Ceritasilat Novel Online

Badai Awan Angin 36

Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen Bagian 36


Maka itu dia langsung bangun.
"Baik orang she Khie, kau katakan. Bagaimana kita akan bertarung denganku?" kata Liong-siang Hoat-ong.
"Begini saja kau akan kuberi kesempatan untuk menyerangku sebanyak tiga kali tanpa kubalas! Jika kau mampu kau boleh membunuhku sesukamu," kata Khie Wie. "Setelah tiga kali kau serang aku, segera kita bertarung lagi sebanyak tiga jurus. Jika kau mampu bertahan, maka aku tak akan mempersulit kau lagi."
"Tapi bagaimana dengan kawan-kawanmu?" ejek Liongsiang yang tak yakin pada ucapan lawannya.
2573 "Urusan orang lain aku tak ikut campur itu urusan orang lain. Mereka juga ingin membuat perhitungan denganmu!"
kata Khie Wie sambil tesenyum.
Liong-siang Hoat-ong berpikir sejenak. Karena dia pikir syarat lawan ini menguntungkan dirinya maka itu tanpa banyak berpikir lagi dia segera menjawab.
"Baik, sekarang rasakan pukulanku!" kata Liong-siang.
Berbareng dengan ucapannya itu, jubah merahnya dia kebutkan lebih dulu ke depan, tapi cepat sekali tangan kanannya memotong ke arah lawan sekuat tenaganya.
Pukulan itu belum menggunakan tenaga sakti Liong-siangkang, tapi sudah cukup kuat dan berbahaya. Ketika pukulan itu hampir mengenai sasaran, mendadak pukulan itu berubah menjadi sebuah cengkraman. Ketika tangan lain menyerang dengan jubahnya serangan itu bisa dikatakan sebuah serangan dengan tiga buah gerakan.
Tiba-tiba terdengar suara keras sobekan kain keras sekali, saat itu lengan baju Khie Wie robek karena cengkraman Liongsiang Hoat-ong. Khie Wie kelihatan menggeliat sedikit, tapi tak lama dia sudah berdiri tegak kembali sambil berkata nyaring.
"Serangan yang pertama!" kata Khie Wie.
Diam-diam Khie Kie merasa kuatir karena ayahnya sudah berjanji tidak akan membalas menyerang sebanyak tiga jurus pada lawannya. Tapi tokoh seperti Han Tay Hiong, Kong-sun Po, Kok Siauw Hong dan Seng Liong Sen, mereka tak kuatir malah serentak mereka bersorak memuji saat mereka menyaksikan gerakan Khie Wie yang gesit dan indah tadi. Melihat hal itu barulah Khie Kie merasa lega.
Hati Liong-siang Hoat-ong bergetar melihat kehebatan gerak dan langkah lawannya yang cepat dan gesit itu, 2574
apalagi dari getaran tenaga yang berbalik telah membuat dadanya terasa sesak sekali.
"Ini serangan yang kedua!" kata Liong-siang Hoat-ong gusar.
Tiba-tiba dia melompat ke atas, seketika jubahnya berkembang ke segenap penjuru seakan-akan cuma bayangan jubahnya saja yang kelihatan. Walau cuma sejurus, tapi perubahannya sukar diduga, sungguh lihay daya serangannya itu.
"Bagus!" kata Khie Wie memuji. "Tapi sayang tak akan bisa mencelakaiku!"
Hanya sekejap, Khie Wie terlihat sudah melepaskan diri dari kepungan bayangan pukulan lawan yang dasyat itu.
Tak semua orang bisa mengikuti bagaimana caranya Khie Wie meloloskan diri dari serangan musuhnya itu, kecuali Han Tay Hiong. Dengan suara pelahan Khie Kie membisiki Seng Liong Sen.
"Ayah menggunakan langkah ajaib Thian-lo-po-hoat, untuk menghadapi musuh tangguh. Jika terdesak sedikitnya Ayah masih bisa terbebas dari lawan. Ayah pernah mengajarkan ilmu itu padaku, cuma sayang aku belum mahir. Ternyata ilmu langkah itu memang hebat sekali."
Liong-siang Hoat-ong tokoh yang mengenal berbagai ilmu silat, melihat kelihayan langkah lawannya dia kaget.
Diamdiam dia merasa sungguh sulit untuk mengalahkan lawannya ini. Untung lawan tadi telah berjanji akan mengalah tiga kali serangan padanya Jika dia bisa bertahan sebanyak tiga jurus itu, maka dia akan bebas dari lawannya ini.
"Nah, masih ada satu jurus lagi, ayo keluarkan kepandaianmu itu!" kata Khie Wie.
2575 Dengan wajah sangat murka Liong-siang Hoat-ong mengerang keras laksana suara gubtur. Berbareng dengan itu dia melompat dan menghantam dari atas. Seluruh tubuh Khie Wie terkurung oleh gumpalan warna merah yang disebabkan oleh jubah merah Liong-siang yang diputar dengan cepat.
Inilah serangan maut Liong-siang Hoat-ong dengan tenaga Liong-siang-kang tingkat kesembilan, tingkat tertinggi dari ilmu andalannya itu. Malah sebelum melancarkan pukulan itu dia dahului dengan suara' Say-cu-ho' atau raungan singa, sejenis ilmu tenaga dalam kaum Lhama dari Tibet. Maksud Liong-siang untuk mengacaukan perhatian lawan. Kemudian disusul oleh pukulan mautnya.
Meskipun tampaknya cuma sejurus serangan, tapi sebenarnya menggunakan dua cara.
Di tengah rasa ngeri para penonton, tiba-tiba Khie Wie sudah lolos pula dari serangan lawannya. Malah tak lama terdengar dia membentak.
"Aku sudah mengalah tiga jurus, sekarang giliranmu umtuk menyambut tiga jurus seranganku!" kata Khie Wie.
Sesudah berkata dalam sekejap seolah-olah terlihat kupukupu berwarna merah sedang berterbangan jatuh ke tanah. Ternyata itu bukan kupu-kupu tapi jubah merah milik Liongsiang Hoat-ong telah hancur berkeping-keping.
Saat itu Liongsiang bersandar pada sebatang pohon dengan napas terengah-engah, dahinya berkeringat.
"Ha.ha.ha, Keledai Gundul itu kalah!" teriak Khie Kie.
Sambil tertawa Khie Wie berkata.
"Itu belum bisa dikatakan kalah, karena dia mampu menyambut tiga jurus seranganku." kata Khie Wie.
2576 Entah bagaimana Khie Wie melancarkan ketiga serangan itu tidak jelas bagi orang yang menyaksikannya. Hanya Liongsiang saja yang merasakannya, untung dia tidak sampai terluka walau tenaga dalamnya hampir habis.
Dengan tenang Han Tay Hiong maju dan berkata.
"Liong-siang Hoat-ong, kau bergelar tokoh nomor satu di jagat ini, kini giliranku untuk berkenalan dengan Liong-siangkangmu itu!" kata Han Tay Hiong.
"Silakan turun tangan, Han Lo-sian-seng, apapun juga akan kulayani kau," jawab Liong-siang dengan nada mengejek.
"Hm! memangnya kau kira orang she Han ini orang macam apa hingga ingin menarik keuntungan dari keadaanmu?" kata Han Tay Hiong.
Sesudah itu Han Tay Hiong mengeluarkan sebuah peles dari porselen, dia tuang sebuah pil lalu berkata pada Liongsiang.
"Ketua Siauw-lim-sie memberiku sepuluh buah Siauw-hoantan, ini kuhadiahkan sebuah untukmu. Sesudah kau minum pil mujarab ini baru kita bertanding." kata Han Tay Hiong.
Tak diduga Han Tay Hiong memberi obat mujarab itu kepada lawannya, padahal Siauw-hoan-tan obat buatan Siaulim-sie yang terkenal dan sukar didapat.
"Ayah, apa tidak sayang obat mujarab itu diberikan kepada si Keledai Gundul?" kata Han Pwee Eng yang merasa sayang.
"Aku ingin dia bisa kukalahkan secara lahir batin," kata Han Tay Hiong.
2577 Sesudah itu dia lemparkan Siauw-hoan-tan itu ke arah Liong-siang Hoat-ong yang segera menangkap obat itu.
Karena yakin itu bukan racun, maka itu begitu terima obat itu dia langsung menelannya.
"Tenagamu telah hilang sebagian saat kau bertarung dengan Khie Toa-ko. Nanti setelah minum Siauw-hoan-tan, dalam waktu singkat tenagamu akan pulih kembali meskipun tidak seluruhnya. Tapi pertandingan kita cukup ditentukan satu jurus saja."
"Lalu bagaimana setelah itu?" tanya Liong-siang.
"Jika kau menang, maka kau bisa pergi atas jarninanku,"
kata Han Tay Hiong. "Tapi jika kau kalah, akupun tak akan membuatmu susah. Hanya aku tak tahu pendapat yang lain, aku tidak bisa jamin."
Diam-diam Liong-siang Hoat-ong girang, karena Han Tay Hiong hanya berjanji akan bertanding sekali pukul saja, tentu hal itu bukan masalah baginya Setelah minum Siauw-hoantan, tenaga Liong-siang Hoat-ong terasa pulih lagi.
Maka itu Liong-siang segera berkata pada Han Tay Hiong.
"Baik, seorang lelaki sejati janjinya harus bisa dipegang!"
"Siapa yang mau ingkat janji?" kata Han Tay Hiong.
"Ayo serang aku!"
"Baik!" jawab Liong-siang Hoat-ong sambil melangkah ke kanan tiga langkah dan ke kiri tiga langkah. Gerakannya mirip seekor ayam aduan. Kedua matanya menatap tajam ke arah Han Tay Hiong, tapi pukulannya tidak dia lancarkan.
Sedangkan Han Tay Hiong sebaliknya dia sama sekali tidak bergerak hanya pandangannya saja menatap ke arah lawan dengan waspada.
2578 Tiba-tiba kedua orang itu sama-sama melompat secara berbareng ke atas. Sambil membentang kakinya Liong-siang Hoat-ong memukul seperti orang membacok dengan telapak tangannya Sedang gaya Han Tay Hiong yang terapung di udara laksana bangau membuka sayap, kedua telapak tangannya menyambar cepat ke depan, menghantam dari atas ke bawah.
Begitu keras suara beradunya kedua serangan yang sama hebatnya itu hingga membuat telinga semua orang seolah mau pecah, terutama Khie Kie, hampir saja dia jatuh pingsan jika sang ayah tidak cepat menutup kupingnya.
Gebrakan cepat itu dalam sekejap sudah berlangsung.
Saat itu Han Tay Hiong terlihat melompat mundur beberapa langkah jauhnya dan bersandar pada sebatang pohon dengan wajah sebentar merah sebentar pucat.
Han Pwee Eng yang melihatnya terkejut dan kuatir, cepat dia memburu dan bertanya pada sang ayah.
"Ayah, bagaimana keadaanmu?" kata Pwee Eng.
"Untung tidak sampai kalah," jawab Han Tay Hiong sambil tersenyum.
Sementara itu wajahnya berubah merah lagi. Maka legalah hati Han Pwee Eng.
Sebaliknya Liong-siang Hoat-ong kelihatan bergetar mundur dengan lebih wajar, ketika dia menancapkan kakinya ke tanah, tampak kakinya seperti diberati oleh sepotong batu. Langkahnya berat. Perlahan-lahan dia mundur selangkah demi selangkah hingga sejauh tiga langkah. Tiba-tiba dia muntah darah.
"Nah, kau bilang sendiri, kau atau aku yang kalah?" kata Han Tay Hiong.
2579 Liong-siang Hoat-ong kelihatan lemas, seperti ayam sudah kalah bertarung. Dengan lesu, dia menjawab.
"Ya, aku yang kalah! Tapi kau sudah berjanji kita hanya bertanding satu jurus saja, kalah menang kau tak akan menyusahkan aku lagi, kan"!" kata Liong-siang Hoat-ong.
"Benar," kata Han Tay Hiong sambil tertawa. "Tapi sudah kukatakan aku tak bisa menjamin orang lain berbuat sesuatu padamu."
Seketika itu muncul setitik harapan pada Liong-siang Hoatong dalam benaknya.
"Jika Khie Wie dan Han Tay Hiong tidak ikut campur, yang lain sekalipun main keroyokan aku tidak takut!"
Sambil tertawa dia berkata.
"Bagus! Jika demikian selamat tinggal dan sampai bertemu lagi kelak!?"
Belum sempat dia melangkah, tiba-tiba terdengar bentakan seorang perempuan.
"Kau sudah berani datang ke Kim-kee-leng, sekarang kau mau pergi begitu saja" Mana boleh!" kata suara perempuan itu."
Suara orang itu nyaring dan tajam, terdengar berkumandang dari jauh, tahu-tahu orangnya sudah muncul di tempat itu. Ternyata dia Hong-lay-mo-li. Di belakang dia ikut empat orang. Mereka adalah Tio It Heng, Ci Giok Hian, Jen Ang Siauw dan Lui Piauw.
Sekilas Jen Ang Siauw melihat ayahnya tergeletak di sebuah sudut. Bermimpipun dia tidak mengira akan berremu dengan ayahnya di tempat ini. Bukan main kagetnya nona Jen, seketika diajadi melongo saja.
2580 "Itu Paman Jen! Dia sudah sadar pada kesalahannya.
Lekas temui dia, Cici Jen!" kata Han Pwee Eng.
Semangat Jen Thian Ngo tiba-tiba bangkit, Mendadak dia bangun untuk duduk dan berteriak.
"Anakku Siauw, benarkah itu kau" Aku tidak mimpi bukan?" teriak Jen Thian Ngo girang sekali.
Setelah terkesima sejenak baru Jen Ang Siauw berseru.
"Ya, Ayah, anakmu di sini! Ayah sudah berubah, aku girang sekali! Bagaimana keadaanmu, Ayah?"
Segera dia memburu dan merangkul ayahnya.
Sementara itu Hong-lay-mo-li sudah berhadapan dengan Liong-siang Hoat-ong, kebutannya menuding ke arah lawannya itu
"Nah, karena kau berani datang, sekarang katakan olehmu sendiri, bagaimana kita selesaikan masalah ini?"
kata Hong-lay-mo-li. "Aku sudah melawan dua tokoh terkemuka Dunia Persilatan, jika ditambah melawanmu tidak masalah," kata Liong-siang. "Dengan demikian aku beruntung bisa berhadapan dengan tiga tokoh besar pada zaman ini!
Sekalipun aku harus mati cukup berharga bagiku."
"Hm! Kau jangan asal bicara!" kata Hong-lay-mo-li.
"Kau bukan orang Kang-ouw biasa, kau seorang Kok-su Kerajaan Mongol, andaikan kau kuampunipun, anak buahku tak akan tinggal diam. Cuma, karena kau telah bertarung dua babak, akupun tak akan menarik keuntungan darimu. Jadi jika kau mati, kau tidak akan penasaran.
Begini saja, asal kau mampu menyambut tiga seranganku segera kubiarkan kau pergi dari sini!"
2581 Girang sekali Liong-siang Hoat-ong mendengar ucapan itu, sebab pikirnya dia punya harapan untuk bebas, jika mampu menangkis tigajurus dari lawannya itu.
Liong-siang Hoat-ong menarik napas panjang, dia mengumpulkan tenaganya lalu pasang kuda-kuda dengan kuat.
"Baiklah, kuterima tantanganmu! Sebagai seorang tokoh tinggi dunia persilatan daerah Utara, kau jangan ubah lagi ucapanmu tadi." kata Liong-siang Hoat-ong.
"Hai! Kau kira aku ini siapa?" kata Hong-lay-mo-li.
"Awas seranganku!"
Tiba-tiba kebutan Hong-lai-mo-li bergetar, tak lama ujung kebutan langsung menyambar. Untung Liong-siang Hoat-ong sudah siap, dia melepaskan bajunya untuk menahan kebutan lawan.
Baju dalam Liong-siang lebih ringkas dari jubah yang telah hancur itu. Sambil mengerahkan lwee-kangnya, baju itu laksana sebuah perisai yang bisa dimainkan dengan cepat.
Kedua sosok bayangan itu tampak mendekat, tapi kemudian dengan cepat terpisah lagi. Tak lama terdengar suara beberapa kali, dan Liong-siang melangkah mundur dua langkah. Ketika dia periksa bajunya, ternyata tak terhitung banyaknya lubang karena tertusuk oleh ujung kebutan lawan. Jelas ujung kebutan Hong-lay-mo-li yang lemas itu ketika dipakai sebagai senjata dengan menggunakan tenaga dalam, bisa berubah jadi tajam bagaikan jarum saja.
Bukan main kagetnya Liong-siang. Diam-diam dia mengakui kelihayan Hong-lay-mo-li. Ketika baju dalam yang berlubanglubang itu tak bisa digunakan lagi, Liong-2582
siang jadi nekat. Dengan cepat dia mendahului menyerang sebelum musuh melancarkan serangan kepadanya. Sesudah muntah darah, dia langsung menghantam sekuatnya.
Saat Liong-siang menggunakan "Kay-tee-tay-hoat" dari golongan hitam. Sesudah muntah darah segar biasanya tenaganya jadi berlipat ganda. Maka itu ilmu Liong-siangkangnya yang dia keluarkan tetap bisa mencapai tingkat paling tinggi.
"Bagus!" kata Hong-lay-mo-li sambil mengangkat kebutannya
Ternyata kebutan itu tidak dimekarkan seperti tadi, tapi dikuncupkan menjadi satu agar ujung lancipnya bisa langsung ditusukkan ke arah lawan. Tak lama maka terdengarlah suara keras.
"Bruk!" Ujung kebutan mengenai telapak tangan Liong-siang.
Liong-siang mengerang keras kesakitan, sambil berakrobat melompat ke belakang. Rupanya Liong-siangkangnya telah hancur oleh Hong-lay-mo-li, tapi ujung kebutan Hong-lay-mo-li tembus ke jalan darah 'Lo-kiong-hiat' di telapak tangan lawan.
"Masih ada sejurus lagi belum kau terima, apa kau ingin kabur"' bentak Hong-lay-mo-li sambil melayang maju laksana burung sedang menerkam mangsanya.
Hong-lay melayang di atas kepala Liong-siang Hoat-ong, ketika kebutannya menusuk lagi, terdengar Liong-siang menjerit, matanya berdarah dan tubuhnya terhuyunghuyung.
"Tiga jurus sudah habis, kau tak bisa menyulitkan aku lagi!" kata Liong Siang Hoat-ong.
2583 Orang yang menyaksikanya semuanya kagum. Padahal saat Hong-lay-mo-li menyerang, ujung kebutannya tak mengenai lawan. Tapi heran lawan bisa terluka olehnya.
Terdengar Khie Wie memuji.
"Senjata rahasia Liu-li-hiap yang khas merupakan ilmu yang hebat dalam Dunia Persilatan. Sekalipun Keledai Gundul bisa kabur, dia akan menjadi orang cacat selamanya." kata Khie Wie.
Ketika Hong-lay-mo-li menudingkan kebutannya, dua utas bulu kebutan itu melayang laksana jarum dan berhasil menusuk mata Liong-siang Hoat-ong hingga kedua matanya buta.
Hong-lay-mo-li membiarkan Liong-siang Hoat-ong pergi sesuai janjinya tadi. Tapi mendadak terdengar suara tawa terbahak-bahak. Saking kerasnya suara tawa itu membuat semua orang ngeri.
"Hong-lay-mo-li, kata-katamu bisa dipercaya tidak?"
terdengar Liong-siang Hoat-ong berteriak dari jauh.
"Suamiku, jangan rintangi dia, biarkan dia pergi!"
kataHong-lay-mo-li pada suaminya.
Tak lama tampak seorang lelaki setengah umur berdandan seperti sastrawan muncul dari kaki bukit. Dia adalah suami Hong-lay-mo-li, yaitu 'Siauw-go-kian-kun', Hoa Kok Han.
Terlihat Liong-siang Hoat-ong berlari-lari tetapi mendadak tubuhnya sempoyongan, lalu terjungkal dan binasa dengan darah keluar dari mulut, mata, telinga dan hidungnya.
"Ha...ha...ha! Dia mati karena ketakutan, bukan salahku!" kata Siauw-go-kian-kun sambil tertawa.
2584 Liong-siang Hoat-ong sudah terluka parah. Ketika mendengar suara Siauw-go-kian-kun, saking kuatirnya sisa sedikit tenaga dalamnya mendadak buyar sedang denyut jantungnya lang-sung berhenti, matilah dia seketika itu juga.
"Wan-yen Tiang Cie sudah kami bunuh, apa kalian sudah tahu?" kata Siauw-go-kian-kun setelah berhadapan dengan mereka.
"Ya, sudah! Aku sudah mendengar dari adik Po, sebaiknya kau ceritakan lagi padaku. Sekarang mari kita periksa keadaan Jen Lo-sian-seng," kata Hong-lay-mo-li.
"Benar, kali ini Jen Lo-sian-seng tidak membantu mereka, sebaliknya dia mengirim kabar rahasia kepada kita.
Maka itu kita harus memaafkan kesalahannya di masa lampau," kata Siauw-go-kian-kun.
Sementara itu keadaan Jen Thian Ngo sangat lemah, napasnya kelihatan tersengal-sengal. Ketika semua orang mengerumuninya, terlihat sebelah tangannya memegang tangan Jen Ang Siauw, sedang tangan lainnya memegang tangan Lie Tiong Chu. Sambil tersenyum dia memaksakan diri berkata dengan suara perlahan.
"Inilah saat yang paling menyenangkan seumur hidupku.
Kalian sudi memaafkan dosaku,
mati......matipun aku bisa tenang. Satu-satunya yang kusesalkan aku tak bisa menyaksikan pernikahan kalian berdua!"
"Ayah......Ayah!"
seru Jen Ang Siauw sambil menangis. Namun ayahnya 2585 tak bergerak lagi, dia sudah mati. "Ang Siauw," kata Hong-lay-moli, "kau tidak boleh berduka, ayahmu meninggal secara
ksatria, kau harus menuruti pesannya dan bersyukur baginya."
Semua orang saling berjabatan tangan.
Sambil tersenyum Hong-lay-mo-li berkata pada Han Pwee Eng sambil tertawa.
"Pasti kau belum kenal pada Tio Toa-ko ini, kan" Dia ini calon suami Giok Hian."
Tentu saja Han Pwee Eng girang, segera dia memberi selamat kepada Ci Giok Hian. Sedangkan Ci Giok Hian menunduk malu-malu tapi hatinya gembira bukan main.
"Hari ini hari raya Cap-go-meh, hari yang baik dan suasana yang indah juga, kalian para muda-mudi bisa berpasangpasangan dengan bahagia sebulat rembulan di atas langit sana!" kata Lui Piauw mengucapkan doa restu kepada para pendekar yang akhirya bisa berkumpul kembali setelah mengalami suka-duka dan gemblengan roda kehidupan di dunia yang ganas bukan main. Badai Angin Dan Awan sekarang telah berakhir........
-o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0oTAMAT 2586 Document Outline Badai, Awan, Angin (Beng Ciang Hong In Lok)
Daftar Isi : Jilid Pertama Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7 Bab 8 Bab 9 Bab 10 Bab 11 Bab 12 Jilid Kedua Bab 13 Bab 14 Bab 15 Bab 16 Bab 17 Bab 18 Bab 19 Bab 20 Bab 21 Bab 22 Bab 23 Bab 24 Jilid Ketiga Bab 25 Bab 26 Bab 27 Bab 28 Bab 29 Bab 30 Bab 31 Bab 32 Bab 33 Bab 34 Bab 35 Bab 36 Bab 37 Bab 38 Bab 39 Bab 40 Bab 41 Bab 42 Bab 43 Bab 44 Bab 45 Bab 46 Bab 47 Bab 48 BAB 49 BAB 50 Pengantar dari penerbit Jilid Kelima Bab 51 Ci Giok Phang Bertemu Siauw Hong; Seng Liong Sen Dipermainkan Pengemis Tua
BAB 52 Seng Liong Sen Melarikan diri; Seng Cap-si Kouw Contra Beng Cit Nio
BAB 53 Mengikuti Jejak Kok Siauw Hong; Ciauw Siang Hoa Bertemu Ayahnya
BAB 54 Pengemis Tua Bergabung Dengan Ciok Leng; Kiong Cauw Bun Menaklukkan Seng Cap-si Kouw
BAB 55 Kong-sun Po Singgah Lagi Di Ngih Nie Lauw; Di Tempat Chu Tay Peng Bertemu See-bun Souw Ya
BAB 56 See-bun Souw Ya Berhadapan Dengan Kong-sun Po; Kiong Cauw Bun dan Wan Ceng Liong Bertemu Kok-su Mongol
BAB 57 Kiong Cauw Bun Dikalahkan Oleh Tam Yu Cong; Kong-sun Po Mendapat Undangan Dari Han Hie Sun
BAB 58 Tamu Han Hie Sun Menunjukkan Kebolehannya; Kong-sun Po Diperdaya oleh Yan Hoo
BAB 59 Pek Tek Menyelamatkan Kong-sun Po; Kekacauan Di Rumah Bun Yat Hoan
BAB 60 Kong-sun Po Bertemu Para Pembegal; Kong-sun Po Berhasil Mengalahkan Lawan-lawannya
BAB 61 Kiong Mi Yun Tertipu oleh Jen Thian
Ngo; Kiong Mi Yun Bertemu Wan-yen Hoo Di
Rumah Jen Thian Ngo BAB 62 Kong-sun Po Akan Membebaskan Kiong Mi Yun; Seng Liong Sen Dikerjai Oleh Wan-yen Hoo
BAB 63 Seng Liong Sen Menyerang Kong-sun Po; Puteri Jen Thian Ngo Berkorban Untuk Sahabatnya
BAB 64 Luput Dari Bahaya Maut; Mendapat Tugas Berat
BAB 65 Rencana Perampokan Di Rumah Gak Liang Cun; Seng Liong Sen Berhasil Menyelesaikan Tugasnya
Jilid Keenam BAB 66 Ci Giok Hian Mencurigai Pemuda Cacat itu; Seng Liong Sen Bertemu Uh-bun Tiong
BAB 67 Seng Liong Sen Dan Uh-bun Tiong
Menjebak Lawan Mereka: To-su dan Hwee
shio Terluka Parah BAB 68 Rahasia Uh-bun Tiong Ketahuan; Seng Liong Sen Terjebak Di Rumah Tabib Ong
BAB 69 Takut Ketahuan Rahasianya Seng Liong Sen Kabur; Pertarungan Dengan Para Bajak
BAB 70 Kok Siauw Hong Dibius; Seng Liong Sen Bertemu Uh-bun Tiong
BAB 71 Seng Liong Sen Lawan Uh-bun Tiong; Kok Siauw Hong Kabur Bersama Nona Biauw
BAB 72 Chu Kiu Sek Muncul lagi; Persekongkolan Seng Cap-si Kouw Dan Kiauw Sek Kiang
BAB 73 Seng Cap-si Kouw cs Ketemu Ciok Leng; Khie Wie Muncul Mencari Seng Liong Sen
BAB 74 Han Tay Hiong Bertemu Dengan Putrinya; Khie Wie Mengetahui Riwayat Seng Liong Sen
BAB 75 Seng Liong Sen Berusaha Menolongi Kekasihnya; Uh-bun Tiong Menipu Khie Kie Untuk Menjebak Khie Wie
BAB 76 Uh-bun Tiong Mengancam Akan Menganiaya Khie Wie; Seng Liong Sen Bertarung Mati-matian
BAB 77 Han Pwee Eng Hampir Tertawan Musuh; Seng Liong Sen Bertemu Ci Giok Hian
BAB 78 Rumah Jen Thian Ngo Terbakar: Kok Siauw Hong Dan Han Pwee Eng Ke Kim-keeleng
BAB 79 Kok Siauw Hong Dan Kawan-kawan Ke Kim Kee-leng; Kong-sun Po Bertemu Lawan Tangguh
BAB 80 Kong-sun Po Bertemu Wan Ceng Liong; Kiong Mi Yun Bertemu Ayahnya
BAB 81 Kiong Cauw Bun Menyetujui Perjodohan Putrinya; Seng Cap-si Kouw Terluka Parah


Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jilid Ketujuh BAB 82 Kok Siauw Hong Coba Menemui orang di Tay-toh; Kok Siauw Hong Berhadapan Dengan Lie Tiong Chu
BAB 83 Jen Ang Siauw Bertemu Kawan Semasa Kecilnya; Wan-yen Hoo Muncul Dipembukaan Perusahaan Beng Teng
BAB 84 Jen Thian Ngo Muncul Di Tengah Pesta; Rumah Teng Sit Dikepung Tentara Kim
BAB 85 Jen Ang Siauw Bertemu Wan-yen Hoo; Lie Tiong Chu menyelamatkan Nona Jen
BAB 86 Mencari Rumah Keluarga Ho Di Seesan; Pertarungan Antara Ho Leng Wie Dan Lo Jin Cun
BAB 87 Ho Leng Wie Bertemu Gurunya; Bulim-thian-kiauw Muncul Saat Keadaan Gawat
BAB 88 Tam Yu Cong Hampir Terjebak Musuh; Ilmu Berbisa Chu Kiu Sek Dan See-bun Souw Ya Musnah
BAB 89 Tam Yu Cong Berbincang Dengan Raja Kim; Ciu Tiong Gak Bertarnung Melawan An Tak cs
BAB 90 Rombongan Kok Siauw Hong Bertemu Ciu Tiong Gak; Seng Liong Sen Bersama Khie Kie Menuju Ke Kim-kee-leng
BAB 91 Bertemu Han Hie Sun Di Gudang Kayu; Pertarungan Hebat Di Gudang Kayu
BAB 92 Kok Siauw Hong Dan Kawan-kawan Membantu; Kong-sun Po Ikut Terjun dalam Pertarungan
BAB 93 Hong-lay-mo-li Menjodohkan Ci Giok Hian; Gan Hu-kin Mengacau Di Pek Hoa-kok
BAB 94 Gak Hu-jin Sinting Dan Mengamuk; Ci Giok Hian Berkenalan Dengan Tio It Heng
BAB 95 See-bun Souw Ya Tewas; Kiong Cauw Bun Tertolong Jiwanya
BAB 96 Kiauw Sek Kiang Tewas Dikeroyok; Chu Kiu Sek Tewas Di Tangan Su Thian Tek
BAB 97 Bagian Penutup Pendekar Pedang Sakti 8 Raja Naga 7 Bintang Karya Khu Lung Tusuk Kondai Pusaka 1

Cari Blog Ini