Ceritasilat Novel Online

Pertemuan Di Kotaraja 16

Pertemuan Di Kotaraja Seri 4 Opas Karya Wen Rui An Bagian 16


setiap kali pihak lawan mundur dia merangsek maju
Kali ini Leng Liu-peng mundur terlebih dulu sebelum si
Tanpa perasaan sempat melancarkan serangannya, sambil
mundur dia siap melepaskan serangan mautnya.
Asal cahaya tajam itu sudah dilontarkan, maka posisinya
dari bertahan akan berubah jadi menyerang, gerakan mundur
bagi seorang ahli senjata rahasia tidak terhitung sesuatu yang
luar biasa. Baru saja dia mundur setengah jalan, mendadak kakinya
menginjak tempat kosong, keseimbangan tubuhnya seketika
hilang, badannya terpeleset jatuh ke belakang.
Sekalipun tebing dimana ia berpijak tadi merupakan
punggung bukit, seandainya dia terjatuh ke dasar jurang,
paling tidak tulangnya akan patah.
Sejak awal pertarungan, Tanpa perasaan memang berebut
melancarkan serangan terus menerus, sementara sejak awal
Leng Liu-peng hanya mundur terus ....
0oo0 25. Opas kenamaan berubah jadi manusia berdarah.
864 Tatkala Leng Liu-peng berhasil menghindari serangan
jarum pinus tadi, tubuhnya sudah mundur sejauh tujuhdelapan
depa, ketika menghindari sergapan dua belas titik
cahaya tajam, dia mundur lagi sejauh beberapa depa, ketika
menghindari serangan pisau terbang, dia mundur sejauh
sepuluh depa, menanti dia menghindari piau terbang,
tubuhnya mundur pula sejauh enam belas depa.
Saat itu tubuhnya sudah mundur hingga tiba di tepi jurang.
Lekas Leng Liu-peng menghentikan gerak tubuhnya,
dengan kesempurnaan tenaga dalam yang dimilikinya, meski
gerak mundur segera terhenti namun kakinya yang sudah
telanjur menginjak tempat kosong tak mungkin bisa ditarik
lagi, badannya tetap tenggelam ke bawah dengan kecepatan
tinggi. Kali ini Leng Liu-peng memang salah perhitungan, tindakan
yang dilakukan si Tanpa perasaan sebetulnya hanya
bermaksud memotong jalan mundurnya, dia sama sekali tak
berniat mendesaknya hingga tercebur ke dalam jurang.
Waktu itu gerakan tubuh mereka dilakukan secepat kilat,
dalam keadaan seperti itu mustahil bagi mereka untuk
mengutarakan isi hati melalui ucapan.
Leng Liu-peng telah salah mengartikan niat Tanpa pera
saan, dia mengira pihak lawan menyerang dengan sepenuh
tenaga, maka dia pun mundur lebih cepat lagi hingga akhirnya
terperosok ke dalam jurang.
Seketika itu juga Leng Liu-peng merasa kepalanya pening,
begitu kehilangan keseimbangan badan dia segera terperosok
ke bawah, sambil berteriak aneh, lengannya mengayun ke
sana kemari, bermaksud mencari sesuatu benda untuk
berpegangan. Mendadak lengan kirinya terasa mengencang, sebuah
benda telah mencengkeram pergelangan tangan kirinya kuatkuat.
Tangan manusia, tangan si Tanpa perasaan.
Sayang Tanpa perasaan tidak memiliki tenaga dalam yang
cukup, walaupun dia berhasil menangkap lengan lawannya
865 tepat waktu, namun terbetot oleh tenaga Leng Liu-peng yang
terperosok ke bawah, tak tahan tubuhnya ikut terperosok pula
ke bawah. Kini si Tanpa perasaan ikut terseret hingga tiba di tepi
jurang, masih untung dia bertindak sigap, dengan tangan
sebelah dia menangkap lengan Leng Liu-peng, tangan yang
lain segera digunakan untuk berpegangan pada benda apapun
yang tumbuh di tepi tebing.
Dalam posisi begini, beberapa kali Tanpa perasaan
berusaha membetot naik tubuh Leng Liu-peng, tapi sayang
tanpa tenaga dalam yang sempurna, mustahil baginya untuk
berbuat begitu, beberapa kali percobaan yang dia lakukan
membuat lengannya semakin linu dan kaku, ia sadar bila
dicoba beberapa kali lagi niscaya dia tak sanggup
mempertahankan betotannya lagi.
Dalam keadaan begini dia pun menghentikan percobaannya
dan membiarkan tubuhnya ikut bergelantungan di tepi jurang.
Beberapa saat kemudian, setelah rasa kagetnya berhasil
teratasi, Leng Liu-peng mulai bertanya, "Kenapa kau
menolong aku?"
"Sebab gelang bajamu belum sempat kau gunakan, mana
boleh kubiarkan kau mati duluan?"
Leng Liu-peng menutup mulut, kemudian katanya lagi,
"Lepaskan aku!"
"Kenapa?"
"Sebab dengan menahan tubuhku, kau tak bakal bisa
bertahan lama."
"Hm, tak kusangka kau pun cengeng macam perempuan,"
jengek Tanpa perasaan sambil tertawa dingin.
Maka Tanpa perasaan dan Leng Liu-peng pun saling
bergelantungan di tepi jurang.
Matahari telah condong ke barat, burung gagak mulai
beterbangan kembali ke sarangnya, malam sudah menjelang
tiba. Tanpa perasaan mulai merasakan lengannya linu dan
lemas, tenaganya makin lama semakin lemah.
866 Setelah berdiam diri sekian lama, akhirnya Leng Liu-peng
berkata lagi, "Aku tak peduli kau akan memakiku cengeng
atau tidak, mirip perempuan atau bukan, aku tetap memohon
satu hal kepadamu."
"Apa?"
"Tolong lepaskan tanganmu!"
"Tutup mulutmu!" bentak Tanpa perasaan tak sabar.
Padahal andaikata Leng Liu-peng mau meminjam tenaga
rekannya untuk melejit ke atas, dia masih mempunyai peluang
untuk lolos ke atas tebing, namun bila dia berbuat begitu,
maka Tanpa perasaan yang sudah mulai kehabisan tenaga itu
pasti akan terperosok ke dalam jurang dan mati
mengenaskan. Tentu saja dia tak ingin melakukan hal itu.
Pada saat itulah tiba-tiba terdengar suara langkah kaki
manusia berkumandang datang, suara langkah itu makin lama
semakin dekat. Angin berhembus kencang, senja sudah berlalu, malam pun
menjelang tiba.
Darah dingin dan Tangan besi telah menelusuri setiap
pelosok tempat, namun gagal menemukan jejak Leng Liupeng.
Hampir pada saat bersamaan, Darah dingin dan Tangan
besi menghentikan langkah di luar sebuah hutan. "Tidak
benar," bisik Tangan besi.
"Ya, memang tidak benar," Darah dingin mengangguk,
"kenapa Leng Liu-peng menyerempet bahaya pergi menolong
si Pengejar nyawa" Padahal antara dia dan Pengejar nyawa
tak ada budi maupun dendam, pasti dia mempunyai maksud
tertentu."
"Masalahnya apa maksudnya?"
"Sebelum terjadinya pertempuran dalam toko peti mati,
Tanpa perasaan telah memanasi hati Leng Liu-peng hingga
jagoan itu pergi dengan gusar."
867 "Gara-gara kejadian itu, Leng Liu-peng bersumpah akan
menantang si Tanpa perasaan untuk berduel satu lawan satu,"
sambung Tangan besi.
"Tapi selama ini Leng Liu-peng takut dengan tandu yang
digunakan Tanpa perasaan."
"Itulah sebabnya dia menantang Tanpa perasaan untuk
berduel satu lawan satu dan harus keluar dari tandunya."
"Benar, jika Tanpa perasaan masih berada di dalam tandu,
tak mungkin Leng Liu-peng punya kesempatan untuk meraih
kemenangan."
"Padahal tidak gampang untuk memaksa Tanpa perasaan
keluar dari tandunya."
"Kecuali menggunakan umpan," ujar Darah dingin
kemudian. "Ya, Pengejar nyawa adalah umpannya!" "Kalau begitu kita
telah salah arah."
"Leng Liu-peng tahu kalau kita bersembunyi di atas pohon,
dia pun tahu kalau Tanpa perasaan pasti berada di belakang
kita." "Berarti mereka telah saling bertemu," seru Darah dingin
dengan wajah berubah.
"Kalau begitu kita harus segera menyusul ke sana," seru
Tangan besi. Baru saja dia memutar badan, mendadak langit
bertaburkan senjata rahasia, seluruh senjata rahasia dengan
kecepatan luar biasa dan membawa desingan angin tajam
menghajar ke tubuh mereka.
"Tu Lian!" teriak Darah dingin.
"Auyang Toa!" hardik si Tangan besi pula dengan penuh
amarah. Rupanya lantaran mereka asyik memikirkan keselamatan
Tanpa perasaan hingga tidak sadar dirinya sudah dikuntit
orang, begitu larinya melambat, mereka pun tersusul dari
belakang. 868 Ketika mendengar ada orang mendekati tebing, dengan
kegirangan Leng Liu-peng segera berteriak, "He ... tolong ...
kami berada di dalam jurang!"
Tampaknya orang itu segera menghentikan langkah,
setelah agak ragu sejenak akhirnya dia berjalan mendekat.
"Loko!" Tanpa perasaan berteriak pula, "kami terpeleset
hingga jatuh ke jurang, tolonglah tarik kami naik ke atas."
Orang itu berjalan semakin dekat lalu melongok ke bawah,
Leng Liu-peng segera dapat melihat dengan jelas orang di
atas tebing, dengan wajah berubah dia berseru tertahan.
Sementara itu orang yang berada di atas tebing telah
menyahut sambil tergelak, "Hahaha . . rupanya kalian
berdua." Perasaan si Tanpa perasaan serasa tenggelam.
Ketika berada di depan toko peti mati, orang inilah yang
berhasil memaksanya keluar dari dalam tandu, si manusia
cebol she Sun. Dia masih hapal betul dengan suara si cebol, bahkan tak
pernah akan terlupakan.
Si cebol itu tak lain adalah murid kesayangan Kiu-yu
Sianseng, si tukang gangsir Sun Put-kiong.
"Wah, kelihatannya kita memang berjodoh," seru Sun Putkiong
sambil tertawa tergelak.
Tanpa perasaan tidak bicara, makin lama tanganya terasa
makin linu, makin lama semakin kaku dan mulai mati rasa
Kembali Sun Put-kiong berkata sambil tertawa, "Saat ini
Auyang Toa, Tu Lian, Suma Huang-bong dan Tok Ku-wi
sedang mengejar si Tangan besi dan Darah dingin, sementara
aku selalu berpendapat bahwa Leng Liu-peng dengan watak
keledainya pasti akan mencari kau untuk ditantang berduel.
Dengan kemunculan si Tangan besi dan Darah dingin, berarti
kau pasti menyusul di belakang, karena kau tidak leluasa
bergerak. Itulah sebabnya aku berpisah dengan mereka, aku
ingin mencari peluang bagus, dan ternyata ... hahaha ...
memang aku si Sun tua yang lagi beruntung!"
869 "Sun tua," teriak Leng Liu-peng gusar, "paling tidak kau
mesti menarik aku naik dulu, ada urusan dibicarakan nanti."
Paras muka Sun Put-kiong berubah dingin dan ketus, jengeknya
sambil menyeringai seram, "Kenapa aku mesti
menarikmu naik?"
Paras muka Leng Liu-peng berubah hebat, dia seperti ingin
mengucapkan sesuatu tapi akhirnya diurungkan.
Sambil tertawa dingin Sun Put-kiong mulai melangkah ke
depan, perlahan kakinya diangkat ke atas, lalu dengan wajah
berseri dan penuh ejekan dia mulai menginjak jari tangan si
Tanpa perasaan yang masih berpegangan di pinggir jurang.
Julukan yang diberikan orang kepada Tu Lian adalah Bunga
teratai beracun, sejak terjun ke dunia persilatan dia selalu
membawa sebatang teratai beracun dalam genggamannya,
dia kejam dan telengas, di balik bunga teratainya selalu
disembunyikan senjata rahasia yang lembut dan sangat
beracun, karenanya orang yang tewas di tangannya mungkin
lebih banyak jumlahnya ketimbang senjata rahasia yang
dimiliki. Dia jarang sekali membokong, karena senjata rahasia milikMendadak terdengar suara desingan aneh bergema
membelah angkasa, terlihat sekilas cahaya tajam berkelebat
membelah bumi. Waktu itu Sun Put-kiong sama sekali tidak berada dalam
posisi siaga, seluruh perhatiannya sudah tertuju pada tepi
jurang, karena nyawa dua tokoh silat sudah terjatuh ke
tangannya, keadaan itu membuat dia sangat bangga, sangat
gembira. Ketika mata golok membacok datang, dia tak sempat lagi
menggangsir tanah, terpaksa tubuhnya melejit ke udara.
Reaksinya memang cukup cepat, tapi sayang gerakan golok
itu jauh lebih cepat.
Dengan melambung ke udara dia memang berhasil
menyelamatkan lututnya dari bacokan, tapi kelima jari
tangannya, mulai ruas tulang kedua telah terpapas kutung.
870 Ibu jari dan jari telunjuknya semula akan dipakai untuk
mematahkan ibu jari si Tanpa perasaan, tapi sekarang jari-jari
itu sudah terpapas kutung duluan, bahkan rontok persis di
atas jari tangan si Tanpa perasaan.
"Wes!" setelah berputar satu lingkaran besar, cahaya tajam
itu meluncur balik ke bawah tebing, kembali ke dalam
genggaman Leng Liu-peng.
Sun Put-kiong tidak sempat merasakan sakit, menanti ia
sadar, keempat jari tangannya sudah lenyap, ia baru
memegangi pergelangan tangannya dengan tangan yang lain,
membelalak-, kan matanya lebar-lebar dan memperdengarkan
suara jeritan melengking dan amat menyayat hati.
Kemudian ia mulai melotot ke arah si Tanpa perasaan.
Dengan pandangan dingin Tanpa perasaan memandang
pula ke arahnya.


Pertemuan Di Kotaraja Seri 4 Opas Karya Wen Rui An di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Leng Liu-peng yang berada di bawah Tanpa perasaan,
memandang pula ke arahnya dengan pandangan hambar.
"Kau..." jerit Sun Put-kiong.
"Kau yang ingin membunuh aku duluan," ujar Leng Liupeng
tenang. Wajah Sun Put-kiong sudah berubah merah padam, merah
seperti babi panggang, pada saat itulah dia baru merasakan
sakit yang luar biasa pada luka di kelima jari tangannya.
Rasa sakit yang merasuk tulang justru membuat si cebol
menjadi tenang kembali, serunya setelah tertawa dingin,
"Jangan lupa, kalian masih bergelantungan di tepi jurang, asal
kupotong jari tangan si Tanpa perasaan, kalian segera akan
mati di tanganku."
Leng Liu-peng balas tertawa dingin.
"Hm, kalau kau berani mendekat, meski sekarang aku
masih bergelantungan di tepi jurang, tapi golokku masih
sanggup membantai dirimu."
"Hahaha ... bagaimanapun juga kalian toh sudah tak
mampu naik lagi, buat apa mesti repot-repot turun tangan
sendiri, baiklah, akan kutunggu sampai kalian tercebur sendiri
ke dalam jurang
871 Begitu selesai berkata, dia pun berjalan menuju ke sisi
sebatang pohon siong di sebelah kanan, katanya lagi, "Tapi ...
terus terang saja, aku lebih suka membunuh sendiri kalian
berdua ... bahkan kujamin tak perlu mendekati sisi tebing
lagi." Tanpa perasaan memandang ke arah pohon siong raksasa
itu, sedang Leng Liu-peng memandang ke arah Sun Put-kiong,
paras muka mereka berubah hebat.
Dengan satu gerakan cepat si Tangan besi menerjang ke
arah Tu Lian, sementara si Darah dingin menyerang Auyang
Toa. Waktu itu lengan si Tangan besi telah berubah jadi sebuah
lengan baja, ketika semua senjata rahasia menghajar seluruh
lengannya, hampir seluruh senjata itu mencelat ke empat
penjuru kemudian rontok ke tanah.
Dalam waktu singkat tubuh si Tangan besi sudah
merangsek maju menghampiri tubuh perempuan itu.
Tu Lian terkesiap, lekas bunga teratainya dibabatkan ke
kepala lawan. Tangan besi sama sekali tidak berkelit, dia malah
mengayunkan tangan mencengkeram datangnya senjata itu.
Tu Lian kegirangan, bukannya menarik kembali senjatanya
dia malah memapaki tangan lawan, sebab dia tahu bunga
teratai beracunnya penuh dengan duri, asal satu saja di antara
duri itu menantap di tubuh lawan, niscaya musuh akan roboh
keracunan. Tangan besi mendengus dingin, begitu berhasil
mencengkeram senjata itu, dia langsung membetot sambil
melepaskan babatan.
Tangan besi memang memiliki tangan yang luar biasa
kerasnya, bunga teratai beracun sama sekali tak mampu
melukai tubuhnya.
Baru saja serangannya gagal mengenai lawan, tahu-tahu
bunga teratai beracun itu sudah direbut Tangan besi, melihat
hal ini Tu Lian terkesiap.
872 Berhasil dengan serangan pertama, Tangan besi merangsek
lebih ke depan, kembali sebuah pukulan tinju dilontarkan.
Ketika pukulan itu mencapai tengah jalan, serangan yang
jelas tertuju ke tubuh Tu Lian mendadak berganti arah dan
menghantam ke arah belakang.
Rupanya pukulan itu diarahkan ke tubuh Suma Huangbong.
Waktu itu sebenarnya Suma Huang-bong sudah berhasil
menyelundup ke belakang tubuh si Tangan besi, dia sedang
menyiapkan Sam-tiang-leng-gong-soh-ho-ci (ilmu jari tiga kaki
menembus angkasa mengunci tenggorokan) untuk menyerang
dengan sepenuh tenaga.
Ketika tinju si Tangan besi menyambar ke belakang,
serangan itu datang secara tiba-tiba, dalam keadaan tidak
siap, Suma Huang-bong segera memaksakan diri berkelit ke
samping. "Blam!", bahu kanannya seketika termakan oleh pukulan
itu, tanpa ampun tubuhnya mencelat ke belakang.
Di saat tubuhnya terlempar itulah Suma Huang-bong
segera melepaskan ilmu sentilan Sam-tiang-leng-gong soh-hoii
(ilmu jari tiga kaki menembus angkasa mengunci
tenggorokan) andalannya.
Lekas Tangan besi mengegos ke samping, desingan angin
tajam itu memang gagal membidik tenggorokannya, namun
tak urung bahu kirinya tersambar juga.
Untung saja lengannya sangat kuat, pada saat bahu kirinya
terhajar serangan itu, dia pun sempat mendengar suara lain
yani; sangat aneh.
Rupanya suara itu berasal dari hancurnya tulang bahu
Suma Huang-bong yang dihantam secara telak tadi.
Posisinya waktu itu memang sangat rawan, dia harus satu
lawan dua, bila ia tidak bertindak nekad, sulit baginya untuk
lolos dalam keadaan selamat.
Itulah sebabnya di saat musuh masih kelimpungan, dia
segera mengerahkan seluruh kekuatannya ke dalam sepasang
tangannya, lalu berusaha menggempur posisi lawan.
873 Kini lengan kirinya sudah tak sanggup lagi diangkat ke atas,
tapi dia tak ambil perduli, tangan kanannya kembali bekerja
keras dan meremas senjata bunga teratai beracun yang
berhasil dirampasnya itu hingga hancur berkeping-keping.
Kemudian dia baru menerjang ke arah Tok Ku-wi.
Dia harus menghajar orang itu, sebab serangan maut Tok
Ku-wi sudah mulai mengancam keselamatan jiwa rekannya.
0oo0 Dengan sekuat tenaga Sun Put-kiong mulai mendorong
pohon siong raksasa itu, baru digoyang beberapa kali, jarum
pinus sudah mulai berguguran, akar pohon pun sudah mulai
mencuat sebagian dari permukaan tanah.
Tiba-tiba si cebol menghentikan goyangannya, dia mundur
sedikit, memeriksa posisi kemudian melanjutkan goyangannya.
Batang pohon itu memang miring ke sisi tebing, dengan
diarahkan posisinya, maka sekarang batang pohon raksasa itu
mengarah ke tangan si Tanpa perasaan yang mulai kelelahan.
Seandainya batang pohon raksasa itu benar-benar tumbang
dan menindih di atas tangan si Tanpa perasaan, bagaimana
mungkin pemuda itu bisa menahan diri"
"He cebol, hentikan perbuatan terkutukmu!" kembali Leng
Liu-peng membentak penuh kegusaran.
Sun Put-kiong menyeringai sinis, dia melanjutkan
goyangannya terlebih kencang, ketika kelima jari tangannya
mulai terasa sakit lagi, dia berhenti sejenak lalu melanjutkan
kembali perbuatannya, sambil bekerja ejeknya, "Tutup
mulutmu Leng Liu-peng, lebih baik menyerah saja!"
Leng Liu-peng mendengus dingin, tangannya digetarkan
dan "Wes!", kembali cahaya tajam meluncur dari tangan
kanannya. Cahaya tajam itu langsung membabat ke arah batok kepala
si cebol. Setelah pengalaman tadi, Sun Put-kiong tak berani
gegabah, lekas dia menyelinap dan bersembunyi di belakang
pohon raksasa itu.
874 "Duk!", cahaya tajam itu langsung menancap di batang
pohon. Sun Put-kiong seketika tertawa terbahak-bahak, teriaknya,
"Leng Liu-peng, terima kasih banyak atas pemberian golokmu,
hahaha.." Golok itu menancap dalam pada dahan pohon itu, hal ini
membuat batang pohon yang hampir tumbang itu semakin
gawat keadaannya.
Dengan cepat si cebol mencabut golok dari atas dahan,
siapa tahu golok itu mendadak bergetar dan terbang balik ke
bawah tebing, lekas Sun Put-kiong menarik kembali
tangannya, namun tak urung jari kelingkingnya kena terpapas
juga. Cahaya tajam itu terbang balik ke bawah tebing dan
meluncur kembali ke tangan Leng Liu-peng.
Sun Put-kiong benar-benar sangat gusar, sambil berkaokkaok
dia rendahkan badannya sambil menyusup ke bawah
tanah, debu dan pasir pun beterbangan di angkasa, dalam
waktu singkat akar pohon siong itu sudah tergali setengahnya,
hingga setiap saat batang pohon itu bisa tumbang.
Mendadak si Tanpa perasaan membisikkan sesuatu ke sisi
telinga Leng Liu-peng, menyusul kemudian jagoan golok dari
wilayah Biau itu menggetarkan lengannya, sekali lagi cahaya
tajam berkelebat ke atas.
Waktu itu tangan kiri si Tanpa perasaan berpegangan pada
tebing jurang sedang tangan kanan memegang tangan kiri
Leng Liu-peng, maka hanya tangan kanan Leng Liu-peng yang
leluasa bertindak bebas, coba kalau bukan lantaran ilmu golok
Leng Liu-peng sanggup mencabut nyawa orang dari jarak
jauh, mungkin sedari tadi si cebol sudah berhasil
melaksanakan niatnya.
Cahaya tajam terbang ke atas tebing langsung menyambar
kepala si cebol, cepat Sun Put-kiong menundukkan kepala
sambil menyusup ke dalam tanah.
Setelah berputar dua lingkaran, cahaya tajam itu kehabisan
tenaga dan meluncur balik ke bawah tebing, pada saat itulah
875 tiba-tiba si cebol Sun memunculkan diri dari bawah tanah,
segumpal pasir segera ditimpukkan ke arah kilatan cahaya itu.
Sebenarnya cahaya berkilat itu tak lain adalah gelang besi,
ketika dihajar oleh segumpal pasir, gelang besi itu segera
terpukul hingga terbang ke samping dan jatuh entah kemana,
benda itu tidak lagi terbang balik ke tangan Leng Liu-peng.
Melihat hal ini, si cebol Sun segera muncul kembali dari
dalam tanah, ejeknya sambil tertawa tergelak, "Hahaha ...
Leng Liu-peng, akan kulihat kau akan menyerangku dengan
menggunakan apa lagi!"
Setelah tertipu satu kali, si cebol belajar dari pengalaman,
dia tak berani mendekati sisi tebing, sambil merangkul batang
pohon itu dia membentak, "Sekarang mampuslah kalian...."
Tampaknya batang pohon itu segera akan terangkat dari
dalam tanah, bila hal ini terjadi, Tanpa perasaan dan Leng Liupeng
segera akan terlempar ke dalam jurang dan mati konyol.
Waktu itu Sun Put-kiong sudah kehilangan keenam jari
tangannya, sakit hati ini membuatnya mata gelap, dalam hati
kecilnya dia telah bersumpah akan menghabisi nyawa si Tanpa
perasaan dan Leng Liu-peng.
Di saat yang amat kritis itulah mendadak paras muka Sun
Put-kiong berubah hebat, sebab segulung desingan angin
tajam tiba-tiba menyergapnya dari belakang.
Serangan itu cepat lagi kuat, tak kalah hebatnya dengan
sambaran halilintar.
Karena tak sempat masuk kembali ke dalam tanah, juga tak
sempat melompat keluar ke permukaan tanah, mau tak mau
terpaksa dia membalikkan tubuh sambil menangkis.
Tapi dia lupa kalau tangan kirinya sudah tak berjari,
padahal saat itu dia sedang menggunakan tangan kirinya.
"Blam!", tangkisannya langsung jebol, tubuh si cebol Sun
Put-kiong seketika tersapu telak oleh tendangan dahsyat itu.
"Duk!", punggungnya menghantam dahan pohon siong
dengan keras, saat itulah dia baru sempat berpaling.
Pengejar nyawa telah berdiri di hadapannya, waktu itu dia
sudah mulai melepaskan tendangannya yang kedua.
876 Sun Put-kiong sama sekali tidak menangkis, karena seluruh
kekuatannya sudah dibikin buyar oleh tendangan pertama
tadi. Dia benar-benar tidak habis mengerti, bukankah Pengejar
nyawa tergeletak dengan jalan darah tertotok" Kenapa dia
bisa bangkit berdiri sambil menghadiahkan sebuah gempuran
ke tubuhnya"
Sewaktu tubuhnya terhajar oleh tendangan kedua, Sun Putkiong
sudah kehilangan kesadarannya, pada tendangan yang
ketiga, nyawanya langsung menghadap raja akhirat, padahal
si Pengejar nyawa total menghadiahkan empat tendangan
berantai untuk dirinya.
Setelah tendangan keempat berlalu, batang pohon itu mulai
tumbang ke arah tepi tebing.
Dengan gerakan cepat Pengejar nyawa segera menerjang
ke tepi jurang, lalu dengan menggunakan kakinya dia
mencongkel tubuh si Tanpa perasaan dan Leng Liu-peng.
Meminjam tenaga congkelan itu, mereka segera melayang
ke atas tebing, saat itulah tubuh Pengejar nyawa kembali
roboh terjungkal ke tanah.
Siksaan yang diterimanya selama berhari-hari ditambah
luka yang dideritanya membuat kondisinya sangat lemah, tadi
dia hanya mengandalkan sisa kekuatan yang dimilikinya untuk
membunuh Sun Put-kiong dan menyelamatkan kedua orang
itu, sekarang karena kehabisan tenaga dia pun jatuh pingsan.
Untung dengan sigap Leng Liu-peng menyambar tubuh
Pengejar nyawa dan menyingkir sejauh tiga kaki.
Sedangkan Tanpa perasaan segera menggebrak tanah dan
ikut menyingkir pula sejauh empat kaki.
Diiringi suara gemuruh yang keras, pohon raksasa itu
tumbang ke arah jurang dengan membawa serta mayat si
cebol Sun Put-kiong, dalam waktu singkat pohon itu lenyap
dari pandangan mata.
Peristiwa yang baru lewat benar-benar menegangkan,
untuk sesaat baik si Tanpa perasaan maupun Leng Liu-peng
hanya bisa berdiri tertegun.
877 Sebenarnya apa yang terjadi" Mimpi pun si cebol Sun Putkiong
tidak menyangka kalau serangan cahaya terbang
terakhir yang dilepaskan Leng Liu-peng sesungguhnya bukan
bermaksud membunuhnya, biarpun dia berhasil memunahkan
ancaman yang datang, namun gelang besi itu justru terjatuh
ke arah dimana Pengejar nyawa sedang berbaring, senjata itu
memang diarahkan untuk membebaskan jalan darahnya yang
tertotok. Kejituan arah sasaran memang tergantung pada
keampuhan Leng Liu-peng, tapi orang yang merancang siasat
itu justru si Tanpa perasaan.


Pertemuan Di Kotaraja Seri 4 Opas Karya Wen Rui An di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Waktu itu persoalannya hanya satu, setelah dibebaskan
dari pengaruh totokan, apakah Pengejar nyawa masih memiliki
kekuatan untuk membunuh si cebol Sun Put-kiong.
Kuncinya justru terletak pada keenam jari tangan Sun Putkiong
yang sudah dipapas kutung lebih dahulu oleh Leng Liupeng,
karena datangnya serangan sangat mendadak dan di
luar dugaan, dia pun tak mampu menahan tendangan maut
Pengejar nyawa.
Dalam proses pengejaran terhadap ketiga belas orang
pembunuh ini, Pengejar nyawa merupakan opas pertama yang
terlibat dalam pengejaran ini, tapi juga merupakan orang
pertama yang terluka.
Sun Put-kiong terhitung buronan pertamanya dan
merupakan satu-satunya buronan yang tewas di tangannya,
sedang pembunuh lainnya seperti Si Ku-pei dan Mo-sam Ha-ha
tewas di tangan Tanpa perasaan, Kwan loya-cu, Bu Sengtang,
Bu Seng-say dan Thio Si-au mati karena saling bunuh,
sementara Seebun kongcu tewas di tangan si Darah dingin.
Darah dingin telah menerjang ke arah Auyang Toa, belum
lagi tubuhnya tiba, dia sudah melepaskan tiga puluh tujuh
tusukan pedang.
Sebenarnya jurus pedang yang ia miliki merupakan jurus
serangan, tapi sekarang dia gunakan sebagai jurus bertahan,
dengan tiga puluh tujuh jurus pedang dia rontokkan tiga puluh
enam senjata rahasia.
878 Ketika jurus yang ketiga puluh delapan dilancarkan, ujung
pedangnya telah tiba di depan tenggorokan Auyang Toa.
Jumlah pihak lawan lebih banyak, dia harus menggunakan
serangan kilat untuk menyelesaikan pertarungan itu
secepatnya. Auyang Toa baru bisa merasa yakin akan sesuatu setelah
Darah dingin melancarkan serangan pedangnya yang ketiga
puluh enam, dia yakin Darah dingin tidak pernah terluka oleh
tusukan tombak raja bengis Tok Ku-wi.
Sadar akan keampuhan lawan, Auyang Toa segera
menghimpun segenap kekuatan Im-yang-sin-kang yang
dimilikinya untuk melancarkan serangan balasan, kipasnya
seketika dilapisi hawa ungu yang menggidikkan hati.
Serangan pedang si Darah dingin sangat cepat, sebaliknya
gerakan kipas Auyang Toa amat lamban, biarpun begitu, kipas
Auyang Toa berhasil mengetuk badan pedang si Darah dingin
tepat pada saatnya.
"Tring!", pedang itu patah jadi dua.
Auyang Toa memang jagoan paling tangguh dalam penggunakan
ilmu Im-yang-sin-san, bukan saja ilmu kipas telah
dikuasai dengan sempurna, termasuk tiga macam kepandaian
andalan yang tercakup dalam ilmu kipas itupun telah dikuasai
dengan baik, justru karena ilmunya tinggi maka dialah yang
menjadi pemimpin Suma Huang-bong sekalian.
Im-Yang-sin-kang merupakan jenis kedua kepandaian
andalannya. Begitu pedangnya patah, Darah dingin segera
menggetarkan kutungan senjatanya dan langsung menusuk
tubuh Auyang Toa.
Kutungan pedang merupakan ilmu simpanan si Darah
dingin. Sebun-kongcu justru tewas oleh serangan semacam ini,
tapi sayang Auyang Toa tidak menyadari akan hal itu, menanti
kilatan cahaya kutungan pedang itu berkelebat, tahu-tahu
ujung senjata sudah berada tiga inci dari tenggorokannya.
879 Tergopoh-gopoh Auyang Toa membentang lebar kipasnya,
ketika melancarkan serangan balasan, dia hanya mampu
menggunakan tiga bagian kekuatan ilmu kipasnya.
"Sret!", tanpa ampun kutungan pedang itu menusuk bahu
kiri Auyang Toa, sebaliknya babatan kipas itu menghantam
pula dada lawan.
Tubuh si Darah dingin segera terlempar ke belakang,
menembus pepohonan dan melayang turun beberapa kaki
jauhnya dari posisi semula, darah muncrat keluar dari
mulutnya. Sebaliknya bahu kiri Auyang Toa juga terluka cukup parah,
darah bagaikan pancuran air menyembur keluar dengan
derasnya. Pada pertarungan kali ini hasilnya adalah seri, tapi Darah
dingin tahu kemenangan diraihnya lantaran dia menyerang
duluan secara tiba-tiba sementara pihak lawan hanya
menggunakan tiga bagian tenaga Im-yang-sin-kang, coba
kalau dia menggunakan tujuh bagian tenaga serangannya,
mungkin saat ini dia sudah roboh terkapar di tanah.
Auyang Toa pun berubah hebat paras mukanya, sebab dia
tahu di antara empat opas yang tersohor di dunia persilatan,
Tanpa perasaan merupakan jago yang paling susah dihadapi,
disusul kemudian si Tangan besi, Pengejar nyawa dan terakhir
si Darah dingin.
Tapi nyatanya sekarang, Darah dingin berhasil
membuatnya terluka parah.
Sementara kedua belah pihak terkesiap, mendadak
terdengar Tok Ku-wi membentak nyaring, tombaknya bagai
seekor ular berbisa secepat petir menusuk datang.
Darah dingin sebenarnya ingin berkelit, namun serangan
tombak itu datang dengan garangnya, hal ini memaksanya
harus menghadapi dengan keras lawan keras, akan tetapi hal
inipun tak dapat dia lakukan, sebab mustahil baginya untuk
mendekati tubuh lawan.
Untunglah di saat itulah si Tangan besi muncul.
880 Tonjokan maut yang dilontarkan si Tangan besi segera
membentur keras tombak emas itu, meski gagal membuat
senjata itu mencelat ke udara namun tombak telah dihajarnya
hingga melengkung.
Menggunakan kesempatan itu, si Darah dingin segera
menerobos maju ke depan.
Sebenarnya Tok Ku-wi berada pada posisi yang sang.il
menguntungkan, tombaknya yang panjang membuat dia
berada pada posisi yang jauh dari jangkauan lawan, tapi
ketika si Darah dingin berhasil merangsek ke depan bahkan
mendekati tubuhnya, Tok Ku-wi pun mati kutu, tombak
panjangnya sama sekali tak berguna lagi.
Menggunakan kutungan pedangnya, si Darah dingin
langsung menggorok leher Tok Ku-wi.
Dia pernah dibokong Tok Ku-wi, juga pernah menderita
kerugian besar di tangan orang ini, maka ia bertekad
menghabisi dulu musuh tangguhnya ini sebelum menghadapi
yang lain. Siapa tahu tiba-tiba berkelebat cahaya hitam, tangan kiri
Tok Ku-wi tahu-tahu sudah menggenggam lagi sebatang
tombak. Tombak itu sangat pendek, ujung tombak yang tajam
secepat kilat menotok ke depan, ternyata tombak rahasia
inilah yang sebenarnya disebut tombak raja bengis.
Biarpun bentuknya pendek dan langsing, namun ketika
membelah angkasa, berkumandanglah suara gemuruh yang
memekakkan telinga.
Banyak orang persilatan yang selama ini salah mengira,
mereka menganggap Tok Ku-wi hanya pandai bertarung jarak
jauh dan lemah bertarung jarak dekat, seringkah mereka
berupaya mendekati lawan, alhasil banyak di antara mereka
yang harus mengorbankan jiwanya dengan percuma.
0oo0 Suasana hening mencekam seluruh tanah perbukitan, suara
gemuruh yang datang dari batang pohon yang terjun ke dasar
jurang sudah lama hilang, kini tak terdengar suara apapun.
881 Sampai lama kemudian Tanpa perasaan baru berkata,
"Sekarang kau boleh turun tangan."
"Tidak," Leng Liu-peng menggeleng, "aku sudah tak ingin
bertarung lagi melawan dirimu."
"Tidak bisa."
"Kenapa?"
"Sembilan belas tahun berselang, pernahkah kalian bertiga
belas menyerbu ke rumah milik seorang yang bernama Seng
Teng-thian" Pernahkah kalian membantai seluruh keluarganya
dan membumi hanguskan rumahnya?"
"Jadi kau adalah ..." sekujur badan Leng Liu-peng gemetar
keras. "Aku adalah satu-satunya korban yang masih hidup hingga
kini." Dalam kegelapan tak nampak jelas bagaimana perubahan
wajah Leng Liu-peng, tapi sampai lama kemudian ia baru
berkata, "Ya, benar, cepat atau lambat kita memang harus
bertempur."
"Daripada cepat atau lambat, kenapa tidak sekarang saja?"
"Tidak bisa," tukas Leng Liu-peng.
"Kenapa?"
"Saat aku melarikan Pengejar nyawa dari tangan Auyang
Toa tadi, perbuatanku ini telah mengejutkan si Darah dingin
dan Tangan besi, aku kuatir saat ini mereka
Berubah paras muka Tanpa perasaan setelah mendengar
ucapan itu, selanya, "Kalau begitu biar kuselesaikan dulu
persoalan itu, kemudian baru bertarung melawanmu!"
"Keliru besar!" tukas Leng Liu-peng dingin.
"Apanya yang salah?"
"Aku masih tetap merupakan salah satu komplotan mereka,
aku mengerti jalan, biar kuajak kau datang ke sana, -sampai
waktunya kau boleh menjadi opas dan-aku tetap menjadi
pembunuh, kita bisa sekaligus menyelesaikan urusan dinas
maupun urusan pribadi."
Tiba-tiba Tanpa perasaan tertawa, sahutnya, "Baik!"
882 "Cepat bimbing saudara Pengejar nyawa masuk ke dalam
tandu, selama berada dalam tandu, orang lain tak akan berani
berbuat gegabah."
"Sepasang kakiku lumpuh, aku kurang leluasa untuk
berbuat begitu, bagaimana kalau minta tolong kau saja yang
m?m bawanya naik ke dalam tandu?"
Leng Liu-peng melengak, serunya tak tahan, "Kau tidak
kuatir aku merampas barang mestikamu itu?"
"Aku percaya kau bukan manusia macam begitu!" jawab
Tanpa perasaan kata demi kata.
Lama sekali Leng Liu-peng termangu, akhirnya setelah
tertawa nyaring ujarnya, "Sungguh beruntung aku bisa
bersahab.il dengan teman macam kau, biar mati pun aku tak
menyesal."
Dengan cepat dia membopong tubuh si Pengejar nyawa
dan menuju ke dalam tandu.
"Kalau begitu mari kita segera berangkat!" ujar Tanpa
perasaan dengan suara hambar.
Ujung tombak sudah menyentuh tenggorokan si Darah
dingin! Serangan pedang yang dilancarkan si Darah dingin
mendadak membacok miring, membabat persis ujung tombak.
Ketika benturan terjadi, kutungan pedang itu segera patah
lagi jadi beberapa bagian, akan tetapi ujung tombak itupun
terhantam miring ke arah lain.
Ketika ujung tombak menusuk ke dada kanan si Darah
dingin, di saat darah belum lagi menyembur keluar, tiba-tiba si
Darah dingin melolos lagi sebilah pedang.
Bukankah di tangan si Darah dingin sudah tak berpedang,
darimana dia bisa melancarkan serangan pedang"
Ketika Tok Ku-wi menyadari apa yang terjadi, keadaan
sudah terlambat, ternyata Darah dingin menggunakan
tangannya sebagai pengganti pedang, cahaya keemasan
lamat-lamat muncul dari balik telapak tangannya, secepat kilat
telapak tangan itu dihujamkan ke depan.
"Telapak pedang!"
883 Baru saja Tok Ku-wi merasa girang karena tusukan
tombaknya mengenai sasaran, 'telapak pedang' lawan telah
menghajar tenggorokannya.
Dalam sekejap air liur, air mata dan kotorannya meleleh
keluar, dia ingin menjerit keras namun saluran
tenggorokannya telah robek besar, tak sepatah kata pun
sanggup diutarakan.
Dan saat itu pula tubuh Tok Ku-wi roboh terkapar ke tanah.
Sementara itu si Tangan besi sudah terjerumus dalam
posisi yang sangat berbahaya.
Ketika dia memukul mundur serangan tombak Tok Ku-wi,
Tu Lian, Auyang Toa dan Suma Huang-bong sudah menerjang
ke depan dan mengurungnya.
Waktu itu Tu Lian amat gusar karena bunga teratai beracun
telah hancur di tangan si Tangan besi.
Suma Huang-bong pun sangat marah karena tangan
kanannya remuk terhajar kepalan tinju lawan.
Auyang Toa ikut merangsek ke depan, tapi serangannya
bukan ditujukan ke arah si Tangan besi melainkan
dihantamkan ke tubuh si Darah dingin, sebab bahu kanannya
terluka parah gara-gara ditusuk si Darah dingin.
Begitu merangsek maju ke depan, kesepuluh jari tangan Tu
Lian langsung ditusukkan ke wajah Tangan besi, rasa bencinya
terhadap jagoan opas ini sudah merasuk hingga ke tulang
sumsum. Menghadapi ancaman seperti itu, si Tangan besi hanya
melakukan satu perbuatan.
Dia lontarkan bunga teratai beracun yang sudah
diremasnya ke wajah perempuan itu.
Meskipun seluruh alat rahasia yang terpasang dalam bunga
teratai beracun telah rusak berantakan, namun senjata rahasia
yang tersimpan di dalamnya masih menyembur keluar tiada
hentinya. Ketika melihat senjata andalannya dilontarkan ke arahnya,
serta merta Tu Lian menyambut dengan kedua belah
tangannya, siapa tahu senjata rahasia masih menyembur
884 keluar dengan hebatnya, kali ini bahkan menyembur ke arah
tubuhnya, lekas dia mengegos ke samping, tapi sayang
beberapa batang di antaranya menghajar tubuhnya dengan
telak. Paras muka Tu Lian seketika berubah jadi pucat keabuabuan,


Pertemuan Di Kotaraja Seri 4 Opas Karya Wen Rui An di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia segera merasakan sakit dan gatal yang luar biasa
menyerang sekujur tubuhnya.
Sebagai pemilik racun senjata rahasia itu, tentu saja
perempuan ini tahu sampai dimana kehebatan racun
ganasnya, segera dia merobek pakaiannya dan membubuhkan
obat penawar racun di sekitar luka, biarpun begitu, racun
ganas yang telanjur bekerja dalam tubuhnya membuat dia
gemetar keras, seluruh badannya jadi kaku dan gerakgeriknya
pun jadi terhambat.
Tangan besi tahu, inilah kesempatan emas baginya untuk
menghabisi perempuan itu, baru saja tubuhnya memburu ke
depan, tiba-tiba tampak bayangan manusia berkelebat, Suma
Huang-bong dengan sekopnya telah melancarkan sebuah
bacokan. Waktu itu lengan kiri si Tangan besi sudah terluka, terpaksa
dia gunakan lengan kanannya untuk menangkis.
"Blam!", di tengah benturan keras, kedua orang itu samasama
mundur tiga langkah, darah panas di rongga dada
serasa bergolak.
Dalam pertarungan yang berlangsung amat singkat ini, si
Tangan besi telah berhasil menghancurkan bunga teratai
beracun, meremukkan lengan Suma Huang-bong, melontarkan
tombak raja bengis dan melukai Tu Lian hingga luka parah,
tapi dia sendiri pun dilukai oleh Suma Huang-bong hingga
akibatnya tenaga serangannya jadi amat berkurang.
Di pihak lain, Auyang Toa sedang menerjang ke arah si
Darah dingin dengan garangnya.
Selisih jarak antara si Darah dingin dan Tok Ku-wi
sebenarnya sangat dekat, ketika ia melihat rekannya
bertarung sengit melawan Darah dingin, lalu melihat kutungan
885 pedang opas itu berhasil dihancurkan, saat itu sebenarnya
Auyang Toa sudah menghembuskan napas lega.
Dia mengira si Darah dingin sudah mampus.
Tapi kemudian ketika melihat orang yang roboh ternyata
Tok Ku-wi, Auyang Toa baru terkesiap, kipas Im-yangnya
segera didorong sejajar dada, segulung tenaga pukulan
berwarna ungu langsung menghantam tubuh Darah dingin.
Ketika merasakan datangnya ancaman, Darah dingin
segera berpaling, namun sayang di antara sekian banyak jurus
pedang yang dimilikinya, tak satu pun di antaranya yang
mampu digunakan untuk menjebol pukulan hawa sakti itu.
Dalam keadaan terdesak terpaksa dia tusukkan telapak
pedangnya ke tengah gulungan angin berwarna ungu itu.
Sewaktu hawa pedang berwarna emas itu saling bentrok
dengan tenaga pukulan berwarna ungu, luka di dada karena
pukulan kipas dan luka tusukan tombak yang diderita si Darah
dingin segera me*ekah, akibatnya seluruh kekuatannya
lenyap, dia menjerit keras lalu memuntahkan darah dan roboh
tak sadarkan diri.
Auyang Toa kegirangan, lekas dia mendesak maju,
kipasnya dirapatkan lalu disodokkan ke jalan darah Pek-hwehiat
di tubuh Darah dingin.
Waktu itu langit sangat gelap, halilintar menyambar tiada
hentinya, hujan deras tampaknya segera akan turun.
Saat itulah tiba-tiba terlihat sekilas cahaya terang
berkelebat, langsung menghajar punggung Auyang Toa.
Merasakan datangnya serangan yang begitu tajam, Auyang
Toa terkesiap, tak sempat lagi melanjutkan niatnya, segera dia
berjumpalitan beberapa kali di udara kemudian melayang
turun beberapa kaki dari posisi semula.
"Duk!", sebilah pisau panjang sudah menancap pada dahan
pohon hingga tersisa gagangnya.
Sebuah tandu berwarna hitam tampak muncul tiga kaki di
hadapannya, di samping tandu berdiri seorang kakek kurus
kering. 886 Tentu saja orang yang melancarkan serangan pisau
terbang itu tak lain adalah si Tanpa perasaan.
Sementara kakek kurus yang berdiri di samping tandu itu
tak lain adalah kakek tanpa golok Leng Liu-peng.
"Hah, kalian?" setelah menarik napas dingin Auyang Toa
tertawa dingin.
Leng Liu-peng bergerak cepat, melesat ke udara dan
melayang turun di samping tubuh Auyang Toa, serunya,
"Auyang Toa, kami..."
Sebenarnya dia ingin bilang "kami tetap berada di satu jalur
tapi sayang sebelum perkataan itu selesai diucapkan, Auyang
Toa sudah mementang kipasnya dan melepaskan Im-yang-sinkang
langsung menghantam dada Leng Liu-peng.
Serangan itu dilancarkan membabi buta tanpa memberi
kesempatan kepada lawan untuk memberi keterangan, hal ini
terjadi karena kesalah pahamannya terhadap Leng Liu-peng
sudah kelewat mendalam.
Ketika dia menculik si Pengejar nyawa siang tadi, Leng Liupeng
memang muncul dikawal si Tangan besi dan Darah
dingin, kemudian dia muncul kembali .saat ini didampingi si
Tanpa perasaan, dalam anggapannya Leng Liu-peng sudah
menyeberang ke pihak lawan dan sekarang sedang mencari
peluang untuk membokongnya.
Auyang Toa beranggapan: siapa turun tangan lebih dulu,
dia yang kuat, maka tak ingin didahului lawan, dia
melancarkan serangannya terlebih dulu.
Sebaliknya Leng Liu-peng biasanya menyebut Auyang Toa
sebagai Kokcu, tapi hari ini karena dia tak ingin bermusuhan
lagi dengan si Tanpa perasaan, selain itu dia pun merasa tak
puas terhadap cara Auyang Toa menghadapi lawan dengan
mengandalkan jumlah banyak, maka sengaja dia mengubah
panggilannya dengan menyebut nama langsung. Siapa sangka
perbuatannya ini justru telah memancing napsu membunuh
rekannya itu. Ketika melihat Auyang Toa melancarkan serangan
mautnya, Leng Liu-peng terperanjat karena tidak menduga
887 sebelumnya, maka dengan tergopoh-gopoh dia lemparkan
gelang besinya ke depan langsung membabat tubuh lawan.
Auyang Toa tak ingin mengadu jiwa, cepat dia memutar
hawa ungunya ke samping, kemudian langsung menumbuk
cahaya dingin itu.
Begitu cahaya dingin tertumbuk hawa ungu, senjata gelang
segera mencelat ke samping, menancap di dahan pohon dan
tidak pernah balik lagi ke tangan Leng Liu-peng.
Semestinya serangan Leng Liu-peng belum tentu sanggup
menandingi kehebatan Im-yang-sin-kang, namun dia tak
seharusnya kehilangan senjata gelangnya pada gebrakan
pertama. Hal ini bisa terjadi lantaran Leng Liu-peng melepaskan
serangannya tadi secara tergesa-gesa, apalagi tenaga
dalamnya belum terhimpun, dengan sendirinya serangan itu
langsung jebol ketika terhajar serangan Im-yang-sin-kang
lawan. Begitu gelang lawan berhasil dihajar hingga mencelat,
sekali lagi Auyang Toa melancarkan pukulan dengan ilmunya
itu, kali ini serangan diarahkan ke tubuh Leng Liu-peng.
Lekas Leng Liu-peng melejit ke udara untuk berkelit, tapi
Auyang Toa segera menempel ketat di belakangnya.
Kembali Leng Liu-peng menarik napas panjang, tubuhnya .
melambung beberapa kaki lebih ke atas, Auyang Toa
membentak nyaring, dia ikut melambung, sementara hawa
pukulannya yang berwarna ungu sudah mencapai ke hadapan
lawan. "Bagus!" bentak Leng Liu-peng keras, berada di tengah
udara, sebuah bacokan kilat dilontarkan.
Bukankah gelang baja milik Leng Liu-peng sudah hilang"
Darimana datangnya pedang dalam genggamannya"
Cahaya tajam itu bukan berasal dari senjata, tapi muncul
dari tangannya, ketajaman tangannya saat ini bahkan lebih
tajam dari sebilah golok mestika.
Inilah yang dinamakan 'tangan golok', sebuah ilmu pukulan
menggempur tanpa golok tingkat atas.
888 Golok tangannya sudah dilatih menyatu dengan pikirannya,
serangan itu mirip dengan ilmu pengendali pedang tingkat
tinggi. Begitu Leng Liu-peng mengeluarkan ilmu "gempuran tanpa
golok", cahaya emas segera menyelimuti angkasa dan
menjebol tenaga pukulan berwarna ungu, bahkan permukaan
kipas Im-yang-sin-san ikut jebol karenanya, seketika ilmu
pukulan Im-yang-sin-kang pun tak dapat digunakan lagi.
Berhasil menjebol serangan lawan, Leng Liu-peng segera
melayang turun ke tanah, dia sama sekali tidak melancarkan
serangan berikutnya.
Mendadak tampak cahaya hitam berkelebat, walaupun
kipas di tangan Auyang Toa sudah jebol, namun belasan
kerangka kipasnya masih utuh, tiba-tiba saja kerangka kipas
itu berubah jadi sebuah ruyung panjang yang meluncur ke
depan dengan kecepatan luar biasa.
Ruyung itu langsung meluncur ke depan dan menghujam
hulu hati Leng Liu-peng dengan kecepatan luar biasa.
Cahaya kilat berkelebat, suara guntur pun menggelegar
membelah bumi. Sambil memegangi hulu hatinya, Leng Liu-peng menjerit
tertahan, darah menyembur keluar dengan derasnya, sambil
menuding ke arah Auyang Toa teriaknya, "Kau ... kau
Auyang Toa tertawa dingin.
"Hm, inilah jurus terakhir kipas sakti Im-yang, Im-yang-itsian
(Im Yang satu garis)!"
Sambil berkata dia betot kembali ruyungnya, diiringi
semburan darah yang lebih deras, Leng Liu-peng pelan-pelan
berjongkok ke tanah kemudian roboh terkapar.
Di saat Leng Liu-peng tewas terhajar ruyung maut Auyang
Toa, di pihak lain si Tanpa perasaan juga sedang menghadapi
kesulitan. Waktu itu Tu Lian telah selesai minum obat penawar
racunnya, tapi ketika dia meraba wajahnya dan menjumpai
seluruh kulit mukanya telah membengkak besar, hatinya
merasa t panik bercampur benci, begitu melihat si Tangan besi
889 sedang bertarung melawan Suma Huang-bong, dengan hati
penuh amarah dia segera menyelinap ke belakang dan berniat
membokong lawannya.
Tapi pada saat itulah Tu Lian segera menjumpai ada
sebuah tandu berwarna hitam telah menghadang jalan
perginya. Diam-diam hatinya tercekat, tanpa terasa dia pun mulai
membayangkan cerita yang pernah didengar tentang tandu
itu, tapi lantaran selama ini dia belum pernah dirugikan oleh
tandu itu, maka sembari meningkatkan kewaspadaan dia tetap
melanjutkan maju ke depan.
Mendadak dia menjejakkan kaki langsung menerjang ke
arah Tangan besi.
Begitu tubuhnya bergerak, dari balik tandu segera melesat
pula tiga titik cahaya bintang berhawa dingin.
Tu Lian segera miringkan badan berbalik menerjang ke
arah tandu, seketika ancaman tiga titik cahaya bintang itupun
mengenai tempat kosong.
Dengan ujung kakinya menutul di atas kayu tandu, Tu Lian
meloncat ke udara bagaikan capung menutul air, begitu naik
ke atap tandu hitam tadi, sebuah pukulan dilontarkan ke
bawah. Belum lagi pukulan dilepas, tiba-tiba atap tandu terbuka
lalu menyembur keluar puluhan batang batu terbang yang
semuanya mengarah ke tubuhnya.
"Aduh celaka!" pekik Tu Lian dalam hati, lekas dia
berjumpalitan dengan gaya burung belibis berbalik badan,
tubuhnya melejit sejauh beberapa kaki dari posisi semula.
Tiba-tiba berkelebat sesosok bayangan manusia berbaju
putih, di antara getaran tangan kanannya sekilas cahaya putih
melesat keluar dan menembus udara.
Tu Lian semakin terkesiap, dia sadar orang yang sedang ia
hadapi sekarang adalah pemimpin empat opas, si Tanpa
perasaan. 890 Lagi-lagi dia mencukil tombak raja bengis yang tergeletak
di tanah dengan ujung kakinya, lalu dengan senjata itu dia
melakukan tangkisan.
Tombak raja bengis terbuat dari baja murni, sudah tentu
tajamnya luar biasa, "Trang!", cahaya putih itu segera
menghantam batang tombak.
Karena benturan yang sangat keras itu, cahaya putih
mencelat ke arah sebatang dahan pohon dan menancap
hingga tinggal gagangnya.
Sebaliknya Tu Lian merasakan pergelangan tangannya kaku
dan kesemutan, tombak panjang itu ikut terlepas dari
genggamannya. Hujan mulai turun dengan deras, sedemikian derasnya
sehingga tercipta selapis kabut yang sangat tebal.
Di tengah suara gemuruh yang memekakkan telinga,
lamat-lamat masih terdengar suara pertarungan antara si
Tangan besi melawan Suma Huang-bong serta suara
pertarungan antara Leng Liu-peng melawan Auyang Toa.
Tu Lian terkejut bercampur takut, ketika cahaya kilat
menyambar, tiba-tiba ia menjumpai sebuah sekop yang
tergeletak di tanah.
Sekop itu sebetulnya berjumlah dua dan merupakan
senjata andalan Suma Huang-bong, namun sejak lengan
kanannya dihajar Tangan besi hingga hancur, salah satu
senjata andalannya itu sudah terlepas dari tangannya.
Tu Lian tergerak hatinya, sekali berjumpalitan dia
menyambar sekop itu dari atas tanah, kemudian secepat kilat
menerjang ke depan tandu.
Hujan turun semakin deras, membuat seluruh pakaian yang
melekat di tubuh Tu Lian basah kuyup, tapi sekop itu telah
melindungi seluruh bagian tubuhnya yang mematikan dari
kemungkinan serangan.
"Sret, sret", kembali dua titik cahaya terang meluncur
keluar dari balik tandu, "Trang, trang", semua serangan itu
menghajar sekop itu hingga mencelat ke samping.
Tu Lian merangsek maju lebih ke depan.
891

Pertemuan Di Kotaraja Seri 4 Opas Karya Wen Rui An di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sret, sret", kembali dua batang anak panah kecil meluncur
ke tubuh perempuan itu, tapi lagi-lagi semua ancaman
berhasil disampuk rontok oleh sekop itu.
Tu Lian menerjang maju makin cepat.
"Wes, wes, wes", tiga desingan tajam membelah bumi, tiga
butir peluru besi dari tiga jurusan mengancam tubuh bagian
atas, tengah dan bawah.
"Celaka!" pekik Tu Lian dalam hati, lekas dia menjejakkan
kaki ke tanah sambil melambung ke udara.
Dua butir peluru besi berhasil dihindari dengan gampang,
tapi sebutir yang lain menyambar di atas kepalanya, "Duk!",
ketika membentur tusuk konde pada sanggulnya, peluru itu
rontok ke tanah.
Hati Tu Lian bergidik, masih untung dia menghindar
dengan cepat, kalau tidak, bisa jadi batok kepalanya sudah
hancur. Cepat tubuhnya melambung lagi ke udara, dengan sekop
itu dia melindungi tubuhnya dan menerjang langsung ke arah
tandu itu. Seluruh tubuhnya telah tersembunyi di belakang senjata,
sehebat apapun serangan senjata rahasia yang muncul dari
dalam tandu, tak nanti bisa melukai tubuhnya lagi.
Dengan gerakan secepat petir Tu Lian menyerbu ke atas
tandu dan siap menyerang.
Tiba-tiba tandu itu miring ke samping, kemudian terguling.
Melihat kejadian ini, Tu Lian kegirangan setengah mati, tapi
sayang sebelum dia sempat berbuat sesuatu, tiba-tiba terasa
desingan angin tajam menyambar, "Bles!", sebatang senjata
berwarna putih tahu-tahu sudah menusuk punggungnya
hingga tembus ke dada.
Tu Lian tertegun, pelan-pelan dia membalikkan tubuh, di
balik kegelapan malam dan di tengah hujan yang amat deras,
tampak si Tanpa perasaan sedang duduk bersila di belakang
tubuhnya, saat itu pemuda berbaju putih itu sedang
mengawasinya dengan pandangan dingin.
892 Dalam waktu singkat Tu Lian terbayang kembali akan
banyak kejadian, dia sadar apa yang menyebabkan dirinya
kehilangan nyawa.
Senjata yang mencabut nyawanya' adalah sebilah pisau
terbang yang dilepaskan si Tanpa perasaan, dia bisa terkena
hajaran pisau terbang itu karena tak sadar kalau Tanpa
perasaan sudah menanti di belakang tubuhnya, dia tak tahu
lawan sudah menyelinap ke belakang tubuhnya, dia sudah
bersembunyi di balik sekop itu namun justru senjata itu telah
menghalangi pandangan matanya.
Dia melindungi seluruh tubuhnya dengan senjata itu karena
seluruh perhatiannya hanya tertuju menghadapi tandu,
padahal dia keliru, bukan tandu yang seharusnya diperhatikan,
sebab musuh utamanya bukan tandu itu, melainkan si Tanpa
perasaan. Maka dia harus menerima kematian dalam keadaan yang
amat mengenaskan.
Perlahan-lahan tubuh Tu Lian terkulai ke tanah, roboh
untuk selamanya.
Baru saja Tanpa perasaan menekan permukaan tanah
untuk balik ke dalam tandunya, mendadak terlihat sesosok
bayangan manusia berkelebat, seorang telah menghadang di
depan tandunya.
"Kau telah membunuh Leng Liu-peng?" tegur Tanpa
perasaan ketus.
"Dan kau pun telah membunuh Tu Lian," sahut Auyang Toa
sambil menyiapkan ruyung hitamnya.
Tanpa perasaan termenung, kemudian mendongakkan
kepala, membiarkan air hujan membasahi seluruh wajahnya,
setelah itu katanya, "Tahukah kau, sebelum tewas Leng Liupeng
sudah menjadi sahabatku?"
"Aku tahu, justru karena itu aku terpaksa membunuhnya,"
jawab Auyang Toa sambil tertawa hambar.
"Dan karena itu pula aku harus membalas dendam
baginya," sambung Tanpa perasaan tenang.
893 Perlahan-lahan Auyang Toa mengalihkan sorot matanya ke
tubuh Tu Lian yang tergeletak di tanah, mendadak dia
bertanya, "Tahukah kau, apa hubunganku dengan dirinya?"
Tanpa perasaan tidak menjawab.
Setelah menarik napas panjang Auyang Toa berkata lebih
lanjut, "Setahun berselang, dia telah melahirkan seorang
anakku!" Sekilas perasaan duka melintas di balik mata Tanpa
perasaan, namun sejenak kemudian sudah pulih, sebuah
ketenangan yang amat dingin dan sadis.
Auyang Toa mendongakkan kepala mengawasi hujan yang
turun semakin deras itu, katanya lagi, "Oleh sebab itu sehebat
apapun ilmu silat yang kau miliki, aku pun akan membalas
dendam bagi kematiannya."
"Tahukah kau, bila aku tinggalkan tanduku dan berduel
melawan Leng Liu-peng, berapa bagian kemungkinanku untuk
meraih kemenangan?" tiba tiba Tanpa perasaan bertanya.
"Menurut kau?"
"Hanya enam bagian!"
"Sangat bagus."
"Ya, sangat bagus, tapi kenyataan kau berhasil
membunuhnya."
"Kau tak perlu kuatir, sebab aku sendiri pun hanya memiliki
lima bagian kemungkinan untuk meraih kemenangan."
"Dan sekarang, aku menantangmu untuk berduel," sela
Tanpa perasaan dingin.
Auyang Toa segera mendongakkan kepala dan tertawa.
"Hahaha ... apapun yang hendak kau ucapkan, yang pasti
tak mungkin kau punya kesempatan lagi untuk kembali ke
dalam tandumu."
Di tengah hujan yang turun semakin deras, lamat-lamat
terdengar suara bentakan yang bergema berulang kali,
tampaknya pertarungan antara Tangan besi melawan Suma
Huang-bong sudah mencapai puncaknya, kedua belah pihak
sudah mengeluarkan jurus pamungkas untuk memaksa
lawannya mengadu jiwa.
894 Kepandaian silat Suma Huang-bong maupun Darah dingin
boleh dibilang berimbang. Setiap kali melancarkan serangan,
Darah dingin selalu mengarahkan ancamannya ke
tenggorokan lawan, begitu pula dengan Suma Huang-bong,
dia selalu mengancam tenggorokan opas itu.
Sebenarnya ilmu silat si Pengejar nyawa masih sedikit lebih
tinggi daripada kungfu Darah dingin, sebaliknya kungfu yang
dimiliki Tangan besi masih sedikit di atas kemampuan
Pengejar nyawa.
Tapi lantaran sejak awal pertarungan, si Tangan besi harus
bertempur sengit melawan Suma Huang-bong, Tu Lian dan
Tok Ku-wi bertiga, pertempuran itu banyak menguras
tenaganya, harus pula memecah perhatian, maka dia berhasil
didesak oleh Suma Huang-bong, walau masih ada sebuah
lengan bajanya yang bisa digunakan, namun dalam
pertarungan ini dia lebih banyak tercecar daripada memegang
peran dalam penyerangan.
Sekali Suma 1 luang-bong berhasil menduduki posisi di atas
angin, semakin sulit bagi si Tangan besi untuk menyelamatkan
kedudukan, sebab pada dasarnya kemampuan mereka tidak
selisih banyak.
Setelah lewat tiga puluh gebrakan dan ternyata si Tangan
besi belum juga dapat dirobohkan, situasi dalam pertarungan
pun mulai terjadi perubahan.
Tulang bahu si Tangan besi telah dihajar Suma Huangbong
hingga terluka parah, tapi lengan Suma Huang-bong
juga kena dihajar hingga remuk dan lumpuh.
Padahal lengan si Tangan besi yang terluka adalah tangan
kirinya, sementara lengan Suma Huang-bong yang lumpuh
adalah tangan kanan.
Suma Huang-bong bukan termasuk orang kidal, dia seperti
juga kebanyakan orang, lebih terbiasa menggunakan tangan
kanannya, apalagi senjata andalannya adalah sepasang sekop,
setelah kehilangan sebuah senjata andalannya, tentu saja dia
jadi tidak leluasa untuk melancarkan serangan.
895 Itulah sebabnya begitu mendapat kesempatan baik, Tangan
besi segera menarik napas panjang dan mulai melancarkan
serangan balasan sepenuh tenaga.
Delapan puluh jurus kemudian, pertarungan antara Tangan
besi melawan Suma Huang-bong sudah berada pada posisi
berimbang. Tapi seratus jurus kemudian, Tangan besi mulai berhasil
meraih posisi di atas angin.
Tentu saja Suma Huang-bong sangat menyadari akan
posisinya itu, dia mulai panik bercampur gelisah, beberapa kali
dia berusaha mencari peluang untuk melarikan diri, namun si
Tangan besi tidak membiarkan lawannya berbuat begitu,
pukulan maut yang dilontarkan menutup rapat seluruh jalan
mundurnya. Seratus tiga puluh jurus kemudian, Suma Huang-bong
sudah mulai menunjukkan pertanda bakal kalah, posisinya
makin berbahaya dan terancam maut.
Sadarlah Suma Huang-bong, bila pertarungan dibiarkan
terus berlangsung, akhirnya dia pasti akan kehilangan nyawa,
mendadak sambil membentak keras, senjatanya diayunkan ke
depan. Lemparan sekop Suma Huang-bong ini mesti tidak setajam
serangan Leng Liu-peng dan tidak sekeji pisau terbang Mosam
Ha-ha, namun cukup mendatangkan ancaman yang
menakutkan. Tangan besi tak berani gegabah, dia memutar tangannya si
ap menyambut lemparan itu dengan sepenuh tenaga, tapi
sebelum ia melakukan hal itu, mendadak dilihatnya Suma
Huang-bong sudah menyentilkan jari tangannya, ternyata dia
hendak mengunci tenggorokannya dengan ilmu jari tiga kaki
menembus angkasa mengunci tenggorokan.
Untuk menghindar sudah tak sempat lagi, terpaksa Tangan
besi menyambut datangnya ancaman itu dengan kekerasan,
tapi masalah lain segera timbul, andaikata dia menangkis
datangnya lemparan sekop, dia takkan bisa menangkis
serangan jari tangannya, sebaliknya bila dia menangkis
896 serangan jarinya, maka tak bisa menahan lemparan senjata
lawan. Ilmu jari tiga kaki menembus angkasa mengunci
tenggorokan sudah termashur sebagai sebuah kepandaian
untuk meremukkan tulang leher, sebuah serangan yang
sangat mematikan, sementara sekop milik Suma Huang-bong
pun tidak mudah ditangkis begitu saja, jelas dia sudah
menggunakan jurus mengadu jiwa.
Dalam keadaan seperti ini. Tangan besi lebih suka
menyambut datangnya lemparan sekop, ketimbang dia mesti
menerima serangan jari penghancur tenggorokan itu.
Bukannya mundur, tiba-tiba Tangan besi malah bergerak ke
depan. Dengan mengandalkan lengan kanan, si Tangan besi
menangkis datangnya desingan angin tajam itu, "Sret, sret",
angin serangan sentilan jari menghajar telak lengannya,
membuat pakaian yang dikenakan hancur tercabik-cabik,
bahkan muncul dua garis hangus yang dalam, masih untung
tulangnya tidak sampai terluka.
Pada saat bersamaan, lemparan sekop menghajar pula
pinggangnya. Waktu itu Tangan besi telah menghimpun segenap
kekuatan tubuhnya di atas pinggang, dia memang sudah
mempersiapkan diri untuk menerima lemparan senjata itu
dengan keras lawan keras.
Selain memiliki sepasang lengan yang kuat bagai baja, si
Tangan besi juga tersohor sebagai jago yang memiliki tenaga
dalam paling sempurna di antara empat opas.
"Duk!", senjata itu menghajar telak pinggangnya, darah
segera muncrat akibat luka yang ditimbulkan gesekan itu,
namun lemparan sekop itupun berhasil ditangkis hingga
mencelat ke samping.
Tangan besi tak tinggal diam, segera merangsek maju
hingga nyaris tubuhnya saling bertumbukan dengan Suma
Huang-bong. 897 Suma Huang-bong tidak mengira musuhnya akan
merangsek maju, mau menghindar sudah tak sempat, sisi lain
sekop itu segera membabat dadanya.
Suma Huang-bong sama sekali tidak menduga akan terjadi
peristiwa seperti ini, sehingga dia tidak mengerahkan tenaga
dalamnya untuk berjaga-jaga, apalagi tenaga dalamnya
memang kalah dibanding si Tangan besi, maka tak heran
sekop itu membelah dadanya.
Jeritan ngeri yang memilukan hati pun berkumandang di
tengah gemuruhnya suara hujan.
Memanfaatkan kesempatan ini, si Tangan besi merangsek
maju, sebuah pukulan dihujamkan ke wajah lawan.
Tanpa ampun wajah kuda Suma Huang-bong langsung
hancur, diiringi jeritan ngeri yang menggidikkan, tubuhnya
roboh terkapar ke tanah.
Melihat Suma Huang-bong sudah roboh, si Tangan besi pun
menghembuskan napas lega, ia cabut sekop yang menancap
di pinggangnya, darah pun menyembur keluar dari lukanya.
Dia membalikkan tubuh, lalu bersandar pada sebatang
pohon, napasnya tersengal-sengal, dia biarkan air hujan
mencuci bersih noda darah yang membasahi tubuhnya.
Sekarang dia dapat bernapas lega, sebab musuh
tangguhnya, Suma Huang-bong, sudah tak pernah bisa
mengganggunya lagi, karena saat itu nyawanya sudah dalam
perjalanan menuju ke langit barat.
Hujan turun semakin deras, seluruh pakaian si Tanpa
perasaan maupun Auyang Toa sudah basah kuyup.
Tiba-tiba si Tanpa perasaan bertanya, "Siapa ketua kalian?"
"Hahaha ... kenapa aku mesti menjawab pertanyaanmu,"
sahut Auyang Toa sambil tertawa tergelak, kemudian dengan
mata berkilat dan tertawa seram, dia menambahkan, "aku
takut sewaktu kau balik ke kotaraja nanti, istana terlarang


Pertemuan Di Kotaraja Seri 4 Opas Karya Wen Rui An di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sudah bukan menjadi istana terlarang lagi."
"Semisalnya kau pun tewas, berarti ada tiga belas jago
yang mengorbankan nyawa demi dirinya, apakah kau anggap
itu semua berharga?"
898 "Baik, akan kuberitahu teriak Auyang Toa tiba-tiba, cahaya
hitam berkelebat, bagaikan pagutan seekor ular berbisa dia
menyerang dada lawan.
Tanpa perasaan menggetarkan tangan kanannya, sekilas
cahaya putih meluncur keluar dan membumbung ke angkasa.
Saat itu seluruh badan Auyang Toa sudah dilapisi segumpal
hawa murni berwarna ungu, tanpa melalui kipas andalannya
pun dia mampu mengerahkan tenaga Im-yang-sin-kang.
Ketika cahaya putih membentur lapisan hawa ungu, pisau
terbang itu segera rontok ke tanah.
Namun si Tanpa perasaan pun sudah melejit ke udara dan
lolos dari tusukan ruyung berwarna hitam itu.
"Wes!", ruyung itu meluncur balik ke tangan Auyang Toa.
Tidak menunggu si Tanpa perasaan melayang turun,
kembali Auyang Toa melepaskan tusukan kedua.
Berada di udara, lekas si Tanpa perasaan menarik napas
panjang, tubuhnya melambung naik tiga depa ke atas,
kemudian sepasang tangannya digetarkan, dua titik cahaya
putih kembali meluncur.
Sekali lagi tusukan Auyang Toa mengenai tempat kosong,
namun hawa khikang yang melindungi tubuhnya juga berhasil
menggetarkan kedua bilah pisau terbang itu hingga mencelat
ke arah lain. Tidak menunggu Tanpa perasaan mencapai tanah, Auyang
Toa merangsek maju, sekali lagi dia lepaskan tusukan.
Tanpa perasaan segera menghimpun tenaga murninya siap
berkelit ke samping, mendadak pinggangnya terasa amat
sakit, rasa sakit yang luar biasa membuat hawa murninya
buyar, tubuhnya seketika terperosok jatuh ke bawah.
Rasa sakit yang timbul di pinggangnya itu disebabkan luka
yang ia derita karena babatan golok Leng Liu-peng, ketika itu
ia dipaksa keluar dari tandu oleh si cebol Sun sewaktu berada
di depan toko peti mati tempo hari.
Dalam gugup dan paniknya, kembali si Tanpa perasaan
melepaskan sebuah pisau terbang.
899 Pisau itu meluncur ke arah Auyang Toa, tapi baru sampai
tengah jalan sudah kehabisan tenaga, akibatnya senjata itu
mencelat ke arah lain. Kini yang masih bisa dikendalikan
Tanpa perasaan hanyalah gerakan tubuhnya yang meluncur
jatuh ke bawah.
"Sret!", Auyang Toa segera menusuk iga kirinya dengan
jurus sakti Im-yang-sin-san. Ruyungnya langsung melesat ke
depan dan menghajar tubuh si Tanpa perasaan, diikuti
cucuran darah, ruyung itu jatuh ke tanah.
"Hahaha ... serahkan nyawamu teriak Auyang Toa sambil
tertawa seram. Baru saja dia menyiapkan tusukan terakhir, tiba-tiba
punggungnya terasa kaku.
Sebilah pisau berwarna putih telah menembus puntung dan
keluar melalui dadanya.
Detik itu juga Auyang Toa menyaksikan sebuah ujung pr.au
yang penuh bercak darah muncul dari dalam dadanya, lak .nl.i
kejadian lain yang lebih mengejutkan dirinya daripada peii.tiw.i ini, dia mengawasi ujung pisau itu dengan terkesima,
seolah tidak percaya dengan pandangan mata sendiri.
Dengan napas tersengal, Tanpa perasaan berbisik, "Kau
kau tak usah heran ... tusukan itu ... muncul ... muncul il.in
dalam tandu ... kau telah menyentuh tombol rahasia di ... di
aLr. tandu ... maka ... maka pisau itupun meluncur keluar
Ketika selesai mendengar penjelasan itu, Auyang Toa bani
roboh ke tanah, roboh terkapar di tengah genangan darah.
Selama ini dia paling takut menghadapi tandu milik Tanpa
perasaan, maka dia berusaha dengan segala cara memaksa
Tanpa perasaan keluar dari tandunya, tapi pada akhirnya dia
tetap tewas oleh tandu itu.
Tubuh Auyang Toa sudah roboh terkapar di atas genangan
lumpur, air hujan telah mengguyur darah yang mengucur
keluar dari tubuhnya, membawanya masuk ke dalam endapan
lumpur. Akhirnya hujan pun reda.
900 Orang pertama yang sadar dari pingsannya adalah si
Pengejar nyawa.
Dengan langkah sempoyongan dia berjalan keluar dari
dalam tandu, ia merasa udara amat segar, suasana pun amat
hening. Tapi kemudian ia melihat mayat yang
bergelimpangan, mayat Tu Lian, Leng Liu-peng, Tok Ku-wi,
Suma Huang-bong bahkan mayat Auyang Toa.
Dia sangat kaget, sekujur badannya terasa menegang
kencang. Menyusul ia lihat seorang meronta bangun dari kubangan
lumpur, dia adalah si Tangan besi.
Bahu kiri si Tangan besi sudah terhajar oleh ilmu jari tiga
kaki menembus angkasa mengunci tenggorokan yang
membuat lukanya sangat parah, masih untung bukan bagian
tubuh yang mematikan, maka dengan kesempurnaan tenaga
dalamnya, ia segera tersadar dari pingsannya.
Lekas si Pengejar nyawa memayangnya, tapi ia sendiri
belum sembuh dari lukanya yang parah, dengan sempoyongan
akhirnya dia bersandar pada sebatang pohon dan berdiri
dengan napas tersengal.
Saat itulah mereka mendengar suara rintihan, ternyata si
Darah dingin sedang merangkak bangun, luka yang
dideritanya paling parah karena selain ditusuk tombak Tok Kuwi,
dia pun kena dihajar Im-yang-sin-kang Auyang Toa.
Masih untung Darah dingin memiliki badan yang keras
bagaikan baja, bukan cuma badan, semangat dan daya
tahannya pun luar biasa.
Maka dia pun bangkit berdiri, selama masih bisa bernapas,
dia memang tak ingin merangkak di tanah.
Tangan besi, Pengejar nyawa dan Darah dingin saling
bergandengan tangan, sampai lama sekali mereka tak bicara,
kemudian hampir bersamaan waktunya mereka berseru,
"Mana Toa-suheng?"
Melihat tandu yang terbalik, perasaan mereka sudah dingin
separoh, apalagi melihat si Tanpa perasaan yang tertelungkup
901 di tengah kubangan tanpa bergerak, tak sepatah kata pun
sanggup mereka ucapkan.
Tanpa perasaan tertelungkup di tengah kubangan, sekujur
tubuhnya penuh lumpur, lumpur bercampur darah.
Mereka tak tahu apakah Tanpa perasaan masih hidup atau
sudah mati. Melupakan luka yang mereka derita, selangkah
demi selangkah mereka mendekat, namun Tanpa perasaan
belum juga bersuara.
Mereka saling bertukar pandang sekejap, rasa sedih yang
tak terlukiskan muncul dari balik mata mereka, kemudian
mereka pun membangunkan Tanpa perasaan, membalik
tubuhnya. Lumpur menodai seluruh wajah Tanpa perasaan, tapi dia
tidak pingsan, sambil perlahan-lahan membuka mata, dia
menj; awasi wajah Tangan besi, Pengejar nyawa dan Darah
dingin silili berganti, kemudian senyuman pun menghias ujung
bibirnya. "Kita semua selamat, kita semua sehat sentosa ... sayang
hingga kini kita masih belum tahu siapakah ketua mereka
demikian ia bergumam.
Tangan besi, Pengejar nyawa dan Darah dingin berbareng
melompat bangun, kemudian mendongakkan kepala dan
tertawa terbahak-bahak.
Asal persahabatan masih utuh, kekalahan bukan masalah
bagi mereka, apalagi hasil pertarungan ini tidak terhitung
suatu kekalahan.
Sekalipun kalah, mereka pun kalah sebagai seorang ksatria.
Pertarungan boleh kalah, tapi semangat, tujuan dan prinsip
tak boleh kalah.
Sebagai seorang ksatria sejati, apa arti dari suatu
kekalahan"
T A M A T ?^? 902 Siapakah ketua komplotan 13 pembunuh itu" Ikutilah kisah
selanjutnya di:
Misteri Lukisan Tengkorak
Wisma pedang..........................................42 hal
Putri Es..................................................287 hal
Naga Bersiul Harimau Mengaum..................301 hal
Pedang Sakti Langit Hijau...........................579 hal
Kisah si Naga Terbang................................615 hal
Pendekar Mata Keranjang...........................313 hal
Duri Bunga Ju..........................................936 hal
Rahasia Pedang Buntung.............................456 hal
Romantika Sebilah Pedang............. 2tmt= 720 hal
Lembah Kuburan Pedang.................2 tmt = 669 hal
Pedang Bunga Mei.........................3 tmt = 1127 hal
Arca Emas Keramat...................................245 hal
Gelang Baja Harimau Putih..........................249 hal
Pedang Sesat Pisau Kematian............3 tmt = 1059 hal
Terbang Harum Pedang Hujan............5 tmt = 1429 hal
Pendekar Panji sakti.........................6 tmt = 1905 hal
Walet Besi.................................2 tmt = 508 hal
Perintah Berdarah.........................2 tmt = 553 hal
Pisau Pusaka..........................................207 hal
Pedang Satu Kata.....................................352 hal
Tiga Ilmu Sakti...........................2 tmt = 437 hal
Pendekar Sakti dari Lembah Liar......2 tmt = 522 hal
Laut Bersalju Sungai berdarah..................... 367 hal
Badai Persilatan...........................3 tmt = 757 hal
Pendekar Pedang Buruk Rupa...........4 tmt = 1190 hal
Ksatria Brandalan................................... 363 hal
Si Pedang Tumpul........................5 tmt = 1390 hal
Butong It Kiam.............................6 tmt =1931 hal
Legenda Golok Halilintar..................2 tmt = 531 hal
Buku Pusaka..........................................365 ha!
Jejak Pendekar Bayangan Setan..........2 tmt = 500 hal
Pendekar Gila........................................105 hal
Pedang yang Menggetarkan Pelangi... 3 tmt =1001 hal
903 Pendekar Kail Emas............................
Plakat Utara Seruling Selatan.....
Pembunuhan 13 Pendekar Golok
Rahasia Mo-kau Kaucu 6 Kisah Dewi Kwan Im Karya Siao Shen Sien Pendekar Gelandangan 3

Cari Blog Ini