Ceritasilat Novel Online

Kedele Maut 10

Kedele Maut Karya Khu Lung Bagian 10


Li Sian soat segera mengalihkan kembali pandangan matanya
kewajah kakek berbaju ungu, lalu katanya:
"Ong Thian siang, kau telah bersikap tak sopan kepada tamu
agung perkampungan kita, dosamu amat besar dan pantas dijatuhi
hukuman mati, mengapa kau tidak segera bunuh diri utk menebus
kesalahanmu itu?" Kho Beng yg mendengar kejadian ini jadi tertegun, sebaliknya
Ong Thian siang segera menyahut "Menerima perintah!"
Telapak tangannya segera diangkat dan dihantamkan keatas
ubun-ubunnya sendiri. Kho Beng tdk berpeluk tangan belaka, tiba-tiba dia melepaskan
sebuah totokan menghajar jalan darah disikut Ong Thian siang.
Dalam waktu singkat, Ong thian siang mendengus kaget,
tangannya kaku dan tak mampu bergerak lagi, tanpa terasa dia
melototkan matanya sambil menegur:
"Hey, mau apa kau?"
Kho Beng memutar biji matanya sambil tersenyum, sahutnya:
"aku tak ingin menyaksikan lotiang mampus dg begitu saja!"
Lalu sambil berpaling lagi kearah Li Sian soat, tanyanya lebih
lanjut dg suara dalam: "Nona Li, sekali lagi aku ingin bertanya kepadamu, sebenarnya
siapakah kau?" "Aku sama sekali tdk membohongi dirimu!" kata Li Sian soat
sambil tertawa. "Lantas kemana perginya ke empat orang anak buahku?"
"Hey, bukankah mereka berada di gedung sebelah depan sana
dlm keadaan baik-baik?" seru Li Sian soat tercengang.
Buru-buru Ong Thian siang melapor:
"Mereka sudah meninggalkan tempat ini dua jam berselang!"
"aaah"mengapa aku tidak tahu?" seru Li Sian soat agak
keheranan. "Oleh karena cengcu sudah beristirahat, maka hamba tdk berani
memberikan laporan."
"Urusan sebesar ini kenapa mesti ditunda" Kau memang makin
tua semakin pikun!" tegur si nona gusar.
Ong Thian siang segera mengiakan berulang kali.
Berada dlm keadaan seperti ini, Kho Beng benar-benar merasa
agak pikun dan kebingungan, mungkinkah apa yg dia duga keliru"
Tapi apa sebabnya Ong Thian saing bersikap begitu ganas dan buas
kepadanya barusan?""
Disamping itu, bukankah dandanan maupun tindakan keenam
orang jago pedang berbaju kuning itu persis seperti apa yg
dilihatnya dikota Tong sia" Apakah mereka bukan anak buah dewi In
nu" Dia percaya apa yg terlihat olehnya tapi mengapa nona itu
bersikeras utk menutupi semua persoalan itu"
Rangkaian persoalan yg mencurigakan hatinya bagaikan sebuah
teka-teki saja, membuatnya tak habis mengerti dan tak mampu utk
memecahkannya. Tentu saja, dg sikap senyuman dikulum dan keramahan nona tsb,
mustahil baginya utk bentrok lebih jauh dgnya dan diapun jadi
kebingungan serta tak tahu apa yg mesti dilakukannya lebih lanjut.
Sementara itu terdengar Li Sian soat telah berkata lagi,
"Kongcu, lebih baik kau kembali kekamar utk beristirahat saja,
bila ada persoalan lebih baik kita bicarakan esok pagi, jangan sampai
membiarkan cicimu menuduh aku kurang melayanimu!"
Lama sekali Kho Beng berdiri termangu-mangu tanpa mengetahui
apa yg mesti dilakukan, akhirnya dg wajah bersemu merah dia
menjura seraya berkata: "Baiklah, kesalahpahaman yg terjadi pada malam ini biar ku
mintakan maaf kepada nona esok pagi saja!"
"Aaaah"kongcu jangan berkata begitu" kata Li sian soat sambil
tertawa lebar, "dalam suatu kesalah pahaman memang pasti akan
jatuh korban, kau tak usah mempersoalkan masalah itu dalam hati."
Kho Beng tdk bersungkan-sungkan lagi, setelah memberi hormat,
dia segera kembali menuju kekamar tidurnya.
Sambil berbaring diatas ranjang, makin dippikir ia merasa makin
tak tentram, hatinya pun makin tak habis mengerti, baru menjelang
fajar ia terlelap dalam tidur yg nyenyak.
Menanti ia mendusin kembali dari tidurnya, ternyata suasana
dalam kamar masih tetap gelap gulita, seakan-akan fajar belum lagi
menyingsing. Kejadian ini tentu saja amat mencengangkan hatinya, karena ia
masih ingat, menjelang fajar tadi baru ia tertidur, mana
mungkin?". Tapi sewaktu dia memperhatikan kembali keadaan disekeliling
sana, pemuda itu baru merasa terkejut sekali.
Kho Beng masih teringat, sebelum tidur tadi jendela berada dlm
keadaan terbuka, mengapa saat ini ruangan tsb justru gelap gulita
dan tertutup rapat" Sewaktu ia memeriksa kearah pintu ruangan, ternyata pintu itu
pun tertutup rapat sekali.
Dg cepat pemuda ini sadar bahwa telah terjadi perubahan yg
mencurigakan, buru-buru dia melompat turun dari atas pembaringan
lalu memeriksa ke jendela.
Ketika ia mencoba utk membuka jendela, segera terasa benda
tsb keras dingin, ternyata berupa sebuah lempengan besi baja yg
amat kuat. Buru-buru dia memeriksa pintu kamar, namun hasilnya sama
saja, ketika dicoba utk mendorongnya dg sekuat tenaga, ternyata
pintu itu sama sekali tak bergerak.
Sekarang Kho Beng baru sadar, ia sudah terjebak kedalam
perangkap musuh, dalam terperanjatnya dg menghimpun segenap
tenaga dalamnya, ia segera menghantam daun jendela.
"Blaaaaammmm"..!"
Suara benturan yg amat keras bergema memecah keheningan,
akan tetapi daun jendela itu tak bergerak sama sekali, malah
sebaliknya dia sendiri yg tergetar sampai mundur sejauh dua tiga
langkah. Keadaan sudah menjadi jelas sekarang, ternyata kamar dimana ia
berada sekarang telah dilengkapi dg alat rahasia disekelilingnya,
disaat ia sedang tertidur nyenyak tadi, ruangan tsb nampaknya
sudah dirubah sedemikian rupa sehingga berubah menjadi seolah
tahanan utk menyekapnya. Sementara dia masih menggertak gigi menahan rasa benci dan
marah yg meluap-luap, tiba-tiba dari luar kamar terdengar
seseorang menegurnya dg suara lembut.
"Kho Kongcu, apakah kau telah mendusin?"
Kho Beng mendengus dingin, sahutnya:
"Siapa kau?" Orang yg berada diluar ruangan segera tertawa cekikikan,
serunya dg genit: "Budak adalah Hong ing, bukankah semalam kongcu mencari
aku" Sekarang budak telah datang, silahkan kongcu memberi
perintah." "Aku tak punya urusan apa-apa, harap buka dulu pintu kamarku
sebelum berbicara lebih jauh."
"Sesungguhnya tdk sulit bila mengharapkan budak membukakan
pintu kamar, tapi budakpun berharap agar kongcu mengabulkan
pula sebuah permohonanku."
"Katakan saja!"
"Aku harap kongcu suka menyerahkan kitab pusaka Thian goan
bu boh kepada kami!"
Kho Beng segera mendongakkan kepalanya dan tertawa
terbahak-bahak: "Haaahh"haaah"haaah"akhirnya ekor si rase kelihatan juga,
kalau dugaanku tak salah, cengcu kalian kalau bukan si perempuan
siluman In nu pribadi, pastilah anak buah dari siluman perempuan
itu?".." "Kalau toh kongcu sudah tahu, semalam seharusnya kau tidak
balik lagi kemari utk tidur!"
"Hmmm, aku hanya bersikap kelewat gegabah sehingga masuk
perangkap kalian, tapi bila kalian mengharapkan kitab pusaka Thian
goan bu boh".Huuuh! lebih baik tak usah bermimpi disiang hari
bolong." "Apakah kongcu tak menghargai selembar jiwamu" Apalah
artinya dua lembar kitab pusaka ketimbang jiwa sendiri?"
Kho Beng tertawa terbahak-bahak:
"Haaahh"haaaahh"haaahh"meskipun aku sudah terperangkap
dlm kurungan ini, tapi utk bisa menghabisi nyawaku mungkin kalian
mesti membuang banyak tenaga lagi."
"Sama sekali tak usah membuang tenaga,, ruangan ini sudah
dilapisi lempengan baja yg sangat kuat, asal kami memasang api
disekitar ruangan serta membakarnya, meski tidak sampai
membakar hangus tubuhmu paling tidak juga mampu membuat
badanmu jadi arang!"
Kho Beng sangat terkejut, namun dia tak sudi menyerah dg
begitu saja, sambil berkeras kepala katanya:
"Kalau begitu bakarlah sekarang juga, betapapun kallian
mencoba utk menggertakku, jangan harap bisa memeras setengah
patah kata pun dari mulutku."
Hong ing segera saja tertawa terkekeh-kekeh"
"Heeeehh"heehhh?".heeeehhhh"kongcu, mengapa kau
berbuat begitu bodoh?"
"Ooooh".jadi kau menganggap kecerdasanmu luar biasa" Baiklah
akan kulihat sampai dimanakah kemampuan yg dimiliki oleh kalian
perempuan-perempuan siluman."
"kongcu, sekalipun kau sudah bertekad akan gugur bersama isi
kitab pusaka tsb, paling tidak kau tak seharusnya menyeret orang
lain utk mati juga."
"Siapa yg kalian maksudkan?" seru Kho Beng dg perasaan
bergetar hebat. "Tentu saja keempat orang anak buahmu."
"Perempuan busuk yg tak tahu malu!" umpat Kho Beng sangat
gusar, "mau dibunuh, mau dicincang lakukan saja segera, buat apa
kau banyak berbicara lagi?"
Kembali Hong ing tertawa tergelak:
"Haaahhh"haaaahhh".haaahhh".kalau begitu kau sudah ambil
peduli dg keselamatan anak buahmu lagi?"
"Mati hidupku sendiripun masih merupakan masalah, kenapa aku
mesti memikirkan nasib orang lain?"
"Sekalipun perkataanmu itu ada benarnya juga, tapi disamping
keempat orang anak buahmu tak bisa hidup lebih jauh, aku rasa
harus ditambah lagi dg seseorang."
"Siapa?" "Encimu!" Tak terlukiskan rasa terkejut Kho Beng setelah mendengar nama
itu, segera bentaknya: "Bagaimana dg ciciku?"
"Kalau sekarang sih masih berada dalam keadaan baik-baik, tapi
bila kau tetap berkeras kepala, mungkin dia pun bakal diceburkan
kedalam kuali berisi minyak mendidih."
Kho Beng merasakan detak jantungnya hampir saja berhenti,
diam-diam dia menggertak gigi menahan gejolak emosi dialam
hatinya. Benar kematian baginya bukan suatu peristiwa yg patut
disayangkan, tapi bila cicinya ikut mati, lalu siapakah yg akan
melanjutkan keturunan dari keluarga Kho mereka"
Sementara dia masih termenung memikirkan persoalan itu,
terdengar Hong ing yg berada diluar kamar telah berseru lagi:
"Bila sauhiap tak percaya, bagaimana kalau budak mengajak
cicimu kemari agar kau bisa berbincang-bincang dulu dengannya?"
"Kau berani".." pekik Kho Beng keras.
Tapi sebentar kemudian ia sudah menghela napas panjang,
katanya lagi dg suara lemah:
"Baiklah, aku mengabulkan permintaan kalian, kitab tsb kutukar
dg enam lembar jiwa!"
"Nah, begitulah baru terhitung tindakan seorang lelaki sejati yg
tahu diri" seru Hong ing tertawa.
"Tapi bagaimanakah pertukaran ini akan dilaksanakan?"
"Kongcu dapat meletakkan kedua lembar kitab pusaka Thian
goan bu boh itu disisi pintu?"
Belum selesai perkataan itu diucapkan, Kho Beng telah menukas
sambil tertawa dingin: "Heeehhh"heehh".heeehhh"bagus amat perhitunganmu, tapi
bagaimana dg orang-orang kami?"
"Asal barangnya sudah kami dapatkan tentu saja orang-orang itu
akan kubebaskan semua."
"Aku tak dapat mempercayai kalian" teriak Kho Beng keras-keras.
"Lantas bagaimanakah menurut pendapat kongcu?"
Kho Beng berpikir sebentar lalu katanya:
"Kalian harus membebaskan aku dahulu atau bebaskan kelima
orang lainnya, kemudian aku baru serahkan kitab pusaka Thian goan
bu boh itu kepadamu."
Hong ing berpikir sebentar, kemudian sahutnya:
"Baiklah kalau begitu aku akan membebaskan dulu keempat
orang anak buahmu." "Tunggu sebentar, aku tak bisa menyaksikan dg mata kepalaku
sendiri, hal ini tak bisa dipercayai?""
Hong ing tertawa terkekeh-kekeh, segera katanya:
"Itu mah soal gampang, tentu saja akan kuajak mereka datang
kemari agar kau bisa bertemu dulu dg mereka kemudian
menyaksikan pula orang-orangmu pergi meninggalkan tempat ini."
"Bagaimana dg ciciku?"
"Sebentar, cicimu pasti akan datang pula kemari."
Habis berkata suasana menjadi hening, agaknya Hong ing telah
pergi meninggalkan tempat itu.
Kini tinggal Kho Beng berjalan mondar mandir seorang diri dalam
ruangan. Benarkah dia akan menyerahkan kitab pusaka Thian goan bu boh
tsb kepada musuh" Tapi kitab tsb tidak berada ditangannya
sekarang, sekalipun dia menyanggupi bukan berarti dia mampu
menyerahkan keluar. Tapi apa akibatnya bila dia tak mampu menyerahkannya keluar"
Pemuda itu tak bisa membayangkan lebih jauh dia pun tak
sanggup utk menduganya. Sementara dia masih termenung, tiba-tiba jendela dibuka orang
dan muncullah sebuah lubang kecil.
Ketika Kho Beng mendekati dan mengintip keluar, dia saksikan
didepan ruangan telah berdiri berjajar empat orang, mereka tak lain
adalah Hapukim, Rumang, Molim dan Mokim.
Yang lebih aneh lagi keempat orang tsb bukan saja tidak diikat
lagipula sikap mereka tidak menunjukkan rasa tegang, panik
ataupun rasa gusar. Disamping keempat orang tsb berdiri Hong ing beserta dua
dayang lainnya. "Nah, kho kongcu, apakah kau sudah dapat melihatnya
sekarang?" terdengar Hong ing berseru.
Buru-buru Kho Beng berteriak:


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mo bersaudara, coba kalian kemari semua!"
Molim dan Mokim sekalian segera kemuka sambil berjongkok
didepan lubang itu, tanyanya:
"Cukong, kau ada perintah apa?"
"Kalian tak pernah menderita apa-apa?"
"Tidak!" sahut Molim.
"Baik, siapa diantara kalian yg membawa bom udara?"
Mereka berempat sama-sama menggeleng, Kho Beng termenung
dan berpikir sejenak, kemudian baru ujarnya,
"Sekarang tinggalkan tempat ini secepatnya, begitu tiba didepan
perkampungan gunakan dua kali suara pekikan panjang utk
mengabarkan kepadaku bahwa kalian sudah aman, sebaliknya bila
menjumpai bahaya, gunakan tiga kali pekikan pendek sebagai kode,
kalian tak usah balik lagi kemari, tunggu selama satu hari dibawah
bukit situ, bila sehari sudah lewat tanpa melihat aku munculkan diri,
ini berarti aku sudah tewas, berangkatlah secepatnya kelembah hati
buddha utk mengabarkan berita ini kepada rekan-rekan lainnya!"
Keempat orang itu segera manggut-manggut tanda mengerti.
Setelah menghela napas kembali, Kho Beng berkata:
"Berangkatlah kalian sekalian juga, sepanjang jalan kalian harus
melatih baik-baik kedua jurus serangan yg kuajarkan itu, dua jurus
tsb merupakan dasar ilmu sakt yg tercantum dalam kitab pusaka
Thian goan bu boh, asal kalian sudah menguasai kedua gerakan tsb
secara sempurna, maka gerakan berikutnya akan lebih muda
dipelajari, asal aku dapat meloloskan diri dan asal kalian tidak binal
dan liar, pasti akan kuwariskan semua kepandaian tsb kepadamu"."
Sekali lagi keempat orang itu manggut-manggut, sementara
kelopak mata mereka nampak berkaca-kaca.
Diam-diam Kho Beng pun merasa amat sedih, meski dimasa
lampau dia menaruh hubungan yg tak begitu akrab dg mereka
berempat seolah-olah diantara mereka terdapat dinding pemisah,
tapi pergaulan yg cukup lama, senang bersama sengsara berbareng
yg mereka alami selama ini membuat hubungan batin diantara
mereka bertambah akrab. Itulah sebabnya perpisahan yg terjadi saat ini cukup
menyedihkan hati mereka semua.
"Cukong, baik-baiklah menjaga dirimu, kami segera akan
berangkat!" kata Molim berempat dg pelan.
Kho Beng manggut-manggut:
"Baiklah, kalau begitu sampai ditempat yg aman, jangan lupa
memberi tanda kepadaku."
Keempat orang itu manggut-manggut, kemudian dg gerakan
cepat mereka beranjak pergi meninggalkan tempat tsb.
Dalam waktu singkat bayangan tubuh mereka lenyap dari
pandangan mata. Saat itulah Hong ing baru berkata lagi sambil tertawa:
"Nah, tentunya perasaanmu sudah lega bukan sekarang?"
"Hmmm, bagaimana dg ciciku?" dengus Kho Beng.
"Tunggu dulu, sebagian dari orang yg kau minta sudah
dibebaskan, sekarang kau harus memenuhi janjimu lebih dulu."
"Janji apa?" Kho Beng berlagak bodoh.
"Bagaimana dg kitab pusaka Thian goan bu boh itu?"
"Kau tak usah membayangkan yg muluk-muluk, kitab pusaka
Thian goan bu boh hanya terdiri dari dua lembar, sedangkan dari
pihakku pun masih ada dua lembar nyawa yg masih berada
ditanganmu, bagaimana mungkin aku bisa menyerahkan sekarang
juga?" "Lantas sampai kapan kau baru akan menyerahkannya kepada
kami?" tegur Hong ing dg wajah berubah.
"Setelah kau mengundang kemari ciciku, aku akan persembahkan
selembar lebih dulu, menanti kau sudah membebaskan aku, akan
kuberikan lembaran yg terakhir."
Jilid 22 Hong ing berpikir sebentar kemudian, katanya:
"Baiklah, kalau begitu tunggulah dulu disini!"
Menyusul kemudian lubang dijendela pun tertutup kembali.
Lagi-lagi Kho Beng berjalan bolak balik didalam ruangan,
perasaan hatinya waktu itu amat sedih masgul dan gelisah.
Sementara itu diruang yg indah dibelakang loteng, Kho Yang ciu
sedang berbaring kemalas-malasan diatas ranjang.
Tiba-tiba dari luar pintu kedengaran suara langkah kaki manusia
bergema memecah keheningan.
Menyusul kemudian pintu kamar dibuka orang, Li Sian soat dg
wajah berat dan serius melangkah masuk kedalam ruangan.
Buru-buru Kho Yang ciu melompat bangun sambil menyapa:
"Enci Soat, selamat pagi?"."
"Pagi apa?" jawab Li Sian soat sambil terpaksa, "kau tahu
matahari sudah hampir menyinari seluruh tempat!"
Sambil berkata dia segera duduk persis dihadapan Kho Yang ciu"
"Enci Soat" Kho Yang ciu menegur lagi dg wajah tercengang,
"kenapa paras mukamu kelihatan kurang sedap?"
"Semalam telah terjadi peristiwa berdarah diperkampungan kita
ini" keluh Li Sian soat.
"Peristiwa apa?" dg perasaan kaget Kho Yang ciu melompat
bangun. Li Sian soat menghela napas panjang.
"Aaaai"..adikku, lebih baik kita tengok keluar sebentar sebelum
berbicara lebih jauh."
Dg cepat Kho Yang ciu mengenakan pakaian, lalu katanya lagi:
"Enci Soat, sebenarnya apa yg telah terjadi" Mengapa tidak kau
ceritakan dulu kepadaku?"
Sekali lagi Li Sian soat menghela napas panjang:
"Aaai".sesungguhnya aku tak mampu utk menceritakan kembali,
lebih baik tengoklah sendiri, kau pasti akan mengerti setelah melihat
keadaan diluar situ."
Terpaksa Kho Yang ciu membetulkan letak rambutnya lalu
berkata: "Kalau begitu mari kita berangkat!"
Mereka berdua berjalan keluar loteng menuju halaman sebelah
barat, disitu Kho Yang ciu melihat ada lima sosok mayat yg
membujur diatas tanah. Apa yg terlihat olehnya ini kontan saja mengejutkan perasaan
Kho Yang ciu, utk sesaat dia sampai melongo.
Mayat-mayat itu tergeletak diatas genangan darah yg membasahi
seluruh permukaan tanah, sementara belasan orang gadis
berdandan pelayan dan lelaki bertubuh kekar berdiri disekeliling
tempat itu dg wajah murung dan sedih.
Setelah termangu-mangu sesaat, Kho Yang ciu baru bertanya:
"Siapa korban yg mati terbunuh itu?"
"Mereka adalah anggota perkampungan kami!" sahut Li Sian soat
sambil menghela napas. "Apa yg menyebabkan kematian mereka?" tanya Kho Yang ciu
lebih jauh dg kening berkerut.
"Tewas oleh pukulan dahsyat seseorang!"
"Siapa pelakunya?"
"Aaaai"..mungkin kalau kuungkapkan orangnya kau tak akan
percaya, aaai".bagaimana aku mesti berbicara?"
Kho Yang ciu semakin keheranan lagi, dg dorongan rasa ingin
tahu segera desaknya: "Enci Soat, mengapa sih kau seperti nampak ragu-ragu utk
berbicara" Aaaai"..membuat hatiku gelisah saja."
"Sesungguhnya orang yg membunuh mereka tak lain adalah
adikmu sendiri, Kho kongcu."
Kho Yang ciu merasakan jantungnya seperti berhenti berdetak,
wajahnya berubah hebat, jeritnya tertahan:
"Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi?"
Dalam hati kecilnya diam-diam Li Sian soat tertawa dingin, karena
semuanya ini merupakan bagian dari siasat liciknya, bukan saja dia
telah melibatkan Kho Beng bahkan Kho Yang ciu sendiripun dikelabui
mentah-mentah, tentu saja kesemuanya ini dilakuakannya demi
kitab pusaka Thian goan bu boh tsb.
Sampai matipun Kho Yang ciu tak bakal menyangka kalau apa yg
dilihatnya ini hanya sebagian dari siasat busuk lawannya, dia lebih
tak mengira lagi kalau ilmu senjata rahasia yg diwariskan lawan
kepadanya sebetulnya hanya merupakan siasat meminjam golok
membunuh orang?" Rasa terkejut dan tertegun membuat gadis itu berdiri termangumangu
beberapa saat lamanya, kemudian baru ia berkata:
"Enci soat, kau bukan sedang bergurau bukan?"
"Kau rasa dapatkah aku bergurau dgmu?" Li Sian soat balik
bertanya dg wajah serius.
Rasa bingung dan gelisah segera mencekam perasaan Kho Yang
ciu, lama kemudian ia baru berkata:
"Apa sebabnya adikku bisa membunuh orang tanpa sebab
musabab?" "Sesungguhnya dia berbuat demikian bukan dikarenakan tanpa
sebab musabab, tapi kelewat besar rasa curiganya" kata Li Sian soat.
"Apa yg dicurigainya?"
"Dia menaruh curiga kalau cici adalah dewi In nu."
Kho Yang ciu segera menghentak-hentakan kakinya berulang kali,
serunya dg gemas: "Benar-benar tolol, bukankah semalam aku telah berulang kali
memberi penjelasan kepadanya" Aaaai?"bagaimana baiknya
sekarang?" Li Sian soat menghela napas panjang:
"Orang yg sudah mati tentu saja dapat cici kebumikan
selayaknya, tapi yg kukuatirkan adalah selanjutnya".."
Dg rada gusar yg meledak-ledak, Kho Yang ciu segera berseru:
"Lain kali bila dia berani bertindak lagi secara sembrono tanpa
membedakan mana yg benar dan mana yg salah, aku yg menjadi
cicinya pasti akan memberi pelajaran dulu kepadanya, cici Soat,
mana orangnya sekarang?".?"
"Semalam dia malah berniat membunuhku" kata Li Sian soat dg
kening berkerut, "oleh sebab itu dlm keadaan apa boleh buat
terpaksa kugunakan siasat utk mengurungnya sementara waktu dlm
kamar berlapis baja!"
"Enci Soat!" seru Kho Yang ciu terperanjat, "apakah kau"."
Li Sian soat segera tertawa terkekeh-kekeh:
"Apa yg bisa kukatakan terhadapnya" Aku hanya berharap dia
tidak mengapa-apa kan diriku saja, hal ini sudah cukup untukku."
Kho Yang ciu merasa terharu sekali, segera katanya:
"Enci Soat, adikku tidak tahu urusan, kuharap kau sudi memberi
muka kepadaku?""
"Tentu saja memandang diatas wajahmu, kalau tidak masa
kubiarkan dia berulah semau hatinya sendiri?" kata Li Sian soat
tertawa. "Hayo berangkat, kita tengok dulu keadaannya."
Li Sian soat manggut-manggut, bersama-sama Kho Yang ciu
mereka menuju kegedung bagian depan.
Kalau kemarin ruangan tsb masih terdiri dari jendela dan pintu,
maka hari ini telah berubah menjadi sebuah ruang besi yg tak
berpintu dan berjendela. Ditengah ruangan berdiri empat orang nona berbaju hijau, ketika
melihat kedatangan cengcu mereka, serentak orang-orang itu
memberi hormat. Li Sian soat segera mengulapkan tangannya sambil memberi
perintah: "Buka lubang dijendela itu!"
Seorang nona berbaju hijau mengiakan dan mendekati rumah
besi itu, lalu menginjak keras-keras diatas sebuah ubin.
Sambil menengok kearah Kho Yang ciu, Li Sian soat segera
berkata: "Adikmu berada didalam sana, kuharap kau bisa memberi
penjelasan kepadanya serta membujuknya, bila ia sudah mau tahu
keadaan yg sebenarnya, kita baru membukakan pintu baginya."
Dg perasaan berat Kho Yang ciu manggut-manggut.
Tapi sebelum ia sempat mendekati lubang jendela itu, Kho beng
yg berada dalam ruangan telah mendekati jendela sambil berseru:
"Cici!" Meskipun Kho Yang ciu merasa sedih dihati, namun berhubung Li
Sian soat hadir pula disampingnya, terpaksa ia membentak keraskeras.
"Apakah dalam pandanganmu masih terdapat aku yg menjadi
cicimu?"" "Cici, dengarkan dulu penjelasanku" seru Kho Beng dg cemas.
"Justru aku yg hendak memberi penjelasan kepadamu" tukas Kho
Yang ciu dingin, "aku ingin tahu apa sebab kau membunuh orang
tanpa sebab ditengah malam buta?"
"Cici, kau masih dikelabui oleh mereka, tahukah kau, besar
kemungkinan perkampungan Ciu Hong san ceng adalah salah satu
diantara sarang-sarang iblis dari siluman perempuan In nu?"
"Omong kosong!" hardik Kho Yang ciu keras.
"Tidak, aku sama sekali tidak ngaco belo.." Kho Beng menghela
napas panjang. Dg wajah hijau membesi, Kho Yang ciu kembali berkata:
"Adikku, sekali lagi kuminta kepadamu, hayo cepat minta maaf
kepada Enci Soat!" "Bolehkah aku memberi keterangan yg lebih jelas lagi
kepadamu?" pinta Kho Beng dg kening berkerut.
"Katakanlah!" Sambil merendahkan suaranya pemuda itu segera berkata:
"Aku telah menjumpai jago pedang berbaju kuning dari dewi In
nu berada didalam perkampuangan ini."
"Kau toh tak bisa menganggap setiap jago yg mengenakan baju
berwarna kuning sebagai anak buah dari siluman perempuan itu!"
"Tapi aku kenal dg salah seorang diantara mereka, sebab kami
pernah berkenalan!" bantah Kho Beng.
Kho Yang ciu segera mendengus dingin.
"hmmm, aku tidak berharap kau lanjutkan kata-katamu itu."
Melihat sikap dari kakaknya itu, Kho Beng menghela napas
panjang, katanya kemudian:
"Aaai"barusan ada orang yg menggunakan keselamatan jiwa cici
utk mengancam kepadaku agar menyerahkan kitab pusaka Thian
goan bu boh, bagaimana pula kejadian ini?"
"Siapakah orang itu?" tanya Kho Yang ciua sambil kerutkan
dahinya kencang-kencang. "Dia tak lain adalah dayang yg bernama Hong ing, dayang itu
pernah kujumpai didepan perkampungan Bwee wan."
Tapi Kho Yang ciu segera gelengkan kepalanya berulang kali,
katanya cepat: "Aku tidak percaya dg semua perkataanmu itu, sekarang aku
Cuma berharap kepadamu agar mau minta maaf kepada enci soat!"
Menghadapi keadaan seperti ini, Kho Beng hanya bisa menghela
napas panjang, katanya kemudian:
"Aaaai, baiklah cici, aku akan menuruti semua perkataanmu, tapi
sekarang mereka harus membebaskan diriku lebih dulu."
Kho Yang ciu segera berpaling kearah Li Sian soat dan ujarnya,
"Enci Soat, adikku telah menyesali semua perbuatannya dan
bersedia minta maaf kepada enci Soat, kuharap enci soat sudi
mengingat hubungan persahabatan diantara kita dan membebaskan
dirinya."

Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Oooh, tentu saja?"" kata Li Sian soat sambil tertawa.
Sambil berkata dia segera mengulapkan tangannya kebelakang.
Tampak seorang nona berbaju hijau yg berada diatas sebuah
pohon besar segera menekan sebuah tombol rahasia disana, tibatiba
saja lapisan baja disekeliling bangunan itu tenggelam kedasar
tanah dan muncullah bangunan rumah yg sebenarnya.
Kho Beng segera melangkah keluar dari dalam ruangan, kepada
Kho Yang ciu ujarnya kemudian dg suara berat:
"Cici, semoga kau dapat menjaga diri baik-baik, aku hendak
mohon diri sekarang juga."
"Kau hendak kemana?" tanya Kho Yang ciu agak tertegun.
Kho Beng amat sedih, hatinya serasa remuk redam, pertanyaan
dari Kho Yang ciu sama sekali tak dijawab olehnya, bahkan tanpa
mengucapkan sepatah katapun dia menggerakkan tubuhnya dan
secepat sambaran kilat berkelebat meninggalkan perkampungan tsb.
Setelah keluar dari perkampungan, ia merasakan dadanya
bagaikan ditindih dg batu karang yg besar sekali, tak terlukiskan
bagaimanakah perasaan hatinya ketika itu, akhirnya sambil
menghela napas sedih dia melanjutkan perjalanannya kedepan.
Tapi belum jauh dia meninggalkan perkampungan Ciu Hong san
ceng, mendadak dari jarak beberapa kaki dihadapannya telah
bermunculan puluhan sosok bayangan manusia, dg cepat dia sudah
terkurung ditengah kepungan mereka.
Kho Beng melototkan sepasang matanya bulat-bulat, hawa
amarah yg membara didalam dadanya telah memuncak, tanpa
mengucapkan sepatah kata pun dia mengayunkan telapak
tangannya melancarkan sebuah pukulan yg amat dahsyat.
Ternyata puluhan sosok bayangan manusia itu dipmpin oleh
seorang kakek berbaju ungu yag tak lain dalah Ong Thian siang.
Tampak kakek tsb membentak keras-keras, kemudian sepasang
telapak tangannya diputar dan menyongsong datangnya serangan
lawan keras melawan keras.
Dalam melepaskan serangan kali ini, Kho Beng telah
menyertakan tenaga dalamnya sebesar sepuluh bagian, bisa
dibayangkan betapa dahsyatnya serangan tsb.
"Blaaaammm"!"
Ditengah suara benturan keras yg memekakkan telinga, pasir
debu nampak beterbangan diangkasa, akan tetapi Ong Thian siang
justru kelihatan masih berdiri tegak ditempat semula tanpa
menderita cidera barang sedikitpun juga.
Tampak kakek itu mengulapkan tangannya dg dingin, lalu
bentaknya keras-keras: "Bocah keparat, kau jangan harap bisa kabur lagi dari
cengkeramanku?".?"
Sementara itu, belasan jago pedang yg turut hadir disitu telah
meloloskan senjata masing-masing dan bersiap sedia melancarkan
serangan".. Tak terlukiskan rasa kaget Kho Beng menghadapi kejadian ini, dia
percaya tenaga pukulannya barusan paling tidak mencapai delapan
sembilan ratus kati, jangan lagi tubuh manusia yg terdiri dari darah
dan daging, besi baja pun pasti akan patah menjadi dua.
Tapi sungguh aneh, mengapa kakek berbaju ungu itu justru tetap
sehat wal afiat tanpa cedera sedikitpun"
Terburu-buru ingin meninggalkan tempat itu secepatnya, timbul
hawa nafsu membunuh dalam hatinya, dg cepat pemuda itu
meloloskan pedangnya lalu dg jurus "Hujan darah melanda langit"
pedangnya dg membawa desingan suara yg memekakkan telinga
langsung ditusukkan ketubuh Ong Thian siang.
Menghadapi datangnya ancaman ini, Ong Thian siang tdk
bermaksud menghindarkan atau berkelit, senjata kupu-kupunya
segera diputar kencang-kencang menyongsong datangnya ancaman
tsb. Ketika sepasang senjata mereka saling adu satu sama lainnya,
Kho Beng segera merasakan pergelangan tangannya menjadi kaku
dan kesemutan sehingga tak kuasa lagi tubuhnya tergetar mundur
sejauh beberapa langkah. Walaupun Ong Thian siang sendiripun terhuyung mundur sejauh
dua langkah lebih, namun sikap maupun mimik wajahnya masih
tetap tenang seakan-akan tak pernah terjadi suatu peristiwa pun,
bukan saja dia tak terluka oleh serangan pedang anak muda tsb,
paras mukanya pun sama sekali tidak berubah.
Terdengar kakek itu mendengus dingin seraya menjengek:
"Hmmm, kalau Cuma mengandalkan kepandaian semacam itu,
jangan harap kau bisa lolos dari cengkeramanku lagi!"
Sambil berkata, senjata panji kupu-kupu nya segera digetarkan
lalu dihantamkan keatas kepala Kho Beng.
Dalam waktu singkat anak muda itu terkepung, ia merasakan
sekeliling tubuhnya telah dilapisi oleh bayangan kupu-kupu yg
beterbangan kian kemari, dia tak bisa membedakan lagi mana yg asli
dan mana yg tipuan" Dalam terperanjatnya buru-buru Kho Beng melompat mundur
kebelakang dan menghindar sampai sejauh dua kaki dari posisi
semula. Tampak sinar hijau yg menggidikkan hati memancar keluar dari
balik mata Ong Thian siang, utk kedua kalinya dia melancarkan
serangan dg senjata panji kupu-kupunya.
Ditengah deru angin serangan yg memekakkan telinga, selapis
bayangan kupu-kupu kembali menyergap dan mengurung Kho Beng
dari segala penjuru arena.
Kho Beng benar-benar bergidik hatinya menghadapi ancaman
lawan yg begitu bertubi-tubi, mimpipun dia tak pernah menyangka
kalau ilmu silat yg dimiliki setan tua tsb ternyata begitu tangguh dan
luar biasa. Tak heran kalau Li Sian soat bersikap begitu terbuka dan sok
berjiwa besar dg mempersiapkan jago-jago lihaynya utk melakukan
penyergapan disini. Lalu apakah tujuan dari rencana busuknya itu"
Sementara dia berpikir tentang kejadian ini, tubuhnya dg cekatan
telah melejit kesana kemari utk meloloskan diri dari ancaman
musuh". Dalam hati kecilnya dia sudah mempunyai perhitungan, Ong
Thian siang tak boleh dianggap enteng, sebab sedikit salah tingkah
berarti jiwanya besar kemungkinan akan terluka ditangannya.
Akan tetapi Ong thian siang sendiri pun sama sekali tak berayal,
ketika melihat Kho Beng menghindarkan diri sekali lagi kesisi arena,
permainan senjata panji kupu-kupunya segera diperketat, utk ketiga
kalinya dia melancarkan serangan kembali utk menggencet pemuda
tsb, bahkan jurus serangan yg digunakan kali ini jauh lebih ganas
dan hebat lagi". Setelah berhasil menghindarkan diri utk ketiga kalinya, tiba-tiba
saja pemuda tsb teringat akan sebuah jurus serangan pedang yg
mungkin bisa digunakan utk mematahkan serangan lawan, jurus tsb
merupakan salah satu jurus ciptaannya sendiri, yakni gabungan dari
dua jurus yg yg berbeda diantara tiga puluh enam jurus ilmu pedang
Thian goan kiam hoat. Walaupun dia tak mengetahui sampai dimanakah kehebatan dari
jurus ciptaannya itu, namun dalam keadaan yg begini kritis dan
berbahaya, dia tak mau berpikir panjang, jurus serangan tsb segera
dipersiapkan utk dipakai.
Begitulah, sambil mempersiapkan pedangnya dia segera
membentak keras-keras: "Kalau toh kau mengharapkan kematianku, nah silahkan
mencoba dulu jurus Thian goan hap it ku ini!"
Pedangnya diputar membentuk satu gerak melingkar, ditengah
lingkaran bunga pedang yg membentuk garis bagaikan pelangi,
secepat kilat dia tusuk tubuh Ong Thian siang.
Menyaksikan datangnya ancaman tsb, Ong Thian siang sangat
terkesiap, tergopoh-gopoh dia memutar senjata panji kupu-kupu utk
menyongsong datangnya ancaman tsb.
Akan tetapi jurus pedang dari Kho Beng benar-benar luar biasa
hebatnya, sebaris cahaya pelangi tsb tiba-tiba saja berubah menjadi
hujan pedang yg menyelimuti seluruh angkasa.
Baru sekarang Ong Thian siang menyadari betapa lihay dan luar
biasanya jurus pedang dari ilmu yg tercantum dalam pusaka Thian
goan bu boh. Walaupun dia mengetahui akan kelihaian ilmu pedang Thian goan
kiam hoat, tapi sayang keadaan sudah terlambat?""
Terdengar suara dengusan tertahan bergema memecah
keheningan, tampak Ong Thian siang mundur dg sempoyongan,
sementara dadanya sudah berlubang oleh tusukan, darah segar
menyembur keluar membasahi seluruh tubuhnya.
Berubah hebat paras muka belasan orang jago pedang lainnya,
mereka sangat terperanjat oleh peristiwa yg tak terduga sebelumnya
itu. Begitu berhasil dg seragannya, Kho Beng segera membentak
keras-keras: "Apabila kalian semua tak ingin hidup terus, silahkan saja maju
kemuka utk menerima kematian!"
Waktu itu, meskipun Ong Thian siang sudah terluka oleh tusukan
pedang, agaknya luka yg dideritanya tdk begitu parah.
Ia segera tertawa seram sesudah mendengar perkataan itu,
katanya: "Haaahhh"..haaahh"haaahh"..sebuah jurus serangan dari ilmu
pedang Thian goan kiam hoat, ilmu pedang sakti mana yg sudah
punah ratusan tahun lamanya, sekarang digunakan lagi utk
menghadapi diriku lewat kau?".."
Lalu dg sorot mata berkilau tajam, dia berkata lebih jauh:
"Asal kau mampu membunuh habis diriku serta kedelapan belas
orang anak buahku ini, akan kubiarkan kau meninggalkan bukit Cian
san ini dlm keadaan hidup."
"Heeeh".heeehh".heeehh"kau anggap aku tak tega utk
melakukannya?" jengek Kho Beng sambil tertawa dingin.
"Hmmm, justru aku kuatir kau tdk memiliki kemampuan sehebat
itu?"" jengek Ong Thian siang dg suara keras.
Menyusul suara pekikan nyaring yg menembusi angkasa, katanya
lebih jauh: "Aku akan bertarung seratus jurus lagi melawan dirimu!"
Pada saat itulah tiba-tiba muncul empat sosok bayangan manusia
dari balik hutan sana. Ketika Kho Beng berpaling dan mengetahui siapa yg datang, ia
menjadi kegirangan setengah mati, ternyata mereka tak lain adalah
Molim, Mokim, Hapukim serta Rumang.
Saat itu keempat orang anak buahnya telah meloloskan senjata
masing-masing siap utk bertarung, kepada Kho Beng teriaknya
lantang: "Cukong tak usah gugup, kami datang utk melindungimu!"
"Kemarilah kalian!" seru Kho Beng lantang, "bantu aku utk
bertarung mati-matian melawan mereka semua!"
Keempat orang itu segera melayang turun persis disamping Kho
Beng, suasana pun menjadi amat tegang, nampaknya suatu
pertarungan sengit segera akan berlangsung.
Mendadak?".. Disaat keadaan makin kritis dan pertarungan sengit segera akan
berkobar itulah, tiba-tiba terdengar suara gembrengan yg dibunyikan
bertalu-talu berkumandang datang dari arah perkampungan.
Mendengar suara tsb, Ong Thian siang menjadi terkejut sekali,
buru-buru dia mengulapkan tangannya seraya berkata:
"Cepat kembali keperkampungan!"
Kho Beng sendiri pun agak tertegun melihat perubahan tsb, dia
tak habis mengerti apa gerangan yg telah terjadi.
Sementara itu Ong Thian siang telah berkata dg dingin:
"Untuk sementara waktu kubebaskan dirimu hari ini, tapi kau
mesti mengerti, setiap waktu setiap saat nyawamu selalu berada
dalam cengkeraman kami."
Habis berkata, dia segera memimpin belasan orang jago
pedangnya dan mengundurkan diri dari sana, dalam waktu singkat
bayangan tubuh mereka sudah lenyap dari pandangan mata.
Menanti bayangan Ong thian siang sekalian sudah hilang dari
pandangan. Kho Beng baru berkata dg suara rendah:
"Mari kita pergi dari sini!"
"Cukong!" seru Rumang keras-keras, "tua bangka tadi telah kau
lukai dg babatan pedang, mengapa kau biarkan dia melarikan diri dg
begitu saja?" Kho Beng menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya:
"Walaupun dia sudah menderita luka, namun bila benar-benar
terjadi pertarungan yg sengit, ditambah pula dg belasan orang jago
pedangnya, aku rasa siapa yg menang siapa yg kalah masih belum
dapat diramalkan mulai sekarang?"."
Kemudian setelah memperhatikan sekejap keadaan disekeliling
sana, katanya lebih jauh:
"Disamping itu, pikiranku sangat kalut dan tidak mempunyai
semangat utk melanjutkan pertarungan, hayo kita pergi saja dari
sini." "Cukong" kembali Rumang berteriak, " kau belum bercerita
kepada kami bagaimana kisahmu melarikan diri dari sana?".apakah
kau benar-benar menyerahkan kitab pusaka Thian goan bu boh itu
kepada mereka?" Dg cepat Kho Beng menggeleng,
"Dikemudian hari kau akan mengerti dg sendirinya, sekarang
lebih baik kita pergi dulu."
"Tapi kita hendak kemana?" tanya Hapukim.
"Terserahlah, mau kemana pun boleh saja."
Mendadak seperti teringat akan sesuatu, dia berseru lagi:
"Mari kita pergi mencari tempat utk minum arak!"
Dg perasaan gembira yg meluap Rumang segera berseru:
"Haaaa?".haaaah?".haaaah"bagus sekali, kita pergi minum
arak, sudah lama sekali aku berpantang minum arak".."
Maka mereka berlima pun segera berangkat menuruni bukit.
Menjelang senja, Kho Beng bersama Molim, Mokim, Rumang
serta Hapukim sekalian sudah berada dalam sebuah rumah makan
kecil dikaki bukit, disitu mereka memesan sayur dan arak serta
bersantap dg lahapnya".
Walaupun arak diharapkan bisa menghilangkan segala
kemasgulan, namun kobaran api dendam yg membara membuat
perasaan Kho Beng tak pernah bisa tenang.
Beberapa poci arak yg berpindah keperut membuat pemuda tsb
mulai dipengaruhi oleh air kata-kata, maka mereka berlima pun
melewatkan malam yg panjang itu didalam rumah makan kecil ini.
Mereka berlima tidur dalam sekamar, namun mereka tidak dapat
memejamkan mata, terutama Kho Beng.
Pikiran dan perasaannya waktu itu sangat kalut dan tak tenang,
bagaimana pun dia berusaha utk memejamkan mata namun tak
setitik rasa ngantuk pun yg menyerang dirinya.
Ketika Molim melihat Kho Beng belum juga dapat tidur, tanpa
terasa segera ia membujuk:
"Cukong, kau harus pergi tidur sebentar, dirisaukan pun
persoalan tsb tak akan terselesaikan dg sendirinya."
"Ehmmm, kau pergilah tidur sendiri!" sahut Kho Beng dg suara
hambar. Tapi sambil tertawa paksa Molim segera berkata lagi:


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku merasa amat kesal berada didalam kamar, biar aku
berjalan-jalan sebentar diluar kamar sambil mencari udara segar?"
Kho Beng sama sekali tidak menjawab, dia hanya mengangguk
pelan sebab dalam keadaan seperti saat ini, dia pun mempunyai
perasaan yg sama seperti Molim, Cuma saja ia malas utk keluar dari
kamar. Sementara itu Molim sudah keluar dari kamarnya, ternyata dia
bukan pergi berjalan-jalan seperti yg diutarakan tadi, begitu sampai
diluar halaman, dg sekali lompatan ia sudah melewati pagar
pekarangan dan bergerak menuju keluar kota dg kecepatan tinggi.
Lebih kurang setengah peminuman the kemudian , didepan situ
muncul sebuah kuil dewa tanah, Molim segera memperhatikan
sekejap sekeliling tempat itu dg seksama kemudian menerobos
masuk kedalam kuil tadi?"..
Ditengah kegelapan malam yg mencekam, gerak gerik Molim tak
ubahnya seperti sukma gentayangan, tanpa menimbulkan sedikit
suarapun dia menghampiri bangunan kuil tsb.
Kemudian setelah memperhatikan sekejap seputar bangunan kuil,
dia bersiul pelan. Dari dalam kuil segera segera bergema suara langkah kaki
manusia, disusul seseorang menegur dg suara yg rendah dan dalam.
"Saudara Mo kah yg datang?"
"Yaa, betul, siaute yg datang?" jawab Molim.
Orang yg berada dalam kuil itu tidak berbicara apa-apa lagi, dia
membuka pintu kuil tsb lebar-lebar.
Molim tdk berayal lagi, setelah memperhatikan sekali lagi
sekeliling tempat itu, dg langkah cepat dia berjalan masuk kedalam
ruangan kuil. Suasana dalam kuil itu gelap gulita sehingga boleh dibilang susah
utk melihat kelima jari tangan sendiri, setibanya disitu, Molim segera
menghentikan langkahnya dan berusaha utk melihat jelas
pemandangan disekelilingnya.
Ternyata yg barusan membukakan pintu adalah seorang manusia
berkerudung yg bertubuh kurus kering, waktu itu dia sudah
mengundurkan diri kedepan ruangan dan duduk bersila disitu.
Gerak gerik serta tingkah lakunya nampak misterius sekali.
Tiba-tiba saja dia menggapai kearah Molim dan menyuruhnya
duduk, setelah itu baru tegurnya:
"Apakah kau datang kemari seorang diri?"
Molim manggut-manggut tanpa menjawab.
Kembali manusia berkerudung itu berkata:
"Sewaktu datang kemari apakah kau telah memperhatikan
belakang tubuhmu" Apakah ada orang yg membuntuti jejakmu?"
"Tidak ada!" jawaban Molim sangat meyakinkan.
Dg persaan amat puas manusia berkerudung itu manggutmanggut,
katanya lagi: "Bagus sekali, tapi selanjutnya gerak gerikmu harus lebih berhatihati
lagi, asal barang itu sudah didapatkan, pokoknya aku tak akan
lupa utk memberikan sebagian kepadamu, bahkan masih ada balas
jasa lainnya lagi".."
Mendengar perkataan tsb, Molim segera berkata setelah
termenung sejenak, "Sayang aku tak punya kesempatan utk menggeledahnya pada
hari ini, sehingga aku pun tak tahu apakah barang tsb masih ada
ditangannya atau tidak?"
Manusia berkerudung itu segera tertawa dingin:
"Persoalan ini tak perlu kau kerjakan secara tergesa-gesa, yg
penting jangan sampai menimbulkan kecurigaan, sebab persoalan
tsb bisa membuat semua masalah jadi terbengkalai."
"Dalam soal ini kau tak perlu kuatir, aku bisa bekerja dg berhatihati
sekali!" buru-buru Molim berjanji.
Manusia berkerudung itu segera mengangguk,
"Selanjutnya aku bisa membuntutimu secara diam-diam dan
sering melakukan kontak dg mu, tapi ada satu hal yg perlu
kujelaskan lebih dulu kepadamu sebelum akhirnya terjadi?"
"Soal apa?" tanya Molim serius.
Sambil menarik muka, manusia berkerudung itu berkata dg suara
dingin: "Bila kau berani menghianati diriku maka jiwamu pasti akan
kucabut, nah kuharap kau pertimbangkan persoalan ini dg sebaikbaiknya,
jangan kau pergunakan nyawa sendiri sebagai barang
permainan." Molim merasakan sekujur badannya bergetar keras, namun
mulutnya tetap membungkam seribu bahasa.
Kembali manusia berkerudung itu berkata sambil tertawa
hambar: "Aku tak lebih hanya bermaksud memberi tahukan soal peraturan
perguruanku kepadamu, semoga saja kau bisa bekerja dg berhatihati
sekali".." Kemudian setelah memandang sekejap sekitar tempat itu,
katanya lagi sambil mendengus:
"Hmmm, sekarang kau boleh pergi dari sini!"
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun Molim segera menjura
dan mengundurkan diri dari ruangan kuil.
Sewaktu tiba dimuka pintu, kembali dia memperhatikan sekejap
sekeliling tempat itu, kemudian baru mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya dan lenyap dibalik kegelapan sana.
Tidak lama setelah Molim meninggalkan tempat itu, dari depan
pintu kuil muncul kembali seorang perempuan berbaju hijau,
perempuan itu menutup wajahnya dg kain kerudung hijau, gerak
geriknya pun sangat misterius".
Walaupun Molim tidak menyadari akan kehadiran perempuan tsb,
namun setiap gerak gerik, tingkah laku serta pembicaraannya,
agaknya sudah diketahui dg jelas oleh perempuan berbaju hijau itu.
Sementara itu tampaknya kakek berkerudung yg berada dalam
ruangan kuil pun telah mengetahui akan kehadiran perempuan
berbaju hijau itu, terdengar ia menegur sambil tertawa dingin:
"Sobat yg berada diluar, apa gunanya kau sembunyi disitu" Aku
sudah tahu kalau kau telah mengintip diluar sejak tadi."
Pada mulanya perempuan berbaju hijau itu kelihatan agak
terkejut, namun setelah sangsi sejenak, dg langkah lebar dia
berjalan masuk kedalam ruangan kuil itu, katanya sambil tertawa
hambar: "Ketajaman mata anda sungguh mengagumkan, boleh aku tahu
siapa anda?" Kakek ceking berkerudung hitam itu mendengus dingin:
"Hmmm, seharusnya akulah yg menanyakan siapa namamu, hayo
cepat sebutkan identitasmu yg sebenarnya!"
Perempuan berbaju hijau itu segera tertawa.
"Selama kau menyembunyikan nama serta identas yg
sebenarnya, aku pun akan merahasiakan nama asliku utk sementara
waktu, nah bagaimana kalau kita masing-masing tak usah saling
bertanya soal nama?"
Kakek ceking itu tertawa lebar:
"Kau betul-betul amat binal, baiklah, boleh aku tahu ada urusan
apa kau datang kemari?"
"Hanya kebetulan lewat!"
"Haaaahh"..haaahh"..haaahh"..kau anggap begitu banyak
kejadian yg kebetulan disunia ini?" seru kakek ceking sambil tertawa
terbahak-bahak, "apalagi ditengah malam buta, kebetulan amat kau
lewat sini?" Perempuan berbaju hijau itu sama sekali tidak kelihatan
canggung, malah ia menjawab sewajarnya,
"Bila kau bersikeras tak percaya, apa boleh buat" Untung saja
kita tak pernah saling mengenal, lagipula tiada ikatan dendam atau
sakit hati, asal tidak saling mencampuri urusan orang lain, urusan
kan beres?" Seraya berkata dia segera membalikkan badan dan siap beranjak
pergi dari situ. "Tunggu dulu!" mendadak kakek ceking itu membentak keras.
Sambil menghentikan langkahnya, nona berbaju hijau itu
menegur: "Apakah tuan masih ada urusan lain?"
"Sebelum aku mengetahui identitasmu yg sesungguhnya sampai
jelas, jangan harap kau bisa meninggalkan tempat ini dg selamat."
Nona berbaju hijau itu segera tertawa manis, katanya:
"Aku bukan termasuk manusia yg takut digertak orang, bila kau
benar-benar ingin mengetahui identitasku yg sesungguhnya, hal ini
pun tidak terlalu sulit, asal saja kau melepaskan kain kerudung yg
menutupi wajahmu itu, aku pun bersedia mengemukakan identitasku
yg sesungguhnya." Kakek ceking itu mendengus dingin:
"Hmmm, tak kusangka kau si budak susah sekali utk dihadapi,
baiklah akan kuberi kesempatan kepadamu utk menyaksikan paras
mukaku yg sebenarnya!"
Sambil berkata dia segera melepaskan kain kerudung yg
menutupi wajahnya itu. Ternyata paras muka dibalik kain kerudung tsb adalah selambar
wajah yg tua, jelek lagipula kuning kepucat-pucatan, selambar wajah
yg sangat tidak menarik. Sampai lama sekali nona berbaju hijau itu mengamati paras muka
kakek ceking itu, kemudian katanya:
"Aku sama sekali tidak kenal dg mu"."
Tapi setelah memutar biji matanya dan tertawa merdu, kembali
ujarnya: "Setelah tuan berani menunjukkan wajah aslimu, aku rasa
tentunya kau berani juga utk menyatakan nama aslimu bukan?"
"Aku bernama Thia bu ki" kakek ceking itu berkata dg suara
sedingin es. "Ooooh?"dan aku bernama To Ku giok!" nona berbaju hijau itu
menjelaskan. "Kau berasal dari perguruan mana?"
"Go bi pay!" Tiba-tiba Thia bu ki bangkit, lalu katanya dg suara dingin:
"Ooooh, rupanya kau adalah murid perguruan kenamaan, To ku
lihiap, aku ingin mencoba kemampuanmu!"
"Apa yg hendak kau coba?"
"Ingin kubuktikan benarkah kau berasal dari perguruan Go bi
pay?" Tidak sampai perkataan itu selesai diucapkan, sebuah pukulan yg
maha dahsyat telah dilepaskan.
Serangan ini dilancarkan dg kecepatan luar biasa, angin pukulan
yg sangat berat seperti ditindih bukit karang langsung menggulung
kedepan dan mengancam tubuhnya.
Cepat-cepat nona berbaju hijau itu berkelebat kesamping utk
meloloskan diri, serunya:
"Hey, bagaimana sih kau ini" Kan tadi Cuma ingin mengetahui
identitasku" Kenapa malah menyerang secara sungguhan?"
Thia bu ki mendengus dingin:
"Hmmm, aku tak percaya kalau tak mampu mencoba kepandaian
silat aslimu".."
Telapak tangan kenennya berputar membentuk satu lingkaran,
sekali lagi ia melancarkan sebuah sapuan yg maha dahsyat.
Serangan yg dilancarkan kali ini jauh berbeda dg seranbgan yg
pertama kali tadi, tampak bayangan berlapis-lapis seolah-olah
serangan sungguhan seperti juga gerak tipuan, yg jelas sekujur
badan Tu ku giok terkepung begitu rapat dibalik angin pukulannya.
Tempaknya sinona berbaju hijau itu tidak menyangka kalau
tenaga dalam yg dimiliki kakek ceking itu sedemikian tinggi dan
berbahaya, tergopoh-gopoh dia menghindarkan diri kesamping, tapi
bersamaan waktunya dia meloloskan pedang yg tersoren
dipunggungnya. Mendadak Thia Bu ki berseru sambil tertawa terbahak-bahak:
"Haaaah".haaaaah?"..haaaah?""aku memang berharap kau
berbuat demikian!" "Kalau toh kau begitu mendesak diriku habis-habisan, sekarang
rasakan sebuah tusukan pedangku lebih dulu!" bentak nona berbaju
hijau itu dg penuh amarah.
"Sreeeeet?"..!"
Selapis cahaya pedang yg amat menyilaukan mata segera
menyebar kedepan dg sangat hebatnya.
Ditengah pancaran sinar pedang yg menyebar keempat penjuru,
dalam sekejap mata wailayah seluas dua kaki lebih sudah terkkurung
oleh selapis hawa dingin yg menggidikkan hati.
Dg amat cekatan Thia bu ki menarik diri sambil melompat
mundur, serunya kemudian sambil tertawa tergelak:
"Haaaa?"..haaaa"..haaaahhh".sebuah jurus "angin menderu
diempat penjuru" yg sangat hebat, ternyata kau memang pandai
ilmu pedang aliran Go bi, maaf, maaf?""
Tidak sampai perkataan tsb selesai diucapkan, ia sudah melejit
ketengah udara dan meluncur keluar dari kuil dewa tanah yg gelap
gulita, dalam beberapa kali lompatan saja bayangan tubuhnya sudah
lenyap dari pandangan mata.
Memandang hingga bayangan tubuh Thia Bu ki pergi jauh, si
nona berbaju hijau itu baru menghembuskan napas panjang,
gumamnya lirih: "Huuuh, sungguh berbahaya!"
Pelan-pelan dia melepaskan kain kerudung mukanya sehingga
muncullah selembar wajah yang muda lagi cantik jelita, ternyata dia
bukan To Ku giok seperti yg diakui tadi, melainkan si walet terbang
Chin Sian kun. Setelah membereskan rambutnya yg kusut, dia menyeka peluh
dingin yg sempat membasahi seluruh tubuhnya, dalam hati ia
berpikir: "Sungguh beruntung aku dapat menghadapi setiap perubahan dg
cukup cekatan kalau tidak?"..huuuuh, dg kepandaiannya yg begitu
tinggi, sudah jelas aku bukan tandingannya?".apalagi bila sampai
aku salah langkah, bisa jadi sebuah rahasia kebohonganku bakal
terbongkar?".."
Siapa tahu baru saja hatinya menjadi lega, kembali tampak
bayangan hitam berkelebat lewat dari luar kuil, ternyata Thia Bu ki
bagaikan bayangan sukma gentayangan saja telah melayang
kembali dihadapan matanya.
Dalam tertegun dan kegetnya, buru-buru Chin Sian kun
mengenakan kembali kain cadarnya. Lalau menegur:
"Hey, kenapa kau balik kembali setelah pergi tadi?"
Dg wajah dingin bagaikan es, Thia Bu ki menjawab:
"Tadi aku sudah lupa menanyakan satu hal kepadamu, apakah
kau bersedia menjawab pertanyaanku itu sekarang?"
Chin Sian kun sengaja tertawa lebar katanya:
"Silahkan tuan bertanya, asal aku tahu pasti akan kuberikan
jawaban yg sebaik-baiknya."
Thia Bu ki manggut-manggut, katanya kemudian:
"Bagus sekali, bolehkah aku tahu kemanakah tujuan kepergianmu
yg sebenarnya?" Chian Sian kun menjadi tertegun.
"Tentang soal ini?".."
Ia memainkan biji matanya sebentar lalu sambil tertawa hambar
katanya lagi, "Aku rasa persoalan ini tiada sangkut pautnya dg diri tuan


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bukan?"" "Hmmm, siapa tahu justru ada sangkut pautnya!" jawab Thia Bu
ki dingin. "Aku bermaksud naik kebukit Cian san" kata si nona kemudian
setelah sangsi sebentar. "Mau apa kau naik kebukit Cian san?" desak Thian Bu ki lebih
lanjut. "Saudara, kenapa kau menanyakan persoalan ini sampai
mendetail" Apa maksudmu yg sebenarnya?"
Dg suara berat dan dalam Thia Bu ki berseru:
"Kuanjurkan kepadamu lebih baik jawab semua pertanyaanku dg
sejujurnya, tak usah mencoba berlagak sok pintar dg mengarang
cerita bohong utk menipu diriku, sebab hal ini justru akan merugikan
dirimu sendiri." Diam-diam Chin Sian kun menjadi tertegun, tanpa terasa ia
berpikir dalam hati kecilnya,
"Sungguh tajam pandangan mata orang ini, nampaknya aku
harus menghadapinya secara berhati-hati sekali, tapi manusia dari
pihak manakah dia" Mengapa dia memeriksa diriku seteliti dan
secermat ini?" Tanpa terasa terbayang kembali olehnya tingkah laku Molim yg
dijumpainya tadi serta gerak gerik si kakek ceking yg mencurigakan
ini, mungkinkah dia adalah dari pihak lawan atau mungkin juga anak
buah dari siluman perempuan dewi In nu yg bersekongkol dg
keempat jago asing tsb utk melakukan sesuatu yg tidak
menguntungkan bagi Kho Beng, dan sekarang takut rahasia tsb
terbongkar.. Ingatan tsb melintas lewat dalam benaknya dalam waktu singkat,
belum sempat dia mengucapkan sesuatu, Thia Bu ki telah berkata
lagi sambil tertawa dingin:
"Nona, mengapa kau tidak berbicara lagi" Apakah kau belum
memperoleh jawaban yg tepat utk menjawab pertanyaanku tadi?"
Begitu mengambil keputusan didalam hati kecilnya, sambil
tersenyum Chin Sian kun berkata:
"Apa yg tuan duga memang tepat sekali, aku memang sedang
mempertimbangkan jawabanku!"
Jawaban yg secara gamblang ini justru sama sekali diluar dugaan
Thia Bu ki, utk sesaat lamanya ia menjadi tertegun dibuatnya,
"Aku benar-benar tak habis mengerti" katanya kemudian, "masa
utk berbohong saja kau perlu mempertimbangkan kembali?"
"Tentu saja harus kupertimbangkan masak-masak, sebab tugas
yg kupikul dalam perjalananku kali ini berat sekali, aku tak tahu
harus memberi jawaban secara sejujurnya ataukah lebih baik
mencarikan alasan yg lain utk membohongimu?"
Thia Bu ki segera tertawa seram:
"Haaaahhh?"haaaah?".haaaaahhh".nona memang seorang
yg amat jujur, tapi bagaimanapun besar dan pentingnya persoalan
tsb, lebih baik kemukakan saja secara blak-blakan, aku berjanji akan
menyimpan rahasiamu sebaik-baiknya dan pasti tak akan
kubocorkan kepada siapa pun".."
Tapi Chin Sian kun segera menggelengkan kepalanya berulang
kali, katanya: "Mulut manusia ibarat mulut botol, asal didalamnya sudah terisi
cairan maka setiap saat bisa meleleh keluar kembali, itulah sebabnya
aku tak usah menjawab saja, karena sekali berbicara toh lebih baik
diutarakan keluar sama sekali."
"Bicara pulang pergi, sebenarnya kau bersedia utk berbicara atau
tidak?"" "Tentang persoalan ini, bila tuan bersedia membatalkan
pertanyaanmu itu tentu saja aku merasa amat girang Cuma bila aku
tak bersedia menjawab sudah pasti tuan akan menaruh kesalah
pahaman kepadaku?".."
Thia Bu ki tertawa terbahak-bahak:
"Haaaaa"haaah".haaaahhhh".aku rasa dalam hal ini nona
sudah mengetahui secara pasti, yaaa aku memang harus
mengetahui rahasia kepergian nona kebukit Cian san ini, kalau tidak,
aku kuatir kita susah utk berpisah pada malam ini!"
Chin Sian kun segera termenung sambil berpikir sejenak, setelah
itu baru ujarnya: "Kalau toh tuan ingin bersikeras ingin tahu boleh saja Cuma aku
pun mempunyai sebuah syarat!"
"Cepat katakan apa syaratmu itu?"
"Sederhana sekali kuharap kau mengemukakan dulu identitasmu
dan sesungguhnya merupakan jago dari aliran mana?"
Thia Bu ki termenung pula beberapa waktu lalu sambil tertawa
seram katanya: "Heeeehhh".heeeehh"heeeehhhh".boleh saja kalau kau ingin
mengetahui identitasku yg sebenarnya Cuma aku kuatir setelah kau
mengetahui identitasku yg sebenarnya, mungkin sulit bagimu utk
meninggalkan tempat ini dalam keadaan hidup."
"Tapi bagi diriku, sebelum kutahu identitasmu yg sebenarnya,
sulit pula utk memberitahukan maksud tujuanku yg sebenarnya."
Mendengar perkataan itu, sepatah demi sepatah kata Thia Bu ki
segera berkata: "Baiklah, dengarkan baik-baik, aku dari marga Thia?".."
Cepat-cepat Chin Sian kun menggoyangkan tangannya seraya
menukas: "Tadi tuan sudah menyebutkan nama aslimu dan aku rasa
namamu telah kuketahui secara jelas"."
Kemudian sambil memutar biji matanya dan tertawa, ia berkata
lebih lanjut: "Oleh karena nama besar tuan kedengarannya masih sangat
asing dalam dunia persilatan, sebaliknya ilmu silat yg kau miliki
justru termasuk dalam golongan kelas satu, maka kejadian ini benarbenar
membuat hatiku bingung dan tak habis mengerti."
"Perkataanku toh belum selesai kuucapkan, lebih baik kau jangan
menimbrung lebih dulu!"
"Baiklah" sahut Chin Sian kun kemudian sambil tertawa,
"lanjutkanlah perkataanmu tadi."
Setelah mendengus Thia Bu ki berkata:
"Aku adalah salah satu diantara dua belas pelindung hukum dari
dewi In nu." Dalam hati kecilnya Chin Sian kun merasa amat terperanjat,
segera pikirnya: "Ternyata apa yg kuduga memang benar, kalau begitu
kedatangan Kho Beng kemari tidak menghasilkan apa-apa, tapi tidak
pula mengalami musibah. Hanya disekelilingnya telah dipersiapkan
orang suatu perangkap yg mengerikan hati?"..aku mesti membuat
rencana yg sebaik-baiknya utk menghadapi semua persoalan itu!"
Sementara dalam hati kecilnya berpikir, diluaran sahutnya:
"Aku amat jarang berkelana dalam dunia persilatan,
pengetahuanku amat cetek, bolehkah aku tahu siapa sih dewi In nu
itu?" Kembali Thia Bu ki mendengus:
"Dikemudian hari kau toh akan mengetahui dg sendirinya
sekarang?"hayo cepat kemukakan rahasiamu sendiri?"
Dg wajah serius Chin Sian kun segera berkata:
"Sesungguhnya maksud perjalananku kali ini bukan terhitung
suatu rahasia besar, kau toh tahu semua umat persilatan sedang
melacaki jejak si Kedele Maut" Aku dengar si Kedele Maut tak lain
adalah kakak perempuan Kho Beng dan secara kebetulan aku
berhasil mendapat kabar yg mengatakan Kho Beng berada disini,
karena itulah aku sengaja hendak naik kegunung utk menyelidiki
jejaknya!" Mendengar perkataan itu, Thia Bu ki segera tertawa terbahakbahak:
"Haaaahhh"..haaaahhh?"".haaahhhh".rupanya begitu,
kenapa tidak kau ucapkan sedari tadi."
"Darimana aku bisa tahu kalau tuan bukan komplotan dari Kho
Beng?" "Sekarang kau harus mengerti" kata Thia Bu ki sambil tertawa,
"bukan saja aku bukan komplotan dari Kho Beng, malah sebaliknya
merupakan musuh besarnya?"
"Kalau begitu sudah terjadi kesalah pahaman diantara kita!" seru
Chin Sian kun sambil tertawa cekikikan.
"Yaa, memang sudah terjadi kesalah pahaman?""
Seelah berhenti sejenak, terusnya lagi dg suara dalam:
"Setelah kesalah pahaman diantara kita telah hilang, aku pun
bersedia memberitahukan pula sebuah rahasia besar kepadamu?"
"Rahasia apakah itu?" buru-buru Chin Sian kun bertanya.
"Kedele Maut yg sedang kalian cari-cari pun berada disini!" bisik
Thia Bu ki sambil tertawa misterius.
"Dimana?" tanya sinona agak tertegun.
"Tentu saja diatas bukit Cian san!"
"Orang she Kho itu?"
"Dia berada didalam sebuah rumah penginapan dikota kecil
dibawah bukit sana, bila nona hendak mencarinya, inilah saat yg
paling tepat?""
Lalu setelah berhenti sejenak, kembali ia melanjutkan:
"Tapi kuanjurkan kepada nona, lebih baik tak usah kesana lagi!"
"Kenapa?" "Sederhana sekali, sebab berbicara menurut kepandaian silat yg
nona miliki, entah harus menghadapi Kho Beng atau si Kedele Maut
pribadi, kau masih ketinggalan jauh sekali?".maaf, aku masih ada
urusan lain dan tak dapat menemanimu lebih lanjut!"
Tiba-tiba saja dia melejit ketengah udara lalu meluncur pergi
meninggalkan tempat tsb d kecepatan tinggi.
Memandang bayangan punggung Thia Bu ki yg pergi menjauh
utk kedua kalinya, kembali Chin Sian kun menghembuskan nafas
panjang secara diam-diam.
ooooOOoooo Ketika mendusin kembali dari tidurnya, Kho Beng menemukan
matahari sudah jauh berada diatas angkasa, ia sadar waktu sudah
siang dan buru-buru melompat bangun dari atas ranjang.
Terbayang kembali perbuatannya mabuk-mabukan semalam,
tanpa terasa ia menghela napas panjang.
Belum habis dia menghela napas, tiba-tiba dari luar jendela
kedengaran suara seseorang mendehem lalu menegur:
"Apa cukong telah bangun?"
Ternyata Molim yg menyapanya dari luar jendela.
"Ada urusan apa?" Kho Beng segera bertanya.
"Oooh, tak ada urusan apa-apa" jawab Molim dg suara lirih,
"ketika kulihat cukong telah mendusin tadi, aku takut kau hendak
memerintahkan sesuatu, maka aku segera menegur lebih dulu."
Kho Beng terharu sekali melihat perhatian anak buahnya, buruburu
dia berkata: "Kemana perginya adikmu serta Hapukim dan Rumang?"
Ketiga orang yg disebutkan namanya segera mengiakan dari luar
pintu kamar. Kho Beng segera berkata lagi:
"Aku benar-benar telah menyusahkan kalian berempat,
aaai".padahal kita sudah termasuk teman senasib sependeritaan,
selanjutnya sikap kalian tak perlu muncuk-muncuk dan menghormat,
anggap saja diriku saudara kalian sendiri."
"Tidak, hamba tak berani" serentak keempat orang itu menjawab
bersama-sama. Menyusul kemudian tampak keempat orang itu mendorong pintu
dan berjalan masuk kedalam ruangan lalu berdiri tunduk disisi
ruangan, sikap mereka jauh berbeda daripada sikapnya diwaktuwaktu
yg lampau. Secara tiba-tiba saja Kho Beng mendapat kesan bahwa sifat liar
dan kasar keempat orang tsb seakan-akan tersapu lenyap hingga tak
berbekas, tak terlukiskan rasa gembira didalam hati kecilnya.
Sementara dia masih termenung, terdengar Molim berkata lagi.
"Cukong, apakah kau mempunyai sesuatu rencana pada hari ini?"
Kho Beng berjalan mondar mandir didalam ruangan, lama
kemudian ia beru berkata sambil menghela napas:
"Justru persoalan inilah yg merisaukan hatiku sekarang,
sebenarnya aku berniat akan turun tangan menghadapi perempuan
siluman itu, apa daya enciku justru berada disitu, dilain pihak aku
ingin meninggalkan tempat ini, tapi akupun kuatir enciku mengalami
bahaya maut, ?"aaaai, pikiranku jadi amat bingung?"."
Setelah sangsi berapa saat lamanya, sambil menggertak gigi dia
berkata kemudian, "Aku berniat menyelidiki perkampungan tsb sekali lagi pada
malam nanti, paling tidak aku harus memperoleh bukti yg bisa
membuat enciku percaya dg perkataanku!"
"Kalau toh cukong telah memutuskan demikian, setiap saat kami
siap menantikan perintah."
"Kalian tak perlu mempersiapkan diri, sebab aku bermaksud pergi
kesana seorang diri." Kata Kho Beng sambil gelengkan kepalanya
berulang kali. Jilid 23 Baru saja Molim hendak menjawab, tiba-tiba terdengar suara
langkah kaki manusia yg ramai bergema diluar pintu kamar,
menyusul kemudian terdengar seseorang berseru dg nada suara
gelisah. "Kho sauhiap, apakah kau tinggal disini?"
Kho Beng menjadi tertegun setelah mendengar suara teriakan
tsb, sebelum ia bertindak sesuatu, Molim telah membuka pintu
kamar sambil menghadang ditengah jalan.
Ternyata orang yg berada diluar pintu adalah seorang pemuda
berbaju ringkas berwarna hijau, wajahnya kelihatan gelisah sekali.
Dg perasaan keheranan Molim segera menegur:
"Darimana kau bisa mengenali majikan kami?"
Sebelum pemuda berbaju ringkas warna hijau itu menjawab, Kho
Beng telah maju menyongsong seraya menegur.
"Cho toako...."
Ternyata pemuda ini adalah Cho Liu san, anak murid dari
perguruan Sam goan bun. Cho Liu san memandang wajah Kho Beng sekejap, lalu katanya
dg perasaan cemas. "Oooh....saudara Kho, sungguh amat sulit mencari jejakmu!"
"Cho toako, silahkan duduk didalam kamar, entah dari siapa kau
mendapat kabar kalau aku berada disini?"
Maka Cho Liu san pin dipersilahkan masuk dan mengambil
tempat duduk, kemudian Kho Beng memperkenalkannya dg Molim
sekalian, setelah itu dia baru berkata:
"Aku mendapat kabar kalau saudara Kho berada dilembah hati
Buddha maka terburu-buru menyusul kesitu, disana bertemu dg Kim
tayhiap bertiga, dari merekalah ku ketahui kalau saudara Kho telah
berangkat kebukit Cian san, sudah banyak tempat disekitar bukit ini
kulacaki, akhirnya dg susah payah berhasil juga kujumpai saudara
Kho disini." "Cho toako, sebenarnya ada urusan apa sih kau bagitu bernafsu
mencariku?" tanya Kho Beng keheranan.
Cho Liu san kelihatan agak sangsi sejenak kemudian tanpa
mengucapkan sepatah kata pun tiba-tiba ia bertekuk lutut dan
berlutut dihadapan Kho Beng.
Tentu saja Kho Beng dibuat tertegun, buru-buru dia
membangunkan pemuda tsb dari atas tanah, kemudian katanya:


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Cho toako, sebenarnya apa yg terjadi" Hayo cepat bangun, mari
kita bicara secara baik-baik."
Setelah berdiri, dg air mata bercucuran Cho Liu san berkata:
"Dg susah payah aku kesana kemari mencari Kho sauhiap,
maksud tak lain adalah mohon bantuan dari Kho sauhiap agar
bersedia menyelamatkan ciangbunjin kami."
"Apa yg terjadi dg Sun ciangbunjin?" tanya Kho Beng dg kening
berkerut. "Ciangbunjin kami telah disekap oleh pihak siau lim pay didalam
ruangan Tat mo wan" "Apa sebabnya pihak Siau lim pay menyekap Sun ciangbunjin?"
seru Kho Beng tertegun. Cho Liu san menatap wajah Kho Beng lekat-lekat, lama kemudian
ia baru berkata dg suara dalam:
"Konon hal ini disebabkan Kho sauhiap....."
"Gara-gara aku?" Kho Beng semakin tercengang, "Soal ini....."
"Pihak Siau lim pay mengirim surat kepada perguruan Sam goan
bun yg isinya mengundang kehadiran ciangbunjin utk merundingkan
masalah penangkapan kedele maut dikuil mereka, tentu saja
ciangbunjin tak bisa menampik undangan tsb, siapa tahu begitu tiba
dikuil Siau lim si, ternyata Phu sian ciangbunjin dari pihak Siau lim
pay telah menuduh ciangbunjin sebagai komplotan dari kedele maut,
dg tuduhan itulah akhirnya ciangbunjin disekap disana."
"Atas dasar apa mereka bisa menuduh begitu?" seru Kho Beng dg
perasaan gusar. "Konon pihak Siau lim pay menyalahkan pihak Sam goan bun
karena tidak merahasiakan asal usul Kho sauhiap yg sebenarnya."
"Betul-betul kurangajar!" umpat Kho Beng sambil mendobrak
meja keras-keras. Pelan-pelan Cho Liu san berkata lagi:
"Aku dengar Kho sauhiap pernah berbuat huru-hara didalam kuil
Siau lim si, setiap umat persilatan boleh dibilang tahu semua,
bagaimana sauhiap mencuri papan mereka untuk ditukar dg panji
Hui im ki, tapi justru karena peristiwa tsb, aku takut semakin sulit
buat ciangbunjin kami utk melepaskan diri!"
Kho Beng termenung sejenak, kemudian katanya:
"Lanyas apa yg mesti kulakukan menurut pendapat Cho toako?"
Dg setengah merengek, Cho Liu san berkata:
"Harap Kho sauhiap mau mengingat hubungan dimasa lalu dg
menyelamatkan ciangbunjin suhu dari sekapan pihak siau lim pay!"
Kho Beng menjadi rada serba salah menghadapi permohonan tsb.
Dg para jago dari seluruh dunia persilatan ia telah mengikat janji
setengah tahun, berarti dalam setengah tahun mendatang ia harus
berusaha mencari bukti dan fakta utk membuktikan kebenaran
pihaknya, disamping berusaha mencegah encinya melakukan
pembantaian lagi secara besar-besaran.
Tapi diantara dua persoalan tsb, belum satu pun diantaranya
mampu terlaksana, bahkan dg pihak perkampungan Ciu hong san
ceng pun sudah terlibat dlm hubungan yg serba runyam, mustahil
baginya utk memisahkan diri guna mencampuri masalah yg lain.
Oleh sebab itu setelah termenung beberapa saat lamanya, dia
pun berkata: "Harap Cho toako pulang dulu kerumah, sebab siaute harus
menyelesaikan persoalan lebih dulu ditempat ini sebelum dapat
berangkat ke Siau lim pay, tapi kau tak usah kuatir, aku pasti akan
berusaha sekuat tenaga utk menyelamatkan Sun ciangbunjin dari
sekapan orang-orang Siau lim si!"
Sementara itu Molim telah menyuruh pelayan menyiapkan
hidangan, maka semua orang pun bersantap bersama.
Dg menahan rasa murung dan gelisah yg mencekam hatinya, Cho
Liu san mengisi perut kenyang-kenyang lebih dulu sebelum
berpamitan pulang keperguruannya.
Sepeninggal Cho Liu san, Kho Beng segera terjerumus kedalam
keadaan serba salah, sepanjang hari dia mengurung diri didalam
ruangan sambil memikirkan persoalan tsb sementara sepasang alis
matanya berkernyit terus.
Lambat laun hari pun semakin gelap, setelah meninggalkan pesan
kepada Molim sekalian, Kho Beng segera mengganti pakaiannya dg
baju ringkas, lalu dibawah lindungan kegelapan malam berangkatlah
dia menuju keatas bukit. Ditengah kegelapan malam yg mencekam, sepanjang jalan ia tak
pernah menjumpai penghadangan ataupun cegatan hingga tak
selang berapa saat kemudian, anak muda tsb telah tiba diluar
perkampungan Ciu hong san ceng........
Tapi apa yg kemudian terlihat, seketika membuat pemuda tsb
menjadi tertegun. Ternyata perkampungan tsb tercekam dalam kegelapan yg luar
biasa, tak setitik cahaya lampu pun yg menerangi tempat tsb.
"Jangan-jangan perkampungan ini sudah tanpa penghuninya?"
Kho Beng berpikir dg perasaan ragu-ragu.
Sementara dia masih terperangah, tiba-tiba tampak bayangan
hijau berkelebat lewat lalu tampak seorang nona berbaju hijau
melompat keluar dari balik perkampungan dan melayang turun
persis dihadapan anak muda tsb?"".
Setelah memberi hormat, nona berbaju hijau itu berkata:
"Oooh, rupanya Kho sauhiap telah datang, sudah sejak tadi
cengcu kami menantikan kedatanganmu!"
"Apa yg terjadi dg perkampungan kalian" Mengapa seluruh
perkampungan tercekam dlm kegelapan?" tegur Kho Beng dg kening
berkerut. Nona berbaju hijau itu segera tertawa.
"Perkampungan kami berada dalam keadaan aman, tak ada
kejadian apa pun yg menimpa kami. Cuma saja cengcu kami telah
menurunkan perintah melarang setiap orang menyulut lentera, itulah
sebabnya perkampungan kami tercekam dalam kegelapan total!"
"Ooooh, rupanya begitu".." Kho Beng manggut-manggut.
Kemudian setelah memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu,
katanya lagi sambil tersenyum.
"Maksud kedatanganku kali ini bukan utk bertemu dg cengcu
kalian, tolong nona sudi melapor kedalam, suruhlah enciku saja yg
keluar utk bersua dg ku."
"Bila kedatangan Kho sauhiap dimaksudkan utk bertemu dg
cicimu, mungkin kau merasa sangat menyesal!" kata nona berbaju
hijau itu sambil tertawa.
Kho Beng terkejut sekali, buru-buru ia bertanya:
"Kenapa?" "Sebab encimu sudah meninggalkan perkampungan dan pergi
ketempat lain!" "Tak mungkin, dia pergi kemana?" tanya sang pemuda semakin
tercengang lagi. Sambil menarik muka nona berbaju hijau itu berkata:
"Aku toh tak perlu membohongimu, juga tak ada kepentingan utk
menipumu, paling tidak tak akan tahu kemana perginya encimu!"
"Kalau begitu segala persiapan yg diatur cengcu kalian masih
mempunyai rencana busuk lainnya?" jengek Kho Beng sambil
tertawa dingin. Nona berbaju hijau itu segera tertawa terkekeh-kekeh:
"Bila Kho sauhiap ingin mengetahui duduk persoalan yg
sebenarnya, kenapa tak bersua dg cengcu kami serta menegurnya
secara langsung?" Kho Beng mendengus. "Bila ciciku benar-benar telah pergi dari sini, rasanya aku orang
she Kho tidak mempunyai kepentingan lagi utk bersua dg cengcu
kalian......" Nona berbaju hijau itu segera memutar biji matanya yg jeli,
kemudian ejeknya setengah menghina:
"Ooooh, mengerti aku sekarang, rupanya Kho sauhiap takut
bertemu dg cengcu kami?"
"Aku orang she Kho tak pernah takut dg siapapun" seru Kho Beng
amat gusar. "Baiklah, harap nona sebagai penunjuk jalan, sekarang juga aku
akan pergi menjumpai cengcu kalian!"
"Kalau memang begitu, silahkan Kho sauhiap mengikuti
dibelakangku......" kata si nona sambil tertawa hambar.
Begitu selesai berkata, ia segera menggerakkan tubuhnya dg
lincah seperti burung walet yg menembusi hutan, dlm waktu singkat
dia telah ebrada didalam perkampungan.
Kho Beng mendengus dingin, dia tak berayal lagi dan segera
menyusul dibelakang nona berbaju hijau itu, dg suatu gerakan
ringan dia melayang turun dibalik halaman perkampungan.
Nona berbaju hijau itu segera berpaling sambil tertawa, kemudian
meneruskan perjalanannya lagi dan langsung menuju kehalaman
belakang, dimana ia baru menghentikan gerakan tubuhnya setelah
tiba diatas sebuah bangunan loteng yg mungil.
Suasana dlm perkampungan itu tetap gelap gulita, tapi diatas
bangunan loteng itu justru memercik cahaya lentera, tapi sinar yg
begitu redup justru enambah suasana misterius da seram disekitar
sana. Sambil mempersiapkan diri secara baik-baik, Kho Beng
memeriksa sekejap suasana diseputar bangunan loteng itu,
kemudian baru tegurnya dg suara dingin:
"Berada dimanakah cengcu sekarang?"
"Tempat ini adalah kamar tidur cengcu!" sahut nona itu sambil
tertawa misterius. Tentu saja Kho Beng merasa terperanjat sekali, dg suara dalam
lagi berat hardiknya: "Nona, mengapa kau mengajak aku datang kemari?"
"Bukankah Kho sauhiap bermaksud menjumpai cengcu kami?"
kata sinona sambil tertawa.
"benar, tapi kalau toh ingin bertemu semestinya pertemuan
diadakan diruang tamu atau tempat lain, masa kau mengajakku
mendatangi kamar tidurnya....."
Kemudian setelah memutar biji matanya, kembali ia bertanya:
"Dimanakah orangnya sekarang?"
Belum selesai perkataan itu diucapkan, terdengar seseorang telah
menegur dari balik kamar dg suara yg genit:
"Sian kim, siapa yg datang?"
"Oooh, Kho sauhiap telah tiba!" buru-buru nona berbaju hijau itu
memberi laporan. "Bagus sekali, silahkan dia masuk kedalam!"
Dibalik nada suaranya yg genit, lamat-lamat terdengar suara
sedih yg rendah dan berat hingga kedengarannya begitu memilukan
hati. Kho Beng segera merasakan hatinya bergetar keras, utk sesaat
dia menjadi ragu-ragu utk melanjutkan langkahnya.
Sementara itu sian kim, sinona berbaju hijau itu telah berkata dg
suara rendah: "Kho sauhiap, cengcu kami mengundangmu masuk kedalam,
maaf kalau budak tak dapat menemani lagi!"
Habis berkata, dia segera menjejakkan kakinya keatas tanah dan
sekejap mata kemudian bayangan tubuh sudah lenyap dari
pandangan mata. Kho Beng yg tak berhasil menghalangi kepergiannya merasa
hatinya makin tak tentram, setelah termenung sesaat, akhirnya
pelan-pelan dia berjalan mendekati pintu ruangan.
"Cengcu, ada urusan apa kau mengutus orang mengundangku
kemari?" tegurnya lantang.
Orang yg berada dalam ruangan itu segera tertawa terkekehkekeh:
"Heeh...heeeh....heeeeh...kau memang lucu sekali, toh bukan aku
yg mengundang kehadiranmu utk kedua kalinya diperkampungan
Ciu Hong san ceng ini, kalau mau bilang sebetulnya sauhiaplah yg
datang mencari kami, bukan begitu?"
Meskipun hatinya amat gusar namun Kho Beng merasakan
mulutnya tersumbat dan tak sanggup mengucapkan sepatah
katapun. Terdengar suara genit itu berkata lebih jauh:
"Tapi setelah Kho sauhiap berkunjung kemari, berarti kau adalah
tamu agung perkampungan ciu hong san ceng kami, sudah
sepantasnya bila kuberi pelayanan yg sebaik-baiknya kepadamu"
"Kalau memang begitu, silahkan nona tampil kedepan utk
bertemu....." "Apa salahnya kalau kau yg masuk kedalam ruangan dan duduk
disini.....?" "antara lelaki dan perempuan ada batasannya, aku tidak berniat
memasuki kamar tidur perempuan lain ditengah malam buta begini!"
Perempuan yg berada dalam kamar itu segera tertawa cekikikan,
serunya geli: "Buat muda mudi dunia persilatan, batasan seperti itu sudah tak
berlaku lagi, Kho sauhiap, apakah kau tidak merasa bahwa
pandangan semacam itu terlalu kolot?"
"Tapi..." Tidak sampai Kho Beng sempat berbicara perempuan itu telah
berkata lebih jauh dg suara genit:
"Oooh, rupanya Kho sauhiap takut aku mempersiapkan jebakan
atau perangkap dalam ruangan ini sehingga kau tak berani
memasuki sarang naga gua harimau ini"
Kho Beng menjadi naik pitam, segera teriaknya:
"Biarpun aku tahu nona sedang menggunakan siasat memanasi
hatiku utk memancing aku masuk kedalam ruangan , tapi aku tetap
akan mencoba memasukinya."
Sambil meraba gagang pedangnya, ia segera masuk kedalam
ruangan dg langkah lebar.
Tapi begitu melangkah masuk kedalam ruangan, kontan saja
paras mukanya berubah menjadi merah padam lantaran jengahnya.
Rupanya perlengkapan perabot yg ada dalam ruangan itu sangat
indah dan mewah, bau harum semerbak memenuhi setiap sudut
ruangan, dibalik pembaringan yg dilapisi kelambu tipis tampaklah
seorang perempuan yg sama sekali bugil sedang berbaring disitu.
Hanya saja suasana dalam ruangan remang-remang hingga utk
sesaat sukar bagi pemuda kita utk mengenali paras mukanya, tapi
dia tahu perempuan tsb adalah Li Sian soat, cengcu perkampungan
Ciu hong san ceng itu. Agak tersipu-sipu dia segera menegur:
"Tolong tanya ciciku berada dimana?"
"Apakah benda itu sudah kau bawa kemari?" tanya perempuan
bugil itu serius. "Benda apa?" Perempuan itu segera tertawa terkekeh-kekeh, mendadak dia
membalikkan kepalanya. Begitu sepasang mata salng bertemu, Kho Beng menjadi
terperanjat sekali, buru-buru tegurnya,
"Siapa kau?" Ternyata wanita itu bukan Li Sian soat seperti apa yg diduganya
semula, melainkan seorang perempuan muda yg berparas amat
cantik jelita namun belum pernah dijumpai sebelumnya.
Tanpa terasa Kho Beng berpkir didalam hatinya:
"Tak heran kalau lgat suaranya terasa asing, kenapa tidak
kubayangkan sampai kesitu sejak tadi?"
Dalam pada itu siwanita muda yg cantik itu sudah berkata sambil
tertawa merangsang:

Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sesungguhnya akulah cengcu yg sebenarnya dari perkampungan
ini, Kho sauhiap mengapa kau tidak duduk dulu berbincangbincang?"
"Tapi .....mana nona Li Sian soat?" bentak Kho Beng.
"Aaaai...dia telah pergi!"
"Telah pergi...?" sekali lagi Kho Beng tertegun, tapi segera
tegurnya dg suara dalam, "dihadapan orang yg jujur janganlah
berbohong, sesungguhnya apa hubungan nona dg nona Li?"
"Kami adalah sobat karib!"
"Heeeeh.....heeeehh....heeehh...kalau begitu kaupun satu
komplotan dg dewi In nu?" seru sang pemuda sambil tertawa dingin.
Dg cepat perempuan muda cantik jelita itu menggelengkan
kepalanya berulang kali: "Tidak, hubungan kami tidak terlalu akrab, apalagi kalau dibilang
sebagai komplotannya."
Kembali Kho Beng tertawa dingin.
"Lantas mengapa kau bertanya kepadaku apakah benda tsb
sudah dibawa kemari!"
Sambil membenahi rambutnya yg kusut, pelan-pelan perempuan
cantik itu bangkit dan duduk ditepi pembaringan, katanya:
"Sebelum meninggalkan tempat ini, nona Li telah berpesan
kepadaku, katanya kau akan menghantar kitab pusaka Thian goan
bu boh kemari, oleh sebab itulah aku mengira kedatangan Kho
sauhiap ketempat ini adalah utk menyerahkan kitab pusaka tsb?"
"Hmmm berbicara pulang pergi, kalian tetap hanya mengincar
kedua lembar kitab tsb, sayang dalam hal ini terpaksa kalian mesti
menahan kecewa, sebab kedua lembar kitab tsb sesungguhnya
tidak berada disakuku!"
"Kalau memang tidak berada disaku Kho sauhiap, lantas berada
dimanakah benda itu?" tanya si perempuan cantik itu sambil tertawa
lagi. "Aku telah membakarnya hingga hancur menjadi abu!"
Perempuan cantik itu nampak agak tertegun, kemudian serunya:
"Kalau begitu Kho sauhiap telah menguasai seluruh isi kitab
pusaka yg tercantum dalam kedua lembar kitab itu?"
"Yaa, memang begitulah keadaannya" sang pemuda
mengangguk. Perempuan cantik itu segera tertawa terkekeh-kekeh:
"Kalau begitu asal kutahan dirimu disini, toh sama saja artinya!"
"Menahan aku"..?" Kho Beng segera tertawa terbahak-bahak,
"aku rasa kau tak akan mampu menahanku!"
"Kho sauhiap, lebih baik kau jangan sombong lebih dulu, coba
saksikan dulu benda apakah ini!"
Seraya berkata perempuan cantik itu segera mengambil sebuah
benda dari bawah pembaringannya dan dilemparkan kedepan.
Begitu menyaksikan benda tsb, Kho Beng segera merasakan
hatinya tercekat, tak tahan lagi jeritnya tertahan:
"Payung Thian lo san!"
"Yaa betul, memang payung Thian Lo san" ujar perempuan cantik
itu sambil tertawa, "apakah Kho sauhiap berharap bisa bertemu dg
pemilik payung ini?"
Rasa sedih dan gusar yg bercampur aduk dalam benak Kho Beng
membuat ia sangat gusar, dg mata melotot besar bentaknya keraskeras:
"Apa yg telah kau lakukan terhadap enciku?"
Perempuan cantik itu tertawa dingin:
"Asal Kho sauhiap bersedia utk tinggal disini, tentu saja akan
kuberitahukan soal tsb kepadamu?"
"Hmmm, bagaimana perhitungan siepoa mu itu!" hardik Kho
Beng semakin sewot, "baiklah, biar kubekuk dirimu lebih dulu, aku
tak kuatir tak mampu membongkar semua rencana busuk kalian."
"Criiingg?" Pedangnya segera diloloskan dari sarung dan bersiap sedia
melancarkan serangan. "Hey, mau apa kau?" teriak perempuan cantik itu agak gelisah.
"Bila kau tak bersedia menyerahkan diri dg begitu saja, jangan
salahkan bila pedangku tak mengenal perasaan!"
Begitu selesai berkata sebuah tusukan kilat langsung dilontarkan
kedepan mengancam tubuh telanjang perempuan tsb.
Si perempuan cantik itu menjerit kaget, tergopoh-gopoh dia
merentangkan payung Thian Lo san utk menyongsong datangnya
tusukan maut tsb. Dg gerakan tsb maka tusukan pedang Kho Beng pun persis
menghajar diatas permukaan payung tsb, tapi payung itu betul-betul
kokoh dan ulet, seketika itu juga ujung pedangnya terpeleset dan
tergelincir kesamping. Tapi pada saat itulah mendadak dari atas permukaan payung itu
menyembur keluar segumpal asap berwarna putih.
Kho Beng menjadi terperanjat sekali, sayang sebelum sempat ia
berbuat sesuatu, bau harum yg aneh tsb telah menerobos masuk
kedalam hidungnya. Seketika itu juga dia merasakan kepalanya mata berat dan
pening sekali, hampir saja sia tak mampu berdiri tegak lagi.
Dalam terperanjat, buru-buru dia melompat kebelakang dan
berusaha melarikan diri keluar ruangan.
"hmmm, akan kulihat kau bisa kabur sampai dimana?" bentak
perempuan cantik itu sambil tertawa terkekeh-kekeh.
Setelah berhasil melompat keluar dari ruangan loteng itu, buruburu
Kho Beng menarik napas panjang sambil bersiap-siap
melompat utk kdua kalinya.
Namun sayang sepasang kakinya tahu-tahu jadi lemas dan tak
mau menuruti perintahnya lagi, ditambah pula kepalanya amat
pusing dan pandang matanya menjadi gelap.
"Blaaaammm"!"
Tak ampun lagi tubuhnya segera roboh terjengkang diatas tanah.
Perempuan cantik itu bersorak gembira, cepat-cepat dia
mengenakan pakaiannya kembal sambil melompat turun dari
pembaringan. Lalu sambil mendekati Kho Beng, katanya dg bangga:
"Ciu hoa, Tang soat, Hee im sekalian, coba kau lihat, pekerjaan
yg tak mampu kalian lakukan, tohh akhirnya berhasil diselesaikan
olehku, Cun hong secara mudah. Peristiwa ini benar-benar
merupakan sebuah pahala besar!"
Tampak ia tersenyum simpul dg wajah berseri-seri, dg cepat
diambilnya sebuah gembrengan kecil dari sakunya dan dibunyikan
berulang-ulang. "Traaang".traaang".traaang?"
Dg bergemanya suara gembrengan, cahaya lentera segera
memancar dari empat penjuru, suasana yg semula gelap gulita kini
berubah menjadi terang benderang.
Si dayang Sian kim yg munculkan diri paling dulu, ketika melihat
kejadian ini segera serunya sambil tertawa:
"Lengcu, kionghi atas keberhasilanmu!"
Sambil mengulapkan tangannya Cun hong Lengcu berkata:
"Cepat kirim dia kedalam kamarku, kemudian cepat kirim surat
melaporkan peristiwa ini kepada Saiancu!"
Buru-buru Sian kim mengiakan, sambil menyeret tubuh Kho Beng
ia berjalan menuju keruangan sebelah kiri.
Sementara itu Cun hong Lengcu segera berjalan menurun tangga
dan berangkat menuju kebangunan sebelah timur.
Tempat tsb merupakan sebuah bangunan loteng yg tidak kecil,
begitu Cun hong Lengcu munculkan diri, Li Sian soat segera
menyambut kedatangannya dan berseru sambil tertawa:
"cici, kionghi atas keberhasilanmu!"
Cun hong Lengcu tertawa cekikikan, tanyanya tiba-tiba:
"Dimanakah Kho Yang ciu sekarang?"
"Ia sudah menelan obat mabukku, sekarang masih tak sadarkan
diri?" "Bagus sekali, jangan biarkan dia tahu akan peristiwa ini, cepat
kembalikan payung ini kedalam kamarnya."
Setelah menerima payung thian lo san tsb, Li Sian soat kembali
bertanya: "Apakah cici sudah menggelesahnya?"
"Belum, tapi menurut pengakuannya, kedua lembar kitab pusaka
thian goan bu boh tsb sudah tidak berada disakunya lagi."
"Lantas berada dimana?" tanya Li Sian soat agak tertegun.
Dg kening berkerut, Cuh hong Lengc berkata:
"Konon ia sudah membakarnya sampai habis!"
"Waaah, bukankah usaha kita selama ini menjadi sia-sia belaka"
Bagaimana cara kita melaporkan peristiwa ini kepada Siancu?" teriak
Li Sian soat panik. "Haaahh"haaaaahh"haaahh"apa susahnya dg masalah
semacam ini?" kata Cun hong Lengcu sambil tertawa bergelak.
Dg wajah angkuh sambungnya lebih jauh:
"Ia pernah mempelajari ilmu Thian goan singkang, berarti sudah
mengingat baik semua bagian dari keterangan yg tercantum dalam
dua lembar kertas tsb, asal dia masih berada dalam cengkeraman
kita, masa semua rahasia tsb tak akan dimuntahkan keluar sedikit
demi sedikit?" "Cici, paling baik kalau kau lakukan penggeledahan dulu, sebab
aku dengar bocah keparat itu banyak tipu muslihatnya, kalau kita
sampai termakan oleh siasat busuknya hingga dipecundangi habishabisan,
waaaah"penasaran rasanya!"
"Benar!" Cun hong Lengcu segera manggut-manggut,"kalau
begitu biar kuperiksa dulu sakunya?""
Kemudian sambil melemparkan kerlingan genit kearah Li Sian
soat, katanya lagi sambil tertawa:
"Sebentar tak ada salahnya bila kau turut kesana, kita nikmati
bersama hasil tangkapan ini!"
"Ciiiisssss"..lebih baik cici menikmatinya seorang diri, aku mah
tak berani mengusiknya."
Cun hong Lengcu tertawa, dia segera bangun berdiri dan berjalan
menuju kekamar tidurnya. Udara malam amat cerah, bintang nampak bertaburan diangkasa,
dg pancaran nafsu birahi yg membara Cun hong Lengcu berjalan
kembali kekamar tidurnya.
Sepanjang jalan otaknya berputar terus mencari akal, dia ingin
mencari sebuah cara yg terbaik utk memancing Kho Beng agar
menyerah dibawah kakinya.
Dalam waktu singkat ia telah tiba didepan kamar tidurnya,
cahaya lentera nampak menyinari seluruh bangunan loteng tsb,
namun dayangnya Sian kim tidak kelihatan disitu.
Sambil mmeriksa sekeliling tempat itu, Cun hong Lengcu segera
berseru keras: "Sian kim, Sian kim?""
Aneh, suasana disekitar bangunan loteng itu amat hening dan tak
kedengaran sedikit suara pun.
Cun hong Lengcu segera bergumam,
"Sialan amat budak itu, hmmm makin lama semakin kurang ajar
saja budak tsb." Sambil mengomel panjang pendek dia berjalan naik keatas
loteng. Begitu masuk kedalam ruang tidurnya, ia saksikan seseorang
berbaring diatas pembaringannya, tapi berhubung kelambunya
diturunkan maka tak jelas paras muka orang tsb.
Tapi bagi Cun hong Lengcu, ia tahu siapa gerangan yg
dibaringkan disana, entah apa yg dibayangkannya tiba-tiba paras
mukanya berubah menjadi merah padam.
Mula-mula diambilnya obat penawar dari sakunya, kemudian baru
menyingkap kelambu dimuka pembaringan.
Tapi begitu kelambunya disingkap, paras mukanya segera
berubah hebat, tak kuasa dia menjerit kaget.....
Ternyata orang yg berbaring disana bukan Kho Beng seperti yg
diduganya semula, melainkan Sian kim dayang kepercayaannya.
Tampak dayang itu berbaring dg mata terpejam dan napas amat
teratur, kiranya dia sudah tertotok jalan darah tidurnya.
Tergopoh-gopoh Cun hong Lengcu menepuk bebas jalan
darahnya, lalu tegurnya dg gelisah:
"Mana orangnya?"
Sian kim menguap ngantuk, lalu bergumam:
"Heran, kenapa aku bisa tertidur" Hey Lengcu, siapa yg kau
tanyakan?" "Budak sialan!" umpat Cun hong Lengcu sambil menghentakhentakkan
kakinya dg gemas, "siapa lagi yg kutanyakan, tentu saja
Kho Beng, mana orangnya sekarang?"
Sian kim menjerit kaget, cepat-cepat dia melompat bangun dari
atas pembaringan sambil jeritnya:
"Aduh celaka! Orangnya telah diculik seseorang........"
"Siapa yg menculiknya?" bentak Cun hong Lengcu gusar.
Dg wajah ingin menangis, Sian kim menjawab tergagap:
"Aku..........aku benar-benar tidak tahu?"
Cun hong Lengcu benar-benar sangat gusar, mendadak....
"Plaaak!" Dia menampar wajah Sian kim keras-keras kemudian bentaknya:
"Budak busuk! Masa utk menjaga pun tak becus, sebetulnya apa
kegunaanmu" Hayo cepat katakan, apa yg sebenarnya yg telah
terjadi?" Dg wajah hampir menangis Sian kim berkata:
"Waktu itu aku sudah membawa Kho sauhiap sampai didalam
kamar dan membaringkannya diatas ranjang, tiba-tiba kurasa ada
angin yg berhembus kencang dari luar jendela maka budak pun
pergi merapatkan daun jendela tsb.......mungkin........mungkin disaat
itulah budak kehilangan kesadaran!"
"Kau benar-benar gentong nasi yg tak berguna!" umpat Cun hong
Lengcu sangat gusar, "ayoh cepat bunyikan tanda bahaya, ia sudah
terkena bubuk pemabukku, meski telah sadar daya kerja obat tsb
belum hilang. Dia tak mungkin bisa kabur terlalu jauh."
Sian kim mengiakan berulang kali dan tergopoh-gopoh lari turun
dari atas loteng. Tak lama kemudian suara gembrengan kembali dibunyikan
bertalu-talu diseluruh perkampungan, hanya saja nada suara
gemberengan tsb jauh berbeda dg suara pertama.
Begitu suara tsb bergema, suasana perkampungan menjadi
kalang kabut dan setiap orang dicekam perasaan gugup dan panik.
Ditengah bunyi suara gembrengan yg amat ramai inilah, tampak
bayangan manusia berkelebat kian kemari, suasana kelihatan sangat
kalut. Apa yg diduga Cun hong Lengcu memang benar.
Waktu itu Kho Beng belum jauh meninggalkan perkampungan Ciu
hogn san ceng, dia masih berada didalam sebuah hutan hanya
berapa li dari perkampungan tsb.
Suasana dalam hutan itu gelap gulita, sementara dia berbaring
diatas tanah dg tenang, disampingnya duduk siwalet terbang Chin
sian kun. Waktu itu si nona sedang meneteskan air dari kantung airnya
kedalam mulut Kho Beng. Chin sian kun tdk mengetahui racun apakah yg telah mengeram
didalam badan Kho Beng, karenanya dia hanya bisa mencoba dg
menggunakan air segar. Betul juga, tak lama kemudian Kho Beng menggerakkan
badannya dan lambat laun sadar kembali dari pingsannya.
"Kho sauhiap....kho sauhiap..." Chin sian kun memanggil dg suara


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lirih. Akhirnya Kho Beng membuka matanya kembali, ketika ia
merasakan seorang perempuan asing disampingnya, pemuda kita
kelihatan amat terperanjat dan segera melompat bangun.
"Siapa.....siapakah kau?" tegurnya terperanjat.
"Kho sauhiap, jangan gugup, aku yg berada disampingmu!"
cepat-cepat Chin sian kun berbisik.
Akhirnya Kho Beng dapat mengenali kembali siapa gerangan
nona tsb, dg perasaan terkejut bercampur girang segera serunya:
"Aaaaah...rupanya nona Chin...."
Kemudian setelah memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu,
katanya lagi agak kebingungan:
"Mengapa kau bisa berada disini?"
"Aku merasa kuatir sekali membiarkan kau mengembara seorang
diri, maka aku segera mencari tahu alamay yg kau tuju dari Bu wi
cianpwee, setelah itu aku pun cepat-cepat menyusulmu kebukit Cian
San, ternyata berhasil juga kutemukan dirimu."
"Jadi nona yg telah menyelamatkan aku?" tanya Kho Beng dg
perasaan amat berterimakasih.
Chin sian kun tersenyum, "Sungguh beruntung Cuh hong Lengcu segera meninggalkan
bangunan loteng tsb setelah membokongmu dg obat pemabuk,
mereka tak menyangka sama sekali kalau aku bersembunyi
dibelakang sana, itulah sebabnya dg mudah sekali aku berhasil
membawamu keluar dari sana."
"Aaaai, aku benar-benar tak tahu bagaimana mesti membalas
budi kebaikan nona...."
Merah jengah selember wajah Chin sian kun, cepat-cepat dia
menukas "Sebetulnya pekerjaan semacam ini sudah sepantasnya
kulakukan untukmu, buat apa mesti berterima kasih?"
"Bila aku bertemu lagi dg perempuan rendah tsb dikemudian hari,
pasti akan kupenggal batok kepalanya!" sumpah Kho Beng dg
perasaan amat mendendam. Sementara pembicaraan masih berlangsung, tiba-tiba dari luar
hutan sana terdengar suara langkah kaki manusia yg ramai disusul
munculnya cahaya api secara lamat-lamat.
Dg cepat kedua orang muda mudi itu menahan nafas dan tidak
berbicara lagi. Tak selang beberapa saat kemudian, suara langkah kaki manusia
itu sudah tiba ditepi hutan, lalu terdengar suara seorang lelaki
berkata: "Li sam, coba kau lakukan pemeriksaan ketengah hutan sana, bila
ada seseorang yg mencurigakan, segera berilah kabar kepadaku, bila
tak ada yg mencurigakan, kita geledah lebih kedepan."
Lelaki yg disebut Li sam itu segera mengiakan, dg tangan kiri
membawa obor dan tangan kanan membawa pedang yg disilangkan
didepan dada, selangkah demi selangkah dia berjalan memasuki
hutan tsb. Pucat pias selembar wajah Chin sian kun setelah mendengar
perkataan itu, tapi Kho Beng sudah melompat bangun sambil
berbisik, "Pancing saja mereka masuk kedalam, malam ini aku hendak
melakukan pembantaian secara besar-besaran!"
Tapi belum selesai perkataan tsb diucapkan, tiba-tiba saja paras
mukanya berubah hebat. Rupanya disaat dia mencoba utk mengatur hawa murninya, dg
cepat diketahui bahwa peredaran darahnya tak mampu mengalir dg
lancar. Ini berarti dia tak mampu mengerahkan tenaga dalamnya
lagi. Tak heran kalau pemuda tsb mejadi terperanjat setengah mati
hingga wajahnya berubah hebat
Chin sian kun yg mengawasi perubahan tsb menjadi agak
tertegun disamping keheranan, buru-buru tanyanya:
"Kho kongcu, mengapa......mengapa kau?"
"Aku sama sekali tak mampu menghimpun tenaga dalamku lagi!
peredaran darahku terasa agak tersumbat!"
Sementara itu lelaki yg bernama Li sam sudah melangkah
mendekati mereka berdua, ini berarti tiada waktu lagi buat mereka
utk berpikir panjang. Buru-buru Chin sian kun menarik tangan Kho Beng dan diajak
bersembunyi dibalik sebatang pohon besar, lalu bisiknya lirih:
"Mari kubopong kau naik keatas"
Bersemu merah wajah Kho Beng mendengar bisikan itu,
sebaliknya Chin sian kun tertawa wajar, bahkan tak menanti Kho
Beng membuka suara lagi ia segera merangkul pinggangnya
kemudian melompat naik keatas batang pohon besar....
Tapi dg kejadian tsb, gerak gerik mereka segera menimbulkan
suara berisik. Lelaki yg bernama Li sam itu segera membentak keras:
"Siapa yg berada didalam hutan?"
Diam-diam Chin sian kun berbisik kepada Kho Beng.
"Gelisah sangat tdk menguntungkan, sekarang kau duduk disini
dg tenang, biar kupancing mereka pergi dari sini!"
Dg perasaan sedih bercampur gusar Kho Beng manggutmanggut,
kini tenaga dalamnya telah punah, tentu saja dia tak
mampu berbuat banyak terhadap situasi didepan mata.
Setelah melemparkan sebuah kerlingan mesra kearah Kho Beng,
Chin Sian kun segera melayang turun keatas tanah, kemudian sambil
mengumpulkan hawa murninya dia meluncur keluar dari hutan tsb,
bahkan sewaktu bergerak keluar dia sengaja menimbulkan suara
berisik. Li Sam segera berpekik panjang, lalu teriaknya keras-keras:
"Kalian cepat kemari! Didalam hutan benar-benar ada orang."
Dg teriakan tsb, dari luar hutan pun segera terjadi suara sahutan
dan secara beruntun tampak bayangan manusia berkelebat lewat,
dalam waktu singkat delapan buah obor telah menyinari sekeliling
tempat Li Sam berdiri sekarang.
Belasan orang jago tsb dipimpin oleh seorang kakek berbaju
hijau, ia mempunyai wajah kuda yg berbentuk panjang.
Begitu tiba disamping Li Sam, segera tegurnya dg gelisah:
"Dimana orangnya?"
Sambil menunding kearah kiri sahut Li Sam:
"Agaknya ada orang melarikan diri kearah sebelah sana,
pemimpin aku rasa hutan ini mencurigakan sekali!"
"Lakukan pemeriksaan!" kakek berbaju hijau itu segera
menurunkan perintahnya. Maka belasan orang jago pn memencarkan diri dalam formasi
kipas terbuka lalu pelan-pelan melakukan pencarian disekeliling
tempat itu. Benar juga sepanjang jalan mereka mendengar ada suara
langkah manusia serta suara ranting yg disingkirkan orang.
Sambil menyeringai seram, kakek berbaju hijau itu segera
berkata: "Kalau memang ada orang disini, berarti dia adalah bocah
keparat she Kho itu, menurut Cun hong Lengcu, daya kerja obat
dalam tubuhnya belum hilang karena itu tenaga dalamnya belum
pulih kembali, tak heran kalau langkah kakinya menimbulkan suara
berisik." Begitu mendengar perkataan tsb, belasan orang jago itupun
melakukan pengejaran dg lebih bernafsu lagi, sebab setiap orang
berharap bisa membuat jasa besar.
Mendadak....... Dikejauhan sana terlihat ada sesosok bayangan hitam berkelebat
lewat, Li Sam segera membentak keras:
"aku lihat kau bisa kabur kemana?"
Dg cepat dia melejit kedepan lalu menerjang kearah bayangan
hitam tsb dg kecepatan tinggi.
Pada saat itulah bayangan manusia tadi sudah tiba ditepi hutan,
tiba-tiba saja orang itu menghentikan langkahnya.
Li Sam yg sudah menyusul sampai disitu tidak banyak berbicara
lagi, dg cepat tubuhnya melejit keudara sementara pedangnya
melancarkan sebuah tusukan kilat.
Ditengah deruan angin serangan yg amat tajam, sebuah tusukan
telah mengancam punggung bayangan hitam tsb.
Dg cekatan bayangan hitam tadi menghindarkan diri kesamping,
kemudian bentaknya keras-keras:
"Hey, kalian sudah edan semua......."
Setelah melancarkan tusukan tsb, Li Sam baru merasakan kalau
gelagat tidak beres, tergopoh-gopoh dia menarik kembali
serangannya sambil mengawasi wajah orang itu dg seksama.
Tapi apa yg kemudian terlihat membuat hatinya semakin
terperanjat lagi buru-buru dia berbicara:
"Ooooh...rupanya nona Sian kim, mengapa kaupun berada
disini?" Sambil menghentak-hentakkan kakinya dg gemas Sian kim
berseru: "Aku sedang mencari bocah keparat she Kho itu, tak disangka
hampir saja mati diujung pedangmu, bunuh, mengapa sih kalian
tidak melacak jejak musuh sebaliknya malah menguntil
dibelakangku?" Dalam pada itu si kakek berbaju hijau telah menyusul pula
sampai disitu dg segenap kekuatannya, melihat kejadian ini buruburu
dia menyapa: "Nona Sian kim, mengapa kau pun sampai disini?"
Sambil menggertak gigi menahan diri jawab Sian kim.
"Lengcu menyuruh aku turut melacaki jejak bocah keparat itu,
tentu saja aku melaksanakan perintahnya, kalian tahu, barusan aku
telah berhasil menemukan bayangan tubuh orang she Kho itu, tapi
gara-gara ulah kalian, sekarang ia berhasil meloloskan diri kembali."
"Dimanakah nona berhasil melihat jejak orang she Kho itu?"
buru-buru kakek berbaju hijau itu bertanya.
Sian kim segera menunding kedepan sana sambil berkata:
"Itu dia, disudut tebing sebelah selatan, waktu itu sebenarnya
aku sedang melakukan pengejaran kesitu, sungguh tak disangka
anak buahmu justru melancarkan sebuah tusukan kepunggungku
secara tiba-tiba.....untung saja tak sampai melukai tubuhku....."
Kakek berbaju hijau itu tidak banyak berbicara lagi, buru-buru dia
mengibaskan ujung bajunya sambil membentak:
"Kita geledah kesana!"
"Betul!" seru Sian kim sambil tertawa, kalian menggeledah kesisi
kiri, biar aku mencarinya dari sebelah kanan, dg begini banyak
orang, aku percaya sekalipun tumbuh sayappun jangan harap bisa
meloloskan diri dari sini!"
?"Baik, kita kerjakan secara demikian saja!" kata kakek berbaju
hijau itu terburu-buru. Kemudian tanpa mengucapkan sepatah katapun dia segera
melejit ketengah udara, dalam waktu singkat tubuhnya telah berada
sepuluh kaki lebih dari tempat semula.
Sian kim, si dayang berbaju hijau itupun bergerak menuju
kesebelah kanan utk melakukan pencarian, tapi belum sampai
berjalan sejauh sepuluh kaki, dia sudah belik kembali ketempat
semula, kemudian setelah memeriksa sekejap sekeliling tempat itu
dan yakin kalau disana tak ada orang, tergesa-gesa dia menerobos
masuk kedalam hutan. Dg suatu gerakan yg cepat sekali, dia balik kepohon besar
dimana Kho Beng bersembunyi tadi, dari atas wajahnya dia
melepaskan selembar topeng kulit manusia dan dimasukkan kembali
ke sakunya. Ternyata dayang Sian kim tak lain adalah hasil penyamaran dari
si walet terbang Chin sian kun.
"Kho Sauhiap...Kho sauhiap....." bisiknya pelan
Dari balik dedaunan yg rimbun tampak Kho Beng menongolkan
kepalanya sambil menyahut:
"Aku berada disini...!"
Chin Sian kun segera melompat naik keatas pohon , lalu katanya
dg pelan: "Waaah...betul-betul sangat berbahaya!"
"Apakah mereka sudah pergi?" tanya Kho Beng dg perasaan
sangat gelisah. Chin Sian kun segera tertawa bangga, katanya :
"aku telah menipu kawanan bajingan itu sehingga mengambil
arah yg salah, mungkin mereka sudah berada berapa li dari sini
sekarang!" "Dg cara apa nona berhasil memancing mereka menuju kearah
yg salah?" tanya Kho Beng tak habis mengerti.
Chin Sian kun segera memperlihatkan topeng kulit manusia yg
berada ditangannya, dia berkata:
"Aku mengandalkan benda ini......eeei...bagaimana perasaanmu
sekarang, apakah rada mendingan?"
Kho Beng segera menghela napas panjang,
"Aaaai.....entah bahan obat pemabuk jenis apakah yg
dipergunakan perepuan siluman itu, hingga sekarang tenaga
dalamku masih belum bisa dihimpun kembali."
Chin Sian kun berpkir sebentar, lalu ujarnya:
"Kita harus meninggalkan tempat ini lebih dulu baru
mengusahakan pengobatan atas lukamu itu, mari biar aku yg
menggendongmu!" oooOOooo Hampir semalam suntuk perkampungan Ciu hong san ceng
dilanda kekalutan dan keributan, namun usaha mereka sama sekali
tidak memberikan hasil apa-apa.
Namun keesokan harinya, tiba-tiba dikota kecil dikaki bukit Cian
san telah kedatangan serombongan manusia, mereka terdiri dari
kawanan jago lihay baik dari golongan putih maupun dari golongan
hitam. Kemunculan mereka amat tiba-tiba tak jauh berbeda dg keadaan
sewaktu berada dilembah hati buddha tempo hari, entah siapa yg
menyiarkan berita tsb namun yg jelas sasaran mereka kali ini bukan
Kho Beng melainkan langsung menuju perkampungan ciu hong san
ceng diatas bukit cian san.
Sebagai pemimpin dari rombongan tsb adalah seorang kakek
berbaju hitam yg menyoren sepasang pedang dipunggungnya, orang
itu termasyur sekali namanya dikawasan Kanglam dan dikenal orang
sebagai Pedang emas berlengan baja To tin.
Dg gerakan yg amat cepat rombongan tsb langsung menyerbu
kedepan perkampungan Ciu hong san ceng, ternyata jagoan yg
terhimpun dalam rombogan ini mencapai lima puluhan orang.
Begitu sampai dimuka pint perkampungan, to tin segera
membentak dg suara keras:
"Apakah dalam perkampungan ada orang?"
Baru saja suara bentakan tsb bergema, pintu perkampungan
telah terbuka lebar-lebar, yg munculkan diri kemudian adalah kakek
berbaju ungu Ong Thian siang.
Ia kelihatan agak tertegun, lalu setelah memperhatikan sekejap
sekeliling tempat itu, tegurnya:
"Bolehkah aku bertanya, ada urusan apa kalian datang
keperkampungan kami?"
Dg suara berat dan dalam Pedang emas berlengan baja To tin
menjawab:

Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"aku To tin bersama rekan-rekan persilatan dari kawasan
Kanglam sengaja datang kemari karena mendengar diperkampungan
anda telah datang seorang tamu agung, apakah dia masih berada
disini?" "Yaa betul, rupanya rekan-rekan sekalian datang mencari nona
Kho, bolehkah aku tahu ada urusan apa kalian mencarinya?"
To tin segera mendengus dingin.
"Cepat suruh dia keluar, katakan saja ada orang mencari
dirinya.!" Ong Thian siang mengiakan dan buru-buru masuk kedalam
perkampungan. Tak selang berapa saat kemudian, tampak tiga orang perempuan
berkerudung diiringi para dayang telah munculkan diri dari balik
gedung, orang pertama adalah seorang nona berbaju putih, tentu
saja dia adalah Kho Yang ciu, orang kedua menggunakan baju
berwarna hijau, dia adalah Hee im Lengcu Li Sian soat, sedangkan
orang ketiga mengenakan baju bewarna merah darah, dia adalah
Cun hong Lengcu, Jin cun.
Begitu mereka bertiga tiba didepan pintu perkampungan, Kho
Yang ciu lah yg kelihatan terkejut sekali.
Sebagaimana diketahui, perkampungan Ciu hong san ceng sama
sekali tak ada hubungan apa-apa dg dunia persilatan, tapi darimana
kawanan jago persilatan itu bisa tahu kalau dia berada disini"
Disamping itu selapis hawa membunuh pun telah muncul dalam
hati kecilnya, sudah lama ia tak pernah membunuh orang,
bagaimana mungkin dia akan menyia-nyiakan kesempatan baik yg
berada didepan mata sekarang"
Tatkala melihat munculnya tiga orang wanita muda dari balik
perkampungan, kawanan jago persilatan itu kelihatan sangat tegang
dan serius, hawa pembunuhan pun mulai menyelimuti seluruh area.
Dg suara lantang si Pedang emas To tin segera menegur keras:
"Siapakah si Kedele Maut?"
"Nonalah orangnya!" jawab Kho yang ciu dingin.
"Rupanya kaulah putri Hui im cengcu yg menghebohkan dimasa
lalu, sibiang keladi yg menyebabkan timbulnya badai berdarah
didunia persilatan........hmmm, hari ini sengaja aku datang kemari
bersama rekan-rekan persilatan utk membuat perhitungan atas
kematian rekan-rekan kami........"
Kho Yang ciu segera tertawa terkekeh-kkeh, setelah mendengar
perkataan itu, jengeknya:
"Heeehh....heeehh....heehh...kalian anggap kemampuan yg kamu
semua miliki sudah cukup utk berbuat sesuka hati,
hmmm....memangnya tujuh puluh lembar nyawa yg tewas
diperkampungan Hui im ceng tidak pantas utk dituntut balas?"
"Hmmm, aku tahu percuma saja banyak berbicara dg perempuan
gila macam dirimu itu" tukas To tin gusar, "rekan-rekan semua, hari
ini kita tak boleh membiarkan siluman perempuan siluman itu
meloloskan diri lagi dari cengkraman kita"
Seruan tsb segera disambut penuh antusias oleh kawanan jago
silat lainnya, dalam waktu singkat mereka telah bersiap sedia utk
melancarkan serangan. Cun hong Lengcu yg menyaksikan kejadian ini buru-buru
mengulapkan tangannya, seraya berkata:
"eeeei....tunggu dulu, tunggu dulu........."
"Siapa anda?" To tin segera membentak.
Sambil tertawa merdu jawab Cun hong Lengcu:
"Kami kakak beradik adalah pemilik perkampungan Ciu hong san
ceng ini, ketahuilah perkampungan kami tak pernah mempunyai
ikatan dg dunia luar, hubungan dg dunia persilatan pun tak ada,
kenyataan kalian datang mencari gara-gara, apakah tindakan ini
tidak merupakan suatu perbuatan yg kelewat batas " "
"Jadi nona bermaksud akan melindungi siluman perempuan ini" "
seru To tin dg suara dingin.
Kembali Cun hong Lengcu tertawa:
"Nenek moyang kami telah membuat suatu peraturan utk
perguruan kami, yakni tidak boleh mencampuri urusan dunia
persilatan, oleh sebab itu aku ingin bertanya kepada kalian, apakah
kami pun akan dihitung menjadi satu" "
To tin tidak langsung menjawab, diam-diam pikirnya:
"Perempuan ini adalah anak murid dari tokoh sakti dunia
persilatan, kepandaian silatnya tak boleh dipandang enteng, apalagi
tujuanku yg utama adalah mlenyapkan perempuan siluman tsb dari
muka bumi, kalau bisa mengurangi dua orang musuh tangguh jelas
hal tsb makin menguntungkan bagi posisiku. "
Panji Sakti 12 Golok Halilintar Karya Khu Lung Munculnya Jit Cu Kiong 1

Cari Blog Ini