Tongkat Rantai Kumala Seruling Kumala Kim Lan Pay Karya Oh Chung Sin Bagian 10
kamar batu itu dan pelahan lahan ia mulai tersadar kembali.
Dengan hati yang remuk rendam dikuburkan anggota
supek-cownya yang telah mati terpotong oleh sinar pedang
Coa-ong-kiam dan iapun mulai berjalan keluar
meninggalkan ruangan batu yang bersejarah itu.
Sebetulnya orang tidak dapat menyalahkan dirinya Bee
Tie yang memang belum mengetahui kelihayannya Coaongkiam yang dapat membunuh orang sejarak tiga tombak
dengan sinar masnya saja. apa lagi memang sudah
waktunya Thian-lo-jin harus mati karena sumpahnya
sendiri, ia pernah bersumpah tidak akan menurunkan Hamakang kepada orang luar tapi entah mengapa hatinya
sudah menjadi suka kepada Bee Tie dan menurunkan
semua kepandaiannya didalam Ha-ma-cin-kiap itu
diberikan kepada orang luar dan sekalian menyerahkan
tulisan-tulisannya semua sehingga akhirnya ia telah mati
dibawah sumpahnya dan mati secara mengenaskan.
Mari kita menyusul Bee Tie yang telah keluar dari
ruangan batu tadi begitu balik kembali masuk kelorong,
hatinya Bee Tie menjadi mencelos karena kodok-kodok
perak yang berada didalam lubang maut entah dengan cara
apa sudah dikeluarkan oleh tiga Jenggot semua dan
menutup jalan pulangnya si pemuda.
Bee Tie teringat bagaimana tiga jenggot yang galak itu
takuti Coa-ong-kiamnya. maka dengan Coa-ong-kiam di
tangan ia sudah mulai berjalan maju pula.
"Kodok perak pertama dengan mudah sudah terbinasa
dibawah sinar pedangnya Coa-ong-kiam. Menyusul kodok
perak yang kedua, ketiga ... dan dengan menggunakan Coaongkiam, dengan tidak banyak membuang tenaga Bee Tie
sudah mulai muncul keluar dari lubang yang seperti sarang
tawon di Lembah Kodok Perak.
Bee Tie dengan aman sudah dapat keluar dari dalam
lubang maut dan berdiri didepan lubang yang seperti sarang
tawon itu. Tiga Jenggot empat Brewok tidak menyangka akan hal
ini, masih untung mereka menjaga diluar lubang sehingga
begitu melihat si pemuda keluar dengan selamat sudah
mudah pula. Thian-hud yang menjadi kepala dari orang-orang lembah
Kodok Perak ini sudah mengeluarkan bentakannya.
"Hei, bocah, letakkan pedang Coa-ong-kiam dan Ha-ma
Cin-kiap kami, maka mengingat akan jasa jasamu ini,
kamipun akan membebaskan segala hukuman dan
melepaskan kau keluar dari dalam Lembah Kodok Perak.
Bee Tie tertawa berkakakan.
"Jika aku tidak mengingat akan pesannya Supekcow
yang meminta agar aku tidak mengganggu kalian,
mengingat tingkah laku kalian yang telah berkali kali
memusuhi diriku biarpun tidak membunuh, juga akan
melukai beberapa orang dahulu sebelum aku meninggalkan
tempat ini." Katanya si pemuda dengan angkuh.
"Bocah, kau jangan mengimpi!" Terdengar bentakannya
Yu-leng yang berangasan. Tiga Jenggot dan empat brewok sudah mulai maju dan
mengurung Bee Tie ditengah tengah mereka.
Bee Tie menjadi hilang sabar.
"Sret sret," terdengar sekali dan pedang Coa-ong-kiam
sudah disabatkan kearah lawannya.
"Aduh!" Min-leng menjerit karena lengannya sudah
terluka kena sinar pedang Coa-ong-kiam.
Bee Tie tersadar dari amukannya, ia mulai ingat akan
pesannya Thian lo-jin lagi yang memesan agar ia tidak
melukai orang dari lembah Kodok Perak, mengapa disini ia
melukai mereka" Maka dengan menghela napas ia sudah
menyimpan kembali Coa-ong-kiamnya dan siap untuk
berjalan pergi. Tiga Jenggot dan empat brewok yang melihat Ha-macinkiap terjatuh kedalam tangan orang lain mana mau
tinggal diam saja, mereka tetap mengurung dan tidak mau
membiarkan Bee Tie pergi dari situ.
Sedang enak enaknya delapan orang yang sedang
bertempur didepan goa seperti sarang tawon itu, tibi-tiba
dari dalam goa muncul pula sesosok bayangan langsing
yang berkelebat dengan pesat dan tahu tahu sudah lari jauh
dan tinggal bayangan kecilnya saja.
Min-leng yang terluka ditangannya memang tidak begitu
memperhatikan dirinya Bee Tie dan dialah orang yang
pertama melihat bayangan ini dan menjerit.
"Orang dari golongan Ular Mas!"
Semua orang lembah Kodok Perak lainnya menjadi
kaget, dengan menggunakan ketika baik ini Bee Tie sudah
melesat keluar dari kepungan mereka dan mengejar kearah
bayangan tadi dan membentak.
"Kim-coa Kiong-cu, apa kau disana?" Sebentar saja Bee
Tie sudah lari jauh meninggalkan tiga Jenggot dan empat
brewok, tapi bayangan Kim-coa Kiong-cu juga sudah
lenyap pula dari pandangan matanya.
Bee Tie menjadi penasaran dan meneruskan
pengejarannya tapi jauh dibelakang pemuda inipun masih
ada orang-orang dari lembah Kodok Perak yang
mengejarnya. Seekor burung yang sedang mengincar mangsanya
memang tidak mengetahui akan adanya beberapa pemburu
yang sudah mengincarkan bedilnya kearah dirinya.
Bee Tie yang mempunyai ilmu mengentengi tubuh cukup
lihay menjadi penasaran karena masih tidak dapat mengejar
Kim-coa Kiong-cu juga. Tapi dalam kebingungannya ini
tiba-tiba kupingnya sudah mendengar satu suara.
"Bee Tie, aku sudah tahu kau telah berhasil
mendapatkan Ha-ma Ciu-kiap. maka tunggu sampai di luar
lembah Kodok Peraklah kau serahkan kepadaku."
Suara ini diucapkan dengan terang dan jelas, tapi tidak
terlihat dimana Kim-coa Kiong-cu berada, maka tahulah ia
bahwa lawannya itu menggunakan Toan-im Jip biat; untuk
mengirim suara dari jarak jauh memperlihatkan ke
pandaiannya. Bee Tie tidak mau kalah, dengan menggunakan cara
yang sama iapun sudah mengirimkan suaranya pula dari
jarak jauh. "Apa kau kira begitu mudah mengakali diriku" Jika obat
pemunah racun tidak diserahkan kepadaku terlebih dahulu,
janganlah kau mengimpi mau mendapatkan Ha-ma-cin-kiap
itu." Dari jauh terdengar suaranya Kim-coa Kiong-cu yang
tertawa dan berkata. "Kau jangan berlaku tolol, jiwamu masih tergantung
ditanganku. Jika kau mau adu kekerasan paling paling aku
akan kehilangan Ha-ma Cin-kiap. Tapi bagaimana dengan
diri mu yang akan kehilangan jiwa sukma."
Jika didengar dari lagu suaranya Kim-coa Kiong-cu ini,
orang seperti mempunyai niatan untuk mengingkari janji,
maka marahlah Bee Tie seketika.
Karena terhenti oleh kata-kata pancingannya Kim-coa
Kiong-cu ini, maka gerakan kakinya Bee Tie tidak dikasih
maju lagi. Maka sebentar saja tiga Jenggot dan empat
brewok sudah dapat menyusul semua.
Begitu sampai kedepannya si pemuda. Ie-hud sudah
maju serta berkata. "Bocah lima partai telah terbunuh mati semua oleh racun
dari golongan Ular Mas."
Bee Tie menjadi kaget. "Celaka!" Ia mengeluh didalam hati. Ia tahu
kedatangannya lima ketua partai ini kemari sebagian
disebabkan dirinya juga, maka semua orang sudah tahu jika
diantara Hoa-san-pay tadi terjadi bentrokan, seumpama ia
kembali dan lima ketua partai mati dengan tak bisa kembali
lagi, maka celakalah dirinya yang akan dijadikan terdakwa,
siapa pun akan percaya bahwa Bee Tie telah menganiaya
lima ketua partai disini.
Maka dengan menghela napas Bee Tie sudah berkata
kepada mereka. "Sekarang kalian mau apa?"
"Kau juga akan mengalami nasib yang sama dengan
mereka dan mati didalam Lembah Kodok Perak ini juga."
Ban-hud sudah menalangi kawan-kawannya berkata.
Bee Tie menjadi marah, jika ia mau menggunakannya
pedang Coa-ong-kiam itu, tentu saja dengan mudah dapat
membasmi mereka semua tapi dapatkah ia berlaku sekejam
ini" Tampak tiga Jenggot dan yang empat brewok tidak mau
membiarkan Bee Tie berpikir lama lama, dengan serentak
mereka sudah maju dan mengepung pula.
Bee Tie yang menjadi kalap.
"Jika aku tidak memperlihatkan sedikit kepandaianku
sudah pasti kalian masih tidak puas dan belum mau
mundur juga." Katanya dengan sikap jumawa. "Baiklah,
akupun akan menggunakan Ha-ma-kang melawan Ha-makang
kalian juga." Lalu dengan tidak berpikir lagi. pemuda ini sudah
jumpalitan dan mengeluarkan kepandaiannya Thian lo-jin
menerobos keluar dan kurungannya mereka.
Tujuh orang Lembah Kodok Perak menjadi tertawa
dingin melihat gerakkan orang yang bernyali besar ini,
masing masing sudah berjongkok dan "Kok" sekali. Tujuh
suara sudah bercampur menjadi satu jeritan kodok kaki dua
yang memekakan telinga. Tapi Bee Tie yang sudah mendapatkan semua
kepandaiannya Thian lo-jin ternyata bergerak dengan cepat
sebelum tujuh orang lawannya menyerang, ia sudah lompat
keluar dari kalangan dan terapung ditengah udara.
Bee Tie tidak tinggal diam-diam saja, sebelum orang
engah pukulan mereka tadi mengenai sasarannya atau
tidak. ia sudah lompat turun dan berjongkok
mengumpulkan semua hawa pernapasannya dan "Koook"
suara kodok kaki dua yang panjang ini mengeluarkan satu
angin pukulan yang hebat tapi pelahan menyerang kearah
tiga Jenggot dan empat Brewok yang masih sedang
kebingungan. Tujuh orang dari Lembah Kodok Perak ini tidak
menyangka si pemuda dari Hoa-san dapat menggunakan
Ha-ma-kang juga, bahkan terlebih hebat dan terlebih
sempurna lagi dari yang mereka punyai. Serangannya Bee
Tie tadi kontan membawa hasil dan menyapu pergi tujuh
orang ini. "Lihatlah ilmu kepandaian kalian yang asli." Kata Bee
Tie sambil tertawa. Betul saja pemuda ini sudah
mengeluarkan semua kepandaiannya Thian lo-jin yang baru
saja diturunkan kepadanya. Dan kemudian terdengar
suaranya "Kok" sekali dan memukul ke arah yang kosong.
"Bum tanah yang dipukul ini sudah menghambur tanah
dan batunya terbang kemana mana dan setelah debu yang
mengulak tadi lenyap dari pandangan, dilihatnya tanah
yang terkena pukulannya Bee Tie tadi sudah berlubang
besar dan dalam. Ha-ma-kang yang dikeluarkan oleh Bee Tie ini dicampur
pula dengan semua tenaga dari segala macam latihannya.
Tiga Jenggot dan empat brewok menjadi kesima berdiri
bengong, mereka terdiam bagaikan patung mati dan tidak
dapat berbuat sesuatu apa, kepandaiaunya bocah ini sudah
berada diatas mereka semua.
"Bagaimana?" Bee Tie dengan tertawa menanya kepada
mereka. "Apa kalian masih ingin keluar dari Lembah
Kodok Perak juga?" Ban-hud menggeleng-gelengkan kepala dengan penuh
bermacam-macam arti. "Kulihat hati kalian memang cukup polos," terdengar
Bee Tie juga yang membuka suara. "Jika kalian keluar ke
dunia Kang ouw sudah pasti akan mengalami penderitaan
saja aku ada niatan untuk membantu tenaga kalian entah
bagaimana dengan pendapat kalian semua?"
Ban-hud tetap menggeleng-gelengkan kepalanya.
sebenarnya ia sangat menyesal yang kepandaiannya mereka
masih kalah setingkat dengan ini pemuda sehingga
membuat mereka tidak berdaya sama sekali.
Bee Tie mulai menjadi kasihan, dikeluarkannya itu
sutera merah pemberiannya Thian lo-jin yang segera
disodorkan kepadanya. Dengan tidak percaya. Ban-hud memandang kearahnya
ini pemuda, tapi melihat orang separti tidak bermain-main,
baru ia berani manyambutinya dan berkata.
"Terima kasih."
Dengan lesu mereka sudah berjalan balik kembali dan
meninggalkan Bee Tie seorang diri.
Tapi waktu itu suaranya Kim-coa Kiong-cu dengan
menggunakan ilmu Toa im Jib-bie sudah terdengar pula.
"Bee Tie, benda apa yang kau telah berikan kepada
mereka?" Suara itu biarpun halus seperti suara nyamuk, tapi
terdengar dengan jelas sekali.
"Ternyata segala gerak-gerikku tidak lepas dari
pandangan dan intaian mereka." Pikir Bee Tie didalam hati.
"Jika ia tahn Ha-ma-cin-kiap sudah kuserahkan kembali.
Sudah pasti jiwaku bakal tidak ketolongan lagi."
Dengan ilmu Toan-im Jip bie Bee Tie sudah berkaok
kesana. "Kim-coa Kiong-cu, bagaimana jika kita tukar Ha-ma
Cin kiap dengan obat pemunah racun yang berada didalam
tubuhku ini?" Terdengar suara tertawanya Kim-coa Kiong-cu yang
menggiurkan. "Kau berpikir enak saja. Aku menginginkan sekalian kau
dapat menyerahkan pedang Coa-ong-kiam juga.
Bee Tie menjadi marah mendengar kata-katanya ketua
muda golongan Ular Mas ini, ia tahu sinar pedang Coaongkiam dapat membunuh orang sejarak tiga tombak, dan
jika senjata yang setajam ini sampai terjatuh ke dalam
tangannya Kim-coa Kiong-cu, akan celakalah umat didunia
dikacaukan olehnya. Dan jika sampai terjadi kejadian ini
Tongkat Rantai Kumala Seruling Kumala Kim Lan Pay Karya Oh Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang cukup membuat semua orang tidak bisa tidur dengan
tenang, bukankah ia yang harus memikul sebagian dari
dosanya" Maka dengan tertawa dingin Bee Tie sudah
berkata. "Kim-coa Kiong-cu, apa kau sudah menelan kembali
ucapanmu yang sudah-sudah itu" Aku Bee Tie hanya
mempunyai satu jiwa saja. tapi jika aku sudah marah, maka
celakalah semua orang-orangmu yang akan kubunuhbunuhi
lerlebih dahulu. Apa lagi lima ketua partai sudah
mati dibawah tanganmu apa kau kira dapat melarikan diri
dari kepungannya banyak orang?"
Kim-coa Kiong-cu tertawa lagi. Bee Tie kau juga dapat
memikir sampai disini" Tapi sekarangpun sudah telat untuk
mengucapkan kata-kata ini karena didalam sepuluh hari ini,
delapan partai besar lainnya sudah pasti akan mencurahkan
semua kekuatan mereka dan membasmi Hoa-san-pay
sehingga lenyap dari muka bumi."
Kepalanya Bee Tie dirasakan menjadi panas mendengar
kata-katanya Kim-coa Kiong-cu ini ia tidak mengerti
dengan kekuasaan atau tipu apa orang dapat mengalihkan
perhatiannya delapan partai menyerang kegunung Hoa-san"
Bingunglah pemuda ini yang kurang pengalamannya.
Mendadak Bee Tie dibuat menjadi kaget lagi karena
dibelakangnya terdengar suara tindakan kaki orang, cepat ia
memalingkan kepalanya dan dilihatnya dari kejauhan lari
tiga orang menuju kearahnya.
Sebentar saja tiga orang ini sudah berada di depannya si
anak muda dan salah satu diantaranya berkata.
"Terima kasih atas Ha-ma-cin-kiap yang kau
kembalikan kepada kami. Tadi karena didalam
kebingungan kami telah lupa mengucapkan terima
kasihnya. Karena jasa-jasamu semuanya didalam soal soal
ini, maka lembah Kodok Perak telah menghapus aturan
yang melarang orang luar masuk kemari dan mulai dari ini
hari, kita orang pun akan dapat bekerja sama dengan dunia
Kang-ouw lagi. Inilah Ie-hud dari lembah Kodok Perak dengan
mengajak Ban-hud dan Cian-hud sudah balik kembali
kedepannya Bee Tie mengucapkan perasaan syukur dan
terima kasih mereka. Melihat kelakuannya tiga Jenggot ini, hatinya Bee Tie
sudah menjadi tergerak ia tahu kepandaian orang lembah
Kodok Perak tidak dapat diremehkan begitu saja, maka jika
ia dapat meminta bantuannya orang-orang ini, amanlah
dunia dari pengacauannya golongan Ular Mas yang jahat,
apa lagi golongan Kodok Perak ini, memang menjadi satu
lawannya golongan yang disebut terlebih dahulu itu. Maka
dengan suara keras ia berkata.
"Lebih baik kalian lekas kembali dan meyakinkan Hamakang kembali, ilmu kepandaiannya Thian-lojin jauh
berada diatas kepandaiannya kalian ini. Dan lima hari
kemudian jika kalian sudah berhasil menyakinkan Ha-makang
yang terlebih tinggi, datanglah kepuncak Siok lie hong
dipegunungan Hoa-san. Disana aku menunggu kalian untuk
bersama-sama membasmi golongan Ular Mas yang menjadi
golongan pengacau dunia."
Tiga Jenggot yang memang sangat berterima kasih
kepada orang sudah memanggutkan kepala mereka
menyanggupi permintaannya si pemuda. Maka legalah
hatinya Bee Tie dan dengan satu kali loncatan saja ia sudah
melayang ketengah udara dan meninggalkan mereka sambil
berkata. "Jangan lupa lima hari kemudian aku menunggu kalian
di puncak Siok-he hong."
Bee Tie mulai meninggalkan lembah Kodok Perak dan
berjalan kembali. Tapi baru saja si pemuda berjalan tidak
jauh, kupingnya sudah kembali dapat menangkap suaranya
Kim-coa Kiong-cu pula. "Bee Tie lebih baik kau menyerahkan Ha-ma-cin-kiap
dan Coa-ong-kiam disini saja. Maka dengan cara ini
mungkin kau masih dapat menghindari kemusnaannya
Hoan-san pay yang sudah berada diambang mata."
Bee Tie yang menjadi sengit berkali kali ditipu orang ini
sudah memandang kedepan dan dilihatnya Kim-coa Kiongcu
sudah menghadang bersama-sama dengan empat
pengiringnya. Orang biar bagaimana baiknyapun masih dapat menjadi
kalap jika didepak terus terusan, demikian pula dengan
dirinya Bee Tie yang sedang mulai hilang kesabaran.
Dengan gerakan yang seperti banteng ketaton saja ia sudah
mengulurkan Coa-ong-kiam dan menyerang kearah lima
musuhnya. Kim-coa Kiong-cu mundur membiarkan empat
pengiringnya melawan si pemuda. Tapi Coa-ong-kiam tidak
boleh dibuat main-main terdengar empat kali suara jeritan
yang mengerikan dari tubuh empat pengiringnya Kim Coa
Kiong-cu sudah terpotong menjadi delapan bagian dan
bersebaran kemana-mana. Suatu pembunuhan pula yang mengerikan sekali. Darah
berhamburan diluar lembah Kodok Perak ini, potongan
tagan dan kaki, usus dan darah manusia yang berceceran
membuat kotor cabang cabang pohon.
Masih untung Kim-coa Kiong-cu tahu diri, dengan
menggunakan ketika empat pengiringnya maju tadi ia
sudah melarikan diri dan lenyap dari sana.
Bee Tie yang membunuh orang sedemikian banyaknya
menjadi kesima, termenung menung ia berdiri dan
merapatkan kedua matanya tidak ingin memandang lama
lama apa yang telah diperbuatnya.
Sewaktu si pemuda membuka kembali matanya,
bayangannya Kim-coa Kiong-cu sudah tidak terlihat sama
sekali. Saat itu tiba-tiba dari atas pohon loncat satu orang
dengan membawa pentungan besi yang luar biasa besarnya
dia langsung menyerang kearahnya si pemuda, siapa yang
datang. Coa-ong-kiam untuk sekian kali dikasih bekerja dan
"Sret" pentungan besi orang yang besar itu bagaikan kayu
saja sudah terpapas kutung menjadi dua. Jelaslah sekarang
didepannya si pemuda ada berdiri seorang nyonya tua
dengan memegang sebelah sisa pentungannya. inilah Kimcoa
Lo-lo dari golongan Ular Mas juga.
Si nenek menjadi takut, cepat ia lompat mundur dan
membentak. "Bocah, lekas lepaskan Coa-ong-kiam itu." Hatinya Bee
Tie menjadi tergetar juga melihat kedatangannya Kim-coa
Lo-lo, maka dengan hormat ia berkata.
"Lo-lo, apa kau juga mau memusuhi diriku?"
Matanya Kim-coa Lo-lo menjadi merah. "Perintah
kiong-cu. siapakah yang berani melanggarnya?" Katanya
dengan sedih. Bee Tie tidak berani berlaku kurang ajar terhadap Kimcoa
Lo-lo yang baik hati ini. maka dengan lesu ia berkata.
"Lo-lo, lebih baik kau menyingkir dari sini. Semua orang
dari golongan Ular Mas dapat kebunuh-bunuhi semua,
kecuali kau dan Kim-coa Giok-lie berdua. Maka janganlah
kita sampai menjadi musuh juga!"
Matanya Kim-coa Lo-lo menjadi basah, akhirnya dengan
bercucuran airmata ia berkata.
"Kiong-cu terlalu membawa adatnya, semua usaha
keturunannya akan termusnahlah dibawah tangannya. Jika
memikirkan soal ini, aku pun sudah betul dibuat menjadi
sedih juga." Bee Tie yang sedang kalap tidak memperdulikan.
Lalu nenek ini sudah mengeluarkan sesuatu dari dalam
saku bajunya yang segera dilemparkan kedepannya si
pemuda dan berkata. "Bee Tie, inilah obat pemunah racun
di dalam tubuhmu yang bernama Cit cit miang-tau dan
kuharap dapat menukar dengan Ha-ma-Cin-kiap yang kau
dapati itu." Bee Tie menyambuti obat pemberian orang yang ternyata
tersimpan didalam botol kecil batu giok. maka
dikeluarkannya pula itu Ha-ma-Cin-kiap yang didapati
dileher kodok besar untuk segera diserahkan kepada orang
dan berkata. "Terima kasih atas budi Lo-lo, tapi biarpun Ha-ma-Cinkiap
ini dapat dipelajari semua, karena orang Lembah
Kodok Perak juga sudah mempunyai Ha-ma-cin kiap yang
sama, maka tetaplah masih bukan tandingannya."
Dimakannya obat pemunah racun pemberiannya Kimcoa
Lo-lo tadi dan lari keluarlah Bee Tie meneruskan
perjalanannya yang tadi tertunda.
Tapi belum lama Bee Tie meninggalkan Kim-coa Lo-lo,
dibelakangnya sudah terdengar suara Kim-coa Kiong-cu.
"Lo lo, apa aku pernah melakukan jahat kepadamu?"
Bee Tie mengeluh didalam hati.
"Kim-coa Lo-lo bakal celaka." Bisikan kalbunya sudah
berkata kepadanya. Maka cepat Bee Tie sudah lompat berjumpalitan dan
balik ketempat darimana ia pergi tadi.
Sayang gerakannya masih kalah cepat dengan Kim-coa
Kiong-cu yang sudah memper hitungkan, maka sewaktu
Bee Tie balik kembali, lilihatnya Kim-coa Lo-lo sudah
teraniaya dan dari mata, hidung, mulut dan kuping
mengeluarkan darah yang membuat orang ngeri saja,
ternyata Kim-coa Lo-lo sudah dipaksa memakan racun oleh
junjunganya sendiri. "Lo-lo ..." Bee Tie mencoba menanggil orang dengan
sedih. Tapi Kim-coa Lo-lo yang sudah tidak bernapas tidak
dapat mendengar teriakannya si-pemuda.
Kim-coa Lo-lo telah mengorbankan dirinya demi
kepentingan Kim-coa Kiong-cu juga ia tahu jika obat
pemunah racun tidak diserahkan kepada Bee Tie dan bila si
pemuda mengamuk sudah pasti seluruh orang dari
golongan Ular Mas tidak ada satu yang dapat menandingi
pemuda gagah ini, dan dengan demikian Kim-coa Kiong-cu
juga tidak dapat melarikan diri dari ujung pedang Coa-ong
kiam yang kini sudah berada ditangan orang. Mengingat
akan segala macam akibat ini, maka dengan berani mati ia
telah mencuri obat pemunah racun dan diserahkan kepada
Bee Tie. Tapi karena perbuatannya inilah maka ia
sendiripun harus mengorbankan jiwanya disana.
Bee Tie menghela napas panjang memikirkan nasibnya
nenek yang baik hati ini, dikuburnya mayat orang disitu dan
iapun sudah mulai berjalan pergi pula.
Jika memikir akan ancamannya Kim-coa Kiong-cu yang
sangat jahat itu, memang besar sekali kemungkinannya
orang-orang dari delapan partai telah menganggap ia telah
membunuh bunuhi ketua mereka dan bagaimana jika
mereka telah menyerang kegunung Hoa-san dengan
berbareng. Maka mengingat bahaya yang mengancam gunung Hoasan
ini, Bee Tie sudah mengambil keputusan untuk pulang
terlebih dahulu. Tapi ditengah jalan, pikirannya sudah berubah. Mengapa
aku tidak mau turun tangan terlebih dahulu?" Pikirnya
didalam hati. Dengan adanya pikiran berani ini, Bee Tie sudah
merasakan seumpama betul ia dapat menunggu
kedatangannya para ketua partai itu digunung Hoa-san, tapi
masih sukarlah rasanya memberikan penjelasan yang
seterang-terangnya. Maka terlebih baik. ia mendatangi
mereka terlebih dahulu dan memberikan penjelasan. Karena
timbulnya pikiran yang seperti ini. Bee Tie sudah langsung
menuju ke kota lok-yang. Sebelum masuk kedalam pintu kota, ia telah berhasil
menemukan beberapa pengemis yang menjadi orang
bawahannya, Ie Siauw Yu dan Ie Ceng kun maka cepat
pemuda ini sudah mengeluarkan tanda perintah Kiu-cielengpie dan berkata kepada mereka.
"Segera bikin kabar angin yang mengatakan Bee Tie dari
Ha-san mau mengacau Siao-lim-pay, Bu-tong-pay, Ngo-biepay
Kun-lun-pay dan Thian-cong-pay dan sebarsebarkanlah
dengan seluas-luasnya. Tidak lupa Bee Tie juga telah memberikan pesannya agar
mereka dapat mencari Kiauw Kiu Kong si "Pelajar Pedang
Tumpul" dan Jie sianseng sekalian untuk menunggunya
dipuncak Cee-thian-ktian.
Para pengemis sudah menyanggupi segala perintah tadi.
Maka senanglah Bee Tie karena dengan cepat kabar angin
ini akan dapat dibawa kemana mana oleh para pengemis
yang tersebar luas. dan dengan orang-orang dari delapan
partai yang mau datang kegunung Hoa-san sudah tentu
tidak berani gegabah meninggalkan sarang mereka takut di
ubrak abrik oleh pemuda gagah ini.
Dan menggunakan kesempatan ini si pemuda sudah siap
untuk mengunjungi setiap partai untuk memberikan
penjelasannya sehingga memungkinkan tidak terjadinya
bentrokkan yang tidak diinginkan sama sekali itu.
Itu hari ia istirahat dikota Lok-yang dan pada hari
keduanya ia sudah langsung menuju kegunung Siong-san
yang menjadi markas besarnya Siao-lim-pay.
Jarak diantara kota Lok-yang dan gunung Siong-san
hanya memerlukan waktu satu hari perjalanan saja, maka
Bee Tie di hari kedua telah tiba dibawah kaki gunung
Siong-san. Gunung Siong-san biarpun tidak dapat di samakan
dengan gunung Hoa-san yang banyak tebing curam dan
lembah dalam, tapi karena banyak pohon pohonan yang
menjulang tinggi maka gunung Siong-san sudah
mempunyai keistimewaannya yang tersendiri.
Setelah istirahat sebentar dan mengatur jalan telah tiba di
kelenteng Siao-lim-sie. Jauh-jauh sudah terdengar suara berisik yang tidak biasabiasanya
dapat didengar di malam gelap buta, Bee Tie
merasa heran dan curiga, maka ia sudah menambah
kecepatan gerak kakinya dan diantara terang terangnya
sinar obor di kelenteng yang akan didatangi itu terlihat
bayangan bayangan yang saling seliweran.
Ternyata Siao-lim-sie telah dirundung bahaya, tapi
Tongkat Rantai Kumala Seruling Kumala Kim Lan Pay Karya Oh Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bahaya apakah yang merusak ketenangan kelenteng yang
biasanya aman ini" Manusia manakah yang berani
mengganggu ketenangannya Siao-lim-sie yang mempunyai
banyak jago jagonya. Dari gerakan-gerakan badan yang mempunyai ukuran
langsing dan gesit luar biasa itu, Bee Tie sudah dapat
menduga siapa orang-orang yang mengacau disini ini.
"Mungkin orang-orang dari golongan Ular Mas pula?"
Pikir si pemuda didalam hati.
Bee Tie cukup tahu biarpun ketua partai Siao-lim-pay
Pek Tie Siansu sudah mati dilembah Kodok Perak terkera
racunnya Kim-coa Kiong-cu, tapi Siao-lim-sie sudah
terkenal lama dan tidak dapat dibuat gegabah, maka dengan
secara hati hati ia menyelipkan dirinya dianara semak
semak pohon agar tidak sampai dipergoki oleh para
hweshio. Tidak urung, meskipun Bee Tie telah bergerak cukup hati
hati, dari atas sebatang pohon telah lompat seorang
hweshio tinggi besar yang lantas berseru dengan suaranya
yang serak. "Sungguh Sicu berkepandaian tinggi! Bisakah Sicu
menyebutkan nama Sicu supaya kami dapat memberi
laporan dan menyambut?"
Bee Tie tertawa dan lantas menyahut.
"Aku yang rendah adalah Bee Tie dari Hoa-san datang
kemari hendak memberi keterangan mengenai kematiannya
Pek Tie Taysu ketua partai Siao lim-pay
Orang yang didepannya, mendengar Bee Tie sudah
berani mengaku, lantas membentak.
"Orang penipu macam kau ini masih berani menipu
siapa" Bee Tie sudah lama mengacau didalam kelenteng,
mana mungkin ada Bee Tie kedua" Lebih baik terus terang
saja kau katakan dan jangan coba coba gunakan nama lain
orang supaya bisa kita pikir pengampunannya."
Bee Tie yang mendengar namanya dipalsukan dan
digunakan orang, menjadi marah. Ia tahu kecuali Kim-coa
Kong-cu, sudah tak ada orang kedua yang lain. Maka ia
lantas menotolkan kakinya, melesat keluar rimba
meninggalkan hwesio yang tadi masih pada kebingungan
tidak mengerti. XXX. KIM-COA KIONG-CU MENGADU DI
KELENTENG SIO-LIM-SIE KALA itu disekitar kelenteng Siao-lim-sie dengan darah
berceceran di mana mana. Apa yang telah terjadi disini"
Ternyata, sebelum Pek Tie Siansu meninggalkan orangorangnya,
ia telah menyerahkan jabatan ketuanya kepada
Hian-im Taysu, siapa pada waktu sebelumnya adalah
kepala dari para hweshio ditempat rangon penyimpanan
kitab. Hian im Taysu cukup tahu bahwa tugas yang dibebankan
diatas bahunya bukanlah tugas biasa, maka ia lalu
mengajak para su-teenya, yakni Hian hwie, Hian-hoat dan
Hian cong bertiga merundingkan persoalan persoalan yang
menyangkut kejayaannya partai Siao-lim-pay. Maka
dibawah pimpinan empat orang hweshio yang cukup
berwibawa tadi, para hweshio Siao lim-pay telah mendapat
didikan lebih keras dan lebih teliti, hingga sukar mereka
dapat turun gunung sembarang, karena hal itu tentu akan
banyak lebih membahayakan bagi perkumpulan mereka
sendiri. Tidak nyana, pada dua hari sebelum perginya ketua Siaolimpay, kelenteng Siao-lim-sie kedatangan seorang pemuda
berpakaian ungu yang langsung ingin menghadap Hian-im
Taysu. Karena tidak ada seorangpun hweshio yang dapat
mendengar pembicaraan antara mereka berdua, maka
siapapun tidak ada yang tahu pembicaraan apa yang telah
dan sedang dirundingkan oleh mereka.
Tidak dapat disangka lagi, satu jam kemudian pemuda
baju unggu itu dengan tergesa-gesa kelihatan meninggalkan
kelenteng Siao-lim-sie yang dibarengi dengan dipukulnya
genta berkali kali, itu adalah sebagai penanda adanya
peristiwa penting digereja Siao-lim-Sie.
Semua hweshio dengan berduyun duyun sudah
berkumpul diruangan perundingan, di tempat inilah Hianhui.
Hian-hoat dan Hian-thong dengan suara parau
memberitahukan soal kematiannya ketua partai mereka Pek
Tie Siansu didalam Lembah Kodok Perak yang dikatakan
mati terbunuh oleh bekas ketua partai Hoa-san-pay Bee Tie.
Kabar buruk ini telah mengobarkan api kemarahan
semua hweshio Siao-lim-sie dan mereka lalu mengangkat
sumpah hendak menuntut balas bagi kematian ketua partai
mereka. Hasil dari perundingan adalah, keputusannya
bahwa tiga hari kemudian, dengan tiga puluh enam
hweshio pergi kegunung Hoa-san untuk mengadukan
perhitungan dengan Bee Tie.
Dan sehari kemudian, terdengar lagi kabar tentang
dirinya searang bocah sombong bernama Bee Tie yang
dikatakan ingin mendatangi semua partai partai besar, satu
persatu. Dan adanya kabar angin inilah yang lalu kemudian
menyebabkan keberangkatan tiga puluh enam orang
hweshio Siao lim si dibatalkan, mereka hendak menantikan
kedatangan si pemuda yang dikatakan telah membunuh
ketua partainya itu. Maka pada malam itu pun. dibawah kaki gunung Siongsan
nampak berkelebatnya dua bayangan manusia yang
merayap naik mendaki gunung. Dua bayangan ini
gerakannya gesit-gesit, hingga dapat mengelabui para
penjaga dan akhirnya sampailah keduanya didepan
bangunan gereja. Tetapi ternyata Siao-lim sie memang bukan tempat biasa,
Hiang thrng Siansu yang ikut berjaga jaga, dengan mudah
dapat mengetahui kedatangannya dua bayangan tadi, dan
hweshio ini pun membiarkan mereka karena mereka itu
bukanlah bocah yang dikatakan Bee Tie yang mereka
tunggu-tunggu kedua orang tadi ternyata adalah dua gadis
cantik jelita. Kedua gadis ini tidak menyangka kalau kedatangan
mereka sudah dipergoki orang, setelah mereka bersembunyi
di semak-semak pohon terdengar seorang di antaranya
berkata, "Yu cie. lebih baik jangan lama lama kita berdiam
disini. Asal kita sudah memberi peringatan pada mereka
cukuplah, jangan sampai orang-orang disini nanti
mengatakan dua gadis pengacau gereja Siao-lim-sie
sehingga jadi buah tertawaan orang banyak."
Orang yang dipanggil Yu cie (Encie Yu) tadi terdengar
tertawa, lain dengan suara perlahan pula berkata "Adik
Giok, kenapa kau begitu sibuk" Biarpun orang-orang Sio
lim sie terkenal berkepandaian tinggi, tapi apa mungkin
mereka bisa berbuat banyak terhadap kita?"
Sampai disitu pembicaraan keduanya.
Jelaslah kiranya siapa adanya kedua gadis tadi, Mereka
adalah Kim-coa Giok-lie dan Ie Siaow Yu.
Ada pun kejadiannya, setelah Kim-coa Giok-lie
disembuhkan dari luka lukanya karena didengarnya kabar
bahwa banyak orang-orang kuat dari berbagai partai, sekali
pun partai partai besar dalam kalangan rimba persilatan
yang akan memusuhi si pemuda, ia lalu pergi mencari Ie
Siauw Yu dengan maksud hendak mengajaknya berunding.
Setelah dua gadis ini kasak kusuk sekian lama, akhirnya
ditetapkan suatu keputusan.
Mereka ingin menggunakan nama Bee Tie memberi
peringatan bagi orang-orang Siao-lim sie agar si pemuda
sendiri tidak terlalu terdesak keadaannya.
Rencananya mereka sesungguhnya cukup masak dan
sempurna, sayangnya hanya karena kepandaian mereka
tidak terlalu tinggi, hingga belum jauh mereka mendaki,
sudah ada orang yang mengetahui kedatangan mereka.
Kim-coa Giok-lie yang daya pendengarannya lebih tinggi
dari kawannya diam-diam telah mengetahui bahwa mereka
sedang dalam intaian orang. Maka ia lantas berkata kepada
kawannya itu. "Enci Yu, aku seperti dengar dibelakang kita ada suara
apa-apa. Apa tidak boleh jadi mereka sudah tahu perbuatan
kita" Kalau betul para hweshio disini sudah membikin
penjagaan yang kuat, lebih baik kita mundur teratur,
besoklah kita datang lagi." Tetapi rupanya Ie Siauw Yu
tidak setuju dengan usul kawannya itu sambil menggelenggelengkan
kepala terdengar ia membantah.
"Kau kenapa begitu takut menghadapi bayangan sendiri"
Seandainya betul perbuatan kita sekarang itu dipergok
orang-orang itu, kita tidak usah takut. Lagi pula mereka
masih tidak unjuk gerakan apa apa, perlu apa kita kuatirkan
yang bukan bukan?" Sedang enak-enaknya kedua gadis ini berunding,
dibawah gunung Siao-san kembali terdengar suara ribut
ribut. Kali ini, Ie Siauw Yu dan Kim-coa Giok-lie yang
semua menyangka bahwa itu adalah perbuatan hweshio
alam sibuknya Kim-coa Giok-lie lalu menarik baju
kawannya. "Enci Yu, mari kita pergi dari sini." mengajak Kim-coa
Giok-lie. "Keluarkan bahan menyala api. marilah bakar dulu
beberapa ruangan disini, kita harus bisa membikin kalut
keadaan disini untuk bisa keluar dengan aman dari sini."
Hian-thong Siansu yang mendengar gadis itu yang tak
mengandung maksud baik, lantas lompat dari tempat
pengintaiannya sambil membentak.
"Siapa berani membakar gereja Siao-lim-sie!"
Ie Siauw Yu dan Kim-coa Giok-lie terkejut. Kini mereka
baru sadar bahwa perbuatan mereka sejak tadipun telah
diketahui orang lain. Dalam bingungnya kedua gadis itu, mendengar tindakan
kaki banyak orang makin dekat, berbarengpun terdengar
lagi bentakan-bentakan kaum wanita.
"Hweshio tidak tahu diri! Berani kalian menghalangi
urusannya Bee Tie." Kemudian terdengar suara "Srr srr-sn" yang riuh, puluhan
jarum telah mengarah Hian-thong Siansu yang tidak
menduga sama sekali. Maka sebentar kemudian terdengar suara hweshio ini
yang mengerikan, karena tubuhnya telah terkena beberapa
diantara puluhan anak panah tadi, membuat badan seperti
berduri macam landak. Kim-coa Giok lie yang segera mengenali jarum jarum
emas bekas golongannya, cepat-cepat berseru.
"Kim-coa-bun!" Ie Siauw Yu, yang iapun telah merasakan lihaynya jarum
jarum emas kepunyaan orang-orang Kim coa bun, tentu
saja terkejut sekali. Tetapi yang tidak ia duga. kenapa
orang-orang golougan sesat itu berbuat demikian digereja
Siao-lim-sie dan mengapa pula mereka mau menyelakakan
dirinya si pemuda Bee Tie"
Meskipun berpikiran demikian, karena mereka pun sadar
bahaya apa yang akan menimpa diri mereka apabila mereka
lama-lama berdiam disitu maka sambil menarik tangan
Kim-coa Giok-lie. Ie Siauw Yu beeseru, "Lekas kita pergi
dan sini kalau tidak mau celaka kita ditangan orang-orang
Kim-coa-bun." Tetapi pada saat itu genta digereja Siao-lim-sie telah
dipukul nyaring, itu adalah pertandaan adanya bahaya yang
mengancam keamanan gereja. Maka cepat cepat Kim-coa
Giok-lie dan Ie Siauw Yu lalu meninggalkan daerah
berbahaya tersebut. Siapa nyana, belum lagi jauh mereka bergerak, dari
semak semak pohou muncul beberapa puluh hweshio tinggi
besar yang lantas menghadangnya sambil membentak.
"Bocah Bee Tie! Berani kau mengacau kemari"
Kembalikan dulu jiwa ketua partai kami."
Akan tetapi, sebelum semua hweshio tadi sempat
bergerak atau menyerang, tiba-tiba ratusan sinar kuning
emas mengurung mereka dari empat penjuru.
Jeritan ngeri lantas terdengar disana sini, dan semua
hweshio yang menghadang dihadapan Kim-coa Giok-lie
dan Ie Siauw Yu, lantas menjadi korban racun emasnya
Kim-coa-bun, tidak ada seorangpun yang bisa tinggal hidup.
Kim-coa Giok-lie agaknya keheranan, ia lalu bertanya
kepada Ie Siauw Yu. "Euci Yu. bagaimana sih persoalannya" Golongan Kimcoabun kelihatannya sudah mengerahkan semua, orangorangnya.
Ada dendam apakah diantara mereka dengan
Siao-lim-pay" Sungguh aku tidak mengerti ... "
-oo0dw0ooTiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 20 IE SIAUW YU nampak merenung sebentar, kemudian
berkata. "Kalau mendengar ucapan mereka tadi, rupanya urusan
masih menyangkut saudara Bee. Ini hari agaknya urusan
kita akan percuma maka lebih baik kita pergi saja dari sini."
Tetapi sebelum jauh mereka berjalan, mendadak
kelihatan lagi sinar sinar kuning berkelebat disana sini, para
hweshio pun telah menyalakan obor hingga malam itu
kelihatan terang benderang macam siang hari.
Jika dilihat dari gelagat saat itu, dua orang gadis yang
sedianya hendak mengaduk gereja Siao-lim-sie. Iapun sukar
untuk keluar dalam keadaan selamat.
Kim-coa Giok-lie menghela napas, dengan suara lesu
terdengar ia mulai membuka mulut lagi.
"Sekarang musuh kita bukan cuma Siao-lim-pay lain
pihak ada orang-orangnya Kim-coa-bun yang kurasa berniat
jahat juga terhadap kita.
Ie Siauw Yu yang beradat berangasan, rupanya cepat
sekali hilang kesabarannya. Dengan sengit terdengar wanita
ini menggeram yang kemudian disusul dengan katakatanya.
"Perlu apa takut pada orang orang Kim-coa-bun" Terjang
saja paling baik, mari kita adu jiwa dengan siapa saja yang
berani menghadang kita."
Diantara suara kalut dalam daerah gereja tiba-tiba
terdengar suara seorang menyebut nama Budha, lalu
Tongkat Rantai Kumala Seruling Kumala Kim Lan Pay Karya Oh Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kemudian kelihatan seorang padri tinggi besar berjalan dari
antara semak semak belukar yang lantas berkata dengan
suaranya yang berpengaruh besar.
Tetapi pada detik itupun terlihat satu bayangan orang
berkelebat cepat, di hadapan hweshio tinggi besar tadi lalu
nampak berdiri seorang gadis yang mengenakan kerudung
kain sutera dimukanya Kim-coa Giok-lie begitu melihat perawakan badan orang
itu, dalam kagetnya berseru, "Kim-coa Kiong-cu !"
Menang sebenarnyalah, wanita berkerudung tadi adalah
Kim-coa Kiong-cu, sedang hweshio yang dihadapan mereka
itu adalah Hian-hoat Taysu adanya.
Hian-hoat Taysu yang mengadakan penyelidikan lebih
dulu, sudah mengetahui bahwa para wanita yang
mengadakan pengacauan itu adalah orang-orang dari
golongan Ular Mas, kini melihat lagi wanita berkerudung
didepannya, sudah pula ia menduga siapa adanya orang itu,
maka denganr suara tenang ia lalu berkata.
"Ow. kiranya Kim-coa Kiong-cu juga sudah sampai"
Kejadian-kejadian sungguh membikin otak Lolap seperti
menjadi lebih tumpul, kenapa Siao-lim-sie yang sedikitpun
tak pernah mengganggu Kim-coa-bun. juga tidak menaruh
dendam apapun diserang secara begini hari" Harap supaya
Kim-coa Kiong-cu suka memberikaa penjelasannya."
"Terus terang kukatakan," berkata Kim-coa Kiong-cu
dengan suaranya yang nyaring "Memang kau tidak salah,
Siao-lim-sie dengan Kim-coa-bun tidak ada hubungan suatu
apapun, juga tidak bermusuhan. Akan tetapi hari ini
golongan Kim-coa-bun datang kemari, bukan karena tidak
ada sebabnya, kami sebagai orang bawahan, hanya
menjalani tugas untuk membasmi semua hweshio dalam
gereja Siao-lim-sie. Harap Taysu suka memaafkan kelakuan
kami." Hian-hoat Taysu menjadi marah, ia lantas membentak.
"Kim-coa Kiong-cu! Begitu enak kedengarannya kau
pergunakan lidahmu yang tidak bertulang! Kau begitu
datang meminta korban jiwa begitu banyak, lalu setelah
berhadapan denganku lantas minta maaf. Kau pakai aturan
cara apa dan orang mana yang mengeluarkan perintah gila
gilaan kepadamu itu?"
Kim-coa Kiong-cu tidak menjawab, hanya tertawa geli
sendiri. Setelah puas ia tertawa, lalu berkata.
"Masih belum tahukah kau orang yang berada
dibelakang" ... Siapa lagi kalau bukan Bee Tie dari Hoa-sanpay,"
berkata pula Kim-coa Kiong-cu yang licik sifatnya.
Hian-hoat Taysu menahan rasa gemasnya yang sudah
hampir tak dapat ditaharnya lagi dengan suara dalam ia lalu
berkata. "Maka hutang bocah Hoa-san itu sudah harus ditambah
lagi. Dua kali peristiwa ini tidak mungkin lagi kita
lupakan." Kim-coa Kiong-cu agaknya merasa puas yang semua tipu
akalnya berjalan lancar. Setelah puas ia ketawa cekikan lagi
terdengar pula ia berkata.
"Kami yang hanya menjalankan perintah orang lain,
tentu tidak berdosa, bukan" Maka lupakanlah
permusuhanmu hari ini dengan Kim-coa-bun kami."
Hian-hoat Taysu yang berangasan juga adatnya, lantas
berjingkrakan seperti orang mabuk arak, dengan geram ia
membentak. "Kau enak saja bicara. Sekalipun Bee Tie yang
membunuh ketua kami lalu menyuruh lagi kalian datang
kemari, biarpun tetap dia sebagai musuh kami nomor satu,
tapi puluhan hweshio yang mati pada hari ini. adalah
tanggung jawab kalian orang-orang Kim-coa-bun!"
Kata-kata kedua orang tadi dengan sendirinya terdengar
terang dan jelas oleh Kim-coa Giok-lie dan Ie Siauw Yu.
Mendengar ucapannya Kim-coa Kiong-cu yang
mengatakan hanya menjalankan perintah Bee Tie, Kim-coa
Giok-lie dalam herannya hanya berdiri bengong tak dapat
berbuat apa-apa. Akan tetapi setelah mendengarkan lagi
pembicaraan mereka berikutnya ia lalu maklum apa yang
terselip didalam perkara hari ini dan yang lalu.
"Bagaimana boleh jadi Bie Tie berlaku begini tolol
menyuruh orang goblok ini?" berkata Kim-coa Giok-lie
kepada kawannya. "Apalagi Kim-coa-bun dengan dia ada dendaman hebat
yang tak mungkin bisa dihilangkan begitu saja" Hmm! Keji,
sungguh keji!" Ie Siauw Yu dalam soal ini agaknya lebih cepat menarik
kesimpulan yang tepat. Sebentar kelihatan berlompat jauh
dengan disertai suara teriakannya.
"Hian-hoat Taysu jangan kau tertipu olehnya! Tidak
boleh jadi Bee Tie suka berbuat memalukan seperti itu!
Disini tentu ada terselip perbuatanku Kim-coa-bun yang
untuk menutupi perbuatannya, lalu menimpahkannya
kepada Bee Tie. Tentang kematiannya ke tua kalian Pek Tie
Siansu juga belum tentu ada perbuatan saudara Bee. Bukan
mustahil juga kalau ketua kalian itu terbunuhnya oleh
orang-orang keji jahat dari Kim-coa bun!"
Tidak percuma Kim-coa Kiong-cu menjadi kepala dari
golongan Ular Mas. Bilamana atas ucapannya Ie Siauw Yu
lantas memperlihatkan kegusarannya, sudah sendirinya
akan terbongkar seluruh rahasianya. Maka dengan, masih
berdiri tenang tenang saja, malah sambil tertawa lagi ia
lantas bertolak pinggang, ia menunggu sampai selesai
diucapkannya kata-kata Ie Siauw Yu tadi lalu berjalan lagi
maju setindak mendekati, Hian-hoat Taysu serta menanya.
"Hian-hoat Taysu, apa dengan obrolan bocah cilik itu
kau percaya" " Akan teiapi, meski bagaimanapun, berangasan Ie Siauw
Yu tadi betul betul telah dicamkan dalam otaknya Hianhoat
Taysu. Mendengar pertanyaan Kim-coa Kiong-cu
dengan lambat-lambat ia menyahut.
"Boleh percaya, boleh juga tidak, itu tergantung nanti
kalau perlu. Tapi jika kalian berdua pihak yang sama sama
mengaku sahabatnya Bee Tie aku lihat adanya perbedaan
yang sangat menyolok mata. Itu nona yang mengatakan
kawannya juga, membelanya, tetapikau begitu terangterangan
mencelanya, dari situ saja Lolap dengan gampang
mengambil kesimpulan siapa adanya kawan orang she Bee
itu yang asli dan yang mana cuma menggunakan namanya
saja?" Tetap Hian-hoat Taysu tiba-tiba seperti mendengar
suara, mukanya pucat mendadak dengan suara geram lalu
ia membentak. "Mulai hari ini Siao-lim-sie adalah musuh Kim-coa-bun
!" Sebentar saja dari atas pohon dan atap atap rumah
muncul orang orangnya Siao-lim-sie yang kemudian dengan
cepat sudah mengurung Kim-coa Kiong-cu bersama orangorangnya.
Obor apipun telah dinyalakan terang-terang,
membuat suasana menjadi terang benderang dan agaknya
sudah melebihi terangnya siang hari.
Tetapi Kim-coa Kiong-cu tidak menjadi gentar atas
kepungannya para hweshio tadi, rupanya ia sudah ada
rencananya sendiri dalam menghadapi mereka.
Sebentar terlihat ia memberi isyarat tangan kepada
orang-orang Kim-coa-bun yang dibawah perintahnya.
Kim-coa Giok-lie yang melihat gerakan tangan Kim-coa
Kiong-cu, dalam kagetnya telah berseru.
"Celaka! Jatuh juga malam ini pamor Sio-lim-pay !"
Betul saja lantas terlihat sinar emas berkelebatan
diberbagai penjuru angin, menyusul mana lantas terdengar
jeritan ngeri saling susul, beberapa orang hweshio roboh
bergelimpangan. Pada saat saat demikian itu, mendadak tampak sesosok
bayangan orang, itu adalah Bee Tie yang datang tepat pada
waktunya. Kim-coa Giok-lie yang mempunyai daya penglihatan
cukup lihay, lantas berseru.
"Bee Tie, adakah kau betul disitu?"
Bee Tie yang sedianya hendak menerjang, begitu
mendengar panggilan Kim-coa Giok-lie lantas batal
bergerak. Dengan pedang Coa-ong-kiam ditangan ia mulai
berjalan masuk dalam kalangan.
Melihat munculnya pemuda ini. agaknya Ie Siauw Y u
pun kegirangan, hingga tanpa memperdulikan keadaan
disekelilingnya ia lantas berteriak, "Engko Bee. Kim-coa
Kiong-cu disini lagi mengadu dombakan kau dengan Siaolimpay. jangan kasih ampun padanya jangan biarkan dia
lolos." Kim-coa Giok lie yang pernah masuk dalam anggota
Kim-coa-bun, begitu melihat pedang Coa-ong-kiam itu
lantas melompat lompat kegirangan, ia mengetahui benar
apa kegunaan pedang tajam itu, ia adalah pedang pusaka
sebagai tanda bahwa pemiliknya adalah ketua golongan
Kim-coa-bun. Maka sambil menghadang di depan Kim-coa
Kiong-cu wanita ini berseru.
"Kiong-cu. Terang sekali pedang Coa-ong-kiam ada
dalam tangan Bee Tie itu berarti kau harus menyerahkan
jabatan ketua kepadanya."
Akan tetapi Kim-coa Kiong-cu yang mendengar itu
hanya ganda dengan tertawa, setelah selang sesaat ia lalu
berkata. "Apa dia maui kedudukanku" Kau jangan lupa. Bee Tie
adalah ketua dari Hoa-san-pay Siapa mau taat padanya."
Kim-coa Giok-lie agaknya tidak mau menyerah begitu
saja, dengan keras ia lalu berkata pula.
"Hai jangan kau lupakan peraturan kami, yang
menetapkan bahwa siapa yang memegang pedang Coa-ongkiam
dia adalah orang yang harus kita junjung tinggi,
kepadanya kita harus mengabdi."
Kim-coa Kiong-cu tertawa lagi cekikikan atas kata-kata
Kim-coa Giok-lie. dengan setengah mengejek ia kian
membuka mulutnya pula. berkata.
"Kau jangan putar omong berbelit belit! Siapa yang tidak
tihu kalau bocah itu sudah jatuh cinta kepadamu" Kalau dia
kau angkat menjadi Kim-coa Tay ong, bukankah jabatanku
Kim-coa Kiong-cu ini jatuh atas dirimu" Itukah yang kau
kehendaki?" Kim-coa Giok-lie terdiam, ia tak dapat berdebat pula,
wajahnya merah seketika. Kim-coa Kiong-cu yang mengira sudah menang dalam
perang lidahnya menyerang lawan habis habisan. lantas
menghadang Bee Tie seraya katanya.
"Bee Tie! Jangan lupa kau sudah makan obat pemunah
racun kami Kim-coa-bun, juga dengan sendirinya pedang
Coa-ong-kiam kau serahkan juga pada yang berhak
memilikinya serahkan kepadaku!"
Bee Tie dengan tenang, sambil senyum-senyum simpul
berkata. "Tajamnya pelang Coa-ong-kiam cukup dapat
menghukum orang yang diingini. Sekalipun ada niatanku
hendak mengembalikan pedang ini kepadamu, tapi melihat
dari kelakuanmu yang begitu kejam jahat tidak mungkin
kuserahkan padamu. Bagaimana akan jadinya nanti kalau
kau pakai pedang Coa-ong-kiam ini untuk mengganas
dalam dunia rimba persilatan?"
Kim-coa Kiong-cu mendelu. Ia maklum dengan katakata
"tdiak mungkin" yang diucapkan si pemuda itu, tidak
mungkin juga ia dapat merebut pedang tajam Coa-ong-kiam
itu dari tangan anak muda itu.
Itulah yang menyebabkan timbulnya lagi napsu iblisnya
wanita jahat ini, kepada para hweshio yang belum
meninggal ia ingin menghasut lagi, maka lantas berseru.
"Para hweshio dari Siao-lim-pay dengari orang yang
menjadi pembunuh ketua kalian sekarang sudah ada disini,
apa yang kalian tunggu lagi?"
Ratusan hweshio yang ketinggalan dari sasaran jarum
beracun Kim-coa-bun, lantas berteriak teriak, keadaan
menjadi kalut, disana sini lantas terdengar suara ribut, siap
mereka mengurung hendak membunuh Bee Tie.
Ie Siauw Yu yang melihat keadaan tidak
menguntungkan, cepat lantas berteriak hendak menahan
gerakan orang-orang gereja Siao-lim-sie.
"Kalian jangan kena diadu dombakan. Jangan
sembarangan percaya omongan dia, karena tidak mustahil
juga kalau aku mengatakan, dialah pembunuh ketua kalian
yang sebenarnya; Disini cukup banyak saksi tentu kalian
sendiri juga cukup melihat bagaimana kejamnya
perbuatannya tadi apa dengan orang sekejam seperti dia
kalian mau percaya?"
Bee Tie tidak mengatakan apa-apa, ia hanya bersenyum
senyum saja. Ia yang yakin sekali betapa tajam pedang Coaongkiam, lantas nampak digerakkan didepan Kim-coa
Kiong-cu ia berkata. "Kim-coa Kiong-cu! Betulkah Pek Tie Siausu aku yang
bunuh?" Pertanyaan yang diajukan oleh Bee Tie di hadapan Kimcoa
Kiong-cu, keren serta berwibawa, membuat orang yang
mendengarnya mau tak mau mengakui ketidak benaran
perkataan wanita yang disemprotnya.
Akan tetapi dasar Kim-coa Kiong-cu orangnya licik,
sesaat ia terdiam tak dapat menjawab, tetapi akhirnya
berkata juga. "Adakah peraturan yang melarang aku mengatakan kau
membunuh Pek Tie Siansu?"
Bee Tie mendengar kata-kata itu lantas menjadi geli
dalam gelinya itu ia tertawa nyaring sekali sampai lupa
bahwa ia kini berada diantara orang banyak.
"Hmmm!" serunya. Si pemuda telah melihat betapa
kejamnya wanita didepan gereja Siao-lim-sie ini. Mayat
orang-orang Sio lim pay satu persatu pada berobah hitam.
Bee Tie lantas dibikin sadar, bagaimana ketua partai kedua
puluh tiga dan dua puluh empat yang terbinasa karena
tangan jahatnya orang-orang Kim-coa-bun. Melihat lagi
keadaan ditempat itu pada ketika itu, banyak hweshio yang
nampaknya garang garang mukanya, yang memusuhinya.
Apabila ia tidak dapat bekeija sebat, bagaimana kalau nanti
Tongkat Rantai Kumala Seruling Kumala Kim Lan Pay Karya Oh Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kejadian orang-orang Kim-coa-bun bersama orang-orang
Siauw liui pay mengeroyoknya"
Memikir demikian, ia lantas menghunus kembali pedang
Coa-ong-kiam yang lantas di bolang balingkan kedepan.
membuat ratusan orang-orangnya Kim-coa-bun melihat
sinarnya itu pada ketakutan, dengan suara santar Bee Tie
berkata. "Semua orang perempuan Kim-coa-bun dengar! Tahukah
kalian sampai dimana ketajaman pedang pusaka turunan
Kim-coa bun ini?" Para wanita golongan Kim-coa-bun
mulai gaduh keadaannya, serentak mereka berseru "Coaongkiam !" Memang betul pedang Coa-ong-kiam yang dapat
menggunakan sinar tajamnya membunuh orang adalah
pedang pusakanya Coa Cing yang menjadi pendiri dari
golongan Ular Mas. XXIII. KIM-COA-BUN RUSAK DI TANGANNYA
KIM-COA KIONG-CU YANG UGAL-UGALAN.
PADA saat itu Bee Tie sudah menghadap kearah Kimcoa
Kiong-cu dan membentak. "Kim-coa Kiong-cu, apa kau masih belum mau
menerima salah?" Kim-coa Kiong-cu yang ugal ugalan mana mau
menyerah mentah mentah" Maka dengan tertawa seram
malah ia balik membentak.
"Kesalahan apa yang harus aku akui" Sedari dulu
sehingga untuk selanjutnya. semua orang dari Hoa-san-pay
adalah tetap menjadi pecundang pecundang, siapakah yang
takut kepada dirimu?"
Lalu ia sudah menghadap kepada ratusan orangorangnya
dan berteriak. "Para saudara-saudara dari Kim-coa-bun, pertempuran
kali ini akan menetapkan jatuh atau bangunnya golongan
Ular Mas kita. Mari kita maju dan membunuh bocah dari
Hoa-san ini terlebih dahulu."
Tapi Kim-coa Giok-lie mana mungkin mendiamkan
pemuda idamannya dikeroyok oleh para wanita dari
golongan Ular Mas itu" Maka dengan sekali loncatan saja ia
sudah berada didepannya si pemuda dan berteriak.
"Para tacie dan adik adik yang budiman, siapakah yang
tidak tahu akan peraturan kita yang menjunjung tinggi
pedang Coa-ong kiam" Lupakah kalian bahwa orang yang
memegang pedang Coa-ong-kiamlah yang harus dijadikan
Kim-coa Tay-ong kita?"
Ada beberapa orang dari golongan Ular Mas yang
sedianya sudah maju mendengar kata ini sudah ragu ragu
dan mundur kembali. Tapi Kim-coa Kiong-cu sudah menjadi kalap dan
membentak. "Siapa yang berani berontak, pagutan ribuan ularlah
yang menjadi hukumannya."
Lalu ia menghadapi Bee Tie dan berkata kepada si
pemuda. "Bee Tie jangan kau menggunakan orang menjadi
termangu saja. Siapakah yang tidak tahu bahwa kau
menjadi murid dan keturunan Hoa-san-pay" Mungkin
orang dari Hoa-san-pay mau mengimpikan jabatan Kim-coa
Tay-ong kami" Sungguh satu lelucon yang baru pernah
kudengar dihari ini."
Mendengar disebut-sebutnya nama Kim-coa-ong-kiam
dan setelah mengerti apa artinya pedang tajam ini. cepat
Bee Tie sudah menyerahkan Coa-ong-kiam kedalam
tangannya Kim-coa Giok-lie.
Kim-coa Giok-lie juga bukannya orang goblok, ia
mengerti akan maksud orang idam-idamannya, maka
setelah mencabuti Coa-ong-kiam yang diacungkan diatas
kepalanya ia sudah berkata kepada orang-orang dari
golongan Ular Mas pula. "Bee Tie adalah orang dari Hoa san pay, tapi para
saudari sandari tentu dapat mengenali aku Kim-coa Gioklie
masih orang dari Kim-coa-bun juga. Para tacie dan adik
yang budiman, janganlah kalian mengekor dibelakang
buntutnya Kim-coa Kiong-cu yang berandalan dan kejam,
lihatlah para hweshio Siao-lim-pay yang sudah mengurung
disekitar kalian, pikirlah dengan masak masak, apakah
akibatnya jika kalian membandel dan ikut dibelakang
perintahnya Kim-coa Kiong-cu!
Sebetulnya bukan Kim-coa Kiong-cu tidak mengetahui
bahaya apa yang sedang dihadapi oleh orang-orang
golongannya disini, tapi karena tadi ia berada didalam
kemarahan yang tidak terhingga sehingga melupakan yang
pentingnya, kini mendengar kata-katanya peringatannya
Kim-coa Giok-lie ini cepat ia sudah dapat mengambil
keputusannya maka dengan keras ia berteriak.
"Kim-coa Giok-lie, dengan ilmu yang sekarang kau
punyai ini, mungkinkah kau dapat menandingi diriku"
Sekarang begini sajalah akan kuatur, berhubung kini aku
masih ada urusan lainnya lagi yang terlebih penting, maka
belajarlah ilmu silat yang terlebih dalam lagi dan empat hari
kemudian akan kutunggu kau dipuncak Siok li hong untuk
memperebutkan kedudukan Kim-coa Kiong-cu ini.
Lalu dihadapinya rombongan orang dari rombongannya
sendiri dari pandangan sinar mata yang penuh wibawa
sehingga membuat semua orang yang kebentrok dengan
sinar matanya dengan tidak terasa telah dapat ditundukkan
semua. Inilah suatu pertandaan agar semua orang Kim-coabun
dapat mengikutinya dan pergi meninggalkan Sio lim
sie. Bee Tie yang tahu jika disini ia membunuh Kim-coa
Kiong-cu memang terlebih mudah, tapi jika mengingat akan
kesalah pahaman yang telah terjadi diantara delapan partai
besar dan Hoa-san-pay karena diadu dombakan oleh Kimcoa
Kiong-cu celakalah jadinya jika Kim-coa Kiong-cu
sudah mati dan sukarlah memberikan penjelasannya lagi.
Maka didiamkan saja Kim-coa Kiong-cu mengajak
orang-orangnya meninggalkan dirinya.
Kim-coa Giok-lie memandang kearahnya Bee Tie
biarpun ia tidak mengerti akan maksudnya si pemuda yang
melepaskan musuhnya begitu saja, tapi ia tidak berani
berkata-kata mengeluarkan bantahannya.
Tidak demikian dengan Ie Siauw Yu yang berangasan,
terlihat gadis ini tertawa dingin dan membentak.
"Mau lari" Tidak mudah lagi kawan! Biar pun saudara
Bee dapat melepaskan kau pergi dari sini, tapi jangan lupa
permusuhan yang baru saja kau tanam kepada para hweshio
dari Siao-lim-sie, mungkinkah mereka mau
melepaskan dirimu begitu saja?"
Kata-katanya Ie Siauw Yu ini ada sedikit mengandung
hasutan juga sehingga membuat para hweshio dari Siao-limsie
tidak dapat melupakan dengan mereka kepada orangTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
orang dari golongan Ular Mas tadi yang telah membunuhbunuhi
kawan-kawan mereka dengan jarum mas
beracunnya. Terdengar suara teriak-teriakannya yang riuh dan betul
saja para hweshio dari Siao-lim-sie sudah mulai bergerak
dan maju mengurung orang-orangnya Kim-coa-bun tidak
membiarkan mereka pergi dari situ.
Bee Tie yang cukup tahu kesalah pahaman diantara
dirinya dengan Siao-lim-pay masih belum lenyap sukarlah
rasanya menghindari bentrokan ini, tapi ia juga tahu akan
kelihayannya Kim-coa Kiong-cu dan sudah pasti orangorang
dari golongan Ular Mas dapat mundur meuurut
rencana. Betul saja orang orang dari golongan Ular Mas yang
sebelumnya sedari siang siang sudah menyiapkan jalan
mundur sebentar saja sudah lenyap dari situ dan lari
meninggalkan para hweshio Siao-lim-sie.
Ie Siauw Yu yang melihat Bee Tie dan Kim-coa Giok-lie
seperti tidak ada niatannya untuk membasmi Kim-coa-bun
sudah membanting-bantingkan kakinya. tapi biar
bagaimana ia tidak berani menyalahkan kepada si pemuda.
maka ia hanya mengeluarkan penyesalannya kepada Kimcoa
Giok-lie. "Giok-cie, mengapa kau tidak membantu para hwesnio
dari Siao-lim-sie" Mengapa kau membiarkan Kim-coa
Kiong-cu lolos dari sini?"
Bee Tie menghela napas dan berkata!
"Janganlah terlalu mendesak sekali kepada orang yang
sudah terdesak kepinggir jurang, atau celakalah jika sampai
terjadi Kim-coa Kiong-cu menjadi nekat dan mengadu jiwa.
Bagaimantkah jadinya jika orang-orang dari golongan Ular
Mas itu menggunakan jarum mas berbisa mereka
menyerang dengan kalang kabutan" Bukankah dengan cara
kita tadi berarti menyuruh mereka membunuh-bunuh para
hweshio lagi?" Ie Siauw Yu dapat dibikin mengerti dan,
terdiam tidak berkata-kata. Dilihatnya orang-orang dari
Kim-coa-bun itu. sebentar saja sudah lenyap semua dari
pandangan mata mereka. Ini waktu hweshio hweshio dari Siao-lim-sie juga sudah
menyaksikan bagaimana Bee Tie perang dingin dengan
orang orang dari golongan Ular Mas. Maka mereka sudah
menjadi ragu ragu dengan kata-katanya Kim-coa Kiong-cu
yang mengatakan tokoh Kim-coa-bun ini datang ke Siaolimsie membunuh-bunuhi para hweshio hanya menurut
perintahnya si anak muda saja, maka mereka membiarkan
Bee Tie, Kim-coa Giok-lie dan Ie Siauw Yu bertiga berjalan
dengan leluasa. Bee Tie yang tak mau banyak urusan sudah menghadap
Hian-hoat Taysu berkata. "Tentang kematiannya Pek Tie Siansu yang menjadi
ketua Siao-lim-pay sebetulnya hanya terkena racun dari
golongan Ular Mas tadi juga. Untuk mendapatkan
kepastiannya, harap Taysu dapat mengajak tujuh ketua
partai lainnya, empat hari kemudian bertemu dipuncak
gunung Siok-lie-hong digunung Hoa-san. Disana setelah
kita berhasil menangkap Kim-coa Kiong-cu sebagai
terdakwa juga masih ada beberapa saksi orang dari Lembah
Kodok Perak umuk menjelaskan duduknya perkara tentang
ini. Berhubung waktu yang tidak mengijinkan, kami orang
akan berangkat ini hari. Lalu dengan mengajak Ie Siauw Yu dan Kim-coa Gioklie
berdua ia sudah pergi meninggalkan Siao-lim-sie.
Para hweshio Siao-lim-sie yang tadi telah melihat
bagaimana Bee Tie menalangi mereka dari serangannya
golongan Kim-coa-bun sudah membiarkan rombongannya
si anak muda meninggalkan Siong-san.
Betul saja empat hari kemudiau orang-orangnya dari
delapan partai sudah pergi ke puncak Siok-lie hong dan itu
waktupun Kim-coa Kiong-cu sudah dapat di tangkap bidup
hidup oleh Bee Tie dengan dibantu oleh orang-orang dari
Lembah Kodok Perak, disanalah kesalahan pahaman sudah
dapat mendapat pengertian dari kedua pihak karena adanya
orang-orang dari lembah Kodok Perak yang menjadi saksi.
Sampai disini selesailah pertikayan diantara delapan
partai besar dan Hoa-san-pay sehingga tidak sampai terjadi
pertumpahan darah yang besar besaran.
XXIV. AKHIR CERITA DIPULAU GO-TONG.
PULAU Go-tong terletak disebelah barat dari laut Teng
hay, pemandangan yang Indah dikelilingi oleh air laut yang
membiru membuat orang yang datang ke sana dapat
melupakan akan segala galanya.
Jika kita mengatakan pemandangan disiang hari sangat
indah, pemandangan malamnya pulau Go-tong juga tidak
kalah indah dari pulau Nirwana. Bau harum yang semerbak
membuat orang yang sedang memmdang kelaut bebas
dapat tertidur dengan cepat dan nyenyak.
Tiba-tiba diantara semak semak pohon yang banyak
terdapat di sana sudah terlihat empat bayangan hitam
berkelebat. Langsung bayangan-bayangan ini berindapindap
masuk kedaerah pedalaman dari pulau Go-tong.
Dipusat tengah tengahnya pulau Go-tong ini terdapat
beberapa rumah bagus yang seperti istana, inilah istana
keluarga Siauw yang ternama, sayang sekarang sudah
didiami oleh Lee Thian Kauw, yang menjadi suami
keduanya Go-tong Sin-kho.
Empat bayangan yang sedang menyatroni istana
kangkanganya Lee Thian Kauw ini seperti senang dan
gembira karena tidak mendapat rintangan sesuatu apa tapi
biarpun demikian mereka cukup tahu akan kelihyannya Lee
Thian Kauw dan Go-tong Sin-kho suami istri berdua yang
tidak dapat dibuat gegabah sama sekali. Maka biarpun
dengan muka berseri-seri, tapi rasa takutnya masih tidak
dapat dihilangkan sama sekali.
"Pulau Go-tong yang disohor sohorkan itu ternyata
hanya begitu saja," Berkata satu bayangan pendek kecil
yang berjalan di depan mereka.
Seorang yang membawa-bawa pedang tumpul yang
berada disebelahnya sudah turut menyambung kata-kata
kawannya. "Sungguh kita terlalu takut kepada bayangan sendiri.
Ternyata pula Go-tong juga tidak perlu harus ditakut takuti.
Tapi seorang tua yang berada dibelakang mereka sudah
menuntut pembicaraannya dan berkata.
"Pedang tumpulmu itu biarpun dapat malang melintang
didunia Kangouw. tapi di sini janganlah kau terlalu
mengagul agulkannya. Lihat saja setelah dapat bertemu
dengan mereka." Siapakah empat orang yang seperti bermaksud mencari
gara gara dengan Lee Thian Kauw dan Go-tong Sin-kho
ini" Ternyata mereka bukan lain dari pada sisa tokoh Oeysanpay Bu-siang Sian-ong dan Jie Sianseng berdua dan si
Kakek pendek Kiauw Kiu Kong serta si "Pelajar Pedang
Tumpul". Mereka secara diam-diam telah menyatroni pulau Gotong
dengan tidak pernah mendapat rintangan sesuatu apa.
Mendadak dimalam yang sunyi itu sudah terdengar satu
suara jeritannya seorang wanita yang menyayatkan hati
sebentar terdengar ia menangis, sebentar tertawa cekikikan
seperti lagunya orang gila saja.
Tongkat Rantai Kumala Seruling Kumala Kim Lan Pay Karya Oh Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Empat orang itu menjadi saling pandang dengan tidak
mengerti. Tapi mereka tidak diberi kesempatan untuk
mengerti karena mendadak terlihat empat bayangan pula
berkelebat yang menghadang didepan mereka membentak.
"Perintah dari suhu, bahwa para tamu yang datang
ditengah malam buta tidak akan mendapat pelayanan yang
sebagaimana mestinya."
Jie Sianseng, Bu-siang Sian-ong, Kiauw Kiu Kong dan si
Pedang Tumpul berempat yang melihat kedatangan mereka
sudah dapat dipergoki orang menjadi kaget, dilihatnya
empat orang yang menghadang didepan ini terdapat dari
empat anak muda, inilah empat Kong-cu bawahannya Gotong
Sin-kho dari hasil pertandingan didalam Tong-tu-sanchung.
Dan orang yang mengeluarkan bentakan tadi yalah
Tiang-pek Kong-cu yang menjadi kepala mereka.
Si "Pelajar Pedang Tumpul" yang tidak dapat menahan
sabarnya sudah maju tertawa berkakakan, kemudian
berkata. "Mengapa suhumu, si janda genit itu tak mau
menongolkan mukanya kepada kami" Tidak disangka dia
dapat berlaku demikian sombong dan hanya mengutus
empat murid kolokannya saja."
Tiang-pek Kong-cu tidak mau banyak bicara. Sret.
pedangnya sudah digerakkan dan menyabet kearah
mukanya si "Pelajar Pedang Tumpul".
Si Pelajar Pedang Tumpul tidak menyangka gerakannya
Kong-cu pilihan ini dapat sesebat ini. hampir hampir saja
mukanya menjadi baret jika ia tidak dapat berlaku sebat.
biarpun demikian, setelah ia loncat menghindari serangan
pedang tadi, dilihat lengan bajunya sudah menjadi sobek
terkena tusukan pedang lawan.
Tiang-pek Koug-cu tertawa dingin dan mengejek.
"Bagaimana" Beranikah kau menghina suhu kami lagi."
Nyalinya si Pedang Tumpul telah dibuat menjadi kecil,
memang ilmu pedang keluarga Siauw tidak mudah untuk
dibuat main, maka ia tidak dapat berbuat sesuatu apa dan
terdiam ditempatnya. Bu-siang Sian-ong tidak puas dengan sikapnya si Pedang
Tumpul yang hanya galak sebentaran saja cepat ia
menghadang didepan kawannya dan berkata.
"Biar aku Bu-siang Siang-ong menerima sedikit pelajaran
dari ilmu pedang keluarga Siauw."
Lalu dengan telapak tangan kosong ia sudah menyerang
kearah Tiang-pek-Kong-cu.
Tiang-pek Kong-cu bukan sembarangan Kong-cu
gadungan yang tidak mempunyai biji mata untuk
membedakan orang melihat gerakan orang yang sebat ia
juga sudah menggunakan pedangnya melayani dengan
penuh kewaspadaan. Tampak tiga Kong-cu lainnya yang melihat kawannya
sudah bergerak tidak mau ketinggalan. Kim-leng Kong-cu
maju untuk menghadapi Jie Sianseng, Hoay-yang Kong-cu
maju dirintangi oleh Kiauw Kiu Kong dan Tho-hoa yang
tidak mendapat lawan terpaksa juga sudah menyerang si
Pelajar Pedang Tumpul. Untuk menghadapi Tian-pek Kong-cu mungkin si
Pedang Tumpul masih tidak dapat memberikan
perlawanannya yang sempurna tapi untuk menghadapi Tho
hoa Kong-cu yang menjadi buncitnya dari empat Kong-cu
pilihannya Go-tong Sin-kho ini, sebagai seorang jago kolot,
mana mungkin ia diam mandah menerima saja. Maka
serulah delapan orang yang bertempur menjadi empat
rombongan ini. Waktu itu suara tangisan yang mengenaskan tiba-tiba
sudah terdengar lagi. empat Kong-cu yang mendengarnya
sudah menjadi kaget dan cepat keluar dari kalangan
pertempuran berkumpul menjadi satu.
"Ah, penyakitnya kumat lagi." Terdengar Tiang-pek
Kong-cu berkata. Tian-pek Kong-cu yang menjadi pemimpin dari tiga
Kong-cu lainnya sudah memberi isyarat dan berkata.
"Mari kita pergi!"Lalu dengan tidak memperdulikan
empat musuhnya, empat Kong-cu ini sudah berpencaran
dan lenyap dari pandangan mata.
Si "Pelajar Pedang Tumpul" memasang kupingnya dan
sebentar terdengar berkata seorang diri.
"Aku seperti pernah kenal dengan lagu suara orang yang
menangis ini, siapakah dia sebetulnya!"
Kiauw Kiu Kong, Jie sianseng dan Bu-sian Sian-ong
memandang kearah sang kawan dengan sorot mata
menanya. Tiba-tiba si "Pelajar Pedang Tumpul" seperti baru
terbangun dari lamunannya sudah loncat dan berteriak
sendiri. "Aaa, kini tahulah aku siapa dia adanya."
"Siapa?" Tanya Kiauw Kiu Kong dengan tidak
mengerti. "Anak perawannya si janda genit yang bernama Siauw
Beng Eng." Kata si "Pelajar Pedang Tumpul" yang
memberikan kepastiannya. Kiang Kiu Kong masih belum mengerti dan menanya
lagi. "Mengapa dia dapat berada disini?"
Si Pelajar Pelang Tumpul menggeleng-gelengkan
kepalanya sebentar baru berkata.
"Sebetulnya Siauw Beng Eng tidak mau ikut kepada
mama genitnya pulang kepulau Go-tong. tapi si janda genit
sudah memaksa dan menyeret anak gadisnya sendiri
dipaksa pulang juga. Mendengar suaranya yang sebentar
menangis itu, mungkin Siauw Beng Eng telah dipaksa
menjadi gila." Sewaktu mereka berkata-kata merundingkan
penghidupannya Siauw Beng Eng yang dipaksa menjadi
gila oleh ibunya sendiri itu, suara tangisan seperti dibekap
orang saja, tiba tiba sudah lenyap dan tidak terdengar.
Kiauw Kiu Kong, Jie sianseng. Bu-siang Sian-ong dan
si"Pelajar Pedang Tumpul" berpandang pandangan
sebentar dengan heran. Melihat kepandaiannya empat murid comotannya Gotong
Sin-kho tadi, dengan hanya mengandalkan Kiauw Kiu
Kong berempat saja, tidak mungkin mereka dapat
mengacau pulau Go-tong dengan seenaknya, maka setelah
berunding sebentar empat orang ini sudah memutuskan
untuk sementara keluar dari pulau Go-tong dan meminta
bala bantuan untuk lain kali menyatroni lagi.
Tapi sebelum Bu-siang Siang-ong cs dapat meninggalkan
pulau, tiba-tiba dua bayangan pula berkelebat dan tahu tahu
dihadapan mereka sudah muncul Lee Thia Kauw dan Gotong
Sin-kho berdua. Melihat orang yang telah membunuh-bunuhi orangorang
dari partainya. Bu-siang Siang-ong dan Jie sianseng
sudah menjadi kalap. Terlihat Bu-siang Sian-ong maju
selangkah dan membentak. "Lee Thian Kauw, kini sudah waktunya untuk kau
membayar hutangnya Oey-san pay kami."
Lee Thian Kauw tertawa berkakakan, "Hanya
mengandalkan empat orang yang seperti kalian ini" "
Terdengar ia mengeluarkan suara ejekannya.
Go-tong Sin-kho juga tidak mau ketinggalan dari suami
keduanya dan maju turut berkata.
"Sudah lama aku mendengar nama besarnya Bu-siang
Siang-ong dari Oey-san-pay, tidak disangka disini kita baru
dapat bertemu muka."
Bu-siang Siang-ong yang sudah tidak dapat menahan
sabarnya, cepat menyerang kearah Lee Thian Kauw sambil
membentak. "Lihat serangan."
Lee Thian Kauw masih tertawa riang, ia tidak bergerak
dari tempatnya dan hanya mengangkat jempolnya sedikit
saja sudah cukup memaksa Bu-siang Siang-ong
membatalkan serangannya. Siapakah yang tidak tahu akan
kelihayannya Lee Thian Kauw" di Sumur kematian dan
Kui-in-chung sudah banyak sekali orang yang terkena
serangan jempol ini, salah satu juga termasuk Kiauw Kiu
Kong yang pernah merasakan kekejamannya manusia
srigala ini. Si kakek pendek Kiauw Kiu Kong yang tahu akan
lihaynya Lee Thian Kauw mana membiarkan Bu-siang
Siang-ong terluka. maka dengan menggeram keras ia sudah
turun ke gelanggang pertempuran untuk membantunya.
Lee Thian Kauw yang harus menghadapi dua musuh
tangguh tidak menjadi takut, dilawannya dengan hati-hati
dan lama kelamaan ia pun sudah mulai dapat mendesak
mundur dua lawannya. "Jie sianseng dan si Pelajar Pedang Tumpul tidak mau
membiarkan pihaknya dihina orang, mereka berbareng
sudah maju untuk membunuh Lee Thian Kauw si jahat itu.
Go-tong Sin-kho yang melihat suaminya mau dikerubuti
orang sudah tidak mau ketinggalan dan membentak.
"Hei, bagaimana kalian ini" Mengapa melakukan
pengeroyokan?" Lalu bekas janda kembang ini sudah mengeluarkan
pedangnya dan menahan kedatangannya Jie sianseng dan si
"Pelajar Pedang Tumpul".
Untuk sementara di fihak gelanggangnya Go-tong Sinkho
ini tetap seimbang kekuatannya sehingga setelah
mereka berkutetan mengeluarkan ilmu kepandaiannya
masing-masing. Ini waktu mendadak muncul pula empat bayangan yang
segera membantu Lee Thian Kauw dan Go-tong Sin-kho.
mereka adalah Tiang-pek Kong-cu, Kim-leng Kong-cu.
Hoay-yang Kong-cu dan Tho-hoa Kong-cu.
Tiang-pek Kong-cu menjerit keras dan pedang Coa-ongkiam
sudah meminta korban pula sehingga dengan
demikian legalah Kiauw Kiu Kong harus seorang diri
melawan Lee Thian Kauw. Kim-leng Kong-cu dan Hoay-yang Kong-cu sudah
menyerang kearah Jie Sianseng sehingga membiarkan Gothong
Sin-kho seorang melawan si Pelajar Pedang Tumpul.
Sebelum kedatangannya empat Kong-cu pilihan ini. Busiang
Siang-ong cs sudah sukar mendapatkan kemenangan,
apa lagi setelah kedatangan mereka, mengeluhlah empat
orang yang berniat mengacaukan pulau Go-tong.
Tapi dasar nasibnya si "Pelajar Pedang Tumpul" cs
sedang bagus bagusnya, maka terlihat tiga bayangan pula
yang datang ke sana. Salah satu dari tiga orang yang baru
datang ini dengan pedang Coa-ong-kiam ditangan sudah
menyabet kearahnya Tiang-pek Kong-cu.
Tiang-pek Kong-cu menjerit keras dan pedang Coa-ongkiam
sudah meminta korban pula sehingga dengan
demikian legalah Kiauw Kiu Kong yang tadinya sudah rada
rada terdesak juga. Lee Thian Kauw, Go-tong Sin-kho, Kim-leng Kong-cu,
Hoay-yang Kong-cu dan Tho-hoa Kong-cu menjadi kaget
dan berbareng mereka telah lompat keluar kalangan
pertempuran dan berdiri menjadi satu.
Siapakah orang-orang yang baru datang ini. Mereka
adalah Kim-coa Giok-lie, Ie Siauw Yu dan Bee Tie yang
memegang pedang Coa ong kiam ditangan kanan dan
sebelah tangannya lagi menggendong seorang gadis yang
menyahut awut-awutan. Setelah berhasil menyelesaikan dirinya Tiang-pek Kongcu,
Bee Tie sudah melepaskan dirinya si gadis mesum yang
tidak lain dari pada Siauw Beng Eng adanya.
Gadis yang suka mengenakan pakaian hijau ini
mempunyai muka yang pucat dan kucel karena sekian lama
tidak terkena sinarnya matahari sama sekali.
Ternyata Siauw Beng Eng yang telah dipaksa pulang
oleh ibunya dengan kekerasan saking kesal dan tidak
berdaya, sering ia berlaku seperti orang setengah gila saja
dan mengharapkan dapat dilepaskan sehingga ia dapat
mencari dirinya Bee Tie yang menjadi pemuda pujaannya,
Sayang Go-tong Sin-kho hanya mempunyai seorang anak
saja, sehingga terpaksa biar bagaimana ia tetap tidak dapat
melepaskannya. Agar ia tidak dapat kabur ibu ini telah
mengurung dirinya sang anak disatu ruangan batu yang
dijaga bergilir oleh empat Kong-cu pilihannya yang telah
diambil menjadi murid untuk meneruskan ilmu pedang
keluarga Siauw. Sewaktu Cu-siang Siang-ong sekalian yang baru naik
kepulan Go-tong dan dengar suara tangisan itu, memang
betul suara tangisannya Siauw Beng Eng sehinga empat
Kong-cu yang mendengarnya segera meninggalkan lawan
lawannya dan keripuhan mendiamkannya.
Berbareng dengan kedatangannya Bu-siang Siang-ong
sekalian, dari lain tepi Bee Tie dengan mengajak Kim-coa
Giok lie dan Ie Siauw Yu juga sudah mendarat, maka
mendengar suara tangisannya Siauw Beng Eng itu, sebentar
saja si pemuda dengan mudah sudah dapat menemukan
tempat ruangan batu yang digunakan untuk mengurung
dirinya gadis kekasihnya dan dengan cara demikian
akhirnya Bee Tie berhasil menolongnya dan membawa
kemari. Munculnya Siauw Beng Eng telah membuat Go-tong
Sin-kho yang menjadi ibunya menjadi tergetar, cepat ia
maju dan memanggil. "Beng Eng ... "
Terlihat tangan putihnya Go-tong Sin-kho diulurkan dan
siap untuk menarik anaknya kembali, tapi Siauw Beng Eng
dengan membalikan muka sudah berteriak dengan dingin,
"Jangan menyentuh tubuhku ... "
Go-tong Sin-kho hanya bisa menangis didalam hati,
tangan yang tadi diulur begitu saja terhenti ditengah jalan ia
terpaku sejenak dan akhirnya dengan lesu sudah kembali ke
sebelah dirinya Lee Thian Kauw.
Bee Tie yang melihat musuh besarnya sudah
mempelototkan matanya, demikian juga dengan dirinya
Lee Thian Kauw yang masih penasaran terhadap bocah ini
telah membentangkan besar-besar matanya memandang ke
arah si pemuda. Dua orang berpadang pandangan sekian
Tongkat Rantai Kumala Seruling Kumala Kim Lan Pay Karya Oh Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lama dengan tidak berkata-kata.
Bu-siang Siang-ong yang sudah lama mendengar nama
besarnya Bee Tie sudah berteriak ke arah si pemuda.
"Bee Tie, jangan kau lupa Lee Thian Kauw masih
mempunyai hutang banyak jiwa kepada Oey-san-pay
kami." "Yang cianpwe artikan ialah ..." " Tanja Bee Tie dengan
tidak menoleh lagi. "Lee Thian Kauw telah mengutungi kedua kaki ayahmu
yang dicemplungkan didalam sumur kematian, maka kau
hanya berhak untuk mengutungi kedua kakinya jahanam ini
juga. Tapi karena Lee Thian Kauw telah membunuh bersih
semua tosu Oey-san-pay di kelenteng Sam-ceng koan, maka
akulah yang berhak untnk menamatkan riwayat hidupnya."
Sambung Bu-siang Sian-ong dari belakang.
Bee Tie sudah segan banyak cingcong lagi. Sret pedang
Coa-ong-kiam sudah dikasih bekerja dan dibarengi oleh
suara jeritanya Lee Thian Kauw yang menyayatkan hati,
kutunglah kedua belah kakinya si manusia srigala yang
berkulit domba ini. Bu-siang Sian-ong tidak percuma menjadi tokoh
tunggalnya partai Oey-san-pay begitu melihat Bee Tie
berhasil mengutungi kedua kakinya Lee Thian Kauw dan
menggunakan waktunya sang musuh jatuh pingsan ia telah
menusuk dan "Cret" dadanya Lee Thian Kauw sudah
tertembus oleh pedangnya si "Pelajar Pedang Tumpul"
yang dipinjam oleh Bu-siang Sian-ong.
Go-tong Sin-kho semua dibuat kesima melihat
perubahan yang secepat ini, untuk memberikan bantuannya
ia tidak mempunyai kesempatan sama sekali. Sewaktu ia
engah dan tersadar, suaminya yang kedua juga,
terpatunglah janda kembang ini ditempatnya dengan tidak
dapat berbuat sesuatu apa.
Tapi tiba-tiba Go-tong Sin-kho yang sudah menjadi putus
asa menjadi nekad, dicabutnya pedang dipinggangnya dan
segera mengarah lehernya sendiri untuk membunuh diri.
Biar bagaimana. Siauw Beng Eng tetap masih anak gadis
orang juga, maka melihat gerakannya sang ibu yang dua
kali mengalami kematian suami ini sehingga menjadi nekad
bunuh diri menjadi kaget dan menjerit sambil memeramkan
matanya, Jika belum waktunya untuk mati, biarpun ia
gantung diripun tidak akan mati juga. bertepatan dengar
gerakannya go-tong Sin-kho tadi tiba-tiba benda putih
sudah melayang membuat pedangnya go-tong Sin-kho
terpental pergi dibarengi oleh datangnya satu suara nikouw
yang menyebut buddha, "O mi-to hud."
Sebentar saja terlihat seorang nikouw berbaju putih dan
lompat turun ke sana, dan dengan gerakan yang cukup
sebat, nikouw ini sudah mengangkat dirinya Go-tong Sinkho
untuk dibawa pergi lagi. Kedatangannya nikow baju putih ini sangat mendadak
sekali, tapi walaupun demikian matanya Bee Tie sudah
segera mengenali siapa adanya nikouw baju putih ini, maka
ia sudah menjerit, cepat memburu dan menubruk.
"Ibu., ... " serunya memilukan. Sayang nikonw baju
putih juga sudah bergerak cepat dan meninggalkan tempat
tadi sehingga membuat Bee Tie menubruk tempat kosong.
Bee Tie menjadi penasaran, ia sebetulnya sudah siap
mengejar lagi atau tiba-tiba kupingnya sudah dapat
menangkap satu suara yang seperti nyamuk kecilnya.
"Anakku baik-baiklah menjaga ayahmu, ibu sudah
mensucikan diri masuk agama. Dan janganlah kau
mengganggunya lagi."
Ternyata nikouw berbaju putih yang telah menolong
dirinya Go-tong Sin-kho dari kematian tadi memang betul
ibunya Bee Tie si "Bunga teratai dari Thian-san" yang telah
mensucikan diri menjadi nikouw, dan begitu melihat sang
anak datang menubruk, ia sudah lari pergi takut jika sampai
terjadi tangis tangisan diantara ibu dan anak yang telah
lama tidak bertemu itu. Dan inilah ada pantangan
agamanya yang melarang setiap muridnya mengingat soalsoal
yang lama lagi. Maka si "Bunga teratai dari Thian-san
sudah menggunakan ilmunya menyampaikan suara dari
jarak jauh berkata kepada anaknya mencegah sang anak
mengejarnya lagi. Bee Tie menjublek ditempatnya dan memandang kearah
lenyapnya perahu kecil yang ditumpangi oleh sang ibu dan
Go-tong Sin-kho berdua. Siauw Beng Eng juga hanya dapat mengucurkan air mata
memandang kearah lenyapnya bayangan sang ibu yang
bernasib buruk itu. Demikianlah pertemuan di pulau Go-tong ini
berkesudahan dengan drama sedih.
XXV. PENUTUP CERITA. TIGA TAHUN kemudian ... "
Didaerah Bong-san dibekas perkampungan Kui-in-chung
sudah dibangun pula perkampungan baru lagi.
Di sana di bekas Pekarangan Terlarang Sumur Kematian
telah ditutup untuk selama-lamanya.
Sayup-sayup masih terdengar suara suling
berkumandang diangkasa. Tiga baris tosu dan tiga baris
gadis-gadis berpakaian putih sedang berkabung
mengenangkan jasa jasanya orang yang belum lama
meninggal dunia. Mudah untuk diduga, tiga baris tosu adalah para imam
yang didatangkan dan Hoa-san Cee thian koan.
Dan dengan sendirinya, tiga baris gadis berpakaian putih
adalah para gadis Kim-coa-bun yang didatangkan dari
puncak Siok lie-hong. Hari itu adalah hari yang ketiga dari kematiannya Bee
Cin Cee yang menjadi ayah dari bekas ketua partai Hoasanpay yang kedua puluh enam.
Atas permintaannya Bee Cin Cee sendiri. Bee Tie telah
mengubur mayat ayahnya didalam Sumur kematian yang
sudah lama terkenal akan keseruannya.
Terlihat si pemuda gagah, Bee Tie, mendongakkan
kepala tidak jauh dari Sumur Kematian yang kini sudah
diuruk sama rata dengan tanah lainnya, memandang
kelangit biru dengan awan putihnya yang sebentar-bentar
berubah bagaikan penghidupan manusia yang tidak tenang
didalam dunianya. Dan jauh diatas puncak gunung Bong-san terlihat dua
nikouw yang berparas cantik berpakaian putih, masingTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
masing didalam hati sudah memuji Budha dan berkata. "O
Mi-to-hud." Mereka termenung sekian lamanya dan akhirnya pun
sudah lenyap meninggalkan semua orang dibawahnya yang
sedang berada didalam kesibukannya.
Mulai sejak itulah didalam perkampungan Kui-in-chung
tinggal si pemuda gagah dengan istri istrinya yang cantikcantik.
Mereka adalah Bee Tie, Siauw Beng Eng, Ie Siauw
Yu, dan Kim-coa Giok lie berempat.
Dan, demikianlah akhirnya cerita SERULING
KUMALA. T A M A T Pedang Penakluk Iblis 6 Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong Kemelut Kerajaan Mancu 4
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama