Ceritasilat Novel Online

Kedele Maut 11

Kedele Maut Karya Khu Lung Bagian 11


"Berpikir demikian, buru-buru ia berkata:
Kalau toh pihak perkampungan kalian punya peraturan yg
melarang anggotanya mencampuri urusan dunia persilatan, sudah
barang tentu kamipun tak akan mengusik ketenangan kalian, asal
nona sekalian bersedia menyingkir dari sini dan tidak mencampuri
urusan kami, aku beserta rekan-rekan persilatan lainnya pasti tak
akan mengganggu seujung rambutpun dari perkampungan anda."
Cun hong Lengcu manggut-manggut, katanya lagi:
"Walaupun perkataan anda memang sangat tepat, namun kami
dua bersaudarapun tetap merasa serba salah."
"Apa yg menyebabkan kalian serba salah " "
"Nona Kho adalah sahabat karib kami dua bersaudara, andaikata
kejadian ini berlangsung ditempat lain, tentu saja kami dua
bersaudara dapat berlagak seolah-olah tidak melihat serta tidak
mencampurinya, tapi hari ini.........kalian justru telah datang kemari
utk mencari gara-gara, bagaimanapun jua kami sebagai tuan rumah
toh tak bisa berpeluk tangan belaka, sebab tindakan seperti ini jelas
tidak mencerminkan kesetiakawanan, sebaliknya bila ingin
membantu, kamipun kuatir akan melanggar peraturan leluhur kami,
nah, coba dibayangkan apakah posisi kami saat ini tidak serba
berabe......" "Cici berdua tak usah kuatir" cepat-cepat Kho yang ciu berseru,
asal cici berdua mau membantu siaumoy dg berjaga-jaga ditepi
arena, hal tsb sudah lebih dari cukup untukku, apalagi jumlah
manusia seperti ini belum sampai merisaukan hatiku, silahkan cici
berdua berpeluk tangan saja"
Cun hong Lengcu pura-pura menghela napas sedih, lalu katanya:
"Yaa, kalau begitu maafkanlah kami, tapi kami berjanji tak akan
membiarkan adik menderita kerugian ditangan mereka!"
To tin yg mendengar perkataan itu menjadi tertegun, lalu
serunya sambil mendengus:
"Nona, apa maksud perkataanmu itu?"
Cun hong Lengcu tertawa terkekeh-kekeh,
"Kalian berjumlah begitu banyak, padahal lawan yg hendak kalian
hadapi hanya seorang perempuan lemah, sesungguhnya kami
merasa amat tak puas dg tindakan kalian itu!"
"Kalau begitu kalian telah berubah pikiran?" jengek To tin sambil
tertawa dingin. "Bukan begitu maksud kami, asal kalian bersedia mengikuti
peraturan dunia persilatan dg pertarungan satu lawan satu, tentu
saja kami akan berpeluk tangan saja, kalau tidak, terpaksa kami
akan mengundang adik keluarga Kho untuk memasuki
perkampungan kami." "Apakah kami tak sanggup menyerbu kedalam perkampungan
kalian?" seru To tin penasaran.
Sambil tertawa Hee im Lengcu Li Sian soat menyela:
"Bila kalian berani menyerbu kedalam perkampungan, urusan
menjadi lebih mudah utk diselesaikan, sebab kami pun tak usah
kuatir akan melanggar peraturan leluhur kami lagi!"
To tin segera tertawa seram.
Jilid 24 "Heeehh"heeehh"heeeehhh"sudah seumur hidup kami
mengembara didalam dunia persilatan, namun belum pernah
mendengar nama perkampungan Ciu hong san ceng kalian. Hmmm!
Kendatipun tempat ini sarang naga gua harimau, aku tetap akan
mencoba menyerbunya?"?"."
"Aku tidak berharap kalian mencoba perbuatan sebodoh itu" ujar
Cun hong Lengcu pelan "sebab aku kuatir tanah kami yang bersih
segera akan dinodai oleh percikan darah, tapi bila anda kelewat
memandang enteng kekuatan perkampungan kami, jelas perbuatan
tersebut merupakan perbuatan orang buta."
Begitu selesai berkata, tiba-tiba dia mengibaskan ujung bajunya.
Dari balik dinding pekarangan segera bermunculan empat
puluhan orang jago, separuhnya adalah nona muda bergaun hijau
dan separuhnya lagi adalah kakek berpakaian ringkas.
Terdengar Cun hong Lengcu membentak lagi:
"Cin bu wi, coba demontrasikan kepandaianmu dihadapan
mereka!" Seorang kakek berbaju hijau yang berada diatas dinding
pekarangan segera menyahut,
"akan kami laksanakan perintah nona!"
"Sreeeeet.............!"
Tampak kakek itu meloloskan sepasang pedang yang tersoren
dipunggungnya, lalu sambil membentak keras sepasang tangannya
diayunkan bersama kedepan.
Tampaklah kedua belah pedang tersebut berubah menjadi dua
jalur cahaya putih yang secepat sambaran petir meluncur kearah
dua batang pohon besar yang tumbuh lima kaki dari tempatnya
berada. "Duuukkk!Duuuukkk...!"
Diiringi suara bentakan nyaring, mata pedang tahu-tahu sudah
menembusi batang pohon tersebut hingga tinggal gagang
pedangnya saja yang masih menongol diluar.
Untuk menembusi batang pohon dengan dua bilah pedang
sekaligus, paling tidak seseorang harus memiliki dasar tenaga dalam
sebesar enam puluh tahun hasil latihan, tak heran kalau kawanan
jago tersebut menjadi terperanjat dan berubah paras mukanya.
Si pedang emas berlengan baja termasyur dalam dunia persilatan
karena mengandalkan ilmu pedangnya, berarti kepandaiannya dalam
ilmu pedang terhitung cukup tangguh namun dihati kecilnya ia
mengerti bahwa kepandaian silat yang dimiliki anak buah dari
perkampungan Ciu hong san ceng tersebut jauh lebih tangguh dari
kemampuannya. Mimpi pun dia tak mengira kalau perkampungan Ciu hong san
ceng yang belum pernah terdengar namanya dalam dunia persilatan
ini ternyata memiliki sekawanan jago yang berilmu sangat hebat,
peristiwa ini benar-benar berada diluar dugaannya, bila orang-orang
itu sampai bersekongkol dengan Kedele Maut, bukankah..........
Membayangkan kesemuanya itu diam-diam ia menjadi gelisah,
mendadak timbul sebuah akal dalam benaknya.
Padahal jalan pemikiran tersebut pun merupakan suatu tindakan
apa boleh buat, sebab ia berpendapat walaupun mereka turun
tangan seorang melawan seorang pun asal pihak perkampungan Ciu
hong san ceng tidak ikut campur dalam peristiwa ini, dengan sistem
pertarungan roda berputar, niscaya kekuatan tubuh yang dimiliki
Kedele Maut tersebut lambat laun akan terkuras habis, akhirnya
tidak akan sulit bagi mereka untuk menangkap hidup-hidup.
Berpendapat demikian, pikiran dan perasaan hatinya pun jauh
lebih terbuka, maka sambil tertawa terbahak-bahak katanya:
"Haaaahh......haaaahh......haaaah....sungguh tak kusangka
perkampungan kalian adalah sebuah sarang naga gua harimau, tapi
kalian tak perlu kuatir, aku telah mengambil keputusan untuk
bertindak sesuai dengan peraturan dunia persilatan, tapi dapatkah
pihak kalian memberi jaminan kalau orang-orangmu tak akan
mencampuri urusan ini?"
Cun hong Lengcu segera tertawa:
"Sekali perkataan kami telah diucapkan, biar ada seribu ekor
kuda pun tak akan sanggup utk menariknya kembali."
"Bagus sekali, kami semua akan mundur sejauh sepuluh kaki
sebagai tanda hormat kami terhadap perkampungan kalian!"
Selesai berkata ia segera mengulapkan tangannya kearah para
jago, kemudian bergerak mundur sejauh sepuluh kaki lebih dulu.
Ketika dilihatnya kawanan jago lainnya masih nampak sangsi
untuk mengikuti petunjuknya, dengan ilmu menyampaikan suara
buru-buru To tin berkata:
"Dengan berbuat demikianlah kita baru bisa memotong jalan
mundur siluman perempuan itu, disaat pertarungan sudah berkobar
nanti, kita gencet kemuka dari dua sudut yang berlawanan,
kemudian hadapi di dengan sistem roda berputar, aku yakin siluman
perempuan itu tentu akan kehabisan tenaga dan akhirnya dapat kita
bekuk hidup-hidup!" Setelah mendengar bisikan tersebut, kawanan jago tersebut baru
mengerti apa gerangan yang terjadi, tanpa terasa semangat mereka
makin berkobar......... Sementara itu Cun hong Lengcu yang menyaksikan kawanan jago
tersebut sudah terpengaruh oleh hasutannya, diam-diam tertawa
geli. Padahal kalau berbicara sejujurnya, andaikata bukan pihak
perkampungan Cui hong san ceng yang sengaja membocorkan
rahasia Kho Yang ciu ke tempat luaran, darimana kawanan jago
persilatan itu bisa mendapat kabar dan berbondong-bondong datang
kesana" Dan sekarang mereka tidak menunjukkan reaksi apapun, kedua
belah pihak pun sama-sama tidak dibelanya, padahal yang mereka
harapkan justru adalah menonton dua harimau berkelahi sementara
mereka akan menjadi nelayan beruntung yang tinggal memungut
hasilnya. Betapa tidak" Siapa saja yang kalah, sudah jelas memberikan
keuntungan bagi pihaknya.
Sementara itu Cun hong Lengcu telah berjalan mendekati Kho
Yan ciu, lalu katanya: "Adik Kho, hanya sampai disini saja yang bisa kami perbuat
untukmu............maafkan kami!"
Waktu itu, bukan saja Kho Yang ciu tidak memahami rencana
busuk dari rekan-rekannya, malah sebaliknya dia merasa terharu dan
berterima kasih sekali, segera jawabnya:
"Cici berdua, apa yang bisa kalian lakukan demi diriku sudah lebih
dari cukup untukku, terima kasih banyak atas bantuan
kalian.............."
Li sian soat yang turut menghampirinya, segera berkata dengan
suara rendah: "Adikku, kau harus berhati-hati, andaikata kau tak sanggup untuk
menahan diri lagi, cepatlah balik badan dan kabur kemari!"
Sambil tertawa Kho Yang ciu manggut-manggut:
"Tak usah kuatir, sebodoh-bodohku, rasanya tak akan segoblok
seperti apa kalian katakan, harap cici berdua legakan hati!"
Selesai berkata dia segera mempersiapkan sejata payung Thian lo
san nya kemudian berkelebat maju sejauh sepuluh kaki lebih dari
posisi semula, begitu sampai ditengah arena, ia segera menegur
sambil tertawa dingin: "Heeehh....heehhh....siapakah diantara kalian yang hendak
memberi petunjuk lebih dulu.........?"
Seorang lelaki bercambang yang membawa sebuah golok besar
segera tampil kedepan, sahutnya dengan lantang:
"Aku si Golok setan bercambang baja ingin mencoba
kemampuanmu........"
"Oooh.......rupanya Sun tongkeh yang ingin mencoba sebutir
Kedele Maut ku.........bagus sekali, kau boleh pilih sendiri, ingin
mencari kemenangan dengan mengandalkan tenaga dalam ataukah
mencoba kedele maut ku saja?"
Begitu mendengar nama "Kedele" si Golok Setan Bercambang
Baaja Sun Pah, segera merasakan hatinya bergidik dan peluh dingin
jatuh bercucuran membasahi tubuhnya.
Namun ia tak mau unjuk kelemahannya dihadapan umum,
dengan suara menggeledek segera teriaknya:
"Hanya enghiong hohan yang mencari kemenangan dengan
mengandalkan kepandaian silatnya yang sejati!"
"Baik!" seru Kho Yang ciu sambil tertawa dingin, "kalau toh kau
sudah memilih jalan kematian sendiri, silahkan saja untuk maju
kesini!" Golok Setan bercambang baja segera membentak keras,
goloknya dengan membawa deruan angin serangan yang maha
dahsyat segera menyapu ke muka.
Cahaya goloknya yang melingkar diangkasa segera membiaskan
sinar yang amat menyilaukanmata, diiringi desingan angin tajam
serangan tersebut langsung membacok kebadan Kho Yang ciu.
Melihat datangnya serangan tersebut, Kho Yang ciu tertawa lirih,
dengan gerakan seenak hatinya sendiri, dia memutar payung thian
lo san nya kebawah, kemudian menyongsong datangnya serangan
bacokan itu. Buru-buru si Golok Setan bercambang baja menarik kembali
serangannya sambil berganti jurus, lagi-lagi dia membabat pinggang
lawannya. Siapa sangka gerakan Kho Yang ciu kali ini masih setingkat lebih
cepat daripada serangannya, belum sempat golok tersebut
menyambar pinggang lawan, tahu-tahu senjata payung Thian lo san
gadis tersebut sudah menembusi dadanya.
Jeritan yang memilukan hati segera bergema memecah
keheningan, semburan darah segar membasahi seluruh dada dan
tubuh Golk Setan bercambang baja, Sun Pah.
Setelah mundur belasan langkah kebelakang dengan
sempoyongan, akhirnya ia roboh terjengkang ke atas tanah dan
tewas seketika itu juga. Belum sampai satu gebrakan, dari pihak kawanan jago persilatan
sudah kehilangan seorang jago lihaynya, peristiwa ini tentu saja
amat menggusarkan hati To tin.
Dengan wajah hijau membesi, buru-buru serunya kepada
kawanan jago dengan ilmu menyampaikan suara:
"Cepat kalian terjun kearah musuh secara bergiliran, bila tak
sanggup menahan serangan siluman perempuan itu, gunakan suara
pekikan sebagai tanda, kami segera akan mengirim jago lain untuk
menggantikan kedudukan kalian."
Dalam pada itu, Kho Yang ciu merasakan semangatnya berkobar
setelah dalam satu gebrakan berhasil meraih kemenangan, dengan
suara lantang segera teriaknya:
"Apakah masih ada diantara kalian yang ingin memberi
petunjuk?" Sesosok bayangan manusia segera melompat keluar dari
kerumunan para jago, sambil melayang turun ditengah arena,
teriaknya keras-keras: "Biar aku yang mencoba kepandaian sakti dari ilmu payung Thian
lo san!" Ketika bayangan manusia itu sudah berdiri tegak, terlihatlah dia
adalah seorang pemuda yang berusia dua puluh lima tahunan,
wajahnya kelihatan cukup tampan.
Dengan suara dingin Kho Yang ciu segera menegur:
"Boleh aku tahu siapa namamu?"
"Aku Ki Liu si!"
Kho Yang ciu berpikir sebentar, katanya kemudian,
"Aku rasa dalam daftar hitamku tidak tercantum nama tersebut,
kuanjurkan kepadamu lebih baik mengundurkan diri saja secara
teratur, daripada akhirnya mati secara mengenaskan ! "
Mendengar perkataan tersebut, Ki Liu si tertawa terbahak-bahak :
"Haaaahhh".haaaahhh?"..haaahh?"..bukankah sepasang
tangan nnona sudah penuh berlepotan darah " mengapa secara
tiba-tiba kau menunjukkan belas kasihan " sungguh suatu kejadian
yang aneh " Kho Yang ciu mendengus dingin :
"Hmmm".walaupun sudah banyak manusia yang kubunuh,


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

namun belum pernah kubunuh manusia yang tak berdosa ! "
"Haaaahhh?"..haaaahhh?".haaahhh?"".kalau begitu anggap
saja aku sendiri yang mencari mati ! "
Begitu selesai berkata, pedangnya langsung diayunkan kedepan
menyerang dada Kho Yang ciu.
"Kurang ajar ! " seru Kho Yang ciu amat marah, "kalau toh pingin
mampus, jangan salahkan bila nonamu berhati kejam ! "
Sambil memutar senjata payung thian lo san nya, dia sambut
kedatangan lawan. "Criiiiingggg?"" ! "
Tatkala senjata payung Thian lo san dan pedang itu saling
bertemu satu sama lainya, segera terjadilah suara benturan keras
yang menyebabkan terjadinya percikan bunga api.
Sambil miringkan badan Ki Liu si segera mundur setengah
langkah kebelakang, ia merasakan pergelangan tangannya
kesemutan. Sebaliknya sepasang bahu Kho Yang ciu pun nampak bergoncang
keras, tak tahan lagi serunya :
"Wah hebat juga tenaga dalammu ! "
Rasakan dulu sebuah tusukanku ini". ! " teriak Ki Liu si lagi
dengan seuara keras. Pedangnya segera diputar membentuk tiga kuntum bunga
pedang, lalu dalam komposisi segi tiga, ia langsung menyergap
kemuka dengan sangat hebatnya.
Paras muka Kho Yang ciu waktu itu sudah berubah menjadi
dingin bagaikan es, tiba-tiba saja senjata payung Thian lo san nya
dipergunakan bagaikan senjata pedang dengan jurus "Cahaya tajam
lintasan bayangan", dia sapu tubuh lawan dari sisi kiri langsung
mengancam lengan kanan Ki Liu si.
Walaupun Ki liu si sendiripun dapat merasakan betapa lihainya
jurus serangan tersebut, sayang sekali keadaan sudah terlambat,
sebab jurus serangan dari Kho Yang ciu memang kelewat aneh dan
sakti. Ki Liu si sudah tak sempat lagi menarik serangannya sambil
menanggapi ancaman yang datang, tak ampun seperti nasib yang
dialami si Golok setan bercambang baja, terdengar suara sambaran
serangan jurus dari Kho Yang ciu yang sangat aneh dan sakti itu , Ki
Liu si dengan tiba-tiba menjejakkan kakinya, lalu mengundurkan diri
dari serangan Kho Yang ciu yang sangat hebat itu.
Tak lama kemudian Kho Yang ciu menyerang jago kedua dari
kawanan orang jago dunia persilatan itu dengan menggunakan jurus
"Cahaya tajam lintasan bayangan" dia sapu tubuh musuhnya
tersebut. Dengan tidak dapat menahan serangan dari Kho Yang ciu itu,
maka Ki Liu si, jago kedua itu menggeletak dengan badan yang
bermandikan darah. Dengan kematian dua orang jago pedang secara beruntun,
kawanan jago dari dunia persilatan mulai dibikin keder dan bergidik.
Kho Yang ciu memperhatikan sekejap sekeliling arena, lalu sambil
tertawa dingin serunya: "Heeehhh?"heeeehhh?"".heeeehhh"..orang she To, kau tak
usah menyuruh orang lain datang menghantar kematian lagi, kali ini
nonamu ingin sekali mencoba kehebatan sepasang pedang
berlengan baja mu, beranikah kau menerima tantangan ini?"
Si pedang emas berlengan baja To tin segera merasakan hatinya
bergetar keras sesudah mendengar seruan tersebut.
Ia sama sekali tidak menyangka kalau Kho Yang ciu bakal
menantangnya secara terang-terangan, hal inilah yang membuat
hatinya terperanjat sekali.
Sebagai pimpinan dari rombongan para jago dunia persilatan,
sudah barang tentu dia tak ingin menunjukkan kelemahan sendiri
dihadapan umum, karenanya sambil sengaja tertawa tergelak,
katanya kemudian: "Haaah"haaahh"..haaaahhh".bagus sekali, aku memang ingin
mencoba sampai dimanakah kelihaian serta keampuhan ilmu payung
Thian lo san mu itu, meski nona tidak menantangku untuk
bertarung, sudah sejak tadi tanganku terasa gatal untuk mencoba
keampuhanmu." Dengan suatu gerakan yang sangat ringan, dia melejit keudara
dan melayang turun beberapa kaki dihadapan Kho Yang ciu, dan
pada saat bersamaan dia meloloskan sepasang pedangnya yang
berkilauan tajam ditangan, diapun membentak keras:
"Nah, silahkan nona memberi petunjuk!"
Kho Yang ciu tertawa dingin, katanya :
"Kau sendiri kelewat tinggi menilai kemampuanmu sendiri,
hmmmm! Bagiku, bertarung melawan manusia macam kau tak perlu
berebut melancarkan serangan, kalau bukan demikian, kemana
mesti kutaruh selembar wajahku ini dalam pengembaraanku dalam
dunia persilatan?" "Kau betul-betul kelewat sombong!" teriak To tin dengan
perasaan amat mendongkol.
Sepasang pedangnya segera diputar menciptakan selapis cahaya
pedang yang amat menyilaukan mata, lalu dengan jurus "Sepasang
naga berebut mutiara" dia langsung menyerang tubuh gadis
tersebut. Kho Yang ciu tertawa dingin, payung Thian lo san nya
dipentangkan lebar-lebar, dalam waktu singkat kawasan seluas
berapa kaki sudah diliputi cahaya keperak-perakan yang
menyilaukan mata, seluruh serangan gencar dari To tin seketika
terbendung sama sekali. To tin yang melancarkan tusukan dengan sepasang pedangnya
segera merasakan serangan tersebut seakan-akan sudah membentur
diatas sebuah dinding baja yang sangat kuat, pergelangan
tangannya menjadi tergetar, sampai lamat-lamat terasa sakit dan
kesemutan, hampir saja pedangnya terlepas dari cekalan tangannya.
Sementara itu Kho Yang ciu telah memutar kembali senjata
payung Thian lo san nya sambil tertawa terkekeh-kekeh, jengeknya :
"Heeeeeehh?"heeeeeeeehhh?"heeeehhh"..dengan
mengandalkan sedikit kepandaian seperti ini pun kau mencoba untuk
memimpin umat persilatan" Huuuh?"".masih ketinggalan jauh!"
Merah padam selembar wajah To tin karena jengah, sambil
menggertak gigi menahan gejolak emosi, teriaknya keras-keras:
"Hey perempuan siluman! Kau jangan tekebur dulu, rasakan
sebuah tusukan pedangku ini!"
Sambil mendesak maju kemuka, sepasang pedangnya
melancarkan tusukan mendatar ke tubuh lawan.
Kho Yang ciu menggunakan payungnya menggantikan pedang,
dengan jurus "Malaikat langit menyembahkan hidangan", terlihat
sinar keperak-perakan menyebar keudara dan mengurung diatas
cahaya pedang dari si Pedang emas berlengan baja To tin serta
menyumbat gerakannya sama sekali.
Sebagai seorang jagoan yang termasyur didalam dunia persilatan
karena permainan ilmu pedangnya, tentu saja si Pedang Emas
berlengan baja dapat melihat pula bahwa jurus serangan yang
digunakan Kho Yang ciu adalah jurus pedang.
Kendatipun demikian, teryata ia tak mampu untuk meraba jurus
serangan macam apakah yang telah dipakai lawannya untuk
menciptakan lapisan cahaya perak yang begitu menyilaukan mata
serta menyumbat seluruh gerak serangannya itu.
Dalam terkejut dan gugupnya, buru-buru dia mengeluarkan jurus
"Rombongan burung terbang melintas", maksudnya dia hendak
melindungi keselamatan tubuh sendiri dengan lapisan cahaya
pedangnya yang tebal. Tapi sayang, jurus pedang dari Kho Yang ciu itu justru memiliki
keistimewaan lain, "Criiiiingggggg?""!"
Terdengar suara dentingan nyaring bergema memecahkan
keheningan, ternyata pedang emas ditangan To tin telah saling
beradu keras dengan payung Thian lo san dari Kho Yang ciu.
Tak ampun lagi To tin merasakan lengan kanannya sakit sekali
bagaikan patah, bersamaan waktunya pedang emas dalam
cekalannya tak sanggup dipertahankan lebih jauh dan segera
melesat ketengah udara lalu jatuh dua kaki dari posisi semula.
Dalam terkejutnya, buru-buru dia memutar pedang kirinya untuk
melindungi badan, sementara tubuhnya bergerak mundur dengan
cepat untuk menyelamatkan diri.
Tentu saja Kho Yang ciu tidak memberikan kesempatan kepada
lawannya untuk melarikan diri dari cengkeramannya, sekali lagi
terjadi suara dentingan nyaring yang amat memekakkan telinga.
"Criiiiiiiingggg?"".!"
Lagi-lagi Thian lo san nya menghajar pedang kiri To tin hingga
mencelat dari cekalannya.
Dengan kehilangan sepasang pedangnya, maka pertahanan dada
To tin pun menjadi terbuka sama sekali, dengan cepat payung Thian
lo san menerobos masuk kedalam dan menguasai beberapa buah
jalan darahnya. Perubahan situasi ini berlangsung amat cepat, meski diantara
kelima puluh jago persilatan yang berada disisi arena ada yang
berniat terjun untuk menggantikan kedudukan To tin, namun tak
seorangpun diantara mereka yang sempat berbuat demikian.
Dalam waktu singkat, tubuh To tin sudah terkurung dibawah
ujung payung Thian lo san dari Kho Yang ciu itu.
Betapa pun lihai dan ampuhnya kepandaian silat yang dimiliki
pemimpin dunia persilatan untuk kawasan Kanglam ini, bukti
mengatakan bahwa dia sendiripun hanya mampu bertahan sebanyak
dua jurus saja. Sambil tertawa dingin Kho Yang ciu segera berkata:
"Hey orang she To! Kau sudah menyerah, bukan?"
To tin memejamkan matanya rapat-rapat, sambil menggertak gigi
serunya lantang: "Kau boleh segera turun tangan!"
Kho Yang ciu tertawa hambar, dia tak langsung turun tangan,
tapi ujarnya pelan: "Berhubung kau adalah pemimpin dari rombongan tersebut,
maka aku belum turun tangan, ada beberapa pertanyaan yang ingin
kuajukan kepadamu lebih dulu."
"Tanyakan saja!" ucap To tin sambil membuka matanya kembali,
"asal dapat kujawab tentu akan kujawab secara baik-baik, tapi bila
tak bisa kujawab, sekalipun kau tanyakan juga tak berguna."
Kho Yang ciu memutar biji matanya sambil mengawasi wajah
orang itu sekejap, setelah itu tanyanya:
"Dalam peristiwa berdarah diperkampungan Hui im ceng tempo
dulu, apakah kau pun ikut ambil bagian?"
"Bukankah kau sudah mempunyai sebuah daftar hitam" Kenapa
pertanyaan ini mesti diajukan kembali kepadaku?" shut To tin
dengan suara dalam. "Daftar hitamku tak dapat dipercayai seratus persen, paling tidak
masih banyak nama yang belum tercantum dalam daftar tersebut,
oleh karena itu kuharap kau bisa memberikan jawaban yang
meyakinkan kepadaku."
To tin segera mendengus dingin:
"Hmmm"..pertanyaan tersebut tak bisa kujawab!"
"Kenapa?" tanya Kho Yang ciu gusar.
Dengan wajah serius To tin berkata:
"aku secara khusus menghubungi rekan-rekan persilatan untuk
datang kemari bersama tujuannya tak lain adalah membasmi si
kedele maut dari muka bumi serta menghilangkan bibit bencana bagi
umat persilatan pada umumnya, sekarang aku gagal dengan
tujuanku, berarti biar mati pun tak perlu kusesali, jika sekarang
kuakui kalau diriku tidak terlibat dalam persitiwa berdarah di
perkampungan Hui im ceng tempo hari, bukankah tindakanku ini
sama artinya dengan tindakan pengecut yang takut mati?"".?"
"Ooooh"..jadi kalau begitu kau tidak erasa takut untuk
menghadapi kematian?" jengek Kho Yang ciu sambil tertawa dingin.
"Sudah semenjak permulaan aku tidak memikirkan soal hidup
matiku!" Kembali Kho Yang ciu mendengus:
"Hmmmm"..kalau memang begitu terpaksa aku harus memenuhi
pengharapanmu itu!" Payung Thian lo san segera digetarkan dan siap utnuk
menembusi tubuh rang tersebut.
Disaat yang amat kritis inilah, tiba-tiba terdengar seseorang
berteriak keras: "Tunggu sebentar!"
Menyusul teriakan itu, tampak seorang pendeta tua berbaju
kuning telah meluncur datang dengan kecepatan luar biasa.
Pendeta tua ini tidak termasuk didalam rombongan kawanan jago
persilatan itu, ternyata dia tak lain adalah Cok cuncu dari Siau lim si.
Lima sesepuh panca unsur dari Siau lim si memang merupakan
jago-jago yang bernama besar dan termasyur dalam dunia
persilatan, tak sedikit diantara para jago yang kenal dengan pendeta
agung dari Siau lim pay ini, sehingga dalam waktu singkat suasana
dalam arena berubah menjadi amat hening, sepi dan tak kedengaran
sedikit suara pun. Begitu melayang turun ditengah arena, pendeta itu segera
berseru memuji keagungan Buddha, sambil katanya :
"Omitohud?"ternyata kedatanganku toh masih terlambat satu
langkah, sudah ada korban yang kehilangan nyawa disini!"
Waktu itu, meskipun Kho Yang ciu tidak melanjutkan gerakan
payung Thian lo san nya untuk membunuh To tin yang telah
kehilangan kemampuan untuk melawan, tapi sambil mendengus
dingin segera tegurnya : "Siapa kau?" "Aku adalah Bok cuncu dari Siau lim pay!"
"Heeeeehhh?"heeeeehh?"heeeehhhh?".sebetulnya nona ada
minat untuk menyerbu Siau lim si dan mencuci tanah disitu dengan
darah kalian, sayang hingga sekarang belum ada waktu luang, kalau
toh kau datang lebih dulu untuk menghantar kematian, tentu saja
nona akan mengabulkan permintaanmu itu."
Buru-buru Bok cuncu menggoyangkan tangannya berulang kali
seraya berseru: "Kedatanganku pada hari ini sama sekali bukan bermaksud untuk
berkelahi denganmu!"
"Hmmmmm".lantas mau apa kau datang kemari?" dengus Kho
Yang ciu dingin. Bok cuncu memperhatikan sekejap situasi disana, lalu katanya :
"Bersediakah Li sicu untuk membebaskan To lo sicu lebih
dahulu".." Kho Yang ciu termenung sambil berpikir sejenak, lalu katanya :
"Baiklah, mencabut nyawa kalian toh sama gampangnya dengan
membalik telapak tangan sendiri, biar kubebaskan orang ini lebih
dulu, bila aku masih menginginkan nyawanya, nantipun masih bisa
kulakukan secara gampang?".."
Sambil menarik kembali payung Thian lo san, dia segera
mengundurkan diri sejauh satu kaki dari posisi semula.
Si pedang emas berlengan baja To tin yang lolos dari kematian,
buru-buru memberi hormat kepada Bok cuncu seraya berkata:
"Terima kasih banyak atas bantuan dari Lo siansu, tapi tahukah lo
siansu siapa gerangan perempuan itu?"
Bok cuncu tersenyum :

Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bukankah dia adalah puteri dari Kho Bun sin, kepala kampung
dari perkampungan Hui im ceng tempo dulu, atau yang lebih dikenal
dalam dunia persilatan sebagai si Kedele Maut" Lolap mengetahui
persoalan ini dengan amat jelas"
"Kalau toh lo siansu sudah mengetahui tentang persoalan ini,
kenapa kau".." Sebelum perkataan dari To tin selesai diucapkan, bok cuncu telah
menukas dengan cepat : "Tampaknya To lo sicu masih belum mendengar tentang
peristiwa dilembah hati Buddha, kini si hwesio daging anjing serta
Kho Beng telah tampilkan diri, maka sebelum duduknya persoalan
dibikin jelas, kedua belah pihak dilarang melakukan bentrokan serta
pertempuran berdarah lagi."
"Akupun telah menerima surat pemberitahuan dari Kho Beng, tapi
yatanya si Kedele Maut masih tetap meneruskan ulahnya dengan
menyebarkan maut didalam dunia persilatan."
"Yaa"..didalam hal ini aku sendiripun merasa sangat menyesal!"
kata Bok cuncu sambil manggut-manggut.
Bebicara sampai disini, dia segera berpaling kearah Kho Yang ciu,
sambil katanya lebih jauh:
"Apakah nona Kho pernah bertemu dengan adikmu?"
"Pernah!" jawab si nona ketus.
"Setelah bertemu muka, aku rasa adikmu pasti telah
menyinggung pula masalah pemberitahuannya kepada seluruh umat
persilatan. Nona, apakah kaupun bersedia mengikat janji dengan
lolap untuk sementara waktu diadakan gencatan senjata sampai
duduk persoalan yang sebenarnya dimasa lalu terungkap sama
sekali?" "Hmmmm"..apakah kau bisa mengambil keputusan?" dengus
Kho Yang ciu dingin. Dengan wajah bersungguh-sungguh, Bok cuncu berkata:
"aku memang tak bisa mengambil keputusan, tapi sekembalinya
dari sini lolap akan segera melaporkan peristiwa ini kepada ketua
kami, lalu atas nama ketua kamilah akan disebarkan surat
pemberitahuan keseluruh partai dan perguruan yang ada untuk
mengebarkan gencatan senjata ini, nah bagaimana pendapatmu?"
Kemudian setelah berhenti sejenak, diam engalihkan sorot
matanya dan memperhatikan sekejap To tin beserta kawan-kawan
persilatannya, kemudian menyambung lebih jauh:
"Walaupun umat persilatan berjumlah banyak sekali didunia ini,
aku rasa belum ada seorangpun yang berani melanggar keputusan
dari tujuh partai besar!"
To tin beserta segenap jago persilatan serentak terbungkam
dengan kepala tertunduk, setelah mendengar ucapan itu.
"Omitohud?"?" kembali Bok cuncu berkata, "bagaimana nona
Kho?"?" "Baik, aku bersedia mengabulkan permintaanmu itu" kata Kho
Yang ciu kemudian dengan suara dingin, "tapi disaat kau telah
selesai dengan penyelidikanmu itu, maka setiap orang yang terlibat
didalam peristiwa pembantaian berdarah diperkampungan Hui im
ceng tempo dulu harus mempertanggung jawabkan perbuatannya,
aku tak akan membiarkan seorang pun diantara mereka yang
berhasil meloloskan diri."
"Omitohud.......kalau soal itu mah merupakan urusan dikemudian
hari, yang kujanjikan dengan nona adalah masa sebelum duduknya
persoalan menjadi jelas........"
Kho Yang ciu mendengus dingin:
"Hmmmmm........aku telah menyanggupi permintaan kalian,
sekarang kalian semua boleh pergi dari sini!"
Bok Cuncu tidak langsung pergi, ia nampak termenung sebentar,
kemudian katanya lagi: "Aku perlu memberitahukan pula satu persoalan kepada nona,
yang harus dicari oleh nona sebetulnya adalah Dewi In nu, sebelum
orang tersebut berhasil ditemukan, duduknya persoalan pun jangan
harap bisa menjadi terang untuk selamanya."
"Soal ini aku cukup mengerti, rasanya lo siansu tak usah banyak
berbicara lagi." "Omitohud.....kalau toh begitu, biar lolap segera mohon diri lebih
dahulu........." Kemudian kepada To tin sekalian, katanya pula :
"Saudara sekalianpun boleh pergi dari sini!"
Selesai berkata, tampak bayangan kuning berkelebat lewat,
pendeta itu sudah beranjak meninggalkan tempat tersebut.
Kho Yang ciu hanya tertawa dingin tiada hentinya, ia sama sekali
tidak mengucapkan sepatah katapun.
Si pedang emas berlengan baja segera mengawasi sekejap anak
buahnya, kemudian serunya pula :
"Hayo berangkat!"
Dari rombongan para jago segera muncul empat orang untuk
membopong kedua sosok jenasah yang tergeletak ditanah,
kemudian buru-buru berlalu dari situ.
Dalam waktu singkat bayangan tubuh mereka sudah lenyap
dibalik pepohonan sana. Menanti para jago sudah pergi jauh, Li Sian soat baru
menghampiri gadis tersebut seraya berseru :
"Adik Kho, kau betul-betul hebat dan perkasa, kali ini kau telah
membuat mereka mati kutu!"
"Andaikata pendeta tua dari siau kim pay itu tidak muncul tepat
waktunya, aku tak akan membiarkan kelima puluhan orang jago
tersebut pulang dalam keadaan utuh!" jawab Kho Yang ciu bangga.
Cun hong Lengcu, Jiu cun segera tertawa misterius, ucapnya :
"Hayo cepat siapkan perjamuan, kita harus merayakan
kemenangan dari adik Kho sebaik-baiknya."
"Cici berdua, kalian sudah bersikap begitu baik kepadaku,
kesemuanya ini membuat siaumoy merasa berterima kasih
sekali?"." Buru-buru Kho Yang ciu berseru.
Kembali Cun hong Lengcu tertawa manis,
"Kita sesama saudara sendiri, buat apa kau mesti bersungkansungkan?"?"
Maka rombongan gadis itupun kembali keperkampungan Ciu
hong san ceng dan langsung menuju keruang tengah.
Tak selang berapa saat kemdian, meja perjamuan telah
dipersiapkan ditengah ruangan, Li Sian soat segera turun tangan
sendiri untuk memenuhi cawan Kho Yang ciu dengan arak.
Setelah perjamuan berlangsung sampai setengah jalan, tiba-tiba
Kho Yang ciu bangkit berdiri sambil mengangkat cawan araknya, lalu
ia berkata pelan: "Siaumoy ingin mempergunakan kesempatan yang sangat baik ini
untuk menghormati cici berdua dengan secawan arak!"
"Aaaaah"kita kan sesama saudara sendiri, tak usahlah memakai
segala adat lagi?"."seru Cun hong Lengcu tertawa.
"Tidak! Cici berdua harus menghabiskan isi cawan ini, sebab
setelah itu aku hendak menyampaikan sesuatu."
Cun hong Lengcu segera melemparkan sebuah kerlingan mata
kepada Li Sian soat, setelah itu mereka berdua angkat cawan
bersama-sama, seraya berkata:
"Kalau memang begitu, biarlah kami berdua menerima
penghormatan ini?".."
Dengan cepat mereka berdua meneguk habis isi cawan tersebut.
Sambil meletakkan kembali cawan araknya kemeja, Cun hong
Lengcu berkata kemudian: "Adik Kho, bila kau hendak menyampaikan sesuatu, sekarang
dapat kau utarakan keluar."
"sudah kelewat lama siaumoy berdiam bersama cici berdua,
terima kasih banyak untuk pelayanan kalian yang begitu bagik
selama ini, tapi siaumoy tak mungkin bisa berdiam terlalu lama lagi
disini, oleh sebab itulah menggunakan kesempatan yang sangat baik
ini, aku ingin memohon diri kepada cici berdua."
"Adik Kho"hubungan persahabatan diantara kita cukup akrab,
pergaulan kitapun berlangsung begitu hangat dan erat, mengapa
kau mengucapkan kata-kata seperti itu?" seru Li Sian soat dengan
kening berkerut. "Sesungguhnya siaumoy sendiripun merasa ebrat hati untuk
berpisah dengan cici berdua, tapi mumpung sekarang ada
kesempatan yang sangat baik bagiku untuk berkunjung
keperkampungan Hui im ceng, pertama aku ingin pulang kampung
untuk berjiarah didepan makam kedua orang tuaku, kedua akupun
ingin meneruskan usaha ayahku almarhum untuk membangun
kembali kejayaan perkampungan Hui im ceng, sebab saat ini dunia
persilatan akan menjadi tentram untuk sementara waktu dan
mustahil akan terjadi keributan lagi?".."
Missing page 40-47 ?"keselamatan jiwaku menjadi berbahaya sekali?"
"Soal ini tak perlu kau kuatirkan adikku, biar langit ambruk
punkami akan berusaha menanggulanginya bagimu, apalagi yang
mesti kau takuti".?"
Kho Yang ciu menggeleng: "Bukannya aku merasa takut, tapi?"..hatiku merasa amat tak
tenang?"." Mendadak Li Sian soat bertepuk tangan seraya berseru :
"Aaaaai betul?".aku sudah memperoleh sebuah cara yang bagus
sekali untuk mengatasi kesulitan ini!"
"Apakah caramu itu?"
"Kami mempunyai sebuah pesanggrahan lain dengan panorama
yang indah sekali, aku rasa tempat itu cocok sekali bagimu untuk
merawat penyakit yang kau derita, mari kita berangkat kesana dan
tinggal barang dua tiga bulan disana, sampai waktunya pasti
penyakitmua akan sembuh dengan sendirinya?".."
"Pesanggrahanmu itu terletak dimana?"
"Diatas puncak bukit Cian san, letaknya jauh lebih bagus dan
indah ketimbang tepat ini!"
Kho Yang ciu segera menghela napas:
"Bagusnya memang bagus?".Cuma?""
"Sudahlah, kau tak usah berbicara lagi" tukas Li Sian soat sambil
menutup bibirnya, "kecuali kau memang asing terhadap kami."
"Ooooh cici, kau?"kau benar-benar kelewat baik kepadaku!"
bisik Kho Yang ciu dengan perasaan sangat terharu.
Maka keesokan harinya muncullah tiga buah tandu meninggalkan
perkampungan Ciu hong san ceng dan langsung berangkat menuju
kepuncak bukit cian san, selain mereka tampak pula belasan orang
dayang beserta kakek dari marga Tia itu mengiringi dibelakang
mereka. Dengan keberangkatan rombongan besar tersebut, maka suasana
diperkampungan Ciu hong san ceng pun dicekam dalam keheningan
dan suasana sepi yang luar biasa.
Menjelang senja itu tampak, tampak ada dua orang nona berbaju
putih yang tergesa-gesa menuju keperkampungan itu, kedua orang
tersebut tak lain adalah dayang kepercayaan Kho Yang ciu, yaitu Sia
hong serta Bwee hiong?".
Sampai lama sekali kedua orang itu menggedor pintu sebelum
muncul seorang dayang berbaju hijau yang membukakan pintu.
Begitu bertemu dengan kedua orang tersebut, tanpa terasa lagi
dayang berbaju hijau itu menggerutu :
"Mengapa kalian baru kembali pada saat ini" Huuuuh"..sudah
cukup lama kami menantikan kedatangan kalian."
Dayang berbaju hijau itu tak lain adalah dayang kepercayaan Cun
hong Lengcu, yakni Sian kim.
Buru-buru Sia hong berkata :
"Enci Sian kim, sebenarnya apa yang telah terjadi" Mengapa
suasana disalam maupun diluar perkampungan nampak lenggang
dan sepi?" "Mereka semua telah pergi, coba kalau bukan untuk menunggu
kalian, mungkin aku pun sudah pergi sedari tadi!"
"Mereka telah pergi kemana" Mana nona kami?" tanya Bwee
hiang sangat terkejut. "Tentu saja nona kalian pun ikut pergi dari sini." Kata Sian kim.
Kemudian setelah berhenti sebentar, kembali ia menambahkan:
"Mari kita segera berangkat, hari hampir gelap, meski perjalanan
tidak terhitung jauh, namun jalan setapak yang dilalui susah sekali
untuk dilewati!" Selesai berkata, diapun balik kembali kedalam perkampungan.
Tapi tak lama kemudian ia muncul lagi dedepan pintu sambil
membawa sebuah papan nama.
Mula-mula pintu gerbang perkampungan ditutup rapat lebih dulu,
kemudian papan tersebut baru dipakukan diatasnya.
Sewaktu Sia hong dan Bwee hiang memperhatikan tulisan diatas
papan tadi, maka terbacalah beberapa kata yang berbunyi:
"Pemilik perkampungan ini sedang berpesiar keluar daerah,
setahun kemudian baru pulang kembali."
Dibawahnya dicantumkan tahun dan bulan yang dimaksud.
Selesai memaku tulisan tersebut, Sian kim baru berpaling dan
berkata sambil tertawa : "Sekarang kita harus segera beangkat!"
Sia hong dan Bwee hiang merasa canggung untuk bertanya lebih
jauh, tanpa bertanya lagi berangkatlah mereka bertiga menuju
kearah puncak bukit tersebut.
oooOOooo Tak lama setelah kepergian ketiga orang itu, dimuka
perkampungan Ciu hong san ceng kembali muncul dua sosok
bayangan manusia. Menanti kedua orang itu sudah tiba dimuka perkampungan, baru
terlihat jelas paras muka mereka sebenarnya, ternyata mereka
adalah Kho Beng serta Chin sian kun.
Sewaktu membaca isi pengumuman didepan pintu gerbang
perkampungan itu, Kho Beng kelihatan agak tertegun, lalu
gumamnya : "Berpesiar keluar daerah, setahun kemudian baru pulang
kembali.......?" Tapi setelah meneliti bulan dan hari yang tercantum
dibelakangnya, ternyata menunjukkan hari ini, tanpa terasa lagi dia
menghentakkan kakinya keatas tanah seraya berseru:
"Aduh, celaka.....!"
Dengan kening berkerut, Chin Sian kun berkata :
"Mungkin saja apa yang mereka perbuat sekarang Cuma
sebagian dari siasat licik mereka, siapa tahu sesungguhnya mereka
tak pernah meninggalkan tempat ini" Mari kita lakukan pemeriksaan
yang seksama disekeliling perkampungan ini!"
Kho Beng mengangguk : "Pemeriksaan mah tentu harus dilakukan........"
Sambil berkata ia segera melejit keatas dinding pekarangan,
diikuti Chin Sian kun dari belakang.
Namun suasana dalam perkampungan itu gelap gulita tanpa
setitik cahaya pun, meski mereka berdua sudah melakukan
pemeriksaan yang seksama, atap, setiap halaman dan ruangan yang
ada. Namun semua pintu kamar ditemukan berada dalam keadaan
terkunci, memang tak seorang manusia pun yang nampak disitu.
Kembali Kho Beng menghentakkan kakinya sambil menggerutu :
"Huuuuuhh......kesemuanya ini gara-gara tenaga dalamku tak
bisa pulih kembali dalam waktu cepat, akibatnya mereka berhasil
kabur dari sini......."
"Marilah kita lakukan pencarian secara pelan-pelan" hibur Chin


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sian kun, "masa kita takut mereka bisa kabur keujung langit."
"Aaaai.....keselamatan enciku masih berada ditangan mereka, aku
amat mengkuatirkan keselamatannya."
Chin Sian kun turut menghela napas sedih, katanya pula :
"Biasanya orang baik selalu dilindungi Thian, meski gelisah pun
rasanya tak ada gunanya!"
Tatkala seluruh perkampungan Ciu hong san ceng telah selesai
diperiksa dan mereka mendapatkan kenyataan bahwa
perkampungan tersebut benar-benar sudah tak berpenghuni lagi,
terpaksa kedua orang tersebut harus mengundurkan diri dari
perkampungan itu. "Sekarang apa yang harus kita lakukan?" tanya Chin Sian kun
kemudian dengan wajah sedih.
"Selain terburu-buru ingin melacak jejak enciku, masih ada dua
persoalan lagi yang harus kukerjakan, pertama turun kekaki bukit
untuk mencari Molim sekalian berempat, dan kedua berangkat ke
siau lim pay untuk membebaskan ketua Sam gian bun"
"Pergi ke Siau lim si?"
"Aaaai........" Kho Beng menghela napas panjang, "Aku telah
menyanggupi permintaan dari Cho Lui san, anak murid Sam goan
bun itu untuk berangkat ke siau lim si dan menolong ketuanya Sun
thian hong dari sekapan, Bagaimanapun juga aku toh mesti
melaksanakan janji ini!"
"Aku lihat persoalan ini bukan suatu pekerjaan yang gampang"
kata Chin sian kun dengan kening berkerut, "pihak siau lim pay
mempunyai banyak jago lihai yang tak terhitung jumlahnya, kita tak
boleh memandang enteng kekuatan mereka, selain itu setelah ketua
siau lim pay berani menyekap ketua Sam goan bun dalam kuilnya,
aku yakin dia tak akan membebaskannya hanya disebabkan sepatah
dua patah katamu." "Yaaa....entah apa pun yang bakal terjadi, setelah kusanggupi
permintaan mereka, paling tidak tugas tersebut harus dilaksanakan"
ujar Kho Beng dengan wajah serius.
Mendadak terdengar suara seseorang yang amat nyaring
menyambung ucapan tersebut.
"Padahal persoalan tersebut mudah dalam penyelesaiannya,
serahkan saja kepadaku untuk membereskannya!"
Tampak sesosok bayangan kuning berkelebat lewat, tahu-tahu
seorang pendeta tua berwajah anggun telah melayang turun tepat
sihadapan mereka. Ketika diamati lagi dengan seksama, ternyata pendeta tersebut
tak lain adalah Bok cuncu, salah seorang diantara lima sesepuh lima
unsur dari Siau lim pay. Kho Beng segera mendengus dingin, tegurnya :
"Hmmm?"sebagai seorang pendeta agung dari siau lim pay,
mengapa kau sadap pembicaraan kami?"
"Omitohud!" Bok Cuncu segera berbisik memuji keagungan
Buddha, hampir setengah harian aku berada ditempat ini, toh
sewaktu sicu berbincang-bincang tadi, lolap tak bisa menyumbat
telingan sendiri untuk tidak ikut mendengar?""
"Lo siansu, mengapa kau berada disini sampai setengah harian
lamanya?" seru Kho Beng keheranan.
Kembali Bok cuncu berbisik memuji keagungan Buddha,
kemudian sambil menunjuk kedepan, katanya :
"Noda darah yang berceceran disini belum lagi mengering,
kemarin encimu telah membunuh dua orang lagi disini"
"Lo siansu, terus terang saja kukatakan, akupun sedang mencari
jejak enciku, sebab aku perlu memberi penjelasan kepadanya bahwa
untuk sementara waktu semua pertumpahan darah harus
dihentikan?".."
"Dalam peristiwa yang terjadi kemarin, sebetulnya kesalahan
bukan terletak pada cicimu." Tukas Bok cuncu cepat.
"Sungguh aneh" Kho Beng segera menjengek sambil tertawa
dingin, "mengapa lo siansu ustru membelai si Kedele Maut?"
Dengan wajah serius Bok cuncu berkata :
"Bila hatiku condong kesalah satu pihak dan tak mampu berlaku
adil, mungkin Buddha sudah lama meninggalkan aku. Betul cicimu
sudah banyak menyebarkan maut dalam dunia persilatan, banyak
sudah korban jiwa yang tewas oleh kedele maut nya, tapi setelah
ada perjanjian dipihak kita semua untuk menunda semua
perselisihan dan pertumpahan darah sampai duduknya persoalan
menjadi jelas, sudah barang tentu kedua belah pihak harus menepati
janji tersebut dengan sebaik-baiknya."
Kemudian setelah memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu,
katanya lebih jauh: "Yang menghasut umat persilatan untuk melakukan penyerbuan
berdarah kemarin adalah si pedang emas berlengan baja to tin,
seorang pentolan dunia persilatan dari kawasan Kanglam, ia telah
datang kemari bersama lima puluh orang jago-jago Kanglam, oleh
sebabitulah aku menilai bahwa dalam peristiwa kemarin, cicimu tak
dapat disalahkan........"
Kho Beng berpikir sejenak, kemudian katanya :
"Tadi Lo siansu bilang sudah hampir setengah harian lamanya
kau berada disini, tentunya Lo siansu tahu bukan kemana perginya
orang-orang dari perkampungan Ciu hong san ceng ini."
Bok Cuncu menggeleng, "Biarpun aku melihat mereka pergi meninggalkan tempat ini, tapi
tidak kuketahui kemanakah mereka telah pergi?"
"Lo siansu, seharusnya kau buntuti mereka" seru Kho Beng
dengan kening berkerut. Merah jengah selembar wajah Bok cuncu, serunya berulang kali :
"Waaah....dosa....dosa...aku adalah seorang pendeta yang jauh
dari keramaian keduniawian, masa seorang hwesio disuruh
menguntil berapa orang gadis muda" Apa jadinya kalau perbuatanku
itu sampai ketahuan mereka" Bisa hilang mukaku ini......."
"Apakah Lo siansu juga tidak mendengar hendak kemanakah
mereka akan pergi?" tanya Kho Beng lebih jauh sambil
menghentakkan kakinya keatas tanah.
Kali ini Bok Cuncu manggut-manggut:
"Kalau soal ini mah sudah kudengar, tapi aku kurang pecaya
dengan perkataan mereka, menurut apa yang mereka bicarakan,
konon rombongan tersebut hendak pergi kesebuah
pesanggrahannya dipuncak sana, tapi bisa jadi perbuatan mereka
hanya sebuah tipuan saja untuk mengalutkan perhatian orang."
"Tapi yang pasti entah kemanapun mereka pergi, akan sulit buat
kita untuk mencarinya kembali!" seru Kho Beng gelisah.
"Tak usah terburu nafsu" kata Bok Cuncu sambil menggelengkan
kepalanya, "justru persoalan inilah yang hendak kubicarakan dengan
dirimu......" Setelah berhenti sejenak, dengan suara dalam ia berkata lebih
jauh: "Aku merasa gembira dan bersyukur sekali dengan keputusanmu
yang khusus melacaki jejak pembunuh sebenarnya dan tidak
melakukan tindakan yang membabi buta, itulah sebabnya kami
bersedia pula untuk bekerja sama denganmu, entah bagaimanakah
menurut pendapatmu?"
"Bekerja sama?" agaknya usul ini sama sekali diluar dugaan Kho
Beng, "Aku merasa persoalan ini benar-benar suatu kejadian yang
lucu." Peristiwa ini memang benar-benar merupakan suatu kejadian
yang lucu sekali, dimasa lalu mesku hubungannya dengan pihak Siau
lim pay tak seberapa renggang, namun dengan cicinya si Kedele
Maut justru merupakan musuh bebuyutan yang ibarat air dengan
api, tapi sekarang, mereka justru disodori untuk bekerja sama,
bukankah kejadian semacam ini tak pernah terduga sebelumnya"
Dengan nada suara yang amat tenang, Bok Cuncu berkata lagi:
"Justru demi keamanan dan ketentraman bagi seluruh dunia
persilatan, kami khusus mengajukan usul tersebut kepada kalian,
kuharap Kho sicu mau berpikir tiga kali lebih dulu sebelum
mengambil keputusan."
"Setelah kau berani berbicara tentang kerja sama, aku rasa Lo
siansu pasti sudah mempunyai rencana yang amat masak, bolehkah
aku tahu dalam bentuk seperti apakah kerja sama itu hendak
dilaksanakan?" "Kita semua sudah tahu kalau dalang yang sebenarnya dari
peristiwa berdarah ini adalah dewi In nu" kata Bok Cuncu serius,
"dan kami percaya dengan ini tak bakal salah lagi, yang masih
kurang bagi kita sekarang tinggal bukti yang jelas serta siapa
gerangan orang yang telah menyaru sebagai Bu wi lojin pada waktu
itu, begitu teka-teki tersebut terungkap, maka semua duduk
persoalan pun akan menjadi terang. Maka kerja sama diantara kita
pun otomatis tertuju untuk tercapainya sasaran tersebut secara
gemilang........." "Yaa betul......tapi bicara sih gampang, kalau dilaksanakan benarbenar
akan muncul banyak kesulitan yang tak terduga, seperti ambil
contoh dengan keadaan didepan mata sekarang........"
Jilid 25 Bok cuncu tersenyum, sebelum pemuda tsb menyelesaikan katakatanya,
dia segera menukas : "Saat ini rasanya aku sudah mulai menaruh perasaan curiga
terhadap perkampungan Ciu hong san ceng ini"
"Bukan Cuma mencurigakan, bahkan aku yakin bahwa penghuni
perkampungan ini adalah anak buah dari dewi In nu, hanya saying
kita tak berhasil mengumpulkan bukti yg nyata sehingga
mengakibatkan ciciku pun terpengaruh oleh mereka."
"Kalau begitu tugas kita yg terutama sekarang menemukan
sarang mereka serta mendapatkan bukti yg nyata, bukan?"
"Betul!" Kho Beng manggut-manggut, "tapi aku percaya
pekerjaan inipun bukan suatu pekerjaan yg mudah."
Bok cuncu segera tertawa :
"Sekembalinya dari sini, aku akan melaporkan peristiwa ini
kepada ketua kami, kemudian akan kuhimpun umat persilatan utk
bersama-sama melacak jejak dari orang-orang perkampungan Ciu
hong san ceng ini serta cicimu, Cuma diantara kita berdua harus
sering mengadakan hubungan kontak?"."
Dg rasa gembira, Kho Beng berseru :
"Kalau memang begitu tujuannya, aku bersedia sekali utk bekerja
sama dg kalian!" "Omitohud, kalau begitu kita tetapkan dg sepatah kata ini
saja?"?"" seru Bok cuncu.
"Benar!" Kho Beng mengangguk, "kita tetapkan sepatah kata ini
saja." "Omitohud, kalau begitu harap Kho sicu baik-baik menjaga diri,
aku segera akan berangkat ke siau lim si!"
"Lo siansu, bila kau harus kembali ke Siau lim pay lebih dulu utk
meminta persetujuan dari ketua kalian sebelum menghimpun para
jago dunia persilatan, aku rasa dalam soal waktu mungkin akan
sangat terlambat sekali" ucap Kho Beng sambil mengerutkan kening.
Mendengar perkataan tsb, Bok cuncu segera tersenyum,
"Tentang soal ini, harap sicu tak usah kuatirkan, setelah kembali
ke Siau lim si utk melaporkan hal ini, saat itu juga kami akan
menyebarkan surat kilat kepada seluruh jago dari pelbagai
perguruan agar bersiap sedia, aku percaya dalam tujuh hari
mendatang sudah ada sebagian jago persilatan yg turut serta
didalam pergerakan ini"
Kemudian setelah memuji keagungan sang Buddha lagi, dia
menambahkan: "Aku akan mohon diri lebih dulu!"
Habis berkata, dia segera menggerakkan badan dan berlari dari
situ dg kecepatan tinggi.
Lama sekali Kho Beng berdiri termangu-mangu ditempat semula
sebelum akhirnya menghela napas dan berkata :
"Perubahan sikap yg diperlihatkan hwesio tua ini kelewat cepat,
aku menjadi tak habis mengerti, sebetulnya niat mereka itu baik
atau jahat?"" Chin Sian kun memperhatikan sekejap wajah anak muda itu, lalu
katanya dg lembut : "Tampaknya ia mempunyai niat yg jujur dan tulus, apalagi
tindakan semacam inipun bakal mendatangkan keuntungan bagi
kedua belah pihak, aku rasa tawaran tsb tak usah kita risaukan lagi."
Mendadak Kho Beng menghentakkan kakinya sambil berseru :
"Aduh celaka! Aku telah melupakan suatu masalah yg amat
penting"." "Soal apa?" Tanya Chin sian kun keheranan.
"Masalah disekapnya ketua Sam goan bun oleh pihak Siau lim
pay, aku lupa utk titip pesan kepadanya agar memohonkan
pembebasan dari ketua Siau lim pay."
Chin sian kun segera tertawa cekikikan serunya:
"Kalau hanya disebabkan persoalan ini, aku rasa kau tak perlu
terlalu merisaukannya."
"Kenapa?" Tanya Kho Beng tak habis mengerti.
"Coba kau bayangkan sendiri, ketua dari Sam goan bun bias
disekap dikuil Siau lim si gara-gara urusanmu, apabila sekarang
pihak Siau lim pay bersedia utk bekerja sama dg mu, masa mereka
tak akan membebaskan ketua dari Sam goan bun tsb" Siapa tahu
dia justru akan dikirim kemari utk ikut melacaki jejak dewi In nu?"
Kho Beng segera manggut-manggut, katanya :
"Nona memang sangat teliti dan cermat sekali, dugaanmu
memang tepat sekali!"
Setelah tertawa bangga, kembali Chin sian kun berkata :
"Lantas kemanakah kita harus pergi sekarang?"
"Sekarang kita harus pergi mencari Molim sekalian berempat!"
Maka mereka berdua pun menuruni bukit tsb dan kembali kekota
kecil dikaki gunung. Ketika menyusul kerumah penginapan tsb, menurut keterangan
pemilik rumah penginapan itu, keempat orang itu sudah
meninggalkan tempat tsb sejak kemarin.
Kho Beng menjadi sangat gelisah, segera tanyanya :
"Apakah mereka telah meninggalkan alamat yg hendak dituju?"
"Tidak!" pemilik penginapan itu menggelengkan kepalanya
berulang kali, "mereka tidak mengatakan apa-apa, langsung pergi
begitu saja".."
Terpaksa Kho Beng harus meninggalkan rumah penginapan tsb,
sepanjang jalan dia Nampak murung dan sangat kesal.
Melihat sikap anak muda tsb, Chin sian kun segera berkata :
"Bukan aku sengaja banyak mulut, tapi aku rasa alangkah
baiknya bila keempat orang anak buah kongcu itu pergi tanpa
pamit." "Kenapa begitu?"
"Aku tak ingin mengatai kejelekan orang lain, tapi dalam
kenyataannya keempat orang itu sama sekali tidak menaruh
kesetiaan terhadap Kho kongcu, sikap mereka selama ini tak lebih
hanya ingin mempelajari isi dari kitab pusaka Thian goan bu boh!"
"Aaaaai".setiap manusia tentu mempunyai watak yg baik dan
jelek, tapi sikap mereka berempat saat ini sudah jauh berbeda dg
sikap mereka waktu pertama dulu."
"Maksud Kho kongcu?"?" Chin sian kun berpaling.
"Mereka berempat sebetulnya mempunyai sifat yg jujur dan
terbuka, apalagi setelah melalui pendidikan dan bimbingan beberapa
waktu, boleh dibilang kesetia kawanan mulai mereka kenal. Bisa jadi


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepergian mereka dari rumah penginapan ini adalah utk mencari
jejakku." Kemudian setelah menghela napas, kembali katanya :
"Cuma saying mereka terlalu sempit jalan pikirannya sehingga
tidak tahu bagaimana mesti meninggalkan pesan kepada pemilik
rumah penginapan itu?"?"
Dg nada setengah percaya, Chin sian kun berkata :
"Kalau begitu kita harus pergi mencari mereka berempat?"
Kho Beng berpikir sebentar lalu mengangguk :
"Yaa, tentu saja, tapi aku rasa tiada tempat yg bias kita telusuri
utk mencari jejak mereka, aku pikir lebih baik kita kembali dulu
kelembah hati Buddha, coba kita periksa apakah kondisi badan Bu wi
cianpwee telah pulih kembali seperti sedia kala."
"Betul!" sambung Chin sian kun, "bisa jadi Molim bersaudara
telah kembali kelembah hati Buddha!"
"Kejadian semacam ini mungkin saja dapat berlangsung, mari kita
segera berangkat kelembah hati Buddha."
Maka berangkatlah kedua orang itu menuju kelembah hati
Buddha. Oleh karena kepergian mereka kelembah hati Buddha tidak
mengandung tujuan yg terburu-buru, maka perjalanan mereka
tempuh dg santai, sepanjang jalan selain mereka menikmati
panorama yg indah, pekerjaan mereka adalah mengamati gerak
gerik umat persilatan. Menjelang magrib keesokan harinya, mereka berdua menempuh
perjalanan sejauh lima li dari bukit Cian san.
Setelah memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, Kho Beng
segera berkata : "Aku lihat kita sudah jalan terlalu jauh hingga melampaui tempat
penginapan." Ternyata sekeliling tempat itu merupakan hutan belantara dg
tanah perbukitan dikejauhan sana.
"Apa salahnya?" sahut Chin sian kun sambil tersenyum, "udara
malam pasti amat nyaman, mengapa kita tidak menempuh
perjalanan malam" Kapan kita sampai dikota, kapan pula kita
beristirahat, toh hasilnya juga sama saja?"?"
Kho Beng manggut-manggut, tanpa berbicara mereka berdua
pun melanjutkan perjalanannya menelusuri tanah berhutan.
Mendadak?".. Kho Beng menyaksikan ada seseorang yg berjalan malam
melintas lewat dari sisi kiri mereka, jaraknya hany beberapa puluh
kaki saja dari mereka berdua.
Tergerak perasaan Kho Beng sesudah menyaksikan hal ini,
kepada Chin sian kun dia segera member tanda, kemudian dilakukan
pengejaran secara ketat. Ternyata ilmu meringankan tubuh yg dimiliki si pejalan malam itu
cukup tangguh, mereka harus mengejar sejauh satu li lebih sebelum
berhasil menyusul sampai jarak sepuluh kaki dibelakang orang itu.
Agaknya si pejalan malam itupun sudah merasakan kalau
jejaknya sedang diikuti orang, tiba-tiba saja dia menghentikan
larinya. Dalam waktu singkat kedua belah pihak telah saling bersua
muka, tanpa terasa Kho Beng berseru tertahan, ternyata orang itu
adalah orang yg cukup dikenal olehnya, yakni si Saudagar racun
berjalan cepat Cho Tay hap.
Cho Tay hap sendiripun nampak agak tertegun, kembali sambil
buru-buru member hormat, katanya :
"Ooooh rupanya kongcu, mengapa kau datang kemari?"
Kho Beng menghela napas, "Aaaai"panjang sekali utk diceritakan dan bagaimana dg kau
sendiri" Apakah belakangan ini pernah bertemu muka dg ciciku?"
Kali ini Cho tay hap yg menghela napas panjang,
"Aaaai"cicimu sudah terperangkap oleh anak buah dewi In nu
sehingga hubungan diantara mereka Nampak sangat akrab dan
mesra, kemanakah dirinya berada sekarang kini sudah menjadi
sebuah tanda Tanya yg besar sekali"
"Yaa benar, aku sendiripun merasa amat gelisah dan cemas
karena persoalan ini!" cepat-cepat Kho Beng berkata.
"Ooooh"jadi kongcu pun sudah mengetahui akan persoalan ini?"
Kho Beng manggut-manggut.
"Bukan hanya tahu, tapi aku sudah dua kali menemui ancaman
bahaya maut diperkampungan Ciu hong san ceng, saying sekali
ciciku begitu terpengaruh oleh mereka sehingga bagaimanapun aku
member penjelasan kepada dirinya, ia tetap tidak percaya!"
Kemudian sambil menatap wajah Cho Tay hap sekejap, kembali
ujarnya : "Bagaimana dg kau sendiri" Hendak pergi kemana?"
"Sebenarnya hamba sedang berusaha mencari kongcu, maksudku
hendak pergi kelembah hati Buddha, sungguh tak kusangka kita
telah bertemu muka disini."
"Ada persoalan apa mencariku?" Tanya Kho Beng cepat.
"Pertama hamba ingin mengajak kongcu utk berunding
bagaimana caranya melepaskan encimu dari pengaruh anak buah
dewi In nu, kedua adalah menyangkut masalah keempat orang anak
buah kongcu itu".."
"Apakah kau bersua dg mereka?"
Dg wajah serius Cho Tay hap segera berkata :
"aku telah bersua dg mereka, saat ini mereka telah menjalin
hubungan yg cukup akrab dg para begundal Dewi In nu, tentu saja
tujuan mereka tak lain adalah kitab pusaka Thian goan bu boh yg
berada ditangan kongcu."
"Aaah, peristiwa ini benar-benar jauh diluar dugaanku!" seru Kho
Beng setengah percaya setengah tidak.
Dg wajah serius kembali Cho Tay hap berkata :
"Sebenarnya hamba bermaksud menguntit dibelakang mereka
utk mengetahui siapakah orang yg mengadakan kontak dg mereka,
tapi akhirnya mereka berhasil meloloskan diri."
Chin sian kun yg berada disisinya segera menukas:
"Sudah sejak lama aku tahu kalau mereka bukan manusia baikbaik".!"
Sementara itu Cho Tay hap sudah memandang sekeliling tempat
itu, kemudian katanya lagi :
"aku telah bertemu pula dg si Unta sakti berpunggung baja Thio
cianpwee, dia sendiripun mengusulkan agar kongcu bias turun
tangan melenyapkan mereka berempat dari muka bumi."
"dimanakah si Unta Sakti cianpwee" Apakah kau tahu?" buruburu
Kho Beng bertanya. "Meskipun aku tak tahu berada dimanakah dia sekarang, tapi
setengah bulan kemudian aku masih mempunyai janji dgnya."
"Kalian berjanji akan bersua dimana?"
"Lembah bunga tho dibukit Hu gou san!"
Kemudian setelah berhenti sejenak, ujarnya lebih jauh :
"Tapi Thio cianpwee berpesan agar kongcu tidak pergi
menjumpainya, sebab yg terpenting buat kongcu saat ini adalah
menghimpun seluruh kekuatan yg dimiliki utk melacaki jejak dewi In
nu, selain watak diketahui watak dan tabiat keempat orang asing itu
sudah diketahui tak jujur dan berniat membelot. Walaupun semula
Thio cianpwee menghimpun mereka demi membantu kongcu yg
berada dalam posisi seorang diri, tapi sekarang sudah ada Bu wi
cianpwee, hwesio daging anjing serta Kim bersaudara sekalian yg
siap membantu, oleh karenanya dianjurkan agar keempat orang tsb
dilenyapkan saja dari muka bumi, ketimbang akhirnya menimbulkan
banyak kesulitan buat diri sendiri."
"Baiklah segala sesuatunya akan kulaksanakan sesuai dg perintah
Thio cianpwee, bila kau bertemu lagi dg dia orang tua, tolong
sampaikan pula salamku kepadanya."
"Hamba mengerti" buru-buru Cho Tay hap mengiakan.
Setelah berpikir sejenak, Kho Beng berkata lebih lanjut :
"Kalau memang begitu, kau boleh pergi sekarang."
"Harap kongcu bias baik-baik menjaga diri" Cho Tay hap segera
member hormat. Kemudian berangkatlah saudagar itu meninggalkan tempat tsb.
Mengawasi bayangan punggung Cho Tay hap yg pergi jauh,
tanpa terasa Kho Beng menghela napas sedih.
Chin sian kun mengerti bahwa pikiran dan perasaan hatinya
waktu itu amat kalut dan berat, karenanya dia pun tidak banyak
berbicara , dg mulut membungkam ia berjalan mengikuti
disampingnya. Sekalipun mereka berdua tidak bercakap-cakap, namun Kho Beng
bias merasakan timbulnya rasa hangat yg sukar dilukiskan dg katakata,
menyelimuti pikiran dan perasaannya yg kalut.
Begitulah dalam suasana hening dan saling mencekam, mereka
berdua menempuh perjalanan selama hampir satu jam lebih,
sementara itu kegelapan yg luar biasa telah menyelimuti seluruh
angkasa. Waktu itu langit amat gelap tiada cahaya rembulan, tiada cahaya
bintang, yg ada hanya awan gelap yg menutup angkasa.
Tiba-tiba Chin sian kun berbisik :
Padahal Kho Beng sendiripun merasa agak lelah karena selama
beberapa hari terakhir ini mereka berdua belum pernah beristirahat
secara baik. Kho Beng mencoba utk memperhatikan sekejap sekeliling tempat
itu, mendadak ujarnya sambil menunjuk kemuka :
"Rasanya didepan sana terdapat sebuah bangunan kuil,
bagaimana kalau kita menginap semalam dikuil tsb?"
Walaupun kegelapan telah menyelimuti seluruh bumi waktu itu,
namun mereka masih dapat melihat secara lamat-lamat bahwa
ditengah pepohonan yg rimbun didepan sana terdapat sebuah
bangunan besar yg membentuk seperti kuil.
Dg perasaan gembira Chin sian kun manggut-manggut,
berangkatlah mereka berdua menuju kebangunan kuil tsb.
Sewaktu sampai didekat bangunan tsb, ditemui pintu gerbang
sudah setengah roboh, rumput ilalang tinggi selutut, rupanya tempat
itu merupakan sebuah kuil bobrok yg sudah lama tidak dipergunakan
lagi. Dari papan nama yg terpancang dimuka bangunan tsb dapat
diketahui bahwa kuil itu bernama "Lu cau bio"
Sambil tertawa Kho Beng segera berkata :
"Malah kebetulan sekali kalau kuil ini adalah kuil yg terbengkalai,
kita tak usah mencari alasan utk membohongi pendeta, biar tak usah
pula membayar uang minyak."
Dg langkah lebar mereka berdua berjalan masuk keruang tengah
kuil tsb, Chin sian kun segera bersorak gembira :
"Coba lihat, bersih nian tempat ini"
Ketika Kho Beng menyusul kedalam, dijumpai ruangan tsb
memang berada dalam keadaan bersih sekali, lagipula bangunan
utamanya masih tetap utuh.
Tanpa terasa dia berseru dg kening berkerut :
"Sungguh aneh!"
"Yaa, memang sangat aneh" Chin sian kun menimpali, "kalau
dibilang kuil ini sudah lama terbengkalai dan tak dihuni manusia lagi,
kenapa ruangan tengahnya justru begitu rapih dan bersih?"
Kemudian setelah berpikir sebentar, kembali ujarnya :
"Yaa betul, sudah pasti tempat ini dipergunakan kaum pengemis
atau pendatang sebagai tempat pondoknya, itulah sebabnya tempat
ini diatur secara rapih dan bersih!"
"Aaaah, peduli amat" kata Kho Beng sambil tertawa aneh,
"bagaimana juga kita kan Cuma menginap semalam, besok pagi kita
telah berangkat kembali."
Maka mereka berdua pun duduk bersila didepan altar sambil
mengatur napas utk memulihkan kembali tenaga dalam mereka.
Ditengah suasana hening dan hampir mencapai keadaan akan
lupa akan keadaan sekelilingnya, mendadak terdengar suara langkah
kaki manusia berkumandang datang dari kejauhan sana.
Kho Beng yg pertama-tama merasakan hal itu, cepat-cepat ia
menarik ujung baju Chin sian kun, sambil berbisik :
"Ssst, ada orang datang!"
"Mungkin para pengemis penghuni kuil ini telah pulang" jawab
Chin sian kun lirih. "Itu toh menurut dugaan kita sendiri, bisa juga orang lain yg
datang kesini." "Lantas apa yg harus kita lakukan sekarang?" tanya si nona dg
kening berkerut. "Lebih baik kita bersembunyi saja!"
Dg langkah cepat mereka berdua segera lari kesisi ruang tengah
dan m enyembunyikan diri dibalik kegelapan.
Dinding samping itu berada dalam keadaan setengah roboh
sehingga mudah sekali bagi mereka untuk mengundurkan diri
kebelakang, boleh dibilang tempat tsb merupakan tempat yg amat
strategis, karena bisa digunakan menyerang maupun mengundurkan
diri secara leluasa. Baru saja mereka berdua menyembunyikan diri, tampak empat
sosok bayangan manusia telah melangkah masuk kedalam ruang kuil
dg langkah lebar. Setibanya dalam ruang tengah, keempat orang itu segera
m,embuat api unggun dan mengeluarkan daging serta arak, lalu
bersantaplah mereka dg lahap.
Baik Kho Beng maupun Chin sian kun dapat melihat dg jelas
bahwa keempat orang tsb adalah Molim, Hapukim serta Rumang
berempat. Beberapa kali Kho Beng berniat utk munculkan diri, namun
niatnya selalu dihalangi Chin sian kun, malah dg ilmu menyampaikan
suara, bisiknya : "Coba kita dengarkan dulu apa yg mereka bicarakan, apalah
gunanya tergesa-gesa menemui mereka?"
Terpaksa Kho Beng harus bersabar dan tetap menyembunyikan
diri dibalik kegelapan. Tak lama kemudian keempat orang itu sudah mulai mabuk oleh
air kata-kata. Tampak Rumang menepuk paha sendiri keras-keras segera
berseru : "Aku lihat pergaulan kita makin lama makin kacau, benar-benar
mak nya"." Hapukim berkata pula kepada Molim.
"Sekarang apa yg mesti kita perbuat, jangan lagi orangnya,
bayangan tubuh dari Kho Beng si bocah keparat itupun sudah tak
nampak lagi, hmmm!" "Sudah pasti kau bertindak kurang hati-hati sehingga rahasia kita
ketahuan, karena itulah dia segera melarikan diri!"
Kho Beng yg menyadap pembicaraan itu kontan saja merasakan
hatinya tenggelam kedasar samudera, diam-diam pikirnya :
"Betul-betul tahu orangnya, tahu mukanya belum tentu dapat
menyelami perasaannya."
Sementara itu Molim telah berkata sambil tertawa :
"Buat apa kita mesti gelisah, toh tiada pekerjaan yg gampang
didunia ini." Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali ujarnya :
"Tentang masalah Kho Beng, aku kira dia sudah menjumpai
kesulitan diperkampungan Ciu hong san ceng, jadi mustahil dia telah
mengetahui rencana kita, dalam hal ini aku yakin masih dapat
melihatnya secara jitu"."


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rumang segera mendengus :
"Hmmm"baiklah, anggap saja Kho Beng si bocah keparat itu
memang belum mengetahui persoalan kita, tapi kemanakah kita
harus pergi mencari dirinya?"
"Yaa betul" sambung Hapukim, "paling tidak kita kan mesti
menemukan Kho Beng lebih dulu, kalau tidak, bagaimana mungkin
kita bisa mendapatkan kitab pusaka Thian goan bu boh tsb?"
Molim segera menggeleng, katanya :
"Menurut penilaianku, kedua lembar kitab pusaka Thian goan bu
boh sudah tidak berada ditangan Kho Beng, besar kemungkinan
benda tsb masih berada ditangan si tua Bu wi."
"Hmm, kau sama sekali tak pernah melakukan pelacakan secara
khusus, dari mana bisa tahu kalau benda tsb tidak berada
disakunya?" seru Rumang.
"Padahal asal kita mau berpikir, hal tsb bisa kita pikirkan dg jelas,
sesungguhnya Kho Beng si bocah keparat itu belum berhasil
menguasai ilmu silat yg tercantum dalam kitab pusaka Thian goan
bu boh, sekalipun pernah dipelajarinya tanpa latihan satu atau dua
tahun mustahil dia bisa memperoleh hasil yg sepadan, jadi tegasnya
kepandaian silatnya tak lebih hanya mendapat sedikit kemajuan
saja. Bayangkan saja, dg bekal kepandaian serendah ini, apakah dia
akan menggembol benda yg tak ternilai harganya itu?"
"Yaa, betul juga perkataan ini" seru Mokim sambil mengangguk.
Tapi Hapukim segera berteriak :
"Aaah, peduli amat betul atau tidak perkataan tsb, yg penting apa
yg mesti kita perbuat sekarang?"
"Sederhana sekali, aku telah berhasil mendapatkan sebuah
rencana yg amat bagus."
Sekali lagi Rumang menepuk paha sendiri keras-keras, teriaknya :
"Cepat katakan apa rencanamu itu?"
"Kita berangkat kelembah hati Buddha dan berlagak diutus oleh
Kho Beng si bocah keparat itu utk mengambil kedua lembar kitab
pusaka Thian goan bu boh!"
"Aku rasa cara seperti itu tak bakal berhasil, jangan lagi situa Bu
wi adalah seorang yg berotak lihay dan liciknya bukan kepalang. Ia
tak mungkin percaya dg perkataan kita, lagipula si hwesio daging
anjing pun bukan manusia yg boleh dianggap enteng, bagaimana
mungkin dia bersedia menyerahkannya kepada kita?"
Molim segera mendengus : "Hmmm, dasar goblok!"
"Hey, siapa yg kau maki?" tegur Hapukim marah.
"Tentu saja kau! Otakmu memang bebal dan tak pernah bisa
dipakai utk berpikir, hmmm" sekalipun kita gagal utk menipu
mereka, paling tidak kita kan akan memperoleh kepastian tentang
kedua lembar kitab pusaka Thian goan bu boh tsb, asal kita laporkan
kabar tsb kepada Thia hu hoat, emangnya kita tak akan peroleh
bagian?" Agaknya Hapukim menyadari kalau otak sendiri memang tak
selancar dan sepintar Molim, karenanya dia Cuma bisa menahan diri
dan tak banyak bicara lagi.
Sementara itu Molim telah mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak amat bangga.
Chin sian kun segera berbisik kepada Kho Beng dg ilmu
menyampai suara : "Nah, sekarang kau sudah jelas bukan" Thia hu hot yg dia
maksudkan bernama Thia bu ki, dia adalah salah satu diantara
duabelas pelindung hukum dari dewi In nu."
Diam-diam Kho Beng menghembuskan napas panjang, utk sesaat
ia merasa sangat kecewa hingga lupa utk memberi jawaban.
Mendadak terdengar lagi suara langkah kaki dari manusia
bergema datang dan langsung menuju kedalam kuil.
Sementara Kho Beng masih tertegun, Chin sian kun kembali
berbisik : "Sudah pasti pelindung hukum she Thia yg datang!"
Namun setelah suara langkah kaki manusia itu masuk kedalam
ruang kuil, ia baru mengetahui kalau dugaannya salah.
Ternyata yg datang adalah seorang lelaki yg berdandan seperti
seorang Sastrawan tapi tegasnya pakaian tsb sudah dekil lagi luntur
warnanya, mungkin sudah sepuluh tahun tak pernah dicuci hingga
warnanya tak bisa diduga lagi.
Yg jelas pakaian tsb memberi kesan dekil lagi bobrok bagi
siapapun yg melihatnya. Orang itu berumur empat puluh tahunan, tubuhnya kurus lagi
kuning kepucat-pucatan, mungkin sudah tiga tahun menderita sakit
dan belum juga sembuh, pokoknya dia mempunyai potongan muka
yg mengenaskan dan patut dikasihani.
Sambil mengoyangkan sebuah kipas berwarna hitam, sastrawan
itu berjalan masuk kedalam ruang kuil dg jalan terseok-seok".
Kho Beng serta Chin sian kun yg melihat kehadiran orang itu
menjadi tertegun , utk sesaat mereka tak bisa menduga asal usul
orang tsb. Agaknya Molim sekalian yg berada didalam ruang kuil pun
merasa agak tercengang dg kehadiran orang itu.
Sambil memutar biji matanya, Molim segera menghardik :
"Hey si peminta-minta, malam ini tempatmu sudah kami
pergunakan, lebih baik mencari tempat pemondokan ditempat lain
saja!" "Biarpun sudah kalian tempati, memangnya aku tidak boleh
masuk kemari?" sahut sastrawan rudin itu sambil tertawa terkekehkekeh.
Rumang segera berteriak :
"Tempat ini kelewat sempit, tak mungkin bisa menampung sekian
banyak orang utk tidur bersama."
"Aaah, bisa tak bisa tidurpun tak mengapa, toh aku bisa duduk
duduk".hey, kalian punya arak wangi?"
"Arak sih ada, Cuma sayang bukan disediakan untukmu!" bentak
Hapukim mendongkol. Kembai sastrawan rudin tertawa :
"Empat samudera adalah sahabat, masa kalian tak akan
mengundangku untuk minum barang dua cawan saja?"
Rumang menjadi teramat gusar, segera teriaknya :
"Hey pengemis busuk, kenapa sih kau ribut amat" Huuuh, dg
tampangmu yg begitu dekil dan menjijikkan, kaupun ingin meneguk
arak kami" Hayo cepat menggelinding pergi dari sini, kalau terlambat
menggelinding akan kusuruh kau merangkak keluar dari sini!"
Kembali sastrawan rudin itu tertawa :
"Aku sipelajar belum pernah belajar merangkak, entah kalian
berempat mampu tidak utk merangkak keluar?"
"Haaaah".haaa"haaaah"orang apapun mengaku sebagai
pelajar" Huuuh, betul-betul tak tahu malu!" ejek Rumang sambil
tertawa seram. "Sesungguhnya aku sipelajar adalah orang yg paling ramah dan
tahu diri" kata si sastrawan rudin sambil menggeleng, "asal kalian
bersedia menjamu aku dg arak dan daging lezat, akupun bersedia
memaafkan kekasaran kalian serta tidak mempersoalkan lagi."
"Lebih baik kau persoalkan saja, pingin kulihat bagaimana caramu
utk mempersoalkan masalah ini."
"Aku lihat kalian semua adalah orang-orang yg tak tahu diri,
orang bermata buta!"
Rumang menjadi sewot, sambil mengepal tinjunya ia membentak
: "Ngaco belo tak karuan, hati-hati akan kupetik batok kepalamu
itu!" Mendadak sastrawan rudin itu tertawa tergelak :
"Haaaah"haaahh"haaahh"bagus sekali".aku sipelajar sastra
gagal menjadi sastrawan, belajar pedang gagal menjadi jago
pedang, kemudian belajar memetik batok kepala, ternyata dalam
bidang yg satu ini aku memang cukup ahli dan berpengalaman."
"Kau pun pandai memetik batok kepala?" tanya Rumang dg
wajah tertegun. "Yaa, mengetahui sedikit-sedikit"
Sambil bertolak pinggang Rumang segera membentak :
"Kalau begitu coba kau petiklah, bila tak mampu memetik batok
kepala ayahmu".hati-hati kalau batok kepalamu tak bisa di
pertahankan lagi!" "Bagus sih bagus" kata sastrawan rudin itu sambil tertawa, "tapi
sebelum itu aku ingin melihat dulu bagaimana caramu merangkak
keluar dari sini." Tak terlukiskan rasa gusar Rumang menghadapi kejadian ini,
tanpa banyak berbicara lagi dia segera mengepal tinjunya dan
langsung disodokkan kemuka.
Pada hakekatnya dia tak memandang sebelah matapun terhadap
sastrawan rudin yg ceking lagi pucat sehingga mirip orang yg hampir
mampus ini. Serangan yg dilontarkan dg cepat dan dahsyat itu dalam
perkiraannya paling tidak bisa membuat pelajar rudin itu pingsan
sebelas kali?""
Siapa tahu menilai orang tak boleh menilai dari wajahnya, kali ini
Rumang telah salah menilai lawannya.
Tidak tampak bagaimana cara pelajar rudin itu menghindarkan
diri, tahu-tahu jotosan yg sangat kuat itu sudah mengenai sasaran
kosong. "Hey orang muda, kau betul-betul hendak main pukul?" teriak
pelajar rudin itu keras-keras.
Rumang agak tertegun, kemudian teriaknya pula :
"Hey, kalau punya nyali hayo jangan berkelit!"
Kembali sebuah sodokan tinju yg keras dilontarkan kedepan.
Kali ini ternyata sastrawan rudin itu tidak mencoba utk
menghindarkan diri, dia malah sambut datangnya serangan tsb dg
sodokan kipasnya. Dg demikian pukulan keras dari Rumang tsb bukan bersarang
ditubuh sastrawan rudin itu, sebnaliknya malah saling membentur dg
ujung kipas. Tak ampun lagi dia menjerit kesakitan, seketika itu juga kepalan
kanannya sakit bagaikan retak, rasa sakit yg dideritanya benar-benar
tak terlukiskan dg kata-kata.
Sambil tertawa terkekeh-kekeh, sastrawan rudin itu berseru :
"Nah, bocah tolol, kali ini kau harus menderita cukup berat!"
Kipasnya ditotok berulang kali kedepan, dalam waktu singkat,
sikut kiri serta sepasang lutut Rumang sudah terhajar oleh gebukan
kipas tsb?" Jerit kesakitan yg memilukan hati bergema saling menyusul,
keempat anggota badannya seperti sudah dibikin cacat semua,
membuat ia tak mampu berdiri tegak lagi dan segera roboh
terjengkakng keatas tanah"
Hapukim serta dua bersaudara Mo yg melihat peristiwa itu
menjadi amat terperanjat, serentak mereka meloloskan s enjata
masing-masing sambil menerjang kemuka.
Terdengar sastrawan rudin itu berseru sambil tergelak :
"Kalian tak perlu tergesa-gesa, marilah maju satu persatu!"
Kipasnya segera direntangkan, selapis tenaga pukulan yg tak
berwujud dan bersuara segera menyapu ketubuh ketiga orang tsb.
Bagaikan menumbuk diatas lapisan dinding baja yg amat kuat
saja, tampak ketiga orang itu mencelat kebelakang hingga
menumbuk diatas dinding ruangan keras-keras.
"Blaaaammm".!"
Sampai setengah harian lamanya mereka tak sanggup utk
merangkak bangun kembali.
Kho Beng serta Chin sian kun yg mengikuti jalannya peristiwa itu
menjadi terperanjat sekali hingga paras mukanya berubah hebat,
sadarlah mereka bahwa sastrawan rudin tsb sesungguhnya adalah
seorang tokoh dunia persilatan yg berilmu tinggi, hanya mereka tak
dapat nmenebak siapa gerangan orang ini.
Sementara itu Molim sekalian telah meronta bangun, kini mereka
Cuma bisa berdiri termangu-mangu bagaikan patung.
Sambil tertawa dingin sastrawan rudin itu berkata kemudian :
"Nah, siapa lagi yg merasa tak puas, silahkan maju
menyerang?"" Buru-buru Molim menggoyangkan tangannya berulang kali seraya
berkata : "Jangan main kasar, jangan main kasar, apalagi diantara kita toh
belum pernah terikat hubungan dendam atau sakit hati."
"Yaa,yaa"kau memang seorang yg pandai melihat gelagat?"
ejek sastrawan rudin itu sambil tertawa, "dan bagaimana dg yg
lain?" Sebetulnya Mokim serta Hapukim mempunyai maksud akan turun
tangan utk kedua kalinya, namum kerlingan mata Molim membuat
kedua orang tsb harus mengurungkan niatnya.
Pelan-pelan Rumang berusaha meronta dan merangkak bangun,
tapi kaki kanan sastrawan rudin itu sudah keburu menginjak diatas
punggungnya, hal ini membuat badannya yg hampir bangkit berdiri
segera terjatuh kembali mencium tanah.
"Hey, kau sudah selesai belum?" teriak Rumang keras-keras.
"Belum"belum selesai!" sahut sastrawan rudin itu sambil tertawa
terbahak-bahak, "kau harus merangkak dulu dari sini sampai keluar
kuil ini?"" "Tidak! Aku tak akan merangkak keluar biar harus mati aku tak
akan merangkak keluar!"
Kembali sastrawan rudin itu tertawa :
"Kebetulan sekali aku si pelajar mempunyai watak aneh, yaitu
setiap perbuatan yg kuinginkan harus dilaksanakan sampai jadi,
untuk itu kau mesti merangkak keluar dari sini entah apapun
alasannya." "Kalau aku tak mau merangkak keluar, mau apa kau?" teriak
Rumang makin sewot. "Kalau begitu terpaksa kau mesti menahan pelbagai siksaan dan
penderitaan, nah pertimbangkan sendiri, kau benar-benar enggan
merangkak atau menurut saja" Bila menolak, terpaksa aku sipelajar
akan turun tangan untuk mulai menyiksamu, bahkan?".."
Setelah memutar biji matanya, ia menambahkan :
"Bahkan sekali aku sipelajar sudah turun tangan, maka pekerjaan
ini tak bakal berhenti sampai ditengah jalan."
Mendadak terdengar Molim berteriak keras,
"Tuan, kau jangan marah dulu, dia...dia pasti akan bersedia
merangkak keluar".."
"Bagus sekali!" kata pelajar rudin itu sambil tertawa, "coba kau
bujuklah dia" Molim segera menghampiri Rumang , kemudian teriaknya :
"Seorang lelaki sejati bisa mengikuti perubahan situasi, hari ini
kita telah bertemu dg tokoh berilmu tinggi, sekalipun harus
merangkak keluar dari sini, apalah artinya bagimu?"
"Kalau kau hendak merangkak, lebih baik merangkaklah lebih
dulu, asal kau sudah mulai merangkak, aku pasti mengikuti" teriak
Rumang sambil menggigit bibir.
Molim segera berkerut kening, tiba-tiba ia membisikkan sesuatu
dg menggunakan ilmu menyampaikan suara.
Rumang kelihatan termenung sebentar, akhirnya dia berkata :
"Baiklah! Mak nya".. aku akan merangkak keluar dari sini"..!"
Habis berkata ia benar-benar merangkak sampai diluar kuil.
Sambil bertepuk tangan pelajar rudin itu segera bersorak :
"Horeeee"..bagus, bagus sekali, sungguh menarik, sungguh


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menarik hati?"."
Mendadak?"" Pada saat Rumang sedang merangkak keluar itulah, Molim,
Mokim serta Hapukim bertiga secara diam-diam telah meloloskan
golok masing-masing, lalu tanpa menimbulkan sedikit suara pun
membacok punggung si pelajar rudin tsb.
Agaknya ketiga orang itu berniat membokong musuhnya secara
diam-diam, padahal si pelajar rudin itu sedang memusatkan seluruh
perhatiannya melihat Rumang merangkak keluar, jelas dia tidak
mempersiapkan diri secara baik.
Keselamatan jiwanya pun segera terancam bahaya maut,
kelihatannya sebentar lagi dia bakal termakan oleh bacokan tsb.
Tapi disaat yg amat kritis inilah, Kho Beng serta Chin sian kun yg
bersembunyi diruang samping telah melayang keluar bagaikan
sukma gentayangan saja, dua bilah pedang mereka dg cekatan
sekali menangkis ketiga golok lawan.
Tentu saja peristiwa ini sama sekali berada diluar dugaan Molim,
Mokim dan Hapukim, untuk sesaat lamanya mereka dibuat terkejut
bercampur amat gusar. Rumang yg sedang merangkak diatas tanah dan kebetulan
berpaling pun nampak perubahan pada mukanya, dg cepat dia
menjatuhkan diri berbaring diatas tanah dan berlagak sudah
mampus" "Budak kurangajar!" dengan mata melotot dan suara nyaring Kho
Beng membentak keras, "aku lihat nyali kalian makin lama semakin
bertambah besar saja!"
Molim, Mokim serta Hapukim segera menundukkan kepala dg
mulut membungkam, paras muka mereka berubah menjadi merah
padam karena jengah".
Sebaliknya si pelajar rudin itu berkata sambil tertawa terkekehkekeh,
"Haaaahh"haaahh"haaahh"bagus sekali, nampaknya kuil ini
memang luar biasa, masa dalam waktu sekejap mata telah muncul
kembali dua orang manusia?"
Sambil tertawa hambar Chin sian kun berkata :
"Seandainya kami berdua tidak munculkan diri tepat pada
waktunya, mungkin tuan sudah termakan oleh bokongan mereka!"
"Nona terlalu serius kalau b erbicara" ucap si pelajar rudin sambil
tertawa, "aku si pelajar meski tidak sering berkelana didalam dunia
persilatan, namun aku percaya kemampuan yg dimiliki keempat
anjing asing ini masih belum mampu utk membokongku!"
Lalu sambil memutar biji matanya, dia berkata lebih jauh :
"Aku si pelajar paling senang kalau berbicara sejujurnya, tahukah
kau apa sebabnya aku sengaja memberi kesempatan kepada
mereka utk membokongku?"
"Aku tidak tahu!" sahut Chin sian kun dg paras muka berubah
menjadi merah padam. Sambil tertawa si pelajar rudin itu berkata lebih jauh :
"Hal ini tak lain disebabkan aku si pelajar ingin mencari sebuah
alasan yg cukup kuat utk membunuh mereka semua."
"Apa sebabnya tuan bersikeras hendak membunuh mereka
semua." "Haaahh"haaahh".haaahh".tegasnya aku sipelajar tak mampu
memberi alasan yg tepat, pokoknya begitu bertemu dg mereka
timbul perasaan muak dan benci dalam hati kecilku, biasanya
terhadap orang-orang yg kubenci, aku si pelajar tak akan
membiarkan mereka hidup terus didunia ini."
Rasa terkejut, gusar dan gelisah segera mencekam perasaan
Molim sekalian berempat, namun utk berapa saat lamanya tak
sepatah katapun yg sanggup mereka utarakan keluar.
Sambil menjura Kho Beng berkata cepat :
"Bolehkah aku tahu siapa nama tuan yg sebenarnya?"
Si pelajar rudin itu tertawa :
"Selama hidup aku si pelajar tidak memiliki kelemahan apapun
selain rudin, oleh karena itulah namaku memakai pula kata rudin tsb
yakni si pelajar rudin Ho Heng!"
"Haaah"rupanya tuan adalah Ho cianpwee, pemimpin dari Lam
huang pat ciong (nelayan rudin dari Lam huang), kalau begitu
maaf".maaf"."
Sembari berkata dia segera memberi hormat dalam-dalam :
Buru-buru si pelajar rudin, Ho Heng menghalanginya seraya b
erkata : "Tak usah sungkan-sungkan, kau sendiri sebetulnya siapa?"
"Boanpwee berasal dari marga Kho bernama Beng, asalku adalah
perkampungan Hui im ceng dikota Hang ciu!"
Si pelajar rudin segera bertepuk tangan kegirangan, serunya
cepat : "Oooh, rupanya kau adalah Kho Beng, sudah lama aku sipelajar
rudin mengagumi nama besarmu"
"Aaaah"perkataan dari cianpwee tsb tak berani boanpwee
terima"." "Oya, sudah lama aku si pelajar rudin tak pernah melangkah
masuk daratan Tionggoan, dari siapa sih Kho sauhiap pernah
mendengar namaku ini?"
"Bu wi cianpwee yg memberitahukan kepadaku!"
"Situa Bu wi?" si pelajar rudin Ho Heng segera tertawa tertawa
terbahak-bahak, "bukankah si tua bangka ini sudah hidup
mengasingkan diri dari keramaian dunia?"
"Aaaai"panjang sekali utk menceritakan tentang ini".."
Maka secara ringkas Kho Beng bercerita tentang Bu wi lojin serta
pengalaman yg dialaminya sampai terluka"
Sewaktu selesai mendengar penuturan, sambil tertawa terkekehkekeh,
si pelajar rudin Ho Heng berkata :
"Sewaktu menyinggung tentang aku si pelajar rudin, apa saja yg
dikatakan si tua Bu wi kepadamu?"
Dg wajah serius Kho Beng berkata :
"Dia orang tua sangat memuji kehebatan cianpwee, katanya
cianpwee suka mengembara seorang diri dan membentuk kekuatan
yg tersendiri didalam dunia persilatan, kau adalah seorang tokoh yg
dihormati oleh setiap umat persilatan didunia ini!"
Pelajar rudin Ho Heng segera menggelengkan kepalanya
berulang kali, ujarnya : "Tidak mirip, tidak mirip, aku merasa belum sanggup membawa
kedudukanku mencapai tingkatan seperti apa yg dia gambarkan."
Lalu setelah memutar biji matanya, dia berkata lebih jauh :
"Untung saja perkataan semacam ini biar agak lebih banyak pun
tak akan mengganggu selera orang, entah betul atau tidak yg pasti
mendatangkan rasa gembira bagi yg mendengarkan?"..ehmmm,
rasanya pembicaraan diantara kita cocok sekali, baiklah kita cari
kesempatan lain utk pelan-pelan berbicara lagi!"
Berbicara sampai disitu, dia segera menggerakkan lengan
kanannya dan mencengkeram tubuh Rumang yg masih mendekam
diatas tanah. Kho Beng menjadi amat terperanjat setelah menyaksikan
peristwa itu, buru-buru serunya :
"Cianpwee, kau".."
Si pelajar rudin Ho Heng menggoyangkan tangannya seraya
berkata : "Tunggulah sampai aku si pelajar memetik batok kepala mereka
lebih dulu sebelum melanjutkan pembicaraan kita tadi."
"Beberapa orang ini adalah anak buah boanpwee, bersediakah
cianpwee utk ringan tangan serta mengampuni mereka semua?"
pinta Kho Beng dg perasaan cemas.
"Anak buahmu?" Setengah percaya setengah tidak si pelajar rudin Ho Heng
mengalihkan pandangan matanya dan memandang sekejap kewajah
keempat orang asing itu, lalu katanya lebih jauh :
"Sekalipun dalam dunia persilatan sudah tak mampu menemukan
orang lain, kau tidak sepantasnya menerima manusia semacam ini
sebagai anak buahmu."
Kho Beng segera menghela napas panjang :
"Tapi boanpwee toh sudah menerima sebagai anak buahku,
paling tidak hubungan antara majikan dan pembantu sudah cukup
melekat dihati kami!"
Si pelajar rudin Ho heng menggelengkan kepalanya berulang kali,
ujarnya lagi : "Menurut penilaianku si pelajar, watak dari beberapa orang ini
tidak baik, mereka tak kenal budi, membalas air susu dg air tuba,
manusia yg tak kenal budi seperti ini hanya merupakan bibit
bencana kalau ditampung disisimu, aku lihat lebih baik?""
Mendadak Molim menjatuhkan diri berlutut dihadapan Kho Beng
seraya merengek : "Cukong, tolonglah jiwa kami!"
Hapukim serta Mokim serentak menjatuhkan diri berlutut pula
dihadapan anak muda tsb sambil menyembah tiada hentinya.
Sambil mendengus dingin Kho Beng berkata :
"Kalian anggap apa yg telah kamu lakukan sama sekali tidak
kuketahui?" "Hamba tak berani melakukannya kembali, hamba sudah merasa
amat menyesal"." Seru Molim cepat-cepat.
Pelajar rudin Ho Heng yg ikut mendengar pembicaraan itu segera
menimbrung sambil tertawa :
"Bila kuperhatikan nada pembicaraan kalian, tampaknya orangorang
ini sudah pernah berhianat kepadamu?"
Kho Beng segera menghela napas panjang :
"Aaaai"manusia toh bukan nabi, siapakah yg pernah luput dari
kesalahan?" "Yaa, siapa tahu salah dan bersedia utk bertobat, berarti orang
ini masih bisa dipelihara lebih jauh."
Setelah berhenti sejenak, pelajar rudin itu berkata lebih jauh :
"Tapi sayang keempat orang ini bukan termasuk orang-orang yg
tahu salah serta bersedia utk bertobat, rasanya aku si pelajar
terpaksa harus menggunakan sedikit keahlian utk membuat mereka
takluk selamanya dan sepanjang hidup tak berani berhianat lagi."
"Dengan cara apa?" tanya Kho Beng keheranan.
Si pelajar rudin Ho Heng tertawa:
"Kepandaianku ini bernama "memotong urat menutup nadi",
setelah dilakukan ditubuh mereka, maka dalam sebulan mendatang
mereka pasti akan merasakan gangguan hebat hingga menyebabkan
peredaran darah mereka tersumbat dan akhirnya mati, namun bila
saban bulan peredaran darah mereka diurut dg kepandaian khusus,
maka tidak akan terjadi persoalan pada dirinya."
Kemudian sambil menatap wajah Kho Beng lekat-lekat, katanya
lebih jauh : "Bagaimana menurut pendapat Kho sauhiap?"
Molim, Mokim serta Hapukim yg masih berlutut buru-buru
merengek dg suara memelas,
"Jangan gunakan kepandaian apapun utk melukai kami, kami
semua berjanji tak akan berhianat lagi?"
Utk beberapa saat lamanya Kho Beng jadi ragu-ragu utk
mengambil keputusan. Melihat hal tsb, si pelajar rudin Ho Heng segera berkata lagi
sambil tertawa terkekeh-kekeh :
"Kalau persoalan lain, aku si pelajar akan rikuh utk turut campur,
tapi dalam persoalan ini aku si pelajar sudah mempunyai keputusan
yg cukup tegas, nah siapakah diantara kalian yg akan merasakan
lebih dahulu?""
Berada dalam keadaan seperti ini, Molim sekalian berempat tak
berani lari dari situ, kabur pun tak berani, terpaksa mereka hanya
bisa berlutut sambil merengek tiada hentinya.
Ternyata apa yg diucapkan si pelajar rudin Ho Heng segera
dikerjakan pula, tanpa membuang tempo lagi dia segera
menghampiri Molim sekalian dan melakukan gerakan menotok dg
ilmu menyumbat nadi memotong urat!
Selesai menotok jalan darah orang-orang itu, si pelajar rudin Ho
Heng baru bertanya sambil tertawa :
"Nah sekarang cobalah utk mengatur pernapasan, coba dirasakan
keanehan apakah yg kalian rasakan antara bagian dada dg
lambung?" Molim sekalian menurut dan segera mengatur pernapasan.
Tak lama kemudian terdengar Molim berteriak lebih dulu :
"Aaah"aku merasa agak kesemutan".."
Pelajar rudin Ho Heng segera tertawa terbahak-bahak :
"Haaahh"haaah"haahh"itu berarti ilmu menyumbat nadi
memotong uratku telah mulai bekerja menunjukkan reaksinya, cara
yg kupergunakan ini sama sekali tak akan berpengaruh pada tenaga
dalam yg kalian miliki, tapi sebulan kemudian apabila tidak
memperoleh pengurutan secara khusus, habislah sudah riwayat
kalian." "Selanjutnya bukankah kami harus mengikuti dirimu terus
menerus?" tanya Molim sangat terkejut.
"Hee"heee"hee"kalau aku mah tak dusi dg kalian, tentu saja
kalian harus mengikuti majikan kalian yg lama?"
"Kalau begitu, bukankah kami hanya bisa hidup selama satu
bulan saja".?" Seru Molim dg perasaan amat gelisah.
Kembali si pelajar rudin Ho Heng menggoyangkan tangannya
berulang kali, ujarnya : "Kalau soal itu mah kalian tak perlu kelewat kuatir, aku si pelajar
pasti akan mewariskan kepandaian mengurut tersebut kepada
majikan kalian, asal kalian mau setia dan berbakti kepadanya, aku
yakin setiap bulan dia pasti bersedia pula mengurutkan kalian satu
kali." Pucat pias selembar wajah Molim karena ngeri dan ketakutan,
buru-buru serunya kemudian :
"Cukong, cepatlah kau pelajari ilmu mengurut nadi
darinya"..selamatkanlah jiwa kami?"
Sambil manggut-manggut pelajar rudin segera berseru :
"Nah, Kho sauhiap, mari kita pergi keluar!"
Kho Beng segera manggut-manggut dan mengikuti si pelajr rudin
menuju keluar ruangan. Dalam beberapa kali lompatan saja tubuh si pelajar rudin telah
berada sejauh lima puluh kaki dari tempat semula, dari situ dia
segera melompat naik keatas pohon raksasa.
Dg amat cekatan Kho Beng mengikuti dibelakangnya, begitu
sampai diatas pohon, pemuda itu segera berkata dg hormat :
"Mohon petunjuk dari cianpwee!"
"Petunjuk apa?"
Kho Beng jadi tertegun, tapi segera sahutnya :
"Tentu saja ilmu mengurut utk mengobati ilmu menyumbat nadi
memotong urat tsb." Pelajar rudin Ho Heng segera tertawa misterius, serunya :
"Terus terang saja aku katakan, sebetulnya apa yg terjadi hanya
tipuan belaka." "Tipuan belaka?" tanya Kho Beng agak tertegun, "tapi mengapa
mereka merasakan dada serta lambungnya agak kesemutan?"
Sambil tertawa si pelajar rudin berkata :
"Hal ini disebabkan aku telah menggetarkan dada dan
lambungnya dg tenaga dalamku, paling tidak dalam setahun
mendatang mereka masih akan merasakan kesemutan tsb, setiap
bulan kau cukup berlagak menguruti nadi-nadinya dan mengelabui
mereka dg begitu saja, dalam keadaan seperti ini sebuas-buasnya


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

watak orang asing tsb, aku rasa mereka tak berani menunjukkan
sikap yg menyeleweng lagi."
Buru-buru Kho Beng berkata :
"Terima kasih banyak atas bantuan cianpwee, cara yg kau
pergunakan ini memang cukup hebat!"
Pelajar rudin Ho Heng tertawa gembira, baru saja dia hendak
mengucapkan sesuatu, mendadak tampak sesosok bayangan
manusia meluncur datang dari kejauhan sana dan langsung
menerobos masuk kedalam kuil.
"Aduh celaka" bisik Kho Beng dg gelisah, "ada orang menyerbu
dalam kuil itu!" Si pelajar rudin Ho Heng yg sudah mengetahui kehadiran
bayangan manusia tsb sendiri tadi, segera berkata sambil tertawa :
"Tak usah kuatir, mari kita lihat kembali kedalam kuil, memang
sudah lama tanganku terasa gatal dan pingin mencari orang utk
diajak berkelahi, kuharap orang ini cukup berharga utk bertarung
melawan diriku?" Dg cepat mereka berdua segera melompat turun dari atas pohon
dan kembali kedalam kuil.
Sementara itu, diruang tengah bangunan kuil tsb telah berdiri
seorang kakek berkerudung, paras muka Molim sekalian berubah
seketika, mereka kelihatan gugup dan gelagapan sendiri.
Chin sian kun sendiripun merasa agak kaget bercampur gugup,
sorot matanya yg gelisah dan cemas berulang kali dialihkan keluar
ruangan, jelas ia sangat berharap Kho Beng dan si pelajar rudin Ho
Hewng bisa pulang kembali dg cepat.
Keadaan semacam ini tak lebih hanya berlangsung dalam sekejap
mata, sebab si pelajar rudin dan Kho Beng telah muncul kembali
kedalam ruangan tsb. Situasi didalam ruangan kuil seketika mengalami perubahan yg
sangat besar, paing tidak Molim sekalian serta Chin sian kun sudah
tidak sekaget dan segugup tadi lagi.
Dalam pada itu, kakek berkerudung itu sudah memperhatikan
sekejap disekitar ruangan kuil, kemudian sambil tertawa dingin
katanya : "Haaahh"haaahh"haaahh"bagus sekali, aku sudah menduga
kalau kalian empat anjing asing bukan manusia yg bisa dipercaya,
ternyata dugaanku benar, kalian telah membocorkan rahasia
kehadiranku disini"."
Kemudian sambil berpaling kearah Chin sian kun, bentaknya lebih
lanjut : "Bukankah kau adalah To ko Giok, anak murid dari Go bi pay"
Mengapa bersekongkol dg mereka?"
Chin sian kun segera mendengus dingin :
"Hmmm, sekarang aku dapat memberitahukan kepadamu,
sesungguh nonamu adalah ?"
Belum selesai perkataan itu diucapkan, kakek berkerudung
bertubuh ceking itu sudah menggoyangkan tangannya berulang kali
seraya menukas : "Tak perlu kau lanjutkan, aku sudah dapat menebak siapa
gerangan dirimu yg sebenarnya."
"Siapakah aku?" tanya si nona sambil tertawa.
Dg suara rendah dan dalam kakek berkerudung itu membentak :
"Kau adalah si walet terbang Chin sian kun yg telah menghianati
para jago dari kawasan Sam siang"betul bukan?"
Chin sian kun segera tertawa terkekeh-kekeh :
"Ketajaman matamu memang sangat mengagumkan, tebakanmu
memang sangat tepat!"
Dg penuh amarah, kakek berkerudung itu berseru lagi :
"Selama hidup, belum pernah aku dibodohi orang seperti hari ini,
hey budak busuk, aku lihat nyalimu benar-benar cukup besar,
tapi".beginipun ada baiknya juga?".
Bersambung ke jilid 26 Jilid 26 "Yaa benar" sambung Chin sian kun, "mari kita selesaikan
persoalan tsb sekarang juga, toh urusan segera akan menjadi
beres." Kho Beng yg berada disisinya segera mengawasi kakek
berkerudung itu tajam-tajam, lalu hardiknya dg suara keras :
"Siapa kau" Berani benar berkaok-kaok semaunya sendiri
ditempat ini?""
Kakek berkerudung itu segera mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak : "Haaahh"haaahh"haaahh"walaupun hari ini kau sudah
memperoleh kemajuan yg pesat dalam ilmu silat, bukan berarti aku
sudah memandang sebelah mata kepadamu, terus terang saja aku
katakan diriku ini adalah Thia Bu ki, salah satu diantara dua belas
orang pelindung hukum dari Siancu!"
"Kalau begitu kedatanganmu memang sangat kebetulan" kata
Kho Beng kegirangan, "aku memang sedang mencari tahu
dimanakah siluman perempuan In nu berdiam diri, aku rasa kau bisa
memberitahukan alamat kepadaku bukan?"
"Kurang ajar!" bentak Thia Bu ki marah, "berani amat kau
menghina Siancu kami" Hmmm, pelanggaranmu itu pantas kalau
dijatuhi hukuman mati?"
Sebetulnya dia sama sekali tidak menaruh perhatian terhadap
sipelajar rudin Ho Heng yg dianggapnya sebagai si pengemis itu, tapi
akhirnya dia toh memperhatikan juga sekejap, tanyanya kemudian
dg nada menghina : "Siapa pula dirimu" Mengapa ikut bergerombol bersama
mereka?" Pelajaar rudin Ho Heng memandang sekejap kearah Kho Beng,
kemudian baru ujarnya sambil tertawa :
"Apakah anda bertanya kepadaku si pelajar?"
"Aku tak peduli kau adalah seorang pelajar atau seorang guru,
aku Cuma bertanya apa sebabnya kau berkelompok bersama
mereka?" bentaknya sengit.
Si pelajar rudin Ho Heng menghela napas panjang :
"Aaai"aku sipelajar bernasib kurang mujur, ketika ujian negara
yg kuikuti berulang kali, aku gagal lulus akhirnya dg perasaan apa
boleh buat aku mengembara dalam dunia persilatan dan mencari
sesuap nasi dg kesana kemari, sungguh beruntung nasibku hari ini
rada mujur, aku telah bertemu dg beberapa orang langganan yg
berduit, kami telah bicarakan secara baik-baik bahwa temanku ini
akan menggunakan tenaga aku si pelajar dg upah dua tahil perak
setiap hari, waaah"coba kau bayangkan sendiri, bila aku dipakai
selama setahun saja sudah pasti aku sipelajar akan menjadi seorang
hartawan yg cukup lumayan"."
"Untuk apa mereka menyewa dirimu" Memangnya membutuhkan
tenaga utk membuat syair atau membacakan dongeng?" jengek Thia
Bu ki sinis. "Oooh, bukan, bukan" si pelajar rudin menggoyangkan tangannya
berulang kali, "mereka bukan mengundang utk menjadi guru sastra,
tapi menyewa aku si pelajar utk menjadi tukang pukulnya."
"Haaahh"haaahh"haaahh?" Thia Bu ki segera tertawa
terbahak-bahak, "betul-betul satu berita yg amat lucu, dg
kemampuan seorang setan penyakitan macam dirimu, mau jadi
tukang pukul macam apakah dirimu itu?"
"Jangan kau menilai orang dari bentuk rupanya, yg penting
adalah isinya" ucap si pelajar rudin sambil menggeleng, "biar pun
tampangku kurang meyakinkan, tapi kepandaian silatku cukup
tangguh, kau tahu delapan belas senjata dapat kupergunakan semua
secara sempurna." Utk kesekian kalinya, Thia Bu ki memperhatikan si pelajar rudin
itu dari atas kepala hingga keujung kaki, lalu jengeknya lagi sambil
tertawa dingin : "Heeehh"heeehh"heeehh"kalau toh kau sudah bersedia
menjadi tukang pukul mereka, andaikata menghadapi soal
pertarungan, tentunya kau pula yg akan tampilkan diri utk membela
bukan?" "Oooh, tentu saja, tentu saja"! Setelah menerima upah, tentu
saja aku mesti berusaha utk melenyapkan bencana atas dirinya. Kau
tahu bukan, saban hari aku si pelajar telah menerima gaji sebesar
dua tahil perak, tentu saja bila bertemu dg urusan yg menyangkut
nyawa, aku si pelajar lah yg akan tampilkan diri utk
menghadapinya." "Mengapa kau tidak mencoba utk menimbang diri sendiri,
mampukah kepandaianmu mengatasi setiap masalah?" ejek Thia Bu
ki lagi sambil tertawa. Si pelajar rudin Ho Heng segera tertawa terkekeh-kekeh :
"Cukup berbobotkah diriku utk mengatasi masalah tsb, hanya
orang lain yg mampu menimbangnya, aku sipelajar tidak mengerti
bagaimana caranya utk menimbang kemampuan sendiri."
"Bagus sekali" Thia Bu ki segera membentak keras, "malam ini
juga aku akan mencoba utk menimbang sampai dimanakah bobot
kemampuan yg kau miliki"."
Sesudah berhenti sejenak, kembali tegurnya dg suara dalam :
"Senjata apa yg hendak kau gunakan?"
Si pelajar rudin Ho Heng menggeleng kepalanya berulang kali,
katanya : "Aku si pelajar tidak pernah mempergunakan senjata, aku pun
tak memerlukan senjata"sebab ak si pelajar adalah orang yg malas,
bila mesti menggembol senjata utk berjalan, waaah"repotnya
setengah mati, maka aku lebih suka tidak membawa apa-apa"
"Bila bertemu dg jagoan yg berilmu tinggi, dg silat apa kau
hendak menghadapinya?" tanya Thia Bu ki mendongkol.
"Jago yg benar-benar berilmu tinggi tidak terlalu banyak
jumlahnya didunia ini, kalau biasa-biasa mah cukup kuandalkan
sepasang kepalanku ini, karena kepalanku sudah lebih dari cukup?"
Lalu setelah mengerling sekejap sekitar ruangan, kembali dia
berkata : "Seandainya benar-benar bertemu dg lawan tangguh, aku
sipelajar pun menyambar benda apa saja yg kebetulan ada disekitar
sana, sebab setiap benda yg ada didunia ini tak ada sebuahpun yg
tak bisa dipergunakan sebagai senjata."
Thia Bu ki mendengus dingin :
"Hmmm"kalau didengar dari perkatanmu sih nampaknya
kepandaianmu sangat hebat"coba kau lihat, senjata macam apakah
yg hendak kau comot sekarang?"
"Ooooh"kalau begitu kau hendak menantang aku sipelajar utk
bertarung?" tanya si pelajar rudin sambi tertawa cengar cengir.
"Tepat sekali! Aku memang bermaksud demikian!"
Masih juga tertawa cengar cengir, si pelajar rudin Ho Heng
berkata lebih jauh : "Apakah kau menganggap aku si pelajar telah bertemu dg musuh
yg sangat tangguh?" "Haaahh"haaahh"haaahh"kesediaanku utk bertarung
melawanmu pun sudah merupakan sikap yg cukup menghargai
dirimu?" "Aku sipelajar pun cukup menghargai kemampuanmu" jengek si
pelajar rudin sambil tertawa aneh, "baiklah, aku akan mencomot
sebuah benda sebagai senjata?"
Dia memandang sekejap sekeliling tempat itu, kemudian katanya
lebih jauh : "Aaah"benda yg bisa dipergunakan dalam kuil miskin ini
sungguh tidak terlalu banyak, terpaksa aku harus menggunakan
sekenanya saja biar kupakai yg ini saja!"
Sambil berkata tangannya segera mencomot kedepan, sebuah
tempat hio yg berada diatas altar tahu-tahu sudah berada dalam
genggamannya. Benda itu besarnya tak lebih Cuma seperti mangkuk nasi, biarpun
berada dalam genggamannya, tak bisa terhitung sebagai senjata yg
membahayakan. Kejadian tsb bukan saja membuat Thia Bu ki jadi tertegun
bahkan Kho Beng serta Chin sian kun pun ikut merasa terperanjat
sekali. Terdengar Thia Bu ki tertawa terbahak-bahak, dia segera
membalikkan tangannya dan tahu-tahu sudah mengeluarkan sebuah
panji kupu-kupu yg egera digetarkan ditengah udara.
Dg angkuh dia menggoyangkan senjatanya dihadapan si pelajar
rudin Ho Heng, lalu tegurnya :
"Apakah kau kenal dg senjataku ini?"
"Bukankah senjata tsb bernama panji kupu-kupu?" sahut si
pelajar rudin acuh tak acuh.
Agaknya jawaban si pelajar tsb jauh diluar dugaan Thia Bu ki, dia
nampaknya agak melengak, kemudian serunya :
"Setelah mengenali senjataku, tentunya kau pun tahu asal usul
senjata ini beserta kedudukanku bukan?"
"Heeehh"heeehh"heeehh"sedikit banyak tentu saja tahu,
mungkin kau adalah anak murid dari partai kupu-kupu bukan?"
"Kupu-kupu terbang berpasangan, banjir darah melanda dunia
persilatan, saat ajalmu telah tiba!" seru Thia Bu ki sambil
menggoyangkan senjatanya.
"Aaaah, belum tentu!" jengek si pelajar rudin sambil
menggelengkan kepalanya. Thia Bu ki tidak banyak berbicara lagi, senjata panji kupukupunya
bagaikan menyodok seperti juga menusuk, langsung
ditujukan kedada si pelajar rudin Ho Heng.
"Waaa"senjatamu memang luar biasa" teriak si pelajar rudin
setengah mengejek, "tapi sepasang kupu-kupumu menarik hati"
Hiolo yg berada ditangannya segera digetarkan, tampak selapis
cahaya kuning menyebar keempat penjuru untuk melindungi
tubuhnya, dg suatu gerakan ringan badannya mundur sejauh lima
kaki lebih jauh dari posisi semula.
Thia Bu ki menarik kembali senjatanya kemudian bentaknya keras
: "Hey, kalau merasa punya kepandaian, ayo jangan main
sembunyi, mari kita bertarung tiga ratus jurus."
Walaupun begitu, timbul juga perasaan ngeri didalam hatinya,
sebab gerak gerik si pelajar rudin yg kacau dan tak beraturan
dikenali sebagai suatu ilmu gerakan tubuh yg amat lihay, hal mana
menyadarkan dirinya bahwa pelajar yg dihadapinya bukan jagoan
tak berguna seperti apa yg diduganya semula.
Sementara itu si pelajar rudin telah menggelengkan kepalanya
sambil tertawa, katanya :
"Aku sipelajar merasa amat sayang dg sepasang kupu-kupu itu
dan tak ingin merusaknya, janganlah kita bertarung tiga ratus
gebrakan karena terlalu merepotkan, selamanya aku belum pernah
bertarung dg musuh melebihi sepuluh gebrakan, kalau dalam jangka
sepuluh jurus bisa menang ya anggaplah unggul, kalau tak bisa
menang yaa anggaplah saja kalah."
"Sepuluh jurus" Baik, kita tetapkan sepuluh jurus saja, sambutlah
seranganku ini!" bentak Thia Bu ki.
Panji kupu-kupunya digoncangkan keras-keras, lalu dg jurus
"pentang sayap terbang berpasangan" ia melepaskan sebuah
serangan yg mah dahsyat. Tiba-tiba saja tampak sepasang kupu-kupu yg berada diujung
senjatanya meluncur kemuka dg kecepatan luar biasa, satu berubah
menjadi dua, lalu dua menjadi empat, dalam waktu singkat
bayangan kupu-kupu yg berlapis-lapis sudah mengurung seluruh


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tubuh pelajar rudin tersebut"
Menghadapi serangan yg begitu gencar, si pelajar rudin hanya
menggoyangkan badannya kian kemari seperti orang sempoyongan,
sementara hiolo ditangannya bergoncang tiada hentinya.
Lapisan cahaya kuning yg terpancar keluar segera membungkus
tubuhnya berlapis-lapis, kendatipun bayangan kupu-kupu sangat
banyak dan menyerang secara ganas, kenyataannya semua
ancaman tsb tak mampu berbuat banyak terhadap dirinya.
"Criiing"!"
Tiba-tiba bergema suara dentingan yg amat nyaring, disusul
kemudian tampaklah bayangan kupu-kupu yg menyilaukan mata tadi
hilang lenyap seketika itu juga.
Thia Bu ki dg perasaan ngeri bercampur kaget nampak mundur
kebelakang, meski poanji kupu-kupunya masih berada ditangan,
akan tetapi sepasang kupu-kupu diujung senjata tsb telah berpindah
tangan, kini benda tsb berada dalam genggaman si pelajar rudin.
Kho Beng dan Chin sian kun maupun Molim sekalian yg berada
disisi arena meski dapat mengikuti semua peristiwa itu secara jelas,
namaun bagaimana cara si pelajar rudin memetik sepasang kupukupu
dari ujung senjata lawan, ternyata tak seorangpun yg sempat
melihat dg jelas". Lama sekali Thia Bu ki berdiri tertegun, kemudian baru teriaknya
: "Ilmu kepandaian apa yg telah kau pergunakan".?"
Si pelajar rudin Ho Heng melemparkan hiolo tsb kedepan, dg
Kemelut Di Cakrabuana 1 Sepasang Pedang Pusaka Matahari Dan Rembulan Karya Aminus, B_man, Kucink Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 6

Cari Blog Ini