Ceritasilat Novel Online

Kedele Maut 19

Kedele Maut Karya Khu Lung Bagian 19


keadaan yang mendesaklah maka dia menjadi begal.
Waktu itu aku merasa terharu mengingat dia berani mengakui
kesalahannya serta bersedia untuk bertobat, lagipula mengingat rasa
baktinya untuk membiayai hidup ibunya yang tua, maka bukan saja
memberi nasihat agar dia mau bertobat, malah kuberi juga bekal
hidup, Waktu itu dia berlalu dengan rasa terima kasih yang amat sangat.
Itulah sebabnya ketika bersua kembali hari ini, aku sama sekali tidak
menaruh curiga kepadanya, siapa tahu dia justru mempunyai niat
jahat." dengan rasa penasaran, Kho Beng segera berseru : "orang ini
benar-benar bedebah, siapa sih namanya?"
"Ia bernama .....bernama ..... "kembali kakek itu gelagapan.
Berapa saat kemudian, buru-buru dia berkata lebih jauh.
" Waktu itu dia memang sudah menyebutkan namanya, namun
aku tidak terlalu mengingatnya dihati sehingga namanya kulupakan."
"Aaah, itu bukan masalah penting, toh lengan kirinya jelas
terpapas kutung, ciri ini tak susah diketahui, bila kau bersua
dengannya dikemudian hari pasti akan kutuntut keadilan bagi
totiang." Kakek itu memutar biji matanya beberapa kali, mendadak
katanya lagi sambil menghela napas :
"Budi kebaikan Kho sauhiap tak akan kulupakan untuk
selamanya, tentang soal balas dendam .... aku rasa tak perlu
dirisaukan." " Kenapa?" "Aku selalu berprinsip bahwa kita hidup sebagai manusia, tak ada
salahnya untuk mengalah pada orang lain, begaimanapun juga toh
nyawaku tak sampai terenggut, kenapa pula aku mengingat-ingat
masalah tersebut didalam hati?" dengan rasa kagum Kho Beng
sebera berseru : "Tak nyana kau berjiwa besar dan berhati mulia, aku benar-benar
amat kagum ....." setelah berhenti sejenak, kembali ujarnya :
"Apakah lotiang kenal dengan jalanan disekitar tempat ini?"
"Kho sauhiap hendak kemana?" tanya kakek itu cepat.
"Bukit Cian san"
Kakek itu berpikir sebentar, lalu sahutnya :
"Pergilah kearah utara, setelah menempuh perjalanan sejauh
sepuluh li, maka bukit Ciansan akan sebera kelihatan ..... cuma aku
...... aaaaai ...." Tiba-tiba ia menghembuskan napas panjang dan membungkam.
dengan perasaan keheranan Kho Beng segera bertanya : "Lotiang
apa yang ingin kau sampaikan?"
"Walaupun aku sudah berterima kasih sekali atas pertolongan
dari Kho sauhiap. namun berhubung jalan darahku sudah tertotok
beberapa jam lamanya hingga kondisi badanku lemah sekali, maka
sebelum ajalku mungkin tiba, ingin sekali kutitip pesan akan satu
hal." "Ooooh, rupanya lotiang ingin meminta bantuan ku untuk
mengerjakan sesuatu" Kalau begitu katakan saja terus terang, asal
Kho Beng mampu melakukannya, tentu akan kukerjakan bagimu."
dengan rasa gembira, kakek itu sebera "Terima kasih banyak Kho
sauhiap. tapi ..... "
Ia melirik sekejap kearah Beng Gi ciu serta siau wan yang berdiri
disamping, kemudian tutup mulut dan tidak berbicara lagi
Kho Beng segera memahami maksudnya, kepada Beng Gi ciu
serunya cepat : "Adikku, tolong menyingkirlah dulu, mungkin kakek
ini ....." Beng Gi ciu tersenyum, tanpa mengucapkan sepatah katapun
bersama siau wan mereka menyingkir dari sana
Menanti kedua orang itu sudah mengundurkan diri dari ruangan,
sikakek buru-buru berbisik :
" Harap Kho sauhiap tempelkan telingamu kemari ..."
Kho Beng tidak berprasangka jelek. la benar-benar
membungkukkan badan dan menempelkan telinganya didepan mulut
kakek itu. Tapi disaat Kho Beng sedang menempelkan telinganya itulah,
tiba-tiba kakek itu menghimpun segenap tenaga dalamnya dan
mencengkeram lambung pemuda tersebut dengan lima jari yang
terpentang lebar. Tenaga dalam yang dimiliki kakek itu benar-benar sangat
tangguh, jangan lagi kelima jari tangan digunakan bersama, satu
jaripun sudah cukup untuk mencabik-cabik perut Kho Beng.
Dalam keadaan seperti ini, biarpun ilmu silat yang dimiliki Kho
Beng sangat hebat, namun oleh karena serangan yang dilancarkan
kakek itu amat mendadak lagipula dari jarak yang begitu dekat,
ditambah pula Kho Beng berada dalam keadaan tidak siap. menanti
ia sadar akan gelagat yang kurang menguntungkan, keadaan sudah
terlambat. Terdengar jeritan ngeri yang memilukan hati serta bergema
memecahkan keheningan. Namun yang terluka ternyata bukan Kho Beng, melainkan si
kakek yang berniat jahat itu.
Diatas telapak tangan kanannya kini telah muncul sebuah lubang
besar sementara disekelilingnya terlihat warna hitam pekat bagaikan
hangus terbakar. sambil tersenyum simpul Beng Gi ciu dan siau wan segera
menyelinap masuk kedalam ruangan.
sementara itu Kho Beng masih berdiri tertegun saking kagetnya,
peluh dingin jatuh bercucuran membasahi tubuhnya, sambil
memandang kearah Beng Gi ciu, katanya : "Adik Ciu, tak kusangka
kau telah menyelamatkan jiwaku sekali lagi." Beng Gi ciu tertawa.
"Sejak pertama kali tadi aku sudah menaruh curiga kepada tua
bangka celaka ini, sebab kulihat biji matanya berkeliaran aneh, paras
mukanya tak menentu, ditambah lagi pembicaraannya terbata-bata
seprti orang gugup, sudah jelas manusia semacam ini bukan
manusia baik hati, itulah sebabnya sedari tadi aku telah
mengawasinya dengan khusus"
Ternyata walaupun Beng Gi ciu sudah mengundurkan diri dari
kamar, namun secara diam-diam mereka bersembunyi dibalik
jendela sambil mengawasi keadaan dalam ruangan.
Ketika secara tiba-tiba ia menyaksikan kakek itu melancarkan
serangan yang mematikan, secepat kilat pula dia melepaskan sebuah
serangan Tang kim ci yang segera menembusi telapak tangan lawan.
dengan berlubangnya telapak tangan kanannya, kakek itu
meraung-raung kesakitan lalu roboh tak sadarkan diri dengan gemas
Kho Beng menyepak tubuh kakek itu keras-keras, sehingga kakek itu
sadar kembali dari pingsannya.
dengan suara dalam Kho Beng sebera menghentak :
"Antara aku she Kho dengan dirimu toh tak punya ikatan dendam
sakit hati, mengapa setelah kutolong jiwamu, kau malah berniat
menghabisi nyawaku?"
Kakek itu memejamkan matanya sambil menggertak gigi
kencang-kencang, mulutnya membungkam diri dalam seribu bahasa.
Beng Gi ciu berpikir sebentar, kemudian katanya :
"Mungkin saja orang ini adalah anak buah bajingan tua ui sik
kong" "Buat apa manusia tengik seperti dia dibiarkan hidup terus"
Nona, lebih baik ditusuk saja sampai mampus" bentak siau wan pula
dengan nada benci. dengan cepat Beng Gi ciu menggelengkan
kepalanya, ia berkata : "seandainya dia benar-benar adalah anak buah bajingan tua ui
sik kong, kita justru manfaatkan dirinya untuk mengorek keterangan
sedikit darinya, kenapa kita mesti biarkan ia mampus secara
mudah." "Yaa betul, perkataan adik Ciu memang tepat" dukung Kho Beng.
"Kita harus dapat mengorek keterangan dari mulutnya."
Mendadak tampak bayangan manusia berkelebat lewat, seorang
lelaki telah menerobos masuk kedalam kuil dengan melompati pagar
pekarangan. Kho Beng tertawa dingin ia segera menyambut
datangnya orang tersebut.
Tapi dengan cepat ia dibikin tertegun sebaliknya lelaki itupun
tertegun, kemudian teriaknya keras-keras : "Majikan kecil, kau ....."
Namun setelah sorot matanya memandang sekejap kewajah
Beng Gi ciu dan siau wan, cepat-cepat ia menutup mulut kembali.
Ternyata orang itu adalah si saudagar racun berkaki sakti, Chee
Tay hap. "Chee toako mengapa kau datang kemari?" tegur Kho Beng
cepat. Kemudian sambil menunding kearah Beng Gi ciu katanya lagi
: "Dia adalah keturunan dari Kim ka sian pemimpin tiga dewa, bila
hendak menyampaikan esuatu, katakan saja berterus terang."
dengan sikap amat menghormat chee Tay hap segera memberi
hormat kepada Beng Gi ciu, katanya :
"Rupanya nona Beng. Maaf .....maaf ...."
"sejak kapan majikan sampai disini" Apakah kau telah melihat si
pedang iblis penutup awan ciu Bu ki yang berhasil kutangkap?"
"Apa" orang ini hasil tawananmu, dia adalah Ciu Bu ki?" seru Kho
Beng dengan perasaan terperanjat. Cepat-cepat chee Tay hap
berkata : "siunta sakti Thio locianpwee berada ditebing oh llong nia
sepuluh li dari sini, tanpa disangka hamba telah bertemu dengan
bajingan tua ini dan akupun berupaya membekuknya hidup, hidup,
sebab dialah pembunuh yang telah menghabisi nyawa putra Kho Po
koan yang telah menjadi pengganti majikan. oleh sebab itu aku tak
berani bertindak sembarangan, barusan hamba pergi mencari Thio
locianpwee dengan maksud minta petunjuk."
"oooh, dia berada sepuluh li dari sini" apa dia bilang?" tanya Kho
Beng dengan wajah gembira.
dengan kening berkerut chee Tay hap berkata :
"sayang sekali kedatangan hamba terlambat selangkah, ia telah
berangkat ke siau lim si, itulah sebabnya buru-buru aku memburu
kembali kesini." dengan nada amat emosi Kho Beng berkata :
"Ternyata bajingan tua ini adalah Ciu Bu ki, sudah sejak lama aku
berniat akan membalaskan dendam bagi kematian tuan penolong
yang telah menggantikan aku mati, apa lagi diapun sudah
bermaksud mencelakai diriku secara keji. Hmmmm, hari ini dia tak
bisa dilepaskan dengan begitu saja."
selesai berkata dia segera menyelinap masuk kedalam kamar.
Chee Tay hap segera menyusul pula dari belakang, tapi apa yang
kemudian terlihat segera membuat hatinya tertegun.
Kho Beng tak sempat memberi penjelasan lagi, dengan gemas ia
menendang tubuh Ciu Bu ki keras-keras, lalu umpatnya :
"Binatang tua, sekarang apa lagi yang hendak kau katakan?"
Ketika Ciu Bu ki mendongakkan kepalanya dan melihat kehadiran
chee Tay hap. paras mukanya segera berubah hebat. ia berusaha
meronta lalu mengayunkan telapak tangannya keubun-ubun sendiri,
rupanya dia berniat menghabisi nyawa sendiri.
Tapi sayangnya Kho Beng bertindak lebih cepat, segulugn
desingan angin jari tangannya membuat jalan darah cian keng hiat
dibahu kiri dan kananya tersumbat sama sekali.
Berada dalam keadaan seperti ini ciuBu ki segera memejamkan
matanya rapat-rapat dan sambil menggigit bibir tidak berbicara lagi.
dengan penuh amarah Kho Beng membentak :
"Bajingan tua Ciu, pernahkah kau membayangkan bakal
mendapat akhir seperti ini?"
Akhirnya Ciu Bu ki membuka kembali sepasang matanya, dengan
nada setengah merengek pintanya :
"Kumohon ..... Kho sauhiap ..... berilah kematian yang lebih enak
kepadaku?" Kho Beng sebera mendengus dingin.
"Hmmm, apabila kau tidak membohongi diriku habis-habisan
serta berniat mencelakai jiwaku tadi, mungkin saja aku akan
mengabulkan permintaanmu ini, tapi sekarang ...." dengan suara
yang berat dan dalam, sepatah demi sepatah kata dia berkata :
"Aku hendak mempergunakan cara yang paling kejam dan buas
untuk menyiksamu sebelum mencabut nyawa anjingmu"
Chee Tay hap memandang sekejap kearah lubang yang
menembusi telapak tangan kanan ciu Bu ki itu dengan pandangan
tertegun, dia lebih tak mengerti lagi setelah menyaksikan amarah
Kho Beng yang berkobar-kobar, sekalipun dalam hati dia ingin
mengetahui keadaan yang sesungguhnya, namun rasanya rikuh
untuk menanyakan maka niat tersebut akhirnya diurungkan.
Agaknya Kho Beng dapat memahami perasaan chee Tay hap
ketika itu, secara ringkas dia menceritakan peristiwa yang baru saja
terjadi. Chee Tay hap ikut merasa mendongkol, katanya kemudian
dengan penuh amarah : "Manusia bedebah yang lebih rendah dari binatang ini memang
tak boleh dibiarkan hidup, aku rasa biarpun disiksa dengan cara
apapun masih terlalu keenakan baginya."
"Menurut chee toako, cara siksaan apakah yang terhitung paling
keji?" chee Tay hap memperhatikan sekejap keadaan kakek itu, lalu
katanya : "Bila berbicara menurut keadaan yang berada didepan mata, aku
rasa disiksa secara pelan-pelan boleh dianggap sebagai cara siksaan
yang cukup keji" "Baik" kata Kho Beng sambil mengangguk.
"Mari kita siksa bajingan ini secara pelan-pelan ..... bersediakah
Chee toako membantu aku untuk melaksanakan siksaan ini?"
"Hamba siap melaksanakan perintah" buru-buru Chee Tay hap
menyahut. dengan cepat ia mencengkeram tubuh Ciu Bu ki dan
diseretnya menuju kehalaman luar. ciu Bu ki segera menjerit-jerit
seperti babi yang mau disembelih, jeritnya :
"Kho sauhiap .....kumohon kepadamu sudilah memandang diatas
usiaku yang sudah tua .....berilah ....... berilah kematian yang
secepatnya untukku?"
Kho Beng tertawa dingin :
"Heee ....heeee ....heeehh ....sebetulnya aku orang she Kho
enggan membunuh orang secara sembarangan, lebih-lebih tak
berharap menyiksa orang dengan cara yang demikian keji, tapi
terhadap bajingan tengik seperti kau, terpaksa aku mesti melanggar
kebiasaanku itu" dengan cara yang kasar chee Tay hap telah menyeret Ciu Bu ki
keluar ruangan lalu mengikatnya diatas sebuah tiang besar,
kemudian dari pinggangnya ia mencabut keluar sebuah pisau belati
dan langsung ditusukkan keatas kakinya. setelah itu bentaknya
keras-keras : "Tua bangka Ciu, dalam seratus tusukan berikut, bila aku telah
mencabut nyawa anjingmu, kumohon arwahmu dialam baka nanti
tak usah marah kepadaku."
Jeritan ngeri yang memilukan hati pun segera bergema susul
menyusul, suara nyaring keras tapi cukup mendirikan bulu roma
orang ....Kepada Beng Gi ciu, Kho Beng segera berbisik : "Mari kita
menunggu diluar saja"
Beng Gi ciu manggut-manggut, dengan membawa siau wan
bersama-sama keluar dari kuil. sementara itu jeritan ngeri yang
memilukan hati masih bergema susul menyusul. sAmbil
menghembuskan napas panjang Kho Beng segera berkata :
"Adik Ciu, apakah kau menganggap perbuatanku ini kelewat
kejam dan tidak berperikemanusiaan" "


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Beng Gi ciu menggelengkan kepalanya berulang kali :
"Tidak Aku cukup memahami perasaanmu sekarang sebab
seandainya aku yang menghadapi masalah seperti dirimu kini
mungkin cara yang kupergUnakan akan jauh lebih kejam lagi."
Paling tidak sudah setengah jam lebih suara jeritan itupun dapat
didengar bahwa Chee Tay hap telah menusuk badannya paling tidak
seratus tusukan keatas, suara jeritan ngeri pun makin lama semakin
melemah dan bertambah lirih.
Akhirnya jerit kesakitan tersebut tak terdengar lagi, tampak chee
Tay hap dengan badan berlepotan darah berjalan keluar dari
halaman kuil dengan langkah lebar. sesudah memberi hormat
kepada Kho Beng katanya : "Hamba telah menyiksanya secara
pelan-pelan hingga akhirnya mampus."
"aku telah merepotkan chee toako saja," ujar Kho Beng sambil
manggut. "Tahukah chee toako bahwa ciciku telah disekap pihak partai
kupu-kupu diatas bukit Cian san?"
sambil menggigit bibir chee Tay hap mengangguk, katanya cepat
: " Hamba telah mendengarnya, hanya sayang kemampuan yang
hamba miliki terbatas sekali sehingga tak mungkin bisa menolong
nona untuk lolos dari bahaya, pagi tadi ketika hamba bertemu
dengan unta sakti Thio locianpwee, kami pun sempat membahas
persoalan ini, namun Thio locianpwee merasa dalam persoalan ini
tak boleh mengambil tindakan gegabah karena belum mengetahui
dimanakah majikan muda berada, itulah sebabnya Thio locianpwee
merasa lebih baik kekuil siau lim si serta menghadiri pertemuan
puncak para jago" "Lantas kemanakah chee toako hendak pergi sekarang?" tanya
Kho Beng kemudian. "Kemana majikan muda hendak pergi, sudah sepantasnya bila
hamba mengikutimu" sahut chee Tay hap segera.
Tapi dengan cepat Kho Beng menggelengkan kepalanya berulang
kali, katanya : "Tidak usah, lebih baik kau pun berangkat pergi ke
siau lim si" "Apakah majikan muda tak akan pergi kesana?"
"Terus terang saja kukatakan kepada Chee toako, saat ini aku
justru hendak berangkat kebukit Cian san"
chee Tay hap menjadi amat terperanjat, serunya gelisah :
"Bukankah bukit Cian san merupakan markas besar partai kupukupu
saat ini" Bila majikan muda berangkat kesana dengan kekuatan
yang begitu minim, bukankah keselamatan jiwamu jadi terancam?"
"Aku sudah beberapa kali mendapat penemuan aneh, ilmu silatku
telah memperoleh kemajuan yang amat pesat, berbicara menurut
kemampuanku sekarang, rasanya ketua partaikupu-kupu Ui Sik kong
pun sudah bukan tandinganku lagi, apalagi keberangkatanku kesana
kali ini bukan cuma seorang diri ...."
Kejut dan girang chee Tay hap segera berseru :
"Ooooh .... Thian benar-benar maha pengasih, tentunya .....
tentunya majikan muda hendak pergi kesana bersama-sama nona
Beng, bukan?" "Tapi ..... tapi bolehkah hamba turut serta?" Buru-buru Kho Beng
menjelaskan : "Selain .... nona Beng, keturunan dari Bu khek sian dan Thian lui
sian yakni Thian serta oh locianpwee pun akan bergabung dengan
diriku disitu, oleh sebab itulah kuanjurkan kepada Chee Tay hap agar
bergabung saja dengan orang-orang Siau lim si"
Hampir menjerit tertahan, Chee Tay hap saking kagetnya, ia
berseru kemudian : "Ooooh ....jadi ahli waris dari tiga dewa pun telah turun kembali
kedalam dunia persilatan" Waaah ..... ini kan berarti saat
tertumpasnya partai kupu-kupu sudah hampir tiba."
Sesudah memandang sekejap sekeliling tempat itu, kembali
tanyanya : "Lantas mana Thian dan oh locianpwee?"
Kho Beng tertawa : "Kedua orang tua tersebut tidak berada disini, tapi dia berjanji
akan bertemu dengan kami dibelakang bukit Cian san pada
kentongan kedua malam nanti, karenanya aku harus buru-buru
menyusulnya." Tampaknya Chee Tay hap pun sudah menyadari bahwa tak
mungkin bagi dirinya untuk turut hadir dalam suasana seperti ini,
maka diapun tidak mendesak agar dirinya diikutsertakan.
setelah memperhatikan sekejap keadaan disana, diapun berkata :
"sekarang sudah hampir mendekati kentonganpertama, padahal
jarak dari sini sampai dibukit Cian san masih lima puluhan li, majikan
muda harus segera berangkat"
setelah menanyakan arah bukit Cian san yang benar, Kho Beng
berkata lagi sambil menghela napas :
"chee toako, kita sampai berjumpa lagi dilain waktu"
"Tunggu sebentar majikan muda" seru Chee Tay hap tiba-tiba
dengan suara cemas. "chee toako masih ada urusan apa lagi?"
" Hamba akan menuruti perintah majikan muda untuk berangkat
ke siau lim si, tapi apa yang mesti kuucapkan kepada mereka setelah
bertemu dengan Thio locianpwee sekalian" Tanpa ragu-ragu Kho
Beng berkata : "Katakan saja aku bersama Thian dan oh Cianpwee serta .....
nona Beng sekalian telah berangkat kebukit Cian san, mungkin
dalam waktu dekat kami pun akan menyusul ke siau lim si"
"Hamba akan mengingat baik-baik pesan ini" kata Chee Tay hap
kemudian dengan sikap menghormat.
Kho Beng segera menjura :
"Chee toako, baik-baiklah menjaga diri"
Tanpa banyak berbicara lagi, bersama Beng Gi ciu serta siau wan
berangkatlah mereka meninggalkan tempat tersebut.
Memandang bayangan punggung Kho Beng sekalian hingga
pergijauh, Chee Tay hap baru bergumam dengan wajah agak emosi
: "Thian benar-benar maha adil ...... akhirnya ....."
Baru saja dia hendak meningalkan tempat tersebut, mendadak
tampak bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu seorang
kakek berbaju hijau telah muncul dihadapannya tanpa menimbulkan
sedikit suara pun. dengan perasaan terkejut, Chee Tay hap segera membentak :
"Siapa kau ?" Kakek berbaju hijau itu tersenyum, jawabnya : "Aku Liong hoa
sinkun" Baru sekarang chee Tay hap dapat melihat raut wajah kakek
berbaju hijau itu dengan jelas.
Tampak mukanya penuh keriput, seharusnya dia berusia paling
tidak tujuh puluh tahunan keatas, namun rambutnya yang panjang
dan terurai sebahu justru berwarna hitam pekat, bagian bahunya
licin dan bersih, tanpa selembar jenggotpun, ditambah lagi
perawakan tubuhnya pendek lagi ceking sehingga membuat orang
susah untuk menebak laki-laki atau perempuankah orang ini.
Tapi yang paling menonjol adalah sebilah kipas baja yang terselip
diatas bahunya, jelas benda itu merupakan senjata andalannya.
Ketika Chee Tay hap sudah melihat dengan jelas raut wajah
otang itu, diam-diam ia berpikir :
"orang ini bermata tikus, berhidung elang sudah pasti bukan
tampang seorang manusia baik, lebih baik aku jangan
mengusiknya." Berpikir demikian, ia segera berkata sambil tertawa
paksa. "sayang sekali pengetahuanku amat picik sehingga belum pernah
mendengar nama besar anda ..... maaf, aku tak dapat menemanimu
terlalu lama." Liong hoa sinkun tersenyum, selanya : "Harap cuangcu
tunggu sebentar" "Anda masih ada petunjuk apa lagi?" tanya Chee Tay hap dengan
perasaan bergetar keras. Liong hoa sinkun tertawa misterius.
"Bukankah kau yang bernama saudagar racun berkaki sakti Chee
Tay hap?" Chee Tay hap tertegun sebentar, kemudian jawabnya
cepat : "Yaa betul, aku memang chee Tay hap tapi, dari mana anda bisa
mengetahui namaku?" Mendadak Liong hoa sinkun melepaskan senjata kipasnya, lalu
sambil digoyangkan pelan-pelan ia berkata lagi sambil tertawa :
" Walaupun aku adalah orang gunung namun hatiku merisaukan
keselamatan umat persilatan, karena itu tak sedikit persoalan dunia
persilatan yang kuketahui"
Biarpun chee Tay hap merasa tak habis mengerti namun diapun
enggan banyak berbicara, dengan cepat-cepat dia menyela : "Anda
betul-betul dewa dari bumi."
Sesudah berhenti sejenak. sengaja dia memperhatikan sejenak
keadaan cuaca lalu berkata lagi :
"Waktu sudah siang, aku benar-benar tak dapat banyak berbicara
lagi denganmu" "Kalau memang saudara Chee benar-benar begitu repot, tentu
saja aku hanya bisa mengatakan selamat tingal" kata Liong hoa
sinkun sambil tertawa hambar. chee Tay hap segera menjura
kemudian beranjak pergi dari sana.
Namun belum jauh dia melangkah, tiba-tiba saja kepalanya
terasa amat pusing, pandangan matanya berkunang-kunang dan
kakinya terasa lemas, belum sampai lima langkah tubuhnya sudah
roboh terjungkal keatas tanah.
Liong hoa sinkun tertawa terbahak-bahak dengan cepat dia
menghampiri Chee Tay hap sambil tegurnya dengan suara dalam :
"SAudara Chee, kenapa kau" Bukankan kau nampak segar bugar,
kenapa dalam waktu singkat telah roboh terjungkal?"
Chee Tay hap menggigit bibir kencang-kencang sepasang
matanya melotot penuh amarah, sudah jelas dia telah mengerti
bahwa semuanya ini merupakan hasil permainan busuk dari Liong
hoa sinkun. Namun berada dalam keadaan seperti ini ia tak sanggup
mengucapkan sepatah katapun, akhirnya matanya terpejam rapat
dan ia jatuh tak sadarkan diri
Liong hoa sinkun segera menyimpan kembali kipasnya dan
diselipkan kebelakang bahu, sementara itu terdengar suara desingan
angin tajam berkelebat lewat, tahu-tahu sesosok bayangan manusia
telah muncul kembali ditempat tersebut, orang itu tak lain adalah
ketua partai kupu-kupu, Ui sik kong.
Kepada Liong hoa sinkun segera serunya sambil tertawa gembira
: "Kepandaian sinkun betul-betul luar biasa."
"Ciangbunjin terlalu memuji" sahut Liong hoa sinkun sambil
tertawa bangga. setelah memutar biji mata tikusnya, dia berkata lagi
: " Hamba dan ciangbunjin harus secepatnya kembali kebukit Cian
san, dalam persoalan ini kita mempersiapkan diri dengan sebaikbaiknya."
"Terserah kepada sinkun bagaimana akan mengatasi persoalan
selanjutnya " kata Ui sik kong.
"Dalam soal kemampuan terus terang saja aku mempunyai
keyakinan yang besar, persoalannya apakah Chee Tay hap bisa
memberikan manfaat bagi kita." Ui sik kong sebera tertawa.
"Biarpun chee Tay hap adalah orang yang kurang suka berbicara,
namun menurut apa yang kuketahui, ia masih dapat merebut
kepercayaan si Unta sakti Thio Ciong lan, sedangkan si bungkun
Thio itu dapat pula merebut kepercayaan si Phu sian sikeledai
gundul itu." Liong hoa sinkun sebera tertawa tergelak.
"Haaaahh ..... haaahhh .... haahhh .... , asal dapat meraih
kepercayaan dari Phu sian si gundul itu sama artinya menguasai
seluruh umat persilatan didunia ini, nampaknya kawanan jago silat
dari pelbagai partai lain akan segera tertumpas ditangan
ciangbunjin." Mendadak Ui sik kong menukas :
"Tapi aku rasa tindakan kita ini bagaikan melukis harimau tidak
berhasil, andaikata kita bisa memperoleh sebuah benda
kepercayaannya, sudah pasti Thio bungkuk serta Phu Sian si kledai
gundul sekalian akan mempercayainya seratus persen."
Liong hoa sinkun tertawa misterius, mendadak ia mengeluarkan
sebuah benda dari sakunya dan diangsurkan kedepan sambil berkata
: "Benda ini berhasil kuambil dari leher Kho Beng si bajingan cilik
itu, coba kau periksa apakah bisa kita pakai?"
Ui Sik kong menerimanya serta diperiksa sejenak. kemudian
serunya dengan girang : "Tampaknya benda ini adalah lencana naga kemala hijau
miliknya, bila kita pergunakan benda ini sebagai tanda pengenal aku
pikir usaha kita pasti akan sukses." sambil mengembalikan benda itu,
ia bertanya lagi dengan nada tak habis mengerti : " Kapankah sinkun
bisa mendapatkan benda itu?"
" Kecuali sewaktu mereka beristirahat di dusun pit keh ceng,
mana aku punya kesempatan?" sahut Liong hoa sinkun sambil
tertawa. Ui Sik kong semakin terkejut bercampur gembira, ujarnya lagi
cepat : " Waaah kepandaianmu benar-benar amat hebat, padahal
menurut pengamatanku sendiri, sinkun toh tak pernah
mendekatinya, dengan cara apa kau mencurinya?" Liong hoa sinkun
semakin bangga lagi, dengan cepat dia berkata :
"Terus terang saja ciangbunjin bila hamba berniat mendapatkan
sesuatu dari sakunya, maka asal aku dapat mendekati sampai jarak
satu depa, betapapun rapatnya dia menyembunyikan benda
tersebut, hamba masih tetap dapat memperolehnya bahkan
perbuatanku ini tak pernah meleset.
Ui sik kong menjadi gembira setengah mati, katanya kemudian.
"Bila mempunyai seorang pembantu seperti kau rasanya aku
lebih gembira daripada mempunyai ratusan jago lihai,
kemampuanmu benar-benar luar biasa" Kemudian setelah berhenti
sejenak kembali serunya. "Cepat kau tunjukkan kebolehanmu"
"Hamba turut perintah."
dengan cepat dia mencengkeram tubuh Chee Tay hap kemudian
menampar mukanya sampai belasan kali, tamparan yang begitu
keras itu seketika membuat Chee Tay hap tersadar kembali dari
pingsannya. Tampak dia menggerakkan matanya dan berseru tertahan
Namun dari balik mata tikus Liong hoa sinkun tahu-tahu telah
memancar keluar dua gulungan cahaya hijau yang mengawasi wajah
Chee Tay hap lekat-lekat, bersamaan waktunya sepasang tangan
dengan kesepuluh jarinya bergerak tiada hentinya dimuka Chee Tay
hap. Suatu kejadian yang amat aneh segera berlangsung.
Chee Tay hap yang semula tersadar kembali dari pingsannya
mendadak jatuh tertegun dan duduk melongo setelah bertemu
dengan sorot mata serta gerakan sepuluh jari tangannya itu, seakanakan
terdapat segulung kekuatan iblis yang tak berujud
membuatnya tak bergerak sama sekali, sorot matanya pun seperti
terhisap oleh cahaya hijau dari balik mata lawan.
sebaliknya Liong hoa sinkun pun sama sekali tidak berkedip. dia
mengawasi terus wajah lawannya lekat-lekat.
Kurang lebih setengah peminuman teh kemudian, dari sakunya
dia baru mengambil keluar sebutir pil berwarna merah dan diamdiam
dijejalkan kemulut Chee Tay hap.
Bagaikan orang terkena hipnotis saja, tanpa sadar dan tanpa


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

disuruh chee Tay hap membuka mulutnya menelan pil tersebut.
" Chee Tay hap. aku adalah Kho Beng, tahukah kau?" kata Liong
hoa sinkun kemudian dengan nada girang.
Buru-buru Chee Tay hap menjawab :
"Majikan muda, apa yang hendak kauperintahkan?"
"Ingat baik-baik, berita ini sangat penting, kau harus segera
menyampaikan ke siau lim si."
"Baik majikan muda"
"Bila bertemu dengan Phu sian sangjin serta Thio bungkuk
sekalian, sampaikan pesan pentingku ini , katakan aku telah berhasil
mendapat tahu sebuah rencana keji dari Ui sik kong, suruh Phu sian
sangjin dengan membawa segenap jago dari pelbagai partai agar
datang berkumpul diselat Pek hong sia dibukit Hu goa san pada
tanggal tujuh belas bulan ini, aku dan keturunan tiga dewa akan
menyusul disitu menjelang malam tanggal tujuh belas, akan kuajak
mereka untuk berunding suatu masalah besar. Nah, kau masih
ingat?" "Hamba mengingatnya" sahut Chee Tay hap kaku.
" Entah peristiwa apapun yang kau alami ditengah jalan, jangan
sekalipun kau tunda perjalanan mu, mengerti?"
Bersambung ke jilid 41 Jilid 41 "Hamba mengerti"
Liong hoa sinkun segera menyodorkan lencana naga kemala hijau
itu ketangannya sambil menambahkan :
"Bawalah serta tanda pengenalku ini, bilamana perlu tunjukkan
kepada mereka agar percaya dengan perkataanmu ini."
chee Tay hap menerimanya dan segera disimpan kedalam
sakunya dengan hati-hati sekali, katanya kemudian : "Apakah hamba
boleh pergi?" "Boleh, kau boleh pergi sekarang" kata Liong hoa sinkun sambil
tertawa. chee Tay hap segera bangkit berdiri dan menjura dalam-dalam,
katanya : "Semoga majikan muda menjaga diri baik-baik, hamba hendak
mohon diri lebih dulu"
Dengan langkah lebar dia segera beranjak meninggaikan tempat
tersebut, tak lama kemudian bayangan tubuhnya sudah lenyap dari
pandangan mata. Mengawasi bayangan punggung chee Tay hap yang menjauh, Ui
Sik kong tak dapat menahan diri lagi, ia segera tertawa terbahakbahak
: "IHaaahh .... haaahh .... haahhh bagus, bagus sekali"
Kemudian setelah berhenti sejenak, katanya lagi : "Mengapa chee
Tay hap bisa menganggap diri sinkun sebagai Kho Beng?"
"Disinilah letak keampuhan ilmu -menguasai sukma menggeser
pikiran- yang kumiliki, walaupun aku yang berada dihadapannya,
namun apa yang terlihat dan apa yang terdengar olehnya justru
wajah serta suara Kho Beng. otomatis dia akan menyebutku sebagai
majikan mudanya." "Tapi orang yang terkena pengaruh ilmumu itu apakah
mempunyai sikap serta keadaan yang berbeda dengan orang lain"
Atau mungkin lambat laun pikiran serta kesadarannya akan pulih
kembali?" Liong hoa sinkun tertawa :
"seandainya orang yang terkena pengaruh ilmuku adalah Kho
Beng dan bukan chee Tay hap. maka kemungkinan besar ilmu ku tak
akan mendapatkan hasil yang memuaskan, sebab bagi seorang yang
memiliki tenaga dalam sebesar enam puluh tahun hasil latihan
keatas, dia memiliki mental yang sangat tangguh serta susah
dipengaruhi, berbeda sekali dengan chee Tay hap. justru manusia
sebangsa dialah merupakan sasaran yang paling ideal, mungkin
sampai matipun dia tak akan mengetahui secara pasti akan duduk
persoalan yang sebenarnya pada malam ini." Ui sik kong kembali
bersorak gembira : "Inilah berkah nasibku yang baik, asal rencana kita berhasil,
maka jago-jago lihai dunia persilatan paling tidak akan menderita
kehancuran sebesar tujuh puluh persen."
"Tapi Ciangbunjin jangan lupa kita masih mempunyai sebuah
rencana yang lain," kata Liong hoa sinkun sambil tertawa.
"Bahwa rencana itu kurasa jauh lebih penting lagi, sebab yang
menjadi sasaran pembantaian kita adalah keturunan dari tiga dewa
serta Kho Beng kakak beradik"
Paras muka ui Sik kong segera berubah menjadi amat serius,
tampak dia menggertak gigi kencang-kencang seraya berseru :
"Rencana kita itu hanya boleh berhasil, tak boleh gagal....., hayo
berangkat" Tampak dua sosok bayangan manusia berkelebat lewat dan tak
lama kemudian lenyap dibalik kegelapan sana.
ooooooo Awan gelap menyelimuti bukit Cian san, angin barat yang
kencang membawa air hujan membuat pemandangan indah disekitar
tempat itu tertutup oleh suasana redup, Malam amat pekat, waktu
sudah menunjukkan kentongan kedua.
Mendadak muncul tiga sosok bayangan manusia dibela kang
lembah puncak bukit Cian san.
Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki ketiga orang itu amat
sempurna, gerak-gerik mereka enteng dan sama sekali tidak
menimbulkan sedikit suara pun.
Begitu memasuki lembah bukit, dengan cepat mereka menyelinap
kebalik batuan-batuan besar.
Ketiga orang tersebut memang tak lain adalah Kho Beng, Beng Gi
ciu serta siau wan. saat itu mereka bertiga sama-sama mengenakan jas hujan,
namun di bawah rintikan air hujan keadaan mereka nampak agak
mengenaskan. Kho Beng nampak mengawasi sekejap sekeliling tempat itu,
meski tidak kelihatan rembulan dan bintang, namun ia dapat
menduga kalau kentongan kedua telah lewat. Maka dengan kening
berkerut, segera katanya kepada Beng Gi ciu :
"sayang waktu itu kita tak sempat berjanji dengan Thian dan oh
locianpwee akan bertemu dibagian yang mana dari lembah ini,
padahal coba kau lihat, lembah ini sangat luas, apalagi ditengah
malam yang hujan, bagaimana mungkin kita dapat saling
berhubungan?" " Kau tak perlu risau." hibur Beng Gi ciu sambil tertawa,
"sekalipun tempat ini sangat luas, mereka pasti mempunyai cara
untuk menemukan jejak kita, kau tahu kepandaian yang dimiliki
kedua orang tua tersebut sangat luar biasa sekali"
Kho Beng tertawa getir. "sekarang kentongan kedua sudah lewat, padahal janji mereka
adalah sebelum kentongan kedua, bukankah ...... ..,"
"Dalam hal ini tak dapat salahkan mereka," sela Beng Gi ciu
cepat. "Tapi kitapun tak bisa disalahkan, mereka tak mengira kalau kita
akan meninggaikan mereka dengan begitu saja, sedang kita pun tak
menyangka kalau gara-gara tersesat dijalan akhirnya bertemu
dengan chee Tay hap"
"Maksud adik Ciu, mungkinkah kedatangan mereka berdua pun
agak terlambat?" tanya Kho Beng.
"Yaa, sudah pasti hal ini akan terjadi."
sesudah tertawa cekikikan, kembali dia melanjutkan :
"Empek oh adalah seorang yang getol minum arak, meskipun
empek Thian selalu bilang kalau minum tak boleh melewati takaran,
namun ia tak pernah mau menuruti nasehat. Aku rasa mereka pasti
tak akan menyangka kita bakal meloloskan diri dari pengamatannya,
sedang mereka pun merasa yakin kita tak akan lolos dari
pandangannya. Maka empek oh tentu akan membujuk empek Thian
agar minum berapa cawan arak lebih banyak. atas kejadian ini maka
paling tidak mereka akan minum selama dua jam lebih. Menanti
mereka menyadari kalau keadaan tak beres, sudah pasti empek
berdua akan mencari kita dimana-mana, akibatnya paling tidak
mereka harus membuang waktu selama satu jam lagi. Nah, coba kau
hitung sendiri, apakah mereka tak bakal datang terlambat?"
"Aku rasa perbuatan kita agak kelewat batas, paling tidak tentu
akan dimarahi oleh mereka berdua." kata Kho Beng dengan kening
berkerut kencang. Beng Gi ciu segera tertawa.
"siapa suruh mereka permainkan kita terlebih dahulu, kenapa
harus takut?" sementara pembicaraan masih berlangsung, mendadak dari
kejauhan situ nampak bayangan manusia berkelebat lewat. Buruburu
Beng Gi ciu berbisik : "Itu mereka sudah datang, mari kita mempermainkan mereka
sekali lagi." Tapi dengan cepat Kho Beng menarik tangan Beng Gi ciu
sambil berbisik lirih. "Jangan bertindak gegabah, aku lihat gelagat
sedikit kurang beres."
Beng Gi ciu segera dibuat tertegun pula, ternyata yang datang
hanya seorang, walaupun berada dalam hujan gerimis dan kabut
yang tebal namun dapat terlihat bahwa orang tersebut bukan Thian
Cun yang ataupun oh Kui sam. Dengan suara lirih Kho Beng berbisik
: "orang itu bukan Thian atau oh locianpwee, biasanya hanya
orang dari partai kupu-kupu yang akan berkeliaran dibelakang
lembah bukit Cian san." Beng Gi ciu mengangguk membenarkan.
"Yaa, hal ini tak mungkin diragukan lagi, perlukah kita bekuk
dirinya?" Kho Beng berpikir sebentar, lalu berkata :
" Lebih baik adik Ciu menunggu disini saja, biar aku yang pergi
membekuknya." Beng Gi ciu segera mengangguk.
Dengan cepat Kho Beng melompat keluar dari tempat
persembunyiannya, bagaikan sukma gentayangan secara diam-diam
dan tanpa menimbulkan sedikit suara pun dia mendekati orang
tersebut. selisih jarak kedua belah pihak cuma beberapa kaki, maka dalar^
sekali lompatan saja Kho Beng telah mencapai belakang tubuhnya,
dengan cepat telapak tangan kanannya menyambar kedepan dan
langsung mencengkeram bahunya.
Walaupun orang itu bersikap seakan-akan tidak menyadari akan
kehadiran Kho Beng dibelakang tubuhnya, namun dikala kelima jari
tangan Kho Beng hampir menyentuh bahunya tiba-tiba saja dia
menjatuhkan diri berguling kesamping.
Tindakan lawan ini sama sekali diluar dugaan Kho Beng, sebab
ketenangan orang tersebut dalam menghadapi ancaman betul-betul
luar biasa. sementara dia masih tertegun, orang itu sudah mengayunkan
tangannya kedepan, dua genggam senjata rahasia dengan ilmu Hujan bunga memenuhi langit- segera dilontarkan kearahnya.
Dua genggam senjata rahasia berarti jumlahnya mencapai lima,
enam puluh batang, bukan saja bentuknya lembut seperti jarum
bahkan kawasan yang berada dibawah lingkungan ancaman senjata
rahasia pun mencapai dua kaki persegi.
Dalam jarak serangan sedemikian dekatnya, ini betul-betul
merupakan suatu ancaman yang sukar dihindari.
Didalam terperanjatnya buru-buru Kho Beng mengerahkan hawa
kh lekangnya untuk melindungi badan, bersamaan waktunya dia
mendorong sepasang telapak tangannya kedepan. "Triiiing .....
traaaanggg ..... triiingg ...... traaanggg"
senjata rahasia tersebut jatuh berguguran keatas tanah dengan
menimbulkan suara dentingan nyaring. Bersamaan itu pula .....
"Blaaaammm " orang itupun termakan oleh tenaga dorongan Kho Beng hingga
roboh terjungkal keatas tanah.
Waktu itu Kho Beng sudah bermandi keringat dingin saking
terkejutnya, untung sekali tenaga dalamnya telah mencapai
tingkatan yang amat sempurna, walaupun dia telah menghimpun
hawa khiekangnya secara terburu-buru namun kekuatan yang
terhimpun sudah cukup untuk membendung serangan dari luar.
Biarpun demikian tak urung ujung bajunya tertancap pula oleh
dua batang senjata rahasia, sewaktu diambil dan dilihat ternyata
bentuknya tak jauh berbeda sekali dengan jarum pohon siong,
hanya saja ujungnya yang tajam berwarna biru, hal ini membuktikan
bahwa senjata rahasia tersebut telah dipolesi dengan racun jahat.
Dengan gemas Kho Beng membanting senjata rahasia itu keatas
tanah, kemudian serunya dengan penuh amarah :
"Benar-benar seorang bajingan tengik yang licik dan berhati amat
keji" sementara itu Beng Gi ciu serta siau wan telah melompat keluar
dari tempat persembunyiannya, dengan penuh rasa cemas dan
gelisah Beng Gi ciu berseru : "Engkoh Beng, kau tidak apa-apa,
bukan?" "Hmmm, permainan busuk semacam ini belum akan bisa berbuat
banyak terhadapku." jawab Kho Beng sambil tersenyum.
sementara itu orang tadi sudah terkapar diatas tanah dengan
menderita luka dalam yang cukup parah, tenaga getaran yang
terpancar dari balik tangan Kho Beng benar-benar amat tangguh.
Kini orang tersebut berbaring diatas tanah dan tak sanggup
merangkak bangun kembali.
Kho Beng segera maju mendekatinya sambil menendang
tubuhnya hingga terbalik, namun setelah mengamati wajahnya
dengan seksama, seketika pemuda kita dibuat tertegun.
Rupanya orang itu tak lain adalah komandan sin, orang yang
pernah mengawal Kho Beng dari kota Tong sin menuju kekebun Kiok
wan. sambil tertawa dingin, pemuda kita segera mengejek.
"oooh rupanya si pedang geledek sakti sin Cu beng yang
termashur dalam dunia persilatan dan sekarang menjadi pelayan
kaum iblis, kenapa dalam kenyataannya kemampuanmu tak mampu
menahan sebuah gempuranpun?"
sin cu beng memaksakan diri untuk menghembuskan napas
panjang, lalu dengan sedikit terengah katanya :
"Benar-benar lain dulu lain sekarang, jangan kau anggap
kepandaianku yang tak becus, melainkan ilmu silat andalah yang
telah mengalami kemajuan yang sangat pesat." Kho Beng
mendengus dingin. "Hmmm, persoalan ini lebih baik tak usah disinggung kembali,
aku hanya pingin bertanya kepadamu kenapa kau berniat
mencelakai jiwaku dengan cara yang begitu keji?"
sin Cu beng berpikir sebentar, kemudian menjawab :
"Bila dua pasukan saling bertarung, masing-masing pihak berhak
menggunakan cara apapun untuk mengalahkan musuhnya, bila
menggempurmu tadi berhasil dengan sukses dan aku dapat
membunuh kau, bukankah dihadapan siancu serta ciangbunjin aku
bisa menunaikan sebuah pahala besar?"
"Tapi kau tentunya sudah membayangkan bukan, apa akibatnya
bila gagal total?" "Anggap saja memang nasibku yang jelek."
"Hmmm, bajingan tengik," umpat Kho Beng dengan marah.
"Tampaknya kau tak akan sadar sampai mati, mengapa sih kau
bersikeras menjadi pembantu kaum iblis dan enggan menyesal?" sin
Cu beng menghela napas panjang.
"Aaaai, aku tak ingin memberi banyak penjelasan, bagaimanapun
juga aku toh sudah kau tawan, berarti selembar nyawaku telah
menjadi milikmu, biar mau dibunuh ataupun dicincang, aku sin Cu
beng tak bakal berkerut kening."


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ehmmm, kau memang tak malu menjadi seorang lelaki sejati,
sayang kau telah salah memilih majikan"
Kemudian setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan :
"aku tidak berniat menghabisi nyawamu secara sungguhan, asal
kau bersedia memberi keterangan tentang beberapa persoalan
kepadaku, akan kubebaskan komandan sin untuk pergi sekehendak
hatimu" sambil tertawa getir, sin Cu beng menggelengkan kepalanya
berulang kali, katanya : "Jangan lagi aku sin Cu beng telah menderita luka, sekalipun
belum terluka pun aku orang she sin tak ada rencana untuk
melarikan diri" Berbicara sampai disitu, dia segera mengayunkan tangannya dan
dihantamkan keatas ubun-ubun sendiri
Tapi Kho Beng bertindak lebih cepat, dua desingan angin tajam
berkelebat lewat, tahu-tahu jalan darah ciang keng hiat dibahu kiri
kanan sin cu beng telah tertotok secara telak. akibatnya sepasang
lengan itu menjadi lumpuh dan tak berguna lagi. Mendadak Beng Gi
ciu bertanya : "Apakah aku mempunyai niat untuk mengorek keterangan dari
mulutnya?" Dengan suara dalam sahut Kho Beng :
"Biarpun kedudukan dia ini didalam partai kupu-kupu tidak terlalu
tinggi, namun banyak masalah tak dapat mengelabui dirinya,
padahal sebentar lagi kita akan memasuki daerah berbahaya, tentu
saja paling baik kalau bisa mengorek keterangan dari mulutnya."
"Kalau memang begitu hanya ada satu cara, yaitu menyiksanya
dengan kekerasan, aku percaya asal manusia masih terdiri dari
darah dan daging tak nanti dia tak akan berbicara."
Baru saja Kho Beng hendak menjawab, mendadak terdengar lagi
suara ujung baju yang terhembus angin berkumandang datang.
Beng Gi ciu pun mendengar juga suara desingan tersebut karena
suara tadi berasal dari berapa kaki dibelakang mereka berdua,
sekalipun berada ditengah hujan gerimis, namun suara tersebut
masih tetap terdengar dengan jelas sekali.
Dengan suatu gerakan cepat Kho Beng menotok lima buah jalan
darah penting ditubuh sin cu beng sehingga membuat lawannya
tergeletak bagaikan sesosok mayat kaku, kemudian mereka berdua
bersama siau wan menyembunyikan diri kebalik batu besar. Tak
lama kemudian Terdengar suara langkah yang amatpelan bergema
datang, lalu terlihat ada dua sosok bayangan manusia melayang
turun ditempat tersebut. Ketika Kho Beng mencoba untuk mengintip dari balik kegelapan,
tersiraplah darah panas dalam dadanya, hawa amarahnya segera
berkobar-kobar dan serasa mau meledak.
Ternyata orang yang baru datang adalah Cun hong Lengcu Jin
cun serta Hoa im Lengcu Li sian soat.
Mereka berdua tidak disertai dayang-dayangnya, gerak gerikpun
amat lincah. sementara itu terdengar Cun hong Lengcu berkata :
"Adikku, mungkin telingamu ada penyakit?"
"Toaci, apabila perhatianmu tidak terpencar sama sekali, sudah
pasti akan kau dengar bahwa dari sini ada orang sedang bercakapcakap."
sahut Li sian soat dengan suara dalam.
"Hmmm, siapa bilang pikiranku terpencar?" dengus Cun hong
Lengcu Jin cun sambil mendengus,
"Kau anggap saat ini adalah saat apa" Mana mungkin aku masih
berkesempatan untuk memikirkan persoalan yang lain."
"Tapi , barusan aku benar-benar tidak mendengar suara apa
saja." Biarpun berkata demikian, namun tangannya meraba gagang
pedangnya serta mencabutnya keluar dari sarung. Li sian soat
sebera tertawa dingin. "Hmmmm, tapi jelas kudengar ada orang sedang berbincangbincang."
"Kalau begitu mati kita lakukan penggeledahan, bilamana perlu
kita lepaskan tanda bahaya."
Mendadak Li sian soat berseru dengan suara dalam :
"Toaci, cepat lihat bukankah dia ...... dia adalah komandan sin?"
Ternyata telah menemukan tubuh sin cu beng yang tergeletak
kaku diatas tanah. "Waaah celaka dia sudah mati" jerit Cun hong
Lengcu setengah kaget. "Aku ......,"
" Cepat kita periksa" tukas Li sian soat, "Siapa tahu .....,"
sembari berbicara, mereka berdua segera meluruk kedepan dan
mendekati sin cu beng. setelah diperiksa berapa saat, Li sian soat
berseru : "Dia belum mati, hanya menderita sedikit luka, agaknya sudah
tertotok jalan darahnya oleh seseorang."
Cun hong Lengcu segera menghembuskan napas panjang,
katanya kemudian : "Terima kasih langit, terima kasih bumi, cepat diperiksa jalan
darah apa saja yang tertotok. kemudian cepat bebaskan."
Namun sebelum perkataan itu selesai diutarakan, mendadak
terdengar seseorang menyambung nada dingin :
"Lengcu berdua tak usah repot-repot, aku Kho Beng telah
menjaga keselamatannya"
"Haaahh?" Kedua orang Lengcu itu bersama-sama menjerit kaget lalu
secepat kilat membalikkan badannya.
Tentu saja bayangan tubuh Kho Beng, Beng Gi ciu serta siau wan
segera muncul dihadapan mata kedua orang Lengcu tersebut,
seketika itu juga paras muka kedua orang itu berubah hebat,
tubunya ikut gemetar keras. sambil tertawa dingin, Kho Beng
berkata lebih jauh : "Malam ini sungguh kebetulan sekali, tak disangka aku bakal
bersua dengan Lengcu berdua."
Cun hong Lengcu mengedipkan matanya berulang kali, tiba-tiba
katanya pula sambil tersenyum,
"Kho kongcu, kami sendiripun tak menyangka kalau malam ini
begini kebetulan. Tempo hari aku Cun hong Lengcu toh cukup baik
melayanimu, mengapa kau bersikeras hendak meninggalkan kami?"
sebaliknya paras muka Li sian soat telah berubah menjadi pucat
pias seperti mayat, mulutnya bungkam dalam seribu bahasa.
Kho Beng hanya tertawa dingin tanpa menjawab, pikirnya :
"Siluman perempuan ini benar-benar tak tahu malu, entah apa
lagi yang hendak diucapkan olehnya?"
Tiba-tiba Cun hong Lengcu maju tiga langkah kedepan dengan
langkah lemah gemulai, kembali katanya sambil tersenyum :
"Kho kongcu, aku harus menyampaikan selamat kepadamu,
kudengar ilmu silatmu telah mencapai tingkatan yang sempurna
hingga ciangbunjin sucouw kami pun hampir bukan tandinganmu
lagi" "Hmmm, tajam benar pendengaranmu" dengus Kho Beng sinis.
Cun hong Lengcu segera mengalihkan sorot matanya kewajah
Beng Gi ciu berdua, lalu tanyanya lagi.
"Siapa sih kedua orang nona ini?"
Beng Gi ciu mendengus dingin, cepat dia melengos kearah lain.
Kho Beng segera berpikir sebentar, lalu katanya :
"Memberitahukan kepadamu juga tak ada salahnya, dia adalah
keturunan keempat dari Kim ka sian, pemimpin tiga dewa, nona
Beng beserta dayangnya siau wan." Buru-buru Cun hong memberi
hormat. "ooooh, sudah lama kudengar akan nama besarmu, beruntung
sekali kami kakak beradik dua orang dapat bersua dengan keturunan
tokoh termashur pada malam ini, nona Beng ilmu silatmu tentu amat
tangguh dan terhitung jagoan lihai dari dunia persilatan?" Kho Beng
tertawa dingin. "Yang lain tak usah disinggung, cukup dengan mengandalkan
ilmu jari Tong Kim cinya, biarpun kalian sudah kabur sejauh lima
puluh kaki, ia masih mampu menciptakan berapa buah lubang luka
ditubuh kalian." Pucat pias paras muka Cun hong lengcu setelah mendengar
perkataan itu, tapi kembali katanya sambil tertawa merdu.
"Padahal diantara kita tak pernah mempunyai ganjalan apapun,
meski gara-gara kitab pusaka Thian goan bu boh kami pernah
berurusa dengan mu, hal itupun hanya dikarenakan perintah dari
suhu dan sucowku, jadi sesungguhnya diantara kita sendiri tak
pernah ada dendam apapun."
Kemudian setelah berhenti sejenak. kembali ia berkata :
"Lagipula kitab pusaka Thian goan bu boh sudah terjatuh
ketangan Kho kongcu dan suhu kami gagal untuk mendapatkannya
kembali." "Tak usah banyak bicara lagi, aku ingin menanyakan dua
persoalan pokok kepada kalian berdua," tukas Kho Beng dengan
suara dalam. "Aaaah mana, mana, silahkan Kho kongcu mengajukan
pertanyaan, asal kami berdua mengetahuinya, tentu akan kami
terangkan dengan sejelas-jelasnya."
"Asal kalian bersedia mengadakan kerja sama denganku, aku Kho
Beng pun tak bakal mencabut nyawa kalian berdua."
"Bila aku benar-benar sampai berhianat pada perguruan sudah
pasti aku akan berbakti kepada Kho kongcu," kata Cun hong lengcu
sambil tertawa genit. "Hmmm, dimanakah ciciku sekarang?"
"Ia berada diruang siksa dalam gua pengikat cinta, bahkan kedua
orang dayangnya Bwee hiang dan sin hong pun berada disana, Kho
kongcu mengenai persoalan cicimu itu, kami merasa amat menyesal
tapi sesungguhnya persoalan ini bukan ide kami sendiri tapi atas
perintah dari guru kami, jadi kami cuma melaksanakan perintah, Kho
kongcu kau tak boleh marah kepada kami."
sambil menggigit bibir Kho Beng bertanya lagi : "Siapa saja yang
menjaga ruang siksa itu?"
"Tak ada yang khusus menjaga ruangan itu," sahut Cun hong
lengcu tertawa, "Asal Kho kongcu dapat menerobos masuk kedalam gua pengikat
cinta dan mengalahkan suhu serta sucouw, sudah pasti cicimu dapat
ditolong keluar." "Apa yang sedang dilakukan Ui sik kong sekarang?"
"sucouw masih merawat lukanya didalam gua, malah kudengar
luka itu merupakan hasil karya Kho kongcu"
Dengan nada setengah percaya setengah tidak. Kho Beng
bertanya lebih jauh : " Lantas kalian hendak kemana sekarang?" Cun
hong lengcu tertawa terkekeh-kekeh:
"Kami hanya mendapat perintah untuk melakukan perondaan,
padahal tiada persoalan apapun, hanya saja kami tak mengira kalau
Kho kongcu bakal muncul disini." Tiba-tiba Beng Gi ciu menimbrung.
"Engkoh Beng, menurut pendapatku lebih baik tak usah ditanya
lagi." "Kenapa?" "Masa kau percaya dengan perkataannya?" tanya si nona sambil
tertawa. "Aku memang rada curiga"
"Sewaktu berbicara biji mata mereka berkeliaran liar, katakatanya
semau hati sendiri, aku lihat ia sama sekali tak berbicara
secara jujur." Buru-buru Cun hong lengcu berseru kepada Li sian soat yang
selama ini hanya membungkam :
"Ji moa y, cepat kau perlihatkan lencana untuk mengontrol bukit,
asal kita dapat membuktikan bahwa lencana tersebut asli, aku rasa
persoalan yang lain pun mereka akan percaya dengan sendirinya."
Kho Beng mendengus. "Hmmm, aku sama sekali tak pingin memeriksa tanda lencana
apa segala." sementara dia masih berbicara tiba-tiba tampak Li sian soat
mengayunkan tangannya. Benar juga ditangannya memang menggenggam sebuah benda
dia seperti hendak melemparkan benda itu kearah Kho Beng,
padahal dalam kenyataannya hendak dilemparkan ketengah udara.
Beng Gi ciu mendengus dingin, mendadak dia melancarkan
sebuah serangan dengan jari tangannya.
serangan tersebut tak lain adalah serangan Tong kim ci ilmu
andalan Kim ka sian, bukan saja desingan angin serangannya amat
dahsyat dan lihai, lagipula kecepatan serta ketepatannya sangat
mengagumkan. Tiba-tiba terdengar jerit mengaduh yang amat memilukan hati, Li
sian soat yang semula bersikap gagah, kini sudah terbungkuk sambil
memegangi pergelangan tangan sendiri.
Ternyata serangan yang dilancarkan Beng Gi ciu saat tadi
dilepaskan tanpa belas kasihan, desingan serangan jari tangan itu
seketika menembusi pergelangan tangan kanannya, sementara
sebatang panah berlubang tujuh terjatuh dihadapannya. sambil
tertawa dingin, Beng Gi ciu segera menjengek : "Inikah lencana
untuk mengontrol bukit?"
Berubah hebat paras muka Cun hong lengcu, tiba-tiba dia
melepaskan dua serangan berantai sambil serunya : "Cepat mundur"
Tanpa memperdulikan lagi rasa sakit pada pergelangan tangan
kanannya, Li sian soat melompat bangun lalu melarikan diri
menyusul dibelakang Cun hong lengcu.
"Hmmm, mau kabur kemana?"jengek Kho Beng dingin. Dengan
sekali lompatan ia segera menyusul kedepan.
Tapi sebelum sampai kabur sejauh dua puluh kaki, mendadak
terdengar cun hong lengcu dan Li sian soat telah berteriak kaget
menyusul roboh terjengkang keatas tanah. suara gelak tertawa yang
keras pun berkumandang memecahkan keheningan.
Mula-mula Kho Beng agak tertegun, namun setelah diperlihatkan
lagi, segera dikenalinya orang yang baru datang ternyata tak lain
adalal Thian cun yang serta oh Kui sam, sedangkan cun hong
Lengcu Jin cun dan Li sian soat sudah terkapar diatas tanah dalam
keadaan tertotok jalan darahnya. Buru-buru Kho Beng memberi
hormat sambil menyapa. "cianpwee berdua ...."
Dengan penuh amarah dan mendongkol oh Kui sam berkaokkaok.
"Selama hidup belum pernah kami berdua jatuh dipecundangi
orang, tak disangka akhirnya kami dipecundangi juga oleh kalian."
"sudah, sudahlah" tukas Thian cun yang sambil tertawa,
"Sekarang bukan waktunya untuk menghumbar nafsu kerbau, lebih
baik masalah pokok dulu yang dibicarakan." Kemudian kepada Kho
Beng, katanya lagi : "Ada tiga orang sobat yang hendak mencarimu."
"Siapakah mereka?" tanya Kho Beng agak tertegun.
"Aku dengar mereka adalah sahabat karibmu, mungkin kau tak
akan pernah melupakan mereka."
sambil berkata ia segera menggapai kebelakang, sambil berseru :
" Kalian bertiga boleh keluar dari situ"
Diliputi perasaan tak habis mengerti, Kho Beng menengok
kedepan, tapi setelah mengetahui siapa yang datang, ia menjadi
kegirangan setengah mati, rupanya ketiga orang yang dimaksud
adalah Kim bersaudara. Dengan cepat Kim lotoa menjura seraya
menyapa : "Kho sauhiap. kau membuat kami rindu setengah mati"
"sebetulnya siaute sendiripun mempunyai rencana untuk
mengunjungi lembah hati buddha tak lama lagi," kata Kho Beng.
"sungguh tak disangka banyak masalah yang mendadak muncul
didepan mata ..... akibatnya."
Kim loji turut maju kedepan dan berseru sambil memberi hormat.


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kami dengar Kho sauhiap telah mendapat jodoh, apakah ...."
Berbicara sampai disitu, sorot matanya segera dialihkan kewajah
Beng Gl Ciu Kontan saja paras muka Beng Gl Ciu berubah merah jengah,
pelan-pelan ia menundukkan kepalanya rendah-rendah.
"Adik ciu, cepat menjumpai Kim bersaudara," bisik Kho Beng
kemudian agak tergagap. Terpaksa Beng Gi Ciu memberi hormat
sambil berbisik : "Menjumpai tayhiap bertiga"
Buru-buru tiga bersaudara Kim membalas hormat, setelah
mengucapkan basa-basi, akhirnya Kho Beng pun bertanya.
"Mengapa kalian bertiga tidak mengikuti para jago yang lain pergi
ke Siau lim si?" Kim lotoa menjawab :
"Orang yang paling kukagumi adalah Kho sauhiap sekalipun kami
sadar bahwa kepandaian silat yang kami miliki sangat rendah dan
tak cukup untuk membantu sauhiap. namun dalam situasi kritis dan
gawat seperti ini, rasanya kami tak akan tentram kalau tak dapat
membaktikan diri kepadamu." Kho Beng merasa sangat terharu,
serunya cepat : "Kesetiaan dan kerelaan saudara sekalian untuk membantuku
dalam perjuangan benar-benar mengharukan hatiku, sampai mati
pun aku tak akan melupakan kebaikan kalian." Buru-buru Kim lotoa
berkata : "Kho sauhiap. yang penting sekarang adalah menyelesaikan
persoalan pokok lebih dahulu, kami akan mendampingi anda dimana
saja." "Kalau memang kita sebagai sesama saudara, harap kalian
bertiga jangan bersikap begitu sungkan."
Namun Kim bersaudara tetap mundur tiga langkah dengan sikap
yang menghormat sekali. sampai disini oh Kui sam segera berkata :
"sudah hampir mendekati kentongan ketiga, kita harus
menyelesaikan urusan pokok lebih dulu."
Kemudian sambil berpaling kearah Kho Beng, tanyanya :
"siapakah kedua orang wanita ini" Apakah kau kenal?" Buru-buru
Kho Beng menjawab : "Mereka adalah kedua orang murid Dewi In un, orang
menyebutnya sebagai dua diantara empat lengcu."
"Bagus sekali, kita memang membutuhkan keterangan dari
mereka," seru oh Kui sam girang.
"Barusan boanpweepun berhasil membekuk seorang lagi dia
adalah seorang komandan dari pasukan Dewi In Un."
"Makin banyak makin bermanfaat, semuanya kita bekuk saja"
seru oh Kui sam sambil tertawa.
Beng Gi ciu sebera menimbrung.
"Didekat tempat ini keponakan mempunyai sebuah gua yang
tersembunyi sekali letaknya,
mari kita berbincang-bincang disana saja."
"Bagus sekali, ayoh kita berangkat sekarang saja"
Maka Kim leji dan Kim losam membopong tubuh Jin cun serta Li
sian soat, sedangkan Kim lotoa membopong sin Cu beng, mereka
bersama-sama berangkat menuju kegua yang dimaksud.
Gua itu lebar lagipula kering, dibandingkan dengan tempat diluar
yang dingin dan basah oleh air hujan, tempat ini terasa jauh lebih
hangat dan nyaman. Thian Cun yang dan oh Kui sam segera menjatuhkan diri duduk
dilantai, kemudian dengan wajah serius , berkata :
"PErsoalan yang harus kita tanyakan sekarang hanya satu, yaitu
apakah Ui sik kong masih berada didalam gua pengikat cinta?"
Dengan kening berkerut Kho Beng menyela :
"Cianpwee apalah gunanya hanya menanyakan satu persoalan
saja?" "Biarpun gunanya tidak terlalu besar, paling tidak kita bisa
membuktikan dua hal. PErtama, ui sik kong belum mengincar siau
lim si dan kekuatan intinya masih berada dibukit Ciansan. Kedua, ia
telah membuat persiapan dengan tujuan hendak menumpas kita
dahulu." "seandainya ui sik kong tidak berada dibukit Cian san?" tanya Kho
Beng setelah berpikir sebentar.
Dengan suara dalam dan berat Thian Cun yang menjawab :
"Keadaan tersebut merupakan suatu berita yang tragis, bila ui sik
kong tak ada disini, hal mana berarti dia telah memindahkan
kekuatan intinya dari sini dan sasaran yang paling besar
kemungkinannya tentu saja para jago yang berkumpul di siau lim si,
bila kita datang terlambat selangkah saja, mungkin pembantaian
berdarah tak mungkin bisa dihindari lagi."
Kho Beng berpikir sebentar, lalu katanya lagi :
"seandainya Uisik kong berada dibukit Ciansanpun, aku rasa
tempat ini pasti telah dilengkapi dengan pelbagai jebakan dan
terdapat ancaman dari pelbagai penjuru."
"satu yang lurus membasmi seratus yang jahat, apa yang mesti
kita takuti?" sambung oh Kui sam.
Thian cun yang segera berseru.
" Cepat kalian tanyakan soal ini kepada mereka." Dengan cepat
tiga bersaudara Kim berkata :
" Untuk urusan sekecil ini, kami bertiga bersedia untuk
melaksanakannya." Maka Kim lotoa segera mendekati Cun hong Lengcu Jin cun dan
menegurnya keras-keras. "Apakah Ui sik kong berada dibukit Cian
san?" "Yaa, dia berada dalam gua pengikat cinta" sahut Jin cun dengan
suara lantang. Jawaban ini kontan saja membuat Kim lotoa berdiri tertegun,
tanpa terasa dia mengalihkan pandangannya kewajah Thian Cun
yang dan oh Kui sam sambil menunggu perintah berikutnya. sambil
tertawa hambar, Thian cun yang berkata :
"Perkataan ini mungkin saja benar, tapi mungkin juga tidak
benar." "Apakah loya cu tak percaya?" kata Jin cun cepat, "Kalau begitu
mah susah jadinya." "Masalahnya sekarang bukan percaya atau tidak. tapi harus
mencari buktinya." "Loya cu menginginkan bukti dalam bentuk apa?"
"Ditengah malam buta begini, kalian berdua hendak kemana?"
" Kami sedang melakukan perondaan, jawaban kami jujur dan
tidak berniat menipu."
Thian cun yang sebera mendengus :
"Bila Ui sik kong berada dibukit cian san, tak ada gunanya ia
menyuruh kalian merondai gunung ini, sebab dia pasti mengerti
dengan jelas, bila kami dua orang tua berniat, dironda atau tidak toh
sama sekali tidak ada faedahnya." Kemudian setelah berhenti
sejenak. dengan suara dalam lanjutnya :
"Kim Lotoa, menurut kalian dengan cara apakah kita baru bisa
memperoleh keterangan yang bisa dipercaya?"
"Paling baik kalau menggunakan jalan siksaan." sahut Kim Lotoa
cepat-cepat. Thian cun yang segera bertepuk tangan seraya berseru
: "Baiklah, terserah cara apapun kau pergunakan, bagi kami yang
penting adalah jawab yang benar."
"Boanpwee turut perintah"
Dengan cepat dia mencabut keluar sebilah pisau belati dari
pinggangnya, lalu bentaknya kepada Cun hoa lengcu :
" Hari ini aku sudah tidak tertarik kepadamu, biar kucari
keterangan dari mulutmu saja, nah pilihan sendiri, kau hendak
mengaku secara jujur atau menunggu sampai lupa dirimu membuka
suara?" "Aku toh sudah menjawab, jawabanku jujur semuanya." jerit Jin
cun keras-keras. "Hmmm, sekalipun kau dapat mengelabui Thian dan oh
locianpwee, katakan dulu sekarang kalian berdua serta sin cu beng
hendak kemana?" Cun hong lengcu menghela napas panjang.
"Kami benar-benar sedang mengadakan perondaan kau
menyuruh aku menjawab apa?" Kim Lotoa segera tertawa dingin.
"Baiklah, mungkin kau sendiri tahu apa yang seharusnya dijawab"
Mendadak pisau belatinya ditusukkan keatas pinggul perempuan
tersebut, tusukannya keras dan tak mengenal belas kasihan.
Jerit kesakitan yang memilukan hati bergema memecahkan
keheningan, saking sakitnya hampir saja Jin cun roboh tak sadarkan
diri Kalau tadi pergelangan tangan kanan Li Sian soat yang berlubang
hingga darah bercucuran deras, maka sekarang pinggul Jin cunlah
yang menderita pendarahan hebat. sambil menahan sakit yang luar
biasa, Cun hong lengcu berteriak keras : "Kim ..... Kim tayhiap.
mengapa kau harus turun tangan sekeji ini kepadaku?" sambil
tertawa dingin, Kim Lotoa berkata :
"Asal kau bersedia mengaku sejujurnya, tentu saja siksaan badan
tak bakal dihindari." Kemudian sambil berpaling kearah Li sian soat,
tegurnya : "Bagaimana dengan kau?"
sambil berkata, ia menangkap tangan kanan Li sian soat yang
terluka sambil mempersiapkan pisau belatinya yang siap akan
ditusukkan kembali keatas bekas luka tersebut.
Dengan ketakutan Li sian soat menjerit : "Taci, aku ....."
"Kita toh sudah menjawab dengan sejujurnya, bila mereka nekat
tak mau percaya, kitapun tak bisa apa-apa." seru Jin cun keraskeras.
"Jimoay lebih baik kita mati saja, akupun sudah tak mampu
menahan diri lagi." Kim Lotoa sebera mendengus dingin :
"sayang sekali, biar ingin mampus pun kalian tak bakal mampus
semudah ini" Pisau belatinya segera ditusukkan keatas bekas luka pada
pergelangan tangan kanan Li sian soat, kemudian pisaunya diputarputar
dalam bekas luka tersebut.
Li sian soat menjerit-jerit histeris begitu tersiksanya dia hingga
akhirnya jatuh tak sadarkan diri
sementara itu Kim loji telah siap dengan kantung airnya, begitu
melihat Li sian soat jatuh pingsan, ia segera mengguyurkan air
dingin itu keatas kepalanya sehingga Hee im lengcu ini tersadar
kembali dari pingsannya. Dh wajah pucat pias seperti meyat, dia
berteriak kembali : "Bila kalian adalah orang-orang gagah, lelaki sejati, mengapa
tidak langsung pergi mencari sucouw atau suhuku" Buat apa kalian
menyiksa perempuan lemah."
Kho Beng seperti tertawa : "Biarpun kalian adalah perempuan"
ujarnya. "Tapi dibawah bimbingan serta pendidikan dari gurumu,
tentu banyak kepandaian jahat yang pernah dipelajari, banyak pula
kejahatan yang telah kalian perbuat, oleh sebab itu sedikit
penderitaan yang diberikan kepada kalian sekarang, sesungguhnya
belum terhitung seberapa."
Kemudian setelah berhenti sejenak, katanya lebih jauh.
"Disamping itu kamipun pasti akan pergi mencari sucouwmu ,
tapi bajingan tua itu terlalu licik dan banyak akal bulusnya, maka itu
sebelum pergi mencarinya, kami harus mengetahui data-datanya
dulu secara lengkap."
Melihat kedua orang gadis itu tetap membungkam dalam seribu
bahasa, Kim Lotoa kembali membentak kepada Jin cun :
"Tampaknya luka tusukanmu tadi tidak terlalu menyakitkan
dirimu?" Buru-buru Jin cun berteriak mengaduh sambil serunya :
"sakit, sakit sekali, aku hampir mampus saking sakitnya." Kim Lotoa
segera tertawa, katanya :
"Padahal apa yang kulakukan barusan baru merupakan suatu
peringatan, perbuatan Kim toaya yang lebih lihay segera akan
menyusul datang." sembari berkata dia mengeluarkan sebuah botol kecil dari
sakunya dan menuang sedikit bubuk bewarna merah diujung pisau
belatinya yang tajam. Melihat kejadian ini, cun hong lengcu segera berteriak dengan
nada kaget bercampur ketakutan.
"Apa...apa yang hendak kau perbuat?"
Kim lotoa tertawa dingin,
"ooooh, bubuk itu hanya bubuk merica biasa saja, tapi yang unik
adalah bila dipoleskan disekitar mulut luka, maka dia akan
memberikan penderitaan serta siksaan yang paling besar bagi orang
itu." Kemudian dengan suara dalam bentaknya :
"Sekarang aku akan membuktikan dari tubuhmu"
"Jangan, jangan, jangan kau bersikap begitu kejam kepadaku,"
jerit Cun hong lengcu sambil menggigit bibirnya.
"Bersedia tidak berbicara sejujurnya?" jengek Kim lotoa sambil
tertawa dingin. Cun hong lengcu sebera menganguk berulang kali.
"Bersedia, bersedia, perkataan apapun pasti akan kujawab
dengan sejujurnya." "Nah, katakan sekarang, kalian hendak kemana?" setelah
menghela napas panjang, cun hong lengcu berkata : "Kami hendak
pergi mengudang seseorang."
"siapa yang akan diundang?"
"Pek kut hujin dari Bi sing nia"
Kim lotoa segera mengalihkan pandangan matanya kewajah
Thian cun yang dan oh Kuisam serta Kho Beng sekalian, nampaknya
dia tidak mengenal siapakah Pek kut hujin atau nyonya tulang putih
ini, sehingga menunggu petunjuk selanjutnya dari mereka. Dengan
kening berkerut, Thian cun yang segera bertanya kepada oh Kui
sam. "Pernahkah kau mendengar nama Pek kut hujin?"
oh Kui sam sebera menggeleng.
"Aku tidak lebih mengerti tentang urusan dunia persilatan
daripada dirimu, kalau kau saja tak tahu masa bisa aku tahu, lebih
baik ditanyakan kepada perempuan bau itu" Tidak menunggu kedua
orang kakek itu berbicara, Kim lotoa telah bertanya, "siapakah Pek
kut hujin itu?" "Dia adalah istri pertama Liong hoa sinkun" sekali lagi Thian cun
yang dibikin tertegun. "siapa pula Liong hoa sinkun itu" PErnahkah kalian mendengar
tentang nama orang ini?"
semua orang saling berpandangan tanpa menjawab, hal inim
enandakan kalau mereka semua tidak kenal dengan orang tersebut.
sambil mendengus oh Kui sam sebera menimbrung.
"Aku pikir orang-orang itu pasti bukan manusia yang punya nama
atau paling banter cuma kaum iblis dari golongan sesat."
Tidak menunggu ditanya lagi, Cun hong lengcu sebera
menerangkan lebih jauh. "Liong hoa sinkun adalah pembantu utama dari sucouw kami,
bahkan sucouw kami pun menghormati sinkun, kedudukannya saat
ini adalah ketua pelindung hukum." Mendengar keterangan tersebut,
Thian Cun yang segera berkata sambil tertawa.
"Kalau begitu kita tak boleh memandang enteng dirinya,
bagaimana dengan Pek kut hujin?"
"Aku dengar Pek kut hujin masih jauh lebih tangguh ketimbang
Liong hoa sinkun, apabila mereka bertiga turun tangan bersama,
siapapun tak akan ditakuti lagi."
"siapa yang kau maksud tiga orang?"
"Tentu saja Liong hoa sinkun, Pek kut hujin serta sucouw kami"
Thian Cun yang termenung sebentar, lalu katanya :
"Aku lihat persoalan ini tak boleh dianggap enteng, rupanya ui sik


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kong telah sadar kalau kekuatan sendiri belum cukup untuk
menguasai seluruh jagat, maka dia berusaha menggunakan cara
lain." "Mungkinkah mereka akan berhasil?" tanya Kho Beng setelah
termenung sebentar. "Kau adalah contoh yang paling nyata, coba jawablah dengan
mengandalkan kepandaian silat yang kau peroleh dari kitab pusaka
Thian goan bu boh, sanggupkah dirimu untuk mengalahkan ui sik
kong, ketua dari partai kupu-kupu?"
"Memang tak mungkin" buru-buru Kho Beng menjawab. " dengan
mengandalkan ilmu silat peninggalan Kongci Cu?"
"Mendiang guruku mati karena dia telah menderita luka dalam
yang cukup parah disaat sedang bertarung melawan bajingan tua ui
sik kong, coba kalau bukan demikian rasanya tak mungki ........"
Ia merasakan suaranya sesenggukan dan hampir saja
mengucurkan air mata. "Nah itulah dia hanya mengandalkan ilmu silat dari kitab pusaka
Thian goan bu boh, kau tak mampu menandingi ui sik kong dengan
hanya mengandalkan ilmu silat warisan Kongci Cu pun tak berhasil,
hanya bila dua jenis kepandaian itu digabungkan baru akan terwujud
kekuatan yang luar biasa bukan?"
"Maksud cianpwee, bukan saja mereka bergabung sewaktu
bertempur, bahkan didalam ilmu silat pun ........ ,"
Cepat-cepat Thian Cun yang menggelengkan kepalanya berulang
kali, katanya : "Ilmu silat mereka belum tentu dapat digabungkan satu dengan
yang lainnya, tapi daya pengaruh yang dihasilkan bila mereka
bertiga bekerja sama, mungkin bisa bikin kepala orang pusing."
Cun hong lengcu yang berada disam^ingnya sebera menimbrung
: "Bila kalian tak merasa mampu menandingi kemampuannya lagi,
lebih baik bebaskan kami, lalu cepat- cepatlah kabur untuk
menyelamatkan diri" Thian Cun yang sama sekali tidak menggubris perkataan cun
hong lengcu, setelah tertawa nyaring katanya :
"Ditinjau dari hal ini jelas sudah bajingan tua ui Sik kong memang
berada dibukit Cian san, kita harus berebut waktu sekarang, mari
kita berangkat sekarang"
"cianpwee kau belum berpesan bagaimana dengan mereka"
buru-buru Kim lotoa berseru. Thian cun yang menatap sekejap
wajah Kho Beng, lalu katanya : "Apakah kau mempunyai suatu
pendapat?" Buru-buru Kho Beng berkata :
"Biarpun boanpwee tidak mempunyai pendapat apa-apa, namun
kedua orang siluman wanita ini adalah orang yang menjadi
penyebab bagi penderitaan ciciku, lagipula mereka licik dan banyak
tipu muslihatnya, biar dibunuh pun tak perlu disayangkan."
"Walaupun demikian, tapi tidak cocok kalau kita membunuhnya,
dalam keadaan demikian, lebih baik disekap dulu."
sambil berpaling kearah tiga bersaudara Kim, katanya kemudian :
"Menurut pendapatku, lebih baik kalian bertiga tetap tinggal disini
menjaga ketiga tawanan tersebut, tunggulah sampai kami semua
kembali kemari, kemudian baru pulang bersama-sama . "
sekalipun tiga bersaudara Kim merasa enggan, namun mereka
pun tak berani membangkang perintah Thian Cun yang, oleh sebab
itu sahutnya cepat-cepat : "Boanpwee turut perintah." Kho Beng
segera berkata pula. " Ketiga orang ini memiliki kepandaian silat yang amat tinggi,
meskipunjalan darahnya sudah tertotok, namun kalian jangan
menganggap enteng dirinya."
"Kho sauhiap tak usah kuatir" Kim lotoa tertawa, "kalau cuma
persoalan seperti itu rasanya kami masih mampu mengatasinya."
sambil berkata ia sebera mengeluarkan seutas tali otot naga dan
berkata kembali : "Betapapun lihaynya kepandaian silat mereka, aku rasa disaat
jalan darah mereka tidak tertotok pun, tentunya tak mampu untuk
menggetar putus tali ini, bukan?"
Dalam waktu singkat Kim loji dan Kim losam turun tangan pula
untuk mengikat tubuh Cun hong lengcu, Li sian soat serta sin cu
beng. Kemudian mereka pun menotok jalan darah bisunya, dengan
demikian ketiga orang itupun berubah menjadi kaku, bukan cuma
tak mampu bergerak. berkaok pun tak dapat. oh Kui sam segera
memuji sambil tertawa : "Caramu ini memang bagus sekali, mari kita berangkat dengan
perasaan lega." Tanpa menunggu jawaban lagi, dia segera berangkat lebih dulu
menuju keluar gua. Hujan yang turun diluar makin deras, udara semakin gelap
sehingga menghalangi pandangan mata semua orang.
secara beruntun Thian cun yang, Kho Beng, Beng Gi ciu serta
siau wan bermunculan dari gua mengikuti dibela kang oh Kui sam,
kemudian dibawah petunjuk Beng Gi ciu mereka langsung berangkat
menuju kepuncak bukit Cian san.
Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki kelima orang itu
merupakan kepandaian yang sangat tangguh, tak selang berapa saat
kemudian mereka telah sampai dipuncak utama seperti sukmasukma
gentayangan. Kho Beng sudah cukup mengenal daerah sekitar situ, tanpa
terasa timbul perasaan aneh dalam hatinya memandang puncak
gunung yang dicekam kegelapan, pikirnya :
"Aaaa, apakah ciciku masih disekap disini" Lantas bagaimana
keadaannya sekarang, tentu ia sudah disiksa sampai tak karuan lagi
bentuknya." Kemudian ia pun membayangkan kembali keadaan dari kakek
tongkat sakti, Chin sian kun.
sementara dia masih melamun, mendadak Thian cun yang yang
berjalan didepan menghentikan langkahnya seraya berseru :
"Tunggu dulu" Ketika semua orang mengalihkan pandangan
matanya keatas, terlihatlah puncak bukit itu amat gersang dan
gungul, kecuali deruan angin barat yang amat hebat, kabut hitam
yang menyelimuti atas permukaan tanah serta hujan yang cukup
deras, tak nampak sesosok bayangan manusia pun disekeliling sana,
seolah-olah tempat itu merupakan sebuah bukit yang sepi dan
terpencil. Mengawasi kesemuanya itu, tanpa terasa Thian Cun yang
menghela napas panjang. Pertarungan berdarah dibukit hati duka seabad berselang diduga
bisa menyebabkab aman tentramnya dunia persilatan, siapa tahu
seabad kemudian timbul kembali peristiwa yang tragis dalam dunia
persilatan." sementara dia masih berpikir, terdengar oh Kui sam telah berbisik
disisi telinganya. "Mulut guanya berada disebelah sana, ayoh jalan,
apalagi yang kaupikirkan?" Bagaikan baru mendusin dari impian,
Thian cun yang menyahut : "Jangan tergesa-gesa, kita mesti
meneliti lebih dulu keadaan sekeliling tempat ini." Kemudian sambil
berpaling kearah Kho Beng, katanya lebih jauh :
"Diantara kita semua, hanya kau yang pernah memasuki gua
pengikat cinta, sesungguhnya berapa luas sih kawasan gua ini dan
berapa dalam jarak antara mulut gua kedasar ruangan" Apakah kau
masih mengingatnya secara jelas?" Kho Beng berpikir sebentar,
kemudian jawabnya : "Jarak dari mulut gua sampai ruangan utama dibawah sana
rasanya lebih kurang sepuluh kaki, ruang gua dibawah situ saling
berhubungan satu dengan lainnya, aku rasa kawanan mereka tak
terhitung kecil, tapi sayang boanpwee belum sempat mengelilingi
semuanya" Thian Cun yang mengitari sekejap sekeliling tempat dengan sorot
matanya, kemudian berkata :
"Luas puncak bukit ini paling banter hanya lima puluhan kaki
persegi kebawahpun cuma enam, tujuh puluh kaki, kalau dihitung
kembali secara cermat lingkupan mereka tidak termasuk kelewat
besar, lagipula disudut utara sana sudah pasti dinding guanya amat
tipis benar." oh Kui sam sebera menimbrung.
"Cun yang, mengapa sih pembicaraanmu hari ini kelihatan
mencla mencle seperti orang yang ragu untuk berbicara" Peduli
amat sih besar atau tidaknya kawasan mereka, asal kita sudah
memasukinya toh segala sesuatunya akan terlihat dengan
sendirinya?" Bersambung ke jilid 42 Jilid 42 "Bukan begitu keadaan yang sebenarnya," ujar Thian cun yang
bersungguh-sungguh "Ketahuilah, musuh yang sedang kita hadapi sekarang adalah
seorang manusia jahat yang licik dan banyak tipu muslihatnya, sekali
kita bersikap kurang berhati-hati, bisa jadi kita akan terpeleset dan
menderita kekalahan total" Kemudian setelah berhenti sejenak,
terusnya dengan suara dalam :
"Satu hal perlu diingat-ingat, setelah masuk nanti , entah berada
didalam keadaan seperti apa pun, kita tak boleh saling memisahkan
diri." "Empek Thian, kami akan mengingat baik-baik pesanmu" itu
Beng Gi Ciu berjanji sambil tertawa.
"Selain itu masih ada satu lagi yang perlu diawasi yakni berhatihati
terhadap ilmu pukulan beracun atau ilmu sesat lainnya, apalagi
serangan secara terang-terangan gampang dihindari, tapi serangan
bokongan susah dihadapi , Kho Beng kau saja yang menjadi
pembuka jalan" Tapi baru berjalan berapa langkah, gelak tertawa yang amat
keras telah bergema memecahkan keheningan, menyusul kemudian
tampak serombongan bayangan manusia bermunculan secara tibatiba,
sebagai pemimpinnya ternyata tak lain adalah Ui Sik kong
sendiri. Terdengar ia berseru setelah tertawa nyaring :
"Walaupun aku sudah menduga bakal kedatangan tamu agung,
namun tidak kusangka kau akan datang dimalam yang hujan dan
dingin seperti sekarang ini."
Kemudian setelah mengawasi sekejap keadaan lawannya, dia
melanjutkan : "Waaah, kelihatannya kalian sudah basah kuyup semua, mari
silahkan masuk untuk beristirahat sejenak, aku pasti akan
menyambut kedatangan kalian dengan arak hangat." sambil berkata
ia menyingkir kesamping dan mempersilahkan tamunya untuk lewat.
Thian Cun yang yang berdiri didepan sekali untuk menghalangi
rekan-rekannya maju, ketika mendengar perkataan tersebut ia sama
sekali tak bereaksi, hanya ujarnya sambil tertawa dingin :
"Tak usah tergesa-gesa, lebih baik kita berbincang-bincang dulu
disini" Ui sik kong segera tertawa tergelak :
"Haaahh haaahh haaahh .. biarpun ruangan dalam goa kurang
indah dan mewah paling tidak jauh lebih hangat dan nyaman
ketimbang tempat ang basah dan dingin seperti ini, mengapa sih
kalian tak berani masuk?"
Thian Cun yang tertawa dingin : "Aku ingin mengetahui lebih dulu
maksud tujuan anda."
Ui sik kong memperhatikan sekejap keadaan musuh-musuhnya,
kemudian berkata : "Panglima perang yang pernah kalah bertempur mana berani
bicara besar" Tentu saja kami akan mendengarkan semua perkataan
dari keturunan tiga dewa." Kemudian sambil menunjuk
kebelakangnya, ia melanjutkan :
"Yang ini adalah ketua pelindung hukum partai kami, Liong hoa
sinkun, sedang keempat orang ini adalah empat tiang lo partai kupukupu,
sedangkan sisanya yang lain bukan terhitung orang-orang
yang bisa diandalkan lagi."
"orang-orang itu tiada persoalan yang terlalu serius buat
pandangan kami," tukas Thian cun yang tertawa "Justru yang ingin
kuketahui adalah rencana anda yang selanjutnya."
Ui Sik kong mendengus dingin : "Hmmm, aku tidak mempunyai
perencanaan apa-apa" Thian cun yang segera berpaling kearah Kho
Beng dan serunya : "Bocah muda, lebih baik kau saja yang bedanya
kepadanya." Kho Beng menyahut dan segera tampil kedepan, bentaknya
kemudian "Ui sik kong kau tak mengira bukan aku bakal datang
pada hari ini?" Ui sik kong tertawa dingin :
"Walaupun perhitunganku belum bisa dibilang tepat seratus
persen, namun sudah kuduga kau bakal datang, hanya sayang
tendanganku tempo hari kelewat enteng, sehingga rasanya kurang
mantap untuk menghantarmu pergi kerumah nenek."
"Hmmm, nampaknya kau tidak menunjukkan sedikit rasa
menyesal pun," tegur Kho Beng gusar, "Apakah sudah kaupikirkan
kembali syarat yang kuajukan?"
"sudah kupertimbangkan, dan aku dapat menerimanya"
"Dapat menerimanya?" Kho Beng jadi tertegun dibuatnya.
Thian cun yang, oh Kui sam, Beng Gi ciu serta siau wan pun turut
tertegun dibuatnya, keadaan tersebut sama sekali tak sesuai dengan
apa yang mereka duga, dengan sikap maupun nada pembicaraan Ui
sik kong, sudah jelas ia tak mempunyai rasa menyesal ataupun
bertaubat, namun mengapa ia justru mengucapkan kata-kata seperti
ini" sebenarnya apakah rencana serta maksud tujuannya"
"Apakah kau berbicara dengan sesungguhnya?" Kho Beng segera
menegur dengan suara dalam.
"Apakah kau tak percaya?" Ui sik kong balik bedanya dengan
suara yang tenang. "Terus terang saja aku menaruh curiga yang besar terhadapmu,
tapi asal kau benar-benar mempunyai maksud untuk bertobat, aku
akan tetap menuruti pesan mendiang guruku dengan melindungi
kehidupan dari partai kupu-kupu."
Ui sik kong tertawa. "Waaah, kalau begitu aku amat berterima kasih sekali"
Untuk sesaat lamanya Kho Beng tidak mengerti bagaimana mesti
berbuat, terpaksa dia berpaling kearah Thian cun yang serta oh Kui
sam, sambil berkata : "Harap cianpwee sudi memberi petunjuk"
Thian cun yang tertawa bergelak.
"Haaahh . Haaahh . Haaahh .sesungguhnya gampang sekali,
suruh saja dia membebaskan dulu orang-orang yang disekap dalam
gua pengikat cinta" Kho Beng manggut-manggut, segera serunya dengan keras:
"Bila anda mempunyai niat yang tulus, harap ciciku dan kedua
dayangnya, kakek tongkat sakti serta nona Chin sekalian segera
dibebaskan dari sekapan"
Ui sik kong segera menjawab sambil tertawa :
"Bila sikap anda sekalian tetap berhati-hati dan penuh perasaan
curiga terhadapku, hal ini menunjukkan bukan aku yang tak
mempunyai niat yang tulus, sebaliknya kalian sendiri ."
Kemudian dengan sinar hijau memancar keluar dari matanya, dia
berkata lebih jauh : "Dengan kuterima syarat yang kalian ajukan, sudah dapat
kupastikan dunia persilatan akan pulih kembali dalam ketenangan
dan kedamaian, kini aku telah mempersiapkan perjamuan untuk
anda semua, apa salahnya kalau kita berbincang-bincang dulu
sambil minum arak, kemudian aku akan memimpin para jago untuk


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kembali ke sin kiang, sedang kalian boleh meninggalkan bukit Cian
san dengan membawa serta kakek tongkat sakti sekalian, bukankah
segala urusanpun akan beres dengan sendirinya?"
sebelum semua orang mengemukakan pendapatnya, tiba-tiba oh
Kui sam menyela : "Perkataannya memang ada betulnya juga, apa
salahnya kalau kita mengganggunya sejenak?"
Ia bukan ingin minum arak tapi merasa bahwa perbuatan
drmikian tak akan menghilangkan pamor.
Thian cun yang segera berkerut kening, katanya dengan suara
dalam : "Ui sik kong, kau harus tahu, bila kau mempunyai niat jelek atau
sudah merencanakan sesuatu secara licik, maka akibatnya bisa
diluar dugaanmu sama sekali."
"Aku toh mengundang kalian dengan perasaan yang tulus, buat
apa anda justru menaruh banyak curiga?" sahut Ui sik kong sambil
tertawa hambar. "Moga-moga saja apa yang kau katakan adalah ucapan yang
sejujurnya, demi mati hidupnya partai kupu-kupu, keputusan yang
kau ambil pada malam ini sangat penting, kuharap kau cukup
memahami keadaan tersebut."
Ui sik kong segera tertawa bergelak.
"Haaahh haaahh haaahh bila anda masih saja mencurigai diriku
dengan tuduhan yang bukan-bukan aku pun tak akan menahan
kalian, silahkan saja segera pergi meninggalkan tempat ini."
oh Kui sam tertawa bergelak.
"setelah datang mengapa harus pergi lagi" Bila kami berani
datang tapi tak berani memenuhi undanganmu, apa kata orang
tentang keturunan dari tiga dewa" silahkan membawa jalan"
"Aaai nampaknya oh lohiap memang jauh lebih tegas."
Dengan sinar mata yang licik dia memandang sekejap sekitar
situ, lalu terusnya : "Biar aku segera membawa jalan untuk kalian"
Ia membalikkan badan dan mengajak keempat tiang lo dari partai
kupu-kupu dan ketua pelindung hukumnya Liong hoa sinkun yang
berambut panjang sebahu memasuki pintu gua terlebih dahulu.
Tampaknya pintu gua terpentang lebar-pebar, cahaya lentera
menerangi seluruh sudut ruangan.
sepanjang lorong rahasia, setiap jarak dua kaki, disisi kanan kiri
lorong berdiri sepasang busu bersenjata yang melakukan penjagaan
secara ketat, gaya maupun sikap mereka Nampak perkasa dan
penuh kewibawaan. sementara itu Ui sik kong berjalan dengan wajah penuh rasa
bangga sepanjang jalan tiada hentinya dia mengelus jenggot
kambingnya sambil menengok kanan kiri
oh Kui sam serta Thian cun yang mengikuti dibelakangnya
dengan senyum dingin menghiasi wajahnya, apalagi sikap Kho Beng
serta Beng Gi ciu, kedua orang muda mudi ini kelihatan acuh tak
acuh, mereka mengikuti dari belakang dengan angkuh.
Tak lama kemudian, tibalah mereka diruangan tengah, sebelum
nya Kho Beng pernah berkunjung kesana, hanya bedanya waktu itu
dia datang dengan perannya sebagai Koan ci Cu, sedang sekarang ia
datang sebagai murid dari Kongci Cu.
Ditengah ruangan telah dipersiapkan sebuah meja perjamuan,
dayang dan pelayan telah siap melayani , namun disekeliling
ruangan tersebut dipenuhi dengan busU berpedang yang melakukan
penjagaan secara ketat. setibanya didepan meja, Ui sik kong segera mempersilahkan
tamunya untuk mengambil tempat duduk lebih dulu. "silahkan anda
sekalian duduk" Bersamaan itu pula dia memberi tanda kepada rekan-rekannya
agar duduk pula menurut urutan, tapi semuanya menempati sudut
sebelah kiri, sebab ia sudah melihatnya bahwa dibagian sanalah
merupakan posisi yang paling aman.
Ui sik kong segera tertawa terbahak-bahak , dengan mengajak
Liong hoa sinkun dan keempat tiang lo dari partai kupu-kupu mereka
menempati pos isi sebelah kanan tapi disamping Liong hoa sinkun
Nampak masih ada sebuah tempat berada dalam keadaan kosong.
sambil tersenyum Thian cun yang segera menegur, "Nampaknya
masih ada amu agung lain yang bakal datang?"
sambil tertawa Ui sik kong manggut-manggut :
"Benar, masih ada seorang teman yang belum datang, tapi orang
itupun tak bisa dianggap sebagai tamu."
"Bolehkah aku tahu siapakah orang itu?" Tanya Thian cun yang
sambil tertawa. Liong hoa sinkun yang duduk disamping Ui sik kong segera
menyahut dengan suara dingin :
"orang itu adalah istriku Pek kut hujin"
"Hujan turun begini deras, malampun sudah semakin larut,
mungkin dia tak bakal datang malam ini?"
Liong hoa sinkun mendengus dingin.
"Hmmm, dia pasti akan datang, cuma soal waktu saja mungkin
agak terlambat." "Beranikah anda bertaruh denganku?"
Berubah paras muka Liong hoa sinkun setelah mendengar
perkataan itu tegurnya : "Apa maksud perkataanmu ini?"
"Aaah, tidak bermaksud apa-apa, aku hanya mengadu nasib
saja." Buru-buru Ui sik kong menyela sambil tertawa :
"Aku rasa urusan sepele seperti itu tak perlu dipertaruhkan lagi,
yang penting justru merundingkan masalah besar, biarpun Pek kut
hujin tak bisa datang pada saatnya, toh bukan berarti akan
mengganggu jalannya perundingan diantara kita"
Mendadak Liong hoa sinkun menggebrak meja seraya berseru :
"Tiba-tiba saja aku mencurigai satu hal, sekalipun istriku tak bisa
datang pada saatnya, seharusnya Cun hong lengcu dan Hee im
lengcu sudah balik kembali .aku rasa .." setelah berhenti sejenak,
dengan suara dalam dia melanjutkan,
"Aku rasa hanya sebuah jawaban saja, sudah pasti istriku sudah
mendapat celaka ditangan mereka?"
Buru-buru Ui sik kong menggoyangkan tangannya berulang kali
sambil katanya : "Tidak mungkin, tidak mungkin"
Menyusul kemudian sambil tertawa tergelak lanjutnya :
"Haaahh . Haaahh haaahh mereka adalah jago-jago lihay yang
menganggap dirinya sebagai pendekar sejati yang berjiwa besar,
tentu saja pendekar sebangsa mereka tak bakal melakukan
perbuatan rendah seperti ini , mereka orang-orang perempuan
sudah terbiasa menunda waktu karena urusan pribadi kaum wanita ,
lebih baik kita membicarakan dulu persoalan yang pokok."
sambil berkata dia segera melemparkan sebuah kerlingan
misterius kewajah Liong hoa sinkun.
Thian cun yang dapat menyaksikan hal ini secara jelas, buru-buru
dia berbisik kepada rekan-rekannya dengan ilmu menyampaikan
suara : "Keadaan sudah semakin nyata, sudah pasti bajingan tua she Ui
ini mempunyai rencana busuk yang telah dipersiapkan."
Padahal sekalipun tidak disinggung oleh Thian cun yang pun Kho
Beng sekalian sudah dapat melihat jelas, karena tindakan Ui sik kong
yang tidak mengkuatirkan hilangnya Jin Cun dan Li sian soat sudah
cukup untuk membuktikan hal ini.
Ditengah gelak tertawa nyaring, Ui sik kong mengangkat cawan
araknya dan berkata : "Untuk menunjukkan ketulusan hati kami, silahkan anda sekalian
minum secawan arak terlebih dahulu"
Tunggu sebentar mendadak Kho Beng berseru dengan suara
yang berat dan dalam. Ui sik kong meletakkan kembali cawan
araknya, kemudian menegur dengan kening berkerut :
"apakah Khosauhiap mempunyai suatu petunjuk?"
"Kedudukan Dewi In Un didalam partai kupu-kupu tidak terhitung
rendah, apalagi dia pun sudah banyak membuat jasa didaratan
Tionggoan, mengapa tak Nampak ia turut hadir dalam pertemuan
malam ini?" Ui sik kong segera tertawa hambar.
"Kaum wanita tidak pantas ikut menyambut tamu, apalagi siauli
merasa kurang enak badan sehingga sudah tertidur sejak sore tadi."
"Hmmm, itu mah Cuma alasan anda saja untuk menutupi
keadaan sebenarnya," jengek Kho Beng sambil tertawa dingin,
"muda-mudi dunia persilatan tidak mementingkan tata cara, apalagi
berbicara dari tingkat kedudukan putrimu, sepantasnya kalau ia turut
menghadiri perjamuan malam ini."
"Tapi bukankah telah kubilang, putriku sedang sakit?" jawab Ui
sik kong sambil tertawa. Kembali Kho Beng tertawa dingin.
"Bagi orang yang belajar silat, penyakit demam tak mungkin bisa
menyerang tubuhnya, apalagi putrimu masih muda, ia tak mungkin
akan terserang sakit, apakah kau tidak merasa bahwa perkataanmu
kelewat keterlaluan?"
Berubah hebat paras muka Ui Sik kong, segera katanya :
"Kuharap anda jangan terlalu menyudutkan posisiku, kenapa kau
bersikeras menyuruh putriku turut hadir didalam pertemuan ini?"
"sebab ada sementara persoalan yang cuma bisa dijawab oleh dia
seorang." "Persoalan apa?" ui sik kong bertambah gusar.
"Misalnya saja siapa yang telah menyamar sebagai Bu wi lojin
dalam peristiwa berdarah tempo dulu, dan dimanakah kakakku
sekalian disekap" Lebih baik undanglah dia keluar agar semua
persoalan dapat diselesaikan hingga tuntas."
"Kalau hanya persoalan itu mah, aku pun dapat menyelesaikan"
kata Ui sik kong sambil tertawa.
Kho Beng segera berpikir sebentar, lalu katanya :
"Kalau anda memang dapat menyelesaikannya, baiklah, kita pun
tak usah mengganggu putrimu lagi."
sekali lagi Ui sik kong mengangkat cawan araknya sambil berkata
: "Harap kalian menerima penghormatanku dengan secawan arak
ini." Tapi secara tiba-tiba Kho Beng menggebrak meja lagi sambil
berseru : "Tunggu dulu"
Terpaksa Ui sik kong meletakkan kembali cawan araknya, lalu
menegur : "Kho sauhiap ada petunjuk apalagi, kenapa tidak diungkap saja
seusai aku menghormati secawan arak kepada kalian?" Kho Beng
menggeleng. "Masih ada sebuah persoalan yang lebih penting dan harus diberi
penyelesaian lebih dulu."
Tampaknya Thian Cun yang sekalian sudah dapat memahami
maksud serta tujuan Kho Beng, tanpa terasa mereka mengangguk
dengan perasaan puas, sebab siapapun tak ada yang tahu apakah
dalam arak tersebut telah dicampuri racun atau tidak.
Andaikata keadaan yang sebenarnya belum diketahui secara pasti
dan gara-gara itu mereka sampai diracuni, bukankah usaha mereka
bakal menderita kegagalan total" Bukan Cuma begitu, bahkan bisa
jadi keselamatan jiwa mereka pun akan terancam"
"silahkan Kho sauhiap utarakan" terdengar Ui sik kong berkata
dengan kuning berkerut. "Kalau memang anda telah menerima semua syarat yang
kuajukan sebelumnya, kupikir kalian pun harus membebaskan dulu
kakakku sekalian dan kita minum arak bersama-sama untuk
menghilangkan segala kecurigaan dan pertikaian dimasa lalu" Ui sik
kong segera tertawa seram,
"Perkataan Kho sauhiap memang benar tapi harap jangan lupa
bahwa dalam salah satu syaratmu, terdapat pernyataan yang
mengatakan kau hendak mengembalikan benda mestika dari partai
kupu-kupu kami, yaitu kitab pusaka Thian goan bu boh."
"Tentu saja aku akan memenuhi janji itu, aku bukan manusia
yang tak dapat dipercaya kata-katanya."
Ui sik kong segera mengulurkan tangannya kedepan sambil
berseru : "Kalau begitu sauhiap dapat segera menyerahkannya
kepadaku soal ini" Kho Beng nampak agak tertegun dan tidak menduga sampai
kesitu, selang sesaat kemudian ia baru berkata :
"Jadi kau berniat untuk bertukar syarat dengan kitab pusaka
tersebut?" sebagaimana diketahui, kitab pusaka Thian goan bu boh memang
tidak berada disakunya tapi disimpan oleh Bu wi lojin disuatu tempat
yang sangat rahasia dalam lembah hati Buddha.
Ui sik kong tertawa dingin.
"semula aku tidak berniat untuk berbuat begini, tapi lantaran Kho
sahiap bersikeras untuk memaksa kami membebaskan kakakmu
sekalian terlebih dahulu, mau tak mau terpaksa akupun harus
mengambil tindakan yang sama."
"Ini namanya mengancam, jelas kau tidak berniat secara tulus,"
seru Kho Beng dengan keras
Pryaaaanggg Ia membanting cawan araknya keatas tanah.
Ternyata perbuatan Kho Beng dengan membanting cawan arak
kelantaipun mengandung maksud tertentu, dia hendak
menggunakan kesempatan disaat arak tersebut tertumpah dilantai
untuk memeriksa apakah arak tersebut mengandung racun atau
tidak. Ui sik kong sama sekali tidak menjadi gusar karena ulah
lawannya, malah sambil tertawa hambar ia berkata :
"Bagaimana pun juga anak muda memang berdarah panas, kalau
toh kedua belah pihak bermaksud menyelesaikan persoalan secara
damai, mengapa pula tindakanmu mesti menuruti emosi?"
sambil berkata dia segera mengambil cawan arak yang berada
dihadapan oh Kui sam dan berkata lebih jauh.
"Mungkin anda sekalian mencurigai dalam arak ada racunnya,
biar aku mencicipi secawan lebih dulu"
sembari berkata ia segera meneguk isi cawan arak itu hingga
kering. Mula-mula Thian cun yang kelihatan agak tertegun, tapi
kemudian serunya sambil tertawa bergelak :
"Haaahh haahh haahh lagi-lagi kau menaruh kesalahpahaman,
jangan lagi arak tersebut tidak beracun, biarpun benar-benar ada
racunnya, apa pula yang mesti kami takuti" Namun bila arak ini
benar-benar beracun, asal anda minum obat penawar sebelumnya,
maka biarpun menghabiskan sepuluh cawan secara beruntun pun
aku rasa tak akan sampai terpengaruh oleh daya kerja racun itu"
Habis berkata, kembali ia tertawa terbahak-bahak. sambil tertawa
dingin Ui sik kong segera berkata :
"Kalau toh anda berkata demikian, akupun tak dapat berbuat lain
kecuali membatalkan perjamuan ini"
Kembali Thian cun yang tertawa bergelak :
"Tujuan kedatangan kami kemari memang bukan untuk minum
arak tapi ingin mengajak anda untuk membicarakan persoalan ini
secara baik-baik, kau harus mengerti, kami sama sekali tidak
mempunyai niat jahat bahkan kami setuju dengan usul Kho Beng
untuk tetap mempertahankan keutuhan dari partai kupu-kupu partai
kupu-kupu." "aku amat berterima kasih dengan usul kalian itu" kata Ui sik
kong sambil tertawa seram, "tapi kitab pusaka Thian goan bu boh
harus kalian serahkan lebih dulu."
"Asal semua persoalan telah terselesaikan, kujamin hanya


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

didalam setengah hari saja kitab pusaka Thian goan bu boh sudah
dapat kami serahkan kembali" kata Kho Beng dengan tegas, "kalau
tidak. aku berani menjamin dengan batok kepalaku ini."
"Ditambah pula dengan batok kepala kami berdua," sambung
Thian cun yang dan oh Kui sam serentak.
Ui sik kong segera tertawa.
"Kalau memang kalian telah berkata demikian, tentu saja aku
akan menurut perintah." Kemudian setelah berhenti sejenak.
katanya lagi. "Begitu kitab cusaka Thian goan bu boh dikembalikan, aku segera
akan menaik diri dari daratan Tionggoan."
"Tapi aku menuntut kepada anda untuk membebaskan dulu
semua tawanan yang ada" desak Kho Beng dengan sorot mata yang
tajam. Ui sik kong tertawa tenang, bukan menjawab dia malah bedanya
: "Apakah perjamuan ini masih akan dilanjutkan?"
"Tidak usah" tukas oh Kui sam, "Lebih baik dibubarkan saja"
sambil tertawa hambar Ui sik kong mengulapkan tangannya
seraya berseru : "Pengawal, bubarkan perjamuan, ganti dengan air teh"
Dalam waktu singkat meja perjamuan telah dibongkar sementara
didepan masing-masing orang dihidangkan secawan air teh. sambil
tertawa misterius, Ui sik kong berkata :
"Bila anda sekalian kuatir dala air teh ada racunnya, tak usahlah
diminum, tapi kuminta janganlah ditolak mentah-mentah, paling
tidak lakukanlah sedikit lagak seakan-akan menerima hidangan
tersebut." sindiran ini amat tajam dan langsung membuat paras muka Thian
Cun yang berubah menjadi merah padam, namun ia tidak berkata
apa-apa. Kembali Ui sik kong berkata lagi.
"sekarang juga aku akan menyuruh orang untuk mengundang
ang It ciang, Chin sian kun serta kakak perempuan Kho sauhiap agar
bertemu dengan anda sekalian."
"Kalau benar begitu, hal ini menunjukkan ketulusan hati anda,
aku pun pasti akan melaksanakan pesan guruku almarhum untuk
melindungi partai kupu-kupu dari segala ancaman bahaya."
Ui sik kong tertawa dingin, sambil berpaling kearah satu diantara
empat tiang lo partai kupu-kupu, serunya : "Harap Pek tiang lo
melaksanakan perintah ini."
Kakek itu mengiakan dan segera mengundurkan diri dari situ.
Mendadak . Terasa ada segulung bau aneh yang menyusup masuk kelubang
hidung masing-masing, semua orang segera merasa bahwa bau itu
berasal dari asap dupa yang baru dibakar , sementara asap berbau
harum itu sedang menyebar secara pelan-pelan keseluruh ruangan.
Bagi penciuman orang awam, bau tersebut merupakan bau asap
dupa sesungguhnya, sama sekali tidak ada gejala mencurigakan.
Tapi begitu Thian cun yang mengendusnya, berubah air mukanya
dengan cepat buru-buru peringatnya dengan ilmu menyampaikan
suara : "Cepat tutup kelima jalan darah penting didepan dada"
Begitu mendengar suara peringatan tersebut, Kho Beng, Beng Gi
ciu dan siau wan sekalian cepat-cepat menutup semua jalan darah
pentingnya. Terdengar Thian Cun yang pra-pura berbatuk dan menutup
mulutnya dengan ujung baju, padahal ia berbisik lagi dengan ilmu
menyampaikan suaranya : "Aku telah berhasil menemukan hal-hal aneh, kalian cepat
berlagak seperti orang yang mabuk dan bersikap masa bodoh,
namun ingat jangan sampai kosongkan pikiran, coba kita lihat
permainan apalagi yang bakal mereka pergunakan."
Maka suasana didalam ruangan pun lambat laun tercekam
kembali dalam keheningan.
Tampak Thian cun yang, oh Kui sam, Kho Beng, Beng Gi ciu serta
siau wan duduk kaku bagaikan hwesio tua yang sedang semedi
sementara biji mata masing-masing cun makin lama semakin tak
bergerak lagi. Ui sik kong yang mengawasi terus perubahan wajah lawanlawannya
itu mulai memunculkan senyuman bangga setelah melihat
kejadian ini. setengah peminuman teh kembali sudah lewat, tiba-tiba Liong
hoa sinkun bangkit berdiri lalu secara tiba-tiba mengayunkan
kesepuluh jari tangannya dan digetarkan lebih dulu dihadapan Thian
cun yang. Thian cun yang berlagak seakan-akan sama sekali tidak
merasakan gerakan tersebut, tubuhnya sama sekali tak bergerak.
Dengan suara yang dalam Liong hoa sinkun segera menegur :
"Thian cun yang tatap kesepuluh jari tanganku ini lekat-lekat"
Thian cun yang sama sekali tak bersuara, namun biji matanya
yang sudah tak berputar itu benar-benar berputar mengikuti gerakan
ke sepuluh jari tangan Liong hoa sinkun.
sekilas perasaan girang segera menghiasi wajah Liong hoa
sinkun, lagi-lagi dia menegur dengan suara dalam : "Kenalkah
dengan aku?" "Kenal" jawaban Thian cun yang bagaikan orang mengigau.
"siapakah aku?" desak Liong hoa sinkun lebih jauh.
"Kau adalah si setan gantung hitam dari istana neraka"
"Haaahh?" tanpa terasa Liong hoa sinkun berseru kaget dan
menghentikan perbuatan dengan wajah tertegun.
Ui sik kong turut melompat bangun dengan wajah tertegun,
segera tanyanya : "Apa yang sebenarnya terjadi"
Liong hoa sinkun tergagap tak mampu menjawab, sinar matanya
pelan-pelan dialihkan dari wajah Thian cun yang keatas wajah siau
wan, lalu seorang demi seorang ditelitinya dengan seksama.
Ia menjumpai wajah orang-orang itu sudah berubah menjadi
orang yang kehilangan pikiran, biji matanya kaku dan lagaknya
seperti orang bodoh, sama sekali tidak ditemukan sesuatu gejala
yang aneh. Karenanya sambil tersenyum, dia berkata :
"Mungkin tenaga dalam mereka kelewat sempurna, biarpun
hamba telah menambah sepuluh kali lipat bahan sian hun liang yang
dibakar, namun kesadaran pikiran mereka tampaknya belum
terpengaruh secara keseluruhan."
"Tapi apa sebabnya ia mengatakan sinkun adalah si setan
gantung hitam dari neraka?" Tanya Uisik kong dengan perasaan tak
habis mengerti. Liong hoa sinkun tertawa jengah, buru-buru
sahutnya : "Hal ini, mungkin tampang hamba memang kurang sedap
dipandang sehingga, sehingga dia menyebut begitu kepadaku."
"Lantas apa yang mesti kita perbuat dalam langkah berikutnya?"
Tanya Ui sik kong kemudian serius.
Liong hoa sinkun tertawa bergelak :
"Itu mah gampang, biarpun kesadaran mereka masih tertinggal
sebagian namun tenaga dalamnya telah punah, asal jalan darah
mereka kita totok, orang-orang itu akan menurut semua perintah
dan perkataan ciangbunjin"
"Betul juga perkataanmu itu," seru Ui sik kong gembira, "aaaai,
nampaknya makin tua aku semakin pikun."
Dengan suatu gerakan cepat, jari kanannya segera disodorkan
kemuka menotok jalan darah penting, ditubuh Thian cun yang.
Tapi disaat ujung jari tangannya hampir menyentuh diatas dada
lawan ini, mendadak Thian cun yang menggerakkan pergelangan
tangan kanannya, lalu dengan kelima jari tangan yang terpentang
bagaikan kaitan, dia balik mencengkeram pergelangan tangan kanan
Ui sik kong. Bersamaan waktunya terdengar dia berseru sambil tertawa
terbahak-bahak : "Bajingan tua, nampaknya kau tak pernah menyangka bukan?"
Tak terlukiskan perasaan kaget Ui sik kong menghadapi kejadian
ini, dengan suara dalam ia segera membentak : "Cepat kabur"
suasana didalam ruangan tengah berubah menjadi kacau, setiap
orang yang hadir dalam arena serentak menghentakkan kakinya
keatas tanah, dari bawah kaki masing-masing pun bermunculan
lubang gua. Terdengar suara gemerincingan yang nyaring dalam waktu
singkat orang-orang itu sudah lenyap dari pandangan mata.
sementara itu Thian cun yang berhasil mencengkeram
pergelangan tangan kanan Uisik kong kencang-kencang. Hal ini
membuatnya sama sekali kehilangan tenaga untuk melawan,
Rengeknya kemudian sambil tertawa dingin :
"Asal kau, Ui tua sudah ditangkap. sama artinya seluruh partai
kupu-kupu telah kukuasai"
Lalu sambil berpaling kearah Kho Beng sekalian, serunya pula :
"Kalian jangan bergerak secara sembarangan, meskipun alat
rahasia yang melengkapi ruangan ini amat banyak, namun dibagian
tempat ini pasti aman dan tiada ancaman."
sementara itu Ui sik kong telah berseru sabil menggigit bibir
kencang-kencang menahan rasa bencinya.
"seabad berselang, leleuhurku telah tewas ditangan tiga dewa,
apakah malam inipun ." sebelum perkataan itu selesai diutarakan,
Thian cun yang telah mendengus seraya menukas :
"Bila aku membiarkan kau mati secara tenang, sejak pertemuan
yang pertama kali aku sudah membuatmu kehilangan nyawa, buat
apa aku mesti menyuruh kau hidup terus hingga kini."
Lalu dengan suara dalam terusnya :
"Asal kau bersedia menerima syarat dari Kho Beng, akupun tidak
akan menyulitkan dirimu"
sambil menggigit bibir Ui sik kong berkata :
"Dendam sakit hati telah menyusup ketulang sumsumku, selama
ini akupun bertekad hidup untuk membalas dendam atas aib yang
menimpa leluhurku. Hmmm, jangan mimpi kalau aku bakal
menerima syarat-syarat seperti itu."
"Hmm, itu berarti kau mencari kematian buat diri sendiri" kata
Thian cun yang sambil menghela napas.
"Heee . Heehh . Heeehh .." mendadak Ui sik kong tertawa dingin,
"sekalipun aku sedang mencari kematian buat diri sendiri, bukan
berarti kalian mampu membunuh diriku."
"Bajingan tua" bentak Kho Beng dengan suara dalam, "biarpun
aku berniat melaksanakan pesan terakhir dari guruku, namun bila
mana keadaan terpaksa, aku tetap akan merenggut juga selembar
jiwa anjingmu." sambil menggigit bibir, Ui sik kong mendengus :
"Tua Bangka Thian, bajingan cilik Kho, aku akan mengucapkan
selamat tinggal kepada kalian"
Dengan suatu gerakan yang amat cepat bagaikan sambaran kilat,
tiba-tiba dia mengayunkan tangan kanannya, lalu dengan pukulan
yang mematikan ia menebas lengan kanan sendiri secara mentahmentah.
Menyusul putusnya lengan tersebut terdengar lagi suara
gemerincingan nyaring, ternyata Uisik kong telah membuka lubang
rahasia dan melarikan diri pula dari situ.
siapapun tak ada yang menyangka kalau musuhnya akan berbuat
senekat itu, sebab siapapun tak menyangka kalau Ui sik kong akan
bertindak begitu tabah dengan memapas kutung lengannya sendiri
Tampak percikan darah menyembur dan menodai seluruh
permukaan tanah yang berada dalam genggaman Thian cun yang
saat ini hanyalah tinggal sebuah kutungan lengan belaka.
Dengan gemas Thian cun yang membanting lengan itu keatas
tanah, lalu serunya dengan gemas :
"Baru pertama kali ini kujumpai peristiwa yang sama sekali diluar
dugaanku" Kini ruangan tersebut tinggal mereka berapa orang, sedang dari
pihak musuh tak kelihatan lagi seorang manusia pun, suasana
tersebut amat sepi, hening dan tak kedengaran sedikit suara pun.
Tiba-tiba Ui sik kong berkata,
"sekarang kita sudah terjerumus kedalam keadaan yang amat
berbahaya, Thian tua, apa yang harus kita perbuat sekarang?"
Thian cun yang memperhatikan sekejap keadaan disekeliling
tempat itu, lalu katanya :
"Walau kita berada ditempat yang sangat berbahaya, namun
ruangan ini justru aman sekali, sebab yang ada disini hanya alat
rahasia untuk menyelamatkan diri, tak ada alat rahasia untuk
mencelakai orang." "Tapi kakek tongkat sakti sekalian justru berada dalam
cengkeraman iblis mereka" sambung Kho Beng.
Dengan cepat Thian cun yang menggeleng, katanya :
"Tidak. sejak aku tiba dalam ruangan ini aku telah memahami
akan hal tersebut, kakakmu sekalian sesungguhnya telah
dipindahkan ketempat yang lain." Lalu setelah berhenti sejenak,
katanya : "Tapi hal ini memang wajib mereka lakukan sebab betapapun
juga dia toh mesti mempersiapkan langkah terakhir seandainya
benar-benar menderita kekalahan ditangan kita, paling tidak tiga
sandera tersebut masih merupakan senjata yang cukup ampuh."
Cepat-cepat Kho Beng menukas sambil gelengkan kepalanya.
"Persoalan itu lebih baik tak usah dibicarakan dulu, yang penting
apa yang mesti kita perbuat sekarang?"
sambil menatap wajah rekannya, kembali dia melanjutkan :
"Diantara kami semua, kaulah yang paling ahli dan
berpengalaman didalam soal-soal alat rahasia, ayoh cepat ajak kami
meninggaikan tempat ini"
"ooooh tentu saja, sudah sewajarnya bila aku yang menjadi
penunjuk jalan untuk kalian"
Mendadak dengan air mata bercucuran, Kho Beng berkata :
"cianpwee berdua maafkanlah kelancangan boanpwee."
"Utarakan saja terus terang," tukas Thian cun yang segera,
"sebetulnya apa rencanamu?"
"Terlepas apakah enciku sekalian sudah dipindahkan dari sini
atau tidak. boanpwee berniat untuk melakukan pemeriksaan didalam
gua pengikat cinta ini, kemudian baru meninggaikannya dengan
perasaan lega." Beng Gi ciu segera mendukung :
"Engkoh Beng, aku akan menemanimu"
Kemelut Di Majapahit 17 Panji Wulung Karya Opa Kisah Si Bangau Putih 3

Cari Blog Ini