Kedele Maut Karya Khu Lung Bagian 18
"Pengetahuan boanpwee tentang tokoh persilatan sangat
terbatas, darimana aku bisa tahu siapa orang itu" Tapi menurut
penilaianku bisa jadi orang tersebut adalah seorang tokoh dunia
persilatan yang berilmu sangat tinggi bahkan senjata andalannya
adalah sepasang gelang surya rembulan."
"Maksud Ngo ciangbunjin ada orang yang telah menolong Kho
Beng, menyembuhkan lukanya serta mewariskan ilmu silat
kepadanya." sela Phu sian sangjin cepat. Ngo Cun ki sebera
mengangguk. "Ya a, memang begitulah menurut dugaan boanpwee"
"omotohud, bukankah hal ini berarti orang yang telah menolong
Kho Beng adalah seorang tokoh silat yang memiliki ilmu silat jauh
diatas Ui sik kong?"
"Kalau dilihat dari keadaannya, memang seharusnya demikian."
Tanpa terasa Phu sian sangjin menggaruk-garukkan kepalanya
yang tidak gatal, gumamnya :
"seorang yang menggunakan sepasang gelang surya rembulan
dan memiliki ilmu silat lebih hebat dari Ui sik kong."
Lama sekali dia termenung, kemudian sambil memandang
sekejap wajah para jago dia melanjutkan :
"Aku benar-benar bodoh, aku betul-betul tak bisa membayangkan
tokoh silat macam apakah itu dan siapakah dia?"
"Mungkin orang itu bukan jagoan dari angkatan sekarang." sela
Bu wi lojin secara tiba-tiba, "aku jadi teringat seseorang."
"Bu wi sicu, siapa yang kau maksudkan itu?" cepat Phu sian
sangjin bertanya. "Si naga terbang dari See ih, Kongci Cu, hanya dia seorang yang
menggunakan senjata gelang surya rembulan."
"omitohud.mana mungkin hal ini bisa terjadi" Memangnya dia
sudah makan obat panjang umur sehingga dapat hidup sampai
sekarang" Disamping itu Kongci Cu adalah sahabat karib Ui Thian it
pendiri dari partai kupu-kupu. Kenapa dia mesti menolong Kho Beng
dan kenapa pula dia mesti mewariskan gelang surya rembulannya
kepada Kho Beng?" Dengan cepat Bu wi lojin menggelengkan
kepalanya berulang kali, katanya kemudian :
"Dalam dunia ini memang sering kali terjadi peristiwa yang tidak
masuk diakal, bagaimanakah duduk persoalan yang sebenarnya,
mungkin hanya Kho Beng sendiri yang bisa menceritakan
dikemudian hari." Ngo Cun ki segera berpaling kembali kewajah Phu sian sangjin,
lalu berkata : "aku rasa dalam situasi demikian bukan waktunya bagi kita untuk
membicarakan persoalan tersebut, masih ada masalah lain yang
lebih penting mesti lo siansu putuskan dengan cepat"
"Yaa," Phu sian sangjin manggut-manggut, "sekarang kita sudah
berada dalam keadaan yang amat berbahaya dan amat merikuhkan,
sepantasnya bila persoalan semacam ini kita rundingkan bersamasama,
sebab aku tak berani mengambil keputusan sendiri."
Mungkin dikarenakan bocornya rahasia pertemuan dibukit Tiong
lam san sehingga hampir kecundang musuh, Phu sian sangjin
menjadi kehilangan kepercayaan terhadap diri sendiri didalam
kedudukannya sebagai pemimpin umat persilatan. Bu wi lojin segera
tertawa terbahak-bahak, katanya :
"Lo siansu tak usah terlalu berendah hati, apalagi merasa putus
asa disebabkan suatu kegagalan yang tidak disengaja, yang
terpenting buat kita sekarang adalah menanggulangi situasi yang
sedang kita hadapi."
Hampir bersamaan waktunya ketua Bu tong pay berseru
berbareng : "Betul, sudah sepantasnya lo siansu tidak menampik kedudukan
tersebut, kita anggap saja musuh yang sedang dihadapi memang
jauh lebih licik dan berbahaya,"
Dalam keadaan demikian, kesatu, Phu sian sangjin merasa
dirinya seperti lagi menunggang dipunggung harimau, kedua, karena
hampir selama seribu tahun terakhir pihak siau limpay selalu
menempati posisi sebagai pemimpin umat persilatan, tentu saja dia
tak ingin menyaksikan pamor serta kedudukan partainya yang selalu
dihormati orang selama ribuan tahun mesti hancur ditangannya"
Tapi, masalah yang dihadapi sekarang memang benar-benar
merupakan suatu masalah yang pelik dan sukar diatasi. Ia sadar
kendatipun tanggung jawab tersebut dialihkan kepundak lain orang
pun, mereka tetap akan merasa pusing dan kebingungan.
Akhirnya Phu sian sangjin pun mengambil suatu keputusan yang
paling berani, paling terpaksa juga paling cerdik, Katanya dengan
suara sangsi : "Bila kita tinjau dari situasi yang terbentang didepan mata
sekarang, bisa kita duga sendiri, perundingan rahasia yang kita
selenggarakan ini mustahil bisa berlangsung terus."
"Perasaan Lo siansu memang benar" Nao Cun ki yang pertamatama
mengangguk lebih dulu, "untuk mengumpulkan para wakil dari
perguruan dan partai besar dari dunia persilatan untuk mengadakan
perundingan rahasia memang juga tak mungkin bisa
diselenggarakan lagi." Phu sian sangjin menghela napas.
"Aaaai.oleh sebab itu aku berniat mengalahkan posisi kita dari
gelap menjadi terang, kita umumkan secara luas kepada seluruh
dunia persilatan agar mereka yang berhasrat untuk menumpas kaum
iblis dari muka dunia agar datang berkumpul disiau limpay dan
bersama-sama merundingkan cara penanggulangannya."
Tindakan semacam ini jelas merupakan suatu tindakan
menyerempet bahaya, sebab andaikata partai dan jagorjago
persilatan lainnya tak berani mencampuri urusan tersebut, sudah
jelas siau limpay yang akan menjadi sasaran penumpasan yang
nomor satu bagi partai kupu-kupu.
Lagipula biarpun para jago dari pelbagai partai datang memnuhi
seruan tersebut, belum tentu kekuatan mereka mampu menandingi
kekuatan partai kupu-kupu.
seandainya usaha ini mengalami kegagalan, maka yang sudah
dapat dipastikan adalah kemusnahan partai siau limpay ditangan
orang-orang partai kupu-kupu.
oleh sebab itulah keputusan yang diambil Phu sian sangjin saat
ini boleh dibilang merupakan keputusan yang paling berani. Dengan
suara lantang Ngo Cun ki sebera berseru :
"Losiansu bersedia berkorban demi keselamatan seluruh umat
persilatan, siauli merasa kagum sekali dengan keputusan tersebut,
sebagai ketua Hoa sanpay, siauli bersumpah akan mendukung
seluruh keputusan Lo siansu beserta segenap kekuatan yang ada"
"Terima kasih banyak untuk pernyataan Nao Cangbunjin.." bisik
Phu sian sangjin terharu.
Ia segera berpaling seraya berseru : "sute berlima, kalian berada
dimana?" Lima rasul panca unsur segera tampil kedepan, sahutnya dengan
wajah serius : "Menjumpai ciangbun suheng, kami siap menantikan
perintah" Dengan suara dalam Phu sian sangjin segera bertanya :
"Bagaimanakah menurut pendapat sute berlima tentang
keputusan yang telah kuambil?" Kim cuncu sebagai pemimpin dari
lima rasul panca unsur segera menyahut dengan cepat :
"omitohud Keputusan dari ciangbun suheng memang tepat sekali,
partai kita sebagai pemimpin dari segenap partai yang ada sudah
sewajarnya menerima seluruh pertanggung jawab ini, apalagi
keselamatan dunia persilatan sudah menjadi tanggung jawab kita
semua, apakah partai kita mesti mencuci tangan sambil berpeluk
tangan saja?" Phu sian sangjin segera manggut-manggut, katanya
kemudian : "Kalau memang begitu, harap sute berlima segera menggunakan
segenap kekuatan dari partai kita untuk menyebar luaskan berita ini
keseluruh dunia persilatan. Kesatu, segera beritakan keselurh dunia
persilatan tentang kebulatan tekad partai kita untuk menumpas
kaum iblis dari muka bumi serta niat kita untuk menghimpun seluruh
kekuatan dunia persilatan untuk bersama-sama menanggulangi
kesulitan tersebut. Kedua, segera mengirim berita agar pihak kita
mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut kedatangan
rekan-rekan persilatan. Ketiga, melakukan penghadangan dan
pencegatan ditengah jalan terhadap rekan-rekan persilatan yang
masih berada diperjalanan agar merubah arah perjalanan mereka
langsung menuju kebukit Ciong san."
"Terima perintah" sahut kelima rasul panca unsur itu serentak.
setelah mundur tiga langkah, mereka sebera membalikkan badan
dan berlalu dari situ. Maka para jago pun bangkit berdiri sambil
mempersiapkan diri, sudah jelas mereka hendak berangkat kebukit
siong sanpada malam itujuga. Tiba-tiba Molim mendekati si pelajar
rudin Ho Heng dan berbisik :
"Locianpwee, apakah kaukaujuga akan berangkat kesIau
limpay?" "Kalau semua orang pergi, tentu saja kita pun harus pergi,"
jawab pelajar rudin sambil tertawa, "kalau tidak. bisa jadi kita akan
ditangkap oleh pihak partai kupu-kupu dan dibunuh tanpa liang
kubur" Dengan agak ragu Molim berkata :
"Tapi cukong kami telah pergi bersama situa Bangka itu, aku pikir
lebih baik kita pergi membantunya saja"
"Percuma", pelajar rudin menggeleng, "bukan aku sipelajar tak
punya keberanian tapi yang pasti tak seorang pun mampu
membantunya, paling tidak. semua yang hadir dalam ruangan saat
ini bukan tandingan situa Bangka Ui sik kong"
Molim tidak berbicara lagi, padahal disinilah letak kelicikan Molim.
Berbicara tegasnya, ia sama sekali tak ambil peduli terhadap
keselamatan Kho Beng, dengan perkataan tersebut tadi dia
bermaksud merebut rasa simpati sipelajar rudin terhadap mereka.
namun pada saat itu para jago sudah bersiap-siap hendak
berangkat inilah tiba-tiba tiga bersaudara Kim mengurungkan
niatnya, dengan nada serius Kim lotoa berkata :
"Boanpwee sekalian bertiga memutuskan tak akan mengikuti
cianpwee sekalian pergi ke siau limpay, Mengapa kalian bertiga
mengambil keputusan itu?" Tanya Bu wi lojin agak tertegun. Dengan
wajah bersungguh-sungguh Kim lotoa berkata :
"Kami tiga bersaudara dapat menjalin tali persahabatan dengan
Kho sauhiap karena kami merasa kagum atas wataknya. Itulah
sebabnya kami bertekad akan mengikuti dirinya. sekarang Kho
sauhiap telah menantang Ui sik kong untuk melangsungkan duel
satu lawan satu. siapa akan hidup, siapa akan mati pun susah
diketahui. Itulah sebabnya biarpun kami bertiga tak mempunyai
kemampuan untuk membantunya, namun paling tidak kami ingin
tahu bagaimanakah nasib Kho sauhiap selanjutnya"
Mendengar ucapan tersebut, Bu wi lojin segera menghela napas :
"Aaaai, setiap orang memang mempunyai cita-cita yang berbeda
dan tidak bisa dipaksakan, kalau toh kalian bertiga sudah
memutuskan demikian, tentu saja kami puncak dapat terlalu
memaksa." Kim lotoa segera bertukar pandangan sekejap dengan Kim loji
serta Kim losam lalu sambil menjura katanya lagi :
"Kalau memang begitu, maaf bila boanpwee sekalian akan
berangkat lebih dulu."
Kembali suasana hening mencekam seluruh ruangan. sementara
tiga bersaudara Kim telah beranjak meninggalkan ruangan tersebut
dengan langkah lebar. sampai lama kemudian , Bu wi lojin baru
bergumam sambil menghela napas panjang : "Aaaai.tak nyana,
sungguh tak nyana." Penolakan Kim bersaudara untuk berangkat ke siau lim si sama
sekali tidak mempengaruhi rencana para jago, dibawah pimpinan
Phu sian sangjin berangkatlah kawanan jago tersebut meningalkan
kuil Leng thian sian wan."
Kuil kuno yang sudah lama terbengkalai itupun pulih kembali
dalam keheningan, yang berbeda adalah disisi kuil bertambah
dengan sebuah gundukan tanah baru. Itulah kuburan dari
kesembilan pengawal pribadi Uisik kong yang tewas ditangan
majikan sendiri Disaat rombongan jago hendak berangkat meninggalkan tempat
itu. Phu sian sangjin telah menurunkan perintah agar mengubur
jenasah orang-orang tersebut.
ooooooo Uisik kong berlarian sangat cepat sekali sementara Kho Beng
mengikuti dibelakangnya dengan ketat.
setelah berlarian lebih kurang dua puluh li kemudian sampailah
mereka berdua diatas sebuah tebing kecil, disitu mereka berdua
sama-sama menghentikan langkahnya.
Dengan sinar mata yang hijau menggidikkan hati ui sik kong
mengawasi pemuda kita lekat-lekat, lalu tegurnya sambil tertawa
dingin : "Kho Beng, apakah dia telah mampus?" Kho Beng agak
terperanjat, tapi ia segera bertanya : "siapa yang telah mati?"
"Heeehh.heeehhh..heeehh..siapa lagi" Tentu saja si naga terbang
dari see ih, Kengci Cu?"
Berubah paras muka Kho Beng, tapi sahutnya sambil menggigit
bibir. "Benar, dia sudah mati darimana kau bisa tahu?"
Ui sik kong segera mendongakkan kepalanya dan tertawa
terbahak-bahak : "Haaaahh.haaahh.haaahh..biarpun aku berhasil dikelabui saat itu,
namun setelah kejadian itu aku segera mengerti kalau bajingan tua
itu pasti sudah menderita luka dalam yang mematikan, kalau tidak
dia tak akan mempunyai kesempatan untuk mengungguli diriku."
"Hmmm, guruku adalah sahabat kakekmu almarhum," kata Kho
Beng dingin. "Ini berarti dia telah mati ditanganmu sendiri, apakah
kau tak merasa beriba hati karenanya?"
"Gurumu?" Ui sik kong berseru keheranan, "Apakah dia telah
menerima mu sebagai muridnya menjelang ajalnya tiba?"
"Benar, disaat ajal hampir merenggut nyawa guruku, dia telah
menerimaku sebagai muridnya, tapi kematian guruku bukan
disebabkan oleh seranganmu yang berat itu?"
"Hmmm, lantas apa sebabnya?"
"Kesatu, daya kasiat cairan mestika Giok hu wan ci yang dimakan
guruku telah lewat masa kerjanya. Kedua, guruku telah mewariskan
sisa tenaga dalam yang dimilikinya kepadaku dengan menggunakan
ilmu Kay teng ci hoat."
"Heeehh..heeehhheeehh.klau begitu mujur amat nasibmu,"
jengek Ui sik kong sambil tertawa dingin. "Tapi bayang biarpun kau
berhasil mendapat penemuan aneh, hari ini kau telah bersua
denganku, ini berarti semua penemuan tersebut tak akan berguna
lagi untukmu, apakah kau telah memikirkan hal ini?"
Kho Beng segera menghela napas panjang, katanya :
"Berbicara yang sesungguhnya, ilmu silat yang kumiliki memang
bukan tandinganmu, kepandaian sakti yang dimiliki mendiang
guruku belum tentu dapat berbuat banyak terhadapmu, tapi ada
satu hal yang tak akan kau duga sama sekali"
"Hmmmm, soal apa yang tak kuduga itu?" dengus ui sik kong.
"Bila kukombinasikan ilmu silat dari mendiang guruku dengan
ilmu silat dari kitab pusaka Thian goan bu boh, maka akan timbullah
daya kekuatan yang tak akan kau duga sama sekali."
Ui sik kong jadi tertegun, tapi setelah tertawa dingin serunya :
"sekalipun apa yang kau katakana memang merupakan
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kenyataan, namun dengan jangka waktu setengah bulan yang begini
singkat berapa banyakkah yang berhasil kau serap."
"Hmmm, sampai dimanakah kepandaian silat yang berhasil
kuserap dan bergunakah kepandaian tersebut, akan kugunakan
dirimu sebagai kelinci percobaan sekarang juga." Ui sik kong menjadi
teramat gusar, bentaknya :
"Hari ini adalah saat kematian bagimu, aku tak bakal membiarkan
kau tetap hidup terus didunia ini"
Kho Beng tertawa seram : "Heeehh.heeehh.heeehh.apabila kau benar-benar membunuhku,
mungkin kitab pusaka Thian goan bu boh tak pernah akan terjatuh
kembali ketanganmu, apakah kau sudah tidak menginginkannya
lagi?" "Kitab pusaka Thian goan bu boh adalah warisan mestika partai
kupu-kupu kami, siapa bilang aku sudah tidak menghendakinya lagi."
Kemudian setelah menatap wajah Kho Beng sekejap dengan
mimik yang menyeramkan, dia berkata lebih jauh
"Tapi hal tersebut adalah persoalan disaat ajalmu sudah hampir
tiba nanti, sebab orang yang akan mati biasanya berbicara jujur,
siapa tahu kalau sampai saatnya nanti kau akan berbicara terus
terang?" Kontan saja Kho Beng tertawa dingin :
"Heeehh..heeeehh.heeehhh.kalau memang begitu kau boleh
sebera turun tangan"
Ui sik kong memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu,
kemudian bentaknya keras-keras :
"Kho Beng coba kau rasakan jurus Guntur menggoncangkan seisi
bumi ini" Ditengah bentakan keras dengan suatu gerakan yang cepat ia
telah meloloskan ruyung lemasnya dari pinggang dalam waktu
singkat cahaya kuning telah menyelimuti seluruh angkasa bagaikan
sebuah payung raksasa saja dengan cepatnya mengurung kacau
disekitar situ Kho Beng tidak berdiam diri saja, segera bentaknya pula :
"Coba kau lihat jurus Angin menderu awan menggulung aku ini
segera akan mematahkan seranganmu."
sepasang gelang surya rembulannya serentak digetarkan keatas
menciptakan lapisan cahaya kuning yang menyambar diangkasa.
Dalam waktu singkat, cahaya kuning telah menyeliuti seluruh
angkasa dan menggulung bayangan tubuh kedua orang tersebut.
Tapi peristiwa ini hanya berlangsung dalam sekejap mata,
menyusul lenyapnya cahaya kuning itu, mereka berdua masih tetap
berdiri diposisi semula. Namun dari perubahan wajah kedua orang itu dapat diketahui
siapakah yang lebih tangguh.
sambil menggigit bibir Ui sik kong berkata : "Kau tidak terluka?"
"Tentu saja tidak" jawab Kho Beng sambil tertawa angkuh,
"bagaimana dengan kau sendiri?"
Ui sik kong tidak menjawab pertanyaan itu, sambil menarik muka
kembali ia menegur : "Jurus serangan apakah yang kau
pergunakan?" "Bukankah telah kujelaskan tadi,jurus tersebut bernama Angin
menderu Awan menggulung?"
"Jurus Guntur menggoncangkan seisi bumi merupakan jurus yang
paling tangguh, belum pernah ada jurus serangan apapun yang
mampu mematahkannya, hmmm.jurus Angin menderu Awan
menggulungmu itu terhitung gerak serangan macam apa?" sambil
tertawa tergelak. Kho Beng segera menyela :
"Kalau begitu aku perlu memberitahukan kepadamu, walaupun
serangan tadi nampaknya eperti satu jurus, padahal dalam
kenyataannya terdiri dari dua gerakan yang berbeda, atu adalah
gerakan Angin langit menderu-deru dari kitab pusaka Thian goan bu
boh, ementara gerakan yang lain adalah jurus ciptaan mendiang
guruku sendiri yang bernama Awan tertutup surya menghilang,
andaikata kedua jurus serangan itu dipergunakan secara terpisah,
mungkin saja aku telah terluka diujung seranganmu sedari tadi."
Kemudian sambil menatap wajah lawannya dia meneruskan :
"Namun jika kedua jurus itu dikombinasikan menjadi satu,
bukankah segera terwujud kekuatan yang sama sekali tak terduga?"
Ui sik kong segera menghembuskan napas panjang : "Huuuhhaku
benar-benar amat benci"
"Apa yang kau benci?" Kho Beng keheranan.
"Aku benci dengan Kongci Cu, tapi benci pula kepada diri sendiri"
sambil tertawa Kho Beng menggelengkan kepalanya berulang
kali, ucapnya : "susah bagiku untuk mencerna makna dari perkataanmu ini."
Dengan penuh kebencian Ui sik kong berseru :
"Aku benci kepada Kongci Cu karena dia tidak cukup setia kawan,
akupun membenci diriku sendiri karena tidak memunahkan ilmu
silatmu sedari dulu"
Kho Beng kembali menggelengkan kepalanya.
"Lambat laun kau bakal memahami bahwa mendiang guruku tak
pernah melakukan tindakan yang menyalahi keluarga Ui kalian,
tentang mengapa kau tidak memunahkan ilmu silatku setelah kau
berhasil merampas diriku dari tangan Phu sian sangjin tempo hari,
hal tersebut adalah menjadi urusanmu sendiri" Kemudian dengan
suara dalam dia melanjutkan :
"Barusan kita baru bertarung satu jurus, aku rasa dalam
gebrakan berikut belum tentu ada yang roboh diantara kita berdua,
nah kau boleh melanjutkan seranganmu lagi."
Tapi Ui sik kong segera menggelengkan kepalanya berulangkali,
ujarnya : "Aku tak ingin bertarung melawan orang yang memiliki
ilmu yang seimbang denganku."
Kho Beng segera tertawa tergelak :
"Biarpun kau sangat licik, namun akupun bukan seorang manusia
bodoh," "sebetulnya apa yang hendak kau utarakan, mengapa tidak
disampaikan secara blak-blakan?" bentak Ui sik kong marah.
"sebetulnya sangat sederhana, kau membenciku setengah mati,
boleh dibilang rsa bencimu itu sudah merasuk sampai ketulang
sumsum, jadi tiada alasan bagimu untuk menolak suatu pertarungan
melawanku, tapi hingga sekarang kau enggan bertarung hal ini
hanya dikarenakan sebuah alasan saja.."
"Apa alasannya?" teriak Ui sik kong.
"Karena kau sudah menderita luka dalam, bila pertarungan ini
dilanjutkan maka belum sampai tiga gebrakan kau tentu sudah
roboh terjengkang mencium tanah"
Mula-mula Ui sik kong merasa amat gusar, tapi dengan cepat dia
berhasil menenangkan kembali hatinya, terus terang dia berkata :
"Dugaanmu memang tepat sekali, tapi luka yang kuderita hanya
dikarenakan aku terlalu memandang remeh kekuatanmu, kuakui
bahwa kau adalah musuh tangguh yang pertama pernah kujumpai."
Namun setelah tertawa seram, lanjutnya :
"Kho Beng, apabila kau hendak menyerangku dengan sepenuh
tenaga, mungkin aku benar-benar akan jatuh pecundang
ditanganmu, marilah, inilah kesempatan terbaik bagimu."
Tapi sambil tertawa Kho Beng sebera menggeleng :
"Aku bukan manusia yang senang memanfaatkan kesempatan
disaat orang lain sedang mengalami kesulitan, kalau memang kau
sudah terluka, biar kita sudahi saja pertarungan hari ini sampai disini
saja." Agaknya ucapan ini sama sekali diluar dugaan Ui sik kong,
serunya dengan cepat . "Aku rasa kau bukan orang yang terlalu
berbelas kasihan kepada lawannya bukan?"
"Ya a benar, disamping aku tak ingin memanfaatkan kesempatan
dikala orang sedang sakit, akupun masih mempunyai alasan yang
lain" "Hmmm, apa alasanmu yang lain?"
"Kalau begitu kita boleh berbincang-bincang bukan?" Tanya Kho
Beng sambil tertawa. sambil berbicara ia segera mengambil tempat
duduk diatas sebuah batu cadas.
Ui sik kong memutar biji matanya sejenak. namun akhirnya
diapun duduk sambil berkata:
"Bila ingin membicarakan sesuatu, katakanlah sekarang dengan
blak-blakan.. " Kho Beng berpikir sejenak. lalu ujarnya :
"Pertama-tama aku ingin bertanya dulu tentang atu hal, benarkah
kitab pusaka Thian goan bu boh adalah mestika turun temurun dari
partai kupu-kupu kalian?" Agak emosi Ui sik kong menjawab :
"setiap umat persilatan mengetahui akan persoalan ini, aku tak
ingin banyak berbicara lagi."
Kho Beng manggut-manggut, ujarnya kemudian :
"Aku bukannya merasa curiga tapi hanya tak habis mengerti. ilmu
silat yang tercantum dalam kitab pusaka Thian goa bu boh
kebanyakan adalah ilmu pedang, mengapa orang-orang partaimu
justru menjadi kesohor karena senjata panji kupu-kupunya, sedang
anda sendiripun lebih suka mengandalkan ruyung emas." Ui sik kong
tertawa tergelak : "Haaaahh.haaahh.haaahh..andaikata partai kami hanya
mengandalkan jurus pedang dari kitab pusaka Thia goan bu boh
belaka, mungkin kejayaan dan pengaruh kami didalam dunia
persilatan tak akan seluas dan sebesar ini, apalagi kitab pusaka
tersebut telah lenyap sejak seabad berselang, sisa peninggalan
kepandaian tersebut pun sudah tak lengkap."
"Lantas dari sumber manakah ilmu silat yang diandalkan partai
anda?" Tanya pemuda kita sambil berkerut kening. "Tentu saja dari
kitab pusaka Thian goan bu boh"
Kho Beng berpikir sebentar, dengan cepat ia pun menjadi paham
dengan duduk persoalan yang sebenarnya, katanya kemudian :
"ooooh, rupanya kau menggunakan kepandaian dari kitab pusaka
Thia goa bu boh sebagai dasar dengan mencampurkan kepandaian
lain kedalamnya sehingga tercipta sejenis kepandaian manunggal
yang khusus?" "Cara tersebut persis seperti apa yang kau lakukan sekarang,"
kata Ui sik kong sambil tertawa seram, "tapi aku percaya jurus
serangan yang berhasil kuciptakanjauh lebih hebat daripada mu."
"Hmmm, itu kan dikarenakan kau kelewat tinggi menilai
kemampuan sendiri," jengek Kho Beng sambil tertawa dingin.
Dengan geram Ui sik kong berseru :
"selewatnya hari ini bila kita sampai bertemu kembali, saat itulah
aku akan menyuruh kau tahu dengan pasti, siapakah diantara kita
yang lebih tangguh" Kho Beng tertawa riang. "selama seabad terakhir ini mendiang guruku sudah menciptakan
beratus-ratus jenis ilmu silat yang tangguh, aku rasa dalam masa
hidupmu sekarang tak nanti kau punya kesempatan lagi untuk
angkat kepala dihadapanku"
Berubah hebat paras muka Ui sik kong setelah mendengar
perkataan itu, namun sambil menggigit bibir ia berseru :
"Kho Beng, kau cukup mengingat satu hal saja, yaitu dalam suatu
pertarungan yang berlangsung, belum tentu menang kalah
ditentukan oleh tangguh tidaknya jurus serangan yang dimiliki, tapi
terpengaruh pula oleh kerja sama dalam bidang lainnya."
Kho Beng tersenyum. "sejak hari ini kau boleh saja berupaya dengan segala cara untuk
mencelakai aku, tapi yang hendak dibicarakan hari ini bukan lah
masalah tersebut." "Apa yang hendak kau bicarakan?" Tanya Ui sik kong keheranan.
"Apabila kitab pusaka Thian goan bu boh benar-benra merupakan
benda mestika dari partai kupu-kupu, akupun bersedia untuk
menjelaskan kepada para pemimpin dari partai agar mengembalikan
kitab pusaka tersebut kepada anda." Ui sik kong berpikir sebentar,
lalu serunya : "Aku tak percaya kalau kau memiliki tujuan sebaik ini."
"Ya a, tentu saja kitab tersebut tidak dikembalikan dengan CumaCuma, aku mempunyai syaratnya."
"Lanjutkan perkataanmu" pinta Ui sik kong sambil memejamkan
matanya. "Mendiang guruku adalah sobat karib kakekmu almarhum,
bahkan kakekmu pernah melepaskan budi kepada leluhur guruku,
karena pikiran tersebut maka menjelang ajalnya ia telah berpesan
kepadaku agar tetap memelihara keutuhan dari keturunan partai
kupu-kupu." "omong kosong" teriak Ui sik kong sambil menggigit bibir, "kau
anggap siapakah aku ini" Memangnya aku bisa dipermainkan anak
kecil macam kau ini?" Dengan kening berkerut, Kho Beng berseru
pula dengan marah : "kau tak perlu membangkitkan amarahku dengan cara demikian,
kau harus menerima kenyataan ini, meski usiaku jauh lebih muda
darimu, tapi dalam tingkat kedudukan masih lebih tinggi darimu,"
lagipula setelah tertawa dingin Lanjutnya :
"Berbicara dari soal ilmu silat, akupun masih jauh lebih tangguh
daripada kepandaianmu" Ui sik kong mendengus dingin
"Hmmm, seandainya aku tidak memandang terlalu enteng
kekuatanmu, siapa menang siapa kalah belum tentu bisa diketahui."
Kho Beng tertawa dingin, tukasnya :
"Lebih baik anda mendengarkan dulu perkataanku hingga selesai,
ketahuilah mendiang guruku adalah manusia yang bertanggung
jawab dan amat setia kawan, ia bisa membedakan mana yang lurus
dan mana yang sesat secara jelas. Ketika beliau merasa tak puas
dengan kebiadaban kakekmu dulu, ia pernah membujuknya secara
baik-baik," "Hmmm, justru disinilah letak kemunafikannya" tukas Ui sik kong
sambil mengigit bibir, "sekarang aku sudah menganggapnya sebagai musuh yang
paling kubenci, cepat atau lambat suatu ketika aku pasti akan
menggali kuburnya dan melecuti mayatnya dengan cambuk" sambil
menghela napas, Kho Beng menggelengkan kepalanya berulang kali,
katanya : "Tampaknya pengorbanan guruku almarhum tak mungkin bisa
memperoleh pengertian darimu, tapi akupun merasa berkewajiban
untuk menjelaskan dulu persoalan ini kepada mu, justru karena
guruku tak ingin melupakan hubungan persahabatannya dimasa lalu,
maka selama seabad lamanya dia tak berhubungan dengan partai
kalian, padahal secara diam-diam setiap saat setiap waktu dia orang
tua selalu memperhatikan sepak terjang kamu semua."
"Hmmm, mungkin saja dia sedang mencari kesempatan untuk
membokong kami " jengek Ui sik kong sambil tertawa dingin
"Kalau toh kitab pusaka Thian goan bu boh merupakan benda
mestika dari partai kupu-kupu, maka setelah aku mendapatkan
pengertian dari para jago pelbagai partai besar, kitab pusaka segera
kuserahkan kembali kepadamu, tapi kaupun harus memenuhi juga
syaratku ini : Kesatu, partai kupu-kupu harus segera mengundurkan diri dari
daratan Tionggoan dan mulai saat ini tak akan melangkah masuk
kewilayah orang lain lagi, kalianpun tak boleh mengandalkan ilmu
silat untuk menguasai seluruh jagat.
Kedua, segera bebaskan kakek tongkat sakti, nona chin, ciciku
bersama kedua orang dayangnya,
Ketiga, serahkan orang yang telah menyamar sebagai Bu wi lojin
pada tujuh belas tahun berselang, karena orang itulah biang keladi
dari peristiwa berdarah diperkampungan Hui im ceng, sebab dia pula
yang harus bertanggung jawab atas tujuh puluh lembar jiwa
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
keluarga Kho kami yang terbunuh secara mengenaskan" Ui sik kong
termenung sebentar, lalu sahutnya : "Aku tak ingin menerima
perjanjian semacam ini."
"Hmmm, kalau toh kau tetap tak mau sadar, terpaksa aku harus
menggunakan cara yang lain"
"Apa caramu?" "Biarpun mendiang guruku berpesan demikian, namun dia orang
tua pun sudah cukup menyelami watak dari keluarga Ui kalian, ia
tahu bahwa kemungkinan seperti ini tak bisa terwujud, Itulah
sebabnya diapun telah berpesan kepadaku, apabila keadaan sudah
terpaksa, aku boleh menumpas partai kupu-kupu sampai keakarakarnya."
Lalu dengan suara dalam ia menambahkan, "maka dari itu aku
berpendapat, bila kau enggan menerima syaratku yang semula dan
keadaan benar-benar sudah terpaksa, aku akan menuruti pesan dari
guruku ini dengan membasmi partai kupu-kupu dari muka bumi,
agar keturunan kalian turut tertumpas habis"
Berubah hebat paras muka Uisik kong, sambil menggigit bibir dia
berseru : "Hal ini sudah berada dalam dugaanku."
Dalam waktu yang relatif singkat ini, paras muka Ui sik kong
beberapa kali berubah, tapi akhirnya dia menghela napas sedih,
katanya : "Bila hal ini sampai terjadi, riwayat hidup partai kupu-kupu pasti
akan punah sama sekali."
Dengan cepat Kho Beng menggeleng, katanya :
"Aku toh sudah menegaskan tadi, partai kupu-kupu tak bakal
musnah, tapi kalian harus merubah sepak terjang kalian selama ini,
yang terpenting adalah padamkan ambisi kalian untuk menguasai
jagat" Ui sik kong menghela napas panjang, mendadak katanya :
"Daripada cita-citaku berantakan, toh lebih baik aku mati saja."
"Hmmm, hal itu hanya disebabkan pandangan yang berbeda, bila
setiap partai yang ada didalam dunia persilatan mempunyai ambisi
yang sama untuk menguasai jagat, lantas kapankah dunia persilatan
menjadi aman dan tentram" Yang penting adalah kau dapat
mengendalikan ambisi sendiri"
Lama sekali Ui sik kong termenung tanpa berbicara, akhirnya ia
mendongakkan kepalanya dan tertawa seram :
"Haaaahh.haahhhaaahhh..hari ini aku sudah dipecundangi habishabisan
olehmu, aku merasa tak punya muka lagi untuk hidup
dldunia ini sudahlah.sudahlah.." Mendadak dia mengayunkan telapak
tangan dan dihantamkan keatas ubun-ubun sendiri.
Kho Beng sangat terkejut, cepat-cepat dia melompat kedepan
sambil mencengkeram urat nadinya.
Tapi sayang dia tak tahu kalau perbuatan itu sebenarnya
merupakan siasat licik dari Uisik kong untuk menjebaknya, disaat
kelima jari tangan Kho Beng hendak mencengkeram diatas nadinya
itulah, mendadak ia melepaskan sebuah tendangan keras kedepan.
Tendangan itu dilepaskan Ui sik kong dengan sepenuh tenaga,
lagipula dilancarkan pada saat Kho Beng tidak bersiap sedia sama
sekali, tak ampun lambung pemuda itu terhajar telak.
Duuukkk Tubuh Kho Beng tertendang sampai mencelat keudara dan
terjatuh pada tiga kaki dari posisi semula.
Ui sik kong tertawa seram, sambil memburu kedepan serunya
kepada Kho Beng sambil tertawa dingin :
"Bukankah sedari tadi aku sudah bilang dalam menghadapi
pertarungan bukan hanya keampuhan jurus yang diandalkan, tapi
tergantung pula pada situasi dan kondisi, tadi kau menyombongkan
diri dihadapanku, katanya ilmu silatmu lebih tangguh daripada
kemampuanku. Tapi sekarang..heeeehh..heeehhh..yang bakal
mampus ditengah bukit bukanlah aku, tapi kau si bocah keparat"
Darah segar menyembur keluar dari mulut, dengan geram
pemuda itu berteriak : "Bajingan tua, akupun menyesal mengapa
tidak memunahkan ilmu silatmu tadi" Ui sik kong tertawa bangga.
"Haaahh.hahhhhhaaahhh..Kho Beng, tahukah kau apa yang
paling kubutuhkan sekarang" Kitab pusaka Thian goan bu boh.tapi
jangan harap tujuanmu ini tercapai."
"Tebakanmu salah besar," seru Ui sik kong sambil tertawa seram,
"bagiku lebih baik tidak mendapatkan kembali kitab pusaka Thian
goan bu boh dari pada membiarkan kau hidup terus didunia ini,
sebab kau sudah menjadi ancaman yang terbesar bagi kesuksesan
cita-cita partai kupu-kupu kami."
Sambil meng kertak gigi Kho Beng membungkam dalam seribu
bahasa, sepasang matanya segera dipejamkan rapat-rapat.
Ia cukup mengetahui sampai dimanakah kekejaman serta
kebuasan bajingan tua itu, ia telah kena bokong hingga terluka
parah, rasanya tak mungkin lagi baginya untuk lolos dari kematian.
sambil tertawa seram Ui sik kong mengangkat telapak tangannya
keatas. Dengan menghimpun tenaga dalamnya sebesar sepuluh
bagian, ia siap menghaar tubuh Kho Beng hingga hancur
berantakan. Mendadak Pada saat telapak tangannya hampir
diayinkan kebawah itulah, terdengar suara desingan tajam bergema
lewat, disusul munculnya sebutir batu kerikil yang menghantam jalan
darah Cun hiat dilengan kanannya.
seketika itu juga Ui sik kong merasakan lengannya menjadi linu
dan kesemutan, jalan darahnya segera tertotok.
Kejadian ini seketika membuatnya tertegun, buru-buru dia
mengerahkan tenaga dalam ditangan kirinya lalu mencoba
membebaskan jalan darahnya yang tertotok itu.
Tapi kenyataan segera membuat hatinya terkejut sekali, siapakah
orang yang memiliki ilmu silat begitu tinggi" Hanya dengan sebutir
kerikil saja jalan darahnya sudah tertotok" Mungkinkah didunia ini
masih terdapat Kho Beng kedua atau Kongci Cu kedua"
Ketika ingatan tersebut masih melintas dalam benaknya, tahutahu
saja sesosok bayangan biru berkelebat lewat dan dihadapan
mukanya telah berdiri seorang kakek berjenggot putih .
"siapa kau?" Ui sik kong segera membentak. Kakek berbaju biru
itu tertawa dingin, dengusnya :
"Aku tak sudi menyebutkan namaku terhadap manusia licik dan
berhati busuk macam kau"
"Kalau begitu lebih baik kau mampus saja" bentak Ui sik kong
dengan marah. sambil berkata dia berusaha meloloskan ruyung
lemas yang melilit dipinggangnya.
Buru-buru kakek berbaju biru itu mengoyangkan tangannya
berulang kali, seraya berseru :
"Lebih baik kau jangan turun tangan, apakah kau tak sadar
bahwa isi perutmu sudah terluka parah?"
Ui sik kong betul-betul sangat terkejut, dengan mata melotot
penuh amarah, teriaknya "Jadi apa yang terjadi tadi telah kau saksikan semua?" Kakek
berbaju biru itu tertawa tergelak :
"Haaaahh..haaahhh.haaahh..terus terang saja kukatakan, apa
yang telah terjadi tadi memang telah kulihat semua, yaa,
pertunjukkan tersebut memang sangat menarik hati"
"sebenarnya apa maksudmu?" tegur Ui sik kong kemudian sambil
menggigit bibir. "Menegakkan keadilan dan kebenaran memberantas segala hal
yang tak adil merupakan prinsip hidupku yang terutama."
setelah berhenti sejenak, dengan suara dalam ia berkata lebih
jauh : "Bila berbicara dari semua sepak terjangmu, maka biar dijatuhi
hukuman mati pun rasanya belum bisa menebus semua
kesalahanmu itu, namun aku betul-betul merasa terharu oleh ucapan
Kho sauhiap tadi, kalau toh dia pun bersedia menyingkirkan masalah
dendam keluarganya untuk mempertahankan generasi penerus
partai kupu-kupu, mengapa aku sekalian harus membunuhmu?"
Tiba-tiba Ui sik kong tertegun :
"Apa maksudmu mengucapkan kata- aku sekalian-?"
"Masa kau tidak memahami arti perkataan tersebut?" Tanya
kakek berbaju biru itu sambil tertawa.
"Maksudmu, kau masih mempunyai teman?" Ui sik kong bertanya
dengan nada menyelidik. "Memang begitulah maksudku" si kakek berbaju biru itu sebera
mengangguk, "itulah sebabnya kuanjurkan kepadamu agar tidak
membuat rencana yang jahat lagi."
"Hmmm, dimanakah orangnya?" Ui sik kong bertanya.
Mendadak kakek berbaju biru itu menggapai ke belakang sambil
serunya keras-keras : "saudara Kui sam, situa Bangka Ui ingin cepatcepat
bertemu denganmu" Dari atas sebatang pohon besar yang tumbuh takjauh dari situ
segera terdengar seseorang menjawab dengan suara nyaring :
"Beritahu kepada orang she Ui itu, aku ingin memberi hadiah tiga
macam kepadanya" Ui sik kong merasa amat terperanjat setelah mendengar
perkataan itu, dengan cepat la mengalihkan pandangan matanya
kemuka. Terlihatlah bayangan sinar berkelebat lewat, diiringi desingan
suara yang amat tajam tampak sebuah senjata rahasia telah
dibidikkan kearahnya. Ui sik kong tak berani berayal, cepat-cepat dia mengayunkan pula
telapak tangannya untuk menghalau ancaman tersebut.
Ternyata senjata rahasia itu adalah sebutir batu yang sangat
kecil, sewaktu terkena tenaga serangannya itu segera terpental
kesamping. "Haaahh.haaahh.haaahhh.sebuah gerak serangan yang amat
bagus" puji kakek yang berada diatas pohon itu sambil tertawa
tergelak. Menyusul kemudian batu kedua dan ketiga pun meluncur datang
susul menyusul. Biarpun Ui sik kong merasa terkejut namun diapun sedikit
kegelian, sebab ilmu melepaskan senjata rahasia yang dipergunakan
kakek itu tidak terhitung hebat, maka sebuah pukulan kembali
dilontarkan kedepan. Bersambung ke jilid 39 Jilid 39 Tenaga pukulannya dengan cepat menyelimuti daerah seluas
berapa kaki, sudah dapat dipastikan kedua butir batu kecil itu sudah
pasti akan terhalau kembali.
Siapa tahu kenyataannya sedikit agak diluar dugaan, biarpun
batu kedua berhasil pula dihalau hingga runtuh ketanah, namun
batu yang terakhir justru memiliki sisa kekuatan yang cukup tangguh
walaupun sudah termakan oleh tenaga serangannya.
Setelah membentuk busur lingkaran, bukan bertambah lemah
kekuatan batu kerikil tadi, malah sebaliknya daya luncur benda itu
makin bertambah cepat lagi. Duuuukk
Tahu-tahu batu kerikil itu sudah menghajar telak jalan darah ci ti
hiat dilengan kanan Ui Sik kong.
Tak terlukiskan rasa kaget Ui Sik kong menghadapi kejadian ini,
cepat-cepat tangan kirinya ditepuk untuk membebaskan kembali
jalan darah sendiri yang tertotok.
Terlihat sesosok bayangan hijau berkelebat lewat, tahu-tahu
seorang Kakek berbaju hijau telah berdiri bersanding dengan Kakek
berbaju biru itu. Kejut dan gusar Ui Sik kong segera menegur :
"Siapa kau?" Kakek berbaju hijau itu tertawa bergelak :
"Aku merasa amat kagum dengan caramu membebaskan totokan
jalan darah pada tubuh sendiri, itulah sebabnya aku ingin
menyaksikan lebih dari satu kali."
Kemudian sambil berpaling kearah Kakek berbaju biru itu,
kembali dia berkata : "Kita harus membandingkan gerakan tersebut dengan apa?"
Kakek berbaju biru itu berpikir sebentar, lalu sambil ketawa
tergelak katanya : "Aku telah menemukannya, gerakan itu rasanya mirip orang yang
tersengat lebah saja."
"Ya betul, tepat sekali" seru Kakek berbaju hijau itu bertepuk
tangan sambil tertawa tergelak, "memang mirip sekali dengan orang
yang tersengat lebah"
Rupanya gerakan Ui sik kong untuk membebaskan diri dari
pengaruh totokan memang amat menggelikan, kesatu karena
perawakan tubuhnya kecil pendek, kedua berhubung rasa tegang
karena jalan darahnya tertotok. maka sambil melompat tangan
kirinya segera mana bok lengan kanan sendiri, begitu kerasnya
tabokan ini sampai jenggotnya ikut bergoncangan.
Tak salah lagi kalau gerakan tersebut dibilang seperti orang yang
tersengat lebah, sebab memang amat menggelikan.
Ui sik kong benar-benar sangat gusar, bentaknya dengan keras :
"Huuuh, sungguh menjengkelkan"
sepasang lengannya segera direntangkan dengan ruyung
ditangan kanan dan serangan kosong disebelah kiri secara terpisah
dia menyerang kedua orang kakek itu pada saat yang hampir
bersamaan. Agaknya kedua orang kakek itupun cukup mengetahui kelihaian
lawannya, mereka tak berani memandang enteng, cepat-cepat
telapak tangan kanannya diayunkan kedepan untuk menyongsong
datangnya ancaman tersebut, terdengar suara desingan tajam
menderu- deru, pasir dan batu beterbangan diangkasa membuat
suasana disekeliling tempat itu menjadi amat mengerikan.
Namun disaat angin pukulan itu sudah berhembus lewat ternyata
kedua orang kakek itu masih tetap berdiri tegak ditempat semula,
sebaliknya Ui sik kong justru tergetar mundur sejauh dua langkah,
napasnya rada tersengal-sengal.
Dengan cepat dia mengayunkan tuyung lemasnya sambil berseru
dengan penuh kebencian : "sebenarnya siapakah kalian?"
"Eeeeh.eeeehh jangan kelewat emosi" seru si Kakek berbaju hijau
sambil mengoyangkan tangannya berulang kali.
Kakek berbaju biru itu berseru pula sambil tertawa. "jangan lupa,
isi perutmu sudah terluka parah"
Akhirnya Ui sik kong berhasil juga menenangkan kembali hatinya,
namun rasa gusar dan pedih sempat menghiasi wajahnya, sudah
jelas kekalahan secara beruntun yang dideritanya membuat ia
sangat emosi. Kembali Kakek berbaju biru itu mengejek sambil tertawa.
"Nah, begitu baru benar, selama bukit nan hijau kenapa kau
mesti takut kehabisan kayu bakar" Bila ingin mempertaruhkan
selembar nyawa sendiri, waaahh.bagimu tak akan mendatangkan
manfaat yang besar" "Cepat katakan siapa kalian dan apa maksud kedatanganmu
berdua?" teriak Ui sik kong sambil menggigit bibir.
Kakek berbaju biru itu mengerling sekejap kearah Kakek berbaju
hijau lalu katanya, "Baiklah, tak ada salahnya kalau kami beritahukan
kepadamu identitas kami, sebenarnya aku bernama Thian cun yang
sedang dia bernama oh Kui sam"
Bagaikan tersengat listrik bertegangan tinggi, Ui sik kong berseru
kaget lalu teriaknya keras-keras :
"Rupanya kalian berdua, jadi kalianpun telah datang kedaratan
Tiongoan?" "Benar" jawab Thian cun yang gamblang. "Pertama suasana
didaratan Tionggoan cukup ramai, kedua kamipun ingin datang
menghantar diri daripada akhirnya kau mesti bersusah payah datang
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mencari kami" "Jadi kalian ingin mengulangi kembali peristiwa tragis dibawah
tebing hati duka pada seratus tahun berselang?" Dengan cepat
Thian cun yang menggeleng,
"Biarlah dendam kesumat leluhur kita diselesaikan sendiri oleh
leluhur kita itu, kami tak ingin mengulangi kembali tragedy dibukit
hati duka, namun tentu saja hal ini tergantung pada pilihanmu
sendiri" Ui sik kong memandang sekejap sekeliling arena, lalu serunya
sambil menggigit bibir : "sejak seabad berselang partai kupu-kupu berusaha hidup sambil
menahan malu, tahukah kau apa tujuannya" Tak lain adalah untuk
balik kembali dari liang kuburan serta membalas dendam atas sakit
hati." "Mungkin kau pun sudah dapat merasakannya sekarang bahwa
untuk mencapai kedua hal tersebut, paling tidak kalian mesti berlatih
lagi selama seabad" ujar Thian cun yang sambil tertawa.
"Hmmm, bagiku selama hayat masih dikandung badan, aku tetap
akan berupaya mewujudkan kedua harapan tersebut, kalau tidak,
aku lebih suka menghabisi hidup sendiri"
"Huuuh, kalau begitu kau memang ditakdirkan untuk mampus"
jengek Thian cun yang. "jadi, begitukah tujuan kalian itu?" Ui sik kong menghembuskan
napas panjang. Cepat-cepat Thian cun yang menggoyangkan
tangannya sambil tertawa. Katanya :
"Tidak. buat hari ini, asal kau bersedia meninggalkan Kho Beng
disini, maka kau boleh meninggalkan tempat ini dengan segera"
Dengan pandangan penuh kebencian Ui sik kong mengerling
sekejap kearah Kho Beng yang tergeletak ditanah serta Thian cun
yang dan oh Kui sam, setelah itu serunya : "Kalian tak akan
melarikan diri keujung langit, bukan?"
"Haaahhaaahhhaaahhh.perkataanmu tersebut kurang tepat, buat
apa kami mesti melarikan diri?"
"Tapi mungkin juga begitu," sambung oh Kui sam sambil tertawa
bergelak , "tapi hasil ini tergantung bagaimana kau si tua Bangka,
asal kau bisa bertobat serta kembali kejalan yang benar, otomatis
kami jadi menganggur, daripada diundang sana dipanggil kemari
oleh rekan-rekan persilatan, lebih baik kami kabur saja keujung
langit" Ui sik kong tak ingin mendengar kata-kata sindiran dari kedua
orang itu lagi, setelah mendengus dingin, dengan membawa luka
dibadan ia segera berlalu dari situ.
Memandang bayangan punggung Ui sik kong yang menjauh,
tanpa terasa kedua orang itu menghembuskan napas panjang. Lama
kemudian, akhirnya oh Kui sam berkata :
"Mari kita memeriksa dulu bagaimana keadaan luka dari bocah
anak muda she Kho itu"
Mereka berdua segera bersama-sama mendekati Kho Beng.
sementara itu noda darah telah membasahi mulut dan hidung
Kho Beng, tendangan dari Ui sik kong terbukti memang sangat keji
dan mengerikan sekali, kini isi perutnya telah menderita luka yang
sangat parah. Thian Cun yang yang berjongkok untuk memeriksa keadaan Kho
Beng kemudian tegurnya : "Hey anak muda, apakah kau masih bisa
mendengar suara kami?"
Pelan-pelan Kho Beng membuka sepasang matanya lalu
menjawab lemah : "Cianpwee berdua, terima kasih banyak."
Biarpun suaranya amat lemah, namun setiap patah kata masih
dapat terdengar dengan jelas sekali.
Untuk kesekian kalinya Thian cun yang memeriksa keadaan Kho
Beng dengan seksama, mendadak ia mendongakkan kepalanya dan
berkata kapada oh Kui sam dengan serius :
"Tenaga dalam yang dimiliki bocah ini benar-benar amat
sempurna, padahal denyut nadinya telah tergetar sehingga berdetak
dengan lemah, kesadarannya pun hampir hilang, tapi kenyataannya
masih bisa bertahan dengan bagus sekali, kalau dilihat dari tenaga
dalam yang dimilikinya paling tidak telah mencapai seratus dua
puluh tahun hasil latihan."
"Waaah kalau begitu kan jauh lebih tangguh dari pada kita
berdua?" bisik oh Kui sam.
"sssst, jangan keras-keras" bisik Thian Cun yang pula, "buka aku
sengaja melemahkan semangat sendiri, kalau dibandingkan kita
berdua, dia memang lebih tangguh, kenyataan berkata demikian"
Mendadak. Disaat dua orang tersebut sedang berbisik-bisik, tampak dua
sosok bayangan manusia kembali berkelebat datang dengan
kecepatan tinggi, sewaktu bayangan tersebut semakin dekat,
terlihatlah mereka adalah dua orang gadis muda yang tak lain adalah
Beng Gi ciu serta siau wan.
Thian Cun yang nampak gembira sekali, teriaknya :
"ooooh, ternyata keponakan kita telah datang, hey kenapa
kedatanganmu begitu kebetulan?"
Buru-buru Beng Gi ciu memberi hormat kepada dua orang kakek
itu, sahutnya : "sesungguhnya keponakan memang sedang mencari empek
berdua, tapi selama ini usahaku tak pernah berhasil, dalam
kecewanya aku mendengar Phu sian sangjin sekalian para jago
hendak mengadakan pertemuan dipuncak Giok cin hong dibukitTiong
lam san, maka keponakan pun menyusul kesitu, siapa tahu ternyata
mereka pun telah pergi dari situ, karena nya terpaksa keponakan
meninggalkan tempat itu dan berkeliaran disekitar sini, tadi
keponakan malah sempat mendengar teriakan dari empek berdua."
"Apakah kau mengetahui peristiwa yang barusan terjadi?" Tanya
Thian cun yang kegirangan.
"Keponakan sendiripun kurang jelas, sekarang hendak
kutanyakan persoalan ini kepada empek berdua."
Baru saja Thian cun yang hendak menjawab, mendadak
terdengar siau wan berteriak keras :
"Nona.. celaka Kho kongcu."
Rupanya Thian cun yang dan oh Kui sam telah berdiri dihadapan
Kho Beng sehingga dalam pembicaraan tadi Beng Gi ciu sama sekali
tidak menjumpai kehadiran Kho Beng disitu.
Teriakan kaget dari siau wan membuat Beng Gi ciu menjadi
sangat terperanjat, buru-buru dia menyelinap kedepan.
Betul juga, ia menemukan Kho Beng sudah tergeletak tak
berkutik dengan tubuh penuh berlepotan darah, keadaannya tak
berbeda seperti orang mati.
Tak terlukiskan rasa terperanjat Beng Gi ciu menghadapi kejadian
seperti ini. Tanpa ambil peduli dengan kehadiran Thian Cun yang
serta oh Kui sam lagi, buru-buru dia berjongkok disamping Kho Beng
sambil teriaknya : "Kho kongcu, kenapa kau?"
Tanpa disadari saking paniknya air mata sampaijatuh berceceran
membasahi pipinya. Thian Cun yang yang melihat kejadian ini, buru-buru menarik
tangan oh Kui sam sambil bisiknya :
"Waaah, kelihatannya keponakan kita ini rada kurang beres"
"Apanya yang kurang beres?" Tanya oh Kui sam agak tertegun.
"Masa tidak kau lihat apa yang sedang diperbuat oleh
nya"Jangan lagi berada dihadapan kita berdua, sekalipun tidak
berada dihadapan kita pun sikap dan tingkah lakunya yang
diperbuatnya sekarang sedikit kelewat batas."
"Betul, memang rada kurang beres," sahut oh Kui sam. Kemudian
seperti baru menyadari akan sesuatu.
setelah memutar biji matanya, dia berkata lagi agak keheranan.
"Padahal keponakan kita ini belum lama datang ke daratan
Tionggoan, mengapa perkembangan salam soal ini berlangsung
begitu cepat.ini namanya apa" orang menyebutnya sebagai..ehmmm
betul, orang menyebutnya sebagai cinta dalam pandangan pertama"
"sssst. .jangan keras-keras" bisik Thian Cun yang sambil menarik
ujung bajunya, "mari kita rundingkan persoalan ini."
Dalam pada itu Beng Gi ciu dan siau wan sedang berjongkok
disisi Kho Beng bertanya ini itu, tentu saja mereka tidak menaruh
perhatian terhadap kedua orang kakek tersebut, atau pada
hakekatnya mereka tidak mendengar apa saja yang dibicarakan
kedua orang tua tersebut.
sebaliknya Thian Cun yang dan oh Kui sam yang telah mundur
dua langkah dan merundingkan masalah itu dengan suara lirih. Kata
oh Kui sam : "Beng toako sudah berangkat duluan, itu berarti kita dua orang
tua Bangka ini tak bisa berpeluk tangan saja terhadap masalah yang
dihadapi keponakan kita ini"
"Ya a, bocah muda she Kho ini mempunyai pengalaman yang luar
biasa, masih muda tampan lagi, tak heran kalau keponakan kita itu
segera tertarik dan jatuh cinta padanya, coba kau lihat dia masih
juga menangis dengan begitu sedihnya."
Ternyata Beng Gi ciu memang sedang menangis tersedu-sedu
karena terharu menyaksikan keadaan Kho Beng yang mengenaskan.
sambil menghela napas kembali oh Kui sam berkata :
"Aaaai, kalau berbicara sejujurnya, bocah muda itu memang
bagus sekali, bahkan aku sendiripun amat suka kepadanya." Lalu
setelah berhenti sebentar, tambahnya : "Masih berkasiat kah pil sim
mia wan mu itu?" Thian Cun yang segera tertawa.
"Dia kan Cuma menderita luka dalam yang biasa, bukan dilukai
oleh racun jahat atau tenaga pukulan yang aneh, tentu saja obat
tersebut akan berkasiat sekali, kujamin dalam tiga hari lukanya
sudah akan sembuh seperti sedia kala."
"Kalau memang begitu, hayolah cepat kita obati luka itu" sorak
oh Kui sam dengan gembira.
"Tunggu sebentar" tiba-tiba Thian cun yang mencegah, "dibalik
kesemuanya ini masih ada persoalan lain?"
"Masih ada persoalan apa?"
"Persoalan besar sekali, kesatu keponakan kita tampak begitu
mencintainya hingga seakan-akan ia sudah begitu pasrah
kepadanya, tapi apakah bocah muda itupun menyukai keponakan
kita" Hal ini belum ada kepastian secara khusus. Kedua, siapa tahu
bocah muda itu mempunyai kekasih hati lainnya atau mungkin sudah
beristri," "lantas bagaimana baiknya?" Dengan kening berkerut, oh Kui
sam berkata : "Ya a, hal ini memang merupakan sebuah masalah yang pelik,
Beng toako sudah lama meninggal dunia, andaikata kita tak bisa
menyelesaikan persoalan dari keponakan kita dengan sebaikbaiknya,
seratus tahun kemudian dengan muka apakah kita akan
menjumpai Beng toako dialam baka?"
Thian Cun yang berpikir sebentar, kemudian katanya : "Kau tak
perlu kuatir, aku mempunyai ide yang sangat bagus."
"oya" Apa idemu " cepat katakanlah agar kita dapat
merundingkannya secara baik-baik,"
"Tidak. rahasia langit tak boleh dibocorkan," ujar Thian Cun yang
sambil menggeleng, "pokoknya asal urusan dari keponakan kita
gagal total, minta saja pertanggungan jawab kepadaku"
"oh" Kui sam menatap wajah rekannya sebentar, lalu katanya :
"Baiklah, akan kulihat bagaimana kau menyelesaikan masalah ini
dengan sebaik-baiknya." Maka dengan langkah lebar mereka pun
berjalan menuju kedepan, setelah mendehem, Thian cun yang
segera menegur : "Keponakanku, apakah kau kenal dengannya?"
Merah padam selembar wajah Beng Gi ciu karena jengah, buruburu
ia bangkit berdiri sambil menjawab :
"Ya a, kami memang saling mengenal."
"oya" Aku dengar dia adalah keturunan dari perkampungan Hui
im ceng, masih muda, ganteng lagi. Betul-betul seorang pemuda
yang menarik hati." Kepala Beng Gi ciu ditundukkan makin rendah, bisiknya lirih :
"Apakah empek berdua dapat menolongnya." oh Kui sam sebera
berteriak keras : "Tentu saja, Pil si mia wan milik empek Thian mu khusus untuk
mengobati luka dalam,kujamin dalam tiga hari saja luka yang
dideritanya sudah akan sembuh kembali seperti sedia kala."
Mendengar perkataan itu buru-buru Beng Gi ciu berseru kepada
Thian Cun yang. "empek Thian kumohon kepadamu agar bersedia mengobati
lukanya." "Heh, aneh betul dirimu ini, mengapa sih kau menaruh perhatian
yang begini besar kepadanya?" tegur Thian cun yang sambil tertawa.
sekali lagi paras muka Beng Gi ciu berubah menjadi merah
padam, agak tergagap dia berkata :
"sebab..sebab dia dalah orang yang berilmu sangat tinggi dan
amat mempunyai perasaan, aku lihat dia adalah pendekar sejati
yang jujur, suka menegakkan keadilan dan merupakan kekuatan
yang tak boleh dianggap enteng dalam usaha menumpas kaum iblis
dari muka bumi." oh Kui sam segera mengacungkan ibu jarinya.
"Waaah.waaahhh keponakan memang benar-benar seorang
wanita luar biasa, tak nyana kau menaruh perhatian yang begitu
besar terhadap keselamatan dunia persilatan, tak kusangka kaupun
menaruh simpati terhadap tokoh hebat seperti ini."
Paras muka Beng Gi ciu berubah semakin merah lagi, kepalanya
tertunduk rendah-rendah dan tak sepatah kata pun sanggup
diucapkan lagi. Thian Cun yang kembali tertawa tergelak :
"Haaahhh.haaahhh.haaahhhh Kui sam jangan banyak berbicara
lagi, cepat lepaskan kantung airmu"
sementara berbicara ia telah merogoh keluar sebuah botol kecil
dari sakunya. oh Kui sam pun sudah melepaskan kantung airnya dan
diserahkan kepada rekannya itu.
Tanpa ragu-ragu Thian Cun yang membuka penutup botol itu dan
mengeluarkan sebutir pil berwarna merah yang segera dijejalkan
kemulut Kho Beng. Buru-buru oh Kui sam meloloh anak muda
tersebut dengan air. Kemudian sambil tersenyum, Thian Cun yang
berkata lagi : "Tak jauh dari sini terdapat sebuah rumah penduduk milik
pemburu Lan, dia sangat ramah dengan tamunya, selama inipun
kami sudah dua hari menginap dirumahnya, untuk menyembuhkan
luka dari Kho Beng bagaimana kalau kita berdiam berapa hari lagi
disitu?" "Terserah empek yang mengatur." Buru-buru Beng Gi ciu
berseru. Lalu sambil berpaling kembali katanya :
"Tapi pantaskah keponakan ikut menginap disitu?"
"Tentu saja" Thian cun yang tertawa, "pemburu Lan punya anak
istri, kau toh bisa menginap bersama mereka."
Dengan cepat oh Kui sam membopong tubuh Kho Beng dan
dibawah petunjuk Thian cun yang sebera berangkat menuju
kebawah tebing sana. Pemburu Lan memang seorang yang sangat ramah, dia melayani
tamu-tamunya secara ramah dan hangat, untuk keperluan tempat
penginapan malah dia menyisihkan dua buah kmar kosong bagi
tamu-tamunya itu. sebuah untuk tempat mondok Beng Gi ciu dan siau wan, sedang
yang lain untuk merawat luka yang diderita Kho Beng serta tempat
beristirahat dua orang kakek itu.
Untung Kho Beng memiliki dasar tenaga dalam yang amat
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sempurna, dua hari kemudian kesehatan badannya telah pulih
kembali seperti sedia kala, tentu saja dalam jangka waktu sesingkat
ini dia telah menceritakan semua pengalamannya kepada Beng Gi
ciu sekalian. Pada hari ketiga, pagi-pagi sekali selesai duduk
bersemedi, Kho Beng merasakan tubuhnya menjadi amat segar,
tenaga dalamnya pun telah pulih kembali seperti sedia kala, tanpa
terasa dia berdiri dari semedinya, untuk mencari udara segar.
Didalam muka rumah ia menjumpai Thian cun yang berdua
sedang melakukan senam untuk melemaskan otot.
Maka cepat-cepat dia memberi hormat kepada mereka berdua
sambil sapanya : "selamat pagi cianpwee berdua"
"Bagaimana keadaanmu hari ini?" Tanya Thian cun yang sambil
tertawa. "Boanpwee merasa kesehatan badanku telah pulih kembali
seperti sedia kala, aku jadi tak mengerti bagaimana harus membalas
budi kebaikan atas pertolongan dari cianpwee berdua."
"Haaah..haaahhh.haaahh justru persoalan inilah yang hendak
kami bicarakan," kata oh Kui sam cepat sambil tertawa terkekehkekeh.
Thian Cun yang melirik sekejap ke arah kamar tidur Beng Gi ciu
yang tertutup rapat, lalu setelah tertawa misterius, ajaknya : "Kho
Beng, mari kita berbincang-bincang disana saja."
Dengan dicekam perasaan tak mengerti, Kho Beng mengikuti
kedua orang kakek itu menuju kehalaman belakang.
Halaman belakang rumah adalah sebuah kebun sayur, aneka
bunga tumbuh disekelilingnya membuat suasana disitu terasa tenang
dan nyaman. Waktu itu hari masih amat pagi, keluarga pemburu Lan belum
ada yang bangun, maka mereka bertiga pun duduk diatas undakundakan
batu. setelah termenung sejenak dengan wajah tertegun, Thian cun
yang mulai bertanya. "Kho Beng, selanjutnya apa rencanamu?"
Kho Beng agak tertegun, tetapi segera jawabnya :
"Tentu saja banpwee akan mengiringi cianpwee berdua
membasmi kaum iblis dari muka bumi"
"setelah itu?" desak Thian cun yang. sekali lagi Kho Beng dibuat
tertegun. "Bila segalanya berjalan lancer dan partai kupu-kupu berhasil
dihancurkan, boanpwee ingin hidup bersama cici ku ditempat yang
sepi, membereskan pusara orang tua ku dan membangun kembali
kejayaan nama keluarga kami."
"setelah semua urusan itu beres?"
Kho Beng tidak habis mengerti, terpaksa katanya agak tergagap.
"Boanpwee akan . Akan membaktikan diri demi kepentingan
dunia persilatan membantu yang lemah dan membasmi yang jahat,
menegakkan keadilan serta kebenaran dalam dunia persilatan"
"Hmmm, cita-cita yang amat luhur," puji Thian Cun yang sambil
mengacungkan kembali ibu jarinya, "tapi"
oh Kui sam yang tidak sabar, cepat-cepat menukas.
"Kalau pingin bertanya lebih baik tak usah berputar-putar dulu.
Kho Beng, biar aku saja yang bertanya kepadamu, apakah kau tak
mempunyai rencana bagi diri sendiri. Apakah selama hidup kau tak
akan kawin?" Mendengar pertanyaan tersebut, Kho Beng merasakan hatinya
bergetar amat keras, sementara paras mukanya berubah menjadi
merah padam. Pertanyaan yang diajukan oh Kui sam terlalu blak-blakan dan
langsung menuju kesasaran, hal ini membuat anak muda kita
menjadi gelagapan dan tak tahu yang mesti dikatakan.
Akhirnya dengan wajah bersemu merah padam, pemuda itu
menjawab : "Tentang persoalan ini aku rasa .. aku rasa bukan masalah yang
perlu dibicarakan sekarang kekacauan didalam dunia persilatan
belum lagi mereda, dendam sakit hati belum terbalas, mana berani
boanpwee membicarakan soal perkawinan?"
"Tidak bisa" kata oh Kui sam dengan suara dalam, "perkataanmu
toh hanya alasan yang dibuat-buat dengan maksud untuk mengulur
waktu, tidak bisa kita terima sebagai alasan yang sesungguhnya,
menentramkan dunia persilatan yang sedang kalut dan menuntut
balas sakit hati memang termasuk pekerjaan besar. Tapi belum
tentu orang mesti membujang terus, bila ditemui kesempatan yang
baik dan tepat, apalah salahnya kalau persoalan tersebut
dibicarakan?" "Betul" dukung Thian Cun yang. "Disaat untuk berbincangbincang
memang tak ada salahnya kalau masalah perkawinan pun di
bicarakan, nah Kho Beng, apakah kau mempunyai rencana dalam hal
ini?" Cepat-cepat Kho Beng menggeleng.
"Setiap hari boanpwee harus berkelana dari timur kebarat, dari
utara ke selatan, masih hiduppun menjadi tanda Tanya besar, belum
pernah kulewatkan hari-hari dengan tenang, bayangkan saja, mana
mungkin aku sempat memikirkan persoalan seperti ini?"
"Kalau begitu, paling kau belum pernah bertunangan, bukan?"
Tanya oh Kui sam lagi sambil tertawa gembira.
"Tentu saja belum"
Thian cun yang segera berpikir sebentar, lalu katanya :
"Perkawinan adalah suatu kejadian besar dalam kehidupan
manusia, kau harus menerangkan dulu kepada kami, apakah dalam
hati kecilmu mempunyai bayangan seseorang yang kau cintai" Atau
mungkin kau pernah menaruh kesan dalam terhadap seorang
wanita?" Tanpa disadari Kho Beng segera teringat akan chin sian kun,
paras mukanya seketika berubah makin merah, buru-buru sahutnya
: "Belum belum pernah ada yang kucintai"
"Bagus sekali" sorak Thian cun yang sambil bertepuk tangan,
"kalau begitu biar aku langsung membicarakan soal pokoknya, kau
toh mengerti bahwa keponakan perempuanku Beng Gi ciu adalah
keturunan dari Kim Ka sian pemimpin dari tiga dewa, ia pun
terhitung jagoan yang cukup tangguh didalam dunia persilatan."
oh Kui sam ikut menimbrung tapi segera dicegah Thian cun yang
dengan pelototkan matanya, setelah itu sambil tersenyum dia
berkata lebih lanjut : "Aku dengar, ia pernah menyelamatkan dirimu dibela kang
lembah bukit Cian san, apakah benar demikian?"
Dengan cepat Kho Beng menyadari apa yang menjadi maksud
kedua orang tua tersebut, ia sadar masalah tersebut memang
sebuah masalah yang amat pelik, tapi setelah mendengar
pertanyaan itu terpaksa dia harus menjawab : "Yaa benar"
"Beruntung sekali kami berdua pun telah menolongmu lagi dari
situa Bangka Ui," kata Thian cun yang sambil tertawa ,"Itu berarti
kau memang sangat berjodoh dengan kami keturunan dari tiga
dewa, bukankah demikian?"
"Boanpwee merasa amat berhutang budi, selama hayat masih
dikandung badan tak akan kulupakan budi kebaikan ini."
"Itu sih tak perlu." Cepat-cepat Thian cun yang menggoyangkan
tangannya berulang kali, "kalau toh kita memang berjodoh, ini
berarti pula segala sesuatunya telah diatur oleh yang kuasa dilangit
karenanya kami berniat mempererat hubungan tersebut, menjadi
lebih akrab lagi." sesudah berhenti sebentar, tanyanya kemudian : "Bagaimana
pendapatmu tentang keponakan perempuanku ini?"
"Cianpwee" Kho Beng menjadi serba salah .
"Hayo jawab pertanyaanku" seru Thian cun yang sambil menarik
muka. Pelan-pelan Kho Beng mengangguk. katanya :
"Nona Beng adalah keturunan orang termasyur, wajahnya cantik,
kepandaiannya pun tinggi, boleh dibilang dia adalah seorang nona
yang sangat menawan hati. "
Jawaban itu diutarakan dengan perasaan yang sejujurnya.
oh Kui sam yang turut mendengarkan dari samcing menjadi amat
kegirangan sambil mengerakkan tubuhnya yang gemuk pendek. dia
berseru : "Hey anak muda, aku pingin bertanya kepadamu, seandainya kau
bisa mendapatkan nona seperti itu sebagai istri, tentunya kau
merasa tidak sia-sia bukan hidup didunia ini?"
Kho Beng menundukkan kepalanya semakin rendah lagi :
"Ucapan cianpwee memang benar"
saking gembiranya oh Kui sam segera berteriak : "Nah, anak
muda kami dua orang tua berniat menjodohkan keponakan
perempuan kami itu kepadamu"
Kho Beng menjadi tertegun, meski sejak tadi ia telah menduga
akan hal ini, agak tergagap serunya kemudian : "soal ini . soal ini ..
boanpwee .." sampai setengah harian lamanya ia tak mampu melanjutkan
perkataannya, namun dia pun tidak mengutarakan keputusannya,
setuju atau tidak. Thian Cun yang dan oh Kui sam sebera menarik wajah masingmasing,
sambil mendengus oh Kui sam sebera berseru :
"Aku anggap kejadian ini merupakan sebuah berita gembira yang
luar biasa, mungkin kau bisa semaput saking girangnya tapi
kenyataannya, kenapa kau justru tergagap seperti tak mampu
mengemukakan pendapat" Apakah kecantikan dari keponakan kami
ini belum bisa memenuhi harapanmu?"
"Ya a betul, apakah kau menganggapnya tak pantas menjadi
binimu?" sambung Thian cun yang.
Buru-buru Kho Beng menggoyangkan tangannya berulang kali
seraya berseru : "Harap cianpwee berdua jangan salah paham, kecantikan dan
kepandaian nona Beng menawan hati, lagi pula dia berasal dari
keturunan keluarga termasyur, apa lagi yang kurang begiku" Akan
tetapi.." "Akan tetapi kenapa?" dengus oh Kui sam. setelah berpikir
sebentar, Kho Beng berkata :
"Boanpwee rasa dalam situasi seperti ini, kita tak seharusnya
membicarakan persoalan macam itu, sebab cici ku masih berada
dalam kesulitan, perkampungan Hui im ceng masih berupa puingpuing
yang berserakan, sedang arwah orang tua kami pun masih
gentayangan di alam baka dengan penasaran, boanpwee ."
"Ya a, aku tahu, ucapan mu memang benar sekali, tapi bukan
merupakan sebuah alasan yang kuat," kata Thian cun yang tertawa.
"Aku mempunyai sebuah usul bagus, bagaimana kalau kita atur dulu
soal ikatan jodoh ini, kemudian setelah dunia persilatan tenang
kembali dan dendam kesumat Hui im ceng sudah dituntut balas,
upacara perkawinan baru diselenggarakan?"
"Betul, cara ini bagus sekali." Sambung oh Kui sam, "bagaimana
kalau kita tentukan demikian saja?"
Dengan kening berkerut Kho Beng sebera berkata :
"Boanpwee Cuma manusia biasa yang tak berkemampuan apaapa,
mungkin juga nona Beng tak akan setuju."
oh Kui sam sebera tertawa terbahak-bahak :
"Haaahh .. haaahhh .. haaahhh .. kau tak usah rikuh, padahal
wajahmu tampan, tubuhmu tegap. berulang kali mendapatkan
penemuan aneh membuat kemampuanmu mencapai tingkatan yang
luar biasa sekali. Kecuali kau, siapa lagi yang pantas menjadi suami
keponakan perempuan kami itu?"
"Ya a benar, kujamin dia pasti setuju," sambung Thian cun yang
sambil tertawa pula. Kho Beng berpikir sebentar kemudian katanya, "Walaupun orang
tua boanpwee telah tewas namun ciciku masih segar bugar,
boanpwee rasa masalah perkawinanku ini lebih baik dibicarakan dulu
dengannya, apalagi ciciku toh sebagai pengganti orang tua."
Dengan cepat oh Kui sam menarik muka, tegurnya : "Hey bocah
muda, kenapa sih kau berulang kali menolak"
"Kho Beng biar kutanggung masalah tersebut," kata Thian cun
yang tiba-tiba, "bila kami telah bersua dengan cicimu nanti, akan
kusinggung masalah perkawinanmu itu, aku percaya dia tak akan
keberatan." Mendengar perkataan ini terpaksa Kho Beng berseru :
"Jangankan cianpwee berdua telah melepas budi pertolongan
kepada boanpwee, dilihat dari tingkatan kedudukan cianpwee
berdua pun cici pasti tak akan keberatan."
"Kalau begitu urusan menjadi beres" seru Thian cun yang sambil
bertepuk tangan. "nah, dengarkan baik-baik Kho Beng, dalam soal
perjodohanmu dengan keponakan perempuan kami ini, anggap saja
akulah yang telah memaksamu, setelah cicimu lolos dari bahaya
nanti, akulah yang akan menjelaskan semua persoalan ini
kepadanya." Kho Beng segera menunduk tanpa berbicara, bukannya dia
merasa keberatan. Berbicara dari kecantikan dan keluwesan Beng Gi
ciu, ia memang seorang calon istri yang sangat ideal malah baginya
bagaikan pucuk dicinta ulam tiba.
Tapi ia pun merasa tidak pantas untuk mengikat tali perkawinan
disaat dendam sakit hatinya belum terbalaskan, encinya pun masih
berada dalam keadaan berbahaya.
Tapi berhubung situasi yang berada didepan mata membuatnya
tak dapat menampik lagi, maka diapun membungkam diri dalam
seribu bahasa. sementara itu oh Kui sam telah memutar biji matanya
sambil berseru : "Beres sudah, mari kita persiapkan hari yang
gembira ini dengan sebaik-baiknya." Kemudian setelah berhenti
sejenak. la melanjutkan dengan gembira.
"sekarang juga aku akan mencari si tua Lan agar dia siapkan
perjamuan untuk kita semua hari ini kita harus merayakan peristiwa
ini dengan sebaik-baiknya."
Tidak sampai perkataannya selesai diucapkan, dengan cepat
kakek itu sudah berlalu dari sana. Dalam keadaan begini Kho Beng
sendiri tak bisa mengatakan bagaimana rasa hatinya sekarang,
disamping rasa gembira terselip pula rasa haru dan sedih. Tentu saja
yang paling menonjol aadalah rasa malu-malu kucingnya.
"Ayolah jalan" kata Thian cun yang sambil tertawa. "Mari kita
pergi kedepan" Maka mereka berdua pun berjalan kembali kehalaman depan.
Baru saja melangkah keluar dari halaman tampak Beng Gi ciu dan
siau wan sedang berjalan-jalan menghirup udara pagi.
Ketika melihat kedatangan dua orang tersebut, Beng Gi ciu
segera menegur sambil tertawa.
"Empek Thian, sepagi ini kau sudah bangun dari tidurmu?" Thian
Cun yang tertawa terbahak-bahak, sahutnya :
"Haaaa .. haaaahhh ..biasanya orang yang mendapat rejeki
wajahnya selalu cerah, otomatis diapun akan bangun pagi,
keponakanku kau mesti turut bergembira. "
Beng Gi ciu agak tertegun, lalu tanyanya sambil tertawa :
"Apakah empek Thian menjadi kaya?"
"Haaahh . Haaahhh . Harta kekayaan adalah barang sampingan,
apalagi usia empek sudah setua ini, apa artinya harta kekayaan
bagiku" Rejeki yang sudah tak menarik perhatianku lagi"
Beng Gi ciu memutar biji matanya sambil berpikir sebentar,
mendadak serunya keras. "Aaaah, aku mengerti sekarang, sudah pasti empek telah
menemukan bibi baru"
"Ya a . Ya a a .dugaanmu sudah hampir tepat" kata Thian Cun
yang sambil tertawa misterius.
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Cuma bukan empek yang mendapat bibi baru justru empek telah
mencarikan pasangan yang serasi untukmu."
Kontan saja sepasang pipik Beng Gi ciu berubah menjadi merah
jengah agak tersipu sipu serunya :
"empek, kenapa sih kau gemar menggoda diriku?"
Sambil membalikkan badan ia segera lari masuk kedalam kamar.
Sebaliknya Siau wan kelihatan gembira setengah mati sambil
memandang Kho Beng segera katanya :
"Mungkin Kho kongcu yang bakal menjadi majikan mudaku?"
Thian cun yang sebera mengangguk.
"Yaa, selain dia, siapa lagi yang pantas menjadi pasangan hidup
nonamu itu?" saking girangnya siau wan sebera berseru
"Kau orang tua memang betul-betul pandai bekerja, kalian pun
sungguh memahami perasaan hati nona kami, kalau begitu siau wan
mesti berterima kasih sangat kepada kau orang tua?"
sambil mengelus jenggotnya, Thian cun yang tertawa bergelak :
"Haaahh . Haaahhh ..haaahhh .tetu saja kau harus berterima
kasih kepadaku, setelah nonamu kawin dengan Kho sauhiap. maka
kau pun pasti akan menemani nonamu, kau tahu apa arti dayang
yang turut majikannya kawin" Berarti kau pun merupakan istri muda
dari Kho sauhiap" Siau wan menjadi amat tersipu-sipu, serunya gemas : "Kau orang
tua memang nakal, masa aku pun turut digoda?" Cepat-cepat dia
membalikkan badan dan kabur dari situ
Thian cun yang segera tertawa tergelak, ia kelihatan gembira
sekali dengan peristiwa ini.
oh Kui sam memang amat cekatan dalam mempersiapkan segala
sesuatunya, dalam waktu singkat suasana gembira telah meliputi
rumah pemburu Lan. semua orang sibuk berbenah, sibuk menghias
dan mempersiapkan perjamuan untuk upacara pertunangan Beng Gi
ciu dengan Kho Beng nanti.
Akibatnya Kho Beng serta Beng Gi ciu menjadi amat tersipu-sipu,
bahkan gara-gara perkataan Thian Cun yang tadi, siau wan pun
turut merasa jengah sampai tak berani mendongakkan kepalanya
lagi. Dia percaya perkataan dari Thian Cun yang memang benar,
sudah pasti dirinya akan turut nonanya setelah menikah, ini berarti
dia pasti akan menjadi istri muda Kho Beng.
Hanya Thian Cun yang serta oh Kui sam yang dapat berbicara
sambil tertawa bergelak. bukan saja mereka selalu berteriak
teriakan, tak lupa pula menggoda kedua pasangan sehingga
membuat Kho Beng maupun Beng Gi ciu sekalian tak berani angkat
kepala. Hari itu mereka lewati dalam suasana gembira ria.
Menjelang malam, suasana rumah pemburu Lan baru mulai
hening, Thian Cun yang, oh Kui sam bersama sepasang calon suami
istri ditambah siau wan duduk berkumpul dalam satu ruangan dan
bersama-sama mengadakan perundingan. Pertama-tama Thian Cun
yang yang berbicara lebih dulu, katanya :
"Kini luka yang diderita Kho sauhiap telah sembuh, tentu saja
kurang leluasa buat kita untuk berdiam lebih lama disini, sekarang
kita mesti membicarakan langkah kita berikut"
Kho Beng berpikir sebentar, kemudian ujarnya.
"Dikala boanpwee meninggalkan kuil Leng thian sian wan
dipuncak Giok cing hong bukit Tiong lam san tempo hari sudah pasti
Phu sian sangjin sekalian dicekam perasaan ragu dan tak tenang. Y
a, ketika itu boanpwee terpaksa berbuat demikian karena guruku
almarhum telah berpesan demikian, mau tak mau aku mesti
mengajak bajingan tua she Ui itu untuk mengadakan pertemuan
empat mata serta mengemukakan diat dari mendiang guruku."
"Tindakan semacam ini merupakan suatu tindakan yang ksatria,
perbuatanmu memang benar sekali" seru oh Kui sam nyaring.
"Sebetulnya maksud boanpwee akan kembali lari kekuil Leng
thian sian wan dan memberi penjelasan kepada mereka setelah
tugasku selesai, siapa sangka gara-gara kekhilafanku hampir saja
nyawaku melayang ditangan bajingan she Ui itu, akibatnya . saat ini
mereka semua telah berangkat ke Siau lim si," kata Thian cun yang.
"Malah kudengar surat undangan telah disebar luaskan keseluruh
dunia persilatan untuk mengundang para jago berkumpul di Siau lim
si dan bersama-sama membicarakan cara untuk menanggulangi
peristiwa besar ini, dengan jarak yang begitujauh dari sini
kebukitSiong san, aku pikir tidak cocok kalau kita mesti berangkat
kesitu." "Tapi boanpwee kuatir kalau hal tersebut sampai menimbulkan
kesalah pahaman umat persilatan kepadaku, akibatnya persoalan
menjadi sulit untuk dijelaskan."
"Soal ini tak perlu kau kuatirkan, paling tidak perkataan dari kami
dua orang tua Bangka masih punya manfaatnya, soal penjelasan
kepada Phu sian sangjin hwesio sekalian, serahkan saja kepadaku,
Cuma sekarang .. Hmmm, padahal apa susahnya?" dengus oh Kui
sam tiba-tiba. "Asal kita mendatangi bukit Cian san mengobrak-abrik sarangnya,
bukankah semua persoalan menjadi beres?"
Dengan cepat Thian cun yang menggelengkan kepalanya.
"Dis inilah letak masalahnya, kita tak boleh bertindak kelewat
gegabah." "Memangnya kita harus takut dengan bajingan tua Ui sik kong?"
seru oh Kui sam penasaran.
"Takut sih tentu tak perlu takut, tapi dibalik kesemuanya masih
terdapat berbagai kesulitan."
"Hmmm, apa kesulitannya?"
Thian cun yang berpikir sebentar, kemudian katanya :
"Pertama, Kho Beng telah menyanggupi permintaan si naga
terbang dari see ih Kongci cu untuk memelihara keutuhan dari
keturunan partai kupu-kupu, padahal Ui sik kong hanya mempunyai
seorang anak gadis, paling tidak kita kan tak bisa menumpas mereka
berdua?" Bantah oh Kui sam :
"Padahal asal semua jago andalan partai kupu-kupu dapat kita
sikat habis, dengan sisa mereka ayah dan anak berduaan saja, apa
pula yang bisa mereka kerjakan?"
"aku rasa persoalan tersebut tak akan begitu sederhana, apalagi
Ui sik kong adalah manusia yang amat licik, salah-salah kita sendiri
yang menjadi korban." Kemudian setelah berhenti sejenak, lanjutnya
: "selain itu, kakek tongkat sakti beserta kakak Kho sauhiap
sekalian masih berada ditangan bajingan tua Ui Sik kong, bila ia
menyandera orang-orang tersebut dan mengancam dengan nyawa
mereka sebagai taruhannya, lalu apa yang mesti kau perbuat?"
sambil meremas-remas sepasag tangannya, oh Kui sam manggutmanggut
: "Yaa, bajingan tua itu memang dapat melakukan perbuatan apa
saja, persoalan ini memang sebuah masalah yang amat pelik," Thian
cun yang segera berkata lebih jauh :
"Hingga kini tiga hari sudah lewat, siapa yang tahu permainan
busuk apa lagi yang telah dipersiapkan bajingan tua Ui sik kong.
Biarpun tenaga dalam yang kita miliki masih mampu
mengunggulinya, tapi bila ditambah dengan kelicikan hatinya, sudah
jelas ia merupakan musuh yang amat tangguh untuk kita berdua."
"Ehmmm, kita berdua tak pernah mempunyai akal untuk main
licik-licikan, memang disinilah letak kerugian bagi kita," kata oh Kui
sam sambil menggigit bibir. " Lantas menurut pendapatmu kita tak
boleh menyatroni bukit ciansan?" kemudian setelah menghembuskan
napas panjang, ia berkata lagi :
"Apakah kita mesti pergi ke siau lim si untuk menggabungkan diri
dengan Phu sian lo hwesio serta mengikuti perintahnya?"
"Tentu saja kita tak boleh berbuat begitu, bagaimanapun juga
kita harus mendatangi bukit Cian san, hanya saja kedatangan kita
tak boleh terang-terangan, kita mesti merahasiakan jejak kita dulu."
" dengan kedudukan serta pamor kita didalam dunia persilatan,
masa kita berdua pun mesti mendatangi sarangnya seperti pencuri
yang takut ketahuan?"
dengan wajah serius Thian cun yang berkata :
" Kesemuanya ini salahmu sendiri, kenapa sepanjang hidup
mengasingkan diri terus menerus dipulau Bong lay to" Kalau tak
pernah berkelana dalam dunia persilatan, otomatis kau tak akan
memiliki pengalaman apa-apa. Ketahuilah perbuatan seperti apa pun
bisa saja terjadi dalam dunia persilatan, karena nya seorang
dibutuhkan akal yang panjang untuk dapat mengatasi situasi dan
kondisi setempat, biarpun kita datangi bukit Cian san secara diamdiam,
hal semacam ini bukan berarti akan menurunkan martabat
serta pamor kita." setelah berkerut kening berapa saat, akhirnya oh
Kui sam berkata : "Baik,lah, terserah pada yang hendak diperbuat, kalau memang
akan didatangi secara diam-diam, mari kita datangi saja secara
diam-diam." Thian cun yang segera berpaling kearah Kho Beng, lalu
ujarnya lagi. "Apakah kau mempunyai pendapat lain?"
"segala sesuatunya boanpwee akan menuruti semua perintah
cianpwee, hanya saja" setelah berhenti sejenak. dengan suara dalam
sambungnya lebih lanjut, "Dalam perjalanan kita menuju kebukit Cian san kali ini,
boanpwee telah bertekad akan menolong kakek tongkat sakti, nona
Chin serta ciciku sekalian dari sekapan musuh."
"oooh, tentu saja ...." Thian cun yang manggut-manggut.
"Malah jalan pemikiranku lebih hebat lagi, seandainya pukulan
kita dibukit Cian san kali ini berhasil dengan sukses, bisa jadi segala
kerepotan yang dilakukan orang-orang di siau lim si saat ini bakal
sia-sia." "Tentu saja" sambung oh Kui sam.
" Kalau gebrakan kita berhasil, anggap saja kita memang tidak
menyia-nyiakan nama besar serta kemampuan yang diperjuangkan
leluhur kita dimasa lalu, namun kalau gagal, pamor kita bakal hancur
berantakan." Kemudian setelah berhenti sebentar, katanya lagi.
" Lantas kapan kita akan berangkat?"
Thian cun yang termenung sebentar lalu katanya :
"Bagaimana kalau besok pagi?"
"Baiklah, besok pagi kita berangkat"
"Kini waktu berangkat telah ditentukan, mari kita rundingkan
kembali bagaimana caranya untuk menempuh perjalanan?"
"Berangkat ya berangkat, memangnya kau ingin naik tandu atau
menunggang keledai?" tanya oh Kui sam keheranan.
Thian cun yang mengerling sekejap kearah rekannya, lalu berkata
: "Kau jangan salah artikan perkataanku itu, kita kan semuanya
berjumlah lima orang, bukan saja sasarannya menjadi lebih besar,
perjalananpun pasti ditempuh amat lambat, lebih baik kita membagi
diri menjadi dua rombongan saja."
dengan cepat oh Kui sam memahami tujuan rekannya itu,
sahutnya dengan cepat. "Benar, benar, perkataan ini memang
masuk akal" dengan wajah bersemu merah, Beng Gi ciu sebera
berseru : "Kalau begitu biar aku dan siau wan berada satu rombongan
dengan empek Thian" "Waaaah ..... tidak bisa, aku tak ingin berada satu rombongan
denganmu ....." tolak Thian cun yang sambil menggelengkan
kepalanya berulang kali. sambil tertawa bergelak, oh Kui sam
berseru pula : "Hey budak. kami berdua sudah terbiasa menempuh perjalanan
bersama, masa kau ingin memencarkan kami berdua ?"
Air muka Beng Gi ciu berubah makin memerah, kali ini dia
terbungkam dalam seribu bahasa.
Kembali oh Kui sam berkata :
"Biar yang muda berkumpul dengan yang muda, yang tua
berkumpul dengan yang tua, sebab baru namanya cocok dan serasi,
saudara Cun yang, tentunya kau tak merasa keberatan bukan
dengan pembagian ini ?"
"ooooh tentu saja, tentu saja ....." sahut Thian Cun yang sambil
manggut-manggut. "Kami berdua memang tak bisa dipisahkan satu sama lainnya,
bagaikan kuali dengan tutupnya, tak seorangpun bisa memisahkan
kami berdua ..... nah keponakanku, kau toh berkunjung ke bukit
Ciansan, menurut pendapatmu dimanakah kita akan bersua muka ?"
setelah berpikir sesaat, dengan wajah serba salah, akhirnya Beng
Gi ciu berkata lirih : "Bagaimana kalau dilembah belakang puncak bukit Cian san ?"
"Bagus kentongan kedua esok malam kita akan bersua lagi
ditempat tersebut." Keesokan harinya dengan perasaan berat hati keluarga pemburu
Lan melepas keberangkatan jago-jago tersebut hingga tiba didepan
dusun. setelah menempuh perjalanan lebih kurang setengah li kemudian
didepan situ muncul sebuah persimpangan jalan.
Mendadak Thian cun yang menghentikan langkahnya seraya
berkata : "Kita harus berpisah sekarang "
Tanpa sadar muka Beng Gi ciu dan Kho Beng sekalian berubah
menjadi merah jengah, sebaliknya Thian cun yang dan oh Kui sam
segera tertawa terbahak-bahak. dengan sekali lompatan saja mereka
berdua telah berlalu dari situ.
Lebih kurang empat, lima puluh kaki kemudian kedua orang tua
ini berhenti ditengah sebuah hutan lebat.
dengan kening berkerut oh Kui sam sebera menegur :
"Hey kenapa" Sudah lelah?"
"Auuuuh, kalau baru berjalan berapa langkah sudah merasa lelah,
buat apa aku berkelana terus didalam dunia persilatan ?"
" Lantas mengapa menghentikan perjalanan?" sambil tertawa
Thian cun yang balik bertanya,
"Kau anggap kita akan benar-benar berpisah jalan dengan
mereka ?" "Lho .... bukankah ede tersebut muncul dari benakmu ?" suara oh
Kui sam keheranan. " Kenapa kau berubah pikiran lagi sekarang ?"
"Aku bukannya berubah pikiran, tapi mempunyai maksud lain, "
tertawa Thian cun yang nampak misterius.
"Hmmm, tak sedikit akal busukmu, maksud apa lagi yang kau
kandung ?" " Untuk kepentingan keponakan kita, apalagi mereka harus
menempuh perjalanan bersama kita berdua, sudah bisa diramaikan
tingkah laku mereka bakal kaku sekali, padahal diantara mereka
berdua tentu mempunyai banyak urusan peribadi yang hendak
diutarakan, lalu apa artinya kita bedua menjadi pengganjal mata
yang tak sedap untuk mereka berdua."
"Ya a betul, betul Itulah sebabnya aku menyetujui usulmu tadi
dan menempuh perjalanan secara terpisah, tapi kau ....."
"Membiarkan mereka menempuh perjalanan sendiripun rasanya
tak tega, "sela Thian cun yang, "sebab kita cukup tahu betapa licik
dan kejinya si manusia laknat Ui sik kong. manusia semacam ini bisa
saja melakukan perbuatan macam apapun, andaikata mereka
sampai terjadi apa-apa bukankah kita bakal menyesal sepanjang
masa ?" "Bagaimana sih kau ini ?" oh Kui sam segera menghentakkan
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kakinya keatas tanah. "Mengapa kau menguatirkan yang bukanbukan
" Lantas apa rencanamu selanjutnya?"
"Nah, disinilah letak kehebatan dari usulku tersebut, ibaratnya
sekali timpuk mendapat dua hasil, bukan saja kita tak menjadi
pengganjal mata untuk mereka, kita pun tak usah kuatir mereka
mengalami kejadian yang diluar dugaan." oh Kui sam segera
melototkan matanya bulat-bulat, teriaknya :
"Hey tua bangka, sudah cukup aku dipermainkan habis-habisan,
sudah bisa kutebak, rupanya kau hendak menguntil mereka lagi
secara diam-diam?" Thian Cun yang sebera tertawa berkelak :
"Haaah ..... haaaahh ..... haaahh ..... tuh lihat mereka sudah
pergi jauh, ayo kita cepat menyusulnya."
"Kau betul-betul hebat, tak ubahnya seperti rase tua" puji oh Kui
sam sambil tertawa gembira.
Begitulah, mereka berdua tak membuang waktu lagi, bagaikan
dua gulung hembusan angin puyuh, dengan cepat mereka
berkelebat menuju kedepan.
^ooooooo Kho Beng merasa amat tak tentram hatinya melihat kepergian
Thian cun yang berdua. Seandainya diantara mereka tak pernah ada ikatan pertunangan,
menempuh perjalanan bersama bukanlah masalah yang terlalu
merisaukan, tapi setelah adanya ikatan tersebut, ia justru merasa
agak rikuh. Akan tetapi dila teringat si nona yang cantik jelita bak bidadari
dari kahyangan ini sudah menjadi istrinya yang tercinta, dari hati
kecilnya timbul pula perasaan gembira yang tak terlukiskan dengan
kata-kata. Akibatnya untuk sesaat dia menjadi termangu-mangu dan berdiri
mematung bagaikan orang bodoh.
Beng Gi ciu yang menyaksikan hal tersebut menjadi amat geli,
tanpa terasa ia tertawa cekikikan.
Suara tertawanya dengan cepat menyadarkan kembali Kho Beng
dari lamunannya, dia memandang sekejap sekeliling tempat itu, lalu
katanya sambil tertawa rikuh : "Nona, mari kita berangkat"
Beng Gi ciu manggut-manggut dan segera berangkat duluan.
siau wan yang dihari-hari biasa banyak bicara dan lincah,
berhubung benaknya selalu dipenuhi ucapan Thian cun yang yang
mengatakan dia adalah bini muda Kho Beng, akibatnya dayang yang
lincah ini menjadi jarang berbicara dan membungkam terus. selama
ini dia hanya mengikuti disamping Beng Gi ciu tanpa mengucapkan
apapun. Hampir dalam dua jam berikut, ketiga orang itu tetap berjalan
dengan mulut terbungkam. Mendekati tengah hari, sinar surya memancar dengan terik diatas
langit, mendadak Beng Gi ciu menghentikan perjalanannya dan
menjatuhkan diri duduk diatas batu dalam hutan.
Melihat itu Kho Beng ikut menghentikan langkahnya, lalu
menegur : "Nona, apakah kau lelah?"
Tanpa berpaling Beng Gi ciu menjawab :
"Bukan cuma lelah, perutku terasa lapar"
sambil tertawa Kho Beng sebera berkata :
"Tak jauh didepan sana adalah dusun Pit kho ceng, bagaimana
kalau kita beristirahat didusun tersebut?"
"Baiklah" sikap dan jawaban si nona yang hambar segera menimbulkan
perasaan yang amat tak sedap dalam hati kecil Kho Beng, pikirnya
tanpa sadar : "Waaaah ..... susah amat melayani gadis keturunan orang
kenamaan ..... sekarang saja sikapnya sudah panas dingin tak
menentu, entah bagaimana sikapnya setelah kawin secara resmi
nanti?" Tapi bila teringat Beng Gi ciu adalah tuan penolong yang telah
menyelamatkan jiwanya, apalagi ikatan jodoh itupun dilakukan oleh
Thian cun yang serta oh Kui sam, pemuda kita merasa wajib untuk
mengalah berapa bagian kepada gadis tersebut. sementara dia
masih termenung, terdengar Beng Gi ciu menegur lagi dengan dingin
: "Mengapa secara tiba-tiba kau berubah seperti patung?" Kho
Beng agak tertegun, sahutnya tergagap :
"Maksud nona" "Hmmm, coba kau lihat tampangmu sewaktu berdiri disitu,
emangnya tidak mirip kayu saja" Kalau memangnya ingin
beristirahat kenapa tidak duduk?"
"Aku tidak lelah" sahut Kho Beng terbata-bata.
Perkataan ini memang sejujurnya sebab bagi pemuda kita
biarpun harus menempuh perjalanan sehari semalampun belum
tentu dia akan merasa lelah.
Padahal Beng Gi ciu sendiripun tidak merasa lelah, hanya
disebabkan rasa tak senangnya maka dia sengaja duduk untuk
mengambek. Diam-diam Kho Beng menghela napas panjang, sambil
memaksakan diri untuk tertawa katanya kemudian : "Baiklah, biar
akupun duduk" Maka diapun mengambil tempat duduk disebuah batu yang
berada disisinya. Waktu itu diatas sebatang pohon, lebih kurang dua puluh kaki
dibelakang ketiga orang itu, Thian Cun yang dan oh Kui sam sedang
bersembunyi disana. Kalau Thian Cun yang masih tersenyum simpul, maka oh Kui sam
dengan wajah serius berbisik kepada rekannya dengan ilmu
menyampaikan suara : "Aku lihat keadaan sedikit kurang beres"
"Apanya yang tidak beres?" Thian Cun yang balik bertanya
dengan ilmu menyampaikan suara pula.
"Hmmm, matamu belum lamur, telingamu belum tuli, masa kau
masih juga belum tahu."
Bersambung ke jilid 40 Jilid 40 "Kau berani bertaruh denganku?" tiba-tiba Thian cun yang
menantang dengan senyum misterius.
"Bertaruh" Hmmm, kenapa tak berani?"
"Kujamin hubungan mereka akan berubah menjadi amat erat
bagaikan lem, bagaimana kalau kita bertaruh dengan semeja
perjamuan saja?" "Baik, kita bertaruh ......"
Sambil menunjuk kedepan Thian cun yang berkata :
"Hasil taruhan kita segera akan diketahui siapa pemenangnya,
aku lihat kau pun bakal menjamuku tengah hari nanti."
"Asal aku bisa melihat hubungan mereka erat seperti lem dan
bukan seperti air dan api, biar mesti mentraktir makan dirimu pun
aku kalah dengan hati rela." kata oh Kui sam serius.
Sementara kedua orang itu masih berbincang-bincang, medadak
tampak Beng Gi Ciu-menghela napas sedih :
Oh Kui sam segera berbisik pula sambil menghela napas :
"coba kau lihat, keadaannya semakin lama semakin bertambah
runyam, bila keponakan kita merasa puas dengan bocah muda she
Kho itu, mengapa setelah ditunangkan ia justru berkeluh kesah?"
"Aaaah, terlalu awal untuk mengatakan demikian, " bantah Thian
cun yang sambil tertawa. Dalam pada itu Kho Beng telah berpaling sambil bertanya : "Nona
...... mengapa kau berkeluh kesah?"
sekali lagi Beng Gi ciu menghela napas panjang, katanya : "Aku
mengeluh karena nasib ku jelek."
"Nona ...... aku cukup memahami maksudmu ...." kata Kho Beng
gelagapan. "setelah bertemu dengan Thiam dan oh cianpwee nanti, aku pasti
akan menyelesaikan secara baik-baik, pasti ........"
"Apa yang kau ngaco belokan?" tukas Beng Gi ciu cemas. dengan
wajah serius Kho Beng berkata :
"Sudah pasti lantaran aku tak pantas mendampingi nona, maka
nona baru merasa masgul dan berkeluh kesah, itulah sebabnya ......"
Beng Gi ciu mendengus kembali, tukasnya :
"Apa maksudmu aku pun mengerti, kenapa aku pergunakan katakata
seperti itu untuk menghadapi aku?" Kho Beng tertawa getir.
"Nona, apa yang kau artikan dengan perkataan itu" Dan dimana
letak kesalahan dalam ucapanku ini?" Beng Gi ciu mendengus :
"Hmmm, terus terang kau yang merasa diriku tak pantas menjadi
binimu, kenapa malah mengembalikan perkataan tersebut
kepadaku" Aku tahu kau merasa sungkan untuk menampik
perjodohan ini dihadapan empekku berdua, maka secara sengaja
kau bersikap dingin kepadaku, aku cukup memahami keadaanku
sendiri, biar aku saja yang mengusulkan untuk membataikan ikatan
perkawinan ini." oh Kui sam yang bersembunyi dua puluh kaki dari tempat
kejadian itu jadi terkejut, pucat pias selembar wajahnya, sambil
menggigit bibir katanya kemudian :
"Waaah ..... waaah ....bakal bubar sungguhan coba lihat,
hubungan mereka seperti air dan api, aku menang taruhan tapi
kemanakah mesti kutaruh mukaku ini bila bertemu kembali dengan
Beng toako dialam baka nanti?"
Namun Thian cun yang masih tetap tenang, malah katanya
sambil tersenyum : "Tak usah keburu panik, pembicaraan diantara
mereka toh belum selesai."
sementara itu paras muka Kho Beng telah berubah hebat, dengan
suara lantang ia sebera berseru :
"Nona, aku tak berani menerima tuduhan mu itu, bila Kho Beng
benar-benar mempunyai pikiran yang seperti apa yang nona
tuduhkan, biarlah Thian mengutukku dan membiarkan aku..."
Belum lagi kata "mampus" sempat diucapkan, Beng Gi ciu telah
melompat maju sambil menutup mulut Kho Beng dengan tangannya.
dengan wajah tertegun Kho Beng menghentikan
pembicaraannya, sedang Beng Gi ciu juga merasakan perbuatannya
kelewat mesra, dengan wajah bersemu merah cepat-cepat dia
mundur kembali. setelah agak tertegun beberapa saat, Kho Beng kembali berkata :
"Nona, mengapa kau tidak mengijinkan diriku untuk melanjutkan
perkataan tersebut."
" Hanya masalah kecil saja kenapa kau mesti mengangkat
sumpah?" sahut Beng Gi ciu lirih.
"Untuk menunjukkan ketulusan hatiku, kalau tidak mengangkat
sumpah lantas apa yang mesti ku perbuat?"
"Jadi tuduhanku tidak benar?"
"Aku bukan manusia yang lain dibibir lain dihati, bila aku benarbenar
merasa tak puas dengan perkawinan ini, secara langsung
lamaran dari Thian dan oh locianpwee akan kutampik, setelah
kusanggupi berarti sampai matipun pendirianku tak bakal berubah."
Kembali paras muka Beng Gi ciu menjadi merah padam, katanya
kemudian : "jadi ..... kau ..... kau sungguh-sungguh" Bukan lagi
membohongi diriku?" "seharusnya nona percaya dengan perkataanku?" Kho Beng
berkerut kening. sekulum senyuman yang manis dan mesra segera tersungging
diujung bibir Beng Gi ciu, kembali ujarnya :
"Kalau memang benar begitu, mengapa sikapmu begitu dingin
dan hambar?" "Bagaimna mungkin hal ini bisa terjadi" Kalau dibilang bersikap
dingin dan hambar, seharusnya sikap nonalah yang dingin dan
hambar sekali terhadapku"
"Hmmm, kalau berbicara harus tumbuh dari hati kecil yang jujur,"
seru Beng Gi ciu sambil cemberut, "Coba kutanya, kau memanggil
apa kepadaku?" "Memanggil nona"
Beng Gi ciu segera mendengus dingin :
"Hmmm, tapi apa pula hubungan kita sekarang" Bukankah kau
sengaja bersikap dingin dan menjauh kepadaku?"
dengan cepat Kho Beng memahami arti perkataan gadis itu,
buru-buru ia memukuljidat sendiri sambil berseru :
"Aaaah ..... rupanya memang aku yang bersalah, tapi berhubung
kita belum menikah secara resmi, aku kuatir bersikap kelewat mesra
maka dari itu aku menyebutmu ........"
Tapi setelah berhenti sejenak. buru-buru sambungnya lagi :
"Kalau memang begitu biarlah aku mengganti dengan sebutan
lain, tapi ...... aku mesti memanggilmu apa?"
"Mana kutahu?" seru Beng Gi ciu sambil berpaling kearah lain.
Kho Beng berpikir sebentar, mendadak serunya sambil tertawa :
"Adik Ciu ...... terimalah hormat dari kakandamu"
sambil berkata, ia betul-betul menjura dalam-dalam :
siau wan yang berdiri disamping tak dapat menahan diri lagi dan
segera tertawa cekikikan.
Beng Gi ciu pun berusaha menahan rasa gelinya, sambil
mendengus ia berseru : "Huuuh, usil"
oh Kui sam yang berada dua pulu kaki dari tempat kejadianpun
menjadi sangat gembira, tak kuasa lagi ia berteriak menirukan lagak
suara Kho Beng : "Adik Ciu ..... terimalah hormat dari kakandamu Haaaahh ......
haaaahh ...... haaaahh"
Gelak tertawanya amat keras bagaikan guntur yang menggelegar
ditengah hari bolong, suaranya sampai menggema beberapa li
jauhnya. Kho Beng menjadi malu sekali, dengan wajah tersipu-sipu
serunya : "Aduh celaka, rupanya kedua orang tua itu tidak pergi secara
sungguhan, rupanya mereka menguntil dibelakang kita secara diamdiam."
"Jangan perduli mereka, mari kita lari" sahut Beng Gi ciu dengan
wajah merah padam pula seperti kepiting rebus.
Berada dalam keadaan dan situasi seperti ini, Kho Beng merasa
rikuh sekali untuk bersua dengan Thian cun yang serta oh Kui sam,
sehingga dia justru berharap Beng Gi ciu mengusulkan hal itu.
Maka tanpa membuang waktu lagi, cepat-cepat dia beranjak
pergi meninggaikan tempat tersebut.
Beng Gi ciu dan siau wan tak ketinggalan, mereka menyusul pula
dibelakangnya, dalam waktu singkat bayangan tubuh mereka bertiga
sudah lenyap dari pandangan. Thian cun yang segera menarik
tangan oh Kui sam sambil menegur : "Mengapa sih kau tak dapat
menahan diri, coba lihat, mereka kabur karena jengah" oh Kui sam
berusaha menghentikan gelak tawanya, dengan wajah berseri ia
berseru : "Puas ..... puas .......hatiku benar-benar puas, dengan begitu
akupun tak usah kuatir lagi."
"Tapi kau telah kalah bertaruh, berarti harus mentraktir aku
makan satu meja" "Jangan lagi cuma semeja, biar sepuluh meja pun aku rela
seratus persen" Tak lama kemudian sampailah mereka didusun pit keh ceng.
Pit keh ceng adalah sebuah dusun dengan lebih kurang dua ratus
kepala keluarga, tempat itu merupakan persimpangan jalan utara
dan selatan, karenanya banyak pedagang yang berlalu lalang disitu,
suasana amat ramai. Ketika menyusul kedalam dusun, Thian cun yang berdua
menyaksikan Kho Beng sekalian bertiga telah memasuki sebuah
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
rumah makan, maka mereka pun mencari tempat duduk dekat
jendela dirumah makan seberang, dari situ mereka dapat mengaasi
pintu depan rumah makan dengan jelas.
dengan perasaan gembira, Thian Cun yang berseru : "sekarang
kita boleh makan minum dengan perasaan lega."
dengan cepat oh Kui sam memesan satu meja penuh hidangan
yang lezat kemudian mereka berdua pun mulai bersantap dengan
lahapnya sambil mengawasi pintu gerbang rumah makan seberang
jalan. sementara itu Kho Beng sekalian bertiga pun mencari tempat
duduk yang agak longgar diatas loteng, kemudian dengan pikiran
agak ringan tanyanya : "Adik Ciu, apakah kau ingin minum barang
dua cawan arak?" Beng Gi ciu menggeleng.
"Lebih baik pesan saja hidangan seadanya, selesai bersantap kita
harus segera bersantap."
"Hari masih cukup pagi, kenapa kita mesti tergesa-gesa
menempuh perjalanan?"
" Kedua orang tua itu sudah mempermainkan kita, maka kita
harus balas mempermainkan mereka berdua."
Mendengar itu, Kho Beng segera tertawa.
"sudah dapat dipastikan kedua orang cianpwee sedang bersantap
dirumah makan sekitar sini, bila kita menempuh perjalanan dengan
tergesa-gesa sudah pasti mereka tak jadi makan."
"Tidak akan kubuat agar mereka sama sekali tidak dapat
menemukan diri kita lagi" kata Beng Gi ciu cepat.
Buru-buru Kho Beng menggelengkan kepalanya berulang kali,
ujarnya : "Aku rasa hal ini sulit sekali, tak nanti mereka berdua akan
melepaskan kita dengan begitu saja."
"Tak usah kuatir" hibur Beng Gi ciu sambil tertawa, "tanggung
kita akan berhasil" Kho Beng tidak banyak berbicara lagi, dengan cepat dia memesan
hidangan yang tersedia dalam waktu cepat, begitu selesai bersantap
mereka pun membereskan rekening dan turun kebawah.
Namun ketika Kho Beng hendak melangkah keluar dari rumah
makan itu, mendadak Beng Gi ciu menariknya sambil berbisik :
"Tunggu dulu" dengan wajah tertegun Kho Beng berkata :
"Bukankah adik Ciu ingin cepat-cepat menempuh perjalanan"
Mengapa kau ....." "Benar, kita memang akan menempuh perjalanan sekarang
juga," tukas si nona cepat.
"tapi bila kita keluar dengan begitu saja, sudah dapat dipastikan
jejak kita akan mereka ketahui, itu berarti untuk meninggalkan
mereka pun jadi amat sulit, karenanya kita tak boleh keluar lewat
pintu muka." Kemudian tanpa menunggu Kho Beng berbicara, ia telah
berpaling kearah seorang kacung berusia sepuluhan tahun sambil
tanyanya : "Apakah rumah makan kalian mempunyai pintu
belakang?" "Pintu belakang?" kacung itu membelalakkan matanya bulatbulat,
dengan wajah tak habis mengerti serunya, "Mengapa kek
koan tidak lewat pintu muka?"
dengan cepat Beng Gi ciu menyerahkan sekeping uang perak
ketangannya sambil menyahut "Kami senang lewat pintu belakang"
Terkejut bercampur girang kacung itu, segera serunya :
"ooooh .....ada, ada ......silahkan kek koan mengikuti hamba"
sambil tersenyum Beng Gi ciu segera mengikuti kacung itu
menuju kebelakang, setelah melalui dua beranda sampailah didepan
sebuah pintu yang menghubungkan tempat itu dengan sebuah
lorong kecil. Mereka bertiga segera saling berpandangan sambil tersenyum,
kemudian dengan cepat menelusuri lorong kecil itu.
Tak selang berapa saat kemudian, mereka bertiga telah berada
diluar dusun pit keh ceng.
Beng Gi ciu berpaling memandang sekejap kebelakang, kemudian
katanya sambil tertawa : "Empek oh adalah seorang yang jujur, dia
tak akan mempunyai pikiran yang tidak-tidak. sebaliknya empek
Thian meski lebih banyak tipu muslihatnya, namun diapun orang
yang amat jujur, sehingga tak nanti mereka akan menyangka kalau
kita berbuat demikian."
Maka berangkatlah ketiga orang itu menempuh perjalanan
dengan amat cepat. Mendekati lohor sampailah mereka disebuah tanah yang datar,
sejauh mata memandang hanya pepohonan yang rimbun tumbuh
disana sini, sementara sinar surya sore membiaskan cahaya
berwarna merah. sambil memandang sekejap sekeliling tempat itu, Kho Beng
berkata dengan kening berkerut :
"Rasanya kita belum pernah sampai ditempat seperti ini, padahal
menurut perhitungan seharusnya bukit Cian san sudah terlihat
didepan mata" siau wan yang selama ini membungkam
membungkam, segera menyela : "Mungkin saja kita sudah tersesat"
Tapi Beng Gi ciu tidak ambil peduli, katanya cepat :
"Arah yang ditempuh tidak salah, sekalipun tersesat rasanya pun
tak bakal terlalu jauh, asal kita mencari penduduk disekitar sini dan
mencari keterangan dari mereka, rasanya sebelum kentongan kedua
nanti kita sudah tiba dibukit Cian san."
Perkataan ini memang ada betulnya juga, namun kemanakah
mereka harus mencari rumah penduduk yang terpencil seperti ini"
Jangan lagi penduduk. orang yang berlalu lalangpun tak nampak
seorang pun. Namun mereka bertiga masih tetap meneruskan perjalanannya
menuju kedepan. Setelah berjalan lebih kurang tiga li kedepan, matahari telah
tenggelam sama sekali dilangit barat, kegelapan malam pun lambat
laun mulai menyelimuti seluruh angkasa, pemandangan disekeliling
sepuluh kaki sudah amat sulit untuk terlihat jelas. Mendadak Beng Gi
ciu menunding kedepan dan serunya sambil tertawa : "Coba kalian
lihat, apakah itu?" "Hah, kuil" sorak siau wan dengan nada gembira.
Kho Beng pun sudah melihatnya dengan jelas, ternyata dibalik
hutan disisi kanan jalan tampak sebuah bangunan kuil berdiri angker
diantara pepohonan. sambil tersenyum, Beng Gi ciu berkata lagi :
"Asal kita minta keterangan dari penghuni kuil tersebut, dengan
cepat jalan menuju kebukit Cian san akan kita temukan."
Tanpa menunggu jawaban lagi, dengan cepat ia meluncur lebih
dulu menuju kehutan tersebut.
Kho Beng dan siau wan sebera menyusul dari belakang dan
bersama-sama menerobos hutan menuju kuil tersebut.
Tapi setelah tiba didepan kuil tadi, mereka baru menemukan
kalau kuil itu cuma sebuah sisa kuil yang sudah lama dtinggalkan
dan terbengkalai, bangunan sebelah muka masih nampak utuh,
namun pintu gerbang sudah roboh sedang papan namapun telah
hilang. Beng Gi ciu merasa amat kecewa, baru saja mereka bertiga
bermaksud meninggalkan tempat itu, mendadak terdengar suara
rintihan lirih bergema datang dari balik ruangan.
suara tersebut kedengaran aneh sekali, seperti suara tintihan
orang kesakitan, seperti juga dengus napas binatang buas.
Kho Beng memandang sekejap wajah Beng Gi ciu, lalu bisiknya ":
"Mari kita masuk kedalam memeriksa ......."
Beng Gi ciu mengangguk tanpa menjawab, maka dipimpin Kho
Beng berangkatlah mereka bertiga memasuki kuil tersebut.
sarang laba-laba kelihatan tersebar dimana-mana, debu amat
tebal menyelimuti lantas, rumput ilalang tumbuh liar, suasana disana
terasa mengenaskan. Walaupun gedung utamanya masih tegak berdiri, namun patung
didalam ruangan sudah porak poranda tak utuh, kelihatannya paling
tidak sudah sepuluh tahun kuil tersebut dibiarkan terbengkalai.
Kho Beng mencoba untuk memasang telinga dan memperhatikan
sumber suara aneh itu, dengan cepat ia ketahui suara tadi berasal
dari sebuah ruangan disebelah kanan.
Maka tanpa menunggu persetujuan Beng Gi ciu lagi, ia segera
melangkah masuk kedalam ruangan.
Begitu berada dalam kamar, pemuda kita segera menemukan
sumber suara tersebut. Ternyata disudut ruangan sana berbaring
seorang kakek berusia enam puluh tahunan.
Dalam sekilas pandangan saja, Kho Beng sudah tahu kalau jalan
darah orang itu sudah tertotok.
Kakek itu tak dapat berbicara, tubuhnya tak mampu berkutik,
hanya dari tenggorokannya mengeluarkan suara dengan napas yang
sangat aneh. Tatkala melihat kedatangan Kho Beng, sepasang biji matanya
segera berputar dan dialihkan kewajah pemuda kita dengan harapan
minta tolong. Kho Beng kelihatan agak sangsi, sambil berpaling kearah Beng Gi
ciu katanya : " orang ini pasti telah dianiaya seseorang dan sengaja
ditinggalkan didalam kuil ini, kalau kita tidak menolongnya, mungkin
dia bakal mati kelaparan disini, apakah kita ....." sambil tertawa Beng
Gi ciu sebera menukas. "Bukan soal besar, lebih baik engkoh Beng memutuskan sendiri,
kenapa mesti bertanya kepadaku?"
Kho Beng tertawa, dengan cepat dia menggetarkan tangannya
melepaskan beberapa desingan serangan, dalam waktu singkat lima
buah jalan darah didepan dada sikakek yang tertotok telah
dibebaskan semua. Mungkin karena jalan darahnya sudah lama tertotok maka
walaupun sudah dibebaskan kakek itu masih berbaring diatas tanah
dengan napas tersengal-sengal.
Kejadian ini menumbuhkan perasaan iba dalam hati kecil Kho
Beng, tanpa sadar ia berjongkok disisinya dan menempelkan telapak
tangan kanannya diatas jalan darah Ki hay hiat, segulung hawa
murni pun dengan cepat menyusup kedalam tubuh kakek itu.
dengan bantuan tenaga dalam Kho Beng, lambat laun kakek itu
dapat mengatur pernapasan sendiri, air mukanya pun lambat laun
berubah menjadi merah segar, akhirnya dia melompat bangun dan
duduk bersila. dengan perasaan kasihan, Kho Beng bertanya :
"Mengapa jalan darah lotiang ditotok orang sehingga tersekap
disini?" Kakek itu menghela napas panjang :
"Aaaai ..... panjang sekali untuk diceritakan, sejak dibokong
orang sampai kalian temukan kembali, paling tidak aku sudah lima
jam lamanya tersekap dalam kuil ini, andai kata sauhiap tiak
menolong, sudah dapat dipastikan aku bakal mampus disini."
Kemudian setelah berhenti sejenak. tanyanya lagi : "Boleh aku tahu
siapa nama sauhiap?"
"Aku Kho Beng" "Kho Beng ..... "berubah hebat paras muka kakek itu, agak
tertegun ia menegaskan, "Apakah Kho Beng .... Kho sauhiap
keturunan dari perkampungan Hul im ceng?"
"Yaa benar" Kho Beng mengangguk,
"dari mana lotiang tahu tentang diriku?"
sambil memaksakan diri untuk tertawa, kakek itu berkata :
"Haaahh .....haaahh .....haaaahh ..... dewasa ini Kho sauhiap
sudah menjadi manusia yang paling termashur dalam dunia
persilatan, sebagai anggota persilatan mana mungkin aku tidak
mengenali nama Kho sauhiap?"
" Kakek terlalu memuji ...... tapi siapakah namamu dan mengapa
dicelakai orang ditempat ini?"
"Aku .....aku dari marga Go bernama Pou han ..." sahut kakek itu
agak tergagap. "Aaaai, sewaktu lewat disini pagi tadi, aku telah bertemu dengan
seorang sobat lama yang mengajakku datang kekuil ini, siapa
sangka disaat aku tidak terlalu memperhatikan, ia telah menotok
jalan darahku" " Kalau memang orang itu dikenal, mengapa dia membokong
dirimu?" tanya sang pemuda tak habis mengerti.
Kembali kakek itu menghela napas.
"Aaaai ..... inilah yang disebut hati orang susah diduga."
setelah menghela napas panjang, kembali dia melanjutkan :
" Ketika aku masih sering berkelana diwilayah barat laut dulu, aku
pernah dibegal oleh seorang perampok ulung, namun orang itu
bukan tandinganku sehingga dalam pertarungan yang kemudian
terjadi lengan kirinya berhasil kukuntungi."
"Kalau begitu dia seharusnya musuh besarmu, bukan teman
lamamu?" sela Kho Beng. dengan cepat kakek itu menggeleng.
"setelah lengan kirinya berhasi kukutungi, ternyata dia merasa
amat menyesali perbuatannya, dikatakan keluarganya sangat miskin
sehingga tak punya uang untuk memelihara ibunya yang tua, karena
Manusia Yang Bisa Menghilang 2 Munculnya Jit Cu Kiong ( Istana Mustika Matahari) Seri Pengelana Tangan Sakti Karya Lovelydear Bentrok Para Pendekar 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama