tak punya modal lain daripada tenaga. Ampuni aku orang yang hina ini tuan-tuan,"
kata Alfonso. Cara bicaranya sudah berubah sama sekali. Dia, yang tadi datang dan bicara serta bertindak penuh kesombongan.
"Yang menyuruhmu!" kata Erwin tanpa meninggikan nada suara.
"Tuan Jaya!" jawab Alfonso gugup. Tampak benar ia sangat takut membuka mulut.
"Jaya yang mana?"
"Jaya Wijaya tuan. Bolehkah saya pergi sekarang?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Belum, jawab dulu semua pertanyaanku!" kata si manusia harimau.
"Tetapi saya bisa mati kalau membuka rahasia tuan!"
"Apakah kematian tidak lebih baik bagimu?" tanya Erwin seakan-akan hidup mati hanya soal sepele saja.
Si kekar tidak menjawab. Dia heran mengapa dia takut pada orang sekecil Erwin, namun begitu dia tak dapat melawan rasa takut itu.
"Katakan, kau disuruh mengambil dokter Anton lalu membawanya. Bawa ke mana" Jawab, jangan buang-buang waktu!" perintah Erwin.
Pada saat itu mendadak Alfonso merasa ada dua tangan melingkari batang lehernya, siap untuk mencekiknya.
Kemudian terasa kuku-kuku tajam menyentuh dagingnya, tetapi tidak kuat-kuat. Takutnya kian menjadi. Siapa atau apakah ini. Orang yang menanyai dan ditakutinya itu tetap saja duduk di tempatnya. Ini lawan yang tidak kelihatan.
Beginikah tenaga gaib yang pernah didengarnya, tetapi ia tidak pernah percaya" Lingkaran di lehernya itu agak mengencang. Perintah tanpa kata bahwa dia harus menjawab pertanyaan Erwin.
"Saya diperintah membawa dokter Anton ke Pluit. Ada satu rumah yang jadi sub-markas tuan Jaya Wijaya di sana!" jawab Alfonso.
"Untuk apa" Jawab yang benar!"
"Untuk diadili dan dihukum! Saya cuma diperintah Pak,"
kata si kekar. "Apakah di sana ada pengadilan?"
"Tidak!"
"Lalu mengapa mau mengadili?" Erwin jadi gemas. Orang yang keturunan Cina ini betul-betul kurang ajar. Terlalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kurang ajar. Orang-orang beginilah yang menyebabkan orang curiga kepada mereka yang non pribumi, padahal di antara mereka banyak yang baik. Yang jahat-jahat ini mestinya dibasmi oleh mereka yang seketurunan, sebab penjahat-penjahat ini membahayakan ketenteraman orang-orang yang baik dan mematuhi undang-undang di negara ini."
"Saya tidak tahu Pak. Saya tidak ikut mengadili!" kata Alfonso.
"Tetapi kau tentu ikut membunuh orang-orang yang dihukum mati oleh bossmu yang hewan itu! Jangan coba bohong!" kata Erwin. Tetap tidak membentak.
Si kekar tunduk, tidak menjawab.
"Sudah berapa banyak yang kau bunuh?" tanya Erwin.
"Seingat saya enam orang Pak."
"Orang apa saja?"
"Setahu saya dua pejabat. Kabarnya tidak mau disuap. Dua orang Cina seperti tuan Jaya Wijaya sendiri."
Karena si kekar tidak meneruskan keterangannya, maka Erwin bertanya lembut tetapi penuh wibawa: "Kau bilang enam orang. Baru empat yang kau ceritakan. Siapa yang dua orang lagi?"
"Dua lagi wanita. Satu Cina satunya Indonesia!"
"Mengapa mereka harus dibunuh?"
"Saya tidak tahu Pak. Saya hanya melaksanakan keputusan pengadilan itu!" jawab Alfonso.
"Baiklah. Ini juga pengadilan. Seperti pengadilan boss-mu itu. Aku hakim tunggalnya. Aku jatuhkan hukuman mati atas kau yang sudah membunuh enam orang! Pantas kan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Si kekar mendadak berlutut: "Ampun Pak! Saya cuma orang kecil yang menurut perintah. Bukan kemauan saya. Ampunilah saya!"
Erwin berpaling pada si kerempeng Agus yang sedari tadi hanya mempersaksikan semua kejadian dengan mata tak percaya dan tak terjangkau oleh pikirannya bahwa ada orang punya kekuatan gaib seperti Erwin. Ia tadinya menyangka bahwa ilmunya sudah hebat sekali. Ia dipakai oleh Jaya Wijaya, hanyalah karena ia sudah mendemonstrasikan, bahwa pukulannya "walaupun dengan kepalan kecil dan tangan kurus" benar-benar mematikan atau membuat orang jatuh pingsan. Ia mempunyai tenaga dalam yang diwarisinya dari mbah kakungnya (kakek) yang sudah tiada lagi. Tenaga dalam yang luar biasa itulah yang dijadikan modal untuk hidup.
"Apa tugasmu dari tuan Jaya Wijaya-mu?" tanya Erwin.
Seperti si kekar, dia ini pun tidak segera menjawab. Kalau dia belum melihat sendiri kebolehan laki-laki itu, pasti pertanyaan begitu disahutinya dengan satu pukulan yang membuat orang itu sedikitnya kelenger. Kini dia ragu-ragu.
Orang hebat itu punya ilmu gaib, tetapi apakah ia juga punya tenaga dalam" Dia belum melihatnya. Apakah pukulannya tidak akan membuat Erwin juga akan mengakui kehebatannya atau bahkan mengakui, bahwa dialah yang lebih unggul"
Diam-diam si kekar juga berharap agar kawannya ini bisa merubah situasi. Tetapi ternyata Agus penuh keragu-raguan.
"Kau tuli?" tanya Erwin memandang pada si kerempeng lagi.
"Kau sombong sekali dengan ilmu sihirmu!" sahut Erwin.
Tanpa diduga-duga kiranya Agus sudah mengambil keputusan agar jangan sampai terlalu kehilangan muka. Ia melompat dan menghajar cu Anton dengm tamparan tangan kiri. Dokter yang punya badan jauh lebih meyakinkan dari si ken&ipeng ternyata terjajar, terbalik dari kursinya. Pipinya merah dan ia merasa panas sekali, seperti dipukul dengan obor menyala.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Erwin mempersaksikan, tidak segera bertindak. Sekali-sekali melihat erang lain memamerkan kekuatan kan enak jugt. Dia tahu, bahwa dokter itu merasa malu dan tak pula berani melawan. Tetapi ada baiknya Vjat dia. Bahwa orang sekecil dan sekurus Agus ini bisa punya tenaga yang belum tentu bisa diimbangi oleh petinju kelas heavy weight. Bahwa: di luar sekolah dan universitas ada sekolah-sekolah lain dengan mata pelajaran lain yang tidak ada di akademi mana pun. agar orang-orang yang berpendidikan modern jangan selalu anggap sepele manusia-manusia kurang sekolah. Ada kelebihan pada orang-orang tertentu. Dan orang yang berkelebihan khusus ini tidak mesti sarjana, tidak mesti pejabat tinggi dengan segala wewenang dan kadang-kadang keangkuhannya. Dia mungkin ada di dalam dada atau tubuh seorang desa bersandang murah tanpa alas kaki. Tetapi dia juga barangkali memperkuat ilmu-ilmu modern yang memenuhi otak seorang keluaran sekolah tinggi dan punya kedudukan tinggi dengan pengalaman dan kelihayan bertahun-tahun.
Melihat Erwin diam saja, tidak memberi bantuan, bahkan berdiri pun tidak, si Agus jadi merasa dapat angin. Kini tinju kanannya yang terkenal sangat ampuh dilayangkan ke muka Erwin. Tetapi sebelum mengenai sasaran, manusia harimau itu telah menangkap pergelangan tangannya. Ia menggeram seperti harimau yang hanya pernah didengar Agus dan Alfonso di kebun binatang. Kedua orang itu gemetar. Agus yang diremas per-gelangannya terkencing-kencing karena takut dan sakit yang amat sangat. Dr anton hanya melihat. Betapa kecilnya dia di tengah orang-orang bukan sarjana ini!
*** DUA PULUH TUJUH
SI MANUSIA HARIMAU mengulangi pertanyaannya kepada Agus yang sudah terduduk karena kakinya tak kuat lagi menahan badannya. Sakit seperti ini baru pertama kali
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dirasakannya. Padahal si manusia harimau hanya memegang dengan cara biasa-biasa saja. Sama sekali tidak kelihatan, bahwa ia mempergunakan tenaga untuk itu.
Agus memilih yang terbaik baginya. Menjawab pertanyaan Erwin.
Kucing Suruhan Karya S B Chandra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tugas saya sama dengan Alfonso Pak!" katanya.
"Menjadi algojo?" tanya Erwin.
"Tidak selalu. Kadang-kadang melatih pasukan pengawal!"
"Pasukan pengawal" Siapa yang harus dikawal. Punya negara sendiri di dalam negara ini?"
"Tidak Pak," jawab si kerempeng. Ia merasa kikuk sekali menghadapi orang yang kelihatan kampungan dan tak punya gaya ini. "Mengawal boss!"
"Jaya Wijaya maksudmu?"
Si kerempeng membenarkan. Diceritakannya, bahwa ke mana pun Jaya pergi sebenarnya ia selalu dikawal ketat oleh orang-orangnya. Dengan cara yang amat pintar, sehingga tidak kelihatan oleh orang. Bukan hanya itu. Ia punya badan intel sendiri. Punya panitia hospitality untuk menyambut tamu dari luar negeri atau para pejabat yang perlu diservice. Service yang ditawarkan oleh Jaya atau yang dipinta oleh pejabat yang akan memberi jasa. Jelas, bahwa Jaya Wijaya, dibantu oleh kedua saudaranya mempunyai sebuah organisasi gelap yang amat teratur, cukup dengan segala aparat yang diperlukan oleh suatu negara atau pemerintahan. Walaupun ukuran mini di dalam negara yang syah.
"Apa saja latihan yang diberikan kepada para pengawal itu?" tanya Erwin.
"Silat, kungfu dan latihan mental," kata Agus. Dalam keadaan takut, dia merasa hebat juga dengan kemampuannya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wah, hebat kau," kata Erwin. Tidak menyindir.
"Masih jauh di bawah Pak guru," kata Agus.
"Apa katamu" Guru" Aku bukan guru. Bukan pelatih!"
"Saya ingin berguru kepada Bapak, kalau diperkenankan."
Erwin tertawa. "Pandai kau mengambil hati dalam keadaan terjepit. Melihat wajahmu, kau memang seorang yang lihay dan punya lebih seribu akal untuk menghadapi serta mengatasi segala situasi. Tenaga dalammu baik sekali. Siapa gurumu?" tanya Erwin.
Diam-diam si Agus merasa senang juga dengan pujian itu.
Tetapi lebih kagum lagi dia akan kehebatan Erwin membaca hatinya hanya dengan melihat mukanya. Bahwa dia lihay dan punya banyak akal. Orang yang bisa membaca dari muka, tidak mudah dikibuli. Itu dia sangat tahu.
"Guru saya orang dari Cirebon. Sudah tau!" kata Agus.
"Ilmu dan tenaga tidak ditentukan oleh usia. Mengapa kau pukul dokter yang tak bersalah itu" Mau tunjuk tenaga?" tanya Erwin.
"Sebetulnya saya mendapat tugas untuk memukul dia di hadapan kawan-kawannya di rumah sakit. Di muka umum.
Supaya dia tahu diri!"
kata Agus. "Apa maksudmu?" tanya Erwin.
"Dia main gila dengan nyonya boss. Untuk itu hanya satu hukumannya. Disingkirkan dari pergaulan!" jawab Agus terus terang.
"Maksudmu dibunuh?"
"Dalam hal dokter ini tidak. Dia dibikin malu di depan umum, lalu dibikin sampai tidak normal. Dipatahkan kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kakinya, dikeluarkan kedua biji matanya atau dipatahkan kedua tangannya."
"Atau apa lagi?" tanya Erwin yang ingin tahu kesadisan apa lagi yang diperintahkan Jaya Wijaya kepada anak buahnya ini.
"Banyak lagi Pak. Saya boleh juga menyiram mukanya dengan cuka getah supaya hancur sama sekali." Dokter Anton bergidik mendengar. Rupanya baginya sudah direncanakan hidup cacad seumur hidup. Kalau perintah Jaya Wijaya sampai terlaksana, maka tak ada lagi guna dunia ini baginya.
"Dan kau selalu melaksanakan perintah dengan baik dan dengan senang hati pula?"
Agus diam. Sesungguhnya baru sekali ini ia gagal.
"Kau tak menjawab pertanyaanku," kata Erwin.
"Saya melaksanakannya karena diupah Pak!"
Erwin tidak meneruskan pertanyaan, Agus bukan satu-satunya manusia Indonesia yang dibayar sebagai tukang pukul atau pembunuh oleh orang berduit. Di antara orang-orang ini termasuk Jaya Wijaya yang melakukan segala macam kegiatan untuk menumpuk harta sebanyak mungkin. Dia sudah jadi orang rakus yang tidak mengenal titik henti dalam memperkaya diri. Tidak mengenal lagi rasa kasihan. Uang diperintahnya untuk melakukan aneka macam kejahatan.
Banyak orang mau berbuat apa saja asal dibayar.
"Baiklah. Kalian kubebaskan. Kalau tidak lagi menjahati kami, maksudku dokter Anton dan diriku, maka dari kami tidak ada dendam. Tetapi ingatlah nyawa kalian diintai oleh kawan-kawan kalian yang semuanya dibayar oleh boss-mu yang hebat itu," kata Erwin. Dan apa yang dikatakan Erwin memang benar, karena kedua pembunuh bayaran itu harus membayar mahal oleh kegagalan dalam melaksanakan tugas. Tetapi mereka tidak berani melarikan diri, sebab perbuatan begitu hanya menunda kematian beberapa hari. Mereka pasti akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tertangkap dan dalam hal yang demikian, mereka akan dibinasakan tanpa melalui pertanyaan dan pemeriksaan.
*** KEHADIRAN seorang asing yang amat tinggi
kemampuannya di rumah dokter yang harus diculik itu, langsung dilaporkan kepada Jaya Wijaya sendiri, yang penasaran kenapa tugas itu sampai gagal. Mungkin karena baru bebas dari suatu penyakit yang mengancam jiwanya, maka sekali ini Jaya Wijaya dapat mengerti akan kekuatan luar biasa yang dihadapi kedua orang anak buahnya. Dan dia bertekad untuk menghabiskan manusia yang jadi perintang rencananya terhadap dr Anton. Jalan pintas adalah mengadukan hal itu kepada Sumarta yang diyakininya dapat membinasakan sahabat dr Anton dan dokter itu.
Sumarta dan Daeng Mapparuka yang dijemput dengan mobil mewah saling pandang setelan mendengar pengaduan Jaya Wijaya yang telah pernah memberi imbalan lima puluh juta.
"Saya kepingin dua orang itu mati," kata Jaya Wijaya.
Kemudian ia perintahkan Alfonso dan Agus untuk menceritakan apa yang telah mereka alami di rumah sang dokter yang katanya ingin merebut Lydia dari tangannya.
Suatu niat yang harus dihalangi dan cara yang terbaik adalah meniadakan mereka.
"Itu artinya pembunuhan tuan," kata Daeng Mapparuka, seolah-olah bukan dia beberapa waktu yang lalu telah berusaha membunuh Sumarta.
"Bukankah orang jahat lebih baik tidak ada di dunia ini, karena hanya menimbulkan onar.
Kehidupan jadi tidak tenteram oleh perbuatan orang-orang jahat semacam itu," kata Jaya Wijaya. "Saya tahu ini pekerjaan berat, karena clua orang terbaik saya tidak sanggup melakukannya," kata Jaya berterus terang tanpa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghiraukan apakah Alfonso dan Agus menjadi sangat tersinggung karena itu. Ia suruh kedua orangnya itu menceritakan apa yang telah terjadi. Dan kedua orang bayaran untuk melaksanakan pekerjaan busuk itu menceritakan seluruhnya. Daeng Mappa-ruka dan Sumarta merasa amat heran oleh adanya tenaga tidak kelihatan yang memukul Alfonso sehingga luka. Tenaga gaib, pikir Daeng. Ia memandang Sumarta, yang juga memandang dia karena keduanya sama-sama tidak tahu apa yang sebaiknya dikatakan.
"Lima puluh juta untuk penyingkirannya," kata Jaya Wijaya dengan syarat, agar namanya jangan sampai terbawa-bawa.
Kedua sahabat, Daeng dan Sumarta saling pandang lagi. Kali ini untuk mengatakan, betapa banyak rezeki yang bisa diterima kalau sanggup jadi pembunuh.
"Saya perlu mufakat dengan saudara saya," kata Daeng.
Jaya Wijaya mempersilakan dan kedua orang itu pergi ke ruangan lain yang ditunjuk oleh tuan rumah. Secara kebetulan kehadiran kedua dukun ini terlihat oleh Lydia yang memang tidak diperkenankan hadir oleh Jaya Wijaya. Hatinya berdetak, mengapa kedua orang ka-wakan ini ada di sana lagi. Tentu bukan untuk pengobatan, karena Jaya sudah sembuh. Ia ingin tahu, tetapi tak tahu caranya bagaimana menyadap pembicaraan mereka.
Sementara itu, di suatu ruangan terpisah
Daeng bertukar pikiran dengan kawannya. Perkara pengobatan dan guna-guna memang Daeng yang paling menguasai, tetapi kucing yang pernah membuat Jaya Wijaya sampai menderita berbulan-bulan adalah milik Sumarta dan hanya dialah yang dapat memerintahnya untuk melakukan tugas berat itu.
"Kakang butuh uang itu," kata Daeng merangsang Sumarta. "Gengi kakang akan lebih tinggi Wanita itu pasti akan jadi milik kakang." Tanpa dikatakan Daeng pun, Sumarta
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah tahu bahwa ia memerlukan tambahan uang lagi untuk memperbesar usahanya. Dia nanti akan termasuk pedagang besar.
"Sati akan dapat melakukannya kang," kata Daeng.
"Belum tentu. Dia mudah membalas dendam terhadap tuan Jaya, karena dia benar-benar marah dan orang itu tidak punya isi. Tapi orang ini punya kekuatan gaib. Lagi pula bukan orang yang dimusuhi Sati. Belum tentu dia mau. Kalaupun dia mau, belum tentu dia sanggup," kata Sumarta.
"Dia pasti sanggup. Kekuatan orang itu hanya ilmu gaib, paling banter sihir. Tetapi Sati mempunyai kesaktian. Segala ilmu tidak bisa menghadapi orang sakti ataupun makhluk sakti seperti kucingnya kakang. Tidak mempan," kata Daeng.
Mapparuka penuh keyakinan. Di dalam benaknya sudah terbayang lagi dua puluh juta, bagian yang tentu akan diberikan Sumarta seperti yang telah pernah diterimanya.
"Kalau dia tidak mau!" kata Sumarta yang tidak berani sembarang menentukan. Daeng Mapparuka lalu menerangkan, bahwa kucing itu amat sayang kepadanya, kalau pandai menibujuknya pasti dia akan mau melakukan.
"Tetapkan hati Kakang. Dalam keadaan seperti ini kita tidak boleh ragu-ragu," kata Daeng menasehati. Mereka kembali mendapatkan Jaya Wijaya.
"Kami terima," kata Daeng Mapparuka setelah melihat Sumarta tidak segera buka suara. Ia tahu sahabatnya itu masih ragu-ragu, padahal Lima puluh juta bukan uang sedikit.
"Laksanakanlah. Kalau bapak-bapak tidak sanggup, tidak akan ada orang lain yang sanggup," kata Jaya Wijaya yang dalam segala kesempatan selalu tahu bagaimana ia harus bicara atau berbuat. Ia mengulurkan tangan dan kemudian berdiri sambil berkata agar kedua tamu khusus itu menunggu sebentar. Tak lama antaranya ia telah keluar lagi.
Menyodorkan seberkas uang, sepuluh juta.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan, kami belum bekerja," kata Sumarta. Malu terima porsekot.
"Tidak apa-apa," kata Jaya Wijaya. "Tandanya saya tidak ragu-ragu atas kemampuan bapak-bapak."
Dengan agak segan-segan Daeng Mapparuka menerima.
Orang kaya itu memahami kedua tamunya, mempersilakan mereka minum dulu, karena sedari tadi ngomong-ngomong melulu. Jaya Wijaya sendiri menuangkan orange crush kalengan untuk kedua dukun itu, suatu kehormatan yang biasanya hanya diberikan kepada pejabat yang hendak dijadikan alat dengan bayaran lumayan, tetapi sesungguhnya tidak berarti dibandingkan dengan keuntungan yang akan ditariknya. Misalnya meminjam uang milyaran dari Bank, menyelundupkan barang-barang harga ratusan juta atau mendapatkan fasilitas-fasilitas di luar prosedur yang tidak wajar.
Menerima sepuluh juta bagi Sumarta sungguh tidak seenak kewajiban yang harus dilaksanakan untuk itu. Membunuh dr Anton dan Erwin. Ia baru berkenalan sepintas saja dengan dokter itu, sedang dengan Erwin belum sama sekali. Baru kehebatan orang itu yang diceritakan kepadanya.
*** TIBA di rumah Sumarta langsung bertanya lagi, bagaimana kalau Sati menolak melakukan pekerjaan keji itu. Daeng terus berusaha menanamkan keyakinan, walaupun keyakinan sama sekali belum berarti kenyataan.
"Mudah-mudahan saja," kata Sumarta yang tidak mau gegabah itu.
"Kakang majikan yang sangat disayanginya, ia pasti akan memenuhi permintaan kakang," ujar Daeng Mapparuka.
Sumarta mengelus-elus kucingnya yang sedang tiduran.
Tetapi kucing menggeram, berdiri lalu pergi. Pertanda dia tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
senang. Dan tak senang itu tentunya karena ia sudah mengetahui apa kehendak majikannya.
"Kau benci padaku Sati?" tanya Sumarta dengan suara beriba-iba untuk membangkitkan rasa kasihan pada diri kucingnya itu. Sati memandang tuannya. Pada sorot matanya tampak semacam ejekan. Dia, yang pernah mendatangi si manusia harimau ketika makhluk itu hampir mau mengobati Jaya Wijaya telah memenuhi harapannya agar menolak permintaan dr Anton. Erwin telah berbaik hati pada neneknya itu. Dia tidak pantas dibunuh. Begitu pula dokter Anton yang tidak pernah menyakitinya. Mengapa orang-orang tak berdosa harus dibunuh atau dibikin gila, semata-mata untuk uang! Dia tidak mau melakukan pekerjaan kotor itu.
Tetapi Sumarta yang sudah terima porsekot membujuk terus sehingga akhirnya berkata: "Kalau kau sudah begitu benci padaku Sati, bunuhlah aku. Hidup ini sudah tak berguna.
Mati lebih baik daripada menanggung malu!"
*** DUA PULUH DELAPAN
MENDENGAR kenekatan atau keputus-asaan sang majikan, kucing sakti itu memandang tajam ke mukanya. Betapa jahatnya Sumarta kini. Menyuruh dia membunuh orang tak berdosa padanya, semata-mata karena mengharapkan kekayaan untuk dilagakkan pada seorang wanita yang telah pula diguna-gunai.
"Mengapa kau pandangi aku begitu Sati?" tanya Sumarta seolah-olah kucing itu bisa diajak bicara. Sati terus menatap mukanya tanpa memberi reaksi lain.
Pada waktu itulah terdengar suara orang memberi salam.
Suara wanita. Hati Sumarta yang sedang gundah jadi berdebar. Suara Christine Julianty Subandrio. Benarkah"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mungkinkah" Ia memandang Daeng Mapparuka yang sejak tadi membiarkan sahabatnya bicara dengan kucingnya.
Ia pun takut, bagaimana kalau sampai Sati tidak mau menolong.
Seperti orang bengong Sumarta menjawab salam yang diucapkan dari luar lalu bangkit untuk melihat. Ya Tuhan, benar-benar Christine. Seorang diri dengan membawa bungkusan.
Karena tidak dipersilakan masuk, maka perempuan itu sendiri bertanya, apakah dia boleh masuk. Tergugup-gugup Sumarta berkata:
"Aduh, saya malu sekali tidak dapat menerima Neng sebagaimana mestinya. Lagi beberapa hari baru saya pindah dari gubuk ini. Sekarang lagi didandani," katanya mengangkat gengsi.
Kasihan juga tukang buah ini, dia mau segera memperlihatkan bahwa ia tidak semiskin seperti yang terlihat pada saat itu. Ia punya duit, sudah ngontrak rumah bagus.
Sedang diatur isinya oleh seorang yang mengerti mengatur interior dan perabotannya.
"Saya senang melihat tempat ini," kata Christine membantu orang yang telah masuk ke dalam pikirannya itu dan diketahuinya sedang gugup sekali menerima kedatangannya.
Cetusan tingkah dari orang yang sedang ditabrak cinta.
Tanpa dipersilakan pula Christine duduk di kursi sederhana yang ada di sana.
"Bawaan rumah ini dingin. Kata orang rumah begini pembawa rezeki dan berkah. Jangan ditinggal," ujar Christine.
"Ya, tapi kuno. Rumah model kampungan," kata Sumarta.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Justru yang kampungan itu seringkah jauh lebih baik dan membawa ketenteraman. Saya yang baru masuk saja merasa betah di sini!"
Hati Sumarta melonjak. Dia mengerling Daeng Mapparuka, yang tadi diperkenalkan Sumarta sebagai sahabat terkaribnya. Dalam kerlingan singkat itu Sumarta menyatakan terima kasihnya. Kedatangan Christine tentu berkat kerja bunga mawar dan kemenyan putih yang kedua-duanya sudah dijampi-jampi oleh Daeng Mapparuka.
Kawannya ini benar-benar hebat, pikirnya.
"Saya bawa sedikit oleh-oleh," kata Christine sambil membuka bungkusan yang rupanya sehelai serbet ukuran agak besar.
Tampak piring yang ditutup dengan piring lain.
"Hanya agar-agar. Tapi bukan boleh beli, bikinan sendiri.
Barangkalipun tidak enak," kata wanita itu tak kalah merendahkan diri pada laki-laki yang termalu-malu itu. Kalau seorang wanita sampai mengantar makanan, mengantarkan sendiri, itu bukan main-main!
Untuk menyingkirkan suasana kaku, Daeng Mapparuka segera mengambil pisau. Agar dipotong sambil berkata: "Kalau agar ini tidak enak, tidakkan ada agar-agar yang enak di dunia ini" Wajah Christine memerah. Pintar juga Daeng ini ngomong.
Sepintar dia membuat guna-guna.
Sumarta pun jadi turut cekatan. Masuk mengambil beberapa garpu. Bertiga mereka nikmati. Bagi Sumarta bukan hanya agar-agar itu yang sangat sedap, melainkan duduk dan makan bersama itu yang terlalu mengasyikkan. Dia tidak pernah berani menduga, bahwa kerja bunga dan kemenyan tempo hari sampai sedemikian hebatnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Minumnya hanya teh buatan Daeng. Tanpa gula. Dan memang itu yang cocok untuk agar-agar yang sudah manis.
Dan yang berdebar hati bukanlah hanya Sumarta. Tetapi juga Christine. Yang seorang karena mabok cinta yang lainnya karena telah dimakan guna-guna. Debarannya sama, hanya penyebabnya yang berlainan. Tetapi tujuan jadi sama juga.
Ingin hidup berdampingan.
Aneh kedengaran bagi mereka yang tak percaya, bagi yang tahu kekuatan guna-guna. Sebenarnya pengaruh bunga dan kemenyan atas diri perempuan itu belum seberapa. Masih ada tingkat sedang-sedang saja. Yang terkena parah bisa lebih daripada itu. Jauh lebih hebat. Bisa sampai tidur ditangga rumah yang mengguna-gunai menunggu penggoncang hati bangun dan mendapatkan dirinya terlena di sana. Ada lagi pengaruh yang lebih hebat. Seorang perempuan atau laki-laki yang diserbu guna-guna bisa memeluk dan menciumi si pembuat di jalan, di tengah orang ramai. Kalau sampai begini, akan celaka juga. Jadi tontonan orang banyak. Kemudian jadi buah bibir yang tak kunjung henti.
"Saya betul-betul merasa enak dan tenteram di rumah ini,"
kata Christine mengulangi. Membuat hati Sumarta semakin kelimpungan dan jadi salah tingkah lagi. Lebih-lebih ketika wanita cantik itu menarik napas dalam-dalam tanpa mengatakan sesuatu. Hati Sumarta jadi tambah gemuruh.
Dengan berat hati Christine mohon diri.
"Kakang hidup sederhana, tetapi tentu beruntung dan selalu tenteram," kata wanita janda kaya itu ketika ia akan keluar pintu. Sumarta mengantarkan sampai ke mobil yang disetir sendiri oleh Christine.
Ketika mobil itu bergerak pergi, Sumarta merasa sedih tetapi hanya sesaat. Dengan gaya orang pulang menang dari medan perang ia kembali ke rumah. Merasa dilihati dengan penuh tanda tanya oleh para tetangga, kok seorang wanita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cantik dan tentunya kaya sampai mendatangi Sumarta.
Keponakan atau masih jalan saudara yang rendah hati"
Begitu masuk rumah, Sumarta langsung melompat seperti anak yang terlalu kegirangan dan menjabat tangan Daeng Mapparuka.
"Daeng memang hebat, terlalu hebat. Dia datang ke sini.
Daeng bayangin betapa aneh dan luar biasa," katanya.
"Nasib kakang memang baik. Sudah hampir ke garis finish,"
kata Daeng yang begitu-begitu mengenal istilah olahraga.
Sekarang dia ingat lagi, bahwa ia masih memerlukan tambahan uang untuk menyambut kedatangan wanita yang akan jadi pengantinnya. Dan pikirannya menjadi gundah kembali. Malah lebih kacau dari sebelum Christine datang.
Ketika ada Christine, kucing yang turut pegangan peranan dalam membuat wanita itu jadi sangat tertarik pada Sumarta, tidak kelihatan. Christine juga tidak menanyakannya, mungkin karena dia sendiri merasa sumbang sekali datang sendiri mengantar makanan untuk seorang laki-laki kelas
"kampungan" yang hanya jual buah-buahan. Hanya dorongan hatinya yang tak terlawan membuat dia sampai ke sana.
Sumarta sendiri, yang dalam keadaan normal menyadari bahwa Sati mempunyai andil besar dalam menumbangkan hati wanita itu, juga tidak ingat pada kucingnya tatkala duduk dan menikmati agar-agar bersama wanita yang ingin dimilikinya itu.
Ketika Christine telah pergi dan sadar bahwa ia masih perlu tambahan uang, teringatlah ia akan kucingnya, yang kebetulan atau dengan sengaja telah kembali dan duduk menatap ke depan di bawah jendela. Sati bagaikan mengingat atau merenungkan sesuatu. Atau hendak menarik perhatian Sumarta agar merasa bahwa dalam hal-hal yang baik ia selalu mau mengerjakan apa saja yang disuruh oleh majikannya.
Berubahnya nasib Sumarta yang menerima uang juga lima
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
puluh juta dari Jaya Wijaya adalah hampir seluruhnya disebabkan tindakan dan budi baik kucing suruhannya. Tanpa disuruh, ia telah membuat Jaya Wijaya dihantam penyakit tak bernama. Kemudian dia pula yang mengobatinya dengan kesaktian yang ada pada dirinya. Dan dia telah melakukan semua itu demi sayangnya kepada Sumarta.
Tetapi untuk melakukan pembunuhan atau membuat dua orang yang tak pernah menyakitinya, bahkan orang-orang baik pula lagi, ia menolak. Tetapi ketika akhirnya Sumarta minta dibunuh saja kalau Sati tak mau menolong dia menyingkirkan dr Anton dan Erwin, kucing itu merasa kesal tetapi juga serba salah. Mengapa majikannya ini begitu pendek pikiran, sampai minta dibunuh saja. Mengapa dunia ini menjadi begitu sempit baginya. Maka ia tidak bersyukur saja dengan perubahan nasib yang sudah ada. Perempuan yang digilainya itu toh sudah datang sendiri. Walaupun dia tidak menyatakan jatuh cinta kepada Sumarta, tetapi apa yang dilakukannya merupakan suatu cara khas wanita untuk menunjukkan kesenangannya kepada seorang lelaki. Belum tentu Christine mengharapkan kehidupan yang baik dulu, baru mau berumah tangga dengan tukang buah itu. Guna-guna yang dipanahkan terhadap Christine sudah cukup kuat untuk membuat dia tidak mengharapkan diri Sumarta. Hanya itu.
Bukan uang, bukan rumah yang bagus. Ia sudah biasa dengan semuanya itu. Kalau itu yang jadi tujuan, dia sudah lama kawin dengan salah satu pelamar atau pengagumnya yang jumlahnya tidak sekedar dua tiga orang. Ia jatuh hati karena diguna-gunai. Tak ada lain daripada itu penyebabnya.
Sumarta membujuk kucingnya lagi. Agar kasihan padanya, jangan sampai membuat dia malu. Ia sudah terima persekot.
Sudah menyanggupi. Mengertikah Sati akan tanggung jawab yang sudah terletak di atas bahunya"
"Ini permintaan terakhir sayang," katanya seperti orang yang sudah sangat terdesak. Mau mengatakan apa saja untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencapai maksud hatinya. Tetapi Sati tidak atau belum memberi kesan, bahwa ia bersedia membantu tuannya dalam pekerjaan jahat itu.
*** LAIN pula keadaan di rumah Christine Ju-lianty, yang masih punya ayah dan ibu. Punya beberapa saudara yang semuanya sayang padanya. Perubahan pada diri wanita itu tampak oleh mereka, terutama oleh Subandrio dan isterinya. Pada waktu yang akhir-akhir ini dia banyak termenung, kadang-kadang tidak mendengar orang yang sedang bicara dengannya. Ia tidak banyak tertawa, padahal biasanya ia selalu cerah dan ceria. Lincah dan gembira. Tetapi tiap ditanya orang tuanya mengapa ia jadi berubah, dia hanya menjawab bahwa dia tidak merasakan perubanan apa pun. Dan dia pun lalu mencoba seperti biasa, tetapi kegirangan yang dibuat-buat itu tak mampu menipu mata ayah dan ibunya. Akhirnya keduanya semufakat untuk minta bantuan seorang dukun. Mereka percaya pada kekuatan gaib, pada tenaga kiriman, pada pemanis, petunduk dan pelemah hati. Tetapi jangan sampai diketahui Christine. nanti dia tersinggung. Apa-apaan pakai dukun segala.
Nasib baik bagi Subandrio, dukun yang diminta bantuan, bukan dukun-dukunan, tetapi yang memang benar-benar berisi.
"Barangkali nyonya dan tuan menertawakan saya," kata Pak Mukti. "Barangkali saya dianggap mengada-ada. Itu terserah. Hak tuan dan nyonya untuk menilai saya. Tidak ada keharusan percaya."
"Katakan pak!" kata Subandrio. "Anak kami itu telah menunjukkan perangai yang lain dari biasa. Dari periang jadi pendiam. Dari sering cerah kini selalu kusut wajahnya!"
"Ia dimakan guna-guna!" kata pak Mukti.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Subandrio tidak mengerti apa artinya "dimakan guna-guna." Yang dia tahu hanya "kena guna-guna." Atas pertanyaan ayah Christine, dukun itu menerangkan, bahwa kalau baru kena guna-guna, mengobatinya masih tidak terlalu susah. Tetapi bila "dimakan guna-guna" itu lain. Sudah parah.
"Apakah dia akan mati merana" Apakah ada orang yang sakit hati padanya?" tanya ibu Christine, karena anaknya telah beberapa kali menolak lamaran. Lamaran ditolak sebenarnya hal biasa, tetapi bagi sementara orang, penolakan dianggap penghinaan dan bisa membangkit dendam. Wanita yang menolak itu bisa dibikin jadi tidak normal. Bisa sakit-sakitan dan akhirnya mati. Bisa jadi bodoh dan kemudian gila. Tak mau bicara dengan siapa pun atau berteriak-teriak pada saat dia tidak sedang tidur. Bisa tak mau mengenakan pakaian.
Inginnya telanjang. Bukan sewaktu sendirian, tetapi justru di depan atau di tengah orang ramai. Ingin ditonton. Aneh, tanya Anda. Orang gila memang mempunyai sifat-sifat yang aneh.
Tetapi anehnya lagi, orang gila akan marah sekali kalau dikatakan dia gila!
"Menurut penglihatan saya," kata pak Mukti sambil memandang lurus-lurus tanpa berkedip ke tikar tempat ia duduk, "anak tuan dan nyonya kena sekali dan makan sekali.
Yang mula-mula tidak begitu berat, ibarat orang pusing kepala saja. Tetapi yang kedua, yang memakan anak itu, kuat sekali!
Aneh, saya lihat ada makhluk bukan manusia turut dalam pekerjaan ini!" Pak Mukti sungguh heran, baru sekali selama pengalamannya jadi dukun melihat cara pengiriman guna-guna yang begini.
"Makhluk apa?" tanya suami isteri Subandrio.
"Salahkah penglihatan saya ini" Kucing. Ia pernah ke rumah tuan untuk melaksanakan perintah majikannya yang jatuh cinta pada anak tuan. Bukan karena dendam. Karena ingin memiliki anak tuan saja!" kata Mukti.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bapak tentu dapat membebaskan anak saya dari pengaruh guna-guna itu. Kalau boleh, saya ingin tahu, siapa yang mengerjai anak saya
*** DUA PULUH SEMBILAN
DUKUN MUKTI menerangkan, bahwa memang ada orang-orang pandai memiliki piaraan yang dapat disuruh. Tetapi biasanya ular, lipan, kalajengking dan laba-laba. Ada juga yang mempergunakan keris sebagai pesuruhnya. Belum pernah saya dengar ada kucing suruhan. Orang ini tentu hebat sekali. Dia mau mencoba menghalau pengaruh itu, tetapi dia kurang yakin bahwa ia sanggup.
Mendengar ini kedua orang tua Christine tambah kehilangan harapan.
"Siapakah orang itu pak dukun, kalau kami boleh tahu?"
tanya Subandrio.
"Laki-laki oiasa!"
"Pedagang atau pejabat tinggi?"
"Saya tak melihat jelas. Nampaknya bukan pejabat. Orang sangat sederhana. Seperti orang kampung," kata dukun Mukti.
Mendengar uraian itu ayah dan ibu Christine seperti dipatuk ular cobra. Anaknya yang cantik dan lincah diingini seorang laki-laki kampungan. Betapa jahatnya orang ini, pikir ibu dan ayah itu. Mereka bayangkan, anaknya yang cantik tergila-gila pada orang kampung yang biasa disebut "abang-abang."
Betapa memalukan. Aib besar akan menimpa dirinya.
"Sampai di mana parahnya sudah pak dukun?"
"Sukar saya mengatakannya. Takut tidak tepat," katanya hati-hati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maksud saya apakah dia masih dapat diobati!"
"Boleh saja dicoba, seperti saya katakan tadi. Eee, apa ini?"
kata pak Mukti yang terus menatap tikar di hadapannya tanpa mengangkat kepala tetapi menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya.
"Ada apa?" tanya ibu Christine. Dia cemas.
"Anak nyonya ini pernah ke rumah orang itu. Rumah kecil."
Ayah dan ibu itu merasa malu bukan tanggung-tanggung.
Anaknya yang cantik dan dikagumi banyak orang kaya dan ganteng bisa jadi tergila-gila pada seorang kampung. Guna-guna. Betapa terkutuk laki-laki yang mempergunakan guna-guna. Tak tahu diri, kata Subandrio di dalam hati.
"Buanglah pengaruh jahat itu dari diri anak saya. Berapa pun biayanya saya bayar," kata ibu Christine. Suaminya menambahkan: "Pak dukun bikin dia batuk darah dan mati secara perlahan." hatinya panas sekali.
Dukun itu tertawa kecil: "Saya coba menghalau pengaruh itu. Tetapi untuk membuatnya sakit saya tidak bersedia. Saya hanya bekerja untuk kebaikan, tidak untuk mencari dosa!"
Orang tua Christine jadi tambah malu. Mereka pikir semua dukun mau mengerjakan apa saja demi duit. Memang ada dukun yang bersedia merusak orang, baik rumah tangga maupun kesehatan. Bahkan mau melakukan pembunuhan melalui kekuatan gaib. Bisa dengan jampi-jampi saja, bisa dengan menusuk gambar orang yang jadi sasaran, dapat pula dengan menanam photo orang yang mau dibinasakan. Bisa dengan menanamkan aneka ramuan di tempat yang dilalui oleh calon korban, agar dilangkahinya. Tiap kali melangkahi, penyakitnya akan kian hebat. Akhirnya ia layu seperti pohon bunga di tanah gersang tanpa pernah mendapat air.
Pak Mukti bukan dukun semacam itu. Dan kedua orang tua Christine pulang dengan janji dukun Mukti, bahwa ia akan mencoba.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi, kalau tadi ia melihat seekor kucing turut pegang peranan di dalam mengguna-gunai anak suami isteri Subandrio, maka sehabis sembahyang Isya ketika ia mau melihat apakah ia sanggup mengobati Christine, ia jadi lebih heran bahkan terkejut, karena mendadak seekor kucing sudah ada di dalam kamar semedinya yang tertutup. Dia tidak memelihara kucing, bahkan tidak pernah ada kucing tetangga bertandang ke sana. Kucing itu mengeong seperti kebiasaan seekor kucing. Karena lapar atau karena ingin dimanjakan. Ia duduk di hadapan pak Mukti taffakkur dalam usaha memusatkan seluruh pikirannya pada perempuan yang dimakan guna-guna itu. Mukti memandanginya. Pikiran yang hampir terpusat tadi jadi buyar. Dan dia lalu mulai ingat, bahwa kucing ini mirip dengan kucing yang tampak olehnya siang tadi, ketika ia menceritakan pandangannya kepada Subandrio dan isterinya. Walaupun ia seorang dukun termasuk kelas kawakan, namun ia merasa tidak tenteram. Kucing ini tentu milik dan suruhan dukun yang membuat Christine tergila-gila pada laki-laki sangat sederhana itu. Tidak terpikir atau terlihat oleh pak Mukti saat itu, bahwa kucing ini adalah milik orang yang menginginkan anak Subandrio.
"Kau bukan kucing sembarangan. Ini dapat kurasakan, tetapi apa maksudmu mendatangiku, aku betul-betul tidak tahu. Apa maumu?" tanya pak Mukti.
Kucing itu tidak menjawab, karena memang tak dapat bicara. Tetapi ia tetap memandangi pak Mukti.
Dukun itu menerangkan bahwa maksudnya hanyalah hendak menolong seorang wanita yang terkena guna-guna, sehingga tergila-gila pada seorang laki-laki yang tidak layak menjadi suaminya. Kucing itu menggeram dan menaikkan tubuhnya dengan bulu-bulu berdiri tanda ia marah.
"Aku tidak punya niat buruk," kata pak Mukti lagi.
Tetapi kucing itu tambah menggeram. Mangkuk berisi air putih yang terletak di hadapan dukun itu dibalikkannya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga tumpah sama sekali. Jelas bagi dukun itu, bahwa kucing itu mengerti apa yang dikatakannya walaupun ia sendiri tak dapat bicara. Dan ia marah atas maksud pak Mukti, terbukti dengan gaya dan sikapnya.
Ia tak suka dukun itu membuang pengaruh yang masuk ke dalam diri Christine.
"Tak bolehkah aku menolong wanita itu?" tanya pak Mukti.
Kembali Sati memandangnya sambil menggelengkan kepala.
"Kau turut dalam pekerjaan ini" Aku sekedar bertanya, jangan marah," kata pak Mukti berhati-hati. Dan dia harus berhati-hati, sebab jelas bahwa kucing ini bukan sembarang kucing.
Serta merta kucing itu mengangguk. Pak Mukti tambah takjub. Tak keliru kucing itu mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.
Melihat kucing itu menjawab pertanyaan, maka dukun itu memberanikan diri bertanya lebih terperinci. "Majikanmu diupah orang?" tanya pak Mukti. Diluar dugaan dukun itu, Sati menggeleng. Tidak diupah orang. Lalu untuk apa ia melakukan itu" Karena berhati sosial saja" Ataukah "bukan tak mungkin-- untuk dirinya sendiri.
"Majikanmu sendiri yang ingin mempersunting wanita itu?"
tanya sang dukun. Kucing itu kembali menatap dia. Padahal tadi dia pandai menggeleng dan mengangguk. Kini ia tidak menjawab, hanya memandang saja. seolah-olah hendak mengatakan, bahwa itu bukan urusan si dukun.
"Aku ingin berterus terang kepadamu, Kucing suruhan. Kau setia pada majikanmu. Menurut dugaanku, tentulah majikanmu sendiri yang menaruh hati pada anak tuan Subandrio. Kau kucing yang amat baik. Aku merasa hormat padamu. Mungkin tuanmu itu pun amat sayang padamu. Atau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pernah menyelamatkan dirimu, sehingga kau merasa berhutang budi padanya. Kalau begitu halnya, sungguh kau sangat baik budi. Dan aku sama sekali tidak ingin bermusuhan denganmu. Kau bekerja untuk tuanmu. Aku bekerja untuk orang yang butuh pertolongan. Tiada maksudku menentang kau, kucing suruhan. Aku hanya akan melakukan kewajiban terhadap sesama manusia. Kuharap kau faham.
Tiba-tiba Sati menggeram lagi lalu mendengus. Persis kucing yang hendak berkelahi atau menantang lawannya.
"Pulanglah kau sahabat. Mari kita menempuh jalan masing-masing!" kata pak Mukti yang ingin berdamai dengan kucing berkepandaian dan amat setia kepada majikannya itu.
Sati tambah marah. Dengusnya tambah keras. Kemudian ia membuat gerak yang tak disangka oleh pak Mukti. Ia melompat dan menerkam kepala dukun itu. Kukunya bekerja, mencakar muka dan leher si dukun. Pak Mukti terkejut.
Memang ia punya kepandaian, tetapi hanya kepandaian mengobati. Ia bisa mengusir atau memindahkan hantu yang mengganggu penghuni rumah. Ia punya ilmu untuk memagar pekarangan orang dengan jampi, membuat maling tak bisa masuk, walaupun pekarangan rumah itu tidak mempunyai pagar yang dapat dilihat dengan kata kasar. Tetapi ia bukan pesilat yang pandai bergerak cepat sehingga ia tidak mampu mengelakkan serangan Sati. Ia pun bukan orang kebal. Muka dan lehernya luka-luka bekas guratan kuku dan mengeluarkan banyak darah, karena lukanya banyak dan cukup dalam.
Sati yang merasa puas tidak tinggal lebih lama di situ. Ia menghilang entah dari mana, sebab pintu tetap tertutup.
Tidak terbuka waktu ia masuk dan tidak pula terbuka waktu ia keluar.
Serangan kucing itu membuat pak Mukti menjerit-jerit.
Pada saat seperti itu, dukun pun tak kenal prestise. Yang paling utama adalah keselamatan. Kalau kucing itu terus menyerang dia bisa mati. Mendengar jeritannya isteri dan dua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anaknya yang sudah dewasa berlari masuk kamar semedinya.
Jerit begini bukan untuk pertama kali. Dulu pak Mukti pernah juga berteriak ketakutan ketika ia bekerja untuk mengobati seorang yang selalu mendadak histeris. Tetapi ia didatangi jin, yang tak mau dihalau dengan mantera-mantera yang dikuasainya. Rupanya jin itu lebih kuat dari dia. Ia ditelungkupkan oleh jin itu lalu diduduki. Karena kewalahan ia menjerit. Jin itu tidak bermaksud membunuhnya, hanya memperlihatkan bahwa dia lebih kuat supaya pak Mukti tak usah meneruskan usaha melawan dirinya.
Melihat pak Mukti berlumuran darah, isteri dan anaknya jadi kehilangan akal. Kalau pak Mukti pun menjerit, apa yang mereka bisa lakukan" Yang isteri tak berisi sementara anaknya yang dua orang itu pun tak punya simpanan di dalam dada.
Mereka melarikan pak Mukti ke rumah sakit. Sekali ini dokter yang harus menolong pak dukun. Ini bukan urusan mistik atau kekuatan gaib. Ini hanya seorang manusia yang luka karena diserang kucing yang amat marah. Luka-luka itu banyak mengeluarkan darah. Perihnya bukan kepalang. Tetapi untunglah hanya luka-luka. Ia terhitung bernasib baik. Tidak diperlakukan Sati sebagaimana ia menindak Jaya Wijaya yang sombong dan angkuh karena merasa boleh berbuat segalagalanya oleh kekuasaan uangnya yang membukit.
Setelah sadarkan diri dan melihat leher, kepala dan sebagian mukanya diperban, pak Mukti diterjang rasa malu.
Dukun cukup terkenal dan punya ilmu yang tidak boleh diremehkan, bisa terkapar tanpa melawan oleh terkaman seekor kucing.
Ketika berita itu tersiar, aneka macamlah tanggapan orang.
Lebih-lebih orang-orang yang mengerti tentang ilmu gaib. Ada yang mengatakan, bahwa kucing itu tentu kucing siluman.
Manusia yang menyamar sebagai kucing dan punya kepintaran lebih tinggi dari pak Mukti. Ada yang berkata, bahwa pak Mukti punya piaraan kucing yang bisa diperintahnya, tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lupa memberinya tumbal yang dijanjikan. Kucing itu jadi marah dan membalas. Ada lagi yang tanpa ragu-ragu menerangkannya, bahwa rupanya kelemahan pak Mukti letaknya pada kucing. Kalau harimau atau singa yang menyerang dapat diusirnya. Semua binatang tak berani menghadapi pak Mukti. Tetapi jangan kucing. Musuhnya yang tahu letak kelemahan itu sengaja mengirim seekor kucing suruhan. Musuh itu pun sekedar mau membuat dia merasa malu dan jadi tertawaan orang. Supaya hilang kepercayaan masyarakat kepadanya. Dapat dikatakan semacam persaingan di dalam bisnis perdukunan.
*** KESETIAAN kucing suruhan itu tidak diketahui oleh Sumarta. Ia pun tidak tahu bahwa keluarga Christine telah mempergunakan dukun tandingan. Jelas, bahwa daya lihat dan daya rasa
Sati jauh lebih tinggi dari tuannya. Jelas pula, bahwa ia ingin melihat Sumarta mencapai tujuannya. Memperisteri wanita yang anak orang kaya itu. Tetapi untuk melakukan pembunuhan ia tidak bersedia. Dia tahu betul, bahwa tanpa membunuh dr Anton dan Erwin, maksud Sumarta tidak akan terhambat. Jalan untuk memiliki Christine sudah terbuka.
Hanya keinginan menambah kekayaan itu saja yang menggerakkan Sumarta mau jadi dalang pembunuhan. Itu pun oleh dorongan Daeng Mapparuka yang punya kepribadian lain dari Sumarta. Ia dukun yang memperjual belikan ilmunya.
Ingin kaya. Sebenarnya ia belum pernah melihat uang dua puluh juta seperti yang diberikan Sumarta. Jangankan sebanyak itu, ratusan ribu saja belum. Semenjak berkenalan dengan Sumarta dan mengetahui bahwa kucing suruhannya bisa dipergunakan untuk banyak kepentingan baru ia jadi haus kekayaan. Ia melihat kucing itu bisa diperalat untuk mendapat banyak uang. Mengapa tidak dipergunakan, begitu jalan pikirannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika keesokan harinya Subandrio dan isterinya kembali lagi ke rumah pak Mukti dan mendengar berita buruk, bukan saja harapan penyembuhan Christine jadi menipis, tetapi mereka jadi sangat ketakutan. Mereka berhadapan dengan orang yang memiliki ilmu sangat tinggi. Entah menyamar sebagai kucing, entah menyuruh kucing merusak pak Mukti.
Bujukan Sumarta pada Sati sudah beberapa hari, tidak berhasil. Karena Jaya Wijaya ingin semua perintahnya segera terlaksana maka dikirimnya utusan untuk mendatangkan Sumarta dan kawannya. Bagaimanapun dr Anton dan Erwin harus dibunuh. Dia mau kepastian dari dukun dengan kucingnya yang menurut keyakinan Jaya Wijaya pasti dapat mengeijakan apa saja.
*** TIGA PULUH PANGGILAN ini menggelisahkan Sumarta yang lalu mufakat dengan Daeng, bagaimana menghadapi Jaya Wijaya yang sudah memberi uang panjar sebanyak sepuluh juta itu.
Ditegaskannya sekali lagi kepada kawannya, bahwa Sati tidak bisa diajak kompromi. Tidak sedikit pun memperlihatkan tanda-tanda bahwa ia akan meru bah sikapnya, walaupun Sumarta telah mengatakan, bahwa lebih baik kucingnya itu membunuh dia kalau tidak mau menolongnya. Lagi-lagi orang dari Sulawesi Selatan itu menganjurkan kepada Sumarta supaya sekali lagi mohon pengertian Sati.
Anjuran dipenuhi, tetapi tiada berhasil. Sati menggeram-geram menunjukkan bahwa ia tidak setuju. Dia ingin mengatakan, bahwa soal memiliki Christine sebenarnya sudah bukan masalah lagi, sebab perempuan itu benar-benar sudah bersedia jadi isteri si tukang buah, walaupun ia tidak tahu apa sebab pilihannya jatuh ke sana. Itulah pengaruh guna-guna yang manjur. Orang jadi tunduk pada kemauan si pembuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
guna-guna, tidak tahu mengapa ia tunduk dan tidak pula tahu bahwa ia telah terkena pengaruh gaib. Ia menyenangi orang itu. Hampir tak punya rasa malu, bahkan kadang-kadang sama sekali tidak mengenal malu lagi.
Sati tak dapat menerangkan itu dengan kata-kata dan Sumarta tidak tahu apa yang telah dilakukan kucing itu untuk dirinya.
Karena bujukan terhadap diri Sati tidak berhasil, akhirnya Sumarta jadi nekat berkata kepada Daeng:
"Dia tidak mau Daeng. Bagaimana kalau Daeng saja yang membunuh dokter dan orang yang melindunginya itu. Seluruh upahnya untuk Daeng. Saya hanya ingin menutup malu."
Kucing Suruhan Karya S B Chandra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mendengar usul yang tidak disangka-sangkanya ini Daeng terkejut. Ia tidak punya keberanian, walaupun dia tempo hari pernah mau membunuh Sumarta untuk menguasai kucingnya.
Tetapi ia tidak mau berterus-terang mengatakannya. Malu.
Tetapi sebaliknya mendengar upah yang akan diterima, hatinya jadi tergiur. Dia sudah punya dua puluh tiga juta dari Sumarta. Kalau nanti menerima lagi lima puluh, dia akan jadi kaya sekali.
Akhirnya tanpa memikirkan risiko, Daeng Mapparuka menyanggupi. Dan dia masih sempat berkata, bahwa ia tidak mau menerima semuanya. Baginya tiga puluh dan untuk Sumarta dua puluh juta. Bukankah mereka satu kongsi. Tiap rezeki dibagi sesuai dengan kelayakan. Spontan Sumarta memeluk Daeng. Baginya uang dua puluh juta juga banyak sekali. Tetapi lebih daripada itu, ia semakin merasa, bahwa Daeng sungguh seorang sahabat yang amat baik. Sukar didapat kawan sebaik itu di permukaan bumi ini.
"Aku akan membantu dalam hal yang dapat kulakukan Daeng," kata Sumarta.
"Tak usah, aku dapat melakukannya sendiri. Tapi makan tempo dua tiga hari. Aku mau menemui guruku dulu," kata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Daeng. Lega hati Sumarta. Dia sudah tidak keberatan dengan pembunuhan lagi. Walaupun calon korban tidak pernah menimbulkan kerugian atau sakit hati atas dirinya. Karena mau menutup malu atau karena mulai dikuasai uang. Tetapi bagaimanapun faktor ingin memiliki Christine tidak dapat dilepaskan dari perubahan sikap dan caranya berpikir!
Ketika Jaya Wijaya bertanya bagaimana tentang perintahnya itu, tanpa ragu-ragu Daeng Mapparuka memberi penegasan. Akan dilaksanakan secepatnya. Orang kaya yang berdendam hati itu merasa senang. Dokter yang berani jatuh hati pada Lydia akan binasa.
Sesungguhnya Daeng Mapparuka belum tahu, bagaimana ia akan menyingkirkan dr Anton dan orang hebat yang melindunginya itu. Ia memang punya ilmu lumayan, tetapi bukan kekuatan gaib yang dapat mematikan lawan. Itu makanya ia pernah mempergunakan racun dan kemudian ular berbisa dalam usahanya menyingkirkan Sumarta, tetapi tidak berhasil. Paling baik ia minta nasehat atau bantuan pada Damar Jati, orang hebat dalam ilmu hitam yang tinggi di Parung. Dia pasti sanggup melakukan apa yang dituntut Jaya Wijaya. Apalagi dengan imbalan, katakanlah dua juta. Dan dia segera pergi ke sana.
Damar Jati yang dikenal ramah tetapi sangat angker karena kehebatan ilmunya di seluruh kawasan Parung yang terkenal dengan duriannya itu sedang tidur-tiduran di pondoknya.
Meskipun ia punya ilmu tinggi yang di zaman banyak orang bejat mental sekarang bisa menghasilkan banyak uang, namun aneh, ia tak pernah punya lebih daripada yang dibutuhkannya untuk kehidupan sehari-hari. Bukannya dia tidak ingin uang. Tetapi uanglah yang tidak suka padanya.
Banyak orang heran melihat cara hidup Damar Jati. Sudah lebih sepuluh tahun, sejak kematian isterinya, ia tidak punya teman hidup. Kalau tidak punya beberapa murid, dapat dikatakan ia hidup sebatang kara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedatangan Daeng Mapparuka di luar dugaan orang berusia sekitar enam puluh tahun itu. Ia masih mengenalnya, pernah menuntut beberapa kepandaian padanya, kepandaian ringan. Sudah lebih lima tahun Damar Jati tidak mendengar berita tentang diri muridnya yang seorang ini dan ia senang ketika melihat Daeng dengan pakaian rapi. Stelan gabardine coklat muda, kemeja putih dengan krannya di luar jas.
Kopiahnya merah hati. Sepatu buatan luar negeri, walaupun bukan dari Swiss, Italia atau England yang punya nama besar dalam hal ini.
Setelah masuk, Daeng langsung berlutut dan mencium tangan bekas gurunya. Tanpa canggung-canggung ia duduk di tikar butut sebagai salah satu alat yang amat minim di dalam gubuk itu. Setelah bicara menanyakan keadaan masing-masing sekedar basa-basi yang sudah jadi kebiasaan karatan bagi orang timur, Daeng menyampaikan maksudnya. Mau melenyapkan dua nyawa yang dianggap hanya mengotori dan berbau busuk di dunia ini.
"Dulu, mau kuajarkan ilmu hitam kau tak mau," kata Damar Jati.
"Ini juga bukan untuk saya Mang," kata Daeng. "Untuk orang lain dengan imbalan yang saya rasa cukup tinggi. Dua juta!" Mendengar ini Damar Jati tertawa. Bukan tertawa senang, tetapi seperti merasa geli sekaligus kecewa.
"Dua juta, banyak!" ujar Damar Jati. Daeng Mapparuka bingung dan malu. Nada suara bekas gurunya itu itu tidak mengandung kegembiraan. Apa makna tawanya itu" Apakah dua juta baginya, yang hidup hanya begitu, tidak ada artinya"
Dicemoohkannyakah tawaran dua juta itu" Tahukah dia, bahwa sesungguhnya upah yang akan diterima seluruhnya lima puluh juta, bahkan sepuluh juta sudah dibayar" Sehingga ia merasa mau dipermainkan atau ditipu.
"Apakah imbalan itu terlalu sedikit Mang?" tanya Daeng mulai takut. Kalau Damar Jati marah, dia bisa membunuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Daeng tanpa meletakkan tangan atas dirinya. Cukup dengan membayangkan dadanya lalu menikam dada yang dikhawal-kan dengan pemusatan pikiran. "Saya akan meminta lebih banyak Mang. Yang penting kesediaan Mamang untuk menolong orang itu. Dia kaya sekali!"
Damar Jati tertawa lagi. "Tidak ada artinya uang sebanyak itu bagiku," katanya. Benar kiranya, jumlah itu terlalu sedikit, pikir Daeng. Mengapa dia begitu gegabah, menawarkan hanya dua juta kepada orang kawakan ini, sedangkan dia menerima lima puluh juta dari yang memberi pekerjaan. Ini dapat dinamakan menipu, paling ringan terlalu serakah.
"Berapa harus saya minta kepada orang itu Mang?" tanya Daeng yang tahu dirinya sudah terlanjur ingin makan terlalu banyak.
"Engkau belum juga mengerti. Jutamu itu tiada berarti bagiku!"
Daeng Mapparuka mengulangi lagi, bahwa yang memerintah kerja itu pasti mau membayar jauh lebih tinggi, karena uang tidak jadi soal bagi orang tersebut. Yang teramat penting baginya hanya satu: keinginannya terlaksana.
"Aku bukan minta lebih banyak. Tidak ada gunanya. Kau belum tahu. Sejak tiga tahun yang lalu, aku membuat perjanjian dengan jin Rancaeka. Pernah kau dengar nama itu?" kata Damar Jati. Daeng menggeleng. Dia pernah mendengar cerita tentang beberapa jin, tetapi belum pentang yang satu ini. Diceritakanlah oleh Damar Jati, bahwa jin ini pengembara tanpa tempat tinggal. Dia menurunkan semua ilmu pengobatan dan Damar Jati dapat menyembuhkan segala penyakit, asal saja bukan cacad yang dibawa dari dalam perut ibu. Dan banyak orang telah ditolongnya. Yang buta melek kembali, yang lumpuh kaki dapat berjalan normal. Seperti orang yang tidak pernah lumpuh. Kalau cuma patah, dapat disembuhkannya hanya dengan mengoleskan ludahnya pada tempat yang, cedera. Ia juga memperkuat ilmunya dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menganiaya orang dari jarak jauh. Jadi, bisa membunuh tanpa menyentuh korbannya. Bahkan tanpa mengenal orang yang harus dibinasakan. Jadi, ilmu buruk dan jahat ada padanya.
"Hebat sekali," kata Daeng Mapparuka. Dia senang, karena bekas gurunya ini pasti akan dengan mudah melaksanakan tugas yang dibebankan Jaya Wijaya kepadanya dan Sumarta.
"Berapa biayanya Mang?" tanya Daeng lagi. Lupa dia, bahwa Damar Jati telah mengatakan, juta-juta tidak ada artinya baginya.
"Percuma imbalan besar Daeng," kata Damar Jati. "Jin Rancaeka akan mengambil semua uang. Yang boleh kumiliki hanya sekedar untuk makan. Begitulah perjanjian kami. Itu makanya uang tidak ada artinya bagiku."
Lama Daeng Mapparuka tertegun. Untuk apa uang bagi jin.
Bukankah dia tidak memerlukannya. Tidak beli makanan, tidak beli pakaian. Tidak membeli benda apa pun.
Oleh ingin tahu, akhirnya Daeng bertanya; "Untuk apa uang bagi jin mamang itu?"
"Aku tidak tahu, tetapi ada orang mengatakan, bahwa ia memberikannya lagi kepada orang lain. Misalnya orang yang ingin kaya. Bukan melalui usaha, tetapi menerima uang tunai langsung dari jin. Tentu saja bukan tanpa syarat. Tentang ini kurasa kau tahu."
"Ya, misalnya memberi saudara atau anaknya sebagai tumbal. Pada suatu waktu jin itu akan memakan atau meminta nyawa orang yang dijadikan tumbal. Bukankah begitu?" Daeng punya beberapa kawan yang minta jadi kaya dengan imbalan kepada jin atau syaitan.
Damar Jati mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Kemudian menyanggupi. Dipintanya Daeng untuk membawa gambar atau pakaian dalam kedua orang yang akan dibinasakan itu.
Orang asal Bugis itu menyanggupi. Berjanji akan datang tiga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hari kemudian. Ketika pulang setelah lebih dulu menyalam Damar Jati dengan sangat khidmat hatinya melonjak. Puluhan juta akan masuk sakunya.
Tetapi pada malam itu, tatkala Daeng pulang dari rumah seorang kawannya, melalui Tomang Barat, taksi yang ditumpanginya dihadang oleh sesuatu di tengah jalan.
Makhluk besar, yang kemudian ternyata harimau. Jelas sekali tampak oleh sorotan lampu mobil. Supir terkejut. Untung masih ingat mengerem mobilnya.
"Harimau pak," kata supir yang bernama Tatang dengan suara gemetar.
Daeng yang duduk di belakang sambil menyenangkan diri dengan khayalan menikmati puluhan juta, tersentak. Apa-apaan pula ini. Supir ini tentu tidak waras. Paling sedikit mabuk, sehingga melihat yang bukan-bukan.
Daeng masih keburu membentak:
"Gila, mana ada harimau di Jakarta! Jalan terus,"
perintahnya. Gugup, pengemudi itu mengatakan, bahwa ia tidak berani.
Walaupun jengkel oleh ocehan tak masuk akal ini, tetapi Daeng Mapparuka memerlukan melihat. Ternyata yang berhenti bukan hanya mobil yang ditumpanginya. Ada banyak kendaraan lain. Dan dia, yang lumayan hebat dalam menundukkan wanita, jadi sangat terkejut melihat kenyataan itu. Memang ada seekor harimau berdiri di tengah jalan. Ia tidak menghadap lampu mobil, sehingga seluruh tubuhnya tampak dari samping. Ini mustahil, tetapi suatu kemustahilan yang berupa kenyataan.
Kemudian terjadilah adegan cukup menegangkan. Harimau itu memutar tubuh dengan kepala menghadap taksi Daeng.
Lalu ia bergerak dengan langkah-langkah tenang. Kini Daeng tambah terkejut dan mulai takut. Itu memang harimau, tetapi kepalanya! Jelas kepala manusia yang sudah agak lanjut usia.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Harimau berkepala manusia itu tidak menoleh ke kiri atau ke kanan. Ia punya sasaran yang pasti. Menuju mobil Daeng Mapparuka.
"Tutup jendela!" perintah Daeng yang menyadari, bahwa keluar dari mobil dan lari bisa membawa risiko yang lebih besar. Mungkin harimau aneh itu akan mengejar dan membinasakannya. Yang ada padanya ilmu penunduk hati wanita. Bukan kekuatan gaib untuk membuat takut harimau.
Apalagi harimau yang begini. Yang hanya didengarnya dari cerita tetapi tidak diketahuinya memang benar-benar ada.
Rupanya benar-benar harimau itu punya tujuan. Kendaraan Daeng Mapparuka. Sudah tentu bukan mobil yang benda mati itu jadi sasaran. Itu cuma benda mati. Supir bertanya pada dirinya, apakah ia pernah berbuat kesalahan sehingga ia harus mengalami bencana ini. Begitu juga pikiran Daeng Mapparuka.
Kian dekat hewan aneh itu, kian takut Tatang dan Daeng.
Keringat dingin mulai membasahi baju. Sampai di taksi, harimau berkepala manusia itu berhenti, kemudian ke samping, lalu berdiri atas kedua kaki belakangnya sementara kaki depan ditumpangkan pada badan kendaraan. Melalui kaca jendela ia memandang ke dalam. Dari jendela depan ia pindah ke jendela belakang. Dirapat-kannya muka ke kaca, memandang ke dalam. Daeng Mapparuka yang akan jadi jutawan lumayan itu menggeletar. Pada saat itu pikirannya hanya tertumpu pada kematian yang sudah di kaca jendela.
Khayalan uang yang tadi begitu seronok mengasyikkan, lenyap sama sekali. Apa kesalahannya" Karena turut pegang peranan dalam menundukkan hati Christine untuk Sumarta ataukah usahanya dalam menghabisi nyawa dr Anton dan Erwin"
Harimau aneh itu memukul kaca jendela sehingga hancur berantakan.
*** Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
TIGA PULUH SATU
DAENG Mapparuka yang sejak melihat harimau aneh itu tak hentinya membaca berbagai macam mantra, menjadi pucat seperti jenazah yang telah dimandikan. Setelah kaca jendela pecah, ia berhenti membaca, karena ternyata tiada gunanya.
Hewan atau manusia ajaib itu tidak bisa ditolak dengan mantra. Pecahan kaca mobil itu mengenai muka Daeng sehingga luka-luka membuat ia tambah ketakutan mendekati putus asa.
"Ampun," katanya kehilangan akal. "Mengapa Tuan marah kepadaku. Barangkali Tuan salah alamat. Bukan aku yang Tuan maksud, karena aku tak punya dosa terhadap Tuan." Ia masih berdaya upaya menyelamatkan nyawanya yang hanya sebiji.
"Aku tak pernah keliru sasaran. Memang Tuanlah yang kutuju. Bukankah Tuan yang bernama Daeng Mapparuka, sahabat baik dan teman serumah Sumarta," kata si makhluk ajaib.
Oleh karena sangat heran dan kian takut, Daeng yang pernah menundukkan Christine untuk sahabatnya, tidak menjawab. Kalau hewan merangkap manusia ini tahu namanya, bahkan tahu bahwa ia bersahabat dan serumah dengan Sumarta, sudah tidak perlu diragukan, bahwa ia mempunyai ilmu yang luar biasa. Dan dia tidak salah alamat.
"Jawab!" perintah si makhluk aneh yang tak lain daripada Dja Lubuk, ayah Erwin yang telah masuk dalam daftar hitam Jaya Wijaya.
"Benar, saya bernama Daeng Mapparuka dan sahabat Sumarta. Tetapi saya tidak pernah berbuat kesalahan terhadap Tuan!" Masih untung harimau aneh itu bisa bicara, tidak seperti Sati yang suruhan Sumarta.
"Dusta. Tuan mau membunuh dua orang tak berdosa!" kata Dja Lubuk tenang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Daeng bertambah kecut. Kalau rencana jahat itu pun sudah diketahui makhluk ini, jalan paling baik untuk menyelamatkan diri adalah berterus terang. Lalu dikatakannyalah bahwa bukan dia yang mau membunuh kedua orang tak berdosa itu. Ia diperintah Jaya Wijaya dan rencana itu bukan dia yang akan melaksanakan.
"Aku tahu, tetapi Tuan yang mengatur dan minta bantuan kepada Damar Jati. Katakanlah bahwa itu tidak benar,"
tantang Dja Lubuk.
"Ampunilah saya. Saya berjanji untuk menghentikan segala perbuatan jahat."
"Tuan terlalu rakus. Sudah menerima upah begitu banyak karena menyelamatkan seorang penjahat, masih pula mau melakukan kejahatan guna mendapat uang lebih banyak."
"Saya mohon ampun," kata Daeng.
Supir yang mendengar dialog antara hewan aneh dengan manusia biasa itu, sudah basah laksana baru keluar dari sungai. Namun begitu masih sangat beruntung, bukan dia yang diingini harimau itu.
Aneh sekali, harimau itu menghilang tanpa membunuh Daeng atau mencakar mukanya. Seolah-olah ia sudah puas dengan cara begitu dan memberi kesempatan kepada orang itu untuk memperbaiki hidupnya. Meskipun bahaya telah berlalu, bung pengemudi masih tidak menggerakkan kendaraannya. Ia seolah-olah terpukau dan terpukau, bagaikan mimpi buruk tetapi juga pasti bukan sebuah mimpi.
Begitu juga halnya dengan Daeng Mapparuka. Ia tahu, bahwa ia telah selamat, dibiarkan hidup oleh makhluk yang tadi dapat merenggut nyawanya kalau ia mau berbuat begitu. Ia seperti orang kehilangan akal oleh pengalaman terdahsyat di dalam hidupnya. Makhluk atau harimau ataukah manusia itu, mengetahui segala rencana busuknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Agaknya lama kemudian, setelah kenormalan perlahan-lahan kembali ke dalam dirinya, barulah Daeng Mapparuka dengan suara hampir tak terdengar menyuruh Tatang meneruskan perjalanan. Dengan adanya permintaan itu pula, Tatang sadar, bahwa ia masih saja di tempat itu, padahal seharusnya ia buru-buru meninggalkannya.
"Apa yang tadi itu Pak?" tanya Tatang.
"Entah, aku pun tidak tahu. Belum pernah melihat yang begitu selama hidupku yang sudah lima puluh tahun! Tetapi satu makhluk aneh yang biasanya hanya ada di dalam cerita lama atau dongeng."
"Tetapi ternyata masih ada sampai sekarang. Apakah itu salah satu pertanda akan kiamat, Pak?" tanya Tatang sepolos hati. Ia memang sangat takut, tetapi juga ingin tahu makhluk apakah itu dan pertanda apakah kedatangannya di kota sebesar Jakarta ini.
"Ya, ada dalam kenyataan. Kau dan aku melihatnya. Juga orang-orang dibegitu banyak kendaraan yang berhenti tadi.
Mereka tentu juga melihatnya, kalau tidak tentunya mereka tidak berhenti," kata Daeng Mapparuka.
"Tetapi mengapa dia hanya mendatangi mobil ini?" tanya Tatang yang dalam hati sebenarnya ingin bertanya, mengapa ia memecahkan kaca jendela dan mengeluarkan kalimat-kalimat yang jelas terdengar olehnya tadi. Perkara pembunuhan! Di dalam hati kecilnya Tatang sebenarnya juga bertanya siapakah penumpang yang dibawanya ini sampai ia pun turut mengalami musibah yang amat menakutkan itu.
Tatang sudah mampu berpikir tanpa bertanya, bahwa antara penumpangnya dengan makhluk bermuka manusia tetapi bertubuh harimau belang itu pasti ada hubungan. Kalau bukan hubungan sahabat atau permusuhan tentu dalam hubungan lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Entah, aku juga tidak mengerti," kata Daeng, tetapi dia sadar bahwa dia berdusta. Ia malu, karena tadi ada disebut-sebut rencana pembunuhan oleh makhluk yang amat murka itu.
"Bapak tidak pernah kenal sama dia?" tanya Tatang memberanikan diri karena tak kuat menahan keingintahuan.
"Tidak, tetapi dia seperti mengenal aku. Bagaimanapun ia pasti makhluk aneh yang sangat hebat!"
"Apakah begitu rupanya yang dinamakan jadi-jadian?"
tanya Tatang. "Barangkali. Barangkali juga bukan. Kaulihat wajahnya tadi"
Manusia seperti kita! Bicara seperti kita," kata Daeng Mapparuka yang kini jadi amat heran, melebihi keheranannya tadi. Tadi lebih banyak rasa takut.
Setelah agak lama diam, masing-masing dengan pikiran atau khayalan, Tatang bertanya, "Mengapa dia marah sama Bapak?"
Daeng Mapparuka tidak menjawab. Makhluk itu memang marah dan kemarahan itu ada kaitan dengan rencana pembunuhan terhadap dr Anton dan Erwin.
Syukur ia masih ingat letak rumahnya. Ia keluarkan segumpal uang dari saku celana, memberikannya kepada supir. Entah berapa. Ia tidak menghitung, si supir juga tidak.
Tetapi pasti jauh lebih banyak daripada ongkos yang wajar. Ia terus pulang. Bukan karena merasa sudah dapat banyak uang.
Ia mau menenangkan diri dan menceritakan nasib buruk dan baiknya itu kepada isteri dan keluarganya.
*** SUMARTA terkejut melihat sahabatnya pulang dengan luka-luka di muka dan darah di bajunya Ia bertanya apa yang telah terjadi, tetapi Daeng hanya menjawab singkat. Nanti akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menceritakannya. Ia mengambil cermin dan mengacai mukanya. Ada beberapa luka kena pecahan kaca.
"Daeng berkelahi?" tanya Sumarta. Daeng tidak menjawab.
Melihat darah yang lumayan banyak itu, hatinya tergetar.
Harimau dengan kepala manusia itu terbayang kembali. Dan ia pun jadi takut lagi.
"Mari kita cuci muka itu lalu ganti pakaian," kata Sumarta.
Setelah selesai cuci muka dan bersalin pakaian, Sumarta mengobati luka-luka itu dengan obat merah. Perih sekali, sehingga Daeng meringis menahan rasa sakit.
"Kenapa sampai begini, Daeng?" tanya Sumarta lagi. Dan Daeng Mapparuka menceritakan apa yang telah terjadi.
Tampak jelas bahwa ia masih gugup, mungkin memikirkan kemungkinan makhluk itu datang kembali mencari dirinya.
"Dia bicara dengan Daeng" Seperti kita ini?" tanya Sumarta.
"Supir itu pun mendengar, Kang. Ia mengetahui rencana kita!"
"Tentang pembunuhan yang disuruh orang itu?" Sumarta jadi turut takut sekarang. Dia juga terlibat di dalamnya. Itukah sebabnya maka Sati tidak mau melakukannya" Karena ia tahu, bahwa ia akan berhadapan dengan makhluk yang diceritakan Daeng Mapparuka"
Sumarta bertanya kepada Sati yang duduk di dekat mereka, apakah dia mengetahui tentang harimau yang punya kepala manusia ini. Kucing itu tidak menyahut, tetapi memandang kedua sahabat itu. Lalu menggeram perlahan.
Sampai jauh malam Daeng Mapparuka tidak dapat tidur.
Muka harimau itu selalu terbayang. Siapakah dia, kalau tadinya dia manusia" Apa hubungannya dengan dr Anton dan Erwin" Piaraan Erwinkah makhluk yang amat mengerikan itu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
*** BERITA tentang seorang dukun bernama Mukti diserang kucing yang diduga orang milik dukun lain yang jadi saingan Mukti menyebar luas, sehingga akhirnya sampai juga ke telinga Daeng Mapparuka dan Sumarta. Mereka lantas menduga, bahwa yang menyerang itu tentu Sati. Mana ada kucing lain seperti Sati, dapat disuruh bahkan melaksanakan tugas tanpa diperintah untuk majikannya. Kedua sahabat menanyai Sati, apakah dia yang telah melukai dukun yang jadi buah bibir masyarakat itu. Sati yang mengerti tetapi tak dapat bicara, menganggukkan kepala, tetapi kemudian berlalu seakan-akan ia tidak suka ditanyai mengenai apa yang telah dilakukannya. Dia tahu mengapa ia berbuat begitu dan untuk siapa.
Rupanya Mukti yang dukun dan kenalan Daeng Mapparuka, sehingga ia berani bertanya, apakah sebenarnya yang telah terjadi.
Karena mempunyai profesi yang sama dan antar sahabat pula, maka Mukti menceritakan keadaan yang sebenarnya, mendengar nama Subandrio dan Christine, Daeng terkejut karena kedua nama ini sudah sangat dikenalnya. Ia yang telah menolong Sumarta mengguna-gunai Christine, sehingga bertekuk hati pada sahabatnya yang mempunyai kucing sakti itu.
"Jadi Abang benar-benar diterkam kucing?" tanya Daeng.
"Ya kucing, itulah yang sangat mengherankan. Kucing ini tentu milik orang yang menundukkan hati anak tuan Subandrio itu. Daeng kenal dukun yang memiliki kucing suruhan di kota ini. Atau di Ciputat barangkali. Di sana ada beberapa dukun kawakan. Seorang di antaranya pendatang dari Kalimantan. Kata orang dari pedalaman. Orang Dayak!"
Sepasang Pedang Iblis 7 Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang Burung Hoo Menggetarkan Kun Lun 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama