Ceritasilat Novel Online

Pendekar Cengeng 4

Pendekar Cengeng Karya Kho Ping Hoo Bagian 4


Ternyata dari balik pohon itu meloncat keluar seorang gadis remaja yang cantik molek, agaknya sukarlah dipercaya bahwa gadis ini yang tadi melepas jarum menolongnya. Gadis itu usianya paling banyak delapan belas tahun, wajahnya berkulit halus dengan sepasang pipi kemerahan matanya bersinar sinar penuh semangat dan mulutnya yang kecil tersenyum senyum serta dari pandangan mata dan mulut ini terbayang sifat jenaka dan riang juga nakal penuh ketabahan.
Kecantikannya itu tersendiri, seperti kecantikan setangkai bunga liar di dalam hutan. Sedikitpun tidak ada tanda tanda bekas alat rias pada mukanya yang cantik, kehalusan kulit mukanya warna putih kuning, warna merah di pipi dan terutama di bibirnya semua adalah warna warna yang wajar, membuktikan kebersihan dan kesehatan tubuhnya.
Rambutnya hitam sekali juga amat lebat dan panjang sehingga rambut yang digulung semuanya itu menjadi mahkota hitam yang besar di atas 225
kepala, kalau terurai, agaknya rambut yang halus itu ujungnya akan mencapai paha.
Dengan lebat rambutnya sampai anak rambutnya merumbai di dahi dan tengkuk, juga anak rambnt yang tumbuh subur di pelipis menjuntai serta menjungat ujungnya di pipi, hampir menyentuh hidung menimbulkan kejelitaan yang lucu pada wajah ttu.
Matanya seperti sepasang bintang pagi yang cemerlang, bersih dan bening sekali, sinarnya tajam namun selalu berseri gembira serta nakal, bentuk tubuhnya padat ramping, lincah gesit gerakannya dan pakaiaanya sederhana pula seperti cara ia berhias. Terbuat dari sutera warna hijau puput dengan warna sabuk berwarna emas, sepatunya dari kulit berwarna hitam Gadis ini melangkah keluar dari balik pohon sambil tersenyum senyum tangan kiri bertolak pinggang, tangan kanan memegang sebatang rumput yang ujung tangkainya ia gigit gigit dengan giginya, sehingga tampak giginya yang berderet putih dan rapih, matanya mengerling dan melihat bergantian kepada delapan orang itu yang kini semua melihatnya dengan pandang mata merah.
"Tung hai Pat ong kalian ini, ya" Wah betul betul gagah perkasa, delapan orang raja menghadapi seorang pelayan yang tidak tahu apa apa ! Sejak tadi pagi aku sudah curiga dan membayangi kalian, kukira kalian ini akan merampok dusun ini, kiranya malah lebih hina daripada perampok sebab ternyata kalian bukan 226
lain adalah tikus tikus kuburan yang tak tahu malu !"
Makian "tikus kuburan" adalah makian yang paling menghina, karena yang dimaksudkan dengan tikus kuburan adalah pencuri pencuri yang suka membongkar kuburan untuk mengambil benda berharga yang menempel pada tubuh mayat.
Dan diantara maling maling, tikus kuburan inilah maling yang paling rendah serta dianggap hina dan rendah oleh kanm sesat sendiri sebab merendahkan "derajat" bangsa maling!
"Bocah bermulut lancang !" bentak si mata merah yang kini telah biasa lagi. Tangan kanannya tidak sakit lagi dan hatinya lega sebab ini berarti bahwa jarum itu tidak beracun. "Engkau tidak mengenal betul siapa kami maka berani main gila.
Apakah kau sudah bosan hidup" Hayo lekas katakan siapa kau dan siapa gurumu, mengapa kau berani mencampuri urusan kami!"
Gadis itu melirik serta senyumnya makin melebar. Cantik jelita seperti bidadari, belum pernah Yu Lee bertemu dengan gadis secantik ini.
Entah mengapa, segala gerak gerik gadis ini menarik hatinya, membuat jantungnya berdebar debar serta membuat ia seperti berubah menjadi sebuah arca, tidak mampu bergerak atau bersuara, hanya memandang dengan mata terbelalak kagum.
"Hemmmm, kalian ini delapan anak kecil berani menyombongkan diri terhadap nyonya besarmu.
Sungguh menjemukan! Siapa tidak mengenal kalian bangsat bangsat kecil ini" Kalian adalah bajak bajak di laut Tung hai, sombong sombongan 227
memakai julukan Delapan Raja, padahal tidak becus apa apa Belasan tahun yang lalu kalian membajak sebuah kapal, hendak merampas harta dan menghina puteri puteri pembesar Kwan di kapal itu, kemudian kalian dihajar habis habisan sampai terkencing kencing dan terkentut kentut oleh mendiang Yu Kiam sian Si Dewa Pedang. Huh, kalian seperti delapan ekor anjing ketakuan melingkarkan buntut dan lari bersembunyi Setelah kini Yu Kiam sian sekarang menjadi gundukan tanah pura pura mau gagah gagahan mau bongkar kuburan. Mencari gigi emas" Atau bekas sepatu"
Tak tahu malu!"
Yu Lee makin terbelalak. Bagaimana nona yang maih muda sekali ini tahu akan peristiwa itu" Dia sendiri yaug menjadi cucu Si Dewa Pedang tidak tahu dan tidak mendengar dari kakeknya atau ayahnya! Dan sikap gadis ini benar benar terlalu berani dan betapapun juga amat jenaka dan lucu Masa gadis berusia kurang dari dua puluh tahun bersikap seolah olah delapan orang yang empat puluh tahun lebih umurnya seperti anak anak saja"
Kalau Yu Lee terheran heran dan kagum adalah Tung hai Pat ong itu yang menjadi kaget sekali, kaget, malu malu dan marah bercampur aduk menjadi satu, namun rasa kaget dan heran lebih besar sehingga si mata merah bertanya, "Budak cilik! Siapa kau?"
Dara kecil itu kembali bertolak pinggang, kini dengan kedua tangannya sepuluh jari jari yang kecil panjang itu seolah olah dapat melingkari 228
pinggangnya, begitu ramping pinggangnya, kemudian dengan gerakan lucu jenaka nona ini menuding hidungnya sendiri, hidung yang kecil dan mancung "Kau mau tahu siapa nonamu ini"
Buka telinga lebar lebar unjuk mendengar, buka mata baik baik untuk melihat, akan tetapi teguhkan hati agar kalian tidak akan roboh pingsan kareaa kaget dan mati ketakutan. Di depan kalian inilah pendekar wanita muda yang mewarisi ilmu kesaktian dari Kun lun pai. Akulah yang berjuluk Sian li Eng cu (Si Bayangan Bidadari). Setelah kalian berhadapan dengan Sian li Eng cu, tidak lekas berlutut" Hayo berlutut dan minta ampun, paykwi sampai tiga belas kali, baru Sian li Eng cu memberi ampun dan hanya minta sebuah saja daripada daun telinga kalian masing masing satu, kalau tidak kepala kelinci yang akan putus leher nya !"
Yu Lee hampir tak dapat menahan ketawa bukan main nona ini ucapannya itu hebat dan sombong, akan tetapi lucunya, sikapnya sama sekali tidak membayangkan kesombongan bahkan mata dan mulutnya itu membayangkan kenakalan, jelas tampak oleh Yu Lee bahwa ucapannya yang keluar dari mulut nona itu adalah ucapan yang disengaja, bukan untuk menyombong melainkan untuk mempermainkan delapan orang bajak itu.
Yu Lee makin tertarik dan ingin melihat sampai di mana keahlian nona ini, apakah ilmu silatnya selihai mulutnya" Melihat cara nona ini tadi menyambitkan jarum, ia tidak perlu mengkhawatirkan keselamatannya tetapi karena delapan orang ini adalah orang orang kasar yang 229
kejam, diam diam ia bersiap melindungi nona yang menarik hatinya itu.
Delapan orang itu tentu saja menjadi marah sekali. Mereka belum pernah mendengar nama julukan Sian li Eng cu pendekar wanita tokoh Kun lun pai. Tentu saja memandang rendah. Nona yang masih begitu muda mana mungkin memiliki kepandaian lihai" Diantara delapan orang itu, terdapat seorang yang mata kirinya buta.
Dia inilah amat terkenal mata keranjang serta dahulunya ia pernah mengganas, secara keji menculik dan memperkosa banyak sekali wanita, asal wanita muda dan cantik, tak perduli wanita itu isteri orang, ia tak mau berhenti kalau belum dapat menculiknya, mata kirinya juga menjadi buta karena kesukaannya mempermainkan isteri orang karena dahulu ia pernah tertangkap basah, dikeroyok orang sedusun, biarpun ia berhasil melarikan diri mengandalkan kepandaiaanya, namun mata kirinya tertusuk pedang dan menjadi buta sebelah.
Namun mata yang tinggal sebelah itu tidak mengurangi sifatnya yang buruk, bahkan ia menjadi makin gila karena merasa sakit hati melihat betapa wanita wanita merasa jijik kepadanya karena matanya.
Ia makin mengganas dan baru ia bersama tujuh orang saudara tidak berani mengganas lagi dan terpaksa menyembunyikan diri setelah muncul Si Dewa Pedang Yu Tiang Sin yang melabrak mereka di atas perahu pembesar.
230 Kini melihat dara remaja yang cantik jelita dan mengaku berjuluk Bayangan Bidadari ini, seketika kambuh penyakitnya dan mantanya yang tinggal sebelah itu berkedip kedip serta bersinar penuh nafsu. Ia sudah meloncat maju dan berkata kepada si mata merah, "Twako, serahkan anak ayam ini kepadaku!"
"Memang dia lebih pantas untukmu.
Terkamlah!" kata si mata merah menyeringai dan mundur, ia masih memandang rendah gadis itu serta merasa yakin bahwa adiknya yang telah ahli menghadapi wanita itu bisa menundukkan gadis ini.
Si mata satu maju sampai dekat di depan gadis itu, Sian li Eng cu, dara remaja yang cantik dan jenaka itu menggerak gerakkan cuping hidungnya yang mancung, lalu berkata, "Ihhh, bau busuk!
Kau ini si mata buta, keringatmu bau bangkai, tanda bahwa sebentar lagi engkau akan menjadi bangkai !"
Si mata satu menyeringai, memperlihatkan deretan gigi yang besar besar dan berwarna kuning di balik bibir membiru, "Heh heh, nona muda yang manis! Mau kulihat apa yang kau akan lakukan dan katakan kalau engkau sudah berada di dalam pelukanku, heh heh!" Belum habis ucapannya, tiba tiba si mata satu ini sudah menubruk maju, gerakannya cepat sekali, kedua lengannya dikembangkan, sepuluh jari tangannya juga terbuka dan dengan gerakan gesit ia merangkul leher dan pinggang.
231 Sesungguhnya gerakannya itu adalah jurus ilmu silat yang bernama Go houw po touw (Macan Lapar Menubruk Kelinci) semacam jurus serangan dengan pukulan bertubi tubi dari kedua tangan, akan tetapi oleh si mata satu ini dirobah menjadi tubrukan buat menerkam tubuh gadis yang menggairahkan itu.
"Menjijikkan!" Dara ita berseru marah dan ia hanya menggeser kaki miringkan tubuh saja, gerakan ini cukup membuat si mata satu menubruk tempat kosong.
Dan sebelnm si mata satu dapat memperbaiki posisi tubuhnya yang terhuyung ke depan, secara tiba tiba saja tubuh dara itu berkelebat, meloncat ke atas serta dengan gerakan indah sekali kaki nys telah menendang dari atas, ujung sepatunya membuat gerakan menotok yang tepat sekali mengenai jalan darah di tengkuk si mata satu.
"Klokkk!"
Tubuh orang yang gerakannya gesit dan ringan sekali itu sudah melayang turun kembali ke atas tanah dan berdiri sambil bertolak pinggang. Celaka adalah si mata satu. Tiba tiba saja ia meringis lalu" menangis. Tak dapat menahan lagi ia, air matanya bercucuran, dan matanya yang masih baik, sedangkan matanya yang sudah rusak hanya bergerak gerak, demikian mengguguk ia menangis sampai hidungnyapun mengeluarkan air!
Pemandangan ini aneh dan lucu sekali akan letapi Yu Lee yang tahu diam diam menjadi kagum.
Gadis itu ternyata memiliki ginkang yang mengagumkan dan tingkat kepandaiannya agaknya 232
tidak di sebelah bawah tingkat kepandaian dua orang murid perempuan Tho tee koog Liong Losu!
Akan tetapi gadis ini memiliki ginkang tinggi dan sifat ugal ugalan, nakal sekali dan suka mempermainkan orang! Buktinya menghadapi si mata satu yang tentu akan mudah ia robohkan itu tadi ia bersusah payah meloncat hanya untuk dapat menotok jalan darah di tengkuk yang mengakibatkan si mata satu itu menangis di luar kehendaknya, dan itupan ia lakukan dengan meloncat karena agaknya gadis itu tidak sudi melakukan totokan dengan tangan melainkan dengan ujung sepatu! Kiranya dalam detlk terakhir tadi ketika golok menyambar, dara itu meloncat ke depan lalu membalikkan tubuh, tangannya bergerak melepas sebatang jarum yang dengan tepat menancap mata kanan lawan bahkan terus masuk dalam sekali, kakinya menendang ke arah pergelangan tangan sehingga golok lawan terpental.
Gadis itu berdiri sambil bertolak pinggang tersenyum mengejek kepada si mata satu yang kini mengaduh aduh dan merintih rintih dan cepat ditolong oleh saudara saudaranya. Akan tetapi jarum itu menancap terlalu dalam, tidak tampak lagi dan sukarlah menolong nyawa orang itu karena jarum menyelinap memasuki otak dalam kepala.
"Perempuan jahanam, kau harus mengganti nyawa!" bentak si mata merah ketika melihat saudaranya itu berkelojotan seperti ayam disembelih. Tujuh orang itu kini sudah merebahkan tubuh si mata satu ke atas tanah 233
masing masing mencabut golok dan pedang dan mengurung gadis yang masih tersenyum senyum.
"Ahaa, baru sekarang kalian tidak memandang rendah dan hendak maju mengeroyokku" Bagus, bagus, baik begitu agar aku tidak perlu membuang banyak waktu. Majulah bersama dan matilah bersama. Dunia akan menjadi lebih bersih dan lebih tenteram kalau kalian mampus!"
Yu Lee kembali memandang penuh perhatian.
Boleh jadi tingkat kepandaian tujuh otaag itu lebih rendah akan tetapi kalau mereka maju mengeroyok dan kalau gadis itu masih bersikap sembrono seperti tadi, ada bahayanya juga. Maka kini ia lalu duduk di atas tanah, dekat gundukan tanah kuburan keluarganya, menonton dan tangannya mempermainkan tanah tanah kering. Ia melihat betapa tujuh orang laki laki kasar itu mengurung si gadis, senjata mereka berkilauan saking tajamnya.
Gadis itu masih berdiri enak enak di tengah, senyumnya mengejek, matanya mengerling ke kanan ke kiri mengikuti gerakan mereka, tangan kiri mendekati saku baju di mana tersimpan jarum jarumnya, tangan kanan meraba pedang yang tergantung di pinggang. Cantik jelita dan gagah perkasa tampaknya, dan hati Yu Lee makin terpikat dan kagum. Banyak sudah ia bertemu dengan wanita wanita cantik jelita, bahkan pernah dirayu seorang wanita cantik sekali seperti Dewi Suling, pernah pula melihat dua orang dara jelita, murid Tho tee kong Liong Losu, yaog selain gagah perkasa juga muda remaja dan cantik jelita, 234
bahkan melihat mereka dalam keadaan telanjang bulat ketika menolong mereka.
Namun, belum pernah ia merasa hatinya terbetot seperti saat ini oleh gadis yang lincah jenaka dan ugal ugalan yang mengaku berjuluk Sian li Eng cu itu.
Si mata merah berseru keras dan ini merupakan aba aba agaknya bagi saudara saudara nya karena serentak mereka bertujuh itu maju menerjang dengan senjata mereka mengeroyok gadis itu, kembali Yu Lee kagum dalam hati nya.
Gadis itu benar benar memiliki ginkang yang hebat. Tubuhnya yang ramping itu bergerak cepat sekali, melebihi daripada kecepatan gerakan senjata lawan berkelebatan ke kanan kiri, seolah olah gerakan seekor burung walet, menyelinap diantara sambaran senjata, mengelak ke kanan kiri, menyepak pergelangan tangan lawan dan di lain saat tangan kanannya indah memegang sebatang pedang yang berkilauan putih dan ternyata pedangnya itu adalah pedang perak seperti juga jarum jarum nya. Pedang itu putih mulus dan bersih sehingga waktu dimainkan, berubahlah menjadi gundukan sinar putih menyilaukan mata.
Yu Lee menyaksikan ilmu pedang Kun lun kiam hoat yang amat indah dan cepat. Ia mengenal ilmu pedang ini dan diam diam ia harus mengakui bahwa gadis ini tehh mendapat latihan serta didikan seorang tokoh Kun lun pai yang pandai.
Gerakannya indah seperti orang menari, cepat seperti kilat menyambar. Hatinya kembali lega 235
sebab jangankan baru dikeroyok tujuh orang itu, biar ditambah tujuh orang lagi, ia tidak perlu mengkhawatirkan keadaan gadis itu.
Betul saja dugaannya, terdengar suara berkerontangan serta teriakan mengaduh ketika gadis itu memutar pedang dan membalas serangan. Kemana saja pedangnya berkelebat, pasti senjata lain terpental terta darah muncrat.
Juga tangan kirinya bergerak dan sinar sinar putih jarumnya meluncur ke sana sini. Teriakan mengaduh makin riuh disusul robohnya tujuh orang itu yang mengaduh aduh.
Pedang di tangan gadis itu lalu berkelebat menyambar ke arah delapan orang yang sudah roboh. Yu Lee kaget sekali dan mencela di dalam haranya ketika melihat betapa pedang itu telah menyambar serta dalam sekejap mata telah membuntungi delapan buah telinga para bajak itu!
"Masih tidak lekas pergi dari sini" Menanti Sian li Eng cu memenggal leher kalian ?" Gadis itu mengancam sambil memutar mutar pedangnya.
Walaupun pedang itu telah membuntungi delapan buah daun telinga serta melukai pundak, lengan dan paha, tetapi sedikit pun tidak terkena darah !
Keadaan delapan orang itu amat menyedihkan.
Semua terluka serta si mata satu tadi masih berkelojotan dalam sekarat. Tiga orang lagi menderita luka berat dan juga berkelojotan.
Empat orang yang juga lerluka, masih bisa bergerak. Mereka ini sambil merintih rintih lalu membantu saudara saudaranya yang tak bisa berjalan sendiri, masing masing memondong 236
seorang kawan kemudian tanpa pamit mereka pergi dari tempat itu setelah memungut delapan buah daun telinga yang buntung. Karena mereka itu takut kalau kalau si nona ganas mengejar, empat orang itu menahan sakit serta terus lari sehingga dalam waktu cepat mereka sudah tidak tampak lagi.
"Kau ganas sekali, nona"!"
Gadis yang baru saja memasukkan pedang nya ambil tersenyum puas itu membalikkan tubuhnya melihat kepada Yu Lee yang masih duduk dengan mata terbelalak, mulutnya lalu cemberut serta pipinya merah. Telunjuk kirinya menuding ke arah Yu Lee ketika ia memaki dengan kata kata ketus
"Engkau ini bekas pelayan macam apa" Tadi bersikap seperti seorang pelayan setia, sekarang ada orang membela nama baik dari kuburan keluarga majikanmu malah kau mencela! Hayo jawab apa itu pringas pringis kaya monyet"
Kenapa kau sebut aku ganas?"
Yu Lee menjadi merah mukanya, merah sampai ke telinganya. Baru sekali inilah ia dimaki maki oleh seorang gadis, akan tetapi tidak menimbulkan marah di hatinya, hanya menimbulkan rasa malu.
Akan tetapi, di lubuk hatinya ia memang tidak puas melihat keganasan gadis itu, maka ia menjawab.
"Aku.... aku merasa ngeri melihat kau membuntungi daun telinga mereka tadi. Setelah mereka kalah, apakah masih perlu dibuntungi daun telinga mereka?"
237 "Huhh, kau bujang tahu apa" Baru dibuntungi daun telinganya mereka itu masih untung besar!
Coba kalau bertemu pendekar lain, umpamanya Pendekar Cengeng, tentu mereka itu bukan hanya daun telinganya yang buntung, melainkan lehernya!"
Yu Lee terbelalak saking herannya, mendengar disebutnya nama Pendekar Cengeng. Karena nama itu adalah dia sendiri.
"Pendekar Cengeng?" Kenalkah nona kepadanya?"
Gadis itu menggeleng kepala serta bibir nya diliarkan menghina. Perlu apa mengenal seorang suka menangis" Biar dia seorang pendekar, kalau cengeng sungguh tidak patut. Tetapi aku memang mencari dia! Eh, kau ini pelayan keluarga Yu, tentu tahu dia. Bukankah Pendekar Cengeng yang suka membantu orang yang tertindas itu cucu mendiang Yu locianpwe (orang tua gagah she Yu) satu satunya keluarga yang terbebas daripada maut ketika Hek sisuw Kui bo membasmi keluarga Yu locianpwe?"
Yu Lee makin heran. Gadis ini, semuda itu sudah banyak pengetahuannya, bahkan tahu pula akan keluarganya. Ia mengangguk, "Memang betul nona. Akan tetapi mengapa nona mencari, Yu kongcu (tuan muda Yu)?"
"Bocah cengeng itu sombong sekali, malang melintang di dunia kang ouw tidak memandang mata kepada orang lain, aku hendak mencarinya dan manantangnya bertanding !"
238 "Kenapa" Apa kesalahannya?"
"Ihh kau ini cerewet benar! Dan tidak tahu terima kasih, tahukah kau bahwa kalau tidak ada aku tadi, kau sudah mampus di tangannya Tung hai Pak ong. Dan kuburan majkanmu ini sudah dibongkar, tulangnya dihancurkan" Dan kau sepatah katapun tidak pernah berterima kasih kepadaku !"
Yu Lee cepat cepat bangkit lalu menjura ke arah gadis itu.
"Ah, maafkan ako nona. Aku menghaturkan banyak terima kasih atas pertolonganmu tadi sehingga sampai detik ini, aku masih hidup dan kuburan ini tidak dibongkar orang."
"Cih! Beginikah sopan santan seorang bekas pelayan, keluarga Yu" Hemm Yu locianpwe masih hidup dan melihat sikapmu ini, tentu kau akan digampar dan nantinya dipecat dengan tidak hormat tanpa mendapat pesangon!'
Yu Lee teringat bahwa kini sedang bermain sebagai pelayan, maka antuk menyesuaikan diri ia berlutut, mengangguk angguk dan minta maaf serta menghaturkan terima kasih. Heran sekali dia.
Biarpun ini hanya merupakan permainan sandiwara baginya, namua hatinya merasa tulus iklas biarpun ia harus berlutut seperti itu!
"Nah, begitu baru tahu peraturan dan sopan santun namanya. Eh, pelayan, kau ketahuilah bahwa antara majikanmu yang tua Yu locianpwe dan kakekku terdapat persahabatan maka engkau harus menganggap aku sebagai seorang nona 239
majikan pula. Akupun menganggap kau sebagai pelayan keluargaku sendiri, maka aku tadi tidak ragu ragu untuk menolongmu. Dan sekarang, aku berbalik ingin minta pertolongan darimu."
"Tentu saja saya bersedia melakukan perintah nona, akan tetapi saya hanya seorang pelayan biasa, dapat menolong apakah?"
Gadis itu lalu duduk di atas sebuah batu di depan gundukan tanah kuburan. Sikapnya bebas duduknya juga bebas seperti seorang laki laki saja.
"Kau duduklah dan dengarkan aku !" Ia memandang wajah Yu Lee penuh perhatian kemudian ia mengerutkan alisnya yang kecil panjang dan hitam sekali. "Kau tentu masih kecil ketika keluarga Yo dibasmi musuhnya. Selama belasan tahun itu, kau menjadi apa dan berada di mana?"
Pertanyaan yang tiba tiba itu membuat Yu Lee gugup juga sehingga sejenak ia tidak mampu menjawab, hanya memandang wajah yang semakin lama makin cantik baginya itu
"Eh, kau memandang apa?" Bentak nona itu.
"Anu" eh, anu" memandang nona."
"Kau mau kurang ajar, ya ?"
"Eh, tidak sama sekali. Bagaimana saya berani"
Dan kalau tidak memandang kepada nona, bagaimana saya dapat diajak bicara?"
Gadis itu menggerak gerakkan alisnya, menimbang nimbang lalu tersenyum "Betul juga kau. Kukira tadi pandang matamu kurang ajar 240
seperti pandangan mata si mata satu tadi. Nah, kau belum menjawab pertanyaanku."
Semenjak itu, Yu Lee sudah dapat
menenangkan hatinya dan sudah dapat mencari akal untuk menjawab. "Selama ini saya menjadi petani di dusun, nona. Hari ini kebetulan hari ulang tahun kematian keluarga majikan saya, maka karena teringat akau budi mereka terhadap orang tua saya dan saya, maka saya datang untuk sekedar memberi hormat."
"Hemm, bagus. Kau mengenal budi. Apakah kau bisa membaca" Ataukah buta huruf?"
Pertanyaan aneh aneh, pikir Yu Lee yang mengangguk. "Sedikit sedikit saya bisa nona."
"Baik, aku tidak senang kalau kau buta huruf, akan menambah kebodohanmu dan tentu akan menjengkelkan saja. Kau bilang tadi bahwa kau tahu akan Pendekar Cengeng. Betulkah ?"
Yu Lee mengangguk.
"Dan akan mengenalnya kalau bertemu dengannya?"
Kembali Yu Lee mengangguk sambil menelan ludah. Ia tidak biasa membohong, maka ia pilih lebih baik tidak berkata apa apa. Kalau hanya membohong dengan kata mengangguk itu mudah.
"Bagus, mulai sekarang biarlah kau menjadi pelayanku. Kau bisu mengurus kuda, kan" Nah, baik, kau kuberi gaji secukupnya, makan dan pakaian akan kuberi jangan takut kekurangan.
Aku perlu bantuanmu mencari Pendekar Cengeng, 241
kalau sudah bertemu dengannya, kau berhenti menjadi pelayanku Bagaimaua, maukah kau membantu sebagai balasan pertolonganku tadi?"
Hebat! Bocah ini benar benar pintar sekali, banyak akalnya serta bisa mempengaruhi hati orang, pikir Yu Lee. Entah puteri siapa dia ini.
Heran dia mengapa ayah bunda anak ini membiarkannya terlepas seorang diri. Dia mirip seekor kuda betina liar yang sekali terlepas lalu menjadi binal dan ugal ugalan. Akan telapi seekor kuda betina yang hebat. Tak mungkin ia menolak, Menjadi pelayan pun jadilah asalkan bisa berdekatan dan dapat melihat sinar mata serta senyumnya setiap hari. Ah, aku sudah meajadi gila, pikir Yu Lee.
"Heee! Hayo jawab! Melamun apa lagi !" Tangan gadis itu menyambar dan". "plak!" pundaknya telah ditampar. Yu Lee marasa betapa tangan gadis itu mengandung tenaga ginkang, maka ia tahu gadis itu tidak hanya sembarang menegur, tetapi juga mengujinya. Mungkin gadis itu ragu ragu serta curiga, karena sebagai bekas pelayan keluarga jagoan, mungkin dia sendiripun mempelajari ilmu silat.
"Aduh ......! Nona, kenapa nona memukul saya?"" Yu Lee membuat gerakan wajar, terjengkang lalu roboh, serta mengaduh aduh memegangi pundaknya yang tertampar tadi.
Gadis itu tersenyum. Lega hatinya bahwa pelayan ini tidak mengerti ilmu silat. "Kalau lain kali kau tidak cepat menurut perintahku, baru akan kupukul betul betul. Tadi cuma tamparan 242
pelan saja. Nah lekas jawab, mau atau tidak engkau menjadi pelayan ku dan membantuku mencari Pendekar Cengeng!"
Yu Lee cemberut, "Masih mau akan tetapi nona jangan bersikap terlalu galak terhadap saya."
"Aku tidak biasa bersikap galak terhadap pelayan, akan tetapi aku belum pernah mempunyai pelayan setolol engkau ini. Eh, siapa namamu?"
Ditanya namanya, Yu Lee bingung. Ia tidak biasa membohong dan kalau saja nona ini tidak lagi mencari Pendekar Cengeng untuk diajak bertanding tentu ia pun mengakui terus terang bahwa dialah si Pendekar Cengeng. Akan tetapi untuk pergi begitu saja meninggalkan nona ini, tak mungkin dapat ia lakukan karena seluruh perasaan hatinya memaksa untuk selalu berdekatan dengan nona ini. Terpaksa ia harus mencari nama dan teringalah ia akan nama seorang pelayan cilik keluarganya yang dahulu juga ikut terbunuh, yaitu Aliok. Maka cepat berkata menjawab, "Nama saya Aliok, nona,"
"Hemm, itu nama singkatan, nama lengkap mu siap, Aliok?"
"Saya tidak tahu nona. Dahulu semua keluarga majikan saya menyebut saya. Aliok. Dian siapakah nama siocia ( nona)?"
Nona itu menggerakkan alisnya, matanya mengerling tajam bibirnya cemberut. Mati aku, pikir Yu Lee yang merasa seakan akan jantang nya tertusuk. Begitu cantik menariknya nona ini kalau sudah marah marah seperti itu.
243 "Eh, mau apa kau tanya tanya namaku segala?"
nona itu membentak.
Sambil memandang wajah nona itu penuh kagum Yu Lee menjawab, "Setelah menjadi pelayan nona, saya harus mengetahui nama nona.
Bagaimana kalau ada orang bertanya siapa nona.
Bagaimana kalau ada orang bertanya siapa nama nona majikan saya" Apakah saya harus menjawab tidak tahu ?"
"Hemm, kau betul juga Aliok. Namaku Siok Lan, she Liem. Akan tetapi aku lebih terkenal dengan Sian li Eng cu."
Liem Siok Lan ! Sebuah nama yang indah bagi Yu Lee serta sekaligus nama ini terukir di dalam hatinya. Dia tersenyum di dalam hati, nona ini begitu bangga akan nama julukannya, bangga akan ilmu silatnya sehingga menganggap seolah olah diri sendiri terpandai di dunia kang ouw.
Hemm, seorang bocah dengan kepala kosoag seperti ini dibiarkan saja berkelana seorang diri, sungguh berbahaya! Tidak mengenal tingginya langit dalamnya lautan. Perlu sekali dilindungi dan dijaga, kalau tidak tentu akan terjerumus dalam bahaya dalam waktu dekat.
"Kalau begitu marilah kita berangkat siocia."
"Kau ambilkan dalu kudaku, tadi kuikat di sebuah pohon di sana!" Siok Lan menunjuk ke selatan di mana terdapat segerombolan pohon dan Yu Lee berjalan ke arah yang ditunjuk melaksanakan perintah. Dari belakangnya, Siok Lan memandang. Memang hebat keluarga Yu, pikirnya, seorang bujang saja begini tampan dan 244
bagus gerak geriknya, dengan bentuk tubuh yang jantan. Sayang ia bodoh, pikirnya lagi. Akan tetapi tentu saja bodoh, kalau pintar masa menjadi pelayan"
Lamunannya buyar ketika pelayannya itu datang, sambil menuntun kudanya. Dengan gerakan ringan dia melompat naik ke punggung kudanya, lalu berkata. "Hayo kita berangkat."
"Ke mana nona ?"
"Ke mana lagi kalau tidak mencari Pendekar Cengeng" Kau tahu dimana ia sekarang ini ?"
Aku harus mengarang cerita, pikir Yu Lee, agar dia percaya dan mereka dapat terus berkumpul dan melakukan perjalanan bersama, "Saya pernah bertema dengan Yu kongcu dan dia pernah bilang bahwa dia ingin merantau ke kota raja. Sebaiknya kita menyusul ke kota raja dan karena namanya sudah terkenal tentu kita dapat bertanya tanya sepanjang jalan!"
"Hemm benar juga pendapatmu itu. Akan tetapi kota raja amatlah jauh!"
"Nona menunggang kuda, tentu tidak akan lelah."
"Hemm marilah!" Nona itu tentu saja tidak menyatakan isi hatinya yang membuat nya meragu. Biarpun orang muda ini menjadi pelayannya namun keadaan orang muda ini terlalu tampan untuk menjadi pelayan ! Siapa tahu, jangan jangan orang orang di jalan mengira bahwa pemuda ini bukan pelayannya, tetapi sahabatnya atau lebih celaka lagi, sebagai suaminya atan 245
tunanganaya ! Inilah yang membuat ia tadi ragu raga karena kalau harus melakukan perjalanan ke kota raja yang jauh tentu makan waktu yang cakup lama.
"Eh, nona " " Jangan cepat cepat" nona, mana mungkin saya dapat menyusul larinya kuda?" Yu Lee berteriak teriak ketika nona ito mempercepat kudanya. Siok Lan menoleh dan menghela napas panjang. Wah, berabe juga mempunyai pelayan, pikirnya. Kalau dia harus melakukan perjalanan yang lambat hanya demi untuk mencegah pelayannya ketinggalan ini berarti dialah yang harus melayani si pelayan! Ah apa perlunya ini" Dan diapun hanya membutuhkan Aliok untuk mengenal dan mencari Pendekar Cengeng.
Dia sadah bertanya tanya dan orang orang kang oow sudah pula mendengar nama Pendekar Cengeng sebagai seorang pendekar muda yang bara muncul, akan tetapi tidak seorang pun tahu di mana adanya si pendekar itu, dan ia mendengar pula bahwa sukar untuk mengenal si pendekar muda karena pendekar itu tidak pernah menonjolkan diri bahkan lalu bersembunyi dari dunia kang ouw. Maka ia mengambil Aliok sebagai pelayan untuk membautunya, akan tetapi siapa duga bahwa risikonya malah berat.
Baru dalam perjalanan saja ia harus menjalankan kudanya perlahan lahan agar si pelayan tidak ketinggalan.
"Aku akan jalan dulu ke dusun depan. Biar kutunggu engkau di sana, kau jalanlah lebih cepat 246
!" teriaknya sambil menoleh lalu membalapkan kudanya ke depan.
Ia akan menjadi kesal setengah mati kalau harus menjalankan kudanya perlahan lahan, mengimbangi si pelayan yang berjalan kaki begitu lambat! Akan tetapi, sejam kemudian Siok Lan menghentikan kudanya termangu mangu di atas kuda. Ah, ia telah bersikap keterlaluan. Pelayan itu harus berjalan menyusulnya dan tentu saja tertinggal jauh. Entah mengapa, membayangkan wajah pelayan itu timbul rasa kasihan di hatinya, padahal kalau berhadapan ia ingin
memperlihatkan kekuasaan dan kegalakannya!
Biar kutunggu dia di sini, pikirnya dan iapun melompat turun dan duduk di bawah pohon yang teduh. Akan tetapi, alangkah herannya ketika ia menengok, ia melihat bayangan si pelayan itu melenggang!
Keheranan hati Siok Lan tidak melawan kekagetan Yu Lee, ketika di tikungan itu ia melihat si nona duduk menantinya ! Hal ini sama sekali tidak pernah disangkanya.
Ia mengira bahwa gadis itu benar benar meninggalkannya sampai ke dusun di depan, maka tadi karena tidak ingin tertinggal jauh dan ingin mengamat amati sang nona itu dari dekat, maka ia telah mempergunakan ilmu lari cepat mengejar.
Siapa kira gadis itu kini berhenti di situ dan menantinya! Sebab tidak menduga maka ia terlihat di tikungan dan sudah kepergok. Tetapi lalu ia mencari akal, ia berpura pura lari terhuyung huyung napasnya terengah engah serta begitu tiba 247
di depan nona itu, ia lalu menjatuhkan diri kelelahan.
"Waduh..... siocia" bisa putus napas ku kalau begini".." ia terengah engah.
"Aliok, kenapa kau berlari lari?"
"Habis, nona membalapkan kuda. Saya tidak mau tertinggal jauh. Namanya saja pelayan, tentu harus selalu mengiringkan majikannya. Masa harus melakukan perjalanan terpisah?"
"Salahmu sendiri !"
Yu Lee mengangkat sepasang alisnya yang hitam tebal, memandang heran. "Lhoh ! Salah aku sendiri bagaimana nona ?"
"Kau tidak seperti pelayan ........ eh, ku maksud" tidak patut menjadi pelayanku."
Yu Lee melirik ke arah pakaiannya. Pakaiannya memang sudah sederhana, cukup patut menjadi pelayan. "Mengapa tidak patut, nona" Memang saya pelayan."
"Tidak, engkau lebih pantas menjadi seorang perantau, malah.. hemm... kau membawa tongkat bambu, seperti pengemis muda!"
"Ahhh ini" Sesungguhnya saya.... amat takut terhadap anjing, nona. Apalagi anjing kelaparan dan anjing gila. Kabarnya orang bisa gila kalau terkena gigit anjing gila, bisa gila seperti anjing.
Mengerikan sekali, sebab itu saya bawa tongkat ini buat menjaga diri untuk mengusir kalau kalau ada anjing mau menggigit."
248 "Huh, setelah menjadi pelayanku, masa terhadap anjing saja takut" Memalukan majikan itu namanya merendahkan nama besar Sian li Eng cu!" Gadis itu cemberut, agaknya tidak puas mendengar betapa pelayannya ini amat penakut.
Yu Lee diam diam tersenyum.
"Kalau dekat dengan nona yang saya tahu amat lihai tentu saya tidak takut. Biarlah say? menuntun kuda nona jadi saya selalu dapat berdekatan serta tidak takut lagi digigit anjing, juga lebih patut kalau terlihat orang!"
"Akan tetapi perjalanan menjadi lambat sekali. "
Memang itu yang dikehendaki Yu Lee.
"Mengapa nona tergesa gesa" Bukankah kita mencari orang" Kalau tergesa gesa, siapa tahu orang itu justeru berada di tempat yang telah kita lewati?"
Siok Lan mengerutkan keningnya lalu bangkit berdiri. "Hemm, betul juga. Marilah kita berangkat lagi."
Girang hati Yu Lee. Sudah tiga kali nona itu membenarkan pendapatnya serta menurut.
Biarpun galak kelihatannya, tetapi sebetulnya nona ini punya pendirian yang adil, suka mendengar kata dan tidak membawa maunya sendiri. Sifat seperti ini adalah sifat yang baik sekali, sebab memperlihatkan watak yang bijaksana mau menurut kata kata orang lain biarpun orang itu cuma pelayan atau bujangnya.
Berangkatlah mereka. Siok Lan duduk di atas kudanya. Yu Lee berjalan di depan kuda, 249
menuntun kuda itu. Mula mula Siok Lan yang keisengan mengajaknya bercakap cakap bertanya soal keluarga Yu. Bahkan bertanya tentang nama Pendekar Cengeng.
"Kau tentu tahu, siapakah nama cucu Yu locianpwe yang kini menjadi Pendekar Cengeng itu, Aliok?"
Sambil tetap menuntun kuda tanpa menoleh agar nona itu tidak melihat perubahan pada wajannya. Yu Lee menjawab, "Yu kong cu itu namanya Lee. "
"Bagaimana dia dahulu bisa terbebas dari tangan Hek siauw Kui bo. Dan engkau sendiri bagaimana bisa bebas" Bukankah Hek siauw Kui bo membasmi seluruh keluarga itu berikut semua binatang peliharaan yang berada di situ?"
"Waktu itu, kebetulan sekali saya pulang ke kampung, nona. Dan ketika keesokan harinya saya kembali ke Ki bun mereka telah tewas semua, kecuali Yu kongcu yaag entah pergi ke mana tak seorangpun mengetahuinya. Saya sendiri juga tidak tahu serta tidak bisa menduga, lalu saya hidup sebagai petani di kampung dan setahun sekali saya mendatangi Ki bun buat bersembahyang di kuburan. Tahun lalu saya bertemu dengan Yu kongcu di kuburan".."
"Bagaimana dia" Betul betul lihaikah" Mana lebih lihai antara dia dan aku?"
"Bagaimana saya bisa tahu nona" Akan tetapi, melihat betapa nona tadi memukul delapan orang penjahat, pasti nona lebih lihai dari dia."
250 Girang hati Siok Lan mendengar ini, tersenyum senyum wajahnya berseri seri sehingga geli hati Yu Lee ketika menengok dan mengerling ke arah wajah yang manis itu.
"Nona yang amat lihai benar benar membuat saya heran. Seorang nona masih begini muda sudah memiliki kepandaian yang mengalahkan delapan orang kepala bajak, kalau tidak menyaksikan sendiri, mana bisa saya percaya"
Tentu nona ini murid seorang yang sakti seperti dewa dan yang kepandaiannya agaknya lebih tinggi dari pada mendiang Yu Kiam Sian sendiri !"
Pancingan Yu Lee ini berhasil baik sekail.
Dengan penuh semangat, tanpa ia sadari bahwa ia telah menceritakan riwayatnya kepada pelayannya, Siok Lan lalu berkata, "Guruku adalah kakekku sendiri yang bernama Liero Kwat Ek dan yang terkenal dengan julukan Thian te Sin kiam (Pedang Sakti Bumi Langit)."
"Wah, ssorang jago pedang seperti mendiang Yu Kiam sian!" seru Yu Lee diluar kesadarannya.
Untung ia masih ingat untuk menyebut Yu Tiang Sin dengan julukannya, kalau lupa menyebut kakek tentu akan terbuka rahasianya.
"Memang! Kakekku seorang jago pedang yang amat ternama sekali di Sensi. Kakekku di Sensi dan majikanmu di Ki bun seperti sepasang bintang di utara dan di selatan sama cemerlang dan kalau mau diadakan pertandingan sungguh susah dikatakan. Ditimbang sama beratnya, diukur sama besarnya! Akan tetapi di antara mereka tidak pernah terjadi permusuhan maka sukar diketahui 251
siapa yang lebih lihai. Bahkan mereka menjadi sahabat baik, sahabat seperjuangan menentang pemerintah penjajah Goan. Seiak kecil aku dilatih ayah sendiri yang bernama Liem Swie dan kini masih tinggal di Sensi akan tetapi selama lima tahun terakhir ini aku dilatih sendiri oleh kakekku yang menurunkan ilmu simpanannya kepadaku seorang."
"Wah, pantas saja nona begini lihai !"
Siok Lan semakin berseri wajahnya. Biarpun yang memujinya hanyalah seorang pelayan namun bukanlah sembarang pelayan, melainkan bekas pelayan Yu Kiam sian !
"Kalau tidak lihai, masa dunia kang ouw menyebutku Sian li Eng cu" Sebaliknya bekas majikanmu itu, biarpun menjadi pendekar, disebut Pendekar Cengeng" Uh memalukan sekali! Ingin kucoba sampai di mana sih kepandaiannya maka ia begitu sombong !"
Diam diam Yu Lee merasa penasaran sekali.
Nona iai sudah dua kali mengatakan bahwa Pendekar Cengeng sombong. Apa sih sombongnya dan mengapa" Bukankah menurut nona ini sendiri tadi bahwa terdapat persahabatan erat, bahkan sahabat seperjuangan antara pendekar Yu Kiam sian dan kakek nona ini" Meagapa nona ini mencari Pendekar Cengeng dan hendak menantangnya dengan sikap kelihatan marah dan membenci"
"Nona, maafkan pertanyaanku. Mengapa nona membenci Pendekar Cengeng" Apakah
kesalahannya terhadap nona, padahal diantara Yu 252
kongcu dan nona tidak pernah ada hubungan, bahkan tak pernah saling jumpa !"
"Apa" Engkau hendak berfihak kepadanya?"
"Wah" tidak sama sekali nona. Hanya ingin tahu belaka"."
"Hemm, kau pelayan tahu apa" Dia telah menghina keluargaku tidak mamandng sebelah mata. Ia sombong.
Yu Lee semkin terheran heran, akan tetapi tidak berani mendesak bertanya. Sementara itu Siok Lan juga sadar kini bahwa ia telah bicara terlalu banyak dengan pelayannya ini sehingga ia telah menuturkan keadaan dirinya. Hal ini menimbulkan kejengkelannya dan ia menghardik, "Kau cerewet benar sih! Hayo jalan lebih cepat. Perutku sudah lapat dan hari sudah hampir gelap, itu di depan ada dusun, kita berhenti dan makan di sana.
Sukur kalau ada, aku akan membeli seekor kuda untukmu agar perjalanan kita dapat lebih cepat lagi."
"Saya rasa tidak perlu membeli kuda, nona.
Bahkan kuda nona ini pun dalam waktu tiga hari lagi lebih baik dijual saja."
JILID VII SAKING kaget dan heran bercampur marah.
Siok Lan menghentikan kudanya dengan tiba tiba.
"Eh, kau bilang apa tadi?" Ia mengangkat cambuknya dan mengancam hendak memukul.
253 "Wah, wah, jangan pukul nona. Maksud saya baik, harap nona dengarkan dengan sabar. Kita menuju ke kota raja, bukan" Apakah nona pernah pergi ke kota raja, raja?"
Siok Lan yang masih marah, hanya
menggelengkan kepadanya. Makin jengkel dia karena pertanyaan itu malah membuktikan bahwa ia kurang pengalaman, belum pernah ke kota raja!
"Nah, kalau nona belum pernah ke sana, saya sudah pernah! Karena itu saja lebih mengetahui jalan. Sebab itu pula, tadi saya katakan dalam waktu tiga hari, terpaksa kuda nona ini narus dijual sebab dalam waktu tiga hati kita akan tiba di kota Kaifeng dan seterusnya dari situ kita berlayar naik perahu sepanjang Sungai Huang ho ke timur laut, terus sampai ke teluk Pohai. Dari sana barulah mendarat dan melanjutkan perjalanan melalui pesisir ke utara sampai ke kota raja.
Perjalanan ini selain lebih cepat, juga labih indah menarik dengan pemandangan pemandangan alam yang hebat sekali. Nona pasti akan senang melihat pemandangan pemandangan indah dari tamasya alam sepanjang sungai dan laut."
Bibir yang merah basah itu berjebi. "Hem aku bukan mau pesiar denganmu!"
Bukan pesiar, tetapi mencari Pendekar Cengeng dan perjalanan itu jauh lebih cepat serta tidak melelahkan. Hanya sayang". dan saya sendiri lebih senang melakukan perjalanan melalui darat yang melelahkan dan jauh karena perjalanan melalui Sungai Huang ho ini penuh bahaya maut!"
254 Kembali Siok Lan terkena pancingan Yu Lee yang cerdik serta mengetahui wataknya dengan baik,
"Bahaya apa ?"
"Pelayaran melalui Sungai Huang ho penuh dengan bahaya serbuan kaum bajak sungai, belum lagi para perampok serta penjahat. Apa lagi pada saat ini pemerintah sedang membangun terusan Sungai Huang ho sampai ke kota raja, maka kabarnya keadaan makin tidak aman. Laki laki muda yang lewat suka diculik oleh para serdadu dan dipaksa bekerja di terusan itu sampai mati.
Wanita wanita muda jaga diculik untuk para perwira pasukan yang menjaga pekerjaan terusan itu. Sebetulnya saya tidak berani melakukan perjalanan lewat di situ, hanya mengandalkan kelihaian pedang nona. Akan tetapi kalau nona juga merasa takut, lebih baik "."
"Apa?" Aku..... takut.......?" Jangan ngaco belo kau, ya" Kaulihat saja nanti, kubasmi semua penjahat yang menghalang di jalan. Barlah mereka tahu bahwa Sian li Eng cu tak boleh dibuat main main dan jalan menuju ke kota raja akan menjadi bersih daripada pangguan penjahat setelahaku lewat. Kita jalan melalui Sungai Huang ho !"
"Dan kuda ini akan dijual nanti di Kaifeng nona?"
Yu Lee menuntun kuda itu serta melanjutkan perjalanan menuju ke dusun yang sudah tampak di depan. Diam diam ia tersenyum.
255 Apa yang dikatakan Yu Lee kepada Siok Lan perihal penggalian terusan itu memang betul bukan sekedar cuma pancingan belaka agar si nona mau melanjutkan perjalanan melalui Sungai Huang ho. Pada waktu itu, Kaisar Kubilai Khan yang memerintah kerajaan Goan, melihat perlunya diadakan perhubungan yang baik sekali ke selatan demi lancarnya pengiriman barang terutama bahan makanan. Bahan makanan terutama beras terdapat banyak sekali di lembah Sungai Yang ce, maka untuk melancarkan pengangkutan bahan makanan ke kota raja, kaisar memerintahkan untuk menggali terusan dari Sungai Huang ho ke kota raja.
Terusan antara Yang ce dengan Huang ho memang sudah ada, yaitu peninggalan dari jaman kerajaan Sui dan Sung dahulu. Seperti juga keiika diadakan penggalian terusan di jaman Sui dan Sung itu kini kerajaan Goan, apalagi sebagai kerajaan penjajah, rakyatlah yang menjadi korban.
Buat pekerjaan menggali terusan sampai ke kota raja ini memerlukan banyak sekali tenaga manusia. Dan buat memenuhi kebutuhan ini para petugas serta pembesar, demi melaksanakan perintah kaisar melakukan paksaan kepada rakyat.
Laksaan rakyat dan ratusan ribu petani dipaksa meninggalkan sawah ladang serta keluarganya buat dipekerjakan dalam penggalian ini.
Mereka dipaksa bekerja melebihi kuda beratnya serta tidak mesdapat jaminan selayak nya sehingga banyak sekali diantara mereka meninggal dalam 256
kerja paksa itu. Kalau sudah mati dikubur sejadinya di tepi sungai.
Bagaimana dengan sawah ladang mereka di dusun" Ada yang "membereskannya", yaitu para tuan tanah yang menjadi raja raja kecil di setiap dusun. Bukan hanya sawah ladang yang dirampas, tetapi juga isteri muda yang cantik dan anak anak gadis remaja dirampas buat dipaksa menjadi selir oleh tuan tanah dan kaki tangannya. Anak lelaki otomatis menjadi buruh tani yang nasibnya tidak lebih dari pada budak belian.
Kebencian rakyat terhadap pemerintah penjajah dan "raja kecil" di dusun, kehidupan rakyat yang morat marit, dendam yang bertumpuk tumpuk, semua ini tentu saja menimbulkan akibat yang sangat tidak baik. Kekacauan, timbullah pemberontak pemberontak kecil kecilan dalam bentuk gerombolan gerombolan yang mengganggu keamanan.
Rakyat pula yang makin menderita. Di satu fihak takut kepada tangan tangan kejam pemerintah yang setiap saat siap untuk menciduk mereka untuk dijadikan pekerja paksa, di lain fihak takut kepada gerombolan gerombolan yang menjadi pengganggu siapa saja tanpa mengenal hukum.
Dan dalam keadaan jaman seperti itulah Yu Lee melakukan perjalanan bersama Siok Lan bahkan mendekati daerah "angker, daerah gawat karena pelayaran melalui Sungai Huang ho itu akan melewati terusan yang kini sedang dilanjutkan penggaliannya menuju ke utara, ke kota raja!
257 Dua hari kemudian, mereka telah tiba di luar kota Kaifeng, kota besar bekas kota raja yang amat ramai yang terletak di lembah Sungai Huang ho ini.
Yu Lee masih berjalan menuntun kuda, pakaian dan mukanya penuh debu dan keringat, sehingga kini ia agak patut menjadi pelayan Siok Lan duduk di atas pelana kudanya, melenggut dan mengantuk karena hawa amat panasnya di siang hari itu, apalagi musim kering membuat jalan berdebu.
Karena kudanya dituntun sehingga ia tidak perlu memperhatikan jalan lagi. Siok Lan menjadi mengantuk dan tidur ayam sambil duduk di atas punggung kuda


Pendekar Cengeng Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Nona yang mulia mohon sudi membantu !"
Siok Lan membuka matanya memandang ke depan. Ternyata di pinggir jalan itu berdiri seorang pengemis penuh tambalan, memegang tongkat yang dipakai bersandar dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya memegang sebuah mangkok retak.
Dari rambutnya yang panjang awut awutan sampai kakinya yang telanjang dan pakaiannya yang butut, jelas dia seorang pengemis biasa, akan tetapi anehnya, pengemis yang berpakaian butut itu memakai sabuk merah yang melibat pinggangnya. Dan sabuk merah ini dari sutera yang masih baru dan bersih
"Lopek, harap kau orang tua suka memaafkan kami, biarlah kali ini kami tidak memberi apa apa dan lain kali saja akan kami beri sumbangan kepadamu. Harap lopek ketahui bahwa nona majikanku ini sedang melakukan perjalanan jauh 258
sekali ke kota raja dan karenannya memerlukan biaya yang banyak." Demikian Yu Lee berkata dengan suara halus kepada kakek pengemis itu.
Siok Lan merasa sebal mengapa pelayannya bersikap begitu menghormat dan halus terhadap seorang pengemis! Akan tetapi sebelum ia sempat menegur, pengemis itu sudah membuka mulut nya lagi dan kali ini bernyanyi dengan suara parau, akan tetapi hanya perlahan seperti berbisik sehingga hanya mereka berdua saja yang mendengarnya :
Membanting tulang bekerja paksa anak bini di rumah menderita
tanpa makan tiada upah
mengharap nona memberi sedekah Siok Lan marah. Nona ini melihat betapa Aliok memandang dan betkedip seperti memberi isyarat atau mencegah kemarahannya akan tetapi ia tidak perduli, bahkan makin mendongkol karena Aliok tampaknya begitu takut terhadap jembel tua yang banyak lagu itu. Ia menudingkan telunjuknya ke arah muka pengemis sambil membentak.
"Sungguh engkau ini jembel tua yang tidak tahu malu! Jelas engkau seorang pemalas yang tidak mau bekerja, becusnya hanya minta minta saja, akan tetapi masih bicara tentang bekerja keras dan membanting tulang! Cih, tak tahu malu.
Masih mempunyai sabuk sutera merah yang tentu dapat kau tukar dengan nasi untuk dimakan tetapi ada muka untuk mengemis! Hayo pergi!"
259 Akan tetapi kakek itu tidak mau pergi, juga pada wajahnya yang berdebu tidak tampak perubahan, seolah olah kemarahan dan ucapan Siok Lan itu dianggapnya seperti tingkah seorang anak kecil saja. Malah ia menengadahkan mukanya ke atas dan bernyanyi lagi, kini suaranya yang parau terdengar lantang dan gagah, tidak berbisik seperti tadi.
Dengan sabuk merah di pinggang sampai mati kami berjuang
Siok Lan makin panas hatinya. Dengan gerakan kilat tubuhnya mencelat dari atas kudanya lalu berdiri di depan pengemis iiu
Sengaja ia memperlihatkan ginkangnya yang hebat dan kini ia berdiri sambil bertolak pinggang di depan kakek pengemis itu terus berkata.
"Rupanya engkau bukan jembel sembarangan, melainkan seorang anggauta kaigang (perkumpulan pengemis). Akan tetapi tidakkah engkau tahu siapakah aku ?"
Pengemis tua itu melihat tajam sejenak ke pada Siok Lan, lalu melirik ke arah Yu Lee kemudian berkata sambil merangkap kedua tangan di depan dada, "Maaf bahwa saya yang bodoh tidak mengenal nona. Akan tetapi saya cuma tahu sebuah hal yaitu bahwa tiada seorang gagah akan menolak buat membantu kami yang miskin. Harap nona tidak terkecuali dan suka membantu kami dengan sedekah."
"Aku tidak punya uang!"
260 "Uang tidak berapa perlu, kuda serta pedang nona itu cukuplah......."
"Jembel busuk! Kau buka mata serta telinga lebar.lebar! Aku adalah Sian li Eng cu, tahukah engkau" Aku adalah cucu dan juga murid Thian te Sin kiam mengertikah engkau ?"
"Maaf.. maaf.... tentu saja saya telah
mendengar nama besar Thian te Sin kiam yang amat kami hormati"."
"Nah, kalau sudah tahu, lekas minggir jangan menghalangi jalan dan membuat malu saja kepadaku!" Bentak Siok Lan memotong kata kata Yu Lee yang merendah serta membujuk pengemis itu.
Si pengemis menghela napas panjang, "Ahh andaikata kakekmu sendiri yang lewat, tentu beliau tidak akan menolak permintaanku dan memberikan seluruh harta benda yang dibawanya.
Percuma saja engkau mengaku murid dan cucu Thian te Sin kiam kalau begini pelit...."
"Apa kau bilang" Jembel busuk bermulut lancang! Kau sendiri yang tidak tahu malu! Mana di dunia ini ada orang mengemis secara paksa"
Kau ini pengemis atau perampok" " Siok Lan makin marah, sepasang pipinya sampai merah sekali dan matanya bercahaya seperti kilat.
"Sudah menjadi peraturan perkumpulan kami jika seorang budiman memberi sedekah secara sukarela dan tulus ikhlas, biarpun hanya sekepal beras dan sesuap nasi akan kami terima dengan rasa syukur serta berterima kasih. Sebaliknya, jika 261
berhadapan dengan orang pelit tidak berpribudi kami akan memilih sendiri sedekahnya. Maka saya sekarang memilih sendiri kuda serta pedang nona!"
"Ngaco belo ! Perkumpulanku itu apakah"
Berani mengeluarkan peraturan petaturan seenak parutnya sendiri!"
Pengemis itu tiba tiba lenyap sifatnya yang merendah, kini bardiri tegak lalu menunjuk sabuk sutera merahnya itu yang melilit di perut. "Kami adalah anggauta Ang kin kai pang (Perkumpulan Pengemis Sabuk Merah) dan peraturan peraturan yang di keluarkan pangcu (ketua) kami, biar kaisar sendiripun tidak boleh melanggarnya !"
Siok Lan merasa betapa ujung bajunya dibetot orang dari belakang. Ia menoleh dan melibat Aliok kembali berkedip kepadanya seperti orang memoeri isyarat, memang Yu Lee yang sudah mendengar tentang Ang kin kai pang dan tadipun sudah mengenal pengemis ini tidak menghendaki si nona bertengkar dan mengharapkan Siok Lan mengalah saja. Akan tetapi cegahan cegahanaya dengan kedipan mata itu dianggap oleh Siok Lan bahwa dia takut terhadap si pengemis, bahkan menambah kemarahan gadis itu.
"Boleh jadi kaisar akan takut menghadapi Ang kin kai pang, akan tetapi aku Sian li Eng cu tidak gentar menghadapinya! Aku tidak mau memberikan pedang dan kudaku kepadamu, dan hendak kulihat kau mau dan bisa apa!" Gadis itu berdiri tegak, kedua tangan bertolak pinggang, sikapnya gagah dan memandang rendah 262
Wah, berabe! Demikian pikir Yu Lee yang tahu bahwa pertandingan takkan bisa dielakkan lagi. Ia sudah mendengar perihal Ang kin kai pang yang merupakan sebuah perkumpulan pengemis terbesar dan berpengaruh di waktu itu. Ang kin kai pang merupakan perkumpulan tokoh tokoh berjiwa patriot yang mementang kekuasaan kerajaan Goan serta sudah banyak melakukan kekacauan kekacauan dan membunuhi pembesar pembesar Mongol.
Juga perkumpulan ini bergerak membantu para pekerja paksa, diam diam menjamin ransum kepada mereka, menyogok para petugas agar meringankan beban mereka, atau membunuh para petugas yang terlalu kejam. Mengumpulkan dana dana buat menanggung beban hidup para keluarga yang ditinggalkan suami atau ayah mereka dalam melakukan kerja paksa menggali terusan.
An kin kai pang selain besar juga dipimpin oleh orang orang yang berilmu tinggi! "Menurut kabar yang ia dapat, ketuanya adalah seorang tokoh kang ouw yang bernama Ang Kwi Han dan terkenal dengan sebutan Ang pangcu ( ketua Ang ) atau juga terkenal sebagai kai ong (raja pengemis). Ilmunya amat tinggi dan dalam urutan tingkat ilmu yang diatur rapi dalam perkumpulan, dia adalah seorang yang tingkatnya tertinggi. Yang tingkatnya nomor dua adalah pengemis pengemis yang membawa pedang beronce merah besar sebanyak dua buah, tingkat nomor tiga yang ronce di pedangnya ada tiga pula, tetapi kecil sedikit. Begitu seterusnya makin menurun tingkatnya, makin banyak 263
roncenya yang menghias gagang pedang akan tetapi makin kecil pula bentuknya.
Yu Lee tidak melihat pengemis yang menghadapi Siok Lan ini berpedang, maka ia tidak tahu pengemis ini termasuk tokoh tingkat berapa dalam Ang kin kai pang, tetapi melihat gerak geriknya membayangkan bahwa pengemis ini bukan orang sembarangan.
"Nona, perjalanan kita masih amat jauh, perlu apa mencari keributan di sini" Lebih baik berikan kuda ini kepadanya dan kita melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki. Betapapun juga kuda ini sesampainya di Kaifeng toh akan kita tinggalkan."'
"Diam kau! Jangan turut campur! Kalau jembel ini minta dengan baik baik, tentu aku tidak begini pelit. Akan tetapi dia punya peraturan, akupun punya peraturan. Kalau orang minta minta kepadaku dengan baik, akan kuberi hadiah sebanyaknya. Tapi kalau minta dengan paksa, jangankan kudaku, buntut kuda sehelaipun dia tidak boleh ambil !"
"Bagus! Jalan ke Kaifeng kelihatan dekat tetapi tidak mudah kau capai dengan sikapmu itu, nona.
Karena kau melanggar peraturan kami, maka kau baru boleh melanjutkan perjalananmu ke Kaifeng kalau kau sudah dapat mengalahkan aku si pengemis bodoh!" Setelah berkata demikian, pengemis itu menggerakkan tangan kanannya dan terdengar bunyi berdesing dan tercabutlah sebatang pedang dari dalam tongkatnya yang butut tadi. Kiranya tongkat itu merupakan sebuah 264
sarung pedang sehingga pedangnya sendiri tersembunyi. Kiranya gagang tongkat itu adalah gagang sebatang pedang yang berkilauan saking tajamnya dan tampak kini hiasan ronce merah sebanyak lima buah! Wah, pikir Yu Lee, kiranya adalah seorang tokoh Ang kin kai pang yang bertingkat lima.
Di samping kekhawatirannya karena Siok Lan mencari keributan dengan aggauta perkumpulan pengemis yang besar dan berpengaruh itu, juga di hati Yu Lee timbul keinginan menyaksikan kelihaian pengemis itu, juga ke lihaian "nona majikannya" dalam melawan.
Ia lalu menarik kuda diajak minggir, mengikatkan kendali kuda pada sebatang pohon kemudian dia sendiri berdiri untuk menonton pertandingan itu, siap siap untuk mencegah terjadinya pertumpahan darah yang membawa maut.
Sementara itu, melihat si pengemis mencabut sebatang pedang dari tongkatnya, Siok Lan makin marah.
"Singg"!" Tangannya mencabut pedang dan telunjuk kirinya menuding, "Sikeparat, maka tampaklah belangmu! Engkau berkedok pengemis padahal pada dasarnya memang seorang penjahat.
Perampok berpedang yang menyamar sebagai pengemis bertongkat! Hari ini bertemu Sian li Eng cu, berarti akan berakhir praktek kejahatan mu."
Setelah berkata demikian, tanpa menanti jawaban pengemis itu Siok Lan sudah menerjang maju dengan pedangnya. Gerakan nona ini 265
memang amat cekatan dan pedangnya yang menyambar itupun cepat laksana kilat, tahu tahu sudah meluncur ke arah dada pengemis tua itu.
"Bagus!" teriak si pengemis yang juga sudah menggerakkan pedang, menangkis dari kiri dengan ujung pedang digetarkan.
"Cringgg".!!" Pedang yang bertemu di udara itu mengeluarkan bunyi nyaring, terutama sekali pedang perak di tangan Siok Lan, sehingga menimbulkan nyeri pada telinga, Siok Lan terkejut karena ada getaran yang kuat menyelinap dari pedangnya memasuki lengan, membuat lengannya tergetar dan kesemutan.
Jelas bahwa hal ini membuktikan betapa kuat tenaga sinkang fihak lawannya. Namun ia tidak gentar dan mempercepat gerakannya, tahu tahu tubuhnya sudah menyambar lagi, pedangnya membabat kaki disusul tendangan kak kiri ke arah lambung lawan
"Aiihhh......!" Pengemis itu berseru kaget. Begitu cepatnya gerakan nona muda itu sehingga sukar diikuti pandangan mata. Tahu tahu ujung pedang gadis itu sudah dekat dengan kaki. Cepat ia meloncat ke atas dan ketika kaki Siok Lan menyambar lambung dengan tendangan kuat, membacok ke arah kaki gadis itu dari atas.
Siok Lan maklum akan bahayanya hal ini cepat ia menarik kembali kaki kirinya dan kembali pedangnya membabat dengan bacokan ke arah leher begitu tubuh lawan sudah turun kembali.
266 Hal ini dapat pula dielakkan oleh si pengemis yang berjongkok dan berbareng dari bawah menusukkan pedangnya ke arah perut Siok Lan.
Dara perkasa ini cepat menekuk siku menangkis tutukan lawan dengan pedang.
Kembali kedua pedang beradu menimbulkan suara nyaring. Selanjutnya dalam waktu singkat dua orang itu telah terlibat dalam pertandingan yang seru dan mati matian. Dua batang pedang itu lenyap bentuknya, berubah menjadi dua gulung sinar pedang. Akan tetapi biarpun kedua pedang itu sama sama menjadi sinar putih pedang perak di tangan Siok Lan lebih cemerlang sinarnya, merupakan gulungan sinar perak yang memanjang dan lincah menyambar ke sana sini sehingga gulungan sinar lawan terkurung, terdesak dan terhimpit.
Yu Lee yang berdiri menonton, setelah pertandingan lewat tiga puluh jurus, maklum bahwa ilmu pedang Siok Lan jauh lebih menang dalam hal pariasi dan gerak tipu, terutama sekali menang dalam kecepatan. Hal ini tak dapat ditutup oleh kemenangan pengemis itu dalam kekuatan sinkang dan ia tahu bahwa kalau dilanjutkan, tidak sampai sepuluh jurus lagi kakek pengemis itu tentu akan menjadi korban gin kiam yang berada di tangan nona ganas itu. Ia bingung dan hendak mencari akal untuk mencegah hal ini. Tiba tiba ia terkejut.
Kakek itu dengan tangan kirinya telah mengeluarkan mangkok bubur dari saku bajunya.
Saat itu Siok Lan sedang menerjang dengan 267
pedangnya ke tubuh bagian bawah si pengemis yang sudah terdesak. Peugemis itu hendak mengadu jiwa karena ia sama sekali tidak mengelak, sebaliknya membarengi dengan tutukan pula ke dada Siok Lan dan tangan kirinya yang memegang mangkok retak dihantamkan ke arah pelipis gadis itu! Gerakan pengemis itu jelas merupakan gerakan orang nekad yang hendak mengadu jiwa tidak memperdulikan sambaran pedang Siok Lan ke arah lambungnya itu.
Pedang gadis itu pasti akan memasuki lambungnya, akan tetapi kedua serangannya pun, salah satu dan agaknya mangkok itu, akan mengenai sasarannya pula.
Melihat ini, Yu Lee yang sudah memegang beberapa butir kerikil cepat mengayunkan tangan.
Sebuah kerikil mengenai pergelangan tangan Siok Lan yang memegang pedang, dan dua buah kerikil mengenai kedua pergelangan tangan pengemis itu!
Siok Lan berseru kaget, pedangnya menyeleweng dan cuma berhasil melukai paha si pengemis.
Sambaran kerikil ke arah kedua pergelangan tangan pengemis itu mengandung tenaga lebih kuat dan ....... pedang serta mangkok pengemis itu terlepas dari pegangan, mangkoknya pecah pecah dan pedangnya jatuh ke tanah. Siok Lan yang kaget sudah lompat mundur memegangi pedangnya, tangannya masih kesemutan karena sambaran kerikil tadi. Ia terheran heran dan terkejut, sama sekali tidak tahu bahwa yang membuat tangannya lumpuh adalah sebutir kerikil 268
yang dilemparkan Aliok, menyangka bahwa si pengemis itulah yang melakukan hal ini.
Di lain fihak, pengemis itu terguling dam jatuh berlutut. Paha kirinya terluka mengeluarkan darah. Yu Lee yang mau mencegah supaya Siok Lan tidak mererjang lagi lawannya yang sudah terluka itu cepat lari menghampiri pengemis itu dan sebelum Siok Lan dapat mencegah, ia sudah memegang pundak pengemis itu, berusaha membangunkan sambil berkata.
"Lopek, nona majikanku sedang melakukan perjalanan jauh, harap lopek sudahi saja pertengkaran ini?"
Pengemis itu berusaha bangkit, namun tak sanggup. Bahkan ketika ia mengerahkan tenaga untuk bergerak, sama sekali tubuhnya tak dapat digerakkan. Ia merasa betapa kedua tangan pelayan itu menindih pundaknya seperti dua buah gunung raksasa! Ia merasa penasaran sekali, mengumpulkan tenaga dari pusar lalu mengerahkan sinkang. Namun makin kagetlah ia dan terpaksa meringis kesakitan ketika tenaga sinkangnya itu sampai ke pundak bertemu dengan telapak tangan si pemuda pelayan, tenaganya itu membalik dengan cepat. Tentu ia akan celaka dan terluka kalau saja ia tidak cepat cepat membnyarkan tenaganya sendiri. Ia mengaadah dan memandang wajah pelayan itu. Terkejut ia melihat betapa sinar mata pemuda itu sangat tajam berpengaruh, sampai sampai ia bergidik.
Kemudian ia mengangguk anggukkan kepala, berkata lirih. "Sungguh tak tahu malu...... seperti 269
seekor tikus berani menantang naga".!" Pengemis iu lalu berdiri terus memungut pedang dan mangkoknya yang sudah pecah, memasukkan pedang ke dalam tongkat, kemudian pergi dari situ dengan kepala tunduk dan langkah terpincang pincang.
Siok Lan menyarungkan gin kiam dan mengangkat dada, menepuk nepuk debu yang mengotori bajunya. "Huh, tak tahu diri! Kalau tadi tadi mengaku tikus bertemu naga, tentu tak perlu aku mencabut pedang." Ia menggerutu lalu menghampiri kudanya.
"Untung kelihaian nona bermain pedang membuat dia kalah dan mundur." kata Yu Lee,
"Akan tetapi bagaimana, kalau kawan kawannya nanti datang" Tentu diantara kawan kawannya ada yang lebih lihai. Oleh karena itu, kuharap nona sukalah berlaku sabar dan tidak meladeni mereka. Di Kaifeng banyak sekali orang orang kai pang."
"Hemm.... kaukira aku tidak tahu" Biarpun aku belum pernah melakukan perjalanan ke kota raja seperti engkau, akan tetapi pengertianku tentang dunia kang ouw jauh lebih luas dari pada pengetahuanmu. Aku tahu akan Ang kin kai pang, tahu pula dari kakekku bahwa ketuanya bernama Ang Kwi Han yang berjuluk Kai ong dan memiliki ilmu pedang yang amat tinggi tingkatnya, kabarnya pernah Ang Kwi Han itu dengan pedangnya mengalahkan si iblis betina Hek siauw Kui bo!
Akan tetapi kalau orang tua she Ang itu tidak becus mendidik anak buahnya yang bersikap edan 270
edanan serta seperti perampok mengganggu orang lewat tampa pilih bulu, akupun tidak takut menghadapinya!"
Yu Lee menggerakkan pundaknya. Sukar mengatur serta mengatasi gadis ini! Kalau saja hatinya tidak begitu terikat oleh semacam kekuatan gaib yang membuatnya tidak berdaya, kalau saja hasratnya tidak begitu menyala nyala serta tertarik buat dia untuk tetap bisa selalu berdekatan, untuk setiap saat dapat memandang wajah itu, bertemu pandang dengan sinar mata yang begitu cemerlang, melihat mulut berkembang mengarah senyum seperti munculnya matahari pagi kalau saja ia tidak jatuh bangun dalam cinta asmara terhadap Siok Lan, tentu saat itu juga ia sudah pergi meninggalkannya!
"Saya tahu kelihaianmu, nona. Saya hanya mengharap agar tidak ada lagi perkelahian perkelahian itu. Melihat nona bertanding pedang, ihh" sungguh mengerikan sekali. Bagaimana kalau sampai nona terbacok atau tertusuk pedang lawan?"
"Tak mungkin !" jawab Siok Lan. Dia kalah dan terbacok" Rasanya tidak mnngkin hal itu bisa terjadi. Akan tetapi melihat sinar mata pelayannya yang penuh kekhawatiran, ia melanjutkan. "Kalau kena paling paling juga terluka dan paling hebat mati!"
Mendengar jawaban yang dikeluarkan secara tak acuh ini. Yu Lee menghela napas untuk menekan perasaannya yang tergoncang. "Kalau 271
hanya terluka, tentu saja dapat mengusahakan obatnya, akan tetapi kalau sampai mati."
"Habis kenapa" "
"Kalau nona mati... bagaimana saya dapat melakukan perjalanan bersama dan melanjutkan ke kota raja" " Siok Lan tertawa geli dan menutupi mulutnya, lalu meloncat naik ke punggung kudanya. "Aihh kau aneh sekali Aliok. Kalau aku mati, kau dapat melanjutkan perjalananmu seorang diri, atau mencari majikan baru. Mengapa susah susah?"
Gadis itu tidak tahu betapa jawabannya yang berkelakar ini seperti pisau menusuk jantung Yu Lee. Pemuda itu menyambar kendali di hidung kuda dan menuntun binatang itu. Kini ia berjalan di depan kuda membelakangi nona majikannya dan terdengar suaranya
"Mari kita berangkat siocia. Jangan sampai kemalaman di Kaifeng, sukar mencari tempat penginapan kalau sudah malam, penuh oleh tamu."
Hanya semalam mereka bermalam di Kai feng, kota yang besar dan ramai itu Siok Lan menyewa sebuah kamar, sedangkan Yu Lee yang kehabisan kamar bujang, yaitu kamar besar dimana para bujang dari tamu tamu tidur menjadi satu, terpaksa tidur di emper, di luar kamar Siok Lan di bawah jendela. Akan tetapi bagi Yu Lee hal ini amat menyenangkan hatinya, sebab biarpun tidur di atas lantai, ia berdekatan dengan "nona 272
majikan" yang makin lama makin menguasai cinta kasihnya itu.
Pada keesokan harinya Yu Lee berhasil menjualkan kuda nonanya, kemudian mereka pergi ke pangkalan perahu di Sungai Huang ho yang amat besar.
Karena perutnya merasa lapar, Siok Lan lalu mengajak Aliok untuk makan di sebuah restoran di pinggir sungai.
Hawa di siang hari itu amat panas, Siok Lan lalu mengajak Aliok duduk di kursi terdepan, di dekat pintu masuk restoran itu. Sambil duduk meaghadapi meja, mereka dengan mudah bisa melihat keramaian di luar restoran, dimana terlihat kesibukan para pedagang serta para nelayan, pengangkutan barang barang dari dan ke perahu perahu yang banyak terdapat di pangkalan itu.
Pagi hari tadi Yu Lee telah mencari perahu buat disewa melakukan pelayaran sampai ke teluk Pohai, akan tetapi tidak ada satupun tukang perahu yang mau menyewakan perahu nya buat pelayaran melalui jarak sejauh itu.
"Kami hanya melakukan pelayaran di sepanjang Huang ho dan sebelum tiba diterusan, kami sudah kembali lagi ke sini. Dalam waktu seperti sekarang ini, siapa berani menyeberangi terusan?" Demikian rata rata jawaban tukang perahu sehingga menjengkelkan hati Siok Lan dan akhirnya nona itu mengajak pelayannya untuk mengaso dan makan di restoran itu.
273 "Sialan!" Siok Lan mengomel. "Tukang tukang perahu pengecut dan penakut! Kalau tidak ada yang berani mengantar akan kubeli saja perahunya dan kita dayung sendiri!"
Yu Lee hanya tersenyum, kagum akan keberanian nona ini. Untuk menghibur hati nona itu, ia berkata, "Harap siocia jangan khawatir. Saya rasa dengan bayaran yang memadai ada juga nanti tukang perahu yang berani membawa kita ke sana."
"Sekarang lebih baik nona makan dulu, masakan apakah yang hendak dipesan, akan saya sampaikan kepada pelayan restoran."
"Hemm, apa sajalah! Asal enak, aku tidak tahu masakan apa yang paling enak di sini."
"Saya tahu nona. Di Kai feng ini bumbu masakannya rata rata agak manis, berbeda dengan di selatan. Akan tetapi, yang paling tersohor adalah masakan ikan kakap merah dimasak saus tomat.
Bukan main enaknya, gurih dan sedap. Maukah nona mencoba" "
Siok Lan tersenyum sedikit. Makin lama makin suka ia kepada pelayannya yang ternyata penurut, sopan dan pandai menggembirakan hati, juga agaknya pelayan ini tidak begitu bodofe tahu akan tempat tempat asing. Terhibur sedikit hatinya yang mendongkol sebab penolakan tukang tukang perahu tadi.
"Boleh, sesukamulah asal enak enak kataku tadi, jangan lupa arak yang baik, yang sedang kerasnya."
274 Setelah Yu Lee memberitahu pengurus restoran dan pengatur pesanan, tidak lama kemudian pelayan datang membawa baki besar terisi beberapa macam masakan daging dan sayur, sepiring besar ikan kakap merah yang semua digoreng kering dan dibumbui saus tomat yang kemerahan. Melihat saja sudah menimbulkan selara dan membuat orang menelan lir liur! Setelah lengkap dengan minumannya, Siok Lan memberi isyarat kepada Yu Lee dan makan minumlah mereka. Biarpun Yu Lee pada waktu itu dianggap sebagai seorang pelayan oleh Siok Lan namun gadis ini tidak terlalu memakai banyak peraturan serta selalu mengajak si pelayan makan bersama!
Kepolosan watak ini makin mengagumkan hati Yu Lee yang menganggap Siok Lan seorang gadis yang paling cantik, paling baik, paling menyenangkan dan paling menimbulkan kasih sayang di dunia ini.
Begitulah kalau seorang pria sudah bertekuk lutut dalam cinta asmara!
"Aliok hayo ambil dagingnya! Masa kau cuma makian sirip, buntut, kepala dan tulang tulang saja!"
Biarpun berkali kali Siok Lan mendesak dan Yu Lee mengangguk, namun tetap pemuda ini tidak mau mengambil daging yang paling gemuk dari ikan kakap di depan mereka. Hal ini bukan karena dia malu malu, bukan pula sebab terlalu sayangnya kepada si nona saja, melainkan bagi dia ialah, bagian yang paling lezat dari sebuah ikan adalah sirip, buntut, kepala dan daging yang menempel pada tulang.
275 Maka dia lebih suka menggerogoti tulang dari pada mengambil daging yang empuk, sehingga, di atas meja dekat mangkoknya terdapat tumpukan tukang tulang ikan yang runcing.
Baru saja keduanya selesai makan dan minum, duduk terhenyak kekenyangan di atas kursi masing masing, tita tiba terdengar suara yang kecil tinggi. "Kasihanilah kami, nona yang budiman .......
!" Mereka berdua menengok dan berubahlah wajah mereka. Yu Lee melihat kaget serta khawatir, sebaliknya Siok Lan melihat marah. Kiranya yang mengucapkan kata kata tadi adalah dua orang pengemis berusia enam puluhan tahuan, pakaian mereda butut tetapi pinggang mereka memakai sabuk sutera merah! Sekali melihat saja maklumlah Siok Lan serta Yu Lee bahwa dua orang pengemis tua ini adalah kawan kawan dari pengemis yang mereka usir di jalan tadi, serta agaknya dua orang pengemis ini sengaja datang untuk membalas dendam dan pasti mereka ini memiliki tingkat yang lebih tinggi.
Siok Lan marah, akan tetapi ia menekan kemarahannya dan masih enak enak duduk, lalu bertanya dengan suara ketus "Kalian ini datang mau apakah" "
Pengemis yang tertua yang mempunyai tahi lalat besar di pelipis kanannya, berkat sambil bersandar pada tongkat dan mengangkat mangkok retaknya ke arah Siok Lan.
"Saya bernama Ang Ci dan bersama suteku ini Ang Sui kami telah mendengar dari Ang Kun 276
tentang kemurahan hati nona yang suka sekali memberi sedekah dan sumbangan kepada orang orang miskin seperti kami. Karena itu kami sengaja datang untuk mohon kasihan dan sedekah dari nona."
Siok Lan tadinya sudah marah sekali, akan tetapi dasar wataknya memang jenaka dan gembira, mendengar ucapan kakek itu yang menyebut nama mereka, ia melihat kelucuannya dan tertawa geli, "Aihhh, kiranya kalian dari Ang kin Kai pang ini merupakan sebuah keluarga besar yang mempunyai she ( nama keturunan) Ang"
Lucu sekali!"
"Kami memang dari keluarga besar Ang dan hal ini sama sekali tidak ada lucunya. Harap nona sebagai cucu Thian te Sin kiam suka berpemandangan jauh, agar tidak mengecewakan orang yang menjadi kakek dan guru," kata pengemis kedua yang mukanya kuning.
Kini Siok Lan tak dapat menahan
kemarahannya. Ia bangkit berdiri dari kursinya dan membentak, "Jembel busuk mengapa banyak cerewet dan membawa bawa nama kakekku"
Kalian dan golongan kalian inilah yang berpemandangan cupat. Orang minta sedekah harus mempunyai tata susila, harus sopan dan dengan sukarela mengharapkan bantuan orang Akan tetapi kalian melakukan paksaan, sungguh pekerjaan yang hina dan rendah melebihi perampok. Kalau perampok, mereka minta dengan paksa secara terang terangan, sebaliknya kalian ini 277
minta secara paksa .berkedok pengemis! Aku tidak mau memberi apa apa, kalian mau apa kah" "
Ucapan Siok Lan yang dilakukan dalam keadaan marah ini menimbulkan keributan dan menarik perhatian orang sehingga para tamu dalam restoran itu kini menengok, bahkan mereka yang tadinya bekerja menghentikan pekerjaan mereka dan menengok.
Namun mereka semua itu tampak kaget ketika melihat bahwa yang dimarahi gadis cantik itu adalah dua orang pengemis tua yang bersabuk sutera merah! Bagi mereka, sabuk sutera merah ini merupakan tanda yang sudah amat dikenal dan ditakuti. Siapakah yang tidak mengenal Ang kin Kai pang perkumpulan pengemis gagah perkasa yang berani menantang pemerintah dan yang telah banyak bekerja membantu para pekerja paksa pembuat terusan air" Dan sekarang ada seorang nona muda berani marah marah terhadap mereka!
Ang Ci yang bertahi lalat di pelipisnya itu tersenyum, lalu berkata suaranya masih tenang seperti tadi, tinggi kecil suaranya, seperti suara wanita.
"Nona, justeru mengingat nama besar Liem Kwat Ek kakekmu, kami masih bersikap mengalah kepadamu. Akan tetapi harus nona ketahui bahwa Thian te Sin kiam sendiri tidak akan berani bersikap seperti nona terhadap kami. Karena itu kami pun akan menghabiskan urusan ini asal nona mau menyumbangkan pedang nona kepada kami!"
278 Yu Lee tahu bahwa biarpun Siok Lan berada di fihak benar, namun nona ini telah melanggar sopan santun dan peraturan dunia kang ouw, tidak mengindahkan perjuangan Ang kin Kai pang maka kini mendengar bahwa dua orang pengemis itu mau menghabiskan perkara asalkan si nona suka memberikan pedang, yang dalam dunia kang ouw dapat dianggap sebagai tanda mengaku kalah menganggap bahwa hal itu cukup patut. Nona ini masih amat muda, dan mengaku kalah terhadap dua orang tokoh Ang kin Kai pang bukanlah hal yang memalukan apalagi mengaku kalah tidak karena bertanding melainkan karena telah melanggar dan memalukan fihak Ang kin Kai pang ketika mengalahkan Ang Kun tadi.
"Nona, berikanlah saja, nona. Nona dapat membelinya lagi pedang yang lebih bagus nanti"!"
"Apa ?" Menyerahkan gin kiam begitu saja"
Bah, nanti dulu !" bentak Siok Lan yang sudah melompat maju. Ia mencabut pedang nya dan tampak sinar berkilauan dibarengi bunyi berdesing yang nyaring. Dengan melintangkan pedang perak di depan dada Siok Lan berkata, "Jembel tua !
Pedang merupakan pelindung dan andalan seorang gagah! Aku tidak akan memberikannya kepada siapa juga dan kalau sanggup merampasnya dari tanganku ambil lah !"
Ini merupakan sebuah tantangan! Yu Lee yang mengetahui bahwa kembali pertandingan takkan dapat dielakkan, menjadi makin khawatir dan diam diam ia mempersiapkan diri untuk mencari jalan keluar tanpa diketahui nona itu.
279 "Ha, ha, ha, apa sukarnya merampas pedang itu?"
Ang Ci berkata, kemudian seperti dikomando saja, kedua orang pengemis itu mengangkat tongkat mereka dan menggerakkan tongkat ke arah Siok Lan. Gadis ini yang sudah marah, ingin membabat putus putus tongkat itu dengan pedangnya, untuk membikin malu dua orang pengemis. Pedangnya berkelebat dan membacok dua batang tongkat yang diangkat dan bergerak ke arahnya itu.
"Plakkk!" Pedangnya menempel pada dua tongkat dan tak........ tak dapat ditarik kembali.
Betapapun si gadis jelita mengerahkan tenaga untuk membetot pedangnya, namun pedang gin kiam seperti telah berakar pada dua tongkat, lengket dan tak dapat digerakkan sama sekali
"Wah, wah, jiwi locianpwe.... kami tidak punya apa apa, makanan sudah habis hanya tinggal tulang tulang ikan, kalau jiwi sudi boleh saja ambil... !" Yu Lee mengeluarkan ucapan ini dengan gugup serta sikapnya gugup pula. Ia mengambil tulang tulang ikan di depannya lalu melemparkannya ke arah dua buah mangkok di tangan kiri kedua pengemis itu. Sebab ia gugup serta gerakannya tidak keruan dan kacau balau, tulang tulang itu tidak semua memasuki mangkok dan ada yang mencelat ke mana mana.
Siok Lan yang lagi memusatkan seluruh tenaga, tidak tahu akan hal ini semua. Tiba tiba ia merasa betapa dua batang tongkat yang menempel pedangnya itu mengendor, tanda bahwa dia mulai 280
menang tenaga, maka ia lalu memusatkan seluruh tenaga serta membuat gerakan membetot secara tiba tiba dan". usahanya kali ini berhasil, pedangnya terlepas.
Sebab marah, ia lalu memakai kedua kaki nya menendang secara bergantian dan tubuh kedua kakek pengemis itu terlempar keluar pintu restoran sampai empat meter!
Pucat wajah kedua orang kakek itu. Merek tadi sudah merasa yakin dapat mengalahkan gadis itu serta bisa merampas pedangnya tanpa banyak kesukaran.
Akan tetapi tiba tiba mereka merasa betapa jalan darah di pundak kanan mereka yang memegang tongkat menjadi kesemutan seperti terkena totokan yang tepat sekali maka mereka tidak mampu menahan ketika gadis itu menendang biarpun tendangan itu amat cepat tetapi mereka bisa mengelak kalau saja pada waktu yang bersamaan mereka tidak merasa tubuh masing masing tergetar oleh totokan pada pinggang mereka sehingga tanpa bisa dicegah lagi mereka kena ditendang sampai mencelat keluar restoran !
Ang Ci dan Ang Sim adalah tokoh tokoh tingkat tiga dari Ang kin kai pang. Ilmu kepandaian mereka sudah amat tinggi serta jarang dikalahkan musuh.
Mereka juga merasa sungkan menghadapi seorang gadis muda seperti Siok Lan, apalagi mengingat kakek gadis itu yang menjadi teman baik pangcu (ketua) mereka, maka mereka cuma mau merampas pedang Siok Lan yang telah 281
menghina Ang kin kai pang dengan merobohkan serta mengusir pengemis tokoh tingkat lima yang bertemu Siok Lan dijalan.
Siapa duga, di restoran ini, di bawah mata banyak sekali orang, mereka berdua telah di tendang sampai mencelat oleh seorang gadis remaja! Tentu saja hal ini amat memalukan serta merendahkan nama mereka. Juga mereka menjadi penasaran sekali dan mau berhadapan dengan orang yang telah membantu gadis itu, maka kini mereka sudah mencabut pedang dari tongkat masing masing sambil berseru, "Berani kau menghina Ang kin kai pang?"
Yu Lee telah berlari keluar dan berkata.
"Wah wah" kalian telah membikin nona majikanku marah! Masih baik kalau hanya ditendang kalau dia tak sabar, jangan jangan kalian telah dibunuhnya!" Sambil berkata demikian, ia mengangkat kedua tangan diluruskan ke depan serta digoyang goyangkannya.
Ang Ci dan Ang Sun yang baru saja mencabut pedang, merasa betapa ada hawa yang panas serta kuat menyambar mereka.
Tubuh mereka terdorong dan alangkah kaget hati mereka ketika melihat tiga buah ronce yang menghias gagang pedang mereka telah putus semua ! Sejenak mereka melihat ke arah "pelayan"
nona itu, tahulah mereka bahwa inilah dia seorang lihai yang telah membantu Siok Lan.
Melihat sikap Yu Lee, kedua orang pengemis tua ini maklum bahwa Yu Lee adalah teorang 282
pendekar sakti yang sedang meyembunyikan diri, pura pura menjadi pelayan. Mereka mengenal watak aneh dari orang orang pandai dan menghormati penyembunyian diri serta rahasia ini.
Sebab dari totokan totokan tak tampak tadi yang kini dapat mereka duga adalah tulang tulang ikan yang menyambar, serta dari pukulan jarak jauh yang menerbangkan ronce ronce merah di pedang mereka, kedua orang pengemis tua ini maklum bahwa pemuda itu memiliki ilmu silat yang benar benar hebat dan tidak terlawan oleh mereka, maka kedua nya lalu berlutut dan berkata.
"Mata kami seperti buta tidak melihat gunung tinggi menjulang di depan. Maaf dan sampai jumpa pula !"
Setelah berkata demikian, dua orang kakek itu memasukkan pedang mereka ke dalam tongkat lalu pergi dari situ dengan muka merah serta muram.
Siok Lan khawatir melihat pelayannya berani mendekati dua orang kakek itu, cepat meloncat dan telah berada di dekat Yu Lee ketika dua orang kakek itu menjura berlutut.
Nona ini membusungkan dadu sebab bangga karena menganggap bahwa dialah yang dikatakan
"gunung tinggi menjulang di depan" oleh dua orang Kakek itu !
"Yang tidak mengenal Sian li Eng cu memang sama dengan orang buta!" Katanya bangga dan menyarungkan kembali pedangnya dengan sikap gagah.
283 Semua orang yang hadir di situ kini memandang ke arah Siok Lan dengan mulut ternganga dan mata terbelalak penuh keheranan dan kekaguman. Mereka tahu bahwa para pengemis Ang kin Kai pang adalah orang yang berilmu tinggi, apalagi dua orang pengemis tadi sudah tua dan pedangnya mempunyai ronce ronce hanya tiga buah entah kenapa jatuh ke tanah, berarti bahwa dua orang kakek itu adalah tokoh tingkat tiga yang tentu saja amat lihai! Namun dalam segebrakan saja telah ditendang mencelat olah gadis remaja ini dan di depan mereka dua orang tokoh itu mengakui kelihaian si gadis. Ketika mereka mendengar ucapan Siok Lan, kekaguman mereka makin memuncak dan nama julukan Sian li Eng cu menjadi buah bibir sejak saat itu. Sian li Eng cu Si Bayangan Bidadari!
Julukan yang indah, dan memang orangnya pun amat jelita!
Para nelayan yang mendengar akan kegagahan Sian li Eng cu kini berduyun datang dan menawarkan perahunya untuk dipakai gadis perkasa itu berlayar ke Pohai! Melihat ini Siok Lan tersenyum puas dan berkata kepada Yu Lee.
"Aliok, kau pilihlah sebuah perahu yang cukup baik katakan kepada pemiliknya bahwa kami akan menyewanya sampai ke Pohai dan berani membayar mahal. Selain itu katakan bahwa dia tidak usah khawatir atau takut. Kalau ada bajak di tengah jalan, tentu akan kubasmi mereka. Kalau ada perajurit berani mengganggu di terusan itu, biar aku yang akan mengobrak abrik mereka.
284 Pendeknya, aku menjamin keselamatan si tukang perahu dan perahunya!"
Mendengar ucapan yang gagah ini, makin kagumlah para pedagang dan nelayan yang berada di situ, Akan tetapi Yu Lee diam diam menghela napas panjang dan hatinya diam diam menjadi gelisah.
Ia tahu bahwa kepandaiannya Ang Ci dan Ang Sun tadi cukup tinggi, jangankan melawan mereka berdua, melawan satu sama satu saja belum tentu Siok Lan menang. Juga ia amat bersukur dan kagum kepada dua orang pengemis tadi yang ternyata mengerti bahwa dia ingin merahasiakan dirinya, maka kedua orang pengemis itupun tidak mendesaknya dan mereka tahu diri mengaku kalah dan pergi. Namun iapun tahu bahwa mereka itu merasa penasaran dan tentu akan melaporkan hal ini kepada ketua mereka. Perjalanan selanjutnya tidaklah selancar dan semudah yang di duga Siok Lan apa lagi ditambah dengan sikap gadis itu yang agak tekebur. Dipuji pujinya nama Sian li Eng cu sampai setinggi langit tentu akan memancing banyak orang kang ouw yang hendak mengujinya!
Setelah memilih sebuah perahu milik seorang tukang perahu yang berusia kurang lebih empat puluh tahun, bertubuh tinggi tegap dan kuat, Siok Lan lalu meloncat ke atas perahu, diantar oleh orang orang yang berada di situ dengan pandang mata penuh kagum. Yu Lee juga sudah naik ke perahu dan ia berkata dengan suara serius kepada Siok Lan, "Siocia, pelayaran ini bukanlah perjalanan yang aman. Biarpun nona lihai, akan 285
tetapi banyak sekali orang orang pandai dan jahat berkeliaran di sepanjang tepi sungai. Saya takut kalau kalau kita akan menemui banyak rintangan di sepanjang sungai."
"Ahhh, takut apa. Pokoknya, kita tidak bermaksud jahat terhadap orang lain! Kalau toh ada orang lain hendak berbuat jahat, akan kulawan dia dan akan kubasmi agar dunia makin bersih !"
Jawaban ini disambut sorakan para pengantar yang menganggap nona ini amat gagah perkasa, sebaliknya pelayannya amat penakut.
Berangkatlah perahu itu ke tengah sungai diikuti teriakan teriakan dari tepi sungai,
"Selamat jalan, Sian li Eng cu!"
"Hidup Sian li Eng cu!"
Siok Lan berdiri di kepala perahu, tangan kiri bertolak pinggang meraba gagang pedang, tangan kanan melambai ke arah para pengagumnya di tepi sungai. Sungguh jelita dan gagah. Dan Yu Lee hanya dapat menggeleng kepala dan menghela napas. Edan bocah ini pikirnya gemas. Akan tetapi aku lebih edan lagi karena aku tergila gila kepada seorang bocah gila! Perahu meluncur terus, menurutkan aliran air sungai ditambah dorongan dayung tukang perahu
Wanita berpakaian merah itu lari terhuyung huyung menaiki sebuah bukit. Tubuhnya lemas dan pakaiannya kusut, rambutnya pun terlepas sanggulnya, terurai, sebagian menutupi mukanya 286
yang pucat. Dia wanita yang masih muda, tidak akan lebih dari dua puluh lima tahun usianya, cantik jelita dengan muka yang berbentuk bulat telur, dan bentuk tubuh yang padat menggairahkan. Pendeknya seorang wanita muda yang cantik menarik, tetapi keadaan tubuhnya sangat menyedihkan pada waktu itu.
Ia terluka, tetapi tidak diperdulikannya luka luka itu, serta tubuh yang letih tidak diperdulikannya pula, dan pakaiannya yang kusut, ia terus saja jalan terhuyung huyung kadang kadang lari ke depan seperti orang buta. Memang ia seperti orang buta oleh air matanya sendiri, buta oleh kehancuran hati, oleh penyesalan, oleh rasa malu serta patah hati!
Malam itu biarpun terang bulan, tetapi jalan mendaki bukit amatlah sukarnya, sinar bulan kurang cukup menerangi jalan yang berbatu batu dengan di tepinya jurang jurang menganga seperti mulut maut. Tetapi wanita itu berjalan terus, naik ke bukit tanpa tujuan.
Siapa dia ini" Bukan lain adalah Ma Ji Nio yang terkenal dengan julukan Cui siauw Sian li (Dewi Suling). Seperti telah kita ketahui, Ma Ji Nio atau Dewi Suling ini adalah murid terkasih Hek siauw Kui bo yang selain mewarisi ilmu silat gurunya yang tinggi, juga mewarisi sifatnya yang buruk yaitu kesukann mengumbar dan melampiaskan nafsu birahi. Bahkan dalam kebiasaan melampiaskan nafsu birahi ini, Ma Ji Nio lebih ganas dari gurunya.
287 Pria yang bagaimanapun yang menarik hatinya, harus ia dapatkan, baik secara halus maupun secara kasar. Dan yang mengerikan, setelah ia merasa bosan, ia lalu membunuh pria itu sebab selain ia enggan membagi cinta kasih pria itu dengan wanita lain juga ia tidak mau dijadikan bahan percakapan pria pria bekas kekasihnya.
Dengan demikian. Selama mengumbar
nafsunya. Ma Ji Nio telah membunuh puluhan orang pria muda dan tampan! Namun, selama masa petualangannya yang mengerikan itu, Dewi Suling selalu mendapatkan pria pria tampan tetapi lemah dan hatinya tergerak ketika ia bertemu Ouwyang Tek dan Gui Siong, dua orang pemuda tampan serta perkasa murid Siauw bin mo Hap Tojin.
Akan tetapi, alangkah kecewa serta menyesal hatinya ketika mendapat kenyataan bahwa bukan saja dua orang pemuda perkasa itu tidak sudi melayani nafsunya, bahkan sebaliknya menghina memaki serta memusuhinya. Kemudian pula, sekali ia bertemu Yu Lee dan kali ini hatinya betul betul jatuh cinta. Belum pernah selama hidup nya ia jatuh cinta sampai mendalam seperti ketika ia bertemu pemuda ini.
Melihat Yu Lee serta menyaksikan kelihaian pemuda itu yang tidak hanya melebihi kepandaiannya bahkan jauh lebih pandai sampai berhasil membunuh gurunya, Hek siauw Kui bo.
Hati Dewi Suling benar benar terpikat dan di dalam hatinya ia bersumpah bahwa kalau bisa menjadi 288
istri pemuda itu, ia baru merasa puas dan akan berhenti dari petualangannya.
Itulah sebabnya mengapa ketika ia melihat Yu Lee tertawan oleh gurunya ia menolong pemuda itu dan berani menghadapi kemarahan gurunya. Ia sudah mempertaruhkan jiwanya buat menolong pemuda itu serta membujuk pemuda perkasa itu menjadi suaminya.
Akan tetapi apakah jadinya" Tidak saja ia telah dikalahkan, lalu gurunya terbunuh, dia sendiri terluka, malah Yu Lee sengaja memberi ampun serta mengancam bahwa, kalau kelak jalannya masih sesat, maka pemuda yang di cintanya itu akan membunuhnya! Ia telah menerima penghinaan yang hebat sekali serta mengalami penyesalan. Ia merasa malu serta menyesal akan semua perbuatannya yang telah lampau.
Andaikata dia masih seorang gadis yang bersih, dengan kecantikannya dan ilmu silatnya yang tinggi, tentu lebih besar harapan baginya buat mempersuami Yu Lee. Akan te tapi kenyataannya tidak demikian, serta semua petualangannya itu sudah membosankan, tidak memberi kebahagiaan buatnya lagi. Ia menghendaki kasih sayang murni, cinta kasih antara suami isteri yang tulus ikhlas, membina keluarga, mempunyai keturunan serta hidup sebagai seorang isteri terkasih dan ibu terhormat.
Makin dipikir dan dikenang, makin hancurlah hati Dewi Suling. Apalagi ketika ia terusir dari Istana Air tempat tinggal gurunya yang sudah terbasmi musuh itu.
289 Makin bosanlah ia hidup dan tanpa
memperdulikan lukanya, ia melarikan diri terus siang malam sampai akhirnya ia mendaki bukit itu di malam hari, tanpa tujuan, hanya ingin lari, lari pergi jauh sekali, menjauhi rasa malu, rasa rendah serta kekecewaan hati.
Bulan tertutup awan hitam, keadaan gelap pekat, segelap hati Dewi Suling, kakinya tersandung batu dan ia terguling roboh. Kepalanya terasa pecah ketika ia terbanting itu.
Dirabanya dahinya, berdarah tertumbuk batu gunung.
Ia mengeluh dan merangkak bangun, gelap gulita disekelilingnya. Kepeningan kepalanya menambah kegelapan, sudah matikah dia" Di manakah dia"
Tiga hari tiga malam ia berlari terus tanpa berhenti keluar masuk hutan, naik turun gunung sampai akhirnya ia tiba di tempat ini yang sama sekali tidak dikenalnya. Matanya berkunang dan pandangannya gelap. Tiba tiba tampak sebuah cahaya kecil kelap kelip di dalam kegelapan malam, tidak jauh di sebelah depan.
Dewi Suling bangkit berdiri, ia hampir tidak kuat lagi. Dengan terhuyung huyung ia maju ke arah cahaya kecil dan akhirnya ia roboh terguling pingsan di depan pintu sebuah kuil tua, pintu yang terbuka dan dari mana keluar cahaya api tadi, cahaya sebatang lilin yang bernyala di atas meja di ruang dalam.
290 "Omitohud" kasihan sekali nona muda ini!"
terdengar suara halus dan seorang nikouw (pendeta perempuan) keluar, berlutut lalu memanggil beberapa nikouw lain. Kemudian beramai ramai para pendeta wanita itu menggotong tubuh Dewi Suling, dibawa masuk ke dalam kuil tua. Ternyata itu adalah sebuah kuil Kwan im bio yang amat tua di lereng bukit yang sunyi, dan didiami lima orang nikouw tua yang hidup sunyi dan suci di tempat itu.
Hanya penduduk dusun di sekitar bukit itu yang kadang kadang mengunjungi kuil untuk minta berkah dan petunjuk dan untuk menyambung hidup, lima orang nikouw ini bercocok tanam disamping sumbangan yang didapat dari harta penduduk dusun.
Sampai dua hari dua malam Dewi Suling rebah pingsan, terjerang demam yang hebat. Keadaannya amat berbahaya dan hanya berkat perawatan para nikouw yang amat tekun dan penuh kasih sayang pada hati ketiga, pagi sekali. Dewi Suling dapat sadar dari pingsannya. Panas tubuhnya menurun banyak. Selama pingsan, Dewi Suling merasa seolah olah ia melayang di udara bingung karena tidak tahu harus terbang ke mana.
Ia terkejut ketika sadar dan merasa bahwa ia berbaring dalm sebuah kamar, menoleh ke kanan kiri, kamar itu sederhana namun bersih sekali.
Tercium bau asap yang sedap harum. Ah, tidak mungkin ini neraka. Terlalu baik untuk sebuah neraka. Sorgakah" Tidak mungkin orang seperti dia masuk sorga! Kalau begitu, berarti dia belum 291
mati. Ia teringat betapa ia roboh lemas di depan sebuah bangunan seperti kuil, yang terbuka pintunya dan dari pintu itulah cahaya terang menyinar.
Teringat pula ia betapa ia menderita luka luka yang cukup parah ketika ia bertanding melawan Siauw bin mo Hap Tojin dan Tho tee kong Liong Losu dan pasti dia akhirnya akan roboh binasa di tangan kedua orang pendeta lihai itu. Kalau saja tidak muncul Yu Lee yang menyelamatkannya.
Teringat ini ia meraba raba tubuhnya dan mendapat kenyataan bahwa luka lukanya telah sembuh. Ah, kembali ia ditolong orang yang merawat dan mengobatinya. Ia masih belum mati dan karenanya berarti ia masih harus terus menderita, teringat akan sikap Yu Lee yang tidak membalas cintanya bahkan memperlakukannya dengan sikap yang menyakitkan hati, tak tertahankan lagi Dewi Suling menangis.
"Omitohud".! Nona sudah sadar sukur lah.
Mengapa menangis" Di dunia ini tidak ada kedukann yang tak dapat diatasi dengan pengendalian tidak ada dosa yang tak dapat ditebus oleh kesadaran. Kalau nona bersedia, ceritakanlah segala penderitaan nona kepada pinni (aku), mungkin pinni akan dapat membantu meringankan beban itu, walaupun hanya dengan kata kata dan nasihat!"
Mendengar suara yang halus penuh welas asih ini tangis Dewi Suling makin mengguguk. Namun hanya sebentar saja ia telah dapat menguasai dirinya tangisnya terhenti dan ia mengangkat 292
mukanya memandang. Seorang nikouw tua, berusia enam puluh tahun lebih, berkepala gundul dan berpakaian serba kuning amat sederhana, wajahnya membayangkan ketenangan jiwa dan kehalusan budi, telah berdiri di dalam kamar itu memandangnya dan merangkap kedua tangan di depan dada.
"Engkau siapakah?" tanyanya.
Nikouw tua itu menggerakkan alis, dapat menangkap sikap dan suara yang tinggi hati dari nona di depannya, namun bibirnya tetap tersenyum ramah, seolah olah baginya bukan hal aneh menghadapi sikap kasar dan selalu sudah siap memaafkannya.
"Nona pinni adalah Sui lian Nikouw yang memimpin empat orang nikouw lain di kuil Kwan im bio ini."
Sepasang mata yang jernih dan tajam itu melotot marah.
"Kenapa kalian menolongku" Kenapa" Aku mau mati"..! Aku mau mati".!!" Dan kembali Dewi Suling menangis tersedu sedu.
"Omitohud! Sungguh keliru sekali kalau nona mengira bahwa kematian adalah jalan kebebasan dari pada derita! Tidak sama sekali, nona.
Kematian hanyalah akibat daripada dosa dan setelah mati sekalipun kita tidak akan terbebas daripada akibat perbuatan kita sendiri, bahkan penderitaannya akan lebih hebat lagi sebab kita tidak mempunyai kesempatan lagi buat menebusnya dengan kesadaran. Selagi masih 293
hidup, masih terdapat jalan bagi kita buat bertobat, menjauhi dosa, hidup dalam kesadaran dan memeluk kebajikan buat menebus semua dosa yang telah kita perbuat. Nona, sadarlah dan dengarkan baik baik ucapan seorang tua seperti pinni."
Biarpun kata kata itu amat halus, tetapi bagi Dewi Suling merupakan tetesan tetesan embun yang amat dingin menembus dada menyayat hati.
Ia terbelalak melihat, lalu berkata, suaranya gemetar, "Dapat menebus dosa...." Kesadaran....."
Apa". apa yang kaumaksud dengan kesadaran !"
Sui lian Nikouw tersenyum, lalu terdengarlah ia berayanyi perlahan, suaranya merdu serta nyanyiannya adalah sebuah pelajaran dalam Agama Buddha.
"Apabila seorang selalu sadar
selalu membangkitkan diri dengan kesadaran bersikap waspada pembuatannya bersih bertindak dengan bijaksana
teguh terhadap diri sendiri hidup sesuai dengan ajaran benar
maka kemuliaannya bertambah"
Dewi Suling amat tertarik. Selama hidup nya, tak pernah ia mendengar atau memperhatikan pelajaran pelajaran tentang kebatinan dan kata kata sederhana yang didengarnya sekarang adalah seperti sinar terang yang mengusir kegelapan hatinya. Namun kalau ia teringat akan semua 294
perbuatannya yang sudah sudah ia jadi ragu tagu dan menyesal kembali.
"Akan tetapi, Sui lian Nikouw, aku adalah seorang yang telah banyak berbuat dosa! Ke dua tanganku sudah kotor, penuh lumpur dosa....!" Ia mengeluh.
Kini Sui lian Nikouw meramkan kedua matanya dan pendeta wanita ini yang berusaha untuk menyadarkan seorang manusia vang menyeleweng dalam hidupnya, kembali bernyanyi dengan suara yang tergetar penuh perasaan, penuh pengaruh halus yang amat kuat.
"Apabila seorang berbuat dosa biarlah ia sadar dan tidak mengulang perbuatan, biarlah ia tidak senang lagi akan kejahatan karena hanya penderitaan menjadi timbunan kejahatan."
Dewi Suling terisak, hatinya seperti ditusuk tusuk. "Aahh, Sui lian Nikouw! Engkau tidak tahu, tidak mengenal siapa aku ! Dosaku adalah dosa tak berampun. Tahukah engkau siapa aku" Aku adalah iblis betina yang terkenal dengan julukan Cui siauw kwi (Iblis Peniup Suling)! Aku pula yang disebut Dewi Suling. Aku telah membunuh banyak sekali orang, baik orang jahat ataupun orang baik baik. Aku juga membunuh puluhan orang pemuda bekas kekasihku sendiri! Nah, katakan sekarang, Nikouw, apakah dosa sebesar itu bisa ditebus"
Apakah tidak lebih baik kalau aku mati saja sekarang agar segera menerima hukuman di neraka serta tidak lagi mengotori dunia?"


Pendekar Cengeng Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Nikouw tua itu menggerakkan alisnya yang sudah setengah putih. Rupanya ia terkejut 295
mendengar ucapan nama Dewi Suling yang namanya telah tersohor sebagai wanita bersifat iblis.
Hampir ia tidak percaya bahwa seorang wanita muda cantik seperti ini bisa menjadi seorang yang berwatak iblis Tetapi ia tidak heran, lalu menarik napas panjang dan berkata.
"Tidak ada dosa yang betapapun besarnya tak bisa diampuni nona. Nona sudah merasa bahwa nona telah melakukan banyak dosa. Hal ini saja terah manjadi pertanda baik, karena barang siapa menyadari akan kesalahannya, itu merupakan awal yang baik sekali. Terus kesadaran akan dosa dan semua kesalahan ini ditingkatkan menjadi sebuah perasaan menyesal akan dosa dosanya kemudian dilanjutkan dengaa perasaan bertaubat.
Akan tetapi bertobat dengan mulut saja percuma melainkan harus dengan hati dan diperkuat dengan perbuatan. Hanya dengan perbuatan sajalah manuia dapat membuktikan isi hatinya.
Menurut pendapat pinni, masih belum terlambat bagimu, nona."
Mendengar ini Dewi Suling yang tadinya sudah putus asa, bangkit semangatnya. Ia melompat dari pambaringan menjatuhkan diri berlutut di depan nikouw yang bersikap tenang itu lalu berkata,
"Tunjukkanlah jalan bagiku........ Nikouw yang bak, tunjukkanlah agar aku dapat kembali menjadi manusia baik"agar aku dapat terbebas daripada noda noda dan dosa dosaku.... "
"Hanya dengan penebusan, nona. Penyesalan hatimu harus diujudkan dalam perbuatan yang 296
tegas. Engkau tadi mengatakan bahwa engkau telah membunuh puluhan orang" Nah, mulai detik ini, kau usahakanlah agar engkau dapat menyelamatkan nyawa orang, mencegah terjadinya pembunuhan pembunuhan sampai engkau dapat menolong nyawa orang yang terancam bahaya maut sebanyak atau melebihi jumlah orang yang pernah kau bunuh. Pupuklah kebaikan sebanyak mungkin, dan kelak.... kalau di antara kita ada jodoh dan kita dapat bertemu kembali, pinni akan menuntunmu mencari kebebasan dari pada segala penderitaan."
Dewi Saling termenung, menengadahkan mukanya memandang wajah nikouw itu. Sinar kedukann mulai menghilang, terganti sinar penuh harapan yang membuat wajahnya yang cantik itu berseri. Seakan akan ada cahaya suci yang keluar dari pribadi nikouw itu memasuki dirinya, mambuataya sadar dan dapat melihat kebenaran.
Sambil berlutut ia mohon petunjuk petunjak lagi dari Su lian Nikouw yang memberi wejangan kepadanya tentang memenangkan diri sendiri menguasai nafsu dan mencari jalan kebenaran dengan liku liku utama.
Sepekan kemudian seorang Dewi Suling yang lagi melesat keluar dari Kwan im bio itu. Masih sama cantik jelitanya, masih seorang nona bernama Ma Ji Nio yang sepekan lalu roboh pingsan di depan kuil itu.
Akan tetapi dengan pandang mata yang jauh berbeda dengan pakaian yang bukan sutera tipis 297
warna merah lagi melainkan pakaian berwarna putih, yang sederhana dan kasar. Seorang wanita yang mempunyai satu tekad di hatinya, yakni memupuk kebaikan untuk menebus segala perbuatan dosanya yang lalu, seorang wanita yang tidak lagi mau menyentuh makanan berjiwa atau memabukkan, tidak lagi menjadi hamba nafsu karena ia bertekad untuk menundukkan nafsu nafsunya.
Dan gemparlah lagi dunia kang ouw dengan munculnya Dewi Suling yang merupakan kebalikan daripada Dewi Suling yang pernah ada. Dewi Suling yang sekarang ini benar benar merupakan seorang dewi penolong yang mempergunakan ilmu kepandaiannya untuk menolong mereka yang tertindas, menyelamatkan banyak nyawa yang terancam, penentang kejahatan dan memupuk kebaikan.
Yu Lee mendayung perahu perlahan,
sebenarnya bukan mendayung karena perahu itu sudah berjalan sendai hanyut bersama aliran sungai, melainkan mengemudi perahu dibantu dayungnya. Malam itu terang bulan, amat indahnya dan ia menggantikan tukang perahu A Bouw yang tidur mendengkur di perahu, Siok Lan tidak mau berhenti malam itu, maka terpaksa Yu Lee menggantikan tukang perahu yang sudah terlalu lelah dan mengantuk.
Memanah Burung Rajawali 31 Pendekar Sejagat Seri Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai Peristiwa Bulu Merak 5

Cari Blog Ini