Ceritasilat Novel Online

Iblis Sungai Telaga 33

Iblis Sungai Telaga Karya Khu Lung Bagian 33


yang pendek, Hong Kun telah memperoleh petunjuk dari
gurunya itu hingga ilmu silatnya mendapat kemajuan yang
berarti. Diantara pasangan ini, dalam halnya ilmu silat, mereka
seimbang, sulit buat mengatakan siapa terlebih lihai, tetapi
toh Hong Kun menang diatas angin, disebabkan senjatanya
pedang mustika Kie kwat kiam yang tajam luar biasa! Ia jadi
dapat menangkis pedang si Nona tanpa rasa khawatir.
Sebaliknya, Giok Peng harus waspada. Ia mesti menjaga
supaya pedang mereka tidak beradu satu sama lain"beradu
bagian tajamnya, kecuali mengadu bagian samping atau
sisinya. Karenanya si nona tampak kalah rangsak.
Pertempuran segera menjadi seru sekali. Keduanya
berkelahi seperti untuk mati atau hidup. Bagusnya mereka
masih dapat menggunakan otak mereka. Mereka sama-sama
bersikap keras tetapi tidak membabi buata.
Tentu sekali, pertempuran sangat menarik perhatian kedua
rombongan barat dan timur itu, terutama pihak timur, It Hiong
bersama Kiauw In dan Tan Hong yang perhatiannya tertarik
sepenuhnya, lebih-lebih si pemuda, sedikit banyak, ia khawatir
buat isterinya itu sebab ia tahu Hong Kun lihai dan licik,
sedangkan Giok Peng jujur.
Lama pertempuran berlangsung, sampai orang dikejutkan
suara beradunya senjata yang keras sekali disusul jeritannya
Giok Peng, si nona mana terus tampak melompat mundur dan
pakaiannya basah dengan darah dan tubuhnya pun
terhuyung-huyung! Kiauw In berdua Tan Hong sudah lantas melompat maju,
guna memayang saudaranya itu, sebaliknya It Hiong
melompat pada Hong Kun, guna terus menyerangnya. Ia
sekarang menggunakan Keng Hong Kiam, pedang mustikanya
yang telah dikembalikan oleh Tonghong Kiauw couw. Hingga
ia dapat berkelahi dengan hati mantap. Ia pun sudah lantas
menyerang dengan keras sekali sebab hatinya panas
menyaksikan isterinya dilukai si pemuda jahat dan licik.
Sebenarnya kekalahannya Giok Peng tadi bukannya
kekalahan lantaran kalah pandai, itulah sebab disaat sedang
murka itu, ia kehilangan kesabarannya, ia tahu yang senjata
lawan senjata mustika, toh disaat itu ia lalai, Hong Kun
menyerangnya, ia menangkis, ia menangkis dengan jurus
"melintang menyapu seribu serdadu" itulah tangkisan yang
wajar, tapi Hong Kun sangat cerdik. Dia membatalkan
serangannya ditengah jalan, selagi si nona menangkis, ia
membabati pedang nona itu, disaat demikian, tak keburu Giok
Peng menarik pulang pedangnya. Maka pedang itu kena
terbabat kutung dan ujung pedangnya si pemuda meluncur
terus mengenaikan lengannya tanpa ia berhasil
mengelakkannya. Hanya syukur, pedang lawan tak sampai
menebas kutung lengannya itu, karena ia masih bisa mengelit
tangan dan tubuhnya. Sekarang Hong Kun mesti melayani It Hiong. Sekarang ia
bukan menempur orang seperti pertempuran dahulu hari di
Heng San, sekarang mereka bukan lagi sahabat dan It Hiong
pula tak lagi memandang-mandang. Sekarang merekal musuhmusuh
besar. Selama di Heng San, kepandaian mereka berdua dapat
dikatakan seimbang sekarang lain sekali, selain
pengalamannya bertambah It Hiong pun pandai ilmu Gia Kiam
Hui Heng Sut, sedangkan kemajuannya Hong Kun lain lagi,
tapi sekarang Hong Kun berkelahi nekat, dengan keberanian
luar biasa, dibelakangnya, di sana, ada gurunya, yang
membuat nyalinya menjadi besar. Dia pula sangat ingin
merobohkan bahkan membinasakan musuhnya ini, yang ia
anggap menjadi saingan hebat dalam urusan asmara, ia tetap
menganggap It Hiong merampas Giok Peng dari tangannya.
Dengan bersenjatakan Kie Kwat Kiam, Hong Kun menjadi
tidak kenal takut, dia melawan dengan sungguh-sungguh hati.
Hanya kali ini. Seperti di Bu Ie San, pertempuran mereka
tampak luar biasa. Itu karena Hong Kun tetap dalam
penyamarannya, hingga wajah dan dandanannya sama
dengan It Hiong. Hingga mereka mirip dua orang kembar,
hingga sangat sulit orang membedakannya. Selagi bertempur,
tubuh mereka bergerak dengan sangat gesit! Mana It Hiong "
mana Hong Kun" Karena tampang dan pakaian, pedang
mereka pula sama-sama pedang mustika, yang bentuk dan
tampangnya sama pula. Setiap terdengar suara nyaring dari beradunya senjata,
selalu tampak letupan api berpeletikan dan berkilauan. Hingga
pertempuran bagaikan disemarakkan kembang api"..
Semua penonton menyaksikan pertempuran dengan
berdiam saja, melainkan mata mereka yang dipasang tajam,
sebisanya kedua pihak ingin mengenali, yang mana satu jago
mereka. Tentu sekali, berbareng pun ada yang hatinya
berkebat-kebit sebab melihat serunya pertempuran.
Demikian semua penonton seperti mereka menonton
sambil melongo. Siapakah bakal menang" Siapakah bakal
roboh dan runtuh" Tentu sekali, walaupun pertempuran berjalan cepat,
mereka itu telah memakan waktu yang lama. Sekian lama itu.
Mereka tetap sama tangguhnya, sama gesit dan lincahnya!
Tentu sekali, sama-sama mereka pun terancam maut"..
Meski juga sudah berjalan lama, pertempuran tidak
berubah menjadi kendor, kedua pihak tetap bergerak dengan
cepat dan keras. Lagi setengah jam berlalu, maka disaat itu barulah tampak
perubahan. Hong Kun mulai bermuka merah. Napasnya mulai
terengah-engah. Dan gerak-geriknya tak lagi segesit semula.
Tidak demikian dengan It Hiong. Pemuda itu tampak segar
seperti semula. Kemudian tibalah saat yang memutuskan. Sekonyongkonyong
satu tusukan dari It Hiong merupakan susulan dari
satu tangkisan atas serangan dahsyat Hong Kun. Yang
membuat pedangnya pemuda she Gak itu terpental. Dibarengi
satu teriakan yang mengerikan. Lantas tubuhnya roboh
bermandikan darah. Roboh tanpa berkutik lagi. Karena rohnya
sudah lantas melayang pergi meninggalkan tubuh kasarnya!
Habis merobohkan lawan itu, It Hiong berdiri diam
bagaikan tonggak. Wajahnya tidak memberikan perubahan
apa-apa. Hingga dia tak tampak seperti orang yang baru
merebut kemenangan. Karena di detik itu, pikirannya rada
kacau memikirkan nasibnya orang she Gak itu!
"Adik Hiong, kau kembalilah!" demikian satu suara perlahan
tetapi tegas terdengar It Hiong. Suara itu dikeluarkan setelah
orang menghela napas. Dan itulah suaranya Pek Giok Peng,
yang terharu menyaksikan gerak-gerik suaminya itu.
It Hiong mendengar suara si nona. Ia bagaikan sadar,
maka mau ia memutar tubuhnya buat kembali kedalam
rombongannya, mendadak ia medengar bentakan bengis
terhadapnya :"Diam, jangan pergi!" dan bentakan itu disusul
dengan berkelebatnya sesosok tubuh, yang berlompat ke
arahnya! Itulah It Yap Tojin, yang hatinya bagaikan pecah sebab dia
mesti menyaksikan muridnya binasa, maka juga selekasnya
dia datang dekat, dia berteriak setinggi-tingginya :"Kau ganti
jiwa muridku! Kau"..kau".ganti jiwa muridku!"
It Hiong menghadapi imam itu. Ia memberi hormat sambil
menjura. "Totiang," katanya sabar, "Aku yang muda mengharap
supaya totiang mengerti akan keadaan kita. totiang menjadi
orang tua kenamaan dan mengerti segala aturan, jadi totiang
pasti dapat memberikan pertimbangan secara adil.
pertempuran barusan adalah pertempuran buat mati atau
hidup, karenanya dari itu tidak dapat diharap kesudahan yang
sempurna bagi kedua belah pihak! Di dalam hal ini maka
hanya harus disesalkan murid totiang, yang kepandaiannya
kurang sempurna....."
"Ganti jiwa muridku!' teriak pula si rahib, yang telah
menjadi seperti kalap. sikapnya pun mengancam.
It Hiong tetap sabar, akan tetapi ketika dia berkata pula.
suaranya terang dan tegas :"Totiang, bagaimanakah pendapat
totiang andaikata yang rebah binasa di situ bukannya Gak
Hong Kun tetapi aku Tio It Hiong" apakah yang totiang akan
bilang?" Ditanya begitu, agaknya It Yap Tojin tersadar, berhentilah
ia dengan teriakan kalapnya itu. lantas ia mengawasi si anak
muda, dia tercengang. tetapi hanya sebentar, sinar matanya
lantas menyala! cepat luar biasa, ia melompat kepada Hong
Kun guna menyambar pedang Kie Kwat muridnya itu,
kemudian dengan mencekal pedang itu, dia menghadapi anak
muda kita, untuk memperdengarkan suaranya yang keras
sambil dia menuding :"Orang She Tio, beranikah kau
membereskan sakit hati muridku yang telah kau binasakan
itu?" "Totiang," kata It Hiong, sabar luar biasa, "Sekarang ini
totiang tengah dipengaruhikan hawa amarahmu yang meluapluap,
karena itu tak berani aku melayani kau, sebab aku
dengan begitu bisa menjadi seorang Bulim muda yang
berdosa telah melawan seorang tua, maka itu waktu akan aku
pergi kepda totiang guna mohon maaf..."
"Hm!" sirahib memperdengarkan ejekannya. "Jangan kau
mengoceh tidak karuan! itulah tak perlu! kau bersiaplah. pinto
hendak turun tangan sekarang!"
Si rahib sudah lantas mengangkat tanganya, hendak ia
melangkahkan kakinya. "Tahan!" It Hiong berseru, "Aku masih hendak bicara!"
Masih saja si anak muda berlaku hormat.
"Kau mau bicara apa lagi?" tanya si rahib bengis. "Lekas"
"Totiang," kata It Hiong, sabar, "Totiang bersama guruku
serta ayah angkatku terkenal sebagai tiga orang gagah luar
biasa di kolong langit ini, nama totiang tersohor sekali dan
nama itu pastikan berada buat selam-lamanya, oleh karena
itu, dirusak dalam satu saat cuma disebabkan kemarahan"
bukankah sebagai seorang ketua partai, nama totiang telah
harum sekali" dapatkah totiang merusak itu didalam satu hati"
Nampak parasnya si rahib tidak sebengis tadi, tetapi ketika
dia berkata, suaranya tetap keras.
"Siapa membunuh orang, dia harus mengganti jiwa"
demikian jawabnya. "Siapa berhutang darah, dia mesti
membalas dengan darah juga! bocah, apakah kau hendak
bersilat dengan lidahmu" apakah kau hendak menentang
kenyataan" jadi kau hendak menyingkir dari keadilan" Hm!"
It Hiong dapat mengendalikan dirinya. ia menuding pada
mayatnya Hong Kun dan menanya:"Totiang, coba totiang
perhatikan tampang muka dan dandanya orang itu! coba
totiang bilang, dia Gak Hong Kun atau bukan?"
It Yap Tojin mengawasi muridnya itu, lantas ia berdiri
menjublak. sudah sekian lama. baru sekarang dia sadar.
memang, Hong Kun sangat mirip dengan It Hiong! maka dia
heran, kenapa tak dari siang-siang dia melihat penyamaran
muridnya itu! Selagi orang berdiam. It Hiong mengawasi saja. ia menanti
jawaban. Justru itu diam-diam, diluar tahunya si rahib dan juga si
anak muda, disisi mereka sudah muncul seorang lain, ialah
seorang pendeta yang tubuhnya tinggi dan kekar akan tetapi
sikapnya sangat alim, entah kapan datangnya dia! dan dialah
Pe Sie Siansu dari vihara Gwan Sek Sie digunung Ngo Tay
San. Segera biksu itu memperdengarkan batuk-batuk perlahan,
segera dia merangkapkan kedua belah tangnya terhadap It
Yap Tojin. "Toheng!" sapanya terhdapa rahib itu.
It Yap Tojin mengangkat mukanya, dia mengawasi orang
yang menyapanya. dia masih mengenali pendeta itu walaupun
sudah beberapa puluh tahun tak pernah mereka bertemu pula.
"Toyu dari Gwa Sek, ada pengajaran apakah dari kau?" dia
tanya. Pie Sie Siansu tersenyum.
"Maksudku tak lain tak bukan," ia menjawab, "Berdasarkan
pantang mudah murka dan membunuh dari sang buddha
kami. lolap ingin menyampaikan sepatah dua patah kata pada
Toheng, agar....." Ia berhenti sebentar, baru ia melanjutkan:"Toheng sudah
berusia mendekati tahun ke seratus, itu pertanda bahwa harihari
mendatang kita sudah tidak lama lagi, bahwa di dalam
waktu sekilas lalu, kita bakal menjadi tulang belulang di dalam
peti dalam tanah! jika telah tiba saatnya itu, dimanakah
adanya budi atau permusuhan?"
Alisnya It Yap Totjin bangkit, kumisnya bangun.
"Hm," terdengar suara tawarnya. Ia tidak menjawab atau
mengatakan sesuatu, bahkan pedangnya ia masuki kedalam
sarungnya. Pie Sie Siansu mengawasi. Ia berkata pula:"Kaum rimba
persilatan umumnya, karena soal nama atau hawa amarah,
suka sekali menerbitkan peristiwa-peristiwa berdarah, hingga
mereka saling menanam permusuhan besar, hingga
selanjutnya mereka gemar saling menyantroni, itu artinya bagi
kita sudah tak ada lagi saat-saat tenang dan berbahagia!
Bukankah ada dibilang, siapa membunuh ayah orang, ayahnya
dibunuh orang lain" Siapa membunuh kakak orang, kakaknya
akan dibunuh juga, demikianlah orang saling membinasakan,
langsung dan tidak langsung! Kenapakah demikian" Oleh
karena itu lolap memohon sudilah kiranya Toheng
menjernihkan otakmu menyingkirkan pikiran sesat, terus
berlaku tenang untuk memahami artinya kata-kataku ini.
Amidha Buddha," It Yap Tojin masih berdiam, nasehat itu meresap kehati
sanubarinya. Dia memang asal sadar tetapi belakangan berat
kepihak sesat. Si biksu batuk-batuk. Terus dia melanjuti katakatanya:"
Diantara tiga orang yang bersama "sama Toheng
ternama besar, Tek Cio Toyu sudah pergi merantau untuk
melepaskan diri dari dunia kita ini, sudah kemana perginya,
sedang Pat Pie Sie Kit In Gwan Sian, dia telah menutup
matanya buat selama-lamanya tak dapat melihat pula, akan
tetapi mereka berdua berlalu dengan meninggalkan namanama
yang besar dan harum, maka itu tinggal Toheng sendiri
sekarang ini, sudah selayaknya jika Toheng pun sudi
menyempurnakan diri sebagai layaknya, agar nama kalian


Iblis Sungai Telaga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bertiga harum bersama, agar namanya ketiga orang tak
ternodakan! Demikian apa yang hendak lolap katakan,
Toheng, maka sekrang terserahlah kepada Toheng sendiri!"
Mendadak saja, It Yap Tojin bagaikan mendengar khotbah
penerangan, mendadak ia sadar sesadar-sadarnya, hingga
otak dan hatinya menjadi jernih, hingga lenyap juga rasa
marah dan mendongkolnya, lalu, dengan tiba-tiba ia
melemparkan Kie Kwat Kam ke sisinya Hong Kun, terus ia
membuka langkah lebar, lari turun gunung In Bu San, hingga
selanjutnya orang tidak mendengar pula perihal dia!
Pie Sie Siansu bersama Tio It Hong mengawasi orang
menghilang dikaki gunung. Lalu, bersama-sama mereka
kembali ke dalam rombongan mereka kemana Pek Giok Peng
telah dipayang pulang buat diobati dan beristirahat.
Di pihak Bulim Cit Cun, orang saling memandang dengan
melongo, diluar dugaan mereka, It Yap Tojin dan Hong Kun,
hilang dan mati tidak karuan, diam-diam hati mereka
menjeblos, sebab mereka kehilangan orang"orang yang dibuat
andalan. Selain itu, menyaksikan pertempuran diantara It Hiong dan
Hong Kun, hati mereka gentar dan ciut. Hebat pertempuran
itu, terutama hebat adalah It Hiong. Si anak muda yang gagah
dan lihai luar biasa! Tapi Im Ciu It Mo sendiri tidak puas dan penasaran.
Sekarang saatnya buat dia berkuasa sendiri. Karena sudah
tidak ada lagi It Yap Tojin yang bisa menjadi saingannya yang
hebat. Lantas ia tertawa terkekeh-kekeh dan berkata pada
sekalian kawannya :"Saudara-saudara, ditempat dan saat
seperti ini. Tidak ada lagi saat buat kita bersantai dan berpikirpikir
pula! Saat ini ialah saatnya kita menghajar musuh, buat
melabraknya habis-habisan, inilah saat mati hidup kita
semua!" Hiat Mo hweshio berani, dia menjawab nyaring :"Bapak
ketua benar, apakah yang kita takuti" Biarlah kami Hong Gwa
Sam Mo membinasakan mereka!"
Ketiga Tok Mo palsu pun turut berseru :"Sahabatku, kau
benar sekali, nah kalian bertiga majulah, supaya kita dapat
mengangkat nama Bu Lim Cit Cun kita!"
Hiat Mo mengangguk, dia mendapat persetujuan dari Peng
Mo dan Tam Mo, dua orang saudara angkatnya, maka ketiga
mereka lantas mengajuhkan diri. Mereka menantang Tio It
Hiong" Mereka percaya, asal It Hiong, roboh, tentu hancurlah
kaum sadar itu. Mereka tidak takut, mereka bertiga, It Hiong
sendiri, dan mereka pun memiliki senjata rahasia mereka yang
lihai -bubuk beracun-. Di sebelah timur banyak orang yang hatinya tidak tenang
mendengar It Hiong ditantang seorang diri. Nama Hong Gwa
Sam Mo memang terkenal sekali. Maka ada memikir untuk
memajukan seorang pembantu. Tidak demikain anggapannya
Liauw In Tianglo dari Siauw Lim Pay. Biksu tua ini justru
percaya betul kepandaiannya si anak muda. Maka juga ia
berkata : "Baiklah. Tio sicu dapat menyambut tantangan
mereka itu! Bahkan dengan begini, kita jadi membuat puas
hatinya ketiga bajingan itu!"
Mendengar suaranya sang ketua, semua orang berdiam.
Hanya itu Hay Thian Sin-ni seorang yang menganggap baiknya
Tio It Hiong makan lebih banyak obat pemunah racun. Maka
lantas ia menoleh dan mengawasi Pek Yam Siansu dari Bie Lek
Sie. Terus ia mengedipkan mata pada It Hiong, supaya si anak
muda meminta obat dari biksu tua itu.
It Hiong tidak menyambuti isyarat itu, ia hanya dengan
tenang merogoh sakunya dan mengeluarkan peles kecilnya,
dari mana ia menuang enam butir obatnya, yang terus ia
masuki kedalam mulutnya dan telan, baru setelah itu, ia
menjura pada si nikouw seraya berkata:"Baiklah, aku yang
muda menurut nasehat, aku makan obat,"
Hay Thian Sin-ni heran, lantas ia pikir, tentulah It Hiong
muda dan keras tabiatnya. Bahwa anak muda ini tak sudi
sembarang tunduk pada orang lain, hingga ia menyayangi
anak muda itu, maka hatinya menjadi kurang tentram. Tidak
ayal pula, ia bangkit, akan memutar tubuh menghadapi Pek
Yam Siansu, untuk berkata pada pendeta tua itu :"Suheng,
mengapa kau berlagak pilon saja" Hayolah keluarkan Wan Ie
Jie, obat mujarab itu!"
Pek Yam Siansu , yang terus duduk bercokol sambil
memejamkan matanya, membuka matanya itu, ia terus
mengawasi nikouw, untuk kemudian berkata :"Oh, nikouw
yang tak sabaran! Baik kau ketahui Wan Ie Jie sudah berjalan
masuk sampai kedalam kantung nasinya Tio sicu!"
Begitu ia mengucapkan kata-kata itu, begitu si biksu
meram pula. Hay Thian Sin Ni heran hingga ia melongo.
Menyaksikan demikian, It Hiong berkata hormat pada
nikouw tua itu :"Terima kasih untuk kebaikanmu ini, sin ni,
Obat yang aku makan adalah obatnya losiansu sendiri"
Mendengar demikian Hay Thian Sie Ni tersenyum, terus ia
duduk pula. Selama itu, Hong Gwa Sam Mo sudah tidak sabaran, hingga
Hiat Mo mengulangi tantangannya.
It Hiong sebaliknya tidak puas, maka waktu ia bertindak
maju, ia berkata nyaring :"Orang sudah tua-tua tetapi tidak
mengenal aturan kaum kang ouw! buat apakah kalian
berteriak tidak keruan juntrungannya?"
Peng Mo tidak puas dia sudah berusia empat puluh tahun
tetapi dia benci kalau orang mengatakan dia tua. Maka diapun
berkata:"Eh, bocah, buat apa kau mengadu lidahmu" marilah
maju kita mengadu kepandaian kita!" baru dia berkata begitu,
dia merasa sebutannya kurang tepat, maka lekas-lekas dia
menambahkan:"Eh, orang muda, saudara yang baik! mari,
saudara, kakakmu hendak main-main beberapa jurus
denganmu!" Kagum Peng Mo, Bajingan Es, melihat It Hiong berwajah
demikian gagah dan tampan, hatinya menjadi sangat tertarik,
maka hendak dia beraksi, memperlihatkan tingkahnya yang
menggiurkan guna menggempur hati muda orang.....
Dasarnya gemar paras tampan, Peng Mo menjadi tak tahu
malu, sekalipun di depan banyak orang kaum sesat dan sadar,
dia membawwa tingkah centilnya itu,
"Hm," It Hiong memperdengarkan suara dingin seraya ia
menghunus Keng Hong Kiam, pedang mustikanya itu,
kemudian barulah ia menjawab nyaring :"Pedangku ini yang
panjangnya tiga kaki tidak kenal orang dan juga tidak dapat
mengadu lidah, oleh karena itu aku mohon kalian bertiga
harap berhati-hati, supaya kalian tak nanti menyesal setelah
kasip!" Hiat Mo gusar mendengar suara besar dari si anak muda,
tanpa mengatakan apa-apalagi, ia maju sambil mengirim satu
hajarannya! Melihat saudaranya sudah turun tangan, Peng Mo
menggertak gigi, iapun menyambuti goloknya dan turut
menerjang juga, maka kecuali seranagnnya si Bajingan Darah,
It Hiong mesti membela diri dari serangan si Bajingan
Kemaruk dan Bajingan Es! Demikianlah It Hiong kena dikurung ketiga penjuru, hingga
ia mesti berkelahi sambil berputaran, sebelahnya sepasang
pedang dan sebatang golok, ia mesti berjaga-jaga dari tangan
kosong tetapi lihai dari Hiat Mo, mereka itu justru ingin
berkelahi cepat, guna cepat-cepat juga menyudahi
pertempuran. It Hiong sendiri juga ingin lekas-lekas merobohkan ketiga
lawannya itu, supaya ia berhasil cepat-cepat membasmi kaum
sesat tukang bikin kacau golongan sadar dan lurus. Maka itu ia
memutar pedangnya bagaikan kitiran.
"Diantara ketiga bajingan, Hiat Mo si bajingan darah adalah
yang paling lihai ilmu silatnya dan dia juga paling telengas,
sudah begitu, dia berkelahi dengan bengis sekali, maka,
karena kedua belah pihak sama-sama ingin pertempuran lekas
selesai, dapat dimengerti hebatnya jalan pertempuran.
Sepasang golok Peng Mo si nikouw mengeluarkan cahaya
kebiru-biruan, selain senjata itu termasuk senjata mustika,
yang tak takut segala macam senjata logam lainnya, golok
pula diberi racun. Karenanya, bisa dimengerti yang dia
mencoba merangsek dan mendesak lawannya.
Adalah Tam Mo si kemaruk yang licik, sebab dia takut mati,
dia ingin hidup panjang umur, dia benar membantui dua
saudaranya tetapi ia merangsak secara waspada. Dia lebih
banyak berkelit menyingkir daripada mendesak menghajar
lawan. It Hiong dapat melihat ketangguhan dari lawannya itu,
lantas ia berlaku cerdik. Ia mengguna-kan akal. Tam Mo si
licik termakan umpan. Disaat dia merangsak untuk
menyerang, mendadak dia dipapak anak muda kita.
"Aduh"." Demikian jeritan tertahannya, sebab tubuhnya
terus roboh bermandikan darah dan jiwanya melayang pergi!
Hiat Mo dan Peng Mo kaget sekali, itulah tidak mereka
sangka, mereka jadi sangat gusar, hingga mereka berniat
menuntut balas, segera mereka memperhebat serangannya!
Diam-diam Peng Mo telah menyiapkan bubuk beracunnya.
Dia mendesak hebat sekali. Berbareng menyerang dengan
kehebatannya, ia pun menyebarkan racunnya, maka
berhamburanlah bubuk racun itu, bagaikan halimun yang
menututpi muka It Hiong! Bukannya kepalang girangnya si bajingan es, dia percaya
yang bubuknya sudah meminta korban,
Hiat Mo pun girang, ia melihat adiknya sudah turun tangan.
Ia percaya, seperti si adik. It Hiong bakal roboh tak berdaya.
Bahkan ia tertawa dan memuji adiknya :"Sungguh hebat
kepandaianmu adik!" Justru karena ia berbicara itu, dengan sendirinya si
bajingan darah desakannya mengendor. Pada saat itulah sinar
pedang berkelebatan! "Aduh!....." menjerit si Bajingan darah, yang lengan
kanannya mendadak tertebas kutung, hingga dengan
berlumuran darah, dia jatuh terduduk. Dia tertikam rasa nyeri
berbareng sangat penasaran dan gusar tetapi tanpa
berdaya?". Peng Mo menyangka, sesudah terkena bubuk beracunnya,
It Hiong jadi kalap dan menyerang kakaknya itu dengan
segenap kekuatan yang penghabisan, iapun gusar sekali,
lantas ia menyerang secara hebat dengan sepasang goloknya.
Keinginannya akan dapat mencincang lawannya itu.
Kembali bajingan ini mendapat hal yang tak disangkanya.
Ketika bubuknya buyar, ia melihat It Hiong berdiri tetgak di
depannya dengan tidak kurang suatu apa-apa. Hingga ia
menjadi tercengang. Kenapa It Hiong tak mempan bubuknya beracun itu"
Justru itu Hiat Mo sudah dapat menyelamatkan dirinya
sendiri. Ia makan obat dan membalut lukanya, terus ia
melompat bangun, buat berkelahi pula. Ia sangat penasaran!
It Hiong melayani kedua musush itu. Ia panas hati sebab
orang tidak kenal jera. Tak roboh terus. Dalam
mendongkolnya, ia mendesak si bajingan darah. Kembali ia
satu tikaman dahsyat. "Aduh"." Sekali lagi Hiat Mo menjerit tertahan. Hanya kali
ini buat yang penghabisan kali. Sebab sekarang dadanya yang
terpanggang pedang It Hiong! Itulah akibatnya serangan jurus
silat "Sie Toat Ang Sim," -anak panah mengenakan sasaran-,"
Peng Mo kaget bukan main. Baru sekarang hatinya menjadi
ciut. Bubuknya tidak memberikan hasil, maka ingin dia
melarikan diri. Segera dia mengibaskan sepasang goloknya
seraya melompat kesamping buat pergi kabur!.......
It Hiong melihat gerak-gerik orang, ia dapat , menerka
maksud orang itu, segera ia menjejak tanah, buat melompat
melesat, pedang dan tubuhnya bagaikan satu, karena itulah
satu gerakan, dari Gie Kiam Hui Heng Sut. Sejenak saja. Dapat
ia menyusul lawan. Maka ketika pedangnya ditebaskan. Maka
kutunglah barang lehernya si bajingan es. Hingga dia roboh
binasa tanpa sempat berkaok lagi".
Segera setelah memperoleh kemenangan yang luar biasa
atas Hong Gwa Sam Mo yang kesohor dan di segani. It Hiong
maju terus kepda rombongan di sebelah barat itu, ia telah
berkeputusan akan melabrak habis kawanan kaum sesat!
Im Ciu It Mo bersama Tok Mo palsu kaget sekali, melihat
ketiga bajingan mati secara demikian cepat. Mereka insaf
bahaya. Maka lantas mereka bersatu hati mempertahankan
diri. Tindakan mereka yang pertama ialah selekasnya It Hiong
mendekati mereka, lantas mereka menyambut dengan
pelbagai senjata rahasianya masing-masing!
Anak muda kita tidak jadi mundur karena penyambutan
yang istimewa dan sangat berbahaya itu. Ia memutar hebat
pedangnya menghalau setiap senjata rahasia yang mengarah
tubuhnya. Akan tetapi, setelah ternyata serangan lawan tidak
ada hentinya. Ia tidak mau sembrono menempuh bahaya.
Lekas-lekas ia melompat mundur kembali ke tanah lapang
tempat tadi! Sementara itu kaum lurus, melihat majunya anak muda
kita, sudah bergerak maju bersama. Mereka lantas mengambil
sikap mengurung musuh, bahkan kali ini. Yang luar biasa ialah
Pek Yam Siansu, ia tadinya selalu bersiam di sebelah
belakang, sekarang ia justru maju di muka!
Melihat majunya musuh, Im Ciu It Mo mengeluarkan
Pekiknya yang luar biasa nyaring, yang membuat orang kaget
sebab bulu roma orang pada berdiri. Karenanya kaum lurus
yang tenaga dalamnya masih terbelakang pada lekas-lekas
mundur sambil menekap telinga mereka.
Tiba-tiba terdengarlah suara nyaring bagaikan Guntur.
Itulah "Say Cu hauw" atau "Auman Singa," suatu ilmu tenaga
dalam yang istimewa dari kalangan agama Buddha. Gunung In
Bu San bagaikan mendengung jadinya. Dengan demikian
maka lenyaplah Pekiknya si bajingan tunggal, bahkan
orangnya sendiri roboh dengan seketika dengan jiwanya
terbang melayang serta darah keluar dari mulut hidung, mata,
dan telinganya! Menyaksikan kebinasaannya Im Ciu It Mo, ketiga Tok Mo
mnejadi bernyali kecil, dengan bersatu hati, mereka
menerobos untuk membuka jalan darah, guna mengangkat
kaki. Mereka licik, maka itu, mereka menyerbu diantara lawanlawan
yang lemah, mereka seperti mengobral senjatasenjatanya
mereka yang beracun. Karena itu, banyak orang
lurus yang roboh keracunan, ada yang telah terluka parah.
Selekasnya It Hiong menyakkikan sepak terjangnya ketiga


Iblis Sungai Telaga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bajingan beracun itu, ia lompat lari menyusulnya. Ia
menggunakan lari ilmu lari Gie Kiam Sut, maka dengan cepat
ia menyandak mereka itu, akan tetapi, belum sempat ia turun
tangan, ia telah didahului oleh Hay Thian Sie Ni, karena
nikouw yang membenci ketiga orang jahat dan telengas itu,
yang berkhawatir, mereka itu nanti dapat lolos, sudah lantas
menyerang dengan "Ciang sim luiji---pukulan tangan Guntur"
yang dapat dilakukan dari tempat jauh, maka itu, tanpa
ampun lagi, ketiga bajingan beracun itu roboh berbareng
dengan rohnya pada terbang melayang, mereka roboh
terbinasa, dengan nadi dan otot-otot terputus sebab
gempuran dahsyat sekali! Dengan terbinasanya Im Ciu It Mo dan ketiga Tok Mo,
selesai sudah pertempuran dahsyat itu, karena pihak sesat
yang tidak berarti itu pada lari meloloskan diri yang tinggal
ialah mereka yang terbinasa.
It Hiong menyimpan pedangnya kedalam sarungnya, lekaslekas
ia pergi mencari Giok Peng serta Kiauw In dan Tan
Hong. Tepat itu waktu, Pek Yam Siansu mengirup arak yang ia
bawa-bawa itu, ia menyemburkan berulang-ulang kepada
semua orang pihaknya yang telah roboh akibat Pekik hebat
dari Im Ciu It Mo, maka itu didalam waktu singkat, mereka
yang tengah bergeletakan ditanah lapang lantas pada
bergerak dan bangun sendirinya, sebab mereka telah sadar
cepat sekali. Sementar itu sang waktu, yang berjalan terus, telah
membawa orang pada waktu fajar, karena mana banyak
orang Bu Lim yang sudah lantas berpamitan dari Pek Yam
Siansu dan Liauw In Tianglo sekalian buat mereka lantas pergi
pulang, hingga In Bu San menjadi sunyi, tak ramai seperti
kemarin-kemarin tengah malam itu, para penonton sudah
kabur siang-siang disaat mereka kaget mendengar Pekik
dahsyat dari Im Ciu It Mo.
Tengah Liauw In semua masih berkumpul sekonyongkonyong
mereka melihat seorang nona lari mendatangi
dengan pesat, hingga sebentar saja ia sudah sampai tiba di
rombongan. Segera It Hiong mengenali nona Tonghong Kiauw In dari
Bu Ie San, maka itu ia yang menyambutnya. Kiranya nona itu
datang buat menonton pertempuran antara It Hiong dan Hong
Kun tetapi ia terlambat. Melihat nona yang baru datang itu, Hay Thian Sin Ni segera
menyambut dengan tegurannya : "Nona Tonghong,
bagaimana denganmu" Kenapa kau tidak mau kembali pada
wajah diri asalmu?" Tonghong Kiauw heran, dia tertawa.
"Sinni bercanda denganku!" katanya, "bukankah boan pwe
tidak memalsukan siapa juga?"
Sebagai seorang nona muda, si nona dapat merendah
dengan menyebut dirinya "boanpwe" orang dari tingkatan
muda. Mereka berdua berdiri berhadapan, dengan kecepatan yang
luar biasa, sinni menyambar mukanya si nona dan menggeset
kulitnya, sembari tertawa ia berkata pula:"Nona, pinni toh
tidak salah mata, bukan?"
Selekasnya kulit mukanya disingkirkan maka kembalinya
Tonghong Kiauw couw pada diri asalnya, yaitu Siauw Wan
Goat hingga It Hiong dan Kiauw In dan lainnya menjadi heran
sekali, lebih-lebih si anak muda sebab ia tidak sangka Kiauw
couw ialah Wan Goat dari To Liong To, si bajingan wanita dari
pulau naga melengkung itu, mereka itu sampai
berseru:"Oh!........"
Lantas Hay Thian Sinni berkata pula :"Nona ini telah kena
dipengaruhi obat yang menggangu ingatannya, hingga ia tak
ingat akan diri asalnya. Tio sicu, tahukah she dan asalnya
dia?" "Dialah Siauw Wan Goat dari To Liong To," sahut si anak
muda. "Dia berjodoh dengan agama sang Buddha," kata pula sin
ni,"Kalau dia dibiarkan hidup terus merantau, dia akan
tersesat lebih jauh dan dapat pula menciptakan berbagai
macam gara-gara, karena itu pinni mau ajak dia pulang ke
gunungku supaya ia dapat menuntut penghidupan suci dan
damai,--Nah, kau dengarlah!"
Kata-kata itu diakhiri pada Wan Goat, yang sedari tadi
berdiri diam saja, nona itu tampak terkejut dan tubuhnya
terus bergemetar. Sin ni lantas menyuruh Teng Hiang dan Cukat Tan
membujuk keenam Yauw Lie supaya insaf dan merubah cara
hidupnya, mereka itu menurut, maka bersama Kiauw Couw,
mereka lantas diajak pergi oleh Hay Thian Sinni.
Sampai disitu, orang berpamitan, buat pulang ke masingmasing
gunungnya. It Hiong mengajak Kiauw In bersama Pek Giok Peng dan
Tan Hong pulang langsung ke Pay In Nia, buat hidup
menyendiri digunung yang sunyi dan damai itu, tak lagi
mereka pergi merantau. Sampai itu waktu maka tahulah Tan Hong akan cinta kasih
yang murni?"?"?""
TAMAT Sepasang Pendekar Kembar 2 Kisah Sang Budha Dan Para Muridnya Karya Tak Diketahui Harpa Iblis Jari Sakti 21

Cari Blog Ini