Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu Bagian 20
lainnya lagi. Kesemua orang yang menyerang maupun bertahan hanya seperti
bertarung dalam keadaan tutup mata.
Adalah di saat yang terasa sangat berbahaya sekali bagi Jieji. Dia merasakan
adanya "hawa lain" yang membelakangi dirinya. "Hawa baru" ini membantunya dengan menahan energi ketiga orang yang tadinya sempat mengancam dari arah
punggungnya. Siapa lagi orang yang datang terakhir ini selain Yunying.
Tiga buah tapak lawan, segera membentur energi yang dahsyat dengan segera.
Disini, kelima orang memang sedang melayang di antara kepulan asap yang
sangat pekat itu.
Begitu energi saling bergebrak, sungguh hebat sekali keadaan disana.Karena
seakan terjadi gempa yang sangat dahsyat dengan sesegera.
Jieji dan Yunying memang sedang melayang turun.
Tetapi sebelum benar dia turun. Dia sudah merasakan sebuah hawa di bawah
kakinya. Sepertinya orang tua tadinya segera beranjak untuk menantikannya turun. Jieji
segera terkejut. Tetapi dia segera merapal jurus ke tendangannya.
Orang tua memang benar sudah pas berada di bawah tempat turunnya Jieji. Dia
sudah menyiapkan tapak untuk menghantam ke atas. Jieji segera merapal jurus
tendangannya yang sudah lama dipelajarinya. Segera saja, beribu tendangan
segera di arahkan ke bawah.
Tetapi Yunying yang berada di sampingnya juga tidak kalah sigapnya.
Mengetahui bahwa orang tua bukanlah lawan yang mudah dihadapi. Segera dia
merapal tapak untuk di arahkan ke bawah.
Kali ini... Benturan energi dahsyat kembali terjadi untuk sekali lagi. Hasilnya Jieji memang menggunakan tendangan mayapada dan tendangan matahari untuk melayani
tapak lawan. Pertahanan orang tua memang sangat hebat sekali, sebab beribu tendangan
yang dikeluarkan dalam sekejap sepertinya bisa ditahan dengan sempurna
sekali. Tetapi ketika hantaman tapak lain yang menyusul itu telah membuat
orang tua terpental. Ini bisa dilihat dari suara gesekan kaki yang hebat merusak tanah di sekitar.
Sungguh sibuk sekali Jieji dan Yunying kali ini. Sebab ketika baru saja mereka
mendarat, ketiga energi kembali datang secara bersamaan di asap tebal.
Merasakan hal demikian, Jieji membisiki Yunying dengan cepat.
"Gunakan semua kemampuan, buyarkan energi melalui tanah..."
Yunying mengerti maksud Jieji dengan sangat baik. Dengan cepat pula, dia
menarik nafas dan menghempaskan ke tanah tempat mereka berpijak. Apa yang
dilakukan Yunying segera diikuti oleh Jieji. Keduanya merapal jurus terbaik
mereka masing masing untuk di arahkan ke tanah mereka berpijak.
Ketika hantaman telah menuju ke tanah. Gempa luar biasa telah muncul. Kali ini
gempa jauh lebih dahsyat 10 kali dari hantaman sebelumnya.
Energi membuyar dahsyat segera saja terjadi. Adalah ketiga orang dan orang tua
sekarang malah sibuk luar biasa. Mereka segera mundur cepat seakan "dikejar"
oleh energi yang membuyar hebat ke seluruh penjuru. Keempatnya seperti sibuk
mengeliminasi energi yang sangat dahsyat. Keempatnya sempat tidak percaya
ada hal sedemikian di dunia.
Sebab gempa ini selain dahsyat, juga membawa suara terpecah atau runtuhnya
sesuatu di sekitar sana. Dan silih berganti terdengar saling menyahut suara yang cukup aneh itu.
Tidak berapa lama, asap sudah membuyar pula. Adalah keempat orang berdiri
dengan tegak terlihat. Masing-masing seperti terpisah satu lingkaran penuh yang jaraknya hampir 1/2 li masing-masing.
Ketika mata mereka sudah bisa melihat sekitarnya, alangkah terkejut keempat
orang ini. Di tengah memang terdapat sebuah lubang berbentuk lingkaran yang cukup
besar. Tanah berpijak sudah menjadi retak bagai sesuatu benda besar jatuh.
Dan... Semua pagoda di sana sudah runtuh dan rata dengan tanah.
"Ini.... Tidak mungkin...." tutur pemuda berwajahkan "Xia Jieji" itu sambil melongo. Dari hidung dan bibirnya telah terlihat darah mengalir yang belum
berhenti. Ini adalah bukti bahwa pemuda telah terluka dalam.
Tetapi bukan saja pemuda menyerupai Xia Jieji yang demikian saja. Yelu Xian
juga mengalami hal yang sama, dan si topeng besi juga tahu bahwa dirinya
terluka dalam cukup parah.
Sedang orang tua itu sempat melihat sekelilingnya, dia memang tidak
mengapa-ngapa. Tetapi keringat dingin segera mengucur dari dahinya ke bawah.
Jieji dan Yunying yang memanfaatkan pentalan energi dahsyat ke tanah, sudah
lenyap tak berbekas. Tidak ada orang disana yang tahu mereka lari kemana.
Tetapi yang jelas itu bisa terjadi karena keempat orang ini tidak lagi sempat untuk merasakan hawa manusia karena sibuknya mereka mengeliminasi energi yang
menuju ke arah masing-masing.
"Wanita itu adalah orang yang sama dengan orang yang menghancurkan Wisma
Jiu Qi kita, serta yang memporak porandakan Partai Jiu Qi kita yang berada di
Tibet serta India." tutur orang tua itu sambil menengadahkan kepalanya.
Ketiga orang ini segera berkumpul satu sama lainnya. Jarak mereka terpisah
memang sudah sangat jauh sekali satu sama lain. Sekarang ketiga orang ini
kembali mendekati. Sementara itu, para pengawal dari Wisma Naga emas yang
mendengar ledakan sudah mulai berkumpul di daerah tempat pemujaan pagoda
leluhur. Jumlah mereka mungkin hampir 100 orang. Tetapi kesemuanya seakan
tidak percaya dan melongo menyaksikan pemandangan di depan mereka.
"Jika saja Yuan Jielung bergabung bersama gadis hebat itu, maka kita dalam kesusahan tinggi." Tutur "Xia Jieji" itu kepada orang tua.
"Oleh karena itu, kau harus cepat berlatih tapak buddha Rulai tingkat kesembilan.
Dengan begitu, meski keduanya bergabung bersama Xia Jieji sekalipun mereka
tidak ada apa-apanya." tutur orang tua.
Tetapi Yelu Xian segera menyambung perkataannya.
"Bukan saja mereka bertiga. Meski bersama Zhao Kuangyin, Dewa Lao dan Sun
Shulie mengeroyokmu seorangpun. Mereka bukanlah tandingan kita."
Dia menuturkan sampai disini, kemudian terlihat mereka berempat segera
tertawa terbahak-bahak.
*** Jieji dan Yunying beserta pencuri ulung memang sudah kembali ke gubuk di
sebelah barat daya kota Anlu seminggu setelah kejadian di Wisma Naga Emas.
Mereka bertiga sepertinya duduk sambil berunding.
"Kamu tahu siapa orang tua itu?" tanya Jieji ke arah pencuri ulung.
"Dia adalah seorang tetua dari dunia persilatan. Dahulu dia sudah menghilang sangat lama, tidak disangka bahwa dia ada di Wisma naga emas." jawab pencuri ulung dengan mengerutkan alisnya.
"Tetua dunia persilatan?" tanya Yunying kemudian yang cukup heran. Dia tahu bahwa orang tua bukan orang yang sama sekali mudah dihadapi.
"Betul... Dan dia mempunyai hubungan juga denganmu. Sekitar hampir 40 tahun yang lalu..." tutur pencuri ulung dengan melihat ke Jieji.
Jieji memandangnya dengan cukup heran. Dia segera berpikir. Sekitar 40 tahun
yang lalu adalah dirinya mungkin belum lahir. Tetapi ketika orang ini mengatakan bahwa dia mempunyai hubungan dengannya, tentu dia tahu adalah mungkin
waktu dia masih balita. Lantas dia menanyainya.
"Lantas ada hubungan apa aku dengannya?"
"Nyawa...." jawab pencuri ulung sambil tersenyum kepadanya.
Sesaat... Jieji terkejut luar biasa. Kemudian dia berusaha mengendalikan dirinya dahulu,
dan segera berpikir. Dia tahu bahwa ketika dirinya masih bayi, dia terkena racun pemusnah raga. Lantas dari sini dia berpikir. Dan tanpa perlu waktu lama, dia
sudah mengingat sesuatu. Dia mengingat kembali perkataan Kyosei, bawahan
sekaligus kepercayaan ayahnya itu. Dia segera terkejut ketika sepertinya
mendapati sesuatu.
"Dia ... Seorang tabib sakti?"
Pencuri ulung menganggukkan kepalanya.
"Sungguh aneh memang. Dahulu Chen Yang memang adalah seorang tabib
sakti sekaligus adalah adik kandung Chen Shou, Dewa Tabib. Tetapi dia
sekarang menguasai Ilmu pemusnah dengan cukup baik, maka sangat
diherankan."
"Dia memiliki hubungan baik dengan ayahku. Tentu menurutku selain dia adalah murid Dewa Ajaib, maka dia pasti ada hubungannya dengan Dewa Bumi..." tutur Jieji.
"Betul perkataan saudara Xia. Sekarang masalah sepertinya makin rumit...
Entah apa maksud partai Jiu Qi mencari wanita yang persis wajahnya dengan
Yuan Xufen. Dan yang terlebih aneh lagi, entah apa maksud kesemua orang itu.
Yang jelas seperti yang saudara Xia katakan, mereka sepertinya sedang
memanfaatkan Huo Xiang. Tetapi apa tujuan mereka pula." kata pencuri ulung sambil berpikir keras.
"Penyelidikan kita memang juga membuahkan hasil. Setidaknya kita tahu bahwa mereka terdiri dari 4 orang." tutur Jieji kemudian.
"Bagaimana menurutmu" Jika mereka di tambahkan seorang Huo Xiang. Apa
kalian berdua memiliki keyakinan menang?" tanya pencuri ulung kepada mereka.
"Tidak tahu...
Tetapi jika bertarung dengan benar saat itu. Kita semua paling seimbang. Jika
ditambahkan Huo Xiang di pihak mereka, kita tidak memiliki keyakinan sama
sekali..." tutur Jieji seraya berpikir.
Adalah ketika mereka sedang memeras otak dengan sangat tajam satu sama
lainnya. Mereka dikejutkan oleh suara seseorang.
"Bagaimana kalau bersama kita berdua?"
Suara orang sangat agung dan berkharisma. Hebatnya orang-orang yang datang
ini sama sekali tidak diketahui mereka kesemuanya. Lantas dengan mengalihkan
pandangan ke depan pintu. Ketiga orang ini girang luar biasa sekali.
BAB CXXI : Tapak Buddha Rulai Tingkat Kesembilan !"
Dua orang pemuda masuk ke dalam gubuk. Kedua orang ini dikenal oleh mereka
bertiga pula. Disini, Jieji sangat girang sekali mendapati orang paruh baya yang tingginya 6
kaki, wajahnya bersinar terang agung, matanya tajam bagai rajawali dan senyum
di wajahnya sungguh sangat ceria.
"Kakak pertama" Bagaimana kau bisa sampai di sini?" teriak Jieji 1/2 heran mendapati Zhao Kuangyin berada disini, di Persia.
Sedangkan di samping Zhao kuangyin terlihat seorang pemuda gagah lainnya.
Wajahnya berbentuk petak dan terlihat kharisma luar biasa juga muncul dari
dirinya, tubuhnya kokoh dan cara berdirinya sungguh sangat terlihat agung.
Dia tidak lain adalah Yuan Jielung, ketua perkumpulan pengemis.
Tetapi bagaimana keduanya bisa sampai disini memang cukup mengherankan
kesemuanya. Pencuri ulung memang mengenali mereka berdua, meski
keduanya tentu hanya mengenalinya sebagai Lie Hui saja.
Adalah Yunying orang yang paling terkejut. Dia tidak tahu harus ngomong apa,
jika saja Zhao kuangyin memanggilnya "adik ipar" atau semacamnya yang bisa mengkaitkan dirinya sebagai isteri Xia Jieji. Entah apa yang harus dilakukannya.
Jieji segera menyilakan kesemuanya duduk di meja yang memang cukup besar
itu. Setelah tamu baru ini sudah duduk dengan benar, Zhao bertutur dengan
wajah yang penuh kegembiraan.
"Adik kedua... Sungguh dirimu betul hidup dengan sangat baik disini. Kakak pertama sungguh merindukanmu."
"Kakak pertama, apakah anda tidak berada di perbatasan untuk mengusir Liao atau Han utara lagi" Kenapa kau bisa tiba bersama pendekar Yuan?" tutur Jieji yang agak heran, dia menatap Yuan Jielung sebentar.
Yuan memberi hormat secara mendalam kepadanya. Kemudian, Jieji juga
bersikap sangat hormat kepada ketua perkumpulan pengemis dari daratan
tengah ini. "Daratan tengah sudah aman sentosa. Liao sudah berjanji melakukan gencatan senjata." tutur Zhao sambil tersenyum kepadanya.
"Ha" Kenapa bisa Liao berubah pikiran untuk tidak lagi berperang dengan Sung lebih
lanjut?" tanya Jieji yang agak heran.
"Betul... Han utara sudah kalah habis-habisan. Pasukan Sung sudah berhasil menyerang
ke Taiyuan (Ibukota Han Utara) dan telah merebutnya. Terakhir Raja Liu Jiyuan
juga sudah bertekuk lutut kepada Sung." tutur Zhao kemudian.
"Benarkah" Sungguh baik sekali jika begitu... Berarti memang benar bahwa Liao sudah kehilangan pengaruhnya, dan Yue Liangxu benar sudah tewas?" tanya
Jieji kembali ke kakak pertamanya.
"Betul... Melalui taktik-nya Yumei, Sung berhasil menggebrak Ibukota Taiyuan hanya
dalam 3 minggu. Han utara menyerah, sedangkan Liao yang dipimpin oleh Yelu
Xian sudah mundur kembali ke wilayah mereka."
tutur Zhao kuangyin masih dengan wajah yang penuh kegembiraan.
"Yumei" Adik kecilku-lah yang mengatur penyerangan ke Han utara"tanya Jieji dengan agak heran.
"Betul.. Dengan taktik mundur dari utara Shandang, Han utara mengejar kita.
Kita sempat melepas kota Shandang yang sudah diungsikan penduduknya,
semuanya adalah hampir sama dengan taktik adik kedua ketika berperang
melawan He Shen belasan tahun yang lalu dan diulang oleh Yumei.
Tetapi berbareng dari kota Ye, pasukan Sung yang dipimpin Zhao Kuangyi
menyerang ke Taiyuan. Bersama anggota pengemis dan prajurit Tongyang dari
kediaman oda yang dipimpin Kyosei. Dalam 3 minggu saja, ibukota Han utara,
Taiyuan bisa dipukul jatuh.
Saat Taiyuan sedang digempur, pasukan yang dipimpin Liu Ji-yuan sebenarnya
berada di kota Shandang. Menerima kabar Taiyuan sedang dalam bahaya hebat,
Liu langsung melepas kota dan pulang hendak menolong ibukota. Tetapi dalam
perjalanan pulang, kita dan para pasukan menggempurnya hebat dan terakhir
sanggup menangkap Liu Jiyuan." tutur Zhao kuangyin panjang lebar untuk
menceritakan keadaan peperangan di garis depan utara dari tapal batas Sung.
"Liu tentu tidak pernah menyangka bahwa serangannya kali ini ke Sung malah berakibat fatal. Tetapi apakah kakak pertama tahu kenapa Liao yang merupakan
koalisi dari Han utara tidak membantunya sama sekali?" tanya Jieji kembali.
"Jangan-jangan benar bahwa Yelu Xian ada disini?" tutur Zhao yang langsung keheranan.
Tetapi Jieji segera menjawabnya.
"Disini memang telah terdapat banyak hal yang janggal." Kemudian pemuda menceritakan semua kisahnya ketika menyelidik Wisma Naga Emas, disana dia
mendapati Yelu Xian. Hanya betul ini adalah Yelu Xian asli atau tidak, tiada yang bisa tahu.
Mereka segera berpikir satu sama lainnya. Lantas Zhao kembali bertutur kepada
adik angkatnya.
"Sungguh aneh" Mereka menginginkan Yuan Xufen" Apakah benar mereka tidak
tahu bahwa Yuan Xufen sudah tiada 20 tahun yang lalu?"
"Memang hal ini betul membuatku pusing. Aku tidak bisa mendapatkan ide
kenapa mereka masih mengejar Xufen?" tutur Jieji sambil terlihat nada-nya
marah. Pencuri ulung yang tadinya hanya diam-diam saja kemudian berkata.
"Yuan Xufen adalah seorang wanita yang luar biasa cantik sejagad. Dari dahulu, selain nona ini terkenal di Changsha. Dia juga sudah terkenal di Tibet dan India."
Jieji melongo ke arah pencuri ulung. Dia lantas mengerutkan alisnya sambil
menanyainya. "Apa jangan-jangan mereka sama sekali tidak tahu bahwa Yuan Xufen sudah
meninggal. Dan tentu kabar tentang meninggalnya ia, tidak diketahui oleh
mereka semua sehingga membuat mereka ingin mencarinya lagi?"
Tetapi mendengar kata-kata Jieji, pencuri ulung segera tertawa hebat. Cara
tertawanya membuat kesemua orang cukup heran.
"Xia Jieji... Kenapa tiba-tiba kau bisa berubah menjadi setolol ini"
Bahkan aku yang tinggal di Persia saja dahulu sudah mendapat kabar tentang
meninggalnya Yuan Xufen. Bagaimana mungkin mereka, Partai Jiu Qi yang
tersebar ke seluruh negeri anggotanya tidak tahu hal sedemikian."
Kata-kata Pencuri ulung bagaikan siraman air dingin memenuhi kepalanya
sesegera. Dia lantas bertutur.
"Dengan begitu... Kemungkinan orang yang ingin mencari "Yuan Xufen" adalah orang yang maniak?"
"Anggap saja begitu dahulu..." tutur pencuri ulung sambil tersenyum kepadanya.
Zhao melihat cara keduanya berbicara. Sesaat, dia melihat ke arah Lie Hui. Dia
merasa mengenal wanita cantik ini. Dia berpikir sesaatnya kemudian. Tentu Zhao
masih mengenalnya sebagai salah satu orang di antara 15 pasukan pengawal
adik kandungnya.
"Pendekar Lie Hui, mengapa anda bisa sampai kesini?"
Lie Hui alias pencuri ulung segera tertawa terbahak-bahak mendengar Zhao
kuangyin memanggilnya Lie Hui. Jieji segera menyelanya dan dia berkata
kepada kakak pertamanya.
"Dia adalah pencuri ulung yang terkenal itu... Dia sedang merubah wajahnya..."
tutur Jieji kepada kakak pertamanya.
Zhao kuangyin dan Yuan Jielung cukup kaget melihat "nona palsu" ini. Sebab mereka tidak menemukan kejanggalan sama sekali di wajahnya yang merupakan
penyamaran. Adalah Yunying yang dari tadi terlihat "takut" jika saja Zhao kuangyin memanggilnya. Oleh karena itu, dia tetap menunduk saja.
Lantas, memang benar Zhao memang memandang ke arahnya. Yunying tidak
berani melihat ke arah Zhao. Dengan begitu, dia tetap menunduk saja.
"Jangan-jangan adik ipar ini juga?"?"" tanyanya seakan tidak percaya.
Jieji tersenyum saja kepadanya. Dia memperkenalkan wanita ini yang dikenalnya
sebagai wanita bertopeng yang pernah muncul di daratan China.
Zhao segera berpikir hebat mendengar penuturan adik angkatnya itu. Dia dan
Sun Shulie pernah membahas tentang wanita bertopeng yang memiliki Ilmu silat
hebat ini ketika mereka berada di utara kota Shandang. Saat itu, mereka berdua
memang mengiranya adalah Yunying karena kemampuan Yunying sejak tidak
sadarkan diri setelah Jieji meninggalkan Beiping memang sudah luar biasa.
Sekarang di depannya, dia memang melihat wanita cantik yang berwajahkan adik
iparnya kontan juga heran. Sesaat, dia berpaling ke arah Jieji. Dia sedang
berpikir sebenarnya adik keduanya sedang memikirkan apa. Tidak mungkin
bahwa Jieji yang meminta pencuri ulung untuk mengganti wajah wanita
bertopeng ini. Lantas dia memang tidak berniat menanyainya terlebih dahulu
karena masih ada masalah lain yang kiranya lebih penting.
"Adik kedua... Kamu tahu siapa yang menunjukkan tempat ini kepada kita?"
tanya Zhao kemudian sambil melihat ke arah Jieji.
"Sepertinya adalah Dewa Lao yang menunjukkan tempat ini sehingga kakak
pertama dan pendekar Yuan kemari.." kata Jieji sambil memandang ke arah
kakak pertamanya.
Zhao tersenyum puas saja mendengar pernyataan adik keduanya.
Yuan Jielung alias Li Yu segera bertutur sambil tersenyum.
Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Betul sekali...
Tetua Lao berkata bahwa kalian disini mengalami kesulitan. Adalah juga tetua
Lao yang menunjukkan bahwa para pendekar sekalian pasti berada disini. Kita
sudah sampai kemari seminggu yang lalu, tetapi karena tidak kelihatan orang di
gubuk. Kita berjalan ke kota Lin Qi untuk menyelidik. Tetapi hasilnya adalah nihil sehingga kita berdua langsung balik kemari. Tetapi karena merasakan adanya
orang, maka dengan gerakan ringan kita melihat siapa saja orang di dalam..."
Jieji tersenyum kepada Yuan. Tetapi kemudiannya, dia menunduk sambil
menghela nafas. Yuan Jielung yang melihat tindakan Jieji segera saja menghela
nafas. Dia tahu benar apa maksud Xia Jieji yang bertindak demikian.
Adalah karena Jieji kembali berpikir tentang Zeng Qianhao, guru Yuan sendiri.
Pencuri ulung segera memberikan komentar kemudian.
"Dengan adanya kedua pendekar disini, maka sudah sangat baik. Pertarungan
anda yang tinggal 1 bulan lagi sepertinya tidak ada masalah yang berarti."
Jieji tersenyum saja. Lantas dia berpaling ke arah kakak pertamanya. Dia
menanyainya. "Kakak pertama...
Apakah ada kabar Yunying dari Tongyang?"
Zhao yang mendengar kata-kata ini, tidak bisa menjawabnya. Dia berpikir keras,
apakah harus mengatakan bahwa Yunying "hilang" dari wisma Oda sudah
beberapa tahun lalu. Dia sejenak bingung sendiri.
Jieji adalah orang yang pintar. Melihat kakak pertamanya sepertinya tidak begitu mau menjawabnya, dia sudah menebak beberapa hal.
"Apakah sesuatu terjadi kepadanya?""
"Tidak.. Dia di sampingmu saja....." tutur Yunying dalam hati yang melihat ke arah Jieji. Dia tersenyum dengan wajahnya, tetapi kemudian dia terlihat menundukkan
kepalanya. "Tidak... Adik ipar tidak ada apa-apa... Hanya saja, kita belum menemukan
jejaknya..." tutur Zhao kuangyin dengan berhela nafas.
Jieji yang mendengar penuturan kakak pertamanya lantas terlihat sibuk. Dia
berpikir dengan keras, kenapa Yunying ingin meninggalkan Tongyang Wisma
Oda. Dia berpikir saat terakhir dia bertemu dengan Yunying lagi. Wajah isterinya memang bukanlah senyuman yang terlihat. Tetapi adalah keanehan yang
sungguh susah diukir dengan kata-kata. Selain itu, Jieji juga berpikir saat
Yunying sedang meninggalkannya di padang pasir Mongolia kuno. Isterinya itu
memang pergi dalam keadaan yang marah.
Sekarang mendapati keterangan bahwa isterinya tidak ada di Tongyang tentu
membuatnya cukup bingung.
"Tetapi selain adik ipar yang hilang, adik ketiga juga sama. Dia "menghilang"
sudah cukup lama sekali..."
tutur Zhao kemudian yang membuyarkan keheningan.
Jieji memandang kakak pertamanya dengan wajah yang sangat heran. Dia tidak
habis pikir juga, dimana Wei Jindu sekarang berada.
"Terakhir, dia pergi ke barat untuk mencari tetua Pei yang sudah beberapa bulan tidak ada kabarnya. Dia pergi bersama Huang Xieling dan sampai sekarang tidak
pernah lagi ada kabar beritanya." tutur Zhao sambil menghela nafasnya.
Jieji kali ini "dipaksa" untuk memainkan otaknya. Apakah mungkin Wei kembali ke Tibet bersama Huang Xieling" Tetapi tentu dalam jangka waktu yang 2 tahun
lebih itu seharusnya sudah ada kabar beritanya. Tetapi kenapa sampai sekarang
bahkan bayangannya saja tidak pernah memberikan kabar.
"Kakak pertama...
Apakah hal yang terjadi ketika kamu memberikan Ilmu tapak berantai
kepadanya?" tanya Jieji kepada kakak pertamanya Zhao kuangyin.
Zhao lantas mengingat kembali.
Jieji memang memberikan salinan kitab tapak berantai kepada Zhao kuangyin
yang untuk kemudiannya diserahkan kepada Wei Jindu. Semua hal ini adalah
ditulis Jieji sebagai wasiatnya kepada Zhao untuk menjalankan pesan ketiga dari kantong emas.
Wasiat Jieji yang ketiga adalah meminta Zhao Kuangyin menyerahkan salinan
kitab tapak berantai yang sudah ditulisnya kepada Wei Jindu. Selain itu, Jieji juga meminta Zhao untuk tidak menceritakan banyak hal kepada Yunying. Sebab Jieji
sudah mengira bahwa dengan kepergian dirinya ke tembok kota Beiping, maka
dia harus menebus dengan nyawanya disana.
Jieji lebih memilih isterinya, Wu Yunying membencinya daripada tahu hal yang
sebenarnya yaitu semua hal yang rumit itu dilakukan untuk tiada lain hanya untuk menolongnya.
Jika saja Yunying tahu dirinya telah tiada, dan tahu kesemuanya adalah
dilakukan deminya, tentu Yunying akan mengalami rasa penyesalan sepanjang
hidupnya. Melainkan jika Yunying marah, tentu dia tidak akan menjadi frustasi
menurut pemuda. Setelah lama,memang Yunying akan menyadarinya. Tetapi
lebih bagus semua telah berjalan baik baru Yunying menyadari hal ini lebih baik.
Daripada langsung tahu keadaan sebenarnya dari Jieji.
Tetapi justru hal perkiraan Jieji benar berbeda sekali. Dia sekarang malah hidup dengan baik tanpa kekurangan sesuatu apapun.
"Memang buku salinan itu sempat kuberikan kepada adik ketiga. Tetapi...
Di luar dugaan, dia menolaknya. Dia mengatakan lebih bagus berikan saja
kepada kakak ipar..." tutur Zhao menjelaskan.
Jieji yang mendengar kata-kata ini bagai disambar geledek. Dia tidak habis pikir bahwa buku salinan kitabnya ternyata diberikan kepada Yunying. Di dalam
hatinya dia sepertinya mendapati sesuatu hal yang membuatnya sekarang tidak
begitu tenang jadinya.
"Jadi apa benar Yunying mempelajari ilmu dari salinan tapak berantai?" tanya Jieji dengan cukup penasaran kemudian.
"Itulah hal yang tidak kita ketahui. Yang jelas setelah buku itu dikembalikan, adik ipar hanya terlihat menyimpannya saja. Mengenai ilmu tapak dipelajarinya atau
tidak, itu tidaklah kuketahui. Memang ada masalah jika benar dipelajari ilmu
tapak itu?" tanya Zhao yang segera heran.
"Ada kejanggalan...
Jika Yunying betul mempelajarinya, aku takut sesuatu terjadi kepadanya." tutur Jieji.
Kesemuanya kontan terkejut mendengar tuturan Jieji. Seakan tidak percaya
kesemuanya melihat dengan serius ke arah Jieji. Terlebih lagi Yunying asli ini
yang duduk hanya terpaut 3 kaki darinya. Wanita nan cantik ini tidak begitu
mengerti maksud dari pada Jieji.
"Sebenarnya formula dari ilmu tapak berantai memang sudah kuganti. Tapak
berantai yang kusalin tidak sama dengan yang kupelajari.
Sebagai mana contoh dari tapak berantai ku adalah bersifat normal dalam semua
ilmu 4 unsur yang terdapat di dalamnya.
Dahulu, Li Zhu pernah menyusun tapak pemusnah raga menjadi berat di
kekuatan. Sedangkan dari formula tapak itu, aku menyusunnya menjadi bersifat
menghancurkan." tutur Jieji kemudian.
"Lantas apa masalahnya?" tanya Zhao yang cukup heran.
"Nah... Disini, sifat adik ketiga adalah penyabar yang luar biasa. Meski dia menggunakan tapak berantai yang kusalin, maka dia tentu tidak akan sembarangan merusak
dengan tenaga dalam-nya. Jika saja Yunying yang mempelajari, takutnya...
Takutnya dia berubah menjadi setan penghancur..." tutur Jieji sambil menghela nafas.
"Jadi memang benar kenapa ilmu ini disebut ilmu pemusnah raga adalah betul sekali. Sebab ketika seorang yang telah mempelajarinya, seakan raganya sudah
bukan miliknya lagi. Hanya batinnya dan tenaga dalam dirinya yang betul
mengontrol dirinya sepenuhnya?" tanya Zhao kuangyin kepada Jieji.
"Betul... Oleh karena itu, ada beberapa orang yang mengatakan bahwa ilmu ini berbahaya." tutur Jieji.
Jieji memang tidak pernah tahu bagaimana hasil dari tapak berantai salinan baru itu. Adalah Yunying yang tahu dengan benar. Ilmu barunya ini memang sangat
sejalan dengan Ilmu semestanya, hanya saja dia juga pernah berpikir bahwa
daya rusaknya sudah kelewatan hebat. Apalagi sekarang tenaga dalamnya jelas
sangat tinggi bagaikan tanggul yang jebol.
"Semua jurus yang penting adalah daya rusaknya, kenapa justru dikhawatirkan?"
tanya pencuri ulung dengan agak penasaran.
"Memang benar...
Tetapi sifat isteriku tidak sama dengan Wei Jindu. Sifat isteriku kadang-kadang bisa menjadi seorang pemarah yang berbahaya. Dahulu, aku telah menyalurkan
tenaga dalamku beserta tenaga dalam Yue Liangxu kepadanya. Jika dia benar
mempelajari Ilmu tapak berantai salinanku, kutakut betul akan gawat sekali."
tutur Jieji sambil menghela nafas.
Sekarang pencuri ulung telah mengerti. Dia segera tersenyum puas. Dia berpikir
bahwa tuturan main-mainnya yaitu "Xi-Shi" betul-betul menjadi kenyataan, mengingat daya rusak wanita cantik ini memang betul luar biasa.
Yunying yang mendengar tuturan Jieji, tentu mendongkol hebat. Dia tidak begitu
puas mendengar bahwa dia dikatakan seorang pemarah yang berbahaya.
"Tetapi...
Guru mengatakan bahwa adik ipar masih hidup dengan baik. Adik kedua tidak
usah khawatir..." tutur Zhao kemudian sambil menepuk pelan pundak Jieji dan tersenyum.
"Betul... Kita juga melihat bahwa sebenarnya isteri pendekar Xia berada di barat, di
daerah sini juga." tutur Yuan dengan tersenyum kepadanya.
Jieji heran mendengar kata-kata terakhir dari Yuan. Lantas dia menanyainya.
"Maksudnya?"
"Kita pernah melihat bintang pendekar di utara kota Shandang. Inipun karena paksaan dari nona kecil Yumei. Dewa Lao terakhir mengabulkannya, kita melihat
bahwa bintang isteri pendekar bersinar terang sekali dan di belakang bintang
isteri pendekar malah muncul bintang pendekar Xia yang juga sama terangnya.
Dewa Lao mengatakan bahwa kalian sama berada di satu tempat." tutur Yuan
dengan polos kepada Jieji.
Mendengar hal ini, Jieji hanya menjawab pelan saja.
"Jadi begitu?"
Kemudian dengan cepat, dia mengalihkan pembicaraan ke hal lain.
Yunying sekarang sangat takut. Dia tidak berani memandang Jieji, tangannya
yang dikepalkan terasa basah akibat berkeringat dingin. Sebab semua kata-kata
mereka-lah yang tidak sengaja membongkar identitasnya.
Tetapi Jieji disini sama sekali tidak melihatnya. Dia memandang kakak
pertamanya, kemudian dia bertutur.
"Pertarungan dengan Huo Xiang bakalan tidak lama lagi. Dan Huo telah
menguasai pemusnah raga seharusnya sudah cukup mantap. Dengan begitu hal
yang dikhawatirkan disini sekarang sudah berkurang banyak. Kita disini terdiri
dari 5 orang, begitu juga dari pihak mereka 5 orang."
"Partai bunga senja bukanlah partai yang bisa kita anggap remeh, mereka sudah menguasai pemerintahan. Selain itu, di daerah tibet. Mereka telah menyiapkan
pasukan untuk menyerang ke kota Chengdu. Ini adalah sebuah hal yang betul
harus diperhatikan juga." tutur Lie Hui kemudian kepada mereka.
"Tetapi...
Dalam perjalanan kemari, kita sama sekali tidak melihat adanya pasukan yang
sudah terbentuk. Heran sekali..." tutur Zhao kuangyin menjawab Lie Hui.
"Itu tidaklah heran. Sebab mereka semua sekarang pasti ada di puncak
pegunungan Kunlun. Ketika kalian lewat, tentu tidak pernah menyadari bahwa
adanya cukup banyak orang di atas pegunungan." sahut Lie Hui.
Zhao kuangyin tersenyum kepadanya. Lantas dia berkata.
"Aku sudah mengutus Wang Pangchi, Shi Soxing, Wang Zhenzhong dan Yang
Guangyi berempat untuk menyelidiki sisa perjalanan kita dari daerah Tibet.
Sedangkan Lu Xuqing, Chu Zhaobu, Pang Mei bertiga memeriksa sisa
perjalanan kita dari India. Dan Shen Yileng, Mi Xin, Tian Zhongjing memeriksa
sisa perjalanan kita di daerah persia."
Nama-nama orang yang disebut oleh Zhao Kuangyin tiada lain adalah ke-10
orang pengawalnya yang juga memiliki ilmu silat yang tinggi. Ke-10 pengawalnya
juga adalah jenderal kepercayaan yang sudah mengikutinya lebih dari 30 tahun.
Sisa perjalanan yang dimaksudkan oleh Zhao kuangyin adalah apakah benar ada
orang yang mengikuti mereka atau tidak sampai disini. Zhao adalah orang yang
sungguh teliti, dia tidak ingin ada yang tahu apa yang sedang dilakukannya.
"Sungguh orang mengatakan bahwa Sung Taizu adalah orang yang sangat
cermat sekali. Tidak melihatnya maka aku tiada percaya." tutur Pencuri ulung diikuti oleh tertawanya.
Zhao terlihat tersenyum saja.
"Aku rasa sebaiknya kita pun beristirahat dahulu. Sebab sepertinya sudah
lumayan sore." tutur pencuri ulung sambil berdiri dan terlihat dia merenggangkan badannya.
"Baiklah..." tutur Jieji. Dia segera akan mengatur tempat tinggal untuk kedua orang ini.
Tetapi Zhao menolaknya, dia berkata.
"Sebenarnya ketika kita sampai disini, sempat juga membersihkan sebuah rumah kecil tepatnya 2 li saja dari sini."
Jieji heran juga. Lantas Zhao kembali menyambung.
"Aku mengutus 3 orang pengawalku untuk membersihkan tempat tinggal itu
sehingga sudah layak ditinggali. Dari sini kesana hanya 2 li arah ke barat saja dik. Tenang saja...
Dan besoknya aku akan kemari lagi..."
Tempat tinggal yang disebut oleh Zhao kuangyin tiada lain adalah tempat tinggal Sun Shulie dahulunya. Dia merasa lebih baik dirinya tinggal disana sementara
waktu sambil menunggu waktu 1 bulan lagi.
Jieji lantas memberi hormat kepada keduanya. Sepertinya kedua orang ini
bergerak dengan pelan saja ke depan. Sampai keduanya sudah hilang dari
pandangan, Jieji baru beranjak kembali.
Dia tidak kembali ke kamarnya. Melainkan dia terlihat sedang menunggu
seseorang di kamar lainnya. Siapa lagi yang ditunggu oleh pemuda ini selain
seorang wanita. Seorang wanita yang banyak pertanyaan yang harus di
tanyakannya secara langsung.
Tetapi wanita ini sepertinya "tidak berani" pulang. Sejak Jieji mengantarkan kakak pertama dan ketua kaibang ke depan, dia tidak terlihat batang hidungnya
lagi. Entah kemana wanita ini tiba-tiba menghilang.
Sudah lewat 3 jam...
Akhirnya pemuda yang menunggu ini juga mendapatkan hasil. Dia merasakan
seorang yang telah ditunggunya itu sudah balik ke kamar pula. Memang
tindakannya tentu dinilai tidak sopan oleh sesiapapun karena menunggu di
kamar seorang wanita memang tidaklah pantas. Tetapi dia sudah tahu sebagian
besar hal ini semenjak perbicangan tadinya. Oleh karena itu, sebelum wanita
membuka pintu untuk masuk. Pemuda mendahuluinya dulu.
Dia membuka perlahan daun pintu kamar sebelah kirinya...
Wanita ini memang masih terlihat sama dengan wajah sebelumnya. Di tangan
wanita terpegang sebuah mangkok yang sedang tertutup. Dengan kedua
tangannya, dia berjalan perlahan ke depan. Dan tiba-tiba saja, dia berlutut.
Kepala wanita ini menunduk dan tak berani memandang pria pujaannya.
"Seharusnya aku sudah tahu bahwa....."
tutur Jieji sambil menengadahkan kepalanya dan menghela nafas panjang.
Wanita memang masih belum berani menengadahkan kepalanya untuk melihat.
Dia terlihat berlinangkan air mata.
"Kamu berdirilah... " tutur Jieji sambil membimbingnya.
"Tidak pernah sekalipun aku menyalahkan dirimu..." Kemudian pemuda melihat dalam ke mata isterinya.
"Aku.. Aku...." wanita ini hanya bisa mengucapkan beberapa kata saja.
"Sudahlah... Kau pergi membeli mie kesukaanku lagi" Kita duduk berdua saja dan kongsi kita makan habis. Bagaimana?" tutur Jieji sambil menghapus air mata yang turun dari matanya.
Lantas sambil tersenyum, Yunying menganggukkan kepalanya.
Tadinya Yunying mengira bahwa Jieji akan marah kepadanya. Lantas dia segera
menuju ke kota Lin Qi untuk membeli makanan kesukaannya seraya
menyenangkan hatinya. Tetapi perkiraannya kali memang salah. Jieji bukan saja
tidak marah, tetapi dalam hatinya dia merasa sangat iba sekali.
"Aku tidak mampu melindungi isteriku...
Sebagai kepala keluarga, maka semua itu adalah kesalahanku..." tutur Jieji sambil meminta maaf kepadanya.
Tetapi Yunying menggelengkan kepalanya. Tangisannya belumlah berhenti.
Lantas dengan lirih, dia berkata.
"Dahulu memang semua adalah kesalahanku. Aku terjebak oleh fitnah palsu dari ibuku tentang dirimu. Aku menyadari semuanya adalah ketika diriku sudah di
Tongyang. Ternyata ayahku jauh hari sudah berada di sana dengan selamat.
Selain itu, kakak-kakakku juga berada di sana dengan keadaan selamat.
Kemudian mereka menceritakan tentang dirimu, tentang sepak terjangmu yang
menyelamatkan mereka di Shaolin. Saat itu, aku benar telah mengerti."
Jieji menghela nafas ketika teringat akan kejadian tempo dulu. Mie yang baru
saja disantapnya beberapa kali, ditinggalkannya. Dia segera duduk di sebelah
isterinya dan sambil merangkul sang isteri untuk menyandar ke bahunya. Dia
berkata. "Itu adalah soal lalu, tidak usah diungkit lagi. Bukankah aku hidup dengan sangat baik disini?"
"Tetapi...
Kenapa kamu begitu nekatnya" Aku tidak habis pikir tentang semua hal yang
dilakukan olehmu..." Yunying menolaknya sebentar, dia memandang ke mata
suaminya. Jieji terlihat menggelengkan kepalanya sambil menghela nafas.
"Aku tidak ada cara lain lagi. Sebenarnya di tembok kota Beiping, aku ingin menyelamatkanmu, tetapi dayaku sangat lemah. Maka daripada itu, aku hanya
memikirkan cara terakhir yang akhirnya melukai dirimu. Ini adalah dosaku yang
tidak bisa diampuni. Tadi kukatakan bahwa seharusnya aku melindungi, tetapi
malah aku menyakitimu."
Yunying memandangnya dengan cukup lama. Lantas dia berkata.
"Ini adalah keputusanmu. Dan sebagai isterimu, tentu aku harus dan wajib untuk menerimanya. Meski saat itu aku mati, dan mengetahui niatmu betul adalah
untuk menyelamatkanku, aku pun sangat rela."
Pemuda yang mendengar kata-kata yang pilu dari isterinya, terlihat
mendekapnya kembali. Dia tidak berkata apa apa hingga waktu yang lama.
"Dahulu... Aku telah mencelakai kakak-mu. Sekarang setelah kejadian itu, aku berjanji. Meski seberapa sulitpun atau harus sampai kehilangan nyawa, aku tidak akan melukaimu lagi."
"Hush.. Ngomong jangan yang tidak-tidak. Baik-baik kenapa harus bilang
menanggung nyawa atau apa. Kenapa kamu tidak menanyaiku bagaimana aku
bisa dari Tongyang yang jauh sampai disini?" Tutur Yunying yang terlihat sifat manjanya kembali.
Yunying memang orang yang sangat jago dalam mengubah situasi. Dia tahu, jika
pembicaraan pilu ini dilanjutkan maka tidak akan ada habisnya. Dia tahu betul
bahwa sang suami memang benar menyayanginya dengan segenap hati. Lantas,
dengan mengalihkan pembicaraan ke arah yang hangat dia berusaha untuk
"menghidupkan" hati suaminya itu.
"Betul... Adalah hal ini yang sejak daritadi ingin kutanyakan..." tanya Jieji ke arahnya dengan wajah yang cukup heran dan terlihat penasaran.
Memang taktik Yunying adalah taktik hebat. Dia mengerti suaminya dengan
sangat baik. Hidup 3 tahun bersamanya di Tongyang sedikit banyak sudah
membuatnya sangat memahaminya. Asalkan ada sesuatu yang bisa
membuatnya merasa "heran" dan ingin berpikir. Maka sang suami sepertinya tidak mempedulikan hal yang lain terlebih dahulu.
Yunying tertawa kecil karena selain melihat wajah suaminya yang berubah itu
juga karena dia merasa bahwa "taktik kecilnya" ini telah berhasil.
"Tadi... Kakak pertama memang mengatakan bahwa adik ketiga tidak ingin buku salinan tapak berantai-mu. Semua itu adalah hal yang benar.
Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kakak pertama sempat meneliti buku salinanmu beberapa saat di utara kota
Shandang sebelum aku balik ke Tongyang. Tetapi setelah dia meneliti beberapa
lama, dia mengatakan bahwa diriku-lah orang yang paling cocok
mempelajarinya."
"Sebab karena tenaga dalammu sudah sangat tinggi. Dan jika tidak diimbangi oleh Ilmu yang lebih dahsyat maka menjadi sia-sia saja. Begitu kata kakak
pertama kan?" tanya Jieji sambil tersenyum kepadanya.
"Betul... Lantas dia memang menyerahkan kepada adik ketiga. Tetapi meminta adik
ketiga untuk membuat salinannya 1 buku lagi. Dengan begitu, adik ketiga
mendapat 1 buku dan diriku juga mendapat 1 buku dan dia mengharapkan kita
berdua bisa mempelajari Ilmu peninggalanmu. Tetapi di luar dugaan, adik ketiga
malah tidak ingin mempelajarinya. Dia berkata, bahwa dia ingin mencari lagi
salinan kitab tapak buddha rulai tingkat kesembilan.
Karena tetua Pei belum pernah ada kabarnya, adik ketiga meminta pamit untuk
mencarinya. Dia memang pergi bersama Huang Xieling." tutur Yunying panjang lebar.
"Kalau begitu, tapak buddha Rulai tingkat sembilan memang adalah alasan yang dikarang adik ketiga saja?" tutur Jieji sambil menggelengkan kepalanya.
"Tetapi...
Tidak.... Ketika aku menyerang partai Jiu Qi di India, aku mendengar salah seorang
anggota partai yang hampir mati itu. Dia berkata sambil mengancam kepadaku,
bahwa tapak buddha Rulai tingkat kesembilan sedang dipelajari oleh seseorang.
Jika saja orang itu sudah berlatih sampai mantap, maka saat itulah ajalku...
Begitulah tuturannya." jawab Yunying sambil terlihat berpikir keras.
"Memang benar ada hal seperti demikian di partai Jiu Qi" Aneh sekali...
Terutama ketika kamu mengatakan bahwa rata-rata tetua dari partai Jiu Qi bisa
ilmu silat tapak buddha Rulai. Ini sangat aneh sekali...
Apalagi sekarang muncul kata-kata bahwa tapak buddha Rulai tingkat
kesembilan benar berada di dunia?" tanya Jieji.
"Betul....
Aku yakin tapak buddha Rulai tingkat kesembilan memang benar adanya berada
di dunia. Hanya saja, sekarang siapa yang mempelajarinya betul tidak kutahu."
tutur Yunying sambil menunjukkan wajah yang agak keheranan.
"Tetapi kesemuanya benar ada hubungannya dengan partai Jiu Qi. Kita tidak
bisa lagi menyelidikinya sebab kita sudah ketahuan." jawab Jieji dengan
tersenyum tawar kepadanya.
Yunying hanya mengangguk pelan saja sambil tersenyum. Dia memeluk kembali
suaminya sambil menutup matany
BAB CXXII : Tertangkapnya Pencuri Ulung
Tetapi baru saja sebentar wanita nan cantik ini memeluk suaminya, dia kembali
bangkit. Sepertinya dia menyadari sebuah hal. Dan kemudian dia berkata.
"Apakah kamu juga akan berhasil menolongku jika kamu tahu diriku-lah yang
teracun pemusnah raga itu di depan Kuil Jetavana?"
Jieji tersenyum geli. Lantas dia berkata.
"Aku juga berpikir demikian. Jika saja kamu tidak menyamar, mungkin akan
susah bagiku untuk menolongmu..."
"Dengan begitu, awal kebohongan memang bukanlah dikehendakiku. Kak Jie
tidak bisa menyalahkanku..." Yunying tersenyum geli juga.
Jieji mengangguk pelan saja. Tetapi Yunying kemudian bertutur lagi.
"Kak Jie...
Apakah pernah kamu sadari rasa menyesal karena memberikan seluruh tenaga
dalammu, tentunya maksudku kepada "wanita bertopeng?""
"Tidak... Saat itu, memang aku juga sempat berpikir demikian. Tetapi...
Tenaga dalamku tidak bisa kuhentikan kikisannya sampai sedemikian lama maka
lebih bagus kuberikan kepada orang lain yang membutuhkan. Begitulah apa yang
ada di dalam hatiku." jawab Jieji dengan tenang saja.
"Kak Jie masih ingat tentang ramalan Sang Puisi dewa mengenai diriku?"tanya Yunying.
"Dia mengatakan beberapa kata-kata yang maksud utamanya tentu dirimu tidak akan menerima kesusahan yang berarti, sebab kamu bisa mendapat rezeki baik
dari setiap musibah." tutur Jieji yang mengingat kembali keadaan pertarungannya di kota Beiping.
Saat itu, Yunying memang diambang kematian, tetapi setelah lewat. Yunying
malah mendapat bantuan yang sungguh sangat banyak secara tidak langsung
dari Yue Liangxu dan Xia Jieji.
Dan setelah dirinya bertualang, dia menemukan banyak hal juga yang cukup baik
untuk dirinya sendiri. Terakhir, dia bertemu dengan Jieji yang tidak mengenalinya malah ternyata menyalurkan tenaga dalam luar biasa hebat kepadanya.
"Tetapi yang kupikirkan sekarang bukan itu saja. Melainkan...." jawab Yunying dengan berkerutkan alisnya.
Jieji mengangguk pelan saja. Dia menarik nafas panjang sebentar. Kemudian dia
berkata. "Sang Puisi dewa pernah memberikan beberapa kata-kata yang sungguh sangat
tidak mengenakkan hatiku cukup lama saat itu. Sebenarnya setelah bertarung
melawan Huo Xiang, aku ingin kembali ke daratan tengah. Tetapi..."
"Rupanya kak Jie juga menyadarinya?"tanya Yunying sambil keheranan.
"Betul... 1 Bintang utara telah lenyap...
Raja tanpa sebuah tiang lurus...
4 Bintang selatan berkelap-kelip...
Berkumpul dan ditabrak Bintang juga...
Semuanya seperti binatang Fu Yi...
Tiada kesempatan... Tiada kesempatan...
Tiada kesempatan....
Di puisinya ini sudah terdapat 3 hal yang benar. Dan ada hal keempat yang
masih kurasa cukup janggal lagi. Aku sudah tahu arti dari ketiganya dengan baik.
Hanya yang keempat yang meragukan serta yang kelima masih samar sekali.
Kalimat 1 bintang utara yang lenyap adalah tewasnya Manabu Hirai, adik
kandungku sendiri dibunuh olehku.
4 Bintang selatan berkelap-kelip artinya dalam 4 tahun kemudian akan menyusul
orang-orang lainnya.
Bintang pertama yang menjadi korban adalah ibu kandungku. Yang kedua adalah
Pei Nanyang alias tetua Zeng. Tetapi ini sangat kuherankan, karena tewasnya
tetua Pei adalah sekitar seminggu setelah peringatan 1 tahun kematian Ibu-ku.
Perkiraan waktu disini tidak begitu cocok.
Bintang yang ketiga adalah mengenai ayah kandungku sendiri, Hikatsuka. Dia
telah menyusul untuk yang ketiga kalinya. Dan yang keempat benar masih
samar. Tetapi aku mempunyai firasat yang tidak baik..."
Tutur Jieji sambil menghela nafas panjangnya. Wajahnya terlihat buram, sinar
matanya terlihat sayu saat dia mengenang kembali segala hal.
Yunying diam saja melihat suaminya dalam keadaan yang sepertinya cukup
kacau hatinya. Dia biarkan beberapa saat dahulu. Kemudian dia mulai
menanyainya kembali.
"Apakah ada lagi yang kelima setelah keempat?"
Jieji menatap isterinya dengan dalam. Lalu dia berkata.
"Berkumpul 4 bintang selatan dan ditabrak bintang juga. Itu adalah kata-kata yang mempunyai dua arti. Yang pertama adalah bahwa aku-lah orang yang
"menabrak" mereka semua. Yang kedua adalah mempunyai maksud bahwa
bintang-bintang itu saling "membunuh". Ini sangat membingungkanku. Tetapi, setelah dipikir-pikir. Hal ini terasa janggal."
"Seharusnya adalah dalam 5 tahun, akan terjadi 5 kali keadaan yang sama." tutur Yunying.
Jieji terkejut mendengar perkataan isterinya. Dia tidak ingin berpikir lebih lanjut dahulu, lantas segera dia menanyainya.
"Mengapa demikian?"
Yunying hanya melihat dalam kepadanya. Dia tidak ingin menjawabnya.
Sepertinya di dalam hatinya dia mendapat sebuah kejanggalan juga. Dia ingin
Jieji berpikir dengan serius, supaya apa-apa hal yang di dalam hatinya bukanlah hal yang benar diharapkannya.
Melihat wajah isterinya yang terlihat agak buram dan terasa perubahan wajahnya
yang tiba-tiba. Dia tahu bahwa Yunying tidak bisa menjawabnya karena sesuatu
hal. Lantas Jieji segera melihat ke meja, dia elus bibirnya pelan sambil berpikir.
Hal seperti demikian memang sudah menjadi kesehari-harian Jieji bersama
Yunying selama 3 tahun di Tongyang. Yunying memang sering menjadikan
pertanyaan untuk menjawab dengan pertanyaan dalam beberapa hal dalam
menjawab suaminya, meski pertanyaan itu tidak harus melalui kata-kata. Begitu
juga Jieji yang sering melakukannya kepada sang isteri.
"Jangan-jangan" Arti bintang yang ditabrak itu" Bisa saja artinya bahwa bukan aku-lah penyebab semuanya" Ini hal yang kau pikirkan?" tutur Jieji.
"Betul...." Jawab Yunying kemudian sambil tersenyum.
"Aku merasa bahwa kata-kata ditabrak bintang artinya bukan berarti kamulah orang yang melenyapkan mereka semua. Bisa juga artinya...."
"Artinya seseorang-lah yang melakukan kesemua itu dari awal-nya hingga akhir"
Begitu?" tutur Jieji.
"Mungkin saja.... " tutur Yunying kembali sambil tersenyum.
"Jika benar ada orang yang seperti kita pikirkan, maka sungguh sangat tepat kalau kita harus menyelidiki diam-diam tentang partai Jiu Qi lagi." kata Jieji.
"Kenapa kita tidak mencobanya sekali lagi?"
Jieji menatap isterinya sambil berkerut dahi. Kemudian dia menjawabnya.
"Memang kamu punya cara yang paling baik" Kita sudah ketahuan sekali, lantas bagaimana sebaiknya untuk menyusup kesana kembali tentunya tanpa ketahuan
siapapun?"
"Justru karena kita sudah ketahuan, maka kemungkinan mereka berpikir kita
akan datang kembali sangat sedikit. Kakak Jie juga tahu bahwa dalam
pertarungan itu, kita tidak menang. Kita sebagai pihak yang melarikan diri." tutur Yunying kemudian.
"Betul... Lantas..." Jieji hanya berkata pendek, namun dia disusul Yunying kembali.
"Kita harus mencari tahu 3 hal. Yang pertama adalah siapa sebenarnya orang yang menyamar dirimu dan juga Yelu Xian.
Kedua, kita harus mencari tahu apa tujuan mereka menginginkan wanita yang
mirip kak Xufen ataupun diriku.
Ketiga..." jawab Yunying. Tetapi Jieji memotongnya sebelum dia berkata lebih lanjut. Pemuda ini sambil tersenyum berkata kepadanya.
"Orang yang mempelajari tingkat kesembilan tapak buddha Rulai...
Kau makin hari makin pintar saja."
Yunying hanya mengangguk saja. Lantas dia tersenyum. Wajahnya yang nan
elok itu sebentar berkerut, sebentar tersenyum manis membuat diri Jieji yang
sebenarnya sudah sangat merindukannya merasa sangat puas sekali.
"Bagaimana dengan putera kita di Tongyang?" tanya Jieji kepadanya.
"Nak Fei baik-baik saja. Dia dijaga dengan baik oleh Dewa Ajaib, semua
paman-pamannya serta ayahku. Aku rasa tiada masalah baginya." tutur Yunying.
"Menyusahkan mereka semua saja..." tutur Jieji sambil menghela nafas.
"Tidak juga... Mereka sangat menyayangi putera kita. Sebenarnya aku juga berat meninggalkannya, tetapi...." tutur Yunying yang terlihat meneteskan air matanya.
Dengan pelan dan lembut, pemuda menghapus air mata yang turun di pipi wanita
cantik ini. Lantas kemudian dia berkata.
"Kita harus cepat menyelesaikan masalah di sini. Lantas bersama-sama kita
pulang, bagaimana?"
Yunying tersenyum manis sambil mengangguk pelan saja. Setelah beberapa
saat, dia kembali bertutur.
"Makanlah lagi... Mie-nya sudah dingin."
Jieji mendengar kata-kata isterinya dengan baik. Sesekali, dia bahkan menyuapi
isterinya. Mereka berdua memang cukup bahagia disini beberapa lamanya.
Setelah benar menghabiskan 1 mangkok mie, keduanya lantas duduk
berdampingan. Mereka hanya duduk sambil menutup mata sedemikian lamanya.
Dan tanpa terasa bahkan sang malam pun telah lewat dan digantikan dengan
pagi. Keduanya terlelap lama dalam keadaan duduk di kursi pada meja kamar tidur.
Sampai keduanya merasakan ada orang yang mengetuk pintu depan ruangan
dengan tergopoh-gopoh.
"Siapa itu" Sepertinya ada beberapa orang di depan..." tutur Jieji yang segera bangun dari tidurnya.
"Betul... Sekiranya yang betul adalah 5 orang." tutur Yunying sambil tersenyum kepadanya. Yunying meski tertidur, dia juga tahu adanya langkah yang tidak
wajar itu sedang mendatangi. Oleh kerena itu, dia langsung bangun dengan
cepat. Mereka berdua segera beranjak dari kamar. Tujuan mereka tentu di ruangan
tamu kecil yang tadinya sempat dibuat sebagai tempat berbincang-bincang. Dari
ruangan tamu ini maka di depannya adalah pintu yang sedang diketok.
Adalah Jieji sendiri yang membuka pintu. Di sampingnya, sang isteri juga ikut
berdiri untuk melihat apa yang telah terjadi.
"Ada apa?" tutur Jieji yang keheranan melihat pengetuk pintu itu. Sebab dia mengenali ke- 5 orang ini dengan cukup baik.
Kelima orang di depan ini adalah kelima pengawal di antara 10 pengawalnya
Zhao Kuangyin. Melihat mereka berlima datang dengan langkah yang
sebenarnya tidak begitu baik terasa, maka Jieji merasa heran.
"Yang Mulia sedang dikepung pasukan Persia di 10 Li sebelah selatan hutan Lin Qi, selain itu kelima saudara kita juga sedang bertarung hebat bersama-sama
Pendekar besar Yuan. Disana terlihat Huo Xiang, ketua partai bunga senja
bersama seorang kakek tua, orang berpakaian baju besi dan seorang yang mirip
dengan anda." tutur salah seorang yang berjenggot putih, namanya tiada lain adalah Shen Yi Leng.
Mendengar kata-kata pendekar ini, Jieji dan Yunying kontan terkejut. Mereka
segera tanpa bersiap-siap lebih lanjut mengambil langkah cepat. Jieji memanggil kuda bintang birunya. Kuda "ajaib" ini sudah segera muncul dengan cepat. Dan diduduki olehnya bersama Yunying. Mereka memaju pesat ke arah yang
disebutkan oleh Shen Yi Leng itu.
Dengan kecepatan kuda yang tinggi, keduanya seperti mengambil ke arah barat
daya. Adalah Lie Hui alias pencuri ulung yang tidak tahu apa-apa segera keluar
ruangan juga karena mendengar suara yang cukup keras tadinya. Dia hanya
sempat melihat ke 5 pendekar yang cukup asing dan tidak dikenalinya.
Kelima pendekar hanya berdiri di depan pintu tanpa mengucapkan sepatah kata
apapun. Cukup lama juga, Lie Hui hanya terheran-heran saja mengamati kelima orang ini.
Lantas dia bertanya.
"Ada apa yang terjadi?"
Kelimanya langsung membalikkan tubuh. Mereka memandang Lie Hui alias
pencuri ulung dengan wajah yang sangat aneh terasa. Kelimanya memang
tersenyum ganas melihat ke arahnya. Lie Hui yang tidak tahu apa-apa tentu
merasa keder juga dan dalam hatinya dia telah mendapati sesuatu.
Setelah sanggup menguasai dirinya, dia telah tersenyum.
"Kakak seperguruan...
Tidak disangka kalian main licik dengan cara begitu murah..."
Di antara 5 orang, terlihat seorang menganggukkan kepalanya.
Shen Yileng yang tadinya mengabari berita ke Jieji segera tertawa
terbahak-bahak beberapa lama.
"Ayok.. Ikut diriku adik seperguruan..."
Dikisahkan Jieji dan Yunying yang berangkat dengan kuda bintang biru. Dalam
perjalanan yang cepat, Jieji telah hampir mencapai daerah yang dimaksud.
Tadinya hatinya betul tergoncang mendengar perkataan Shen Yileng. Apalagi dia
tahu bahwa orang tua bernama Chen Yang itu sakti sekali, ditambah pasukan
Persia, tentu kakak pertamanya akan mengalami kesulitan.
Tetapi setelah dia bisa mengontrol pikirannya dengan baik. Dia segera
mendapati sebuah kejanggalan.
Kontan saja, dia berkeringat dingin hebat setelah sepertinya menyadari sesuatu...
"Balik!!!" teriak Jieji sambil memutarkan kuda dengan cepat.
Yunying memang sangat heran mendapati tingkah Jieji. Dia tidak tahu apa
maksud sang suami yang bertingkah sangat aneh.
"Ada apa?"" Kau tidak jadi menolong kakak pertama?"
"Gawat!!! Ini siasat memancing harimau turun gunung!!!"
Yunying segera saja diam. Dia kembali mengingat kata-kata Shen Yileng tadinya.
Dia mencari ada apa dengan kata-katanya yang tidak beres sehingga di sadari
suaminya itu. Lantas, dia juga mengalami hal yang serupa. Kontan, dia sendiri juga sangat
terkejut. Yunying tahu benar, orang yang ditinggali oleh mereka tiada lain adalah Pencuri ulung. Dengan memancing mereka berdua keluar, maka untuk
melakukan urusan jelas jauh lebih mudah.
"Betul... Tidak mungkin Shen Yileng dan orang-orangnya tahu bahwa adanya "Ketua"
partai meski hanya melihatnya. Dan selain itu, dia berkata bahwa ada orang yang mirip dengan dirimu disana. Tentu jika mereka adalah pengawal kakak pertama,
tentunya pasukan Persia dan pendekar disana tidak mungkin begitu mudah
membiarkan mangsanya lolos sehingga kemari memberikan berita."
"Betul... Jika mereka berempat muncul. Lantas 1 orang mengambil 1 lawan saja sudah
cukup membuat kedua orang lagi bisa mengejar kelimanya sehingga tidak
mampu memberikan kabar kepadaku.
Aku benar tolol, tertipu muslihat yang sebegitu mudah..." tutur Jieji menyesali.
"Tidak.. Ini bukan muslihat yang mudah. Sepertinya memang ada yang janggal dengan
orang partai Jiu Qi dan Bunga senja. Tidak mungkin mereka bisa begitu
mengenal dirimu, dan dengan mudah memancing-mu keluar." tutur Yunying.
Apa kata-kata Yunying memang beralasan. Jieji memang sangat menyayangi
kakak pertamanya. Mendengar bahwa kakak pertamanya dalam bahaya tentu
segera membuatnya tidak tenang. Ini adalah siasat yang cukup bagus yang
dilakukan oleh orang-orang Partai Jiu Qi.
Dalam waktu beberapa saat saja, mereka telah mendekati kembali ke gubuk.
Dilihatnya pintu depan terbuka lebar dari arah jauh. Jieji lantas turun, dengan ringan tubuhnya dia mengejar pesat ke depan.
Pemuda segera beranjak pelan dan setelah mendekati pintu. Dengan hati-hati,
bersama Yunying dia masuk ke dalam.
Jieji yang tertipu sekali, tentu tidak akan tertipu untuk kedua kalinya. Dia merasa harus hati-hati sekali, jangan-jangan di ruangan ini telah disiapkan perangkap.
Dan benar saja...
Ketika kakinya menginjak sebuah kayu yang berbunyi pelan. Dia menyadari
sesuatu yang aneh sesegera.
Yunying yang sedang berada di belakangnya, sudah tahu apa maksud suara
Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang keluar pelan dan menggesek.
Lantas dengan cepat dia berteriak.
"Awas kak Jie... Kita harus keluar dari sini sesegera mungkin."
Jieji yang mendengar peringatan isterinya, segera beranjak mundur pesat sambil
menggandeng tangan kiri isterinya. Mereka berdua melayang pesat ke belakang
dengan perasaan was-was sekali.
Dan belum saja gerakan mereka betul berhenti...
Suara ledakan luar biasa telah terdengar di kuti dengan robohnya gubuk itu
dengan sangat hebat.
Sungguh untung saja keduanya telah menjauh dari gubuk, jika cukup dekat maka
setidaknya cukup berbahaya.
Daya ledakan kali ini jauh lebih hebat daripada ketika ledakan terjadi di
perkemahan Sung sekitar hampir 3 tahun yang lalu itu. Gubuk telah rata dengan
tanah dengan cepat sekali, sedangkan terlihat api sedang membakar pelan di
gubuk. Sambil melongo, Jieji melihat ke depan seakan tidak percaya.
"Ini adalah perangkap yang sama dengan perangkap yang dipersiapkan Liao
untuk menghancurkan kakak pertama bersama pendekar lainnya." tutur Yunying sambil berjalan pelan ke depan.
Jieji melihat dengan agak khawatir ke arah gubuk. Dia takut juga apakah pencuri ulung sudah keluar atau belum dari ruangan ini. Tetapi, kemudian dia berpikir
tidak mungkin bahwa pencuri ulung masih di dalam gubuk itu. Dan segera
pemuda beranjak ke depan.
"Kak Jie ingin melihat apakah di dalamnya masih terdapat pencuri ulung?"
tanya Yunying. Jieji sambil berjalan pelan ke depan menjawabnya.
"Tidak mungkin dia masih di dalam. Jika orang-orang itu ingin membunuhnya, maka tidak perlu susah untuk menyembunyikan mayat-nya terlebih dahulu baru
tunggu sampai ruangan itu meledak. Seharusnya jika mereka menginginkan
kematian pencuri ulung, tentu mayatnya sudah kita temukan ketika kita masuk
tadi." "Betul... Jika mayatnya ada di ruangan depan, maka kita mau tidak mau lebih mudah
dipancing masuk ke dalam. Bukan begitu?" tutur Yunying membalas.
Memang benar perkiraan keduanya....
Meski Jieji dan Yunying berjalan untuk meneliti kembali daerah yang telah
menjadi abu itu, mereka tidak mendapatkan mayat ataupun kejanggalan lainnya.
"Bagaimana dengan kitab Ilmu pelenturan energimu?" tanya Yunying sesaat kemudian karena sadar jika saja kitab itu masih di dalam tentunya akan ikut lebur juga.
Tetapi Jieji tersenyum kepadanya.
"Kitab tidak kubawa lagi semenjak kita keluar dari Jetavana. Aku menyimpannya di ruangan tempat terdapatnya racun pemusnah raga."
Yunying hanya mengangguk pelan saja mendengar tuturan dari suaminya.
"Kita hanya menemukan ini di reruntuhan dan rongsokan gubuk." Tutur Jieji yang segera jongkok untuk mengambil sebuah pedang berat. Pedang sama yang
pernah diseret oleh Yunying untuk diteliti oleh Jieji di hari-hari sebelumnya.
Lantas dengan memikul pedang berat. Mereka berdua segera beranjak dari
tempat. Tempat yang dituju tentu adalah "rumah Sun Shulie" yang sekarang adalah tempat tinggal Zhao kuangyin dan Yuan Jielung.
Sesampainya disana, mereka segera menceritakan tentang tipu muslihat
orang-orang aneh yang menyamar sebagai kelima pengawal dari Zhao.
Dituturkan semua oleh Jieji bagaimana dia telah berangkat dan kembali lagi.
Juga semua perangkap yang dipakai untuk menjebak dirinya bersama Yunying.
Zhao dan Yuan akhirnya mengetahui seluruh masalah, termasuk bahwa wanita di
depannya ini adalah tiada lain Yunying.
"Adik kedua, tadi aku baru mendapat kabar baru...." sahut Zhao kuangyin setelah mereka sejenak diam.
Jieji hanya melihat ke arah kakak pertamanya beberapa lama. Lantas Zhao
menjawab tatapan matanya dengan segera.
"Sekitar 8 bagian, aku sudah tahu kenapa mereka ingin mencari "Yuan Xufen"
berdasarkan lukisan itu." tutur Zhao.
Jieji terkejut juga. Tentu hal ini adalah hal yang paling ingin diketahuinya
sekarang. Lantas dengan bibir yang gemetar, dia menanyainya pelan.
"Apa mereka benar ada dendam dengan Xufen?"
Zhao mengangguk pelan.
"Dahulu, kabarnya tabib sakti Chen Yang pernah dilukai hebat oleh Yuan Xufen.
Xufen melukai sebelah mata dari tabib sakti itu karena hanya tabib ingin wajah
Xufen..." "Apa?"?" tanya Jieji yang heran dengan segera.
"Betul... Tabib sakti ini selain pandai dalam ilmu ketabiban, dia juga sangat suka
mempelajari raut wajah seseorang." tutur Zhao Kuangyin.
"Berarti pantas saja dia mendapat pelajaran. Tetapi yang heran, seharusnya dia sudah tahu bahwa Yuan Xufen sudah tiada. Mengapa malah mencari orang yang
berwajah yang sama dengannya kembali?" tanya Jieji.
"Betul... Ini hal baru saja kudengar beberapa saat yang lalu. Ini pun dikabarkan oleh Shen Yileng tentunya orang asli-nya yang cukup mengenal keluarga Yuan.
Dia mengatakan bahwa wajah dari Yuan Xufen adalah sangat khusus sekali. Dari
pelipis, kening, raut wajah, hidung, bibir dan pipi adalah hal yang masih biasa yang juga dimiliki oleh setiap wanita yang cantik. Tetapi adalah bola matanya
yang merupakan hal yang sangat berbeda. Xufen memiliki bola mata yang
sungguh sangat indah sekali." tutur Zhao kuangyin.
"Betul... Aku merasa memang demikian. Perbedaan antara Yunying dan Yuan Xufen
memang terlihat dari bola mata mereka. Meski keduanya sangat mirip, tetapi dari sinar mata jelas bahwa Xufen memiliki sinar mata yang sangat khusus sekali jika kita memandangnya dengan waktu yang lama." tutur Jieji sambil berpikir.
Sesekali dia melihat ke arah Yunying untuk memastikan ingatannya.
Zhao tersenyum, kemudian dia berkata.
"Shen Yileng adalah seorang nelayan dari daerah Jing. Dia adalah orang yang terakhir yang tergabung dalam anggota 10 pengawalku. Ia hidup cukup lama di
daerah selatan sebagai seorang ahli informasi.
Dahulu memang dia merasa informasi sedemikian memang bukanlah informasi
khusus, oleh karena tadinya sempat kita bertutur tentang Partai Jiu Qi mencari
orang yang mirip dengan Yuan Xufen, maka dia mengatakannya semua
kepadaku."
Jieji mengangguk pelan. Lantas Zhao kembali melanjutkan perkataannya.
"Chen Yang pernah dibutakan matanya sebelah oleh Yuan Xufen. Sebab
katanya, ketika umur 17 tahun. Yuan Xufen suatu saat berpiknik bersama
keluarganya di danau Dongting. Di sanalah tabib Chen Yang bertemu dengan
Yuan Xufen. Karena sangat tertarik akan wajah dan bola matanya yang jernih
menakjubkan. Dia memutuskan untuk membunuh gadis itu dengan tujuan
mencuri wajahnya dan bola matanya."
Jieji yang terdengar kata kakak pertamanya segera terkejut luar biasa. Begitu
pula Yunying, dengan segera kelihatan mereka berdua menahan amarah.
"Tetapi karena saat itu, Xufen sudah menguasai Ilmu jari dewi pemusnah dengan lihai. Maka Xufen yang dalam bahaya itu segera mengarahkan jarinya ke sebelah
mata lawannya. Alhasil, memang Chen Yang saat itu masih bukanlah pesilat
unggul. Dia terakhir jatuh ke danau Dongting dengan sebelah matanya yang
telah buta. Sampai sekaranglah baru terdengar kembali kabarnya." tutur Zhao sambil menghela nafas.
Jieji diam saja, dia berpikir tentang kesemua tuturan kakak pertamanya.
Yunying melainkan tidak berpikir, dia melampiaskan amarahnya dengan cukup
hebat mendamprat.
"Orang tua tidak tahu diri, bangkotan!!! Mana ada orang yang mau dibunuh dan diambil wajahnya serta bola matanya demi ide konyol!!!"
Mereka semua diam saja mendengar omelan Yunying yang panjang lebar itu.
Lantas kemudian Jieji-lah yang menghentikannya.
"Sudahlah...
Jika bertemu baru buat perhitungan masih bisa bukan?"
Yunying menggeser dirinya ke sebelah, lantas agak malu dia menundukkan
kepalanya. "Oya adik kedua.. Selain kabar ini, aku juga mempunyai kabar baru akibat
selidikan orang-orang sekitarku..." tutur Zhao kepada Jieji dengan wajah yang agak serius.
"Kabar tentang pencuri ulung?" tanya Jieji.
Zhao segera tersenyum, kemudian dia melanjutkan kata-katanya kembali.
"Lie Hui benar adalah pencuri ulung, dan pencuri ulung adalah sesungguhnya Lie Hui. Kamu tahu masalah ini?"
Jieji mengerutkan dahinya. Dia menggelengkan kepalanya beberapa saat.
Zhao melanjutkan kembali kata-katanya.
"Ternyata Lie Hui dan Lie Xian memang adalah saudara sekandung. Dan bahkan Lie Xian sendiri tidak pernah tahu bahwa kakaknya itu ternyata adalah pencuri
ulung. Lie Hui disini mungkin adalah orang yang hidup sama dengan masa
diriku..."
Jieji sekali lagi terkejut. Dia berpikir tentang Lie Hui yang juga adalah pelacur di rumah bordir. Apakah benar nona ini betul adalah orang yang sudah tua"
Palingan usianya hampir mencapai 60 tahun" Tetapi berpikir tentang ketua partai Jiu Qi memanggilnya dengan sebutan adik seperguruan. Maka mungkin saja
segala hal di atas adalah benar.
"Tetapi...
Kabar santer menyebutkan begini...
Sekitar 40 tahun yang lalu, di rumah bordir Yuen Hua ada seorang wanita cantik
luar biasa yang bernama Lie Hui juga. Mengenai kecantikan wanita ini, memang
aku tidak pernah menyaksikannya. Hanya saja Wang Pangchi salah satu
jenderal kepercayaanku pernah menceritakannya begini.
"Lie Hui dari rumah bordir Yuen Hua menamai puterinya dengan nama yang
sama dengan dirinya yaitu Lie Hui juga. Bukankah itu sangat aneh?""
"Benar... Jika begitu, memang keduanya yang pastinya adalah ada hubungan dengan
partai Jiu Qi..." tutur Jieji.
"Betul adik kedua...
Bukankah kau ingin pergi menolongnya?" tanya Zhao kepadanya.
Jieji mengangguk. Dan dia berkata.
"Sebenarnya jika dipikir-pikir, tidak mungkin aku tidak menolongnya. Beberapa kali juga dia pernah menolongku meski katanya adalah bayaran atas kalahnya
dia dalam adu siasat."
"Dengan begitu kita harus pergi ke partai Jiu Qi?" tanya Yuan Jielung.
Jieji menatapnya sambil tersenyum, lantas dia menjawab kepada ketua Kaibang
ini. "Tidak... Lie Hui tidak mungkin disekap di Wisma naga emas..."
"Jadi?"
tanya Zhao maupun Yuan dengan agak heran.
"Kemungkinan dia sekarang ada di partai Bunga senja. Sebab Partai Bunga
senja memiliki anggota lebih banyak untuk menjaga tahanan dan Partai bunga
senja memiliki penjara rahasia yang penjagaannya ketat sekali.
Selain itu, mereka pasti tidak akan membiarkan orang yang merupakan
perkumpulannya untuk disekap di "rumahnya" sendiri." tutur Jieji.
"Betul kata-kata adik kedua. Dengan begitu, kita hanya perlu sekali saja ke sana untuk menyelidik. Adik kedua pernah disekap di penjara rahasia itu, tentu adik
kedua paling tahu apakah di sana ada penjagaan yang ketat atau tidak." tutur Zhao.
Lantas dia disambung oleh Jielung, ketua kaibang.
"Betul, jika penjagaan di sana lebih hebat dari biasanya. Sudah barang tentu bahwa Nona Lie Hui memang berada di sana."
Yunying yang mendengar perkataan "sederhana" dari mereka, segera menyela.
"Tidak... Bukankah bisa saja mereka tidak memperketat penjagaan di sana seolah tiada
terjadi apa-apa, dan seolah Lie Hui memang tidak disekap di sana... Atau bisa
saja...." Jieji tersenyum mendengar Yunying yang bertutur dalam perasaan yang terlihat
khawatir. Lantas dia sambil tertawa ringan menjawabnya.
"Betul katamu...
Jika saja tidak ada orang di Partai Jiu Qi yang mengenalku dengan baik. Maka
taktikku kali ini tidak bisa dilaksanakan. Tetapi lain halnya ada orang yang benar mengenaliku disana. Tentu saja, mereka akan mencari cara yang paling efektif."
"Dengan begitu maksudmu adalah apa yang bisa dipikirkan olehku pasti terpikir juga oleh mereka?" tanya Yunying dengan wajah yang agak menggerutu.
Jieji tertawa besar mendengar tuturan Yunying. Tetapi dia tetap membalasnya
dengan pelan. "Memang cara berpikir begitu adalah benar dan harus juga diperhatikan
seksama. Kalau aku adalah mereka, maka aku akan memperketat 2 tempat
penjagaan. Yaitu di Partai Bunga senja dan Wisma Naga emas."
Zhao langsung memotong perkataan Jieji dengan perasaan yang tidak sabar.
"Betul... Jika kita berpencar, maka kekuatan kita sudah berkurang...
Apa ada daya yang terbagus dari adik kedua?"
Sambil tersenyum, Jieji menjelaskan taktiknya.
"Kita lawan cara berpikir mereka dengan cara begini.
Lawan tentu tidak akan membiarkan tangkapannya lolos dengan begitu mudah.
Mereka pasti tahu bahwa aku akan segera menolong Nona Lie Hui. Jika saja
mereka tidak melakukan penjagaan ketat, tentu mereka lebih banyak kehilangan
daripada mendapatkan.
Dan satu hal yang pasti, mereka terdiri dari 4 orang pesilat yang berkemampuan
hebat sejagad. Jika kita ingin menerobos pun, pasti lebih bagus dihalangi
daripada dibiarkan. Dengan begitu, mereka masih bisa menahan kita semua.
Tentunya bukan hanya mereka berempat orang saja."
"Pasukan Raja Persia sudah tunduk di bawah perintah Huo Xiang, dengan begitu di partai-nya pasti terdapat ratusan pengawal yang hebat juga. Kita tidak mudah menerobos masuk ke dalam. Meski bisa masuk sekalipun, keluar akan susah..."
tutur Zhao yang sepertinya berpikir hebat.
Jieji tersenyum kepada kakak pertamanya, lantas dia menjawabnya.
"Tidak... Tadi aku mengatakan bahwa akan menggunakan tipu melawan tipu mereka.
Tentu disini maksudku adalah kita gunakan taktik yang sama, yaitu memancing
harimau turun gunung."
"Jadi... Maksudmu kita pura-pura menyerang ke Wisma Naga emas dahulu untuk
menyelamatkan Lie Hui yang memang tidak berada di sana" Lantas baru kita
cari cara lain untuk menyelamatkan Lie yang ada di partai Bunga senja?"
tutur Yunying dengan bersemangat.
Jieji tertawa terbahak-bahak mendengar penuturan isterinya. Lantas dengan
wajah kegirangan, dia berkata begitu.
"Tepat! Kita minta 4 orang pengawal kakak pertama untuk cukup mengacau Wisma naga
emas saja. Tentunya adalah harus ketika malam benar tiba, kita minta ke 4 orang
berpakaian hitam dengan penutup muka. Dengan begini, tiada orang lagi yang
tahu sebenarnya siapa 4 orang yang menyerang Wisma Naga emas.
Lalu... Kita berempat menunggu apakah informasi cepat atau tidak telah sampai ke
telinga orang-orang Partai bunga senja. Dan jika melihat adanya orang-orang
berkungfu tinggi telah terpancing keluar maka langsung kita berempat
menyerang ke partai bunga senja untuk menyelamatkan tawanan tentunya
setelah adanya konfirmasi dari pihak kita sendiri."
"Betul!!!" Zhao berteriak kegirangan.
"Dengan begitu, maka keempat orang hebat itu pasti berada di salah satu tempat antara Wisma naga Emas atau partai Bunga senja. Tetapi... Bagaimana jika
Wisma naga emas benar adalah tempat keempat pendekar itu berada"
Bukankah nantinya keempat pengawal bisa dalam masalah besar?"
tanya Yuan kepada Jieji.
"Untuk kata-kata pendekar Yuan, aku berani menjaminnya seratus persen tidak akan terjadi. Bahwa tidak mungkin Lie Hui ada di Wisma Naga emas bisa kita
coba dengan cara cukup sederhana saja. Kita bisa minta Shen Yileng asli untuk
pura-pura pergi ke Wisma Naga emas. Dengan bertingkah sedikit, langsung maju
tanpa berkata banyak dan masuk melalui gerbang depan. Tentu saja bisa tahu
apakah Shen Yileng "palsu" sebelumnya pernah pulang ke Wisma naga emas bukan?" tutur Jieji sambil tersenyum.
"Betul... Ini adalah cara yang sederhana yang dirasa cukup baik. Jika Shen tidak
dihalangi, maka kemungkinan besar adalah orang partai Jiu Qi sudah
mengenalnya sebagai "Shen Yileng" yang palsu. Tetapi, bagaimana jika mereka memasangkan perangkap untuk Shen Yileng?" tanya Zhao kuangyin dengan
rada kacau. "Tidak... Bagi mereka adalah ikan besar lebih baik terpancing daripada ikan yang kecil.
Mereka sudah memasangkan perangkap di Partai Bunga senja dan Wisma Naga
emas. Terutama adalah Wisma Naga emas, bukankah jika benar Lie Hui tidak
berada disana. Maka usaha kita betul sia-sia" Dan sepertinya bahan peledak
yang kedua pasti akan terjadi lagi di Wisma Naga emas." Jelas Jieji sambil tersenyum.
"Betul... Tidak mungkin juga Huo Xiang yang kabarnya telah mendirikan gedung balairung
istana Persia dengan baik di Partai Bunga senja, lantas akan hancur lebur akibat ledakan dari bahan peledak." tutur Zhao yang segera memanggil salah seorang pengawalnya.
Setelah sampai, dia memberi perintah rahasia. Dan orang ini minta pamit dengan
segera melaksanakan apa pesan Zhao Kuangyin.
"Jika sebuah tipu muslihat benar dijelaskan terlebih dahulu, maka kesemuanya malah menjadi bahan yang sudah tidak menarik sama sekali." tutur Yunying
sambil melihat geli ke arah suaminya dengan samping matanya.
Jieji hanya menggelengkan kepalanya saja sambil tersenyum tawar kepada
isterinya itu. BAB CXXIII : Operasi Penyelamatan Pencuri Ulung
Markas Besar Partai Bunga Senja...
Enam orang terlihat duduk di dalam balairung istana buatan Ketua partai ini.
Keenam orang tersebut terlihat sedang serius memikirkan sesuatu. Dilihat dari
potongan orang, terdapat 4 orang lelaki, seorang yang memakai baju besi
lengkap dan seorang wanita cantik.
"Jadi menurutmu mereka tidak akan datang kemari?"
tutur seorang pemuda paruh baya yang memiliki jenggot lebat. Dia ini tak lain
adalah "Yelu Xian".
"Benar.... Kalian tidak usah khawatir.
Meski mereka menyerang pun untuk menyelamatkan tawanan, tentu yang
diserang adalah wisma naga emas dahulu." jawab Huo Xiang membalas
perkataannya. "Perkataan ketua partai benar sekali.
Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kita sudah menyiapkan banyak perangkap di sana. Niscaya mereka bisa keluar
hidup-hidup." sahut suara seorang pria lain yang dilihat adalah sebuah baju besi kokoh yang sedang duduk.
"Tetapi.........."
sahut pria yang menyamar sebagai Xia Jieji dengan agak terkejut.
"Sudahlah nak..."
tutur orang tua berjenggot putih menghentikan komentarnya.
"Kita sudah merencanakan ini baik-baik, bagaimana bisa kita merubahnya
kembali?" "Benar...." sahut "Xia Jieji" itu kepada orang tua. Namun, dia kembali melanjutkan kata-katanya.
"Kalian betul tidak mengenalnya, karena itu kalian kurang waspada. Aku tidak yakin bisa membohonginya dengan begitu mudah."
Hanya 2 orang disini yang mengerti bagaimana cara Jieji menyusun rencana-nya
dengan cermat. Mereka berdua juga-lah tahu bahwa Xia Jieji bukanlah manusia
yang sembarangan. Oleh karena itu, keduanya tampak ngotot untuk meminta
memperumit penjagaan sebab mereka merasa penjagaan memang masih
banyak "lubang kosong".
Tetapi keempat orang lainnya tidak berpendapat sama dengan kedua pria ini.
Mereka meyakinkan sebaik-baiknya apa yang sudah direncanakan mereka dari
hari sebelumnya. Pembicaraan yang cukup lama disini adalah tentang tawanan
yang baru saja beberapa hari mereka tangkap yaitu Pencuri ulung.
"Wisma Naga emas sudah penuh dengan peledak hebat. Jika mereka sudah
mulai menyerang, maka kita ledakkan saja kesemuanya. Tiada orang yang bisa
lolos dari sana." sahut Orang tua kepadanya kembali.
"Bagaimana dengan tetua partai Jiu Qi dan anggotanya, apakah kalian juga
berminat mengubur mereka hidup-hidup?" tanya Huo Xiang ke arah Baju besi.
Tetapi, baju besi hanya tertawa terbahak-bahak beberapa saat. Yang
menjawabnya adalah orang tua di samping yang duduk tepat di sampingnya.
"Tidak... Kita berpura-pura dahulu untuk bertarung. Jika mereka menyerang tentu akan
menjatuhkan siapa saja yang menghalangi. Jika anggota kita yang terbunuh oleh
mereka maka tiada masalah. Tetapi bagi anggota yang masih hidup harus
berusaha melarikan diri ke tempat yang aman. Sedangkan tentara penjaga sel,
sudah menyediakan lubang perlindungan yang dalam untuk bersembunyi
sementara waktu jika mereka sampai dan peledak sudah diaktifkan."
Huo tertawa terbahak-bahak, dia menyetujui dengan benar rencana orang tua ini.
Tertawanya Huo di kuti oleh 3 orang lainnya secara beberapa lama. Tetapi kedua
orang di samping ujung kursi tidak berpikiran demikian. Terutama pemuda yang
menyamar sebagai Xia Jieji itu. Dia terlihat memikirkan sesuatu sambil
memegang bibirnya cukup lama. Rasa tertawa tidak ada sama sekali di
wajahnya. Kerutan di wajah yang berlebihan membuktikan rasa kekhawatirannya
yang melebih-lebih.
"Sudahlah...
Jika begitu, kita bubar saja. Sebab malam ini kita tetap akan berjaga dengan
sebaik-baiknya."
sahut Huo Xiang yang membubarkan "rapat" tersebut.
Sudah lebih dari sejam, ruangan tadinya yang menjadi ruangan berdiskusi itu
telah hening sama sekali. Sekarang ruangan yang dipenuhi 6 orang itu hanya
tinggal seorang pemuda yang sedang asyik-nya memikirkan sesuatu hal. Dia
duduk sambil berkerut dahi, sikapnya ini belum berubah sama sekali dari tadinya.
Tetapi dia tiba-tiba dikejutkan suara seseorang yang diikuti tepukan ringan di
bahunya. Pemuda menoleh secara spontan ke arah penepuk. Dilihatnya adalah seorang
wanita cantik. Wanita yang tinggi semampai dengan pakaian yang cukup aduhai,
senyum di wajahnya seakan bisa membuat lelaki normal goyah imannya.
Tetapi lain dengan pemuda ini, dia hanya tersenyum tawar sebentar. Lantas
terlihat dia kembali berpikir.
Si Nona yang menyaksikan sikap pemuda, dia menanyainya dengan segera.
"Apa menurutmu rencana ayah dan para tetua tidak bisa di kuti?"
Pemuda hanya melihat ke arah wanita cantik. Terlihat sambil menghela nafas dia
mengangguk. "Kamu terlalu berkhawatir segala. Meski Xia Jieji itu pintar dan cerdik, tetapi dia juga manusia." tutur wanita cantik sambil tersenyum.
"Tidak... Di sini, terlihat sudah banyak kesalahan. Menganggap remeh lawan adalah
sebuah hal yang sangat disayangkan akhirnya." jawab Pemuda.
"Tidak... Dalam hal ini, kakak mungkin salah paham. Bukankah kungfu kakak sudah
sangat luar biasa tinggi. Kenapa harus takut kepada 4 orang itu meski mereka
menyerang kemari?" tanya wanita ini kembali kepadanya seraya meyakinkannya.
"Bukan masalah ini yang benar kukhawatirkan. Jika saja mereka memancing kita, itu sangatlah berbahaya. Jika kita berenam di pisahkan tentu inilah hal yang
sangat kutakutkan." tutur "Xia Jieji" palsu ini.
Wanita cantik tertawa saja terbahak-bahak. Melihat kelakuan wanita ini, pemuda
lantas berkerut dahi. Wanita ini kemudian menjelaskan kepadanya.
"Bagaimana kita bisa dipisahkan" Mereka hanya 4 orang yang menguasai
kungfu hebat. Selain Zhao kuangyin dan Xia Jieji. Aku merasa kedua orang
lainnya tidak begitu perlu kita takutkan."
"Mengenai kata-kata ini, memang separuhnya benar. Zhao kuangyin ilmu silatnya memang teristimewa jika kita nilai, tetapi justru kulihat Yuan Jielung ataupun Xia Jieji tidak bisa dipandang remeh sama sekali. Dan... wanita misterius itu lagi.
Mereka bukan lawan yang mudah dihadapi sama sekali." tutur orang ini.
"Betul.. Jadi ingin kamu meminta kepada ayah untuk menanam bahan peledak disini"
Seperti yang telah dilakukan di Wisma Naga emas?" tanya wanita ini kepadanya.
"Bukan juga...
Sesuai rencana, kita bergerak setelah mendengar letusan hebat dari arah barat.
Anggota kita sambung menyambung sudah ditempatkan di sepanjang jalur lebih
dari 10 li ke barat. Mereka akan mengabarkan jika benar terjadi ledakan, kita
akan segera berangkat ke sana bukan" Justru itulah hal yang kukhawatirkan."
sahut pemuda dengan serius kepada wanita.
"Kakak mengkhawatirkan bahwa ketika ledakan terjadi, mereka juga akan
menyerang kemari" Jika mereka memisah diri, tentu setelah mendengar ledakan
di wisma, mereka tentu akan menuju kesana. Oleh karena itu, rencana kita
kurasa sudah cukup baik. Begitu kita menuju kesana, tentu aku merasa mereka
tinggal 2 orang saja. Untuk mengeroyoknya, kita berenam pasti sanggup. Tidak
usahlah kakak terlalu berkhawatir." tutur Wanita cantik yang bernama Huo
Thing-thing ini panjang dan lebar.
Apa kata-kata wanita ini memang adalah kata-kata yang cukup beralasan.
Mereka telah menyusun taktik begini dari awal.
Di Wisma naga emas, akan ada 5 orang yang didandani mirip dengan keempat
pendekar yaitu Huo Xiang, Baju besi, Chen Yang, "Yelu Xian" dan "Xia Jieji".
Kelima-nya telah diperintah harus berkelahi sambil mundur teratur. Jika sudah
ada peluang, maka salah satu di antara mereka harus memancing keempat
pendekar (Jieji dan kawan-kawan) untuk diledakkan dalam sel Wisma Naga
emas. Jika mereka memisahkan diri, yaitu 2 orang ke wisma naga emas dan 2 orang
lagi ke partai bunga senja. Tentu menurut mereka, jika ledakan benar terjadi di wisma naga emas, maka keempat pendekar dari partai bunga senja akan
menyusul untuk "membinasakan" dua orang lainnya. Rencana serta taktik sudah disusun dengan sebaik-baiknya dari awal. Tetapi jika harus diganti lagi tentu
selain makan waktu, dan memikirkan rencana yang lebih bagus dari ini mungkin
tidaklah mudah sama sekali.
Tetapi kata-kata Thing-thing tidak benar bisa membuat hatinya lega. Dia kembali bertutur.
"Xia Jieji adalah manusia luar biasa pandai, aku tidak yakin kita bisa menipunya dengan cara begituan. Tetapi karena rencana sudah dibuat, aku merasa
sebaiknya kuikuti saja maunya mereka semua."
Wanita cantik ini lantas tersenyum. Dia berikan sebelah telapak tangannya untuk menarik pemuda ini berdiri. Keduanya lantas meninggalkan ruangan.
*** 3 Hari setelahnya...
Adalah malam tahun baru Imlek. Hari dimana kawasan kota penuh penduduk,
meski ada yang merayakannya dan ada pula yang tidak, tetapi suasana di sini
cukuplah ramai. Banyak anak-anak memainkan petasan serta ada yang
bercanda ria. Pemuda-pemudi berpasangan acap kali nampak di kota yang tiada
kecil itu, banyak juga yang memadu asmara di sana menikmati keindahan
malamnya kota. Jieji dan kawan-kawan sedari tadi memang sudah bersiap-siap. Mereka memilih
sebuah tempat dari arah timurnya kota Huai, dimana kota tempat partai bunga
senja berada. Sebuah kedai arak bekas yang sudah tidak terbuka sejak lama sedang di tempati
oleh keempat orang. Keempat orang ini sengaja menunggu waktu telah gelap
supaya keempatnya bisa mulai melakukan aksinya.
"Di kota pasti terdapat banyak penjagaan yang ketat. Lantas bagaimana kita menerobos masuk ke kota terlebih dahulu?" tanya Yunying kepada mereka
bertiga. "Itu tidaklah susah. Aku sudah mengaturnya dengan sangat baik sekali." tutur Jieji sambil tersenyum kepadanya.
"Betul perkataan adik ipar. Bagaimana caranya kita menyusup ke dalam kota
terlebih dahulu?" tanya Zhao kuangyin yang seakan merasa bingung mendapati keyakinan adik keduanya.
"Kita tidak perlu menyusup ke dalam kota. Kalian tahu bahwa penjagaan yang ketat di setiap pos sepanjang 10 li ke barat?" tanya Jieji.
"Betul... Di sana terlihat penjaga partai bunga senja yang di setiap pos jumlahnya ada
sekitar 10 orang." sahut Yuan Jielung kepadanya.
"Itu akan kita lihat nantinya... Sulap yang terjadi di tahun baru akan menjadi sulap yang luar biasa..." tutur Jieji dengan tertawa dan wajah yang penuh keyakinan.
Lantas dia berkata melihat ke arah kakak pertamanya. Dia meminta kakak
pertamanya untuk ikut dengannya terlebih dahulu. Kedua orang lainnya yaitu
Yuan Jielung dan Yunying cukup heran. Tetapi mereka merasa bahwa Jieji pasti
mempunyai pesan yang penting kepada Zhao Kuangyin, oleh karena itu
keduanya mengawasi kepergian keduanya dengan perasaan yang cukup
was-was pula. Setelah keduanya berjalan kaki hampir 1 Li, mereka berdua akhirnya berhenti.
"Ada apa adik kedua?" tanya Zhao kuangyin dengan wajah yang agak keheranan kepadanya.
Jieji menyerahkan sesuatu kepadanya. Sesuatu benda yang terlihat agak
keemasan. Sepertinya benda ini tak lain adalah kain yang berwarna keemasan. Zhao cukup
heran mendapatinya.
Dahulu, sekitar 3 tahun lalu. Dia juga pernah menerima barang yang sama dari
Jieji, adik angkat keduanya. Tetapi, saat itu Jieji tidak punya pilihan lagi selain
"mati", dan dia meninggalkan wasiatnya kepada sang kakak pertama untuk mengaturnya sedemikian rupa.
Tetapi kali ini, kembali Jieji memberikan sesuatu benda yang mirip dengan benda 3 tahun lalu itu. Dia kontan terkejut.
"Ini... Ada apa lagi adik kedua?" tanya Zhao kuangyin dengan wajah yang tidak percaya.
Sambil tersenyum, Jieji menjawabnya.
"Ini adalah sesuatu yang akan dilaksanakan kalian. Kakak pertama pasti bisa melakukannya dengan mudah."
"Tetapi...
Dahulu... 3 tahun yang lalu...." baru saja Zhao berkata sampai disini, Jieji menghentikannya.
"Aku kali ini tidak ingin lagi mati. Aku mempunyai daya yang sudah sangat baik sekali. Benda ini kumohon kepada kakak pertama untuk membukanya ketika aku
berkata, "Yuan Lai She Ni Men / Ternyata kalian". Mohon dilaksanakanlah sebaik-baiknya." tutur Jieji yang berubah menjadi serius.
"Tidak bisa..
Ini.. Kamu harus berjanji kepadaku dahulu adik kedua." tutur Zhao dengan
berubah serius pula.
"Tenang saja kakak.
Aku menjamin, aku akan pulang dengan selamat tanpa kurang sesuatu apapun.
Di dalam Cin Lung (Kantong emas) telah kuberikan tipu untuk mengerjakan
sesuatu hal dan tipu meloloskan diri. Kita berempat dan pencuri ulung tidak akan kurang satu apapun. Kakak pertama...
Percayalah padaku, perhitunganku kali ini tidak mungkin meleset sama sekali."
sahut Jieji. Zhao hanya menghela nafas panjang, meski hatinya benar khawatir. Dia
mengangguk perlahan dan berjanji akan melaksanakan tugas ini sebaik-baiknya.
Zhao sudah memberikan wewenang penuh kepada adik keduanya dalam operasi
penyelamatan pencuri ulung. Adalah Jieji juga orang yang meminta kakak
pertamanya, Yuan Jielung dan Yunying untuk mempercayakan hal ini sepenuh
kepadanya. Di partai Bunga senja...
Ke-enam pendekar yang hebat telah duduk di atas temboknya partai bunga
senja. Partai bunga senja memang benar telah direnovasi sedemikian rupa sehingga
dalam kota Huai, terdapat "kota" Bunga senja juga.
Mereka sepertinya bersembunyi di bawah tirai yang tebal. Keenamnya seperti
berkonsentrasi untuk merasakan siapa saja yang datang. Dari gerak langkah,
keenamnya bisa tahu benar bahwa orang yang berjalan di bawahnya termasuk
seorang pesilat ataupun bukan.
Di "kota" bunga senja, penjagaan memang betul ketat. Partai bunga senja sendiri tidak pernah melarang rakyat jelatanya untuk jalan-jalan di daerah sana, tentunya untuk tidak menimbulkan kecurigaan kepada Jieji dan kawan-kawannya sehingga
mereka merasa tawanan betul berada di sini.
Di dalamnya pada setiap sudut partai, penjagaan sangatlah ketat. Tidak ada
yang tahu sesungguhnya ada penjaga yang banyak sekali di partai selain orang
dalam. Dari luar sekalipun, tidak terlihatnya banyak penjaga malang-melintang
dari sana seakan sedang dalam keadaan biasa saja.
Biasanya penduduk daerah daratan tengah merayakan saat-saat terakhir lewat
tahun. Tentu diikuti dengan suara mercon yang luar biasa berisiknya. Banyak
orang biasanya berteriak-teriak "Gung Xi Fa Chai." Dan ketika satu orang bertemu dengan orang lainnya, mereka juga akan mengucapkan kata "Gung Xi/
Selamat". Selain tradisi di daratan tengah, maka rakyat yang telah berbaur dengan penduduk datangan biasanya juga mengikuti adat ini guna meramaikan
acara tahun baru.
Adalah di saat detik detik terakhir akan terjadi-nya pergantian tahun...
Suara hampir tidak terdengar ketika orang-orang mencoba untuk tenang dan
menghirup nafas terakhirnya di tahun ini. Tetapi...
Segera, suara mercon yang menggelegar terjadi dengan dahsyat. Suara ini tiada
lain adalah muncul di sebelah barat dari posisi kota Huai. Kontan, bukannya para penduduk merasa takut atau lain hal. Mereka juga ikut meramaikan suara
mercon menggelegar itu dengan suara teriakan yang cukup dahsyat juga, sebab
dari anak-anak, remaja dan sampai ke orang tua kebanyakannya berteriak-teriak
gembira sekali.
Suara kegembiraan dari para rakyat ternyata tidaklah membangkitkan
kegembiraan enam orang yang berada di atas tembok "kota" bunga senja.
Mereka segera bangkit dan mengawasi sesama-nya dengan keheran-heranan.
"Itu tanda ledakan dari arah barat!!!" teriak orang tua bernama Chen Yang ini dengan gembira sekali.
"Betul...." jawab Huo Xiang yang tidak kalah gembiranya.
"Ayok!!! Segera kita ke barat, cepat!!!" teriak si Baju besi. Orang yang pertama turun dari tembok kota dengan kecepatan luar biasa melesat ke arah barat.
Rupa-rupanya di sebelah barat, telah di siapkan kuda yang mampu berlari
kencang. Dia disusul oleh 4 orang lainnya dengan segera. Keempat orang juga bergerak
sangat pesat sekali dengan "mencari" kuda yang telah disiapkan dengan sangat baik.
Di sini... Hanya seorang pemuda saja yang tidak ikut. Dia melompat ke arah dalam malah
dari tembok tinggi partai. Dia tidak mengikuti gerakan kesemua orang itu.
Dengan gerakan berlari cepat, dia ingin menuju ke arah sel / penjara bunga
senja. Apa yang dilakukan pemuda, memang sudah diketahui pendekar-pendekar
lainnya meski mereka sedang menuju ke arah barat dengan gerakan pasti nan
cepat. Adalah seorang wanita yang kemudian berbalik dengan cepat memutar
arah kudanya, dia terlihat berteriak.
"Aku akan melihatnya!"
Keempat orang ini tidak mempedulikan gadis itu. Mereka tetap melanjutkan
perjalanannya dengan cepat.
Pemuda yang memakai wajah "Xia Jieji" itu, hampir sampai di daerah yang dituju.
Gerakan cepat dari kedua kakinya sungguh di luar dugaan. Bahkan para penjaga
tidak pernah tahu, bahwa dirinya lewat di samping mereka yang kebanyakan
adalah kaum pesilat. Kesemuanya hanya merasakan angin ringan yang
berhembus saja.
Dia bergerak sangat cepat, menelusuri gang demi gang yang cukup sempit yang
terlihat pengawalnya sedang diam memandang ke depan. Karena kecepatan
serta pengaturan langkahnya yang sudah sempurna, tiada yang tahu bahwa ada
pemuda luar biasa ilmu ringan tubuhnya telah lewat di sampingnya.
Adalah ketika dia sudah mencapai sebuah tanah lapang. Dia segera keheranan,
sebab dia sudah berhenti dari gerakannya total. Tetapi, dia melihat
pemandangan yang kurang begitu meyakinkannya. Sebab tidak ada seorang
pengawal pun bergerak memandangnya.
Segera, dia terkejut luar biasa sekali. Sebab dia sudah merasakan beberapa
hawa yang muncul dari sampingnya. Dia segera menoleh cepat sekali. Dilihatnya
ada 4 orang yang sedang berdiri diam mengawasinya.
Tentu keringat dingin segera membasahi dahinya. Dia tidak percaya bagaimana
keempatnya bisa masuk demikian cepat. Bahkan dia sudah tahu pokok
permasalahannya dengan baik, yaitu ketika para pengawal yang meyakini ilmu
silat itu telah tertotok nadi geraknya kesemuanya. Pantas saja kesemuanya
segera tidak mampu bergerak bukannya karena mereka tidak mampu
mengetahui adanya orang yang lewat di sampingnya.
"Xia Jieji?"
Memang benar, siapa lagi kalau keempat orang itu bukanlah Xia Jieji dan
kawan-kawannya.
Jieji memandangnya sambil tersenyum saja.
"Siapa kau" Kenapa selalu saja menyamar sebagai suamiku?" tanya Yunying ke arahnya dengan wajah yang agak heran dan tidak senang.
Orang ini terkejut. Dia segera melihat ke arah orang yang berbicara. Ternyata
seorang wanita cantik. Dia sudah tahu kembali pokok permasalahan yang
Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lainnya, yaitu bahwa ternyata selama ini wanita bertopeng tiada lain adalah Wu
Yunying yang sama sekali tidaklah perlu menyamar lagi, sebab wajahnya toh
begituan. "Ternyata kau adalah Wu Yunying...
Kalian menyusup masuk demikian mudahnya, benar-benar orang yang hebat."
tutur "Xia Jieji" palsu ini sambil menggelengkan kepalanya.
"Lalu bagaimana kau bisa tahu bahwa kita sudah ada di sini" Kau juga tidak kalah hebatnya. Tetapi sepertinya empat orang lainnya adalah orang tolol.." tutur Jieji sambil tersenyum geli kepadanya.
"Empat orang?" tanya "Xia Jieji" ini.
"Betul.. 1 orang adalah wanita, dia sedang menuju kemari." tutur Zhao kuangyin melihatnya sambil tersenyum.
Tetapi ketika orang ini melihat ke arahnya, tertimbul sebuah dendam dari
matanya. Dia melihat Zhao dengan wajah yang agak buas. Sepertinya pemuda
ini menyimpan sebuah dendam dengannya.
"Kau adalah Yue Liangxu bukan" Untuk apa kau menutup wajahmu dan
menggantikannya dengan wajahku?" tanya Jieji.
Orang ini mendengar kata-kata Jieji, dia membuka wajahnya dengan sesegera.
Memang benar sekali, wajahnya terlihat wajah Yue Liangxu. Dia memang tidak
berubah dari dulu, tetap sama.
Sambil tersenyum, dia berkata kepada Jieji.
"Bagaimana saudara Xia bisa begitu cepat kemari" Sungguh aneh, aku tiap
malam memikirkan taktikmu itu."
"Aku tidak bisa memberitahumu secara detail, waktuku tidaklah banyak. Kau
ingin bertarung?" tanya Jieji kepadanya.
Tiga orang di belakang Jieji sepertinya akan ikut membantu. Tetapi Jieji malah
menghentikannya, dia mengangkat sebelah tangannya. Justru saat itu, wanita
lainnya telah sampai. Wanita yang bernama Huo Thing-thing telah mendarat
dengan ilmu ringan tubuhnya yang mantap.
"Ternyata kalian..." tutur Jieji agak keras.
Zhao yang mendengarnya segera tahu. Dia berjalan ke arah belakang dengan
pelan, merogoh kantong bajunya dan membuka dengan cepat bungkusan emas.
Hanya beberapa kata-kata yang tidak panjang serta rumit ditulis di atas kertas
berwarna putih, lantas Zhao terkejut kegirangan mendapati apa tulisan itu.
Sesaat, dia memandang adik keduanya dengan sangat kagum.
"Ayok.. Kalian ikutlah aku.." tutur Zhao kepada keduanya. Tetapi Yunying menyatakan tetap tinggal. Dia merasa agak heran mendengar tuturan Zhao
Kuangyin. Dia ingin membantah, tetapi dia dihentikan segera.
"Tidak bisa.. Kamu ikutlah kakak pertama dahulu. Banyak hal yang harus
dikerjakan oleh kalian." tutur Jieji dengan serius.
Melihat keseriusan Jieji, Yunying diam sebentar. Lantas dia menganggukkan
kepalanya. Dia segera bergerak ke arah Zhao. Ketiganya mengambil gerakan
mundur ke arah sebuah gerbang besi yang kecil.
Tetapi niat mereka bertiga kemudian dihalangi dengan segera.
Baik Yue Liangxu dan Thing-thing segera bergerak cepat untuk mendahului
mereka. Tetapi baru sebentar saja, mereka berdua telah dihalangi oleh
seseorang. Rupa-rupanya Jieji telah sampai di depan untuk menghalangi dengan gerakan
yang jauh lebih cepat. Jieji menyiapkan rapalan jurus siaga menantikan
keduanya. Pertarungan tentu langsung saja terjadi dengan cepat.
Jieji bertarung dengan serius menghadapi keduanya. Dengan gerakan bertahan
sambil menyerang dia beradu dengan kedua orang ini. Tetapi dalam 5 jurus saja,
Jieji sudah merasa cukup aneh. Dia merasa kedua lawannya ini masih beberapa
kelas di bawahnya. Terutama adalah Yue Liangxu ini, kemampuannya kali ini
sungguh mengherankan Jieji. Hanya dua kali hentakan tenaga dalam dan sekali
perputaran tangan dalam jurus keenam, keduanya terpental oleh energi
ringannya Jieji.
Meski keduanya tidak dijatuhkan, tetapi dari pertarungan singkat ini Jieji tahu benar ada sesuatu hal yang janggal.
"Aneh... Saudara Yue... Sepertinya kungfumu tidak lebih baik dari ketika pertarungan 3
tahun yang lalu.." tutur Jieji yang merasa cukup bingung mendapati kemampuan Yue Liangxu di depannya ini.
"Itu karena aku belum mengeluarkan kepandaianku.." tutur Yue Liangxu dengan tersenyum.
Tetapi baru saja dia berkata sampai disini, telah terasa hawa mendekat dengan
cukup cepat. Jieji segera berpaling lurus ke arah depan. Dengan pesat sekali, dia telah
mendapati sampainya 2 orang yang sakti. Dia melihat 2 orang yang turun dari
langit dan mendarat cepat dengan mantap sekali. Kedua orang ini adalah
seorang tua yang merupakan tabib sakti, Chen Yang dengan ketua partai bunga
senja, Huo Xiang.
Zhao, Yuan Jielung dan Yunying sudah meninggalkan tempat ini. Mereka
beranjak ke belakang, sepertinya Jieji sedang memberikan "perintah" kepada mereka untuk melaksanakan sesuatu.
"Dimana ketiga orang yang lainnya?" tanya Chen Yang sesegera saat dia mendarat.
Yue Liangxu segera menjawabnya.
"Mereka sedang menyelamatkan tawanan."
"Jadi hanya tinggal dirimu seorang di sini" Betapa yakinnya dirimu akan
kemampuanmu sekarang?" tanya Chen Yang yang agak heran menatapi Jieji.
Jieji membalas perkataan orang tua.
"Tentu... Jika tidak tentunya bukan aku sendiri saja yang berjaga di sini."
Mendengar perkataan Jieji, kesemua orang disini agak heran. Mereka heran
bagaimana kemampuannya yang sesungguhnya. Kabar dunia persilatan daratan
tengah memang pernah "mengibarkan" nama Xia Jieji yang selangit. Tetapi, beberapa tahun belakangan sepak terjang Xia Jieji memang tidak pernah
terdengar kabarnya lagi.
Huo Xiang memang merasa aneh sejak awal sampai sekarang. Adalah tentunya
dia memang sempat "menyekap" Jieji di penjaranya. Saat itu, dia tahu bahwa pemuda tidak mempunyai kungfu yang tinggi, bahkan energi dalam dirinya sama
sekali tidak terasa layaknya manusia biasa saja. Oleh karena hal ini, Huo selalu mengira dia salah tangkap orang. Tetapi, merasakan kehebatan lawannya saat
setahun lalu ketika mereka bertarung sebentar di hutan Lin Qi, dia sendiri tidak pernah habis pikir apa maksud tujuan Jieji "melenyapkan" ilmunya dan rela menjadi tawanan-nya dalam jangka waktu 8 bulan.
Sekarang, disini telah berdiri Xia Jieji yang asli dan sedang penuh keyakinan
menjawab mereka berempat. Tentu mereka benar tahu bahwa Jieji tidak pernah
sembarangan dan bermain api di saat yang cukup berbahaya seperti sekarang.
Merasakan bahwa lawan memang masih susah ditaksir kemampuannya, maka
mereka berempat tidak berani maju sedikitpun mendahului yang lainnya.
"Hm... Aku menanyaimu, apa benar kau sudah menikah dengan wanita bernama Yuan
Xufen?" tanya Chen Yang sambil menunjuk kepada Jieji dengan tongkatnya.
Tersenyum, pemuda yang ditanyainya ini menjawab.
"Aku rasa pertanyaan sebodoh ini tidak perlu di jawab. Dahulu, kabarnya kamu mempunyai dendam dengan isteriku. Dia telah membutakan sebelah matamu,
kau ingin mencarinya balas dendam?"
"Betul... Mataku ini..." tutur Chen Yang sambil mengorek biji mata sebelah kirinya. Dengan mudah, dia mengeluarkannya dan meletakkan di telapak tangan.
Lantas sambil membentak dia melihat ke arah Jieji. Raut wajahnya berubah
sangat bengis sekali memandang pemuda.
"Ini-lah hasil perbuatan isterimu!!!"
Jieji tersenyum sinis kepadanya.
"Sayang sekali isteriku tidak membunuhmu dahulu. Kau menginginkan wajah dan bola matanya. Ini adalah hal yang sungguh biadab, apakah ada orang yang hidup
rela memberikan wajah dan kedua bola matanya?"
"Yuan Xufen adalah benar puteri dari Yelu Xian. Dia sendiri-lah yang memintaku untuk membunuh puterinya." tutur Chen Yang kepada Jieji.
Mendengar perkataan Chen, Jieji bagai di sambar oleh geledek. Dia tidak
percaya apa perkataan Chen. Lantas sambil menggeleng dia berkata pula.
"Itu tidak mungkin...."
"Huh... Yuan Xufen adalah puteri haram dari Yelu Xian dan Wu Shanniang. Saat itu, aku
memang berniat melihat Yuan Xufen sendiri dengan mata kepalaku sendiri.
Kabarnya dia adalah seorang wanita yang sangat cantik. Aku menginginkan
wajahnya untuk diteliti pertama-tama. Tetapi setelah benar melihatnya, aku
sangat tertarik akan kedua bola matanya itu."
sahut Chen Yang mengisahkan.
"Jadi benar kalau Yuan Xufen ternyata sudah melakukan perbuatan yang tidak baik sehingga Yelu Xian sendiri yang merupakan ayah kandungnya saja
menginginkan nyawanya." tutur Jieji sambil menghela nafas.
Xufen selalu ingin tahu siapa orang tua kandungnya dari pertama-tama. Jika saja Xufen disini dan tahu bahwa ayah kandungnya sendiri bahkan menginginkan
nyawanya tentu sangat membuatnya kecewa. Hati Jieji memang panas sekali
mendengar perkataan Chen Yang. Dan pemuda ini sepertinya tahu betul bahwa
apa tujuan Yelu Xian begitu sadis terhadap puteri kandungnya sendiri.
"Separuh betul dan separuh salah besar." jawab Chen Yang.
"Kalau begitu memang benar perkiraanku. Dia menginginkan Ilmu hebat itu,
apapun dikorbankannya. Lantas apa kata-kata dari ibunya sendiri?" tutur Jieji menanyai orang tua ini.
Orang tua tertawa sebentar. Kemudian dia menjawabnya.
"Betul... Saat itu, Wu Shanniang tidak ada di Liao. Dia sudah menikah dengan Wu Quan.
Jadi dia tidak tahu masalah ini."
Menghela nafas, Jieji memandang serius ke arah Chen Yang.
"Aku memang tidak pernah memberikan salinan kitab itu kepada Yelu Xian sebab diriku sudah kalah akibat pertarungan 2 jurus saja dengan Yuan Xufen. Sungguh
tidak kusangka ternyata Yuan Xufen adalah murid Dewa Sakti." sahut Chen Yang kepada Jieji.
"Jika begitu, adalah benar bahwa kau juga bersama Li Zhu di hutan misterinya Mongolia kuno. Kalian mempelajari ilmu itu sama-sama" Atau memang benar
kau sudah memiliki salinan ilmu itu sebelumnya?" tanya Jieji kepadanya.
"Ha Ha.....
Kau sungguh pintar. Aku tidak pernah mempelajari kitab itu meski ada di
tanganku sebelumnya. Jika tidak, mana mungkin aku akan kalah kepadanya.
Darimana kau tahu bahwa aku mempunyai salinan kitab Ilmu pemusnah raga?"
tanya Chen Yang tiba-tiba karena merasa cukup heran.
"Kunci untuk membuka panggung batu adalah 4 pedang. Dua buah pedang
sudah dipegang olehku. Sebilah pedang dipegang oleh Guo Lei, dan sebilah
pedang lagi sudah dimiliki Huang Yu Zong. Jadi berarti saat Huang membuka
panggung batu, tentunya kau dan Li Zhu juga di sana bukan?" tanya Jieji.
Mendengar pernyataan Jieji, Chen Yang tertawa terbahak-bahak cukup lama
sekali. Dia menanyai Jieji setelah sekian lamanya.
"Sungguh pintar...
Kau tahu berdasarkan kunci membuka panggung adalah pedang. Tetapi masih
kurang seorang lagi yang bersama kita itu."
"Oya" Kurang ataupun lebih untuk apa dipermasalahkan sama sekali. Sebab aku merasa tidak tertarik akan hal yang berhubungan dengan Ilmu pemusnah raga."
jawab Jieji sambil tersenyum kepadanya.
"Ilmu itu terang adalah ilmu no. 1 sejagad. Kau memiliki tapak berantai dan kemampuanmu telah menguasai dunia persilatan sejak lama. Kenapa kau bilang
Ilmu-mu sendiri bukanlah ilmu yang sama sekali tidak membuatmu tertarik?"
tanya Chen yang agak penasaran kepada pemuda.
"Sebab Tapak berantai ataupun Ilmu pemusnah raga bukanlah ilmu yang cocok
dilatih manusia. Setelah dipikir-pikir, aku merasa Ilmu ini bukanlah ilmu yang
perlu dibuat mengejutkan." jawab Jieji.
Tadinya Chen Yang memang penasaran ingin menanyainya. Tetapi mendengar
jawaban Jieji, dia berubah menjadi terpesona. Dia menyahut.
"Kalau begitu, kau anggap Ilmu-ku dan Ilmu-mu bukanlah ilmu yang perlu dibuat takut?"
"Benar sekali...
Orang yang melatihnya pertama-tama akan merasa semangatnya naik ke langit.
Semakin dilatih maka ilmu ini semakin maju pesat. Karena pembagian unsur
dalam diri manusia membuat unsur pemecahnya mendukung satu sama lainnya.
Sehingga perpaduan itu menghasilkan tenaga dalam yang hebat. Tetapi, jika
orang melatihnya terlalu lama. Maka ilmu ini sesuai dengan namanya.
"Pemusnah raga" tentu maksudnya raga sendiri bakal hancur jika tidak
dihentikan. Oleh karena itu, aku mengatakan kepadamu bahwa sehebat apapun
dirimu, tetapi tidak sanggup memuaskan dirimu. Nyawamu tidak akan lama lagi
bertahan." jelas Jieji kepada Chen Yang.
"Kenapa begitu" Bukankah 4 unsur saling mendukung membuat semuanya
seimbang dan bukankah dalam kitab Tao yang mengajarkan panjang umur
adalah membuat keempat unsur tubuh manusia seimbang?" tanya Chen Yang
yang agak penasaran kembali. Dia tahu benar bahwa Xia Jieji adalah orang yang
menguasai Ilmu ini secara mendetail. Setiap harinya Chen memang benar
melatih tenaga dalamnya supaya menjadi kuat kian harinya.
Dia tidak merasakan kejanggalan apa-apa tentang ilmu yang telah dipelajarinya
ini. "Aku mengatakan bahwa itu adalah ilmuku. Bukan ilmu yang kau pelajari itu."
jawab Jieji pendek saja kepadanya.
Sementara itu, Yue Liangxu segera menghampiri orang tua bernama Chen Yang.
Dia membisikkan sesuatu di telinganya.
Sesaat, Chen terkejut juga. Dia melihat serius ke arah Jieji.
"Kau ingin mengulur waktu?"
Huo Xiang tertawa terbahak-bahak mendengar teriakan Chen Yang. Dia ikut
menuturkan kata-kata.
"Dia berharap setelah melepaskan tawanan, maka dia baru akan beraksi. Jangan beri kesempatan kepada mereka."
Chen Yang mengangguk. Dia telah menyiapkan rapalan jurus telapaknya
siap-siap. Tindakan Chen di kuti oleh Huo Xiang dan Yue Liangxu. Sedangkan
Huo Thing-thing hanya bertindak waspada saja. Dia memasang kuda-kuda untuk
bertahan. Jieji diam saja. Memang rencananya dari awal adalah untuk memancing lawan
berkata-kata. Membuat lawannya penasaran untuk menanyainya dan sementara
kawan-kawannya akan berhasil melepaskan tawanan Lie Hui dan seseorang
lainnya lagi. Melihat kesiapan lawannya, Jieji juga telah memasang kuda-kuda menyamping.
Wajahnya terlihat sangat serius memandang ke depan.
Beberapa saat, sikap mereka berempat hanya diam saja. Semuanya saling
mengawasi sesamanya. Jieji memutarkan bola matanya dengan serius ke arah
tiga orang yang sedang serius sekali melihatnya. Dia merasa jika salah satu
orang yang bergerak saja, maka dia baru akan memutuskan apakah akan
bertahan ataupun menyerang tergantung dari sikap lawannya itu.
Tetapi sikap ketiganya memang betul rapat baik pertahanan maupun
penyerangan. Mereka melihat betul-betul berkonsentrasi ke arah Jieji. Ketiga
orang ini mengincar titik lemah lawan dalam menyerang. Jika ada kesempatan
saja dan ada ruang yang berbahaya maka mereka bertiga akan "memasukinya".
Cukup lama posisi mereka hanya saling memandang saja dengan serius satu
sama lainnya. Adalah seorang yang akhirnya tidak sabar. Dari arah belakang
ketiga orang, segera muncul sebuah hawa penyerang yang cukup dahsyat.
Sebuah benda terasa telah dilemparkan dengan sangat cepat mengarah ke arah
Jieji. Jieji tanpa melihatnya pun sudah tahu benar. Benda yang dilemparkan pesat ke
arahnya adalah sebuah benda tajam sebab dia merasakan tusukan tenaga
dalam yang masih lemah sedang mengarah ke mukanya, apakah itu adalah
belati atau benda semacamnya. Dia sudah tidak ada keinginan untuk melihatnya.
Oleh karena itu, dia segera menarik mundur dirinya sambil berkelit ke samping
kanan. Kesempatan telah datang...
Melihat Jieji telah berada dalam posisi yang tidak sepenuhnya bagus, ketiga
orang ini segera menyerang pesat ke depan.
Bukannya Jieji tidak tahu apa yang sedang dilakukan oleh mereka bertiga
sekaligus secara cepat sekali. Dia tahu bahwa jika tadinya dia tidak menarik diri ke belakang, maka hawa serangan ketiga orang akan sangat berbahaya tentunya
sebab jarak yang cukup dekat.
Dengan gaya berkelit ke samping, Jieji segera memutarkan dirinya sepenuhnya.
Memang posisi membelakangi arah serangan adalah sangat berbahaya. Sama
berbahayanya dengan mendirikan tangsi membelakangi sungai. Tetapi tidak
mungkin Xia Jieji tidak tahu bahwa dirinya berada dalam keadaan yang cukup
berbahaya seperti sekarang.
Tetapi ketiga lawannya tentu sangat girang mendapati lubang penyerangan yang
sudah "dibuka" oleh Huo thing-thing akibat lemparan belatinya dengan cepat dan tangkas itu.
Jieji segera berbalik kembali dalam posisinya yang telah semula kembali. Tetapi dengan berbaliknya tubuhnya, dia segera mengancangkan jari menotok ke
depan 3 kali. Alhasil, terasa hawa pedang dahsyat keluar dari jari telunjuk pemuda. Sebuah
hawa penyerangan yang sangatlah dahsyat sekali mengarah ke titik berbahaya
tiga orang yang menyerangnya itu.
Huo merasakan hawa pedang tanpa wujud sedang mengincar tenggorokannya,
Yue Liangxu merasakan hawa pedang mengincar bagian bahu kirinya,
sedangkan Chen Yang merasakan hawa pedang nan tajam mengarah ke mata
kanannya. Ketiga penyerang yang maju bersamaan ini menggunakan tangan kanan untuk
menyerang. Merasakan hawa pedang yang sampai berada di arah berlawanan,
Yue Liangxu segera menarik tapak untuk bertahan ke bahu kiri. Tetapi gerakan
maju-nya Yue telah terlalu cepat. Sehingga meski tapaknya sempat menahan
hawa energi pedang jari, dia juga terseret beberapa langkah ke belakang.
Sedangkan Huo Xiang yang merasakan bahwa hawa pedang sedang
mengancam tenggorokannya, segera menarik tapak untuk bertahan seperti yang
dilakukan oleh Yue Liangxu. Tapak memang berhasil menahan hawa jari pedang
dengan sempurna, tetapi karena cukup takut bahwa Jieji akan melancarkan
serangan kedua, dia berhenti dengan segera.
Sedang hawa pedang dari jari Jieji yang mengincar bola mata kanan-nya Chen
Yang juga berhasil di tangkis secara sempurna oleh Chen. Dengan satu kibasan
tangan, hawa pedang nan hebat berhasil dialihkan ke belakang. Chen tetap
berniat maju ke depan dengan kecepatan yang sama sekali tidak dikurangi untuk
menyerang.
Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Jieji memang sudah kembali ke ancang-ancang awalnya dan melihat
serangannya sudah cukup membuahkan hasil. Dia menerjang ke arah Chen
Kisah Para Pendekar Pulau Es 1 Jaka Galing Karya Kho Ping Hoo Manusia Harimau Jatuh Cinta 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama