Pedang Bunga Bwee Karya Tjan I D Bagian 6
pengemis tadi baru saja lari keluar dari pintu, tahu serangan
jari Liuw Boe Hwie telah meluncur tiba, kelihatan ia bakal
roboh terjengkang.
Mendadak serentetan cahaya putih meluncur datang dari
balik pintu dan langsung menghajar urat nadi Linw Boe Hwie.
Untuk menyelamatkan diri terpaksa si rasul seruling harus
lepaskan mangsanya untuk menolong diri lebih dahulu,
tangannya berputar menyambut datangnya cahaya putih itu,
ternyata sebuah mangkuk gumpil.
Alisnya langsung berkerut, ia bermaksud buang mangkuk
itu keatas tanah, namun ketika itulah dari luar pintu telah
berkumandang datang suara gelak tertawa seseorang:
"Haaaa... haaaaa... haaaaa... tua bangka she-Liuw, jangan,
jangan kau buang itulah yang diandalkan aku sipengemis tua
untuk cari sesuap nasi !".
Bersamaan dengan gelak tertawa itu dari luar kuil
melayang masuk seorang pengemis berusia lanjut, rambutnya
awut-awutan dan memakai baju compang-camping, sambil
mencekal sebuah tongkat bambu warua hijau selangkah demi
selakangkah ia berjalan masuk kedalam.
Ketika mengetahui siapakah pengemis tua itu Liuw Boe
Hwie pun lantas tertawa.
"Eeeeei... peminta minta tua apakah manusia kurangajar
tadi adalah anak buahmu ?"
Selangkah demi selangkah pengemis tua itu berjalan masuk
diikuti pengemis muda tadi dengan wajah kesal, kecut dan
kusut pengemis tua itu tidak langsung menjawab pertanyaan
si Rasul Seruling, matanya melirik sekejap kearah Liem Kian
Hoo serta Soen Tong, setelah itu barulah ujarnya:
"Tua bangka she-Liuw, dalam sobal apakah-muriddku telah
menyalaahi kalian sehibngga menimbulkan kegusaran kamu
semua ?" "Tanyakan saja kepadanya !" pengemis tua itu melotot
sekejap kearah pengemis itu, hal ini membuat pengemis tadi
dengan badan gemetar segera menjawab.
"Tecu tidak tahu Loo sianseng ini adalah sahabat karib dari
Pangcu". "Gentong nasi ! masa terhadap si Rasul Seruling Liuw Thayhiap
pun kau tidak kenal " buat apa kau kerkelana didalam
dunia kangouw ?".
"Liuw Thay-hiap adalah seorang pendekar sejati yang
gagah perkasa, tecu tidak tahu kalau dia orang tua cuma
punya tangan sebelah..."
"Apa ?" pengemis tua itu berseru tertahan "Eeeeei tua
bangka she-Liuw, mengapa dengan tanganmu ?".
"Aaaaa . . . ! susah susah untuk dikatakan kedua orang itu
adalah...".
Sekarang Liem Kian Hoo baru tahu kalau pengemis tua itu
bukan lain adalah Pangcu dari perkumpulan Kay-pang yang
bergelar To-Si-Sin-Kay atau sipengemis sakti dari dunia jagad
Tong Thian Gwat adanya.
Buru-buru ia maju memberi hormat seraya berkata:
"Siauw-tit adalah Liem Kian Hoo, sedang dia adalah murid
suhu yang paling akhir Soen Tong adanya !"
Tong Thian Gwat mengawasi kedua orang itu beberapa
saat lamanya, lalu dengan nada tercengang serunya:
"Liuw Loo-jie, sejak kapan kau telah menerima dua orang
murid yang begitu bagus " kalau dibandingkan mereka
berdua, murid binatang ku ini boleh dikata bagaikan kotoran
manusia dibandingkan dengan pualam !".
Sekilas rasa malu berkelebat diatas wajah pengemis itu,
dengan sikap sangat hormat ia maju menjura kepada Liuw
Boe Hwie, katanya:
"Liuw thay-hiap, boanpwee Chi Siang datang mohon maaf
kepada kau orang tua, boanpwee benar-benar tidak tahu
kalau kau orang tua adalah seorang pendekar sejati, maka
tadi banyak menyinggung perasaanmu, untung muridmu telah
cukup menghajar diriku, orang budiman tidak akan pikirkan
kesalahan orang kecil, harap kau suka ampuni kesalahanku
itu.." Melihat tampangrnya yang patut tdikasihani Liuwq Boe
Hwee tidakr tega, sambil tertawa ia lantas berkata:
" Sudah sudahlah, mungkin kau memang cocok untuk jadi
ahli waris dari pengemis tua itu, mulutmu tak pernah
mengucapkan separuh kata baikpun !"
"Sebenarnya boanpwee juga tidak berani sembarangan
menyinggung perasaan orang." ujar Chi Siang lagi dengan
wajah kerut. "Tapi disebabkan kalian bertiga menanyakan tiga orang
lainnya, boanpwee kira kalian adalah segolongan dengan
mereka maka aku lantas bertindak kurangajar."
"Apa hubunganmu dengan mereka bertiga ?" buru-buru
Liuw Boe Hwie bertanya.
Tong Thian Gwat kelihatan rada tercengang.
"Liuw Loo-jie, apakah kau sama sekali tidak tahu akan
kejadian yang telah berlangsung dalam dunia persilatan ?"
tegurnya. "Aku tidak tahu, dalam dunia kangouw telah terjadi
peristiwa apa ?".
"Aaaaai ! walaupun dewasa ini belum disiarkan secara
resmi dalam dunia kangouw, namun secara diam diam dunia
kangouw kita sudah berada dalam keadaan yang sangat kritis,
membuat hati orang tidak tenang, kami kaum pengemis yang
punya pendengaran serta penglihatan yang jauh lebih tajam
telah mengetahui akan hal ini lebih dahulu, maka kamipun
siap untuk maju duluan.".
"Kamipun tahu kalau anak buahmu tersebar luas baik
diutara maupun diselatan, kabar berita kalian paling tajam,
ayoh cepat katakan sebenarnya apa yang telah terjadi ?".
"Kemarin dalam kuil ini telah berkumpul beberapa orang
gembong iblis yang maha lihay, pernah kalian dengar akan
nama Tiga Belas Sahabat ?".
"Pernah ! Heng Thian Siang Li yang muncul ditempat ini
kemarin malam bukanlah dua di antaranya ?".
"Eeeeeei, darimana kau bisa tahu ?"
" Aku sih tidak apa apa, aku hanya kenal mereka lagipula
karena satu persoalan sedang mencari mereka, coba katakan
peristiwa apa yang telah terjadi ?".
Tong Thian Gwat termenung setengah harian, lalu baru
menjawab. "Tempo dulu Tiga belas Sahabat ada maksud mencelakai
Bu-lim, kemudian entah apa sebabnya jejak mereka tiba-tiba
lenyap tak berbekas, beberapa waktu mendekat ini aku
dengar mereka muncul kembali didaratan Tionggoan dan siap
mendirikan kembali suatu persekutuan dimana secara terbuka
mereka hendak tantang kita orang-orang dari kalangan lurus
untuk berduel !".
"Tok Chiu Suseng Kauw Heng Hu tentu berada diantaranya
bukan ?" sela Kian Hoo tidak tahan.
" Sauw-hiap, walaupun kau belum pernah terjun kedunia
persilatan agaknya persoalan dalam dunia kangouw tidak
asing lagi bagimu !" tegur Tong Gwat sambil melirik sekejap
kearahnya. Liem Kian Hoo tersenyum.
"Siauw tit mendengar cerita ini dari orang lain belaka,
silahkan pangcu lanjutkan perkataanmu!" katanya.
"Diantara tiga Belas Sababat tidak salah lagi memang Tok
Chiu Suseng Kauw Heng Hu bertindak sebagai pimpinan, pada
waktu waktu mendekat ini ia sedang kumpulkan sahabat
lamanya untuk membentuk persekutuan, bahkan telah
memilih kota Wie-Im sebagai markas besarnya."
"Menurut apa yang siauw-tit ketahui, diantara tiga belas
sahabat ada beberapa orang telah mengundurkan diri dan ada
pula yang sudah mati mungkin jumlahnya tidak mencapai tiga
belas orang lagi !".
"Tidak salah ! " kembali Tong Thian Gwat membenarkan ia
lirik sekejap kearah pemuda itu dengan pandangan dalam.
"Diantara tiga belas sahabat hanya sepuluh orang adalah
orang lama sedang tiga orang lainnya adalah tiga orang
perempuan".
"Tiga orang perempuan " macam apakah mereka itu ?".
" Usia dari bocah bocah perempuan itu tidak terlalu besar,
paras mukanya cantik jelita dan ilmu silatnya sangat lihay
sekali, sudah banyak anak murid perkumpulanku yang mati
binasa ditangan mereka, kamipun tidak tahu ketiga orang
bocah perempuan itu berasal dari mana !".
Liem Kian Hoo termenung beberabpa saat lamanyad,
menurut dugaaan hatinya ketigba hatinya ketiga orang gadis
itu kemungkinan besar adalah Sani serta Lie Hong Hwie, lalu
siapakah gadis ketiga".
Terdengar TongThjan Gwat berkata kembali.
"Kemarin aku mendapat kabar lagi dan tahu kalau mereka
hendak berkumpul ditempat ini, maka aku serta muridku Chi
Siang lantas datang kemari untuk cari kabar, hasilnya
penjagaan mereka ketat sekali, walaupun sudah putar akal
gagal juga bagi kami untuk menyusup masuk.
Setengah harian lamanya kami berdiam dise kitar sini,
akhirnya sembilan orang diantara mereka membubarkan diri
dan tersisa Heng Thian Siang Li suami istri menunggu disini,
lewat beberapa saat kemudian seorang gadis yang menyaru
diri jadi priapun tiba disana, mereka bertiga lantas berlalu, Loo
lap buru buru menguntit mereka dari belakang, akhirnya aku
lihat mereka masuk kedalam sebuah bangunan besar,
sedangkan Chi Siang yang tetap berdiam disini entah
bagaimana kemudian bi sa berjumpa dengan kalian bertiga ! ".
"Pangcu, tolong tanya bangunan itu terletak dimana ?"
buru-buru Kian Hoo bertanya.
"Tidak jauh letaknya dari sini, penjagaan di tempat itu
sangat ketat sekali, aku rasa disitulah tiga belas sahabat
beristirahat".
" Pangcu, tahukah kau bahwa disamping Kauw Heng Hu
simonyet tua itupun membawa dua orang gadis, apakah
mereka juga ada disitu ?".
"Tentang soal ini loohu kurang jelas, jejak Tiga BeIas
Sahabat sangat rahasia sekali, sekalipun loohu telah kerahkan
segenap tenaga anak buahku pun berita yang kuketahui cuma
begini sedikit, sedangkan mengenai bangunan besar itupun
belum lama berselang baru berhasil loohu temukan !".
" Eeei pengemis tua, apa rencanamu selanjutnya ?" sela
Liuw Boe Hwie. "Aaaaai, aku sendiripun tidak tahu, diantara tiga belas
orang itu rata-rata merupakan jago-jago ampuh, sekalipun
aku berhasil mengetahui rencana busuk mereka, satu-satunya
jalan yang bisa aku lakukan adalah kabarkan berita ini kepada
partai besar agar mereka bisa sama-sama bertindak.".
"Kalau bertindak demikian maka usaha kita akan terlambat
menanti kekuatan mereka sudah terbentuk, sekalipun seluruh
jago dikolong langit bersatu padupun belum tentu bisa hadapi
mereka dengan gampang, kalau mbau gempur merekda
seharusmya kiata lakukan sekabrang juga."
"sekarang bukan Loohu melenyapkan semangat juang diri
kita, sekalipun kita beberapa orang bersatu padupun percuma
saja, mungkin kita malah akan menghantar kematian dengan
percuma". "Kalau tidak masuk gua macan, mana bisa mendapatkan
anak harimau "...".
" Aaaai Sauw-hiap gagah perkasa dan berhati jantan, tidak
malu jadi murid si RasuI seruling, hanya emosimu terlalu
berkobar."
Liuw Boe Hwie tersenyum. "Eeeei pemgemis tua, muridku
ini cuma mewariskan gelar si Rasul Serulingku belaka, sedang
mengenai ilmu silatnya ia jauh lebih ampuh dari pada
kepandaianku sekalipun murid dogol yang baru kuterima
inipun jauh lebih ampuh berkali lipat daripada diriku sendiri,
kalau tidak percuma boleh kau tanyakan kepada muridmu !".
Dengan wajah kikuk Chi Sian tunduk kepala dan
membungkam. Sedangkan Tong Thian Gwat dengan wajah tercengang
lantas berseru.
"Liuw Loo-jie, puluhan tahun tidak berjumpa, sebenarnya
kau sudah main setan apa saja ?".
"Dewasa ini tiada waktu untuk menerangkan persoalan ini
kepadamu, kalau memang kau tahu markas besar dari Tiga
Belas sahabat maka urusan tak boleh terlambat lagi, kami siap
meluruk dan menghancurkan mereka, mau ikut atau tidak
terserah pendapatmu sendiri."
Tong Thian Gwat tertegun beberapa saat lamanya,
kemudian ia baru berkata:
"Liuw Loo-jie, manusia macam kaupun telah tampil
kedepan untuk menghadapi persoalan ini, aku sipengemis tua
sebagai seorang pangcu mana boleh mengkeret macam kuku
kura-kura, mau terjun keair, terjun keapi, aku sipengemis tua
akan ikuti kemauan kalian.".
" Haaaaa... haaaa... haaaa... bagus, bagus sekali perkataan
macam inilah baru mirip ucapan seorang pengemis tua seperti
kau, ayoh berangkat !"
"Suhu, lebih baik kau berpikir tiga kali sebelum bertindak !"
sela Chi Siang ragu-ragu.
"Kentut !" maki pengemis tua ini dengan mata melotot.
"Coba lihat bagaimana gagahnya anak murid orang lain,
kau benar benar memalukan diriku, kalau kau berani bicara
lagi aku sipengemis tua segera usir kau dari perguruan !".
Chi siang jadi ketakutan, ia lantas bungkam dalam seribu
bahasa. Sementara itu srambil menggetartkan tongkat bamqbu
ditangannya,r Tong Thian Gwan berkata.
"Ayoh jalan ! ayoh jalan ! ini hari sekalipun nyawa aku
sipengemis tua harus lenyap ditangan orangpun harus
kuterjang daerah terlarang dari Tiga Belas Sahabat, sekalipun
mati aku mati dengan bangga !"
Liuw Boe Hwie melirik sekejap kearah Liem Kian Hoo lalu
ikut dibelakang pengemis itu dan berlalu, sedangkan Soen
Tong dengan riang gembira berseru:
"Saudara cilik, apakah kita mau pergi berkelahi " sampai
waktunya kau jangan halangi diriku loo, aku hendak bergebrak
sampai puas dan sampai lelah !".
"A-Tong, nanti kalau benar-benar sampai berkelahi aku
tidak akan menghalangi kemauanmu tapi kaupun harus
berhati, orang orang itu bukan manusia sembarangan, jangan
Pedang Bunga Bwee Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sampai kena dipukul orang sebelum kau sempat menghajar
orang lain !".
" Haaaa... haaaaa... haaaa... aku tidak takut, ayah telah
mewariskan ilmu tahan pukulan kepadaku, sekalipun sekalipun
dijotos tidak akan mengapa, tapi kalau kubalas dengan
jotosan ku, akan kusuruh mereka rasakan bogem mentah
yang luar biasa !".
Tong Thian Gwat serta Chi Siang saling bertukar
pandangan, mereka tidak tahu manusia aneh macam apakah
kedua orang murid dari Liuw Boe ini.
Dengan gerakan tubuh beberapa orang itu dalam sekejap
mata mereka sudah tiba ditempat tujuan.
Tempat itu merupakan sebuah bangunan yang sangat
besar dengan tembok pekarangan yang tinggi, didepan pintu
berdiri sepasang singa batu yang amat besar, sepasang pintu
yang besar dan berwarna merah tertutup rapat.
Sambil menuding pintu besar itu ujar Tong Thian Gwat:
"Ditempat inilah, kita hendak terjang masuk secara terang
terangan atau diam diam ?"
Liem Kian Hoo tersenyum.
"Kita datang dengan membawa maksud cari keonaran,
tentu saja jauh lebih baik menerjang secara terang terangan,
A-Tong, coba kau hancurkan dahulu singa-singa batu itu !".
Dengan gembira Soen Tong terima perintang ia maju
kedepan dengan langkah lebar, sepasang lengannya
dipentangkan memeluk singa batu itu keras-keras lalu
digoyangkan beberapa kali, setelah itu mendadak ia angkat
singa batu tadi kete-ngah udara dan dilemparkan ke atas
singa batu ke dua.
Tubuh singa batu itu ada beberapa tombak dengan berat
ribuan kati, seluruh tubuh terbuat dari batu hijau yang keras,
namun berada ditangan Soen Tong, arca seberat ribuan kati
itu enteng bagaikan barang mainan belaka.
"Bluuuummm!" diiringi bentokan dahsyat, percikan bunga
api muncrat keempat penjuru sepasang singa batu yang amat
besar itu kontan hancur berkeping-keping.
Tong Thian Gwat adalah seorang jago tua dengan tenaga
Iweekang yang amat sempurna, namun setelah menyaksikan
kejadian ini hatinya bergidik juga.
"Saudara cilik, apa yang harus aku lakukan kemudian ?"
teriak Soen Tong kegirangan.
"Tunggu sebentar, kita lihat dulu bagaimana reaksi dari
dalam ruangan tersebut.".
Dengan tingkah laku bodoh Soen Tong ber henti dan awasi
pintu tajam tajam, namun aneh sekali walaupun diluar gedung
terjadi peristiwa yang menggemparkan, dari balik gedung
suasana tetap sunyi senyap tak kelihatan sesosok bayangan
manusiapun seolah olah gedung tersebut adalah sebuah
gedung kosong. "Eeeei pengemis tua mungkin matamu sudah lamur." ujar
Liuw Boe Hwie sambil tertawa dan melirik sekejap kearah
pengemis tua itu.
"Jangan jangan kau sudah bawa kami kedepan sebuah
bangunan kosong !".
Merah jengah selembar wajah Tong Thian-Gwat, buru-buru
katanya: "Liuw Loo-jie kalau tidak ingat bahwasanya kau adalah
sahabat karibku, cukup mendengar beberapa patah katamu ini
aku si pengemis tua akan ajak kau untuk berduel sejak umur
dua puluh tiga tahun terjun kedalam dunia kangouw aku
sipengemis tua percaya belum pernah salah lihat".
Melihat gurunya disindir, Chi Siang pun lantas berkata
"Biarlah kujebolkan pintu gedung ini, kemudian kita periksa
apakah didalam bangunan ini benar orang atau tidak."
Seraya berkata ia maju kedepan kemudian pasang kudakuda
dan melemparkan sebuah pukulan dahsyat keatas pintu
tersebut. "Braaaaak!" pintu tersebut bukan saja tidak jebol bahkan
gemilang sedikitpun tidak, bahkan dari dalam bangunan
suasana tetap sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun.
Merah padam selembar wajah Chi Siang saking malunya,
Kian Hoo takut Tong Thian Gwat guru dan murid mendapat
malu, buru buru ia-maju kedepan sambil berkata:
"Harap Chi suka mundur selangkah, terhadap benda mati
macam begini buat apa harus a-du otot " biarlah siauw-te
gunakan sedikit akal untuk mendobraknya !".
Sembari berkata sepasang telapaknya lantas ditempelkan
diatas pintu kemudian dengan cepat badannya meloncat
mundur kebelakang. pintu yang tebal dan berat itu bergoyang
keras di ikuti ambruk kedalam diiringi suara yang amat keras.
Air muka Tong Thian Gwat kontan berubah hebat, kepada
Liuw Boe Hwie ia menghela napas sambil berkata :
"Liuw Loo jie, aku benar benar takluk kepadamu, dengan
tenaga lweekang yang dimiliki muridmu, aku pengemis tua
mengakui bahwa aku masih terpaut jauh sekali."
Liuw Boe Hwie tersenyum.
"Eeeeei pengemis tua, aku nasehati dirimu lebih baik
jangan banyak berpikir yang bukan-bukan." katanya.
"Bukankah aku pernah berkata kepadamu, muridku ini jauh
lihay dari pada mu, muridku ini jauh lebih lihay daripada diriku
sendiri, sejak kini aku lihat dunia kangouw lebih baik
diserahkan buat kaum muda saja !".
Tong Thian Gwat menghela napas dan membungkam.
Sementara itu Soen Tong yang punya sepasang ma ta
tajam, tiba-tiba menemukan sesosok bayangan manusia
berkelebat lewat didalam gedung, buru-buru serunya:
"Coba lihat, si mayat hidup..."
Sembari berseru ia terjang masuk kedalam gedung.
Liem Kian Hoo pun dapat melihat bayangan punggung
orang itu, ia kenal orang tersebut bukan lain adalah si dukun
tua dari suku Leher Panjang yang pernah ditemuinya, atau
kata lain antek dari Kauw Heng Hu, hatinya tergolak, ia sadar
Kauw Heng Hu pasti berdiam disini.
Namun ia merasa takut Soen Tong yang menemui bahaya
seorang diri mendapatkan kerugian besar, buru-buru
cegahnya: " A-tong ! tunggu sebentar..."
Belum habis ia berteriak, tubuh Soen Tong yang gede
bagaikan kerbau sudah dilempar orang dari dalam pintu . . .
Plaaak ! pantatnya mencium tanah keras keras hingga
menimbulkan suara nyaring.
Untung ia punya kulit badan yang atos dan kuat, lagi pula
dilindungi oleh Sin-kang daya pental yang maha sakti,
sekalipun terbanting keras di atas tanah namun sama sekali
tidak terluka. Dengan cepat perempuan goblok itu meloncat bangun dari
atas tanah, sepasang matanya melotot bulat-bulat.
Dalam pada itu gelak tertawa nyaring berkumandang keluar
dari balik pintu disusul teguran seseorang dengan suara
lantang: "Kawanan tikus darimana berani bikin onar ditempat ini !".
Bersamaan dengan teguran tadi dari balik pintu muncul
enam orang laki perempuan bercampur baur.
Usia keenam orang itu rata-rata sudah mencapai setengah
baya, kecuali Heng-Thian-Siang-Li sepasang Kekasih
Pendendam Takdir, boleh dikata tak seorangpun yang dikenal
oleh Kian Hoo, hal ini membuat ia tertegun sebab orang yang
ingin dicari seperti Kauw Heng Hu, Sani, Lie Hong Hwio
sekalian tak ditemuinya.
"Tiang-Ching-Siancu" Mong-Yong Wan tertawa dingin tiada
hentinya setelah berada diluar pintu.
"Aku kira siapa yang sudah datang, kiranya sikeparat cilik
yang nyaris lolos dari wilayah Biauw." jengeknya sinis,
"Bangsat cilik, kau harus berhati-hati, ini hari tak ada Toan
Kiem Hoa yang bakal membantu dirimu lagi !".
Liem Kian Hoo sama sekali tidak menggubris atas ejekan
Mong-Yong Wan itu, sinar mata nya dialihkan kearah empat
orang lainnya yang tak dikenal dan mengawasi tajam-tajam.
Orang-orang itu bisa menimbulkan diri bersamaan dengan
Heng-Thin-Siang-Li, lagipula sikapnya angkuh dan perkasa,
kemungkinan besar ke-empat orang ini bukan lain adalah
empat diantara Tiga Belas Sahabat yang tersohor tempo dulu.
Ayahnya Liem Koei Lin, bukan lain adalah jago berkerudung
maha sakti yang berhasil membubarkan persekutuan Tiga
Belas sahabat tempo dulu, ketika orang tua itu membongkar
rahasianya serta menyerahkan tanggung jawab masalah itu
kepadanya, ia pernah menyerahkan sebuah daftar nama
beserta ciri-ciri khas dari masing-masing orang seperti HengThian-Siangli yang punya ciri-ciri aneh tentu saja gampang
dikenali, tetapi lain hal nya dengan keempat orang itu. Maka
terpaksa ia harus menduga duga menurut analisa sendiri.
Orang pertama yang sangat menusuk penglihatannya
adalah dua orang lelaki setengah baya yang memiliki raut
muka macam tomat kecuali perawakan badan yang berbeda,
mereka mempunyai paras muka yang mirip satu sama lainnya.
Ia merasa yakin bahwa mereka berdua pastilah sepasang
saudara diantara Tiga Belas Sahabat yang disebut " Jt-TinChing-Hong" Atau segulung angin sejuk Kong Toa Hauw serta
" Pan-Loe-Wi In " Atau segumpal awan hitam Kong Toa Kiat,
Angin dan awan merupakan benda yang paling sulit
ditangkap, mereka pakai gelar gelar macam itu dus berarti
menunjukkan pula bahwa ilmu meringankan tubuh yang
dimiliki dua bersaudara ini amat sakti dan luar biasa sekali.
Sedangkan dua orang sisanya ia tidak kenal meski sudah
putar otak beberapa saat lamanya. Si pengemis Sakti Tong
Gwat lantas berjalan menghampiri sisi tubuhnya, kemudian
dengan suara lirih ia bertanya:
"Sauw-hiap, apakah kau kenal dengan beberapa orang itu",
"Tentang Heng-Thian- Siang-Li serta dua bersaudara sheKong rasanya dugaan siauw-tit tak bakal salah lagi, namun
terhadap dua orang kakek tua lainnya siauw-tit jadi bingung,
siapakah sebenarnya mereka berdua ?"
"Sikakek yang memakai baju abu abu adalah "Thiat-HokSian" Si Dewa Bangau Baja Cia Tiong Beng, sedang kakek
berjubah kuning adalah Koei-Lim-Ciauw-Cu " atau Penebang
Kayu dari Kota Koei-Lim Yu Yat adanya, menurut apa yang
lohu ketahui, diantara Tiga Belas Sahabat orang inilah paling
sulit dihadapi...".
"Siauw-tit mengerti, tempo dulu memang mereka berdua
paling kosen diantara tiga belas rekan lainnya." kata Kian Hoo
seraya mengangguk.
"Tapi dewasa ini boleh dikata kepandaian " Tok-ChiuSuseng " si Mahasiswa bertangan keji Kauw Heng Hu lah yang
paling lihay, asal Kauw Heng Hu tak ada disini, tidak terlalu
sulit bagi kita untuk menghadapi kecnam orang ini !".
Mendengar ucapan tersebut diutarakan dengan penuh
keyakinan, mau tak mau TongThian Gwat dibikin setengah
percaya setengah tidak, dalam pada itu Liem Kian Hoo telah
tampil kedepan, sambil mengawasi keenam orang itu satu
persatu ujarnya lambat-lambat:
"Kauw Heng Hu ada dimana " suruh dia keluar untuk
menjumpai diriku !".
"Keparat busuk, apa maksudmu mencari Kauw toaku ?"
jerit Mong-Yong Wan sambil tertawa tergeIak.
"Aku dengar kalian Tiga Belas Sahabat kem bali berkumpul
disini dan angkat monyet she-Kauw itu sebagai pemimpin
dengan maksud membangun kembali peesekutuan Tiga Belas
sahabat yang telah bubar, maka sengaja aku datang kemari
untuk kasi peringatan kepada kalian, disamping itu akupun
hampir suruh Kauw Heng Hu lepaskan kembali dua orang
gadis yang ditangkapnya sewaktu ada diwilayah Biauw."
"Keparat cilik, pandai benar kau bermimpi disiang hari
bolong, kau anggap Tiga Belas Sahabat lemah dan gampang
dianiaya macam tempo dulu " kali ini kita tiga belas sahabat
telah bersatu padu kembali, tujuan kami bukan lain ingin cari
orang berkerudung itu untuk bikin perhitungan, sayang terlalu
cepat ia bersembunyi maka kami ingin menggunakan dirimu
untuk paksa dia munculkan diri.".
" Kalian takb usah buang tendaga dengan percauma."
tukas Kiabn Hoo dengan cepat.
"Orang itu sudah tahu jejak kalian, mungkin ia sudah
pernah datang kemari untuk mencari kalian semua !"
Air muka keenam orang itu berubah hebat, mereka saling
bertukar pandangan sekejap.
Kong Toa Kiat tampil kedepan, ujarnya:
"Cuwi sekalian ! coba lihat bukankah ucapan siauw-te tepat
sekali " kecuali orang itu, siapakah yang memiliki kesaktian
begitu hebat sehingga dapat selamatkan Toan Kiem Hoa tanpa
menimbulkan suara maupun tanda-tanda apapun."
Ucapan ini membuat jantung Kian Hoo berdebar keras,
buru-buru tanyanya:
"Orang itu sudah datang kemari " ".
"Tidak salah ! " jawab Mong-Yong Wan sambil tertawa
dingin. "Seandainya apa yang kau katakan tidak bohong, maka
orang itu memang sudah pernah datang kemari, tetapi kecuali
ia selamatkan Toan Kiem Hoa tanpa menimbulkan kegaduhan,
ia tidak menunjukkan gerak gerik apapun, ditinjau dari hal ini
bisa ditarik kesimpulan bahwa kekuatannya cuma begitu
begitu saja, agaknya persiapan kami yang terlalu serius
kepadanya hanya merupakan suatu perbuatan yang rada
berlebihan belaka ! "
"Omong kosong!" Bentak sianak muda itu amat gusar.
"Orang itu bisa menolong orang tanpa menimbuIkan sedikit
suarapun, hal ini sudah cukup menunjukkan kalau
kepandaiannya jauh lebih lihay dari kalian semua, seandainya
ia ingin memenggal batok kepala kalian semua, pekerjaan ini
akan di lakukan dengan gampang sekali."
"Kalau ia betul betul hebat, kenapa tidak berbuat demikian
?" Kian Hoo terbungkam oleh pertanyaan tadi ia jadi kelabaan
dan tak tahu apa yang harus diutarakan.
Mong- Yong Wan terbahak-babak, ujarnya kembali.
"Toan Kiem Hoa dikurung dalam sekamar dengan gadis
suku Biauw itu, kemampuannya untuk menolong seorang lebih
banyakpun tidak mampu, apalagi ingin berhadapan muka
dengan kami ?"
"Mungkin dia hendak menjajal kbemampuan ku, madka
tugas ini iaa serahkan kepadbaku untuk menyelesaikannya !"
Mong-Yong-Wan tertawa dingin tiada hentinya.
Pedang Bunga Bwee Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kong Toa Hauw yang ada di sisi perempuan itu tak dapat
menahan sabar lagi, ia loncat kedepan dan berseru:
"Tiang-Ching-Siancu, buat apa banyak bicara yang tak
berguna dengan dirinya, kalau memang keparat cilik ini adalah
ahli warisnya, mari sekali gablok kita bunuh dirinya, kemudian
coba kita lihat apakah bangsat itu masih bisa bersembunyi lagi
atau tidak !".
Mong-Yong-Wan tersenyum dan mengundurkan diri .
"Tenaga sin-kang Kong-heng amat dahsyat baiklah, keparat
cilik ini akan kuserahkan kepada mu untuk dijajal !" katanya.
Sepasang bau Kong Toa Hauw sedikit ber-goyang, laksana
kilat ia sudah terjang kedepan, pergelangannya langsung
membabat bahu kanan sianak muda itu dengan gerakan yang
aneh tapi ampuh, tidak malu ia bergelar segulung angin sejuk.
Liem Kian Hoo pusatkan tenaga membalik pergelangan
kemudian melancarkan pula sebuah serangan menyambut
datangnya ancaman itu.
"Plaaaaak!" diiringi bentrokan nyaring tubuh Kong Toa
Hauw terdesak mundur dua langkah kebelakang, ia berdiri
tertegun dan hampir-hampir saja tidak percaya dengan
penglihatan sendiri.
"Tiang-Ching-siancu ! " serunya. "Agaknya keparat cilik ini
tidak bodoh dan macam gentong nasi seperti apa yang kau
katakan !".
"Mungkin dalam beberapa waktu berselang ia mendapat
kemajuan pesat lagi dalam ilmu silatnya !" jawab Mong-YongWan sambil tertawa kikuk.
Walaupun Liem Kian Hoo sendiri berhasil duduk di atas
angin, tak urung iapun terperanjat, sebab sejak ia mendapat
ilmu sakti dari hioloo Ci Liong-Teng kemudian mendapat pula
pelajaran sakti dari Soen Tong Hay, ilmu silatnya boleh dikata
peroleh kemajuan amat pesat, dalam serangan tadipun ia
sudah memakai tenaga sebesar sembilan bagian, siapa sangka
hasilnya cuma berhasil memaksa Kong Toa Hauw mundur dua
langkah ke belakang belaka, ditinjau dari hal ini bisa ditarik
kesimpurlan bahwa selamta sepuluh tahunq kepandaian silrat
yang dimiliki gembong iblis ini telah peroleh kemajuan pesat.
Seorang saja sudah begini lihay. apalagi enam orang turun
tangan berbareng, kelihaiannya tentu luar biasa sekali.
Sementara ia masih mengeluh didalam hati, memdadak
dilihatnya air muka Kong Toa Hauw menunjukkan suatu
perubahan, sebagai seorang yang cerdik dengan cepat ia
dapat memahami sebab-sebab sebenarnya bahkan
mendapatkan pula suatu cara untuk mengatasi kesulitan itu.
Ditinjau dari potongan wajah beberapa orang itu, Kong Toa
Hauw berdua termasuk rada jujur dan polos, sedang HengThian-Siang-Li licik dan keji, Cia Tiong Beng latah dan Yu Yat
angkuh, dengan watak watak yang berbeda, gampang sekali
baginya untuk menggunakan mereka.
Dalam pada itu Kong Toa Hauw telah siap-siap
melancarkan serangannya kembali, wajahnya amat keren dan
serius. Liem Kian Hoo pun tidak banyak bicara, tenaga
lweekangnya disalurkan hingga mencapai sepuluh bagian, ia
siap sedia menghadapi segala kemungkinan yang bakal
terjadi. Tiba-tiba terdengar Kong Toa Hauw membentak keras,
telapaknya sekali lagi dilancarkan menghantam dada Iawan.
Sejak tadi sianak muda itu sudah bikin persiapan,
tangannya segera menempel diatas telapak lawan, pinjam
tenaga pukulan itu tubuhnya mencelat ke-depan dan
melayang kearah Kong Toa Kiat, bentaknya:
"Eeeei... sahabat, jangan menganggur!". sembari berseru
iapun mengirim sebuah pukulan kedepan.
Dalam keadaan tidak siap menghadapi serangan musuh,
tentu saja kekuatan Kong Toa Kiat mengalami kerugian besar,
terkena hantaman ini tubuhnya terdesak mundur sampai
puluhan langkah jauhnya baru bisa berdiri tegak.
Setelah berhasil dalam serangannya, Kian Hoo lantas
berpaling dan serunya kepada Soen Tong: "A-tong, kedua
orang kakek tua inipun bukan orang baik, bukankah kau
kepingin berkelahi " kenapa masih berpeluk tangan belaka ?".
Sejak badannya terlempar keluar dari pintu tanpa
mengetahui siapa yang melakukan perbuatan itu, hati Soen
Tong sudah panas sekali, namun ia tak berani turun tangan
secara gegabah sebelum ada petunjuk dari sianak muda itu.
Kini mendapat tawaran dari Kian Hoo, tanpa banyak
cincong lagi kepalannya langsung disodok kearah perut sidewa
Bangau Baja Cia Tiong Beng. Angin pukulan berdesir tajam,
jurus serangan ini dilancarkan dengan kecepatan sukar
dilukiskan dengan kata-kata, melihat datangnya ancaman Cia
Tiong Beng segera lintangkan tangannya menangkis.
"Plaaak....!" dalam bentrokan ini tulang pergelangannya
terasa amat sakit, bahkan totokan balasan yang dilancarkan
pun mengenai sasaran kosong, dalam bentrokan kali ini
memiliki sinkang tenaga pental yang maha sakti, seandainya
ia tidak cepat-cepat tarik tangannya hampir-hampir saja
tulang jari sendiri tergetar patah oleh tenaga balikan tersebut.
" A-Tong, masih ada seorang kakek tua lagi jangan
lepaskan dia pergi !" kembali si anak muda itu berteriak.
Makin bertarung Soen Tong semakin kegirangan, ia putar
badan kirim pula sebuah jotosan kearah Yu Yat.
Dari pengalaman Cia Tiang Beng barusan, "Yu Yat" tidak
berani menerima datangnya serangan dengan keras, bahunya
buru-buru di rendahkan dan menghindar kesamping.
Menyasikan kejadian itu, sengaja Liem Kian Hoo tertawa
terbahak-bahak dan menjengek:
"Kalian tua-tua bangka sudah bersembunyi selama sepuluh
tahun dari keramaian Bu-Iim, kenapa masih begitu tidak becus
" agaknya diantara Tiga Belas sahabat kecuali beberapa orang
yang terbatas kemajuannya, lainnya cuma manusia manusia
bernama kosong belaka !".
Mendengar ejekan itu air muka keempat orang itu berubah
hebat, terutama sekali Kong Toa Hauw, wajahnya berubah
jadi hijau membesi, teriaknya keras-keras:
"Bocah keparat, diantara Tiga belas sahabat sudah berapa
banyak yang kau temui ?"
"Kecuali kalian berenam aku teblah berjumpa dedngan
"Tok-Chiu-aSuseng " Kauw Hbeng Hu, ilmu silatnya tak usah
dibicarakan lagi, disamping itu masih ada " Sian-Kian Tan-San
" Atau si Sepasang bahu menyungging bukit Lie Put Peng
serta "Soat-Su" atau si kakek salju Kok Han, kedua orang ini
sudah cuci tangan dari persoalan Bu-lim dan mengundurkan
diri dari pelbagai masalah dunia persilatan, tak usah berbicara
tentang tiga orang itu, cukup membicarakan dari situasi
dewasa ini, aku rasa kecuali Heng-Thian-Siang-Li yang cukup
berhak untuk disebut jago kelas wahid, lainnya sama sekali
tidak becus. Ooh yaa, setelah kalian berkumpul kembali,
apakah kamu semua pernah saling jajal kepandaian ?".
Melihat semua orang membungkam, Kian Hoo tersenyum dan
berkata kembali:
"Sewaktu pertama kali aku berjumpa dengan Heng-ThianSiang-Li diwilayah Biauw tempo dulu, tidak sampai sepuluh
gebrakan aku telah dipaksa sampai kalang kabut tidak karuan,
seandainya Toan Kiem Hoa cianpwee tidak menolong tepat
pada waktunya, hampir hampir saja selembar jiwaku
melayang. ini hari setelah berjumpa dengan kalian, aku rasa
kehebatan mereka kalian berempat masih belum sepadan
dengan kehebatan mereka suami istri berdua!...".
Perkataan ini bukan saja diluar dugaan Heng Thian-Siang-Li
bahkan Liuw Boe Hwie pun dibikin tertegun sebab menurut
cerita sianak muda itu tempo dulu, keadaan yang sebenarnya
bukan demikian, tetapi sebagai seorang kangouw kawakan
hanya dipikir sebentar saja, ia lantas paham dengan maksud
hati sianak muda itu.
Air muka si Dewa awet muda Tonghong It Lip serta
Tiang~Ching-siancu " Mong-Yong Wan berubah sangat hebat.
Kiranya ketika Tiga Belas sahabat telah berkumpul kembali,
demi gengsi dan nama baik sengaja mereka sembunyikan
keadaan sebenarnya dari hasil pertarungan tempo dulu dan
mengibul yang bukan-bukan, Kian Hoo sebagai seorang
pemuda cerdik segera menangkap akan hal itu dari ucapan
Kong Toa Hauw tadi, namun bukan saja rahasia itu tidak
dibongkar, malahan ia mengaku terus terang, kejadian ini
betul betul ada diluar dugaan sepasang suami istri itu.
Dengan cepat Tonghong It Lip putar otak, sebentar saja ia
dapat memahami maksud sianak muda itu, namun ia tak
dapat berbuat sesuatu apapun, keadaannya bagaikan si bisu
menelan empedu, walaupun pahit namun tbak dapat
mengutdarakan kepahitaan tersebut.
Disbamping itu Liem Kian Hoo pun tahu, bahwa orang yang
melemparkan tubuh Soen Tong keluar dari pintu tadi bukan
lain adalah Tonghong It Lip, kembali sambil tertawa ujarnya.
"Yang lain tak usah dikatakan cukup ditinjau
kemampuannya untuk melemparkan tubuh rekanku dari pintu,
aku rasa kalian berempat belum tentu bisa berbuat yang sama
seperti dia."
Haruslah diketahui, meskipun tiga belas sahabat telah
berkumpul jadi satu, namun sebagai orang yang berwatak
tinggi hati, diluar mereka rukun padahal dalam hati siapapun
tak mau tunduk kepada siapa.
Karena hal inilah sewaktu Kauw Heng Hu mengumpulkan
mereka kembali sengaja ia tunjukkan beberapa macam
kepandaian sakti yang memaksa semua orang tak bisa bicara,
diluar mereka tunduk belum tentu dalam hati merasa puas.
Dan kini Liem Kian Hoo menyanjung-nyanjung Heng-ThianSiang Li, kebetulan sekali perbuatannya ini justru mengena
pada titik kelemahan mereka.
Kong Toa Hauw langsung tertawa dingin, sambil melirik
sekejap kearah Mong Yong Wan jengeknya:
"Kiong-hie, kiong-hie... setelah sepuluh tahun bersembunyi
diwilayah Biauw, kiranya kalian berdua telah berhasil melatih
diri hingga begitu lihay, agaknya kami masih bukan tandingan
kalian !".
"Kong toa-heng, harap jangan salah paham." buru-buru
Mong-yang Wan menyela. "Keparat cilik ini sengaja hendak
mengadu domba kita, agar kita tidak bisa akur dan bekerja
sama !". "Hmmm ! kenapa ucapannya justru tiada berbeda banyak
dengan apa yang pernah kalian berdua ucapkan ?".
"Kong Toa-heng !" Tonghong It Lip segera angkat bicara
pula, "persoalan yang tak usah kita bicarakan pada saat ini,
sekarang lebih baik kita bereskan keparat cilik ini lebih dahulu
!". Kong Toa Hauw semakin naik pitam, teriaknya: "Dengan
kemampuan kalian berdua rasanya tidak terlalu sulit untuk
merobohkan keparat cilik ini, mengapa kalian ingin kami
tunjuk kejelekan didepan orang " apakah kalian berdua baru
merasa puas apabila kami benar benar mendapat malu besar
?". Selesai berkatar ia peluk tangatn dan mengundurqkan diri
kalangran, sedangankan Kong Toa Kiat, Cia Tiong Beng serta
Yu Yat pun menunjukkan sikap kurang puas, pertarungan tak
mungkin bisa dilangsungkan lagi.
Keadaan memaksa Tonghong It Lip tak bisa berbuat lain,
terpaksa sambil keraskan kepala ujarnya kepada Mong-Yong
Wan: "Nio-cu ! mari kita bekerja sama untuk meringkus si budak
jelek itu lebih dahulu !"
Mereka tahu sampai dimanakah keampuhan Liem Kian Hoo,
lagipula mereka sudah terlanjur mengibul, maka terpaksa
mereka cari lawan yang agak lunak lebih dahulu, menurut
perhitungan mereka, Soen Tong dapat dibanting keluar
dengan gampang rasanya perempuan ini paling enteng untuk
dihadapi... Mong-Yong Wan pun tak dapat turun dari keadaan,
terpaksa ia manggut-2.
"Baiklah, aku dengar dari Kauw toako yang mengatakan
budak jelek ini adalah putri dari Soen Tong Hay, tak nyana ia
berani cari gara-gara dengan kita orang, sebagai angkatan
yang lebih tua sudah sepantasnya kalau kita kasi sedikit
pelajaran kepadanya !".
Dalam pada itu Soen Tong pun sudah tahu kalau tadi ia
dibanting oleh Tonghong It Lip, dengan mata melotot bulatbulat
makinya penuh kegusaran: "Bagus, bagus sekali, kiranya
kau sinenek tua yang gendut dan katelah yang banting aku,
kalau aku tidak balas membanting dirimu, aku bukan manusia
!". Ia tidak tahu kalau Heng-Thian-Siang-Li adalah pria
menyaru wanita dan perempuan menyaru pria, ia mengira
Tonghong lt Lip pun seorang perempuan maka ia maki dirinya
sebagai sinenek tua yang gendut lagi kate.
Walaupun Tonghong It Lip merasa benci sebab tidak
dilahirkan sebagai perempuan sehingga akhirnya ia berdandan
sebagai seorang wanita, namun kena dimaki Soan Tong
dengan ejekan tersebut iapun dibikin naik pitam.
"Budak jelek, kau cari mati." bentaknya dengan air muka
berubah sangat hebat.
Ditengah bentakan nyaring, tubuhnya meluruk kedepan,
telapak disilang sejajar dada dan disodok kemuka.
Berhubung tubuhnya sangat pendek, maka serangannya
tersebut hanya mencapai pinggang Soen Tong, jarinya laksana
kaitan mencukil seasang biji matanya.
Tempat paling lemah yang tak tercapai oleh tenaga daya
pental gadis itu hanya sepasang matanya belaka, buru-buru ia
putar tangan mencengkeram urat nadi musuh.
Soen Tong meskipun kasar dan badan, namun dalam
pertarungan gerak-geriknya lincah dan gesit, serangan Mong
Yong Wan amat cepat namun cengkeramannya jauh lebih
cepat, sekali sambar urat nadi Mong Yong Wan sudah kena
dicengkeram. Namun pada saat itulah jotosan Tonghong It Lip telah tiba,
tidak ampun lagi serangan tersebut bersarang telak diatas
lambungnya. Suami istri pembenci Takdir dapat mencantumkan diri
sebagai salah satu diantara Tiga Belas Sahabat, tentu saja
tenaga lweekangnya luar biasa sekali, Soen Tong segera
merasakan perutnya amat sakit hingga merasuk ketulang
sumsum, lengannya tak sanggup diangkat kembali,
Pedang Bunga Bwee Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
persendiannya telah lepas dan patah.
Yang paling celaka adalah Mong Yong Wan urat nadinya
kena dicengkeram oleh Soen Tong erat-erat, ketika
perempuan tolol itu tergetar mundur kebelakang, iapun ikut
terseret, ketika Soen Tong jatuh terjengkang iapun ikut roboh
sehingga bergumul jadi satu.
Ketika Soen Tong merasa kesakitan tadi, tanpa sadar
cekalannya pada urat nadi lawanpun diperkeras, tidak ampun
lagi tulang pergelangan Mong-yong Wan seketika tergencet
hancur berantakan seandainya ia tidak memiliki tenaga lweekang
yang sempurna, niscaya ia sudah roboh binasa.
Karena kesakitan itulah tubuhnya meronta keras-keras,
ditengah bentakan keras sepasang kakinya melancarkan
tendangan kilat keatas dada Soen Tong membuat perempuan
tolol itu kesakitan dan tanpa sadar lepaskan cekalannya.
Ambil kesempatan itulah Mong Yong Wan loncat bangun
dari atas tanah dan loloskan diri, dengan demikian sepasang
suamib istri inipun tdak dapat bergebarak lebih jauh bsebab
tulang tangan mereka tak berani utarakan rasa sakit itu diatas
wajahnya. Liem Kian Hoo pun merasa kuatir bagi keselamatan Soen
Tong, meski ia tahu gadis goblok itu dilindungi tenaga sinkang
namun ia tidak lega hati, sambil maju menghampiri
dirinya ia menegur:
"A-Tong, bagaimana keadaanmu ?".
"Saudara cilik !" sahutnya sambil menekan perutnya.
"Nenek tua itu luar biasa lihaynya, perut ku terasa sakit
sekali.". "Bukankah kau terluka ?".
"Tidak ! aku tidak bakal terluka, ayah pernah berkata
kepadaku, kalau aku terluka maka dari tujuh lubang indranya
bakal mengucur darah segar, dan jiwaku tak bakal ketolongan
lagi, tapi aku tidak sampai begitu, cuma perutku sakit sekali,
Nenek tua itu galak bener, saudara cillk, kau harus balaskan
dendam bagiku !"
Melihat keadaan gadis itu mirip seseorang yang terluka,
Kian Hoo pun berlega hati, ia lantas berpaling kearah HengThian-Siang-li dan tersenyum ujarnya:
"ilmu silat yang kalian berdua miliki benar-benar lihay
sekali, apakah kalian masih ada kegembiraan untuk kasi
petunjuk satu dua jurus lagi kepadaku ?".
"Keparat busuk ! " teriak Mong-Yong-Wan sambil gertak
gigi. "Kau jangan mengejek terus, suatu hari aku akan suruh
kau merasakan bagaimana kelihayan kami ! badanmu akan
kuhancur lumatkan hingga berkeping keping !".
"Suatu hari " kenapa tidak ini hari juga ?" kembali Kian Hoo
mengejek. "Kalian berdua suka membiarkan aku hidup beberapa hari
lagi, budi kebaikan sebesar ini entah bagaimana caranya harus
kubalas !".
Mong-Yong Wan menjerit keras, ia muntah darah segar dan
jatuh tidak sadarkan diri saking khekinya.
Tonghong It Lip amat mencintai istrinya, buru-buru ia peluk
tubuh perempuan itu sambil serunya kepada Cia Tiong Beng:
"Cia-heng, hawa darah istrikv telah menyerang kejantung,
tolong kau suka membantu aku lancarkan peredaran darahnya
!b". Sementara itdu Cia Tiong Benag pun sudah menbemukan
keadaan yang kurang beres, namun berhubung Mong-YongWan adalah seorang perempuan ia merasa kurang leluasa
untuk mengurut tubuhnya maka dengan alis berkerut segera
sahutnya: "Tentang soal ini siauw-te tidak berani melakukannya aku
lihat lebih baik Tonghon-heng lakukan sendiri."
"Bicara terus terang, persendian lengan sauw te telah copot
dari tempat semula, siauw-te sudah tak dapat salurkan tenaga
lagi!" kata Tonghong lt Lip sambil tertawa getir.
Cia Tiong Beng dapat melihat bahwa orang itu bukan
sedang berbohong, ia lantas terima tubuh Mong-Yong Wan
dan menguruti tubuhnya agar aliran darah dapat berjalan
kembali dengan lancar, sedangkan Yu Yat meloncat
kehadapan Tong hong It Lip, mencekal lengannya dan sekali
sodok ia sambung kembali persendiannya yang copot itu,
katanya: "Tonghong-heng, mengapa tidak kau katakan sejak tadi ?".
Saking sakitnya keringat dingin menguncur keluar tiada
hentinya membasahi seluruh tubuh Tonghong It Lip, ia
menghela napas panjang.
"Aaaaai...! keparat cilik itu benar-benar sudah peroleh
seluruh kepandaian silat dari manusia berkerudung itu "
katanya, " Sewaktu masih berada diwilayah Biauw tempo dulu,
hampir-hampir saja kami dua orang menderita kerugian besar,
semuanya ini tidak lain karena nama, berhubung ingin
menjaga gengsi maka sengaja kami mengibul aaaai ! inilah
yang dikatakan pepatah kuno sebagai : ingin jaga gengsi
harus merasakan siksasaan hidup."
Pada saat inilah Kong Toa Hauw baru tahu kalau ia sudah
tertipu oleh hasutan Kian Hoo, kontan orang itu naik pitam,
hardiknya: "Keparat cilik, memandang usiamu masih begitu muda, tak
nyana licikmu luar biasa !".
"Bukankah mereka bicara tidak jujur lebih dulu " apa
salahnya kalau aku bantu bohongan mereka agar kedengaran
jauh lebih sempurna ?".
"Keparat cilik sialan, dengan perbuatanmu yang rendah dan
licik semacam ini, kau tak bisa diampuni lagi !".
-oo0dw0oo- Jilid 10 DI TENGAH bentakan keras ia mengirim sebuah babatan
kedepan, kali ini hawa gusarnya telah meluap, meski arngin
pukulan matsih berada seteqngah tombak darri sasaran
namun kehebatannya sudah terasa.
Liem Kian Hoo tak berani bertindak gegabah, iapun kirim
sebuah pukulan dengan tenaga sebesar sepuluh bagian,
dalam suatu bentrokan dahsyat, masing-masing pihak mundur
selangkah kebelakang.
Menyaksikan kejadian itu Kong Toa Kiat ada maksud maju
membantu, namun Kong Toa Hauw.
"Titi, tunggu sebentar, aku ingin tahu sampai dimanakah
kehebatan serta kemampuannya!".
Kong Toa Kiat mengiakan dan segera berhenti.
Soen Tong yang ada disisinya lantas maju menyongsong
sambil tertawa, ejeknya:
"Eeeeei monyet berwajah merah, kau pengen berkelahi "
ayoh majulah, akan kulayani kemauanmu ! ".
Kong Toa Kiat sangat gusar, telapaknya di putar langsung
menubruk kedepan, namun kali ini ia sudah punya
pengalaman dan tidak berani bertarung jarak dekat lagi
dengan gadis tolol ini.
Pukulan-pukulan udara kosong segera dilepaskan dari suatu
jarak tertentu namun Soen Tong tidak ambil perduli, dengan
andalkan tenaga sinkang pelindung badannya ia selalu cari
kesempatan untuk mencengkeram bahu atau lengan musuh.
Dalam pada itu Kong Toa Hauw pun sudah bertarung
sengit melawan Liem Kian Hoo, empat orang terbagi jadi dua
kelompok masing-masing melakukan pertarungan yang sengit
sekali. Sepuluh gebrakan kemudian Liem Kian Hoo berhasil rebut
diatas angin, tenaga dalamnya sebanding dengan tenaga
Iweekang Kong Toa Hauw namun jurus serangannya lebih
sempurna, ia lebih banyak menyerang dari pada bertahan
memaksa Kong Toa Hauw selalu terjerumus dalam keadaan
berbahaya, untung ilmu meringankan tubuhnya amat
sempurna, setiap kali keadaan mencapai kritis ia selalu
berhasil meloloskan diri.
Dipihak lain keadaan Soen Tong jauh lebih rugi, walaupun
pukulan udara kosong dari Kong Toa Kiat tidak berhasil
melukai dirinya namun dapat membendung gerakannya,
setiap kali ia menerjang kedepan selalu terhadang jalan
perginya ditengah jalan.
Agaknya Kong Toa Kiat pun dapat menyadari bahwa
sepasang matanya merupakan titik kelemahan gadis tolol itu,
setiap kali ada kesempatan jari tangannya segera diputar
mencukil sepasang matanya, untung gerak-gerik Soen Tong
gesit sekali, setiap kali iapun dapat meloloskan diri.
Dua tiga puluh gebrakan kembali sudah berlangsung,
situasi dalam pertarunganpun berubah, berhubung usia yang
masih muda dan kesempurnaan tenaga dalam yang kurang
matang, lama kelamaan Liem Kian Hoo mulai terdesak dan
setiap kali Kong Toa Hauw lah yang pegang peranan.
Sebaliknya Soen Tong yang punya tenaga a-iam tidak takut
lelah, sekarang ia malah berhasil menguasahi seluruh
kalangan, hal ini membuat hatinya kegirangan
"Saudara cilik !" teriaknya.
"Bajingan tua ini sudah hampir tidak mam pu lagi,
tunggulah sebentar kugulingkan dahulu si tua bangka ini
kemudian baru membantu diri mu !".
Liem Kian Hoo tidak menggubris teriakan itu, ia sudah tidak
sabaran lagi, suatu saat ia teledor sehingga kena diserang
oleh Kong Toa Hauw walaupun reaksinya kemudian cukup
keras dan serangan tadi kena ditangkis. namun tak urung
lengannya jadi linu juga dibuatnya.
Liuw Boe Hwie yang menyaksikan peristiwa itu dari sisi
kalangan jadi terperanjat, namun ia pun merasa kurang
leluasa untuk maju membantu terpaksa sambil pura pura
iseng ujarnya kepada Tong Thian Gwat:
"Eeeeei pengemis tua, aku dengar ilmu Liong Henc Pat Sin
mu sangat dahsyat sekali, ini hari kenapa kau cuma nonton
belaka sambil berpeluk tangan " ayoh demontrasikan
beberapa jurus kepandaianmu itu"
Tong Thian Gwat menghela napas panjang, "Liuw Loo~jie,
apa gunanya kau ajak aku bergurau ?" serunya. "Beberapa
macam kepandaianku bukannya kau tidak paham. seandainya
ini hari tiada kedua orang muridmu sebagai tulang punggung,
meski nyaliku lebih besarpun aku tidak akan berani
menggunakan selembar jiwaku sebagai bahan permainan."
"Haaaa... haaaaa... haaaa... pengemis tua, kalau bicara
janganlah macam orang patah semangat, sedikit banyak
kaupun seorang bketua dari suatdu perkumpulan, aapakah
kau relab melihat seorang bocah cilik jual nyawa bagi dirimu "
seandainya sebuah lenganku belum kutung, niscaya aku akan
suruh mereka rasakan kelihayan dari seruling emasku."
Didengar dari nada ucapan mu seakan akan gembong iblis
tersebut begitu lihay, aku tidak percaya kalau mereka sanggup
mempertahankan diri dari irama Pembetot sukmaku..."
Ucapan ini menggetarkan hati Kian Hoo, diam-diam ia
memaki atas kegoblokannya dimana telah melupakan
kemampuannya yang asli sebaliknya malah ajak orang lain
berduel. Kiranya yang dimaksudkan dengan ucapan Liuw Boe Hwie
bukanlah suruh sianak muda itu bertarung menggunakan
irama seruling, melainkan ia sedang memberi peringatan
kepadanya agar menggunakan jurus tadi dengan rahasia
irama serulingnya.
Semangat Liem Kian Hoo seketika berkobar kembali, hawa
murninya langsung disalurkan ke seluruh telapak untuk paksa
mundur Kong Toa Hauw setelah itu sepasang telapaknya
disilangkan didepan dada dan mempersiapkan jurus "GiokSak-Ci-Hun " nya yang ampuh.
Tonghong It Lip pernah merasakan pahit getirnya ditangan
sianak muda itu, buru buru ia memperingatkan:
"Kong toa-heng, hati hati, keparat cilik ini akan unjukkan
kepandaian ampuhnya !".
"Hmmm ! sekalipun lebih lihaypun belum tentu bisa
membuat hatiku jeri!" sahut Kong Toa Hauw kurang percaya.
Liem Kian Hoo tersenyum, ia mendongak dan
bersenandung lantang:
"Seruling ada disanubari suara ada dimulut awan ada
digunung rembulan ada dilangit !".
Selesai bersenandung sepasang telapaknya di ayun
kemuka, segulung angin pukulan yang maha dahsyat laksana
gulungan ombak ditengah samudra segera menyapu keluar
dengan hebatnya.
Termakan oleh dorongan angin pukulan itu tubuh Kong Toa
Hauw terdorong mundur kebelakang dengan sempoyongan...
"Braaak !" punggungnya mencium dinding tembok sehingga
ambrol dan muncullah sebuah lubang yang sangat besar.
Dalam pada itu Kong Toa Kiat yang sejak tadi terkurung oleh
serangan-serangan Soen Tong jadi cemas bercampur gusar
ketika menyaksikan saudaranya terluka dan menderita kalah,
iba meraung kerasd, tubuhnya bergaerak hendak membayang
bangun saudaranya.
Siapa sangka Soen Tong sama sekali tidak memberi
kesempatan baginya untuk berbuat demikian, laksana kilat
sepasang lengannya dijulurkan ke muka menyambar
pinggangnya kemudian mengangkat seluruh tubuhnya
ketengah angkasa.
Air muka Kong Toa Hauw yang merah telah berubah jadi
keemas-emasan, berada diantara reruntuhan dinding tembok
ia meronta bangun, lalu dengan nada cemas teriaknya:
"Cepat lepaskan saudaraku !".
"Seandainya kalian menyanggupi untuk mengundurkan diri
dari persekutuan Tiga Belas sahabat dan berjanji tidak akan
membantu Kauw Heng Hu melakukan kejahatan lagi, aku
segera lepaskan saudaramu ! " kata Liem Kian Hoo dengan
wajah serius. Air muka Kong Toa Hauw berubah semakin hebat, akhirnya
ia menghela napas sedih.
"Aaaaaai..! kekalahan kami pada dua puluh tahun
berselang ditangan manusia berkerudung masih mendingan,
sungguh tak nyana setelah berlatih giat selama dua puluh
tahun kepandaian kami masih belum memadahi seorang
bocah cilik-pun, sekalipun kulit wajah kami lebih tebalpun kami
berdua-tidak minat untuk tetap berada diantara Tiga Belas
Sahabat lainnya !".
"Ehmmm...! A-Tong, lepaskan dirinya!"
Soen Tong tidak membantah, ia lantas melemparkan tubuh
Kong Toa Kiat keatas tanah.
"Monyet berwajah merah ! " Serunya, "memandang diatas
Pedang Bunga Bwee Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
wajah saudara cilikku, uniuk kati ini kuampuni selembar
jiwamu ! ".
Begitu terlempar keatas tanah, Kong Toa Kiat segera
memijit dan buru-buru memayang tubuh saudaranya,
kemudian dengan suara mendendam teriaknya:
"Keparat ciIik. mulai detik ini nama kami berdua tercoret
dari persekutuan Tiga Belas Sahabat, namun kau jangan
mengira kalau urusan diantara kita sudah lelesai begitu saja !"
"Itu terserah pada kalian sendiri, asalkan satu hati aku
orang she-Liem belum mati, kalian boleh saja mencari diriku !"
Kong Toa Kiat tidak banyak bicara lagi, ia pondong tubuh
Kong Toa Hauw dan berlalu dari situ, dalam sekejap mata
mereka sudah lenyap dari pandangan.
Cia Tiong Beng rserta Yu Yat satling bertukar pqandangan
sekejarp kemudian laksana kilat mengundurkan diri kedalam
bangunan dan melenyapkan diri.
Tonghong It Lip pun buru-buru memayang tubuh Mongyong
Wan yang sudah lama mendusin, mereka berdiri
tertegun beberapa saat lama-nya, jelas kedua orang suami
istri ini merasa heran dan tidak habis mengerti apa sebabnya
tenaga dalam waktu singkat.
Namun mereka sadar bahwa kekuatan merasa mereka
berdua bukan tandingan dari sianak muda itu.
"Apa rencana kalian selanjutnya ?" tegur Kian Hoo sambil
mengawasi sepasang suami istri itu dengan sinar mata tajam.
Tonghong It Lip bungkam beberapa waktu, setelah itu baru
sahutnya: "Persekutuan Tiga Belas sahabat didirikan kembali oleh
Kauw toako, kalau kau punya kepan daian tiada halangan
membicarakan soal ini langsung dengan orangnya !".
"Haaaaa... haaaa... haaaaa... kalian jangan anggap setelah
menyebut nama Kauw Heng Hu lantas hatiku jadi gentar
justru kedatanganku kemari adalah bermaksud mencari
dirinya." "Hmm ! kalau begitu tunggu sajalah disi-ni, kami segera
cari Kauw toako untuk diajak ke luar menemui dirimu !".
"Ehmmm, demikianpun boleh juga tetap akupun hendak
peringatkan kalian lebih baik kurangi segala permainan busuk,
kami sudah bikin onar setengah harian lamanya disini,
seumpama Kauw Heng Hu benar-benar ada didalam, sejak dia
sudah munculkan diri, apa gunanya harus sampai datangnya
undangan dari kalian ?".
Air muka Tonghong It Lip berubah hebat.
"Tadi Kauw toako memang tak ada disini, tetapi aku tahu ia
segera akan kembali asal kau tunggu sebentar lagi di sini
niscaya ia akan munculkan diri !". Liem Kian Hoo berpikir
sebentar, kemudian tertawa.
"Aku tahu bahwa ucapanmu tak boleh di-percaya, namun
akan ku coba untuk mempercayai dirimu !".
Mendengar sianak muda itu sudah setuju, karena takut ia
berubah pikiran buru buru Tong hong It Lip memayang Mongyong
Wan dan segera mengundurkan diri.
Dalam pada itu sikap Tong Thian Gwat terhadap Kian Hoo
sudah berubah seratus delapan puluh derajat bahkan dalam
benaknya sudah diliputi oleh pelbagai kecurigaan, namun ia
merasa tidak leluasa untuk tanyakan persoalan itu, maka
segera ujarnya:
"Sauw-hiap, apakah kau benar benar hendak menanti
beberapa waktu ditempat ini ?"
"Benar !" sianak muda itu mengangguk "Mereka boleh saja
mengingkari janji, namun kita tak boleh melakukan kesalahan,
untung saja seperempat jam segera akan berlalu dan mereka
tidak akan terlalu jauh melarikan diri, aku punya keyakinan
untuk menyusul mereka !"
"Sauw-hiap, kau tidak pantas untuk melepaskan dua
bersaudara Kong meninggalkan tempat ini, mereka berlalu
dengan membawa rasa malu, dikemudian hari tentu akan
mendatangkan banyak kerepotan."
"Diantara Tiga Belas Sahabat, hanya mereka berdua yang
boleh dianggap rada jujur dan polos, aku tidak ingin
melakukan pembunuhan yang tak berguna. seandainya aku
ada maksud demikian, asal kutambahi satu bagian tenaga lagi
dalam serangannya tadi niscaya jiwanya telah melayang. Dua
puluh tahun berselang simanusia berkerudung itu dapat
lepaskan mereka, kenapa dua puluh tahun kemudian aku
harus membinasakan mereka ?".
Tong Thian Gwat ada maksud menanyakan soal simanusia
berkerudung, namun ketika dilihatnya sianak muda itu sedang
kerutkan dahi seolah-olah sedang memikirkan satu masalah
yang sulit, diapun lantas batalkan maksudnya.
"Eceei pengemis tua !" Liuw Boe Hwie segera menarik
tangannya. "Untuk sementara waktu lebih baik kita bungkam
saja, sebab beberapa waktu yang amat singkat ini justru
menyangkut mati hidup kita !".
Dengan wajah melengak Tong Thian Gwat menengok, ia
lihat Liem Kian Hoo sedang duduk bersila diatas tanah,
mulutnya kemak-kemik seperti mengucapkan sesuatu namun
tidak kedengaran apa yang sedang diucapkan, sementara
sepasang lengannya menunjukkan gerak-gerik yang susah
dimengerti. Dalam pada itu dengan sinar mata tegang Liuw Boe Hwie
mengawasi terus sepasang pintu yang terbentang lebar
dihadapannya, air muka si orang tua ini kelihatan tidak
tenteram. Tong Thian Gwan serta muridnya Chi Siang berdiri
dalam keadaan kebingungan, beberapa kali mereka ingin
bertanya namun setiap kali Liuw Boe Hwie goyangkan
tangannya mencegah.
Sedangkan Soe Tong merasa nganggur, ia ber jalan
kehadapan kepingan singa kumala itu dan menyambung
kembali kepingan kepingan tadi, Hanya Liem Kian Hoo
seorang tetap duduk bersila diatas tanah sambil kemak kemik,
sementara tangannya selalu memperlihatkan beberapa
gerakan yang tidak dimengerti.
Setengah harian kemudian mendadak tampak sepasang
telapaknya didorong kearah dinding tembok, gerakan yang
digunakan tetap merupakan jurus Giok-Sak-Ci-Hun namun
dalam serangannya kali ini sama sekali tidak kedengaran
sedikit suarapun.
Sesaat setelah ia melepaskan pukulan tadi, dari atas
tembok mulai nampak bubuk serta pasir berguguran keatas
tanah dan akhirnya hampir seluruh dinding tadi rontok dan
hancur berantakan, muncullah sebuah gua pintu seluas
beberapa tombak diatas dinding tadi, bekas-bekas pukulan
rata dan halus seolah-olah dibabat oleh senjata yang tajam.
"Hoo-jie!" teriak Liuw Boe Hwie kegirangan. "Kali ini kau
tak usah gentar terhadap diri Kauw Heng Hu lagi !".
"Soal ini sulit untuk dikatakan, aku cuma punya keyakinan
untuk tidak kalah, kalau ingin menangkan dirinya mungkin
masih harus memiliki kepandaian tambahan lainnya ?".
Sedang Tong Thian Gwat menjulurkan lidahnya, ia
mendekati reruntuhan itu dan mengawasinya beberapa saat,
ditemuinya bekas hancuran tembok tadi remuk bagaikan
bubuk, tak kuasa lagi sipengemis tua ini menjerit tertahan.
"Kepandaian apakah ini " aku sipengemis tua hidup sampai
hari bukan saja belum pernah melihat kehebatan semacam ini,
mendengarpun belum pernah !"
"Jurus ni bernama Giok-Sak-Ci~Hun." Liuw Boe Hwie
menerangkan sambil tersenyum.
"Dan merupakan suatu kepandaian yang maha dahsyat,
namun sekarang nama kepandaian itu harus disebut sebagai
ilmu Boe Siang sinkang !"
"Suhu, keberhasilanku ini justru berkat petunjuk yang
sangat berharga dari kau orang tua." bisik Liem Kian Hoo
dengan rasa terharu.
Liuw Boe Hwie tersenyum dan menggeleng, " Sudahlah, tak
usah kau tumpuk pujian itu ketubuhku, aku cuma memberi
kisikan yang tak berarti belaka, bisa berhasil dengan sukses
pun sebagian besar berkat bakat serta kecerdikanmu yang
luar biasa, siapa yang bisa mencapai taraf sedemikian
hebatnya ?".
Liem Kian Hoo termenung sejenak, seakan-akan hendak
mengucapkan sesuatu namun akhirnya ia bertanya:
"Sekarang sudah berapa lama ?"
"Satu jam lebih." jawab Chi Siang cepat, " Dari balik
gedung tidak nampak sesosok bayangan setanpun yang
muncul, aku masih mengira Sauw-hiap telah lupa akan hal
ini.". "Apa " sudah satu jam lebih " aduuuh celaka, kalau mereka
berhasil loloskan diri sih bu-kan urusan, jangan-jangan
Watinah pun kena diculik kembali oleh mereka !".
"Sauw-hiap, akupun pernah dengar bahwa ada seorang
gadis terkurung disini, apakah benar bahwa gadis itu
adalah..."
"Tidak salah, gadis itu adalah bakal istri siauw-tit, dia
adalah seorang kepala suku Biauw, beberapa bulan berselang
ia kena diculik oleh Kauw Heng Hu dan dibawanya datang
kemari...".
"Waaah, kalau begitu keadaan kurang menguntungkan."
seru Tong Thian Gwat kaget.
"Terhadap gembong gembong iblis macam mereka, tidak
seharusnya kita bicarakan soal kepercayaan, Siauw-hiap, kau
terlalu mempercayai orang-orang itu, seandainya nona itu
sampai mengalami sesuatu..."
"Kalau memang terjadi hal itu, apa dayaku ?" tukas Kian
Hoo sambil tertawa getir.
"Tadi, seandainya aku tidak lepaskan Heng Thian-Siang Li
dan langsung menerjang kedalam seandainya Kauw Heng Hu
benar benar ada didalam, bukankah tindakan ini malah akan
mencelakai kalian semua ?".
"Sau-hiap, bukankah tenaga Iweekangmu telah mencapai
puncak kesempurnaan, apakah kau masih bukan tandingan
dari Kauw Heng Hu ?"
"Aaaaah pangcu, kau tidak tahu, meskipun beberapa waktu
belakangan ini ilmu silat siauw tit mendapat kemajuan pesat
dan memahami pula intisari dari beberapa macam kepandaian
sakti,namun ilmu tersebut belum pernah kugunakan, maka
dari itu ketika berhadapan dengan Kong Toa Hauw pun
hampir hampir saja jatuh kecudang di tangannya, untung
suhuku cepat memberi petunjuk sehingga aku sadar dan
berhasil mengundurkan pihak lawan, pada waktu itulah
sebenarnya kesempatan yang paling baik buat kita untuk
membasmi kawanan iblis, siapa tahu ketika itu pula siauw tit
telah merasakan sesuatu yang aneh, maka aku pun lantas
menyanggupi Tonghong It Lip untuk menanti beberapa saat,
tujuanku tidak lain ingin menggunakan waktu yang amat
singkat ini untuk perdalam ilmu silatku, siapa sangka aku telah
membuang waktu begitu lama."
"Sauw-hiap, dalam waktu satu jam yang singkat ternyata
kepandaianmu kembali peroleh kemajuan pesat, seandainya
aku sipengemis tua tidak melihat dengan mata kepala sendiri,
sekalipun ada orang beritahu kepadaku pun aku tidak akan
percaya !".
Liuw Boe Hwie tersenyum.
"Eeeei pengemis tua, kembali kau bicara yang tak berguna,
bukankah tadi sudah kukatakan, kemajuan pesat yang
didapatkan Hoo-jie bukanlah hasil latihan seharian belaka, ia
sudah memiliki dasar tenaga dalam tubuhnya, sekarang ia
berhasil pula menemukan intisari dari kepandaian itu maka
kemajuannya jadi semakin pesat, seandainya dikatakan
penemuan yang secara tiba-tiba bisa menghasilkan kemajuan
yang begitu pesat, bukankah hal ini sama artinya mengatakan
bahwa hasil latihan kita selama puluhan tahun hanya sia sia
belaka ?".
"Aaaaai ! meskipun demikian, namun penemuan yang
secara tak terduga ini benar-benar sukar dipercaya, ada
sebagian orang yang berlatih seumur hidup namun tiada hasil,
sebaliknya Liem Sauw hiap hanya membutuhkan waktu
selama satu jam saja tenaga dalamnya sudah peroleh
kemajuan yang demikian pesat, bukankah kejadian ini benarbenar
mencengangkan hati ?".
"Haaaaa... haaaa... haaaaa... disinilah letak pentingnya
bakat serta kecerdikan seseorang, bukannya aku sengaja
mengibul, bakat yang dimiliki muridku ini boleh dikata jarang
sekali di jumpai diantara laksaan orang, oleh karena itu
kitapun tak usah ber silat lidah karena masalah ini, sekarang
urusan yang paling penting adalah masuk kedalam gedung
dan melakukan pemeriksaan, menurut dugaanku didalam
ruangan pasti tak nampak sesosok manusiapun tetapi urusan
sukar dikatakan, gelar Kauw-Heng Hu adalah Tok Chiu Suseng
sisastrawan bcr tangan keji. mungkin ia sudah atur jebakanjebakan
keji didalam sana, lebih baik kita berhati-hati dalam
setiap tindakan.".
Liem Kian Hoo tahu bahwa ucapan tersebut ditujukan
kepadanya, buru-buru ia menjawab:
"Ucapan suhu tepat sekali, sewaktu berjalan masuk
kedalam gedung nanti lebih baik kita bersatu padu agar satu
sama lain bisa saling membantu !".
Selesai berkata ia berjalan masuk lebih dahulu disusul oleh
Soen Tong, Tong Thian Gwat, Chi Siang dan ditutup oleh Liuw
Boe Hwie, lima orang membentuk barisan yang panjang
melakukan pencarian dan pemeriksaan yang seksama ke
dalam gedung itu.
Setelah menembusi halaman yang amat luas dihadapan
mereka muncul sebuah bangunan besar suasana sunyi senyap
tak kedengaran sedikit suarapun.
Ruangan itu diatur amat rapi dan bersih, di tengah ruangan
teratur sebuah meja perjamuan di atas meja terdapat sayur
serta arak yang masih mengepul panas, jelas orang-orang
yang ada dalam gedung itu belum lama berlalu dari situ.
Bukan begitu saja bahkan dalam gedung tadi penuh
dengan barang antik yang indah dan mempersonakan.
Dasar sifat pengemis, melihat hidangan yang begitu lezat
Tong Thian Gawt serta Chi Siang tanpa banyak bicara
langsung menyerbu kemeja perjamuan, sang pengemis tua
menyambar ayam panggang yang ada di meja sedangkan
muridnya menyambar guci arak.
Melihat tingkah laku kedua orang itu, buru-buru Liuw Boe
Hwie mencegah: "Eeei pengemis tua, jangan rakus macam orang yang tidak
pernah makan kau harus periksa dahulu dalam hidangan itu
Pedang Bunga Bwee Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ada racun atau tidak !"
"Sebagai pengemis yang cari makan dimana-mana.
sepanjang tahun belum tentu merasakan perut yang kenyang
" kata Tongb Thian Gwat samd bil menelan aiar Iudah.
"Mumpubng disini telah siap hidangan lezat sekalipun
makanan makanan ini dicampuri dengan racunpun aku
sipengemis tua harus mencicipinya !".
"Aku sama sekali tidak melarang kalian bersantap, namun
kan jauh lebih baik kalau dicoba lebih dahulu !".
Tong Thian Gwat dipaksa apa boleh buat, terpaksa ia cari
sebatang jarum perak lantas ditusukkan kedalam daging ayam
panggang tadi, keti ka dicabut kembali ternyata ujung jarum
perak itu masih tetap bercahaya kilat, dengan rasa gembira
pengemis inipun tertawa terbahak-bahak.
"Arak dan sayur yang lezat, mana mungkin ada racunnya
?". Ia masukkan daging ayam itu kedalam mulut dan dikunyah
dengan lezatnya, dalam sekejap mata seluruh daging ayam
tadi sudah berpindah kedalam perut.
Soen Tong yang menyaksikan kejadian itu tak kuat
menahan air liurnya, beberapa kali matanya melirik kearah
Liem Kian Hoo. Dalam pada itu sianak muda itu sedang pusatkan seluruh
perhatiannya untuk memeriksa gedung tersebut, ia tidak
melihat akan sikap gadis tolol itu, sebaliknya Liuw Boe Hwie
melihat akan hal ini, sambil tertawa lantas ujarnya:
"A-Tong, apakah kau ingin makan " untung disini sudah
tersedia makanan lezat, nah bersantaplah sekehendak hatimu
!". Soen Tong jadi kegirangan, ia sambar ikan yang ada diatas
meja kemudian bersama durinya sekaligus dimasukkan
kedalam mulut, sambil mengunyah serunya:
"Oooow nikmat, lezat sekali. saudara cilik, apakah kau ingin
mencicipi ?"
Liem Kian Hoo tiada kegembiraan sama sekali, ia geleng
kepala berulang kali.
Perbuatan beberapa orang ini menimbulkan rasa lapar pula
bagi Liuw Boe Hwie, ketika menjumpai ada buah anggur
diatas sebuah tempayan ia lantas memetik beberapa butir
seraya berkata.
"Bajingan-bajingan itu pandai benar menikmati kebahagian
hidup, sekarang baru musim semi, darimana mereka dapatkan
buah anggur sebesar ini ?".
Sembari berkata ia masukkan, buah anggur itu kedalam
mulut, tapi pada saat itulah mendadak dari samping ruangan
berkelebabt datang serentdetan cahaya putaih yang
menyilabukan mata tepat menembusi buah anggur tersebut.
Kejadian ini membuat Liuw Boe Hwie terperanjat ia tidak
tahu darimana munculnya cahaya putih tersebut, ketika buah
anggur tadi diperiksa maka ditemuinya cahaya putih tadi
ternyata adalah sebatang tusuk gigi dimana tepat menembusi
buah anggur tadi. Menyaksikan peristiwa itu, Liem Kian Hoo
pun lantas berseru:
"Dalam ruangan ada orang..."
Tubuhnya langsung meluncur keluar pintu dan memeriksa
empat penjuru, namun tidak nampak sesosok manusiapun ada
disitu, menanti ia masuk kembali kedalam ruangan tampaklah
Soen Tong, Tong Thian Gwat serta Chi Siang telah
menggeletak diatas tanah, sedangkan Liuw Boe Hwie tetap
berdiri ditempat semula sambil mengawasi buah anggur itu
dengan termangu-mangu. Sianak muda ini jadi amat
terperanjat buru-buru tanyanya:
"Suhu, apa yang sudah terjadi " ".
"Aku sendiripun tidak tahu, pokoknya penyakit ini timbul
dari hidangan yang mereka santap !" jawab Liuw Boe Hwie
sambil tertawa getir.
Liem Kian Hoo sangat terperanjat ia segera berjongkok dan
memeriksa beberapa orang itu merah padam dan segar sekali,
sedikitpun tidak menunjukkan tanda tanda keracunan, namun
mereka tertidur pulas.
"Tak usah diperiksa lagi." kata Liuw Boe Hwie sambil
menghela napas panjang. "Mereka sudah terkena obat
pemabok yang membuat orang tertidur pulas, jiwanya tidak
bakal terancam, asal sudah tidur beberapa saat mereka akan
bangun kembali dalam keadaan segar, justru akulah yang
hampir-hampir jadi sukma gentayangan !".
"Suhu ! darimana kau bisa tahu ?" Liuw Boe Hwie tertawa
getir, ia angkat buah anggur tersebut lalu sambil menuding
tusuk gigi yang menembusi buah itu katanya:
"Asal kau lihat benda ini tentu akan jadi paham sendiri,
tusuk gigi ini terbuat dari kayu Boe-Kouw-Bok yang
merupakan sejenis kayu paling cepat menunjukkan reaksinya
bila terkena racun yang bisa lolos dari periksaan jarum perak,
namun jangan harap bisa lolos dari pemeriksaan kayu BoeKouw-Bok ini !".
Liem Kian Hoo awasi tusuk gigi diatas buah anggur itu
dengan hati terkesiap, ia temukan tusuk gigi itu terbuart-rapi
dan haluts sekali, diataqs tusuk gigi tardi terukir lukisanlukisan
relief yang indah, bagian yang menonjol keluar dari
buah anggur itu kurang lebih satu coen dan berwarna biru
tua, tanpa terasa dengan hati tercengang tanyanya:
"Suhu, dari mana kau bisa tahu kalau tusuk gigi ini terbuat
dari kayu Boe-Kouw-Bok ?".
"Aaaai...! racun yang dapat dicampurkan kedalam bahan
makanan ada dua jenis, jenis pertama adalah racun-racun
yang dapat dicampurkan kedalam sayur serta arak, racun
macam ini biasa sekali sehingga dapat dijajal dengan jarum
perak, sedang jenis kedua adalah racun yang dicampurkan
didalam buah buahan, racun macam ini jauh lebih ampuh,
mula-mula buah-buahan itu direndam dalam air racun
sehingga sari racun meresap kedalam buah-buahan itu
kemudian buah tadi didiamkan beberapa saat maka racun itu
akan terserap kedalam buah tadi dan tak berwujud sama
sekali, namun daya kerja racunnya sangat lihay. pihak istana
mempunyai cara untuk mengatasi kesukaran ini yaitu
menggunakan kayu Boe-Kouw-Bok yang dihasilkan diwilayah
Barat, kendati racun macam apapun pasti dapat diperiksa.
Ketika aku masih muda tempo dulu, kayu macam ini pernah
kujumpai satu kali, maka sekilas pandang aku segera
kenalinya kembali !".
"Kalau begitu orang yang melepaskan kayu tersebut dari
balik kegelapan telah menyelamatkan jiwa suhu ?"
"Mungkin benar dugaanmu, pokoknya ia tidak bermaksud
jahat !". Liem K.ian Hoo melirik sekejap kearah Soen Tong sekalian,
lalu tanyanya kembali:
"Suhu, darimana kau tahu kalau mereka bukan keracunan
?". "Orang yang menolong aku secara diam-diam itu tidak
ingin mereka keracunan pula bukan " namun ia tidak
menghalangi niat mereka untuk bersantap, hal ini menujukkan
bahwa makanan itu tidak ada halangan untuk disantap..."
Liem Kian Hoo semakin terperanjat lagi.
"Orang itu hapal sekali dengan keadaan tempat ini, ia pasti
ada hubungan yang erat dengan Tiga Belas Sahabat !"
serunya. Liuw Boe Hwie manggut tanda setuju dengan pendapat itu
namun iapun tidak tahu siapakah orang tersebut.
Beberapa saat kemudian, sianak muda itu berkata kembali:
"Orang inipun aneh sekali, setelah ia lepaskan tusuk gigi
tadi aku segera melakukan pencarian, namun hasilnya tetap
nihil, aku rasa lebih baik kita cepat tinggalkan tempat ini".
"Bagaimana dengan mereka ?" tanya Liuw Boe Hwie seraya
menuding tiga orang yang menggeletak di atas tanah.
"Mereka tertidur pulas sekali, jelas sudah terkena obat
pemabok atau sebangsanya, kita guyur saja dengan air dingin,
niscaya mereka akan mendusin !"
Namun Liuw Boe Hwie segera menggeleng.
"Tong Thian Gwat adalah ciangbunjien partai Kay-pang,
obat pemabok biasa tidak akan berhasil mengelabui dirinya,
namun ia sudah terkena obat pemabok yang sangat lihay,
menurut dugaanku paling sedikit dua belas jam kemudian
mereka baru mendusin !".
"Hal ini bukankah berarti kami harus menanti seharian ?".
"Orang itu justru ada maksud menghalangi perjalanan kita
agar mereka ada kesempatan untuk mengundurkan diri,
lagipula orang yang berada dalam kegelapan itupun
membiarkan mereka terjebak, hal ini menunjukkan kalau ia
pun ada maksud yang sama !"
Liem Kian Hoo menghela napas panjang dan
membungkam. "Gelisahpun percuma." hibur Liuw Boe Hwie kembali.
"Untung ayahmu selamat dan tidak kekurangan sesuatu
apapun, bahkan berhasil menolong seseorang, hal ini
menunjukkan kalau ia sudah mulai mengawasi gerak-gerik
kaum penjahat itu, cepat atau lambat kita pasti akan
mendapatkan kabar beritanya !".
Dengan perasaan apa boleh buat Liem Kian Hoo
mengangguk, ia lantas menarik tubuh Tong Thian Gwat, Chi
Siang serta Soen Tong untuk di dudukan keatas kursi,
kemudian iapun ikut duduk sambil berkeluh kesah.
"Hoo-jie !" kata Liuw Boe Hwieb lagi sambil tedrtawa.
"Ditempaat ini kita bakabl menunggu beberapa waktu lagi,
bagaimanapun juga kita harus cari makanan untuk menangsal
perut kau jagalah keselamatan mereka, aku hendak keluar un
tuk cari makanan."
"Hal ini mana boleh jadi " kalau ada tugas biarlah tecu yang
laksanakan saja !".
"Bukannya aku ada maksud memperlihatkan sikap seorang
guru terhadap muridnya, namun aku ingin carikan pekerjaan
bagimu agar kau jangan tetap duduk termenung belaka
macam orang kehilangan semangat !"
Merah padam wajah sianak muda itu, ia merasa sangat
berterima kasih buat kebaikan guru-nya, maka ia bangun
berdiri dan menuju keruang belakang.
Namun ketika ia tiba di dapur sianak muda ini jadi tertegun,
tadi sewaktu ia melakukan pemeriksaan, dapur itu sunyi
senyap, namun sekarang api mengepul dibawan tungku dan
tampak sebuah kukusan dengan daging babi yang harum
semerbak muncul disana.
"Siapa lagi yang main setan ditempat ini ?" pikirnya.
"Delapan bagian pasti hasil permainan setan dari orang yang
melepaskan tusuk gigi tersebut sebenarnya apa maksudnya
berbuat demikian ?".
"Sahabat " atau musuh ?".
"Ia bermaksud baik " atau bermaksud jahat ?"
"Kalau bermaksud baik berarti sahabat, tidak pantas kalau
ia biarkan Soen Tong sekalian terjebak, kalau musuh berarti
mengandung maksud jahat, tapi mengapa ia tolong suhu."
Liem Kian Koo merasa pikirannya sangat kalut, ia tak dapat
ambil keputusan mengenai daging babi itu.
Mendadak dari belakang punggungnya berkumandang
suara desiian ringan, buru-buru ia berpaling tampaklah diatas
pintu telah tercancap secarik kertas. ia tidak sempat menerima
isi surat itu lagi, buru-buru badannya mengejar keluar namun
disana tak nampak sesosok bayangan manusiapun.
Dalam sekejap mata orang itu bisa menyembunyikan diri
tak berbekas, kecepatan geraknya benar-benar sukar
dilukiskan dengan kata-kata... Dengan membawa perasaan
murung ia balik kembali kedapur, dibacanya surat itu yang
kira-kira berbunyi:
"Dalam guci ada arak, diatas tbungku ada dagindg babi,
minum daan santaplah debngan hati lega, rombongan berjalan
kearah Barat, tidak selang beberapa hari tentu akan ditemui,
besok sewaktu melanjutkan perjalanan jangan membawa
orang banyak, berjumpa dengan bukit bertanah lumpur hatihati
dengan api beracun !".
Membaca tulisan itu Liem Kian Hoo jadi tertegun, gaya
tulisan itu meminjukan tulisan seorang gadis, siapakah orang
itu " seandainya gadis itu (seumpama dugaannya tidak salah)
benar-benar bermaksuk baik dan selalu memberi petunjuk
kepadanya, ini berarti kalau ia bukan ke pihak musuh, namun
apa sebabnya tingkah laku orang itu penuh terselubung
misterius "
Sembari berkata ia masukkan surat tadi ke-dalam saku,
kemudian menambahi kayu bakar ke dalam tungku, tidak
selang beberapa saat kemudian daging babi diatas kukusan itu
sudah matang, bau harum segera tersiar keempat penjuru.
Didalam dapur ia menemukan pula seguci arak, kemudian
bersama daging babi tadi dihidangkan ketengah ruangan dan
santap bersama sama Liuw Boe Hwie, sedangkan peristiwa
yang baru di alami tadi sama sekali dirahasiakan didalam hati.
Dalam hati kecilnya ia sudah punya perhitungan, dalam
persekutuan Tiga Belas sahabat telah bertambah dengan tiga
orang gadis, satu adalah Sani, yang lain adalah Lie Hong Hwie
dan kemungkinan besar gadis ketiga adalah orang yang
meninggalkan surat peringatan kepadanya itu, bahkan
kemungkinan besar orang itu masih mengawasi geriknya
secara diam-diam.
"Perduli bagaimanapun juga, aku harus temukan orang
itu... Demikianlah, sambil bersantap otaknya berputar terus,
selesai bersantap iapun berbaring diatas kursi dengan hati
tenang, ujarnya kepada Liuw Boe Hwie sambil tersenyum:
"Suhu, dewasa ini kita berada disarang musuh, disamping
itu harus menjaga pula keselamatan tiga orang yang jauh
tidak sadarkan diri, maka kita harus ada salah satu yang tetap
berada dalam keadaan segar kini aku mau tidur lebih dahulu.
nanti malam kita gantian berjaga-jaga !".
Diam-diam Liuw Boe Hwie keheranan atas perubahan sikap
sianak muda itu sekembali dari dapur, meski ia tahu tentu
sudah terjadi suatu perubahan namun ia tidak banyak
bertanya, dengan hati gembira permintaan itupun dikabulkan.
Menanti sianak muda itu mendusin dari tidurnya, bintang
telah bertaburan diangkasa, kembali ia cari makanan dalam
dapur untuk menangsal perut setelah itu persilahkan Liuw Boe
Hwie untuk beristirahat.
Mrenanti siorang ttua itu sudah pqulas, Liem-Kianr Hoo
keluar dari ruangan dan berjalan bolak balik dengan
tenaganya dalam halaman.
Pedang Bunga Bwee Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Rembulan bersinar dengan terangnya memenuhi seluruh
jagat, bintang bertaburan diangkasa menambah keindahan
dimalam itu, angin malam berhembus sepoi sepoi membawa
bau harum bunga yang semerbak, suasana bening dan sunyi...
Liem Kian Hoo pun lantas mendongak dan bersenandung.
suaranya lantang dan penuh semangat sehingga kedengaran
amat mempesonakan hati.
Ketika sianak muda itu menyelesaikan senandungnya, tiba
dari balik kegelapan berkumandang suara pujian:
"Indah, bagus...".
Liem Kian Hoo tertawa dingin.
"Akhirnya ketahui juga tempat persembunyianmu !"
serunya. Ia segera enjotkan badan menubruk kearah mana
berasalnya suara itu, tampak dari balik kegelapan melayang
keluar sesosok bayangan manusia dimana laksana kilat orang
itu menyusup ke-dalam gedung.
Liem Kian Hoo tak mau lepas tangan begitu saja, ilmu
meringankan tubuhnya segera dikerahkan mengejar bayangan
tadi dengan kencang-nya.
Dibawah sorotan sinar rembulan nampaklah bayangan
manusia itu punya potongan badan yang ramping dan kecil
dengan memakai baju warna merah, tidak salah lagi orang itu
adalah seorang gadis.
Ilmu meringankan tubuhnya benar benar amat sempurna,
berada diatas atap ia lari dan loncat dengan lincahnya seakanakan
sedang berlarian diatas tanah lapang belaka, meskipun
sianak muda itu sudah salurkan segenap tenaganya bukan
saja berhasil menyusul bahkan jaraknya makin lama tertinggal
semakin jauh. Setelah melewati atap rumah yang panjang, mereka
berlarian disebuah tanah lapang disusul ma suk kedalam
hutan maka sulitlah baginya untuk menyusul dalam keadaan
buru-buru segera teriaknya:
"Eeei, kalau kau tidak berhenti juga, jangan salahkan kalau
aku hendak melepaskan senjata rahasia !".
Ancaman itu sama sekali tidak diguris oleh gadis tadi,
kakinya sama sekali tidak mengendor bahkan jauh lebih cepat
menyusup kedalam hutan itu.
Liem Kian Hoo semakin gelisah, ia merogoh kedalam saku
dan melemparkan benda yang sempat disautnya itu kearah
depan. Sambitan ini disertai tenaga yang amat dahsyat, tampak
serentetan cahaya meluncur kearah punggung orang itu
diiringi desiran angin tajam, dalam sekejap mata serangan
telah mengancam tiba. Bayangan manusia itu terdesak,
terpaksa ia berhenti sambil putar badan menyambut
datangnya ancaman.
Dalam pada itu Liem Kian Hoo telah menyusul sampai
dibelakang orang itu, tangannya langsung berkelebat
menyambar lengannya dan dicekal kencang-kencang.
Dibawah sorotan sinar rembulan, tampaklah olehnya bahwa
orang yang berhasil dicekal barusan bukan lain adalah seorang
gadis bahkan seorang gadis yang cantik sekali, wajahnya bulat
telur dengan sepasang biji mata yang jeli dan bening ketika itu
sedang mengawasi dirinya dengan sinar mata gusar.
Merah padam, selembar wajah Liem Kian Hoo buru-buru ia
lepaskan cekalannya dan berdiri dengan sikap kikuk, tak tahu
apa yang harus di ucapkan dalam keadaan seperti ini.
Terdengar gadis itu mendengus lalu tertawa dingin.
"Aku dengar orang berkata bahwa kau adalah seorang
kongcu paling ramah dan paling sopan dikota Wie-Yang, tak
disangka kau cuma seorang lelaki hidung belang yang rendah
perbuatannya." ia menyindir.
Liem Kian Hoo jadi malu sekali, seandainya disitu ada gua
tentu ia akan menerobos masuk ke dalam untuk bersembunyi.
Setengah harian lamanya ia berdiri termangu-mangu,
akhirnya sianak muda itupun berkata:
"Nona ! maaf, maaf, berhubung bgelisah maka cadyhe
telah melakaukan kesalahan,b ada satu hal ingin cahye
ucapkan keluar... mutiara tersebut.
Kiranya dalam keadaan cemas, Kian Hoo telah
menggunakan mutiara diatas hioloo Ci-liong Teng sebagai
senjata rahasia, Tampak gadis itu memandang sekejap kearah
mutiara dalam genggamannya, lalu tertawa dingin tiada
hentinya. "Kenapa dengan mutiara ini ?" serunya dingin. "Apakah kau
takut aku rampas mutiara ini kau pernah berkunjung
kerumahku, coba lihat saja bukankah barang yang ada disana
jauh lebih berharga daripada mutiaramu ini ?".
Seraya berkata sepasang telapaknya dirapatkan seolah-olah
hendak menghancur lumatkan mutiara tersebut.
Liem Kian Hoo jadi amat cemas, buru-buru teriaknya:
"Nona, jangan, jangan kau lakukan !".
"Kenapa tidak boleh " kau anggap aku tidak mampu
mengganti sebutir mutiara tersebut sebagai senjata rahasia
untuk menghajar diriku, apakah kau anggap benda ini aku
dapatkan karena mencuri ?".
"Cayhe sama sekali tidak bermaksud demikian tetapi kau
harus tahu bahwa mutiara ini ada lah barang keturunan
kami...". Mendengar ucapan itu sang gadispun lantai buka
telapaknya kembali sambil memperhatikan dengan seksama,
tampaklah cahaya mutiara itu tajam sekali bahkan berwarna
kehijau hijauan, gadis itu jadi percaya. Namun ketika
menyaksikan sikap Kian Hoo yang kikuk sambil tertawa ringan
segera ujarnya:
"Kalau benar benda ini adalah pusaka keturunanmu,
mengapa kau gunakan sebagai senjata rahasia ?".
Merah padam selembar wajah sianak muda itu.
"Cayhe belum pernah menggunakan senjata rahasia,
berhubung tadi dipaksa oleh keadaan dan takut nona keburu
masuk kedalam hutan maka aku gunakan benda ini untuk
mengejar dirimu, harap nona jangan marah dan suka
mengembalikan kepadaku".
"Mengapa kau kejar diriku " ".
Liem Kian Hoo tertegun, kemudian dengan rada sangsi
katanya: "Sambitan tusuk gigi dalam ruabng tengah sertad
meninggalkan saurat peringatanb didapur apakah hasil karya
nona ?". "Menurut dirimu ?".
"Cayhe rasa kecuali nona tak mungkin perbuatan itu adalah
hasil karya orang lain !".
Mendadak senyuman yang menghiasi bibir dara itu lenyap
tak berbekas, ia mendengus dingin.
"Kalau kau sudah tahu bahwa perbuatan itu adalah hasil
karyaku, mengapa kau tega bertindak keji kepadaku " apakah
aku pernah melakukan hal hal yang merugikan kalian ?".
Ucapan ini membuat Liem Kian Hoo merasa serba salah,
tapi berhubung kesalahan terletak pada dirinya, terpaksa
dengan suara lirih katanya:
"Terhadap perhatian serta cinta kasih nona terhadap kami,
cayhe merasa amat berterima-kasih !".
"Sungguh istimewa caramu menyatakan rasa terima kasih
kepadaku." seru dara itu kembali sambil tertawa dingin.
"Tanpa mengucapkan sepatah katapun melepaskan senjata
rahasia, bahkan serangan dilancarkan dengan kekuatan
dahsyat, seandainya kepandaianku rada cetek bukankah
punggungku sejak tadi sudah berlubang ditembusi senjata
rahasiamu ?".
Terpaksa Liem Kian Hoo tertawa jengah.
"Walaupun serangan yang cayhe lancarkan terlalu kasar,
namun aku percaya nona tidak bakal terluka " katanya.
"Sebab ditinjau dari gerakan tubuh nona yang amat sebat,
hal ini menunjukkan kalau ilmu silat yang nona miliki luar
biasa sekali.".
Dara itu tertawa dingin.
"Hmm, pandai benar kau mengucapkan kata-kata yang
manis." serunya. "Aku ingin bertanya kepadamu, sewaktu kau
hendak melepaskan mutiara itu, apakah kau sempat
memikirkan persoalan-persoalan itu ?"
Sianak muda itu jadi tertegun, bicara sejujurnya sesaat
melepaskan senjata rahasia tersebut ia memang tidak sempat
memikirkan soal itu, yang terpikirkan olehnya ketika itu
hanyalah bagaimana caranya untuk menghalangi pihak lawan
masuk kedalam hutan.
Menyaksikan siarnak muda itu titdak sanggup menqjawab
pertanyaarnnya, gadis ini marah sekali, ujarnya dengan nada
dingin. "Terhadap kalian aku sudah bersikap sungkan, siapa
sangka sebagai balasan kau bersikap begini kasar kepadaku,
hmmm, hitung-hitung sepasang mataku telah salah melihat
orang. Cisss, kau masih bisa-bisanya minta kembali mutiara itu
dari tanganku !"
Liem Kian Hoo semakin kikuk sampai-sampai tak sanggup
bicara, gadis itu semakin tak mau kendorkan sindirannya, ia
berkata kembali:
"Mutiara ini aku dapatkan dengan andalkan kepandaianku
kalau kau ingin mendapatkannya kembali, tiada halangan
kaupun merampas dengan andalkan kepandaianmu pula !".
Liem Kian Hoo malu sekali, merah padam wajahnya seraya
menjura dalam dalam kearah gadis itu katanya:
"Nona pernah melepaskan budi pertolongan kepada
guruku, bagaimanapun juga cayhe tidak berani menyalahi diri
nona, seandainya nona tidak ingin mengembalikan mutiara itu,
cayhepun tidak berani memaksa, hanya tolong nona suka
menjawab secara jujur, apakah nona telah menggabung kan
diri dengan Tiga Belas Sahabat ?".
"Apa sangkut pautnya urusan ini dengan di rimu ?"
"Sebagian besar orang yang ikut serta dalam, perserikatan
Tiga Belas sahabat merupakan manusia-manusia rendah dari
Kangouw, seandainya nona turut serta dalam perserikatan itu
cayhe nasehati diri nona lebih baik cepat-cepat mengundurkan
diri, sebab cayhe sudah bersumpah tidak akan berdiri
berdampingan dengan Tiga Belas Sahabat, kemungkinan
besar dikemudian hari aku akan membalas budi nona dengan
perbuatan diluar dugaan !"
"Aku sih tidak termasuk diantara Tiga Belas Sahabat, cuma
aku punya sedikit hubungan dengan, mereka."
"Kalau begitu bagus sekali, diantara Tiga-Belas Sahabat tak
seorangpun termasuk manusia budiman, seandainya nona
memang tidak tergabung dengan mereka, hal ini merupakan
suatu keberuntungan yang sangat besar, anggap, saja mutiara
itu sebagai hadiahku kepada diri nona suka menyanggupi satu
permintaanku ! ".
"Apa permintaanmu itu ?".
"Meskipun mutiara ini adalah mustika keturunanku, namun
mempunyai hubungan yang sang at erat dengan Hioloo CiLiong Teng, hioloo pusaka itu telah berhasil dirampas oleh
Kauw Heng Hu dengan akalnya, namun sebelum memperoleh
mutiara ini ia tak akan berhasil mendapatkan ranasia ilmu silat
yang tertera diatas dinding hioloo tadi, maka dari itu cayhe
hanya berharap agar mutiara ini jangan sampai terjatuh
ketangan Kauw-Heng Hu daripada memberi sayap bagi
harimau ganas dan menerbitkan banyak bencana di kemudian
hari". Selesai berkata ia menjura dalam-dalam kemudian putar
badan dan berlalu, hal ini membuat gadis itu jadi tertegun.
Baru puluhan tombak si anak muda itu berlalu mendadak
dari arah belakang berkumandang datang jeritan kaget, buruburu
ia berpaling, tampaklah di sisi dara itu telah bertambah
dengan seorang perempuan berbaju hitam, tangannya
mencengkeram diatas urat nadi dara itu dengan maksud
merampas mutiara dalam genggamannya sedangkan gadis itu
sedang meronta dengan sekuat tenaga.
Menyaksikan kejadian itu. Liem Kian Hoo jadi sangat
terperanjat buru-buru ia maju menghampiri sambil
membentak keras:
"Siapa kau " apa maksud tujuanmu " ayoh cepat lepaskan
cengkeramanmu."
Perempuan berbaju hitam itu berpaling dan memandang
sekejap kearahnya dengan pandangan dingin, lalu
mendengus. "Keparat cilik, ayoh enyah dari sini, lebih baik jangan
mencampuri urusan orang lain !".
Perempuan berbaju hitam itu berusia kurang lebih tiga
puluh tahunan, paras mukanya agak mirip dengan dara
tersebut, hanya diantara alisnya terselip kerutan yang
menunjukkan kebengisan jiwanya.
Dalam pada dara manis tadi telah terjatuh, ketangan
perempuan itu, namun ia bersikeras mem pertahankan dirj,
mutiara tersebut dicekal erat-erat dan bagaimanapun juga tak
mau lepas tangan meskipun ia tak tahu apa hubungan mereka
berdua, namun sianak muda ini tidak ingin menyaksikan
mutiaranya terjatuh ketangan orang lain, segera tubuhnya
maju kedepan dan membabat tubuh perempuan berbaju
hitam itu. Gerak gerik perempuan berbaju bhitam itu gesitd sekali,
kakinyaa sedikit bergebser tahu-tahu ia sudah berkelit
bersama-sama dara itu, laksana kilat pula tangannya balas
melancarkan sebuah totokan kearah iga Liem Kian Hoo.
Angin serangan belum mengenai tubuhnya namun desiran
angin tajam yang menyambar lewat sudah terasa amat
memusuk badan, buru-buru si anak muda itu berkelit
kesamping, tanpa terasa sepasang tangannya pun perlihatkan
jurus " Giok-Sak-Ci Hun " yang ampuh itu.
Agaknya siperempuan berbaju hitam itu tahu kelihayannya,
buru-buru ia tarik tubuh dara manis itu untuk dilintangkan
didepan badannya.
Dara itu memandang sekejap kearah Kian-Hoo, sinar
matanya penuh diliputi kemurungan, hal ini membuat sianak
muda itu tidak tega dan gagal melancarkan serangan, sebab
apabila ia melepaskan pukulan juga niscaya gadis itu akan
terluka lebih dahulu.
Terdengar perempuan berbaju hitam itu tertawa dingin
kembali, kepada gadis itu bentaknya:
"Bwce Cie ! kalau kau tidak mau lepas tangan, jangan
salahkan kalau aku tidak akan bertindak sungkan lagi
kepadamu !.."
Gadis itu menggertak gigi bungkam dalam seribu bahasa.
Pedang Bunga Bwee Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Melihat gadis itu tidak memberikan reaksi-nya, perempuan
berbaju hitam itu jadi sangat marah, telapaknya langsung
membabat kearah pergelangannya keras-keras, jelas ia ada
maksud menghancurkan tangan itu.
Liem Kian Hoo jadi sangat kaget, buru-buru ia maju
kedepan siap menangkis datangnya babatan tersebut.
Siapa sangka gadis itu tiba-tiba gertak gigi sambil membalik
telapaknya melancarkan sebuah serangan menghantam Liem
Kian Hoo yang sedang maju menjongsong, angin pukulan
yang keras itu seketika memaksa tubuh sang anak muda
tergetar mundur beberapa langkah kebelakang.
"Braaaaaak.... !" pada saat yang bersamaan telapak
siperempuan berbaju hitam itupun sudah bersarang telak
diatas pergelangannya.
Liem Kian Hoo sangat terperanjat ia tidak habis mengerti
apa sebabnya gadis itu menghalangi niatnya untuk membantu,
bahkan rela membiarkan pergelangannya terhajar.
Siapa sangka kejadian ternyatab berlangsung didluar
dugaan, baacokan perempuanb berbaju hitam itu bukan saja
tidak melukai tubuh gadis itu, sebaliknya ia malah berhasil
meloloskan diri dari cengkeramannya bahkan perempuan
berbaju itu malah mundur kebelakang sambil memegang
telapak sendiri, agaknya ia menderita luka parah pada
telapaknya itu.
"Bibi ! " ujar gadis itu dengan wajah adem..."
"Sejak ayah meninggal dunia, keluarga Ong kita tinggal dua
orang perempuan belaka, selama ini aku selalu anggap dirimu
sebagai seorang angkatan yang lebih tua dan mendengarkan
semua perkataanmu bahkan terhadap perbuatanmu yang
bersahabat dan bersekongkel dengan manusia jahatpun aku
paksakan diri untuk tidak ikut campur selama ini aku selalu
mengalah kepadamu, hal ini bukan berarti aku jeri
kepadamu.".
Perempuan berbaju hitam itu melengak beberapa saat
lamanya, kemudian baru berseru dengan penuh kebencian:
"Lonte cilik, ! tidak aneh kalau beberapa saat belakangan
ini kau tidak sehormat dan sepatuh seperti tempo dulu,
kiranya secara diam-diam kau telah mempelajari ilmu
memindahkan jalan darah dari keluarga Ong kita. Hmm !
setan tua itu pandai benar membohongi diriku, katanya kitab
pusaka tersebut telah dibakar habis oleh ibumu, kiranya
secara diam diam ia telah wariskan kepandaian tersebut
kepadamu.".
"Kitab pusaka tersebut benar-benar telah dibakar oleh
ibuku, Ayahpun tidak berhasil mendapatkan keseluruhan, ia
cuma mewariskan garis besarnya belaka.".
"Sekalipun cuma garis besarnyapun sudah cukup, aku
adalah adik kandungannya namun ia tidak ambil perduli, sejak
ibumu dibawa pulang kerumah, ia tak pernah anggap aku
sebagai saudara kandungnya, Hmm, sampai matipun ia masih
tinggalkan serangkaian ilmu silat agar angkatan yang lebih
rendah dapat menganiaya diriku.".
"Omong kosong ! " bentak gadis itu gusar.
"Ayah selalu menperhatikan dirimu, ia selalu menyayangi
dirimu, kecuali ilmu silat, belum pernah ia tidak turuti
kemauanmu ".
"Hmmm ! semuanya itu cuma palsu belaka ia ada maksud
mengangkangi ilmu silat keturunan keluarga Ong kita, ia tidak
bermaksud untuk wariskan kepandaian itu kepadaku, dan ia
ada maksud serakah r!".
"Ayah sama tsekali tiada maqksud serakah darn ingin
monpoli ilmu silat tersebut bagi dirinya sendiri, ia sudah
merasakan akan watak keji dan telengasmu, ia takut setelah
kau berilmu silat lihay lantas memakai kepandaian untuk
mencelakai orang, maka sebelum ajalnya beliau ajarkan
sebagian dari ilmu silat tersebut harus kuwariskan kepadamu
!". "Tahun dulu aku sudah menikah, kenapa kau masih
rahasiakan kepandaian tersebut ?" teriak perempuan berbaju
hitam itu dengan nada gusar.
"Harus aku lihat dahulu kau kawin dengan siapa, hmmm !
manusia macam itupun pantas jadi suamimu" teriak gadis itu
pula dengan nada gusar.
"Sejak bangsat itu tiba dirumah belum pernah ia lakukan
perbuatan baik, apalagi beberapa waktu belakangan ia sudah
membawa datang sekelompok kaum gembong iblis serta
sampah masyarakat kerumah kita. Sebuah keluarga yang baik
telah ia jadikan tidak karuan."
"Kurangajar, kau berani mencampuri urusanku...".
"Bibi ! inilah terakhir kalinya aku sebut dirimu dengan
sebutan tersebut, tadi kau telah putuskan hubungan kita
dengan babatan telapakmu, dus berarti hubungan kitapun
habis sampai disini seandainya kau berani melakukan
perbuatan jahat lagi, jangan salahkan kalau aku hendak
memusuhi dirimu !".
Dengan penuh kegemasan perempuan berbaju hitam itu
melirik sekejap kearahnya lalu melirik pula kearah mutiara
tersebut dengan sinar mata ke semsem.
"Lonte cilik ! dewasa ini anggap saja kau lebih lihay, namun
kalau kau ingin musuhi diriku masih terlalu pagi untuk
dibicarakan Kauw Heng Hu terus menerus ingin dapatkan
rahasia dalam hioloo Ci-Liong~Teng, seandainya mutiara itu
ma sih ada ditanganmu, cepat atau lambat kau bakal
merasakan kelihayannya !".
Selesai bicara ia jejak kakinya dan lenyap dibalik hutan.
Dari pembicaraan kedua orang itu Liem Kian Hoo pun dapat
meraba hubungan antara kedua terang itu, namun ia tidak
ingin menyela pembicaraan mereka berdua, menanti
siperempuan berbaju hitam itu sudah berlalu ia baru berjalan
menghampiri Ong Bwee Chi sidara manis itu.
Dalam pada Ong Bwee Chi sedang mengucurkan air mata,
melihat ia maju mendekat segera serunya: "Nih, ku
kembalikan mustikaku !".
Liem Kian Hoo melengak, namun segera ujarnya sambil
tertawa: "Nona Ong ! aku datang tidak dengan maksud minta
kembali mutiara itu !...".
"Aku tahu, tapi benda ini punya sangkut pa ut yang amat
besar dengan situasi dunia persilatan, aku tidak ingin mewakili
dirimu menanggung resiko ini lagi !"
Setelah mendengar perkataan ini, mau tak mau Liem Kien
Hoo terpaksa harus menerima kembali mutiara itu, setelah
menyimpan benda itu kedalam sakunya ia berkata dengan
penuh rasa menyesal:
"Demi mutiara ini, memaksa nona harus bentrok dengan
bibi sendiri, cayhe merasa sangat menyesal dengan kejadian
ini.". Tiba-tiba Ong Bwee Chi menyeka air mata dan tertawa.
"Soal ini tak bisa menyalahkan dirimu" katanya, " kesemua
ini akulah yang tidak benar, Sebenarnya kalau mengikuti
pesan ayahku, setelah aku bersalah melatih kepandaian
tersebut maka aku diwajibkan membinasakan dirinya dengan
cara apapun, namun aku tidak tega turun tangan, maka
timbullah banyak kesulitan bagi diriku sendiri !".
Ucapan ini sangat mengejutkan Liem Kian Hoo, sebelum ia
sempat bertanya, sambil tertawa getir Ong Bwee Chi telah
berkata kembali:
"Kau tentu punya firasat bahwa ayahku adalah seorang
yang kejam dan telengas bukan, sehingga saudara kandung
sendiripun hendak dibunuh.".
"Sebelum cayhe mengerti duduknya perkara, tidak berani
aku mengambil segala macam perbandingan bagi ayahmu !".
"Aaaaai ! padahal dalam soal ini tak dapat salahkan ayah,
sejak semula ia sudah ada maksud berbuat demikian namun
selama itu pula ia harus korbankan jiwa sendiri, maka sewaktu
tugas ini ia serahkan kepadaku, wajahnya menunjukkan
perasaan sedih yang tiada taranya...".
"Dapatkah nona jelaskan duduknya perkara yang
sebenarnya ?" seru Liem Kian Hoo dengan hati kaget dan
tercengang. "Aaaai . . . . ! kalau dibicarakan kejadian ini merupakan
peristiwa jelek dari keluarga Ong kami, mendiang ayahku
bernama Ong Beng Siang, walaupun sejak kecil belajar silat
namun selalu memegang teguh peraturan nenek moyang
kami, belum pernah beliau tampil didalam dunia persilatan
maka namanya tidak dikenal oleh siapapun.".
"Ditinjau dari kepandaian yang nona miliki, ayahmu pasti
seorang jago yang maha sakti tukas sianak muda itu tak
tahan. "Seandainya ia suka berkelana dalam dunia persilatan,
tidak sulit untuk angkat nama jadi seorang pendekar yang
tersohor !".
"Sudahlah, jangan kau berkata demikian, jusrtu karena hal
inilah mengakibatkan orang tuaku mengalami celaka...
baiklah, akan kuceritakan peristiwa ini sejak kakekku
meninggal maka tinggallah ayahku serta seorang adik
perempuan yang berusia sangat muda, dia bukan lain adalah
Bibi Giok Yong yang barusan kau jumpai, karena ayahku tak
ada saudara lain maka terhadap adik perempuannya ini ia
selalu manja dan sayang luar biasa, sejak kecil ia sudah diberi
dasar ilmu silat yang kokoh, namun bibi Giok Yong tidak
sependapat dengan cara ayahku mengasingkan diri, ketika
berusia lima belas tahun diam-diam ia sudah ngeloyor pergi
dan berbuat sewenang-wenang ditempat luaran dengan
andalkan kepandaian keluarga sehingga ia dikenal orang
sebagai Hek-Swie Sian atau bunga Swie-Sian hitam !".
" Aaaah, kiranya Hek Swie-Sian adalah dirinya, aku dengar
perbuatannya keji sekali, ia pernah membinasakan banyak
jago sakti, dan malang melintang selama lima enam tahun
dalam dunia persilatan, bahkan namanya sejajar dengan si
bunga mawar putih, kemudian entah apa sebab namanya
lenyap dari dunia persilatan".
Ong Bwee Chi mengangguk.
" Aku sendiripun tidak tahu duduk perkara yang
sebenarnya, aku cuma tahu kalau ditempat luaran ia telah
bertemu dengan seorang lawan tangguh dimana ia dipaksa
untuk menyembunyikan diri, setelah pulang kerumah ia ribut
dan recoki ayahku untuk memberi pelajaran ilmu silat yang
lebih dalam, ayah tidak tega menolak permintaannya lagipula
tidak ingin ia terjun kembali kedalam dunia persilatan, maka
sengaja ia beri pelayaran beberapa ilmu silat yang sukar
dilatih dan mengurungnya dirumah, pada waktu itu ibuku
belum lama kawin dengan ayah, diam-diam ibu dapat melihat
kekejian diatas raut wajahnya, dikemudian hari ia pasti akan
banyak melakukan kejahatan, maka demi kebaikannya diamdiam
ia kasi peringatan kepada ayahku agar jangan wariskan
ilmu pemindahan jalan darah yang paling lihay kepadanya."
"Entah bagaimana kemudian, ternyata rahasia ini diketahui
olehnya, ia jadi amat membenci ibuku, sering kali ia ada
maksud mencelakai ibuku, namun ibupun seorang perempuan
yang cerdik setiap kali ia berhasil meloloskan diri dengan
selamat. "Tetapi ketika ibuku sedang melahirkan, ambil kesempatan
selagi beliau masih lemah itulah ia sudah totok jalan darah
ibuku sehingga urat nadi dalam tubuhnya pecah dan binasa !".
"Sungguh keji perbuatannya !" seru Liem Kian Hoo dengan
hati terperanjat.
"Siapa bilang tidak " setelah peristiwa itu ayahpun baru
tahu sebab sebab kematian ibuku, tetapi ia tak sanggup
menemukan bukti lapipula tidak ingin putus hubungan dengan
dirinya, maka rahasia itu selalu disimpan dalam hati.
Sejak bibi Giok Yong berhasil membinasakan ibu, kembali ia
recoki ayah untuk wariskan iimu pemindahan urat nadi
kepadanya, sebab asal kepandaian ini berhasil ia dapatkan
maka tenaga dalamnya akan mendapat kemajuan pesat
bahkan ia tidak akan takut diserang musuh.
Namun ayahku almarhum sudah menaruh perasaan waswas
kepadanya, lagi pula sejak kematian ibu, ayah memahami
benar-benar bahwa bibit bencana yang mengakibatkan
peristiwa tragis itu bukan lain adalah kitap pusaka ilmu silat itu
maka kitap tadi lantas dibakar habis.
"Dengan alasan inilah ayah selalu menampik
permintaannya, namun berhubung kepandaian itu dalam
sekali artinya, ayahpun hanya paham empat lima bagian
belaka, Melihat tiada harapan baginya untuk mewariskan apa
yang diketahui, kembali ayahku menampik permintaaanya,
kejadian ini membuat ia semakin mendendam ayah, dan
akhirnya digunakanlah semacam obat racun yang sangat lihay
dimana racun itu dicampurkan kedalam buah-buahan untuk
mencelakahi ayah...".
"Aaaaah ! kalau begitu buah anggur yang ada diruang tamu
kalianpun mengadung racun keji itu ?" Seru Kian Hoo
terkesiap. "Tidak salah ! ketika ayahku keracunan, waktu itu aku baru
berusia sepuluh tahun dan belum tahu urusan, ayah takut
akupun mengalami nasib yang sama maka dengan menahan
siksaan badan beliau menyusup kedalam istana Kaisar untuk
mencuri kayu Boe-Kouw-Bok dan diam diam serahkan
kepadaku dan menitahkan aku hapalkan diluar kepala.
Kemudian berpesan pula kepadaku seandainya ia masih
melakukan kejahatan, maka aku tak usah mengingat
hubungan keluarga lagi, segera basmi dia dari muka bumi
agar tidak sampai mencelakai banyak orang lagi.".
"Aaaaai...! kalau begitu, bibimu memang punya alasan
yang kuat untuk dibunuh, lalu apa sebabnya nona tidak mau
turun tangan juga terhadap dirinya ?".
"Sejak ia mencelakai ayahku sampai mati, agaknya liangsim
nya mengalami pukulan besar, sejak itu waktu ia selalu
tinggal dirumah dan bersikap ramah sekali kepadaku, diwaktu
senggang ia wariskan ilmu silat kepadaku, meskipun dalam
hati aku masih ingat selalu akan dendam sakit hati orang
tuaku, namun menjumpai sikapnya aku jadi ragu-ragu untuk
turun tangan, oleh sebab itulah sembari diam-diam
mempelajari ilmu silat yang diwariskan ayah kepadaku,
akupun belajar silat darinya, ia tidak tahu kalau aku punya
kepandaian lain. tiada hentinya selalu memuji akan kemajuan
pesat yang kuperoleh, demikianlah tujuh delapan tahun pun
segera lewat tanpa terasa, sampai tahun berselang tiba-tiba ia
tidak betah berdiam dirumah lagi dan pergi keluar seorang diri
!" "Tadi aku dengar kau mengatakan bahwa ia sudah kawin,
entah ia kawin dengan siapa ?"
Pedang Bunga Bwee Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kawin dengan seorang bajingan terkutuk, seorang srigala
hidung bangor !..." sahut Ong Bwee Chi dengan wajah penuh
kegusaran. Menyaksikan air mukanya tidak cerah, Liem Kian Hoo tidak
berani menukas, terdengar gadis itu menghela napas panjang
dan menyambung kembali kata-katanya:
"Kepergiannya kali ini tidak terlalu lama, akupun tidak
dengar keonaran yang ia terbikan, namun ia pulang dengan
membawa seorang pria itu sih bersih dan gagah, ilmu silatnya
tidak lemah namun watak serta tingkah lakunya terlalu jelek,
setiap kali bertemu dengan aku tentu mengucapkan kata-kata
cabul yang tengik, saking gusarnya beberapa kali aku
bergebrak melawan dirinya, namun berhubung aku tak berani
mengeluarkan kepandaian ajaran ayah maka aku selalu bukan
tandingannya, setiap kali terjadi pertarungan bibi Giok Yong
lah selalu yang melerai bahkan memperingatkan dirinya
dengan kata kata pedas."
"Sejak ditegur dia baru berhenti menggoda diriku, kurang
lebih dua bulan berselang tiba tiba ia kembali dari tempat
luaran dengan membawa banyak teman dan katanya hendak
mendirikan perserikatan Tiga Belas Sahabat, berhubung masih
kekurangan beberapa orang maka ia tarik bibi Giok Yong
untuk ikut serta, bibi langsung menyanggupi maka merekapun
lantas gunakan rumahku sebagai markas besar, sejak hari itu
Badai Laut Selatan 16 Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong Duri Bunga Ju 5
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama