Ceritasilat Novel Online

Pendekar Guntur 17

Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Bagian 17


sendiri akan pergi menggabungkan diri dengan pasukan Bengkauw!"
Setelah berkata begitu, ia merogoh keluar sebuah Tongpay warna hitam dimana ada ukirannya yang indah
merupakan tiga ekor binatang yaitu, naga-singa dan harimau, rupanya seperti barang kuno.
Terus juga ia serahkan barang itu ditangan Kwang Tan sambil katanya. "Ini adalah Koan Wie Lenghu dari Kaypang. Benda ini walaupun ketua yang sekarang, akan menghormatinya. Kau bawa ini kekota raja, dimana jika kau memerlukan kau bisa tunjukan kepada setiap anggota,
kau memesan kata2, maka jika nanti aku bisa menyusul kesana setelah menggabungkan diri dengan Bengkauw, aku mengetahui berada dimana kau pada saat itu! Kalau perlu, kaupun boleh minta bantuan atau bekerja sama dengan cabang partai setiap tempat."
Kwang Tan menerima pemberian itu dan menyimpan tanda kepartaian tersebut, ia bilang: "Toako, terima kasih atas kepercayaanmu ini!"
Waktu itu pelayan muncul dengan obat yang sudah matang segera Bun Sie meneguk habis obat tersebut.
"Kau masak pula!" Kwang Tan perintahkan pelayan itu. "Baik, tuan !" jawab sipelayan, yang terus mengundurkan diri meninggalkan kamar itu. Kwang Tan mengajak saudara angkatnya itu dan muridnya pergi keruang bawah, ruang makan, untuk
bersantap. selama tiga hari mereka berkumpul dan kesehatan Bun Sie sudah pulih keseluruhannya, ia telah sehat lagi.
Merekapun berpisah, Kwang Tan meneruskan perjalanannya menuju kekota raja, Sampai akhir nya ia tiba di Khoya, tempat yang cukup indah, terpisah dari Kangtouw tidak lebih dari seratus lie.
Waktu ia tiba disitu hari menjelang magrib, Kwang Tan terus mengambil kamar disebuah rumah penginapan yang "menyolok mata", sebab yang tinggal disitu umumnya orang2 Rimba Persilatan, seperti yang tampak semua tamu
membekal berbagai macam senjata tajam. Maka pemuda ini, yang berpakaian mirip seorang pelajar, diawasi dengan pandangan mata ringan dan meremehkan.
"Tuan ada mengantarkan menyediakan perlu apa "!" tanya pelayan yang
tamunya tersebut kekamar dan terus teh, ia berdiri dengan hormat, kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangannya diturunkan, dia berdiri dengan tubuh agak dibungkukkan. "Mengapa disini banyak berkumpul orang Kangouw?" tanya Kwang Tan. "Apakah memang ini selalu biasanya setiap harinya?"
"Tuan seorang siucai dan mungkin jarang bepergian," sahut pelayan itu, "Jadi tuan tidak mengetahui hal ikhwal kaum Kangouw, Jika tuan ingin mengetahui, baiklah, aku akan menjelaskannya!"
Pelayan itu terus juga bersikap hormat, "Empat puluh lie
dari kota ini terdapat sebuah desa bernama Bin-ke-cung dengan cungcu (kepala kampung) adalah Ho Lam Taihiap she Bin bernama Tian Ong! Katanya ia sangat gagah. Kali ini ia merayakan ulang tahunnya yang keenam puluh, hari pesta jatuh tiga hari lagi.
Pesta itu dibikin bersamaan dengan dia mengumumkan hendak mengundurkan diri sebagai orang Kangouw. Untuk pestanya, ia telah mengundang banyak sekali tamu, disamping itu ada lagi sesuatu yang menarik perhatian.
Bin Cungcu memiliki puteri bernama Giok Cu. orangnya sangat cantik sekali, ilmu silatnya tinggi, bahkan katanya melebihi kelihayan ayahnya. Gadis itu memiliki sepasang pedang mustika, namanya Kim Kiam dan Gin Kiam (pedang Emas dan pedang Perak) Karena nona Bin masih bebas merdeka.
Dihari pesta akan diadakan pibu tayhwe yaitu pertemuan persilatan, siapa yang dapat mengalahkan puteri Bin Cungcu, orang itu selain akan dapat hadiah pedang Kim Kiam, ia pun akan memiliki sigadis yang cantik sebagai isterinya. Hal itu menggemparkan maka juga rumah penginapan kami ini sekarang jadi ramai sekali !"
Setelah bercerita agaknya ia senang kepada tamunya itu ! begitu, pelayan tersebut tertawa,
telah dapat memberikan penjelasan
Kwang Tan pun tertawa, katanya: "Terima kasih atas keteranganmu !"
Pelayan itu tidak berdiam lebih lama lagi, sebab kebetulan ada yang memangginya. Setelah beristirahat, Kwang Tan keluar untuk jalan2. Ia melihat, dibandingkan dengan Kangtouw, Khoyu sepi sekali, Cuma dijalan sebelah utara yang agak ramai.
Disitu ia bersantap disebuah rumah makan, terus pulang, maksudnya untuk tidur siang2. Ditengah jalan ia melihat seorang pengemis berdiri ditepi jalan, tengah meminta amal, Tiba2 ia teringat sesuatu apa, segera ia menghampiri pengemis itu, sambil ia meletakkan uang ditangan pengemis tersebut.
"Lojinke, aku ingin bicara dengan ketua-mu, dimana adanya dia sekarang "!" kata Kwang Tan dengan suara setengah berbisik dan suaranya dalam.
Pengemis itu baru saja hendak menghaturkan terima
kasihnya, justeru ia mendengar bisikan si pemuda membuat ia terperanjat dan mengangkat kepalanya mengawasi Kwang Tan tajam sekali, sampai untuk sekian lama ia berdiam saja tidak memberikan jawaban yang dikehendaki Kwang Tan.
Kwang Tan juga mengawasinya, ia dapat mengerti kebimbangan pengemis tersebut, Maka tanpa ayal ia memperlihatkan longpay dari Pat Cie Tiat Liong.
Melihat tanda kepartaiannya itu, sipengemis terkejut, tapi sekarang cepat sekali sikapnya berobah, ia segera menyahuti dengan sikap dan suara yang hormat: "Disini banyak orang, harap siangkong mau ikut dengan aku yang rendah!" Lalu ia berjalan ke sebuah gang sempit yang gelap.
Kwang Tan mengikuti Gang gelap sekali sampai sulit untuk melihat jari2 tangan sendiri itu tidak mempersulit Kwang Tan, ia dapat jalan terus walaupun pengemis itu sudah melewati beberapa gang kecil lainnya.
Didepan sebuah kuil yang bernama Sam Koan Bio, ia diminta oleh pengemis itu sedangkan pengemis tersebut untuk menanti sebentar,
segera langsung masuk kedalam kuil.
Kuil itu tidak memiliki api penerangan, maka itu didalamnya pun gelap. Dari cahaya2 bintang2 dilangit, terlihat bagian luar kuil sudah rusak. Ini justeru tempat yang sangat bagus buat anggota Kaypang, yaitu partai pengemis, yang mereka jadi kan sebagai markas mereka.
Tidak lama kemudian muncullah dua orang pengemis, yang jalan di depan ialah pengemis yang tadi. Yang seorang lainnya berusia lebih kurang lima puluh tahun, Tubuh-nya jangkung dan kurus, ia memberi hormat kepada Kwang Tan sambil bertanya:
"Siangkong membawa Tong-pay Liong Say Houw partai kami, apakah Siangkong hendak memerintahkan sesuatu." Kwang Tan tersenyum, ia tidak segera menjawab, hanya bertanya: "Apakah Locianpwee ketua Kaypang disini" Aku numpang tanya nama Locianpwee "! "
"Aku yang rendah Chiang Un." menjelaskan pengemis itu. "Tidak leluasa kita bicara disini, Silahkan masuk kedalam." Dan ia mengundang tamu ini buat masuk kedalam kuil.
Didalam mereka memasuki pintu samping dari pendopo kuil, untuk duduk di kamar sebelah kanan terdapat sebuah pembaringan, sebuah meja dengan empat buah kursi, Dapurnya pendek, segala apa yang ada dikamar tersebut bersih.
"Siapakah she dan nama siangkong?" pengemis itu telah bertanya. "Apakah siangkong sudi memperlihatkan kepadaku tongpay partai kami itu?"
Sekarang ditempat terang, Kwang Tan dapat melihat jelas pengemis itu, yang mukanya kuning dan berewokan serta berjenggot, sepasang matanya tajam.
"Aku Kwang Tan," ia menyahuti sambil terus memperlihatkan tongpaynya.
Mendengar nama sipemuda, tampaknya pengemis ini heran, karena ia belum pernah mendengar nama itu, juga usia tamu ini sangat muda sekali.
Walaupun demikian, cepat sekali dengan hormat ia menyambut tongpay, atau lebih benar "Sin Liong Say Houw Leng" untuk diletakkan diatas meja, Bersama pengemis yang disebelahnya ia berlutut, untuk memberi hormat dengan mengangguk tiga kali.
Setelah mana baru mengangkatnya kembali buat dikembalikan kepada Kwang Tan. Setelah itu ia berkata menjelaskan: "Sin Liong Say Houw Leng semuanya berjumlah tujuh buah, jika bukan ada urusan besar dan sangat penting, tidak pernah dikeluarkan. Di pusat besar kami disimpan tiga buah dan empat yang lain oleh para tianglo besar.
Pula Sin Liong Say Houw Leng ini terdiri dari dua macam. Yang dipusat terbuat dari kuningan, Sedang yang dimiliki para Tianglo terbuat dari perunggu, dan yang Siauwhiap miliki ini ialah satu diantaranya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diperlihatkannya Sin Liong Say Houw Leng menyatakan perwakilan Tianglo, tanda dari perintah yang harus dihormati, maka dari itu, semua perintah harus di turuti oleh semua anggota. Pula ini dapat dipergunakan untuk menghukum siapa saja yang melakukan pelanggaran.
Siauwhiap, aku mohon tanya, apakah siauwhiap memiliki ini karena hadiah dari seorang tianglo" pertanyaan ini tidak seharusnya diajukan olehku, dari itu terserah kepada siauwhiap sudi menjawabnya atau tidak ?"
-ooo0dw0ooo Jilid 27 KWANG TAN tidak keberatan untuk menjelaskannya, maka ia segera menceritakan bagaimana telah berkenalan dengan Pat Cie Tiat Liong, sehingga untuk membalas budi, ia dihadiahkan tongpay tersebut.
Mendengar cerita sipemuda. tampak Chiang Li segera menekuk lututnya, untuk memberi hormat.
"Siauwhiap mengangkat saudara dengan Pat Cie Tianglo, dengan demikian siauwhiap adalah orang tertua dari Kaypang kami!" ka tanya kemudian "Sekarang mohon bertanya, siauwhiap hendak memerintahkan apa pada kami, walaupun harus menyerbu lautan api, tidak nanti aku menolak!"
Kwang Tan memimpin bangun pengemis tersebut, "Bangunlah "Marilah kita mengetahui walaupun bagaimana aku bukanlah anggota langsung dari partaimu. Dengan sikapmu seperti ini, kau membuat aku sulit bicara!"
Chiang Pang tauw!" katanya sungguh2. membataskan hubungan kita, Kau harus
Chiang Un berdiri dengan kedua tangan diturunkan, tanda menghormat. "Jika Siauwhiap mau mengalah, baiklah, Chiang Un bersedia untuk menurut," katanya tetap menghormat. "sekarang ini Ceng Kie Pay menjadi terlalu bertingkah, karena ia telah bentrok dengan Pat Cie Tianglo kami tidak
dapat berdiam saja! Baiklah, Chiang Un nanti mengumpulkan saudara2 diwilayah Kangsouw Utara untuk menghadapi Kang Lam Sie Liong."
Kwang Tan mengangguk.
"Kabarnya Ceng Kie Pay baru bangun selama empat atau lima tahun ini." katanya: "Tapi mereka telah dapat mementangkan pengaruhnya di tiga propinsi Kangsouw, Anhui dan Ouwpak. Maka dari itu, dapat diduga bahwa didalamnya terdapat orang2 yang pandai. Karena ini, aku minta pangtau jangan bertindak sembarangan.
Aku sendiri ialah orang baru dalam dunia Kangouw, pengetahuanku belum banyak, jadi tentang partai itu. aku belum mengetahui jelas. Mengenai ini tentunya Pat Cie Tianglo telah mengaturnya baik2, sekarang aku memohon
keterangan perihalnya Bin Tian Ong, dapatkah pangtau menjelaskan sesuatu"!"
"Bin Tian Ong dari Thay-kek-pay," Chiang Un menjelaskan. "Setelah masuk usia pertengahan, ia tinggal dikampung halamannya untuk hidup tenang tenteram
sebagai guru silat.
Akan tetapi ketika ia turun tangan diKangsouw Utara, ia memperoleh julukannya Ho Lam Tayhiap, Alasan mengapa sekarang ia mengundurkan diri ada sebab2nya yang memaksa.
Kurang lebih tiga tahun yang lalu Ceng Kie Pay telah mengundang Bin Tian Ong masuk dalam partai tersebut, tapi ia menolak. Karena itu hubungan mereka jadi buruk, sering Ceng Kie Pay datang mengacau, setiap kali mereka selalu dapat dipukul mundur.
Walaupun terdapat hubungan yang buruk seperti itu, pada permulaan tahun ini Ceng Kie Pay kembali mengirim utusannya, kali ini untuk melamar puterinya Tian Ong, buat Kang Sun Beng, yang berkedudukan sebagai ketua Gwa Sam Tong dari Ceng Kie Pay.
Dialah murid Khong Tong Pay. Dia belum pernah menikah dan dia dipuji tampan serta gagah. Bin Tian Ong benci Ceng Kie Pay, lamaran itu ditolak. Masih partai itu penasaran, dua kali beruntun mengajukan pula lamaran
mereka. Kembali semuanya itu ditolak dengan halus.
Akhirnya Ceng Kie Pay menjadi murka dan sesumbar jika si nona Bin tidak dinikahkan dengan Kang Sun Beng, Bin Ke Cung hendak dibikin rata dengan bumi.
Untuk itu mereka segera memasang mata-mata disekitar Bin Kie Ceng, Akhirnya Bin Tian Ong jadi kewalahan, maka ia lantas menyebar surat undangan untuk kaum rimba persilatan menghadiri pesta ulang tahunnya ke 60, diwaktu mana ia hendak menyimpan pedang untuk mengundurkan diri sekalian mengadakan pertandingan silat persahabatan
guna memilih menantu, yang nanti dinikahkannya dengan puterinya.
Acara pertandingan ialah kemenangan sepuluh kali dan yang menang itu, asal dia belum menikah, ia akan dinikahkan dengan nona Bin, andaikata pihak Ceng Kie
Pay yang menang, sigadis akan dipasangkan dengan Kang Sun Beng.
Pihak Ceng Kie Pay mengetahui baik maksud Bin Tian Ong yang mengandalkan keadilan Rimba Persilatan, tapi mereka tidak takut. Mereka percaya partainya memiliki
banyak orang lihay mereka sekalian ingin menjagoi diwilayah sini.
Begitulah pihak
persetujuannya dan Ceng Kie Pay itu menyatakan sekarang ini sudah siap sedia, dari Ouwpak dan Anhui sudah datang jago-jagonya. Cuma saja
mereka itu belum mau turun tangan sebelum tiba sang waktu.
Mendengar keterangan itu Kwang Tan segera mengambil keputusan untuk membatu secara diam2 pada Bin Tian Ong, agar setelah berhasil ia dapat segera mengundurkan diri.
"Jika demikian, keterlaluan sekali Ceng Kie Pay itu!" katanya kemudian "Aku berpikir untuk membantu Bin Tian Ong, Apakah Chiang Pangtauw dapat membantuku" Disini, ada berapakah saudara yang ilmu silatnya dapat diandalkan?"
"Tentu, siauwhiap!" sahut Chiang Un. "Orang kita disini yang mengerti silat cuma dua puluh orang lebih, akan tetapi kita dapat meminta bantuan dari cabang kaypang yang berdekatan. Dalam satu hari mereka sudah bisa sampai disini."
Kwang Tan sudah mengeluarkan Tongpay-nya, tapi Chiang Un menggoyangkan tangan. "Tidak usah siauwhiap menyerahkan Sin Liong Leng," katanya kemudian "Cukup asal Siauwhiap mengucapkan sepatah kata."
Kwang Tan jadi heran dan kagum, Tidak disangkanya demikian besar pengaruhnya Sin Liong Leng tersebut. Dari sini terbukti bagaimana sungguh-sungguh Pat Cie Tiat liong membalas budi sehingga tongpay itu diserahkan padanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah!" katanya kemudian, "Aku memberikan perintahku !"
Chiang Un segera memerintahkan pengemis yang tua itu, yang terus mengundurkan diri.
Kwang Tan kemudian memesan jika Pat Cie Tiat Liong datang, agar memberitahukan apa yang telah dikerjakannya, Karena Pat Cie Tiat Liong berjanji, jika ia telah menggabungkan diri dengan Bengkauw, maka ia akan menyusul adiknya yang kedua ini.
Kemudian Kwang Tan penginapannya, Oleh Chiang Un ia diantar sampai dijalan besar.
Waktu itu sudah mendekati jam tiga. Dikala Kwang Tan melangkah memasuki pekarangan rumah penginapan, dari dalam jurusan pintu berbentuk model rembulan, keluar tiga
orang yang jalannya cepat,
tampaknya mereka sudah sinting. Tanpa dapat dicegah mereka bertubrukan Orang yang didepan itu memandang,
jubah kepelajarannya yang kembali kerumah
menjerit melihat kesakitan, Waktu itu ia telah seorang pelajar muda berpakaian bernama putih tengah mengawasinya sambil tersenyum, membuat ia jadi gusar dan darahnya meluap.
"Anak celaka!" ia
berteriak murka, "Kau telah membentur dada Pan Toaya, sehingga Pan Toaya merasa sakit, Mengapa engkau tidak cepat-cepat mengaturkan maaf?"
"Kau aneh sekali, tuan?" berkata Kwang Tan, tetap tertawa tawar, "Justeru kaulah yang tidak memiliki mata, jika aku tidak keburu berkelit, mungkin terjadi perkara jiwa!
Sudah, kau sinting, kau masih kelayapan tidak keruan! Baiklah lebih baik kau pulang dan rebahkan diri dipembaringanmu sebagai mayat?"
"Setan cilik kurang ajar!" berteriak orang she Pan tersebut, yang menyebut dirinya sebagai "tuan "besar" atau toaya. "Kau berani mengajari aku" Anak celaka, kau rebahlah."
Kata2 orang she Pan itu dibarengi dengan tinjunya yang besar melayang dengan keras. Bagaikan kilat cepatnya, tangan Kwang Tan menyambar memapaki lalu tiga jari tangannya memegang nadi orang itu, yang terus dilempar, sehingga seketika itu juga tuan besar she Pan tersebut
terpelanting rubuh delapan tindak.
Tanpa menghiraukan orang mati atau terluka, Kwang Tan terus melangkah bertindak masuk ke dalam rumah penginapan.
Kedua kawannya orang she Pan itu kaget, peristiwa itu berlangsung cepat sekali. Waktu mereka menghampiri kawan mereka, untuk bantu membangunkannya, mereka jadi lebih kaget.
Lengan kanan kawan mereka tersebut bengkak besar sekali. Tidak ayal lagi mereka memayang kawan mereka untuk cepat2 diajak menyingkir.
Ketiga orang ini buaya darat semuanya, mereka tahu bahwa kali ini mereka bertemu orang liehay, takutnya bukan main, maka itu mereka segera angkat kaki.
Sejumlah tamu muncul karena ribut2, waktu mereka menyaksikan peristiwa tersebut, mereka tertawa Tapi diantaranya ada juga yang memperhatikan Kwang Tan.
Besok paginya, dikala Kwang Tan keluar dari kamarnya untuk membuang air, di depan kamarnya, pada kamar nomor tiga, ada dua orang tengah bercakap2. Ketika mereka melihat Kwang Tan, segera juga kedua orang itu mengangguk sambil tersenyum.
Kwang Tan membalas mengangguk dan tersenyum juga, walaupun ia tidak kenal mereka itu. ia mengambil sikap demikian sebagaimana layaknya saja, Ketika ia memutar tubuh kembali ke kamarnya, ia melihat kedua orang itu
melangkah menghampirinya, Tanpa merasa Kwang Tan menunda tindakan kakinya.
Dari dua orang itu, yang seorang berusia lebih kurang
empat puluh tahun, mukanya bersemu merah sepasang matanya memiliki sinar yang tajam, bajunya warna biru, dipunggung nya ada golok Gan Leng Kiu Sit To.
Yang lainnya berusia kurang lebih lima puluh tahun, kumisnya sudah putih semua, tubuhnya sedang matanyapun tajam. Bajunya abu2, panjang sampai
didengkul, Celananya sepan, tongkat Hud Ciu Koay ditangannya tampak tercekal seenaknya. Dia memiliki muka ke-merah2an.
"Tuan, hebat sekali ilmu silat Kim Na Ciu yang kau pergunakan !" kata dia sambil tertawa. "Aku benar2 sangat kagum sekali!"
"Itulah tidak berarti," Kwang Tan bilang merendah. "silahkan masuk!"
Kedua orang itu tidak menolak, maka di lain saat, mereka bertiga sudah berada didalam kamar.
Situa tidak berlaku sungkan lagi, iapun telah bilang: "Aku situa bernama Siang Bu," dia memperkenalan diri. "Dan ini saudara Tan Go Sun. Tuan, kau she apa?"
"Terima kasih!" sahut Kwang Tan hormat, "Aku yang rendah she Ouw bernama Tan." Pemuda ini beranggapan perlu ia merobah she dan nama setelah melihat kedua orang yang tidak dikenalnya ini, yang hendak menjalin persahabatan dengannya, belum lagi diketahui asal usulnya.
Maka dari itu, ia telah mengganti namanya. Juga ia bermaksud menolongi Bin Tian Ong, tentu ia tidak dapat mempergunakan nama sebenarnya, sebab ia hendak menolong secara diam-diam.
Kedua orang mereka heran,
terdengar, dan seaneh itu.
itu jadi saling mengawasi, tampaknya
Karena nama Ouw Tan benar2 aneh baru kali ini mereka mendengar nama "Ohhhh, Ouw Siauwhiap!" tapi Siang Bu berseru seperti itu sambil tertawa, "Didalam Ceng Kie Pay, Siauwhiap memangku jabatan apa?"
Hati Kwang Tan tercekat, Mungkin orang ini salah mengenali orang. "Aku bukan orang Ceng Kie Pay," ia memberitahukan "Aku berasal dari Kangsay dan hendak pergi kekota raja, kebetulan saja aku lewat disini dan singgah, sebab aku
mendengar berita Bin Tayhiap hendak mengadakan pesta besar. Aku ingin sekali menonton orang pibu."
"Ceng Kie Pay itu perkumpulan ternama. Apakah tuan2 hendak mencari salah seorang anggotanya "!"
Mendengar itu Siang Bu telah menoleh kepada Tan Go Sun dan tertawa lebar. "Apa kataku "!" katanya, "Begitu aku melihat, aku yakin Ouw Siauwhiap bukan orang sebangsa manusia itu! sekarang baru kau percaya aku, Laote "!"
Muka Tan Go Sun berobah merah.
"Ouw Siauwhiap, mari kami memperkenalkan diri!" berkata pula Siang Bu, yang terus memberikan keterangannya tanpa diminta lagi sehingga sekarang Kwang Tan mengetahui baik siapa adanya kedua orang tamunya ini.
Siang Bu berdua dengan Tan Go Sun terkenal sekali di Kwangwa, Mereka tinggal di Utara Char har sebagai pemilik peternakan Char har. Selama belasan tahun, kuda mereka berjumlah empat sampai lima puluh ribu ekor.
Siang Bu dan Tan Go Sun bersahabat erat dengan Bin Tian Ong, mereka undangan sahabat undangan yang dikirim Bin Tian Ong.
Mereka juga segera menyewa segera berangkat mereka tersebut untuk memenuhi begitu menerima
kamar dirumah penginapan Kian in, Sudah tujuh hari mereka datang.
Secara diam2 mereka tengah memikirkan cara yang se baik2nya melakukan penyelidikan gerak-gerik orang2 Ceng Kie Pay.
Baru saja mereka berpikir kembali ke Bin Ke Cung, mereka berkenalan dengan Kwang Tan, yang mereka kenal bernama Ouw Tan.
"Jika siauwhiap bermaksud pergi ke Bio Ke Cung, mengapa kita tidak pergi bersama"!" Siang Bu bertanya, mengajak. "Dengan begitu kita tidak usah kesepian ditengah jalan. Kami pun mengharapkan sekali bantuan siaohiap!"
Kwang Tan berpikir, segera ia menerima baik ajakan tersebut.
"Hanya saja aku mohon, janganlah saudara2 terlalu tinggi mengangkat aku!" mintanya sambil tertawa.
"Justeru Siauwhiap yang terlalu merendah." kata Siang Bu tertawa juga, "Nanti kami merapikan dulu pauwhek kami, selesai bersantap kita berangkat !"
Kwang Tan setuju, maka ia mengantar kedua sahabat baru itu pergi keluar, dikala Siang Bu berdua masuk kekamarnya, ia terperanjat.
Didepan dia, dari sebuah kamar, dilihatnya muncul seorang gadis yang cantik sekali. Alisnya lentik, matanya bersinar bening dan tajam, bibirnya kecil mungil dengan hidungnya yang bangir, dua baris giginya putih dan rata.
Potongan mukanya ialah potongan kuaci, pakaiannya cekak dan singsat, ia pun memakai ikat pinggang putih dimana tergantung sebatang pedang dengan ronce hijau, sedangkan tangannya memegang sebatang cambuk, sepatunya berwarna hitam.
"Pasti ia tinggi tenaga dalamnya." Berpikir Kwang Tan didalam hatinya kagum sekali. Gadis itu juga melihat pemuda itu memperhatikannya, ia acuh tak acuh, ia tersenyum terus ia tertawa seraya berlalu dengan cepat.
Setelah berusia hampir dua puluh tahun, baru kali ini Kwang Tan melihat gadis yang begitu cantik menawan hati, Saking kagumnya ia jadi berdiri tertegun bagaikan patung, menjublek diam saja, ia bagaikan merasa kosong begitu cepat sigadis lenyap dari pandangan matanya, lenyap dari
hadapannya. ia merasakan hatinya tidak keruan rasa ketika memasuki kamarnya.
Cepat sekali Siang Bu dan Tan Go Sun muncul lagi. Mereka sudah membawa buntalan mereka.
"Siauwhiap, urusan rumah penginapan telah kami selesaikan!" kata Siang Bu tertawa, "Mari kita bersantap, agar kita cepat2 berangkat."
Pemuda itu bersiap cepat sekali, maka bertiga mereka pergi kerumah makan, untuk sarapan, dengan demikian, dilain saat tampak mereka sudah mulai dengan perjalanan
mereka menuju ke Bin Ke Cung, yang letaknya lima puluh lie dari kota Khoyu, Kedudukannya berdampingan dengan gunung dan sungai, gunungnya hijau, airnya jernih, sekitarnya indah dan nyaman.
Penduduk Bin Ke Cung sejumlah lima ratus keluarga, hidup bertani dan mencari kayu. Sedang rumah Bin Tiang Ong berada di tengah2. Besar gedungnya, lebar pekarangannya. Dilihat rumah2 itu merupakan seperti separuh rumah dikurung air yang lebarnya sepuluh tombak, dan dalam air setombak lebih.
sepintas lalu, dusun. Sekitar Terutama diwaktu itu memang tampak beberapa orang penjaga, ditengah Lian bu-thia atau lapangan berlatih silat, berdiri sebuah luitai, panggung untuk bertanding, yang dicat warna merah serta sepasang lian-nya bertulisan huruf huruf dari emas, bunyi-nya:
"Yang datang, yang pergi, semua orang gagah" dan "Semuanya polos dan jujur, tidak ada yang telengas dan palsu".
Luitai itu diberi nama Wan Yo Tai atau panggung burung Wan-yo, (Burung wan-yo adalah bebek Mandarin, lambang suami isteri yang rukun).
Dikedua samping panggung terdapat gubuk2, atau tempat dengan perlengkapan kursi meja, besar dan luas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali. itulah tempat untuk orang berkumpul dan menyaksikan pibu atau pertandingan. Ketika itu ditempat tersebut sudah berkumpul lebih dari lima puluh orang tamu kawan tuan rumah. Kecuali banyak pengurus dan pelayan bekerja sibuk, pula ada tamu yang membantu mengawasi orang Ceng Kie Pay untuk
membuyar mereka kalau mereka main selundup.
Sebagai tamu baru, Kwang Tan tidak memperoleh tugas apa-apa, maka dari itu, leluasa ia melihat-lihat, terutama untuk memperhatikan sekitar keadaan Bin Ke Cung, setelah mana seorang diri ia kembali dengan cepat Kho Yu, untuk
mencari Chiang Un, guna mengatur segala apa yang berhubungan dengan yang hendak dikerjakannya.
Setelah meninggalkan pesan nya, ia kembali pula ke Bin Ke Cung, ia senang mendengar laporan dari Chiang Un, yang sudah mempersiapkan lebih dari enam puluh anggota,
bahkan diantaranya sudah ada yang turun tangan menghajar mata2nya Ceng Kie Pay, yang bersembunyi ditujuh tempat diluar dusun.
Hari itu, lohor jam tiga lewat, dikala sang batara surya mulai doyong kebarat, diantara pohon2 yang lebat dekat loteng Pek Cim Kok, bagian dalam dari rumah Bin Tian Ong berkelebat sesosok bayangan dengan pakaian hitam, terus ia menyelusup masuk ketaman bunga dan disitu ia dengan sebutir batu sebesar kacang, menimpuk kearah loteng.
Hasilnya ialah suasana tetap sunyi, ia jadi girang dengan berani ia menjejak tanah, untuk melompat naik keatas loteng itu, segera dengan lidahnya ia membasahkan kertas jendela untuk mengintai kedalam, itulah kamarnya nona Bin, lalu ia membongkar jendela, dari sisinya ia mendengar
suara tertawa dingin perlahan sekali, ia terkejut, segera ia memutar tubuhnya.
Tapi ia tidak melihat siapapun juga, Tentu saja ia jadi heran, Tengah ia memasang mata, mendadak pundaknya yang kanan terasa kaku, tanpa ia menghendaki goloknya jatuh kelantai papan loteng, sehingga berisik.
terdengar suara
Dengan gesit sekali tangan kirinya orang tersebut membacok kebelakang, terus ia melompat turun, setibanya ditanah ia memasang kuda-kuda dengan goloknya
disiapkan. ia melihat kesekitarnya. Tapi ia tidak mendapatkan siapa pun juga ditempat itu.
Taman itu tetap saja sunyi bagaikan semula tadi, cuma pohon2 bunga bergoyang sendiri karena sampokan angin halus, Dibelakangnya, ia melihat bayangan sendiri, panjang dan kecil mirip gala.
"Apakah ini disebabkan hatiku terlalu bergelisah tidak keruan juntrungannya ?" ia jadi berpikir didalam hatinya. Dia jadi ragu2. "Mula pertama kalinya telingaku mendengar suara tertawa, lantas pundakku kaku, Apakah
ini bukan sebab gangguan syaraf ?" ia jadi tersenyum sendirinya.
Segera ia berpikir lagi: "Aku telah mendapat tugas, tidak dapat aku pulang dengan tangan kosong, atau selain aku akan ditertawakan juga Khong Su, sipencuri sakti, namaku yang terkenal semenjak puluhan tahun mana bisa
dipertahankan lagi "!"
Karena berpikir seperti itu, orang tersebut yang menyebut dirinya sebagai Khong Su, telah menjejakkan kakinya lagi ditanah, untuk kembali melompat naik keatas loteng. Kesunyian taman itu membuatnya berani sekali.
Kali ini belum lagi dia tiba di loteng, baru saja dia terpisah dari tanah kurang lebih lima kaki, tiba-tiba sekali paha kirinya, dijalan darah dengkul sebelah dalam, terasa terpagut sesuatu, nyerinya mendesak keulu hati, sehingga tidak ampun lagi, bersamaan dengan keluhannya yang tertahan, ia rubuh terbanting sampai debu mengepul naik kesekitarnya.
Bukan main kaget dan takutnya sejenak itu, tidak lain ingatannya hanya untuk menyingkir diri. Paling dulu ia menggulingkan tubuhnya dalam gerakan si "Keledai Malas Bergulingan" Kemudian dia menggelinding kegerombolan
pohon bunga, untuk menyembunyikan diri disana tanpa berkutik, tanpa berani bersuara dan tidak berani bersuara dan tidak berani mengintai dulu.
Dari luar tempat ia bersembunyi Khong Su segera mendengar suara tertawa dingin disusul ejekan tidak sedap untuk telinganya: "Bangsat dungu! Maling dungu!"
Untuk pendengarannnya, nada suara itu sangat menusuk hati, sehingga ia merasa terganggu seperti juga kupingnya itu didengungkan suara nyamuk. Dia jadi kaget berbareng takut. Baru sekarang ia menduga kepada seorang lihay yang
tengah mengawasi padanya, segera ia merayap untuk menyingkirkan diri.
Waktu sudah mendekati tembok, Khong Su berhenti dulu sambil mendekam, ia memasang kupingnya baik2, ia ingin keluar dengan diam-diam, seperti tadi dia masuk tanpa menemui orang, setelah merasa aman, per-lahan2 ia
bangkit untuk mengeluarkan kepalanya dari lebatnya gelombang daun pohon2 tersebut.
"Ihhhh !" tiba2 Khong Su berseru tertahan, saking kagetnya tidak terkira, Didepannya dilihatnya sepasang
kaki manusia, Tubuhnya menggidik tanpa terasa.
Waktu ia sudah mengawasi lebih jauh, ia melihat tubuh seorang yang yang tertutup jubah abu2, dadanya lebar pinggangnya ceking, sepasang tangannya putih sedangkan mukanya beda sekali dari muka kebanyakan orang, inilah muka dari sesosok mayat!
Biru gelap atau matang biru, wajahnya dingin, alisnya lanang, sebaliknya sinar matanya yang tajam sekali mendatangkan rasa mengkirik yang sempat membangunkan bulu kuduk-nya.
Tidak bisa Khong Su mengangkat kepalanya lagi, hatinya jadi ciut.
"Tuan, tolonglah tuan membiarkan aku pergi pulang !" katanya dengan tubuh gemetar.
Orang itu tidak menyahuti, cuma sinar matanya yang memain bengis.
Khong Su bergidik, tubuhnya jadi menggigil keras karena ngeri.
"Jika tuan tidak ada keperluan lainnya, maafkanlah, tidak dapat aku berdiam lama2 disini!" kata Khong Su dan dia terus jaga melesat dengan menjejakkan kedua kakinya kuat-kuat pada tanah, bermaksud untuk melompat naik ketembok.
"Hemmm, tidak dapat kau pergi !" suara itu dingin sekali. Disaat ia melompat tinggi tiga kaki, mendadak mereka merasakan kaki kanannya kena ditangkap, sebelum
ia mengetahui apa-apa, tubuhnya sudah terlempar tujuh tombak jauhnya, dimana ia jatuh
kepalanya pusing, matanya kabur
terbanting, sehingga dan ia hampir saja
pingsan. Disitu dia rebah terkulai bagaikan tenaganya habis, terasa sakit dan ngilu sekujur tubuhnya sedangkan keningnya mengeluarkan keringat sebesar kacang kedele.
Dia terus merintih. Didepannya, dia melihat orang tadi berdiri diam dengan muka tertawa dingin. Akan tetapi tidak
lama kemudian orang itu
memutar tubuhnya, setelah tangannya dibawa kemukanya, Ketika ia memutar tubuhnya kembali, sekarang tampaklah wajahnya muda dan tampan.
Kemudian ia melangkah perlahan-lahan meninggalkan tempat itu. Khong Su heran dan berkuatir sekali, sedang biasanya ia tidak kenal takut, seperti kali ini dia menyatroni Bin Ke Cung diwaktu lohor. Memang biasa setiap pencuri bekerja diwaktu malam, tetapi ia justeru telah memikir yang lain, jika ia datang tepat diwaktu malam, pasti penjagaannya diperingat kuat dan keras.
Karenanya ia bekerja siang, ia pandai menyelusup, tanpa menemui rintangan, ia dapat masuk kedalam taman bunga, Dia percaya, andaikata ia dipergoki, pihak penjaga akan menduga bahwa dia adalah ialah seorang tamu tuan rumah.
Sudah sejak beberapa hari banyak orang datang dan pergi, kawan dan lawan tak diketahui, tak dikenali. Sampai sebegitu jauh dia tidak kepergok, sehingga hatinya girang luar biasa.
Namun siapa sangka, diluar dugaannya, justeru disaat ia akan berhasil, dia rubuh kecewa dan menderita sehingga runtuhlah nama besarnya!
Malam itu diruangan Cie Eng Thia dari rumah Bin Tiang Ong terang benderang mirip siang hari, Tiang Ong tengah berada disitu melayani tamu2nya sambil bercakap2 gembira tertawa cerah.
Disitupun hadir Kwang Tay bersama Siang Bu dan Tan Go San, serta sahabatnya dua orang tersebut yang baru tiba pagi tadi. yaitu Lie Peng Hoat. Mereka berempat berdiam dipojok kanan dimana mereka ber cakap-cakap perlahan sekali.
Tepat dikala orang tengah bicara dengan asyik, seorang centeng (penjaga) lari masuk dengan tergopoh-gopoh, terus menghampiri Bin Tian Ong untuk melaporkan: "Cungcu, penjaga keempat telah mendapatkan seorang terluka rebah
didekat loteng Pek Cio Kok, ia menyebutkan dirinya Khong Su."
Bin Tian Ong mengerutkan dahi, katanya. "Bawa dia kemari."
Tidak lama Khong Su telah digotong masuk, diletakkan dilantai, ia masih merintih tidak hentinya dengan disertai keringat yang membanjiri keningnya, sedangkan pakaiannya kuyup dengan keringatnya itu, tubuhnyapun gemetaran dan mukanya pucat pias matanya guram tidak bersinar.
"Bin Tayhiap, berlakulah murah hati !" memohon sipencuri liehay yang telah runtuh itu dengan suara lemah, "Tolong! membebaskan aku dari totokan, nanti aku bicara terus terang !"
Tian Ong heran, ia mendekati sambil menduga2 apakah Khong Su datang dengan maksud busuk dan ada orang yang telah memergoki dan sekalian merobohkannya ia segera menotok bermaksud untuk membebaskan Khong Su dari totokan itu.
"Aduh! Aduhhh!" teriak Khong Su kesakitan, Dia bukannya bebas, malah dia merasakan kesakitan yang luar biasa menyiksanya, mukanya semakin pucat seperti secarik kertas putih belaka.
Tian Ong jadi berobah mukanya memerah, ia mengawasi melongo.
Dari antara rombongan tamu keluar seorang tua yang menghampiri Khong Su. ia membalik tubuh orang tersebut untuk menotok punggungnya tiga kali disusul dengan satu tepukan keras.
Mendadak sipencuri menjerit keras, dari mulutnya menyembur reak, setelah itu ia dapat bangun berdiri, hanya dia lesu sekali.
Orang tua itu menghela napas dan berkata. "Orang yang menotok itu liehay sekali, kalau dia menotok lebih keras sedikit saja, jiwa orang ini akan terbang melayang, inilah ilmu totok yang jarang ada, sudah ada beberapa puluh tahun aku berusaha mempelajari aku tetap tidak berhasil. Apa yang bisa kuyakini cumalah ilmu membebaskannya!"
Mendengar keterangan tersebut Tian Ong menghadapi orang tua itu sambil tertawa ia bilang: "sebegitu jauh yang kuketahui, jarang sekali kau memuji orang, baru sekarang aku mendengar Khiam Lo Ang berbicara demikian rupa!"
Ketika Kwang Tan mendengar orang tua itu adalah
Khiam Lo Ang, ia jadi memandang penuh perhatian karena Khiam Lo Ang merupakan seorang rimba persilatan yang memiliki nama besar.
"Khong Gisu," Tian Ong waktu itu telah menanya pada Khong Su dengan sikap dan suara yang keren. "Apa maksudmu datang ke-gedungku ini" Sukalah kau bicara terus terang tidak nanti aku sembarangan bertindak terhadap dirimu!"
Khong Su menyeringai ia malu sekali,
"Aku telah dibebaskan dari totokan, tidak dapat aku tidak membalas budi," sahutnya.
Segera ia memberikan keterangannya, mendengar mana para hadirin kaget bukan main. Partai Bendera Hijau, Ceng Kie Pay, diketuai oleh Oey Tiam Su. Dialah murid tunggal dari Shato-huoto, seorang pendeta dari Tibet, Shato-huoto terkenal sekali sebagai
seorang pendeta yang sangat telengas, sedangkan murid tunggalnya itu, Oey Tiam Su telah berhasil mewarisi delapan bagian dari kepandaiannya.
Diapun cerdik sekali, usianya baru empat puluh tahun lebih, Ia membangun partai baru enam tahun, namun justeru kemajuannya pesat sekali.
Pengaruhnya yang sudah meluas, ditiga propinsi Kangsouw, Aohui dan Ouwpak. Besar cita2nya, karena ia ingin mementangkan pengaruhnya itu sampai disembilan propinsi disepanjang sungai Tiangkang.
Selama dua tahun ini sudah mulai menelan beberapa partai kecil menghadap disembilan tentangan propinsi tersebut. Kemudian dia keras, yang membuatnya segera
merobah siasat, dari keras menjadi lunak, ialah dengan mengambil hati orang-orang gagah, untuk bekerja sama. Siapa tidak mau bekerja sama, dia coba membikin celaka, dengan dibunuh secara menggelap atau difitnah, Demikian pula halnya dengan Bin Tian Ong yang hendak diajaknya masuk kedalam partainya.
Karena cungcu dari Bin Ke Cung ini menantang, ia lantas mempergunakan siasat, ia sendiri sebenarnya menganggap Tian Ong masih boleh dibiarkan saja, Yang bersikeras menghendakinya agar diambil tindakan keras kepada Bin Tian Ong adalah Hu Pangcu, yaitu wakil ketua yang bernama Yo Sian.
Ia beranggapan bahwa Bin Tian Ong berkepala besar. Disamping itu sebenarnya tertentu lainnya ialah ia ia memiliki maksud-maksud mengincar sepasang pedang
mustika milik Tian Ong, atau sebatang salah satu diantara kedua pedang mustika tersebut Kim Kiam atau Gin Kiam,
jika dapat dimilikinya tentu merupakan senjata yang ampuh dan bisa diandalkannya, yang membuatnya semakin gagah.
Sedangkan Tian Ong pun tidak dapat ditindas dengan kekerasan, sebab Oey Tian Su masih jeri, disaat pihak kerajaan lengah menghadapi pasukan Bengkauw, ia tidak
mau menimbulkan kerusuhan yang sekiranya bisa memancing perhatian kerajaan, yang mungkin nanti Ceng Kie Pay akan disama ratakan dengan Bengkauw lalu disapu bersih juga !
Juga memang Oey Tiam Su tidak mau bentrok dengan wakil ketuanya, maka ia mau mengalah dan menyerahkan persoalan tersebut kepada wakilnya, agar mengatur siasatnya sebaik mungkin.
Demikianlah, Kang Sun Beng dipergunakan sebagai alat saja untuk melamar nona Bin Karena Tian Ong bertindak
hendak mengundurkan diri dan mengajukan syarat pibu guna mencari jodoh puterinya, mau tidak mau Yo Sian, wakil ketua Ceng Kie Pay tersebut, melakukan persiapan disamping diam-diam juga ingin mempergunakan kekerasan secara
jika saja K,ang Sun Beng gagal, ia mempersiapkan segalanya untuk penyerbuan. Giok Cu hendak diculik, agar penyelesaian dapat dilakukan secara "lunak", Khong Su telah ditugaskan untuk menculik Giok Cu. Menurut rencana Khong Su harus bekerja pada satu hari dimuka pibu, yaitu diwaktu malam Giok Cu harus dibikin pulas dengan asap bius, Kalau Khong Su berhasil, dia harus memberikan tanda, nanti Bin Ke Cung hendak di ancam untuk diserbu.
Kalau semua orang Bin Ke Cung keluar untuk menangkis serbuan, Khong Su harus bekerja terlebih jauh mencuri kedua pedang. Disaat kacau diduga gedung kosong dan Khong Su bisa bekerja dengan leluasa.
Setelah berhasil pihak penyerbu akan cepat sekali mengundurkan diri. Untuk jadi penyerbu ini dipilih musuh2 Tian Ong, agar Ceng Kie Pay dapat mencuci tangan. Bahkan sebaliknya Ceng Kie Pay akan memberikan janjinya hendak membantu, dalam waktu tiga bulan, sigadis akan dapat ditolong.
Tentu saja Kang Sun Beng sebagai penolong palsu, agar karena mengingat budinya, Giok Cu mau menikah dengannya, Sun Beng memiliki wajah tidak dapat dicela, Akan tetapi Khong Su bukannya bekerja diwaktu malam,
malah ia bekerja diwaktu siang, Apa lacur untuknya, ia kepergok dan kena ditawan. Bahkan terpaksa dia harus membuka rahasia yang diketahuinya.
Semua orang kaget mendengar kebusukan Oey Tiam Su dengan Ceng Kie Paynya, yang ingin mempergunakan akal
muslihat keji itu. Syukur ada penolong tidak dikenal, sehingga usaha Khong Su dapat digagalkan, dan sekarang rahasia Oey Tiam Su atau Ya Sian terbongkar.


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sayang kau dirintangi, Khong Giesu !" kata Tian Ong kemudian, "Dapatkah kau menjelaskan bagaimana wajah orang yang merubuhkanmu itu "!"
Dengan malu Khong Su menceritakan semua yang dialaminya beberapa waktu yang lalu.
Tian Ong heran, matanya menyapu semua hadirin dengan sinar mata bertanya-tanya.
"Siapakah kiranya sahabat itu "!" tanyanya bersenyum, "Apakah diantara saudara-saudara ada yang mengenal dia "!"
Semua orang saling mengawasi. Waktu itu Tan Go Sun mengawasi Kwang Tan. hatinya berkata: "Mungkinkah dia" Tapi menurut Khong Su, orang itu liehay sekali, sedang dia ini masih terlalu muda, siapakah dia itu "!"
Kwang Tan telah menyalin pakaian, ia menduga pengusaha ternak itu mencurigainya, maka sambil tertawa dia bilang: "Saudara Tan, menurut Khong Su orang itu pasti seorang gagah luar biasa, maka aku ingin sekali dapat berkenalan dengannya."
"Akupun sangat ingin sekali menemui dia!" kata Tan Go Sun. "Tapi dia orang luar biasa, jika dia tidak memperlihatkan dirinya, walaupun kita bertemu dengannya, sulit untuk mengenalinya !"
Setelah berkata begitu, orang she Tan tersebut tertawa lebar sambil memandang penuh arti. Waktu itu Tian Ong memerintahkan kepada orangnya agar Khong Su dikurung dalam kamar batu. Dia akan dibebaskan jika waktunya telah tiba.
Dilain pihak, ia perintahkan penjagaan diadakan lebih ketat dan keras lagi. Agar semua penjaga juga berhati2 untuk menghadapi musuh yang berusaha menyelundup masuk kedalam Bin Ke Cung.
Demikianlah malam itu lewat dengan aman. Tapi itu bukannya berarti tidak terjadi sesuatu karena Khong Su tidak kembali Yo Sian mengirim tiga orang, untuk menyelidiki.
Celaka buat mereka itu, dihadang seorang bertopeng dan dirubuhkan dengan totokan, terus mereka diantar pulang kemarkas mereka.
Ketika sang fajar tiba, Bin Ke Cung jadi ramai sekali, Tamu2 datang tidak putusnya. Sibuk sekali tuan rumah mengadakan penyambutan dan melayani mereka semua.
Tetarap sebelah timur dipakai untuk tamu-tamu yang membantu pihak tuan rumah, gubuk barat untuk semua tamu lainnya, yang terdiri dari orang berbagai golongan. Dari pihak Ceng Kie Pay, Oey Tiam Su mengirim Yo Sian beserta belasan jagonya, diantaranya terdapat Kang Sun Beng.
Bin Tian Ong dan puterinya duduk ditetarap timur, didampingi oleh Khiam Lo Ang.
Matanya tampak tajam mengawasi ketetarap timur. Diatas meja terletak sepasang pedang yang sarungnya luar biasa dan gagangnya bertaburan batu merah, sedang roncenya sutera kuning gading itulah pedang Kim Kiam dan Gin Kiam.
Kwang Tan duduk dibaris pertama di meja kedua, Bersama dia dalam satu rombongan terdapat Siang Hi, Tan Go Sun dan Lie Peng Hoat.
Kwang Tan bertemu dengan Giok Cu, ia beranggapan gadis itu memang toapan dan manis, benar ia tidak terlalu cantik, tapi tokh menarik sekali, sehingga ia berpikir: "Entah bagaimana tabiatnya nona Bin ini...." ia baru
berpikir demikian, seketika pipinya jadi memerah dan dirasakan sangat panas.
Sedangkan Giok Cu sebaliknya, begitu ia melihat Kwang Tan sudah meresap kesannya yang baik. Pemuda itu
tampan, halus gerak-geriknya. Tapi ia tidak bisa memikirkan pemuda itu lebih jauh. sekarang ia sudah tidak bebas lagi, ia akan jadi rebutan orang banyak.
Andaikata Kwang Tan ikut naik dipanggung, ia percaya pastilah dia tidak akan sanggup melawan banyak iblis dan pemuda lainnya yang telengas dengan kepandaian yang tinggi.
Dikala Kwang Tan mengawasi ke tetarap barat, tiba2 hatinya terkejut, Disana ia melihat sigadis baju merah yang lenyap dalam sekelebatan dirumah penginapannya kemarin itu hampir saja ia menjerit sendirinya.
Gadis itu baru tiba, ia diantar masuk oleh pelayan, ia masih memegang cambuknya yang hitam mengkilap, rupanya terbuat dari otot harimau atau otot binatang buas lainnya, Begitu tiba matanya menyapu kesekelilingnya, barulah ia melangkah ketetarap, langkah kakinya tetap.
Semua orang yang hadir, baik dari tetarap timur, maupun dari tetarap barat, ikut tertarik hatinya, semua mengawasi sigadis baju merah itu. ia langsung menghampiri Bin Tian Ong, untuk membisikkan sesuatu, untuk itu tuan rumah tampak girang.
Segera sigadis itu diundang duduk bersama dengan nona Bin yang belajar kenal dengan Khiam Lo Ang beramai. "Ouw Siauwhiap, bagaimana kau lihat nona baju merah itu?" tiba2 Kwang Tan mendengar pertanyaan dikala ia mengawasi sigadis,
dadu, tahulah dia
ia terkejut, mukanya juga bersemu
yang ditegur oleh Siang Bu, karena perbuatannya dianggap kurang baik, mengawasi seorang gadis sampai mendelong begitu.
"Dia tidak ada celanya, Siang tiangcu mengetahui siapa adanya gadis itu "!"
Siang Bu tertawa, tapi ia menggelengkan kepalanya perlahan.
Waktu itu tengah hari tepat, telah tiba waktunya pibu dimulai, maka terdengarlah tanda, suara gembreng tiga kali, disusul dengan letusan petasan diluar kalangan.
Bin Tian Ong dan puterinya bangkit, untuk naik dipanggung Wan Yo Tai, Tian Ong bersenyum, sedangkan sigadis mengenakan baju hijau, dipinggangnya tergantung pedangnya, ia berdiri disisi ayah-nya.
Letusan petasan disusul tempik sorak, setelah suara mendengungnya berhenti, sirap juga sorak sorai.
Bin Cungcu mengenakan jubah sulam, kumis dan jenggotnya yang putih panjang sampai didada, ia berdiri tegak, tampak keren, ia memberi hormat kearah timur dan barat, terus ia berkata.
"Hari ini hari ulang tahunku yang keenam puluh, aku girang dan bersyukur sekali atas kunjungan semua sahabatku, tidak dapat aku membalas budi, maka aku minta sudilah saudara2 minum dan dahar sekedarnya!" kata2 itu disambut tampik sorak.
"Bersamaan dengan perayaan tak berarti ini, akupun membangun panggung Wan Yo Tai." tuan rumah berkata lagi. "inilah untuk anakku, yang telah berusia dewasa, Oleh karena aku keras sekali memilihnya, sekian lama aku belum mendapatkan menantu yang cocok, maka itu setelah usiaku lanjut ini aku memikir mengadakan pertandingan diatas
panggung, guna mendapatkan jodoh anakku! Para hadirin siapa ingin bertanding harap memperhatikan syaratku, Dia harus berusia tidak lebih tiga puluh tahun, diapun masih belum beristri! Pertandingan dibataskan hanya sepuluh kali.
Karena inilah pertandingan persahabatan. Setiap calon harus bertanding hanya saling sentuh saja, jangan sampai ada yang melewatkan batas sehingga melampaui maksud
suci dari pertandingan ini. Pula pertandingan diadakan cuma selama tiga hari, selewatnya itu aku yang rendah hendak menyimpan pedangku, Maka, saudara2, sudilah kiranya semua mengerti akan maksudku ini. Sekian, terima kasih."
Kembali gemuruh tempik sorak para hadirin.
Setelah suasana sirap, Tian Ong mengajak gadisnya turun, akan kembali kekursi mereka ditetarap timur.
Segera terlihat naiknya dua orang pemuda keatas panggang, dengan bersenjata tombak dan golok pendek. Mereka terus bertanding, Mereka bukan orang2 pandai, tapi orang2 senang untuk menyaksikan pertandingan mereka.
Di kedua tetarap, para pelayan mulai menyajikan barang hidangan serta araknya, arak simpanan Tiok Yap Ceng yang sangat terkenal sekali, maka dilain saat, orang sudah
mulai bersantap sambil menonton pibu.
Umumnya kaum muda yang ingin bertanding, tidak tenang hatinya. Tidak mengerti mereka, siapa akan dapat memenangkan sepuluh pertandingan.
Waktu tiga hari pun cukup lama Dihari pertama ini, orang tak bernafsu untuk segera naik kepanggung. Maka sampai jam satu, belum ada pertandingan yang berarti, Yang bertempur adalah pemuda2 Bin Ke Cung, seperti dua pemuda yang pertama itu. Mereka hanya memulai untuk membantu meramaikan.
Akhirnya dari tetarap barat terdengar satu suara dalam: "Kenapa yang naik kepanggung cuma tukang silat kembang saja, yang tidak sedap dipandang" Buat apa mereka ini ditonjol-tonjolkan " Entah mereka murid siapa, tapi ada muridnya tentu ada gurunya ! Ayo, kalian lekas turun, nanti aku lemparkan kalian satu demi satu !"
Mendengar itu, kawanan sesat ditetarap barat itu tertawa bergelak-gelak. Ditimur ada orang yang menjadi mendongkol sekali, sehingga dia sudah menghadap kebarat "Sahabat, kau kenyang, buat segera naik ke panggung untuk dan berkata dengan menantang:
sudah minum cukup, kau sudah gegares apa kau bersuara seperti seekor babi" Mengapa kau tidak mau muncul saja "!"
Dialah Su Sian Lok, Tantangannya itu disambut oleh salah seorang dari barat, yang muka dan kumisnya merah, kumisnya itu kaku, wajahnya bengis, matanya pun besar. Ia berseru:
"Binatang, hebat kau mencaci! Aku Siauw Cit liang bukan sembarang orang, maka kau sebutkanlah namamu ?" Su Siau Lok terkejut, ia mengerti, orang she Siauw tersebut merupakan begal tunggal terkenal diwilayah Siangkang, mahir ilmu tenaga dalam dan luar. Kejam sifatnya.
Tapi ia tidak gentar, dia adalah murid dari Ngo Tay San, umurnya belum tiga puluh tahun, namanya sudah terkenal, adanya juga terlalu tinggi.
Ia menyahuti sambil tertawa dingin: "Nama tuan besarmu adalah Su Sian Lok, walaupun aku bukan orang berkenamaan didalam rimba persilatan, aku tidak dapat membiarkan segala macam begal bertingkah!"
"Ohhhh, kiranya Su Sian Lok?" kata Siauw Cit Liang tertawa lebar, "Kau berani menantang aku?" Mendadak menyusuli dengan perkataannya itu, ia menyerang dada orang, mencari dua jalan darah Yuhun dan Leng tiong.
Ia memang murid dari seorang paderi sakti dibukit Lee Bo Nia di Selatan, yang terkenal untuk ilmu silatnya Hian Im Ciang Lek, tangannya lihay. Siapa terkena serangan ilmu tersebut diluar terlihat tidak terluka, lukanya yaitu bagian dalam, patah dan pecah tulang iga dan ususnya.
Sian Lok gusar melihat serangan yang kejam dan telengas seperti itu, ia berkelit kekiri, lalu meneruskan, ia menggeser tubuhnya lebih jauh kebelakang lawan, dari sini barulah ia menyerang, dengan tipu silat "Kay Pay Ci" yang memiliki gerakan sangat sebat sekali.
Melihat orang demikian gesit, Siauw Cit liang memuji dalam hatinya, ia berkelit kekiri. sambil berkelit, tangan kanannya menyerang, menghajar lengan kanan orang she Lo itu.
Sian Lok menolong tangannya dengan diturunkannya cepat sekali, ia tidak menarik pulang, sebaliknya ia
meneruskan menyerang ke
perut, habis mana dengan melengak, kakinya menjejak, untuk melompat mundur. Bagus gerakannya itu, bebas ia dari bahaya, akan tetapi ia segera juga mengeluarkan keringat dingin, ia tahu bagaimana ia terancam bahaya tadi, bahaya yang tidak kecil.
Siauw Cit walaupun ia tertawa.
"Bocah, kau dapat lolos "!" katanya sambil terus maju menyerang pula, ia melompat.
Liang juga melompat mundur dua tindak tahu bahwa ia cuma digertak, segera ia
Sian Lok mengerti bahaya, ia tidak mau menangkis, ia berkelit Tapi segera juga didesak, diserang saling susul, sehingga ia mundur kepinggir panggung. Disini Siauw Cit Liang melompat lagi, sekali ini ia menyerang hebat sekali, itulah lompatan "Harimau Melompat sembilan Gunung" atau Houw Yauw Kiu San.
Ditetarap timur para hadirin kaget sehingga ada yang berseru, Mereka menduga Sian Lok akan terhajar gepeng. Kesudahannya itu, mencelat mundur mereka melihat Siauw Cit Liang dua tindak, mukanya meringis,
tangannya memegang sesuatu barang mirip cabang pohon
sedangkan Sian Lok sendiri, dikala orang mundur, segera melompat turun dari panggung.
Siauw Cit Liang tidak ikut melompat turun, melainkan ia berkata dengan suara yang mengandung kemarahan bukan main. "Tikus darimana yang melukai orang dengan senjata
gelap?" Dan dia memandang dengan tajam ke sekelilingnya, kemudian meneruskan perkataannya lagi:
"Tapi. sebatang sumpit bambu sukar mencelakai orang tuamu! jika kau laki2, kau sempat menutup mulutnya,
menyambar ke mulutnya, sehingga dua buah giginya copot dan mengeluarkan darah, sampai ia harus membekap
matanya memandang bengis kearah kedua mulutnya, tetarap.
Setelah rahasia, semua
orang yang hadir jadi heran, Siapa penyerang yang demikian lihay" Bukankah panggung terpisah dari mereka kurang lebih tiga belas tombak" Bukankah biasanya orang menimpuk cuma tiga tombak atau paling tujuh enam tujuh tombak" Lebih jauh dari itu, serangan senjata rahasia sudah tidak ada gunanya.
keluarlah!" Dia belum lagi mendadak sebatang sumpit
mengetahui Siauw Cit Liang terkena senjata Ketika Siang Bu melihat sumpit Kwang Tan, diam2 ia terkejut Sumpit itu tinggal sepasang sumpit setengah potong! Maka ia berkata didalam hatinya: "Pemuda ini tidak boleh dipandang ringan! Entah apa maksudnya dia,., dia demikian muda, dia liehay, diapun dapat menyembunyikan dirinya dengan rapi sekali, inilah luar
biasa dan mengherankan...!"
Ketika itu dari tetarap barat melompat seorang pemuda dengan pakaian hitam, dipunggungnya tampak tersoren sebatang pedang, sepasang matanya tajam, Dia memberi hormat kepada Siauw Cit Liang, sambil tertawa ia berkata:
"Siauw Locianpwe,
kau telah menang satu rintangan, silahkan mundur. Si penyerang gelap sebentar lagi tentu akan dapat diketahui, maka dari itu, waktu masih belum lagi terlambat untuk kau turun tangan!
Aku yang rendah adalah Hui Tiauw, dengan ini memang sengaja datang buat bertanding guna mendapatkan jodoh dan pedang, maka dari itu, maukah locianpwe membantu menyempurnakan cita2ku ini."
Siauw Cit Liang memang tengah serba salah, maka datangnya pemuda ini kebetulan sekali untuknya, ia bilang:
"Aku cuma main2 saudara Hui. silahkan kau menggantikan aku."
Setelah berkata begitu, ia lompat turun, kera bali ketetarap barat.
ooooo)odwo(ooooo TURUNNYA Siauw Cit Liang, segera juga Hui Tiauw bicara kepada hadirin, menjelaskan bahwa ia ingin sekali mengambil bagian dalam pibu ini, karena pertama memang
ia belum lagi menikah dan kedua untuk sekalian mencari pengalaman dalam pibu ini, kalau toh memang ia harus dirubuhkan. Dengan sikap tekebur ia menantang siapa yang hendak me layaninya.
Ditetarap timur, hadirin umumnya bermaksud hanya membantu tuan rumah, tidak ada maksud ikut pibu, ada juga yang tertarik hatinya, sayang sekali usianya sudah
lewat tiga-puluh atau anaknya sudah merentet.
Ada juga yang berpikir percuma saja bertempur untuk sekedar main2, karena jika kesalahan tangan, permusuhan dapat tertanam karenanya. Maka dari itu, tidak ada yang mau menyambut tantangan itu.
Tidak demikian dengan para tamu ditetarap barat, Mereka terdiri dari banyak golongan. Disatu batas, mereka dapat bersatu, tapi mengenai soal perjodohan ini, mereka memikirkan kepentingan masing2.
Ada juga diantara mereka yang ingin mengangkat nama saja, ada yang hendak mendapatkan hadiah!
Maka juga, majulah seorang pemuda, yang gerakannya sangat gesit, sayang untuknya dalam beberapa jurus ia sudah kena dirubuhkan Hui Tiauw.
Segera naik pula seorang pemuda lain, terus ia bergebrak dengan Hui Tiauw, Dan tengah mereka bertempur seru, seorang pelayan pengantar nasi datang kepada Kwang Tan, Pemuda itu segera berkata kepadanya: "Tolong, kau ambilkan aku sumpit baru, sumpitku jatuh dan kotor !"
"Baik,.Siauwya, nanti aku mengambilkannya !" kata si pelayan yang segera pergi sambil tertawa. Siang Bu tersenyum. Dimata orang lain, biasa saja sumpit jatuh, dan menjadi kotor karenanya sehingga perlu ditukar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kwang Tan dapat melihat sikap orang she Siang, segera ia bilang perlahan: "Siang tiangcu, aku ingin bicara sebentar, dapatkah "!"
Siang Bu mengawasi tajam, tapinya ia tertawa sambil mengangguk.
"Mari !" katanya.
Mereka berdua pergi ketembok dibelakang tetarap itu, disebelah pojokan.
"Sebenarnya aku tidak memiliki urusan penting, hanya saja aku merasakan sesuatu, sehingga aku anggap tidak dapat aku tidak memberitahukannya !" kata Kwang Tan.
"Siauwhiap tentu telah melihat sesuatu apa !" kata Siang Bu kemudian, "silahkan bicara, aku bersedia mendengarkannya dengan sebaik-baiknya !"
Kwang Tan tersenyum, ia bilang perlahan "Hari ini jangan memberikan ijin kepada orang ditetarap timur yang naik ke panggung guna pibu, karena aku telah memperhatikannya ternyata pihak tetarap barat berjumlah jauh lebih banyak satu lipat dari tetarap timur, umumnya mereka mengincar pedang, jodoh hanya yang nomor dua.
pula mereka umumnya merupakan orang-orang Ceng Kie Pay.
Aku menduga mereka tengah menantikan kesempatan dan waktu yang baik untuk turun tangan, sekarang ini tidak dapat kita sembarangan menduga kekuatan mereka, Aku
pikir, kalau terpaksa, satu atau dua orang saja yang maju guna mencegah bahaya, Yang mempersulitkan, aku duga ia orang Ceng Kie Pay yang bercampur baur dengan penghuni Bin Ke Cung, sehingga mereka sulit dikenali.
Maka itu baiklah pedang mustika ditukar dengan yang palsu, ditaruh disuatu tempat sebagai umpan. Di samping itu aku percaya pihak Ceng Kie Pay tentunya tidak puas, mungkin mereka mengirim orang untuk menolongi Khong Su. Bagaimana pendapat tiangcu?"
Siang Bu mengangguk2. Bukan main kagumnya ia pada pemuda ini, selain gagah, sangat tajam matanya dan juga pandangannya begitu jauh.
"Baiklah, nanti aku bicara dengan Bin Cungcu!" katanya kemudian, ia juga tertawa dan menambahkannya: "Siauwhiap, tadi hebat sekali permainanmu mematahkan sumpit menjadi panah tangan!"
Muka Kwang Tan jadi berobah merah, tapi ia tertawa. Sampai disitu, mereka telah kembali ketetarap, duduk kembali ditempat mereka, sedangkan Siang Bu terus pergi kepada tuan rumah dan Kwang Tan kemejanya.
Waktu itu Hui Tiauw sudah menang tiga kali beruntun, tampaknya ia sangat girang dan puas, maka ia jadi angkuh dan congkak sekali, kejumawaannya semakin nyata, Kwang Tan mengerutkan alisnya melihat lagak orang tersebut.
Dari tetarap barat terdengar suara kurang senang dan disusul dengan munculnya seorang yang gerakan tubuhnya sangat lincah sekali hinggap diatas panggung dengan indah sekali.
Tidak ada suara sedikitpun juga waktu hinggap diatas panggung, dengan gerakan "Naga Hitam Membalik Mega",
Maka ia dapat sambutan sorak-sorai yang sangat ramai sekali dari kedua tetarap. Dialah seorang yang bertubuh sangat jangkung dengan kumis mirip kumis kambing gunung. matanya tajam sekali sampai berkilauan.
Dia terus tertawa dingin dan berkata dengan tawar: "Sahabat, bagus sekali ilmu silatmu! Hemmm, justeru
sekarang aku ingin sekali belajar kenal dengan ilmumu itu! Aku bernama Bun Un Sie."
Kaget Hui Tiauw mendengar nama orang itu, sehingga dia mirip dengan ular berbisa yang mengkerat, sampai dia mundur dua langkah kebelakang.
"Ban losu naik kemari, bukankah...?" katanya agak gugup. "Ngaco!" membentak Ban Un Sie. "Usia ku sudah lanjut, mana aku berpikir yang tidak-tidak" Tadi tuan rumah mengatakan pertandingan hanya terbatas kepada para
pemuda yang belum lagi usianya dari tiga puluh tahun, juga telah menyebutkan bahwa pertempuran hanya terbatas pada saling sentuh saja, mengapa kau justeru tadi menurunkan tangan begitu telengas kepada saudara angkatku, tanpa memperdulikan pesan dari tuan rumah" Hemmmm, dari itu sahabat, ingin sekali aku mencoba coba kepandaianmu !"
Hui Tiauw jeri, itulah bisa dimengerti. Selama tujuh atau delapan tahun belakangan ini di Kwantiong telah muncul seorang jago yang dapat membuat orang lain sakit kepala, Dialah Ban Un Sie.
Dia liehay, sepak terjangnya penuh rahasia, diapun telengas, tangannya kejam, jika ia bekerja, biasa saja dia tidak meninggalkan korbannya masih hidup. Sulit untuk mencari jejaknya.
Maka didunia rimba persilatan menyebutkan dia sebagai Hantu, julukannya yang lain Adalah siluman Aneh. "Ban Losu, kau keterlaluan!" kata Hui Tiauw pada akhirnya, yang memaksakan diri tertawa dingin, ia memberanikan hatinya dan membangunkan semangatnya, ia berpikir, jika ia kalah, tentu gurunya akan turun tangan.
Ia juga ingin mencoba sampai dimana kepandaian orang namanya sangat menggetarkan itu yang katanya sangat lihay dan disegani. "Bukankah
Baiklah, biar pun kepandaianku
kita tengah bertanding"
rendah, mau aku akan melayani kau!"
Bun Un Sie tertawa bercahaya, Agaknya dia bergelak2, matanya berkilat jumawa sekali dan tidak memandang sebelah mata kepada Hui Tiauw.
"Sahabat she Hui, kau ternyata berani bicara besar didepanku, dan inilah sama saja engkau mencari kematian buat dirimu! Dan kukira sebelum bicara kurang ajar seperti engkau harus mempertimbangkannya sebaik mungkin."
"Tentang itu biarlah, nanti kucoba dulu" Hui Tiauw bilang dengan sikap yang dingin, karena iapun tidak mau kalah hawa dengan lawannya itu, dia telah berkata lebih jauh:
"Jika aku kalah, itulah disebabkan pelajaran ilmu silatku tidak sempurna, jadi tidak usah kau berjumawa, Ban Losu, silahkan kau memberi pengajaran kepadaku!"
Bun Un Sie tertawa mengejek, tinjunya segera meluncur kakinya segera juga digeser maju kedepan, itulah gerakan yang dinamakan: "Menginjak Pintu Hong Bun".
Hui Tiauw mendongkol sekali, Serangan semacam itu menandakan kecongkakan lawannya, bahwa lawan yang diserang tidak dipandang mata sama sekali, Maka dengan
ilmunya Kim Na Cin, ilmu menangkap, Hui Tiauw segera menyambuti serangan !awannya.
Ban Un Sie benar2 liehay. Mudah sekali mengelakkan tangan lawannya, setelah mana kakinya bergerak pula, sehingga segera juga ia bergerak lagi dari belakang lawan.
Tapi ia tidak menyerang, ketika Hui Tiauw memutar tubuh, ia melesat pula, jelas ia hendak mengitari musuh, guna membikin musuh menjadi pusing, sehingga lawan mirip kera yang tengah dipermainkan !
Banyak penonton yang bersorak sorai, juga ada yang tertawa sehingga mukanya Hui Tiauw jadi merah padam, dia mendongkol, malu dan penasaran, tapi tanpa berdaya, Jika ia tidak ikut memutar setiap waktu dia bisa dihajar musuh dengan mudah.
Kwang Tan mengetahui dan yakin bahwa Hui Tiauw akan kalah, ia tidak terus memperhatikan jalannya pertandingan itu, ia lebih banyak memasang mata keberbagai penjuru, terutama sekali terhadap si gadis berbaju merah.
Gadis itu mengawasi tajam keatas panggung, setiap kali dia bersenyum kecil, sehingga tampak jelas sujennya atau dekiknya yang manis. Kedua tangannya dipakai menunjang dagunya, Agaknya dia tertarik luar biasa oleh pertandingan itu.
"Gila kau!" diam2 Kwang Tan memaki dirinya sendiri didalam hati. "Tugas yang diberikan Thio Kauwcu belum lagi bisa kuselesaikan, sekarang aku telah memikirkan yang tidak-tidak mengenai soal wanita akh, aku adalah seorang pemuda berhati rendah."
Dan ia menyesali mengapa ia harus memikirkan hal-hal yang tidak kepada persoalan sinona baju merah itu. Demikianlah, pemuda itu telah menegur dirinya sendiri, setelah mana matanya diarahkan pula ketetarap barat, mengawasi Yo Sian dengan rombongannya berada.
Ketua muda dari partai Bendera Hijau itu setiap kali kasak-kusuk dengan kawan2nya beberapa kali tangan nya menunjuk, juga kearah Bin Tian Ong.
"Walaupun mereka belum bergerak, tapi tentu mengandung maksud yang busuk!" pikir Kwang Tan, "Jangan-jangan sebentar malam mereka akan mengulangi
lagi siasat mereka, Mereka telah dihajar kaum Kaypang, tanpa mereka menyadari siapa Mereka menduga pihak Bin Ke yang menyerangnya.
Cung sendiri yang melakukan semua itu. peristiwa itu telah membuat mereka bertambah benci kepada pihak Bin Ke Cung. Bin Tian Ong
pasti dipandang seperti jarum dimata mereka, Aku telah turun tangan buat membantu, aku harus turun tangan terus, Tampaknya Chiang Un dapat bekerja dengan baik !"
Waktu itu pertempuran diatas panggung sudah berakhir, Hui Tiauw kena dihajar
pukulan "Mega Mendung Menutupi Rembulan", ia rubuh dipanggung dengan mulut memuntahkan darah, sehingga beberapa orang dari tetarap barat keluar untuk menolongnya.
Ban Un Sie waktu itu tidak menantang, ia melompat turun untuk kembali ketempatnya, Sejenak lamanya berisik
lah di tetarap barat itu dimana terdapat suara keras dari cacian. Suara baru berhenti ketika melihat dua orang naik kepanggung, untuk bertempur.
Diwaktu itu Tan Go Sun kembali dengan tertawa-tawa bersama Siang Bu, malah Siang Bu telah berkata kepada
Kwang Tan: "Ouw Siauwhiap, aku telah bekerja menurut pesanmu Bin Tian Ong memuji kau cerdik dan lihay. Dan ia menunjukkan ibu jarinya, setelah mana ia menambahkan:
"Aku siorang tua juga telah mewakilkan kau mencari keterangan! Nona baju merah itu, akh, dia liehay ilmu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
silatnya, ia juga memiliki paras yang tidak bisa dicela. Aku siorang tuapun kagum jika... akh, aku melantur saja, yang pasti gadis itu memang sangat cantik !" Dan ia memandang Kwang Tan sambil senyum penuh arti.
Tan Go Sun pun tertawa.
Kwang Tan tergugu juga karena malu.
"Siang tiangcu, kau bergurau !" katanya pula.
Siang Bu tertawa, Tapi segera ia berkata dengan sungguh-sungguh: "Dialah mutiara tunggal kesayangannya Siangkoan Mu, yang ilmu silatnya sangat liehay, puterinya itu bernama Lin Eng, juga memiliki kepandaian yang sama kosennya seperti ayahnya, Siangkoan Lin Eng pun sangat lincah sekali, ia masih belum ada yang punya. Maka dari itu, aku tadi telah bilang..." ia berhenti sejenak dan tertawa, barulah kemudian melanjutkan perkataannya.
"Oow Siauwhiap, janganlah kau mengatakan aku situa gila basah dan senang bergurau. Ingatlah itu kata2, suatu keluarga memiliki seorang gadis, seribu keluarga lain meminang-nya, inilah saatnya kalian anak2 muda turun tangan! Aku tahu, memang kaum muda selalu memiliki kulit yang tipis, bagaimana kalau aku situa yang maju untuk
mewakilkan kau bicara"!"
Kwang Tan likat sekali, dia tidak menyangka bahwa Siang Bu dapat menerka isi hatinya ia jadi tidak enak duduk dan tidak enak berdiri. Mukanya jadi merah sekali, sampai akhir nya ia paksakan dirinya buat tertawa dan berkata:
"Jika memang Siang Tiangcu berkata begitu, maka saja aku tidak menghargaimu, karena nona itu baru saja kulihat sekarang dan seperti pemuda mata keranjang yang telah segera memikirkan masalah jodoh. Belum tentu di antara kami berdua terdapat kecocokan!"
Siang Bu dan Tan Go Sun tertawa mendengar perkataan sipemuda. Keadaan didalam gedung Bin Tian Ong, kecuali ditempat adu silat yang memang ramai bagian bagian yang lainnya semua sunyi senyap sekali, walaupun didalam taman dan setiap lorong, maupun dikamar tulis dan centeng
semuanya ada penjaga. Dua atau tiga orang dengan berkelompok jalan meronda.
Khong Su di penjarakan dalam rumah batu di pojok barat kamar, kamar batu itu berada disamping gunung2an palsu, li liong Su dijaga cukup ketat, segala keperluannya
tidak dialpakan, sehingga ia tidak kekurangan makan.
Cuma dia telah lenyap kebebasannya. Demikianlah, dikala semua orang berkumpul di Hau-bu-thia, ia sendiri duduk menyender dipembaringannya, kedua tangannya memegangi kepalanya, matanya memandang dari jendela
yang berjeruji besi.
"Dasar aku yang malang!" dia pikir, "Biasanya aku bebas merdeka. biasa setiap kali aku bekerja, aku bisa hidup tidur bangun selama tiga tahun, tapi sekarang, karena aku mendengar kata2 sahabat, lantaran aku kemaruk akan harta
dan hadiah lima ribu tail perak. aku telah menjual jiwaku! Mengapa aku bisa demikian bodoh" Akh, orang itu yang kuhadapi, dia lihay luar biasa, seumur hidupku belum pernah aku berhadapan dengan orang lihay seperti dia. Boleh aku merasa puas rubuh ditangannya."
Sudah umum, siapa lenyap kebebasannya, banyaklah waktunya yang luang untuk berpikir, demikian juga halnya dengan raja pencuri ini. Dia segera ingat segala perbuatannya dulu2.
Benar dia selama melakukan kejahatan, tapi ada kalanya juga ia beramal kepada orang-orang melarat. Hanya kurang lebih, kejahatannya masih lebih banyak. sekarang ia bertanya, bagaimana selanjutnya" Agaknya dia menyesal, dia berduka, tapi juga bimbang bukan main.
Diluar terali, senantiasa ada sepasang mata yang mengintai kedalam kamar, untuk melihat apa masih ada atau tidak, atau dia tengah mengerjakan sesuatu apa, Karena Khong Su berdiam diri saja, maka ia tidak diganggu tanpa disapa, ia ditinggal pergi.
Kecuali suara jauh di Lian-but-thian, taman sunyi sepi. Kadang2 saja terdengar gembreng peronda atau tindakannya sipenjaga itu sendiri.
Tiba2 diatas kamar batu terdengar suara berkelisik. Suara itu tidak dapat didengar kecuali orang yang ditelinganya lihay, Khong Su mendengar suara itu, ia bergerak bagaikan orang-orang yang baru sadar.
Segera juga dia dia melihat munculnya kepala diluar terali, di susul dengan suara bisikan perlahan: "Saudara Khong, atas nama Hu pangcu, aku datang untuk menolongi kau !"
Khong Su segera mengenali sahabatnya itu yaitu Souw Kong Bun, untuk sejenak ia girang. Bukankah dia hendak ditolongi, Tapi dilain saat keningnya segera berkerut, ia lantas menggoyangkan kepalanya.
"Tidak dapat kau menolongi aku, percayalah !" katanya dengan muka muram. "Disini aku diperlakukan baik sekali, mereka telah berjanji, jika sudah tiba saatnya aku akan
dibebaskan. Pula, berbahaya untuk melarikan diri sekarang, penjagaan disini kuat sekali. Bukan saja aku, kau sendiripun terancam bahaya! sekarang aku tidak memiliki guna suatu apa, aku telah ditotok sehingga habislah tenagaku, Maka itu, sementara, janganlah kau membahayakan dirimu
sendiri, cepat menyingkir. pepatah mengatakan, untuk pembalasan waktu sepuluh tahun masih belum terlambat, maka dari itu biarlah kita lihat dibelakang hari saja. Bukankah gunung hijau dan air mengalir tidak berobah "!"
Kong Bun tampak bimbang, ia berkata: "Tadi malam telah dikirim beberapa orang kita yang dapat diandalkan untuk menolongi kau. saudara Khong, akan tetapi sampai
sekarang ini mereka masih belum kembali, Mungkinkah mereka itupun telah ditawan" Saudara Khong, apakah kau dengar sesuatu tentang mereka itu."
Khong Su kaget dan heran.
"Begitu?" tanyanya, "Semenjak aku dikurung disini, putuslah sudah hubunganku dengan dunia luar, maka aku tidak tahu apa2 sedikitpun juga. Jika begitu, saudara Sauw, lekas kau menyingkir!" suara Khong Su tergetar.
Kong Bun melihat kesekitar tempat itu.
"Diluar tempat ini ada beberapa orang kawanku, mereka bersedia untuk menyambut!" ia memberitahukan "Mana dapat aku berlalu dengan begini saja" Saudara Khong, jangan kuatir, kau jangan kena ditakuti mereka! Bukankah Bin Ke Cung ini bukannya sarang naga atau goanya
harimau" Dimataku tempat ini mirip tempat boneka ayam dan anjing! Marilah kita segera meninggalkan tempat ini, aku akan membantumu aku akan menggendongmu!"
Setelah berkata begitu, Kong Bun memegang terali, untuk dipatahkan, ia berhasil. Ternyata tenaga dalamnya sangat kuat sekali, Hanya saja, waktu ia mau mematahkan besi terali yang kedua, mendadak ia mendengar teguran:
"Siapa disitu"!" ia terkejut, segera juga ia memutar tubuh, Goloknya dipakai melindungi mukanya, ia tidak diserang, hanya didepannya, terpisah tiga kaki, ia melihat dua orang
berdiri mengawasi padanya, orang itu berpakaian serba hitam, sepasang matanya tajam berpengaruh.
"Kau siapa, tuan "!" salah seorang bertanya, suaranya keras, "Kau lancang masuk ke-mari, jika bukannya pencuri tentunya perampok. Cepat kau serahkan diri. jika kau tunggu sampai aku turun tangan, golok dan tombak tidak
ada matanya, nanti kau mati dengan menyesal!"
Kong Bun benar-benar berani.
"Aku Souw Kong Bun !" Dia malah memperkenalkan dirinya dengan temberang sekali: "Aku mau bekerja, aku dapat datang kemana aku mau, tidak perduli istana Kaisar, apa lagi hanya Bin Ke Cung yang kecil ini! Aku memberitahukan kepada kalian, Bin Ke Cung akan segera hancur lebur, jika kalian semua ingin selamat maka kalian harus tahu diri, tidak seperti mirip kura2 didalam karung. Perlu apa kalian masih banyak lagak bersikap gagahgagahan seperti itu "!"
Orang itu tidak takut atau gusar, ia malah tersenyum dengan sikap tawar.
"Orang she Souw, justeru sekarang isi engkaulah si-kura2 dalam karung itu !" katanya. "Apakah kau tidak percaya ! Kau lihat, dapatkah kau menyingkir dari sini "!"
Kong Bun terkejut, ia mundur matanya melirik kekiri dan kekanan.
"Anjing cilik, kau berani berjumawa didepan aku siorang she Souw ?" katanya menyeringai "Baiklah, hari ini aku mengajar kenal pada kalian, tentang golokku ini, yang sudah lama tidak menghirup darah segar !"
Dua orang itu adalah dua orang bersaudara, bernama Tan Kie yang tua dan Tan Hong yang muda, Mereka memang memiliki kepandaian yang cukup tinggi, mereka pun juga berani sekali, tidak kenal takut.
Mereka mengetahui bahwa Kong Bun adalah seorang penjahat di Yanin, mereka tidak gentar.
Tan Kie malah telah tertawa sambil berkata dengan tawar: "Orang she Souw, kau biasa melakukan kejahatan di Yanin. dosamu merupakan dosa tak berampun, tuanmu memang tengah menyelidiki engkau, kebetulan sekarang hari ini, engkau mengantarkan dirimu, sekalian aku mewakili Thian menjalankan hukuman !"
Kata2 itu ditutup dengan serangan golok dengan jurus silat "Burung Hong Mengangguk Tiga kali" atau Hong Hong Sam Tiam Tiauw."
Kong Bun tertawa dingin, sebat sekali ia menangkis. Sebagai kesudahannya, senjata mereka bentrok. Tan Kie
mundur tiga tindak, goloknya
hampir terlepas, sebab tangannya kesemutan dan sakit sekali. Sekarang ia tahu, musuhnya memang kuat sekali, maka tidak mau ia melayani dengan kekerasan.
Kong Bun segera mengenali ilmu golok si pemuda yang merupakan ilmu golok yang terkenal didaerah Utara, karenanya ia juga berlaku hati2, ia melawan terus, bahkan ia ingin cepat2 merebut kemenangan, maka ia mengeluarkan ilmu goloknya yang dibanggakannya.
Tan Hong menyaksikan saudaranya bertempur sampai lima puluh jurus tidak berhasil mengalahkan musuh, sebaliknya malah terdesak, Maka dari itu, segera juga Tan Hong menerjang maju buat membantui.
Khong Bun benar2 lihay, ia masih dapat mendesak dua orang lawan yang mengeroyok.
"Kalian masih tidak mau mundur, apa yang hendak kalian tunggu?" tiba2 sekali terdengar suara teguran yang dingin, "Cepat mundur! Sampai kapan hendak menyelesaikan pertempuran itu?"
Tan Kie dan Tan Hong melompat mundur, napas mereka memburu keras, dan mereka tidak segera berkata2 karena napas mereka yang begitu memburu, mereka hanya memandang heran.
Berlainan dengan Khong Su didalam kurungannya, ia segera mengenalinya suara orang yang telah membekuk dirinya.
Segera juga terdengar orang itu berkata kepada Kong Bun. "Kong Bun mengapa kau tidak cepat2 meletakkan senjatamu untuk menyerah ditawan" Apakah kau kira Bin Ke Cung dapat kau datangi sesuka hatimu?"
Kong Bun mundur tiga langkah dia mengawasi, Maka segera juga dia melihat seorang dengan muka pucat tanpa darah, ia tidak jeri.
Ia hanya kaget sebentar, segera ia berkata nyaring: "Aku Souw Kong Bun! Aku sudah masuk dalam dunia Kangouw
puluhan tahun, belum pernah ada orang berani kurang ajar terhadapku! Kau siapa" Asal kau bisa melawan golokku, nanti aku ikat diriku!"
Orang dengan muka luar biasa itu tertawa bergelak2 nyaring sekali.
"Kau masih berani bertingkah?" katanya dengan suara yang dingin. "Begini saja, jika kau bisa lolos dari tanganku, mau aku mengampuni jiwamu! Sebenarnya, orang jahat seperti engkau, matipun masih belum cukup untuk menebus dosamu! Sekarang kau boleh saja maju menyerangku,
jangan sungkan2, nanti kau yang menyesal sendirinya jika berlaku segan-segan."
-ooo0dw0ooo Jilid 28 SETELAH tertawa nyaring, orang yang mirip muka mayat itu menantikan serangan dari Kong Bun dengan mata memancarkan sinarnya tajam sekali.
"Saudara Souw, cepat lari!" Khong Su berseru kuatir bukan main.
Justeru siraja pencuri berteriak seperti itu, Kong Bun menyerang kepada orang yang matanya seperti mayat itu Begitu ia membacok, Kong Bun kehilangan musuhnya, tahu2 orang itu sudah tertawa dingin dibelakangnya! ia
kaget, Tanpa menoleh lagi ia menjejak tanah untuk melompat ke depan, setelah mana baru ia memutar tubuhnya dengan cepat, ia tidak dapat melihat musuhnya, dikala ia melihat kekiri dan kanan, tiba-tiba ia mendengar pula tertawa dingin dibelakangnya, ia menjadi kaget tidak terkira.
Tan Kie dan Tan Hong yang sudah dapat bernapas, ikut menjadi heran berdiri dipinggiran, karena mereka melihat betapa lihaynya kepandaian orang dengan muka seperti mayat itu. Dan Tan Kie maupun Tan Hong dapat melihat
sikap dari Kong Bun,
wajahnya sekarang berubah memperlihatkan sikap berkuatir. Tapi Kong Bun menggertak giginya, ia telah bergerak dengan nekad, karena ia memutar tubuh sambil menyerang kebelakang, itulah gerakan "Pohon Tja Terbongkar
Akarnya" lagi-lagi ia membacok, dan sekali ini terulang pula bahwa ia telah membacok tempat kosong.
"Hahaha !" kembali terdengar suara tertawa mengejek yang dingin kebelakangnya. "Hehehehehe !"
Berkuatir dan penasaran Kong Bun menyerang pula kebelakangnya, kali ini ia mengulangi, membacok sambil berputaran. Sia-sia belaka semua bacokannya itu, bahkan tanpa terasa kakinya menjadi lemas, itulah pengalamannya yang pertama kali, yang mengherankannya bukan main.
Karena itu, ia mendadak berhenti menyerang kepada lawannya, terus ia melompat ketembok dengan maksud untuk segera angkat kaki menyelamatkan diri, Bertentangan dengan kata katanya tadi, bahwa ia akan mengikat dirinya sendiri jika ia tidak bisa membacok orang itu, justeru sekarang ini mereka tidak sudi mengikat dirinya sendiri, ia ingin meloloskan diri, meninggalkan tempat itu secepat
mungkin menghindar dari musuhnya.
Belum lagi Kong Bun tiba ditembok, untuk melompat melewatinya, sesosok bayangan sudah berkelebat sangat ringan sekali, dan disusul mendadak ia merasakan iganya
kesemutan, sehingga
habislah tenaganya, diluar keinginannya, ia rubuh ngusruk sendirinya tanpa dapat dicegah lagi. Bukan hanya Tan Kie dan Tan Hong yang heran, juga beberapa orang lainnya, yang bersembunyi ditempat lain pada bagian taman itu, yang muncul karena mendengar
suara orang bicara, keras dan tertawa bengis.
Begitu Kong Bun rubuh, mereka segera juga jadi heran, Orang yang mukanya seperti mayat itu terus melompat ketembok untuk menghilang dengan cepat sekali, tubuhnya cuma berkelebat seperti sesosok bayangan tanpa bisa dilihat jelas.
Tan Kie dan Tan Hong lari menyusul, mereka lompat naik ketembok, Sia2 belaka, orang itu. sebaliknya untuk mereka tidak melihat lagi kagetnya mereka, tampak
bergelimpangan beberapa sosok tubuh manusia dikaki tembok pekarangan disebelah luar. Mereka tidak bisa
berdiam melengak lama2, maka dengan bersiul mereka memanggil orang-orang lainnya, para pengawal rumah Bin Cungcu ini.
Mereka telah menggusur Kong Bun kedalam rumah batu tempat Khong Su ditahan. Setelah mana Tan Hong memesan kepada Tan Kie agar ia berjaga disitu dengan
waspada, ia sendiri segera pergi untuk melaporkan apa yang terjadi itu kepada Tian Ong, Bin Cungcu.
Kwang Tan pergi tidak lama, ia sudah kembali kemejanya, berbicara sambil tertawa2 dengan Tan Go Sun dan Siang Bu sambil menemani beberapa orang kangouw lainnya yang duduk didekat mereka.
Diatas panggung bergantian orang sudah bertempur, naik dan turun. Siapa yang rubuh umumnya ia terluka parah, suatu bukti sicantik manis dan pedang mustikanya memiliki pengaruh dan daya tarik yang sangat besar sekali.
Bin Tian Ong sendiri bersama-sama dengan Khiam Lo Ang, Siangkoan Lin Eng dan puterinya, juga tengah bercakap-cakap dengan gembira.
Mereka seperti tidak memperhatikan jalannya pertandingan Sampai akhirnya telah datang Tan Hong
dengan laporannya. Semua jadi terkejut bukan main.
Selesai melaporkan segala sesuatunya, Tan Hong segera mengundurkan diri, buat kembali ketaman, guna membantu kawan-kawannya mengadakan penjagaan yang ketat disana.
"Siapa dia?" kata Khiam Lo Ang kemudian. ia heran sekali. "ia bergerak sangat gesit, sehingga tubuhnya seperti tidak terlihat Mengapa ia tak mau memperlihatkan dirinya" ingin sekali aku menyerahkan gelaranku kepadanya! Bin Laote, bukankah tepat aku menghadiahkannya."
Siangkoan Lim Eng sebaliknya tertawa, nyaring tetapi halus.
"ingin sekali aku melihat dia!" "Akhh, dia itu pastinya dia itu !" bersenyum terus ia
katanya kemudian,


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bagaimana nona Siangkoan?" tanya Khiam-Lo Ang. "Nona kenal dia itu " siapakah dia "!"
Siangkoan Lin Eng tersenyum, ia melirik kepada Kwang Tan.
"Tapi aku yang muda belum berani menentukannya dengan pasti! Karena aku berusaha menduga saja! ia berada disekitar kita, tidak sulit untuk menyelidiki siapakah dia sebenarnya !" menyahuti sigadis kemudian.
Tian Ong berpaling kepada Kwang Tan, agaknya ia heran sekali, ia ingat kata2 Siang Bu, bahwa pemuda itu pandai sekali membawa diri. ia bimbang. sekarangpun ia
masih bersangsi, tapi ia tokh memperhatikan pemuda itu.
Kwang Tan sendiri terus tersenyum, ia tidak memperdulikan segala apa yang terjadi di depan matanya, ia bilang didalam hatinya "Mereka boleh mencurigai aku. tetapi mereka pasti sulit buat membuktikannya...!"
Siangkoan Lin Eng mencurigai sebab pemuda itu meninggalkan mejanya, perginya secara tenang, kembalinya ter-gesa2 dan cepat. ia merasa, pemuda itu tampan seperti juga pemuda yang paling tampan didaratan Tionggoan, tubuhnya halus, cuma gerak-geriknya sangat aneh.
Kedatangan Tan Hong tadi, yang telah menceritakan segala apa yang terjadi, telah menambah tebalnya kecurigaannya
Waktu itu di lantai didepan panggung terdengar satu suara nyaring yang menarik perhatian umum. Disana muncul seorang baru, yang berkata: "Bin Taihiap, aku ingin sekali mengajukan pertanyaan. Entah Bin Taihiap mau
menjelaskannya atau tidak!"
Sambil berkata begitu, ia menunjuk kepada Siangkoan Lin Eng. kemudian meneruskan lagi perkataannya. "Aku Mama Liang, ingin sekali mengetahui apakah nona itupun
menyerahkan diri untuk dipilihkan pasangannya dia atas luitai " Dapatkah setelah aku menangkan sepuluh lintasan, aku memiliki dia "!"
Orang itu, Mama Liang, yang berusia kurang lebih tiga puluh tahun, tubuhnya jangkung, pinggangnya bulat, punggungnya lebar. Kata-katanya itu membuat Tian Ong tergoncang, sedangkan Siangkoan Lin Eng segera memperlihatkan wajah yang guram mendongkol bukan main.
Sebenarnya, semenjak munculnya Siangkoan Lin Eng tadi, maka ia telah menarik perhatian hadirin, terutama sekali bagi mereka yang mengambil tempat ditetarap barat.
Dengan munculnya Siangkoan Lin Eng, maka Bin Giok Cu segera kalah pamor, Pula Siangkoan Lin Eng sendiri
sering-sering memandang ke
tetarap barat, tak jeri ia mengawasi banyak mata tajam yang tengah mengawasi padanya.
Demikianlah halnya dengan Mama Liang, ia telah melihat sigadis yang cantik
itu, ia memang memiliki kepandaian yang tinggi sehingga ia berani menanyakan hal itu, sayang sekali dia memang memiliki tabiat yang buruk, gemar sekali ia merusak kehormatan wanita.
Maka juga, melihat gadis she Siangkoan ini demikian cantik dan menarik, ia segera naik ke panggung untuk mengajukan pertanyaan itu.
Ia memiliki beberapa orang kawan, ia telah kasak-kusuk dengan mereka, yang ikut bantu menganjurkannya dan memberikan semangat padanya, sehingga bulatlah tekadnya untuk mengajukan pertanyaan seperti itu.
Dan dia memang telah keluar
mengajukan pertanyaan serupa itu, Siangkoan Lin Eng tersinggung.
dari tempatnya,
yang membuat Khiam Lo Ang mengerutkan alis dia bilang perlahan: "Dialah seorang manusia telur busuk, ia harus diajar adat. Jika tidak, percuma kita menganggap kita pembela-pembela keadilan dan pembenci kejahatan !"
Belum lagi berhenti suaranya Khiam Lo Ang, Siangkoan Lin Eng tampak sudah bangun dari kursinya, untuk melangkah kedepan panggung, lantas cambuknya dikerjakan, menyambar orang she Mama itu, yang begitu
kurang ajar, ujung cambuknya mencari jalan darah Yu hun.
"Eh budak cilik, ternyata kau sangat telengas sekali !" kata Mama Liang tertawa, melesat, menjauhi diri dari tangan Mama Liang menyambar.
Lin Eng tahu akan maksud lawan, ia segera menarik pulang cambuknya itu yang diputar untuk mengulangi lagi serangannya, guna sekarang menotok jalan darah yang lihay.
Mama Liang berkelit lagi, setelah itu ia melesat maju, untuk merangsek, sebelah tangannya meluncur kekedua sedangkan tubuhnya telah ujung cambuk. Sebaliknya pundak sigadis, Sedang dari mulutnya sambil tertawa terdengar kata-kata: "Budak cilik, kau sangat telengas, kau seperti menghendaki tuanmu berlaku kejam."
"Jahanam!" sigadis membentak, ia berkelit, segera ia mencambuk pula, sehingga tiga kali beruntun, karena yang pertama dan kedua kali, Mama Liang telah berlompatan
dengan tipu silatnya "Kim Lie To Coan Po" atau "Ikan Emas Lompat jumpalitan Menembusi Gelombang" ia bergerak lincah sekali, celakanya, sigadis tidak berhenti hanya dengan cambukan berantai tiga itu, lalu dilanjutkannya lagi, kali ini malah beruntun sampai lima
kali cambuknya itu gencar menyambar dengan cepat sekali.
Mama Liang repot bukan main, walaupun memang benar ia sangat gesit dan lincah, namun ia tetap saja kewalahan, ia lolos dari bahaya setelah berkelit dari cambukan yang kelima yang terakhir. Karena marah bukan main ia bilang dengan suara dan sikap yang bengis:
"Budak kecil, kau terlalu telengas!" Rupa nya memang sekali ini Mama Liang sudah bertekad hendak merubuhkan gadis ini, yang telah mendesaknya begitu rupa, membuat ia amat marah, "Kau rupanya hendak membikin aku Mama Liang berlaku kejam !"
Muka Siangkoan Lin Eng jadi guram, tan pa mengatakan apa-apa, ia menyerang. Dalam mendongkolnya, ia menyerang berulang kali, yang satu tidak mengenai, yang lain menyusul, ujung cambuknya itu pun berusaha menotok.
Sekarang ini Mama Liang tidak berani lagi memandang enteng, ia pun mengeluarkan kepandaiannya yang istimewa, yaitu "Leng Wan Sip Pat Pian", delapan belas jurus ilmu silat "Kera Sakti"
Ia mengutamakan sepuluh jari tangannya yang sangat kuat, inilah ilmu silat yang telah mengangkat namanya, ia berkelebatan disekitar sigadis, seperti seekor burung Walet gesitnya. maka tidaklah kecewa ia telah malang-melintang belakangan ini didalam rimba persilatan dan memiliki nama besar, karena kepandaiannya memang amat tinggi sekali.
Lewat sekian lama, Mama Liang dapat merapatkan diri. Siangkoan Lin Eng jadi terdesak dan agak repot, karena cambuknya adalah alat untuk menyerang jauh.
Baru sekarang ia menyesal bukan main tadi ia sudah memandang tidak sebelah mata kepada lawannya ini, sehingga ia tidak ingat untuk mempergunakan pedangnya.
Sekarang untuk menghunus pedangnya, ia sudah tidak diberi kesempatan sedikitpun juga oleh Mama Liang.
Mama Liang memperoleh kenyataan bahwa ia berhasil mendesak dan membuat gadis yang menjadi lawannya itu sibuk bukan main ia sengaja tertawa nyaring.
Kwang Tan yang menyaksikan jalannya pertempuran tersebut, dengan setiap tersenyum ketika ia melihat nona Siangkoan itu terdesak, diam2 ia mematahkan sumpitnya ia melakukan hal itu dengan acuh tak acuh, ia membuat patahan setengah dim.
Siang Bu melihat kelakuan si pemuda, ia mengawasi sambil tersenyum, Kwang Tan melihat sikap kawannya itu,
mukanya bersemu merah.
Tanpa berkata apa2 ia mengawasi kegelanggang pertempuran, dua jari tangannya menjepit patahan sumpit. Mendadak saja ia menyentil. Waktu itu Siangkoan Lin Eng menghadapi serangan yang berbahaya, ia menyelamatkan diri dengan lompat jumpalitan terpisah ke samping tiga kaki dari lawannya, ia
tidak cuma menghindarkan diri, Berbareng dengan itu juga ia membalas menyerang, kepada Mama Liang.
"Benar2 telengas." kata Mama Liang sambil berkelit, setelah itu ia merangsek, dengan sepuluh jarinya ia menyambar kaki sigadis, ia percaya bahwa ia akan berhasil, ia girang sampai ia lupa untuk bersiaga, ia tertawa lebar.
Tapi baru saja ia tertawa satu kali atau segera juga ia jadi kaget tidak terkira, pinggangnya terasa sakit bukan main, sehingga dengan berseru tertahan ia rubuh ketanah.
Lin Eng segera dapat memperbaiki diri, ia melihat rubuhnya lawan, ia
menyangka orang adalah korban cambuknya, ia segera melangkah maju, dengan maksud memberikan labrakan, ia mendongkol untuk kelakuan jumawa lawannya.
Tapi ia menyaksikan orang rebah diam saja. ia jadi heran, Segera juga dia membalikkan tubuh orang. Dari heran ia jadi kaget, Cepat luar biasa napas Mama liang sudah berhenti, dan tubuhnya mulai dingin.
"Heran !" pikirnya kemudian. "Aku menotok jalan darah Cigan, mestinya dia lemas dengkulnya dan rubuh terkulai,
mengapa sekarang dia mati mendadak" Akh, mungkinkah ada orang membantui aku secara diam-diam"!"
Gadis ini segera mengawasi tajam ketanah disekitar tubuh Mama Liang, ia melihat patahan sumpit, cepat2 ia mengambil tangannya, kemejanya Kwang Tan, ia menyerahkan potongan sumpit itu tanpa mengatakan sesuatu apapun juga, ia hanya bersenyum.
Ditetarap barat semua orang tahu Mama Liang sudah berlaku keterlaluan, dia melanggar pantangan besar Rimba dan menggenggam itu didalam telapak lalu dengan langkah perlahan ia menuju Persilatan, tidak ada yang mau mengajukan diri untuk membelanya.
Maka dari itu, sunyilah pihak mereka itu, sedangkan ditetarap timur, orang memang menonton dengan tidak banyak bicara. Juga di atas panggung, karena pertempuran ditanah itu, tidak ada yang bertanding terlebih jauh.
Bin Tian Ong segera perintahkan pada orang-orangnya menyingkirkan mayat, untuk di rawat. Khiam Lo Ang memegang kepala sumpit dalam telapak tangan, ia menggelengkan kepala sedangkan Siang Bu telah berkata dihatinya.
"pemuda ini liehay sekali, Luar biasa. Potongan sumpit demikian kecil, ia dapat membikin selesai jiwa lawan dan juga dapat melontarkan potongan sumpit demikian jauh. Sungguh kepandaian melepas
sekali dipelajari karena
sama senjata rahasia yang sulit saja dengan melepaskan senjata rahasia terdiri dari daun" jika demikian pastilah dia seorang yang luar biasa, orang yang bekerja tadi malam diruangan belakang dan juga orang yang tadi bekerja diluar taman !"
Lin Eng sudah duduk kembali dikursinya, dengan tertawa perlahan ia melirik Kwang Tan, segera ia bangkit dan berkata pada Bin Tian Ong dan Khiam Lo Ang: "Jiwi locianpwe, maaf, boanpwe hendak mengundurkan diri."
Dilain pihak, didalam hati kecilnya ia berkata: "Kalau
benar dia sungguh bagus...!" Waktu itu ia berjalan sampai dipintu, ia menanya sipenjaga: "Kamar tetamu dimana" Sudikah kau mengantarkan aku kesana ?"
Pengawal itu perintahkan seorang kawannya pergi mengantarkan sigadis.
Dikala berjalan, sigadis gadis, sekarang aku pergi memergoki, apa jadinya?" ia jadi ragu2.
Walaupun demikian, ia tanya pengiringnya, "dimana kamarnya Ouw Siauw-hiap?"
"Itulah kamar nomor tiga diatas loteng!" menyahut sipengantar tersebut sambil menunjuk. Lin Eng mengucapkan terima kasih, terus ia naik keloteng, kekamar nomor tiga yang di tunjukkan tadi oleh sipengiring, Ketika ia sudah
memperoleh kenyataan
daun mengangkat tangannya, untuk menolak. Gampang saja daun pintu itu menjeblak terbuka. Kamar itu sunyi, tidak ada penghuninya. Cuma saja di tiang pembaringan
menghampiri membukanya. tergantung pauwhoknya Kwang Tan. ia
untuk menurunkan pauwhok itu, terus ia telah berpikir: "Aku seorang kekamar orang, jika orang
sampai didepan kamar, ia pintu cuma dirapatkan ia Segera matanya melihat sepotong baju panjang abu2. Bukankah tadi Tan Hong menyebutkan orang aneh itu mengenakan baju abu-abu"
Baju itupun sedikit tebal, sigadis mengangkatnya, atau mendadak ada barang yang jatuh kelantai, ia segera mengambilnya barang itu untuk diperhatikannya.
Untuk kagumnya ia mendapatkan topeng kulit yang bagus sekali, Sekian lama ia mengawasi, mulutnya
memperdengarkan tertawa yang perlahan dan halus.
Kemudian ia mencoba pakai topeng itu, dan bercermin dikaca tembaga, ia girang sekali, Tampaknya ia sangat lucu. Segera ia duduk di sisi pembaringan otaknya bekerja.
Tapi tidak lama kemudian topeng ia bungkus dengan baju abu2 tadi, terus ia letakkan didalam bungkusan, disusunan pertama, itulah tanda bahwa kekamar itu ada orang yang datang dan menggeser bungkusan tersebut.
Diatas itu ia telah meletakkan sapu tangannya serta sebutir mutiara yang baru saja ia keluarkan dari sakunya. ia tersenyum puas, setelah mana barulah ia keluar meninggalkan kamar itu, setelah merapatkan daun pintu. ia pergi turun dari loteng untuk kembali ke kamarnya sendiri.
Waktu magrib hampir menjelang datang, Bin Tiang Ong naik ke panggung Wan Yo Tai untuk memberi hormat kepada para hadirin, memberi tahukan bahwa pibu ditunda sampai besok, ia mengundang mereka bersantap malam.
"Besok pagi kita akan mulai lagi!" katanya sebagai kata penutup.
Maka dipalulah gembreng tiga kali. Dikedua tetarap para tamu bersorak riuh.
Sambil bersenyum, Bin Tian Ong turun dari panggung. Segera sibuklah para pelayan untuk menyajikan barang hidangan, untuk melayani para tamu bersantap Sampai
kira2 jam sepuluh malam, barulah orang bubaran.
Ketika Kwang Tan tiba dikamarnya, ia segera melihat sesuatu apa yang tidak beres. Kasurnya melesak, seperti bekas diduduki, lantas ia mengambil bungkusannya, buat diperiksa.
Maka ia melihat baju hitamnya berada di sebelah atas dan mendapatkan sapu tangan wanita, pula sebutir mutiara sebesar kacang, yang menyiarkan bau harum semerbak,
Diujung sapu itu ada sulaman huruf Siangkoan, yang berada diatas sulaman bunga teratai, indah buatannya dan sangat halus, ia memegangi sapu tangan itu, segera ia menduga kepada Siangkoan Lin Eng.
"Nona itu sangat cerdik!" pikirnya, "Dengan segera menduga aku, tadi pun ia mengantarkan pulang ujung sumpitku, ia meninggalkan sapu tangan dan mutiara disini, tentulah ini tanda terima kasihnya. Mana dapat aku
menerima ini" Tugasku untuk pergi ke kotaraja dan perjuangan Bengkauw belum lagi selesai" Bagaimana aku dapat terganggu oleh wanita" Bisa2 tugasku jadi terhalang..! Apakah tidak lebih baik aku pergi menemuinya dan menjelaskan duduk persoalannya "!"
Bukan main ragu2nya Kwang Tan, dan ia pun jadi berdiri menjublek saja, sampai akhirnya ia mendengar suara langkah kaki mendatangi kearah kamarnya dan didengarnya daun pintu kamarnya diketuk seseorang.
Kwang Tan menyimpan kembali barang2 itu didalam pauwhoknya, kemudian dia membuka pintu kamarnya. Berdiri Siang Bu bersama Tan Go Sun, malah tengah berjalan mendatangi tampak Bin Tian Ong bersama Khiam Lo Ang.
"Ouw Siauwhiap, kau pandai sekali membawa diri, sehingga kau dapat menyimpan kepandaianmu, Maka dari itu. Maafkanlah aku, karena mataku yang tidak awas !" ia berkata sambil memberi hormat, dan Tan Go Sun meniru sikap Siang Bu, iapun ikut memberi hormat.
Kwang Tan mengulur tangannya, untuk mencegah, lantas Siang Bu merasakan tenaga yang luar biasa, yang menolak tubuhnya, sehingga tidak dapat ia membungkukkan tubuhnya.
Demikian pula halnya dengan Tan Go Sun. Mereka kaget berbareng kagum bukan main untuk hebatnya tenaga dalam pemuda ini.
Kwang Tan tertawa sambil katanya: "Tan dan Siang tiangcu, kita ada diantara orang sendiri, harap kalian tidak mempergunakan adat peradatan, Aku juga tidak mengerti, siapa lah yang kalian sebutkan itu?"
"Siauwhiap terlalu merendahkan diri !" kata pemilik peternakan itu tertawa, "Kau lihay... kau tetap berlagak
pilon! Didalam rimba persilatan sungguh tidak banyak orang sebangsa kau Siauwhiap, aku datang atas nama tuan rumah untuk meminta kau bersedia bercakap-cakap."
Waktu itu Bin Tian Ong bersama Khiam Lo Ang telah tiba. Mereka memberi hormat. Malah Bin Tian Ong telah bilang: "Maafkan, karena mataku yang telah lamur sehingga Siauwhiap sebaik2nya ! Kawanan tidak melayani
penjahat sudah mengacau dirumahku ini tapi aku tidak mengetahui syukur ada kau yang telah menolong untuk menghindarkan kami
dari bahaya! Budimu ini tidak dapat aku balas. Tadi aku minta saudara Siang dan Tan datang lebih dulu pada kau, aku minta maaf bahwa aku datang terlambat." Lantas Bin Tian Ong membungkukkan tubuhnya memberi hormat.
Kwang Tan cepat2 membalas hormat tuan rumah, iapun segera berkata: "Jangan, jangan terima kasih!" katanya menampik dengan kikuk.
Khiam Lo Ang menghampiri sipemuda, untuk mencekal tangannya dengan keras, guna menatap tajam wajahnya, Lantas ia tertawa bergelak-gelak.
"Sungguh seorang gagah asalnya ialah seorang pemuda!" katanya kemudian "Ouw Siauwhiap, siapakah gurumu" Dapatkah memberi tahukannya?"
"Tidak tepat locianpwe memuji aku!" kata Kwang Tan kemudian, "Guruku seorang yang tidak bernama dan juga, untuk sekarang ini, maafkanlah sulit buat boanpwe menjelaskan segala sesuatunya! Maafkanlah!"
Justeru diwaktu itu, Khiam Lo Ang tertawa, ia bilang: "walaupun engkau tidak mau menyebutkan siapa gurumu, hal itu tak menjadi persoalan, karena sekarang kami sangat beruntung bisa
seorang gagah seperti kau!"
yang terpenting
bertemu dengan "Sesungguhnya aku hanya mempelajari melepas senjata rahasia serta sedikit akal kecerdikan, dalam hal lainnya, aku tidak mengerti apa2. Tentang pengacauan di Bin Ke Cung ini, ada orang yang telah membantu secara diam2, perihal
aku, kebetulan saja aku berada disini, Maka itu, tidak berani aku menerima ucapan terima kasih !"
Khiam Lo Ang heran.
"Siapakah orang itu yang membantu secara diam2 "!" tanyanya kemudian. "Siauwhiap tentu mengetahui siapa dia "!"
Kwang Tan jadi berobah mukanya bersemu dadu, ia menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak dapat melihat tegas padanya, cuma gerakannya saja sangat gesit !" ia menyahuti "teranglah dia memiliki kepandaian yang tinggi sekali !"
Mendengar begitu, Khiam Lo Ang tertawa "Aku siorang tua mengetahui Siauwhiap pandai sekali menyembunyikan diri !" katanya, "Sebenarnya dimana ada orang seperti yang siauwhiap katakan itu "!"
Mengetahui orang tidak percaya akan ceritanya itu, Kwang Tan tidak berdaya, ia bilang: "Jika memang locianpwe tidak mempercayainya, aku tidak dapat bilang suatu apapun. Hanya dapat aku beritahukan dalam dua tiga
hari ini pasti akan terjadi sesuatu yang penting sehingga setelah itu, barulah nanti locianpwe mempercayai aku !"
Khiam Lo Ang terus menatap. Ia merasa semakin lama ia semakin menyukai pemuda di depannya ini, yang tampan dan halus gerak-geriknya.
Coba tidak Tan Heng menyatakan kepandaian orang sangat luar biasa, pasti ia sudah menawarkan diri untuk menjadi gurunya, agar ia dapat mewarisi semua kepandaiannya. Kemudian dia berkata:
"Baiklah, aku percaya atau tidak, sang waktu yang nanti memperlihatkan buktinya! Cuma, jika kawanan bajingan benar2 berani datang mengacau pula, Hemm! Biarlah mereka nanti merasakan liehaynya aku! Siauwhiap, mari kita pergi keluar untuk menanti kawanan bajingan itu !"
Kwang Tan menurut, tapi ia masih berkata: "Ceng Kie Pay berani sekali, sebentar malam haruslah kita berjaga-jaga !"
"Aku telah siap dengan penjagaanku!" Tian Ong memberitahukan. "Malam ini, kukira tidak akan ada bahaya. Kalau Ceng Kie Pay mengirim orang, tentu untuk
menyelidiki saja keadaan kita, untuk persiapan menolong orangnya dan mendapatkan pedang. Andaikata mereka mau menyerbu, itu pasti dilakukannya nanti setelah pibu ditutup."
Kwang Tan mengangguk, ia tidak bilang suatu apa. Dibelakangnya, kedua gadis itu tampak kasak-kusuk, yaitu Lin Eng dan Giok Cu yang datang belakangan.
Mereka rupanya tengah membicarakan sesuatu dengan perlahan dan juga sekali2 terdengar mereka tertawa cekikikan sambil melirik kearah Kwang Tan.
Khiam Lo Ang melihat gerak-gerik gadis-gadis, ia bersenyum, kemudian memandang kepala Kwang Tan, iapun tertawa. Hal itu membuat Kwang Tan jadi likat.
Tidak lama kemudian ramailah orang berbicara dan tertawa diruang besar dimana mereka duduk berkumpul, Kwang Tan lah sebab utama dari kegembiraan mereka itu.
Namun Kwang Tan sendiri tetap bersikap tentang dan tidak banyak bicara.
Orang berkumpulan sampai sore, malah kemudian sampai sang puteri malam telah muncul memperlihatkan diri menerangi bumi dengan sinarnya yang redup.
Angin halus membuat cabang2 pohon bergoyang2 dipermainkan oleh siliran angin tersebut. Juga bayangan yang ditimbulkan dari batang2 maupun ranting pohon itu memberikan kesan yang agak luar biasa, indah dan agak seram.
Tidak jauh dari tempatnya duduk, Kwang Tan melihat papan catur, ia menghampiri dan mengambil biji2nya, untuk digenggam, kemudian diletakkannya pula, suaranya berbunyi sangat nyaring sekali.
"Aku gemar main catur, entah locianpwe memiliki kegembiraan atau tidak?" tanyanya kepada Khiam Lo Ang sambil memandang dengan tertawa kepada jago tua itu.
"Ohhh, kiranya Siauwhiap gemar main catur?" kata Khiam Lo Ang tertawa juga, "Sudah enam puluh tahun aku siorang tua main catur. Selalu juga kalah! Tapi biar sudah kalah tetap main terus. Siauwhiap sukalah kau mengalah !"
"Locianpwe, kau bergurau !" Kwang Tan bilang: "Aku baru saja belajar, bagaimana dapat menang?"
"Baiklah!" kata Khiam Lo Ang sungguh2 "Awas, jangan kau mengalahkan aku sehingga aku tidak tahu dimana harus menaruh muka!"
Kwang Tan tertawa manis, segera ia duduk menghadapi jendela,
Khiam Lo Ang menggulung tangan bajanya dengan tangan kirinya ia menguruti kumis dan jenggotnya, lihat saja akan biji2nya dengan teliti dan penuh perhitungan.
Didepannya, Kwang Tan menjalankan biji2nya dengan cepat dan sebat, ia merangkak ketengah, menduduki kotak2
yang baik, lalu menelan beberapa biji lawannya, sehingga ia lantas menang unggul, Maka jago tua itu jadi mengerutkan alisnya untuk berpikir keras.
Giok Cu dan Lin Eng menonton dipinggiran, mereka mengeluarkan kata2 serta tunjak-tunjuk, seperti biasanya orang luar yang tengah menyaksikan orang mengadu otak
itu. Dari bicara perlahan, suara mereka menjadi membisingkan telinga.
"Dasar kalian, anak2 kalian berisik saja!" kata Khiam Lo Ang kemudian. "Awas ya, jangan kalian mengganggu aku, nanti siapa yang akan membantu kalian."
Lin Eng tertawa. "Locianpwe, kau yang kalah, kami yang muda yang disesalkan!" ia bilang, "Memang-nya, siapa menghendaki bantuan locianpwe?"
Khiam Lo Ang tertawa lebar. "Anak, kau pandai bicara, ya?" katanya kemudian "Aku mau lihat nanti, setelah tiba waktunya kau membangun rumah tangga, kau akan mencari aku untuk memohon bantuanku atau tidak !"
Setelah berkata begitu, terus juga Khiam Lo Ang melirik kepada Kwang Tan, sehingga muka Kwang Tan berobah merah, sedangkan muka Lin Eng juga bersemu dadu.
"Locianpwe, kau.!" kata Lin Eng tertahan. ia sudah cepat2 angkat kaki, tetapi Giok Cu tetap diam saja disitu sambil menahan tertawanya.
Bin Tian Ong dan Tan Gi Sun juga ikut tertawa, Agaknya mereka gembira sekali, sampai mereka seperti melupakan bahwa mereka mempunyai musuh-musuh gelap.
Khiam Lo Ang menahan napas dengan penasaran ia berpikir keras sekali dengan sepasang alisnya mengkerut dalam2, ia bermaksud untuk memperbaiki kedudukannya, Lama ia berdiam untuk berpikir.
Waktu itu Kwang Tan berdiam saja, tapi dikala
lawannya mengasah otak, tangan kanan nya mengambil lima biji putih, mulutnya menghitung perlahan: "Satu dua tiga... empat, nah, ini yang kelima !"
Khiam Lo Ang heran ia mengawasi.
Kwang Tan terus berdiam, hanya kali ini ia tertawa perlahan, tangannya terus menimpuk keluar. Gerakannya itu tampak perlahan tapi melesatnya biji2 catur cepat sekali.
Menyusul timpukan biji-biji catur itu, di luar terdengar suara seperti orang menahan napas, disusul suara roboh barang berat yang menimbulkan suara tidak terlalu keras.
Khiam Lo Ang terkejut, ia segera melompat keluar jendela, Demikian juga dengan Tan Go Sun dan Siang Bu. Kwang Tan duduk tenang, ia mengawasi papan catur, seperti ia tengah memikirkan biji2 nya, Melihat demikian, mau atau tidak Bin Tian Ong kagum bukan main.
Khiam Lo Ang yang telah kembali, pun menjadi kagum, ia sendiri tadi tidak melihat jelas timpukan sepemuda itu. Waktu itu Lin Eng mengawasi sipemuda, ia tidak memperdulikan suara diluar, seakan juga
seluruh perhatian nya untuk jadi memonyongkan mulutnya,
ia tengah memusatkan
caturnya, ia permainan tangannya
segera mengacaukan biji-biji catur itu. "Kalian si tua dan simuda, bagaimana kalian masih bergembira seperti ini " Kenapa kalian tidak mau melihat keluar!?"
Khiam Lo Ang angkat papan catur, katanya: "Eh bocah nakal, kau jail sekali." Tetapi ia tertawa "Aku menang, kau telah mengacaukan biji catur itu. Kau berat sebelah tahu" Kalau kau disalahkan kau tentu berbalik mempersalahkan aku. Justeru sekarang, disaat dia akan dikalahkan, kau sengaja mengacaukan biji catur..."
Dengan berkata "dia" yang dimaksudkan Khiam Lo Ang adalah Kwang Tan. "Tapi jika ia yang memiliki kesempatan buat menang, maka kau akan pura2 pilon dan berdiam diri saja tidak mengacaukan biji catur itu."
Lin Eng melotot kepada orang tua itu, sedangkan Giok Cu tertawa geli. karena ia beranggapan, itulah kejadian yang sangat lucu sekali.
Justeru diwaktu itu Siang Bun dan Tan Go Sun telah kembali, mereka menenteng tubuhnya lima orang yang diam tidak bergerak.
Khiam Lo Ang tertawa, ia bilang: "Kelima bangsat ini sudah ditanya terang, merekalah orang-orang Ceng Kie Pay! Ouw Siauwhiap aku numpang tanya, apakah yang hendak diperbuat atas diri mereka ini?"
"Segala apa terserah kepada Bin Cungcu" menyahuti si pemuda cepat. "Mana dapat aku mewakilinya" Aku malu !" Tian Ong mengerti orang merendahkan diri, tapi ia tidak mau memaksa, ia segera perintahkan penjaga membawa kelima orang tawanan itu ke kamar batu, untuk dijadi
satukan dengan Khong Su
semua, Kemudian sambil tertawa Tian Ong bilang: "Ouw Siauwhiap, luar biasa lihay tanganmu! Kepandaian ini belum pernah kulihat, belum pernah aku mendengarnya!" ia berhenti sejenak, lalu ia menambahkannya:
"Kami adalah orang2 yang mengerti silat, nama kami terkenal juga didalam Rimba Persilatan, kami biasa melatih telinga dan mata, akan tetapi tadi kami tidak mendengar dan tidak melihat waktu kelima penjahat itu datang dan naik keatas pohon! sungguh kami malu !"
Kwang Tan jadi likat tapi ia segera mendengar Khiam Lo Ang tertawa. "Bin Laote," kata jago tua itu kepada si tuan rumah "Kita semua, si tua tak mau mampus, kita sudah seharusnya pada mundur! Sekarang ini jamannya kalangan muda! Si anak
Pendekar Setia 5 Pukulan Si Kuda Binal Karya Gu Long Pahlawan Dan Kaisar 3

Cari Blog Ini